Anda di halaman 1dari 116

Perpustakaan Unika

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH


ORANG TUA TIPE PENELANTAR DENGAN
PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

SKRIPSI

Oleh:

SHEM MALEAKHI HASUGIAN

05.40.0120

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

2012

i
Perpustakaan Unika

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH


ORANG TUA TIPE PENELANTAR DENGAN
PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA 

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi


Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Guna
Memperoleh Derajat Sarjana Psikologi

Oleh:

SHEM MALEAKHI HASUGIAN

05.40.0120

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

201

i
Perpustakaan Unika

HALAMAN PENGESAHAN

Dipertahankan di depan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Psikologi Universitas


Katolik Soegijapranata dan Diterima untuk Memenuhi
Sebagian dari Syarat-syarat Guna Memperoleh
Derajat Sarjana Psikologi

Pada Tanggal :
19 Januari 2012

Mengesahkan
Fakultas Psikologi
Universitas Katolik Soegijapratanata

Dekan

(Dr. Kristiana Haryanti, M.Si)

Dewan Penguji Tanda Tangan

1. Th. Dewi Setyorini, S.Psi., M.Si __________________

2. Damasia Linggarjati Novi, S.Psi., MA __________________

3.Dra. Sri Sumijati, M.Si __________________

ii
Perpustakaan Unika

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada:


TUHAN YESUS KRISTUS yang telah memberiku
kesempatan untuk bertumbuh dalam Anugerah-Nya,
Mama, Papa dan adik yang selalu memberiku cinta,
Jerry, Sasa, my band mate yang selalu menemaniku
dan memberi semangat
Teman-teman yang membuatku terus kuat
dan berjuang
Dan SEMUA ORANG yang kusayang
terimakasih untuk dukungan kalian

iii
Perpustakaan Unika

MOTTO

Mimpi bukanlah sesuatu yang konyol,


tetapi mimpi itulah yang akan membawa
kita ke puncak kesuksesan kita

iv
Perpustakaan Unika

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan syukurku kepada Tuhan Yesus Kristus, pemberi hidup dan karena
Dialah segala sesuatu indah pada waktunya. Sungguh atas kuasa-Nya skripsi ini
dapat terselesaikan. Begitu banyak pihak yang terlibat dalam proses pembuatan
skripsi ini sehingga tak dapat disebutkan satu per satu. Hanya untaian terimakasih
dari lubuk hati yang paling dalam serta doa bagi semua pihak yang membantu.
Dalam kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan termakasih secara khusus
kepada:
1. Ibu Dr. Kristiana Haryanti, M.Si selaku dekan Fakultas Psikologi UNIKA
Soegijapranata Semarang yang telah memberi kelancaran dalam proses
pembuatan skripsi ini
2. Ibu Th. Dewi Setyorini, S.Psi., M.Si selaku dosen pembimbing utama,
yang dengan segala kesabarannya selalu membimbing, memberi arahan
dan dukungan, serta masukan yang sangat berarti bagi penulis dalam
pembuatan skripsi. Terimakasih ya Bu.
3. Ibu Damasia Linggarjati Novi, S.Psi., MA selaku dosen penguji, terima
kasih atas masukan-masukannya.
4. Ibu Dra. Sri Sumijati, M.Si selaku dosen penguji, terima kasih atas
masukan-masukannya.
5. Bapak Drs Edy Widiyatmadi, M.Si selaku dosen wali, yang selalu
membimbing dan memotivasi peneliti selama masa perkuliahan.
6. Bapak Drs. Pius Heru Priyanto, M.Si selaku kepala biro skripsi, yang telah
memberi kemudahan dalam proses pembuatan skripsi.
7. Ibu E. Lita Widyo Hastuti, S.Psi., M.Si yang berjuang untuk menitipkan
penulis mengambil mata kuliah Kewarganegaraan di fakultas lain, yaitu di
Fakultas Arsitektur. Kalau tidak ambil itu saya tidak bisa ujian skripsi bu.
8. Segenap dosen Fakultas Psikologi dan staf, terimakasih atas ilmu yang
telah diberikan selama proses perkuliahan.

v
Perpustakaan Unika

9. Bapak Drs. Haryono, MM selaku kepala sekolah SMA Kristen YSKI


Semarang yang memberi ijin penelitian; serta guru-guru dan staff SMA
Kristen YSKI yang telah memberi kemudahan selama penelitian.
10. Adik-adik SMA Kristen YSKI Semarang kelas X-D dan X-F yang telah
membantu penulis dalam proses pengambilan data penelitian.
11. Papa sebagai teman berdebat dalam penulisan skripsi ini, terutama saat
menentukan tema dan judul, saya yang menang Pah ^^, dan juga Mama
yang menjadi motivator terbesar dalam hidup peneliti. Terima kasih atas
segala perjuangan, cinta, kesabaran, pengertian, dukungan, dan segala hal
yang terindah sehingga skripsi ini dapat selesai.
12. Mishel adek tersayang, yang selalu menggoda untuk bermain game saat
pembuataan skripsi ini.
13. Jerry dan Reza my bestie n my band mate, terimakasih selalu membuatku
bersemangat mengerjakan skripsi dan membuat hidupku lebih berwarna.
14. GIA Klaten Family atas dukungan serta doa-doanya untuk saya. I love u
all ^.^
15. Kunted, terimakasih untuk waktu dan tenaganya untuk mengolah data
yang sampe malem ga selesai-selesai sehingga skripsi ini segera selesai.
16. Om Duryadi yang turut memberi masukan-masukan dan jalan keluar saat
penulis sudah merasa down dan buntu, terima kasih banyak omm.
17. Mbak Ayu yang uda mau di repotin saat penelitian di SMA YKSI, thx buat
supportnya ya ^^ klo ga ada kamu ga bisa selesai juga ini.
18. Adi yang dulu sama-sama berjuang menyelesaikan skripsi thank you mas
bro, kalo ga di telepon ga berangkat ujian ini.
19. Yola, Santi, Mbak Tina (ex pengurus koperasi), Ledy, Mbak Beb my best
friends. Friendship forever ya teman..juga semua angkatan 2005,
Psikologi. Terutama kelas D. Thx ya =)
20. Dina yang walaupun tinggal di Singapura tapi selalu menyempatkan diri
untuk ngopyak-ngopyak penulis agar segera menyelesaikan skripsi ini.
Juga Deddy dan Apple yang kasi support selama ini, thx ya ^^.

vi
Perpustakaan Unika

Penulis sadar bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Pepatah berkata, “Tak ada
gading yang tak retak”. Untuk itu demi penyempurnaan karya ini maka saran dan
kritik sangat peneliti harapkan.

Semarang,

Peneliti

vii
Perpustakaan Unika

DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL……………………...……………………………….. i

HALAMAN PENGESAHAN………….......……………………………... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN..……………………....…………………. iii

HALAMAN MOTTO...………………………………...…………………. iv

UCAPAN TERIMAKASIH..……………………………………………... v

DAFTAR ISI...…………………………………………………………….. viii

DAFTAR TABEL…...…………………………………………………….. xi

DAFTAR LAMPIRAN...………………………………………………….. xii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….. 1

A. Latar Belakang Masalah……………………………………………. 1

B. Tujuan Penelitian…………………………………………………… 8

C. Manfaat Penelitian………………………………………………….. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...………………………………………… 9

A. Perilaku Agresif ..……………………………………………………. 9

1. Pengertian Perilaku Agresif ………………………………………. 9

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Agresif…………….. 10

3. Bentuk-bentuk Perilaku Agresif ………………….......................... 17

B. Persepsi terhadap Pola Asuh Orang Tua Tipe Penelatar………....... 19

1. Pengertian Persepsi terhadap Pola Asuh Orang Tua Tipe Penelatar 19

2. Aspek-aspek Persepsi terhadap Pola Asuh Orang Tua Tipe

Penelantar……………………………………………………….. 24

viii
Perpustakaan Unika

C. Hubungan antara Perilaku Agresif dengan Persepsi terhadap

Pola Asuh Orang Tua Tipe Penelatar .......………………………… 25

D. Hipotesis…………………………………………………………….. 29

BAB III METODE PENELITIAN.………………………………………. 31

A. Identifikasi variabel penelitian.......…………………………………. 31

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian…………………………… 31

1. Perilaku Agresif Remaja……....................................................... 31

2. Persepsi terhadap Pola Asuh Orang Tua Tipe Penelantar…........ 31

C. Subyek Penelitian.…………………………………………………... 32

D. Metode Pengumpulan Data…………………………………………. 33

1.Alat Pengumpulan Data…………………………………………... 33

2.Blue print .....................................……………………………….... 33

E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur………………………………... 37

1. Validitas Alat Ukur……………………………………………... 37

2. Reliabilitas Alat Ukur…………………………………………... 38

F. Metode Analisis Data……………………………………………….. 38

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN……..….. 40

A. Orientasi Kancah Penelitian………………………………………... 40

B. Persiapan Penelitian………………………………………………... 41

1. Penyusunan Alat Ukur………………………………………….. 41

2. Perijinan Penelitian……………………………………………... 43

C. Pelaksanaan Penelitian……………………………………………… 44

D. Uji Validitas dan Reabilitas………………………………………… 44

ix
Perpustakaan Unika

1. Skala Perilaku Agresif …………………………………............. 45

2. Skala Persepsi terhadap Pola Asuh Orang Tua

Tipe Penelantar ...............................................................…... 46

BAB V HASIL PENELITIAN..…………………………………………... 47

A. Hasil penelitian……………………………………………………... 47

1. Uji asumsi………………………………………………………. 47

2. Uji Hipotesis………….………………………………………… 48

B. Pembahasan………………………………………………………… 49

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN..………………………………… 53

A. Kesimpulan…………………………………………………………. 53

B. Saran………………………………………………………………... 53

DAFTAR PUSTAKA...……………………………………………………. 54

LAMPIRAN……………………………………………………………….. 57

x
Perpustakaan Unika

DAFTAR TABEL
Tabel 1 Rancangan Skala Perilaku Agresif.……………………………... 35

Tabel 2 Rancangan Skala Persepsi terhadap Pola Asuh Orang Tua

tipe Penelantar …………………………………………................ 36

Tabel 3 Sebaran Item Skala Perilaku Agresif…………………………….. 42

Tabel 4 Sebaran Item Skala Persepsi terhadap Pola Asuh Orang Tua

tipe Penelantar …………………..…….…………………………. 43

Tabel 5 Sebaran Item Valid dan Gugur Skala Perilaku Agresif ………….. 45

Tabel 6 Sebaran Item Valid dan Gugur Skala Persepsi terhadap Pola Asuh

Orang Tua tipe Penalantar …............................................................ 46

xi
Perpustakaan Unika

DAFTAR LAMPIRAN

A. Skala Penelitian .……………………………………………………… 57

A-1. Skala Perilaku Agresif ………………………………………….. 58

A-2. Skala Persepsi terhadap Pola Asuh Orang Tua

Tipe Penelantar …………………………………………………. 61

B. Data Penelitian ..……………………………………………………… 64

B-1. Data Variabel Persepsi terhadap Pola Asuh Orang Tua

Tipe Penelantar ………….……………………………………… 65

B-2. Data Variabel Perilaku Agresif …………….…………………… 70

C. Uji Validitas dan Reliabillitas .………………………………………. 75

C-1. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Perilaku Agresif ……..…. 76

C-2. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Persepsi terhadap Pola

Asuh Orang Tua Tipe Penelantar …………………………….…. 81

D. Uji Asumsi …………………………………………………………….. 88

D-1. Uji Normalitas …………………………………………………… 89

D-2. Uji Linieritas …………………………………..………………… 93

E. Uji Hipotesis …………………………………………………………… 96

F. Surat Penelitian .……………………………………………………….. 98

F-1. Surat Ijin Penelitian ………………………………………………. 99

F-2 Surat Bukti Penelitian …………………………………………….. 101

xii
Perpustakaan Unika

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap individu di dunia ini, khususnya di sekitar satu periode tertentu,

mempunyai tugas perkembangan tertentu pula. Tugas perkembangan remaja

awal, misalnya, adalah beralih dari sikap dan perilaku kekanak-kanakan ke

arah sikap dan perilaku secara dewasa. Al-Mighwar (2006, h. 155-156)

mengungkapkan tugas perkembangan remaja awal ialah: mampu mengontrol

diri sendiri seperti orang dewasa, mendapat kebebasan, bergaul dengan teman

lawan jenis, dan memiliki citra diri yang nyata.

Sarwono (1994, h. 2) berpendapat bahwa masa remaja dimulai pada

saat tercapainya kedewasaan pertumbuhan fisik serta kesanggupan bertingkah

laku yang dikuasai oleh rasio dan pengendalian emosi. Secara umum masa

remaja dibagi menjadi dua bagian, yaitu remaja awal dan akhir masa remaja.

Hurlock (1980, h. 206), menjelaskan bahwa awal masa remaja berlangsung

kira-kira 13 sampai 16 tahun atau 17 tahun dan akhir remaja bermula dari 16

atau 17 tahun sampai 18 tahun yaitu usia matang secara hukum.

Mappiere (1982, h. 27) menyebutkan rentangan usia remaja berada

dalam usia 12 tahun sampai 21 tahun bagi wanita, dan 13 tahun sampai 22

tahun bagi pria. Jika dibagi atas remaja awal dan akhir maka remaja awal

berada dalam usia 12 atau 13 tahun sampai 17 atau 18 tahun, dan remaja akhir

dalam rentangan 17 atau 18 tahun sampai 21 tahun atau 22 tahun.

1
Perpustakaan Unika

Monks, dkk. (1999, h. 262) membagi masa remaja dalam tiga

kelompok usia. Remaja awal berada pada rentang usia 12 sampai 15 tahun.

Masa ini merupakan masa negatif bagi seorang individu, sebab pada masa ini

terdapat sikap dan sifat negatif yang belum terlihat dalam masa kanak-kanak.

Pada masa ini individu sering merasa bingung, cemas, takut dan gelisah.

Remaja pertengahan berada pada rentang usia 15 sampai 18 tahun. Pada

masa ini individu menginginkan atau mendambakan sesuatu dan mencari-cari

sesuatu. Merasa sunyi dan tidak bisa mengerti serta merasa tidak dimengerti

orang lain.

Remaja akhir berkisar pada usia 18 sampai 21 tahun. Pada masa ini

individu mulai merasa stabil. Individu tersebut mulai mengenal dirinya,

mulai memahami arah hidupnya dan menyadari tujuan hidupnya, dan

mempunyai pendirian tertentu berdasarkan satu pola hidup yang jelas.

Daradjat (1994, h. 8) mengungkapkan masa remaja ditandai oleh

pertumbuhan fisik yang cepat. Pertumbuhan fisik cepat yang terjadi pada

tubuh remaja tersebut membawa akibat yang signifikan terhadap sikap,

perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja. Pada masa ini remaja yang

masih labil cenderung menjadi kasar dan sukar mengendalikan dirinya.

Hurlock (1980, h. 212) berpendapat masa remaja adalah suatu periode yang

sering dikatakan sebagai periode “badai dan tekanan” yaitu sebagai suatu

masa dimana terjadi ketegangan emosi yang tinggi yang diakibatkan adanya

perubahan fisik dan kelenjar.

