Anda di halaman 1dari 96

PENGARUH STERILISASI OZON TERHADAP JENIS

KUMAN UDARA DI KAMAR OPERASI INSTALASI BEDAH


SENTRAL RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG

TUGAS AKHIR

Oleh:
SUCI NINGGARSARI
NIM :
205070209111001

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
PENGARUH STERILISASI OZON TERHADAP JENIS
KUMAN UDARA DI KAMAR OPERASI INSTALASI BEDAH
SENTRAL RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG

TUGAS AKHIR

Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

Oleh:
SUCI NINGGARSARI
NIM :
205070209111001

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2021

i
HALAMAN PERSETUJUAN

TUGAS AKHIR

PENGARUH STERILISASI OZON TERHADAP JENIS KUMAN


UDARA DI KAMAR OPERASI INSTALASI BEDAH SENTRAL RSUD
DR. SAIFUL
ANWAR MALANG

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh


Gelar Sarjana Keperawatan

Oleh :
Suci Ninggarsari
NIM. 205070209111001

Menyetujui untuk diuji :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ns. Dina Dewi S.L.I, S.Kep., M.Kep Ns. Ahmad Hasyim W, M.Kep, MN, Sp.KepMB
NIP. 198002202005011002 NIDN. 0001078604

ii
HALAMAN PENGESAHAN

TUGAS AKHIR

PENGARUH STERILISASI OZON TERHADAP JENIS KUMAN


UDARA DI KAMAR OPERASI INSTALASI BEDAH SENTRAL RSUD
DR. SAIFUL ANWAR MALANG

Oleh :
Suci Ninggarsari
NIM. 205070209111001

Telah diuji pada Hari : Rabu


Tanggal : 22 Desember 2021 dan dinyatakan lulus oleh :

Penguji I

Dr. Yulian Wiji Utami, S.Kp, M.Kes


NIP. 197707222002122002

Penguji II / Pembimbing I Penguji III / Pembimbing II

Dr. Ns. Dina Dewi S.L.I, S.Kep., M.Kep Ns. Ahmad Hasyim W, M.Kep, MN, Sp.KepMB
NIP. 198002202005011002 NIDN. 0001078604

Mengetahui,
Ketua Program Studi Keperawatan

Dr. Yati Sri Hayati, S.Kp., M.Kes


NIP. 197710052002122002

iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Suci Ninggarsari


NIM 205070209111001
Program Studi : Program Ilmu Keperawatan Fakultas
: Kedokteran Universitas Brawijaya

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar
hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil-alihan tulisan atau pikiran orang
lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya. Apabila dikemudian hari dapat
dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hadil jiplakan, maka saya bersedia menerima
sanksi atas perbuatan tersebut.

Malang, 19 Desember 2021

Suci Ninggarsari

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah mengantarkan peneliti
menyelesaikan Tugas Akhir dengan Judul “Pengaruh Sterilisasi Ozon terhadap Jenis
Kuman Udara di Kamar Operasi Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr. Saiful Anwar
Malang” tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan tugas akhir ini peneliti telah banyak mendapatkan bantuan
moril maupun materiil dari berbagai pihak. Sehubungan dengan hal tersebut peneliti
menyampaikan ucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Dina Dewi Sartika Lestari Ismail S.Kep., M.Kep sebagai pembimbing pertama
yang dengan sabar memberikan arahan, masukan, dan bimbingan untuk memperoleh
konsep penelitian, literatur, dan metode penelitian serta semangat, sehingga peneliti
dapat meneyelesai Tugas Akhir ini
2. Ns. Ahmad Hasyim Wibisono, S. Kep. M.Kep. M.Ng. Sp.Kep.MB, sebagai
pembimbing kedua yang dengan sabar memberikan arahan, masukan, dan bimbingan
dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik
3. Dr. Yulian Wiji Utami, S.Kp., M.Kes, sebagai dosen penguji sekaligus Ketua Tim
penelitian hibah yang memberikan saya kesempatan untuk bergabung dalam
penelitian hibah, dan memberikan arahan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
4. Dr. dr. Wisnu Barlianto, Msi.Med., SpA(K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya yang telah memberikan peneliti kesempatan menuntut ilmu di
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
5. Dr. Asti Melani Astari, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat, selaku Ketua Jurusan Keperawatan
yang telah memberikan peneliti kesempatan menuntut ilmu di Jurusan Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
6. Dr. Yati Sri Hayati, S.Kp., M.Kes, selaku ketua Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
FKUB yang telah membantu dalam penyelesaian segala urusan administrasi yang
peneliti perlukan dalam penyusunan tugas akhir.
7. Segenap anggota Tim Pengella Tugas Akhir FKUB, yang telah membantu
melancarkan urusan administrasi, sehingga peneliti dapat melaksanakan Tugas Akhir
denan lancar.
8. RSUD dr. Saiful Anwar Malang yang telah membantu dalam hal perizinan dan
pelaksanaan pengambilan data dalan Tugas Akhir saya.

v
9. Yang tercinta, kedua orang tua saya Bapak Sunggar dan Ibu Susi Cahyaning Utami,
dan adik saya Arum Ninggar, yang tanpa lelah memberikan doa, dorongan,
mendukung dan menyemangati saya untuk dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
10. Kepada rekan penelitian saya Arif Hadi Setiawan sebagai rekan berdiskusi, yang
telah memberikan dorongan, dan semangat dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
11. Kepada sahabat-sahabat “Bandar” : Siska, Bening, Mas Juni, Okkyla, Lato, Dimas,
Nanda dan Arin yang tanpa lelah selalu saling mendukung, mensupport, dan saling
bertukar keluh kesah untuk saling menguatkan dalam perkuliahan maupun tugas
akhir.
12. Kepada rekan-rekan kelas SAP 2020 yang terus mendukung dan mensupport satu
sama lain dalam perkuliahan dan tugas akhir.
13. Kepada sahabat, bestie sekaligus kakak perempuan bagi saya, Dwi Intan Pakuwita
AR yang saling menyemangati, mendukung, menguatkan, dan tempat berbagi suka-
duka tentang perkuliahan, tugas akhir dan pengalaman hidup lainnya.
14. Kepada semua orang yang tidak bisa disebutkan satu persatu dalam menyelesaikan
Tugas Akhir ini. Terimakasih banyak!
15. Last but not the least, I wanna thank me, I wanna thank me for believing in
me, I wanna thank me for doing all this hard work, I wanna thank me for
having no days off, I wanna thank me for never quitting, for just being me at
all times.
Dalam penyusunan tugas akhir ini peneliti menyadari masih jauh dari sempurna,
untuk itu peneliti sangat berharap kritik dan saran untuk memperbaiki yang sifatnya
membangun. Akhirnya peneliti berharap, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi
peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.

Malang, 15 Desember 2021

Peneliti

vi
ABSTRAK

Ninggarsari, Suci. 2021. Pengaruh Sterilisasi Ozon terhadap Jenis Kuman Udara di
Kamar Operasi Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr. Saiful Anwar Malang.
Progam Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.
Pembimbing: (1) Dr. Dina Dewi Sartika Lestari Ismail, S.Kep., M.Kep. (2) Ns.
Ahmad Hasyim Wibisono, S. Kep. M.Kep. M.Ng. Sp.Kep.MB.

Sterilisasi ozon adalah proses sterilisasi pada ruangan menggunakan media udara
yang mengandung senyawa ozone (O3) dari bakteri, jamur, virus atau patogen lainnya.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh sterilisasi ozon terhadap jenis kuman
udara di kamar operasi. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian pre-experimental one group pretest- posttest design. Sampel dalam
penelitian ini adalah 15 ruang kamar operasi di Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr. Saiful
Anwar Malang dengan teknik passive sampling. Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah jenis kuman udara dan variabel independen adalah sterilisasi ozon. Data yang
dikumpulkan dengan metode pre dan post menggunakan metode observasi. Analisa data
menggunakan Wilcoxon match pairs test dengan hasil ada pengaruh jenis kuman udara
sebelum dan sesudah dilakukan sterilisasi ozon. Di dapatkan bahwa sebelum dilakukan
sterilisasi ozon sebagian besar jenis kuman udara yang ada di kamar operasi adalah
Staphylococcus sp dengan jumlah 249 koloni (98,4%), selain itu juga terdapat jenis
kuman udara Streptococcus sp dengan jumlah 2 koloni (0,8%) dan jenis kuman udara
Bacillus sebanyak 2 koloni (0,8%) sedangkan setelah diberikan sterilisasi ozon diketahui
bahwa jenis kuman udara yang ditemukan di kamar operasi adalah Staphylococcus sp
dengan jumlah 22 koloni (100%), serta tidak ditemukan jenis kuman udara
Streptococcus sp dan Bacillus.

Kata kunci : Sterilisasi ozon, kuman udara, kamar operasi

vii
ABSTRACT

Ninggarsari, Suci. 2021. The Effect of Ozone Sterilization on Types of Airborne


Germs in the Operating Room of the Central Surgical Installation of RSUD
Dr. Saiful Anwar Malang. Nursing Study Program, Faculty of Medicine,
Brawijaya University . Advisors: (1) Dr. Dina Dewi Sartika Lestari Ismail, S.Kep.,
M.Kep. (2) Ns. Ahmad Hasyim Wibisono, S. Kep. M.Kep. M.Ng. Sp.Kep.MB.

Ozone sterilization is a sterilization process in a room using air media containing


ozone compounds (O3) from bacteria, fungi, viruses or other pathogens. The purpose of
this study was to determine the effect of ozone sterilization on the types of airborne germs
in the operating room. The research design used in this study was a pre-experimental one
group pretest-posttest research method. The sample in this study were 15 operating room
rooms at the Central Surgical Installation of RSUD Dr. Saiful Anwar Malang with total
sampling technique. The dependent variable in this study was the type of airborne germs
and the independent variable was ozone sterilization. The data collected by the pre and
post method using the observation method. Analysis of the data using the Wilcoxon
match pairs test with the result that there is an effect of the type of airborne germs before
and after ozone sterilization. It was found that prior to ozone sterilization, most types of
airborne germs in the operating room were Staphylococcus sp with a total of 249
colonies (98.4%), besides that there were also types of airborne germs Streptococcus sp
with a total of 2 colonies (0.8%) and the type of airborne bacteria Bacillus was 2
colonies(0.8%) while after being given ozone sterilization it was found that the type of
airborne germ found in the operating room was Staphylococcus sp with a total of 22
colonies (100%), and no airborne germ species Streptococcus sp and Bacillus were
found.

Keywords : Ozone sterilization, air germicidal, operating room

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.................................................................iv
KATA PENGANTAR............................................................................................v
ABSTRAK.......................................................................................................... vii
ABSTRACT.......................................................................................................viii
DAFTAR ISI.........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xiv
DAFTAR SINGKATAN.......................................................................................xv
BAB I.................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................6
BAB II................................................................................................................... 8
2.1 Kamar Operasi.........................................................................................8
2.1.1. Pembagian Zona pada Sarana Ruang Operasi Rumah Sakit........8
2.1.2. Ketentuan Kamar Operasi..............................................................11
2.1.3. Instalasi Tata Udara Ruang Operasi..............................................12
2.2 Kuman Udara.........................................................................................13
2.2.1. Definisi Kuman Udara.....................................................................13
2.2.2. Angka Kuman Udara.......................................................................15
2.2.3. Jenis-jenis Kuman Udara...............................................................16
2.2.4.. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan angka kuman udara 22
2.3 Ozon.......................................................................................................29
2.3.1 Definisi.............................................................................................29
2.3.2 Sifat Ozon........................................................................................31
2.3.3 Desinfeksi Udara Menggunakan Ozon..........................................32
BAB III................................................................................................................ 35
3.1 Kerangka Konsep..................................................................................35
3.2 Hipotesis Penelitian..............................................................................36
ix
BAB IV............................................................................................................... 38
4.1 Rancangan Penelitian...........................................................................38
4.2 Populasi dan Sampel............................................................................38
4.2.1 Populasi...........................................................................................38
4.2.2 Sampel.............................................................................................39
4.2.3 Teknik Sampling.............................................................................39
4.2.4 Kriteria Inklusi.................................................................................39
4.2.5 Kriteria Ekslusi...............................................................................40
4.3 Variabel Penelitian.................................................................................40
4.3.1 Variabel Dependen (Tergantung)...................................................40
4.3.2 Variabel Independen (Bebas).........................................................40
4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................40
4.5 Bahan dan Alat / Instrumen Penelitian................................................41
4.6 Definisi Istilah / Operasional.................................................................41
4.7 Prosedur Penelitian / Pengumpulan Data............................................43
4.8 Analisis Data / Pengolahan Data..........................................................46
BAB V................................................................................................................ 48
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian.....................................................48
5.2 Hasil Penelitian......................................................................................49
5.2.1 Data Umum......................................................................................50
5.2.2.1Karakteristik sampel berdasarkan kamar operasi.......................50
5.2.2.2Karakteristik sampel berdasarkan jenis operasi..........................51
5.2.2 Data Khusus....................................................................................52
5.2.2.1 Identifikasi 3 Jenis Kuman Udara Terbanyak di Kamar Operasi
sebelum dilakukan Sterilisasi Ozon.........................................................52
5.2.2.2 Identifikasi Jumlah Koloni 3 Jenis Kuman Udara di Kamar
Operasi setelah dilakukan Sterilisasi Ozon.............................................53
5.2.2.3 Perbandingan Jumlah Koloni 3 Jenis Kuman Udara di Kamar
Operasi Sebelum dan Sesudah Dilakukan Sterilisasi Ozon...................53
BAB VI............................................................................................................... 55
6.1 Karakteristik Sampel Berdasarkan Kamar Operasi............................55
6.2 Karakteristik Sampel Berdasarkan Jenis Operasi..............................56
6.3 Identifikasi 3 Jenis Kuman Udara Terbanyak di Kamar Operasi
sebelum dilakukan Sterilisasi Ozon.............................................................57
x

6.4 Identifikasi Jumlah Koloni 3 Jenis Kuman Udara di Kamar Operasi


Setelah dilakukan Sterilisasi Ozon..............................................................58
6.5 Perbandingan Jumlah Koloni 3 Jenis Kuman Udara di Kamar Operasi
Sebelum dan Sesudah Dilakukan Sterilisasi Ozon.....................................58
6.6 Implikasi di Keperawatan......................................................................60
6.7 Keterbatasan Penelitian........................................................................60
BAB VII..............................................................................................................62
7.1 Kesimpulan Penelitian..........................................................................62
7.2 Saran......................................................................................................63
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................64
Lampiran 1. Lembar observasi........................................................................67
Lampiran 2. Standar Operasional Prosedur Sterilisasi Ozon........................68
Lampiran 3. Standar Operasional Prosedur Pengambilan Sampel...............70
Lampiran 4. Surat Etik Penelitian....................................................................72
Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian Dan Pengambilan Data..............................73
Lampiran 6. Hasil Penelitian............................................................................74
Lampiran 7. Hasil Uji Normalitas.....................................................................77
Lampiran 8. Hasil Analisis Data SPSS............................................................78
Lampiran 9. Surat Keterangan Plagiasi...........................................................79
Lampiran 10. Dokumentasi Penelitian.............................................................80

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indeks Angka Kuman Menurut Fungsi Ruang atau Unit.......................31
Tabel 4.1 Definisi operasional...............................................................................59
Tabel 5.1 Karakteristik sampel berdasarkan kamar operasi..................................67
Tabel 5.2 Karakteristik sampel berdasarkan jenis operasi.....................................68
Tabel 5.3 Jenis dan Jumlah Koloni Kuman Udara di Kamar Operasi sebelum
dilakukan Sterilisasi Ozon.....................................................................69
Tabel 5.4 Jenis dan Jumlah Koloni Kuman Udara di Kamar Operasi
setelah dilakukan Sterilisasi Ozon.........................................................70
Tabel 5.5 Perbedaan Jenis dan Jumlah Koloni Kuman Udara di Kamar
Operasi sebelum dan sesudah dilakukan Sterilisasi
Ozon......................................................................................................70

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pembagian zona pada sarana Ruang Operasi Rumah Sakit...........................25
Gambar 2.2 Efek ozon pada bakteri.................................................................................50
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian........................................................................52
Gambar 2.2 Efek ozon pada bakteri..................................................................................31
Gambar 4.1 Mesin Ozon..................................................................................................36

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar observasi...................................................................................67


Lampiran 2 Standar Operasional Prosedur Sterilisasi Ozon......................................68
Lampiran 3 Standar Operasional Prosedur Pengambilan Sampel..............................70
Lampiran 4 Surat Etik Penelitian..............................................................................72
Lampiran 5 Surat Ijin Penelitian Dan Pengambilan Data...........................................73
Lampiran 6 Hasil Penelitian......................................................................................74
Lampiran 7 Hasil Uji Normalitas..............................................................................77
Lampiran 8 Hasil Analisis Data SPSS.......................................................................78
Lampiran 9 Surat Keterangan Plagiasi......................................................................79
Lampiran 10 Dokumentasi Penelitian..........................................................................80

xiv
DAFTAR SINGKATAN

HAIs : Health Care Assosiated Infections

IDO : Infeksi Daerah Operasi

MRSA : Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus

ISO : International Organization for Standardization

CFU : Colony Forming Partilce

O3 :
Ozon

UV : Ultra Violet

THM : Trihalomethanes

xv
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Kepmenkes RI Nomor

340/MENKES/PER/III/2010). Rumah sakit berfungsi untuk memberikan sarana

pelayanan kesehatan kepada masyarakat baik secara kuratif maupun rehabilitatif.

