Oleh :
DHIMAS YUDHI PRAWIRA, S.Kep
NPM : 715.6.3.0138
Oleh :
DHIMAS YUDHI PRAWIRA, S.Kep
NPM : 715.6.3.0138
Karya Ilmiah Keperawatan ini telah disetujui untuk diujikan dihadapan penguji
Program Studi Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Wiraraja Sumenep
Oleh :
DHIMAS YUDHI PRAWIRA, S.Kep
NPM : 715.6.3.0138
Sumenep,
Pembimbing
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh :
DHIMAS YUDHI PRAWIRA, S.Kep
NPM : 715.6.3.0138
Penguji I : Penguji II :
Mengetahui :
Ketua Prodi Profesi Ners
Menyetujui :
Dekan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Wiraraja Sumenep
iii
SURAT PERNYATAAN
Saya menyatakan karya ilmiah keperawatan ini adalah hasil karya sendiri
dan bukan merupakan jiplakan atau tiruan karya orang lain untuk memperoleh
Yang menyatakan
iv
MOTTO
TANPA BERUSAHA
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti haturkan atas kehadirat Allah SWT berkat Rahmat dan
Karunia Nya yang telah melimpahkan Taufiq, Hidayah, dan InayahNya sehingga
Penerapan Terapi Dzikir Terhadap Gangguan Pola Tidur Pada Ny. S Dengan
bantuan, serta dukungan yang telah diberikan dari berbagai pihak, untuk itu
Sumenep dan semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan
5. Ayah dan Ibu tercinta Ach. Irianto dan Umi Rochayati yang menjadi sumber
6. Keluarga, sahabat, teman, dan semua pihak yang telah banyak membantu
keperawatan ini.
vi
Peneliti menyadari bahwa karya ilmiah keperawatan ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang sangat membangun sangat
Peneliti
vii
ABSTRACT
viii
DAFTAR ISI
ix
2.3.1 Pengertian .................................................................................... 13
2.3.2 Fungsi tidur ................................................................................. 15
2.3.3 Tahap-tahap Tidur ....................................................................... 16
2.3.4 Mekanisme Tidur ........................................................................ 19
2.3.5 Pola Tidur Normal ....................................................................... 19
2.3.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi pola tidur ............................. 23
2.4 Evidence Base Nursing (EBN) .......................................................... 24
BAB 3 TINJAUAN KASUS........................................................................... 28
3.1 Pengkajian ........................................................................................... 28
3.2 Analisa Data ........................................................................................ 34
3.3 Diagnosa Keperawatan ....................................................................... 34
3.4 Rencana Asuhan Keperawatan............................................................ 34
3.4 Implementasi ....................................................................................... 35
3.5 Evaluasi ............................................................................................... 36
BAB 4 PEMBAHASAN ................................................................................. 38
BAB 5 PENUTUP........................................................................................... 41
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 41
5.2 Saran ................................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
BAB 1
PENDAHULUAN
memelihara dan menjaga yang sehat semakin sehat, yang sakit menjadi sehat.
Keberadaan usia lanjut ditandai dengan umur harapan hidup yang semakin
yang sehat, bahagia, berdaya guna, dan produktif (pasal 19 UU No.23 Tahun
Dari hasil studi tentang sosial ekonomi dan kesehatan lanjut usia yang
2
Rhematoid Arthtritis merupakan peradangan yang kronis dan sistemik
pada sendi yang menyebabkan rasa sakit, bengkak, dan kaku pada persendian
(Suratun, 2008).
