LINA EKAWATI
1120020065
DOSEN PEMBIMBING:
DIFRAN NOBEL BISTARA, S. KEP.,NS.,M.KEP
1
KARYA ILMIAH AKHIR
LINA EKAWATI
NIM. 1120020065
DOSEN PEMBIMBING :
DIFRAN NOBEL BISTARA, S. KEP.,NS.,M.KEP
i
KARYA ILMIAH AKHIR
Oleh :
LINA EKAWATI
1120020065
DOSEN PEMBIMBING :
DIFRAN NOBEL BISTARA, S. KEP.,NS.,M.KEP
ii
PERNYATAAN ORSONALITAS
Karya Ilmiah Akhir ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik
yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar
NIM : 1120020065
Tanda Tangan :
Tanggal :
iii
LEMBAR PERSETUJUAN KARYA ILMIAH AKHIR
Disetujui Oleh :
Pembimbing,
Difran Nobel Bistara, S. Kep.,Ns.,M.Kep :
NPP. 1603108902
Mengetahui,
Ketua Program Studi Profesi Ners
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh :
Pembimbing
Mengetahui,
Ketua Program Studi Profesi Ners
v
Karya Ilmiah Akhir ini telah diajukan oleh :
Nama : Lina Ekawati
Nim : 1120020065
Program Studi : Profesi Ners
Judul : Penerapan Senam Ergonomis Terhadap Gout Arthritis
Pada Lansia Dengan Masalah Keperawatan Gangguan
Mobilitas Fisik Di Desa Paseseh Rt 002 Rw 004
Kecamatan Tanjung Bumi Kabupaten Bangkalan
Tim Penguji :
Ketua,
Difran Nobel Bistara, S. Kep.,Ns.,M.Kep :
NPP. 1603108902
Anggota I,
Arif Helmi Setiawan, S.Kep.,M.Kep :
NPP. 9904626
Anggota II,
Nur Hidaayah, S.Kep.,Ns.,M.Kes :
NPP. 0307738
Mengetahui,
Ketua Program Studi Profesi Ners
vi
LEMBAR PERNYATAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Beserta perangkat yang ada (jika diperluhkan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-
eksklusif ini Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Nahdlatul Ulama
Surabaya, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat dan mempublikasikan Tugas Akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.
Dibuat di : Surabaya
Pada Tanggal :
Yang menyatakan,
Lina Ekawati
NIM. 1120020065
vii
ABSTRAK
Gout arthritis atau yang sering dikenal dengan asam urat adalah
penyakit yang sering terjadi pada lansia. Penyakit gout arthritis pada
lansia sering dirasakan dikarenakan adanya faktor pencetus diantaranya
pola makan, dan kegemukan. Seseorang yang mederita gout arthritis
memiliki gejala pembengkakan pada sendi, adanya kemerahan, terasa
panas dan nyeri. Sehingga akan mengakibatkan terjadinya gangguan pada
sistem gerak (gangguan mobilitas fisik). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui penerapan latihan senam ergonomis pada klien Ny. S dan Ny.
N dengan diagnosa medis gout arhritis dengan masalah keperawatan
gangguan mobilitas fisik di Desa Paseseh RT 002 RW 004 Kecamatan
Tanjung Bumi Kabupaten Bangkalan.
Jenis penelitian ini menggunakan studi kasus melalui asuhan
keperawatan pada dua pasien dengan masalah keperawatan gangguan
mobilitas fisik dan melakukan pengkajian, diagnosa, rencana tindakan,
tindakan keperawatan dan evaluasi. Metode pengumpulan data dilakukan
dengan wawancara observasi.
Hasil pengkajian ditemukan gout arhritis pada klien Ny. S 7,0 gdl
dan Ny. N 7,5 gdl dengan prioritas diagnosa yang diangkat adalah
gangguan mobilitas fisik yang dapat menggangu aktivitas klien sehingga
intervensi keperawatan yang diberikan adalah penerapan senam
ergonomis. Implementasi senam ergonomis yang diberikan 7 kali terapi
dengan 8 kali pertemuan setiap hari kurang dari 30 menit sesuai dengan
standart operasioanl prosedur. Evaluasi didapatkan adanya penurunan gout
arhritis pada Ny. S 6,7 gdl dan Ny. N 7,0 gdl.
Simpulan hasil penelitian menunjukan metode penerapan senam
ergonomis sebagai terapi non farmakologi dapat menurunkan gangguan
mobilitas fisik, diharapkan bagi tenaga kesehatan untuk menerapkan
senam ergonomis secara maksimal kepada pasien sesuai SOP.
Kata Kunci : Gout Arhritis, Mobilitas Fisik, Senam Ergonomis
viii
ABSTRACT
Gout arthritis or often known as gout is a disease that often occurs
in the elderly. Gout arthritis in the elderly is often felt due to precipitating
factors including diet, and obesity. A person who suffers from gouty
arthritis has symptoms of swelling in the joints, redness, feeling hot and
painful. This will result in disturbances in the movement system (impaired
physical mobility). This study aims to determine the application of
ergonomic gymnastics to Ny. S and Ny. N with a medical diagnosis of
gout arthritis with nursing problems with physical mobility disorders in
Paseseh Village RT 002 RW 004 Tanjung Bumi District Bangkalan
Regency.
This type of research uses case studies through nursing care for
two patients with nursing problems with physical mobility disorders and
conducts assessments, diagnoses, action plans, nursing actions and
evaluations. The method of data collection was done by observation
interviews.
The results of the study found gout arthritis in Ny. S 7.0 gdl and
Ny.. N 7.5 gdl with the priority of the diagnosis raised is physical mobility
disorders that can interfere with the client's activities so that the nursing
intervention given is the application of ergonomic exercise. The
implementation of ergonomic gymnastics is given 7 times of therapy with
8 meetings every day for less than 30 minutes in accordance with standard
operating procedures. Evaluation found a decrease in gout arthritis in Ny.
S 6.7 gdl and Ny. N 7.0 gdl.
The conclusion of the research shows that the method of applying
ergonomic exercise as a non-pharmacological therapy can reduce physical
mobility disorders, it is hoped that health workers will apply ergonomic
exercise to the maximum for patients according to standard operating
procedures.
Keywords: Gout Arthritis, Physical Mobility, Ergonomic Gymnastics
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah serta karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan KIA ini dengan
judul “Penerapan Senam Ergonomis Terhadap Gout Arthritis Pada Lansia Dengan
Masalah Keperawatan Gangguan Mobilitas Fisik Di Desa Paseseh Rt 002 Rw 004
Kecamatan Tanjung Bumi Kabupaten Bangkalan”. Sebagai salah satu syarat
akademik dalam rangka menyelesaikan Program Pendidikan Profesi Ners di
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya.
Penulisan kia ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
baik materi, moral maupun spiritual. Oleh karena itu dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Difran Nobel Bistara, S. Kep.,Ns.,M.Kep selaku dosen pembimbing yang
dengan penuh perhatian mendampingi dan mengarahkan penulis dalam
menyusun KIA penelitian ini.
2. Siti Nurjanah, S.Kep.,Ns.,M.Kep. sebagai Ketua Program Pendidikan Profesi
Ners
3. Khamida, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Dekan Fakultas Keperawatan dan
Kebidanan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya.
4. Prof. Dr. Ir. Achmad Jazidie, M.Eng. selaku Rektor Universitas Nahdlatul
Ulama Surabaya.
5. Seluruh dosen dan staf Kependidikan Keperawatan dan Kebidanan Universitas
Nahdlatul Ulama Surabaya yang telah memberikan ilmu sebagai bekal untuk
melakukan penelitian ini.
6. Kepala Desa Paseseh yang telah memberikan izin penelitian.
7. Responden yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini.
8. Kedua orang tua yaitu Aba dan Umi yang dengan segala cinta dan kasihnya
telah memberikan doa dan dukungan baik dari segi moril maupun material
yang selalu membuat peneliti merasa termotivasi dalam menyelesaikan KIA
ini
9. Suami saya yang selalu memberikan support dan yang selalu mendukung agar
KIA segera di selesaikan dengan baik.
10. Semua pihak-pihak yang terkait dalam kelancaran pembuatan KIA ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal dan
perbuatan yang telah diberikan dan penulis menyadari bahwa naskah KIA ini
belum sempurna, oleh karena itu saran yang membangun dari pembaca sangat
penulis harapakan demi perbaikan skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga KIA ini dapat bermanfaat baik bagi penulis
dan pihak yang membutuhkannya.
