SKRIPSI
OLEH :
Veny Kristine Winanti
NIM : 1707084
NIM : 1707084
saya tulis ini adalah benar-benar merupakan hasl karya sendiri dan bukan merupakan
pengambilan alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya aku sebagai hasil tulisan
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Skripsi Program Studi S1
Keperawatan ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut.
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Pembimbing I Pembimbing II
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Pada tanggal
Februari 2019
Tim Penguji
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Yesus Kristus yang telah melimpahkan
kasih dan saying-Nya kepada kita, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi
banyak mendapatkan bimbingan, motivasi, dan semangat dari berbagai pihak, untuk
1. Ns. Fery Agusman, M.M,M.Kep, Sp.Kom selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu
3. Ns. M. Jamaluddin, M.Kep dan Ns. Sri Puji Lestari, M.Kep,Sp.Kep.J selaku tim
penguji yang telah memberikan arahan dan tambahan sebagai pedoman dalam
4. Bapak dan Ibu Dosen serta staf Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada
v
5. Kedua orang tua yang senantiasa selalu mendoakan memberi nasihat dan
motivasi, serta memberi dukungan baik dalam segi moral dan materil sehingga
kekurangan dan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan. Oleh sebab itu penulis
mengharapakan kritik dan saran yang dapat membangun dari berbagai pihak untuk
Penulis
vi
STUDI KOMPARATIF TINGKAT NYERI PERAWATAN
LUKA DI RUMAH DIBANDINGKAN DI RUMAH SAKIT
PADA PASIEN ULCUS DIABETES MELITUS
Veny Kristine.*, Ns.Eni Kusyati, S.Kep,M.Si.Med **, Ns. Sri Puji Lestari, M.Kep,Sp.Kep.J **
*Departemen Keperawatan, STIKES Karya Husada Semarang
**Departemen Keperawatan, STIKES Karya Husada Semarang
Abstrak
Latar Belakang. Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari
kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Perawatan luka adalah melakukan tindakan perawatan terhadap
luka mengganti balutan untuk membantu dalam proses penyembuhan luka. Tujuan. Penelitian ini adalah
mengetahui ada atau tidaknya pengaruh tingkat nyeri sebelum dan sesudah perawatan luka di rumah dan di rumah
sakit. Metode. Dimana peneliti memberikan perlakuan perawatan luka ulkus DM dengan rancangan two group
pretest-posttes. Hasil Penelitian. Dalam penilaian ini berdsarkan analisa bivariat dengan menggunkan uji korelasi
Mann Whitney P value 0,85 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima maka dapat disimpulkan tidak ada pengaruh
skala nyeri terhadap perawatan luka ulkus DM di rumah dan dirumah sakit.
Kata kunci: Tingkat Nyeri, Perawatan Luka, Ulkus DM
Abstract
Background.Pain is an unpleasant sensory and emotional experience due to actual or potential tissue damage.
Wound care is to take care of replace bandages to assist in the process of wound healing. The Purpose Of The
Research. This study was to determine whwther or not the influence of the level of pain before and after wound
care at home and hospital. Where research provides treatment of DM ulcer Treatment with the design two group
pretest-posttes. Research Meathoads.This assessment based on bivariate analysis using the correlation test Mann
Whitney P value 0,85 < 0,05 then Ho rejected and Ha be accepted it can be concluded that there was no effect on
the scale of pain on the treatment of DM ulcer wounds at home and hospital.
Keywords : level of pain, wound care, DM ulcer
vii
DAFTAR ISI
viii
III. Hospitalisasi ............................................................................. 37
C. Definisi Operasional........................................................................ 49
H. Analisis Data.................................................................................. 58
B. Pembahasan ................................................................................... 66
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 75
A. Simpulan ...................................................................................... 75
B. Saran .............................................................................................. 76
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………... 77
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
x
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi skala nyeri sebelum perawatan luka ulkus 62
DM di rumah ……………………………………………………….
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi skala nyeri sesudah perawatan luka ulkus 62
DM di rumah ……………………………………………………….
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi skala nyeri sebelum perawatan luka ulkus 63
DM di rumah sakit ………………………………………………..
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi skala nyeri sesudah perawatan luka ulkus
63
DM di rumah sakit ………………………………………………..
