Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENTINGNYA MEMAHAMI KONSEP DIRI BAGI REMAJA YANG


BERMASALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:

PSIKOLOGI UMUM
PROGRAM SARJANA PENDIDIKAN (S.Pd.)

Dosen Pengampu: Dr. Stevanus Parinussa, M.Th.

Oleh:

STEFANNI MARANATHA

NIM: 8621319008

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI TABERNAKEL INDONESIA


SURABAYA
2020
KATA PENGANTAR

Segala pujian dan kemuliaan hanya bagi Allah Bapa, Tuhan Yesus Kristus yang
memberikan hikmat, kekuatan, dan kesehatan sehingga dengan Kasih Karunia dan
RahmatNya yang besar, saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
tepat waktu.

Tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada Dr. Stevanus Parinussa, M.Th.
selaku dosen mata kuliah Psikologi Umum yang telah membimbing saya dalam
pengerjaan tugas makalah ini. Dalam makalah ini saya akan menjelaskan tentang
pentingnya memahami arti konsep diri bagi remaja yang sedang bermasalah.

Akhirnya, tidak ada manusia yang luput dari kesalahan dan kekurangan. Dengan
segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat saya
harapkan dari pembaca guna meningkatkan kualitas makalah ini dan makalah-
makalah lainnya pada waktu mendatang.

Surabaya, 17 September 2020

Stefanni Maranatha

1
DAFTAR ISI
Cover

Kata Pengantar……………………………………………………………………....... 1

Daftar Isi………………………………………………………………………………. 2

BAB I Pendahuluan……………………………………………………………………3

Latar Belakang……………………………………………………………………. 3
Rumusan Masalah………………………………………………………………... 3

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………...4

Apakah yang Dimaksud Konsep Diri………………………………..…………..4

Masalah-Masalah Apakah yang Terkait dengan Kepribadian Remaja………5

Bagaimana Memahami Konsep Diri Terhadap Remaja yang Bermasalah….6


Bagaimana Pentingnya Memahami Konsep Diri Terkait dengan

Kepribadian Remaja……………………………………………………………….7

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………….9

Kesimpulan………………………………………………………………………….9

Saran………………………………………………………………………………...9

Daftar Pustaka……………………………………………………………………..10

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Masa remaja merupakan suatu masa peralihan dari anak-anak menuju
pada dewasa. Pada masa ini seringkali remaja mengalami kesulitan untuk
menyesuaikan setiap perubahan yang terjadi dalam hidupnya, baik perubahan
pada fisik ataupun lingkungan. Banyak faktor yang dapat menjadi kecemasan
serta kekhawatiran remaja, yang mana faktor-faktor tersebut sebagian besar
berhubungan erat dengan diri mereka sendiri. Ada remaja yang mampu
mengatasi permasalahnya dengan baik, namun tak sedikit pula remaja yang
mengalami kesulitan untuk mengatasinya. Hal ini dipengaruhi oleh gambaran
atau konsep diri yang dimiliki oleh remaja.
Konsep diri yang terbentuk dalam diri remaja dapat mempengaruhi
kepribadian remaja, sebab konsep diri merupakan dasar atau batu fondasi
terhadap seluruh kepribadian manusia. Konsep diri terbentuk melalui
serangkaian peristiwa yang berulangkali terjadi di masa lalu sehingga
mempengaruhi persepsi seseorang akan gambaran terhadap pribadinya 1 yang
secara otomatis gambaran tersebut juga berpengaruh pada kepribadiannya.
Hal serupa juga dinyatakan oleh Fitts yang mengungkapkan bahwa konsep diri
memiliki pengaruh yang kuat akan tingkah laku seseorang.2

