OLEH:
Linda Fajriah
NIM: 11181330000021
FAKULTAS KEDOKTERAN
JAKARTA
1442 H / 2021 M
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Materai
Rp 6000
Linda Fajriah
i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Laporan Penelitian
Oleh :
Linda Fajriah
NIM : 11181330000021
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Dr. dr. Mukhtar Ikhsan, Sp.P(K), MARS dr. Bimo Aryo Tejo, Sp.DV
FAKULTAS KEDOKTERAN
1442 H / 2021 M
ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
DEWAN PENGUJI
Ketua Sidang
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. dr. Mukhtar Ikhsan, Sp.P(K), MARS dr. Bimo Aryo Tejo, Sp.DV
NIP 195404061981111001
Penguji I Penguji II
dr. Hari Hendarto, Sp.PD-KEMD. Ph.D, FINASIM Dr. dr. Achmad Zaki, M. Epid, SpOT
NIP 196511232003121003 NIP 197805072005011005
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
berkah dan rahmat-Nya serta nikmat yang telah diberikan sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan laporan hasil penelitian yang berjudul “Hubungan
Perilaku Penggunaan Tabir Surya Dengan Derajat Keparahan Melasma”
dengan lancar. Sholawat dan salam juga selalu teriring dan tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah menjadi suri tauladan yang baik bagi umatnya, yang
telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang penuh ilmu dan
pengetahuan.
iv
semangat kepada penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas
Kedokteran.
7. Orang tua penulis ayahanda Drs. Rojali dan uminda Dra. Nuriyah yang
selalu memberikan semangat, nasihat, doa dan dukungan secara moral
maupun moril sehingga penulis dapat menempuh pendidikan sejauh ini
dan dapat mencapai cita-cita menjadi seorang dokter yang hebat.
8. Teman teman seperjuangan tim riset, yaitu Fardha Nadya Yunitha, Sinta
Maharani Fawwaz, Raden Tasya Shafira, dan Mohammad Alwan
Pramedisca yang telah banyak membantu serta saling menguatkan dan
mendoakan untuk berjuang menyelesaikan skripsi ini.
9. Sahabat-sahabatku, yaitu Shafiya Fatiha Rahmi, Sri Murniati, dan
Serina Aulia Noviani yang selalu menyemangati, menemani dan
membantu penulis dalam keadaan apapun hingga detik ini sehingga
banyak direpotkan.
10. Seluruh teman-teman sejawat FK UIN 2018 yang sejak awal hingga saat
ini saling menyemangati dan berjuang bersama untuk meraih impian
menjadi dokter muslim yang hebat serta bermanfaat untuk membantu
banyak orang.
11. Semua pihak-pihak lain yang telah membantu dan terlibat sehingga
penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini dengan baik dan tepat
waktu.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna, baik dari segi penulisan, pembahasan, ataupun penyusunannya. Oleh
karena itu, penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan baik dalam penulisan,
bahasa, maupun dalam susunan kalimatnya. Penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat positif dan membangun dari para pembaca demi sempurnanya laporan
hasil skripsi ini.
Linda Fajriah
v
ABSTRAK
Latar belakang: Tabir surya merupakan suatu bahan yang berfungsi sebagai
pelindung bagi kulit dari pengaruh radiasi sinar UV. Melasma merupakan kelainan
hiperpigmentasi berupa makula coklat didapat pada kulit yang bersifat kronis dan
cenderung berulang pada daerah terpajan matahari. Untuk etiopatogenesisnya
masih belum jelas, radiasi ultraviolet (UV) berperan dalam terjadinya melasma.
Penggunaan tabir surya yang baik dan benar dapat memperbaiki dan mencegah
timbulnya melasma. Tujuan penelitian: Untuk mengetahui hubungan perilaku
penggunaan tabir surya dengan derajat keparahan melasma. Metode penelitian:
Penelitian ini menggunakan desain observasi analitik dengan rancangan potong
lintang (cross-sectional). Pengambilan sampel melalui metode consecutive
sampling sehingga didapatkan jumlah sampel sebanyak 50 responden. Derajat
keparahan melasma didapatkan melalui pemeriksaan fisik kemudian diukur
menggunakan skor MASI dan perilaku penggunaan tabir surya diukur dengan
pengisian kuesioner. Analisis data menggunakan SPSS dengan uji pearson,
dianggap bermakna jika sig <0.05. Hasil Penelitian: Tingkat perilaku penggunaan
tabir surya mayoritas pasien sudah dalam kategori sedang-baik, sebanyak 23
responden (46%) berperilaku baik dan 19 responden (38%) berperilaku sedang,
hanya 8 orang (16%) dalam kategori kurang. Derajat keparahan melasma
berdasarkan skor MASI diperoleh sebanyak 38 pasien (76%) memiliki derajat
keparahan melasma tingkat ringan, 7 pasien (14%) kategori sedang, dan 5 pasien
(10%) kategori berat. Terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku
penggunaan tabir surya dengan derajat keparahan melasma (nilai p=0,014) dengan
korelasi sebesar- 0,346 menunjukkan hubungan tidak searah dan kekuatan korelasi
yang lemah. Kesimpulan: Perilaku penggunaan tabir surya dapat mempengaruhi
derajat keparahan melasma.
