Anda di halaman 1dari 19

KESEHATAN MENTAL BERDASARKAN PERSONAL

ADJUSMENT

OLEH :

NUR IHSAN AL QADRI (1671042044)

NUR FITRI RAMADANI (1971040002)

NUR HIKMAH (1971041008)

NURUL IZZAH (1971040064)

NURUL ISTIQAMAH (1971042067)

NURBAIYANA (19710420 )

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2019/2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku mansuia
dan salah satu cabangnya membahas mengenai kesehatan mental. Salah satu
hal yang menandakan bahwa indibidu sehat mentalnya adalah apakh dia
mampu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya atau tidak.
Penyesuaian diri yang baik bukan hanya tentang cepatnya individu
beradaptasi dengan lingkungannya, tetapi juga mengenai bagaimana individu
untuk berbuat yang terbaik dan mengoptimalkan segala potensi yang
dimilikinya.

Jika seseorang tidak mampu untuk melakukan penyesuaian diri, hal ini dapat
mempengaruhi bagaimana dia mengatasi dan menguasai kebutuhan-
kebutuhan dalam dirinyam ketegangan – ketegangan, rasa frustasi yang
berlebih, dan konflik – konflik yang ada di dalam hidupnya. Apa bila hal –
hal yang disebutkan diatas tidak diatasi dalam waktu yang cepat bisa saja hal
ini mengarah ke patologi (gangguan jiwa)

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud personal adjusment ?
2. Apa yang dimaksud malajusment?

C. Tujuan penulisan
1. Mengetahui segala hal yang berkitan dengan personal adjusemnt
2. Mengetahui apa itu maladjusment
D. Manfaat penulisan
1. Memberikan informasi kepada pembaca tentang personal adjustment
2. Memberikan informasi kepada pembaca tentang faktor apa yang yang
melatarbelakangi personal adjustment
3. Untuk memberikan informasi mengenai aspek-aspek personal adjustment
4. Agar pembaca memahami karakteristik personal adjustment
5. Agar pembaca memahami bentuk dari personal adjustment
6. Memberikan pemahaman kepada pembaca bagaimana malajusment
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. PERSONAL ADJUSMENT

1. Defenisi Personal adjusment


Personal adjusmen adalah suatu hubungan harmonis dengan lingkungan
yang mengakibatkan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan-
kebutuhan terpenting dan menghadapi tuntutan baik secara fisik dan
sosial (Dewi, 2012).
Menurut Duffy dan Atwert (20550 berpandangan bahwa personal
adjustment adalah proses psikososial, dimana individu berperan dalam
mengelola tuntutanhidup sehari-hari dengan memodifikasi diri atau
memodifikasi lingkungan.
Menurut Schneiders (1964) personal adjustment adalah suatu proses
yang melibatkan respon-respon mental dan perbuatan individu dalam
upaya memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan mengatasi ketegangan,
frustrasi dan konflik dengan memerhatikan norma yang ada.
Menurut Mappiare (1982) penyesuaian diri merupakan suatu usaha
yang dilakukan agar dapat diterima oleh kelompok dengan jalan
mengikuti kemauan kelompoknya. Seorang individu dalam melakukan
penyesuaian diri lebih banyak mengabaikan kepentingan pribadi demi
kepentingan kelompok agar tidak dikucilkan oleh kelompoknya.
Sedangkan (Kartono, K, 2000) menyebutkan penyesuaian diri adalah
usaha manusia untuk mencapai harmoni pada diri sendiri dan pada
lingkungan, sehingga rasa permusuhan, dengki, iri hati, prasangka,
depresi, kemarahan dan lain-lain emosi negatif sebagai respon pribadi
yang tidak sesuai dan kurang efisien bisa dikikis habis.
Schneiders (dalam Ali dan Asrori, 2006) memberikan pengertian
penyesuaian diri yaitu suatu proses yang melibatkan respon-respon
mental dan tingkah laku dimana individu berusaha menanggulangi
kebutuhan-kebutuhan dalam diri, tekanan, frustasi dan konflik serta
mempengaruhi tingkat keselarasan antara tuntutan dalam diri individu
dengan tuntutan-tuntutan tugas dari dunia luar atau lingkungan dimana
individu berada.

