Anda di halaman 1dari 17

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kualitas Hidup

1. Definisi

Kualitas hidup di kalangan lansia adalah kesehatan fisik, kesehatan

psikologis, sosial pada kondisi fungsional dan kondisi lingkungan lansia.

Tingkat kemandirian, kondisi fisik, psikologis, sosial dan lingkungan

berpengaruh terhadap kualitas hidup manusia. Kualitas hidup lansia menurun

disebabkan oleh lansia mengalami banyak keterebatasan dalam hidup. Tempat

tinggal sebagai komponen penting dari komunitas yang kohesif dan produktif

sebagai tempat berinteraksi satu sama lain ( Santoso 2019).

Menurut World Health Organization Quality Of Life (WHOQOL) definisi

kualitas hidup adalah persepsi individu terhadap posisi mereka dalam konteks

budaya dan nilai dimana mereka hidup dan dalam hubungannya dengan tujuan

hidup, harapan, standard, dan perhatian. Kualitas hidup suatu konsep yang

sangat luas yang dipengaruhi kondisi fisik individu, psikologis, tingkat

kemandirian, serta hubungan individu dengan lingkungan (Azwan 2015)

2. Dimensi-Dimensi

WHOQOL-BREF versi bahasa indonesia terdiri dari empat domain, yaitu

kesehatan fisik, psikologis, hubungan sosial, dan lingkungan. Keempat

domain tersebut diuraikan menjadi beberapa indikator (Power dalam Lopez &

Snyder, 2004 dalam Bahrir 2014), yaitu:


a. Dimensi kesehatan fisik

Yaitu kesehatan fisik dapat mempengaruhi kemampuan individu untuk

melakukan aktivitas. Aktivitas yang dilakukan akan memberikan

pengalamn-pengalaman baru yang merupakan modal perkembangan ke

tahap selanjutnya. Kesehatan fisik mencakup beberapa aspek, yaitu:

1) Aktivitas sehari-hari, menggambarkan kesulitan dan kemudahan yang

dirasakan individu di kegiatan sehari-harnya.

2) Ketergantungan pada obat-obatan dan bantuan medis,

menggambarkan seberapa besar keterlibatan individu dengan obat-

obatan dan kebutuhan dalam tenaga medis di setiap aktivitas sehari-

hari.

3) Energi dan kelehan, menggambarkan kemampuan yang dimliki oleh

individu dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari.

4) Mobilitas, menggambarkan tingkat perpindahan yang mampu

dilakukan oleh individu dengan mudah dan cepat. Sakit dan keidak

nyamanan, menggambarkan intensitas perasaan keresahan yang

dirasakan individu terhadap hal-hal yang menyebabkan individu

merasa sakit.

5) Tidur dan istirahat, menggambarkan kualitas tidur dan istirahat

individu

6) Kapasitas kerja, menggambarkan seberapa besar kemampuan individu

dalam menyelesaikan tugasnya.

b. Dimensi psikologis
Yaitu hal yang berkaitan dengan keadaan mental individu. Keadaan

mental mengarah pada mampu atau tidaknya individu menyesuaikan diri

terhadap berbagai tuntutan perkembangan sesuai dengan kemampuannya,

baik tuntutan dari dalam maupun dari luar dirinya. Aspek psikologis juga

terkait dengan aspek fisik, dimana individu dapat melakukan suatu

aktivitas dengan baik bila individu tersebut sehat secara mental. Psikologis

mencakup beberapa aspek, yaitu:

1) Penampilan dan cara tubuh adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya

secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini ,mencakup persepsi dan ukuran,

bentuk, dan fungsi penampilan tubuh saat ini dan masa lalu.

2) Perasaan negatif : menggambarkan adanya perasaan tidak

menyenangkan yang tengah dirasakan oleh individu.

3) Perasaan positif : menggambarkan adanya perasaan menyenangkan

yang tengah dirasakan oleh individu.

4) Harga diri menggambarkan seberapa besar individu menilai atau

menggambarkan dirinya sendiri. Penilaian individu tentang nilai

personal yang diperoleh dengan mangalisis sebrapa baik perilaku

sesorang sesuai dengan ideal diinya.