2
Perpustakaan Unika

Di masa ini remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu,

karena remaja tersebut berada dalam masa peralihan dan berusaha

menyesuaikan perilaku baru dari fase-fase perkembangan sebelumnya. Badai

dan tekanan tersebut ditimbulkan oleh beberapa hal, yaitu: oleh fungsi sosial

remaja dalam mempersiapkan diri menuju kedewasaan (mencari identitas diri

dan memantapkan posisinya dalam masyarakat); oleh pertumbuhan fisik

(perkembangan tanda-tanda seksual sekunder), perkembangan inteligensi

(penalaran yang tajam dan kritis), dan oleh perubahan emosi (lebih peka,

cepat marah dan agresif).

Pada masa remaja seorang individu dituntut untuk bisa menyesuaikan

diri atau beradaptasi dengan lingkungan, misalnya dengan keluarga, sekolah,

masyarakat. Kegagalan dalam melakukan penyesuaian diri secara positif

dapat mengakibatkan individu melakukan penyesuaian diri yang salah.

Penyesuaian diri yang salah, misalnya, ditandai dengan tingkah laku yang

tidak terarah, emosional, sikap yang tidak realistik, membabi buta, dan

sebagainya.

Sunarto dan Agung (1995, h. 24) menyebutkan tiga bentuk reaksi

dalam penyesuaian diri yang salah, yaitu reaksi bertahan (defence reaction),

reaksi menyerang (aggressive reaction), dan reaksi melarikan diri (escape

reaction). Reaksi menyerang (aggressive reaction) antara lain: selalu

membenarkan diri sendiri, selalu ingin berkuasa dalam setiap situasi, senang

bila mengganggu orang lain, suka menggertak, baik dengan ucapan maupun

perbuatan, menunjukkan sikap bermusuhan secara terbuka, bersikap

3
Perpustakaan Unika

menyerang dan merusak, dan sebagainya. Perilaku tersebut dapat dikatakan

sebagai perilaku agresif, yang sering diwujudkan dalam bentuk kekerasan

verbal (mencaci maki) maupun dalam bentuk kekerasan fisik (berkelahi,

melukai, menyerang, membunuh, menghukum orang lain, dan sebagainya).

Perilaku agresif tentu saja dapat membahayakan orang lain, sebab

bisa muncul dalam bentuk tindakan seorang individu menusukkan pensil yang

runcing ke tangan atau badan temannya, atau mengayun-ngayunkan tasnya

sehingga mengenai orang yang berada di sekitarnya. Bisa pula berupa

pukulan, tendangan, dan perilaku fisik lainya, atau berbentuk cercaan, makian

ejekan, bantahan dan semacamnya. Ada juga individu yang selalu memaksa

temannya untuk melakukan sesuatu yang ia inginkan, bahkan tidak sedikit

pula individu yang mengejek atau membuat individu lain menjadi kesal.

Pungky (diakses 27 Juli 2011) membuktikan bahwa aksi‐aksi

kekerasan dapat terjadi di mana saja, seperti di jalan‐jalan, di sekolah, bahkan

di kompleks‐kompleks perumahan. Aksi tersebut dapat berupa kekerasan

verbal (mencaci maki) maupun kekerasan fisik (memukul, meninju, dll).

Pada kalangan remaja aksi yang biasa dikenal sebagai tawuran pelajar atau

tawuran massal merupakan hal yang sudah terlalu sering terjadi, bahkan

cenderung dianggap biasa. Aksi‐aksi kekerasan, baik individual maupun

massal sudah menjadi berita harian di media massa. Beberapa televisi bahkan

menayangkan program‐program khusus yang menyiarkan berita‐berita

tentang aksi kekerasan. Sebuah program yang disiarkan oleh Metro TV

(Metro Pagi, 30 Juli 2011) menayangkan tentang terjadinya tawuran di

4
Perpustakaan Unika

Makassar antara masyarakat dengan geng motor yang umumnya

beranggotakan anak-anak remaja.

Di Semarang sendiri juga terjadi hal yang sama. Seperti dimuat dalam

Liputan6.com, Semarang, Edisi 10 Juni 2010, puluhan pelajar sekolah

menengah atas di Semarang, Jawa Tengah, ditangkap petugas Kepolisian

Resort Semarang Selatan akibat terlibat perkelahian pelajar yang melibatkan

tiga sekolah menengah kejuruan di Semarang. Aksi terebut diduga dipicu

sakit hati salah satu pelajar Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Semarang

yang sebelumnya dikeroyok pelajar SMK Swasta. Tak terima rekannya

dikeroyok, mereka mendatangi sekolah tersebut dan menghadang para siswa

yang sedang pulang. Karena tidak menemukan siswa yang dimaksud, mereka

melempari sekolahan dengan batu. Barang bukti disita petugas berupa batu

yang digunakan untuk melempar, sebuah cat semprot, dan sebuah senjata

tajam berbentuk trisula (diakses 27 Juli 2011).

Faktor penyebab remaja berperilaku agresif bermacam-macam.

Koeswara (1998, h. 82) menyebutkan beberapa faktor, yaitu: faktor sosial

(frustrasi, profokasi, melihat model-model agreasif), faktor lingkungan

(polusi udara, kesesakan), faktor situasional, faktor hormon, alkohol, obat-

obatan (faktor yang berasal dari luar individu) dan sifat kepribadian (faktor-

faktor yang berasal dari dalam individu). Masykouri (2005, h. 12)

mengungkapkan bahwa perilaku agresif remaja dipengaruhi oleh gangguan

biologis dan penyakit, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan

pengaruh budaya negatif.

5
Perpustakaan Unika

Dari uraian di atas nampak bahwa salah satu penyebab perilaku

agresif pada individu adalah rasa frustrasi. Frustrasi adalah hambatan

terhadap pencapaian suatu tujuan (Sarwono, 2002, h. 54). Frustrasi dapat

menimbulkan kemarahan, dan emosi marah inilah yang dapat memicu

seseorang melakukan perilaku agresi. Frustrasi dapat dipicu oleh struktur

keluarga. Kartono (2010, h. 57-60) mengungkapkan baik buruknya struktur

keluarga dan masyarakat sekitar memberikan pengaruh baik atau buruknya

pertumbuhan kepribadian anak. Diungkapkan pula bahwa anak-anak yang

merasa tidak bahagia dipenuhi banyak konflik batin serta mengalami frustrasi

secara terus menerus akan menjadi sangat agresif.

Arifin dan Hambali (dalam Shochib, 1997, h. 4) mengungkapkan

bahwa kenakalan remaja di wilayah Jawa Timur disebabkan oleh kondisi

keluarga yang negatif, seperti ketegangan keluarga, tingkat otoritas orang tua,

dan miskinnya teladan keagamaan. Hal tersebut didukung pula oleh hasil

penelitian yang dilakukan oleh Lutfi dkk (dalam Shochib, 1997, h. 4)

terhadap remaja SMU di Kotamadya Malang, terungkap bahwa penyebab

utama remaja berperilaku agresif adalah pola sikap orang tua terhadap

anaknya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa, pola asuh orang tua memiliki pengaruh

yang amat besar dalam membentuk kepribadian anak yang tangguh sehingga

anak berkembang menjadi pribadi yang percaya diri, berinisiatif, berambisi,

beremosi stabil, bertanggung jawab, mampu menjalin hubungan interpersonal

6
Perpustakaan Unika

yang positif dan lain‐lain. Pola asuh yang salah, terutama pola asuh orang tua

tipe penelantar, dapat menyebabkan seorang anak melakukan perilaku agresif.

Maccoby dan Martin (1983, h. 104) menyebutkan bahwa pola asuh

orang tua tipe penelantar – yang pada umumnya memberikan waktu dan biaya

yang sangat minim pada anak-anaknya – akan menghasilkan karakteristik

anak-anak yang moody, impulsive, agresif, kurang bertanggung jawab, tidak

mau mengalah, punya harga diri (self esteem) yang rendah, sering bolos, dan

bermasalah dengan teman. Penelantaran (neglected) terjadi ketika orang tua

memilih untuk tidak memenuhi kewajiban mereka memperhatikan atau

memberikan pengawasan yang cukup terhadap kegiatan anak-anak mereka.

Kewajiban orang tua termasuk pula secara fisik, emosional, dan pendidikan

yang baik untuk anak-anak mereka. Jadi penelantaran terjadi ketika orang tua

meninggalkan anak, atau tidak punya waktu untuk anak-anak mereka dan

membiarkan anak-anak itu bertumbuh sendiri, tidak menyediakan makanan,

pakaian dan tempat berteduh yang cukup.

Dari uraian di atas diasumsikan bahwa pola asuh orang tua tipe

penelantar sangat erat kaitannya dengan perilaku agresif pada individu,

termasuk pada remaja. Dalam pengamatan peneliti belum ada penelitian yang

serupa, sebab penelitian yang sudah ada adalah menyangkut perilaku agresif

yang berkaitan dengan pola asuh tipe otoriter. Contoh penelitian yang

dilakukan tentang hubungan pola asuh otoriter terhadap perilaku agresif pada

remaja, yang dilakukan oleh Taganing (2008). Pertanyaan pada penelitian ini

7
Perpustakaan Unika

adalah apakah ada hubungan antara persepsi terhadap pola asuh orang tua tipe

penelantar dengan perilaku agresif pada remaja?

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui secara empirik

hubungan antara persepsi terhadap pola asuh orang tua tipe penelantar dengan

perilaku agresif pada remaja.

C. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk mengembangkan ilmu

pengetahuan, khususnya psikologi pendidikan. Selain itu hasil penelitian

ini diharapkan pula dapat bermanfaat bagi penelitian-penelitian

selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk memberikan lebih

banyak informasi kepada masyarakat, khususnya para orang tua, mengenai

pola asuh orang tua tipe penelantar dan juga perilaku agresif pada remaja.

8
Perpustakaan Unika

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Perilaku Agresif

1. Pengertian Perilaku Agresif

Chaplin (dalam Kartono, 2002, h. 15) berpendapat bahwa perilaku

agresif merupakan kecenderungan untuk menyerang, melukai orang lain

untuk meremehkan, merugikan, mengganggu, membahayakan, merusak,

mengejek, mencemoohkan atau menuduh secara jahat dan melakukan

tindakan sadistis lainnya. Breakwell (1998, h. 17) mendefinisikan agresif

sebagai bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti atau

merugikan seseorang yang bertentangan dengan kemauan orang tersebut.

Hal ini berarti bahwa menyakiti orang lain secara sengaja bukanlah agresif

jika pihak yang dirugikan menghendaki hal tersebut terjadi.

Mulyani (1997, h. 233) berpendapat perilaku agresif dapat diartikan

sebagai perilaku yang menyerang orang lain atau diri sendiri dengan

maksud untuk menimbulkan cedera fisik maupun psikologis. Jadi

termasuk di dalamnya penyaluran secara fisik overt dan juga kekerasan

dan kecaman secara verbal.

Berkowitz (dalam Koeswara, 1988, h. 5) membedakan agresi ke

dalam dua bagian, yaitu agresi instrumental (instrumental aggression) dan

agresi benci (hostile aggression) atau disebut juga agresi impulsif

(impulsive aggression). Agresi instrumental adalah agresi yang dilakukan

9
Perpustakaan Unika

oleh organisme atau individu sebagai alat atau cara untuk mencapai tujuan

tertentu. Agresi benci atau agresi impulsif adalah agresi yang dilakukan

semata-mata sebagai pelampiasan keinginan untuk melukai atau

menyakiti, atau agresi tanpa tujuan selain untuk menimbulkan efek

kerusakan, kesakitan atau kematian pada korban.

Atkinson, dkk. (1987, h. 121) mengungkapkan agresif dapat

diartikan sebagai perilaku yang dimaksudkan untuk melukai orang lain,

baik secara fisik maupun verbal atau merusak harta benda. Di sisi lain

agresif didefinisikan sebagai suatu bentuk tindakan yang bertujuan

menyakiti orang lain dan dapat ditujukan kepada perasaan ingin menyakiti

orang lain dalam diri seseorang. Sean (1994, h. 5) berpendapat bahwa

agresif adalah tingkah laku yang dijalankan oleh individu dengan maksud

untuk melukai atau mencelakakan individu lain dengan ataupun tanpa

tujuan tertentu.

Dari berbagai definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa

perilaku agresif adalah suatu tingkah laku yang yang dimaksudkan untuk

melukai atau menyakit orang lain atau merusak benda milik orang lain,

baik berupa tindakan kekerasan secara fisik maupun verbal.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Agresif

Menurut Sears (1991, h. 212) perilaku agresif remaja disebabkan

oleh dua faktor utama. Pertama ialah adanya serangan, dan yang kedua

ialah rasa frustrasi. Serangan muncul dalam bentuk serangan verbal atau

10
Perpustakaan Unika

serangan fisik. Frustrasi terjadi bila seseorang terhalang oleh suatu hal

dalam mencapai suatu tujuan, kebutuhan, keinginan, penghargaan atau

tindakan tertentu. Berkowitz (1993, h. 261) berpendapat bahwa perilaku

agresif remaja disebabkan adanya persaingan atau kompetisi.

Koeswara (1998, h. 82) mengungkapkan faktor penyebab remaja

berperilaku agresif bermacam-macam, sehingga dapat dikelompokkan

menjadi faktor sosial, faktor lingkungan, faktor situasional, faktor hormon,

alkohol, obat-obatan (faktor yang berasal dari luar individu) dan sifat

kepribadian (faktor-faktor yang berasal dari dalam individu). Faktor-

faktor penyebab tersebut dapat dijabarkan sebagai beikut:

a. Penyebab sosial

i). Frustrasi

Yakni suatu situasi yang menghambat individu dalam usaha

mencapai tujuan tertentu yang diinginkannya. Dari frustasi maka

akan timbul perasaan-perasaan agresif.

ii). Profokasi

Oleh pelaku agresi profokasi dilihat sebagai ancaman yang harus

dihadapi dengan respon agresif untuk meniadakan bahaya yang

diisaratkan oleh ancaman tersebut.

iii). Melihat model-model agresif

Film dan TV dengan kekerasan dapat menimbulkan agresi pada

seorang anak, makin banyak menonton kekerasan dalam acara TV

makin besar tingkat agresif merekka terhadap orang lain, makin

11
Perpustakaan Unika

lama mereka menonton, makin kuat hubungannya dengan acara

tersebut.

b. Penyebab dari lingkungan

i). Polusi udara, bau busuk dan kebisingan dapat pula menimbulkan

perilaku agresi.

ii). Kesesakan (crowding), meningkatkan kemungkinan untuk

perilaku agresif terutama bila sering timbul kejengkelan, iritasi,

dan frustasi karenanya.

c. Penyebab situasional

i). Bangkitkan seksual. Film porno yang “ringan“ dapat mengurangi

tingkat agresif, film porno yang “keras” dapat menambah tingkat

agresif.

ii). Rasa nyeri dapat menimbulkan dorongan agresi yaitu untuk

melukai atau mencelakakan orang lain. Dorongan itu kemudian

dapat tertuju kepada sasaran apa saja yang ada.

d. Alkohol dan obat-obatan

Ada petunjuk bahwa agresi berhubungan dengan kadar alkhohol dan

obat-obatan dalam diri individu. Subyek yang menerima alkohol

dalam takara-takaran yang tinggi menunjukkan taraf agresifitas yang

lebih tinggi dibandingkan dengan subjek yang tidak menerima

alkhohol atau menerima alkhohol dalam taraf yang rendah. Alkhohol

dapat melemahkan kendali diri peminumnya, sehingga taraf agresifitas

juga tinggi.

