Anda di halaman 1dari 69

PENGARUH PUASA SUNAH SENIN KAMIS

TERHADAP TINGKAT KECERDASAN SPIRITUAL


PADA MAHASISWA PREKLINIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN

Oleh :
A’lal Aulia M. Zain
NIM : 11181330000125

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1443 H/ 2022
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan un-
tuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya can-
tumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil dari jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 21 Januari 2022

A’lal Aulia M. Zain

ii
iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

PENGARUH PUASA SUNAH SENIN KAMIS TERHADAP TINGKAT


KECERDASAN SPIRITUAL PADA MAHASISWA PREKLINIK
FAKULTAS KEDOKTERAN UIN JAKARTA

Laporan penelitian

Diajukan kepada Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter, Fakultas


Kedokteran untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana kedokteran

(S. Ked)

Oleh :

A’lal Aulia M. Zain


NIM. 11181330000125
Pembimbing 1 Pembimbing 2

dr. Sayid Ridho, Sp.PD, FINASIM Dr. Nuriyah Thahir, MM


NIP. 1966062918031001 NIP. 196505062002122002

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1443 H/ 2022
v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.


Alhamdulillahi Robbil ‘Alamiin. Puji dan syukur kehadirat Allah SWT.
Yang telah memberikan nikmat, berkah serta rahmat-Nya kepada penulis sehingga
dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Pengaruh Puasa sunah Senin Kamis
Terhadap Kecerdasan Spiritual Pada Mahasiswa Preklinik Fakultas Kedokteran
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tak lupa solawat serta salam penulis haturkan
kepada Nabi Muhammad SAW serta keluarga dan sahabat yang menjadi teladan
bagi penulis serta telah membimbing umat manusia dari zaman kebodohan
menuju zaman penuh keilmuan seperti saat ini.

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini tidak mungkin selesai tanpa


bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terimakasih
kepada :
1. dr. Hari Hendarto, Sp.PD-KEMD, Ph,D., dr. Flori Ratna Sari, Ph,D., dr. Fika
Ekayanti, DFM., M.Med dan Dr. Endah Wulandari, M.Biomed selaku Dekan
dan Wakil Dekan I,II dan III FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. dr. Achmad Zaki, M.Epid, Sp,OT selaku Ketua Program Studi
Kedokteran FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. dr. Sayid Ridho, Sp.PD, FINASIM selaku dosen pembimbing 1 yang telah
membimbing serta memberikan motivasi sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian ini.
4. Dr. Nuriyah Thahir, MM selaku pembimbing 2 yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan kritik dan saran dalam membantu penulis
menyelesaikan penelitian ini.
5. dr. Muniroh, Sp. PK selaku penguji 1 yang telah memberikan kritik dan saran
dalam membantu penulis menyelesaikan penelitian ini.
6. Alfiyah, S.Ag., M.Ag selaku penguji 2 yang telah memberikan kritik dan
saran dalam membantu penulis menyelesaikan penelitian ini.
7. drg. Laifa Hendarmin, Ph,D selaku penanggung jawab riset FK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Angkatan 2018 yang sudah banyak membantu terkait
alur pelaksanaan riset.
8. Seluruh dosen pengajar Program Studi Kedokteran yang telah memberikan
ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis.
9. Seluruh mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta angkatan 2018, 2019 dan 2020 yang telah bersedia menjadi responden
dalam penelitian ini.
vi

10. Kedua orang tua penulis yaitu Zaenal Abidin, S.Ag., M.Pd dan Mufridah,
S.Ag yang sangat penulis cintai dan hormati, yang selalu memanjatkan doa,
mendidik, dan memberikan dukungan baik secara moral maupun material
sehingga penulis dapat sampai pada tahap ini.
11. Keluarga besar penulis yaitu Kakek alm. Moenadji, Nenek alm. Ngasifah,
Kakek alm. Sibro Malisi dan Nenek Musrifah, serta seluruh keluarga besar
penulis yang telah mendukung dan mendoakan penulis.

12. Muhammad Akmal Maula, Azizul Hakim, Fiqri Maulana Natsir, Hanan
Raihan Fathih Sugiyanto dan Siti Aimi Charunnisa sebagai teman
seperjuangan penelitian yang telah membantu dalam menyelesaikan
penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna,
maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi
penelitian ini. Semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi siapa saja
yang membacanya.
Wassalamualaikum wr.wb.

Tangerang Selatan, 21 Januari 2022

A’lal Aulia M. Zain


vii

ABSTRAK
A’lal Aulia M. Zain. Program Studi Kedokteran. Pengaruh Puasa sunah Senin
Kamis Terhadap Kecerdasan Spiritual pada Mahasiswa Preklinik Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Latar Belakang : Kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna
spiritual terhadap pemikiran, perilaku dan kegiatan, serta mampu menyinergikan
IQ dan EQ secara komprehensif. Potensi kecerdasan tersebut dapat ditingkatkan
dengan menjalankan rukun Islam. Puasa adalah salah satu rukun Islam yang dapat
meningkatkan kecerdasan spiritual. Tujuan : Mengetahui pengaruh puasa sunah
Senin Kamis terhadap tingkat kecerdasan spiritual pada mahasiswa preklinik
Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Metode : Penelitian ini
menggunakan desain analisis kategorik dengan pendekatan cross sectional serta
rancangan consecutive sampling. Diperoleh sampel sebanyak 326 responden.
Pengambilan data menggunakan kuesioner SQ menurut Danah Zohar dan Ian
Marsall dan analisis data menggunakan uji Mann Whitney dan uji Spearman untuk
mengetahui korelasi dan arah korelasi. Hasil : Hasil uji Mann-Whitney diperoleh
terdapat perbedaan tingkat SQ antara mahasiswa yang rutin dan jarang
melaksanakan puasa sunah Senin Kamis dengan nilai signifikansi 0,004 (p<0,05).
Hasil Uji Spearman diperoleh korelasi positif dan signifikan dengan nilai value
0,004 (p<0,05). Kesimpulan : Puasa Sunah Senin Kamis dapat meningkatkan
kecerdasan spiritual pada mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.

Kata Kunci : kecerdasan spiritual, puasa sunah Senin Kamis


viii

ABSTRACT

A’lal Aulia M. Zain. Medical Studies Program. The Effect of Monday Thursday
Fasting on Spiritual Quotient in Preclinical Students, Faculty of Medicine, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.

Backround : Spiritual Quotient is the ability to give spiritual meaning to thought,


behavior and activities, and is able to synergize IQ, EQ comprehensively. This
intelligence potential can be increase by carrying out the pillars of Islam. Fasting
is one of the pillars of Islam that can increase spiritual quotient. Objective : to
determine the effect of Monday Thursday fasting on the level of spiritual quotient
in preclinical students of the medical faculty of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Methods : this study uses a categorical analysis design ith a cross secsional
approach and one group design. The sample calculation method in this study used
the consecutive sampling methods and a simple of 326 respondents was obstained.
Data retrieval using the SQ quesionnaire according to Danah Zohar and Ian
Marsall and data analysis using Mann-Whitney test and Spearman test to
determine the corralation and the direction of corralation. Results : The result of
the Mann-Whitney test showed relationship between routine and rarely Monday
Thursday fasting with a significance value of 0,004 (p<0,05). the result spearman
test showed that there was a positive with a value of 0.004 (p<0,05). Conclusion :
Monday Thursday fasting can increase spiritual quotient in preclinical students of
the faculty of medicine UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Keywords : spiritual quotient, sunnah fasting Monday Thursday.
ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ ii


LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN .............................................................. iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... v
ABSTRACT .................................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. xiv
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................................ xv
BAB I ................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................................3
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................................. 3
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................................ 3
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................................3
1.4.1. Manfaat Bidang Ilmiah ................................................................................. 3
1.4.2 Manfaat di Bidang Pengembangan Penelitian .............................................. 4
1.4.3 Manfaat Aplikatif ............................................................................................ 4
1.4.4 Manfaat Bagi Institusi ..................................................................................... 4
1.5 Hipotesis Penelitian ................................................................................................4
BAB II ............................................................................................................................... 5
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................... 5
2.1 Puasa .......................................................................................................................5
2.1.1 Definisi Puasa .................................................................................................. 5
2.1.2 Macam-macam Puasa .........................................................................................6
2.1.3 Rukun Puasa ................................................................................................... 6
2.1.4 Syarat- syarat Berpuasa ................................................................................. 7
2.1.5 hal-hal yang Membatalkan Puasa .................................................................. 7
2.1.6 Amalan-amalan Puasa sunah Senin Kamis .................................................. 8
2.1.7 Puasa sunah Senin Kamis ............................................................................... 8
2.1.8 Puasa Meningkatkan Kesehatan Mental ....................................................... 9
x

2.1.9 Pengaruh Puasa terhadap Kecerdasan Spiritual ........................................ 11


2.2 Kecerdasan Spiritual............................................................................................12
2.2.1 Definisi Kecerdasan Spiritual ....................................................................... 12
2.2.2 Bukti Ilmiah Mengenai SQ ........................................................................... 12
2.2.3 Neuroscience SQ ............................................................................................ 13
2.2.4 Menguji SQ .................................................................................................... 16
2.2.5 Anatomi dan Fisiologi Sistem Saraf Pusat.......................................................16
2.2.6 Alat Ukur Kecerdasan Spiritual ......................................................................18
2.2.7 Keunggulan Kuesioner SQ Danah Zohar dan Ian Marsall ....................... 20
2.3 Kerangka Teori ........................................................................................................ 21
2.4 Kerangka Konsep ..................................................................................................... 22
2.5 Definisi Operasional ................................................................................................. 23
BAB 3 .............................................................................................................................. 25
METODE PENELITIAN .............................................................................................. 25
3.1 Desain Penelitian ..................................................................................................25
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................25
3.3 Populasi dan Subjek Penelitian ..........................................................................25
3.3.1 Populasi .......................................................................................................... 25
3.3.2 Subjek Penelitian ........................................................................................... 25
3.3.3 Jumlah Subjek ............................................................................................... 25
3.4 Kriteria Subjek .....................................................................................................26
3.4.1 Kriteria Inklusi .............................................................................................. 26
3.4.2 Kriteria Eksklusi ........................................................................................... 27
3.5 Cara Pengumpulan Data .....................................................................................27
3.5.1 Bahan ............................................................................................................. 27
3.5.2 Alat ................................................................................................................. 27
3.5.3 Jenis Data ....................................................................................................... 27
3.5.4 Cara Kerja .........................................................................................................27
3.5.4.1 Pengumpulan Data ..................................................................................... 27
3.5.4.2 Pengecekan.................................................................................................. 28
3.5.4.3 Coding.......................................................................................................... 28
3.5.4.4 Entry Data ................................................................................................... 28
3.6 Alur Kerja Penelitian ...........................................................................................29
3.7 Pengolahan Data...................................................................................................30
3.8 Kerjasama Riset ...................................................................................................31
xi

