Anda di halaman 1dari 5

MATERI PENYESUAIAN DIRI

A. Pengertian Penyesuaian Diri


Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment atau
personal adjustment. Hurlock (dalam Gunarsa & Gunarsa, 2004, p. 93) penyesuaian diri
adalah subjek yang mampu menyesuaikan diri kepada umum atau kelompoknya dan orang
tersebut memperlihatkan sikap dan perilaku yang menyenangkan, berarti orang tersebut
diterima oleh kelompok dan lingkungannya. Semua makhluk hidup secara alami telah
dibekali kemampuan untuk menolong dirinya sendiri dengan cara beradaptasi dengan
keadaan lingkungan alam untuk bertahan hidup, dalam istilah psikologi penyesuaian diri
disebut juga dengan istilah adjustment (Enung, 2006 : 194).
Dalam buku Patterns of adjustment, Lazarus (1969) menyatakan bahwa “adjustment
consist of psychological process by means of which the individual manages or copes with
various demand on pressures”. Adjustment/penyesuaian diri adalah proses psikologi yang
merupakan alat bagi individu untuk mengatur atau mengatasi tekanan dan tuntutan.

B. Macam-macam
Macam-Macam Penyesuaian Diri
1. Penyesuaian yang baik (good adjustment)
Menurut Abe Arkoff (1968) dalam bukunya adjustment and mental health, "a person
who has made good adjustment or one who is called mental health demonstrates
patterns of behavior or person characteristics which are valued or considered
considerable" (Arkoff, 1968 h. 206). Seseorang yang mempunyai pola penyesuaian diri
yang baik atau orang yang disebut sebagai orang yang sehat mentalnya menunjukan
pola tingkah laku atau karakteristik yang sesuai dengan yang diinginkannya.
Adapun kriteria penyesuaian diri. Yang pertama yaitu mempunyai persepsi yang
akurat terhadap realitas. Persepsi yang akurat terhadap kenyataan ini merupakan syarat
munculnya penyesuaian diri yang baik, persepsi ini biasanya diwarnai dengan keinginan
dan motivasi. Untuk mencapai hal tersebut dalam kehidupan sehari-hari individu pada
kenyataannya harus memodifikasi tujuan yang ingin dicapainya sehingga ia dapat
mencapai tujuan tersebut. Sehubungan dengan itu aspek yang terpenting bagi individu
adalah kemampuan individu untuk mengenali konsekuensi dari tindakannya dan
kemampuan mengarahkan tingkah lakunya sehingga sesuai dengan norma yang ada
dalam lingkungannya.
Yang kedua yaitu kemampuan mengatasi stress dan kecemasan. Dalam kehidupan
sehari-hari biasanya setiap individu akan menghadapi suatu masalah. Masalah yang
dihadapi tersebut ada yang dapat terselesaikan dengan mudah dan ada yang tidak dapat
diselesaikan dengan mudah, dan ketika masalah yang dihadapinya sulit untuk
terselesaikan maka biasanya akan menimbulkan stress, dan apabila individu tersebut
tidak dapat mengatasi stress yang datang maka ia dapat disebut dengan individu yang
kurang dapat menyesuaikan diri.
Kriteria yang ketiga yaitu memiliki citra diri positif. Citra diri merupakan salah satu
indikator dari penyesuaian diri, dan persepsi merupakan salah satu indikator dari citra
diri, ketika persepsi tidak disetujui dan individu tidak mampu mengharmonisasikan
persepsi tersebut maka ia akan menjadi maladjustment tetapi apabila individu tersebut
dapat mengharmonisasikan persepsi tersebut maka ia dapat dikatakan sebagai orang
yang mampu menyesuaikan diri.
Yang keempat yaitu kemampuan mengekspresikan perasaan. Dalam
mengekspresikan perasaannya biasanya individu yang mempunyai pola penyesuaian diri
yang baik mampu mengontrol emosi atau perasaannya sehingga apabila ia bergembira
ia pun tidak terlalu larut dalam kegembiraan dan begitu juga sebaliknya apabila ia
bersedih ia pun tidak terlalu larut dalam kesedihannya. Biasanya orang seperti ini
mempunyai kontrol diri yang baik, yang tidak mengontrol secara berlebihan dan tidak
juga membiarkan dirinya tanpa kontrol sama sekali.
Yang kelima yaitu mempunyai hubungan interpersonal yang baik. orang yang
mempunyai pola penyesuaian diri yang baik akan mampu mencapai keakraban yang
mudah dalam hubungannya dengan kelompok sosial. Dan biasanya ia mampu membuat
orang lain merasa nyaman ketika berinteraksi dengannya dan dia pun akan merasa
nyaman bila berinteraksi dengan individu atau kelompok sosial yang lainnya. (Haber dan
Ruyon 1984; Nita Pandriani Nainggolan, 2000 h. 26-28)

