Anda di halaman 1dari 29

KONSEP

SEKSUALITAS
DAN
KONSEP STRESS &
ADAPTASI
KONSEP SEKSUALITAS
Seksualitas adalah bagaimana seseorang merasa tentang diri
mereka dan bagaimana mereka mengkomunikasikan perasaan
tersebut kepada orang lain melalui tindakan yang dilakukannya
seperti sentuhan, pelukan, ataupun perilaku yang lebih halus seperti
isyarat gerak tubuh, cara berpakaian, dan perbendaharaan kata,
termasuk pikiran, pengalaman, nilai, fantasi, emosi.
ASPEK SEKSUALITAS

1. ASPEK BIOLOGIS
Aspek ini memandang dari segi biologi seperti pandangan
anatomi dan fisiologi dari sistem reproduksi (seksual), kemampuan
organ seks, dan adanya hormonal serta sistem saraf yang berfungsi
atau berhubungan dengan kebutuhan seksual.
2. ASPEK PSIKOLOGIS
Aspek ini merupakan pandangan terhadap identitas jenis
kelamin,sebuah perasaan dari diri sendiri terhadap kesadaran
identirasnya, serta memandang gambaran seksual atau bentuk konsep
diri yang lain.

3. ASPEK SOSIAL BUDAYA


Aspek ini merupakan pandangan budaya atau keyakinan yang
berlaku di masyarakat terhadap kebutuhan seksual serta perilaku di
masyarakat.
KESEHATAN SEKSUALITAS

Kesehatan seksual di definisikan sebagai pengintegrasian aspek


somatik, emosional, intelektual, dan sosial dari kehidupan seksual,
dengan cara yang positif yang memperkaya dan meningkatkan
kepribadian, komunikasi dan cinta (WHO, 1975).
Komponen Kesehatan Seksual :
1. Konsep seksual diri
2. Body image
3. Identitas gender, dan
4. Orientasi seksual.

1. Konsep seksual diri


Nilai tentang kapan, dimana, dengan siapa, dan bagaimana
seseorang mengekspresikan seksualitasnya.
2. Body image adalah pusat kesadaran terhadap diri sendiri secara
konstan dapat berubah. Bagaimana seseorang memandang
(merasakan) penampilan tubuhnya berhubungan dengan
seksualitasnya.
3. Identitas gender adalah suatu pandangan mengenai jenis kelamin
seseorang, sebagai laki-laki atau perempuan mencakup
komponen biologi, juga norma sosial dan budaya.
4. Orientasi seksual adalah bagaimana seseorang mempunyai
kesukaan berhubungan intim dengan orang lain, dengan lawan
jenis atau sejenis.
KARAKTERISTIK KESEHATAN SEKSUALITAS

1. Kemampuan mengekspresikan potensi seksual, dengan


meniadakan kekerasan, eksploitasi dan penyalahgunaan seksual.
2. Gambaran tubuh positif, ditunjukkan dengan kepuasan diri
terhadap penampilan pribadi
3. Kongruen antara seks biologis, identitas jender, dan perilaku
peran jender
4. Kemampuan membuat keputusan pribadi mengenai kehidupan
seksual yang dijalani dalam konteks personal dan etik sosial.
5. Kemampuan mengekspresikan seksualitas melalui komunikasi,
sentuhan, emosional dan cinta
6. Kemampuan menerina pelayanan kesehatan seksual untuk
mencegah dan mengatasi semua masalah, dan gangguan seksual
7. Menerima tanggung jawab yang berkaitan dengan peran
jendernya
8. Menghargai sistem yang berlaku
9. Mampu membina hubungan efektif dengan orang lain.
KONSEP STRESS & ADAPTASI
 Stress adalah segala situasi di mana tuntunan non-spesifik
mengharuskan seorang individu untuk merespon atau melakukan
tindakan ( Selye, 1976 ).
 Stress adalah suatu kekuatan yang mendesak atau mencekam, yang
menimbulkan suatu ketegangan dalam diri seseorang” (Soeharto
Heerdjan, 1987).
 Stress adalah realitas kehidupan setiap hari yang tidak dapat
dihindari.Stress disebabkan oleh perubahan yang memerlukan
penyesuaian (Keliat, B.A., 1999).
Jadi dapat disimpulkan stress adalah dampak dari stressor yang
dianggap sebagai tekanan oleh individu sehingga membuatnya
terpaksa untuk terus memikirkan hal tersebut dan akhirnya akan
mengganggu kesehatan psikologinya.

