TUGAS AKHIR
Oleh:
SUCI NINGGARSARI
NIM :
205070209111001
TUGAS AKHIR
Oleh:
SUCI NINGGARSARI
NIM :
205070209111001
i
HALAMAN PERSETUJUAN
TUGAS AKHIR
Oleh :
Suci Ninggarsari
NIM. 205070209111001
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Ns. Dina Dewi S.L.I, S.Kep., M.Kep Ns. Ahmad Hasyim W, M.Kep, MN, Sp.KepMB
NIP. 198002202005011002 NIDN. 0001078604
ii
HALAMAN PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
Oleh :
Suci Ninggarsari
NIM. 205070209111001
Penguji I
Dr. Ns. Dina Dewi S.L.I, S.Kep., M.Kep Ns. Ahmad Hasyim W, M.Kep, MN, Sp.KepMB
NIP. 198002202005011002 NIDN. 0001078604
Mengetahui,
Ketua Program Studi Keperawatan
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar
hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil-alihan tulisan atau pikiran orang
lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya. Apabila dikemudian hari dapat
dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hadil jiplakan, maka saya bersedia menerima
sanksi atas perbuatan tersebut.
Suci Ninggarsari
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah mengantarkan peneliti
menyelesaikan Tugas Akhir dengan Judul “Pengaruh Sterilisasi Ozon terhadap Jenis
Kuman Udara di Kamar Operasi Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr. Saiful Anwar
Malang” tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan tugas akhir ini peneliti telah banyak mendapatkan bantuan
moril maupun materiil dari berbagai pihak. Sehubungan dengan hal tersebut peneliti
menyampaikan ucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Dina Dewi Sartika Lestari Ismail S.Kep., M.Kep sebagai pembimbing pertama
yang dengan sabar memberikan arahan, masukan, dan bimbingan untuk memperoleh
konsep penelitian, literatur, dan metode penelitian serta semangat, sehingga peneliti
dapat meneyelesai Tugas Akhir ini
2. Ns. Ahmad Hasyim Wibisono, S. Kep. M.Kep. M.Ng. Sp.Kep.MB, sebagai
pembimbing kedua yang dengan sabar memberikan arahan, masukan, dan bimbingan
dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik
3. Dr. Yulian Wiji Utami, S.Kp., M.Kes, sebagai dosen penguji sekaligus Ketua Tim
penelitian hibah yang memberikan saya kesempatan untuk bergabung dalam
penelitian hibah, dan memberikan arahan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
4. Dr. dr. Wisnu Barlianto, Msi.Med., SpA(K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya yang telah memberikan peneliti kesempatan menuntut ilmu di
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
5. Dr. Asti Melani Astari, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat, selaku Ketua Jurusan Keperawatan
yang telah memberikan peneliti kesempatan menuntut ilmu di Jurusan Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
6. Dr. Yati Sri Hayati, S.Kp., M.Kes, selaku ketua Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
FKUB yang telah membantu dalam penyelesaian segala urusan administrasi yang
peneliti perlukan dalam penyusunan tugas akhir.
7. Segenap anggota Tim Pengella Tugas Akhir FKUB, yang telah membantu
melancarkan urusan administrasi, sehingga peneliti dapat melaksanakan Tugas Akhir
denan lancar.
8. RSUD dr. Saiful Anwar Malang yang telah membantu dalam hal perizinan dan
pelaksanaan pengambilan data dalan Tugas Akhir saya.
v
9. Yang tercinta, kedua orang tua saya Bapak Sunggar dan Ibu Susi Cahyaning Utami,
dan adik saya Arum Ninggar, yang tanpa lelah memberikan doa, dorongan,
mendukung dan menyemangati saya untuk dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
10. Kepada rekan penelitian saya Arif Hadi Setiawan sebagai rekan berdiskusi, yang
telah memberikan dorongan, dan semangat dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
11. Kepada sahabat-sahabat “Bandar” : Siska, Bening, Mas Juni, Okkyla, Lato, Dimas,
Nanda dan Arin yang tanpa lelah selalu saling mendukung, mensupport, dan saling
bertukar keluh kesah untuk saling menguatkan dalam perkuliahan maupun tugas
akhir.
12. Kepada rekan-rekan kelas SAP 2020 yang terus mendukung dan mensupport satu
sama lain dalam perkuliahan dan tugas akhir.
13. Kepada sahabat, bestie sekaligus kakak perempuan bagi saya, Dwi Intan Pakuwita
AR yang saling menyemangati, mendukung, menguatkan, dan tempat berbagi suka-
duka tentang perkuliahan, tugas akhir dan pengalaman hidup lainnya.
14. Kepada semua orang yang tidak bisa disebutkan satu persatu dalam menyelesaikan
Tugas Akhir ini. Terimakasih banyak!
15. Last but not the least, I wanna thank me, I wanna thank me for believing in
me, I wanna thank me for doing all this hard work, I wanna thank me for
having no days off, I wanna thank me for never quitting, for just being me at
all times.
Dalam penyusunan tugas akhir ini peneliti menyadari masih jauh dari sempurna,
untuk itu peneliti sangat berharap kritik dan saran untuk memperbaiki yang sifatnya
membangun. Akhirnya peneliti berharap, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi
peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.
Peneliti
vi
ABSTRAK
Ninggarsari, Suci. 2021. Pengaruh Sterilisasi Ozon terhadap Jenis Kuman Udara di
Kamar Operasi Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr. Saiful Anwar Malang.
Progam Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.
Pembimbing: (1) Dr. Dina Dewi Sartika Lestari Ismail, S.Kep., M.Kep. (2) Ns.
Ahmad Hasyim Wibisono, S. Kep. M.Kep. M.Ng. Sp.Kep.MB.
Sterilisasi ozon adalah proses sterilisasi pada ruangan menggunakan media udara
yang mengandung senyawa ozone (O3) dari bakteri, jamur, virus atau patogen lainnya.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh sterilisasi ozon terhadap jenis kuman
udara di kamar operasi. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian pre-experimental one group pretest- posttest design. Sampel dalam
penelitian ini adalah 15 ruang kamar operasi di Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr. Saiful
Anwar Malang dengan teknik passive sampling. Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah jenis kuman udara dan variabel independen adalah sterilisasi ozon. Data yang
dikumpulkan dengan metode pre dan post menggunakan metode observasi. Analisa data
menggunakan Wilcoxon match pairs test dengan hasil ada pengaruh jenis kuman udara
sebelum dan sesudah dilakukan sterilisasi ozon. Di dapatkan bahwa sebelum dilakukan
sterilisasi ozon sebagian besar jenis kuman udara yang ada di kamar operasi adalah
Staphylococcus sp dengan jumlah 249 koloni (98,4%), selain itu juga terdapat jenis
kuman udara Streptococcus sp dengan jumlah 2 koloni (0,8%) dan jenis kuman udara
Bacillus sebanyak 2 koloni (0,8%) sedangkan setelah diberikan sterilisasi ozon diketahui
bahwa jenis kuman udara yang ditemukan di kamar operasi adalah Staphylococcus sp
dengan jumlah 22 koloni (100%), serta tidak ditemukan jenis kuman udara
Streptococcus sp dan Bacillus.