Rumah sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran untuk mencegah

terjadinya penularan penyakit baik dari pasien ke pasien, pasien ke pengunjung atau

tamu maupun dari pasien ke tenaga medis atau non medis (Yonata, Thohari, and

Marlik 2020).

Kamar operasi merupakan suatu unit khusus di rumah sakit yang berfungsi

sebagai tempat untuk melakukan tindakan pembedahan yang membutuhkan kondisi

steril dan kondisi khusus lainnya. Ruang operasi merupakan ruangan yang

berpotensi tinggi menyebabkan infeksi nosokomial di rumah sakit terutama infeksi

luka operasi. Kontaminasi dapat terjadi pada udara, peralatan, perlengkapan,

manusia, dan air. Oleh karena itu harus diperhatikan dan dikendalikan kemungkinan-

kemungkinan terjadinya penyebaran infeksi secara langsung, tidak langsung, udara

(airborne infection), dan vector borne diseases atau melalui vector (perantara)

(Supriyantoro 2012). Sekitar 10–20% infeksi nosokomial dapat disebabkan kualitas

udara ruang rumah sakit karena beberapa cara transmisi kuman penyebab infeksi

dapat ditularkan melalui udara (Wismana 2016).


2

Upaya penekanan angka kasus Health Care Assosiated Infections (HAIs)

merupakan salah satu tolok ukur akreditasi rumah sakit di Indonesia yang telah

dicanangkan oleh pemerintah dalam aspek pengendalian infeksi dirumah sakit. HAIs

merupakan infeksi yang didapat pasien selama menjalani prosedur perawatan dan

tindakan medis di pelayanan kesehatan setelah ≥ 48 jam dan setelah ≤ 30 hari setelah

keluar dari fasilitas pelayanan kesehatan. (Central for Disease Control and

Prevention (CDC) 2021).

Salah satu infeksi yang termasuk dalam kelompok HAIs adalah Infeksi Daerah

Operasi (IDO). IDO juga sering disebut Surgical Site Infection (SSI). Tingkat

kematian yang berhubungan langsung akibat SSI berkisar antara 3% sampai 75% di

rumah sakit seluruh dunia. Kejadian SSI di rumah sakit seluruh dunia mengalami

peningkatan dari 1,2 kasus per 100 prosedur bedah menjadi 23,6 kasus per 100

prosedur bedah (WHO, 2010). Infeksi Daerah Operasi (IDO) terjadi dalam rentang

waktu <30 hari pasca operasi dan jika terjadi implantasi maka pemantauan dilakukan

dalam kurun waktu 1 tahun (Central for Disease Control and Prevention (CDC)

2021). Infeksi luka operasi atau IDO pada umumnya disebabkan oleh bakteri gram

positif atau gram negatif, staphylococcus epidermidis dan staphylococcus

aureus merupakan organisme utama penyebabkan IDO yang berhubungan dengan

sebagian besar pada pembedahan yang bersih, yang menimbulkan eritema, rasa

hangat, nyeri tekan, cairan bernanah pada luka operasi. Pada studi yang dilakukan di

RSUD dr. Saiful Anwar Malang menunjukkan angka infeksi methicillin-resistant

staphylococcus aureus (MRSA) sebesar 4,3% diantara pasien-pasien bedah yang

pulang dari rumah sakit, dan angka tertinggi kejadian di Indonesia sebesar 8%

(Santosaningsih et al. 2019)


3

Sebanyak dua juta infeksi nosokomial juga terjadi di Amerika serikat. Data

yang disajikan oleh Central for disease Control (CDC) menunjukkan sekitar 5%

pasien memiliki gejala klinis infeksi nosokomial akut, 8% kronis, dan 70% post-

operatif. Sumber infeksi nosokomial yang paling utama diantaranya adalah infeksi

saluran kemih, saluran nafas bawah, infeksi luka operasi, dan septikimia primer

(Central for Disease Control and Prevention (CDC) 2021). Sedangkan untuk angka

kejadian infeksi pasca operasi di RSUD dr.Saiful Anwar Malang di Instalasi Rawat

Inap (IRNA) pada tahun 2017 sebesar 0,67% pada IRNA III, 0,4% di IRNA IV, dan

0% pada IRNA II dan Instalasi Pelayanan Utama (IPU), dan pada tahun 2018 terjadi

peningkatan kasus infeksi pasca operasi pada IRNA III menjadi 1,15% dan angka

kejadian pada IRNA II, IRNA IV, dan IPU menjadi 0% (Santoso 2019).

Hal yang harus diperhatikan adalah pengaplikasian sistem tata udara pada

bangunan rumah sakit harus benar, terutama untuk ruangan-ruangan khusus seperti

di ruang operasi/bedah, ruang Isolasi dan lain-lain diperlukan pengaturan temperatur,

kelembaban udara relatif, kebersihan cara filtrasi dan udara ventilasinya, tekanan

ruangan yang positif dan negatif, perbedaan tekanan antar ruang fungsi tertentu

dengan ruang disebelahnya, dan distribusi udara didalam ruangan untuk

meminimalkan sumber penyakit agar tidak menyebar ke udara (airborne) yang

memperbesar kemungkinan terjadinya penularan penyakit (Supriyantoro 2012).

Ventilasi di rumah sakit hendaknya mendapat perhatian yang memadai. Bila

menggunakan sistem pendingin, hendaknya dipelihara dan dioperasikan sehingga

dapat menghasilkan suhu, aliran udara, dan kelembapan yang nyaman bagi pasien

dan karyawan (Depkes RI, 2002).


4

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah

Sakit, indeks angka kuman maksimal ruang operasi adalah 10 CFU/m3. Untuk

mencegah penularan penyakit, Menteri Kesehatan mensyaratkan agar udara di dalam

ruang rawat harus bebas kuman patogen dengan angka total kuman tidak lebih dari

500 koloni/m3 udara. Pengendalian infeksi telah diatur dalam Menurut

Permenkes No. 27 Tahun 2017 penataksanaan stelirisasi kamar operasi tidak

menggunakan sinar UV (Ultra Violet), penelitian menurut K Lam & Phil (2020)

juga menyebutkan bahwa penggunaan UV hanya dapat mendesinfeksi udara didekat

lampu karena kapasitas penetrasi sinar yang terbatas. Pembersihan kamar operasi di

RSUD dr. Saiful Anwar Malang menurut SOP yang berlaku yaitu pada pasien

dengan infeksi adalah dengan membersihkan permukaan kemudian dilakukan

sterilisasi dengan gas ozon, sedangkan pada pasien yang tidak memiliki indikasi

infeksi pembersihan kamar operasi hanya dilakukan pembersihan permukaan dengan

pengelapan dan pengepelan menggunakan cairan desifektan.

Ozon adalah oksidator kuat yang terkenal yang dapat membunuh

mikroorganisme secara efektif. Berbeda dengan radiasi UV dan filter HEPA, ozon

merupakan gas yang dapat menembus ke setiap sudut ruangan, sehingga dapat

mendisinfeksi seluruh ruangan secara efektif. Faktanya, ozon adalah pengoksidasi

yang jauh lebih kuat daripada disinfektan umum lainnya seperti klorin dan

hipoklorit. Penggunaan klorin atau hipoklorit di banyak negara telah menurun secara

signifikan karena kemungkinan pembentukan produk samping karsinogenik seperti

trihalomethanes (THM) selama proses


5

desinfeksi. Karena ozon tidak stabil, ia segera diubah kembali menjadi oksigen,

tanpa meninggalkan sisa ozon yang berbahaya setelah disinfeksi. Hasil penelitian

yang dilakukan oleh (K Lam and Phil, 2020) menyebutkan bahwa ozon lebih efektif

dalam mengurangi bakteri di ruang kosong. Lebih dari 90% bakteri di udara dapat

dikurangi setelah ozonasi. Karena virus umumnya lebih rentan terhadap ozon

daripada bakteri, maka dapat diasumsikan bahwa semua virus akan mati jika

sebagian besar bakteri di udara dihilangkan.

Berdasarkan studi literatur pendahuluan yang dilakukan peneliti didapatkan

bahwa menurut penelitian yang dilakukan oleh (Sulistiyono et al., 2017) di ruang

operasi RSUD Tugurejo Semarang bahwa terdapat keberadaan bakteri sebelum

kegiatan sterilisasi diantaranya yaitu Bacilus sp, Staphylococcus aureus, dan

Staphylococcus epidermis. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh (Sentosa &

Hapsari, 2019) di kamar operasi Rumah Sakit Nasional Diponegoro Semarang, jenis

bakteri yang ditemukan sebelum pembersihan yaitu Staphylococcus, Bacillus sp,

Nocardia sp, dan Klebsiella sp. Penelitian lain juga dilakukan oleh (Palawe et al.,

2015) di ruang operasi Instalasi Bedah Sentral (IBS) RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou

Manado bahwa terdapat 2 bakteri aerob yaitu Staphylococcus albus dan Bacillus

subtilis. Sehingga dalam penelitian ini akan dipilih 3 jenis kuman udara terbanyak

yaitu Bacillus sp, Streptococcus sp dan Staphylococcus sp.

Secara umum beberapa rumah sakit sudah menerapkan pembersihan

menggunakan ozon, namun demikian belum terdapat keseragaman antara rumah

sakit mengenai standardisasi frekuensi dan durasi penggunaan ozon. RSUD dr.

Saiful Anwar Malang sudah menerapkan pembersihan


6

menggunakan ozon, prosedur tersebut belum dievaluasi tentang efektivitas

penggunaan ozon secara klinis dan laboratoris, sehingga diperlukan kajian lebih

lanjut tentang pengaruh sterilisasi ozon terhadap jenis kuman udara di kamar operasi

Instalasi Bedah Sentral RSUD dr. Saiful Anwar Malang.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh sterilisasi ozon terhadap 3 kuman udara terbanyak di

kamar operasi Instalasi Bedah Sentral RSUD dr. Saiful Anwar Malang.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh sterilisasi ozon terhadap jenis kuman udara di kamar

operasi Instalasi Bedah Sentral RSUD dr. Saiful Anwar Malang.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi 3 jenis kuman udara terbanyak di kamar operasi sebelum

dilakukan pemberian intervensi ozon

b. Mengidentifikasi jumlah koloni 3 jenis kuman udara di kamar operasi

setelah dilakukan pemberian intervensi ozon

c. Membandingkan jumlah koloni 3 jenis kuman udara di kamar operasi

sebelum dan sesudah pemberian intervensi ozon

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat teoritik


7

1. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pembaharuan didalam

penatalaksanaan sterilisasi pada kamar operasi

2. Memberikan sumbangan ilmiah dalam ilmu pendidikan didalam

penatalaksanaan sterilisasi pada kamar operasi

3. Penelitian ini diharapkan membantu sebagai bahan referensi didalam

penggunaan ozon dibidang sterilisasi pada kamar operasi serta menjadi kajian

lebih lanjut

3.4.1. Manfaat praktis

a. Institusi rumah sakit

Penelitian ini sebagai bahan masukan bagi rumah sakit dan bagi tenaga

kesehatan dalam menerapkan penatalaksanaan sterilisasi kuman udara pada

kamar operasi.

b. Bagi keperawatan

Menambah sarana bacaan di perpustakaan dan menambah informasi

bagi generasi mahasiswa keperawatan selanjutnya, didalam penatalaksanaan

sterilisasi pada kamar operasi dan meningkatkan akreditasi institusi.


8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kamar Operasi

Kamar operasi adalah suatu unit khusus di rumah sakit yang berfungsi sebagai

tempat untuk melakukan tindakan pembedahan secara elektif maupun akut, yang

membutuhkan kondisi steril dan kondisi khusus lainnya (KEMENKES, 2012).

Ruang operasi membutuhkan kondisi dengan tingkat kesterilan tinggi baik pada

ruangan, alat kesehatan maupun petugas ruang operasi, untuk meminimalisir bakteri

di udara yang berpotensi sebagai sumber penularan infeksi nosokomial.

2.1.1. Pembagian Zona pada Sarana Ruang Operasi Rumah Sakit

Pembagian ruangan pada ruang operasi rumah sakit dibagi kedalam 5 zona

sebagai berikut (KEMENKES, 2012) :

Gambar 2.1 Pembagian zona pada sarana Ruang Operasi Rumah Sakit

Keterangan :

1 = Zona Tingkat Resiko Rendah (Normal)


9

2 = Zona Tingkat Resiko Sedang (Normal dengan Pre Filter) 3 =

Zona Resiko Tinggi (Semi Steril dengan Medium Filter)

4 = Zona Resiko Sangat Tinggi (Steril dengan prefilter, medium filter dan hepa

filter, Tekanan Positif)

5 = Area Nuklei Steril (Meja Operasi)

1) Zona 1, Tingkat Resiko Rendah (Normal)

Zona ini terdiri dari area resepsionis (ruang administrasi dan

pendaftaran), ruang tunggu keluarga pasien, janitor dan ruang utilitas kotor.

Zone ini mempunyai jumlah partikel debu per m3 > 3.520.000 partikel dengan

diameter 0,5 μm (ISO 8 - ISO 14644-1 cleanroom standards Tahun 1999).

2) Zona 2, Tingkat Resiko Sedang (Normal dengan Pre Filter)

Zona ini terdiri dari ruang istirahat dokter dan perawat, ruang plester,

pantri petugas, ruang tunggu pasien (holding), ruang transfer dan ruang loker

(ruang ganti pakaian dokter dan perawat) merupakan area transisi antara zona

1 dengan zone 2. Zone ini mempunyai jumlah maksimal partikel debu per m3

3.520.000 partikel dengan diameter 0,5 μm (ISO 8 - ISO 14644-1 cleanroom

standards Tahun 1999).

3) Zona 3, Tingkat Resiko Tinggi (Semi Steril dengan Medium Filter)

Zona ini meliputi kompleks ruang operasi, yang terdiri dari ruang

persiapan (preparation), peralatan/instrument steril, ruang induksi, area scrub

up, ruang pemulihan (recovery), ruang linen, ruang pelaporan bedah, ruang

penyimpanan perlengkapan bedah, ruang penyimpanan peralatan anastesi,

implant orthopedi dan emergensi serta koridor- koridor di dalam kompleks

ruang operasi. Zone ini mempunyai jumlah


10

maksimal partikel debu per m3 adalah 352.000 partikel dengan diameter 0,5

μm (ISO 8 - ISO 14644-1 cleanroom standards Tahun 1999).

4) Zona 4, Tingkat Resiko Sangat Tinggi (Steril dengan Pre Filter, Medium

Filter, Hepa Filter)

Zona ini adalah ruang operasi, dengan tekanan udara positif. Zone ini

mempunyai jumlah maksimal partikel debu per m3 adalah 35.200 partikel

dengan dia. 0,5 μm (ISO 7 - ISO 14644-1 cleanroom standards Tahun 1999).