Surabaya, 2021
Penulis
x
Lina Ekawati
DAFTAR ISI
Sampul Depan....................................................................................................... ii
Sampul Dalam....................................................................................................... ii
Lembar Pernyataan Orsonalitas............................................................................. iii
Lembar Persetujuan............................................................................................... iv
Lembar Pengesahan............................................................................................... v
Lembar Pengajuan................................................................................................. vi
Halaman Persetujuan Publikasi Tugas Akhir ....................................................... vii
Abstrak.................................................................................................................. viii
Abstract.................................................................................................................. ix
Kata Pengantar....................................................................................................... x
Daftar Isi ............................................................................................................... xi
Daftar Tabel .......................................................................................................... xiii
Daftar Gambar ...................................................................................................... xiv
Daftar Lampiran ................................................................................................... xv
Daftar Arti Lambang dan Singkatan ..................................................................... xvi
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 5
D. Manfaat Penulisan ....................................................................................... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar............................................................................................... 7
1. Konsep Senam Ergonomis....................................................................... 7
2. Konsep Dasar Gout Arthritis................................................................... 23
3. Konsep Dasar Lansia .............................................................................. 34
4. Konsep Dasar Gangguan Mobilitas Fisik................................................40
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan............................................................ 43
C. Peran Perawat............................................................................................... 57
D. Evidence Based in Nursing (EBN).............................................................. 59
BAB 3 METODE PENELITIAN
A. Pendekatan................................................................................................... 64
B. Lokasi dan Waktu........................................................................................ 64
C. Subjek Penelitian.......................................................................................... 65
D. Pengumpulan Data....................................................................................... 65
E. Pengolahan Data........................................................................................... 66
F. Etika Penelitian............................................................................................. 67
BAB 4 LAPORAN KASUS
A. Pengkajian .................................................................................................. 69
B. Diagnosis Keperawatan................................................................................ 73
C. Intervensi Keperawatan................................................................................ 74
D. Implementasi Keperawatan.......................................................................... 75
E. Evaluasi Keperawatan.................................................................................. 79
BAB 5 ANALISIS SITUASI
xi
A. Profil Lahan Praktik..................................................................................... 81
B. Analisis Masalah Keperawatan.................................................................... 81
C. Analisis Implementasi.................................................................................. 83
D. Keterbatasan Implementasi Keperawatan.................................................... 83
E. Alternatif Problem Solving yang Dapat Dilakukan...................................... 88
BAB 6 PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................. 90
B. Saran............................................................................................................. 91
Daftar Pustaka................................................................................................... 93
Lampiran........................................................................................................... 95
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
Daftar Arti Lambang dan Singkatan
% : Persentase
& : Dan
III :3
. : Titik
, : Koma
̶ : Sampai
/ : Atau
= : Sama dengan
x : Kali
°C` : Derajat Celcius
Daftar Istilah
An : Anak
Bpk : Bapak
Cm : Centi meter
Depkes : Departemen Kesehatan
dkk : Dan Kawan-Kawan
DR. : Doktor
EBN : Evidence Based is Nursing
Ha : Hektar
Ir. : Insinyur
IRT : Ibu Rumah Tangga
ISPA : Infeksi Saluran Napas Atas
KAP : Knowledge, Attitudes and Practices
KB : Keluarga Berencana
Kg : Kilogram
mmHg : Milimeter Hydrargyrum
M. Kep. : Magister Keperawatan
M. Kes. : Magister Kesehatan
NIM : Nomor Induk Mahasiswa
NPP : Nomor Pokok Pegawai
PAUD : Pendidkan Anak Usia Dini
Prodi : Program Studi
Prof. : Profesor
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
RI : Republik Indonesia
RT : Rukun Tetangga
RW : Rukun Warga
SD : Sekolah Dasar
S.Kep. Ns : Sarjana Keperawatan. Nurse
SLTA : Sekolah Lanjut Tingkat Atas
SLTP : Sekolah Lanjut Tingkat Pertama
TK : Taman Kanak-kanak
TPA : Taman Pendidikan Al-Quran
UNICEF : United Nations Children Fund
UNUSA : Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
xvi
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
seperti peningkatan kadar asam urat atau penyakit gout arthritis (Ardhi, 2018).
Perubahan fisik yang terjadi pada lanjut usia sangat bervariasi, dan terjadi di
2019).
Gout arthritis atau yang sering dikenal dengan asam urat adalah penyakit
yang sering terjadi pada lansia (Gandari, 2019). Penyakit gout arthritis pada
makan, dan kegemukan (Sari, 2017). Saat ini banyak masyarakat sering
terutama terdapat pada daging, jerohan, kepiting, kerang, keju, kacang tanah,
dan sayuran buncis yang dapat memicu kadar purin dalam darah meningkat
1
2
kenaikan jumlah penderita hingga dua kali lipat. Prevalensi gout arthritis pada
Jawa Timur sebesar 17%, prevalensi gout arthritis di Surabaya sebesar 56,8%
(Simamora, 2018).
lansia didapatkan kebiasaan tidak mengatur pola makan dan jika mengalami
bahwa gout arthritis ini karena faktor umur dan tidak bisa disembuhkan. Dan
sudah lanjut usia. Hal ini disebabkan karena pada lansia telah terjadi
karena proses menua. Sehingga produksi hormon, enzim dan zat-zat yang
sakit pada sendi, otot, tendon, ligamen, dan tulang. Penyakit gout arthritis ini
pada lansia karena nyeri gout arthritis dapat menyebabkan immobilisasi dan
penurunan rentang gerak pada lansia, dampak fisiologis dari imobilisasi dan
Jika kadar asam urat dalam darah seseorang melebihi ambang normal
maka asam urat ini akan masuk ke dalam tubuh khususnya ke dalam sendi.
menyerang sendi lutut, tangan, siku, bahu, dan lain-lain (Nasir, 2017). Gejala
yang lebih banyak dan menjaga kartilago (jaringan yang menyelimuti ujung
senam ergonomis adalah gerakan yang sangat efektif, efisien, dan logis karena
sejak dulu sampai saat ini. Senam ergonomis yaitu kombinasi dari gerakan
otot dan pernafasan, pada saat gerakan berdiri sempurna seluruh saraf menjadi
satu titik pada pengendaliannya di otak dan saat itu pikiran dikendalikan oleh
kesadaran akal untuk sehat dan bugar, dan pada saat badan membungkuk
dalam gerakan tunduk syukur oksigen dapat masuk ke kepala dan menambah
aliran darah kebagian atas tubuh terutama kepala yang dapat menstimulasi
respon relaksasikan tubuh kita dari seluruh ketegangan fisik dan mental.
(Gandari, 2019).
system pembakaran (gout arhritis, kolesterol, gula darah, asam laktat, kristal
oxalate), nyeri gout arhritis. Senam ergonomis ketika dilakukan, akan timbul
bagi tubuh untuk rileks dan mengistirahatkan segenap aktivitas organ dan
Sikap relaksasi menjadi penting karena dapat meredakan rasa capek, lelah, dan
B. Rumusan Masalah
5
Bangkalan”.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Bangkalan.
Kabupaten Bangkalan.
Bangkalan.
Kabupaten Bangkalan.
6
Bangkalan.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat digunakan sebagai data penelitian
2. Manfaat Praktisi.
ergonomis
b. Bagi Perawat
senam ergonomis
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar
a. Definisi
system pembakaran asam urat, kolestrol, gula darah, asam laktat, sistem
pembuatan elektrolit atau ozon dalam tubuh. Aktifitas olahraga ini akan
membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena melatih tulang tetap
radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh. Jadi senam lansia adalah
serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana yang diikuti
Senam ergonomis merupakan salah satu metode yang praktis dan efektif
ergonomis adalah gerakan yang sangat efektif, efisien, dan logis karena
7
8
sangat efektif, efesien dan logis untuk meningkatkan daya gerak sendi dan
ergonomis salah satu terapi yang dapat menjadi pengaruh terhadap penurunan
nyeri rematik, hal ini dapat terjadi karena dalam melakukan senam ergonomis
dengan benar dapat mencapai puncak relaksasi pada tubuh, membuang muatan
listrik negatif, oksigen dapat mengalir keseluruh tubuh sehingga tubuh terasa
lebih nyaman dan segar. Melalui latihan relaksasi senam ergonomis lansia
otak, kondisi seperti ini dapat membuat klien mencapai keadaan tenang.
Terlebih bila dilakukan secara teratur dan tetap menjaga gaya hidup sehat
2019)
c. Tujuan Senam
3. Memperbaiki keseimbangan
tangan di depan dada, telapak tangan kanan di atas telapak tangan kiri
cepat. Bila baru selesai dari suatu kegiatan atau pekerjaan, maka dengan posisi
ini nafas diatur sampai benar-benar rileks, jantung juga tidak berdegup
Dosisnya bagi pemula mungkin agak lama sekitar 2-3 menit. Akan tetapi
jika sudah terbiasa cukup 30-60 detik. Gerakan ini yang penting sudah bisa
mengantarkan ke kodnisi rileks, maka dikatakan cukup. Jika baru datang dari
jantung masih berdegup kencang, harus ditunggus sampai benar benar rileks.
seluruh belahan otak bagian kanan kiri, depan belakang, luar dalam dan atas
bawah dipadukan saat itu pada satu tujuan. saat itu, pikiran dikendalikan oleh
kesadaran akal untuk sehat dan bugar, tubuh dibebaskan dari beban pekerjaan,
10
berat tubuh ditumpukkan dengan pembagian beban yang sama pada kedua
kakinya.
lurus kedepan, lalu keatas, terus ke belakang, dan kembali menjuntai kebawah.
Pernafasan dari pola nafas dengan sendirinya akan akan mengikuti gerakan
putaran lengan. Pada saat tangan diatas, tulang-tulang rusuk saling meregan
ikut terangkat bagian depannya sehingga sehingga ronda dada dada akan
berada didalam ukuran paling lebar, tekanan udara nafas dalam menjadi
negatif, udara segar dari luar mengalir masuk.sedangkan pada ssat tangan
bergerak kebelakang dan turun, rongga dada kembali menegcil dan udara akan
keluar.
