Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latarbelakang
Lanjut usia (lansia) merupakan suatu kejadian yang pasti dialami secara
fisiologis oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang. Lansia akan
mengalami Proses penuaan,yang merupakan proses terus menerus (berlanjut)
secara alamiah. Mulaidari lahir sampai meninggal dan umumnya dialami pada
semua mahluk hidup. Menua (menjadi tua) ditandai dengan menghilangnya
secaraperlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan
mempertahankan fungsi normalnya,sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi.1
Dari aspek biologis lansia mengalami kehilangan dan kerusakan
banyak sel-sel syaraf, sehingga lansia seringkali terdiagnosis penyakit akibat
kombinasi dari beberapa gejala lain selain penyakit yang diderita. Sedangkan
dari faktor psikologis adalah timbulnya rasa kurang percaya diri,
kecenderungan perenung atau pemikir, suka menyendiri dan memikirkan
kesukaran dalam hidupnya. Dengan adanya perubahan-perubahan
tersebut,mayoritas lansia akan rentan mengalami depresi.2
Depresi akan menjadi salah satu penyakit mental yang banyak dialami
dan depresi berat akan menjadi penyebab kedua terbesar kematian setelah
serangan jantung. Adanya depresiyang berkelanjutan akan mengakibatkan
krisis mental dengan disertai gejala rasa putus asa, rasa cemas yang hebat, rasa
tidak berharga, gangguan nafsu makan, gangguan tidur berat, serta aktivitas
lain yang apabila tidak segera teratasi maka lansia tersebut akan jatuh ke
keadaan yang lebih burukdan berisiko percobaan bunuh diri.1
Alat penyembuh yang bermanfaat serta mudah ditemukan biasanya
terlupakan adalah kekuatan musik. Gabungan antara jenis musik yang tepat dan
imajinasi yang terarah dan/atau meditasi, pengaruhnya terhadap penderita
depresi sangat menakjubkan.3
Musik keroncong dengan melibatkan responden untuk ikut bernyanyi
adalah membantu mengekspresikan perasaan, membantu rehabilitasi fisik,
memberi pengaruh positif terhadap kondisi suasana hati dan emosi,
meningkatkan memori, serta menyediakan kesempatan yang unik untuk
berinteraksi dan membangun kedekatan emosional. Sehingga diharapkan dapat
membantu mengatasi stres, mencegah penyakit dan meringankan rasa sakit.4
Pada penelitian yang dilakukan oleh Sri Eko Purbowinoto dan Kartinah
melakukan penelitian tentang Pengaruh Terapi Musik Keroncong Terhadap
Penurunan Tingkat Depresi Pada Lansia di PSTW Budi Luhur Jogyakarta. Dari
penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa ada pengaruh Terapi Musik
Keroncong Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Pada Lansia.
Setelah dilakukan studi wawancara dari 5 lansia di wisma palupi,
terdapat lansia yang mengalami susah tidur dan sering kebangun apabila tidur
malam hari, 1 lansia sering menyendiri tidak mau melakukan aktivitas dan
kegiatan di panti dan kadang marah-marah tidak jelas, 1 lansia mengalami
sedih dan sering mengatakan ingin pulang dan kembali dengan keluarganya.
Dari fenomena tersebut, kami akan memberikan perlakuan tentang Pengaruh
Terapi Musik Keroncong Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Pada Lansia di
Wisma Palupi Panti Wredha Wening Werdoyo Ungaran.

1.2 Rumusan Masalah


Adakah Pengaruh Terapi Musik Keroncong Terhadap Penurunan Tingkat
Depresi Pada Lansia di Wisma Palupi Panti Wredha Wening Werdoyo
Ungaran ?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Membuktikan Adanya Pengaruh Terapi Musik Keroncong Terhadap
Penurunan Tingkat Depresi Pada Lansia di Wisma Palupi Panti Wredha
Wening Werdoyo Ungaran.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi Terapi Musik Keroncong
b. Mengidentifikasi Tingkat Depresi Pada Lansia
c. Menganalisa Pengaruh Terapi Musik Keroncong Terhadap Penurunan
Tingkat Depresi Pada Lansia di Wisma Palupi Panti Wredha Wening
Werdoyo Ungaran.