Tabel 4.6 Perbedaan skala nyeri sebelum dan sesudah dilakuakan perawatan
65
luka ulkus DM di rumah sakit …………………………………..
DAFTAR GAMBAR
…...........................................................
Gambar 2.2 Skala analog visual ….................................................................. 31
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 2 : Lembar Observasi Tingkat Nyeri Perawatan Luka Pada Pasien Ulcus
DM
xii
Lampiran 4 : Informed Concent (Persetujuan menjadi partisipan)
Melitus
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
diri rendah.
adanya perubahan peran yang tidak seperti rutinitas hariannya, dan yang
tidak kalah penting adalah faktor keuangan akibat penyakit juga akan
menambah stressor.[1]
adalah salah satu penyakit yang kronis dan berhubungan dengan masalah
1
2
oleh Rosi Indriani terdapat hubungan lama dan derajat ulkus diabetikum
dengan tingkat stres pada klien diabetisi. Semakin lama mengalami ulkus
dan semakin berat derajat ulkus, maka semakin tinggi pula tingkat stres
dengan luka kaki untuk prevalen nyeri dan menemukan bahwa rata-rata
aktifitasnya.[5]
orang dewasa dengan diabetes, kenaikan 4 kali lipat dari 108 juta di
1980an. Pada tahun 2040 di perkirakan jumlahnya akan menjadi 642 juta
bersama dengan China, India, Amerika Serikat, Brazil, Rusia dan Meksiko
Kesehatan RI, terakhir tahun 2013 sudah mencapai angka 9,1 juta jiwa.
Dan jumlah ini terus bertambah, diprediksi pada tahun 2030 akan
mencapai 21,3 juta jiwa.[7] Data yang didapat dari Dinkes Jateng prevalensi
Semarang dan rangking ke-7 pada pola 10 besar penyakit di Rumah Sakit
kasus dan Diabetes Mellitus sebanyak 15.250 kasus.[9] Data Rekam Medis
RSU “William Booth” Semarang pada tahun 2017 terdapat 701 pasien
15% diabetisi akan mengalami setidaknya satu kali ulkus kaki diabetes
dengan data dari WHO (2008) yang menyebutkan bahwa amputasi tungkai
hampir 70% dari pasien DM dirawat dengan diagnosis ulkus kaki diabetes.
terdapat luka[45]. Dari data tersebut, salah satu komplikasi yang sering
neuropati dan kelainan bentuk. Namun, sebagian besar studi focus hanya
ada sedikit studi yang berkaitan dengan prevalensi, faktor terkait untuk
5
berbeda.[12]
tanpa borok kaki memiliki skor rata-rata yang lebih rendah di Bodily Pain
dan Fungsi ekstremitas bawah ke tingkat yang lebih tinggi daripada QOL
mental.[13]
efek nyeri bagi pasien dengan luka kronis, khususnya luka pada kaki.[14]
diabetisi penuh stress dan depresi.[15] Seperti yang dikutip Rosi dari
6
mengalami ulkus diabetic maka semakin tinggi pula tingkat stress yang
kecemasan baik ringan, sedang dan berat dan paling banyak mengalami
nyeri. Guntur juga meneliti tentang tingkat intensitas nyeri pada perawatan
pasien ulkus diabetes bahwa ada perbedaan intensitas nyeri pasien yang
sakit.[17]
dan penanganan nyeri, nyeri masih sering di anggap remeh dan jarang di
tangani secara baik, di rumah sakit ataupun dalam praktek klinis medis
sehari-hari. Hal ini nampaknya disebabkan oleh tiga alasan utama yang
perawatan jangka panjang (long term care) yang dapat diberikan oleh
kepuasan dan kualitas pemulihan pasien ternyata lebih baik pada pasien
yang dirawat di Rumah Sakit. Pelayanan untuk pasien yang ingin dirawat
dan pendekatan tim rehabilitasi yang terdiri dari tenaga multi disiplin yang
pengaruh usia pada persepsi nyeri dan toleransi tidak di ketahui secara
B. Rumusan Masalah
DM.
1. Tujuan Umum
DM.
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat
perawatan luka.
