Anda di halaman 1dari 9

NAMA : Haryanti Sinaga

NIM : 3191131014
KELAS :B
TUGAS : TUGA RUTIN 12 PPD

PENYESUAIAN DIRI DANN FAKTOR – FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA

Pengertian Penyesuaian Diri


a. Penyesuaian Diri Sebagai Adaptasi (Adaptation)
Ditinjau dari latar belakang perkembangan nya, pada mulanya penyesuain diri
diartikan sama dengan adaptasi(adaptation). Padahal adaptasi ini pada umumnya lebih
mengarah pada penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis, atau biologis. Misalnya,
seseorang yang pindah tempat dari daerah panas ke daerah dingin harus beradaptasi dengan
iklim yang berlaku di daerah dingin tersebut. Dengan demikian dilihat dari sudut pandang
ini, penyesuaian diri cenderung diartikan sebagai usaha memertahan kan diri secara fisik
(self-maintenance atau survival). Oleh sebab itu jika penyesuaian diri hanya diartikan sama
dengan usaha mempertahankan diri maka hanya selaras dengan keadaan fisik saja, bukan
penyesuaian dalam arti psikologis.

b. Penyesuaian Diri Sebagai Bentuk Konfornitas (Confornity)


Ada juga penyesuaian diri diartikan sama dengan penyesuaian yang mencakup
konfornitas terhadap suatu norma. Pemakmanaan penyesuaian diri seperti ini pun terlalu
banyak membawa akibat lain. Dengan memaknai penyesuaian diri sebagai usaha
konfornitas, menyiratkan bahwa disana individu seakan akan mendapat tekanan kuat untuk
harus selalu mampu menghindarkan dari dari penyimpangan perilaku, baik secara moral,
sosial maupun emosional.
Norma yang berlaku pada suatu budaya tertentu tidak sama dengan norma pada
budaya lainnya sehingga tidak mungkin merumuskan serangkaian prinsip-prinsip
penyesuaian diri berdasarkan budaya yang dapat diterima secara universal. Dengan
demikian konsep penyesuaian diri sesungguhnya bersifat dinamis dan tidak dapat disusun
berdasarkan konfornitas sosial.

c. Penyesuaian Diri Sebagai Usaha Penguasaan (Mastery)


Sudut pandang berikutnya adalah bahwa penyesuaian diri dimaknai sebagai usaha
penguasaan (mastery), yaitu kemampuan untuk merencanakan dari mengorganisasikan
respons dalam cara-cara tertentu sehingga konflik-konflik, kesulitan dan frustasi terjadi.
Dengan kata lain penyesuaian diri diartikan sebagai kemampuan penguasaan dalam
mengembangkan diri sehingga dorongan, emosi dan kebiasaan menjadi terkendali dan
terarah.
Namun, demikian, pemaknaan penyesuaian diri sebagai penguasaan (mastery)
mengandung kelemahan, yaitu menyamaratakan semua individu. Oleh sebab itu perlu
dirumuskan prinsip-prinsip penting mengenai hakikat penyesuaian diri, yaitu sebagai
berikut :
1) Setiap individu memiliki kualitas penyesuaian diri yang berbeda.
2) Penyesuaian diri sebagian besar ditentukan oleh kapasitas internal atau
kecenderungan yang telah dicapai.
3) Penyesuaian diri juga ditentukan oleh faktor internal dalam hubungan nya dengan
tuntutan lingkungan individu yang bersangkutan.

Berdasarkan tiga sudut pandang tentang makna penyesuaian diri sebagaimana


dijelaskan diatas, maka penyesuaian diri dapat diartikan sebagai suatu proses yang mencakup
respons-respons mental dan behavioral yang diperjuangkan individu agar dapat berhasil
mengahdapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustasi, konflik, serta untuk
menghasilkan kualitas keselarasan antara tuntutan dari dalam individu dengan tuntutan dunia
luar atau lingkungan tempat individu yang berbeda.

