Anda di halaman 1dari 23

9

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Penyesuaian Diri
1. Pengertian Penyesuaian Diri
Keberadaan manusia memiliki fungsi yang berbeda dengan
makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Selain terlahir sebagai makhluk individu,
menusia juga merupakan makhluk sosial. Abraham Maslow (dalam
Kartono, 1992) menyebutkan ada lima macam kebutuhan manusia, yaitu
kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan sosial,
kebutuhan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri. Dari tingkatan
tersebut, kebutuhan sosial pada diri manusia menempati urutan yang
ketiga dari lima macam hirarki yang disusunnya. Pada kebutuhan sosial,
manusia memperolehnya dengan cara berinteraksi dan menyesuaikan diri
dengan lingkungan yang ditempatinya.
Schneiders (1964) mengungkapkan penyesuaian diri adalah
kemampuan atau kapasitas individu untuk bereaksi secara efektif terhadap
kenyataan, situasi dan hubungan sosial untuk mencapai kehidupan social
yang memuaskan. Penyesuaian diri mempunyai cirri-ciri tertentu yaitu
adanya motif yang melatarbelakangi munculnya perilaku,ada rintangan
dari lingkungan yang menghambat, respon yang muncul pada masing-
masing individu bervariasi dan berakhir dengan penemuan suatu
pemecahan. Pengertian yang terkandung di dalamnya antara lain
10
merupakan usaha manusia untuk mengurangi tekanan akibat dorongan
kebutuhan dan usaha untuk menyelaraskan hubungan undividu dengan
realitas. Dalam arti yang lebih sempit ditekankan pada penyesuaian diri
sebagai proses melibatkan respon mental dan perilaku manusia dalam
usahanya mengatasi dorongan-dorongan dari dalam diri agar diperoleh
kesesuaian antar tuntutan dari dalam dan dari lingkungan. Ini berarti
bahwa penyesuaian diri merupakan suatu proses yang dinamis dan bukan
kondisi yang statis.
Penyesuaian diri sebagai proses, cara atau perbuatan yang
dilakukan oleh seseorang dalam menyesuaikan dengan perubahan
disekitarnya. Proses penyesuaian diri manusia dalam kelompok berperan
sesuai dengan peran jenis mereka, baik berjenis kelamin laki-laki atau
perempuan. (Poerwadarminta, 2006)
Hurlock (2000), menyatakan bahwa penyesuaian diri yang berhasil
akan menuju pada kondisi mental yang baik dalam arti mampu
memecahkan masalahnya dengan cara realistis, menerima dengan baik
sesuatu yang tidak dapat dihindari, memahami secara objektif kekurangan
orang lain yang bekerja dengan dirinya.
Walgito (1990), menyatakan bahwa di dalam hubungan sosial ini
individu satu dengan lainnya saling mempengaruhi sehingga setiap
individu akan menerima nilai-nilai dan menyesuaikan dengan norma sosial
yang berlaku.
Gerungan (2000), bahwa di dalam penyesuaian, individu dituntut
untuk mampu mengadakan cara penyesuaian yang baik tanpa
11
menimbulkan konflik bagi diri sendiri maupun masyarakat. Penyesuaian
sosial dalam dua kategori yaitu mengubah diri sesuai dengan keadaan
lingkungan yang disebut dengan autoplastis (dibentuk sendiri), dan
pengertian kedua adalah mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan
atau keinginan diri yang disebut aloplastis (dibentuk oleh yang lain).
Hall dalam Handayani (1996), penyesuaian diri adalah suatu proses
yang terus menerus berlangsung dan selalu berubah dalam kaitannya
dengan interaksi individu yang bersangkutan dengan orang lain, peristiwa-
peristiwa yang dialami dan kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi
kehidupannya seperti teman-temannya, keluarga, perkembangan fisik,
serta proses penuaan dalam lingkungan. Faktor-faktor ini secara
kesinambungan akan terus mengalami perubahan selama rentang
kehidupan. Penyesuaian diri yang dilakukan secara tepat, akan
menimbulkan seseorang dapat menjalankan fungsinya dalam masyarakat,
hubungan sosial, pelaksanaan tugas-tugas, serta perasaan subyektif
mengenai kepuasan dan kesenangan hidupnya akan dapat berlangsung
dengan baik.