2. Maladjustment
Menurut Buss seperti yang dikutip Adam E. Henry (1972) dalam bukunya psychology
of adjustment, ada beberapa kriteria dalam menentukan penyesuaian yang buruk yaitu
discomfort, bizarreness, dan inefficiency.
Discomfort atau ketidaknyamanan dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara
lain indisposition, worry, depresion dan lain sebagainya. Kurang enak badan atau
indisposition dapat disebabkan oleh rasa lelah, sakit, mual dan rasa muak yang
disebabkan oleh faktor biologis atau faktor lainnya. Kecemasan atau worry dapat
disebabkan oleh rasa takut yang tidak realistis, khawatir akan masa depan yang tidak
pasti dan gelisah. Depresi atau depresion dapat disebabkan oleh berbagai sebab antara
lain gagal dalam ujian, kekacauan dalam menangani pekerjaan atau bisa juga disebabkan
oleh kehilangan seseorang yang dicintai.
Bizarreness are unusual deviation from social norm or reality, perilaku yang ganjil
adalah tingkah laku yang menyimpang dari norma sosial dan kenyataan. Beberapa
penyakit yang menyimpang atau yang termasuk dalam bizarreness antara lain adalah
delusi, halusinasi, amnesia, phobia serta kompulsif termasuk juga diantaranya kenakalan
remaja yang kronis atau chronic delinquency dan penyimpangan seksual.
Ineficiency atau ketidakberdayaan, banyak cara bagi individu untuk menyelesaikan
masalahnya, dan banyak pula pola respon yang tercipta dalam mengerjakan
masalahnya. Terkadang pola respon tertentu kurang praktis sehingga masalah tidak
dapat terselesaikan. Ketidakberdayaan dalam menyelesaikan masalah secara ekstrim
dianggap abnormal oleh lingkungan sosial. Ada dua cara dalam mengukur ketidak
berdayaan seseorang yaitu membandingkan potensi individu dengan kemampuannya
dan membandingkan kemampuannya dengan tugas yang diembannya (Adam E. Henry,
1972).
Yang dimaksud maladjustment di sini bukan berarti individu tersebut tidak dapat
menyesuaikan diri sama sekali, sebenarnya dia dapat menyesuaikan diri namun tidak
seperti kebiasaan orang normal sehingga orang lain menganggap dia mempunyai pola
penyesuaian diri yang buruk.

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri (Schneiders, 1964)


a. Kondisi Fisik
Seringkali kondisi fisik berpengaruh kuat terhadap proses penyesuaian diri remaja.
Aspek-aspek yang berkaitan dengan kondisi fisik yang dapat mempengaruhi
penyesuaian diri remaja adalah hereditas dan konstitusi fisik, sistem utama tubuh dan
kondisi fisik.
b. Kepribadian
Unsur-unsur kepribadian yang penting pengaruhnya terhadap penyesuaian diri adalah
kemauan dan kemampuan untuk berubah, pengaturan diri (self- regulation), realisasi
dirri (self- realization), dan intelegensi.
c. Edukasi/pendidikan
Unsur-unsur penting dalam edukasi/pendidikan yang dapat mempengaruhi seseorang
dalam melalui proses penyesuaian diri individu adalah belajar, pengalaman, latihan,
dan determinasi diri.
d. Lingkungan
Faktor lingkungan sebagai variabel yang mempengaruhi penyesuaian diri meliputi
faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
e. Agama dan Budaya
Agama berkaitan erat dengan faktor budaya, agama memberikan sumbangan, nilainilai,
keyakinan, praktik-praktik yang memberi makna sangat mendalam, tujuan, serta kestabilan dan
keseimbangan hidup individu. Agama secara konstitusi dan terusmenerus kontinu
mengingatkan manusia tentang nilai-nilai intrinsik dan kemuliaan yang diciptakan oleh tuhan,
bukan sekedar nilai-nilai instrumental sebagaimana yang dihasilkan leh manusia. Dengan
demikian, faktor agama berperan penting terhadap perkembangan penyesuaian diri individu.
Selain agama, budaya juga merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kehidupan individu.
Hal ini dapat dilihat dari adanya karakteristik budaya yang diwariskan kepada individu melalui
berbagai media dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Sebagaimana faktor
agama, faktor budaya juga memiliki peran penting bagi perkembangan penyesuaian diri
individu.