Proses Penyesuaian Diri


Proses penyesuaian diri menurut yang dikemukakan oeh Sehmenders (1948)
setidaknya melibatkan tiga unsur. Adapun ketiga unsur tersebut yaitu:

a. Motivasi
Faktor motivasi dapat dikatakan sebagai kunci untuk memahami proses penyesuaian
diri. Motivasi, sama halnya dengan kebutuhan, perasaan dan emosi merupakan kekuatan
internal yang menyebakan ketegangan dan ketidak seimbangan dalam organisme.
Ketegangan dan ketidakseimbangan merupakan kondisi yang tidak menyenangkan karena
sesungguhnya kebebasan dari ketegangan dan ketidakseimbangan dari ketentuan-ketentuan
internal lebih wajar dalam organisme apabila dibandingkan dengan kedua fisik tersebut.

b. Sikap Terhadap Realitas Dan Proses Penyesuaian Diri


Berbagai aspek penyesuaian diri ditentukan oleh sikap dan cara individu bereaksi
terhadap manusia di sekitarnya, benda-benda dan hubungan-hubungan yang membentuk
realitas. Secara umum dapat dikatakan bahwa sikap yang sehat terhadap realitas dan kontak
yang baik terhadap realitas itu sangat diperlukan bagi proses penyesuaian diri yang sehat.
Beberapa perilaku seperti ini sikap anti sosial, kurang berminat terhadap hiburan, sikap
bermusuhan, kenakalan dan semuanya sendiri, semuanya itu sangat mengganggu hubungan
antara penyesuaian diri dengan realitas.

c. Pola Dasar Pola Penyesuaian Diri


Dalam penyesuaian diri sehari-hari terdapat suatu pola dasar penyesuaian diri
misalnya, seorang anak membutuhkan kasih sayang dari orang tuanya yang selalu sibuk.
Dalam situasi ini, anak akan frustasi dan berusaha menemukan pemecahan yang berguna
mengurangi ketegangan antara kebutuhan akan kasih sayang dengan frustasi yang dinamis.
Boleh jadi suatu saat upaya yang dilakukan itu mengalami hambatan. Untuk itu dia akan
berusaha mencari kegiatan yang dapat mengurangi ketegangan yang ditimbulkan sebagai
akibat tidak terpenuhi kebutuhannya.
2.1 Karakteristik Penyesuaian Diri Remaja
Penyesuaian karakteristik dikalangan remaja sangat khas diantaranya:

a. Penyesuaian Diri Remaja Terhadap Peran Dan Identitasnya


Pesatnya perkembangan fisik dan pikis seringkali menyaebabkan remaja
mengalami krisis peran dan identitas. Remaja senantuasa berjuang agar dapat memainkan
perannya. Tujuannya adalah memperoleh identitas diri yang semakin jelas dan dapat
dimengerti serta dapat diterima oleh lingkungan.

b. Penyesuaian Diri Remaja Terhadap Pendidikan


Pada umumnya remaja sebenarnya mengetahui bahwa untuk menjadi orang sukses
harus rajin belajar. Namun, karena dipengaruhi oleh upaya pencarian identitas diri yang
kuat menyebabkan mereka mereka lebih senang mencari kegiatan selain belajar tetapi
menyaenangkan bersama sama dengan kelompoknya.
c. Penyesuaian Diri Remaja Terhadap Kehidupan
Penyesuaian diri remaja dalam konteks ini adalah mereka ingin memahami kondisi
seksualdirinya dan lawan jenisnya serta mampu bertindak untuk menyalurkan dorongan
seksualnya yang dapat dimengerti dan dibernarkan oleh norma social dan agama.

d. Penyesuaian Diri Remaja Terhadap Norma Sosial


Remaja cenderung membenttuk kelompok sendiri.seringkali memiliki kesepakatan
untuk aturan sendiri dan kurang dimengerti oleh lingkunga masyarakat di luar kelompok
remaja tersebut.penyesuaian diri remaja terhadap norma social mengarah pada dua dimensi.
Pertama, remaja ingin diakui keberadaanya di lingkungan masyarakat luas. Kedua, remaja
ingin menciptakan aturan aturan sendiri yang lebih sesuai untuk kelompoknya.

