Anda di halaman 1dari 32

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU

REMAJA MENGENAI ABORTUS PROVOKATUS


DI SMAN 2 KOTA CIMAHI
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
OLEH :
Yan Ardiansyah
NIM: 108103000067
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011
ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata 1 di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya ata
u
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 23 September 2011
Yan Ardiansyah
iii
GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU REMAJA
MENGENAI ABORTUS PROVOKATUS DI SMAN 2 KOTA CIMAHI
Laporan Penelitian
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Kedokteran (S.Ked)
Oleh :
Yan Ardiansyah
NIM. 108103000067
Pembimbing I
dr. Ayat Rahayu, Sp.Rad., M.Kes
Pembimbing II
dr. Erike Anggraeni Suwarsono, M.Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011
iv
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Laporan Penelitian berjudul GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN
PERILAKU REMAJA MENGENAI ABORTUS PROVOKATUS DI SMAN
2 KOTA CIMAHI yang diajukan oleh Yan Ardiansyah (NIM: 108103000067),
telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada
tanggal 23 September 2011. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah
satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi
Pendidikan Dokter.
Jakarta, 23 September 2011
DEWAN PENGUJI
Penguji I
dr. Taufik Zain,
Sp.OG (K)
Penguji II
dr. Dede Moeswir,
Sp.PD
Penguji III
dr. Rachmania
Diandini, MKK
PIMPINAN FAKULTAS
Dekan FKIK UIN Kaprodi PSPD FKIK UIN
Prof. Dr (hc). dr. M.K. Tadjudin, SpAnd Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, SpKFR
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW.
Adapun judul yang penulis pilih untuk penelitian ini adalah Gambaran
Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Remaja Mengenai Abortus Provokatus di
SMAN 2 Kota Cimahi.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. Oleh
karena itu, dalam kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan penghargaan
yang setinggi-tingginya dan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Prof. Dr (hc). dr. M. K. Tadjudin, Sp.And, selaku dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. dr. Syarif Hasan Lutfie, Sp.KFR, selaku ketua Program Studi Pendidikan
Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. dr. Ayat Rahayu, Sp.Rad, M.Kes dan dr. Erike Anggraeni Suwarsono, M.Ed
selaku dosen pembimbing yang telah banyak menyediakan waktu, tenaga, dan
pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan penelitian ini.
4. Drs. Ubung Ramli, selaku staf BK (Badan Konseling) dan seluruh staf pengajar
SMAN 2 Kota Cimahi yang telah mengizinkan dan membantu mempermudah
pengambilan data untuk penelitian ini.
5. Ibunda dan ayahanda serta keluarga besar, yang selalu memberikan motivasi
dan dukungan baik moral maupun material, serta doa yang tiada henti. Terima
kasih sedalam-dalamnya atas kasih sayang kedua orang tua yang diberikan
kepada penulis yang tidak dapat terlukiskan sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian ini.
6. Tika Kartikawati, A.Md, Faris El Haq, serta seluruh pihak yang telah
memberikan bantuannya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.
vi
Akhirul kalam, penulis berharap laporan penelitian ini dapat bermanfaat
bagi seluruh kalangan khususnya mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter
UIN Syarif Hidayatullah.
Jakarta, 23 September 2011
Penulis
vii
ABSTRAK
Yan Ardiansyah. Program Studi Pendidikan Dokter. Gambaran
Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Remaja Mengenai Abortus Provokatus Di
Sman 2 Kota Cimahi. Tahun 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan
perilaku remaja mengenai abortus provokatus di SMAN 2 Kota Cimahi pada
bulan Agustus 2011. Penelitian ini dilakukan terhadap 106 responden dengan
menggunakan desain deskriptif potong lintang, kemudian dilakukan analisis
univariat. Hasil penelitian didapatkan sebanyak 54 responden (50,9%) memiliki
tingkat pengetahuan sedang, 56 responden (52,8%) memiliki sikap yang baik, dan
102 responden (96,2%) memiliki perilaku seksual beresiko rendah.
Kata Kunci : abortus provokatus, pengetahuan, sikap, perilaku
Abstract
This research aims to get a description of knowledge, attitude, and behavior of
teenagers about abortus provocatus at 2 Cimahi Senior High School. This
research was conducted on 106 respondents in August 2011 using cross-sectional
descriptive design, and then performed univariate analysis. The result was
obtained 54 respondents (50.9%) had a moderate level of knowledge, 56
respondents (52.8%) had a good attitude, and 102 respondents (96.2%) had low
risk behavior of sexual activities.
Key words:
Abortus provocatus, teenagers, knowledge, attitude, behavior
viii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL....................................................................
............................. i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA............................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................
. iii
LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................
.................. iv
KATA PENGANTAR..................................................................
........................ v
ABSTRAK ........................................................................
.................................. vii
DAFTAR ISI......................................................................
................................. viii
DAFTAR TABEL ...................................................................
............................. x
DAFTAR GAMBAR...................................................................
........................ xi
DAFTAR SINGKATAN................................................................
.................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................
..................... xiii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................
...................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................
......................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................
..................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ..........................................................
........................ 2
1.4 Manfaat Penelitian .........................................................
....................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................
................. 4
2.1 Kerangka Teori .............................................................
........................ 4
2.1.1 Definisi Abortus .........................................................
............ 4
2.1.2 Etiologi Abortus .........................................................
............ 4
2.1.3 Patologi Abortus .........................................................
........... 5
2.1.4 Klasifikasi Abortus ......................................................
.......... 6
2.1.5 Komplikasi Abortus .......................................................
........ 8
2.1.6 Aspek Hukum dan Medikolegal Abortus Provocatus............ 8
2.2 Kerangka Konsep ............................................................
.................... 15
2.3 Definisi Operasional........................................................
.................... 16
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................
....... 19
3.1 Desain Penelitian...........................................................
...................... 19
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................
.............. 19
ix
3.3 Populasi dan Sampel ........................................................
................... 19
3.3.1 Populasi..................................................................
.............. 19
3.3.2 Sampel....................................................................
.............. 19
3.4 Cara Kerja Penelitian ......................................................
.................... 21
3.5 Instrumen Penelitian........................................................
.................... 21
3.6 Managemen Data .............................................................
................... 22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................
........ 24
4.1 Keterbatasan Penelitian.....................................................
.................. 24
4.2 Data Karakteristik dan Sumber Informasi Responden........................ 24

4.3 Data Pengetahuan Responden tentang Abortus Provokatus ............... 28
4.4 Data Sikap Responden terhadap Abortus Provokatus......................... 30

4.5 Data Perilaku Seksual Pranikah yang Berkaitan dengan Abortus
Provokatus .....................................................................
....................... 32
BAB V SIMPULAN DAN SARAN........................................................
............ 34
5.1 Simpulan ...................................................................
.......................... 34
5.2 Saran.......................................................................
............................. 34
DAFTAR PUSTAKA .................................................................
......................... 36
LAMPIRAN........................................................................
................................. 39
DAFTAR RIWAYAT HIDUP 46
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Definisi Operasional..................................................
................... 16
Tabel 2.2 Instrumen Penelitian..................................................
................... 21
Tabel 4.1 Sebaran Responden Berdasarkan Umur....................................
... 26
Tabel 4.2 Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .........................
26
Tabel 4.3 Sebaran Responden Berdasarkan Agama yang Dianut ................ 26
Tabel 4.4 Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Kelas..........................
27
Tabel 4.5 Sebaran Responden Berdasarkan Sumber Informasi tentang
Abortus Provokatus .............................................................
......... 27
Tabel 4.6 Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang
Abortus Provokatus Bulan Agustus 2011 .................................... 28
Tabel 4.7 Sebaran Responden Berdasarkan Jawaban terhadap Pertanyaan
Pengetahuan tentang Abortus Provokatus.................................... 29
Tabel 4.8 Sebaran Responden Berdasarkan Sikap terhadap Abortus
Provokatus Bulan Agustus 2011 ..................................................
30
Tabel 4.9 Sebaran Responden Berdasarkan Jawaban terhadap Pernyataan
Sikap tentang Abortus Provokatus ...............................................
31
Tabel 4.10 Sebaran Responden Berdasarkan Perilaku Seksual Pranikah
Beresiko yang Berkaitan dengan Abortus Provokatus................. 32
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian ..........................................
.............. 15
Gambar 3.1 Cara Kerja Penelitian ...............................................
.................... 21
xii
DAFTAR SINGKATAN
BKKBN Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
IPPF International Planned Parenthood Federation
KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
KTD Kehamilan yang Tidak Diinginkan MKEK
Majelis Kehormatan Etika Kedokteran
UNFPA United Nation Fund for Population Activities
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Inform Consent.......................................................
...................... 39
Lampiran 2 Kuesioner ...........................................................
.......................... 40
Lampiran 3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas.................................
............. 45
Lampiran 4 Daftar Riwayat Hidup Penulis.........................................