Schneiders, 1964 berpendapat social adjustment signifies the
capacity to react evvectively and wholesomely to social realities,
situations so that the requirements for social living are fulfilled in a
acceptable ang satisfactory manner.

Pendapat tersebut bermakna bahwa di dalam penyesuaian sosial
menandakan kapasitas untuk memberi reaksi yang efektif dan bermanfaat
dalam kenyataan sosial, situasi sebagai syarat pemenuhan kehidupan sosial
dan dapat diterima sebagai sikap yang nyaman. (Schneiders, 1964)

12
Interaksi yang diadakan individu dalam kehidupan sosial
senantiasa harus melihat kondisi lingkungannya untuk dapat melakukan
penyesuaian seperti yang dikemukakan oleh Schneiders (1964) berikut :
A process involving both mental and behavioral responses, by
which an individual strives to cope successfully with inner needs, tensions,
frustrations, and conflict, and to degree of harmony between these inner
demands and those imposed on him by the objective world in which he
lives.

Pendapat tersebut bermakna bahwa di dalam penyesuaian terhadap
kehidupan sosial, individu melakukan kegiatan atau respon mental dan
tingkah laku untuk meredakan ketegangan-ketegangan, tekanan, frustasi
dan konflik-konflik serta menyesuaikan diri dengan norma-norma
masyarakat dimana ia tinggal, hal ini sebagai suatu proses untuk mencapai
kesuksesan dengan meningkatkan keinginan dari dalam diri individu itu
sendiri dan menitikberatkan pada tujuannya pada lingkungan dimana ia
tinggal.
Penyesuaian diri manusia dalam kelompok berperan sesuai dengan
jenis kelaminnya merupakan bagian normal dalam proses perkembangan
sehingga tidak seorangpun menganggapnya sebagai masalah. Akibat dari
proses tersebut terbentuklah stereotip jenis kelamin yang secara tidak
langsung disetujui oleh anggota kedua jenis kelamin dalam suatu
lingkungan, bergantung pada apa saja yang dihargai untuk lingkungan
tersebut (Hurlock, 1999).


13
Hurlock (1999), juga menambahkan bahwa untuk melakukan
penyesuaian yang baik bukanlah hal yang mudah. Akibatnya, banyak
individu yang kurang dapat menyesuaikan diri, kurang baik secara sosial
maupun pribadi. Perkembangan pribadi, sosial dan moral yang dimiliki
seseorang menjadi dasar untuk memandang diri dari lingkungannya di
masa-masa selanjutnya.
Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud penyesuaian diri adalah kemampuan atau kapasitas individu
untuk bereaksi secara efektif terhadap kenyataan, situasi, dan hubungan
sosial untuk mencapai kehidupan sosial yang memuaskan. Dalam
melakukan penyesuaian sosial, seorang individu akan menjalin hubungan
dengan lingkungan masyarakat yang merupakan sifat dan kebutuhan
manusia. Dalam hubungan sosial ini, antar individu akan saling
mempengaruhi sehingga setiap individu akan menerima nilai-nilai dan
mengadakan penyesuaian diri yang tepat agar mampu menyesuaikan diri
dengan norma-norma sosial yang berlaku.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri
Schneiders (1964), menyatakan bahwa penyesuaian diri memiliki
beberapa faktor. Beberapa faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian
sosial, yaitu :
a. Keadaan Fisik dan Jenis Kelamin
Keadaan fisik sangat mempengaruhi penyesuaian seseorang.
Adanya cacat fisik atau penyakit tertentu sering menjadi latar belakang
14
terjadinya hambatan-hambatan sosial. Matches dan Kahn (dalam
Hurlock, 2000), mengatakan bahwa dalam interaksi sosial, penampilan
fisik yang menarik merupakan potensi yang menguntungkan dan dapat
dimanfaatkan untuk memperoleh berbagai hasil yang menyenangkan
bagi pemiliknya. Salah satu keuntungan yang sering diperoleh ialah
orang tersebut mudah berteman. Orang-orang yang menarik lebih
mudah diterima dalam pergaulan dan dinilai lebih positif oleh orang
lain dibandingkan orang yang kurang menarik. Karena banyak hal
positif yang disebabkan oleh penampilan yang menarik ini, maka
orang tersebut lebih mudah menyesuaikan diri dari pada yang kurang
menarik.