5) Area Nuklei Steril

Area ini terletak dibawah area aliran udara kebawah (laminair air flow)

dimana bedah dilakukan. Area ini mempunyai jumlah maksimal partikel debu

per m3 adalah 3.520 partikel dengan dia. 0,5 μm (ISO 5 s/d ISO 6 - ISO

14644-1 cleanroom standards Tahun 1999).

Alasan mempunyai sistem zona pada bangunan ruang operasi rumah sakit

adalah untuk meminimalisir risiko penyebaran infeksi (infection control) oleh

micro-organisme dari rumah sakit (area kotor) sampai pada kompleks ruang

operasi. Konsep zona dapat menimbulkan perbedaan solusi sistem air

conditioning pada setiap zona, Ini berarti bahwa staf dan pengunjung datang dari

koridor kotor mengikuti ketentuan pakaian dan ketentuan tingkah laku yang

diterapkan pada zona. Aliran bahan-bahan yang masuk dan keluar Ruang Operasi

Rumah Sakit juga harus memenuhi ketentuan yang spesifik.

Aspek esensial atau penting dari zoning ini dan layuot atau denah

bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit adalah mengatur arah dari tim bedah, tim

anestesi, pasien dan setiap pengunjung dan aliran bahan steril


11

dan kotor. Dengan sistem zoning ini menunjukkan diterapkannya minimal risiko

infeksi pada paska bedah. Kontaminasi mikrobiologi dapat disebabkan oleh

fenomena yang tidak terkait komponen bangunan, seperti:

a. Mikroorganisme (pada kulit) dari pasien atau infeksi yang mana pasien

mempunyai kelainan dari apa yang akan dibedah.

b. Staf ruang operasi, terkontaminasi pada sarung tangan dan pakaian.

c. Kontaminasi dari instrumen, kontaminasi cairan.

2.1.2. Ketentuan Kamar Operasi

Studi sistem distribusi udara ruang operasi menunjukkan bahwa

penyaluran udara dari langit-langit, dengan gerakan ke bawah menuju inlet

pembuangan yang terletak di dinding yang berlawanan, merupakan aliran udara

yang paling efektif untuk menjaga pola gerakan konsentrasi kontaminasi pada

tingkat yang dapat diterima. Langit-langit yang sepenuhnya berlubang, langit-

langit sebagian berlubang dan diffuser yang dipasang di langit-langit telah

diterapkan dengan sukses.

Penggunaan rata-rata kamar operasi di rumah sakit tidak lebih dari 8

sampai 12 jam per hari (kecuali kondisi darurat). Untuk alasan ini dan untuk

penghematan energi, sistem pengkondisian udara harus memungkinkan

pengurangan pasokan udara ke beberapa atau ke semua ruang operasi. Sebuah

sistem pembuangan udara atau sistem vakum khusus harus dipasang untuk

menghilangkan buangan gas anestesi. Sistem vakum medis telah digunakan untuk

menghilangkan gas anestesi yang tidak mudah terbakar. Satu atau lebih outlet

mungkin diletakkan di setiap ruang operasi untuk memungkinkan penyambungan

ke slang buangan gas


12

anestesi dari mesin anestesi. Metode disinfeksi udara dengan penyinaran

(irradiation) di ruang operasi telah dilaporkan dengan hasil baik, namun ini jarang

digunakan. Keengganan untuk menggunakan irradiasi disebabkan: instalasinya

memerlukan rancangan khusus, diperlukan proteksi bagi pasien dan petugas,

perlu memonitor effisiensi lampu dan pemeliharaan.

2.1.3. Instalasi Tata Udara Ruang Operasi

Untuk mendapatkan kenyamanan kondisi udara ruang di dalam ruang

operasi, harus dipertimbangkan temperatur dan kelembaban udara. Untuk

mendapatkan tingkat temperatur dan kelembaban udara di dalam ruangan dapat

dilakukan dengan pengkondisian udara dengan mempertimbangkan :

a. Fungsi ruang, jumlah pengguna, letak, volume ruang, jenis peralatan, dan

penggunaan bahan bangunan.

b. Kemudahan pemeliharaan dan perawatan, dan

c. Prinsip-prinsip penghematan energi dan kelestarian lingkungan.

Sistem ini mengontrol kelembaban yang dapat menyebabkan terjadinya

ledakan. Kelembaban relatip yang harus dipertahankan adalah 45% sampai

dengan 60%, dengan tekanan udara positif pada ruang operasi. Uap air

memberikan suatu medium yang relatip konduktif, yang menyebabkan muatan

listrik statik bisa mengalir ke tanah secapat pembangkitannya. Loncatan bunga

api dapat terjadi pada kelembaban relatip yang rendah. Temperatur ruangan

dipertahankan sekitar 190C sampai 240C.


13

Sekalipun sudah dilengkapi dengan kontrol kelembaban dan temperatur,

unit pengkondisian udara bisa menjadi sumber micro- organisme yang datang

melalui filter-filternya. Filter-filter ini harus diganti pada jangka waktu yang

tertentu. Saluran udara (ducting) harus dibersihkan secara teratur. Ruang operasi

dilengkapi dengan sistem aliran laminar ke bawah dengan hembusan udara dari

plenum (8 sampai 9 m2). Pada kondisi kerja dengan lampu operasi dinyalakan

dan adanya tim bedah, suplai udara dan profil hembusan udara dipilih sedemikian

rupa sehingga aliran udara tidak lewat melalui setiap sumber kontaminasi

sebelum mengalir kedalam area bedah atau diatas meja instrumen.

2.2 Kuman Udara

2.2.1. Definisi Kuman Udara

Kuman adalah mikroorganisme atau jasad hidup yang sangat kecil

ukurannya, sulit diamati tanpa alat pembesar, berukuran beberapa micron dan

meliputi bakteri, jamur, algae, protozoa, maupun kuman (Koes Irianto, 2006).

Adanya kuman di udara bisa saja dikarenakan oleh debu, tetesan uap air kering

maupun terhembus oleh tiupan angin. Kuman yang berasal dari udara biasanya

akan menempel pada permukaan tanah, lantai maupun ruangan. Kuman ini

tersebar di udara melalui batuk, bersin, berbicara dan tertawa. Pada proses

tersebut keluar cairan saliva dan mukus yang mengandung mikroba. Tetesan

cairan (aerosol) biasanya dibentuk oleh bersin, batuk dan berbicara. Setiap tetesan

terdiri dari air liur dan lendir yang dapat berisi ribuan mikroba. Diperkirakan

jumlah kuman
14

dalam satu kali bersin berkisar antara 10.000 sampai dengan 100.000 (Waluyo,

2009)

Udara bukan merupakan habitat kuman, namun sel-sel kuman yang

terdapat di udara merupakan kontaminan terbesar. Banyak kuman pathogen

tersebar di udara melalui butir-butir debu atau residu tetesan air ludah yang

kering. Jenis algae, protozoa, jamur dan bakteri dapat ditemukan di udara dekat

permukaan bumi. Spora jamur merupakan bagian terbesar dari imikroorganisme

yang ditemukan di udara. Spora jamur yang sering ditemukan berasal dari species

clodosporium. Bakteri yang ditemukan jenis basil gram positif, baik spora

maupun non spora, coccus gram positif dan basil (Susilowati, 2008).

Standar angka kuman udara sangat diperlukan dalam pelaksanaan

pengukuran angka kuman udara sehingga dapat diketahui apakah ruangan

tersebut telah memenuhi syarat angka kuman udara. Pada Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang

Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, disebutkan bahwa:

Tabel 2.1 Indeks Angka Kuman Menurut Fungsi Ruang atau Unit

Konsentrasi Maksimum
No. Ruang atau Unit Mikroorganisme per m³ udara
(CFU/m³)
1. Operasi 10
2. Bersalin 200
3. Pemulihan/perawatan 200-500
4. Observasi bayi 200
5. Perawatan bayi 200
6. Perawatan premature 200
7. ICU 200
8. Jenazah/Autopsi 200-500
9. Pengindraan medis 200
10. Laboratorium 200-500
11. Radiologi 200-500
15

12. Sterilisasi 200


13. Dapur 200-500
14. Gawat darurat 200
15. Administrasi, pertemuan 200-500
16. Ruang luka bakar 200

Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:

1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah

Sakit

2.2.2. Angka Kuman Udara

Angka kuman adalah perhitungan jumlah bakteri yang didasarkan pada

asumsi bahwa setiap sel bakteri hidup dalam suspensi akan tumbuh menjadi satu

koloni setelah diinkubasikan dalam media biakan dan lingkungan yang sesuai.

Setelah masa inkubasi jumlah koloni yang tumbuh dihitung dari hasil perhitungan

tersebut merupakan perkiraan atau dugaan dari jumlah dalam suspensi tersebut

(Nizar, 2011).

Parameter mikrobiologi udara yang sering digunakan adalah angka kuman

udara. Angka kuman udara bersifat total, meliputi semua kuman yang ada di

udara. Pemahaman kuman diidentikkan dengan mikroorganisme yang ada di

udara. Secara umum, angka kuman udara adalah jumlah mikroorganisme patogen

atau nonpatogen yang melayang- layang di udara baik bersama/menempel pada

droplet (air), atau partikel (debu) yang bersali dibiakkan dengan media agar

membentuk koloni yang dapat diamati secara visual atau dengan kacamata

pembesar, kemudian dihitung berdasarkan koloni tersebut untuk dikonversi dalam

satuan koloni forming unit per meter kubik (CFU/m³) (Tri Cahyono, 2017).
16

Angka kuman di udara merupakan jumlah dari sampel angka kuman udara

dari suatu ruangan atau tempat tertentu yang diperiksa, sehingga hitung angka

kuman bertujuan untuk mengetahui jumlah bakteri pada sampel. Prinsip dari

pemeriksaan ini menghitung jumlah koloni yang tumbuh pada Plate Count

Agar.

2.2.3. Jenis-jenis Kuman Udara

Udara merupakan media penyebaran bagi mikroorganisme. Kelompok

mikroorganisme yang paling banyak tersebar di udara bebas adalah bakteri, jamur

dan mikroalga. Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Sulistiyono et al., 2017)

di ruang operasi RSUD Tugurejo Semarang bahwa terdapat keberadaan bakteri

sebelum kegiatan sterilisasi diantaranya yaitu Bacilus sp, Staphylococcus

aureus, dan Staphylococcus epidermis. Sedangkan penelitian yang dilakukan

oleh (Sentosa & Hapsari, 2019) di kamar operasi Rumah Sakit Nasional

Diponegoro Semarang, jenis bakteri yang ditemukan sebelum pembersihan yaitu

Staphylococcus, Bacillus sp, Nocardia sp, dan Klebsiella sp. Penelitian lain

juga dilakukan oleh (Palawe et al., 2015) di ruang operasi Instalasi Bedah Sentral

(IBS) RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado bahwa terdapat 2 bakteri aerob

yaitu Staphylococcus albus dan Bacillus subtilis.

Klasifikasi dan jenis bakteri udara penyebab penyakit menurut (Boleng,

2015) yaitu:

A. Bakteri Anaerobik yang Tidak Membentuk Spora

Kelompok bakteri anaerobik yang tidak membentuk spora, terdiri atas

empat kelompok, yaitu:


17

1. Kelompok basil Gram negatif; salah satu contohnya adalah jenis

Bacteroides. Dworkin, et al. (2006) menjelaskan bahwa genus Bacteroides

merupakan Gram negatif, tidak membentuk spora, tidak bergerak

(nonmotil), dan bersifat anaerobik. Bacteroides fragilis, dibagi menjadi

empat subspesies, yaitu: fragilis, thetaiotamicron, distasonis, vulgates dan

ovatus. Bacteriodes fragilis, berbentuk basil yang pleomorfik. Koloninya

berbentuk conveks, berwarna putih sampai abu-abu. Bakteri ini tumbuh

cepat jika dibandingkan dengan bakteri anaerobik yang tidak membentuk

spota lainnya, bersifat aerotoleran, dan dapat tumbuh pada pO2 kurang dari

3%, tetapi lebih tahan hidup lebih lama pada pemaparan O2 jika ditanam

pada media yang mengandung darah. Bakteri ini memproduksi superoxide

dismutase dan katalase. Bacteriodes yang dapat membentuk pigmen

adalah: Bacteriodes melaninogenicus, B. denticola, B. loesheli, B.

endodontalis, B. gingivalis; mampu membentuk pigmen coklat sampai

hitam pada Agar darah. Bakteri B. fragilis, menunjukkan faktor virulensi

dari pemurnian lipopolisakarida dari abses pada hewan percobaan.

2. Kelompok basil Gram positif; bakteri yang termasuk dalam kelompok ini

tidak membentuk spora, berupa basil Gram positif. Contohnya adalah:

Eubacterium, Propionibacterium, Lactobacillus, Actinomyces,

Arachnia, Mobiluncus, dan Bifidobacterium. Spesiess- pesies ini

umumnya diisolasi dari infeksi paru-paru, kepala dan leher.

3. Kelompok kokus Gram positif; bakteri yang termasuk dalam kelompok ini

berupa bakteri yang menunjukkan Gram negatif,


18

berbentuk kokus. Contoh bakteri dari kelompok ini adalah

Peptostreptococcus dan Streptococcus, yang merupakan bakteri

obligat anaerobik. Beberapa spesies bakteri yang termasuk dalam

kelompok ini adalah: Peptostreptococcus adalah: P. anaerobius, P.

tetradius, P. magnum, P. asacharolyticus, dan P. prevotii. Sedangkan

beberapa spesies bakteri dari jenis Streptococcus adalah: S. intermedius,

S. Constellatus.

4. Kelompok kokus Gram negatif; bakteri yang termasuk dalam kelompok ini

menunjukkan Gram negatif, betbentuk kokus. Contoh jenis bakteri dari

kelompok ini adalah Veillonella. V. parvula, dapat diisolasi dari spesimen

klinik, tetapi sedikit diketahui peranannya sebagai penyebab infeksi.

Veillonella merupakan kokus kecil, berpasangan, membentuk rantai

pendek, dan merupakan flora normal di mulut, saluran gastrointestinal, dan

genital.

B. Bakteri Pembentuk Spora

Bakteri pembentuk spora tergolong dalam famili Bacillaceae, dan yang

sering ditemukan pada makanan terutama terdiri dari tiga jenis, yaitu:

Bacillus, Clostridium, Desulfatomaculum.

1. Bacillus

Bakteri ini bersifat aerobik sampai anaerobik fakultatif, katalase

positif, dan kebanyakan bersifat Gram positif. Bentuk spora yang

diproduksi oleh Bacillus bermacam-macam. B. subtilis dan B. Cereus

memproduksi spora berbentuk silinder yang tidak membengkak; B.

polymyxa dan B. sphaericus memproduksi spora yang membengkak.


19

B. subtilis membentuk spora yang langsing, diameter sporanya tidak

melebihi 0,9 µm.

Beberapa spesies Bacillus bersifat mesofilik, misalnya B. subtilis.

Spesies lainnya bersifat termofilik fakultatif misalnya B. Coagulans dan

B. steathermophilus.

2. Clostridium

Bakteri jenis Clostridium bersifat anaerobik sampai mikroaerofilik,

dan kalatase positif. Beberapa spesises membentuk spora dengan

sporangium yang membengkak pada bagian tengah atau ujung sel.

Beberapa spesies Clostridium bersifat patogen dan dapat

menyebabkan keracunan makanan. C. perfringens memproduksi

enterotoksin yang dapat menyerang saluran pencernaan dan menimbulkan

gejala gastrointestinal. C. botulinum memproduksi neurotoksin yang

menyerang saraf dan menyebabkan kelumpuhan. Botulisme ialah penyakit

yang disebabkan oleh peracunan makanan atau mabuk makanan oleh C.

botulinum. C. Tetani merupakan agen penyebab penyakit tetanus.

3. Desulfotomaculum

Bakteri ini bersifat anaerobik dan membentuk spora. Bakteri ini juga

mampu mereduksi sulfat menjadi H2S. Jenis bakteri ini terutama terdapat

di dalam air buangan yang mengandung sulfat.