12
Perpustakaan Unika

e. Sifat kepribadian

Baron (dalam Koeswara, 1988, h. 83) menyatakan setiap individu

akan berbeda dalam cara menentukan dirinya untuk mendekati atau

menjauhi perilaku agresif. Ada beberapa yang memiliki sifat

karakteristik yang berorientasi untuk menjauhkan diri dari

pelanggaran-pelanggaran. Sears (1985, h. 14) berpendapat faktor

penentu perilaku agresif yang utama adalah rasa marah dan proses

belajar respon agresif. Proses belajar ini bisa terjadi langsung

terhadap respon agresif atau melalui imitasi.

Davidoff (dikutip dari Pungky, 27 Juli 2011) mengungkapkan

perilaku agresif remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor:

a. Faktor biologis

Ada beberapa faktor biologis yang mempengaruhi perilaku agresif

yaitu:

i). Gen

Gen tampakya berpengaruh pada pembentukan sistem neural otak

yang mengatur perilaku agresif.

ii). Sistem otak

Sistem otak yang tidak terlibat dalam agresi ternyata dapat

memperkuat atau menghambat sirkuit netral yang mengendalikan

agresi.

iii). Kimia darah

Kimia darah (khususnya hormon seks yang sebagian ditentukan

13
Perpustakaan Unika

faktor keturunan) juga dapat mempengaruhi perilaku agresi.

b. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan yang mempengaruhi perilaku agresif remaja yaitu:

i). Kemiskinan

Remaja yang besar dalam lingkungan kemiskinan, maka perilaku

agresi mereka secara alami mengalami penguatan. Hal yang

sangat menyedihkan adalah dengan berlarut-larut terjadinya krisis

ekonomi dan moneter menyebabkan pembengkakan kemiskinan

yang semakin tidak terkendali. Hal ini berarti potensi meledaknya

tingkat agresi semakin besar pula.

ii). Anonimitas

Terlalu banyak rangsangan indra dan kognitif membuat dunia

menjadi sangat impersonal, artinya antara satu orang dengan

orang lain tidak lagi saling mengenal. Lebih jauh lagi, setiap

individu cenderung menjadi anonim (tidak mempunyai identitas

diri). Jika seseorang merasa anonim ia cenderung berperilaku

semaunya sendiri, karena ia merasa tidak terikat dengan norma

masyarakat dan kurang bersimpati dengan orang lain.

iii). Suhu udara yang panas

Suhu lingkungan yang tinggi memiliki dampak terhadap tingkah

laku sosial berupa peningkatan agresifitas.

14
Perpustakaan Unika

c. Kesenjangan generasi

Adanya perbedaan atau jurang pemisah (gap) antara generasi anak

dengan orang tuanya dapat terlihat dalam bentuk hubungan

komunikasi yang semakin minim dan seringkali tidak nyambung.

Kegagalan komunikasi antara orang tua dan anak diyakini sebagai

salah satu penyebab timbulnya perilaku agresi pada anak.

d. Amarah

Amarah merupakan emosi yang memiliki ciri-ciri aktifitas system

saraf parasimpatik yang tinggi dan adanya perasaan tidak suka yang

sangat kuat yang biasanya disebabkan karena adanya kesalahan yang

mungkin nyata-nyata salah atau mungkin tidak. Pada saat amrah ada

perasaan ingin menyerang, meninju, menghancurkan atau melempar

sesuatu dan biasanya timbul pikiran yang kejam. Bila hal tersebut

disalurkan maka terjadilah perilaku agresif.

e. Peran belajar model kekerasan

Model pahlawan-pahlawan di film-film seringkali mendapat imbalan

setelah mereka melakukan tindak kekerasan. Hal bisa menjadikan

penonton akan semakin mendapat penguatan bahwa hal tersebut

merupakan hal yang menyenangkan dan dapat dijadikan suatu sistem

nilai bagi dirinya. Dengan menyaksikan adegan kekerasan tersebut

terjadi proses belajar peran model kekerasan dan hal ini menjadi

sangat efektif untuk terciptanya perilaku agresif.

15
Perpustakaan Unika

f. Frustrasi

Frustrasi terjadi bila seseorang terhalang oleh ssesuatu hal dalam

mencapai suatu tujuan, kebutuhan, keinginan, pengharapan atau

tindakan tertentu. Agresi merupakan salah satu cara merespon

terhadap frustrasi. Remaja miskin yang nakal adalah akibat dari

frustrasi yang behubungan dengan banyaknya waktu menganggur,

keuangan yang pas-pasan dan adanya kebutuhan yang harus segera

tepenuhi tetapi sulit sekali tercapai. Akibatnya mereka menjadi mudah

marah dan berprilaku agresi.

g. Proses pendisiplinan yang keliru

Pendidikan disiplin yang otoriter terutama dilakukan dengan

memberikan hukuman fisik, dapat menimbulkan berbagai pengaruh

yang buruk bagi remaja. Pendidikan disiplin seperti itu akan

membuat remaja menjadi seorang penakut, tidak ramah dengan orang

lain, membenci orang yang memberi hukuman, kehilangan spontanitas

serta kehilangan inisiatif dan pada akhirnya melampiaskan

kemarahannya dalam bentuk agresi kepada orang lain.

Dari beberapa pandangan tersebut di atas dapat disimpulkan

bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku agresif bermacam-

macam. Bisa karena masalah sosial (frustrasi, profokasi, dan model-

model agresif), masalah lingkungan (polusi udara, bau busuk, udara

panas, dan kebisingan), masalah kesesakan (crowding), karena alkohol

dan obat-obatan, atau karena sifat kepribadian seorang individu. Bisa

16
Perpustakaan Unika

pula dipengaruhi oleh faktor biologis (gen, sistem otak, kimia darah),

kemiskinan, anonimitas, kesenjangan generasi, amarah, dan proses

pendisiplinan yang keliru.

Nampak di sini bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi

perilaku agresif pada individu adalah hubungan individu tersebut

dengan orang tua. Bisa disebabkan oleh adanya perbedaan atau jurang

pemisah (gap) antara generasi anak dengan orang tuanya yang

disebabkan oleh hubungan komunikasi yang semakin minim dan

seringkali tidak nyambung. Juga bisa disebabkan oleh pola asuh

orang tua tipe penelantar.

Parke (1999, h. 612) menyatakan bahwa anak yang diabaikan

akan mempunyai karakteristik anak-anak yang agresif, memiliki self

esteem yang rendah, bersifat tidak dewasa, cenderung mengasingkan

diri dari keluarga, kurang memiliki kemampuan dalam penyesuaian

sosial dan bidang akademik, impulsif, memilki teman sebaya yang

bermasalah, dan nakal.

3. Bentuk-Bentuk Perilaku Agresif pada Remaja

Medinus dan Johnson (dalam Dayakisni, 1998, h. 104)

mengelompokan agresi menjadi empat bentuk, yaitu :

a. Menyerang fisik, yang termasuk didalamnya adalah memukul,

mendorong, meludahi, menendang, menggigit, meninju, memarahi,

dan merampas.

17
Perpustakaan Unika

b. Menyerang suatu obyek, misalnya benda mati atau binatang.

c. Kecaman verbal atau simbolis, yang termasuk didalamnya adalah sikap

mengancam secara verbal, menjelek-jelekkan orang lain, mengancam

dan sikap menuntut.

d. Pelanggaran terhadap hak milik orang lain atau menyerang daerah

orang lain.

Geen (dalam Benyamin, 2003, h. 1) mengungkapkan ada empat

bentuk yang mendukung agresi, yaitu:

a. Adanya serangan baik secara verbal maupun secara fisik yang

ditujukan kepada individu lain.

b. Adanya maksud atau tujuan untuk melukai individu yang menjadi

korban.

c. Adanya kepercayaan bahwa tindakan pelaku efektif dalam melukai

korban.

d. Korban tidak menginginkan terjadinya tindakan pelaku pada dirinya.

Moore dan Fine (dalam Koeswara, 1988, h. 5) menjelaskan hal

yang hampir sama bahwa agresi sebagai tingkah laku kekerasan secara

fisik ataupun secara verbal terhadap individu lain atau terhadap objek-

objek tertentu. Dellut (dalam Dayakisni dan Hudaniah, 2001, h. 103)

mengelompokkan bentuk-bentuk perilaku agresi, sebagai berikut:

a. Menyerang secara fisik

b. Menyerang dengan kata-kata

c. Mencela orang lain

18
Perpustakaan Unika

d. Menyerbu daerah orang lain

e. Mengancam melukai orang lain

f. Melanggar milik orang lain

Pengukuran yang dipakai dalam penelitian ini adalah menggunakan

pendapat Medinus dan Johnson, yaitu menyerang fisik, menyerang objek,

kecaman verbal, dan pelanggaran milik orang lain atau menyerang daerah

orang lain.

B. Persepsi terhadap Pola Asuh Orang Tua Tipe Penelantar

1. Pengertian Persepsi terhadap Pola Asuh Orang Tua Tipe Penelantar

Ada beberapa definisi persepsi. Kotler (2000, h.241) menyebut

persepsi sebagai proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan

menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan

gambaran keseluruhan yang berarti. Thoha (1983, h.138) mengemukakan

bahwa persepsi pada hakikatnya adalah proses kognisi yang dialami oleh

setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik

lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman.

Kunci untuk memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa

persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi, dan

bukannya suatu tatanan yang benar terhadap situasi.

Walgito (2004, h.90) mengungkapkan persepsi terbentuk bukan 

hanya  karena  adanya  stimulus,  tetapi  juga  peran  individu  dengan 

pengalaman‐pengalamannya,  motivasi  serta  sikapnya  dalam 

19
Perpustakaan Unika

menanggapi stimulus yang ada, dalam hal ini pola asuh yang diterpkan 

oleh  tua.    Individu  dalam  hubungannya  dengan  dunia  luar  memang 

cenderung  melakukan  pengamatan  untuk  dapat  mengartikan 

rangsangan  yang  diterima  dan  alat  indera  dipergunakan  sebagai 

penghubungan antara individu dengan dunia luar.  Sebagian individu 

memandang  stimulus  yang  ada  berdasarkan  pandangan  sempit, 

sedangkan  sebagian  lagi  memandang  stimulus  berdasarkan 

pandangan yang luas.

Robbins (2003, h.88) mendeskripsikan persepsi dalam kaitannya 

dengan  lingkungan,  yaitu  sebagai  proses  di  mana  individu‐individu 

mengorganisasikan  dan  menafsirkan  kesan  indera  mereka  agar 

memberi  makna  kepada  lingkungan  mereka.    Leavitt  (1997,  h.27) 

membedakan persepsi menjadi dua pandangan, yaitu pandangan yang 

sempit  dan  pandangan  yang  luas.    Pandangan  yang  sempit 

mengartikan  persepsi  sebagai  penglihatan,  bagaimana  seseorang 

melihat  sesuatu.    Sedangkan  pandangan  yang  luas  mengartikannya 

sebagai bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.  

Sebagian  besar  dari  individu  menyadari  bahwa  dunia  yang 

sebagaimana dilihat tidak selalu sama dengan kenyataan, jadi berbeda 

dengan  pendekatan  sempit,  tidak  hanya  sekedar  melihat  sesuatu 

tetapi lebih pada pengertiannya terhadap sesuatu tersebut. 

Jadi,  persepsi  adalah  analisis  mengenai  cara  mengintegrasikan 

penerapan terhadap hal‐hal di sekeliling individu dengan kesan‐kesan 

20
Perpustakaan Unika

atau  konsep  yang  sudah  ada,  dan  selanjutnya  mengenali  benda 

tersebut.    Persepsi  adalah  suatu  proses  bagaimana  seseorang 

menyeleksi,  mengatur  dan  menginterpretasikan  masukan‐masukan 

informasi  dan  pengalaman‐pengalaman  yang  ada  dan  kemudian 

menafsirkannya  untuk  menciptakan  keseluruhan  gambaran  yang 

berarti.    Misalnya  bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan

menginterpretasikan pola asuh orang tuanya, kemudian menciptakan

gambaran keseluruhan mengenai pola asuh tersebut.

Pola asuh adalah perilaku yang diterapkan oleh orang tua pada anak

yang bersifat relatif konsisten dari waktu ke waktu dan sangat berpengaruh

besar dalam pembentukan karakteristik anak yang dampaknya akan

dirasakan oleh anak baik dari segi positif atau negatif (Petranto, 2006, h.5).

Pola asuh merupakan sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anak-

anaknya. Sikap tersebut meliputi cara orangtua memberikan aturan-

aturan, memberikan perhatian. Pola asuh sebagai suatu perlakuan

orangtua dalam rangka memenuhi kebutuhan, memberi perlindungan dan

mendidik anak dalam kesehariannya. Pengertian pola asuh orangtua

terhadap anak merupakan bentuk interaksi antara anak dan orangtua

selama mengadakan pengasuhan yang berarti orangtua mendidik,

membimbing dan melindungi anak (Gunarsa, 1995, h.29).

Ada beberapa macam pola asuh orang tua. Baumrind (Steinberg,

1993, 141-142) menemukan empat elemen dasar dalam penerapan pola

asuh, yaitu: bertanggung jawab dan tidak bertanggung jawab, menuntut

21
Perpustakaan Unika

dan tidak menutut. Dari elemen dasar ini Baumrind kemudian

mengidentifikasi pola asuh orang tua yang terdiri dari tiga macam.

Pertama, pola asuh Demokratis (authoritative) yaitu pola asuh yang

memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu

mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh sepetrti ini biasanya

hangat tetapi tegas. Kedua, pola asuh Otoriter (authoritarian) yaitu pola

asuh yang cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti,

biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Ketiga, pola asuh Permisif

(indulgent) atau pemanja. Pola asuh model ini biasanya memberikan

pengawasan yang sangat longgar, memberikan kesempatan pada anaknya

untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka

cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang

dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka.

Maccoby dan Martin (1983, h. 101) kemudian mengembangkan

pola asuh tersebut menjadi empat macam, yaitu: pola asuh Demokratis

(authoritative), pola asuh Otoriter (authoritarian), pola asuh Permisif

(indulgent) dan pola asuh tipe Penelantar (neglectful). Pola asuh orang

tipe penelanta rmempunyai beberapa ciri-ciri, yaitu memberikan waktu

dan biaya yang sangat minim pada anak-anaknya, tidak memenuhi

kewajiban mereka memperhatikan atau memberikan pengawasan yang

cukup terhadap kegiatan anak-anak mereka, baik secara fisik, emosional,

dan pendidikan, tidak mencari pengobatan yang baik untuk anak-anak

22
Perpustakaan Unika

mereka, tidak menyediakan makanan, pakaian dan tempat berteduh yang

cukup.

Steinberg (1993, h. 142-143) berpendapat remaja yang tumbuh

dalam keluarga dengan pola asuh Demokratis (Authoritative) akan lebih

bertanggung jawab, percaya diri, mudah beradaptasi, kreatif, memiliki rasa

ingin tahu yang tinggi, mampu bersosialisasi dengan baik, dan sukses di

sekolah. Remaja yang tumbuh dalam keluarga dengan pola asuh Otoriter

(Authoritarian) cenderung menjadi individu yang bergantung pada orang

lain, pasif, kurang mampu bersosialisasi, kurang percaya diri, dan kurang

berminat pada hal-hal yang menyangkut inteletualitas. Remaja yang

tumbuh dalam keluarga dengan pola asuh Permisif (indulgent) umumnya

akan tumbuh menjadi anak yang kurang dewasa, tidak bertanggung jawab,

tidak cocok dengan kelompok, tidak punya kemampuan menjadi seorang

pemimpin. Remaja yang tumbuh dalam keluarga dengan pola asuh

Penelantar (Indifferent) akan menghasilkan impulsive (menuruti kata hati),

cenderung terlibat dalam kenakalan remaja, terlibat pengalaman sex bebas,

obat-obatan terlarang dan alkohol.

