Anda di halaman 1dari 109

Perpustakaan Unika

DAMPAK PSIKOLOGIS REMAJA KORBAN BULLYING

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Katolik


Soegijapranata Semarang untuk memenuhi sebagian dari syarat-
syarat guna memperoleh derajat sarjana psikologi

Oleh :

VINA CHRISTINA
07.40.0085

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

2011

i
Perpustakaan Unika

HALAMAN PENGESAHAN

Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Psikologi


Universitas Katolik Soegijapranata Semarang dan Diterima Untuk
Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana Psikologi

Pada tanggal
17 Juni 2011

Mengesahkan
Fakultas Psikologi
Universitas Katolik Soegijapranata
Dekan,

Dr. Kristiana Haryanti, Msi

Dewan penguji : Tanda Tangan

1. Dr. Kristiana Haryanti, Msi

2. Drs. Y. Sudiantara, M.S

3. Dra. Sri Sumijati, Msi

ii
Perpustakaan Unika

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas
berkat, pertolongan dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi
yang berjudul “DAMPAK PSIKOLOGIS REMAJA KORBAN
BULLYING”. Penulis menyadari tanpa bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, penyusunan laporan ini tidak dapat berjalan dengan lancar.
Banyak hambatan dan kesulitan yang penulis alami dalam
menyelesaikan laporan ini, tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak
akhirnya dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu penulis menyampaikan
terima kasih kepada :
1. Ibu Dr. Kristiana Haryanti, M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.
2. Ibu Dra. Sri Sumijati, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Utama yang
dengan penuh kesabaran serta pengertiannya dalam memberikan
bimbingan kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat
terselesaikan.
3. Dewan penguji, Dr. Kristiana Haryanti, Msi, Drs. Y. Sudiantara, M.S,
Dra. Sri Sumijati, M.Si. terima kasih atas waktu dan saran-saran yang
diberikan guna menyempurnakan skripsi ini.
4. Ibu Esthi Rahayu, S.Psi., M.Si., selaku Dosen wali, terima kasih atas
bimbingannya selama peneliti menempuh pendidikan di bangku kuliah.
5. Seluruh staff pengajar Fakultas Psikologi Universitas Katolik
Soegijapranata Semarang. Terima kasih atas semua ilmu yang telah
diberikan selama penulis menempuh studi.

iii
Perpustakaan Unika

6. Seluruh staff Tata Usaha Fakultas Psikologi Universitas Katolik


Soegijapranata Semarang yang telah memberikan bantuan dan informasi
selama peneliti menempuh kuliah di Psikologi.
7. Keluargaku, terutama kedua orang tua dan kakakku yang selalu
memberikan semangat kepada penulis agar dapat menyelesaikan skripsi
ini.
8. Teman-teman seperjuangan penulis, kelas B angkatan 2007, terima
kasih untuk kebersamaannya selama ini. Especially for Sarah, yang
dengan sabar membantu penulis dan menjadi tempat curhat penulis saat
penulis mengalami kesulitan dalam proses pembuatan skripsi ini.
9. There, Justin, Ocky, dan Melly yang bersedia mendengarkan keluh
kesah penulis, memberikan semangat agar penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini, serta membuat hari-hari penulis menjadi lebih indah dengan
canda dan tawa kalian.
10. Teman-teman sepelayananku, Fani; Max dan Ci Melissa, terima kasih
untuk dukungan dan kebersamaannya selama penulis menyelesaikan
skripsi ini. Tetap semangat untuk pelayanannya, Give the Best for Jesus.
11. Teman-teman Joshua Generation GIA Pringgading, terima kasih untuk
dukungan kalian selama ini. Kalian sungguh luar bisa. Keep on fire all.
12. G.J, J.S dan R.P.T yang telah bersedia menjadi subyek penelitian
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya guna membantu
terselesainya skripsi yang berjudul “DAMPAK PSIKOLOGIS REMAJA
KORBAN BULLYING” ini. Penulis juga menyadari bahwa masih banyak

iv
Perpustakaan Unika

kekurangan pada skripsi ini, maka dengan segala kerendahan hati penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk menambah
pengetahuan dan bekal bagi penulis di kemudian hari demi terwujudnya
hasil laporan yang baik.
Semarang, Juni 2011

Penulis

v
Perpustakaan Unika

MOTTO

Semangat yang besar, mendatangkan pikiran yang besar

Pikiran yang besar menimbulkan kekuatan yang besar

Kekuatan yang besar memungkinkan langkah yang besar

Karena itu, bersemangatlah !

-Erich Watson-

Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya

pada Tuhan ! (Yeremia 17:7)

vi
Perpustakaan Unika

DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN JUDUL………………………………………………………. i

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………….......... ii

HALAMAN UCAPAN TERIMA KASIH………………………..…........ iii

HALAMAN MOTTO…………………………………………….……..... vi

DAFTAR ISI…………………………………………………………....... vii

DAFTAR TABEL……………………………………....……………....... x

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xi

BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………........ 1

A. Latar Belakang Masalah…………………………………….......... 1

B. Tujuan Penelitian……………………………………………......... 6

C. Manfaat Penelitian……………………………………………....... 7

1. Manfaat Teoritis……………………………………………....... 7

2. Manfaat Praktis……………………………………………........ 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA………………………...……………...... 8

A. Perilaku Bullying………………………………………................. 8

B. Bentuk-bentuk Bullying….…………………………….……....... 13

C. Dampak Psikologis………...…………………………….…........ 16

D. Remaja Korban Bullying……………………………………….... 18

1. Pengertian Remaja..................…………………………............ 18

2. Pengertian Korban Bullying..............................................…...... 19

vii
Perpustakaan Unika

E. Dampak Psikologis Korban Bullying…………….………….….. 28

BAB III. METODE PENELITIAN…………………………………........ 31

A. Metode Penelitian yang Digunakan…………………….……...... 31

B. Tema yang Diungkap………………………………………......... 32

C. Subyek Penelitian……………………………………….……...... 33

D. Metode Pengumpulan Data…………………………….……....... 34

1. Observasi………………………………………………..…...... 35

2. Wawancara………………………………………………......... 36

E. Metode Analisis Data…………………………………….…........ 37

F. Uji Keabsahan dan Keandalan Data…………………….……..... 39

BAB IV. PELAKSANAAN PENELITIAN............................................... 42

A. Kancah Penelitian......................................................................... 42

B. Persiapan Penelitian..................................................................... 42

C. Pelaksanaan Penelitian................................................................. 43

D. Hasil Pengumpulan Data.............................................................. 44

1. Kasus subyek I........................................................................ 44

2. Kasus subyek II....................................................................... 57

3. Kasus subyek III...................................................................... 71

BAB V. PEMBAHASAN........................................................................... 83

A. Interrelasi Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying............. 83

B. Intensitas Tema Antar Subyek...................................................... 85

viii
Perpustakaan Unika

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................. 90

A. Kesimpulan.................................................................................. 90

B. Saran............................................................................................. 91

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 93

DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. 96

ix
Perpustakaan Unika

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Intensitas Tema Dampak Psikologis Bullying Subyek I……….. 55

Tabel 2 : Korelasi antar Tema Dampak Psikologis Bullying Subyek I…... 56

Tabel 3 : Intensitas Tema Dampak Psikologis Bullying Subyek II………. 69

Tabel 4 : Korelasi antar Tema Dampak Psikologis Bullying Subyek II…. 70

Tabel 5 : Intensitas Tema Dampak Psikologis Bullying Subyek III……... 81

Tabel 6 : Korelasi antar Tema Dampak Psikologis Bullying Subyek III… 82

Tabel 7 : Intensitas Tema Dampak Psikologis Bullying Subyek I, II, III.. 86

x
Perpustakaan Unika

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A : Pedoman Wawancara……………………………………... 93

Lampiran B : Pedoman Observasi……………………………………….. 95

Lampiran C : Hasil Penelitian……………………………………………. 96

C.1 Subyek I

C.1.1 Hasil Wawancara Subyek I…………………..…… 96

C.1.2 Hasil Wawancara Orang Terdekat Subyek I…….. 156

C.2 Subyek II

C.2.1 Hasil Wawancara Subyek II……………...……… 118

C.2.2 Hasil Wawancara Orang Terdekat Subyek II…..... 161

C.3 Subyek III

C.3.1 Hasil Wawancara Subyek III…………………….. 136

C.3.2 Hasil Wawancara Orang Terdekat Subyek III…… 168

Lampiran D : Surat Ijin Penelitian

Lampiran E : Surat Bukti Penelitian

xi
Perpustakaan Unika

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Berita tentang kasus tindak kekerasan yang terjadi di sekolah
sering kita baca atau dengar di media massa. Tindak kekerasan yang
diberitakan berbagai macam antara lain yang dilakukan oleh oknum
guru terhadap muridnya, kakak kelas terhadap adik kelasnya maupun
antar teman sebaya. Tindak kekerasan ini diyakini sudah lama terjadi
namun kurang mendapat perhatian, oleh karenanya tidak diekspos oleh
media massa. Oleh beberapa orang, tindak kekerasan tersebut dianggap
sebagai hal yang wajar terjadi hingga suatu situasi dimana korban
mengalami luka parah bahkan sampai meninggal baru diberitakan
sebagai berita yang menggemparkan.
Banyak pihak seperti orang tua, sekolah, masyarakat belum
familiar dengan istilah bullying, sehingga orang tua serta pihak sekolah
sering kali mengabaikan, membiarkan dan menganggap sepele masalah
bullying. Orang tua serta para guru kerap kali menganggap bullying
sebagai bagian dari permainan anak-anak jaman modern atau
menganggap bullying sebagai hal biasa dalam kehidupan remaja
(Susanti, 2007, h. 2).
Riauskina, dkk (2005) mendefinisikan school bullying sebagai
perilaku agresif yang dilakukan berulang-ulang oleh seorang atau
sekelompok siswa yang memiliki kekuasaan terhadap siswa/siswi yang
lebih lemah dengan tujuan menyakiti orang tersebut.

1
2

Perpustakaan Unika

Bullying adalah bentuk-bentuk perilaku dimana terjadi pemaksaan


atau usaha menyakiti secara psikologis ataupun fisik terhadap seseorang
atau sekelompok orang yang lebih lemah oleh seseorang atau
sekelompok orang yang lebih kuat (Olweus, 2004, h. 23-24).
Bullying terjadi ketika seorang secara terang-terangan disakiti oleh
tindakan orang lain dan orang tersebut tidak memiliki kekuatan untuk
mencegah terjadinya kekejaman tersebut. Tanda-tanda anak yang
menjadi korban bullying antara lain kesulitan dalam bergaul, merasa
takut datang ke sekolah sehingga sering bolos, ketinggalan pelajaran,
mengalami kesulitan berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran,
kesehatan mental dan fisik akan terpengaruh baik jangka pendek
maupun jangka panjang (Mellor, 2007, h.1).
Aktivis Yayasan Semai Jiwa Amini (Sejiwa, 2008, h. 2), Diena,
mengemukakan bullying adalah penggunaan kekuasaan untuk menyakiti
seseorang atau sekelompok sehingga korban merasa tertekan, trauma
dan tidak berdaya.
Banyaknya korban bullying pada anak-anak sekolah di Indonesia
belum bisa didapatkan angka pasti (Elliot, 2005, h.5). Jika melihat kasus
di Norwegia hasil survey secara nasional pada tahun 1982 menunjukkan
angka yang mengejutkan, yakni terdapat 84.000 pelajar atau sekitar 15%
dari seluruh pelajar terlibat dalam kasus bullying baik sebagai pelaku
ataupun sebagai korban. Elliot dalam bukunya yang berjudul Bullying
terbitan tahun 2005 bahkan mengatakan bahwa enam dari setiap sepuluh
anak usia sekolah pernah dibully atau menjadi korban bullying.
3

Perpustakaan Unika

Sebuah studi yang dilakukan oleh ahli pendidikan Huneck


(Indarini, 2007, h.1) di sebuah sekolah di Indonesia, menemukan 45%
siswa mengaku menerima perlakuan bullying ketika berada dalam kelas,
sedangkan 43% mendapat perlakuan bullying saat istirahat. Dia juga
mencatat 65% siswa yang mengalami bullying tidak melaporkan
kasusnya pada orang dewasa.
Beberapa fakta yang sudah terjadi di Indonesia dapat mengungkap
fenomena bullying di negara Indonesia. FK, seorang gadis remaja
berusia 13 tahun siswi SMP 10 Bahtar Gebang, Bekasi, ditemukan
tergantung di kamar mandi rumahnya. FK mengakhiri hidupnya dengan
menggunakan seutas tali, namun tidak ada yang tahu persis kenapa ia
mengambil keputusan nekad seperti itu. Satu-satunya petunjuk datang
dari sang ayah yang mengatakan putrinya merasa malu karena sering
diejek teman-temannya sebagai anak tukang bubur. FK merasa ejekan
temannya yang membawa-bawa nama J bapaknya sebagai tukang bubur
telah menginjak-nginjak egonya. Kekerasan di sekolah yang dihadapi
FK memang bukan kekerasan fisik tetapi banyak pihak tidak menyadari
bahwa kekerasan mental juga sering menelan korban. FK merupakan
salah satu anak remaja yang tidak sanggup menerima kekerasan mental
di sekolah (Tim Sejiwa, 2008, h. vii).
Kasus lainnya (Tim Sejiwa, 2008, h. vii), LU, 15 tahun siswi kelas
dua di SLTPN 12 Jakarta menggantung dirinya di kamar tidur rumahnya
di Jalan Nipah, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Diketahui sebelum
bunuh diri Linda depresi karena sering diejek temannya karena tidak
naik kelas.
4

Perpustakaan Unika

Berdasarkan survey preliminary ketika peneliti mencari informasi


ke sekolah-sekolah tentang siapa yang menjadi korban bullying yaitu
dengan cara bertanya kepada guru Bimbingan Konseling (BK) yang ada
di salah satu sekolah swasta di Semarang, menunjukkan bahwa ada
salah satu anak yang menjadi korban bullying, sebut saja si X. X
menjadi korban bullying saat X duduk di kelas 3 SMP. Dipandang sinis
dan tuduhan sering diterimanya. Tidak hanya satu atau dua hari X
menerima tuduhan dan dipandang sinis oleh teman-temannya, tapi X
hampir tiap hari mengalami hal tersebut. X pernah dituduh “cari muka”
di depan guru tari oleh si Y dan teman-temannya sampai X menangis.
Tidak hanya itu saja, akibat tuduhan Y terhadap X, X jadi dijauhi
teman-temanya sehingga X tidak mau ke sekolah keesokan harinya.
Selain itu, Y dan teman-temannya juga sering memandang sinis X saat
mereka bertemu (berpapasan). Y melakukan hal tersebut terhadap X
karena Y merasa mempunyai kelebihan (talenta) dibandingkan X. Selain
itu, Y merupakan anak seorang pendeta di gereja X. Tindakan bullying
yang dilakukan Y terhadap X tidak membuat X menjadi depresi, tapi hal
tersebut justru membuat X bangkit dan menjadikannya sebagai sebuah
persaingan yang sehat. Hal tersebut terbukti dari prestasi akademik X
yang tidak kalah bagusnya dengan prestasi akademik Y.
Ada kurang lebih 30 kasus bunuh diri dan percobaan bunuh diri di
kalangan anak-anak dan remaja berusia 6 hingga 15 tahun di Indonesia
yang dilaporkan media massa antara tahun 2002-2005 (penelitian
Yayasan Sejiwa pada tahun 2006). Laporan media massa tersebut
umumnya disertai analisis redaksi atau komentar pakar mengenai
5

Perpustakaan Unika

fenomena tragis tersebut. Rata-rata analisis dan komentar yang ada


menyorot masalah ekonomi, ketidakharmonisan keluarga, serta
kerapuhan psikologis sang pelaku bunuh diri sebagai penyebab
terjadinya tragedi tersebut.
Pada umumnya pengamat menyorot masalah sosial dan psikologis
dalam diri korban dan kurang menyoroti tekanan dari luar yang
sedemikian rupa menjadikan seluruh masalah yang ada seakan
terakumulasi sehingga menimbulkan dorongan bagi korban untuk
mengakhiri hidupnya.
Ejekan, cemoohan dan olok-olok mungkin terkesan sepele dan
tidak signifikan. Kenyataannya hal ini bisa menjadi senjata tidak kenal
ampun yang secara perlahan tetapi pasti menghancurkan seorang anak.
Lebih banyak lagi anak-anak dan remaja korban bullying yang terus
hidup dan tidak cenderung mengakhiri hidupnya namun tumbuh dewasa
menjadi orang-orang yang berkepribadian rapuh, mudah sedih, pemarah
dan tidak percaya diri. Orang-orang seperti ini sulit sekali meraih sukses
dan hidup tidak bahagia (Tim Sejiwa, 2008, h. 3).
Pelaku bullying biasanya dengan mudah mengendus calon
korbannya. Pada pertemuan pertama pelaku bullying akan melancarkan
aksinya terhadap sang korban. Sang korban umumnya tidak berbuat apa-
apa dan membiarkan saja perilaku bullying berlangsung padanya karena
ia tidak memiliki kekuatan untuk membela diri atau melawan. Ini justru
membuat pelaku bullying di “atas angin” dan memberinya peneguhan
bahwa ia telah menemukan korban yang tepat. Ia pun akan meneruskan
6

Perpustakaan Unika

aksi-aksinya terhadap sang korban setiap mereka bertemu. Dengan


demikian situasi bullying pun tercipta.
Korban bullying bukanlah sekedar pelaku pasif dari situasi
bullying. Ia turut berperan serta memelihara dan melestarikan situasi
bullying dengan bersikap diam. Rata-rata korban bullying tidak pernah
melaporkan kepada orang tua dan guru bahwa mereka telah dianiaya
atau ditindas anak lain di sekolahnya (Tim Sejiwa, 2008, h. 17).
Perilaku bullying bisa berdampak buruk bagi korban, misalnya
menurunkan semangatnya untuk belajar di sekolah, mogok sekolah,
stress, rendah diri, trauma, ketakutan di sekolah, bunuh diri bahkan bisa
membuat anak justru mencontoh perilaku bullying tersebut. Melihat
banyaknya dampak buruk yang diakibatkan oleh adanya perilaku
bullying, maka diperlukan usaha-usaha kerjasama yang melibatkan
peran orang tua maupun guru agar perilaku ini dapat dicegah atau
dibatasi sedini mungkin (Inung, 2007, h. 2).
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, maka peneliti
terdorong untuk meneliti tentang bullying mengenai apa saja dampak
psikologis yang diterima seseorang yang menjadi korban bullying.

