Anda di halaman 1dari 150

KARYA ILMIAH AKHIR

PENERAPAN SENAM ERGONOMIS TERHADAP GOUT ARTHRITIS


PADA LANSIA DENGAN MASALAH KEPERAWATAN GANGGUAN
MOBILITAS FISIK DI DESA PASESEH RT 002 RW 004
KECAMATAN TANJUNG BUMI KABUPATEN
BANGKALAN

LINA EKAWATI
1120020065

DOSEN PEMBIMBING:
DIFRAN NOBEL BISTARA, S. KEP.,NS.,M.KEP

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAM SURABAYA
2021

1
KARYA ILMIAH AKHIR

PENERAPAN SENAM ERGONOMIS TERHADAP GOUT ARTHRITIS


PADA LANSIA DENGAN MASALAH KEPERAWATAN GANGGUAN
MOBILITAS FISIK DI DESA PASESEH RT 002 RW 004
KECAMATAN TANJUNG BUMI KABUPATEN
BANGKALAN

LINA EKAWATI
NIM. 1120020065

DOSEN PEMBIMBING :
DIFRAN NOBEL BISTARA, S. KEP.,NS.,M.KEP

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2021

i
KARYA ILMIAH AKHIR

PENERAPAN SENAM ERGONOMIS TERHADAP GOUT ARTHRITIS


PADA LANSIA DENGAN MASALAH KEPERAWATAN GANGGUAN
MOBILITAS FISIK DI DESA PASESEH RT 002 RW 004
KECAMATAN TANJUNG BUMI KABUPATEN
BANGKALAN

Disusun Untuk Memperoleh Gelar Profesi Ners (Ns.)


Dalam Program Studi Profesi Ners
Fakultas Keperawatan dan Kebidanan
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya

Oleh :

LINA EKAWATI
1120020065

DOSEN PEMBIMBING :
DIFRAN NOBEL BISTARA, S. KEP.,NS.,M.KEP

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2021

ii
PERNYATAAN ORSONALITAS

Karya Ilmiah Akhir ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik
yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Lina Ekawati

NIM : 1120020065

Tanda Tangan :

Tanggal :

iii
LEMBAR PERSETUJUAN KARYA ILMIAH AKHIR

Judul : penerapan senam ergonomis terhadap gout arthritis pada lansia


dengan masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik di desa
paseseh rt 002 rw 004 kecamatan tanjung bumi kabupaten
bangkalan
Penyusun : Lina Ekawati
NIM : 1120020065
Pembimbing : Difran Nobel Bistara, S. Kep.,Ns.,M.Kep
Tanggal Ujian :

Disetujui Oleh :

Pembimbing,
Difran Nobel Bistara, S. Kep.,Ns.,M.Kep :
NPP. 1603108902

Mengetahui,
Ketua Program Studi Profesi Ners

Siti Nurjanah, S.Kep., Ns., M.Kep.


NPP. 0206713

iv
LEMBAR PENGESAHAN

PENERAPAN SENAM ERGONOMIS TERHADAP GOUT ARTHRITIS


PADA LANSIA DENGAN MASALAH KEPERAWATAN GANGGUAN
MOBILITAS FISIK DI DESA PASESEH RT 002 RW 004
KECAMATAN TANJUNG BUMI KABUPATEN
BANGKALAN

KARYA ILMIAH AKHIR INI TELAH DISETUJUI


PADA,

Oleh :
Pembimbing

Difran Nobel Bistara, S. Kep.,Ns.,M.Kep


NPP. 1603108902

Mengetahui,
Ketua Program Studi Profesi Ners

Siti Nurjanah, S.Kep., Ns., M.Kep.


NPP. 0206713

v
Karya Ilmiah Akhir ini telah diajukan oleh :
Nama : Lina Ekawati
Nim : 1120020065
Program Studi : Profesi Ners
Judul : Penerapan Senam Ergonomis Terhadap Gout Arthritis
Pada Lansia Dengan Masalah Keperawatan Gangguan
Mobilitas Fisik Di Desa Paseseh Rt 002 Rw 004
Kecamatan Tanjung Bumi Kabupaten Bangkalan

Karya Ilmiah Akhir ini telah diuji dan dinilai


Oleh tim penguji pada

Program Studi Profesi Ners


Pada tanggal

Tim Penguji :
Ketua,
Difran Nobel Bistara, S. Kep.,Ns.,M.Kep :
NPP. 1603108902

Anggota I,
Arif Helmi Setiawan, S.Kep.,M.Kep :
NPP. 9904626

Anggota II,
Nur Hidaayah, S.Kep.,Ns.,M.Kes :
NPP. 0307738

Mengetahui,
Ketua Program Studi Profesi Ners

Siti Nurjanah, S.Kep., Ns., M.Kep.


NPP. 0206713

vi
LEMBAR PERNYATAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya, saya yang


bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Lina Ekawati
NIM : 1120020065
Program Studi : Profesi Ners
Fakultas : Keperawatan dan Kebidanan
Jenis Karya : Karya Ilmiah Akhir
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non-
exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

PENERAPAN SENAM ERGONOMIS TERHADAP GOUT ARTHRITIS


PADA LANSIA DENGAN MASALAH KEPERAWATAN GANGGUAN
MOBILITAS FISIK DI DESA PASESEH RT 002 RW 004
KECAMATAN TANJUNG BUMI KABUPATEN
BANGKALAN

Beserta perangkat yang ada (jika diperluhkan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-
eksklusif ini Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Nahdlatul Ulama
Surabaya, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat dan mempublikasikan Tugas Akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Surabaya
Pada Tanggal :
Yang menyatakan,

Lina Ekawati
NIM. 1120020065

vii
ABSTRAK
Gout arthritis atau yang sering dikenal dengan asam urat adalah
penyakit yang sering terjadi pada lansia. Penyakit gout arthritis pada
lansia sering dirasakan dikarenakan adanya faktor pencetus diantaranya
pola makan, dan kegemukan. Seseorang yang mederita gout arthritis
memiliki gejala pembengkakan pada sendi, adanya kemerahan, terasa
panas dan nyeri. Sehingga akan mengakibatkan terjadinya gangguan pada
sistem gerak (gangguan mobilitas fisik). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui penerapan latihan senam ergonomis pada klien Ny. S dan Ny.
N dengan diagnosa medis gout arhritis dengan masalah keperawatan
gangguan mobilitas fisik di Desa Paseseh RT 002 RW 004 Kecamatan
Tanjung Bumi Kabupaten Bangkalan.
Jenis penelitian ini menggunakan studi kasus melalui asuhan
keperawatan pada dua pasien dengan masalah keperawatan gangguan
mobilitas fisik dan melakukan pengkajian, diagnosa, rencana tindakan,
tindakan keperawatan dan evaluasi. Metode pengumpulan data dilakukan
dengan wawancara observasi.
Hasil pengkajian ditemukan gout arhritis pada klien Ny. S 7,0 gdl
dan Ny. N 7,5 gdl dengan prioritas diagnosa yang diangkat adalah
gangguan mobilitas fisik yang dapat menggangu aktivitas klien sehingga
intervensi keperawatan yang diberikan adalah penerapan senam
ergonomis. Implementasi senam ergonomis yang diberikan 7 kali terapi
dengan 8 kali pertemuan setiap hari kurang dari 30 menit sesuai dengan
standart operasioanl prosedur. Evaluasi didapatkan adanya penurunan gout
arhritis pada Ny. S 6,7 gdl dan Ny. N 7,0 gdl.
Simpulan hasil penelitian menunjukan metode penerapan senam
ergonomis sebagai terapi non farmakologi dapat menurunkan gangguan
mobilitas fisik, diharapkan bagi tenaga kesehatan untuk menerapkan
senam ergonomis secara maksimal kepada pasien sesuai SOP.
Kata Kunci : Gout Arhritis, Mobilitas Fisik, Senam Ergonomis

viii
ABSTRACT
Gout arthritis or often known as gout is a disease that often occurs
in the elderly. Gout arthritis in the elderly is often felt due to precipitating
factors including diet, and obesity. A person who suffers from gouty
arthritis has symptoms of swelling in the joints, redness, feeling hot and
painful. This will result in disturbances in the movement system (impaired
physical mobility). This study aims to determine the application of
ergonomic gymnastics to Ny. S and Ny. N with a medical diagnosis of
gout arthritis with nursing problems with physical mobility disorders in
Paseseh Village RT 002 RW 004 Tanjung Bumi District Bangkalan
Regency.
This type of research uses case studies through nursing care for
two patients with nursing problems with physical mobility disorders and
conducts assessments, diagnoses, action plans, nursing actions and
evaluations. The method of data collection was done by observation
interviews.
The results of the study found gout arthritis in Ny. S 7.0 gdl and
Ny.. N 7.5 gdl with the priority of the diagnosis raised is physical mobility
disorders that can interfere with the client's activities so that the nursing
intervention given is the application of ergonomic exercise. The
implementation of ergonomic gymnastics is given 7 times of therapy with
8 meetings every day for less than 30 minutes in accordance with standard
operating procedures. Evaluation found a decrease in gout arthritis in Ny.
S 6.7 gdl and Ny. N 7.0 gdl.
The conclusion of the research shows that the method of applying
ergonomic exercise as a non-pharmacological therapy can reduce physical
mobility disorders, it is hoped that health workers will apply ergonomic
exercise to the maximum for patients according to standard operating
procedures.
Keywords: Gout Arthritis, Physical Mobility, Ergonomic Gymnastics

ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah serta karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan KIA ini dengan
judul “Penerapan Senam Ergonomis Terhadap Gout Arthritis Pada Lansia Dengan
Masalah Keperawatan Gangguan Mobilitas Fisik Di Desa Paseseh Rt 002 Rw 004
Kecamatan Tanjung Bumi Kabupaten Bangkalan”. Sebagai salah satu syarat
akademik dalam rangka menyelesaikan Program Pendidikan Profesi Ners di
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya.
Penulisan kia ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
baik materi, moral maupun spiritual. Oleh karena itu dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Difran Nobel Bistara, S. Kep.,Ns.,M.Kep selaku dosen pembimbing yang
dengan penuh perhatian mendampingi dan mengarahkan penulis dalam
menyusun KIA penelitian ini.
2. Siti Nurjanah, S.Kep.,Ns.,M.Kep. sebagai Ketua Program Pendidikan Profesi
Ners
3. Khamida, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Dekan Fakultas Keperawatan dan
Kebidanan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya.
4. Prof. Dr. Ir. Achmad Jazidie, M.Eng. selaku Rektor Universitas Nahdlatul
Ulama Surabaya.
5. Seluruh dosen dan staf Kependidikan Keperawatan dan Kebidanan Universitas
Nahdlatul Ulama Surabaya yang telah memberikan ilmu sebagai bekal untuk
melakukan penelitian ini.
6. Kepala Desa Paseseh yang telah memberikan izin penelitian.
7. Responden yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini.
8. Kedua orang tua yaitu Aba dan Umi yang dengan segala cinta dan kasihnya
telah memberikan doa dan dukungan baik dari segi moril maupun material
yang selalu membuat peneliti merasa termotivasi dalam menyelesaikan KIA
ini
9. Suami saya yang selalu memberikan support dan yang selalu mendukung agar
KIA segera di selesaikan dengan baik.
10. Semua pihak-pihak yang terkait dalam kelancaran pembuatan KIA ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal dan
perbuatan yang telah diberikan dan penulis menyadari bahwa naskah KIA ini
belum sempurna, oleh karena itu saran yang membangun dari pembaca sangat
penulis harapakan demi perbaikan skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga KIA ini dapat bermanfaat baik bagi penulis
dan pihak yang membutuhkannya.
Surabaya, 2021
Penulis

x
Lina Ekawati

DAFTAR ISI
Sampul Depan....................................................................................................... ii
Sampul Dalam....................................................................................................... ii
Lembar Pernyataan Orsonalitas............................................................................. iii
Lembar Persetujuan............................................................................................... iv
Lembar Pengesahan............................................................................................... v
Lembar Pengajuan................................................................................................. vi
Halaman Persetujuan Publikasi Tugas Akhir ....................................................... vii
Abstrak.................................................................................................................. viii
Abstract.................................................................................................................. ix
Kata Pengantar....................................................................................................... x
Daftar Isi ............................................................................................................... xi
Daftar Tabel .......................................................................................................... xiii
Daftar Gambar ...................................................................................................... xiv
Daftar Lampiran ................................................................................................... xv
Daftar Arti Lambang dan Singkatan ..................................................................... xvi
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 5
D. Manfaat Penulisan ....................................................................................... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar............................................................................................... 7
1. Konsep Senam Ergonomis....................................................................... 7
2. Konsep Dasar Gout Arthritis................................................................... 23
3. Konsep Dasar Lansia .............................................................................. 34
4. Konsep Dasar Gangguan Mobilitas Fisik................................................40
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan............................................................ 43
C. Peran Perawat............................................................................................... 57
D. Evidence Based in Nursing (EBN).............................................................. 59
BAB 3 METODE PENELITIAN
A. Pendekatan................................................................................................... 64
B. Lokasi dan Waktu........................................................................................ 64
C. Subjek Penelitian.......................................................................................... 65
D. Pengumpulan Data....................................................................................... 65
E. Pengolahan Data........................................................................................... 66
F. Etika Penelitian............................................................................................. 67
BAB 4 LAPORAN KASUS
A. Pengkajian .................................................................................................. 69
B. Diagnosis Keperawatan................................................................................ 73
C. Intervensi Keperawatan................................................................................ 74
D. Implementasi Keperawatan.......................................................................... 75
E. Evaluasi Keperawatan.................................................................................. 79
BAB 5 ANALISIS SITUASI

xi
A. Profil Lahan Praktik..................................................................................... 81
B. Analisis Masalah Keperawatan.................................................................... 81
C. Analisis Implementasi.................................................................................. 83
D. Keterbatasan Implementasi Keperawatan.................................................... 83
E. Alternatif Problem Solving yang Dapat Dilakukan...................................... 88
BAB 6 PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................. 90
B. Saran............................................................................................................. 91
Daftar Pustaka................................................................................................... 93
Lampiran........................................................................................................... 95

xii
DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Tabel Halaman

Tabel 2.2 Ukuran Kadar Gout Arthritis 25


Tabel 2.3 Daftar Nama Makanan Menurut Kadar Purin 33
Tabel 2.4 Daftar Diagnosa Keperawatan 45
Tabel 2.5 Intervensi Keperawatan 50
Tabel 2.6 Evidence Based in Nursing (EBN) 59
Tabel 5.1 Standar Opersional Prosedur Pemberian Senam Ergonomis 84

xiii
DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Gambar Halaman

Gambar 2.1 Gerakan Pembuka Berdiri Sempurna 10


Gambar 2.2 Lapang Dada 11
Gambar 2.3 Tunduk Syukur 12
Gambar 2.4 Duduk Perkasa 14
Gambar 2.5 Duduk Pembakaran 15
G Gerakan Berbaring Pasrah 17
21

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Lampiran Halaman

Lampiran 1 Surat Ijin Pengambilan Data Awal dan Penelitian 95


Lampiran 2 Surat Balasan Pengambilan Data Awal dan Penelitian 96
Lampiran 3 Lembar Persetujuan Mengikuti Penelitian 97
Lampiran 4 Lembar Informasi Untuk Responden 99
Lampiran 5 Lampiran Pengkajian Lengkap 101
Lampiran 6 SOP Senam Ergonomis 132
Lampiran 7 Lembar Konsultasi 136
Lampiran 8 Lembar Sertifikat 137

xv
Daftar Arti Lambang dan Singkatan
% : Persentase
& : Dan
III :3
. : Titik
, : Koma
̶ : Sampai
/ : Atau
= : Sama dengan
x : Kali
°C` : Derajat Celcius

Daftar Istilah
An : Anak
Bpk : Bapak
Cm : Centi meter
Depkes : Departemen Kesehatan
dkk : Dan Kawan-Kawan
DR. : Doktor
EBN : Evidence Based is Nursing
Ha : Hektar
Ir. : Insinyur
IRT : Ibu Rumah Tangga
ISPA : Infeksi Saluran Napas Atas
KAP : Knowledge, Attitudes and Practices
KB : Keluarga Berencana
Kg : Kilogram
mmHg : Milimeter Hydrargyrum
M. Kep. : Magister Keperawatan
M. Kes. : Magister Kesehatan
NIM : Nomor Induk Mahasiswa
NPP : Nomor Pokok Pegawai
PAUD : Pendidkan Anak Usia Dini
Prodi : Program Studi
Prof. : Profesor
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
RI : Republik Indonesia
RT : Rukun Tetangga
RW : Rukun Warga
SD : Sekolah Dasar
S.Kep. Ns : Sarjana Keperawatan. Nurse
SLTA : Sekolah Lanjut Tingkat Atas
SLTP : Sekolah Lanjut Tingkat Pertama
TK : Taman Kanak-kanak
TPA : Taman Pendidikan Al-Quran
UNICEF : United Nations Children Fund
UNUSA : Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya

xvi
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses menua dapat mempengaruhi pada perubahan fisiologis yang tidak

hanya berpengaruh terhadap penampilan fisik, namun juga terhadap fungsi

tanggapannya pada kehidupan sehari-hari. Pada lanjut usia terjadi

kemunduran sel-sel karena proses penuaan yang dapat berakibat pada

kelemahan organ, kemunduran fisik timbulnya berbagai macam penyakit

seperti peningkatan kadar asam urat atau penyakit gout arthritis (Ardhi, 2018).

Perubahan fisik yang terjadi pada lanjut usia sangat bervariasi, dan terjadi di

berbagai sistem, yaitu sistem integumen, sistem kardiovaskuler, sistem

gastrointestinal, sistem reproduksi, sistem neurologis, sistem perkemihan, dan

sistem muskuloskeletal. Perubahan pada sistem muskuloskeletal ditandai

dengan adanya pembengkakan pada sendi, adanya kemerahan, terasa panas,

nyeri akan mengakibatkan terjadinya gangguan pada sistem gerak (Malo,

2019).

Gout arthritis atau yang sering dikenal dengan asam urat adalah penyakit

yang sering terjadi pada lansia (Gandari, 2019). Penyakit gout arthritis pada

lansia sering dirasakan dikarenakan adanya faktor pencetus diantaranya pola

makan, dan kegemukan (Sari, 2017). Saat ini banyak masyarakat sering

mengkonsumsi makanan tinggi protein yang banyak mengandung zat purin

terutama terdapat pada daging, jerohan, kepiting, kerang, keju, kacang tanah,

dan sayuran buncis yang dapat memicu kadar purin dalam darah meningkat

sehingga akan mengalami serangan gout arthritis (Naviri, 2019).

1
2

Prevalensi penyakit gout arthritis (asam urat) di dunia mengalami

kenaikan jumlah penderita hingga dua kali lipat. Prevalensi gout arthritis pada

populasi di USA diperkirakan 13.6/100.000 penduduk. Prevalensi ini

meningkat seiring dengan meningkatnya umur (Syarifah 2018). Masalah gout

arthritis pada lansia di Indonesia pada tahun 2013 menunjukkan angka

prevalensi sebesar 11,9% berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan 24,7%

berdasarkan diagnosis atau gejala (Nursanti, 2018). Prevalensi gout arthritis di

Jawa Timur sebesar 17%, prevalensi gout arthritis di Surabaya sebesar 56,8%

(Simamora, 2018).

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh peneliti di Desa Paseseh

Jl. Melati Kecamatan Tanjung Bumi Kabupaten Bangkalan pada 18 Maret

2021. Berdasarkan informasi dari kepala Desa Paseseh Rt 002 Rw 004

sebanyak 23 lansia dan 9 lansia diantaranya mengalami gout arthritis. Dari 5

lansia didapatkan kebiasaan tidak mengatur pola makan dan jika mengalami

gout arthritis lansia membeli obat ke apotik, 4 lansia diantaranya jarang

melakukan olahraga dan obesitas, sedangkan dari beberapa lansia mengatakan

bahwa gout arthritis ini karena faktor umur dan tidak bisa disembuhkan. Dan

9 lansia mengalami gangguan mobilitas fisik yang disebabkan gout arthritis

Umumnya yang sering terserang gout arthritis adalah seseorang yang

sudah lanjut usia. Hal ini disebabkan karena pada lansia telah terjadi

penurunan fungsi dari berbagai organ-organ tubuh akibat kerusakan sel-sel

karena proses menua. Sehingga produksi hormon, enzim dan zat-zat yang

diperlukan untuk kekebalan tubuh menjadi berkurang (Nasir, 2017). Penyakit

gout arthritis ini menyebabkan inflamasi, kekakuan, pembengkakan, dan rasa


3

sakit pada sendi, otot, tendon, ligamen, dan tulang. Penyakit gout arthritis ini

merupakan penyebab terjadinya keterbatasan aktivitas. Keterbatasan aktivitas

pada lansia karena nyeri gout arthritis dapat menyebabkan immobilisasi dan

penurunan rentang gerak pada lansia, dampak fisiologis dari imobilisasi dan

ketidak aktifan adalah peningkatan katabolisme protein sehingga

menghasilkan penurunan rentang gerak dan kekuatan otot. (Gandari, 2019).

Jika kadar asam urat dalam darah seseorang melebihi ambang normal

maka asam urat ini akan masuk ke dalam tubuh khususnya ke dalam sendi.

Sendi-sendi yang diserang pada umumnya, adalah sendi-sendi jempol jari

kaki, pangkal jari-jari kaki, pergelangan kaki, tetapi kadang-kadang juga

menyerang sendi lutut, tangan, siku, bahu, dan lain-lain (Nasir, 2017). Gejala

nyeri yang dirasakan penderita dapat menyebabkan perubahan fisiologis yang

berpengaruh terhadap penampilan fisik dan menurunnya fungsi tubuh pada

kehidupan sehari-hari. Penderita Arthritis gout (asam urat) dapat mengalami

gangguan mobilitas fisik, gangguan tidur, bahkan gangguan interaksi sosial.

Sehingga hal tersebut perlu mendapat penanganan segera (Zahroh, 2018).

Salah satu upaya untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan serta

kesegaran jasmani bagi lansia adalah dengan melakukan olahraga (Nurul,

2017). Dengan melakukan senam secara teratur bisa membantu memperkuat

sendi, mengurangi rasa sakit, memperbaiki keseimbangan, memberikan energi

yang lebih banyak dan menjaga kartilago (jaringan yang menyelimuti ujung

tulang di dalam sendi) untuk menstimulasi produksi cairan pelumas di sekitar

sendi (Debra, 2015).


4

Senam ergonomis merupakan salah satu metode yang praktis dan

efektif dalam memelihara kesehatan tubuh. Gerakan yang terkandung dalam

senam ergonomis adalah gerakan yang sangat efektif, efisien, dan logis karena

rangkaian gerakannya merupakan rangkaian gerak yang dilakukan manusia

sejak dulu sampai saat ini. Senam ergonomis yaitu kombinasi dari gerakan

otot dan pernafasan, pada saat gerakan berdiri sempurna seluruh saraf menjadi

satu titik pada pengendaliannya di otak dan saat itu pikiran dikendalikan oleh

kesadaran akal untuk sehat dan bugar, dan pada saat badan membungkuk

dalam gerakan tunduk syukur oksigen dapat masuk ke kepala dan menambah

aliran darah kebagian atas tubuh terutama kepala yang dapat menstimulasi

respon relaksasikan tubuh kita dari seluruh ketegangan fisik dan mental.

(Gandari, 2019).

Senam ergonomis bermanfaat untuk memaksimalkan suplai oksigen ke

otak, membuka system kecerdasan, system keringat, system pemanasan tubuh,

system pembakaran (gout arhritis, kolesterol, gula darah, asam laktat, kristal

oxalate), nyeri gout arhritis. Senam ergonomis ketika dilakukan, akan timbul

ketenangan dalam pikiran. Ketenangan ini merupakan fase yang bermanfaat

bagi tubuh untuk rileks dan mengistirahatkan segenap aktivitas organ dan

sistem organ setelah sehari penuh dengan aktivitas. Ketenangan ini

menyebabkan hormon adrenalin, hormon penggalak mengalami relaksasi.

Sikap relaksasi menjadi penting karena dapat meredakan rasa capek, lelah, dan

nyeri pada otot (Malo, 2019).

B. Rumusan Masalah
5

Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis ingin mengetahui

“Bagaimana proses penerapan senam ergonomis pada lansia gout arhritis di

Desa Paseseh RT 002 RW 004 Kecamatan Tanjung Bumi Kabupaten

Bangkalan”.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mengetahui penerapan latihan senam ergonomis pada lansia gout arhritis

dengan masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik di Desa Paseseh RT

002 RW 004 Kecamatan Tanjung Bumi Kabupaten Bangkalan.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada lansia dengan gout arthritis di Desa

Paseseh RT 002 RW 004 Kecamatan Tanjung Bumi Kabupaten

Bangkalan.

b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada lansia dengan gout

arhritis di Desa Paseseh RT 002 RW 004 Kecamatan Tanjung Bumi

Kabupaten Bangkalan.

c. Mampu membuat intervensi keperawatan pada lansia dengan gout arhritis

di Desa RT 002 RW 004 Paseseh Kecamatan Tanjung Bumi Kabupaten

Bangkalan.

d. Mampu melakukan implementasi senam ergonomis pada lansia dengan

gout arhritis untuk mengatasi masalah keperawatan gangguan mobilitas

fisik di Desa Paseseh RT 002 RW 004 Kecamatan Tanjung Bumi

Kabupaten Bangkalan.
6

e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada lansia dengan gout arhritis

untuk mengatasi masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik di Desa

Paseseh RT 002 RW 004 Kecamatan Tanjung Bumi Kabupaten

Bangkalan.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil studi kasus ini diharapkan dapat digunakan sebagai data penelitian

berikutnya dan dapat bermanfaat bagi mahasiswa keperwatan,serta perawat

pendidik dalam mengembangkan metode pembelajaran yang yang tepat untuk

meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengatasi masalah keperawatan

gangguan mobilitas fisik pada klien gout arhritis.

2. Manfaat Praktisi.

a. Bagi Klien dan Masyarakat

Sebagai tambahan informasi bagi masyarakat luas khususnya klien tentang

gout arthritis pada lansia dengan masalah keperawatan gangguan mobilitas

fisik pada penggunaan manajemen non-farmakologi penerapan senam

ergonomis

b. Bagi Perawat

Karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberi kontribusi dalam

pengembangan ilmu keperawatan khususnya dalam bidang keperawatan

gerontik dalam pemberian asuhan keperawatan pada lansia gout arthritis

dengan masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik dengan penerapan

senam ergonomis
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar

1. Konsep Senam Ergonomis

a. Definisi

Senam ergonomis adalah tehnik senam untuk mengembalikan atau

membetulkan sistem syaraf dan aliran darah, memaksimalkan supply oksigen

ke otak, membuka sistem kecerdasan, sitem keringat, sitem pemanasan tubuh,

system pembakaran asam urat, kolestrol, gula darah, asam laktat, sistem

pembuatan elektrolit atau ozon dalam tubuh. Aktifitas olahraga ini akan

membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena melatih tulang tetap

kuat, mendorong jantung bekerja optimal dan membantu menghilangkan

radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh. Jadi senam lansia adalah

serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana yang diikuti

oleh orang lanjut usia yang dilakukan dengan maksud meningkatkan

kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut(Alifatun, 2019).

