Anda di halaman 1dari 76

KARYA ILMIAH AKHIR

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DYSPEPSIA DENGAN PENERAPAN TERAPI
NONFARMAKOLOGI KOMPRES HANGAT UNTUK
MENGATASI NYERI
DI RUMKITAL DR. OEPOMO SURABAYA

WIWIK NUR
DIANA NIM
1120022062

DOSEN PEMBIMBING
DR. UMDATUS SOLEHA, S.ST., M.KES

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA
SURABAYA
2022
KARYA ILMIAH AKHIR

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DYSPEPSIA DENGAN PENERAPAN TERAPI
NONFARMAKOLOGI KOMPRES HANGAT UNTUK
MENGATASI NYERI
DI RUMKITAL DR. OEPOMO SURABAYA

Untuk Memperoleh Gelar profesi Ners (Ns.)


Dalam Program Studi Profesi Ners

WIWIK NUR
DIANA NIM
1120022062

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA
SURABAYA
2022

ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Ilmiah Akhir ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber

baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Wiwik Nur Diana

NIM 1120022062

Tanda Tangan :
Tanggal :

iii
LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DYSPEPSIA DENGAN PENERAPAN TERAPI
NONFARMAKOLOGI KOMPRES HANGAT UNTUK
MENGATASI NYERI
DI RUMKITAL DR. OEPOMO SURABAYA

KARYA ILMIAH AKHIR INI TELAH DISETUJUI

PADA TANGGAL,………………….

Oleh :

Pembimbing

Dr. Umdatus Soleha, SST.,


M.Kes NPP. 9904629

Mengetahui,
Ka. Prodi S1 Keperawatan

Siti Nurjanah, S.Kep, Ns., M.Kep


NPP. 0206713

iv
Karya Ilmiah ini telah diajukan oleh:

Nama : Wiwik Nur Diana

NIM : 1120022062

Program Studi : Profesi Ners

Judul : Analisis Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dyspepsia


Dengan Penerapan Terapi Nonfarmakologi Kompres
Hangat Untuk Mengatasi Nyeri di Rumkital Dr. Oepomo
Surabaya

Karya Ilmiah Akhir ini telah diuji dan


dinilai Oleh tim penguji pada

Program Studi Ners


Pada tanggal…………………………

Tim Penguji,

1. Ketua Penguji....................................................................TTD

2. Penguji I.............................................................................TTD

3. Penguji II : ……………………….. TTD

v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya, saya yang


bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Wiwik Nur Diana


NIM : 1120022062
Program Studi : Profesi Ners
Fakultas : Keperawatan dan Kebidanan
Jenis Karya : Karya Ilmiah Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan


kepada Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya Hak Bebas Royalti Non ekslusif
(Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DYSPEPSIA DENGAN PENERAPAN TERAPI
NONFARMAKOLOGI KOMPRES HANGAT UNTUK
MENGATASI NYERI
DI RUMKITAL DR. OEPOMO SURABAYA

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Non Ekslusif ini Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Nahdlatul
Ulama Surabaya berhak menyimpan, mengalih media/ formatkan, mengelola
dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas
akhir saya selama tetap mencatumkan nama saya sebagai penulis / pencipta dan
sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Surabaya
Pada tanggal :
Yang menyatakan,

WIWIK NUR DIANA


NIM 1120022062

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, serta kemudahan dan pertolongan yang
telah diberikan sehingga penulis mampu menyelesaikan karya ilmiah akhir ini
tepat pada waktunya. Karya ilmiah akhir ini berjudul “Analisis Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dyspepsia Dengan Penerapan Terapi Nonfarmakologi
Kompres Hangat Untuk Mengatasi Nyeri Di Rumkital Dr. Oepomo Surabaya”
yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Profesi Program
Studi Profesi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Nahdlatul
Ulama Surabaya.
Dalam penyusunan dan penyelesaian karya ilmiah akhir ini, penulis
mendapatkan banyak dukungan dan bantuan baik secara moril maupun materil
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dosen Pembimbing, Ibu Dr. Umdatus Soleha, SST., M.Kes yang telah
memberikan arahan, masukan, dan ilmu kepada penulis sehingga karya ilmiah
akhir ini dapat terselesaikan.
2. Ka. Prodi Profesi Ners Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya, Ibu Siti
Nurjanah, S.Kep.,Ns.,M.Kep., yang banyak memberikan dukungan selama
proses pendidikan hingga penyusunan karya ilmiah akhir.
3. Dekan Keperawatan dan Kebidanan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya,
Ibu Khamida,S.Kep.,Ns.,M.Kep., yang banyak memberikan dukungan selama
proses pendidikan hingga penyusunan karya ilmiah akhir.
4. Wakil Dekan Keperawatan dan Kebidanan Universitas Nahdlatul Ulama
Surabaya, Ibu Nurul Khamariyah, S.Kep.,Ns.,M.Kep., yang banyak
memberikan dukungan selama proses pendidikan hingga penyusunan karya
ilmiah akhir.
5. Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya, Bapak Prof. Dr. Ir. Achmad
Jazidie,M.Eng., yang banyak memberikan dukungan selama proses
pendidikan.
6. Ketua Penguji, Ibu Dr. Umdatus Soleha, SST., M.Kes dan Anggota Penguji,
setiap kritik dan saran yang membangun selama proses pembuatan karya
ilmiah ini.
7. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Keperawatan dan
Kebidanan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya atas bimbingan dan ilmu
yang diberikan dari mulai awal perkuliahan hingga penulis sampai
menyelesaikan karya ilmiah akhir ini.

vii
8. Seluruh keluarga besar tercinta yang selalu memberikan dukungan, bantuan
baik moril maupun materil, kasih sayang, serta kesabaran yang tiada henti.
9. Keluarga Besar Satkes Kodiklatal dan responden, yang telah memberi ijin
motivasi dan bantuannya.
Penulis sepenuhnya menyadari bahwa karya ilmiah akhir ini masih sangat
jauh dari kata sempurna, baik dari segi isi maupun cara penulisannya. Oleh karena
itu, dengan segala kerendahan hati, penulis berharap kepada semua pihak agar
memberikan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaannya. Penulis
berharap semoga karya ilmiah akhir yang telah disusun ini dapat bermanfaat dan
berguna dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ilmu
keperawatan.

Surabaya, 25 April 2022


Penulis,

Wiwik Nur Diana


NIM 1120022062

viii
DAFTAR ISI

Sampul Depan ................................................................................................ i


Sampul Dalam ................................................................................................ ii
Lembar Pernyataan Orisinalitas ..................................................................... iii
Lembar Pengesahan...............................................................................................iv
Lembar Penetapan Penguji....................................................................................v
Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah Akhir............................vi
Kata Pengantar ............................................................................................... vii
Daftar Isi................................................................................................................ix
Daftar Gambar.......................................................................................................xi
Daftar Tabel...........................................................................................................xii
Daftar Lampiran ............................................................................................. xiii

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................2
D. Tujuan Penelitian..............................................................................................3
E. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Teori ............................................................................................. 5
B. Konsep Nyeri....................................................................................................14
C. Konsep Terapi Kompres Hangat ............................................................... 25
D. Konsep Asuhan Keperawatan...........................................................................27
E. Evidence Based in Nursing ........................................................................ 35

BAB 3 METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian..............................................................................................37
B. Lokasi dan Waktu.............................................................................................37
C. Subjek Penelitian ....................................................................................... 37
D. Pengumpulan Data............................................................................................38
E. Etika Penelitian .......................................................................................... 39

BAB 4 GAMBARAN KASUS


A. Informasi Pasien ........................................................................................ 40
B..Manifestasi Klinis.............................................................................................41
C..Etiologi, Patofisiologi dan Faktor Risiko Pasien..............................................42
D. Pemeriksaan......................................................................................................44
E..Analisa Data......................................................................................................45

BAB 5 PEMBAHASAN
A. Analisa Masalah Keperawatan .................................................................. 50
B..Analisis Implementasi ............................................................................... 51
ix
BAB 6 PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................................55
B..Saran .......................................................................................................... 56

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 57

LAMPIRAN..................................................................................................

x
DAFTAR

No. Judul Halam

Gambar 2.1 WOC Masalah Keperawatan Pada Dyspepsia 8

Gambar 2.2 Skala VAS 19

Gambar 2.3 Verbal Rating Scale (VRS) 21

Gambar 2.4 Numeric Rating Scale (NRS) 21

Gambar 2.5 Wong Baker Pain Rating Scale 22

Gambar 2.6 Memorial Pain Assessment Card 24

xi
DAFTAR

No. Judul Halam

Tabel 2.1 Rentang Skala VAS 18

Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan 30

Tabel 2.3 Evidence Based in Nursing 35

Tabel 4.1 Etiologi, Patofisiologi dan Faktor Resiko Pasien 42

Tabel 4.2 Pemeriksaan Penunjang 44

xii
DAFTAR

No. Lampiran Judul Lampiran Halaman

Lampiran 1 Lembar Persetujuan Mengikuti Studi Kasus 59


Lampiran 2 Lembar Penjelasan Studi Kasus Untuk Disetujui 60

xiii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nyeri merupakan keadaan individu mengeluh ketidaknyamanan yang hebat

atau sensasi yang tidak menyenangkan selama selama satu detik hingga kurang

dari enam bulan. Sedangkan penyakit pada sistem pencernaan adalah penyebab

paling umum terjadi nya nyeri. Salah satunya penyakit dispepsia atau yang

biasanya di kenal dengan maag. Dispepsia merupakan kumpulan keluhan yang

terdiri rasa tidak enak/nyeri pada bagian atas yang menetap/mengalami

kekambuhan. Banyak faktor yang dapat menyebabkan dispepsia yang membuat

kejadian dispepsia meningkat. Ketidakteraturan makan seperti kebiasaan makan

buruk tergesa-gesa dan jadwal yang tidak teratur menyebabkan dyspepsia

(Abdurakhman et al., 2020).

Prevalensi dispepsia di Indonesia mencapai 40-50%. Pada usia 40 tahun

diperkirakan terjadi sekitar 10 juta jiwa atau 6,5% dari total populasi penduduk.

Pada tahun 2020 diperkirakan angka kejadian dispepsia terjadi peningkatan dari

10 juta jiwa menjadi 28 jiwa setara dengan 11,3% dari keseluruhan penduduk di

Indonesia. Sedangkan kejadian dyspepsia di Rumkital Dr Oepomo Surabaya ada

12 pasien rawat inap dari jumlah pasien rawat inap (20%) (Data Rumkital, Juli –

Agustus 2022).

Menurut Jurnal penelitian Cantika P, S. I., Adini, S., & Rahman, A. . (2022)

yang menyatakan bahwa kompres hangat dapat menurunkan nyeri mengurangi

spasme otot memperbaiki peredaran darah dalam jaringan .

1
2

Upaya penanganan nyeri terbagi dalam dua kategori, yaitu dengan

pendekatan farmakologi dan nonfarmakologis. Pendekatan farmakologi dengan

memberikan analgesik, sedangkan pengobatan nonfarmakologi pasien dispepsia

salah satu dengan kompres hangat yaitu terapi pemberian panas yang

mengakibatkan pembuluh- pembuuh darah akan melebar (vasodilatasi) sehingga

memperbaiki peredaran darah didalam jaringan. Perawat memiliki peran penting

dalam penanganan kejadian dyspepsia sehingga perawat memiliki tugas

professional untuk mengenali dan mencegah hal-hal yang berhubungan dengan

gejala dyspepsia (Cai et al., 2018).

Terapi farmakologi yang digunakan menurunkan tingkat nyeri adalah

analgesik yang memiliki beberapa efek samping. Namun hal lain yang dapat

diterapkan salah satu tindakan mandiri yaitu dengan memberikan terapeutik non

farmakologi yaitu kompres hangat dengan WWZ (Warm Water Zack) yang

digunakan untuk mengurangi nyeri yang bertubungan dengan ketegangan otot

walaupun dapat digunakan untuk mengatasi berbagai jenis nyeri lainnya

(Abdurakhman et al., 2020).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, masalah yang sering muncul pada pasien

dispepsia adalah nyeri akut, defisit nutrisi dan ansietas. Peneliti membatasi hanya

mengatasi masalah keerawatan nyeri akut pada pasien dispepsia dengan penerapan

terapeutik nonfarmakologi kompres hangat di Rumkital Dr Oepomo Surabaya.