Banyak remaja yang cenderung melakukan perbuatan yang


menyimpang secara moral seperti merokok, bolos sekolah, terlibat dalam aksi
tawuran, bahkan hingga menuju pada ranah pergaulan bebas. Disisi yang lain
terdapat remaja yang mengalami depresi karena ketidakpuasan terhadap diri
mereka dan penolakan yang dilakukan oleh lingkungan kepada mereka.
Semua hal ini dikarenakan rendahnya konsep diri yang dimiliki oleh remaja.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dalam penulisan makalah ini akan
diberi judul “Pentingnya Memahami Konsep Diri Bagi Remaja Yang
Bermasalah”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dan untuk memberikan batasan
dalam proses penelitian, maka penulis memilih beberapa rumusan masalah
sebagai berikut:
a. Apakah yang dimaksud dengan konsep diri?
b. Masalah-Masalah apakah yang terkait dengan kepribadian remaja?
c. Bagaimana memahami konsep diri terhadap remaja yang bermasalah?
d. Bagaimana pentingnya memahami konsep diri terkait dengan kepribadian
remaja?

1
Dr. Maxwell Maltz, Kekuatan Ajaib Psikologi Citra Diri (Jakarta: Penerbit Mitra Utama. 1997) hlm 6
2
Hendriati Agustiani, Psikologi Perkembangan (Bandung: Penerbit PT Refika Aditama. 2009)

3
BAB II
PEMBAHASAN

a. Definisi Konsep Diri


Konsep diri adalah bagaimana seseorang menilai dirinya sendiri, atau
gambaran seperti apakah yang dimiliki oleh seseorang ketika ia memandang
dirinya. Pengertian serupa juga diungkapkan oleh Dr. Ir. Fu Xie dan Dr. Jarot
Wijanarko dalam bukunya yang berjudul Citra Diri, ia menyatakan bahwa citra
diri atau konsep diri merupakan bentuk penilaian individu terhadap perasaan
berharga yang ia miliki, yang mana penilaian terhadap diri sendiri tersebut
sangatlah menentukan banyak hal dalam hidupnya. Menurut Jarot konsep diri
sangat penting karena itu akan menentukan batas pencapaian seseorang dan
berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang.3
Konsep diri yang tergambar dalam pikiran seseorang akan
mempengaruhi semua tindakan dan emosi yang dimiliki oleh seseorang
tersebut.4 Ketika seorang anak berpikir bahwa ia adalah anak yang nakal, maka
tingkah lakunya pun juga akan menunjukkan bahwa ia anak yang nakal, begitu
pula sebaliknya. Sebab citra diri sebagai seorang anak yang nakal sudah
terkonsep di dalam pikirannya. Seorang remaja yang mendasarkan konsep
dirinya pada apa kata orang pun akan memandang keberhargaan dirinya
berdasarkan apa kata orang. Misalnya ketika seorang remaja perempuan
berada dalam lingkungan yang mendefinisikan kecantikan adalah dengan
memiliki tubuh kurus dan wajah mulus, maka ia akan merasa minder apabila
memiliki fisik yang gendut dan berjerawat.
Konsep diri bukan bawaan sejak lahir atau merupakan gen yang kita
dapat dari orang tua kita, melainkan konsep diri terbentuk sejak bertahun-tahun
lalu melalui berbagai pengalaman manis maupun pahit yang kita rasakan, yang
bahkan mungkin sudah terlupakan, tetapi masih memberi pengaruh ketika kita
memikirkan dan merasakan diri kita sendiri. 5 Jadi pengalaman kita pada masa
kanak-kanak sangat mempengaruhi konsep diri yang kita miliki di masa
sekarang.
Konsep diri yang dimiliki oleh seseorang dipengaruhi oleh faktor internal
dan eksternal dari diri seseorang tersebut, seperti karakteristik fisik, psikologis,
sosial, aspirasi, prestasi, dan bobot emosi yang menyertainya. 6 Konsep diri
inilah yang kemudian menentukan bagaimana perilaku seseorang dalam
memberikan respon terhadap segala kondisi atau perlakuan yang diterima.
Sehingga konsep diri memiliki andil yang besar terhadap pembentukan
kepribadian seseorang. Ketika seseorang memiliki konsep diri yang positif,
maka akan menambah kemampuan seseorang tersebut untuk mengasihi dan

