RINI DIANASARI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
TESIS
RINI DIANASARI
NIM : 1290761017
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
i
PEMBERIAN KRIM EKSTRAK JAGUNG UNGU
(Zea Mays) MENGHAMBAT PENINGKATAN KADAR
MMP-1 DAN PENURUNAN JUMLAH KOLAGEN
PADA TIKUS WISTAR (Rattus norvegicus)
YANG DIPAPAR SINAR UV-B
RINI DIANASARI
NIM : 1290761017
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
ii
Lembar Persetujuan Pembimbing/promotor
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And, FAACS Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K)
NIP 194612131971001 NIP 19590215985102001
iii
Lembar Penetapan Panitia Penguji Tesis
Anggota :
1. Dr.dr.A.A.G.P .Wiraguna,SpKK (K), FINSDV,FAADV
2. Prof.dr.I Gusti Made Aman, Sp. FK
3. Dr.dr.Ida Sri Iswari,Sp.MK.M.Kes
4. Prof. dr. N. Tigeh Suryadhi, MPH, Ph.D
iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
NIM : 1290761017
Judul Tesis :
PEMBERIAN KRIM EKSTRAK JAGUNG UNGU(Zea Mays L)
MENGHAMBAT PENINGKATAN KADAR MMP 1 DAN PENURUNAN
JUMLAH KOLAGEN PADA TIKUS WISTAR (Rattus norvegicus)
YANG DIPAPAR SINAR UV-B
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis/Disertasi* ini bebas plagiat.
Apabila di kemudian hari terbukti plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
( Rini Dianasari )
v
UCAPAN TERIMAKASIH
vi
Tak lupa penulis juga menyampaikan rasa terimakasih kepada Bapak Yoga
yang sudah banyak membantu dalam pembuatan ekstrak murni jagung ungu
Ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya juga saya sampaikan kepada
Para dosen dan pengajar Ilmu Biomedik FK UNUD, dan seluruh karyawan
bagian Ilmu Biomedik serta semua pihak yang telah membantu selama
pendidikan, penelitian dan penulisan tesis ini, dengan rendah hati saya ucapkan
beribu terimakasih.
Tidak lupa penulis ucapkan kepada Bapak I Gede Wiranata yang selalu
menyumbang pikiran positif serta memberi bantuan tanpa kenal lelah dari saat
pemeliharaan tikus, melakukan biopsi sampai pengiriman hasil biopsi sehingga
penelitian berjalan lancar.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang
tulus disertai penghargaan kepada seluruh guru-guru yang telah membimbing
penulis, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Penulis juga ucapkan
terimakasih kepada Ayahanda Drs. Soepono (Alm) dan Ibunda Hj. Mun Komariah
yang telah mengasuh dan membesarkan penulis, menanamkan nilai-nilai luhur,
sehingga tercipta suasana yang baik untuk berkembangnya intelektualitas,
kreativitas dan kejujuran. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada Bapak mertua
Drs. H. Muchsin Alwi MPH dan Ibu mertua Hj. S. Anisah atas dorongan dan
dukungannya kepada penulis dalam menempuh pendidikan ini. Serta tak lupa
kepada kakak-kakak dan adik-adik atas doa dan dukungannya selama ini.
Akhirnya penulis sampaikan kepada suami tercinta Aria Suyudi ,
SH,LLM yang dengan penuh pengertian dan kesabaran selalu mendampingi
penulis selama ini, serta anak-anak tersayang Shalina Diandraissa Suyudi, Sultan
Devino Suyudi dan Sybrant Drienardsyah Suyudi yang dengan penuh kerelaan
dan pengorbanan membantu penulis untuk lebih berkonsentrasi menyelesaikan
naskah tesis ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada teman-teman di Program Magister Program Studi Ilmu Kedokteran
Biomedik, kekhususan Anti-Aging Medicine Program Pascasarjana Universitas
Udayana, khususnya teman-teman angkatan 2012, atas motivasi, semangat dan
kebersamaannya.