B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak psikologis pada
seseorang yang menjadi korban bullying.
7

Perpustakaan Unika

C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang
berarti bagi ilmu Psikologi terutama Psikologi Sosial dan Psikologi
Pendidikan berkaitan dengan dampak psikologis korban bullying.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan informasi
mengenai dampak psikologis baik yang langsung maupun tidak
langsung terhadap seseorang yang mendapat perlakuan bullying
sehingga diharapkan dapat memberikan masukan agar dapat mencari
usaha untuk mengurangi dampak psikologis yang muncul dalam diri
seseorang yang menjadi korban bullying atau melakukan antisipasi
untuk mencegah dampak tersebut.
Perpustakaan Unika

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku Bullying
Bullying adalah sebuah situasi terjadinya penyalahgunaan kekuatan
atau kekuasaan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok. Pihak
yang kuat menekan, memojokkan, melecehkan, menyakiti seseorang
yang lemah dengan sengaja dan berulang-ulang. Pihak yang kuat bisa
berarti kuat dalam hal fisik tapi juga kuat secara mental. Dalam hal ini
sang korban bullying tidak mampu membela atau mempertahankan
dirinya sendiri karena lemah secara fisik atau mental.
Hal penting disini bukan sekedar tindakan yang dilakukan, tetapi
dampak yang ditimbulkan akibat tindakan tersebut terhadap korbannya.
Misalnya, seorang siswa mendorong bahu temannya dengan kasar. Bila
yang didorong merasa terintimidasi apalagi bila tindakan tersebut
dilakukan berulang-ulang, maka perilaku bullying telah terjadi. Bila
siswa yang didorong tidak merasa takut atau terintimidasi maka
tindakan tersebut belum dapat dikatakan bullying. Istilah bullying datang
dari bahasa Inggris, diilhami kata bull yang berarti “banteng” yang
menyeruduk kesana-kesini (Sejiwa, 2007, h. 2).
Stephenson dan Smith (dikutip oleh Abdiah, 2010) menjelaskan
bahwa bullying digambarkan sebagai bentuk dari interaksi sosial dimana
individu yang dominan memperlihatkan perilaku agresif dengan
menekan individu yang kurang dominan.

8
9

Perpustakaan Unika

Rigby (Astuti, 2008, h. 3) mendefinisikan bullying sebagai sebuah


hasrat untuk menyakiti. Hasrat ini diperlihatkan kedalam aksi
menyebabkan seseorang menderita. Aksi ini dilakukan secara langsung
oleh seorang atau kelompok yang lebih kuat, tidak bertanggung jawab,
biasanya berulang dan dilakukan dengan perasaan senang.
Bullying menurut Pearce (Astuti, 2008, h. 3) didefinisikan sebagai
suatu perilaku yang tidak dapat diterima; kegagalan untuk mengatasi
tindakan bullying akan menyebabkan tindakan agresi yang lebih jauh.
Elliot (2005, h. 1) mendefinisikan bullying sebagai tindakan yang
dilakukan seseorang secara sengaja membuat orang lain takut atau
terancam. Bullying menyebabkan korban merasa takut, terancam atau
setidak-tidaknya tidak bahagia.
Dorothea Ross (Stan Davis, 2003, h. 9) mendefinisikan bullying
sebagai bentuk interaksi sosial – tidak harus berjangka panjang –
dimana seorang individu yang lebih dominan ( bully) memperlihatkan
perilaku agresif yang dimaksudkan untuk dan kenyataannya telah
menimbulkan tekanan terhadap individu yang kurang dominan (korban).
Perilaku agresif bisa berupa fisik langsung dan atau serangan verbal atau
bentuk tidak langsung. Di dalam interaksi tersebut mungkin melibatkan
lebih dari satu bully dan lebih dari satu korban.
Bullying adalah suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan
jarang dilakukan hanya sekali. Bullying dapat dibedakan dalam beberapa
karakter seperti fisik, kata-kata, psikis dan sosial. Bullying itu terbentuk
dari dua pihak yang berselisih tetapi terdapat ketidakseimbangan dalam
kekuatan, secara fisik ataupun mental. Akhirnya hasil dari bullying itu
10

Perpustakaan Unika

sendiri adalah memperkuat dan memperpuas keadaan pembully, serta


menyiksa dan menekan pihak lainnya. Murid yang menjadi target
perlakuan kekerasan dari murid lainnya secara berulang-ulang akan
menjadi korban dari bully. Tindakan kekerasan dapat secara fisik seperti
memukul, menendang, gerakan yang tidak ramah. Dapat juga melalui
kata-kata seperti mengancam, mempermalukan, meremehkan,
menggoda, memanggil dengan julukan. Sedangkan secara psikis seperti
memandangi, mengacuhkan, serta secara sosial seperti memanipulasi
pertemanan dan mengasingkan (Ma, 2002, h. 19).
Bullying merupakan perilaku agresi yang disengaja dan
berlangsung secara terus-menerus yang ditujukan pada individu yang
sudah menjadi incaran atau korban (Papalia, Olds and Feldman, 2007).
Bullying terjadi karena tanpa disadari sekolah menanamkan budaya
kekerasan.
Bullying adalah bentuk perilaku yang berselingkung dengan
keseharian seperti mengolok-olok, memaki, mengancam, memaksa
dengan serangan, mengucilkan, menggunjing di depan umum, menghina
sampai pada batas tertentu memunculkan perilaku kekerasan seperti
menarik, mendorong atau bentuk perilaku agresif lain yang menciptakan
korban merasa terancam, trauma dan tertindas (Lines, 2008).
Menurut Handayani, bullying adalah suatu bentuk perilaku
menyakiti yang dilakukan orang yang lebih kuat secara fisik maupun
sosial kepada orang yang lemah. Perilaku bullying dapat terjadi dalam
rupa intimidasi fisik seperti berkelahi, memukul, menjambak,
menampar, dan menonjok. Dalam bentuk emosional seperti menyakiti
11

Perpustakaan Unika

secara verbal, mengejek, mengancam. Bullying juga tampil dalam


bentuk keduanya, fisik dan emosi.
Di negara-negara Skandinavia masalah bullying diistilahkan
dengan kata “mobbing” (Norwegia dan Denmark) atau “mobning”
(Swedia dan Finlandia). Kata tersebut berasal dari kata dasar bahasa
Inggris “mob” yang menyiratkan arti biasanya ada sebuah kelompok
orang yang bersifat anonim yang terlibat didalam pelecehan. Namun
istilah tersebut juga sering digunakan manakala seseorang melecehkan
atau menekan orang lain (Olweus, 2004, h. 8).
Menurut uraian dari berbagai ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
bullying adalah situasi dimana pihak yang kuat menekan, memojokkan,
melecehkan, menyakiti seseorang yang lemah dengan sengaja dan
berulang-ulang. Pihak yang kuat disini bisa berarti kuat dalam hal fisik
dan juga bisa kuat secara mental.
Bullying berbeda dengan kekerasan dan agresivitas. Kekerasan
merujuk pada tindakan agresi dan pelanggaran (penyiksaan,
pemerkosaan, pemukulan) yang menyebabkan atau dimaksudkan untuk
menyebabkan penderitaan atau menyakiti orang lain. Istilah kekerasan
juga berkonotasi kecenderungan agresif untuk melakukan perilaku yang
merusak. Kekerasan (violence) berarti penggunaan kekuatan fisik secara
paksa terhadap orang atau benda (Soekanto, 1993, h.476). Agresivitas
merupakan istilah umum yang dikaitkan dengan perasaan marah atau
permusuhan; agresi berfungsi sebagai suatu motif untuk melakukan
respons berupa perlakuan kasar, penghinaan dan frustrasi (Kartono,
1987, h. 13).
12

Perpustakaan Unika

Kekerasan terjadi ketika seseorang menggunakan kekuatan,


kekuasaan dan posisinya untuk menyakiti orang lain dengan sengaja,
bukan karena kebetulan. Kekerasan juga meliputi ancaman dan tindakan
yang bisa mengakibatkan luka dan kerugian. Luka yang diakibatkan bisa
berupa luka fisik, perasaan, pikiran yang merugikan kesehatan dan
mental. Kekerasan pada anak adalah segala bentuk tindakan yang
melukai dan merugikan fisik, mental dan seksual termasuk hinaan,
meliputi : Penelantaran dan perlakuan buruk, Eksploitasi termasuk
eksploitasi seksual, serta trafficking/jual-beli anak. Sedangkan Child
Abuse adalah semua bentuk kekerasan terhadap anak yang dilakukan
oleh mereka yang seharusnya bertanggung jawab atas anak tersebut atau
mereka yang memiliki kuasa atas anak tersebut, yang seharusnya dapat
dipercaya, misalnya orang tua, keluarga dekat, dan guru. Penganiayaan
fisik adalah tindakan-tindakan kasar yang mencelakakan anak dan
segala bentuk kekerasan fisik pada anak yang lainnya, sedangkan
penganiayaan psikis adalah semua tindakan merendahkan atau
meremehkan anak. Penganiayaan pada anak-anak banyak dilakukan oleh
orang tua atau pengasuh yang seharusnya menjadi seorang pembimbing
bagi anaknya untuk tumbuh dan berkembang (Andez, 2006).
Ada perbedaan antara bullying dengan kekerasan dan agresivitas.
Bullying adalah suatu keadaan dimana pihak yang kuat menyakiti pihak
yang lemah. Biasanya pelaku bullying merasa ”lebih” dibandingkan
dengan korban, sedangkan kekerasan bersifat ”spontan” atau dalam
rangka membela diri serta pelaku tidak merasa ”lebih” dari korban.
Agresivitas adalah perilaku yang bertujuan untuk menyakiti atau
13

Perpustakaan Unika

perilaku yang terjadi atas dasar ”kesengajaan” dan agresivitas bersifat


intensional (ada relasi antara kedua pihak).

B. Bentuk-bentuk Bullying
1. Bullying Verbal (Elliot, 2005,h. 2-5), Sejiwa (2008, h. 2-5) dan
Sullivan (2000).
Merupakan jenis bullying yang dapat terdeteksi atau tertangkap
oleh indra pendengaran. Biasanya bullying ini dilakukan dengan
menggunakan kata-kata yang menyakitkan, seperti misalnya
memanggil orang dengan sebutan bodoh, gendut atau bau. Bentuk lain
dari bullying ini adalah memaki, menghina, menjuluki, meledek,
menebar gossip, memfitnah, meneriaki.
2. Bullying Fisik (Elliot, 2005,h. 2-5), Sejiwa (2008, h. 2-5) dan Sullivan
(2000).
Merupakan jenis bullying yang kasat mata. Siapapun dapat
melihat karena terjadi kontak fisik atau sentuhan fisik antara pelaku
dan korbannya.
Contoh : mendorong, memukul, menendang, mencubit, menampar,
menginjak kaki, menjegal, memalak, menjewer, menjambak.
3. Bullying Diam
Jenis bullying yang dikemukakan oleh Elliot (2005,h. 2-5).
Bullying yang dilakukan dengan diam dan secara sengaja mengabaikan
orang lain atau memberi tanda-tanda dengan bahasa tubuh tertentu
untuk menyakinkan orang tersebut bahwa ia tidak layak untuk masuk
dalam kelompok tertentu. Pelaku bisa melakukannya dengan cara
14

Perpustakaan Unika

melengos, mengabaikan ketika orang lain berbicara. Singkatnya,


bullying diam dilakukan untuk membuat orang lain merasa tidak
nyaman namun tanpa mengatakan sesuatu atau tanpa melakukan
kontak fisik.
4. Bullying Emosional
Dikemukakan oleh Elliot (2005,h. 2-5). Bullying emosional
adalah tindakan negatif yang dilakukan terhadap orang lain yang
memiliki ciri-ciri yang berbeda dari kelompok besar lainnya, misalnya
dari ras yang berbeda, bentuk rambut, dan warna kulit. Bullying
emosional dapat dilakukan dengan cara mengumpat atau bertindak
secara sengaja dengan menggunakan gerakan-gerakan tertentu yang
bertujuan untuk menghina.
5. Bullying Cyber
Jenis bullying yang dikemukakan oleh Elliot (2005,h. 2-5).
Bullying ini dilakukan melalui telepon seluler, pesan pendek (SMS), e-
mail dan website untuk menyerang orang lain. Dalam beberapa kasus,
pelaku pembullyian membuat website dan mengundang orang lain
untuk membuat komentar-komentar jorok terhadap orang atau
kelompok tertentu. Cyber bullying semacam ini sebenarnya
merupakan bullying emosional yang sama sekali tidak bisa diterima.
Jadi disimpulkan bahwa bullying bisa berupa apa saja yang dilakukan
untuk membuat orang lain merasa tidak nyaman dan orang yang
menjadi korban tidak berdaya menghadapinya.
15

Perpustakaan Unika

6. Bullying Mental atau Psikologis


Jenis bullying yang dikemukakan oleh Sejiwa (2008, h. 2-5).
Merupakan jenis bullying yang paling berbahaya karena tidak
terungkap oleh mata atau telinga jika kita tidak awas mendeteksinya.
Praktik bullying ini terjadi diam-diam dan diluar radar pemantauan
kita.
Contoh : memandang sinis, memandang penuh ancaman,
mempermalukan di depan umum, mendiamkan, mengucilkan,
merendahkan, menolak, menuduh, menggosipkan, membentak,
memlototi, mencibir.
Jenis bullying lain yang diungkap oleh Sullivan (2000, h. 14), yaitu :
a. Bullying non fisik, berupa :
1) Non-verbal, dibagi menjadi dua yaitu : langsung dan tidak
langsung
Secara langsung, contoh : menunjukkan wajah yang tidak
bersahabat, meludah, menekan.
Secara tidak langsung, contoh : memanipulasi teman
sepergaulan, mengisolasi atau mengucilkan dari lingkungan.
Dari beberapa uraian ahli diatas dapat disimpulkan bahwa secara
umum bentuk-bentuk bullying dapat dibagi menjadi bullying fisik, non
fisik atau verbal, bullying mental atau psikologis. Ada beberapa jenis
bullying yang memiliki kesamaan, contoh : bullying mental atau
psikologis dengan bullying verbal yang menggunakan panca indera
untuk membully korban. Selain itu, bullying non verbal juga hampir
sama dengan bullying mental dan bullying verbal.
16

Perpustakaan Unika

C. Dampak Psikologis
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002, h. 234, 901)
dampak berarti pengaruh kuat yang mendatangkan akibat, baik yang
negatif maupun positif. Sedangkan psikologis berarti sesuatu yang
berkenaan dengan psikologi atau bersifat kejiwaan. Jadi dampak
psikologis dapat diartikan sebagai pengaruh kuat yang mendatangkan
akibat negatif maupun positif dalam kejiwaan seseorang.
Dalam tinjauan psikologi sosial, dampak psikologis dapat dikaitkan
dengan tindakan dan efek. Jones dan Davis (Sarwono, 1995, h. 75)
menyatakan bahwa tindakan (act) berarti keseluruhan respon (reaksi)
yang mencerminkan pilihan perilaku dan yang mempunyai akibat (efek)
terhadap lingkungannya. Sementara efek diartikan sebagai perubahan
nyata yang dihasilkan oleh tindakan. Dalam keterkaitan antara stimulus
dan respon yang mendorong seseorang bertingkah laku, maka dampak
psikologis dapat dipandang sebagai hasil dari adanya stimulus dan
respon yang bekerja dalam diri seseorang (Watson dalam Sarwono,
1995, h. 5).
Dampak psikologis adalah konsekuensi psikologis sebagai hasil
dari adanya stimulus dan respon yang bekerja dalam diri seseorang oleh
faktor internal maupun eksternal. Malpani dan Heider (Sears, 1992, h.
105) mendefinisikan bentuk-bentuk dampak psikologis secara umum
sebagai berikut :
a. Kecemasan
Merupakan perasaan campuran berisikan ketakutan dan
keprihatinan mengenai masa-masa mendatang tanpa sebab khusus
17

Perpustakaan Unika

untuk ketakutan tersebut (Chaplin, 1997, h. 32). Kecemasan


merupakan suatu keadaan yang tidak dapat dipisahkan dari manusia,
artinya tidak ada manusia yang tidak mengalami kecemasan.
Buclew (dalam Handayani, 2001, h. 32) mengungkapkan
adanya gejala kecemasan yang dibagi menjadi 2 tingkatan, yaitu :
1. Tingkatan Fisiologis
Kecemasan pada tingkat ini sudah mempengaruhi atau berwujud
pada gejala-gejala fisik terutama pada fungsi saraf, diantaranya
tidak dapat tidur, perut mual dan keringat dingin berlebihan.
2. Tingkatan Psikologis
Pada tingkat ini kecemasan berupa gejala kejiwaan, seperti
khawatir, bingung, sulit konsentrasi, dan tegang.
b. Rasa malu
Merupakan suatu emosi dengan ciri khas adanya perasaan
bersalah, hal yang memalukan dan penghindaran (Chaplin, 1997, h.
460). Goffman (Harre & Lambs, 1996, h. 84) mengemukakan bahwa
apa yang dihasilkan rasa malu ialah pengakuan bahwa diri yang
disokong seseorang dalam sebuah interaksi sosial telah terganggu
oleh sesuatu yang dilakukannya atau suatu kenyataan pribadi yang
terlepas. Ditambahkan pula ungkapan kekuatan rasa malu berasal
dari interaksi-interaksi sosial.
c. Ketidakberdayaan
Petri (dalam Handayani, 2001, h. 25) mengungkapkan bahwa
penyebab suatu rasa ketidakberdayaan dalam pengalaman terdiri dari
keikutsertaan dalam pemecahan masalah, respon yang lamban
18

Perpustakaan Unika

terhadap stress, penyebab perasaan depresi dan rendahnya upaya


untuk keberhasilan-keberhasilan menyelesaikan tugas-tugasnya.
Menurut Lau (dalam Smeth, 1994, h. 76) menyatakan bahwa
ketidakberdayaan merupakan suatu kondisi yang didapat dari adanya
gangguan motivasi, proses kognisi maupun emosi.
d. Amarah
Berkowitz (2003, h. 27) menyatakan bahwa pada diri seseorang
yang mengalami reaksi fisiologis dapat muncul suatu ekspresi
emosional tidak disengaja yang disebabkan oleh kejadian yang tidak
menyenangkan (masalah) atau mungkin juga dipengaruhi oleh
pikiran oleh pikiran dan ingatan yang muncul pada sewaktu-waktu.
e. Kesedihan
Menurut Poerwadarminta (1998, h. 230) kesedihan adalah
perasaan sedih, duka cita, kesusahan hati. Kesedihan merupakan
perasaan hati yang lebih emosional, menjurus ke kesedihan yang
ditandai dengan kepasifan relatif, keadaan otot yang merosot dengan
keluhan tidak jarang mencucurkan air mata.