vii
ABSTRACT
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.................................................................iv
KATA PENGANTAR............................................................................................v
ABSTRAK.......................................................................................................... vii
ABSTRACT.......................................................................................................viii
DAFTAR ISI.........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xiv
DAFTAR SINGKATAN.......................................................................................xv
BAB I.................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................6
BAB II................................................................................................................... 8
2.1 Kamar Operasi.........................................................................................8
2.1.1. Pembagian Zona pada Sarana Ruang Operasi Rumah Sakit........8
2.1.2. Ketentuan Kamar Operasi..............................................................11
2.1.3. Instalasi Tata Udara Ruang Operasi..............................................12
2.2 Kuman Udara.........................................................................................13
2.2.1. Definisi Kuman Udara.....................................................................13
2.2.2. Angka Kuman Udara.......................................................................15
2.2.3. Jenis-jenis Kuman Udara...............................................................16
2.2.4.. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan angka kuman udara 22
2.3 Ozon.......................................................................................................29
2.3.1 Definisi.............................................................................................29
2.3.2 Sifat Ozon........................................................................................31
2.3.3 Desinfeksi Udara Menggunakan Ozon..........................................32
BAB III................................................................................................................ 35
3.1 Kerangka Konsep..................................................................................35
3.2 Hipotesis Penelitian..............................................................................36
ix
BAB IV............................................................................................................... 38
4.1 Rancangan Penelitian...........................................................................38
4.2 Populasi dan Sampel............................................................................38
4.2.1 Populasi...........................................................................................38
4.2.2 Sampel.............................................................................................39
4.2.3 Teknik Sampling.............................................................................39
4.2.4 Kriteria Inklusi.................................................................................39
4.2.5 Kriteria Ekslusi...............................................................................40
4.3 Variabel Penelitian.................................................................................40
4.3.1 Variabel Dependen (Tergantung)...................................................40
4.3.2 Variabel Independen (Bebas).........................................................40
4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................40
4.5 Bahan dan Alat / Instrumen Penelitian................................................41
4.6 Definisi Istilah / Operasional.................................................................41
4.7 Prosedur Penelitian / Pengumpulan Data............................................43
4.8 Analisis Data / Pengolahan Data..........................................................46
BAB V................................................................................................................ 48
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian.....................................................48
5.2 Hasil Penelitian......................................................................................49
5.2.1 Data Umum......................................................................................50
5.2.2.1Karakteristik sampel berdasarkan kamar operasi.......................50
5.2.2.2Karakteristik sampel berdasarkan jenis operasi..........................51
5.2.2 Data Khusus....................................................................................52
5.2.2.1 Identifikasi 3 Jenis Kuman Udara Terbanyak di Kamar Operasi
sebelum dilakukan Sterilisasi Ozon.........................................................52
5.2.2.2 Identifikasi Jumlah Koloni 3 Jenis Kuman Udara di Kamar
Operasi setelah dilakukan Sterilisasi Ozon.............................................53
5.2.2.3 Perbandingan Jumlah Koloni 3 Jenis Kuman Udara di Kamar
Operasi Sebelum dan Sesudah Dilakukan Sterilisasi Ozon...................53
BAB VI............................................................................................................... 55
6.1 Karakteristik Sampel Berdasarkan Kamar Operasi............................55
6.2 Karakteristik Sampel Berdasarkan Jenis Operasi..............................56
6.3 Identifikasi 3 Jenis Kuman Udara Terbanyak di Kamar Operasi
sebelum dilakukan Sterilisasi Ozon.............................................................57
x
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Indeks Angka Kuman Menurut Fungsi Ruang atau Unit.......................31
Tabel 4.1 Definisi operasional...............................................................................59
Tabel 5.1 Karakteristik sampel berdasarkan kamar operasi..................................67
Tabel 5.2 Karakteristik sampel berdasarkan jenis operasi.....................................68
Tabel 5.3 Jenis dan Jumlah Koloni Kuman Udara di Kamar Operasi sebelum
dilakukan Sterilisasi Ozon.....................................................................69
Tabel 5.4 Jenis dan Jumlah Koloni Kuman Udara di Kamar Operasi
setelah dilakukan Sterilisasi Ozon.........................................................70
Tabel 5.5 Perbedaan Jenis dan Jumlah Koloni Kuman Udara di Kamar
Operasi sebelum dan sesudah dilakukan Sterilisasi
Ozon......................................................................................................70
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pembagian zona pada sarana Ruang Operasi Rumah Sakit...........................25
Gambar 2.2 Efek ozon pada bakteri.................................................................................50
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian........................................................................52
Gambar 2.2 Efek ozon pada bakteri..................................................................................31
Gambar 4.1 Mesin Ozon..................................................................................................36
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
DAFTAR SINGKATAN
O3 :
Ozon
UV : Ultra Violet
THM : Trihalomethanes
xv
1
BAB I
PENDAHULUAN
Rumah sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran untuk mencegah
terjadinya penularan penyakit baik dari pasien ke pasien, pasien ke pengunjung atau
tamu maupun dari pasien ke tenaga medis atau non medis (Yonata, Thohari, and
Marlik 2020).
Kamar operasi merupakan suatu unit khusus di rumah sakit yang berfungsi
steril dan kondisi khusus lainnya. Ruang operasi merupakan ruangan yang
manusia, dan air. Oleh karena itu harus diperhatikan dan dikendalikan kemungkinan-
(airborne infection), dan vector borne diseases atau melalui vector (perantara)
udara ruang rumah sakit karena beberapa cara transmisi kuman penyebab infeksi
merupakan salah satu tolok ukur akreditasi rumah sakit di Indonesia yang telah
dicanangkan oleh pemerintah dalam aspek pengendalian infeksi dirumah sakit. HAIs
merupakan infeksi yang didapat pasien selama menjalani prosedur perawatan dan
tindakan medis di pelayanan kesehatan setelah ≥ 48 jam dan setelah ≤ 30 hari setelah
keluar dari fasilitas pelayanan kesehatan. (Central for Disease Control and
Salah satu infeksi yang termasuk dalam kelompok HAIs adalah Infeksi Daerah
Operasi (IDO). IDO juga sering disebut Surgical Site Infection (SSI). Tingkat
kematian yang berhubungan langsung akibat SSI berkisar antara 3% sampai 75% di
rumah sakit seluruh dunia. Kejadian SSI di rumah sakit seluruh dunia mengalami
peningkatan dari 1,2 kasus per 100 prosedur bedah menjadi 23,6 kasus per 100
prosedur bedah (WHO, 2010). Infeksi Daerah Operasi (IDO) terjadi dalam rentang
waktu <30 hari pasca operasi dan jika terjadi implantasi maka pemantauan dilakukan
dalam kurun waktu 1 tahun (Central for Disease Control and Prevention (CDC)
2021). Infeksi luka operasi atau IDO pada umumnya disebabkan oleh bakteri gram
sebagian besar pada pembedahan yang bersih, yang menimbulkan eritema, rasa
hangat, nyeri tekan, cairan bernanah pada luka operasi. Pada studi yang dilakukan di
pulang dari rumah sakit, dan angka tertinggi kejadian di Indonesia sebesar 8%
Sebanyak dua juta infeksi nosokomial juga terjadi di Amerika serikat. Data
yang disajikan oleh Central for disease Control (CDC) menunjukkan sekitar 5%
pasien memiliki gejala klinis infeksi nosokomial akut, 8% kronis, dan 70% post-
operatif. Sumber infeksi nosokomial yang paling utama diantaranya adalah infeksi
saluran kemih, saluran nafas bawah, infeksi luka operasi, dan septikimia primer
(Central for Disease Control and Prevention (CDC) 2021). Sedangkan untuk angka
kejadian infeksi pasca operasi di RSUD dr.Saiful Anwar Malang di Instalasi Rawat
Inap (IRNA) pada tahun 2017 sebesar 0,67% pada IRNA III, 0,4% di IRNA IV, dan
0% pada IRNA II dan Instalasi Pelayanan Utama (IPU), dan pada tahun 2018 terjadi
peningkatan kasus infeksi pasca operasi pada IRNA III menjadi 1,15% dan angka
kejadian pada IRNA II, IRNA IV, dan IPU menjadi 0% (Santoso 2019).