1.4 Manfaat Penelitian


a. Sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan untuk
mengetahui tentang Pengaruh Terapi Musik Keroncong Terhadap
Penurunan Tingkat Depresi Pada Lansia di Wisma Palupi Panti Wredha
Wening Werdoyo Ungaran.
b. Sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Keroncong
2.1.1 Pengertian Keroncong
Musik Keroncong adalah musik Indonesia yang memiliki hubungan
historis dengan sejenis alat musik portugis dan dikenal sebagai "fado".
berdasarkan sejarahnya musik keroncong dapat ditarik hingga akhir abad ke
-16 ketika itu portugis melemah di Nusantara. Musik keroncong ini awalnya
dimainkan oleh para budak portugis di Maluku dan daratan India.
Sedangkan bentuk musik ini dulunya bernama "morecso".

Pada abad ke 16 keroncong mulai ada dipulau jawa ketika itu portugis
mulai bertapak di Asia Tenggara dan alat musik gamelan sangat disukai
dipulau Jawa, sehingga alat-alat musik baratpun juga memainkan lagu
daerah seperti gamelan.

Musik keroncong ini mulai sempurna pada bada ke 19 dan berubah


seiring perkembangan jaman. Bentuk melodi dan pada permainan musik
keroncong hampir memiliki kesamaan dengan pola tabuhan gamelan. Alat
yang digunakan pada alat musik keroncong lebih luas.
2.1.2 Macam-macam Musik Keroncong
a. Keroncong asli
Keroncong asli memiliki bentuk lagu A – B – C. Kebanyakan
dibawakan sebanyak dua kuplet utuh (dari atas). Keroncong asli
terkadang juga di awali oleh prospel terlebih dahulu. Prospel adalah
seperti intro yang mengarah ke nada/akord awal lagu, yang dilakukan
oleh alat musik melodi seperti seruling/flut, biola, atau gitar.
b. Langgam
Bentuk lagu langgam ada dua versi. Yang pertama A – A – B – A
dengan pengulangan dari bagian A kedua. Beda sedikit pada versi
kedua, yakni pengulangannya langsung pada bagian B. Meski sudah
memiliki bentuk baku, namun pada perkembangannya irama ini lebih
bebas diekspresikan. Penyanyi serba bisa Hetty Koes Endang misalnya,
dia sering merekam lagu-lagu non keroncong dan langgam
menggunakan irama yang sama, dan kebanyakan tetap dinamakan
langgam. Bentuk adaptasi keroncong terhadap tradisi musik gamelan
dikenal sebagai langgam Jawa, yang berbeda dari langgam yang
dimaksud di sini. Langgam Jawa memiliki ciri khusus pada
penambahan instrumen antara lain siter, kendang (bisa diwakili dengan
modifikasi permainan cello ala kendang), saron, dan adanya bawa atau
suluk berupa introduksi vokal tanpa instrumen untuk membuka
sebelum irama dimulai secara utuh.
c. Stambul
Stambul merupakan jenis keroncong yang namanya diambil dari bentuk
sandiwara yang dikenal pada akhir abad ke-19 hingga paruh awal abad
ke-20 di Indonesia dengan nama Komedi stambul. Nama “stambul”
diambil dari Istambul di Turki.Stambul memiliki dua tipe progresi
akord yang masing-masing disebut sebagai Stambul I dan Stambul II.
Stambul diawali oleh penyanyi itu sendiri, atau intro lagu bukan dari
alat musik melainkan dari penyanyi tanpa iringan instrumen terlebih
dahulu.
2.1.3 Karakteristik Musik Keroncong
a. Alat-Alat
Alat yang digunakan dalam sebuah orkes keroncong terdiri atas gitar
pengiring, melod gitar,ukulele,cello,bas,seruling,dan kadang kadang
ditambah juda dengan biola. Alat alat musik ini jika di perhatikan dengan
seksama (pada saat dimakinkan) akan mencerminkan penyajian
orkestrrasi gamelan dimana suara bonang dimainkan oleh gitar melodi,
ditambah kemprengan ukulele dan gitar pengiring yang mewakili alat
musik saron. Selanjutnya, suara ketukan gendang dan kulanter
dimakinkan secara dinamis oleh alat musik cello, dan ditutup oleh alat
musik bas sebagai gong. Seruling dan biola digunakan sebagai pengganti
suling dan rebab yang berfungsi sebagai penghias lagu secara
keseluruhan.
b. Lagu-lagu
lagu keroncong menggunakan bentuk pola lagu yang rata rata sama,
yakni berpola A-A-B-A. Secara musikal, musik keroncong memiliki
irama yang mengalir dengan penonjolan beat yang khas oleh bunyi bunyi
peralatan ukulele dan cello. Pada bentuk keroncong asli tidak dikenal alat
musik perkusi seperti drum set, bongo, congo, tam-tam, dan sejenisnya.
Beat yang biasa ditimbulkan oleh alat alat perkusi diganti dengan
permainan cello yang dinamis.
c. Bentuk-bentuk lagu
Bentuk lagu pada mysuk keroncong asli memiliki pola dan ketentuan
khusus yang tidak boleh dilanggar. Misalnya adanya bentuk bentuk
stambul 1 dan stambul 2.
2.1.4 Faktor yang mempengaruhi Musik Keroncong
a. Irama suara musik keroncong
Dengan memberikan irama musik keroncong dengan cepat atau
lambat dapat mempengaruhi cara penangkapan seseorang dalam
mendengar musik keroncong tersebut.
b. Durasi
Dengan memberikan durasi yang panjang atau pendek dapat
mempengaruhi tingkat kebosanan yang didengarnya.