D. Remaja Korban Bullying


1. Pengertian Remaja
Remaja (Hurlock, 1992) berasal dari kata Latin adolensence yang
berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence
mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan
mental, emosional, sosial dan fisik. Remaja sebenarnya tidak
mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak
19

Perpustakaan Unika

tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Hal senada diungkapkan
oleh Santrock (2003, h. 26) bahwa remaja (adolescence) diartikan
sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa
dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial-
emosional.
Masa remaja, menurut Mappiare (1982) berlangsung antara umur
12 sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan
22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua
bagian, yaitu usia 12/13 tahun sampai dengan 17/18 tahun adalah
remaja awal dan usia 17/18 tahun sampai dengan 21/22 tahun adalah
remaja akhir.
2. Pengertian Korban Bullying
Korban bullying atau victim adalah seseorang yang berulangkali
mendapatkan perlakuan agresi dari kelompok sebaya baik dalam
bentuk serangan fisik, atau serangan verbal, atau bahkan kekerasan
psikologis. Biasanya mereka yang menjadi korban bullying pada
kelompok laki-laki adalah mereka yang lemah secara fisik
dibandingkan dengan kelompok sebayanya. Siswa sebagai korban
bullying sering menunjukkan beberapa gejala misalnya cemas, merasa
selalu tidak aman, sangat berhati-hati, dan mereka menunjukkan harga
diri yang rendah (low self-estem). Mereka memiliki interaksi sosial
yang rendah dengan teman-temannya, kadangkala mereka termasuk
anak yang diisolasi oleh teman sebayanya.
Byrne (dalam Sullivan, 2000, h. 26) menemukan bahwa korban
bullying merasa malu, merasa bersalah dan merasa gagal karena
20

Perpustakaan Unika

mereka tidak dapat menanggulangi bullying. Anak korban bullying


selalu merasa tidak bahagia, cemas, ketakutan dan selalu mengalami
ketegangan lebih dari batas normal. Sedangkan Smith (dalam Sullivan,
2000, h. 26) mendeskripsikan korban bullying sebagai anak yang tidak
popular dan terisolasi karena kurang dapat berinteraksi dengan anak
lain, kemampuan sosial korban dalam perkembangannya dengan
teman sebayanya cenderung kurang. Isolasi yang terjadi mengartikan
bahwa mereka adalah target.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001, h. 595) mendefinisikan
istilah korban sebagai orang, binatang yang menjadi menderita (mati)
akibat suatu kejadian, perbuatan jahat. Jadi korban dapat diartikan
sebagai orang yang menjadi menderita akibat suatu kejadian,
perbuatan jahat.
1. Karakteristik Korban Bullying
Karakteristik korban dibedakan menjadi lima, antara lain (Ma,
2002,h. 21) :
a. Karakter akademis
Secara akademis, korban terlihat lebih tidak cerdas dari
orang yang tidak menjadi korban atau sebaliknya.
b. Karakter Sosial
Secara sosial, korban terlihat lebih memiliki hubungan yang
erat dengan orang tua mereka. Sebaliknya pembully memiliki
keluarga yang memiliki masalah dengan keuangan dan
kehidupan sosial mereka, struktur keluaga yang tidak bagus,
21

Perpustakaan Unika

dan memiliki lingkungan yang tidak peduli, hal ini


menyebabkan pembully jauh dari orang tua mereka.
c. Karakter mental
Secara mental atau perasaan, korban melihat diri mereka
sendiri sebagai orang yang bodoh dan tidak berharga.
Kepercayaan diri mereka rendah, dan tingkat kecemasan sosial
mereka tinggi. Tanda-tanda seperti kecemasan, depresi, dan
tekanan jiwa sering terdapat dalam korban.
d. Karakter fisik
Secara fisik, korban adalah orang yang lemah, dan pembully
mengambil kesempatan tersebut. Pembully juga menarget orang
yang punya kelemahan fisik tertentu. Pembully sering menarget
korban yang cacat, kelebihan berat badan, secara umum tidak
menarik secara fisik. Korban laki-laki lebih sering mendapat
siksaan secara langsung, misalnya bullying fisik. Dibandingkan
korban laki-laki, korban perempuan lebih sering mendapat
siksaan secara tidak langsung, misalnya melalui kata-kata atau
bullying verbal.
e. Karakter antar perorangan
Secara antar perorangan, walaupun korban sangat
menginginkan penerimaan secara sosial, mereka jarang sekali
untuk memulai kegiatan-kegiatan yang menjurus ke arah sosial.
Anak korban bullying kurang diperhatikan oleh pembina,
karena korban tidak bersikap aktif dalam sebuah aktivitas.
22

Perpustakaan Unika

Anak-anak yang rentan menjadi korban bullying yaitu anak-anak


yang mempunyai karakter :
a. Fisik : cenderung lemah, kecil, gendut, mempunyai ciri-ciri
khusus yang biasanya dijadikan pelaku bullying sebagai bahan
untuk membully.
b. Akademis : korban mempunyai nilai akademis yang menonjol,
biasanya merupakan juara kelas. Sebaliknya, ada juga yang
mempunyai nilai prestasi buruk. Tidak ada batasan akademis
yang pasti. Korban yang mempunyai nilai akademis yang baik
biasanya dibully karena pelaku tidak suka karena korban
disayang oleh gurunya, iri hati. Sedangkan korban yang
mempunyai prestasi yang buruk seringkali diejek karena
ketidakmampuannya itu. Seperti pada kasus yang terjadi pada LU
yang menggantung dirinya karena sering diejek tidak naik kelas.
c. Individu : merasa rendah diri, kurang percaya diri, merasa dirinya
tidak berharga, mudah cemas, hiperaktif, mudah marah.
d. Sosial : anak yang menjadi korban bullying cenderung tidak
mempunyai minat terhadap kegiatan sosial yang diadakan di
lingkungannya. Walaupun terkadang mereka ingin teman-teman
yang terlibat tidak berkenaan dengan kehadirannya. Dari segi
ekonomi, anak dari ekonomi menengah ke bawah maupun
menengah ke atas pun dapat menjadi korban bullying.
e. Etnis : berasal dari kalangan etnis Cina
Ketika seorang anak menjadi korban bullying, anak
tersebut akan menunjukkan gejala-gejala. Gejala yang nampak
23

Perpustakaan Unika

ketika seorang anak menjadi korban seperti enggan untuk ke


sekolah, tidak bersemangat, mengalami penurunan nilai, minta
pindah sekolah, menangis, uring-uringan, sering menyatakan diri
kesepian, cemas, gelisah. Saat gejala tersebut nampak,
seharusnya pihak orang tua ataupun sekolah mulai menyadari dan
segera menanggulanginya. Namun, banyak pihak seperti orang
tua, guru, masyarakat tidak memahami bullying dengan baik
sehingga bullying dapat berkembang dengan mudah di kalangan
remaja sendiri.
Sebagaimana para penindas, anak-anak yang ditindas juga muncul
dalam berbagai bentuk dan ukuran. Beberapa bertubuh besar, yang lain
kecil; beberapa anak pintar, lainnya tidak begitu pintar, beberapa
atraktif, lainnya tidak terlalu atraktif; beberapa popular dan yang lain
tidak disukai hampir oleh semua orang. Satu kesamaan yang dimiliki
oleh anak-anak yang ditindas adalah bahwa korban menjadi sasaran dari
seorang penindas. Korban dipilih menjadi objek hinaan dan kemudian
menjadi penerimaan agresi verbal, fisik atau relasional hanya karena
berbeda dalam hal-hal tertentu (Coloroso, 2004, h. 92):
a. Anak termuda atau anak baru di sekolah dan biasanya yang lebih
kecil, terkadang ketakutan, mungkin tidak terlindung
b. Individu yang pernah mengalami trauma
c. Individu yang penurut, kurang percaya diri dan mudah dipimpin serta
individu yang melakukan hal-hal untuk menyenangkan atau meredam
kemarahan orang lain
d. Individu yang perilakunya dianggap mengganggu bagi orang lain
24

Perpustakaan Unika

e. Individu yang tidak mau berkelahi, lebih suka menyelesaikan konflik


tanpa kekerasan
f. Individu yang pemalu, menyembunyikan perasaannya, pendiam,
tidak mau menarik perhatian orang lain, gugup
g. Individu yang cerdas, berbakat, atau memiliki kelebihan
h. Individu yang gemuk atau kurus, pendek atau jangkung
i. Individu yang mempunyai ciri khusus
Misalnya : mempunyai banyak jerawat, rambut keriting, memakai
kacamata, memakai kawat gigi
j. Individu dengan ketidakcakapan mental atau fisik
Ciri – ciri tentang korban (Sheras, 2002, h. 54), yakni mereka yang
secara terus menerus atau dalam kurun waktu tertentu mendapat perlakuan
agresif dari orang lain yang cenderung untuk pemalu, penakut atau sering
cemas, memiliki self esteem rendah, terisolasi secara sosial, secara fisik
lemah, bersifat emosional (jika laki – laki).
Selain ciri-ciri dan karakteristik seseorang menjadi korban bullying,
ada juga klasifikasi korban bullying. Menurut Damai (2008, h.4),
Stephenson and Smith (1989) dan Olweus (1991) dalam Sullivan (2000, h.
25-26) korban bully dapat dikategorikan menjadi dua yaitu:
a. Korban Pasif
Ciri-ciri: Pendiam, amat peka dan mudah menangis, biasanya tidak
percaya diri, merasa tidak aman, tidak berdaya dan terlihat hati-hati,
sensitif, gelisah, untuk korban laki-laki biasanya tidak suka bertengkar,
korban yang pasif mempunyai sedikit saja teman, kurang mampu
bergaul, sulit mengungkapkan apa yang dirasakan (perasaan), bisa jadi
25

Perpustakaan Unika

mudah gagap, mempunyai kekurangan secara fisik sehingga dijadikan


bulan-bulanan. Korban pasif tidak melakukan apapun untuk
menghindari serangan dan tidak sedikitpun melakukan pembelaan untuk
diri mereka.
b. Korban Provokatif
Ciri-ciri : Mudah sekali marah; dianggap hiperaktif; dianggap canggung;
dianggap tidak dewasa; dianggap sulit diterima dalam pergaulan; siswa
atau siswi yang disukai guru, pandai, populer, rupawan, anak orang
berada. Korban Provokatif ini mempunyai permasalahan dengan
konsentrasi, menyebabkan ketegangan dan ketidaknyamanan. Di lain
pihak, korban provokatif walaupun cemas, tapi korban tersebut lebih
bersifat difensif.
Menurut Perry (dalam Ma, 2002,h. 20) korban bully dibedakan
berdasarkan kebiasaan mereka. Perry membedakan korban menjadi dua,
kelompok dengan tingkat agresif rendah dan tingkat agresif tinggi.
Dalam penelitiannya lebih lanjut Perry membedakan korban menjadi
tiga kelompok, korban akibat menjadi korban, korban karena
keagresifannya, dan korban karena kedua masalah sebelumnya.
Stephenson and Smith (1989) dan Olweus (1978, 1991)
mengidentifikasikan tiga tipe korban, yaitu (dalam Sullivan, 2000, h.25-
26) memiliki kekhasan tersendiri dalam mengidentifikasikan korban
bullying, yaitu : Pembully / Korban dideskripsikan sebagai memrovokasi
tindakan agresif kepada orang lain dan melancarkan aksi agresif
sekaligus. Perry et al. menemukan bahwa anak-anak yang dibully
26

Perpustakaan Unika

seringkali menjadi agresif, dibully menjadi anak yang lebih kuat, dan
kemudian membully anak yang lebih lemah.
2. Tanda-tanda Individu yang Menjadi Korban Bullying
Anak-anak korban bullying mungkin tidak akan memberi tahu
orang dewasa secara langsung bahwa mereka ditindas oleh pelaku
bullying, namun biasanya korban memberi tanda pada orang dewasa.
Gejala-gejala yang tampak ketika seorang anak menjadi korban bullying
adalah (Coloroso, 2003, 107-112):
a. Adanya penurunan minat yang tiba-tiba di sekolah atau tidak
mau pergi ke sekolah.
b. Prestasi korban di kelas menurun.
c. Korban merasa sedih, pendiam
d. Menderita cedera fisik yang tidak konsisten penjelasan
akibatnya.
e. Mengalami sakit perut, pusing, kepanikan, keadaan sulit tidur
atau sangat sering tidur, kelelahan.
Reaksi yang paling umum terjadi pada para korban bully adalah
pelarian. Para korban mulai menghindar dari beberapa tempat tertentu
dari sekolah, seperti lapangan bermain sekolah, kantin, karena takut
dibully. Beberapa korban lainnya menghindar untuk datang ke sekolah
untuk beberapa waktu untuk menghindar dari pembully atau bahkan
keluar dari sekolah sama sekali karen8a tindakan korban yang sering
menghindar, korban mengalami penurunan bahkan kegagalan dalam
bidang akademis. Kemungkinan reaksi yang terburuk adalah mereka
menyalahkan diri mereka sendiri atas apa yang terjadi, yang diperkuat
27

Perpustakaan Unika

oleh persepsi mereka sendiri tentang bodohnya atau tidak berharganya


diri korban. Di rumah, korban akan cenderung melampiaskan kekesalan
akibat perlakuan bullying tersebut pada orang tua mereka yang tidak
sadar akan kekerasan yang sudah dialami oleh korban saat di sekolah.
Reaksi buruk ini seringkali berakibat pada penurunan kualitas hubungan
dalam keluarga (Ma, 2002, h. 25).
Tanda-tanda peringatan di bawah ini bisa mengindikasikan bahwa
anak-anak sedang ditindas atau dianiyaya, adalah (Sheras, hal.61):
a. Enggan ke sekolah
b. Mengalami penurunan nilai
c. Bertingkah tegang saat ada anak lain yang mendekat
d. Adanya tanda-tanda fisik seperti memar, sayatan yang mungkin
disebabkan orang lain atau dirinya sendiri
Orang tua serta guru hendaknya dapat segera memahami gejala-
gejala yang tampak jika anak menjadi korban bullying, antara lain
(Sejiwa, 2008, h.12):
a. Minta pindah sekolah
b. Konsentrasi anak berkurang
c. Prestasi belajar menurun
d. Tidak mau bermain atau bersosialisasi
e. Anak jadi penakut
f. Gelisah
g. Memar atau lebam-lebam
h. Menjadi pendiam, sensitif, rendah diri, suka menyendiri, dan
tidak percaya diri
28

Perpustakaan Unika

Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan


Yayasan Semai Jiwa Amini pada tiga SMA di Semarang dan Jakarta,
menunjukkan 18,3 % guru menganggap penggencetan, olok-olok antar
teman merupakan hal yang biasa dalam kehidupan remaja, 27,5% guru
beranggapan sesekali mengalami penindasan senior terhadap yunior
tidak akan berdampak buruk pada kondisi psikologis siswa dan
sebanyak 10% guru berpendapat hukuman fisik merupakan cara
menegur paling efektif. Padahal dampak yang akan diakibatkan bagi
anak korban bullying maupun pelaku bullying sangat merugikan.
Konsekuensi adalah sebuah kata yang tepat untuk menggambarkan
bagaimana dan apa yang bisa terjadi di balik perilaku bullying ini. Pada
artikel Banks pada tahun 1997 dipaparkan sebuah penelitian di
Scandinavian bahwa ada koleksi yang kuat antara bullying yang
dilakukan oleh siswa selama beberapa tahun sekolah dimana mereka
kemudian menjadi pelaku kriminal saat dewasa. Ini adalah sebuah
penelitan yang memberikan gambaran bagaimana bullying bisa
membentuk sebuah kepribadian yang menempatkan seorang anak pada
perjalanan dan pengalaman hidup yang kelam.

E. Dampak Psikologis Korban Bullying


Dampak psikologis adalah suatu bentuk perilaku positif maupun
negatif yang timbul sebagai hasil dari adanya stimulus dan respon yang
bekerja pada diri seseorang yang membentuk perilaku yang dipengaruhi
faktor eksternal maupun faktor internal. Dampak psikologis memiliki
berbagai macam bentuk, yakni shock dan ketidakberdayaan, depresi dan
29

Perpustakaan Unika

kesedihan, harga diri rendah, kecemasan, stress, penyesalan atau rasa


berdosa, dan peningkatan perilaku beragama.
Dampak psikologis ini sifatnya ada dua, yakni positif dan negatif.
Hal ini muncul sebagai akibat reaksi individu terhadap masalah yang
dihadapinya. Selain itu, terdapat faktor- faktor yang mempengaruhi
munculnya dampak psikologis adalah faktor internal yang berupa
konsep diri, emosi, dan motivasi. Faktor ini berkaitan dengan kondisi
dari dalam individu itu sendiri. Faktor lain adalah faktor eksternal yang
berasal dari dukungan sosial yang diterima dari individu sekitar dari
aktivitas-aktivitas sosial serta lingkungan yang terwujud dalam
lingkungan fisik, pendidikan, serta kebudayaan.
Salah satu dampak dari bullying adalah menurunkan kecerdasan
dan kemampuan analisis siswa yang menjadi korban, bahkan sampai
berusaha bunuh diri. Bullying juga berhubungan dengan meningkatnya
tingkat depresi, agresi, penurunan nilai-nilai akademik dan tindakan
bunuh diri.
Terganggunya kesehatan fisik juga disebutkan Riauskina, dkk
(2005) sebagai salah satu dampak dari bullying. Contoh yang biasa
terjadi adalah sakit kepala, sakit tenggorokan, flu, batuk, bibir pecah-
pecah dan sakit dada. Bagi para korban bullying yang mengalami
perilaku agresif langsung mungkin akan mengalami luka-luka pada fisik
mereka.
Dampak lain yang kurang terlihat namun berefek jangka panjang
adalah menurunnya kesejahteraan psikologis (psychological well-being)
dan penyesuaian sosial yang buruk. Dari penelitian yang dilakukan
30

Perpustakaan Unika

Riauskina, dkk., ketika mengalami bullying, korban merasakan banyak


emosi negatif (marah, dendam, kesal, tertekan, takut, malu, sedih, tidak
nyaman, terancam) namun tidak berdaya menghadapinya. Dalam jangka
panjang, emosi-emosi ini dapat berujung pada munculnya perasaan
rendah diri bahwa dirinya tidak berharga.
Kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial juga
muncul pada diri korban. Mereka ingin pindah ke sekolah lain atau
keluar dari sekolah itu dan kalaupun mereka masih ada di sekolah itu,
mereka biasanya terganggu prestasi akademisnya atau sering sengaja
tidak masuk sekolah.
Hal paling ekstrim dari dampak psikologis ini adalah kemungkinan
untuk timbulnya gangguan psikologis pada korban bullying, seperti rasa
cemas berlebihan, selalu merasa takut, depresi, ingin bunuh diri dan
gejala-gejala gangguan stres pasca-trauma atau post-traumatic stress
disorder (Riauskina, dkk, 2005).
Dalam kasus yang diungkap oleh peneliti, dampak yang
ditimbulkan dari tindakan bullying yang dilakukan Y terhadap X adalah
dampak yang positif. X justru tidak cenderung pasif dengan tindakan
bullying yang diterimanya, namun X membuat tindakan bullying
tersebut sebagai alat penyemangat untuk dirinya sendiri.
Perpustakaan Unika

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian yang Digunakan


Berdasarkan permasalahan dan tujuan yang akan diteliti, penelitian
ini dilakukan dengan metode kualitatif. Peneliti menggunakan metode
kualitatif karena berusaha untuk mengetahui secara lebih mendalam
tentang dampak psikologi korban bullying, dimana dalam
pendekatannya mempertimbangkan suatu peristiwa yang mempunyai
makna dan arti tertentu yang tidak bisa diungkapkan secara kuantitatif
atau dengan angka–angka. Penelitian ini akan menghasilkan dan
mengolah data-data yang sifatnya deskriptif yang diperoleh dari hasil
observasi dan wawancara.
Sarantakos (Poerwandari, 1998, h.29) mengatakan bahwa
penelitian kualitatif menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya
deskriptif seperti transkripsi wawancara, catatan lapangan, gambar foto,
rekaman video yang kemudian diterjemahkan ke dalam pandangan-
pandangan dasar interpretatif dan fenomenologis.
Pandangan dasar tersebut adalah :
a. Realitas sosial adalah sesuatu yang subyektif dan diinterpretasikan
bukan sebagai sesuatu yang berbeda di luar individu.
b. Manusia tidak secara sederhana mengikuti hukum-hukum alam di
luar diri, melainkan menciptakan rangkaian makna dalam menjalani
kehidupannya.

