Anda di halaman 1dari 94

Perpustakaan Unika

BURNOUT PADA PERAWAT ICU


RUMAH SAKIT TELOGOREJO SEMARANG
DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP
LINGKUNGAN KERJA

SKRIPSI
DIAN MAYASARI
03.40.0123

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2007
i

Perpustakaan Unika

Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi


Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
dan Diterima untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Guna
Memperoleh Derajat Sarjana Psikologi

Pada Tanggal
21 Juni 2007

Mengesahkan
Fakultas Psikologi
Universitas Katolik Soegijapranata
Dekan,

(Drs. M. Suharsono, MSi.)

Dewan Penguji
1. Drs. Sumbodo Prabowo, MSi.

2. Lucia Trisni W., S.Psi., MSi.

3. Drs. ML. Oetomo

ii

Perpustakaan Unika

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahk


hkaan kepada:
Tuhan Yesus Kristus atas berkat, karun
uniia dan kasihNya,
P a p a d a n M a m a y a n g t e l a h m e m b e r i k a n d u ku n g a n d a n d o a ,
k a r ya i ni s eb a g a i b u k t i b a k t i k e p a d a mu ,
juga bagi kedua adikk
kkuu tercinta N un
unggki dan Adhy
s e r t a Mas H e ri y a ng t e l ah m e mb e ri k an d u k un gan ,
kasih da
d a n c i nt a.

iii

Perpustakaan Unika

MOTTO

Ia m em bu at s egala s es uat u ind ah p ad a wakt


ktuuN ya,
bahk an Ia
Ia m em ber
eriik an k ekek al an d al am h at i m er ek a.
(Pen
Pengk
gk.. 3 : 11
11aa)

Fait h m ak es all th ings pos


possi
sibbl e. Lov e m akes al l thi
thinngs eas y. H op e
mak es all thi
hinngs wo
worrk.
(Th e wi
wiss e one)

iv

Perpustakaan Unika

UCAPAN TERIMA KASH

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus


Kristus yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan
terselesaikan tanpa adanya bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
sehingga kesulitan-kesulitan yang penulis alami selama penyusunan
skripsi dapat teratasi.
Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan dan ketulusan hati
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. M. Suharsono, MSi., selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.
2. Bapak Drs. Sumbodo Prabowo, MSi., selaku Dosen Pembimbing yang
dengan penuh kesabaran telah bersedia meluangkan waktunya untuk
memberikan bimbingan, menyumbangkan pemikiran berharga dan
melakukan koreksi dengan seksama selama proses penyusunan skripsi
yang sangat berarti bagi penulis.
3. Ibu Dra. Lucia Hernawati, MS., selaku Dosen Wali yang telah
membimbing penulis dalam menuntut ilmu di Fakultas Psikologi
Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.
4. Ibu Erna Agustina Y., S.Psi., MSi., selaku biro skripsi yang telah
membantu kelancaran skripsi penulis.
5. Papa dan Mama yang telah memberikan bimbingan, dukungan baik
moril maupun materiil, doa dan kasih sayang kepada penulis sehingga
penulis menyelesaikan karya skripsi ini.

Perpustakaan Unika

6. Bapak Herman Yosef, S.Psi., selaku personalia Rumah Sakit Telogorejo


yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian
dan membantu penelitian di Rumah Sakit Telogorejo Semarang.
7. Ibu Musaadah dan Ibu Rita selaku staf personalia Rumah Sakit
Telogorejo dan Ibu Fatma selaku Kepala Bagian ICU Rumah Sakit
Telogorejo atas kesediaannya membantu peneliti dalam melaksanakan
penelitian di Rumah Sakit Telogorejo Semarang.
8. Perawat ICU Rumah Sakit Telogorejo Semarang yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk mengisi skala penelitian.
9. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata
Semarang atas bimbingan dan pengajaran yang telah diberikan selama
masa studi.
10. Staf Tata Usaha Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata
Semarang: Mba Ike, Mba Tatik, Mba Retno, Mas Inang, Mas Jimin dan
Mas Pri yang telah membantu dalam urusan administrasi dan perijinan
sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan penyusunan skripsi.
11. Seluruh

karyawan

Perpustakaan

Universitas

dan

Perpustakaan

Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang yang


telah menyediakan sarana penunjang dalam penyusunan skripsi ini.
12. Adik-adikku tercinta Nungki dan Adhy, terima kasih atas kasih sayang,
doa dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis, ayo kita berjuang
bersama menggapai masa depan yang indah dan penuh tantangan.
13. My Soulmate: Agnes, Novi, Dian yang selalu ada dan setia menemaniku,
memberikan semangat, doa dan kasih sayang serta perhatian kepada
penulis dan setia menjadi pendengar keluh kesah penulis.

vi

Perpustakaan Unika

14. Mas Heri Mai Wantoro yang telah memberikan doa, nasehat,
dukungan, perhatian, kasih sayang dan menjadi inspirasi bagi penulis.
15. Abangku Elfanus Banjarnahor terima kasih untuk semua doa,
dukungan, perhatian dan kasih sayangnya.
16. Aloysius Anindita terima kasih atas semua dukungan, perhatian dan
semuanya, terlebih tumpangannya waktu mau ujian skripsi.
17. Bapak Pendeta Herry Purnomo yang telah banyak memberikan
bimbingan rohani kepada penulis.
18. Sahabat-sahabatku: Henny, Mba Fenti, Mba Yeni, Mba Theres, Mba
Ita, Adi, Mas Son2, Mas Dwi, Mas Yudi, Abed, Aris, Danang terima
kasih atas kebersamaan yang indah.
19. Semua teman-teman Youth GpdI Plamongan Indah terima kasih atas
dukungan doa dan semangat untuk penulis.
20. Semua teman-teman psikologi angkatan 2003 yang membantu penulis
dalam menempuh studi selama ini.
21. Semua teman-teman KKN Khusus di Bantul Yogyakarta 2006 terima
kasih atas kebersamaannya.
22. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
secara langsung atau tidak langsung telah membantu penulis sehingga
terselesaikan skripsi ini.
Semoga apa yang telah tertuang dalam karya ini akan bermanfaat
bagi banyak orang dan menjadi terang bagi yang membutuhkan.

Semarang,

2007
Penulis

vii

Perpustakaan Unika

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................

HALAMAN PENGESAHAN .........................................................

ii

HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................

iii

HALAMAN MOTTO .....................................................................

iv

UCAPAN TERIMA KASIH ...........................................................

DAFTAR ISI ................................................................................. viii


DAFTAR TABEL ..........................................................................

xi

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................

xii

BAB I

PENDAHULUAN ...........................................................

A. Latar Belakang Masalah .............................................

B. Tujuan Penelitian .......................................................

C. Manfaat Penelitian ......................................................

1. Manfaat Teoritis ....................................................

2. Manfaat Praktis .....................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................

10

A. Burnout pada Perawat ICU .........................................

10

1. Pengertian Burnout pada Perawat ICU ....................

10

2. Faktor faktor yang Mempengaruhi Burnout ..........

15

3. Dimensi dimensi Burnout.....................................

19

B. Persepsi terhadap Lingkungan Kerja ...........................

22

1. Pengertian Persepsi terhadap Lingkungan Kerja .....

22

2. Aspek aspek Persepsi ..........................................

24

viii

Perpustakaan Unika

C. Hubungan Persepsi terhadap Lingkungan Kerja dengan


Burnout pada Perawat ICU ........................................

27

D. Hipotesis ....................................................................

30

BAB III METODE PENELITIAN .................................................

31

A. Identifikasi Variabel Penelitian ...................................

31

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian .....................

31

1. Burnout pada Perawat ICU .....................................

31

2. Persepsi terhadap Lingkungan Kerja ......................

32

C. Subyek Penelitian .......................................................

33

1. Populasi ................................................................

33

2. Teknik Pengambilan Sampel ..................................

34

D. Metode Pengumpulan Data .........................................

34

1. Skala Burnout pada Perawat ICU ...........................

36

2. Skala Persepsi terhadap Lingkungan Kerja .............

38

E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ............................

40

1. Validitas Alat Ukur ................................................

40

2. Reliabilitas Alat Ukur ............................................

41

F. Metode Analisis Data .................................................

42

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN ........

43

A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian ..................

43

1. Orientasi Kancah Penelitian ...................................

43

2. Persiapan Penelitian ...............................................

49

a. Penyusunan Alat Ukur ......................................

49

b. Perijinan Penelitian ...........................................

51

ix

Perpustakaan Unika

B. Uji Coba Alat Ukur ....................................................

52

1. Perhitungan Validitas ............................................

53

2. Perhitungan Reliabilitas .........................................

56

C. Pelaksanaan Penelitian ...............................................

57

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................

59

A. Hasil Penelitian ..........................................................

59

1. Uji Asumsi ............................................................

59

2. Analisis Data .........................................................

60

B. Pembahasan ...............................................................

61

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .........................................

65

A. Kesimpulan ................................................................

65

B. Saran .........................................................................

65

1. Bagi Subyek Penelitian ..........................................

65

2. Bagi Rumah Sakit ..................................................

67

3. Bagi Peneliti Lain...................................................

67

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................

68

LAMPIRAN ..................................................................................

71

Perpustakaan Unika

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. : Blue Print Skla Burnout pada Perawat ICU ...................

37

Tabel 2. : Blue Print Skala Persepsi terhadap Lingkungan Kerja ...

40

Tabel 3. : Sebaran Nomor Nomor Item Skala Burnout pada


Perawat ICU ................................................................

50

Tabel 4. : Sebaran Nomor Nomor Item Skala Persepsi terhadap


Lingkungan Kerja ........................................................

51

Tabel 5. : Sebaran Nomor Item Valid dan Gugur Skala Burnout


pada Perawat ICU ........................................................

54

Tabel 6. : Sebaran Nomor Item Valid dan Gugur Skala Persepsi


terhadap Lingkungan Kerja ..........................................

xi

56

Perpustakaan Unika

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN A : SKALA PENELITIAN ......................................

71

A 1 Skala Burnout pada Perawat ICU .............

72

A 2 Skala Persepsi terhadap Lingkungan Kerja ..

78

LAMPIRAN B : DATA KASAR PENELITIAN ...........................

83

B 1 Data Skala Burnout pada Perawat ICU .....

84

B 2 Data Skala Persepsi terhadap Lingkungan


Kerja ...................................................................

87

LAMPIRAN C : UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS ............

90

C 1 Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Burnout


pada Perawat ICU ................................................

91

C 2 Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Persepsi


terhadap Lingkungan Kerja ...............................

94

LAMPIRAN D : DATA PENELITIAN / ITEM VALID ................

97

D 1 Data Penelitian / Item Valid Skala Burnout


pada Perawat ICU ................................................

98

D 2 Data Penelitian / Item Valid Skala Persepsi


terhadap Lingkungan Kerja ............................... 101
LAMPIRAN E : UJI ASUMSI ..................................................... 104
E 1 Uji Normalitas ........................................... 105
E 2 Uji Linearitas .......................................... 109
LAMPIRAN F : ANALISADATA ............................................... 112
LAMPIRAN G : BUKTI PENELITIAN ........................................ 114
G 1 Surat Ijin Penelitian .................................... 115
G 2 Surat Bukti Penelitian .............................. 116
xii

Perpustakaan Unika

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di era globalisasi ini, perkembangan teknologi mempunyai
pengaruh besar bagi perubahan kelangsungan hidup seseorang.
Perubahan-perubahan yang terjadi tidak hanya menyangkut struktur
sosial, tetapi juga menyangkut perubahan lingkungan hidup, tempat
kerja, keluarga dan diri manusia. Dan dampak dari proses
pembangunan tersebut akan berpengaruh terhadap beban kerja di
berbagai bidang termasuk di bidang kesehatan.
Kerja merupakan aktifitas sosial yang memberikan isi dan
makna pada kehidupan seseorang. Dengan adanya kerja akan
memberikan status, mengikat seseorang individu serta masyarakat.
Bekerja pada hakikatnya tidak hanya untuk kepentingan diri sendiri
tapi juga bagi kepentingan yang memberi manfaat bagi orang lain
(Andriani dan Subekti, 2004, h. 30).
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang medis,
dewasa ini digunakan sepenuhnya sebagai usaha untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan, baik di unit-unit rumah sakit maupun
masyarakat luas. Oleh sebab itu, rumah sakit melakukan berbagai
upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan, terutama di bidang
pelayanan keperawatan.
Perawatan merupakan satu jenis profesi yang pada dewasa ini
banyak dibutuhkan dan diusahakan peningkatan keprofesiannya oleh
masyarakat. Layanan perawatan menyangkut upaya kemanusiaan
1

yang pelaksanaannya membutuhkan ketulusan, saling menghargai


dan kebijaksanaan terhadap sesama. Mengingat perawat merupakan
pekerjaan yang berkaitan dengan pengabdian sosial yang dilakukan
untuk kesejahteraan dan kesembuhan orang lain, maka perawat
sebaiknya memperlihatkan sikap menaruh minat, mendengarkan
dengan penuh perhatian apa yang dikeluhkan oleh pasien tanpa
menghiraukan usia, jenis kelamin, latar belakang dan status
ekonominya agar perawatan dapat berjalan dengan baik dan efektif.
Perawat rumah sakit memegang peranan yang sangat penting karena
sikap dan perilaku perawat berhubungan dengan kualitas pelayanan.
Menurut penelitian Rosyid, dkk (1997, h. 52) sumber-sumber
stres dalam keperawatan antara lain beban kerja berlebihan (merawat
terlalu banyak pasien, keterbatasan tenaga), kesulitan menjalin
hubungan dengan staf lain (mengalami konflik dengan teman
sejawat, gagal membentuk tim kerja dengan staf), kesulitan dalam
merawat pasien kritis (kesulitan melakukan peralatan yang belum
dikenal), berurusan dengan pengobatan/perawatan pasien (bekerja
dengan dokter yang tidak memahami kebutuhan sosial dan emosional
pasien) dan merawat pasien yang gagal untuk membaik (pasien yang
kronis dan meninggal selama merawat).
Aktivitas utama perawat adalah merawat pasien yang sedang
sakit untuk mempercepat proses penyembuhan. Menurut Gunarsa dan
Gunarsa (1995, h. 38) perawat sebagai seorang yang telah
dipersiapkan melalui pendidikan untuk turut serta merawat dan
menyembuhkan orang sakit, dalam usaha-usaha rehabilitasi dan

Perpustakaan Unika

dalam pencegahan penyakit, yang dilaksanakan sendiri/di bawah


pengawasan dokter/suster kepala. Jadi dapat disimpulkan bahwa
cakupan kerja seorang perawat cukup luas, tidak hanya merawat
tetapi

sampai

pada

tindakan

rehabilitasi

dan

membutuhkan

persyaratan-persyaratan tertentu.
Perawat bertanggung jawab terhadap pasien, hal ini merupakan
faktor utama dalam keberhasilan pekerjaan. Tanggung jawab
menuntut adanya pelaksanaan kerja yang efektif. Oleh karena itu,
perawat

pun

tidak

terlepas

dari

stres

yang

muncul

akibat

pekerjaannya. Davis dan Newstroom (1993, h. 197) mengatakan


apabila stres kerja yang diderita berkepanjangan, maka menimbulkan
burnout. Istilah burnout merujuk pada fenomena yang berkaitan
dengan stres kerja dan banyak ditemukan pada orang-orang yang
bekerja

pada

bidang

pelayanan

kemanusiaan

dan

menuntut

keterlibatan emosi yang tinggi. Dessler (dikutip Andriani dan Subekti,


2004, h. 51) yang menyatakan bahwa burnout merupakan masalah
yang berkembang dalam bisnis di mana saja. Burnout terjadi ketika
karyawan kehabisan sumber daya fisik dan mental yang disebabkan
karena bekerja keras yang berlebihan.
Dampak burnout menyebabkan efektifitas kerja perawat
menurun, karena adanya kelelahan mental yang dapat ditunjukkan
dengan tidak masuk kerja, hubungan sosial dengan atasan, juga antar
rekan kerja menjadi renggang. Menurut Lee dan Ashforth (1996, h. 128)
beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya burnout antara lain :
tekanan beban pekerjaan, kurangnya dukungan sosial, harga diri,