............. 46
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Remaja merupakan kelompok penduduk yang cukup besar. Secara
global, sekitar seperempat penduduk dunia adalah remaja, sedangkan
kelompok usia remaja (10-25 tahun) berjumlah hampir separuh dari penduduk
Indonesia. Remaja memiliki potensi yang besar namun bila tidak cukup
perhatian potensi tersebut dapat berdampak buruk.1
Menurut Wimpie Pangkahila (2002), sebanyak 60 persen abortus yang
terjadi di Indonesia dilakukan oleh remaja. Angka yang sedemikian tinggi ini
bisa menjadi indikasi adanya perubahan persepsi remaja terhadap masalah
seks. Pengetahuan remaja tentang masalah seks ternyata belum maju dengan
masih banyaknya salah pengertian dan masih dipercayanya beberapa mitos.2
Di Indonesia ada 2.5 juta abortus, dimana 1.5 juta diantaranya adalah
abortus yang dilakukan remaja. Menurut BKKBN, berdasarkan survei, 63%
remaja SMP dan SMA di Indonesia pernah berhubungan seks. Sebanyak 21%
diantaranya melakukan abortus. Menurut Direktur Remaja dan Perlindungan
Hak-Hak Reproduksi BKKBN, M Masri Muadz, data itu merupakan hasil
survei oleh sebuah lembaga survei yang mengambil sampel di 33 propinsi di
Indonesia pada tahun 2008. Angka ini naik dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya. Berdasarkan penelitian 2005-2006 di kota-kota besar mulai
Jabodetabek, Medan, Bandung, Surabaya, dan Makassar, ditemukan sekitar
47% hingga 54% remaja mengaku melakukan hubungan seks sebelum
nikah.2,3,4
Sejalan dengan perkembangan teknologi global semakin mudah bagi
remaja untuk mengakses berbagai informasi yang dapat memancing remaja
untuk mengadopsi kebiasaan-kebiasan yang tidak sehat sehingga pada
akhirnya secara kumulatif akan mengantarkan mereka pada perilaku seksual
berisiko seperti hubungan seks sebelum menikah, kehamilan yang tidak
diinginkan, abortus, serta peningkatan kejadian penyakit menular seksual.
2
Kondisi ini ada kaitan dengan kurang memadainya pengetahuan remaja
tentang kesehatan reproduksi.3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dirumuskan permasalahan sebagai
berikut :
Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja
mengenai abortus provokatus di SMAN 2 Kota Cimahi ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku
remaja mengenai abortus provokatus di SMAN 2 Kota Cimahi
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Peneliti dapat mengetahui karakteristik dan sumber informasi
responden mengenai abortus provokatus di SMAN 2 Kota Cimahi
2. Peneliti dapat mengetahui persentase gambaran pengetahuan siswasiswi
SMAN 2 Kota Cimahi mengenai abortus provokatus
3. Peneliti dapat mengetahui persentase gambaran sikap siswa-siswi
SMAN 2 Kota Cimahi mengenai abortus provokatus
4. Peneliti dapat mengetahui persentase gambaran perilaku siswasiswi
yang berkaitan dengan abortus provokatus di SMAN 2 Kota
Cimahi.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat bagi peneliti :
1. Meningkatkan kompetensi serta pengalaman dalam melakukan
sebuah penelitian ilmiah
2. Sebagai sarana aplikasi ilmu pengetahuan dalam menentukan
suatu permasalahan serta merumuskan permasalahan tersebut di
lingkungan masyarakat
3
3. Mendapatkan informasi mengenai tingkat pengetahuan siswa
SMA di wilayah kota Cimahi tentang abortus provokatus
1.4.2 Manfaat bagi perguruan tinggi :
1. Data awal bagi penelitian-penelitian selanjutnya atau intervensi
yang akan dilakukan
2. Sebagai saran bagi institusi sekolah menengah atas di wilayah kota
Cimahi untuk melakukan usaha promotif dan preventif terhadap
bahaya abortus provokatus pada remaja
3. Melaksanakan Tri Darma Perguruan Tinggi dalam melaksanakan
fungsi atau tugas perguruan tinggi sebagai lembaga yang
menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat
4. Meningkatkan kepedulian siswa SMA di wilayah kota Cimahi
tentang bahaya abortus provokatus
5. Meningkatkan usaha komunikasi, informasi, dan edukasi tentang
abortus provokatus pada siswa-siswi SMA di wilayah kota Cimahi
1.4.3 Manfaat bagi masyarakat :
1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat terutama kalangan remaja
mengenai dampak-dampak negatif yang akan timbul dari
perbuatan abortus provokatus kriminalis.
2. Dengan penelitian ini, diharapkan para remaja sanggup menangkal
pengaruh yang merugikan bagi dirinya sendiri maupun orang lain
serta mampu menghadapi tantangan secara efektif dalam
kehidupannya.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Kerangka Teori
2.1.1. Definisi Abortus
Abortus (aborsi, abortion) adalah berhentinya kehamilan sebelum
janin mampu hidup di luar kandungan atau sebelum usia kehamilan 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.5 Adapun istilah-istilah yang
digunakan untuk membedakan abortus:
a. Abortus spontan: apabila abortus terjadi tanpa tindakan mekanis atau
medis untuk mengosongkan uterus. Kata lain yang luas digunakan adalah
keguguran (miscarriage).
b. Abortus terinduksi: adalah terminasi kehamilan secara medis atau bedah
sebelum janin mampu hidup (viabel). Termasuk di dalamnya adalah:
1. Therapeutic abortion: terminasi kehamilan sebelum janin mampu
hidup dengan tujuan menyelamatkan nyawa ibu.
2. Eugenic abortion: terminasi yang dilakukan terhadap janin yang
cacat/malformasi berat.
3. Elective abortion: interupsi kehamilan sebelum janin mampu hidup
atas permintaan wanita yang bersangkutan, tetapi bukan atas
alasan penyakit janin atau gangguan kesehatan ibu.5,6
2.1.2 Etiologi Abortus
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab yaitu :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan abortus
pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan
ini adalah :
a. Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X;
b. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna;
5
c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan temabakau dan
alkohol
2. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena
hipertensi menahun
3. Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan
toksoplasmosis.
4. Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus
pada trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan
uterus.7
2.1.3 Patologi
Abortus biasanya disertai oleh perdarahan ke dalam desidua basalis
dan nekrosis di jaringan dekat tempat perdarahan. Ovum menjadi terlepas
dan hal ini memicu kontraksi uterus yang menyebabkab ekspulsi. Apabila
kantung dibuka, biasanya djumpai janin kecil yang mengalami maserasi dan
dikelilingi oleh cairan, atau mungkin tidak tampak janin di dalam kantung
dan disebut blighted ovum.
Mola karneosa atau darah adalah suatu ovum yang dikelilingi oleh
kapsul bekuan darah. Kapsul memiliki ketebalan bervariasi, dengan vili
korionik yang telah berdegenerasi tersebar diantaranya. Rongga kecil di
dalam yang terisi cairan tampak menggepeng dan terdistorsi akibat dinding
bekuan darah lama yang tebal.
Pada abortus tahap lebih lanjut, terdapat beberapa kemungkinan hasil.
Janin yang tertahan dapat mengalami maserasi. Tulang-tulang tengkorak
kolaps dan abdomen kembung oleh ciran yang mengandung darah. Kulit
melunak dan terkelupas in utero atau dengan sentuhan ringan, meninggalkan
dermis. Organ-organ dalam mengalami degenerasi dan nekrosis. Cairan
amnion mungkin terserap saat janin tertekan dan mengering untuk
membentuk fetus kompresus. Kadang-kadang, janin akhirnya menjadi
sedemikian kering dan tertekan, yang disebut juga sebagai fetus papiraseus.5
6
2.1.4. Klasifikasi abortus
Beberapa tipikal abortus dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Abortus spontan
Abortus spontanea merupakan abortus yang berlangsung tanpa
tindakan, dalam hal ini dibedakan sebagai berikut:
1. Abortus imminens, Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus,
dan tanpa adanya dilatasi serviks. Abortus imminen adalah perdarahan
pervaginam pada kehamilan kurang dari 20 minggu, tanpa ada tanda-tanda
dilatasi serviks yang meningkat.7 Abortus imminen adalah perdarahan atau
pengeluaran secret (discharge) pervaginam yang tampak pada paruh
pertama kehamilan.5
2. Abortus insipiens, merupakan peristiwa perdarahan uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang
meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.7
3. Abortus inkompletus, merupakan pengeluaran sebagian hasil konsepsi
pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam
uterus.7
4. Abortus kompletus, merupakan pengeluaran seluruh hasil konsepsi
pada kehamilan sebelum 20 minggu.7
5. Missed Abortion. Hal ini didefinisikan sebagai retensi produk
konsepsi yang telah meninggal in utero selama beberapa minggu.5
6. Abortus Rekuren. Keadaan ini didefinisikan menurut berbagai kriteria
jumlah dan urutan, tetapi definisi yang mungkin paling luas diterima adalah
abortus spontan berturut-turut selama tiga kali atau lebih.5 Seorang wanita
menderita abortus rekuren/habitualis, apabila ia mengalami abortus berturutturut

3 kali atau lebih.8
b. Abortus provokatus (terinduksi)
Abortus provokatus merupakan jenis abortus yang sengaja
dibuat/dilakukan, yaitu dengan cara menghentikan kehamilan sebelum janin
dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya bayi dianggap belum dapat
7
hidup diluar kandungan apabila usia kehamilan belum mencapai 28 minggu,
atau berat badan bayi kurang dari 1000 gram, walaupun terdapat beberapa
kasus bayi dengan berat dibawah 1000 gram dapat terus hidup.5,6,8
Pengelompokan Abortus provokatus secara lebih spesifik:
- Abortus Provokatus Medisinalis/Artificialis/Therapeuticus, abortus
yang dilakukan dengan disertai indikasi medik. Di banyak negara, induksi
(terapetik) aborsi kini dianggap legal. Keadaan yang sebenarnya bervariasi
akan tetapi tujuan melegalkan abortus ini adalah :
. Memungkinkan semua wanita, tidak menghiraukan status sosial dan
ekonomi, mendapatkan abortus yang dilakukan tenaga kesehatan
profesional yang terlatih di dalam lingkungan higiene yang baik,
setelah konseling.