BAB IV............................................................................................................................ 32
HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................................... 32
4.1 Hasil Penelitian .....................................................................................................32
4.2 Karakteristik Subjek Penelitian ..........................................................................32
4.2.1 Angkatan ........................................................................................................ 32
4.2.2 Jenis Kelamin ................................................................................................ 33
4.2.3 Gambaran Tingkat Spiritual Quotient ........................................................ 34
4.2.4 Frekuensi Puasa sunah Senin Kamis ........................................................... 35
4.2.5 Gambaran Tingkat Spiritual Quotient Pada Kelompok Subjek Yang Rutin
Dan Jarang Berpuasa Sunah Senin Kamis........................................................... 36
4.3 Pengaruh Tingkat Spiritual Quotient Pada Kelompok Subjek Yang Rutin Dan
Jarang Berpuasa Sunah Senin Kamis ......................................................................36
4.4 Keterbatasan Penelitian .......................................................................................39
BAB V ............................................................................................................................. 40
SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................................ 40
5.1 Simpulan ...............................................................................................................40
5.2 Saran .....................................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 42
Lampiran 1 ..................................................................................................................... 45
Lampiran 2 ..................................................................................................................... 51
Lampiran 3 ..................................................................................................................... 53
Lampiran 4 ..................................................................................................................... 54
xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Tabel Alternatif Jawaban Kuesioner SQ ................................... 19


Tabel 3. 1 Panduan Interpretasi Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan
Kekuatan Korelasi ....................................................................... 30
xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Sympathetic Breakthrough ............................................................. 14


Gambar 2. 2 Anatomi Sistem Saraf Pusat........................................................... 16
Gambar 4. 1 Distribusi Sampel Berdasarkan Angkatan ..................................... 31
Gambar 4. 2 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin .............................. 33
Gambar 4. 3 Diagram Tingkat Kecerdasan Spiritual pada seluruh subjek ......... 34
Gambar 4. 4 Diagram Frekuensi Puasa sunah Senin Kamis............................... 35
Gambar 4. 5 Diagram Tingkat Kecerdasan Spiritual Pada Kelompok Subjek
Yang Rutin Dan Jarang Berpuasa Sunah Senin Kamis ............................. 36
xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Kuesioner .................................................................................. 4


Lampiran 2 : Hasil Pengelolahan Data dengan SPSS ................................................ 48
Lampiran 3 : Surat Keterangan Lulus Etik ................................................................ 51
Lampiran 4 : Riwayat Penulis .................................................................................... 52
xv

DAFTAR SINGKATAN

ESQ : Emotional Spiritual Quotient


EQ : Emotional Quotient
GABA : Gamma-aminobutyric acid
IQ : Intellectual Quotient
LC : Locus Coreolus
LGB : Lateral Geniculate Body
LPN : Lateral Posterior Nucleus
MEG : Magneto-Encephalographic
PFC : Prefrontal cortex
PGN : Paragigantoceluller Nucleus
PSPL : Posterior Superior Parietal Lobule
SISRI : The Spriritual Intelligence Self-Report Inventory
SLTA : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
SPSS : Statistical Package for the Social Sciences
SQ : Spiritual Quotient
UIN : Universitas Islam Negeri
WHO : World Health Organization
5-HT1A : 5-Hidroksitriptami
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Umat islam memiliki berbagai amalan-amalan soleh yang dapat dikerjakan
setiap saat atau dalam waktu tertentu seperti puasa Senin dan Kamis. Dalam
Mu‟jam al-Wasith, kata puasa diartikan sebagai mencegah diri untuk tidak
berbuat atau berkata sesuatu. Sedangkan kata shama, shauman dan shiyaman
artinya adalah menahan.1 Arti menahan bukan hanya menahan sesuatu yang
membatalkan puasa secara dzohir atau bersifat tingkah laku saja namun
mempunyai arti yang lebih luas, yakni menjaga seluruh anggota badan termasuk
pikiran dari hal-hal yang dapat mempengaruhi nilai dari puasa tersebut. 2
Puasa merupakan salah satu ibadah yang sangat istimewa, hal ini dikarenakan
Allah sendirilah yang akan menilai ganjaran dari puasa seseorang. Biasanya suatu
ibadah akan dinilai satu pahala hingga dilipat gandakan oleh Allah sampai seratus
kali lipat. Berbeda dengan puasa, hanya Allah yang mengetahui pahala yang
didapatkan seorang hamba dapat berlipat ganda atau bahkan tidak dibatasi nilai
selama ibadah puasa tersebut dilakukan dengan baik dan mengharapkan ridho
Allah SWT.3
Puasa sunah Senin Kamis memiliki banyak manfaat bagi kita baik dari segi
kesehatan tubuh, kesehatan mental sampai perilaku spiritual pelakunya. Menurut
Ibnu Qoyyim al-Jauziyah yang dikutip dari kitab Ridwan Malik dalam bukunya
yang berjudul barokah puasa sunah Senin Kamis dijelaskan bahwa puasa sangat
efektif memberikan perlindungan tubuh luar maupun dalam. Dengan berpuasa
maka tubuh dapat mencegah kerusakan akibat timbunan materi yang sudah busuk,
menetralisasi racun dan bakteri serta mencegah perkembangan penyakit akibat
makan berlebihan.4
Salah satu manfaat puasa yang dirasakan di dalam tubuh senada dengan
keterangan dari Syekh Az-Zarnuji dalam kitab Ta’alimu al-Muta’allim yang
menyatakan bahwa para penuntut ilmu seharusnya berpuasa karena dengan puasa
maka otak akan lebih mudah berkonsentrasi dan menjadikan anggota tubuh tidak

1
2

malas untuk melaksanakan ibadah. hal ini menjelaskan bahwa puasa dapat
meningkatkan kecerdasan spiritual.5
Sesuai dengan penjelasan diatas mengenai pentingnya kecerdasan spiritual
dalam pendidikan maka sudah seharusnya para pelajar termasuk mahasiswa
menyadari betapa pentingnya kecerdasan spiritual dan berusaha memiliki
kecerdasan spiritual yang tinggi guna menghadapi dan memecahkan persoalan
dalam belajar sehingga pelajar mampu menghindari masalah seperti anietas, stres
dan depresi dalam belajar. Hal ini dikarenakan jika seorang pelajar memiliki
kecerdasan spiritual maka kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual akan
berfungsi dengan baik.6
Mahasiswa merupakan status yang disandang oleh seseorang yang masuk
dalam dunia perkuliahan. Dalam dunia perkuliahan mahasiswa dihadapkan
berbagai macam tantangan dan perubahan dalam hidup. Hal ini disebabkan oleh
perbedaan sifat pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) dan
perguruan tinggi, meliputi perbedaan kurikulum, sistem pembelajaran, disiplin,
hubungan antar mahasiswa dan dosen. Sehingga dapat menyebabkan mahasiswa
lebih rentan mengalami masalah kesehatan baik secara fisik maupun batin terlebih
mahasiswa kedokteran yang memiliki siklus pendidikan yang lebih padat dan
lama dari jurusan lain. Jika mahasiswa tersebut memiliki tingkat kecerdasan
spiritual yang rendah maka akan sulit untuk mengembangkan kecerdasan emosial
dan intelektual secara optimal sehingga presentasi terjadinya masalah diatas akan
jauh lebih besar dan berat. Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan
kecerdasan spiritual pada mahasiswa kedokteran. Salah satu cara yang dapat
ditempuh adalah dengan melaksanakan puasa secara rutin. 7
Dalam penelitian yang dilakukan Umi Masitoh tentang “Peranan Puasa
Senin-Kamis dalam Meningkatkan Kecerdasan Spiritual (SQ) Siswa Kelas XI
Madarasah Aliyah Nurul Ummah Yogyakarta” menunjukan hasil positif dengan
menumbuhkan sikap fleksibel dan tanggap, meningkatkan rasa ingin tahu,
menumbuhkan kesadaran diri, meningkatkan sikap cinta damai dan sebagainya. 8
Dengan adanya kajian-kajian dan bukti yang menjelaskan manfaat puasa
Senin dan Kamis terutama dalam peningkatan kecerdasan Spiritual bagi orang
yang sering melaksanakan puasa sunah tersebut, peneliti tertarik untuk
3

mengetahui lebih lanjut pengaruh puasa Senin dan Kamis terhadap tingkat
Kecerdasan Spiritual pada mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah penelitian ini
adalah :
Apakah terdapat pengaruh puasa sunah Senin Kamis terhadap tingkat
kecerdasan Spiritual pada mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui pengaruh puasa sunah Senin
Kamis terhadap tingkat kecerdasan spiritual pada mahasiswa preklinik fakultas
kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengetahui tingkat kecerdasan spiritual pada mahasiswa preklinik Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Mengetahui tingkat kecerdasan spiritual pada mahasiswa preklinik Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang rutin melaksanakan puasa
sunah Senin Kamis.
3. Mengetahui tingkat kecerdasan spiritual pada mahasiswa preklinik Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang jarang melaksanakan puasa
sunah Senin Kamis.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1. Manfaat Bidang Ilmiah
Memberikan data ilmiah mengenai pengaruh puasa sunah Senin Kamis
terhadap tingkat kecerdasan spiritual.
4

1.4.2 Manfaat di Bidang Pengembangan Penelitian


Menjadi data rujukan untuk penelitian selanjutnya dalam pengembangan
pengaruh puasa sunah Senin Kamis terhadap kecerdasan spiritual.

1.4.3 Manfaat Aplikatif


Memberikan Informasi mengenai pengaruh puasa sunah Senin Kamis
terhadap kecerdasan spiritual.

1.4.4 Manfaat Bagi Institusi


Hasil penelitian ini dapat dijadikan data referensi bagi civitas akademika
Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

1.5 Hipotesis Penelitian


Puasa sunah Senin Kamis dapat meningkatkan SQ pada mahasiswa
Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Puasa
2.1.1 Definisi Puasa
Puasa dalam Bahasa Arab dan al-Qur’an disebut ‫صوم‬/‫صيام‬, yang artinya
menahan diri dari sesuatu dan menahan diri dari sesuatu atau mengendalikan diri.
Dalam kitab Fathul Mu’in juga menjelaskan pengertian puasa. “Puasa menurut
bahasa, kata ini mempunyai arti ‘menahan’ sedang menurut syara’ adalah
menahan diri dari segala yang membatalkan puasa dengan syarat-syarat”. (kitab
Fathul Mu’in).9
Menurut Drs. Muhammadiyah Ja’far, dalam buku tuntunan ibadah zakat,
puasa dan haji puasa adalah menahan diri, tidak bergerak, diam dan tidak
berbicara. Hal ini sesuai firan Allah SWT dalam Al-Qur’an tentang kisah Maryam
sebagai berikut :
Artinya : sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang
Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun
pada hari ini. (Maryam : 26).10
Sedangkan pengertian puasa menurut syara’ juga telah dijelaskan oleh
ulama bermazhab asy-Syafii yang artinya sebagai berikut:
“Puasa adalah menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa sejak
terbit fajar hingga terbenam matahari dengan niat puasa.” (al-Fiqh al-Manhaji
‘ala Mazhab al-Imam asySyafii, h. 331).11
Berdasarkan penjelasan puasa diatas dapat dipahami bahwa puasa yaitu
menahan diri dari makan, minum, jimak (bersetubuh) serta segala sesuatu yang
membatalkan puasa, mulai waktu terbit fajar (awal azan subuh) sampai
terbenamnya matahari (awal azan waktu magrib). 12 Hal ini sesuai firman Allah
dalam surat Al-Baqarah ayat 187 yang artinya: “Dihalalkan bagi kamu pada
malam hari bulan puasa bercampur dengan istri-istri kamu : mereka adalah
pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui
bahwasannya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni
kamu dan memberi ma’af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan

5
6

ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga
terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian
sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu
campuri mereka itu, sedang kamu beri’tikaf dalam masjid. Itulah larangan Allah,
maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat
kepada manusia, supaya mereka bertaqwa. (Q.S. Al-Baqarah: 187).10

2.1.2 Macam-macam Puasa13


Menurut para ahli Fiqih, puasa yang didetapkan syariat terbagi menjadi 4
macam, yaitu puasa fardu, puasa sunah, puasa makhruh dan puasa yang
diharamkan.
a. Puasa Fardu : adalah puasa yang harus dilaksanakan berdasarkan ketentuan
syariat Islam. Yang termasuk puasa fardu adalah Puasa bulan Ramadhan,
Puasa Kafarat dan Puasa Nazar.
b. Puasa Sunah : adalah puasa yang apabila dikerjakan mendapat pahala dan
apabila ditinggalkan tidak berdosa. Contohnya : Puasa sunah Senin Kamis,
Puasa 6 hari bulan Syawal, Puasa Tengah bulan dan masih banyak lagi.
c. Puasa Makhruh : menurut 4 mazhab puasa makhruh diantaranya : Puasa
hari Jum’at secara tersendiri, Puasa sehari atau dua hari sebelum bulan
Ramadhan dan puasa pada hari Syak (meragukan).
d. Puasa Haram : puasa yang dilarang dalam agama Islam. Contohnya puasa
dua hari raya.