3
Dr. Ir. Fu Xie, Dr. Jarot Wijanarko. Citra Diri (Jakarta: Penerbit Keluarga Indonesia Bahagia, 2017) hlm 8
4
Dr. Maxwell Maltz, Kekuatan Ajaib Psikologi Citra Diri (Jakarta: Penerbit Mitra Utama. 1997) hlm 6
5
B. S. Sidjabat, Membesarkan Anak Dengan Kreatif (Yogyakarta: Penerbit ANDI. 2008) hlm 162
6
Drs. Hendra Surya, Percaya Diri Itu Penting (Jakarta: Penerbit PT Elex Media Komputindo. 2007) hlm 3

4
dikasihi. 7 Hal ini dapat membuat ia menjadi seseorang yang mampu menerima
segala keberadaan dirinya.

b. Masalah-Masalah yang Terkait dengan Kepribadian Remaja


Masa remaja merupakan sebuah masa yang kritis, sebab pada masa
inilah seseorang mulai mencari jati diri atau identitasnya. Pernyataan serupa
juga diungkapkan oleh Monks Dkk, yang menyatakan bahwa pengertian
remaja adalah fase mencari jati diri. 8 Pada masa ini, remaja akan cenderung
sangat mudah terpengaruh dengan lingkungannya. Remaja akan menjadi
seorang imitator terhadap apa yang dianggapnya akan menonjolkan
pribadinya. Remaja mulai ingin diakui keberadaannya dan mendapat
penghormatan serta penghargaan terhadap eksistensinya.
Berbagai upaya akan dilakukan remaja untuk membuat orang lain
memperhatikan keberadaannya, atau istilah lainnya remaja ingin menjadi pusat
perhatian. Yang mana hal ini sebenarnya adalah wujud seorang remaja sedang
berusaha untuk menemukan identitasnya. Ketika remaja gagal menemukan
identitas atau konsep dirinya ada dua hal yang biasanya akan dilakukan oleh
remaja sebagai bentuk ungkapan rasa sakit yang ia rasakan. Yaitu remaja akan
merasa tertekan dan menutup diri atau justru remaja akan
mengekspresikannya dengan tindakan yang agresif dan penuh emosi untuk
memperlihatkan kekecewaannya. 9
Organisasi WHO menyatakan bahwa depresi menjadi penyebab utama
gangguan kesehatan mental pada remaja, yang mana tingkat presentase
depresi yang dialami oleh remaja semakin meningkat setiap tahunnya, bahkan
hingga sampai pada tingkat bunuh diri.10 Permasalah lain yang dihadapi oleh
remaja ialah rusaknya moral mereka yang berdampak pada perilaku mereka.
Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komisaris Jenderal Heru Winarko
menyebut bahwa penyalahgunaan narkotika di kalangan remaja makin
meningkat. “Hasil dari penelitian kita bahwa penyalahgunaan itu beberapa
tahun lalu, milenial atau generasi muda hanya sebesar 20 persen dan sekarang
meningkat sebanyak 24-28 persen” begitu ungkap Jenderal Heru di The Opus
Grand Ballroom At The Tribata, Jaksel. 11 Melalui berita di televisi kita juga kerap
kali melihat dan mendengar bahwa tindakan kejahatan banyak dilakukan oleh

7
Margaret Hensley, Konsep Diri & Kedewasaan Rohani (Jakarta: Penerbit Anggota IKAPI. 2006) hlm
8
Novi Hadita Larasati, Pengertian Remaja Menurut Para Ahli dan WHO
(https://www.diadona.id/family/pengertian-remaja-menurut-para-ahli-dan-who-200530i.html), diakses pada
Kamis, 20 Agustus 2020.
9
Pernyatan Akhmad Sudrajat, seorang praktisi pendidikan di Kaugede-Kabupaten Kuningan pada laman
wordpress miliknya (https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/31/masalah-pada-masa-remaja/)
diakses pada Kamis, 20 Agustus 2020.
10
Ktut Dianovinina, 2018, “Depresi pada Remaja: Gejala dan Permasalahannya,” Jurnal Psikogenesis, volume 6
nomor 1 bulan Juni, halaman 70.
11
Pernyataan Komisaris Jenderal Polisi Heru Winarko, Kepala BNN terkait penyalahgunaan narkoba di kalangan
remaja yang dikutip oleh https://bnn.go.id/penggunaan-narkotika-kalangan-remaja-meningkat/, diakses pada
26 Agustus 2020.

