DI SMAN 2 KOTA CIMAHI Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH : Yan Ardiansyah NIM: 108103000067 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 ii LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya ata u merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Ciputat, 23 September 2011 Yan Ardiansyah iii GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU REMAJA MENGENAI ABORTUS PROVOKATUS DI SMAN 2 KOTA CIMAHI Laporan Penelitian Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) Oleh : Yan Ardiansyah NIM. 108103000067 Pembimbing I dr. Ayat Rahayu, Sp.Rad., M.Kes Pembimbing II dr. Erike Anggraeni Suwarsono, M.Pd PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 iv PENGESAHAN PANITIA UJIAN Laporan Penelitian berjudul GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU REMAJA MENGENAI ABORTUS PROVOKATUS DI SMAN 2 KOTA CIMAHI yang diajukan oleh Yan Ardiansyah (NIM: 108103000067), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada tanggal 23 September 2011. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter. Jakarta, 23 September 2011 DEWAN PENGUJI Penguji I dr. Taufik Zain, Sp.OG (K) Penguji II dr. Dede Moeswir, Sp.PD Penguji III dr. Rachmania Diandini, MKK PIMPINAN FAKULTAS Dekan FKIK UIN Kaprodi PSPD FKIK UIN Prof. Dr (hc). dr. M.K. Tadjudin, SpAnd Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, SpKFR v KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Adapun judul yang penulis pilih untuk penelitian ini adalah Gambaran Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Remaja Mengenai Abortus Provokatus di SMAN 2 Kota Cimahi. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada: 1. Prof. Dr (hc). dr. M. K. Tadjudin, Sp.And, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. dr. Syarif Hasan Lutfie, Sp.KFR, selaku ketua Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. dr. Ayat Rahayu, Sp.Rad, M.Kes dan dr. Erike Anggraeni Suwarsono, M.Ed selaku dosen pembimbing yang telah banyak menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan penelitian ini. 4. Drs. Ubung Ramli, selaku staf BK (Badan Konseling) dan seluruh staf pengajar SMAN 2 Kota Cimahi yang telah mengizinkan dan membantu mempermudah pengambilan data untuk penelitian ini. 5. Ibunda dan ayahanda serta keluarga besar, yang selalu memberikan motivasi dan dukungan baik moral maupun material, serta doa yang tiada henti. Terima kasih sedalam-dalamnya atas kasih sayang kedua orang tua yang diberikan kepada penulis yang tidak dapat terlukiskan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. 6. Tika Kartikawati, A.Md, Faris El Haq, serta seluruh pihak yang telah memberikan bantuannya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan. vi Akhirul kalam, penulis berharap laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi seluruh kalangan khususnya mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta, 23 September 2011 Penulis vii ABSTRAK Yan Ardiansyah. Program Studi Pendidikan Dokter. Gambaran Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Remaja Mengenai Abortus Provokatus Di Sman 2 Kota Cimahi. Tahun 2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja mengenai abortus provokatus di SMAN 2 Kota Cimahi pada bulan Agustus 2011. Penelitian ini dilakukan terhadap 106 responden dengan menggunakan desain deskriptif potong lintang, kemudian dilakukan analisis univariat. Hasil penelitian didapatkan sebanyak 54 responden (50,9%) memiliki tingkat pengetahuan sedang, 56 responden (52,8%) memiliki sikap yang baik, dan 102 responden (96,2%) memiliki perilaku seksual beresiko rendah. Kata Kunci : abortus provokatus, pengetahuan, sikap, perilaku Abstract This research aims to get a description of knowledge, attitude, and behavior of teenagers about abortus provocatus at 2 Cimahi Senior High School. This research was conducted on 106 respondents in August 2011 using cross-sectional descriptive design, and then performed univariate analysis. The result was obtained 54 respondents (50.9%) had a moderate level of knowledge, 56 respondents (52.8%) had a good attitude, and 102 respondents (96.2%) had low risk behavior of sexual activities. Key words: Abortus provocatus, teenagers, knowledge, attitude, behavior viii DAFTAR ISI Halaman LEMBAR JUDUL.................................................................... ............................. i LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA............................................ ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. . iii LEMBAR PENGESAHAN .............................................................. .................. iv KATA PENGANTAR.................................................................. ........................ v ABSTRAK ........................................................................ .................................. vii DAFTAR ISI...................................................................... ................................. viii DAFTAR TABEL ................................................................... ............................. x DAFTAR GAMBAR................................................................... ........................ xi DAFTAR SINGKATAN................................................................ .................... xii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................ ..................... xiii BAB I PENDAHULUAN............................................................... ...................... 1 1.1 Latar Belakang ............................................................. ......................... 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................ ..................... 2 1.3 Tujuan Penelitian .......................................................... ........................ 2 1.4 Manfaat Penelitian ......................................................... ....................... 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................... ................. 4 2.1 Kerangka Teori ............................................................. ........................ 4 2.1.1 Definisi Abortus ......................................................... ............ 4 2.1.2 Etiologi Abortus ......................................................... ............ 4 2.1.3 Patologi Abortus ......................................................... ........... 5 2.1.4 Klasifikasi Abortus ...................................................... .......... 6 2.1.5 Komplikasi Abortus ....................................................... ........ 8 2.1.6 Aspek Hukum dan Medikolegal Abortus Provocatus............ 8 2.2 Kerangka Konsep ............................................................ .................... 15 2.3 Definisi Operasional........................................................ .................... 16 BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. ....... 19 3.1 Desain Penelitian........................................................... ...................... 19 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................ .............. 19 ix 3.3 Populasi dan Sampel ........................................................ ................... 19 3.3.1 Populasi.................................................................. .............. 19 3.3.2 Sampel.................................................................... .............. 19 3.4 Cara Kerja Penelitian ...................................................... .................... 21 3.5 Instrumen Penelitian........................................................ .................... 21 3.6 Managemen Data ............................................................. ................... 22 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... ........ 24 4.1 Keterbatasan Penelitian..................................................... .................. 24 4.2 Data Karakteristik dan Sumber Informasi Responden........................ 24
4.3 Data Pengetahuan Responden tentang Abortus Provokatus ............... 28 4.4 Data Sikap Responden terhadap Abortus Provokatus......................... 30
