Oleh:
NAJMIYATU ZUHRIYAH
NIM.1120021155
DOSEN PEMBIMBING
Oleh:
NAJMIYATU ZUHRIYAH
NIM.1120021155
DOSEN PEMBIMBING
i
ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN PENERAPAN RELAKSASI BENSON UNTUK MENGATASI
NYERI POST OPERASI CA RECTUM RS DARMO SURABAYA
Oleh :
NAJMIYATU ZUHRIYAH
NIM. 1120021155
ii
LEMBAR PENGESAHAN NASKAH KARYA ILMIAH AKHIR
1. Ketua Penguji :
Chilyatiz Zahro, S.Kep.Ns., M.Kep :………………………….
NPP : 1104811
2. Penguji I
Iis Noventi, S.Kep.Ns., M.Kep :…………………………..
NPP : 18011174
3. Penguji II
Arif helmi Setiawan, S.Kep.Ns., M.Kep :…………………………..
NPP : 9904626
Mengetahui.
Ka. Prodi S1 Profesi Ners
iii
PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya Ilmiah Akhir ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik
yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Tanggal :
iv
LEMBAR PERSETUJUAN
Mengetahui.
Ka. Prodi S1 Profesi Ners
v
LEMBAR PENGESAHAN
PADA TANGGAL,
Oleh :
Pembimbing
Mengetahui,
Ka. Program Studi Profesi Ners
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Non-ekslusive ini Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Nahdlatul
Ulama Surabaya berhak menyimpan, mengalihkan media/formatkan, mengolah
dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan Tugas
Akhir saya selama tetap menCantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan
sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Surabaya
Pada Tanggal :
Yang menyatakan,
Najmiyatu Zuhriyah
NIM. 1120021155
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah serta karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan Karya Ilmiah
Akhir ini dengan judul “Analisis Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Penerapan Relaksasi Benson Untuk Mengatasi Nyeri Post Operasi Ca Rectum RS
Darmo Surabaya” Sebagai salah satu persyaratan Akademik dalam rangka
menyelesaikan Program Pendidikan Profesi Ners di Universitas Nahdlatul Ulama
Surabaya. Penulisan Karya Ilmiah Akhir ini tidak lepas dari bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, baik materi, moral maupun spritual. Oleh karena
itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal dan perbuatan
yang telah diberikan. Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah Akhir ini
memerlukan masukan agar penelitian dapat dilaksanakan, sehingga peneliti
mengharapkan masukan dan saran. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis maupun pihak lain yang membutuhkannya.
Surabaya, 20 Januari
20223 Penulis
Najmiyatu Zuhriyah
viii
ABSTRAK
Oleh
Najmiyatu Zuhriyah
ix
ABSTRACT
By
Najmiyatu Zuhriyah
Pain after colorectal cancer surgery has an impact on the physical, psychological,
social, and spiritual. So efforts are needed to overcome this. Several non-
pharmacological techniques such as distraction, relaxation and guided imagery,
can help reduce perceptions of pain by providing appropriate coping strategies,
so that they can tolerate acute pain, reduce anxiety, and increase the effectiveness
of analgesic therapy. The purpose of this study was to analyze nursing care for
patients with the application of benson relaxation to treat postoperative pain in
the rectum cavity at Darmo Hospital, Surabaya. The research method used was a
case study with 1 female patient after rectal cancer surgery, aged 80 years.
Instruments in data collection used the format of systemic nursing care through
interviews, observations and physical examinations. The assessment was carried
out on September 26, 2022. To measure pain, the VAS format was used according
to the format of the hospital for treatment. The intervention used to treat pain is
benson relaxation. Implementation was carried out for 3 days from 26 to 29
September 2022 by using a guide SDKI, SLKI and SIKI. After being given an
intervention for 3x24 hours with Benson relaxation carried out for 10 minutes 1
time per shift. The results of the evaluation found that there was a decrease in
pain with signs that the patient looked calm and relaxed, the patient was able to
carry out independent activities and vital signs were within normal limits. Giving
benson relaxation can reduce pain in patients post rectal Ca surgery.
Key words: rectum Ca, post surgery, nursing care, benson relaxation
x
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4
C. Tujuan ................................................................................................. 4
1. Tujuan Umum .................................................................................. 4
2. Tujuan Khusus.................................................................................. 4
D.Manfaat ................................................................................................. 5
1. Manfaat Bagi Penulis ....................................................................... 5
2. Manfaat Bagi Profesi Keperawatan ................................................. 5
3. Manfaat Bagi Rumah Sakit .............................................................. 6
xi
B. Konsep Nyeri ....................................................................................... 20
1. Pengertian Nyeri Akut ..................................................................... 20
2. Etiologi Nyeri Akut .......................................................................... 20
3. Patofisiologi Nyeri ........................................................................... 21
4. Faktor yang Mempengaruhi Nyeri Akut .......................................... 22
4. Pengukuran Intensitas Nyeri ............................................................ 23
6. Tanda dan Gejala ............................................................................. 25
C. Konsep Relaksasi Benson..................................................................... 26
1. Pengertian Relaksasi Benson............................................................ 26
2. Komponen Relaksasi Benson........................................................... 27
3. Cara Kerja Relaksasi Benson............................................................ 28
4. Manfaat Relaksasi Benson................................................................ 30
5. Langkah-langkah Terapi Relaksasi Benson...................................... 30
6. EBN dalam Mengatasi Nyeri............................................................ 31
D. Konsep Asuhan Keperawatan............................................................... 35
1. Pengkajian......................................................................................... 35
2. Diagnosa Keperawatan..................................................................... 40
3. Intervensi Keperawatan.................................................................... 40
4. Implementasi Keperawatan............................................................... 46
5. Evaluasi Keperawatan....................................................................... 46
BAB 5 PEMBAHASAN
A. Analisa Proses Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Penerapan
Relaksasi Benson Untuk Mengatasi Nyeri Post operasi Ca Rectum di
RS Darmo Surabaya..............................................................................
...........................................................................................................60
B. Analisis Pengaruh Penerapan Relaksasi Benson Untuk Mengatasi
Nyeri Post Operasi Ca Rectum di RS Darmo Surabaya.......................
...........................................................................................................62
BAB 6 PEMBAHASAN
A. Kesimpulan........................................................................................... 65
B. Saran .................................................................................................... 66
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kanker rektum merupakan keganasan pada rektum yang terjadi akibat timbul
2016). Faktor risiko terjadinya kanker rektum adalah usia, ras, jenis kelamin,
riwayat keluarga, aktivitas fisik, diet, merokok, konsumsi alkohol, dan diabetes
(Rahdi DR, 2015). Lebih dari 30% kasus kanker rektum di Indonesia ditemukan
pada pasien yang berusia 40 tahun atau lebih muda (American Cancer Society,
2015). Penanganan yang dapat dilakukan pada kanker rektum adalah kemoterapi
dan pembedahan atau prosedur operasi. Akan tetapi dampak dari adanya prosedur
pembedahan adalah nyeri akut. Adanya pemutusan pada kontinuitas kulit dan
jaringan akan merangsang respon nyeri pasien. Rasa nyeri pasien juga dipengaruhi
oleh berbagai faktor, termasuk psikologi dari pasien (Yodang dan Nuridah, 2021).