Perpustakaan Unika

usia, jenis kelamin, masa kerja dan karakteristik individu yang


mempunyai cara tertentu dalam menghadapi persoalan kerja. Lebih
lanjut dijelaskan oleh Baron dan Greenberg (dikutip Andriani dan
Subeki, 2004, h. 55) bahwa kondisi lingkungan kerja dimana
seseorang merasa kurang berguna, tidak efektif atau tidak dihargai
merupakan faktor yang mendukung munculnya burnout.
Hampir setiap kondisi pekerjaan dapat menyebabkan stres
kerja, tergantung bagaimana reaksi karyawan dalam menghadapinya.
Lingkungan kerja merupakan faktor penting dan berpengaruh
terhadap perawat dalam pekerjaannya. Hal ini diperkuat oleh
Nitisemito (1986, h. 183) yang berpendapat bahwa lingkungan kerja
atau segala sesuatu yang ada di sekitar pekerja dan yang dapat
mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugasnya. Secara
umum individu melihat kondisi lingkungan kerja dengan panca
indera. Menurut Gibson et. al (dikutip Andriani dan Subekti, 2004, h. 53),
proses kognitif yang dipergunakan seseorang untuk menafsirkan dan
memahami dunia di sekitarnya melalui panca indera disebut persepsi.
Menurut Gibson, dkk (1988, h. 21) persepsi terhadap lingkungan
kerja merupakan serangkaian hal dari lingkungan yang dipersepsikan
oleh orang-orang yang bekerja dalam suatu lingkungan organisasi dan
mempunyai peranan yang besar dalam mempengaruhi tingkah laku
karyawan.
Setiap individu mempunyai persepsi yang berbeda terhadap
suatu hal walaupun berada di dalam situasi yang sama. Apabila
individu memiliki persepsi yang positif terhadap suatu hal, maka

Perpustakaan Unika

individu cenderung untuk memberi kesan yang baik. Tapi apabila


individu memiliki persepsi negatif terhadap suatu hal, maka individu
akan memberi kesan yang tidak baik terhadap keadaan tersebut
(Andriani dan Subekti, 2004, h. 53).
Apabila karyawan memiliki persepsi positif terhadap kondisi
lingkungan kerja, maka karyawan akan menerima hal tersebut
sebagai hal yang menyenangkan. Sebaliknya, bila individu memiliki
persepsi yang negatif terhadap kondisi lingkungan kerja, maka
individu akan menerima hal tersebut sebagai sesuatu yang tidak
menyenangkan (Andriani dan Subekti, 2004, h. 53). Perawat dalam
memunculkan perilaku terhadap pekerjaannya akan didahului oleh
persepsi mengenai lingkungan tempat kerja. Robbins (dikutip
Andriani dan Subekti, 2004, h. 53) menjelaskan bahwa apa yang
dipersepsikan individu sebagai satu lingkungan kerja yang efisien
dan menantang dapat dipandang oleh individu sebagai lingkungan
yang mengancam dan menuntut.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan pada
bagian Personalia Rumah Sakit Telogorejo Semarang dan juga
Kepala Bagian ICU Rumah Sakit Telogorejo Semarang, maka
didapatkan gejala-gejala mengenai burnout yang dialami oleh
perawat ICU antara lain: ada beberapa perawat ICU yang memiliki
kepekaan yang rendah terhadap pasien, mereka juga menjadi mudah
marah dan tersinggung dengan kepala bagian dan juga rekan
kerjanya, mereka mengalami konflik antar rekan kerjanya, mereka
menjadi kurang perhatian dan kurang menghargai pasien yang sedang
ditanganinya.

Perpustakaan Unika

Dari data yang diperoleh peneliti, jumlah perawat di Rumah


Sakit Telogorejo Semarang per 31 Desember 2006 adalah sebanyak
487 orang dengan rincian perawat inap sebanyak 395 orang dan
perawat jalan sebanyak 92 orang. Sedangkan perawat ICU termasuk
dalam perawat inap yang terdiri dari 55 orang dengan rincian sebagai
berikut: 40 orang perawat ICU, 1 orang kepala bagian perawat ICU,
4 orang administrasi, 3 orang bagian gizi dan 7 orang asisten
perawat. Perawat pada bagian ICU juga rentang mengalami burnout,
hal ini dikarenakan adanya tekanan beban kerja yang tinggi
dibanding dengan perawat yang bukan di bagian ICU. Perawat ICU
harus menangani pasien dengan tingkat ketergantungan yang sangat
tinggi serta banyak kejadian kritis atau gawat yang harus mereka
tangani dengan jumlah perawat yang terbatas dan hal inilah yang
dapat menimbulkan kelelahan fisik. Kelelahan fisik yang dialami
oleh perawat ICU antara lain mereka merasa capek atau pegal-pegal
karena harus melakukan tugasnya yaitu merawat dan menjaga pasien
dengan tenaga ekstra, apalagi jika pasien yang ditangani dalam
keadaan yang sangat kritis, maka perawat ICU harus melakukan
pengawasan ekstra, tiap beberapa menit mereka harus mengontrol
keadaan pasien. Kelelahan fisik yang berkelanjutan ini akan
menimbulkan stress kerja bagi para perawat ICU dan stress kerja
yang berkepanjangan ini akan menimbulkan burnout. Sedangkan
perawat yang bukan di bagian ICU yaitu di bagian rawat inap
ruangan (perawat yang merawat pasien di ruang inap non ICU) dan
rawat jalan, tekanan beban kerja mereka tidak setinggi dengan
perawat ICU. Perawat yang bukan di ICU, dalam mengontrol

Perpustakaan Unika

keadaan pasien tidak sesering seperti yang dilakukan oleh perawat


ICU. Mereka melakukan pengontrolan keadaan pasien 3X sehari
yaitu pada waktu pagi, siang dan malam, sedangkan perawat ICU
melakukan pengontrolan keadaan pasien dalam beberapa menit sekali
tergantung keadaan pasien yang ditangani. Selain itu, pasien yang
ditangani juga berbeda. Pasien rawat inap ruangan dan juga rawat
jalan, keadaannya tidak separah dan segawat dengan pasien yang ada
di ICU, jadi dengan demikian tingkat ketergantungan pasien dengan
perawat tidak terlalu tinggi sehingga kelelahan fisik yang dialami
oleh perawat yang bukan di ICU tidak seperti yang dialami oleh
perawat ICU. Sedangkan mengenai gaji yang diperoleh, perawat ICU
dengan perawat bukan di ICU besarnya sama. Para perawat tersebut
tidak mendapatkan tunjangan insentif. Pembagian gaji berdasarkan
pada masa kerja dan juga tingkat pendidikan. Dalam pembagian gaji
dibagi menjadi 3 golongan yaitu golongan I, II, dan III. Dan tiap-tiap
golongan dibagi lagi menjadi beberapa tingkatan yaitu dari A sampai
dengan E, pembagian tingkatan ini berdasarkan skill yang dimiliki
oleh masing-masing perawat. Dan tiap tingkatan tersebut hanya
terpaut beberapa persen saja. Dari hasil wawancara yang telah
dilakukan peneliti,

pihak personalia tidak berkenan menyebutkan

jumlah nominal gaji, hanya memberikan informasi mengenai


prosedur dalam pembagian gaji para perawat.
Perawat bagian ICU di Rumah Sakit Telogorejo berjumlah
40 orang, tetapi yang aktif bertugas adalah 10-15 perawat tiap shift,
yang lainnya masuk secara bergantian dengan rekan kerja yang
lainnya, mereka dituntut untuk menangani pasien yang maksimal

Perpustakaan Unika

berjumlah 24 orang, hal ini dikarenakan jumlah tempat tidur untuk


merawat pasien di ruang ICU berjumlah 24. Dengan pembagian
tempat tidur sebagai berikut: ruang Intensive Care Unit (ICU) 10 bed,
ruang Intensive Coronary Care Unit (ICCU) 10 bed, ruang Pediatric.
Intensive Care Unit (PICU) 2 bed dan ruang Neonatal Intensive Care
Unit (NICU) juga terdapat 2 bed. Jadi jika ada banyak pasien maka
mau tidak mau para perawat ICU harus bekerja keras untuk
melakukan tugasnya yaitu merawat pasien yang sedang sakit untuk
mempercepat proses penyembuhan. Perawat ICU di Rumah Sakit
Telogorejo Semarang dalam bekerja dibagi menjadi 3 shift, yaitu
shift pagi (pukul 07.00-14.00 WIB), shift siang (pukul 14.00-21.00
WIB) dan juga shift malam (pukul 21.00-07.00 WIB), jadi rata-rata
perawat ICU bekerja selama 7 jam tetapi pada shift malam mereka
bekerja lebih lama yaitu 10 jam. Selama 7 jam itu, para perawat ICU
dituntut untuk melakukan tugas dan tanggungjawabnya sebagai
seorang perawat. Perawat ICU di Rumah Sakit Telogorejo Semarang
merawat banyak pasien dengan keterbatasan tenaga perawat sehingga
mereka memiliki tekanan kerja dan juga beban kerja yang tinggi.
Mereka harus menjaga dan mengontrol perkembangan pasien selama
24 jam dan tiap beberapa menit sekali mereka mengontrol keadaan
pasien. Keadaan inilah yang menimbulkan munculnya burnout pada
perawat ICU di Rumah Sakit Telogorejo Semarang. Beberapa gejala
burnout yang muncul yang telah dijelaskan sebelumnya antara lain:
ada beberapa perawat ICU yang memiliki kepekaan yang rendah
terhadap keadaan pasien, mereka menjadi kurang tanggap dengan apa
yang harus dilakukan terhadap pasien yang ditangani. Selain itu,

Perpustakaan Unika

mereka menjadi mudah marah dan tersinggung dengan kepala bagian


dan juga dengan rekan kerjanya. Mereka juga mengalami konflik
antar rekan kerjanya, hal ini dikarenakan begitu banyaknya tugas
yang harus dilakukan tetapi ada beberapa rekan kerjanya yang
tenang-tenang saja dan tidak membantu melaksanakan tugas yang
semestinya harus dikerjakan. Ada juga perawat ICU yang menjadi
kurang perhatian dan kurang menghargai pasien yang sedang
ditanganinya. Dengan adanya sistem penilaian kerja yang diadakan
tiap 6 bulan sekali, hal ini membuat beberapa perawat ICU merasa
seperti tidak dihargai oleh kepala bagiannya, mereka sudah bekerja
seoptimal mungkin tetapi tetap saja mendapatkan penilaian yang
rendah dari kepala bagian tersebut.
Perawat yang memiliki persepsi positif terhadap lingkungan
kerja akan lebih mudah memahami kondisi lingkungan sosialnya. Di
dalam menghadapi situasi yang tidak mengenakkan tidak menjadikan
perawat tertekan dan menarik diri dari lingkungan kerjanya tetapi
mereka justru melibatkan diri dan memotivasi dirinya secara positif
sehingga berhasil menghadapi tuntutan juga tantangan pekerjaan
yang dapat memicu munculnya burnout.
Adanya persepsi positif yang dimiliki oleh perawat dapat
dijadikan sebagai tempat untuk mengelola persepsinya secara positif
sehingga burnout dapat dihindari. Tetapi jika perawat tidak mampu
mengelola persepsinya dengan baik maka perawat akan rentan
mengalami burnout.
Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk
meneliti adanya hubungan antara persepsi terhadap lingkungan kerja
dengan burnout pada perawat ICU.

Perpustakaan Unika

10

B. Tujuan Penelitian
Penelitian

ini

bertujuan

untuk menguji secara empirik

hubungan antara persepsi terhadap lingkungan kerja dengan burnout


pada perawat ICU Rumah Sakit Telogorejo Semarang dalam hal
menjalankan tugas dan tanggungjawabnya sebagai seorang perawat
yang professional.

C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian

ini

secara

teoritis

diharapkan

memberikan

sumbangan bagi pengembangan psikologi terutama psikologi


keperawatan dan psikologi industri dan organisasi.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan
memberikan informasi pada perawat dan instansi rumah sakit
mengenai persepsi lingkungan kerja dan burnout.

Perpustakaan Unika

11

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Burnout pada Perawat ICU
1. Pengertian Burnout pada Perawat ICU
Burnout merupakan istilah baru yang digunakan untuk
menunjukkan suatu jenis stres kerja. Pada awalnya istilah burnout
diperkenalkan pertama kali oleh Freudenberger, seorang ahli
psikoanalisa pada tahun 1974. Freudenberger mengatakan bahwa
burnout, yaitu habisnya sumber daya fisik dan mental secara
keseluruhan yang disebabkan oleh upaya yang berlebihan untuk
mencapai tujuan kerja yang tidak realistis dan merupakan akibat
akhir dari stres kerja (Desler, 1992, h. 664). Bahasan-bahasan
yang dilakukan para ahli mengenai burnout, semuanya berkaitan
dengan lingkungan dan jenis pekerjaannya.
Fabella (1993, h. 114) menggunakan istilah kejenuhan
untuk menyebut burnout yaitu sindroma (serangkaian gejala)
keletihan emosional dan perasaan sinis yang seringkali terjadi di
kalangan orang-orang yang melakukan pekerjaan kemanusiaan.
Garden (dikutip Rosyid, dkk, 1997, h. 52) berpendapat
bahwa burnout adalah suatu bentuk distress psikologis yang
manifestasinya berupa suatu keadaan kehilangan energi dan
kemerosotan kinerja. Menurut Baron & Greenberg (1995, h. 260)
menyatakan bahwa burnout merupakan sindrom yang berisikan
gejala kelelahan fisik, emosional dan mental dengan perasaan
rendahnya penghargaan terhadap diri sendiri akibat dari stres
yang berkepanjangan.
11

Perpustakaan Unika

12

Ahli lain Firth dan Britton (dikutip Rosyid, 1997, h. 53)


mengemukakan pengertian burnout ialah keadaan internal negatif,
berupa pengalaman psikologis, biasanya menunjukkan kelelahan/
kehabisan tenaga dan motivasi untuk bekerja. Pines dan Aronson
(dikutip Etzion, 1984, h. 615) mengemukakan burnout sebagai
suatu keadaan berupa kelelahan fisik, mental, dan emosional yang
banyak dijumpai pada mereka yang pekerjaannya melayani
banyak orang serta penuh dengan tuntutan emosional.
Perawatan merupakan profesi yang bersifat kemanusiaan
yang dilandasi rasa tanggung jawab dan pengabdian sehingga
layanan

perawatan

menyangkut

upaya

kemanusiaan

yang

pelaksanaannya membutuhkan ketulusan, saling menghargai dan


kebijaksanaan terhadap sesama manusia (Andriani & Subekti,
2004, h. 52). Menurut Gunarsa (1995, h. 38) perawat dapat
disimpulkan sebagai seorang yang telah dipersiapkan melalui
pendidikan untuk turut serta merawat dan menyembuhkan orang
yang

sakit,

usaha

dilaksanakannya

rehabilitasi

sendiri/dibawah

pencegahan
pengawasan

penyakit
dan

yang

supervisi

dokter/suster kepala.
Tugas pokok seorang perawat ialah merawat pasien untuk
mempercepat
mengalami

proses
kelelahan

penyembuhan.
fisik

cepat

Seorang

perawat

terganggu

yang

konsentrasi

berfikirnya, sehingga ia tidak dapat memusatkan perhatian terhadap


pekerjaan/pasien yang sedang dihadapinya. Seorang perawat dalam
melaksanakan pekerjaannya tidak dapat menghindarkan diri dari
adanya tekanan-tekanan ini. Kegagalan dalam menyelesaikan

Perpustakaan Unika

13

tekanan yang muncul akibat aktivitas kerja mencakup tiga aspek


yaitu tekanan fisik, mental dan emosional. Ketiga bentuk tekanan
ini bilamana dibiarkan berlarut-larut tidak segera ditanggulangi
akan menimbulkan gejala yang disebut burnout (Rosyid, 1997, h. 52).
Menurut kamus Kedokteran Dorland (1994, h. 908), ICU
singkatan dari Intensive Care Unit atau sering disebut dengan
Unit Perawatan Intensif. Perkembangan Intensive Care Unit
(ICU), dalam kurun waktu 20 tahun telah menunjukkan peranan
yang sangat penting dalam perkembangan pelayanan kesehatan di
rumah-rumah

sakit

dan

perkembangan

ilmu

kedokteran.

Hendaknya selalu diingat bahwa ICU bukan sekedar ruangan yang


mempunyai jumlah perawat yang lebih dari cukup sehingga
dirawat di ICU lebih menyenangkan penderita. ICU bukan pula
merupakan tempat menampung kelebihan penderita yang tidak
dapat ditampung di ruangan lain. Bukan pula merupakan recovery
room yang megah untuk menampung para penderita pasca bedah
dan anestesi. Sebuah ICU hendaknya hanya untuk merawat
penderita

yang

betul-betul

gawat,

untuk

mendapatkan

penanggulangan secara aktif dengan observasi ketat. Secara


umum dapatlah dikatakan bahwa indikasi untuk perawatan di ICU
ialah para penderita dengan penyakit mendadak (acute) atau
kecelakaan yang berada dalam keadaan gawat yaitu sewaktuwaktu dapat meninggal (criticaly ill), akan tetapi masih
mempunyai harapan untuk disembuhkan dan dikembalikan kepada
keadaan semula tanpa gejala sisa yang berarti (recoverable)
(Kasim, 1981, h. 1).