20

C. Bakteri Koki Gram Positif

Jenis bakteri yang termasuk dalam kelompok ini adalah famili:

Micrococaceae, Streptococaceae. Famili Micrococaceae bersifat aerobik

dan katalase positif, sedangkan famili Streptocaccaceae bersifat fermentatif

dan tidak membutuhkan oksigen, meskipun tidak akan mati dengan adanya

oksigen.

1. Micrococcus

Micrococcus merupakan bakteri berbentuk bulat yang hidup secara

bergerombol tidak teratur, atau membentuk paket atau tetrad. Bakteri ini

bersifat Gram positif, aerobik, dan katalase positif. Kebanyakan spesies

Micrococcus membentuk pigmen berwarna kuning (contohnya M. flavus),

orange, merah, atau merah muda (contohnya M. roseus). Bakteri ini

mempunyai suhu optimum pertumbuhan 25 - 30oC, masih dapat tumbuh

pada suhu 10oC, tetapi tidak dapat tumbuh pada suhu 46oC.

2. Staphylococcus

Staphylococcus merupakan bakteri berbentuk bola, yang terdapat

dalam bentuk tunggal, berpasangan, tetrad, atau berkelompok seperti buah

anggur. Nama bakteri ini berasal dari bahasa Latin staphele yang berarti

anggur. Beberapa spesies memproduksi pigmen berwarna kuning sampai

orange, misalnya S. aureus. Bakteri ini membutuhkan nitrogen organik

(asam amino) untuk pertumbuhannya, dan bersifat anaerobik fakultatif.

Kebanyakan galur S. aureus bersifat patogen dan memproduksi

enterotoksin yang tahan panas. Beberapa galur, terutama yang


21

bersifat patogenik, memproduksi koagulase (menggumpalkan plasma),

bersifat proteolitik, lipolitik, dan betahemolitik. Spesies lainnya yaitu S.

epidermidis, biasanya tidak bersifat patogen dan merupakan flora normal

yang terdapat pada kulit tangan dan hidung.

3. Streptococcus

Streptococcus merupakan bakteri berbentuk bola yang hidup secara

berpasanngan, atau membentuk rantai pendek dan panjang, yang

tergantung dari spesies dan kondisi pertumbuhannya. Bakteri ini bersifat

homofermentatif, dan beberapa spesies memproduksi asam laktat secara

cepat pada kondisi anaerobik.

Streptococcus dapat dibedakan dikaitkan dengan bidang makanan,

dan berdasarkan reaksi serologi menjadi empat grup berdasarkan sifat

fisiologi dan hemolitikmya, yaitu: grup piogenik, grup viridan, grup laktat,

dan grup enterokukus. Namun demikian, kalfisifikasi Streptococcus yang

dikaitkan dengan bidang kedokteran, maka dibedakan menjadi: golongan A

= Streptococcus pyogenes (kelompok besar patogen pada manusia yang

berhubungan dengan invasi lokal atau sistemik dan kelainan

pascastreptokok disebabkan reaksi-reaksi imunologi), golongan B =

Streptococcus algalctie

(anggota flora normal dari saluran kelamin wanita dan merupakan

penyebab penting pada sepsis dan meningitis neonatal), golongan C dan G

= kadang-kadang terdapat pada farings (dapat menyebabkan sinusitis,

bakteremia, dan endokarditis), Golongan D = termasuk enterokokus,

misalnya Streptococcus faecalis, Streptococcus faecium; dan non-

enterokokus, misalnya Streptococcus bovis,


22

Streptococcus equines (merupakan flora normal usus dan ditemukan

pada saluran air kemih atau infeksi kardiovaskuler atau pada meningitis),

golongan E,F,H, dan K-U (jarang menimbulkan penyakit pada manusia).

4. Leuconostoc

Leuconostoc merupakan Jenis bakteri yang bersifat

heterofermentatif, yaitu memfermentasi gula menjadi asam laktat dan CO2,

dan etanol atau asam asetat.

2.2.4. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan angka kuman udara

Mikroorganisme akan keluar dari hostnya (manusia atau hewan ataupun

tanaman), karena faktor batuk, bersin, cairan tubuh yang mengering ataupun

karena spora (jamur). Penyebaran mikroorganisme di udara dapat menempel pada

dua media, yaitu partikulat padat (debu) dan air, dimana hal tersebut dapat terjadi

indoor maupun outdoor. Daerah- daerah yang berpotensi risiko tinggi kuman di

udara diantaranya rumah sakit, laboratorium medis, terminal, stasiun, bandara,

pelabuhan, dan lain sebagainya. Secara spesifik, kondisi yang menyebabkan

kuman di udara jumlahnya banyak antara lain:

1. Suhu

Setiap mikroorganisme memiliki suhu yang optimum yang berbeda

untuk dapat tumbuh dan berkembang. Suhu optimum membuat

mikroorganisme merasa nyaman menjalani kehidupannya (Tri Cahyono,

2016).
23

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Nugroho et al.,

2016), menyatakan bahwa p value sebesar 0,002 < 0,05 artinya suhu

berpengaruh nyata terhadap angka kuman udara. Hasil temuan ini sesuai

dengan hipotesis penelitian bahwa kualitas mikrobiologis yang tinggi

disebabkan mikroorganisme pada ruang perawatan dapat berkembang biak

dengan baik pada kisaran suhu optimum untuk pertumbuhan mikroba yaitu

25°C-37°C (Nugroho et al., 2016).

2. Kelembaban

Salah satu persyaratan keadaan udara dalam ruangan adalah kondisi

kelembaban. Untuk menjaga kelembaban maka diperlukan udara segar untuk

menggantikan udara ruangan yang telah terpakai. Indikator kelembaban

udara dalam ruang sangat erat dengan kondisi ventilasi dan pencahayaan

ruang. Kelembaban dalam ruang akan mempermudah berkembang biaknya

mikroorganisme antara lain bakteri spiroket, ricketsia dan virus.

Mikroorganisme tersebut dapat masuk kedalam tubuh melalui udara, selain

itu kelembaban yang tinggi dapat menyebabkan membran mukosa hidung

menjadi kering sehingga kurang efektif dalam menghadang mikroorganisme

(Lisa, 2014).

Menurut penelittian yang dilakukan oleh (Nugroho et al., 2016)

menyatakan bahwa p value sebesar 0,005 atau p value < 0,05 dengan

demikian Ada hubungan antara kelembaban dengan angka kuman udara di

ruang rawat inap kelas tiga melati RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

Kelembaban dalam ruang juga dapat disebabkan kurangnya cahaya yang

masuk secara langsung kedalam ruangan,


24

sehingga area ruangan yang tersinari oleh matahari terbatas dan tidak cukup

untuk mengurangi kelembaban. Tingginya kelembaban suatu ruangan

diakibatkan rendahnya suhu suatu ruangan tersebut.

Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh (Muntaha & Caesar, 2016)

menyatakan bahwa dari hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,040 yang

artinya ada hubungan antara kelembaban udara ruangan dengan angka

kuman udara di ruang rawat inap Gedung Siti Hajar Rumah Sakit Islam

Sultan Hadlirin Jepara. Kelembaban udara yang relatif tinggi dapat

meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Nayla (2016) menyatakan bahwa

dari hasil uji koefisien pearson korelasi diperoleh nilai koefisien korelasinya

(r) = 0,28 yang artinya bahwa ada hubungan antara kelembaban dengan

jumlah koloni bakteri udara dalam ruang kelas. Hubungan antara dua

variabel tersebut menunjukkan nilai positif, ini berarti bahwa semakin tinggi

kelembaban udara dalam ruang menyebabkan semakin tinggi pula jumlah

koloni bakteri udara dalam ruang.

3. Pencahayaan

Menurut Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004, pencahayaan

di dalam ruang bangunan rumah sakit adalah intensitas penyinaran pada

suatu bidang kerja yang ada di dalam ruang bangunan rumah sakit yang

diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. Tujuan pencahayaan

di industri adalah tersedianya lingkungan kerja yang aman dan nyaman

dalam melaksankan pekerjaan. Untuk upaya tersebut maka pencahayaan

buatan perlu
25

dikelola dengan baik dan dipadukan dengan faktor-faktor penunjang

pencahayaan diantaranya atap, kaca, jendela dan dinding agar tingkat

pencahayaan yang dibutuhkan tercapai (Padmanaba, 2006).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Didik (2016) menyatakan

bahwa p value sebesar 0,001 atau p value < 0,05 dengan demikian ada

hubungan antara pencahayaan dengan angka kuman udara di ruang rawat

inap kelas tiga melati RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Pencahayaan yang

kurang merupakan kondisi yang di sukai bakteri karena dapat tumbuh

dengan baik pada kondisi gelap. Pencahayaan alami dari sinar matahari di

samping menyebarkan sinar panas ke bumi, juga memencarkan sinar ultra

violet yang mematikan mikroba.

Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Nayla (2016) menyatakan

bahwa dari hasil uji koefisien pearson korelasi diperoleh nilai koefisien

korelasinya (r) = -0,39 yang artinya bahwa ada hubungan antara

pencahayaan dengan jumlah koloni bakteri udara dalam ruang kelas.

Hubungan antara dua variabel tersebut menunjukkan nilai negatif, yang

berarti bahwa semakin tinggi nilai pencahayaan dalam ruang menyebabkan

menurunnya jumlah koloni bakteri udara dalam ruang.

4. Pemeliharaan Ruang Bangunan

1. Kegiatan pembersihan ruang minimal dilakukan pagi dan sore hari.

2. Pembersihan lantai di ruang perawatan pasien dilakukan setelah

pembenahan/merapikan tempat tidur pasien, jam makan, jam kunjungan

dokter, kunjungan keluarga, dan sewaktu-waktu bilamana diiperlukan.


26

3. Cara-cara pembersihan yang dapat menebarkan debu harus dihindari.

4. Harus menggunakan cara pembersihan dengan perlengkapan pembersih

(pel) yang memenuhi syarat dan bahan antisptik yang tepat.

5. Pada masing-masing ruang supaya disediakan perlengkapan pel

tersendiri.

6. Pembersihan dinding dilakukan secara berkala setahum dan dicat ulang

apabila sudah kotor atau cat sudah pudar.

7. Setiap percikan ludah, darah atau eksudat luka pada dinding harus segera

dibersihkan dengan menggunakan antiseptik.

Unit sanitasi Rumah Sakit Paru Dungus Madiun melakukan proses

sterilisasi ruangan setelah pasien yang ada di ruang rawat inap tersebut di

ijinkan pulang. Sterilisasi adalah suatu upaya untuk menghilangkan

mikroorganisme dengan cara fisik atau kimiawi. Desinfeksi adalah suatu

proses menurunkan jumlah mikroorganisme penyebab penyakit atau yang

berpotensi patogen dengan cara fisika atau kimia. Proses ini biasanya tidak

mengahancurkan spora.

Ada dua jenis pengendalian mikroba, yaitu metode fisika meliputi

pemanasan, filtrasi, pendinginan, desikasi, tekanan osmotic dan radiasi serta

agensi kimia meliputi sejumlah substansi yang dapat membunuh atau

menghambat pertumbuhan mikroba pada obyek biotik atau abiotic. Laju

kematian mikroba adalah fungsi jumlah sel yang bertahan pada suatu waktu.

Dalam dunia kesehatan, sterilisasi sangatlah penting dilakukan untuk

memberikan efek terapeutik yang


27

maksimal. Steril artinya bebas dari segala mikroba baik patogen maupun

tidak. Sterilisasi merupakan suatu proses membebaskan suatu peralatan atau

bahan dari mikroorganisme yang tidak dikehendaki. Sterilisasi dalam

mikrobiologi merupakan proses penghilangan semua jenis organisme hidup,

dalam hal ini adalah mikroorganisme (protozoa, fungi, bakteri, mycoplasma,

virus) yang tedapat pada atau di dalam suatu benda. Proses ini melibatkan

aplikasi biocidal agent atau proses fisik dengan tujuan untuk membunuh atau

menghilangkan mikroorganisme (Sylvia, 2008)

Istilah lain yang umum dikenal adalah disinfeksi, yang merupakan

proses pembunuhan atau penghilangan mikroorganisme yang dapat

menyebabkan penyakit. Agen disinfeksi adalah disinfektan, yang biasanya

merupakan zat kimiawi dan digunakan untuk objek-objek tak hidup. (Sylvia,

2008).

Kriteria disinfektan ideal (Hartati, 2012):

1. Mampu membunuh dan atau menghambat mikrob dalam kadar

rendah.

2. Non toxic, non corrosive dan aman.

3. Stabil untuk jangka waktu yang lama.

4. Berspektrum luas.

5. Bereaksi cepat.

Pada umumnya bakteri yang muda itu kurang daya tahannya terhadap

desinfektan daripada bakteri yang tua. Pekat encernya konsentrasi, lamanya

berada dibawah pengaruh desinfektan,


28

merupakan faktor-faktor yang masuk pertimbangan pula. Kenaikan

temperatur menambah daya desinfektan (Dwidjoseputro, 2010).

Dalam menggunakan desinfektan harus diperhatikan hal-hal berikut

ini ini. Apakah suatu desinfektan tidak meracuni suatu jaringan, apakah tidak

menyebabkan rasa sakit, apakah tidak memakan logam, apakah dapat

diminum, bagaimanakah baunya, bagaimanakah warnanya, apakah mudah

dihilangkan dari pakaian apabila desinfektan terkena pakaian, dan apakah

murah harganya. Faktor- faktor inilah yang menyebabkan sulit untuk menilai

suatu desinfektan (Dwidjoseputro, 2010).

Pihak unit sanitasi Rumah Sakit Paru Dungus Madiun menggunkan

mesin sterilisasi fogging Aerosoft dengan cairan atau desinfektan Anios djp

sf. Indikasi penggunaan cairan ini adalah airborne infection dan desinfeksi

pada permukaan alat-alat medis yang sudah dibersihkan/desinfeksi terlebih

dahulu.

Sterilisasi dengan cara fogging ini lebih efektif karena kemampuan

jangkauan uap cairan yang dihembuskan dengan kekuatan mesin ini lebih

luas wilayah permukaan ruangan dibandingkan dengan sterilisasi dengan

cara yang lain. Sterilisasi dengan cairan Anios ini lebih efisien karena hanya

membutuhkan waktu 1-2 jam saja setelah disterilkan, ruangan/bangsal yang

disterilkan dapat dimanfaatkan kembali. Sterilisasi fogging dengan cairan

Anios juga dapat mengurangi risiko negatif kontak bahan kimia dengan

operator sehingga lebih aman digunakan.


29

Derajat kontaminan mikroorganisme dalam ruangan dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti luas ventilasi, kepadatan, tingkat aktivitas

mikroorganisme dalam ruangan dan luas ruangan yang ditempati. Faktor

yang mempengaruhi pertumbuhan kuman adalah sebagai berikut :

1. Suhu daya tahan kuman terhadap suhu tidak sama bagi setiap spesies.

Ada spesies yang mati setelah mengalami pemanasan beberapa menit

dalam cairan medium bertemperatur 60oC.

2. Kelembaban kuman lebih suka pada keadaan basah, bahkan dapat hidup

di dalam air. Dalam air yang tertutup bakteri tidak dapat mampu hidup

subur karena kurangnya udara. Kelembaban optimum yaitu 50-55 %.

3. Cahaya kebanyakan kuman tidak dapat berfotosintesis bahkan setiap

radiasi dapat berbahaya bagi kehidupannya.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 1204/SK/X/ 2004

tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, standar baku mutu angka

kuman udara pada ruang atau unit pemulihan/perawatan yaitu 200 – 500

CFU/m3.

2.3 Ozon

2.3.1 Definisi

Ozon (O3) adalah gas tidak stabil yang terdiri dari tiga atom oksigen.