e. Penyesuaian Diri Remaja Terhadap Penggunaan Waktu Luang


Upaya penyesuaian diri remaja adalah melakukan penyasuaian antara dorongan
kebebasannya serta inisiatif dan kreatifitasnya dengan kegiatan-kegiatan bermanfaat.
Dengan demikian pengguanaan waktu luang akan menunjang pengembanagan diri dan
manfaat social.

f. Penyesuaian Diri Remaja Terhadap Penggunaan Uang


Remaja berusaha untuk mampu bertindak secara professional, melakukan
penyesuaian diharapkan penggunaan uang akan menjadi efektif dan efisien serta tidak
menimbulkan menimbulkan keguncangan pada diri remaja sendiri.

g. Penyesuaian Diri Remaja Terhadap Kecemasan Konflik Dan Frustasi


Karena dinamika perkembangan, remaja seringkali dihadapka pada kecemasan dan
frustasi. Penyesuaian dinamika tersebut melalui mekanisme oleh Sigmud Freud, seperti
kosensasi, rasionalisasi, proyeksi, sublimasi, identifikasi, regresi dan fikasasi. Namun, cara
tersebut ada yang cenderung negative.

2.2 Faktor-Faktor Mempengaruhi Proses Penyesuaian Remaja


Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses penyesuaian remaja. Dalam hal
ini, menurut Schneides (1984), setidaknya ada lima faktor. Untuk lebih jelasnya kelima faktor
yang dimaksud tersebut akan dibahas dalam uraian berikut.

a. Kondisi Fisik
Aspek-aspek yang berkaitan dengan kondisi fisik yaitu:
1. Hereditas dan Konstitusi Fisik
Dalam mengidentifikasi pengaruh hereditas terdapat penyesuaian dari lebih
digunakan pendekatan fisik karena hereditas dipandang lebih dekat dan tidak
terpisahkan dari mekanisme fisik.
2. Sistem Utama Tubuh
Termasuk kedalam sistem utama tubuh yang memiliki pengaruh terhadap
penyesuaian diri adalah sistem syarat, kelenjar dan otak. Sistem syarat yang
berkembang dengan normal dan sehat merupakan syarat mutlak bagi fungsi-fungsi
psikologis agar dapat berfungsi secara maksimal yang akhirnya berpengaruh secara
baik pula kepada penyesuaian diri individu.
3. Kesehatan Fisik
Penyesuaian diri seseorang akan lebih mudah dilakukan dan dipelihara dalam
kondisi fisik yang sehat dari pada yang tidak sehat. Kondisi fisik yang sehat dapat
menimbulkan penerimaan diri, percaya diri, harga diri, dan sejenisnya, yang akan
menjadi kondisi yang sangat menguntungkan bagi proses penyesuaian diri.

b. Kepribadian
Unsur-unsur kepribadian yang penting pengaruhnya terhadap penyesuaian diri adalah:
1. Kemauan dan kemampuan untuk berubah (modifiability)
Kemauan dan kemampuan untuk berubah merupakan karakteristik kepribadian
yang pengaruhnya sangat menonjol terhadap proses penyesuaian diri.
2. Pengaturan Diri (Self Regulation)
Pengaruh diri yang pentingnya dengan proses penyesuaian diri dan pemeliharaan
stabilitas mental, kemampuan untuk mengatur diri, dan mengarahkan diri.
3. Realisasi Diri (Self Realization)
Telah dikatakan bahwa kemampuan pengaturan diri mengimplikasikan potensi
dan kemampuan kearah realisasi diri.
4. Intelegensi
Kemampuan pengaturan diri sesungguhnya muncul tergantung pada kualitas
dasar lainya yang penting peranannya dalam penyesuaian diri, yaitu kualitas
intelegensi.

