DISUSUN OLEH :
ii
Laporan Penelitian
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Kedokteran (S.Ked)
OLEH:
Ning Widya Putri Herman
NIM: 108103000009
Pembimbing
iii
HALAMAN PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Ketua Sidang
Penguji I
PIMPINAN FAKULTAS
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan
karunia yang telah diberikan sehingga mengizinkan saya untuk dapat
menyelesaikan penelitian yang berhudul Prevalensi Gangguan Pedengaran Pada
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Islam Negri Syarif
Hidayatullah Tahun 2011. Sehingga saya haturkan terimakasih kepada:
1) Prof. DR. (hc). dr. M.K. Tadjudin, SpAnd, Drs. H. Achmad Ghalib, MA, dan
Dra. Farida Hamid, M.Pd selaku Dekan dan Pembantu Dekan FKIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendengarkan keluh kesah kami
angkatan 2008 PSPD dan senantiasa memberikan semangat agar terus
berjuang untuk menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.
2) DR. dr. Syarief Hasan Lutfie, SpRM sebagai Kaprodi PSPD dan untuk semua
dosen saya, yang telah begitu banyak membimbing dan memberikan
kesempatan untuk menimba ilmu selama saya menjalani masa pendidikan di
PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3) Silvia Fitrina Nasution selaku penangung jawab modul riset mahasiswa PSPD
angkatan 2008 yang telah memotivasi kami untuk mengerjaka riset tepat
waktu
4) dr. Fikri Mirza, Sp.THTdan ibu Ratna Pelawati M. Biomed yang telah banyak
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan
saya dalam penyusunan riset ini.
5) dr. Ibnu Harris, Sp. THT selaku penguji sidang riset yang memberikan
masukan, semangat kepada saya untuk sidang riset pada tanggal 23 September
2011.
6) DR. dr. Syarief Hasan Lutfie, SpRM
memberikan masukan, semangat kepada saya untuk sidang riset pada tanggal
23 September 2011
7) Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Herman Rasjid dan Ibunda Julie Herman,
cinta kasihnya sepanjang masa, pengorbanannya tanpa pamrih, doa dan
harapannya yang baik, senyumnya yang indah dan peluknya yang hangat,
serta ridho untuk anakmu. Terima kasih atas segala kebaikan dan pelajaran
kehidupan yang telah diberikan. Begitu juga Adik-adik tersayang, terima kasih
banyak atas support yang telah diberikan.
8) Muhammad Akbar Andriansah, yang bersedia memberi masukan mengenai
penulisan dan metode dalam penelitia ini.
9) Lisana Siddqin dan Sahara Effendy, yang bersedia meluangkan waktu untuk
berdiskusi dan mengambil data dalam penelitian ini.
Seluruh teman dan sahabat di PSPD 2008-2011 dan teman-teman yang telah
memberikan bantuannya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.
vi
ABSTRAK
Ning Widya Putri Herman (108103000009). Program Studi Pendidikan Dokter
UIN Syarif Hidayatullah. Prevalensi Gangguan Pendengaran Pada Mahasiswa
Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah
Tahun 2011
Latar belakang: Gangguan pendengaran dapat bersifat konduktif dan
sensorineural. Keduanya dapat disebabkan oleh faktor lingkungan seperti paparan
bising yang kontinyu. Penelitian ini membahas mengenai prevalensi gangguan
pendengaran pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter tahun 2011
Metode: Penelitian deskriptif ini menggunakan 41 sampel. Analisis deskriptifi
untuk mengetahui prevalensi gangguan dengar dari data hasil pemeriksaan
audiometri nada murni hantaran udara. Analisis deskriptif dan frekuensi data
gambaran penggunaan headset dan gambaran gejala ketulian akibat bising.
Hasil: Prevalensi gangguan pendengaran pada Mahasiswa Program Studi
Pendidikan Dokter tahun 2011 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Syarif Hidayatullah adalah 39% terdiri dari 74.9 % dicurigai mengalami gangguan
pendengaran sensorineural pada satu atau kedua sisi telinga dan 25% dicurigai
mengalami gangguan pendengaran konduksi pada satu atau kedua sisi telinga.
Kata Kunci: Prevalensi gangguan pendengaran.
vii
ABSTRACT
Ning Widya Putri Herman (108103000009). Medical Faculty of Syarif
Hidayatullah State Islamic University Jakarta. Prevalence of Hearing Impairment
at Medical Student Faculty of Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta
in 2011.