2.1.3 Rukun Puasa14


Rukun Puasa merupakan ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi bagi
orang yang ingin melaksanakan puasa. Apabila tidak terpenuhi maka puasanya
batal. Diantaranya adalah :
a. Niat
Niat merupakan inti dari setiap ibadah. Apabila seseorang yang
melaksanakan puas tanpa didahului niat maka puasanya batal. Hal ini sesuai
dengan hadist yang diriwayatkan Abu Daud, at-Tirmidzi dan An-Nasa’I dari
7

Hafsah Rasulullah SAW bersabda : “barang siapa yang tidak berniat akan
berpuasa sebelum fajar, maka tidak ada puasa baginya”.
b. Menahan
Menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa dari terbit fajar
hingga terbenamnya matahari.

2.1.4 Syarat- syarat Berpuasa15


Syarat sah berpuasa :
1. Beragama Islam.
2. Suci dari haid dan nifas/wiladah.
3. Tamyiz (dapat membedakan mana yang baik dan buruk).
4. Berpuasa pada waktunya.
Syarat wajib berpuasa :
1. Beragama Islam.
2. Baligh.
3. Berakal.
4. Suci dari haid dan nifas / hadas besar.
5. Mukim, tidak bermusafir.
6. Mampu berpuasa.

2.1.5 hal-hal yang Membatalkan Puasa16


1. Murtad.
2. Makan atau minum, walaupun sedikit misal makan sisa makanan disela-sela
gigi.
3. Muntah dengan sengaja.
4. Masuknya sesuatu ketika berkumur atau istinsyaq yang dilakukan secara
berlebihan.
5. Berhubungan badan suami istri di siang hari dengan sengaja.
6. Keluarnya sperma dengan sengaja (Onani/Istimta’).
7. Haid atau nifas.
8. Sedang dalam perjalanan/safar.
9. Terserang gangguan jiwa (hilangnya akal sehat/menjadi gila.
8

10. Sakit yang mengharuskan mengkonsumsi makanan.

2.1.6 Amalan-amalan Puasa sunah Senin Kamis16


1. Memperbanyak tadarus Al Quran.
2. Memperbanyak sedekah.
3. Beri’tikaf didalam masjid.
4. Memperbanyak zikir.
5. Makan sahur diakhir malam menjelang fajar.
6. Menyegerakan berbuka.
7. Berbuka dengan yang manis.

2.1.7 Puasa sunah Senin Kamis


Puasa senin-kamis adalah puasa yang dilakukan pada hari senin-kamis.
Dari Abu Qotadah Al Anshori radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah SAW pernah
ditanya mengenai puasa pada hari Senin, lantas beliau menjawab :

: ‫ سال الرسول هللا صلي هللا عليه و سلم عن صيام االثنين والخميس قال‬: ‫عن ابي قتادة رضي هللا عنه‬
)‫ذالك يوم ولدت فيه ويوم يبعث او انزل علي فيه (رواه مسلم‬

“Dari Abu Qotadah Al Anshori radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah SAW pernah


ditanya mengenai puasa pada hari Senin, lantas beliau menjawab : Hari tersebut
adalah hari aku dilahirkan, hari aku diutus atau diturunkannya wahyu untukku.”
(HR. Muslim No. 1162).17

Nabi Muhammad SAW sangat menekankan perhatiannya pada puasa


sunah Senin Kamis, jarang beliau meninggalkannya, karena manfaat dan
keutamaan puasa sunah Senin Kamis yang begitu banyak. Hal ini sesuai hadist
Nabi. Dari Aisyah ra mengatakan :

‫ كان يتحرى صيام االثنين والخميس‬- ‫ ان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬:‫عن عائشة رضي هللا عنها قالت‬

)‫(رواه النساء و ابن ماجه‬

“Dari Aisyah ra. Berkata : Rasulullah SAW biasa menaruh pilihan berpuasa
pada hari Senin dan Kamis” (HR An Nasa’I 2362 dan Ibnu Majah No. 1739).18
9

Adapun salah satu keutamaan dari puasa sunah Senin Kamis adalah pada
hari tersebut amalan setiap makhluk dihadapkan pada Allah SWT sehingga Nabi
SAW senang bila amalnya diangkat ketika Nabi SAW sedang berpuasa. Hal ini
sesuai hadist Nabi SAW :

‫ تفتح ابواب الجنة يوم االثنين ويوم الخمي‬:‫ ان رسول هللا صلي هللا عليه وسلم قال‬,‫عن ابي هريرة رواية‬
‫س فيغفر لكل عبد ال يشرك باهلل شيئا اال رجال كانت بينه بين اخيه شخناء فيقال انظر هذ ين حتى يصطلحا‬
)‫انظر هذين يصطلحا انظر هذين يصطل (رواه مسلم‬

“Dari Abu Hurairah meriwayatkan, sesungguhnya Rasulullah SAW


bersabda : Pintu-pintu surge dibuka pada hari Senin dan Kamis, maka semua
hamba yang beriman diampuni dosanya, kecuali seorang hamba yang diantara
dia dan saudaranya terjadi permusuhan maka katakanlah ,tundalah
pengampunan antara kedua orang ini sampai keduanya berdamai, tundalah
pengampunan antara kedua orang ini sampai keduanya berdamai, tundalah
pengampunan antara kedua orang ini sampai keduanya berdamai” (HR. Muslim
No. 2565).17

2.1.8 Puasa Meningkatkan Kesehatan Mental


Dalam UU No. 36 Tahun 2009 dijelaskan bahwa kesehatan adalah
keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. 19
Sedangkan menurut WHO, kesehatan adalah kondisi fisik, mental dan sosial yang
lengkap dan bukan hanya sekadar tidak adanya penyakit atau kelamahan. 20

Dari penjelasan makna dari kesehatan di atas dapat disimpulkan bahwa


yang dimaksud sehat bukan hanya dilihat dari ada tidaknya penyakit atau
kelemahan saja, namun juga dilihat dari fisik, mental, spiritual dan sosial.
10

Puasa merupakan salah satu ibadah yang sangat bermanfaat bagi


kesehatan, baik kesehatan jasmani maupun rohani. Seperti yang telah dijelaskan
dalam hadist :

‫عن ابي هريرة رضي هللا عنه رواية قال اذا كان يوم صوم احد كم فال يرفث وال يصخب فان‬
)‫ (رواه مسلم‬. ‫ اني صائم‬: ‫سابه احد او قاتله فليقل‬

“Dari Abu Hurairah RA meriwayatkan, apabila salah seorang di antara


kamu semua sedang berpuasa maka jangan sekali-kali berkata jorok dan jangan
bikin keributan, jika ada salah seorang yang mencaci maki atau mengajak
hendaklah ia mengadakan: saya sedang berpuasa”. (HR. Muslim No. 1151).17

‫ ان صوم لي‬: ‫ ان عز وجل يقول‬. ‫ قال رسول هللا صلي هللا عليه وسلم‬: ‫عن ابي هريرة رضي هللا عنه قال‬
)‫ (رواه مسلم‬.‫وان اجزي به‬

Dari Abu Hurairah RA berkata: Rasulullah SAW bersabda: sesungguhnya


Allah Azza Wajalla berfirman: sesungguhnya puasa itu untukku dan aku yang
akan membalasnya. (HR. Muslim No. 1946).17

‫ (رواه‬.‫ قال رسول هللا صلي هللا عليه و سلم الصيام جنه‬: ‫عن ابي هريرة رضي هللا عنه قال‬
)‫مسلم‬

Dari Abu Hurairah RA berkata: Rasululah SAW sersabda: puasa itu


perisai. (HR. Muslim No. 1151).17

Banyak ilmuwan yang menganggap bahwa puasa adalah suatu fenomena


kehidupan alami yang menjadikan suatu kehidupan berjalan dengan lurus, sehat,
dan sempurna. Sebagaimana ilmu-ilmu pengetahuan modern yang menetapkan
bahwa puasa juga dapat melidungi makhluk hidup dari bebagai penyakit dan
membantu penyembuhan secara efektif.21

Beberapa dokter terkemuka di dunia juga menjelaskan tentang manfaat


dari puasa melalui penelitian dan karya ilmiah mereka tentang puasa. Salah
satunya Ibnu Sina, yaitu seorang filosof dan dokter muslim yang termasyur, untuk
beberapa kondisi yang ditangani Ibnu Sina mewajibkan pasiennya untuk berpuasa
selama tiga minggu. Menurut Ibnu Sina puasa merupakan salah satu sarana efektif
untuk melepaskan beberapa mikroorganisme di dalam tubuh, ini disebabkan
11

karena puasa mengandung unsur yang dapat menghancurkan sel-sel yang telah
rusak dan kemudian dibangun lagi sel-sel baru.22

Selain itu Ibnu Sina juga akan mengenali kejiwaan pasiennya sebelum
menanganinya, untuk melihat sebab-sebab timbulnya penyakit pada pasiennya.
Menurut Ibnu Sina jiwa merupakan kesempurnaan awal karena dengan jiwa suatu
makhluk hidup dapat dikatakan sempurna dan menjadi manusia yang nyata. Jiwa
yang tidak sehat akan menyebabkan tubuh menjadi tidak sehat dan salah satu cara
yang dapat menyehatkan jiwa yaitu dengan berpuasa. 23