Saat ini di seluruh dunia, jumlah orang lanjut usia diperkirakan lebih
dari 629 juta jiwa orang dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada
tahun 2025 angka akan mencapai 1,2 milyar orang (Nugroho, 2008, dalam
Fanada, 2012). Peningkatan jumlah lansia ini terjadi baik di Negara maju
1990 jumlahnya hanya sekitar 10 juta maka pada tahun 2020 jumlah itu
dari 5,5% menjadi 11,4% dari total populasi (Bustan, 2007, dalam Fenada
2012).
lansia dan berdasarkan penelitian Zeng (2006) dalam Olwin (2007) Angka
Keluhan kaku, nyeri dan bengkak akibat penyakit rematik dapat berlangsung
terus menerus dan semakin lama semakin berat, tetapi ada kalanya hanya
3
dengan tepat dapat menyebabkan kerusakan sendi secara menetap (Olwin,
2007).
lansia yang mengalami gangguan pola tidur, sehingga lansia dapat beristirahat
1.3 Manfaat
1. Bagi Peneliti
4
3. Bagi Profesi
4. Bagi Pendidikan
5. Bagi Masyarakat
vital, melakukan penerapan terapi dzikir, dan ikut serta dalam melakukan
pelayanan kesehatan.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun
Menurut Maryam, S., DKK (2008) Klasifikasi berikut ini adalah lima
1. Pralansia (prasenilis)
2. Lansia
6
4. Lansia potensial
7
1. Tipe arif bijaksana
panutan.
2. Tipe mandiri
memenuhi undangan.
4. Tipe pasrah
5. Tipe bingung
8
2.2 Konsep Rhematoid Arthtritis
2.2.1 Pengertian
sistemik pada sendi yang menyebabkan rasa sakit, bengkak, dan kaku
2.2.2 Etiologi
2.2.3 Patofisiologi
9
2.2.4 Pathway Rheumatoid Arthritis
Inflamasi non bacterial disebabkan oleh
infeksi, endokrin, autoimun, metabolic dan
faktor genetic, serta faktor lingkungan
RHEMATOID ARTHTRITIS
Mk : gangguan pola
tidur tidak efektif
10
2.2.5 Manifestasi Klinis
1. Setempat
ulna.
2. Sistemik
b. Demam
c. Takikardia
e. Anemia
2.2.6 Klasifikasi
yaitu :
11
3. Probable rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria
3. Rheumatoid Factor
12
4. Anti-citrullinated protein antibody (ACPA)
2.2.8 Penatalaksanaan
13
dibandingkan pada umumnya. Seringkali, seseorang lemah karena
Tidur adalah suatu kegiatan relatif tanpa sadar yang penuh, ketenangan
jam tapi kualitasnya bagus, lebih baik daripada orang yang tidurnya
14
2.3.2 Fungsi tidur
normal dan aktivitas normal pada bagian jaringan otak. Menurut Dewit
(2001), istirahat dan tidur yang cukup adalah sangat penting bagi
sel epitel dan khusus seperti sel otak. Selain itu, tubuh menyimpan
karena tidur terlalu lama justru bisa menimbulkan hal yang tidak sehat
berakibat tubuh menjadi loyo dan tidak bersemangat saat bangun tidur.
15
Sehingga tidur berfungsi untuk mengembalikan tenaga untuk
pusat otak untuk tidur dan bangun. Reticular aktivating system (RAS)
16
20 %. Pada fase ini orang yang tidur agak susah dibangunkan atau
lebih lambat dari pada gelombang alpha dan beta pada orang yang
sadar atau tidak dalam keadaan tidur. Tanda tidur REM adalah
(Potter, 2005). Biasanya tidur pada malam hari itu adalah tidur
NREM. Tidur ini sangat dalam, tidur penuh dan dapat memulihkan
lima menit yang mana seseorang beralih dari sadar menjadi tidur.
masih sadar diganti dengan gelombang beta yang lebih lambat dan
tahap tidur ringan dan proses tubuh menurun. Mata masih bergerak,
17
spindles dan gelombang K komplek yang berlangsung pendek
dalam waktu 10 15 menit. Dan yang tahap III, pada tahap ini
Cohen, dalam "The Effect of One Night's Sleep Loss on Moods and
2006).
18
Tidur dalam waktu delapan jam, seseorang akan berkali-kali
memasuki tahap ke-3 dan ke-4 akan terus berlangsung hingga pagi.
(Riyanto, 2008).