Lingkungan masyarakat memberikan stereotip tertentu pada jenis
kelamin laki-laki dan perempuan yang menyebabkan terjadinya
perbedaan status sosial. Dalam lingkungan sosial pada umumnya, laki-
laki mendapat kebebasan lebih banyak. Laki-laki cenderung lebih
bebas, lebih berkuasa, lebih berani menentang segala peraturan yang
ada. Sebaliknya, perempuan lebih banyak terikat pada keluarga dan
mempunyai kecenderungan lebih patuh dan menerima aturan yang
berlaku. Perempuan juga lebih mudah menghayati perasaan orang lain
dan merasa lebih senang bersama dan menciptakan hubungan yang erat
dengan teman-temannya.
b. Keadaan Lingkungan
Menurut Hurlock (1999) menyatakan bahwa keadaan lingkungan
yang baik, damai dan penuh penerimaan dan memberikan
15
perlindungan kepada anggota masyarakatnya merupakan lingkungan
yang akan memperlancar proses penyesuaian individu.
c. Tingkat Pendidikan dan Intelegensi
Individu yang mempunyai tingkat pendidikan dan intelegensi yang
tinggi cenderung dapat melakukan kemampuan komunikasi yang baik.
Dan seseorang yang memiliki kemampuan komunikasi yang baik,
biasanya diikuti dengan tingkat pendidikan dan intelegensi yang tinggi
pula. Calvin (dalam Arifah, 2005) juga menyebutkan bahwa
intelegensi adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan sosialnya.
d. Kebudayaan dan Agama
Kebudayaan secara langsung atau tidak langsung berpengaruh pada
pembentukan tingkah laku individu. Kebudayaan memudahkan atau
bahkan menyulitkan penyesuaian individu. Individu yang dapat
bertingkah laku sesuai dengan budaya yang berlaku akan mudah untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan tersebut. Demikian halnya
dengan agama, sebagai sarana untuk mengurangi konflik, frustasi, dan
ketegangan psikis lainnya akan memberi rasa aman bagi individu
dalam penyesuaiannya.
e. Kondisi Psikologis
Individu yang sehat dan matang secara psikologis akan dapat
menyelaraskan dorongan-dorongan internalnya dengan tuntutan-
tuntutan yang berasal dari lingkungan. Bahkan tidak hanya itu,
16
individu tersebut akan berusaha memenuhi tuntutan tersebut
(Hurlock, 1999).
Sedangkan menurut Daradjat (1986) mengungkapkan faktor-faktor
yang mempengaruhi penyesuaian diri adalah :
a. Frustasi atau tekanan perasaan
Frustasi atau tekanan perasaan adalah sutu proses yang
menyebabkan orang merasa akan adanya hambatan terhadap
terpenuhinya kebutuhan-kebutuhannya atau menyangka bahwa akan
terjadi sesuatu hal yang menghalangi keinginannya. Orang yang sehat
mentalnya akan dapat menerima frustasi tersebut untuk sementara.
Frustasi disebabkan oleh tanggapan terhadap situasi yang dipengaruhi
oleh kepercayaan kepada diri sendiri dan kepercayaan terhadap
lingkungan.
b. Konflik atau pertentangan batin
Konflik jiwa atau pertentangan batin adalah terdapatnya dua
macam dorongan atau lebih yang berlawanan atau bertentangan satu
sama lain, hal tersebut tidak mungkin dipenuhi dalam waktu yang
sama. Konflik tersebut bisa berupa dua hal yang sama-sama diingini,
yang pertama diingini dan yang kedua tidak diingini, dan dua hal yang
sama-sama tidak diingini.
c. Kecemasan
Kecemasan adalah manifestasi dari berbagai proses emosi yang
bercampur baur yang terjadi ketika orang sedang mengalami tekanan
17
perasaan (frustasi) dan pertentangan batin (konflik). Rasa cemas bisa
ditimbulkan dari melihat dan mengetahui ada bahaya yang mengancam
dirinya, berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk dan arena
perasaan berdosa atau bersalah disebabkan telah melakukan hal-hal
yang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani.
