Anda di halaman 1dari 94

KORELASI ANTARA SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH SAAT

MENGUKUR TEKANAN DARAH DENGAN RISIKO


KELUHAN LOW BACK PAIN PADAPERAWAT
RAWAT INAP DEWASA

SKRIPSI

Oleh :

TRIYANI NASTITI DWIYANTININGDYAH


NIM 16.0538.0873.01

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIYATA HUSADA
SAMARINDA
2018

i
KORELASI ANTARA SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH SAAT
MENGUKUR TEKANAN DARAH DENGAN RISIKO
KELUHAN LOW BACK PAIN PADAPERAWAT
RAWAT INAP DEWASA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh


Gelar Sarjana (S1 Keperawatan)

Oleh :
TRIYANI NASTITI DWIYANTININGDYAH
NIM 16.0538.0873.01

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIYATA HUSADA
SAMARINDA
2018

ii
LEMBAR PENGESAHAN

KORELASI ANTARA SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH SAAT


MENGUKUR TEKANAN DARAH DENGAN RISIKO
KELUHAN LOW BACK PAIN PADAPERAWAT
RAWAT INAP DEWASA

SKRIPSI

Oleh :
TRIYANI NASTITI DWIYANTININGDYAH
NIM 16.0538.0873.01

Telah berhasil dipertahankan di hadapan dewan penguji


Pada Tanggal, 18 Juli 2018

Penguji I

Ns. Kiki Herdiansyah Safitri, M. Kep, Sp. Kep. MB (………………………)


NIK. 113072.88.16.088

Penguji II

Ns. Solichin, M. Kep (………………………)


NIDN. 3409047001

Penguji III

Ns. Chrisyen Damanik, M. Kep (……………………….)


NIK. 113072.83.11.023

Mengesahakan Mengetahui,
Ketua STIKES Wiyata Husada Samarinda Ketua Program Studi

Ns. Edy Mulyono, S. Pd., S. Kep., M. Kep Ns. Rusdi, S. Kep,. M. Kep
NIK 113072.74.13.045 NIK 113072.86.14.070

iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Triyani Nastiti Dwiyantiningdyah


NIM : 16.0538.0873.01
Program Studi : S.1 Keperawatan
Judul Skripsi : Korelasi Antara Sikap Kerja Tidak Alamiah Saat
Mengukur Tekanan Darah Dengan Risiko Keluhan Low
Back Pain PadaPerawat Rawat Inap Dewasa

Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri,dan semua sumber,baik
yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benardengan
sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar.

Samarinda, 18 Juli 2018


Yang membuat pernyataan

Triyani Nastiti Dwiyantiningdyah


NIM 16.0538.0873.01

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat Rahmat dan BimbinganNya saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Korelasi Antara Sikap Kerja Tidak Alamiah Terhadap Risiko Keluhan
Low Back Pain Pada Perawat Rawat Inap”. Penulisan skripsi ini dilakukan
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Keperawatan (S. Kep) pada Program Studi Keperawatan STIKES Wiyata Husada
Samarinda.
Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak
dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini,sangatlah sulit bagi saya
untuk menyelesaikan semua proses tepat pada waktunya.Oleh karena
itu,perkenankanlah saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
daengan hati yang tulus kepada :
1. Mujito Hadi, MM selaku Ketua Yayasan Wiyata Husada Samarinda.
2. Ns. Edi Mulyono, S. Pd. M. Kep., M.Kes., selaku Ketua STIKES Wiyata
Husada Samarinda yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada
saya untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Studi Ilmu
Keperawatan.
3. Ns. Rusdi, M. Kep selaku Kepala Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah
memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti dan menyelesaikan
pendidikan Program Studi Ilmu Keperawatan
4. Ns. Solichin, M. Kep., selaku pembimbing I yang telah menyediakan waktu
dan tenaga untuk memberikan pengarahan, bimbingan dan solusi, sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Ns. Chrisyen Damanik, M.Kep., selaku pembimbing II yang telah
menyediakan waktudan tenaga untuk memberikan pengarahandan bimbingan,
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Ns. Kiki Herdiansyah S, M. Kep., Sp. Kep MB selaku penguji utama yang
telah menyediakan waktu dan memberikan pengarahan sehingga skripsi ini
terselesaikan

v
7. Ns. Nanik Lestari, S. Kep, selaku wali kelas yang telah bersedia menjadi wali
kelas Reguler Transfer Kutai Timur.
8. dr. Anik Istiyandari, MPH, selaku Direkur RSUD Kudungga Sangatta yang
telahmemberikan izin pada saya untukmelanjutkan pendidikan dan
mengizinkan RSUD Kudungga sebagai tempat pelaksanaan penelitian.
9. Seluruh teman perawat Reguler Transfer Kutai Timur yang dengan ikhlas ikut
membantu terselesainya skripsi ini.
10. Orangtua, suami, kedua anak dan semua sada

vi
11. ra yang telah berdoa, memberikan semangat dan bantuan tanpa diminta.
12. Teman-temansatu bimbingan yang saling berbagi ilmu tentang segala hal
dan memberi dukungan dalamsuka maupun duka,
Semoga Allah SWT memberikan rahmat dan hidayahNya yang tak terhingga
kepada semua pihak yang telah memberi kesempatan, dukungan dan bantuan
dalam menyelesaikan skripsi ini. Aamiin. Saya sepenuhnyamenyadari bahwa
skripsi ini jauh dari sempurna, tetapi saya berharap dapat memenuhi syarat saat
ujian skripsi nanti.

Samarinda, Juli 2018

Peneliti

vii
HALAMAN PERSEMBAHAN

Segala puji bagi Allah SWT dengan segala Rahman dan RahimNYa yang
telah menetapkan sehingga skripsi ini bisa selesai. Ada banyak perjuangan dan
do’a di dalamnya. Izinkansayamenulismerekayangsangatberartidalam hidup saya
kepada :
1. Ibu dan bapak tercinta, Roroh Djuharoh dan Mohammad Nashichien, yang
telahmembesarkan dengan penuh kasih sayang, mendukung dan memberi
pelajaran hidup yang berharga. “Tidak cukup kata untuk mengungkapkan
betapa beruntungnya saya memiliki orang tua seperti kalian yang selalu
mencurahkan kasih sayang dan do’anya meski anak-anakmu telah
berkeluarga”.
2. Suamiku tercinta Sugeng Santoso yang telah mengizinkan saya untuk
menimba ilmu, bersedia untuk berperan ganda sebagai bapak sekaligus ibu
rumah tangga saat saya tidak ada, selalu menyelipkan saya dalam setiap
doanya serta memberikan semangat dan bantuan walau tanpa diminta.
3. Permata hati dan matahari umi tersayang Ulung Mu’adz Dzakiy Zwagery
dan Gilang Irsyad Ulinnuha Al-Wafa yang selalu menyemangati dengan
kata-katanya, tak henti merindukan uminya meski kadang diabaikan pada
waktu-waktu tersibuk dan senantiasa mendoakan dengan caranya sendiri.
Kalian memberi kebahagiaan dengan segala kepolosan kalian.
4. Saudara-saudarakutersayangmbak Ani, Santi, Peppy, Fauzan, kakak dan adik
ipar serta para keponakan yang selalu menyemangati dan mendoakan agar
kuliah saya lancar dan sukses.

“Sesungguhnya disamping kesukaran ada kemudahan. Sesungguhnya


disamping kesukaran ada kemudahan” (Q.S. Al-Insyirah : 5-6)

Bermimpilah…saat masih memiliki impian maka kehidupan menjadi lebih


berarti dan berwarna.(Quote Pribadi)

viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Triyani Nastiti Dwiyantiningdyah
NIM : 16.0538.0873.01
Program Studi : Keperawatan

Dengan ini menyetujui dan memberikan hak kepada STIKES WIYATA Husada
Samarinda atas karya ilmiah saya yang berjudul :

Sikap Kerja Tidak Alamiah Saat Mengukur Tekanan Darah Dengan


RisikoKeluhan Low Back Pain PadaPerawatRawat Inap Dewasa

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan hak ini, STIKES WIYATA
Husada Samarinda berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelolah
dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas
akhir saya selama tetap mencantumkan ama saya sebagai penulis dan pemilik hak
cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya

Samarinda, 10 Juli 2018


Yang menyatakan

Triyani Nastiti Dwiyantiningdyah


NIM 16.0538.0873.01

ix
ABSTRAK

Korelasi Antara Sikap Kerja Tidak Alamiah Saat Mengukur Tekanan Darah Dengan Risiko
Keluhan Low Back Pain PadaPerawat Rawat Inap Dewasa

Dwiyantiningdyah, Triyani Nastiti1, Solichin2, Damanik, Chrisyen3

Latar Belakang : Sikap kerja tidak alamiah merupakan stimulus nyeri untuk low back pain
mekanik karena dipengaruhi oleh deviasi sikap atau postur tubuh dalam bekerja, kontraksi otot
statis, gerakan repetitive atau berulang dan pengerahan tenaga disertai pembebanan. Faktor lain
yang dapat mempengaruhi timbulnya gangguan low back pain meliputi karakteristik individu yaitu
usia, jenis kelamin, masa kerja dan indeks massa tubuh (IMT)
Tujuan : Mengetahui korelasi antara sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan Low Back Pain
pada perawat di ruang rawat inap Dewasa Rumah Sakit Umum Daerah Kudungga.
Metode : Penelitian ini adalah studi korelasi dengan menggunakan pendekatan uji korelasi
sperman rank. Populasi pada penelitian ini adalah semua perawat inap yang bekerja di RSUD
Kudungga Sangatta sebanyak 106 orang dan dengan besar sampel 36 yang melakukan
implementasi keperawatan dengan mengukur tekanan darah dengan teknik pengambilan sampel
menggunakan teknik sampel representative. Pengambilan data menggunakan instrumen kuesioner
yaitu Modified Oswestry Low Back Pain Disability Questionnairedan lembar obervasiRapid Upper
Limb Assesment (RULA)
Hasil : Hasil uji statistik yang didapatkan nilai p value 0,001 dengan koofesien tingkat
kehubungan sedang yaitu 0,537 dengan arah korelasi positif.
Simpulan : ada hubungan yang signifikan antara sikap kerja tidak alamiah saat mengukur
tekanan darah dengan resiko keluhan low back pain pada perawat di ruang rawat inap di RSUD
Kudungga Sangatta dengan nilai r yang diperoleh lebih kecil dari nilai r minimal serta arah
korelasi positif yang berarti bahwa semakin tinggi nilai sikap tidak alamiah maka semakin tinggi
pula risiko keluhan low back pain pada perawat rawat inap.

Kata Kunci : Sikap Kerja, Tekanan Darah, Low Back Pain

1,3
Mahasiswa Keperawatan STIKES Wiyata Husada Samarinda
2,3
Program Studi Ners STIKES Wiyata Husada Samarinda

x
ABSTRAC

Correlation Between Unhealthy Work Attitudes When Measuring Blood Pressure With Risk Of
Low Back Pain Complaint In Adult Adult Nurse

Dwiyantiningdyah, Triyani Nastiti1; Solichin2; Damanik, Chrisyen3

Background: Work attitude is not natural is a pain stimulus for lower back pain. Other factors
that can affect the occurrence of lower back pain disorders include individual factors, gender,
years of service and body mass index (BMI)
Objective: To find out the abnormal attitude with Low Back Pain complaints in nurses in Adult
inpatients of Kudungga Regional General Hospital.
Method: This research is a study using transparent test observation. The population in this study
were all nurses who worked in RSUD Kudungga Sangatta as many as 106 people and with a
large sample of 36 who performed nursing practice by measuring samples using representative
sample techniques. Data collection used a questionnaire instrument, Modified Oswestry Low
Back Pain Disability Questionnaire and Rapid Upper Limb Assessment (RULA) observation
sheet.
Results: The results of statistical tests obtained p value of 0.001 with a moderate relationship
level of 0.537 with a positive direction.
Conclusion: there is a significant relationship between unnatural work attitudes when measuring
pressure with lower back pain in nurses in the inpatient room at Kudungga Sangatta Hospital
with a value smaller than the minimum r value and positive direction which means the higher the
attitude value is not natural so can also report low back pain in hospitalized nurses.

Keywords: Work Attitude, Blood Pressure, Low Back Pain

1
Student of Nursing Program, Institute of health sciences Wiyata Husada Samarinda
2
Lecturer of Nursing Program, Institute of health sciences Wiyata Husada Samarinda

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i


LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN .............................................. iii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................. vii
ABSTRAK ................................................................................................. viii
ABSTARC.................................................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................. .. x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiii
DAFTAR SKEMA .................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1


A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ................................................................. 6
E. Keaslian Penelitian .................................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 10


A. Telaah Pustaka ....................................................................... 10
B. Kerangka Teori Penelitian ..................................................... 28
C. Kerangka Konsep Penelitian ................................................... 29
D. Hipotesis atau Pernyataan Penelitian ...................................... 29

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................ 30


A. Rancangan Penelitian ............................................................ 30
B. Populasi dan Sampel Penelitian .............................................. 34
C. Variabel Penelitian ................................................................ 32
D. Definisi Operasional .............................................................. 32
E. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 33
F. Instrumen Penelitian .............................................................. 33
G. Prosedur Pengumpulan data .................................................... 34
H. Pengolahan Data dan Analisa Data ......................................... 34
I. Etika Penelitian ...................................................................... 38

BAB IV METODE PENELITIAN ........................................................ 40


A. Hasil Penelitian........................................................................ 40
B. Pembahasan ........................................................................... 42
C. Keterbatasan Penelitian ........................................................... 48

xii
BAB V PENUTUP ..................................................................................... 50
A. Simpulan ................................................................................ 50
B. Saran ........................................................................................ 50

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Piktogram Kisaran Sudut Lengan dan Skoring pada


Lengan ............................................................................ 19
Gambar 2.2 Piktogram Posisi yang dimodifikasi untuk Skor Lengan
Atas danPeningkatan dan atau Penurunan Skor ................. 20
Gambar 2.3 Piktogram Kisaran Sudut Lengan Bawah dan Skoring ...... 23
Gambar 2.4 Piktogram Posisi Yang Dapat Dimodifikasi Untuk Skor
LenganBawah dan Peningkatan Skor ................................. 21
Gambar 2.5 Piktogram Kisaran sudut pergelangan tangan dan
skoring .............................................................................. 21
Gambar 2.6 Piktogram Deviasi Pergelangan Tangan dan
Peningkatan Skor .............................................................. 22
Gambar 2.7 Piktogram Deviasi Pergelangan Tangan Memuntir dan
Skoring ............................................................................. 22
Gambar 2.8 Piktogram Deviasi Pergelangan Tangan Memuntir dan
Skoring ............................................................................. 23
Gambar 2.9 Piktogram posisi yang dapat merubah skor postur leher .. 23
Gambar 2.10 Piktogram kisaran sudut pada badan dan skoring .......... 23
Gambar 2.11 Piktogram posisi yang dapat memodifikasi skor postur
Leher ............................................................................... 24
Gambar 2.12 Piktogram posisi yang dapat Memodifikasi Skor Postur
pada ................................................................................. 24

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1Skor postur group A .................................................................. 25


Tabel 2.2 Skor postur group B ............................................................... 25
Tabel 2.3 Skor postur group C ................................................................. 26
Tabel 2.4 Skor postur group D ............................................................... 26
Tabel 2.5 Tingkat Aksi yang Diperlukan Berdasarkan Grand Skor ........ 27
Tabel 3.1Definisi Operasional dan Cara Pengukuran .............................. 35
Tabel 3.2 Daftar Variabel Analisis Univariat .......................................... 39
Tabel 3.3 Panduan Interpretasi Uji Hipotesis Uji Hipotesis Korelatif .. 41
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden ........................ 43
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sikap Kerja ........................ 44
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Keluhan ............................. 45
Tabel 4.4 Hasil Analisa Bivariat .............................................................. 45

xv
DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Kerangka Teori .......................................................................... 35


Skema 2.2 Kerangka Konsep .................................................................... 36

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden


Lampiran 2 Data Demografi
Lampiran 3 Kuesioner Keluhan Low Back Pain
Lampiran 4 Lembar Observasi
Lampiran 5 SOP Mengukur Tekanan Darah
Lampiran 6 Surat Ijin Penelitian
Lampiran 7 Dokumentasi Mengukur Tekanan Darah
Lampiran 8 Jadwal Penelitian

xvii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Bekerja merupakan kegiatan utama bagi setiap orang atau masyarakat
untuk mempertahankan hidup. Bekerja memiliki makna untuk mencapai
tujuan ekonomi dan memenuhi kebutuhan hidup. Saat bekerja maka pegawai
atau karyawan berinteraksi dengan lingkungan kerja dan kondisi tubuhnya
serta gerakan yang kesemuanya bisa menimbulkan efek negatif bagi
kesehatan pekerja. Padasetiap tempat kerja, selalu terdapat bahaya yang
berpotensimenyebabkan terjadinyapenyakit akibatkerja(PAK)
dan/ataukecelakaanakibatkerja(KAK), bahkankematian.International Labour
Organization (ILO)globalmenunjukkanbahwasetiaptahunterjadilebihdari
2,3jutakematianakibatPAKdanKAK.Selainitu,lebihdari 317jutakasusinsiden
telahterjadi diberbagaitempatkerjadi duniasetiaptahunnya,dengankerugian
sebesar 4%dari GDP(GrossDomesticProduct)Globalyangdisertai dengan
tingginyaangkahari kerjahilang(ILO, 2014).Di Inggris,selamatahun
2014-2015
sebanyak1,2jutaorangmengalamiPAKdan142orangyangmeninggalpada
saatbekerja,dengantotalkerugiaan diperkirakan
mencapaiGBP14,3milliar(Health and Safety Executive, 2016)
DatadariPusatData danInformasi KementerianKesehatanRepublik
Indonesiatahun2015memperlihatkan bahwajumlahkasus PAK
yangdilaporkanolehPuskesmaspadatahun2014 sebanyak 40.964 kasus. Hal
ini mengindikasikan bahwamasih perlu ditingkatkannyausaha yang
sistematisdalampengendalianrisikoKeselamatanDanKesehatanKerja(K3) di
tempatkerja (KementerianKesehatanRepublik Indonesia,2015). Peraturan
Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia nomor 26 tahun 2014
tentangPenyelenggaraanPenilaian Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja menyebutkan bahwa untuk mencegah
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja maka di setiap
perusahaan/institusi yang memiliki tenaga kerja lebih dari 100 orang dan