. Mengurangi frekuensi abortus ilegal. yang dilakukan dalam
lingkungan yang tidak higienis, yang sering disertai angka
morbiditas dan mortalitas tinggi.6
Di Indonesia yang dimaksud dengan indikasi medik adalah demi
menyelamatkan nyawa ibu.9,10 Syarat-syaratnya:
1. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan
kewenangan untuk melakukannya (yaitu seorang dokter ahli kebidanan dan
penyakit kandungan) sesuai dengan tanggung jawab profesi.
2. Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis
lain, agama, hukum, psikologi).
3. Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau
keluarga terdekat.
4. Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/peralatan yang
memadai, yang ditunjuk oleh pemerintah.
5. Prosedur tidak dirahasiakan.
6. Dokumen medik harus lengkap.
8
- Abortus Provokatus Kriminalis, abortus yang sengaja dilakukan tanpa
adanya indikasi medik (ilegal). Biasanya pengguguran dilakukan dengan
menggunakan alat-alat atau obat-obat tertentu.5,11
2.1.5 Komplikasi Abortus (Provokatus)
Komplikasi medis yang dapat timbul :
1. Dapat terjadi refleks vagal yang menimbulkan muntah-muntah,
bradikardia, dan cardiac arrest;
2. Perdarahan yang biasanya disebabkan sisa jaringan konsepsi;
3. Perforasi uterus ;
4. Luka atau robek pada serviks uteri;
5. Syok;
5. Infeksi dapat terjadi sebagai salah satu komplikasi.12
Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak diperhatikan, maka bahaya
infeksi sangat besar. Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke
seluruh peredaran darah, sehingga menyebabkan kematian. Bahaya lain
yang ditimbulkan abortus provokatus antara lain infeksi pada saluran telur.
Akibatnya, sangat mungkin tidak bisa terjadi kehamilan lagi. 5,12
2.1.6 Aspek Hukum dan Medikolegal Abortus Provocatus Criminalis
Abortus telah dilakukan oleh manusia selama berabad-abad, tetapi
selama itu belum ada undang-undang yang mengatur mengenai tindakan
abortus. Peraturan mengenai hal ini pertama kali dikeluarkan pada tahun 4
M di mana telah ada larangan untuk melakukan abortus. Sejak itu maka
undang-undang mengenai abortus terus mengalami perbaikan, apalagi dalam
tahun-tahun terakhir ini di mana mulai timbul suatu revolusi dalam sikap
masyarakat dan pemerintah di berbagai negara di dunia terhadap tindakan
abortus.4 Hukum abortus di berbagai negara dapat digolongkan dalam
beberapa kategori sebagai berikut:
Hukum yang tanpa pengecualian melarang abortus, seperti di Belanda.
9
Hukum yang memperbolehkan abortus demi keselamatan kehidupan
penderita (ibu), seperti di Perancis dan Pakistan.
Hukum yang memperbolehkan abortus atas indikasi medik, seperti di
Kanada, Muangthai dan Swiss.
Hukum yang memperbolehkan abortus atas indikasi sosio-medik, seperti
di Eslandia, Swedia, Inggris, Scandinavia, dan India.
Hukum yang memperbolehkan abortus atas indikasi sosial, seperti di
Jepang, Polandia, dan Yugoslavia.
Hukum yang memperbolehkan abortus atas permintaan tanpa
memperhatikan indikasi-indikasi lainnya (Abortion on requst atau Abortion
on demand), seperti di Bulgaris, Hongaria, Singapura.
Hukum yang memperbolehkan abortus atas indikasi eugenistis (abortus
boleh dilakukan bila fetus yang akan lahir menderita cacat yang serius)
misalnya di India
Hukum yang memperbolehkan abortus atas indikasi humanitarian
(misalnya bila hamil akibat perkosaan) seperti di Jepang
Negara-negara yang mengadakan perubahan dalam hukum abortus
pada umumnya mengemukakan salah satu alasan/tujuan seperti yang
tersebut di bawah ini:
Untuk memberikan perlindungan hukum pada para medisi yang
melakukan abortus atas indikasi medik.
Untuk mencegah atau mengurangi terjadinya abortus provocatus
criminalis.
Untuk mengendalikan laju pertambahan penduduk.
Untuk melindungi hal wanita dalam menentukan sendiri nasib
kandungannnya.
Untuk memenuhi desakan masyarakat.
Di Indonesia, baik menurut pandangan agama, Undang-Undang
Negara, maupun Etik Kedokteran, seorang dokter tidak diperbolehkan untuk
10
melakukan tindakan pengguguran kandungan (abortus provokatus). Bahkan
sejak awal seseorang yang akan menjalani profesi dokter secara resmi
disumpah dengan Sumpah Dokter Indonesia yang didasarkan atas Deklarasi
Jenewa yang isinya menyempurnakan Sumpah Hippokrates, di mana ia akan
menyatakan diri untuk menghormati setiap hidup insani mulai dari saat
pembuahan.13
Dari aspek etika, Ikatan Dokter Indonesia telah merumuskannya
dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia mengenai kewajiban umum,
(pasal7d) Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban
melindungi hidup makhluk insani.13
Pada pelaksanaannya, apabila ada dokter yang melakukan
pelanggaran, maka penegakan implementasi etik akan dilakukan secara
berjenjang dimulai dari panitia etik di masing-masing RS hingga Majelis
Kehormatan Etika Kedokteran (MKEK). Sanksi tertinggi dari pelanggaran
etik ini berupa "pengucilan" anggota dari profesi tersebut dari kelompoknya.
Sanksi administratif tertinggi adalah pemecatan anggota profesi dari
komunitasnya.11,13
Ditinjau dari aspek hukum, pelarangan abortus justru tidak bersifat
mutlak. Abortus buatan atau abortus provokatus dapat digolongkan ke
dalam dua golongan yakni:
1. Abortus buatan legal
Yaitu pengguguran kandungan yang dilakukan menurut syarat dan
cara-cara yang dibenarkan oleh undang-undang. Alasan yang mendasar
untuk melakukannya adalah untuk menyelamatkan nyawa ibu. Abortus
atas indikasi medik ini diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan:
PASAL 75:
1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi
2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan
berdasarkan:
11
a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini
kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/ atau janin,
yang menderita penyakit genetik berat dan/ atau cacat bawaan,
maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi
tersebut hidup di luar kandungan; atau
b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma
psikologis bagi korban perkosaan
3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat
dilakukan setelah melalui konseling dan/ atau penasehatan pra
tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang
dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan
perkosaan, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
PASAL 76:
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan:
a. sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari
petama haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis;
b. oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan
kewenangan yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri;
c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
d. dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan
e. penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan
oleh Menteri.
PASAL 77:
Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang tidak
bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung jawab serta bertentangan
dengan norma agama dan ketentuan peraturan perundang-undangan.14
12
2. Abortus buatan illegal (Abortus Provocatus Criminalis)
Yaitu pengguguran kandungan yang tujuannya selain untuk
menyelamatkan atau menyembuhkan si ibu, dilakukan oleh tenaga yang
tidak kompeten serta tidak memenuhi syarat dan cara-cara yang
dibenarkan oleh undang-undang. Abortus golongan ini sering juga
disebut dengan abortus provocatus criminalis karena di dalamnya
mengandung unsur kriminal atau kejahatan.11 Beberapa pasal yang
mengatur abortus provocatus dalam Kitab Undang-undang Hukum
Pidana (KUHP):
PASAL 299 1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita
atau menyuruh supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan
harapan, bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan,
diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda
paling banyak empat pulu ribu rupiah. 2) Jika yang bersalah, berbuat
demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan perbuatan
tersebut sebagai pencaharian atau kebiasaan atau jika dia seorang tabib,
bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga. 3) Jika yang
bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencaharian,
maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencaharian.
PASAL 346 Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau
mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain, untuk itu,
diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
PASAL 347 1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau
mematikan kandungan seorang wanita tanpa persetujuan, diancam
dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun. 2) Jika perbuatan
itu menyebabkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara
paling lama lima belas tahun.
PASAL 348 1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau
mematikan kandungan seseorang wanita dengan persetujuannya,
diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan. 2)
13
Jika perbuatan tersebut mengakibatkan matinya wanita tersebut,
dikarenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
PASAL 349 Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu
melakukan kejahatan yang tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau
membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam
pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat
ditambah dengn sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan
pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan.
PASAL 535 Barang siapa secara terang-terangan mempertunjukkan
suatu sarana untuk menggugurkan kandungan, maupun secara terangterangan
atau tanpa diminta menawarkan, ataupun secara terang-terangn
atau dengan menyiarkan tulisan tanpa diminta, menunjuk sebagai bisa
didapat, sarana atau perantaraan yang demikian itu, diancam dengan
kurungan paling lama tiga bulan atau denda paling banyak empat ribu
lima ratus rupiah.
Dari rumusan pasal-pasal tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan :
1. Seorang wanita hamil yang sengaja melakukan abortus atau ia
menyuruh orang lain, diancam hukuman empat tahun.
2. Seseorang yang sengaja melakukan abortus terhadap ibu hamil,
dengan tanpa persetujuan ibu hamil tersebut diancam hukuman 12
tahun, dan jika ibu hamil itu mati diancam 15 tahun.
3. Jika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 5,5 tahun
penjara dan bila ibu hamil tersebut mati diancam hukuman 7 tahun
penjara.
4. Jika yang melakukan dan atau membantu melakukan abortus tersebut
seorang dokter, bidan atau juru obat (tenaga kesehatan) ancaman
hukumannya ditambah sepertiganya dan hak untuk praktek dapat
dicabut. Meskipun dalam KUHP tidak terdapat satu pasal pun yang
memperbolehkan seorang dokter melakukan abortus atas indikasi
medik, sekalipun untuk menyelamatkan jiwa ibu, dalam prakteknya
14
dokter yang melakukannya tidak dihukum bila ia dapat mengemukakan
alasan yang kuat dan alasan tersebut diterima oleh hakim (Pasal 48).