5
kaum remaja. Perkelahian yang berujung pada pembunuhan, pencurian,
pembullyan, penggunaan narkoba, seks bebas, aborsi, pelecehan seksual,
serta pemerkosaan yang menunjukkan telah rusaknya moral pada remaja.
Disini kita dapat melihat bahwa terdapat banyak permasalahan terkait dengan
kepribadian yang dihadapi remaja yang mana sesungguhnya merupakan
bentuk respon mereka terhadap rasa sakit yang terdapat pada jiwa mereka.

c. Memahami Konsep Diri Terhadap Remaja yang Bermasalah


Setiap manusia memiliki kebutuhan yang mendasar dalam hidupnya
yang ia bawa sejak lahir, yakni kebutuhan terhadap rasa aman dan perasaan
dihargai. 12 Kebutuhan akan hal ini terlebih besar dimiliki oleh seorang remaja
yang sedang dalam proses pencarian jati dirinya. Pada masa ini kebutuhan
untuk dikasihi, diterima, diperhatikan serta dibutuhkan merupakan sesuatu
yang sangat penting dan mutlak bagi remaja. Sebab dengan demikian remaja
akan merasa bahwa ia layak dan berharga serta tidak takut akan terjadinya
penolakan terhadap dirinya, sebab ada perasaan aman dalam jiwanya.
Untuk menjamin supaya kebutuhannya akan perasaan aman tersebut
terus berlanjut, seorang remaja akan melakukan segala cara tanpa perduli
apakah yang ia lakukan adalah sesuatu hal yang benar ataukah sesuatu yang
salah. Contoh secara sederhananya, jika perasaan aman remaja terletak pada
penampilannya, maka ia akan terus berusaha agar senantiasa terlihat menarik.
Atau jika terletak pada nilai yang tinggi, maka ia akan melakukan segala upaya
agar tidak ada yang dapat menandinginya dalam hal prestasi belajar.
Pada dasarnya remaja melakukan semua itu agar terhindar dari rasa
sakit pada jiwanya. Mereka menutupi rasa ketidakpercayaan dirinya dengan
memberikan topeng kepalsuan yang mereka anggap hal itu bisa membuat
mereka terlihat menonjol dan tetap memiliki eksistensi yang cukup kuat pada
persepsi orang lain, sementara sesungguhnya jiwanya sangatlah rentan dan
rapuh. Hal demikian dapat terjadi karena remaja telah membentuk sebuah
gambaran mental mengenai apa yang ia pikirkan adalah ia inginkan atau yang
seharusnya ia miliki.
Bisa dikatakan bahwa bentuk penolakan atau sikap agresif yang
dilakukan oleh remaja merupakan sebuah bentuk pertahanan diri mereka
dalam menghadapi tekanan pada jiwanya. Sehingga mereka melampiaskan
rasa sakit yang mereka rasakan melalui pemberontakan atau perbuatan
menyimpang lainnya. Mereka tidak mampu mengatasi seorang diri masalah
yang bersumber dari dalam diri mereka dan tidak ada orang disekitarnya yang
dapat mereka percayai dan andalkan untuk mengatasinya, sementara diri
mereka sendiripun sebenarnya juga tidak mengerti bahwa sebenarnya jiwanya
sedang terluka.
Sementara terhadap remaja yang kemudian menjadi stress dan bahkan
depresi, sebenarnya sedang mendasarkan konsep diri mereka pada landasan