4.5 Data Perilaku Seksual Pranikah yang Berkaitan dengan Abortus Provokatus ..................................................................... ....................... 32 BAB V SIMPULAN DAN SARAN........................................................ ............ 34 5.1 Simpulan ................................................................... .......................... 34 5.2 Saran....................................................................... ............................. 34 DAFTAR PUSTAKA ................................................................. ......................... 36 LAMPIRAN........................................................................ ................................. 39 DAFTAR RIWAYAT HIDUP 46 x DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Definisi Operasional.................................................. ................... 16 Tabel 2.2 Instrumen Penelitian.................................................. ................... 21 Tabel 4.1 Sebaran Responden Berdasarkan Umur.................................... ... 26 Tabel 4.2 Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ......................... 26 Tabel 4.3 Sebaran Responden Berdasarkan Agama yang Dianut ................ 26 Tabel 4.4 Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Kelas.......................... 27 Tabel 4.5 Sebaran Responden Berdasarkan Sumber Informasi tentang Abortus Provokatus ............................................................. ......... 27 Tabel 4.6 Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang Abortus Provokatus Bulan Agustus 2011 .................................... 28 Tabel 4.7 Sebaran Responden Berdasarkan Jawaban terhadap Pertanyaan Pengetahuan tentang Abortus Provokatus.................................... 29 Tabel 4.8 Sebaran Responden Berdasarkan Sikap terhadap Abortus Provokatus Bulan Agustus 2011 .................................................. 30 Tabel 4.9 Sebaran Responden Berdasarkan Jawaban terhadap Pernyataan Sikap tentang Abortus Provokatus ............................................... 31 Tabel 4.10 Sebaran Responden Berdasarkan Perilaku Seksual Pranikah Beresiko yang Berkaitan dengan Abortus Provokatus................. 32 xi DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian .......................................... .............. 15 Gambar 3.1 Cara Kerja Penelitian ............................................... .................... 21 xii DAFTAR SINGKATAN BKKBN Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional IPPF International Planned Parenthood Federation KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KTD Kehamilan yang Tidak Diinginkan MKEK Majelis Kehormatan Etika Kedokteran UNFPA United Nation Fund for Population Activities xiii DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Inform Consent....................................................... ...................... 39 Lampiran 2 Kuesioner ........................................................... .......................... 40 Lampiran 3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas................................. ............. 45 Lampiran 4 Daftar Riwayat Hidup Penulis......................................... ............. 46 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan kelompok penduduk yang cukup besar. Secara global, sekitar seperempat penduduk dunia adalah remaja, sedangkan kelompok usia remaja (10-25 tahun) berjumlah hampir separuh dari penduduk Indonesia. Remaja memiliki potensi yang besar namun bila tidak cukup perhatian potensi tersebut dapat berdampak buruk.1 Menurut Wimpie Pangkahila (2002), sebanyak 60 persen abortus yang terjadi di Indonesia dilakukan oleh remaja. Angka yang sedemikian tinggi ini bisa menjadi indikasi adanya perubahan persepsi remaja terhadap masalah seks. Pengetahuan remaja tentang masalah seks ternyata belum maju dengan masih banyaknya salah pengertian dan masih dipercayanya beberapa mitos.2 Di Indonesia ada 2.5 juta abortus, dimana 1.5 juta diantaranya adalah abortus yang dilakukan remaja. Menurut BKKBN, berdasarkan survei, 63% remaja SMP dan SMA di Indonesia pernah berhubungan seks. Sebanyak 21% diantaranya melakukan abortus. Menurut Direktur Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi BKKBN, M Masri Muadz, data itu merupakan hasil survei oleh sebuah lembaga survei yang mengambil sampel di 33 propinsi di Indonesia pada tahun 2008. Angka ini naik dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Berdasarkan penelitian 2005-2006 di kota-kota besar mulai Jabodetabek, Medan, Bandung, Surabaya, dan Makassar, ditemukan sekitar 47% hingga 54% remaja mengaku melakukan hubungan seks sebelum nikah.2,3,4 Sejalan dengan perkembangan teknologi global semakin mudah bagi remaja untuk mengakses berbagai informasi yang dapat memancing remaja untuk mengadopsi kebiasaan-kebiasan yang tidak sehat sehingga pada akhirnya secara kumulatif akan mengantarkan mereka pada perilaku seksual berisiko seperti hubungan seks sebelum menikah, kehamilan yang tidak diinginkan, abortus, serta peningkatan kejadian penyakit menular seksual. 2 Kondisi ini ada kaitan dengan kurang memadainya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi.3 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja mengenai abortus provokatus di SMAN 2 Kota Cimahi ? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Diketahuinya gambaran tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja mengenai abortus provokatus di SMAN 2 Kota Cimahi 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Peneliti dapat mengetahui karakteristik dan sumber informasi responden mengenai abortus provokatus di SMAN 2 Kota Cimahi 2. Peneliti dapat mengetahui persentase gambaran pengetahuan siswasiswi SMAN 2 Kota Cimahi mengenai abortus provokatus 3. Peneliti dapat mengetahui persentase gambaran sikap siswa-siswi SMAN 2 Kota Cimahi mengenai abortus provokatus 4. Peneliti dapat mengetahui persentase gambaran perilaku siswasiswi yang berkaitan dengan abortus provokatus di SMAN 2 Kota Cimahi. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat bagi peneliti : 1. Meningkatkan kompetensi serta pengalaman dalam melakukan sebuah penelitian ilmiah 2. Sebagai sarana aplikasi ilmu pengetahuan dalam menentukan suatu permasalahan serta merumuskan permasalahan tersebut di lingkungan masyarakat 3 3. Mendapatkan informasi mengenai tingkat pengetahuan siswa SMA di wilayah kota Cimahi tentang abortus provokatus 1.4.2 Manfaat bagi perguruan tinggi : 1. Data awal bagi penelitian-penelitian selanjutnya atau intervensi yang akan dilakukan 2. Sebagai saran bagi institusi sekolah menengah atas di wilayah kota Cimahi untuk melakukan usaha promotif dan preventif terhadap bahaya abortus provokatus pada remaja 3. Melaksanakan Tri Darma Perguruan Tinggi dalam melaksanakan fungsi atau tugas perguruan tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat 4. Meningkatkan kepedulian siswa SMA di wilayah kota Cimahi tentang bahaya abortus provokatus 5. Meningkatkan usaha komunikasi, informasi, dan edukasi tentang abortus provokatus pada siswa-siswi SMA di wilayah kota Cimahi 1.4.3 Manfaat bagi masyarakat : 1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat terutama kalangan remaja mengenai dampak-dampak negatif yang akan timbul dari perbuatan abortus provokatus kriminalis. 2. Dengan penelitian ini, diharapkan para remaja sanggup menangkal pengaruh yang merugikan bagi dirinya sendiri maupun orang lain serta mampu menghadapi tantangan secara efektif dalam kehidupannya. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Kerangka Teori 2.1.1. Definisi Abortus Abortus (aborsi, abortion) adalah berhentinya kehamilan sebelum janin mampu hidup di luar kandungan atau sebelum usia kehamilan 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.5 Adapun istilah-istilah yang digunakan untuk membedakan abortus: a. Abortus spontan: apabila abortus terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk mengosongkan uterus. Kata lain yang luas digunakan adalah keguguran (miscarriage). b. Abortus terinduksi: adalah terminasi kehamilan secara medis atau bedah sebelum janin mampu hidup (viabel). Termasuk di dalamnya adalah: 1. Therapeutic abortion: terminasi kehamilan sebelum janin mampu hidup dengan tujuan menyelamatkan nyawa ibu. 2. Eugenic abortion: terminasi yang dilakukan terhadap janin yang cacat/malformasi berat. 3. Elective abortion: interupsi kehamilan sebelum janin mampu hidup atas permintaan wanita yang bersangkutan, tetapi bukan atas alasan penyakit janin atau gangguan kesehatan ibu.5,6 2.1.2 Etiologi Abortus Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab yaitu : 1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah : a. Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X; b. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna; 5 c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan temabakau dan alkohol 2. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun 3. Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis. 4. Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.7 2.1.3 Patologi Abortus biasanya disertai oleh perdarahan ke dalam desidua basalis dan nekrosis di jaringan dekat tempat perdarahan. Ovum menjadi terlepas dan hal ini memicu kontraksi uterus yang menyebabkab ekspulsi. Apabila kantung dibuka, biasanya djumpai janin kecil yang mengalami maserasi dan dikelilingi oleh cairan, atau mungkin tidak tampak janin di dalam kantung dan disebut blighted ovum. Mola karneosa atau darah adalah suatu ovum yang dikelilingi oleh kapsul bekuan darah. Kapsul memiliki ketebalan bervariasi, dengan vili korionik yang telah berdegenerasi tersebar diantaranya. Rongga kecil di dalam yang terisi cairan tampak menggepeng dan terdistorsi akibat dinding bekuan darah lama yang tebal. Pada abortus tahap lebih lanjut, terdapat beberapa kemungkinan hasil. Janin yang tertahan dapat mengalami maserasi. Tulang-tulang tengkorak kolaps dan abdomen kembung oleh ciran yang mengandung darah. Kulit melunak dan terkelupas in utero atau dengan sentuhan ringan, meninggalkan dermis. Organ-organ dalam mengalami degenerasi dan nekrosis. Cairan amnion mungkin terserap saat janin tertekan dan mengering untuk membentuk fetus kompresus. Kadang-kadang, janin akhirnya menjadi sedemikian kering dan tertekan, yang disebut juga sebagai fetus papiraseus.5 6 2.1.4. Klasifikasi abortus Beberapa tipikal abortus dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a. Abortus spontan Abortus spontanea merupakan abortus yang berlangsung tanpa tindakan, dalam hal ini dibedakan sebagai berikut: 1. Abortus imminens, Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks. Abortus imminen adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20 minggu, tanpa ada tanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat.7 Abortus imminen adalah perdarahan atau pengeluaran secret (discharge) pervaginam yang tampak pada paruh pertama kehamilan.5 2. Abortus insipiens, merupakan peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.7 3. Abortus inkompletus, merupakan pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.7 4. Abortus kompletus, merupakan pengeluaran seluruh hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu.7 5. Missed Abortion. Hal ini didefinisikan sebagai retensi produk konsepsi yang telah meninggal in utero selama beberapa minggu.5 6. Abortus Rekuren. Keadaan ini didefinisikan menurut berbagai kriteria jumlah dan urutan, tetapi definisi yang mungkin paling luas diterima adalah abortus spontan berturut-turut selama tiga kali atau lebih.5 Seorang wanita menderita abortus rekuren/habitualis, apabila ia mengalami abortus berturutturut
3 kali atau lebih.8 b. Abortus provokatus (terinduksi) Abortus provokatus merupakan jenis abortus yang sengaja dibuat/dilakukan, yaitu dengan cara menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya bayi dianggap belum dapat 7 hidup diluar kandungan apabila usia kehamilan belum mencapai 28 minggu, atau berat badan bayi kurang dari 1000 gram, walaupun terdapat beberapa kasus bayi dengan berat dibawah 1000 gram dapat terus hidup.5,6,8 Pengelompokan Abortus provokatus secara lebih spesifik: - Abortus Provokatus Medisinalis/Artificialis/Therapeuticus, abortus yang dilakukan dengan disertai indikasi medik. Di banyak negara, induksi (terapetik) aborsi kini dianggap legal. Keadaan yang sebenarnya bervariasi akan tetapi tujuan melegalkan abortus ini adalah : . Memungkinkan semua wanita, tidak menghiraukan status sosial dan ekonomi, mendapatkan abortus yang dilakukan tenaga kesehatan profesional yang terlatih di dalam lingkungan higiene yang baik, setelah konseling. . Mengurangi frekuensi abortus ilegal. yang dilakukan dalam lingkungan yang tidak higienis, yang sering disertai angka morbiditas dan mortalitas tinggi.6 Di Indonesia yang dimaksud dengan indikasi medik adalah demi menyelamatkan nyawa ibu.9,10 Syarat-syaratnya: 1. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk melakukannya (yaitu seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan) sesuai dengan tanggung jawab profesi. 2. Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama, hukum, psikologi). 3. Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau keluarga terdekat. 4. Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/peralatan yang memadai, yang ditunjuk oleh pemerintah. 5. Prosedur tidak dirahasiakan. 6. Dokumen medik harus lengkap. 8 - Abortus Provokatus Kriminalis, abortus yang sengaja dilakukan tanpa adanya indikasi medik (ilegal). Biasanya pengguguran dilakukan dengan menggunakan alat-alat atau obat-obat tertentu.5,11 2.1.5 Komplikasi Abortus (Provokatus) Komplikasi medis yang dapat timbul : 1. Dapat terjadi refleks vagal yang menimbulkan muntah-muntah, bradikardia, dan cardiac arrest; 2. Perdarahan yang biasanya disebabkan sisa jaringan konsepsi; 3. Perforasi uterus ; 4. Luka atau robek pada serviks uteri; 5. Syok; 5. Infeksi dapat terjadi sebagai salah satu komplikasi.12 Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak diperhatikan, maka bahaya infeksi sangat besar. Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke seluruh peredaran darah, sehingga menyebabkan kematian. Bahaya lain yang ditimbulkan abortus provokatus antara lain infeksi pada saluran telur. Akibatnya, sangat mungkin tidak bisa terjadi kehamilan lagi. 5,12 2.1.6 Aspek Hukum dan Medikolegal Abortus Provocatus Criminalis Abortus telah dilakukan oleh manusia selama berabad-abad, tetapi selama itu belum ada undang-undang yang mengatur mengenai tindakan abortus. Peraturan mengenai hal ini pertama kali dikeluarkan pada tahun 4 M di mana telah ada larangan untuk melakukan abortus. Sejak itu maka undang-undang mengenai abortus terus mengalami perbaikan, apalagi dalam tahun-tahun terakhir ini di mana mulai timbul suatu revolusi dalam sikap masyarakat dan pemerintah di berbagai negara di dunia terhadap tindakan abortus.4 Hukum abortus di berbagai negara dapat digolongkan dalam beberapa kategori sebagai berikut: Hukum yang tanpa pengecualian melarang abortus, seperti di Belanda. 9 Hukum yang memperbolehkan abortus demi keselamatan kehidupan penderita (ibu), seperti di Perancis dan Pakistan. Hukum yang memperbolehkan abortus atas indikasi medik, seperti di Kanada, Muangthai dan Swiss. Hukum yang memperbolehkan abortus atas indikasi sosio-medik, seperti di Eslandia, Swedia, Inggris, Scandinavia, dan India. Hukum yang memperbolehkan abortus atas indikasi sosial, seperti di Jepang, Polandia, dan Yugoslavia. Hukum yang memperbolehkan abortus atas permintaan tanpa memperhatikan indikasi-indikasi lainnya (Abortion on requst atau Abortion on demand), seperti di Bulgaris, Hongaria, Singapura. Hukum yang memperbolehkan abortus atas indikasi eugenistis (abortus boleh dilakukan bila fetus yang akan lahir menderita cacat yang serius) misalnya di India Hukum yang memperbolehkan abortus atas indikasi humanitarian (misalnya bila hamil akibat perkosaan) seperti di Jepang Negara-negara yang mengadakan perubahan dalam hukum abortus pada umumnya mengemukakan salah satu alasan/tujuan seperti yang tersebut di bawah ini: Untuk memberikan perlindungan hukum pada para medisi yang melakukan abortus atas indikasi medik. Untuk mencegah atau mengurangi terjadinya abortus provocatus criminalis. Untuk mengendalikan laju pertambahan penduduk. Untuk melindungi hal wanita dalam menentukan sendiri nasib kandungannnya. Untuk memenuhi desakan masyarakat. Di Indonesia, baik menurut pandangan agama, Undang-Undang Negara, maupun Etik Kedokteran, seorang dokter tidak diperbolehkan untuk 10 melakukan tindakan pengguguran kandungan (abortus provokatus). Bahkan sejak awal seseorang yang akan menjalani profesi dokter secara resmi disumpah dengan Sumpah Dokter Indonesia yang didasarkan atas Deklarasi Jenewa yang isinya menyempurnakan Sumpah Hippokrates, di mana ia akan menyatakan diri untuk menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan.13 Dari aspek etika, Ikatan Dokter Indonesia telah merumuskannya dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia mengenai kewajiban umum, (pasal7d) Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk insani.13 Pada pelaksanaannya, apabila ada dokter yang melakukan pelanggaran, maka penegakan implementasi etik akan dilakukan secara berjenjang dimulai dari panitia etik di masing-masing RS hingga Majelis Kehormatan Etika Kedokteran (MKEK). Sanksi tertinggi dari pelanggaran etik ini berupa "pengucilan" anggota dari profesi tersebut dari kelompoknya. Sanksi administratif tertinggi adalah pemecatan anggota profesi dari komunitasnya.11,13 Ditinjau dari aspek hukum, pelarangan abortus justru tidak bersifat mutlak. Abortus buatan atau abortus provokatus dapat digolongkan ke dalam dua golongan yakni: 1. Abortus buatan legal Yaitu pengguguran kandungan yang dilakukan menurut syarat dan cara-cara yang dibenarkan oleh undang-undang. Alasan yang mendasar untuk melakukannya adalah untuk menyelamatkan nyawa ibu. Abortus atas indikasi medik ini diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan: PASAL 75: 1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi 2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan: 11 