Nyeri post operasi kanker kolorektal berdampak pada fisik, psikologis, sosial, dan
spiritual.
ketakutan, depresi dan juga kecemasan. Dampak sosial yaitu penurunan hubungan
menderita, gangguan arti dan tujuan hidup, gangguan dalam keyakinan religius
(Gehdoo, 2016).
Kanker rektum adalah kanker ketiga yang banyak terjadi didunia dengan
presentasi 11,2% atau 1.849.518 kasus dari jumlah seluruh penderita kanker
2
diseluruh dunia, dan kanker kedua dengan jumlah kematian 9.2% atau 880.792 di
tahun 2018. Dalam kurun waktu 5 tahun terjadi 1.021.005 kasus di Asia dengan
43.324 kasus baru setiap tahunnya. Di Indonesia, kanker rektum adalah kanker yang
sering terjadi baik pada pria dan wanita, prevalensi tahun 2013 sampai 2018 terjadi
32.069 kasus dengan 14.112 kasus baru di tahun 2018 (The Global Cancer
Observatory, 2019). Hasil survei RISKESDAS, kanker kolorektal ada sebanyak 5,7%
dari semua jenis kanker di Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2018
penyakit kanker yang diderita pasien rawat inap di seluruh rumah sakit di Indonesia
dengan jumlah kasus sebanyak 1.810 (Sayuti & Nouva, 2019). Sebanyak 80% pasien
paska operasi mengalami nyeri (Yin et al, 2020). Nyeri pasien kanker rektal dengan
dan pinggang (8.7%). Kanker rektum di Rumah Sakit Darmo Surabaya mencapai 34
pasien dalam kurun waktu Januari - November 2022 dengan tindakan operasi 25
sehingga merangsang pengeluaran mediator radang dan merespon nyeri. Nyeri yang
nyeri sebelumnya. Nyeri adalah pengalaman sensori atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat
dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan (PPNI,
2018). Hasil penelitian menunjukkan insidensi nyeri pada post operasi kanker rektum
sejumlah 28% dari penderita kanker pada awal diagnosis dan akan meningkat menjadi
3
40% hingga 80% apabila tidak dilakukan penanganan segera (Mercadante, 2017).
berkemih/ buang air besar (38.7%), tidur (8.7%), dan hal lain seperti diet, stres dan
Penatalaksanaan nyeri paska operasi yang tidak tepat dan akurat dapat
secara farmakologis efektif untuk nyeri sedang dan berat. Pemberian farmakologi
nyeri dapat berkurang serta masa pemulihan tidak memanjang. Beberapa teknik
dalam dengan melibatkan faktor keyakinan pasien yang dapat menciptakan suatu
kesehatan dan kesejahteraan lebih tinggi. Relaksasi benson bekerja dengan cara
nyaman serta tubuh yang rileks maka tubuh akan meningkatkan proses analgesia
endogen hal ini diperkuat dengan adanya kalimat yang memiliki efek
4
dapat mengurangi tingkat stress, kecemasan, rasa tidak nyaman, dan juga dapat
operasi biasanya diikuti dengan cemas, takut, dan depresi. Reaksi emosional ini
intervensi managemen nyeri akut pada dengan penerapan relaksasi benson untuk
B. Rumusan Masalah
Melihat banyaknya orang dengan post operasi Ca rectum serta uraian latar
belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk membuat tulisan tentang “
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Menganalisis asuhan keperawatan pada pasien dengan penerapan relaksasi
2. Tujuan khusus
Darmo Surabaya.
Darmo Surabaya.
Darmo Surabaya.
pasien dengan penerapan relaksasi benson untuk mengatasi nyeri post operasi
Darmo Surabaya.
D. Manfaat
terutama pada pasien dengan nyeri post operasi Ca rectum RS Darmo Surabaya.
6
dapat meningkat.
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Ca Rectum
1. Definisi
Kanker rektum adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas didalam permukaan
usus besar atau rektum. Kanker rektum merupakan salah satu dari keganasan pada
kolon dan rektum yang khusus menyerang bagian rektum yang terjadi akibat
Kanker rektum adalah pertumbuhan sel abnormal atau maligna pada daerah
rektum. Kanker rectum adalah keganasan yang terjadi pada bagian rectum.
Biasanya kanker rectum secara teori tergabung dengan kanker kolon, yang disebut
kanker kolorectal ( Muttaqin & Sari, 2014). Kanker kolorectal (KKR) adalah
keganasan yang berasal dari jaringan usus besar terdiri dari kolon yang merupakan
bagian terpanjang dari usus besar dan atau rectum yang merupakan bagian kecil
Fungsi utama dari rektum dan kanali anal ialah untuk mengeluarkan masa
feses yang terbentuk di tempat yang lebih tinggi dan melakukan hal tersebut
dengan cara yang terkontrol. Rektum dan kanalis anal tidak begitu beperan dalam
proses pencernaan, selain hanya menyerap sedikit cairan. Selain itu sel-sel goblet
masa feses. Pada saat rektum tidak berisi feses hal ini sebagian diakibatkan
adanya otot sfingter yang tidak begitu kuat terdapat pada rectosigmoid junction
8
kirakira 29 cm dari anus. Terdapatnya lekukan tajam dari tempat ini juga member
feses ke arah rektum, secara normal hasrat defekasi akan timbul, yang ditimbulkan
oleh reflek kontraksi dari rektum dan relaksasi dari otot sfingter. Feses tidak
keluar secara terus-menerus dan sedikit demi sedikit dari anus berkat adanya
kontraksi tonik otot sfingter ani interna dan externa (Paulista, 2017).
9
3. Etiologi
predisposisi lain mungkin berkaitan dengan kebiasaan makan. Hal ini karena
Kanker rektum terjadi serkitar sepuluh kali lebih banyak pada penduduk wilayah
terjadinya kanker rectum menurut (Smeltzer, Burke, Hinkle & Cheever, 2010)
sebagai berikut:
a. Diet rendah serat Kebiasaan diet rendah serat adalah faktor penyebab utama,
(Price Sylvia A, 2012) mengemukakan bahwa diet rendah serat dan kaya
karsinogenik dalam feses yang bervolume lebih kecil. Selain itu masa transisi
d. Polip (colorectal polyps) Polip adalah pertumbuhan sel pada dinding dalam
kolon atau rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas.