5) Spiritual atau keyakinan pribadi adalah sesuatu yang diyakini sesora ng

yakni sebagai benar berdasarkan pengalaman, falkta ilmiah atau apa

yang di inginkan dipikirkan sesorang itu benar karena membuat merasa

lebih baik.
6) Berpikir, belajar, memori dan konsentrasi menggambrkan kognitif

individu yang memungkinakn untuk berkonsentrasi, belajar,

menyelesaikan masalah, dan fungsi kognisi yang lainnya.

c. Dimensi hubungan sosial

Yaitu hubungan antara dua individu atau lebih dimana tingkah laku

individu tersebut akan saling mempengaruhi, mengubah, atau

memperbaiki tingkah laku individu lainnya. Mengingat manusia adalah

makhluk sosial maka dalam hubungan sosial ini, manusia dapat

merealisasikan kehidupan serta dapat berkembang menjadi manusia

seutuhnya. Hubungan sosial mencakup beberapa aspek, yaitu:

1) Relasi personal : menggambarkan hubungan yang dimiliki individu

dengan individu lain.

2) Dukungan sosial : menggambarkan individu menerima bantuan dari

individu lain di lingkungan sekitarnya ketika meminta bantuan.

3) Aktivitas seksual : menggambrkan aktivitas seksual yang dilakukan

individu.

d. Dimensi lingkungan

lingkungan, yaitu tempat tinggal individu, termasuk di dalamnya keadaan,

ketersediaan tempat tinggal untuk melakukan segala akitivitas kehidupan,

termasuk di dalamnya adalah saran dan prasarana yang dapat menunjang

kehidupan.

1) Sumber finansial : menggambrakan keadaan keuangan individu.

2) Kebebasan, menggambarkan tingkat kebebasan dalam menghabiskan

waktu luang pada dirinya.


3) Keamanan fisik menggambarkan tingkat keamanan individu dalam

lingkungan yang terlindungi.

4) Perawatan kesehatan dan social care menggambarakan ketersediaan

layanan kesehatan dan perlindungan sosial yang dapat diperoleh

individu.

5) Lingkungan rumah menggambarkan keadaan tempat tinggal individu.

6) Kesempatan untuk mendapatkan berbagai informasi dan keterampilan

menggambarkan ada atau tidaknya kesempatan bagi individu untuk

memperoleh hal-hal yang berguna bagi individu.

7) Partisipasi dan kesempatan untuk melakukan rekreasi atau kegiatan

yang menyenangkan menggambarkan sejauh mana individu dalam

memiliki kesempatan dan dapat bergabung untuk berekreasi dan

menikmati waktu luang.

8) Transportasi menggambarkan adanya sarana kendaraan yang dapat

dijangkau oleh individu.

3. Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup

Berikut merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup

menurut para ahli pada penelitian (Anggun, 2018) yaitu:

a. Jenis kelamin adalah salah satu factor yang mempengaruhi kualitas hidup

secara nyata, perempuan memiliki kualitas hidup yang rendah

dibandingkan dengan laki-laki. Karena perempuan mudah dipengaruhi

oleh depresi oleh berbagai alasan yang terjadi didalam kehidupannya

seperti mengalami sakit dan masalah gender yang mengarah pada

kekurangan kesempatan dalam kehidupannya.


b. Usia, pasien yang berusia lanjut cenderung mempunyai kualitas hidup

yang lebih buruk dan conderung lebih depresi menurut penelitian

(Mailani, 2015), sedangkan menurut penelitian (Anggraini, 2013) usia

dewasa mengekspresikan kesejahteraan yang lebih tinggi daripada usia

dewasa akhir.Kategori usia menurut WHO yaitubatas umur lansia (usia

pertengahan 45-59 tahun, usia lanjut 60-74 tahun, lanjut usia tua 75-90

tahun, lansia sangat tua >90 tahun) batas umur dewasa (dewasa awal 26-

35 tahun, dewasa akhir 36-45 tahun).

c. Pendidikan, tingkat pendidikan umumnya akan berpengaruh terhadap

kemampuan dalam mengolah infromasi. Kualitas hidup yang rendah juga

signifikan berhubungan dengan tingkat pendidikan yang rendah dan

kebiasaan aktifitas fisik yang kurang baik.

d. Status pekerjaan atau status ekonomi, terdapat perbedaan antara penduduk

yang berstatus sebagai pelajar, penduduk yang bekerja, penduduk yang

tidak mampu bekerja namun ibu rumah tangga beraktivitas mengerjakan

pekerjaan rumah seperti memasak, membersihkan rumah, dan mencuci

baju, sehingga ibu rumah tangga memiliki kualitas hidup yang baik, hasil

penelitian Moons, Marquet, Budst, dan Geest (2004). Bahwa pasien

dengan sosio ekonomi yang rendah lebih cemas dibandingkan ekonomi

yang lebih tinggi, hal ini berdampak pada kualitas hidupnya (Andayani,

2013).

