i
SKRIPSI
ii
LEMBAR PRASYARAT
Oleh:
NOOR AULIA HATIKHAH
NIM 6130017042
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Mengesahkan,
Fakultas Kedokteran
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
Dekan,
Tim Penguji :
Ketua : Meidyta Sinantryana Widyaswari, dr., Sp.DV.
Anggota : 1. Dr. Winawati Eka Putri, dr., Sp. DV.
2. Marinda Dwi Puspitarini., dr. M.Si.
3. Ardyarini Dyah Savitri, dr.,Sp.PD.
iv
LEMBAR PERSETUJUAN
Oleh:
NOOR AULIA HATIKHAH
6130017042
DISETUJUI OLEH:
Pembimbing I,
Dr. Winawati Eka Putri., dr. Sp. DV : ( )
NPP. 15061016
Pembimbing II,
Marinda Dwi Puspitarini., dr. M.Si :( )
NPP. 15091024
Pembimbing III
Ardyarini Dyah Savitri., dr. Sp. PD :( )
NPP. 16081073
v
PERNYATAAN TENTANG ORISINILITAS
Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan skripsi
saya yang berjudul:
PENGARUH LAMA PAPARAN SINAR UV-B TERHADAP LAPISAN
EPIDERMIS PADA TIKUS (RATTUS NOVERGICUS) GALUR WISTAR
MODEL PHOTOAGING
Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya akan
menerima sanksi yang telah ditetapkan.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya
vi
PERNYATAAN MEMBERI HAK BEBAS ROYALTI
vii
KATA PENGANTAR
viii
Lil ‘Alamin. Sukses untuk kita semua semangat dan selamat berjuang
teman-teman Zonula.
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala bantuan yang telah
diberikan oleh semua pihak. Penulis menyadari bahwa skripsi penelitian ini banyak
kekukarangan sehingga memerlukan masukan agar skripsi ini dapat dijadikan acuan
untuk penelitian selanjutnya dan bermanfaat bagi kita semua terutama bagi
masyarakat dan dunia kedokteran.
Penulis,
Noor Aulia Hatikhah
ix
SUMMARY
x
RINGKASAN
Penuaan kulit adalah suatu proses biologis yang kompleks akibat faktor
intrinsik (dari dalam tubuh seperti genetik) maupun faktor ekstrinsik (dari luar
tubuh seperti lingkungan). Penuaan kulit melibatkan berbagai lapisan kulit,
perubahan yang paling tampak yaitu pada bagian lapisan dermis dan epidermis
(Safitri dkk, 2014).
Faktor ekstrinsik yang paling utama sebagai penyebab dalam mempercepat
proses penuaan kulit yaitu, paparan sinar matahari yang mengandung sinar
ultraviolet (UV), sehingga penuaan kulit ekstrinsik sering disebut juga sebagai
photoaging. Indonesia merupakan salah satu negara tropis dengan paparan sinar
UV matahari sepanjang tahun, sehingga penduduk Indonesia sangat rentan terhadap
terjadinya penuaan kulit, terutama pada penuaan kulit ekstrinsik akibat paparan
sinar UV dalam jangka waktu yang lama (Ahmad dan Damayanti, 2018).
Penelitian yang dilakukan oleh Chiu et al tahun 2017 dengan judul penelitian
“Far-infrared suppresses skin photoaging in ultraviolet B-exposed fibroblasts and
hairless mice”. Penelitian ini menggunakan 15 ekor tikus yang dibagi menjadi 3
kelompok, terdiri dari kelompok kontrol (P1) tanpa perlakuan, Kelompok
Perlakuan (P2), (P3) yang diberikan paparan dengan dosis berbeda. Tikus dari
semua kelompok perlakuan diberikan paparan sinar UV-B tikus dipapari radiasi
UVB 100 mJ/cm2 (satu dosis eritema minimal = 100 mJ/cm2) lima kali per minggu
untuk minggu pertama dan kemudian 200 mJ/cm2 tiga kali seminggu selama 6
minggu setelahnya. Penelitian yang dilakukan didapatkan hasil, paparan sinar UV-
B yang dilakukan selama 3 minggu menimbulkan efek akut pada kulit tikus dengan
gejala kulit kemerahan, dan paparan sinar UV-B yang dilakukan selama 6 minggu
menimbulkan efek kronis pada kulit tikus dengan gejala kulit kering dan berkeriput.
Penelitian Ivic (2008) disebutkan bahwa sinar UV-B menimbulkan “sunburn cell”
setelah 8 sampai 12 jam setelah paparan, hasil tersebut disebabkan paparan sinar
UV-B merusak DNA dalam keratinosit dan melanosit (Ivic, 2008).
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui untuk mengetahui pengaruh lama
paparan sinar UV-B terhadap lapisan epidermis pada tikus (Rattus novergicus)
galur wistar meliputi ketebalan lapisan epidermis dan jumlah sel sunburn.