2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYESUAIAN


DIRI
Sukses atau tidaknya remaja melakukan penyesuaian diri dipengaruhi
oleh dua faktor yaitu faktor dari dalam diri (internal) dan faktor dari luar
(eksternal). Faktor dari dalam diri misalnya keadaan fisik, herediter, dan
kematangan (misal meliputi: emosional, intelektual, sosial) sedangkan
faktor dari luar misalnya dukungan sosial dan budaya (Schneiders, dalam
Friedlander, Laura, Reid, Graham, Naomi, & Cribbie, 2007). Schneiders
(1964), menganggap ada beberapa faktor yang memengaruhi proses
personal adjusment, yaitu :
a. Keadaan fisik
1) Hereditas dan Konstitusi Fisik
Ada peluang besar ketidaksesuaian yang bersifat mendasar
misalnya periang, sensitif, pemarah dan lain-lain yang umumnya
ditentukan secara genetic, yang bermakna keadaan hereditas
terhadap penyesuaian diri, meski tidak langsung. Konstitusi tubuh
yang memberikan efek terhadap penyesuaian diri yaitu intelegensi
dan imajinasi

2) Sstem utama tubuh


Fungsi yang sesuai dari system syaraf adalah keadaan yang
dibutuhkan dalam personal adjustment yang baik. Mana bila yang
terjadi sebaliknya, maka ketidaksesuaian pada system syaraf akan
berakibat pada keadaan mental kemudian akibatnya personal
adjustment yang kurang baik.

3) Kesehatan fisik
Keadaan fisik yang prima bisa memunculkan penerimaan diri,
percaya diri, harga diri dan lain-lain yang menjadi keadaan yang
begitu berpengaruh terhadap proses personal adjustment.

b. Kepribadian
1) Modifiability
Modifiability adalah karakteristik kepribadian yang akan
memberikan efek pada personal adjustment. Modifiability akan
berkembang dengan melalui proses belajar dengan telaten,
namun, bila individu dalam proses belajar tidak telaten dan hanya
bermain-main maka modifiabilitynya juga tidak akan
berkembang.

2) Self-regulation
Self regulation memegang peranan penting dalam proses personal
adjustment dan penjagaan stabilitas mental, kemampuan dalam
mengontrol dan mengarahkan diri. Kondisi menyimpang yang
dilakukan individu dapat diatasi melalui kemampuan self
regulation.

3) Self realization
Proses personal admusment dan pemerolehan hasill secara
bertahao sangat kuat hubungannya dengan perkembangan
kepribadiaan. Apabila perkembangan kepribadian berjalan normal
selama masa kanak-kanak dan remaja., dalam proses itu
terkandung potensi laten yang berbentuk sikap, tanggung jawab,
penghayatan, nilai-nilai, penghargaan diri dan lingkungan. Yang
dimana secara keseluruhan merupakan bagian terpenting dalsm
self realization.

c. Intelegensi
Intelegensi begitu berpengruh terhadap perkembangan konsep, prinsi
dan tujuan yang juga mengambil andil dalam proses personal
adjustment.

d. Proses belajar
1) Belajar
Kemampuan belajar adalah bagian penting pada personal
adjustment hal ini karena respon-respon dan sifat-sifat
kepribadian yang dibutuhkan dalam proses personal adjustment
didapatkan dengan proses belajar. Perbedaan cara personal
adjustment dari normal hingga tidak normal adalah produk dari
perubahan yang dipengaruhi dalam proses belajar dan
kematangan.