Winarno dan Thomas (dalam Novirianti, 2006) mengatakan faktor-
faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri adalah faktor dari dalam
individu dan faktor dari luar individu. Menurut Hilgar (dalam
Novirianti, 2006) mengatakan bahwa berhasil atau tidaknya individu
dalam mengadakan penyesuaian diri dipengaruhi oleh motif dan emosi
individu yaitu keseimbangan antara pengetahuan yang dimiliki dengan
masalah yang dihadapi oleh individu. Cara untuk memahami
perkembangan dan penyesuaian diri orang dewasa adalah dengan
meneliti jalan yang dipilih orang tersebut saat menghadapi saat-saat
yang penting dalam hidupnya.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa ada 5 faktor
penting yang mempengaruhi penyesuaian diri seseorang, yaitu keadaan
fisik dan jenis kelamin, keadaan lingkungan, tingkat pendidikan dan
intelegensi, kebudayaan dan agama, kondisi psikologis.
3. Aspek-aspek Penyesuaian Diri
Hurlock (1999), menyatakan bahwa istilah penyesuaian mengacu
pada seberapa jauh kepribadian seorang individu berfungsi secara efisien
dalam masyarakat. Terdapat pola perilaku tertentu yang secara
18
karakteristik dikaitkan dengan individu yang berpenyesuaian baik dan pola
yang dikaitkan dengan individu yang berpenyesuaian buruk. Selain factor-
faktor yang dapat mendukung terjadinya penyesuaian diri pada individu
secara umum, terdapat pula aspek lain yang menjadi penentu hasil dari
proses ini sehingga dapat dilihat apakah individu tersebut mempunyai
kemampuan penyesuaian diri yang baik atau sebaliknya.
Schneiders (1964) mengungkapkan individu disebut mempunyai
penyesuaian diri yang baik bila mempunyai keterampilan sosial dan
kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain baik dengan orang
sebaya maupun dengan orang yang belum dikenalnya. Lebih lanjut
disebutkan bahwa ada beberapa aspek penting yang menjadi penentu
keberhasilan individu dalam penyesuaian diri di lingkungannya, yaitu :
a. Adaptation (Penyesuaian Diri)
Penyesuaian diri dipandang sebagai kemampuan beradaptasi
karena di dalamnya diartikan pada konotasi fisik, misalnya untuk
menghindari ketidaknyamanan akibat cuaca yang tidak diharapkan,
jadi seseorang membuat sesuatu untuk bernaung. Orang yang
penyesuaian dirinya baik, berarti individu tersebut mempunyai
hubungan yang memuaskan dengan lingkungannya.
b. Conformity (Kecocokan)
Seseorang dapat dikatakan memiliki kemampuan penyesuaian diri
yang baik jika mempunyai kriteria sosial dan hati nuraninya akan
merasakan kenyamanan dalam berhubungan dengan individu lain di
19
lingkungan sosialnya karena adanya keserasian antara tuntutan dari
luar dan kemampuan dari dalam diri individu tersebut.
c. Mastery (Penguasaan)
Kemampuan seseorang membuat rencana dan mengorganisasikan
respon diri, sehingga dapat menguasai dan menanggapi segala hal
masalah dengan efisien merupakan salah satu keberhasilan individu
dalam menyesuaikan diri.
d. Individual Variation (Perbedaan Individu)
Adanya perbedaan individual dan respon manusia dalam
menanggapi masalah sehingga mengakibatkan tidak semua individu
mampu menyesuaikan diri dalam lingkungan yang sama walaupun
latar belakang sosial ekonomi sama.
Hurlock (1999) menyebutkan individu yang mempunyai
penyesuaian baik memiliki semacam harmoni dalam, artinya individu
tersebut merasa puas dengan dirinya walaupun kadangkala terdapat
kekecewaan namun individu tersebut bisa memodifikasi agar seimbang.