Tidak stabil karena gas akan mudah terdegradasi kembali ke keadaan stabil,

oksigen diatomik (O2) dengan pembentukan atom oksigen bebas atau radikal

bebas. Atom oksigen bebas atau radikal sangat reaktif dan


30

akan teroksidasi hampir semua hal (termasuk virus, bakteri, senyawa organik dan

anorganik) dalam kontak, menjadikan ozon disinfektan dan pengoksidasi yang

sangat kuat.(K Lam & Phil, 2020)

Ozon merupakan satu diantara gas-gas yang membentuk atmosfer. Molekul

dwiatom oksigen atau O2 yang kita gunakan untuk bernafas membentuk hampir

20% atmosfera. Pembentukan ozon atau O3, molekul triatom oksigen kurang

banyak dalam atmosfera yang mana kandungannya hanya 1/3 juta daripada gas

atmosfera. Ozon sangat baik dan kuat sebagai disinfektan, banyak penelitian

menunjukkan bahwa Ozon dengan konsentrasi rendah yakni kurang dari 0,5 mg/l

mampu menghancurkan mikroorganisme termasuk juga virus dalam air

(Morin,RA, Keller,JW, et al, 1974). Dalam bentuk gas Ozon sangat baik dan

mempunyai kemampuan untuk mengoksidasi beberapa zat kontaminan dalam air.

Mekanisme desinfeksi Ozon dihasilkan dari reaksi: molekul oksigen dan atom

oksigen agtau O (Kriswandana et al., 2014).

Ozon pertama kali ditemukan oleh Van Marum pada tahun 1795, dan

secara komersial digunakan untuk disinfeksi air. Pada tahun 1892, beberapa

penelitian dengan uji coba ozon untuk bidang pertanian membunuh kutu/hama.

Baru pada tahun 1936 ozon dikembangkan secara besar–besaran di Perancis dan

juga beberapa negara di dunia, selanjutnya pada tahun 1972 diperkirakan lebih

dari 1000 unit pengolahan air menggunakan ozon untuk disinfeksi air minum

(Bouchard, 1975). Melalui proses oksidasinya pula ozon mampu membunuh

berbagai macam microorganisme seperti bakteri Escherichia coli, Salmonella

enteriditis, serta berbagai bakteri pathogen lainnya (Violle, 1929).


31

Secara alami ozon dapat terbentuk melalui radiasi sinar ultraviolet

pancaran sinar matahari. Watak interaksinya dengan sinar UV merupakan hal

terpenting dalam fungsinya sebagai perisai bumi. Ozon mudah menyerap sinar

UV, terutama diantara 240-320 nm. Chapman (1930), menjelaskan bahwa sinar

ultraviolet dari pancaran sinar matahari mampu menguraikan gas oksigen (O2) di

udara bebas. Molekul oksigen tadi terurai menjadi dua buah atom oksigen (O*),

dimana proses ini dikenal dengan nama photolysis. Kemudian atom oksigen

tersebut secara alami bertumbukan dengan molekul gas oksigen yang ada

disekitarnya, sehingga terbentuklah ozon (O3). Ozon dapat menyerap radiasi

sinar matahari pada panjang gelombang antara 240-340 nm dan terurai kembali

menjadi satu gas oksigen (O2) dan satu atom oksigen (O*). Ozon dapat bereaksi

dengan atom oksigen (O*) untuk regenerasi dua molekul gas oksigen (O2)

(Syafarudin, 2013).

2.3.2 Sifat Ozon

Memasuki tahun 1990-an pemanfaatan ozon berkembang sangat pesat,

antara lain: untuk pengolahan air minum dan air limbah, untuk sterilisasi

makanan mentah serta untuk sterilisasi peralatan. Hal ini tidak terlepas dari sifat

ozon yang dikenal memiliki sifat radikal (mudah bereaksi dengan senyawa

disekitarnya) serta memiliki oksidasi potensial 2.07 V.

Dibandingkan dengan khlorin kecepatan ozon sebagai bahan desinfektan

dalam membunuh mikroorganisme bisa 3250 kali lebih cepat serta 150% lebih

kuat tenaga oksidatifnya. Ozon sebelum atau setelah bereaksi dengan unsur lain

akan selalu menghasilkan oksigen (O2)


32

sehingga teknologi ozon sangat ramah lingkungan atau sering dikatakan ozon

merupakan kimia hijau masa depan (Patel et al, (2001) dalam Purwadi dkk,

(2006)). Ozon dengan kemampuan oksidasinya dapat digunakan sebagai

oksidator kuat untuk mendegradasi fenol. Selain itu ozon sebagai oksidator yang

paling kuat setelah radikal hidroksida (OH*), dapat digunakan untuk

mengoksidasi logam-logam berat (terlarut dalam air), mendegradasi senyawa-

senyawa organik (termasuk juga senyawa organo-klorida dan aromatik),

menghilangkan warna dan bau, ataupun rasa (Bismo. S, dkk, 2008) dalam

(Syafarudin, 2013). Sedangkan dalam perindustrian, ozon digunakan untuk :

1. Membasmi kuman sebelum dibotolkan (antiseptik)

2. Menghapus pencemar dalam air (besi, arsen, hidrogen sulfida, nitrit, dan bahan

organik kompleks yang dikenal sebagai warna)

3. Membantu proses flokulasi (proses pengabungan molekul untuk

membantu penapisan menghilangkan besi dan arsenik)

4. Mencuci dan memutihkan kain

5. Pengawet bahan makanan

6. Proses pretreatment biomassa (proses pengrusakan lignin/Delignifikasi)

2.3.3 Desinfeksi Udara Menggunakan Ozon

Ozon adalah pengoksidasi yang jauh lebih kuat daripada disinfektan umum

lainnya seperti klorin dan hipoklorit. Penggunaan klorin atau hipoklorit di banyak

negara telah menurun secara signifikan karena kemungkinan pembentukan

produk samping karsinogenik seperti trihalomethanes (THM) selama proses

desinfeksi. Sebaliknya, desinfeksi


33

ozon tidak menghasilkan residu berbahaya, dan semua sisa ozon akan diubah

kembali menjadi oksigen dalam waktu singkat. Oleh karena itu, ozon dianggap

sebagai disinfektan yang ramah lingkungan (K Lam & Phil, 2020)

Mengingat kekuatan dan efektivitasnya yang unggul sebagai oksidan dan

biosida, ozon menjadi salah satu teknologi pengolahan air yang dominan di Eropa

dan Amerika. Namun penerapannya dalam desinfeksi udara tidak sepopuler air

karena kekhawatiran akan toksisitas ozon. Ozon dengan konsentrasi lebih dari 1

ppm memiliki efek buruk pada kesehatan manusia dan penggunaan ozon untuk

desinfeksi udara umumnya tidak dianjurkan jika ada orang di sekitar. Oleh karena

itu, desinfeksi udara menggunakan ozon harus dibatasi hanya pada ruangan

kosong (K Lam & Phil, 2020).

Mekanisme penghancuran dinding sel bakteri oleh ozon dapat dijelaskan

oleh Gambar 2.2 berikut ini :

Gambar 2.2 Efek ozon pada bakteri (Wuansarie, 2012)


34

Keterangan Gambar 2.2 adalah sebagai berikut :

1. Komputer menangkap gambar sel bakteri

2. Molekul ozon mendekati dinding sel bakteri

3. Penetrasi dan pembentukan lubang pada dinding sel bakteri oleh ozon

4. Efek ozon pada dinding sel

5. Sel bakteri setelah berkontak dengan sedikit molekul ozon

6. Penghancuran sel ozon (sel lisis)


35

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konseptual adalah abstraksi dari suatu realistas agar dapat

dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar

variabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti) (Nursalam, 2016).

Kamar operasi yang digunakan


pembedahan Faktor-faktor yang
Faktor-faktor yang mempengaruhi kuman
mempengaruhi udara :
sterilisasi ozon : 1. Suhu
1. Proses sterilisasi 2. Kelembapan
2. Tenaga pelaksana 3. Pencahayaan
3. Waktu Paparan kuman 4. Pemeliharaan ruang
bangunan

Bacillus Staphlococcus Streptococcus

Kuman udara

Sterilisasi ozon

Proses oksidasi Keterangan:


= Variabel yang
diteliti
Kerusakan struktur eksternal sel = Variabel tidak
diteliti
= Alur penelitian
Penguraian intraseluler sel

Proses kerusakan sel

Kematian kuman udara


36

Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian Pengaruh Sterilisasi Ozon terhadap Jenis
Kuman Udara di Kamar Operasi Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr.
Saiful Anwar Malang

Penjelasan kerangka konsep :

Kamar operasi sebagai tempat untuk melakukan pembedahan yang

membutuhkan kondisi kesterilan tinggi baik pada ruangan, alat kesehatan maupun

petugas ruang operasi, untuk meminimalisir bakteri di udara yang berpotensi sebagai

sumber penularan infeksi nosokomial. Kuman udara yang ada pada kamar operasi

diantaranya adalah bakteri, jamur dan virus. Untuk mengetahui jenis kuman udara di

kamar operasi dilakukan pengambilan kultur kuman udara menggunakan cawan petri

yang diletakkan di dalam kamar operasi dengan durasi 15 menit. Setelah dilakukan

pegambilan kultur dapat dilanjutkan dengan proses sterilisasi menggunakan ozon

selama 30 menit. Kemudian setelah sterilisasi ozon selesai akan dilakukan

pengambilan kultur kuman udara dengan menggunakan cawan petri yang diletakkan

di dalam kamar operasi dengan durasi 15 menit. Setelah mendapatan hasil

pemeriksaan laboratorium selanjutnya dapat dievaluasi pengaruh penggunaan ozon

terhadap jenis kuman udara di kamar operasi.

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan.

Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru berdasarkan teori yang

relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui

pengumpulan data atau kuesioner (Sugiyono, 2017).


37

Berdasarkan uraian dan hasil penelitian yang dikembangkan oleh para ahli dan

peneliti terdahulu, maka hipotesis yang diambil dari penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. H0 : Tidak ada pengaruh sterilisasi ozon terhadap 3 kuman udara terbanyak

di kamar operasi Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr. Saiful Anwar

Malang

2. H1 : Ada pengaruh sterilisasi ozon terhadap 3 kuman udara terbanyak di kamar

operasi Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr. Saiful Anwar Malang


38

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian

observasi. Pengamatan (observasi) adalah metode pengumpulan data dimana

penelitian atau kolaboratornya mencatat informasi sebagaimana yang mereka

saksikan selama penelitian. dimaksudkan suatu cara pengambilan data melalui

pengamatan langsung terhadap situasi atau peristiwa yang ada dilapangan. Teknik

observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis fenomena-fenomena

yang diselidiki. Dalam arti yang luas, observasi sebenarnya tidak hanya terbatas

pada pengamatan yang dilaksanakan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Pada penelitian ini peneliti melakukan penelitian kuantitatif dengan menggunakan

metode penelitian one group pretest-posttest design.

One group pretest-posttest design adalah kegiatan penelitian yang

memberikan tes awal (pretest) sebelum diberikan perlakuan, setelah diberikan

perlakuan barulah memberikan tes akhir (posttest) (Arikunto, 2010). Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui pengaruh sterilisasi ozon terhadap jenis kuman udara di

kamar operasi Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr. Saiful Anwar Malang.

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam,

2017). Dalam setiap penelitian, populasi yang dipilih erat


39

kaitannya dengan masalah yang ingin dipelajari. Populasi dalam penelitian ini

adalah ruang kamar operasi yang ada di Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr. Saiful

Anwar Malang.

4.2.2 Sampel

Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan

sebagai subyek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2016). Sampling adalah

proses menyeleksi porsi populasi untuk mewakili populasi (Nursalam, 2016).

Sampel dalam penelitian ini adalah 15 ruang kamar operasi.

4.2.3 Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah total

sampling. Total sampling adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota

populasi digunakan sebagai sampel (Setiadi, 2013).

4.2.4 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik sampel yang dapat digunakan untuk

penelitian, adapun kriteria yang dijadikan sebagai sampel penelitian yaitu :

a. Kamar operasi di Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

b. Kamar operasi yang telah dipakai operasi dengan kategori luka operasi

terkontaminasi atau infeksi katagori operasi sedang dengan lama waktu

ketergantungan pasien operasi antara 2 sampai dengan kurang dari 5 jam


40

c. Kamar operasi setelah dilakukan pembersihan permukaan pada cairan (darah)

dengan larutan desifektan (Troclosene Sodium 50% / PRESET) selama 15

dihitung semenjak pasien keluar dari kamar operasi

4.2.5 Kriteria Ekslusi

Kriteria ekslusi merupakan menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang

memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2015).

Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah :

a. Operasi cito / emergency

b. Operasi yang tidak dijadwalkan sebelumnya

4.3 Variabel Penelitian

4.3.1 Variabel Dependen (Tergantung)

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi nilainya

ditentukan oleh variabel lain (Nursalam, 2017). Variabel dependen dalam

penelitian ini adalah jenis kuman udara.

4.3.2 Variabel Independen (Bebas)

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau nilainya

menentukan variabel lain (Nursalam, 2016). Variabel independen dalam

penelitian ini adalah sterilisasi ozon.

4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kamar operasi di Instalasi Bedah Sentral RSUD

Dr. Saiful Anwar Malang pada bulan Oktober 2021 sampai November 2021.
41

4.5 Bahan dan Alat / Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah cara atau pun alat mengumpulkan data dalam

pekerjaan penelitian (Saepudin, 2011). Pada penelitian ini instrumen yang digunakan

adalah lembar observasi. Adapun alat dan bahan yang digunakan sebagai penunjang

yaitu :

a. Mesin Ozon Fass Salli ozone production 105 mg/m3 2 dust pre filters. 11 high

power UVC lamps.

b. Alat pendeteksi jenis kuman udara di Laboratorium Mikrobiologi RSUD Dr.

Saiful Anwar Malang

c. Mikroskop

d. Cawan steril blood agar

e. Nutrien agar

f. Cooler box

g. Stop watch

h. Baju khusus kamar operasi

i. Handscoon steril

j. Alumunium foil

4.6 Definisi Istilah / Operasional

Definisi operasional adalah penjelasan semua variabel dan istilah yang

digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya mempermudah

pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Notoatmodjo, 2012). Definisi

operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


42

Variabel Definisi Alat Hasil ukur / Skala


Cara Ukur
Penelitian Operasional Ukur Indikator data
Indenpen Sterilisasi ozon Mesin Meyalakan Lampu indikator Skala
den: adalah proses Ozon mesin ozon mesin Ozon nominal
Sterilisasi oksidasi yang Fail dengan menyala merah
ozon mampu membunuh Safe: listrik, disertai bunyi
virus, bakteri, FASS setelah alarm selama 30
senyawa organik dan SALL mesin menit
anorganik I menyala
menggunakan mesin diaktifkan
ozon generator yang melalui
dilakukan oleh remote dari
perawat di Instalasi jarak jauh
Bedah Sentral setelah untuk
selesai tindakan menghindar
operasi dalam waktu i paparan ke
30 menit. petugas

Depende Presentase jenis  Cawan Pengumpul Jumlah koloni 3 Skala


n: kuman udara petri an sample bakteri tertinggi: interval
Jenis adalah dengan kuman udara 1. Bacillus sp
kuman mikroorganisme media dengan 2. Streptococcu
udara udara yang blood menggunak s sp
terdapat di dalam agar an media 3. Staphylococc
kamar operasi.  Mesin Blood agar us sp
inkubat dilakukan
or inkubasi
 Colony didalam
counter mesin
inkubator
dengan suhu
37OC selama
48 jam, dan
setelah itu
dilakukan
penghitung
an jumlah
kuman di
Lab.
Mikrobiologi
RSUD
dr.Saiful
Anwar
Malang
43

Tabel 4.1 Definisi operasional Pengaruh Sterilisasi Ozon terhadap Jenis Kuman
Udara di Kamar Operasi Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr. Saiful Anwar
Malang

4.7 Prosedur Penelitian / Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan pada subjek dan proses

pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian. Langkah-

langkah dalam pengumpulan data bergantung pada rancangan penelitian dan teknik

instrumen yang digunakan (Nursalam, 2016). Metode pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah observasi pada pretest-posttest pengambilan

kultur sampel kuman udara di kamar operasi Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr.

Saiful Anwar Malang.

4.7.1 Tahap Persiapan

Tahap persiapan dalam penelitian ini yaitu memilih permasalahan

penelitian, studi pendahuluan, studi literatur, penyusunan proposal, konsultasi

proposal penelitian, seminar proposal penelitian, administrasi penelitian,

mengajukan etik penelitian, menyiapkan format observasi, menyiapkan alat yang

digunakan dalam penelitian, dan menyiapkan kamar operasi yang akan digunakan

sesuai dengan kriteria penelitian.

