Anda di halaman 1dari 6

RESUME BAB I | ULUMUL QUR`AN | ADITYA HIDAYAT | 1196000006

 Pengertian Al-qur`an menurut Bahasa (Etimologi)

secara bahasa diambil dari kata: ‫ ا قر‬- ‫ يقرا‬-‫ قراة‬-‫ وقرانا‬yang berarti sesuatu yang dibaca. Arti ini
mempunyai makna anjuran kepada umat Islam untuk membaca Alquran. Alquran juga
bentuk mashdar dari ‫ القراة‬yang berarti menghimpun dan mengumpulkan. Dikatakan
demikian sebab seolah-olah Alquran menghimpun beberapa huruf, kata, dan kalimat secara
tertib sehingga tersusun rapi dan benar. Oleh karena itu Alquran harus dibaca dengan benar
sesuai sesuai dengan makhraj dan sifat-sifat hurufnya, juga dipahami, diamalkan dalam
kehidupan sehari-hari dengan tujuan apa yang dialami masyarakat untuk menghidupkan
Alquran baik secara teks, lisan ataupun budaya.

 Pengertian Al-qur`an menurut istilah (terminology)

Menurut istilah, Al-Qur’an adalah wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada nabi
Muhammad SAW melalui malaikat Jibril sebagai petunjuk bagi umat manusia.

 Nama-nama lain Al-qur`an


1. Al Kitab atau Kitabullah Nama lain Al Quran yakni Al-Kitab atau Kitabullah biasanya
seringkali digunakan ketika menyebut Al-Quran. Al-Kitab itu dalam bahasa Arab berarti
memang bermakna buku. Nama ini terdapat dalam surah Al-Baqarah.
َ ‫ٰ َذلِكَ ْال ِكتَابُ اَل َري‬
َ‫ْب ۛ فِي ِه ۛ هُدًى لِ ْل ُمتَّقِين‬
Kitab ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa
(QS. Al-Baqarah : 2)

2. Al Furqan Nama lain Al Quran berikutnya yakni, Al-Furqan yang memiliki arti pembeda
benar dan salah, Nama ini ada dalam QS Al-Furqan ayat 1
‫ك الَّ ِذي نَ َّز َل ْالفُرْ قَانَ َعلَ ٰى َع ْب ِد ِه لِيَ ُكونَ لِ ْل َعالَ ِمينَ نَ ِذيرًا‬ َ َ‫تَب‬
َ ‫ار‬
Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqan kepada hanba-Nya agar dia menjadi
pemberi peringatan kepada seluruh alam. (QS. Al-Furqan : 1).

3. Adz-Dzikir Nama lain Al Quran juga kadang disebut dengan Adz-Dzikr artinya pemberi
peringatan. hal ini bahkan secara tersirat juga disebutkan pada ayat sebelumnya. ‫ِإنَّا نَحْ نُ نَ َّز ْلنَا‬
َ‫ ال ِّذ ْك َر َوِإنَّا لَهُ لَ َحافِظُون‬Sesungguhnya Kami-Lah yang menurunkan Adz-Dzikr dan sesungguhnya
Kami benar-benar memeliharanya.(QS. Al-Hijr : 9)

4. Al Mau’idhoh Nama lain Al Quran selanjutnya adalah Al-Mau’idhoh berarti pelajaran atau
nasihat. Nama ini keluar dalam ayat ‫ُور َوهُدًى‬ ِ ‫م َموْ ِعظَةٌ ِم ْن َربِّ ُك ْم َو ِشفَا ٌء لِ َما فِي الصُّ د‬Dْ ‫يَا َأيُّهَا النَّاسُ قَ ْد َجا َء ْت ُك‬
َ‫ َو َرحْ َمةٌ لِ ْل ُمْؤ ِمنِين‬Hai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu
dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang ada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat
bagi orang-orang yang beriman. (QS. Yunus : 57)