Dari uraian di atas nampak bahwa pola asuh orang tua tipe

Penelantar (Indifferent) akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang

moody, impulsive, agresif, kurang bertanggung jawab, tidak mau

mengalah, punya harga diri (self esteem) yang rendah, sering bolos, dan

bermasalah dengan teman. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

persepsi terhadap pola asuh orang tua tipe penelantar berarti bagaimana

23
Perpustakaan Unika

seorang individu menerima stimulus (input) dari pola asuh yang

diterapkan oleh orang tua, mengorganisasikan stimulus tersebut,

menyeleksi, menafsir serta memberi arti atau makna terhadap pola asuh

tersebut, lalu menciptakan gambaran keseluruhan.

2.  Aspek­aspek  Persepsi  terhadap  Pola  Asuh  Orang  Tua  Tipe 

Penelantar  

Persepsi  berkaitan  dengan  sikap,  dan  sikap  itu  sendiri 

merupakan  suatu  inter‐relasi  dari  berbagai  komponen.    Walgito 

(1990, h.111) mengatakan bahwa ada tiga aspek pada persepsi, yaitu: 

a. Kognitif 

Berkaitan  dengan  pengetahuan,  pandangan,  keyakinan,  yaitu  hal‐

hal  yang  berhubungan  dengan  bagaimana  orang  mempersepsikan 

terhadap obyek sikap.

b.  Afektif 

Afektif  berhubungan  dengan  rasa  senang  dan  tidak  senang 

terhadap  obyek  sikap.    Rasa  senang  merupakan  hal  yang  positif, 

sedang rasa tak senang merupakan hal yang negative.

c. Konatif

Berhubungan  dengan  kecenderungan  bertindak  terhadap  obyek 

sikap.    Hal  ini  menunjukkan  besar  kecilnya  kecenderungan 

bertindak atau berperilaku seseorang terhadap obyek sikap.

24
Perpustakaan Unika

Sarwono (2002, h.130‐134) juga menyebutkan bahwa persepsi 

itu  mencakup  afeksi  dan  kognisi.    Afeksi  adalah  perasaan  (sedih, 

gembira,  cemas,  kagum)  sedangkan  kognisi  dapat  mempengaruhi 

afeksi  sebagai  rangsang  dari  dalam  atau  internal  stimulus  dan  sama 

halnya pengaruh rangsang dari luar atau eksternal stimulus.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa komponen

persepsi terhadap pola asuh orang tua tipe penelantar adalah komponen

persepsi yang terdiri dari kognisi, afeksi dan konasi yang dikaitkan dengan

ciri-ciri pola asuh tipe penelantar yang terdiri dari: pemberian waktu yang

sangat minim, menghemat biaya untuk anak-anak, tidak memberikan

perhatian secara fisik maupun secara psikis, sedikit komunikasi, dan

melalaikan atau tidak terlibat dengan anak-anak.

C. Hubungan Persepsi terhadap Pola Asuh Orang Tua Type Penelantar

dengan Perilaku Agresif pada Remaja

Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua memiliki pengaruh yang

amat besar dalam membentuk kepribadian anak sehingga dapat berkembang

menjadi pribadi tangguh yang percaya diri, berinisiatif, berambisi, beremosi

stabil, bertanggung jawab, mampu menjalin hubungan interpersonal yang

positif dan lain‐lain. Kartono (2010, h. 60) mengungkapkan baik buruknya

struktur keluarga memberikan pengaruh baik atau buruknya pertumbuhan

kepribadian seseorang.

25
Perpustakaan Unika

Jika tepat, pola asuh orang tua dapat membantu seorang anak

memenuhi tugas perkembangannya. Apabila seorang individu dapat

memenuhi tugas perkembangannya, dalam arti mampu beralih dari sikap dan

perilaku kekanak-kanakan pada sikap dan perilaku secara dewasa, maka dia

mampu mengontrol diri sendiri seperti orang dewasa, mendapat kebebasan,

bergaul dengan teman lawan jenis, memiliki citra diri yang nyata. Juga

mampu menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan lingkungan, misalnya

dengan dengan keluarga, sekolah dan masyarakat. Salah satu hal yang

dihasilkan oleh pola asuh yang tepat adalah bahwa individu mampu

memenuhi tugas perkembangannya. Suparyanto (diakses 5 Juli 2010)

mengungkapkan jika seseorang dilatih untuk memiliki sifat sabar, hal itu akan

berimplikasi positif bagi individu itu sendiri dan juga bagi orang lain atau

masyarakat secara luas. Jika seorang individu memiliki kesalehan sosial yang

tinggi tentu ia akan memiliki empati, sosialisasi diri, kesetiakawanan,

keramahan, mengendalikan amarah, kemandirian, sikap ketenangan dan

teratur berfikir serta cermat bertindak. Sikap yang ditunjukkan akibat

kesabaran diri akan membuat individu mudah bergaul, dengan rasa aman dan

damai, tanpa kekerasan. Sikap tersebut akan mampu memupuk konsep diri

seseorang. Seorang individu yang mendapatkan pola asuh yang tepat tentu

dapat membina hubungan yang baik antar individu dan punya semangat

persaudaraan, dan punya jiwa yang tenang. Jiwa yang tenang sendiri dapat

menstabilkan tekanan pada sistem saraf emosi (amygdale). Dan dalam

26
Perpustakaan Unika

keadaan emosi yang stabil, seorang individu mampu mengedalikan diri

dengan baik.

Jika tidak tepat, pola asuh orang tua justru akan menjadi bumerang

bagi orang tua itu sendiri yang dicerminkan dari kegagalan tahap

perkembangan anak secara sosial berupa hadirnya tindakan kenakalan remaja.

Dari hasil penelitian yang dilakukan Farrington (dalam Shochib, 1998, h. 5)

menunjukkan perilaku agresif anak-anak pada usia 8 sampai 10 tahun

mempengaruhi perilaku mereka pada umur 17 sampai 18 tahun. Rutter

(dalam Shochib, 1998, h. 6) juga mengungkapkan bahwa hubungan yang baik

antara orang tua dengan anak dapat mencegah perilaku agresif pada anak.

Untuk menghadapi rasa frustrasi, beberapa individu mungkin terlibat

dalam perilaku pasif-agresif, sehingga sulit untuk mengidentifikasi penyebab

awal dari frustrasi mereka. Sebuah respon yang lebih langsung, pada

umumnya adalah kecenderungan terhadap agresi. Untuk individu yang

mengalami frustrasi, pada umumnya rasa emosinya disebabkan faktor

eksternal yang berada di luar kendalinya. Meskipun mengalami frustrasi

ringan karena faktor internal (misalnya kemalasan, kurangnya upaya) sering

menjadi kekuatan positif (motivasi inspirasi), ini lebih sering daripada tidak

ada masalah namun diperasaan tak terkendali bisa menjadi pemicu yang lebih

parah, dan mungkin patologis, frustrasi. Seorang individu yang menderita

frustrasi patologis akan sering merasa tidak berdaya untuk mengubah situasi

mereka, jika dibiarkan tidak terkendali, selanjutnya akan menjadi kemarahan.

27
Perpustakaan Unika

Kegagalan dalam melakukan penyesuaian diri secara positif dapat

mengakibatkan individu melakukan penyesuaian diri yang salah. Bentuk

reaksi dalam penyesuaian diri yang salah bisa berupa reaksi bertahan (defence

reaction), reaksi menyerang (aggressive reaction), dan reaksi melarikan diri

(escape reaction). Reaksi menyerang (aggressive reaction) antara lain: selalu

membenarkan diri sendiri, ingin berkuasa dalam setiap situasi, senang bila

mengganggu orang lain, suka menggertak, baik dengan ucapan maupun

perbuatan, menunjukkan sikap bermusuhan secara terbuka, bersikap

menyerang dan merusak, dan sebagainya. Perilaku tersebut dapat dikatakan

sebagai perilaku agresif, yang sering diwujudkan dalam bentuk kekerasan

verbal (mencaci maki) maupun dalam bentuk kekerasan fisik (berkelahi,

melukai, menyerang, membunuh, menghukum orang lain, dan sebagainya).

Perilaku agresif pada remaja biasanya terjadi apabila ada perasaan

tidak suka yang sangat kuat yang disebabkan adanya kesalahan, yang

mungkin nyata-nyata salah atau mungkin juga tidak. Menurut Rakhmat

(2005, h. 79) seseorang mengambil kesimpulan tentang orang lain dari

stimulus yang sampai pada dirinya, betapapun tidak lengkapnya informasi

yang dia terima. Itu berarti setiap stimulus saat menerima proses pengasuhan

oleh orang tua dapat dijadikan dasar dalam pengambilan kesimpulan.

Beberapa peneliti (dalam Munandar, 1992, hl. 373) menyatakan

bahwa setiap orang memiliki peta kognitif dari lingkungannya. Setiap benda,

benda mati atau benda hidup, yang ada di lingkungannya mempunyai

maknanya masing-masing. Karena itu rangsangan atau peristiwa-peristiwa

28
Perpustakaan Unika

yang terjadi di lingkungan itu sendiri tidak membangkitkan stress, tetapi

individu sendiri yang memperepsikannya sebagai situasi penuh stess.

Pola asuh yang diiterpretasikan tidak sesuai dengan harapan atau

keyakinan dapat memunculkan persepsi negatif terhadap pola asuh yang

diterapkan oleh orang tua. Pola asuh yang dimaknai secara negatif dapat

dihayati sebagai suatu situasi stress, sehingga memunculkan perasaan tidak

suka, yang ditunjukkan dengan marah. Pada saat dalam keadaan marah itu

ada perasaan ingin menyerang, meninju, menghancurkan atau melempar

sesuatu, biasanya timbul pikiran yang kejam. Apabila hal-hal tersebut

disalurkan maka terjadilah perilaku agresif.

Perilaku agresif tentu saja dapat membahayakan orang lain, sebab

bisa muncul dalam bentuk tindakan seorang individu menusukkan pensil yang

runcing ke tangan atau badan temannya, atau mengayun-ngayunkan tasnya

sehingga mengenai orang yang berada di sekitarnya. Bisa pula berupa

pukulan, tendangan, dan perilaku fisik lainya, atau berbentuk cercaan, makian

ejekan, bantahan dan semacamnya. Ada juga individu yang selalu memaksa

temannya untuk melakukan sesuatu yang ia inginkan, bahkan tidak sedikit

pula individu yang mengejek atau membuat individu lain menjadi kesal.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pola asuh tipe penelantar,

dapat menjadi pemicu timbulnya perilaku agresif pada remaja. Hal itu

disebabkan remaja mempersepsikan pola asuh tersebut sebagai bentuk

pengabaian atau penelantaran oleh orang tua terhadap dirinya, sehingga

29
Perpustakaan Unika

remaja tersebut melampiaskan dengan perilaku agresif, misalnya

mengganggu atau menyakiti orang lain.

D. Hipotesis

Berdasarkan landasan teoritik tersebut di atas peneliti dapat

mengambil hipotesis yakni terdapat adanya hubungan positif antara persepsi

terhadap pola asuh orang tua tipe penelantar dengan perilaku agresif pada

remaja. Semakin remaja mempersepsi bahwa orang tuanya menerapkan pola

asuh tipe penelantar maka semakin tinggi perilaku agresif pada remaja

tersebut. Demikian pula sebaliknya, semakin remaja tidak mempersepsi

bahwa orang tuanya menerapkan pola asuh tipe penelantar maka semakin

rendah perilaku agresif pada remaja tersebut.

30
Perpustakaan Unika

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel Tergantung : Perilaku Agresif pada Remaja

Variabel Bebas : Persepsi terhadap Pola Asuh Orang Tua Tipe

Penelantar

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Perilaku Agresif pada Remaja

Perilaku agresif pada remaja adalah suatu tingkah laku remaja yang

mengarah pada kekerasan secara fisik ataupun verbal, juga dengan

menggunakan objek atau benda terhadap individu dengan tujuan untuk

menyakiti korban atau objek. Hal tersebut diungkapkan melalui skala

perilaku agresif pada remaja yang disusun berdasarkan empat bentuk

perilaku agresif yaitu menyerang fisik, menyerang suatu objek, kecaman

verbal, dan pelanggaran terhadap hak milik orang lain. Semakin tinggi

skor dalam skala tersebut semakin tinggi perilaku agresifnya, demikian

pula sebaliknya.

2. Persepsi terhadap Pola Asuh Orang Tua Tipe Penelantar

Persepsi terhadap pola asuh orang tua tipe penelantar adalah

pengorganisasian dan penginterpretasian terhadap bentuk keterlibatan

31
Perpustakaan Unika

orang tua dalam kehidupan anak. Persepsi tersebut diungkap dengan skala

persepsi terhadap pola asuh orang tua tipe penelantar, yang disusun

berdasarkan aspek-aspek persepsi yaitu: aspek kognisi, aspek afeksi, dan

aspek konasi dengan karakteristik pola asuh orang tua tipe penelantar

yaitu: memberikan waktu yang sangat minim pada anak-anak, menghemat

biaya untuk anak-anak, tidak memberikan perhatian fisik maupun psikis

pada anak-anak, sedikit komunikasi, melalaikan anak-anak.

Positif atau negative persepsi terhadap pola asuh orang tua tipe

penelantar tergantung dari tinggi rendahnya skor yang diperoleh. Semakin

tinggi skor yang diperoleh maka semakin positif persepsinya terhadap pola

asuh orang tua tipe penelantar. Demikian pula sebaliknya.

C. Subyek Penelitian

1. Populasi

Menurut Arikunto (1998, h.115), populasi adalah keseluruhan

subyek penelitian. Menurut Usman (1995, h.181) pengertian populasi

adalah semua nilai baik hasil perhitungan maupun pengukuran baik

kuantitatif maupun kualitatif, daripada karakteristik tertentu mengenai

sekelompok objek yang lengkap dan jelas.

Dari pengertian di atas, dapat disimpulan bahwa populasi dalah

semua individu dari keseluruhan subjek yang jelas dan mempunyai ciri

yang sama yang hendak dikenai dalam penelitian. Populasi adalah

kelompok subyek yang hendak digeneralisasikan oleh hasil penelitian

32
Perpustakaan Unika

(Azwar, 1998, h.77). Arikunto (2002, h.108) menjelaskan bahwa populasi

adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah

siswa SMA YSKI Semarang, yang menurut keterangan beberapa sumber

pernah pula melakukan tindakan-tindakan agresif baik antar siswa maupun

siswa dengan masyarakat sekitar.

2. Sampel

Arikunto (1998, h.117) yang dimaksud sampel adalah sebagian atau

wakil dari populasi yang diteliti sedangkan menurut Soehartono (2000,

h.57) yang dimaksud dengan sampel adalah suatu bagian dari populasi

yang akan diteliti dan yang dianggap dapat menggambarkan populasinya.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sampel adalah sebagian

atau wakil dari populasi yang dimiliki atau diteliti dan diambil dengan

teknik atau cara-cara tertentu. Teknik pengambilan sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Cluster Random Sampling yang

mana merupakan teknik pengambilan sampel yang tidak memilih individu-

individu melainkan berasal dari kelas-kelas yang terpilih mewakilinya (

Hadi, 2001, h.229).