Setidaknya ada 20 aspek penting yang menandakan seseorang memiliki
penyesuaian diri yang baik di lingkungan, yaitu :
a. Mampu dan bersedia menerima tanggung jawab yang sesuai usia
b. Berpartisipasi dengan gembira dalam kegiatan sesuai tingkat usia
c. Bersedia menerima tanggung jawab yang berhubungan dengan
perannya
d. Segera menangani masalah yang menuntut penyelesaian
20
e. Senang memecahkan dan mengatasi berbagai hambatan yang
mengancam kebahagiaan
f. Mengambil keputusan dengan senang tanpa konflik dan tanpa banyak
minta nasehat
g. Tetap pada pilihannya sampai diyakinkan bahwa pilihannya itu salah
h. Lebih banyak memperoleh kepuasan daripada prestasi yang nyata
dibandingkan prestasi yang imajiner
i. Dapat menggunakan pikiran sebagai alat untuk merencanakan cetak
biru tindakan bukan sebagai akal untuk menunda atau menghindari
tindakan
j. Belajar dari kegagalan dan tidak mencari-cari alasan menutupi
kesalahan
k. Tidak membesar-besarkan keberhasilan atau menerapkannya pada
bidang yang tidak berkaitan
l. Mengetahui bagaimana pembagian waktu antara bekerja dan bermain
m. Dapat mengatakan Tidak dalam situasi yang membahayakan
n. Dapat mengatakan Ya dalam situasi yang menguntungkan
o. Dapat menunjukan amarah secara langsung bila tersinggung atau bila
hak-haknya dilanggar
p. Dapat menunjukan kasih sayang secara langsung dengan cara dan
takaran yang sesuai
q. Dapat berkompromi bila menghadapi kesulitan
r. Dapat menahan sakit dan frustasi emosional jika perlu
21
s. Dapat memusatkan energi pada tujuan yang penting
t. Menerima kenyataan bahwa hidup adalah perjuangan yang tak
berakhir.
Menurut uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
penyesuaian dari dalam individu meliputi beberapa sikap pribadi individu
seperti adanya penerimaan diri terhadap dirinya, mempunyai perasaan /
afeksi yang harmonis dan seimbang, memiliki kepribadian yang matang
dan terintegrasi, dapat mengendalikan luapan emosi, berpegang teguh pada
pendirian, berpikir menggunakan rasio, mempunyai spontanitas yang
bagus dalam mengungkapkan perasaannya, sanggup mengatasi
permasalahan dengan baik dan dapat berkomunikasi secara efektif dengan
berbagai lapisan masyarakat. Sedangkan penyesuaian dari luar individu
meliputi kemampuan individu dalam menangani masalah yang menuntut
penyelesaian secara efisien, berpartisipasi dalam kelompok dengan latar
belakang yang berbeda, selain itu juga memiliki keterampilan, kebiasaan
dan kelincahan yang baik sehingga dapat membentuk dan menjaga
hubungan baik dalam masyarakat, keluarga maupun kelompok tertentu

B. Nikah Sirri
1. Pengertian Nikah Sirri
Nikah sirri adalah pernikahan yang dilakukan oleh wali pihak
perempuan dengan seorang laki-laki dan disaksikan oleh dua orang saksi,
tetapi tidak dilaporkan atau tidak dicatatkan di Kantor Urusan Agama
22
(KUA). Pernikahan sirri yang menjadi praktik umum di masyarakat
memudahkan laki-laki berpoligami tanpa melalui prosedur yang
disyaratkan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan,
padahal Undang-Undang ini pada prinsipnya menganut asas monogami.
Asas perkawinan ini dalam hukum Islam juga menganut asas
monogami. Ketentuan ini terdapat dalam Al Quran Surat An-Nisaa ayat 3
: jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil diantara istri-istri
kamu itu, seyogyanyalah kamu mengawini seorang perempuan saja, yang
demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.
Maksud dari ayat tersebut adalah bahwa walaupun seorang laki-
laki diperbolehkan mengawini wanita lebih dari seorang, tapi seandainya
tidak dapat memenuhi syarat-syarat yang ditentukan, sebaiknya menikah
dengan satu perempuan saja. Perkawinan lebih dari satu dianggap sebagai
suatu perkecualian.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa nikah sirri sah
bila dihadirkan wali pihak perempuan dan juga dua orang saksi, namun
tidak dilaporkan atau dicatat dalam Kantor Urusan Agama (KUA).