10
3. Bagi Penulis.
E. Originalitas Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
I. Konsep Nyeri
A. Definisi Nyeri
manapun [21]. Intensitas nyeri gambaran seberapa parah nyeri yang dirasakan
oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan obyektif
12
13
yang mengalami nyeri. Hal ini sangat penting dalam pengkajian nyeri
1. Usia
fungsi [22].
2. Jenis kelamin
dalam ekspresi nyeri. Misalnya anak laki-laki harus berani dan tidak
[24]
yang sama . Penelitian yang dilakukan Burn, dkk. dikutip dari
3. Budaya
4. Ansietas
lingkungan yang biasa mereka tempati. Hal ini terjadi pada pasien
mengalami sakit atau dirawat di Rumah Sakit ada beberapa hal yang
dan kecemasan.
sebelum nyeri tersebut menjadi lebih parah. Reaksi ini hampir pasti
16
nyeri masa lalu dapat saja menetap dan tidak terselesaikan, seperti pada
6. Efek placebo
Hubungan pasien –perawat yang positif dapat juga menjadi peran yang
atau melindungi.
8. Pola koping
rumah sakit adalah hal yang sangat tak tertahankan. Secara terus-
datang [23].
C. Klasifikasi Nyeri
a. Nyeri Fisiologis
proteksi tubuh.
b. Nyeri Patologis.
lanjut/kronik.
a. Nyeri Akut
orang mengalami nyeri jenis ini, seperti pada saat sakit kepala,
menyeringai.
b. Nyeri Kronik
Nyeri kronis dibagi menjadi dua, yaitu nyeri kronik non malignan
[23]
dan malignan . Nyeri kronis non malignan merupakan nyeri
yang timbul akibat cedera jaringan yang tidak progresif atau yang
didapatkan masih dalam batas normal dan tidak disertai dilatasi pupil.
marah, dan tidak tertarik pada aktifitas fisik. Secara verbal klien mungkin
(keparahan meningkat). Sifat nyeri kronik yang tidak dapat di prediksi ini,
E. Fisiologi Nyeri
Ada tiga jenis sel saraf dalam proses penghantaran nyeri yaitu sel
syaraf aferen atau neuron sensori, serabut konektor atau interneuron dan
sel saraf eferen atau neuron motorik.Sel-sel syaraf ini mempunyai reseptor
pada otak bagian bawah dan bagian tengah dan impuls-impuls dipancarkan
ke korteks serebri. Agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada
sistem asenden harus diaktifkan. Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari
reseptor nyeri yang terletak dalam kulit dan organ internal. Terdapat
atau yang menstimulasi nyeri dalam jaras asenden. Seringkali area ini
untuk input nyeri dan mencegah transmisi sensasi nyeri [21]. Teori gerbang
23
nyeri dan sensasi lain dan stimulasi serabut yang mengirim sensasi tidak
digunakan sebagai pengganti untuk laporan verbal dari nyeri pada pasien
Pada saat impuls nyeri naik ke medulla spinalis menuju kebatang otak dan
respon stress. Stimulasi pada cabang simpatis pada sistem saraf otonom
24
Tabel 1
ada sesuatu yang tidak beres, respons perilaku seharusnya tidak boleh
sadar). Respons perilaku nyeri pada klien dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2
Vokalisasi 1. Mengaduh
2. Menangis
3. Sesak nafas
4. Mendengkur
Ekspresi wajah 1. Meringis
2. Menggeletukkan gigi
3. Mengerenyitkan dahi
4. Menutup mata atau mulut dengan rapat atau
membuka mata atau mulut dengan lebar
5. Menggigit bibir
Gerakan tubuh 1. Gelisah
2. Imobilisasi
3. Ketegangan otot
4. Peningkatan gerakan jari dan tangan
5. Aktifitas melangkah yang tanggal ketika berlari
atau berjalan
6. Gerakan ritmik atau gerakan menggosok
7. Gerakan melindungi bagian tubuh
Interaksi social 1. Menghindari percakapan
2. Focus hanya pada aktifitas untuk menghilangkan
nyeri
3. Menghindari kontak social
4. Penurunan rentang perhatian
Sumber : Perry & Potter,2006
a. Efek Fisik
1) Nyeri Akut
imunologik[21].
pertumbuhan tumor.
berpakaian.
b. Efek Perilaku
respons perilaku yang abnormal. Hal utama yang bisa diamati oleh
interaksi social.