Waktu tidur yang paling tepat adalah pada malam hari karena
Selain itu juga bisa merangsang daya asimilasi karena tidur terlalu lama
2005).
dibandingkan dengan jumlah jam tidur itu sendiri. Pada beberapa orang,
mereka merasa cukup dengan tidur selama 5 jam saja pada tiap
malamnya (Kozier, 2004). Secara umum, durasi atau waktu lama tidur
19
mengikuti pola sesuai dengan tahap tumbuh kembang manusia.
a. Bayi
sehari, pernafasan teratur, gerak tubuh sedikit 50% tidur NREM dan
b. Toddler.
siang dapat hilang pada usia 3 tahun karena sering terbangun pada
malam hari yang menyebabkan mereka tidak ingin tidur pada malam
c. Preschool
jam semalam. Kebanyakan pada usia ini tidak menyukai waktu tidur.
jam setiap malam. Tidur REM pada anak usia ini berkurang sekitar
20 % (Asmadi, 2008).
20
e. Adolesen
f. Dewasa muda
lebih 20 % tidur mereka adalah tidur REM. Dewasa muda yang sehat
g. Dewasa tengah
h. Dewasa akhir
i. Pada Lansia
21
dan mental yang diikuti dengan perubahan pola tidur yang khas yang
maupun psikis.
memiliki waktu tidur kurang total, mengambil lebih lama tidur, dan
Menurut Aman (2005), untuk itu diperlukan sebuah pola tidur yang
sehat. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencapai itu :
a. Disiplin waktu, sebaiknya tentukanlah kapan kita harus tidur dan kapan
harus bangun. Para ahli tidur menyakini ritme dan jadwal tidur yang
yang sehat.
b. Lakukan olahraga secata teratur, olahraga ini diyakini sebagai obat yang
ideal adalah pagi hari atau sore hari. Perhatikan kondisi ruang tidur.
d. Usahakan tidak makan sebelum tidur sebab makan pada saat larut
22
malam atau menjelang tidur, bisa merangsang pencernaan dan membuat
tidur dan mendapatkan tidur REM dan NREM yang tepat. Kuantitas
a. Penyakit
lama dai pada keadaan normal. Sering sekali pada orang sakit pola
yang ditimbulkan oleh luka, tumor atau kanker pada stadium lanjut.
b. Lingkungan
c. Kelelahan
REMnya.
d. Gaya hidup
23
Keadaan rileks sebelum istirahat merupakan faktor yang
tidur.
e. Stres emosi
g. Diet,
mengapa
24
keperawatan sedemikian rupa berbagai sumber yang relevan, autentik dan
Adapun EBN dari karya tulis ilmiah penulis adalah sebagai berikut :
Budi Luhur Bantul Yogyakarta. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
Khgafi, dapat dibuktikan dari hasil analisi Mann Whitney Test terlihat
bahwa z hitung adalah -5,383 dengan nilai probabilitas 0.000 lebih kecil
dari nilai : 0.05 , sehingga saat post test dinyatakan Dzikir Khafi
Warsito, 2012)
25
2.4.2 Dzikir Khafi Untuk Menurunkan Tingkat Kecemasan Pada
bentuk karunia Allah yang sangat berharga yang berfungsi sebagai zat
26
rata-rata kualitas tidur (skorPSQI) pada kelompok eksperimen sebelum
dilakukan terapi dzikir adalah sebesar 14,48 dan pada kelompok kontrol
diperoleh maka bsemakin baik kualitas tidur responden dengan hasil uji
27
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
28
3.1.3 Keluhan Utama
hari
bersaudara klien sudah menikah dan tidak punya anak. Pada riwayat
wisma. Kondisi kamar klien bersih, peralatan makan tertata cukup rapi
diatas lemari, kondisi tempat tidur rapi dan bersih. Pertukaran udara
29
3.1.7 Riwayat Rekreasi
Rheumatoid Arthritis, dan saat ini klien sering mengeluh susah tidur,
dan apalagi ketika malam hari, klien selalu terbangun saat istirahat
tidur.
sering sakit-sakitan, linu-linu dan nyeri lutut karena faktor usia yang
30
sudah tua. Konsep diri klien mampu memandang dirinya secara positif
terdapat benjolan, tidak nyeri dan tidak ada riwayat trauma kepala.