Penelitian ini merupakan penelitian true eksperimental menggunakan Post
Test Only Control Group Design dengan menggunakan 27 ekor tikus yang dibagi
menjadi 3 kelompok, yaitu: Rancangan penelitian ini menggunakan 3 kelompok,
terdiri dari kelompok kontrol K merupakan tikus tanpa perlakuan dan kelompok
perlakuan P1 dan P2 merupakan tikus yang diberikan paparan radiasi UV-B
masing-masing selama 3 minggu dan 6 minggu pemaparan. Uji pengaruh pada
penelitian menggunakan uji Oneway-Anova dan uji Pos Hoc.
Hasil penelitian ini menunjukkan penebalan epidermis pada kelompok P1
dan P2, kelompok P1 memiliki rata-rata ketebalan epidermis 44,87 µn dan P2
memiliki rata-rata ketebalan epidermis 56,90 µn dan terdapat hubungan yang
bermakna paparan sinar UV-B terhadap ketebalan epidermis (p<0,05). terdapat
peningkatan jumlah sel sunburn pada kelompok P1 dan P2, kelompok P1 memiliki
rata-rata jumlah sel sunburn 6,40 dan P2 memiliki rata-rata jumlah sel sunburn
11,40 dan terdapat hubungan yang bermakna paparan sinar UV-B terhadap jumlah
sel sunburn pada lapisan epidermis (p<0,05).
xi
Pada penelitian ini dapat disimpulkan terdapat pengaruh lama paparan sinar
UV-B terhadap lapisan epidermis pada tikus (Rattus novergicus) galur wistar
meliputi ketebalan lapisan epidermis dan jumlah sel sunburn.
xii
ABSTRACT
xiii
ABSTRAK
Latar belakang: Indonesia merupakan salah satu negara tropis dengan paparan
sinar UV matahari sepanjang tahun, sehingga penduduk Indonesia sangat rentan
terhadap terjadinya penuaan kulit, terutama pada penuaan kulit ekstrinsik akibat
paparan sinar UV dalam jangka waktu yang lama (Ahmad dan Damayanti, 2018).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama paparan sinar UV-B
terhadap ketebelan lapisan epidermis dan jumlah sel sunburn pada tikus (Rattus
novergicus) galur wistar.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian true eksperimental menggunakan
Post Test Only Control Group Design dengan menggunakan 27 ekor tikus yang
dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu: Rancangan penelitian ini menggunakan 3
kelompok, terdiri dari kelompok kontrol K merupakan tikus tanpa perlakuan dan
kelompok perlakuan P1 dan P2 merupakan tikus yang diberikan paparan radiasi
UV-B masing-masing selama 3 minggu dan 6 minggu pemaparan. Uji pengaruh
pada penelitian menggunakan uji Oneway-Anova dan uji Pos Hoc.
Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan penebalan epidermis pada kelompok P1
dan P2, kelompok P1 memiliki rata-rata ketebalan epidermis 44,87 µn dan P2
memiliki rata-rata ketebalan epidermis 56,90 µn dan terdapat hubungan yang
bermakna paparan sinar UV-B terhadap ketebalan epidermis (p<0,05). terdapat
peningkatan jumlah sel sunburn pada kelompok P1 dan P2, kelompok P1 memiliki
rata-rata jumlah sel sunburn 6,40 dan P2 memiliki rata-rata jumlah sel sunburn
11,40 dan terdapat hubungan yang bermakna paparan sinar UV-B terhadap jumlah
sel sunburn pada lapisan epidermis (p<0,05).
Kesimpulan: terdapat pengaruh lama paparan sinar UV-B terhadap lapisan
epidermis pada tikus (Rattus novergicus) galur wistar meliputi ketebalan lapisan
epidermis dan jumlah sel sunburn..
Kata kunci: Sinar UV-B, Rattus novergicus, epidermis, sel sunburn.
xiv
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DEPAN................................................................................................... i
SAMPUL DALAM ................................................................................................. ii
LEMBAR PRASYARAT ...................................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iv
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................... v
PERNYATAAN TENTANG ORISINILITAS ...................................................... vi
PERNYATAAN MEMBERI HAK BEBAS ROYALTI ...................................... vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
SUMMARY .............................................................................................................. x
RINGKASAN ........................................................................................................ xi
ABSTRACT ........................................................................................................... xiii
ABSTRAK ........................................................................................................... xiv
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xv
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xviii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xix
DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... xx
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xxi
xv
2.6 Gambaran histopatologi kulit dengan photoaging................................. 28
2.7 Gambaran histopatologi ketebalan epidermis model photoaging ......... 29
2.8 Gambaran sel sunburn pada lapisan epidermis model photoaging ....... 30
xvi
7.2 Saran ...................................................................................................... 57
xvii
DAFTAR TABEL
xviii
DAFTAR GAMBAR
xix
DAFTAR SINGKATAN
xx
DAFTAR LAMPIRAN
xxi
BAB 1
PENDAHULUAN
faktor intrinsik (dari dalam tubuh seperti genetik) maupun faktor ekstrinsik
lapisan kulit, perubahan yang paling tampak yaitu pada bagian lapisan
dermis dan epidermis (Safitri dkk, 2014). Proses penuaan ada yang
(Ramadani, 2010).