Senam ergonomis merupakan salah satu metode yang praktis dan efektif

dalam memelihara kesehatan tubuh. Gerakan yang terkandung dalam senam

ergonomis adalah gerakan yang sangat efektif, efisien, dan logis karena

rangkaian gerakannya merupakan rangkaian gerak yang manusia sejak dulu

sampai saat ini (Gandari, 2019).

7
8

b. Manfaat Senam Ergonomik

Manfaat dari senam ergonomis salah satunya menurunkan nyeri rematik,

gerakan yang terkandung dalam senam ergonomis merupakan gerakan yang

sangat efektif, efesien dan logis untuk meningkatkan daya gerak sendi dan

kekuatan otot sehingga mampu menurunkan skala nyeri rematik. Senam

ergonomis salah satu terapi yang dapat menjadi pengaruh terhadap penurunan

nyeri rematik, hal ini dapat terjadi karena dalam melakukan senam ergonomis

dengan benar dapat mencapai puncak relaksasi pada tubuh, membuang muatan

listrik negatif, oksigen dapat mengalir keseluruh tubuh sehingga tubuh terasa

lebih nyaman dan segar. Melalui latihan relaksasi senam ergonomis lansia

dilatih untuk dapat memunculkan respon relaksasi. Sehingga pengeluaran

endorphin ini menghambat aktifitas trigger cell, maka gerbang subtsansi

gelatinosa tertutup dan impuls nyeri berkurang atau sedikit di transmisikan ke

otak, kondisi seperti ini dapat membuat klien mencapai keadaan tenang.

Terlebih bila dilakukan secara teratur dan tetap menjaga gaya hidup sehat

untuk mencegah kembali terjadinya nyeri rematik yang dirasakan (Gandari,

2019)

c. Tujuan Senam

Menurut (Debra, 2015) tujuan dari denam lansia, antara lain:

1. Membantu memperkuat otot

2. Mengurangi rasa nyeri atau sakit pada sendi

3. Memperbaiki keseimbangan

4. Menstimulasikan produksi cairan pada sendi.

d. Tahapan dalam Latihan Senam Ergonomis


9

Menurut (Sagiran, 2014) dalam (Rumiyati, 2017) senam ergonomis terdiri

fari 6 tahapan yang terdiri dari:

1) Gerakan Pembuka, Berdiri Sempurna

Caranya adalah berdiri tegak, pandangan lurus kedepan, tubuh rileks,

tangan di depan dada, telapak tangan kanan di atas telapak tangan kiri

menempel di dada, dengan jair-jari sedikit meregang. Posisi kaki meregang

sehingga mengangkang kira-kira selebar bahu, telapak dan jari-jari kaki

mengarah lurus kedepan.

Pernafasannya diatur serilek mungkin sehingga tidak terlalu dalam dan

cepat. Bila baru selesai dari suatu kegiatan atau pekerjaan, maka dengan posisi

ini nafas diatur sampai benar-benar rileks, jantung juga tidak berdegup

kencang, baru kemudian memulai senam dengan gerakan berikutnya.

Dosisnya bagi pemula mungkin agak lama sekitar 2-3 menit. Akan tetapi

jika sudah terbiasa cukup 30-60 detik. Gerakan ini yang penting sudah bisa

mengantarkan ke kodnisi rileks, maka dikatakan cukup. Jika baru datang dari

bepergian , atau naik tangga cukup tinggi, nafas masih terengah-engah,

jantung masih berdegup kencang, harus ditunggus sampai benar benar rileks.

Manfaatnya adalah dengan gerakan pembuka berdiri sempurna, seluruh

syaraf menjadi satu titik pada pengendaliannya di otak. Pusat kendali di

seluruh belahan otak bagian kanan kiri, depan belakang, luar dalam dan atas

bawah dipadukan saat itu pada satu tujuan. saat itu, pikiran dikendalikan oleh

kesadaran akal untuk sehat dan bugar, tubuh dibebaskan dari beban pekerjaan,
10

berat tubuh ditumpukkan dengan pembagian beban yang sama pada kedua

kakinya.

Gambar 2.1 Gerakan Pembuka Berdiri Sempurna

2) Gerakan Lapang Dada

Caranya adalah dari posisi berdiri sempurna, kedua tangan menjuntai ke

bawah, kemudian dimulai dengan gerakan memutar lengan.Tangan diangkat

lurus kedepan, lalu keatas, terus ke belakang, dan kembali menjuntai kebawah.

Satu putaran, disambung dengan putaran berikutnya sehingga seperti baling-

baling. Posisi kaki dijinjitkan- diturunkan, mengikuti irama gerakan tangan.

Pernafasan dari pola nafas dengan sendirinya akan akan mengikuti gerakan

putaran lengan. Pada saat tangan diatas, tulang-tulang rusuk saling meregan

ikut terangkat bagian depannya sehingga sehingga ronda dada dada akan

berada didalam ukuran paling lebar, tekanan udara nafas dalam menjadi

negatif, udara segar dari luar mengalir masuk.sedangkan pada ssat tangan

bergerak kebelakang dan turun, rongga dada kembali menegcil dan udara akan

keluar.

Dosisi gerakan senam dilakukan 40 kali putaran. Satu gerakan

membutuhkan waktu kira-kira 4 detik, sebagai gerakan aerobik. Keseluruhan

40 kali putaran akan selesai dalam waktu 4 menit. Akan tetapi, bisa juga

gerakan putaran dipercepat, bahkan bisa bisa dilakukan dengan sangat cepat
11

seperti gerakan baling-baling. Keselurhan gerakan selesai dalam 35 detik,

namun membutuhkan istirahat kira 3 menit sebelum melanjutkan gerakan

sampai nafas kembali tertata.

Manfaatnya adalah gerakan pertama, lapang dada, akan mengaktifkan

fungsi organ, karena seluruh sistem saraf menarik tombol- tombol kesehatan

yang tersebar di seluruh tubuh. Putaran lengan adalah sebagaimana putaran

generator listrik sehingga gerakan memutar lengan ke belakang adalah

gerakan membangkitkan biolistrik di dalam tubuh sekaligus terjadi sirkulasi

oksigen yang cukup, sehingga tubuh akan terasa segar dan adanya tambahan

energi.

Gambar 2.2 Lapang Dada

3) Gerakan Tunduk Syukur

Caranya adalah dimulai dengan mengangkat tangan lurus ke atas,

kemudian tangan membungkuk, tangan kemudian meraih mata kaki, dipegang

kuat, tarik, cengkeram seakan-akan mau mengangkat tubuh. Posisi kaki tetap

seperti semula.

Pernafaasan saat mulai menggerakan tangan hingga tangan sampai keatas,

tarik nafas dalam. Saat mulai membungkuk badan, buang nafas sedikit demi

sedikit, tetapi jangan sampai dihabiskan hingga tangan mencengkram dan

menraik pergelangan kaki ketika kepala mendongak, kita masih menyimpan


12

kira-kira separuh nafas. Pada posisi terakhir ini nafas ditahan di dada, sampai

sekuatnya. Nafas dibuang saat kembali ke posisi berdiri. Segera ambil nafas

baru 3-4 sebelum melanjutkan gerakan.

Dosis gerakan kedua ini dilakukan 5 kali. Umunya 1 kali gerakan selesai

dalam 35 detik ditanbah 10 detik untuk jeda nafas. Keseluruhan 5 kali gerakan

akan selesai dalam 4 menit.

Manfaatnya adalah gerakan ketiga, tunduk syukur, adalah gerakan

memasok oksigen ke kepala dan mengembalikan posisi tulang punggung

supaya tegak. Gerakan ini akan melonggarka otot-otot punggung bagian

bawah, paha, dan betis. Gerakan ini juga akan mempermudah untuk persalinan

bagi ibu-ibu hamil yag melakukannya secara rutin. Juga dapat membantu

menyembuhkan berbagai macam penyakit yang menyerang tulang belakang

yang meliputi ruas tulang punggung, ruas tulang leher, ruas tulang pinggang

dan tulang tungging. Bagi mereka yang terkena penyakit sinusitis dan asma

sesaat sesudah melakukan gerakan ini bisa langsung dirasakan manfaatnya.

Gambar 2.3 Tunduk Syukur

4) Duduk Perkasa

Caranya adalah dari posisi sebelumnya, jatuhkan kedua lutut ke lantai,

posisi kedua telapak kaki tegak berdiri, jari-jari kaki tertekuk mengarah ke
13

depan. Tangan mencengkeram pergelangan kaki. Mulai gerakan seperti mau

sujud tetapi kepala mendongak, pandangan kedepan, jadi dagu hampir

menyentuh lantai. Setelah beberapa saat (satu tahanan nafas) kemudian

kembali ke posisi duduk perkasa.

Pernafasan sesaat sebelum memulai gerakan sujud, ambil nafas dalam-

dalam. Saat mulai membungkukkan badan, buang nafas sedikit-sedikit, hingga

saat dagu hampir menyentuh lantai, kita masih menyimpan kira-kira separuh

nafas. Pada posisi terakhir ini nafas ditahan di dada selama mungkin. Jangan

mencoba bernafas normal pada posis ini, karena akan ada rasa nyeri diskeat

rongga badan. Nafas dibuang saat kembali keposisi duduk. Segera ambil nafas

dalam baru 3-4 kali sebelum melanjutkan gerakan.

Dosis gerakan ke empat dilakukan 5 kali. Umunya 1 kali gerakan selesai

dalam 35 detik ditambha 10 detik untuk nafas jeda. Keseluruhan 5 kali gerkan

akan selesai dalam 4 menit.

Manfaatnya adalah geraka keempat duduk perkasa, adalah gerakan untuk

meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan keperkasaan. Sujud dengan

posisi jari-jari di tekuk. Gerakan sujud ini akan membuat otot dada dan sela

iga menjadi kuat. Sehingga rogga dada menjadi lebih besar dan paru-paru

akan berkembang dengan baik dan dapat menghisap oksigen lebih banyak.

Lutut yang membentuk sudut yang tepat memungkinkan otot perut

berkembang dan mencegah kegombyoran di bagian tengah. Menambah aliran

darah ke bagian atas tubuh, terutama kepala, mata, telinga, dan hidung serta

paru-paru. Memungkinkan toksin-toksin dibersihkan oleh darah, bermanfaat


14

mempertahankan posisi “benar” pada janin (bagian ibu hamil), mengontrol

tekanan darah tinggi, serta menambah elastisitas tulang itu sendiri.

Gambar 2.4 Duduk Perkasa

5) Gerakan Duduk Pembakaran

Caranya adalah dari posisi sebelumnya, kedua telapak kaki dihamparkan

ke belakang, sehingga kita duduk beralaskan telapak kaki (bersimpuh; duduk

sinden).Tangan berada dipinggang. Mulai gerakan seperti akan sujud tetapi

kepala mendongak, pandangan ke depan, dan dagu hampir menyentuh lantai.

Setelah beberapa saat (satu tahapan nafas kemudian kembali ke posisi duduk

pembakaran.

Pernfasan saat sebelum memulai gerakan akan sujud, sambil nafas dalam.

Saat mulai membungkuk badan, buang nafas sediki-sedikit. Sehingga pada

saat dagu hampir menyentuh lantai kita masih menyimpan kira-kira separuh

nafas. Pada posisi terakhir ini nafas ditahan di dada sekuatnya. Nafas

dibuang saat kembali ke posisi duduk. Segera ambil nafas baru 3-4 kali

sebelum melanjutkan gerakan.

Dosis gerakan kelima ini dilakukan 5 kali. Umumnya ini 1 kali gerakan

selesai dalam 35 detik ditambah 10 detik untuk nafas jeda. Keseluruhan 5 kali

gerakan selesi dalam 4 menit.


15

Manfaatnya adalah gerakan kelima, duduk pembakaran, adalah gerakan

untuk memperkuat otot pinggang dan memperkuat ginjal, sujud dengan posisi

duduk pembakaran atau dengan alas punggung kaki akan membakar lemak

dan racun dalam tubuh. Saat duduk pembakaran, tombol pembakaran di

punggung kaki diaktifkan. Bagi mereka yang menderita asam urat, keracunan

obat, keracunan makanan atau kondisi badan yang sedang lemah akan

merasakan seperti terbakar. Gerakan ini sebaiknya dilakukan setiap saat

misalnya, sambil nonton TV, menggosok baju atau seterika bagi ibu-ibu,

sambil belajar bagi anak karena akan mencerdaskan dan meningkatkan daya

tahan tubuh, bagi yang asam dan bengkak kakinya, atau penderita radang

persendian agar dilakukan lebih lama, beberapa saat kemudian bengkaknya

akan berkurang. Gerakan ini kan memperkuat pinggang bagian bawah dan

memperlancar aliran darah ke tungkai dalam arti fungsi kolateralnya akan

meningkat.

2.5 Gambar Duduk Pembakaran

6) Gerakan Berbaring Pasrah

Caranya adalah dari posisi duduk pembakaran, rebahkan tubuh

kebelakang. Ini gerakan paling berat meskipun terlihat sepele. Berbaring pada

tungkai pada posisi menekuk di lutut. Ini harus hati-hati, mungkin harus

dengan cara bertahap. Jika sudah rebah, tangan diluruskan ke atas kepala, ke
16

samping kanan-kiri maupun ke bawah menempel badan. Pada saat itu tangan

memegang betis, tarik seperti mau bangun, dengan rileks, kepala bisa

didongakkan dan digerak- gerakkan kekanan-kiri. Posisi dan gerakkan ini

dilakukan berulang-ulang sampai mau bangun. Gerakkan ini cukup satu kali

tetapi dipertahankan selama beberapa menit sekuatnya.

Pernafasan dengan nafas dibiarkan mengalir dengan sendrinya, karena ini

relaksasi terakhir, sekaligus memaksimalkan kelenturan tubuh.

Dosisi gerakan ke enam sebaiknya dilakukan minimal 5 menit. Sudah

termasuk variasi gerakan kepala dan leher serta ayunan tangan ke atas, ke

samping maupun kebawah. Jangan terlalu memaksakan diri, baik rebahnya

maupun bangunnya.

Manfaatnya adalah gerakan keeenam, berbaring pasrah, adalah gerakan

yang terakhir, gerakan yang bermanfaat untuk memperkuat otot-otot bagian

bawah dan bermanfaat untuk diet. Tidur telentang dengan posisi kaki dilipat,

lengan di atas kepala dan bertumpu pada punggung atas. Gerakan ini adalah

gerakan yang sangat sukar dilakukan tetapi apabila dapat dilakukan dengan

sempurna maka manfaat yang diperoleh sangat banyak, antara lain

melapangkan dada, sehingga bagi yang menderita asma, akan merasa lega,

melenturkan tulang punggung sehingga seluruh saraf akan bekerja secara

optimal terutama aliran biolistrik sangat cepat. Gerakan ini juga bermanfaat

untuk memperkuat otot betis, otot paha, otot perut, otot dada dan bagian

wanita juga akan mengurangi rasa sakit saat menstruasi dan saat melahirkan,

karena di dalam gerakan ini juga memperkuat otot pinggang dan

merelaksasikan pinggang bagian bawah. Bahkan dalam senam rutin, gerakan


17

terakhir ini harus menjadi puncak relaksasi tubuh kita dari seluruh ketegangan

fisik dan mental. Kesulitan (akibat rasa sakit) melakukan gerakan ini sering

disebabkan karena kurang tercapainya kondisi rileks dari tubuh dan pikiran

kita.

2.6 Gambar Gerakan Berbaring Pasrah

Senam ergonomis dapat menurunkan skala nyeri sendi dikarenakan

senam ergonomis dilakukan untuk mengembalikan atau membetulkan

posisi, kelenturuan sistem saraf, dan aliran darah ke otak, membuka

kecerdasan, sistem muskuloskeletal, sistem keringat, sistem pemanasan

tubuh, sistem pembakaran asam urat, kolestrol, gula darah, asam laktat,

kristal oksalet, sistem konversi karbohidrat, sistem pembuatan elektrolit

atau ozon dalam darah, sitem kekebalan tubuh. Pemberian aktivitas

olahraga fisik ini menjadi alternatif terbaik untuk mengatasi nyeri lansia

(Malo, 2019)

2. Konsep Gout Arthritis

a. Definisi Gout Arthritis

Gout Arthritis adalah penyakit radang sendi yang dapat menimbulkan rasa

nyeri, panas, bengkak, dan kaku pada persendian yang disebabkan oleh

kandungan gout arthritis yang berlebih dalam darah sehingga terjadi

penumpukan kristal gout arthritis di persendian dan jaringan lunak lain

(Warijan, 2020).
18

b. Etiologi

Secara garis besar penyebab terjadinya gout arthritis disebabkan oleh

faktor primer dan faktor sekunder, faktor primer 99% nya belum diketahui

(Idiopatik). Namun, diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan

faktor hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat

mengakibatkan peningkatan produksi gout arthritis atau bisa juga disebabkan

oleh kurangnya pengeluaran gout arthritis dari tubuh. Faktor sekunder,

meliputi peningkatan produksi gout arthritis, terganggunya proses

pembuangan gout arthritis dan kombinasi kedua penyebab tersebut.

Umumnya yang terserang gout artritis adalah pria,sedangkan perempuan

persentasenya kecil dan baru muncul setelah Menopause. Gout artritis lebih

umum terjadi pada laki-laki, terutama yang berusia 40-50 tahun (Sutanto,

2013).

c. Faktor-Faktor Gout Arthritis

Menurut Fitriana (2015) terdapat faktor resiko yang mempengaruhi gout

arthritis adalah :

1) Usia

Pada umumnya serangan gout arthritis yang terjadi pada laki-laki mulai

dari usia pubertas hingga usia 40-69 tahun, sedangkan pada wanita serangan

gout arthritis terjadi pada usia lebih tua dari pada laki-laki, biasanya terjadi

pada saat menopause. Karena wanita memiliki hormon estrogen, hormon

inilah yang dapat membantu proses pengeluaran gout arthritis melalui urin

sehingga Asam Urat didalam darah dapat terkontrol.

2) Jenis kelamin
19

Laki-laki memiliki kadar asam urat yang lebih tinggi dari pada wanita,

sebab wanita memiliki hormon ektrogen.

3) Konsumsi purin yang berlebih

Konsumsi purin yang berlebih dapat meningkatkan kadar asam urat di

dalam darah, serta mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi Purin.

4) Konsumsi alkohol

5) Obat-obatan

Serum asam urat dapat meningkat pula akibat salisitas dosis rendah

(kurang dari 2-3 g/hari) dan sejumlah obat diuretik, serta antihipertensi.

d. Manifestasi klinis

Terdapat empat stadium perjalanan klinis gout arthritis yang tidak diobati

(Nurarif, 2015) diantaranya:

1) Stadium pertama adalah hiperurisemia asimtomatik. Pada stadium ini

asam urat serum meningkat dan tanpa gejala selain dari peningkatan asam

urat serum.

2) Stadium kedua gout arthritis akut terjadi awitan mendadak pembengkakan

dan nyeri yang luar biasa, biasanya pada sendi ibu jari kaki dan sendi.

3) Stadium ketiga setelah serangan gout arthritis akut adalah tahap

Interkritikal.

4) Tidak terdapat gejala-gejala pada tahap ini, yang dapat berlangsung dari

beberapa bulan sampai tahun. Kebanyakan orang mengalami serangan

gout arthritis berulang dalam waktu kurang dari 1 tahun jika tidak diobati.
20

5) Stadium keempat adalah tahap gout arthritis kronis, dengan timbunan

asam urat yang terus meluas selama beberapa tahun jika pengobatan tidak

dimulai.

6) Peradangan kronis akibat kristal-kristal asam urat mengakibatkan nyeri,

sakit, dan kaku juga pembesaran dan penonjolan sendi.

e. Ukuran Kadar Gout Arthritis

Ukuran kadar gout arthritis normal menurut (Simamora, 2018) sebagai

berikut:

Tabel 2.2 Ukuran Kadar Gout Arthritis


Kandungan asam urat
dalam miligram per desiliter (mg/dL)
Jenis Kelamin Usia (Tahun) Mg/dL
Laki-laki >18 tahun 2-7,5 mg/dL
Wanita >18 tahun 2-6,5 mg/dL
Laki-laki >40 tahun 2-8,5 mg/dL
Wanita >40 tahun 2-8 mg/dL
Anak-Anak 10-18 tahun 3,6-4 mg/dL

f. Patofisiologi

Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan yang

mengandung asam urat tinggi dan sistem ekskresi asam urat yang tidak

adekuat akan mengasilkan akumulasi gout arthritis yang berlebihan di dalam

plasma darah (Hiperurisemia), sehingga mengakibatkan kristal asam urat

menumpuk dalam tubuh. Penimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan

menimbulkan respon. Banyak faktor yang berperan dalam mekanisme

serangan gout arthritis. Salah satunya yang telah diketahui peranannya adalah

kosentrasi asam urat dalam darah. Mekanisme serangan gout arthritis akut
21

berlangsung melalui beberapa fase secara berurutan yaitu, terjadinya

presipitasi kristal monosodium urat dapat terjadi di jaringan bila kosentrasi

dalam plasma lebih dari 9 mg/dl. Presipitasi ini terjadi di rawan, sonovium,

jaringan para-artikuler misalnya bursa, tendon, dan selaputnya. Kristal urat

yang bermuatan negatif akan dibungkus oleh berbagai macam protein.

Pembungkusan dengan IgG akan merangsang netrofil untuk berespon terhadap

pembentukan kristal. Pembentukan kristal menghasilkan faktor kemotaksis

yang menimbulkan respon leukosit PMN dan selanjutnya akan terjadi

fagositosis kristal oleh leukosit (Nurarif, 2015).

Kristal difagositosis olah leukosit membentuk Fagolisosom dan akhirnya

membran vakuala disekeliling oleh kristal dan membram leukositik lisosom

yang dapat menyebabkan kerusakan lisosom, sesudah selaput protein dirusak,

terjadi ikatan hidrogen antara permukaan Kristal membram lisosom. Peristiwa

ini menyebabkan robekan membran dan pelepasan enzim-enzim dan oksidase

radikal kedalam sitoplasma yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan.

Setelah terjadi kerusakan sel, enzim-enzim lisosom dilepaskan kedalam cairan

sinovial, yang menyebabkan kenaikan intensitas inflamasi dan kerusakan

jaringan (Nurarif, 2015).

Saat asam urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain,

maka asam urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam-garam

urat yang akan berakumulasi atau menumpuk di jaringan konektif di seluruh

tubuh, penumpukan ini disebut Tofi. Adanya Kristal akan memicu respon

inflamasi akut dan netrofil melepaskan lisosomnya. Lisosom ini tidak hanya

merusak jaringan tetapi juga menyebabkan inflamasi. Serangan Gout Arthritis


22

Akut awalnya biasanya sangat sakit dan cepat memuncak. Serangan ini

meliputi hanya satu tulang sendi. Serangan pertama ini timbul rasa nyeri berat

yang menyebabkan tulang sendi terasa panas dan merah. Tulang sendi

Metatarsophalangeal biasanya yang paling pertama terinflamasi, kemudian

mata kaki, tumit, lutut dan tulang sendi pinggang. Kadang-kadang gejala yang

dirasakan disertai dengan demam ringan. Biasanya berlangsung cepat tetapi

cenderung berulang (Sudoyo, dkk, 2009).

Periode Interkritikal adalah periode dimana tidak ada gejala selama

serangan gout arthritis. Kebanyakan penderita mengalami serangan kedua

pada bulan ke-6 sampai 2 tahun setelah serangan pertama. Serangan

berikutnya disebut dengan Poliartikular yang tanpa kecuali menyerang tulang

sendi kaki maupun lengan yang biasanya disertai dengan demam. Tahap akhir

serangan gout arthritis akut atau gout arthritis kronik ditandai dengan

polyarthritis yang berlangsung sakit dengan tofi yang besar pada kartigo,

membrane sinovial, tendon dan jaringan halus. Tofi terbentuk di jari tangan,

kaki, lutut, ulna, helices pada telinga, tendon achiles dan organ internal seperti

ginjal (Sudoyo, dkk, 2009)

g. Phatway

Diet tinggi purin Peningkatan pemecahan sel Asam urat dalam serum

Katabolisme purin Asam urat dalam sel keluar Tidak diekresi melalui urin

Asam urat dalam serum Kemampuan ekresi asam Penyakit ginjal (Gromerulonefritis
meningkat (Hiperurisemia) urat terganggu/menurun dan Gagal Ginjal)

Hipersaturasi dalam
plasma dan garam
urat di cairan tubuh
23

Terbentuk kristal Merangsang neutrofil


Dibungkus oleh bergbagi
Monosodium urat (leukosit PMN)
protein (termasuk igG)
(MSU)
Terjadi fagositosis kristal
Di jaringan lunak oleh leukosit
dan persendian
Terbentuk fagolisosom
Penumpukan dan
pengendapan MSU
Merusak selaput protein kristal

Pembentukan tophus Respon inflamasi meningkat


Terjadi ikatan hydrogen
antara permukaan kristal
Hipertermia (D.0130) Pembesaran dan dengan membran lisosom
penonjolan sendi
Membran lisosom robek, terjadi
pelepasan enzyme dan oksida
Nyeri Akut (D.0077) Deformitas sendi radikal kesitoplasma

Terjadi saat malam hari Peningkatan kerusakan


Kontrak sendi
jaringan
Gangguan Pola Tidur
Fibsosis atau
(D.0055) Kekakuan sendi
ankilosis tulang

Gangguan Rasa Gangguan Integritas Gangguan Mobilitas


Nyaman (D.0074) Kulit/Jaringan (D.0129) Fisik (D.0054)

h. Penatalaksanaan

Menurut (Nurarif, 2015) penanganan gout arthritis biasanya dibagi

menjadi penanganan serangan akut dan penanganan serangan Kronis. Ada 3

tahapan dalam terapi penyakit ini :

1) Mengatasi serangan gout arthtitis akut.

2) Mengurangi kadar gout arthritis untuk mencegah penimbunan kristal urat

pada jaringan, terutama persendian.

3) Terapi mencegah menggunakan terapi hipourisemik.

i. Terapi Non Farmakologi


24

Terapi non-farmakologi merupakan strategi esensial dalam penanganan

gout arthritis yang dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu, relaksasi,

meningkatkan intake cairan, kompres air hangat, diet rendah purin dengan

cara mengatur pola hidup dan asupan makanan dengan mengurangi makanan

yang mengandung purin tinggi seperti kacang-kacangan dan jeroan, menjaga

ideal tubuh, dan olahraga salah satunya senam ergonomis (Gandari, 2019).

j. Terapi Farmakologi

Menurut (Nurarif, 2015) penanganan gout arthritis dibagi menjadi dua

yaitu penanganan serangan akut dan penanganan serangan kronis.