vi
ABSTRACT
vii
DAFTAR ISI
viii
2.1.8 Pencegahan ............................................................................................ 18
2.1.9 Derajat Keparahan Melasma (skor MASI) ........................................ 20
2.2 Tabir Surya ...................................................................................................... 22
2.2.1 Definisi .............................................................................................................. 22
2.2.2 Klasifikasi ......................................................................................................... 22
2.2.3 Penggunaan Klinis ........................................................................................... 23
2.2.4 Hubungan Penggunaan Tabir Surya dengan Melasma ..................... 24
2.3 Perilaku ............................................................................................................ 25
2.4 Kerangka Teori ................................................................................................ 27
2.5 Kerangka Konsep ............................................................................................ 28
2.6 Definisi Operasional ........................................................................................ 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 30
3.1 Desain Penelitian ............................................................................................. 30
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian........................................................................ 30
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................................... 30
3.3.1 Populasi .................................................................................................. 30
3.3.2 Sampel .................................................................................................... 30
3.4 Variabel penelitian .......................................................................................... 32
3.4.1 Variabel bebas ....................................................................................... 32
3.4.2 Variabel terikat ..................................................................................... 32
3.5 Cara Kerja Penelitian ..................................................................................... 32
3.5.1 Pengisian kuesiner ................................................................................. 32
3.5.2 Pemeriksaan Fisik di Wajah ................................................................ 32
3.6 Analisis Data .................................................................................................... 32
3.7 Alur Kerja Penelitian ...................................................................................... 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 34
4.1 Hasil .................................................................................................................. 34
4.1.1 Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner ............................................... 34
4.1.2 Analisis Univariat .................................................................................. 35
4.1.3 Analisis Bivariat .................................................................................... 39
4.2 Pembahasan ..................................................................................................... 40
4.3 Integrasi Keilmuan dan Keislaman ............................................................... 44
4.4 Keterbatasan Penelitian .................................................................................. 45
ix
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 46
5.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 46
5.2 Saran ................................................................................................................. 46
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 48
LAMPIRAN ......................................................................................................... 52
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Tabir Surya berdasarkan Spektrum dan Bahan .................. 23
Tabel 2.2 Definisi Operasional Variabel ............................................................... 29
Tabel 4.1. Distribusi subjek berdasarkan umur ..................................................... 35
Tabel 4.2. Rerata umur subjek Melasma ............................................................... 35
Tabel 4.3. Distribusi subjek berdasarkan jenis kelamin ........................................ 36
Tabel 4.4. Distribusi subjek berdasarkan pekerjaan.............................................. 36
Tabel 4.5. Distribusi frekuensi tingkat perilaku penggunaan tabir surya ............. 37
Tabel 4.6. Rerata perilaku penggunaan tabir surya pada subjek ........................... 37
Tabel 4.7. Distribusi tingkat derajat keparahan melasma ..................................... 38
Tabel 4.8. Rerata nilai skor MASI pada subjek .................................................... 38
Tabel 4.9. Gambaran perilaku penggunaan tabir surya dengan derajat melasma . 39
Tabel 4.10. Hubungan perilaku penggunaan tabir surya dengan keparahan
melasma................................................................................................................. 40
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
gelap terutama tipe kulit Fitzpatrick III dan IV, predisposisi genetik, pajanan sinar
UV, kehamilan, dan penggunaan hormon eksogen.5
Dari penelitian yang sama juga didapatkan pada responden yang rutin
memakai tabir surya memiliki derajat melasma sedang yaitu sebanyak 3,3%. Hal
ini dapat disebabkan karena perilaku yang belum benar dalam menggunakan tabir
surya. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Wadoe dkk pada mahasiswa
3
UNAIR tahun 2019 melaporkan perilaku penggunaan tabir surya masih kurang
baik.8
Oleh karena uraian di atas, tabir surya merupakan salah satu upaya
pencegahan dan pengobatan melasma sehingga peneliti berkeinginan untuk
meneliti dan membuktikan adakah hubungan perilaku penggunaan tabir surya
dengan derajat keparahan melasma. Dengan demikian, penelitian ini juga dapat
bermanfaat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pentingnya
menggunakan tabir surya sebagai proteksi bagi kulit dari radiasi sinar UV dan
sebagai upaya pencegahan terjadinya melasma.