3

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui penerapan kompres air hangat pada pasien dispepsia di

Rumkital Dr. Oepomo Surabaya.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pengkajian pada pasien dengan masalah nyeri akut di

Rumkital Dr. Oepomo Surabaya.

b. Mengidentifikasi diagnosa keperawatan pada pasien dengan masalah

nyeri akut di Rumkital Dr. Oepomo Surabaya.

c. Mengidentifikasi intervensi keperawatan pada pasien dengan masalah

nyeri akut di Rumkital Dr. Oepomo Surabaya.

d. Mengidentifikasi implementasi pemberian kompres hangat pada pasien

dengan masalah nyeri akut di Rumkital Dr. Oepomo Surabaya.

e. Menganalisa penerapan pemberian kompres hangat pada pasien dengan

masalah nyeri akut di Rumkital Dr. Oepomo Surabaya.

D. Manfaat Penelitian

1. Pelayanan Kesehatan

Menambah informasi dan pengetahuan bagi pelayanan kesehatan metode

penerapan kompres hangat dalam mengatasi masalah keperawatan nyeri

akut. Sehingga dapat diterapkan dalam tindakan mandiri perawat diruangan.


4

2. Institusi Pendidikan

Sebagai wahana informasi tentang salah satu tindakan mandiri perawat

dalam mengatasi masalah keperawatan nyeri akut dengan pemberian terapi

non farmakologis kompres hangat

3. Penelitian keperawatan

Menambah literatur dan pengetahuan dalam mengatasi masalah keperawatan

dalam penerapan terapi non farmakologi yaitu pemberian kompres hangat.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori

1. Konsep Dispepsia

Dispepsia adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan nyeri atau rasa

tidak nyaman pada perut bagian atas atau ulu hati (Irianto, 2015). Makan yang

tidak teratur memicu timbulnya berbagai penyakit karena terjadi ketidak

seimbangan dalam tubuh. Ketidak teraturan ini berhubungan dengan waktu

makan. Biasanya, ia berada dalam kondisi terlalu lapar namun kadang-kadang

terlalu kenyang. Sehingga kondisi lambung dan pencernaannya menjadi

terganggu. Faktor yang memicu produksi asam lambung berlebihan, diantaranya

beberapa zat kimia, seperti alcohol, umumnya obat penahan nyeri, asam cuka.

Makanan dan minuman yang bersifat asam, makanan yang pedas serta bumbu

yang merangsang, semua faktor pemicu tersebut dapat mengakibatkan dispepsia

(Warianto, 2011).

Penyakit dispepsia adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan nyeri

atau rasa tidak nyaman pada perut bagian atas atau ulu hati (Irianto, 2015)

dalam Fithriyana (2018). Dispepsia juga merupakan salah satu masalah kesehatan

yang sangat sering ditemui dalam kehidupan sehari‐hari keluhan kesehatan yang

berhubungan dengan makan atau keluhan yang berhubungan dengan gangguan

saluran cerna (Pardiansyah dan Yusran, 2016). Octaviana dan Anam (2018) juga

menegaskan, dispepsia termasuk salah satu jenis penyakit yang tidak menular

namun akibat paparan penyakit tersebut dapat menyebabkan mortalitas yang

5
6

sangat tinggi. Penderita dispepsia biasanya terjadi tidak hanya di Indonesia,tetapi

juga terjadi di seluruh Dunia. Di dalam kehidupan masyarakat umum, penyakit

dispepsia sering di samakan dengan penyakit maag, di karenakan terdapat

kesamaan gejala antara keduanya. asumsi ini sebenarnya kurang tepat, karena

kata maag berasal dari bahasa Belanda, yang berarti lambung, sedangkan kata

dispepsia berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua kata yaitu “dys” yang

berarti buruk dan “peptei“ yang berarti pencernaan. Jadi dispepsia berarti

pencernaan yang buruk (Fithriyana, 2018). Menurut Arsyad dkk (2018), ada

beberapa gejala penyakit dispepsia yaitu seperti nyeri epigastrik, rasa penuh pada

bagian epigastrik, dan perut terasa penuh saat makan (cepat kenyang), mual dan

muntah.

2. Etiologi

Menurut Sorongan dkk (2013) Penyebab timbulnya dispepsia adalah faktor

diet dan lingkungan, sekresi cairan asam lambung, fungsi motorik lambung,

persepsi visceral lambung, psikologi, dan infeksi Helicobacterpylori. Disamping

itu, hasil pengamatan Soewadji (2012) menemukan bahwa, jeda antara jadwal

makan yang lama dan ketidak teraturan makan ternyata sangat erat kaitannya

dengan timbulnya gejala dispepsia atau dengan kata lain pola makan yang tidak

teratur dapat menyebabkan dispepsia. Pola makan yang tidak teratur umunya

menjadi masalah yang sering timbul pada remaja perempuan. Aktivitas yang

tinggi baik kegiatan disekolah maupun di luar sekolah menyebabkan makan

menjadi tidak teratur. Penyebab dispepsia dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :


7

a. Dyspepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai

penyebabnya (misalnya tukak peptic, gastritis, pankreastitis,kolesistitis dan

lainnya).

b. Dyspepsia non organik atau dyspepsia fungsional atau dyspepsia

nonulkus (DNU), bila tidak jelas penyebabnya.

3. Patofisiologi

Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-

zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan

makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung

dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding

lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL

yang akan merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga

rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak

adekuat baik makanan maupun cairan.


8

4. WOC
Di bawah ini merupakan Web of Coution Dispepsia
Faktor Intrinsik:
Faktor Ekstrinsik: 1. Sekresi cairan asam lambung
1. Diet 2. Fungsi motorik lambung
2. Lingkungan 3. infeksi
3. Psikologi (stress)

Dyspepsia Organik Dyspepsia Nonorganik


1. Pectic Dispepsia Dyspepsia nonulkus
2. Gastritis (DNU), bila tidak jelas
3. pankreastitis,kolesistitis penyebabnya

B1 B6
B2 B3 B4 B5

Keseimbangan Asam
Hiperermia Helicobacter Zat Iritasi sel
ventilasi perfusi lambung
Pylori korosif epitel

Penurunan O2
Asidosis Menempel di Produksi Hcl Penghancuran
Peningkatan
Metabolik epitel meningkat kapiler
Atrofi gaster asam
lambung
mukosa menipis
Ranjatan Pendarahan
Radang Produksi
hipovolemik
Rusak mukosa mukosa
Kehilangan
mukosa lambung Anemia
PH darah fungsi kelenjar
lambung Iritasi
menurun fundus
Hipotalamus lambung
Difusi Metabolisme
Rangsangan kembali Hcl menurun
Penurunan
pusat pernafasan dan pepsin Asam
volume darah
lambung
Kelemahan
Nafas cepat Penurunan Inflamasi otot
absorbsi vit 12 Mual
Nyeri muntah
Gg. Pola napas Intoleransi
Anemia epigastrum aktivitas
Hipovolemia
Resiko perfusi Anoreksia
perifer tidak
Sumber : Padila, 2021
efektif Defisit nutrisi
9

Gambar 2.1 Web Of Coution Masalah Keperawatan pada Dyspepsia


1

5. Manifestasi Klinik
Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan/ gejala yang dominan,

membagi dispepsia menjadi tiga tipe :

a. Dispepsia dengan keluhan seperti ulkus, dengan gejala :

1) Nyeri epigastrum terlokalisasi

2) Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antacid

3) Nyeri saat lapar

4) Nyeri episodic

b. Dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas, dengan gejalaseperti :

1) Mudah kenyang

2) Perut cepat terasa penuh saat makan

3) Mual

4) Muntah

5) Upper abdominal boating

6) Rasa tak nyaman bertambah saat makan

c. Dispepsia non-spesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe diatas)(Mansjoer, et

al, 2007).

Sindroma dispepsia dapat bersifat ringan, sedang, dan berat,sertadapat akut

atau kronis sesuai dengan perjalanan penyakitnya.Pembagian akut dan kronik

berdasarkan atas jangka waktu tiga bulan.Nyeri dan rasa tidak nyaman pada

perut atas atau dada mungkin disertai dengan sendawa dan suara usus yang keras
1

(borborigmi).Pada beberapa penderita, makan dapat memperburuk nyeri; pada

penderita yang lain, makan bisa mengurangi nyerinya.Gejala lain meliputi nafsu

makanyang menurun,mual, sembelit,diare dan flatulensi (perut kembung). Jika

d ispepsia menetap selama lebih dari beberapa minggu,atau tidak memberi

respon terhadap pengobatan,atau disertai penurunan berat badan ataugejala lain

yang tidak biasa, maka penderita harus menjalani pemeriksaan.

6. Klasifikasi

Dispepsi diklasifikasikan menjadi dua, yaitu organik (struktural) dan

fungsional (non-organik). Pada dispepsia organik terdapat penyebab yang mendasari,

seperti penyakit Ulkus peptikum (Peptik Ucer Disease/PUD), GERD (Gastro

Esophageal Reflux Disesase), Kanker penggunaan alkohol atau obat Kronis. Non-

organik (Fungsional) ditandai dengan nyeri atau tidak nyaman perut bagian atas

yang kronis atau berulang, tanpa abnormalitas pada pemeriksaan fisik dan endoskopi.

7. Faktor Resiko

Faktor diet (makanan dibakar, cepat saji, berlemak, pedas, kopi, teh) dan pola

hidup (merokok, alkohol, obat NSAID/ aspirin, kurang olahraga) diyakini

berkontribusi pada dispepsia.1,3-5 Rokok dianggap menurunkan efek perlindungan

mukosa lambung, sedangkan alkohol dan obat anti inflamasi berperan meningkatkan

produksi asam lambung. Faktor risiko dispepsia organik antara lain:usia >50 tahun,

riwayat keluarga kanker lambung, riwayat ulkus peptikum, kegagalan terapi, riwayat

perdarahan saluran cerna, anemia, penurunan berat badan, muntah persisten,


1

perubahan kebiasaan buang airbesar, penggunaan NSAID dosis tinggi atau jangka

panjang, alkohol kronis, dll.

8. Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium lebih banyak di tekankan untuk menyingkirkan penyebab organik

lainnya seperti antara lain: pankreasitis kronis, DM. Pada dispepsia biasanya

hasil laboratorium dalam batas normal.

b. Pemeriksaan radiologi yaitu, OMD dengan kontras ganda serologihelicobacter

pylori.

c. Endoskopi

d. CLO (Rapid urea test)

e. Patologi anatomi

f. Kultur mikroorganisme jaringan

g. PCR (Polymerase Chain Reaction)

9. Komplikasi

a. Pendarahan saluran cerna

b. Kanker lambung

c. Ulkus peptikum bahkan kematian

10. Penatalaksanaan

Berdasarkan Konsensus Nasional Penanggulangan Helicobacter pylori 1996,

ditetapkan skema penatalaksanaan dispepsia, yang dibedakan bagi sentra kesehatan

dengan tenaga ahli (gastroenterolog atau internis) yang disertai fasilitas endoskopi
1

dengan penatalaksanaan dispepsia di masyarakat. Pengobatan dispepsia mengenal

beberapa golongan obat, yaitu:

a. Antasida 20-150 ml/hari

Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasida akan generalisir sekresi

asam lambung. Antasida biasanya mengandung Na bikarbonat, Al(OH)3,

Mg(OH)2, dan Mg triksilat.Pemberian antasid jangan terus menerus,sifatnya

hanya simtomatis, untuk mengurangi rasa nyeri. Mg triksilat dapat dipakai dalam

waktu lebih lama,juga berkhasiat sebagai absorben sehingga bersifat nontoksik,

namun dalam dosis besar akan menyebabkan diare karena terbentuk senyawa

MgCl2

b. Antikolinergik

Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak selektif

yaitu: pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat menekan

seksresi asam lambung sekitar 28-43%. Pirenzepin juga memiliki efek

sitoprotektif.

c. Antagonis reseptor H2

Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik atau

esensial seperti tukak peptik.Obat yang termasukgolongan antagonis respetor H2

antara lain simetidin, roksatidin, ranitidin, dan famotidin.