1) Serangan Akut

Istirahat dan terapi cepat dengan pemberian NSAID, misalnya

Indometasin 200 mg/hari atau Diklofenak 150 mg/hari, merupakan terapi lini

pertama dalam menangani serangan gout arthritis akut, asalkan tidak ada

kontra indikasi terhadap NSAID. Aspirin harus dihindari karena eksresi

aspirin berkompetisi dengan asam urat dan dapat memperparah serangan gout

arthritis akut. Keputusan memilih NSAID atau kolkisin tergantung pada

keadaan klien, misalnya adanya penyakit penyerta lain atau komorbid, obat

lain juga diberikan klien pada saat yang sama dan fungsi ginjal. Obat yang

menurunkan kadar asam urat serum (Allopurinol dan obat Urikosurik seperti

Probenesid dan Sulfinpirazon) tidak boleh digunakan pada serangan Akut

Obat yang diberikan pada serangan Akut antara lain:

a) NSAID

NSAID merupakan terapi lini pertama yang efektif untuk klien yang

mengalami serangan Gout Arthritis Akut. Hal terpenting yang menentukan


25

keberhasilan terapi bukanlah pada NSAID yang dipilih melainkan pada

seberapa cepat terapi NSAID mulai diberikan. NSAID harus diberikan dengan

dosis sepenuhnya (full dose) pada 24-48 jam pertama atau sampai rasa nyeri

hilang. Indometasin banyak diresepkan untuk serangan Akut Gout Arthritis,

dengan dosis awal 75-100 mg/hari. Dosis ini kemudian diturunkan setelah 5

hari bersamaan dengan meredanya gejala serangan Akut. Efek samping

Indometasin antara lain pusing dan gangguan saluran cerna, efek ini akan

sembuh pada saat dosis obat diturunkan. NSAID lain yang umum digunakan

untuk mengatasi gout arthritis akut adalah :

- Naproxen – awal 750 mg, kemudian 250 mg 3 kali/hari.

- Piroxicam – awal 40 mg, kemudian 10-20 mg/hari.

- Diclofenac – awal 100 mg, kemudian 50 mg 3 kali/hari selama 48 jam.

Kemudian 50 mg dua kali/ hari selama 8 hari.

b) COX-2 Inhibitor

Etoricoxib merupakan satu-satunya COX-2 Inhibitor yang dilisensikan

untuk mengatasi serangan Gout Arthritis Akut. Obat ini efektif tapi cukup

mahal, dan bermanfaat terutama untuk klien yang tidak tahan terhadap efek

Gastrointestinal NSAID Non-Selektif. COX-2 Inhibitor mempunyai resiko

efek samping Gastrointesinal bagian atas yang lebih rendah dibanding NSAID

non selektif.

c) Colchicine,

Colchicine merupakan terapi spesifik dan efektif untuk serangan Gout

Arthritis Akut. Namun dibanding NSAID kurang populer karena awal

kerjanya (onset) lebih lambat dan efek samping lebih sering dijumpai.
26

d) Steroid

Strategi alternatif selain NSAID dan kolkisin adalah pemberian Steroid

Intra-Articular. Cara ini dapat meredakan serangan dengan cepat ketika hanya

1 atau 2 sendi yang terkena namun, harus dipertimbangkan dengan cermat

diferensial diagnosis antara gout arthritis sepsis dan gout arthritis akut karena

pemberian Steroid Intra-Articular akan memperburuk infeksi.

2) Serangan Kronis

Kontrol jangka panjang hiperurisemia merupakan faktor penting untuk

mencegah terjadinya serangan gout arthritis akut, gout tophaceous kronis,

keterlibatan ginjal dan pembentukan batu asam urat. Kapan mulai diberikan

obat penurun kadar asam urat masih kontroversi. Penggunaan allopurinol,

urikourik dan feboxostat (sedang dalam pengembangan) untuk terapi gout

arthritis kronis akan dijelaskan berikut ini:

a) Allopurinol :

Obat Hipourisemik, pilihan untuk gout arthritis kronis adalah allopurinol.

Selain mengontrol gejala, obat ini juga melindungi fungsi ginjal. Allopurinol

menurunkan produksi asam urat dengan cara menghambat enzim xantin

oksidase. Dosis pada klien dengan fungsi ginjal normal dosis awal allopurinol

tidak boleh melebihi 300 mg/24 jam. Respon terhadap allopurinol dapat

terlihat sebagai penurunan kadar asam urat dalam serum pada 2 hari setelah

terapi dimulai dan maksimum setelah 7-10 hari. Kadar asam urat dalam serum

harus dicek setelah 2-3 minggu penggunaan allopurinol untuk meyakinkan

turunnya kadar asam urat.

b) Obat urikosurik:
27

Kebanyakan klien dengan hiperurisemia yang sedikit mengekskresikan

asam urat dapat diterapi dengan obat urikosurik. Urikosurik seperti probenesid

(500mg-1 g 2x/hari) dan sulfinpirazon (100mg 3-4 kali/hari) merupakan

alternative allopurinol. Urikosurik harus dihindari pada klien nefropati urat

yang memproduksi asam urat berlebihan. Obat ini tidak efektif pada klien

dengan fungsi ginjal yang buruk (Klirens Kreatinin <20-30 ml/menit). Sekitar

5% klien yang menggunakan probenesid jangka lama mengalami mual, nyeri

ulu hati, kembung atau konstipasi.

k. Klasifikasi Makanan Mengandung Purin

Berdasarkan kadar purin di kelompokan menjadi 3, yakni sumber makanan

yang mengandung ourin tinggi, sedang dan rendah. Berikut merupakan daftar

kandungan purin dalam beberapa makanan yang sebaiknya dihindari:

Tabel 2.3 Daftar Nama Makanan Menurut Kadar Purin


No. Kategori Nama Makanan Keterangan
1 Kelompok I Segala Jeroan : Sebaiknya
Kandungan purin Hati, jantung, otak, paru, dihindari dan
sangat tinggi 100- daging dan sebagainya. sediki di
1000 mg/100 Ikan makarel, kerang, ikan konsumsi
gram tuna, daging bebek, kaldu
daging.
2 Kelompok II Maksimal 50-75 gram Bahan makanan
Kandungan purin daging sapi, ikan laut yang dibatasi
sedang. kecuali kelompok I,
Mengandung 90- daging ayam, udang, tahu,
100 mg/100 gram tempe, bayam, asparagus,
daun singkong, kangkung,
daun dan biji melinjo.
28

3 Kelompok III Nasi, ubi, singkong, mie Dapat diabaikan


bihun, cake, kue kering, tapi dikonsumsi
roti, puding, susu, telur, sesuai dengan
keju, sayur dan buah- kebutuhan
buahan (kecuali sayuran
dan buah-buahan
kelompok I)
Sumber : Penurunan diet (Almatsier, 2006)
3. Konsep Lansia

a. Definisi Lansia

Menua tau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam

kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak

hanya dimulai dari satu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan

kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang

telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap

ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berati

mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan

kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran

kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan figur tubuh

yang tidak proposional (Untari Ida, 2018)

b. Batasan-Batasan Lansia

Menurut World Health Organitation (WHO) lansia (Gandari, 2019)

meliputi :

1) Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun.

2) Usia Lanjut (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun

3) Usia tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahun


29

4) Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun

Menurut Departemen Kesehatan RI (2006) dalam (Gandari, 2019)

menjelaskan bahwa pengelompokan lansia menjadi:

1) Virilitas (prasenium) yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakan

kematangan jiwa (usia 55-59 tahun)

2) Usia lanjut dini (senescen) yaitu kelompok yang mulai memasuki masa

usia lanjut dini (usia 60-64 tahun)

3) Usia lanjut beresiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif

usia diatas (65 tahun)

c. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

Menurut (Kholifah, 2016) perubahan yang terjadi pada lansia sebagai

berikut :

1. Perubahan Fisik

a) Sistem Indra

Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh

karena hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam,

terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak

jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun.

b) Sistem Intergumen

Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastiskering dan

berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan berbercak.

Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan glandula sudoritera,

timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot.

c) Sistem Muskuloskeletal
30

Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia: Jaringan penghubung

(kolagen dan elastin), kartilago, tulang, otot dan sendi. Kolagen sebagai

pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat

mengalami perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur.

1) Kartilago: jaringan kartilago pada persendian menjadi lunak dan

mengalami granulasi, sehingga permukaan sendi menjadi rata.

Kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan degenerasi yang

terjadi cenderung kearah progresif, konsekuensinya kartilago pada

persendiaan menjadi rentan terhadap gesekan.

2) Tulang: berkurangnya kepadatan tulang setelah diamati adalah bagian dari

penuaan fisiologi, sehingga akan mengakibatkan osteoporosis dan lebih

lanjut akan mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur.

3) Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi, penurunan

jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan

jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek negatif. Sendi; pada lansia,

jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan fasia mengalami

penuaan elastisitas.

d) Sistem kardiovaskuler

Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah massa jantung

bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertropi sehingga peregangan jantung

berkurang, kondisi ini terjadi karena perubahan jaringan ikat. Perubahan ini

disebabkan oleh penumpukan lipofusin, klasifikasi SA Node dan jaringan

konduksi berubah menjadi jaringan ikat.

e) Sistem respirasi
31

Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total

paru tetap tetapi volume cadangan paru bertambah untuk mengkompensasi

kenaikan ruang paru, udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada

otot, kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu

dan kemampuan peregangan toraks berkurang.

f) Pencernaan dan Metabolisme

Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan

produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata karena kehilangan gigi, indra

pengecap menurun, rasa lapar menurun (kepekaan rasa lapar menurun), liver

(hati) makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, dan

berkurangnya aliran darah.

g) Sistem perkemihan

Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak fungsi

yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi

oleh ginjal.

h) Sistem saraf

Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang

progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi

dan kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

i) Sistem reproduksi

Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovary

dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis masih dapat

memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsur-

angsur.
32

2. Perubahan Kognitif

a) Memory (Daya ingat, Ingatan)

b) IQ (Intellegent Quotient)

c) Kemampuan Belajar (Learning)

d) Kemampuan Pemahaman (Comprehension)

e) Pemecahan Masalah (Problem Solving)

f) Pengambilan Keputusan (Decision Making)

g) Kebijaksanaan (Wisdom)

h) Kinerja (Performance)

i) Motivasi

3. Perubahan mental

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :

a) Perubahan fisik, khususnya organ perasa.

b) Kesehatan umum

c) Tingkat pendidikan

d) Keturunan (hereditas)

e) Lingkungan

f) Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.

g) Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.

h) Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan

famili.

i) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran

diri, perubahan konsep diri.

4. Perubahan spiritual
33

Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya. Lansia

semakin matang (mature) dalam kehidupan keagamaan, hal ini terlihat dalam

berfikir dan bertindak sehari-hari.

5. Perubahan Psikososial

a) Kesepian

Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal terutama

jika lansia mengalami penurunan kesehatan, seperti menderita penyakit fisik

berat, gangguan mobilitas atau gangguan sensorik terutama pendengaran.

b) Duka cita (Bereavement)

Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan

kesayangan dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh pada lansia.

Hal tersebut dapat memicu terjadinya gangguan fisik dan kesehatan.

c) Depresi

Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu diikuti

dengan keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi suatu episode

depresi. Depresi juga dapat disebabkan karena stres lingkungan dan

menurunnya kemampuan adaptasi.

d) Gangguan cemas

Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan cemas umum,

gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsesif kompulsif, gangguan-

gangguan tersebut merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan berhubungan

dengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek samping obat, atau

gejala penghentian mendadak dari suatu obat.

e) Parafrenia
34

Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham (curiga),

lansia sering merasa tetangganya mencuri barang-barangnya atau berniat

membunuhnya. Biasanya terjadi pada lansia yang terisolasi/diisolasi atau

menarik diri dari kegiatan sosial.

f) Sindroma Diogenes

Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku sangat

mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau karena lansia bermain-main

dengan feses dan urin nya, sering menumpuk barang dengan tidak teratur.

Walaupun telah dibersihkan, keadaan tersebut dapat terulang kembali.

4. Konsep Gangguan Mobilitas Fisik

a. Definisi Gangguan Mobilitas Fisik

Gangguan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu

atau lebih ekstremitas secara mandiri (PPNI, 2017). Gangguan mobilitas fisik

merupakan suatu kondisi yang relatif dimana individu tidak hanya mengalami

penurunan aktivitas dari kebiasaan normalnya kehilangan tetapi juga

kemampuan geraknya secara total (Ernawati, 2012). Gangguan mobilitas fisik

atau imobilitas merupakan keadaan dimana kondisi yang mengganggu

pergerakannya, seperti trauma tulang belakang, cedera otak berat disertai

fraktur pada ekstremitas dan sebagainya (Widuri, 2010).

b. Etiologi Gangguan Mobilitas Fisik

Menurut (PPNI, 2017), faktor penyebab terjadinya gangguan mobilitas

fisik, antara lain kerusakan integritas struktur tulang, perubahan metabolisme,

ketidakbugaran fisik, penurunan kendali otot, penurunan massa otot,

penurunan kekuatan otot, keterlambatan perkembangan, kekakuan sendi,


35

kontraktur, malnutrisi, gangguan muskuloskeletal, gangguan neuromuskular,

indeks masa tubuh di atas persentil ke-75 usia, efek agen farmakologi,

program pembatasan gerak, nyeri, kurang terpapar informasi tentang aktivitas

fisik, kecemasan, gangguan kognitif, keengganan melakukan pergerakan, dan

gangguan sensoripersepsi.

c. Tanda dan Gejala Gangguan Mobilitas Fisik

Adapun tanda dan gejala pada gangguan mobilitas fisik menurut (PPNI,

2017) yaitu :

1) Tanda dan gejala mayor

Tanda dan gejala mayor subjektif dari gangguan mobilitas fisik, yaitu

mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas. Kemudian, untuk tanda dan gejala

mayor objektifnya, yaitu kekuatan otot menurun, dan rentang gerak (ROM)

menurun.

2) Tanda dan gejala minor

Tanda dan gejala minor subjektif dari gangguan mobilitas fisik, yaitu nyeri

saat bergerak, enggan melakukan pergerakan, dan merasa cemas saat

bergerak. Kemudian, untuk tanda dan gejala minor objektifnya, yaitu sendi

kaku, gerakan tidak terkoordinasi, gerakan terbatas, dan fisik lemah.

d. Kondisi Klinis Terkait Gangguan Mobilitas Fisik

Menurut (PPNI, 2017) kondisi terkait yang dapat mengalami gangguan

mobilitas fisik, yaitu stroke, cedera medula spinalis, trauma, fraktur,

osteoarthritis, ostemalasia, dan keganasan.

e. Dampak yang ditimbulkan


36

Menurut Widuri (2010) gangguan mobilitas fisik akan mengakibatkan

individu mengalami immobilisasi yang dapat mempengaruhi sistem tubuh,

seperti :

1) Perubahan metabolisme

Kecepatan metabolisme dalam tubuh akan turun dengan dijumpainya basal

metabolisme rate (BMR) yang akibatnya energi yang digunakan untuk

perbaikan sel-sel tubuh berkurang sehingga dapat mempengaruhi gangguan

oksigenasi sel. Dampak lainnya seperti anabolisme akan menurun sedangkan

katabolisme akan meningkat yang berisiko meningkatkan gangguan

metabolisme.

2) Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

Cairan dan elektrolit yang tidak seimbang akan mengakibatkan persediaan

protein menurun dan konsentrasi protein serum berkurang yang dapat

mengganggu kebutuhan cairan tubuh. Selain itu, berkurangnya perpindahan

cairan dari intravaskuler menuju interstisial dapat menyebabkan edema.

3) Gangguan pengubahan zat gizi

Pemasukan protein dan kalori yang menurun dapat menyebabkan

pengubahan zat-zat makanan pada tingkat sel menurun sehingga tidak cukup

untuk melaksanakan aktivitas metabolisme.

4) Gangguan fungsi gastrointestinal

Makanan yang dicerna akan menurun sehingga dapat menyebabkan

keluhan, seperti perut kembung, mual, serta nyeri lambung yang berdampak

pada proses eliminasi.

5) Perubahan sistem pernapasan


37

Dampak yang ditimbulkan pada sistem pernapasan, antar lain kadar

hemoglobin menurun, ekspansi paru menurun, dan otot mengalami kelemahan

yang mengganggu proses metabolisme.

6) Perubahan kardiovaskular

Perubahan pada sistem kardiovaskuler berupa hipotensi artostatik,

meningkatnya kerja jantung, serta terjadi pembentukan trombus.

7) Perubahan sistem muskuloskeletal

Dampak yang ditimbulkan, antara lain gangguan muskular yang berupa

menurunnya massa otot yang menyebabkan turunnya kekuatan otot serta

atropi pada otot, gangguan skeletal berupa kontraktur sendi serta osteoporosis.

8) Perubahan sistem integumen

Pada sistem integumen akan terjadi penurunan elastisitas kulit, terjadi

iskemia serta nekrosis jaringan superfisial ditandai dengan adanya luka

dekubitus akibat tekanan dan sirkulasi ke jaringan menurun.

9) Perubahan eliminasi

Kurangnya asupan dan penurunan curah jantung mengakibatkan

penurunan jumlah urine.

10) Perubahan perilaku

Seseorang akan mengalami perubahan peran, konsep diri, kecemasan yang

berdampak ke perilaku yang ditimbulkan, seperti rasa bermusuhan, bingung,

cemas, emosional yang tinggi, depresi, siklus tidur berubah, serta penurunnya

mekanisme koping.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan Gout

Arthritis
38

1. Pengkajian

a) Identitas

Meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat, pendidikan dan

pekerjaan.

b) Keluhan Utama

Keluhan utama yang menonjol pada klien Gout Arthritis adalah nyeri dan

terjadi peradangan sehingga dapat menggangu aktivitas klien.

c) Riwayat Penyakit Sekarang

Didapatkan adanya keluhan nyeri yang terjadi di otot sendi. Sifat dari

nyerinya umumnya seperti pegal/di tusuk-tusuk/panas/di tarik-tarik dan nyeri

yang dirasakan terus menerus atau pada saat bergerak, terdapat kekakuan

sendi, keluhan biasanya dirasakan sejak lama dan sampai menggangu

pergerakan dan pada gout arthritis kronis didapakan benjolan atan tofi pada

sendi atau jaringan sekitar.

d) Riwayat Penyakit Dahulu

Penyakit apa saja yang pernah diderita oleh klien, apakah keluhan penyakit

gout arthritis sudah diderita sejak lama dan apakah mendapat pertolongan

sebelumnya dan umumnya klien gout arthritis disertai dengan hipertensi.

e) Riwayat Penyakit Keluarga

Kaji adakah riwayat gout arthritis dalam keluarga.

f) Riwayat Psikososial

Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang diderita dan penyakit klien

dalam lingkungannya. Respon yang didapat meliputi adanya kecemasan

individu dengan rentan variasi tingkat kecemasan yang berbeda dan


39

berhubungan erat dengan adanya sensasi nyeri, hambatan mobilitas fisik

akibat respon nyeri dan kurang pengetahuan akan program pengobatan dan

perjalanan penyakit. Adanya perubahan aktivitas fisik akibat adanya nyeri dan

hambatan mobilitas fisik memberikan respon terhadap konsep diri yang

maladaptif.

g) Riwayat Nutrisi

Kaji riwayat nutisi klien apakah klien sering menkonsumsi makanan yang

mengandung tinggi Purin.

h) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari

ujung rambut hingga ujung kaki (head to toe). Pemeriksaan fisik pada daerah

sendi dilakukan dengan inspeksi dan palpasi. Inspeksi yaitu melihat dan

mengamati daerah keluhan klien seperti kulit, daerah sendi, bentuknya dan

posisi saat bergerak dan saat diam. Palpasi yaitu meraba daerah nyeri pada

kulit apakah terdapat kelainan seperti benjolan dan merasakan suhu di daerah

sendi dan anjurkan klien melakukan pergerakan yaitu klien melakukan

beberapa gerakanbandingkan antara kiri dan kanan serta lihat apakah gerakan

tersebut aktif, pasif atau abnormal.

i) Pemeriksaan Diagnosis

1) Asam Urat meningkat dalam darah dan urin.

2) Sel darah putih dan laju endap darah meningkat (selama fase akut).

3) Pada aspirasi cairan sendi ditemukan krital urat.

4) Pemeriksaan Radiologi.

2. Diagnosa Keperawatan
40

Menurut NANDA (2015) diagnosa yang dapat muncul pada klien gout

arthritis yang telah disesuaikan dengan SDKI (2017) adalah:

Tabel 2.4 Daftar Diagnosa Keperawatan


Sasaran Kategori Subkategori Kode Rumusan Diagnosa
Gerontik/ Psikologis Nyeri dan D.0077 Nyeri akut
Lansia Kenyaman Definisi :
Pengalaman sensorik atau
emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan
aktual atau fungsional, dengan
onset mendadak atau lambat
dan berintesitas ringan hingga
berat yang berlangsung kurang
dari 3 bulan.
Penyebab :
1. Agen pencendera
fisiologis (mis. Inflamasi,
iskemia, neoplasma)
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif :
1. Mengeluh nyeri
Objektif :
1. Tampak meringis
2. Besikap protektif (mis.
Waspada posisi
menghindari nyeri
3. Gelisah
4. Frekueinsi nadi meningkat
5. Sulit tidur
6. Tekanan darah meningkat
7. Pola napas berubah
8. Pola makan berubah
9. Prosese berpikir terganggu
10. Menarik diri
11. Berfokus pada diri sendiri
12. Diaforesisi
Kondisi Klinis
1. Kondisi pembedahan
2. Cedera trauma
3. Infeksi
4. Sindrom koroner akut
5. Glaukoma
6. Pengkajian nyeri dapat
menggunakan instrumen
skala nyeri seperti :
a. FLACC Bahavioral
41

Pain Scale untuk usia


kurang dari 3 tahun.
b. Baker-Wong-FACES
scale untuk usia 3-7
tahun
c. Visual analogue scale
atau numeric rating
scale untuk usia diatas
7 ahun.
Fisiologis Aktivitas/ D.0054 Gangguan mobilitas fisik
Istirahat Definisi :
Keterbatasan dalam gerakan
fisik dari satu atau lebih
ekstremitas secara mandiri.
Penyebab
1. Penurunan kendali otot
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif :
1. Mengeluh sulit
menggerkan ekstermitas
2. Nyeri saat bergerak
3. Enggan melakukan
pergerakan
4. Merasa cemas saat
bergerak
Objektif :
1. Kekuatan otot menurun
2. Rentang gerak (ROM)
menurun
3. Sendi kaku
4. Gerakan tidak
terkoordinasi
5. Gerakan terbatas
6. Fisik lemah
Kondisi Klinis Terkait :
1. Stroke
2. Cedera medula spinalis
3. Trauma
4. Fraktur
5. Osteoarthritis
6. Osteoplasma
7. Keganasan
Lingkunga Keamanan D.0130 Hipertemia
n dan Proteksi Definisi :
Suhu tubuh meningkat di atas
rentang normal tubuh.
Penyebab
1. Respon trauma
42

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif :
-
Objektif :
1. Suhu tubuh diatas nilai
normal
2. Kulit merah
3. Kejang
4. Takikardi
5. Takipnea
6. Kulit terasa hangat
Kondisi Klinis Terkait :
1. Proses infeksi
2. Hiperteroid
3. Stroke
4. Dehidrasi
5. Trauma
6. Prematuritas
Psikologis Nyeri dan D.0074 Gangguan rasa nyaman
Kenyamanan Definisi :
Perasaan kurang senang, lega
dan sempurna dalam dimensi
fisik, psikospiritual,
lingkungan dan sosial.
Penyebab
1. Gejala penyakit
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif :
1. Mengeluh tidak nyaman
2. Mengeluh sulit tidur
3. Tidak mampu rileks
4. Mengeluh
kedinginan/kepanasan
5. Merasa gatal
6. Mengeluh mual
7. Mengeluh lelah
Objektif :
1. Gelisah
2. Menunjukan gejala distres
3. Tampak
merintih/menangis
4. Pola eliminasi berubah
5. Postur tubuh berubah
6. Iritabilitas.
Kondisi Klinis Terkait :
1. Penyakit kronis
2. Keganasan
3. Distres psikolog
43

4. Kehamilan
5. Diagnosa gangguan rasa
nyaman ditegakan apabila
rasa tidak nyaman muncul
tanpa ada cedera jaringan.
Apabila ketidaknyamanan
muncul akibat kerusakan
jaringan, maka diagnosa
yang disarankan ialah
nyeri akut atau kronis.