31
32

Perpustakaan Unika

c. Ilmu didasarkan pada pengetahuan sehari-hari, bersifat induktif,


idiografis dan tidak bebas nilai.
d. Penelitian bertujuan untuk memahami kehidupan sosial.
Paradigma penelitian kualitatif yang dipakai dalam penelitian ini
adalah paradigma fenomenologis. Moleong (2002 , h.9) menyatakan
bahwa peneliti yang menggunakan metode penelitian kualitatif dalam
pandangan fenomenologis lebih menekankan aspek subyektif dan
perilaku orang dengan masuk ke dalam dunia konseptual subyek yang
diteliti. Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai oleh
peneliti, yaitu mengungkap lebih dalam, menganalisis, serta
menggambarkan lebih lanjut dampak psikologis korban bullying.

B. Tema yang Diungkap


Dalam penelitian ini peneliti ingin mengungkap bagaimana
seseorang dapat menjadi korban bullying. Tema yang akan diungkap
berkaitan dengan internal subyek yaitu karakteristik yang tampak pada
subyek, konsep diri subyek, kepribadian subyek itu sendiri, serta
keterampilan-keterampilan sosial yang dimiliki oleh subyek. Sedangkan
tema yang berkaitan eksternal subyek antara lain hubungan orang tua
dengan subyek, orang tua mengerti atau tidak tentang kehidupan subyek,
serta lingkungan seperti apa yang menjadikan subyek sebagai sasaran
perilaku bullying. Perilaku bullying yang dikenakan kepada subyek,
apakah bullying verbal, psikologis, ataupun fisik dan keterkaitan antara
bullying-bullying tersebut. Melalui tema-tema tersebut diharapkan
33

Perpustakaan Unika

peneliti dapat mengungkap dampak psikologis korban bullying dalam


dunia pendidikan.

C. Subyek Penelitian
Populasi merupakan sekumpulan unsur atau elemen yang menjadi
obyek penelitian baik berupa sekelompok manusia, gejala, nilai tes,
benda, ataupun peristiwa dimana seluruh elemen dari populasi tersebut
merupakan satuan analisis (Wasito, 1995, h.49).
Populasi merupakan suatu daerah generalisasi yang dikenai
kesatuan yang didalamnya terdapat sejumlah individu yang setidaknya
memiliki ciri atau sifat yang sama. Populasi merupakan keseluruhan
obyek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan
maupun gejala (Hadi, 1987, h.70).
Menurut Sarantakos (dalam Poerwandari, 1998, h.53) karakteristik
pengambilan subyek dalam penelitian kualitatif sebagai berikut :
a. Diarahkan pada kasus-kasus tipikal sesuai dengan kekhususan
masalah penelitian bukan pada kasus yang besar.
b. Tidak ditentukan sejak awal namun dapat berubah sesuai dengan
pemahaman konseptual yang berkembang dalam penelitian.
c. Diarahkan pada kecocokan konteks, bukan pada keterwakilan.
Moleong (1999, h.165) menegaskan bahwa tujuan teknik
sampling dalam penelitian kualitatif adalah untuk merinci kekhususan
yang ada ke dalam konteks yang unik dan menggali informasi yang ada.
Ciri-ciri populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :
34

Perpustakaan Unika

a. Remaja yang mendapat perlakuan bullying fisik ( misalnya :


dipukul, dipalak, ditendang, dicubit), bullying psikis ( misalnya :
dikucilkan, dipermalukan didepan umum, dipandang sinis), atau
bullying verbal (Misalnya: dimaki, diejek, diberi julukan).
b. Berusia 13-17 tahun, yakni remaja yang duduk di bangku SMP dan
SMA.
Mengacu pada karakteristik seperti yang telah disebutkan di atas,
prosedur pengambilan subyek yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah pengambilan subyek secara purposive sample atau bertujuan
yaitu dengan cara bertanya kepada teman yang duduk di bangku
sekolah (baik yang SMP maupun SMA) mengenai ada atau tidaknya
teman yang mendapat perlakuan bullying. Oleh karena itu, sebelum
penarikan subyek sudah ditentukan dengan kriteria tertentu yang
merupakan karakteristik subyek dan teknik pengambilan disesuaikan
dengan tujuan penelitian.

D. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam metode
penelitian kualitatif bersifat terbuka, luwes serta dapat disesuaikan
dengan masalah, sifat obyek yang diteliti dan tujuan penelitian. Peneliti
bertindak sebagai instrumen penelitian yang utama dalam pengumpulan
data (Poerwandari, 1998, h. 40).
Menurut Alsa (2003, h. 47) dalam penelitian kualitatif, peneliti
tidak mengumpulkan data dengan seperangkat instrumen untuk
mengukur variable tetapi peneliti mencari dan belajar dari subyek dalam
35

Perpustakaan Unika

penelitiannya serta menyusun format untuk mencatat data ketika


penelitian berjalan. Selain itu, peneliti juga mencari dan mengumpulkan
data teks serta mencatat hasil observasi terhadap aktivitas subyek ke
dalam database kualitatif. Peneliti kualitatif menghimpun sebanyak
mungkin informasi dan mengumpulkan laporan-laporan detail untuk
menyusun laporan final penelitian.
Dalam penelitian ini, pengumpulan data yang dilakukan terhadap
subyek menggunakan beberapa metode, yaitu:
1. Observasi
Observasi menurut Banister ( dalam Pooerwandari, 1998, h. 62)
adalah metode yang diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara
akurat, mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan
hubungan yang terjalin antar aspek dan fenomena tersebut.
Patton ( dalam Poerwandari, 1998, h.64) mengemukakan bahwa
data hasil pengamatan atau observasi menjadi penting karena peneliti
mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang konteks yang
diteliti, refleksi dan introspeksi terhadap penelitian yang dilakukan.
Dalam partisipasi aktif dan observasi, peneliti terlibat dalam aktivitas
subyek. Lewat konteks ini terbangun hubungan yang akrab antara
subyek dan peneliti. Hal ini sangat membantu peneliti untuk
mendapatkan data yang relatif dalam dan lengkap.
Observasi yang digunakan dalam penelitian ini dilaksanakan
secara terbuka, yaitu observasi yang menempatkan fungsi pengamat
secara terbuka diketahui oleh subyek dan subyek secara sukarela
memberikan kesempatan kepada pengamat untuk mengamati
36

Perpustakaan Unika

peristiwa yang terjadi. Hal-hal yang perlu diobservasi dalam


penelitian ini adalah :
a. Kesan umum : kondisi fisik obyek, kondisi mental subyek,
kondisi lingkungan tempat tinggal, kondisi sekolah.
b. Kegiatan sehari-hari subyek
c. Interaksi subyek dengan lingkungan sosial (orang tua, saudara,
guru, teman sepergaulan)
d. Ekspresi yang tampak saat subyek diminta untuk menceritakan
perlakuan bullying yang diterimanya (malu,sedih, marah, senang)
2. Wawancara
Guba dan Lincoln ( dalam Moleong, 2002, h . 135 )
mendeskripsikan wawancara sebagai metode pengumpulan data
dalam bentuk komunikasi verbal yang dapat mengkonstruksikan
mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, sesuatu yang terjadi
di masa lalu, memproyeksikan sesuatu yang terjadi di masa depan.
Wawancara yang mendalam dimaksudkan untuk menggali masalah-
masalah pokok yang akan diungkapkan atau diteliti dalam penelitian
ini. Pertanyaan-pertanyaan yang tidak terstruktur dibuat dalam
bentuk sederhana, mudah, jelas serta tidak menyinggung perasaan
subyek.
Adapun pedoman yang digunakan penulis dalam pelaksanaan
wawancara dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Subyek Penelitian
1) Identitas dan latar belakang subyek
2) Hubungan subyek dengan anggota keluarga
37

Perpustakaan Unika

3) Hubungan subyek dengan teman sebaya


4) Hubungan subyek dengan guru sekolah
5) Aktivitas subyek saat waktu luang
b. Bullying
1) Perlakuan bullying apa yang diterima subyek
2) Perasaan subyek saat dibully
3) Apa yang dilakukan subyek setelah mendapat perlakuan
bullying
4) Apa reaksi orang tua dan guru subyek setelah mengetahui
subyek dibully
5) Apakah tindakan bullying yang diterima subyek
mempengaruhi prestasi akademis subyek

E . Metode Analisis Data


Anderson (dalam Mulyana, 2002, h. 156-157) menyatakan bahwa
penelitian kualitatif menggunakan analisis induktif dimana
permasalahan yang ada berdasarkan pengalaman nyata (ucapan atau
perilaku subyek penelitian atau situasi lapangan penelitian) untuk
kemudian dirumuskan menjadi model, konsep, teori atau definisi yang
bersifat umum. Induksi merupakan proses dimana peneliti
mengumpulkan data dan kemudian mengembangkan suatu teori dari
data tersebut (biasa disebut grounded theory).
Patton (dalam Moleong, 2002, h.103) menguraikan analisis data
sebagai proses mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu
pola, kategori dan suatu uraian besar. Analisis terhadap data pengamatan
38

Perpustakaan Unika

sangat dipengaruhi oleh kejelasan mengenai apa yang ingin diungkap


peneliti melalui pengamatan yang dilakukan.
Selanjutnya, Patton (dalam Poerwandari, 1998, h. 105)
mengungkapkan hal-hal penting dalam untuk analisis kualitatif, yaitu:
a. Mempresentasikan secara kronologis peristiwa yang diamati.
b. Melaporkan peristiwa-peristiwa kunci berdasarkan urutan
kepentingan tersebut.
c. Mendeskripsikan sikap tempat, setting, dan atau tempat sebelum
mempresentasikan gambaran dan pola umumnya.
d. Memberikan fokus pada analisis dan presentasi pada individi-
individu atau kelompok-kelompok jika memang individu atau
kelompok itu menjadi unit analisis primer.
e. Mengorganisasikan data dan menjelaskan proses-proses yang terjadi.
f. Memfokuskan pengamatan pada isu-isu yang diperkirakan akan
sejalan dengan upaya menjawab pertanyaan primer penelitian.
Dalam penelitian ini, langkah-langkah metode analisis yang akan
digunakan adalah sebagai berikut :
a. Menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber
b. Mengkategorisasikan data yang diperlukan
c. Menyusun dampak psikologis
d. Menghubungkan dengan landasan teori
e. Menarik kesimpulan
Selanjutnya peneliti melakukan reduksi data yang merupakan
bentuk analisis untuk mempertegas, memperpendek dan mengatur data.
Reduksi data menjadi proses seleksi, pemfokusan dan penyerdehanaan
39

Perpustakaan Unika

data kasar yang didapat dari penelitian. Reduksi data dapat juga
berisikan singkatan, koding, pemusatan tema ataupun membuat batasan-
batasan persoalan. Setelah reduksi data, peneliti melakukan penyajian
data. Penyajian data berupa rangkaian informasi sehingga dapat ditarik
kesimpulan. Penarikan kesimpulan merupakan hasil kejelasan yang
diperoleh dari penelusuran, menghubungkan atau membandingkan
gejala yang diperoleh. Setiap kesimpulan akan dipertanyakan kembali
sehingga memperoleh pemahaman yang lebih tepat.

Hubungan antar
Data Kata Tema Kategori
kategori (pola)
kunci

Skema 1 : Proses analisis Kualitatif


(Sumber : Poerwandari, 1998, h.89)

Setelah data direduksi langkah selanjutnya adalah penyajian data


berupa matriks. Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang
digunakan adalah menganalisis kasus perkasus secara mendalam,
menghubungkan dengan landasan teori yang digunakan, kemudian
menyusun interprestasi atau kesimpulan dalam bentuk dampak
psikologis subyek.

F. Uji Keabsahan dan Keandalan Data


Untuk menetapkan keabsahan dan keandalan data pada penelitian
maka dibutuhkan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan
didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu yang terdiri dari derajat
40

Perpustakaan Unika

kepercayaan, keteralihan, ketergantungan dan kepastian (Moleong,


2002, h. 173).
Teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi :
1. Pemeriksaan teman sejawat melalui diskusi
Metode ini digunakan dengan cara mengekspose hasil
sementara maupun hasil akhir penelitian yang diperoleh dalam
bentuk diskusi analitik dengan beberapa teman atau informan,
subyek penelitian, serta dosen pembimbing yang membimbing
peneliti. Diskusi dilakukan untuk mendapat kebenaran dari hasil
penelitian. Dengan demikian validitas dari penelitian ini dapat
diandalkan (Moleong, 2002, h. 179).
2. Perpanjangan keikutsertaan
Peneliti dalam penelitian kualitatif adalah instrumen itu
sendiri. Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam
pengumpulan data yang tidak memerlukan waktu singkat terutama
pada latar penelitian. Perpanjangan keikutsertaan peneliti akan
memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang
dikumpulkan guna memastikan konteks itu dipahami sehingga dapat
menguji kebenaran informasi yang di dapat.
3. Triangulasi Data
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain dari luar data untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut
(Moleong, 2002, h.178).
41

Perpustakaan Unika

Adapun dalam penelitian ini digunakan :


a. Triangulasi sumber
Untuk mengecek balik derajat kepercayaan info melalui
wawancara dari orang lain, sumber yang digunakan yaitu
informasi dari orang-orang terdekat subyek seperti orang tua atau
saudara subyek, serta sahabat subyek.
b. Triangulasi teori
Lincoln dan Guba (dalam Moleong, 2002, h. 178)
mengatakan bahwa fakta tertentu tidak dapat diperiksa derajat
kepercayaannya dengan satu teori, maka harus membandingkan
dengan berbagai pandangan dari teori-teori yang ada. Maka apa
yang ditanyakan penulis kepada subyek berdasarkan kepada teori
yang ada.
Perpustakaan Unika

BAB IV

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Kancah Penelitian
Penelitian dilakukan di SMA (Sekolah Menengah Atas) dan SMP
(Sekolah Menengah Pertama) kota Semarang. Kota Semarang sendiri
merupakan ibukota dari provinsi Jawa Tengah yang merupakan salah
satu kota besar di Indonesia. Kota Semarang memiliki 16 kecamatan dan
177 kelurahan.
Peneliti mengambil subyek dari siswa SMP dan SMA yang
mendapat perlakuan bullying, hal ini dikarenakan peneliti ingin melihat
jenis-jenis bullying yang terjadi di kalangan anak SMP dan SMA di
salah satu sekolah swasta tersebut. Subyek I duduk di kelas 9 suatu
sekolah swasta yang memiliki jumlah murid tiap kelasnya 35 orang.
Subyek II & III duduk di kelas 11 suatu sekolah swasta juga. Jumlah
murid di kelas subyek II adalah 20 orang, sedangkan pada subyek III
jumlah murid tiap kelasnya adalah 22 orang.

B. Persiapan Penelitian
1. Penyusunan Pedoman observasi dan wawancara
Pedoman observasi yang disiapkan meliputi kondisi dan kesan
umum dalam diri subyek (ciri fisik), kondisi lingkungan rumah tempat
tinggal dan lingkungan tetangga, hubungan dengan keluarga, aktivitas
sehari-hari, interaksi sosial, dan perilaku yang nampak serta ekspresi
emosi yang nampak saat melakukan wawancara.

42
43

Perpustakaan Unika

Pedoman wawancara yang dipersiapkan meliputi latar belakang


subyek, hubungan sosial, perilaku bullying yang dihadapi subyek, dan
permasalahan yang dihadapi setelah terjadi perilaku bullying tersebut .
Latar belakang mencakup identitas subyek, identitas orang tua ,
hubungan subyek dengan orang tua, keluarga, dan pola asuh orang tua,
serta lingkungan tempat tinggal subyek. Poin wawancara untuk
hubungan sosial yaitu meliputi kegiatan di lingkungan tempat tinggal
serta lingkungan sekolah. Adapun poin wawancara mengenai perilaku
bullying yang dihadapi subyek yaitu mencakup pengalaman bullying
yang dialami subyek, jenis perilaku bullying yang dikenai pada
subyek. Sedangkan pada poin permasalahan yang dihadapi setelah
terjadi perilaku bullying yaitu meliputi perasaan setelah dikenai
perilaku bullying, reaksi orang keluarga dan orang-orang terdekat.

2. Perijinan Penelitian
Perijinan penelitian dilakukan melalui keluarnya surat ijin
penelitian Nomor 562/B.7.3/FP/III/2011 Tanggal 8 Maret 2011 dari
Fakultas Psikologi. Surat ini diberikan sebagai bukti bahwa peneliti
telah mendapat ijin dari Fakultas untuk melaksanakan penelitian ini.