1

d. Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI)

Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir dari

proses sekresi asam lambung. Obat-obat yang termasuk g olongan PPI adalah

omeperazol, lansoprazol, dan pantoprazol.

e. Sitoprotektif

Prostoglandin sintetik seperti misoprostol (PGE1) dan enprostil (PGE2). Selain

bersifat sitoprotektif, juga menekan sekresi asam lambung oleh sel parietal.

Sukralfat berfungsi meningkatkan sekresi prostoglandin endogen, yang

selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan produksi mukus dan

meningkatkan sekresi bikarbonat mukosa, serta membentuk lapisan protektif

(site protective), yang bersenyawa dengan protein sekitar lesi mukosa saluran

cerna bagian atas (SCBA).

f. Golongan prokinetik

Obat yang termasuk golongan ini, yaitu sisaprid, domperidon, dan

metoklopramid. Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia

fungsional dan refluks esofagitis dengan mencegah refluks dan memperbaiki

bersihan asam lambung (acid clearance) (Mansjoeret al, 2007).

g. Psikoterapi dan psikofarmaka (obat anti- depresi dan cemas)

Pada pasien dengan dispepsia fungsional, karena tidak jarang keluhan yang

muncul berhubungan dengan faktor kejiwaan seperti cemas dan depresi (Sawaludin,

2005). Sedangkan penatalaksanaan Non Farmakologi nya adalah sebagai berikut:


1

a. Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung.

b. Menghindari faktor resiko sepeti alkohol, makanan yang pedas, obat-obatan

yang belebihan, nikotin rokok, stress dan atur pola makan.

B. Konsep Nyeri

1. Definisi Nyeri

Nyeri akut merupakan pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan

dengan kerusakan jaringan aktual maupun fungsional dengan waktu yang mendadak

atau lambat dengan intensitas ringan hingga berat yang berlangsung selama 3 bulan,

penyebabnya dapat berupa agen pencidera fisiologs (inflamasi, iskemia, neoplasma),

agen pencedera kimia (terbakar, bahan kimia iritan), dan agen pencedera fisik (abses,

amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan

fisik berlebihan) (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018).

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan bersifat

sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam halskala atau

tingkatannya dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi

rasa nyeri yang dialaminya.

2. Klasifikasi Nyeri

Adapun klasifikasi nyeri di bagi, sebagai berikut:

a. Klasifikasi nyeri berdasarkan awitan

Nyeri berdasarkan waktu kejadian dapat dikelompokkan sebagai berikut:


1

1) Nyeri akut

Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi dalam waktu atau durasi 1 detik sampai

dengan kurang dari 6 bulan. Nyeri akut dapat menghilang dengan sendirinya

dengan atau tanpa tindakan setelah kerusakan jaringan sembuh.

2) Nyeri kronis

Nyeri kronis adalah nyeri yang terjadi dalam waktu lebih dari 6 bulan. Nyeri

kronis umumnya timbul tidak teratur. Intermiten atau bahkan permanen.

Nyeri ini menimbulkan kelelahan mental dan fisik bagi penderitanya.

b. Klasifikasi nyeri berdasarkan lokasi

Berdasarkan lokasi nyeri, nyeri dapat di bedakan menjadi dua jenis yaitu:

1) Nyeri somatic dalam (deep somatic plan) adalah nyeri yang terjadi pada otot

tulang serta struktur penyokong lainnya, umumnya nyeri bersifat tumpul dan

stimulasikan dengan adanya pereganggan iskemik.

2) Nyeri visceral adalah nyeri yang disebabkan oleh kerusakan organ interna

serta menjalar ke organ lain, sehingga nyeri pada beberapa tempat dan lokasi.

3. Faktor yang mempengaruhi nyeri

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri antara lain :

a. Usia

Perbedaan usia dapat berespon berbeda terhadap nyeri. Anak-anak memiliki

kesulitan untuk memahami dan mengekspresikan nyeri. Pada lansia lebih untuk

melaporkan nyeri karena persepsi nyeri yang harus mereka terima, menyangkal
1

merasakan nyeri karena takut akan konsekuensi atau tindakan medis yang

diterima terhadap penyakit.

b. Jenis Kelamin

Seseorang pria biasanya lebih kuat sehingga tertanam kan lebih tahan terhadap

nyeri dibandingkan perempuan.

c. Kebudayaan

Beberapa kebudayaan meyakini bahwa memperlihatkan nyeri adalah sesuatu

yang wajar namun ada kebudayaan yang mengajarkan untuk menutup perilaku

untuk tidak memperlihatkan nyeri.

d. Makna nyeri

Makna nyeri mempengaruhi pengalaman nyeri dan adaptasi terhadap nyeri

bantuan dan perlindungan walaupun nyeri tetap dirasakan namun kehadiran

orang yang dicintai akan menimbulkan ketakutan.

4. Tanda dan Gejala Nyeri Akut

Pasien dengan nyeri akut biasanya menunjukkan gejala dan tanda mayor

maupun minor seberti berikut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018):

a. Gejala dan tanda mayor

1) Secara subyektif pasien mengeluh adanya nyeri.

2) Secara objektif pasien nampak meringis, menunjukkan protektif (misalnya

waspada posisi menghindari nyeri) tampak gelisah frekuensi nadi meningkat,

adanya kesulitan tidur.


1

b. Gejala dan tanda minor

1) Secara subjektif tidak tersedia gejala minor pada nyeri akut.

2) Secara objektif adanya peningkatan tekanan darah, perubahan pla napas

perubahan napsu makan, proses berpikir, pasien menarik diri berfokus diri

sendiri.

5. Penilaian Respon Insentensitas Nyeri

Ada beberapa cara untuk membantu mengetahui akibat nyeri menggunakan

skala assessment nyeri unidimensional (tunggal) atau multidimensi.

a. Unidimensional:

Hanya mengukur intensitas nyeri

1) Cocok (appropriate) untuk nyeri akut

2) Skala yang biasa digunakan untuk evaluasi pemberian analgetik

3) Skala assessment nyeri unidimensional ini meliputi:

a) Visual Analog Scale (VAS)

Visual analog scale (VAS) adalah cara yang paling banyak digunakan

untukmenilai nyeri. Skala linier ini menggambarkan secara visual gradasi

tingkat nyeri yang mungkin dialami seorang pasien. Rentang nyeri

diwakili sebagai garis sepanjang 10 cm, dengan atau tanpa tanda pada tiap

sentimeter. Tanda pada kedua ujung garis ini dapat berupa angka atau

pernyataan deskriptif.
1

Ujung yang satu mewakili tidak ada nyeri, sedangkan ujung yang lain

mewakili rasa nyeri terparah yang mungkin terjadi. Skala dapat dibuat

vertikal atau horizontal. VAS juga dapat diadaptasi menjadi skala

hilangnya/reda rasa nyeri. Digunakan pada pasien anak >8 tahun dan

dewasa. Manfaat utama VAS adalah penggunaannya sangat mudah dan

sederhana. Namun, untuk periode pasca bedah, VAS tidak banyak

bermanfaat karena VAS memerlukan koordinasi visual dan motorik serta

kemampuan konsentrasi. VAS adalah suatu instrumen yang digunakan

untuk menilai intensitas nyeri dengan menggunakan sebuah tabel garis 10

cm dengan pembacaan skala 0–100 mm dengan rentangan makna:

Tabel 2.1 Rentang Skala VAS


Skala VAS Interpretasi
>0 - <10 mm Tidak Nyeri
≥10 – 30 mm Nyeri Ringan
≥30 – 70 mm Nyeri sedang
≥ 70 – 90 mm Nyeri berat
≥ 90 – 100 mm Nyeri sangat berat

Cara penilaiannya adalah penderita menandai sendiri dengan pensil

pada nilai skala yang sesuai dengan intensitas nyeri yang dirasakannya

setelah diberi penjelasan dari peneliti tentang makna dari setiap skala

tersebut. Penentuan skor VAS dilakukan dengan mengukur jarak antara

ujung garis yang menunjukkan tidak nyeri hingga ke titik yang

ditunjukkan pasien.
2

0 mm

100mm

0mm 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Tidak Nyeri Sangat Nyeri

Gambar 2.2 Skala VAS untuk Pasien dan untuk Fisioterapis

Persyaratan melakukan pengukuran nyeri dengan menggunakan skala

VAS:

(a) Penderita sadar atau tidak mengalami gangguan mental/kognitif

sehingga dapatberkomunikasi dengan fisioterapis.

(b) Penderita dapat melihat dengan jelas, sehingga penderita dapat

menunjuk titik pada skalaVAS berkaitan dengan kualitas nyeri yang

dirasakannya.

(c) Penderita kooperatif, sehingga pengukuran nyeri dapat terlaksana.

Catatan: anak kecil, meskipun sadar, namun tidak kooperatif

untuk berkomunikasi.

Agar pengukuran dapat berjalan sebagai mestinya, sebelum

dilakukan pengukuran pasien diberi penjelasan mengenai pengukuran


2

yang akan dilakukan beserta prosedurnya. Kemudian pasien diminta

untuk memberi tanda pada garis sesuai dengan intensitas nyeri yang

dirasakan pasien.

VAS merupakan metode pengukuran intensitas nyeri yang sensitif,

murah dan mudah dibuat, VAS lebih sensitif dan lebih akurat dalam

mengukur nyeri dibandingkan dengan pengukuran deskriptif,

Mempunyai korelasi yang baik dengan pengukuran yang lain, VAS

dapat diaplikasikan pada semua pasien, tidak tergantung bahasa bahkan

dapat digunakan pada anak- anak di atas usia 5 tahun, VAS dapat

digunakan untuk mengukur semua jenis nyeri namun VAS juga

memiliki kekurangan yaitu VAS memerlukan pengukuran yang teliti

untuk memberikan penilaian, pasien harus hadir saat dilakukan

pengukuran, serta secara visual dan kognitif mampu melakukan

pengukuran.VAS sangat bergantung pada pemahaman pasien terhadap

alat ukur

b) Verbal Rating Scale (VRS)

Skala ini menggunakan angka-angka 0 sampai 10 untuk

menggambarkan tingkat nyeri. Dua ujung ekstrem juga digunakan pada

skala ini, sama seperti pada VAS atau skala reda nyeri . Skala numerik

verbal ini lebih bermanfaat pada periode pascabedah, karena secara alami

verbal / kata-kata tidak terlalumengandalkan koordinasi visual dan motorik.


2

Skala verbal menggunakan kata - kata dan bukan garis atau angka untuk

menggambarkan tingkat nyeri. Skala yang digunakan dapat berupa tidak ada

nyeri, sedang, parah. Hilang/redanya nyeri dapat dinyatakan sebagai sama

sekali tidak hilang, sedikit berkurang, cukup berkurang, baik/ nyeri hilang

sama sekali. Karena skala ini membatasi pilihan katapasien, skala ini tidak

dapat membedakan berbagai tipe nyeri.

Gambar 2.3 Verbal Rating Scale (VRS)

c) Numeric Rating Scale (NRS)

Dianggap sederhana dan mudah dimengerti, sensitif terhadap dosis,

jenis kelamin,dan perbedaan etnis. Lebih baik daripada VAS terutama untuk

menilai nyeri akut. Namun, kekurangannya adalah keterbatasan pilihan kata

untuk menggambarkan rasa nyeri, tidak memungkinkan untuk membedakan

tingkat nyeri dengan lebih teliti dan dianggap terdapat jarak yang sama antar

kata yang menggambarkan efekanalgesik.

Gambar 2.4 Numeric Rating Scale (NRS)


2

d) Wong Baker Pain Rating Scale

Digunakan pada pasien dewasa dan anak >3 tahun yang tidak dapat

menggambarkan intensitas nyerinya dengan angka .