Background: Hearing impairment can be conductive and sensorineural problem.
Both can caused by enviromental factor such as exposure to noise. This study
discusses the prevalence of hearing impairment in students of medical education
study in 2011.
Methods:This descriptive study using 41 sampels. Description the prevalence of
hearing impairment from the result of pure tone audiometri air conduction
examination. Descriptive data of headset use and description of noise induced
hearing deafness symptoms.
Results: The prevalence of hearing impairment on medical student faculty of
syarif hidayatullah state islamic university jakarta in 2011 was 39%, comsisted
74.9% suspect sensorineural hearing loss in one or both sides of the ear and 25%
suspect conduction hearing loss in one or both side of the ear.
Key Words: Prevalence of Hearing impairment
viii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ...............................................................................
ii
iii
xii
xiii
10
11
12
25
28
28
28
ix
28
29
29
29
29
29
30
33
33
33
34
34
35
39
42
40
44
45
46
LAMPIRAN ........................................................................................................ 49
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1.
11
Tabel 2.2.
17
Tabel 2.3.
20
Tabel 2.4.
21
Tabel 4.1.
Tabel 4.2.
Tabel 4.3.
Distribusi
Responden
Berdasarkan
Gambaran
37
Gejala
Gangguan Telinga..................................................................
Tabel 4.4.
34
40
xi
42
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1.
Anatomi Telinga................................................................ 5
Gambar 2.2.
Gambar 2.3.
Gambar 2.4
10
Gambar 2.5
Circumaural Headset........................................................
14
Gambar 2.6
14
Gambar 2.7
Earbuds/ Earphones.........................................................
15
Gambar 2.8
Canalphones.....................................................................
16
Gambar 3.1.
Alur Penelitian...........................
30
Gambar 4.1.
35
Gambar 4.2.
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.
Informed Consent............................................................
Lampiran 2.
49
ganguan telinga................................................................
50
Lampiran 3.
53
Lampiran 4.
52
Lampiran 5.
55
xiii
BAB 1
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Angka gangguan pendengaran di Indonesia cukup mengejutkan,
termasuk yang tertinggi di bilangan Asia Tenggara yaitu 16.8% untuk
gangguan pendengaran. Menurut SK Menkes no 768/menkes/SK/VII/2007
ada lima penyebab gangguan pedengaran (tuli)
dicegah dan diobati yaitu OMSK, Tuli sejak lahir, Tuli orang tua, tuli akibat
bising dan serumen.1
Dewasa ini remaja semakin gemar untuk mendengarkan musik
melalui headset yang tersambung pada alat-alat pemutar musik. Kebiasaan
tersebut dapat memicu timbulnya gangguan pada pendengaran. Menurut the
National Health and Nutrition Examination Survey di United States,
Amerika, pada tahun 1988, tercatat 15 % remaja mengalami masalah pada
pendengaran. Jumlah tersebut melonjak menjadi 19,5 % pada tahun 2000.
Lonjakkan ini menyebabkan para peneliti untuk menghubungkannya dengan
kenaikan jumlah pengguna media pemutar musik.2
Para peneliti sekarang pun meyakini, meningkatnya popularitas
alat pemutar musik itu hanya akan membuat semua menjadi lebih buruk.
The EUs Scientific Committee on Emerging and Newly Identified Health
Risks (SCENIHR) memperkirakan, sekitar 5 sampai 10 % pengguna alat
pemutar musik berisiko kehilangan pendengaran permanen jika mereka
mendengarkan musik lebih dari 1 jam sehari dengan tingkat volume tinggi
setidaknya untuk kurun waktu lima tahun. Gangguan pendengaran dalam hal
ini hilangnya pendengaran disebabkan oleh pajanan bising yg terus menerus
yang sesungguhnya dapat di cegah. 3
Gangguan pendengaran akibat bising (noise induce hearing loss)
ialah gangguan pendengaran yang disebabkan akibat pajanan bising yang
cukup keras dalam jangka waktu yang cukup lama dan biasanya diakibatkan
oleh bising lingkungan kerja.4
pendengaran pada
mahasiswa
program studi
1. 2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut di atas
dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: berapa prevalensi
gangguan pendengaran pada mahasiswa program studi pendidikan dokter
FKIK UIN Syarif Hidayatullah tahun 2011?