2.2 Depresi
2.2.1 Pengertian Depresi
Depresi adalah perasaan sedih, ketidakberdayaan, dan pesimis, yang
berhubungan dengan suatu penderitaan. Dapat berupa serangan yang
ditujukan kepada diri sendiri atau perasaan marah yang dalam (Nugroho,
2008). Depresi merupakan gangguan mental yang sering terjadi dalam
kehidupan seseorang yang ditandai dengan emosi, motivasi, fungsional
gerakan tingkah laku, dan kognitif (Pieter dkk, 2011). Depresi adalah
keadaan emosional yang ditandai kesedihan yang sangat, perasaan
bersalah dan tidak berharga, menarik diri dari orang lain, serta kehilangan
minat untuk tidur dan melakukan hubungan seks juga hal-hal
menyenangkan lainnya. Depresi adalah perasaan sedih, pesimis, dan
merasa sendirian yang merupakan bagian dari depresi mayor dan
gangguan mood lainnya. (5)
2.2.2 Gambaran Klinis Depresi
Gambaran Klinis Depresi pada lansia adalah proses patoligis, bukan
merupakan proses normal dalam kehidupan. Umumnya orang-orang akan
menanggulanginya dengan mencari dan memenuhi rasa kebahagiaan.
Bagaimanapun, lansia cenderung menyangkal bahwa dirinya mengalami
depresi. Gejala umumnya, banyak diantara mereka muncul dengan
menunjukkan sikap rendah diri, dan biasanya sulit untuk didiagnosa.(5)
Perubahan Fisik
1. Penurunan nafsu makan.
2. Gangguan tidur.
3. Kelelahan dan kurang energi
4. Agitasi.
5. Nyeri, sakit kepala, otot keran dan nyeri, tanpa penyebab fisik.

Perubahan Pikiran

1. Merasa bingung, lambat dalam berfikir, penurunan konsentrasi dan


sulit mengungat informasi.
2. Sulit membuat keputusan dan selalu menghindar.
3. Kurang percaya diri.
4. Merasa bersalah dan tidak mau dikritik.
5. Pada kasus berat sering dijumpai adanya halusinasi ataupun delusi.
6. Adanya pikiran untuk bunuh diri.

Perubahan Perasaan

1. Penurunan ketertarikan ddengan lawan jenis dan melakukan


hubungan suami istri.
2. Merasa bersalah, tak berdaya.
3. Tidak adanya perasaan.
4. Merasa sedih.
5. Sering menangis tanpa alas an yang jelas.
6. Iritabilitas, marah, dan terkadang agresif.

Perubahan pada Kebiasaan Sehari-hari

1. Menjauhkan diri dari lingkungan sosial, pekerjaan.


2. Menghindari membuat keputusan.
3. Menunda pekerjaan rumah.
4. Penurunan aktivitas fisik dan latihan.
5. Penurunan perhatian terhadap diri sendiri.
6. Peningkatan konsumsi alcohol dan obat-obatan terlarang.
2.2.3 Derajat Depresi
Menurut PPDGJ-III, tingkatan depresi ada tiga berdasarkan gejala-
gejalanya yaitu:(6)
1) Depresi Ringan
Gejala:
a. Kehilangan minat dan kegembiraan
b. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah
lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan
menurunnya aktivitas
c. Konsentrasi dan perhatian yang kurang
d. Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang
e. Lamanya gejala tersebut berlangsung sekurang-kurangnya 2
minggu
f. Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang
biasa dilakukannya
2) Depresi Sedang
Gejala:
a. Kehilangan minat dan kegembiraan
b. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan
mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja)
dan menurunnya aktivitas
c. Konsentrasi dan perhatian yang kurang
d. Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang
e. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
f. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
g. Lamanya gejala tersebut berlangsung minimum sekitar 2
minggu
h. Mengadaptasi kesulitan untuk meneruskan kegiatan sosial
pekerjaan dan urusan rumah tangga.
3) Depresi Berat
Gejala:
a. Mood depresif
b. Kehilangan minat dan kegembiraan
c. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan
mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja)
dan menurunnya aktivitas
d. Konsentrasi dan perhatian yang kurang
e. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
f. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
g. Perbuatan yang membahayakan dirinya sendiri atau bunuh diri
h. Tidur terganggu
i. Disertai waham, halusinasi
j. Lamanya gejala tersebut berlangsung selama 2 minggu.