4.7.2 Tahap Pelaksanaan

A. Persiapan Pengambilan Sampel

Setelah menyiapkan kamar operasi yang akan digunakan sesuai dengan

kriteria penelitian, peneliti memastikan media cawan petri blood agar agar

tersedia serta identitas untuk cawan petri seperti nomor


44

pemeriksaan, tanggal pemeriksaan, lokasi kamar operasi, dan posisi sampel.

Setelah alat dan bahan tersedia, peneliti juga harus memastikan alat berfungsi

dengan baik, untuk persiapan peralatan mesin ozon generator yang

dipergunakan masih layak pakai dengan memeriksa indikator pemakaian

mesin kurang dari 2000 jam pemakaian sesuai dengan rekomendari dari

Instalasi Pemeliharaan Sarana Medis dan Elektronik demi menjamin

keakuratan mesin.

B. Pengambilan Sampel

Peneliti melakukan pengambilan kultur kuman udara menggunakan

cawan petri blood agar yang diletakkan di dalam kamar operasi selama 15

menit sebelum dilakukan tindakan ozonisasi dari rekomendasi SOP

pengambilan sample udara menurut Instalasi Penyehatan Lingkungan RSUD

dr. Saiful Anwar hanya dilakukan satu kali pengambilan sample, untuk

mengukur angka kuman udara pada area kamar operasi. Untuk cara

pengambilan sample menggunakan cawan petri dengan cara media cawan

dibawa mengelilingi ruangan sebanyak 2 kali dari zona terluar kezona inti,

untuk selanjutnya diletakkan pada area meja operasi ditengah ruang kamar

operasi atau di zona inti/nuklei dengan total lama waktu 15 menit dengan

pendampingan dari petugas mikrobiologi. Setelah kultur kuman udara

didapatkan, maka cawan petri akan diletakkan di dalam cooler box pada suhu

4 sd 10oC (Kemenkes RI, 2002).


45

C. Tindakan ozonisasi

Selanjutnya dilakukan sterilisasi ozon pada kamar operasi dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

1. Letakan mesin ozon ditengah area operasi

2. Sambungkan mesin ozon dengan aliran listrik

3. Petugas keluar dari kamar operasi

4. Memberikan tanda bahaya pada pintu kamar operasi dengan

menggantungkan papan peringatan pada pintu masuk kamr operasi yang

dilakukan sterilisasi ozon

5. Mesin Ozon dinyalakan dengan menggunakan remote selama 30 menit

6. Setelah 30 menit mesin Ozon dimatikan menggunakan remote Setelah

selesai dilakukan sterilisasi ozon maka akan diambil kultur

kuman udara melalui cawan petri yang diletakkan di dalam kamar operasi,

dengan cara pengambilan sample menggunakan cawan petri ditempatkan

dititik yang berbeda pada 4 sudut ruangan dan untuk selanjutnya diletakkan

pada area meja operasi ditengah ruang kamar operasi atau di zona inti atau

nuklei dengan lama waktu 15 menit.

D. Tahap evaluasi

Apabila kultur kuman udara sudah didapatkan, media akan ditutup oleh

alumunium foil untuk mencegah oksidasi dari cahaya matahari dan diletakkan

di dalam cooler box. Setelah itu kultur kuman dikirimkan ke laboratorium

mikrobiologi RSUD Dr. Saiful Anwar Malang dan diperiksa oleh petugas

ahli mikrobiologi dengan cara pemeriksaan kultur.


46

Pemeriksaan sampel dilakukan dengan cara isolasi, pewarnaan gram dan

identifikasi bakteri Bacillus sp, dan Streptococcus sp, dan

Staphylococcus sp dengan cara diinkubasi dengan suhu 37 OC dalam waktu

24 sd 48 jam untuk selanjutnya pewarnaan gram dan dilakukan identifikasi

bakteri. Hasil pemeriksaan laboratorium selanjutnya akan dilakukan

pengolahan data hasil penelitian.

4.8 Analisis Data / Pengolahan Data

Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan bantuan SPSS v.25 for Windows

untuk melakukan analisis data univariat maupun bivariat.

4.8.1 Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian. Untuk mengetahui karakteristik masing-

masing subjek penelitian dengan menghitung distribusi frekuensi dan persentase

masing-masing kelompok (Notoatmodjo, 2010).

Rumus :

𝑓
𝑃= 𝑥 100 %
𝑛

Keterangan :

P = Presentase yang dicari

f = Frekuensi subjek dengan karakteristik tertentu n

= Jumlah sampel

4.8.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat yaitu dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi (Notoatmojo, 2010). Pengolahan data dilakukan

dengan bantuan sofware komputer. Dalam penelitian ini untuk


47

mencari hubungan antara variabel independen dan variabel dependen digunakan uji

statistik adalah Uji Wilcoxon Match Pairs Test.

Langkah melakukan uji Wilcoxon Match Pairs Test adalah :

a. Menentukan hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh sterilisasi ozon

terhadap jenis kuman udara di kamar operasi Instalasi Bedah Sentral RSUD

Dr. Saiful Anwar Malang.

b. Menentukan Skala data

c. Memeriksa syarat uji t untuk kelompok berpasangan

 Distribusi data harus normal

 Varians data tidak diuji karena kelompok data berpasangan

d. Jika memenuhi syarat (data berdistribusi normal p > 0,05), maka dipilih uji t

berpasangan

e. Jika variabel baru hasil transformasi tidak berdistribusi normal juga, maka

dipilih uji wilcoxon Jika variable baru hasil transformasi data berdistribusi

normal, maka dipakai uji t berpasangan

f. Jika variabel baru hasil transformasi tidak berdistribusi normal juga, maka

dipilih uji wilcoxon, untuk itu digunakan rumus Z.

g. Jika diperoleh taraf signifikasi p < 0.05 maka H1 diterima dengan demikian

disimpulkan ada pengaruh sterilisasi ozon terhadap jenis kuman udara di

kamar operasi Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr. Saiful Anwar Malang.
48

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA

Hasil penelitian dan analisa data mengenai Pengaruh Sterilisasi Ozon terhadap

Jenis Kuman Udara di Kamar Operasi Instalasi Bedah Sentral RSUD dr. Saiful Anwar

Malang dengan jumlah sampel 15 kamar operasi. Pengambilan data dilakukan pada bulan

Oktober sampai November 2021 di RSUD dr. Saiful Anwar Malang.

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

RSUD Dr. Saiful Anwar merupakan salah satu rumah sakit yang ada di Kota

Malang yang terletak di Jl. Jaksa Agung Suprapto No. 2 Kota Malang dengan luas

bangunan 102.859.84 m2. RSUD Dr. Saiful Anwar adalah Rumah Sakit Umum tipe

A pendidikan milik pemerintah daerah propinsi Jawa Timur. Kedudukan RSUD Dr.

Saiful Anwar adalah rumah sakit kelas A berdasarkan Surat Keputusan bersama

Menteri Kesehatan RI No 673/Menkes/SK/VI/2007 pada bulan April 2007.

RSUD Dr. Saiful Anwar memiliki berbagai jenis pelayanan diantaranya

pelayanan rawat jalan, pelayanan gawat darurat, pelayanan rawat inap utama,

pelayanan rawat inap, pelayanan ICU – CVCU – PICU – NICU, pelayanan

pembedahan, pelayanan gigi dan mulut, pelayanan rehabilitasi medik, pelayanan

kedokteran forensik, pelayanan radiologi, pelayanan laboratorium klinik, pelayanan

patologi anatomi, pelayanan mikrobiologi, pelayanan farmasi klinik, pelayanan gizi,

pelayanan asuhan keperawatan, pelayanan laundry & sterilisasi sentral, dan

pelayanan ambulan & mobil jenazah.


49

Pelayanan pembedahan RSUD Dr. Saiful Anwar diselenggarakan di Instalasi

Bedah Sentral (IBS), kamar bedah Pavilyun, kamar bedah Mata, kamar bedah THT,

dan kamar bedah Luka Bakar. Sedangkan pelayanan khusus untuk pembedahan

darurat diselenggarakan di kamar bedah IGD. RSUD Dr. Saiful Anwar memiliki 15

kamar operasi elektif dan 3 kamar bedah darurat. Kamar bedah elektif

menyelenggarakan pembedahan dari pembedahan kecil, sedang, besar, hingga

pembedahan khusus (canggih) dari berbagai disiplin ilmu bedah.

5.2 Hasil Penelitian

Pada bab ini akan disajikan tentang hasil penelitian yang akan diuraikan sesuai

dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang ada pada bab sebelumnya.

Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan observasi jenis kuman udara

sebelum dan sesudah pemberian sterilisasi ozon dengan pengukuran sebelum dan

sesudah dilakukan di hari yang sama. Hasil penelitian ini meliputi data umum yang

mencangkup luas kamar operasi, suhu, kelembapan, jenis operasi dan tindakan

operasi yang dilakukan, sedangkan pada data khusus memuat data sebelum dan

sesudah pemberian sterilisasi ozon di kamar operasi RSUD Dr. Saiful Anwar. Dari

kumpulan data tersebut akan disajikan dalam bentuk tabel antara variabel dependen

dan independen untuk mengetahui tingkat signifikasi menggunakan Uji Wilcoxon

match pairs test.


50

5.2.1 Data Umum

5.2.2.1 Karakteristik sampel berdasarkan kamar operasi

Dalam penelitian ini, untuk memberikan gambaran secara umum

mengenai karakteristik sampel berdasarkan kamar operasi. Hasil analisis

tentang karakteristik sampel dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 5.1 Karakteristik sampel berdasarkan kamar operasi


Kategori Frekuensi Persentase (%)
Luas kamar operasi 21 – 30 m2 1 7%
31 – 40 m2 8 53 %
41 – 50 m2 4 27 %
51 – 60 m 2
2 13 %
Suhu 19 OC 4 26 %
20 OC 9 60 %
21 OC 1 7%
22 C
O
1 7%
Kelembapan 41 – 50 % 6 40 %
51 - 60 % 7 46 %
61 – 70 % 1 7%
71 – 80 % 1 7%

Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar kamar

operasi berada pada rentang luas 31 – 40 m 2 yaitu sebanyak 8 kamar operasi

(53%), pada rentang luas 41 – 50 m2 yaitu sebanyak 4

kamar operasi (27%), pada rentang luas 51 – 60 m 2 yaitu sebanyak 2 kamar

operasi (13%), dan pada rentang luas 21 – 30 m2 yaitu sebanyak

1 kamar operasi (7%). Kamar operasi dengan suhu 20 OC memiliki frekuensi

yang lebih besar dari kamar operasi yang lain sebanyak 9 kamar operasi (60%),

sedangkan kamar operasi dengan suhu 19 OC sebanyak


51

4 kamar operasi (26%), kamar operasi dengan suhu 21 OC sebanyak 1 kamar

operasi (7%), dan kamar operasi dengan suhu 22 OC sebanyak 1 kamar operasi

(7%). Dari segi kelembapan dapat disimpulkan bahwa terdapat 7 kamar

operasi (46%) dengan kelembapan 51 – 60 %,

kemudian 6 kamar operasi (40%) dengan kelembapan 41 – 50 %,

selanjutnya 1 kamar operasi (7%) dengan kelembapan 61 – 70 %, dan 1

kamar operasi (7%) dengan kelembapan 71 – 80 %.

5.2.2.2 Karakteristik sampel berdasarkan jenis operasi

Untuk memberikan gambaran mengenai karakteristik sampel berdasarkan

jenis operasi. Hasil analisis tentang karakteristik sampel dapat dilihat sebagai

berikut :

Tabel 5.2 Karakteristik sampel berdasarkan jenis operasi


Kategori Frekuensi Persentase (%)
Jenis operasi Operasi Kotor 8 53 %
Operasi Kontaminasi 7 47 %
Tindakan operasi Laparotomy 3 20 %
Debridement 7 47 %
Radical
1 6,6 %
mastoidectomy
Pleuroscopy 1 6,6 %
Tracheostomy 1 6,6 %
Urethroplasty 1 6,6 %
Os periosteal graft 1 6,6 %

Berdasarkan Tabel 5.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar jenis

operasi yang digunakan sebagai sampel penelitian ini adalah operasi kotor,

yaitu sebanyak 8 kamar operasi (53%) dan jenis operasi


52

kontaminasi, yaitu sebanyak 7 kamar operasi (47%). Tindakan operasi yang

digunakan dalam penelitian ini sebagian besar adalah debridement yaitu

sebanyak 7 kamar operasi (47%), selain itu juga terdapat tindakan operasi

lainnya seperti laparotomy yaitu sebanyak 3 kamar operasi (20%), radical

mastoidectomy sebanyak 1 kamar operasi (6,6%), pleuroscopy sebanyak 1

kamar operasi (6,6%), tracheostomy sebanyak 1 kamar operasi (6,6%),

urethroplasty sebanyak 1 kamar operasi (6,6%), dan os periosteal graft

sebanyak 1 kamar operasi (6,6%).

5.2.2 Data Khusus

5.2.2.1 Identifikasi 3 Jenis Kuman Udara Terbanyak di Kamar Operasi

sebelum dilakukan Sterilisasi Ozon

Tabel 5.3 Identifikasi 3 jenis kuman udara terbanyak di Kamar


Operasi sebelum dilakukan Sterilisasi Ozon
Jenis Kuman Udara Jumlah Presentase (%)
Staphylococcus sp 249 98,4%
Streptococcus sp 2 0,8%
Bacillus 2 0,8%
Total 153 100%

Berdasarkan Tabel 5.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar jenis kuman

udara yang ada di kamar operasi adalah Staphylococcus sp dengan

jumlah 249 koloni (98,4%), selain itu juga terdapat jenis kuman udara

Streptococcus sp dengan jumlah 2 koloni (0,8%) dan jenis kuman udara

Bacillus sebanyak 2 koloni (0,8%).


53

5.2.2.2 Identifikasi Jumlah Koloni 3 Jenis Kuman Udara di Kamar Operasi

setelah dilakukan Sterilisasi Ozon

Tabel 5.4 Identifikasi Jumlah Koloni 3 Jenis Kuman Udara di Kamar


Operasi setelah dilakukan Sterilisasi Ozon
Jenis Kuman Udara Jumlah Persentase (%)
Staphylococcus sp 22 100%
Streptococcus sp 0 0%
Bacillus 0 0%
Total 22 100%

Berdasarkan Tabel 5.4 dapat diketahui bahwa jenis kuman udara yang

ditemukan di kamar operasi adalah Staphylococcus sp dengan jumlah 22

koloni (100%), serta tidak ditemukan jenis kuman udara Streptococcus sp dan

Bacillus.

5.2.2.3 Perbandingan Jumlah Koloni 3 Jenis Kuman Udara di Kamar

Operasi Sebelum dan Sesudah Dilakukan Sterilisasi Ozon

Untuk mengetahui perbandingan jumlah koloni 3 jenis kuman udara di

kamar operasi sebelum dan sesudah dilakukan sterilisasi ozon di kamar operasi

Instalasi Bedah Sentral RSUD dr. Saiful Anwar Malang, maka dilakukan

analisis sebagaimana disajikan pada tabel 5.5.

Tabel 5.5 Perbandingan Jumlah Koloni 3 Jenis Kuman Udara di Kamar


Operasi sebelum dan sesudah dilakukan Sterilisasi Ozon
Jenis Kuman Sebelum Sesudah
Udara Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)
Staphylococcus sp 249 98,4% 22 100%
Streptococcus sp 2 0,8% 0 0%
54

Bacillus 2 0,8% 0 0%
Total 253 100% 22 100%

Berdasarkan Tabel 5.5 dapat diketahui bahwa dari 15 kamar operasi

mengalami penurunan jenis dan jumlah koloni kuman udara setelah dilakukan

sterilisasi ozon. Sebelum dilakukan sterilisasi ozon jumlah total kuman udara

adalah 253 koloni dan terdapat 3 jenis kuman udara yaitu Staphylococcus sp,

Streptococcus sp, dan Bacillus. Sedangkan setelah dilakukan tindakan

sterilisasi ozon jumlah total kuman udara adalah 22 koloni dan hanya terdapat 1

jenis kuman udara yaitu Staphylococcus sp.

