Anda di halaman 1dari 8

TUGAS INDIVIDU

“ARTIKEL”

PENDIDIKAN KELUARGA BAGI REMAJA

DOSEN PENGAMPU :

Drs. Asradi M.M

Freddi Sarman, S.Pd., M.Pd

DIBUAT OLEH :

Repti Suci Sentri

(A1E118005)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITA JAMBI

2021
A. Pengertian penyesuaian diri

Ada banyak pendapat para ahli tentang Penyesuaian diri. Masing-masing dari
para ahli tersebut mempunyai defenisi yang berbeda-beda. Menurut Gerungan (2004)
menyatakan bahwa dalam arti yang luas penyesuaian diri merupakan upaya seseorang
untuk mengubah dirinya sesuai dengan keadaan lingkungan. Penguatan tersebut
bersumber dari dalam diri seseorang.
Menurut Schneiders (1964) penyesuaian diri adalah suatu proses yang
meliputi respon mental dan perilaku, dalam hal ini individu akan berusaha mengatasi
ketegangan, frustasi, kebutuhan, dan konflik yang berasal dari dalam dirinya dengan
baik dan menghasilkan derajat kesesuaian antara tuntutan yang berasal dari dalam
dirinya dengan dunia yang obyektif tempat individu hidup. Kemampuan setiap
individu tidaklah selalu sama. Ada yang mampu menyesuaikan diri tetapi ada juga
individu yang tidak mampu menyesuaikan diri.
Menurut Ali dan Asrori menyatakan bahwa penyesuaian diri merupakan suatu
proses yang mencakup respon-respon mental dan perilaku yang diperjuangkan
individu agar dapat berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan,
frustasi, konflik, serta untuk menghasilkan kualitas keselarasan antara tuntutan dari
dalam diri individu dengan tuntutan dunia luar atau lingkungan tempat diri individu
berada.
Remaja yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri akan menjadikan
remaja tidak dapat berkembang secara maksimal, baik dari segi ilmu pengetahuan
maupun dari segi kepribadian. Ini berarti remaja akan mengalami kegagalan dalam
hidup bermasyarakat, baik di sekolah maupun di lingkungan keluarga. Padahal
masyarakat adalah tempat belajar yang sesungguhnya. Masyarakat merupakan
laboratorium bagi remaja untuk menggali ilmu pengetahuan dan pengalaman praktis.
Dalam masyarakat, remaja akan berhadapan dengan tantangan hidup yang harus
diatasi. Tantangan ini akan menjadikan remaja lebih kreatif, adaptif, dan responsif
dalam hidup. Hal ini menunjukkan begitu luasnya dampak kegagalan penyesuaian diri
bagi kehidupan masa depan remaja.
Jadi dari kesekian banyak pendapat para ahli tentang penysuaian diri dapat
ditarik kesimpulan bahwa penyesuaian diri adalah suatu proses atau usaha yang
dilakukan oleh seseorang individu dilingkungan atau situasi yang baru yang
dikenalnya yang bertujuan untuk mencapai suatu hubungan yang harmonis antara
lingkungan yang baru dengan individu tersebut.

B. Penyesuaian diri yang baik


Seseorang dikatakan memiliki kemampuan penyesuaian diri yang baik (well
adjusted person) jika mampu melakukan respons-respons, memuaskan dan sehat.
Dikatakan efisien artinya mampu melakukan respon dengan mengeluarkan tenaga dan
waktu sehemat mungkin. Dikatakan sehat artinya bahwa respon tersebut yang
dilakukannya sesuai dengan hakikat individu, lembaga, atau kelompok antar individu,
dan hubungan antara individu dengan penciptanya.
Penyesuaian diri yang baik adalah individu yang telah belajar bereaksi
terhadap dirinya dan lingkungannya dengan cara-cara yang matang, efisien, matang,
serta dapat mengatasi konflik mental, frustasi, kesulitan pribadi dan sosial tanpa
menimbangkan perilaku simptomatik dan gangguan psikosomatik yang mengganggu
tujuan-tujuan moral, sosial, agama, dan pekerjaan.
Hal ini sejalan dengan pendapat Sunarto dan Hartono (Rumini dan Sundari,
2004;68) menyebutkan bahwa seseorang yang memiliki penyesuaian diri yang baik
yaitu : “tidak menunjukkan ketegangan emosi, tidak menunjukkan adanya mekanisme
psikologis, tidak adanya frustasi pribadi, memiliki pertimbangan rasional dan
pengarahan diri, mampu dalam belajar, menghargai pengalaman, bersikap realistis
dan objektif.