lanjut (di atas 65 tahun) yang cukup signifikan yakni dari sekitar 8% pada
tahun 1950 menjadi sekitar 11% pada tahun 2009, dan diperkirakan akan
merupakan bagian tubuh yang paling sering terpapar oleh faktor luar dan
juga merupakan hal yang pertama kali nampak dari seorang individu saat
Penuaan kulit secara umum dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni
1
mempercepat proses penuaan kulit yaitu, paparan sinar matahari yang
faktor utama dalam mempercepat proses penuaan dini (Nisa dan Surbakti,
2016). Radiasi sinar UV matahari pada sel hidup menghasilkan radikal bebas
hidrogen peroksida (H₂O₂) dan radikal hidroksil (OH-) oleh kromofor yang
salah satu ciri khas dari photoaging yang disebabkan degradasi komponen
2
extracellular matrix (ECM) seperti serat kolagen dan serat elastin (Kim et
merangsang akumulasi ROS yang merusak jaringan dan sel kulit, serta
struktur dan fungsi ECM dengan cara menurunkan kolagen (Choi et al.,
terutama kolagen tipe I selama proses penuaan kulit terjadi (Pandel et al.,
2013).
tikus yang dibagi menjadi 3 kelompok, terdiri dari kelompok kontrol (P1)
paparan sinar UV-B tikus dipapari radiasi UVB 100 mJ/cm2 (satu dosis
eritema minimal = 100 mJ/cm2) lima kali per minggu untuk minggu pertama
dan kemudian 200 mJ/cm2 tiga kali seminggu selama 6 minggu setelahnya.
dilakukan selama 3 minggu menimbulkan efek akut pada kulit tikus dengan
gejala kulit kemerahan, dan paparan sinar UV-B yang dilakukan selama 6
minggu menimbulkan efek kronis pada kulit tikus dengan gejala kulit kering
3
dan berkeriput. Penelitian Ivic (2008) disebutkan bahwa sinar UV-B
penelitian lanjutan dengan mengetahui efek akut pada paparan sinar UV-B
selama 3 minggu dan efek kronik pada paparan sinar UV-B selama 6 minggu
percobaan karena memiliki struktur organ yang sama dengan manusia dan
juga memiliki bulu yang pendek dan tidak lebat sehingga mempermudah
pengaruh lama paparan sinar UV-B terhadap lapisan epidermis pada tikus
lama paparan sinar UV-B terhadap lapisan epidermis pada tikus (Rattus
4
1.3.2 Tujuan Khusus
galur wistar yang mendapat paparan sinar UV-B selama 3 minggu dan 6
minggu.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kulit
dengan terlepasnya lapisan luar dan digantikan oleh lapisan dalam. Kulit
terdiri dari tiga lapisan; yaitu epidermis, dermis, dan hipodermis. Ketebalan
usia individu. Kulit yang paling tebal terdapat pada telapak tangan dan
telapak kaki, yaitu setebal +1,5 mm dan yang paling tipis terdapat pada
Kulit dibagi menjadi dua yaitu kulit tebal dan kulit tipis. Kulit tebal
terdapat pada telapak tangan dan kaki. Kulit tebal mengandung banyak
kelenjar keringat, tanpa folikel rambut, kelenjar sebasea, atau serat otot
polos. Kulit tipis terdapat pada seluruh permukaan tubuh kecuali pada
telapak tangan dan kaki. Kulit tipis mengandung folikel rambut, kelenjar
6
Gambar 2.1 Anatomi kulit (Mescher, 2017)
2.1.2 Epidermis
jenis sel, yaitu sel keratinosit sebagai sel induk, melanosit yang mengandung
ultraviolet (UV), sel langerhans sebagai respon imun, dan sel merkel sebagai
Lapisan dasar epidermis. Lapisan ini terdiri dari satu lapisan sel
7
superfisial, dan mengalami keratinisasi atau peningkatan jumlah
2. Stratum spinosum
tonofilamen.
3. Stratum granulosum
Lapisan ini terdiri dari beberapa lapis sel gepeng dan granula
4. Stratum lusidum
Lapisan ini translusen dan hanya ada pada kulit tebal, terletak
5. Stratum korneum
Lapisan kulit yang paling luar. Terdiri dari sel-sel mati yang berisi
berada dibawahnya.
8
2.1.3 Dermis
telapak tangan dan kaki dan yang paling tipis di kelopak mata dan penis.
