Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PENYESUAIAN DIRI

Disusun Oleh :
 Azza Arba Nurul Ummah (K2320018)
 Extian Yustisia Martia S. (K2320033)
 Heny Yulia Budyanti (K2320037)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2021
Kata Penghantar
Puji syukurkehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena relah memberikan kesempatan pada
kami kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Penyesuaian Diri’’ tepat waktu. Makalah ini
disusun guna memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Perkembangan Perserta Didik di
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret. Selain itu, saya berharap
agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang sejarah dan konsep dari
ketahanan nasional dan bagaimana cara untuk menjadi masyarakat yang baik dan cerdas.

Saya mengucapka terima kasih banyak kepada Ibu Dr Nonoh Siti Aminah, M.Pd. selaku
dosen mata kuliah Perkembangan Peserta Didik. Tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan kami .

Kami menyadari makalah kami ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.

Surakarta, 3 Mei 2021

Kelompok 8
DAFTAR ISI
BAB 1
BAB 2

A. Konsep Dasar Penyesuaian Diri


Menurut Mappiare (1982) penyesuaian diri merupakan suatu usaha yang dilakukan agar dapat
diterima oleh kelompok dengan jalan mengikuti kemauan kelompoknya. Seorang individu dalam
melakukan penyesuaian diri lebih banyak mengabaikan kepentingan pribadi demi kepentingan
kelompok agar tidak dikucilkan oleh kelompoknya. Sedangkan (Kartono, K, 2000) menyebutkan
penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai harmoni pada diri sendiri dan pada
lingkungan, sehingga rasa permusuhan, dengki, iri hati, prasangka, depresi, kemarahan dan lain-lain
emosi negatif sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dan kurang efisien bisa dikikis habis.
Menurut Sundari (2005) Penyesuaian diri pada remaja merupakan kemampuan untuk membuat
rencana dan mengorganisasi responsrespons sedemikian rupa, sehingga bisa bertahan dan
mengatasi segala bentuk konflik, kesulitan, dan frustasi-frustasi secara efisien serta memiliki
penguasaan dan kematangan emosional. Dengan penyesuaian diri tersebut, diharapkan remaja
mampu menjalani kehidupan yang lebih baik, terhindar dari permasalahan dan lebih siap
menghadapi perubahan.Upaya yang dilakukan remaja dalam menemukan jati dirinya seringkali
dilakukan dengan jalan membentuk citra atau image tentang diri remaja itu sendiri. Wujud dari
citra itu terakumulasi dalam suatu konsep gambaran tentang bagaimana setiap remaja mampu
mempersepsi diri. Keseluruhan gambaran diri yang meliputi persepsi individu tentang diri,
perasaan, keyakinan dan nilai-nilai yang berhubungan dengan dirinya . Menurut Atwater (dalam
Desmita, 2011) disebut dengan konsep diri. Dengan kata lain konsep diri terdiri dari bagaimana cara
individu melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana individu merasakan tentang diri sendiri, dan
bagaimana individu menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana yang diharapkan oleh
dirinya.
Konsep diri mempunyai peranan penting dalam menentukan tingkah laku seseorang. Bagaimana
seseorang memandang dirinya akan tercermin dari keseluruhan perilakunya. Artinya, perilaku
individu akan selaras dengan cara individu memandang dirinya sendiri. Jika individu memandang
dirinya sebagai orang yang tidak mempunyai cukup kemampuan untuk melakukan suatu tugas,
maka seluruh perilakunya akan menunjukkan ketidakmampuannya tersebut. Menurut Felker
(dalam Desmita, 2011) terdapat tiga peranan penting konsep diri dalam menentukan perilaku
seseorang, yaitu Pertama, konsep diri memainkan peranan dalam mempertahankan keselarasan
batin individu. Seseorang cenderung berusaha untuk mempertahankan keselarasan batinnya.
Apabila individu memiliki ide, perasaan, persepsi atau pikiran yang tidak seimbang atau saling
bertentangan, maka akan terjadi situasi psikologis yang tidak menyenangkan. Kedua, konsep diri
sebagai penentu bagi individu dalam memberikan penafsiran atas pengalamannya. Seluruh sikap
dan pandangan individu terhadap dirinya sangat memengaruhi individu tersebut dalam
menafsirkan pengalamannya. Ketiga, konsep diri juga berperan sebagai penentu pengharapan
individu. Menurut McCandless yang dikutip oleh Felker (1974) menyebutkan bahwa konsep diri
merupakan seperangkat harapan dan evaluasi terhadap perilaku yang merujuk pada harapan-
harapan tersebut.
Sebagai inti dari kepribadian, konsep diri akan menentukan keberhasilan seseorang dalam
menghadapi permasalahan yang timbul dalam kehidupannya (internal frame of reference). Proses
penyesuaian diri oleh remaja dalam menghadapi tugas perkembangannya sebagai upaya pencarian