C. Pelaksanaan Penelitian

Pengumpulan data dilakukan pada pertengahan bulan November


2010 hingga akhir bulan Maret 2011. Jumlah subyek penelitian adalah 3
orang. Data diperoleh dengan menggunakan metode observasi dan
wawancara. Observasi dan wawancara dilakukan beberapa kali, sesuai
dengan kebutuhan sampai data yang dibutuhkan terpenuhi. Selama
44

Perpustakaan Unika

melakukan wawancara peneliti menggunakan alat bantu handphone


yang digunakan untuk merekam tiap jawaban subyek, kertas dan pensil
yang digunakan untuk mencatat hasil observasi. Sebelum melakukan
penelitian, peneliti meminta ijin terlebih dahulu kepada subyek untuk
merekam hasil wawancara dengan subyek.

D. Hasil Pengumpulan Data


1. Kasus subyek I
I. Identitas subyek
a. Nama : GJ
b. Tempat, tanggal lahir : Semarang, 28 April 1996
c. Usia : 14 tahun
d. Jenis Kelamin : Perempuan
e. Urutan kelahiran : Anak kedua dari tiga bersaudara
f. Hobi : Main handphone, jalan-jalan
g. Kelas :9
h. Pendidikan Orang tua
 Ayah : S1
 Ibu : S1
i. Pekerjaan Orang tua
 Ayah : Wiraswasta
 Ibu : Karyawati
II. Hasil Observasi dan Wawancara
Peneliti mengalami kesulitan dalam melakukan pendekatan pada
subyek, karena sebelumnya peneliti belum mengenal subyek. Tetapi
45

Perpustakaan Unika

saat tahu akan diwawancara subyek terlihat gugup. Saat pelaksanaan


wawancara itu sendiri subyek merasa takut kalau tidak dapat
menjawab pertanyaan yang akan diberikan. Tetapi saat peneliti
menjelaskan bahwa wawancara yang akan dilakukan sangat mudah
seperti menceritakan kejadian yang dialami, subyek mulai tenang
dan siap memulai wawancara.
Wawancara dilaksanakan pada tanggal 27 November 2010 pada
pukul 12.00, tanggal 3 Desember 2010 pukul 20.00, tanggal 11
Desember 2010 pukul 18.00. Wawancara dilaksanakan di rumah
subyek. Saat wawancara berlangsung , keadaan rumah sangat sepi
karena kedua orang tua subyek bekerja dan hanya ada seorang
pembantu di rumah subyek.
Gambaran fisik yang nampak dari subyek yaitu, subyek berkulit
putih, berambut panjang, gemuk, berkacamata tebal dan pendek.
Hobi subyek yaitu main handphone, sampai-sampai pernah ketahuan
guru “SMS-an” saat pelajaran.
Subyek tinggal di daerah kampung yang tergolong padat
penduduk, banyak memiliki tetangga di sekitarnya akan tetapi
subyek lebih senang bermain di rumah daripada berinteraksi dengan
tetangga-tetangga subyek. Subyek merupakan anak kedua dari tiga
bersaudara. Subyek mempunyai kakak perempuan dan adik laki-laki.
Ayah subyek mempunyai usaha sendiri yaitu showroom mobil
di daerah majapahit, sedangkan Ibu subyek bekerja sebagai
karyawan salah satu Bank di Semarang. Kegiatan sehari-hari subyek
adalah sekolah, mengikuti les hampir setiap harinya. Dari kecil
46

Perpustakaan Unika

sampai remaja subyek lebih cenderung dekat dengan kakak


perempuannya karena kakak subyek selalu ada buat subyek. Subyek
selalu cerita dengan kakaknya bila subyek menghadapi masalah.
Tidak hanya itu, subyek juga dekat dengan pembantunya karena
pembantunya sering menemani subyek saat subyek berada dirumah
sendirian dan saat subyek membuat tugas sampai larut malam.
Subyek cenderung lebih dekat dengan sang ayah dibandingkan sang
ibu.
Interaksi subyek dengan kedua orang tuanya kurang begitu
baik. Kedua orang tua subyek jarang berkomunikasi dengan subyek
karena tuntutan pekerjaan yang harus dijalaninya setiap hari. Ayah
dan Ibu subyek biasanya pulang kerja sekitar Pk 19.00 dan langsung
tidur.
Kakak dan pembantu subyek merupakan orang terdekat yang
kiranya menemani subyek sehari-harinya. Ketika ditanya oleh
peneliti, kakak dan pembantu subyek mengaku tidak pernah
mendengar apa yang disebut dengan bullying. Kakak dan pembantu
subyek mengatakan bahwa kekerasan yang terjadi pada siswa-siswi
di sekolah merupakan hal yang wajar karena masih anak-anak.
Kakak subyek juga berpendapat perlakuan yang dialami subyek tidak
perlu campur tangan guru atau pihak sekolah karena hal tersebut
merupakan hal biasa dalam permainan remaja.
Kakak subyek mengatakan bahwa sebenarnya subyek
merupakan siswi berprestasi ketika di sekolah. Dari TK sampai lulus
SD sampai menginjak SMP subyek selalu mendapat rangking. Tapi
47

Perpustakaan Unika

beberapa tahun terakhir prestasi subyek selalu menurun,


peringkatnya turun tahap demi tahap. Menurut kakaknya subyek
merupakan orang yang pendiam ketika berada di sekolah, tetapi
ketika di rumah subyek merupakan anak yang cerewet. Kakak dan
pembantu subyek bercerita aktivitas sehari-hari subyek ketika di
rumah ialah nonton televisi, main, kadang bernyanyi-nyanyi, teriak-
teriak sendiri dan main musik.
Subyek kadang bercerita tentang masalah dengan teman-
temannya, tetapi kadang tidak. Subyek bercerita ketika di sekolah,
subyek sering dikucilkan oleh teman-temannya bahkan diejek juga.
Ketika mendengar cerita dari subyek, jika subyek yang salah
kakaknya memarahinya, tetapi jika subyek tidak salah kakak subyek
menyuruh subyek untuk membalas perilaku temannya.
Akibat yang tampak dari perilaku bullying yang diterima
subyek menurut kakak subyek adalah ketika pulang sekolah subyek
sering marah-marah, tidak konsentrasi belajar, pikiran subyek
terfokus pada pertengkarannya dengan temannya saat di sekolah. Hal
tersebut berakibat pada prestasi subyek di sekolah, prestasi yang
didapat subyek menurun. Kakak subyek juga bercerita bahwa subyek
pernah mengatakan bahwa ia merasa kesepian serta stres ketika
berada di sekolah. Sampai-sampai subyek merasa malas berangkat
ke sekolah karena takut diejek oleh temannya, bahkan subyek selalu
meminta untuk pindah ke sekolah lain.
48

Perpustakaan Unika

1) Latar Belakang Subyek


Saat ini subyek berusia 14 tahun, duduk di kelas IX di suatu
sekolah swasta yang cukup ternama di Semarang. Subyek
merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Subyek mempunyai
seorang kakak perempuan yang rentang usianya tidak terlalu jauh
dengan subyek sehingga subyek dekat dengan kakak
perempuannya. Subyek mempunyai sifat cenderung egois, tidak
mandiri, penakut, dan kurang optimis dalam menghadapi sesuatu
hal.
Pekerjaan orang tua subyek yang sangat banyak
menyebabkan subyek kurang dekat dengan kedua orang tuanya,
apalagi dengan ibunya karena tugas kantor ibunya yang terlalu
banyak. Subyek jarang bertemu dengan ibunya, intensitas waktu
bertemu dalam sehari mungkin hanya 1-2 jam saja. Saat liburan
sekolahpun subyek jarang pergi dengan kedua orangtuanya,
mereka dapat pergi jika showroom mobil ayah subyek tutup.
Subyek merasa lebih dekat dengan sang ayah dibandingkan
dengan ibunya meskipun subyek mengaku tidak terlalu dekat
dengan orang tuanya. Jika mempunyai masalah subyek tidak
menceritakan masalahnya ke orang tuanya. Subyek cenderung
lebih senang bercerita kepada kakak perempuannya dan
pembantu subyek karena subyek menganggap bahwa mereka bisa
memberikan saran yang tepat untuk subyek jika menghadapi
masalah. Menurut subyek, orang tuanya sekarang ini belum
sesuai dengan apa yang diimpikannya. Subyek mengingkan orang
49

Perpustakaan Unika

tua yang tidak suka marah-marah, perhatian, dan suka mengajak


jalan bila liburan sekolah.
Subyek menikmati tempat tinggalnya sampai saat ini, meski
pun subyek hanya mengenal tetangga di kanan kiri maupun
depan rumahnya dan tidak mengenal banyak tetangga sekitarnya.
Subyek juga mengatakan bahwa ia tidak pernah bermain dengan
teman sebaya di lingkungan rumahnya. Jika ada acara di
lingkungan tempat tinggalnya subyek tidak mau berpartisipasi
dengan alasan malas.
Di lingkungan sekolahnya, subyek tidak dekat dengan
teman-temannya karena subyek dianggap sebagai orang yang
aneh di sekolahnya. Subyek merasa ”sok kenal dan sok dekat”
dengan teman yang sebelumnya belum dikenal subyek. Teman
yang didekati subyek banyak yang menghindar karena malas
berurusan dengan subyek. Di sekolah, subyek merasa seorang diri
karena tidak ada satu teman pun yang mau bergaul dengan
subyek. Tidak hanya itu saja, subyek juga tidak dekat dengan
guru di sekolahnya. Hal ini terbukti saat guru subyek meminta
untuk membentuk kelompok dan subyek tidak mendapatkan
kelompok, guru subyek diam saja. Subyek jarang mengikuti
kegiatan-kegiatan yang diadakan di sekolah karena subyek tidak
tertarik untuk mengikutinya. Jika kegiatan itu bersifat wajib, baru
subyek mau mengikutinya, itupun terkadang dengan perasaan
terpaksa dan malas.
50

Perpustakaan Unika

2) Bullying yang dialami oleh subyek


Subyek mengalami perilaku bullying baik itu secara verbal
dan psikologis. Bullying verbal yang dialami subyek adalah
subyek jika di sekolah sering diejek gendut, bodoh, judes, tukang
”nyolot”, dan apa yang dilakukannya selalu disalahkan teman-
temannya. Perlakuan tersebut didapat subyek baik dari temannya
laki-laki maupun temannya perempuan, pelakunya pun berbeda-
beda karena hampir temannya satu kelas yang melakukan hal
tersebut kepada subyek. Subyek mengaku mendapatkan
perlakuan tersebut dari kelas 1 SMP. Subyek juga tidak mengerti
mengapa teman-temannya memperlakukan dia seperti itu.
Secara psikologis, subyek sering dikucilkan oleh teman-
temannya. Hal tersebut paling nampak ketika guru menyuruh
membentuk suatu kelompok untuk tugas, subyek mengaku tidak
mendapatkan kelompok karena teman-temannya tidak ada yang
mau sekelompok dengan subyek. Saat mendapat perlakuan
tersebut subyek hanya diam saja, subyek ingin marah tetapi
subyek tidak berani mengungkapkannya.
Subyek kurang dapat bersikap asertif dalam menjalani
kehidupannya di sekolah, sehingga subyek mendapat semua
perlakuan bullying tersebut dan hanya bisa diam saja.
3) Permasalahan yang dihadapi saat menjadi korban
Perlakuan bullying yang diterima subyek membuat subyek
merasa sedih dan marah. Ketika mendapat perlakuan tersebut
tidak ada teman subyek yang membantu subyek, bahkan teman
51

Perpustakaan Unika

yang dianggap subyek sebagai sahabatnya juga tidak


membantunya malah ikut-ikutan mengejek subyek. Subyek
merasa kesepian karena tidak ada teman yang benar-benar
mendukungnya.
Subyek sebenarnya merasa sangat bermasalah dengan
perlakuan tersebut, karena hampir setiap hari subyek mendapat
perlakuan tersebut. Tiap hari subyek harus merasakan dijauhi
teman-temannya dan diejek. Hampir setiap hari subyek pulang
dari sekolah dengan perasaan jengkel dan berangkat sekolah
dengan perasaan malas. Sesampainya di rumah, subyek
meluapkannya ke kakak perempuannya atau ke pembantunya.
Terkadang subyek menangis, berteriak, bahkan membanting
barang miliknya yang ada di dalam kamar untuk menyalurkan
kekesalannya ketika berada di sekolah.
Saat merasa tidak kuat subyek selalu memohon kepada
orang tuanya agar dipindahkan ke sekolah yang lain karena sudah
tidak kuat, tetapi orang tuanya tidak menanggapinya.
4) Reaksi yang muncul
Subyek menceritakan perlakuan yang subyek dapat ke orang
tuanya, tetapi orang tuanya hanya menyarankan agar temannya
didiamkan saja. Orang tua subyek pernah mencoba membantu
subyek dengan cara menemui wali kelas subyek dan
menceritakan perlakuan yang dialami oleh subyek. Wali kelas
subyekpun tidak memberikan solusi yang terbaik, hanya
mendengarkan dan tidak menindaklanjuti perlakuan bullying
52

Perpustakaan Unika

tersebut. Subyek juga pernah bercerita ke guru lesnya, seringkali


guru lesnya memberikan saran-saran agar subyek berani melawan
perlakuan tersebut, tetapi subyek yang tidak berani melakukan
saran yang diberikan oleh guru les subyek.
5) Efek yang dirasakan akibat menjadi korban bullying
Efek yang terlihat jelas adalah pada prestasi subyek. Subyek
merupakan anak yang cukup pintar dan selalu mendapatkan
ranking, tetapi setelah perlakuan tersebut dialaminya terus
menerus peringkatnya turun secara bertahap. Subyek merasa
putus asa akibat perlakuan bullying yang dialaminya, tetapi hanya
pasrah yang subyek dapat lakukan. Perasaan kesepian sering
menghantui hari-harinya dan hanya dapat diam serta pasrah.
Kepercayaan diri yang ada pada subyek juga makin lama makin
hilang.

III. Analisis Kasus


Subyek merupakan seorang siswi yang duduk di bangku kelas
IX salah satu sekolah swasta. Subyek adalah anak kedua dari tiga
bersaudara. Subyek mempunyai seorang kakak dan seorang adik.
Saat ini subyek tinggal bersama kedua orang tuanya dan
pembantunya. Ayah subyek yang bekerja di showroom mobil
miliknya sendiri membuatnya jarang berkomunikasi dengan subyek.
Ibu subyek yang bekerja sebagai karyawati di salah satu bank di
Semarang juga demikian. Intensitas waktu bertemu antara subyek
dengan kedua orang tuanya hanya 1-2 jam sehari.
53

Perpustakaan Unika

Di sekolah, subyek menjalani hari-harinya dengan tidak


semangat. Hampir setiap hari subyek mendapat perlakuan bullying
dari teman-temannya. Bullying yang dialami subyek adalah
bullying verbal dan bullying psikologis. Subyek sering diejek oleh
teman sekolahnya dengan sebutan jelek, gendut, pendek, tukang
”nyolot”. Perlakuan ini didapat subyek sejak subyek duduk di
bangku kelas VII (1 SMP) sampai kelas IX (3 SMP). Hampir tiap
hari subyek mendapat perlakuan tersebut dari teman laki-laki dan
perempuan. Subyek hanya diam saja saat menerima perlakuan
tersebut dan subyek tidak berani mengungkapkan kemarahannya atas
perlakuan yang diterimanya. Tidak hanya itu saja, subyek juga
mendapatkan perlakuan bullying secara psikologis. Teman-teman
subyek sering tidak mau satu kelompok dengan subyek saat guru
menyuruh untuk membentuk kelompok. Subyek tidak mengetahui
alasan teman-temannya tidak mau sekelompok dengan subyek.
Terkadang saat subyek tidak mendapatkan kelompok, guru subyek
mencarikan subyek kelompok namun terkadang guru subyek juga
tidak mau tahu apakah subyek sudah dapat kelompok atau belum.
Subyek tidak pernah dapat melawan perlakuan bullying yang
diterimanya di sekolah. Ketika marah atau sedih akibat perlakuan
bullying itu subyek hanya dapat diam saja. Kepasifan subyek saling
berhubungan dengan ketidakberdayaaannya menghadapi perilaku
bullying yang dialami. Subyek pernah menceritakan permasalahan
yang dihadapinya di sekolah kepada orang tua, kakak dan guru les
nya, tapi mereka hanya memberikan saran kepada subyek agar
54

Perpustakaan Unika

mendiamkan saja dan tidak perlu ditanggapi. Subyek juga pernah


menceritakan permasalahannya kepada wali kelasnya, namun wali
kelas subyek hanya diam saja dan tidak melakukan apa-apa.
Dampak yang diterima korban akibat perlakuan bullying dari
teman-temannya adalah pertama, subyek malas berangkat
sekolah. Subyek malas berangkat ke sekolah karena subyek takut
akan mendapat perlakuan bullying (diejek) lagi dari teman-temannya
karena hampir tiap hari subyek mendapat perlakuan bullying dari
temannya. Dampak yang kedua, menurunnya nilai subyek di
sekolah. Subyek adalah anak yang cukup pintar di sekolah. Hal ini
terbukti dari pengakuan kakaknya yang menyebutkan bahwa subyek
selalu mendapat ranking saat duduk di bangku SD hingga menginjak
SMP, namun karena subyek sering mendapat perlakuan bullying dari
teman-temannya; prestasi subyek lama kelamaan menurun. Subyek
menjadi malas belajar karena subyek stres dan hanya diam saja saat
mendapat perlakuan bullying dari temannya. Dampak yang ketiga,
subyek minta untuk dipindahkan ke sekolah lain. Perlakuan
bullying yang diterima subyek di sekolah membuat subyek tidak
betah di sekolahnya. Subyek meminta kepada orang tuanya agar
dipindahkan ke sekolah lain namun orang tuanya tidak mengabulkan
permintaan subyek. Dampak yang keempat, subyek merasa
kesepian. Subyek selalu sendirian saat di sekolah. Saat istirahat pun,
subyek sendirian (pergi ke kantin sendirian, di kelas juga sendirian)
tidak ada seorang teman subyek yang mau dengan subyek.
55

Perpustakaan Unika

Tabel 1
Intensitas Tema Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying
Subyek I
Tema Intensitas Keterangan

Subyek malas +++ Dampak yang paling dirasakan subyek


akibat perlakuan bullying yang
berangkat sekolah
diterimanya

Nilai subyek di ++ Dampak yang cukup dirasakan subyek


akibat perlakuan bullying yang
sekolah menurun
diterimanya namun dengan intensitas yang
cukup