D. Metode Pengumpulan Data

1. Alat Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala. Skala adalah

salah satu cara pengumpulan data dengan memberikan sejumlah pertanyaan

33
Perpustakaan Unika

tertulis mengenai suatu hal yang harus dijawab dan dikerjakan oleh responden

yang menjadi subyek penelitian (Azwar, 1998, h.5). Skala yang digunakan

dalam penelitian ini adalah bersifat langsung dan tertutup yaitu skala langsung

diberikan kepada subyek dan kemudian subyek penelitian diharuskan untuk

memilih jawaban-jawaban yang telah disediakan dalam skala atau sudah

ditentukan sehingga subyek tidak dapat memberikan respon atau jawaban

seluas-luasnya (Azwar, 1998, h.5). Skala yang digunakan dalam penelitian ini

adalah skala Perilaku Agresif dan Skala Persepsi terhadap Pola Asuh Orang

Tua Tipe Penelantar.

a. Skala Perilaku Agresif pada Remaja

Skala ini digunakan untuk mengungkap perilaku agresif pada remaja

yang terdiri dari 24 item. Dalam skala ini diungkapkan empat bentuk

perilaku agresif pada remaja yang meliputi menyerang fisik, menyerang

suatu objek, kecaman verbal dan pelanggaran terhadap hak milik.

Penyusunan skala ini menggunakan yaitu: Sangat Sering (SS), Sering (S),

Pernah (P), Tidak Pernah (TP).

Pernyataan tersebut terdiri dari pernyataan yang favourable

(mendukung) dan pernyataan unfavourable (tidak mendukung). Skor tiap

item bergerak dari 3 sampai 0. Adapun skor untuk pernyataan favourable

jawaban Sangar Sering (SS) mendapat skor 3, jawaban Sering (S)

mendapat skor 2, jawaban Pernah (P) mendapat skor 1, dan jawaban Tidak

Pernah (TP) mendapat skor 0. Untuk penyataan yang tergolong

unfavourable subjek mendapat skor 0 apabila menjawab Sangat Sering

34
Perpustakaan Unika

(SS), skor 1 jika menjawab Sering (S), skor 2 jika menjawab Pernah (P),

dan skor 3 jika menjawab Tidak Pernah (TP).

Tabel 1
Rancangan Skala Perilaku Agresif pada Remaja

Aspek Perilaku Agresif Jumlah Pernyataan/ Item Jumlah


F UF Item
Menyerang Fisik 3 3 6
Menyerang suatu  3 3 6
objek 
Kecaman verbal  3 3 6
Pelanggaran terhadap  3 3 6
hak milik orang lain 
Jumlah Item 12 12 24

Keterangan:
F = Fovourable
UF = Unfovourable

b. Skala Persepsi terhadap Pola Asuh Orang Tua Tipe Penelantar

Skala ini digunakan untuk mengungkap persepsi terhadap pola asuh

orang tua tipe penelantar yang terdiri dari 18 item. Skala persepsi

terhadap pola asuh orang tua tipe penelantar ini disusun berdasarkan

aspek persepsi yaitu: aspek kognisi, aspek afeksi, aspek konasi, dengan

karakteristik pola asuh orang tua tipe penelantar yaitu: memberikan

waktu yang sangat minim pada anak-anak, menghemat biaya untuk anak-

anak, tidak memberikan perhatian fisik maupun psikis pada anak-anak,

sedikit komunikasi, dan melalaikan atau tidak terlibat dengan anak-anak.

35
Perpustakaan Unika

Penyusunan skala ini menggunakan empat jenjang yang tersedia

dari empat kategori jawaban yaitu : Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S),

Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Pernyataan favourable

dan unfavourable sistem skoring skala bergerak dari 4 sampai 1. Untuk

pernyataan yang tergolong favourable subjek memperoleh skor 4 jika

menjawab Sangat Sesuai (SS), mendapat skor 3 jika menjawab Sesuai

(S), mendapat skor 2 jika menjawab Tidak Sesuai (TS), dan mendapat

nilai 1 jika menjawab Sangat Tidak Sesuai (STS). Untuk pernyataan

yang tergolong unfavourable subjek akan memperoleh skor 1 jika

menjawab Sangat Sesuai (SS), mendapat skor 2 jika menjawab Sesuai

(S), mendapat skor 3 jika menjawab Tidak Sesuai (TS), dan mendapat

nilai 4 jika menjawab Sangat Tidak Sesuai (STS).

Tabel 2
Rancangan Skala Persepsi terhadap Pola Asuh
Orang Tua Tipe Penelantar

Pola asuh tipe penelantar Jumlah Pernyataan/ Item Juml


ah
Persepsi Kognisi Afeksi Konasi Item
F UF F UF F UF
Memberikan waktu yang 1 1 1 1 1 1 6
sangat minim
Menghemat biaya untuk 1 1 1 1 1 1 6
anak-anak
Pengawasan yang kurang 1 1 1 1 1 1 6
Jumlah 3 3 3 3 3 3 18
Keterangan:
F = Fovourable
UF = Unfovourable

36
Perpustakaan Unika

2. Uji Coba Alat Ukur

a. Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti

sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan

fungsi ukurnya (Azwar, 1997, h.5). Arikunto (2002, h.144) menjelaskan

bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau

sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang

valid berarti memiliki validitas yang rendah. Adapun sebuah instrumen

dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah

instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel

yang diteliti secara tepat. Dengan demikian, suatu tes atau instrumen

pengukuran dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila

menghasilkan data yang relevan dengan tujuan pengukuran dan harus

memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut.

Indeks validitas item dihitung dengan mengkorelasikan skor total

keseluruhan item dengan skor total masing-masing item. Teknik korelasi

yang digunakan adalah Teknik Product Moment dari Pearson (Azwar,

1997, h. 19).

Setelah mendapat angka korelasi Product Moment tersebut, maka

angka tersebut perlu dikoreksi dengan menggunakan teknik korelasi Part-

Whole, agar angka korelasi Product Moment tersebut tidak kelebihan

bobot (Ancok, 1985, h. 17).

37
Perpustakaan Unika

b. Reliabilitas

Azwar (1997, h.4 dan 75) mendefinisikan reliabilitas sebagai

sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Pernyataan senada

juga dikemukakan oleh Arikunto (2002, h. 154) bahwa reliabilitas adalah

suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat

pengumpul data. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius

mengarahkan subjek penelitian dalam memilih jawaban-jawaban tertentu.

Oleh karena itu, instrumen yang reliabilitas adalah instrumen dapat

menghasilkan data memang benar sesuai dengan kenyataannya, sehingga

berapa kali pun diambil, hasil yang diperoleh relatif tetap sama. Dengan

kata lain, reliabilitas adalah tingkat keterandalan suatu instrumen , dapat

dipercaya, atau dapat diandalkan.

Teknik yang digunakan untuk menentukan relabilitas dalam

penelitian ini penelitian ini digunakan teknik Alpha yang dikembangkan

oleh Cronbach (Hadi, 2001, h. 79).

E. Metode Analisis Data

Analisis data adalah cara yang digunakan dalam mengelola data

yang diperoleh, sehingga diperoleh suatu kesimpulan. Metode analisis

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Korelasi Product Moment

dari Pearson. Alasan yang mendasari adalah uji tersebut dilakukan untuk

mencari hubungan antara dua variabel yang bergejala interval, dimana

masing-masing variabel berjumlah satu; data memenuhi asumsi normalitas

38
Perpustakaan Unika

dan linieritas; serta data yang digunakan berjenis interval (Azwar, 1998,

h.139).

39
Perpustakaan Unika

BAB IV

PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITAN

A. Orientasi Kancah Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti melaksanakan penelitian di SMA Kristen

YSKI yang berada di jalan Sidodadi Timur 23 Semarang. SMA Kristen YSKI

telah berdiri sejak tahun 15 November 1951. Saat ini SMA Kristen YSKI

dipimpin oleh Bpk. Drs. Haryono, MM. sebagai kepala sekolah. SMA Kristen

YSKI terdiri dari 20 kelas yaitu X-A, X-B, X-C, X-D, X-E, X-F, XI IPA-1, XI

IPA-2, XI IPA-3, XI IPS-1, XI IPS-2, XI IPS-3, XI Bahasa, XII IPA-1, XII

IPA-2, XII IPA-3, XII IPS-1, XII IPS-2, XII IPS-3 dan XII Bahasa. Total

keseluruhan siswa SMA Kristen YSKI adalah 404 siswa, yang mayoritas

adalah etnis Tionghoa.

Fasilitas yang dimiliki SMA Kristen YSKI antara lain: Laboratorium

(IPA, Bahasa, Komputer,), internet, dan lapangan olah raga. Semua fasilitas ini

digunakan untuk menunjang kelancaran KBM dan berbagai kegiatan

ekstrakurikuler.

Observasi dan wawancara dilakukan pada 14 Juli 2011. Wawancara

tersebut dilakukan pada guru BK siswa. Adapun yang menjadi pertimbangan

dalam menentukan kancah penelitian ini adalah:

40
Perpustakaan Unika

1. Penelitian ini berjudul Hubungan Persepsi terhadap Pola Asuh Orang Tua

Tipe Penelantar dengan Perilaku Agresif pada Remaja belum pernah

dilakukan di SMA Kristen YSKI Semarang.

2. Penulis telah mendapat ijin dari kepala sekolah.

3. Subyek yaitu siswa-siswi SMA Kristen YSKI memenuhi kriteria untuk

penelitian dengan Hubungan Persepsi terhadap Pola Asuh Orang Tua Tipe

Penelantar dengan Perilaku Agresif pada Remaja, sebab menurut

keterangan beberapa sumber pernah pula melakukan tindakan-tindakan

agresif baik antar siswa maupun siswa dengan masyarakat sekitar.

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka peneliti mengadakan

penelitian di sekolah ini. Sebagai populasi penelitian adalah siswa kelas X-D

dan X-F.

B. Persiapan Penelitian

1. Penyusunan Alat Ukur

Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua skala, yaitu skala

Perilaku Agresif dan skala Persepsi terhadap Pola Asuh Orangtua Tipe

Penelantar. Kedua skala ini berbentuk tertutup, dalam arti subyek diminta

untuk memilih alternatif jawaban yang sesuai dengan dirinya.

a. Skala Perilaku Agresif

Skala Perilaku Agresif terdiri dari 24 item dengan perincian 12

item berbentuk pernyataan favourable (F) dan 12 item berbentuk

pernyataan unfavourable (UF). Pernyataan Favourable mempunyai

41
Perpustakaan Unika

nilai 3-0. Nilai 3 untuk jawaban sangat sering (SS), nilai 2 untuk

jawaban sering (S), nilai 1 untuk jawaban pernah (P), dan nilai 0 untuk

jawaban tidak pernah (TP). Pernyataan unfavourable nilai 0 untuk

jawaban sangat sering (SS), nilai 1 untuk jawaban sering (S), nilai 2

untuk jawaban pernah (P), dan nilai 3 untuk jawaban tidak pernah (TP).

Adapun sebaran item skala Perilaku Agresif dapat dilihat pada Tabel 3,

sedangkan skala penelitian Perilaku Agresif dapat dilihat pada

Lampiran A-1.

Tabel 3
Sebaran Item Skala Perilaku Agresif

Aspek Perilaku Agresif Jumlah Pernyataan/ Item Jumlah


F UF Item
Menyerang Fisik 1, 13, 12 21, 19, 14 6
Menyerang suatu objek 9, 15, 8 4, 17, 18 6

Kecaman verbal 16, 22, 5 23, 10, 3 6


Pelanggaran terhadap  20, 11, 2 7, 24, 6 6
hak milik orang lain 
Jumlah Item 12 12 24

b. Skala Persepsi terhadap Pola Asuh Orang Tua Tipe Penelantar

Skala Persepsi terhadap Pola Asuh Orang Tua Tipe Penelantar

terdiri dari 18 item dengan perincian 9 item berbentuk pernyataan

favourable (F) dan 9 item berbentuk pernyataan unfavourable (UF).

Rentang nilai untuk pernyataan favourable adalah nilai 4-1. Nilai 4

untuk jawaban sangat sesuai (SS), nilai 3 untuk jawaban sesuai (S),

42
Perpustakaan Unika

nilai 2 untuk jawaban tidak sesuai (TS), dan nilai 1 untuk jawaban

sangat tidak sesuai (STS). Sedangkan untuk pernyataan unfavourable

nilai 1 untuk jawaban sangat sesuai (SS), nilai 2 untuk jawaban sesuai

(S), nilai 3 untuk jawaban tidak sesuai (TS), dan nilai 4 untuk jawaban

sangat tidak sesuai (STS). Adapun sebaran item skala kecerdasan

emosional dapat dilihat pada Tabel 4, sedangkan skala penelitian

kecerdasan emosional dapat dilihat pada Lampiran A-2.

Tabel 4
Sebaran Skala Persepsi terhadap Pola Asuh
Orang Tua Tipe Penelantar

Pola asuh tipe penelantar Jumlah Pernyataan/ Item Jumlah


Item
Persepsi Kognisi Afeksi Konasi
F UF F UF F UF
Memberikan waktu yang 6 11 16 9 1 17 6
sangat minim
Menghemat biaya untuk 2 15 8 14 5 18 6
anak-anak
Pengawasan yang kurang 13 7 12 3 10 4 6
Jumlah 3 3 3 3 3 1 18

2. Persiapan Ijin Penelitian

Sebelum pelaksanaan penelitian di SMA Kristen YSKI Semarang,

peneliti mengajukan surat ijin penelitian kepada pihak Fakultas. Pihak

fakultas memberikan surat ijin penelitian dengan tanda tangan dekan

Fakultas Psikologi dan surat tersebut bernomor 143/B.7.3/FP/X/2011.

Surat ijin penelitian ini diterima oleh kepala sekolah pada tanggal 19

43
Perpustakaan Unika

Oktober 2011, penelitian diadakan pada tanggal 21 Oktober 2011. Surat

ijin ditujukan kepada Kepala Sekolah dan dapat dilihat pada lampiran E-1.

C. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode try out terpakai sehingga hanya 1

kali pengambilan data yang akan digunakan untuk menguji validitas maupun

reliabilitas alat ukur maupun sebagai data penguji hipotesis. Hal ini dilakukan

karena keterbatasan jumlah subyek penelitian. Pelaksanaan penelitian di SMA

Kristen YSKI Semarang. Pengisian angket dilaksanakan hari Jumat, 21

Oktober 2011 pkl. 08.00-13.00 WIB saat siswa mengikuti Pelajaran BK di hari

tersebut. Jumlah siswa yang hadir adalah 22 siswa untuk kelas X-F dan 23

siswa untuk kelas X-D. Proses pengisian angket dilakukan oleh staff sekolah

tersebut atas ke kebijakan dari pihak sekolah tersebut.

D. Uji Validitas dan Reliabilitas

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan hasil dari try out ini sebagai

data penelitian. Setelah uji validitasnya, item-item yang gugur disisihkan dan

item-item yang valid di tabulasi ulang untuk kemudian dihitung rehabilitasnya.

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan program SPSS

13.0 pengujian validitas menggunakan rumus uji korelasi Product Moment dari

Karl Pearson. Pengkorelasian dilakukan dengan menggunakan teknik Part

Whole. Setelah diketehui validitasnya, maka item-item yang valid ditabulasi

44
Perpustakaan Unika

ulang untuk kemudian dicari reliabilitasnya dengan menggunakan teknik Alpha

Cronbach.