1. 3.
Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Diketahuinya prevalensi gangguan pendengaran pada
mahasiswa program studi pendidikan dokter FKIK UIN Syarif
Hidayatullah tahun 2011.
telinga
berdenging,
sensitifitas
telinga
ini
dapat
memberikan
informasi
tentang
hasil
tentang
prevalensi
gangguan
pendengaran
pada
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Kerangka Teori
hubungan
yang
bersifat
Iogaritmik,
setiap
10
merasa
musik
tersebut
sebagai
suatu
kebisingan
yang
mengganggu.8
Sedangkan secara audiologi, bising adalah campuran nada
murni dengan beragai frekuensi.4 Bising yang intensitasnya 85 desibel
(dB) atau lebih dapat menyebabkan kerusakan pada reseptor
pendengaran Corti di telinga dalam. Yang sering mengalami kerusakan
adalah alat Corti untuk reseptor bunyi yang berfrekuensi 3000 Hz 6000 Hz dan yang terberat terjadi kerusakan pada alat Corti untuk
reseptor bunyi yang berfrekuensi 4000 Hz.4
11
2.1.4.
12
menjadi
(kongenital),
labirintitis
(oleh
bakteri atau
virus),
13
rekruitmen
adalah
suatu
fenomena
pada
media
pemutar
musik1 3 ;
(1)Circumaural.
Adalah
penggunanya
dirancang untuk
menempel
kepala, sehingga
bertujuan
untuk
14
atau
juga
di
kenal
dengan
earpad
Supra-aural headphone
tidak sama
besar
13
15
headphone
jenis
ini
terbaik
untuk
kemudahan
headphone
memiliki
beberapa
kelemahan. Beberapa
16
memblokir kebisingan
rangka
dan 2) untuk
yang
Remaja
diketahui
memiliki
kebiasan
17
2.1.6.
Pemeriksaan Pendengaran
mengetahui
adanya
gangguan
pendengaran
18
rinne
negatif
(-).3
Hasil
tes
Rinne
negatif
19
mendengar
maka
disebut
schwabah
sama
dengan
normal.
Hasil tes
Schwabah
memendek
2.1.6.2.
berasal
dari
nada
murni
adalah
suatu
sistem
uji
pendengarannya.
Masing-masing
untuk
menukur
20
pendengaran
sensorineural
atau
tili
konduktif,
campur.
gangguan
pendengaran
Derajat
kegangguan
pendengaranannya.
Dalam
menetukan
derajat
21
posisi
pasien
saat
melakukan
22
23
24
Apabila
pasien
gagal
memberikan
respon
yang
diperiksa,
sebaiknya
dilakukan
pemeriksaan interoktaf.
7. Ambang dengar ditentukan pada amplitudo minimal
yang dapat dideteksi oleh pasien dengan benar minimal
2 dari 3 kali pemberian stimulus pada amplitudo yang
sama. Apabila pada pemeriksaan kedua pada frekuensi
1000 Hz didapatkan ambang dengar lebih dari 5 dB,
maka diambil ambang dengar yang terendah dari kedua
pemeriksaan.
ambang
dengar
hantaran
tulang
kesan
ini
pemeriksaan audiometri.
harus
dicatat
pada
hasil
25
2.2.
Kerangka Konsep
2.3.
Definisi Oprasional
1. Yang dimaksud dengan Gangguan pendengaran adalah
jika ambang dengar >25db pada salah satu atau kedua
telinga. Responden dikatakan normal jika ambang dengar
25dB pada kedua telinga.4
2. Pada penelitian ini ambang dengar diperoleh dari
pemeriksaan audiometri nada murni. Pada pemeriksaan
audiometri hanya menggunakan hantara udara.
3. Derajat gangguan pendengaranan (tuli) didapat dari
pemeriksaan
audiometri
nada
murni
menggunakan
26
yaitu
penurunan
pendengaran,
telinga
kuisioner.
Responden
diminta
untuk
27
menyatakan
pernah atau
tidak pernah
merasakan
BAB 3
METODE PENELITIAN
3. 1. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah survey yang bersifat deskriptif dengan
menggunakan desain cross sectional.
3. 2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dilingkungan kampus Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. 3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi dan sampel yang diteliti
3.3.1.1. Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari Mahaiswa
Program Studi Pendidikan Dokter angkatan 2008, 2009 dan 2010
3.3.1.2. Sampel
Sampel pada penelitian ini merupakan mahasiswa Program
Studi Pendidikan Dokter Angkatan 2008, 2009 dan 20010 yang
memenuhi kriteria inklusi peneliti.