Lingkunga Keamanan D.0129 Gangguan integritas jaringan


n dan Proteksi Definisi :
Kerusakan kulit (dermis,
dan/atau jaringan (membran
mukosa, kornea, fasia, otot,
tendon, tulang, kartilago,
kapsul sendi dan/atau ligamen).
Penyebab
1. Kekurangan/kelebihan
volume cairan
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif :
-
Objektif :
1. Kerusakan jaringan
dan/atau lapisan kulit
2. Nyeri
3. Perdarahan
4. Kemerahan
5. Hematoma
Kondisi Klinis Terkait :
1. Imobilsasi
2. Gagal jantung kongestif
3. Gagal ginjal
4. Diabetes militus
5. Imunodefisiensi (mis.
AIDS)
Fisiologis Aktivitas/ D.0055 Gangguan pola tidur
Istirahat Definisi :
Gangguan kualitas dan
kuantitas waktu tidur akibat
faktor eksternal.
Penyebab
1. Kurang kontrol tidur
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif :
1. Mengeluh sulit tidur
44

2. Mengeluh sering terjaga


3. Mengeluh tidak puas tidur
4. Mengeluh pola tidur
berubah
5. Mengeluh istirahat tidak
cukup
6. Mengeluh kemampuan
beraktivitas menurun
Objektif :
-
Kondisi Klinis Terkait :
1. Nyeri/kolik
2. Hipertiroidisme
3. Kecemasan
4. Penyakit paru obstruksi
kronis
5. Kehamilan
6. Priode pasca partum
7. Kondisi pasca operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis (gout arthritis)

dibuktikan dengan tampak meringis, gelisah, sulit dan tidur (D.0077).

b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kendali sendi,

nyeri dibuktikan dengan mengeluh sulit menggerakan ekstremitas, nyeri

saat bergerak, dan kekuatan otot menurun (D.0054).

c. Hipertemia berhubungan dengan respon trauma dibuktikan dengan kulit

merah (D.0130).

d. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit dibuktikan

dengan mengeluh tidak nyaman, dan gelisah(D.0074).

e. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan

kekurangan/kelebihan volume cairan dibuktikan dengan nyeri persendian

(D.0129).

f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur dibuktikan

dengan mengeluh sulit tidur, mengeluh sering terjaga, mengeluh tidur

tidak puas, mengeluh pola tidur berubah akibat nyeri sendi (D. 0055).
45

3. Intervensi Keperawatan

Tabel 2.5 Intervensi Keperawatan


N Diagnosa SLKI SIKI
o.
1. Nyeri akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri (1.08238)
berhubungan (L.08066) Definisi :
dengan agen Setelah dilakukan Mengidemtifikasi dan mengola
cedera tindakan keperawatan, pengalaman sensorik atau emosional
fisiologis (gout maka tingkat nyeriyang berkaitan dengan kerusakan
arthritis) menurun dengan kriteria jaringan atau fungsional dengan onset
dibuktikan hasil : mendadak atau lambat dan beritensitas
dengan tampak a. keluhan nyeri ringan hingga berat dan konsisten.
meringis, 1 : Meningkat Tindakan
gelisah, sulit 2 : Cukup meningkat Observasi :
dan tidur 3 : Sedang a. Identifikasi lokasi, karakterisitik,
4 : Cukup menurun durasi, frekuensi, intensitas nyeri
5: Menurun b. Identifikasi respons nyeri non
b. Meringis verbal
1 : Meningkat c. Identifikasi faktor yang
2 : Cukup meningkat memperberat dan memperingan
3 : Sedang nyeri
4 : Cukup menurun Teraupeutik
5: Menurun a. Berikan teknik nonfarmakologi
c. Gelisah untuk mengurangi rasa nyeri (mis,
1 : Meningkat TENS, hypnosis, akupserur, terapi
2 : Cukup meningkat music, biofeedback, terapi pijat,
3 : Sedang aromaterapi, teknik imajinasi
4 : Cukup menurun terbimbing, kompres
5: Menurun hangat/dingin, terapi bermain)
d. Kesulitan tidur b. Kontrol lingkungan yang
1 : Meningkat memperberat rasa nyeri (mis. Suh
2 : Cukup meningkat ruangan, pencahayaan,
3 : Sedang kebisingan)
4 : Cukup menurun c. Pertimbangkan jenis dan sumber
5: Menurun nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
a) Jelaskan penyebab, priode, dan
pemicu nyeri
b) Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi
a. kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
2. Gangguan Mobilitas Fisik Dukungan Ambulasi (1.06171)
mobilitas fisik (L.09079) Definisi :
46

berhubungan Setelah dilakukan Memfasilitasi pasien untuk


dengan tindakan keperawatan, meningkatkan aktivitas berpindah.
penurunan maka mobilitas fisik Tindakan
kendali sendi, meningkat dengan Observasi
nyeri kriteria hasil : a. Identifikasi adanya nyeri atau
dibuktikan a. Pergerakan keluhan fisik lainnya
dengan ekstermitas b. Identifikasi toleransi fisik
mengeluh sulit 1 : Menurun melakukan ambulasi
menggerakan 2 : Cukup menurun Terapeutik
ekstremitas, 3 : Sedang a. Fasilitasi ambulasi dengan alat
nyeri saat 4 : Cukup meningkat bantu (mis. Tongkat, kruk)
bergerak, dan 5 : Meningkat b. Libatkan keluarga untuk
kekuatan otot b. Kekuatan otot membantu pasien dalam
menurun 1 : Menurun meningkatkan ambulasi.
2 : Cukup menurun Edukasi
3 : Sedang a. Jelaskan tujuan dan prosedur
4: Cukup meningkat ambulas.
5: Meningkat b. Ajarkan ambulasin sederhana
c. Rentang gerak yang harus dilakukan (mis.
(ROM) Berjalan dari temmpat tidur ke
1 : Menurun kursi roda, berjalan dari tempat
2 : Cukup menurun tidur ke kamar mandi, berjalan
3 : Sedang sesuai toleransi)
4 : Cukup meningkat
5 : Meningkat
d. Nyeri
1 : Meningkat
2 : Cukup meningkat
3 : Sedang
4 : Cukup menurun
5 : Menurun

3. Hipertemia Termoregulasi Manajemen Hipertermia


berhubungan (L.14134) (1. 15506)
dengan respon Setelah dilakukan Definisi :
trauma tindakan keperawatan, Mengidentifikasi dan mengelola
dibuktikan maka termoregulasi peningkatan suhu tubuh akibat
dengan kulit membaik dengan kriteria disfungsi termoregulasi
merah hasil : Tindakan :
a. Mengigil Observasi
1 : Meningkat a. Monitor suhu tubuh
2 : Cukup meningkat b. Monitor komplikasi akibat
3 : Sedang hipertermia
4 : Cukup menurun Terpeutik
47

5 : Menurun a. Longgarkan atau lepaskan pakain


b. Kulit merah b. Lakukan pendingina eksternal
1 : Meningkat (mis. Selimut hipotermia atau
2 : Cukup meningkat kompres dingin pada dahi, leher,
3 : Sedang dada, abdomen, aksila)
4 : Cukup menurun Edukasi
5 : Menurun a. Anjurkan tirah baring
c. Suhu tubuh Kolaborasi
1 : Memburuk a. Kolaborasi pemberian cairan dan
2 : Cukup memburuk elektrolit intravena, jika perlu
3 : Sedang
4 : Cukup membaik
5 : Membaik
d. Suhu kulit
1 : Memburuk
2 : Cukup memburuk
3 : Sedang
4 : Cukup membaik
5 : Membaik
4. Gangguan rasa Status Kenyamanan Manajemen Nyeri (1.08238)
nyaman (L.08064) Definisi :
berhubungan Setelah dilakukan Mengidentifikasi dan mengelola
dengan gejala tindakan keperawatan, pengalaman sensorik atau emosional
penyakit maka status kenyaman yang berkaitan dengan keruskan
dibuktikan meningkat dengan jaringan atau fungsional dengan onset
dengan kriteria hasil : mendadak atau lambat dan
mengeluh tidak a. Keluhan tidak berintensitas ringan hingga berat dan
nyaman, dan nyaman konstan.
gelisah 1 : Meningkat Tindakan :
2 : Cukup meningkat Observasi :
3 : Sedang a. Identifikasi lokasi, karakterisitik,
4 : Cukup menurun durasi, frekuensi, intensitas nyeri
5 : Menurun b. Identifikasi respons nyeri non
b. Gelisah verbal
1 : Meningkat c. Identifikasi faktor yang
2 : Cukup meningkat memperberat dan memperingan
3 : Sedang nyeri
4 : Cukup menurun Teraupeutik
5 : Menurun a. Berikan teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi rasa nyeri
(mis, TENS, hypnosis, akupserur,
terapi music, biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
b. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. Suh
ruangan, pencahayaan,
48

kebisingan)
c. Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
a. Jelaskan penyebab, priode, dan
pemicu nyeri
b. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
5. Gangguan Integritas Kulit dan Perawatan Integritas Kulit
integritas Jaringan (L.14125) (1.11353)
kulit/jaringan Setelah dilakukan Definisi :
berhubungan tindakan keperawatan, Mengidentifikasi dan merawat kulit
dengan maka Integritas kulit dan untuk menjaga ke utuhan, kelembaban
kekurangan/kel jaringan meningkat dan mencegah perkembangan
ebihan volume dengan kriteria hasil : mikroorganisme.
cairan a. Kerusakan jaringan Tindakan :
dibuktikan 1 : Meningkat Observasi :
dengan nyeri 2 : Cukup meningkat a. Identifikasi penyebab gangguan
persendian 3 : Sedang integritas kulit (mis. Perubahan
4 : Cukup menurun sirkulasi, perubahan status nutrisi,
5 : Menurun penurunan kelembaban, suhu
b. Kerusakan lapisan lingkungan ekstrem, penurunan
kulit mobilitas)
1 : Meningkat Teraupeutik
2 : Cukup meningkat a. Ubah posiis tiap 2 jam jika tirah
3 : Sedang baring
4 : Cukup menurun Edukasi
5 : Menurun a. Njurkan meningkatkan asupan
nutrisi
6. Gangguan pola Pola Tidur (L.05045) Dukungan Tidur (1.05174)
tidur Setelah dilakukan Definisi :
berhubungan tindakan keperawatan, Memfasilitasi siklus tidur dan terjaga
dengan kurang maka pola tidur membaik yang teratur
kontrol tidur dengan kriteria hasil : Tindakan :
dibuktikan a. Keluhan sulit tidur Observasi
dengan 1 : Menurun a. Identifikasi pola aktivitas tidur
mengeluh sulit 2 : Cukup menurun b. Identifikasi makanan dan
tidur, mengeluh 3 : Sedang minuman yang mengganggu tidur
sering terjaga, 4 : Cukup meningkat (mis. Kopi, teh, alkohol, makan
mengeluh tidur 5 : Meningkat mendkati waktu tidur, minum
tidak puas, b. Keluhan sering banyak air sebelum tidur).
mengeluh pola terjaga Terapeutik
tidur berubah 1 : Menurun a. Lakukan prosedur untuk
akibat nyeri 2 : Cukup menurun meningkatkan kenyamanan (mis.
49

sendi 3 : Sedang Pijat, pengaturan posisi, terapi


4 : Cukup meningkat akupresur)
5 : Meningkat Edukasi
c. Keluhan tidak puas a. Jelaskan penting tidur cukup
tidur selama sakit.
1 : Menurun b. Anjurkan menghindari
2 : Cukup menurun makanan./minuman yang
3 : Sedang mengganggu tidur.
4 : Cukup meningkat c. Ajarkan relaksasi otot autogenik
5 : Meningkat atau cara nonfarmakologi lainnya
d. Keluhan pola tidur
berubah
1 : Menurun
2 : Cukup menurun
3 : Sedang
4 : Cukup meningkat
5 : Meningkat
e. Keluhan istirahat
tidak cuku
1 : Menurun
2 : Cukup menurun
3 : Sedang
4 : Cukup meningkat
5 : Meningkat

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi mengacu pada tindakan untuk mencapai tujuan-tujuan

yang telah ditetapkan dalam suatu keputusan. Tindakan ini berusaha untuk

mengubah keputusan-keputusan tersebut menjadi pola-pola operasional serta

berusaha mencapai perubahan-perubahan besar atau kecil sebagaimana yang

telah diputuskan sebelumnya. Implementasi pada hakikatnya juga

merupakan upaya pemahaman apa yang seharusnya terjadi setelah program

dilaksanakan (Mulyadi, 2015).

Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan dari

rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada tahap

ini, perawat yang mengaplikasian intervensi keperawatan berdasarkan yang


50

sudah ditetapkan. Dalam implementasi ini dilakukan dalam 3 tahap yaitu

persiapan, perawat perlu melakukan kontrak dengan keluarga meliputi kapan

dilaksanakan, berapa lama waktu yang dibutuhkan, materi/topik yang

didiskusikan, serta peralatan yang mungkin dibutuhkan. Tahap yang kedua

yaitu implementasi sesuai rencana dan kontrak yang telah dilakukan

sebelumnya. Tahap yang ketiga yaitu dokumentasi setiap kegiatan yang telah

dilakukan (Akbar, 2019).

5. Evaluasi

Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan

terencana tentang kesehatan keluarga dengan tujuan yang telah ditetapkan,

membandingkan antara hasil implementasi dengan kreteria yang telah

ditetapkan, dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien

dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan Evaluasi adalah untuk melihat

kemampuan pasien dalam mencapai tujuan. Metode yang dapat dilakukan

diantaranya ialah, wawancara, observasi langsung, memeriksa laporan, dan

latihan simulasi (Akbar, 2019). Penilaian evaluasi yaitu menilai 5 tugas

keluarga dapat terlaksana dengan baik.

Menurut Suprajitno (2012) Evaluasi disusun menggunakan SOAP

dengan uraian sebagai berikut:

S : ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subjektif oleh

pasien setelah diberikan implementasi keperawatan.

O : keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan

pengamatan yang objektif.

A : analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif.


51

P : perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.

C. Peran Perawat

Peran dan fungsi perawat menurut Berman et al (2016) adalah sebagai

pemberi asuhan, komunikator, pendidik, advokat klien, konselor, agen

pengubah, pemimpin, manajer, manajer kasus, serta konsumen penelitian

dan pengembangan karir keperawatan. Berikut adalah pembahasan lebih

lanjut mengenai peran perawat antara lain:

1. Perawat sebagai pemberi asuhan. Peran pemberi asuhan meliputi

tindakan mendampingi serta membantu klien dalam meningkatkan dan

memperbaiki mutu kesehatan diri melalui proses keperawatan.

Pemberian asuhan ini mencakup aspek biopsikososial hingga spiritual

pasien atau klien.

2. Perawat sebagai komunikator. Dalam perannya, perawat

mengomunikasikan informasi yang sebelumnya diproses melalui

identifikasi kepada klien atau pasien, baik secara tertulis atau lisan.

Kemampuan perawat dalam berkomunikasi dapat menunjang

tersampaikannya informasi secara jelas dan akurat.

3. Perawat sebagai pendidik. Hal ini dimaksudkan perawat sebagai pendidik

dalam membantu klien atau pasien untuk mengenal kesehatan dan

prosedur asuhan kesehatan yang perlu mereka lakukan, baik dengan

tujuan untuk mencegah atau pun memulihkan.

4. Perawat sebagai advokat klien. Ketika menjalankan tugasnya, perawat

dapat mewakili pasien dalam menyampaikan harapan dan kebutuhannya

kepada profesi kesehatan lain. Selain itu perawat juga dapat membantu
52

klien dalam menjaga dan menegakkan hak-haknya, salah satunya dalam

pengambilan keputusan atas tindakan keperawatan yang akan diberikan

5. Perawat sebagai konselor. Konseling merupakan proses membantu klien

untuk mengenali dan menghadapi sebuah permasalahan dan untuk

meningkatkan perkembangan personal yang meliputi pemberian

dukungan emosi, intelektual, dan psikologis. Perawat memberikan

konsultasi terutama kepada klien untuk mengembangkan sikap, perasaan,

dan perilaku yang sesuai dengan kondisinya atau perilaku alternatif lain.

6. Perawat sebagai agen perubahan. Perawat dikatakan sebagai agen

perubahan ketika turun langsung untuk membantu klien dalam

memperbaiki perilaku dan kondisi kesehatannya melalui asuhan klinis

yang dilakukan secara berkelanjutan.

7. Perawat sebagai pemimpin. Seorang pemimpin tentu memiliki pengaruh

yang besar terhadap suatu tim, baik untuk mengkordinir, membimbing,

atau pun bekerja sama demi mencapai suatu tujuan. Peran pemimpin

seorang perawat dapat diterapkan pada beberapa tingkatan, seperti pada

klien individu, keluarga, kelompok, kolega, atau pun komunitas.

8. Perawat sebagai manajer. Maksudnya adalah perawat berperan dalam

mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan pemberian asuhan

keperawatan, baik secara individu, keluarga, atau pun komunitas.

Perawat manajer juga berperan dalam mengkordinir, memantau, dan

mengevaluasi tindakan keperawatan yang dilakukan oleh para staf dan

perawat lainnya.
53

9. Perawat sebagai manajer kasus. Perawat bekerja dalam tim asuhan

kesehatan multidisiplin dalam mempertimbangkan, memantau, dan

mengevaluasi keberhasilan rencana pemecahan kasus yang ada. Perawat

manajer kasus memiliki ketentuan yang berbeda pada tiap institusi atau

lembaga. Ada yang menetapkan bahwa perawat manajer kasus nantinya

akan bekerja sama dengan staf perawat dan tenaga yang diperlukan

lainnya, dan ada pula yang menetapkan bahwa perawat manajer kasus

tidak lain adalah staf perawat itu sendiri yang sedang memecahkan suatu

kasus berdasarkan asuhan keperawatan.

10. Perawat sebagai konsumen penelitian. Dengan hadirnya beragam

penelitian mengenai ilmu dan praktik kesehatan, perawat dapat

memanfaatkannya sebagai sarana dalam meningkatkan dan memperbaiki

pola asuhan klien secara aktual dan berkelanjutan.

Perawat berperan dalam pengembangan karir keperawatan. Seiring

berkembangnya keilmuan dan ketetapan seputar keperawatan, saat ini

perawat dapat mewujudkan peran melalui karir yang beragam. Seperti

perawat praktisi, perawat spesialis, perawat anestesi, perawat peneliti,

hingga perawat pendidik yang pada tiap peran tersebut tentu memiliki

tanggung jawab dan cakupannya masing-masing

D. Evidence Based in Nursing (EBN)

Tabel 2.6 Evidence Based in Nursing (EBN)


N Nama Judul Metode Jumlah Lama Hasil
o. Jurnal Penelitian penelitian sampel Pelaksanaan Penelitian
(Tahun
terbit)
1. Jurnal Pengaruh Penelitian ini 30 19 Januari 1. Persentase
Pendidikan Senam merupakan responden sampai 12 nyeri
54

Kesehatan Ergonomis penelitian pre Februari rematik


Rekreasi Terhadap eksperimen 2017 pada
(2019) Perubahan dengan lansia
Nyeri Pada rancangan sebelum
Lansia design. diberikan
dengan senam
Rematik di ergonomis
Sada Jiwa dengan
Banjar kategori
Pasekan ringan
Desa sebanyak
Sembung 4
Kecamatan responden
Mengawi (13,3%),
Kabupaten dan nyeri
Badung. sedang
sebanyak
26
responden
(86,7%).
2. Persentase
nyeri
reamtik
pada
lansia
sesudah
diberikan
senam
ergonomis
dengan
kategori
ringan
sebanyak
17
responden
(56,7%),
dan nyeri
sedang
sebanyak
13
responden
(43,3%).
3. Terdapat
pengaruh
yang
signifikan
Senam
Ergonomis
55

Terhadap
Perubahan
Nyeri
Pada
Lansia
dengan
Rematik di
Sada Jiwa
Banjar
Pasekan
Desa
Sembung
Kecamata
n
Mengawi
Kabupaten
Badung
Tahun
2016 p
(0,000 <
ᾱ(0,05).
2. Nursing Pengaruh Desain 45 20 Juni 2018 1. Sebelum
Ners (2019) Senam penelitian ini responden sampai 20 dilakukan
Ergonomik menggunakan Juli 2018 senam
Terhadap desain pre- ergonomis
Skala Nyeri eksperimenta sebagian
Sendi pada l dengan one besr
Lansia group pre responden
Wanita di test and post tergolong
Wilayah test design. dalam
Posyandu kategori
Lansia skala nyeri
Cipiring II berat tidak
Landungsar terkontrol
i Malang. yaitu
sebanyak
29 orang
(64%).
2. Sesudah
dilakukan
senam
ergonomis
sebagian
besar
responden
tergolong
dalam
kategori
56

tidak nyeri
atau terjadi
penurunan
yaitu
sebanyak
32 orang
(71, 1%)
3. Hasil
analis
Marginal
Homogene
ty Test
menunuju
kan bahwa
ada
pengaruh
senam
ergonomis
terhadap
skala nyeri
sendi pada
lansia
wanita di
Wilayah
Posyandu
Lansia
Cipiring II
Landungsa
ri Malang
diperoleh
nilai
signifikan
sebesar
0,000 (p
value
≤0,05).
3. Jurnal Pemberian Metode 42 Selama 8 kali Hasil
Keperawata Senam penelitian Responde pertemuan perbandingan
n Ergonomik kuantitatif n kadar asam
Muhammad Berbasis dengan urat (pre test)
iyah (2020) Spiritual desain pada
Pada Lansia penelitian kelompok
Dengan quasi- perlakuan
Prediksi experimental dan
Arthritis pre test and kelompok
Gout Di post test kontrol
Wilayah nonequivalen dilakukan Uji
Kerja t control Independent
57

Puskesmas group design. Sample T-


Sokaraja I Test. Hasil
Uji
Independet
Sample T-
Test
didapatkan p-
value= 0.002
atau p< 0.05
artinya ada
perbedaan
kadar asam
urat antara
kelompok
perlakuan
dan
kelompok
kontrol yang
menunjukan
adanya
pengaruh
senam
ergonomik
berbasis
spiritual
terhadap
penurunan
kada asam
urat pada
lansia dengan
prediksi
arthritis
gout.
BAB 3

METODELOGI PENELITIAN

Metodelogi penelitian merupakan cara yang akan dilakukan dalam proses

penelitian. Berikut ini akan dijelaskan tentang metode penelitian yang akan

dilaksanakan meliputi : Pendekatan Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian,

Subyek Penelitian, Pengumpulan Data, Pengolahan Data, dan Etika Penelitian

A. Pendekatan

Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan studi kasus. Studi

kasus ini adalah studi untuk mengekspresikan Penerapan Senam Ergonomis

Terhadap Gout Arthritis Pada Lansia dengan Masalah Keperawatan

Gangguan Mobilitas Fisik di Desa Paseseh Rt 002 Rw 004 Kecamatan

Tanjung Bumi Kabupaten Bangkalan.

B. Lokasi dan Waktu

1. Lokasi penelitian

Lokasi Penerapan Senam Ergonomis Terhadap Gout Arthritis Pada Lansia

dengan Masalah Keperawatan Gangguan Mobilitas Fisik di Desa Paseseh Rt

002 Rw 004 Kecamatan Tanjung Bumi Kabupaten Bangkalan. Adapun

pemilihan lokasi tersebut dengan alasan :

a) Ditemukan lansia yang mengalami Gout Arthritis

b) Belum pernah diberikan intervensi Penerapan Senam Ergonomis Terhadap

Gout Arthritis Pada Lansia dengan Masalah Keperawatan Gangguan

Mobilitas Fisik di Desa Paseseh Rt 002 Rw 004 Kecamatan Tanjung Bumi

Kabupaten Bangkalan.

64
65

2. Waktu penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada tanggal dengan rincian detail:

a) Pasien 1 : 27 Maret 2021

b) Pasien 2 : 27 Maret 2021

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian dilakukan pada 2 pasien Gout Arthritis Pada Lansia

dengan Masalah Keperawatan Gangguan Mobilitas Fisik di Desa Paseseh Rt

002 Rw 004 Kecamatan Tanjung Bumi Kabupaten Bangkalan. Dengan

kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut :

1. Kriteria inklusi

a) Lansia yang mengalami Gout Arthritis dengan masalah keperawatan

Gangguan mobilitas fisik

b) Lansia bersedia menjadi responden dan mendapatkan persetujuan dari

suami/keluarga

2. Kriteria eksklusi

a) Lansia menolak untuk dijadikan sebagai responden

D. Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dimulai setelah mendapatkan izin

dari kepala Desa Paseseh Rt 002 Rw 004 Kecamatan Tanjung Bumi

Kabupaten Bangkalan untuk melakukan praktik Profesi Ners Kompetensi

Gerontik. Selanjutnya meminta izin kepada lansia untuk melakukan tindakan

Penerapan Senam Ergonomis Terhadap Gout Arthritis dengan Masalah

Keperawatan Gangguan Mobilitas Fisik. Proses pengumpulan data akan

dijabarkan sebagai berikut


66

1. Pasien 1 dan pasien 2

a) Melakukan pendekatan dan memperkenalkan diri

b) Melakukan pengkajian dan wawancara berisi tentang identitas pasien,

keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu,

riwayat penyakit keluarga, penyakit psikososial, riwayat nutrisi,

pemeriksaan fisik.

c) Setelah data terkumpul, peneliti menyimpulkan masalah dan menentukan

masalah utama kemudian membuat rencana tindakan yang akan dilakukan

terhadap klien.

d) Penelitian ini dilaksanakan selama 8 kali pertemuan dimana pada hari

pertama dilakukan observasi gout arthritis serta pengenalan gerakan-

gerakan senam ergonomis kepada klien

e) Selanjutnya pada hari kedua diberikan intervensi senam ergonomis dan

dilakukan pengecekan kadar gout arthritis sebelum melakukan senam

ergonomis.

f) Pada hari kedelapan dilakukan pengecekan kadar gout arthritis setelah

melakukan senam ergonomis.

g) Pemberian senam ergonomis dilakukan selama 7 kali dengan frekuensi 1

kali sehari selama kurang lebih 30 menit.

h) Peneliti melibatkan keluarga, serta meminta izin menggunakan ruangan

atau tempat tertentu untuk pelaksanaan senam ergonomis.

E. Pengolahan Data

Dalam melakukan penelitian, khususnya jika yang menjadi subyek

penelitian adalah manusia, maka harus memahami hak dasar manusia,


67

manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya. Sehingga penelitian

akan dilakukan benar-benar menjunjung tinggi kebebasan manusia. Masalah

yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :

F. Etika Penelitian

1. Informed Concent (Lembar Persetujuan)

Informed concent merupakan bentuk persetujuan peneliti dengan

responden untuk berpartisipasi dalam penelitian, dengan menandatangani

lembar informed concent sebelum penelitian dilakukan. Tujuan informed

concent adalah agar responden mengerti maksud, tujuan penelitian, dan

mengetahui dampaknya. Jika responden bersedia, makan responden harus

menandatangani persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti

harus menghormati hak responden.

2. Anonimity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan reponden, peneliti tidak akan mencantumkan

nama responden pada lembar penelitian.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya.

4. Non maleficence (Tidak merugikan)

Peneliti berusaha semaksimal mungkin untuk tidak merugikan atau

membahayakan, menimbulkan cidera fisik dan psikologis selama melakukan

penelitian. Apabila senam ergonimis yang diberikan peneliti berpotensi

mengakibatkan cedera, maka subyek dikeluarkan dari kegiatan penelitian


68

untuk mencegah terjadinya cedera, maupun kematian subyek. Jika responden

stress/lelah/cedera maka peneliti menganjurkan untuk istirahat dan dapat

digantikan oleh responden lainnya.

5. Beneficience (Berbuat baik)

Peneliti tidak membahayakan responden dan peneliti berusaha melindungi

reponden dengan baik.


69
BAB 4

LAPORAN KASUS

Berdasarkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah

keperawatan mobilitas fisik di Desa Paseseh Rt 002 Rw 004 Kecamatan Tanjung

Bumi Kabupaten Bangkalan, maka peneliti akan membahas hasil dari asuhan

keperawatan yang dilakukan dengan cara memberikan penerapan senam

ergonomis.

Pembahasan ini dimulai dari tahap proses keperawatan yaitu : pengkajian,

diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi.

A. Pengkajian

1. Identitas Pasien

Data diperoleh dari wawancara dan observasi dilakukan pada tanggal 18

Maret 2021 saat melakukan pengkajian pada Ny. S (Pasien 1) berusia 64 tahun

merupakan salah satu lansia di Desa Paseseh Rt 002 Rw 004 Kecamatan Tanjung

Bumi. Ny. S sudah menikah, pernah bersekolah hanya tamat SD dan Ny. S

merupakan seorang pekerja batik, Ny. S beragama islam. Sedangkan Ny. N

(Pasien 2) berusia 61 tahun merupakan salah satu lansia di Desa Paseseh Rt 002

Rw 004 Kecamatan Tanjung Bumi. Ny. N sudah menikah, pernah bersekolah

hanya tamat SD dan Ny. N merupakan seorang ibu rumah tangga, Ny. N

beragama islam.