1. Perilaku Agresif Pada Remaja

Item pada skala Perilaku Agresif Pada Remaja berjumlah 24 item,

melalui perhitungan statistik terdapat 9 item gugur dan 15 item valid.

Koefisien validitas berkisar antara 0,301 sampai 0,783. Pengujian skala

Perilaku Agresif Pada Remaja dilakukan atas item valid. Hasil uji

reliabilitas skala Perilaku Agresif Pada Remaja adalah 0.866. Artinya skala

Perilaku Agresif Pada Remaja dapat diandalkan atau reliabel. Sebaran item

valid dan item gugur dapat dilihat pada tabel 5, hasil perhitungan lengkap

validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada lampiran C-1.

Tabel 5
Rincian Item Valid dan Gugur Skala Perilaku Agresif pada Remaja

Aspek Perilaku Agresif Jumlah Pernyataan/ Item Jumlah


F UF Item
Menyerang Fisik 1, 13, 12 21, 19, 14 6
Menyerang suatu objek (9), 15, 8 4, 17, 18 5
Kecaman verbal  16, (22), (5) (23), 10, (3) 2
Pelanggaran terhadap hak  20, (11), (2) (7), 24, (6) 2
milik orang lain 
Jumlah Item 12 12 15

Keterangan: nomor item di dalam tanda kurung ( ) adalah nomor item gugur.

45
Perpustakaan Unika

2. Persepsi Terhadap Pola Asuh Orang Tua Tipe Penelantar

Item pada skala Pola Asuh Orang Tua Tipe Penelantar berjumlah

18, melalui perhitungan statistik 2 item gugur dan 16 item valid. Koefisien

validitas berkisar antara 0,379 sampai 0,812. Pengujian untuk skala Pola

Asuh Orang Tua Tipe Penelantar dilakukan atas item valid. Hasil uji

reliabilitas skala Pola Asuh Orang Tua Tipe Penelantar adalah 0,907.

Artinya skala Pola Asuh Orang Tua Tipe Penelantar dapat diandalkan atau

reliable. Sebaran item yang valid dan item yang gugur dapat dilihat pada

Tabel 6, hasil perhitungan lengkap validitas dan reliabilitas skala ini dapat

dilihat pada Lampiran C-2.

Tabel 6
Rincian Item Valid dan Gugur Skala Persepsi
terhadap Pola Asuh Orang Tua

Pola asuh tipe Jumlah Pernyataan/ Item Jumlah


Penelantar Item
Kognisi Afeksi Konasi
Persepsi F UF F UF F UF
Memberikan waktu 6 11 16 9 1 (17) 5
yang sangat minim
Menghemat biaya 2 15 8 14 5 (18) 5
untuk anak-anak
Pengawasan yang 13 7 12 3 10 4 6
kurang
Jumlah 3 3 3 3 3 1 16

Keterangan: nomor item di dalam tanda kurung ( ) adalah nomor item gugur.

46
Perpustakaan Unika

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Data kasar yang telah diperoleh ditabulasikan dan diuji validitas dan

reliabilitasnya. Setelah diperoleh data yang valid dan reliabel pada data

penelitian, maka selanjutnya dilakukan uji asumsi yang meliputi uji

normalitas dan uji linieritas serta uji hipotesis, menggunakan teknik analisis

linieritas dan teknik korelasi product moment.

1. Uji asumsi

Analisis data dilakukan setelah meninjau asumsi variabel

penelitian. Uji asumsi yang dilakukan adalah uji normalitas dan uji

linieritas. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya

sebaran skor variabel Perilaku Agresif Pada Remaja dan variabel Persepsi

terhadap Pola Asuh Orang Tua Tipe Penelantar. Uji linieritas bertujuan

untuk melihat hubungan antara variabel Perilaku Agresif Pada Remaja dan

hubungan antara variabel Persepsi terhadap Pola Asuh Orang Tua Tipe

Penelantar.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas diuji dengan uji normalitas sebaran dan

menggunakan program komputer SPSS 13,0. Hasil yang diperoleh

47
Perpustakaan Unika

adalah nilai dari K-SZ pada variabel Perilaku Agresif Pada Remaja =

0,696 (p>0,05) yang berarti sebarannya normal.

Data variabel bebas Persepsi terhadap Pola Asuh Orang Tua

Tipe Penelantar diuji normalitas sebarannya dan hasilnya adalah K-SZ

= 0,887 (p>0,05) yang berarti sebarannya normal.

Dari hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa skor dari

variabel Perilaku Agresif Pada Remaja, dan variabel Persepsi terhadap

Pola Asuh Orang Tua Tipe Penelantar adalah normal.

b. Uji Linieritas

Hasil uji linieritas menunjukkan bahwa hubungan antara

variabel Persepsi terhadap Pola Asuh Orang Tua Tipe Penelantar

dengan Perilaku Agresif pada Remaja yang ditunjukkan dengan F linier

= 0,898 (p>0,05), yang berarti sebarannya normal.

2. Uji Hipotesis

Setelah uji asumsi dilakukan, maka selanjutnya adalah uji

hipotesis dengan menggunakan analisis linieritas dan korelasi product

moment. Berdasarkan analisis data diperoleh r = 0,143 (p>0,05)

hipotesis ditolak yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang

signifikan antara Persepsi terhadap Pola Asuh Orang Tua Tipe

Penelantar dengan Perilaku Agresif pada Remaja.

48
Perpustakaan Unika

B. Pembahasan

Berdasarkan uji hipotesis yang telah dilakukan tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara persepsi terhadap Pola Asuh Orang Tua

Tipe Penelantar dengan Perilaku Agresif pada Remaja. Hal ini ditunjukkan

dari nilai r = 0,143 (p>0,05). Hipotesis yang menyatakan ada hubungan

antara Persepsi terhadap Pola Asuh Orang Tua Tipe Penelantar dengan

Perilaku Agresif pada Remaja tidak diterima. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa tidak ada hubungan positif antara Persepsi terhadap Pola Asuh Orang

Tua Tipe Penelantar dengan Perilaku Agresif pada Remaja. Artinya Perilaku

Agresif pada Remaja tidak dipengaruhi oleh Persepsi terhadap Pola Asuh

Orang Tua Tipe Penelantar.

Jadi hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan teori yang

dikemukakan oleh Maccoby dan Martin yang menyatakan bahwa pola asuh

orang tua tipe penelantar akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang

moody, impulsive, agresif, kurang bertanggung jawab, tidak mau mengalah,

punya harga diri (self esteem) yang rendah, sering bolos, dan bermasalah

dengan teman. Tidak sesuai pula dengan teori yang dikemukakan oleh

Parke (1999, h. 612) yang menyebutkan bahwa karakteristik anak yang

diabaikan adalah agresif, memiliki self esteem yang rendah, bersifat tidak

dewasa, cenderung mengasingkan diri dari keluarga, kurang memiliki

kemampuan dalam penyesuaian sosial dan bidang akademik, impulsif,

memilki teman sebaya yang bermasalah, dan nakal, mengasingkan diri dari

keluarga, kurang memiliki kemampuan dalam penyesuaian sosial dan

49
Perpustakaan Unika

bidang akademik, impulsif, memilki teman sebaya yang bermasalah, dan

nakal.

Tidak adanya hubungan signifikan antara Persepsi terhadap Pola

Asuh Orang Tua Tipe Penelantar dengan Perilaku Agresif pada Remaja

siswa SMA Kristen YSKI Semarang menurut peneliti ada kemungkinan

dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, faktor etis, yaitu nilai-nilai

agama. Karena SMA Kristen YSKI Semarang adalah berbasis agama

Kristen tentu ditanamkan nilai-nilai Kristiani. Hal itu dilakukan melalui

pembinaan rohani berupa renungan dan doa rutin, baik mingguan maupun

harian, dan juga ibadah bulanan. Dalam pembinaan agama tersebut

ditekankan tentang pentingnya hidup bersama dan saling mengasihi antara

seluruh siswa, dan pentingnya penguasaan diri sebagai bagian dari warna

kehidupan Kristiani. Nilai-nilai agama yang diperoleh dari hasil pembinaan

rohani tentu saja sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menguasai

diri, sehingga tingkat agresifitas menjadi rendah.

Kedua, faktor etnik minoritas. Menurut peneliti, faktor etnik

minoritas sangat mempengaruhi jawaban dan perilaku subyek penelitian.

Mayoritas siswa SMA Kristen YSKI Semarang berasal dari etnis yang

tergolong minoritas, yaitu etnis Cina. Dari segi jumlah, etnis Cina jelas

minoritas. Walaupun dengan jumlah sebesar 2,8% dari keseluruhan

penduduk Indonesia, etnis Cina sesungguhnya merupakan salah satu

kelompok etnis yang cukup besar, setidaknya masuk dalam sepuluh besar

kelompok etnik di Indonesia (Suryadinata, 1999, hal. 188). Menurut Brehm

50
Perpustakaan Unika

& Kassim (1994, h. 231), loyalitas terhadap kelompok, demikian juga

prasangka rasial (etnik) lebih intens pada kelompok minoritas daripada

kelompok mayoritas karena identitas sosial mereka selalu terancam oleh

kelompok mayoritas. Hal ini sebenarnya wajar saja jika mengingat bahwa

kelompok minoritas memiliki peluang untuk mengalami kekerasan sosial

yang jauh lebih besar daripada kelompok mayoritas. Dalam keadaan

bergejolak, kelompok minoritas akan selalu sebagai pihak yang paling

rentan terhadap kemungkinan terjadinya kekerasan. Misalnya saja dalam

gejolak sosial yang melanda pada tahun 1998 di Indonesia, etnis Cina

menjadi korban kekerasan sosial. Di berbagai kota mereka mengalami

serangan dari pihak lain. Oleh karena itu sebagai bentuk pertahanan

kelompok dalam mengantisipasi hal itu maka mereka mengorganisasikan

diri lebih kuat dan lebih loyalis terhadap kelompoknya.

Prasangka etnik berhubungan secara negatif dan signifikan dengan

persepsi agresi yang dilakukan oleh anggota-anggota etnik sendiri terhadap

anggota-anggota yang berasal dari etnik lain. Prasangka etnik yang semakin

tinggi akan menyebabkan toleransi yang semakin tinggi terhadap kekerasan

yang dilakukan terhadap kelompok etnik lain oleh kelompok etnik sendiri.

Ketiga, faktor peraturan sekolah. SMA Kristen YSKI menerapkan

tata tertib dan peraturan yang ketat, yaitu bahwa siswa tidak diperkenankan

untuk melakukan tindak kekerasan seperti memukul, berkelahi, mencoret-

coret tembok, mencoret-coret meja termasuk denga tip-ex, dan sebagainya.

Jika siswa kedapatan melanggar tata tertib dan peraturan tersebut yang

51
Perpustakaan Unika

bersangkutan akan dikenai sanksi, mulai dari skorsing hingga dikeluarkan

dari sekolah.

Faktor-faktor tersebut di atas menurut peneliti berpengaruh terhadap

jawaban responden, sehingga tidak sepenuhnya mencerminkan kondisi yang

sebenarnya dari masing-masing responden tersebut. Dalam arti bahwa

sebenarnya ada kecenderungan berperilaku agresif pada sebagian siswa-

siswi SMA Kristen YSKI Semarang, yang disebabkan oleh persepsi siswa-

siswi tersebut terhadap pola asuh orang tua mereka. Namun karena

dipengaruhi oleh pernghayatan siswa-siswi tersebut terhadap nilai-nilai

agama, dan juga karena dibayang-bayangi oleh kendala etnik minoritas,

serta karena ketaatan kepada peraturan sekolah, maka hasil penelitian tidak

sesuai dengan hipotesi. Dan itulah yang menyebabkan tidak terbuktinya

hipotesis yang diajukan.

Kelemahan dari penelitian ini adalah bahwa peneliti tidak bisa

masuk ke dalam kelas untuk bertemu langsung dengan para siswa dan

mengawasi proses pengisian angket. Hal ini disebabkan karena kebijakan

sekolah yang menyerahkan proses tersebut kepada staff pengajar. Hal ini

tidak dapat dikontrol oleh peneliti. Selain itu adanya ketidakcermatan

peneliti dalam memilih populasi subjek.

52
Perpustakaan Unika

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa hipotesis tidak diterima, dan tidak ditemukan adanya hubungan yang

signifikan antara Persepsi terhadap Pola Asuh Orang Tua Tipe Penelantar

dengan Perilaku Agresif pada Remaja di SMA Kristen YSKI Semarang.

B. Saran

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa masih

banyak hal-hal yang belum terungkap, sehingga penelitian mengenai

Hubungan antara Persepsi terhadap Pola Asuh Orang Tua Tipe Penelantar

dengan Perilaku Agresif pada Remaja dapat dilanjutkan lagi dengan

mempertimbangkan faktor-faktor kelemahan seperti penentuan populasi

subjek yang lebih spesifik. Selain itu penting pula untuk mempertimbangkan

faktor etis keagamaan, prasangka etnis minoritas, segi hukum, termasuk pula

konsep diri, budaya, lingkungan, dan kecemasan serta faktor subyek

penelitian tersebut.

53
Perpustakaan Unika

DAFTAR PUSTAKA

Al-Mighwar, M. 2006. Psikologi Remaja. Cetakan I. Bandung: Pustaka Setia.

Ancok, D. 1985. Tehnik Penyusunan Skala Pengukur. Edisi pertama, Pusat


Penelitian Kependudukan, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Arikunto. S. 2002. Prosedur penelitian : Suatu pendekatan praktek. (Edisi


ketiga). Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT. Rineka


Cipta. Jakarta.

Atkinson, RL, dkk. 1987. Pengantar Psikologi, Jilid Dua Edisi Kesebelas. Alih
Bahasa Wijaya Kusuma. Batam: Interakson.

Azwar, S. 1998. Sikap Manusia.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Benyamin, L. J. 2003, Human Agression: An Introduction. www. 


geocities.com/ajbenjamin/agression/intro/htm. (Edisi 11 Juni 2003)

Berkowitz, L. 1993. Aggresion: Its Causes, Consequences, and Control .


NewYork: McGraw-Hill.

Breakwell, G. M. 1998. Copyng with Agression Behavior, Mengatasi Perilaku


Agresif. Alih Bahasa: Hidayat, B. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Brehm, S. S. dan Kassim, S.M.. 1994. S o c i a l P s y c h o l o g y . Boston : Allyn


And Bacon.

Chaplin, J. P. 2001. Kamus Psikologi (terjemahan : Kartono), Jakarta, dalam


Kartini Kartono, 2010, Kenakalan Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.

Darajat, Z. 1994. Remaja Harapan dan Tantangan, Cetakan Pertama. Jakarta:


CV Ruhama.

Davidoff, L. 1991. Pengantar Psikologi. Jakarta. Erlangga University Press.

Dayakisni, T. 1988. Perbedaan Intensi Prososial Siswa-siswi Ditinjau Dari Pola


Asuh Orang tua. Jurnal Psikologi. No 1 Tahun Ke-XVI. Yogyakarta:
Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.

Dayakisni, T. dan Hudaniah. 2006. Psikologi Sosial. Malang: UMM Press.

54
Perpustakaan Unika

Gerungan, W. A. 1996. Psikologi Sosial. Bandung : PT Eresco.

Gunarsa, D. S. 1995. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Jakarta: PT.