2) Pengalaman
a) Pengalaman yang menyehatkan (salutary Experience)
Pengalaman yang dialami sebagai sesuatu yang memberikan
sensasi yang baik untuk dirinya. Sehingga individu akan
mengulang kembali pengalaman tersebut yang kemudian
dibarikan saat individu harus personal adjustment dengan
lingkungan yang baru

b) Pengalaman traumatic (Traumatic Experience)


Pengalaman yang dialami oleh individu sebagai hal
memberikan sensasi menyenangkan dan tidak menyenangkan.
Individu yang merasakan pengalaman ini biasanya ragu-ragu,
kurang percaya diri, dan mengalami hampabat dalam
personal adjustment dengan lingkungan baru.

3) Latihan
Latihan diartikan sebagai proses belajar yang diproyeksikan pada
perkembangan keterampilan atau kebiasaan.. personal adjustment
sebagai proses yang kompleks yang mewadahi proses-proses
psikologis dan sosiologis yang membutuhkan latihan untuk
memperoleh personal adjustment yang baik.

4) Determinasi diri
Faktor deteminasi adalah faktor yang kuat yang bisa dipakai
dalam hal positif maupun negative untuk meraih personal
adjustment dengan suskses dalam menghancurkan diri sendiri.
Determinasi diri pada seseorang dapat dilakukan secara bertahap
dalam mengatasi dampak yang buruk.

e. Lingkungan
1) Lingkungan keluarga
Segala permasalahan yang dihadapi individu dapat terselesaikan
bila individu dirawat dan dibesarkan dlaalm lingkungan keluarga
yang memberikan keamanan, cinta, peduli, toleransi diri dan
kehangatan atau dengan kata lain saat inidividu dibesarkan dalam
lingkungan keluarga yang menjalankan tugas keluarga dengan
baik. Kelekatan dengan keluarga adalah kebutuhan mendasar
untuk pekrmbangan jiwa individu. Banyak orang tua yang
menyadari hal itu, namun mengabaikannya karna menurutnya
memenuhi kebutuhan finansial anak adalah hal terpenting dalam
menjamin kehidupan anak kedepannya. Kondisi seperti ini
terkadang anak meresponnya yaitu dengan merasa tidak
diinginkan atau diabaikan. Saat kondisi ini terus berlangsung
dalam waktu yang lama, maka akan berakibat pada kemampuan
individu dalam personal adjustment.
Dalam lingkungan keluarga, individu banyak mendapatkan
pembelajaran, mislanya memperlajari bagaiamana adat dan
kebiasaan yang baik, belajar untuk tidak eois dan lain-lain.
Pemebalaran ini didpatkan sebelum anak mengenal dunia luar.

2) Lingkungan sekolah
Sekolah tidak hanya sebagai wadah untuk memperoleh
pengetahuan dan informasi saja bagi siswa, namun juga sebagai
wadah dalam mengemban tanggung jawab dalam lingkup
pendidikan yang lebih luas. Sama dengan tenaga pengajar,
tugasnya tidak hanya serta merta mengajar namun juga sebagai
pendidik yang berperan penting dalam membentuk masa depan.
Ini merupakan langkah awal bagaimana individu melakukan
personal adjustment dengan lingkungannya.
Proses pendidikan adalah pembentukan adjustment antara
individu dengan nilai-nilai yang menurupkan tuntutan dari
lingkungan sesuai dengan kepengtingan perkembangan dan
spiriual individu.

3) Lingkungan masyarakat
Konsistensi niali-nilai, aturan, norma dan perilaku masyarakat
akan dikenali oleh individu yang berada daalam masyarakat
ehingga akan berefek pada proses perkembangan self aadjusment.