a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/ atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/ atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan 3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah melalui konseling dan/ atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang. 4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah. PASAL 76: Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan: a. sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari petama haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis; b. oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri; c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan; d. dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan e. penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Menteri. PASAL 77: Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung jawab serta bertentangan dengan norma agama dan ketentuan peraturan perundang-undangan.14 12 2. Abortus buatan illegal (Abortus Provocatus Criminalis) Yaitu pengguguran kandungan yang tujuannya selain untuk menyelamatkan atau menyembuhkan si ibu, dilakukan oleh tenaga yang tidak kompeten serta tidak memenuhi syarat dan cara-cara yang dibenarkan oleh undang-undang. Abortus golongan ini sering juga disebut dengan abortus provocatus criminalis karena di dalamnya mengandung unsur kriminal atau kejahatan.11 Beberapa pasal yang mengatur abortus provocatus dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP): PASAL 299 1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak empat pulu ribu rupiah. 2) Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencaharian atau kebiasaan atau jika dia seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga. 3) Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencaharian, maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencaharian. PASAL 346 Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain, untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun. PASAL 347 1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita tanpa persetujuan, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun. 2) Jika perbuatan itu menyebabkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara paling lama lima belas tahun. PASAL 348 1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seseorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan. 2) 13 Jika perbuatan tersebut mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikarenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun. PASAL 349 Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengn sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan. PASAL 535 Barang siapa secara terang-terangan mempertunjukkan suatu sarana untuk menggugurkan kandungan, maupun secara terangterangan atau tanpa diminta menawarkan, ataupun secara terang-terangn atau dengan menyiarkan tulisan tanpa diminta, menunjuk sebagai bisa didapat, sarana atau perantaraan yang demikian itu, diancam dengan kurungan paling lama tiga bulan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Dari rumusan pasal-pasal tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan : 1. Seorang wanita hamil yang sengaja melakukan abortus atau ia menyuruh orang lain, diancam hukuman empat tahun. 2. Seseorang yang sengaja melakukan abortus terhadap ibu hamil, dengan tanpa persetujuan ibu hamil tersebut diancam hukuman 12 tahun, dan jika ibu hamil itu mati diancam 15 tahun. 3. Jika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 5,5 tahun penjara dan bila ibu hamil tersebut mati diancam hukuman 7 tahun penjara. 4. Jika yang melakukan dan atau membantu melakukan abortus tersebut seorang dokter, bidan atau juru obat (tenaga kesehatan) ancaman hukumannya ditambah sepertiganya dan hak untuk praktek dapat dicabut. Meskipun dalam KUHP tidak terdapat satu pasal pun yang memperbolehkan seorang dokter melakukan abortus atas indikasi medik, sekalipun untuk menyelamatkan jiwa ibu, dalam prakteknya 14 dokter yang melakukannya tidak dihukum bila ia dapat mengemukakan alasan yang kuat dan alasan tersebut diterima oleh hakim (Pasal 48). Selain KUHP, abortus buatan yang ilegal juga diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan: PASAL 80 Barang siapa dengan sengaja melakukan tindakan medis tertentu terhadap ibu hamil yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (1) dan ayat (2), dipidana dengan penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). 15 2.2 Kerangka Konsep Kerangka konsep digunakan sebagai dasar untuk melakukan penelitian dan menjawab permasalahan yang ada. Kerangka konsep berikut ini didasarkan menurut teori perilaku yaitu Lawrence Green dan Taylor (2006) yang akan menjadi acuan untuk pembuatan kerangka konsep penelitian ini. Kerangka konsepsional yang akan menjadi pengarah dalam penelitian ini adalah karakteristik responden, pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap abortu s provokatus. Untuk lebih jelasnya dapat diterangkan sebagai berikut : - Keterpaparan informasi - Sumber media Responden : Siswa-Siswi di SMA Negeri 2 Kota Cimahi Tahun 2011 Jenis Kelamin Umur Agama Tingkat Kelas Pengetahuan mengenai abortus provokatus Sikap mengenai abortus provokatus Perilaku seksual pranikah yang berkaitan dengan aborsi Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian Terdapat tiga variabel yang ingin diketahui oleh penulis. Variabel-variabel tersebut adalah pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja terhadap abortus provokatus. Penulis akan meneliti wawasan para remaja tentang abortus provokatus melalui pengetahuannya, reaksi atau respon yang masih tertutup dari para remaja terhadap abortus provokatus, dan tindakan atau aktivitas para remaja
yang berhubungan dengan abortus provokatus. 16 Para responden tidak terlepas dari karakteristik yang dimilikinya, yaitu jenis kelamin, umur, agama dan tingkat kelas. 2.3 Definisi Operasional Tabel 2.1 Definisi operasional Variabel Definisi Alat Ukur dan cara ukur Skala Hasil Pengukuran Jenis Kelamin Jenis kelamin pada responden Kuesioner dengan angket Nominal 1. Laki-laki 2. Perempuan Umur Lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan) Agama Ajaran yg mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kpd Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yg berhubungan dng pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya Kuesioner dengan angket Kuesioner dengan angket Ordinal Nominal 1. Islam 2. Kristen Protestan 3. Kristen Katolik 4. Hindu 5. Budha Tingkat Kelas Kedudukan kelas responden di sekolah Kuesioner dengan angket Ordinal 1. Kelas X 2. Kelas XI 3. Kelas XII 17 Pengetahuan tentang abortus provokatus Sikap terhadap abortus provokatus Segala sesuatu yang diketahui oleh responden tentang abortus, seperti, definisi, jenis, penyebab, komplikasi, serta hukum abortus. Pengetahuan yang diajukan di dalam angket penilaian dari setiap jawaban benar adalah 1 dan jawaban salah adalah 0. Tanggapan responden mengenai tindakan abortus dengan pilihan : a. Sangat setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju Pengukuran dilakukan dengan skala Kuesioner dengan angket Kuesioner dengan angket Ordinal Total skor : 8 1. Baik : jika jawaban yang benar > 80% (total skor > 6) 2. Sedang : jika jawaban yag benar antara 60-80% (total skor 5-6) 3. Kurang : jika jawaban yang benar < 60% (total skor < 5) Ordinal Total skor : 24 3. Baik : jika jawaban yang benar > 80% (total skor > 19) 2. Sedang : jika jawaban yag benar antara 60-80% (total skor 15-19) 3. Kurang : jika jawaban yang benar < 60% (total skor < 15) 18 Perilaku seksual yang berkaitan dengan abortus provokatus Likert Pernah atau tidaknya tindakan yang mengarah ke kegiatan seksual. Beresiko rendah apabila responden melakukan kegiatan seperti ngobrol, nonton, jalan berduaan, pegangan tangan, berciuman pipi. Beresiko tinggi apabila responden melakukan kegiatan seperti berpelukan, berciuman mulut, berciuman leher, meraba buah dada/alat kelamin dan hubungan seksual. Kuesioner dengan angket Ordinal 1. Beresiko rendah, jika < mean 2. Beresiko tinggi, jika = mean 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian dalam penelitian ini adalah studi deskriptif dengan metode pengumpulan data secara cross sectional untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja mengenai abortus provokatus. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian bertempat di SMAN 2 Kota Cimahi dan dilaksanakan pada bulan Agustus 2011. 3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek peneliti.15 Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah siswa-siswi di SMA Negeri 2 Kota Cimahi. 