Tingkat Gejala Gejala


Fungsi Keterangan
Depresi Utama lain

Ringan 2 2 Baik -

Sedang 2 3-4 Terganggu Tampak


distress

Berat 3 >4 Sangat terganggu Sangat distress

2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Depresi


Model psiko dinamika terbaru lebih terfokus pada isu-isu yang
berhubungan dengan perasaan individual akan self-worth atau self-
esteem. Suatu model, yang disebut model self-focusing,
mempertimbangkan bagaimana mengalokasikan proses atensi
seseorang setelah suatu kehilangan (kematian orangyang dicintai,
kegagalan personal, dan lain lain). Menurut model
psikodinamika,orang yang mudah terkena depresi mengalami suatu
periode self-examination (self-focusing) yang intens setelah terjadinya
suatu kehilangan atau kekecewaan yang besar. Seseorang menjadi
terpaku pada pikiran-pikiran mengenai objek atau tujuan penting yang
hilang dan tetaap tidak dapat merelakan harapan akan entah bagaimana
cara mendapatkannya.(7)
Menurut teori psikodinamika klasik mengenai depresi yang
dikemukakan Freud dan para pengikutnya meyakini kemarahan orang
yang ditinggalkan kepada orang yang meninggalkannya terus-menerus
dipendam, berkembang menjadi proses menyalahkan diri sendiri,
menyiksa diri sendiri, dan depresi yang berkelanjutan. Orang-orang
yang sangat tidak mandiri diyakini sangat rentan terhadap proses
tersebut. Teori psikodinamika klasik merupakan dasar pandangan
psikodinamika yang diterima secara luas yang menganggap depresi
sebagai kemarahan terpendam yang berbalik menyerang diri sendiri. (7)
Menurut Beck, salah satu faktor penyebab depresi adalah proses
berfikir, seseorang yang depresi memiliki pemikiran menyimpang
dalam bentuk interpretasi negatif. Seseorang depresi akan
mengembangkan skema negatif, skema yang salah dapat membuat
seseorang yang depresi mengharapkan kegagalan sepanjang waktu,
skema yang menyalahkan diri sendiri membebani seseorang dengan
tanggung jawab atas semua ketidakberuntungan dan skema yang
mengevaluasi diri sendiri secara negatif terus-menerus mengingatkan
seseorang tentang ketidakberartian dirinya. Skema negatif bersama
dengan penyimpangan kognisi, membentuk apa yang disebut dengan
triad. Triad depresi merujuk pada penilaian seseorang bahwa tidak
dapat menghadapi tuntutan lingkungan. (8)
Pendekatan kognitif pada depresi memusatkan perhatian tidak
pada apa yang dikerjakan individu akan tetapi bagaimana pada individu
memandang diri dan dunia sekitarnya. Salah satu teori kognitif
berpendapat bahwa individu yang mudah terkena depresi telah
mengembangkan sikap umum untuk menilai peristiwa dari segi negatif
dan kritik diri. (8)
Depresi menurut Beck berfokus pada peran berfikir negatif atau
depresi, seseorang yang rentan mengalami depresi memegang
keyakinan yang negatif terhadap dirinya sendiri, lingkungan, dan masa
depan. Segitiga kognitif dari depresi ini menghasilkan kesalahan
tertentu dalam berfikir atau distorsi kognitif, dalam merespon pada
peristiwa negatif, yang pada giliranya akan menyebabkan depresi. (9)
Faktor penyebab timbulnya depresi yang dikemukakan yaitu:
(10)