BPK. Gunung Mulia, Cet. VII.

Hadi,S. 2004. Metodologi Research,: untuk menulis laporan, skripsi thesis dan
disertasi, Penerbit Andi Yogyakarta.

Hadi, S. 2001. Metodologi Research. Yogyakarta: ANDI Offset.

Hurlock, E. B. 1980. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang


Tentang Kehidupan. Edisi Ke-5. Alih Bahasa: Istiwindayanti dan
Soedjarwo. Jakarta: Erlangga.

Junaidi, W. 2010. Macam-Macam Pola Asuh Orang Tua. @www.blogspot.com.


(Diunduh tanggal 22 Mei 2011)

Kartono, K. 2010. Kenakalan Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Koeswara, E. 1998. Agressi Manusia. Bandung: Eresco.

Kotler, P. 2000. Marketing Manajemen: Analysis, Planning, implementation,


and Control 9th Edition, Prentice Hall International, Int, New Yersey.

Leavitt, H. J. 1997. Psikologi Manajemen. Edisi Kedua. Alih Bahasa Muslichah


Zarkasi. Jakarta. Erlangga.

Liputan6.com, Puluhan Pelajar Ditangkap Karena Tawuran. Diakses tanggal 27


Juli 2011. @http://buser.liputan6.com/read/281275/

Maccoby, E. E. & Martin, J. 1983. Socialization in the context of the family :


Parent-child interaction. In P.H. Mussen (Series Ed.). New York: Wiley.

Mappiere, A. 1982. Psikologi Remaja, Surabaya: Usaha Nasional.

MetroTVNews, Geng Motor di Makassar. Diakses tanggal 30 Juli 2011.


@metrotvnews.com

Monks, J. F., dkk. 1999. Psikologi Perkembangan: Yogyakarta: Gajah Mada


University Press.

Mulyani, S.M. 1997. Perilaku Sikap Orang Tua terhadap Perilaku Agresif
Adolesen di Lembaga Permusyawarakatan Kendal, Plantungan,
Semarang dan Kutoarjo. Majalah Psikiatri Indonesia, Nomor 3, Tahun
XXX, September 1997. Jakarta: Yayasan Kesehatan Jiwa “Dharmawangsa”.

55
Perpustakaan Unika

Munandar, U. 1992. Hubungan Isteri, Suami dan Anak dalam Keluarga,


Jakarta: Pustaka Antara.

Parke, D. 1999. Child Psychology: A Contemporary View Point. New York:


McGraw-Hill.

Petranto, I. 2006. Rasa Percaya Diri Anak adalah Pantulan Pola Asuh Orang
Tuanya. @http://dwpptrijenewa.isuisse.com/bulletin/?p=32.

Robbins, S. P. 2003. Perilaku Organisasi. Jilid I. Jakarta: PT INDEKS Kelompok


Garmedia.

Sarwono, S. W. 2004, Psikologi Remaja. Edisi revisi 8. Jakarta : Raja Grafindo


Pustaka.

Sears, D. O., dkk. 1985. Psikologi Sosial: Jilid II. Jakarta: Erlangga.

Shochib, M. 1998. Pola Asuh Orang Tua dalam membantu Disiplin diri, Jakarta
: PT Rieneka Cipta, Cet. I.

Soehartono, I. 2000. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Steinberg, L. 1993. Adolescence: New York: McGraw-Hill, Third Edition-


International Edition.

Sukadji. 1988. Keluarga Dan Keberhasilan Pendidikan. @Telaga.com

Sunarto dan Hartono, B. A. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka


Cipta.

Suparyanto, (diunduh 2011). Konsep Pola Asuh Anak. @dr-


suparyanto.blogspot.com

Suryadinata, L. 1999. E t n i s Cina dan Pembangunan


B a n g s a . Jakarta : LP3ES.

Thoha, M. 1983. Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: Rajawali Pers.

Usman, H. 1995. STATISTIK. Jakarta: Bumi Aksara.

Walgito, B. 2003. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset.

56
Perpustakaan Unika

LAMPIRAN A
SKALA PENELITIAN
A-1. Skala Perilaku Agresif
A-2. Skala Persepsi terhadap Pola Asuh
Orang Tua Tipe Penelantar

57
Perpustakaan Unika

LAMPIRAN A-1
Skala Perilaku Agresif

58
Perpustakaan Unika

PETUNJUK MENGERJAKAN

Umur :
Kelas :

Berikut ini adalah sejumlah pernyataan dan pada setiap pernyataan terdapat empat
pilihan jawaban.
1. Berikan tanda (X) pada kolom yang telah disediakan dan Anda anggap paling
sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya pada diri Anda.
2. Pilihan jawabannya adalah:
SS : Bila penyataan tersebut Sangat Sering anda lakukan
S : Bila penyataan tersebut Sering anda lakukan
P : Bila penyataan tersebut Pernah anda lakukan
TP : Bila penyataan tersebut Tidak Pernah anda lakukan
Contoh pengerjaan :
SS S P TP

3. Dalam skala ini tidak ada jawaban yang salah, semua jawaban yang Anda pilih
adalah benar, asalkan Anda menjawabnya dengan jujur. Kerahasiaan identitas
dan jawaban Anda dijamin oleh peneliti. Oleh karena itu, usahakan agar jangan
sampai ada nomor yang terlewati untuk dijawab.
4. Kami mengucapkan banyak terimakasih atas kerjasama, bantuan serta
kesediaan Anda untuk mengisi skala ini.

SELAMAT MENGERJAKAN

59
Perpustakaan Unika

SKALA I
No Pernyataan SS S P TP
1 Saya memukul jika saya marah
2 Saya meminjam barang teman tanpa permisi
3 Saya tidak senang mencorat-coret meja sekolah
4 Saya biarkan bila ada teman yang mengejek saya
5 Saya suka memukul tembok kelas
6 Saya meminta ijin dulu ketika saya akan memakai barang milik
teman
7 Jika ada teman yang meminjami uang, saya selalu
mengembalikannya
8 Saya puas jika bisa mengejek teman saya
9 Sumpah serapah keluar dari mulut saya saat emosi
10 Saya menjaga fasilitas umum
11 Saya memaksa teman untuk mentraktir saya
12 Saya memukul teman tanpa sebab
13 Saya mengepalkan tinju jika saya marah
14 Jika ada yang mengganggu saya, saya lebih suka menyingkir dari
pada meladeni
15 Saya senang membuat teman marah
16 Saya bangga menulis nama gang ditembok
17 Apabila ada teman yang memaki, saya lebih baik diam
18 Saya tetap bersabar walaupun ada teman yang menyinggung
perasaan saya
19 Saya lebih baik mengalah jika ada teman yg mengganggu saya
20 Saya memalak teman saya
21 Saya mengacuhkan teman yang mengajak saya berkelahi
22 Apabila sedang kesal, saya melampiaskannya dengan menendang
kursi
23 Bila melihat teman mencorat-coret tembok, saya segera
mencegahnya
24 Saya menyerahkan barang yang saya temukan kepada guru saya

60
Perpustakaan Unika

LAMPIRAN A-2
Skala Persepsi terhadap Pola Asuh
Orang Tua Tipe Penelantar

61
Perpustakaan Unika

PETUNJUK MENGERJAKAN

Umur :
Kelas :

Berikut ini adalah sejumlah pernyataan dan pada setiap pernyataan terdapat empat pilihan
jawaban.
1. Berikan tanda (X) pada kolom yang telah disediakan dan Anda anggap paling sesuai
dengan keadaan yang sesungguhnya pada diri Anda.
2. Pilihan jawabannya adalah:
SS : Bila penyataan tersebut Sangat Sesuai dengan anda
S : Bila penyataan tersebut Sesuai dengan anda
TS : Bila penyataan tersebut Tidak Sesuai dengan anda
STS: Bila penyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan anda
Contoh pengerjaan :
SS S TS STS

3. Dalam skala ini tidak ada jawaban yang salah, semua jawaban yang Anda pilih adalah
benar, asalkan Anda menjawabnya dengan jujur. Kerahasiaan identitas dan jawaban
Anda dijamin oleh peneliti. Oleh karena itu, usahakan agar jangan sampai ada nomor
yang terlewati untuk dijawab.
4. Kami mengucapkan banyak terimakasih atas kerjasama, bantuan serta kesediaan Anda
untuk mengisi skala ini.

SELAMAT MENGERJAKAN

62
Perpustakaan Unika

SKALA II
No Pernyataan SS S TS STS
1 Orang tua saya mengabaikan anak-anaknya
2 Saya berpendapat bahwa orang tua saya kurang perhatian pada
anak
3 Saya rasa orang tua saya akan sedih jika saya mendapat nilai
yang jelek di kelas
4 Orang tua saya memahami kesulitan-kesulitan saya
5 Orang tua saya membatasi anak-anaknya
6 Menurut saya, orang tua saya tidak punya waktu untuk anak-
anaknya
7 Menurut pendapat saya orang tua saya memantau prestasi saya
di sekolah
8 Menurut perasaan saya, orang tua saya terlalu pelit pada anak-
anaknya
9 Saya merasa orang tua saya perhatian pada anak-anaknya
10 Orang tua saya tidak terlalu peduli pada kegiatan saya
11 Orang tua saya menyisihkan sebagian waktunya untuk
berkumpul bersama anak-anaknya
12 Menurut perasaan saya, orang tua saya ingin tahu kemana saya
akan pergi
13 Orang tua saya tidak peduli dengan kesalahan yang saya
lakukan di rumah
14 Saya merasa orang tua saya mendengarkan keluhan saya
15 Menurut pendapat saya, orang tua saya cepat tanggap jika saya
ada masalah
16 Menurut perasaan saya, orang tua saya terlalu sibuk dengan
pekerjaannya
17 Orang tua saya bangga dengan saya
18 Orang tua saya menceritakan kelebihan anak-anaknya pada
orang lain

63
Perpustakaan Unika

LAMPIRAN B
DATA PENELITIAN
B-1. Data Variabel Persepsi terhadap Pola Asuh
Orang Tua Tipe Penelantar
B-2. Data Variabel Perilaku Agresif

64
Perpustakaan Unika

LAMPIRAN B-1
Data Variabel Persepsi terhadap Pola Asuh
Orang Tua Tipe Penelantar

65
Perpustakaan Unika

ITEM
SUBYEK
S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14
1 1  2  2  2  2  2  2  2  2  2  2  2  2  1 
2 1  2  2  2  2  1  3  3  2  2  1  1  2  2 
3 1  1  1  1  2  1  1  1  1  1  2  2  1  1 
4 2  2  2  1  2  4  1  2  1  2  1  1  1  1 
5 2  2  2  4  3  4  4  2  3  3  4  2  4  4 
6 1  1  1  2  1  1  1  1  1  2  2  1  2  2 
7 1  1  2  1  2  2  2  1  2  1  3  2  1  1 
8 1  2  1  2  1  1  2  1  1  2  2  2  1  2 
9 1  1  1  2  1  1  1  1  1  2  1  2  2  2 
10 1  1  1  1  1  1  1  1  1  2  2  1  1  1 
11 1  1  2  2  2  2  2  1  2  2  2  2  2  3 
12 1  2  1  1  2  2  2  2  2  2  2  2  2  2 
13 1  1  1  1  1  1  1  1  1  1  2  1  1  1 
14 1  1  1  2  1  2  2  2  1  2  1  2  3  1 
15 1  2  1  2  1  2  3  3  1  3  3  1  2  2 
16 1  2  2  2  2  1  1  2  2  1  2  2  1  2 
17 3  3  1  2  2  3  2  3  2  1  2  1  1  2 
18 1  1  1  1  1  2  2  2  1  1  2  2  1  2 
19 2  2  1  2  2  2  2  3  2  2  2  1  2  2 
20 2  1  1  2  1  1  2  1  1  1  1  2  1  2 
21 1  1  2  2  1  2  2  1  1  1  1  2  1  2 
22 1  1  1  2  1  1  2  1  1  1  1  1  1  2 
23 1  1  3  2  1  1  2  2  1  2  1  1  1  2 
24 1  1  2  1  2  2  2  2  2  2  2  1  2  2 
25 2  2  2  2  2  2  2  2  2  2  2  2  2  2 
26 3  4  2  3  3  4  3  3  3  3  4  3  2  3 
27 2  3  1  3  2  2  2  2  2  3  2  2  1  4 
28 1  2  1  2  2  1  3  3  2  1  2  2  1  2 
29 1  1  1  1  1  1  1  2  1  2  2  1  1  2 
30 1  1  2  1  2  1  4  2  2  2  2  3  2  2 
31 2  2  2  2 2 2 2 3 2 2 2 2  2  3
32 1  1  2  2  1  1  1  3  1  1  1  1  1  2 
33 2  3  1  2 1 2 1 3 1 1 1 1  1  2
34 1  1  1  1 1 2 2 1 1 2 1 1  1  2
35 2  1  2  4 4 4 2 4 4 1 4 4  1  2
36 3  3  3  3 3 2 2 2 3 3 3 2  3  3

66
Perpustakaan Unika

37 2  3  2  3  3  2  3  2  3  4  4  2  2  2 
38 1  2  1  2  1  1  2  2  1  2  1  2  3  2 
39 2  3  1  3  2  3  1  2  2  2  2  1  2  3 
40 1  2  2  1  1  2  1  2  1  2  2  2  1  2 
41 1  1  1  1  1  2  1  2  1  2  2  1  2  1 
42 1  1  1  1  1  1  1  1  1  1  1  1  1  1 
43 1  1  1  1  2  1  2  1  2  1  1  1  1  1 
44 3  3  1  2  2  2  1  1  2  3  1  1  2  2 
45 2  1  2  1  1  3  2  1  1  2  3  2  3  1 

67
Perpustakaan Unika

Subyek Item
S15 S16 S17 S18
1 2  3  2  2 
2 2  1  2  3 
3 1  2  1  3 
4 1  2  2  1 
5 3  3  1  3 
6 2  3  2  2 
7 1  2  1  2 
8 2  2  2  2 
9 1  1  1  2 
10 2  2  1  1 
11 3  2  3  3 
12 1  2  2  2 
13 1  1  2  2 
14 2  1  2  3 
15 3  1  1  2 
16 2  1  1  1 
17 2  3  1  1 
18 3  2  1  2 
19 3  2  2  2 
20 2  1  2  3 
21 2  1  2  2 
22 2  2  2  2 
23 1  2  1  3
24 2  2  2  3
25 2  2  2  3
26 3  4  2  3
27 2  3  1  2
28 3  2  3  2
29 1  2  2  2
30 1  2  1  3
31 3  3  2  2
32 1  1  1  1
33 2  3  2  2
34 2  2  1  1
35 3  4  2  2
36 3  3  2  3
37 3  2  2  2
38 2  3  1  1 
39 2  3  2  1  68
40 2  3  2  2 
41 2  2  2  1 
42 1  2  1  2 
43 1  1  1  2 
Perpustakaan Unika

