WIWIK NUR
DIANA NIM
1120022062
DOSEN PEMBIMBING
DR. UMDATUS SOLEHA, S.ST., M.KES
WIWIK NUR
DIANA NIM
1120022062
ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya Ilmiah Akhir ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber
baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
NIM 1120022062
Tanda Tangan :
Tanggal :
iii
LEMBAR PENGESAHAN
PADA TANGGAL,………………….
Oleh :
Pembimbing
Mengetahui,
Ka. Prodi S1 Keperawatan
iv
Karya Ilmiah ini telah diajukan oleh:
NIM : 1120022062
Tim Penguji,
1. Ketua Penguji....................................................................TTD
2. Penguji I.............................................................................TTD
v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Non Ekslusif ini Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Nahdlatul
Ulama Surabaya berhak menyimpan, mengalih media/ formatkan, mengelola
dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas
akhir saya selama tetap mencatumkan nama saya sebagai penulis / pencipta dan
sebagai pemilik Hak Cipta.
Dibuat di : Surabaya
Pada tanggal :
Yang menyatakan,
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, serta kemudahan dan pertolongan yang
telah diberikan sehingga penulis mampu menyelesaikan karya ilmiah akhir ini
tepat pada waktunya. Karya ilmiah akhir ini berjudul “Analisis Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dyspepsia Dengan Penerapan Terapi Nonfarmakologi
Kompres Hangat Untuk Mengatasi Nyeri Di Rumkital Dr. Oepomo Surabaya”
yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Profesi Program
Studi Profesi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Nahdlatul
Ulama Surabaya.
Dalam penyusunan dan penyelesaian karya ilmiah akhir ini, penulis
mendapatkan banyak dukungan dan bantuan baik secara moril maupun materil
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dosen Pembimbing, Ibu Dr. Umdatus Soleha, SST., M.Kes yang telah
memberikan arahan, masukan, dan ilmu kepada penulis sehingga karya ilmiah
akhir ini dapat terselesaikan.
2. Ka. Prodi Profesi Ners Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya, Ibu Siti
Nurjanah, S.Kep.,Ns.,M.Kep., yang banyak memberikan dukungan selama
proses pendidikan hingga penyusunan karya ilmiah akhir.
3. Dekan Keperawatan dan Kebidanan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya,
Ibu Khamida,S.Kep.,Ns.,M.Kep., yang banyak memberikan dukungan selama
proses pendidikan hingga penyusunan karya ilmiah akhir.
4. Wakil Dekan Keperawatan dan Kebidanan Universitas Nahdlatul Ulama
Surabaya, Ibu Nurul Khamariyah, S.Kep.,Ns.,M.Kep., yang banyak
memberikan dukungan selama proses pendidikan hingga penyusunan karya
ilmiah akhir.
5. Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya, Bapak Prof. Dr. Ir. Achmad
Jazidie,M.Eng., yang banyak memberikan dukungan selama proses
pendidikan.
6. Ketua Penguji, Ibu Dr. Umdatus Soleha, SST., M.Kes dan Anggota Penguji,
setiap kritik dan saran yang membangun selama proses pembuatan karya
ilmiah ini.
7. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Keperawatan dan
Kebidanan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya atas bimbingan dan ilmu
yang diberikan dari mulai awal perkuliahan hingga penulis sampai
menyelesaikan karya ilmiah akhir ini.
vii
8. Seluruh keluarga besar tercinta yang selalu memberikan dukungan, bantuan
baik moril maupun materil, kasih sayang, serta kesabaran yang tiada henti.
9. Keluarga Besar Satkes Kodiklatal dan responden, yang telah memberi ijin
motivasi dan bantuannya.
Penulis sepenuhnya menyadari bahwa karya ilmiah akhir ini masih sangat
jauh dari kata sempurna, baik dari segi isi maupun cara penulisannya. Oleh karena
itu, dengan segala kerendahan hati, penulis berharap kepada semua pihak agar
memberikan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaannya. Penulis
berharap semoga karya ilmiah akhir yang telah disusun ini dapat bermanfaat dan
berguna dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ilmu
keperawatan.
viii
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................2
D. Tujuan Penelitian..............................................................................................3
E. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 3
BAB 5 PEMBAHASAN
A. Analisa Masalah Keperawatan .................................................................. 50
B..Analisis Implementasi ............................................................................... 51
ix
BAB 6 PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................................55
B..Saran .......................................................................................................... 56
LAMPIRAN..................................................................................................
x
DAFTAR
xi
DAFTAR
xii
DAFTAR
xiii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
atau sensasi yang tidak menyenangkan selama selama satu detik hingga kurang
dari enam bulan. Sedangkan penyakit pada sistem pencernaan adalah penyebab
paling umum terjadi nya nyeri. Salah satunya penyakit dispepsia atau yang
diperkirakan terjadi sekitar 10 juta jiwa atau 6,5% dari total populasi penduduk.