10
Sebagian besar polip bersifat jinak (bukan kanker), tapi beberapa polip
f. Riwayat kanker pribadi Orang yang sudah pernah terkena kanker kolorectal
dapat terkena kanker kolorectal untuk kedua kalinya. Selain itu, wanita
mempunyai tingkat risiko yang lebih tinggi untuk terkena kanker rektum.
g. Riwayat kanker rektal pada keluarga Jika mempunyai riwayat kanker rekti
h. Faktor gaya hidup Orang yang merokok, atau menjalani pola makan yang
tinggi lemak dan sedikit buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat risiko
yang lebih besar terkena kanker kolorectal serta kebiasaan sering menahan
i. Usia di atas 50 Kanker rektum biasa terjadi pada mereka yang berusia lebih
tua. Lebih dari 90 persen orang yang menderita penyakit ini didiagnosis
3. Patofisiologi
usus). Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta
merusak jaringan normal serta meluas kedalam struktur sekitarnya. Sel kanker
dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar kebagian tubuh yang lain (paling
11
perubahan pada struktur dan fungsi sel menjadi bersifat maligna. Maligna
maligna diduga mempunyai sedikitnya tiga tahapan proses seluler yaitu inisiasi
merupakan perubahan dalam bahan genetika yang memicu sel menjadi ganas,
promosi yaitu perubahan sel menjadi ganas dan progresi yaitu tahap akhir
Kanker kolorektal dapat timbul melalui interaksi yang kompleks antara dua
faktor yaitu faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik biasanya pada kasus
Risiko kanker kolorektal meningkat pada masyarakat yang bermigrasi pada daerah
yang insidensnya tinggi sehingga akan berpengaruh pada perbedaan pola makan.
Makanan yang mengandung lemak hewani terutama dari daging merah akan
diberikan diet lemak tinggi akan terjadi proliferasi kolonosit dan pembentukan
akan memiliki insidens kanker kolorektal yang rendah. Kebiasaan minum alkohol
akan meningkatkan 2-3 kali lipat kejadian kanker kolorektal. Adapun penyakit
2014).
dan mencari bantuan kesehatan hanya bila mereka menemukan perubahan pada
kebiasaan defekasi atau perdarahan rektum. Gejala sangat ditentukan oleh lokasi
kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus tempat kanker berlokasi. Gejala
yang paling menonjol adalah (Smeltzer, Burke, Hinkle & Cheever, 2015):
d. Anoreksia
f. Keletihan
Gejala yang dihubungkan dengan lesi rectal adalah evakuasi feses yang tidak
serta feses berdarah. Pertumbuhan pada sigmoid atau rectum dapat mengenai
radiks saraf, pembuluh limfe, atau vena menimbulkan gejala gejala pada tungkai
atau perineum, hemoroid, nyeri pinggang bagian bawah, keinginan defekasi, atau
sering berkemih dapat. timbul sebagai akibat tekanan pada alat-alat tersebut.
13
bila membesar atau invasi menembus dinding usus dan kelenjar-kelenjar regional,
2015).
5. Klasifikasi Ca Rektum
b. Stadium I Kanker telah menembus membran basal hingga lapisan kedua atau
c. Stadium II Kanker telah menembus jaringan serosa dan menyebar keluar dari
d. Stadium III Kanker telah menyebar pada kelenjar getah bening terdekat tetapi
6. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
a. FeCal occulat blood test Pemeriksaan darah samar pada feses di bawah
mikroskop
7. Deteksi dini
survial dan menurunnya tingkat morbiditas dan mortalitas para penderita kanker
awal, maka peluang untuk sembuh dari penyakit semakin besar. Terdapat berbagai
macam Cara untuk mendeteksi adanya kanker kolorektal pada pasien, diantaranya
keutuhan sfingter ani dan menetapkan ukuran dan derajat fiksasi tumor pada
rektum 1/3 tengah dan distal. Terdapat 2 gambaran khas pemeriksaan colok
1) Suatu pertumbuhan awal yang teraba sebagai indurasi seperti cakram yaitu
suatu plateau kecil dengan permukaan yang licin dan berbatas tegas.
3) Suatu bentuk khas dari ulkus malina dengan tepi noduler yang menonjol
cincin
b. Screening
Screening kanker kolorektal adalah proses mencari sel kanker atau prakanker
pada orang yang tidak memilki gejala penyakit. Dari waktu sel-sel abnormal
yang dilakukan secara rutin dapat mencegah kanker kolorektal. Hal ini
berubah menjadi sel kanker. Proses screening juga dapat digunakan untuk
menemukan sel kanker sedini mungkin, sehingga kanker berpeluang besar untuk
sembuh. Screening dapat dilakukan secara rutin pada usia 50 tahun, pada orang
yang memiliki riwayat keluarga terkena kanker, dan orang yang memilki faktor
resiko kanker.
c. Flexible Sigmoidoscopy
Proses ini dilakukan dengan melihat salah satu bagian dari usus besar dan
rektum dengan sigmoidoscopy fleksibel, alat ini memiliki lampu pada tabung
yang berukuran setebal jari dengan kamera kecil pada ujung alat. Alat ini
dimasukkan melalui rektum dan bagian bawah usus besar. Gambar itu akan
dapat melihat bagian dalam rektum dan usus besar untuk mendeteksi kelainan
16
seluruh rektum tetapi hanya dapat melihat setengah bagian dari usus besar.
digunakanuntuk menguraikan bagian dalam usus besar dan rektum untuk mencari
daerah yang mengandung sel abnormal. Jika terdapat daerah yang mencurigakan
pada tes ini yang dilihat menggunakan sinar X maka dilakukan tes colonoscopy
untuk mengetahui penyakit lebih lanjut. Dengan kata lain tes ini hanya dapat
e. CT-Scan
Jika pada tes sinar X, gambar yang diambil hanya dari satu arah. Pada CT-Scan,
terdapat banyak gambar yang dapat diambil dari berbagai arah. Lalu
gambargambar irisan bagian tubuh ini akan digabungkan untuk dipelajari kembali
oleh dokter. Terdapat dua jenis CT colonography, yaitu dengan dua dimensi dan
tiga dimensi. Tes ini memungkinkan dokter mencari polip atau kanker.
f. Colonoscopy
Pada tes ini, dokter melihat seluruh panjang usus besar dan rektum dengan
video di ujung yang terhubung ke display sehingga dokter dapat melihat dan
meneliti bagian dalam usus besar. Dengan alat colonoscopy dapat dilakukan
Tes ini untuk mencari darah samar (darah yang tidak dapat dilihat dengan
mata telanjang) dalam tinja. Tes ini dilakukan karena jika seseorang terkena
polipatau kanker kolorektal maka pembuluh darah di permukaan sering rapuh dan
h. Carcinoembryonic
Antigen (CEA) adalah zat yang ditemukan dalam darah beberapa orang yang
sudah terkena kanker kolorektal. Dokter menggunakan tes ini untuk mengetahui
8. Penatalaksanaan
emergensi maka akan menjadi lebih tinggi mortalitasnya. Sepertiga pasien yang
waktu harapan hidup. Oxalipatin analog platinum juga dapat memperbaiki respon
a. Stadium I:
Eksisi transanal atau reseksi transabdomen + teknik TME bila resiko tinggi,
observasi.