Usia tua, dermis menjadi tipis dan kehilangan elastisitasnya. Lapisan dermis
mengandung beberapa macam sel, sel yang paling utama adalah sel
jumlahnya lebih sedikit, yaitu mononuklear, limfosit, sel langerhans dan sel
dermal dendritik, sel mast, dan sel merkel (Weller et al, 2014).
a. Kolagen
dalam tubuh manusia sekitar 25% - 35% dari seluruh protein tubuh
diselingi oleh serat elastin. Kolagen tipe 1 adalah jenis yang paling
9
Gambar 2.2 Gambaran kolagen dengan pewarnaan histopatologi
Masson’s Trichrome (Putri dan Sakinah, 2020).
proses di dalam sel dan di luar sel. Proses intrasel, mula-mula terbentuk
terjadi proses hidroksilasi lisin dan prolin asam amino di lumen, dengan
pada membran sel melalui beberapa protein, antara lain fibronektin dan
10
b. Serat Elastin
dan elastic berada di lapisan yang lebih dalam serta lebih tebal. Ketika
11
2.1.4 Hipodermis atau Subkutis
jaringan ikat dan jaringan adiposa yang membentuk fascia superficial yang
tampak secara anatomis. Hipodermis ini terdiri dari sel-sel lemak, ujung
saraf tepi, pembuluh darah dan pembuluh getah bening. Lapisan hipodermis
bagian dalam, memberi bentuk pada tubuh, mempertahankan suhu tubuh dan
1. Perlindungan
lainnya dai luar tubuh. Lapisan tanduk juga bisa mencegah tubuh dari
antigen dan mikroba. Kulit juga melindungi dari radiasi sinar UV karena
2014).
12
2. Termoregulasi
2012).
3. Sensasi sensorik
panas dan dingin. Cutaneous Sensations yang lain adalah rasa sakit,
biasanya sakit adalah indikasi adanya jaringan yang akan atau rusak
(Eroschenko, 2012).
4. Ekskresi
Terdapat kelenjar keringat pada kulit yang membentuk keringat dari air,
5. Pembentukan vitamin D
6. Cadangan energi
13
7. Absorbsi
Kulit dapat mengabsorbsi zat-zat yang larut dalam air. Selain itu,
beberapa vitamin yang larut lemak (A, D, E, dan K), beberapa obat, dan
toksik seperti aseton dan karbon tetraklorida, garam dari logam berat
seperti timah, arsen, merkuri juga dapat diabsorbsi oleh kulit (Tortora
2.2.1 Definisi
Penuaan kulit adalah proses alami yang akan terjadi pada setiap
orang. Proses alamiah menjadi tua pada manusia pada umumnya terjadi pada
awal dekade ketiga kehidupan manusia dan gejalanya terlihat jelas dengan
lapisan kulit. Organ kulit dibentuk dari jaringan ikat yang terdiri atas
2.2.2 Etiopatogenesis
penuaan kulit secara umum terjadi melalui dua mekanisme, yakni intrinsik
14
dan ekstrinsik. Kedua mekanisme ini saling mempengaruhi (Farage et al,
2010). Penuaan kulit yang dialami oleh individu merupakan kombinasi dari
1. Faktor intrinsik
waktu. Telomere (sekuens asam amino pada akhir rantai DNA) dapat
proses menua pada kulit (Stojiljković, Pavlović and Arsić, 2014). Faktor
al., 2012).
2. Faktor ekstrinsik
15
terjadi lebih dini atau prematur (Ahmad dan Damayanti, 2018). Faktor-
berulang, pengaruh suhu panas, posisi tidur, gaya gravitasi, gaya hidup
• Photoaging
2013).
16
pendek (Sinar UV-B, 290-320 µm) memiliki energi lebih besar dan
2013).
2.3.1 Definsi
X tetapi lebih pendek daripada sinar tampak yaitu antara 10 – 400 µm dan
energi antara 3 – 124 eV. Spektrum UV sinar matahari dapat dibagi menjadi
17
3 segmen berdasarkan panjang gelombang radiasinya. Gelombang pendek
1. UV-C dengan spektrum 200-290 µm, adalah radiasi yang paling banyak
(sekitar 10%). Radiasi UV-B dapat memicu baik langsung maupun tidak
3. UV-A dengan spektrum 320-400 µm, adalah jenis radiasi yang lemah.
1000 kali lebih lemah daripada UV-B namun 100 kali lebih banyak
18
besar pada lapisan epidermis, tetapi 20-30% mencapai bagian yang lebih
tumor kulit baik yang jinak maupun ganas (Nichols dan Katiyar, 2010).
2017).
19
3. Aerosol
al, 2017).
4. Ozon
5. Tipe kulit
20
fototerapi sinar UV-B, tanda eritema ini ditera untuk dijadikan
kulit) dan melanin ini bersifat menyerap UV. Sel kulit (keratinosit)
al, 2017).
21
2.3.4 Efek Radiasi
protein dan asam amino yang merupakan struktur utama kolagen dan elastin
1. Efek akut
al., 2019).
1) Eritema
antara ROS dengan sel mast yang ada di lapisan atas dermis.
22
2) Pigmentasi
3) Kerusakan DNA
23
menghilangkan lesi menggunakan enzim fotoliase.
(Kurniawan, 2017).