31
pemeriksaan leher klien tidak ada kaku kuduk, tidak ada nyeri tekan,
tiroid.
yang simetris, tidak ada pembesaran abnormal, dan tidak ada nyeri
tekan.
benjolan, tidak ada nyeri tekan, suara abdomen kanan kiri sama, serta
suntik, riwayat imunisasi klien tidak tau, klien tidak memiliki riwayat
alergi.
punya anak.
32
mendeteksi adanya kerusakan fungsi intelektual klien, SPMSQ terdiri
menjawab tidak ada, maka dari itu klien dapat dikategorikan Fungsi
Intelektual Utuh
selalu (poin 2), kadang kadang (poin 1), dan jika hampir tidak pernah
(poin 0). Dari teknik APGAR Keluarga yang dilakukan pada klien
33
3.2 Analisa Data
data pada tanggal 19 Juli 2016 pukul 11.00 WIB, didapatkan data subyektif
klien tampak sayu tidak segar, mata tampak memerah. Tekanan darah 140/90
sendi.
jam diharapkan pola tidur dapat efektif. Dengan Kriteria hasil: Menunjukkan
dapat tidur dengan pulas, wajah terlihat rileks, dan berpartisipasi dalam
34
Penulis melakukan intervensi sebagai berikut :
INTERVENSI RASIONAL
1. BHSP Bina hubungan 1. Agar mau diajak kerjasama secara kooperatif
saling percaya 2. Membantu dalam menentukan kebutuhan kualitas
2. Kaji kualitas tidur klien tidur
3. Observasi TTV 3. Mengetahui perkembangan dan keefektifan
4. Ajarkan teknik non program
farmakologi (relaksasi, 4. Meningkatkan realaksasi, mengurangi tegangan
distraksi, relaksasi otot/ spasme, memudahkan untuk ikut serta dalam
progresif) terapi
5. Lakukan perapan terapi 5. Dengan melakukan dzikir dapat mempengaruhi
dzikir stresor, sehingga pola koping individu dapat
6. Kolaborasi dengan dokter terkontrol
dalam pemberikan obat 6. Sebagai proses terapi farmakologi bila diperlukan
pukul 13.00 WIB yaitu mengkaji keluhan nyeri, tingkat karakteristik nyeri,
mencatat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Mengobservasi TTV TD: 150/90
35
mmHg, Nadi 84x/menit, Suhu 36C, RR 20 x/menit. Melakukan penerapan
terapi dzikir pada klien dengan mengucapkan dua kalimat syahadat (Laa Ilaa
pukul 15.00 WIB yaitu mengkaji kualitas tidur klien. Mengobservasi TTV
istirahat semampunya.
3.6 Evaluasi
tanggal 20 Juli 2016 pukul 15.30 WIB dengan metode SOAP yang hasilnya
adalah Ny.S mengatakan tidur mulai pulas dan lama, dengan data obyektif
wajah tampak lebih rileks, Tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 84 x/menit,
diulangi.