Gambar 2.5. Wong Baker Pain Rating Scale

b. Multidimensional

1) Mengukur intensitas dan afektif (unpleasantness) nyeri

2) Diaplikasikan untuk nyeri kronis

3) Dapat dipakai untuk penilaian klinis

4) Skala multidimensional ini meliputi:

a) McGill Pain Questionnaire (MPQ)

Terdiri dari empat bagian: (1) gambar nyeri, (2) indeks nyeri (PRI),

(3) pertanyaan- pertanyaan mengenai nyeri terdahulu dan lokasinya;

dan (4) indeks intensitas nyeri yang dialami saat ini. Terdiri dari 78 kata

sifat/ajektif, yang dibagi ke dalam 20 kelompok. Setiap set mengandung

sekitar 6 kata yang menggambarkan kualitas nyeri yang makin meningkat.


2

Kelompok 1 sampai 10 menggambarkan kualitas sensorik nyeri (misalnya,

waktu/temporal, lokasi/spatial, suhu/thermal). Kelompok 11 sampai 15

menggambarkan kualitas efektif nyeri (misalnya stres, takut, sifat-sifat

otonom). Kelompok 16 menggambarkan dimensi evaluasi dan kelompok

17 sampai 20 untuk keterangan lain-lain dan mencakup kata-kata spesifi

k untuk kondisi tertentu. Penilaian menggunakan angka diberikan untuk

setiap kata sifat dan kemudian dengan menjumlahkan semua angka

berdasarkan pilihan kata pasien maka akan diperoleh angka total.

b) The Brief Pain Inventory (BPI)

Adalah kuesioner medis yang digunakan untuk menilai nyeri. Awalnya

digunakan untuk mengassess nyeri kanker, namun sudah divalidasi juga

untuk assessment nyeri kronik.

c) Memorial Pain Assessment Card

Merupakan instrumen yang cukup valid untuk evaluasi efektivitas dan

pengobatannyeri kronis secara subjektif. Terdiri atas 4 komponen penilaian

tentang nyeri meliputi intensitas nyeri, deskripsi nyeri, pengurangan nyeri

dan mood.
2

Gambar 2.6. Memorial Pain Assessment Card

d) Catatan harian nyeri (Pain diary)

Adalah catatan tertulis atau lisan mengenai pengalaman pasien dan

perilakunya. Jenis laporan ini sangat membantu untuk memantau variasi

status penyakit sehari- hari dan respons pasien terhadap terapi. Pasien

mencatat intensitas nyerinya dan kaitan dengan perilakunya, misalnya

aktivitas harian, tidur, aktivitas seksual,kapan menggunakan obat, makan,

merawat rumah dan aktivitas rekreasi lainnya. Penilaian nyeri pada pasien

anak tersebut. Sehingga edukasi/ penjelasan terapis/ pengukur tentang

VAS terhadap pasien sangat dibutuhkan.

6. Nyeri pada pasien Dyspepsia

Dyspepsia disebabkan hipersekresi asam hingga dinding lambung yang

dirangsang secara kontinu akhirnya mengakibatkan peradangan lambung.

Peradangan lambung ini mengakibatkan mukosa lambung menjadi edema dan


2

hipermik (kongesti dengan jaringan, cairan dan darah) dan mengalami erosi

superfisial, bagian ini mensekresi sejumlah getah lambung yang mengandung

sangat sedikit asam tetapi banyak mukus. Ulserasi superfisial dapat terjadi dan

dapat mengakibatkan hemoragi yang dapat menyebabkan nyeri (Padila, 2021).

C. Konsep Terapi Kompres Hangat

1. Definisi Kompres Hangat

Kompres hangat adalah tindakan yang dilakukan dengan memberi cairan

hangat yang dapat meningkatkan aliran darah ke bagian tubuh yang mengalami

cedera, kemudian meningkatkan pengiriman leukosit dan antibiotik ke daerah yang

mengalami luka, meningkatkan relaksasi otot dan mengurangi nyeri akibat spasme

atau kekakuan, sehingga dapat meningkatkan aliran darah (Padila C, 2021).

2. Tujuan Kompres Hangat

Tujuan dari kompres hangat adalah sebagai berikut:

a. Melebarkan pembuluh darah dan memperbaiki peredaraan darah di dalam

jaringan tersebut.

b. Pada otot, panas memiliki efek menurunkan ketegangan dan nyeri dirasakan.

c. Meningkatkan sel darah putih secara total dan fenomena reaksi peradangan serta

adanya dilatasi pembuluh darah yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi darah

serta meningkatkan tekanan kapiler. Tekanan oksigen dan karbondioksida

didalam darah akan meningkat sedangkan ph dalam darah akan mengamami

penurunan.
2

3. Persiapan Alat Untuk pemberian Kompres

Persiapan alat yang dibutuhkan dalam melakukan kompres hangat sebagai

berikut:

a. Baki berisi:

1) Baskom kecil atau WWZ berisi air dengan suhu <42°C. Alat yang

digunakan untuk mengukur suhu air adalah thermometer analog.

2) Pengalas (perlak atau kain penyerap air)

b. Prosedur

1) Identifikasi pasien menggunakan minimal dua identitas (nama lengkap,

tanggal lahir, dan/atau nomor rekam medis.

2) Jelaskan tujuan dan langkah-langka prosedur.

3) Siapkan alat dan bahan yang diperlukan

a) Sarung tangan bersih

b) Alat kompres hangat

c) Kain penutup kompres

4) Pilih alat kompres yang nyaman dan mudah didapatkan (seperti kemasan gel

beku kain atau handuk)

5) Periksa suhu alat kompres

6) Lakukan kebersihan tangan 6 langkah

7) Pasang sarung tangan bersih

8) Pilih lokasi kompres

9) Balut alat kompres hangat dengan kain, jika perlu


2

10) Lakukan kompres hangat pada daerah yang sudah dipilih

11) Hindari penggunaan kompres pada jaringan yang terpapar terapi radiasi

12) Rapikan pasien dan lat-alat yang digunakan

13) Lepaskan sarung tangan

14) Lakukan kebersihan tangan 6 langkah

15) Dokumentasikan prosedur yang dilakukan dan respon pasien (Tim Pokja

PPNI DPP SOP, 2018).

4. Penerapan Kompres Hangat Pada Pasien Dyspepsia

Penerapan kompres hangat pada pasien dyspepsia dilakukan pada area

epigastrium (ulu hati) selama 10-15 menit selama 3 hari dapat diberikan tiga kali atau

lebih dalam sehari dianjurkan dilakukan apabila nyeri terasa (Abdurakhman, 2020).

D. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas : usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, lingkungan dan sosial

ekonomi

b. Keluhan utama : Pasien biasanya mengalami nyeri ulu hati

P: pasien menyatakan nyeri ulu hati saat makan terlambat dn pedas

Q: nyeri terasa melilit

R :nyeri terasa di perut bagian kiri

S: skala nyeri 6 (nyeri sedang)

T: nyeri hilang timbul

c. Riwayat kesehatan sekarang


2

Kapan terjadinya nyeri upaya yang dilakukan untuk mengatasi nyeri ulu hati

mual muntah nafsu makan menurun, faktor pencetus yang mengakibatkan nyeri

kualitas nyeri lokasi skala dan berapa lama nyeri timbul.

d. Riwayat penyakit dahulu

Adanya penyakit dyspepsia atau penyakit-penyakit lain yang ada kaitannya

dengan dyspepsia. Tindakan medis yang perna didapat atau obat-obatan yang

digunakan.

e. Aspek Penunjang

1) Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan umum : tampak kesakitan pada saat pemeriksaan fisik terdapat

nyeri tekan pada epigastric

b) Tanda-tanda vital meliputi tekanan darah, suhu nadi pernafasan

c) Breathing (B1)

Pada pasien dyspepsia terdapat takipnea

d) Blood (B2)

Terdapat takikardi, hipotensi anemia disaritmia nadi perifer lemah

pengisian perifer lambat warna kulit pucat

e) Brain (B3)

Kesadaran komposmentis pada kasus yang lebih parah, sakit kepala,

kelemahan, tingkat kesadaran dapat terganggu disorientasi nyeri

epigastrum
3

f) Bledder (B4)

Oliguria gangguan keseimbangan cairan

g) Bowel(B5)

Anemia anoreksia mual muntah nyeri ulu hati tidak toleran terhadap

makanan pedas kecut.

h) Bone (B6)

Kelelahan dan kelemahan

2. Diagnosa Keperawatan

a. Diagnosa Aktual

1) Nyeri b.d. agen pencedera fisiologis ( inflamasi, iskemic, neoplasma) d.d.

mengeluh nyeri, tampak meringis, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit

tidur (D.0077)

2) Defisit Nutrisi b.d. ketidakmampuan mengabsobsi nutrien d.d. napsu makan

menurun dan bising usus hiperaktif (D.0019)

3) Hipovolemia b.d. kehilangan cairan aktif (mual Muntah) d.d. frekuensi nadi

meningkat, nadi lemah membran mukosa kering (D.0023)

4) Intoleransi aktivitas b.d. kelemahan d.d. mengeluh lelah dispnea saat/

setelah aktivitas dan merasa lemah (D.0056)

b. Diagnosa Resiko

1) Resiko perfusi perifer tidak efektif d.d. prosedur endovaskuler (penurunan

suplai O2 ke jaringan (D.0015)


3

3. Intervensi Keperawatan

Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan


No Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
dengan agen pencedera (L.08066) (1.08238)
fisiologis (inflamasi, Definisi :
iskemia, neoplasma) Definisi: pengalaman mengidentifikasi dan
(SDKI, D.0077 hal.172) sensorik atau emosional mengelolah
yang berkaitan dengan pengalaman sensorik
Kategori: psikologi kerusakan jaringan atau emosional yang
Subkategori: nyeri dan actual atau fungsional berkaitan dengan
kenyamanan dengan onset mendadak kerusakan jaringan atau
atau lambat dan fungsional dengan
Definisi: pengalaman berintensitas ringan onset mendadak atau
sensorik atau emosional hingga berat dan konstan lambat dan
yang berkaitan dengan berintensitas ringan
kerusakan jaringan actual Ekspektasi : menurun hingga berat dan
atau fungsional dengan konstan
onset mendadak atau Kriteria hasil:
lambat dan berintensitas Tindakan
a. Kemampuan
ringan hingga berat yang Observasi
menuntaskan aktivitas
berlangsung kurang dari 3 1. Identifikasi lokasi,
meningkat
bulan karakterisik, durasi,
b. Keluhan nyeri
frekuensi, kualitas
menurun
Gejala dan tanda mayor intensitas nyeri
c. Ekpresi meringis
Subjektif 2. Identifikasi skala
menurun
Mengeluh nyeri nyeri
d. Sikap protektif
Objektif 3. Identifikasi respon
menurun
1. Tampak meringis nyeri non verbal
e. Grlisa menurun
2. Bersikap protektif (mis. 4. Identifikasi faktor
f. Kesulitan tidur
waspada, posisi yang memperberat dan
menurun
menghindari nyeri) memperingan nyeri
g. Frekuensi nadi
3. Gelisah 5. Indentifikasi
membaik
4. Frekuensi nadi pengetahuan dan
h. Pola nafas membaik
meningkat keyakinan tentang
i. Tensi membaik
5. Sulit tidur nyeri
j. Napsu makan
Gejala dan tanda minor 6. Indentifikasi
membaik
Subjektif pengaruh budaya
(tidak tersedia) terhadap nyeri
Objektif 7. Identifikasi pengaruh
1.Tekanan darah nyeri pada kualitas
meningkat hidup
2. Pola napas berubah 8. Monitor keberhasilan
3

3. Nafsu makan berubah terapi komplementer


4. Proses berfikir yang sudah di berikan
terganggu 9. Monitor efek
5. Menarik diri samping penggunaan
6. Berfokus pada diri analgesic
sendiri
7. Diaforesis Terapeutik
Kondisi klinis terkait 1. Berikan teknik non
1. Kondisi pembedahan farmakologis untuk
2. Cidera traumatis mengurangi rasa nyeri
3. Infeksi (mis TENS, hipnotis,
4. Sindrome trauma akut akupresur terapi musik
5. Glaukoma kompres hangat/dingin
terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (mis suhu
ruangan, pencahayaan
kebisingan)
3. Fasilitas istirahat dan
tidur
4. Pertimbangan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri

Edukasi
1. Jelaskan penyebab
periode dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
analgesik tepat
5. Ajarkan teknik non
farmakologi untuk
mengurangi nyeri