24
2. Efek kronik
1) Photoaging
UV-B dan UV-C lebih besar (Leu, et al., 2010). Sinar UV-B
2) Fotokarsinogenesis
25
mengenai daerah yang sering terpapar sinar UV yaitu kepala,
Penuaan pada kulit terjadi seperti halnya penuaan sel tubuh secara
sinar UV. Penuaan kulit yang disebabkan oleh paparan sinar UV pada
factor dan pada akhirnya akan mengaktivasi AP-1 yang merupakan nuclear
transcription factor, melalui aktivasi dari faktor transkripsi c-Jun dan c-Fos
26
peningkatan produksi sitokin inflamasi. Manusia dalam waktu beberapa jam
penting. Percobaan secara langsung kepada manusia dinilai tidak etis karena
Tikus species Rattus norvegicus galur Wistar adalah salah satu hewan
Institute dan menjadi hewan model praklinik yang ideal hingga kini (Fitria,
2014).
• Kingdom : Animalia
• Phylum : Chordata
• Subphylum : Vertebrata
• Class : Mammalia
• Order : Rodentia
• Family : Muridae
• Genus : Rattus
• Species : norvegicus
27
Tikus termasuk dalam genus Rattus dengan spesies Rattus rattus dan
adalah Rattus norvegicus karena tubuhnya yang lebih besar dari pada Rattus
Wistar dan Spargue Dawley yang merupakan tikus albino. Tikus strain
Wistar memiliki ciri – ciri kepala lebar, telinga panjang dan memiliki ekor
melanosit meningkat jumlahnya, begitu pula kadar melanin per unit nya,
Penurunan ketebalan kulit dan jumlah sel epitel terjadi saat orang
28
sekitar 30–50% antara dekade ketiga dan delapan didapatkan oleh studi
ketebalan dermal mendekati 20% pada individu lansia, meskipun pada area
interseluler), vesikula, dan yang paling parah adalah kerusakan sel bahkan
peran TNF-α pada sel endotelial dermis manusia, hal tersebut erat kaitannya
(cationic amino acid transporters-2) oleh TNF-α yang penting bagi aktivitas
persediaan substrat demikian juga iNOS, selain itu juga dilaporkan bahwa
produk dari lipid peroksidasi, secara simultan terjadi pada 72- 96, 48 atau 24
jam setelah paparan UV B dengan energi 300, 500 dan 800 mJ/cm2 (Chang
29
Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa adanya penebalan pada lapisan
akibat paparan UVB akut yang menunjukkan adanya kerusakan DNA seluler
yang tidak bisa diperbaiki lagi dan terjadi apoptosis keratinosit epidermal
30
1. Mengaktifasi p53 dan kebocoran sitokrom c mitokondria yang
Gambar 2.5 Gambaran sel sunburn pada model photoaging (Raj et al.,
2006).
31
BAB 3
ROS ↑
Apoptosis
Induksi keratinosit ↑
Hiperplasia epidermis
= Diteliti
Kerusakan lapisan epidermis
= Tidak diteliti
Photoaging
= Mempengaruhi
32
Keterangan kerangka konseptual
lapisan dermis, khususnya DNA sehingga proses sintesis enzim dan protein
33
BAB 4
METODE PENELITIAN
tikus.
34
4.3.2 Waktu Penelitian
selesai.
4.4.1 Populasi
kandang pemaparan.
4.4.2 Sampel
1. Kriteria inklusi:
d. Sehat
35
e. Mau makan dan minum
Federer, dimana jumlah kelompok (t) dan jumlah sampel tiap kelompok (n).
Rumus yang digunakan adalah (n-1) (t-1) >15 (Purwanto, dkk., 2016).
2n-2 >15
N = 8,5
minimal 8,5 ekor tikus yang dibulatkan menjadi 9 ekor tikus per kelompok.
Rancangan penelitian ini jumlah tikus per kelompok ditambah satu ekor
36
setiap kelompoknya untuk mengantisipasi adanya kematian sehingga setiap
P1 K P2
UV-B 1 TTP UV-B 2
Sacrifice 1 Sacrifice 2
(sampel kulit) (sampel kulit)
Analisis Data
pemaparan
pemaparan
37
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
histopatologi kulit.
38
Variabel Definisi Skala
No. Metode pengukuran
penelitian operasional pengukuran
3 Sel sunburn Sel sunburn adalah Pengukuran sel Rasio
hasil sel apoptosis dilakukan dengan cara
keratinosit pada mengukur jumlah rata -
lapisan epidermis rata sel pada lapisan
kulit akibat epidermis yang
paparan sinar UV- mengalami apoptosis
B keratinosit epidermal
dalam 5 lapang pandang
menggunakan
mikroskop dengan
perbesaran perbesaran
400x per 1 lapang
pandang menggunakan
aplikasi Cellseen.
Instrumen pada rancangan penelitian ini terdiri dari beberapa alat dan
bahan seperti:
20W/01RS
39
2) Alat pengukur ultraviolet (UV light meter)
6) Stopwatch
7) Minor set
10) Mikroskop
1) Aquades
2) Pakan tikus
40
4.6.2 Teknik Pengumpulan Sampel
pada kulit tikus yang sudah dicukur di bagian dorsal sebesar 1x1 cm 2.
erythema dose):
(senin, rabu, dan jum’at) dan pada minggu ke-4 sampai ke-
erythema dose):
41
• Minggu 2 sebesar (240 mJ/cm2 selama 22 menit/hari)
42
Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Surabaya.
computer.
dimasukkan.
