PSIKOLOGI UMUM
PROGRAM SARJANA PENDIDIKAN (S.Pd.)
Oleh:
STEFANNI MARANATHA
NIM: 8621319008
Segala pujian dan kemuliaan hanya bagi Allah Bapa, Tuhan Yesus Kristus yang
memberikan hikmat, kekuatan, dan kesehatan sehingga dengan Kasih Karunia dan
RahmatNya yang besar, saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
tepat waktu.
Tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada Dr. Stevanus Parinussa, M.Th.
selaku dosen mata kuliah Psikologi Umum yang telah membimbing saya dalam
pengerjaan tugas makalah ini. Dalam makalah ini saya akan menjelaskan tentang
pentingnya memahami arti konsep diri bagi remaja yang sedang bermasalah.
Akhirnya, tidak ada manusia yang luput dari kesalahan dan kekurangan. Dengan
segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat saya
harapkan dari pembaca guna meningkatkan kualitas makalah ini dan makalah-
makalah lainnya pada waktu mendatang.
Stefanni Maranatha
1
DAFTAR ISI
Cover
Kata Pengantar……………………………………………………………………....... 1
Daftar Isi………………………………………………………………………………. 2
BAB I Pendahuluan……………………………………………………………………3
Latar Belakang……………………………………………………………………. 3
Rumusan Masalah………………………………………………………………... 3
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………...4
Kepribadian Remaja……………………………………………………………….7
Kesimpulan………………………………………………………………………….9
Saran………………………………………………………………………………...9
Daftar Pustaka……………………………………………………………………..10
2
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dan untuk memberikan batasan
dalam proses penelitian, maka penulis memilih beberapa rumusan masalah
sebagai berikut:
a. Apakah yang dimaksud dengan konsep diri?
b. Masalah-Masalah apakah yang terkait dengan kepribadian remaja?
c. Bagaimana memahami konsep diri terhadap remaja yang bermasalah?
d. Bagaimana pentingnya memahami konsep diri terkait dengan kepribadian
remaja?
1
Dr. Maxwell Maltz, Kekuatan Ajaib Psikologi Citra Diri (Jakarta: Penerbit Mitra Utama. 1997) hlm 6
2
Hendriati Agustiani, Psikologi Perkembangan (Bandung: Penerbit PT Refika Aditama. 2009)
3
BAB II
PEMBAHASAN
3
Dr. Ir. Fu Xie, Dr. Jarot Wijanarko. Citra Diri (Jakarta: Penerbit Keluarga Indonesia Bahagia, 2017) hlm 8
4
Dr. Maxwell Maltz, Kekuatan Ajaib Psikologi Citra Diri (Jakarta: Penerbit Mitra Utama. 1997) hlm 6
5
B. S. Sidjabat, Membesarkan Anak Dengan Kreatif (Yogyakarta: Penerbit ANDI. 2008) hlm 162
6
Drs. Hendra Surya, Percaya Diri Itu Penting (Jakarta: Penerbit PT Elex Media Komputindo. 2007) hlm 3
4
dikasihi. 7 Hal ini dapat membuat ia menjadi seseorang yang mampu menerima
segala keberadaan dirinya.
7
Margaret Hensley, Konsep Diri & Kedewasaan Rohani (Jakarta: Penerbit Anggota IKAPI. 2006) hlm
8
Novi Hadita Larasati, Pengertian Remaja Menurut Para Ahli dan WHO
(https://www.diadona.id/family/pengertian-remaja-menurut-para-ahli-dan-who-200530i.html), diakses pada
Kamis, 20 Agustus 2020.
9
Pernyatan Akhmad Sudrajat, seorang praktisi pendidikan di Kaugede-Kabupaten Kuningan pada laman
wordpress miliknya (https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/31/masalah-pada-masa-remaja/)
diakses pada Kamis, 20 Agustus 2020.
10
Ktut Dianovinina, 2018, “Depresi pada Remaja: Gejala dan Permasalahannya,” Jurnal Psikogenesis, volume 6
nomor 1 bulan Juni, halaman 70.
11
Pernyataan Komisaris Jenderal Polisi Heru Winarko, Kepala BNN terkait penyalahgunaan narkoba di kalangan
remaja yang dikutip oleh https://bnn.go.id/penggunaan-narkotika-kalangan-remaja-meningkat/, diakses pada
26 Agustus 2020.
5
kaum remaja. Perkelahian yang berujung pada pembunuhan, pencurian,
pembullyan, penggunaan narkoba, seks bebas, aborsi, pelecehan seksual,
serta pemerkosaan yang menunjukkan telah rusaknya moral pada remaja.
Disini kita dapat melihat bahwa terdapat banyak permasalahan terkait dengan
kepribadian yang dihadapi remaja yang mana sesungguhnya merupakan
bentuk respon mereka terhadap rasa sakit yang terdapat pada jiwa mereka.