1
2

memiliki risiko besar terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja


wajib menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Dalam Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya
pasal 165 yang menyatakan bahwa pengelola tempat kerja wajib melakukan
segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan,
pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja. Berdasarkan pasal di atas maka
pengelola tempat kerja di rumah sakit mempunyai kewajiban untuk
menyehatkan para tenaga kerjanya (Menteri Ketenagaan Kerja Indonesia,
2014).
Permasalahan kesehatan yang pada kenyataan terjadi akibat
ketidakwaspadaan tenaga kerja akan bahaya potensial kerja yang terdapat
pada lingkungan kerja termasuk rumah sakit. Bahaya potensial kerja dapat
berupa bahaya biologi, kimia, fisik, dan ergonomi. Ergonomi adalah
kesesuaian postur tubuh terhadap beban kerja yang diterima tenaga kerja
dengan pendekatan fitting the person to the job. Ketidaksesuaian faktor
ergonomi akan mengakibatkan kesalahan dalam postur kerja dan otot akan
menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama yang
akan menyebakan keluhan rasa nyeri berupa kerusakan pada sendi, ligament
dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan
dengan keluhan musculoskeletal disorder (MSDs) atau cedera pada system
musculoskeletal (Tarwaka, 2011) . Riset yang dilakukan oleh International
Labour Organization pada tahun 2013 menemukan bahwa 1 pekerja di dunia
meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja
mengalami sakit akibat kerja. Setiap tahun terjadi hampir dua juta gangguan
musculosekeletal pada pekerja, hal ini mengakibatkan penggunaan anggaran
terbanyak adalah untuk kecelakaan dan penyakit akibat kerja yaitu penyakit
musculoskeletal disorders sebesar 40 %, dari 27 negara yang dipantau oleh
ILO, Indonesia menempati urutan ke-26 dalam kasus kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja (Trie Hermawan Putranto, Rafael Djajakusli, 2014).
Studi tentang MSDs diberbagai tempat kerja menunjukkan bahwa
bagian otot yang sering dikeluhkan adalah otot rangka yang meliputi otot
leher, bahu, lengan, tangan, jari punggung, pinggang dan otot-otot bawah, di
3

antara keluhan sistem musculoskeletal tersebut yang paling banyak dialami


pekerja adalah otot bagian bawah pinggang (low back pain/LBP).
Berdasarkan data-data yang ada, insiden akut termasuk keluhan subyektif
low back pain pada pekerjasecara signifikan lebih besar terjadi pada pekerja
Rumah Sakit (RS) dibandingkan dengan seluruh pekerja di semua kategori
(jenis kelamin, ras, umur, dan status pekerjaan). Pekerja RS berisiko
mengalami keluhan LBP 1,5 kali lebih besar dari golongan pekerja lain
(Kepmenkes RI, 2010). Selain hal tersebut dikemukakan bahwa staf perawat
termasuk dalam kelompok profesi berisiko tinggi untuk terkena cedera
musculoskeletal, terutama di daerah belakang thorako-lumbal yang akan
mengakibatkan low back pain (Roupa, 2008, TS Wong et all, 2010).
Sebanyak 90% kasus LBP bukan disebabkan oleh kelainan organik,
melainkan oleh kesalahan posisi tubuh dalam bekerja. Pekerjaan mengangkat
menjadi penyebab terlazim dari LBP, yang menyebabkan 80% kasus (Andini
F, 2015). Sikap kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sikap kerja
tidak alamiah. Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerjayang
menyebabkan posisi bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah,
semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat grafitasi tubuh maka semakin
tinggi pula risiko terjadinya keluhan sistem musculoskeletal (Grandjean,
1993; Anis & McConville, 1996; Waters & Anderson, 1996 dan Manuaba;
2000 dalam Tarwaka, 2010). Low back pain sering terjadi dikalangan para
perawat terutama perawat yang bertugas di ruang rawat inap, kamar bedah,
Instalasi Gawat Darurat (IGD)dan Intensif Care Unit (ICU). Sikap kerja yang
salah sewaktu mengangkat dan memindahkan pasien dewasa sewaktu
mengangkat dan memindahkan pasien dari kursi roda ke tempat tidur
merupakan faktor risiko utama LBP pada perawat yang bekerja di ruang
rawat inap di rumah sakit (Widiyanti, 2009).
Sikap kerja tidak alamiah merupakan stimulus nyeri untuklow back pain
mekanik karena dipengaruhi oleh deviasi sikap atau postur tubuh dalam
bekerja, kontraksi otot statis, gerakan repetitive atau berulang dan
pengerahan tenaga disertai pembebanan (Ramadhani, 2015). Faktor lain yang
dapat mempengaruhi timbulnya gangguan low back pain meliputi
4

karakteristik individu yaitu usia, jenis kelamin, masa kerja dan indeks massa
tubuh (IMT) (Andini, 2015). Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan
oleh pada perawat di Nigeria (Murtala Muhammed Specialist Hospital
(MMSHI) dan Ethiopian (Rumah Sakit Khusus Universitas Jimma (JUSH])
bahwa prevalensi nyeri punggung bawah (LBP) adalah 360 (70,87%) dan ada
hubungan yang signifikan antara jenis kelamin serta sikap tubuh (Sikiru
L&Shmaila H, 2009).
Dampak yang terjadi pada perawat dari LBP ini selain merugikan dirinya
sendiri juga institusinya. Keluhan nyeri yang dirasakan bisa mengakibatkan
kerugian baik langsung maupun tidak langsung. Selain menjadi masalah
kesehatan bahwa low back pain juga mengakibatkan kerugian bagi
institusi/tempat bekerja. Beban ekonomi akibat low back pain bahwa biaya
rata-rata untuk mengobati satu kejadian LBP di Amerika pada tahun 2003
adalah $ 12.000, namun bila diperlukan tindakan operasi, biaya rata-rata
untuk satu kejadian LBP meningkat menjadi $ 43.000 (Health and Safety
Executive, 2015). Kerugian ekonomis, dalam hal ini hilangnya produktivitas,
bisa mencapai berbiliun dolar. Jumlah kunjungan ke dokter akibat nyeri
punggung bawah merupakan yang kedua setelah penyakit saluran napas atas
(Smleltzer, 2013).
Rumah Sakit Umum Daerah Kudungga merupakan rumah sakit tipe B
milik Pemerintah Daerah Kutai Timur dan menjadi Rumah Sakit rujukan di
Kutai Timur sehingga jumlah pasien yang dirawat menjadi lebih banyak,
otomatis kegiatan asuhan keperawatan juga semakin banyak yang dapat
menjadi penyebab timbulnya keluhan low back pain pada perawat. Data dari
Bagian Kepegawaian bahwa perawat yang bekerja di RSUD Kudungga
berjumlah 163 0rang yang terdiri dari PNS 80 orang dan TK2D 83 orang.
Rumah Sakit memiliki standar pelayanan K3RS yang terdiri dari 10 standar,
termasuk didalamnya tentang melaksanakan pemantauan lingkungan kerja
dan ergonomi yang berkaitan dengan kesehatan kerja,namun prevalensi low
back pain pada perawat RSUD Kudungga pada tahun 2017 yaitu 14,11 %
atau sebanyak 23 orang dan prevalensi kejadian low back pain pada perawat
rawat inap yaitu 43,48 % atau sebanyak 10 orang. Kejadian low back pain ini
5

banyak berhubungan dengan sikap kerja perawat saat melakukan asuhan


keperawatan. Hasil observasi pendahuluan yang dilakukan peneliti bahwa
perawat dalam melakukan asuhan keperawatan menggunakan gerakan
membungkuk, memutar tubuh, khususnya di sekitar tulang bawah,
mengangkat benda berat dan mentransfer pasien, kontraksi otot statis dan
gerakan repetitive. Semua hal tersebut merupakan sikap kerja tidak alamiah
yang berisiko menyebabkan keluhan low back pain.
Hasil observasi peneliti bahwa tindakan mengukur tekanan darah
menjadi salah satu sikap kerja tidak alamiah yang bisa berisiko menyebabkan
keluhan low back pain. Saat mengukur tekanan darah.
Sfigmomanometer yang digunakan di letakkan di atas tempat tidur sehingga
untuk melihat hasil sistole dan diastole. Perawat menggunakan gerakan
membungkuk, kontraksi otot statis dan gerakan ini dilakukan secara
berulang-ulang (repetitive) karena setiap pasien dewasa harus diukur tekanan
darahnya sebagai salah satu bentuk implementasi dari intervensi
keperawatan.

B. Rumusan Masalah
Ergonomi adalah kesesuaian postur tubuh terhadap beban kerja yang
diterima tenaga kerja. Sikap kerja tidak alamiah bukanlah termasuk postur
tubuh ergonomi sehingga menjadi stimulus nyeri untuk kasus low back pain
mekanik. Perawat dalam melakukan tindakan mengukur tekanan darah
sebagai salah satu bentuk implementasi keperawatan menggunakan gerakan
membungk, kontraksi otot statis dan gerakan repetitive. Semua hal tersebut
merupakan sikap kerja tidak alamiah yang berisiko menyebabkan keluhan
low back pain. Pengetahuan, perbaikan dan koreksi sikap kerja tidak alamiah
dapat mengurangi angka kejadian low back pain. Berdasarkan latar belakang
ini maka peneliti akan meneliti “Korelasi sikap kerja tidak alamiah saat
mengukur tekanan darah dengan risiko keluhan low back pain pada perawat
rawat inap dewasa”.
6

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Menganalisis korelasi antara sikap kerja tidak alamiah dengan
keluhan Low Back Pain pada perawat di ruang rawat inap dewasa
Rumah Sakit Umum Daerah Kudungga.
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik individu perawat (Usia,, Jenis
Kelamin, IMT, lama bekerja) di ruang rawat inap Rumah Sakit
Umum Daerah Kudungga.
b. Mengidentifikasi risiko keluhan low back pain perawat di ruang
rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Kudungga.
c. Mengidentifikasi sikap kerja tidak alamiah pada perawat saat
merawat pasien di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah
Kudungga.
d. Menganalisis korelasi sikap kerja tidak alamiah terhadap keluhan
Low Back Pain pada perawat ruang rawat inap Rumah Sakit Umum
Daerah Kudungga.

D. Manfaat penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dalam memperkaya wawasan tenaga kesehatan terutama
perawat tentang sikap kerja tidak alamiah yang dapat menimbulkan
risiko keluhan low back pain pada perawat, juga menjadi bahan kajian
pembelajaran institusi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wiyata Husada
Samarinda pada mata ajaran Keperawatan Medikal Bedah tentang
musculoskeletal serta menjadi data dasar dalam penelitian selanjutnya
tentang low back pain.
2. Manfaat Praktis
Untuk Keperawatan dapat menjadi acuan bagi tenaga kerja untuk
bekerja sesuai dengan sikap kerja yang benar sehingga akan mengurangi
7

risiko terjadi low back pain dan hasil penelitian dapat di gunakan
sebagai bahan masukan dan evaluasi untuk merencanakan program
keselamatan dan kesehatan kerja Rumah Sakit (K3 RS).

E. Penelitian Terkait
Penelitian yang berkenaan dengan sikap kerja tidak alamiah terhadap
risiko keluhan Low Back Pain pada perawat yaitu :
1. Kursiah Warti Ningsih (2017) meneliti tentang Keluhan Low Back Pain
Pada Perawat Rawat Inap RSUD Selisih Pangkalan Kerinci, sampel
penelitian yaitu 30 orang perawat dengan kuisioner. Jenis penelitian
kuantitatif dengan desain cross sectional. Analisa data yang digunakan
secara univariat, hasil penelitian didapatkan 13 orang (43,3%) perawat
mengalami keluhan low back pain. Hasil uji bivariate terdapat hubungan
antara sikap kerja dan kebiasaan berolahraga terhadap kejadian Low Back
Pain. Hasil analisis multivariat menunjukkan sikap kerja merupakan
variable yang paling mempengaruhi kejadian Low Back Pain dengan
nilai OR 43 kali, dengan variable IMT sebagai confounding terhadap
variable sikap kerja dan kebiasaan olahraga, sedangkan kebiasaan
olahraga merupakan confounding terhadap variable IMT.
2. Monalisa Sumangando et. al (2017), meneliti tentang Hubungan Beban
Kerja Perawat Dengan Kejadian Low Back Painpada perawat pelaksana
di Tk. III R. W Monginsidi Manado. Sampel berjumlah 40 responen yang
didapat dengan menggunakan teknik purposive sampling. Desain
penelitian observasional analitik dengan pendekatan Cross Sectional dan
data dikumpulkan dari responden dengan menggunakan lembar kuesioner
dan observasi. Kesimpulan uji Chi Square diperoleh nilai signifikan p =
0,365 > 0,05. Hal ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara
beban kerja perawat dengan kejadian low back pain pada perawat
pelaksana di RS. TK. III R.W Monginsidi Manado.
Perbedaan dengan penelitian ini yaitu pada analisa data bivariate,
penelitian ini menggunakan uji Chi Square sedangkan penelitian yang
akan dilakukan menggunakan korelasi product moment Pearson.
8

3. Ariek Kurnia PD et al , (2015) meneliti tentang Hubungan Tingkat


Risiko Postur Kerja Dan Karakteristik Individu Dengan Tingkat Risiko
Keluhan Low Back Pain Perawat Bangsal Kelas III Di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Surakarta Metode penelitian ini menggunakan
rancangan observasional dengan pendekatan cross sectional. Subjek
penelitian sebanyak 20 perawat dengan menggunakan total sampling.
Pengukuran postur menggunakan RULA dan pengukuran low back pain
dengan VAS. Uji statistik menggunakan Spearman Rank (Rho) dengan
tingkat signifikan (α≤0,05). Hasil untuk postur kerja dengan keluhan
LBP didapatkan (p=0,033) dan karakteristik inidividu dengan keluhan
LBP didapatkan (1) umur (p=0,050), (2) IMT (p=0,220), (3) masa kerja
(p=0,038) dan (4) kesegaran jasmani (p=0,456). Simpulan penelitian ada
hubungan yang signifikan antara postur kerja, usia, masa kerja dengan
risiko keluhan LBP dan tidak ada hubungan antara IMT dan kesegaran
jasmani dengan keluhan LBP.
Persamaan adalah metode observasi tubuh yaitu menggunakan RULA
sedangkan untuk pengukuran low back pain terdapat perbedaan, pada
penelitian ini menggunakan Visual Analog Scale sedangkan penelitian
yang akan dilakukan menggunakan Standard Nordic Questionaire.
4. L. Meily Kurniawidjaja et. al (2013), meneliti tentang Pengendalian
Risiko Ergonomi Kasus Low Back Pain pada Perawat di Rumah Sakit.
Sampel penelitian adalah seluruh populasi yang memenuhi syarat
penelitian, yaitu 22 perawat Ruang Rawat Inap di RS Bhayangkara, 36
perawat UGD di RSUD Tarakan, dan 16 perawat di RSS. Observasi
dilakukan untuk mengidentifikasi aktivitas berisiko tinggi LBP, metode
(REBA) menilai tingkat risiko ergonomi, kuesioner dan Nordic Body
Map menilai faktor risiko lainnya serta keluhan LBP, desain potong
lintang untuk analisis asosiasi, pengukuran dan analisis untuk menilai
alat kerja. Hasil penelitian mendapatkan prevalensi LBP cukup tinggi
pada perawat UGD di RSUD Tarakan tahun 2013 (61,1%) dan perawat
rawat inap di RS Bhayangkara tahun 2012 (31,8%), namun rendah pada
perawat UGD di RSS bila dibandingkan dengan hasil survei global
9

(43,1–87%); aktivitas yang dominan menimbulkan LBP adalah


membungkuk dan angkat angkut pasien. Didapatkan hubungan yang
bermakna postur membungkuk(p=0,031; OR=1,18–133,89),sudut
lengkung punggung (p=0,024; OR=1,65-196,31), dan transfer pasien
(p=0,011; OR=5,22–176,83) dengan tingkat risiko LBP. Simpulan,
aktivitas fisik perawat dan sarana kerjanya dapat menyebabkan LBP
sehingga disarankan menyediakan sarana kerja yang adjustable serta
‘meja’ dinding di toilet untuk pengukuran urin, memenuhi rasio
perawat-pasien minimal, SOP, mendidik perawat agar mampu
melakukan pengendalian.
Perbedaan pada penelitian ini adalah penggunaan metode observasi
tubuh, penelitian ini menggunakan metode (REBA)sedangkan penelitian
yang akan dilakukan menggunakan (RULA).
5. Himawan Fathoni et. Al (2009) meneliti tentang Hubungan Sikap dan
Posisi Kerja Dengan Low Back Pain Pada Perawat di RSUD Purbalingga,
dengan jumlah responden sebanyak 32 orang perawat. Jenis penelitian
kuantitatif dengan disain Cross Sectional. Dalam pengumpulan data
sikap dan posisi kerja menggunakan metode OWAS. Uji statistik yang
digunakan dalam penelitian ini adalah uji Chi Square. Hasil penelitian
yang didapat yaitu :
Karakteristik respondeen dalam penelitian ini memiliki rerata usia
31,41 + 4,74 tahun, rerata IMT 22,73 + 1,70 kg/m2 dan rerata masa kerja
9,28 + 5,47 tahun. Jumlah responden perempuan 18 orang, lebih banyak
dari rsponden laki-laki yang berjumlah 14 orang.Sebanyak 31,25 %
perawat RSUD Purbalingga melakukan sikap dan posisi kerja yang
berisiko cedera musculoskeletal.Perawat RSUD Purbalingga yang
mengalami low back pain sebanyak 18,75%.Terdapat hubungan antara
usia dan masa kerja dengan low back pain pada perawat RSUD
Purbalingga.Tidak ada hubungan IMT dengan low back pain pada
perawat RSUD Purbalingga.Tidak ada hubungan antara sikap dan posisi
kerja dengan low back pain pada perawat RSUD Purbalingga.Perbedaan
pada penelitian ini adalah penggunaan metode observasi tubuh,
10

penelitian ini menggunakan metode OWAS sedangkan penelitian yang


akan dilakukan menggunakan Rapid Upper Limb Asessment (RULA).
11

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka
1. Konsep Ergonomi
Ergonomi berasal dari kata Yunani ergon (kerja) dan nomos (aturan),
secara keseluruhan ergonomi berarti aturan yang berkaitan dengan kerja.
Banyak definisi tentang ergonomi yang dikeluarkan oleh para pakar
dibidangnya antara lain yaitu ilmu atau pendekatan multidisipliner, seni
dan penerapan teknologi yang bertujuan mengoptimalkan sistem
manusia-pekerjaannya sehingga kualitas hidup secara keseluruhan
menjadi lebih baik dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman, dan
efisien (Manuaba, A, 1981, Nurmianto, 1996, Tarwaka et all, 2004).