e. Status pernikahan, terdapat perbedaan yang dapat mempengaruhi individu

pada kualitas hidup antara individu yang tidak menikah, bercerai ataupun

janda, dan individu yang menikah. Menurut penelitian (Anggun, 2018)


status pernikahan pasien yang bercerai atau yang tidak mempunyai

pasangan hidup cenderung nilai kesehatan fisik, sosial rendah dan rentan

terhadap depresi.

f. Lamanya menjalani pengobatan akan mempengaruhi kualitas hidup

pasiennya, menurut (Anggun, 2018).

g. Efek samping obat atau terapi, dapat merubah fungsi tubuh dan dapat

menyebabkan tekanan pada psikologinya sehingga dapat mempengaruhi

seseorang akan kepuasan pada dirinya saat itu.

h. Ansietas, adanya penyakit kronik dapat menurunkan kualitas hidup,

sehingga terjadi kecemasan pada pasien yang dapat menentukan kualitas

hidup. Ansietas adalah perasaan tidak tenang atau ketakutan dialami oleh

individua tau kelompok dan aktivitas sistem saraf otonom dalam

merespon ancaman yang tidak spesifik dan tidak jelas. Pasien yang

ansietas bersifat subjektif dan tidak sama antara satu dengan pasien

lainnya.

i. Koping, adalah metode pertahanan terhadap suatu ancaman mendasar

yang dirasakan pada pandangan diri yang positif. Koping efektif

merupakan kondisi ketika individu berulang kali menampilkan evaluasi

diri positif yang salah sebagai pertahanan terhadap ancaman

j. Dukungan keluarga, pada penelitian (Mailani, 2015; Anggun, 2018)

pasien yang mendapatkan dukungan keluarga atau dukungan sosial dari

lingkungan sekitarnya juga dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien.

4. Kegunaan Pengukuran Kualitas Hidup

Instrumen WHOQoL dengan fokus pada pandangan individu tentang


kesejahteraan, memberikan pandangan baru terhadap penyakit yang

dideritanya (Nursalam, 2016). Misalnya, respon individu ketika sudah

dilakukan tindakan histerektomi yang mempunyai efek samping pada aspek

lingkungan pasien yang membutuhkan perhatian lebih. Kualitas hidup terkait

respon terhadap efek samping tindakan pada pasien post histerektomi

khususnya dapat menjadi faktor yang mempengaruhi individu terhadap

hubungan lingkungan disekitarnya. Terkait dengan pasien post histerektomi,

kualitas hisup dikaji untuk menilai tekanan personal dalam melakukan

manajemen efek tindakan pengangkatan rahim, dan mengevaluasi

keberhasilan personal dalam memanajemen kualitas hidup baik dan buruk.

B. Konsep Lansia

1. Definisi Lansia

Menua tau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam

kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak

hanya dimulai dari satu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan

kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang

telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap

ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berati

mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan

kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran

kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan figur tubuh

yang tidak proposional ( Untari Ida 2018)

Menurut undang-undangkesejahteraan lanjut usia No. 13 tahun 1998,

lansia adalah seorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas baik pria
maupun wanita, masih mampu melakukakan pekerjaan atau kegiatan yang

dapat menghasilkan barang atau jasa ataupun tidak berdaya mencari nafkah

sehingga hidupnya bergantung pada orang lain. Peningkatan harapan hidup

akan mempengaruhi terhadapa peningkatan penambahan usia seseorang.

Penambahan usia seseorang yang akan berakhir menjadi porses penuan

(aging) (Ekasari 2018)

2. Batasan-Batasan Lansia

a. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), usia lanjut dalam Untari Ida

2018) dibagi menjadi empat kriteria berikut ini :

1) Usia pertengahan (middle age) (45-59 tahun)

2) Lanjut usia (elderly) (60-74 tahun)

3) Lanjut usia tua (old) (75-90 tahun)

4) Usia sangat tua (very old) (di atas 90 tahun)

b. Menurut Departemen Kesehatan RI (2003) dalam Dewi Sofia Rhoma

(2014) membagi lansia sebagai berikut :

1) Pralansia (prasenilisis), seseorang yang berusia 45-59 tahun

2) Lansia, seorang yang berusia 60 tahun atau lebih

3) Lansia resiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih dengan

masalah kesehatan

4) Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau

kegiatan yang dapat mengahasilkan barang jasa

5) Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga

hoidupnyua bergantung pada bantuan orang lain


c. Menurut pasal 1 Undang-undang no. 4 tahun 1965 dalam Untari Ida 2018).