Perpustakaan Unika

14

Untuk menunjang ICU terdapat staf medis yang terdiri


atas dokter dengan berbagai disiplin spesialis, perawat terutama
yang telah terlatih mengatasi pasien kritis (critical care nurse
trainees),

petugas

kesehatan

(seperti

respirator

terapis,

fisioterapis, farmasi, ahli gizi), teknisi untuk berbagai instrumen,


teknisi alat rontgen (asisten rontgen, USG, CT scan dan
radiologis) laboratoris dan staf rontgen, pekerja sosial, pelayanan
konsultasi dan rohaniawan. Semua alat-alat ini harus dapat
dioperasikan selama 24 jam (Rab, 1998, h. 140-141).
Perawat adalah tenaga yang sangat penting karena bertugas
melakukan observasi secara terus menerus. Setiap perubahan
keadaan klinis pasien yang membahayakan biasanya pertama-tama
diketahui oleh perawat, yang diharapkan pula dapat memberikan
pertolongan darurat dan tepat. Karena itu pendidikan maupun
ketrampilan perawat ICU harus terus ditambah sehigga mereka
merasa lebih tertarik dan bertanggungjawab terhadap pasien
(Tjokronegoro dan Utama, 1989, h. 3). Seorang perawat yang
bertugas di ICU melaksanakan 3 tugas utama yakni life support,
memonitoring keadaan pasien dan perubahan keadaaan akibat
pengobatan dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. Oleh
karena itu diperlukan perawat yang profesional, terlatih dalam tim
kerja. Diperlukan satu perawat untuk setiap pasien dengan pipa
endotrakeal baik dengan menggunakan ventilator maupun yang
tidak. Perbandingan antara pasien dan perawat ini dinyatakan
dalam ekuivalen jumlah perawat yang bertugas penuh (Number of
full time equivalent=FTE) (Rab, 1998, h. 143).

Perpustakaan Unika

15

Perawat pada bagian ICU juga rentang mengalami burnout,


hal ini dikarenakan adanya tekanan beban kerja yang tinggi.
Mereka harus menangani pasien dalam jumlah yang besar dengan
jumlah perawat yang terbatas dan hal inilah yang dapat
menimbulkan kelelahan fisik yang dialami oleh perawat ICU.
Kelelahan fisik yang berkelanjutan ini akan menimbulkan stress
kerja bagi para perawat ICU dan stress kerja yang berkepanjangan
ini akan menimbulkan burnout.
Perawat

yang

mengalami

burnout

akan

merasakan

kelelahan fisik, mental dan emosional akibat dari stres pada


pekerjaan. Perawat yang mengalami burnout akan menampakkan
perubahan-perubahan, baik perubahan fisik maupun psikis.
Perubahan secara fisik misalnya sakit kepala, tidak bisa tidur, dan
nafsu makan berkurang sehingga dalam melaksanakan tugasnya
hasil kerjanya tidak optimal, juga dalam pelayanan dengan pasien
akan mengecewakan. Perubahan psikis meliputi mudah marah,
tersinggung, dan tidak berdaya, dan bersikap sinis seperti tidak
mau menerima teguran dari siapa saja karena merasa dirinya
benar. Kondisi semacam ini akan membuat rendahnya tanggung
jawab seseorang dalam bekerja.
Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa pengertian burnout pada perawat
ICU adalah sindroma/serangkaian gejala adanya ketegangan fisik
dan psikis, yang ditandai dengan kelelahan fisik, mental,
emosional dan rendahnya penghargaan terhadap diri sendiri yang
timbul sebagai akibat dari stres yang berkepanjangan yang
dirasakan perawat di dalam lingkungan pekerjaan.

Perpustakaan Unika

16

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Burnout


Ada dua faktor yang mempengaruhi burnout, yaitu :
a. Faktor eksternal yaitu faktor berasal dari luar diri manusia.
Menurut Baron dan Greenberg (1995, h. 205) faktor eksternal
yang mempengaruhi burnout meliputi :
1) Kondisi kerja yang buruk, yaitu suatu kondisi yang
menyiratkan usaha-usaha seseorang dalam bekerja, tidak
ada guna, tidak efektif dan tidak dihargai.
2) Kurangnya kesempatan untuk promosi.
3) Adanya prosedur dan aturan-aturan yang kaku, tidak
fleksibel membuat orang merasa terjebak dalam sistem
yang tidak adil.
4) Gaya kepemimpinan yang kurang konsiderasi atau kurang
memberikan dukungan sosial terhadap anak buahnya.
5) Tuntutan kerja.
Menurut Gibson, dkk (1990, h. 215) mengatakan ada beberapa
faktor eksternal yang mempengaruhi burnout, meliputi :
1) Tekanan pekerjaan, seperti :
a) Ambiguitas
yaitu keadaan dimana seorang karyawan tidak tahu apa
yang harus dilakukan, menjadi bingung dan menjadi
tidak yakin karena kurangnya pemahaman atas hak-hak
dan kewajiban yang dimiliki seseorang untuk melaksanakan
pekerjaan.

Perpustakaan Unika

17

b) Konflik peran
yaitu ada seperangkat harapan atau lebih berlawanan
satu dengan yang lainnya, sehingga menjadi penekan
yang penting bagi sebagian orang.
c) Dukungan sosial, meliputi :
(1) Dukungan teman sekerja, teman sekerja yang sportif
memungkinkan seseorang menanggulangi tekanan
pekerjaan.
(2) Kekompakan

suatu

kelompok,

beberapa

ahli

mengatakan bahwa hubungan yang lebih baik antara


anggota kelompok kerja merupakan faktor penting
dalam kesejahteran dan kesehatan orang.
Menurut Davis & Newstroom (1993, h. 197) faktor eksternal
yang mempengaruhi burnout, meliputi :
1) Tekanan pekerjaan, seperti :
(a) Beban kerja, bila seorang karyawan menanggung
banyak pekerjaan dengan waktu yang relatif singkat,
maka dapat membuat karyawan tertekan dan akan
menyebabkan burnout.
(b) Stress kerja yaitu suatu kondisi yang mempengaruhi
emosi, pikiran, dan kondisi fisik seseorang. Bila
tekanan yang dialami karyawan menetap dalam jangka
waktu lama maka akan menimbulkan burnout karena
kondisi

tubuhnya

tidak

membangun

kemampuannya untuk menghadapi stressor.

kembali

Perpustakaan Unika

18

2) Ciri-ciri pekerjaan, meliputi :


(a) Keragaman yaitu kemampuan yang dibutuhkan untuk
melaksanakan pekerjaan.
(b) Identitas

tugas

yaitu

tanggung

jawab

seseorang

terhadap pekerjaan dari awal hingga akhir.


(c) Signifikansi tugas yaitu seberapa besar pengaruh dari
pekerjaan yang dijalankan terhadap pekerjaan orang lain.
(d) Otonomi

yaitu

tingkat

kebebasan

yang

dimiliki

seeorang dalam menjalankan tugas.


(e) Umpan balik yaitu informasi yang diperlukan oleh
karyawan.
Ahli lain Simamora (1995, h. 277) menyatakan bahwa
burnout dipengaruhi oleh faktor-faktor, antara lain :
1) Kurangnya dukungan sosial dari atasan.
2) Kondisi kerja yang tidak menyenangkan.
3) Imbalan yang diberikan tidak mencukupi.
4) Pekerjaan yang berulang-ulang memberikan sedikit ruang
gerak bagi kreativitas.
5) Pekerjaan yang monoton dan kurang variasi.
b. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri
manusia.
Faktor internal meliputi :
1) Jenis kelamin
Dagun (1992, h. 51) mengatakan bahwa secara teoritis pria
dan wanita memiliki cara yang berbeda dalam menghadapi

Perpustakaan Unika

19

suatu masalah. Wanita lebih memperlihatkan rekasi secara


emosional

dibandingkan

dengan

pria.

Pria

dalam

menghadapi suatu masalah akan mengutamakan pada


tindakan secara langsung dan rasional. Menurut Shufeli dan
Janczur (1994, h. 112) wanita mengalami burnout lebih
besar daripada pria.
2) Usia
Russel, dkk, (Sukowati, 2004, h. 14) mengatakan bahwa
usia

mempunyai

peran

yang

sangat

penting

dalam

menentukan reaksi seseorang terhadap burnout. Setiap


tingkatan usia mempunyai tingkat kemampuan berfikir dan
kemampuan untuk beradabtasi yang berbeda-beda dengan
tingkat usia di atas dan dibawahnya. Hal ini berhubungan
dengan bertambahnya kemampuan berpikir menyerap nilai
kehidupan dari orang tua, lingkungan dan pengalaman yang
diterima individu.

Orang yang usianya lebih muda akan

lebih mudah sekali mengalami burnout daripada orang yang


usianya jauh lebih tua.
3) Harga diri
Harga diri adalah perasaan berharga, yaitu bagaimana
seseorang menilai dan menghargai dirinya sendiri. Dalam
hubungannya dengan burnout, harga diri yang rendah
berkorelasi dengan burnout yang tinggi. (Rosyid & Faharti,
1996, h. 11).

Perpustakaan Unika

20

4) Karakteristik individu
Karakteristik individu adalah ciri atau sifat tertentu yang
menandai tipe kepribadian dan suatu karakteristik tertentu
dalam menghadapi suatu persoalan. Karakteristik individu
dapat

dikenali

antar

lain

sikap

yang

pesimis,

ketidakmampuan mengontrol lingkungan dan tantangan, serta


kurangnya kemampuan melibatkan diri dengan sepenuh hati
terhadap pekerjaan.
5) Masa kerja
Masa kerja adalah jumlah waktu lamanya individu bekerja.
Semakin banyak pengalaman kerja, semakin rendah tingkat
burnout yang dialami.
Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat disimpulkan
bahwa faktor yang mempengaruhi burnout yaitu faktor eksternal
(tekanan pekerjaan : stress kerja, pekerjaan yang monoton, dukungan,
ciri-ciri pekerjaan, gaya kepemimpinan dan kondisi pekerjaan
yang buruk) dan faktor internal (usia, jenis kelamin, harga diri,
masa kerja dan karakteristik
variabel

individu). Dalam penelitian ini

bebas yang akan digunakan adalah persepsi terhadap

lingkungan kerja yang diasumsikan berdasarkan pada karakteristik


individu dan kondisi lingkungan kerja yang buruk.
3. Dimensi-Dimensi Burnout
Untuk mengukur sejauh mana burnout yang dialami oleh
perawat, maka dibutuhkan dimensi-dimensi burnout. Greenberg,
Baron dan Jones (1997, h. 237) mengemukakan bahwa burnout pada
seseorang ditandai oleh empat kondisi, yaitu :

Perpustakaan Unika

21

a. Kelelahan Fisik (pysical exhaustion)


Ditandai dari mudahnya seseorang merasa lelah, mudah
menderita sakit kepala, sering merasa mudah sekali mual,
mengalami perubahan pola makan dan tidur, dan merasa
terkuras tenaganya secara berlebihan.
b. Kelelahan emosional (emosional exhaustion)
Muncul dalam bentuk depresi, frustasi, merasa terpenjara
oleh tugas/pekerjaannya, apatis, mudah sedih dan merasa tidak
berdaya.
c. Kelelahan mental (mental exhaustion)
Berupa prasangka negatif dan sinis terhadap orang lain
dan berpandangan negatif terhadap dirinya sendiri serta
pekerjaannya.
d. Rendahnya perasaan mampu mencapai sesuatu yang berarti
dalam hidup (low of personal accomplisment)
Ditandai

oleh

ketidakpuasan

terhadap

diri

sendiri,

pekerjaannya, kehidupannya, dan ada perasaan belum mampu


mencapai sesuatu yang berarti dalam hidupnya.
Fabella (1993, h. 114 115) mengatakan bahwa ada 3
dimensi burnout, yaitu :
a. Kelelahan emosi, yaitu perasaan kehabisan/terlampau banyak
kehilangan energi emosi akibat terlalu banyaknya pekerjaan.
b. Depersonalisasi, yaitu respon karyawan yang tidak mau/
kurang menghargai klien yang dilayani, ditolong, dirawat/
diarahkan.
c. Prestasi pribadi, yaitu perasaan individu terhadap keberhasilan
dalam pekerjaan.

Perpustakaan Unika

22

Pines dan Aronson (dikutip Rosyid, dkk, 1997, h. 53)


mengemukakan dimensi-dimensi burnout, yaitu :
1. Kelelahan fisik, meliputi insomnia/sulit tidur, sakit kepala,
tidak ada selera makan.
2. Kelelahan emosional, seperti : mudah tersinggung, mudah
marah, cenderung bersikap bermusuhan.
3. Kelelahan

mental,

seperti

perasaan

ketidakberdayaan,

depresi, tidak mampu membuat keputusan, dan lain-lain.


Cunningham, dkk (dikutip Rosyid, dkk., 1997, h. 53)
menandakan bahwa dimensi-dimensi burnout, antara lain :
kelelahan fisik (ditandai dengan serangan sakit kepala, mual,
susah tidur, kurang nafsu makan, adanya anggota badan yang
sakit), kelelahan emosional (ditandai dengan perasaan putus asa,
depresi, mudah tersinggung, dan mudah marah tanpa alasan yang
jelas), kelelahan mental (ditandai dengan bersikap sinis dengan
orang lain, bersikap negatif/curiga dan cenderung merugikan diri
sendiri, pekerjaan maupun orang lain, kinerja menurun, sering
mangkir dari pekerjaan) dan menurunnya penghargaan terhadap
diri sendiri (ditandai dengan tidak pernah puas dengan hasil kerja,
merasa tidak pernah melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi
dirinya maupun orang lain).
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan
bahwa dimensi-dimensi burnout yaitu kelelahan fisik, kelelahan
emosional, kelelahan mental, depersonalisasi dan feeling of low
personal accomplish. Kelima dimensi ini akan digunakan untuk
menyusun skala dalam mengungkap burnout.

Perpustakaan Unika

23

B. Persepsi terhadap Lingkungan Kerja


1. Pengertian Persepsi terhadap Lingkungan Kerja
Menurut Atkinson, dkk (1987, h. 201) persepsi sebagai
proses yang memungkinkan individu untuk mengorganisasikan dan
mengartikan stimulus yang datang dari lingkungannya.
Gulo dan Kartono (1982, h. 343) mengatakan persepsi
sebagai suatu proses dinamis karakteristik fisik dari stimulus dan
perbuatan dari individu yang keduanya secara bersama-sama
menentukan apa yang dilihat. Dengan persepsi ini seseorang akan
sadar terhadap segala sesuatu di lingkungannya. Hal ini didukung
oleh pendapat Gibson, dkk (1990, h. 56) yang berpendapat bahwa
persepsi merupakan proses pemberian arti terhadap lingkungannya.
Lingkungan dapat dipersepsikan dalam kerangka yang terorganisir
yang telah dibentuk berdasarkan pengalaman individu. Persepsi
melibatkan proses kognitif yang meliputi penafsiran terhadap
obyek atau stimulus yang telah diorganisir dari sudut pengalaman
individu.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa persepsi merupakan proses memperhatikan
dan menyeleksi, mengorganisasikan dan mengartikan stimulus
yang berasal dari lingkungan. Persepsi bersifat individual,
sehingga persepsi tidak sama antara individu yang satu dengan
individu yang lain.
Lingkungan kerja adalah suatu tempat dimana para
karyawan tersebut melakukan pekerjaannya (Ahyari, 1994, h. 124).
Hal ini didukung oleh pendapat Nitisemito (1986, h. 183) bahwa

Perpustakaan Unika

24

lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada di sekitar pekerja


dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas
yang dibebankan. Apabila kondisi tempat kerja tidak memenuhi
syarat maka akan menimbulkan stres dalam bekerja (Kartono,
1994, h. 160).
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa lingkungan kerja merupakan segala sesuatu yang ada di
sekitar pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam
menjalankan tugas dan dapat mempengaruhi perilaku dalam
menjalankan pekerjaannya karena kondisi yang kotor, suara bising,
udara

panas,

sistem

pencahayaan

yang

jelek

akan

dapat

menimbulkan stres.
Persepsi terhadap lingkungan kerja merupakan serangkaian
hal dari lingkungan yang dipersepsikan oleh orang yang bekerja
dalam suatu lingkungan pekerjaan dan mempunyai peran yang
besar dalam mempengaruhi tingkah laku karyawan (Gibson, dkk,
1988, h. 21). Steers (1985, h. 35) berpendapat bahwa persepsi
terhadap lingkungan kerja sebagai hal-hal karakteristik yang
dipersepsikan individu dalam organisasi dan merupakan hasil dari
tindakan yang dilakukan oleh organisasi secara sengaja maupun
tidak sengaja, serta dapat mempengaruhi perilaku individu.
Berdasar pada uraian

di atas dapat disimpulkan bahwa

persepsi terhadap lingkungan kerja adalah serangkaian proses yang


memungkinkan perawat untuk mengorganisasikan dan mengartikan
kondisi dalam tepat perawat bekerja dan mempunyai peran yang
besar dalam mempengaruhi perilaku perawat.