12
Margaret Hensley, Konsep Diri & Kedewasaan Rohani (Jakarta: Penerbit Anggota IKAPI. 2006) hlm 9
6
atau fondasi yang rapuh, sehingga membuat mereka menjadi pribadi yang tidak
akan pernah merasa percaya diri dengan keadaan mereka. Mereka tidak
mampu mengatasi perasaan terpisah, dikucilkan, serta dianggap tidak penting.
Sehingga menutup diri dan menjaga jarak dengan orang lain menjadi solusi
bagi mereka supaya perasaan mereka tidak dilukai. Ketidakpercayaan mereka
terhadap lingkungan sekitarnya membuat mereka lebih memilih untuk
menyimpan dan memendam semua rasa sakitnya sendirian hingga sampai
pada batasan dimana mereka tidak sanggup lagi dan hal inilah yang kemudian
menjadi pemicu bagi mereka melakukan aksi nekat untuk mengakhiri beban
mental mereka.
Jadi, pada remaja yang bermasalah dalam kepribadiannya sehingga
mempengaruhi tingkah lakunya, sebenarnya yang terjadi adalah mereka telah
gagal dalam menemukan konsep dirinya tersebut. Mereka mendasarkan
penilaian terhadap diri mereka dengan apa yang menurutnya orang lain
pikirkan tentang diri mereka 13
13
Ibid
14
Giri Wiarto, Psikologi Perkembangan Manusia (Yogyakarta: Penerbit Psikosain. 2015) hlm 87
15
Kharisma Nail Mazaya, Ratna Supradewi, Konsep Diri dan Kebermaknaan Hidup pada Remaja di Panti
Asuhan, Volume 6 (2) 2011, 103-112
7
diri. Melalui kesadaran diri ini, remaja akan memahami konsep diri dan standar,
nilai, serta tujuan yang harusnya ia miliki. 16
Seorang remaja yang memahami standar dan nilai hidup mereka tidak
akan memandang rendah keberadaan mereka berdasarkan apa yang mereka
miliki ataupun berdasar atas apa yang orang lain pikirkan dan katakan tentang
mereka. Sebab mereka tahu bahwa kebermaknaan hidupnya tidak ditentukan
oleh itu semua, namun ditentukan oleh sikap mereka dalam menyikapi
berbagai hal yang terjadi dalam hidup mereka. Serta dengan memiliki tujuan
akan membuat kehidupan remaja lebih terarah, teratur dan fokus pada apa
yang harus ia lakukan dalam kehidupannya supaya lebih baik lagi dibanding
memikirkan pendapat orang lain tentang diri mereka.
Ketika remaja sudah dapat menentukan apa tujuan hidupnya dan
memiliki nilai yang kuat terhadap dirinya sendiri, maka ia juga akan menjadi
pribadi yang kuat dalam melalui setiap perubahan yang terjadi dalam
kehidupannya, yang mana perubahan tersebut seringkali menjadi sebuah
masalah bagi mereka. Dengan demikian remaja akan memiliki konsep diri yang
positif dan dapat menyadari bahwa sesungguhnya hidupnya sangatlah
berharga.
Dengan pemahaman bahwa ia adalah seorang individu yang begitu
berharga dan layak dicintai tak perduli apapun kekurangan yang ia miliki, akan
membuat remaja lebih dapat menghargai hidupnya. Ia tidak akan sembarangan
dalam menjalani kehidupannya dan tidak akan menyia-nyiakan masa mudanya
tersebut. Sekalipun masalah dan penolakan masih mungkin dapat terjadi,
namun mereka akan memiliki respon yang tepat untuk dapat menangani jiwa
mereka yang terluka. Bahkan melalui goresan-goresan yang melukai jiwa
mereka tersebut akan membentuk mental mereka menjadi lebih kuat dan
matang. Mereka akan memiliki kemampuan untuk memaafkan dan tetap
menjadi diri mereka sendiri dengan keunikan yang mereka miliki.
Konsep diri yang positif ini secara otomatis akan membentuk
kepribadian remaja menjadi jauh lebih baik. Remaja lebih dapat mengontrol diri
mereka dan memiliki pertahanan diri yang kuat terhadap kondisi jiwa mereka.
Sehingga mereka dapat mengelola emosi mereka dengan stabil, tidak terlalu
meledak-ledak yang berujung pada pemberontakan, dan tidak juga terlalu
rapuh yang berujung pada depresi.
Jadi, jika seorang remaja memiliki konsep diri yang tepat dan positif
mengenai pribadinya, maka kepribadian remaja tersebut yang ia tampilkan
dalam bentuk tingkah lakunya sehari-hari pun juga akan positif. Ia akan dapat
menjadi seorang pribadi yang memaknai hidupnya dengan penuh kepercayaan
diri sebab ia tahu bahwa ia adalah ciptaan yang berharga dan sempurna,
meskipun mereka memiliki kekurangan. Namun hal itu tidak menjadi sebuah
masalah bagi hidupnya, sebab ia sudah berdamai dengan dirinya sendiri
sehingga mampu menerima semua keberadaan dirinya sebagaimana adanya.