2. Risiko Gangguan Sistem Muskuloskeletal


Keluhan sistem musculoskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian
otot rangka yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat
ringan sampai sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang
dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa
kerusakan pada sendi, ligament dan tendon. Keluhan hingga kerusakan
inilah yang biasanya diistilahkan dengan keluhan musculoskeletal
disorder (MSDs) atau cedera pada sistem musculoskeletal (Grandjen,
1993; Lemasters, 1996 dalam Tarwaka, 2011). Diantara keluhan sistem
musculoskeletal yang paling banyak dialami pekerja adalah otot bagian
pinggang bawah atau low back pain.

3. Konsep Low Back Pain


Low back pain (LBP) adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung
bawah, dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau
keduanya. Nyeri ini terasa diantara sudut iga terbawah sampai lipat
bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau lumbo-sakral dan sering
disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki (Wagiu, 2012).

11
12

a. Jenis Low Back Pain


Low back pain paling sering terjadi karena gangguan pada
musculoskeletal. Low back pain menurut perjalanan kliniknya di
bedakan menjadi dua yaitu rasa nyeri yang menyerang secara
tiba-tiba, rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari
sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh.
Penatalaksanan awal nyeri pinggang akut berfokus pada istirahat
dan pemakaian analgesik.
Keluhan yang dirasa seperti tertarik atau nyeri pada persendian
yang memanjang, dirasakan antara 6 minggu hingga 3 bulan.
Biasanya sudah pada taraf mengganggu aktifitas seperti tidur atau
bekerja.Rasa nyeri yang menyerang lebih dari 3 bulan atau rasa
nyeri yang berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya
memiliki onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama.
b. Faktor Penyebab Keluhan Low Back Pain
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan tejadinya keluhn low
back pain yaitu sebagai berikut peregangan otot yang berlebihan
pada umumnya sering dikeluhkan oleh pekerja di mana aktivitas
kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang besar seperti aktivitas
mengangkat, mendorong, menarik dan menahan beban yang berat.
Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan
tenaga yang diperlukan melampaui kekuatan optimum otot. Apabila
hal serupa sering dilakukan, maka dapat memepertinggi risiko
terjadinya cidera otot skeletal.
Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus
menerus. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan
akibatbeban kerja secara terus menerus tanpa memperoleh
kesempatan untuk relaksasi.
c. Faktor Penyebab Sekunder
Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak,
misalnya adalah ketika tangan harus memegang alat, maka jaringan
otot tangan yang lunak menerima tekanan langsung dari alat, dan
13

apabila terjadi terus-menerus akan menimbulkan rasa nyeri otot


yang menetap.
Getaran pada frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi
otot bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran darah
tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya
timbul rasa nyeri otot.
Paparan suhu dingin maupun suhu panas yang berlebihan
akan menurunkan kelincahan, kepekaan, dan kekeatan pekerja
sehingga gerakan pekerja menjadi lamban, sulit bergerak dan
kekuatan otot menurun. Keadaan seperti ini menyebabkan sebagian
besar energi tubuh digunakan untuk beradaptasi dengan suhu
lingkungan, oleh karena itu apabila tubuh kurang mendapatkan
pasokan energi maka akan terjadi kekurangan suplai oksigen yang
selanjutnya akan mengakibatkan kurang lancarnya peredaran darah,
suplai oksigen ke otot menurun. Selain itu proses metabolisme
karbohidrat terhambat, dan terjadi penimbunan asam laktat yang
menimbulkan rasa nyeri otot.
Penyebab kombinasi merupakan resiko timbulnya keluhan
akan semakin meningkat apabila dalam menyelesaikan tugasnya,
pekerja terpapar lebih dari satu faktor risiko pada waktu yang sama.
Salah satu contohnya adalah pekerja yang harus melakukan
pekerjaan angkat-angkut dibawah tekanan panas matahari seperti
yang dilakukan oleh pekerja bangunan.
Keluhan pada umumnya mulai dirasakan pada umur kerja
yaitu 25-65 tahun (Chaffin, 1979 & Guo et al, 1995 dalam Tarwaka,
2010). Keluhan pertama biasanya dirasakan pada umur 35 tahun
kemudian keluhan akan terus meningkat sejalan dengan
bertambahnya umur, hal ini disebabkan secara alamiah pada umur
paruh baya kekuatan dan ketahanan otot mengalami penurunan
sehingga risiko terjadinya keluhan pada otot meningkat meningkat.
Umur mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan keluhan
sistem muskuloskeletal, terutama untuk otot leher atas dan bahu,
14

bahkan ada beberapa ahli lainnya menyatakan bahwa usia


merupakan penyebab utama terjadinya keluhan otot (Riihimaki et.
al., 1989 dalam Tarwaka, 2010).
Jenis kelamin terhadap risiko keluhan sistem muskuloskeletal,
namun beberapa penelitian secara signifikan menunjukkan bahwa
jenis kelamin berpengaruh terhadap tingkat risiko keluhan otot.
Otot wanita mempunyai ukuran yang lebih kecil dan kekuatannya
hanya dua pertiga (60%) daripada otot pria terutama otot lengan,
punggung dan kaki (Astrand & Rodahl, 1996; Betti’e at al, 1989
dalam Tarwaka, 2010). Dengan kondisi alamiah yang demikian,
maka wanita mempunyai tingkat risiko lebih tinggi dibandingakan
dengan pria. Perbandingan keluhan otot antara pria dan wanita
adalah 3:1 (Chiang, et.al., 1993; Hales, et.al., 1994; dan Johanson,
1994 dalam Tarwaka, 2010).
Kebiasaan merokok merupakan faktor yang sama halnya
dengan faktor jenis kelamin, masih menjadi perdebatan mengenai
pengaruhnya terhadap risiko keluhan Musculoskeletal Disorders
(MSDs). Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan yang
erat antara kebiasaan merokok dengan meningkatnya keluhan
Musculoskeletal Disorders (MSDs), salah satunya adalah dalam
Tarwaka (2010).
Kebiasaan merokok dapat menurunkan kapasitas vital
paru-paru, sehingga kemampuan untuk mengonsumsi oksigen
menurun dan berakibat tingkat kesegaran tubuh juga menurun.
Apabila seseorang melakukan pekerjaan dengan pengerahan tenaga
yang besar maka akan cepat lelah karena kandungan oksigen dalam
darah rendah, pembakaran karbohidrat terhambat, terjadi
penumpukan asam laktat dan akhirnya menimbulkan rasa nyeri
otot.
Kesegaran jasmani pada umumnya keluhan otot jarang tejadi
pada orang yang mempunyai cukup waktu istirahat dalam aktivitas
sehari-hari. Laporan NIOSH dikutip dari Tarwaka (2010)
15

menyebutkan bahwa tingkat kesegaran tubuh yang rendah


mempunyai risiko terjadinya keluhan sebesar 7,1%, tingkat
kesegaran tubuh sedang sebesar 3,2%, dan tingkat kesegaran tubuh
tinggi sebesar 0,8%.
Masa Kerja merupakan keluhan subyektif pada punggung
dapat muncul setelah beberapa waktu. Pengaruh masa kerja adalah
seseorang melakukan pekerjaanya dengan posisi yang salah dan
berulang (repetitive) dalam jangka waktu yang lama. Maksimum
tenaga yang bisa di hasilkan oleh otot manusia akan sangat
tergantung pada jenis kelamin dan umur. Puncak otot baik laki-laki
atau perempuan akan berada pada umur antara 20-30 tahun. Pada
umur sekitar 50-60 tahun tenaga otot hanya bisa menghasilkan 75%
dari maksimum (Tarwaka,2010).
Kekuatan fisik sama halnya dengan faktor jenis kelamin dan
kebiasaan merokok, hubungan kekuatan fisik dengan keluhan
Musculoskeletal Disorders (MSDs) juga masih diperdebatkan.
Dikutip dari Tarwaka (2010) bahwa yang dilaporkan oleh National
Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) menemukan
adanya peningkatan keluhan punggung yang tajam pada pekerja
yang melakukan tugas dengan kekuatan melebihi batas kekuatan
otot pekerja. Secara fisiologis ada yang dilahirkan dengan struktur
otot yang kekuatan fisiknya lebih kuat, sehingga apabila ada
pekerjaan yang membutuhkan pengerahan tenaga yang besar, untuk
terjadi keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) lebih kecil
dibandingkan dengan yang memiliki kekuatan fisik lebih rendah,
hal ini hanya berlaku pada pekerjaan yang memerlukan pengerahan
tenaga yang besar. Tingkat kesegaran tubuh yang rendah akan
mempertinggi risiko terjadinya keluhan otot dan keluhan otot akan
meningkat sejalan dengan bertambahnya aktifitas fisik. Pada
umumnya keluhan otot jarang ditentukan pada orang yang
mempunyai cukup waktu istirahat dalam aktifitas keseharianya.
Sebaliknya bagi orang yang dalam keseharianya melakukan
16

pekerjaan yang memerlukan tenaga yang besar dan tidak


mempunyai waktu istirahat yang cukup, hampir dapat dipastikan
akan menjadi keluhan otot. Kesegaran jasmani yang baik dapat
diperoleh dari kebiasaan olahraga yang rutin, dianjurkan 3-5 kali
dalam seminggu dengan lama latihan 30-45 menit. Olahraga yang
dapat menguatkan otot pinggang antara lain jogging dan berenang,
sedangkan yang dapat menimbulkan low back pain antara lain golf,
sepakbola dan tenis. (Tarwaka, 2010)
IMT meskipun pengaruhnya relatif kecil, indeks massa tubuh
mempengaruhi terjadinya keluhan otot. Misalnya wanita gemuk
mempunyai risiko dua kali lipat dibandingkan wanita kurus (Vessy,
et.al, 1990 dalam Tarwaka, 2010). Hal ini diperkuat dengan hasil
penelitian Werner, et.al (1994) dalam Tarwaka (2010) menyebutkan
bahwa bagi pasien yang gemuk (obesitas dengan massa tubuh >29)
mempunyai risiko 2,5 lebih tinggi dibandingkan dengan yang kurus
(massa tubuh <20), khususnya untuk otot kaki.

4. Sikap Kerja Tidak Alamiah


Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan
posisi bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya: posisi
tangan terangkat ke atas melebihi bahu, kepala mendongak keatas
terus-menerus, punggung terlalu membungkuk. Semakin jauh posisi
bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula risiko
terjadinya keluhan low back pain, hal tersebut dapat terjadi karena
dipengaruhi oleh postur tubuh, kontraksi otot statis, gerakan repetitive
dan pengerahan tenaga dan pembebanan.
Keluhan low back pain mekanik karena sikap kerja terjadi karena
adanya stimulus nyeri yang akan menyentuh nosiseptor pada kulit
dan organ internal tubuh. Nosiseptor merupakan ujung saraf bebas
dalam kulit yang berespons hanya pada stimulus yang kuat, yang secara
potensial merusak, dimana stimulus tersebut sifatnya dapat berupa kimia
dan mekanik yang akan mengakibatkan aliran darah pada bantalan
17

antara tulang pinggang berkurang. Aliran darah yang terhambat


meningkatkan resiko terjadinya nyeri tulang. Saat stimulus nyeri telah
menyentuh nosiseptor maka salah satu cabang dari reseptor tersebut
akan dikirimkan ke pembuluh darah lokal. Stimulus tersebut akan
merangsang mast cell untuk melepaskan histamin. Histamin merupakan
salah satu substansi yang dapat meningkatkan transmisi atau persepsi
nyeri sehingga dapat meningkatkan efek yang menimbulkan nyeri
sehingga sensasi nyeri dapat dirasakan oleh seseorang. Untuk
menstabilkan kondisi tersebut maka otot-otot abdominal dan toraks akan
berkontraksi, akibat kontraksi otot tersebut maka menyebabkan
terjadinya low back pain (Ramadhani, 2015). Sikap kerja tidak alamiah
biasanya dipengaruhi oleh karakteristik individu yaitu indeks usia,
jenis kelamin, masa kerja dan indeks massa tubuh (IMT) (Andini, 2015).

5. Konsep Sikap Kerja


Dalam melakukan pekerjaanya dalam merawat pasien, terdapat
beberapa aktivitas yang dilakukan oleh perawat dalam kegiatanya yang
menyebabkan sikap kerja tidak alamiah. Faktor yang paling
menyebabkan cedera muskuluskeletal pada perawat yaitu sikap kerja
perawat dalam melakukan perawatan pada pasien, dalam hal ini lifting
pada pasien (Cahyati, 2012).
a. Kontrol Sikap Kerja Pada Perawat
Kontrol teknik yaitu lingkungan kerja, tata letak,peralatan yang
digunakan pada pekerjaan. Contohnya adalah penggunaan teknologi
penanganan pasien, seperti alat bantu pemindahan pasien. Kontrol
administrasi adalah kebijakan untuk mengurangi atau mencegah
terjadinya low back pain. Strategi pengendalian administrasi
meliputi jadwal kerja, rotasi pekerjaan, adanya protocol perawatan
pasien dan protokol penggunaan alat-alat. Kontrol perilaku meliputi
training staf, cara penggunaan alat untuk mengangkat atau
memindahkan pasien.
18

b. Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Kerja Tidak Alamiah


Deviasi sikap atau postur tubuh dalam posisi statis (duduk atau
berdiri) yang menyebabkan peningkatan sudut lumbosakral (sudut
antara segmen vertebra L5 dan S1 yang normalnya sebesar 300 –
400) atau peningkatan lengkung lordotik lumbal dalam waktu
cukup lama, serta menyebabkan pergeseran titik pusat berat badan
yang normalnya berada di garis tengah sekitar 2,5cm di depan
segmen vertebra S2. Peningkatan sudut lumbosakral dan pergeseran
titik pusat berat badan tersebut akan menyebabkan peregangan pada
ligamen dan kontraksi otot-otot yang berusaha untuk
mempertahankan postur tubuh yang normal, akibatnya dapat terjadi
strain atau sprain pada ligamen dan otot-otot di daerah punggung
bawah yang menimbulkan nyeri.
Kontraksi otot statis atau kontraksi isometrik merupakan
kontraksi otot tanpa gerakan anggota tubuh, otot yang bekerja akan
memendek dan komponen-komponen nin kontraktif sedikit
memanjang serta tidak ada gerakan yang terjadi pada suatu sendi
dimana otot melewati sendi tersebut. Efek dari kontraksi otot statis
adalah akan terjadi penumpukan lebih cepat asam laktat sehingga
akan menimbulkan kelelahan. Gerakan seperti mengangkat,
membungkuk dan melakukan pekerjaan dengan berdiri pada waktu
yang lama termasuk dalam kontraksi otot statis.
Gerakan repetitif adalah gerakan berulang dengan posisi tubuh
yang menetap dalam jangka waktu yang lama.Keluhan otot
kemungkinan tidak terjadi apabila kontraksi otot hanya berkisar
antara 15-20% dari kekuatan otot maksimum, namun apabila
kontraksi otot melebihi 20% menurut tingkat kontraksi yang
dipengaruhi oleh besarnya tenaga yang diperlukan maka peredaran
darah ke otot berkuran. Suplai oksigen ke otot menurun, proses
metabolisme karbohidrat terhambat dan sebagai akibatnya terjadi
penimbunan asam laktat yang menyebabkan timbulnya rasa nyeri
otot.Peregangan otot yang berlebihan, pada umunya sering
19

dikeluhkan oleh pekerja dimana aktifitas kerjanya menuntut


pengerahan tenaga yang besar seperti aktifitas mengangkat,
mendorong, menarik dan menahan beban yang berat. Peregangan
otot yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga yang
diperlukan melampaui kekuatan optimum otot. Apabila hal serupa
sering dilakukan, maka dapat berisiko tinggi terjadinya keluhan otot,
bahkan dapat menyebabkan terjadinya cedera otot skeletal.