1.5.2 Institusi
Dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan sebagai bahan dasar
rujukan mengenai hubungan antara perilaku penggunaan tabir surya
dengan derajat keparahan melasma
5
1.5.3 Masyarakat
Dapat menambah pengetahuan mengenai pentingnya menggunakan
tabir surya sebagai upaya pencegahan timbulnya kelainan kulit salah
satunya melasma akibat sinar UV sehingga diharapkan masyakat
menjadi lebih sadar dan berkeinginan untuk merawat kesehatan kulit
yaitu dengan pemakaian tabir surya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Melasma
6
7
2. Tipe dermal
Berupa lesi pigmen coklat keabuan dengan batas tidak tegas.
Dibandingkan dengan sinar biasa, pada sinar Wood tidak ditemukan
adanya warna kontras sehingga aksentuasi tidak terlihat.
3. Tipe campuran
Terjadi deposit melanin di lapisan epidermis dan dermis. Terlihat
adanya peningkatan pewarnaan di lokasi tertentu sehingga tampak
beberapa lokasi lebih jelas dan tidak jelas.
4. Tipe indeterminate
Tipe ini sering ditemukan pada individu dengan kulit gelap. Biasa
disebut juga sebagai tipe sukar dinilai. Hal ini dikarenakan pada
pemeriksaan sinar wood, lesi menjadi tidak jelas akibat warna kulit yang
gelap sedangkan dengan sinar biasa dapat terlihat lebih jelas.
10
2.1.4 Etiologi
Etiologi utama yang mendasari timbulnya melasma masih belum
diketahui secara pasti. Banyak faktor yang berperan dalam patogenesis
melasma. Beberapa faktor risikonya antara lain warna kulit gelap (tipe kulit
Fitzpatrick III dan IV), predisposisi genetik, pajanan sinar matahari, terapi
hormonal dan kehamilan. Selain itu, kosmetika tertentu, defisiensi nutrisi,
obat-obat yang bersifat fototoksik, fotosensitif, atau fotoalergik, maupun
obat-obatan antikonvulsan juga menjadi faktor yang memengaruhi
terjadinya melasma.5,9, 12,19
2.1.4.2 Hormon
Kadar estrogen, progesteron, dan MSH (Melanin Stimulating
Hormone) biasanya meningkat pada ibu hamil trimester tiga sehingga
kejadian melasma meluas pada usia kandungan tersebut. Selain itu, pil
kontrasepsi oral yang mengandung estrogen dan progesteron juga telah
diamati dan menunjukan bahwa dalam 1 bulan sampai 2 tahun setelah
pemakaian akan tampak adanya melasma. 9,19
Penelitian yang telah dilakukan oleh Guinot dkk melaporkan bahwa
kehamilan sebagai faktor yang memberat pada 51% wanita dan
kontrasepsi oral sebagai faktor pemicu pada 26% pasien dan faktor yang
memperburuk pada 38% pasien. Risiko 8 kali lebih tinggi terjadi melasma
yang lebih parah pada wanita dengan kontrasepsi oral. Didapatkan
hubungan bermakna antara derajat keparahan melasma dan penggunaan
kontrasepsi oral. Efek tersebut diduga akibat estrogen dan progesterone
yang stimulasi melanogenesis.20
2.1.4.3 Obat
Beberapa contoh obat yang dapat menyebabkan timbulnya melasma
antara lain difenil hidantoin, mesantoin, klorpromasin, sitostatik, dan
12
2.1.4.4 Genetik
Predisposisi genetik diduga merupakan faktor utama dalam
etiopatogenesis melasma. Dilaporkan adanya kasus keluarga sekitar 20-
70%.9 Hasil laporan menunjukan sekitar 50% kasus dengan riwayat
keluarga yang positif melasma. Kembar identik telah dilaporkan
mengembangkan kejadian tersebut.19 Terdapat 48% dari 324 wanita yang
memiliki riwayat keluarga dengan melasma, hal ini didapat dari penelitian
pada 9 negara (Amerika serikat, Perancis, Jerman, Belanda, Meksiko,
Italia, Singapura, Korea Selatan, dan Hongkong).12
Penanda genetik tertentu seperti tirosinase (TYR),
microphthalmiaassociated transcription factor (MITF), silver locus protein
homolog (SILV), dan tyrosinase related protein 1 (TYRP1) yang terdapat
pada kulit pasien melasma berkaitan dengan peningkatan sintesis dan
regulasi melanin pada melanosit. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Kang dkk pada tahun 2011 menunjukan adanya modulasi ekspresi 279 gen
pada lesi 12 pasien melasma. Dari gen tersebut, terdapat 4 peningkatan