2.1.9 Pengaruh Puasa terhadap Kecerdasan Spiritual


Pada penelitian oleh Syifa’ul Qulub mengenai “Pengaruh Puasa terhadap
Kecerdasan Spiritual” didapatkan bahwa puasa dapat berpengaruh dalam
peningkatan kecerdasan spiritual, diantaranya menambah rasa rendah hati
(tawadhu’, membersihkan jiwa, menambah kesabaran, meningkatkan rasa syukur,
tawakkal dan memperbaiki akhlak). Dalam penelitiannya, ia menghubungkan jika
seseorang memahami dirinya sendiri, maka ia akan memahami siapa yang
menciptakannya dirinya. Melalui puasa lah seseorang akan lebih memahami
dirinya sendiri, sadar eksistensi, dan terus mencari hakekat kehidupan. 24

Penelitian yang dilakukan Mehdi Zare Bahram Abadi, dkk


mengenai”Pengaruh Puasa Islam dalam Al-Qur’an pada Kecerdasan Spiritual
dan kebahagian orang yang berpuasa”. menunjukan tingkat spiritual yang lebih
tinggi pada kelompok yang berpuasa dibandingkan dengan kelompok tidak
berpuasa. Penelitian ini membahas hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ali yaitu :
kebahagian orang ada dalam taat kepada tuhan dan kesedihannya disebabkan
oleh dosa dan kejahatan. Seseorang yang berpuasa berarti taat kepada Alah SWT
sehingga dia akan merasakan kesehatan
.
12

2.2 Kecerdasan Spiritual


2.2.1 Definisi Kecerdasan Spiritual
Pada akhir abad kedua puluh, menunjukkan adanya jenis ketiga dari “Q”
yang sebelumnya adalah Intelligent Quotient (IQ) dan Emotional Quotient (EQ).
Jenis ketiga yang terbaru adalah kecerdasan spiritual atau Spiritual Quotient (SQ).
Menurut Danah Zohar dan Ian Marshall dalam bukunya yang dimaksud
kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan
persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan
hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk
menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan
dengan yang lain. SQ adalah landasan yang digunakan untuk memfungsikan IQ
dan EQ secara efektif, SQ juga merupakan kecerdasan tertinggi manusia.25

2.2.2 Bukti Ilmiah Mengenai SQ26


Banyak bukti ilmiah mengenai telaah neurologi, psikologi, dan antropologi
masa kini tentang kecerdasan manusia, pemikirannya, dan proses-proses
linguistik. Beberapa penelitian terdahulu mengenai Imiah SQ ialah :

Pertama, Penelitian oleh neuropsikolog Micahel Persinger pada awal


tahun 1990-an, dan penelitian yang lebih baru pada 1997 oleh neurolog V.S
Ramachandra bersama timnya di Universitas California menemukan “Titik
Tuhan” (God Spot) di dalam otak manusia. Pusat spiritual ini terletak di antara
hubungan-hubungan saraf dalam cuping-cuping temporal otak. “Titik Tuhan”
tidak membuktikan adanya Tuhan, tetapi menunjukkan bahwa otak telah
berkembang untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan pokok, untuk memiliki
dan menggunakan kepekaan terhadap makna dan nilai yang lebih luas.

Kedua, Penelitian neurologi Austria Wolf Singer tahun 1990 tentang


“problem ikatan” membuktikan adanya proses saraf dalam otak yang dicurahkan
untuk menyatukan dan memberikan makna pada pengalaman kita semacam proses
saraf yang mengikat pengalaman kita.

Ketiga, pengembangan dari penelitian Singer, yaitu penelitian Radolf


Llinas pertengahan tahun 1990an tentang kesadaran saat terjaga dan saat tidur
serta ikatan peristiwa-peristiwa kognitif dalam otak telah dapat ditingkatkan
13

dengan teknologi MEG (magneto-encephalographic) baru yang memungkinkan


diadakannya penelitian menyeluruh atas bidang-bidang elektris otak yang
berosilasi dan bidang bidang magnetic yang dikaitkan dengannya.

Keempat, penelitian Harvar, Terrence Deacon, baru-baru ini tentang asal


usul bahasa manusia. Dwacon membuktikan bahwa bahasa manusia adalah
sesuatu yang unik pada manusia dan pada dasarnya bersifat simbolik dan berpusat
pada makna, yang berkembang bersama dengan perkembangan yang lebih cepat
dalam cuping-cuping depan otak.

2.2.3 Neuroscience SQ
Spiritual intelligence atau spiritual quotient (SQ) bekerja dengan cara
mensinkronisasikan pergerakan neural di berbagai area otak untuk menyatukan,
mengintegrasikan, dan memiliki kemampuan untuk mengubah materi. Spiritual
quotient memfasilitasi interaksi antara akal dan emosi, pikiran dan tubuh. 27
Berdasarkan penelitian yang dilakukan sekitar tahun 1990 oleh neuropsychologist
Persinger of Ontario’s Laurentia University dan neurologist Ramachandran
University of California menyatakan bahwa terdapat hubungan yang kompleks
antara spiritualitas dan otak. Pada penelitiannya ditemukan suatu area yang
disebut God module atau God spot pada otak manusia yang memberikan perasaan
tentang keberadaan Tuhan. Pemindaian yang dilakukan dengan positron emission
typography menunjukkan bahwa area tersebut berfungsi sangat aktif saat kita
berpikir tentang spiritual-religious. Prof Andrew seorang radiologis University of
Pennsylvania melakukan observasi terhadap otak dan menemukan bahwa ketika
seseorang meditasi/beribadah, terjadi peningkatan aktivitas pada area frontal dan
penurunan aktivitas pada area orientasi di otak. Kondisi tersebut juga terjadi saat
seseorang berdoa. Lobus temporal berkolerasi dengan sistem limbik (pusat
memori dan emosi otak) dengan amigdala di area tengah, serta hippokampus yang
memegang peranan terkait memori. Super-fast Forty (40) Hz oscillations
menunjukkan adanya peningkatan gelombang gamma di seluruh area otak dalam
sistem dan tingkatan yang berbeda yang berperan dalam kesadaran dan spiritual
quotient.26
14

Berdasarkan American Journal of Psychiatry tahun 2003 diketahui bahwa


terdapat hubungan antara aktivitas serotonin dengan pengalaman spiritual. Pada
jurnal tersebut dinyatakan bahwa terdapat peningkatan sensitivitas terhadap
reseptor 5HT1A pada seseorang yang memiliki pengalaman spiritual yang baik.
Peningkatan serotonin terutama terjadi melalui stimulusi dorsal raphae
hipotalamus lateral. Pada proses meditasi juga terjadi peningkatan dopamin dan
serotonin.27 Studi pencitraan terkait spiritual mengungkapkan bahwa proses
meditasi yang membutuhkan fokus perhatian intens ternyata mengaktifkan
prefrontal cortex (PFC) secara bilateral tetapi lebih luas di hemisfer dextra dan
girus cingulate. Proses meditasi akan mengaktifkan area tersebut terkait keinginan
atau niat untuk menjernihkan pikiran atau fokus terhadap objek tertentu. Area
medial dari prefrontal cortex juga diperlukan untuk mempertahankan kegiatan
keagamaan yang seimbang terkait peraturan dan pemahaman tetang agamanya.
Oleh karena itu, area media prefrontal cortex berperan dalam deteksi kesalahan
dan pemantauan kepatuhan terhadap norma-norma sosial. Area prefrontal cortex
medial bersama dengan cingulate posterior terlibat dalam refleksi diri dan
persepsi diri dalam kaitannya sebagai makhluk illahi. Berdasarkan penelitian lebih
lanjut juga ditemukan bahwa hipofungsi PFC medial menyebabkan penurunan
religiusitas yang akan berdampak pada munculnya perilaku yang tidak sesuai. 28
Aktivasi PFC melalui neurotransmitter glutamat akan mengaktivasi
talamus terutama area nukeus retikular sebagai bagian dari perhatian global.
Talamus akan meneruskannya melalui lateral geniculate body (LGB) dan lateral
posterior nucleus (LPN) untuk diteruskan ke area korteks yang lebih spesifik.
Ketika tereksitasi, nukleus retikular melepaskan GABA ke LGB dan LPN yang
memotong input ke korteks striatum dan PSPL (posterior superior parietal
lobule) kanan sehingga meningkatkan fokus saat meditasi.
15

Gambar 2. 1 Sympathetic Breakthrough *


*Sumber : Mohamdas, 2008
Inhibisi pada PSPL kanan akan menstimulus hipokampus kanan dan
selanjutnya mempengaruhi amigdala. Stimulasi dari amigdala akan menghasilkan
stimulus hipotalamus ventromedial dan parasimpatis perifer. Peningkatan aktivitas
parasimpatis dikaitkan dengan sensasi relaksasi, rasa ketenangan yang lebih
mendalam, penurunan denyut jantung dan pernapasan. Selain itu, terjadi
penurunan aktivitas dari locus coreolus (LC) oleh nuclei paragigantocelullar. Hal
tersebut menyebabkan penurunan aktivitas noradrenalin dan kortisol. Adanya
peningkatan arginin vasopressin (AVP) berperan dalam mengurangi kelelahan,
meningkatkan energi, dan mengkonsolidasikan ingatan serta pembelajaran baru.
Glutamat selama proses meditasi merangsang nukleus arkuata hipotalamus
menyebabkan pelepasan beta endorfin yang memberikan efek penurunan rasa
sakit dan sensasi menyenangkan saat proses meditasi tau kegiatan spiritual
lainnya.28
16

2.2.4 Menguji SQ
Tanda-tanda dari SQ yang telah berkembang dengan baik mencakup
beberapa hal, yaitu:
1 Kemampuan bersikap fleksibel (adaptif secara spontan dan aktif)
2 Tingkat kesadaran diri yang tinggi
3 Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan
4 Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit
5 Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai
6 Kengganan untuk menyebabkan kerugian yan tidak perlu
7 Kecenderungan untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal (berpandangan
“holistic”)
8 Kecenderungan nyata untuk bertanya “Mengapa?” atau “Bagaimana jika?”
untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar
9 Menjadi apa yang disebut oleh para psikolog sebagai “bidang mandiri” yaitu
memiliki kemudahan untuk bekerja melawan konversi.
Seseorang dengan SQ tinggi juga cenderung menjadi seseorang pemimpin
yang penuh pengabdian yaitu seseorang yang bertanggung jawab untuk
membawakan visi dan nilai yang lebih tinggi kepada orang lain dan mmberikan
petunjuk penggunaannya. Dengan kata lain, seseorang memberikan inspirasi
kepada orang lain.31

2.2.5 Anatomi dan Fisiologi Sistem Saraf Pusat


Korteks serebri memiliki fungsi dalam persepsi sensori, kontrol
pergerakan volunter, bahasa, kepribadian seseorang, pengetahuan, memori,
keputusan, kreativitas, dan kesadaran. Nukleus basal memegang peranan dalam
menginhibisi tonus otot, koordinasi lambat, dan pergerakan terus-menerus.
Talamus bertanggung jawab sebagai stasiun pemancar sinaps, awareness of
sensation, dan pengaturan kontrol motorik. Hipotalamus memegang peranan
meregulasi berbagai fungsi homeostasis tubuh, penting sebagai penghubung
sistem endokrin dan saraf, sleep wake cycle. Serebelum berfungsi untuk menjaga
keseimbangan, meningkatka tonus otot, dan koordinasi serta perencanaan
pergerakan volunter. Batang otak merupakan origin of majority sistem saraf tepi,
17

pusat kontrol kardiovaskular, respirasi, dan pencernaan, regulasi refleks otot,


resepsi dan integrasi seluruh input sinaps dari korda spinalis, serta pengaturan
sleep-wake cycle.29

Gambar 2. 2 Anatomi Sistem Saraf Pusat *


*Sherwood, L. 2016
18

2.2.6 Alat Ukur Kecerdasan Spiritual


Gagasan tentang kecerdasan spiritual pertama kali dikemukakan oleh
Danah Zohar dan Ian Marshall tahun 2000. Selanjutnya mereka membagi
kecerdasan spiritual dalam 12 dimensi, yaitu self awareness, spontaneity, being
vision and value led, holism, compassion, diversity celebration, independent
spirit, humbleness, the tendency to always ask “why”, abiliy to reframe, positive
use of adversity, dan sense of vocation.