Pernikahan sirri seringkali dilakukan untuk memudahkan laki-laki
berpoligami yang kurang sesuai dengan prosedur yang ditetapkan dalam
Undang-Undang Perkawinan. Namun dalam agama Islam sendiri,
poligami memang dibolehkan asal memenuhi syarat-syarat yang telah
ditentukan, dan seandainya tidak mampu, maka lebih baik tidak usah
berpoligami.
23
2. Dampak Nikah Sirri
Nikah sirri mempunyai dampak positif dan negatif, yaitu antara lain :
a. Dampak Positif
1) Dapat meminimalisir adanya sex bebas, serta berkembangnya
penyakit AIDS, HIV, maupun penyakit kelamin yang lainnya
2) Mengurangi beban atau tanggung jawab seorang wanita yang
menjadi tulang punggung keluarganya.
b. Dampak Negatif
1) Pernikahan sirri tidak memiliki kekuatan hukum dan dianggap
tidak sah di mata hukum sehingga istri yang dinikahi secara sirri
dianggap tidak sah di mata hukum
2) Istri dan anak dari pernikahan sirri tidak berhak atas nafkah dan
warisan dari suami jika meninggal nanti.
3) Istri dari pernikahan sirri tidak berhak atas harta gono-gini jika
terjadi perpisahan, karena secara hukum, pernikahan sirri dianggap
tidak sah dan tidak pernah terjadi
4) Kerugian dalam aspek sosial yang harus ditanggung oleh wanita
yang terikat dengan nikah sirri adalah sulitnya bersosialisasi
dengan masyarakat sekitar. Biasanya wanita yang tinggal serumah
dengan suami dari nikah sirri akan dianggap kumpul kebo atau
dianggap sebagai wanita simpanan. Wanita tersebut akan menjadi
buah bibir di lingkungan tempat tinggalnya.
24
5) Kerugian yang harus ditanggung anak adalah akan dianggap
sebagai anak yang tidak sah, dan pada akhirnya anak tersebut
hanya akan memiliki hubungan perdata dengan ibu dan keluarga
ibunya saja. Secara hukum, anak tersebut tidak memiliki hubungan
dengan sang ayah. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang
Perkawinan Pasal 42 dan 43 ayat 1 :
Pasal 42: Anak yang sah adalah anak yang dilahirkan
dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah
Pasal 43 ayat (1): Anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya
mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga
ibunya.
Akte kelahiran anakpun hanya akan dicantumkan nama ibunya
saja, nama ayahnya tidak ada. Selain itu, status anakpun akan
tertulis sebagai anak di luar nikah. Hal ini banyak sekali
mengakibatkan melekatnya cap negatif masyarakat terhadap anak
tersebut.
6) Status anak yang tidak jelas di mata hukum tentu saja akan
menimbulkan lemahnya hubungan anak dengan ayahnya. Dan
seandainya ayahnya tidak mengakui bahwa anak itu bukan anak
kandungnya, maka anak tidak akan memiliki kekuatan apa-apa
yang dapat digunakan untuk melakukan pembelaan atau gugatan.
(www.eramuslim.com/konsultasi/motivasi/nikahsirri).
25
Menikah sirri biasanya dilakukan untuk menikah kedua dan
seterusnya, karena untuk meminta izin kepada istri sebelumnya sangat
sulit. Sedangkan untuk berpoligami sulit untuk ditempuh.
Dari pernyataan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa nikah
sirri memiliki beberapa dampak negatif, diantaranya orang yang
melakukan nikah sirri tidak memiliki kekuatan hukum, dan kerugian
banyak ditanggung oleh istri dan anaknya mengenai statusnya, masa
depan, warisan, dan status sosial. Namun diantara sekian banyak
dampak negatif, nikah sirri juga memiliki dampak yang positif, yaitu
dapat meminimalisir adanya sex bebas, yang akan menimbulkan
penyakit kelamin. Jadi, sebaiknya melihat dulu apa yang melatar
belakangi nikah sirri tersebut sehingga tidak semena-mena
memberikan penilaian negatif, karena bagaimanapun juga nikah sirri
adalah perjanjian suci yang dibolehkan Allah, jadi seandainya ada
penyimpangan fungsi, maka itu mutlak kesalahan individu yang
menjalani.