1. Analisis Univariat
43
atau median. Analisis ini dilakukan dengan tujuan mendeskripsikan
2. Analis Bivariat
44
hewan coba yang datanya berupa rasio, kemudian dilakukan
pengujian post hoc tukey bila terdapat data yang signifikan yaitu p
peneliti pada setiap kelompok tikus uji coba, setiap kelompok tikus
45
BAB 5
HASIL PENELITIAN
galur wistar yang mendapat paparan sinar UV-B selama 3 minggu dan 6
minggu.
46
K P1
P2
56,78 mm.
5.2.2 Jumlah sel sunburn pada epidermis tikus (Rattus novergicus) galur
minggu.
(Rattus novergicus) galur wistar yang mendapat paparan sinar UV-B selama
47
Tabel 5.2 Jumlah sel sunburn tikus (Rattus novergicus)
Jumlah sel sunburn tikus (Rattus novergicus)
Sampel
K P1 P2
1 1,00 7,40 12,40
2 2,00 6,20 11,60
3 3,00 6,00 11,80
4 4,00 6,80 11,80
5 2,00 7,00 10,40
6 4,00 4,60 10,60
7 3,00 6,00 12,80
8 2,00 6,40 10,00
9 2,00 7,20 11,20
Median 2,00 6,40 11,60
K P1
P2
48
5.2.3 Perbandingan ketebalan epidermis tikus (Rattus novergicus) galur
minggu.
paparan sinar UV-B selama 3 minggu dan 6 minggu, semakin lama paparan
galur wistar.
49
5.2.4 Perbandingan jumlah sel sunburn pada epidermis tikus (Rattus
mendapat paparan sinar UV-B selama 3 minggu dan 6 minggu dilakukan uji
galur wistar. Uji Oneway-Anova dilakukan karena data pada penelitian ini
Tabel 5.4 Uji pengaruh sinar UV-B terhadap jumlah sel sunburn
No Kelompok Uji Oneway-Anova (p<0,05) Keterangan
1 K
2 P1 0,000 Ada Pengaruh
3 P2
pengaruh paparan sinar UV-B terhadap jumlah sel sunburn pada epidermis
tikus yang bermakna (p<0.05). Peneliti selanjutnya melakukan uji Post Hoc
untuk mengetahui perbedaan jumlah sel sunburn pada epidermis tikus tiap
dan 6 minggu, semakin lama paparan sinar UV-B meningkatkan jumlah sel
50
BAB 6
PEMBAHASAN
ketebalan epidermis 44,23 mm, berbeda dengan paparan sinar UV-B selama
tersebut disebabkan karena perbedaan lama paparan dan dosis sinar UV-B
yang diberikan. Dosis paparan pada minggu ke 1, 2 dan 3 sama, namun pada
interseluler), vesikula, dan yang paling parah adalah kerusakan sel bahkan
51
6.2 Jumlah sel sunburn pada epidermis tikus (Rattus novergicus) galur
minggu.
sel sunburn pada epidermis 6,40, berbeda dengan paparan sinar UV-B
selama 6 minggu memiliki nilai median jumlah sel sunburn pada epidermis
sunburn.
DNA seluler yang tidak bisa diperbaiki lagi dan terjadi apoptosis keratinosit
dibandingkan dengan tikus tanpa paparan sinar UV-B (p>0,05), akan tetapi
secara uji univariat terdapat perbedaan. Tikus dengan paparan sinar UV-B
52
selama 6 minggu secara statistik memiliki perbedaan bermakna jika
dibandingkan tikus dengan paparan sinar UV-B 6 minggu dan tanpa paparan
ini mirip dengan penelitian yang dilakukan Bora et al (2018) dan Wibisono
perlakuan.
53
6.4 Perbandingan jumlah sel sunburn pada epidermis tikus (Rattus
sunburn pada epidermis jika dibandingkan dengan tikus tanpa paparan sinar
UV-B (p>0,05), akan tetapi secara uji univariat terdapat perbedan. Tikus
UV-B 6 minggu dan tanpa paparan sinar UV-B (p<0,05). Hasil tersebut
Levi (2013) durasi paparan sinar UV-B yang lebih lama meningkatkan
jumlah sel sunburn pada lapisan epidermis (Levi, 2013). Penelitian Ivic
kulit yang terpapar sinar UV-B, eritema akibat paparan sinar UV-B
54
Mekanisme paparan sinar UV-B terhadap sel sunburn pada lapisan
55
BAB 7
7.1 Kesimpulan
meningkat.
selama 3 minggu.
56
7.2 Saran
57
DAFTAR PUSTAKA
58
aging exposome. Journal of Dermatological Science. doi:
10.1016/j.jdermsci.2016.09.015.
Kurniawan A. (2017). Gejala Fotokeratitis Akut Akibat Radiasi Sinar Ultraviolet
(UV) Pada Pekerja Las Di Pt. Pal Indonesia Surabaya’, Ikesma, 13(1), pp.
22–31. doi: 10.19184/ikesma.v13i1.7021.
Lim HW, Honigsmann H, and Hawk JLM. (2017). Photodermatology. 1st edn.