Subyek ingin pindah + Dampak yang tidak terlalu berpengaruh


bagi subyek dibandingkan dengan
sekolah
dampak-dampak yang lainnya

Subyek merasa +++ Dampak yang paling dirasakan subyek


akibat perlakuan bullying yang
kesepian di sekolah
diterimanya

Keterangan (+) :

+++ : intensitas kuat

++ : intensitas sedang

+ : intensitas lemah
56

Perpustakaan Unika

Tabel 2
Korelasi Antar Tema 1
Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying
Subyek I
Subyek malas Nilai subyek Subyek Subyek
berangkat di sekolah ingin pindah merasa
sekolah menurun sekolah kesepian
Subyek malas
berangkat X

sekolah

Nilai subyek di
sekolah
X
menurun

Subyek ingin
pindah sekolah X

Subyek
merasa
X
kesepian di
sekolah

Keterangan :

: mempengaruhi

: saling mempengaruhi
57

Perpustakaan Unika

2. Kasus subyek II
I. Identitas subyek
a. Nama : JS
b. Tempat, tanggal lahir : Semarang, 12 Desember 1994
c. Usia : 15 tahun
d. Jenis Kelamin : Perempuan
e. Urutan kelahiran : Anak tunggal
f. Hobi : Membaca
g. Kelas : XI
h. Pendidikan Orang tua
 Ayah : S1
 Ibu : S1
i. Pekerjaan Orang tua
 Ayah : Guru SMK Farmasi
 Ibu : Ibu Rumah Tangga

II. Hasil Observasi dan Wawancara


Peneliti mengalami kesulitan dalam melakukan pendekatan
pada subyek, karena sebelumnya peneliti belum mengenal subyek.
Tetapi saat tahu akan diwawancara subyek terlihat gugup dan malu-
malu. Saat pelaksanaan wawancara itu sendiri subyek merasa takut
kalau rahasia subyek diketahui banyak orang. Tetapi saat peneliti
menjelaskan bahwa wawancara yang akan dilakukan sangat mudah
seperti menceritakan kejadian yang dialami, subyek mulai tenang
dan siap memulai wawancara.
58

Perpustakaan Unika

Wawancara dilaksanakan pada tanggal 6 November 2010 pada


pukul 17.30, tanggal 13 November 2010 pukul 17.30, tanggal 19
November 2010 pukul 17.30, tanggal 5 Februari 2011 pukul 17.00,
tanggal 12 Februari 2011 pukul 17.00. Wawancara dilaksanakan di
gereja subyek. Saat wawancara berlangsung, keadaan gereja subyek
cukup ramai tapi masih memungkinkan untuk melakukan
wawancara.
Gambaran fisik yang nampak dari subyek yaitu, subyek berkulit
sawo matang, berambut panjang, berkaca mata dan muka penuh
dengan jerawat. Hobi subyek yaitu membaca.
Subyek tinggal di daerah kampung yang tergolong padat
penduduk, banyak memiliki tetangga di sekitarnya akan tetapi
subyek lebih senang bermain di rumah daripada berinteraksi dengan
tetangga-tetangga subyek. Subyek merupakan anak tunggal dan tidak
mempunyai saudara laki-laki atau perempuan.
Ayah subyek bekerja sebagai guru di Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) di kota Semarang, sedangkan ibu subyek bekerja
sebagai Ibu rumah tangga. Ibu subyek sesekali juga menerima
pesanan “Handmade (box yang terbuat dari bahan kardus)” yang
biasa digunakan untuk pembungkus souvenir. Sehari-hari setelah
pulang sekolah, biasanya subyek langsung makan, main laptop,
nonton televisi, kalau keesokan harinya ada ulangan ya subyek
belajar serta kalau subyek mengantuk, subyek tidur. Subyek
mengaku bahwa dia tidak les pelajaran karena subyek merasa
mampu menyelesaikan tugas-tugas di tiap mata pelajaran sendiri.
59

Perpustakaan Unika

Subyek hanya les hari sabtu dan itu pun subyek les musik. Tiap sabtu
subyek les piano sekitar Pk 14.00 kemudian Pk 16.00 subyek latihan
seruling di gereja subyek dan Pk 18.00 subyek latihan paduan suara
di gereja.
Ibu subyek mengaku bahwa subyek dekat dengan ayahnya bila
subyek “ada maunya”, misalnya bila subyek ingin membeli pernak-
pernik, subyek minta kepada ayahnya untuk membelikan. Namun
disisi lain, subyek mengaku bahwa interaksi subyek dengan orang
tuanya kurang begitu baik, karena Ibu subyek yang sering bersama
subyek dirumah jarang memperhatikan kebutuhan subyek,
sedangkan ayah subyek sibuk dengan tugasnya sebagai guru dan
sebagai guru les. Tidak hanya itu saja, ibu subyek sering menyuruh
subyek untuk belajar terus-menerus sekalipun subyek tidak ada
ulangan dan subyek tidak mengetahui mengapa ibu subyek berlaku
demikian. Saat hari sabtu pun ayah subyek juga mengajar dan
menjadi guru les. Subyek juga sering memarahi ayahnya di depan
umum bila ayahnya terlambat menjemput subyek.
Selain mewawancarai subyek dan ibu subyek, peneliti juga
mewawancarai orang terdekat subyek sebut saja ”T”. T merupakan
orang terdekat yang kiranya menemani subyek sehari-harinya.
Ketika ditanya oleh peneliti, T mengaku tidak pernah mendengar apa
yang disebut dengan bullying. T mengatakan bahwa kekerasan yang
terjadi pada siswa-siswi di sekolah merupakan hal yang wajar. T
juga berpendapat perlakuan yang dialami subyek tidak perlu campur
60

Perpustakaan Unika

tangan guru atau pihak sekolah karena hal tersebut merupakan hal
biasa dalam permainan remaja.
T mengatakan bahwa sebenarnya subyek merupakan siswi yang
cukup berprestasi ketika di sekolah. Dari SD sampai menginjak SMP
subyek selalu mendapat rangking. Tapi beberapa tahun terakhir
prestasi subyek selalu menurun. Menurut T, subyek merupakan
orang yang pendiam ketika berada di sekolah. T bercerita tentang
aktivitas sehari-hari subyek ketika di rumah ialah nonton televisi,
main laptop, tidur dan belajar kalau keesokan harinya ada ulangan.
Saat subyek berkumpul dengan teman-temannya, T mengatakan
bahwa dalam berkomunikasi dengan teman sebaya atau orang yang
lebih tua subyek cenderung masih kurang namun dengan orang yang
lebih muda dari subyek, subyek dapat berkomunikasi dengan baik.
Subyek jarang sekali bercerita kepada T tentang permasalahan
yang dialaminya di sekolah. Pernah sesekali subyek bercerita bahwa
di sekolah, subyek sering dikucilkan oleh teman-temannya bahkan
diejek juga. Ketika mendengar cerita dari subyek, T hanya menyuruh
subyek untuk diam saja namun bila perlakuan temannya sudah
keterlaluan, subyek disuruh untuk membalasnya.
Akibat yang tampak dari perilaku bullying yang diterima
subyek menurut T adalah subyek merasa ketakutan untuk mendekati
salah satu teman di sekolahnya (sosialisasi berkurang), merasa
terasing karena tidak ada satu orang pun yang mau berteman dengan
subyek, dan subyek sering malas-malasan untuk mengikuti kegiatan
sekolah. Hal tersebut berakibat pada prestasi subyek di sekolah,
61

Perpustakaan Unika

prestasi yang didapat subyek menurun. T juga bercerita bahwa


subyek pernah mengatakan bahwa ia merasa kesepian ketika berada
di sekolah, sampai-sampai subyek merasa malas berangkat ke
sekolah karena takut diejek oleh temannya.

1) Latar Belakang Subyek


Saat ini subyek berusia 15 tahun dan duduk di kelas XI di
suatu sekolah swasta yang cukup ternama di Semarang. Subyek
merupakan anak tunggal. Subyek sering kali merasa kesepian
karena subyek tidak mempunyai saudara kandung dan kedua
orang tuanya sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Subyek
mempunyai sifat cenderung pemalu, suka marah-marah, pemalas,
sukar bergaul (terutama kepada orang yang sebaya dan lebih tua),
tidak sabaran, ingin semaunya sendiri, dan kadang suka bohong.
Saat subyek berada di rumah, kedua orang tuanya jarang
memperhatikan kebutuhan subyek. Hal ini terbukti ayahnya sibuk
dengan laptopnya untuk browsing internet, sedangkan ibu subyek
sibuk menonton televisi, terkadang sibuk membuat pesanan
”Handmade” dan tidur. Saat liburan sekolahpun subyek jarang
pergi dengan kedua orangtuanya karena keterbatasan biaya.
Kalau mereka pergi pun, mereka hanya pergi ke rumah saudara
atau ke mall. Subyek merasa tidak begitu dekat dengan kedua
orang tuannya karena hubungan mereka kurang harmonis, hal ini
terbukti jika subyek mempunyai masalah subyek tidak pernah
menceritakan masalahnya ke orang tuanya. Subyek cenderung
62

Perpustakaan Unika

lebih senang memendam masalahnya sendiri daripada diceritakan


orang lain. Menurut subyek, orang tuanya sekarang ini belum
sesuai dengan apa yang diimpikannya. Subyek menginginkan
orang tua yang tidak suka ”ngomel” dan lebih pengertian sama
anak-anaknya.
Subyek tidak begitu suka lingkungan tempat tinggalnya
sampai saat ini karena subyek hanya mengenal tetangga di kanan
kiri maupun depan rumahnya, tidak mengenal banyak tetangga
sekitarnya. Subyek juga mengatakan bahwa ia pernah bermain
dengan teman sebaya di lingkungan rumahnya pada waktu
subyek duduk di bangku SD dan sekarang subyek tidak pernah
bermain dengan tetangganya. Jika ada acara di lingkungan tempat
tinggalnya subyek tidak mau berpartisipasi dengan alasan malas.
Di lingkungan sekolahnya, subyek tidak dekat dengan
teman-temannya karena subyek dianggap sebagai orang yang
aneh di sekolahnya. Subyek pernah mempunyai sahabat di
sekolahnya tapi sekarang sahabat subyek sudah menjauhi subyek
karena subyek dianggap sebagai orang yang tidak
menyenangkan. Subyek sering sekali ”nyolot” dan suka marah
bila dinasehati oleh temannya. Tidak hanya itu saja, terkadang
subyek sering berlaku jorok kepada teman-temannya; misalnya
setelah ”ngupil” subyek mengusapkan kepada temannya. Subyek
juga dikenal sebagai orang yang berani membantah guru, tukang
”ngeyel”, tidak nyambung bila diajak bicara, suka cari perhatian,
dan tertutup. Hal itulah yang membuat subyek tidak mempunyai
63

Perpustakaan Unika

teman di sekolah. Di sekolah, subyek merasa teman-teman


sekelasnya tidak mendukungnya bahkan menjauhinya. Tidak
hanya itu saja, subyek tidak dekat dengan guru di sekolahnya
karena subyek berani ”nyolot” di depan guru sehingga guru-guru
di sekolahnya sudah hafal dengan sikap subyek. Subyek tidak
begitu tertarik dengan kegiatan-kegiatan yang diadakan di
sekolahnya karena subyek merasa malas untuk mengikutinya
namun jika kegiatan itu bersifat wajib, baru subyek mau
mengikutinya, itupun terkadang dengan perasaan terpaksa dan
malas. Subyek lebih tertarik mengikuti pelatihan matematika
daripada kegiatan sekolah lainnya karena pelatihan matematika
dirasa dapat meningkatkan kemampuan subyek dalam mata
pelajaran matematika.
2) Bullying yang dialami oleh subyek
Subyek mengalami perilaku bullying baik itu secara verbal
dan psikologis. Bullying verbal yang dialami subyek adalah
subyek jika di sekolah sering diejek tukang ”nyolot”, banyak
jerawat dan ”kusta”. Selain itu, subyek juga sering diteriaki
”cantik” pada saat subyek lewat diantara teman-temannya yang
sedang berkumpul. Padahal itu semua hanya semata-mata untuk
menyindir subyek. Perlakuan tersebut didapat subyek baik dari
temannya laki-laki maupun temannya perempuan, pelakunya pun
berbeda-beda karena hampir temannya satu kelas yang
melakukan hal tersebut kepada subyek. Subyek mengaku
mendapatkan perlakuan tersebut dari SD. Subyek juga tidak
64

Perpustakaan Unika

mengerti mengapa teman-temannya memperlakukan dia seperti


itu.
Secara psikologis, subyek sering dikucilkan oleh teman-
temannya. Hal tersebut paling nampak ketika guru menyuruh
membentuk suatu kelompok untuk tugas, subyek mengaku tidak
mendapatkan kelompok karena teman-temannya tidak ada yang
mau sekelompok dengan subyek. Subyek pernah mendapatkan
kelompok namun hal itu semata-mata salah satu teman subyek
merasa kasihan dengan subyek karena subyek tidak mendapatkan
kelompok. Tidak hanya itu saja, tidak ada satu orang teman pun
yang mengajak subyek untuk jalan ke kantin bersama. Saat
mendapat perlakuan tersebut subyek hanya diam saja, subyek
ingin marah tetapi subyek tidak berani mengungkapkannya.
Subyek pernah melaporkan tindakan teman-temannya kepada
guru BK tapi subyek justru diminta untuk menyelesaikannya
sendiri. Subyek hanya bisa diam saja saat mendapat perlakuan
tersebut.
3) Permasalahan yang dihadapi saat menjadi korban
Perlakuan bullying yang diterima subyek membuat subyek
merasa jengkel, merasa kesepian karena tidak mempunyai teman
dan subyek ingin mendekati orang lain untuk dijadikan temannya
tapi tidak bisa. Orang yang didekati subyek justru menjauh dari
subyek dan tidak mau berteman dengan subyek.
Subyek mengaku sangat bermasalah dengan perlakuan
tersebut. Hampir setiap hari subyek harus merasakan
65

Perpustakaan Unika

kesendiriannya di sekolah karena tidak ada yang mau berteman


dengan subyek (ke kantin dan di kelas sendirian). Subyek merasa
malas pergi ke sekolah karena takut akan menerima perlakuan
yang sama dari teman-temannya. Sesampainya di rumah, subyek
meluapkannya dengan bermain laptop dan tidur.
4) Reaksi yang muncul
Subyek menceritakan perlakuan yang subyek dapat ke orang
tuanya, tetapi orang tuanya hanya menyarankan agar temannya
didiamkan saja dan menyuruh untuk membalasnya bila perbuatan
temannya sudah kelewatan. Orang tua subyek pernah mencoba
membantu subyek dengan cara menemui guru BK subyek dan
menceritakan perlakuan yang dialami oleh subyek. Guru BK
subyekpun tidak memberikan solusi yang terbaik, hanya
mendengarkan dan tidak menindaklanjuti perlakuan bullying
tersebut bahkan subyek diminta untuk menyelesaikannya sendiri.
5) Efek yang dirasakan akibat menjadi korban bullying
Efek yang terlihat jelas adalah pada prestasi subyek. Subyek
merupakan anak yang cukup pintar dan selalu mendapatkan
ranking di kelasnya, tetapi setelah perlakuan tersebut dialaminya
terus menerus peringkatnya turun secara bertahap. Subyek
merasa putus asa akibat perlakuan bullying yang dialaminya,
tetapi hanya bisa diam saja. Perasaan kesepian sering dirasakan
subyek hampir setiap hari. Kepercayaan diri yang ada pada
subyek juga makin lama makin berkurang. Tidak hanya itu saja,
subyek mengaku tidak mau berteman lagi dengan teman-
66

Perpustakaan Unika

temannya yang ada di sekolahnya bahkan subyek memilih untuk


memusuhi mereka.

III. Analisis Kasus


Subyek merupakan seorang siswi di salah satu sekolah
swasta. Subyek sekarang ini duduk di bangku kelas XI dan
merupakan anak tunggal. Saat ini subyek tinggal bersama kedua
orang tuannya. Ayahnya bekerja sebagai guru di salah satu Sekolah
Menengah Kejuruan di Semarang, sedangkan ibu subyek seorang
ibu rumah tangga dan terkadang membuat ”Handmade” bila ada
pesanan.
Di sekolah, subyek sering mendapatkan perlakuan bullying.
Bullying yang diterima subyek adalah bullying verbal dan
bullying psikologis. Subyek sering sekali ”nyolot” dan suka marah
bila dinasehati oleh temannya. Tidak hanya itu saja, terkadang
subyek sering berlaku jorok kepada teman-temannya; misalnya
setelah ”ngupil” subyek mengusapkan kepada temannya. Hal itulah
yang membuat subyek tidak mempunyai teman di sekolah. Subyek
juga sering diteriaki ”cantik” pada saat subyek lewat diantara
teman-temannya yang sedang berkumpul. Padahal itu semua hanya
semata-mata untuk menyindir subyek. Subyek juga pernah diejek
”Kusta” oleh teman-temannya ketika subyek duduk di bangku
Sekolah Dasar. Selain bullying verbal, subyek juga mendapatkan
perlakuan bullying psikologis. Subyek sering tidak mendapatkan
kelompok saat guru subyek menyuruh untuk membentuk
67

Perpustakaan Unika

kelompok. Pernah sesekali subyek mendapatkan kelompok namun


hal itu semata-semata karena salah satu teman subyek merasa
kasihan dengan subyek yang tidak mendapatkan kelompok. Selain
itu, setiap kali jam istirahat tidak ada satu orang teman subyek
yang mengajak subyek untuk pergi ke kantin bersama. Subyek
sering pergi ke kantin sendirian.
Ketika subyek mendapat perlakuan bullying verbal dan
psikologis, subyek hanya diam saja dan tidak berani membalas. Hal
tersebut yang menjadikan subyek dengan mudahnya setiap hari
mendapat perlakuan bullying verbal oleh teman-teman sekelasnya.
Penampilan tidak menarik, kurang percaya diri serta pasif
memungkinkan seseorang mendapatkan perlakuan yang negatif
oleh orang di sekitarnya. Subyek yang berpenampilan tidak
menarik (memiliki banyak jerawat di wajah), pasif (kurang
bersosialisasi) dan tidak percaya diri menyebabkan subyek sering
mendapatkan perlakuan bullying dari teman-temannya; seperti
diejek, dikucilkan bahkan dimanfaatkan oleh teman-temannya.
Dampak yang diterima subyek akibat perlakuan bullying dari
teman-temannya adalah pertama, subyek merasa malas pergi ke
sekolah. Subyek merasa enggan ke sekolah karena subyek hampir
setiap hari menerima ejekan dari teman-temannya. Dampak yang
kedua, menurunnya prestasi subyek. Menurut pengakuan orang
terdekat subyek, subyek merupakan anak yang cukup pintar di
sekolah. Subyek selalu mendapatkan ranking saat duduk di bangku
SD sampai menginjak SMP, namun akibat perlakuan bullying yang
68