Seiring berjalannya waktu, akhirnya dikembangkan instrumen penelitian


yang digunakan untuk mengukur kecerdasan spiritual seseorang.

a. Kuesioner SQ by: Danah Zohar dan Ian Marshall


Kuesioner ini untuk mengukur Kecerdasan Spiritual yang diambil dari
penelitian oleh Puput Nilam Sari mengenai “Pengaruh Kecerdasan Emosional dan
Kecerdasan Spiritual terhadap pemahaman akuntansi siswa kelas XII IPS MA Al
Asror Tahun Pelajaran 2014/2015”.30

Jenis kuesioner ini adalah kuesioner tertutup. Penggunaan kuesioner


tertutup ini digunakan untuk mempermudah responden dalam menjawab
kuesioner, karena telah tersedia jawaban alternatifnya, sehingga responden dapat
menjawab pertanyaan dengan waktu yang singkat.30

Pengukuran variabel yang digunakan dalam kuesioner ini menggunakan


skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau kelompok tentang fenomena sosial. Dengan skala likert variabel
yang diukur akan dijabarkan dalam indikator variabel yang kemudian menjadi
dasar dalam merumuskan butir-butir pertanyaan atau pernyataan. Dalam setiap
item dalam kuesioner terdapat lima pilihan alternatif jawaban dan mempunyai
gradasi positif dan negatif.30
19

Skor yang diberikan untuk keperluan analisis kuantitatif adalah sebagai


berikut:

Tabel 2. 1 Tabel Alternatif Jawaban Kuesioner SQ*

Pertanyaan Positif Pertanyaan Negatif


Alternatif Jawaban Skor Alternatif Jawaban Skor
Sangat Setuju (SS) 5 Sangat Setuju (SS) 1
Setuju (S) 4 Setuju (S) 2
Ragu-ragu (RG) 3 Ragu-ragu (RG) 3
Tidak Setuju (TS) 2 Tidak Setuju (TS) 4
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 Sangat Tidak Setuju (STS) 5

*Sumber : Sari N.P. 2015

Dan untuk pilihan alternatif jawaban yang diberikan adalah:


STS : Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Setuju
TS : Jika pernyataan tersebut Tidak Setuju
RG : JIka pernyataan tersebut Ragu – Ragu
S : Jika pernyataan tersebut Setuju
SS : Jika pernyataan tersebut Sangat Setuju

b. Kuesioner SISRI (The Spriritual Intelligence Self-Report Inventory).


David B King tahun 2008 memperkenalkan sebuah instrumen penelitian
yang dijadikan sebagai indikator kecerdasan spiritual dalam tesisnya yang
berjudul Rethinking Claims of Spiritual Intelligence: A Definition, Model, and
Measure. Instrumen penelitian tersebut adalah The Spriritual Intelligence Self-
Report Inventory atau SISRI-24.
David B King dan De Cicco membagi instrumen penelitian tersebut
menjadi 24 indikator kecerdasan spiritual dalam 4 dimensi. Dimensi tersebut
antara lain:
1. Critical Existential Thinking. Hal ini merupakan kemampuan kritis untuk
merenungkan makna dan arti kehidupan beserta aspek eksistensial
lainnya.
20

2. Personal Meaning Production. Dimensi ini berfokus pada kemampuan


seseorang untuk membangun makna dan tujuan hidup.
3. Transcendental Consciousness. Kesadaran ini merupakan kemampuan
untuk merasakan dimensi spiritual kehidupan yang berada di luar indera.
4. Consciousness State Expansion. Dimensi ini merupakan kemampuan
seseorang untuk masuk secara mendalam secara rohani saat terjaga seperti
pada meditasi.32
Instrumen ini menggunakan skala likert dengan interval 0-4.
Skor 0 = sangat tidak sesuai,
Skor 1 = tidak sesuai Skor
Skor 2 = kadang-kadang Skor
Skor 3 = sesuai Skor
Skor 4 = sangat sesuai.
Total skor yang didappatkan dri 24 item ini adalah interval 0-96. Semakin
tinggi skor maka menunjukkan level tertinggi kecerdasan spiritual. 32

2.2.7 Keunggulan Kuesioner SQ Danah Zohar dan Ian Marsall30


1. Kecerdasan Spiritual dalam kuesioner ini dituangkan secara lengkap dalam 12
dimensi.
2. Aspek Kecerdasan Spiritual dibahas dengan teliti dan rinci dalam 35 butir
pertanyaan Kuesioner.
3. Terdapat alternatif jawaban sehingga responden tidak bingung saat mengisi
kuesioner.
4. 35 soal dalam kuesioner ini telah divalidasi dengan hasil valid dan dapat
digunakan sebagai soal kuesioner SQ.
5. Variable dalam kuesioner ini menggunakan skala Likert sehingga dapat
menilai keseriusan dalam menjawab kuesioner SQ.
21

2.3 Kerangka Teori


Puasa sunah Senin Menahan Emosi Keseimbangan
Kamis sekresi hormon
kortisosl dan
Merangsang
Neurotransmitter Glutamat endorpin
Nukleus arkuatus
hipotalamus

Neurotransmitter diteruskan melalui Melepas GABA Lateral Emosi stabil


Lateral Geniculate Body (LGB) & Geniculate Body (LGB) &
Lateral Posterior Nucleus (LPN) Lateral Posterior Lobule (PSPL)

Eksitasi beta Memotong input ke korteks striatum &


endorpin Area korteks yang lebih
Posterior Superior Parietal Lobule
spesifik
(PSPL)

Sensasi
Menurunkan Menurunkan aktivitas
menyenangkan
Rasa sakit Meningkatkan Menstimulus
saat meditasi locus coreolus
fokus saat meditasi Hipokampus kanan &
Oleh nuclei
mempengaruhi amigdala
paragigantocelluler
Menurunkan
aktivitas
noreadrenalin
dan kortisol Menurunkan
Stimulasi Sensasi relaksasi &
denyut jantung
parasimpatis perifer rasa ketenangani
& pernapasan

Fokus yang intens saat beribadah

Aktivasi Prefrontal Cortex (PFC) secara bilateral lebih


luas di hemisfer dextra & girus cingulate (area medial)

Refleksi diri & persepsi Mempertahankan kegiatan keagamaan


diri dalam kaitannya Mendeteksi kesalahan & pemantauan
yang seimbang terkait peraturan &
sebagai makhluk ilahi kepatuhan terhadap norma-norma sosial
pemahaman tentang agamanya

Meningkatkan Kuesioner SQ Danah


Spiritual Quotient Zohar & Ian Marsall
22

2.4 Kerangka Konsep

Mahasiswa Preklinik
Fakultas Kedokteran
UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta

Puasa Sunah Senin


Kamis

Rutin Jarang

Pengukuran tingkat skor


spiritual quotient dengan
menggunakan kuesioner
spiritual quotient

Analisis hasil
menggunakan SPSS

Tingkat SQ seluruh
subjek

Keterangan :

= Variabel Bebas

= Variabel Terikat
23

2.5 Definisi Operasional


No Variabel Definisi Alat Cara Skala Hasil Ukur
. Ukur Pengukur Pengukuran
an

1 Puasa Menahan diri dari Informed Mengisi Kategorik34 1. Jarang :


sunah semua yang bisa Consent Informed melaksanakan puasa
Senin membatalkan Consent sunah Senin Kamis
Kamis puasa, sejak terbit kurang dari 3 bulan
fajar sampai baik secara berturut-
terbenam turut atau tidak
matahari, dengan berturut-turut.
disertai niat pada 2. Rutin :
hari Senin dan melaksanakan puasa
Kamis.9 sunah Senin Kamis
berturut-turut selama
3 bulan atau lebih.35
2 Spiritual kecerdasan untuk Pengisian Kuesioner Kategorik34 1. Sangat Tinggi :
Quotient menghadapi dan kuesioner SQ yang (Skor kuesioner SQ
memecahkan ditulis oleh sebesar 148-175)
persoalan makna Danah 2. Tinggi : (Skor
dan nilai, yaitu Zobar dan kuesioner SQ sebesar
kecerdasan untuk Ian 120-147)
menempatkan Marshall.25 3. Sedang : (Skor
perilaku dan kuesioner SQ sebesar
hidup kita dalam 92-119)
konteks makna 4. Rendah : (Skor
yang lebih luas kuesioner SQ sebesar
dan kaya, 64-91)
kecerdasan untuk 5. Sangat Rendah
menilai bahwa : (Skor kuesioner SQ
tindakan atau sebesar 36-63).30
jalan hidup
24

seseorang lebih
bermakna
dibandingkan
dengan yang
lain.25
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Penelitian menggunakan desain penelitian analitik kategorik dengan
pendekatan cross sectional, artinya pengukuran variabel dilakukan sesaat atau
dalam periode tertentu dan setiap studi hanya dilakukan satu kali pengamatan.
Pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling, sehingga peneliti
mengambil semua subjek yang mengisi kuesioner sampai jumlah subjek minimal
terpenuhi.34

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan di Kampus Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Waktu penelitian dimulai dari bulan Maret 2020 sampai
bulan Desember 2021. Waktu pengambilan sampel dimulai dari bulan Januari
2021 sampai bulan Mei 2021.

3.3 Populasi dan Subjek Penelitian


3.3.1 Populasi
Populasi target adalah mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran UIN
Syarif Hidayatullah angkatan 2018, 2019 dan 2020.

3.3.2 Subjek Penelitian


Mahasiswa preklinik fakultas kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang bersedia mengisi kuesioner spiritual quotient.

3.3.3 Jumlah Subjek


Besar sampel (n) yang akan digunakan peneliti adalah mahasiswa
preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan total 334
mahasiswa. Namun saat pengambilan data 8 mahasiswa tidak mengisi quesioner
sehingga jumlah total subjek adalah 326 mahasiswa. Hal ini sudah memenuhi
minimal sampel penelitian yaitu 143. cara menghitung jumlah minimal sampel

25
26

dengan menggunakan rumus analisa kategorik tidak berpasangan. 34 Adapun hasil


perhitungan dari sampel peneliti sebagai berikut :

 Z 2 PQ  Z P1  Q1  P2  Q2 
n1  n2   
  2

Keterangan :

Zα = Deviat baku alfa = ditetapkan sebesar 5% hipotesis satu arah = 1,64

Zβ = Deviat baku beta = ditetapkan sebesar 10% maka nilainya = 1,28

P2 = proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya = 0,5

Q2 = 1-P2 = 1-0,5 = 0,5

P1 = Proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan judgement = 0,66

Q1 = 1-P1 = 1-0,66 = 0,34

P1-P2 =selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna = 0,16

P = proporsi total (P1+P2)/2 = (0,66+0,5)/2 = 0,58

Q = 1-P = 1-0,58 = 0,42

1,96 2  0,58  0,42  1,28 0,16  0,34  0,5  0,5 


 
 0,66  0,50  2
n1=n2=

= 143,49 (dibulatkan menjadi 143)

Berdasarkan rumus besar sampel minimal diatas, besar minimal sampel


yang dibutuhkan sebanyak 143 orang.