a. Faktor Fisik
1. Faktor Genetik
Seseorang yang dalam keluarganya diketahui menderita depresi
berat memiliki risiko lebih besar menderita gangguan depresi
dari pada masyarakat pada umumnya.
2. Susunan Kimia Otak dan Tubuh
Beberapa bahan kimia di dalam otak dan tubuh memegang
peranan yang besar dalam mengendalikan emosi kita. Pada
orang yang depresi ditemukan adanya perubahan akibat
pengaruh bahan kimia seperti mengkonsumsi obat-obatan,
minum-minuman yang beralkohol, dan merokok.
3. Faktor Usia
Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa golongan usia
muda yaitu remaja dan orang dewasa lebih banyak terkena
depresi. Namun sekarang ini usia rata-rata penderita depresi
semakin menurun yang menunjukkan bahwa remaja dan anak-
anak semakin banyak terkena depresi.
4. Gender
Wanita dua kali lebih sering terdiagnosis menderita depresi
dari pada pria. Bukan berarti wanita lebih mudah terserang
depresi, karena wanita lebih sering mengakui adanya depresi
dari pada pria dan dokter lebih dapat mengenali depresi pada
wanita.
5. Gaya Hidup
Banyak kebiasaan dan gaya hidup tidak sehat berdampak pada
penyakit misalnya penyakit jantung juga dapat memicu
kecemasan dan depresi.
6. Penyakit Fisik
Penyakit fisik dapat menyebabkan penyakit. Perasaan terkejut
karena mengetahui seseorang memiliki penyakit serius dapat
mengarahkan pada hilangnya kepercayaan diri dan
penghargaan diri (self-esteem), juga depresi.
7. Obat-obatan Terlarang
Obat-obatan terlarang telah terbukti dapat menyebabkan
depresi karena mempengaruhi kimia dalam otak dan
menimbulkan ketergantungan.
8. Kurangnya Cahaya Matahari
Kebanyakan dari seseorang merasa lebih baik di bawah sinar
mataharidari pada hari mendung, tetapi hal ini sangat
berpengaruh pada beberapa individu. Mereka baik-baik saja
ketika musim panas tetapi menjadi depresi ketika musim dingin.
Mereka disebut menderita seasonal affective disorder (SAD).
b. Faktor Psikologis
1. Kepribadian
Aspek-aspek kepribadian ikut pula mempengaruhi tinggi
rendahnya depresi yang dialami serta kerentanan terhadap
depresi. Ada narapidana yang lebih rentan terhadap depresi,
yaitu yang mempunyai konsep diri serta pola pikir yang negatif,
pesimis, juga tipe kepribadian introvert salah satu aspek
kepribadian itu adalah penyesuaian diri. Penyesuaian diri adalah
suatu proses yang dipengaruhi oleh banyak faktor, baik berasal
dari diri seseorang seperti keluarga, masyarakat, dan luar diri
individu seperti lingkungan sosial, antara lain melalui gambaran
diri yang positif, hubungan interpersonal yang baik dengan
keluarga dan lingkungan sosial, kemampuan mengontrol emosi
dan rasa percaya diri.
2. Pola Pikir
Pada tahun 1967 psikiatri Amerika Aaron Beck
menggambarkan pola pemikiran yang umum pada depresi dan
dipercaya membuat seseorang rentan terkena depresi. Secara
singkat, dia percaya bahwa seseorang yang merasa negatif
mengenai diri sendiri rentan terkena depresi.
3. Harga Diri (self-esteem)
Harga diri yang rendah akan berpengaruh negatif pada
seseorang yang bersangkutan dan mengakibatkan seseorang
tersebut akan menjadi stres dan depresi.
4. Stres
Kematian orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, pindah
rumah, atau stres berat yang lain dianggap dapat menyebabkan
depresi. Reaksi terhadap stres sering kali di tangguhkan dan
depresi dapat terjadi beberapa bulan sesudah peristiwa itu
terjadi.
5. Lingkungan Keluarga
Ada tiga hal seseorang menjadi depresi di dalam lingkungan
keluarga yaitu dikarenakan kehilangan orangtua ketika masih
anak-anak, jenis pengasuhan yang kurang kasih saying ketika
kecil, dan penyiksaan fisik dan seksual ketika kecil.
6. Penyakit Jangka Panjang
Ketidaknyamanan, ketidakmampuan, ketergantungan, dan
ketidakamanan dapat membuat seseorang cenderung menjadi
depresi. Berdasarkan faktor-faktor penyebab depresi yang
dipaparkan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
faktor yang mempengaruhi depresi dapat terjadi karena
beberapa faktor, yaitu faktor fisik dan faktor psikologis. Semua
faktor depresi ini pada umumnya dikarenakan stres yang
berkepanjangan, sehingga menimbulkan depresi dengan faktor
yang berbeda-beda.
c. Faktor Budaya
Merupakan hal-hal yang menyebabkan perubahan sosial ekonomi
dan nilai sosial masyarakat pada saat ini, sehingga membuat lansia
menjadi bebab dalam kehidupan, seperti lansia sudah tidak produktif
lagi, atau peristiwa kehidupan yang dialami yang berat ringannya
diperhitungkan berdasarkan presepsi lansia
d. Faktor Status Perkawinan
Depresi mayor mungkin mengikuti beberapa kejadian dalam
kehidupan terutama pada orang-orang yang kehilangan atau tidak
memiliki hubngan interpersonal yang penting atau model dalam
kehidupan.