Hal yang harus diperhatikan adalah pengaplikasian sistem tata udara pada
bangunan rumah sakit harus benar, terutama untuk ruangan-ruangan khusus seperti
kelembaban udara relatif, kebersihan cara filtrasi dan udara ventilasinya, tekanan
ruangan yang positif dan negatif, perbedaan tekanan antar ruang fungsi tertentu
dapat menghasilkan suhu, aliran udara, dan kelembapan yang nyaman bagi pasien
Sakit, indeks angka kuman maksimal ruang operasi adalah 10 CFU/m3. Untuk
ruang rawat harus bebas kuman patogen dengan angka total kuman tidak lebih dari
menggunakan sinar UV (Ultra Violet), penelitian menurut K Lam & Phil (2020)
lampu karena kapasitas penetrasi sinar yang terbatas. Pembersihan kamar operasi di
RSUD dr. Saiful Anwar Malang menurut SOP yang berlaku yaitu pada pasien
sterilisasi dengan gas ozon, sedangkan pada pasien yang tidak memiliki indikasi
mikroorganisme secara efektif. Berbeda dengan radiasi UV dan filter HEPA, ozon
merupakan gas yang dapat menembus ke setiap sudut ruangan, sehingga dapat
yang jauh lebih kuat daripada disinfektan umum lainnya seperti klorin dan
hipoklorit. Penggunaan klorin atau hipoklorit di banyak negara telah menurun secara
desinfeksi. Karena ozon tidak stabil, ia segera diubah kembali menjadi oksigen,
tanpa meninggalkan sisa ozon yang berbahaya setelah disinfeksi. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh (K Lam and Phil, 2020) menyebutkan bahwa ozon lebih efektif
dalam mengurangi bakteri di ruang kosong. Lebih dari 90% bakteri di udara dapat
dikurangi setelah ozonasi. Karena virus umumnya lebih rentan terhadap ozon
daripada bakteri, maka dapat diasumsikan bahwa semua virus akan mati jika
bahwa menurut penelitian yang dilakukan oleh (Sulistiyono et al., 2017) di ruang
Hapsari, 2019) di kamar operasi Rumah Sakit Nasional Diponegoro Semarang, jenis
Nocardia sp, dan Klebsiella sp. Penelitian lain juga dilakukan oleh (Palawe et al.,
2015) di ruang operasi Instalasi Bedah Sentral (IBS) RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado bahwa terdapat 2 bakteri aerob yaitu Staphylococcus albus dan Bacillus
subtilis. Sehingga dalam penelitian ini akan dipilih 3 jenis kuman udara terbanyak
sakit mengenai standardisasi frekuensi dan durasi penggunaan ozon. RSUD dr.
penggunaan ozon secara klinis dan laboratoris, sehingga diperlukan kajian lebih
lanjut tentang pengaruh sterilisasi ozon terhadap jenis kuman udara di kamar operasi
kamar operasi Instalasi Bedah Sentral RSUD dr. Saiful Anwar Malang.
penggunaan ozon dibidang sterilisasi pada kamar operasi serta menjadi kajian
lebih lanjut
Penelitian ini sebagai bahan masukan bagi rumah sakit dan bagi tenaga
kamar operasi.
b. Bagi keperawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kamar operasi adalah suatu unit khusus di rumah sakit yang berfungsi sebagai
tempat untuk melakukan tindakan pembedahan secara elektif maupun akut, yang
Ruang operasi membutuhkan kondisi dengan tingkat kesterilan tinggi baik pada
ruangan, alat kesehatan maupun petugas ruang operasi, untuk meminimalisir bakteri
Pembagian ruangan pada ruang operasi rumah sakit dibagi kedalam 5 zona
Gambar 2.1 Pembagian zona pada sarana Ruang Operasi Rumah Sakit
Keterangan :
4 = Zona Resiko Sangat Tinggi (Steril dengan prefilter, medium filter dan hepa
pendaftaran), ruang tunggu keluarga pasien, janitor dan ruang utilitas kotor.
Zone ini mempunyai jumlah partikel debu per m3 > 3.520.000 partikel dengan
Zona ini terdiri dari ruang istirahat dokter dan perawat, ruang plester,
pantri petugas, ruang tunggu pasien (holding), ruang transfer dan ruang loker
(ruang ganti pakaian dokter dan perawat) merupakan area transisi antara zona
1 dengan zone 2. Zone ini mempunyai jumlah maksimal partikel debu per m3
Zona ini meliputi kompleks ruang operasi, yang terdiri dari ruang
up, ruang pemulihan (recovery), ruang linen, ruang pelaporan bedah, ruang
maksimal partikel debu per m3 adalah 352.000 partikel dengan diameter 0,5
4) Zona 4, Tingkat Resiko Sangat Tinggi (Steril dengan Pre Filter, Medium
Zona ini adalah ruang operasi, dengan tekanan udara positif. Zone ini
dengan dia. 0,5 μm (ISO 7 - ISO 14644-1 cleanroom standards Tahun 1999).
Area ini terletak dibawah area aliran udara kebawah (laminair air flow)
dimana bedah dilakukan. Area ini mempunyai jumlah maksimal partikel debu
per m3 adalah 3.520 partikel dengan dia. 0,5 μm (ISO 5 s/d ISO 6 - ISO
Alasan mempunyai sistem zona pada bangunan ruang operasi rumah sakit
micro-organisme dari rumah sakit (area kotor) sampai pada kompleks ruang
conditioning pada setiap zona, Ini berarti bahwa staf dan pengunjung datang dari
koridor kotor mengikuti ketentuan pakaian dan ketentuan tingkah laku yang
diterapkan pada zona. Aliran bahan-bahan yang masuk dan keluar Ruang Operasi
Aspek esensial atau penting dari zoning ini dan layuot atau denah
bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit adalah mengatur arah dari tim bedah, tim
dan kotor. Dengan sistem zoning ini menunjukkan diterapkannya minimal risiko
a. Mikroorganisme (pada kulit) dari pasien atau infeksi yang mana pasien
yang paling efektif untuk menjaga pola gerakan konsentrasi kontaminasi pada
sampai 12 jam per hari (kecuali kondisi darurat). Untuk alasan ini dan untuk
sistem pembuangan udara atau sistem vakum khusus harus dipasang untuk
menghilangkan buangan gas anestesi. Sistem vakum medis telah digunakan untuk
menghilangkan gas anestesi yang tidak mudah terbakar. Satu atau lebih outlet
(irradiation) di ruang operasi telah dilaporkan dengan hasil baik, namun ini jarang
a. Fungsi ruang, jumlah pengguna, letak, volume ruang, jenis peralatan, dan
dengan 60%, dengan tekanan udara positif pada ruang operasi. Uap air
api dapat terjadi pada kelembaban relatip yang rendah. Temperatur ruangan
unit pengkondisian udara bisa menjadi sumber micro- organisme yang datang
melalui filter-filternya. Filter-filter ini harus diganti pada jangka waktu yang
tertentu. Saluran udara (ducting) harus dibersihkan secara teratur. Ruang operasi
dilengkapi dengan sistem aliran laminar ke bawah dengan hembusan udara dari
plenum (8 sampai 9 m2). Pada kondisi kerja dengan lampu operasi dinyalakan
dan adanya tim bedah, suplai udara dan profil hembusan udara dipilih sedemikian
rupa sehingga aliran udara tidak lewat melalui setiap sumber kontaminasi
ukurannya, sulit diamati tanpa alat pembesar, berukuran beberapa micron dan
meliputi bakteri, jamur, algae, protozoa, maupun kuman (Koes Irianto, 2006).