b. Stadium IIA-IIIC:
short course), reseksi transabdominal (AR atau APR) dengan teknik TME dan
25x), reseksi trans-abd resection + teknik TME bila memungkinkan dan adjuvant
medis inoparabel):
f. Pembedahan
Tindakan bedah terdiri atas reseksi luas karsinoma primer dan kelenjar limfe
regional. Bila sudah terjadi metastasis jauh, tumor primer akan di reseksi juga
g. Kolostomi
Kolostomi adalah pembuatan lubang sementara atau permanen dari usus besar
melalui dinding perut dengan tindakan bedah bila jalan ke anus tidak bisa
berfungsi, dengan cara pengalihan aliran feses dari kolon karena gangguan fungsi
h. Radiasi
terapi radiasi, yaitu dengan radiasi eksternal dan radiasi internal. Radiasi eksternal
tinggi secara tepat diarahkan pada sel karsinoma. Terapi radiasi tidak menyakitkan
dan pemberian radiasi hanya berlangsung menit (American Cancer Society, 2013).
i. Kemoterapi
stadium II dan stadium III yang memiliki risiko tinggi (Komite Penanggulangan
9. Komplikasi
Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon
B. Konsep Nyeri
dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari tiga
Penyebab nyeri akut salah satunya adalah agen pencedera fisik (prosedur
operasi) (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Nyeri merupakan suatu kondisi
yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu.
Nyeri bersifat subjektif dan individual (Potter & Perry, 2016). Nyeri juga
dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Smeltzer & Bare, 2016). Nyeri
akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit atau intervensi bedah,
dan memiliki awitan bedah yang cepat, dengan intensitas yang bervariasi (ringan
sampai berat) serta berlangsung singkat (kurang dari enam bulan) dan menghilang
dengan atau tanpa pengobatan setelah keadaan pulih pada area yang rusak.
21
3. Patofisiologi nyeri
Nyeri akut biasanya berlangsung singkat, misalnya nyeri pada fraktur. Pasien
denyut jantung dan tekanan darah meningkat. Nyeri ini biasanya berlangsung
tidak lebih dari enam bulan. Awitan gejalanya mendadak dan biasanya penyebab
serta lokasi nyeri sudah diketahui. Nyeri akut ditandai dengan peningkatan
tegangan otot dan kecemasan yang keduanya meningkatkan persepsi nyeri. Teori
Gate control mengusulkan bahwa impuls nyeri dapat diatur atau bahkan dihambat
dorsalis pada medula spinalis, talamus, dan sistem limbik. Suatu keseimbangan
aktivitas dari neuron sensori dan serabut kontrol desenden dari otak mengatur
Neuron beta A yang lebih tebal, yang lebih cepat yang melepaskan
dominan berasal dari serabut delta A dan serabut C, maka akan membuka
diantarkan ke otak, terdapat pusat korteks yang lebih tinggi di otak yang
seperti endorfin dan dinorfin, suatu pembunuh nyeri alami yang berasal dari
pelepasan substansi P (Potter & Perry, 2010). Terdapat tiga komponen fisiologis
22
dalam nyeri yaitu resepsi, persepsi, dan reaksi. Stimulus penghasil nyeri
medula spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan akhirnya
sampai di dalam masa berwarna abu-abu di medula spinalis. Terdapat pesan nyeri
sehingga tidak mencapai otak atau ditransmisi tanpa hambatan ke korteks serebral,
Faktor yang dapat mempengaruhi nyeri akut pada pasien post operasi Ca
rectum yaitu etnik dan nilai budaya, tahap perkembangan, lingkungan dan
nyeri adalah sesuatu yang alamiah. Kebudayaan lain cenderung untuk melatih
variabel penting yang akan memengaruhi reaksi dan ekspresi terhadap nyeri.
yang mereka rasakan dibandingkan orang dewasa, dan kondisi ini dapat
dewasa, dan kondisi ini dapat menghambat penanganan nyeri untuk mereka.
23
tersebut akan dapat memperberat nyeri. Selain itu, dukungan dari keluarga
dan orang terdekat menjadi salah satu faktor penting yang memengaruhi
nyeri yang lebih berat dibandingkan mereka yang mendapat dukungan dari
d. Ansietas dan stress Ansietas sering kali menyertai peristiwa nyeri yang
yang mereka rasakan akan mengalami penurunan rasa takut dan kecemasan
individual, serta kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat
berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan
terhadap nyeri itu sendiri, namun pengukuran dengan teknik ini juga tidak dapat
Skala deskritif adalah alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih
sebuah garis yang terdiri atastiga sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun
dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini di-ranking dari “tidak
sebagai pengganti alat pendeskripsi data. Dalam hal ini, pasien menilai nyeri
dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif digunakan saat mengkaji
Skala analog visual (Visual Analog Scale-VAS) tidak melabel subdivisi. VAS
merupakan suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri terus-menerus dan
kebebasan
25
mengidentifikasi setiap titik paada rangkaian daripada dipaksa memilih satu kata
Skala nyeri harus dirancang sehingga skala tersebut mudah digunakan dan
Menurut Tim Pokja SDKI PPNI (2017), data mayor dan data minor pada
Relaksasi adalah suatu teknik yang dapat membuat pikiran dan tubuh menjadi
rileks melalui sebuah proses yang secara progresif akan melepaskan ketegangan
otot di setiap tubuh (Potter & Perry, 2016). Teknik relaksasi berguna dalam
berbagai situasi, misalnya nyeri, cemas, kurangnya kebutuhan tidur, stres, serta
emosi yang ditunjukkan. Relaksasi memelihara reaksi tubuh terhadap respon fight
or flight, penurunan respirasi, nadi, dan jumlah metabolik, tekanan darah dan
energi yang digunakan (Potter & Perry, 2016). Relaksasi Benson merupakan
dianut oleh pasien yang dapat membantu pasien mencapai kondisi kesehatan yang
lebih baik. Dengan menggunakan relaksasi benson otot-otot tubuh akan menjadi
lebih relaks sehingga menimbulkan perasaan tenang dan nyaman (Benson &
Proctor, 2016). Relaksasi benson ini bertujuan untuk mengatasi atau mengurangi
relaksasi benson terbukti memodulasi stres terkait kondisi seperti : marah, cemas,
mencapai kondisi kesehatan dan kesejahteraan yang lebih baik. Pada relaksasi
aman dan tentram dalam jiwa seseorang, hendaklah berdzikir kepada Allah SWT.