CRC Press.
McLafferty E, Hendry C, and Alistair F. (2012). The integumentary system:
anatomy, physiology and function of skin. Nursing standard (Royal College
of Nursing (Great Britain) : 1987). doi: 10.7748/ns2012.09.27.3.35.c9299.
Mescher AL. (2017) Junqueira ’ s Basic Histology Text & Atlas, Mc Graw Hill.
Nichols JA and Katiyar SK. (2010). Skin photoprotection by natural polyphenols:
Anti-inflammatory, antioxidant and DNA repair mechanisms’, Archives of
Dermatological Research, 302(2), pp. 71–83. doi: 10.1007/s00403-009-
1001-3.
Nisa K dan Surbakti ESB. (2016). Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) sebagai
Anti Penuaan Kulit’, Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) sebagai Anti
Penuaan Kulit, V(3), pp. 73–78. Available at:
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=850430&val=7
405&title=Penuaan Kulit: Patofisiologi dan Manifestasi Klinis.
Palumpun EF, Wiraguna AAGP, and Pangkahila W. (2017). Pemberian ekstrak
daun sirih (Piper betle) secara topikal meningkatkan ketebalan epidermis,
jumlah fibroblas, dan jumlah kolagen dalam proses penyembuhan luka pada
tikus jantan galur Wistar (Rattus norvegicus)’, Jurnal e-Biomedik. doi:
10.35790/ebm.5.1.2017.15037.
Pandel R, Poljšak B, Godic A, and Dahmane R. (2013). Skin photoaging and the
role of antioxidants in its prevention. International Scholarly Research
Notices, 2013.
Panich U, Sittithumcharee G, Rathviboon N, and Jirawatnotai S. (2016).
‘Ultraviolet radiation-induced skin aging: The role of DNA damage and
oxidative stress in epidermal stem cell damage mediated skin aging’, Stem
Cells International, 2016. doi: 10.1155/2016/7370642.
Poon F, Kang S, and Chien AL. (2015). Mechanisms and treatments of photoaging’,
Photodermatology Photoimmunology and Photomedicine. doi:
10.1111/phpp.12145.
Purwanto BA, Hambali E, Arkeman Y, and Wijaya H. (2016). Formulating a Long
Term Strategy for Sustainable Palm Oil Biodiesel Development in
Indonesia. Journal of Sustainable Development. doi:
10.5539/jsd.v9n4p124.
Putri GTA dan Sakinah EN. (2020). Efek Fraksi Air Ekstrak Umbi Bidara Upas
(Merremia Mammosa (Lour.)) Terhadap Kepadatan Kolagen Pada Luka
Tikus Diabetes. Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia. doi:
10.22435/jtoi.v13i1.1116.
Ramadani M. (2010). Upaya penundaan proses penuaan (degeneratif)
menggunakan antioksidan dan terapi sulih hormon. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Andalas.
Rhein LD, Fluhr JW, and MD. (2010). Aging Skin : Current and Future Therapeutic
Strategies. 1st edn. Allured Pub Corp;
59
Safitri NA, Puspita OE, and Yurina V. (2014). Optimasi Formula Sediaan Krim
Ekstrak Stroberi (Fragaria x ananassa) sebagai Krim Anti Penuaan. Jurnal
Farmasi kesehatan.
Schagen SK, Zampeli VA, Makrantonaki E, and Zouboulis CC. (2012).
Discovering the link between nutrition and skin aging. Dermato-
Endocrinology, 4(3). doi: 10.4161/derm.22876.
Stojiljković D, Pavlović D, and Arsić I. (2014). Oxidative stress, skin aging and
antioxidant therapy. Acta Facultatis Medicae Naissensis, 31(4), pp. 207–
217. doi: 10.2478/afmnai-2014-0026.
Tortora GJ and Derrickson B. (2017). Tortora - Principles of Anatomy &
Physiology 13th Edition, penerbit buku kedokteran (EGC).
Trojahn C, Dobos G, Lichterfeld A, Blume-Peytavi U, and Kottner J. (2015).
Characterizing Facial Skin Ageing in Humans : Disentangling Extrinsic
from 1. Trojahn C, Dobos G, Lichterfeld A, Blume-peytavi U, Kottner J.
Characterizing Facial Skin Ageing in Humans : Disentangling Extrinsic
from Intrinsic Biological Phenomena. Biomed ’, BioMed Research
International, 2015, pp. 1–9.
Tzanetakou IP, Katsilambros NL, Benetos A, Mikhailidis DP, and Perrea DN.
(2012). Is obesity linked to aging?”. Adipose tissue and the role of
telomeres. Ageing Research Reviews, 11(2), pp. 220–229. doi:
10.1016/j.arr.2011.12.003.
Wahyono P. (2008). Efek Ekstrak Buah Tomat (Licopersicum Pyriforme) Terhadap
Eksp Kolagen Tipe 1, Mmp-1 Dan Mmp-3 Pada Penuaan Kulit. Jurnal
Kedokteran Brawijaya. doi: 10.21776/ub.jkb.2008.024.03.1.