Perpustakaan Unika

25

2. Aspek-Aspek Persepsi terhadap Lingkungan Kerja


Gibson (1994, h. 56) menjelaskan bahwa aspek-aspek yang
mempengaruhi persepsi seseorang meliputi: aspek situasi, aspek
kebutuhan, aspek emosional dan aspek gambaran diri. Sedangkan
menurut Indrawijaya (2000, h. 45) aspek-aspek persepsi adalah :
a. Kognisi
Di dalam mengorganisasikan, menafsirkan dan memberi arti
pada suatu rangsang, manusia menggunakan panca inderanya.
Hal tersebut melalui proses melihat, meraba, dan mencium
yang dapat terjadi secara terpisah atau bersamaan. Otak akan
melakukan persepsi berdasarkan informasi yang diterima oleh
panca indera.
b. Proses belajar
Belajar adalah proses yang membuat informasi yang diterima
melalui proses perseptual menjadi mempunyai arti dan makna
dalam pemilihan tindakan.
c. Proses pemecahan masalah
Individu selalu dihadapkan pada pengambilan keputusan yang
juga menentukan tindakan.
Mulyono

(dikutip

oleh

Santoso,

2002,

h.

54-55)

menyebutkan aspek-aspek persepsi meliputi:


a. Pemberian arti, terhadap stimulus yang diterima individu
dimana individu akan melihat sesuatu yang sama dengan cara
pandang yang berbeda pula.

Perpustakaan Unika

26

b. Penilaian yang artinya merupakan ciri-ciri dari stimulus yang


mempunyai pengaruh untuk memberikan persepsi terhadap
stimulus tersebut.
c. Kebutuhan yang merupakan perasaan individu terhadap suatu
keinginan tertentu yang harus ada pemenuhan agar dapat
menimbulkan kepuasan.
Tiffin dan Mc Cormick (dalam Fraser, 1983, h. 54)
mengemukakan aspek-aspek lingkungan kerja sebagai berikut :
a. Lingkungan Fisik, yang meliputi :
1) Peralatan kerja
Alat dan bahan yang tersedia merupakan komponen yang
sangat menunjang dalam aktivitas pekerjaan.
2) Sirkulasi udara
Sirkulasi udara dalam ruang kerja sangat diperlukan
terutama jika di dalam ruangan penuh dengan karyawan
dan ruangan terasa pengap.
3) Penerangan
Penerangan dalam bekerja tidak hanya bersumber pada
penerangan listrik, tetapi penerangan dari sinar matahari
sangat diperlukan.
4) Tingkat kebisingan
Suara

yang

bising

akan

terasa

sangat

mengganggu

konsentrasi karyawan dalam menjalankan tugas.


5) Tata ruang kerja
Penataan, warna ruangan, dan kebersihan suatu ruangan
berpengaruh cukup besar pada karyawan.

Perpustakaan Unika

27

b. Lingkungan Psikososial, yang meliputi :


1) Kebutuhan karyawan
Kebutuhan karyawan meliputi imbalan, prestasi kerja dan
adanya pengakuan dari pihak perusahaan atas hasil kerja.
2) Norma kerja kelompok
Norma kerja kelompok meliputi prosedur dan pedoman
yang memuat norma standart atau sasaran kerja yang
dilakukan dalam kelompok kerja.
3) Peran dan sikap karyawan
Karyawan sebagai seorang pekerja mempunyai sikap dan
tanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diembannya dan
hal tersebut akan mempengaruhi perilaku.
4) Hubungan dengan rekan kerja
Hubungan dengan rekan kerja menyangkut hubungan
diantara karyawan itu sendiri serta kerja sama diantara
karyawan.
5) Hubungan dengan atasan
Hubungan dengan atasan menyangkut hubungan karyawan
dan atasan dalam berkomunikasi serta kebijaksanaan
atasan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat
disimpulkan bahwa aspek lingkungan kerja adalah lingkungan
fisik dan lingkungan psikososial. Aspek lingkungan fisik meliputi
fasilitas perusahaan, peralatan kerja, sirkulasi udara, penerangan,
kebisingan, dan tata ruang kerja. Sedangkan aspek lingkungan
psikososial meliputi kebutuhan karyawan, norma kerja kelompok,

Perpustakaan Unika

28

peran dan sikap karyawan, dan hubungan karyawan dalam


perusahaan (hubungan sesama rekan kerja maupun hubungan
dengan atasan).
Aspek-aspek

persepsi

terhadap

lingkungan

kerja

merupakan gabungan dari aspek-aspek persepsi dan aspek-aspek


lingkungan.

Dari

diungkapkan,

beberapa

penulis

aspek

menggunakan

persepsi
aspek

yang

telah

pemberian

arti,

penilaian dan kebutuhan sebagai pengukuran terhadap persepsi.


Sedangkan aspek lingkungan kerja meliputi lingkungan fisik dan
lingkungan psikososial.

C. Hubungan Persepsi terhadap Lingkungan dengan Burnout pada


Perawat ICU
Dalam masyarakat bekerja merupakan hal yang sangat
penting, karena dengan bekerja manusia dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya. Menurut Hegel (dalam Anoraga, 1992, h. 12) pekerjaan
merupakan sesuatu yang dibutuhkan manusia untuk dapat memenuhi
segala macam kebutuhan dalam kehidupan. Dengan bekerja seseorang
dapat menumbuhkan harga diri, kesempatan untuk mengembangkan
diri, berbakti sehingga ia dapat berbuat sesuatu yang bernilai dan
bermanfaat

bagi

dirinya

sendiri

dan

orang

lain.

Namun

perkembangan dunia saat ini menuntut manusia untuk memikul


tanggung jawab yang lebih besar.
Perawat sebagai salah satu profesi human service dapat
memahami stres yang akan selalu diliputi perasaan cemas, tegang,
mudah tersinggung dan frustasi serta adanya keluhan psikosomatis.

Perpustakaan Unika

29

Terkurasnya energi untuk menghadapi stres yang dialami terus


menerus dalam pekerjaannya sebagai perawat dapat memunculkan
burnout (Rosyid, dkk, 1997, h. 50). Fabella (1993, h. 114)
menggunakan istilah kejenuhan untuk menyebut burnout yaitu suatu
sindroma (serangkaian gejala) keletihan emosional dan perasaan sinis
yang seringkali terjadi di kalangan orang-orang yang melakukan
pekerjaan manusia. Sedangkan menurut Baron dan Greenberg (1995,
h. 260) menyatakan bahwa burnout merupakan sindrom yang
berisikan gejala kelelahan fisik, emosional dan mental dengan
perasaan rendahnya penghargaan terhadap diri sendiri akibat stres
yang berkepanjangan.
Seorang perawat yang bertugas di ICU melaksanakan 3 tugas
utama yakni life support, memonitoring keadaan pasien dan
perubahan keadaaan akibat pengobatan dan mencegah komplikasi
yang mungkin terjadi. Perawat pada bagian ICU juga rentang
mengalami burnout, hal ini dikarenakan adanya tekanan beban kerja
yang tinggi. Mereka harus menangani pasien dalam jumlah yang
besar dengan jumlah perawat yang terbatas dan hal inilah yang dapat
menimbulkan kelelahan fisik yang dialami oleh perawat ICU.
Kelelahan fisik yang berkelanjutan ini akan menimbulkan stress kerja
bagi para perawat ICU dan stress kerja yang berkepanjangan ini akan
menimbulkan burnout. Lebih lanjut dijelaskan oleh Baron dan
Greenberg (dikutip Andriani dan Subekti, 2004, h. 55) bahwa kondisi
lingkungan kerja dimana seseorang merasa kurang berguna, tidak
efektif atau tidak dihargai merupakan faktor yang mendukung
munculnya burnout.

Perpustakaan Unika

30

Sebelum perawat memunculkan perilaku terhadap pekerjaannya,


maka akan didahului oleh persepsi mereka mengenai pekerjaan dan
tempat mereka bekerja. Penilaian mengenai keadaan suatu lingkungan
dalam bekerja turut mempengaruhi diri karyawan dan tingkah laku yang
dimunculkannya. Oleh karena itu rumah sakit harus sedapat mungkin
menciptakan suatu kondisi yang baik sehingga dapat memunculkan
rasa kesetiakawanan, rasa aman dan diterima dan dihargai bagi para
perawatnya.
Persepsi terhadap lingkungan kerja merupakan bagian dari
faktor penentu timbulnya stres (Doelhadi, 1997, h. 38). Lingkungan
kerja sangat mempengaruhi keadaan perawat dalam bekerja, di mana
lingkungan kerja yang buruk akan menyebabkan timbulnya stres
dengan berbagai gejala, di antaranya adalah gejala fisiologis,
emosional, gejala intelektual dan gejala interpersonal. Begitu pula
sebaliknya, lingkungan kerja yang mendukung dan baik tidak akan
menimbulkan stres yang sangat serius.
Persepsi yang ada pada perawat terhadap lingkungan kerja
antara perawat yang satu dengan perawat yang lain berbeda. Perawat
menilai bahwa apa yang diharapkan dapat terpenuhi dan fasilitas
rumah sakit dapat mendukung perawat dalam bekerja serta hubungan
dan dukungan sesama rekan kerja maupun dengan atasan dapat
berjalan dengan baik. Perawat yang mempunyai penilaian yang
positif terhadap lingkungan kerjanya berarti perawat tersebut
memandang segala sesuatu yang dihadapi di tempat kerjanya dengan
cara positif dan merasa bahwa lingkungan kerjanya baik, sehingga

Perpustakaan Unika

31

menimbulkan respon yang positif terhadap apa yang dihadapi di


lingkungan

kerjanya

sebagai

suatu

hal

yang

menyenangkan.

Sebaliknya perawat yang mempunyai penilaian negatif terhadap


fasilitas rumah sakit, hubungan dan dukungan antar perawat maupun
dengan atasan, dan memandang lingkungan kerjanya sebagai hal
yang menekan, tidak menyenangkan, bahkan mengancam. Hal ini
menghasilkan respon yang negatif terhadap hal-hal yang dihadapi di
tempat kerja, sehingga akan menimbulkan stres bagi perawat.

D. Hipotesis
Ada hubungan negatif antara persepsi terhadap lingkungan
kerja dengan burnout pada perawat ICU, ini berarti semakin positif
persepsi terhadap lingkungan kerja maka semakin rendah burnout
pada perawat ICU, dan semakin negatif persepsi terhadap lingkungan
kerja maka semakin tinggi burnout pada perawat ICU.

Perpustakaan Unika

32

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian


Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel Tergantung : Burnout Pada Perawat ICU.
2. Variabel Bebas : Persepsi Terhadap Lingkungan Kerja.

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian


Definisi operasional variabel penelitian merupakan batasan/
spesifikasi dari variabel-variabel penelitian yang secara konkrit
berhubungan dengan realisasi yang akan diukur dan merupakan
manifestasi dari hal-hal yang akan diamati dalam penelitian (Hadi,
2000, h. 26). Definisi operasional dari variabel-variabel penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Burnout pada Perawat ICU
Burnout pada perawat ICU adalah sindroma/serangkaian
gejala adanya ketegangan fisik dan psikis, yang ditandai dengan
kelelahan fisik, mental, emosional dan rendahnya penghargaan
terhadap diri sendiri yang timbul sebagai akibat dari stres yang
berkepanjangan yang dirasakan perawat di dalam lingkungan
pekerjaan.
Burnout pada perawat ICU diungkap dengan skala burnout
pada perawat ICU. Skala burnout pada perawat ICU diungkap
dengan 5 dimensi burnouti yaitu : (1) kelelahan fisik, (2) kelelahan

32

Perpustakaan Unika

33

emosional, (3) kelelahan mental, (4) depersonalisasi, (5) feeling of


low personal accomplish (rendahnya penghargaan terhadap diri
sendiri).
Tinggi rendahnya skor burnout tercermin dari skor skala
burnout pada perawat ICU. Skor yang tinggi menunjukkan
burnout pada perawat ICU tinggi dan skor yang rendah
menunjukkan burnout pada perawat ICU rendah.

2. Persepsi terhadap Lingkungan Kerja


Persepsi terhadap lingkungan kerja adalah serangkaian
proses yang memungkinkan perawat untuk mengorganisasikan dan
mengartikan kondisi dalam tepat perawat bekerja dan mempunyai
peran yang besar dalam mempengaruhi perilaku perawat.
Persepsi

terhadap

lingkungan

kerja

diukur

dengan

menggunakan skala persepsi terhadap lingkungan kerja yang


disusun

berdasarkan

aspek-aspek

persepsi

yang

meliputi

pemberian arti, penilaian dan kebutuhan. Sedangkan aspek


lingkungan kerja meliputi lingkungan fisik dan lingkungan
psikososial. Semakin tinggi skor yang diperoleh pada skala
persepsi terhadap lingkungan kerja, maka semakin positif persepsi
terhadap lingkungan kerjanya dan semakin rendah skor yang
diperoleh pada skala persepsi terhadap lingkungan kerja, maka
akan semakin negatif persepsi terhadap lingkungan kerjanya.

Perpustakaan Unika

34

C. Subyek Penelitian
1. Populasi
Menurut Hadi (1993, h. 70) populasi adalah sejumlah
individu yang akan menjadi sasaran generalisasi dari sampel
penelitian. Populasi merupakan sejumlah individu yang paling
sedikit mempunyai satu ciri sifat yang sama. Dalam menentukan
sampel, terlebih dahulu harus menentukan luas dan sifat populasi
yang memberi batasan-batasan yang tegas (Hadi, 1993, h. 220).
Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah
perawat ICU yang bekerja di Rumah Sakit Telogorejo Semarang
dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Pendidikan terakhir minimal sekolah perawat kesehatan/lulus
D3 Keperawatan.
Dasar pemikiran penetapan standar ini adalah agar subyek
benar-benar memahami mengenai keperawatan (Wirawan,
1997, h. 61).
b. Usia 20 39 tahun.
Russel, dkk, (Sukowati, 2004, h. 14) mengatakan bahwa usia
mempunyai peran yang sangat penting dalam menentukan
reaksi seseorang terhadap burnout. Alasan yang mendasari
digunakan kriteria ini adalah bahwa usia 20 39 tahun
merupakan usia produktif (Hurlock, 1994, h. 431). Menurut
Byrne (Linawati, 2002, h. 25) pekerja yang usianya muda akan
mudah sekali mengalami burnout dibandingkan

dengan

pekerja yang usianya jauh lebih tua. Burnout sering terjadi


pada pekerja yang usianya dibawah 40 tahun.

Perpustakaan Unika

35

2. Teknik Pengambilan Sampel


Hadi (2000, h. 70) mengatakan bahwa sampel adalah
sebagian individu yang diselidiki yang dapat disebut juga sebagai
contoh. Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik study populasi.
Menurut Arikunto (1998, h. 103) yang dimaksud dengan
study populasi adalah apabila subyek dalam penelitian meliputi
semua yang terdapat dalam populasi.

D. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data merupakan suatu cara yang
digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data penelitian. Dalam
penelitian ini data dikumpulkan dengan metode skala. Skala dapat
didefinisikan sebagai suatu metode penyelidikan dengan menggunakan
daftar pertanyaan yang berisi aspek-aspek yang hendak diukur, yang
harus dijawab/dikerjakan oleh subyek dan berdasarkan atas jawaban/
isian itu peneliti mengambil kesimpulan mengenai subyek yang
hendak diselidiki (Suryabrata, 1984, h. 15 16). Skala psikologi
adalah suatu alat/instrumen yang mengungkap tingkah laku serta
aktivitas sebagai manifestasi dari kejiwaan seseorang. Bentuk skala
psikologis berupa sekumpulan lambang/simbol/angka yang disusun
secara berjenjang (Azwar, 2000, h. 3).
Penulisan item-item dilakukan bila komponen atribut telah
jelas identifikasinya/indikator-indikator perilaku telah dirumuskan
dengan benar. Indikator-indikator perilaku telah dimuat sebagai
bagian dari blue print skala. Blue print (rancangan skala) inilah yang
akan dijadikan acuan dalam pembuatan item.