ekpresi utama yang terkait dengan melanogenesis, yaitu gen TYRP1, dan
3 modulator jalur Wnt (Wnt5a, SFRP2, WIF1). Jalur penghantaran Wnt
berperan pada perkembangan melanosit, sehingga modulasi pada jalur
tersebut mungkin menyebabkan kelainan hiperpigmentasi.5,12,21
2.1.4.5 Ras
Melasma dapat terjadi pada semua kelompok ras, namun lebih
sering dijumpai pada kulit gelap (tipe kulit IV-VI) dan tinggal di daerah
dengan radiasi UV tinggi, seperti Hispanik/Latin, dan Asia. Prevalensi
pada wanita Asia Tenggara mencapai 40% kasus.9,21
13
2.1.4.6 Kosmetika
Kosmetik merupakan campuran kompleks yang mengandung
parfum, pengawet, zat pewama, atau bahan-bahan tertentu lainnya. Bahan
kimia dalam kosmetik dapat menyebabkan perubahan pigmen dan
fotosensitivitas yang dapat menimbulkan hiperpigmentasi pada wajah, jika
terpajan sinar matahari. Hasil uji tempel dari bahan kimia kosmetik pada
43,2% pasien dengan melasma menunjukkan hasil yang positif, dengan
setrimida sebagai alergen yang paling sering menyumbang hasil positif
sebesar 52%. 9,22
Belum ada penelitian yang dapat menemukan hubungan antara
melasma dengan penggunaan bahan kimia apa pun. Dalam studi yang
dilakukan oleh Vazquez dkk, 16 penggunaan kosmetik seperti sabun, krim
cukur, aftershave, dan parfum didokumentasikan pada 25 (92,6%) pria
dengan melasma..23
2.1.4.7 Idiopatik.9
Idiopatik juga menjadi salah satu faktor timbulnya melasma karena
tidak diketahui secara jelas penyebabnya. Dilaporkan terdapat 1,6% kasus
melasma akibat faktor tersebut.
2.1.5 Patogenesis
Pada area yang terlibat melasma, terjadi peningkatan jumlah dan
aktivitas melanosit sehingga menghasilkan melanosom lebih banyak.
Faktor-faktor yang memperburuk seperti paparan sinar matahari dan
hormon akan merangsang hiperfungsional melanosit yang dianggap sebagai
patogenesisnya. Terdapat hubungan terhadap kehamilan dan pil kontrasepsi
sebagai faktor hormonal yang ikut berperan dalam terjadinya melasma,
namun pada wanita menopause yang menerima pengganti estrogen jarang
ditemukan. Hasil pengukuran β-MSH dari plasma adalah normal.24,25
Banyak laporan menunjukan bahwa penyebab melasma tersering
dipicu oleh faktor paparan sinar matahari. Musim panas menjadi salah satu
14
2.1.7 Tatalaksana
Melasma merupakan kelainan kulit yang bersifat kronis residif
sehingga perlu perawatan yang teratur. Pengobatan ini memerlukan durasi
waktu yang cukup panjang, kontrol yang teratur serta kerja sama yang baik
antara penderita dan dokter yang menanganinya. Karena itu, efektifitas dan
efek samping obat harus menjadi pertimbangan setiap pemberian obat.
Selain itu etiopatogenesis melasma juga bersifat multifaktorial, maka
etiologinya penting untuk diketahui sebagai pengobatan kausatif.
Pengobatan dilakukan secara kombinasi dan simultan. 9,30
2.1.7.2 Medikamentosa
1. Pengobatan topikal :
a. Hidroquinon 2-5% (krim, gel, losio)
Hidroquinon merupakan agen depigmentasi yang bekerja dengan
cara memblokir enzim tirosinase sehingga tidak terjadi
melanogenesis. Efek samping pada obat ini dapat menyebabkan
iritasi kulit (dermatitis iritan). Dapat berpotensi menimbulkan
ochronosis eksogen pada penggunaan jangka panjang, terutama
dengan konsentrasi tinggi. 30,31,32
b. Asam retinoat 0,05%-0,1% (krim dan gel)
Asam retinoat digunakan sebagai monoterapi pada pengobatan
hiperpigmentasi melasma dengan cara meningkatkan pergantian
keratinosit, menurunkan transfer melanosom, menganggu sintesis
melanin, dan menghambat transkripsi tirosinase. Efek sampingnya
17
2. Pengobatan oral :
Diindikasikan apabila lesi mencapai dermis dengan pigmentasi
meliputi daerah yang lebih luas.
18
2.1.8 Pencegahan
1. Melakukan perlindungan terhadap sinar matahari dengan menggunakan
topi, payung, dan tabir surya. Hal ini sebagai upaya pencegahan
terhadap timbulnya atau bertambah berat serta kambuhnya melasma.