Pada tahun 2020 diperkirakan angka kejadian dispepsia terjadi peningkatan dari
10 juta jiwa menjadi 28 jiwa setara dengan 11,3% dari keseluruhan penduduk di
12 pasien rawat inap dari jumlah pasien rawat inap (20%) (Data Rumkital, Juli –
Agustus 2022).
Menurut Jurnal penelitian Cantika P, S. I., Adini, S., & Rahman, A. . (2022)
1
2
salah satu dengan kompres hangat yaitu terapi pemberian panas yang
analgesik yang memiliki beberapa efek samping. Namun hal lain yang dapat
diterapkan salah satu tindakan mandiri yaitu dengan memberikan terapeutik non
farmakologi yaitu kompres hangat dengan WWZ (Warm Water Zack) yang
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, masalah yang sering muncul pada pasien
dispepsia adalah nyeri akut, defisit nutrisi dan ansietas. Peneliti membatasi hanya
mengatasi masalah keerawatan nyeri akut pada pasien dispepsia dengan penerapan
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Pelayanan Kesehatan
2. Institusi Pendidikan
3. Penelitian keperawatan
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori
1. Konsep Dispepsia
Dispepsia adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan nyeri atau rasa
tidak nyaman pada perut bagian atas atau ulu hati (Irianto, 2015). Makan yang
beberapa zat kimia, seperti alcohol, umumnya obat penahan nyeri, asam cuka.
Makanan dan minuman yang bersifat asam, makanan yang pedas serta bumbu
(Warianto, 2011).
Penyakit dispepsia adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan nyeri
atau rasa tidak nyaman pada perut bagian atas atau ulu hati (Irianto, 2015)
dalam Fithriyana (2018). Dispepsia juga merupakan salah satu masalah kesehatan
yang sangat sering ditemui dalam kehidupan sehari‐hari keluhan kesehatan yang
saluran cerna (Pardiansyah dan Yusran, 2016). Octaviana dan Anam (2018) juga
menegaskan, dispepsia termasuk salah satu jenis penyakit yang tidak menular
5
6
kesamaan gejala antara keduanya. asumsi ini sebenarnya kurang tepat, karena
kata maag berasal dari bahasa Belanda, yang berarti lambung, sedangkan kata
dispepsia berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua kata yaitu “dys” yang
berarti buruk dan “peptei“ yang berarti pencernaan. Jadi dispepsia berarti
pencernaan yang buruk (Fithriyana, 2018). Menurut Arsyad dkk (2018), ada
beberapa gejala penyakit dispepsia yaitu seperti nyeri epigastrik, rasa penuh pada
bagian epigastrik, dan perut terasa penuh saat makan (cepat kenyang), mual dan
muntah.
2. Etiologi
diet dan lingkungan, sekresi cairan asam lambung, fungsi motorik lambung,
itu, hasil pengamatan Soewadji (2012) menemukan bahwa, jeda antara jadwal
makan yang lama dan ketidak teraturan makan ternyata sangat erat kaitannya
dengan timbulnya gejala dispepsia atau dengan kata lain pola makan yang tidak
teratur dapat menyebabkan dispepsia. Pola makan yang tidak teratur umunya
menjadi masalah yang sering timbul pada remaja perempuan. Aktivitas yang
lainnya).
3. Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-
zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan
4. WOC
Di bawah ini merupakan Web of Coution Dispepsia
Faktor Intrinsik:
Faktor Ekstrinsik: 1. Sekresi cairan asam lambung
1. Diet 2. Fungsi motorik lambung
2. Lingkungan 3. infeksi
3. Psikologi (stress)
B1 B6
B2 B3 B4 B5
Keseimbangan Asam
Hiperermia Helicobacter Zat Iritasi sel
ventilasi perfusi lambung
Pylori korosif epitel
Penurunan O2
Asidosis Menempel di Produksi Hcl Penghancuran
Peningkatan
Metabolik epitel meningkat kapiler
Atrofi gaster asam
lambung
mukosa menipis
Ranjatan Pendarahan
Radang Produksi
hipovolemik
Rusak mukosa mukosa
Kehilangan
mukosa lambung Anemia
PH darah fungsi kelenjar
lambung Iritasi
menurun fundus
Hipotalamus lambung
Difusi Metabolisme
Rangsangan kembali Hcl menurun
Penurunan
pusat pernafasan dan pepsin Asam
volume darah
lambung
Kelemahan
Nafas cepat Penurunan Inflamasi otot
absorbsi vit 12 Mual
Nyeri muntah
Gg. Pola napas Intoleransi
Anemia epigastrum aktivitas
Hipovolemia
Resiko perfusi Anoreksia
perifer tidak
Sumber : Padila, 2021
efektif Defisit nutrisi
9
5. Manifestasi Klinik
Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan/ gejala yang dominan,
4) Nyeri episodic
1) Mudah kenyang
3) Mual
4) Muntah
al, 2007).