12
Margaret Hensley, Konsep Diri & Kedewasaan Rohani (Jakarta: Penerbit Anggota IKAPI. 2006) hlm 9

6
atau fondasi yang rapuh, sehingga membuat mereka menjadi pribadi yang tidak
akan pernah merasa percaya diri dengan keadaan mereka. Mereka tidak
mampu mengatasi perasaan terpisah, dikucilkan, serta dianggap tidak penting.
Sehingga menutup diri dan menjaga jarak dengan orang lain menjadi solusi
bagi mereka supaya perasaan mereka tidak dilukai. Ketidakpercayaan mereka
terhadap lingkungan sekitarnya membuat mereka lebih memilih untuk
menyimpan dan memendam semua rasa sakitnya sendirian hingga sampai
pada batasan dimana mereka tidak sanggup lagi dan hal inilah yang kemudian
menjadi pemicu bagi mereka melakukan aksi nekat untuk mengakhiri beban
mental mereka.
Jadi, pada remaja yang bermasalah dalam kepribadiannya sehingga
mempengaruhi tingkah lakunya, sebenarnya yang terjadi adalah mereka telah
gagal dalam menemukan konsep dirinya tersebut. Mereka mendasarkan
penilaian terhadap diri mereka dengan apa yang menurutnya orang lain
pikirkan tentang diri mereka 13

d. Pentingnya Memahami Konsep Diri Terkait dengan Kepribadian Remaja


Untuk dapat mengatasi berbagai permasalahan terhadap perubahan
yang terjadi dalam kehidupannya, remaja sangat perlu untuk memahami
konsep diri mereka secara tepat. Pandangan terhadap pribadi mereka sendiri
terlebih dahulu harus benar, agar mereka dapat menerima kondisi apapun yang
terjadi dalam kehidupan mereka. Oleh sebab itu penting bagi remaja untuk
membentuk konsep diri secara tepat dan benar, sehingga kepribadiannya juga
akan terbentuk dengan baik.
Banyak faktor yang mempengaruhi dalam pembentukan konsep diri
seorang remaja, antara lain kematangan usia, penampilan fisik, relasi dengan
keluarga, dan teman sebaya,14 yang mana faktor-faktor tersebut dapat
mempengaruhi harga diri remaja. Ketika remaja mendapat perlakuan yang baik
dari lingkungan terdekatnya sehingga mereka merasa aman terhadap
kebutuhan jiwanya, maka mereka juga akan memberikan penghargaan yang
positif terhadap pribadinya. Sehingga dengan penghargaan yang baik terhadap
dirinya tersebut dia akan memandang berharga akan kehidupannya dan tidak
akan melakukan sesuatu hal yang akan merugikan baik terhadap dirinya
maupun orang lain.
Untuk dapat membentuk konsep diri yang tepat, seorang remaja
haruslah mengenal dirinya sendiri terlebih dahulu. 15 Sehingga dengan tahap
awal mengenal dirinya sendiri, remaja dapat mengetahui apa keunggulan dan
kelemahannya dan dapat menerima segala kondisi yang ada pada
kehidupannya. Langkah selanjutnya ialah pentingnya bagi remaja untuk
memiliki kesadaran diri, sebab kesadaran diri sangat berkaitan dengan konsep

13
Ibid
14
Giri Wiarto, Psikologi Perkembangan Manusia (Yogyakarta: Penerbit Psikosain. 2015) hlm 87
15
Kharisma Nail Mazaya, Ratna Supradewi, Konsep Diri dan Kebermaknaan Hidup pada Remaja di Panti
Asuhan, Volume 6 (2) 2011, 103-112