Benson & Proctor (2016) menjelaskan relaksasi benson terdiri dari empat
a. Suasana tenang
mengganggu.
b. Perangkat mental
logis dan yang berada di luar diri diperlukan suatu rangsangan yang konstan yaitu
28
satu kata atau frase singkat yang diulang-ulang dalam hati sesuai dengan
keyakinan. Kata atau frase yang singkat merupakan fokus dalam melakukan
relaksasi benson. Fokus terhadap kata atau frase singkat akan meningkatkan
biasanya terpejam apabila tengah mengulang kata atau frase singkat. Relaksasi
benson dilakukan 1 atau 2 kali sehari selama antara 10 menit. Waktu yang baik
untuk mempraktikkan relaksasi benson adalah sebelum makan atau beberapa jam
sesudah makan, karena selama melakukan relaksasi, darah akan dialirkan ke kulit,
otot-otot ekstremitas, otak, dan menjauhi daerah perut, sehingga efeknya akan
c. Sikap pasif
diabaikan dan perhatian diarahkan lagi ke pengulangan kata atau frase singkat
sesuai dengan keyakinan. Tidak perlu cemas seberapa baik melakukannya karena
hal itu akan mencegah terjadinya respon relaksasi benson. Sikap pasif dengan
membiarkan hal itu terjadi merupakan elemen yang paling penting dalam
d. Posisi nyaman
ketegangan otot-otot. Posisi tubuh yang digunakan, biasanya dengan duduk atau
darah. Informasi ini akan diteruskan ke batang otak, akibatnya saraf parasimpatis
paru akan menurunkan frekuensi denyut jantung dan terjadi vasodilatasi pada
pupil, dilatasi bronkus dan meningkatkan aktivasi mental, sedangkan pada waktu
rileks yang bekerja adalah sistem saraf parasimpatis, dengan demikian relaksasi
dapat menekan rasa tegang, sehingga timbul perasaan rileks dan penghilangan.
menjadi rileks dan senang. Di samping itu, pada anterior pituitary sekresi
Relaksasi benson lebih mudah dilakukan bahkan dalam kondisi apapun serta
tidak memiliki efek samping apapun. Di samping itu, kelebihan dari teknik
relaksasi lebih mudah dilaksanakan oleh pasien, dapat menekan biaya pengobatan,
dan dapat digunakan untuk mencegah terjadinya stres (Yosep, 2017). Menurut
ini juga senada dengan apa yang disampaikan Mander (2014) yang menyatakan
bahwa keuntungan pengajaran teknik relaksasi benson pada pasien bedah ortopedi
yang tidak lagi mendapat obat analgesia sistemik menunjukkan skor distres yang
lebih rendah, skor nyeri lebih rendah, dan menderita insomnia lebih sedikit.
b. Pejamkan mata dengan pelan tidak perlu dipaksakan, sehingga tidak ada
c. Kendurkan otot-otot serileks mungkin, mulai dari kaki, betis, paha, perut, dan
d. Mulai dengan bernapas yang lambat dan wajar, serta mengucapkan dalam hati
31
satu kata atau kalimat sesuai keyakinan pasien, kalimat yang digunakan
berupa kalimat pilihan pasien. Pada saat menarik napas disertai dengan
mengucapkan kalimat sesuai keyakinan dan pilihan pasien di dalam hati dan
pilihan pasien di dalam hati. Sambil terus melakukan langkah nomor 5 ini,
Scholer, Sains Direct peneliti memakai istilah kata kunci “managemen, pain””
Benson relaxation” AND “post operation ”. Peneliti menemukan 801 jurnal yang
Jurnal, jurnal yang sudah di duplikasikan dan jurnal yang tidak sesuai dengan
kriterian inklusi dan ekslusi, sehingga diperoleh 6 jurnal yang akan di review dan
digunakan sebagai acuan dalam penerapan manajemen nyeri akut pada pasien post
operasi.
32
1. Pengkajian
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat
keperawatan pasien, baik fisik, mental, social dan lingkungan (Dermawan, 2014).
a. Pengumpulan Data
tempat tinggal
36
2) Riwayat penyakit sekarang: Pada pengkajian ini yang perlu dikaji adanya
anggota keluarga yang lain dan lingkungan sekitar sebelum maupun saat
sakit, apakah pasien mengalami kecemasan, rasa sakit, karena penyakit yang
1) Pola Nutrisi Bagaimana kebiasaan makan, minum sehari- hari, jenis makanan
apa saja yang sering di konsumsi, makanan yang paling disukai, frekwensi
makanannya.
2) Pola Eliminasi Kebiasaan BAB, BAK, frekwensi, warna BAB, BAK, adakah
4) Pola istirahat dan tidur Kebiasaan istirahat tidur berapa jam? Kebiasaan –
5) Pola aktivitas dan latihan Kegiatan sehari-hari, olaraga yang sering dilakukan,
37
dan sekitarnya.
(narkoba).
8) Pola persepsi dan konsep diri Pandangan terhadap image diri pribadi,
10) Pola reproduksi dan seksual Hubungan dengan keluarga harmonis, bahagia,
dirasakan
berapah?
T: Time: Kapan gejala mulai timbul? Seberapa sering gejala dirasakan? tiba-
38
d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum sakit sedang, kesadaran compos mentis, suhu 37,5 C, nadi 60
2) Pemeriksaan head totoe Kepala dan leher: Dengan tehnik inspeksi dan
anatomi akibat trauma? Mulut: Benda asing, gigi, sianosis, kering? Bibir:
e. Pemeriksaan dada
irama, gerakkan cuping hidung, terdengar suara napas tambahan bentu dada?
2) Palpasi: Pergerakkan simetris kanan kiri, taktil premitus sama antara kanan
3) Perkusi: Adanya suara-suara sonor pada kedua paru, suara redup pada batas
f. Kardiovaskuler
g. Sistem pencernaan/abdomen
datar , tapi perut menonjol atau tidak, lembilikus menonjol atau tidak, apakah
2) Palpasi: Adakah nyeri tekan abdomen, adakah massa (tumor, feses) turgor
kulit perut untuk mengetahui derajat bildrasi pasien, apakah tupar teraba,
3) Perkusi: Abdomen normal tympanik, adanya massa padat atau cair akan
permenit.
8) Reflek patella
40
I, Pemeriksaan pelvis/genitalia
tidak
2. Diagnosa keperawatan
respon individu, keluarga, atau komunitas pada masalah kesehatan, pada resiko
bagian vital dalam menentukan asuhan keperawatan yang sesuai untuk membantu
3. Intervensi keperawatan
6. Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
7. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
8. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(distraksi relaksasi)
dalam kasus ini
adalah relaksasi benson
9. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
10. Fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi
11. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
12. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
13. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
14. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
15. Kolaborasi pemberian
analgesik
45
Kolaborasi
11. Kolaborasi prosedur
debridement
12. Kolaborasi pemberian
antibiotik dan analgetik
(bila perlu)
47
4. Implementasi keperawatan
perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
tindakan di susun dan di tujukan pada rencana strategi untuk membantu mencapai
tujuan yang di harapkan. Oleh sebab itu, rencana tindakan yang spesifik di
2016).