28
dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri
dengan teknik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang
sebagai berikut:
29
1. Skala Numeric
1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Keterangan [29] :
terganggu.
terganggu.
sepanjang garis dan jarak yang di buat pasien pada garis dari “tidak
Keterangan :
menangis.
A. Definisi
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir dan
ulkus adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman
ulkus diabetikum juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan
lain, namun memiliki efek yang besar pada kondisi diabetisi di seluruh
B. Klasifikasi
C. Etiologi
D. Klasifikasi[44]
luka berkaitan dengan perubahan profil pasien yang makin sering disertai
insisi.
antigen baru dari luka, tetapi juga untuk proses regenerasi sel.
4. Nutrisi:
hipoksia jaringan.
7. Nyeri:
luka.
8. Kortikosteroid:
9. Stress
diabetes melitus.
D. Pengkajian [29]
penghilang nyeri.
IV. Hospitalisasi
A. Definisi Hospitalisasi
di rumah sakit.
lain :
dalam menjalankan tugas sesuai dengan perannya. Untuk itu, penelitian ini
B. Reaksi Hospitalisasi
sangat kuat dan bersifat negatif, justru malah akan menimbulkan kerugian
bersangkutan [35].
40
mudah tersinggung, tidak sabar, mudah lupa, marah dan menangis dan
dengan lama tidaknya perawatan selama di rumah sakit dan tindakan yang
maka seseorang tersebut akan lebih siap menghadapi sesuatu dan dapat
mengurangi kecemasan.
41
diperoleh [32].
dimana seseorang berada pada lingkungan yang asing akan lebih mudah
yang biasa mereka tempati. Hal ini terjadi pada pasien yang di rawat di
lingkungan[33].
V. Home Care
kesehatannya [35].
perawatan jangka panjang( Long term care) yang dapat diberikan oleh
dari rumah sakit semula, perawat komunitas diman pasien berada, atau
sosio-spiritual.
masalah kesehatan.
45
Manfaat dari pelayanan home care bagi pasien antara lain adalah :
professional.
berlebih.
Kerangka Teori
Gambar 2.3
(Diah,Elder & Veves, 2011; Harris, et al., 2010; Maharaj, et al., 2005; Mayuani,
2013; Monteiro, et al., 2012; Suradi, 2015; Syabariyah, 2015; Waaijman, et al.,
2014; Younes, 2006)
Hipotesis penelitian:
METODOLOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
dua kali yaitu sebelum eksperimen (O1) disebut pretest, dan sesudah
Kel. Di rumah s
O1 X1 O2
Kel. Di RS O1 X2 O2
Keterangan :
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian
48
49
1. Waktu Penelitian
2. Tempat Penelitian.
menurut data rekam medis RSU William Booth pada tahun 2017
terdapat 701 pasien dengan Diabetes Melitus. Dan RSU William Booth
C. Definisi Operasional
Tabel 3.2
Definisi Operasional
No Variable Definisi Alat Hasil Skala ukur
. Operasional Ukur Ukur
1. Nyeri Respon yang Numeric NSP Rasio : Skala 0 – 10
diukur dengan NPS pain Keterangan :
pada saat dilakukan score Skala 0: tidak ada keluhan
perawatan luka. Skala 1: terasa nyeri di bagian luka,
tetapi masih dapat ditolerir karena
masih diambang rangsang.
Skala 2: nyeri ringan, nyeri yang
dirasakan hilang timbul dan masih
bisa melakukan aktifitas sehari-hari.
Skala 3: nyeri sangat terasa,nyeri
akan hilang menggunakan obat
penghilang nyeri dan aktifitas sehari-
hari terganggu.
Skala 4: kuat, nyeri yang dalam,
nyeri menyebar pada bagian tubuh
50
lain
Skala 5: nyeri pada luka menyebar
pada anggota tubuh lain
Skala 6; nyeri yang begitu kuat
hingga mempengaruhi sebagian
indra, yang menyebabkan tidak focus
Skala 7:tidak dapat berkomunikasi
dengan baik dan tak mampu
melakukan perawatan diri, sebagian
besar aktivitas terganggu.