: Jumlah sampel
: Ditentukan oleh tingkat kepercayaan pada = 5%; Z =
: 0.5
: 1 p : 0.5
: 15%
28
29
merupakan
alat
atau
fasilitas
yang
3. 3. 4. Kriteria sampel
3.3.4.1.
Kriteria Inklusi
Mahasiswa program studi pendidikan dokter angkatan
2008, 2009 dan 2010 Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah yang bersedia menjadi
sampel.
30
3.3.4.2.
Kriteria Eksklusi
31
dengan
kebiasaannya
menggunakan
headset.
Agar
32
33
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah
Persentase (%)
18
23
43.9
56.1
3
10
10
7.3
24.4
24.4
18
43.9
34
35
dengan
36
pendengaran
37
Jumlah
Persentase (%)
4
9
8
9.8
22
19.5
4. > 3 tahun
Frekuensi penggunaan headset
1. 1-2 hari/minggu
2. 3-4 hari/minggu
20
48.8
2
7
4.9
17.1
3. 5-6 hari/minggu
4. Setiap hari
Lama Waktu Setiap 1 Kali
Menggunakan Headset
1. < 1 jam
2. 1-2 jam
22
10
53.7
24.4
8
9
19.5
22
3. > 2 jam
Tingkat volume
1. < 20%
2. 20% - 30%
3. 40% - 50%
24
58.5
5
3
2
12.2
7.3
4.9
12
8
11
29.3
19.5
26.8
2
6
4
4.9
14.6
9.8
22
1
6
53.7
2.4
14.6
3
6
7.3
14.6
26
6
63.4
14.6
4.
60% - 70%
5. 80% - 90%
6. 100%
Media player yang digunakan
1. Ipod
2. Mp3/Mp4
3. Nokia
4.
Blackberry
5. Sony Ericsson
6. Laptop/ komputer
Jenis headset yang digunakan
1. Circumaural
2. Supra-aural
3.
4.
Earbuds
Canalphone
38
responden
berdasarkan
tingkat
volume
saat
Volume yg di
39
volume 80 persen (80 desibel), hanya boleh 1,2 jam dosis maksimal
per hari. Dan, pada volume 70 persen (70 desibel), hanya boleh sekitar
4,6 jam maksimal per hari. Lebih dari itu, risiko terjadinya trauma
bising akan lebih besar. Jadi, sebaiknya dipakai pada volume rendah
karena akan lebih aman.12
Media player yang paling banyak di gunakan oleh responden
adalah Blackberry sejumlah 22 responden. Urutan ke dua adalah
Mp3/Mp4 player Sejumlah 6 Responden. Hal tersebut memungkinkan
responden dapat menggunakan headset dalam setiap aktivitas.
Jenis headset yang paling banyak di gunakan oleh responden
adalah earbud sejumlah 26 responden. Jenis headset tesebut tidak
dapat meredam bising lingkungan dengan baik.17 Hal tersebut
memungkinkan sebjek penelitan untuk meningkatkan volume saat
berada di lingkungan yang bising. Sebaiknya digunakan headset jenis
lain seperti jenis Canalphone sebab jenis tersebut dapat meredam
bising lingkungan dengan baik sehingga penggunanya tetap dapat
menggunakan volume yang rendah dalam lingkungan yang ramai atau
tingkat kebisingannya tinggi. Selain itu headset jenis ini memiliki
ukuran yg kecil sehingga mudah dibawa serta disimpan pada
kompartemen yang kecil dan bentuknya lebih fleksibel dan nyaman di
kenakan pada telinga dibanding headset jenis earbud.18
4.1. 4. Gambaran Gejala Gangguan Pada Telinga
Gambaran adanya gejala gangguan pendengaran pada
telinga yang dirasakan responden semenjak ruting memakai
headset didapat melalui wawancara berdasarkan kuisioner.