 Stressor internal berasal dari dalam diri seseorang (demam, kondisi


seperti kehamilan, menopause atau suatu keadaan emosi seperti
rasa bersalah).
 Stressor eksternal berasal dari luar diri seseorang (perubahan
bermakna dalam suhu lingkungan, perubahan peran dalam keluarga
atau sosial, atau tekanan dari pasangan).
• Pengertian Adaptasi
Adaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikososial
berubah dalam berespon terhadap stress. Karena banyak stressor
tidak dapat dihindari, promosi kesehatan sering difokuskan pada
adaptasi individu, keluarga atau komunitas terhadap stress.
• Dimensi Adaptasi
1. Adaptasi Fisiologis
Indikator fisiologis stress, yaitu
1) Kenaikan tekanan darah
2) Peningkatan ketegangan di leher, bahu, punggung
3) Peningkatan denyut nadi dan frekwensi pernapasan
4) Telapak tangan berkeringat, tangan dan kaki dingin
5) Postur tubuh yang tidak tegap
6) Keletihan, sakit kepala, gangguan lambung
7) Mual,muntah dan diare
8) Perubahan nafsu makan, perubahan berat badan
2. Adaptasi Psikologis
Indikator emosional / psikologi dan perilaku stress :
1) Ansietas
2) Depresi
3) Kepenatan
4) Perubahan dalam kebiasaan makan, tidur, dan pola aktivitas
5) Kelelahan mental
6) Perasaan tidak adekuat
7) Kehilangan harga diri
8) Peningkatan kepekaan
9) Kehilangan motivasi.
3. Adaptasi Perkembangan
Bayi atau anak kecil umumnya menghadapi stressor di rumah .
Jika diasuh dalam lingkungan yang responsive dan empati, mereka
mampu mengembangkan harga diri yang sehat dan pada akhirnya
belajar respons koping adaptif yang sehat (Haber et al, 1992).

4. Adaptasi Sosial Budaya


Mengkaji stressor dan sumber koping dalam dimensi sosial
mencakup penggalian bersama klien tentang besarnya, tipe, dan
kualitas dari interaksi sosial yang ada. Stresor pada keluarga dapat
menimbulkan efek disfungsi yang mempengaruhi klien atau keluarga
secara keseluruhan (Reis & Heppner, 1993).
MANIFESTASI STRESS

Stress sifatnya universiality, yaitu umum semua orang sama dapat


merasakannya, tetapi cara pengungkapannya yang berbeda atau
diversity. Sesuai dengan karakteristik individu, maka responnya
berbeda- beda untuk setiap orang.
Seseorang yang mengalami stress dapat mengalami perubahan-
perubahan yang terjadi pada tubuhnya, antara lain :
1) Perubahan warna rambut kusam, ubanan, kerontokan
2) Wajah tegang, dahi berkerut, mimik nampak serius, tidak santai,
bicara berat, sulit tersenyum/tertawa dan kulit muka kedutan
3) Nafas terasa berat dan sesak, timbul asma
4) Jantung berdebar-debar
5) Lambung mual, kembung, pedih, mules, sembelit atau diare
6) Tidak bisa tidur
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRESS
Menurut Robbins (2001:565-567) ada tiga sumber utama yang dapat
menyebabkan timbulnya stress yaitu:
1) Faktor Lingkungan
a. Sikap lingkungan : berupa tuntutan, pandangan positif dan
negatif terhadap keberhasilan diterima bekerja
b. Tuntutan dan sikap keluarga, misalnya keharusan mendapatkan
pekerjaan, keinginan akan pilihan orang tua untuk bekerja
c. Perkembangan ilmu pengetahun dan teknologi (IPTEK), makin
cepatnya memperoleh informasi dan trend masa depan jika
berhasil terhadap sesuatu yang diinginkan
2) Faktor Organisasi
a. Role Demands
Peraturan dan tuntutan dalam pekerjaan yang tidak jelas dalam
suatu organisasi akan mempengaruhi peranan seorang karyawan
untuk memberikan hasil akhir yang ingin dicapai bersama dalam
suatu organisasi tersebut.

b. Interpersonal Demands
Mendefinisikan tekanan yang diciptakan oleh karyawan lainnya
dalam organisasi. Hubungan komunikasi yang tidak jelas antara
karyawan satu dengan karyawan lainnya akan dapat menyebabkan
komunikasi yang tidak sehat.
c. Organizational Structure
Mendefinisikan tingkat perbedaan dalam organisasi dimana
keputusan tersebut dibuat dan jika terjadi ketidak jelasan dalam
struktur pembuat keputusan atau peraturan maka akan dapat
mempengaruhi kinerja seorang karyawan dalam organisasi.