Skala 8:nyeri begitu kuat sehingga
mengalami perubahan kepribadian
seperti mudah marah, rasa nyeri
yang dirasakan berlangsung lama.
Skala 9:nyeri begitu kuat, tidak dapat
ditolerir sehingga sulit beraktifitas,
berusaha menghilangkan nyeri
dengan cara apapun tidak peduli efek
sampingnya.
Skala 10:nyeri begitu kuat, tidak
dapat ditolerir sehingga sulit
beraktifitas, hingga taksadarkan diri,
nyeri harus ditangani oleh dokter
2. Perawatan tindakan SPO - 1
Luka di keperawatan yang
rumah berupa mengganti
balutan dan
membersihkan luka
baik pada luka
kotor maupun
bersih.
3. Perawatan tindakan SPO - 2
Luka keperawatan yang
dirumah berupa mengganti
sakit balutan dan
membersihkan luka
baik pada luka
kotor maupun
bersih.
1. Populasi
kesimpulannya .
RSU William Booth, populasi pasien ulkus Diabetes Melitus pada bulan
dari klinik Anak Lanang pada bulan Januari sampai dengan bulan
2. Sampel Penelitian
yang memadai dari populasi yang ada, maka besar sampel yang
n > 16
Maka berdasarkan dar hitungan maka setiap kelompok memiliki
a. Kriteria Inklusi
modern dressing.
53
b. Kriteria Eksklusi
3. Teknik Sampling
didasarkan pada kenyataan bahwa mereka yag dianggap tepat dan secara
bedah saat pasein kontrol atau ingin di program rawat inap. Sampel
E. Instrumen Penelitian
responden.
rasakan responden.
1. Jenis Data
a. Data Primer
55
b. Data Sekunder
Booth Semarang.
Pengembangan) Semarang.
Semarang.
kegiatan penelitian.
3. Tahap Pelaksanaan.
b. Fase Intervensi
perawatan luka.
ekspresi responden.
d. Terminasi
semua.
G. Cara Pengolahan
1. Editing.
2. Coding.
a. Perawatan luka
3. Entry Data.
4. Pembersihan Data.
H. Analisis data
1. Analisis Univariat
2. Analisis Bivariat
Ukus DM.
perawatan luka di rumah 0,001 dan sesudah 0,000 <0,05 sehingga data
Wilcoxon Signed Ranks Test, maka didapatkan hasil p value sebesar 0,001
< 0,05 sehingga maka Ho ditolak atau Ha diterima, maka ada pengaruh
maka didapatkan hasil p value sebesar 0,001 < 0,05 sehingga maka Ho
dengan menggunkan uji korelasi Mann Whitney P value 0,85 < 0,05
Beberapa prinsip penelitian pada manusia yang harus dipahami antara lain:
1. Informed Consent
perawatan luka di rumah dan di rumah sakit. Tanda tangan tidak memakai
penyajian data.
3. Prinsip Manfaat
untuk bersedia menjadi subyek atau tidak, tanpa adanya sanksi ataupun
mempunyai hak agar data yang di berikan harus dirahasiakan, untuk itu
1. Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi skala nyeri sebelum perawatan luka ulkus
DM di rumah (n=16)
Intervensi
Skala Nyeri
Median ±SD Min-Max CI%
Sebelum 5.00 ± .957 4-7 4,75-5
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa skala nyeri pada
didapatkan nilai median sebesar 5.00, Standar deviasi sebesar .957, nilai
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi skala nyeri sesudah perawatan luka ulkus
DM di rumah (n=16)
Intervensi
Skala Nyeri
Median ±SD Min-Max CI%
Sesudah 3.00 ± .981 2-5 3.07-3.26
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa skala nyeri pada
981, nilai minimal sebesar 2, nilai maksimal sebesar 5, CI% sebesar 3.07-
3.26.