Komponen yg di tanyakan untuk mengetahui adanya gangguan
telinga yang dirasakan responden semenjak sering menggunakan
headset, yaitu, penurunan pendengaran, telinga berdenging,
sensitifitas telinga meningkat terhadap suara, sulit memahami
pembicaraan di tempat ramai. Didapati hasil sebagai berikut:
40
Jumlah
Presentase (%)
10
6
62.5
37.5
10
6
62.5
37.5
13
3
81.2
18.2
7
9
43.8
56.2
41
memudahkan
responden
peneliti
mencoba
pendengaran
sensorineural
dimana
telinga
yang
jangan
berteriak,
sedangkan
orang
yang
responden
mengalami
kesulitan
sensorineural sangat
42
4.2.
Analisa Bivariat
Pada penelitian sebelumnya didapatkan bahwa penggunaan
portable CD player dapat menyebabkan kerusakan pada organ koklea. Hal
ini bergantung pada lama penggunaan headset, tingkat volume yang dipilih,
frekuensi penggunaan, kebisingan lingkungan saat menggunakan headset,
jenis musik yang didengarkan dan karakteristik perilaku lainnya.19
Berdasarkan penelitian diatas, selanjutnya peneliti mencoba
mencari hubungan antara gambaran penggunaan hedset yang terdiri dari
lama penggunaan hedset (skor1-4), frekuensi penggunaan headset (skor 14), lama waktu penggunaan headset (skor 1-3) dan tingkat volume yang
digunakan (skor 1-6) sesuai dengan tabel 4.2 dengan peningkatan ambang
dengar pada frekuensi 500 Hz, 1000 Hz, 2000 Hz dan 4000 Hz. Nilai
Skoring maksimum dari setiap variabel diatas 17. Dari hasil analisis
tersebut
akan
diperoleh
koefesien
korelasi.
Koefesien
korelasi
1: Korelasi sempurna
Berikut hasilnya:
Tabel 4.4. Hubungan antara penggunan headset dengan peningkatan ambang
dengar
Skoring Pearson
Correlation
Frekuensi (Hz)
1000
2000
500
4000
Telinga Kanan
0.189
0.356
0.224
0.188
Telinga Kiri
0.104
0.428
0.274
0.269
43
Didapatkan nilai 0.356 dan 0.428 pada frekuensi 1000. Hal tersebut
menyatakan adanya hubungan cukup antara gambaran penggunaan dengan
kenaikan ambang dengar pada frekuensi 1000Hz. Gangguan pendengaran
akibat bising (GPAB/ NIHL) digambarkan dengan penurunan ambang
dengar pada frekuensi 3000-6000 Hz terutama pada frekuensi 4000 Hz.4
Pada penelitian ini tidak didapati hubungan yang bermakna antara gambaran
penggunaan headset dengan peningkatan ambang dengar pada frekuensi
4000 Hz. Perlu ditambahkan skoring mengenai jenis musik yang
didengarkan dan lingkungan menggunakan headset serta pada penelitian
selanjutnya.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Prevalensi gangguan pendengaran pada Mahasiswa Program Studi
Pendidikan Dokter tahun 2011 Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah adalah 39% terdiri dari 74.9 %
dicurigai mengalami gangguan pendengaran sensorineural pada satu
atau
44
45
5.2.
Keterbatasan Peneliti
Penelitian ini mempunyai keterbatasan-keterbatasan yaitu:
1. Keterbatasan
alat,
pemeriksaan
gangguan
pendengaran
hanya
Saran
Perlu dilakukan penelitian dengan sampel yang lebih luas agar
DAFTAR PUSTAKA
1. Soetjipto, Damayanti. Komite Nasional Penanggulangan Gangguan
Pendengaran
dan
Ketulian.
2010.
Diakses
di:
http://ketulian.com/vi/web/index.php?to=home.
2. Niskar AS, Kieszak SM, et.al. Prevalence of Hearing Loss Among
Children 6 to 19 Years of Age: The Third National Health And Nutrition
Examination
Survey
NHANES
III.2001.
Diakses
di:
http://pediatrics.aappublications.org/content/108/1/40.abstract?ijkey=b006
c4cdcb9d635d64a22aa17a40954f983a1306&keytype2.
3. Scientific Committee on Emerging and Newly Identified Health
Risks. Potential health risks of exposure to noise from personal
music players and mobile phones including a music playing function.
2008.
Diakses
di:
http://ec.europa.eu/health/ph_risk/committees/04_scenihr/docs/scenihr_o_
018.pdf
4. Bashiruddin J, Soetirto I. Gangguan Pendengaran Akibat Bising (Noise
Induced Hearing Loss). Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J
& Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Penyakit THT. Edisi ke-6. Jakarta: Balai
Penerbit FK UI; 2010. Hlm 49-52.