C. Karakteristik penyesuaian diri remaja


Tidak semua individu berhasil menyesuaiakan diri dan banyak rintangannya,
baik dari dalam maupun dari luar. Beberapa individu ada yang dapat melakukan
penyesuaian diri dengan cara positif, namun ada pula yang melakukan penyesuaian
diri yang salah.
Berikut ini penyesuian diri yang positif dan penyesuaian diri yang negatif.

a. Mereka tergolong mampu melakukan penyesuaian diri secarapositif


ditandai dengan hal-hal sebagai berikut :
1. Tidak menunjukkan adanaya ketegangan emosional yaitu apabila
ketika individu mampu menghadapi suatu masalah yang dihadapi
dengan tenang dan tidak menunjukkan tegangan, misalnya tanag,
ramah, senag, dan tidak mudah tersinggung.
2. Tidak menunjukan adanya frustasi pribadi yaitu individu tidak
menunjukkan perasaan cemas dan tegang pada situasi tertentu atau
situasi yang baru, misalnya percaya diri dan tidak mudah putus asa.
3. Memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri yaitu individu
mampu menunjukkan atau memiliki pilihan yang tepat dan logis,
individu menempatkan dan memposisikan diri sesuai dengan norma
yang berlaku, misalnya mempertimbangkan dahulu apa yang akan
dilakukan dan berhati-hati dalam memutuskan sesuat.
4. Mampu dalam belajar yaitu individu dapat mengikuti pelajaran yang
ada diseolah dan dapat memahami apa yang diperoleh dari hasil belajar
misalnya, senag terhadap pelajaran dan berusaha menyelesaikan tugas
yang diberikan oleh guru.
5. Menghargai pengalaman yaitu individu mampu belajar dari
pengalaman sebelumnya, dan individu dapat selektif dalam bersikap
apabila menerima pengalaman yang baik atau buruk, misalnya
belajardari pengalaman dan tidak melakukan kesalahan yang sama.
b. Penyesuaian diri secara negatif
Kegagalan dalam melakukan penyesuaian diri secara positif dapat
diakibatkan individu melakukan penyesuaian diri yang salah. Ada tiga
bentuk reaksi dalam penyesuaian diri yang salah yaitu :
1. Reaksi bertahan (Defence reaction)
Individu berusaha untuk mempertahankan dirinya seolah-olah tidak
menghadapi kegagalan. Ia selalu berusaha menunjukkan bahwa
dirinya tidak mengalami kegagalan.
2. Reaksi menyerang (Aggressisveracation)
Orang yang mempunyai penyesuaian diri yang salah menujukkan
tingkah laku yang bersifat menyerang untuk menutupi
kegagalannya, ia tidak mau menyadari kegagalannya.
3. Reaksi melarikan diri (escape reaction)
Reaksi ini orang yang mempunyai penyesuaian diri yang salah
akan melarikan diri dari situasi yang menimbulkan kegagalannya.
D. Faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri remaja
Menurut Schneiders ada lima faktor yang dapat (khusus remaja) adalah
sebagai berikut:

1. Kondisi Fisik
Sering kali kondisi fisik mempengaruhi kuat terhadap proses penyesuaian
diri remaj. Aspek-aspek yang berkaitan dengan kondisi fisik yang dapat
mempengaruhi penyesuaian diri remaja adalah sebagai berikut:
a. Hereditas dan kondisi fisik, dalam mengidentifikasi pengaruh hereditas
terhadap penyesuaian diri lebih digunakan kedekatan fisik karena
hereditas dipandang lebih dekat dan tak terpisahkan dari mekanisme
fisik.
b. Sistem utama tubuh, termasuk kedalam sistem utama tubuh yang
memeiliki pengeruh terhadap penyesuaian diri adalah sistem saraf,
kelenjar, dan otot.
c. Kesehatan fisik, penyesuaian diri seseorang akan lebih mudah
dilakukan dan dipelihara dalam kondisi fisik yang sehat dari pada yang
tidak sehat.
2. Kepribadian
Unsur-unsur kepribadian yang pendting pengaruh nya terhadap
penyesuaian diri adalah sebagai berikut:
a. Kemauan dan kemampuan untuk berubah (modifiability)
b. Pengaturan diri (self regulation)
c. Relisasi diri (self realization)
d. Intelegensi
3. Proses belajar (education)
Termasuk unsur-unsur penting dalam education atau pendidikan yang
mempengaruhi penyesuaian diri individu antara lain:
a. Belajar
b. Pengalaman
c. Latihan
d. Deteminasi diri
e. Lingkungan
4. Agama dan budaya
Agama berkaitan erat dengan faktor budaya agama memberikan
sumbangan nilai-nilai, keyakinan, praktik-praktik yang memberikan
makna yang sangat mendalam, tujuan, serta kestabilan dan keseimbangan
hidup individu. Agama secara konsisten dan terus menerus meningkatkan
manusia yang diciptakan oleh tuhan bukan sekedar nilai-nilai instrumental
sebagai mana yang dihasilkan oleh manusia.