7
diri. Melalui kesadaran diri ini, remaja akan memahami konsep diri dan standar,
nilai, serta tujuan yang harusnya ia miliki. 16
Seorang remaja yang memahami standar dan nilai hidup mereka tidak
akan memandang rendah keberadaan mereka berdasarkan apa yang mereka
miliki ataupun berdasar atas apa yang orang lain pikirkan dan katakan tentang
mereka. Sebab mereka tahu bahwa kebermaknaan hidupnya tidak ditentukan
oleh itu semua, namun ditentukan oleh sikap mereka dalam menyikapi
berbagai hal yang terjadi dalam hidup mereka. Serta dengan memiliki tujuan
akan membuat kehidupan remaja lebih terarah, teratur dan fokus pada apa
yang harus ia lakukan dalam kehidupannya supaya lebih baik lagi dibanding
memikirkan pendapat orang lain tentang diri mereka.
Ketika remaja sudah dapat menentukan apa tujuan hidupnya dan
memiliki nilai yang kuat terhadap dirinya sendiri, maka ia juga akan menjadi
pribadi yang kuat dalam melalui setiap perubahan yang terjadi dalam
kehidupannya, yang mana perubahan tersebut seringkali menjadi sebuah
masalah bagi mereka. Dengan demikian remaja akan memiliki konsep diri yang
positif dan dapat menyadari bahwa sesungguhnya hidupnya sangatlah
berharga.
Dengan pemahaman bahwa ia adalah seorang individu yang begitu
berharga dan layak dicintai tak perduli apapun kekurangan yang ia miliki, akan
membuat remaja lebih dapat menghargai hidupnya. Ia tidak akan sembarangan
dalam menjalani kehidupannya dan tidak akan menyia-nyiakan masa mudanya
tersebut. Sekalipun masalah dan penolakan masih mungkin dapat terjadi,
namun mereka akan memiliki respon yang tepat untuk dapat menangani jiwa
mereka yang terluka. Bahkan melalui goresan-goresan yang melukai jiwa
mereka tersebut akan membentuk mental mereka menjadi lebih kuat dan
matang. Mereka akan memiliki kemampuan untuk memaafkan dan tetap
menjadi diri mereka sendiri dengan keunikan yang mereka miliki.
Konsep diri yang positif ini secara otomatis akan membentuk
kepribadian remaja menjadi jauh lebih baik. Remaja lebih dapat mengontrol diri
mereka dan memiliki pertahanan diri yang kuat terhadap kondisi jiwa mereka.
Sehingga mereka dapat mengelola emosi mereka dengan stabil, tidak terlalu
meledak-ledak yang berujung pada pemberontakan, dan tidak juga terlalu
rapuh yang berujung pada depresi.
Jadi, jika seorang remaja memiliki konsep diri yang tepat dan positif
mengenai pribadinya, maka kepribadian remaja tersebut yang ia tampilkan
dalam bentuk tingkah lakunya sehari-hari pun juga akan positif. Ia akan dapat
menjadi seorang pribadi yang memaknai hidupnya dengan penuh kepercayaan
diri sebab ia tahu bahwa ia adalah ciptaan yang berharga dan sempurna,
meskipun mereka memiliki kekurangan. Namun hal itu tidak menjadi sebuah
masalah bagi hidupnya, sebab ia sudah berdamai dengan dirinya sendiri
sehingga mampu menerima semua keberadaan dirinya sebagaimana adanya.

16
Dayakisni, T dan Hudaniah. 2003. Psikologi Sosial. Malang. UMM Press

8
BAB III
PENUTUP
❖ Kesimpulan
Masa remaja merupakan masa yang tidak mudah untuk dijalani,
sebab pada masa ini ada begitu banyak perubahan yang terjadi pada
remaja, baik dalam hal fisik maupun psikisnya. Perubahan-perubahan
tersebut seringkali menjadi masalah bagi remaja, karena sesungguhnya
mental mereka belum siap untuk menerima segala perubahan yang
terjadi tersebut ditambah lagi dengan penolakan yang harus mereka
dapatkan. Atau penolakan yang memang telah mereka terima sejak
masa kanan-kanak, sehingga jiwanya yang sakit menjadi semakin
matang ketika ia beranjak dewasa. Masalah-masalah ini memicu remaja
untuk melakukan perbuatan yang menyimpang sebagai bentuk luapan
dari jiwa mereka yang sedang terluka. Untuk itu remaja membutuhkan
pemahaman yang benar akan dirinya sendiri beserta segala
keberadaannya.
Untuk mencapai hal tersebut, remaja membutuhkan sebuah
konsep diri yang tepat. Sebab konsep diri berbicara tentang gambaran
apa yang dipahami oleh seseorang terhadap dirinya sendiri. Melalui
konsep diri inilah seorang remaja akan dapat menerima segala
kekurangan yang ada pada kehidupannya bahkan segala masa lalunya
yang kelam sekalipun. Ia akan tetap menjadi seorang pribadi yang tidak
terpengaruh terhadap lingkungan maupun kondisi yang sedang ia
hadapi, sebab ia telah mendasarkan konsep dirinya pada bukan pada
fondasi yang rapuh, namun pada kebermaknaan hidup nya. Oleh sebab
itulah memahami konsep diri sangat penting bagi remaja yang
bermasalah.