6. Konsep RULA (Rapid Upper Limb Assesment) dalam Penilaian Low


Back Pain
Aplikasi metode RULA dapat digunakan untuk menentukan
prioritas pekerjaan berdasarkan faktor risiko cedera. Hal ini dilakukan
dengan membandingkan nilai tugas-tugas yang berbeda yang dievaluasi
menggunakan dengan RULA. Metode ini juga dapat digunakan untuk
mencari tindakan yang paling efektif untuk pekerjaan yang memiliki
risiko relatif tinggi. Analisis dapat menentukan kontribusi tiap faktor
terhadap suatu pekerjaan secara keseluruhan dengan cara melalui nilai
tiap faktor risiko.
Dalam aplikasi metode RULA, tentunya juga mempunyai berbagai
keterbatasan. Metode ini hanya terfokus pada faktor risiko terpilih yang
dievaluasi. RULA tidak mempertimbangkan faktor risiko cedera pada
keadaan seperti waktu kerja tanpa istirahat, karakteristik individu (umur,
masa kerja, ukuran tubuh, kekuatan atau riwayat kesehatannya), faktor
lingkungan kerja dan faktor psikososial
Aplikasi metode RULA ini dimulai dengan mengobservasi aktivitas
pekerjaselama beberapa siklus kerja. Dari observasi tersebut, dipilih
pekerjaan dan postur tubuh yang paling signifikan. Pada saat memilih
postur tubuh saat kerja, perlu mempertimbangkan aspek seperti durasi
atau beberapa postur tubuh yang mengalami pembebanan berlebihan,
yang selanjutnya postur tubuh tersebut dinilai.
Selanjutnya secara ringkas dibawah ini akan dijelaskan prosedur
aplikasi metode RULA menentukan siklus kerja dan mengobservasi
pekerja selama variasi siklus kerja tersebut, memilih postur tubuh yang
20

akan dinilai, memutuskan untuk menilai kedua sisi anggota tubuh,


menentukan skor postur tubuh untuk masing-masing anggota tubuh,
menghitung grand skor dan action level untuk menilai kemungkinan
risiko yang terjadi, redesain stasiun kerja atau mengadakan perubahan
untuk perbaikan postur tubuh saat kerja bila diperlukan.
Untuk lebih mempermudah pemahaman kita didalam menggunakan
metode RULA, maka dibawah ini akan dijelaskan teknik pengukuran
dengan menggunakan ilustrasi gambar piktogram pada masing-masing
anggota tubuh yang dinilai berdasarkan ilustrasi gambar pictogram pada
masing-masing anggota tubuh yang dinilai berdasarkan group segmen
tubuh dan cara membuat skor penilaian.
a. Group A : Skor untuk anggota tubuh pada Upper Limbs (lengan atas,
lengan bawah dan pergelangan tangan).

1) Skoring untuk lengan atas.


Anggota tubuh pertama yang dinilai adalah lengan atas.
Untuk menghitung skor pada bagian ini, maka perlu diukur
sudut axis badan. Piktogram pada Gambar 2.1 menunjukan
postur yang berbeda sebagai petunjuk penilaian. Tergantung
pada sudut yang dibentuk oleh lengan, skor akan dihitung
berdasarkan gambar tersebut.
Gambar 2.1 Piktogram Kisaran Sudut Lengan dan Skoring pada
Lengan(Sumber: Tarwaka, 2010)

Skor postur untuk lengan harus dimodifikasi, baik ditambah


atau dikurangi jika bahu pekerja terangkat, jika lengan diputar,
diangkat menjauhi dari badan atau jika lengan ditopang selama
kerja, seperti diilustrasikan pada pictogram
gambar2.2.Masing-masing kondisi tersebut akan menyebabkan
21

suatu peningkatan atau penurunan skor postur pada lengan atas.


Jika tidak ada situasi lengan seperti tersebut diatas, maka skor
dapat langsung menggunakan tabel tersebut, dengan tanpa
modifikasi.
Gambar 2.2 Piktogram Posisi yang dimodifikasi untuk Skor Lengan Atas dan
Peningkatan dan atau Penurunan Skor (Sumber : Tarwaka, 2010)

2) Skoring untuk lengan bawah.


Berikutnya yang harus dianalis adalah posisi lengan
bawah. Skor postur untuk lengan bawah juga tergantung pada
kisaran sudut yang dibentuk oleh lengan bawah selama
melakukan pekerjaan. Piktogram pada gambar 2.3 menunjukan
perbedaan kisaran sudut yang mungkin terjadi. Setelah
dilakukan penilaian terhadap sudut pada lengan bawah, maka
skor postur pada lengan bawah langsung dapat di hitung.
Gambar 2.3Piktogram Kisaran Sudut Lengan Bawah dan Skoring(Sumber :
Tarwaka, 2010)

Skor postur untuk lengan bawah harus dinaikan jika


lengan bawah menyilang dari garis lengan badan atau keluar
dari sisi badan, seperti diilustrasikan piktogram pada gambar
2.4 dibawah. Pada kedua posisi tersebut, skor postur awal
22

hanya dapat ditambah dengan 1 (+1). Piktogram tersebut


mengilustrasikan kedua posisi tersebut dan menjelaskan
kemungkinan yang dapat dilakukan untuk menambah skor.
Gambar 2.4 Piktogram Posisi Yang Dapat Dimodifikasi Untuk Skor Lengan
Bawah dan Peningkatan Skor (Sumber: Tarwaka, 2010)

3) Skor untuk Pergelangan tangan.


Pertama-tama yang dinilai adalah fleksi pergelangan
tangan. Piktogram pada gambar 2.5 menunjukan tiga
kemungkinan kisaran sudut pergelangan tangan. Setelah
melakukan evaluasi sudut pada pergelangan tangan, maka skor
responden langsung dihitung.
Gambar 2.5 Piktogram Kisaran sudut pergelangan tangan
danskoring(Sumber: Tarwaka, 2010)

Skor postur untuk pergelangan tangan akan ditambah


dengan 1 (+1), jika pergelangan tangan pada saat bekerja
mengalami deviasi baik ulnar maupun radial (menekuk keatas
maupun kebawah), seperti diilustrasikan dengan piktogram
pada gambar 2.6 dibawah ini
23

Gambar 2.6 Piktogram Deviasi Pergelangan Tangan dan PeningkatanSkor


(Sumber: Tarwaka, 2010)

Apabila telah didapatkan skor untuk pergelangan tangan,


maka perlu dinilai pada posisi pergelangan tangan memuntir,
sepertidiilustrasikan dengan piktogram pada gambar 2.8. Skor
yang baru tersebut merupakan skor independen dan tidak akan
ditambahkan dengan skor sebelumnya, dan akan digunakan
untuk menghitung skor total untuk group A.
Gambar 2.7 Piktogram Deviasi Pergelangan Tangan Memuntir dan Skoring
(Sumber : Tarwaka, 2010)

b. Group B ; Skor untuk Anggota Tubuh pada Leher, Badan dan Kaki.
Setelah anggota tubuh pada group A selesai dinilai, selanjutnya
yang harus dinilai adalah anggota tubuh group B yaitu angota tubuh
pada bagian leher, badan dan kaki.
1) Skor untuk Leher
Anggota tubuh pertama yang harus dinilai pada group B
adalah bagian leher; Fleksi pada leher dinilai terlebih dahulu
dengan menghitung skor berdasarkan ilustrasi piktogram pada
gambar 2.8, yang menunjukan tiga (3) kisaran fleksi dan
ekstensi pada leher.
24

Gambar 2.8 Piktogram Deviasi Pergelangan Tangan Memuntir danSkoring


(Sumber : Tarwaka, 2010)

Skor postur untuk leher harus ditambah dengan 1 (+1), jika


posisi leher menekuk atau memuntir seperti diilustrasikan
dengan pictogram pada gambar 2.9 di bawah ini :
Gambar 2.9 Piktogram posisi yang dapat merubah skor postur
leher(Sumber : Tarwaka, 2010)

2) Skor untuk badan


Pertama-tama yang harus dilakukan adalah menentukan
apakah posisi pekerja pada saat bekerja adalah duduk atau
berdiri yang dapat mengindikasikan fleksi badan, seperti
diilustrasikan dengan piktogram pada gambar 2.10. Selanjutnya,
skor postur langsung dapat dihitung berdasarkan postur badan
yang terjadi selama kerja.
Gambar 2.10 Piktogram kisaran sudut pada badan dan skoring (Sumber :
Tarwaka, 2010)
25

Skor postur untuk badan harus dinaikan dengan


menambah 1 (+1), jika jika badan memuntir atau membungkuk
kesamping, seperti diilustrasikan dengan pictogram pada
gambar 2.11 dibawah ini.
Gambar 2.11 Piktogram posisi yang dapat memodifikasi skor postur
padaleher (Sumber; Tarwaka, tahun 2010)

3) Skor untuk Kaki


Bagian tubuh terakhir yang harus dinilai adalah kaki. Pada
penelitian kaki, metode ini tidak fokus pada pengukuran sudut
seperti analisis pada anggota tubuh sebelumnya. Tetapi lebih
pada faktor seperti distribusi berat pada tumpuan kedua kaki,
tempat penopang dan posisi duduk atau berdiri yang akan
menentukan besar kecilnya skor, seperti diilustrasikan dengan
pictogram pada gambar 2.12
Gambar 2.12 Piktogram posisi yang dapat Memodifikasi Skor Posturpada
leher. (Sumber; Tarwaka, tahun 2010)

Perhitungan Grand Skor RULA. Setelah skor postur untuk


setiap angota tubuh pada group (A dan B) secara individu telah
dicatat, selanjutnya harus dihitung skor kombinasi untuk kedua
group.
26

Tabel 2.1 Skor postur group A. (Sumber : Tarwaka,2010)


Pergelangan Tangan
1 2 3 4
Lengan Lengan Pergelangan Pergelangan Pergelangan Pergelangan
Atas bawah Tangan Tangan Tangan Tangan
Memuntir Memuntir Memuntir Memuntir
1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 2 2 2 2 3 3 3
1 2 2 2 2 2 3 3 3 3
3 2 3 3 3 3 3 4 4
1 2 3 3 3 3 4 4 4
2 2 3 3 3 3 3 4 4 4
3 3 4 4 3 4 4 5 5
1 3 3 4 4 4 4 5 5
3 2 3 4 4 4 4 4 5 5
3 4 4 4 4 4 5 5 5
1 4 4 4 4 4 5 5 5
4 2 4 4 4 4 4 5 5 5
3 4 4 4 5 5 5 6 6
1 5 5 5 5 5 6 6 7
5 2 5 6 6 6 6 7 7 7
3 6 6 6 7 7 7 7 8
1 7 7 7 7 7 8 8 9
6 2 8 8 8 8 8 9 9 9
3 9 9 9 9 9 9 9 9

Contoh penggunaan Tabel group A ; Semisal, diperoleh skor


individu pada group A, Sebagai berikut : Skor lengan atas 3, skor
lengan bawah 3, skor pergelangan tangan 1 dan pergelangan
tangan memuntir skor 1. Maka akan diperoleh total skor group A
adalah sebesar 4.
Tabel 2.2 Skor postur group B. (Sumber; Tarwaka, tahun 2010)
Badan (Trunk)
1 2 3 4 5 6
Leher kaki Kaki kaki kaki kaki Kaki
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7
2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7
3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7
4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8
5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8
6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9

Skor postur yang diperoleh dari group A dan B akan


diubah dengan mempertimbangkan penggunaan otot dan
pengerahan tenaga selama melakukan pekerjaan.
27

Tabel 2.3 Skor postur group C (Sumber :Tarwaka, 2010)

KISARAN PEMBEBANAN DAN PENGERAHAN


SKOR
TENAGA
Tidak ada resistensi atau pembebanan dan pengerahan tenaga
0
secara tidak menentu < 2kg
Pembebanan dan pengerahan tenaga secara tidak menentu
1
antara 2 – 10 kg
2 Pembebanan statis 2 -10 kg
2 Pembebanan dan pengerahan tenaga secara repetitive 2 – 10 kg
Pembebanan dan pengerahan tenaga secara repetitive
3
atau statis ≥ 10 kg
3 Pengerahan tenaga dan pembebanan yang berlebihan dan cepat

Perhitungan skor gabungan adalah skor dari penggunaan


otot dan pengerahan tenaga atau gerakan lebih dari 1 menit maka
ditambahkan 1 pada skor postur untuk group A dan B sehingga
menghasilkan perhitungan untuk skor C dan D.
Tabel 2.4 Skor postur group D (Sumber; Tarwaka, tahun 2010)
SKOR D
Skor C 1 2 3 4 5 6 7+
1 1 2 3 3 4 5 5
2 2 2 3 4 4 5 5
3 3 3 3 4 4 5 6
4 3 3 3 4 5 6 6
5 4 4 4 5 6 7 7
6 4 4 5 6 6 7 7
7 5 5 6 6 7 7 7
8 5 5 6 7 7 7 7

Contoh perhitungan skor gabungan : Skoring pada


penggunan otot dan pembebanan atau pengerahan tenaga.
Contoh Tingkat aksi berdasarkan grand skor : Berdasarkan
contoh data skor individu yang digunakan diatas, dimana grand
skor adalah 5 maka tingkat aksi dalam kategori 3. Dengan
demikian diperlukan adanya investigasi dan perbaikan segera
terhadap sikap kerja pada pekerjaan yang dilakukan tersebut
untuk mencegah terjadinya risiko edera yang lebih tinggi pada
otot skeletal.
28

Tabel 2.5 Tingkat Aksi yang Diperlukan Berdasarkan Grand Skor


(Sumber;Tarwaka, tahun 2010)
LEVEL TINGKAT AKSI DARI RULA
Apabila grand skor adalah 1 atau 2, tidak ada masalah dengan
1 postur tubuh selama kerja
Apabila grand skor adalah 3 atau 4, diperlukan adanya
2 perubahan untuk perbaikan sikap kerja
Apabila grand skor adalah 5 atau 6, diperlukan adanya
3 investigasi dan perbaikan segera
Apabila grand skor adalah 7+, diperlukan adanya investigasi
4
dan perbaikan secepat mungkin

7. Mengukur Tekanan Darah


Mengukur takanan darah adalah tindakan keperawatan yang sering
dilakukan untuk mengetahui keadaan hemodinamik klien dan
mengetahui keadaan kesehatan klien secara umum. Tindakan mengukur
tekanan darah menjadi salah satu sikap kerja tidak alamiah yang bisa
berisiko menyebabkan keluhan low back pain. Saat mengukur tekanan
darah, Sfigmomanometer yang digunakan diletakkan di atas tempat tidur
sehingga untuk melihat hasil sistole dan diastole. Perawat menggunakan
gerakan membungkuk, kontraksi otot statis dan gerakan ini dilakukan
secara berulang-ulang (repetitive) (Aminudin, 2015).
Standar Operasional Prosedur tentang mengukur tekanan darah,
yang dapat teridentifikasi berisiko menjadi sikap kerja tidak alamiah
yaitu saat memasang manset, meraba arteri brachialis lalu menekankan
stetoskop di daerah tersebut, memompa balon hingga denyut arteri tidak
terdengar dan saat mendengarkan systole dan diastole (Aminudin, 2015).

8. Aplikasi Teori Dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan


Low back pain yang disebabkan oleh sikap kerja tidak alamiah pada
perawat dapat terjadi karena kurangpengetahuan perawat tentang sikap
ergonomis saat bekerja atau adanya suatu keterbatasan situasi sehingga
sikap kerja ergonomis tidak dilakukan. Diperlukan promosi kesehatan
secara intensif dan penyediaan fasilitas yang dapat menunjang sikap
kerja yang ekonomis. Peran perawat sebagai edukator adalah untuk
promosi kesehatan dan advokat untuk berusaha mewujudkan penyediaan
29

fasilitas yang dapat menunjang sikap kerja yang ergonomis (Aminudin,


2015).