Adanya kuman di udara bisa saja dikarenakan oleh debu, tetesan uap air kering
maupun terhembus oleh tiupan angin. Kuman yang berasal dari udara biasanya
akan menempel pada permukaan tanah, lantai maupun ruangan. Kuman ini
tersebar di udara melalui batuk, bersin, berbicara dan tertawa. Pada proses
tersebut keluar cairan saliva dan mukus yang mengandung mikroba. Tetesan
cairan (aerosol) biasanya dibentuk oleh bersin, batuk dan berbicara. Setiap tetesan
terdiri dari air liur dan lendir yang dapat berisi ribuan mikroba. Diperkirakan
jumlah kuman
14
dalam satu kali bersin berkisar antara 10.000 sampai dengan 100.000 (Waluyo,
2009)
tersebar di udara melalui butir-butir debu atau residu tetesan air ludah yang
kering. Jenis algae, protozoa, jamur dan bakteri dapat ditemukan di udara dekat
yang ditemukan di udara. Spora jamur yang sering ditemukan berasal dari species
clodosporium. Bakteri yang ditemukan jenis basil gram positif, baik spora
maupun non spora, coccus gram positif dan basil (Susilowati, 2008).
tersebut telah memenuhi syarat angka kuman udara. Pada Keputusan Menteri
Tabel 2.1 Indeks Angka Kuman Menurut Fungsi Ruang atau Unit
Konsentrasi Maksimum
No. Ruang atau Unit Mikroorganisme per m³ udara
(CFU/m³)
1. Operasi 10
2. Bersalin 200
3. Pemulihan/perawatan 200-500
4. Observasi bayi 200
5. Perawatan bayi 200
6. Perawatan premature 200
7. ICU 200
8. Jenazah/Autopsi 200-500
9. Pengindraan medis 200
10. Laboratorium 200-500
11. Radiologi 200-500
15
Sakit
asumsi bahwa setiap sel bakteri hidup dalam suspensi akan tumbuh menjadi satu
koloni setelah diinkubasikan dalam media biakan dan lingkungan yang sesuai.
Setelah masa inkubasi jumlah koloni yang tumbuh dihitung dari hasil perhitungan
tersebut merupakan perkiraan atau dugaan dari jumlah dalam suspensi tersebut
(Nizar, 2011).
udara. Angka kuman udara bersifat total, meliputi semua kuman yang ada di
udara. Secara umum, angka kuman udara adalah jumlah mikroorganisme patogen
droplet (air), atau partikel (debu) yang bersali dibiakkan dengan media agar
membentuk koloni yang dapat diamati secara visual atau dengan kacamata
satuan koloni forming unit per meter kubik (CFU/m³) (Tri Cahyono, 2017).
16
Angka kuman di udara merupakan jumlah dari sampel angka kuman udara
dari suatu ruangan atau tempat tertentu yang diperiksa, sehingga hitung angka
kuman bertujuan untuk mengetahui jumlah bakteri pada sampel. Prinsip dari
pemeriksaan ini menghitung jumlah koloni yang tumbuh pada Plate Count
Agar.
mikroorganisme yang paling banyak tersebar di udara bebas adalah bakteri, jamur
dan mikroalga. Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Sulistiyono et al., 2017)
oleh (Sentosa & Hapsari, 2019) di kamar operasi Rumah Sakit Nasional
Staphylococcus, Bacillus sp, Nocardia sp, dan Klebsiella sp. Penelitian lain
juga dilakukan oleh (Palawe et al., 2015) di ruang operasi Instalasi Bedah Sentral
(IBS) RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado bahwa terdapat 2 bakteri aerob
2015) yaitu:
spota lainnya, bersifat aerotoleran, dan dapat tumbuh pada pO2 kurang dari
3%, tetapi lebih tahan hidup lebih lama pada pemaparan O2 jika ditanam
2. Kelompok basil Gram positif; bakteri yang termasuk dalam kelompok ini
3. Kelompok kokus Gram positif; bakteri yang termasuk dalam kelompok ini
S. Constellatus.
4. Kelompok kokus Gram negatif; bakteri yang termasuk dalam kelompok ini
genital.
sering ditemukan pada makanan terutama terdiri dari tiga jenis, yaitu:
1. Bacillus
B. steathermophilus.
2. Clostridium
3. Desulfotomaculum
Bakteri ini bersifat anaerobik dan membentuk spora. Bakteri ini juga
mampu mereduksi sulfat menjadi H2S. Jenis bakteri ini terutama terdapat
dan tidak membutuhkan oksigen, meskipun tidak akan mati dengan adanya
oksigen.
1. Micrococcus
bergerombol tidak teratur, atau membentuk paket atau tetrad. Bakteri ini
pada suhu 10oC, tetapi tidak dapat tumbuh pada suhu 46oC.
2. Staphylococcus
anggur. Nama bakteri ini berasal dari bahasa Latin staphele yang berarti
3. Streptococcus
fisiologi dan hemolitikmya, yaitu: grup piogenik, grup viridan, grup laktat,
Streptococcus algalctie
pada saluran air kemih atau infeksi kardiovaskuler atau pada meningitis),
4. Leuconostoc
tanaman), karena faktor batuk, bersin, cairan tubuh yang mengering ataupun
dua media, yaitu partikulat padat (debu) dan air, dimana hal tersebut dapat terjadi
indoor maupun outdoor. Daerah- daerah yang berpotensi risiko tinggi kuman di
1. Suhu
2016).
23
2016), menyatakan bahwa p value sebesar 0,002 < 0,05 artinya suhu
berpengaruh nyata terhadap angka kuman udara. Hasil temuan ini sesuai
dengan baik pada kisaran suhu optimum untuk pertumbuhan mikroba yaitu
2. Kelembaban
udara dalam ruang sangat erat dengan kondisi ventilasi dan pencahayaan
(Lisa, 2014).
menyatakan bahwa p value sebesar 0,005 atau p value < 0,05 dengan
ruang rawat inap kelas tiga melati RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
sehingga area ruangan yang tersinari oleh matahari terbatas dan tidak cukup
Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh (Muntaha & Caesar, 2016)
menyatakan bahwa dari hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,040 yang
kuman udara di ruang rawat inap Gedung Siti Hajar Rumah Sakit Islam
dari hasil uji koefisien pearson korelasi diperoleh nilai koefisien korelasinya
(r) = 0,28 yang artinya bahwa ada hubungan antara kelembaban dengan
jumlah koloni bakteri udara dalam ruang kelas. Hubungan antara dua
variabel tersebut menunjukkan nilai positif, ini berarti bahwa semakin tinggi
3. Pencahayaan
suatu bidang kerja yang ada di dalam ruang bangunan rumah sakit yang
buatan perlu
25
bahwa p value sebesar 0,001 atau p value < 0,05 dengan demikian ada
inap kelas tiga melati RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Pencahayaan yang
dengan baik pada kondisi gelap. Pencahayaan alami dari sinar matahari di
bahwa dari hasil uji koefisien pearson korelasi diperoleh nilai koefisien
tersendiri.