Berdasarkan Uji Wilcoxon Match Pairs Test signed rank test diperoleh

nilai P value (nilai signifikan) sebesar 0.001 yang berarti lebih kecil dari nilai a

(0.05) yang kita gunakan, maka dapat disimpulkan H1 diterima yang artinya

Ada pengaruh sterilisasi ozon terhadap 3 kuman udara terbanyak di kamar

operasi Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr. Saiful Anwar Malang.


55

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Karakteristik Sampel Berdasarkan Kamar Operasi

Berdasarkan Tabel 5.1 dapat diketahui luas kamar operasi sebagian besar

ukuran 31-40 m2 berjumlah 8 kamar operasi (53%). Menurut Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia nomor 24 tahun 2016 tentang persyaratan teknis

bangunan dan prasarana rumah sakit menyatakan bahwa ruang operasi dibagi

menjadi 3 jenis yaitu ruang operasi minor, ruang operasi umum dan ruang operasi

mayor/khusus. Setiap ruang operasi memiliki stadart ketentuan luas ruangan yang

berbeda, untuk ruangan operasi minor ± 36 m 2 dengan ukuran ruangan panjang x

lebar x tinggi adalah 6 m x 6 m x 3 m, untuk ruangan operasi umum minimal 42 m2

dengan ukuran ruangan panjang x lebar x tinggi adalah 7 m x 6 m x 3 m, dan untuk

ruangan operasi mayor/khusus minimal 50 m2 dengan ukuran ruangan panjang x

lebar x tinggi adalah 7,2 m x 7 m x 3m. Kamar operasi yang ada di Instalasi Bedah

Sentral RSUD dr. Saiful Anwar Malang sebagian besar sudah sesuai dengan standar

bangunan rumah sakit, hanya ada 1 kamar operasi yang kurang memenuhi standar

luas kamar operasi yaitu ruang operasi combus. Ruang operasi combus berada di

gedung yang berbeda yang berada di ruang lingkup rawat inap pasien combustio

(luka bakar), tetapi oprasionalnya masih dibawah Instalasi Bedah Sentral.

Pada Tabel 5.1 juga disajikan data mengenai suhu dan kelembapan yang

merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi jenis kuman udara di kamar operasi.

Sebagian besar kamar operasi memiliki suhu 20 OC sebanyak


56

9 kamar operasi (60%), sedangkan sebagian besar kamar operasi memiliki

kelembapan 51 - 60 % sebanyak 7 kamar operasi (46%). Menurut PERMENKES

nomor 24 tahun 2016 tentang persyaratan teknis bangunan dan prasarana rumah sakit

menyatakan bahwa standar temperatur ruangan kamar operasi adalah 19 OC – 24 OC,

sedangkan standar kelembapan pada kamar operasi relatif 40 - 60%. Suhu dan

kelembapan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

mikroorganisme. Penelitian yang dilakukan oleh Nugroho et al., (2016) menyatakan

bahwa kualitas mikrobiologis yang tinggi disebabkan mikroorganisme pada ruang

perawatan dapat berkembang biak dengan baik pada kisaran suhu optimum untuk

pertumbuhan mikroba yaitu 25°C-37°C dan ada hubungan antara kelembaban

dengan angka kuman udara di ruang rawat inap kelas tiga melati RSUD Dr.

Moewardi Surakarta. Penelitian lain juga dilakukan oleh Muntaha & Caesar (2016)

menyatakan bahwa dari hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,040 yang artinya

ada hubungan antara kelembaban udara ruangan dengan angka kuman udara di ruang

rawat inap Gedung Siti Hajar Rumah Sakit Islam Sultan Hadlirin Jepara.

Kelembaban udara yang relatif tinggi dapat meningkatkan pertumbuhan

mikroorganisme.

6.2 Karakteristik Sampel Berdasarkan Jenis Operasi

Berdasarkan Tabel 5.2 diketahui bahwa sebagian besar jenis operasi yang

digunakan sebagai sampel penelitian ini adalah operasi kotor, yaitu sebanyak 8

kamar operasi (53%). Operasi kotor merupakan operasi yang melewati daerah

purulent, inflamasi memanjang dan hasil klinis menunjukkan adanya infeksi. Tanda

– tanda infeksi menurut Septiari (2012) yaitu rubor


57

(kemerahan), calor (panas), tumor (bengkak), dan dolor (nyeri). Kamar operasi

merupakan zona yang tergolong resiko sangat tinggi terhadap infeksi daerah operasi.

Udara, air, dan makanan dapat terkontaminasi oleh berbagai macam mikroorganisme

sehingga dapat ditransmisikan ke pasien. Mikroorganisme kontaminan pada udara

mempunyai peran penting dalam infeksi daerah operasi, termasuk di dalamnya

adalah bakteri kontaminan pada udara. (Sentosa & Hapsari, 2019)

6.3 Identifikasi 3 Jenis Kuman Udara Terbanyak di Kamar Operasi sebelum

dilakukan Sterilisasi Ozon

Berdasarkan Tabel 5.3 diketahui bahwa sebagian besar jenis kuman udara

yang ada di kamar operasi adalah Staphylococcus sp dengan jumlah 249 koloni

(98,4%), selain itu juga terdapat jenis kuman udara Streptococcus sp dengan

jumlah 2 koloni (0,8%) dan jenis kuman udara Bacillus sebanyak 2 koloni (0,8%).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Sulistiyono et al., 2017) di ruang operasi

RSUD Tugurejo Semarang bahwa terdapat keberadaan bakteri sebelum kegiatan

sterilisasi diantaranya yaitu Bacilus sp, Staphylococcus aureus, dan

Staphylococcus epidermis. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh (Sentosa &

Hapsari, 2019) di kamar operasi Rumah Sakit Nasional Diponegoro Semarang, jenis

bakteri yang ditemukan sebelum pembersihan yaitu Staphylococcus, Bacillus sp,

Nocardia sp, dan Klebsiella sp. Penelitian lain juga dilakukan oleh (Palawe et al.,

2015) di ruang operasi Instalasi Bedah Sentral (IBS) RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou

Manado bahwa terdapat 2 bakteri aerob yaitu Staphylococcus albus dan Bacillus

subtilis.
58

6.4 Identifikasi Jumlah Koloni 3 Jenis Kuman Udara di Kamar Operasi

Setelah dilakukan Sterilisasi Ozon

Berdasarkan Tabel 5.4 diketahui bahwa jenis kuman udara yang ditemukan di

kamar operasi setelah dilakukan sterilisasi ozon adalah Staphylococcus sp dengan

jumlah 22 koloni (100%), serta tidak ditemukan jenis kuman udara Streptococcus

sp dan Bacillus. Staphylococcus sp adalah kuman gram positif, bersifat anaerobik

fakulatif yang merupakan flora normal pada manusia terdapat pada mukosa hudung,

mulut, dan kulit. Bakteri ini merupakan penyebab tertinggi infeksi di lingkungan

rumah sakit, terutama pada ruangan intensif dan kamar operasi. Penyebarannya

sering melalui udara, tetapi dapat juga secara langsung. Perpindahan melalui tangan

medis juga dapat menjadi transpor kuman untuk berpindah. Hal ini mengakibatkan

bakteri ini bisa berada pada siklus udara ruang kamar operasi yang terjadi pertukaran

udara melalui AC menjadi tempat hidup bakteri.

6.5 Perbandingan Jumlah Koloni 3 Jenis Kuman Udara di Kamar Operasi

Sebelum dan Sesudah Dilakukan Sterilisasi Ozon

Berdasarkan Tabel 5.5 diketahui bahwa dari 15 kamar operasi mengalami

penurunan jumlah koloni 3 jenis kuman udara setelah dilakukan sterilisasi ozon.

Sebelum dilakukan sterilisasi ozon jumlah total kuman udara adalah 253 koloni dan

terdapat 3 jenis kuman udara yaitu Staphylococcus sp, Streptococcus sp, dan

Bacillus. Bakteri lain yang ditemukan adalah Streptococcus sp dan Bacillus.

Sedangkan setelah dilakukan tindakan sterilisasi ozon jumlah total kuman udara

adalah 22 koloni dan hanya terdapat 1 jenis kuman udara yaitu Staphylococcus sp.
59

Penggunaan ozon sebagai desinfektan dan pengoksidasi yang kuat

mengakibatkan radikal yang sangat efektif ke hampir semua hal (termasuk virus,

bakteri, senyawa organik dan anorganik) (K Lam & Phil, 2020). Ozon membunuh

mikroorganisme dengan cara mengoksidasi dan menghancurkan dinding sel

sehingga mampu membunuh mikroorganisme. Mekanisme desinfeksi ozon dengan

cara mengoksidasi langsung ketika ozon kontak dengan dinding sel, suatu reaksi

oksidasi terjadi sehingga menyebabkan lubang pada dinding sel sehingga bakteri

mulai kehilangan bentuk atau pertahanan utamanya telah hancur (Zafhira, 2012).

Penelitian yang dilakukan oleh Morin RA, Keller,JW, et al, (1974) menunjukkan

bahwa Ozon dengan konsentrasi rendah yakni kurang dari 0,5 mg/l mampu

menghancurkan mikroorganisme termasuk juga virus dalam air. Dibandingkan

dengan khlorin kecepatan ozon sebagai bahan desinfektan dalam membunuh

mikroorganisme bisa 3250 kali lebih cepat serta 150% lebih kuat tenaga

oksidatifnya.

Berdasarkan Uji Wilcoxon Match Pairs Test signed rank test diperoleh

nilai P value (nilai signifikan) sebesar 0.001 yang berarti lebih kecil dari nilai a

(0.05) yang kita gunakan, maka dapat disimpulkan H1 diterima yang artinya ada

pengaruh sterilisasi ozon terhadap 3 kuman udara terbanyak di kamar operasi

Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr. Saiful Anwar Malang. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa udara kamar operasi di Instalasi Bedah Sentral RSUD dr. Saiful

Anwar Malang terjadi penurunan jumlah koloni 3 jenis kuman udara setelah

dilakukan sterilisasi ozon, sehingga harus ditingkatkan kualitasnya demi

terwujudnya pelayanan kesehatan yang baik. Bakteri yang ditemukan merupakan

jenis bakteri kontaminan udara. Kontaminasi biasanya


60

ditularkan lewat tubuh/tangan, pakaian petugas, dan peralatan yang digunakan di

dalam ruang operasi Instalasi Bedah Sentral. Oleh karena itu sangat perlu dilakukan

pemeriksaan berkala dan teratur untuk sterilsasi udara, lingkungan sekitar ruang

operasi, petugas dan alat-alat yang digunakan di dalam kamar operasi. Hal ini dapat

membantu untuk meminimalisasikan kuman yang ada di ruang operasi.

6.6 Implikasi di Keperawatan

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat implikasi yang dapat digunakan untuk

peningkatan dalam bidang keperawatan yaitu peningkatan upaya pencegahan infeksi

pada luka operasi yang berpotensi tinggi di kamar operasi. Menurut hasil penelitian

ini ozon dapat efektif sebagai bahan desinfektan dalam membunuh mikroorganisme.

Selain itu ozon juga merupakan oksidator yang paling kuat yang dapat digunakan

untuk mengoksidasi logam-logam berat (terlarut dalam air), mendegradasi senyawa-

senyawa organik (termasuk juga senyawa organo-klorida dan aromatik),

menghilangkan warna dan bau, ataupun rasa.

6.7 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti juga mendapatkan keterbatasan dalam melakukan

penelitian, seperti pemeriksaan identifikasi bakteri membutuhkan waktu 1 sampai 2

minggu sampai hasil semua sampel dapat dilaporkan dan pemeriksaan identifikasi

bakteri yang memakan biaya mahal yang dihitung setiap sampel sebelum dan

sesudahnya. Keterbatasan lainnya yaitu jadwal operasi yang terjadwal 1 hari

sebelumnya membuat sampel yang didapatkan


61

perharinya bervariasi dan tidak menentu. Karena beberapa hal tersebut penelitian ini

membutuhkan waktu lebih lama dari estimasi jadwal penelitian.


62

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan kesimpulan yang dapat diambil

dari penelitian Pengaruh Sterilisasi Ozon terhadap Jenis Kuman Udara di Kamar

Operasi Instalasi Bedah Sentral RSUD dr. Saiful Anwar Malang adalah sebagai

berikut :

1. Identifikasi 3 jenis kuman udara terbanyak di kamar operasi Instalasi Bedah

Sentral RSUD dr. Saiful Anwar Malang sebelum dilakukan sterilisasi ozon

sebagian besar adalah Staphylococcus sp dengan jumlah

249 koloni (98,4%), selain itu juga terdapat jenis kuman udara Streptococcus

sp dengan jumlah 2 koloni (0,8%) dan jenis kuman udara Bacillus sebanyak 2

koloni (0,8%).

2. Identifikasi jumlah koloni 3 jenis kuman udara yang terdapat di kamar operasi

Instalasi Bedah Sentral RSUD dr. Saiful Anwar Malang setelah dilakukan

sterilisasi ozon adalah Staphylococcus sp dengan jumlah 22 koloni (100%),

serta tidak ditemukan jenis kuman udara Streptococcus sp dan Bacillus.

3. Perbandingan jumlah koloni 3 jenis kuman udara di kamar operasi sebelum dan

sesudah pemberian intervensi ozon diketahui bahwa dari 15 kamar operasi

mengalami penurunan jumlah koloni 3 jenis kuman udara setelah dilakukan

sterilisasi ozon. Berdasarkan Uji Wilcoxon Match Pairs Test signed rank test

diperoleh nilai P value (nilai signifikan) sebesar

0.001 yang berarti lebih kecil dari nilai a (0.05) yang kita gunakan, maka
63

dapat disimpulkan H1 diterima yang artinya ada pengaruh sterilisasi ozon

terhadap jenis kuman udara di kamar operasi Instalasi Bedah Sentral RSUD dr.

Saiful Anwar Malang.