❖ Saran
Menurut pendapat saya, kita perlu memahami seorang remaja
dari segala sisi dalam kehidupannya. Penting untuk mengetahui
mengapa remaja dapat melakukan sesuatu yang menyimpang dari yang
sewajar dan seharusnya dilakukan oleh seorang remaja. Sehingga kita
dapat memberikan pertolongan kepada remaja yang sedang mengalami
tekanan dalam jiwanya dan dapat menariknya keluar dari jurang
kehancuran. Memahami jiwa seorang remaja yang sedang terluka dan
mau mendampinginya untuk menyembuhkan setiap lukanya dapat
mengubah dunia remaja tersebut.
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih
terdapat banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan
memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak
sumber dan kritik yang membangun dari para pembaca.

9
DAFTAR PUSTAKA

1. Dr. Maxwell Maltz, Kekuatan Ajaib Psikologi Citra Diri (Jakarta: Penerbit Mitra
Utama. 1997)
2. Hendriati Agustiani, Psikologi Perkembangan (Bandung: Penerbit PT Refika
Aditama. 2009)

3. Dr. Ir. Fu Xie, Dr. Jarot Wijanarko. Citra Diri (Jakarta: Penerbit Keluarga
Indonesia Bahagia, 2017) hlm 8
4. B. S. Sidjabat, Membesarkan Anak Dengan Kreatif (Yogyakarta: Penerbit
ANDI. 2008) hlm 162
5. Drs. Hendra Surya, Percaya Diri Itu Penting (Jakarta: Penerbit PT Elex Media
Komputindo. 2007) hlm 3
6. Margaret Hensley, Konsep Diri & Kedewasaan Rohani (Jakarta: Penerbit
Anggota IKAPI. 2006)
7. Giri Wiarto, Psikologi Perkembangan Manusia (Yogyakarta: Penerbit
Psikosain. 2015) hlm 87
8. Novi Hadita Larasati, (https://www.diadona.id/family/pengertian-remaja-
menurut-para-ahli-dan-who-200530i.html), diakses pada Kamis, 20 Agustus
2020
9. Pernyatan Akhmad Sudrajat, seorang praktisi pendidikan di Kaugede-
Kabupaten Kuningan terkait masalah yang terjadi pada remaja
(https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/31/masalah-pada-masa-
remaja/) diakses pada Kamis, 20 Agustus 2020
10. Pernyataan Komisaris Jenderal Polisi Heru Winarko, Kepala BNN terkait
penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja yang dikutip oleh
https://bnn.go.id/penggunaan-narkotika-kalangan-remaja-meningkat/, diakses
pada 26 Agustus 2020.
11. Ktut Dianovinina, 2018, “Depresi pada Remaja: Gejala dan Permasalahannya,”
Jurnal Psikogenesis, volume 6 nomor 1 bulan Juni, halaman 70
12. Kharisma Nail Mazaya, Ratna Supradewi, Konsep Diri dan Kebermaknaan
Hidup pada Remaja di Panti Asuhan, Volume 6 (2) 2011, 103-112
13. Dayakisni, T dan Hudaniah. 2003. Psikologi Sosial. Malang. UMM Press

10

Anda mungkin juga menyukai