Selain KUHP, abortus buatan yang ilegal juga diatur dalam Undang
Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan:
PASAL 80 Barang siapa dengan sengaja melakukan tindakan medis
tertentu terhadap ibu hamil yang tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (1) dan ayat (2), dipidana
dengan penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda
paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
15
2.2 Kerangka Konsep
Kerangka konsep digunakan sebagai dasar untuk melakukan penelitian dan
menjawab permasalahan yang ada. Kerangka konsep berikut ini didasarkan
menurut teori perilaku yaitu Lawrence Green dan Taylor (2006) yang akan
menjadi acuan untuk pembuatan kerangka konsep penelitian ini.
Kerangka konsepsional yang akan menjadi pengarah dalam penelitian ini
adalah karakteristik responden, pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap abortu
s
provokatus. Untuk lebih jelasnya dapat diterangkan sebagai berikut :
- Keterpaparan
informasi
- Sumber media
Responden :
Siswa-Siswi di SMA Negeri 2
Kota Cimahi Tahun 2011
Jenis Kelamin
Umur
Agama
Tingkat Kelas
Pengetahuan
mengenai
abortus
provokatus
Sikap
mengenai
abortus
provokatus
Perilaku seksual
pranikah yang
berkaitan dengan
aborsi
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
Terdapat tiga variabel yang ingin diketahui oleh penulis. Variabel-variabel
tersebut adalah pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja terhadap abortus
provokatus. Penulis akan meneliti wawasan para remaja tentang abortus
provokatus melalui pengetahuannya, reaksi atau respon yang masih tertutup dari
para remaja terhadap abortus provokatus, dan tindakan atau aktivitas para remaja

yang berhubungan dengan abortus provokatus.
16
Para responden tidak terlepas dari karakteristik yang dimilikinya, yaitu jenis
kelamin, umur, agama dan tingkat kelas.
2.3 Definisi Operasional
Tabel 2.1 Definisi operasional
Variabel Definisi Alat Ukur
dan cara
ukur
Skala Hasil
Pengukuran
Jenis
Kelamin
Jenis kelamin
pada responden
Kuesioner
dengan
angket
Nominal 1. Laki-laki
2. Perempuan
Umur Lama waktu
hidup atau ada
(sejak
dilahirkan)
Agama Ajaran yg
mengatur tata
keimanan
(kepercayaan)
dan peribadatan
kpd Tuhan Yang
Mahakuasa serta
tata kaidah yg
berhubungan
dng pergaulan
manusia dan
manusia serta
lingkungannya
Kuesioner
dengan
angket
Kuesioner
dengan
angket
Ordinal
Nominal 1. Islam
2. Kristen Protestan
3. Kristen Katolik
4. Hindu
5. Budha
Tingkat
Kelas
Kedudukan
kelas responden
di sekolah
Kuesioner
dengan
angket
Ordinal 1. Kelas X
2. Kelas XI
3. Kelas XII
17
Pengetahuan
tentang
abortus
provokatus
Sikap
terhadap
abortus
provokatus
Segala sesuatu
yang diketahui
oleh responden
tentang abortus,
seperti, definisi,
jenis, penyebab,
komplikasi,
serta hukum
abortus.
Pengetahuan
yang diajukan di
dalam angket
penilaian dari
setiap jawaban
benar adalah 1
dan jawaban
salah adalah 0.
Tanggapan
responden
mengenai
tindakan abortus
dengan pilihan :
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak
setuju
Pengukuran
dilakukan
dengan skala
Kuesioner
dengan
angket
Kuesioner
dengan
angket
Ordinal Total skor : 8
1. Baik : jika
jawaban yang
benar > 80%
(total skor > 6)
2. Sedang : jika
jawaban yag benar
antara 60-80%
(total skor 5-6)
3. Kurang : jika
jawaban yang
benar < 60%
(total skor < 5)
Ordinal Total skor : 24
3. Baik :
jika
jawaban
yang
benar >
80%
(total skor > 19)
2. Sedang : jika
jawaban yag benar
antara 60-80%
(total skor 15-19)
3. Kurang : jika
jawaban yang
benar < 60%
(total skor < 15)
18
Perilaku
seksual yang
berkaitan
dengan
abortus
provokatus
Likert Pernah
atau tidaknya
tindakan yang
mengarah ke
kegiatan
seksual.
Beresiko rendah
apabila
responden
melakukan
kegiatan seperti
ngobrol, nonton,
jalan berduaan,
pegangan
tangan,
berciuman pipi.
Beresiko tinggi
apabila
responden
melakukan
kegiatan seperti
berpelukan,
berciuman
mulut,
berciuman leher,
meraba buah
dada/alat
kelamin dan
hubungan
seksual.
Kuesioner
dengan
angket
Ordinal 1. Beresiko
rendah, jika < mean
2. Beresiko tinggi,
jika = mean
19
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian dalam penelitian ini adalah studi deskriptif dengan
metode pengumpulan data secara cross sectional untuk mengetahui
pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja mengenai abortus provokatus.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian bertempat di SMAN 2 Kota Cimahi dan dilaksanakan pada
bulan Agustus 2011.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek peneliti.15 Populasi
terjangkau dalam penelitian ini adalah siswa-siswi di SMA Negeri
2 Kota Cimahi.
3.3.2 Sampel
Cara pengambilan sampel dengan metode concecutive
sampling. Pengambilan data berasal dari kuesioner. Besar sampel
diambil dengan menggunakan rumus sebagai berikut:16
n1 = (Za)2 x P x Q
Keterangan : d2
n1 = Besar sampel minimal
Za = Standar variasi, ditentukan oleh tingkat kepercayaan
pada a = 0,05; Za = 1,96
P = Proporsi responden 50 %, dikarenakan belum ada data
sebelumnya, maka p = 50 %.
Q = 100 p
D = Derajat ketepatan yang diinginkan, dalam hal ini
diambil 10 %.
20
Maka besar minimal sampel adalah :
n1 = (1,96)2 x 0,5 x 0,5
(0,1)2
n1 = 96
Berdasarkan rumus besar sampel di atas, maka jumlah
sampel minimum yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 96
responden. Untuk mengantisipasi terdapatnya bias, maka jumlah
sampel ditambahkan 10% dari besar sampel.
n = 96 + 9,6 = 105,6
106
Maka jumlah sampel yang diambil untuk penelitian ini adalah 106
responden.
Kriteria Inklusi dan Eksklusi
a. Kriteria Inklusi
. Siswa-siswi SMA Negeri 2 Kota Cimahi pada tahun 2011
. Bersedia untuk menjadi sampel penelitian
. Mengisi inform consent dengan benar
. Mengisi kuesioner dengan lengkap
b. Kriteria Eksklusi
. Siswa-siswi SMA Negeri 2 Kota Cimahi yang tidak hadir
saat pengambilan data.
21
3.4 Cara Kerja Penelitian
Siswa-siswi SMAN 2 Cimahi
Informed consent
Ya Tidak
Wawancara dengan
menggunakan kuesioner
Pengumpulan dan pengolahan data
dengan SPSS for windows 16.0
Skoring
Pengetahuan Sikap Perilaku
Baik Sedang Kurang Resiko
Rendah
Resiko
Tinggi
Gambar 3.1 Cara Kerja Penelitian
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan peneliti untuk memperoleh data dalam
penelitian ini, yaitu kuesioner.
Tabel 2.2 Instrumen Penelitian
Variabel Indikator
No.Butir
kuesioner
Jumlah
pertanyaan
Pengetahuan a. Definisi aborsi 1 8
22
remaja
terhadap aborsi
Sikap remaja
b. Jenis aborsi
c. Penyebab aborsi
d. Dampak aborsi
e. Aspek hukum dan
medikolegal aborsi
2,3
4
7
5,6,8
terhadap aborsi 1-6 6
Perilaku remaja
yang berkaitan
dengan aborsi
1-10 10
3.6 Menagemen Data
Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan program
SPSS (statistic for social science) versi 16.0. Pengolahan data dilakukan
dengan tahap-tahap sebagai berikut :
A. Menyunting Data (data editing)
Editing dilakukan setiap kali responden selesai mengisi kuesioner.
Bila ada kesalahan atau yang tidak lengkap peneliti kembali menemui
responden untuk klarifikasi, Editing ini dilakukan untuk memeriksa
kelengkapan dan kebenaran data seperti kelengkapan pengisian, kesalahan
pengisian, konsistensi pengisian setiap jawaban kuesioner.
B. Mengkode data (data coding)
Proses pemberian kode kepada setiap variabel yang telah
dikumpulkan untuk memudahkan dalam memasukkan.
C. Memasukkan data ( data entry)
Memasukkan data yang telah diberikan kode dalam program
software computer.
D. Membersihkan data ( data cleaning)
Setelah data dimasukkan dilakukan pengecekan kembali untuk
memastikan data tersebut tidak ada yang salah sehingga dengan demikian
data tersebut telah siap diolah dan dianalisis.
23
E. Memberikan nilai data (data scoring)
Penilaian data dilakukan dengan pemberian skor terhadap jawaban
yang menyangkut variabel pengetahuan, variabel sikap dan variabel
perilaku.
Untuk mengetahui gambaran distribusi frekuensi dan proporsi dari tiap
variabel yang diteliti, yaitu variabel dependen dan independen, akan
digunakan analisis univariat. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk
tekstular dan tabular.
24
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan terhadap siswa-siswi SMA Negeri 2 Kota Cimahi
pada bulan Agustus tahun 2011. Besar sampel yang dikumpulkan sebanyak 106
subyek.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap,
dan perilaku remaja tentang abortus provokatus melalui alat ukur kuesioner.
Penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya di SMAN 2 Kota Cimahi.
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini telah divalidasi dimana
dilakukan pengambilan subyek sebanyak 30 responden. Validasi dilakukan
dengan menggunakan program ITEMAN untuk pertanyaan pengetahuan dan
program SPSS versi 16.0 untuk pertanyaan sikap dan perilaku. Didapatkan
perubahan redaksi pada pertanyaan pengetahuan nomor 3, 4, dan 6 karena redaksi
pada kuesioner sebelumnya kurang dapat dimengerti oleh responden serta
eliminasi pertanyaan pengetahuan nomor 7. Adapun pernyataan sikap dan
perilaku didapatkan hasil yang baik atau valid.
4.1. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan yang dapat mempengaruhi
hasil penelitian. Keterbatasan-keterbatasan tersebut, antara lain:
1. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional atau desain potong
lintang yang hanya menggambarkan variabel yang diteliti, baik independen
maupun dependen pada waktu yang sama serta tidak dilihat adanya hubungan
sebab akibat.
2. Subyek dalam penelitian ini hanya terdiri dari siswa kelas 1 dan 3 sehingga
kurang mewakili suatu populasi terjangkau.
25
4.2. Data Karakteristik dan Sumber Informasi Responden
Karakteristik responden yang meliputi umur, jenis kelamin, agama, tingkat
kelas, tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua. dan sumber informasi
tentang aborsi.
Pengaruh umur terhadap tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku bervariasi.
Umumnya pada usia muda lebih mudah menerima suatu informasi sebagai
penambah pengetahuan.18
Di Indonesia, agama mempengaruhi terbentuknya pendapat publik untuk isu
seperti aborsi. Penelitian terhadap 105 tokoh agama Islam, Katholik dan agama
Kristen lainnya di Yogyakarta mencerahkan pandangan tentang aborsi dari
kelompok-kelompok agama di Indonesia. Tokoh-tokoh agama Islam, walaupun
pada umumnya konservatif, cenderung mempunyai pandangan yang lebih toleran
terhadap aborsi dibandingkan dengan tokoh-tokoh agama dari agama Kristen.19
Seseorang dengan pendidikan tinggi (dalam hal ini adalah tingkat kelas)
diharapkan mempunyai pengetahuan, sikap, dan perilaku yang lebih baik bila
dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikan yang lebih rendah.18
Sumber informasi sangat berperan terhadap tingkat pengetahuan, sikap dan
perilaku seseorang. Materi informasi yang sederhana, metode yang terarah dan
diberikan oleh orang yang berkompeten dalam hal tersebut akan lebih mudah
diserap oleh seseorang sehingga akan berpengaruh pula terhadap pengetahuan,
sikap, dan perilaku.18
Dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Jurnalis Uddin pada sekelompok
remaja yaitu mahasiswa kedokteran di rumah sakit kabupaten (RSUD) Serang
tahun 2004, dinyatakan bahwa pengetahuan mereka mengenai definisi medis
aborsi, angka aborsi dan kematian ibu di Indonesia dan aspek hukum aborsi,
sangat rendah.9
Hasil penelitian lainnya yang dilakukan oleh Tri Rejeki Andayani di UNDIP
Semarang tahun 2006, dinyatakan bahwa ada korelasi positif antara perilaku
seksual pranikah dengan sikap terhadap aborsi, tetapi tidak ada perbedaan sikap
terhadap aborsi antara pria dan wanita.20
Namun, dalam penelitian ini tidak dilakukan analisis lebih lanjut mengenai
hubungan karakteristik responden dengan pengetahuan, sikap, serta perilaku.
26
Dalam penelitian ini, hanya dipaparkan mengenai sebaran karakteristik responden
sebagai berikut :
Tabel 4.1. Sebaran Responden Berdasarkan Umur
Umur (tahun) Jumlah Persentase (%)
14 8 7,6
15 38 35,8
16 26 24,5
17 34 32,1
Total 106 100,0
Tabel 4.1 memperlihatkan sebaran umur dari 106 responden. Sebagian besar
responden yaitu sebanyak 38 responden (35% ) berumur 15 tahun, 34 responden
(32,1%) berumur 17 tahun, 26 responden (24,5%) berumur 26 tahun dan 8
responden (7,6%) berumur 14 tahun. Belum ada data atau penelitian sebelumnya.
Tabel 4.2. Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
Laki-laki 43
Perempuan 63
40,6
59,4
Total 106 100,0
Tabel 4.2. memperlihatkan sebaran jenis kelamin responden. Dalam
penelitian ini, diketahui sebanyak 63 responden (59,4%) adalah perempuan dan 43
responden (40,6%) adalah laki-laki. Belum ada data atau penelitian sebelumnya.
Tabel 4.3. Sebaran Responden Berdasarkan Agama yang Dianut
Agama Jumlah Persentase (%)
Islam 99 93,4
Protestan 7 6,6
Katolik 0 0
Hindu 0 0
Budha 0 0
Total 106 100,0
Tabel 4.3. memperlihatkan sebaran agama responden. Diketahui sebanyak
99 responden (93,4%) adalah beragama Islam dan 7 responden (6,6%) beragama
Kristen Protestan. Tidak ada responden yang beragama Katolik, Hindu atau
Budha. Belum ada data atau penelitian sebelumnya.
27
Tidak
Tidak
Tidak
Radio
Tidak
Tidak
Tidak
77
96
23
79
82
86
Tabel 4.4. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Kelas
Tingkat Kelas Jumlah Persentase (%)
Kelas X 48
Kelas XII 58
45,3
54,7
Total 106 100,0
Tabel 4.4. memperlihatkan sebaran tingkat kelas responden. Diketahui
sebanyak 58 responden (54,7%) duduk di kelas XII dan 48 responden (45,3%)
duduk di kelas X. Dalam penelitian ini, siswa yang duduk di kelas XI tidak
diikutkan sebagai responden karena saat pengambilan data, siswa kelas XI
tersebut tidak mengikuti kegiatan belajar di sekolah. Belum ada data atau
penelitian sebelumnya.
Tabel 4.5. Sebaran Responden Berdasarkan Sumber Informasi tentang Aborsi
Sumber Informasi
Jawaban
Jumlah Persentase (%)
. Orang Tua Ya 7
Tidak 99
6,6
93,4
Total 106 100,0
. Koran
Ya 29 27,4
72,6
Total 106 100,0
. Majalah
Ya 10 9,4
90,6
Total 106 100,0
. Buku Ya 9
Tidak 97
8,5
91,5
Total 106 100,0
. Televisi Ya 83 78,3
21,7
Total 106 100,0
. Ya
Tidak
5
101
4,7
95,3
Total 106 100,0
. Internet Ya 27 25,5
74,5
Total 106 100,0
. Teman Sebaya Ya 24 22,6
77,4
Total 106 100,0
. Guru Kelas Ya 20 18,9
81,1
Total 106 100,0
28
Tabel 4.5. memperlihatkan sebaran sumber informasi yang didapatkan
responden tentang aborsi. Diketahui sumber informasi yang terbanyak didapatkan
dari televisi yang dinyatakan oleh 83 responden (78,3%), 29 responden (27,4%)
dari koran, 27 responden (25,5%) dari internet, 24 responden (22,6%) dari teman
sebaya, 20 responden (18,9%) dari guru kelas, 10 responden (9,4%) dari majalah,
9 responden (8,5%) dari buku, 7 responden (6,6%) dari orang tua dan 5 responden
(4,7%) mendapatkan sumber informasi dari radio. Dalam penelitian ini, setiap
responden boleh memilih lebih dari satu sumber informasi yang mereka dapatkan
tentang aborsi.
Pemberian pendidikan masyarakat mengenai isu aborsi akan menghasilkan
dukungan masyarakat, yang sangat diperlukan untuk mengimplementasikan
pelayanan kesehatan reproduksi masyarakat khususnya bagi remaja. Dengan
pendidikan masyarakat juga akan meningkatkan pengetahuan masyarakat
mengenai resiko dan pencegahan aborsi dan menurunkan persepsi yang salah akan
aborsi sehingga diharapkan juga dapat berkontribusi pada upaya penurunan angka
KTD dan permintaan aborsi. Meningkatkan pengetahuan dan dukungan
masyarakat dapat dilakukan secara efektif melalui kampanye media menggunakan
media surat kabar, majalah, TV, atau radio.9
4.3. Data Pengetahuan Responden tentang Abortus Provokatus
Tabel 4.6. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang Abortus
Provokatus Bulan Agustus 2011
Variabel Kategori Jumlah Persentase (%)
Pengetahuan Baik 34 32,1
Sedang 54 50,9
Kurang 18 17,0
Total 65 100,0
Tabel 4.6. memperlihatkan sebaran tingkat pengetahuan responden tentang
abortus provokatus. Diketahui sebanyak 34 responden (32,1%) memiliki tingkat
pengetahuan yang baik, 54 responden (50,9%) memiliki tingkat pengetahuan
sedang dan 18 responden (17,0%) memiliki tingkat pengetahuan rendah.
Pengetahuan responden tentang abortus provokatus dihitung berdasarkan
skor yang diperoleh oleh responden atas 8 pertanyaan dalam kuesioner. Skor nilai
29
pengetahuan responden tertinggi 7 dan nilai terendah 1. Untuk pengolahan lebih
lanjut (analisis), maka skor nilai pengetahuan responden tersebut dikategorikan
menjadi tiga kelompok, yaitu pengetahuan baik, sedang, dan kurang.
