Anda di halaman 1dari 15

BAB I

IDENTIFIKASI TUJUAN UKUR


PENYESUAIAN DIRI

A. Pengertian Penyesuaian Diri

Davidoff (dalam Fairuz dkk, 2021:239) menyatakan bahwa penyesuaian


diri didalam ranah psikologi disebut adjustment yang biasa diartikan sebagai
proses pencarian titik temu antara kondisi individu dengan situasi lingkungannya.
Penyesuaian diri ialah alur psikologi yang menjabarkan seperti apa kegiatan
yang dilakukan individu dalam mengatasi tuntutan yang ada. Desmita (dalam
Fairuz dkk 2021:239)
Haber & Runyon (dalam Hisma & Erin, 2017:218) menyampaikan bahwa
penyesuaian diri dianggap berhasil jika individu tersebut mampu menghadapi
situasi dan kondisi yang berubah setiap waktunya. Penyesuaian diri merupakan
aspek penting bagi individu yang berada di suatu lingkungan.
Schneider (dalam Qori dan Janes, 2020:286) berpendapat bahwa
penyesuaian diri adalah bentuk dari seorang individu yang berusaha untuk
memegang kendali atas kebutuhan dalam diri, pemikiran, dan permasalahan,
dengan tujuan untuk mencapai keteraturan antara dirinya dan lingkungan tempat
ia berada. Schneiders (dalam Hartinah, 2008:186) mengungkapkan bahwa akan
ada kemungkinan terjadinya kegagalan dalam melakukan penyesuaian diri secara
positif yang berupa perubahan tingkah laku yang tidak terarah, serba salah, agresif
dan emosional.
Sobur (dalam Edy Musthofa, 2020:244) mengatakan penyesuaian diri
merupakan kekuatan individu dalam melakukan interaksi dengan sekitarnya untuk
dapat meraih tujuan hidupnya.
Kartono mengungkapkan penyesuaian diri adalah upaya individu untuk
mencapai keselarasan antara dirinya dan lingkungannya sehingga pemikiran-
pemikiran buruk yang ada pada dirinya dapat dihapuskan. (dalam Fairuz dkk,
2021:294)
Semiun (dalam Della dan Anizar, 2018:76) mengatakan bahwa
penyesuaian diri seperti pemenuhan kebutuhan, ketangkasan dalam mengatasi
konflik dan kekecewaan, kedamaian jiwa, serta pembentukan indikasi baru. Sama
halnya dengan belajar seperti apa berkawan dengan bijak untuk mampu
mengatasi tuntutan yang beragam dari orang lain. Penyesuaian diri mengharuskan
individu untuk dapat bertahan hidup menyesuaikan lingkungannya, sehingga
individu merasa mampu akan dirinya sendiri. Willis dalam Della dan Anizar
(2018:76)
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, peneliti dapat menyimpulkan
bahwa pengertian dari penyesuaian diri yaitu suatu usaha atau proses individu
dalam menghadapi situasi dan kondisi tertentu untuk mencapai keharmonisan
pada diri sendiri dan lingkungan sekitar.

B. Aspek-Aspek Penyesuaian Diri

Albert dan Emmons (dalam Fairuz, dkk, 2021:294) merumuskan beberapa


aspek penyesuaian diri dari yaitu:
1. Aspek Self-Knowledge dan Self-Insight
Merupakan kemampuan bagaimana individu dapat mengetahui kelebihan dan
kekurangan yang dimilikinya disertai dengan respon baik atas kekurangan yang
ada pada dirinya.
2. Aspek Self-Objectivity dan Self-Acceptance
Kemampuan menerima keadaan yang ada pada dirinya dengan sikap yang baik.
3. Aspek Self-Development dan Self-Control
Dapat mengendalikan diri dalam setiap kondisi maupun pengaruh yang datang
pada dirinya, sehingga dapat menggambarkan apakah individu tersebutu sudah
memiliki pemikiran yang matang
4. Aspek Satisfaction
Adanya rasa puas pada diri sendiri atas apa yang telah dilakukan merupakan
sesuatu pembelajaran hidup yang berguna.
Menurut Scheineders (dalam Della dan Anizar, 2018:76-79) terdapat
empat aspek penyesuaian diri yaitu:
1. Adaptation
Merupakan penyesuaian diri yang dianggap sebagai ketangkasan seseorang
dalam beradaptasi denagan lingkungannya. Biasanya Individu denga
penyesuaian diri yang baik, ia akan lebih memiliki tingkat kepuasan yang
berbeda dalam meraih tujuannya.
2. Comformity
Sering kali individu dikatakan mempunyai penyesuaian diri baik jika etika dan
tabiatnya mampu saling mengontrol.
3. Mastery
Seseorang dengan penguasaan diri baik memiliki progress dan mampu untuk
merealisasikan sehingga dapat menghadapi respons dari lingkungannya.
4. Individual Variation
Setiap individu memiliki perbedaan dalam merespons dan menangkis konflik
yang terjadi dalam dirinya.