40 kali putaran akan selesai dalam waktu 4 menit. Akan tetapi, bisa juga
gerakan putaran dipercepat, bahkan bisa bisa dilakukan dengan sangat cepat
11
fungsi organ, karena seluruh sistem saraf menarik tombol- tombol kesehatan
oksigen yang cukup, sehingga tubuh akan terasa segar dan adanya tambahan
energi.
kuat, tarik, cengkeram seakan-akan mau mengangkat tubuh. Posisi kaki tetap
seperti semula.
tarik nafas dalam. Saat mulai membungkuk badan, buang nafas sedikit demi
kira-kira separuh nafas. Pada posisi terakhir ini nafas ditahan di dada, sampai
sekuatnya. Nafas dibuang saat kembali ke posisi berdiri. Segera ambil nafas
Dosis gerakan kedua ini dilakukan 5 kali. Umunya 1 kali gerakan selesai
dalam 35 detik ditanbah 10 detik untuk jeda nafas. Keseluruhan 5 kali gerakan
bawah, paha, dan betis. Gerakan ini juga akan mempermudah untuk persalinan
bagi ibu-ibu hamil yag melakukannya secara rutin. Juga dapat membantu
yang meliputi ruas tulang punggung, ruas tulang leher, ruas tulang pinggang
dan tulang tungging. Bagi mereka yang terkena penyakit sinusitis dan asma
4) Duduk Perkasa
posisi kedua telapak kaki tegak berdiri, jari-jari kaki tertekuk mengarah ke
13
saat dagu hampir menyentuh lantai, kita masih menyimpan kira-kira separuh
nafas. Pada posisi terakhir ini nafas ditahan di dada selama mungkin. Jangan
mencoba bernafas normal pada posis ini, karena akan ada rasa nyeri diskeat
rongga badan. Nafas dibuang saat kembali keposisi duduk. Segera ambil nafas
dalam 35 detik ditambha 10 detik untuk nafas jeda. Keseluruhan 5 kali gerkan
posisi jari-jari di tekuk. Gerakan sujud ini akan membuat otot dada dan sela
iga menjadi kuat. Sehingga rogga dada menjadi lebih besar dan paru-paru
akan berkembang dengan baik dan dapat menghisap oksigen lebih banyak.
darah ke bagian atas tubuh, terutama kepala, mata, telinga, dan hidung serta
Setelah beberapa saat (satu tahapan nafas kemudian kembali ke posisi duduk
pembakaran.
Pernfasan saat sebelum memulai gerakan akan sujud, sambil nafas dalam.
saat dagu hampir menyentuh lantai kita masih menyimpan kira-kira separuh
nafas. Pada posisi terakhir ini nafas ditahan di dada sekuatnya. Nafas
dibuang saat kembali ke posisi duduk. Segera ambil nafas baru 3-4 kali
Dosis gerakan kelima ini dilakukan 5 kali. Umumnya ini 1 kali gerakan
selesai dalam 35 detik ditambah 10 detik untuk nafas jeda. Keseluruhan 5 kali
untuk memperkuat otot pinggang dan memperkuat ginjal, sujud dengan posisi
duduk pembakaran atau dengan alas punggung kaki akan membakar lemak
punggung kaki diaktifkan. Bagi mereka yang menderita asam urat, keracunan
obat, keracunan makanan atau kondisi badan yang sedang lemah akan
misalnya, sambil nonton TV, menggosok baju atau seterika bagi ibu-ibu,
sambil belajar bagi anak karena akan mencerdaskan dan meningkatkan daya
tahan tubuh, bagi yang asam dan bengkak kakinya, atau penderita radang
akan berkurang. Gerakan ini kan memperkuat pinggang bagian bawah dan
meningkat.
kebelakang. Ini gerakan paling berat meskipun terlihat sepele. Berbaring pada
tungkai pada posisi menekuk di lutut. Ini harus hati-hati, mungkin harus
dengan cara bertahap. Jika sudah rebah, tangan diluruskan ke atas kepala, ke
16
samping kanan-kiri maupun ke bawah menempel badan. Pada saat itu tangan
memegang betis, tarik seperti mau bangun, dengan rileks, kepala bisa
dilakukan berulang-ulang sampai mau bangun. Gerakkan ini cukup satu kali
termasuk variasi gerakan kepala dan leher serta ayunan tangan ke atas, ke
maupun bangunnya.
bawah dan bermanfaat untuk diet. Tidur telentang dengan posisi kaki dilipat,
lengan di atas kepala dan bertumpu pada punggung atas. Gerakan ini adalah
gerakan yang sangat sukar dilakukan tetapi apabila dapat dilakukan dengan
melapangkan dada, sehingga bagi yang menderita asma, akan merasa lega,
optimal terutama aliran biolistrik sangat cepat. Gerakan ini juga bermanfaat
untuk memperkuat otot betis, otot paha, otot perut, otot dada dan bagian
wanita juga akan mengurangi rasa sakit saat menstruasi dan saat melahirkan,
terakhir ini harus menjadi puncak relaksasi tubuh kita dari seluruh ketegangan
fisik dan mental. Kesulitan (akibat rasa sakit) melakukan gerakan ini sering
disebabkan karena kurang tercapainya kondisi rileks dari tubuh dan pikiran
kita.
tubuh, sistem pembakaran asam urat, kolestrol, gula darah, asam laktat,
olahraga fisik ini menjadi alternatif terbaik untuk mengatasi nyeri lansia
(Malo, 2019)
Gout Arthritis adalah penyakit radang sendi yang dapat menimbulkan rasa
nyeri, panas, bengkak, dan kaku pada persendian yang disebabkan oleh
(Warijan, 2020).
18
b. Etiologi
faktor primer dan faktor sekunder, faktor primer 99% nya belum diketahui
persentasenya kecil dan baru muncul setelah Menopause. Gout artritis lebih
umum terjadi pada laki-laki, terutama yang berusia 40-50 tahun (Sutanto,
2013).
arthritis adalah :
1) Usia
Pada umumnya serangan gout arthritis yang terjadi pada laki-laki mulai
dari usia pubertas hingga usia 40-69 tahun, sedangkan pada wanita serangan
gout arthritis terjadi pada usia lebih tua dari pada laki-laki, biasanya terjadi
inilah yang dapat membantu proses pengeluaran gout arthritis melalui urin
2) Jenis kelamin
19
Laki-laki memiliki kadar asam urat yang lebih tinggi dari pada wanita,
4) Konsumsi alkohol
5) Obat-obatan
Serum asam urat dapat meningkat pula akibat salisitas dosis rendah
(kurang dari 2-3 g/hari) dan sejumlah obat diuretik, serta antihipertensi.
d. Manifestasi klinis
Terdapat empat stadium perjalanan klinis gout arthritis yang tidak diobati
asam urat serum meningkat dan tanpa gejala selain dari peningkatan asam
urat serum.
dan nyeri yang luar biasa, biasanya pada sendi ibu jari kaki dan sendi.
Interkritikal.
4) Tidak terdapat gejala-gejala pada tahap ini, yang dapat berlangsung dari
gout arthritis berulang dalam waktu kurang dari 1 tahun jika tidak diobati.
20
asam urat yang terus meluas selama beberapa tahun jika pengobatan tidak
dimulai.
berikut:
f. Patofisiologi
mengandung asam urat tinggi dan sistem ekskresi asam urat yang tidak
serangan gout arthritis. Salah satunya yang telah diketahui peranannya adalah
kosentrasi asam urat dalam darah. Mekanisme serangan gout arthritis akut
21
dalam plasma lebih dari 9 mg/dl. Presipitasi ini terjadi di rawan, sonovium,
Saat asam urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain,
maka asam urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam-garam
tubuh, penumpukan ini disebut Tofi. Adanya Kristal akan memicu respon
inflamasi akut dan netrofil melepaskan lisosomnya. Lisosom ini tidak hanya
Akut awalnya biasanya sangat sakit dan cepat memuncak. Serangan ini
meliputi hanya satu tulang sendi. Serangan pertama ini timbul rasa nyeri berat
yang menyebabkan tulang sendi terasa panas dan merah. Tulang sendi
mata kaki, tumit, lutut dan tulang sendi pinggang. Kadang-kadang gejala yang
sendi kaki maupun lengan yang biasanya disertai dengan demam. Tahap akhir
serangan gout arthritis akut atau gout arthritis kronik ditandai dengan
polyarthritis yang berlangsung sakit dengan tofi yang besar pada kartigo,
membrane sinovial, tendon dan jaringan halus. Tofi terbentuk di jari tangan,
kaki, lutut, ulna, helices pada telinga, tendon achiles dan organ internal seperti
g. Phatway
Diet tinggi purin Peningkatan pemecahan sel Asam urat dalam serum
Katabolisme purin Asam urat dalam sel keluar Tidak diekresi melalui urin
Asam urat dalam serum Kemampuan ekresi asam Penyakit ginjal (Gromerulonefritis
meningkat (Hiperurisemia) urat terganggu/menurun dan Gagal Ginjal)
Hipersaturasi dalam
plasma dan garam
urat di cairan tubuh
23
h. Penatalaksanaan
gout arthritis yang dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu, relaksasi,
meningkatkan intake cairan, kompres air hangat, diet rendah purin dengan
cara mengatur pola hidup dan asupan makanan dengan mengurangi makanan
ideal tubuh, dan olahraga salah satunya senam ergonomis (Gandari, 2019).
j. Terapi Farmakologi
1) Serangan Akut
Indometasin 200 mg/hari atau Diklofenak 150 mg/hari, merupakan terapi lini
pertama dalam menangani serangan gout arthritis akut, asalkan tidak ada
aspirin berkompetisi dengan asam urat dan dapat memperparah serangan gout
keadaan klien, misalnya adanya penyakit penyerta lain atau komorbid, obat
lain juga diberikan klien pada saat yang sama dan fungsi ginjal. Obat yang
menurunkan kadar asam urat serum (Allopurinol dan obat Urikosurik seperti
a) NSAID
NSAID merupakan terapi lini pertama yang efektif untuk klien yang
seberapa cepat terapi NSAID mulai diberikan. NSAID harus diberikan dengan
dosis sepenuhnya (full dose) pada 24-48 jam pertama atau sampai rasa nyeri
dengan dosis awal 75-100 mg/hari. Dosis ini kemudian diturunkan setelah 5
Indometasin antara lain pusing dan gangguan saluran cerna, efek ini akan
sembuh pada saat dosis obat diturunkan. NSAID lain yang umum digunakan
b) COX-2 Inhibitor
untuk mengatasi serangan Gout Arthritis Akut. Obat ini efektif tapi cukup
mahal, dan bermanfaat terutama untuk klien yang tidak tahan terhadap efek
efek samping Gastrointesinal bagian atas yang lebih rendah dibanding NSAID
non selektif.
c) Colchicine,
kerjanya (onset) lebih lambat dan efek samping lebih sering dijumpai.