Seseorang dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah

yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak

berdaya mencari nafkah sendiri untuk perluan sehari-hari dan menerima

nafkah dari orang lain.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan

Menurut Untari Ida (2018) faktor-faktor yang mempengaruhi ketuaan

adalah :

a. Faktor fisik

1) Sering kencing

2) Kram betis

3) Sakit gigi

4) Nyeri seperti artritis

5) Sindrom tungkai bergerak (akatisia)

b. Faktor sosial

1) Pertengkaran keluarga

2) Meonton TV sampai larut malam tidak teratur (night life)

c. Faktor emosioanl

1) Kecemasan

2) Depresi

3) Stres

4) Marah tidak tersalurkan

5) Masalah pribadi

d. Faktor medias
1) Penyakit jantung

2) Penyakit paru

3) Diabetes melitus

4) Apnea tidur

e. Faktor iatrogenik

1) Teofilin

2) Kostikosteroid

3) Antihipetensi

4) Iuretik

5) Activating antideprsi

f. Faktor perilaku

1) Terlalu banyak minum kopi (cokelat)

2) Waktu tidur yang berubah-ubah

4. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

a. Sistem sel

1) Jumlah sel menurun/lebih sedikit

2) Ukuran sel lebih besar

3) Jumlah cairan tubuh dan cairan intraselular berkurang

4) Proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati menurun

5) Jumlah sel otak menurun

6) Mekanisme perbaikan sel terganggu

7) Otak menjadi atrofi, berarnya berkurang 5-10%

8) Lekukan otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar

b. Sistem persarafan
1) Penurunan hubungan persarafan

2) Berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak setiap orang berkurang setiap

harinya

3) Respons dan waktu untuk beraksi lambat, khususnya terhadap stres

4) Saraf panca-indra mengecil

5) Penglihatan berkurang, pendengaran menghilang, saraf penciuman dan

perasa mengecil, lebih sensitif terhadap perubahan suhu, dan rendahnya

ketahanan terhadap dingin

6) Kurang sensitif terhadap sentuhan

7) Defisit memori

c. Sistem pendengaran

1) Gangguan pendeganran. Hilangnya daya pendengaran pada telinga dalam,

terutama terhadap bunyi suara atau nada yang tinggi. Suara yang tidak

jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% lebih terjadi pada usia diatas umur 65

tahun

2) Memberi timpani menajdi strofi menyebabkan otosklerosis

3) Terjadi mengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya

keratin

4) Fungsi pendengaransemakin menurun pada lanjut usia yang mengalami

ketegangan/stes

5) Tinitus (bising yang bersifat mendengung, dapat bernada tinggi atau

rendah, fdapat terus-menerus atau intermiten)

6) Vertigo (perasaa tidak stabil yang terasa seperti bergoyang atau berputar)

d. Sistem penglihatan
1) Sfingter pupil timbul skelerosis dan respons terhadap sinar menghilang

2) Kornea lebih berbentuk sferis (bola)

3) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa), menjadi katarak, jelas