7. Setiap percikan ludah, darah atau eksudat luka pada dinding harus segera
sterilisasi ruangan setelah pasien yang ada di ruang rawat inap tersebut di
berpotensi patogen dengan cara fisika atau kimia. Proses ini biasanya tidak
mengahancurkan spora.
kematian mikroba adalah fungsi jumlah sel yang bertahan pada suatu waktu.
maksimal. Steril artinya bebas dari segala mikroba baik patogen maupun
virus) yang tedapat pada atau di dalam suatu benda. Proses ini melibatkan
aplikasi biocidal agent atau proses fisik dengan tujuan untuk membunuh atau
merupakan zat kimiawi dan digunakan untuk objek-objek tak hidup. (Sylvia,
2008).
rendah.
4. Berspektrum luas.
5. Bereaksi cepat.
Pada umumnya bakteri yang muda itu kurang daya tahannya terhadap
ini ini. Apakah suatu desinfektan tidak meracuni suatu jaringan, apakah tidak
murah harganya. Faktor- faktor inilah yang menyebabkan sulit untuk menilai
mesin sterilisasi fogging Aerosoft dengan cairan atau desinfektan Anios djp
sf. Indikasi penggunaan cairan ini adalah airborne infection dan desinfeksi
dahulu.
jangkauan uap cairan yang dihembuskan dengan kekuatan mesin ini lebih
cara yang lain. Sterilisasi dengan cairan Anios ini lebih efisien karena hanya
Anios juga dapat mengurangi risiko negatif kontak bahan kimia dengan
1. Suhu daya tahan kuman terhadap suhu tidak sama bagi setiap spesies.
2. Kelembaban kuman lebih suka pada keadaan basah, bahkan dapat hidup
di dalam air. Dalam air yang tertutup bakteri tidak dapat mampu hidup
kuman udara pada ruang atau unit pemulihan/perawatan yaitu 200 – 500
CFU/m3.
2.3 Ozon
2.3.1 Definisi
Ozon (O3) adalah gas tidak stabil yang terdiri dari tiga atom oksigen.
Tidak stabil karena gas akan mudah terdegradasi kembali ke keadaan stabil,
oksigen diatomik (O2) dengan pembentukan atom oksigen bebas atau radikal
akan teroksidasi hampir semua hal (termasuk virus, bakteri, senyawa organik dan
dwiatom oksigen atau O2 yang kita gunakan untuk bernafas membentuk hampir
20% atmosfera. Pembentukan ozon atau O3, molekul triatom oksigen kurang
banyak dalam atmosfera yang mana kandungannya hanya 1/3 juta daripada gas
atmosfera. Ozon sangat baik dan kuat sebagai disinfektan, banyak penelitian
menunjukkan bahwa Ozon dengan konsentrasi rendah yakni kurang dari 0,5 mg/l
(Morin,RA, Keller,JW, et al, 1974). Dalam bentuk gas Ozon sangat baik dan
Mekanisme desinfeksi Ozon dihasilkan dari reaksi: molekul oksigen dan atom
Ozon pertama kali ditemukan oleh Van Marum pada tahun 1795, dan
secara komersial digunakan untuk disinfeksi air. Pada tahun 1892, beberapa
penelitian dengan uji coba ozon untuk bidang pertanian membunuh kutu/hama.
Baru pada tahun 1936 ozon dikembangkan secara besar–besaran di Perancis dan
juga beberapa negara di dunia, selanjutnya pada tahun 1972 diperkirakan lebih
dari 1000 unit pengolahan air menggunakan ozon untuk disinfeksi air minum
terpenting dalam fungsinya sebagai perisai bumi. Ozon mudah menyerap sinar
UV, terutama diantara 240-320 nm. Chapman (1930), menjelaskan bahwa sinar
ultraviolet dari pancaran sinar matahari mampu menguraikan gas oksigen (O2) di
udara bebas. Molekul oksigen tadi terurai menjadi dua buah atom oksigen (O*),
dimana proses ini dikenal dengan nama photolysis. Kemudian atom oksigen
tersebut secara alami bertumbukan dengan molekul gas oksigen yang ada
sinar matahari pada panjang gelombang antara 240-340 nm dan terurai kembali
menjadi satu gas oksigen (O2) dan satu atom oksigen (O*). Ozon dapat bereaksi
dengan atom oksigen (O*) untuk regenerasi dua molekul gas oksigen (O2)
(Syafarudin, 2013).
antara lain: untuk pengolahan air minum dan air limbah, untuk sterilisasi
makanan mentah serta untuk sterilisasi peralatan. Hal ini tidak terlepas dari sifat
ozon yang dikenal memiliki sifat radikal (mudah bereaksi dengan senyawa
dalam membunuh mikroorganisme bisa 3250 kali lebih cepat serta 150% lebih
kuat tenaga oksidatifnya. Ozon sebelum atau setelah bereaksi dengan unsur lain
sehingga teknologi ozon sangat ramah lingkungan atau sering dikatakan ozon
merupakan kimia hijau masa depan (Patel et al, (2001) dalam Purwadi dkk,
oksidator kuat untuk mendegradasi fenol. Selain itu ozon sebagai oksidator yang
menghilangkan warna dan bau, ataupun rasa (Bismo. S, dkk, 2008) dalam
2. Menghapus pencemar dalam air (besi, arsen, hidrogen sulfida, nitrit, dan bahan
Ozon adalah pengoksidasi yang jauh lebih kuat daripada disinfektan umum
lainnya seperti klorin dan hipoklorit. Penggunaan klorin atau hipoklorit di banyak
ozon tidak menghasilkan residu berbahaya, dan semua sisa ozon akan diubah
kembali menjadi oksigen dalam waktu singkat. Oleh karena itu, ozon dianggap
biosida, ozon menjadi salah satu teknologi pengolahan air yang dominan di Eropa
dan Amerika. Namun penerapannya dalam desinfeksi udara tidak sepopuler air
karena kekhawatiran akan toksisitas ozon. Ozon dengan konsentrasi lebih dari 1
ppm memiliki efek buruk pada kesehatan manusia dan penggunaan ozon untuk
desinfeksi udara umumnya tidak dianjurkan jika ada orang di sekitar. Oleh karena
itu, desinfeksi udara menggunakan ozon harus dibatasi hanya pada ruangan
3. Penetrasi dan pembentukan lubang pada dinding sel bakteri oleh ozon
BAB III
variabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti) (Nursalam, 2016).
Kuman udara
Sterilisasi ozon
Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian Pengaruh Sterilisasi Ozon terhadap Jenis
Kuman Udara di Kamar Operasi Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr.
Saiful Anwar Malang
membutuhkan kondisi kesterilan tinggi baik pada ruangan, alat kesehatan maupun
petugas ruang operasi, untuk meminimalisir bakteri di udara yang berpotensi sebagai
sumber penularan infeksi nosokomial. Kuman udara yang ada pada kamar operasi
diantaranya adalah bakteri, jamur dan virus. Untuk mengetahui jenis kuman udara di
kamar operasi dilakukan pengambilan kultur kuman udara menggunakan cawan petri
yang diletakkan di dalam kamar operasi dengan durasi 15 menit. Setelah dilakukan
pengambilan kultur kuman udara dengan menggunakan cawan petri yang diletakkan
Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru berdasarkan teori yang
Berdasarkan uraian dan hasil penelitian yang dikembangkan oleh para ahli dan
peneliti terdahulu, maka hipotesis yang diambil dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Malang
BAB IV
METODE PENELITIAN
pengamatan langsung terhadap situasi atau peristiwa yang ada dilapangan. Teknik
yang diselidiki. Dalam arti yang luas, observasi sebenarnya tidak hanya terbatas
pada pengamatan yang dilaksanakan baik secara langsung maupun tidak langsung.
perlakuan barulah memberikan tes akhir (posttest) (Arikunto, 2010). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh sterilisasi ozon terhadap jenis kuman udara di
kamar operasi Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr. Saiful Anwar Malang.