Tabel 4.7. Sebaran Responden Berdasarkan Jawaban terhadap Pertanyaan
Pengetahuan tentang Aborsi
Pertanyaan Pengetahuan Jawaban
Jumlah Persentase (%)
1. Definisi Aborsi Benar
Salah
2
104
1,9
98,1
Total 106 100,0
2. Jenis-Jenis Aborsi Benar 81
Salah 25
76,4
23,6
Total 106 100,0
3. Aborsi Buatan Kriminalitas Benar 61
Salah 45
57,5
42,5
Total 106 100,0
4. Penyebab Aborsi pada Remaja Benar 86
Salah 20
81,1
18,9
Total 106 100,0
5. Penolong Aborsi yang Aman (Sesuai Indikasi Medis) Benar 99
Salah 7
93,4
6,6
Total 106 100,0
6. Teknik Aborsi Beresiko Tinggi Benar 86
Salah 20
81,1
18,9
Total 106 100,0
7. Dampak Psikologis bagi Pelaku Aborsi Benar 98
Salah 8
92,5
7,5
Total 106 100,0
8. Aspek Hukum Aborsi di Indonesia Benar 68
Salah 38
64,2
35,8
Total 106 100,0
Tabel 4.7. memperlihatkan sebaran jawaban responden terhadap pertanyaan
pengetahuan tentang aborsi. Hanya sebanyak 2 responden (1,9%) mengetahui
bahwa definisi aborsi adalah berhentinya kehamilan sebelum janin mampu hidup
di luar kandungan atau sebelum usia kehamilan 5 bulan. 81 responden (76,4%)
mengetahui bahwa jenis-jenis aborsi adalah aborsi spontan dan buatan. 61
responden (57,5%) mengetahui bahwa aborsi yang dilakukan dengan sengaja
tanpa alasan kesehatan atau medis disebut aborsi buatan kriminalitas. 86
responden (81,1%) mengetahui bahwa penyebab tersering remaja melakukan
tindakan aborsi adalah KTD, belum menikah, serta adanya pasangan yang tidak
mau bertanggung jawab. 99 responden (93,4%) mengetahui bahwa penolong
aborsi (sesuai dengan indikasi medis) yang aman adalah dokter spesialis
30
kandungan. 86 responden (81,1%) mengetahui bahwa teknik aborsi beresiko
tinggi adalah penggunaan ramuan, pijatan pada rahim, dan penggunaan obatobatan.
98 responden (92,5%) mengetahui bahwa dampak psikologis bagi pelaku
aborsi adalah ketegangan mental, perasaan bersalah, depresi, serta stress.
Sebanyak 68 responden (64,2%) mengetahui bahwa menurut hukum di Indonesia
seseorang yang sengaja melakukan aborsi akan dikenai hukum pidana.
Dalam penelitian ini, sebanyak 54 responden memiliki tingkat pengetahuan
yang sedang tentang aborsi. Hal ini dapat terlihat dari sebaran jawaban atas
pertanyaan pengetahuan, lebih dari 50% responden menjawab benar hampir dari
seluruh pertanyaan.
Dibandingkan dengan hasil penelitian Jurnalis Uddin tahun, secara
keseluruhan dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden tidak dapat
menjawab dengan benar tentang definisi aborsi yang mendekati definisi medis
yang resmi. Pada responden belum menikah di wilayah perkotaan, jawaban yang
paling umum (34%) adalah bahwa aborsi merupakan penghentian kehamilan sejak
usia kehamilan 0 hingga 5 bulan. Sementara, di pedesaan 38,5% menjawab aborsi
adalah penghentian kehamilan hingga usia janin 3 bulan.9
Namun, dalam penelitian ini, hanya sebanyak 2 responden (1,9%)
mengungkapkan definisi aborsi yang mendekati definisi medis yang resmi
(berhentinya kehamilan sebelum janin mampu hidup di luar kandungan atau
sebelum usia kehamilan 5 bulan).
4.4. Data Sikap Responden terhadap Abortus Provokatus
Tabel 4.8. Sebaran Responden Berdasarkan Sikap terhadap Abortus Provokatus
Bulan Agustus 2011
Variabel Kategori Jumlah Persentase (%)
Sikap Baik 56 52,8
Sedang 44 41,5
Kurang 6 5,7
Total 106 100,0
Tabel 4.8. memperlihatkan sebaran sikap responden terhadap aborsi.
Diketahui sebanyak 56 responden (52,8%) memiliki sikap yang baik, 44
31
responden (41,5%) memiliki sikap sedang dan 6 responden (5,7%) memiliki sikap
yang kurang.
Pengukuran sikap dilakukan dengan memberikan 6 pertanyaan. Diharapkan
responden memberikan respon terhadap pernyataan dengan memilih lima
alternatif jawaban yang disediakan, yaitu: sangat tidak setuju, tidak setuju, ra
guragu,
setuju dan sangat setuju.
Pada pernyataan sikap, dari 6 buah pernyataan seluruhnya merupakan
pernyataan negatif. Skor nilai sikap responden tertinggi 24 dan nilai terendah 2
.
Untuk pengolahan lebih lanjut (analisis), maka skor nilai pengetahuan responden
tersebut dikategorikan menjadi tiga kelompok kelompok, yaitu sikap baik, sedang,

dan kurang.
Tabel 4.9. Sebaran Responden Berdasarkan Jawaban terhadap Pernyataan Sikap
tentang Aborsi
Pernyataan Sikap Jawaban
Jumlah Persentase (%)
1. Kehamilan diluar nikah sebaiknya diakhiri
dengan aborsi
STS
TS
RS
SS
64 60,4
39 36,8
2 1,9
0 0
1 0,9
Total 106 100,0
2. Remaja belum menikah boleh melakukan
aborsi untuk mengakhiri kehamilan
STS
TS
RS
SS
52 49,1
45 42,5
7 6,5
2 1,9
0 0
Total 106 100,0
Jika sahabat hamil diluar nikah boleh
3. melakukan aborsi untuk mengakhiri
kehamilan
STS
TS
RS
SS
38 35,8
47 44,3
18 17,1
3 2,8
0 0
Total 106 100,0
4. Jika kakak/adik perempuan hamil di luar
nikah boleh melakukan aborsi
STS
TS
RS
SS
47 44,3
42 39,6
15 14,2
0 0
2 1,9
Total 106 100,0
Bila anda seorang wanita mengalami
5. kehamilan oleh pacar, maka untuk mengakhiri
kehamilan, aborsi adalah tindakan tepat
STS
TS
RS
SS
49 46,3
38 35,8
17 16,1
1 0,9
1 0,9
Total 106 100,0
6. Bila anda seorang pria mempunyai kekasih STS 48 46,3
32
dengan KTD, maka untuk mengakhiri TS 39 35,8
kehamilan, aborsi adalah tindakan tepat R 17 16,1
S 1 0,9
SS 1 0,9
Total 106 100,0
Tabel 4.9. memperlihatkan sebaran sikap responden terhadap pernyataan
tentang aborsi. Sebanyak 64 responden (60,4%) sangat tidak setuju bila kehamilan

diluar nikah sebaiknya diakhiri dengan aborsi, 52 responden (49,1%) sangat tidak

setuju bila remaja belum menikah boleh melakukan aborsi untuk mengakhiri
kehamilannya, 47 responden (44,3%) tidak setuju jika sahabat hamil diluar nikah
boleh melakukan aborsi untuk mengakhiri kehamilannya, 47 responden (44,3%)
sangat tidak setuju jika kakak/adik perempuan hamil di luar nikah berniat
melakukan aborsi untuk mengakhiri kehamilannya, 49 responden (46,3%) sangat
tidak setuju bila responden seorang wanita lalu mengalami kehamilan oleh pacar,
aborsi adalah tindakan tepat untuk mengakhiri kehamilan, dan 48 responden
(46,3%) sangat tidak setuju bila responden seorang pria mempunyai kekasih
dengan kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi adalah tindakan tepat untuk
mengakhiri kehamilan.
Dalam penelitian ini, sebanyak 56 responden memiliki sikap yang baik
tentang aborsi. Tetapi, dalam hasil penelitian ini, dimungkinkan dapat terjadi b
ias
informasi, apakah pernyataan sikap setuju itu benar-benar berdasarkan
pengetahuan responden atau hanya berdasarkan informasi dari lingkungannya.
4.5. Data Perilaku Seksual Pranikah yang Berkaitan dengan Abortus
Provokatus
Tabel 4.10. Sebaran Responden Berdasarkan Perilaku Seksual Pranikah Beresiko
yang Berkaitan dengan Aborsi
Variabel Kategori Jumlah Persentase (%)
Perilaku Seksual Pranikah Resiko Rendah
Resiko Tinggi
102
4
96,2
3,8
Total 106 100,0
Tabel 4.10. memperlihatkan sebaran perilaku seksual pranikah beresiko
yang berkaitan dengan aborsi. Diketahui sebanyak 102 responden (96,2%)
33
memiliki perilaku seksual beresiko rendah dan 4 responden (3,4%) memiliki
perilaku seksual beresiko tinggi.
Perilaku seksual responden yang berkaitan dengan aborsi dilihat dari
beberapa pertanyaan mengenai pernah atau tidaknya responden melakukan
tindakan yang mengarah ke kegiatan seksual beresiko. Responden diperkenankan
untuk memilih lebih dari satu jawaban. Untuk pengolahan lebih lanjut (analisis),

maka jawaban tersebut dikategorikan menjadi dua kelompok, yaitu perilaku
seksual beresiko rendah dan beresiko tinggi.