3.4 Kriteria Subjek


3.4.1 Kriteria Inklusi
1. Subjek merupakan mahasiswa preklinik Fakultas Kedoketaran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.

2. Subjek menyetujui untuk terlibat dalam penelitian setelah informed consent.


27

3. Subjek bersedia mengisi kuesioner penelitian.

3.4.2 Kriteria Eksklusi


1 Subjek merupakan mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang sedang cuti/tidak aktif. .

2 Subjek merupakan mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif


Hidayatullah Jakarta yang tidak mengisi kuesioner Spiritual Quotient.

3.5 Cara Pengumpulan Data


3.5.1 Bahan
Bahan penelitian ini merupakan data primer dari subjek yang mengisi
kuesioner SQ dan data subjek serta lembar persetujuan tertulis.

3.5.2 Alat
Alat yang digunakan untuk mengukur skor SQ subjek ialah kuesioner SQ
yang dibuat berdasarkan buku Danah Zohar dan Ian Marshall dan juga telah
divalidasi, dengan hasil validasi dari 35 soal dalam kuesioner 2 soal diantaranya
memiliki signifikansi 0,002 dan 33 soal memiliki signifikansi 0,000 yang berarti
35 soal tersebut valid dan dapat dipakai dalam kuesioner SQ.30

3.5.3 Jenis Data


Data yang dikumpulkan berupa data primer dari kuesioner SQ untuk
menilai tingkat kecerdasan spiritual.

3.5.4 Cara Kerja


3.5.4.1 Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan cara membagikan kuesioner kepada subjek
pada hari-hari yang telah ditentukan. Kuesioner akan diisi pada waktu bersamaan
oleh semua subjek dalam satu kelas sesuai dengan petunjuk yang ada dan panduan
dari peneliti.
28

3.5.4.2 Pengecekan
Setelah subjek mengisi kuesioner, hasil kuesioner akan dicek kembali
kelengkapannya.

3.5.4.3 Coding
Penomeran kode numerik pada data yang terdiri dari beberapa kategori.

3.5.4.4 Entry Data


Memasukkan data yang sudah di coding ke dalam dokumen excel. Setelah
itu, memasukkan ke dalam SPSS agar dapat dianalisis.
29

3.6 Alur Kerja Penelitian

Menentukan judul dan tema penelitian

Menentukan metode dan desain penelitian

Memilih kuesioner SQ sebagai alat penelitian

Menentukan waktu pengambilan data

Informed Consent

Rutin Melaksanakan Jarang Melaksanakan


Puasa sunah Senin Kamis Puasa sunah Senin Kamis

Sampel mengisi kuesioner SQ sesuai waktu-waktu yang telah


ditentukan

Pengecekan Data

Analisis data dengan SPSS

Hasil
30

3.7 Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan akan diolah menggunakan instrumen


Statistical Package for Social Sciences (SPSS) versi 25. Data tersebut berupa data
kategorik dan kategorik. Selanjutnya dilakukan uji normalitas. Data dikatakan
berdistribusi normal jika p value >0,05 dan tidak berdistribusi normal jika nilai p
value <0,05. Apabila data tidak berdistribusi normal maka pengolahan data akan
diganti menggunakan uji Mann-Whitney. Dikatakan bermakna apabila p value
<0,05.
Pengolahan data dilanjutkan dengan uji korelasi untuk menentukan nilai
signifikansi hubungan, kekuatan hubungan dan arah hubungan. Data dikatakan
berhubungan (berkorelasi) apabila nilai signifikansi adalah <0,05. Kekuatan
hubungan (korelasi) atau nilai koefisien korelasi dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3. 1 Panduan Interpretasi Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan Kekuatan


Korelasi*
Parameter Nilai Interpretasi
Kekuatan Korelasi (r) 0,00-0,199 Sangat Lemah
0,20-0,399 Lemah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,000 Sangat Kuat

*Sumber : Sopiyudin D, 2014

Arah hubungan (korelasi) dilihat dari nilai koefisien korelasi negatif atau
positif. Nilai negatif menunjukan arah hubungan berlawanan arah, artinya bila
satu variabel nilainya semakin tinggi maka variabel lain akan semakin rendah dan
nilai positif menunjukan arah hubungan searah, artinya bila satu variabel nilainya
semakin tinggi maka variabel lain akan semakin tinggi.
31

3.8 Kerjasama Riset


Riset ini merupakan bagian kerjasama riset mahasiswa dan kelompok riset
puasa sunah Senin Kamis Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang diketuai oleh dr. Sayid Ridho, Sp.PD,FINASIM.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Jumlah subjek penelitian ini sebanyak 326 mahasiswa preklinik yang
tersebar pada tiga angkatan yaitu angkatan 2018, 2019 dan 2020. Mahasiswa
dibagikan berkas kuesioner SQ Danah Zohar dan Ian Marshall yang diisi dalam
bentuk Google Form. Pengisian kuesioner dilaksanakan di Zoom dengan waktu
yang berbeda tiap angkatan.

4.2 Karakteristik Subjek Penelitian


4.2.1 Angkatan
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data primer pada mahasiswa
preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2018,
2019, 2020. Sebaran subjek penelitian berdasarkan angkatan dapat dilihat pada
diagram di bawah.

114 116

96

2018 2019 2020

Gambar 4. 1 Distribusi Sampel Berdasarkan Angkatan

Gambar 4.1 menjelaskan bahwa subjek penelitian terbanyak dalam


penelitian adalah angkatan 2018 yang berjumlah 116 orang (35,58%), sedangkan
subjek dengan jumlah paling sedikit adalah angkatan 2019 yang berjumlah 96
orang (29,45%), dan sisanya adalah angkatan 2020 yang berjumlah 114 orang

32
33

(34,97%). Jumlah sampel yang dimasukkan dalam penelitian sebanyak 326 orang.
Dengan rincian mahasiswa angkatan 2018 sebanyak 116 orang dari total
mahasiswa 124 orang. Hal ini dikarenakan 6 orang merupakan tim peneliti dan 2
orang tidak mengikuti pengisian kuisioner yang terdiri dari 1 orang tidak mengisi
kuisioner dan 1 orang sudah pindah. Total mahasiswa angkatan 2019 sebanyak 96
orang dan yang di jadikan subjek penelitian sebanyak 96 orang. Total mahasiswa
angkatan 2020 sebanyak 114 dan yang dijadikan subjek penelitian sebanyak 114.
Sehingga dari total mahasiswa seluruh angkatan yang berjumlah 334 orang, yang
dijadikan sebagai subjek penelitian berjumlah 326 mahasiswa.

4.2.2 Jenis Kelamin


Pada peneliti ini didapatkan subjek penelitian yang berdistribusi
berdasarkan jeni kelamin seperti pada diagram di bawah.

83
Perempuan
Laki-laki

243

Gambar 4. 2 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

Gambar 4.2 menjelaskna bahwa subjek penelitian terbanyak berdasarkan


jenis kelamin adalah perempuan yaitu sebanyak 243 orang (74,54%), sedangkan
jumlah subjek yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 83 orang (25,46%). Pada
penelitian ini penyebaran subjek peneliatian berdasarkan jenis kelamin tidak
terbagi rata. Subjek penelitian didominasi oleh perempuan karena jumlah
mahasiswa preklinik fakultas kedokteran UIN yang berjenis kelamin perempuan
lebih banyak dibandingkan laki-laki.
34

4.2.3 Gambaran Tingkat Spiritual Quotient


Pada penelitian ini, tingkat Spiritual Quotient dikategorikan menjadi lima
kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Terdapat 35
pertanyaan mengenai Spiritual Quotient dari kuesioner SQ Danah Zohar dan Ian
Marshal dengan 5 pilihan jawaban sehingga skor minimal masing-masing
pertanyaan adalah 1 dan skor maksimal adalah 5 serta mempunyai gradasi positif
dan negatif. Subjek dengan skor 148-175 dikategorikan sangat tinggi, skor 120-
147 dikategorikan tinggi, skor 92-119 dikategorikan sedang, skor 64-91
dikategorikan rendah dan subjek dengan skor 36-63 dikategorikan sangat rendah.
Hasil perhitungan didapatkan tingkat Spiritual Quotient seperti pada diagram di
bawah.

Gambar 4. 3 Diagram Tingkat Kecerdasan Spiritual Pada Seluruh Subjek

Pada diagram diatas didapatkan 50 (15,34%) mahasiswa mempunyai


tingkat Spiritual Quotient sangat tinggi, 242 (74,23%) mahasiswa tinggi, 30
(9,20%) mahasiswa sedang, 4 (1,23%) mahasiswa rendah dan tidak ada yang
termasuk dalam kategori sangat rendah.
35

4.2.4 Frekuensi Puasa sunah Senin Kamis


350
290
300

250

200

150

100

50 36

0
Jarang Puasa Senin Kamis Rutin Puasa Senin Kamis

Jumlah Mahasiswa

Gambar 4. 4 Diagram Frekuensi Puasa sunah Senin Kamis

Berdasarkan gambar 4.4 dapat disimpulkan bahwa jumlah mahasiswa yang


rutin melaksanakan puasa sunah Senin Kamis sebanyak 36 (11,04%) mahasiswa
dan jumlah mahasiswa yang jarang melaksanakan puasa sunah Senin Kamis
sebanyak 290 (88,96%) mahasiswa.
36

4.2.5 Gambaran Tingkat Spiritual Quotient Pada Kelompok Subjek Yang


Rutin Dan Jarang Berpuasa Sunah Senin Kamis

Gambar 4. 5 Diagram Tingkat Kecerdasan Spiritual Pada Kelompok Subjek Yang


Rutin Dan Jarang Berpuasa Sunah Senin Kamis

Pada diagram diatas menunjukan bahwa pada mahasiswa yang jarang


melaksanakan puasa sunah Senin Kamis terdapat 41 (14,14%) mahasiswa
mempunyai tingkat SQ sangat tinggi, 216 (74,48%) mahasiswa mempunyai
tingkat SQ tinggi, 30 (10,34%) mahasiswa mempunyai tingkat SQ sedang dan 3
(1,03%) mahasiswa mempunyai tingkat SQ rendah, sedangkan pada mahasiswa
yang rutin melaksanakan puasa sunah Senin Kamis terdapat 9 (25 %) mahasiswa
yang mempunyai tingkat SQ sangat tinggi, 26 (72,22%) mahasiswa mempunyai
tingkat SQ tinggi dan 1 (2,78%) mahasiswa mempunyai tingkat SQ rendah.