4.2.1 Populasi
Populasi adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam,
kaitannya dengan masalah yang ingin dipelajari. Populasi dalam penelitian ini
adalah ruang kamar operasi yang ada di Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr. Saiful
Anwar Malang.
4.2.2 Sampel
sampling. Total sampling adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota
a. Kamar operasi di Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
b. Kamar operasi yang telah dipakai operasi dengan kategori luka operasi
memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2015).
Dr. Saiful Anwar Malang pada bulan Oktober 2021 sampai November 2021.
41
Instrumen penelitian adalah cara atau pun alat mengumpulkan data dalam
pekerjaan penelitian (Saepudin, 2011). Pada penelitian ini instrumen yang digunakan
adalah lembar observasi. Adapun alat dan bahan yang digunakan sebagai penunjang
yaitu :
a. Mesin Ozon Fass Salli ozone production 105 mg/m3 2 dust pre filters. 11 high
c. Mikroskop
e. Nutrien agar
f. Cooler box
g. Stop watch
i. Handscoon steril
j. Alumunium foil
Tabel 4.1 Definisi operasional Pengaruh Sterilisasi Ozon terhadap Jenis Kuman
Udara di Kamar Operasi Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr. Saiful Anwar
Malang
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan pada subjek dan proses
langkah dalam pengumpulan data bergantung pada rancangan penelitian dan teknik
kultur sampel kuman udara di kamar operasi Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr.
digunakan dalam penelitian, dan menyiapkan kamar operasi yang akan digunakan
kriteria penelitian, peneliti memastikan media cawan petri blood agar agar
Setelah alat dan bahan tersedia, peneliti juga harus memastikan alat berfungsi
mesin kurang dari 2000 jam pemakaian sesuai dengan rekomendari dari
keakuratan mesin.
B. Pengambilan Sampel
cawan petri blood agar yang diletakkan di dalam kamar operasi selama 15
dr. Saiful Anwar hanya dilakukan satu kali pengambilan sample, untuk
mengukur angka kuman udara pada area kamar operasi. Untuk cara
dibawa mengelilingi ruangan sebanyak 2 kali dari zona terluar kezona inti,
untuk selanjutnya diletakkan pada area meja operasi ditengah ruang kamar
operasi atau di zona inti/nuklei dengan total lama waktu 15 menit dengan
didapatkan, maka cawan petri akan diletakkan di dalam cooler box pada suhu
C. Tindakan ozonisasi
kuman udara melalui cawan petri yang diletakkan di dalam kamar operasi,
dititik yang berbeda pada 4 sudut ruangan dan untuk selanjutnya diletakkan
pada area meja operasi ditengah ruang kamar operasi atau di zona inti atau
D. Tahap evaluasi
Apabila kultur kuman udara sudah didapatkan, media akan ditutup oleh
alumunium foil untuk mencegah oksidasi dari cahaya matahari dan diletakkan
mikrobiologi RSUD Dr. Saiful Anwar Malang dan diperiksa oleh petugas
Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan bantuan SPSS v.25 for Windows
Rumus :
𝑓
𝑃= 𝑥 100 %
𝑛
Keterangan :
= Jumlah sampel
mencari hubungan antara variabel independen dan variabel dependen digunakan uji
a. Menentukan hipotesis
terhadap jenis kuman udara di kamar operasi Instalasi Bedah Sentral RSUD
d. Jika memenuhi syarat (data berdistribusi normal p > 0,05), maka dipilih uji t
berpasangan
e. Jika variabel baru hasil transformasi tidak berdistribusi normal juga, maka
dipilih uji wilcoxon Jika variable baru hasil transformasi data berdistribusi
f. Jika variabel baru hasil transformasi tidak berdistribusi normal juga, maka
g. Jika diperoleh taraf signifikasi p < 0.05 maka H1 diterima dengan demikian
kamar operasi Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr. Saiful Anwar Malang.
48
BAB V
Hasil penelitian dan analisa data mengenai Pengaruh Sterilisasi Ozon terhadap
Jenis Kuman Udara di Kamar Operasi Instalasi Bedah Sentral RSUD dr. Saiful Anwar
Malang dengan jumlah sampel 15 kamar operasi. Pengambilan data dilakukan pada bulan
RSUD Dr. Saiful Anwar merupakan salah satu rumah sakit yang ada di Kota
Malang yang terletak di Jl. Jaksa Agung Suprapto No. 2 Kota Malang dengan luas
bangunan 102.859.84 m2. RSUD Dr. Saiful Anwar adalah Rumah Sakit Umum tipe
A pendidikan milik pemerintah daerah propinsi Jawa Timur. Kedudukan RSUD Dr.
Saiful Anwar adalah rumah sakit kelas A berdasarkan Surat Keputusan bersama
pelayanan rawat jalan, pelayanan gawat darurat, pelayanan rawat inap utama,
Bedah Sentral (IBS), kamar bedah Pavilyun, kamar bedah Mata, kamar bedah THT,
dan kamar bedah Luka Bakar. Sedangkan pelayanan khusus untuk pembedahan
darurat diselenggarakan di kamar bedah IGD. RSUD Dr. Saiful Anwar memiliki 15
kamar operasi elektif dan 3 kamar bedah darurat. Kamar bedah elektif
Pada bab ini akan disajikan tentang hasil penelitian yang akan diuraikan sesuai
dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang ada pada bab sebelumnya.
Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan observasi jenis kuman udara
sebelum dan sesudah pemberian sterilisasi ozon dengan pengukuran sebelum dan
sesudah dilakukan di hari yang sama. Hasil penelitian ini meliputi data umum yang
mencangkup luas kamar operasi, suhu, kelembapan, jenis operasi dan tindakan
operasi yang dilakukan, sedangkan pada data khusus memuat data sebelum dan
sesudah pemberian sterilisasi ozon di kamar operasi RSUD Dr. Saiful Anwar. Dari
kumpulan data tersebut akan disajikan dalam bentuk tabel antara variabel dependen
yang lebih besar dari kamar operasi yang lain sebanyak 9 kamar operasi (60%),
operasi (7%), dan kamar operasi dengan suhu 22 OC sebanyak 1 kamar operasi
jenis operasi. Hasil analisis tentang karakteristik sampel dapat dilihat sebagai
berikut :
operasi yang digunakan sebagai sampel penelitian ini adalah operasi kotor,
sebanyak 7 kamar operasi (47%), selain itu juga terdapat tindakan operasi
Berdasarkan Tabel 5.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar jenis kuman
jumlah 249 koloni (98,4%), selain itu juga terdapat jenis kuman udara
Berdasarkan Tabel 5.4 dapat diketahui bahwa jenis kuman udara yang
koloni (100%), serta tidak ditemukan jenis kuman udara Streptococcus sp dan
Bacillus.