2. Riwayat Penyakit

Pada saat pengkajian Ny. S mengatakan persendian kaki kiri terasa sakit dan

kaku. Skala nyeri 4 hilang timbul. Ny. S Mengeluh nyeri saat melakukan aktifitas

69
yang berlebihan. Ny. S mengatakan terkadang saat nyeri hanya membeli obat di

apotik untuk menurunkan nyerinya dan tidak tau bagaimana cara mengatasi nyeri

70
70

lututnya. Ny. S mengatakan belum tau tentang terapi non farmakologis pada

gout arthtritis.

Pada saat pengkajian Ny. N mengatakan sulit bergerak aktif karena lutut

terasa nyeri dan kram saat beraktifitas. Skala 4 hilang timbul. Ny. N mengatakan

belum mengetahui tentang gout arthritis dan tidak tau bagaimana cara

menangani nyerinya dan Ny. N hanya membeli obat nyeri diapotik. Ny. N

mengatakan belum tau tentang terapi non farmakologis pada gout arthritis

3. Perubahan Pada Kesehatan

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terkait nutrisi bahwa Ny. S

makan 3x seahri (pagi,siang,malam) menu yang Ny. S makan bervariasi setiap

hari. Ny. S sering memakan makanan yang bersantan ,gorengan, kacang-

kacangan, kecambah, jerohan, kerang dan juga daun singkong.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terkait nutrsi bahwa Ny. N

makan 3x sehari (pagi,siang,malam) menu yang Ny. N makan bervariasi setiap

hari. Ny. N sering memakan makanan apa saja tanpa mengonrol makanan.

Kadang-kadang Ny. N minum kopi 1 minggu sekali.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terkait pola eliminasi Ny. S rutin

BAB 1x sehari dengan mandiri di kamar mandi konsistensi lembek dan berwarna

kuning kecoklatan dengan bau khas feces. Eliminasi urine klien masih bisa

dirasakan saat BAK, klien mandiri kekamar mandi, frekuensi 6-8x sehari.

Sedangkan Ny. N rutin BAB 1x sehari dengan mandiri di kamar mandi

konsistensi lembek dan berwarna kuning kecoklatan dengan bau khas feces.

Eliminasi urine klien masih bisa dirasakan saat BAK, klien mandiri kekamar

mandi, frekuensi 6-10x sehari.


71

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada Ny. S untuk pola istirahat

(tidur), Ny. S mengatakan selalu tidur siang diantara pukul 12.00-14.00, biasanya

kalau tidak tidur kelien membatik, kalau malam hari baisanya tidur pukul 21.30

dan sudah bangun jam 04.00 pagi. Sedangkan Ny. N mengatakan kadang-kadang

susuah tidur kalau lutut terasa nyeri dan kram, tidur siang diantara pukul 11.00-

13.00, kalau tidak tidur biasanya menjaga cucunya. Sedangkan malam hari

biasanya pukul 21.00 sudah tidur dan bangun biasanya pukul 04.30 pagi.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terkait personal hygiene Ny. S

mandi 3x sehari dilakukan dengan mandiri, keramas dilakukan 3x dalam

seminggu dan memotong kuku setap 1x dalam 2 minggu. Sedangkan Ny. N

mandi 3x sehari dilakukan dengan mandiri, keramas dilakukan 3x dalam

seminggu dan memotong kuku setap 1x dalam 2 minggu.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terkait rekreasi Ny. S

mengatakan terakhir rekreasi bulan desember 2020 ke Kota Bangkalan untuk

melakukan jual beli hasil karya batiknya, untuk sekarang tidak pernah lagi

kemana-mana karena takut keluar rumah dengan kondisi pandemi saat ini.

Sedangkan Ny. N mengatakan sudah lama tidak pernah rekreasi karena anaknya

berada di sidoarjo, terkadang anak dan cucunya yang berkunjung kerumahnya

pada saat libur sekolah.

4. Pemeriksaan Fisik

Hasil pemeriksaan tanda tanda vital pada Ny. S menunjukan keadaan umum

composmentis, hasil pengukuran suhu : 36,5 ˚C tekanan darah : 120/80 mmHg

frekuensi nadi : 74 x/menit dan pernafasan : 24 x/menit. Ny. N menunjukan


72

keadaan umum composmentis, hasil pengukuran suhu : 36,7 ˚C tekanan darah :

110/70 mmHg frekuensi nadi : 86 x/menit dan pernafasan/RR : 22 x/menit .

Pemeriksaan fisik Ny. S kdan Ny. N untuk sistem (kepala) tidak ada keluhan

rambut beruban, bersih, tidak ada ketombe, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan.

(Mata) Ny. S dan Ny, N simetris, konjungtiva anemis tidak ada nyeri tekan pada

area mata. (Hidung) Ny. S dan Ny. N Simetris, tidak ada pernapasan cuping

hidung, tidak ada polip, bersih, tidak ada nyeri tekan. (Telinga) Ny. S dan Ny. N

simetris, bersih, tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan. (Mulut dan gigi) Ny. S

dan Ny. N tidak ada karies gigi, bersih, tidak ada sariawan, ada gigi berlubang

bagian geraham, bibir berwarna merah kecoklatan, bibir lembab. (Leher) Ny. S da

Ny. N tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid, tidak ada edema, fungsi menelan

baik, tidak ada pembesaran vena jugularis. (Thorak) Ny. S dan Ny. N simetris

kanan dan kiri, tidak ada nafas yang tertinggal, tidak ada penggunaan otot bantu

nafas, tidak ada nyeri tekan, sonor, vesikuler. (Abdomen) Ny. S dan Ny. N datar,

tidak ada lesi, tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan, terdengar bunyi timpani,

terdengar suara peristaltik usus. (Ektermitas atas) Ny. S dan Ny. N antara

ekstermitas atas kanan dan kiri simetris, tidak ada edema, jari tangan lengkap

kanan dan kiri 10 jari, tidak ada nyeri tekan, ROM aktif 5/5. (Ektermitas bawah)

Ny. S dan Ny. N Antara ekstermitas bawah kanan dan kiri simetris, tidak terdapat

luka, jari kaki lengkap kanan dan kiri 10 jari, nyeri lutut, ROM terbatas 4/4.

Hasil pengkajian status fungsional indeks kemandirian pada aktifitas

kehidupan sehari-hari indeks katz dari Ny. S dan Ny. N termasuk dalam kategori

penilaian A yaitu (usia lanjut mandiri).


73

Hasil index barthel menunjukan bahwa Ny. S memiliki nilai total 20

termasuk kategori penilaian mandiri, sedangkan Ny. N memiliki nilai total 19

termasuk kategori penilaian ketergantungan ringan.

Hasil tingkat kerusakan intelektual SPMSQ menunjukan bahwa Ny. S

menjawab dengan salah sejumlah 0 maka Ny. S memiliki fungsi intelektual utuh.

Sedangkan Ny. N menjawab dengan salah sejumlah 1 maka Ny. N memiliki

fungsi intelektual utuh.

Hasil aspek-kognitif dari fungsi mental menunjukan bahwa Ny.S pasien 1

memiliki skor 26 yang berarti pasien tidak gangguan kognitif, sedangkan Ny. N

pasien 2 memiliki skor 25 yang berarti pasien tidak gangguan kognitif.

Hasil tingkat depresi menunjukan bahwa Ny. S memiliki penilaian 3 yaitu

klien tidak depresi atau depresi minimal. Sedangkan Ny. N memiliki penilaian 4

yaitu klien tidak depresi atau depresi minimal.

Hasil penilaian skala depresi geriatrik yesevage Ny. S memiliki penilaian 5

yaitu klien tidak mengalami depresi/normal. Sedangkan Ny. N memiliki penilaian

8 yaitu klien tidak mengalami depresi/normal

B. Diagnosa Keperawatan

Menurut SDKI proses penegakan diagnosa merupakan suatu proses sistem

yang terdiri dari analisa data, identifikasi masalah, dan penurunan diagnosis.

Analisa data adalah cara mengelompokkan data berdasarkan kebutuhan bio-

psikososial dan spiritual, di validasi dan membuat kesimpulan untuk menetukan

masalah keperawatan yang muncul. Data yang didapatkan dar Ny. S sesuai

pengkajian yaitu mengeluh nyeri pada persendian kaki kiri terasa sakit skala nyeri

4 hilang timbul, nyeri saat melakukan aktifitas yang berlebihan, secara objektif
74

Ny. S pada saat pengkajian kadang memegang persendian kaki kiri Ny. S

tampak meringis dan terlihat bengkak di sekitar lutut kiri. Sedangkan Ny. N sulit

bergerak aktif karena lutut terasa nyeri dan kram saat beraktifitas skala 4 hilang

timbul, secara objektif Ny. N terkadang memegang lututnya saat sesekali Ny. N

tampak meringis dan terlihat adanya kemerahan dan bengkak di sekitar lutut

kanan

C. Intervensi

Penyusun perencanaan keperawatan untuk mengatasi gangguan mobilitas

fisik dengan teknik non farmakologi yaitu menggunakan penerapan senam

ergonomis. Pemberian senam ergonomis diberikan berdasarkan standart

oprasional prosedur (SOP), disini peneliti akan memberikan senam ergonomis

dilaksanakan selama 8 kali pertemuan dimana pada hari pertama dilakukan

observasi gout arthritis serta pengenalan gerakan-gerakan senam ergonomis

kepada klien, selanjutnya pada hari kedua sampai hari kedelapan diberikan

intervensi senam ergonomis. Pemberian senam ergonomis dilakukan selama 7

kali dengan frekuensi 1 kali sehari selama kurang lebih 30 menit. Pada kasus ini

peneliti telah menentukan intervensi yang akan diberikan pada masing-masing

klien dengan tujuan dan kriteria hasil pada masalah keperawatan atau diagnosa

keperawatan yang muncul, intervensi yang diberikan pada klien berdasarkan pada

buku SLKI (Standrt Luaran Keperawatan Indonesia), SIKI (Standart Intervensi

Keperawatan Indonesia) dan SDKI (standart Diagnosa Keperawatan Indonesia).

Intervensi yang diberikan kepada Ny. S dan Ny. N dengan maslaah keperawatan

prioritas mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot, yaitu

SLKI dengan kriteria Pergerakan ekstremitas dari skala 3 (sedang) menjadi skala
75

5 (meningkat), Kekuatan otot dari skala 3 (sedang) menjadi skala 5 (meningkat),

rentang gerak (ROM) dari skala 3 (sedang) menjadi skala 5 (meningkat) nyeri

dari skala 3 (sedang) menjadi skala 5 (meningkat), kaku sendi dari skala 3

(sedang) menjadi skala 5 (meningkat), gerakan terbatas dari skala 2 (cukup

menurun) menjadi skala 5 (meningkat), kelemahan fisik dari skala 2 (cukup

menurun) menjadi skala 5 (meningkat). Rencana tindakan yang diberikan kepada

Ny. S dan Ny. N adalah berdasarkan tautan SIKI intervensi yang diangkat untuk

diagnosa gangguan mobilitas fisik salah satunya dukungan mobilisasi (1.05173)

dalam kasus ini dukungan mobilisasi non farmakologis yang digunakan dengan

tindakan pemberian senam ergonomis.

D. Implementasi

Berdasarkan penerapan senam ergonomis dalam 7 hari yang dilakukan kurang

dari 30 menit tiap harinya dengan masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik

dilakukan pada Ny. S dan Ny. N di Desa Paseseh Rt 002 Rw 004 Kecamatan

Tanjung Bumi Kabupaten Bangkalan diketahui bahwa penerapan senam

ergonomis sangat efektif dalam menurunkan nyeri gout arthritis, sehingga

memperkecil gangguan mobilitas fisik yang diderita klien. Penerapan senam

ergonomis ini diawali Informed concent, selanjutnya melakukan kontrak waktu,

tempat dan menjelaskan tujuan dilakukan senam ergonomis dan juga pengenalan

gerakan-gerakan senam ergonomis. Berikan senam ergonomis kepada kliens

esuai SOP.

Penerapan pemberian senam ergonomis ini dilakukan selama 7 kali dengan

frekuensi 1 kali sehari selama kurang lebih 30 menit. Selanjutnya pada hari kedua

diberikan intervensi senam ergonomis dan dilakukan pengecekan kadar gout


76

arthritis sebelum melakukan senam ergonomis. Pada hari kedelapan dilakukan

pengecekan kadar gout arthritis setelah melakukan senam ergonomis. Dan catat

pemberian senam ergonomis meliputi hari, tangal, dan waktu pemberian (WIB).

Hari peratama pada tanggal 27 Maret 2021 dilakukan mengidentifikasi

adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya pada Ny. S dan Ny. N dan menjelaskan

tujuan prosedur dan pengenalan gerakan-gerakan senam ergonomis, kemudian

melakukan kontrak waktu untuk melakukan tindakan senam ergonomis pada

besok hari.

Hari kedua pada tanggal 28 Maret 2021 dilakukan pada Ny. S memonitor

kadar gout arthritis dan tanda-tanda vital Ny. Ssebelum diberikan tindakan senam

ergonomis yaitu kadar asam urat 7,0 gdl, tekanan darah : 120/80 mmHg, nadi : 74

x/menit, pernafasan/RR : 24 x/menit, suhu : 36,5 ˚C. Lalu memberikan penerapan

senam ergonomis, Ny. S tampak bisa melakukan gerekan ke 1,2,3 dan 4 namun

tampak kesusahan saat melakukan gerakan senam ke 5 yaitu kedua telapak kaki

dihamparkan ke belakang (duduk pembakaran) dan gerakan ke 6 yaitu rebahkan

tubuh kebelakang (gerakan berbaring pasrah), dan Ny. S mengatakan setelah

melakukan senam ergonomis jadi lebih tenang dan merasa sedikit nyaman.

Sedangkan pada Ny. N hasil pemeriksaan kadar asam urat dan tanda-tanda vital

sebelum dilakukan senam ergonomis yaitu kadar gout arthritis 7,5 gdl, tekanan

darah : 110/70 mmHg, nadi : 86 x/menit, pernafasan/RR : 22 x/menit, suhu : 36,7

˚C. Lalu memberikan penerapan senam ergonomis. Pada saat dilakukan senam

ergonomis Ny. N tampak bisa melakukan gerekan ke 1,2, dan 3 namun tampak

kesusahan saat melakukan gerakan senam ke 4 yaitu jatuhkan kedua lutut ke

lantai (duduk perkasa), gerakan senam ke 5 yaitu kedua telapak kaki


77

dihamparkan ke belakang (duduk pembakaran) dan gerakan ke 6 yaitu rebahkan

tubuh kebelakang (gerakan berbaring pasrah) dan Ny. N mengatakan setelah

melakukan senam ergonomis jadi lebih tenang dan merasa sedikit nyaman.

Hari ketiga pada tanggal 29 Maret 2021 dilakukan pada Ny. S Memberikan

penerapan senam ergonomis. Ny. S tampak sedikit kesusahan saat melakukan

senam gerakan ke 5 yaitu kedua telapak kaki dihamparkan ke belakang (duduk

pembakaran) dan gerakan ke 6 yaitu rebahkan tubuh kebelakang (gerakan

berbaring pasrah) Ny. S mengatakan setelah melakukan senam ergonomis jadi

lebih lumayan nyaman. Sedangkan pada Ny. N tampak masih kesulitan saat

melakukan senam gerakan ke 4 yaitu jatuhkan kedua lutut ke lantai (duduk

perkasa), gerakan ke 5 yaitu kedua telapak kaki dihamparkan ke belakang (duduk

pembakaran) dan gerakan ke 6 yaitu rebahkan tubuh kebelakang (gerakan

berbaring pasrah), dan Ny. N mengatakan setelah melakukan senam ergonomis

jadi lebih sedikit nyaman.

Hari keempat pada tanggal 30 Maret 2021 dilakukan pada Ny. S memberikan

penerapan senam ergonomis Ny. S tampak sedikit bisa melakukan gerakan senam

ke 5 yaitu kedua telapak kaki dihamparkan ke belakang (duduk pembakaran) dan

gerakan senam ke 6 yaitu rebahkan tubuh kebelakang (gerakan berbaring pasrah)

dan Ny. S mengatakan setelah melakukan senam ergonomis jadi lebih lumayan

nyaman. Sedangkan pada Ny. N tampak sedikit kesulitan saat melakukan gerakan

senam ke 4 yaitu jatuhkan kedua lutut ke lantai (duduk perkasa), gerakan senam

ke 5 yaitu kedua telapak kaki dihamparkan ke belakang (duduk pembakaran) dan

gerakan senam ke 6 yaitu rebahkan tubuh kebelakang (gerakan berbaring pasrah)


78

dan Ny. N mengatakan setelah melakukan senam ergonomis jadi lumayan

nyaman.

Hari kelima pada tanggal 31 Maret 2021 dilakukan pada Ny. S Memberikan

penerapan senam ergonomis Ny. S tampak lumayan bisa melakukan gerakan

senam ke 5 yaitu kedua telapak kaki dihamparkan ke belakang (duduk

pembakaran) dan masih sedikit kesulitan melakukan senam ke 6 yaitu rebahkan

tubuh kebelakang (gerakan berbaring pasrah) dan Ny. S mengatakan setelah

melakukan senam ergonomis jadi lebih nyaman. Sedangkan pada Ny. N tampak

lumayan bisa saat melakukan gerakan senam ke 4 yaitu jatuhkan kedua lutut ke

lantai (duduk perkasa), gerakan ke 5 yaitu kedua telapak kaki dihamparkan ke

belakang (duduk pembakaran) dan sedikit kesulitan saat melakukan gerakan

senam ke 6 yaitu rebahkan tubuh kebelakang (gerakan berbaring pasrah) dan Ny.

N mengatakan setelah melakukan senam ergonomis jadi lebih nyaman.

Hari keenam pada tanggal 01 April 2021 dilakukan pada Ny. S Memberikan

penerapan senam ergonomis Ny. S tampak bisa melakukan gerakan senam ke 5

yaitu kedua telapak kaki dihamparkan ke belakang (duduk pembakaran) dan

lumayan bisa melakukan gerakan senam ke 6 yaitu rebahkan tubuh kebelakang

(gerakan berbaring pasrah) dan Ny. S mengatakan setelah melakukan senam

ergonomis jadi lebih nyaman. Sedangkan pada Ny. N tampak bisa saat

melakukan gerakan senam ke 4 yaitu jatuhkan kedua lutut ke lantai (duduk

perkasa), gerakan senam ke 5 yaitu kedua telapak kaki dihamparkan ke belakang

(duduk pembakaran) dan sudah lumayan bisa melakukan gerakan senam ke 6

yaitu rebahkan tubuh kebelakang (gerakan berbaring pasrah) dan Ny. N

mengatakan setelah melakukan senam ergonomis jadi lebih nyaman.


79

Hari ketujuh pada tanggal 02 April 2021 dilakukan pada Ny. S Memberikan

penerapan senam ergonomis Ny. S tampak bisa melakukan senam ke 6 yaitu

rebahkan tubuh kebelakang (gerakan berbaring pasrah) dan Ny. S mengatakan

setelah melakukan senam ergonomis jadi lebih nyaman. Sedangkan pada Ny. N

tampak sudah lumayan bisa melakukan gerakan ke 6 yaitu rebahkan tubuh

kebelakang (gerakan berbaring pasrah) dan Ny. N mengatakan setelah melakukan

senam ergonomis jadi lebih nyaman.

Hari kedelapan pada tanggal 03 April 2021 dilakukan pada Ny. S

Memberikan penerapan senam ergonomis Ny. S tampak bisa melakukan semua

senam ergonomis, dan setelah diberikan tindakan senam ergonomis lalu

memonitor kadar asam urat dan tanda-tanda vital Ny. S kadar asam urat 6,7 gdl,

tekanan darah : 120/60 mmHg, nadi : 74 x/menit, pernafasan/RR : 24 x/menit,

suhu : 36,5 ˚C dan Ny. S mengatakan setelah melakukan senam ergonomis jadi

lebih nyaman. Sedangkan Ny. N tampak bisa melakukan semua gerakan senam

sudah namun pada gerakan ke 6 masih lumayan rebahkan tubuh kebelakang

(gerakan berbaring pasrah) dan setelah diberikan tindakan senam ergonomis lalu

memonitor kadar asam urat dan tanda-tanda vital Ny. N kadar asam urat 7,0 gdl,

tekanan darah : 110/70 mmHg, nadi : 86 x/menit, pernafasan/RR : 22 x/menit,

suhu : 36,7 ˚C dan Ny. N mengatakan setelah melakukan senam ergonomis jadi

lebih tenang dan merasa nyaman.

E. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Berdasarkan penerapan

terapi senam ergonomis yang dilakukan peneliti selama 7 hari dalam pertemuan 8

kali pada kedua klien yang mengalami masalah keperawatan gangguan mobilitas
80

fisik dapat disimpulkan bahwa penerapan senam ergonomis dapat dilakukan

sebagai salah satu penerapan untuk mengatasi masalah gangguan mobilitas fisik

pada klien nyeri gout arhtritis. Hal ini dibuktikan dengan hasil pada saat

dilakukan pengkajian kedua klien pada Ny. S mengeluh nyeri dan kram bagian

lutut sedangkan pada Ny. N mengeluh sakit pada daerah persendian kaki kiri.

Namun setelah klien mendapatkan terapi senam ergonomis selama 7 hari

terdapat adanya perubahan nyeri gout arhtritis klien pertama dan kedua sama-

sama mengalami penurunan nyeri gout arhtritis yang sebelumnya kadar gout

arhtritis pada Ny. S 7,0 gdl dan kadar gout arhtritis pada Ny. N 7,5 gdl setelah

dilakukan terapi senam ergonomis selama 7 hari mengalami penurunan sehingga

mengurangi gangguan mobilitas fisik.

Evaluasi pada tanggal 31 Maret 2021 Ny. S dan Ny. N yaitu Ny. S

mengatakan sudah merasa nyaman pada bagian persendian kaki kiri dan tidak

seperti waktu sebelum dilakukan pemberian senam ergonomis. Ny. S tampak

terlihat tenang dan nyaman kadar asam urat 6,7 gdl dan pergerakan ekstremitas

dari skala 3 (sedang) menjadi skala 5 (meningkat), kekuatan otot dari skala 3

(sedang) menjadi skala 5 (meningkat), rentang gerak (ROM) dari skala 3

(sedang) menjadi skala 5 (meningkat), nyeri dari skala 3 (sedang) menjadi skala 5

(meningkat), kaku sendi dari skala 3 (sedang) menjadi skala 5 (meningkat),

gerakan terbatas dari skala 2 (cukup menurun) menjadi skala 5 (meningkat),

kelemahan fisik dari skala 2 (cukup menurun) menjadi skala 5 (meningkat)

Masalah keperawatan teratasi dan intervensi dihentikan. Sedangkan pada Ny. N

mengatakan sudah tidak merasa nyeri pada bagian lutut, Ny. N tampak lebih

tenang kadar asam urat 7,0 gdl dan pergerakan ekstremitas dari skala 3 (sedang)
81

menjadi skala 5 (meningkat), kekuatan otot dari skala 3 (sedang) menjadi skala 5

(meningkat), rentang gerak (ROM) dari skala 3 (sedang) menjadi skala 5

(meningkat), nyeri dari skala 3 (sedang) menjadi skala 5 (meningkat), kaku sendi

dari skala 3 (sedang) menjadi skala 5 (meningkat), gerakan terbatas dari skala 2

(cukup menurun) menjadi skala 5 (meningkat), kelemahan fisik dari skala 2

(cukup menurun) menjadi skala 5 (meningkat). Masalah keperawatan teratasi dan

intervensi dihentikan.
BAB 5

ANALISA SITUASI

A. Profil Lahan Praktik

Lokasi penelitian ini di Desa Paseseh Rt 002 Rw 004 Kecamatan Tanjung

Bumi Kabupaten Bangkalan. Desa Paseseh adalah salah satu desa yang

terletak di wilayah Kecamatan Tanjung Bumi Kabupaten Bangkalan Jawa

Timur. Desa paseseh merupakan salah satu dari 14 desa di wilayah Kecamatan

Tanjung Bumi, yang terletak 2 km ke arah timur dari kecamatan, Desa

Paseseh mempunyai luas wilayah seluas 45.551,4 hektar. Desa Paseseh

mempunyai 8 dusun yaitu Dusun Betes, Paseseh, Rangmanten, Kramat,

Wa’duwa’, Reng-perreng, Tangkat, dan Jetrebung.

Di Desa Paseseh Rt 002 Rw 004 Kecamatan Tanjung Bumi Kabupaten

Bangkalan terdapat balai desa. Aktivitas yang sering dilakukan oleh warga

desa Paseseh Rt 002 Rw 004 Kecamatan Tanjung Bumi Kabupaten Bangkalan

yaitu yang dilakukan di setiap rumah mendapat giliran kegiatan pengajian.

Di Desa Paseseh Rt 002 Rw 004 Kecamatan Tanjung Bumi Kabupaten

Bangkalan dekat dengan pantai dan mayoritas laki laki di desa paseseh

melakukan aktivitas nelayan, yang dihasilkan oleh nelayan yaitu cumi-cumi,

kepiting, kerang dan ikan. Sehinggan hasil dari nelayan tersebut dikonsumsi

oleh warga desa paseseh dan sebagian hasil pendapatan nelayan dijual ke

pasar.

B. Analisis Masalah Keperawatan Gangguan Mobilitas Fisik pada Lansi

Gout Arthritis Di Wilayah

81
Gout arthritis atau yang sering dikenal dengan asam urat atau radang sendi

adalah penyakit yang sering terjadi pada lansia (Gandari, 2019). Gout arthritis

82
82

dapat menimbulkan rasa nyeri, panas, bengkak, dan kaku pada persendian

yang disebabkan oleh kandungan gout arthritis yang berlebih dalam darah

sehingga terjadi penumpukan kristal gout arthritis di persendian dan jaringan

lunak lain (Warijan, 2020).

Penyakit gout arthritis pada lansia sering dirasakan dikarenakan adanya

faktor pencetus diantaranya pola makan dan kegemukan (Sari, 2017). Saat ini

banyak masyarakat sering mengkonsumsi makanan tinggi protein yang banyak

mengandung zat purin terutama terdapat pada daging, jerohan, kepiting,

kerang, keju, kacang tanah, dan sayuran buncis yang dapat memicu kadar

purin dalam darah meningkat sehingga akan mengalami serangan gout

arthritis (Naviri, 2019).

Secara garis besar penyebab terjadinya gout arthritis disebabkan oleh

faktor primer dan faktor sekunder, faktor primer 99% nya belum diketahui

(Idiopatik). Namun, diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan

faktor hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat

mengakibatkan peningkatan produksi gout arthritis atau bisa juga disebabkan

oleh kurangnya pengeluaran gout arthritis dari tubuh. Faktor sekunder,

meliputi peningkatan produksi gout arthritis, terganggunya proses

pembuangan gout arthritis dan kombinasi kedua penyebab tersebut (Sutanto,

2013).