Kalaborasi
1. Kaloaborasi
3

pemberian analgesik
juka perlu

2 Defisit Nutrisi b.d. Status Nutrisi (L.03030 Manajemen nutrisi


ketidakmampuan (1.03119)
mengabsorbsi nutrien Definisi : Keadekuatan
(D.0019) asupan nutrisi untuk Definisi
Kategori : Fisiologis memenuhi kebutuhan Mengidentifikasi dan
Subkategori: Nutrisi dan metabolisme mengelola asupan
Cairan nutrisi yang seimbang
Ekspektasi : Membaik
Definisi : Asupan nutrisi Tindakan
tidak cukup untuk Kriteria Hasil : Observasi
memenuhi kebutuhan 1.Porsi makanan yang 1. Identifikasi status
metabolisme dihabiskan meningkat nutrisi
2. Kekuatan otot 2. Identifikasi alergi
Gejala dan tanda mayor pengunyah meningkat dan intoleransi
Subjektif : 3. Kekuatan otot makanan
(tidak tersedia) menelan meningkat 3. identifikasi
Objektif 4. Verbalisasi keinginan makanan yang disukai
1. Berat badan menurun untuk meningkatkan 4. Identifikasi
minimal 10% di bawah nutrisi meningkat kebutuhan kalori dan
rentang ideal, 5. Pengetahuan tentang nutrien
Gejala dan tanda minor pilihan minuman yang 5. Identifikasi perlunya
Subjektif sehat meningkat penggunaan selang
1. Cepat kenyang setelah 6. Pengetahuan tentang nasogastrik
makan standar asupan nutrisi 6. Monitor asupan
2. Kram/nyeri abdomen yang tepat meningkat makanan
3. Nafsu makan menurun 7. Penyiapan dan 7. Monitor berat badan
Objektif penyimpanan makanan 8. Monitor hasil
1. Bising usus hiperaktif yang aman pemeriksaan laborat
2. Otot pengunyah lemah 8. Sikap terhadap
3. Otot menelan lemah makanan/minuman Terapeutik
4. Membran mukosa pucat sesuai dengan tujuan 1. Lakukan oral
5. Sariawan kesehatan meningkat hygiene sebelum
6. Serum albumin turun makan jika perlu
7. Rambut rontok 1. Perasaan cepat 2. Fasilitasi menentuan
berlebihan kenyang menurun pedoman diet (mis
8. Diare 2. Nyeri abdomen paramida makanan)
menurun 3. Sajikan
3. Sariawan menurun makanan menarik
4. rambut rontok enurun dan suhu sesuai
5. Diare menurun 4.Berikan
makanan tinggi
serat untuk
3

1. Berat badan IMT mencegah konstipasi


membaik 5. Berikan makanan
2. Frekuensi makan tinggi kalori dan
membaik protein
3. Bising usus membaik 6. Berikan suplemen
4. Tebal lipatan kulit makanan jika perlu
trisep membaik Hentikan pemberian
5. Membran mukosa makan melalui selang
membaik nasogastrik jika asupan
oral dalat ditoleransi

Edukasi
1. Anjurkan posisi
duduk jika mampu
2. Ajarkan diet yang
diprogramkan

Kalaborasi
1. Kalaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan
mis(pereda nyeri ) jika
perlu
2. Kalaborasi ahli gizi
untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
3 Hipovolemia b.d. Status Cairan Manajemen
kehilangan cairan aktif (L.03028) Hipovolemia 1.03116
(mual Muntah) (D.0023)
Definisi: Definisi:
Definisi: Kondisi volume cairan Mengidentifikasi dan
Penurunan volume cairan intravaskuler, interstisiel mengelola penuianan
intravaskular, interstsial dan/atau intraseluler volume cairan
dan/atau intraseluler intravaskuler
Ekspektasi : membaik
Gejala dan tanda mayor Tindakan
Subjektif : (tidak tersedia) Kriteria Hasil: Observasi
Objektif 1.Kekuatan nadi 1. Periksa tanda dan
1. Frekuensi nadi meningkat gejala hipovolemia I
meningkat 2.Turgor kulit meningkat mis frekuensi nadi
2. Nadi teraba lemah 3.Output urine meningkat, nadi teraba
3. Tekanan darah menurun meningkat lemah tekanan darah
3

4. Tekanan nadi 4.Pengisian vena menurun, tekanan nadi


menyempit meningkat menyempit, turgor
5. Turgor kulit menurun kulit menurun
6. Membran mukosa 1. Ortopnea menurun membran mukosa
kering 2. Dispnea menurun kering)
7. Volume urin menurun 3. Paroxysmal nocturnal 2. Monitor intake an
8. Hematokrit meningkat dyspnea (PND) menurun output cairan
4.Ederna anasarka
Gejala dan tanda minor menurun Terapeutik
Subjektif : 5.Edema perifer 1.Hitung kebutuhan
1. Merasa lemah menurun cairan
2. Mengeluh haus 2. Berikan posisi
1.Frekuensi nadi modified trendeburg
Objektif membaik 3. Berikan asupan
1. Pengisian vena menurun 2.Tekanan darah cairan oral
2. Status mental berubah membaik
3. Suhu tubuh meningkat 3.Tekanan nadi membaik Edukasi
4. Konsentrasi urin 4.Membran mukosa 1. Anjurkan
meningkat membaik memperbanyak asupan
5. Berat badan turun tiba- 5. Jugular venous oral
tiba pressure (JVP) 2. Anjurkan
6. Kadar Hb membaik menghindari perubahan
7. Kadar Ht membaik posisi mendadak

Kalaborasi
1.Kalaborasi
pemberian cairan iv
isotonis (NaCl, RL)
2.Kalaborasi
pemberian cairan IV
hipotonis
3.Kalaborasi
pemberian cairan
koloid
4. Kalaborasi
pemberian produk
darah
3

4. Implementasi:

Tindakan yang diberikan untuk mengatasi Gangguan rasa nyaman nyeri pada

pasien dyspepsia pada rencana terapeutik non farmaklogi yaitu penerapan kompres

hangat pada area abdomen. Penerapan kompres hangat ini dilakukan selama 15

menit. Selama 3 hari (Cantika P, S. I., Adini, S., & Rahman, A. 2022).

Luaran Keperawatan:

Termoregulasi membaik, tingkat nyeri menurun status kenyamanan meningkat, dan

neurolovaskuler perifer membaik.

5. Evaluasi

Proses keperawatan berfungsi mengukur keberhasilan dari rencana dan

pelaksanaan tindakan yang meliputi 4 komponen yang dikenal istilah SOAP

(subyaktif, obyektif, Assesment, dan planning).

E. EVIDENCE BASED IN NURSING

Tabel 2.3 Evidence Based In Nursing


No Artikel Metodologi Hasil Penelitian
1 Andinna,Dwi Utami & D:Literatur Review Terapi yang sering
Imelda Rahmayunia S: Pasien yg mengalami digunakan adalah
Real in Nursing Journal nyeri Dyspepsia kompres hangat yang
(RNJ) Vol 1 No 3 V:Kompres hangat, dapat mengurangi
Desember 2018 nyeri nyeri yang dapat
http://ojsfdk.ac.id/index A:Advidence based in dilakukan mandiri
php/Nursing/index nursing oleh pasie

2 R. Nur Abdurahman, D: Pre Eksperimental Hsil yang didapatkan


Suzana dan Leny Nur S tipe one grup pretest dari intervensi dengan
Jurnal Kesehatan Vol dan post test design pemberian kompres
11 No 1 Tahun 2022 S: Pasien yg hangat selama 10-15
mengalami nyeri menit pda bagian ulu
V:Kompres hangat, hati dan abdomen
3

nyeri pasien nampak rileks


A:Advidence based in dan terjadi penurunan
nursing skala yang semula 5
menjadi 3

3 Vahideh Ebra himzadeh D:Pre Eksperimental Terapi yang sering


Attar, el al 2019 S: Pasien yg mengalami digunakan adalah
Advance nyeri Dyspepsia kompres hangat yang
V:Kompres hangat, dapat mengurangi
nyeri nyeri yang dapat
A:Advidence based in dilakukan mandiri
nursing oleh pasie

4 Intervensi Kompres D:Studi Kasus Hsil yang didapatkan


Hangat Untuk S: Pasien yg mengalami dari intervensi dengan
Menurunkan Intensitas nyeri Dyspepsia pemberian kompres
Nyeri (sudi kasus V:Kompres hangat, hangat selama 10-15
2021) nyeri menit pda bagian ulu
A:Advidence based in hati dan abdomen
nursing pasien nampak rileks
dan terjadi penurunan
skala yang semula 5
menjadi 3

5 Warm Water D:Clitical review Terapi yang sering


Relaxation Technique S: Pasien yg mengalami digunakan adalah
For Dyspepsia Patient nyeri Dyspepsia kompres hangat yang
(2021) V:Kompres hangat, dapat mengurangi
nyeri nyeri yang dapat
A:Advidence based in dilakukan mandiri
nursing oleh pasie

6 Cantika P, S. I., Adini, Penerapan studi kasus Terapi diberikan


S., & Rahman, A. . penerapan kompres selama 10 – 20 menit
(2022). Penerapan hangat selama 3 hari
Kompres Hangat S: Pasien yg mengalami
Dalam Menurunkan nyeri Dyspepsia
Skala Nyeri Pada Klien V:Kompres hangat,
Gastritis . Nursing Care nyeri
and Health Technology A:Advidence
Journal (NCHAT), 2(1),
63-70.
https://doi.org/10.56742
/nchat.v2i1.39
BAB 3

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan desain penelitian kualitatif

(qualitative research) dengan metode atau pendekatan studi kasus (case study).

Penelitian ini menerapkan terapeutik non farmakologi kompres hangat dengan

masalah keperawatan nyeri akut pada pasien gastritis di Rumkital Dr Oepomo

Surabaya (Nursalam, 2018).

B. Lokasi dan Waktu

1. Tempat penelitian

Tempat penelitian dilakukan di Rumkital Dr Oepomo Surabaya.

2. Waktu penelitian

Penelitian dilakukan selama 3 Hari dari pengambilan data awal sampai dengan

hasil akhir yaitu mulai September 2022 - November 2022.

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah satu pasien dengan diagnosa medis

dyspepsia yang di rawat di Rumkital Dr Oepomo Surabaya dan memenuhi kriteria

inklusi sebagai berikut:

1. Pasien dengan dyspepsia

2. Bersedia menjadi responden

3. Memiliki kesadaran composmentris


37
3

Pengambilan subjek dalam menelitian ini dilakukan dengan metode studi kasus.

Jumlah kasus yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 1 orang pasien dyspepsia

yang di rawat.

D. Pengumpulan Data

Setelah mendapatkan izin dari Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya dan

Karumkital Dr Oepomo Surabaya. Tahap-tahap pengumpulan data yang akan

dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:

1. Tahap Seleksi

a. Peneliti melakukan pendekatan dan pengenalan diri pada pasien dyspepsia.

b. Peneliti menjelaskan kepada klien dyspepsia mengenai tujuan dan manfaat

terapi non farmakologi kompres hangat pada penelitian ini.

c. Pasien dyspepsia yang bersedia mengikuti penelitian diminta untuk

menandatangani lembar persetujuan (informed consent) menjadi

responden.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Data yang dikumpulkan oleh peneliti yakni data umum (nama inisial, umur,

riwayat kesehatan, dll) Data yang diperoleh berasal dari data primer.

b. Peneliti mengidentifikasi nyeri pada klien dyspepsia sebelum dilakukan

terapeutik non farmakologi kompres hangat.

c. Kegiatan terapeutik non farmakologi kompres hangat dilakukan ±15 menit

dalam setiap pertemuannya. Terapi kompres hangat ini dilakukan secara

mandiri oleh peneliti.


3

d. Setalah dilakukan terapi kompres hangat peneliti mengidentifikasi nyeri

pada pasien kembali.

e. Terapi kompres hangat ini dilakukan selama 1 minggu dengan 5 kali

pertemuan.

f. Terapi kompres hangat dilakukan secara mandiri oleh peneliti dan

didampingi keluarga pasien yang menunggu.