kamar operasi sebelum dan sesudah dilakukan sterilisasi ozon di kamar operasi
Instalasi Bedah Sentral RSUD dr. Saiful Anwar Malang, maka dilakukan
Bacillus 2 0,8% 0 0%
Total 253 100% 22 100%
mengalami penurunan jenis dan jumlah koloni kuman udara setelah dilakukan
sterilisasi ozon. Sebelum dilakukan sterilisasi ozon jumlah total kuman udara
adalah 253 koloni dan terdapat 3 jenis kuman udara yaitu Staphylococcus sp,
sterilisasi ozon jumlah total kuman udara adalah 22 koloni dan hanya terdapat 1
Berdasarkan Uji Wilcoxon Match Pairs Test signed rank test diperoleh
nilai P value (nilai signifikan) sebesar 0.001 yang berarti lebih kecil dari nilai a
(0.05) yang kita gunakan, maka dapat disimpulkan H1 diterima yang artinya
BAB VI
PEMBAHASAN
Berdasarkan Tabel 5.1 dapat diketahui luas kamar operasi sebagian besar
bangunan dan prasarana rumah sakit menyatakan bahwa ruang operasi dibagi
menjadi 3 jenis yaitu ruang operasi minor, ruang operasi umum dan ruang operasi
mayor/khusus. Setiap ruang operasi memiliki stadart ketentuan luas ruangan yang
lebar x tinggi adalah 7,2 m x 7 m x 3m. Kamar operasi yang ada di Instalasi Bedah
Sentral RSUD dr. Saiful Anwar Malang sebagian besar sudah sesuai dengan standar
bangunan rumah sakit, hanya ada 1 kamar operasi yang kurang memenuhi standar
luas kamar operasi yaitu ruang operasi combus. Ruang operasi combus berada di
gedung yang berbeda yang berada di ruang lingkup rawat inap pasien combustio
Pada Tabel 5.1 juga disajikan data mengenai suhu dan kelembapan yang
nomor 24 tahun 2016 tentang persyaratan teknis bangunan dan prasarana rumah sakit
sedangkan standar kelembapan pada kamar operasi relatif 40 - 60%. Suhu dan
perawatan dapat berkembang biak dengan baik pada kisaran suhu optimum untuk
dengan angka kuman udara di ruang rawat inap kelas tiga melati RSUD Dr.
Moewardi Surakarta. Penelitian lain juga dilakukan oleh Muntaha & Caesar (2016)
menyatakan bahwa dari hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,040 yang artinya
ada hubungan antara kelembaban udara ruangan dengan angka kuman udara di ruang
rawat inap Gedung Siti Hajar Rumah Sakit Islam Sultan Hadlirin Jepara.
mikroorganisme.
Berdasarkan Tabel 5.2 diketahui bahwa sebagian besar jenis operasi yang
digunakan sebagai sampel penelitian ini adalah operasi kotor, yaitu sebanyak 8
kamar operasi (53%). Operasi kotor merupakan operasi yang melewati daerah
purulent, inflamasi memanjang dan hasil klinis menunjukkan adanya infeksi. Tanda
(kemerahan), calor (panas), tumor (bengkak), dan dolor (nyeri). Kamar operasi
merupakan zona yang tergolong resiko sangat tinggi terhadap infeksi daerah operasi.
Udara, air, dan makanan dapat terkontaminasi oleh berbagai macam mikroorganisme
Berdasarkan Tabel 5.3 diketahui bahwa sebagian besar jenis kuman udara
yang ada di kamar operasi adalah Staphylococcus sp dengan jumlah 249 koloni
(98,4%), selain itu juga terdapat jenis kuman udara Streptococcus sp dengan
jumlah 2 koloni (0,8%) dan jenis kuman udara Bacillus sebanyak 2 koloni (0,8%).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Sulistiyono et al., 2017) di ruang operasi
Hapsari, 2019) di kamar operasi Rumah Sakit Nasional Diponegoro Semarang, jenis
Nocardia sp, dan Klebsiella sp. Penelitian lain juga dilakukan oleh (Palawe et al.,
2015) di ruang operasi Instalasi Bedah Sentral (IBS) RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado bahwa terdapat 2 bakteri aerob yaitu Staphylococcus albus dan Bacillus
subtilis.
58
Berdasarkan Tabel 5.4 diketahui bahwa jenis kuman udara yang ditemukan di
jumlah 22 koloni (100%), serta tidak ditemukan jenis kuman udara Streptococcus
fakulatif yang merupakan flora normal pada manusia terdapat pada mukosa hudung,
mulut, dan kulit. Bakteri ini merupakan penyebab tertinggi infeksi di lingkungan
rumah sakit, terutama pada ruangan intensif dan kamar operasi. Penyebarannya
sering melalui udara, tetapi dapat juga secara langsung. Perpindahan melalui tangan
medis juga dapat menjadi transpor kuman untuk berpindah. Hal ini mengakibatkan
bakteri ini bisa berada pada siklus udara ruang kamar operasi yang terjadi pertukaran
penurunan jumlah koloni 3 jenis kuman udara setelah dilakukan sterilisasi ozon.
Sebelum dilakukan sterilisasi ozon jumlah total kuman udara adalah 253 koloni dan
terdapat 3 jenis kuman udara yaitu Staphylococcus sp, Streptococcus sp, dan
Sedangkan setelah dilakukan tindakan sterilisasi ozon jumlah total kuman udara
adalah 22 koloni dan hanya terdapat 1 jenis kuman udara yaitu Staphylococcus sp.
59
mengakibatkan radikal yang sangat efektif ke hampir semua hal (termasuk virus,
bakteri, senyawa organik dan anorganik) (K Lam & Phil, 2020). Ozon membunuh
cara mengoksidasi langsung ketika ozon kontak dengan dinding sel, suatu reaksi
oksidasi terjadi sehingga menyebabkan lubang pada dinding sel sehingga bakteri
mulai kehilangan bentuk atau pertahanan utamanya telah hancur (Zafhira, 2012).
Penelitian yang dilakukan oleh Morin RA, Keller,JW, et al, (1974) menunjukkan
bahwa Ozon dengan konsentrasi rendah yakni kurang dari 0,5 mg/l mampu
mikroorganisme bisa 3250 kali lebih cepat serta 150% lebih kuat tenaga
oksidatifnya.
Berdasarkan Uji Wilcoxon Match Pairs Test signed rank test diperoleh
nilai P value (nilai signifikan) sebesar 0.001 yang berarti lebih kecil dari nilai a
(0.05) yang kita gunakan, maka dapat disimpulkan H1 diterima yang artinya ada
Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr. Saiful Anwar Malang. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa udara kamar operasi di Instalasi Bedah Sentral RSUD dr. Saiful
Anwar Malang terjadi penurunan jumlah koloni 3 jenis kuman udara setelah
dalam ruang operasi Instalasi Bedah Sentral. Oleh karena itu sangat perlu dilakukan
pemeriksaan berkala dan teratur untuk sterilsasi udara, lingkungan sekitar ruang
operasi, petugas dan alat-alat yang digunakan di dalam kamar operasi. Hal ini dapat
pada luka operasi yang berpotensi tinggi di kamar operasi. Menurut hasil penelitian
ini ozon dapat efektif sebagai bahan desinfektan dalam membunuh mikroorganisme.
Selain itu ozon juga merupakan oksidator yang paling kuat yang dapat digunakan
minggu sampai hasil semua sampel dapat dilaporkan dan pemeriksaan identifikasi
bakteri yang memakan biaya mahal yang dihitung setiap sampel sebelum dan
perharinya bervariasi dan tidak menentu. Karena beberapa hal tersebut penelitian ini
BAB VII
dari penelitian Pengaruh Sterilisasi Ozon terhadap Jenis Kuman Udara di Kamar
Operasi Instalasi Bedah Sentral RSUD dr. Saiful Anwar Malang adalah sebagai
berikut :
Sentral RSUD dr. Saiful Anwar Malang sebelum dilakukan sterilisasi ozon
249 koloni (98,4%), selain itu juga terdapat jenis kuman udara Streptococcus
sp dengan jumlah 2 koloni (0,8%) dan jenis kuman udara Bacillus sebanyak 2
koloni (0,8%).