c. Edukasi / Pendidikan
Adapun unsur-unsur penting dalam edukasi/pendidikan yang dapat mempengaruhi
penyesuaian diri individu adalah sebagai berikut:
1. Belajar
Kemampuan belajar merupakan unsur penting dalam penyesuaian diri individu
dan karena pada umumnya respon-respon dan sifat-sifat kepribadian yang diperlukan
bagi penyesuaian diri diperoleh dan menyerap kedalaman diri individu melalui proses
belajar.
2. Pengalaman
Ada 2 jenis pengalaman yang memiliki nilai signifikan terhadap proses
penyesuaian diri, yaitu : (1) pengalaman yang menyehatkan (salutary experiences) dan
(2) pengalaman traumatik (traumatic experiences).
3. Latihan
Latihan merupakan proses belajar yang diorientasikan kepada perolehan
keterampilan atau kebiasaan. Penyesuaian diri sebagai suatu proses yang kompleks
yang mencakup didalamnya proses psikologis dan sosiologis maka memerlukan
latihan yang sungguh-sungguh agar mencapai hasil penyesuaian diri yang baik.
4. Determinasi Diri
Determinasi diri merupakan faktor yang sangat kuat yang dapat digunakan untuk
kebaikan atau keburukan untuk mencapaian penyesuaian diri secara tuntas atau
bahkan untuk merusak diri sendiri.

d. Lingkungan
Adapun yang dimaksud dengan lingkungan yang berpengaruh terhadap penyesuaian
diri yaitu:
1. Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan utama yang sangat penting atau
bahkan tidak ada yang lebih penting dalam kaitannya. Dengan penyesuaian diri
individu, unsur-unsur didalam keluarga, seperti konstelasi keluarga, interaksi orang
tua dengan anak, interaksi antar anggota keluarga, peran sosial dalam keluarga,
karakteristik anggota keluarga, kekohesifan keluarga dan gangguan dalam keluarga,
akan berpengaruh terhadap penyesuaian diri individu anggotanya.
Ada sejumlah karakteristik menonjol dalam interaksi orang tua dengan anak yang
memiliki pengaruh terhadap penyesuian diri yaitu, sebagai berikut:
1. Penerimaan (neceptance)
Penerimaan orang tua terhadap anaknya yang diwujutkan dalam bentuk perhatian,
kehangatan kasih sayang akan memberikan sumbangan yang berari bagi
berkembangnya penyesuaian diri yang baik pada anak, sebaliknya penolakan orang
tua terhadap anak juga akan berpengaruh negatif terhadap perkembangan penyesuian
diri pada anak.
2. Idebtifikasi
Anak memiliki kecenderungan untuk mengidentifikasikan dirinya terhadap pola
sikap dan perilaku orang tuanya. Proses identifikasi ini sangat berpengaruh terhadap
perkembangan penyesuaian diri anak. Jika orang tua dapat dijadikan model
identifikasi yang baik, akan berpengaruh positif pula terhadap perkembangan
penyesuaian diri anak.
3. Idealisasi (idealization)
Proses idealisasi diwujudkan dalam bentuk mengidealkan salah satu dari kedua
orang tuanya yang dipilih, baik dalam cara berfikir, bersikap, maupun berprilaku.
4. Identifikasi Negatif (Negative Identification)
Proses ini muncul jika anak justru mengidentifikasi sifat-sifat negatif dari orang
tuanya. Jika ada tanda-tanda bahwa proses identifikasi yang justru berkembang pada
anak, harus segera dilakukan pencegahan karena akan mengganggu perkembangan
penyesuian kearah yang baik, satu cara yang amat efektif untuk mencegah tumbuhnya
identifikasi negatif ini, adalah orang tua harus berusaha semaksimal mungkin
menghilangkan sifat-sifat negatifnya.
5. Identifikasi Menyilang (Eross Identification)
Identifikasi menyilang adalah identifikasi yang dilakukan oleh anak kepada orang
tuanya berlawanan jenis. Misalnya anak laki-laki mengidentifikasi dirinya kepada
figur ibunya. Sedangkan ana perempuannya mengidentifikasikan dirinya kepada figur
ayahnya.
6. Tindakan Hukuman dan Disiplin yang Terlalu Keras (Punishment and
Adverdiscipline)
Pemberian hukuman dan disiplin yang terlalu keras juga berakibat kuarang abik
terhadap perkembangan penyesuian diri anak karena dapat menimbulkan perasaan
terancam tidak aman atau bahkan serasa turun harkat dan martabat kemanusiaannya.
Oleh karena itu penerapan hukuman dan disiplin menurut keterampilan orang tua agar
dilakukan dengan kebijaksanaan dan memberikan iklim yang menimbulkan efeksi
pengkargoan.
7. Kecemburuan dan Kebencian (Jialousy and Hatred)
Kecemburuan dan kebencian biasanya muncul karena pemberian hukuman dan
peraturan kedisiplinan yang terlalu keras, sehingga mengakibatkan anak membenci
orang tua dan orang tua membenci anak. Padahal sesungguhnya anak sangat
membutuhkan perhatian, rasa aman, perasaan ingin memiliki, serta penghargaan.
Kebutuhan-kebutuhan ini tidak akan terpengaruhi jika suasan kebencian,
kecemburuan dan penolakan orang tua justru berkembang didalam keluarga.
8. Pemanjaan dan Perlindungan yang Berlebihan
Secara sepintas seolah-olah mamberikan rasa aman terhadap anak, tetapi
sesungguhnya secara psikologis yang siftanya mendasar justru menimbulkan perasaan
yidak aman, kecemburuan, gugup, kurang percaya diri, dan jenis-jenis kesulitan
lainnya dalam penyesuaian diri.
9. Penolakan (rejection)
Penolakan rang tua terhadap anak merupakan pengalaman yang paling tidak
mengenakan, sangat tidak menguntungkan dan bahkan dapat merusak anak. Dengan
penolakan orang tua, anak akan merasa dirinya tidak berharga, tidak berguna, tidak
bermartabat, meskipun sebenarnya ingin atau bahkan sudah berbuat yang sebaik-
baiknya menurut ukuran mereka. Prasaan seperti itu akan sangat berpengaruh tidak
baaik terhadap perkembangan penyesuaian anak.