f. Agama dan budaya


Agama berhubungan kuat dengan budaya., dimana agama
memberikan sumbangsi terhadap nilai-nilai, kepercayaan dan praktik
yang memberi arti mendalam, tujuan, sertakestabilan dan
kesimbangan hidup individu. Sama dengan agama, budaya juga
memegang penanan penting dalam proses personal adjustment pada
individu ,hal ini dapat ditemukan dalam lingkungan kularga dan
sekolah.
Kemudian, Menurut Soeparwoto, dkk (2004) faktor penyesuaian
diri dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal, meliputi yaitu Motif, yaitu motif-
motif sosial seperti motif berafiliasi, motif berprestasi dan motif
mendominasi. Konsep diri remaja, yaitu bagaimana remaja
memandang dirinya sendiri, baik ari aspek fisik, psikologis, sosial
maupun aspek akademik. Remaja dengan konsep diri tinggi akan
lebih memiliki kemampuan untuk melakukan penyesuaian diri yang
menyenangkan dibanding remaja dengan konsep diri rendah, pesimis
ataupun kurang yakin terhadap dirinya. . Persepsi remaja, yaitu
pengamatan dan penilaian remaja terhadap objek, peristiwa dan
kehidupan, baik melalui proses kognisi maupun afeksi untuk
membentuk konsep tentang objek tertentu. Sikap remaja, yaitu
kecenderungan remaja untuk berperilaku positif atau negatif. Remaja
yang bersikap positif terhadap segala sesuatu yang dihadapi akan
lebih memiliki peluang untuk melakukan penyesuaian diri yang baik
dari pada remaja yang sering bersikap negatif. Intelegensi dan minat,
intelegensi merupakan modal untuk menalar. Manganalisis, sehingga
dapat menjadi dasar dalam melakukan penyesuaian diri. Ditambah
faktor minat, pengaruhnya akan lebih nyata bila remaja telah
memiliki minat terhadap sesuatu, maka proses penyesuaian diri akan
lebih cepat. Kepribadian, pada prinsipnya tipe kepribadian ekstrovert
akan lebih lentur dan dinamis, sehingga lebih mudah melakukan
penyesuaian diri dibanding tipe kepribadian introvert yang cenderung
kaku dan statis.
Sedangkan faktor eksternal yaitu, Keluarga terutama pola asuh
orang tua. Pada dasarnya pola asuh demokratis dengan suasana
keterbukaan akan lebih memberikan peluang bagi remaja untuk
melakukan proses penyesuaian diri secara efektif. Kemudian, kondisi
sekolah. kondisi sekolah yang sehat akan memberikan landasan
kepada remaja untuk dapat bertindak dalam penyesuaian diri secara
harmonis. Selanjutnya aldaha kelompok sebaya, hampir setiap remaja
memiliki teman-teman sebaya dalam bentuk kelompok. Kelompok
teman sebaya ini ada yang menguntungkan pengembangan proses
penyesuaian diri tetapi ada pula yang justru menghambat proses
penyesuaian diri remaja. Kemudian, prasangka sosial, adanya
kecenderungan sebagian masyarakat yang menaruh prasangka
terhadap para remaja, misalnya memberi label remaja negatif, nakal,
sukar diatur, suka menentang orang tua dan lainlain, prasangka
semacam itu jelas akan menjadi kendala dalam proses penyesuaian
diri remaja. Serta hukum dan norma sosial, bila suatu masyarakat
benarbenar konsekuen menegakkan hukum dan norma-norma yang
berlaku maka akan mengembangkan remaja-remaja yang baik
penyesuaian dirinya.

3. ASPEK – ASPEK PERSONAL ADJUSMENT


Menurut Alberlt & Emmons dalam Pramadi (1996) ada empat aspek
dalam penyesuaian diri, yaitu:
a. Aspek self knowledge dan self insight, yaitu kemampuan mengenal
kelebihan dan kekurangan diri. Kemampuan ini harus ditunjukkan
dengan emosional insight, yaitu kesadaran diri akan kelemahan yang
didukung oleh sikap yang sehat terhadap kelemahan tersebut.

b. Aspek self objectifity dan self acceptance, yaitu apabila individu telah
mengenal dirinya, ia bersikap realistik yang kemudian mengarah pada
penerimaan diri.

c. Aspek self development dan self control, yaitu kendali diri berarti
mengarahkan diri, regulasi pada impuls-impuls, pemikiranpemikiran,
kebiasaan, emosi, sikap dan tingkah laku yang sesuai. Kendali diri
bisa mengembangkan kepribadian kearah kematangan, sehingga
kegagalan dapat diatasi dengan matang.

d. Aspek satisfaction, yaitu adanya rasa puas terhadap segala sesuatu


yang telah dilakukan, menganggap segala sesuatu merupakan suatu
pengalaman dan bila keinginannya terpenuhi maka ia akan merasakan
suatu kepuasan dalam dirinya.