2. Identifikasi jumlah koloni 3 jenis kuman udara yang terdapat di kamar operasi
Instalasi Bedah Sentral RSUD dr. Saiful Anwar Malang setelah dilakukan
3. Perbandingan jumlah koloni 3 jenis kuman udara di kamar operasi sebelum dan
sterilisasi ozon. Berdasarkan Uji Wilcoxon Match Pairs Test signed rank test
0.001 yang berarti lebih kecil dari nilai a (0.05) yang kita gunakan, maka
63
terhadap jenis kuman udara di kamar operasi Instalasi Bedah Sentral RSUD dr.
7.2 Saran
yang digunakan segala jenis operasi baik operasi kotor maupun operasi bersih
pasien maupun tenaga kesehatan lainnya. Selain itu diharapkan pihak institusi
dengan mikrobiologi dan resiko infeksi pada pasien khususnya di kamar operasi
mempengaruhi.
64
DAFTAR PUSTAKA
Syafarudin, A. (2013). Produksi Ozon dengan Bahan Baku Oksigen Menggunakan Alat
Ozon Generator. Jurnal Teknik Kimia, 19(2), 1–9.
Tanjung M. (2010). Pola Kuman di Kamar Operasi dan Ruang Perawatan Bedah RSUP
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado [Tesis]. Manado: Universitas Sam Ratulangi
Utji R. (2008). Pengendalian Infeksi Nosokomial di RS Dr. Cipto Mangunkusumo
dengan Sumber Daya Minimal [Skripsi]. Jakarta: Universitas Indonesia; 2008.
Wismana, W. S. (2016). Gambaran kualitas mikrobiologi udara kamar operasi dan
keluhan kesehatan. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 8(2), 219–228. https://e-
journal.unair.ac.id/JKL/article/download/8015/4749
Yonata, Q. U., Thohari, I., & Marlik. (2020). Faktor yang Berhubungan dengan Angka
Kuman Udara di Rumah Sakit Soemitro Surabaya Queeniza Ulya Yonata. Jurnal
Penelitian Kesehatan Suara Forikes, 11(3), 264–266.
Zafhira, N.A., (2012). Pengaruh Waktu Inkunbasi Dan Dosis Ozon Pada Desinfeksi
Hama Bakteri Xanthomonas oryzae. Oryzae Dengan Kombinasi Proses Ozonasi
Dan Adsorpsi Dengan Zeolit Alam. Skripsi Universitas Indonesia, Depok.
67
A. Definisi
Merupakan sterilisasi yang dilakukan dengan menggunakan alat Ozon
generator, dengan lama waktu pemberian 30 menit, dengan dosis 90 mg/30 menit
B. Tujuan
Mengurangi dan menghilangkan mikroirganisme udara
C. Indikasi
Ruang kamar operasi yang terkontaminasi mikroorganisme
D. Persiapan alat
1. Mesin Ozon
2. Lap basah dan
3. Microbial air sampling
4. Nutrien Agar
5. Spidol permanen
6. Coolbox
7. Handscoon
E. Persiapan ruangan
Lingkungan dibersihkan dengan menggunakan cairan desfektan meliputi
dinding, lantai, meja operasi dan alat lain yang ada didalam kamar operasi terutama
yang terkena kontaminasi baik berupa darah maupun cairan lainnya.
F. Langkah-langkah penggunaan prosedur sterilisasi Ozon
1. Letakan mesin ozon ditengah area operasi
2. Sambungkan mesin ozon dengan aliran listrik
3. Petugas keluar dari kamar operasi,
4. Memberikan tanda bahaya pada pintu kamar operasi dengan menggantungkan
papan peringatan pada pintu masuk kamr operasi yang dilakukan sterilisasi ozon
5. Mesin Ozon dinyalakan dengan menggunakan remote selama 30 menit
6. Setelah 30 menit mesin Ozon dimatikan menggunakan remote
G. Evaluasi
69
A. Definisi
Merupakan tindakan pengambilan sampel dengan suatu teknik dan prosedur
yang sudah ditentukan. Sampel adalah bahan pemeriksaan yang berasal dari
lingkungan yang diminta untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium.
B. Tujuan
Sebagai acuan penerapan lagkah-langkah agar pengambilan sampel sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
C. Indikasi
Ruang kamar operasi yang terkontaminasi mikroorganisme
D. Persiapan alat
1. Cawan petri
2. Blood agar dan saboroud dextrose agar
3. Alumunium foil
4. Coolbox
5. Handscoen steril
E. Persiapan ruangan
Lingkungan dibersihkan dengan menggunakan cairan desifektan meliputi
dinding, lantai, meja operasi dan alat lain yang ada didalam kamar operasi terutama
yang terkena kontaminasi baik berupa darah maupun cairan lainnya.
F. Langkah-langkah penggunaan prosedur pengambilan sampel
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Gunakan alat pelindung diri yang steril
3. Buka penutup cawan petri yang berisi blood agar dan saboroud dextrose agar
4. Bawa cawan mengelilingi ruang operasi dari area terluar ke area terdalam kamar
operasi sebanyak 2 kali putaran sbelum diletakan pada area nuklei atau pada area
inti.
5. Letakkan cawan petri di atas meja operasi dengan total waktu 15 menit.
71
6. Tutup pintu dan area yang terbuka lainnya pada kamar operasi.
7. Setelah 15 menit ambil kembali, kemudian tutup cawan petri dan rekatkan atau
segel menggunakan perekat selotip.
8. Bungkus cawan petri menggunakan alumunium foil dan letakkan sampel pada
coolbox untuk menjaga kelembapan.
9. Rapikan alat dan lingkungan yang telah digunakan
G. Evaluasi
1. Cawan petri dikirim ke unit mikrobiologi untuk dilakukan penghitungan angka
kuman.
2. Mengidentifikasi hasil laboratorium.
72
Staphylococcus
5 tidak ditemukan
Os severe corneal Os periosteal 6,3 x 5 x haemolyticus
7 19 49 pertumbuhan bakteri 11
ulcer post amt graft 3 meter Corynebacterium
6 -
striatum
Staphylococcus
Adeno ca recti ⅓ Low anterior aureus 12
6,1 x 5 x Staphylococcus
8 proximal + left mild resection + 20 58 3 12
3 meter Pseudomonas chromogenes
hydronephrosis cystoscopy 3
stutzeri
Staphylococcus Acinetobacter
1 1
Post atiko antrostomi warneri lwoffii
Debridement +
+ miringoplasti 5,8 x 7 x Viridans
9 repair ulkus 19 50 7 11
dengan komplikasi 3 meter streptococci Staphylococcus
retroauricular 1
abses Pseudomonas Saprophyticus
5
stutzeri
Staphylococcus
Respiratory failure dt Escherichia coli 9 9
warneri
pneumonia vap +
6,9 x 5 x Staphylococcus 29
10 hepatitis B positif + Trakeostomi 21 50 29
3 meter epidermidis Staphylococcus
acinetobacter baumani 2
Staphylococcus haemolyticus
2
haemolyticus
Escherichia coli 21
Hirschsprung disease Staphylococcus
Duhamel 5,4 x 7 x 29 tidak ditemukan
11 post modified hartmann 22 63 hominis 52
procedure 3 meter pertumbuhan bakteri
procedure Staphylococcus
2
haemolyticus
Acinetobacter Acinetobacter
Total bulbar urethral 4 20
Epa 4,9 x 8 x lwoffii baumannii
12 stricture + urinary 19 49 27
urethroplasty 3 meter Staphylococcus Acinetobacter
retention on 45 4
hominis lwoffii
76
Cases
Tests of Normalityb,c,d
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Ties 1c
Total 16
Test Statisticsa
POST - PRE
Z -3,411b