Kekurangan adalah milik manusia, kesempurnaan hanyalah milik Allah
SWT. Saran dari berbagai pihak akan penulis terima dengan hati terbuka untuk
kelengkapan dan lebih baiknya laporan tesis ini. Semoga semua yang baik dari
segala penjuru bersatu di dalam hati kita semua.
Akhir kata, semoga Allah Yang Maha Kuasa, senantiasa melimpahkan berkat dan
rahmat-Nya kepada kita semua, Amin.
Rini Dianasari
vii
ABSTRAK
Kata kunci: Antosianin, krim ekstrak jagung ungu 50 %, kadar MMP-1, jumlah
kolagen dermis, sinar UV-B.
viii
ABSTRACT
Keywords: Anthocyanin, 50% purple corn extract cream, MMP-1 level, dermal
collagen amount, UV-B ray.
ix
DAFTAR ISI
x
2.2 Proses Penuaan Pada Kulit .........................................................................15
2.2.1. Definisi penuaan pada kulit ............................................................. 15
2.2.2. Mekanisme Penuaan Kulit............................................................... 18
2.2.3. Fenomena Penuaan pada Kulit ........................................................ 19
2.3. Sinar Ultra Violet .......................................................................................20
2.3.1 Efek Radiasi Sinar UV .................................................................... 22
2.4. Anatomi dan Fungsi Kulit Manusia ...........................................................23
2.5. Fibroblas .....................................................................................................28
2.6. Matriks Metalloproteinase .........................................................................29
2.7. Photoaging dan Mekanisme Kerusakan pada Kolagen ..............................32
2.8. Manifestasi Klinis dan Histologis pada Kulit Mengalami Photoaging ...... 36
2.9. Radikal Bebas dan Antioksidan .................................................................37
2.9.1. Radikal Bebas .................................................................................. 37
2.9.2. Antioksidan ..................................................................................... 38
2.9.2.1. Peranan Antioksidan pada Kulit yang Mengalami Kerusakan
karena Pajanan Sinar UV ........................................................................... 39
3.1. Jagung Ungu (Zea Mays L) ........................................................................40
3.2. Antosianin ..................................................................................................42
3.2.1. Struktur Kimia ................................................................................. 43
3.2.2. Efek Fisiologis ................................................................................. 44
3.3. Vitamin C ...................................................................................................45
xi
4.7.1. Bahan penelitian ............................................................................. 58
4.7.2. Instrumen penelitian ....................................................................... 58
4.7.3. Hewan percobaan ........................................................................... 58
4.8. Prosedur Penelitian ..................................................................................59
4.9. Analisis Statistik ......................................................................................64
xii
Daftar Gambar
Gambar 2. 1 Model Mekanisme Photoaging (Helfrich et al., 2008) .................... 31
xiii
Daftar Tabel
Tabel 2. 1 Kandungan antosianin pada beberapa buah dan sayuran .................... 42
Tabel 5. 1 Hasil Uji Normalitas Data Kolagen dan MMP-1..................................66
Tabel 5. 2. Homogenitas Kolagen dan MM-1 antar Kelompok Perlakuan ........... 67
Tabel 5. 3. Perbedaan Rerata Jumlah Kolagen Antara Kelompok Sesudah
Diberikan Krim Ekstrak Jagung Ungu 50%.......................................................... 69
Tabel 5. 4. Perbedaan Rerata Kadar MMP-1 Antar Kelompok ............................ 67
xiv
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
xv
MMP : Matrix Metalloproteinase
MMPs : Matrix Metalloproteinases