4. BENTUK-BENTUK PERSONAL ADJUSMENT


Menurut Gunarsa (Sohur,2003) menurutnya bentuk personal adjustment
dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok yaitu:
a. Adaptive
Bentuk personal adjustment ini juga dengan dengan adaptasi, yang
sifatnya badani. Hal ini berarti, perubahan-perubahan dalam proses
badani dalam beradaptasi terhadap tuntutan lingkungan. Adaptasi
adalah proses yang terbentuk sesuai dengan hubungan individu
terhadap lingkungan sosialnya, yang dituntut individu , bukan hanya
mengubah responnya dalam bentuk sikap untuk kebutuhan dirinya
baik internal maupun eksternal. Pada temapt ia hidup. Namun,
individu juga dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan orang-
orang dan berbagai kegiatan diluar.

b. Adjustive
Bentuk personal adjustment yang berkaitan dengan kondisi psikis
individu., secara tidak langaung penyesuaian ini berkaitan dengan
bagaimana respon tingkat laku seseorang. . sebagian besar tingkah
laku manusia diakibatkan oleh hal-hal psikis lainnya, kecuali gerakan
reflek atau gerakan yang sudah biasa dilakukan.
5. PROSES SELF ADJUSTMENT
Menurut Gunarsa (Sobur,2003) menganggap bahwa proses personal
adjustment menurut Scheneider (dalam Ali, 2006), 3 tiga unsur yang
berpengaruh yakni
a. Motivasi
Motivasi bisa diasumsikan sebagai pokok utama dalam mengetahui
proses personal adjustment. Motivasi adalah kebtuhan yang
dibutuhkan dalam diri individu. Umpan balik dari personal
adjustment positif maupun negative, bisa diasumsikan sebagai sebuah
usaha individu dalam menyelamatkan diri dari ketegangan dan
menjaga keseimbangan dalam diri individu.

b. Respon terhadap kenyataan


Respon yang sehat begitu dibutuhkan dalam proses personal
adjustment yang baik. Beberapa respon seperti perilaku anti-sosial ,
kurangnya minat terhadap hiburan, dan siakp negative lainnya begitu
berpengaruh terhadap relasi antara personal adjustment dengan
kenyataan.
Berbagai tuntuan kenyataan yang begitu banyak, bila individu
tidak mampu terhadap kondisi ini maka akan menimbulkan konflik ,
tekanan hingga frustrasi. Maka dari itu, individu sebagaiknya mencari
langkah terbaik untuk menghadapi sistuasi ini.