d. Organizational Leadership
Berkaitan dengan peran yang akan dilakukan oleh seorang
pimpinan dalam suatu organisasi.
3) Faktor Individu
Keinginan yang harus dicapai terhadap yang diinginkannya.
Proses internalisasi diri, yaitu penyerapan terhadap yang diinginkan
secara terus menerus sesuai dengan perkembangannya

4) Faktor Pikiran
• Berkaitan dengan penilaian individu terhadap lingkungan dan
pengaruhnya pada diri serta persepsi terhadap lingkungan.
• Berkaitan dengan cara penilaian diri tentang cara penyesuaian
yang biasa dilakukan oleh individu yang bersangkutan.
 Analisa Pendekatan Asuhan Keperawatan Peka Budaya

1) Keyakinan Tradisional Tentang Kesehatan Penyakit


2) Praktik Tradisional
3) Penggunaan Benda Pelindung
4) Penggunaan Makanan
5) Praktik Religius
6) Ramuan Tradisional
7) Penyembuh (Dukun)
 Aplikasi Transkultural pada Gangguan Kesehatan Mental
Usaha-usaha untuk membandingkan tipe-tipe gangguan jiwa
secara lintas-budaya umumnya tidak berhasil, sebagian disebabkan
oleh kesulitan-kesulitan pada tahapan penelitian untuk membongkar
apa yang diperkirakan sebagai gejala primer dari gejala sekunder.
Misalnya, gejala-gejala primer yaitu yang menjadi dasar bagi
depresi. Muncul lebih dulu dan merupakan inti dari gangguan.
Gejala-gejala sekunder dilihat sebagai reaksi individu terhadap
penyakitya ; gejala-gejala tersebut berkembang karena ia berusaha
untuk menyesuaikan diri dengan tingkahlakunya yang berubah
(Murphy, Wittkower, dan Chance 1970 : 476).
PERAN PERAWAT
Peran perawat menurut Hidayat (2000) merupakan tingkah laku
yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan
kedudukan dalam sistem, dimana dapat dipengaruhi oleh keadaan
sosial baik dari profesi perawat maupun dari luar profesi
keperawatan yang konstan.
PERAN PERAWAT DALAM KONSEP SEKSUALITAS

1. Membangun dasar pengetahuan dan pemahaman yang wajar


tentang dimensi seksualitas sehat dan area paling umum dari
perubahan dan disfungsi seksual
2. Mengkaji tingkat kenyamanan dan keterbatasan mereka sendiri
dalam mendiskusikan seksualitas
3. Perawat dapat belajar untuk mengenali masalah yang berada
diluar jangkauan mereka dan melakukan rujukan untuk klien
guna mendapatkan bantuan
4. Professional dalam memahami keragaman prilaku seksual klien
5. Pengetahuan dan kenyamanan diri terhadap seksualitas pribadi
6. Pengetahuan tentang pertumbuhan dan perkembangan
seksualitas sepanjang rentang hidup
7. Pengetahuan tentang seksualitas dasar
8. Keahlian komunikasi teraupetik
9. Adanya kemauan bekerja dengan klien yang mempunyai
berbagai jenis seksualitas
10. Kemampuan mengenal kebutuhan klien dan anggota keluarga
dalam mendiskusikan topik seksualitas
PERAN PERAWAT DALAM KONSEP STRESS DAN
ADAPTASI
1. Napas Dalam
Dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana
cara melakukan napas dalam, napas lambat (menahan inspirasi
secara maksimal) dan cara menghembuskan napas secara
perlahan.
2. Pengenalan diri (self-awareness)
Yaitu mampu mengenali emosi dan penyebab dari pemicu
emosi tersebut dan mampu mengevaluasi dirinya sendiri dan
mendapatkan informasi untuk melakukan suatu tindakan.
3. Penguasaan diri (self-regulation)
4. Motivasi diri (self-motivation)
5. Empati (empathy)
6. Hubungan yang efektif (effective relationship)
7. Perawat harus mampu memfasilitas orang sedang mengalami
stress
8. Perawat harus melakukan tindakan keperawatan yang sesuai
dengan prinsip-prinsip manajemen stress
9. Perawat dapat menggunakan strategi pemecahan masalah
yang bertujuan mengurangi stress secara efektif untuk jangka
panjang
TERIMA KASIH...

Anda mungkin juga menyukai