MMP-1 : Interstitial Collagenase
MMP-14 : Matrix Metalloproteinase-14
MMP-15 : Matrix Metalloproteinase-15
MMP-16 : Matrix Metalloproteinase-16
mRNA : Messenger Ribonucleic Acid
NF- : Nuclear factor kappa-light-chain-enhancer of activated B cells
O2 : Oksigen
P : Fosfor
PDA M : Perusahaan Daerah Air Minum
pH : Pangkat Hidrogen
ROS : Reactive Oxygen Species
SOD : Superoxide Dismutase
SPSS : Statistical Package for the Social Science
TRII : TGF- type II receptor
TGF- : Transforming Growth Factor-beta
TL : Tubular Lamp
TMB : Tetramethylbenzidine
TNF- : Tumor Necrosing Factor-alfa
UV : Ultraviolet
UV-A : Ultraviolet A
UV-B : Ultraviolet B
UV-C : Ultraviolet C
Q10 : Koenzim 10
: alfa
: beta
xvi
1
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
Penuaan atau aging process merupakan proses alami yang akan dialami
oleh setiap makhluk hidup di dunia ini, tetapi proses penuaan setiap orang
tidaklah sama, ada beberapa orang yang mengalami proses penuaan lebih cepat
secara alamiah yang disebabkan berbagai faktor dari dalam tubuh sendiri, seperti
genetik, hormonal, dan ras. Proses penuaan ekstrinsik terjadi akibat berbagai
2001;Yaar dan Gilchrest, 2007; Baumann dan Saghari, 2009), kelembaban udara
(Cunnningham, 2003; Yaar dan Gilchrest, 2007), suhu (Baumann dan Saghari,
2009), asap rokok, polusi (Baumann dan Saghari,2009), dan berbagai faktor
eksternal lainnya yang dapat mempercepat proses penuaan kulit sehingga terjadi
penuaan dini. Proses ini dapat dicegah dengan menghindari faktor-faktor yang
Proses penuaan atau aging sangat erat kaitannya dengan radikal bebas
(Goldman dan Klatz, 2007; Pangkahila, 2007). Radikal bebas terbentuk baik dari
proses metabolisme normal di dalam tubuh, ataupun dari kondisi patologis serta
1
2
dari sumber-sumber eksternal seperti asap rokok, polusi udara, radiasi sinar X,
sinar ultraviolet, pestisida, dan lain lain (Devasagayam et al., 2004). Pembentukan
radikal bebas di dalam sel terjadi secara terus menerus sebagai konsekuensi dari
merupakan kumpulan radikal bebas yang berasal dari oksigen seperti radikal
al, 2004). Radikal bebas dapat merusak integritas sel baik secara struktural
maupun fungsional yang dengan demikian dapat meningkatkan tingkat stres dan
Pada saat usia bertambah tua, akan terjadi penurunan fungsi dan
pula dengan terjadinya penurunan berbagai fungsi organ tubuh dan terjadinya
perubahan fisik pada tingkat seluler maupun pada sistem oleh karena proses
penuaan (Baskoro dan Konthen, 2008). Banyak faktor yang berperanan pada
dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi adanya radikal bebas, hormon yang
berkurang, proses glikosilasi, apoptosis, sistem kekebalan yang menurun dan gen.
Faktor eksternal meliputi diet yang tidak sehat, gaya hidup yang tidak sehat,
kebiasaan yang salah, polusi lingkungan, radiasi, sinar UV, asap rokok, dan
beragam antara lain adalah wear and tear theory, dan teori program. Wear and
3
tear theory menyatakan bahwa pada prinsipnya tubuh dan sel menjadi rusak
karena terlalu sering digunakan, dimana kerusakan terjadi secara terus menerus
tidak hanya pada organ namun juga pada tingkat sel. Sedangkan teori program
menyatakan bahwa dalam tubuh manusia terdapat jam biologis, mulai dari proses
konsepsi sampai pada kematian dalam suatu model yang telah terprogram. Dari
teori-teori tersebut yang paling banyak dianut adalah teori radikal bebas. Teori
radikal bebas menyatakan bahwa proses menua diawali dengan inisiasi reaksi
radikal bebas yang terus menerus secara progresif dan menyebabkan kerusakan
dan kumulasi proses wear and tear selama hidup (Gilchrest dan Yaar, 2000;
Rabe et al., 2006). Sama halnya dengan organ lain dalam tubuh manusia, kulit
juga mengalami penuaan, baik internal maupun eksternal seperti yang disebutkan
diatas. Selain itu, kulit adalah organ yang mengalami kontak langsung dengan
yang terjadi akibat efek buruk kronis dari sinar matahari yang bertumpuk dengan
gejala penuaan kronologis. Proses ini bersifat kumulatif. Reaksi kronis dari
Kerusakan yang ditimbulkan dapat dilihat baik secara klinis, histologis atau
(Quan et al ., 2009).