berdasarkan atas jangka waktu tiga bulan.Nyeri dan rasa tidak nyaman pada
perut atas atau dada mungkin disertai dengan sendawa dan suara usus yang keras
1
penderita yang lain, makan bisa mengurangi nyerinya.Gejala lain meliputi nafsu
6. Klasifikasi
Esophageal Reflux Disesase), Kanker penggunaan alkohol atau obat Kronis. Non-
organik (Fungsional) ditandai dengan nyeri atau tidak nyaman perut bagian atas
yang kronis atau berulang, tanpa abnormalitas pada pemeriksaan fisik dan endoskopi.
7. Faktor Resiko
Faktor diet (makanan dibakar, cepat saji, berlemak, pedas, kopi, teh) dan pola
mukosa lambung, sedangkan alkohol dan obat anti inflamasi berperan meningkatkan
produksi asam lambung. Faktor risiko dispepsia organik antara lain:usia >50 tahun,
riwayat keluarga kanker lambung, riwayat ulkus peptikum, kegagalan terapi, riwayat
perubahan kebiasaan buang airbesar, penggunaan NSAID dosis tinggi atau jangka
8. Pemeriksaan Penunjang
lainnya seperti antara lain: pankreasitis kronis, DM. Pada dispepsia biasanya
pylori.
c. Endoskopi
e. Patologi anatomi
9. Komplikasi
b. Kanker lambung
10. Penatalaksanaan
dengan tenaga ahli (gastroenterolog atau internis) yang disertai fasilitas endoskopi
1
Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasida akan generalisir sekresi
hanya simtomatis, untuk mengurangi rasa nyeri. Mg triksilat dapat dipakai dalam
namun dalam dosis besar akan menyebabkan diare karena terbentuk senyawa
MgCl2
b. Antikolinergik
Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak selektif
yaitu: pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat menekan
sitoprotektif.
c. Antagonis reseptor H2
Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik atau
Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir dari
proses sekresi asam lambung. Obat-obat yang termasuk g olongan PPI adalah
e. Sitoprotektif
bersifat sitoprotektif, juga menekan sekresi asam lambung oleh sel parietal.
(site protective), yang bersenyawa dengan protein sekitar lesi mukosa saluran
f. Golongan prokinetik
Pada pasien dengan dispepsia fungsional, karena tidak jarang keluhan yang
muncul berhubungan dengan faktor kejiwaan seperti cemas dan depresi (Sawaludin,
B. Konsep Nyeri
1. Definisi Nyeri
dengan kerusakan jaringan aktual maupun fungsional dengan waktu yang mendadak
atau lambat dengan intensitas ringan hingga berat yang berlangsung selama 3 bulan,
agen pencedera kimia (terbakar, bahan kimia iritan), dan agen pencedera fisik (abses,
sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam halskala atau
tingkatannya dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi
2. Klasifikasi Nyeri
1) Nyeri akut
Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi dalam waktu atau durasi 1 detik sampai
dengan kurang dari 6 bulan. Nyeri akut dapat menghilang dengan sendirinya
2) Nyeri kronis
Nyeri kronis adalah nyeri yang terjadi dalam waktu lebih dari 6 bulan. Nyeri
Berdasarkan lokasi nyeri, nyeri dapat di bedakan menjadi dua jenis yaitu:
1) Nyeri somatic dalam (deep somatic plan) adalah nyeri yang terjadi pada otot
tulang serta struktur penyokong lainnya, umumnya nyeri bersifat tumpul dan
2) Nyeri visceral adalah nyeri yang disebabkan oleh kerusakan organ interna
serta menjalar ke organ lain, sehingga nyeri pada beberapa tempat dan lokasi.
a. Usia
kesulitan untuk memahami dan mengekspresikan nyeri. Pada lansia lebih untuk
melaporkan nyeri karena persepsi nyeri yang harus mereka terima, menyangkal
1
merasakan nyeri karena takut akan konsekuensi atau tindakan medis yang
b. Jenis Kelamin
Seseorang pria biasanya lebih kuat sehingga tertanam kan lebih tahan terhadap
c. Kebudayaan
yang wajar namun ada kebudayaan yang mengajarkan untuk menutup perilaku
d. Makna nyeri
Pasien dengan nyeri akut biasanya menunjukkan gejala dan tanda mayor
maupun minor seberti berikut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018):
perubahan napsu makan, proses berpikir, pasien menarik diri berfokus diri
sendiri.
a. Unidimensional:
Visual analog scale (VAS) adalah cara yang paling banyak digunakan
diwakili sebagai garis sepanjang 10 cm, dengan atau tanpa tanda pada tiap
sentimeter. Tanda pada kedua ujung garis ini dapat berupa angka atau
pernyataan deskriptif.