Wahyuningsih KA. (2011). Astaxanthin Memberikan Efek Proteksi Terhadap
Photoaging. Journal of Medicine, 10(3), pp. 149–160.
Weihermann AC, Lorencini M, Brohem CA, and De Carvalho CM. (2017). Elastin
structure and its involvement in skin photoageing. International Journal of
Cosmetic Science, 39(3), pp. 241–247. doi: 10.1111/ics.12372.
Weller RB, Hunter HJ, and Mann MW.(2014). Clinical Dermatology, Clinical
Dermatology. doi: 10.1002/9781118938164.
Yaar M and Gilchrest BA.(2013). Photoageing: Mechanism, prevention and
therapy. British Journal of Dermatology. doi: 10.1111/j.1365-
2133.2007.08108.x.
60
LAMPIRAN
61
Lampiran 2 Kegiatan Penelitian
62
Lampiran 3 Output uji statistik
Tests of Normality
Kolmogorov-
Smirnova Shapiro-Wilk
Kelompok Peneltian Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Ketebalan K (Tikus Tanpa Perlakuan) .211 9 .200* .913 9 .338
Epidermis P1 (Paparan Sinar Ultraviolet B .146 9 .200* .977 9 .945
selama 3 minggu)
P2 (Paparan Sinar Ultraviolet B .261 9 .078 .851 9 .076
selama 6 minggu)
Jumlah Sel K (Tikus Tanpa Perlakuan) .264 9 .071 .892 9 .208
Sunburn P1 (Paparan Sinar Ultraviolet B .208 9 .200* .913 9 .334
selama 3 minggu)
P2 (Paparan Sinar Ultraviolet B .140 9 .200* .965 9 .850
selama 6 minggu)
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
63
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Ketebalan Epidermis Between Groups 2187.892 2 1093.946 13.689 .000
Within Groups 1917.984 24 79.916
Total 4105.877 26
Jumlah Sel Sunburn Between Groups 354.012 2 177.006 202.851 .000
Within Groups 20.942 24 .873
Total 374.954 26
Multiple Comparisons
Tukey HSD
95% Confidence
Mean Interval
Dependent (I) Kelompok (J) Kelompok Difference Std. Lower Upper
Variable Peneltian Peneltian (I-J) Error Sig. Bound Bound
Ketebalan K (Tikus Tanpa P1 (Paparan Sinar -9.97111 4.21416 .066 -20.4951 .5528
Epidermis Perlakuan) Ultraviolet B selama
3 minggu)
P2 (Paparan Sinar -22.01733* 4.21416 .000 -32.5413 -11.4934
Ultraviolet B selama
6 minggu)
P1 (Paparan Sinar K (Tikus Tanpa 9.97111 4.21416 .066 -.5528 20.4951
Ultraviolet B selama Perlakuan)
3 minggu) P2 (Paparan Sinar -12.04622* 4.21416 .023 -22.5702 -1.5223
Ultraviolet B selama
6 minggu)
P2 (Paparan Sinar K (Tikus Tanpa 22.01733* 4.21416 .000 11.4934 32.5413
Ultraviolet B selama Perlakuan)
6 minggu) P1 (Paparan Sinar 12.04622* 4.21416 .023 1.5223 22.5702
Ultraviolet B selama
3 minggu)
Jumlah Sel K (Tikus Tanpa P1 (Paparan Sinar -3.84444* .44035 .000 -4.9441 -2.7448
Sunburn Perlakuan) Ultraviolet B selama
3 minggu)
P2 (Paparan Sinar -8.84444* .44035 .000 -9.9441 -7.7448
Ultraviolet B selama
6 minggu)
P1 (Paparan Sinar K (Tikus Tanpa 3.84444* .44035 .000 2.7448 4.9441
Ultraviolet B selama Perlakuan)
3 minggu) P2 (Paparan Sinar -5.00000* .44035 .000 -6.0997 -3.9003
Ultraviolet B selama
6 minggu)
P2 (Paparan Sinar K (Tikus Tanpa 8.84444* .44035 .000 7.7448 9.9441
Ultraviolet B selama Perlakuan)
6 minggu) P1 (Paparan Sinar 5.00000* .44035 .000 3.9003 6.0997
Ultraviolet B selama
3 minggu)
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
64
Lampiran 4 Lembar Bimbingan
65
Lampiran 5 Riwayat Penulis
Identitas
Nama : Noor Aulia Hatikhah
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, tanggal lahir : Palangkaraya, 8 Juni 1999
Agama : Islam
Alamat : JL. Langkai Permai 1 No.2 Kota. Palangkaraya
Email : nooraulia042.dr17@student.unusa.ac.id
:
Riwayat Pendidikan
2003 – 2005 : TK Aqidah Kota Palangkaraya
2005 – 2011 : MIN Model Pahandut Kota Palangkaraya
2011 – 2014 : MtsN. 1 Model Kota Palangkaraya
2014 – 2017 : MAN Model Kota Palangkaraya
2017 – Sekarang : Fakultas Kedokteran Program Studi S1 Pendidikan
Dokter Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
66