62
63
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi skala nyeri sebelum perawatan luka ulkus
DM di rumah sakit (n=16)
Intervensi
Skala Nyeri
Median ±SD Min-Max CI%
Sebelum 6.00 ± 1.153 4–7 5.46-5.63
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa skala nyeri pada
didapatkan nilai median sebesar 6.00, Standar deviasi sebesar 1.153, nilai
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi skala nyeri sesudah perawatan luka ulkus
DM di rumah sakit (n=16)
Intervensi
Skala Nyeri
Median ±SD Min-Max CI%
Sesudah 4.00 ± 1.153 2-5 3.07-3.26
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa skala nyeri pada
didapatkan nilai median sebesar 4.00, Standar deviasi sebesar 1.153, nilai
2. Analisa Bivariate
luka ulkus DM di rumah dengan nilai p value 0,001< 0,05 dan sesudah
sakit dengan nilai sebelum p value 0,001 < 0,05 dan sesudah perawatan
luka ulkus DM di rumah sakit menunjukkan nilai p value 0,001 < 0,05
rank skala nyeri sebelum dan sesudah perawatan luka pada pasien ulkus
rank skala nyeri sebelum dan sesudah perawatan luka pada pasien ulkus
skala nyeri perawatan luka pada pasien ulkus DM baik di rumah dan di
rumah sakit menunjukan hasil data mean rank sebesar 13,75 dan 19,25
sebelum dan sesudah pemberian terapi perawatan luka baik dirumah dan di
rumah sakit.
2. Pembahasan
66
tingkat nyeri pada pasien ulkus DM sebelum dan sesudah dilakukan perawatan
yaitu nyeri pada luka menyebar pada anggota tubuh lain. Didukung oleh
DM rata-rata tampak kotor, bau tidak sedap, terdapat pus, rasa nyeri yang
median 3,00 dimana skala nyeri pasien yang mengalami luka ulkus DM di
sakit
hari. [21]
berkepanjangan dengan nyeri akan lebih sedikit gelisah dan lebih toleran
Pasien yang sudah mempunyai pengalaman tentang nyeri akan lebih siap
sakit
selama rentang kehidupannya dan ini dapat kita lihat pada pasien yang
jika diabetes melitus tersebut diikuti dengan ulkus diabetic yang akan
rumah sakit adalah banyak faktor yang membuat pasien selama dirawat
privasi serta otonomi diri. Faktor pengetahuan menjadi salah satu faktor
derajat ulkus diabetikum dengan tingkat stres pada klien diabetisi. Semakin
lama mengalami ulkus dan semakin berat derajat ulkus, maka semakin
tinggi pula tingkat stres yang dialami oleh diabetisi. [2] Nemeth et
al.melakukan survey pada pasien dengan luka kaki untuk prevalen nyeri
stres.[4]
penurunan nilai dari 5,00 menjadi 3,00. Pada penelitian di ketahui bahwa
nilai mean rank 8.50, dengan uji statistik didapatkan nilai P value
0,000<0,05 hal ini menunjukan bahwa ada pengaruh yang signifikan rata-
rata skala nyeri sebelum dan sesudah pemberian terapi perawatan luka di
merupakan salah satu jenis dari perawatan jangka panjang( Long term
perjanjian.[19]
penurunan dari 6,00 menjadi 4,00. Serta didapatkan hasil penelitian bahwa
nilai mean rank skala nyeri sebelum dan sesudah perawatan luka pada
hal ini menunjukan bahwa ada pengaruh yang signifikan rata-rata skala
sakit.
sangat kuat dan bersifat negatif, justru malah akan menimbulkan kerugian
dalam menurunkan skala nyeri pada luka ulkus DM, hasil ini memberikan
di rumah sakit adalah hal yang sangat tak tertahankan. Secara terus-
mengatasi efek nyeri baik fisik maupun psikologis. Penting untuk mengerti
datang [23].
luka berkaitan dengan perubahan profil pasien yang makin sering disertai
dressing dapat menurunkan skala nyeri yang dirasakan pada pasien yang
mempunyai luka DM, hal ini menyebabkan bahwa rasa nyeri akan
A. KESIMPULAN
rumah sakit dalam menurunkan skala nyeri pada luka ulkus DM. Hasil ini
75
76
B. SARAN
psikologis pasien saat mengalami luka ulkus DM, yaitu sumber koping
lebih dari sekitar metode teknik adalah seorang klien mungkin tergantung
DAFTAR PUSTAKA
[2] Rosi Indriani;”Studi Kejadian Ulkus Diabetikum dan Tingkat Stres Klien
Diabetisi”.Jurnal Keperawatan Vol.9 No 1,Maret 2017,Hal 30-37.