26
d) Steroid
Intra-Articular. Cara ini dapat meredakan serangan dengan cepat ketika hanya
diferensial diagnosis antara gout arthritis sepsis dan gout arthritis akut karena
2) Serangan Kronis
keterlibatan ginjal dan pembentukan batu asam urat. Kapan mulai diberikan
a) Allopurinol :
Selain mengontrol gejala, obat ini juga melindungi fungsi ginjal. Allopurinol
oksidase. Dosis pada klien dengan fungsi ginjal normal dosis awal allopurinol
tidak boleh melebihi 300 mg/24 jam. Respon terhadap allopurinol dapat
terlihat sebagai penurunan kadar asam urat dalam serum pada 2 hari setelah
terapi dimulai dan maksimum setelah 7-10 hari. Kadar asam urat dalam serum
b) Obat urikosurik:
27
asam urat dapat diterapi dengan obat urikosurik. Urikosurik seperti probenesid
yang memproduksi asam urat berlebihan. Obat ini tidak efektif pada klien
dengan fungsi ginjal yang buruk (Klirens Kreatinin <20-30 ml/menit). Sekitar
yang mengandung ourin tinggi, sedang dan rendah. Berikut merupakan daftar
a. Definisi Lansia
Menua tau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
hanya dimulai dari satu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap
ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berati
kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan figur tubuh
b. Batasan-Batasan Lansia
meliputi :
2) Usia lanjut dini (senescen) yaitu kelompok yang mulai memasuki masa
berikut :
1. Perubahan Fisik
a) Sistem Indra
terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak
jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun.
b) Sistem Intergumen
berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan berbercak.
timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot.
c) Sistem Muskuloskeletal
30
(kolagen dan elastin), kartilago, tulang, otot dan sendi. Kolagen sebagai
jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek negatif. Sendi; pada lansia,
jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan fasia mengalami
penuaan elastisitas.
d) Sistem kardiovaskuler
berkurang, kondisi ini terjadi karena perubahan jaringan ikat. Perubahan ini
e) Sistem respirasi
31
Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total
kenaikan ruang paru, udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada
produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata karena kehilangan gigi, indra
pengecap menurun, rasa lapar menurun (kepekaan rasa lapar menurun), liver
g) Sistem perkemihan
oleh ginjal.
h) Sistem saraf
i) Sistem reproduksi
dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis masih dapat
angsur.
32
2. Perubahan Kognitif
b) IQ (Intellegent Quotient)
g) Kebijaksanaan (Wisdom)
h) Kinerja (Performance)
i) Motivasi
3. Perubahan mental
b) Kesehatan umum
c) Tingkat pendidikan
d) Keturunan (hereditas)
e) Lingkungan
famili.
4. Perubahan spiritual
33
semakin matang (mature) dalam kehidupan keagamaan, hal ini terlihat dalam
5. Perubahan Psikososial
a) Kesepian
Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal terutama
kesayangan dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh pada lansia.
c) Depresi
Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu diikuti
d) Gangguan cemas
dengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek samping obat, atau
e) Parafrenia
34
f) Sindroma Diogenes
mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau karena lansia bermain-main
dengan feses dan urin nya, sering menumpuk barang dengan tidak teratur.
Gangguan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu
atau lebih ekstremitas secara mandiri (PPNI, 2017). Gangguan mobilitas fisik
merupakan suatu kondisi yang relatif dimana individu tidak hanya mengalami
indeks masa tubuh di atas persentil ke-75 usia, efek agen farmakologi,
gangguan sensoripersepsi.
Adapun tanda dan gejala pada gangguan mobilitas fisik menurut (PPNI,
2017) yaitu :
Tanda dan gejala mayor subjektif dari gangguan mobilitas fisik, yaitu
mayor objektifnya, yaitu kekuatan otot menurun, dan rentang gerak (ROM)
menurun.
Tanda dan gejala minor subjektif dari gangguan mobilitas fisik, yaitu nyeri
bergerak. Kemudian, untuk tanda dan gejala minor objektifnya, yaitu sendi
seperti :
1) Perubahan metabolisme
metabolisme.
pengubahan zat-zat makanan pada tingkat sel menurun sehingga tidak cukup
keluhan, seperti perut kembung, mual, serta nyeri lambung yang berdampak
6) Perubahan kardiovaskular
atropi pada otot, gangguan skeletal berupa kontraktur sendi serta osteoporosis.
9) Perubahan eliminasi
cemas, emosional yang tinggi, depresi, siklus tidur berubah, serta penurunnya
mekanisme koping.
Arthritis
38
1. Pengkajian
a) Identitas
pekerjaan.
b) Keluhan Utama
Keluhan utama yang menonjol pada klien Gout Arthritis adalah nyeri dan
Didapatkan adanya keluhan nyeri yang terjadi di otot sendi. Sifat dari
yang dirasakan terus menerus atau pada saat bergerak, terdapat kekakuan
pergerakan dan pada gout arthritis kronis didapakan benjolan atan tofi pada
Penyakit apa saja yang pernah diderita oleh klien, apakah keluhan penyakit
gout arthritis sudah diderita sejak lama dan apakah mendapat pertolongan
f) Riwayat Psikososial
Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang diderita dan penyakit klien
akibat respon nyeri dan kurang pengetahuan akan program pengobatan dan
perjalanan penyakit. Adanya perubahan aktivitas fisik akibat adanya nyeri dan
maladaptif.
g) Riwayat Nutrisi
Kaji riwayat nutisi klien apakah klien sering menkonsumsi makanan yang
h) Pemeriksaan Fisik
ujung rambut hingga ujung kaki (head to toe). Pemeriksaan fisik pada daerah
sendi dilakukan dengan inspeksi dan palpasi. Inspeksi yaitu melihat dan
mengamati daerah keluhan klien seperti kulit, daerah sendi, bentuknya dan
posisi saat bergerak dan saat diam. Palpasi yaitu meraba daerah nyeri pada
kulit apakah terdapat kelainan seperti benjolan dan merasakan suhu di daerah
beberapa gerakanbandingkan antara kiri dan kanan serta lihat apakah gerakan
i) Pemeriksaan Diagnosis
2) Sel darah putih dan laju endap darah meningkat (selama fase akut).
4) Pemeriksaan Radiologi.
2. Diagnosa Keperawatan
40
Menurut NANDA (2015) diagnosa yang dapat muncul pada klien gout
4. Kehamilan
5. Diagnosa gangguan rasa
nyaman ditegakan apabila
rasa tidak nyaman muncul
tanpa ada cedera jaringan.
Apabila ketidaknyamanan
muncul akibat kerusakan
jaringan, maka diagnosa
yang disarankan ialah
nyeri akut atau kronis.
merah (D.0130).
(D.0129).
tidak puas, mengeluh pola tidur berubah akibat nyeri sendi (D. 0055).
45
3. Intervensi Keperawatan
kebisingan)
c. Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
a. Jelaskan penyebab, priode, dan
pemicu nyeri
b. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
5. Gangguan Integritas Kulit dan Perawatan Integritas Kulit
integritas Jaringan (L.14125) (1.11353)
kulit/jaringan Setelah dilakukan Definisi :
berhubungan tindakan keperawatan, Mengidentifikasi dan merawat kulit
dengan maka Integritas kulit dan untuk menjaga ke utuhan, kelembaban
kekurangan/kel jaringan meningkat dan mencegah perkembangan
ebihan volume dengan kriteria hasil : mikroorganisme.
cairan a. Kerusakan jaringan Tindakan :
dibuktikan 1 : Meningkat Observasi :
dengan nyeri 2 : Cukup meningkat a. Identifikasi penyebab gangguan
persendian 3 : Sedang integritas kulit (mis. Perubahan
4 : Cukup menurun sirkulasi, perubahan status nutrisi,
5 : Menurun penurunan kelembaban, suhu
b. Kerusakan lapisan lingkungan ekstrem, penurunan
kulit mobilitas)
1 : Meningkat Teraupeutik
2 : Cukup meningkat a. Ubah posiis tiap 2 jam jika tirah
3 : Sedang baring
4 : Cukup menurun Edukasi
5 : Menurun a. Njurkan meningkatkan asupan
nutrisi
6. Gangguan pola Pola Tidur (L.05045) Dukungan Tidur (1.05174)
tidur Setelah dilakukan Definisi :
berhubungan tindakan keperawatan, Memfasilitasi siklus tidur dan terjaga
dengan kurang maka pola tidur membaik yang teratur
kontrol tidur dengan kriteria hasil : Tindakan :
dibuktikan a. Keluhan sulit tidur Observasi
dengan 1 : Menurun a. Identifikasi pola aktivitas tidur
mengeluh sulit 2 : Cukup menurun b. Identifikasi makanan dan
tidur, mengeluh 3 : Sedang minuman yang mengganggu tidur
sering terjaga, 4 : Cukup meningkat (mis. Kopi, teh, alkohol, makan
mengeluh tidur 5 : Meningkat mendkati waktu tidur, minum
tidak puas, b. Keluhan sering banyak air sebelum tidur).
mengeluh pola terjaga Terapeutik
tidur berubah 1 : Menurun a. Lakukan prosedur untuk
akibat nyeri 2 : Cukup menurun meningkatkan kenyamanan (mis.