seluruh radiasi sinar yang ada. Radiasi UV terbagi atas tiga golongan yaitu UV-A
sampai ke permukaan bumi kecuali pada dataran tinggi sekali dimana UV-C ini
diserap oleh lapisan ozon pada atmosfir. Yang paling banyak berpengaruh kepada
kesehatan kulit adalah UV-B, karena panjang gelombangnya yang lebih pendek
degradasi kolagen melalui aktivasi MMP. Sinar UV juga dapat memacu sintesis
kulit manusia, MMP-1 adalah tipe yang paling terpengaruh oleh induksi sinar UV
5
satu kali ekspos terhadap paparan radiasi UV sinar matahari dapat mengganggu
komplit, selama 24 jam yang kemudian diikuti dengan recovery 48-72 jam
setelahnya ( Fisher et al ., 2001). Selain itu juga terjadi degradasi kolagen karena
terjadi peningkatan kadar MMP-1 yang cukup signifikan yaitu sekitar 4,4 0,2
kali lipat jika dibandingkan dengan kulit yang tidak dipajan radiasi UV (Fisher et
mendegradasi fibril kolagen dan elastin, yang penting untuk kekuatan dan
dengan radiasi UV yang singkat, yang akan menyebabkan timbulnya kerutan pada
kulit, yang menjadi tanda photoaging (Yaar dan Gilchrest, 2008). Dengan
demikian, hambatan terhadap MMP-1 adalah salah satu cara untuk mencegah
(Lee et al ., 2004; Yaar dan Gilchrest, 2007), bersama dengan aktivasi berbagai
sekresi MMP-1 (Yaar dan Gilchrest, 2008; Helfrich et al ., 2008). Stres oksidatif
radikal bebas (Stahl et al ., 2006; Yaar dan Gilchrest, 2007). Walaupun kulit
tetapi masih jauh dari efektif dalam mengatasi stres oksidatif yang terjadi, dan
Gilchrest, 2007; Nichols dan Katiyar, 2010) Penggunaan bahan kimia yang
berfungsi untuk melindungi kulit dari bahaya radiasi sinar matahari sudah banyak
dipakai. Salah satunya adalah senyawa polifenol dari tanaman. Penggunaan bahan
buruk radiasi sinar UV terhadap kulit. Efek fotoprotektif kulit dari bahan polifenol
ditemukan dalam tumbuhan, ditandai dengan adanya lebih dari satu unit fenol per
molekul. Phenolic dalam makanan manusia terdiri dari Phenolic acid, tannin, dan
flavonoid. Polifenol yang paling banyak diteliti adalah golongan flavonoid, yang
dibagi menjadi dua grup besar yaitu antosianin dan antosantin. Antosianin
merupakan pigmen larut air yang sangat penting, yang bertanggung jawab dalam
memberi warna merah, biru, dan ungu pada tanaman (Fuhrman dan Aviram,
2002). Pigmen ini banyak terdapat pada makanan kita, antara lain buah-buahan
7
seperti blueberry, cranberry, billberry, juga terdapat pada kulit terong ungu, beras
makanan, dan sejak jaman dahulu telah banyak dipakai sebagai obat herbal yang
berpotensi tinggi dalam pencegahan berbagai penyakit kronik seperti diabetes dan
katarak yang dipicu oleh diabetes (Ghosh dan Konishi, 2007). Antosianin juga
dapat memperbaiki profil lipid darah dan memiliki efek vasoprotektif (Kahkonen
dan Heinonen, 2003; Jawi dan Budiasa, 2009; Astadi et al ., 2009; Shipp dan
1640 mg/100g FW ) jauh lebih tinggi daripada sumber yang kaya antosianin
sebagai warna dan fitonutrien telah meningkat selama tahun terakhir . Banyak
stres oksidasi , pencegahan obesitas dan diabetes , dan kanker usus besar ( Pu
Jing, 2006).