5. Asy-Syifa’ Nama lain Al Quran lainnya yakni, Asy-Syifa yang berarti penyembuh. َ‫َونُن َِّز ُل ِمن‬
‫آن َما ه َُو ِشفَا ٌء َو َرحْ َمةٌ لِ ْل ُمْؤ ِمنِينَ ۙ َواَل يَ ِزي ُد الظَّالِ ِمينَ ِإاَّل خَ َسارًا‬
ِ ْ‫ ْالقُر‬Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu
yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah
menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. (QS. Al-Isra : 82) Al Quran
memang diturunkan oleh Allah kepada Rasulullah SAW untuk mengobati penyakit hati
manusia. Untuk itu saat kita merasa mempunyai penyakit yang berkaitan dengan hati,
misalnya saja iri, kecewa, sedih, dan sebagainya dianjurkan untuk membaca Al-Quran.
Membaca ayat suci Al-Quran Insya Allah dapat meringankan bahkan menghilangkan
penyakit-penyakit tersebut.

6. Al-Hukmu Al Quran juga kadang disebut dengan Al-Hukmu berarti juga hukum atau
peraturan. Seperti diketahui sumber hukum Islam memang harus didasarkan pada Al Quran.
ٍ ‫ك ِمنَ هَّللا ِ ِم ْن َولِ ٍّي َواَل َوا‬
‫ق‬ َ ِ‫ َو َك ٰ َذل‬Dan
َ َ‫ك َأ ْنزَ ْلنَاهُ ُح ْك ًما ع ََربِيًّا ۚ َولَِئ ِن اتَّبَعْتَ َأ ْه َوا َءهُ ْم بَ ْع َد َما َجا َءكَ ِمنَ ْال ِع ْل ِم َما ل‬
demikianlah Kami telah menurunkan Al-Quran itu sebagai peraturan (yang benar) dalam
Bahasa Arab. Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang
pengetahuan kepadamu, maka sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara bagimu akan
(siksa) Allah.(QS. Ar-Ra’d: 37).

7. Al-Hikmah Nama lain Al Quran selanjutnya yakni Al Hikmah yang berarti kebijaksanaan.
َ ‫ٰ َذلِكَ ِم َّما َأوْ َح ٰى ِإلَ ْي‬
Nama Al Hikmah disebutkan dalam Surat Al Isra: ِ ‫ك َربُّكَ ِمنَ ْال ِح ْك َم ِة ۗ َواَل تَجْ َعلْ َم َع هَّللا‬
ٰ
‫ ِإلَهًا آ َخ َر فَتُ ْلقَ ٰى فِي َجهَنَّ َم َملُو ًما َم ْدحُورًا‬Itulah sebagian hikmah yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu.
Janganlah kamu mengadakan Tuhan yang lain selain Allah yang (bisa) menyebabkan kamu
dilemparkan ke dalam neraka dalam keadaan tercela lagi dijauhkan (dari rahmat Allah). (QS.
Al Isra’ : 39)

8. Al-Huda Nama lain Al Quran lainnya adalah Al-Huda yang bermakna petunjuk. Nama AL
Huda terdapat dalam Surat Al Jin. ‫ َوَأنَّا لَ َّما َس ِم ْعنَا ْالهُد َٰى آ َمنَّا بِ ِه ۖ فَ َم ْن يُْؤ ِم ْن بِ َربِّ ِه فَاَل يَخَافُ بَ ْخسًا َواَل َرهَقًا‬Dan
sesungguhnya kami tatkala mendengar petunjuk, kami beriman kepadanya (quran). Barang
siapa beriman kepada Tuhannya, maka ia tidak takut akan pengurangan pahala dan tidak
pula akan penambahan dosa serta kesalahan. (QS. Al-Jin : 13)

9. At Tanzil At-Tanzil merupakan nama lain Al Quran. At Tanzil memiliki arti yang diturunkan.
َ‫ َوِإنَّهُ لَتَ ْن ِزي ُل َربِّ ْال َعالَ ِمين‬Dan sesungguhnya (Al-Quran) ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan
semesta Alam. (QS. Asy Syu’araa’ : 192)

10. Ar-Rahmat Ar Rahmat juga nama lain Al Quran yang memiliki artai rahmat. ٌ‫َوِإنَّهُ لَهُدًى َو َرحْ َمة‬
َ‫ لِ ْل ُمْؤ ِمنِين‬Dan sesungguhnya Quran itu benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-
orang yang beriman. (QS. An-Naml : 77).