4.3 Pengaruh Tingkat Spiritual Quotient Pada Kelompok Subjek Yang Rutin
Dan Jarang Berpuasa Sunah Senin Kamis
Tahap awal yang perlu dilakukan adalah uji normalitas pada data. Hasil
dari uji normalitas Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,000 (p<0,05). Hasil uji
normalitas tersebut menjelaskan bahwa data yang diteliti tidak berdistribusi
normal. Oleh karena itu pengolaan data dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney.
37

Setelah peneliti menginput data dalam SPSS didapat hasil signifikansi uji
Mann-Whitney adalah 0,004 (p<0,05) yang menunjukan bahwa terdapat
perbedaan tingkat kecerdasan spiritual pada mahasiswa yang rutin puasa sunah
Senin Kamis dengan mahasiswa yang jarang puasa sunah Senin Kamis.

Peneliti juga melakukan uji Spearman untuk mengetahui korelasi, tingkat


hubungan dan arah hubungan. Hasil uji Spearman menunjukan bahwa terdapat
hubungan puasa sunah Senin Kamis dengan tingkat Kecerdasan Spiritual
dibuktikan nilai p-value 0,004 (<0,05) dan nilai koefisien korelasi adalah 0,159
yang menunjukan bahwa berkorelasi sangat lemah dengan arah hubungan positif
atau searah artinya bila puasa dilakukan dengan intens dan rutin maka akan terjadi
peningkatan kecerdasan spiritual.

Hasil pengolahan data diatas menunjukkan terdapat hubungan yang positif


dan signifikan baik secara komparasi (perbandingan) maupun korelasi antara
tingkat kecerdasan spiritual pada mahasiswa yang jarang dan yang rutin
melaksanakan puasa sunah Senin Kamis.

Tingkat SQ dalam penelitian ini sangat beragam yang telah peniliti


jelaskan diatas. subjek yang mempunyai tingkat SQ rendah kemungkinan
dikarenakan kurangnya pengalaman spiritual seperti pembelajaran dan
pengetahuan tentang agama, sehingga kurang memperhatikan amalan-amalan
yang dapat memengaruhi tingkat SQ. selain itu terdapat banyak faktor yang
memengaruhi penurunan tingkat SQ mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran.

Penelitian yang dilakukan oleh Fadlul Munir (2017) mengenai Nilai-nilai


Religius Ibadah Puasa Dalam Pengembangan Kecerdasan Spiritual menjelaskan
kecerdasan spiritual dapat dimiliki manakala seseorang mengasah dan menghiasi
dirinya dengan akhlakul karimah, diantaranya : kedisiplinan, ikhlas, jujur, zuhud,
tawakal, khauf-raja’, syukur, sabar, ridho, dan taqwa.6 Adapun cara yang dapat
dilakukan untuk mengasah dan menghiasi diri dengan akhlakul karimah adalah
dengan berpuasa hal ini sesuai penelitian yang dilakukan oleh A. Syifa’ul Qulub
(2016) tentang Pengaruh Puasa Terhadap Kecerdasan Spiritual menjelaskan
bahwa aktifitas puasa dapat memberi pengaruh terhadap peningkatan SQ manusia,
terutama puasa yang dijalankan secara fungional (shaumul khawash, wa
38

khawashul khawash) sebab melalui puasa, manusia akan lebih memahami dirinya
sendiri, sadar eksistensi, dan terus mencari hahekat kehidupan. Diantara pengaruh
itu ialah: Menambah Rasa Rendah Hati (tawadhu', Membersihkan Jiwa
(tazkiyatun nafsi), Menambah Rasa Sabar, Menambah Syukur, Tawakkal dan
Memperbaiki perilaku.2

Dalam hadis Rasulullah SAW menyebutkan bahwa puasa dapat mengasah


kesabaran dan menahan emosi. Rasulullah SAW bersabda :

‫ قال رسول هللا صلي هللا عليه و سلم الصيام جنه اذا كان يوم‬: ‫عن ابي هريرة رضي هللا عنه قال‬
)‫ اني صائم (رواه مسلم‬: ‫صوم احد كم فال يرفث وال يصخب فان سابه احد او قاتله فليقل‬

“Dari Abu Hurairah RA meriwayatkan. Rasululah SAW sersabda : puasa


itu perisai. apabila salah seorang di antara kamu semua sedang berpuasa maka
jangan sekali-kali berkata jorok dan jangan bikin keributan, jika ada salah
seorang yang mencaci maki atau mengajak hendaklah ia mengadakan: saya
sedang berpuasa”. (HR. Muslim No. 1151).17

Hasil penelitian yang telah dijabarkan sebelumnya dapat membuktikan


kebenaran hadis diatas bahwa puasa bermanfaat bagi kesehatan mental dan
meningkatkan kecerdasan spiritual. Berbagai faktor yang mempengaruhi
kecerdasan spiritual tidak peneliti jabarkan secara mendalam sehingga peneliti
berharap penelitian selanjutnya dapat mengkaji faktor-faktor tersebut terutama
pada subjek mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran.
39

4.4 Keterbatasan Penelitian

1. Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan pengisian kuesioner


sehingga terjadinya recall bias dan bersifat subjektif.

2. Penelitian ini menggunakan metode analisis kategorik dengan pendekatan


cross sectional, dimana penelitian ini tidak mengikuti perkembangan
psikologis responden.

3. Penelitian ini dilakukan pada satu instansi universitas yaitu di Fakultas


Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan sampel homogen
sehingga hasil penelitian ini tidak dapat mewakili seluruh populasi
mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran seluruh Universitas di Indonesia.

4. Penelitian ini hanya meneliti pengaruh puasa secara umum, tidak


mengklasifikasikan tingkatan puasa yang bermanfaat bagi kesehatan mental.

5. Pengulangan waktu saat pengambilan data ikut memengaruhi rasa jenuh


mahasiswa sehingga tidak ikut berpartisipasi dalam pengisian kuisioner atau
loss to follow up
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
1. Pada penelitian ini diperoleh 50 mahasiswa mempunyai tingkat skor Spiritual
Quotient sangat tinggi, 242 dengan tingkat skor tinggi, 30 dengan tingkat skor
sedang, 4 dengan tingkat skor rendah dan tidak ada mahasiswa yang termasuk
dalam kategori sangat rendah.

2. Pada kelompok subjek yang jarang melaksanakan puasa sunah Senin Kamis
diperoleh 41 (14,14%) mahasiswa dengan tingkat skor SQ sangat tinggi, 216
(74,48%) dengan tingkat skor SQ tinggi, 30 (10,34%) dengan tingkat skor SQ
sedang dan 3 (1,03%) mahasiswa dengan tingkat skor SQ rendah.

3. Pada kelompok subjek yang rutin melaksanakan puasa sunah Senin Kamis
diperoleh 9 (25 %) mahasiswa dengan tingkat skor SQ sangat tinggi, 26
(72,22%) dengan tingkat skor SQ tinggi dan 1 (2,78%) dengan tingkat skor
SQ rendah.

4. Hasil penelitian menunjukan terdapat perbedaan tingkat skor SQ yang


signifikan antara kelompok mahasiswa yang rutin dan jarang melaksanakan
puasa sunah Senin Kamis. Hal ini dibuktikan hasil uji Mann-Whetney dengan
nilai signifikansi 0,004 (p<0,05). Selain itu diperoleh korelasi yang positif
dan signifikan antara kedua kelompok tersebut yang ditunjukkan hasil uji
Spearman dengan nilai p-value 0,004 (p<0,05).

40
41

5.2 Saran
1. Untuk melengkapi penelitian ini diharapkan akan dilakukan penelitian oleh
peneliti berikutnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi Spiritual
Quotient pada mahasiswa di kampus, khususnya di Fakultas Kedokteran UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Untuk melengkapi penelitian ini diharapkan akan dilakukan penelitian


lanjutan tentang pengaruh tingkatan puasa terhadap kesehatan mental pada
mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Untuk melengkapi penelitian ini diharapkan akan dilakukan penelitian


lanjutan tentang cara efektif meningkatkan Spiritual Quotient pada
mahasiswa di kampus, khususnya di Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.

4. Sebaiknya penelitian berikutnya dilakukan dengan metode wawancara untuk


meminimalisir kemungkinan pengisian kuesioner terdapat ketidak jujuran
dari responden
42

DAFTAR PUSTAKA

1. Anis, Ibrahim dkk. Al-Mu’jam Al-Wasith. Mesir : Dar Al Ma’arif. Jilid I.


1972
2. Qulub A. S: Pengaruh Puasa terhadap Kecerdasan Spiritual. Sekolah tinggi
Agaman Islam Daruttaqwa Suci, Gresik, 2016.

3. Nursari Ira Novina : Hubungan Kebiasaan Puasa sunah Senin Kamis


Terhadap Kecerdasan Emosional dan Spiritual Santri di Pondok Pesantren
Darul Ulum Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar, UIN Suska Riau,
2020.

4. Mufidah Luk Luk Nur : Kecerdasan Intelektual, kecerdasan Emosional dan


Kecerdasan Spiritual (IESQ) Dalam Perspektif Al-Qur’an, Jurnal Ilmu
Tarbiyah “At-tajdid”, 2012.

5. Abdul, Ahmad Muhammad Qodir. Ta’alim al-Muta’alim Tariqat Muta’alum.


Kairo, Maktab An Nandah Al-Misriyah.

6. Munir Fadlul : Nilai-nilai Religius Ibadah Puasa Dalam Pengembangan


Kecerdasan Spiritual, UIN Raden Intan Lampung, 2017.

7. Maulina Bania & Dwi Retno Sari : Derajat Stres Mahasiswa Baru Fakultas
Kedokteran Ditinjau Dari Tingkat Penyesuaian Diri Terhadap Tuntunan
Akademik, JPPK, Universitas Islam Sumatera Utara, 2018.

8. Masitoh Umi. Peranan Puasa sunnah Senin Kamis dalam meningkatkan


Kecerdasan Spiritual (sq) siswa kelas xi Madrasah Aliyah Nurul Ummah
Yogyakarta. UIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta. 2014. hlm. 105-106.

9. Syeh Zainudin bin Abdul Aziz al-Malyabars. Fath al-Mu’in bi Syarhi Qurrot
al A’in. Indonesia : Dar al-Ikhya al Kutub al-Arabiyah.

10. Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya, Pustaka Al-Hanan.


Bandung. 2007. hal. 307.

11. Wahid R. A. Fikih Ramadan. Medan: Perdana Publishing. 2017.


43

12. Rasyidah Mufidatur : Implementasi Program Wajib Puasa Sunah Kamis Di


Akhir Bulan Dalam Meningkatkan Kecerdasan Spiritual Siswa DI SMA PSM
Kota Madiun Tahun Pelajaran : 2017-2018, IAIN Ponorogo, 2018.

13. Miftah Faridl. Puasa Ibadah Karya Makna. Gema Insani, Jakarta ,2007.

14. Hasbi, TM. Pedoman Puasa. Jakarta, N.V Bulan Buntang, 1983.

15. Zuhaili, W. Fiqih Imam Syafi’I, Jilid I. Jakarta, Almahera, 2008.

16. Ahmad, Dr Zubair. Panduan Amaliah Ramadan Tahun 1430 H. Lebak Bulus,
Sekretaria Masjid Al-Falah Taman Bona Indah, 2009.