2.3 Kerangka Teori

Terapi musik Dapat mempengaruhi Depresi lansia


perubahan gelombang otak
keroncong
yang akan meningkatkan
serotonin. Sehingga
serotonin atau
1. Faktor fisik
1. Irama musik neurotransmitter di ubah
keroncong
2. Faktor
menjadi hormon melatonin
2. Durasi yang memilikii efek regulasii
psikologis
3. Faktor budaya
terhadap relaksasi tubuh
4. Faktor status
sehingga pada akhirnya
perkawinan
depresii yang dirasakan oleh
responden dapat menurun.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka konsep

Variabel Independent Variabel Dependent


Musik Keroncong Tingkat Depresi

1. Faktor Psikologis
2. Faktor Budaya

Confounding variable
Ket.

: Yang diteliti

: Yang mempengaruhi

3.2 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
Ha : Ada pengaruh terapi musik keroncong terhadap penurunan
tingkat depresi pada lansia di Panti Wredha Wening Wardoyo
Ungaran.

Ho : Tidak ada pengaruh terapi musik keroncong terhadap penurunan


tingkat depresi pada lansia di Panti Wredha Wening Wardoyo
Ungaran.

3.3 Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif pre-experimental
design dengan pendekatan pre test post test design untuk meneliti pengaruh
terapi musik keroncong terhadap penurunan tingkat depresi pada lansia di Panti
Wredha Wening Wardoyo Ungaran.
3.4 Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah lansia di Panti Wredha Wening
Wardoyo Ungaran.
3.4.2 Sampel
Pada penelitian ini jenis pengambilan sampel yang digunakan adalah
total sampling, yaitu lansia yang berada di Wisma Palupi dengn jumlah
5 responden.
a. Kriteria Sampel inklusi:
a. Berusia diatas 60 tahun.
b. Hadir dalam penelitian
c. Sering mengeluh dan tampak depresi?
b. Kriteria Sampel eksklusi:
1. Menggunakan obat penenang dan obat antidepresan.

3.5 Tempat dan WaktuPenelitian


3.5.1 Tempat
Penelitian dilakukan di Wisma Palupi Panti Wredha Wening Wardoyo
Ungaran.

3.5.2 Waktu
Penelitian dilakukan pada:
Hari/tanggal : Kamis, 4 Januari 2018 – Jumat, 5 Januari 2018

3.6 Definisi Operasional


Definisi Skala
Variabel Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
V. Bebas
Musik Musik yang
Keroncong menjadi salah
satu khas
Indonesia yang
memiliki irama
dan melodi yang
hampir sama
dengan gamelan
yang sangat enak
untuk didengar
V. Terikat
Tingkatan Tingkatan Skala Kuisioner  Normal = Rasio
Depresi perasaan sedih, Depresi 1–10
pesimis dan Beck  Gangguan
ketidakberdayaan Depression mood
pada seseorang Inventory ringan =
yang menjadikan 11-16
seorang tersebut  Batas
mengalami depresi
perubahan sikap klinis = 17-
dan perilaku. 20
 Depresi
Sedang =
21-30
 Depresi
Parah =
31-40
 Depresi
ekstrim =
>40

3.7 Instrument Penelitian


Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Kuisioner Beck Depression Inventory
2. Alat tulis
3. Speaker
4. Laptop

3.8 Prosedur Pengumpulan Data


1.8.1 Persiapan penelitian
Peneliti mengajukan ijin pelaksanaan kepada Kepala Bidang Resos
Panti Wredha Wening Wardoyo Ungaran.
1.8.2 Proses penelitian
a. Meminta persetujuan dari pihak Bidang Resos Panti Wredha
Wening Wardoyo dengan memberikan surat permohonan ijin
sebagai tempat dilakukannya penelitian.
b. Memberitahu sekaligus meminta ijin kepada kepala bidang dan
penanggung jawab yang ada di Wisma Palupi untuk melakukan
penelitian.
c. Menentukan responden sesuai dengan kriteria yang diharapkan.
d. Memberikan kuisioner Beck Depression Inventory.
e. Memberikan terapi musik keroncong.
f. Mengumpulkan data.
g. Menganalisa data yang terkumpul.