Pemakaian tabir surya harus tepat, baik mengenai bahan maupun cara
pakai untuk keberhasilan terapi.9
2. Menghilangkan faktor yang menjadi penyebab timbulnya melasma,
seperti menghentikan pemakaian pil kontrasepsi atau terapi pengganti
hormon, menghentikan pemakaian kosmetika yang mengandung
parfum atau pewarna, dan mencegah penggunaan obat-obat tertentu
(hidantoin, sitostatika, obat antimalaria, dan minosiklin). 9
19
Edukasi Pasien
menetapkan ekspektasi yang realistis tentang sifat kronis penyakit
Pengobatan topikal
• Bahan pencerah
• Hidrokuinon
• TCC
• Retinoids
• Asam azelaik
• TXA topikal
• Adjuvan pencerah, antioksidan, dan kosmetik
Rumatan
Gambar 2.5. Algoritma Tatalaksana Melasma. 32
(Sumber : Guo EL, et al. 2021)
20
nilai area keterlibatan (A). hasil skor minimum didapatkan sebesar 0 dan
skor maksimum sebesar 48. Dengan rumus sebagai berikut :
2.2.1 Definisi
Tabir surya merupakan salah satu fotoproteksi untuk melindungi
kulit dan mencegah efek negatif dari pengaruh sinar UV yang dipancarkan
matahari. Radiasi UV berefek terhadap patogenesis melasma sehingga
paparan sinar matahari harus diminimalkan. Pekerjaan diluar ruangan
menjadi hambatan bagi sebagian besar individu untuk menghindari sinar
matahari, sehingga diperlukan penggunaan tabir surya sebagai upaya
preventif yang cukup baik untuk menjaga dan merawat kesehatan kulit.
Penggunaan yang teratur telah terbukti dapat mengurangi keratosis
aktinik, elastosis matahari dan risiko melanoma. Pada kasus melasma,
pemberian tabir surya telah terbukti dapat menurunkan kejadian melasma
dan mengobati melasma pada ibu hamil. Penelitian terbaru menunjukan
bahwa hiperpigmentasi dapat muncul selama 3 bulan akibat visible light
sehingga diperlukan fotoproteksi yang mencakup perlindungan terhadap
visible light seperti oksida besi pada pasien melasma. 31,34,35
2.2.2 Klasifikasi
Berdasarkan mekanisme kerjanya, tabir surya secara tradisional
diklasifikasikan menjadi dua :
a. Tabir surya kimiawi (chemical absorbers)
Tabir surya kimiawi adalah bahan yang menyerap ultra violet,
umumnya merupakan senyawa aromatik yang terkonjugasi dengan
gugus karbonil. Bahan kimia ini menyerap sinar UV intensitas tinggi.
Tabir surya kimiawi ada 2 jenis :
- Yang mengandung PABA (Para Amino Benzoic Acicf) atau
derivatnya, misalnya octil PABA
- Yang tidak mengandung PABA (non-PABA), misalnya bensofenon,
sinamat, salisilat, dan antranilat. 9,35
23
- Homosalate - Oxybenzone
- Octocrylene - Meradimate (methyl
- Octinoxate (octyl anthranilate)
methoxycinnamate) - Avobenzone (Parsol 1789)
- Octisalate (octyl salicylate) - Ecamzule (Mexoryl SX)
- Ensulizole (phenylbenzimidazole
sulfonic acid)
kali lebih lama tanpa rasa terbakar. Semakin tinggi nilai SPF, maka semakin
besar perlindungan yang diberikan. 35,36
Tabir surya spektrum luas menjadi rekomendasi yang tepat untuk
digunakan karena memiliki perlindungan terhadap UVA dan UVB. Pada
kasus melasma, dianjurkan untuk menggunakan tabir surya spektrum luas
dengan SPF minimal 30 bersamaan dengan physical blocker, seperti
titanium dioksida atau seng oksida. Dosis penggunaan tabir surya ditetapkan
sebanyak 2mg/cm2 pada kulit yang terpajan menurut hasil uji dari FDA.
Pengaplikasiannya harus benar sesuai dosis yang dianjurkan dan digunakan
30 menit sebelum terkena pajanan sinar matahari, kemudian dioleskan
kembali setelah 2 jam atau setelah berenang, bermain, berolahraga atau
aktivitas lain diluar rumah. Pengaplikasian yang kurang tepat, baik dosis
maupun cara pakainya dapat menyebabkan fungsi proteksi tabir surya
menjadi tidak maksimal terhadap kulit. 9,34,35
2.3 Perilaku
Perilaku adalah respon / reaksi individu terhadap stimulus, hasil dari
berbagai macam pengalaman dan interaksi manusia dengan lingkungan yang
terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku menurut
aspek biologis merupakan suatu kegiatan/ aktivitas makhluk hidup yang
bersangkutan mulai dari tumbuhan, hewan hingga manusia.37
Sementara, perilaku manusia pada hakikatnya didefinisikan sebagai
semua kegiatan / aktivitas yang dilakukan oleh manusia itu sendiri dan
memiliki bentangan yang sangat luas seperti berjalan, menulis, tertawa, bekerja
dan sebagainya, baik yang dapat diamati secara langsung maupun yang tidak
dapat diamati oleh pihak luar.37,38
Seorang ahli psikologi merumuskan teori “S-O-R” atau “Stimulus-
Organisme-Respon”, bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang
terhadap stimulus. Respon tersebut dibedakan menjadi dua kategori yaitu:
kehamilan Pil
kontrasepsi
Peningkatan melanogenesis
Penggunaan Melasma
Tabir surya
3.3.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah pasien melasma yang datang ke
klinik The Alfein Bogor yang telah memenuhi kriteria inklusi dengan
metode pengambilan consecutive sampling yaitu sampel terpilih
berdasarkan kriteria yang sesuai hingga batas yang ditentukan.