3.3.2 Sampel Cara pengambilan sampel dengan metode concecutive sampling. Pengambilan data berasal dari kuesioner. Besar sampel diambil dengan menggunakan rumus sebagai berikut:16 n1 = (Za)2 x P x Q Keterangan : d2 n1 = Besar sampel minimal Za = Standar variasi, ditentukan oleh tingkat kepercayaan pada a = 0,05; Za = 1,96 P = Proporsi responden 50 %, dikarenakan belum ada data sebelumnya, maka p = 50 %. Q = 100 p D = Derajat ketepatan yang diinginkan, dalam hal ini diambil 10 %. 20 Maka besar minimal sampel adalah : n1 = (1,96)2 x 0,5 x 0,5 (0,1)2 n1 = 96 Berdasarkan rumus besar sampel di atas, maka jumlah sampel minimum yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 96 responden. Untuk mengantisipasi terdapatnya bias, maka jumlah sampel ditambahkan 10% dari besar sampel. n = 96 + 9,6 = 105,6 106 Maka jumlah sampel yang diambil untuk penelitian ini adalah 106 responden. Kriteria Inklusi dan Eksklusi a. Kriteria Inklusi . Siswa-siswi SMA Negeri 2 Kota Cimahi pada tahun 2011 . Bersedia untuk menjadi sampel penelitian . Mengisi inform consent dengan benar . Mengisi kuesioner dengan lengkap b. Kriteria Eksklusi . Siswa-siswi SMA Negeri 2 Kota Cimahi yang tidak hadir saat pengambilan data. 21 3.4 Cara Kerja Penelitian Siswa-siswi SMAN 2 Cimahi Informed consent Ya Tidak Wawancara dengan menggunakan kuesioner Pengumpulan dan pengolahan data dengan SPSS for windows 16.0 Skoring Pengetahuan Sikap Perilaku Baik Sedang Kurang Resiko Rendah Resiko Tinggi Gambar 3.1 Cara Kerja Penelitian 3.5 Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan peneliti untuk memperoleh data dalam penelitian ini, yaitu kuesioner. Tabel 2.2 Instrumen Penelitian Variabel Indikator No.Butir kuesioner Jumlah pertanyaan Pengetahuan a. Definisi aborsi 1 8 22 remaja terhadap aborsi Sikap remaja b. Jenis aborsi c. Penyebab aborsi d. Dampak aborsi e. Aspek hukum dan medikolegal aborsi 2,3 4 7 5,6,8 terhadap aborsi 1-6 6 Perilaku remaja yang berkaitan dengan aborsi 1-10 10 3.6 Menagemen Data Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS (statistic for social science) versi 16.0. Pengolahan data dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut : A. Menyunting Data (data editing) Editing dilakukan setiap kali responden selesai mengisi kuesioner. Bila ada kesalahan atau yang tidak lengkap peneliti kembali menemui responden untuk klarifikasi, Editing ini dilakukan untuk memeriksa kelengkapan dan kebenaran data seperti kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian, konsistensi pengisian setiap jawaban kuesioner. B. Mengkode data (data coding) Proses pemberian kode kepada setiap variabel yang telah dikumpulkan untuk memudahkan dalam memasukkan. C. Memasukkan data ( data entry) Memasukkan data yang telah diberikan kode dalam program software computer. D. Membersihkan data ( data cleaning) Setelah data dimasukkan dilakukan pengecekan kembali untuk memastikan data tersebut tidak ada yang salah sehingga dengan demikian data tersebut telah siap diolah dan dianalisis. 23 E. Memberikan nilai data (data scoring) Penilaian data dilakukan dengan pemberian skor terhadap jawaban yang menyangkut variabel pengetahuan, variabel sikap dan variabel perilaku. Untuk mengetahui gambaran distribusi frekuensi dan proporsi dari tiap variabel yang diteliti, yaitu variabel dependen dan independen, akan digunakan analisis univariat. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tekstular dan tabular. 24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan terhadap siswa-siswi SMA Negeri 2 Kota Cimahi pada bulan Agustus tahun 2011. Besar sampel yang dikumpulkan sebanyak 106 subyek. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja tentang abortus provokatus melalui alat ukur kuesioner. Penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya di SMAN 2 Kota Cimahi. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini telah divalidasi dimana dilakukan pengambilan subyek sebanyak 30 responden. Validasi dilakukan dengan menggunakan program ITEMAN untuk pertanyaan pengetahuan dan program SPSS versi 16.0 untuk pertanyaan sikap dan perilaku. Didapatkan perubahan redaksi pada pertanyaan pengetahuan nomor 3, 4, dan 6 karena redaksi pada kuesioner sebelumnya kurang dapat dimengerti oleh responden serta eliminasi pertanyaan pengetahuan nomor 7. Adapun pernyataan sikap dan perilaku didapatkan hasil yang baik atau valid. 4.1. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Keterbatasan-keterbatasan tersebut, antara lain: 1. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional atau desain potong lintang yang hanya menggambarkan variabel yang diteliti, baik independen maupun dependen pada waktu yang sama serta tidak dilihat adanya hubungan sebab akibat. 2. Subyek dalam penelitian ini hanya terdiri dari siswa kelas 1 dan 3 sehingga kurang mewakili suatu populasi terjangkau. 25 4.2. Data Karakteristik dan Sumber Informasi Responden Karakteristik responden yang meliputi umur, jenis kelamin, agama, tingkat kelas, tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua. dan sumber informasi tentang aborsi. Pengaruh umur terhadap tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku bervariasi. Umumnya pada usia muda lebih mudah menerima suatu informasi sebagai penambah pengetahuan.18 Di Indonesia, agama mempengaruhi terbentuknya pendapat publik untuk isu seperti aborsi. Penelitian terhadap 105 tokoh agama Islam, Katholik dan agama Kristen lainnya di Yogyakarta mencerahkan pandangan tentang aborsi dari kelompok-kelompok agama di Indonesia. Tokoh-tokoh agama Islam, walaupun pada umumnya konservatif, cenderung mempunyai pandangan yang lebih toleran terhadap aborsi dibandingkan dengan tokoh-tokoh agama dari agama Kristen.19 Seseorang dengan pendidikan tinggi (dalam hal ini adalah tingkat kelas) diharapkan mempunyai pengetahuan, sikap, dan perilaku yang lebih baik bila dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikan yang lebih rendah.18 Sumber informasi sangat berperan terhadap tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku seseorang. Materi informasi yang sederhana, metode yang terarah dan diberikan oleh orang yang berkompeten dalam hal tersebut akan lebih mudah diserap oleh seseorang sehingga akan berpengaruh pula terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku.18 Dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Jurnalis Uddin pada sekelompok remaja yaitu mahasiswa kedokteran di rumah sakit kabupaten (RSUD) Serang tahun 2004, dinyatakan bahwa pengetahuan mereka mengenai definisi medis aborsi, angka aborsi dan kematian ibu di Indonesia dan aspek hukum aborsi, sangat rendah.9 Hasil penelitian lainnya yang dilakukan oleh Tri Rejeki Andayani di UNDIP Semarang tahun 2006, dinyatakan bahwa ada korelasi positif antara perilaku seksual pranikah dengan sikap terhadap aborsi, tetapi tidak ada perbedaan sikap terhadap aborsi antara pria dan wanita.20 Namun, dalam penelitian ini tidak dilakukan analisis lebih lanjut mengenai hubungan karakteristik responden dengan pengetahuan, sikap, serta perilaku. 26 Dalam penelitian ini, hanya dipaparkan mengenai sebaran karakteristik responden sebagai berikut : Tabel 4.1. Sebaran Responden Berdasarkan Umur Umur (tahun) Jumlah Persentase (%) 14 8 7,6 15 38 35,8 16 26 24,5 17 34 32,1 Total 106 100,0 Tabel 4.1 memperlihatkan sebaran umur dari 106 responden. Sebagian besar responden yaitu sebanyak 38 responden (35% ) berumur 15 tahun, 34 responden (32,1%) berumur 17 tahun, 26 responden (24,5%) berumur 26 tahun dan 8 responden (7,6%) berumur 14 tahun. Belum ada data atau penelitian sebelumnya. Tabel 4.2. Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%) Laki-laki 43 Perempuan 63 40,6 59,4 Total 106 100,0 Tabel 4.2. memperlihatkan sebaran jenis kelamin responden. Dalam penelitian ini, diketahui sebanyak 63 responden (59,4%) adalah perempuan dan 43 responden (40,6%) adalah laki-laki. Belum ada data atau penelitian sebelumnya. Tabel 4.3. Sebaran Responden Berdasarkan Agama yang Dianut Agama Jumlah Persentase (%) Islam 99 93,4 Protestan 7 6,6 Katolik 0 0 Hindu 0 0 Budha 0 0 Total 106 100,0 Tabel 4.3. memperlihatkan sebaran agama responden. Diketahui sebanyak 99 responden (93,4%) adalah beragama Islam dan 7 responden (6,6%) beragama Kristen Protestan. Tidak ada responden yang beragama Katolik, Hindu atau Budha. Belum ada data atau penelitian sebelumnya. 27 Tidak Tidak Tidak Radio Tidak Tidak Tidak 77 96 23 79 82 86 Tabel 4.4. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Kelas Tingkat Kelas Jumlah Persentase (%) Kelas X 48 Kelas XII 58 45,3 54,7 Total 106 100,0 Tabel 4.4. memperlihatkan sebaran tingkat kelas responden. Diketahui sebanyak 58 responden (54,7%) duduk di kelas XII dan 48 responden (45,3%) duduk di kelas X. Dalam penelitian ini, siswa yang duduk di kelas XI tidak diikutkan sebagai responden karena saat pengambilan data, siswa kelas XI tersebut tidak mengikuti kegiatan belajar di sekolah. Belum ada data atau penelitian sebelumnya. Tabel 4.5. Sebaran Responden Berdasarkan Sumber Informasi tentang Aborsi Sumber Informasi Jawaban Jumlah Persentase (%) . Orang Tua Ya 7 Tidak 99 6,6 93,4 Total 106 100,0 . Koran Ya 29 27,4 72,6 Total 106 100,0 . Majalah Ya 10 9,4 90,6 Total 106 100,0 . Buku Ya 9 Tidak 97 8,5 91,5 Total 106 100,0 . Televisi Ya 83 78,3 21,7 Total 106 100,0 . Ya Tidak 5 101 4,7 95,3 Total 106 100,0 . Internet Ya 27 25,5 74,5 Total 106 100,0 . Teman Sebaya Ya 24 22,6 77,4 Total 106 100,0 . Guru Kelas Ya 20 18,9 81,1 Total 106 100,0 28 Tabel 4.5. memperlihatkan sebaran sumber informasi yang didapatkan responden tentang aborsi. Diketahui sumber informasi yang terbanyak didapatkan dari televisi yang dinyatakan oleh 83 responden (78,3%), 29 responden (27,4%) dari koran, 27 responden (25,5%) dari internet, 24 responden (22,6%) dari teman sebaya, 20 responden (18,9%) dari guru kelas, 10 responden (9,4%) dari majalah, 9 responden (8,5%) dari buku, 7 responden (6,6%) dari orang tua dan 5 responden (4,7%) mendapatkan sumber informasi dari radio. Dalam penelitian ini, setiap responden boleh memilih lebih dari satu sumber informasi yang mereka dapatkan tentang aborsi. Pemberian pendidikan masyarakat mengenai isu aborsi akan menghasilkan dukungan masyarakat, yang sangat diperlukan untuk mengimplementasikan pelayanan kesehatan reproduksi masyarakat khususnya bagi remaja. Dengan pendidikan masyarakat juga akan meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai resiko dan pencegahan aborsi dan menurunkan persepsi yang salah akan aborsi sehingga diharapkan juga dapat berkontribusi pada upaya penurunan angka KTD dan permintaan aborsi. Meningkatkan pengetahuan dan dukungan masyarakat dapat dilakukan secara efektif melalui kampanye media menggunakan media surat kabar, majalah, TV, atau radio.9 4.3. Data Pengetahuan Responden tentang Abortus Provokatus Tabel 4.6. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang Abortus Provokatus Bulan Agustus 2011 Variabel Kategori Jumlah Persentase (%) Pengetahuan Baik 34 32,1 Sedang 54 50,9 Kurang 18 17,0 Total 65 100,0 Tabel 4.6. memperlihatkan sebaran tingkat pengetahuan responden tentang abortus provokatus. Diketahui sebanyak 34 responden (32,1%) memiliki tingkat pengetahuan yang baik, 54 responden (50,9%) memiliki tingkat pengetahuan sedang dan 18 responden (17,0%) memiliki tingkat pengetahuan rendah. Pengetahuan responden tentang abortus provokatus dihitung berdasarkan skor yang diperoleh oleh responden atas 8 pertanyaan dalam kuesioner. Skor nilai 29 pengetahuan responden tertinggi 7 dan nilai terendah 1. Untuk pengolahan lebih lanjut (analisis), maka skor nilai pengetahuan responden tersebut dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu pengetahuan baik, sedang, dan kurang. Tabel 4.7. Sebaran Responden Berdasarkan Jawaban terhadap Pertanyaan Pengetahuan tentang Aborsi Pertanyaan Pengetahuan Jawaban Jumlah Persentase (%) 1. Definisi Aborsi Benar Salah 2 104 1,9 98,1 Total 106 100,0 2. Jenis-Jenis Aborsi Benar 81 Salah 25 76,4 23,6 Total 106 100,0 3. Aborsi Buatan Kriminalitas Benar 61 Salah 45 57,5 42,5 Total 106 100,0 4. Penyebab Aborsi pada Remaja Benar 86 Salah 20 81,1 18,9 Total 106 100,0 5. Penolong Aborsi yang Aman (Sesuai Indikasi Medis) Benar 99 Salah 7 93,4 6,6 Total 106 100,0 6. Teknik Aborsi Beresiko Tinggi Benar 86 Salah 20 81,1 18,9 Total 106 100,0 7. Dampak Psikologis bagi Pelaku Aborsi Benar 98 Salah 8 92,5 7,5 Total 106 100,0 8. Aspek Hukum Aborsi di Indonesia Benar 68 Salah 38 64,2 35,8 Total 106 100,0 Tabel 4.7. memperlihatkan sebaran jawaban responden terhadap pertanyaan pengetahuan tentang aborsi. Hanya sebanyak 2 responden (1,9%) mengetahui bahwa definisi aborsi adalah berhentinya kehamilan sebelum janin mampu hidup di luar kandungan atau sebelum usia kehamilan 5 bulan. 81 responden (76,4%) mengetahui bahwa jenis-jenis aborsi adalah aborsi spontan dan buatan. 61 responden (57,5%) mengetahui bahwa aborsi yang dilakukan dengan sengaja tanpa alasan kesehatan atau medis disebut aborsi buatan kriminalitas. 86 responden (81,1%) mengetahui bahwa penyebab tersering remaja melakukan tindakan aborsi adalah KTD, belum menikah, serta adanya pasangan yang tidak mau bertanggung jawab. 99 responden (93,4%) mengetahui bahwa penolong aborsi (sesuai dengan indikasi medis) yang aman adalah dokter spesialis 30 kandungan. 86 responden (81,1%) mengetahui bahwa teknik aborsi beresiko tinggi adalah penggunaan ramuan, pijatan pada rahim, dan penggunaan obatobatan. 98 responden (92,5%) mengetahui bahwa dampak psikologis bagi pelaku aborsi adalah ketegangan mental, perasaan bersalah, depresi, serta stress. Sebanyak 68 responden (64,2%) mengetahui bahwa menurut hukum di Indonesia seseorang yang sengaja melakukan aborsi akan dikenai hukum pidana. Dalam penelitian ini, sebanyak 54 responden memiliki tingkat pengetahuan yang sedang tentang aborsi. Hal ini dapat terlihat dari sebaran jawaban atas pertanyaan pengetahuan, lebih dari 50% responden menjawab benar hampir dari seluruh pertanyaan. Dibandingkan dengan hasil penelitian Jurnalis Uddin tahun, secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden tidak dapat menjawab dengan benar tentang definisi aborsi yang mendekati definisi medis yang resmi. Pada responden belum menikah di wilayah perkotaan, jawaban yang paling umum (34%) adalah bahwa aborsi merupakan penghentian kehamilan sejak usia kehamilan 0 hingga 5 bulan. Sementara, di pedesaan 38,5% menjawab aborsi adalah penghentian kehamilan hingga usia janin 3 bulan.9 Namun, dalam penelitian ini, hanya sebanyak 2 responden (1,9%) mengungkapkan definisi aborsi yang mendekati definisi medis yang resmi (berhentinya kehamilan sebelum janin mampu hidup di luar kandungan atau sebelum usia kehamilan 5 bulan). 4.4. Data Sikap Responden terhadap Abortus Provokatus Tabel 4.8. Sebaran Responden Berdasarkan Sikap terhadap Abortus Provokatus Bulan Agustus 2011 Variabel Kategori Jumlah Persentase (%) Sikap Baik 56 52,8 Sedang 44 41,5 Kurang 6 5,7 Total 106 100,0 Tabel 4.8. memperlihatkan sebaran sikap responden terhadap aborsi. Diketahui sebanyak 56 responden (52,8%) memiliki sikap yang baik, 44 31 responden (41,5%) memiliki sikap sedang dan 6 responden (5,7%) memiliki sikap yang kurang. Pengukuran sikap dilakukan dengan memberikan 6 pertanyaan. Diharapkan responden memberikan respon terhadap pernyataan dengan memilih lima alternatif jawaban yang disediakan, yaitu: sangat tidak setuju, tidak setuju, ra guragu, setuju dan sangat setuju. Pada pernyataan sikap, dari 6 buah pernyataan seluruhnya merupakan pernyataan negatif. Skor nilai sikap responden tertinggi 24 dan nilai terendah 2 . Untuk pengolahan lebih lanjut (analisis), maka skor nilai pengetahuan responden tersebut dikategorikan menjadi tiga kelompok kelompok, yaitu sikap baik, sedang,
dan kurang. Tabel 4.9. Sebaran Responden Berdasarkan Jawaban terhadap Pernyataan Sikap tentang Aborsi Pernyataan Sikap Jawaban Jumlah Persentase (%) 1. Kehamilan diluar nikah sebaiknya diakhiri dengan aborsi STS TS RS SS 64 60,4 39 36,8 2 1,9 0 0 1 0,9 Total 106 100,0 2. Remaja belum menikah boleh melakukan aborsi untuk mengakhiri kehamilan STS TS RS SS 52 49,1 45 42,5 7 6,5 2 1,9 0 0 Total 106 100,0 Jika sahabat hamil diluar nikah boleh 3. melakukan aborsi untuk mengakhiri kehamilan STS TS RS SS 38 35,8 47 44,3 18 17,1 3 2,8 0 0 Total 106 100,0 4. Jika kakak/adik perempuan hamil di luar nikah boleh melakukan aborsi STS TS RS SS 47 44,3 42 39,6 15 14,2 0 0 2 1,9 Total 106 100,0 Bila anda seorang wanita mengalami 5. kehamilan oleh pacar, maka untuk mengakhiri kehamilan, aborsi adalah tindakan tepat STS TS RS SS 49 46,3 38 35,8 17 16,1 1 0,9 1 0,9 Total 106 100,0 6. Bila anda seorang pria mempunyai kekasih STS 48 46,3 32 dengan KTD, maka untuk mengakhiri TS 39 35,8 kehamilan, aborsi adalah tindakan tepat R 17 16,1 S 1 0,9 SS 1 0,9 Total 106 100,0 Tabel 4.9. memperlihatkan sebaran sikap responden terhadap pernyataan tentang aborsi. Sebanyak 64 responden (60,4%) sangat tidak setuju bila kehamilan
diluar nikah sebaiknya diakhiri dengan aborsi, 52 responden (49,1%) sangat tidak