Buchori (dalam Fairuz,dkk, 2021:294) mengungkapkan bahwa dalam


penyesuaian diri terhadap dua aspek, yaitu:
1. Penyesuaian Pribadi
Kemampuan individu bagaimana ia dapat menerima apa yang ada pada dirinya
agar keselarasan dapat tercapai diantara dirinya sendiri dan lingkungan tempat
ia berada. Ia harus tau siapa dirinya dan bagaimana ia harus bertindak
obyektifitas situasi yang ada sehingga ia mampu menangkis rasa cemas, tidak
puas, dan rasa tidak percaya diri atas dirinya.
2. Penyesuaian Sosial
Hal ini terjadi di lingkungan dimana suatu individu berhubungan dengan
berbagai macam sifat makhluk sosial. Antar individu saling berpengaruh dan
diwajibkan menjalankan setiap peraturan yang berlaku di lingkungan tersebut.
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa aspek-aspek
penyesuaian diri diatas antara lain: memahami kelebihan dan kekurangan,
menerima keadaan diri sendiri, mengendalikan diri sendiri, mampu
mewujudkan keselarasan dengan lingkungannya, mampu mengontrol diri dan
mampu menyesuaikan diri dalam situasi serta kondisi lingkungannya.

C. Faktor-Faktor Penyesuaian Diri

Schneiders (dalam Della dan Anizar, 2018:77-78), penyesuaian diri


dipengaruhi oleh 5 faktor yaitu:
1. Kondisi fisik, merupakan faktor penentu yang bisa berpengaruh kuat
terhadap proses penyesuaian diri individu. Kondisi fisik yang baik dan
sehat mampu memunculkan rasa percaya diri, rasa berharga dan
terciptanya sikap menerima diri sendiri.
2. Kepribadian, merupakan kemampuan dalam mengatur dirinya,
merealisasikan dan mengaplikasikan dirinya dalam menghadapi
lingkungannya.
3. Lingkungan, merupakan bagian utama yang paling menunjang
keberhasilan individu dalam menyesuaikan diri.
a. Pertama lingkungan keluarga, Keluarga yang berkarakter dan memiiki
interaksi yang baik akan mempercepat proses penyesuaian diri individu
dalam menghadapi situasi.
b. Lingkungan sekolah, lingkungan sekolah tak kalah pentingnya dalam
proses penyesuaian diri baik dalam intelektual, nilai, dan sosialnya.
4. Proses belajar, proses belajar mengubah cara pandang dalam
menghadapisituasi yang berkelanjutan. Mencakup beberapa hal yakni
kemauan dan kemampuan untuk berubah, latihan untuk mencapai hasil
penyesuaian diri yang baik serta determinasi yang menjadi penentu
individu akan arah dirinya.
5. Agama serta budaya, memberikan sumbangan berupa keyakinan, nilai-
nilai yang bermakna luas dan mendalam dengan tujuan untuk keselarasan
hidup individu.
Menurut Enung (dalam Fairuz dkk, 2021:295) proses penyesuaian diri
terdapat dua faktor yaitu:
1. Faktor internal, Faktor fisiologis dan faktor psikologis yang menekankan
faktor pengalaman, faktor belajar, determinasi diri dan faktor konflik.
2. Faktor eksternal, Kematangan sosial, moral, agama, budaya serta faktor
lingkungannya.