49
4. Implementasi Keperawatan
yang telah ditetapkan dalam suatu keputusan. Tindakan ini berusaha untuk
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada tahap
sebelumnya. Tahap yang ketiga yaitu dokumentasi setiap kegiatan yang telah
5. Evaluasi
C. Peran Perawat
identifikasi kepada klien atau pasien, baik secara tertulis atau lisan.
kepada profesi kesehatan lain. Selain itu perawat juga dapat membantu
52
dan perilaku yang sesuai dengan kondisinya atau perilaku alternatif lain.
atau pun bekerja sama demi mencapai suatu tujuan. Peran pemimpin
perawat lainnya.
53
manajer kasus memiliki ketentuan yang berbeda pada tiap institusi atau
akan bekerja sama dengan staf perawat dan tenaga yang diperlukan
lainnya, dan ada pula yang menetapkan bahwa perawat manajer kasus
tidak lain adalah staf perawat itu sendiri yang sedang memecahkan suatu
hingga perawat pendidik yang pada tiap peran tersebut tentu memiliki
Terhadap
Perubahan
Nyeri
Pada
Lansia
dengan
Rematik di
Sada Jiwa
Banjar
Pasekan
Desa
Sembung
Kecamata
n
Mengawi
Kabupaten
Badung
Tahun
2016 p
(0,000 <
ᾱ(0,05).
2. Nursing Pengaruh Desain 45 20 Juni 2018 1. Sebelum
Ners (2019) Senam penelitian ini responden sampai 20 dilakukan
Ergonomik menggunakan Juli 2018 senam
Terhadap desain pre- ergonomis
Skala Nyeri eksperimenta sebagian
Sendi pada l dengan one besr
Lansia group pre responden
Wanita di test and post tergolong
Wilayah test design. dalam
Posyandu kategori
Lansia skala nyeri
Cipiring II berat tidak
Landungsar terkontrol
i Malang. yaitu
sebanyak
29 orang
(64%).
2. Sesudah
dilakukan
senam
ergonomis
sebagian
besar
responden
tergolong
dalam
kategori
56
tidak nyeri
atau terjadi
penurunan
yaitu
sebanyak
32 orang
(71, 1%)
3. Hasil
analis
Marginal
Homogene
ty Test
menunuju
kan bahwa
ada
pengaruh
senam
ergonomis
terhadap
skala nyeri
sendi pada
lansia
wanita di
Wilayah
Posyandu
Lansia
Cipiring II
Landungsa
ri Malang
diperoleh
nilai
signifikan
sebesar
0,000 (p
value
≤0,05).
3. Jurnal Pemberian Metode 42 Selama 8 kali Hasil
Keperawata Senam penelitian Responde pertemuan perbandingan
n Ergonomik kuantitatif n kadar asam
Muhammad Berbasis dengan urat (pre test)
iyah (2020) Spiritual desain pada
Pada Lansia penelitian kelompok
Dengan quasi- perlakuan
Prediksi experimental dan
Arthritis pre test and kelompok
Gout Di post test kontrol
Wilayah nonequivalen dilakukan Uji
Kerja t control Independent
57
METODELOGI PENELITIAN
penelitian. Berikut ini akan dijelaskan tentang metode penelitian yang akan
A. Pendekatan
1. Lokasi penelitian
Kabupaten Bangkalan.
64
65
2. Waktu penelitian
C. Subyek Penelitian
1. Kriteria inklusi
suami/keluarga
2. Kriteria eksklusi
D. Pengumpulan Data
pemeriksaan fisik.
terhadap klien.
ergonomis.
E. Pengolahan Data
F. Etika Penelitian
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
lainnya.
LAPORAN KASUS
Bumi Kabupaten Bangkalan, maka peneliti akan membahas hasil dari asuhan
ergonomis.
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Maret 2021 saat melakukan pengkajian pada Ny. S (Pasien 1) berusia 64 tahun
merupakan salah satu lansia di Desa Paseseh Rt 002 Rw 004 Kecamatan Tanjung
Bumi. Ny. S sudah menikah, pernah bersekolah hanya tamat SD dan Ny. S
(Pasien 2) berusia 61 tahun merupakan salah satu lansia di Desa Paseseh Rt 002
hanya tamat SD dan Ny. N merupakan seorang ibu rumah tangga, Ny. N
beragama islam.
2. Riwayat Penyakit
Pada saat pengkajian Ny. S mengatakan persendian kaki kiri terasa sakit dan
kaku. Skala nyeri 4 hilang timbul. Ny. S Mengeluh nyeri saat melakukan aktifitas
69
yang berlebihan. Ny. S mengatakan terkadang saat nyeri hanya membeli obat di
apotik untuk menurunkan nyerinya dan tidak tau bagaimana cara mengatasi nyeri
70
70
lututnya. Ny. S mengatakan belum tau tentang terapi non farmakologis pada
gout arthtritis.
Pada saat pengkajian Ny. N mengatakan sulit bergerak aktif karena lutut
terasa nyeri dan kram saat beraktifitas. Skala 4 hilang timbul. Ny. N mengatakan
belum mengetahui tentang gout arthritis dan tidak tau bagaimana cara
menangani nyerinya dan Ny. N hanya membeli obat nyeri diapotik. Ny. N
mengatakan belum tau tentang terapi non farmakologis pada gout arthritis
hari. Ny. N sering memakan makanan apa saja tanpa mengonrol makanan.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terkait pola eliminasi Ny. S rutin
BAB 1x sehari dengan mandiri di kamar mandi konsistensi lembek dan berwarna
kuning kecoklatan dengan bau khas feces. Eliminasi urine klien masih bisa
dirasakan saat BAK, klien mandiri kekamar mandi, frekuensi 6-8x sehari.
konsistensi lembek dan berwarna kuning kecoklatan dengan bau khas feces.
Eliminasi urine klien masih bisa dirasakan saat BAK, klien mandiri kekamar
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada Ny. S untuk pola istirahat
(tidur), Ny. S mengatakan selalu tidur siang diantara pukul 12.00-14.00, biasanya
kalau tidak tidur kelien membatik, kalau malam hari baisanya tidur pukul 21.30
dan sudah bangun jam 04.00 pagi. Sedangkan Ny. N mengatakan kadang-kadang
susuah tidur kalau lutut terasa nyeri dan kram, tidur siang diantara pukul 11.00-
13.00, kalau tidak tidur biasanya menjaga cucunya. Sedangkan malam hari
biasanya pukul 21.00 sudah tidur dan bangun biasanya pukul 04.30 pagi.
melakukan jual beli hasil karya batiknya, untuk sekarang tidak pernah lagi
kemana-mana karena takut keluar rumah dengan kondisi pandemi saat ini.
Sedangkan Ny. N mengatakan sudah lama tidak pernah rekreasi karena anaknya
4. Pemeriksaan Fisik
Hasil pemeriksaan tanda tanda vital pada Ny. S menunjukan keadaan umum
Pemeriksaan fisik Ny. S kdan Ny. N untuk sistem (kepala) tidak ada keluhan
rambut beruban, bersih, tidak ada ketombe, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan.
(Mata) Ny. S dan Ny, N simetris, konjungtiva anemis tidak ada nyeri tekan pada
area mata. (Hidung) Ny. S dan Ny. N Simetris, tidak ada pernapasan cuping
hidung, tidak ada polip, bersih, tidak ada nyeri tekan. (Telinga) Ny. S dan Ny. N
simetris, bersih, tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan. (Mulut dan gigi) Ny. S
dan Ny. N tidak ada karies gigi, bersih, tidak ada sariawan, ada gigi berlubang
bagian geraham, bibir berwarna merah kecoklatan, bibir lembab. (Leher) Ny. S da
Ny. N tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid, tidak ada edema, fungsi menelan
baik, tidak ada pembesaran vena jugularis. (Thorak) Ny. S dan Ny. N simetris
kanan dan kiri, tidak ada nafas yang tertinggal, tidak ada penggunaan otot bantu
nafas, tidak ada nyeri tekan, sonor, vesikuler. (Abdomen) Ny. S dan Ny. N datar,
tidak ada lesi, tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan, terdengar bunyi timpani,
terdengar suara peristaltik usus. (Ektermitas atas) Ny. S dan Ny. N antara
ekstermitas atas kanan dan kiri simetris, tidak ada edema, jari tangan lengkap
kanan dan kiri 10 jari, tidak ada nyeri tekan, ROM aktif 5/5. (Ektermitas bawah)
Ny. S dan Ny. N Antara ekstermitas bawah kanan dan kiri simetris, tidak terdapat
luka, jari kaki lengkap kanan dan kiri 10 jari, nyeri lutut, ROM terbatas 4/4.
kehidupan sehari-hari indeks katz dari Ny. S dan Ny. N termasuk dalam kategori
menjawab dengan salah sejumlah 0 maka Ny. S memiliki fungsi intelektual utuh.
memiliki skor 26 yang berarti pasien tidak gangguan kognitif, sedangkan Ny. N
klien tidak depresi atau depresi minimal. Sedangkan Ny. N memiliki penilaian 4
B. Diagnosa Keperawatan
yang terdiri dari analisa data, identifikasi masalah, dan penurunan diagnosis.