setuju bila remaja belum menikah boleh melakukan aborsi untuk mengakhiri kehamilannya, 47 responden (44,3%) tidak setuju jika sahabat hamil diluar nikah boleh melakukan aborsi untuk mengakhiri kehamilannya, 47 responden (44,3%) sangat tidak setuju jika kakak/adik perempuan hamil di luar nikah berniat melakukan aborsi untuk mengakhiri kehamilannya, 49 responden (46,3%) sangat tidak setuju bila responden seorang wanita lalu mengalami kehamilan oleh pacar, aborsi adalah tindakan tepat untuk mengakhiri kehamilan, dan 48 responden (46,3%) sangat tidak setuju bila responden seorang pria mempunyai kekasih dengan kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi adalah tindakan tepat untuk mengakhiri kehamilan. Dalam penelitian ini, sebanyak 56 responden memiliki sikap yang baik tentang aborsi. Tetapi, dalam hasil penelitian ini, dimungkinkan dapat terjadi b ias informasi, apakah pernyataan sikap setuju itu benar-benar berdasarkan pengetahuan responden atau hanya berdasarkan informasi dari lingkungannya. 4.5. Data Perilaku Seksual Pranikah yang Berkaitan dengan Abortus Provokatus Tabel 4.10. Sebaran Responden Berdasarkan Perilaku Seksual Pranikah Beresiko yang Berkaitan dengan Aborsi Variabel Kategori Jumlah Persentase (%) Perilaku Seksual Pranikah Resiko Rendah Resiko Tinggi 102 4 96,2 3,8 Total 106 100,0 Tabel 4.10. memperlihatkan sebaran perilaku seksual pranikah beresiko yang berkaitan dengan aborsi. Diketahui sebanyak 102 responden (96,2%) 33 memiliki perilaku seksual beresiko rendah dan 4 responden (3,4%) memiliki perilaku seksual beresiko tinggi. Perilaku seksual responden yang berkaitan dengan aborsi dilihat dari beberapa pertanyaan mengenai pernah atau tidaknya responden melakukan tindakan yang mengarah ke kegiatan seksual beresiko. Responden diperkenankan untuk memilih lebih dari satu jawaban. Untuk pengolahan lebih lanjut (analisis),
maka jawaban tersebut dikategorikan menjadi dua kelompok, yaitu perilaku seksual beresiko rendah dan beresiko tinggi. Perilaku seksual pranikah remaja (adolescent premarital sexual) dipahami sebagai perilaku remaja yang didasari dorongan seksual atau kegiatan mendapatkan kesenangan pada organ seksual melalui berbagai perilaku. Contoh perilakunya, antara lain adalah berfantasi, masturbasi, berpegangan tangan, cium
pipi, berpelukan, cium bibir, petting, dan berhubungan intim (intercourse).21 Kehamilan yang tidak dinginkan pada remaja (adolescent unwanted pregnancy) dipahami sebagai kehamilan yang tidak direncanakan dan terjadi di luar pernikahan akibat dari hubungan seks pranikah yang dilakukan oleh remaja.22
Sebagian besar dari remaja yang hamil mengatasi kehamilan yang tidak diinginkan itu dengan cara menggugurkannya. Angka untuk ini relatif cukup tinggi, mencapai 63,4 persen dan didalamnya termasuk 6,4 persen yang gagal melakukan penguguran kandungan. Dalam hal ini, tampaknya para remaja yang mengalami kehamilan sebelum menikah belum siap dan belum dapat menerima kejadian yang menimpa mereka. Hal ini dapat ditunjukkan dengan banyak jalan keluar yang ditempuh oleh remaja yang terlanjur hamil sebelum mereka menikah. Solusi lain selain aborsi untuk mengatasi kehamilan pranikah adalah meneruskan kehamilannya. Tercatat 31,7 persen remaja perempuan yang karena tidak ingin menambah dosa yang telah dilakukan, tetap mempertahankan kehamilannya meskipun belum menikah.1,23 34 BAB V SIMPULAN dan SARAN 5.1. Simpulan 1. Sebanyak sebanyak 38 responden (35% ) berumur 15 tahun, 34 responden (32,1%) berumur 17 tahun, 26 responden (24,5%) berumur 26 tahun dan 8 responden (7,6%) berumur 14 tahun. 2. Sebanyak 63 responden (59,4%) adalah perempuan dan 43 responden (40,6%) adalah laki-laki. 3. Sebanyak 99 responden (93,4%) adalah beragama Islam dan 7 responden (6,6%) beragama Kristen Protestan. 4. Sebanyak 58 responden (54,7%) duduk di kelas XII dan 48 responden (45,3%) duduk di kelas X. 5. Sebanyak 83 responden (78,3%) mendapat informasi dari televisi, 29 responden (27,4%) dari koran, 27 responden (25,5%) dari internet, 24 responden (22,6%) dari teman sebaya, 20 responden (18,9%) dari guru kelas, 10 responden (9,4%) dari majalah, 9 responden (8,5%) dari buku, 7 responden (6,6%) dari orang tua dan 5 responden (4,7%) mendapatkan sumber informasi dari radio. 6. Sebanyak 54 responden (50,9%) memiliki tingkat pengetahuan sedang, 34 responden (32,1%) memiliki tingkat pengetahuan yang baik, dan 18 responden (17,0%) memiliki tingkat pengetahuan rendah. 7. Sebanyak 56 responden (52,8%) memiliki sikap yang baik, 44 responden (41,5%) memiliki sikap sedang (cenderung ke sikap yang positif) dan 6 responden (5,7%) memili sikap yang kurang 8. Sebanyak 102 responden (96,2%) memiliki perilaku seksual beresiko rendah dan 4 responden (3,4%) memiliki perilaku seksual beresiko tinggi. 5.2. Saran Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka perlu diadakan : 1. Pendidikan terhadap remaja. Pemberian pendidikan terhadap remaja mengenai isu aborsi dan pendidikan kesehatan reproduksi diharapkan dapat 35 membantu memberi pengertian pada mereka tentang pencegahan dan resiko yang berkaitan dengan hubungan seksual pranikah beresiko tinggi, kehamilan yang tidak diinginkan, serta aborsi. Dalam hal ini, sinergisme antara keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat tetap harus dioptimalkan. 2. Menambahkan ilmu/pendidikan mengenai kesehatan reproduksi khususnya mengenai aborsi di dalam kurikulum sekolah. Secara medis impuls seksual remaja SMA sulit dikendalikan. Kondisi ini semakin memburuk bila pengetahuan tentang kesehatan reproduksi khususnya aborsi masih kurang. Kurikulum pendidikan sekolah yang tidak sampai menyentuh persoalan ini ditambah dengan perkembangan teknologi yang dahsyat, kesibukan orang tua dan lingkungan pergaulan yang bebas merupakan kondisi-kondisi yang mendukung terjadinya perilaku seksual pranikah beresiko tinggi, kehamilan yang tidak diinginkan, serta aborsi. 3. Mendekatkan remaja terhadap ajaran agama. Perubahan paradigma pendidikan untuk mencetak generasi yang pandai sudah sewajarnya diubah dengan memberi bekal moral dan pendidikan agama. Dengan adanya bekal yang lebih kuat pada moral dan agama, diharapkan mereka tidak hanya sekadar tahu apa yang seharusnya dilakukan, tetapi mereka juga tahu apa yang tidak boleh dilakukan. Lingkungan yang sehat moral dan peningkatan akhlak melalui pendidikan agama di sekolah maupun di lingkungan rumah semakin berperan penting dalam mendukung perkembangan zaman yang semakin mengikis moralitas remaja. Firman Allah SWT : Artinya : Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. (Al Israa.: 32). 24 36 DAFTAR PUSTAKA 1. Pitoyo Agus Joko, dkk. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM; 2010. 2. Wimpie Pangkahila. Sebanyak 60 Persen Aborsi Dilakukan Remaja. 2002. Available from: http://www.kompas.com/kompascetak/ 0207/22/daerah/seba19.htm 3. Utomo, Budi et al. Incidence and Social-Psychological Aspects of Abortion in Indonesia: A Community-Based Survey in 10 Major Cities and 6 Districts, Year 2000. Jakarta: Center for Health Research University of Indonesia; 2001. 4. World Health Organization. Unsafe Abortion: Global and Regional Estimates of Incidence of and Mortality due to Unsafe Abortion with a Listing of Available Country Data 3rd Edition. Geneva: Division of Reproductive Health (Technical Support) WHO; 1998. 5. Cunningham F Gary, et al. Williams Obstetrics 22th Ed. New York: McGraw-Hill; 2007. 6. Derek Llewellyn, Jones. Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi Edisi 6. Jakarta: Hipokrates; 2001. 7. Mansjoer Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius; 2001. 8. Wiknjosastro Hanifa, Abdul Bari Saifudin, Trijatmo Rachimhadhi. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 1999. 9. Uddin Jurnalis, dkk. Pengetahuan, Sikap dan Praktik Aborsi di Indonesia. Jakarta: Mitra INTI Foundation; 2004. 10. Dewi, Made Heny Urmila. Abortus Pro dan Kontra di Kalangan Petugas Kesehatan. Jogjakarta: Pusat Penelitian Kependudukan UGM; 1997. 37 11. Apuranto H, Hoediyanto. Ilmu Kedokteran Forensik Dan Medikolegal. Surabaya: Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran UNAIR; 2006. 12. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2002. 13. Hanafiah, M Jusuf, Amri Amir. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan Edisi 4. Jakarta: EGC; 2008. 14. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. (Diunduh pada tanggal 30 Juli 2011). Diakses dari : http://www.pppl.depkes.go.id/_asset/_regulasi/UU_36_Tahun_2009%5B1%5 D.pdf 15. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta; 2002. 16. Dahlan, M Sopiyudin. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika; 2009. 17. Ruslijanto H, Haryanto AG, Datu M. Metode Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah. Jakarta: EGC; 2000. 18. Effendi Fikri. Faktor-faktor yang Mempegaruhi Pengetahuan Sikap dan Perilaku dalam Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu-ibu tentang Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di RW 05 Kelurahan Kayu Putih Tahun 1996 [Laporan Hasil Penelitian]. Jakarta : Bagian Kedokteran Komunitas FKUI; 1996. 19. Andari B dkk. Aborsi dalam Perspektif Lintas Agama. Yogyakarta: Kerjasama Ford Foundation dengan Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada; 2005. 20. Andayani Tri Rejeki. Perilaku Seksual Pranikah dan Sikap terhadap Aborsi. Semarang: FK UNDIP; 2006. 