3.9 Analisa Data


3.9.1. Tehnik Pengolahan Data
1. Editing
Editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah
dikumpulkan.
2. Entry (Memasukkan Data)
Jawaban-jawaban yang sudah diberi kode kategori kemudian
dimasukan dalam tabel dengan cara menghitung frekuensi data
3. Cleaning
Cleaning adalah pembersihan data dengan melihat variabel apakah
data sudah benar atau belum.

3.9.2. Analisis Data


1. Analisa Univariat
Menganalisa tingkat depresi pada lansia setelah diberikan
perlakuan terapi musik keroncong.

2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk menganalisa pengaruh terapi
musik keroncong terhadap penurunan tingkat depresi pada lansia
di Panti Wredha Wening Wardoyo Ungaran dengan menggunakan
uji hipotesis komparatif kategorik tidak berpasangan dengan
menggunakan Uji Chi-Square.

3.10 Etika penelitian


Sebelum melakukan penelitian, peneliti perlu mendapatkan rekomendasi dari
instansi dimana peneliti akan melakukan penelitian. Penelitian ini dilakukan
dengan prosedur yang ada, sehingga tidak melanggar kode etik yang berlaku dan
tidak berdampak negatif bagi responden. Setelah mendapatkan persetujuan,
peneliti dapat melakukan penelitian dengan memperhatikan etika yang meliputi:
1. Informed consent yaitu penyampaian informasi secara lengkap kepada
responden dan persetujuan dari responden untuk berperan serta dalam
penelitian sebagai subjek .
2. Tanpa nama yaitu dengan cara tidak mencantumkan nama responden pada
kuesioner penelitian.
3. Kerahasiaan yaitu peneliti menjamin kerahasiaan hasil penelitian dengan
informasi yang telah dikumpulkan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Skor Depresi
NO Nama Usia
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
1 SM 70 29 22 Depresi Depresi
sedang sedang
2 SS 72 49 28 Depresi Depresi
ekstrim sedang
3 F 94 38 26 Depresi Depresi
parah sedang
4 M 72 16 9 Depresi Depresi
ringan wajar
5 SP 74 23 15 Depresi Depresi
sedang ringan

- Presentase hasil sebelum diberikan terapi musik keroncong yang mengalamai


depresi sedang 40% , depresi ekstrim sebanyak 20% , depresi parah 20% dan
depresi ringan 20%.
- Presentase hasil sesudah diberikan terapi musik keroncong yang mengalami
depresi sedang 60% , depresi wajar 20% , depresi ringan 20 %.