5. Evaluasi keperawatan
pasien secara
48
optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan (Rahma, 2016). Evaluasi
berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai
tercapai. Evaluasi selalu berkaitan dengan tujuan yaitu pada komponen kognitif,
afektif, psikomotor, perubahan fungsi dan tanda gejala yang spesifik. Terdapat dua
jenis evaluasi yaitu evaluasi sumatif dan formatif dengan menggunakan beberapa
BAB 3
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
meneliti salah satu masalah secara terperinci dan memiliki pengambilan dan
Penelitian ini dibatasi oleh peristiwa, aktivitas individu sesuai dengan waktu dan
tempat serta kasus yang dipelajari (Notoadmojo, 2016). Penelitian studi kasus ini
untuk meneliti penerapan relaksasi benson untuk mengatasi nyeri post operasi
C. Subyek Penelitian
Penelitian ini menggunakan 1 pasien yang di diagnosa mengalami Ca rektum
D. Pengumpulan Data
riwayat penyakit sekarang dahulu keluarga, sumber data lain dari pasien
3. Studi dokumentasi (hasil dan pemeriksaan diagnostik dan data lain yang
relevan).
E. Etika Penelitian
bahwa data yang diberikan harus data yang dirahasiakan. Kerahasiaan dari
peneliti
50
BAB 4
GAMBARAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas
tahun dan beragama islam. Suku pasien adalah jawa dengan pendidikan terkahir
SLTA yang bekerja sebagai ibu rumah tangga. Alamat pasien di Surabaya dan
tinggal bersama anaknya. Penanggung jawab Ny. S adalah Tn.R yang merupakan
anaknya.
a. Keluhan Utama : Pasien mengeluh nyeri pada luka bekas operasi Ca rectum
b. Riwayat penyakit sekarang : Pasien mengeluh nyeri pada daerah luka operasi.
Nyeri bertambah pada saat pasien bergerak dan nyeri berkurang saat pasien
gerak akibat nyeri luka post operasi. Nyeri dirasakan hilang timbul
mengalami keluhan yang sama seperti yang pasien alami. Keluarga pasien
e. Pemeriksaan Fisik
pernapasan. RR:20x/mnt, tidak ada sesak, tidak ada batuk, tidak ada sekret,
51
tidak ada penggunaan otot bantu napas, tidak ada pernapasan cuping hidung,
irama napas pasien normal, pola napas pasien normal, suara napas vesikuler,
130/80mmHg, N:90x/mnt, tidak ada keluhan nyeri pada dada, irama jantung
ada keluhan pusing, tidak ada gangguan pada saraf kranial, pupil isokor,
4) Sistem perkemihan: pasien mengatakan tidak ada keluhan saat BAK, tidak
ada sekret dan ulkus, pasien berkemih spontan menggunakan pispot, produksi
urine
±2L/hari dengan warna kuning dan bau khas ammonia, tidak ada nyeri tekan.
5) Sistem Pencernaan: pasien mengatakan perut terasa begah saat makan, BB:
53.5kg, TB: 153cm, IMT: 22,86m2 /kg dengan interpretasi normal. Mulut
pasien bersih, membran mukosa pasien lembab, tidak ada keluhan sakit pada
stoma pada perut bagian bawah kiri kuadran 9, pada tanggal 22 september
ananemis.
52
daun telinga normal dan simetris, tidak terdapat nyeri, fungsi pendengaran
terpasang traksi.
9) Sistem Integumen: Terdapat luka bekas operasi pada area rektum. Pasien
10) Sistem Endokrin: tidak ada pembesaran tiroid dan kelenjar getah bening,
kooperatif.
12) Personal Hygiene dan Kebiasaan: kebersihan diri baik, ADL pasien dibantu
oleh anak dan istrinya. Mandi, ganti pakaian, keramas, sikat gigi, memotong
13) Pengkajian Spiritual: pasien tetap beribadah seperti sebelum sakit, pasien
1. Laboratorium
b. Kimia Darah : GDA : 135 mg/dl, Bun : 16 mg/dl, Creatinin : 0.8 mg/dl,
53
SGOT : 30 u/l, SGPT : 19 u/l, Natrium : 137 mmol/l, Kalium : 3.7 mmol/l,
2. Foto Thorax AP
3. USG
4. EKG
18/9/2022 : hasil AF
6. MSCT Abdomen
C. Terapi
vial//intravena, nexium 40mg 2x1 tab/oral, angintris MR 1x1 tab / oral, Cefotaxim
D. Analisa Data
Luka operasi
Point de entry
55
diantaranya:
7. Intervensi Keperawatan
SIKI. Pada diagnosisi nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (D.0077),
setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama 1x8 jam tingkat nyeri menurun
(L.08066), dengan kriteria hasil keluhan nyeri menurun, TTV membaik dalam
batas normal, dan Pasien bisa beraktivitas sesuai kemampuan. Intervensi yang
nyeri non verbal, identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri,
dalam kasus ini adalah relaksasi benson, kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis. suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan), fasilitasi istirahat dan
Dengan kriteria hasil tidak ada tanda tanda infeksi dan tanda-tanda vital dalam
batas normal. Intervensi yang diberikan adalah perawatan luka (I.14564), monitor
karakteristik jahitan post operasi, monitor tanda –tanda infeksi, pertahan kan
teknik steril saaat perawatan luka, ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan
drainase, jelaskan tanda dan gejala infeksi dan kolaborasi antibiotik cefotaxim 1
yang telah direncanakan oleh perawat untuk dikerjakan dalam rangka membantu
yang ditimbulkan oleh masalah keperawatan dan kesehatan (Ali, 2014). Fase pra
Selanjutnya pada fase interaksi, pada fase ini peneliti melakukan: 1) memberikan
identitas pasien (menanyakan nama dan tanggal lahir) serta memeriksa gelang
keluarga). Fase kerja, pada fase ini peneliti melakukan: 1) menjaga privasi pasien
Pada studi kasus ini peneliti berfokus melakukan implementasi yang untuk
mengatasi masalah nyeri akut pada Ny.S yaitu dengan memberikan relaksasi
pertama mencari posisi yang dirasakan paling nyaman bagi pasien. Kemudian
pasien diminta memejamkan mata dengan pelan tidak perlu dipaksakan, sehingga
tidak ada ketegangan otot sekitar mata. Setelah itu mengendurkan otot-otot
serileks mungkin, mulai dari kaki, betis, paha, perut, dan lanjutkan ke semua otot
tubuh. Selanjutnya tangan dan lengan diulurkan kemudian lemaskan dan biarkan
terkulai wajar. Meminta pasien agar tetap rileks. Selanjutnya meminta pasien
bernapas yang lambat dan wajar, serta mengucapkan dalam hati satu kata atau
kalimat sesuai keyakinan pasien, kalimat yang digunakan berupa kalimat pilihan
pasien. Pada saat menarik napas disertai dengan mengucapkan kalimat sesuai
keyakinan dan pilihan pasien di dalam hati dan setelah mengeluarkan napas,
ucapkan kembali kalimat sesuai keyakinan dan pilihan pasien di dalam hati.