masalah keperawatan yang muncul. Data yang didapatkan dar Ny. S sesuai
pengkajian yaitu mengeluh nyeri pada persendian kaki kiri terasa sakit skala nyeri
4 hilang timbul, nyeri saat melakukan aktifitas yang berlebihan, secara objektif
74
Ny. S pada saat pengkajian kadang memegang persendian kaki kiri Ny. S
tampak meringis dan terlihat bengkak di sekitar lutut kiri. Sedangkan Ny. N sulit
bergerak aktif karena lutut terasa nyeri dan kram saat beraktifitas skala 4 hilang
timbul, secara objektif Ny. N terkadang memegang lututnya saat sesekali Ny. N
tampak meringis dan terlihat adanya kemerahan dan bengkak di sekitar lutut
kanan
C. Intervensi
kepada klien, selanjutnya pada hari kedua sampai hari kedelapan diberikan
kali dengan frekuensi 1 kali sehari selama kurang lebih 30 menit. Pada kasus ini
klien dengan tujuan dan kriteria hasil pada masalah keperawatan atau diagnosa
keperawatan yang muncul, intervensi yang diberikan pada klien berdasarkan pada
Intervensi yang diberikan kepada Ny. S dan Ny. N dengan maslaah keperawatan
SLKI dengan kriteria Pergerakan ekstremitas dari skala 3 (sedang) menjadi skala
75
rentang gerak (ROM) dari skala 3 (sedang) menjadi skala 5 (meningkat) nyeri
dari skala 3 (sedang) menjadi skala 5 (meningkat), kaku sendi dari skala 3
Ny. S dan Ny. N adalah berdasarkan tautan SIKI intervensi yang diangkat untuk
dalam kasus ini dukungan mobilisasi non farmakologis yang digunakan dengan
D. Implementasi
dari 30 menit tiap harinya dengan masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik
dilakukan pada Ny. S dan Ny. N di Desa Paseseh Rt 002 Rw 004 Kecamatan
tempat dan menjelaskan tujuan dilakukan senam ergonomis dan juga pengenalan
esuai SOP.
frekuensi 1 kali sehari selama kurang lebih 30 menit. Selanjutnya pada hari kedua
pengecekan kadar gout arthritis setelah melakukan senam ergonomis. Dan catat
pemberian senam ergonomis meliputi hari, tangal, dan waktu pemberian (WIB).
adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya pada Ny. S dan Ny. N dan menjelaskan
besok hari.
Hari kedua pada tanggal 28 Maret 2021 dilakukan pada Ny. S memonitor
kadar gout arthritis dan tanda-tanda vital Ny. Ssebelum diberikan tindakan senam
ergonomis yaitu kadar asam urat 7,0 gdl, tekanan darah : 120/80 mmHg, nadi : 74
senam ergonomis, Ny. S tampak bisa melakukan gerekan ke 1,2,3 dan 4 namun
tampak kesusahan saat melakukan gerakan senam ke 5 yaitu kedua telapak kaki
melakukan senam ergonomis jadi lebih tenang dan merasa sedikit nyaman.
Sedangkan pada Ny. N hasil pemeriksaan kadar asam urat dan tanda-tanda vital
sebelum dilakukan senam ergonomis yaitu kadar gout arthritis 7,5 gdl, tekanan
˚C. Lalu memberikan penerapan senam ergonomis. Pada saat dilakukan senam
ergonomis Ny. N tampak bisa melakukan gerekan ke 1,2, dan 3 namun tampak
melakukan senam ergonomis jadi lebih tenang dan merasa sedikit nyaman.
Hari ketiga pada tanggal 29 Maret 2021 dilakukan pada Ny. S Memberikan
lebih lumayan nyaman. Sedangkan pada Ny. N tampak masih kesulitan saat
Hari keempat pada tanggal 30 Maret 2021 dilakukan pada Ny. S memberikan
penerapan senam ergonomis Ny. S tampak sedikit bisa melakukan gerakan senam
dan Ny. S mengatakan setelah melakukan senam ergonomis jadi lebih lumayan
nyaman. Sedangkan pada Ny. N tampak sedikit kesulitan saat melakukan gerakan
senam ke 4 yaitu jatuhkan kedua lutut ke lantai (duduk perkasa), gerakan senam
nyaman.
Hari kelima pada tanggal 31 Maret 2021 dilakukan pada Ny. S Memberikan
melakukan senam ergonomis jadi lebih nyaman. Sedangkan pada Ny. N tampak
lumayan bisa saat melakukan gerakan senam ke 4 yaitu jatuhkan kedua lutut ke
senam ke 6 yaitu rebahkan tubuh kebelakang (gerakan berbaring pasrah) dan Ny.
Hari keenam pada tanggal 01 April 2021 dilakukan pada Ny. S Memberikan
ergonomis jadi lebih nyaman. Sedangkan pada Ny. N tampak bisa saat
Hari ketujuh pada tanggal 02 April 2021 dilakukan pada Ny. S Memberikan
setelah melakukan senam ergonomis jadi lebih nyaman. Sedangkan pada Ny. N
memonitor kadar asam urat dan tanda-tanda vital Ny. S kadar asam urat 6,7 gdl,
suhu : 36,5 ˚C dan Ny. S mengatakan setelah melakukan senam ergonomis jadi
lebih nyaman. Sedangkan Ny. N tampak bisa melakukan semua gerakan senam
(gerakan berbaring pasrah) dan setelah diberikan tindakan senam ergonomis lalu
memonitor kadar asam urat dan tanda-tanda vital Ny. N kadar asam urat 7,0 gdl,
suhu : 36,7 ˚C dan Ny. N mengatakan setelah melakukan senam ergonomis jadi
E. Evaluasi
terapi senam ergonomis yang dilakukan peneliti selama 7 hari dalam pertemuan 8
kali pada kedua klien yang mengalami masalah keperawatan gangguan mobilitas
80
sebagai salah satu penerapan untuk mengatasi masalah gangguan mobilitas fisik
pada klien nyeri gout arhtritis. Hal ini dibuktikan dengan hasil pada saat
dilakukan pengkajian kedua klien pada Ny. S mengeluh nyeri dan kram bagian
lutut sedangkan pada Ny. N mengeluh sakit pada daerah persendian kaki kiri.
terdapat adanya perubahan nyeri gout arhtritis klien pertama dan kedua sama-
sama mengalami penurunan nyeri gout arhtritis yang sebelumnya kadar gout
arhtritis pada Ny. S 7,0 gdl dan kadar gout arhtritis pada Ny. N 7,5 gdl setelah
Evaluasi pada tanggal 31 Maret 2021 Ny. S dan Ny. N yaitu Ny. S
mengatakan sudah merasa nyaman pada bagian persendian kaki kiri dan tidak
terlihat tenang dan nyaman kadar asam urat 6,7 gdl dan pergerakan ekstremitas
dari skala 3 (sedang) menjadi skala 5 (meningkat), kekuatan otot dari skala 3
(sedang) menjadi skala 5 (meningkat), nyeri dari skala 3 (sedang) menjadi skala 5
mengatakan sudah tidak merasa nyeri pada bagian lutut, Ny. N tampak lebih
tenang kadar asam urat 7,0 gdl dan pergerakan ekstremitas dari skala 3 (sedang)
81
menjadi skala 5 (meningkat), kekuatan otot dari skala 3 (sedang) menjadi skala 5
(meningkat), nyeri dari skala 3 (sedang) menjadi skala 5 (meningkat), kaku sendi
dari skala 3 (sedang) menjadi skala 5 (meningkat), gerakan terbatas dari skala 2
intervensi dihentikan.
BAB 5
ANALISA SITUASI
Bumi Kabupaten Bangkalan. Desa Paseseh adalah salah satu desa yang
Timur. Desa paseseh merupakan salah satu dari 14 desa di wilayah Kecamatan
Bangkalan terdapat balai desa. Aktivitas yang sering dilakukan oleh warga
Bangkalan dekat dengan pantai dan mayoritas laki laki di desa paseseh
kepiting, kerang dan ikan. Sehinggan hasil dari nelayan tersebut dikonsumsi
oleh warga desa paseseh dan sebagian hasil pendapatan nelayan dijual ke
pasar.
81
Gout arthritis atau yang sering dikenal dengan asam urat atau radang sendi
adalah penyakit yang sering terjadi pada lansia (Gandari, 2019). Gout arthritis
82
82
dapat menimbulkan rasa nyeri, panas, bengkak, dan kaku pada persendian
yang disebabkan oleh kandungan gout arthritis yang berlebih dalam darah
faktor pencetus diantaranya pola makan dan kegemukan (Sari, 2017). Saat ini
kerang, keju, kacang tanah, dan sayuran buncis yang dapat memicu kadar
faktor primer dan faktor sekunder, faktor primer 99% nya belum diketahui
2013).
Hal ini sesuai dengan pengkajian Ny. S pada tanggal 23 maret Ny. S
mengalami sakit pada persendian kaki kiri terasa sakit saat melakukan aktifitas
bergerak aktif karena lutut terasa nyeri dan kram saat beraktifitas.
83
arthritis yaitu Usia, Faktor usia pada umumnya serangan gout arthritis yang
terjadi pada laki-laki mulai dari usia pubertas hingga usia 40-69 tahun,
sedangkan pada wanita serangan gout arthritis terjadi pada usia lebih tua dari
pada laki-laki, biasanya terjadi pada saat menopause. Karena wanita memiliki
gout arthritis melalui urin sehingga gout arthritis didalam darah dapat
terkontrol. Jenis kelamin pada laki-laki memiliki kadar gout arthritis yang
lebih tinggi dari pada wanita, sebab wanita memiliki hormon ektrogen.
Konsumsi purin yang berlebih, dapat meningkatkan kadar asam urat di dalam
rendah (kurang dari 2-3 g/hari) dan sejumlah obat diuretik, serta
antihipertensi.
Arthritis Di Paseseh
1. Implementasi
system pembakaran asam urat, kolestrol, gula darah, asam laktat, sistem
pembuatan elektrolit atau ozon dalam tubuh. Aktifitas olahraga ini akan
membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena melatih tulang tetap
84
bagi tubuh untuk rileks dan mengistirahatkan segenap aktivitas organ dan
Sikap relaksasi menjadi penting karena dapat meredakan rasa capek, lelah, dan
nyeri pada otot. Pemberian aktivitas olahraga fisik ini menjadi alternatif
ergonomis.