1
Ujung yang satu mewakili tidak ada nyeri, sedangkan ujung yang lain
mewakili rasa nyeri terparah yang mungkin terjadi. Skala dapat dibuat
hilangnya/reda rasa nyeri. Digunakan pada pasien anak >8 tahun dan
pada nilai skala yang sesuai dengan intensitas nyeri yang dirasakannya
setelah diberi penjelasan dari peneliti tentang makna dari setiap skala
ditunjukkan pasien.
2
0 mm
100mm
0mm 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
VAS:
dirasakannya.
untuk berkomunikasi.
untuk memberi tanda pada garis sesuai dengan intensitas nyeri yang
dirasakan pasien.
murah dan mudah dibuat, VAS lebih sensitif dan lebih akurat dalam
dapat digunakan pada anak- anak di atas usia 5 tahun, VAS dapat
alat ukur
skala ini, sama seperti pada VAS atau skala reda nyeri . Skala numerik
verbal ini lebih bermanfaat pada periode pascabedah, karena secara alami
Skala verbal menggunakan kata - kata dan bukan garis atau angka untuk
menggambarkan tingkat nyeri. Skala yang digunakan dapat berupa tidak ada
sekali tidak hilang, sedikit berkurang, cukup berkurang, baik/ nyeri hilang
sama sekali. Karena skala ini membatasi pilihan katapasien, skala ini tidak
jenis kelamin,dan perbedaan etnis. Lebih baik daripada VAS terutama untuk
tingkat nyeri dengan lebih teliti dan dianggap terdapat jarak yang sama antar
Digunakan pada pasien dewasa dan anak >3 tahun yang tidak dapat
b. Multidimensional
Terdiri dari empat bagian: (1) gambar nyeri, (2) indeks nyeri (PRI),
dan (4) indeks intensitas nyeri yang dialami saat ini. Terdiri dari 78 kata
dan mood.
2
status penyakit sehari- hari dan respons pasien terhadap terapi. Pasien
merawat rumah dan aktivitas rekreasi lainnya. Penilaian nyeri pada pasien
hipermik (kongesti dengan jaringan, cairan dan darah) dan mengalami erosi
sangat sedikit asam tetapi banyak mukus. Ulserasi superfisial dapat terjadi dan
hangat yang dapat meningkatkan aliran darah ke bagian tubuh yang mengalami
mengalami luka, meningkatkan relaksasi otot dan mengurangi nyeri akibat spasme
jaringan tersebut.
b. Pada otot, panas memiliki efek menurunkan ketegangan dan nyeri dirasakan.
c. Meningkatkan sel darah putih secara total dan fenomena reaksi peradangan serta
penurunan.
2
berikut:
a. Baki berisi:
1) Baskom kecil atau WWZ berisi air dengan suhu <42°C. Alat yang
b. Prosedur
4) Pilih alat kompres yang nyaman dan mudah didapatkan (seperti kemasan gel
11) Hindari penggunaan kompres pada jaringan yang terpapar terapi radiasi
15) Dokumentasikan prosedur yang dilakukan dan respon pasien (Tim Pokja
epigastrium (ulu hati) selama 10-15 menit selama 3 hari dapat diberikan tiga kali atau
lebih dalam sehari dianjurkan dilakukan apabila nyeri terasa (Abdurakhman, 2020).
1. Pengkajian
ekonomi
Kapan terjadinya nyeri upaya yang dilakukan untuk mengatasi nyeri ulu hati
mual muntah nafsu makan menurun, faktor pencetus yang mengakibatkan nyeri
dengan dyspepsia. Tindakan medis yang perna didapat atau obat-obatan yang
digunakan.