E. Etika Penelitian

Peneliti yang menggunakan manusia sebagai subjek tidak boleh bertentangan

dengan etik. Tujuan penelitian harus etik dalam arti hal responden harus dilindungi.

Etika penelitian yang harus diperhatikan yaitu : (WHO, 2011)

1. Lembar persetujuan (Informed Consend)

Di berikan pada responden yang akan di teliti, peneliti menjelaskan maksud dan

tujuan penelitian yang di lakukan. Jika responden bersedia di teliti, maka harus

menandatangani lembar persetujuan. Jika tidak bersedia, maka peneliti tidak akan

memaksa dan tetap menghormati hak responden.

2. Tanpa nama (Anonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama

responden pada lembar pengumpulan data.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi responden di jamin dan tidak akan di sebar luaskan.

Data tersebut hanya akan di gunakan untuk laporan pada penelitian ini.
BAB 4

GAMBARAN KASUS

A. Informasi Pasien

1. Identitas Klien

Di dapatkan data hasil wawancara dan observasi yang dilakukan pada tanggal

26 September 2022 saat melakukan pengkajian pada pasien bernama Ny. R, berusia

47 tahun, bergama Islam, berasal dari suku Jawa/Indonesia, pendidikan terakhir SMA,

pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, status sudah menikah dan memiliki 3 orang anak.

Pasien tinggal di Gresik. Pasien dirawat dengan diagnosa medis Dyspepsia. Pasien

masuk tanggal 25 September 2022 di IGD pukul 23.00 WIB hasil pemeriksaan

TD: 133/83 mmHg, N: 112 x/mnt, S: 36.2 ℃ RR: 20 x/mnt, SpO2: 97%.

2. Keluhan Utama

Pasien mengatakan nyeri ulu hati hilang timbul selama lebih dari 5 menit

dengan skala nyeri 6, badannya lemas, mual dan mutah 5x, didapatkan P: nyeri

bagian ulu hati, Q: nyeri hilang timbul, R: pada satu titik (nyeri di ulu hati), S:

skala nyeri 6`, T: nyeri terasa seperti tertikam dan terasa saat

beraktivitasbahkan kadang muncul saat istirahat.

3. Riwayat Penyakit

a. Riwayat penyakit sekarang

Pasien datang di IGD Rumkital Dr. Oepomo Surabaya pada tanggal 25

September 2022 pukul 23.00 WIB bersama keluarganya dengan menggunakan

40
4

kendaraan pribadi. Pasien dibawa ke IGD dalam keadaan lemah, nyeri ulu hati

sejak 2 hari yang lalu, pasien mengatakan lebih nyaman saat duduk atau berbaring,

pasien mual dan muntah. Keadaan umum pasien lemah, kesadaran composmentis,

GCS 456, tanda-tanda vital TD: 133/83 mmHg N: 112 x/mnt S: 36.2 ℃ RR: 20

x/mnt SpO2: 99%. Pasien mendapatkan terapi inf RL 2000cc/24 jam, Inj.

Ondancentron 8mg/iv. Pasien dilakukan pemeriksaan lab hasilnya terlampir.

b. Riwayat kesehatan keluarga :

Pasien mengatakan ibu memiliki riwayat penyakit Diabetes

c. Riwayat psikososial

Pasien mengatakan tidak ingin merasakan nyeri terus menerus, pasien

berharap semoga bisa sembuh seperti semula.

B. Manifestasi Klinis

Ny. R mengalami nyeri ulu hati pada saat aktivitas bahkan kadang - kadang

saat istirahat pun muncul.Ny. R tidak pernah MRS sebelumnya dan tidak

pernah mengalami nyeri pada saat tidur maupun beraktivitas. Namun pada

saat sebelum dibawa ke RS Ny. R berupaya untuk banyak minum air putih

serta minum obat maag yang dibeli di toko obat. Namun tak kunjung ada

perubahan maka dari itu Ny. N dibawa ke RS oleh suaminya untuk di periksa.

Setelah dilakukan pemeriksaan dan penanganan awal di IGD Ny.Rmengatakan

nyeri semakin berat saat beraktivitas disertai mual muntah serta badan terasa

lemas, maka pihak RS menyarankan untuk rawat inap untuk dilakukan

pemeriksaan lebih lanjut.


4

C. Etiologi, Patofisiologi, dan Faktor Risiko Pasien

Tabel 4.1 Etiologi, Patofisiologi, dan Faktor Risiko Pasien


No. Uraian Teori Pasien Kesimpulan
1. Etiologi Menurut Ny. R menderita Ny. R mengalami
(Abdurakhman,R, nyeri ulu hati nyeri ulu hati
2020), penyebab dikarenakan hebat dikarenakan
dispepsia yaitu pola sering telat pola makan tidak
makan tidak teratur, makan dan teratur dapat
makan pedas serta kondisi capek. menyebabkan
kondisi stress yang iritasi sel epitel
menimbulkan bakteri lambung sehingga
helicobacter pylori meningkatkan
yang menyebabkan produksi HCl
hipersekresi asam meningkat
hingga dinding akibatkan produksi
lambung dirangsang mukosa
secara kontinyu dan iritasi
akhirnya lambung (Padila,
mengakibatkan 2021)
peradangan lambung.
Ini menyebabkan
mukosa lambung
menjadi edema dan
hipermik yang dapat
mengakibatkan
hemoragi dan nyeri.
2. Patofisiologi Dispepsia disebabkan Ny. N Ny. N tidak
dari kelainan organik mengatakan tidak pernah MRS
gastritis serta non pernah MRS sebelumnya dan
organik stress sebelumnya dan tidak pernah
mengakibatkan tidak mengalami nyeri
kekosongan lambung perna pada saat
dapat mengakibatkan h mengalami beraktivitas. Pasien
erosi akibat geseran nyeri pada saat memiliki
antara dinding beraktivitas. kebiasaan
lambung peningkatan Pasien memiliki buruk seperti pola
HCl di medula kebiasaan buruk makan tidak
oblongata membawa pola makan tidak teratur dan makan
impuls muntah serta teratur dan makan makanan pedas.
nyeri hebat (padila, makanan pedas.
2021). Selain dari
segi otologi dispepsia
juga helicobacter
pylori menempel di
epitel lambung
4

merusak mukosa
terjadi imflamasi
sehingga nyeri
epigastrum

3. Faktor Menurut Padila C, Ny. R menderita Faktor resiko yang


Risiko 2021, faktor resiko nyeri ulu hati dialami Ny. R
penderita dispepsia hebat sesuai dengan
diantaranya berusia dikarenakan ada teori menurut
produktif, riwayat pola Padila, 2021 yang
Diasanya pasien makan tidak mana faktor resiko
berjenis kelamin teratur. Selain itu terjadinya
Perempuan. usia Ny. N yaitu dispepsia adalah
47 tahun berusia produktif,
biasanya pasien
berjenis kelamin
Perempuan

D. Pemeriksaan

Tabel 4.2 Pemeriksaan Penunjang


Data Penunjang/Hasil Pemeriksaan Diagnostic

26 September 2022
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan Keterangan
Darah Lengkap
Leukosit 5.72 10^3/μL 4.00 – 10.00 Normal
Neutrofil# 3.05 10^3/μL 2. 0 – 7.00 Normal
Limfosit# 0.90 10^3/μL 0.80 – 4.00 Normal
Hemoglobin 12.60 g/dL 12 – 15 Normal
Hematokrit 36.90 % 37.0 – 47.0 Normal
Eritrosit 4.31 10^6/μL 3.50-5.00 Normal
MCV 85.7 fmol/cell 80 – 100 Normal
MCH 29.2 pg 26 – 34 Normal
MCHC 34.5 g/dL 32 – 36 Normal
RDW_CV 13.4 % 11.0 – 16.0 Normal
RDW_SD 44.1 fL 35.0 – 56.0 Normal
Trombosit
PCT 1.281 10^3/µL 1.08 – 2.82 Normal
Diabetes
Gula darah puasa 394 mg/dL 74 – 106 Tinggi
Gula darah 2 jpp 297 mg/dL 74 - 126 Tinggi
4

Fungsi Ginjal
Kreatinin 0.73 mg/dL 0.6-1.5 Normal
BUN 16 mg/dL 10-24 Normal

Tabel 4.3 Terapi Medis (sudah acc dokter)


Tanggal Terapi Obat Dosis Rute Indikasi
25/09/2022 Inf. Ringer 2:2 @500 IV Untuk penderita dehidrasi yang
Laktat : PZ ml 20tts/mt mengalami gangguan elektrolit
di dalam tubuh.
25/09/2022 Novarapin 2 X 8unit SC Untuk Menurunkan Gula darah
25/09/2022 Omeprazole 2 X 1 ampul IV Untuk mengatasi nyeri lambung
25/09/2022 Cefriazone 2 x 1 gram IV Untuk antibiotik bakteri
25/09/2022 Oral IV Untuk mengatasi gejala atau
Nucral 3X1 sendok 15 menit penyakityang berkaitan dengan
sebelum produksi asam
makan berlebihan di dalam lambung
Neurodex 3x1 tab Setelah Vitamin penyembuhan
makan

E. Analisa Data

1. Diagnosis medis

Dyspepsia

2. Prognosis

Ny. R memiliki tingkat prognosis yang baik dalam mengurangi tingkat

kekambuhan penyakit dispepsia apabila makan minum yang teratur, minum air

putih secukupnya serta beristirahat dengan teratur dan latihan berolahraga jika

terjadi nyeri di daerah perut dapat diterapkan terapi non farmakologi kompres

hangat.

3. Pengkajian Keperawatan

a. Hasil pengkajian berdasarkan skala nyeri NRS (Numerie Rating Scale)

dengan skala nyeri 6 (nyeri sedang).


4

b. Pemeriksaan fisik

1) B1 (Breathing)

Inspeksi (tampak simetris, tidak terdapat retraksi dinding dada dan

pernafasan cuping hidung, tidak memakai alat bantu pernafasan,

RR :20x/menit) palpasi(tidak terdapat nyeri tekan, fremitus taktil kanan

dan kiri seimbang) perkusi (resonan atau sonor pada semua lapang paru),

auskultasi (tidak terdapat suara napas tambahan atau vesikuler).

2) B2 (Blood)

Tidak terdapat nyeri dada dan dada simetris, tidak teraba oedema, TD:

133/83 mmHg N: 112 x/mnt, CRT ≥2 detik, konjungtiva merah muda,

sklera putih, pupil isokor dan akral hangat.

3) B3 (Brain)

Keadaan Ny. R composmetis dengan GCS 456 pada leher tidak terdapat

pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada edema fungsi menelan baik, tidak

didapatkan bendungan vena jugularis, indera pendengaran normal bentuk

simetris bersih tidak ada edema nyeri tekan. Indera penglihatan (Mata)

Ny. R bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan pada area mata. (Hidung) Ny.

R bentuk simetris, tidak ada cuping hidung, tidak ada polip. bersih, tidak

ada nyeri tekan. . (Mulut dan Gigi) Ny. N ada karies gigi, bersih, tidak

ada sariawan, ada gigi berlubang bagian geraham, bibir berwarna merah

kecoklatan, mukosa kering, terasa asam di mulut.


4

4) B4 (bledder)

Produksi urin Ny R dalam sehari kurang lebih 2500 cc dengan frekuensi

7x/hari tidak terdapat alat bantu Ny R mengatakan terasa haus terus dan

bolak balik ke kamar mandi untuk BAK

5) B5 (Bowel)

a) Mulut dan tenggorokan: mukosa kering, tidak terdapat nyeri telan,

tidak ada karies gigi, bersih tidak ada sariawan, terdapat gigi

berlubang bagian geraham.

b) Abdomen: inspeksi (normal) tidak ada bekas operasi, auskultasi

bising usus 20x/menit, perkusi timpani, palpasi terdapat nyeri pada

ulu hati.

c) Rectum: ada haemorroid BAB 1x/hari konsisten padat, lembek tidak

menggunakan alat bantu.