21. Imran, Irawati. Perkembangan Seksualitas Remaja. Jakarta: Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia bekerjasama dengan United Nation Fund for 38 Population Activities (UNFPA), International Planned Parenthood Federation (IPPF), dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN); 2002. 22. Munajat, Nanang. Resiko Reproduksi Remaja. Jakarta: Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) bekerja sama dengan United Nation Fund for Population Activities (UNFPA), International Planned Parenthood Federation (IPPF) dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). 23. Irianto, Sulistyowati. Perempuan & Hukum: Menuju Hukum yang Berperspektif Kesetaraan dan Keadilan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia; 2006. 24. Al-Qur.anul Karim : Surat Al-Israa.: ayat 32 39 FORMULIR PERSETUJUAN (INFORM CONSENT) Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Ilmu Kedokteran dan Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Lampiran 1 Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Usia : Setelah mendapatkan keterangan secukupnya serta menyadari manfaat dari penelitian tersebut di bawah ini yang berjudul : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Remaja Mengenai Abortus Provokatus di SMAN 2 Kota Cimahi Tahun 2011 Dengan sukarela menyetujui diikutsertakan dalam penelitian di atas dengan catatan bila suatu waktu merasa dirugikan dalam bentuk apa pun, berhak membatalkan persetujuan ini serta berhak mengundurkan diri. Jakarta, ..2011 Mengetahui Peneliti ( Yan Ardiansyah ) Yang menyetujui, Peserta ( ) 40 No. Kuesioner : Petunjuk Pengisian : Lampiran 2 1. Silahkan anda isi kuesioner di bawah ini dengan jujur sesuai dengan keadaan yang sebenarnya 2. Bacalah setiap pertanyaan dengan teliti dan cermat. Tidak perlu bertanya kepada teman-teman anda di sekolah karena hasil diharapkan murni dari jawaban pribadi dan akan DIRAHASIAKAN 3. Selamat bekerja !!! I. Identitas dan Karakter Responden 1. Jenis Kelamin : 2. Tanggal lahir/umur : 3. Agama : 4. Kelas : 5. Asal daerah (Suku) : II. Faktor Keluarga 1. Pendidikan Ayah : 2. Pendidikan Ibu : 3. Pekerjaan Ayah : 4. Pekerjaan Ibu : 5. Apakah pernah berdiskusi tentang aborsi dengan keluarga dalam 6 bulan terakhir ini ? 1. Pernah 2. Tidak pernah (teruskan ke bagian III) 6. Bila pernah dengan siapa ? 1. Ayah 2. Ibu 3. Saudara pria atau wanita 7. Kapan anda membicarakan topik pada nomor 2 ? 1. Setiap ada kesempatan 2. Waktu makan malam 3. Waktu makan siang III. Lingkungan sosial 1. Apakah anda pernah mendengar istilah tentang aborsi dari media massa ? (6 bulan terakhir) a. Ya b. Tidak (teruskan ke no.3) 2. Jika ya, darimana anda paling sering mendengar istilah aborsi ? (Jawaban boleh lebih dari 1) 1. Koran 2. Majalah 3. Buku-buku 4. Televisi 5. Radio 41 6. Internet 3. Pernahkah anda membicarakan masalah aborsi dengan teman sebaya ? (6 bulan terakhir) a. Ya b. Tidak (teruskan ke no. 6) 4. Seberapa sering anda dalam membicarakan masalah aborsi dengan teman sebaya ? a. Sering (> 1 kali seminggu) b. Kadang-kadang (1-3 kali sebulan) c. Jarang (1 kali dalam 6 bulan) d. Tidak pernah 5. Kapan waktu anda mendiskusikan tentang topik pada nomor 3 dengan teman anda? a. Waktu belajar di sekolah c. Saat istirahat b. Belajar kelompok d. Bila diperlukan 6. Pernahkah anda membicarakan masalah aborsi dengan guru di sekolah? (6 bulan terakhir) a. Ya b. Tidak (teruskan ke bagian IV) 7. Seberapa sering anda dalam membicarakan masalah aborsi dengan guru ? a. Sering (> 1 kali seminggu) b. Kadang-kadang (1-3 kali sebulan) c. Jarang (1 kali dalam 6 bulan) d. Tidak pernah 8. Kapan waktu anda mendiskusikan tentang topik ini dengan guru sekolah ? a. Waktu belajar di sekolah c. Saat istirahat b. Belajar kelompok d. Bila diperlukan IV. Pengetahuan tentang Aborsi Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan melingkari salah satu jawaban yang menurut anda paling tepat 1. Apa yang dimaksud dengan aborsi ? a. Menghilangkan janin dalam rahim b. Suatu tindakan untuk mengugurkan janin yang tidak dikehendaki c. Berhentinya kehamilan sebelum janin mampu hidup di luar kandungan atau sebelum usia kehamilan 5 bulan d. Menggugurkan kandungan secara paksa e. Bukan salah satu di atas 2. Apakah jenis-jenis aborsi ? a. Aborsi spontan b. Aborsi buatan c. Aborsi buatan medis d. Aborsi buatan kriminalitas e. Semua benar 42 a. Hukum Pidana d. Hukum Adat b. Hukum Perdata e. Hukum Agama c. Hukum Masyarakat 3. Aborsi yang dilakukan dengan sengaja tanpa alasan kesehatan atau medis disebut dengan : a. Aborsi spontan b. Aborsi buatan medis c. Aborsi buatan kriminalitas d. Aborsi komplit e. Aborsi tidak komplit 4. Penyebab aborsi yang sering dilakukan oleh remaja : a. Kehamilan yang tidak diinginkan b. Belum menikah c. Pasangan tidak mau bertanggung jawab d. Semua benar 5. Aborsi yang aman (dengan indikasi medis ) dapat dilakukan oleh : a. Perawat d. Dokter umum b. Bidan e. Mantri c. Dokter Spesialis Kandungan 6. Tindakan aborsi yang beresiko tinggi : a. Penggunaan ramuan b. Pijatan pada rahim c. Penggunaan obat-obatan d. Semua benar 7. Dampak psikologis bagi seseorang yang telah menjalani aborsi adalah: a. Ketegangan mental d. Stress b. Perasaan bersalah e. Semua benar c. Depresi 8. Seseorang yang sengaja melakukan aborsi, menurut Hukum Indonesia dapat dihukum : V. Perilaku 1. Apakah anda dulu atau saat ini memiliki hubungan setia/pacaran ? 1. Ya 2. Tidak (jika tidak, lanjutkan ke No. 3) 2. Bila ya, apa yang boleh/pernah anda lakukan dengan teman setia/pacar anda ? (jawaban boleh lebih dari satu) a. Ngobrol f. Berpelukan b. Nonton g. Berciuman mulut c. Jalan-jalan berduaan di tempat sepi h. Berciuman leher d. Pegangan tangan i. Meraba buah dada/alat kelamin e. Berciuman pipi j. Hubungan seksual 3. Bila tidak punya pacar apakah anda pernah melakukan hal hal seperti di bawah ini dengan lawan jenis ? (jawaban boleh lebih dari satu) a. Ngobrol f. Berpelukan 43 b. Nonton g. Berciuman mulut c. Jalan-jalan berduaan di tempat sepi h. Berciuman leher d. Pegangan tangan i. Meraba buah dada/alat kelamin e. Berciuman pipi j. Hubungan seksual VI. Sikap terhadap Aborsi Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberikan tanda ceklist (.) pada tempat yang telah sediakan No. PERNYATAAN Sangat Setuju Setuju Ragu-Ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju 1 Kehamilan diluar nikah sebaiknya diakhiri dengan aborsi 2 Bila remaja belum menikah dan mengalami kehamilan, boleh melakukan aborsi untuk mengakhiri kehamilan 3 Salah seorang sahabat Anda mengalami kehamilan diluar nikah, bermaksud mengakhiri kehamilannya, bagaimanakah sikap anda ? 4 Jika kakak/adik perempuan anda dihamili oleh pacarnya dan ingin melakukan aborsi, bagaimana sikap anda ? 5 Bila anda (wanita) mengalami kehamilan oleh pacar/kekasih, maka untuk mengakhiri kehamilan, aborsi adalah tindakan yang tepat 6 Bila anda (pria) mempunyai kekasih yang sedang hamil oleh perbuatan anda berdua, maka untuk mengakhiri kehamilan, aborsi adalah tindakan yang tepat 44 45 Hasil Uji Validitas Dalam penelitian ini, validitas untuk pertanyaan pengetahuan dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak (software) ITEM AND TEST ANALYSIS (ITEMAN) yang dibuat khusus untuk analisis butir soal dan tes. Pertanyaan tersebut dikategorikan valid jika nilai Point Biser > 0,2. Nomor Butir Kuesioner Hasil Uji (Point Biser) Batas Nilai Valid Kesimpulan 1 Pengetahuan 1 0,365 0,2 Valid 2 Pengetahuan 2 0,368 0,2 Valid 3 Pengetahuan 3 0,298 0,2 Valid 4 Pengetahuan 4 0,268 0,2 Valid 5 Pengetahuan 5 0,319 0,2 Valid 6 Pengetahuan 6 0,257 0,2 Valid 7 Pengetahuan 7 0,456 0,2 Valid 8 Pengetahuan 8 0,410 0,2 Valid Hasil Uji Reliabilitas Pada pertanyaan sikap dan perilaku, digunakan perangkat lunak SPSS. Batas nilai valid sesuai r tabel ( a = 0,05, n = 30) = 0,361. Jika r hasil lebih besar dari r tabel, maka pertanyaan tersebut dianggap valid. Lalu, untuk uji reliabili tas, ketentuannya adalah bila r Alpha > r tabel, maka pertanyaan tersebut reliabel. Nomor Variabel Hasil Uji r-tabel Kesimpulan 1 Sikap 0,881 0,361 Reliabel 2 Perilaku 0,599 0,361 Reliabel 46 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Yan Ardiansyah Tempat, tanggal lahir : Bandung, 03 Januari 1990 Jenis Kelamin : Laki-Laki Agama : Islam Kewarganegaraan : Indonesia Alamat : KP. Sindangsari RT 02/RW 12 Ds. Laksanamekar Kec. Padalarang Kab. Bandung Barat E-mail : yan.fkuin@ymail.com Pendidikan : . 2008 sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta . . . 2005 2008 2002 2005 1996 2002 : SMAN 2 Cimahi, Kota Cimahi : SMPN 3 Cimahi, Kota Cimahi : SDN 1 Kujang, Nagreg, Jawa Barat
Pembedahan Skoliosis Lengkap Buku Panduan bagi Para Pasien: Melihat Secara Mendalam dan Tak Memihak ke dalam Apa yang Diharapkan Sebelum dan Selama Pembedahan Skoliosis
Kepribadian: Pengantar ilmu kepribadian: apa itu kepribadian dan bagaimana menemukan melalui psikologi ilmiah bagaimana kepribadian mempengaruhi kehidupan kita