Pada evaluasi yang dilakukan tanggal 21 Juli 2016 pukul 15.30 WIB
dengan metode SOAP yang hasilnya adalah Ny.S mengatakan tidur mulai
36
pulas dan lama, dengan data obyektif wajah tampak lebih rileks. Tekanan
darah 150/90 mmHg, nadi 84 x/menit, suhu 36C, RR 20 x/menit. Dari data
tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah gangguan pola tidur tidak efektif
Pada evaluasi yang dilakukan tanggal 22 Juli 2016 pukul 15.30 WIB
tidur mulai pulas dan lama, dengan data obyektif wajah tampak lebih rileks,
gangguan pola tidur tidak efektif berhubungan dengan agen pencidera, distensi
37
BAB 4
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas ringkasan asuhan keperawatan dan
penerapan terapi dzikir yang dilakukan pada tanggal 25 Juli 2016. Prinsip
Proses menua merupakan suatu kondisi yang wajar dan tidak dapat
dihindari dalam fase kehidupan. Keluhan kesehatan lansia yang paling tinggi
penyakit yang menyerang sendi dan struktur atau jaringan penunjang disekitar
sendi. Penyakit rematik yang paling umum adalah osteoarthritis akibat degenerasi
atau proses penuaan, arthritis rematoid (penyakit autoimun), dan goat karena
asam urat tinggi. Penyakit rematik biasanya biasanya ditandai oleh adanya nyeri
struktur otot, dan terjadi penurunan elastisitas sendi. Hal ini yang menyebabkan
menyebabkan nyeri sendi. Nyeri sendi adalah tanda atau gejala yang mengganggu
bagian persendian, nyeri sendi akan mengganggu kinerja bagian tubuh. Pada nyeri
38
sendi biasanya akan muncul rasa tidak nyaman untuk disentuh, muncul
2006).
terjadinya nyeri, nyeri memiliki dampak yang besar terhadap kualitas hidup. Nyeri
lutut merupakan salah satu tanda dan gejala dari osteoarthritis. Nyeri terjadi
karena penebalan atau tonjolan tulang yang tak teratur atau disebut perkapuran
(Suhendriyo, 2014).
Untuk mengatasi gangguan pola tidur karna nyeri dapat dilakukan terapi
yakni berdzikir, diharapkan dapat meningkatkan kualitas tidur pada lansia yang
mengalami gangguan pola tidur, sehingga lansia dapat beristirahat tidur dengan
cukup.
Teori tersebut sesuai dengan kasus pada Ny.S hasil evaluasi sebelum
dan sesudah diberi tindakan penerapan terapi dzikir selama 3 hari ternyata ada
penurunan gangguan pola tidur. Sebelum diberi penerapan terapi dzikir pola tidur
tidak efektif, yakni selalu terbangun ketika istirahat tidur, sedangkan sesudah
diberi penerapan terapi dzikir pola tidur efektif, klien dapat istirahat tidur dengan
pulas.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang ditulis oleh Ricer Reflio, Ari
Pristiana Dewi, dan Wasisto Utomo (2014) berdasarkan dari hasil penelitian
39
didapatkan responden berusia antara 60-93 tahun dengan mayoritas jenis
adalah sebesar 14,48 dan pada kelompok kontrol sebesar 13,67. Setelah diberikan
intervensi dengan terapi dzikir, terjadi penurunan rata-rata kualitas tidur (skor
PSQI) yang artinya perbaikan kualitas tidur, menjadi 9,05, sedangkan pada
kelompok kontrol yang tidak diberikan intervensi menjadi 13,62. Semakin kecil
skor yang diperoleh maka bsemakin baik kualitas tidur responden dengan hasil uji
yang mempengaruhi stresor. Pola koping yang adaptif dapat diperoleh dari
kedekatan diri seorang klien kepada Sang Pencipta untuk mendekatkan diri
Antara teori yang ada dengan hasil evaluasi setelah penerapan terapi dzikir
yang dilakukan memiliki hasil peningkatan kualitas tidur pada klien selama 3 hari
semakin membaik. Jadi dengan demikian hasil kualitas tidur klien selama 3 hari
sedikit demi sedikit terjadi peningkatan membuktikan bahwa terapi dzikir ini
rheumatoid arthritis.
40
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Ny.S yaitu gangguan pola tidur tidak efektif berhubungan dengan agen
berdzikir, sebelum diberi tindakan terapi dzikir istirahat tidur tidak efektif,
sedangkan sesudah diberi tindakan dzikir, istirahat tidur efektif, klien dfapat
5.2 Saran
1. Bagi Penulis
hubungannya.
41
3. Bagi Ilmu Keperawatan
42
DAFTAR PUSTAKA
43