16
Dayakisni, T dan Hudaniah. 2003. Psikologi Sosial. Malang. UMM Press
8
BAB III
PENUTUP
❖ Kesimpulan
Masa remaja merupakan masa yang tidak mudah untuk dijalani,
sebab pada masa ini ada begitu banyak perubahan yang terjadi pada
remaja, baik dalam hal fisik maupun psikisnya. Perubahan-perubahan
tersebut seringkali menjadi masalah bagi remaja, karena sesungguhnya
mental mereka belum siap untuk menerima segala perubahan yang
terjadi tersebut ditambah lagi dengan penolakan yang harus mereka
dapatkan. Atau penolakan yang memang telah mereka terima sejak
masa kanan-kanak, sehingga jiwanya yang sakit menjadi semakin
matang ketika ia beranjak dewasa. Masalah-masalah ini memicu remaja
untuk melakukan perbuatan yang menyimpang sebagai bentuk luapan
dari jiwa mereka yang sedang terluka. Untuk itu remaja membutuhkan
pemahaman yang benar akan dirinya sendiri beserta segala
keberadaannya.
Untuk mencapai hal tersebut, remaja membutuhkan sebuah
konsep diri yang tepat. Sebab konsep diri berbicara tentang gambaran
apa yang dipahami oleh seseorang terhadap dirinya sendiri. Melalui
konsep diri inilah seorang remaja akan dapat menerima segala
kekurangan yang ada pada kehidupannya bahkan segala masa lalunya
yang kelam sekalipun. Ia akan tetap menjadi seorang pribadi yang tidak
terpengaruh terhadap lingkungan maupun kondisi yang sedang ia
hadapi, sebab ia telah mendasarkan konsep dirinya pada bukan pada
fondasi yang rapuh, namun pada kebermaknaan hidup nya. Oleh sebab
itulah memahami konsep diri sangat penting bagi remaja yang
bermasalah.
❖ Saran
Menurut pendapat saya, kita perlu memahami seorang remaja
dari segala sisi dalam kehidupannya. Penting untuk mengetahui
mengapa remaja dapat melakukan sesuatu yang menyimpang dari yang
sewajar dan seharusnya dilakukan oleh seorang remaja. Sehingga kita
dapat memberikan pertolongan kepada remaja yang sedang mengalami
tekanan dalam jiwanya dan dapat menariknya keluar dari jurang
kehancuran. Memahami jiwa seorang remaja yang sedang terluka dan
mau mendampinginya untuk menyembuhkan setiap lukanya dapat
mengubah dunia remaja tersebut.
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih
terdapat banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan
memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak
sumber dan kritik yang membangun dari para pembaca.
9
DAFTAR PUSTAKA
1. Dr. Maxwell Maltz, Kekuatan Ajaib Psikologi Citra Diri (Jakarta: Penerbit Mitra
Utama. 1997)
2. Hendriati Agustiani, Psikologi Perkembangan (Bandung: Penerbit PT Refika
Aditama. 2009)
3. Dr. Ir. Fu Xie, Dr. Jarot Wijanarko. Citra Diri (Jakarta: Penerbit Keluarga
Indonesia Bahagia, 2017) hlm 8
4. B. S. Sidjabat, Membesarkan Anak Dengan Kreatif (Yogyakarta: Penerbit
ANDI. 2008) hlm 162
5. Drs. Hendra Surya, Percaya Diri Itu Penting (Jakarta: Penerbit PT Elex Media
Komputindo. 2007) hlm 3
6. Margaret Hensley, Konsep Diri & Kedewasaan Rohani (Jakarta: Penerbit
Anggota IKAPI. 2006)
7. Giri Wiarto, Psikologi Perkembangan Manusia (Yogyakarta: Penerbit
Psikosain. 2015) hlm 87
8. Novi Hadita Larasati, (https://www.diadona.id/family/pengertian-remaja-
menurut-para-ahli-dan-who-200530i.html), diakses pada Kamis, 20 Agustus
2020
9. Pernyatan Akhmad Sudrajat, seorang praktisi pendidikan di Kaugede-
Kabupaten Kuningan terkait masalah yang terjadi pada remaja
(https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/31/masalah-pada-masa-
remaja/) diakses pada Kamis, 20 Agustus 2020
10. Pernyataan Komisaris Jenderal Polisi Heru Winarko, Kepala BNN terkait
penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja yang dikutip oleh
https://bnn.go.id/penggunaan-narkotika-kalangan-remaja-meningkat/, diakses
pada 26 Agustus 2020.
11. Ktut Dianovinina, 2018, “Depresi pada Remaja: Gejala dan Permasalahannya,”
Jurnal Psikogenesis, volume 6 nomor 1 bulan Juni, halaman 70
12. Kharisma Nail Mazaya, Ratna Supradewi, Konsep Diri dan Kebermaknaan
Hidup pada Remaja di Panti Asuhan, Volume 6 (2) 2011, 103-112
13. Dayakisni, T dan Hudaniah. 2003. Psikologi Sosial. Malang. UMM Press
10