[4] Stuart G.W & Laraia M.T.; “Principles and Practice of Phychiatric
Nursing”,Edition 8,Missouri, Mosby Years Book,2013
[11] Kruse I, Edelman S.;” Evaluation dan Treatmen of Diabetic Foot Ulcer”.
Clinical Diabetes Vol24, Number 2, 2006. p 91-93
[17] Guntur Prasetya;” Perbedaan Intensitas Nyeri Pada Pasien Perawatan Ulkus
Diabetic Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Teknik Relaksasi Nafas Dalam Di
RSUD Kota Semarang”, Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol 1, No 1:
Juni 2012.
[26] Torrance, C and Sergison, E.; Surgical Nursing. London : Bailliere Tindal.
1997.
[27] Casey G. ;Modern wound dressings. .Nurs Stand. 2000; 15(5): 47-51.
[28] Kane D.; Chronic wound healing and chronic wound management. In:
Krasner D, Rodeheaver, editors. Health Management Publications; 1990.
[30] Wayne PA, Flanagan.; Managing chronic wound pain in primary care.
Practice Nursing; 2006; 31:12
[32] Hawari, D.; Manajemen Stres Cemas dan Depresi, Jakarta : Balai Penerbit
FKUI, 2008.
[40] Brookes, S., O’Leary, B., Feet fi rst: a guide to diabetis foot services. British
Journal of Nursing, (2006).
[41] Boulton, A.J.M., Armstrong, D.G., Albert, S.F., Frykberg, R.G., Hellman, R.,
Kirkman, M.S. Comprehensive foot examination and risk assessment. Diabetes
Care Journal, 31(8), (2008).
[45] Arianti,; Hubungan Antara Perawatan Kaki dengan Risiko Ulkus Kaki
Diabetes di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta,Muhammadiyah
Journal of Nursing,2012,hal.9.
81
Nama pasien :
Alamat :
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Keterangan :
LEMBAR OBSERVASI
Berilah tanda () pada kotak yang tersedia sesuai dengan keadaan pasien saat
dilakukan observasi.
Nama :
Umur : tahun
b. Wanita
Pendidikan :
Diagnose Medis :
Tanggal masuk RS :
Tanggal pelaksanaan :
Hari perawatan
Sebelum sesudah Sebelum sesudah
No Skala nyeri skor perawatan luka perawatan luka perawatan luka perawatan
dirumah dirumah di rumah sakit luka di rumah
sakit
Tgl: Tgl: Tgl: Tgl: Tgl: Tgl: Tgl: Tgl:
1 Tidak nyeri 0
2 Minor
Nyeri sangat ringan 1
Nyeri tidak nyaman 2
Nyeri dapat 3
ditoleransi
3 Moderate
Menyusahkan 4
Sangat menyusahkan 5
Nyeri hebat 6
4 Severe
Sangat hebat 7
Sangat menyiksa 8
Tak tertahan 9
Tak dapat 10
diungkapkan
Total Skor
Nama & paraf yang
melakukan penilaian
84 4
Lampiran
INFORMED CONCENT
penelitian yang akan dilakukan oleh Veny Kristine Winanti dengan judul “Studi
---------------------------------------- ----------------------------------------
DIABETES MELITUS
1. Pengertian
luka.
2. Tujuan
3) Gunting jaringan
B. Peralatan lain :
1) Troly
5) Hipafiks secukupnya
6) Gunting plester
Lampiran 586
7) Perlak kecil
8) Nacl 0,9%
9) Bengkok
4. Prosedur pelaksanaan
2) Mencuci tangan
b) Tahap Orientasi
klien
c) Tahap Kerja
2) Atur posisi klien sehingga luka dapa terlihat dan terjangkau oleh
perawat
9) Buka balutan luka klien, sebelumnya basahi dulu plester atau hipafiks
11) Observasi keadaan luka klien, jenis luka, luas luka, adanya pus atau
12) Buka jaringan yang sudah membusuk (jika ada) menggunakan gunting
jaringan
14) Lakukan perawatan luka dengan kasa yang sudah diberi larutan Nacl
15) Berikan obat luka sesuai klasifikasi dan jenis luka(berdasarkan warna
d) Tahap terminasi
1) Bereskan peralatan
6) Cuci tangan
7) Dokumentasikan kegiatan