e. Aspek Penunjang
1) Pemeriksaan Fisik
c) Breathing (B1)
d) Blood (B2)
e) Brain (B3)
epigastrum
3
f) Bledder (B4)
g) Bowel(B5)
Anemia anoreksia mual muntah nyeri ulu hati tidak toleran terhadap
h) Bone (B6)
2. Diagnosa Keperawatan
a. Diagnosa Aktual
tidur (D.0077)
3) Hipovolemia b.d. kehilangan cairan aktif (mual Muntah) d.d. frekuensi nadi
b. Diagnosa Resiko
3. Intervensi Keperawatan
Edukasi
1. Jelaskan penyebab
periode dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
analgesik tepat
5. Ajarkan teknik non
farmakologi untuk
mengurangi nyeri
Kalaborasi
1. Kaloaborasi
3
pemberian analgesik
juka perlu
Edukasi
1. Anjurkan posisi
duduk jika mampu
2. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kalaborasi
1. Kalaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan
mis(pereda nyeri ) jika
perlu
2. Kalaborasi ahli gizi
untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
3 Hipovolemia b.d. Status Cairan Manajemen
kehilangan cairan aktif (L.03028) Hipovolemia 1.03116
(mual Muntah) (D.0023)
Definisi: Definisi:
Definisi: Kondisi volume cairan Mengidentifikasi dan
Penurunan volume cairan intravaskuler, interstisiel mengelola penuianan
intravaskular, interstsial dan/atau intraseluler volume cairan
dan/atau intraseluler intravaskuler
Ekspektasi : membaik
Gejala dan tanda mayor Tindakan
Subjektif : (tidak tersedia) Kriteria Hasil: Observasi
Objektif 1.Kekuatan nadi 1. Periksa tanda dan
1. Frekuensi nadi meningkat gejala hipovolemia I
meningkat 2.Turgor kulit meningkat mis frekuensi nadi
2. Nadi teraba lemah 3.Output urine meningkat, nadi teraba
3. Tekanan darah menurun meningkat lemah tekanan darah
3
Kalaborasi
1.Kalaborasi
pemberian cairan iv
isotonis (NaCl, RL)
2.Kalaborasi
pemberian cairan IV
hipotonis
3.Kalaborasi
pemberian cairan
koloid
4. Kalaborasi
pemberian produk
darah
3
4. Implementasi:
Tindakan yang diberikan untuk mengatasi Gangguan rasa nyaman nyeri pada
pasien dyspepsia pada rencana terapeutik non farmaklogi yaitu penerapan kompres
hangat pada area abdomen. Penerapan kompres hangat ini dilakukan selama 15
menit. Selama 3 hari (Cantika P, S. I., Adini, S., & Rahman, A. 2022).
Luaran Keperawatan:
5. Evaluasi
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
(qualitative research) dengan metode atau pendekatan studi kasus (case study).
1. Tempat penelitian
2. Waktu penelitian
Penelitian dilakukan selama 3 Hari dari pengambilan data awal sampai dengan
C. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah satu pasien dengan diagnosa medis
Pengambilan subjek dalam menelitian ini dilakukan dengan metode studi kasus.
Jumlah kasus yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 1 orang pasien dyspepsia
yang di rawat.
D. Pengumpulan Data
1. Tahap Seleksi
responden.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Data yang dikumpulkan oleh peneliti yakni data umum (nama inisial, umur,
riwayat kesehatan, dll) Data yang diperoleh berasal dari data primer.
pertemuan.
E. Etika Penelitian
dengan etik. Tujuan penelitian harus etik dalam arti hal responden harus dilindungi.
Di berikan pada responden yang akan di teliti, peneliti menjelaskan maksud dan
tujuan penelitian yang di lakukan. Jika responden bersedia di teliti, maka harus
menandatangani lembar persetujuan. Jika tidak bersedia, maka peneliti tidak akan
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Data tersebut hanya akan di gunakan untuk laporan pada penelitian ini.
BAB 4
GAMBARAN KASUS
A. Informasi Pasien
1. Identitas Klien
Di dapatkan data hasil wawancara dan observasi yang dilakukan pada tanggal
26 September 2022 saat melakukan pengkajian pada pasien bernama Ny. R, berusia
47 tahun, bergama Islam, berasal dari suku Jawa/Indonesia, pendidikan terakhir SMA,
pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, status sudah menikah dan memiliki 3 orang anak.
Pasien tinggal di Gresik. Pasien dirawat dengan diagnosa medis Dyspepsia. Pasien
masuk tanggal 25 September 2022 di IGD pukul 23.00 WIB hasil pemeriksaan
TD: 133/83 mmHg, N: 112 x/mnt, S: 36.2 ℃ RR: 20 x/mnt, SpO2: 97%.
2. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri ulu hati hilang timbul selama lebih dari 5 menit
dengan skala nyeri 6, badannya lemas, mual dan mutah 5x, didapatkan P: nyeri
bagian ulu hati, Q: nyeri hilang timbul, R: pada satu titik (nyeri di ulu hati), S:
skala nyeri 6`, T: nyeri terasa seperti tertikam dan terasa saat
3. Riwayat Penyakit
40
4
kendaraan pribadi. Pasien dibawa ke IGD dalam keadaan lemah, nyeri ulu hati
sejak 2 hari yang lalu, pasien mengatakan lebih nyaman saat duduk atau berbaring,
pasien mual dan muntah. Keadaan umum pasien lemah, kesadaran composmentis,
GCS 456, tanda-tanda vital TD: 133/83 mmHg N: 112 x/mnt S: 36.2 ℃ RR: 20
x/mnt SpO2: 99%. Pasien mendapatkan terapi inf RL 2000cc/24 jam, Inj.
c. Riwayat psikososial
B. Manifestasi Klinis
Ny. R mengalami nyeri ulu hati pada saat aktivitas bahkan kadang - kadang
saat istirahat pun muncul.Ny. R tidak pernah MRS sebelumnya dan tidak
pernah mengalami nyeri pada saat tidur maupun beraktivitas. Namun pada
saat sebelum dibawa ke RS Ny. R berupaya untuk banyak minum air putih
serta minum obat maag yang dibeli di toko obat. Namun tak kunjung ada
perubahan maka dari itu Ny. N dibawa ke RS oleh suaminya untuk di periksa.
nyeri semakin berat saat beraktivitas disertai mual muntah serta badan terasa
merusak mukosa
terjadi imflamasi
sehingga nyeri
epigastrum
D. Pemeriksaan
26 September 2022
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan Keterangan
Darah Lengkap
Leukosit 5.72 10^3/μL 4.00 – 10.00 Normal
Neutrofil# 3.05 10^3/μL 2. 0 – 7.00 Normal
Limfosit# 0.90 10^3/μL 0.80 – 4.00 Normal
Hemoglobin 12.60 g/dL 12 – 15 Normal
Hematokrit 36.90 % 37.0 – 47.0 Normal
Eritrosit 4.31 10^6/μL 3.50-5.00 Normal
MCV 85.7 fmol/cell 80 – 100 Normal
MCH 29.2 pg 26 – 34 Normal
MCHC 34.5 g/dL 32 – 36 Normal
RDW_CV 13.4 % 11.0 – 16.0 Normal
RDW_SD 44.1 fL 35.0 – 56.0 Normal
Trombosit
PCT 1.281 10^3/µL 1.08 – 2.82 Normal
Diabetes
Gula darah puasa 394 mg/dL 74 – 106 Tinggi
Gula darah 2 jpp 297 mg/dL 74 - 126 Tinggi
4
Fungsi Ginjal
Kreatinin 0.73 mg/dL 0.6-1.5 Normal
BUN 16 mg/dL 10-24 Normal
E. Analisa Data
1. Diagnosis medis
Dyspepsia
2. Prognosis
kekambuhan penyakit dispepsia apabila makan minum yang teratur, minum air
putih secukupnya serta beristirahat dengan teratur dan latihan berolahraga jika
terjadi nyeri di daerah perut dapat diterapkan terapi non farmakologi kompres
hangat.
3. Pengkajian Keperawatan
b. Pemeriksaan fisik
1) B1 (Breathing)
dan kiri seimbang) perkusi (resonan atau sonor pada semua lapang paru),
2) B2 (Blood)
Tidak terdapat nyeri dada dan dada simetris, tidak teraba oedema, TD:
3) B3 (Brain)
Keadaan Ny. R composmetis dengan GCS 456 pada leher tidak terdapat
pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada edema fungsi menelan baik, tidak
simetris bersih tidak ada edema nyeri tekan. Indera penglihatan (Mata)
Ny. R bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan pada area mata. (Hidung) Ny.
R bentuk simetris, tidak ada cuping hidung, tidak ada polip. bersih, tidak
ada nyeri tekan. . (Mulut dan Gigi) Ny. N ada karies gigi, bersih, tidak
ada sariawan, ada gigi berlubang bagian geraham, bibir berwarna merah
4) B4 (bledder)
7x/hari tidak terdapat alat bantu Ny R mengatakan terasa haus terus dan
5) B5 (Bowel)
tidak ada karies gigi, bersih tidak ada sariawan, terdapat gigi
ulu hati.
6) B6 (Bone)
simetris, tidak ada edema, otot agak tegang jari tangan lengkap
kanan dan kiri 10 jari, tidak ada nyeri tekan, ROM aktif 5/5.
simetris, tidak terdapat luka, jari kaki lengkap kanan dan kiri 10 jari,
4. Diagnosa Keperawatan
(SDKI, D.0077) ditandai dengan mengeluh nyeri daerah ulu hati yang hilang
aktivitas. TD: 133/83 mmHg N: 112 x/mnt S: 36.2 ℃ RR: 20 x/mnt SpO2:
hangat, istirahat teratur, pola tidur teratur, makan dan minum yang seimbang
serta minum obat jika diperlukan. Secara selfcare: Ny. R akan menjalani
perawatan latihan fisik brandt darrof agar intensitas kepala berputar menjadi
berkurang.