6. KARAKTERISTIK PERSONAL ADJUSMENT YANG BAIK


Menurut Schneiders, kriteria individu dengan personal adjustment yang
baik dibagi menjadi 16, (Sari, Tjalla, Karsih.2014) yakni : Pertama,
Self–knowledge and insight , kita mengetahui dan menyadari tentang
diri kita. Kedua,Self–Objectivity and Self-Acceptance, kita memandang
diri kita secara objektif dan dapat menerimanya. Ketiga, Self–Control
and Self-Development, adanya pengontrolan diri dan pengembangan
terhadap diri kita. Keempat, Personal Integration, memiliki integritas
dalam diri kita. Kelima, Defined Goals and Goal Direction, dimana kita
menetapkan apa tujuan kita dan bagaimana strategi untuk mencapainya.
Keenam, Perspective, scale of values, philosophy of life, kita
memiliki perspektif, nilai-nilai dan filosofis akan kehidupan. Ketujuh,
Sense of humor, kita memiliki rasa humor. Kedelapan, Sense of
responsibility, kita memiliki rasa bertanggung jawab terhadap sesuatu.
Kesembilan, Maturity of response, kita cukup mampu untuk merespon
sesuatu. Kesepuluh, Development of worth–while habits, kita dapat
mengembangkan suatu kebiasaan yang baik dan Adaptability, kita dapat
melakukan penyesuaian terhadap sesuatu, serta Freedom from disabling
or symptomatic response, kita bebas untuk merspon terhadap sesuatu.
Selanjutnya, Ability to get along with and take an active inter-est in other
people, kemampuan kita untuk berinteraksi dengan orang lain dan
beraktivitas dengan mereka. Kemudian, Wide range of interest in work
and play, kita dapat menyeimbangkan antara bekerja dan bermain. Lalu,
Satisfaction in work and play , kita dapat memutuskan apakah
sekarang lebih baik bekerja atau bermain dan Adequate orientation to
reality, kita berorientasi pada realita bukan kepada angan-angan.

Kemudian,lanjutnya lagi adapun karakteristik Adjustment yang baik


menurut Schneiders yaitu:
a. Absence of excessive emotionality, yaitu dimana penyesuaian diri
yang normal ditandai dengan emosinya tidak berlebihan dan tidak
terdapat gangguan di dalamnya
b. Absence of Psychological Mechanism, ditandai dengan seseorang
tidak memberikan pembelaan secara berlebihan
c. Absence of sense personal frustration, adanya perasaan frustasi dalam
diri kita sehingga membuat kita sulit untuk bereaksi terhadap situasi
atau masalah yang dihadapinya
d. Rational deliberation and self direction, jika kita tidak mampu untuk
mempertimbangkan suatu masalah secara rasional maka kita akan
mengalami kesulitanpenyesuaian
e. Ability to learn. Melalui belajar secara terus menerus maka individu
akan mengembangkan dirinya untuk mengatasi masalah tersebut
f. Utilization of past experience. Kita belajar dari pengalam kita, agar
saat kita mengalami permasalahan yang sama maka kita akan
mengetahui cara menyelesaikannya
g. Realitic objective attitude. Kita dapat menilai sesuatu masalah secara
objektif.

B. PENGERTIAN MALADJUSMENT
Maladjustment adalah ketidakmampuan seseorang dalam melakukan self
adjument yang baik. Sesuai dengan penelititan yang dilakukan oleh Kusyadi,
Halimah dan Faisal (2011) mendapatkan hasil bahwa faktor yang
mempengaruhi siswa dalam ketidakmampuannya melakukan self adjument
yang baik karena pola asuh orang tua. Menurutnya, Individu yang diasuh
dengan pola authoritarian, indulgent maupun neglectful berakbiat pada
individu tidak mampu melakukan personal adjustment dengan baik. Individu
yan diasuh dengan pola authoritarian mempunyai kontrol yang kurang untuk
lingkungannya, sehingga individu menganggap bahwa terjebak dan marah,
dan juga sukar dalam mengeskpresikannya. Efeknya, membuat anak menjadi
tidak bahagia, penuh dengan masalah dan umumnya memperlihatkan perilaku
neurotic sehingga sukar baginya dalam melakukan personal adjustment yang
baik dengan lingkungan sosialnya. Kemudian individu yang idbesarkan
dengan pola asuh indulgent mendapatkan kesempatan dan kebebasan secara
bebas dalam menunjukan segala kemauananya dan pendapatnya., namun
orang tua tidak memberikan arahan atau hukuman terhadap kekeliruan anak.
Sehingga memberikan efek ketidakmampuan anak dalam menerima
kegagalan dan nilai-nilai dalam masyarakat, memperlihatkan tingkah laku
yang mengarah pada agresif, egois, sehingga membuat dirinya sukar dalam
proses personal adjustment dengan lingkungan sosialnya. Sedangkan anak
yang berasal dari keluarga indulgent akan merasa tidak diterima dan tidak
diberikan atensi oleh orang tuanya., hal ini karena mereka diberikan
kebebasan dalam bertidak tanpa adanya bimbingan dan pengarahan. Karna
hal ini, anak biasanya bertingkah laku agresif, menyimpang dan tidak mau
melakukan tuntutan orang dewasa dan lingkungan sosialnya
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Personal adjustment merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan diri
terhadap lingkungan utnuk yang mengakibatkan kemampuan untuk
mengatasai ketegangan,frustasi,dan konflik agar diterima dalam suatu
kelompok atau masyarakat. Ada beberapa factor yang mempengaruhi
personal adjusmen ialah keadaan
fisik,kepribadian,intelegensi,lingkungan,agama dan budaya. Faktor
penyesuaian diri juga dikelompokkan menjadi dua yaitu factor internal
meliputi motif dan eksternal meliputi keluarga terutama pola asuh orangtua.
Terdapat empat aspek dalam penyesuaian diri yaitu; Aspek satisfaction, self
objectifity dan self acceptance, self development dan self control, dan
satisfaction Bentuk personal adjustment ini juga dengan dengan adaptasi,
yang sifatnya badani. Hal ini berarti, perubahan-perubahan dalam proses
badani dalam beradaptasi terhadap tuntutan lingkungan dan juga bentuk
personal adjustment yang berkaitan dengan kondisi psikis individu., secara
tidak langaung penyesuaian ini berkaitan dengan bagaimana respon tingkat
laku seseorang.