Sambil terus melakukan langkah tersebut, lemaskan seluruh tubuh disertai dengan
sikap pasrah. Meminta pasien meneruskan selama 10 menit, bila sudah selesai
Fase terminasi, pada fase ini peneliti: 1) menjelaskan pada pasien bahwa
58
benson,
4) mengkahiri kontrak dan mengucapkan terima kasih kepada pasien dan keluarga,
kasus ini yaitu melakukan implementasi manajemen nyeri pada pasien, namun
perawatan luka.
seperti ditusuk, frekuensi hilang timbul, Mengidentifikasi skala nyeri : skala nyeri
intravena.
SpO2 99%, Terdapat luka operasi, Skala nyeri 3, Ekepresi wajah tenang dan
59
P : Lanjutkan intervensi
vital : Tensi 120/80 mmHg, Nadi 98x/ menit, suhu 36.2 °C, RR 19 x/menit,
SpO2 99%.
BAB 5
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan
diagnosa medis post operasi Ca rectum RS Darmo Surabaya. Data yang akan
narasi.
Darmo Surabaya.
mengeluh nyeri pada daerah luka operasi, nyeri bertambah pada saat pasien
bergerak dan nyeri berkurang saat pasien istirahat. Nyeri dirasakan seperti ditusuk
tusuk dengan skala nyeri 5 dan biasanya membuat pasien sulit untuk bergerak.
Nyeri dirasakan di area luka operasi, dan tidak menyebar. Aktivitas pasien
terganggu karena keterbatasan gerak akibat nyeri luka post operasi. Nyeri
dirasakan hilang timbul. Dari data di atas maka penulis mengangkat masalah
(Andarmayo, 2016). Nyeri Akut adalah pengalaman sensori dan emosional tidak
digambarkan sebagai kerusakan (Prasetyo, 2016). Nyeri post operasi adalah nyeri
yang dirasakin akibat dari hasil pembedahan, Kejadian, integritas, dan durasi post
60
60
menyatakan bahwa pengkajian nyeri adalah bagian integral dari peningkatan mutu
pedoman untuk penanganan nyeri. Pengkajian nyeri ini juga dinilai sebagai tanda
vital ke-lima selain tekanan darah, nadi, pernapasan dan suhu yang harus
nyeri. Perawat perlu melakukan suatu pengkajian nyeri terlebih dahulu pada
terstruktur, tetapi hal ini seringkali tidak dilakukan. Alat ukur untuk pengkajian
nyeri yang valid dan direkomendasikan telah banyak tersedia, namun banyak
perawat yang tidak menggunakannya. Penanganan yang tepat dari nyeri itu sendiri
tergantung pada pengkajian nyeri yang sistematis dan akurat. Pengkajian nyeri
digunakan, mudah dimengerti oleh pasien, dan valid, serta dapat dipercaya.
Pengkajian yang tepat, akurat tentang nyeri sangat diperlukan sebagai upaya untuk
mencari solusi yang tepat dalam memberikan manajemen nyeri nya, untuk itu
mencari gambaran yang terbaru dari nyeri yang dirasakan oleh pasien
(Priambodo,2016).
61
terdiri dari distraksi dan relaksasi. Berdasarkan teori Potter & Perry (2017)
menyatakan bahwa pengelolaan nyeri pada pasien di rumah sakit diberikan dalam
nyeri yang dirasakan dan dapat memberikan terapi yang sesuai. Menurut Nurseto
proses asuhan keperawatan yang dilakukan dimulai dari proses pengkajian hingga
proses evaluasi.
sensasi nyeri pada hipotalamus sehingga dapat menurunkan sensasi nyeri yang
dirasakan oleh individu yang bersangkutan. Relaksasi benson dalam hal berperan
fokus seseorang terhadap nyeri dan dengan menciptakan suasana nyaman serta
tubuh yang rileks maka tubuh akan meningkatkan proses analgesia endogen hal
ini diperkuat dengan adanya kalimat atau mantra yang memiliki efek
dimana semua umat yang percaya akann “sang pencipta” juga percaya akan
“kuasanya” dimana hal ini semakinmemberikan efek relaksasi yang pada akhirnya
yang logis dan yang berada diluar diri harus ada suatu rangsangan yang konstan
yaitu satu kata atau frase singkat yang diulang-ulang dalam hati sesuai dengan
keyakinan. Kata atau frase yang singkat merupakan fokus dalam melakukan
relaksasi benson. Fokus terhadap kata atau frase singkat akan meningkatkan
keimanan kepada agama, kepada tuhan yang disembah akan menimbulkan respon
relaksasi yang lebih kuat dibandingkan dengan sekedar relaksasi tanpa melibatkan
unsur keyakinan terhadap hal tersebut. Menurut Benson dan Proctor (2014)
terbatas pada penyembuhan tekanan darah tinggi dan penyakit jantung, ataupun
kecemasan saja, tetapi sampai pada tingkat mampu menurunkan rasa nyeri.
Relaksasi Benson adalah salah satu cara untuk mengurangi nyeri dengan
mengalami ketegangan dan kecemasan yang bekerja adalah sistem saraf simpatis,
sedangkan
63
pada waktu relaksasi yang bekerja adalah sistem saraf parasimpatis, dengan
demikian relaksasi dapat menekan rasa tegang, cemas, insomnia, dan nyeri.
Blindes et al., (2018) menyatakan bahwa nyeri selalu diikuti gangguan emosi
seperti cemas, depresi dan iritasi. Hasil penelitian Ramania, Natosba & Adhisty
dengan penurunan terhadap skala nyeri. Hasil penelitian menyatakan bahwa dari
intensitas nyeri berat (Butar-Butar, Yustina, dan Harahap, 2015). Individu yang
cemas dan tegang akan membuka gerbang sehingga akan meningkatkan rangsang
nyeri, yang dapat dilihat dari teori gate control yaitu jika modulasi input melewati
input nosisepsi, gerbang kemudian diblok dan transmisi nosisepsi berhenti atau
Masalah pada diagnosa ini teratasi sebagian. Tanda-tanda peradangan tidak ada,
luka bersih,luka kering, tidak ada pus. Untuk tidak terjadi infeksi luka harus
benar- benar sembuh sehingga intervensi dilanjutkan dengan ganti balutan dengan
BAB 6
Pada bab ini akan dikemukakan kesimpulan dan saran dari hasil asuhan
A. Kesimpulan
1. Proses pengkajian ditemukan bahwa keluhan utama pasien adalah nyeri pada
luka operasi, diagnosa keperawatan yang diangkat adalah nyeri akut dan
2. Relaksasi benson dilakukan dengan teknik yang benar dapat menurunkan rasa
nyeri yang di alami oleh pasien khususnya nyeri akut pada pasien post operasi
B. Saran
cermat masalah dan keluhan pasien dengan masalah keperawatan nyeri pada
Salah satu upaya yang diberikan seorang perawat dalam mengatasi nyeri
Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar pertimbangan bagi pihak rumah sakit
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. (2014). Jakarta: Depkes.
Kementerian Kesehatan RI. (2015) Buletin Kanker. Pusat Data dan Informasi
Kementrian Kesehatan RI 2015. Jakarta: Kemenkes RI.