Perpustakaan Unika

36

Dalam penelitian ini menggunakan dua macam skala, yaitu


skala untuk mengungkap burnout dan skala persepsi terhadap
lingkungan kerja. Kedua skala tersebut disusun dengan dua jenis item,
item yang searah dengan pernyataan (favorable) dan tidak searah
dengan pernyataan (unfavorable). Setiap item pada kelompok
pernyataan tersebut mempunyai empat pilihan jawaban yaitu : Sangat
Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai
(STS) kemudian skor penilaiannya bergerak dari skor satu sampai
empat.
Pada jenis item favorable nilai tinggi pada pilihan yang
mendukung yaitu pada jawaban Sangat Sesuai (SS) dengan skor 4,
jawaban Sesuai (S) dengan skor 3, jawaban Tidak Sesuai (TS)
dengan skor 2, dan jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS) dengan skor 1.
Sedangkan skor pada jawaban item unfavorable nilai tinggi ada pada
pilihan yang tidak mendukung yaitu pada jawaban Sangat Tidak
Sesuai (STS) dengan skor 4, jawaban Tidak Sesuai (TS) dengan skor 3,
jawabab Sesuai (S) dengan skor 2 dan jawaban Sangat Sesuai (SS)
dengan skor 1.
1. Skala Burnout pada Perawat ICU
Terdiri dari 30 item, skala burnout pada perawat ICU disusun
berdasarkan 5 dimensi burnout, yaitu :
a. Kelelahan Fisik
Suatu kondisi kekurangan energi dan perasaan lelah sepanjang
waktu ditandai dengan munculnya keluhan-keluhan fisik seperti
serangan sakit kepala, mual, susah tidur, dan mengalami
perubahan pola makan.

Perpustakaan Unika

37

b. Kelelahan Mental
Suatu kondisi yang ditandai dengan perasaan sinis terhadap
orang lain dan sikap negatif terhadap diri sendiri serta
pekerjaan, curiga tanpa alasan dan cenderung merugikan diri
sendiri, pekerjaan maupun organisasi.
c. Kelelahan Emosional
Suatu kondisi yang ditandai dalam bentuk depresi, frustasi,
merasa terperangkap dalam pekerjaannya, mudah marah, dan
tersinggung serta perasaan tidak berdaya.
d. Depersonalisasi
Suatu kondisi yang ditandai dengan sikap kurang menghargai/
kurang memiliki pandangan perilaku yang positif terhadap
orang lain. Perilaku yang muncul adalah memperlakukan orang
lain secara kasar, tidak berperasaan, kurang perhatian dan
kurang sensitif terhadap kebutuhan orang lain. Kurang
menghargai klien yang dilayani, ditolong, dirawat dan diarahkan.
e. Feeling of low personal accomplish
Suatu kondisi yang ditandai dengan adanya perasaan bahwa
dirinya memiliki prestasi/kemampuan kerja yang rendah,
perasaan tidak puas terhadap diri sendiri, pekerjaan maupun
kehidupan. Individu merasa belum pernah melakukan sesuatu
yang bermanfaat bagi dirinya, terutama yang berhubungan
dengan pekerjaan.

Perpustakaan Unika

38

Rancangan skala burnout pada perawat ICU dapat dilihat pada


tabel 1.
Tabel 1.
Rancangan Skala Burnout pada Perawat ICU
Jumlah Item
Dimensi
Jumlah
Favorable
Unfavorable
Kelelahan fisik
Kelelahan emosional
Kelelahan mental
Depersonalisasi
Feeling of low personal
accomplish
Jumlah

3
3
3
3
3

3
3
3
3
3

6
6
6
6
6

15

15

30

2. Skala Persepsi terhadap Lingkungan Kerja


Terdiri dari 36 item, terdiri dari 3 aspek persepsi dan 2 aspek
lingkungan kerja, yaitu :
a. Pemberian arti, terhadap stimulus yang diterima individu
dimana individu akan melihat sesuatu yang sama dengan cara
pandang yang berbeda pula.
b. Penilaian yang artinya merupakan ciri-ciri dari stimulus yang
mempunyai pengaruh untuk memberikan persepsi terhadap
stimulus tersebut.
c. Kebutuhan yang merupakan perasaan individu terhadap suatu
keinginan tertentu yang harus ada pemenuhan agar dapat
menimbulkan kepuasan.
d. Lingkungan fisik, meliputi:
1) Peralatan kerja
Alat dan bahan yang tersedia merupakan komponen yang
sangat menunjang dalam aktivitas pekerjaan.

Perpustakaan Unika

39

2) Sirkulasi udara
Sirkulasi udara dalam ruang kerja sangat diperlukan
terutama jika di dalam ruangan penuh dengan karyawan
dan ruangan terasa pengap.
3) Penerangan
Penerangan dalam bekerja tidak hanya bersumber pada
penerangan listrik, tetapi penerangan dari sinar matahari
sangat diperlukan.
4) Tingkat kebisingan
Suara

yang

bising

akan

terasa

sangat

mengganggu

konsentrasi karyawan dalam menjalankan tugas.


5) Tata ruang kerja
Penataan, warna ruangan, dan kebersihan suatu ruangan
berpengaruh cukup besar pada karyawan.
e. Lingkungan psikososial, meliputi:
1) Kebutuhan karyawan
Kebutuhan karyawan meliputi imbalan, prestasi kerja dan
adanya pengakuan dari pihak perusahaan atas hasil kerja.
2) Norma kerja kelompok
Norma kerja kelompok meliputi prosedur dan pedoman
yang memuat norma standart atau sasaran kerja yang
dilakukan dalam kelompok kerja.
3) Peran dan sikap karyawan
Karyawan sebagai seorang pekerja mempunyai sikap dan
tanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diembannya dan
hal tersebut akan mempengaruhi perilaku.

Perpustakaan Unika

40

4) Hubungan dengan rekan kerja


Hubungan dengan rekan kerja menyangkut hubungan
diantara karyawan itu sendiri serta kerja sama diantara
karyawan.
5) Hubungan dengan atasan
Hubungan dengan atasan menyangkut hubungan karyawan
dan atasan dalam berkomunikasi serta kebijaksanaan atasan.
Rancangan skala persepsi terhadap lingkungan kerja dapat dilihat
pada tabel 2.
Tabel 2.
Rancangan Skala Persepsi terhadap Lingkungan Kerja
Persepsi
Lingkungan
Sifat Pemberian
Jumlah
Kerja
Penilaian Kebutuhan
arti
Lingkungan fisik
Lingkungan
psikososial

UF

UF

12

12

12

36

Jumlah

E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur


Agar dapat dipertanggungjawabkan keilmiahannya, suatu alat
pengumpul data seperti skala harus diuji terlebih dahulu validitas dan
reliabilitasnya melalui suatu uji coba.
1. Validitas Alat Ukur
Suatu alat ukur dikatakan valid jika alat ukur tersebut mengukur
yang sebenarnya hendak diukur (Suryabrata, 1989, h. 86).

Perpustakaan Unika

41

Validitas didefinisikan sebagai ukuran seberapa cermat suatu alat


tes melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 1999, h. 3). Untuk
memperoleh koefisien korelasi antara tiap item dengan dengan
skor total digunakan korelasi Product Moment dari Karl Pearson
(Ancok, 1987, h. 16).
Dengan rumus :

rxy =

N ( XY ) ( X ) ( Y )
{ N ( X 2 ) (( X ) 2 }{ N ( Y 2 ) (( Y ) 2 }

Keterangan :
rxy
XY
X
Y
N

=
=
=
=
=

koefisien korelasi antara skor item dengan skor total


jumlah perkalian skor item dengan skor total
jumlah skor tiap item
jumlah skor total item
jumlah subyek

Menurut Azwar (1992, h. 98) hasil korelasi yang diperoleh


dengan rumus di atas perlu dikoreksi lagi untuk menghindari
terjadinya over estimate/kelebihan bobot. Teknik yang digunakan
adalah teknik korelasi Part Whole, dengan rumus :

rpq =

(rxy ) ( SDy ) ( SDx )


( SDy ) 2 + (SDx ) 2 2 (rxy ) (SDy ) (SDx )

Keterangan :
rpq
rxy
SD x
SD y

=
=
=
=

angka korelasi setelah dikorelasi


angka korelasi sebelum dikorelasi
standar deviasi skor item
Standar deviasi skor total

Perpustakaan Unika

42

2. Reliabilitas Alat Ukur


Reliabilitas adalah sejauh mana hasil pengukuran tetap
konsisten apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran
terhadap kelompok subyek yang sama diperoleh hasil yang relatif
sama (Azwar, 2000, h. 4). Pada penelitian ini koefisien reliabilitas
skala dihitung dengan teknik Alpha Cronbach (Hadi, 2000, h. 14)
dengan rumus :
=

K
S 2
(1 2 x ) i
K 1
tot

Keterangan :

K
S 2x
2
S tot
i

=
=
=
=
=

koefisien reliabilitas alpha cronbach


jumlah item
jumlah varians item
jumlah varians total
bilangan konstan

F. Metode Analisis Data


Metode analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah metode statistik. Metode ini digunakan karena data yang
diperoleh

berwujud

angka-angka

dan

metode

statistik

dapat

memberikan hasil yang obyektif. Selain itu dapat ditarik kesimpulan


dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya karena berdasarkan
perhitungan yang tepat. Teknik yang digunakan adalah teknik
Korelasi Product Moment (Ancok, 1987, h. 16), dengan rumus :

Perpustakaan Unika

43

rxy =

N ( XY ) ( X ) ( Y )
{ N ( X 2 ) (( X ) 2 }{ N ( Y 2 ) (( Y ) 2 }

Keterangan :
rxy

= koefisien korelasi antara persepsi terhadap lingkungan kerja


dengan burnout pada perawat ICU
XY = jumlah perkalian skor persepsi terhadap lingkungan kerja
dengan burnout pada perawat ICU
X = jumlah skor persepsi terhadap lingkungan kerja
Y = jumlah skor burnout pada perawat ICU
N
= jumlah subyek

Perpustakaan Unika

44

BAB IV
PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Orientasi Kancah Penelitian dan Persiapan Penelitian


1. Orientasi Kancah Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Telogorejo
Semarang. Subyek yang dijadikan sampel penelitian ini adalah
perawat ICU yang bekerja di rumah sakit tersebut.
Rumah Sakit Telogorejo pada mulanya masih berwujud
Poliklinik Tionghoa yang bernama Polikliniek Gang Gambiran,
sebuah poliklinik yang berdiri tanggal 1 Desember 1925. Dalam
putaran waktu poliklinik tersebut mengalami beberapa kali
metamorfosis sebelum menjadi bentuk rumah sakit. Peristiwa
metamorfosis ini tentunya peristiwa yang luar biasa, yang
didalamnya pasti telah berlangsung dinamika yang luar biasa pula.
Ibarat ulat bermetamorfosa menjadi kepompong dulu sebelum
menjadi kupu-kupu, pasti telah terjadi perubahan internal atau
kejadian yang luar biasa.
Sembari poliklinik Tionghua itu melakukan aktivitas
kemanusiaannya,

para

pendiri

mulai

memikirkan

perlunya

dibentuk sebuah perkumpulan untuk mengoptimalkan wujud


pengabdian kemanusiaan itu, bahkan pada saat itu sudah ada
pemikiran untuk mendirikan sebuah rumah sakit. Akhirnya pada
tanggal 16 November 1928 perkumpulan Lang Tjhawan Tiong
Hoa le Wan di Semarang didirikan (meskipun terdapat dugaan
bahwa perkumpulan itu sudah dipikirkan sebelum polikliniek
Gang Gambiran berdiri).
44

Perpustakaan Unika

45

Tujuh bulan kemudian, tanggal 16 Juni 1929, perkumpulan


yang baru saja berdiri itu disahkan anggaran dasarnya melalui
surat keputusan Goeverneur General dari Hindia Belanda no. 2 x tt
16-6-1929. Adapun tujuan pendirian perkumpulan tersebut, seperti
yang termaksud didalam pasal 4 anggaran dasar, ialah: memberi
pertolongan tabib dalam arti yang luas, dengan percuma atau
dengan pengikut pembayaran yang rendah, pada orang-orang
yang tidak atau kurang mampu, dengan tidak dipandang bahasa
atau agama. Realisasi dari tujuan tersebut antara lain tidak
diwujudkan dengan mendirikan Poliklinik Tiong Hoa Gang
Gmbiran yang beralamat di Jl. Gambiran No. 89. Dokter Liem Tjai
Sien adalah ketua Poliklinik yang pertama (yang nantinya menjadi
direktur pertama rumah sakit Tiong Hoa le Wan).
Pada saat itu kondisi perekonomian masyarakat kita
memang masih dalam keadaan yang kurang menggembirakan.
Kondisi yang demikian akan memperburuk kondisi lingkungan
pula. Menurut HL.Blum dalam bukunya Health Planing (1969)
mengatakan bahwa kondisi lingkungan yang buruk merupakan
faktor terbesar pendongkrak tingginya angka kesakitan manusia.
Sehingga bukanlah hal yang luar biasa apabila pada saat ini angka
kesakitan juga ikut meninggi. Tingginya angka kesakitan di
masyarakat serta dibarengi dengan ketidakkeberdayaan masyarakat
dalam menembus jasa dan biaya kesehatan membuat keberadaan
poliklinik Gang Gambiran yang berwajah perikemanusiaan itu
menjadi semakin dibutuhkan.

Perpustakaan Unika

46

Ketika masa revolusi fisik pecah antara tahun 1945-1946,


rumah sakit yang terdapat di kota Semarang mengalami ledakan
jumlah pasien, bahkan banyak diantara banyak pasien yang tidak
terlayani akibat terbatasnya kapasitas tampung rumah sakit yang
ada.

Melihat

kenyataan

yang

memprihatinkan

itu

muncul

pemikiran dikalangan perkumpulan Lang Tjhwan Tiong Hoa le


Wan untuk segera mendirikan rumah sakit sebagai wujud
kepeduliannya terhadap penderitaan masyarakat yang dirudung
sakit. Adalah Dokter Tjiam Tjoan Hok (dr. Aditjiptas N. Samsuria,
art) yang juga dikenal sebagai salah seorag pemrakarsa berdirinya
Fakultas

Kedokteran

Universitas

Diponegoro,

melontarkan

gagasan pendirian rumah sakit tersebut. Gagasan tersebut segera


ditindak lanjuti dengan dikumpulkannya seluruh dokter Tiong Hoa
yang bergabung dalam perkumpulan Chinese Artsen Bond yang
diketuai dokter Liem Tjay Sien, guna mencari dukungan berdiriya
rumah sakit baru di kota Semarang. Gagasan yang besar dan mulai
itu ternyata mendapat dukungan yang besar pula dari para dokter
yang hadir.
Kerja keras panitia itu akhirnya membuahkan hasil yang
membanggakan. Ketika usia perkumpulan baru menginjak
remaja,

ia

telah

mampu

mewujudkan

impian

mulianya

menyelenggarakan Kream Kliniek (Kliniek Bersalin) yang


didirikan pada tanggal 31 Maret 1947 di Pedrikan 89 dan 93.
Setelah kondisinya memungkinkan Kream Kliniek Pedrikan itu
diubah menjadi rumah sakit, meskipun masih darurat sifatnya. Dua

Perpustakaan Unika

47

buah gedung di Jalan Pedrikan (sekarang Jl. Imam Bonjol) nomor


193/195 dan 197/199 akhirnya digunakan untuk rumah sakit
darurat dengan nama rumah sakit Chung Cheng I Yuan.
Akhrinya pembangunan rumah sakit yang dimulai tahun
1948 dan pembangunannya dilakukan oleh Ir. Tjoa Teng Kie,
mantan Kepala Bagian Teknik Kodya Semarang secara cuma-cuma
itu rampung pada tahun 1951. Peresmian pembukaan rumah sakit,
yang dinamakan rumah sakit Tiong Hoa le Wan, itu
dilaksanakan pada tanggal 25 November 1952. Pada tanggal 4
Desember 1958 nama rumah sakit Ting Hoa le Wan, diganti
dengan nama Rumah Sakit Telogorejo.
Sebagai

sebuah

organisasi

besar

yang

terus

ingin

berkembang, maka Ruamh Sakit Telogorejo memiliki visi, misi,


budaya kerja dan motto yang menjadi landasan bagi keseluruhan
gerak langkah para staff dan pegawai Rumah Sakit Telogorejo
supaya dapat terus maju dan mencapai prestasi yang lebih baik
lagi. Adapun visi, misi, budaya kerja dan motto Rumah Sakit
Telogorejo adalah sebagai berikut:
Visi

: Menjadi Rumah Sakit Pilihan Utama

Misi :
1. Kami senantiasa menjunjung tinggi etika dalam bekerja.
2. Kami melayani pasien dengan professional dan tulus.
3. Kami menyediakan pelayanan medik spesialis.
4. Kami melayani pelayanan medik dan keperawatan berstandar
internasional.
5. Kami senantiasa mengembangkan kemampuan teknologi medik
muthakir.