E. Keberadaan orang tua dalam penyesuaian diri remaja


Keluarga pada hakekatnya merupakan satuan terkecil sebagai inti dari suatu
sistem yang ada di masyarakat. Sebagai satuan terkecil, keluarga merupakan
miniature dan emrio berbagai unsur sistem sosial manusia. Suasana keluarga yang
kondusif akan menghasilkan warga masyarakat yang baik karena di dalam keluarga
lah seluruh anggota keluarga belajar berbagai dasar kehidupan bermasyarakat. Dalam
lingkup keluarga yang dimaksud bagaimana tingkah laku individu dalam keluarga
berinteraksi dengan lingkunganya (baik dengan anggota keluarga sendiri maupun
anggota masyarakat lainnya).
Keluarga adalah unit terkecil didalam masyarakat terbentuk sebagai akibat
adanya perkawinan berdasarkan agama dan hukum yang sah. Dalam arti yang sempit,
keluarga terdiri dari ayah, ibu (dan anak) dari hasil perkawinan tersebutan. Sedangkan
dalam arti luas, keluarga dapat bertambah dengan anggota kerabat lainnya seperti
sanak keluarga dari kedua belah pihak (suami dan istri) maupun pembantu rumah
tangga dan kerabat lain yang ikut tinggal dan menjadi tanggung jawab kepala
keluarga (ayah).
Kehidupan keluarga pada dasarnya mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Pembinaan nilai-nilai norma agama serta budaya.


2. Memberikan dukungan afektif, berupa hubungan kehangatan, mengasihi
dan dikasihi, mempedulikan dan dipedulikan, meberi motivasi, saling
menghargai, dan lain-lain.
3. Pengembangan pribadi, berupa kempuan mengendalikan diri baik fikiran
maupun emosi, mengenal diri sendiri maupun orang lain. Pembentukan
kepribadian, melaksanakan peran, fungsi dan tanggung jawab sebagai
anggota keluarga, dan lain-lain.
4. Penanaman kesadaran atas kewajiban, hak dan tanggung jawab individu
terhadap dirinya dan lingkungan sesuai ketentuan dan norma-norma yang
berlaku di masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Gerungan, 2004. Psikologi sosial. Bandung. Refika Aditama.

Schneiders. (1964). Personal Adjustment and Mental Health. New York : Holt, Reinhart &
Winston Inc.

Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja. ( Jakarta : Bumi Aksara : 2006 ).

Rumini. dan Sundari. 2004.Perkembangan Anak Dan Remaja. Jakarta : Rineka Cipta.

Sunarto dan Agung Hartono, Perkembangan Peserta didik (Jakarta : Rineka Cipta, 2002).

Al-Mighwar, Psikologi Remaja (Solo : Pustaka Setia, 2011).

Agustiani Hendrianti Dr. 2006. Psikologi perkembangan ; Pendekatan Ekologi Kaitanya


dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja. PT Refika Aditama tahun 2006
hal. 29.

Ali M & Asrori M., 2004, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Penerbit Bumi
Aksara, Jakarta

Haditono, Siti Rahayu, Knoers dan Monks. 1994, Psikologi Perkembangan ; Pengantar dan
Berbagai Bagiannya. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Heidier Marilla, 2009, Kebutuhan Sosial Psikologi Remaja.


http://one.indoskripsi.com/node/9319.

Anda mungkin juga menyukai