Kimman M et, al. (2017) The Burden of Cancer in Member Countries of the
Association of Southeast Asian Nations (ASEAN). APJCP.13:416.
Peter T. Campbell ea. (2016). Case Control Study of Overweight, Obesity, and
Colorectal Cancer Risk, Overall and by Tumor Microsatelite Instability
Status. JNCI.
Pudiastuti Ratna D. (2016). Buku Ajar Kebidanan Komunitas : Teori dan Aplikasi
. Yogyakarta: Nuhamedika.
Riskesdas (2013)Kementrian Kesehatan ajak masyarakat cegah dan kendalikan
kanker .dipublikasikan dari
http://www.depkes.go.id/article/print/17020200002/kementeriankesehata
n-ajak-masyarakat-cegah-dan-kendalikan-kanker.html.2 Februari 2017
Robbins K, Kumar. (2017) Buku Ajar Patologi. Edisi 7. Jakarta EGC
Robbins, Kumar C. (2017). Buku Ajar Patologi Volume 2. In: Crawford James M,
Kumar Vinary. Rongga Mulut dan Saluran Gastrointestinal. Jakarta:
EGC.
Seung Eun Lee ea. (2016) Risk Factors for Colorectal Neoplasms in Young
Adults in a Screening. World Journal of Gastroenterology. 22(10).
EGC.
68
Sobari A. (2014). Hubungan Pola Hidup Dengan 3 Years Survival Rate Penderita
Karsinoma Kolorektal Di Rsup. Dr. M. Djamil Padang Tahun 2010 –
2013. Padang: Universitas andalas .
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Wahidin M. (2014) Population-Based Cancer Registration in Indonesia. APJCP.
2012;13:1710.
Lampiran. 1 Konsultasi
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN PRODI
S1 KEPERAWATAN
KAMPUS A: JL. SMEA NO. 57 SURABAYA (031) 8291920,
FAX (031) 8298582 KAMPUS B RS. ISLAM JEMUR SARI
JL JEMURSARI NO. 51-57 SURABAYA (031) 8479070
Website: www.unusa.ac.id Email : info@unusa.ac.id
LEMBAR KONSULTASI KARYA ILMIAH AKHIR
Nama : Najmiyatu Zuhriyah
NIM : 1120021155
Program Studi
: Profesi Ners
Fakultas : Keperawatan dan Kebidanan
Judul : Analisis Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Penerapan
Relaksasi Benson Untuk Mengatasi Nyeri Post Operasi Ca Rectum
RS Darmo Surabaya
Pembimbing : Chilyatiz Zahroh, S.Kep., Ns., M.Kep
Mengetahui
Ka. Prodi Pendidikan Profesi Ners
SPO
.................
PENGERTIAN Teknik Relaksasi benson adalah teknik pernapasan dalam
yang melibatkan keyakinan seseorang dengan kata-kata/frase
religi yang diyakini dapat menurunkan beban yang dirasakan
atau dapat meningkatkan kesehatan.
TUJUAN 1. Menurunkan dan atau mengurangi nyeri, mengendalikan
ketegangan otot dan juga mengendalikan pernapasan
2. Sebagai dasar dalam peningkatan mutu dan kualitas
pelayanan di rumah sakit.
3. Tercapainya sasaran keselamatan pasien.
4. Sebagai dokumen rekam medis pasien.
KEBIJAKAN Keputusan Direktur Rumah Sakit..... Tentang Pedoman
Pelayanan keperawatan Rumah Sakit......
PROSEDUR A. Persiapan Klien dan lingkungan
1. Identifikasi tingkat nyeri klien
2. Kaji kesiapan klien dan perasaan klien
3. Berikan penjelasan tentang terapi Benson
4. Minta klien mempersiapkan kata-kata yang diyakini
5. Ciptakan lingkungan yang nyaman di sekitar klien
B. Persiapan Peralatan
1. Pengukur waktu
2. Catatan observasi klien
3. Pena dan buku Catatan Kecil
C. Pelaksanaan
1. Memberikan salam dan memperkenalkan diri
2. Lakukan identifikasi identitas pasien dengan benar
(dua dari empat identitas pasien yang terdiri dari:
nama, nomor register, tanggal lahir dan NIK)
72
SPO
....................
PROSEDUR 3. Menjelaskan tujuan dan prosedur
4. Anjurkan klien mengambil posisi yang dirasakan
paling nyaman, bisa berbaring atau duduk
5. Pejamkan mata dengan pelan tidak perlu dipaksakan,
sehingga tidak ada ketegangan otot sekitar mata.
6. Kendorkan otot-otot serileks mungkin, mulai dari kaki,
betis, paha, perut, dan lanjutkan ke semua otot tubuh.
7. Tangan dan lengan diulurkan kemudian lemaskan dan
biarkan terkulai wajar. Usahakan agar tetap rileks.
8. Mulai dengan bernapas yang lambat dan wajar, serta
mengucapkan dalam hati kata-kata yang sudah dipilih
pada saat menarik napas dan diulang saat
mengeluarkan napas. Lemaskan seluruh tubuh disertai
dengan sikap pasrah.
9. Ulang terus point 5-8 selama 10-15 menit
10. Observasi skala nyeri setelah inervensi
11. Ucapkan salam
12. Catat hasil observasi di dalam catatan perkembangan
klien
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Inap
2. Instalasi Perawatan Intensif
3. Instalasi Rekam Medis
73
Lampiran. 3 Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Nyeri Akut Post Operasi Ca Rectum
ANALISA DATA
Luka operasi
Point de entry
74
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
2. Terapeutik
76
a. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(distraksi relaksasi)
dalam kasus ini adalah
relaksasi benson
b. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
c. Fasilitasi istirahat dan
tidur
3. Edukasi
a. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
b. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
c. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
d. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
analgesik, bila
diperlukan
77
TINDAKAN KEPERAWATAN
Tanggal/
No. Dx. Tindakan Keperawatan Paraf
Jam
78
26-09- 1
2022 1. Mengidentifikasi lokasi,karakteristik, durasi, frekuensi,
Jam 16.00
kualitas, intensitas nyeri
R/pasien mengatakan nyeri pada luka operasi Pasien
mengatakan nyeri saat bergerak, Pasien mengatakan nyerinya
hilang timbul, Pasien tampak memegangi daerah yang nyeri
Skala nyeri 3-4
16.10 2. Mengidentifikasi respon nyeri non verbal
R/Pasien tampak gelisah
16.30 3. Memberikan terapi nonfarmakologi
R/Memberikan tehnik relaksasi nafas dalam
16.45 4. Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
R/Memberikan suasana yang tenang diruangan pasien,
mengurangi suasana kebisingan
16.50
5. Jelaskan penyebab periode dan pemicu nyeri
R/Adanya luka operasi, Pergerakan yang tidak terkontrol
6. Berkolaborasi dengan tim medis lain dalam pemberian
17.00
analgetik
CATATAN PERKEMBANGAN
EVALUASI