6) B6 (Bone)

a) Ekstermitas Atas Ny. R Antara ekstermitas atas kanan dan kiri

simetris, tidak ada edema, otot agak tegang jari tangan lengkap

kanan dan kiri 10 jari, tidak ada nyeri tekan, ROM aktif 5/5.

b) Ekstermitas Bawah Ny. R antara ekstermitas bawah Kanan dan Kiri

simetris, tidak terdapat luka, jari kaki lengkap kanan dan kiri 10 jari,

tidak ada nyeri tekan, ROM aktif 5/5.


4

4. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (imflamasi)

(SDKI, D.0077) ditandai dengan mengeluh nyeri daerah ulu hati yang hilang

timbul, tampak meringis, gelisah, nafsu makan berubah, dan membatasi

aktivitas. TD: 133/83 mmHg N: 112 x/mnt S: 36.2 ℃ RR: 20 x/mnt SpO2:

99%. Skalanyeri 5, nyeri hilang timbul, didapatkan P: nyeri bagian kepala,

Q: nyeri seperti berputar putar, R: pada satu titik (nyeri di kepala), S:

skala nyeri 5, T: saat beraktivitas.

5. Intervensi Terapeutik Keperawatan

Secara Farmakologis: Ny. R mengkonsumsi obat injeksi omeprazole 2x 1

ampul/IV, Dalam pembedahan: Ny. N tidak pernah melakukan pembedahan.

Tindakan preventif untuk Ny. N dianjurkan terapi non farmakologi kompres

hangat, istirahat teratur, pola tidur teratur, makan dan minum yang seimbang

serta minum obat jika diperlukan. Secara selfcare: Ny. R akan menjalani

perawatan latihan fisik brandt darrof agar intensitas kepala berputar menjadi

berkurang.

6. Intervensi Keperawatan

Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (SDKI,

D.0077) ditandai dengan mengeluh nyeri, kepala berputar, tampak meringis,

gelisah, nafsu makan berubah, dan membatasi aktivitas. Setelah dilakukan

tindakan keperawatan dalam jangka waktu 3x 24 jam sesuai dengan (SLKI

L.08066 hal.145), diharapkan nyeri akut (ulu hati) menurun dengan kriteria hasil :

Keluhan nyeri dari meningkat (1) ke menurun (5), Meringis dari cukup meningkat

(2) ke menurun (5), Sikap protektif dari cukup meningkat (2). Begitu pula dengan
4

(SIKI 1.08238) yaitu Manajemen Nyeri dimana ada tindakan Observasi : 1.

Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, 2.

Identifikasi skala nyeri, 3. Identifikasi yang memperberat dan memperingan nyeri.

Tindakan terapeutik : 1. Berikan teknik nonfarmakologis dengan kompres hangat

untuk mengurangi rasa nyeri perlahan.

7. Implementasi Keperawatan

Implementasi dalam penelitian ini diberikan untuk megurangi nyeri akut

pada pasien dengan memonitor ttv, mengidentifikasi lokasi, karakteristik,

durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, mengidentifikasi skala nyeri,

mengidentifikasi respon nyeri non verbal, mengidentifikasi faktor pemberat

dan memperingan nyeri, mengidentifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang

nyeri, mengidentifikasi skala nyeri, dan mengajarkan teknik relaksasi

kompres hangat dalam untuk mengurangi rasa nyeri., latihan dilakukan

selama 3 hari dan kompres hangat diberikan selama 10 - 20 menit dalam

dilakukan sebanyak 6 kali perhari dalam dua sesi.

8. Evaluasi dan Tindak Lanjut

a. Tindak Lanjut dari Hasil Pengkajian Kepada Klien

Hasil tindak lanjut pada Ny. R adalah dengan melakukan intervensi

keperawatan berupa latihan kompres hangat. Penyusunan perencanaan

keperawatan untuk mengatasi nyeri dengan kepala pusing berputar schingga

menurunkan tingkat nyeri dengan teknik non farmakologi yaitu menggunakan

penerapan latihan kompres hangat. Pemberian latihan kompres hangat diberikan

berdasarkan standart operasional prosedur (SOP), disini peneliti akan memberikan

kompres hangat dilaksanakan selama 3 hari (2x terapi) dengan durasi 10-15 menit.
4

Pada kasus ini peneliti telah menentukan intervensi yang akan diberikan pada

Klien dengan tujuan dan kriteria hasil pada masalah keperawatan atau diagnosa

keperawatan yang muncul, intervensi yang diberikan pada klien berdasarkan pada

buku SLKI (Standart Luaran Keperawatan Indonesia), SIKI (Standart Intervensi

Keperawatan Indonesia), dan SDKI (Standart Diagnosa Reperawatan Indonesia).

b. Kejadian Tidak Di inginkan dan Efek Samping Yang Dialami Pasien

1) Kejadian Tidak Dinginkan

Dalam pemberian intervensi keperawatan kompres hangat diharapkan

tidak menimbulkan kejadian yang tidak dinginkan dikarenakan dalam

tindakan kompres hangat akan di dampingi oleh peneliti.

2) Efek Samping Yang Dialami Pasien

Intervensi keperawatan latihan brandt darrof tidak menimbulkan efek

samping dikarenakan terapi yang digunakan adalah terapi non

farmakologis.
5

BAB 5

PEMBAHASAN

A. Analisis Masalah Keperawatan Nyeri Akut

Berdasarkan data yang diperoleh Ny R berusia 47 tahun memiliki riwayat

dispepsia sejak 2 bulan yang lalu. Ny R mengatakan kondisi ini yang dirasakan

nyeri perut, Ny R tampak meringis, pucat sejak 2 hari yang lalu. Dari data tersebut

diagnosa keperawatan yang muncul pada Ny. R adalah nyeri akut.

Hal tersebut sesuai pernyataan (Cantika, 2020) dispepsia sering ditandai

dengan nyeri ulu hati, mual muntah terlambat makan, pola makan tidak teratus

dan sebagainya. Produksi HCL (asam lambung) yang berlebihan dapat

menyebabkan terjadinya gesekan pada dinding lambung dan usus halus, sehingga

timbul rasa nyeri. Terjadinya dispepsia dapat disebabkan pola makan tidak teratus

yang mencakup frekuensi makan jenis makanan dan jumlah makan. Menurut

(Padila, 2021) nyeri ulu hati merupakan hal yang sering terjadi karena

peningkatan asam lambung cepat dirangsang oleh konsumsi makanan dan

minuman cukai, cabai, kopi alkohol serta makanan lain yang bersifat korosif.

Sedangkan buruknya kebiasaan makan tidak teratur dapat memunculkan berbagai

gangguan pencernaan, salah satunya yaitu dispepsia, Sebab pada saat perut

kosong atau ditunda pengisiannya makan asam lambung akan mencerna lapisan

mukosa lambung sehingga timbul nyeri.

Menurut peneliti untuk melakukan penanganan terhadap nyeri akut pada

pasien dispepsia tidak hanya fokus pada terapi farmakologi tetapi non farmakologi

harus diberikan untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut dan

mengurangi keluhan serta dapat memberikan rasa nyaman pada klien.


5

B. Analisis Implementasi Penerapan Terapi kompres hangat Terdapat

Penderita Dyspepsia dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut

1. Implementasi Keperawatan

Pada saat implementasi Ny. R diberikan terapi sesuai dengan intervensi

yang talah disusun sebelumnya yakni peneliti menerapkan terapi kompres hangat

untuk menurunkan nyeri akut pada pasien dispepsia , yang dilakukan selama 6

kali dalam 3 hari dengan durasi 15 menit sesuai dengan SOP (Standar Operasional

Prosedur). Dimulai dari fase persiapan alat, klien dan lingkungan. Lalu

dilanjutkan dengan fase kerja dan diakhiri dengan fase terminasi. Peneliti

melakukan pemantauan dan mendampingi klien saat dilakukan terapi, baik secara

subjektif dengan wawancara langsung maupun tingka laku klien selama terapi

berlangsung, dalam pelaksanaannya, peneliti juga ditemani oleh salah satu

keluarga dari klien dispepsia tersebut. Diharapkan keluarga juga mampu

memahami dan memberikan terapi kepada klien tersebut agar mencegah dari

komplikasi dispepsia.

Sebelum memberikan terapi, peneliti melakukan kontrak dengan Ny R

selama 3 hari dengan 6 kali pertemuan dengan durasi 15 menit. Penelitian dimulai

pada tanggal 26 September - 28 September 2022. Penerapan terapi kompres

hangat ini diawali dengan persiapan dari peneliti dan lembar inform consent untuk

klien. Selanjutnya melakukan kontrak waktu, tempat dan menjelaskan tujuan dan

juga persiapan lingkungan kontrak waktu, tempat dan menjelaskan tujuan dan

juga persiapan lingkungan dengan menciptakan lingkungan yang senyaman

mungkin. Alat yang digunakan dalam implementasi adalah untuk kompres hangat

menggunakan WWZ berisi air hangat > 42℃ dan alas.


5

Penerapan terapi kompres hangat dilakukan pada penelitian sebelumnya

(Padila, 2021) yang merekomendasikan pemberian intervensi selama 3 hari

dengan kisaran suhu < 42 ℃ selama 15 menit dengan respon nyeri asalnya 5

menjadi skala 0. sedangkan menurut penelitian (Cantika P, 2020) pemberian

kompres hangat dilakukan selama 3 hari perawatan dengan suhu 47,5℃ selama

15 menit dapat menurunkan intensitas nyeri dari semula skala sedang (4-6)

menjadi skala 0 (tidak nyeri).Selanjutnya peneliti sendiri memberikan terapi

kompres hangat selama 15 menit dengan suhu 40 ℃ setelah itu peneliti meminta

pasien istirahat selama 10 menit, selanjutnya peneliti mengkaji ulang skala nyeri

NRS dengan cara pasien diminta untuk menandai angka yang menurut mereka

paling tepat mendeskripsikan tingkat nyeri yang dapat mereka rasakan pada suatu

waktu. Hasil dari implementasi yang sudah diberikan intervensi pemberian

relaksasi kompres hangat pada nyeri ulu hati Ny R mengatakan terkadang hilang

timbul. Saat ini Ny R tidak tampak meringis, tidak menahan nyeri dan nyeri

berkurang.

Pererapan terapi kompres hangat oleh peneliti sehingga dapat membantu

menyelesaikan permasalahan akibat nyeri dispepsia. Responden mengatakan

senang dengan kehadiran peneliti yang memberikan terapi kompres hangat

sehingga dapat membantu menyelesaikan permasalahan nyeri akut akibat

dispepsia. Pada saat dilakukan kompres hangat klien dapat mengikuti instruksi

dari peneliti dengan baik. Ny R tampak lebih nyaman dan rileks.

Berdasarkan penelitian (Cantika P, 2020) mengenai kompres hangat dalam

menurunkan intensitas nyeri nyeri karena nyeri terjadi karena jaringan yang rusak

melepas zat-zat kimiawi yang mengaktifkan reseptor nyeri dan mencetuskan

terbentunya sinyal-sinyal nyeri. Sinyal nyeri ini kemudian dihantarkan ke


5

sepanjang saraf menuju otak. Secara alami otak melepaskan neurotrasmitter untuk

meredakan nyeri. Dari penelitian (Padila, 2021) dengan judul Intervensi Kompres

hangat Untuk meredakan Intensitas Nyeri pada pasien dispepsia, dengan ρ volue =

0,000. Hal tersebut membuktikan bahwa kompres hangat lebih efektif

menurunkan nyeri.

Peneliti berpendapat bahwa banyak beragam cara menangani nyeri akut,

baik secara farmakologi maupun nonfarmakologi salah satunya yakni terapi

kompres hangat sehingga mampu memberikan pengaruh perubahan emosi

tersendiri pada setiap diri seseorang. Lalu kompres hangat mampu memberikan

rasa nyaman dan memperbaiki peredaran darah dapam jaringan.

2. Evaluasi Keperawatan

Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan yang

mana telah dilakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang

telah disusun sebelumnya. Maka peneliti melakukan penilaian terhadap Ny R

yaitu dengan kriteria yang telah dilakukan pada pertemuan ketiga dan keenam.