Dalam penelitian pada tikus Wistar yang dipapar sinar UV-B kemudian
diolesi krim ekstrak jagung ungu dengan dosis 25 %, 50 %, 100 % terbukti bahwa
ekstrak jagung ungu dengan dosis 50 % mempunyai efek perlindungan pada kulit
tikus Wistar yaitu dengan meningkatkan jumlah kolagen dermis dan menurunkan
banyak terdapat dalam ekstrak jagung ungu dapat menghambat penuaan dini kulit,
dengan menghambat peningkatan kadar MMP-1 pada tikus yang dipajan dengan
kolagen dermis pada kulit tikus Wistar yang dipapar sinar UV-B?
jagung ungu yang dapat memberikan perlindungan pada kulit dari pengaruh
kerusakan oleh sinar UV-B dan mencegah penuaan dini sehingga dapat
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Secara umum proses penuaan akan dialami oleh semua mahluk yang
hidup di muka bumi ini. Proses tersebut adalah hal alamiah yang harus dijalani
dan tidak dapat dihindarkan, terjadi pada setiap orang dalam kecepatan yang
berbeda tergantung pada keadaan genetik seseorang, lingkungan dan gaya hidup
yang dilakukan, sehingga proses penuaan tersebut dapat terjadi lebih dini atau
Medicine) adalah kelemahan dan kegagalan fisik dan mental yang berhubungan
dengan aging yang normal disebabkan karena disfungsi fisiologik, yang mana
dalam banyak kasus dapat diubah dengan intervensi kedokteran yang tepat
(Klatz, 2003).
Bermacam-macam teori proses menua telah dikemukakan para ahli namun sampai
saat ini mekanisme yang pasti belum diketahui. Batas waktu yang tepat antara
terhentinya pertumbuhan fisik dan dimulainya proses menua tidak jelas, karena
10
11
Teori Penuaan
dianut adalah teori radikal bebas. Radikal bebas adalah elektron dalam tubuh yang
tidak memiliki pasangan sehingga akan berusaha mencari pasangan agar dapat
berikatan dan stabil. Sebelum mendapat pasangan radikal bebas akan terus
menerus merusak sel tubuh termasuk sel tubuh normal. Hal tersebut
mengakibatkan sel akan cepat rusak dan menua, bahkan mungkin dapat
akan terbentuk saat respirasi mitokondria yang timbul akibat auto oksidasi
umur sehingga akan mengakibatkan antioksidan alami tubuh tidak mampu lagi
hidup sel. Diperkirakan sekitar 50% DNA akan menghilang dari jaringan pada
sempurna, hal tersebut mengakibatkan kelainan pada berbagai enzim dan protein
atau kematian sel bersangkutan. Jumlah enzim yang tidak aktif akan semakin
Proses menua terjadi akibat terbentuk ikatan silang yang progresif antara
protein intraseluler dan interseluler seperti contoh pada serabut kolagen. Ikatan
silang ini akan meningkat dengan bertambahnya umur. Ikatan silang ini akan
atau pada substansi dasar jaringan penyambung dan hal tersebut akan
Teori ini mengatakan bahwa, organ tubuh kita sudah memiliki program
genetik dalam DNA masing masing yang akan mengatur fungsi fisik dan mental
masing masing individu. Program ini yang akan menentukan berapa usia kita
mulai menua, usia berapa kita akan meninggal. Setiap manusia seakan memiliki
bom waktu yang berdetik terus sampai masanya habis dan setelah itu meninggal.