44 1  4  1  4 
45 1  4  2  2 

69
Perpustakaan Unika

70
Perpustakaan Unika

LAMPIRAN B-2
Data Variabel Perilaku Agresif

71
Perpustakaan Unika

ITEM
SUBYEK
S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14
1 1  1  2  1  0  2  2  1  1  2  0  0  0  2 
2 1  1  1  1  1  1  0  1  1  1  0  0  1  1 
3 2  1  0  3  1  1  0  2  3  1  0  1  2  1 
4 1  0  2  2  0  0  1  0  0  0  0  0  0  0 
5 1  3  2  3  1  1  1  1  0  2  3  1  1  2 
6 1  2  3  2  0  2  0  0  0  3  0  0  0  1 
7 0  1  1  1  0  1  1  1  1  1  0  0  0  1 
8 1  0  0  2  0  0  1  1  1  1  0  0  1  1 
9 1  1  0  1  0  1  0  1  1  0  0  0  1  1 
10 0  1  0  2  0  1  1  0  0  0  0  0  0  1 
11 1  1  2  2  0  1  2  1  1  2  1  1  0  2 
12 1  1  2  1  1  1  1  1  1  1  1  0  1  1 
13 1  1  0  2  0  2  0  1  1  1  1  0  1  3 
14 0  1  0  1  0  0  0  1  0  2  0  0  0  0 
15 0  1  3  1  0  1  0  0  0  1  0  0  0  2 
16 2  1  0  2  0  1  0  1  1  1  0  1  1  1 
17 1  0  0  1  0  1  1  0  1  1  0  0  0  0 
18 1  1  2  2  0  1  2  0  1  1  0  1  1  1 
19 1  0  2  1  0  1  0  3  1  3  1  1  0  0 
20 0  1  1  1  0  1  0  1  1  1  0  0  0  1 
21 0  0  0  1  0  0  0  0  2  2  0  0  0  1 
22 0  0  0  1  0  0  3  0  0  1  0  0  0  1 
23 1  0  2  1  0  1  0  1  1  1  1  0  0  1 
24 1  1  2  2  1  0  1  1  1  1  0  0  0  2 
25 1  0  2  2  0  1  2  0  1  1  0  0  2  2 
26 1  1  3  1  0  2  1  0  1  1  0  0  0  0 
27 0  2  2  2  0  2  1  0  1  2  0  0  0  1 
28 1  1  2  2  0  1  0  0  1  2  0  0  0  3 
29 1  1  0  1  1  1  1  0  2  0  0  0  2  0 
30 1  0  0  3 0 3 0 3 0 3 0 0  3  3
31 1  1  2  2 0 1 1 1 2 2 1 1  1  2
32 1  1  2  1 0 0 1 1 0 2 0 1  1  1
33 1  1  2  0 0 2 1 1 1 0 2 1  1  1
34 1  1  2  2 0 2 2 0 1 1 0 1  1  1
35 1  0  3  2 0 0 1 1 1 1 0 1  2  1
36 1  1  0  1 0 1 0 0 1 1 0 0  0  1
37 1  1  3  0 0 2 0 1 0 2 0 1  1  1
38 0  0  2  0 0 1 0 1 0 0 0 0  1  0
39 1  1  2  2 0 0 0 1 1 0 0 0  0  1
40 2  0  3  2 0 0 0 1 1 1 0 0  1  2
41 0  0  0  3 0 0 0 0 0 0 0 0  0  2

72
Perpustakaan Unika

42 2  1  3  2  0  0  0  1  0  1  0  1  1  2 
43 1  0  3  2  0  0  0  1  0  2  0  0  0  1 
44 1  0  2  2  0  0  1  1  1  1  1  2  0  1 
45 1  1  2  0  0  0  0  0  0  1  0  0  0  0 

73
Perpustakaan Unika

Subyek Item
S15 S16 S17 S18 S19 S20 S21 S22 S23 S24
1 1  1  1  1  2  0  3  0  2  0 
2 1  0  2  1  1  0  0  1  3  2 
3 2  0  3  2  2  0  1  0  1  0 
4 0  0  0  0  0  0  0  0  2  0 
5 2  0  2  2  2  2  2  0  2  3 
6 1  0  1  1  1  0  0  0  3  2 
7 1  0  1  1  1  0  1  1  1  0 
8 1  0  2  2  2  0  1  0  1  2 
9 1  0  1  0  1  0  1  0  1  1 
10 1  0  1  0  0  0  1  0  2  0 
11 1  1  2  2  3  0  3  0  3  2 
12 1  0  1  0  0  0  2  2  2  1 
13 1  0  3  1  2  0  2  0  1  1 
14 0  0  1  1  2  0  0  0  1  1 
15 0  0  0  0  0  0  3  1  2  0 
16 1  0  2  2  2  0  0  1  0  1 
17 0  0  0  0  0  0  2  1  1  1 
18 1  0  1  2  1  1  2  0  2  2 
19 1  0  2  2  2  0  2  0  3  1 
20 1  0  2  1  2  0  0  1  2  0 
21 0  0  1  1  1  0  3  0  3  0 
22 0  0  0  0  0  0  3  0  2  2 
23 1  1  1  0  1  0  2  1  3  2 
24 0  0  1  2  1  0  2  0  2  3 
25 1  0  2  2  2  0  2  1  2  1 
26 1  0  0  0  1  0  0  0  1  0 
27 1  0  1  1  1  0  1  0  3  2 
28 0  0  2  2  1  0  3  0  3  1 
29 1  0  1  0  1  0  2  0  1  1 
30 3  3 3 3 3 3 3 0 3  3 
31 2  0 3 2 2 0 2 1 3  2 
32 1  0 1 1 1 1 2 1 2  1 
33 1  0 2 1 2 0 1 1 1  0 
34 1  0 1 0 0 0 0 1 2  0 
35 2  0 3 3 3 1 2 1 2  1 
36 0  0 3 1 1 0 1 0 0  0 
37 2  0 0 0 1 0 2 0 2  2 
38 1  0 1 0 0 0 0 0 2  2 
39 0  0 2 1 1 0 2 0 2  1 
40 1  0 3 3 3 0 3 1 3  1 
41 0  0 2 1 1 0 0 1 0  0 

74
Perpustakaan Unika

42 1  0  2  2  1  0  2  0  2  2 
43 0  0  2  1  2  0  2  0  2  0 
44 1  0  1  0  0  1  1  0  2  2 
45 0  0  0  0  3  0  0  0  3  0 

75
Perpustakaan Unika

LAMPIRAN C
Uji Validitas dan Reliabilitas
C-1. Variabel Persepsi terhadap Pola Asuh
Orang Tua Tipe Penelantar
C-2. Variabel Perilaku Agresif

76
Perpustakaan Unika

LAMPIRAN C-1
Uji Validitas dan Reliabilitas
Variable Persepsi terhadap Pola Asuh
Orang Tua Tipe Penelantar

77
Perpustakaan Unika

Skala Persepsi terhadap Pola Asuh

Putaran 1

Reliability

Case Processing Summary

N %
Cases Valid 45 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 45 100,0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
,901 18

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


32,24 69,780 8,353 18

78
Perpustakaan Unika

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
X1 30,80 62,755 ,631 ,893
X2 30,56 61,616 ,581 ,895
X3 30,76 65,643 ,397 ,900
X4 30,40 60,200 ,724 ,890
X5 30,58 60,340 ,775 ,889
X6 30,40 60,291 ,618 ,893
X7 30,38 62,831 ,508 ,897
X8 30,36 63,325 ,454 ,899
X9 30,62 59,831 ,812 ,887
X10 30,40 63,064 ,527 ,896
X11 30,31 59,674 ,678 ,891
X12 30,60 64,064 ,483 ,897
X13 30,62 63,695 ,463 ,898
X14 30,29 62,346 ,592 ,894
X15 30,31 62,174 ,595 ,894
X16 30,04 61,589 ,526 ,897
X17 30,60 67,564 ,202 ,904
X18 30,13 65,891 ,275 ,903

item tidak valid : cetak tebal dan garis bawah


r = 0,30

79
Perpustakaan Unika

Putaran 2

Reliability

Case Processing Summary

N %
Cases Valid 45 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 45 100,0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
,907 16

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


28,49 63,801 7,988 16

80
Perpustakaan Unika

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
X1 27,04 57,043 ,635 ,900
X2 26,80 55,800 ,598 ,901
X3 27,00 60,000 ,379 ,907
X4 26,64 54,553 ,732 ,897
X5 26,82 54,786 ,775 ,896
X6 26,64 54,462 ,639 ,900
X7 26,62 57,331 ,491 ,905
X8 26,60 57,382 ,474 ,905
X9 26,87 54,300 ,812 ,894
X10 26,64 57,416 ,523 ,904
X11 26,56 53,980 ,691 ,898
X12 26,84 58,453 ,470 ,905
X13 26,87 58,164 ,446 ,906
X14 26,53 56,664 ,594 ,901
X15 26,56 56,571 ,590 ,902
X16 26,29 55,846 ,535 ,904

item tidak valid : cetak tebal dan garis bawah


r = 0,30

81
Perpustakaan Unika

LAMPIRAN C-2
Uji Validitas dan Reliabilitas
Variabel Perilaku Agresif

82
Perpustakaan Unika

Skala Perilaku Agresif

Putaran 1

Reliability

Case Processing Summary

N %
Cases Valid 45 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 45 100,0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
,824 24

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


21,31 67,401 8,210 24

83
Perpustakaan Unika

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
Y1 20,44 63,480 ,415 ,817
Y2 20,56 65,753 ,118 ,827
Y3 19,82 63,877 ,127 ,834
Y4 19,78 61,722 ,410 ,816
Y5 21,18 66,331 ,170 ,824
Y6 20,42 63,795 ,243 ,823
Y7 20,67 66,773 ,002 ,833
Y8 20,58 61,159 ,508 ,812
Y9 20,53 65,573 ,127 ,826
Y10 20,11 60,783 ,469 ,813
Y11 21,04 63,498 ,358 ,818
Y12 20,98 64,068 ,366 ,818
Y13 20,71 60,983 ,499 ,812
Y14 20,13 59,936 ,546 ,809
Y15 20,44 59,525 ,690 ,805
Y16 21,18 63,468 ,458 ,816
Y17 19,84 58,816 ,531 ,809
Y18 20,24 56,734 ,692 ,800
Y19 20,00 59,364 ,504 ,811
Y20 21,11 62,010 ,545 ,812
Y21 19,82 59,922 ,388 ,817
Y22 20,93 67,291 -,020 ,829
Y23 19,40 62,200 ,322 ,820
Y24 20,22 59,949 ,446 ,814

item tidak valid : cetak tebal dan garis bawah


r = 0,30

84
Perpustakaan Unika

Putaran 2

Reliability

Case Processing Summary

N %
Cases Valid 45 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 45 100,0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
,864 17

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


16,24 55,871 7,475 17

85
Perpustakaan Unika

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
Y1 15,38 52,468 ,391 ,860
Y4 14,71 50,210 ,453 ,858
Y8 15,51 49,437 ,584 ,852
Y10 15,04 49,816 ,469 ,857
Y11 15,98 52,886 ,290 ,863
Y12 15,91 53,174 ,318 ,862
Y13 15,64 50,053 ,495 ,856
Y14 15,07 48,927 ,558 ,853
Y15 15,38 49,195 ,636 ,850
Y16 16,11 51,874 ,515 ,857
Y17 14,78 47,222 ,598 ,850
Y18 15,18 45,468 ,752 ,842
Y19 14,93 47,882 ,557 ,853
Y20 16,04 50,543 ,596 ,853
Y21 14,76 48,962 ,391 ,863
Y23 14,33 51,545 ,284 ,866
Y24 15,16 48,862 ,460 ,858

item tidak valid : cetak tebal dan garis bawah


r = 0,30

86
Perpustakaan Unika

Putaran 3

Reliability

Case Processing Summary

N %
Cases Valid 45 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 45 100,0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
,866 15

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


14,07 48,655 6,975 15

87
Perpustakaan Unika

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
Y1 13,20 45,300 ,414 ,863
Y4 12,53 43,073 ,481 ,859
Y8 13,33 42,636 ,585 ,855
Y10 12,87 43,436 ,424 ,862
Y12 13,73 46,245 ,301 ,866
Y13 13,47 42,800 ,539 ,857
Y14 12,89 42,146 ,560 ,855
Y15 13,20 42,436 ,634 ,853
Y16 13,93 44,927 ,513 ,860
Y17 12,60 40,200 ,632 ,851
Y18 13,00 38,636 ,783 ,842
Y19 12,76 41,098 ,565 ,855
Y20 13,87 43,709 ,592 ,856
Y21 12,58 42,613 ,356 ,870
Y24 12,98 42,568 ,419 ,864

item tidak valid : cetak tebal dan garis bawah


r = 0,30

88
Perpustakaan Unika

LAMPIRAN D
Uji Asumsi
D-1. Uji Normalitas
D-2. Uji Linieritas

89
Perpustakaan Unika

LAMPIRAN D-1
Uji Normalitas

90
Perpustakaan Unika

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Persepsi
Perilaku terhadap
Agresif Pola Asuh
N 45 45
Normal Parameters a,b Mean 14,07 28,49
Std. Deviation 6,975 7,988
Most Extreme Absolute ,104 ,132
Differences Positive ,104 ,132
Negative -,075 -,077
Kolmogorov-Smirnov Z ,696 ,887
Asymp. Sig. (2-tailed) ,717 ,411
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

91
Perpustakaan Unika

Graph

12
12

10

8
Frequency

6
6 6

5 5

2
2

Mean = 14.07
1 1 Std. Dev. = 6.975
N = 45
0
0 10 20 30 40

Perilaku Agresif

92
Perpustakaan Unika

Graph

10

8
8 8
Frequency

4
4 4

2
2 2 2 2

Mean = 28.49
1 1 1 1 Std. Dev. = 7.988
N = 45
0
10 20 30 40 50

Persepsi terhadap Pola Asuh

93
Perpustakaan Unika

LAMPIRAN D-2
Uji Linieritas

94
Perpustakaan Unika

Curve Fit

Variable Processing Summary

Variables
Dependent Independent
Persepsi
Perilaku terhadap
Agresif Pola Asuh
Number of Positive Values
45 45
Number of Zeros 0 0
Number of Negative Values
0 0
Number of Missing User-Missing 0 0
Values System-Missing 0 0

Model Summary and Parameter Estimates

Dependent Variable: Perilaku Agresif


Model Summary Parameter Estimates
EquationR Square F df1 df2 Sig. Constant b1 b2 b3
Linear ,020 ,898 1 43 ,349 10,509 ,125
Quadrati ,021 ,440 2 42 ,647 11,333 ,070 ,001
Cubic ,061 ,894 3 41 ,452 77,964 -6,772 ,222 -,002
The independent variable is Persepsi terhadap Pola Asuh.

95
Perpustakaan Unika

Perilaku Agresif

40 Observed
Linear
Quadratic
Cubic

30

20

10

10 20 30 40 50

Persepsi terhadap Pola Asuh

96
Perpustakaan Unika

LAMPIRAN E
Uji Hipotesis

97
Perpustakaan Unika

Correlations

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N


Perilaku Agresif 14,07 6,975 45
Persepsi terhadap
28,49 7,988 45
Pola Asuh

Correlations

Persepsi
Perilaku terhadap
Agresif Pola Asuh
Perilaku Agresif Pearson Correlation 1 ,143
Sig. (1-tailed) ,174
N 45 45
Persepsi terhadap Pearson Correlation ,143 1
Pola Asuh Sig. (1-tailed) ,174
N 45 45

98
Perpustakaan Unika

LAMPIRAN F
Surat Penelitian

99
Perpustakaan Unika

LAMPIRAN F-1
Surat Ijin Penelitian

100
Perpustakaan Unika

101
Perpustakaan Unika

LAMPIRAN F-2
Surat Bukti Penelitian

102
Perpustakaan Unika

103

Anda mungkin juga menyukai