3. Syarat dan Rukun Perkawinan / Perkawinan Sirri Menurut
Hukum Islam
Syarat dan Rukun Perkawinan menurut hukum Islam :
a. Harus ada calon pengantin laki-laki dan calon perempuan yang akil
baligh
b. Adanya persetujuan yang bebas antara kedua calon pengentin
tersebut
c. Ada wali nikah bagi calon pengantin perempuan
26
d. Ada 2 orang saksi laki-laki muslim yang adil
e. Adanya mahar dari laki-laki untuk perempuan
f. Ijab qabul
g. Walimah
Syarat dan rukun perkawinan sirri sama dengan yang ada dalam
perkawinan resmi, perbedaannya jika perkawinan resmi tercatat di
KUA, nikah sirri tidak dicatatkan di KUA. Jadi, bila pernikahan sudah
mencakup syarat-syarat tersebut, maka pernikahan sudah dikatakan sah
menurut agama.
Namun pengumuman dan pendaftaran itu penting dan perlu
untuk menghindari akibat hukum yang timbul dari perkawinan sirri/
perkawinan bawah tangan itu dalam hubungannya dengan pihak
ketiga, misalnya tentang sahnya anak, wali nikah, waris mal waris.
Bahwa pengumuman dan pendaftaran itu penting bagi kemaslahatan
kedua belah pihak dan kepastian hukum bagi masyarakat, demikian
juga baik suami maupun istri tidak demikian saja dapat mengingkari
perjanjian perkawinan tersebut, dan tidak dengan mudah menjatuhkan
talaq, sesuai dengan analogi (qias) Al-Quran, apalagi bila
dihubungkan dengan Undang-Undang no.22 tahun 1946, Undang-
Undang no.32 tahun 1954, pasal 2 Undang-Undang no.1 tahun 1974,
yang merupakan ijma sebagian besar ulama Islam, dan demi
kemaslahatan umat Islam sendiri patutlah, bahkan wajib untuk ditaati
(Ramulyo, 2000)
27
Adakalanya akibat negatif yang harus diderita oleh hanya salah
satu pihak, dalam hal ini adalah istri beserta anaknya, disebabkan oleh
penerapan suatu peraturan seperti yang ditawarkan pihak laki-laki,
itulah yang dimaksud dengan penerapan hukum yang kosong dari
sasarannya bahkan berakibat sebaliknya dari suatu hukum. Setiap
bentuk hukum dirumuskan dengan pertimbangan adanya manfaat yang
akan diraih oleh pihak-pihak yang menerapkannya atau adanya
mudharat yang akan dihilangkan (Zein, 2004).
Dari uraian di atas, dapat diberi kesimpulan bahwa pernikahan
sirri sah secara agama bila memenuhi syarat yang telah ditentukan.
Namun pendaftaran dan pengumuman itu sangatlah penting untuk
kemaslahatan kehidupan rumah tangga nantinya. Karena jika tidak
demikian, akan banyak hal yang memungkinkan akan merugikan salah
satu pihak, karena itu patut bahkan wajib untuk ditaati. Hal ini
dikarenakan memungkinkan adanya pihak-pihak tertentu yang
dirugikan.

C. Penyesuaian Diri Istri Yang Dinikahi Secara Sirri Pada Perkawinan
Poligami
Penyesuaian diri manusia dalam kelompok berperan sesuai dengan
jenis kelaminnya merupakan bagian normal dalam proses perkembangan
sehingga tidak seorangpun menganggapnya sebagai masalah. Akibat dari
proses tersebut terbentuklah stereotip jenis kelamin yang secara tidak
28
langsung disetujui oleh anggota kedua jenis kelamin dalam suatu
lingkungan, bergantung pada apa saja yang dihargai untuk lingkungan
tersebut (Hurlock, 1999).
Lingkungan masyarakat memberikan stereotip tertentu pada jenis
kelamin laki-laki dan perempuan yang menyebabkan terjadinya perbedaan
status sosial. Dalam lingkungan sosial pada umumnya, laki-laki mendapat
kebebasan lebih banyak. Laki-laki cenderung lebih bebas, lebih berkuasa,
lebih berani menentang segala peraturan yang ada. Sebaliknya, perempuan
lebih banyak terikat pada keluarga dan mempunyai kecenderungan lebih
patuh dan menerima aturan yang berlaku. Perempuan juga lebih mudah
menghayati perasaan orang lain dan merasa lebih senang bersama dan
menciptakan hubungan yang erat dengan teman-temannya.