17. Baqi, M,F,A. Shahih Muslim, Jilid II. Jakarta, Pustaka As-Sunah, 2010.

18. Al-‘Asqalani, Ibn Hajar. Tahdhib al-Tahdhib, Juz VII. Beirut : Dar Shadir,t.t.

19. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang


Kesehatan. Jakarta, 2009.

20. World Health Organization, Definisi Sehat WHO (Online). WHO 1947
[diakses pada tanggal 13 Desember 2019 pukul 10.15 WIB].

21. Al-Hushain, Ahmad bin Abdul Aziz, Ruh Puasa dan Maknanya, Surabaya:
Pustaka elBA, 2008.

22. Thalbah, Hisyam. Ensiklopedia Mukjizat Alquran dan Hadis. Jakarta: PT


Sapta Sentosa Jilid III. 2009.

23. Daud A. M. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
1998.

24. Agustian A G. ESQ: Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan


Spiritual. Jakarta: Penerbit Arga. 2001.

25. Zohar, Danah & Marshall, Ian.: Kecerdasan Spiritual. Mizan, Bandung, 2007.

26. Alsharidah, AM, Murtaza, G, Alsharidah, M.M. and Bashir, S.(2016). Fasting
in Ramadan affects cognitive and physiological function in normal subjects
(Pilot Study). Neuroscience & Medicine, 2017.
44

27. Borg J, Bengt Andree et al. The Serotonin System and Spiritual Experiences.
Am J Psychiatry. 2008.

28. Mohandas, E. Neurobilogy of Spirituality. MSM. 2008. hlm 63-80.

29. Sherwood, L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC. 2016.

30. Sari N P. Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual terhadap


pemahaman akuntansi siswa kelas XII IPS MA Al Asror Tahun Pelajaran
2014/2015. Semarang: Universitas Negeri Semarang. 2015.

31. Khaliq R dan Siti FM. Tingkat Kecerdasan Spiritual Mahasiswa Ditinjau Dari
Keaktifan dalam Eksrakulikuler Keagamaan. Jurnal Studia Insania. 2019.

32. Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif


dan RD). Bandung: CV. Alfabeta. 2010.

33. Najati, Muhammad Ustman. Jiwa Dalam Pandangan Filosof Islam. Bandung:
Pustaka Hidayah. 2002.

34. Sopiyudin D. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi 6. Jakarta:


Salemba Medika. 2014.

35. Rhaisya, Ade Oktavia & Juni Triastuti. Hubungan Antara Shalat Tahajud Dan
Puasa sunah Senin Kamis Dengan Tingkat Anietas Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta. Universitas
Muhammadiyah Surakarta : 2018.
45

Lampiran 1
(Lembar Kuesioner)

Lembar Kuesioner

Assalamu alaikum wr. wb.

Saya A’lal Aulia M. Zain, mahasiswa semester 7 Fakultas Kedokteran


UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang saat ini sedang menyelesaikan skripsi.
Skripsi yang saya teliti mengenai pengaruh puasa sunah Senin Kamis terhadap
Kecerdasan Spiritual pada Mahasiswa Preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Untuk menyelesaikan skripsi saya, saya memohon
kesediaan anda meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini.

Kuesioner yang saya berikan adalah kuesioner Spiritual Quotient (SQ)


yang dibuat berdasarkan buku SQ yang ditulis oleh Danah Zobar dan Ian
Marshall. Saya berharap anda bersikap jujur saat mengisi kuesioner ini sesuai
yang anda alami saat ini. Jawaban yang anda berikan tidak akan dinilai benar
atau salah. Jangan sampai ada kolom yang terlewat. Hasil kuesioner ini bersifat
rahasia dan hanya digunakan sebagai kepentingan penelitian saya. Atas kesediaan
anda meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini, kami ucapkan terima kasih.

Hormat kami,

Peneliti
46

Identitas Responden

Nama :

NIM :

Usia :

Jenis Kelamin : (L / P)*

Semester :

Angkatan : (2018 / 2019 / 2020)*

Email :

No. telp. :

ID Line :

Alamat :

Puasa : (Ya / Tidak)*

Dengan ini saya bersedia untuk mengisi kuesioner ini dengan jujur dan tanpa
paksaan dari pihak manapun.

Ciputat, 2021

( )

*) Lingkari salah satu


47

Kuesioner Kecerdasan Spiritual

Petunjuk Pengisian

Kuesioner ini terdiri dari berbagai pernyataan yang mungkin sesuai dengan
pengalaman Bapak/Ibu/Saudara dalam menghadapi situasi hidup sehari-hari.
Terdapat empat pilihan jawaban yang disediakan untuk setiap pernyataan yaitu:

STS : Sangat Tidak Setuju.

TS : Tidak Setuju.

RG : Ragu-ragu.

S : Setuju.

SS : Sangat Setuju

Selanjutnya, Bapak/Ibu/Saudara diminta untuk menjawab dengan cara


memberi tanda silang (X) pada salah satu kolom yang paling sesuai dengan
pengalaman Bapak/Ibu/Saudara yang anda alami saat ini. Tidak ada jawaban
yang benar ataupun salah, karena itu isilah sesuai dengan keadaan diri
Bapak/Ibu/Saudara yang sesungguhnya, yaitu berdasarkan jawaban pertama yang
terlintas dalam pikiran Bapak/Ibu/ Saudara.

No. Uraian Jawaban

STS TS RG S SS

1 Saya dapat menerima apa yang menjadi kekurangan saya


dengan ikhlas

2 Saya dapat menerima kenyataan yang tidak sesuai dengan


harapan saya

3 Diakhir hari (sebelum tidur) saya merefleksikan dan


mengoreksi peristiwa dan pengalaman yang saya alami pada
hari tersebut
48

4 Saya selalu mengikuti insting saya bahkan jika itu berarti


saya harus mengambil resiko

5 Saya selalu antusias dalam melakukan sesuatu

6 Saya selalu menunjukkan emosi saya yang sesungguhnya

7 Saya termotivasi oleh cita – cita dan mengabdi pada nilai –


nilai yang lebih tinggi

8 Saya terpanggil untuk “bekerja ekstra” demi menghasilkan


kesempurnaan pada apa pun yang saya lakukan

9 Saya tahu betul tujuan hidup saya

10 Saya menyelesaikan suatu masalah berdasarkan pengalaman


dari masalah yang sebelumnya

11 Saya sering merasa bahwa masalah - masalah yang saya


alami saling berhubungan

12 Dalam menyelesaikan masalah, saya sering mencari konteks


yang lebih luas sehingga saya tahu akar permasalahannya
dan cara menyelesaikannya

13 Saya bisa merasakan apa yang teman rasakan, saat dia


senang ataupun sedih

14 Saya dapat tetap berempati terhadap kesedihan orang lain


yang pernah melukai saya

15 Saya akan menjaga perasaan saudara saya, karena saya


merasa saudara saya adalah saya.

16 Dalam suatu acara saya memilih untuk bergabung dengan


orang – orang baru dari pada orang-orang yang sudah saya
kenal

17 Saat berbicara dengan orang yang berbeda pendapat dengan


49

saya, saya dapat melihat dari sudut pandang orang tersebut

18 Saya dapat berhubungan baik dengan orang lain yang


berbeda pendapat dengan saya

19 Saya akan membela pendirian/pendapat yang saya rasa


benar ketika semua orang disekitar saya tidak sependapat

20 Saya akan mempertimbangkan dengan hati-hati dan


mendengarkan orang lain sebelum saya menjalankan cara
saya sendiri

21 Saya lebih suka menyendiri

22 Saya sering tidak puas terhadap penjelasan awal

23 Saya berusaha mengerti makna dibalik sebuah aturan,


kebiasaan dan peristiwa

24 Saya sering memperhatikan sesuatu yang sedang terjadi dan


selalu bertanya – tanya kenapa itu dapat terjadi

25 Saya akan keluar dari zona nyaman saya untuk mencari


pengalaman – pengalaman baru

26 Saya cukup baik dalam meninjau pertanyaan – pertanyaan


dari berbagai sudut

27 Saya senang melakukan diskusi dengan kelompok lain


untuk menamperoleh informasi yang lebih relevan untuk
masalah saya

28 Saya belajar dari kegagalan masa silam dan melampauinya

29 Ketika saya mempunyai masalah, saya mempunyai cara –


cara untuk menyelesaikannya dan terus melangkah maju

30 Saya akan bangkit dari masalah dan rasa depresi saya


50

dengan cepat

31 Saya selalu terbuka terhadap kritik dan saran dari orang lain

32 Saya menyadari semua kekurangan saya dan saya akan


berusaha untuk memperbaikinya

33 Saya ingin agar dalam hidup saya dapat menciptakan


perubahan

34 Saya merasa bahwa saya harus membalas semua kebaikan


orang lain terhadap saya

35 Saat saya mendapatkan hadiah, saya merasa bahwa saya


juga harus menyalurkannya kepada orang lain yang lebih
membutuhkan
51

Lampiran 2
(hasil pengelolahan data SPSS)

A. Angkatan

Angkatan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 2018 116 35.6 35.6 35.6
2019 96 29.4 29.4 65.0
2020 114 35.0 35.0 100.0
Total 326 100.0 100.0

B. Jenis Kelamin

Jenis_Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pria 83 25.5 25.5 25.5
Wanita 243 74.5 74.5 100.0
Total 326 100.0 100.0

C. Tingkat Kecerdasan Spiritual

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat_Tinggi 50 15.3 15.3 15.3
Tinggi 242 74.2 74.2 89.6
Sedang 30 9.2 9.2 98.8
Rendah 4 1.2 1.2 100.0
Total 326 100.0 100.0
52

D. Uji Normalitas

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Puasa_Senin_Kamis Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Tingkat_SQ Jarang .081 290 .000 .963 290 .000
Rutin .146 36 .049 .829 36 .000

E. Uji Mann-Whitney

Puasa_Senin_Kamis N Mean Rank Sum of Ranks P-Value


Tingkat_SQ Jarang 290 158.23 45887.00
Rutin 36 205.94 7414.00 0,004
Total 326

F. Uji Spearman

Puasa_Senin_
Tingkat_SQ Kamis

Spearman's rho Tingkat_SQ Correlation Coefficient 1.000 .159**

Sig. (2-tailed) . .004

N 326 326

Puasa_Senin_Kamis Correlation Coefficient .159** 1.000

Sig. (2-tailed) .004 .

N 326 326
53

Lampiran 3
(Lembar Keterangan Lulus Etik)
54

Lampiran 4
Riwayat Penulis

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : A’lal Aulia M. Zain

Tempat/tangal lahir : Tangerang, 7 Oktober 1999

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Pagar Alam, Sumatera Selatan

No. HP : 085281744473

Email : mzain0710@gmail.com

PENDIDIKAN

2006 : TK Nu Muslimat Tuban

2002-2012 : MI DDM

2012-2015 : SMP Al Azhar Citangkolo

2015-2018 : Madrasah Aliyah Al Azhar Citangkolo

2018-sekarang : Program Studi Pendidikan Kedokteran UIN Syarif


Hidayatullah Jakarta

Anda mungkin juga menyukai