13
6. Teori Endokrin
Proses menua dikendalikan oleh alat pacu antara lain timus, hipotalamus,
hormonal dan regenerasi sel tubuh manusia. Jumlah produksi hormon adalah
menyebabkan produksi hormon yang lain dapat berubah, bisa berkurang dan
7. Teori Telomerase
yang berfungsi sebagai penjaga keutuhan kromosom. Setiap kali sel tubuh
membelah maka telomer akan menjadi lebih pendek. Bila ujung telomer sudah
terlalu pendek maka kemampuan sel untuk membelah atau mereparasi akan
berkurang, melambat dan sel akhirnya tidak dapat membelah lagi atau mati. (
Sedangkan faktor eksternal yang utama adalah gaya hidup yang tidak sehat, diet
tidak sehat, kebiasaan yang salah, polusi lingkungan, radiasi sinar ultraviolet, stres
fisik seperti massa otot berkurang, kulit berkerut, daya ingat berkurang, sulit tidur,
mudah tersinggung dan tanda tanda lainnya. Namun proses tersebut terjadi secara
mulai terjadi, namun kerusakan yang terjadi belum tampak dari luar sehingga
pada tahapan ini individu masih merasa dan tampak normal, tanpa tanda dan
gejala penuaan.
setiap beberapa tahun, akibatnya tenaga dan kekuatan terasa hilang, sedang
komposisi lemak tubuh bertambah. Mulai muncul gejala penuaan seperti rambut
mulai putih, elastisitas kulit menurun, pigmentasi kulit menurun, demikian juga
meningkat. Saat ini orang akan mulai merasa tidak muda lagi dan tampak lebih
tua.
15
menurun, massa otot berkurang sekitar 1 kg setiap tiga tahunnya, akibatnya terjadi
Sistem organ mulai mengalami kegagalan, penyakit kronis menjadi lebih nyata.
keluhan. Apabila tidak terjadi gejala atau keluhan bukan berarti tidak mengalami
penyakit, yang dapat dicegah, dihindari, dan diobati sehingga dapat kembali ke
Sama halnya dengan organ lain dalam tubuh manusia, kulit juga
elastisitas kulit, yang terjadi bersama dengan waktu sebagai bagian dari proses
penuaan fisiologis (intrinsik) maupun yang dipicu oleh efek dari luar (ekstrinsik).
16
berbagai faktor dari dalam tubuh sendiri seperti genetik, hormonal maupun rasial.
Terjadi akibat berbagai faktor dari luar tubuh. Faktor lingkungan seperti radiasi
ultraviolet (UV) sinar matahari, kelembaban udara, suhu dan berbagai faktor luar
lainnya dapat mempercepat proses penuaan kulit sehingga terjadi penuaan dini
kulit. Selain itu, kulit adalah organ yang mengalami kontak langsung dengan
secara klinis maupun secara histologis. Secara klinis pada penuaan ekstrinsik
(terutama akibat radiasi sinar uv), kulit menjadi kering, kasar, tidak merata,
lesi kulit premalignant, tidak elastis dan kaku, serta leathery appearance (Helfrich
et al., 2009). Ditambah tanda-tanda lain seperti elastosis (kulit menjadi kasar,
kuning dan timbul cobblestone effect) serta actinic purpura (kulit menjadi mudah
memar yang disebabkan oleh rapuhnya dinding pembuluh darah) (Gilchrest dan
Yaar, 2000). Sebaliknya penuaan kulit intrinsik (chronologic skin aging), ditandai
oleh timbul kerutan halus, xerosis, kusam, dan timbulnya berbagai tumor kulit
jinak kulit seperti seborrheic keratosis dan cherry angioma (Yaar dan Gilchrest,
elastin yang kusut dan kemudian mengalami degradasi membentuk massa yang
17
matriks metallo proteinase dan pelepasan sitokin, ditambah lagi dengan kontraksi
akibatnya kulit jadi kering dan kasar. Melanosit yang mengalami hipertrofi
meningkat jumlahnya, begitu pula kadar melanin per unit nya, akibatnya muncul
di semua jaringan termasuk pada kulit. Suatu proses yang merupakan akibat dari
penggunaan sel secara terus menerus dan senescense, yang akhirnya akan diakhiri
faktor genetik, akumulasi dari pengaruh faktor lingkungan dan faktor endogen
lainnya yang berperanan pada life-span mahluk hidup (Tschachler dan Morizot,
Ada 2 teori dasar penuaan pada kulit yaitu teori programmatik dan teori
tak mampu mengadakan replikasi pada ujung akhir; 2) penuaan seluler dimana
penggantian asam amino-D dengan asam amino-L di dalam protein, terjadi selama
nonenzymatic glycosylation.