2. Evaluasi
arthritis. Hal ini dibuktikan dengan hasil yang mana pada saat pengkajian Ny.
S mengeluh sakit pada bagian sendi kaki, sedangkan pada Ny. N mengalami
nyeri dan kram pada bagian lutut. Namun setelah kedua kien mendapatkan
terapi senam ergonomis selama 7 hari dengan 8 kali pertemuan Ny. S dan Ny.
gangguan mobilitas fisik pada klien. Penurunan kadar gout arthritis Ny. S dari
7,0 menjadi 6,7 dan Ny. N 7,5 menjadi 7,0, yaitu perbedaan antara Ny. S turun
0,3 dan Ny. N turun 0,5. Dikarenakan Ny. S masih sering tidak mengontrol
makanan.
Dalam penelitian ini kelemahan atau keterbatasan yang dihadapi oleh peneliti
adalah :
untuk melakukan tindakan senam ergonomis dan pada saat peratama kali
2. Peneliti mengatur jadwal kepada kedua klien agar bisa dilakukan tindakan
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
mengenai penerapan senam ergonomis pada Ny. S dan ny. N dengan masalah
persendian kaki kiri terasa sakit saat melakukan aktifitas yang berlebihan
dan Ny. N skala nyeri 4 hilang timbul. Sedangkan klien 2 Ny. N memiliki
keluhan sulit bergerak aktif karena lutut terasa nyeri dan kram saat
Kabupaten Bangkalan.
3. Intervensi yang diberikan pada kedua klien berlandaskan pada buku SLKI
mobilitas fisik.
86
87
penerapan senam ergonomis pada Ny. S dan Ny. N selama 7 kali terapi
dalam 8 kali pertemuan selama kurang dari 30 menit, dimana pada hari
7,0 gdl dan pada Ny. N adalah 7,5 gdl, maka setelah dilakukan pemebrian
senam ergonomis dalam 7 hari nyeri kadar gout arthritis Ny. S menjadi
B. Saran
Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan referensi tambahan bagi petugas
ergonomis pada lansia nyeri gout arthritis dan menjadikan senam ergonomis
sebagai intervensi.
merawat klien lansia dan memperhatikan segala keluhan hingga klien dapat
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, M. A. (2019). Buku Ajar Konsep-Konsep dasar Dalam Keperawatan
Komunitas. Yogyakarta: Deepublish.
Berman, A., Synder, S.J., & Frandsen, G. (2016). Kozier & Erb’s Fundamentals
of Nursing: Concepts, process, and practice (Tenth Edition). New York:
Person Education, Inc.
Daley, Debra. 2015. 30 Menit Untuk Bugar & Sehat. Jakarta: Bhuana Ilmu
Populer.
Fitriana, Rahmatul. 2015. Cara Cepat Usir Asam Urat. Yogyakarta: Medika.
Naviri, Indah, dkk. (2019). Studi Kasus: Upaya Penurunan Nyeri Anggota
Keluarga Ny. P Penderita Penyakit Gout Arthritis. Fakultas Ilmu
Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Health Sciences
Journal. Vol. 3 (No. 2). 18 November 2020.
http://studentjournal.umpo.ac.id/index.php/HSJ
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Untari, Ida. 2018. Buku Ajar Keperawatan Gerontik: Terapi Ajar Tertawa &
Senam Lansia (Quality Of Life Elderly). Jurnal Keperawatan. Malang:
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah. Volume 3, Nomor
2 Juli 2012.
Warijan, dkk. 2020. Nursing Care Elderly Mrs. P And Mrs. R Using Arthritis
Gout Focus Of Pain Management In The Margo Mukti Social Service
Unit. Jurnal Studi Keperawatan. Vol. 1, No. 2. http://ejornal.pltekkes-
smg.ac.id/ojs/index.php/J-SiKep
Widuri, Hesti. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Lanjut Usia Diatanan Klinik.
Yogyakarta: Fitramaya
91
Lampiran 1
Surat Ijin Pengambilan Data Awal dan Penelitian
92
Lampiran 2
Surat Balasan Pengambilan Data Awal dan Penelitian
93
Lampiran 3
Lembar Persetujuan Mengikuti Penelitian
D. Kerahasiaan data
Data yang didapat dari responden akan dirahasiakan dan dapat di pertanggung
jawabkan oleh peneliti.
E. Kontak Peneliti
Jika terdapat pertanyaan responden dapat menghubungi kontak dibawah ini :
Kontak peneliti : 082331325911
Saksi 1 Saksi 2
(..................................)
(...........................................)
95
Lampiran 4
Lembar Informasi Untuk Responden
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
b. Riwayat Penyakit
d. Pemeriksaan Fisik
A : Tidak di kaji
Thoraks I : Simetris kanan dan kiri, tidakI : Simetris kanan dan kiri,
ada nafas yang tertinggal, tidak tidak ada nafas yang
ada penggunaan otot bantu nafas tertinggal, tidak ada
P : Tidak ada nyeri tekan penggunaan otot bantu nafas
P : sonor P : Tidak ada nyeri tekan
A : vesikuler P : sonor
A : vesikuler
Abdomen I : Datar, tidak ada lesi. Tidak I : Datar, tidak ada lesi.
ada edema Tidak ada edema
P : Tidak ada nyeri tekan P : Tidak ada nyeri tekan
P:Terdengar bunyi timpani P : Terdengar bunyi timpani
A : Terdengar suara peristaltik A : Terdengar suara
usus peristaltik usus
Ekstermitas I : Antara ekstermitas atas I : Antara ekstermitas atas
atas kanan dan kiri simetris, tidak kanan dan kiri simetris,
ada edema, jari tangan lengkap tidak ada edema, jari tangan
kanan dan kiri 10 jari lengkap kanan dan kiri 10
P : Tidak ada nyeri tekan jari
P : ROM aktif 5/5 P : Tidak ada nyeri tekan
A : Tidak dikaji P : ROM aktif 5/5
A : Tidak dikaji
Ekstermitas I : Antara ekstermitas bawah I : Antara ekstermitas
bawah kanan dan kiri simetris, tidak bawah kanan dan kiri
terdapat luka, jari kaki lengkap simetris, tidak terdapat luka,
kanan dan kiri 10 jari jari kaki lengkap kanan dan
P : nyeri lutut kiri 10 jari
P : ROM terbatas 4/4 P : nyeri lutut
A : Tidak dikaji P : ROM tidak begitu aktif
4/4
A : Tidak dikaji
Keterangan : Pada pemeriksaan fisik, bagian ekstermitas atas Ny. S dan Ny. N
5/5 yang artinya otot normal dan ekstermitas bawah Ny. S dan Ny. N 4/4
artinya bisa melawan tahan lama
2 Bantuan kecil (1
orang)
3 Mandiri 3 3
5 Naik turun tangga 0 Tidak mampu
1 Membutuhkan
bantuan (alat
bantu)
2 Mandiri 2 2
6 Berpakaian (Dressing) 0 Tidak mampu
1 Membutuhkan 1
bantuan (untuk
mengancing
baju)
2 Mandiri 2
7 Mengontrol berkemih 0 Inkontinensia
tidak terkontrol
1 Kadang
inkontinensia
(maks 1x24
jam)
2 Inkontinensia 2 2
(teratur)
8 Mengontrol defekasi 0 Inkontinensia
(tidak
teratur/perlu
enema)
1 Kadang
Inkontinensia
(1x seminggu)
2 Inkontinensia 2 2
(teratur)
9 Mandi (bathing) 0 Tergabtubg
orang lain
1 mandiri 1 1
10 Perawatan diri 0 Membutuhkan
(Grooming) bantuan orang
lain
1 Tidak 1 1
membutuhkan
bantuan orang
lain
Total 20 19
Dari hasil penilaian indeks barthel menunjukan bahwa Ny. S
Keterangan :
20: Mandiri
Interpretasi :
Tabel 5 penilaian MMSE (Mini Mental State Exam): menguji aspek kognitif
Rw Rw
004 004
5) Lantai : 5) Lantai :
1 1
3 Sebutkan 3 1) Kursi 3 1) Kursi 1) Kur 3 3
nama objek 2) Meja 2) Meja si
(misal : kursi, 3) Kertas 3) Kertas 2) Mej
meja, kertas), a
kemudian 3) Kert
ditanyakan as
kepada klien,
Menjawab :
Kursi :
Meja :
Kertas :
4 Meminta 1) 93 5 1) 93 1) 93 4 3
klien 2) 86 2) 86 2) 84
berhitung 3) 79 3) 79 3) 79
mulai dari 4) 72 4) 71 4) 72
100 5) 65 5) 65 5) 65
kemudian
kurangi 7
sampai 5
tingkat.
Jawaban :
1. 93
2. 86
3. 79
4. 72
5. 65
5 Minta klien 1) Kursi 3 1) Kursi 3 1) Kursi 3
untuk 2) Meja 2) Meja 2) Meja
109
taruh laci
9 Perinthakan Pasien 1 Pasien 1 Pasien 1
pada klien menutup mata menutup menutup
untuk hal mata mata
berikut “tutup
mata anda”
10 Perintahkan Saya suka 1 1 1
klien menulis memasak
satu kalimat
11 Perintahkan 1 1 1
kepada klien
untuk
menuliskan
kalimat dan
menyalin
gambar
Total Nilai 30 26 25
Berdasarkan penilaian kognitif fungsi mental dari Ny.S pasien 1 memiliki
skor 26 yang berarti pasien tidak gangguan kognitif, sedangkan Ny. N
pasien 2 memiliki skor 25 yang berarti pasien tidak gangguan kognitif.