Pada pertemuan ketiga di dapatkan evaluasi yakni TD 130/80 mmHg, Nadi

92x/mt RR: 20x/mt, suhu 37,2 dan Ny R masih mengeluh nyeri bagian ulu hati

namun sudah tidak terasa mual dengan P : saat beraktifitas (kekamar mandi) Q :

nyeri terasa melilit R: bagian perut ulu hati S: skala 5 (nyeri sedang) T : hilang

timbul (± 5-10 menit). Setelah dilakukan terapi kompres hangat nyeri nya

berkurang. Pada pertemuan keenam didapatkan yakni TD 120/80 mmHg, Nadi

90x/mt RR: 20x/mt, suhu 36,2 dan Ny R sudah tidak merasakan nyeri dengan P :

jarang merasa nyeri Q : - R: bagian perut ulu hati S: skala 0 (nyeri hilang) T :

jarang ( tidak muncul lagi). Evaluasi hasil penerapan terapi kompres hangat
5

dilakukan selama 6 kali selama 3 hari dengan durasi 15 menit/pemberian, dapat

disimpulkan bahwa terapi tersebut mampu menurunkan nyeri akut pada pasien

dispepsia.

Peneliti berpendapat, tindakan keperawatan perlu dilakukan di rumah secara

teratur agar pasien tidak mengalami nyeri dispepsia. Dengan melakukan

perawatan non farmakologi menggunakan relaksasi kompres hangat secara

terartus, maka dapat mengurangi nyeri dispepsia yang klien rasakan. Karena

banyak manfaat yang dapat dari terapi tersebut. Dapat disimpulkan bahwa

penerapan terapi kompres hangat dapat dilakukan sebagai salah satu penerapan

untuk mengatasi masalah keperawatan nyeri akut pada pasien dispepsia

3. Keterbatasan Implementasi

Keterbatasan pengalaman peneliti baru pertama kali melakukan terapi

kompres hangat di pasien sehingga banyak kekurangan dan hasil belum maksimal.

4. Alternative Problem Solving yang dapat dilakukan

Dalam mengatasi keterbatasan tersebut peneliti memberikan jalan alternatif

yakni menangani masalah dengan memberikan leaflet pada pasien untuk

dilakukan mandiri serta keterlibatan keluarga jika nyeri muncul.


BAB 6

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan pengkajian, analisa data, menentukan diagnosa

keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi mengenai penerapan kompres

hangat dengan masalah keperawatan nyeri pasien dispepsia di Rumkital Dr.

Oepomo Surabaya maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pengkajian yang dilakukan dengan cara observasi dan wawancara pada Ny.

R diperoleh hasil Pasien mengatakan nyeri ulu hati hilang timbul selama lebih

dari 5 menit dengan skala nyeri 6, badannya lemas, mual dan mutah 5x,

didapatkan P: nyeri bagian ulu hati, Q: nyeri hilang timbul, R: pada satu titik

(nyeri di ulu hati), S: skala nyeri 6`, T: nyeri terasa seperti tertikam dan

terasa saat beraktivitasbahkan kadang muncul saat istirahat. TD: 133/83

mmHg N: 112 x/mnt S: 36.2℃ RR: 20 x/mnt SpO2: 99%.

2. Diagnosa keperawatan pioritas yang menjadi fokus penanganan pada Ny R

yaitu nyeri akut.

3. Intervensi yang diberikan pada Ny. R untuk mengatasi nyeri berdasarkan

pada Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) dan Standart Intervensi

Keperawatan Indonesia (SIKI) yaitu dengan memberikan teknik nonfarmakologis

terapi kompres hangat.

4. Implementasi yang dilakukan kepada Ny. R yaitu penerapan terapi

kompres hangat selama 3 hari 2x sehari dengan waktu 15 menit.

5. Evaluasi keperawatan yang didapatkan berdasarkan kriteria hasil yaitu

nyeri akut pada pasien dispepsia menurun.

55
56

B. Saran

1. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Hasil implementasi yang telah dilakukan dapat dijadikan sebagai bahan

informasi tambahan untuk memberikan tindakan nonfarmakologi yaitu penerapan

kompres hangat dalam upaya meringankan nyeri akut pada pasien dispepsia.

2. Bagi Pelayanan Asuhan Keperawatan

Bagi pelayanan asuhan keperawatan diharapkan penelitian ini dapat

menembangkan dan meningkatkan pelayanan keperawatan secara profesional

serta dapat dijadikan inovasi dalam meningkatkan asuhan keperawatan secara

komprehensifdalam merawat pasien dispepsia untuk mengurangi rasa nyeri pada

ulu hati.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. G. J. (2012). Dispepsia.

Abdurakhman, R. N., Studi, P., Keperawatan, I., Tinggi, S., Cirebon, I. K.,
Indragiri, S., Masyarakat, K., Kesehatan, I., Leny, C., & Setiyowati, N.
(2020). Pengaruh Terapi Kompres Hangat Dengan wwz (warm water zack)
Terhadap Nyeri Pada Pasien Dyspepsia. 11(1), 77.

Akbarzadeh, M., Nematollahi, A., Farahmand, M., & Amooee, S. (2018). The
Effect of Two-Staged Warm Compress on the Pain Duration of First and
Second Labor Stages and Apgar Score in Prim Gravida Women: a
Randomized Clinical Trial. Journal of Caring Sciences, 7(1), 21–26.

Attari, V. E., Somi, M. H., Jafarabadi, M. A., Ostadrahimi, A., Moaddab, S. Y., &
Lotfi, N. (2019). The gastro-protective effect of ginger (Zingiber officinale
roscoe) in Helicobacter pylori positive functional dyspepsia. Advanced
Pharmaceutical Bulletin, 9(2), 321–324.

Cai, P., Li, L., Hong, H., Zhang, L., He, C., Chai, X., Liu, B., & Chen, Z. (2018).
A Chinese medicine warm compress (Wen Jing Zhi Tong Fang), combined
with WHO 3-step analgesic ladder treatment for cancer pain relief. Medicine
(United States), 97(11).

Cantika P, S. I., Adini, S., & Rahman, A. . (2022). Penerapan Kompres Hangat
Dalam Menurunkan Skala Nyeri Pada Klien Gastritis . Nursing Care and
Health Technology Journal (NCHAT), 2(1), 63-70.

di Pierro, F., Giovannone, M., Saponara, M., & Ivaldi, L. (2020). Effectiveness of
a nutraceutical supplement containing highly standardized perilla and ginger
extracts in patients with functional dyspepsia. Minerva Gastroenterologica e
Dietologica, 66(1), 35–40.

Henrique AJ, Gabrielloni MC, Rodney P, Barbieri M. Non-pharmacological


interventions during childbirth for pain relief, anxiety, and neuroendocrine
stress parameters: A randomized controlled trial. Int J Nurs Pract. 2018
Jun;24(3):e12642. doi: 10.1111/ijn.12642. Epub 2018 Mar 7. PMID:
29512230.

Mubarak, W. I. (2018). Pengukuran Kuantitas Nyeri Dasar Teori.

Nikkhah Bodagh, M., Maleki, I., & Hekmatdoost, A. (2019). Ginger in


gastrointestinal disorders: A systematic review of clinical trials. In Food

57
5

Science and Nutrition (Vol. 7, Issue 1, pp. 96–108). Wiley-Blackwell.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2018). BUKU SDKI.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2018). BUKU SIKI.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2018). BUKU SLKI.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2018). BUKU SOP

Rani, A. H. (2002). book chapter Dispepsia.

Risiko, F., Terapi Sindrom, dan, & Purnamasari, L. (2017). Continuing medical
education Akreditasi PB IDI-2 SKP (Vol. 44, Issue 12).

Sarvinoz, Tulanboeva, and Zokirov Muzaffar. "Rehabilitation aspects of water


therapy in modern medicine." Uzbek Scholar Journal 6 (2022): 102-106.

Siti Padilah, N., Nugraha, Y., & Fitriani, A. (2018). Intervensi kompres hangat
untuk menurunkan intensitas nyeri pada pasien gastritis: Sebuah studi kasus.
5

Lampiran 1. Lembar Persetujuan Mengikuti Studi Kasus

PERSETUJUAN MENGIKUTI STUDI KASUS

Saya yang bertanda tangan di Bawah ini :


Nama :
Umur/ jenis kelamin :
Alamat :
Nomor Telepon/HP :
Menyatakan setelah memperoleh informasi lengkap dan diberikan kesempatan
untuk menanyakan segala sesuatu yang ingin saya ketahui, saya bersedia
mengikuti studi kasus dengan judul :

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DYSPEPSIA


DENGAN PENERAPAN TERAPI NONFARMAKOLOGI
KOMPRES HANGAT UNTUK MENGATASI NYERI
DI RUMKITAL DR. OEPOMO SURABAYA
Saya juga dapat menolak menjawab pertanyaan yang diberikan ataupun menarik
diri dari persetujuan ini suatu saat tanpa sanksi apapun.
Demikian persetujuan ini dibuat memahami sepenuhnya terhadap imformasi yang
telah diberikan kepada saya serta tanpa adanya paksaan.
Surabaya,

Peneliti Yang membuat Pernyataan

Wiwik Nur Diana


NIM 1120022062
(.………………………)

Saksi 1 Saksi 2

(.………………………) (.………………………)
6

Lampiran 2. Lembar Penjelasan Studi Kasus Untuk Disetujui

PENJELASAN STUDI KASUS UNTUK DISETUJUI


(Information For Consent)

Nama Mahasiswa : Wiwik Nur Diana


Alamat : Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
Judul : Analisis asuhan keperawatan pada pasien
dyspepsia dengan penerapan terapi nonfarmakologi
Kompres hangat untuk mengatasi nyeri Di rumkital
dr. Oepomo Surabaya

A. Tujuan studi kasus dan penggunaan hasilnya


Mengetahui efektifitas penerapan terapi non farmakologi kompres hangat
untuk mengatasi nyeri di Rumkital Dr. Oepomo Surabaya: studi kasus

B. Manfaat bagi peserta


Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai penerapan terapi non
farmakologi kompres hangat pada pasien dispepsia dengan masalah keperawatan
nyeri di Rumkital Dr. Oepomo Surabaya: studi kasus

C. Metode dan prosedur kerja


Penelitian ini menggunakan jenis penelitian studi kasus (case study) untuk
mengeksplorasi masalah atau fenomena kompres hangat pada pasien dispepsia
dengan maalah keperawatan nyeri di Rumkital Dr. Oepomo Surabaya.
Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu :
1. Responden akan diminta informasi identitas diri seperti nama, umur jenis
kelamin alamat dan no telepon
2. Responden akan dijelaskan mengenai tujuan dan manfaat penelitian ini oleh
peneliti
3. Selanjutnya peneliti melakukan pengkajian keperawatan kepada responden
dan mengajarkan terapi kompres hangat.

D. Resiko yang mungkin timbul


Resiko yang mungkin timbul dalam penelitian ini adalah responden
kehilangan sedikit waktu untuk mengikuti penelitian ini.

E. Efek samping studi kasus


Penelitian ini tidak menimbulkan efek samping peneliti hanya melakukan
pengkajian keperawatan dan mengajarkan teknik kompres hangat saja.

F. Jaminan kerahasiaan
Data yang didapat dari responden akan dirahasiakan dan dapat di
pertanggung jawabkan oleh peneliti.

G. Hak untuk menolak menjadi subyak studi kasus


Responden pada penelitian memiliki hak untuk memutuskan tidak bersedia
untuk mengikuti penelitian tanpa adanya sanksi dan denda
6

H. Partisipasi berdasarkan kesukarealaan dan hak untuk mengundurkan diri


Penelitian ini dilakukan berdasarkan kesukarelaan responden yang telah
terpilih dan responden memiliki hak untuk mengundurkan diri apabila responden
merasa dirugikan dalam penelitian ini dengan menggunakan surat pernyataan
pengunduran diri.

I. Subyek dapat dikeluarkan dari studi kasus


Responden dapat dikeluarkan dari penelitian jika responden tidak kooperatif
saat penelitian berlangsung

J. Hal-hal lain yang perlu diketahui

Surabaya,

Mahasiswa Yang Menerima Penjelasan

Wiwik Nur Diana (.………………………)


NIM 1120022062

Saksi 1 Saksi 2

(.………………………) (.………………………)
6

Anda mungkin juga menyukai