Maladjustment merupakan ketidakmampuan seseorang dalam melakukan


self adjument yang baik hal ini karena mereka diberikan kebebasan dalam
bertidak tanpa adanya bimbingan dan pengarahan. Karna hal ini, anak
biasanya bertingkah laku agresif, menyimpang dan tidak mau melakukan
tuntutan orang dewasa dan lingkungan sosialnya.
B. SARAN
Demikianlah pokok bahasan yang dapat kami paparkan. Besar harapan
pembaca dapat memahami dan mengimplementasikaN personal adjustment
dalam kehidupan sehari-hari agar dapat melakukan kehidupan yang lebih baik
dan juga sejahtera dalam lingkungan masyarakat ataupun kelompok.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, K. S. (2012). Buku ajar kesehatan mental.

Kumalasari, F., & Ahyani, L. N. (2012). Hubungan antara dukungan sosial


dengan penyesuaian diri remaja di panti asuhan. Jurnal Psikologi:
PITUTUR, 1(1), 19-28.

Universitas Psikologi.2018.Penyesuaian Diri : Teori, Pengertian/Defenisi, Faktor,


Proses, Bentuk, Penyesuaian Diri yang Baik atau Buruk

Pritaningrum, M., & Hendriani, W. (2013). Penyesuaian diri remaja yang tinggal
di Pondok Pesantren Modern Nurul Izzah Gresik pada tahun pertama. Jurnal
Psikologi Kepribadian dan Sosial, 2(3), 134-143.

Kusdiyati, S., & Halimah, L. (2011). Penyesuaian diri di lingkungan sekolah pada


siswa kelas XI SMA pasundan 2 bandung. Universitas Ahmad Dahlan.

Sari, J. F., Karsih, K., & Tjalla, A. (2014). Hubungan antara Penyesuaian Diri
dengan Kecenderungan Perilaku Cyber Bullying pada Siswa Kelas Viii Smp
Labschool Jakarta Tahun Ajaran 2013-2014. INSIGHT: Jurnal Bimbingan
Konseling, 3(1), 70-76.

Wardhani, M. K., Rahayu, M. S., & Rosiana, D. (2012). Hubungan Antara


“Personal Adjustment” Dengan Penerimaan Terhadap Anak Berkebutuhan
Khusus pada Ibu yang Memiliki Anak Berkebutuhan Khusus di RSUD X.
Prosiding SNaPP: Sosial, Ekonomi dan Humaniora, 3(1), 49-54.

Anda mungkin juga menyukai