Interpretasi:
3 4 Total
Berdasarkan penilaian tingkat depresi pada Ny. S memilikipenilaian 3
yaitu klien tidak depresi atau depresi minimal, sedangkan Ny. N memiliki
jawaban pertanyaan sesuai dengan indikasi poin 1 (nilai 1 poin untuk setiap
respon yang cocok dengan jawaban ya atau tidak setelah pertanyaan). Nilai 5
Interpretasi :
k. Analisa Data
Ny. S (Pasien 1)
No Data Fokus Etiologi Masalah
1 DS : Penurunan Gangguan
a. Ny. S mengatakan kekuatan otot mobilitas
persendian kaki kiri fisik
terasa sakit dan kaku
b. Ny. S Mengeluh nyeri
saat melakukan
aktifitas yang
berlebihan
DO :
115
a. Ny. S terkadang
memegang persendian
kaki kiri saat pengkajian
b. Ny. S tampak meringis
c. Terlihat bengkak di
sekitar kaki kiri.
d. TTV :
Tekanan Darah : 120/80
mmHg
Nadi : 74 x/menit
Pernafasan/RR : 24
x/menit
Suhu : 36,5 ˚C
e. Kesadaran :
Composmentis
f. Kekakuan otot : Menurun
g. Nilai skala kekuatan otot :
h. Anggota gerakan atas :
5/5
Gerakan bawah : 4/4
2 DS Kondisi Nyeri kronis
a. Ny. S mengatakan lutut muskuloskeletal
kirinya nyeri karena gout kronis
arthritis semenjak 6 bulan
yang lalu.
P : Nyeri karen gout arthritis
Q : Ditusuk-tusuk
R : kaki kiri
S:4
T : Hilang timbul
DO
b. Kadar asam urat 1 bulan
yang lalu 7,5 g/dl
c. Ny. S kadang memegang
persendian kaki kiri saat
pengkajian
d. Ny. S tampak meringis
e. Terlihat bengkak di
sekitar lutut kiri.
3 DS Kurang terpapar Defisit
a. Ny. S mengatakan informasi pengetahuan
terkadang saat nyeri
hanya membeli obat di
apotik untuk
menurunkan nyerinya
b. Ny. S tidak tau
bagaimana cara
mengatasi nyeri
116
lututnya
DO :
a. Ny. S tampak bingung
saat ditanya tentang
gout arthritis dan
bagaimana cara
pelaksanaan terapinya
b. Ny. S makan-makanan
bersantan ,gorengan,
kacang-kacangan,
kecambah, jerohan,
kerang dan juga daun
singkong
Ny. N (Pasien 2)
No Data Fokus Etiologi Masalah
1 DS : Penurunan Gangguan
a. Ny. N mengatakan sulit Kekuatan otot mobilitas
bergerak aktif karena fisik
lutut terasa nyeri dan
kram saat beraktifitas.
DO :
a. Ny. N terkadang
memegang lututnya saat
sesekali
b. Ny. N tampak meringis
c. Terlihat adanya
kemerahan dan bengkak
di sekitar lutut kanan
d. TTV :
Tekanan Darah : 110/70
mmHg
Nadi : 86 x/menit
Pernafasan/RR : 22
x/menit
Suhu : 36,7 ˚C
e. Kesadaran :
Composmentis
f. Kekakuan otot : Menurun
g. Nilai skala kekuatan otot :
Anggota gerakan atas :
5/5
Gerakan bawah : 4/4
2 DS Kondisi Nyeri kronis
a. Ny. N mengatakan nyeri muskuloskeletal
karena gout arthritis sejak kronis
1 tahun yang lalu
P : Nyeri karena gout
117
arthritis
Q : Kram dan nyeri
seperti tertususk-tusuk
R : Lutut Kanan
S:5
T : Hilang timbul
DO
h. Kadar gout arthritis 3
minggu yang lalu 8,0 g/dl
i. Ny. N terkadang
memegang lututnya saat
sesekali
j. Ny. N tampak meringis
k. Terlihat adanya
kemerahan dan bengkak
di sekitar lutut
3 DS : Kurang terpapar Defisit
a. Ny. N mengatakan belum informasi pengetahuan
mengetahui tentang gout
arthritis
b. Ny. N mengatakan tidak
tau bagaimana cara
menangani nyerinya dan
Ny. N hanya membeli
obat nyeri diapotik.
c. Ny. N mengatakan belum
tau tentang terapi non
farmakologis pada gout
arthritis
DO :
a. Ny.N tampak bingung
saat ditanya tentang gout
arthritis dan tidak tau
tentang cara menangani
penyakitnya
b. Ny. N sering bertanya
tentang mengapa lututnya
sering terasa sakit dan
kram
c. Ny. N memakan makanan
apa saja tanpa mengonrol
makanan dan meminum
kopi 1 minggu 2 kali
l. Diagnosis Keperawatan
Tabel 12 Diagnosa Prioritas
No. DIAGNOSA KEPERAWATAN
118
Ny. S (Pasien 1)
1. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Penurunan Kendali
Otot di tandai dengan Ny. S mengeluh persendian kaki kiri terasa
sakit dan kaku, nyeri saat melakukan aktifitas yang berlebihan
(D.0054).
m. Intervensi Keperawatan
n. Implementasi
Tabel 4.18 Implementasi
Ny. S (Pasien 1)
Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Penurunan Kendali Otot di
tandai dengan Ny. S terasa sakit dibagian persendian kaki kiri pada saat
melakukan aktifitas yang berlebihan
Hari ke-1, Sabtu
27 Maret 2021
09.00 1. Memberikan salam
R/ klien kooperatif dan menjawab salam
09.05 2. Membina hubungan saling percaya dengan klien
R/ klien kooperatif dan hubungan terapeutik terajalin dengan
baik
09.10
3. Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
R/ klien mengatakan terasa sakit dibagian persendian kaki kiri
09.20 pada saat melakukan aktifitas yang berlebihan
09.05 2. Memonitor kadar asam urat dan tanda-tanda vital klien sebelum
diberikan tindakan senam ergonomis
R/ gout arhtritis 7,0 gdl, tekanan darah : 120/80 mmHg, nadi :
74 x/menit, pernafasan/RR : 24 x/menit, suhu : 36,5 ˚C
09.10 3. Memberikan penerapan senam ergonomis
R/ klien kooperatif tampak bisa melakukan gerekan ke 1,2,3 dan
4 namun klien tampak kesusahan saat melakukan senam gerakan
ke 5 yaitu kedua telapak kaki dihamparkan ke belakang (duduk
pembakaran) dan gerakan ke 6 rebahkan tubuh kebelakang
(gerakan berbaring pasrah)
09.25
4. Menanyakan kepada klien bagaimana perasaannya setelah
diberikan senam ergonomis
R/ klien mengatakan setelah melakukan senam ergonomis jadi
lebih tenang dan merasa sedikit nyaman
09.30
5. Melakukan kontrak waktu kepada klien untuk melakukan
tindakan senam ergonomis pada besok hari
R/ klien kooperatif dan mau melakukan tindakan senam
ergonomis besok hari
Hari ke-3, Senin
29 Maret 2021
09.00 1. Memberikan salam
R/ klien kooperatif dan menjawab salam
09.05 2. Memberikan penerapan senam ergonomis
R/ klien kooperatif dan klien tampak sedikit kesusahan saat
melakukan senam gerakan ke 5 yaitu kedua telapak kaki
dihamparkan ke belakang (duduk pembakaran) dan gerakan ke 6
yaitu rebahkan tubuh kebelakang (gerakan berbaring pasrah)
09.20
3. Menanyakan kepada klien bagaimana perasaannya setelah
diberikan senam ergonomis
R/ klien mengatakan setelah melakukan senam ergonomis jadi
lebih lumayan nyaman
09.25
4. Melakukan kontrak waktu kepada klien untuk melakukan
tindakan senam ergonomis pada besok hari
R/ klien kooperatif dan mau melakukan tindakan senam
ergonomis besok hari
Hari ke-4, Selasa
30 Maret 2021
09.00 1. Memberikan salam
R/ klien kooperatif dan menjawab salam
09.05
121
02 April 2021
09.00 1. Memberikan salam
R/ klien kooperatif dan menjawab salam
09.05 2. Memberikan penerapan senam ergonomis
R/ klien kooperatif dan klien tampak sudah lumayan bisa
melakukan gerakan ke 6 yaitu rebahkan tubuh kebelakang
09.20 (gerakan berbaring pasrah)
o. Evaluasi Keperawatan
Tabel 15 Evaluasi Keperawatan
No Hari/Tanggal/ Evaluasi Paraf
Jam Ny. S (Pasien 1)
L
1. Minggu 04 S : Klien mengatakan sudah merasa nyaman
April 2021 pada bagian persendian kaki kiri dan tidak
09.00 seperti waktu sebelum dilakukan pemberian
senam ergonomis
127
O:
a. Klien tampak terlihat tenang dan
nyaman
b. Kadar asam urat 6,7 gdl
c. Tekanan darah : 120/70 mmHg
d. Nadi : 74 x/menit
e. Pernafasan/RR : 24 x/menit
f. Suhu : 36,5 ˚C
P : Intervensi dihentikan
Ny. N (Pasien 2)
L
2. Minggu 04 S : Klien mengatakan sudah tidak merasa nyeri
april 2021 pada bagian lutut
09.20
O:
a. Klien tampak lebih tenang
b. Kadar asam urat 7,0 gdl
c. Tekanan darah : 110/70 mmHg
d. Nadi : 86 x/menit
e. Pernafasan/RR : 22 x/menit
f. Suhu : 36,7 ˚C
P : Intervensi dihentikan
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan tindakan
5) Menanyakan kesiapan pasien
menit
kebawah
7. Jangan terlalu memaksakan diri, baik rebahnya maupun
bangunnya.
Mengetahui,
Ketua Program Studi Profesi Ners
Lembar Sertifikat
134