Perpustakaan Unika

diterima subyek prestasi subyek semakin menurun. Subyek


menjadi stres dan malas belajar serta hanya bisa diam saja saat
menerima perlakuan bullying. Dampak yang ketiga, subyek
merasa kesepian. Subyek selalu pergi ke kantin sendirian saat jam
istirahat karena tidak ada satu orang teman pun yang mengajak
subyek. Tidak ada teman yang diajak ”ngobrol” oleh subyek.
Dampak yang keempat, kepercayaan diri subyek berkurang.
Subyek menjadi takut mendekati orang lain atau temannya karena
subyek takut kalau teman-temannya justru menjauh dari subyek.
69

Perpustakaan Unika

Tabel 3
Intensitas Tema Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying
Subyek II
Tema Intensitas Keterangan

Subyek malas +++ Dampak yang paling dirasakan subyek


pergi ke sekolah akibat perlakuan bullying yang
diterimanya

Menurunnya ++ Dampak yang cukup dirasakan subyek


nilai subyek di akibat perlakuan bullying yang
sekolah diterimanya namun dengan intensitas
sedang

Subyek merasa +++ Dampak lain yang paling dirasakan


kesepian di subyek akibat perlakuan bullying yang
sekolah diterimanya

Kepercayaan diri ++ Dampak yang cukup dirasakan subyek


subyek akibat perlakuan bullying yang
berkurang diterimanya namun dengan intensitas
sedang

Keterangan (+) :

+++ : intensitas kuat

++ : intensitas sedang

+ : intensitas lemah
70

Perpustakaan Unika

Tabel 4
Korelasi Antar Tema 2
Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying
Subyek II
Subyek Menurunnya Subyek merasa Kepercayaan
nilai subyek
malas pergi kesepian di diri subyek
di sekolah
ke sekolah sekolah berkurang
Subyek
malas pergi
ke sekolah X

Menurunnya
nilai subyek
di sekolah X

Subyek
merasa
kesepian di X
sekolah

Kepercayaan
diri subyek
berkurang X

Keterangan :
: mempengaruhi

: saling mempengaruhi
71

Perpustakaan Unika

3. Kasus subyek III


I. Identitas subyek
a. Nama : R.P.T
b. Tempat, tanggal lahir : Semarang, 23 Januari 1995
c. Usia : 16 tahun
d. Jenis Kelamin : Laki-laki
e. Urutan kelahiran : Anak pertama dari lima bersaudara
f. Hobi : Futsal
g. Kelas :X
h. Pendidikan Orang tua
 Ayah :-
 Ibu :-
i. Pekerjaan Orang tua
 Ayah : Wiraswasta
 Ibu : Wiraswasta

II. Hasil Observasi dan Wawancara


Peneliti tidak mengalami kesulitan saat melakukan pendekatan
pada subyek, karena sebelumnya peneliti sudah mengenal subyek.
Tetapi saat tahu akan diwawancara subyek terlihat gugup. Saat
pelaksanaan wawancara itu sendiri subyek merasa takut kalau
rahasia subyek diketahui banyak orang. Tetapi saat peneliti
menjelaskan bahwa wawancara yang akan dilakukan sangat mudah
seperti menceritakan kejadian yang dialami, subyek mulai tenang
dan siap memulai wawancara.
72

Perpustakaan Unika

Wawancara dilaksanakan pada tanggal 18 Februari 2011 pukul


20.00, tanggal 27 Februari 2011 pukul 18.30,tanggal 6 Maret pada
pukul 18.30, tanggal 13 Maret 2011 pukul 18.30. Wawancara
dilaksanakan di gereja subyek. Saat wawancara berlangsung,
keadaan gereja subyek cukup ramai tapi masih memungkinkan untuk
melakukan wawancara.
Subyek memiliki gambaran fisik kulit sawo matang, agak
pendek, kurus dan wajah penuh dengan bintik-bintik merah
(jerawat). Selain itu, subyek memiliki hobi futsal dan main game
online.
Subyek tinggal di daerah yang tergolong padat penduduk, banyak
memiliki tetangga di sekitarnya. Semasa kecil hingga sekarang
subyek sering bermain dengan tetangganya sekalipun tetangganya
jauh lebih tua daripada subyek. Subyek merupakan anak pertama
dari lima bersaudara. Subyek memiliki tiga adik laki-laki dan satu
adik perempuan. Rentang usia subyek dengan adik-adiknya
tergolong cukup jauh.
Ayah subyek bekerja sebagai pengelola toko bangunan,
sedangkan Ibu subyek bekerja sebagai pengelola lapangan futsal.
Sehari-hari subyek bekerja di lapangan futsal yang dikelola oleh ibu
subyek sendiri. Subyek mengaku sejak subyek keluar dari sekolah,
subyek bekerja di lapangan futsal milik ibu subyek.
Interaksi subyek dengan orang tuanya cukup baik. Hal ini
terbukti dari seringnya subyek menceritakan masalah yang
dihadapinya kepada ayahnya karena subyek merasa bahwa ayahnya
73

Perpustakaan Unika

dapat membimbing subyek untuk mencari solusi yang tepat bagi


masalah subyek. Tidak hanya itu saja, subyek juga sering bercanda
dengan ibunya saat waktu luang.
Selain mewawancarai subyek, penulis juga mewawancarai
orang-orang yang dekat dengan subyek sebut saja ”D dan L”. D dan
L merupakan orang terdekat subyek. Ketika ditanya oleh peneliti, D
dan L mengaku belum pernah mendengar apa yang disebut dengan
bullying. D dan L mengatakan bahwa kekerasan yang terjadi pada
siswa-siswi di sekolah merupakan hal yang wajar. D dan L juga
berpendapat bahwa perlakuan yang dialami subyek perlu campur
tangan guru atau pihak sekolah karena hal tersebut merupakan hal
yang tidak dapat dianggap remeh sekalipun mungkin hal tersebut
merupakan hal yang biasa dalam permainan remaja.
D mengatakan bahwa sebenarnya subyek merupakan anak
yang cukup berprestasi di sekolah. Pada waktu SD, subyek selalu
mendapat ranking, tapi pada saat subyek duduk di bangku SMP
prestasi subyek menurun. Hal ini mungkin disebabkan perlakuan
bullying yang diterima subyek di sekolah. Menurut D, subyek
merupakan orang yang pendiam baik di sekolah maupun di
lingkungan sekitar. D bercerita tentang aktivitas sehari-hari subyek
ketika di rumah ialah nonton televisi, main game online, kerja di
lapangan futsal dan tidur.
Subyek jarang sekali bercerita kepada D tentang
permasalahan yang dialaminya di sekolah namun subyek pernah
menceritakan permasalahannya kepada L. Pernah sesekali subyek
74

Perpustakaan Unika

bercerita bahwa di sekolah, subyek sering dikucilkan oleh teman-


temannya bahkan diejek juga. Ketika mendengar cerita dari subyek,
L hanya menyuruh subyek untuk diam saja dan berdoa serta pasrah
kepada Tuhan.
Akibat yang tampak dari perilaku bullying yang diterima
subyek menurut D dan L adalah subyek lebih suka menyendiri
(sosialisasi berkurang), mencari kesibukan sendiri, keluar dari
sekolah dan subyek tidak mau bersekolah lagi. D bercerita bahwa
subyek pernah mengatakan bahwa ia merasa kesepian ketika berada
di sekolah, sampai-sampai subyek merasa malas berangkat ke
sekolah karena takut diejek oleh temannya.

1) Latar Belakang Subyek


Saat ini subyek berusia 16 tahun dan sudah tidak bersekolah
lagi. Subyek mengaku keluar sekolah saat subyek duduk di kelas
IX. Saat subyek duduk di kelas VIII, subyek diminta untuk
pindah sekolah oleh kakeknya karena kakek subyek merasa
bahwa sekolah yang ditempati subyek tidak sesuai dengan latar
belakang subyek. Subyek pun pindah sekolah karena subyek
ingin memenuhi permintaan kakeknya. Subyek merupakan anak
pertama dari lima bersaudara. Subyek mempunyai sifat
cenderung pemalu, pendiam, pendendam dan cenderung ingin
melakukan segala sesuatu sendirian.
Subyek sehari-harinya jarang berada di rumah karena dari
pagi sampai malam subyek bekerja di lapangan futsal milik ibu
75

Perpustakaan Unika

subyek. Sehari-hari subyek bekerja dari pk 07.00-23.00 WIB.


Terkadang bila tempat futsal milik ibunya ramai, subyek bekerja
sampai pk. 01.00 tengah malam. Saat subyek bekerja, subyek
mengaku bahwa subyek tidak dapat bepergian dengan teman-
teman subyek karena tempat kerjaan subyek tidak dapat
ditinggal; apalagi kalau waktu ramai.
Subyek cukup menyukai lingkungan tempat tinggalnya
sampai saat ini karena subyek cukup mengenal tetangga di sekitar
rumahnya. Subyek juga mengatakan bahwa ia pernah bermain
dengan teman sebaya di lingkungan rumahnya pada waktu
subyek duduk di bangku SD sampai sekarang. Jika ada acara di
lingkungan tempat tinggalnya subyek tidak mau berpartisipasi
dengan alasan malas.
Di lingkungan sekolahnya, subyek tidak dekat dengan
teman-temannya karena subyek dianggap sebagai orang yang
aneh di sekolahnya. Subyek sering menyendiri saat jam istirahat
padahal teman subyek yang lain pernah mengajak subyek untuk
jalan bersama. Subyek cenderung lebih sering menyendiri saat di
sekolah. Dalam penyelesaian tugas-tugasnya, subyek bercerita
bahwa teman-temannya sering memperalat dia, sebagai
contohnya ketika membuat tugas subyek yang diminta
mengerjakan dan teman-temannya malah enak-enakan ngobrol,
ketika ada latihan soal teman-temannya sering meminta contekan
tetapi ketika subyek bertanya temannya tidak ada yang mau
memberitahu.
76

Perpustakaan Unika

2) Bullying yang dialami oleh subyek


Subyek mengalami perilaku bullying baik itu secara fisik
dan psikologis. Bullying fisik yang dialami subyek adalah
subyek jika di sekolah sering dipalaki oleh teman-temannya.
Subyek menerima perlakuan tersebut tidak hanya 1 atau 2 hari
saja, tapi hampir setiap hari subyek menerima perlakuan tersebut.
Biasanya subyek menerima perlakuan tersebut pada saat istirahat
sekolah. Biasannya teman subyek meminta uang Rp 5.000,-
kepada subyek. Apabila subyek tidak memberinya, teman subyek
mengancam akan memukuli subyek setelah pulang sekolah.
Subyek menerima perlakuan bullying tersebut dari teman laki-
laki subyek yang ada di sekolah.
Secara psikologis, subyek sering dikucilkan oleh teman-
temannya. Hal tersebut paling nampak ketika teman subyek
mengetahui bahwa subyek beragama muslim (islam) dan teman-
teman subyek yang lainnya beragama katolik, mereka semua
langsung mengucilkan subyek dan tidak mau berteman dengan
subyek. Teman-teman subyek beranggapan bahwa agama muslim
dan katolik berbeda jauh jadi mereka tidak mau berteman dengan
seseorang yang berbeda agama dengan mereka.
Subyek pernah ingin membalas perlakuan teman-temannya
terhadap dirinya namun subyek tidak berani. Subyek memilih
untuk diam saja dengan cara keluar dari sekolah. Subyek keluar
sekolah karena kakek subyek juga tidak setuju bila subyek
diperlakukan sedemikian.
77

Perpustakaan Unika

3) Permasalahan yang dihadapi saat menjadi korban


Perlakuan bullying yang diterima subyek membuat subyek
merasa marah, merasa kesepian karena tidak mempunyai teman
dan ingin mendekati orang lain untuk dijadikan temannya. Ketika
mendapat perlakuan tersebut tidak ada teman subyek yang
membantu subyek, bahkan teman yang dianggap subyek sebagai
sahabatnya juga tidak membantunya. Subyek merasa kesepian
karena tidak ada teman yang benar-benar mendukungnya.
Subyek sebenarnya merasa sangat bermasalah dengan
perlakuan tersebut, karena hampir setiap hari subyek mendapat
perlakuan tersebut. Tiap hari subyek harus merasakan dijauhi
teman-temannya dan diejek. Hampir setiap hari subyek pulang
dari sekolah dengan perasaan jengkel dan berangkat sekolah
dengan perasaan malas. Sesampainya di rumah, subyek
meluapkannya dengan bermain game online, futsal atau tidur.
4) Reaksi yang muncul
Subyek menceritakan perlakuan yang subyek dapat ke orang
tuanya, tetapi orang tuanya hanya menyarankan agar temannya
didiamkan saja dan menyuruh untuk membalasnya apabila
perlakuan teman subyek sudah keterlaluan. Pihak keluarga
pernah membantu subyek untuk mengatasi masalah yang
dihadapi subyek di sekolah dengan cara memindahkan subyek ke
sekolah yang lebih baik. Subyek juga pernah menceritakan
masalahnya kepada guru namun bukan penyelesaian yang didapat
78

Perpustakaan Unika

subyek tapi justru subyek yang disalahkan atas perlakuan


tersebut.
5) Efek yang dirasakan akibat menjadi korban bullying
Efek yang terlihat jelas adalah pada prestasi subyek. Subyek
merupakan anak yang cukup pintar dan masuk dalam sepuluh
besar di kelasnya, tetapi setelah perlakuan tersebut dialaminya
terus-menerus subyek menjadi malas belajar dan malas ke
sekolah sehingga nilai subyek di sekolah turun drastis. Perasaan
kesepian sering menghantui hari-harinya dan hanya dapat diam
serta pasrah. Namun disisi lain, subyek tetap percaya diri dalam
menjalani hidup karena subyek mempunyai 1 tujuan yaitu
membahagiakan kedua orang tuanya yang sudah bersusah payah
mendidik dan membesarkan subyek. Subyek mengaku tidak mau
berteman lagi dengan teman-temannya yang ada di sekolahnya
bahkan subyek memilih untuk memusuhi mereka.

III. Analisis Kasus


Subyek merupakan seorang siswa di salah satu sekolah swasta.
Subyek sekarang ini sudah tidak bersekolah lagi (keluar dari
sekolah) karena perlakuan teman-teman di sekolah yang membuat
subyek merasa tidak nyaman. Hubungan subyek dengan kedua orang
tuanya cukup baik. Kesibukan kedua orang tuanya tidak membuat
subyek jauh dari orang tuanya. Subyek mengaku sering ”share”
dengan kedua orang tuanya, namun hubungan subyek dengan orang-
orang di sekitar subyek cenderung kurang.
79

Perpustakaan Unika

Subyek menjalani hari-harinya di sekolah dengan tidak


bersemangat karena hampir setiap hari subyek mendapat perlakuan
bullying dari teman-temannya. Bullying yang diterima subyek di
sekolah adalah bullying psikologis dan bullying fisik. Di sekolah
subyek sering sekali dikucilkan oleh teman-temannya. Hal ini
diperjelas dengan pengakuan subyek yang mengatakan bahwa
subyek selalu sendiri saat jam istirahat sekolah. Tidak ada seorang
teman pun yang mengajak subyek untuk ”ngobrol”. Subyek juga
pernah diejek oleh teman-temannya, namun ketika diejek oleh
teman-temannya subyek hanya diam saja dan tidak berani membalas.
Hal tersebut yang menjadikan subyek dengan mudahnya setiap hari
mendapat perlakuan bullying psikologis oleh teman-teman di
sekolahnya. Tidak hanya bullying psikologis yang dialami oleh
subyek setiap harinya, subyek juga mendapat perlakuan bullying
secara fisik. Di sekolah, subyek sering dimintai uang Rp 5.000,-
oleh teman-teman sekolahnya pada saat jam istirahat. Apabila
subyek tidak mau memberikan uang tersebut, teman-teman subyek
mengancam akan memukuli subyek saat pulang sekolah. Perlakuan
tersebut juga hampir setiap hari diterima oleh subyek. Subyek hanya
diam saja saat mendapat perlakuan bullying, ingin melawan tapi
tidak bisa. Subyek pernah menceritakan perlakuan yang dialaminya
kepada orang tuanya, tapi orang tua subyek menganggap hal tersebut
memang termasuk dalam perkembangan remaja dan hal tersebut
dianggap biasa. Guru di sekolah subyek pun walau mengetahui
perlakuan yang diterima subyek juga hanya mendiamkan saja dan
80

Perpustakaan Unika

ada juga guru di sekolah subyek yang justru menyalahkan subyek


atas perlakuan yang diterima subyek.
Setelah setiap hari mendapat perlakuan bullying, ada beberapa
dampak yang muncul akibat perlakuan bullying tersebut yaitu
pertama, subyek malas untuk berangkat ke sekolah. Subyek
seringkali merasa malas pergi ke sekolah karena subyek takut
menerima perlakuan bullying dari teman-temannya. Dampak yang
kedua, menurunnya prestasi subyek di sekolah. Subyek mengaku
bahwa saat duduk di bangku Sekolah Dasar hingga Sekolah
Menengah Pertama subyek mendapatkan ranking, namun belakangan
ini nilai-nilai subyek menurun drastis. Hal ini diakibatkan perlakuan
bullying yang diterima subyek membuat subyek stres dan enggan
belajar. Dampak yang ketiga, subyek pindah ke sekolah lain.
Subyek meminta dipindahkan dari sekolahnya yang lama karena
tidak tahan dengan perlakuan teman-temannya yang membedakan
agama yang dianut. Tidak hanya itu saja, subyek juga dikucilkan
akibat perbedaan agama yang ada. Dampak yang keempat,
penyesuaian sosial subyek menjadi buruk. Subyek menjadi
enggan bergaul dengan teman-temannya di sekolah dan cenderung
lebih senang menyendiri. Subyek juga menjadi orang yang pendiam
setelah mendapat perlakuan bullying dari teman-temannya.
81

Perpustakaan Unika

Tabel 5
Intensitas Tema Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying
Subyek III
Tema Intensitas Keterangan

Subyek malas +++ Dampak yang paling dirasakan subyek


untuk pergi ke akibat perlakuan bullying yang
sekolah diterimanya

Menurunnya ++ Dampak yang cukup dirasakan subyek


prestasi subyek akibat perlakuan bullying yang
diterimanya namun dengan intensitas
sedang

Subyek pindah +++ Dampak lain yang paling dirasakan


sekolah subyek akibat perlakuan bullying yang
diterimanya

Penyesuaian ++ Dampak yang cukup dirasakan subyek


sosial subyek akibat perlakuan bullying yang
menjadi buruk diterimanya namun dengan intensitas
sedang