Soeparwoto dkk (dalam Edy Musthofa, 2020:247) menjelaskan faktor


internal yaitu sebagai berikut :
1. Faktor motif, yaitu motif-motif individu dilingkungan sosialnya, diantaranya
yaitu motif berafiliasi, motif berprestasi dan motif mendominasi.
2. Faktor konsep diri remaja, yaitu cara remaja mempersepsikan bagaimana
dirinya sendiri, meliputi aspek fisik, psikologis, sosial dan aspek akademik.
3. Faktor persepsi remaja, yaitu bagaimana remaja mengamati dan memberi
nilai terhadap suatu objek, aktivitas,dan kondisi melalui proses kognisi
maupun afeksi.
4. Faktor sikap remaja yaitu perilaku mana yang lebih dominan pada remaja
dalam berperilaku positif atau negatif.
5. Faktor intelegensi dan minat, intelegensi dapat menjadi acuan dalam
individu melakukan proses penyesuaian diri. Faktor minat mempengaruhi
proses tersebut menjadi lebih nyata, apabila remaja sudah memiliki minat
terhadap suatu hal, ia akan melakukan proses penyesuaian diri lebih cepat.

Adapun faktor eksternal menurut Soeparwoto dkk (dalam Edy Musthofa,


(2020:248) meliputi;
1. Faktor keluarga. Pola asuh orang tua yang mengedepankan sikap
demokratis lebih memberikan ruang untuk remaja dalam proses
penyesuaian diri.
2. Faktor kondisi sekolah. Kondisi sekolah yang efektif memberikan basis
bagi remaja untuk bertindak dalam penyesuaian diri secara serasi.
3. Faktor kelompok sebaya. Kelompok teman yang seusia sangat
berpengaruh dalam proses adaptasi remaja.
4. Faktor prasangka sosial. Prasangka terhadap para remaja di lingkungan
sosial juga berpengaruh dalam adaptasi remaja, misalnya memberi stigma
negatif, nakal, bertindak semaunya, dan lain-lain.
5. Faktor hukum dan norma sosial. Pemberlakuan hukum yang tegas dan adil
dapat melahirkan remaja-remaja yang baik dan patuh terhadap peraturan.

Skrinner mempunyai prinsip pendekatan yang menyatakan bahwa tingkah


laku individu dipengaruhi oleh variabel eksternal. Ia berpendapat bahwa tidak ada
sikap internal manusia yang mempengaruhi tingkah lakunya. Sekuat apapun
stimulus eksternal dapat dikontrol manusia menggunakan self-control. Hamim
Rosyidi (2015:12).
Mengkaji dari faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri diatas,
peneliti mengambil kesimpulan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi
penyesuaian diri pada remaja. Keselarasan antara faktor internal dan eksternal
sangat dibutuhkan agar penyesuaian diri dapat berjalan dengan baik dan tidak
menimbulkan suatu hal yang negatif bagi lingkungan sekitar.
BAB II

BLUE PRINT
PENYESUAIAN DIRI

Penyesuaian diri adalah suatu kondisi bagaimana seorang individu mampu


menghadapi berbagai situasi dan kondisi di lingkungan sekitar ia berada agar
kehidupan yang ia jalani dapat mencapai keselarasan dengan lingkungannya.
Beberapa aspek penyesuaian diri yaitu memahami kelebihan dan kekurangan,
menerima keadaan diri sendiri, mengendalikan diri sendiri, mampu mewujudkan
keselarasan, mampu mengontrol diri dan mampu menyesuaikan diri dalam situasi
serta kondisi lingkungannya.
Berikut akan penulis sajikan tabel untuk menjelaskan hubungan antara
atribut dan aspek penyesuaian diri dalam pengukuran skala, yang memuat aspek
dan indikator perilaku subjek.
Tabel 1
Blue Print Skala Penyesuaian Diri

No. Aspek Indikator Jumlah item Bobot


%
Fav Unfa
v

1. Adaptasi Mampu menyesuaian diri 2 2 12,5%


dengan lingkungannya.
Mampu menerima situasi dan 2 2 12,5%
kondisi disekitarnya
2. Kontrol Diri Mampu menjaga perilaku 2 2 12,5%
dalam setiap kondisi
Mampu mengontrol emosi 2 2 12,5%
dan tata bahasa disetiap
situasi.
3. Intropeksi Diri Mampu memahami kelebihan 2 2 12,5%
dan kekurangan yang ada
pada diri sendiri.
Mampu memahami 2 2 12,5%
karakteristik diri.
4 Variasi individual Mampu menerima perbedaan 2 2 12,5%
karakteristik setiap individu.
Mampu memahami perilaku 2 2 12,5%
setiap individu dalam suatu
lingkungan
Total 16 16 100%