Perilaku seksual pranikah remaja (adolescent premarital sexual) dipahami
sebagai perilaku remaja yang didasari dorongan seksual atau kegiatan
mendapatkan kesenangan pada organ seksual melalui berbagai perilaku. Contoh
perilakunya, antara lain adalah berfantasi, masturbasi, berpegangan tangan, cium

pipi, berpelukan, cium bibir, petting, dan berhubungan intim (intercourse).21
Kehamilan yang tidak dinginkan pada remaja (adolescent unwanted
pregnancy) dipahami sebagai kehamilan yang tidak direncanakan dan terjadi di
luar pernikahan akibat dari hubungan seks pranikah yang dilakukan oleh remaja.22

Sebagian besar dari remaja yang hamil mengatasi kehamilan yang tidak
diinginkan itu dengan cara menggugurkannya. Angka untuk ini relatif cukup
tinggi, mencapai 63,4 persen dan didalamnya termasuk 6,4 persen yang gagal
melakukan penguguran kandungan. Dalam hal ini, tampaknya para remaja yang
mengalami kehamilan sebelum menikah belum siap dan belum dapat menerima
kejadian yang menimpa mereka. Hal ini dapat ditunjukkan dengan banyak jalan
keluar yang ditempuh oleh remaja yang terlanjur hamil sebelum mereka menikah.
Solusi lain selain aborsi untuk mengatasi kehamilan pranikah adalah meneruskan
kehamilannya. Tercatat 31,7 persen remaja perempuan yang karena tidak ingin
menambah dosa yang telah dilakukan, tetap mempertahankan kehamilannya
meskipun belum menikah.1,23
34
BAB V
SIMPULAN dan SARAN
5.1. Simpulan
1. Sebanyak sebanyak 38 responden (35% ) berumur 15 tahun, 34 responden
(32,1%) berumur 17 tahun, 26 responden (24,5%) berumur 26 tahun dan 8
responden (7,6%) berumur 14 tahun.
2. Sebanyak 63 responden (59,4%) adalah perempuan dan 43 responden
(40,6%) adalah laki-laki.
3. Sebanyak 99 responden (93,4%) adalah beragama Islam dan 7 responden
(6,6%) beragama Kristen Protestan.
4. Sebanyak 58 responden (54,7%) duduk di kelas XII dan 48 responden
(45,3%) duduk di kelas X.
5. Sebanyak 83 responden (78,3%) mendapat informasi dari televisi, 29
responden (27,4%) dari koran, 27 responden (25,5%) dari internet, 24
responden (22,6%) dari teman sebaya, 20 responden (18,9%) dari guru
kelas, 10 responden (9,4%) dari majalah, 9 responden (8,5%) dari buku, 7
responden (6,6%) dari orang tua dan 5 responden (4,7%) mendapatkan
sumber informasi dari radio.
6. Sebanyak 54 responden (50,9%) memiliki tingkat pengetahuan sedang, 34
responden (32,1%) memiliki tingkat pengetahuan yang baik, dan 18
responden (17,0%) memiliki tingkat pengetahuan rendah.
7. Sebanyak 56 responden (52,8%) memiliki sikap yang baik, 44 responden
(41,5%) memiliki sikap sedang (cenderung ke sikap yang positif) dan 6
responden (5,7%) memili sikap yang kurang
8. Sebanyak 102 responden (96,2%) memiliki perilaku seksual beresiko rendah
dan 4 responden (3,4%) memiliki perilaku seksual beresiko tinggi.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka perlu diadakan :
1. Pendidikan terhadap remaja. Pemberian pendidikan terhadap remaja
mengenai isu aborsi dan pendidikan kesehatan reproduksi diharapkan dapat
35
membantu memberi pengertian pada mereka tentang pencegahan dan resiko
yang berkaitan dengan hubungan seksual pranikah beresiko tinggi,
kehamilan yang tidak diinginkan, serta aborsi. Dalam hal ini, sinergisme
antara keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat tetap harus
dioptimalkan.
2. Menambahkan ilmu/pendidikan mengenai kesehatan reproduksi khususnya
mengenai aborsi di dalam kurikulum sekolah. Secara medis impuls seksual
remaja SMA sulit dikendalikan. Kondisi ini semakin memburuk bila
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi khususnya aborsi masih kurang.
Kurikulum pendidikan sekolah yang tidak sampai menyentuh persoalan ini
ditambah dengan perkembangan teknologi yang dahsyat, kesibukan orang
tua dan lingkungan pergaulan yang bebas merupakan kondisi-kondisi yang
mendukung terjadinya perilaku seksual pranikah beresiko tinggi, kehamilan
yang tidak diinginkan, serta aborsi.
3. Mendekatkan remaja terhadap ajaran agama. Perubahan paradigma
pendidikan untuk mencetak generasi yang pandai sudah sewajarnya diubah
dengan memberi bekal moral dan pendidikan agama. Dengan adanya bekal
yang lebih kuat pada moral dan agama, diharapkan mereka tidak hanya
sekadar tahu apa yang seharusnya dilakukan, tetapi mereka juga tahu apa
yang tidak boleh dilakukan. Lingkungan yang sehat moral dan peningkatan
akhlak melalui pendidikan agama di sekolah maupun di lingkungan rumah
semakin berperan penting dalam mendukung perkembangan zaman yang
semakin mengikis moralitas remaja. Firman Allah SWT :
Artinya :
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. (Al Israa.: 32). 24
36
DAFTAR PUSTAKA
1. Pitoyo Agus Joko, dkk. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi.
Yogyakarta: Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM; 2010.
2. Wimpie Pangkahila. Sebanyak 60 Persen Aborsi Dilakukan Remaja. 2002.
Available from: http://www.kompas.com/kompascetak/
0207/22/daerah/seba19.htm
3. Utomo, Budi et al. Incidence and Social-Psychological Aspects of Abortion
in Indonesia: A Community-Based Survey in 10 Major Cities and 6 Districts,
Year 2000. Jakarta: Center for Health Research University of Indonesia;
2001.
4. World Health Organization. Unsafe Abortion: Global and Regional Estimates
of Incidence of and Mortality due to Unsafe Abortion with a Listing of
Available Country Data 3rd Edition. Geneva: Division of Reproductive Health
(Technical Support) WHO; 1998.
5. Cunningham F Gary, et al. Williams Obstetrics 22th Ed. New York:
McGraw-Hill; 2007.
6. Derek Llewellyn, Jones. Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi Edisi 6.
Jakarta: Hipokrates; 2001.
7. Mansjoer Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III Jilid 1. Jakarta:
Media Aesculapius; 2001.
8. Wiknjosastro Hanifa, Abdul Bari Saifudin, Trijatmo Rachimhadhi. Ilmu
Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 1999.
9. Uddin Jurnalis, dkk. Pengetahuan, Sikap dan Praktik Aborsi di Indonesia.
Jakarta: Mitra INTI Foundation; 2004.
10. Dewi, Made Heny Urmila. Abortus Pro dan Kontra di Kalangan Petugas
Kesehatan. Jogjakarta: Pusat Penelitian Kependudukan UGM; 1997.
37
11. Apuranto H, Hoediyanto. Ilmu Kedokteran Forensik Dan Medikolegal.
Surabaya: Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas
Kedokteran UNAIR; 2006.
12. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2002.
13. Hanafiah, M Jusuf, Amri Amir. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan
Edisi 4. Jakarta: EGC; 2008.
14. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan. (Diunduh pada tanggal 30 Juli 2011). Diakses dari :
http://www.pppl.depkes.go.id/_asset/_regulasi/UU_36_Tahun_2009%5B1%5
D.pdf
15. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta; 2002.
16. Dahlan, M Sopiyudin. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi 4.
Jakarta: Salemba Medika; 2009.
17. Ruslijanto H, Haryanto AG, Datu M. Metode Penulisan dan Penyajian Karya
Ilmiah. Jakarta: EGC; 2000.
18. Effendi Fikri. Faktor-faktor yang Mempegaruhi Pengetahuan Sikap dan
Perilaku dalam Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu-ibu tentang Pencegahan
dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di RW 05 Kelurahan Kayu
Putih Tahun 1996 [Laporan Hasil Penelitian]. Jakarta : Bagian Kedokteran
Komunitas FKUI; 1996.
19. Andari B dkk. Aborsi dalam Perspektif Lintas Agama. Yogyakarta:
Kerjasama Ford Foundation dengan Pusat Studi Kependudukan dan
Kebijakan Universitas Gadjah Mada; 2005.
20. Andayani Tri Rejeki. Perilaku Seksual Pranikah dan Sikap terhadap Aborsi.
Semarang: FK UNDIP; 2006.
21. Imran, Irawati. Perkembangan Seksualitas Remaja. Jakarta: Perkumpulan
Keluarga Berencana Indonesia bekerjasama dengan United Nation Fund for
38
Population Activities (UNFPA), International Planned Parenthood Federation
(IPPF), dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN);
2002.
22. Munajat, Nanang. Resiko Reproduksi Remaja. Jakarta: Perkumpulan
Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) bekerja sama dengan United Nation
Fund for Population Activities (UNFPA), International Planned Parenthood
Federation (IPPF) dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN).
23. Irianto, Sulistyowati. Perempuan & Hukum: Menuju Hukum yang
Berperspektif Kesetaraan dan Keadilan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia;
2006.
24. Al-Qur.anul Karim : Surat Al-Israa.: ayat 32
39
FORMULIR PERSETUJUAN
(INFORM CONSENT)
Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Ilmu Kedokteran dan Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah
Lampiran 1
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Usia :
Setelah mendapatkan keterangan secukupnya serta menyadari manfaat dari
penelitian tersebut di bawah ini yang berjudul :
Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Remaja Mengenai Abortus
Provokatus di SMAN 2 Kota Cimahi Tahun 2011
Dengan sukarela menyetujui diikutsertakan dalam penelitian di atas dengan
catatan bila suatu waktu merasa dirugikan dalam bentuk apa pun, berhak
membatalkan persetujuan ini serta berhak mengundurkan diri.