B. Kerangka Teori
Skema 2.1 Kerangka Teori (Sumber : Tarwaka, 2010)

Faktor Penyebab

Primer
1. Peregangan otot
berlebihan
2. Aktivitas berulang

Sekunder
1. Tekanan Tidak ada keluhan
2. Getaran Resiko Keluhan
3. Mikrolimat Low Back Pain :
Nyeri daerah
punggung hingga
Lumbosakral
Karakteristik Idividu
Ada keluhan
1. Umur
2. Jenis Kelamin
3. IMT Rapid Upper Limb
4. Masa Kerja Assesmen
5. Kesegaran jasmani 1. Grup A
6. Kekuatan fisik a. Scoring
7. Kebiasaan merokok lengan atas
b. Skoring
lengan
bawah Tingkat aksi dari RULA :
c. Skoring 1. Skor 1 atau 2, tidak
Kombinasi pergelangan ada masalah dengan
tangan postur tubuh
2. Grup B 2. Skor 3 atau 4,
a. Skoring diperlukan investigasi
Sikap Kerja tidak
Leher lebih lanjut
alamiah :
b. Skoring 3. Skor 5 atau 6,
1. Postur tubuh
Badan diperlukan investigasi
2. Kontraksi otot statis
c. Skoring dan perbaikan segera.
3. Gerakan repetitif
kaki 4. Skor 7, investigasi
4. Pengerahan tenaga
dan pembebanan dan perbaikan secepat
mungkin
30

C. Kerangka Konsep
Skema 2.2 Kerangka Konsep

INPUT PROSES Output

Responden :
Dependen :
Perawat Rawat Inap di Independen :
Risiko Keluhan Low
Ruang Zamrud dan Sikap Kerja Tidak
Back Pain pada
Nilam RSUD Alamiah
Perawat Rawat Inap
Kudungga

Confounding :

1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. IMT
Keterangan : 4. Masa Kerja
: Diteliti
: Mempengaruhi

D. Hipotesa Penelitian
M. Sopiyudin Dahlan (2016) berpendapat bahwa hipotesis adalah suatu
pernyataan yang merupakan jawaban sementara peneliti terhadap pertanyaan
penelitian (analitik). Hipotesis inilah yang akan dibuktikan peneliti melalui
penelitian. Tentu saja ada dua kemungkinan hasil apakah hipotesis penelitian
terbukti atau tidak terbukti. Hipotesis penelitian (Ha) merupakan jawaban
sementara terhadap masalah penelitian yang menunjukkan adanya hubungan
antara variabel bebas dan variabel terikat (Setiadi, 2007). Penelitian adalah
hipotesa kerja yang dirumuskan untuk menjawab permasalahan dengan
menggunakan teori-teori yang ada hubungannya dengan permasalahan
penelitian dan belum merupakan fakta serta dukungan data yang ada di
lapangan. Hipotesa yang telah teruji kebenarannya disebut teori, berdasarkan
kerangka konsep diatas maka hipotesa dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut : “Terdapat korelasi sikap kerja tidak alamiah terhadap risiko keluhan
Low Back Pain pada perawat di ruang rawat inap”.
31

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Desain penelitian ini adalah metodestudi korelasi yaitu penelitian yang
bertujuan untuk mengungkapkan hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen (Nursalam, 2013). Metode pendekatan cross sectional
untuk mendeskripsikan fenomena atau hubungan fenomena yang ada (sekali
waktu) antara faktor resiko/paparan dengan penyakit (Aziz, 2009). Prosedur
yang akan digunakan dalam pengumpulan data yaitu dengan kuisioner dan
lembar observasi dengan metode RULA.

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah subyek penelitian yang memenuhi kriteria
penelitian yang telah ditetapkan dan biasanya dapat dijangkau oleh
peneliti dari kelompoknya (Nursalam, 2013). Populasi pada penelitian
ini adalah semua perawat inap yang bekerja di RSUD Kudungga
Sangatta sebanyak 106 orang dan yang melakukan implementasi
keperawatan dengan mengukur tekanan darah secara manual 65 orang.

2. Sampel
Sampel adalah sekelompok individu yang merupakan bagian dari
populasi terjangkau dimana peneliti langsung mengumpulkan data atau
melakukan pengamatan /pengukuran pada unit ini (Dharma, 2011). Pada
dasarnya ada dua syarat yang harus dipenuhi saat menetapkan sampel,
yaitu representativ (mewakili)dan sampel harus cukup banyak
(Nursalam, 2013). Samplingadalahprosesmenyeleksiporsidari
polulasiuntukmewakilipopulasi. Tehnik sampling merupakan cara-cara
yang ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel
yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian
(Sastoasmoro & Ismail, 1995 dalam Nursalam, 2013)

31
32

Sampel yang diambil untuk dijadikan responden pada penelitian


yaitu perawat rawat inap RSUD Kudungga Sangatta. Jumlah tersebut
didapatkan dari penghitungan rumus yang digunakan dalam
pengambilan sampel sebagai berikut:
N . p (1  p )
n
N  1D  p1  p 
Besar sampel dalam penelitian ini dihitung melalui rumus sebagai
berikut
65 x0,51  0,5
n  56
65  1x0,000625  0,51  0,5
Dimana :
B2 0,05 2
D    0,000625
4 4
Keterangan :
n : Besar sampel yang di inginkan
N : Besar populasi yaitu 65 perawat di ruang rawat inapRumah
Sakit Umum Daerah Kudungga
D : Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan
P : Proporsi variabel yang dikehendaki, karena belum dilakukan
studi pendahuluan maka nilai p yang digunakan 0,5
B : Batas atas kesalahan sampling yaitu sebesar 0,05.

Kriteria pemilihan sampel pada penelitian ini yaitu :


a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian
dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti. Adapun
kriteria inklusi sampel yang akan diteliti adalah :
1) Perawat pelaksana rawat inap.
2) Perawat yang mengukur tekanan darah secara manual
b. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek
yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena sebagai sebab
(Nursalam, 2013). Adapun kriteria eksklusi sampel yang akan
diteliti adalah :
1) Perawat yang sedang cuti atau dinas luar
2) Kepala Ruangan.
33

3) Ruangan rawat inap yang menggunakan monitor untuk


mengukur tekanan darah
Populasi perawat di ruang rawat inap dewasa RSUD Kudungga
berjumlah 106 orang dan melakukan implementasi keperawatan
mengukur tekanan darah secara manual berjumlah 65 orang, maka
didapatkan sampel sebanyak 56 orang dengan teknik pengambilan
sampel representativ. Teknik pengambilan ini dilakukan secara
proses seleksi sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan.

C. Variabel Penelitian
Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda
terhadap sesuatu (benda, manusia dan lain-lain) (Soeparto et.al, 2000 dalam
Nursalam, 2013). Variabel independen menjadi variabel bebas atau variabel
yang mempengaruhi atau nilainya menetukan variabel lain dan variabel
dependen menjadi variabel terikat atau atau nilainya dipengaruhi variabel
lain (Nursalam, 2013). Variabel independen dalam penelitian ini adalah sikap
kerja tidak alamiah dan variabel dependen dalam penelitian adalah ririko
keluhan low back pain pada perawat rawat inap.

D. Definisi Operasional
Tabel 3. Definisi Operasional dan Cara Pengukuran
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Data
Independen
Sikap kerja Sikap kerja yang Lembar Grand skor Interval
tidak menyebabkan posisi Observasi Rapid 1-7+
alamiah bagian tubuh bergerak Upper Limb (Tarwaka,
menjauhi posisi Assesment 2010)
alamiah yaitu pada saat (RULA)
mengukur tekanan
darah
Dependen
Keluhan low Keadaan nyeri yang Kuisioner Disabilitas Interval
back pain di rasakan responden di (Modified 0-10
daerah punggung Oswestry Low (Tarwaka,
bawah sehingga Back Pain 2010)
menyebabkan Disability
keterbatasan aktivitas Questionnaire
34

E. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di RSUD Kudungga pada perawat rawat inap.
Waktu penelitian ini dilakukan pada bulanpada Juni 2018.

F. Instrumen Penelitian
Jenis-jenis instrumen penelitian dapat diklasifikasikan menjadi 5 bagian,
yaitu pengukuran biofisiologis, observasi, wawancara, kuisioner dan skala
(Nursalam, 2013). Instrumen penelitian merupakan alat-alat yang akan
digunakan untuk pengumpulan data instrument dapat berupa kuosioner
(daftar pertanyaan), formulir observasi, dan formulir-formulir lain yang
berkaitan dengan pencatatan data (Notoatmodjo, 2012). Instrumen dalam
penelitian ini adalah :
1. Variabel independen dalam penelitian ini yaitu sikap kerja tidak alamiah,
instrumen yang digunakan yaitu lembar observasi RULA yaitu skor 1
atau 2 (tidak ada masalah dengan postur tubuh),Skor 3 atau 4,
diperlukan investigasi lebih lanjut, level 3, skor 5 atau 6 diperlukan
investigasi dan perbaikan segera dan skor + 7, investigasi dan perbaikan
secepat mungkin.
2. Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu risiko keluhan low back
pain pada perawat. Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel
dependen yaituModified Oswestry Low Back Pain Disability
Questionnaire.
Pada penelitian ini tidak dilakukan uji validitas dan realibilitas karena
lembar observasi diadopsi dari Rapid Upper Limb Assesment (RULA) (Lynn
McAtamney dan Nigel Corlett, E,1993 dalam Tarwaka, 2010) dan Modified
Oswestry Low Back Pain Disability Questionnaire diadopsi dari penelitian
yang dilakukan Hicks dan Manal (2009) nilai Cronbach alpha 0.92, Kim
DY et al (2005)rentang nilai nilai Cronbach alpha 0.80 - 1.00 dengan nilai
total skor nilai Cronbach alpha 0.98, Sakulsriprasert et al (2006) nilai
Cronbach alpha 0,98, Grotle M etal (2003) nilai Cronbach alpha 0.88
dalam penelitian Wahyuddin (2016) nilai Cronbach alpha 0,890.
35

G. Prosedur Pengumpulan Data


1. Prosedur Administratif
a. Setelah Penyusunan Proposal selesai dan telah dipertahankan
didepan penguji serta pembimbing, peneliti akan mengusulkan
untuk pengajuan ijin penelitian kepada pihak kampus ke RSUD
Kudungga
b. Mendapatkan Surat Ijin Penelitian dari Rumah Sakit Kudungga
c. Menindaklanjuti proses kepada ruang rawat yang akan dijadikan
target penelitian.

2. Prosedur Teknis
a. Peneliti melakukan pengambilan sampel dengan
metoderepresentativsampling.
b. Pengambilan sampel dilakukan oleh peneliti dengan melakukan
pendekatan persetujuan dari calon untuk menjadi responden.
c. Responden diberi penjelasan tentang tujuan dilakukannya penelitian
dan manfaat hasil penelitian.
d. Bagi calon responden yang bersedia diberikan lembar persetujuan
untuk dibaca dan ditanda tangani.
e. Melakukan observasi terhadap sikap kerja tidak alamiah pada
perawat rawat inap.
f. Responden diberi penjelasan mengenai cara pengisian kuesioner
dan apabila kurang jelas dipersilahkan untuk menanyakan kembali.
g. Setelah semua pertanyaan terjawab, lembar kuesioner dikumpulkan
kembali oleh peneliti.
h. Selanjutnya peneliti mengucapkan terima kasih.

H. Pengolahan Data dan Analisa Data


1. Pengolahan Data
Menurut Notoatmodjo (2002), langkah-langkah pengolahan data
adalah sebagai berikut :
36

a. Editing
Setelah dilakukan penelitian data yang terkumpul kemudian
disusun berdasarkan karakteristik responden, kamudian dilakukan
editing terhadap data tersebut dengan tujuan mengurangi
kemungkinan kesalahan atau kekurangan dari data – data responden.
b. Coding
Coding adalah proses memisahkan atau mengklasifikasi data
hasil masing-masing variabel. Klasifikasi data atau pemisahan data
merupakan upaya untuk mengelompokkan, menggolongkan dan
memilah berdasarkan klasifikasi sehingga memudahkan bagi
peneliti dalam melakukan uji hipotesis.
c. Processing
Melakukan pemindahan atau memasukkan data hasil-hasil
penelitian ke dalam tabel-tabel sesuai kriteria untuk diproses oleh
komputer. Processing data yang peneliti lakukan adalah dengan
memasukkan data dari kuesioner ke perhitungan SPSS agar data
dapat dianalisa.
d. Cleaning
Proses yang dilakukan setelah data masuk ke komputer, data
akan diperiksa apakah ada kesalahan atau tidak. Proses cleaning ini
dilakukan pengecekan kembali data yang sudah di entry untuk
mengetahui kesalahan yang mungkin terjadi.

2. Analisa Data
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah uji yang dilakukan untuk mengecek
apakah data penelitian kita berasal dari populasi yang sebarannya
normal. Uji ini perlu dilakukan karena semua perhitungan statistik
non parametric. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah
data yang diperoleh dari hasil penelitian berdistribusi normal atau
tidak(Sugiyono, 2011).
37

Pada penelitian ini akan menggunakan uji normalitas shapiro


wilkkarena sampel yang digunakan (< 50) dengan nilai kemaknaan
p > 0,05 dengan hasil uji normalitas pada penelitian ini dinyatakan
tidak normal yaitu nilai kemaknaan p > 0,05.
1) Pada variabel sikap kerja tidak alamiah nilai kemaknaan
0,000< 0,05
2) Pada variabel keluhan nilai kemaknaan 0,012< 0,05
b. Analisa Univariat
Notoadmodjo (2002) menjelaskan bahwa, analisis univariat
adalah analisis yang dilakukan terhadap tiga variabel dari hasil
penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan
distribusi dan persentase dari tiap variabel. Analisis univariat dalam
penelitian ini adalah : umur, jenis kelamin, IMT, masa kerja, sikap
kerta tidak alamiah dan risiko keluhan low back pain. Rumus yang
di gunakan adalah :
X
P x100%
N

Dimana :
P = Presentase
X = Skor itemyang di peroleh
N = Skor total

Tabel 3.2 Daftar Variabel Analisis Univariat


No Variabel Skala Uji Univariat
1 Usia Katagorik Proporsi
2 Jenis Kelamin Katagorik Proporsi
3 IMT Katagorik Proporsi
4 Masa Kerja Katagorik Proporsi
5 Sikap kerja tidak Numerik Mean, median, OR 95%CI,
alamiah minimal-maksimum
6 Risiko keluhan low Numerik Mean, median, OR 95%CI,
back pain minimal-maksimum

c. Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk
mengetahui hubungan antara dua variabel yang diduga berhubungan
atau beranalitik(Notoatmodjo, 2012).Analisis bivariat penelitian ini
38

menggunakan uji statistikKorelasi Spearman Rank (rho).Metode


Korelasi Spearman Rank (rho) bisa juga disebut korelasi
berjenjang, atau korelasi berpangkat dan ditulis dengan notasi (rs).
Metode korelasi Rank Spearman diperkenalkan oleh Spearman pada
tahun 1904 (Riduwan dan Sunarto, 2011). Korelasi Rank Spearman
adalah alat uji statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis
asosiatif dua variabel bila datanya berskala ordinal (ranking)
(Hanin, 2011).
Metode statistik ini merupakan yang pertama kali
dikembangkan berdasarkan rank dan diperkirakan yang paling
banyak dikenal dengan baik hingga kini. Metode korelasi rank
Spearman adalah ukuran asosiasi yang menuntut kedua variabel
diukur sekurang-kurangnya dalam skala ordinal sehingga
objek-objek atau individu-individu yang dipelajari dapat di ranking
dalam dua rangkaian berurut. Jadi metode korelasi rank Spearman
adalah metode yang bekerja untuk skala data ordinal atau rangking.
Syarat dan Asumsi- asumsi Korelasi Rank Spearman
1) Mengukur keeratan hubungan antara dua variabel yaitu
variabel bebas dan variabel terikat
2) Korelasi rank dipergunakan apabila pengukuran kuantitatif
secara eksak sulit dilakukan, misal mengukur tingkat
kesenangan, tingkat produktivitas, tingkat motivasi, tingkat
moral
3) Apabila jenis data yang akan di analisis berjenis Interval atau
Rasio, maka harus diubah dulu menjadi Ordinal
4) Teknik korelasi ini masuk kategori statistik non parametrik
sehingga tidak harus memenuhi syarat-syarat keparametrikan
5) Adapun rumus korelasi spearman rank adalah sebagai berikut
6 b12
  1

n n2 1 
Keterangan
p = koefisien korelasi spearman rank
39

b1 = selisih peringkat setiap data


n = jumlah data
Setelah itu memberi interpretasi terhadapp, interpretasi
sederhana dengan cara membandingkan dengan tabel rHo. Dari
tabel dapat dilihat bahwa n pada taraf kesalahan 5%.Jika rHo
hitung lebih besar dari rHo tabel baik pada taraf 5%, maka hal
ini berarti terdapat kesesuaian yang nyata atau signifikan.
Selanjutnya dari hasil perhitungan tersebut kemudian
dilihat keertannya. menggunakan pedoman interpretasi
koefisien korelasi sebagai berikut.
Tabel 3.3 Panduan Interprestasi Uji Hpotesis Korealtif
No Parameter Nilai Interprestasi
1 Kekuatan korelasi 0,0 - < 0,2 Sangat lemah
secara statistic 0,2 - < 0,4 Lemah
0,4 - < 0,6 Sedang
0,6 - < 0,8 Kuat
0.8 - < 1,00 Sangat kuat
2 Arah korelasi Positif Semakin tinggi
variabel A semakin
tinggi variabel B
Negatif Semakin tinggi
variabel A semakin
rendah variabel B
3 Nilai p Nilai p > 0,05 Korelasi tidak
bermakna
Nilai p < 0,05 Korelasi bermakna
4 Kemaknaan klinis R yang diperoleh > r Korelasi tidak
minimal bermakna
R yang diperoleh < r Korelasi bermakna
minimal

I. Etika Penelitian
Sebagai rasa tanggung jawab peneliti, penelitian ini dilakukan dengan
memperhatikan etika penelitian, yaitu prinsip-prinsip etis yang diterapkan
dalam kegiatan penelitian mulai dari penyusunan proposal sampai dengan
publikasi (Notoatmodjo, 2010). Secara umum prinsip etika dalam penelitian
dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu prinsip manfaat, prinsip
menghargai hak-hak subjek, dan prinsip keadilan.
40

1. Prinsip manfaat.
a. Bebas dari penderitaan.
Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan
penderitaan kepada subjek, khususnya jika menggunakan tindakan
khusus.
b. Bebas dari eksploitasi
Partisipasi subjek dalam penelitian harus dihindarkan dari
keadaan yang tidak menguntungkan. Subjek harus diyakinkan
bahwa partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang telah
diberikan tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang dapat
merugikan subjek dalam bentuk apapun.
c. Resiko (benefits ratio)
Peneliti harus hati-hati mempertimbangkan resiko dan
keuntungan yang akan berakibat kepada subjek pada setiap tindakan.

2. Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity).


a. Hak untuk ikut/tidak menjadi responden
Subjek harus diperlakukan secara manusiawi. Subjek
mempunyai hak memutuskan apakah mereka bersedia menjadi
subjek atau tidak tanpa adanya sangsi apapun atau akan berakibat
terhadap kesembuhannya, jika mereka seorang klien.
b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan
(right to full disclosure).
Seorang peneliti harus memberikan penjelasan secara rinci
serta bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada
subjek.
c. Informed consent.
Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang
tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk
bebas berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Pada
Informed consent juga perlu dicantumkan bahwa data yang
diperoleh hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu.
41

3. Prinsip Keadilan (right to justice)


a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil yaitu subjek harus
diperlakukan secara adil baik sebelum, selama dan sesudah
keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi
apabila ternyata mereka tidak bersedia atau dikeluarkan dari
penelitian.
b. Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy).
Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan
harus dirahasiakan untuk itu perlu adanya tanpa nama (anonymity)
dan rahasia (confidentiality) (Nursalam, 2008).
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini menjelaskan dari hasil yang didapatkan yaitu analisa
univariat dari tiap-tiap variabel, analisa bivariat dari hubungan tiap-tiap
variabel

1. Hasil Univariat
Analisa univariat dilakukan untuk menjelaskan atau mendiskripsikan
karakteristik responden serta masing-masing variabel yang diteliti
yaituvariabel independen adalah sikap kerja tidak alamiah dan variabel
dependen adalah keluhan low back pain.
a. Karakteristik Responden
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan KarakteristikResponden
DiRuang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kudungga
Sangatta (n=36)

Karakteristik Frekuensi (%)


Umur
22-35 28 77.8
36-45 8 22.2
Jenis Kelamin
Laki-Laki 6 16.7
Perempuan 30 83.3
Masa Kerja
1-5 Tahun 16 44.4
6-10 Tahun 11 30.6
> 10 Tahun 9 25.0
IMT
Tidak Obesitas 23 63.9
Overweight 10 27.8
Obesitas 3 8.3

Hasil karakteristik responden pada tabel 4.1 didapatkan bahwa


bahwa umur responden didapatkan mayoritas responden berumur
22-35 tahun sebanyak 28 orang (77,8%), jenis kelamin responden
mayoritas berjenis kelamin perempuan sebanyak 30 orang (83,3%).
Masa kerja responden mayoritas memiliki masa kerja 1-5 tahun
sebanyak 16 orang (44,4%) dan nilai IMT responden mayoritas
42
43

rata-rata 18-24,9 (tidak obesitas) sebanyak 23 orang (63,9%).


b. Analisis Univariat
Hasil analisa univariat dilakukan untuk menjelaskan atau
mendiskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang
diteliti.Pada hasil analisa univariat sesuai dengan syarat yang ada
skala ukur dilakukan transfrom dari skala interval ke ordinal
1) Data Numerik
Tabel 4.2 Distribusi Sikap Kerja Tidak Alamiah Perawat dan
Keluhan Low Back Pain di Ruang Rawat Inap Dewasa
Rumah Sakit Umum Daerah Kudungga Sangatta

OR
Minimal
Variabel Mean Median 95% CI
-Maksimal
Lower Upper
Sikap Kerja 4,25 4 3,89 4,61 3-6
Keluhan
8,39 9 7,47 9,31 3-12
LBP

Hasil distribusi dari variabel sikap kerja nilai mean 4,25,


median 4, nilai OR (3,89-4,61) dan nilai minimal maksimum
(3-6). Variabel keluhan low back pain nilai mean 8,39, median 9,
nilai OR (7,47-9,31) dan nilai minimal maksimum (3-12).
2) Data Ordinal
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sikap Kerja Tidak
Alamiah Perawat dan Keluhan Low Back Pain di Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kudungga
Sangatta

Sikap Kerja Frekuensi (%)


Grad 3-4 21 58.3
Grad 5-6 15 41.7
Keluhan Frekuensi (%)
Ringan 24 66.7
Sedang 12 33.3
Total 36 100.0

Hasil penelitian yang didapatkan pada tabel 4.3 bahwa sikap


kerja tidak alamiah perawat yang di ukur melalui observasi
menggunakan RULA didapatkan perawat dalam level 2 dimana
grand skor berada di 4 atau 3 sebanyak 21 orang (58,3%).
44

Hasil penelitian yang didapatkan pada tabel 4.3 bahwa


keluhan low back pain pada perawat termasuk keluhan ringan
sebanyak 24 orang (66,7%).

2. Hasil Bivariat
Hasil uji bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan ada atau
tidaknya korelasi antara sikap kerja tidak almiah saat mengukur tekanan
darah dengan resiko keluhan low back pain pada perawat rawat inap
dewasa di RSUD Kudungga Sangatta. Hasil uji bivariat menggunakan uji
korelasi rank Spearman dimana sesuai syarat jenis data yang berjenis
interval maka harus diubah dulu ke ordinal.
Tabel 4.4 Hasil Analisis Bivariat Frekuensi Korelasi Antara Sikap Kerja
Tidak Alamiah Saat Mengukur Tekanan Darah Dengan Risiko
Keluhan Low Back Pain PadaPerawat Rawat Inap Dewasa Di
RSUD Kudungga Sangatta

Variabel Koefisien P Value


Korelasi
Sikap Kerja 0,001*
0.537
Keluhan (0,592 Korelasi Sedang)
*Signifikasi (p<0,05) uji Korelasi rank Spearman

Hasil penelitian yang didapatkan dari tabel 4.4 bahwa ada hubungan
yang signifikan antara sikap kerja tidak alamiah saat mengukur tekanan
darah dengan resiko keluhan low back pain pada perawat di ruang rawat
inap di RSUD Kudungga Sangatta. Hasil uji statistik yang didapatkan
nilai p value 0,001 lebih kecil dari 0,05 dengan koofesien tingkat
kehubungan sedang yaitu 0,537 dengan arah korelasi positif yang berarti
bahwa semakin tinggi nilai sikap tidak alamiah maka semakin tinggi pula
risiko keluhan low back pain pada perawat rawat inap.

B. Pembahasan
1. Umur
Hasil penelitian bahwa umur responden didapatkan sebagian besar
responden berumur 22-35 tahun sebanyak 28 orang (77,8%) dan umur
36-45 tahun sebanyak 8 orang (22,2%) (Data Primer, 2018). Hal ini
berarti sifat-sifat fisiologis otot seperti kelenturan, daya kontraksi, refleks
45

dan daya hantar rangsang masih cukup baik. Sifat-sifat otot yang baik
sangat diperlukan dalam mendukung kerja. Dalam penelitian ini usia
yang diamil dalah rentang dari 20-40 keatas. Pembatasan ini
dimaksudkan karena usia merupakan salah satu faktor resiko low back
pain (Idyan, 2017).
Dengan semakin bertambahnya usia akan terjadi penurunan fungsi
sistem tubuh manusia yang salah satunya adalah sistem muskuloskeletal.
Hal ini akan berakibat pada meningkatnya keluhan muskuloskeletal yang
didalamnya termasuk keluhan low back pain (Andini, 2015)
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Muslim dalam Jurnal
Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing) Santoso
(2014) bahwa keluhan nyeri pungung bawah mulai dirasakan pada usia
20–40 tahun yang diperkirakan disebabkan oleh faktor degenerasi dan
beban statik serta osteoporosis. Usia yang memang mempengaruhi
terjadinya keluhan low back pain. Karena usia merupakan salah satu
faktor yang rentang terjadinya low baik pain. Oleh seab itu peneliti
menyarankan untuk selalu menjaga pola hidup yang baik (Santoso,
2014).

2. Jenis Kelamin
Hasil penelitian diketahui bahwa jenis kelamin responden didapatkan
sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 30
orang (83,3%) dan laki-laki sebanyak 6 orang (16,7%) (Data Primer,
2018). Meskipun masih terdapat perbedaan pendapat dari beberapa ahli
mengenai pengaruh jenis kelamin terhadap risiko keluhan sistem
muskuloskeletal, namun beberapa penelitian secara signifikan
menunjukkan bahwa jenis kelamin berpengaruh terhadap tingkat risiko
keluhan otot. Otot wanita mempunyai ukuran yang lebih kecil dan
kekuatannya hanya dua pertiga (60%) daripada otot pria terutama otot
lengan, punggung dan kaki (Astrand & Rodahl, 1996; Betti’e at al, 1989
dalam Tarwaka, 2010). Dengan kondisi alamiah yang demikian, maka
wanita mempunyai tingkat risiko lebih tinggi dibandingakan dengan pria.
46

Perbandingan keluhan otot antara pria dan wanita adalah 3:1 (Chiang,
et.al., 1993; Hales, et.al., 1994; dan Johanson, 1994 dalam Tarwaka,
2010).
Laki-laki danperempuan memiliki risiko yang samaterhadap keluhan
low back pain sampaiumur 60 tahun (Nusdwinuringtyas, 2017),namun
pada kenyataannya jenis kelaminseseorang dapat mempengaruhi
timbulnyakeluhan nyeri pinggang, karena padawanita keluhan ini lebih
sering terjadimisalnya pada saat mengalami siklusmenstruasi, selain itu
proses menopausejuga dapat menyebabkan kepadatan tulangberkurang
akibat penurunan hormonestrogen sehingga memungkinkanterjadinya
nyeri pinggang. Perawat perempuan memang cenderung memiliki
banyak keluhan, hal ini dikarenakan otot-otot yang dimiliki oleh
perempuan kebanyakan kaku, karena kurangnya oleh raga. Oleh sebab
itu peneliti menyarankan agar semua perawat yang memiliki resiko
terjadinya low back pain agar selalu memperhatkan posisi sikap kerja
pada saat melayani kebutuhan pasien (Nusdwinuringtyas, 2017).

3. Masa Kerja
Hasil penelitian diketahui bahwa masa kerja responden sebagian
besar memiliki masa kerja 1-5 tahun sebanyak 16 orang (44,4%), masa
kerja 6-10 tahun sebanyak 11 orang (30,6%) dan lebih dari 10 tahun
sebanyak 9 orang (25%) (Data Primer, 2018). Hasil penelitian ini sejalan
dengan pendapat yang dikemukakan olehHasyim (2010) yang
menyebutkan masakerja menyebabkan beban statik yang terusmenerus
apabila pekerja tidakmemperhatikan faktor-faktor ergonomi akanlebih
mudah menimbulkan keluhan lowback pain.Keluhan subyektif pada
punggung dapat muncul setelah beberapa waktu. Pengaruh masa kerja
adalah seseorang melakukan pekerjaanya dengan posisi yang salah dan
berulang (repetitive) dalam jangka waktu yang lama. Maksimum tenaga
yang bisa di hasilkan oleh otot manusia akan sangat tergantung pada
jenis kelamin dan umur. Puncak otot baik laki-laki atau perempuan akan
berada pada umur antara 20-30 tahun. Pada umur sekitar 50-60 tahun
47

tenaga otot hanya bisa menghasilkan 75% dari maksimum


(Tarwaka,2010).

4. IMT
Berdasarkan hasil penelitian nilai IMT rata-rata 18-24,9 (tidak
obesitas) sebanyak 23 orang (63,9%). 25-29,9 (overwigh) sebanyak 10
orang (27,8%) dan lebih dari 30 obesitas sebanyak 3 orang (8,3%) (Data
Primer, 2018). Indeks massa tubuh yang merupakan hasil dari berat
badan dibagi dengan kuadrat tinggi badan memiliki kaitan yang erat
dengan low back pain. Pada orang yang memiliki beratbadan yang
berlebih risiko timbulnya nyeripinggang lebih besar, karena beban
padasendi penumpu berat badan akanmeningkat, sehingga dapat
memungkinkanterjadinya low back pain(Mubarak,2008).
Tinggi badan berkaitan denganpanjangnya sumbu tubuh sebagai
lenganbeban anterior maupun lengan posterioruntuk mengangkat beban
tubuh (Mubarak,2008). Menurut WHO nilai normal indeksmassa tubuh
untuk orang Asia antara18,50–24,99 kg/m2. Nilai indeks massatubuh
25,00 – 29,99 kg/m2 menurut WHOsudah digolongkan menjadi obesitas
tingkatpertama, sedangkan nilai indeks massatubuh >30,00 kg/m2
digolongkan sebagaiobesitas tingkat kedua (WHO, 2000).Obesitas
merupakan salah satu faktor risikoterjadinya low back pain (Mansjoer,
2007).
Indeks massa tubuh mempengaruhi terjadinya keluhan otot, misalnya
wanita gemuk mempunyai risiko dua kali lipat dibandingkan wanita
kurus (Vessy, et.al, 1990 dalam Tarwaka, 2010). Hal ini diperkuat
dengan hasil penelitian Werner, et.al (1994) dalam Tarwaka (2010)
menyebutkan bahwa bagi pasien yang gemuk (obesitas dengan massa
tubuh >29) mempunyai risiko 2,5 lebih tinggi dibandingkan dengan yang
kurus (massa tubuh <20), khususnya untuk otot kaki.

5. Sikap Kerja Tidak Alamiah Saat Mengukur Tekanan Darah


Hasil penelitian yang didapatkan bahwa sikap kerja tidak alamiah
perawat yang di ukur melalui observasi menggunakan RULA didapatkan
48

perawat dalam level 2 dimana grand skor berada di 4 atau 3 sebanyak 21


orang (58,3%) sedangkan level 3 sebanyak 15 orang (41,7%) (Data
Primer, 2018). Sikap kerja yang dilakukanoleh perawat dalam melakukan
perawatan kepadapasien bervariasi antara lain mengangkat
pasien,memindahkan pasien, merawat luka dan lain-lain.Selain tindakan
mandiri perawat juga mempunyaitugas yang sifatnya kolaboratif seperti
memberikanobat melalui suntikan, memasang cateter dan lain-lain.Sikap
kerja yang dilakukan perawat dalam melakukan pekerjaanya tersebut
banyak menggunakan gerakanmembungkuk dan memutar tubuh,
khususnya disekitar tulang bawah. Mengangkat benda berat
danmentransfer pasien merupakan faktor risiko terbesarterkena low back
pain (Cahyati, 2012).
Pada penelitian ini akan menggunakan metodeRULA. RULA
merupakan suatu metode penilaianpostur kerja untuk menginvestigasi
gangguanpada anggota badan bagian atas. Metode inimenggunakan
diagram dari postur tubuh dan tigatabel skor dalam menetapkan evaluasi
faktor risiko.Faktor risiko yang telah diinvestigasi oleh McPhee sebagai
faktor beban eksternal yaitu jumlahpergerakan, kerja otot statis,
tenaga/kekuatan,penentuan postur kerja oleh kondisi lingkungankerja
yang sehat yaitu kondisi di mana pekerja dapatbekerja dengan rasa
nyaman, aman, dan mampuberinteraksi dengan fasilitas kerjanya. Sikap
kerja yang tidak alami sanagt penting untuk diperhatikan, karena seorang
perawat yang dituntut untuk siap siaga melayani kebutuhan pasien harus
bisa memperhatikan setiap tindakan yang akan dilakukan. Oleh sebab itu
disarankan agar perawat selalu menjaga keseimbangan tubuh (Cahyati,
2012).

6. Resiko Keluhan Low Back Pain


Hasil penelitian yang didapatkan bahwa keluhan low back pain pada
perawat termasuk katagori keluhan ringan sebanyak 24 orang (66,7%)
dan sedang sebanyak 12 orang (33,3%) (Data Primer, 2018). Keluhan
muskuloskeletal adalah keluhan padabagian-bagian otot skeletal yang
49

dirasakan olehseseorang mulai dari keluhan yang sangat ringansampai


sangat sakit (Tarwaka, 2010). Sebuah metodesemi-kuantitatif yang
mengevaluasi potensi terjadinyalelah otot pada sebagian besar bagian
tubuh melaluipenilaian berdasarkan tingkat usaha suatu pekerjaan,durasi
usaha yang kontinu, dan frekuensi usaha. Bilaterjadi kelelahan otot, maka
cedera akan lebih mudahterjadi. Bagian tubuh yang berpotensi
mengalamilelah otot dikelompokkan menjadi low, moderate,dan high
sehingga dapat teridentifikasi prioritaspenanganan untuk menghindari
cedera otot. Apabilaotot menerima beban statis secara berulang
dalamjangka waktu yang lama akan menyebabkan keluhanberupa
kerusakan pada sendi, ligamen, dan tendon(Tarwaka, 2010).
Hidayat menyebutkan dalam Jurnal Psikologi(2011) bahwa perawat
yang bertugas di ruang rawatinap bekerja dibagi menjadi tiga shift,
delapan jamuntuk shift pagi, delapan jam untuk shift siang dandelapan
jam untuk shift malam. Dalam lokakarya1983 disepakati bahwa tugas
perawat didasarkanatas fungsi perawat dalam memberikan
asuhankeperawatan antara lain: mengkaji kebutuhanpasien,
merencanakan tindakan keperawatan,melaksanakan rencana keperawatan,
mengevaluasihasil asuhan keperawatan, mendokumentasikanproses
keperawatan. Keluhan yang didapatkan oleh perawat adalah sesuatu yang
wajar, hal ini dikarenakan pearwat selalu melakukan kegiatan atau
tindakan yang membuat resiko terjadinya low back pain seperti
mengangkat atau memindahkan pasien. Oleh sebab itu perawat yang
memiliki beban kerja lebih tinggi agar selalu menjaga kesehatan bagian
tubuh belakang (Tarwaka, 2010).