Keterangan :
Fav : Item favorable
Unfav : Item Unfavorable
Tabel 2
Selebaran Item Skala Penyesuaian Diri

No. Aspek Indikator Jumlah item Bobot


fav Unfa %
v

1. Adaptasi Mampu menyesuaian diri pada 1,9 24,32 12,5%


lingkungannya.
Mampu menerima situasi dan 17,25 2,10 12,5%
kondisi disekitarnya.
2. Kontrol Diri Mampu menjaga perilaku dalam 3,11 18,26 12,5%
setiap kondisi.
Mampu mengontrol emosi dan 19,27 4,12 12,5%
tata bahasa disetiap situasi.
3. Intropeksi Diri Mampu memahami kelebihan dan 5,13 20,28 12,5%
kekurangan yang ada pada diri
sendiri.
Mampu memahami karakteristik 21,19 6,14 12,5%
diri.
4 Variasi Mampu menerima perbedaan 7,15 22,30 12,5%
Individual karakteristik setiap individu.
Mampu memahami perilaku 23,31 8,16 12,5%
setiap individu dalam suatu
lingkungan.
Total 16 16 100%

Keterangan :
Fav : Item favorable
Unfav : Item Unfavorable
BAB III
MODEL PENSKALAAN
SKALA SUBJEK

Azwar (2015:160-161) menyebutkan bahwa penskalaan (Scalling) adalah


suatu penempatan atribut atau karakteristik objek pada titik-titik tertentu
sepanjang kontinum dan dinyatakan secara kuantitatif. Letak atribut pada
kontinum secara kuantitatif dapat diketahui jarak antar atribut.
Torgerson beranggapan bahwa ada tiga pendekatan utama yaitu metode
yang berorientasi pada objek, metode yang berorientasi pada stimulus,serta
metode yang berorientasi pada respon. Dalam hal ini yang digunakan adalah
metode yang berorientasi pada subjek, perhatian fokus pada masalah penempatan
individu di titik-titik sepanjang kontinum. (dalam Azwar, 2015:161)
Pada penskalaan ini, perolehan data diambill dari sekelompok responden
yang diminta memberikan respon dalam lima kategori. Kategori yang diskalakan
yaitu “SS” yang berarti sangat setuju, “S” yang berarti setuju, “TS” yang berarti
tidak setuju, dan “STS” yang berarti sangat tidak setuju. Posedur rating yang
dijumlahkan dipakai untuk menghitung jarak letak masing-masing kategori
sehingga jika titik awal kontinum digunakan sebagai letak kategori respon
pertama maka penentuan letak respon-respon lainnya dapat ditentukan.
Setiap aspek terdiri dari item yang bersifat mendukung (favorable) dan
yang bersifat tidak mendukung (unfavorable). Pemberian skor untuk item yang
bersifat mendukung sama dengan pemberian skor untuk item yang bersifat tidak
mendukung yaitu nilai 4 untuk SS (Sangat Setuju), nilai 3 untuk S (Setuju), nilai 2
untuk TS ( Tidak Setuju) dan nilai 1 untuk STS (Sangat Tidak Setuju).
BAB IV
PENULISAN ITEM
SKALA PENYESUAIAN DIRI