7.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti memiliki saran :

1. Bagi Institusi Kesehatan

Diharapkan agar dapat rutin melakukan sterilisasi ozon di kamar operasi

yang digunakan segala jenis operasi baik operasi kotor maupun operasi bersih

untuk meminimalisir penyebaran infeksi nosokomial di kamar operasi terhadap

pasien maupun tenaga kesehatan lainnya. Selain itu diharapkan pihak institusi

kesehatan melakukan pembaharuan pelatihan kepada tenaga kesehatan terutama

pada Instalasi Bedah tentang pencegahan infeksi di kamar operasi.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat mengembangkan kajian-kajian penatalaksanaan dan materi terkait

dengan mikrobiologi dan resiko infeksi pada pasien khususnya di kamar operasi

yang masih jarang ditemukan.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan pengaruh

sterilisasi ozon terhadap jenis kuman udara diharapkan melakukan pengambilan

sampel dengan mempertimbangkan jenis operasi yang digunakan dan waktu

pengambilan sampel, serta dapat menambah variabel lain yang bisa

mempengaruhi.
64

DAFTAR PUSTAKA

Adam, S. (2012). Pedoman teknis ruang operasi. Direktorat Bina Pelayanan


Penunjang Medik Dan Sarana Kesehatan.
Ariani B. Hubungan Kondisi Lingkungan Fisik dengan Angka Kuman Udara Rumah
Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Politeknik Kesehatan Yogyakarta; 2009.
Baharutan A, Rares FES, Soeliongan S. (2015). Pola bakteri penyebab infeksi nosokomial
pada Ruang Perawatan Intensif Anak di BLU RSUP Prof. Dr. R.
D. Kandou Manado. Bm.;3(1):412-9.
Boleng, D. T. (2015). Buku Bakteriologi Konsep-konsep dasar (Vol. 148).
Universitas Muhammadiyah Malang.
Central for Disease Control and Prevention (CDC). (2021). Surgical Site Infection Event
( SSI ). Centres for Disease Control and Prevention, January, 1–39.
Departemen Kesehatan RI. (2008). Pedoman, Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya. Jakarta Jeyamohan, Dharshini.
(2010). Angka prevalensi infeksi nosokomial pada pasien luka oprasi pasca bedah di
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan dari Bulan April sampai
September 2010. Medan: Unversitas
Sumatera Utara.
K Lam, K. K., & Phil, M. (2020). Ozone Disinfection of SARS-Contaiminated Areas.
Enviro Labs Limited HONK KONG, 2860, 1–6.
KEMENKES. (2012). Pedoman teknis ruang operasi. Direktorat Bina Pelayanan
Penunjang Medik Dan Sarana Kesehatan.
Kriswandana, F., Triastuti, E., Kesehatan, J., Poltekkes, L., & Surabaya, K. (2014).
Rekayasa Disain Generator Ozon Sebagai Sterilisator Mikroorganisme Dalam Air.
Penelitian Kesehatan, 47–54.
Muntaha, R., & Caesar, D. L. (2016). FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUANGAN
DENGAN ANGKA KUMAN UDARA RUANG RAWAT INAP GEDUNG SITI
HAJAR RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN HADLIRIN JEPARA. Jurnal
Keperawatan Dan Kesehatan Masyarakat Cendekia Utama, 1.
Mustika O. (2013). Angka dan pola kuman pada dinding, lantai, dan udara di ruang ICU
RSUD Dr. Moewardi Surakarta [Skripsi]. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
65

Nugraheni R, Suhartono, Wiharni S. Infeksi nosokomial di RSUD Setjonegoro


Kabupaten Wonosobo. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia. 2010; 11(1):94
100
Nugroho, D., Budiyono, B., & Nurjazuli, N. (2016). Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Angka Kuman Udara Di Ruang Rawat Inap Kelas Iii Rsud Dr. Moewardi
Surakarta. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 4(4), 900–906.
Palawe, B., Waworuntu, O., & Kountul, C. (2015). Identifikasi Bakteri Aerob Di Udara
Ruang Operasi. Jurnal Biomedik Sam Ratulangi, 3(3), 827–833.
Santosaningsih, D., Erikawati, D., Hakim, I. A., Santoso, S., Hidayat, M., Suwenda,
A. H., Puspitasari, V., Irhamni, I., Kuntaman, K., van Arkel, A. L. E., Terlouw,
L. G., Oudenes, N., Willemse-Erix, D., Snijders, S. V., Erler, N. S., Verbrugh,
H. A., & Severin, J. A. (2019). Reducing transmission of methicillin-resistant
Staphylococcus aureus in a surgical ward of a resource-limited hospital in
Indonesia: an intervention study. Infection Prevention in Practice, 1(3–4),
100028. https://doi.org/10.1016/j.infpip.2019.100028
Santoso, K. H. (2019). RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) RSUD Dr. SAIFUL
ANWAR MALANG. 2.
Sentosa, R. A., & Hapsari, R. (2019). Jumlah Dan Pola Bakteri Udara Pre Dan Post
Pembersihan : Studi Observasional Di Ruang Operasi Rumah Sakit Nasional
Diponegoro Semarang. Diponegoro Medical Journal (Jurnal Kedokteran
Diponegoro), 8(2), 811–822.
Septriati BB. (2012). Infeksi Nosokomial (1st ed). Yogyakarta: Nuha Medika.
Sidqi AN. (2011). Pengaruh Dosis Desinfektan terhadap Penurunan Angka Kuman pada
Lantai di Ruang Kenanga RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
[Skripsi]. Semarang: Politeknik Kesehatan.
Sofyan AF, Homenmta H, Rares F. Pola bakteri aerob yang berpotensi menyebabkan
infeksi nosokomial di kamar operasi cito BLU RSUP Prof. Dr.
R. D. Kandou Manado. eBm. 2015;3(1):381-5
Sulistiyono, A. D., Suhartono, & Dharminto. (2017). Studi Tentang Angka Kuman Udara
Di Ruang Operasi Rsud Tugurejo Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-
Journal) FKM UNDIP, 5(5), 451–460.
Supriyantoro. (2012). Pedoman Teknis Prasarana Sistem Tata Udara Pada Bangunan
Rumah Sakt. Kementerian Kesehatan - RI, 1–87.
66

Syafarudin, A. (2013). Produksi Ozon dengan Bahan Baku Oksigen Menggunakan Alat
Ozon Generator. Jurnal Teknik Kimia, 19(2), 1–9.
Tanjung M. (2010). Pola Kuman di Kamar Operasi dan Ruang Perawatan Bedah RSUP
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado [Tesis]. Manado: Universitas Sam Ratulangi
Utji R. (2008). Pengendalian Infeksi Nosokomial di RS Dr. Cipto Mangunkusumo
dengan Sumber Daya Minimal [Skripsi]. Jakarta: Universitas Indonesia; 2008.
Wismana, W. S. (2016). Gambaran kualitas mikrobiologi udara kamar operasi dan
keluhan kesehatan. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 8(2), 219–228. https://e-
journal.unair.ac.id/JKL/article/download/8015/4749
Yonata, Q. U., Thohari, I., & Marlik. (2020). Faktor yang Berhubungan dengan Angka
Kuman Udara di Rumah Sakit Soemitro Surabaya Queeniza Ulya Yonata. Jurnal
Penelitian Kesehatan Suara Forikes, 11(3), 264–266.
Zafhira, N.A., (2012). Pengaruh Waktu Inkunbasi Dan Dosis Ozon Pada Desinfeksi
Hama Bakteri Xanthomonas oryzae. Oryzae Dengan Kombinasi Proses Ozonasi
Dan Adsorpsi Dengan Zeolit Alam. Skripsi Universitas Indonesia, Depok.
67

Lampiran 1. Lembar observasi

LEMBAR OBSERVASI KONDISI RUANG OPERASI PRE-POST DESIFEKSI


OZON

Tanggal dan Jam Pelaksanaan: ……………………..


Nama ruang operasi : OK …………………
1. Observasi kondisi ruang operasi setelah tindakan operasi
Keterangan
Jenis tindakan operasi Jenis pembedahan
Jumlah tim operasi Orang
Lama operasi Jam
Luas Ruang OK Meter persegi
Suhu Celcius
Kelembaban Relative Humidity
No Sampel
Jumlah Koloni CFU/m3

2. Observasi kondisi ruang operasi setelah tindakan desifeksi ozon


Keterangan
Jenis tindakan operasi Jenis pembedahan
Jumlah tim operasi Orang
Lama operasi Jam
Luas Ruang OK Meter persegi
Suhu Celcius
Kelembaban Relative Humidity
No Sampel
Jumlah Koloni CFU/m3
68

Lampiran 2. Standar Operasional Prosedur Sterilisasi Ozon

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR STERILISASI OZON

A. Definisi
Merupakan sterilisasi yang dilakukan dengan menggunakan alat Ozon
generator, dengan lama waktu pemberian 30 menit, dengan dosis 90 mg/30 menit
B. Tujuan
Mengurangi dan menghilangkan mikroirganisme udara
C. Indikasi
Ruang kamar operasi yang terkontaminasi mikroorganisme
D. Persiapan alat
1. Mesin Ozon
2. Lap basah dan
3. Microbial air sampling
4. Nutrien Agar
5. Spidol permanen
6. Coolbox
7. Handscoon
E. Persiapan ruangan
Lingkungan dibersihkan dengan menggunakan cairan desfektan meliputi
dinding, lantai, meja operasi dan alat lain yang ada didalam kamar operasi terutama
yang terkena kontaminasi baik berupa darah maupun cairan lainnya.
F. Langkah-langkah penggunaan prosedur sterilisasi Ozon
1. Letakan mesin ozon ditengah area operasi
2. Sambungkan mesin ozon dengan aliran listrik
3. Petugas keluar dari kamar operasi,
4. Memberikan tanda bahaya pada pintu kamar operasi dengan menggantungkan
papan peringatan pada pintu masuk kamr operasi yang dilakukan sterilisasi ozon
5. Mesin Ozon dinyalakan dengan menggunakan remote selama 30 menit
6. Setelah 30 menit mesin Ozon dimatikan menggunakan remote
G. Evaluasi
69

1. Melakukan sampling udara menggunakan mikrobial air sampler sebelum dilakukan


tindakan sterilisasi ozon dan sesudah sterilisasi ozon.
2. Cawan petri dikirim ke unit mikrobiologi untuk dilakukan penghitungan angka
kuman.
3. Mengidentifikasi hasil laboratorium.
70

Lampiran 3. Standar Operasional Prosedur Pengambilan Sampel

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PENGAMBILAN SAMPEL

A. Definisi
Merupakan tindakan pengambilan sampel dengan suatu teknik dan prosedur
yang sudah ditentukan. Sampel adalah bahan pemeriksaan yang berasal dari
lingkungan yang diminta untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium.
B. Tujuan
Sebagai acuan penerapan lagkah-langkah agar pengambilan sampel sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
C. Indikasi
Ruang kamar operasi yang terkontaminasi mikroorganisme
D. Persiapan alat
1. Cawan petri
2. Blood agar dan saboroud dextrose agar
3. Alumunium foil
4. Coolbox
5. Handscoen steril
E. Persiapan ruangan
Lingkungan dibersihkan dengan menggunakan cairan desifektan meliputi
dinding, lantai, meja operasi dan alat lain yang ada didalam kamar operasi terutama
yang terkena kontaminasi baik berupa darah maupun cairan lainnya.
F. Langkah-langkah penggunaan prosedur pengambilan sampel
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Gunakan alat pelindung diri yang steril
3. Buka penutup cawan petri yang berisi blood agar dan saboroud dextrose agar
4. Bawa cawan mengelilingi ruang operasi dari area terluar ke area terdalam kamar
operasi sebanyak 2 kali putaran sbelum diletakan pada area nuklei atau pada area
inti.
5. Letakkan cawan petri di atas meja operasi dengan total waktu 15 menit.
71

6. Tutup pintu dan area yang terbuka lainnya pada kamar operasi.
7. Setelah 15 menit ambil kembali, kemudian tutup cawan petri dan rekatkan atau
segel menggunakan perekat selotip.
8. Bungkus cawan petri menggunakan alumunium foil dan letakkan sampel pada
coolbox untuk menjaga kelembapan.
9. Rapikan alat dan lingkungan yang telah digunakan
G. Evaluasi
1. Cawan petri dikirim ke unit mikrobiologi untuk dilakukan penghitungan angka
kuman.
2. Mengidentifikasi hasil laboratorium.
72

Lampiran 4. Surat Etik Penelitian


73

Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian Dan Pengambilan Data


74

Lampiran 6. Hasil Penelitian


No Luas PRE POST Nilai Delta
Kelem
sam Jenis operasi Dx tindakan Suhu Kamar Koloni
bapan Jenis bakteri Koloni Jenis bakteri Koloni
pel Operasi Pre-Post
Ileostransverstotomi
EEA konversei 6,9 x 5 x Staphylococcus Staphylococcus
1 status post explorasi 20 50 5 4 1
laparatomi 3 meter hominis warneri
laparatomi
Fournier gangrene Staphylococcus Enterobacter
4 2 2
post debridement hominis cloacae
Redebridemen 6,1 x 5 x
2 necrotomy + 19 51
necrotomy 3 meter Chryseobacterium
urosepsis + susp. 1 Kocuria 5 -4
bladder cancer indologenes
Superficial mid dermal Staphylococcus
1
burn injury regio kepala, aureus
thoracoabdomen, Debridement 5,2 x 8 x Staphylococcus
3 20 50 1 9
ekstremitas D/S + KP STSG 3 meter Staphylococcus haemolyticus
9
MRSA Positif hominis

OMSK atticoantral S/, Radikal Geobacillus 6


5,8 x 7 x
4 OMSK tubotympanic mastoidektomi 20 52 Acinetobacter Kocuria 1 10
3 meter 5
inaktif D/ modifikasi baumannii
Electrical burn injury Staphylococcus Staphylococcus
7 1 6
regio extremitas 4,9 x 4,9 haemolyticus arlettae
5 Debridement 20 79
inferior + CKR + x 3 meter Staphylococcus
bound chiping Bacillus 2 3 -1
hominis
Lung tumor + efusi Staphylococcus
9
pleura S + pneumonia FOB + 6,9 x 5 x haemolyticus tidak ditemukan
6 20 58 26
obstruktif + septic pleuroscopy 3 meter pertumbuhan bakteri
condition Kocuria 17
75

Staphylococcus
5 tidak ditemukan
Os severe corneal Os periosteal 6,3 x 5 x haemolyticus
7 19 49 pertumbuhan bakteri 11
ulcer post amt graft 3 meter Corynebacterium
6 -
striatum
Staphylococcus
Adeno ca recti ⅓ Low anterior aureus 12
6,1 x 5 x Staphylococcus
8 proximal + left mild resection + 20 58 3 12
3 meter Pseudomonas chromogenes
hydronephrosis cystoscopy 3
stutzeri
Staphylococcus Acinetobacter
1 1
Post atiko antrostomi warneri lwoffii
Debridement +
+ miringoplasti 5,8 x 7 x Viridans
9 repair ulkus 19 50 7 11
dengan komplikasi 3 meter streptococci Staphylococcus
retroauricular 1
abses Pseudomonas Saprophyticus
5
stutzeri
Staphylococcus
Respiratory failure dt Escherichia coli 9 9
warneri
pneumonia vap +
6,9 x 5 x Staphylococcus 29
10 hepatitis B positif + Trakeostomi 21 50 29
3 meter epidermidis Staphylococcus
acinetobacter baumani 2
Staphylococcus haemolyticus
2
haemolyticus
Escherichia coli 21
Hirschsprung disease Staphylococcus
Duhamel 5,4 x 7 x 29 tidak ditemukan
11 post modified hartmann 22 63 hominis 52
procedure 3 meter pertumbuhan bakteri
procedure Staphylococcus
2
haemolyticus
Acinetobacter Acinetobacter
Total bulbar urethral 4 20
Epa 4,9 x 8 x lwoffii baumannii
12 stricture + urinary 19 49 27
urethroplasty 3 meter Staphylococcus Acinetobacter
retention on 45 4
hominis lwoffii
76

cystostomy + MDR + Streptococcus


2
psoriasis agalactiae
Superficial mid dermal
burn injury 25 % regio Moraxella group 4
5,4 x 8 x Batang gram
13 facialis, thoracal. Debridement 20 52 1 69
3 meter Staphylococcus positif
Extremitas superior et 66
inferior D/S epidermidis
Staphylococcus
Debridement + 4
epidermidis
remove implant
Aseptic loosening r 6,5 x 8 x Staphylococcus
14 + spacer 20 51 Kocuria kristinae 2 1 6
knee post TKR 3 meter epidermidis
insertion
Aeromonas
1
salmonicida
Remove Staphylococcus
10
Infection post external implant + 6,5 x 8 x cohnii Batang gram
15 20 52 1 18
fixation debridement + 3 meter Staphylococcus positif
curettage 9
arlettae
77

Lampiran 7. Hasil Uji Normalitas

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

POST N Percent N Percent N Percent


PRE 0 9 100,0% 0 0,0% 9 100,0%

1 4 100,0% 0 0,0% 4 100,0%

3 1 100,0% 0 0,0% 1 100,0%

4 1 100,0% 0 0,0% 1 100,0%

11 1 100,0% 0 0,0% 1 100,0%

Tests of Normalityb,c,d

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

POST Statistic df Sig. Statistic df Sig.


PRE 0 ,259 9 ,082 ,830 9 ,045

1 ,275 4 . ,871 4 ,304

a. Lilliefors Significance Correction


b. PRE is constant when POST = 3. It has been omitted.
c. PRE is constant when POST = 4. It has been omitted.
d. PRE is constant when POST = 11. It has been omitted.
78

Lampiran 8. Hasil Analisis Data SPSS

Wilcoxon Signed Ranks Test


Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


POST - PRE Negative Ranks 15a 8,00 120,00

Positive Ranks 0b ,00 ,00

Ties 1c
Total 16

a. POST < PRE


b. POST > PRE
c. POST = PRE

Test Statisticsa

POST - PRE
Z -3,411b

Asymp. Sig. (2-tailed) ,001

a. Wilcoxon Signed Ranks Test


b. Based on positive ranks.
79

Lampiran 9. Surat Keterangan Plagiasi


80

Lampiran 10. Dokumentasi Penelitian

Anda mungkin juga menyukai