5. Rabinowitz PM. Hearing Loss and Personal Music Players. BMJ; 2010.
Diakses di: http://www.bmj.com/content/340/bmj.c1261.full pada tanggal
6. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi ke-2. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2001. Hlm 176-85.
7. Martini FH. Fundamental of Anatomy and Physiology. Edisi ke-8. USA :
Pearson Benjamin Cummings; 2009. Hlm 585-8, 592-7.
8. Gabriel JF. Fisika Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
1996. Hlm 87-95
9. Tambunan S, Kebisingan Di Tempat Kerja. Yokyakarta: Penerbit Buku
FKUGM; 2005.
46
47
Assessment.
Hearnet;
2007
Diakses
di:
http://www.saif.com/_files/SafetyHealthGuides/S-839.pdf.
13. Frank, Tom. Basic Instrumen and Calibration. Dalam: Audiologi
Diagnosis. United State of America: Thieme Medical Publisher; 2000.
Hlm. 185-187
14. Hernita, Samihardja Y. Perbanding Ketepatan Tes Garpu Tala dengan
Audiometri Nada Murni dalam Penentuan Jenis Kurang Pendengaran.
2005. Diakses di: http://www.m3undip.org/ed1/artikel_05.htm
15. Soedjak, Sardjono. Teknik Pemeriksaan Telinga, Hidung & Tenggorok.
Jakarta : EGC; 2000
16. Penuntun Pemeriksaan Audiometri. Dalam: Penuntun Praktikum Fisiologi
Modul Indra. Jakarta: Departemen Fisiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2010.
17. William E. Hodgetts, et.al. The Effects of Listening Environment and
Earphone Style on Preferred Listening Levels of Normal Hearing Adults.
USA. Using an MP3 Player. Ear&Hearing; 2007. Vol 28. No. 3. Hlm 290
18. Brian J, Fligor and L, Clarke Cox. Output Levels of Commercially
Available Portable Compact Disc Players and the Potential Risk to
Hearing. National Institute for Occupational Safety and Health for
protecting the occupational worker; 2004. Hlm. 513
19. Florentine, M., Hunter, W., Robinson, M., Ballou, M., & Buus, S. On the
behavioral
characteristics
of
loud-music
listening.USA:
Ear
&
48
49
Saya telah mendapatkan penjelasan secara rinci dan mengerti mengenai Riset
Prevalensi gangguan pendengaran oleh NIng Widya Putri, Mahasiswa jurusan
pendidikan dokter angkatan 20078 FKIK UIN Syarif Hidayatullah. Saya mengerti
bahwa partisipasi saya dilakukan secara sukarela. Pernyataan bersedia diwawancara
dan diperiksa.
( _______________________ )
50
Nama
2.
Umur
3.
No. HP
4.
Jenis Kelamin
IDENTITAS RESPONDEN
Angkatan:
1. Lakilaki
II.
2. Perempuan
2.
3.
4.
5.
1.
2.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Ya
Tidak
< 1 tahun
1-2 tahun
3 tahun
> 3 tahun
1-2 hari/minggu
3-4 hari/minggu
5-6 hari/ minggu
Setiap hari
< 1 jam
1-2 jam
>2 jam
Ipod
Mp3/Mp4 player
Nokia
Blackberry
Sony Ericsso
Laptop/Kompute
Lain-lain : ____________
51
6.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
< 20 %
20 % - 30 %
40% - 50 %
60 % - 70 %
80 % - 90 %
100 %
Circumaural
2. Supra-aural
4. Canalphones
52
8.
1. Ya dapat
2. Tidak dapat
15.
16.
1. Tidak pernah
2. Pernah
1. Tidak merasakan penurunan
2. Merasakan penurunan
1. Tidak pernah
2. Pernah
1. Tidak pernah
2. Pernah
1. Tidak pernah
2. Pernah
1. Tidak pernah
2. Pernah
53
KESIMPULAN:_______________________________
54
KESIMPULAN________________________________
55
56
57
58
59
60
61
Lampiran 6.
RIWAYAT PENULIS
Identitas:
Nama
Jenis kelamin
: Perempuan
No. telepon
: +628567163123
: ning.widya@ymail.com
Pendidikan:
2005 2008
2002 2005
1996 2002
1994 1996