7. Korelasi Antara Sikap Kerja Tidak Alamiah Saat Mengukur


Tekanan Darah Dengan Risiko Keluhan Low Back Pain

Sikap kerja tidak ergonomis yaitu sikapkerja yang menyebabkan


posisi bagian-bagiantubuh bergerak menjauhi posisi alamiah,
misalnyatangan terangkat, punggung terlalu membungkuk,kepala
terangkat, dan sebagainya. Semakin jauhdari pusat gravitasi, maka
50

semakin tinggi risikoterjadinya keluhan. Rapid Upper Limb


Assesment(RULA)merupakan suatu metode penelitiandengan skor
menggunakan target postur tubuhuntuk mengestimasi terjadinya risiko
gangguanskeletal, khususnya pada anggota tubuh bagian atas(Tarwaka,
2010).
Hasil hasil uji statitik didapatkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara sikap kerja tidak alamiah saat mengukur tekanan darah
dengan resiko keluhan low back pain pada perawat di ruang rawat inap di
RSUD Kudungga Sangatta. Hasil uji statistik yang didapatkan nilai p
value 0,001 lebih kecil dari 0,05 dengan kooefisien tingkat kehubungan
sedang yaitu 0,537 dengan arah korelasi positif yang berarti bahwa
semakin tinggi nilai sikap tidak alamiah maka semakin tinggi pula risiko
keluhan low back pain pada perawat rawat inap.
Hal tersebut dikarenakan posisikerja dari perawat yang banyak
melakukanaktivitasnya dengan berjalan dan berdiri. Padasaat melakukan
tindakan perawatan ke pasien,perawat seringkali menggunakan posisi
berdiridan membungkuk pada waktu yang lama disertaipenggunaan
lengan atas dan lengan bawah yangmenggantung serta posisi leher
menekuk kedepan.
Hasil analisis sikap posisi kerja dengan metodeRULA didapatkan
bahwa sebagian besar respondenmendapatkan nilai 6 sehingga
dikategorikan level 3,yang artinya untuk tingkat aksi diperlukan
adanyainvestigasi dan perubahan untuk perbaikan sikapkerja.Sikap kerja
tidak alamiah akan mempercepatotot mengalami mudah kelelahan
sehingga akancenderung terjadinya muskuloskeletal disorders.Maka
harus cepat untuk dilakukan perubahandengan cara sebagai berikut:
Pertama, stasiun kerjaharus mudah disesuaikan terhadap pengguna
dandidesain harus sesuai dengan pekerjaan. Hal inisudah dapat dipenuhi
dengan desain Bed tempattidur pasien yang bisa di naik turunkan sesuai
posisikerja yang ergonomi. Kedua, pada saat melakukanpekerjaan dalam
hal ini melakukan saat melakukantindakan ke pasien dalam posisi
membungkuk (sudut20°–0°) sehingga berdasar hasil skor dengan
51

metodeRULA berada di level 3. Maka untuk mengurangihal itu


sebaiknya dengan posisi membungkuk bisamenggunakan alat bantu kursi
(Stanton, 2004 dalamWicaksono, 2012).

C. Keterbatasan
1. Penelitian
a. Jumlah sampel yang diteliti lebih sedikit dibandingkan dengan sampel
yang harus diteliti berdasarkan rumus
b. Penentuan sampel terbataspada dua ruangan yaitu ruang Nilam dan
Zamrud sehingga kurang mewakili gambaran sampel dari ruangan
yang lain
c. Observasi sikap kerja tidak alamiah dengan menggunakan RULA
memerlukan keterampilan dan ketelitian
d. Data yang dikumpulkan melalui kuesioner bersifat subyektif sehingga
harus dilakukan pengecekkan atau pemeriksaan instrumen agar
penelitian ini obyektif
e. Keterbatasan sumber rujukan dan artikel yang berasal dari penelitian
lain sangat terbatas sehingga pembahasan hasil penelitian masih
kurang mendalam

2. Peneliti
a. Dalam mengobservasi sikap kerja yang tidak alamiah dengan
menggunakkan RULA maka peneliti harus lebih banyak lagi
mengasah keterampilan
b. Belum adanya suatu tindakan / perlakukan dalam penelitian ini
sehingga dapat mencegah atau meminimalisirkan terjadinya resiko
keluhan low back pain.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hasil hasil uji statitik didapatkan bahwa da hubungan yang signifikan
antara sikap kerja tidak alamiah saat mengukur tekanan darah dengan resiko
keluhan low back pain pada perawat di ruang rawat inap di RSUD Kudungga
Sangatta. Hasil uji statistik yang didapatkan nilai p value 0,001 lebih kecil
dari 0,05 dengan kooefisien tingkat kehubungan sedang yaitu 0,537 dengan
arah korelasi positif yang berarti bahwa semakin tinggi nilai sikap tidak
alamiah maka semakin tinggi pula risiko keluhan low back pain pada perawat
rawat inap.

B. Saran
1. Bagi Perawat
Untuk mengurangi keluhan low back pain pada perawat dapat
dilakukan tindakan seperti proteksi kerja dengan alat pelindung diri/APD,
olahraga khusus untuk memelihara kelenturan dan kekuatan otot
pinggang untuk mengurangi keluhan low back pain. Rumah sakit
hendaknya melakukan standarisasi alat penunjang pelayanan
keperawatan.
Bagi perawat yang mengalami keluhanlow back pain dianjurkan
untuk berolahraga. Bila seseorang kurangberolahraga maka pada otot
terjadi kelemahan dankehilangan kelenturan dan bila olahraga
dilakukansecara baik dan benar sesuai dengan anjuran dapatmembantu
meningkatkan kesegaran jasmani yangpada akhirnya akan meningkatkan
ketahananfisik.
Sikap kerja yang tidak alami sanagt penting untuk diperhatikan,
karena seorang perawat yang dituntut untuk siap siaga melayani
kebutuhan pasien harus bisa memperhatikan setiap tindakan yang akan
dilakukan. Oleh sebab itu disarankan agar perawat selalu menjaga
keseimbangan tubuh.

52
53

2. Bagi Penelitian Selanjutnya


Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti tentang
faktor-faktor yang berhubungan dengan low back pain atau penelitian
yang bersifat eksperimen sehingga ada perlakuan atau tidakan untuk
meminimalisirkan terjadinya low back pain pada perawat.
DAFTAR PUSTAKA

Andini, F. (2015). Risk Factors Of Low Back Pain In Workers. 4 (1). Tersedia
dalam juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php [Diakses 11 Februari
2018]

Aminuddin. (2015). Tipe-Tipe Kontraksi Otot.The Center for Health and Sport
Medicine. Tersedia dalam : https://aminuddinsportscience.blogspot.co.id
[Diakses 23 Maret 2018]

Cahayati, AI. (2012). Merawat Tanpa Nyeri Punggung Bawah. Tersedia dalam :
pkko.fik.ui.ac.id: http//pkko.fik.ui.ac.id [Diakses 23 Maret 2018]

Dahlan, M. Sopiyudin. (2017). Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan :


Deskriptif, Bivariat dan Multivariat Dilengkapi Aplikasi Menggunakan
SPSS. 6 (5). Epidemiologi Indonesia

Dahlan, M. Sopiyudin. (2016). Seri Evidence Based Medicine : Langkah-langkah


Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran dan Kesehatan. 3 (3).
Sagung Set

Dharma, Kelana Kusuma. (2015). Metodologi Penelitian Keperawatan :


Panduan Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian. Trans Info
Media. Jakarta

Direktorat Bina Kesehatan Kerja dan Olahraga (2012). Pedoman Manajemen


Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Di Rumah Sakit. Kementerian
Kesehatan RI. Jakarta

Hasyim, H. 2000. Low Back Pain pada Operator Komputer. Temu IlmiahTahunan
Fisioterapi TITAFI XV

Health and Safety Executive (2016), Health and Safety at Work : Summary
Statistic For Great Britain. Avaiable from :
www.hse.gov.uk/pubns/statsposter16.htm[Diakses 15 April 2018]

Health and Safety Executive (2015), Annual Report and Accounts 2014/15..
Avaiable from : www.hse.gov.uk/aboutus/reports1415[Diakses 15 April
2018

Hidayat. (2011). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan


Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

International Labour Organozation. (2013). Keselamatan dan Kesehatan Kerja


di Tempat Kerja : Sarana Untuk Produktivitas.hal 1 – 102

54
55

Industrial Engineering.(2009). Postur Kerja : Keterkaitan Ergonomi dengan


Postur Kerja. Tersedia dalam :http://chalisbrother-engineering.[Diakses
23 Maret 2018]

Kurniawidjaja, L. M, Purnomo, E, Maretti, N & Pujiriani, I. (2014).


Pengendalian Risiko Ergonomi Kasus Low Back Pain pada Perawat di
Rumah Sakit. 46 (4). hal. 225 – 233. Majalah Kedokteran Bandung.
Tersedia dalam :
http://journal.fk.unpad.ac.id/index.php/mkb/article/view/342 [Diakses
10 Februari 2018]

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Keputusan Menteri


Kesehatan Republik Indonesia :Standar Kesehatan dan Keselamatan
Kerja di Rumah Sakit. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2011). Pedoman Tata Laksana


Penyakit Akibat Kerja Bagi Petugas Kesehatan : Gangguan Kesehatan
Akibat Faktor Psikososial Di Tempat Kerja. Kementerian Kesehatan RI.
Jakarta

Mansjoer, A. (2007). Kapita Selekta Kedokteran, edisi III. Jakarta: Media


Aesculapius

Mansur. (2007). Duduk Statis Sebagai Faktor Risiko Terjadinya Nyeri Punggung
Bawah Pada Pekerja Perempuan. Jurnal Universa Medicina.

Menteri Ketenagaan Kerja Indonesia (2014). Peraturan Menteri Ketenagaan


Kerja Republik Indonesia:Penyelenggaraan Penilaian Penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. hal. 1 – 12

Mubarak. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia : Teori dan Aplikasi
dalam Praktik. Jakarta : EGC.

Ningsih, K. W. (2017). Keluhan Low Back Pain Pada Perawat Rawat Inap
RSUDSelasih Pangkalan Kerinci. 11 (i1). hal 75-88. Jurnal IPTEKS
Terapan. Tersedia dalam : https://doi.org/10.22216/jit.2017.v11i1.1466
[Diakses 11 Februari 2018]

Notoatmodjo, Soekidjo. (2014). Metodologi Penelitian Kesehatan. 2. Rineke


Cipta. Jakarta

Nursalam.(2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis.


3. Salemba Medika. Jakarta

Nusdwinuringtyas. (2007). Risk Factors in The Development and Management Of


Low Back Pain in Adults. Rucker, K, S. Cole, A, J. Weinstein, Stuart M
(Ed). Low Back Pain: A Symptom-Based Approach to Diagnosis and
Treatment. United State of America: Butterworth- Heinemann
56

Roupa Z, Vassilopoulos A, Sotiropoulou P, Makrinika E, Noula M, Faros E,


Marvaki, Ch. (2008). The Problem Of Lower Back Pain In Nursing Staff
And Its Effect On Human Activity. HSJ : 2(4). Pp 25 – 219 [Diakses 10
Februari 2018]

Sikiru, L & Shmaila H. (2009). Prevalence and risk factors of low back pain
amongnurses in Africa: Nigerian and Ethiopian specialized hospitals
survey study.April. 6 (1). pp 5 – 22

Tarwaka (2011). Ergonomi Industri : Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi dan


Aplikasi di Tempat Kerja, Edisi 1. Harapan Press. Surakrta

Tarwaka (2008). Keselamatan Dan Kesehatan Kerja : Manajemen Dan


Implementasi K3 Di Tempat Kerja. 1. Harapan Press. Surakarta

Santoso, Gempur. (2014). Ergonomi Terapan. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher

Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Brenda G.(2013) Buku Ajar :


KeperawatanMedikal-Bedah Brunner & Suddarth. 8 (3). EGC. Jakarta.
Hal. 2320 - 232

Tosunoz, Ipek Kose. (2017). Low Back Pain in Nurses. 10 (3). Available
from :http://www.internationaljournalofcaringsciences.org/docs/70_ipek
_special_10_3 [Accessed 15 Maret 2018]

Wagiu, Semuel A. (2012). Dokumen : Tips Pendekatan Diagnostik Low Back


Pain. Tersedia dalam : https://www.academia.edu [Diakses 11 Februari
2018]

Wong T. S, Teo, N, Kyaw, M. O. (2010).Prevalence and Risk Factors Associated


with Low Back Pain Among Health Care Providers in a District
Hospital. 4 (2). pp 23 – 28

WHO. (2000). Low back pain. Bulletin of the World Health Organization.Diakses:
25 Juni 2018 http://www.who.int/bulletin/volumes/81/9/.pdf
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Wiyata Husada
Samarinda

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Triyani Nastiti Dwiyantiningdyah


NIM : 160538087301
Tempat, Tanggal Lahir : Palaran, 27 September 1977
Agama : Islam
Alamat : Jln. Mujur Jaya 8 RT. 27 No. 129 Sangatta Utara
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : PNS
Alamat Email : ulung.muadz@gmail.com
Riwayat Pendidikan :
1. SD Negeri 028 I Sempaja, Samarinda (Tahun Lulus
1989)
2. SMP Negeri 11 Samarinda (Tahun Lulus 1992)
3. SMA Negeri 1 Samarinda (tahun Lulus 1995)
4. Akademi Keperawatan Pemprov Kaltim (Tahun
Lulus 1999)
Lampiran 1
SURAT PERSETUJUAN BERSEDIA
BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN PENELITIAN

Yang bertandatangan di bawah ini :


Nama : ……………………………………………………………………
Umur : …………………………………………………………………...
Alamat : ……………………………………………………………………
No. HP : ……………………………………………………………………

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti, dengan ini menyatakan bersedia


berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian yang berjudul Hubungan
antara sikap kerja tidak alamiah dengan risiko keluhan low back pain pada
perawat rawat inap.
Adapun bentuk kesediaan saya ini adalah :
1. Bersedia diobservasi dengan metode RULA pada sikap kerja tidak alamiah.
2. Memberikan informasi yang benar dan sejujurnya terhadap pengisian
kuisioner yang diberikan peneliti.
Kesediaan saya menjadi responden secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan
dari pihak manapun. Demikian surat pernyataan ini saya buat, untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Sangatta, Juni 2018

Mengetahui Yang membuat pernyataan


Peneliti

Triyani Nastiti D ( )
Lampiran 2
Data Demografi

Petunjuk pengisian bagian A


1. Bacalah setiap pertanyaan dengan teliti sebelum mengisi.
2. Beri tanda (√) pada setiap kotak yang tersedia dengan jawaban yang dianggap paling
sesuai dengan keadaan anda.
3. Isilah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan identitas anda

1. Kode Responden : (di isi oleh peneliti)


2. Jenis Kelamin : Wanita Pria

3. Umur : 22 – 35 Th
36 – 45 Th
≥ 45 Th

4. IMT :
TB CM
BB KG

5. Masa Kerja : 1-5 Th


6-10 Th
≥ 10 Th
Lampiran 3
KUISIONER
KORELASI SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH SAAT MENGUKUR
TEKANAN DARAH DENGAN RISIKO KELUHAN LOW BACK PAIN
PADA PERAWAT RAWAT INAP DEWASA

A. Kuisioner Modified Oswestry Low Back Pain Disability Questionnaire


1. Intensitas Nyeri
0 Saya dapat mentolerir nyeri tanpa menggunakn obat pereda nyeri
1 Nyeri terasa buruk, tetapi saya dapat menangani tanpa
menggunakan obat pereda nyeri
2 Obat pereda nyeri mengurangi nyeri saya secara keseluruhan
3 Obat pereda nyeri mengurangi sebagian nyeri saya
4 Obat pereda nyeri mengurangi sedikit nyeri saya
5 Obat pereda nyeri tidak mempunyai efek terhadap nyeri yang saya
alami

2. PerawatanDiri
0 Saya dapat merawat diri secara normal tanpa menambah nyeri.
1 Saya dapat merawat diri secara normal, tetapi menambah nyeri.

2 Perawatan diri menyebabkan nyeri, sehingga saya melakukan


dengan lambat dan hati-hati
3 Saya butuh bantuan, tetapi saya dapat menangani sebagian besar
perawatan diri saya.
4 Saya butuh bantuan dalam sebagian besar aspek perawatan diri
saya
5 Saya tidak berpakaian, kesulitan mencuci, dan tetap di tempat
tidur

3. Mengangkat
0 Saya dapat mengangkat benda berat tanpa menambah nyeri.
1 Saya dapat mengangkat benda berat, tetapi menambah nyeri.