Perpustakaan Unika

48

6. Kami senantiasa meningkatkan kompetensi pegawai.


7. Kami mengupayakan pertumbuhan yang berkesimanbungan.
8. Kami peduli terhadap lingkungan sosial.
Budaya Kerja :
1. Belajar dari kesalahan untuk meningkatkan kinerja,
2. Disiplin, bekerja giat dan bermoral tinggi.
3. Pelayanan terbaik bagi pelanggan.
4. Kerjasama mencapai tujuan bersama.
5. Tulus dan rendah hati, jujur dan peduli.
6. Diringkas menjadi : Melayani dengan hati.
7. Disingkat : BUDI PEKERTI
Motto : Karsa dan Karya demi Kemanusiaan.
Rumah Sakit Telogorejo terletak di Jalan KH. Achmad
Dahlan, di sekitar wilayah simpang lima yang merupakan pusat
kota Semarang. Wilayahnya yang strategis membuat rumah sakit
ini mudah dijangkau oleh masyarakat karena berada di pinggir
jalan besar dengan bangunan besar yang mudah dikenali.
Rumah

Sakit

Telogorejo

merupakan

organisasi

yang

bergerak di bidang jasa pelayanan kesehatan, oleh karena itu


setiap bagian yang ada di dalam rumah sakit baik secara langsung
maupun tidak langsung akan mengutamakan dan mengarah pada
pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan kesehatan yang
diberikan Rumah Sakit Telogorejo antara lain: layanan medis baik
rawat inap dan rawat jalan (Poli Umum, UGD, dan Klinik
Spesialis), layanan laboratorium, layanan instansi farmasi dan lain
sebagainya.

Perpustakaan Unika

49

Penggunaan jasa layanan kesehatan Rumah Sakit Telogorejo


tidak hanya berasal dari sumber eksternal saja (masyarakat umum
dan instansi) namun sebagai bukti atas komitmen yang dimiliki
sebagai rumah sakit yang peduli terhadap lingkungan dan
kemanusiaan, maka Rumah Sakit Telogorejo tetap memperhatikan
kesejahteraan karyawan beserta keluarga (pengguna jasa internal
rumah sakit) dengan memberikan tunjangan kesehatan melalui Poli
Karyawan. Dari data yang diperoleh peneliti, jumlah perawat di
Rumah Sakit Telogorejo Semarang per 31 Desember 2006 adalah
sebanyak 487 orang dengan rincian perawat inap sebanyak 395
orang dan perawat jalan sebanyak 92 orang. Sedangkan perawat
ICU termasuk dalam perawat inap yang terdiri dari 55 orang
dengan rincian sebagai berikut: 40 orang perawat ICU, 1 orang
kepala bagian perawat ICU, 4 orang administrasi, 3 orang bagian
gizi dan 7 orang asisten perawat.
Adapun pertimbangan-pertimbangan peneliti mengadakan
penelitian di Rumah Sakit Telogorejo Semarang adalah:
a. Di Rumah Sakit Telogorejo Semarang terdapat gejala-gejala
burnout yang dialami oleh perawat ICU.
b. Di Rumah Sakit Telogorejo Semarang sampel yang sesuai
dengan ciri-ciri populasi penelitian, sehingga dapat memenuhi
syarat sebagai subyek penelitian.
b. Peneliti mengenal kondisi lokasi penelitian, sehingga memudahkan
daalm mengambil sampel untuk penelitian.
c. Pihak Rumah Sakit yang bersangkutan memberi ijin pada
peneliti untuk melakukan penelitian.

Perpustakaan Unika

50

2. Persiapan Penelitian
Untuk

mendapatkan

skala

yang

tidak

bias

dalam

menjelaskan konsep variebel yang diukur. Maka penyusuanan


variabel disusun berdasarkan pengembangan dari dasar teoritis
yang ada. Setelah itu skala harus diuji validitas dan reliabilitasnya.
Ada beberapa hal yang perlu disiapkan sebelum penelitian
dilaksanakan. Persiapan penelitian ini meliputi:
a. Penyusunan Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah
skala burnout dan skala persepsi terhadap lingkungan kerja.
Kedua skala tersebut disusun oleh peneliti di bawah bimbingan
dosen pembimbing skripsi guna mendapatkan data-data pada
penelitian. Penjelasan dari penyusuanan dari masing-masing
alat ukur adalah sebagai berikut:
1) Skala Burnout pada Perawat ICU
Penyusunan skala burnout pada perawat ICU juga disajikan
dalam bentuk tertutup dengan 4 (empat) pilihan jawaban.
Skala ini terdiri atas 30 item yang mencakup 5 dimensi
sebagaimana

dijelaskan

pada

bab

sebelumnya

yaitu:

kelelahan fisik, kelelahan mental, kelelahan emosional,


depersonalisasi, dan feeling of low personal accomplish.
Alternatif pilihan jawaban yang disajikan adalah Sangat
Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak
Sesuai (STS). Pilihan jawaban tersebut kemudian diberi
nilai skala. Adapun nilai skala untuk item-item favorable

Perpustakaan Unika

51

adalah 4 untuk jawaban (SS), 3 untuk jawaban (S), 2 untuk


jawaban (TS) dan 1 untuk jawaban (STS). Sedangkan untuk
item-item unfavorable, nilai skalanya berkebalikan dengan
nilai untuk item favorable. Sebaran nomor item skala
burnout dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3
Sebaran Nomor-nomor Item Skala Burnout
pada Perawat ICU
Dimensi
Nomor Item
Total
Favorable Unfavorable
Kelelahan fisik
1,11,21
2,12,22
6
Kelelahan mental
3,13,23
4,14,24
6
Kelelahan emosional
5,15,25
6,16,26
6
Depersonalisai
7,17,27
8,18,28
6
Feeling of low
9,19,29
10,20,30
6
personal accomplish
Jumlah
15
15
30
2) Skala Persepsi terhadap Lingkungan Kerja
Penyusunan skala persepsi terhadap lingkungan kerja juga
disajikan dalam bentuk tertutup dengan 4 (empat) pilihan
jawaban. Skala ini terdiri atas 36 item yang mencakup
3 aspek persepsi dan 2 aspek lingkungan kerja sebagaimana
dijelaskan pada bab sebelumnya yaitu: pemberian arti.
Penilaian, kebutuhan, lingkungan fisik dan lingkungan
psikososial. Alternatif pilihan jawaban yang disajikan
adalah Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS),
Sangat Tidak Sesuai (STS). Pilihan jawaban tersebut
kemudian diberi nilai skala. Adapun nilai skala untuk itemitem favorable adalah 4 untuk jawaban (SS), 3 untuk

Perpustakaan Unika

52

jawaban (S), 2 untuk jawaban (TS) dan 1 untuk jawaban


(STS). Sedangkan untuk item-item unfavorable, nilai
skalanya berkebalikan dengan nilai untuk item favorable.
Sebaran nomor item skala persepsi terhadap lingkungan
kerja dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4
Sebaran Nomor-nomor Item Skala Persepsi terhadap
Lingkungan Kerja
Persepsi
Lingkungan
Sifat Pemberian
Jumlah
Kerja
Penilaian Kebutuhan
arti
Lingkungan
fisik
Lingkungan
psikososial

F
UF
F
UF

Jumlah

1,13,25
2,14,26
3,15,27
4,16,28
12

5,17,29
6,18,30
7,19,31
8,20,32
12

9,21,33
10,22,34
11,23,35
12,24,36
12

9
9
9
9
36

b. Perijinan Penelitian
Sebelum penyebaran skala dilakukan, peneliti terlebih
dahulu mengajukan ijin informal kepada pihak perusahaan
melalui Bagian Personalia Rumah Sakit Telogorejo, setelah
mendapat ijin secara informal, peneliti mengajukan surat
permohonan ijin secara formal kepada pihak Fakultas Psikologi
Unika Soegijapranata Semarang. Surat ijin tersebut disahkan
dengan tanda tangan Dekan Fakultas Psikologi dengan Nomor
Surat 612/B.7.2/FP/IV/2007 tanggal 17 April 2007 ditujukan
kepada Manager Personalia Rumah Sakit Telogorejo yang
selanjutnya memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan
penelitian.

Perpustakaan Unika

53

Peneliti bersama bagian Personalia menyepakati bahwa


penelitian

menggunakan

metode

tryout

terpakai

karena

pertimbangan waktu kerja perawat ICU dan keterbatasan


perawat ICU yang bisa dijadikan subyek penelitian. Manager
Personalia kemudian menunjuk salah satu staff personalia
untuk membantu dalam pelaksanaan penelitian.

B. Uji Coba Alat Ukur


Untuk mendapatkan alat ukur yang tidak bias, maka alat ukur
tersebut harus sesuai dan mampu mengukur konsep yang akan diukur.
Dalam hal ini akan dilakukan pengujian terhadap validitas dan
reliabilitas alat ukur. Karena penelitian ini menggunakan metode
tryout terpakai maka uji coba instrumen sekaligus digunakan sebagai
data penelitian, dimana data yang didapat adalah data yang valid saja.
Dalam uji coba ini peneliti menggunakan 2 buah skala yaitu skala
burnout pada perawat ICU dan skala persepsi terhadap lingkungan kerja.
Pelaksanaan uji coba dan penelitian diadakan pada tanggal
17 April 2007. Skala yang dibagikan kepada perawat ICU berjumlah
40 buah dengan metode study populasi, artinya subyek penelitian
meliputi semua yang terdapat dalam populasi (Arikunto, 1998, h. 103)
dan sampel diambil berdasarkan pada kesediaan elemen dan
kemudahan untuk mendapatkannya dengan kata lain sampel diambil
karena sampel tersebut ada pada tempat dan waktu yang tepat
(Sugiarto, 2001, h. 36), dan semuanya kembali ke tangan peneliti
serta skala diisi dengan lengkap sehingga seluruh subyek tidak ada

Perpustakaan Unika

54

yang gugur. Sebelum uji coba peneliti diminta oleh pihak personalia
untuk memberikan ciri-ciri populasi subyek penelitian. Dalam
pelaksanaan penelitian, peneliti dibantu oleh seorang staff personalia
dan kepala bagian ICU untuk menyebar skala. Sesuai dengan
permintaan pihak rumah sakit skala dibagi kepada subyek penelitian
oleh pihak rumah sakit (kepala bagian ICU) dengan alasan
memudahkan peneliti dalam menjalankan penelitian karena perawat
ICU sangat sibuk dan juga memiliki beban dan tekanan kerja yang
lebih banyak dibanding dengan perawat non ICU, dimana skala yang
dibagikan berjumlah 40 skala. Peneliti juga melakukan observasi dan
wawancara dalam kurun waktu tiga hari secara berurutan selama 1
jam tiap harinya dengan beberapa perawat ICU serta dengan Kepala
Bagian ICU.
Dari hasil tryout 40 subyek tersebut dimasukkan dalam tabel,
untuk kemudian dihitung validitas dan reliabilitasnya. Perhitungan
validitas dan reliabilitas ini dilakukan dengan bantuan program
komputer Statistical Packages for Social Science (SPSS) Window
Release 13.0.

1. Perhitungan Validitas
Setelah data-data terkumpul dan dilakukan penyekoran,
maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji validitas terhadap
kedua skala. Pengujian validitas kedua skala tersebut dilakukan
dengan program Statistical Packages for Social Science (SPSS)
Window Release 13.0.

Perpustakaan Unika

55

a. Skala Burnout pada Perawat ICU


Perhitungan validitas item skala burnout pada perawat
ICU diperoleh dengan menggunakan teknik korelasi Product
Moment Pearson yang hasilnya kemudian dikoreksi dengan
menggunakan teknik Part Whole. Untuk menentukan apakah
suatu item valid atau gugur, digunakan pedoman nilai koefisien
korelasi untuk sampel sebanyak 40 yaitu 0,271. Item yang
Corrected Item-Total Correlation nya di atas 0,271 dinyatakan
valid, sedangkan yang dibawah 0,271 dinyatakan gugur.
Skala burnout pada perawat ICU awalnya terdapat 30 buah
item, dan setelah melalui pengujian diperoleh item gugur
sebanyak 7 buah yaitu 2, 6, 9, 12, 19, 23, dan 25 atau terdapat
23 buah item yang dinyatakan valid. Koefisien validitas pada
skala burnout berada diantara 0,281 hingga 0,610. Tabulasi
item yang valid dan gugur pada skala burnout pada perawat
ICU dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini.
Tabel 5
Sebaran Nomor Item Valid dan Gugur Skala Burnout
pada Perawat ICU
Dimensi
Nomor Item
Total Item
Valid
Favorable
Unfavorable
Kelelahan fisik
1,11,21
(2),(12),22
4
Kelelahan mental
3,13,(23)
4,14,24
5
Kelelahan emosional
5,15,(25)
(6),16,26
4
Depersonalisai
7,17,27
8,18,28
6
Feeling of low
(9),(19),29
10,20,30
4
personal accomplish
Total
11
12
23
Keterangan :
Item dalam
(..) : Item yang gugur
Item tidak dalam (..) : Item yang valid

Perpustakaan Unika

56

b. Skala Persepsi terhadap Lingkungan Kerja


Perhitungan validitas item skala persepsi terhadap
lingkungan kerja diperoleh dengan menggunakan teknik korelasi
Product Moment Pearson yang hasilnya kemudian dikoreksi dengan
menggunakan teknik Part Whole. Untuk menentukan apakah
suatu item valid atau gugur, digunakan pedoman nilai koefisien
korelasi untuk sampel sebanyak 40 yaitu 0,271. Item yang
Corrected Item-Total Correlation nya di atas 0,271 dinyatakan
valid, sedangkan yang dibawah 0,271 dinyatakan gugur.
Skala persepsi terhadap lingkungan kerja awalnya terdapat
36 buah item, dan setelah melalui pengujian diperoleh item gugur
sebanyak 12 buah yaitu 2, 4, 10, 11, 12, 14, 16, 25, 30, 31, 33,
dan 35 atau terdapat 24 buah item yang dinyatakan valid. Koefisien
validitas pada skala persepsi terhadap lingkungan kerja berada
diantara 0,370 hingga 0,860. Tabulasi item yang valid dan gugur
pada skala persepsi terhadap lingkungan kerja dapat dilihat
pada tabel 6 berikut ini.
Sebaran
Lingkungan
Kerja
Lingkungan
fisik
Lingkungan
psikososial

Tabel 6
Nomor-nomor Item Skala Persepsi terhadap
Lingkungan Kerja
Persepsi
Total
Sifat Pemberian
Item
Penilaian Kebutuhan Valid
arti
F
1,13,(25) 5,17,29
9,21,(33)
7
UF (2),(14),26 6,18,(30) (10),22,34
5
F
3,15,27 7,19,(31) (11),23,(35)
6
UF (4),(16),28 8,20,32 (12),24,36
6
7
10
7
24

Jumlah
Keterangan :
Item dalam
Item tidak dalam

(..) : Item yang gugur


(..) : Item yang valid

Perpustakaan Unika

57

2. Perhitungan Reliabilitas
Dari uji reliabilitas yang dilakukan dengan menggunakan
program komputer Statistical Packages for Social Science (SPSS)
Window Release 13.0. Pengujian terhadap reliabilitas alat ukur
pada persepsi terhadap lingkungan kerja dilakukan berdasarkan
ke-24 item yang valid dengan menggunakan teknik Alpha
Cronbach, maka diperoleh hasil reliabilitas sebesar 0,954.
Sedangkan untuk pengujian terhadap reliabilitas alat ukur pada
skala burnout pada perawat ICU dilakukan berdasarkan ke-23 item
yang valid dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach, maka
diperoleh hasil reliabilitas sebasar 0,877.
Setelah uji validitas dan reliabilitas dilakukan, maka itemitem yang telah valid pada skala persepsi terhadap lingkungan
kerja maupun skala burnout pada perawat ICU disusun kembali
dengan menghilangkan item-item yang gugur untuk digunakan
sebagai data penelitian.