Penentuan besar sampel berdasarkan jenis pertanyaan penelitian
yaitu analitik korelatif dengan hipotesis satu arah menggunakan rumus
berikut :
30
31
2
𝑍𝛼 + 𝑍𝛽
𝑛= { } +3
0,5 ln[( 1 + 𝑟)/(1 − 𝑟)]
Keterangan :
n = besar sampel
Zα = deviat baku alfa = 1,645 ( taraf signifikansi = 5% )
Zβ = deviat baku beta = 1,645 ( kekuatan uji ( 1-𝛽 ) = 95 % )
r = korelasi minimal yang dianggap bermakna ( 0,5 )
2
𝑍𝛼 + 𝑍𝛽
𝑛= { } +3
1+𝑟
0,5 ln [1 − 𝑟]
2
1,645 + 1,645
𝑛= { } +3
1 + 0,5
0,5 ln [ ]
1 − 0,5
3,29 2
𝑛= { } +3
0,5 ln 3
3,29 2
𝑛= { } +3
0,55
𝑛 = 38,78
𝑛 = 39 ( dibulatkan )
i. Kriteria Inklusi :
1. Pasien baru dan lama melasma di klinik The Alfein Bogor.
2. Pasien yang menggunakan tabir surya.
3. Bersedia menjadi responden.
ii. Kriteria Eksklusi :
1. Pasien yang tidak mengisi data lengkap.
2. Pasien yang sedang hamil.
3. Pasien yang sedang/pernah memakai kontrasepsi hormonal lebih
dari 6 bulan.
32
Analisis data
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Penelitian ini telah dilakukan di klinik kecantikan The Alfein Bogor
dengan data primer berupa pengisian kuesioner dan pengambilan foto secara
langsung pada 50 total sampel pasien melasma yang memenuhi kriteria
inklusi sejak 15 Agustus hingga 31 November 2021. Kuesioner dibagikan
dan diisi sebanyak satu kali pada pasien melasma yang datang ke klinik yang
telah memenuhi kriteria subjek penelitian. Setelah itu, dilakukan
pemeriksaan fisik oleh dokter klinik untuk menentukan diagnosis dan
derajat keparahan melasma berdasarkan skor MASI serta dilakukan
pengambilan foto sebagai dokumentasi. Data yang telah diambil, diinput
dan dianalisis menggunakaan SPSS.
34
35
Berdasarkan hasil data pada tabel 4.2. didapatkan bahwa rerata umur
pasien melasma pada penelitian ini adalah 45,48 ± 7,380 tahun dengan umur
termuda adalah 27 tahun dan tertua adalah 68 tahun.
36
Pada tabel 4.8. didapatkan rerata nilai skor MASI subjek penelitian
ini yaitu 12,624 ± 12,029 dengan skor minimum 0,6 dan maksimum 45,6.
39
4.2 Pembahasan
Penelitian ini dilakukan pada 50 subjek pasien melasma yang dipilih
melalui metode pengambilan consecutive sampling yaitu sampel terpilih
berdasarkan kriteria yang sesuai hingga batas yang ditentukan. Pengambilan
data berlangsung selama ± 3 bulan di klinik kecantikan The Alfein Bogor.
Dalam penelitian ini, subjek paling banyak di temukan pada
kelompok umur 36-45 tahun yang termasuk dalam kategori usia dewasa
akhir dengan rerata umur 45,48 ± 7,380 tahun. Pada usia manula (>65 tahun)
hanya ditemukan 1 orang. Berdasarkan teori dan data epidemiologi, insiden
melasma lebih sering dijumpai pada perempuan, khususnya usia
produktif/subur.9 Usia produktif di Indonesia berkisar antara 15-55 tahun.41
Manusia dengan usia produktif memiliki kegiatan di luar rumah yang cukup
sering sehingga risiko terpajan sinar UV menjadi lebih tinggi. Selain itu,
hormon estrogen dan progesteron seringkali meningkat pada wanita usia
subur. Hal tersebut berkaitan dengan etiopatogenesis timbulnya
melasma.8,9,12,19
41
yang termasuk kategori derajat ringan dengan skor tertinggi 45.6 dan
terendah 0.6.