Hal ini sesuai dengan pengkajian Ny. S pada tanggal 23 maret Ny. S

mengalami sakit pada persendian kaki kiri terasa sakit saat melakukan aktifitas

yang berlebihan. Sedangkan pada Ny. N tanggal 25 Maret 2021 sulit

bergerak aktif karena lutut terasa nyeri dan kram saat beraktifitas.
83

Menurut Fitriana (2015) terdapat faktor resiko yang mempengaruhi gout

arthritis yaitu Usia, Faktor usia pada umumnya serangan gout arthritis yang

terjadi pada laki-laki mulai dari usia pubertas hingga usia 40-69 tahun,

sedangkan pada wanita serangan gout arthritis terjadi pada usia lebih tua dari

pada laki-laki, biasanya terjadi pada saat menopause. Karena wanita memiliki

hormon estrogen, hormon inilah yang dapat membantu proses pengeluaran

gout arthritis melalui urin sehingga gout arthritis didalam darah dapat

terkontrol. Jenis kelamin pada laki-laki memiliki kadar gout arthritis yang

lebih tinggi dari pada wanita, sebab wanita memiliki hormon ektrogen.

Konsumsi purin yang berlebih, dapat meningkatkan kadar asam urat di dalam

darah, serta mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi purin,

konsumsi alkohol dan obat-obatan dapat meningkat akibat salisitas dosis

rendah (kurang dari 2-3 g/hari) dan sejumlah obat diuretik, serta

antihipertensi.

C. Analisis implementasi pemberian senam ergonomis pada lansia Gout

Arthritis Di Paseseh

1. Implementasi

Senam ergonomis adalah tehnik senam untuk mengembalikan atau

membetulkan sistem syaraf dan aliran darah, memaksimalkan supply oksigen

ke otak, membuka sistem kecerdasan, sitem keringat, sitem pemanasan tubuh,

system pembakaran asam urat, kolestrol, gula darah, asam laktat, sistem

pembuatan elektrolit atau ozon dalam tubuh. Aktifitas olahraga ini akan

membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena melatih tulang tetap
84

kuat, mendorong jantung bekerja optimal dan membantu menghilangkan

radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh (Alifatun, 2019).

Menurut Malo (2019) Senam ergonomis ketika dilakukan, akan timbul

ketenangan dalam pikiran. Ketenangan ini merupakan fase yang bermanfaat

bagi tubuh untuk rileks dan mengistirahatkan segenap aktivitas organ dan

sistem organ setelah sehari penuh dengan aktivitas. Ketenangan ini

menyebabkan hormon adrenalin, hormon penggalak mengalami relaksasi.

Sikap relaksasi menjadi penting karena dapat meredakan rasa capek, lelah, dan

nyeri pada otot. Pemberian aktivitas olahraga fisik ini menjadi alternatif

terbaik untuk mengatasi nyeri lansia.

Menurut Debra (2015) dengan melakukan senam secara teratur bisa

membantu memperkuat sendi, mengurangi rasa sakit, memperbaiki

keseimbangan, memberikan energi yang lebih banyak dan menjaga kartilago

(jaringan yang menyelimuti ujung tulang di dalam sendi) untuk menstimulasi

produksi cairan pelumas di sekitar sendi. Pemberian senam ergonomis ini

diterapkan pada Ny. S dan Ny. N selama 7 hari.

Berikut merupakan standar opersional prosedur pemberian senam

ergonomis.

2. Evaluasi

Berdasarkan penerapan senam, ergonomis yang dilakukan selama 7 hari

dengan 8 kali pertemuan, kedua klien yang mengalami masalah keperawatan

gangguan mobilitas fisik dapat disimpulkan bahwa penerapan senam

ergonomis dapat dilakukan sebagai salah satu penerapan untuk mengatasi

masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik pada pasien nyeri gout


85

arthritis. Hal ini dibuktikan dengan hasil yang mana pada saat pengkajian Ny.

S mengeluh sakit pada bagian sendi kaki, sedangkan pada Ny. N mengalami

nyeri dan kram pada bagian lutut. Namun setelah kedua kien mendapatkan

terapi senam ergonomis selama 7 hari dengan 8 kali pertemuan Ny. S dan Ny.

N menunjukan perubahan pada kadar gout arthritis. Sehingga mengurangi

gangguan mobilitas fisik pada klien. Penurunan kadar gout arthritis Ny. S dari

7,0 menjadi 6,7 dan Ny. N 7,5 menjadi 7,0, yaitu perbedaan antara Ny. S turun

0,3 dan Ny. N turun 0,5. Dikarenakan Ny. S masih sering tidak mengontrol

makanan.

D. Keterbatasan Impelementasi Keperawatan

Dalam penelitian ini kelemahan atau keterbatasan yang dihadapi oleh peneliti

adalah :

1. Saat dilakukan intervensi dan implementasi klien tampak sedikit susah

untuk melakukan tindakan senam ergonomis dan pada saat peratama kali

dilakukan tindakan senam ergonomis klien tampak kesusahan saat

melakukan gerakan senama 4,5 dan 6.

2. Penyesuaian jadwal dengan 2 keluarga dan penelitian dilakukan selama 7

kali dalam waktu kurang dari 30 menit.

E. Alternatif Problem Solving yang Dapat Dilakukan

1. Peneliti memintaa klien agar kooperatif selama tindakan terlebih dahulu

sebelum melakukan tindakan senam ergonomis memberikan menjelaskan

manfaat senam ergonomis dan langkah-langkah gerakan senam ergonomis.

2. Peneliti mengatur jadwal kepada kedua klien agar bisa dilakukan tindakan

terapi senam ergonomis


86
BAB 6

PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapatkan dari hasil studi kasus dan pembahasan

mengenai penerapan senam ergonomis pada Ny. S dan ny. N dengan masalah

keperawatan gangguan mobilitas fisik di Desa Paseseh Rt 002 Rw 004

Kecamatan Tanjung Bumi Kabupaten Bangkalan yaitu :

1. Pengkajian di dapatkan klien 1 Ny. S memiliki keluhan mengeluh nyeri

persendian kaki kiri terasa sakit saat melakukan aktifitas yang berlebihan

dan Ny. N skala nyeri 4 hilang timbul. Sedangkan klien 2 Ny. N memiliki

keluhan sulit bergerak aktif karena lutut terasa nyeri dan kram saat

beraktifitas dan Ny. N skala 4 hilang timbul.

2. Ditemukan masalah keperawatan gangguan mobiltas fisik pada Ny. S dan

Ny. N di Desa Paseseh Rt 002 Rw 004 Kecamatan Tanjung Bumi

Kabupaten Bangkalan.

3. Intervensi yang diberikan pada kedua klien berlandaskan pada buku SLKI

(Standart Luaran Keperawatan Indonesia), SDKI (Standrt Diagnosa

Keperawatan Intervensi), untuk mengatasi gangguan mobilitas fisik yang

dialami dengan terapi nonfarmakologis yaitu penerapan senam ergonomis

terhadap lansia nyeri gout arthritis dengan masalah keperawatan gangguan

mobilitas fisik.

4. Implementasi keperawatan yang di sesuaikan dengan rencana keperawatan

yang telah disusun yaitu penerapan pemberian senam ergonomis

86
87

5. Evaluasi keperawatan yang di dapatkan setelah dilakukan tindakan

penerapan senam ergonomis pada Ny. S dan Ny. N selama 7 kali terapi

dalam 8 kali pertemuan selama kurang dari 30 menit, dimana pada hari

pertama dilakukan observasi gout arthritis serta pengenalan gerakan-

gerakan senam ergonomis kepada klien. Selanjutnya pada hari kedua

diberikan intervensi senam ergonomis dan dilakukan pengecekan kadar

gout arthritis sebelum melakukan senam ergonomis pada Ny. S adalah

7,0 gdl dan pada Ny. N adalah 7,5 gdl, maka setelah dilakukan pemebrian

senam ergonomis dalam 7 hari nyeri kadar gout arthritis Ny. S menjadi

6,7 gdl dan Ny. N menjadi 7,0 gdl.

B. Saran

1. Bagi perkembangan ilmu keperawatan

Hasil penelitian kiranya dapat sebagai bahan masukan kepada bidang

keperawatan untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan dalam

pemenuhan kebutuhan terhadap gangguan mobilitas fisik pasien di Desa

Paseseh Rt 002 Rw 004 Kecamatan Tanjung Bumi Kabupaten Bangkalan.

Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan referensi tambahan bagi petugas

kesehatan untuk memberikan tindakan non farmakologis yaitu senam

ergonomis pada lansia nyeri gout arthritis dan menjadikan senam ergonomis

sebagai intervensi.

2. Bagi pelayanan asuhan keperawatan

Bagi pelayanan asuhan keperawatan diharapkan penelitian ini dapat

mengembangkan dan meningkatkan pendidikan dalam pelayanan keperawatan

secara profesional dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan


88

berupaya untuk meningkatkan asuhan keperawatan secara komprehensif

merawat klien lansia dan memperhatikan segala keluhan hingga klien dapat

lebih diperhatikan dan mencapai kesehatan yang lebih optimal.


89

DAFTAR PUSTAKA
Akbar, M. A. (2019). Buku Ajar Konsep-Konsep dasar Dalam Keperawatan
Komunitas. Yogyakarta: Deepublish.

Berman, A., Synder, S.J., & Frandsen, G. (2016). Kozier & Erb’s Fundamentals
of Nursing: Concepts, process, and practice (Tenth Edition). New York:
Person Education, Inc.

Daley, Debra. 2015. 30 Menit Untuk Bugar & Sehat. Jakarta: Bhuana Ilmu
Populer.

Fitriana, Rahmatul. 2015. Cara Cepat Usir Asam Urat. Yogyakarta: Medika.

Gandari, NK. M, dkk. 2019. Pengaruh Senam Ergonomis terhadap Perubahan


Nyeri Pada Lansia dengan Reamtik di Desa Sada Jiwa Banjar Pasekan
Desa Sembung Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung. Jurnal Pendidikan
Kesehan Rekreasi. Vol. 5, Nomor 2, Hal 47-58 Juni 2019.

Kholifah, Siti. N. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Gerontik.


Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pusat Pendidikan Sumber
Daya Manusia Kesehatan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan
Sumber Daya Manusia Kesehatan.

Naviri, Indah, dkk. (2019). Studi Kasus: Upaya Penurunan Nyeri Anggota
Keluarga Ny. P Penderita Penyakit Gout Arthritis. Fakultas Ilmu
Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Health Sciences
Journal. Vol. 3 (No. 2). 18 November 2020.
http://studentjournal.umpo.ac.id/index.php/HSJ

Nurarif, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis


& NANDA Nic-Noc. Jilid 2. Yogyakarta: Medika

Sari, Desy, Indah. (2017). Pengaruh Senam Lansia Terhadap Penurunan


Tingkat Nyeri Gout Arthritis Di Upt Pstw Jombang. Program Studi S1
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan. Insan Cendekia Medika
Jombang.

Simamora, Roymond. H. 2018. Aplikasi Media Audiovisual Penyuluhan


Kesehatan: Dampak Asam Urat Terhadap Kesehatan di Wilayah Desa
Binaan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2018.
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Suprajitno. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi dalam Praktik.


Jakarta: EGC.
90

Suryadi, Mohammad, S. (2020). Pengaruh Hypnoterapi Terhadap Penurunan


Skala Nyeri Pada Lansia Penderita Gout Arthritis Di Posyandu Lansia
Puskkesmas Pademawa Pamekasan. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Nazhatut Thullab Sampang. Wiraja Media: Jurnal Kesehatan. Vol. 10. No.
1. 15 Februari 2020. https://www.ejournalwiraja.com/index.php/FIK

Sutanto, Teguh. 2013. Asam Urat Deteksi, Pencegahan, Pengobatan.


Yogyakarta: Buku Pintar.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Untari, Ida. 2018. Buku Ajar Keperawatan Gerontik: Terapi Ajar Tertawa &
Senam Lansia (Quality Of Life Elderly). Jurnal Keperawatan. Malang:
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah. Volume 3, Nomor
2 Juli 2012.

Warijan, dkk. 2020. Nursing Care Elderly Mrs. P And Mrs. R Using Arthritis
Gout Focus Of Pain Management In The Margo Mukti Social Service
Unit. Jurnal Studi Keperawatan. Vol. 1, No. 2. http://ejornal.pltekkes-
smg.ac.id/ojs/index.php/J-SiKep

Widuri, Hesti. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Lanjut Usia Diatanan Klinik.
Yogyakarta: Fitramaya
91

Lampiran 1
Surat Ijin Pengambilan Data Awal dan Penelitian
92

Lampiran 2
Surat Balasan Pengambilan Data Awal dan Penelitian
93

Lampiran 3
Lembar Persetujuan Mengikuti Penelitian

LEMBAR PERSETUJUAN MENGIKUTI MENJADI RESPONDEN


A. Identitas Ibu
Nama :
Umur/Jenis Kelamin :
Alamat :
B. Identitas peneliti
Nama : Lina Ekawati
Alamat : Jl. Melati Desa Paseseh Kecamatan Tanjung bumi
rt 002 rw 004
Nomor telepon : 082331325911
Penelitian ini yang berjudul “Penerapan Terapi Dengan Pemberian
Penerapan Senam Ergonomis Terhadap Gout Arthritis Pada Lansia
Dengan Masalah Keperawatan Gangguan Mobilitas Fisik Di Desa Paseseh
Rt 002 Rw 004 Kecamatan Tanjung Bumi Kabupaten Bangkalan”.
Saya juga dapat menolak menjawab pertanyaan yang diberikan
ataupun menarik diri dari persetujuan ini suatu saat, tanpa sanksi apapun.
Demikian persetujuan ini dibuat memahami sepenuhnya terhadap
informasi yang telah diberikan kepada saya tanpa adanya paksaan.
Sebelumnya telah dijelaskan informasi tentang penelitian ini dan saya mengerti
bahwa:
A. Kesukarelaan Untuk Ikut Penelitian
Anda bebas memilih keikutsertaan dalam penelitian ini tanpa ada paksaan bila
anda sudah memutuskan untuk ikut, anda juga bebas untuk mengundurkan
diri/berubah pikiran setiap saat tanpa dikenai denda atau pun sanksi apapun.
Bila anda tidak bersedia untuk berpartisipasi.
B. Hak mengundurkan diri
Responden berhak penuh untuk pengunduran diri apabila dalam penelitian ini
merasa dirugikan selama penelitian nanti dan tidak akan diambil sebagai data
dari subjek itu sendiri.
C. Perlindungan terhadap responden
Informasi dari data anda yang diperoleh selama dilakukan penelitian ini akan
dicatat dan digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan. Informasi tersebut hanya
akan digunakan dengan tidak mengungkapkan identitas responden. Semua
informasi yang dikumpulkan tetap menjadi rahasia dan tidak disebutkan dalam
publikasi hasil penelitian, laporan atau publikasi kepada siapapun di luar studi
ini.
94

D. Kerahasiaan data
Data yang didapat dari responden akan dirahasiakan dan dapat di pertanggung
jawabkan oleh peneliti.
E. Kontak Peneliti
Jika terdapat pertanyaan responden dapat menghubungi kontak dibawah ini :
Kontak peneliti : 082331325911

Peneliti Surabaya, Maret 2021


Yang membuat pernyataan

(Lina Ekawati) (............................................)

Saksi 1 Saksi 2

(..................................)
(...........................................)
95

Lampiran 4
Lembar Informasi Untuk Responden

PENJELASAN INFORMASI UNTUK RESPONDEN


(Information for Consent)
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Peneliti : Lina Ekawati
Nim : 1120020065
Alamat : Desa Passeseh RT.02 RW.04
No Tlp : 082331325911
Status : Mahasiswa Profesi Ners Universitas Nahdlatul Ulama
Surabaya
Judul Penelitian : Penerapan Terapi Dengan Pemberian Penerapan Senam
Ergonomis Terhadap Gout Arthritis Pada Lansia Dengan
Masalah Keperawatan Gangguan Mobilitas Fisik Di Desa
Paseseh Rt 002 Rw 004 Kecamatan Tanjung Bumi
Kabupaten Bangkalan.
Saya ucapkan terima kasih kepada responden yang telah
menyempatkan waktu untuk membaca lembar informasi penelitian ini.
Penelitian ini berjudul Penerapan Terapi Dengan Pemberian Penerapan
Senam Ergonomis Terhadap Gout Arthritis Pada Lansia Dengan Masalah
Keperawatan Gangguan Mobilitas Fisik Di Desa Paseseh Rt 002 Rw 004
Kecamatan Tanjung Bumi Kabupaten Bangkalan.
Metode Penelitian observasi dan deksriptif dalam bentuk studi
kasus untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada klien
dengan gout arthritis di Desa Paseseh Rt 002 Rw 004 Kecamatan Tanjung
Bumi Kabupaten Bangkalan. Pendekatan yang digunakan meliputi
pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.
Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 2
responden lansia di Desa Paseseh Rt 002 Rw 004 Kecamatan Tanjung
Bumi Kabupaten Bangkalan. Demikian hal ini saya sampaikan, lembar
informasi ini dibuat untuk memhami sepenuhnya terhadap informasi yang
telah diberikan kepada saya dan mengajak Bapak/Ibu untuk ikut serta
dalam penelitian ini.
Data yang diperoleh akan sangat bermanfaat untuk memperkaya
wawasan lansia di Desa Paseseh Rt 002 Rw 004 Kecamatan Tanjung
Bumi Kabupaten Bangkalan tentang senam ergonomis dan kejadian gout
arthritis, serta mengetahui cara pencegahan dan pengobatan yang tepat.
A. Manfaat terhadap Subyek Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan lansia dapat mengetahui tentang penerapan.
Senam ergonomis yang dapat menurunkan gout arthritis dengan masalah
keperawatan gangguan mobilitas fisik
96

B. Kesukarelawan untuk mengikuti penelitian


Penelitian ini dilakukan berdasarkan kesukarelaan responden. Responden bisa
bebas menyetujui keikutsertaan tanpa ada paksaan. Bila anda sudah
memutuskan untuk ikut, anda juga bebas untuk mengundurkan diri atau
berubah pikiran setiap saat tanpa dikenai denda atau sanksi apapun. Bila anda
tidak ikut berpartisipasi, tidak aka nada dampak buruk atau dapat perlakuan
yang berbeda.
C. Unsur paksaan
Dalam penelitian ini tidak ada unsur paksaan dan responden berjak untuk
menolak sebagai subjek penelitian jika merasa dirugikan selama proses
penelitian.
D. Prosedur penelitian
Apabila anda bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, maka anda diminta
untuk menandatangani lembar persetujuan rangkap dua, satu untuk anda
simpan dan satu untuk peneliti. Prosedur penelitian selanjutnya adalah :
1. Responden akan dimintai keterangan mengenai data diri seperti nama,
usia, jenis kelamin.
2. Responden akan dijelaskan tentang tujuan dan manfaat penelitian oleh
peneliti.
3. Peneliti memberikan surat permohonan untuk menjadi responden.
4. Bila peneliti memerlukan data tambahan tentang diri anda untuk
keperluan penelitian maka peneliti dapat langsung mendatangi rumah
anda.
5. Peneliti akan menjelaskan mengenai cara, waktu dan manfaat dari
aromaterapi kenanga untuk resiko jatuh
E. Kerahasiaan
Semua informasi data yang diperoleh selama penelitian ini akan dicatat dan
digunakan untuk tujuan ilmu keperawatan. Informasi tersebut hanya akan
digunakan dengan tidak mengungkap identitas anda. Semua informasi yang
telah dikumpulkan tetap menjadi rahasia dan tidak akan di publikasikan di
luar studi ini.
F. Konpensasi
Semua responden yang mengikuti kegiatan penelitian ini akan diberikan
kompensasi berupa konsumsi sebagai tanda terima kasih kepada responden .
G. Asuransi
Apabila ada kejadian yang tidak diharapkan terjadi terkait penelitian ini maka
peneliti akan bertanggung jawab
H. Kontak peneliti
Jika terdapat pertanyaan responden dapat menghubungi kontak dibawah ini :
Kontak peneliti : 082331325911

Peneliti Surabaya Maret 2020


Yang Menerima Penjelasan

(Lina Ekawati) (................................)


97

Lampiran 5 Laporan Asuhan Keperawatan (Pengkajian Panjang)

1. Pengkajian

a. Identitas Pasien

Tabel 1 Identitas Pasien


Identitas Pasien
Nama Ny. S Ny. N
Umur 64 Tahun 61 Tahun
Jenis Kelamin Perempuan Perempuan
Berat Badan 68 Kg 63 Kg
Tinggi Badan 158Cm 155Cm
Agama Islam Islam
Suku Bangsa Indonesia Indonesia
Alamat Jln Melati Desa Jln Melati Desa
Paseseh Paseseh
Tanggal pengkajian Selasa, 23-03-2021 Kamis, 25-03-2021
Status Perkawinan Menikah Menikah
Pendidikan SD SD
Sumber Pendapatan Pekerja Batik Ibu rumah tangga

b. Riwayat Penyakit

Tabel 2 Riwayat Penyakit


Riwayat Penyakit Ny. S Ny. N
Keluhan Utama Ny. S mengatakan Ny. N mengatakan sulit
persendian kaki bergerak aktif karena lutut
kiri terasa sakit. terasa nyeri dan kram saat
Skala nyeri 4 beraktifitas. Skala 4
hilang timbul. Ny. hilang timbul
S Mengeluh nyeri
saat melakukan
aktifitas yang
berlebihan
Penyakit saat ini a. Ny. S mengatakan a. Ny. N mengatakan
persendian kaki kiri sulit bergerak aktif
terasa sakit. Skala karena lutut terasa
nyeri 4 hilang timbul. nyeri dan kram saat
Ny. S Mengeluh nyeri beraktifitas. Skala 4
98

saat melakukan hilang timbul


aktifitas yang b. Ny. N mengatakan
berlebihan tidak tau cara
b. Ny. S mengatakan menangani nyerinya
terkadang saat nyeri dan Ny. N hanya
hanya membeli obat di membeli obat nyeri
apotik untuk diapotik.
menurunkan nyerinya c. Ny. N mengatakan
c. Ny. S tidak tau belum tau tentang
bagaimana cara terapi non
mengatasi nyeri farmakologis pada
lututnya. gout arthritis
d. Ny. S mengatakan
belum tau tentang
terapi non
farmakologis pada
asam urat
Riwayat penyakit Ny. S mengatakan Ny. N tidak memiliki
tidak memiliki penyakit apapun dan sejak
dahulu riwayat penyakit 8 bulan ini mengatakan
apapun kecuali mengatakan nyeri karena
mengatakan lutut asam urat sejak 1 tahun
kirinya nyeri yang lalu kram dan nyeri
karena asam urat seperti tertususk-tusuk
semenjak 6 bulan dengan skala 4 dan hilang
yang lalu nyeri timbul
seperti tertusuk-
tusuk dengan skala
nyeri 4 dan hilang
timbul.