6. Intervensi Keperawatan
L.08066 hal.145), diharapkan nyeri akut (ulu hati) menurun dengan kriteria hasil :
Keluhan nyeri dari meningkat (1) ke menurun (5), Meringis dari cukup meningkat
(2) ke menurun (5), Sikap protektif dari cukup meningkat (2). Begitu pula dengan
4
7. Implementasi Keperawatan
kompres hangat dilaksanakan selama 3 hari (2x terapi) dengan durasi 10-15 menit.
4
Pada kasus ini peneliti telah menentukan intervensi yang akan diberikan pada
Klien dengan tujuan dan kriteria hasil pada masalah keperawatan atau diagnosa
keperawatan yang muncul, intervensi yang diberikan pada klien berdasarkan pada
farmakologis.
5
BAB 5
PEMBAHASAN
dispepsia sejak 2 bulan yang lalu. Ny R mengatakan kondisi ini yang dirasakan
nyeri perut, Ny R tampak meringis, pucat sejak 2 hari yang lalu. Dari data tersebut
dengan nyeri ulu hati, mual muntah terlambat makan, pola makan tidak teratus
menyebabkan terjadinya gesekan pada dinding lambung dan usus halus, sehingga
timbul rasa nyeri. Terjadinya dispepsia dapat disebabkan pola makan tidak teratus
yang mencakup frekuensi makan jenis makanan dan jumlah makan. Menurut
(Padila, 2021) nyeri ulu hati merupakan hal yang sering terjadi karena
minuman cukai, cabai, kopi alkohol serta makanan lain yang bersifat korosif.
gangguan pencernaan, salah satunya yaitu dispepsia, Sebab pada saat perut
kosong atau ditunda pengisiannya makan asam lambung akan mencerna lapisan
pasien dispepsia tidak hanya fokus pada terapi farmakologi tetapi non farmakologi
1. Implementasi Keperawatan
yang talah disusun sebelumnya yakni peneliti menerapkan terapi kompres hangat
untuk menurunkan nyeri akut pada pasien dispepsia , yang dilakukan selama 6
kali dalam 3 hari dengan durasi 15 menit sesuai dengan SOP (Standar Operasional
Prosedur). Dimulai dari fase persiapan alat, klien dan lingkungan. Lalu
dilanjutkan dengan fase kerja dan diakhiri dengan fase terminasi. Peneliti
melakukan pemantauan dan mendampingi klien saat dilakukan terapi, baik secara
subjektif dengan wawancara langsung maupun tingka laku klien selama terapi
memahami dan memberikan terapi kepada klien tersebut agar mencegah dari
komplikasi dispepsia.
selama 3 hari dengan 6 kali pertemuan dengan durasi 15 menit. Penelitian dimulai
hangat ini diawali dengan persiapan dari peneliti dan lembar inform consent untuk
klien. Selanjutnya melakukan kontrak waktu, tempat dan menjelaskan tujuan dan
juga persiapan lingkungan kontrak waktu, tempat dan menjelaskan tujuan dan
mungkin. Alat yang digunakan dalam implementasi adalah untuk kompres hangat
dengan kisaran suhu < 42 ℃ selama 15 menit dengan respon nyeri asalnya 5
kompres hangat dilakukan selama 3 hari perawatan dengan suhu 47,5℃ selama
15 menit dapat menurunkan intensitas nyeri dari semula skala sedang (4-6)
kompres hangat selama 15 menit dengan suhu 40 ℃ setelah itu peneliti meminta
pasien istirahat selama 10 menit, selanjutnya peneliti mengkaji ulang skala nyeri
NRS dengan cara pasien diminta untuk menandai angka yang menurut mereka
paling tepat mendeskripsikan tingkat nyeri yang dapat mereka rasakan pada suatu
relaksasi kompres hangat pada nyeri ulu hati Ny R mengatakan terkadang hilang
timbul. Saat ini Ny R tidak tampak meringis, tidak menahan nyeri dan nyeri
berkurang.
dispepsia. Pada saat dilakukan kompres hangat klien dapat mengikuti instruksi
menurunkan intensitas nyeri nyeri karena nyeri terjadi karena jaringan yang rusak
sepanjang saraf menuju otak. Secara alami otak melepaskan neurotrasmitter untuk
meredakan nyeri. Dari penelitian (Padila, 2021) dengan judul Intervensi Kompres
hangat Untuk meredakan Intensitas Nyeri pada pasien dispepsia, dengan ρ volue =
menurunkan nyeri.
tersendiri pada setiap diri seseorang. Lalu kompres hangat mampu memberikan
2. Evaluasi Keperawatan
mana telah dilakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang
yaitu dengan kriteria yang telah dilakukan pada pertemuan ketiga dan keenam.