identitas diri remaja dengan tugas perkembangan yang tidak bisa dihindari oleh remaja, maka
menjadi sangat penting kepemilikan adversity quotient dalam diri yaitu yang merupakan respon
seseorang dalam menghadapi situasi sulit dan cara mengatasinya (dalam Stoltz, 2000).
Adversity quotient berarti bisa juga disebut dengan ketahanan atau daya tahan seseorang ketika
menghadapi masalah. Stein & Book (2004) menjelaskan bahwa ketahanan adalah kemampuan
untuk menghadapi peristiwa yang tidak menyenangkan dan situasi yang penuh tekanan tanpa
menjadi berantakan, dengan secara aktif dan pasif mengatasi kesulitan. Ketahanan ini berkaitan
dengan kemampuan untuk tetap tenang dan sabar, serta kemampuan menghadapi kesulitan
dengan kepala dingin, tanpa terbawa emosi. Orang yang tahan menghadapi kesulitan akan
menghadapi, bukan menghindari, tidak menyerah pada rasa tidak berdaya atau putus asa.
Adversity quotient yang dimaksudkan di sini adalah ketangguhan, ketenangan dalam menghadapi
berbagai masalah dan dapat mencari alternatif solusi masalah. Artinya dengan kata lain bahwa
remaja di tuntut untuk tangguh, tenang dalam menghadapi berbagai masalah dan dapat mencari
alternatif solusi dari setiap masalah-masalahnya tersebut. Berkaitan dengan konsep diri yang
positif, Konsep diri mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perilaku individu, yaitu
individu akan bertingkah laku sesuai dengan konsep diri yang dimiliki (Rahmat,2000). Pernyataan
tersebut didukung oleh Burns (1993) yang menyatakan bahwa konsep diri akan mempengaruhi cara
individu dalam bertingkah laku ditengah masyarakat.
B. Faktor Faktor yang mempengaruhi Penyesuaian Diri
Menurut Soeparwoto, dkk (2004) faktor penyesuaian diri dikelompokkan menjadi dua bagian
yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
1. Faktor internal
a) Motif, yaitu motif-motif sosial seperti motif berafiliasi, motif berprestasi dan motif
mendominasi.
b) Konsep diri remaja, yaitu bagaimana remaja memandang dirinya sendiri, baik dari aspek
fisik, psikologis, sosial maupun aspek akademik. Remaja dengan konsep diri tinggi akan
lebih memiliki kemampuan untuk melakukan penyesuaian diri yang menyenangkan
dibanding remaja dengan konsep diri rendah, pesimis ataupun kurang yakin terhadap
dirinya.
c) Persepsi remaja, yaitu pengamatan dan penilaian remaja terhadap objek, peristiwa dan
kehidupan, baik melalui proses kognisi maupun afeksi untuk membentuk konsep tentang
objek tertentu.
d) Sikap remaja, yaitu kecenderungan remaja untuk berperilaku positif atau negatif. Remaja
yang bersikap positif terhadap segala sesuatu yang dihadapi akan lebih memiliki peluang
untuk melakukan penyesuaian diri yang baik dari pada remaja yang sering bersikap negatif.
e) Intelegensi dan minat, intelegensi merupakan modal untuk menalar. Manganalisis,
sehingga dapat menjadi dasar dalam melakukan penyesuaian diri. Ditambah faktor minat,
pengaruhnya akan lebih nyata bila remaja telah memiliki minat terhadap sesuatu, maka
proses penyesuaian diri akan lebih cepat.
f) Kepribadian, pada prinsipnya tipe kepribadian ekstrovert akan lebih lentur dan dinamis,
sehingga lebih mudah melakukan penyesuaian diri dibanding tipe kepribadian introvert
yang cenderung kaku dan statis.
2. Faktor Eksternal
a) Keluarga terutama pola asuh orang tua. Pada dasarnya pola asuh demokratis dengan
suasana keterbukaan akan lebih memberikan peluang bagi remaja untuk melakukan proses
penyesuaian diri secara efektif.
b) Kondisi sekolah. Kondisi sekolah yang sehat akan memberikan landasan kepada remaja
untuk dapat bertindak dalam penyesuaian diri secara harmonis.
c) Kelompok sebaya. Hampir setiap remaja memiliki teman-teman sebaya dalam bentuk
kelompok. Kelompok teman sebaya ini ada yang menguntungkan pengembangan proses
penyesuaian diri tetapi ada pula yang justru menghambat proses penyesuaian diri remaja.
d) Prasangka sosial. Adanya kecenderungan sebagian masyarakat yang menaruh prasangka
terhadap para remaja, misalnya memberi label remaja negatif, nakal, sukar diatur, suka
menentang orang tua dan lainlain, prasangka semacam itu jelas akan menjadi kendala
dalam proses penyesuaian diri remaja.
e) Hukum dan norma sosial. Bila suatu masyarakat benarbenar konsekuen menegakkan
hukum dan norma-norma yang berlaku maka akan mengembangkan remaja-remaja yang
baik penyesuaian dirinya.
Bab 3
Daftar Pustaka

Fani Kumalasari, L. N. (2012). Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan. Jurnal Psikologi PITUTUR 1 no
1, 23-24.

Khoirul Bariyyah Hidayati, M. F. (2016). Konsep Diri, Adversity Quotient dan Penyesuaian Diri pada
Remaja. Persona, Jurnal Psikologi Indonesia Vol. 5, No. 02,, 137-144.

Anda mungkin juga menyukai