2 Nyeri mencegah saya mengangkat benda berat dari lantai, tetapi


saya dapat menangani jika benda berat tersebut ditempatkan
53

pada tempat yang membuat saya nyaman (mis: di atas meja).


3 Nyeri mencegah saya mengangkat benda berat dari lantai, tetapi
saya dapat menangani benda ringan dan sedang pada pada
tempat yang membuat saya nyaman.
4 Saya hanya dapat mengangkat benda yang sangat ringan

5 Saya tidak dapat mengangkat atau membawa suatu benda.

4. Berjalan
0 Nyeri tidak menghambat saya berjalan dalam berbagai jarak.
1 Nyeri menghambat saya berjalan lebih dari 1,6 kilo meter (=1
mil).
2 Nyeri menghambat saya berjalan lebih dari 800 meter (=½ mil).
3 Nyeri menghambat saya berjalan lebih dari 400 meter (=¼ mil).
4 Saya dapat berjalan dengan kruk atau tongkat
5 Sebagian besar waktu saya di tempat tidur dan harus merangkak
ke toilet

5. Duduk
0 Saya dapat duduk di berbagai jenis kursi sepanjang waktu saya
suka.
1 Saya hanya dapat duduk di kursi favorit saya sepanjang waktu
saya suka.
2 Nyeri menghambat saya duduk lebih dari 1 jam
3 Nyeri mencegah saya duduk lebih dari ½ jam
4 Nyeri mencegah saya duduk lebih dari 10 menit
5 Nyeri menghambat saya duduk

6. Berdiri
0 Saya dapat berdiri selama yang saya inginkan tanpa menambah
nyeri.
1 Saya dapat berdiri selama yang saya inginkan, tetapi menambah
nyeri
2 Nyeri menghambat saya berdiri lebih dari 1 jam
3 Nyeri menghambat saya berdiri lebih dari ½ jam.
4 Nyeri menghambat saya berdiri lebih dari 10 menit
54

5 Nyeri menghambat saya berdiri.

7. Tidur
0 Nyeri tidak menghambat saya tidur nyaman
1 Saya dapat tidur nyaman jika menggunakan obat pereda nyeri.

2 Meskipun menggunakan obat pereda nyeri, tidur saya kurang


dari 6 jam.
3 Meskipun saya menggunakan obat pereda nyeri, tidur saya
kurang dari 4 jam
4 Meskipun saya menggunakan obat pereda nyeri, tidur saya
kurang dari 2 jam.
5 Nyeri menghambat tidur saya.

8. Kehidupan Sosial
0 Kehidupan sosial saya normal tanpa menambah nyeri.
1 Kehidupan sosial saya normal, tetapi tingkatan nyeri bertambah.

2 Nyeri menghambat saya berpartisipasi melakukan kegiatan


banyak energi (mis: olahraga, dansa)
3 Nyeri menghambat saya sering keluar
4 Nyeri menghambat kehidupan sosial saya di rumah
5 Saya kesulitan melakukan kehidupan social karena nyeri

9. Bepergian
0 Saya dapat berpergian kemana saja tanpa menambah nyeri
1 Saya dapat bepergian kemana saja, tetapi menambah nyeri.

2 Nyeri menghambat saya bepergian lebih dari 2 jam


3 Nyeri menghambat saya bepergian lebih dari 1 jam
4 Nyeri menghambat saya bepergian untuk suatu kebutuhan di
bawah ½ jam
5 Nyeri mencegah saya bepergian kecuali mengunjungi
dokter/terapis atau ke rumah sakit

10. Pekerjaan/Rumah Tangga


0 Pekerjaan/aktifitas kerja normal tidak menyebabkan nyeri.
55

1 Urusan rumah tangga/aktifitas kerja normal menambah nyeri,


tetapi saya dapat melakukan semua yang membutuhkan saya.
2 Saya dapat melakukan sebagian urusana rumah tangga/tugas
kerja, tetapi nyeri menghambat saya melakukan aktifitas yang
membutuhkan kegiatan fisik (mis: mengangkat, membersihkan
rumah
3 Nyeri menghambat saya melakukan sesuatu kecuali kerjaan
ringan.
4 Nyeri menghambat saya melakukan sesuatu kecuali beberapa
kerjaan ringan.
5 Nyeri menghambat saya melakukan aktifitas pekerjaan atau
urusan rumah tangga sehari-hari.
Lampiran 4
LEMBAR OBSERVASI
No Responden
Jenis Pekerjaan : Tindakan Pasien
No Posisi Skor
1 Skor lengan atas
a

Jumlah skor
2 Skor lengan bawah
a

Jumlah skor
3 Skor pergelangan tangan
a
53

Jumlah skor
4 Skor untuk leher
a

Jumlah skor
5 Skor untuk badan
a
54

Jumlah skor
6 Skor untuk kaki

Jumlah skor

Perhitungan grade RULA

Pergelangan Tangan
1 2 3 4
Lengan Lengan Pergelangan Pergelangan Pergelangan Pergelangan
Atas bawah Tangan Tangan Tangan Tangan
Memuntir Memuntir Memuntir Memuntir
1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 2 2 2 2 3 3 3
1 2 2 2 2 2 3 3 3 3
3 2 3 3 3 3 3 4 4
1 2 3 3 3 3 4 4 4
2 2 3 3 3 3 3 4 4 4
3 3 4 4 3 4 4 5 5
1 3 3 4 4 4 4 5 5
3 2 3 4 4 4 4 4 5 5
3 4 4 4 4 4 5 5 5
1 4 4 4 4 4 5 5 5
4 2 4 4 4 4 4 5 5 5
3 4 4 4 5 5 5 6 6
1 5 5 5 5 5 6 6 7
5 2 5 6 6 6 6 7 7 7
3 6 6 6 7 7 7 7 8
1 7 7 7 7 7 8 8 9
6 2 8 8 8 8 8 9 9 9
3 9 9 9 9 9 9 9 9
55

SKOR POSTUR GRUP B


Badan (Trunk)
1 2 3 4 5 6
Leher
Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7
2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7
3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7
4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8
5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8
6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9

PERHITUNGAN SKOR GABUNGAN


Skor D
Skor C 1 2 3 4 5 6 7+
1 1 2 3 3 4 5 5
2 2 2 3 4 4 5 5
3 3 3 3 4 4 5 6
4 3 3 3 4 5 6 6
5 4 4 4 5 6 7 7
6 4 4 5 6 6 7 7
7 5 5 6 6 7 7 7
8 5 5 6 7 7 7 7

TINGKAT AKSI YANG DIPERLUKAN


LEVEL TINGKAT AKSI DARI RULA
Apabila grand skor adalah 1 atau 2, tidak ada masalah dengan postur tubuh
1
selama kerja
Apabila grand skor adalah 3 atau 4, diperlukan adanya perubahan untuk
2
perbaikan sikap kerja
Apabila grand skor adalah 5 atau 6, diperlukan adanya investigasi dan perbaikan
3 segera
Apabila grand skor adalah 7+, diperlukan adanya investigasi dan perbaikan
4
secepat mungkin
56

Lampiran 5

MENGUKUR TEKANAN DARAH

No. Dokumen Tanggal Halaman


Nomor Revisi 1/2
RSUD
……….
KUDUNGGA
Ditetapkan oleh
Direktur
STANDAR Tanggal Ditetapkan
PROSEDUR
01 April 2018
OPERASIONAL
dr. Anik Istiyandari, M. P. H
NIP. 19680727 200212 2 00
Menhitung tekanan darah pada dinding arteri berdasarkan
PENGERTIAN
kembang kempisnya jantung.
1. Untuk mengetahui tekanan darah
TUJUAN 2. Membantu menentukan diagnosis
3. Mengetahui keadaan umum pasien
1. Pada setiap pasien baru
KEBIJAKAN
2. Pada pasien dengan penyakit dan keadaan tertentu
A. Persiapan Pasien
1. Persiapan Mental
Menjelaskan kepada pasien tentang yang akan dilakukan.
Pasien dalam keadaan duduk atau berbaring dan pakaian
(bagian lengan) digulung.
2. Persiapan Fisik

B. Persiapan Alat
1. Tensimeter
2. Stetoskop
3. Buku catatan
PROSEDUR
C. Cara Kerja
1. Perawat mencuci tangan.
2. Pasien diberitahu dan dianjurkan supaya duduk/berbaring
dengan tenang
3. Lengan baju digulung
4. Manset dan tensimeter dipasang pada lengan atas dengan
pipa karetnya berada disisi luar lengan
57

MENGUKUR TEKANAN DARAH

No. Dokumen Tanggal Halaman


Nomor Revisi 2/2
RSUD
……….
KUDUNGGA
5. Pompa dipasang.
6. Denyut arteri brachialis/arteri popliteal diraba lalu
stetoskop ditekankankan pada daerah tersebut
7. Sekrup balon karet ditutup, pengunci air denyut dibuka.
Balon dipompa sampai denyut arteri tidak terdengar lagi
dan air raksa di dalam pipa gelas naik.
8. Kemudian sekrup balon dibuka hingga air raksa turun
perlahan-lahan sambil melihat turunnya air raksa
dengarkan denyutan yang pertama. Skala permukaan air
raksa pada waktu terdengar denyutan pertama disebut
systole, misalnya : 120 mmHg
Dengarkan terus sampai denyutan yang terakhir,
skala permukaan air raksa pada waktu terdengar
denyutan terakhir disebut tekanan diastole, misalnya :
80 mmHg
9. Hasilnya dicatat, seperti 120 mmHg
PROSEDUR 10. Perawat mencuci tangan

D. Sikap
1. Cepat
2. Sopan
3. Teliti
4. Ramah
5. Peka terhadap respon pasien

E. Petugas yang melaksanakan


Perawat

F. Hal-hal yang perlu diperhatikan


1. Memasang manset tidak boleh terlalu kencang atau
longgar dan di atas arteri brachialis/arteri popliteal
2. Tensimeter dalam keadaan baik
3. Menekan stetoskop jangan terlalu keras
1. IGD
UNIT KERJA
2. Unit Rawat Inap
TERKAIT
3. Poli Rawat Jalan
Master Data Korelasi Sikap Kerja Tidak Alamiah Saat MengukurTekanan Darah
Dengan Risiko Keluhan Low Back Pain PadaPerawat Rawat Inap Dewasa
SIKAP KERJA
DATA DEMOGRAFI KELUHAN
TIDAK ALAMIAH
NO
Jenis Masa
Umur IMT Total Kode Total Kode
Kelamin Kerja
1 25 Laki-laki 3 23 3 Level 2 8 Ringan
2 36 Perempuan 11 21 5 Level 3 12 Sedang
3 32 Laki-laki 7 18 4 Level 2 9 Ringan
4 26 Laki-laki 4 22 4 Level 2 5 Ringan
3 24 Laki-laki 2 21 3 Level 2 8 Ringan
6 26 Laki-laki 4 21 3 Level 2 3 Ringan
7 36 Perempuan 12 21 3 Level 2 9 Ringan
8 36 Perempuan 11 22 4 Level 2 11 Sedang
9 24 Perempuan 2 25 3 Level 2 9 Ringan
10 28 Perempuan 6 29 5 Level 3 9 Ringan
11 28 Perempuan 5 26 6 Level 3 11 Sedang
12 24 Perempuan 2 26 3 Level 2 4 Ringan
13 35 Perempuan 9 19 3 Level 2 7 Ringan
14 23 Perempuan 2 20 3 Level 2 5 Ringan
15 24 Perempuan 2 23 4 Level 2 6 Ringan
16 25 Perempuan 2 30 4 Level 2 6 Ringan
17 37 Perempuan 12 29 4 Level 2 9 Ringan
18 28 Laki-laki 7 31 4 Level 2 12 Ringan
19 37 Perempuan 13 22 6 Level 3 11 Sedang
20 32 Perempuan 7 22 6 Level 3 12 Sedang
21 28 Perempuan 5 19 5 Level 3 11 Sedang
22 37 Perempuan 12 22 3 Level 2 9 Ringan
23 25 Perempuan 3 28 4 Level 2 8 Ringan
24 25 Perempuan 3 18 3 Level 2 3 Ringan
25 36 Perempuan 13 22 3 Level 2 8 Ringan
26 31 Perempuan 7 22 5 Level 3 9 Ringan
27 25 Perempuan 3 21 4 Level 2 8 Ringan
28 24 Perempuan 2 22 5 Level 3 7 Ringan
29 36 Perempuan 11 20 5 Level 3 8 Ringan
30 34 Perempuan 8 26 5 Level 3 6 Ringan
31 27 Perempuan 5 22 6 Level 3 11 Sedang
32 35 Perempuan 16 23 5 Level 3 11 Sedang
33 28 Perempuan 5 23 5 Level 3 12 Sedang
34 24 Perempuan 2 22 4 Level 2 3 Ringan
35 26 Perempuan 4 30 6 Level 3 11 Sedang
36 37 Perempuan 10 28 5 Level 3 11 Sedang
HASIL UJI NORMALITAS
Descriptives
Statistic Std. Error
Sikap Kerja TidakMean 4,25 ,175
Alamiah 95% Confidence Interval for Lower Bound 3,89
Mean Upper Bound 4,61
5% Trimmed Mean 4,22
Median 4,00
Variance 1,107
Std. Deviation 1,052
Minimum 3
Maximum 6
Range 3
Interquartile Range 2
Skewness ,243 ,393
Kurtosis -1,146 ,768
Keluhan low Back Mean 8,39 ,455
Pain (LBP) 95% Confidence Interval for Lower Bound 7,47
Mean Upper Bound 9,31
5% Trimmed Mean 8,49
Median 9,00
Variance 7,444
Std. Deviation 2,728
Minimum 3
Maximum 12
Range 9
Interquartile Range 5
Skewness -,515 ,393
Kurtosis -,629 ,768

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Sikap Kerja
,188 36 ,002 ,862 36 ,000
Tidak Alamiah
Keluhan low
,164 36 ,015 ,920 36 ,012
Back Pain (LBP)
a. Lilliefors Significance Correction
Descriptives
Statistic Std. Error
Mean ,6153 ,01814
95% Confidence Interval for Lower Bound ,5784
Mean Upper Bound ,6521
5% Trimmed Mean ,6139
Median ,6021
Variance ,012
Trans_rula Std. Deviation ,10881
Minimum ,48
Maximum ,78
Range ,30
Interquartile Range ,22
Skewness -,036 ,393
Kurtosis -1,336 ,768

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Trans_rula ,203 36 ,001 ,856 36 ,000
a. Lilliefors Significance Correction
HASIL ANALISA DATA
ANALISA UNIVARIAT

Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 22-35 Tahun 28 77.8 77.8 77.8
36-45 Tahun 8 22.2 22.2 100.0
Total 36 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Laki-laki 6 16.7 16.7 16.7
Perempuan 30 83.3 83.3 100.0

Total 36 100.0 100.0

Masa Kerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1-5 Tahun 16 44.4 44.4 44.4
6-10 Tahun 11 30.6 30.6 75.0
> 10 Tahun 9 25.0 25.0 100.0
Total 36 100.0 100.0

IMT
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Obesitas 23 63.9 63.9 63.9
Overweight 10 27.8 27.8 91.7
Obesitas 3 8.3 8.3 100.0
Total 36 100.0 100.0
Data dengan skala interval
Sikap Kerja Tidak Alamiah
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
3 11 30,6 30,6 30,6
4 10 27,8 27,8 58,3
Valid 5 10 27,8 27,8 86,1
6 5 13,9 13,9 100,0
Total 36 100,0 100,0

Keluhan low Back Pain (LBP)


Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
3 3 8,3 8,3 8,3
4 1 2,8 2,8 11,1
5 2 5,6 5,6 16,7
6 3 8,3 8,3 25,0
7 2 5,6 5,6 30,6
Valid
8 6 16,7 16,7 47,2
9 7 19,4 19,4 66,7
11 8 22,2 22,2 88,9
12 4 11,1 11,1 100,0
Total 36 100,0 100,0

Data di transform dari interval ke ordinal


Sikap Kerja Tidak Alamiah
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Grade 3-4 15 41.7 41.7 41.7
Grade 5-6 21 58.3 58.3 100.0
Total 36 100.0 100.0

Keluhan LBP
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Sedang 12 33.3 33.3 33.3
Ringan 24 66.7 66.7 100.0
Total 36 100.0 100.0

ANALISA BIVARIAT
Correlations
Trans_rula Trans_LBP
Pearson Correlation 1 ,537**
Trans_rula Sig. (2-tailed) ,001
N 36 36
Pearson Correlation ,537** 1
Trans_LBP Sig. (2-tailed) ,001
N 36 36
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Lampiran 6
Bulan
No Kegiatan Desember Januari Februari Maret April Juni Juli Agustus
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Informasi Penyelenggaraan
Proposal
2 Pengajuan Judul
3 Konfirmasi Judul ke
Pembimbing
4 Penelusuran literature, proses
bimbingan dan penyusunan
proposal
5 BAB I
BAB II
BAB III
Pengumpulan proposal
Seminar proposal
Revisi seminar proposal
6 Uji Instrumen
7 Pelaksanaan Riset
8 Penyusunan Hasil Riset dan
Konsultasi Hasil Riset
9 Ujian Sidang
10 Perbaikan Skripsi

Anda mungkin juga menyukai