َ ‫ َو َك ٰ َذلِكَ َأوْ َح ْينَا ِإلَ ْي‬Dan


11. Ar-Ruh Nama lain Al Quran selanjutnya yakni Ar Ruh. ‫ك رُوحًا ِم ْن َأ ْم ِرنَا‬
demikianlah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) ruuh (Quran) dengan perintah Kami.”
(QS. Asy-Syura: 52)

12. Al-Bayan Al Bayan yang berarti penerangan juga merupakan salah satu nama lain Al
Quran. َ‫اس َوهُدًى َو َموْ ِعظَةٌ لِ ْل ُمتَّقِين‬ ٌ َ‫ ٰهَ َذا بَي‬Ini adalah penerangan bagi seluruh manusia dan
ِ َّ‫ان لِلن‬
petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali Imran: 138)

13. Al-Kalam Nama lain Al Quran yakni Al Kalam atau Kalam Ilahi َ‫َوِإ ْن َأ َح ٌد ِمنَ ْال ُم ْش ِر ِكينَ ا ْست ََجارَك‬
َ‫ فََأ ِجرْ هُ َحتَّ ٰى يَ ْس َم َع كَاَل َم هَّللا ِ ثُ َّم َأ ْبلِ ْغهُ َمْأ َمنَهُ ۚ ٰ َذلِكَ بَِأنَّهُ ْم قَوْ ٌم اَل يَ ْعلَ ُمون‬Dan jika seorang diantara orang-orang
musyrik itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat
mendengar firman Allah, lalu antarkanlah ia ketempat yang aman baginya. Ddemikian itu
disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui. (QS. At Taubah: 6)
14. Al-Busyra Al Busyra artinya kabar gembira juga satu dari sekian nama lain Al Quran. ْ‫قُل‬
َ‫ق لِيُثَبِّتَ الَّ ِذينَ آ َمنُوا َوهُدًى َوبُ ْش َر ٰى لِ ْل ُم ْسلِ ِمين‬
ِّ ‫ُس ِم ْن َربِّكَ بِ ْال َح‬
ِ ‫ نَ َّزلَهُ رُو ُح ْالقُد‬Katakanlah! Ruhul Qudus (Jibril)
menurunkan (AlQuran) itu dari Tuhanmu dengan benar untuk meneguhkan (hati) orang-
orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang
berserah diri (kepada Allah).” (QS. An Nahl: 102).

 Turunnya Al-qur`an dan penulisan Al-qur`an


 Sejarah dan penulisan Al-qur`an
1. Pada masa Rasullullah SAW
Dengan keterbatasannya karena tidak dapat membaca dan menulis. Ketika setiap
Rasulullah SAW mendapatkan wahyu, beliau langsung menyampaikannya kepada para
Sahabat. Adapun Sahabat yang ditunjuk untuk menuliskan Al-Qur’an yakni Abu Bakar,
Umar bin Khatab, Utsman bin Affan, Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Talib, Muawiyah bin Abu
Sufyan dan Ubay bin Kaab.

Penulisan Al-Qur’an tercatat masih sederhana dan berserakan pada beberapa media
seperti pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana,
potongan tulang belulang binatang. Di samping itu banyak juga sahabat-sahabat
Rasulullah SAW langsung menghafalkan ayat-ayat Al-Qur’an setelah wahyu diturunkan.

Penulisan Al-Qur’an pada saat itu belum terkumpul menjadi satu mushaf, karena tidak
ada faktor pendorong dalam membukukan Al-Qur’an mengingat Rasulullah SAW masih
hidup dan para Sahabat juga menghafal. Alasan lain, karena Al-Qur’an turun secara
berangsur-angsur atau bertahap.
2. Penulisan Al-qur`an di masa Khulafaur Rasyidin

Abu Bakar Ash-Shiddiq


Pada periode Abu Bakar Ash-Shiddiq, terjadi banyak kekacauan, terutama kekecauan
yang dipimpin oleh Musailamah al-Khadzdzab bersama para pengikutnya. Salah satunya
adalah Perang Yamamah yang terjadi pada 12 H, tercacat sekitar 70 penghafal Al-Qur’an
dari para sahabat gugur. Bahkan ada riwayat lain yang menyebutkan sekitar 500 orang,
dan mengakibatkan al-Qur’an musnah.