Keterangan (+) :

+++ : intensitas kuat

++ : intensitas sedang

+ : intensitas lemah
82

Perpustakaan Unika

Tabel 6
Korelasi Antar Tema 3
Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying
Subyek III
Subyek malas Menurunnya Subyek Penyesuaian
untuk pergi prestasi pindah sosial subyek
ke sekolah subyek sekolah menjadi buruk
Subyek
malas untuk
pergi ke X
sekolah

Menurunnya
prestasi
subyek X

Subyek
pindah
sekolah X

Penyesuaian
sosial subyek
menjadi X
buruk

Keterangan :
: mempengaruhi

: saling mempengaruhi
Perpustakaan Unika

BAB V

Pembahasan

A. Interrelasi dampak Psikologis Remaja Korban Bullying


Istilah bullying datang dari bahasa Inggris, diilhami kata bull yang
berarti “banteng” yang menyeruduk kesana-kesini (Sejiwa, 2007, h. 2).
Rigby (Astuti, 2008, h. 3) mendefinisikan bullying sebagai sebuah
hasrat untuk menyakiti. Hasrat ini diperlihatkan kedalam aksi
menyebabkan seseorang menderita. Aksi ini dilakukan secara langsung
oleh seorang atau kelompok yang lebih kuat, tidak bertanggung jawab,
biasanya berulang dan dilakukan dengan perasaan senang.
Bullying tidak hanya terjadi di sekitar masyarakat, tapi bullying
juga terjadi di lingkungan sekolah. Perlakuan bullying dapat
memberikan dampak bagi sang korban. Dalam penelitian ini disebutkan
bahwa dampak yang dialami korban akibat perlakuan bullying adalah
perasaan kesepian, malas berangkat ke sekolah, nilai di sekolah
menurun, ingin pindah sekolah, kepercayaan diri berkurang, dan
penyesuaian sosial menjadi buruk. Kesepian (KBBI, 2002) berarti satu
perasaan tidak termasuk dalam kelompok manapun juga; rasa tidak
cocok; biasanya dengan keyakinan bahwa dirinya tak berdaya untuk
mengadakan perubahan yang berarti. Perasaan kesepian ini dialami oleh
ketiga subyek dengan intensitas yang kuat. Hal ini sesuai dengan teori
kognitif (Derlega & Margalis dalam Yuniarti, 2002), perasaan kesepian
tidak hanya akibat dari hubungan sosial yang dialami, melainkan akibat
dari pola atau standar hubungan sosial yang diinginkan . Kesepian akan

83
84

Perpustakaan Unika

timbul bila individu tidak berhasil menemukan teman yang dianggap


sesuai untuk membantu mencapai tujuan yang diinginkan dan kesepian
akan mudah terjadi bila dalam hubungan sosial individu kurang
memiliki keleluasaan untuk membedakan komunikasi terbuka. Dalam
hal ini, ketiga subyek tidak berhasil menemukan teman yang dapat
membantu subyek akibat perlakuan bullying yang diterima subyek.
Subyek juga merasa terasingkan saat di sekolah karena teman-teman
subyek mengucilkan subyek.
Dampak lain yang dialami subyek adalah penyesuaian sosial
(sosialisasi) menjadi buruk. Hal ini hanya dialami oleh subyek III
namun dengan intensitas sedang, sedangkan subyek I dan subyek II
tidak mengalami dampak ini. Menurut Buhler (www.shvoong.com)
sosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu belajar dan
menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup, dan berpikir kelompoknya
agar ia dapat berperan dan berfungsi dengan kelompoknya. Dalam hal
ini, subyek III cenderung menyendiri saat berada di sekolah, sedangkan
subyek I dan subyek II tetap berusaha mendekati teman-temannya dan
belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan sekalipun nantinya
mereka mengalami penolakan. Dampak selanjutnya yaitu subyek malas
berangkat ke sekolah dan nilai di sekolah menurun. Malas berangkat
sekolah dialami oleh ketiga subyek dengan intensitas yang kuat,
sedangkan nilai di sekolah menurun juga dialami oleh ketiga subyek
namun dengan intensitas sedang. Ketiga subyek mengalami hal ini
setelah mendapat perlakuan bullying dari teman-temannya. Hal ini
sesuai dengan teori belajar Skinner yaitu hubungan antara stimulus dan
85

Perpustakaan Unika

respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang


kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku. Stimulus yang
diterima yaitu perlakuan bullying yang hampir setiap hari diterima
subyek membuat subyek memberikan respon yang negatif yaitu malas
berangkat sekolah karena subyek takut akan mendapat perlakuan
bullying lagi. Tidak hanya itu saja, subyek yang malas berangkat
sekolah juga menyebabkan nilai subyek di sekolah menurun.
Dampak yang lain dari perilaku bullying adalah subyek ingin
pindah sekolah. Hal ini hanya dialami oleh subyek I dan subyek III,
sedangkan subyek II tidak mengalami. Subyek III pindah sekolah karena
tidak tahan dengan perlakuan bullying yang diterimanya, sedangkan
subyek I tidak terlalu memikirkan untuk pindah sekolah akan tetapi
subyek I sempat mempunyai pemikiran untuk pindah sekolah. Dampak
selanjutnya adalah kepercayaan diri berkurang. Dampak ini hanya
dialami oleh subyek II karena subyek takut untuk mendekati teman-
temannya. Subyek takut teman-temannya justru menghindar dari subyek
saat subyek berusaha untuk mendekati mereka.

B. Intensitas Tema antar Subyek


Berdasarkan hasil penelitian melalui observasi dan wawancara
yang telah dilakukan pada ke 3 subyek, ternyata ditemukan beberapa
tema yang sama dan memiliki intensitas yang kuat. Namun ada beberapa
tema yang berbeda, hal itu disebabkan adanya masalah pribadi dalam
diri seseorang yang berbeda satu sama lain.
86

Perpustakaan Unika

Tabel 7
Intensitas Tema Dampak Psikologis Remaja Korban Bullying Subyek I, II,
III

Tema Subyek I Subyek II Subyek III Keterangan


Subyek +++ +++ +++ Merupakan dampak
malas yang diterima
berangkat ke subyek I, II, III
sekolah dengan intensitas
yang kuat
Nilai subyek ++ ++ ++ Dampak yang
di sekolah diterima relatif
menurun cukup kuat dari
perlakuan bullying
yang diterima
subyek I, II, III

Subyek + - +++ Dampak yang


ingin pindah diterima subyek I
sekolah tidak terlalu kuat
dibandingkan
dengan subyek III,
namun pada subyek
II tidak mengalami
dampak ini

Subyek +++ +++ +++ Dampak yang


merasa cukup kuat
87

Perpustakaan Unika

kesepian di dirasakan oleh


sekolah subyek I dan
subyek II, namun
pada subyek III
tidak mengalami
dampak ini karena
subyek III merasa
nyaman dengan
kesendiriannya

Kepercayaan - ++ - Subyek I dan


diri subyek III tidak
berkurang merasakan
kepercayaan diri
berkurang, namun
pada subyek II
kepercayaan diri
berkurang namun
dengan intensitas
yang tidak begitu
kuat

Penyesuaian - - ++ Penyesuaian sosial


sosial pada subyek I dan
menjadi subyek II tidak
buruk bermasalah, namun
pada subyek III
88

Perpustakaan Unika

penyesuaian
sosialnya menjadi
buruk setelah
mendapat
perlakuan bullying

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan mengenai hubungan antar


tema-tema dampak psikologis remaja korban bullying. Dari beberapa
dampak yang ada, ada beberapa dampak yang terjadi pada ketiga subyek
yaitu malas berangkat sekolah dan kesepian. Dampak ini merupakan
dampak yang paling kuat atau paling dirasakan oleh ketiga subyek
karena memiliki intensitas kuat. Subyek menjadi malas berangkat
sekolah karena subyek takut akan menerima perlakuan bullying yang
sama dari teman-temannya. Selain itu, dampak lain yang dialami oleh
ketiga subyek adalah nilai subyek di sekolah menurun dengan
intensitas sedang. Pindah sekolah adalah dampak lain yang muncul
akibat perlakuan bullying yang diterima subyek namun hal ini dialami
oleh subyek III dengan intensitas kuat dan subyek I dengan intensitas
yang lemah. Subyek II tidak mengalami dampak tersebut karena subyek
II cukup merasa nyaman dengan suasana di sekolahnya. Kepercayaan
diri berkurang juga dialami oleh subyek II sedangkan subyek I dan
subyek III tidak mengalaminya. Subyek II menjadi kurang percaya diri
di sekolahnya karena subyek tidak berani untuk mendekati teman-
temannya karena subyek takut teman-temannya justru menghindar dari
subyek, sedangkan subyek I dan subyek III tetap percaya diri saat
89

Perpustakaan Unika

berada di sekolah dan tetap berusaha untuk mendekati temannya.


Dampak lain yang muncul adalah penyesuaian sosial menjadi buruk.
Hal ini dialami oleh subyek III. Subyek III sering terlihat sendiri pada
saat jam istirahat. Selain itu, subyek juga merupakan orang yang
introvert dan subyek hanya cerita dengan orang yang dekat dengan
subyek. Penyesuaian sosial menjadi buruk juga bisa disebabkan subyek
tidak mengetahui bagaimana cara bergaul pada umumnya dan
beranggapan bahwa sosialisasi merupakan hal yang tidak
menyenangkan untuk dirinya.
Adapun dalam penelitian ini tidak lepas dari kendala yang dihadapi
oleh peneliti. Kendala yang dihadapi berhubungan dengan kurangnya
sikap keterbukaan dari beberapa subyek dalam mengungkapkan
perasaan dan permasalahan yang dihadapi. Hal ini dikarenakan peneliti
dan subyek belum saling mengenal dan subyek cenderung memiliki
kepribadian yang introvert (tertutup).
Perpustakaan Unika

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa remaja yang
menjadi korban bullying akan mengalami beberapa dampak psikologis.
Dampak psikologis tersebut adalah malas berangkat sekolah, nilai di
sekolah menurun, perasaan kesepian, pindah sekolah, kepercayaan diri
berkurang dan penyesuaian sosial menjadi buruk.
Malas berangkat sekolah pada dasarnya dipengaruhi oleh adanya
rasa takut akan mendapatkan perlakuan bullying yang sama dari teman-
temannya. Selain itu, malas berangkat sekolah juga dapat membuat nilai
subyek di sekolah menurun. Subyek akan ketinggalan pelajaran bila
subyek malas berangkat ke sekolah dan secara otomatis nilai di sekolah
subyek juga menurun. Malas berangkat ke sekolah juga dapat
mempengaruhi semangat belajar subyek. Subyek akan cenderung
mencari kesibukan lain saat subyek tidak masuk sekolah.
Kesepian juga menjadi dampak lain yang muncul akibat perilaku
bullying. Kesepian ini dialami oleh ketiga subyek dengan intensitas
yang kuat. Hal ini dikarenakan ketiga subyek tidak mempunyai teman
yang menemani subyek saat di sekolah. Mereka cenderung terlihat
sendirian saat jam istirahat berlangsung maupun saat mereka berada di
kelas. Apabila hal ini dibiarkan terus-menerus maka akan menimbulkan
ketakutan akan penolakan sehingga membuat seseorang terus menerus
tampil sesuai dengan tuntutan lingkungan. Pada akhirnya hal ini akan

90
91

Perpustakaan Unika

menimbulkan kehampaan dan keterasingan dengan diri yang


sesungguhnya. Tidak hanya itu saja, kesepian juga dapat membuat
subyek ingin pindah sekolah yang semata-mata hanya untuk
menghindari perlakuan bullying yang diterimanya selama ini.

B. Saran
Setelah melihat hasil penelitian dampak psikologis remaja korban
bullying, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Korban bullying, hendaknya mencari kesibukan sendiri saat di
sekolah agar tidak merasa kesepian, tetap percaya diri dalam segala
hal, lebih terbuka mengenai permasalahan yang dihadapi serta
bersikap lebih aktif di sekolah sehingga tidak dianggap remeh dan
dimanfaatkan oleh teman yang lain.
2. Orang tua, hendaknya dapat lebih memerhatikan kebutuhan anaknya,
menjadi tempat berbagi untuk anak sehingga anak dapat
menceritakan permasalahan yang dihadapi serta menciptakan
suasana rumah yang menyenangkan bagi anak.
3. Pihak sekolah dan guru, hendaknya tetap mengawasi kegiatan yang
dilakukan murid-muridnya, tidak menganggap remeh setiap
permasalahan yang dihadapi murid serta menindaklanjuti perilaku
bullying yang terjadi di sekolah dan berusaha mencari penyelesaian
untuk murid yang menjadi korban bullying agar tidak ada lagi murid
yang menjadi korban.
4. Peneliti lain, hendaknya meneliti lebih dalam mengenai bullying,
misalnya lebih mendalami tentang dampak psikologis lain yang
92

Perpustakaan Unika

ditimbulkan dari perilaku bullying dan menambahkan variable-


variabel tertentu seperti strategi coping yang dilakukan korban
sehingga tidak ada lagi anak yang menjadi korban bullying.
Perpustakaan Unika

DAFTAR PUSTAKA

Abdiah, A. 2008. Psikodinamika Pelaku Bullying pada Salah Satu SMA


di Malang. www.belajar psikologi.wordpress.com.23/05/2010

Alsa, A. 2003. Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif serta Kombinasinya


dalam Penelitian Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset

Aprilia, B. 2004. Dampak Psikologis Perilaku Aborsi Pada Remaja. Skripsi


(Tidak Diterbitkan). Semarang: Fakultas Psikologi Unika
Soegijapranata

Astuti, P. 2008. Meredam Bullying : 3 Cara Efektif Mengatasi Kekerasan


Pada Anak. Jakarta: Grasindo

Badudu, J & Zains, M. 1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:


Pustaka Sinar Harapan

Chaplin, J. 1997. Kamus Lengkap Psikologi. Alih Bahasa: Kartono.


Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Elliot, M. 2005. Wise Guides Bullying. New York: Hodder Children’s


Books

Indarini, N. 2007. Banyak guru anggap bullying bukan masalah serius.


www.detik.com

Kartono, Dr. Kartini & Dali Gulo. 1987. Kamus Psikologi. Bandung: CV.
Pionir Jaya

Mellor, A. 2007. Sebuah pendekatan sistematik terhadap pengembangan


kebijakan anti-bullying yang efektif di lingkungan sekolah.
www.ditplb.or.id

93
94

Perpustakaan Unika

Moleong, J. 1999. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja


Rodasuarya

Olweus, Dan. 2004. Bullying at School. London: Blackwell Publishing

Poerwadarminta, W. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai


Pustaka

Poerwandari, E.K. 1997. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian


Psikologi. Jakarta: Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan
Psikologi (Fakultas Psikologi Universitas Indonesia)

Prasetyo, F. 2000. Unsur-unsur Hakiki Dalam Pembinaan. Yogyakarta:


Kanisius

Riauskina, I. I., Djuwita, R., dan Soesetio, S. R. 2005. ”Gencet-gencetan” di


mata siswa/siswi kelas 1 SMA: Naskah kognitif tentang arti,
skenario, dan dampak ”gencet-gencetan”. Jurnal Psikologi Sosial,
12 (01), 1 – 13

Sejiwa. 2007. Bullying: Panduan Bagi Orang Tua dan Guru. Mengatasi
Kekerasan di Sekolah dan Lingkungan. Jakarta: Grasindo

------. 2008. Handout Workshop Nasional Anti Bullying Ke-3. Jakarta: JW


Marriot 17 Mei 2008

Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: Grasindo

Soekanto, Prof. Dr. Soerjono.1993. Kamus Sosiologi. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada

Sullivan, Keith. 2000. The Anti Bullying Handbook. London: Oxford


University
95

Perpustakaan Unika

Susanti, I. 2007. Bullying Bikin Anak Depresi dan Bunuh Diri.


www.okezone.com

Tim Penyusun KBBI. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:


Balai Pustaka
Perpustakaan Unika

PEDOMAN WAWANCARA DAN OBSERVASI

A. Pedoman Wawancara
1. Identitas Subyek
a. Nama :
b. Tempat, Tanggal lahir :
c. Usia :
d. Jenis Kelamin :
e. Urutan kelahiran dalam keluarga :
f. Hobi :
g. Kelas :
h. Pendidikan Orang tua
 Ayah :
 Ibu :
i. Pekerjaan Orang tua
 Ayah :
 Ibu :
2. Latar Belakang
a. Hubungan dengan orangtua dan keluarga, pola asuh orangtua
b. Lingkungan tempat tinggal subyek
c. Lingkungan Sekolah
3. Konsep diri Subyek Bullying
a. Kelebihan dan kekurangan subyek
b. Sikap dalam menghadapi berbagai masalah

96
97

Perpustakaan Unika

4. Pengalaman Melihat atau Mendengar Perilaku Bullying


a. Bentuk-bentuk perilaku bullying yang pernah didengar atau
dilihat subyek
b. Penyebab seseorang menjadi korban dan pelaku bullying
c. Reaksi yang muncul bila melihat perilaku bullying
d. Tempat terjadinya perilaku bullying
5. Pengalaman Menjadi Korban Bullying
a. Bentuk-bentuk yang pernah diterima (fisik, psikologis, verbal,
cyber)
b. Penyebab menjadi korban bullying
c. Waktu mendapat perlakuan bullying
6. Permasalahan yang dihadapi saat menjadi korban bullying
a. Perasaan saat menjadi korban bullying
7. Reaksi yang muncul setelah mendapat perlakuan bullying
a. Tanggapan Orang tua dan keluarga
b. Tanggapan pihak sekolah dan guru
8. Efek yang dirasakan akibat menjadi korban bullying
a. Efek di sekolah, keluarga dan sekitar
b. Efek psikologis yang ditimbulkan
9. Tanggapan orang terdekat terhadap perlakuan bullying yang diterima
subyek
a. Kegiatan subyek saat dirumah
b. Kepribadian subyek
c. Cara penyelesaian masalah subyek
98

Perpustakaan Unika

B. Pedoman Observasi
1. Respon ketika menjawab pertanyaan (ekspresi wajah, bahasa tubuh,
dan gerak tubuh tertentu)
2. Keluarga
a. Lingkungan fisik tempat tinggal subyek
b. Hubungan subyek dengan orang tua dan anggota keluarga lain
c. Kegiatan dan perilaku subyek di dalam rumah
3. Lingkungan sosial
a. Hubungan subyek dengan teman sebaya dan orang-orang di
sekitar rumah
b. Hubungan subyek dengan teman-teman di sekolah

Anda mungkin juga menyukai