D. Bentuk penyesuaian diri yang positif


1. Penyesuaian dengan menghadapi masalah secara langsung
Dalam situasi ini, individu secara langsung menghadapi masalahnya dengan segala akibat-
akibatnya. Ia melakukan segala tindakan sesuai dengan masalah yang dihadapinya. Misalnya;
seorang siswa yang terlambat dalam mengerjakan tugas karena sakit, makai a
menghadapinya secara langsung, ia mengemukakan segala masalahnya pada gurunya.
2. penyesuaian dengan melakukan eksplorasi
Dalam situasi ini, individu mencari berbagai bahan pengalaman untuk dapat menghadapi
dan memecahkan masalahnya. Misalnya; seorang siswa merasa kurang mampu dalam
mengerjakan tugas, ia akan mencari bahan dalam upaya menyelesaikan tugas tersebut,
dengan membaca buku, konsultan, diskusi dan sebagainya.
3. Penyesuaian dengan trial and error
Dalam cara ini seorang individu melakukan suatu tindakan coba-coba, dalam arti jika dirasa
menguntungkan maka akan dilanjutkan dan jika gagal tidak akan dilanjutkan. Taraf dari
pemikiran kurang begitu berperan dibandingkan dengan cara eksplorasi.
4. Penyesuaian dengan substitusi
Jika individu merasa gagal dalam menghadapi masalah, maka ia dapat memperoleh
penyesuaian dengan jalan mencari pengganti. Misalnya; gagal menonton film di bioskop, ia
pindah dengan menonton di TV.
5. Penyesuaian diri dengan menggali kemampuan diri
Dalam hal ini individu mencoba menggali kemampuan-kemampuan khusus dalam dirinya,
kemudian dikembangkan sehingga dapat membantu penyesuaian diri. Misalnya; seorang
siswa yang mempunyai kesulitan dalam keuangan, berusaha mengembangkan
kemampuanya dalam menulis (mengarang). Dari usaha mengarang ia dapat membantu
mengatasi kesulitan keuangan tersebut.
6. Penyesuaian dengan belajar
Dengan belajar, individu akan banyak memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang
dapat membantu menyesuaikan diri. Misalnya; seorang guru akan lebih dapat menyesuaikan
diri dengan banyak belajar berbagai pengetahuan keguruan.
7. Penyesuaian dengan inhibisi dan pengendalian diri
Penyesuaian diri akan lebih berhasil jika disertai dengan kemampuan memilih tindakan yang
tepat dan pengendalian diri secara tepat pula. Dalam situasi ini individu 12 berusaha
memilih tindakan mana yang harus dilakukan, dan tindakan mana yang tidak perlu
dilakukan. Cara ini yang disebut inhibisi. Di samping itu, individu harus mampu
mengendalikan dirinya dalam melakukan suatu tindakan.
8. Penyesuaian dengan perencanaan yang cermat
Dalam situasi ini tindakan yang dilakukan merupakan keputusan yang diambil berdasarkan
perencanaan yang cermat. Keputusan diambil setelah dipertimbangkan dari berbagai segi,
antara lain segi untung dan ruginya.

Bentuk penyesuaian diri yang negatif


1. Reaksi bertahan (defence reaction)
Individu berusaha mempertahankan dirinya, seolah-olah tidak menghadapi kegagalan.
Bentuk reaksi bertahan antara lain: rasionalisasi yaitu suatu usaha bertahan dengan mencari
alasan yang masuk akal, represi yaitu suatu usaha menekan atau melupakan hal yang tidak
menyenangkan, proyeksi yaitu usaha memantulkan ke pihak lain dengan alasan yang dapat
diterima.
2. Reaksi menyerang (aggressive reaction)
Orang yang mempunyai penyesuaian diri yang negatif akan lebih menunjukan tingkah laku
yang bersifat menyerang untuk menutup kegagalan. Reaksi yang muncul antara lain : selalu
membenarkan diri sendiri, ingin berkuasa dalam setiap situasi, ingin memiliki segalanya,
bersikap senang ketika mengganggu orang lain, menggertak dengan ucapan maupun dengan
perbuatan, menunjukan sikap permusuhan secara terbuka, menunjukan sikap menyerang
dan merusak, keras kepala.
3. Reaksi melarikan diri (escape reaction)
Reaksi ini memungkinkan individu yang memiliki penyesuaian diri negatif akan melarikan diri
dari situasi yang menimbulkan kegagalan. Reaksi yang muncul antara lain: berfantasi
memuaskan keinginan yang tercapai dalam bentuk angan-angan.