Berangkat dari peristiwa tersebut, Umar bin Khattab mengusulkan kepada Abu Bakar
untuk mengumpulkan dan menulis Al-Qur’an dalam sebuah mushaf. Umar khawatir
bahwa Al-Qur’an akan hilang jika hanya mengandalkan para penghafal Al-Qur’an,
terlebih ketika semakin banyaknya para penghafal Al-Qur’an yang gugur dalam
peperangan.

Pada mulanya, Abu Bakar menolak usulan Umar dengan alasan bahwa Nabi tidak pernah
melakukan sebelumnya. Selanjutnya, Abu Bakar menceritakan kekhawatiran Umar
kepada Zaid bin Tsabit. Respon Zaid pun tak jauh berbeda dengan Abu Bakar, bahkan
Zaid mengungkapkan “seandainya aku diperintahkan untuk memindahkan sebuah bukit,
maka hal itu tidak lebih berat bagiku daripada mengumpulkan al-Qur’an yang engkau
perintahkan.”
Namun, setelah mempertimbangkan perihal kebaikan dan manfaatnya, Abu Bakar dan
Zaid pun menyetujuinya. Kemudian Abu bakar memerintahkan Zaid untuk menuliskan
Al-Qur’an, mengingat kedudukannya dalam qira’at, penulisan, pemahaman, kecerdasan,
serta kehadirannya dalam pembacaan terakhir kali.

Setelah Abu Bakar wafat pada 13 H, mushaf tersebut berpindah ke tangan Umar hingga
beliau wafat. Setelahnya, berpindah lagi ke tangan Hafsah, putri Umar yang pernah
menjadi istri Nabi yang juga hafidzah dan pandai baca tulis, atas wasiat Umar.

· Usman bin ‘Affan


Pada periode Usman bin’ Affan, wilayah penyebaran Islam semakin luas, para pengajar
Al-Qur’an pun diperlukan lebih. Huzdzaifah bin Yaman, seorang pemimpin prajurit Islam
di perbatasan Azerbaijan dan Armenia, melihat perbedaan di kalangan umat Islam dalam
membaca Al-Qur’an. Beliau khawatir jika perbedaan tersebut lambat laun akan
mengancam kesatuan Al-Qur’an dan persatuan umat Islam di kemudian hari.

Berangkat dari kekhawatiran tersebut, Huzdzaifah segera pergi menemui Usman dan
berkata, “aku telah memberikan peringatan secara terbuka, karena itu dimohon kepada
khalifah untuk menemui umat Islam.”

Menurut beberapa riwayat, Usman mengadakan pertemuan dengan para sahabat,


setelah menerima laporan tersebut. Hasil akhirnya adalah dengan menyeragamkan umat
Islam pada satu mushaf sehingga tidak ada lagi perbedaan dan perselisihan.

Lebih lanjut, Usman bin ‘Affan mengambil beberapa langkah sebagaimana terkandung
dalam riwayat Bukhori; Pertama, meminjam mushaf resmi yang telah dikerjakan oleh
Zaid pada masa Abu Bakar kepada hafsah untuk disalin ke dalam beberapa mushaf.

Kedua, membentuk panitia yang terdiri dari Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Sa’id
bin Ash, dan Abdurrahman bin Harits bin Hisyam.

Ketiga, setelah panitia selesai melakukan tugasnya, maka mushaf-mushaf tersebut


dikirim ke berbagai pusat negeri Islam.

Keempat, memerintahkan kepada kaum Muslim di seluruh negara Islam untuk


membakar semua mushaf dan catatan-catatan al-Qur’an yang tidak sesuai dengan
mushaf yang telah mereka terima.