Riwayat Ny. S mengatakan dalam Ny. N mengatakan


Kesehatan keluarganya ada yang dalam keluarganya
Keluarga mempunyai riwayat ada yang
penyakit keturunan yaitu mempunyai
penyakit hipertensi pada riwayat penyakit
suami Ny. S dan keturunan seperti
dikeluarga Ny. S tidak hipertensi dan
ada yang mempunyai dikeluarganya
penyakit menular seperti tidak ada yang
Hepatitis B, TBC dan mempunyai
penyakit lainnya. penyakit menular
seperti Hepatitis B,
TBC dan penyakit
lainnya.
Riwayat Klien tinggal dirumah Klien tinggal
Lingkungan sendiri, pepohonan di dirumah sendiri
Hidup sekitarnya dan lingkungan dan lingkungan
99

bersih lantai rumah bersih lantai rumah


terbuat dari keramik terbuat dari
keramik

c. Perubahan Pola Kesehatan

Tabel 3 Aktivitas Hidup Sehari-hari


Pola Kesehatan Ny. S Ny. N
Oksigenasi Ny. S bernafas dengan Ny. S bernafas
spontan, tidak tampak dengan spontan,
menggunakan otot tidak tampak
bantu nafas, suara menggunakan otot
nafas bersih, tidak ada bantu nafas, suara
suara nafas tambahan nafas bersih, tidak
seperti ronchi atau ada suara nafas
wheezing tambahan seperti
ronchi atau wheezing

Nutrisi Ny. S makan 3x seahri Ny. N makan 3x seahri


(pagi,siang,malam) bervariasi (pagi,siang,malam)
setiap hari. Ny. S bervariasi setiap hari. Ny. N
mengatakan sering makan- mengatakan memakan
makanan makanan apa saja tanpa
bersantan ,gorengan, kacang- mengonrol makanan.
kacangan, kecambah, Kadang-kadang Ny. N
jerohan, kerang dan juga minum kopi 1 minggu
daun singkong, Ny. S makan sekali. Ny. S makan dengan
dengan 1 porsi ukuran 1 porsi ukuran standart dan
standart dan selalu selalu menghabiskan
menghabiskan makanannya makanannya
Eliminasi Ny. S rutin BAB 1x sehari Ny. N rutin BAB 1x sehari
dengan mandiri di kamar dengan mandiri di kamar
mandi konsistensi lembek mandi konsistensi lembek
dan berwarna kuning dan berwarna kuning
kecoklatan dengan bau khas kecoklatan dengan bau khas
feces. Eliminasi urine klien feces. Eliminasi urine klien
masih bisa dirasakan saat masih bisa dirasakan saat
BAK, klien mandiri kekamar BAK, klien mandiri
mandi, frekuensi 6-8x sehari kekamar mandi, frekuensi 6-
berwarna kuning jernih bau 10x sehari berwarna kuning
khas urine jernih bau khas urine
Istirahat dan tidur Ny. S mengatakan selalu Ny. N untuk pola istirahat
tidur siang diantara pukul (tidur), Ny. N mengatakan
12.00-14.00, biasanya kalau kadang-kadang susuah tidur
tidak tidur kelien membatik, kalau lutut terasa nyeri dan
kalau malam hari baisanya kram, tidur siang diantara
tidur pukul 21.30 dan sudah pukul 11.00-13.00, kalau
bangun jam 04.00 pagi tidak tidur biasanya menjaga
100

cucunya. Sedangkan malam


hari biasanya pukul 21.00
sudah tidur dan bangun
biasanya pukul 04.30 pagi
Aktivitas a) Pagi : Sholat subuh, da Pagi : Sholat subuh,
mandi, memasak dan mandi, memasak,
membatik menjaga cucunya
b) Siang : Sholat duhu, siang db Siang : Sholat duhu,
istirahat siang istirahat
c) Sore : sholat asyar makan dc Sore : sholat asyar
malam makan malam
d) ADL : klien secara dd ADL : klien secara
keseluruhan masih bisa keseluruhan masih bisa
melakukan ADL secara melakukan ADL secara
mandiri mandiri
Personal Hygiene Ny. S mandi 3x sehari Ny. N mandi 3x sehari
dilakukan dengan mandiri, dilakukan dengan mandiri,
keramas dilakukan 3x dalam keramas dilakukan 3x dalam
seminggu dan memotong seminggu dan memotong
kuku setap 1x dalam 2 kuku setap 1x dalam 2
minggu minggu
Seksual Ny. S mengatakan telah Ny. N mengatakan telah
mengalami menopause sejak mengalami menopause sejak
usia 50 tahun, dan secara usia 50 tahun, dan secara
seksual telah mengalami seksual telah mengalami
penurunan karena faktor usia penurunan karena faktor
usia
Rekreasi Ny. S mengatakan terakhir Ny. N mengatakan sudah
rekreasi bulan desember 2020 lama tidak pernah rekreasi
ke kota bangkalan untuk karena anaknya berada di
melakukan jual beli hasil sidoarjo, terkadang anak dan
karya batiknya, untuk cucunya yang berkunjung
sekarang tidak pernah lagi kerumahnya pada saat libur
kemana-mana karena takut sekolah
keluar rumah dengan kondisi
pandemi saat ini

d. Pemeriksaan Fisik

Tabel 4 Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan Fisik
Sistem Ny. S Ny. N
TTV Keadaan Umum : Keadaan Umum :
Composmentis Composmentis
Kadar asam urat 1 bulan bulan Kadar asam urat 3
yang lalu 7,5 g/dl bulan yang lalu 8,0
Tanda-tanda vital : g/dl
101

1. Tekanan Darah : 120/80


mmHg Tanda-tanda vital :
2. Nadi : 74 x/menit 1. Tekanan Darah : 110/70
3. Pernafasan/RR : 24 x/menit mmHg
4. Suhu : 36,5 ˚C 2. Nadi : 86 x/menit
3. Pernafasan/RR : 22
x/menit
4. Suhu : 36,7 ˚C
Kepala I : Rambut beruban, bersih, I : Rambut beruban, bersih,
tidak ada ketombe, tidak ada tidak ada ketombe, tidak ada
lesi. lesi.
P : Tidak ada nyeri tekan. P : Tidak ada nyeri tekan.
P : Tidak di kaji P : Tidak di kaji
A : Tidak di kaji A : Tidak di kaji
Mata I : simetris, konjungtiva anemis I : simetris, konjungtiva
P : Tidak ada nyeri tekan pada anemis
area mata P : Tidak ada nyeri tekan
P : Tidak di kaji pada area mata
A : Tidak di kaji P : Tidak di kaji
A : Tidak di kaji
Hidung I : Simetris, Tidak ada I : Simetris, Tidak ada
pernapasan cuping hidung, tidak pernapasan cuping hidung,
ada polip, bersih tidak ada polip, bersih
P : Tidak ada nyeri tekan P : Tidak ada nyeri tekan
P : Tidak di kaji P : Tidak di kaji
A : Tidak di kaji A : Tidak di kaji
Telinga I : Simetris, bersih, tidak ada I : Simetris, bersih, tidak
edema ada edema
P : Tidak ada nyeri tekan P : Tidak ada nyeri tekan
P : Tidak di kaji P : Tidak di kaji
A : Tidak di kaji A : Tidak di kaji
Mulut dan I: Tidak ada karies gigi, bersih, I: Tidak ada karies gigi,
gigi tidak ada sariawan, ada gigi bersih, tidak ada sariawan,
berlubang bagian geraham, bibir ada gigi berlubang bagian
berwarna merah kecoklatan, geraham, bibir berwarna
bibir lembab hitam kecoklatan, bibir
P: Tidak ada nyeri tekan lembab
P: Tidak di kaji P: Tidak ada nyeri tekan
A: Tidak di kaji P: Tidak di kaji
A: Tidak di kaji
Leher I : Tidak ada pembesaran pada I : Tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid, tidak ada edema, pada kelenjar tiroid, tidak
fungsi menelan baik ada edema, fungsi menelan
P : Tidak ada pembesaran vena baik
jugularis P : Tidak ada pembesaran
P : Tidak di kaji vena jugularis
A : Tidak di kaji P : Tidak di kaji
102

A : Tidak di kaji
Thoraks I : Simetris kanan dan kiri, tidakI : Simetris kanan dan kiri,
ada nafas yang tertinggal, tidak tidak ada nafas yang
ada penggunaan otot bantu nafas tertinggal, tidak ada
P : Tidak ada nyeri tekan penggunaan otot bantu nafas
P : sonor P : Tidak ada nyeri tekan
A : vesikuler P : sonor
A : vesikuler
Abdomen I : Datar, tidak ada lesi. Tidak I : Datar, tidak ada lesi.
ada edema Tidak ada edema
P : Tidak ada nyeri tekan P : Tidak ada nyeri tekan
P:Terdengar bunyi timpani P : Terdengar bunyi timpani
A : Terdengar suara peristaltik A : Terdengar suara
usus peristaltik usus
Ekstermitas I : Antara ekstermitas atas I : Antara ekstermitas atas
atas kanan dan kiri simetris, tidak kanan dan kiri simetris,
ada edema, jari tangan lengkap tidak ada edema, jari tangan
kanan dan kiri 10 jari lengkap kanan dan kiri 10
P : Tidak ada nyeri tekan jari
P : ROM aktif 5/5 P : Tidak ada nyeri tekan
A : Tidak dikaji P : ROM aktif 5/5
A : Tidak dikaji
Ekstermitas I : Antara ekstermitas bawah I : Antara ekstermitas
bawah kanan dan kiri simetris, tidak bawah kanan dan kiri
terdapat luka, jari kaki lengkap simetris, tidak terdapat luka,
kanan dan kiri 10 jari jari kaki lengkap kanan dan
P : nyeri lutut kiri 10 jari
P : ROM terbatas 4/4 P : nyeri lutut
A : Tidak dikaji P : ROM tidak begitu aktif
4/4
A : Tidak dikaji
Keterangan : Pada pemeriksaan fisik, bagian ekstermitas atas Ny. S dan Ny. N
5/5 yang artinya otot normal dan ekstermitas bawah Ny. S dan Ny. N 4/4
artinya bisa melawan tahan lama

e. Hasil pengkajian status Fungsional

Tabel 5 Indek kemandirian pada aktivitas kehidupan sehari-hari Index


Katz
Skor Kriteria Ny. S Ny. N
A Usia Lanjut mandiri √ √
B Usia lanjut dengan ketergantungan bila
mandi
C Usia lanjut dengan ketergantungan bila
berpakaian
D Usia lanjut dengan ketergantungan bila
mandi, berpakaian dan toileting
E Usia lanjut dengan ketergantungan bila
103

mandi, berpakaian, toileting dan transfer


F Usia lanjut dengan ketergantungan bila
mandi, berpakaian dan toileting, BAB dan
BAK
G Ketergantungan pada ke enam komponen
sekaligus
H Kemandirian dalam semua aktivitas hidup
sehari-hari kecuali satu dan fungsi tersebut
Dari hasil indeks kats Ny. S termasuk dalam kategori penilaian kategori A
yaitu usia lanjut mandiri, sednagkan Ny. N termasuk dalam kategori
penilian kategori A yaitu usia lanjut mandiri
Keterangan :
A : Mandiri
B : Bathing
C : Bathing, Dressing
D : Bathing, Dressing, Toileting
E : Bathing, Dressing, Toileting, Transfering
F : Bathing, Dressing, Toileting, Continence, Feeding
G : Semua Komponen
f. Penilaian Index Barthel

Tabel 6 Penilaian Index Barthel


No Kriteria Nilai Keterangan Ny. S Ny. N
1 Makan (feeding) 0 Tidak mampu
1 Perlu ditolong
memotong
makanan
2 mandiri 2 2
2 Aktivitas ke toilet (pergi 0 Tidak mampu
ke/dari toilet, melepas
atau mengenakan 1 Membutuhkan
pakaian, menyeka, bantuan
menyiram) 2 Mandiri 2 2
3 Mobilitas (berjalan) 0 Tidak mampu
1 Menggunakan
kursi roda
2 Berjalan dengan
1 orang
3 Mandiri 3 3
4 Transfer (tidur-duduk) 0 Tidak mampu
1 Butuh bantuan
(2 orang)
104

2 Bantuan kecil (1
orang)
3 Mandiri 3 3
5 Naik turun tangga 0 Tidak mampu
1 Membutuhkan
bantuan (alat
bantu)
2 Mandiri 2 2
6 Berpakaian (Dressing) 0 Tidak mampu
1 Membutuhkan 1
bantuan (untuk
mengancing
baju)
2 Mandiri 2
7 Mengontrol berkemih 0 Inkontinensia
tidak terkontrol
1 Kadang
inkontinensia
(maks 1x24
jam)
2 Inkontinensia 2 2
(teratur)
8 Mengontrol defekasi 0 Inkontinensia
(tidak
teratur/perlu
enema)
1 Kadang
Inkontinensia
(1x seminggu)
2 Inkontinensia 2 2
(teratur)
9 Mandi (bathing) 0 Tergabtubg
orang lain
1 mandiri 1 1
10 Perawatan diri 0 Membutuhkan
(Grooming) bantuan orang
lain
1 Tidak 1 1
membutuhkan
bantuan orang
lain
Total 20 19
Dari hasil penilaian indeks barthel menunjukan bahwa Ny. S

memiliki nilai total


105

20 termasuk kategori penilaian mandiri, sedangkan Ny. N memiliki nilai

total 19 termasuk kategori penilaian ketergantungan ringan

Keterangan :

0-4: ketergantungan total

5-8: ketergantungan berat

9-11: Ketergantungan sedang

12-19: Ketergantungan ringan

20: Mandiri

g. Penilaian Tingkat Kerusakan Intelektual SPMSQ


Tabel 7 SPMSQ (Short Portable Mental Status Questionaire) adalah penilaian
fungsi intelektual lansia. Ajukan beberapa pertanyaan pada daftar dibawah
ini !
SPMSQ
No Pertanyaan Jawaban Jawaban Ny. S Ny. N
benar Pasien
Ny. S Ny. N Ny. S Ny. N Benar Salah Benar Salah
1 Tanggal berapa 23 25 23 25 √ √
hari ini ? Maret Maret Maret Maret
2021 2021 2021 2021
2 Hari apa Selasa Kamis Selasa Kamis √ √
sekarang ?
3 Apa nama Pases Pases Pases Paseseh √ √
tempat ini ? eh eh eh
4 Dimana alamat Jln Jln Jln Jln √ √
anda ? Melati Melati Melati Melati
Rt Rt Rt Rt 002
002 002 002 Rw 004
Rw Rw Rw Kecam
004 004 004 atan
Keca Keca Keca Tanjun
matan matan matan g Bumi
Tanju Tanju Tanju
ng ng ng
Bumi Bumi Bumi
5 Berapa umur 64 61 64 61 √ √
anda ?
6 Kapan anda 06 17 06 17 √ √
lahir ? (minimal Juni Febru Juni Februar
106

tahun) 1957 ari 1957 i 1960


1960
7 Siapa presiden Jokow Jokow Jokow Jokowi √ √
Indonesia idodo idodo idodo dodo
sekarang ?
8 Siapa presiden Susilo Susilo Susilo Susilo √ √
Indonesia Bamb Bamb Bamb Bamba
sebelumnya ? ang ang ang ng
Yudo Yudo Yudo Yudoyo
yono yono yono no
9 Siapa nama ibu Suniy Hapid Suniy Hapide √ √
anda ? eh eh eh h
10 Kurangi 3 dari 17,14, 17,14, 17,14, 17,15,8 √ √
20 dan tetap 11,8,5 11,8,5 11,8,5 ,5,2
pengurangan 3
dari setiap angka
baru, semua
secara menurun
Jumlah 0 1
Dari hasil peneliaian Ny. S klein 1 menjawab dengan salah sejumlah 0 maka

Ny. S memiliki fungsi intelektual utuh. Sedangkan Ny. N klien 2 menjawab

dengan salah sejumlah 1 makam Ny. N memiliki fungsi intelektual utuh

Interpretasi :

Salah 0-2 = fungsi intelektual utuh

Salah 3-4 = fungsi intelektual kerusakan ringan

Salah 5-7 = fungsi intelektual sedang

Salah 8-10 = fungsi intelektual berat

h. Peniliaian aspek-kognitif dari fungsi mental

Tabel 5 penilaian MMSE (Mini Mental State Exam): menguji aspek kognitif

dari fungsi mental, orientasi, registrasi, perhatian dan kalkulasi, mengingat

kembali dan bahasa

No Kriteria Jawaban benar Nilai Jawaban Pasien Nilai Pasien


maksi
107

mal Pasien 1 Pasien Pasien 1 Pasien


2 2
1 Menyebutkan 1) Tahun : 5 1) Tahun : 1 1) Tahun : 5
dengan benar 2021 2021 2021
Tahun : 2) Musim : 2) Musim 2) Musim
Musim : Hujan : Hujan : Hujan
Tanggal : 3) Tanggal : 3) Tangga 3) Tangga
Hari : 23 dan 25 l : 23 l : 25
Bulan : 4) Hari : 4) Hari : 4) Hari :
Selasa Selasa Selasa
5) Bulan : 5) Bulan : 5) Bulan :
Maret Maret Maret
2 Dimana kita 1) Negara : 5 1) Negara 5 1) Negara 5
sekarang Indonesia : :
berada? 2) Provinsi : Indone Indone
Negara : Jawa Timur sia sia
Provinsi : 3) Kabupaten/ 2) Provins 2) Provins
Kabupaten/ kota : i : Jawa i : Jawa
kota: Bangkalan Timur Timur
Tempat 4) Tempat 3) Kabup 3) Kabup
sekarang : sekarang : aten/ aten/
Lantai : di desa kota : kota :
paseseh jl. Bangka Bangka
Melati Rt lan lan
002 Rw 4) Tempat 4) Tempat
004 sekaran sekaran
5) Lantai : 1 g : di g : di
desa desa
pasese pasese
h jl. h jl.
Melati Melati
Rt 002 Rt 002
108

Rw Rw
004 004
5) Lantai : 5) Lantai :
1 1
3 Sebutkan 3 1) Kursi 3 1) Kursi 1) Kur 3 3
nama objek 2) Meja 2) Meja si
(misal : kursi, 3) Kertas 3) Kertas 2) Mej
meja, kertas), a
kemudian 3) Kert
ditanyakan as
kepada klien,
Menjawab :
Kursi :
Meja :
Kertas :
4 Meminta 1) 93 5 1) 93 1) 93 4 3
klien 2) 86 2) 86 2) 84
berhitung 3) 79 3) 79 3) 79
mulai dari 4) 72 4) 71 4) 72
100 5) 65 5) 65 5) 65
kemudian
kurangi 7
sampai 5
tingkat.
Jawaban :
1. 93
2. 86
3. 79
4. 72
5. 65
5 Minta klien 1) Kursi 3 1) Kursi 3 1) Kursi 3
untuk 2) Meja 2) Meja 2) Meja
109

mengulang 3) Kertas 3) Kertas 3) Kertas


ketiga objek
pada poin ke-
2 (tiap poin
nilai 1)
6 Menanyakan 1) Buku 2 1) Buku 2 1) Buku 2
pada klien 2) Pensil 2) Pensil 2) Pensil
tentang benda
) sambil
menunjukan
benda
tersebut)
1. Buku
2. Pensil
7 Minta klien “tudak ada, 1 Jika ada 0 Tiudak 0
untuk dan, jika atau tetapi ada dan
mengulang tetapi” tetapi”
kata berikut
“tudak ada,
dan, jika atau
tetapi”
8 Minta klien 1) Ambil 3 1) Ambil 1 1) Ambil 1
untuk kertas kertas kertas
mengikuti ditangan ditanga ditanga
perintah anda n anda n anda
berikut yang 2) Lipat dulu 2) Dan 2) Lipat
terdiri 3 3) Dan taruh dilipat 3) taruh
langkah. laci dulu laci
Ambil kertas 3) Taruh
ditangan laci
anda, lipat
dulu dan
110

taruh laci
9 Perinthakan Pasien 1 Pasien 1 Pasien 1
pada klien menutup mata menutup menutup
untuk hal mata mata
berikut “tutup
mata anda”
10 Perintahkan Saya suka 1 1 1
klien menulis memasak
satu kalimat
11 Perintahkan 1 1 1
kepada klien
untuk
menuliskan
kalimat dan
menyalin
gambar
Total Nilai 30 26 25
Berdasarkan penilaian kognitif fungsi mental dari Ny.S pasien 1 memiliki
skor 26 yang berarti pasien tidak gangguan kognitif, sedangkan Ny. N
pasien 2 memiliki skor 25 yang berarti pasien tidak gangguan kognitif.
Interpretasi:

24-30 : tidak ada gangguan kognitif

18-23 : gangguan kognitif sedang

0-17 : gangguan kognitif berat

i. Penilaian Tingkat Depresi


Tabel 9 penilaian tingkat depresi.

Ny. S Ny. N Inventaris Depresi Beck


Skor Uraian
A. Kesedihan
3 Saya sangat sedih atau tidak bahagia, di mana saya
tidak dapat menghadapinya
2 Saya galau atau sedih sepanjang waktu dan saya
111

tidak dapat keluar darinya


1 Saya merasa sedih atau galau.
√ √ 0 Saya tidak merasa sedih.
B. Pesimisme
3 Saya merasa bahwa masa depan saya adalah sia-sia
dan sesuatu dapat membaik tidak
2 Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk
memandang ke depan
1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan.
√ √ 0 Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang
masa depan.
C. Rasa kegagalan
3 Saya merasa saya benar-benar gagal sebagai
seorang (orang tua, suami, istri).
2 Seperti melihat kebelakang hidup saya, semua yang
dapat saya lihat hanya kegagalan.
1 Saya merasa saya telah gagal melebihi orang pada
umumnya.
√ √ 0 Saya tidak merasa gagal.
D. Ketidakpuasan
3 Saya tidak puas dengan segalanya.
2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun.
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan.
√ √ 0 Saya merasa tidak puas.
E. Rasa Bersalah
3 Saya merasa seolah-olah saya sangat buruk atau tak
berharga
2 Saya merasa sangat bersalah
1 Saya merasa buruk atau tak berharga sebagai bagian
dari waktu yang baik.
√ √ 0 Saya tidak merasa benar-benar bersalah
F. Tidak menyukai diri sendiri
3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
√ √ 0 Saya merasa kecewa dengan diri saya sendiri
G. Membahayakan diri sendiri
3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya
mempunyai kesempatan
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan
bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
√ √ 0 Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai
112

membahayakan diri sendiri


H. Menarik diri dari social
3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang
lain dan tidak peduli pada mereka semuanya.
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang
lain dan mempunyai sedikit perasaan pada mereka.
1 Saya kurang berminat pada orang lain daripada
sebelumnya
√ √ 0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain
I. Keragu-raguan
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat
keputusan
1 Saya berusaha membuat keputusan
√ √ 0 Saya membuat keputusan yang baik
J. Perubahan gambaran diri
3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak
menjijikkan
2 Saya merasa bahwa ada perubahan-perubahan yang
permanent dalam penampilan saya dan ini membuat
saya tak menarik
1 Saya khawatir bahwa saya tampak tua atau tidak
menarik
√ √ 0 Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk
daripada sebelumnya
K. Kesulitan kerja
√ 3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali
√ 2 Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan
keras untuk melakukan sesuatu
1 Ini memerlukan upaya tambahan untuk memulai
melakukan sesuatu
0 Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya
L. Keletihan
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya lelah untuk melakukan sesuatu
√ √ 1 Saya lelah lebih dari yang biasanya
0 Saya tidak lebih lelah dari biasanya
M. Anoreksia
3 Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama
sekali
2 Nafsu makan saya sangat memburuk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
√ √ 0 Nafsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya
113

3 4 Total
Berdasarkan penilaian tingkat depresi pada Ny. S memilikipenilaian 3

yaitu klien tidak depresi atau depresi minimal, sedangkan Ny. N memiliki

penilaian 4 yaitu klien tidak depresi atau depresi minimal

0-4 = depresi tidak ada atau minimal

5-7 = depresi ringan

8-15 = depresi sedang

>16 = depresi berat

j. Penilaian Skala Depresi Geriatrik

Tabel 10 penilaian skala depresi geriatrik yesevage, dengan penilaian jika

jawaban pertanyaan sesuai dengan indikasi poin 1 (nilai 1 poin untuk setiap

respon yang cocok dengan jawaban ya atau tidak setelah pertanyaan). Nilai 5

atau lebih dapat menandkan depresi.

No Skala Depresi Geriatik Yesavage, bentuk Pasien 1 Pasien 2


singkat Jawaban Skore Jawaban Skore
1. Apakah pada dasarnya Anda puas dengan Ya 0 Ya 0
kehidupan Anda? ( Tidak )
2. Sudakah Anda mengeluarkan aktivitas Tidak 0 Tidak 0
dan minat Anda? ( Ya )
3. Apakah Anda merasa bahwa hidup Anda Tidak 0 Tidak 0
kosong? ( Ya )
4. Apakah Anda sering bosan? ( Ya ) Ya 1 Ya 1
5. Apakah Anda mempunyai semangat yang Ya 0 Ya 0
baik setiap waktu? ( Tidak )
6. Apakah Anda takut sesuatu akan terjadi Ya 1 Ya 1
pada Anda? ( Ya )
7. Apakah Anda merasa bahagia di setiap Tidak 1 Tidak 1
waktu? ( Tidak )
8. Apakah Anda lebih suka tinggal di rumah Ya 1 Ya 1
setiap waktu malam hari, dari pada pergi
dan melakukan sesuatu yang baru? ( Ya
)
9. Apakah Anda merasa bahwa Anda Tidak 0 Ya 1
mempunyai lebih banyak masalah dengan
114

ingatan Anda dari pada yang lainnya?


( Ya )
10. Apakah Anda berfikir sangat Ya 0 Tidak 1
menyenangkan hidup sekarang ini?
( Tidak )
11. Apakah Anda merasa Saya sangat tidak Tidak 0 Tidak 0
berguna dengan keadaan Anda sekarang?
( Ya )
12. Apakah Anda merasa penuh berenergi? ( Ya 0 Tidak 1
Tidak )
13. Apakah Anda berfikir bahwa situasi Tidak 0 Tidak 0
Anda tak ada harapan? ( Ya )
14. Apakah Anda berfikir bahwa banyak Ya 1 Ya 1
orang yang lebih baik dari pada Anda? (
Ya )
Total 5 8
Dari hasil skala depresi geriatrik yesevage Ny. S memiliki penilaian 5

yaitu klien tidak mengalami depresi/normal. Sedangkan Ny. N memiliki

penilaian 8 yaitu klien tidak mengalami depresi/normal

Interpretasi :

Skala 0-9 : Not depression (tidak depresi/normal)

Skala 10-19 : Mid depression (depresi ringan)

Skala 20-30: Seveere depression (depresi sedang/berat)

k. Analisa Data

Tabel 11 analisa data

Ny. S (Pasien 1)
No Data Fokus Etiologi Masalah
1 DS : Penurunan Gangguan
a. Ny. S mengatakan kekuatan otot mobilitas
persendian kaki kiri fisik
terasa sakit dan kaku
b. Ny. S Mengeluh nyeri
saat melakukan
aktifitas yang
berlebihan
DO :
115

a. Ny. S terkadang
memegang persendian
kaki kiri saat pengkajian
b. Ny. S tampak meringis
c. Terlihat bengkak di
sekitar kaki kiri.
d. TTV :
Tekanan Darah : 120/80
mmHg
Nadi : 74 x/menit
Pernafasan/RR : 24
x/menit
Suhu : 36,5 ˚C
e. Kesadaran :
Composmentis
f. Kekakuan otot : Menurun
g. Nilai skala kekuatan otot :
h. Anggota gerakan atas :
5/5
Gerakan bawah : 4/4
2 DS Kondisi Nyeri kronis
a. Ny. S mengatakan lutut muskuloskeletal
kirinya nyeri karena gout kronis
arthritis semenjak 6 bulan
yang lalu.
P : Nyeri karen gout arthritis
Q : Ditusuk-tusuk
R : kaki kiri
S:4
T : Hilang timbul
DO
b. Kadar asam urat 1 bulan
yang lalu 7,5 g/dl
c. Ny. S kadang memegang
persendian kaki kiri saat
pengkajian
d. Ny. S tampak meringis
e. Terlihat bengkak di
sekitar lutut kiri.
3 DS Kurang terpapar Defisit
a. Ny. S mengatakan informasi pengetahuan
terkadang saat nyeri
hanya membeli obat di
apotik untuk
menurunkan nyerinya
b. Ny. S tidak tau
bagaimana cara
mengatasi nyeri
116

lututnya
DO :
a. Ny. S tampak bingung
saat ditanya tentang
gout arthritis dan
bagaimana cara
pelaksanaan terapinya
b. Ny. S makan-makanan
bersantan ,gorengan,
kacang-kacangan,
kecambah, jerohan,
kerang dan juga daun
singkong
Ny. N (Pasien 2)
No Data Fokus Etiologi Masalah
1 DS : Penurunan Gangguan
a. Ny. N mengatakan sulit Kekuatan otot mobilitas
bergerak aktif karena fisik
lutut terasa nyeri dan
kram saat beraktifitas.
DO :
a. Ny. N terkadang
memegang lututnya saat
sesekali
b. Ny. N tampak meringis
c. Terlihat adanya
kemerahan dan bengkak
di sekitar lutut kanan
d. TTV :
Tekanan Darah : 110/70
mmHg
Nadi : 86 x/menit
Pernafasan/RR : 22
x/menit
Suhu : 36,7 ˚C
e. Kesadaran :
Composmentis
f. Kekakuan otot : Menurun
g. Nilai skala kekuatan otot :
Anggota gerakan atas :
5/5
Gerakan bawah : 4/4
2 DS Kondisi Nyeri kronis
a. Ny. N mengatakan nyeri muskuloskeletal
karena gout arthritis sejak kronis
1 tahun yang lalu
P : Nyeri karena gout
117

arthritis
Q : Kram dan nyeri
seperti tertususk-tusuk
R : Lutut Kanan
S:5
T : Hilang timbul
DO
h. Kadar gout arthritis 3
minggu yang lalu 8,0 g/dl
i. Ny. N terkadang
memegang lututnya saat
sesekali
j. Ny. N tampak meringis
k. Terlihat adanya
kemerahan dan bengkak
di sekitar lutut
3 DS : Kurang terpapar Defisit
a. Ny. N mengatakan belum informasi pengetahuan
mengetahui tentang gout
arthritis
b. Ny. N mengatakan tidak
tau bagaimana cara
menangani nyerinya dan
Ny. N hanya membeli
obat nyeri diapotik.
c. Ny. N mengatakan belum
tau tentang terapi non
farmakologis pada gout
arthritis
DO :
a. Ny.N tampak bingung
saat ditanya tentang gout
arthritis dan tidak tau
tentang cara menangani
penyakitnya
b. Ny. N sering bertanya
tentang mengapa lututnya
sering terasa sakit dan
kram
c. Ny. N memakan makanan
apa saja tanpa mengonrol
makanan dan meminum
kopi 1 minggu 2 kali

l. Diagnosis Keperawatan
Tabel 12 Diagnosa Prioritas
No. DIAGNOSA KEPERAWATAN
118

Ny. S (Pasien 1)
1. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Penurunan Kendali
Otot di tandai dengan Ny. S mengeluh persendian kaki kiri terasa
sakit dan kaku, nyeri saat melakukan aktifitas yang berlebihan
(D.0054).