Skor depresi sebelum dan sesudah diberikan terapi musik keroncong

Skor Depresi Sebelum dan Sesudah Diberi


Perlakuan Terapi Musik Keroncong
60
49
50

40 38

29 28
30 26
22 23
20 16 15
9
10

0
SM SS F M SP

Keterangan :
1 - 10 : Naik turun perasaan ini tergolong wajar
sebelum
11-16 : Gangguan mood atau perasaan murung yang ringan
17-20 : Garis batas depresi klinis sesudah
21-30 : Depresi Sedang
31-40 : Depresi Parah
40 ke atas : Depresi Ekstrim
4.2 Pembahasan
Setelah dilakukan penelitian selama dua hari, didapatkan hasil sebelum dan
sesudah diberikan terapi musik keroncong terdapat perbedaan hasil yang pada
setiap responden. Pada responden pertama sebelum dilakukan intervensi hasil
skor depresi 29 dan setelah dilakukan intervensi terjadi penurunan menjadi
skor depresi 22 dengan selisih skor 7. Hal ini disebabkan karena pada saat
dilakukan intervensi responden menikmati setiap alunan musik keroncong dan
ikut menyanyi lagu keroncong, dan responden tampak lebih tenang setelah
dilakukan intervensi.
Pada responden kedua terjadi penurunan setelah dilakukan intervensi
pemberian musik keroncong, skor depresi sebelum 49 dan skor depresi setelah
dilakukan intervensi 28 terjadi penurunan 21 skor. Hal ini dikarenakan
responden sebelum dilakukan intervensi sering marah-marah dan menyendiri
tidak mau berinteraksi dengan responden lainnya, setelah dilakukan intervensi
pemberian musik keroncong responden tampak mengikuti perintah mau
mendengarkan musik serta menyanyi musik keroncong sehingga skor depresi
sebelum sangat tinggi dibandingkan skor depresi setelah dilakukan intervensi
yaitu 28.
Pada responden ketiga terjadi penurunan sebanyak 12 dari skor depresi
sebelum 38 menjadi 26 karena responden menikmati alunan musik keroncong
dan ikut menyanyikan lagu keroncong sehingga responden merasa tenang.
Pada responden keempat terjadi penurunan sebanyak 7 dari 16 menjadi 9.
Pada responden keempat terjadi penurunan skor depresi 7, dari skor
sebelum 16 dan skor setelah dilakukan intervensi 9, terjadi penurunan karena
responden kooperatif dapat mengikuti perintah serta menikmati alunan music
keroncong.
Responden kelima terjadi penurunan skor depresi 8, dari skor 23
menjadi 15. Hal ini dikarenakan responden kooperatif dan ikut serta untuk
menyanyi dan menikmati music keroncong serta dapat berinteraksi baik
dengan responden lainnya.
Adanya penurunan pada skor depresi dikarenakan adanya musik dan
alunan irama lagu yang di terima telinga yang disalurkan oleh syaraf auditori
dimana aktivitas suara tersebut terekam pada EEG (Electri Ensepealo Gram)
yang ada pada lapisan korteks serebri yang superficial. Kemudian dendrit-
dendrit akan bersatu dan menimbulkan aktivitas gelombang alfa pada korteks
serebri melalui hubungan kortikal dengan thalamus yang menyebabkan
peningkatan serotonin. Ketika serotonin meningkat diubah menjadi hormon
melatonin yang menjadia regulasi terhadap relaksasi tubuh yang pada akhirnya
depresi yang dirasakan oleh para responden dapat menurun.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Ada Pengaruh Terapi Musik Keroncong Terhadap Penurunan Tingkat
Depresi Pada Lansia di Wisma Palupi Panti Wredha Wening Werdoyo Ungaran.

5.2 Saran
Masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk Pengaruh Terapi Musik
Keroncong Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Pada Lansia di Wisma Palupi
Panti Wredha Wening Werdoyo Ungaran dengan sampel yang lebih banyak,
jangka waktu yang lebih lama sehingga hasil penelitian dapat menggambarkan
keadaan yang sesungguhnya dan mampu mengontrol banyak faktor karena pada
penelitian ini banyak faktor yang tidak dapat dikontrol yang mempengaruhi hasil
penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

1. Nugroho. 2000. Keperawatan Komunitas. Jakarta : Salemba Medika


2. Soejono, C. H. 2009. Pedoman Pengelolaan Kesehatan Pasien Geriatrik Untuk
Dokter & Perawat. Jakarta: FK UI.
3. Mucci & Mucci.(2002). The Healing Sound Of Music: Manfaat Musik Untuk
Kesembuhan, Kesehatan Dan Kebahagiaan Anda Jakarta : Gramedia Pustaka
Umum.
4. Djohan. 2006. Terapi Musik Teori dan Aplikasi. Yogyakarta. Galangpress
5. file:///C:/Users/User%20ID/Documents/PRAKTEK%20SISTEM%204/EBP/de
presi/BAB%20II-3.pdf
6. file:///C:/Users/User%20ID/Documents/PRAKTEK%20SISTEM%204/EBP/de
presi/BAB%20II-4.pdf
7. file:///C:/Users/User%20ID/Documents/PRAKTEK%20SISTEM%204/EBP/de
presi/bab2.pdf
8. file:///C:/Users/User%20ID/Documents/PRAKTEK%20SISTEM%204/EBP/de
presi/Chapter%20II-38.pdf
9. file:///C:/Users/User%20ID/Documents/PRAKTEK%20SISTEM%204/EBP/de
presi/Chapter%20ll-1.pdf
10. file:///C:/Users/User%20ID/Documents/PRAKTEK%20SISTEM%204/EBP/de
presi/Chapter.pdf
11. http://www.tempolagu.tk/2016/08/pengertian-definisi-musik-keroncong.html
12. https://id.wikipedia.org/wiki/Keroncong
13. https://keroncong.wordpress.com/2007/06/16/jenis-jenis-keroncong/
14. http://www.febrian.web.id/2014/03/karakteristik-musik-keroncong.html

Anda mungkin juga menyukai