92x/mt RR: 20x/mt, suhu 37,2 dan Ny R masih mengeluh nyeri bagian ulu hati
namun sudah tidak terasa mual dengan P : saat beraktifitas (kekamar mandi) Q :
nyeri terasa melilit R: bagian perut ulu hati S: skala 5 (nyeri sedang) T : hilang
timbul (± 5-10 menit). Setelah dilakukan terapi kompres hangat nyeri nya
90x/mt RR: 20x/mt, suhu 36,2 dan Ny R sudah tidak merasakan nyeri dengan P :
jarang merasa nyeri Q : - R: bagian perut ulu hati S: skala 0 (nyeri hilang) T :
jarang ( tidak muncul lagi). Evaluasi hasil penerapan terapi kompres hangat
5
disimpulkan bahwa terapi tersebut mampu menurunkan nyeri akut pada pasien
dispepsia.
terartus, maka dapat mengurangi nyeri dispepsia yang klien rasakan. Karena
banyak manfaat yang dapat dari terapi tersebut. Dapat disimpulkan bahwa
penerapan terapi kompres hangat dapat dilakukan sebagai salah satu penerapan
3. Keterbatasan Implementasi
kompres hangat di pasien sehingga banyak kekurangan dan hasil belum maksimal.
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengkajian yang dilakukan dengan cara observasi dan wawancara pada Ny.
R diperoleh hasil Pasien mengatakan nyeri ulu hati hilang timbul selama lebih
dari 5 menit dengan skala nyeri 6, badannya lemas, mual dan mutah 5x,
didapatkan P: nyeri bagian ulu hati, Q: nyeri hilang timbul, R: pada satu titik
(nyeri di ulu hati), S: skala nyeri 6`, T: nyeri terasa seperti tertikam dan
55
56
B. Saran
kompres hangat dalam upaya meringankan nyeri akut pada pasien dispepsia.
ulu hati.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurakhman, R. N., Studi, P., Keperawatan, I., Tinggi, S., Cirebon, I. K.,
Indragiri, S., Masyarakat, K., Kesehatan, I., Leny, C., & Setiyowati, N.
(2020). Pengaruh Terapi Kompres Hangat Dengan wwz (warm water zack)
Terhadap Nyeri Pada Pasien Dyspepsia. 11(1), 77.
Akbarzadeh, M., Nematollahi, A., Farahmand, M., & Amooee, S. (2018). The
Effect of Two-Staged Warm Compress on the Pain Duration of First and
Second Labor Stages and Apgar Score in Prim Gravida Women: a
Randomized Clinical Trial. Journal of Caring Sciences, 7(1), 21–26.
Attari, V. E., Somi, M. H., Jafarabadi, M. A., Ostadrahimi, A., Moaddab, S. Y., &
Lotfi, N. (2019). The gastro-protective effect of ginger (Zingiber officinale
roscoe) in Helicobacter pylori positive functional dyspepsia. Advanced
Pharmaceutical Bulletin, 9(2), 321–324.
Cai, P., Li, L., Hong, H., Zhang, L., He, C., Chai, X., Liu, B., & Chen, Z. (2018).
A Chinese medicine warm compress (Wen Jing Zhi Tong Fang), combined
with WHO 3-step analgesic ladder treatment for cancer pain relief. Medicine
(United States), 97(11).
Cantika P, S. I., Adini, S., & Rahman, A. . (2022). Penerapan Kompres Hangat
Dalam Menurunkan Skala Nyeri Pada Klien Gastritis . Nursing Care and
Health Technology Journal (NCHAT), 2(1), 63-70.
di Pierro, F., Giovannone, M., Saponara, M., & Ivaldi, L. (2020). Effectiveness of
a nutraceutical supplement containing highly standardized perilla and ginger
extracts in patients with functional dyspepsia. Minerva Gastroenterologica e
Dietologica, 66(1), 35–40.
57
5
Risiko, F., Terapi Sindrom, dan, & Purnamasari, L. (2017). Continuing medical
education Akreditasi PB IDI-2 SKP (Vol. 44, Issue 12).
Siti Padilah, N., Nugraha, Y., & Fitriani, A. (2018). Intervensi kompres hangat
untuk menurunkan intensitas nyeri pada pasien gastritis: Sebuah studi kasus.
5
Saksi 1 Saksi 2
(.………………………) (.………………………)
6
F. Jaminan kerahasiaan
Data yang didapat dari responden akan dirahasiakan dan dapat di
pertanggung jawabkan oleh peneliti.
Surabaya,
Saksi 1 Saksi 2
(.………………………) (.………………………)
6