menyebabkan gangguan penglihatan

4) Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap

kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam gelap

5) Penurunan/menghilangnya daya akomodasi, dengan manifestasi presbiopi,

seseorang sulit melihat dekat yang dipengaruhi berkurangnya elastisitas

lensa

6) Lapang pandand menurun, luas pandangan berkurang

7) Daya membedakan warna menurun, terutama warna biru atau hijau pada

skala

e. Sistem pernafasan

1) Otot pernafasan mengalami kelemahan akibat atrofi, kehilangan kekuatan,

dan menjadi kaku

2) Aktivitas silia menururn

3) Paru kehilangan elastis, kapasitas residu meningkat, menarik napas lebih

berat, kapasitas pernapasan maksimum menururn dengan kedlaman

bernafas menurun

4) Ukuran alveoli melebar (membesar secara progresif) dan njumlah

berkurang

5) Berkurangnya elastis bronkus

6) Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg

7) Karbon dioksida pada arteri tidak berganti, pertukaran gas terganggu


8) Refleks dan kemampuan untukn batuk berkurang

9) Sentivitas terhadap hipoksia dan hiperkarbia menurun

10) Sering terjadi memfisema senilis

11) Kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot pernafassan menurun

seiring bertambahnya usia

f. Sistem pencernaan

1) Kehingan gigi, penyebab utama penyakit periodental yang biasa terjadi

setelah umur 30 tahun. Penyebab lain meliputi kesehatan gigi dan gizi

yang buruk

2) Indra pengecap menurun, adanya iritasi selaput lendir yang kronis, atrofi

indra pengecap (80%), hilangnya sensitivitas saraf pengecapan di lidah,

terutama rasa manis dan asin, hilangnya sensitivitas saraf pengecap

terhadap rasa asin, asam, dan pahit

3) Esofagus melebar

4) Rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun), asam lambung menurun,

motilitas dan waktu pengosongan lambung menurun

5) Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi

6) Fungsi absorpsi melemah (daya absorpsi terganggu, terutama karbohidrat)

7) Hati semakin mengecil dan tempat penyimpanan menurun, aliran darah

berkurang

g. Sitem reprodiuksi

1) Wanita :

a) Vagina mengalami kontaktor dan mengecil

b) Ovari menciut, uterus mengalami atrofi


c) Atrofi payudara

d) Atrofi vulva

e) Selaput lendir vagina menurn, permukaan menjadi halus, selresi

berkurang, sifatnya menjadi alakali dan terjadi perubahan warna

2) Pria

a) Testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun ada penurunan

seacra berangsur-angsur

b) Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 yahun, asal kondisi

kesehatannya baik, yaitu:

1) Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai lanjut usia

2) Hubungan seksual secara teratur membantu mempertahankan kemampuan

seksual

3) Tidak perlu cepat karena prosesnya alamiah

4) Sebanyak 75% pria usia diatas 65 tahun mengalami pembesaran prostat

h. Sistem integumen

1) Kulit menurun dan keriput akibat kehilangan jarinagn lemak

2) Permukaan kulit cenderung kusam, kasar, dan bersisik (karena kehilangan

proses keratinasi serta perubahanukuran dan bentuk sel epidermis)

3) Timbul bercak pigmenasi akibat proses melanogenesis yang tidak merata

pada permukaan kulit sehingga tampak bintik-bintik atau noda coklat

4) Terjadi perubahan pada daerah sekitar mata, munculnya kerut-kerut halus

diujung mata akibat lapisan kulit menipis

5) Respons terhadap trauma menurun

6) Mekanisme proteksi kulit menurun


7) Produksi serum menurun

8) Produksi vitamin D menururn

9) Pigmentasi kulit terganggu

10) Kulit kepala dan ranmbut menipis dan beawarna kelabu

11) Rambut dalam hidung dan telinga menebal

12) Berkurangnya ekastisistas akibat menurunya cairan dan vaskularisasi

13) Pertumbuhan kuku lebih lambat

14) Kukunkari menjadi keras dan rapuh

15) Kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya

16) Kuku kaki tumbuh secara berlenihan seperti tanduk

17) Jumlah dan funfsi kelenhar berkurang

i. Sistem muskuloskeletal

1) Tulang kehilangan densitas (cairan)

2) Gangguan tulang, yaitu mudah mengalami semineralisasi

3) Kekuatan dan stabilitas tulang menurun, terutama vertebrata, pergelangan,

dan paha. Insiden oeteoporosis dan faktur menigkat pada area tulang

tersebut

4) Kartilago yang meliputi permukaan sendi tulang penyangga rusak dan aus

5) Kifosis

6) Gerakan pinggang, lutut, dan jari-jari pergelangan terbatas

7) Gangguan gaya berjalan

8) Kekauan jaringan penghubung

9) Diskus invertebralis menipis dan menjadi pendek (tinginya berkurag)

10) Persendian membesar dan menajadi kaku


11) Tendon mengerut dan mengalami sklerosis

12) Atrofi serabut otot, serabut oto mengecil sehingga gerakan

menjadimlambat, otot kram, dan menjadin tremor (perubahan pada otot

cukup rumit dan sulit dipahami)

13) Komposisi otot berubah sepanjang waktu (miofibril digantikan oleh

lemak, kolagen, dan jaringan parut)

14) Aliran darah otot berkurang sejalan dengan proses menua

15) Otot polos tidak begitu berpengaruh

Anda mungkin juga menyukai