3. Sejarah dan penulisan Al-qur`an pada masa setelah khalifah

Pengumpulan Alquran pada masa Abu Bakar ash-Shiddiq Radhiyallahu Anhu disebabkan
syahidnya para qari pada Perang Yamamah. Jumlahnya sekitar 50 qari, termasuk Salim
maula Abu Hudzaifah. Perang tersebut terjadi pada tahun 12 Hijriyah. Karena itulah sang
Khalifah memerintahkan Zaid bin Tsabit mengumpulkan Alquran dalam satu mushaf.
Kekhawatiran akan hilangnya Alquran dengan sebab kematian hufazh (para hafizh atau
penghafal Alquran) melandasi tindakan ini. Imam al-Bukhari meriwayatkan kisah
pengumpulan tersebut dalam shahih-nya.
Zaid bin Tsabit Radhiyallahu Anhu berkata: "Abu Bakar memanggilku saat kami berada di
medan Yamamah (setelah diketahui tentang gugurnya tujuh puluh hufazh) dan ketika itu
terlihat Umar duduk di sisinya. Lalu Abu Bakar berkata: "Tadi Umar menemuiku dan
berkata: 'Pertempuran di Yamamah itu amat mengerikan dan begitu dahsyat sampai
para hufazh berguguran, dan aku khawatir hal ini berlanjut pada kelompok muslimin
lainnya sehingga banyak ayat yang hilang.

Karena itu, menurut pendapatku, sebaiknya engkau mengumpulkan Alquran."Maka aku


(Abu Bakar) menanggapi: "Bagaimana aku melakukan sesuatu yang tidak pernah
dicontohkan Rasulullah?"Namun Umar bersikeras: "Demi Allah, itu lebih baik."
Kemudian tidak henti-hentinya Umar berusaha meyakinkanku, hingga Allah
melapangkan dada ini untuk sesuatu yang lebih dahulu dilapangkan oleh-Nya kepada
Umar, dan aku melihat pada perkara tersebut sebagaimana yang dia lihat.

Abu Bakar pun berkata: "Sesungguhnya kamu pemuda yang cerdas, dan tidaklah aku
berprasangka buruk kepadamu. Kamulah salah seorang penulis wahyu Rasulullah, maka
telitilah Alquran dan kumpulkan (ayat-ayatnya)."Demi Allah, seandainya aku (Zaid)
diperintahkan untuk memindahkan gunung di antara gunung-gunung, niscaya ia tidak
seberat apa yang diperintahkannya ini. Lantas aku berkata: "Mengapa kalian melakukan
sesuatu yang tidak dilakukan Rasulullah?"

Abu Bakar menjawab: "Demi Allah, itu lebih baik." Kemudian tiada henti-hentinya Abu
Bakar berusaha meyakinkanku sampai Allah melapangkan dada ini untuk sesuatu yang
lebih dahulu dilapangkan oleh-Nya kepada Abu Bakar dan Umar.
Setelah itu, aku segera meneliti Alquran, dan mengumpulkan ayat-ayatnya dari dahan
pohon dan pelepah kurma, serta memastikannya langsung dari hafalan para Sahabat
ternama hingga ditemukan akhir surah At-Taubah dari Khuzaimah al-Anshari, yang tidak
aku dapati dari selainnya, yaitu: "Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari
kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat
menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang
terhadap orang-orang yang beriman. Maka jika mereka berpaling (dari keimanan), maka
katakanlah (Muhammad): 'Cukuplah Allah bagiku, tidak ada ilah selain Dia. Hanya
kepada-Nya aku bertawakal, dan Dia adalah Rabb yang memiliki Arsy (singgasana) yang
agung." (QS. At-Taubah ayat 128-129).

Kemudian shuhuf (kumpulan ayat atau mushaf Alquran pertama) tersebut diserahkan
kepada Khalifah Abu Bakar sampai meninggal, lalu disimpan di kediaman Umar al-Faruq
sampai meninggal, dan akhirnya dipegang oleh Hafshah binti Umar." (HR Bukhari).

Pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan, tepat tahun 15 Hijriah, terjadi perbedaan
bacaan Al- Quran di kalangan umat Islam karena beragamnya lembaran mushaf yang
beredar. Kekhawatiran berupa perpecahan di antara kaum muslimin pun dirasakan
langsung oleh sang Khalifah, maka dia berkhutbah: "Kalian yang berada di dekatku saja
ikhtilaf (berbeda pendapat) tentang Alquran, membacanya dengan lahn, jadi wajar jika
orang-orang yang jauh dariku di kota-kota lain lebih parah perbedaan dan kesalahan
dalam membacanya. Berkumpullah, wahai Sahabat-Sahabat Muhammad, tulislah untuk
manusia al-imam (acuan dalam mushaf mereka)." (Jam'ul Qur-anul Karim fi ahdil
Khulafa-ir Rasyidin)
Pada zaman Utsman bin Affan tersebarlah mushaf-mushaf lain di kalangan umat Islam,
seperti mushaf Ibnu Mas'ud Radhiyallahu Anhu dan mushaf Ubay bin Ka'ab Radhiyallahu
Anhu. Perbedaan ini sesuai dengan tujuh huruf (dialek) yang Alquran memang
diturunkan demikian.

Dan ketika Hudzaifah pulang dari Armenia dan Adzarbaijan, maka sang Khalifah diberi
usulan olehnya agar mengumpulkan seluruh mushaf demi menyatukan kaum muslimin.
(Jami'ul Quranul Karim)Dalam Shahih al-Bukhari disebutkan:
Hudzaifah bin al-Yaman Radhiyallahu Anhu menghadap Utsman bin Affan setelah
penaklukan Armenia dan Azarbaijan, lalu dia menceritakan kepada sang Khalifah perihal
perselisihan kaum muslimin dalam qiraah Alquran:"Wahai Amirul Mukminin, cegahlah
umat ini sebelum mereka berselisih tentang Alquran seperti perselisihan kaum Yahudi
dan Nasrani." Maka Utsman mengutus seseorang kepada Hafshah seraya meminta:
"Pinjamkanlah kepada kami lembaran-lembaran yang ada padamu (mushaf Alquran
pertama), sebab kami akan menyalinnya ke dalam mushaf-mushaf, dan setelah itu akan
kami mengembalikannya." Hafshah pun meminjamkannya kepada Utsman." (HR At-
Tirmidzi)

Ibnu Athiyyah menerangkan bahwa lembaran-lembaran berisi ayat-ayat Alquran yang


dikumpulkan pada masa Abu Bakar disimpan di sisinya. Lantas disimpan oleh Umar bin
al-Khathab sepeninggal Abu Bakar. Kemudian disimpan oleh Hafshah sepeninggal
ayahnya (Umar bin al-Khathab) yaitu pada zaman Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhu.
Utsman pun memerintahkan empat Sahabat dalam tugas ini, yaitu Zaid bin Tsabit,
Abdullah bin az-Zubair, Sa'id bin al-Ash, dan Abdurrahman bin Harits bin Hisyam
Radhiyallahu Anhum.

Mereka ditugaskan untuk menyalin mushaf pertama yang dikumpulkan pada masa Abu
Bakar menjadi beberapa mushaf. Zaid sendiri berasal dari kaum Anshar, sedangkan tiga
Sahabat terpilih lainnya adalah orang Quraisy (dari kaum Muhajirin). Sang Khalifah
sempat berpesan bahwa apabila tiga Sahabat itu berselisih paham dengan Zaid tentang
lafazh (bacaan) dalam Alquran, maka hendaknya ia ditulis dengan dialek Quraisy.

Maka mereka segera melaksanakan perintah tersebut hingga selesai. Lalu Amirul
Mukminin mengirimkan mushaf-mushaf salinannya ke beberapa wilayah Islam. Hingga
akhirnya bersatulah kaum muslimin di atas mushaf ustmani hingga kini. (Syarh
Muqaddimah Jazariyah)

4. Rasm Al-qur`an setelah masa penulisan Al-qur`an

 Daftar Rujukan

- F Irawan. (2014). Pengertian Alquran. Uin Banten, 27–36.


- Qur, A. L., Surah, A. N., & Waqi, A. L. (2019). SISTEM PENGENALAN DAN
PENERJEMAHAN. 11(1), 104–113.
- https://zakat.or.id/mengenal-sejarah-al-quran/

Anda mungkin juga menyukai