Salah satu dampak negatif dari nikah sirri adalah kerugian dalam
aspek sosial yang harus ditanggung oleh wanita yang terikat dengan nikah
sirri adalah sulitnya bersosialisasi dengan masyarakat sekitar. Biasanya
wanita yang tinggal serumah dengan suami dari nikah sirri akan dianggap
kumpul kebo atau dianggap sebagai waniota simpanan. Wanita
tersebut akan menjadi buah bibir di lingkungan tempat tinggalnya.
(www.eramuslim.com/konsultasi/motivasi/nikahsirri).
Adakalanya akibat negatif yang harus diderita oleh hanya salah
satu pihak, dalam hal ini adalah istri beserta anaknya, disebabkan oleh
penerapan suatu peraturan seperti yang ditawarkan pihak laki-laki, itulah
yang dimaksud dengan penerapan hukum yang kosong dari sasarannya
29
bahkan berakibat sebaliknya dari suatu hukum. Setiap bentuk hukum
dirumuskan dengan pertimbangan adanya manfaat yang akan diraih oleh
pihak-pihak yang menerapkannya atau adanya mudharat yang akan
dihilangkan (Zein, 2004).
Banyak istri yang sangat menderita dan tidak bahagia dalam
perkawinannya yang disebabkan oleh ketidaksiapan dan kurangnya
kemampuan istri tersebut memainkan beberapa peranan yang berbeda-
beda dalam status perkawinan. Kemampuan tersebut tidak hanya
diperlukan dalam kondisi perkawinan saja, akan tetapi berlaku juga pada
setiap kondisi kehidupan manusia. Oleh karena itu, agar istri tersebut
mampu melakukan berbagai macam peranannya, maka diperlukan
kedewasaan psikis yaitu memiliki emosi yang stabil, bisa mandiri,
menyadari tanggung jawab, terintegrasi segenap komponen kejiwaan,
mempunyai tujuan dan arah hidup yang jelas, serta produktif-kreatif dan
etis-religius. (Kartono, 1992)
Oleh karena itu seorang istri yang dinikahi secara sirri harus
mampu melakukan penyesuaian diri dengan baik agar mampu
menciptakan keselarasan dan keseimbangan dalam hidupnya. Seorang istri
yang dinikahi secara sirri juga mendapatkan hak yang tidak sepenuhnya,
karena seorang suami harus membagi dengan istri yang lainnya. Keadilan
yang dimaksud adalah keadilan dalam waktu dan giliran saja. Tepatnya,
ketika seorang suami datang kepada salah seorang istrinya dan adil dalam
pembagian standar hidup, tidak menelantarkan yang satu dan memberikan
30
secara berlebihan kepada yang lain. Akan tetapi keadilan dalam cinta
adalah sebuah hal yang mustahil dilakukan, karena hal tersebut di luar
kemampuan manusia. Quran Surat Al-Ahzaab : 4 : Allah sekali-kali
tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya. (As-
Syarawi, 2005).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa istri yang dinikahi
secara sirri akan mengalami akibat negatif dari pernikahannya, sehingga
istri tersebut harus memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
peran yang dijalaninya. Kedewasaan psikis sangat diperlukan dalam
kondisi perkawinannya.













31
D. Kerangka Berpikir











Perempuan dinikahi secara sirri memiliki alasan yang berbeda-beda.
Setelah terjadi perkawinan sirri, istri ini akan menghadapi berbagai permasalahan
yang menyangkut kehidupannya. Dan istri yang dinikahi secara sirri itu akan
berusaha melakukan cara untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Kemudian
istri sirri ini membutuhkan penyesuaian diri untuk mengatasi masalah-
masalahnya.
Cara mengatasi masalah
Penyesuaian diri yang dilakukan istri yang
dinikahi secara sirri
Alasan kenapa bersedia menjadi istri yang dinikahi secara sirri
Cara mengamati masalah

Anda mungkin juga menyukai