C. Pelaksanaan Penelitian
Setelah mendapat ijin untuk melakukan penelitian, peneliti
melakukan penelitian dengan membagikan skala yang terdiri dari
skala burnout pada perawat ICU dan skala persepsi terhadap
lingkungan kerja.
Penelitian dilaksanakan tanggal 17 April 2007. Penentuan
subyek yang diukur dilakukan dengan study populasi, artinya subyek
penelitian meliputi semua yang terdapat dalam populasi (Arikunto,
1998, h. 103) dan sampel diambil berdasarkan pada kesediaan elemen

Perpustakaan Unika

58

dan kemudahan untuk mendapatkannya dengan kata lain sampel


diambil karena sampel tersebut ada pada tempat dan waktu yang tepat
(Sugiarto, 2001, h. 36). Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti
dibantu oleh seorang staff personalia dan kepala bagian ICU untuk
menyebar skala. Sesuai dengan permintaan pihak rumah sakit skala
dibagi kepada subyek penelitian oleh pihak rumah sakit (kepala
bagian ICU) dengan alasan memudahkan peneliti dalam menjalankan
penelitian karena perawat ICU sangat sibuk dan juga memiliki beban
dan tekanan kerja yang lebih banyak dibanding dengan perawat non
ICU, dimana skala yang dibagikan berjumlah 40 skala. Peneliti juga
melakukan observasi dan wawancara dalam kurun waktu tiga hari
secara berurutan selama 1 jam tiap harinya dengan beberapa perawat
ICU serta dengan Kepala Bagian ICU. Setelah beberapa minggu,
skala yang telah selesai dikerjakan diambil kembali oleh peneliti.
Jumlah keseluruhan skala yang terkumpul sebanyak 40 skala. Semua
skala kembali ke tangan peneliti dan semua nomor diisi sehingga
tidak ada skala yang gugur.
Hambatan selama berlangsung penelitian antara lain dalam
pembagian skala, peneliti tidak membagikan secara langsung kepada
subyek karena sudah dibagikan oleh pihak personalia melalui Kepala
Bagian ICU sehingga tidak bisa leluasa melakukan wawancara dan
juga waktu yang relatif lama dalam pengembalian skala. Selain itu,
dalam melakukan wawancara peneliti harus menunggu dalam kurun
waktu yang cukup lama untuk mewawancarai Kepala Bagian ICU, hal
ini dikarenakan banyaknya beban dan tekanan kerja yang harus
dilakukannya.

Perpustakaan Unika

59

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Subyek yang sesuai dengan karakteristik penelitian berjumlah
40 orang. Setelah memperoleh data yang diperlukan, maka dilakukan
pengujian hipotesis penelitian. Namun sebelumnya terlebih dahulu
akan dilakukan uji asumsi data untuk analisis korelasi product
moment yang menguji hubungan persepsi terhadap lingkungan kerja
dengan burnout yang meliputi uji normalitas dan uji linearitas.
1. Uji Asumsi
Uji asumsi ini dilakukan untuk memenuhi syarat analisis
data dengan analisis korelasi product moment adalah masingmasing variabel bebas harus berdistribusi normal dan memiliki
hubungan linear antara variabel bebas dan variabel tergantungnya.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data
terdistribusi secara normal atau tidak. Normalitas distribusi
data merupakan syarat yang harus dipenuhi dalam statistik
parametrik.

Uji

normalitas

sebaran

data

penelitian

ini

menggunakan teknik One-Sample Kolmogoro-Smirnov. Pedoman


untuk menentukan normal tidaknya suatu data adalah dengan
menggunakan taraf signifikansi 5%, artinya jika hasil nilai
Kolmogorov Smirnov dengan taraf signifikansi lebih besar
dari 0,05 maka data dinyatakan normal (p>0,05), sebaliknya
jika signifikansi kurang dari 0,05 maka data dinyatakan tidak
normal (p<0,05). Berikut dapat dilihat hasil selengkapnya :
59

Perpustakaan Unika

60

1) Skor variabel persepsi terhadap lingkungan kerja mendapat


pasangan Kolmogorov Smirnov Z sebesar 1,108 dengan p
sebesar 0,172 (p>0,05). Hal ini berarti bahwa skor variabel
persepsi terhadap lingkungan kerja berdistribusi normal.
2) Skor variabel burnout pada perawat ICU memiliki nilai uji
Kolmogorov Smirnov Z sebesar 0,804 dengan p sebesar
0,538 (p>0,05). Hal ini berarti skor variabel burnout
berdistribusi normal.
b. Uji Linieritas
Hasil uji linieritas dengan program Statistical Packages
for Social Science (SPSS) Window Release 13.0. Pengujian
linieritas dilakukan terhadap model hubungan yaitu hubungan
antara variabel bebas terhadap variabel tergantungnya.
Hasil pengujian linieritas burnout pada perawat ICU
dengan persepsi terhadap lingkungan kerja menunjukkan
bahwa hubungan tersebut membentuk garis linier dengan nilai
Flinier sebesar 35,159 dengan p sebesar 0,000 (p<0,05).

2. Analisis Data
Analisis data dalam rangka pengujian hipotesis dilakukan
dengan menggunakan program komputer Statistical Packages for
Social Science (SPSS) Window Release 13.0, dengan prosedur
korelasi product moment.
Hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien korelasi antara
persepsi terhadap lingkungan kerja dengan burnout pada perawat
ICU diperoleh r = -0,693 dan p=0,000 dengan (p<0,05). Hal ini

Perpustakaan Unika

61

menunjukkan adanya hubungan negatif yang sangat signifikan


antara persepsi terhadap lingkungan kerja dengan burnout pada
perawat ICU. Semakin besar persepsi terhadap lingkungan kerja,
akan semakin kecil terjadinya burnout pada perawat ICU. Dengan
demikian hipotesis penelitian ini dapat diterima.

B. Pembahasan
Hasil uji hipotesis yang menggunakan uji statistik korelasi
product moment menunjukkan nilai korelasi berganda sebesar -0,693
dan p=0,000 dengan (p<0,05). Hal ini menunjukkan adanya korelasi
negatif yang sangat signifikan antara persepsi terhadap lingkungan
kerja dengan burnout pada perawat ICU. Hal ini menunjukkan bahwa
burnout pada perawat ICU akan mengalami penurunan seiring dengan
peningkatan persepsi terhadap lingkungan kerja. Lebih jauh sebesar
48,1% burnout pada perawat ICU dapat dipengaruhi oleh persepsi
terhadap lingkungan kerja yang dimiliki oleh seseorang.
Hal ini menjelaskan bahwa dukungan teoritis dari Greenberg
(dalam Andriani dan Subekti, 2004, h. 55) yang mengatakan bahwa
kondisi lingkungan kerja yang menyebabkan seseorang merasa kurang
berguna, tidak efektif atau tidak dihargai merupakan faktor yang
mendukung munculnya burnout. Dengan demikian hal sebaliknya akan
terjadi dimana jika seseorang yang memberikan persepsi yang baik
mengenai lingkungan kerjanya akan menurunkan terjadinya burnout.
Kondisi pekerjaan yang dialami oleh perawat dapat menjadi
penyebab timbulnya stres kerja. Lingkungan kerja perawat yang
selalu berhubungan dengan keselamatan diri orang lain dimana

Perpustakaan Unika

62

tekanan beban kerja yang berat dengan waktu kerja yang secara besar
dicurahkan sepenuhnya untuk melayani pasien akan memungkinkan
perawat merasakan simdorm kelelahan secara fisik, emosional dan
mental mereka. Kondisi kelelahan fisik, emosional dan mental yang
tidak teratasi akan memunculkan burnout.
Penelitian ini berhasil memberikan bukti empiris bahwa
persepsi positif dari perawat dalam memandang lingkungan kerja
mereka merupakan bagain faktor penentu timbulnya stres. Hal ini
mendukung pernyataan Doelhadi (1997, h. 38) yang menyatakan
bahwa persepsi terhadap lingkungan kerja merupakan bagian dari
faktor penentu timbulnya stres. Rumah sakit yang memiliki berbagai
fasilitas yang lebih baik yang didukung dengan rekan kerja dan atasan
yang baik akan memberikan persesi yang baik kepada perawat yang.
Hal tersebut dapat memberikan respon positif dari perawat. Dalam hal
ini perasaan senang akan muncul seiring dengan persepsi yang baik
mengenai lingkungan kerja mereka. Timbulnya perasaan senang
dalam hal ini berarti memperkecil tingkat kelelahan emosional yang
dialami perawat yang berarti akan memperkecil tingkat burnout.
Dalam hal ini nampak bahwa pernyataan Gibson (1985, h. 35)
dapat diterima dimana persepsi terhadap lingkungan kerja merupakan
serangkaian hal dari lingkungan yang dipersepsikan oleh orang yang
bekerja dalam suatu lingkungan pekerjaan dan mempunyai peran yang
besar dalam mempengaruhi tingkah laku individu.
Dalam hal ini nampak bahwa persepsi positif diri yang ada
dalam diri individu seorang perawat dalam memahai lingkungan kerja
mereka akan memberikan peran dalam mempengaruhi kondisi psikis
maupun fisik seseorang. Gejala kelelahan secara fisik maupun secara

Perpustakaan Unika

63

mental dalam diri seseorang akan menjadi minimal manakala


seseorang memiliki memiliki persepsi positif terhadap lingkungan
yang berkaitan dengan pekerjaan mereka.
Dengan demikian nampak bahwa burnout pada seseorang yang
terjadi ketika sedang mengalami perasaan lelah secara berkepanjangan
terhadap apa yang dikerjakannya dalam memenuhi tugas pekerjaanya.
Sebaliknya, bila seseorang merasa bahwa mereka mendapatkan hal-hal
yang positif dari pekerjaan dan dimana mereka bekerja, maka mereka akan
dapat meminimalkan perasaan lelah yang dihadapinya yang berganti dengan
perasaan bahwa mereka merupakan orang yang berguna untuk orang lain.
Hasil empirik dari penelitian ini untuk data variabel burnout
pada perawat ICU diperoleh nilai mean empirik (ME) sebesar 39,08
dengan standar deviasi empirik sebesar 7,69. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa burnout yang dialami oleh subyek penelitian
(perawat) masih

berada di bawah mean hipotetiknya (MH) yaitu

sebesar 57,5. Hal ini berarti bahwa subyek penelitian yaitu perawat
ICU memiliki kelelahan berkepanjangan yang masih rendah. Dalam
penelitian ini, burnout pada perawat ICU rendah, hal ini disebabkan
karena adanya pengaruh social desirability saat perawat ICU mengisi
skala, yaitu adanya keinginan subyek penelitian untuk memberikan
jawaban yang sesuai dengan norma-norma lingkungan yang ada.
Selain itu, peralatan kerja dan kondisi lingkungan kerja yang baik di
ruang ICU serta adanya dukungan yang baik antara rekan kerja dan
kepala bagian, sehingga burnout pada perawat ICU menjadi rendah.
Sementara dari hasil deskripsi variabel persepsi terhadap lingkungan
kerja diperoleh mean empirik (ME) sebesar 79,65 dengan standar deviasi
empirik sebesar 10,44. Hasil tersebut menunjukkan bahwa persepsi yang

Perpustakaan Unika

64

dimiliki oleh subyek penelitian terhadap lingkungan kerja dimana mereka


bekerja menunjukkan lebih tinggi dibanding mean hipotetiknya (MH)
yaitu 60. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar subyek penelitian
memiliki persepsi positif terhadap lingkungan kerja mereka.
Bukti empiris lain menunjukkan bahwa fenomena burnout yang
terjadi dalam diri perawat ICU menjadi minimal karena para perawat
tersebut memiliki persepsi positif tentang lingkungan kerja mereka
baik mengenai lingkungan fisik, hubungan antar perawat maupun
hubungan antara perawat dengan atasan.
Adanya keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti menyebabkan
penelitian ini mempunyai beberapa kelemahan, yaitu:
1. Pada saat penyebaran skala, skala ditinggal. Hal ini menyebabkan
peneliti tidak dapat mengontrol apakah skala tersebut diisi oleh
subyek sendiri atau diisi oleh orang lain sehingga dapat
mempengaruhi jawaban yang diberikan.
2. Subyek penelitian menolak untuk mengisi skala dihadapan
peneliti, hal ini dikarenakan kesibukan dari subyek yang sedang
mengangani pasien dalam keadaan yang kritis sehingga skala
disebarkan oleh kepala bagiannya.
3. Pemberian nama pada skala penelitian. Jadi ada kemungkinan
dalam mengisi skala, subyek dipengaruhi oleh social desirability,
yaitu adanya keinginan subyek penelitian untuk memberikan
jawaban yang sesuai dengan norma-norma lingkungan yang ada.
4. Usia kerja dalam penelitian ini tidak terkontrol. Dalam penelitian
ini, subyek yang diteliti memiliki usia kerja yang cukup lama
sehingga mereka sudah dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan
kerja yang harus mereka lakukan.

Perpustakaan Unika

65

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik
kesimpulan bahwa hipotesis yang menyatakan ada hubungan negatif
antara persepsi terhadap lingkungan kerja dengan burnout pada
perawat ICU dapat diterima. Artinya, semakin tinggi persepsi
terhadap lingkungan kerja yang dimiliki oleh perawat ICU, maka
semakin rendah tingkat burnout yang terjadi dan sebaliknya jika
persepsi terhadap lingkungan kerja semakin rendah maka tingkat
burnout akan semakin besar terjadi.
Sumbangan efektif persepsi terhadap lingkungan kerja dengan
burnout pada perawat ICU adalah sebesar 48,1% yang artinya bahwa
48,1% burnout dapat dipengaruhi oleh persepsi terhadap lingkungan
kerja, sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor lain, yang
tidak diteliti dalam penelitian ini masih memberikan sumbangan
besar bagi burnout yaitu sebesar 51,9%.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti
mengajukan beberapa saran sebagai berikut :
1. Bagi Subyek Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan
yang signifikan antara persepsi terhadap lingkungan kerja dengan
burnout, sedangkan hasil penelitian ini juga menunjukkan masih
65

Perpustakaan Unika

66

rendahnya tingkat burnout yang terjadi dalam diri para perawat,


maka dalam hal ini kondisi demikian perlu untuk terus
dipertahankan. Dalam hal ini para perawat perlu untuk tetap
selalu memberikan persepsi positif mengenai lingkungan kerja
mereka.

2. Bagi Rumah Sakit


Pihak rumah sakit harus selalu memperhatikan lingkungan
kerja baik secara fisik maupun non fisiknya. Dalam kaitannya
dengan lingkungan fisik, rumah sakit perlu untuk menata setiap
ruangan kerja untuk memberikan rasa nyaman dan memperkecil
kelelahan

yang

dialami

para

perawat.

Sedangkan

untuk

lingkungan non fisik, rumah sakit harus memfasilitasi hubungan


kerja yang baik antar perawat maupun perawat dengan atasan agar
tidak tercipta perasaan tertekan perawat pada saat bekerja.
Serta tetap mempertahankan kondisi lingkungan fisik
maupun non fisik rumah sakit yang telah tertata dengan baik
sehingga burnout pada perawat dapat dihindari.

3. Bagi Peneliti Lain


Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik mengamati masalah
burnout, maka disarankan untuk meneliti variabel-variabel lain
memungkinkan memiliki hubungan dengan burnout antara lain:
jenis kelamin, usia dan harga diri.

Perpustakaan Unika

Perpustakaan Unika

DAFTAR PUSTAKA

Ahyari A. 1994. Manajemen Produksi Perencanaan Sistem Produksi.


Buku kedua. Yogyakarta : BPFE.
Ancok, D. 1987. Teknik-teknik Penyusunan Skala Pengukuran.
Yogyakarta : Pusat Penelitian Kependudukan. UGM Universitas
Gajah Mada.
Andriani, R. dan Subekti, A. 2004. Pengaruh Persepsi Mengenai Kondisi
Lingkungan Kerja dan Dukungan Sosial terhadap Tingkat
Burnout pada Perawat IRD RSUD dr. Soetomo Surabaya. Insan.
Vol. 6. No. 1 (49 67). Surabaya : Fakultas Psikologi Universitas
Airlangga.
Anoraga, P. 1992. Psikologi Kerja. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Edisi IV. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Atkinson, J. M. 1991. Mengatasi Stress di Tempat Kerja. Edisi ke-25.
Alih Bahasa : Budi Susetyo. Jakarta : Gramedia.
Azwar, S. 1992. Reliabilitas dan Validitas. Seri Pengukuran Psikologi.
Yogyakarta : Sigma Aplha.
. 1999. Penyusunan Skala Psikologi. Jilid I Yogyakarta :
Pustaka Pelajar Offset.
. 2000. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar Offset.
Dagun, S. M. 1992. Maskulin & Feminim. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Davis, K. dan Newstrom. J. W. 1993. Perilaku dalam Organisasi, Jilid
II : Edisi ke-7. Alih Bahasa : Agus Dharma. Jakarta : Erlangga.
Dessler, G. 1992. Manajemen Personalia. Alih Bahasa : Agus Dharma.
Jakarta : Erlangga.