Jakarta, ..2011
Mengetahui
Peneliti
( Yan Ardiansyah )
Yang menyetujui,
Peserta
( )
40
No. Kuesioner :
Petunjuk Pengisian :
Lampiran 2
1. Silahkan anda isi kuesioner di bawah ini dengan jujur sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya
2. Bacalah setiap pertanyaan dengan teliti dan cermat. Tidak perlu bertanya
kepada teman-teman anda di sekolah karena hasil diharapkan murni dari
jawaban pribadi dan akan DIRAHASIAKAN
3. Selamat bekerja !!!
I. Identitas dan Karakter Responden
1. Jenis Kelamin :
2. Tanggal lahir/umur :
3. Agama :
4. Kelas :
5. Asal daerah (Suku) :
II. Faktor Keluarga
1. Pendidikan Ayah :
2. Pendidikan Ibu :
3. Pekerjaan Ayah :
4. Pekerjaan Ibu :
5. Apakah pernah berdiskusi tentang aborsi dengan keluarga dalam 6
bulan terakhir ini ?
1. Pernah 2. Tidak pernah (teruskan ke bagian III)
6. Bila pernah dengan siapa ?
1. Ayah
2. Ibu
3. Saudara pria atau wanita
7. Kapan anda membicarakan topik pada nomor 2 ?
1. Setiap ada kesempatan
2. Waktu makan malam
3. Waktu makan siang
III. Lingkungan sosial
1. Apakah anda pernah mendengar istilah tentang aborsi dari media
massa ?
(6 bulan terakhir)
a. Ya b. Tidak (teruskan ke no.3)
2. Jika ya, darimana anda paling sering mendengar istilah aborsi ?
(Jawaban boleh lebih dari 1)
1. Koran
2. Majalah
3. Buku-buku
4. Televisi
5. Radio
41
6. Internet
3. Pernahkah anda membicarakan masalah aborsi dengan teman sebaya ?
(6 bulan terakhir)
a. Ya b. Tidak (teruskan ke no. 6)
4. Seberapa sering anda dalam membicarakan masalah aborsi dengan
teman sebaya ?
a. Sering (> 1 kali seminggu)
b. Kadang-kadang (1-3 kali sebulan)
c. Jarang (1 kali dalam 6 bulan)
d. Tidak pernah
5. Kapan waktu anda mendiskusikan tentang topik pada nomor 3 dengan
teman anda?
a. Waktu belajar di sekolah c. Saat istirahat
b. Belajar kelompok d. Bila diperlukan
6. Pernahkah anda membicarakan masalah aborsi dengan guru di
sekolah?
(6 bulan terakhir)
a. Ya b. Tidak (teruskan ke bagian IV)
7. Seberapa sering anda dalam membicarakan masalah aborsi dengan
guru ?
a. Sering (> 1 kali seminggu)
b. Kadang-kadang (1-3 kali sebulan)
c. Jarang (1 kali dalam 6 bulan)
d. Tidak pernah
8. Kapan waktu anda mendiskusikan tentang topik ini dengan guru
sekolah ?
a. Waktu belajar di sekolah c. Saat istirahat
b. Belajar kelompok d. Bila diperlukan
IV. Pengetahuan tentang Aborsi
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan melingkari salah satu jawaban
yang menurut anda paling tepat
1. Apa yang dimaksud dengan aborsi ?
a. Menghilangkan janin dalam rahim
b. Suatu tindakan untuk mengugurkan janin yang tidak dikehendaki
c. Berhentinya kehamilan sebelum janin mampu hidup di luar
kandungan atau sebelum usia kehamilan 5 bulan
d. Menggugurkan kandungan secara paksa
e. Bukan salah satu di atas
2. Apakah jenis-jenis aborsi ?
a. Aborsi spontan
b. Aborsi buatan
c. Aborsi buatan medis
d. Aborsi buatan kriminalitas
e. Semua benar
42
a. Hukum Pidana d. Hukum Adat
b. Hukum Perdata e. Hukum Agama
c. Hukum Masyarakat
3. Aborsi yang dilakukan dengan sengaja tanpa alasan kesehatan atau
medis disebut dengan :
a. Aborsi spontan
b. Aborsi buatan medis
c. Aborsi buatan kriminalitas
d. Aborsi komplit
e. Aborsi tidak komplit
4. Penyebab aborsi yang sering dilakukan oleh remaja :
a. Kehamilan yang tidak diinginkan
b. Belum menikah
c. Pasangan tidak mau bertanggung jawab
d. Semua benar
5. Aborsi yang aman (dengan indikasi medis ) dapat dilakukan oleh :
a. Perawat d. Dokter umum
b. Bidan e. Mantri
c. Dokter Spesialis Kandungan
6. Tindakan aborsi yang beresiko tinggi :
a. Penggunaan ramuan
b. Pijatan pada rahim
c. Penggunaan obat-obatan
d. Semua benar
7. Dampak psikologis bagi seseorang yang telah menjalani aborsi adalah:
a. Ketegangan mental d. Stress
b. Perasaan bersalah e. Semua benar
c. Depresi
8. Seseorang yang sengaja melakukan aborsi, menurut Hukum Indonesia
dapat dihukum :
V. Perilaku
1. Apakah anda dulu atau saat ini memiliki hubungan setia/pacaran ?
1. Ya 2. Tidak (jika tidak, lanjutkan ke No. 3)
2. Bila ya, apa yang boleh/pernah anda lakukan dengan teman
setia/pacar anda ? (jawaban boleh lebih dari satu)
a. Ngobrol f. Berpelukan
b. Nonton g. Berciuman mulut
c. Jalan-jalan berduaan di tempat sepi h. Berciuman leher
d. Pegangan tangan i. Meraba buah dada/alat
kelamin
e. Berciuman pipi j. Hubungan seksual
3. Bila tidak punya pacar apakah anda pernah melakukan hal hal seperti
di bawah ini dengan lawan jenis ? (jawaban boleh lebih dari satu)
a. Ngobrol f. Berpelukan
43
b. Nonton g. Berciuman mulut
c. Jalan-jalan berduaan di tempat sepi h. Berciuman leher
d. Pegangan tangan i. Meraba buah dada/alat
kelamin
e. Berciuman pipi j. Hubungan seksual
VI. Sikap terhadap Aborsi
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberikan tanda ceklist (.) pada tempat
yang telah sediakan
No. PERNYATAAN Sangat
Setuju Setuju Ragu-Ragu Tidak Setuju Sangat Tidak
Setuju
1 Kehamilan diluar nikah sebaiknya diakhiri dengan
aborsi
2 Bila remaja belum menikah dan mengalami
kehamilan, boleh melakukan aborsi untuk
mengakhiri kehamilan
3 Salah seorang sahabat Anda mengalami
kehamilan diluar nikah, bermaksud mengakhiri
kehamilannya, bagaimanakah sikap anda ?
4 Jika kakak/adik perempuan anda dihamili oleh
pacarnya dan ingin melakukan aborsi, bagaimana
sikap anda ?
5 Bila anda (wanita) mengalami kehamilan oleh
pacar/kekasih, maka untuk mengakhiri kehamilan,
aborsi adalah tindakan yang tepat
6 Bila anda (pria) mempunyai kekasih yang sedang
hamil oleh perbuatan anda berdua, maka untuk
mengakhiri kehamilan, aborsi adalah tindakan
yang tepat
44
45
Hasil Uji Validitas
Dalam penelitian ini, validitas untuk pertanyaan pengetahuan dilakukan
dengan menggunakan perangkat lunak (software) ITEM AND TEST ANALYSIS
(ITEMAN) yang dibuat khusus untuk analisis butir soal dan tes. Pertanyaan
tersebut dikategorikan valid jika nilai Point Biser > 0,2.
Nomor Butir Kuesioner Hasil Uji
(Point Biser)
Batas Nilai
Valid
Kesimpulan
1 Pengetahuan 1 0,365 0,2 Valid
2 Pengetahuan 2 0,368 0,2 Valid
3 Pengetahuan 3 0,298 0,2 Valid
4 Pengetahuan 4 0,268 0,2 Valid
5 Pengetahuan 5 0,319 0,2 Valid
6 Pengetahuan 6 0,257 0,2 Valid
7 Pengetahuan 7 0,456 0,2 Valid
8 Pengetahuan 8 0,410 0,2 Valid
Hasil Uji Reliabilitas
Pada pertanyaan sikap dan perilaku, digunakan perangkat lunak SPSS.
Batas nilai valid sesuai r tabel ( a = 0,05, n = 30) = 0,361. Jika r hasil lebih
besar
dari r tabel, maka pertanyaan tersebut dianggap valid. Lalu, untuk uji reliabili
tas,
ketentuannya adalah bila r Alpha > r tabel, maka pertanyaan tersebut reliabel.
Nomor Variabel Hasil Uji r-tabel Kesimpulan
1 Sikap 0,881 0,361 Reliabel
2 Perilaku 0,599 0,361 Reliabel
46
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Yan Ardiansyah
Tempat, tanggal lahir : Bandung, 03 Januari 1990
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : KP. Sindangsari RT 02/RW 12 Ds. Laksanamekar
Kec. Padalarang Kab. Bandung Barat
E-mail : yan.fkuin@ymail.com
Pendidikan :
. 2008 sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
.
.
.
2005 2008
2002 2005
1996 2002
: SMAN 2 Cimahi, Kota Cimahi
: SMPN 3 Cimahi, Kota Cimahi
: SDN 1 Kujang, Nagreg, Jawa Barat

Anda mungkin juga menyukai