C. Karakteristik
Pengetahuan tentang kekurangan dan kelebihan dirinya, objektivitas diri dan
penerimaan diri, kontrol dan perkembangan diri, integrasi pribadi yang baik, adanya tujuan
dan arah yang jelas dari perbuatannya, adanya perspektif, skala nilai, filsafat hidup yang
adekuat, mempunyai rasa humor, mempunyai rasa tanggung jawab, menunjukkan
kematangan respon, adanya perkembangan kebiasaan yang baik, adanya adaptabilitas,
bebas dari respon-respon yang simtomatis atau cacat, memiliki kemampuan bekerjasama
dan menaruh minat terhadap orang lain, memiliki minat yang besar dalam bekerja dan
bermain, adanya kepuasan dalam bekerja dan bermain, memiliki orientasi yang adekuat
terhadap realitas.
Kriteria Individu yang berhasil dalam mengadakan penyesuaian diri mempunyai ciri-
ciri sebagai berikut:
a. Dapat memenuhi segala kebutuhannya tanpa harus melebih-lebihkan atau
mengurangi kebutuhannya.
b. Tidak merugikan orang yang melakukan penyesuaian diri yang sama dalam
memenuhi kebutuhannya.
c. Mampu melakukan tanggung jawab terhadap lingkungan tempat tinggal.
Seseorang dikatakan mempunyai kemampuan penyesuaian diri yang positif menurut
Schneiders (Novi. 2007: 15-16) kriteria individu dengan penyesuaian diri yang baik, yaitu
sebagai berikut :
- Memiliki pengetahuan tentang kekurangan dan kelebihan dirinya
- Memiliki sudut pandang yang objektif mengenai diri dan menerimanya diri
- Kontrol dan perkembangan diri
- Integrasi pribadi yang baik
- Adanya tujuan dan arah yang jelas dari perbuatannya
- Adanya perspektif, skala nilai, filsafat hidup yang adekuat
- Mempunyai rasa humor
- Mempunyai rasa tanggung jawab
- Menunjukkan kematangan respon
- Adanya perkembangan kebiasaan yang baik
- Adanya adaptabilitas, bebas dari respon-respon yang simtomatis atau cacat
- Memiliki kemampuan bekerjasama dan menaruh minat terhadap orang lain
- Memiliki minat yang besar dalam bekerja dan bermain
- Adanya kepuasan dalam bekerja dan bermain
- Memiliki orientasi yang adekuat terhadap realitas.

Sedangkan penyesuaian diri yang tidak sehat (Enung, 2006) ditandai oleh sikap dan
tingkah laku yang serba salah, tidak terarah, mudah marah, menunjukkan kekhawatiran dan
kecemasan, sering merasa tertekan (stres atau depresi), bersikap kejam atau senang
mengganggu orang lain yang usianya lebih muda, ketidakmampuan untuk menghindar dari
perilaku menyimpang meskipun sudah diperingati atau dihukum, mempunyai kebiasaan
berbohong, hiperaktif, bersikap memusuhi semua bentuk otoritas, senang mengkritik atau
mencemooh orang lain, kurang memiliki rasa tanggung jawab, kurang memiliki kesadaran
untuk mentaati ajaran agama, bersifat pesimis dalam menghadapi kehidupan, kurang
bergairah dalam menghadapi kehidupan.

E. Kenapa sih kita harus bisa menyesuaikan diri?

(slide selanjutnya : Agar kita mampu survive di segala keadaan)

1. Setiap orang yang kamu temui selalu memiliki watak dan temperamen yang
berbeda-beda
2. Mampu menentukan jalan hidup
3. Mudah mencari solusi
4. Mampu mengetahui kelebihan dan kekurangan diri
5. Mampu menerima kondisi diri
6. Mampu mengetahui potensi diri
7. Membantu untuk survive di segala keadaan
8. Kamu dapat terhindar dari hal-hal yang mungkin dapat kamu sesali setelahnya

F. Gimana cara kita agar mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan?


1. Bersikap ramah
2. Menyapa lebih dulu
3. Mengenali karakter teman baru
4. Mengenal lingkungan sekolah
5. Kenali semua guru dan staf

Anda mungkin juga menyukai