Pada uji korelasi menggunakan Pearson yang telah dilakukan, hasil
penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara
perilaku penggunaan tabir surya dengan keparahan melasma, diperoleh nilai
signifikansi sebesar 0.014 (<0.05). Nilai koefisien korelatif didapatkan -
0.346 yang berarti kekuatan korelasi termasuk dalam kategori lemah. Nilai
tersebut bertanda negatif menandakan hubungan yang terjadi tidak searah,
artinya semakin baik/tinggi perilaku penggunaan tabir surya maka semakin
rendah/ringan keparahan melasmanya, begitupun sebaliknya. Hasil tersebut
membuktikan bahwa hipotesa peneliti diterima atau dapat dinyatakan
bahwa perilaku penggunaan tabir surya memiliki hubungan korelasi yang
bermakna terhadap keparahan melasma.
Oleh karena itu, semakin seseorang rajin dan rutin dalam
menggunakan tabir surya dengan benar, maka keparahan melasmanya akan
menurun dan semakin ringan. Hal ini sejalan dengan hipotesis penelitian
yaitu derajat keparahan melasma dapat dipengaruhi oleh perilaku
penggunaan tabir surya, perilaku yang baik menyebabkan derajat keparahan
melasma menjadi lebih ringan. Hasil kekuatan korelasi dalam penelitian ini
masih termasuk kategori lemah sehingga belum dapat dipastikan bahwa
tabir surya menjadi faktor satu-satunya yang mempengaruhi derajat
keparahan melasma. untuk itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Apriliyani PY tahun 2017 pada 58 responden. Hasil penelitian menunjukkan
adanya hubungan antara pemakaian tabir surya dengan skor MASI
berdasarkan uji koefisien kontingensi, didapatkan nilai p 0.000 dengan
kekuatan korelasi sedang.42 Penelitian yang dilakukan oleh
Prabawaningrum juga menunjukkan hasil yang sama, terdapat hubungan
antara riwayat pemakaian tabir surya dengan kejadian melasma, didapatkan
nilai p value 0.003 (< 0.005).43
Hasil analisis data yang dilakukan oleh Waskita juga mendukung
hasil penelitian, diperoleh nilai p value sebesar 0.000 yang artinya terdapat
44
5.1 Kesimpulan
Dari uraian hasil dan pembahasan pada penelitian yang berjudul
“Hubungan Perilaku Penggunaan Tabir Surya dengan Derajat Keparahan
Melasma” didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku penggunaan tabir
surya dengan derajat keparahan melasma (nilai p=0,014) dengan nilai
koefisien korelasi sebesar -0,346 yang menunjukkan hubungan yang
terjadi tidak searah dan kekuatan korelasi yang lemah.
2. Tingkat perilaku penggunaan tabir surya mayoritas pasien sudah dalam
kategori sedang-baik, sebanyak 23 responden (46%) berperilaku baik
dan 19 responden (38%) berperilaku sedang, hanya 8 orang (16%)
dalam kategori kurang.
3. Derajat keparahan melasma berdasarkan skor MASI diperoleh sebanyak
38 pasien (76%) memiliki derajat keparahan melasma tingkat ringan, 7
pasien (14%) kategori sedang, dan 5 pasien (10%) kategori berat.
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang
belum dikendalikan yang dapat menimbulkan terjadinya melasma dan
mempengaruhi derajat keparahannya seperti riwayat keluarga, riwayat
pengobatan/perawatan, pemakaian kosmetik dan warna kulit.
2. Penelitian dapat dilanjutkan dengan melibatkan jumlah sampel yang
lebih banyak dan dengan diagnosis skor MASI yang dilakukan oleh
dokter spesialis kulit dan kelamin.
3. Perlu dilakukan modifikasi pada item kuesioner dengan menambahkan
pernyataan yang belum lengkap sesuai dengan petunjuk penggunaan
tabir surya
46
47
4. Studi kohort tidak dapat dilakukan oleh penulis karena kondisi pandemi
COVID-19 dan keterbatasan waktu sehingga disarankan bagi peneliti
berikutnya untuk mengembangkan penelitian mengenai efek
penggunaan tabir surya terhadap derajat keparahan melasma.
DAFTAR PUSTAKA
48
49
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Responden yang saya hormati, saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Linda Fajriah
NIM : 11181330000021
Status : Mahasiswi fakultas kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Saat ini saya sedang melakukan penelitian mengenai “Hubungan Perilaku
Penggunaan Tabir Surya dengan Derajat Keparahan Melasma”. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku penggunaan tabir surya dengan
derajat keparahan melasma pada pasien melasma di Klinik The Alfein Bogor.