/ intrinsic aging ) dan juga dapat diperberat oleh adanya faktor eksternal termasuk
yang paling banyak berperan adalah pajanan sinar ultra violet (exstrinsic aging).
penting pada proses penuaan kulit, dan hal ini terbukti dari penelitian yang telah
berasal dari lingkungan termasuk dari udara, radiasi matahari, ozon, dan polusi.
Selain itu hasil metabolisme normal pun menghasilkan ROS, dari proses rantai
respirasi mitokondria yang mana elektron berlebih akan diberikan pada molekul
ROS yang terbentuk dari pajanan sinar ultra violet tersebut dapat
yang merupakan mekanisme pertahanan kulit terhadap radikal bebas. Hal ini akan
memicu terjadinya kerusakan oksidatif pada komponen seluler dan non seluler
yang akan berakibat pada terjadinya supresi sistem imun, penuaan dini kulit,
bahkan sampai mengakibatkan kanker kulit. ROS akan mengaktifkan jalur signal
dimana dengan bertambahnya umur maka level MMP-1, 2, 9, dan 12 akan makin
masih berusia muda (Chung et al., 2004). Pada proses penuaan alami terjadi
signifikan namun dapat terjadi secara simultan, yaitu proses penuaan intrinsik
20
/photoaging).
alamiah sejalan dengan bertambahnya usia. Proses ini disebabkan oleh berbagai
faktor dari dalam tubuh sendiri yaitu faktor genetik, hormonal, dan ras. Pada
proses penuaan intrinsik yang terjadi lebih banyak ditandai dengan adanya
penuaan yang diakibatkan oleh berbagai faktor dari lingkungan di luar tubuh
yang terjadi secara terus menerus. Banyak faktor dari lingkungan yang ada di luar
tubuh yang dapat mempengaruhi proses penuaan antara lain sinar ultra violet,
kelembaban udara, suhu, polusi asap, dan paparan bahan kimiawi. Dari faktor
lingkungan tersebut yang paling banyak berperanan dalam penuaan kulit adalah
pengaruh dari pajanan sinar ultra violet, oleh karena itu proses penuaan ini
disebut juga sebagai photoaging. Faktor yang berpengaruh dari luar tersebut
dapat dihindari untuk mencegah terjadinya proses penuaan dini (Gilchrest dan
tetapi lebih pendek daripada sinar tampak yaitu antara 10 400 nm dan energi
21
antara 3 124 eV. Spektrum ultraviolet sinar matahari dapat dibagi menjadi 3
1. UV-C dengan spektrum 200-290 nm, adalah radiasi yang paling banyak
hebat dan bersifat sangat mutagenik. Radiasi UV-C dapat menembus kulit
(sekitar 10%). Radiasi UV-B dapat memicu baik langsung maupun tidak
langsung, kerusakan DNA, stres oksidatif, penuaan dini kulit dan berbagai
efek terhadap sistem imun, serta memiliki efek penting terhadap timbulnya
tumor kulit.
3. UV-A dengan spektrum 320-400 nm, adalah jenis radiasi yang lemah.
1000 kali lebih lemah daripada UV-B namun 100 kali lebih banyak
besar pada lapisan epidermis, tetapi 20-30% mencapai bagian yang lebih
dalam dermis kulit manusia. Dan bertanggung jawab atas timbulnya tumor
kulit baik yang jinak maupun kanker (Kochevar dan Taylor, 2003;
pada kulit. Radikal bebas yang terbentuk akan menyebabkan menurunnya kinerja
enzim untuk mempertahankan fungsi sel, merusak protein dan asam amino yang
merupakan struktur utama kolagen dan elastin. Radiasi sinar ultra violet memiliki
rentangan yang luas dalam efek akut yang ditimbulkannya. Efek yang ditimbulkan
photoaging dan lebih jauh lagi dapat memicu terjadinya kanker kulit seperti
squamous cell ca, basal cell ca, dan melanoma maligna (Young, 2000).