67

68

Doelhadi, A. S. Salima, M. 1997. Strategi Pengendalian dan Persoalan


Stres : Dalam Animia Media Psikologi Indonesia. Vol. XII No. 48
(378 393).
Etzion, D. 1984. Moderating Effect of Social Support on the Stress
Burnout Relationship. Journal od Applied Psychology Vol. 69
(615 627).
Fabella, A. T. 1993. You can cope with stress (Anda Sanggup Mengatasi
Stres). Alih Bahasa : Agus Dharma. Jakarta : Erlangga.
Froses, T. M. 1983. Stress dan Kepuasan Kerja. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Gibson, J. L. Ivancevich, J. H. Donnely, J. H. 1988. Organisasi dan
Manajemen. Alih Bahasa : Djoerban Wahid. Jakarta : Erlangga.
. 1990. Organisasi : Perilaku Struktur Proses. Alih Bahasa :
Djakarsih. Jakarta : Erlangga.
Greenberg, F. dan Baron, R.A. 1995. Behaviour in Organization :
Understanding and Managing the Human Side of Work. Edisi
Kelima. Prentice Hall : New York.
. 1997. Behaviour in Organization Understanding and Managing
The Human Side of Work. Sixth Edition. New Jersey : Prentice
Hall. Ensleward Cliffs.
Gulo, D. dan Kartono, K. 1982. Kamus Psikologi. Bandung : CV. Pioner
Jaya.
Gunarso, S. 1995. Psikologi Perawatan. Jakarta : BPK Gunung Mulia.
Hadi, S. 1993. Metodologi Research. Jilid I. Yogyakarta : Andi Offset.
. 2000. Metodologi Research. Jilid II. Yogyakarta : Andi Offset.
Hasan, Rusepo, dkk. Penatalaksanaan Kegawatan Peditrik.1991.
Jakarta : PT. Intermasa.
Hurlock, E. B. 1994. Psikologi Perkembangan, Suatu Pengantar Sepanjang
Rentang Kehidupan. Edisi kelima. Jakarta : Erlangga.
Indrawijaya. 2000. Perilaku Organisasi. Bandung : CV. Sinar Baru.

Perpustakaan Unika

69

Kartono, K. 1994. Psikologi untuk Menajemen, Perusahaan dan


Industri. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Kasim, Y. A. 1981. Penatalaksanaan Kegawatan Pediatrik. Jakarta: PT.
Intermasa.
Linawati, L. R. 2002. Burnout pada Polisi ditinjau dari Persepsi terhadap
Pekerjaan dan Masa Kerja. Skripsi. Semarang : Fakultas
Psikologi Unika (tidak diterbitkan).
Lee, R. T., Ashforth, B. E. 1996. A Meta Analytic Examination of The
Correlates of The Three Dimension of Job Burnout. Journal of
Applied Psychology. Vol. 81 (123-133). The American Psychology
Ass, Inc.
NN. 1994. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 26. Jakarta: Kedokteran
EGC.
Niken, F. R. 2001. Tingkat Burnout pada Perawat Jiwa Ditinjau dari
Persepsi Terhadap Lingkungan dan Coping Stress. Skripsi.
Semarang : Fakultas Psikologi Unika (tidak diterbitkan).
Nitisemito, A. S. 1986. Manajemen Personalia : Manajemen Sumber
Daya Manusia. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Rab, Tahrani. 1998. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Jilid 1.
Bandung : PT. Alumni.
Rosyid, H. F. 1996. Burnout Penghambat Produktivitas yang Perlu
Dicermati, Buletin Psikologi. Agustus. Tahun VI. No. 1(19 25).
. 1997. Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Burnout pada
Perawat Putri di RS Swasta. Psikologika No. 4 Tahun II (51 55).
Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.
Santoso, M.E.M. 2004. Hubungan Persepsi terhadap Mutu Pelayanan
Toko dengan Kepuasan Membeli Telepon Genggam. Skripsi.
Semarang : Fakultas Psikologi Unika Semarang (tidak diterbitkan).
Shaufeli, Janczur, 1994. The Burnout Research Project. Research
Proposal. Katholieke Unibersities Nismegen.
Siagian, S. P. 1986. Perilaku Organisasi. Jakarta : Haji Masagung.

Perpustakaan Unika

70

Simamora, H. 1995. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta :


Bagian Penerbitan YKPN.
Stierss, R. M. 1985. Organizational Efetiveness A Behavioral View.
Alih Bahasa : Dra. Magdalena Samin . Jakarta : Cemerlang.
Sugiarto, Siagian D., Sumaryanto, L.T. dan Oetomo, D.S. 2001. Teknik
Sampling. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sukowati, D. E. W. 2004. Burnout pada Ibu Bekerja Ditinjau dari Dukungan
Suami. Skripsi. Semarang : Fakultas Psikologi Unika (tidak
diterbitkan).
Suryabrata, S. 1984. Menuju Ke Psikodiagnosis. Jakarta : Rajawali.
. 1989. Metodologi Penelitian. Jakarta : CV. Rajawali.
Tjokronegoro, A. dan Utama, H. 1989. Penatalaksanaan Pasien di
Intensive Care Unit. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Wirawan, J. A. 1997. Perbedaan Perilaku Membantu Antara Perawat
dengan Tingkat Pendidikan SPK dan Perawat dengan Tingkat
Pendidikan D3 (Studi di RS X dan RS Y). Jurnal Psikologi
Sosial (58 66). Jakarta : Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia.

Perpustakaan Unika

71

LAMPIRAN A
SKALA PENELITIAN

Perpustakaan Unika

72

A-1 Skala Burnout pada Perawat ICU

Perpustakaan Unika

73

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
Jl. Pawiyatan Luhur IV No. 1 Bendan Dhuwur Semarang 50234

Dengan hormat,
Di tengah kesibukan Anda perkenankanlah saya memohon bantuan
Anda sebagai Seorang Perawat ICU RS Telogorejo Semarang untuk
meluangkan waktu guna mengisi angket yang saya sertakan berikut ini.
Jawaban-jawaban yang Anda berikan akan sangat berguna bagi
saya di dalam menyusun skripsi dan juga akan berguna bagi RS
Telogorejo. Oleh karena itu, saya mengharapkan jawaban yang sejujurjujurnya tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Semua jawaban Anda akan
terjaga kerahasiannya.
Akhirnya atas bantuan dan kerjasama Anda, saya mengucapkan
banyak terima kasih.

Hormat saya
Dian Mayasari

Perpustakaan Unika

74

PETUNJUK PENGISIAN
1. Sebelum Anda mulai menjawab pernyataan ini isilah identitas Anda
terlebih dahulu.
2. Jawablah setiap pertanyaan ini dengan memberikan tanda silang (X)
pada kolom salah satu pilihan jawaban yang paling sesuai dengan
pendapat anda sendiri. Adapun pilihan jawaban yang tersedia
sebanyak 4 buah, yaitu :
SS

: Bila pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan keadaan diri


anda.

: Bila pernyataan tersebut Sesuai dengan keadaan diri anda.

TS

: Bila pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan keadaan diri


anda.

STS : Bila pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan


keadaan diri anda.
Contoh : Bekerja itu menyenangkan hati saya
SS

TS

STS

3. Anda diharapkan tidak ragu-ragu dalam menjawab dan tidak


terpengaruh oleh orang lain, sebab dalam hal ini tidak ada jawaban
yang salah. Semua jawaban anda adalah Baik dan Benar, sejauh hal
itu

sesuai

dengan

kondisi

Anda.

Jawaban

anda

tidak

akan

mempengaruhi nama baik anda dan akan dijamin kerahasiaannya.


4. Pastikan bahwa tidak ada nomor yang terlewatkan, oleh karena itu
sebelum skala ini diserahkan, periksalah kembali dengan teliti.
5. Atas partisipasi dan kerjasamanya, saya mengucapkan terima kasih.

Selamat Mengerjakan

Perpustakaan Unika

75

No

Nama

Usia

Masa Kerja

Pendidikan Terakhir

:
SKALA I

No.
1.

Pertanyaan

SS

TS STS

Setelah menangani pasien yang mengalami SS

TS STS

TS STS

TS STS

TS STS

TS STS

TS STS

TS STS

TS STS

luka parah atau sakit parah, saya menjadi


tidak berselera makan.
2.

Saya dapat tidur dengan pulas meskipun SS


banyak masalah di tempat kerja.

3.

Saat menangani banyak pasien saya menjadi SS


mudah marah tanpa alasan yang jelas.

4.

Apabila ada suatu permasalahan yang terjadi SS


dengan

pasien

saya

sesegera

mungkin

menyelesaikannya.
5.

Saya cenderung bersikap sinis terhadap SS


pasien yang terlalu banyak menuntut.

6.

Saya selalu menghormati dan menghargai SS


setiap pasien yang ada tanpa membedakan
status sosial ekonomi.

7.

Saya sering memperlakukan kasar pasien SS


yang terlalu banyak menuntut.

8.

Saya sangat peduli dengan keadaan pasien


yang saya tangani.

SS

Perpustakaan Unika

76

9.

Saya merasa bahwa pekerjaan yang saya SS

TS STS

SS

TS STS

11. Saya merasa capek dan pegal-pegal ketika SS

TS STS

TS STS

TS STS

TS STS

TS STS

TS STS

SS

TS STS

18. Hampir setiap 1 jam sekali saya selalu SS

TS STS

TS STS

TS STS

lakukan tidak pernah dihargai oleh kepala


bagian saya.
10. Saya merasa optimis dapat menyelesaikan
setiap pekerjaan yang ada.
harus menangani banyak pasien.
12. Saya tidak mengalami mual-mual setelah SS
menangani pasien yang luka parah.
13. Terkadang saya mengalami frustasi dengan SS
banyaknya beban dan tekanan kerja yang
harus saya lakukan.
14. Saya mampu bersikap sabar pada setiap SS
pasien yang sedang saya tangani.
15. Saya sering merasa curiga kepada rekan SS
kerja

saya

dalam

hal

menyelesaikan

pekerjaan.
16. Saya sering bekerja sama dengan rekan kerja SS
saya dalam menyelesaikan pekerjaan.
17. Saya sering terlambat dalam melakukan
pengontrolan keadaan pasien saat jaga malam.
mengontrol keadaan pasien yang sedang
saya tangani.
19. Saya merasa minder dengan rekan kerja saya SS
atas prestasi kerja yang telah saya peroleh.
20. Saya merasa bangga dengan prestasi kerja SS
yang telah saya dapatkan selama ini.

Perpustakaan Unika

77

21. Ketika

banyak

TS STS

SS

TS STS

SS

TS STS

24. Saya menikmati pekerjaan saya sebagai SS

TS STS

SS

TS STS

26. Saya merasa dapat menyelesaikan setiap SS

TS STS

TS STS

TS STS

TS STS

TS STS

terselesaikan

pekerjaan
saya

sering

yang

belum SS

mengalami

serangan sakit kepala.


22. Saya merasa masih tetap semangat meskipun
banyak pasien yang harus saya tangani.
23. Perlakuan keluarga pasien

yang terlalu

menuntut membuat saya menjadi mudah


tersinggung.
perawat ICU meskipun sangat melelahkan.
25. Saya merasa tidak mampu lagi melakukan
tuntutan dari profesi saya.
pekerjaan dengan baik.
27. Karena banyaknya pasien yang saya tangani, SS
saya

tidak

semaksimal

mungkin

dalam

memantau keadaan pasien.


28. Saya selalu memberikan informasi sejelas- SS
jelasnya kepada setiap pasien yang bertanya
pada saya.
29. Tidak ada yang patut dijadikan teladan dari SS
prestasi kerja yang telah saya peroleh.
30. Saya ingin sekali untuk meningkatkan setiap
prestai kerja yang sudah saya peroleh.

SS

Perpustakaan Unika

78

A-2 Skala Persepsi terhadap Lingkungan Kerja

Perpustakaan Unika

79

No

Nama

Usia

Masa Kerja

Pendidikan Terakhir

:
SKALA II

No.

Pertanyaan

SS

TS STS

1.

Pencahayaan di ruang ICU cukup terang.

SS

TS STS

2.

Saya tidak dapat bekerja secara optimal

SS

TS STS

SS

TS STS

SS

TS STS

SS

TS STS

SS

TS STS

SS

TS STS

SS

TS STS

SS

TS STS

karena peralatan kerja kurang mendukung.


3.

Komunikasi di tempat kerja saya cukup


lancar.

4.

Lebih baik saya bekerja sendiri karena tidak


ada kecocokan dengan rekan kerja saya.

5.

Menurut saya, peralatan kerja di ICU cukup


lengkap dan mamadai.

6.

Saya tidak terbiasa menggunakan peralatan


pelindung selama bekerja.

7.

Saya tidak malas melakukan kerja sama


dengan rekan kerja yang pemalas.

8.

Saya pikir bahwa komunikasi di tempat


kerja saya sangat kurang baik.

9.

Untuk menjaga agar tetap steril maka saya


menggunakan

sarung

menangani pasien.

tangan

dalam

Perpustakaan Unika

80

10. Saya tidak dapat berkonsentrasi secara

SS

TS STS

SS

TS STS

SS

TS STS

SS

TS STS

SS

TS STS

SS

TS STS

SS

TS STS

SS

TS STS

SS

TS STS

SS

TS STS

SS

TS STS

SS

TS STS

penuh terhadap pekerjaan karena suasana


yang bising.
11. Saya akan bertanya kepada rekan kerja saya
apabila

mengalami

kesulitan

dalam

menangani pasien.
12. Saya tidak pernah bertukar pendapat dengan
rekan kerja saya bila terjadi konflik.
13. Saya dapat menggunakan semua peralatan
kerja yang ada di ICU.
14. Saya tidak bisa bekerja dengan nyaman
karena kondisi kerja yang kotor.
15. Selalu ada kerja team yang baik di tempat
kerja saya.
16. Saya

melihat

bahwa

kepala

bagian

membatasi komunikasi dengan bawahan.


17. Menurut

saya,

saya

sudah

dapat

membiasakan diri dengan pengaturan ruang


kerja di ICU.
18. Saya sudah terbiasa dengan udara yang
pengap dalam ruang kerja.
19. Menurut saya, di tempat saya bekerja ada
relasi yang baik antara satu dengan lainnya.
20. Saya tidak terbiasa melakukan komunikasi
dengan kepala bagian saya.
21. Setiap peralatan yang ada di ICU harus
dirawat dan dijaga dengan baik agar tidak
cepat rusak.

Perpustakaan Unika

81

22. Banyak rekan kerja saya yang belum dapat

SS

TS STS

SS

TS STS

SS

TS STS

SS

TS STS

SS

TS STS

SS

TS STS

SS

TS STS

SS

TS STS

SS

TS STS

SS

TS STS

SS

TS STS

menguasai pemakaian peralatan di ruang


ICU dengan baik.
23. Saya akan menciptakan hubungan kerja
yang baik dengan kepala bagian agar saya
dapat bekerja secara optimal.
24. Sampai

saat

ini,

saya

belum

dapat

memahami dengan baik sifat-sifat rekan


kerja saya.
25. Suara-suara peralatan kerja di ICU tidak
bising.
26. Suara-suara yang ditimbulkan alat kerja di
ICU terlalu bising.
27. Kepala bagian saya selalu bersikap ramah
dan juga baik kepada setiap bawahannya
tanpa membeda-bedakan status apapun.
28. Saya tidak dapat memberikan sumbangan
kritik dan saran kepada kepala bagian saya.
29. Menurut saya, sirkulasi di ruang ICU cukup
baik dan tidak pengap.
30. Saya tidak terbiasa dengan kondisi kerja
yang tidak terang.
31. Menurut saya, saya dan rekan kerja saya
selalu menerima apa yang menjadi masukan
dari kepala bagian.
32. Saya terbiasa menerima teguran keras dari
kepala bagian saya.

Perpustakaan Unika

82

33. Setiap perawat yang ada di ICU harus

SS

TS STS

SS

TS STS

SS

TS STS

SS

TS STS

menjaga kebersihan diri sendiri dengan cara


mencuci tangan setelah menangani pasien.
34. Saya belum terlatih menggunakan peralatan
kerja di ruang ICU.
35. Saya

belajar

bersikap

terbuka

dalam

berkomunikasi

kepada

kepala

bagian

maupun rekan kerja saya.


36. Saya tidak dapat memberikan usulan demi
kemajuan prestasi kerja saya.

Perpustakaan Unika

Anda mungkin juga menyukai