Manfaat penelitian ini agar pengetahuan masyarakat meningkat mengenai
pentingnya menggunakan tabir surya sebagai upaya pencegahan timbulnya
kelainan kulit sehingga masyakat menjadi lebih sadar dan berkeinginan untuk
merawat kesehatan kulit. Selain itu, penelitian ini juga sebagai syarat bagi saya
untuk mendapatkan gelar sarjana kedokteran (S.Ked) di Fakultas Kedokteran UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bersifat sukarela dan tidak ada efek negatif yang ditimbulkan.
Semua informasi yang anda berikan akan dijaga kerahasiaannya dan hanya
digunakaan untuk kepentingan penelitian. Oleh karena itu, saya sangat
mengharapkan partisipasi dan ketersediaan anda untuk mengisi kusioner penelitian
dengan lengkap dan tanpa adanya paksaan.
Demikian informasi ini saya sampaikan, atas bantuan dan partisipasinya,
saya ucapkan terimakasih.
Peneliti
Linda Fajriah
52
53
Lampiran 2
Bogor, ……………2021
Peserta penelitian
( __________________ )
54
Lampiran 3
KUESIONER PENELITIAN
Identitas pasien
Nama :
Usia :
Jenis kelamin : P / L
No. HP :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Alamat :
Hasil PF : Melasma derajat __________
Lain-lain : 1. Apakah pasien menggunakan tabir surya ? ya / tidak
2. Apakah saat ini sedang hamil ? ya / tidak
3. Apakah saat ini sedang/terdapat riwayat menggunakan
kontrasepsi >6 bulan? ya / tidak
Lampiran 4
HASIL UJI STATISTIK
Correlations
item 1 item 2 item 3 item 4 item 5
item Pearson Correlation 1 .306 .478** .509** .885**
1 Sig. (2-tailed) .100 .008 .004 .000
N 30 30 30 30 30
item Pearson Correlation .306 1 .221 .594** .204
2 Sig. (2-tailed) .100 .240 .001 .279
N 30 30 30 30 30
item Pearson Correlation .478** .221 1 .458* .547**
3 Sig. (2-tailed) .008 .240 .011 .002
N 30 30 30 30 30
item Pearson Correlation .509** .594** .458* 1 .470**
4 Sig. (2-tailed) .004 .001 .011 .009
N 30 30 30 30 30
item Pearson Correlation .885** .204 .547** .470** 1
5 Sig. (2-tailed) .000 .279 .002 .009
N 30 30 30 30 30
item Pearson Correlation .815** .365* .563** .443* .880**
6 Sig. (2-tailed) .000 .048 .001 .014 .000
N 30 30 30 30 30
item Pearson Correlation .884** .267 .552** .608** .885**
7 Sig. (2-tailed) .000 .155 .002 .000 .000
N 30 30 30 30 30
item Pearson Correlation .607** .385* .551** .599** .684**
8 Sig. (2-tailed) .000 .035 .002 .000 .000
N 30 30 30 30 30
total Pearson Correlation .893** .437* .700** .675** .919**
skor Sig. (2-tailed) .000 .016 .000 .000 .000
peril N 30 30 30 30 30
aku
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
57
.916 8
Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 26-35 3 6.0 6.0 6.0
36-45 27 54.0 54.0 60.0
46-55 15 30.0 30.0 90.0
56-65 4 8.0 8.0 98.0
>65 1 2.0 2.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
jenis kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid perempuan 48 96.0 96.0 96.0
laki-laki 2 4.0 4.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid IRT 34 68.0 68.0 68.0
wiraswasta 6 12.0 12.0 80.0
karyawan 6 12.0 12.0 92.0
guru 2 4.0 4.0 96.0
perawat 2 4.0 4.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
tingkat perilaku
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 8 16.0 16.0 16.0
sedang 19 38.0 38.0 54.0
baik 23 46.0 46.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
58
Statistics
perilaku
penggunaan
usia tabir surya derajat melasma
N Valid 50 50 50
Missing 0 0 0
Mean 45.48 18.44 12.624
Median 45.00 21.00 10.800
Mode 45 22 10.8
Std. Deviation 7.380 7.576 12.0286
Variance 54.459 57.394 144.686
Minimum 27 0 .6
Maximum 68 30 45.6
Correlations
perilaku skor masi
perilaku Pearson Correlation 1 -.346*
Sig. (2-tailed) .014
N 50 50
skor masi Pearson Correlation -.346* 1
Sig. (2-tailed) .014
N 50 50
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
60
Lampiran 5
Lampiran 6
A. Data Pribadi
Nama : Linda Fajriah
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 14 Mei 2000
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jln. Balai Rakyat, Kayu Tinggi RT07/RW04
No.74, Cakung Timur, Jakarta Timur
Nomor HP : 085892454474
Email : linda.fajriah18@mhs.uinjkt.ac.id
lindafajriah14@gmail.com