2. Nyeri Kronis berhubungan dengan Kondisi Muskuloskeletal kronis


ditandai dengan Ny. S mengeluh nyeri (D.0077).
3. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan Kurang Terpapar Informasi
ditandai dengan Ny. S sering bertanya tentang tujuan dilakukannya senam
ergonomis (D.0111)
Ny. N (Pasien 2)
1. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Penurunan
Kendali Otot ditandai dengan Ny. N sulit bergerak aktif karena
lutut terasa nyeri dan kram
(D.0054).
2. Nyeri Kronis berhubungan dengan Kondisi Muskuloskeletal kronis
ditandai dengan Ny. N mengeluh nyeri (D.0077).
3. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan Kurang Terpapar Informasi
ditandai dengan Ny. N sering bertanya tentang tujuan dilakukannya senam
ergonomis (D.0111)

m. Intervensi Keperawatan

Tabel 13 Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan (SLKI) (SIKI)
(SDKI)
1. Gangguan Mobilitas Fisik (L.05042) Dukungan Mobilisasi
Mobilitas Fisik Definisi : kemampuan dalam (1.05173)
gerakan fisik dari satu atau Definisi : Memfasilitasi
lebih ekstremitas secara pasien untuk
mandiri meningkatkan aktivitas
Ekspetasi : Meningkat pergerakan fisik
Kriteria Hasil : Tindakan
a. Pergerakan ekstremitas dari Observasi
skala 3 (sedang) menjadi c. Identifikasi adanya
skala 5 (meningkat) nyeri atau keluhan
b. Kekuatan otot dari skala 3 fisik lainnya
(sedang) menjadi skala 5 d. Monitor kondisi
(meningkat) umum selama
c. Rentang gerak (ROM) dari melakukan mobilisasi
skala 3 (sedang) menjadi Edukasi
skala 5 (meningkat) c. Jelaskan tujuan dan
119

d. Nyeri dari skala 3 (sedang) prosedur mobilisasi


menjadi skala 5 d. Ajarkan teknik non
(meningkat) farmakologi untuk
e. kaku sendi dari skala 3 mengurangi nyeri guot
(sedang) menjadi skala 5 arthritis dengan senam
(meningkat) ergonomis
f. Gerakan terbatas dari skala
2 (cukup menurun) menjadi
skala 5 (meningkat)
g. Kelemahan fisik dari skala
2 (cukup menurun) menjadi
skala 5 (meningkat)

n. Implementasi
Tabel 4.18 Implementasi
Ny. S (Pasien 1)
Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Penurunan Kendali Otot di
tandai dengan Ny. S terasa sakit dibagian persendian kaki kiri pada saat
melakukan aktifitas yang berlebihan
Hari ke-1, Sabtu
27 Maret 2021
09.00 1. Memberikan salam
R/ klien kooperatif dan menjawab salam
09.05 2. Membina hubungan saling percaya dengan klien
R/ klien kooperatif dan hubungan terapeutik terajalin dengan
baik
09.10
3. Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
R/ klien mengatakan terasa sakit dibagian persendian kaki kiri
09.20 pada saat melakukan aktifitas yang berlebihan

4. Menjelaskan kepada klien tujuan prosedur dan pengenalan


gerakan-gerakan senam ergonomis
09.30 R/ klien kooperatif dan mendengarkan penjelasan secara
saksama

5. Melakukan kontrak waktu kepada klien untuk melakukan


tindakan senam ergonomis pada besok hari
R/ klien kooperatif dan mau melakukan tindakan senam
ergonomis besok hari
Hari ke-2, Minggu
28 Maret 2021
09.00 1. Memberikan salam
R/ klien kooperatif dan menjawab salam
120

09.05 2. Memonitor kadar asam urat dan tanda-tanda vital klien sebelum
diberikan tindakan senam ergonomis
R/ gout arhtritis 7,0 gdl, tekanan darah : 120/80 mmHg, nadi :
74 x/menit, pernafasan/RR : 24 x/menit, suhu : 36,5 ˚C
09.10 3. Memberikan penerapan senam ergonomis
R/ klien kooperatif tampak bisa melakukan gerekan ke 1,2,3 dan
4 namun klien tampak kesusahan saat melakukan senam gerakan
ke 5 yaitu kedua telapak kaki dihamparkan ke belakang (duduk
pembakaran) dan gerakan ke 6 rebahkan tubuh kebelakang
(gerakan berbaring pasrah)
09.25
4. Menanyakan kepada klien bagaimana perasaannya setelah
diberikan senam ergonomis
R/ klien mengatakan setelah melakukan senam ergonomis jadi
lebih tenang dan merasa sedikit nyaman
09.30
5. Melakukan kontrak waktu kepada klien untuk melakukan
tindakan senam ergonomis pada besok hari
R/ klien kooperatif dan mau melakukan tindakan senam
ergonomis besok hari
Hari ke-3, Senin
29 Maret 2021
09.00 1. Memberikan salam
R/ klien kooperatif dan menjawab salam
09.05 2. Memberikan penerapan senam ergonomis
R/ klien kooperatif dan klien tampak sedikit kesusahan saat
melakukan senam gerakan ke 5 yaitu kedua telapak kaki
dihamparkan ke belakang (duduk pembakaran) dan gerakan ke 6
yaitu rebahkan tubuh kebelakang (gerakan berbaring pasrah)
09.20
3. Menanyakan kepada klien bagaimana perasaannya setelah
diberikan senam ergonomis
R/ klien mengatakan setelah melakukan senam ergonomis jadi
lebih lumayan nyaman
09.25
4. Melakukan kontrak waktu kepada klien untuk melakukan
tindakan senam ergonomis pada besok hari
R/ klien kooperatif dan mau melakukan tindakan senam
ergonomis besok hari
Hari ke-4, Selasa
30 Maret 2021
09.00 1. Memberikan salam
R/ klien kooperatif dan menjawab salam
09.05
121

2. Memberikan penerapan senam ergonomis


R/ klien kooperatif dan klien tampak sedikit bisa melakukan
senam gerakan ke 5 yaitu kedua telapak kaki dihamparkan ke
belakang (duduk pembakaran) dan gerakan ke 6 yaitu rebahkan
tubuh kebelakang (gerakan berbaring pasrah)
09.20
3. Menanyakan kepada klien bagaimana perasaannya setelah
diberikan senam ergonomis
R/ klien mengatakan setelah melakukan senam ergonomis jadi
lebih lumayan nyaman
09.25
4. Melakukan kontrak waktu kepada klien untuk melakukan
tindakan senam ergonomis pada besok hari
R/ klien kooperatif dan mau melakukan tindakan senam
ergonomis besok hari
Hari ke-5, Rabu
31 Maret 2021
09.00 1. Memberikan salam
R/ klien kooperatif dan menjawab salam
09.05 2. Memberikan penerapan senam ergonomis
R/ klien kooperatif dan klien tampak lumayan bisa melakukan
senam gerakan ke 5 yaitu kedua telapak kaki dihamparkan ke
belakang (duduk pembakaran) dan masih sedikit kesulitan
melakukan senam ke 6 yaitu rebahkan tubuh kebelakang
09.20 (gerakan berbaring pasrah)

3. Menanyakan kepada klien bagaimana perasaannya setelah


diberikan senam ergonomis
R/ klien mengatakan setelah melakukan senam ergonomis jadi
09.25 lebih nyaman

4. Melakukan kontrak waktu kepada klien untuk melakukan


tindakan senam ergonomis pada besok hari
R/ klien kooperatif dan mau melakukan tindakan senam
ergonomis besok hari
Hari ke-6, Kamis
01 April 2021
09.00 1. Memberikan salam
R/ klien kooperatif dan menjawab salam
09.05 2. Memberikan penerapan senam ergonomis
R/ klien kooperatif dan klien tampak bisa melakukan senam
gerakan ke 5 yaitu kedua telapak kaki dihamparkan ke belakang
(duduk pembakaran) dan lumayan bisa melakukan senam ke 6
yaitu rebahkan tubuh kebelakang (gerakan berbaring pasrah)
122

09.20 3. Menanyakan kepada klien bagaimana perasaannya setelah


diberikan senam ergonomis
R/ klien mengatakan setelah melakukan senam ergonomis jadi
lebih nyaman
09.25
4. Melakukan kontrak waktu kepada klien untuk melakukan
tindakan senam ergonomis pada besok hari
R/ klien kooperatif dan mau melakukan tindakan senam
ergonomis besok hari
Hari ke-7, Jum’at
02 April 2021
09.00 1. Memberikan salam
R/ klien kooperatif dan menjawab salam
09.05 2. Memberikan penerapan senam ergonomis
R/ klien kooperatif dan klien tampak bisa melakukan senam ke 6
yaitu rebahkan tubuh kebelakang (gerakan berbaring pasrah)
09.20
3. Menanyakan kepada klien bagaimana perasaannya setelah
diberikan senam ergonomis
R/ klien mengatakan setelah melakukan senam ergonomis jadi
lebih nyaman

09.25 4. Melakukan kontrak waktu kepada klien untuk melakukan


tindakan senam ergonomis pada besok hari
R/ klien kooperatif dan mau melakukan tindakan senam
ergonomis besok hari
Hari ke-8, Sabtu
03 April 2021
09.00 1. Memberikan salam
R/ klien kooperatif dan menjawab salam
09.05 2. Memberikan penerapan senam ergonomis
R/ klien kooperatif dan klien tampak bisa melakukan semua
senam ergonomis
09.20
3. Memonitor kadar asam urat dan tanda-tanda vital klien setelah
\ diberikan tindakan senam ergonomis
R/ Kadar gout arthritis 6,7 gdl, tekanan darah : 120/60 mmHg,
nadi : 74 x/menit, pernafasan/RR : 24 x/menit, suhu : 36,5 ˚C
09.25
4. Menanyakan kepada klien bagaimana perasaannya setelah
diberikan senam ergonomis
R/ klien mengatakan setelah melakukan senam ergonomis jadi
lebih nyaman
Ny. N (Pasien 2)
123

Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Penurunan Kendali


Otot ditandai dengan Ny. N sulit bergerak aktif karena lutut terasa
nyeri dan kram
Hari ke-1, Sabtu
27 Maret 2021
09.00 1. Memberikan salam
R/ klien kooperatif dan menjawab salam
09.05 2. Membina hubungan saling percaya dengan klien
R/ klien kooperatif dan hubungan terapeutik terajalin dengan
baik
09.10
3. Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
R/ klien mengatakan sulit bergerak aktif karena lutut terasa nyeri
09.20 dan kram

4. Menjelaskan kepada klien tujuan prosedur dan pengenalan


gerakan-gerakan senam ergonomis
09.30 R/ klien kooperatif dan mendengarkan penjelasan secara
saksama

5. Melakukan kontrak waktu kepada klien untuk melakukan


tindakan senam ergonomis pada besok hari
R/ klien kooperatif dan mau melakukan tindakan senam
ergonomis besok hari
Hari ke-2, Minggu
28 Maret 2021

09.00 1. Memberikan salam


R/ klien kooperatif dan menjawab salam
09.05 2. Memonitor kadar asam urat dan tanda-tanda vital klien sebelum
diberikan tindakan senam ergonomis
R/ kadar gout arthritis 7,5 gdl, tekanan darah : 110/70 mmHg,
nadi : 86 x/menit, pernafasan/RR : 22 x/menit, suhu : 36,7 ˚C
09.10
3. Memberikan penerapan senam ergonomis
R/ klien kooperatif klien tampak bisa melakukan gerekan ke 1,2,
dan 3 namun klien tampak kesusahan saat melakukan senam
gerakan ke 4 yaitu jatuhkan kedua lutut ke lantai (duduk
perkasa), gerakan ke 5 yaitu kedua telapak kaki dihamparkan ke
belakang (duduk pembakaran) dan gerakan ke 6 yaitu rebahkan
09.25 tubuh kebelakang (gerakan berbaring pasrah)

4. Menanyakan kepada klien bagaimana perasaannya setelah


diberikan senam ergonomis
09.30 R/ klien mengatakan setelah melakukan senam ergonomis jadi
124

lebih tenang dan merasa sedikit nyaman

5. Melakukan kontrak waktu kepada klien untuk melakukan


tindakan senam ergonomis pada besok hari
R/ klien kooperatif dan mau melakukan tindakan senam
ergonomis besok hari
Hari ke-3, Senin
29 Maret 2021
09.00 1. Memberikan salam
R/ klien kooperatif dan menjawab salam
09.05 2. Memberikan penerapan senam ergonomis
R/ klien kooperatif dan klien tampak masih kesulitan saat
melakukan senam gerakan ke 4 yaitu jatuhkan kedua lutut ke
lantai (duduk perkasa), gerakan ke 5 yaitu kedua telapak kaki
dihamparkan ke belakang (duduk pembakaran) dan gerakan ke 6
yaitu rebahkan tubuh kebelakang (gerakan berbaring pasrah)
09.20
3. Menanyakan kepada klien bagaimana perasaannya setelah
diberikan senam ergonomis
R/ klien mengatakan setelah melakukan senam ergonomis jadi
lebih sedikit nyaman
09.25
4. Melakukan kontrak waktu kepada klien untuk melakukan
tindakan senam ergonomis pada besok hari
R/ klien kooperatif dan mau melakukan tindakan senam
ergonomis besok hari
Hari ke-4, Selasa
30 Maret 2021
09.00 1. Memberikan salam
R/ klien kooperatif dan menjawab salam
09.05 2. Memberikan penerapan senam ergonomis
R/ klien kooperatif dan klien tampak sedikit kesulitan saat
melakukan senam gerakan ke 4 yaitu jatuhkan kedua lutut ke
lantai (duduk perkasa), gerakan ke 5 yaitu kedua telapak kaki
dihamparkan ke belakang (duduk pembakaran) dan gerakan ke 6
yaitu rebahkan tubuh kebelakang (gerakan berbaring pasrah)

09.20 3. Menanyakan kepada klien bagaimana perasaannya setelah


diberikan senam ergonomis
R/ klien mengatakan setelah melakukan senam ergonomis jadi
lumayan nyaman
09.25 4. Melakukan kontrak waktu kepada klien untuk melakukan
tindakan senam ergonomis pada besok hari
125

R/ klien kooperatif dan mau melakukan tindakan senam


ergonomis besok hari
Hari ke-5, Rabu
31 Maret 2021
09.00 1. Memberikan salam
R/ klien kooperatif dan menjawab salam
09.05 2. Memberikan penerapan senam ergonomis
R/ klien kooperatif dan klien tampak lumayan bisa saat
melakukan senam gerakan ke 4 yaitu jatuhkan kedua lutut ke
lantai (duduk perkasa), gerakan ke 5 yaitu kedua telapak kaki
dihamparkan ke belakang (duduk pembakaran) dan sedikit
kesulitan saat melakukan gerakan ke 6 yaitu rebahkan tubuh
09.20 kebelakang (gerakan berbaring pasrah)

3. Menanyakan kepada klien bagaimana perasaannya setelah


diberikan senam ergonomis
R/ klien mengatakan setelah melakukan senam ergonomis jadi
09.25 lebih nyaman

4. Melakukan kontrak waktu kepada klien untuk melakukan


tindakan senam ergonomis pada besok hari
R/ klien kooperatif dan mau melakukan tindakan senam
ergonomis besok hari
Hari ke-6, Kamis
01 April 2021
09.00 1. Memberikan salam
R/ klien kooperatif dan menjawab salam
09.05 2. Memberikan penerapan senam ergonomis
R/ klien kooperatif dan klien tampak bisa saat melakukan senam
gerakan ke 4 yaitu jatuhkan kedua lutut ke lantai (duduk
perkasa), gerakan ke 5 yaitu kedua telapak kaki dihamparkan ke
belakang (duduk pembakaran) dan sudah lumayan bisa
melakukan gerakan ke 6 yaitu rebahkan tubuh kebelakang
(gerakan berbaring pasrah)
09.20
3. Menanyakan kepada klien bagaimana perasaannya setelah
diberikan senam ergonomis
R/ klien mengatakan setelah melakukan senam ergonomis jadi
lebih nyaman
09.25
4. Melakukan kontrak waktu kepada klien untuk melakukan
tindakan senam ergonomis pada besok hari
R/ klien kooperatif dan mau melakukan tindakan senam
ergonomis besok hari
Hari ke-7, Jum’at
126

02 April 2021
09.00 1. Memberikan salam
R/ klien kooperatif dan menjawab salam
09.05 2. Memberikan penerapan senam ergonomis
R/ klien kooperatif dan klien tampak sudah lumayan bisa
melakukan gerakan ke 6 yaitu rebahkan tubuh kebelakang
09.20 (gerakan berbaring pasrah)

3. Menanyakan kepada klien bagaimana perasaannya setelah


diberikan senam ergonomis
R/ klien mengatakan setelah melakukan senam ergonomis jadi
09.25 lebih nyaman

4. Melakukan kontrak waktu kepada klien untuk melakukan


tindakan senam ergonomis pada besok hari
R/ klien kooperatif dan mau melakukan tindakan senam
ergonomis besok hari
Hari ke-8, Sabtu
03 April 2021
09.00 1. Memberikan salam
R/ klien kooperatif dan menjawab salam
09.05 2. Memberikan penerapan senam ergonomis
R/ klien kooperatif dan klien tampak bisa melakukan semua
gerakan senam sudah namun pada gerakan ke 6 masih lumayan
rebahkan tubuh kebelakang (gerakan berbaring pasrah)
09.20
3. Memonitor kadar asam urat dan tanda-tanda vital klien setelah
diberikan tindakan senam ergonomis
R/ kadar gout arthritis 7,0 gdl, tekanan darah : 110/70 mmHg,
nadi : 86 x/menit, pernafasan/RR : 22 x/menit, suhu : 36,7 ˚C

09.25 4. Menanyakan kepada klien bagaimana perasaannya setelah


diberikan senam ergonomis
R/ klien mengatakan setelah melakukan senam ergonomis jadi
lebih tenang dan merasa nyaman

o. Evaluasi Keperawatan
Tabel 15 Evaluasi Keperawatan
No Hari/Tanggal/ Evaluasi Paraf
Jam Ny. S (Pasien 1)

L
1. Minggu 04 S : Klien mengatakan sudah merasa nyaman
April 2021 pada bagian persendian kaki kiri dan tidak
09.00 seperti waktu sebelum dilakukan pemberian
senam ergonomis
127

O:
a. Klien tampak terlihat tenang dan
nyaman
b. Kadar asam urat 6,7 gdl
c. Tekanan darah : 120/70 mmHg
d. Nadi : 74 x/menit
e. Pernafasan/RR : 24 x/menit
f. Suhu : 36,5 ˚C

A : Masalah keperawatan teratasi

P : Intervensi dihentikan
Ny. N (Pasien 2)

L
2. Minggu 04 S : Klien mengatakan sudah tidak merasa nyeri
april 2021 pada bagian lutut
09.20
O:
a. Klien tampak lebih tenang
b. Kadar asam urat 7,0 gdl
c. Tekanan darah : 110/70 mmHg
d. Nadi : 86 x/menit
e. Pernafasan/RR : 22 x/menit
f. Suhu : 36,7 ˚C

A : Masalah keperawatan teratasi

P : Intervensi dihentikan

Lampiran 6 lembar SOP

Standart Operasional Prosedur (SOP)


Pemebrian Senam Ergonomis
Prosedur Uraian
Pengertian Senam dengan mengoptimalkan lintasan gerak tertentu dalam
menjalankan aktfitas sehari-hari
Tujuan a. Mencegah sakit dan memelihara kesehatan tubuh
b. Pada kondisi tertentu berfungsi mengoptimalkan organ
tersebut
c. Membantu memperkuat otot
d. Mengurangi rasa nyeri atau sakit pada sendi

Fase Orientasi a. Memberikan salam


128

b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan tindakan
5) Menanyakan kesiapan pasien

Persiapan alat Tidak alat/bahan yang spesifik


& bahan
Prosedur/ a. Gerakan 1 : Gerakan Pembuka, Berdiri Sempurna
Langkah-
1. Posisi tubuh berdiri tegak
langkah
2. Pandangan lurus kedepan, tubuh rileks, tangan di depan
dada, telapak tangan kanan di atas telapak tangan kiri
menempel di dada, dengan jair-jari sedikit meregang
3. Posisi kaki meregang sehingga mengangkang kira-kira
selebar bahu
4. Telapak dan jari-jari kaki mengarah lurus kedepan.
5. Bagi pemula mungkin agak lama sekitar 2-3 menit.
Akan tetapi jika sudah terbiasa cukup 30-60 detik

b. Gerakan 2 : Gerakan Lapang Dada


1. Posisi berdiri sempurna
2. Kedua tangan menjuntai ke bawah, kemudian dimulai
dengan gerakan memutar lengan
3. Tangan diangkat lurus kedepan, lalu keatas, terus ke
belakang, dan kembali menjuntai kebawah.
4. Satu putaran, disambung dengan putaran berikutnya
sehingga seperti baling-baling.
5. Posisi kaki dijinjitkan- diturunkan, mengikuti irama
gerakan tangan.
6. Dosis gerakan senam dilakukan 40 kali putaran
7. Satu gerakan membutuhkan waktu kira-kira 4 detik,
sebagai gerakan aerobik
8. Keseluruhan 40 kali putaran akan selesai dalam waktu 4
129

menit

c. Gerakan 3 : Gerakan Tunduk Syukur


1. Mengangkat tangan lurus ke atas
2. Kemudian tangan membungkuk, tangan kemudian
meraih mata kaki, dipegang kuat, tarik, cengkeram
seakan-akan mau mengangkat tubuh.
3. Posisi kaki tetap seperti semula
4. Dosis gerakan kedua ini dilakukan 5 kali.
5. Umunya 1 kali gerakan selesai dalam 35 detik ditanbah
10 detik untuk jeda nafas.
6. Keseluruhan 5 kali gerakan akan selesai dalam 4 menit.

d. Gerakan 4 : Duduk Perkasa


1. Jatuhkan kedua lutut ke lantai
2. Posisi kedua telapak kaki tegak berdiri, jari-jari kaki
tertekuk mengarah ke depan.
3. Tangan mencengkeram pergelangan kaki.
4. Mulai gerakan seperti mau sujud tetapi kepala
mendongak, pandangan kedepan, jadi dagu hampir
menyentuh lantai.
5. Dosis gerakan ke empat dilakukan 5 kali. Umunya 1 kali
gerakan selesai dalam 35 detik ditambha 10 detik untuk
nafas jeda. Keseluruhan 5 kali gerkan akan selesai dalam
4 menit.
130

e. Gerakan 5 : Gerakan Duduk Pembakaran


1. Kedua telapak kaki dihamparkan ke belakang, sehingga
kita duduk beralaskan telapak kaki (bersimpuh; duduk
sinden)
2. Tangan berada dipinggang
3. Mulai gerakan seperti akan sujud tetapi kepala
mendongak, pandangan ke depan, dan dagu hampir
menyentuh lantai.
4. Dosis gerakan kelima ini dilakukan 5 kali. Umumnya ini
1 kali gerakan selesai dalam 35 detik ditambah 10 detik
untuk nafas jeda. Keseluruhan 5 kali gerakan selesi
dalam 4 menit.

f. Gerakan 6 : Gerakan Berbaring Pasrah


1. Rebahkan tubuh kebelakang
2. Ini gerakan paling berat meskipun terlihat sepele.
3. Berbaring pada tungkai pada posisi menekuk di lutut. Ini
harus hati-hati, mungkin harus dengan cara bertahap
4. Jika sudah rebah, tangan diluruskan ke atas kepala, ke
samping kanan-kiri maupun ke bawah menempel badan
5. Pada saat itu tangan memegang betis, tarik seperti mau
bangun, dengan rileks, kepala bisa didongakkan dan
digerak- gerakkan kekanan-kiri relaksasi terakhir,
sekaligus memaksimalkan kelenturan tubuh.
6. Dosisi gerakan ke enam sebaiknya dilakukan minimal 5
menit. Sudah termasuk variasi gerakan kepala dan leher
serta ayunan tangan ke atas, ke samping maupun
131

kebawah
7. Jangan terlalu memaksakan diri, baik rebahnya maupun
bangunnya.

Fase Terminasi Evaluasi

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA


PRODI PROFESI NERS
Kampus A : Jl. SMEA No. 57 Surabaya 
Kampus B : Jl. Raya Jemursari 51-57 Surabaya 
Telp. (031) 8291920 - 8284508 Fax. (031) 8291920 Website: http://.unusa.ac.id
Lampiran 7
Lembar Konsultasi
LEMBAR KONSULTASI

Nama Mahasiswa : Lina Ekawati


NIM : 1120020065
Program Studi : Profesi ners
132

Fakultas : Keperawatan dan Kebidanan


Judul : Penerapan Senam Ergonomis Terhadap Gout Arthritis
Pada Lansia dengan Masalah Keperawatan Gangguan
Mobilitas Fisik Di Desa Paseseh Rt 002 Rw 004
Kecamatan Tanjung Bumi Kabupaten Bangkalan
Pembimbing : Difran Nobel Bistara, S. Kep.,Ns.,M.Kep
Paraf Dosen Paraf
No. Tanggal Pokok Pembahasan
Pembimbing Mahasiswa
1. 20-11-2020 Konsultasi Judul

2. 08-12-2020 ACC Judul, Konsul Latar


Belakang

3. 15-12-2020 Revisi Latar Belakang

4. 21-12-2020 Revisi Latar Belakang

5. 27-12-2020 Revisi Latar Belakang

6. 15-01-2021 Revisi Latar Belakang,


Konsul Bab 1, 2 & 3

7. 01-02-2021 ACC Latar Belakang,


ACC Bab 1 & 3

8. 22-02-2021 Revisi Bab 2


133

9. 01-03-2021 ACC Bab 2

10. 29-06-2021 Konsultasi Bab 4, 5 & 6

11. 01-07-2021 Revisi Bab 4, 5 & 6

12 05-07-2021 Konsul Bab 1,2,3,4,5 dan


Bab 6

14. 08-07-2021 Konsul Bab 1,2,3,4,5,6,


Cover & Lampiran

15. 12-07-2021 ACC

Mengetahui,
Ketua Program Studi Profesi Ners

Siti Nurjanah, S.Kep., Ns., M.Kep.


NPP. 0206713
Lampiran 8

Lembar Sertifikat
134

Anda mungkin juga menyukai