10. Lingkungan Sekolah


Sebagaimana lingkungan keluarga, lingkungan sekolah juga dapat menjadi
kondisi yang memungkinkan berkembangnya atau terhambatnya proses
perkembangan penyesuaian diri. Pada umumnya sekolah dipandang sebagai media
yang sangat berguna untuk mempengaruhi kehidupan dan perkembangan intelektual,
sosial, nilai-nilai, sikap dan moral siswa. Apa lagi bagi anak-anak SD seringkali figur
guru sangat disenangi, dihargai, dan dituruti. Tidak jarang-jarang anak SD lebih
mendengarkan dan menuruti apa yang dikataakan oleh gurunya, dari pada orang
tuanya. Oleh sebab itu, proses sosialisasi yang dilakukan melalui iklim kehidupan
sekolah yang diciptakan oleh guru dalam interaksi edukatifnya sangat berpengaruh
terhadap perkembangan penyesuian diri anak.
11. Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat juga menjadi faktor yang dapat berpengaruh terhadap
perkembangan penyesuaian dirim konsistensi nilai-nilai, sikap, aturan-aturan, norma,
normal dan perilaku masyarakat akan diidentifikasikan oleh individu yang berada
dalam masyarakat tersebut sehingga akan berpengaruh terhadap proses
perkembangaan penyesuaian dirinya.

e. Agama dan Budaya


Agama berkaiatan erat dengatn faktor budaya. Agama memberikan sumbangan
nilai-nilai keyakinan, praktik-praktik yang memberikan makna sangat mendalam,
tujuan serta kestabilan dan keseimbangan hidup individu. Agama secara konsisten dan
terus menerus kontinyu mangingatkan manusia yang diciptakan oleh Tuhan, bukan
sekedar nilai-nilai instrumental sebagaiman yang dihasilkan oleh manusia.

Anda mungkin juga menyukai