A. Adaptasi
1. Mampu menyesuaikan diri pada lingkungannya
Favorable
1. Saya mampu menyesuaikan diri dengan baik di perkuliahan daring.
2. Saya mampu berkomunikasi dengan baik antar teman satu kelas walaupun
melalui virtual.
Unfavorable
1. Saya hanya mengikuti alur saja pada perkuliahan daring.
2. Saya lebih suka mengerjakan tugas dan belajar mandiri dalam perkuliahan
daring.
2. Mampu menerima situasi dan kondisi disekitarnya
Favorable
1. Saya bisa menerima perubahan situasi dan kondisi saat perkuliahan daring.
2. Saya bisa membantu mencari solusi atas permasalahan yang timbul selama
perkuliahan daring.
Unfavorable
1. Saya bingung dengan perubahan sistem pengajaran melalui e-learning.
2. Saya merasa timbul banyak masalah baru saat perkuliahan daring.
B. Kontrol Diri
1. Mampu menjaga perilaku dalam setiap kondisi
Favorable
1. Saya mampu menjaga sikap dan perilaku selama mengikuti perkuliahan
daring.
2. Saya mampu menghargai orang lain dengan baik walaupun tidak
berkomunikasi secara langsung.
Unfavorable
1. Sikap dan perilaku saya terkadang menyinggung mahasiswa lainya.
2. Saya lebih memikirkan diri saya sendiri daripada orang lain.
2. Mampu mengontrol emosi dan tata bahasa disetiap situasi
Favorable
1. Saya mampu mengendalikan emosi saat ada perselisihan akibat perbedaan
pendapat saat mengikuti kuliah daring.
2. Saya mampu memilah bahasa yang tepat untuk digunakan saat proses kuliah
daring.
Unfavorable
1. Di situasi tertentu saya terlibat perdebatan saat kuliah daring dilakukan.
2. Saya terkadang menggunakan bahasa yang kurang tepat ketika presentasi
materi melalui Zoom Meetings.
C. Intropeksi Diri
1. Mampu memahami kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri sendiri
Favorable
1. Saya mampu mengenali potensi yang ada pada diri saya.
2. Saya mampu menerima dan menyikapi kekurangan yang saya miliki dengan
baik.
Unfavorable
1. Seringkali saya tidak memanfaatkan dengan baik potensi yang saya miliki.
2. Kekurangan saya menjadi penghambat saya dalam bersosialisasi
2. Mampu memahami karakteristik diri.
Favorable
1. Saya mampu mengenali karakter yang melekat pada diri saya.
2. Saya mampu membawa karakter yang saya miliki di lingkungan saya
berada.
Unfavorable
1. Saya merasa karakter saya tidak mudah diterima dilingkungan tempat saya
berada.
2. Terkadang saya enggan untuk menerima karakter Dosen/Mahasiswa.
D. Variasi Individual
1. Mampu menerima perbedaan karakteristik setiap individu
Favorable
1. Saya mampu mengenali karakteristik dari masing-masing mahasiswa.
2. Saya mampu menerima perbedaan karakteristik mahasiswa lain
Unfavorable
1. Saya bersikap acuh tak acuh pada karakteristik dari mahasiswa di kelas.
2. Saya menolak berteman dengan mahasiswa yang memiliki karakter buruk.
2. Mampu memahami perilaku setiap individu dalam suatu lingkungan
Favorable
1. Saya mampu memahami perilaku setiap mahasiswa dalam suatu kelompok
belajar.
2. Saya dapat menyikapi perbedaan perilaku dan cara mengajar setiap dosen
dengan bijak.
Unfavorable
1. Terkadang penilaian saya terhadap mahasiswa lain tidak sesuai realitanya.
2. Saya lebih menyukai dosen yang bersahabat dengan mahasiswanya.

DAFTAR PUSTAKA
Rosyidi, Hamim. 2015 . PSIKOLOGI KEPRIBADIAN (Paradigma Traits,
Kognitif, Behavioristik dan Humanistik. Jaudar Press: Surabaya

Azwar, Saifuddin. 2011. Sikap Manusia, Teori, dan Pengukurannya . Pustaka


Pelajar: Yogyakarta

Ufairoh, F. N., & Paraswati, F. (2021). Penyesuaian Diri Mahasiswa Akibat


Culture Shock Pada Perubahan Sistem Pembelajaran di Era Pandemi.
Prosiding National Seminar on Accounting, Finance, and Economics
(NSAFE). 1 (4) : 293-295

Fanani, Q., & Jainurakhma, J. (2020). Kemampuan Penyesuaian Diri


Mahasiswa Terhadap Pembelajaran Daring di Tengah Pandemi
Covid-19. Jurnal KomtekInfo. 7 (4) : 286

Rufaida, H., & Kustanti, R. K., (2017). Hubungan Antara Dukungan Sosial
Teman Sebaya dengan Penyesuaian Diri pada Mahasiswa Rantau
dari Sumatera di Universitas Diponegoro. Jurnal Empati. 7 (3) : 218

Musthofa, M. E., (2020). Perilaku Over Protective Orang Tua dengan


Penyesuaian Diri Remaja di SMA Negeri 1 Wiradesa. Indonesian
Journal of Islamic Psychology. 2 (2) : 244-248

Aristya, D. N., & Rahayu, A., (2018). Hubungan Dukungan Sosial dan Konsep
Diri dengan Penyesuaian Diri Remaja Kelas X SMA Angkasa I
Jakarta. IKRAITH-HUMANIORA. 2 (2) : 76-78

Anda mungkin juga menyukai