Sunburn (eritema) adalah reaksi inflamasi akut pada kulit ditandai dengan
kemerahan yang muncul akibat ekspos langsung berlebihan dengan radiasi sinar
UV. Radiasi UVA maupun UV- B dapat menimbulkan kemerahan pada kulit,
kemerahan kulit terhadap UVA lebih cepat tapi kurang intensif dibandingkan
dengan UV- B. Pada UV- B, respon kemerahan (eritema) muncul dalam waktu 6-
24 jam setelah ekspos langsung, tergantung dari dosis penyinaran. Dosis terkecil
23
yang dapat mengakibatkan reaksi kemerahan minimal yang terlihat dengan jelas
baru. Hal ini dipengaruhi oleh panjang gelombang radiasi. Pada paparan UVA,
respon pigmentasinya bertahan lebih lama dibandingkan dengan UV- B. Hal ini
mungkin disebabkan oleh UVA menginduksi pigmentasi pada lapisan yang lebih
bersama dengan pelepasan sel epidermis tiap bulan (Fisher et al., 2001)
Hanya dengan satu kali ekspos terhadap paparan radiasi UV sinar matahari
kolagen yang hampir komplet, selama 24 jam yang kemudian diikuti dengan
recovery 48-72 jam setelahnya( Fisher et al., 2002). Selain itu juga terjadi
signifikan yaitu sekitar 4,4 0,2 kali lipat jika dibandingkan dengan kulit yang
lapisan terluar dengan luas 1,5 m pada orang dewasa dengan berat kira-kira 15%
Secara garis besar kulit tersusun atas tiga lapisan yaitu lapisan epidermis,
lapisan dermis, dan lapisan subkutis. Batas antara dermis dan epidermis tidak
teratur, dimana tonjolan dermis yang disebut papilla dermis saling mengunci
dengan tonjolan epidermis yang disebut epidermal ridges. Sedangkan batas antara
dermis dan subkutis tidak ada garis tegas yang memisahkannya (Wasitaatmadja,
Adalah lapisan kulit yang paling luar, terdiri atas beberapa lapis sel-
sel gepeng yang mati, tidak berinti dan protoplasmanya telah berubah
keratohialin
25
Lapisan ini disebut juga prickle cell layer, terdiri atas beberapa lapis
adalah lapisan epidermis paling bawah. Lapisan ini terdiri dari 2 jenis
sel yaitu sel kolumnar dengan protoplasma basofilik inti lonjong dan
pigmen (melanosom).
Lapisan ini lebih tebal daripada epidermis, terdiri dari lapisan elastik
pembuluh darah.
dan retikulin. Dasar (matriks) lapisan ini terdiri atas asam hialuronat
Kelanjutan dari dermis yang terdiri dari jaringan ikat longgar berisi
sel-sel lemak didalamnya. Sel lemak merupakan sel bulat besar dengan
( pleksus profunda) .
27
Kulit juga memiliki berbagai fungsi bagi tubuh antara lain adalah :
1. Fungsi proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh dari gangguan yang bersifat fisik atau
maupun jamur. Fungsi ini terjadi karena adanya bantalan lemak, tebalnya
melindungi kulit dari pajanan sinar ultra violet. Keasaman kulit dengan
jamur.
2. Fungsi ekskresi
sisa metabolism dalam tubuh. Produk kelenjar lemak dan keringat di kulit
3. Fungsi persepsi
mengeluarkan keringat.
28
5. Fungsi imunitas
2.5. Fibroblas
besar dan pucat dengan nukleolus yang jelas. Sel fibroblas bertanggung jawab
terhadap produksi kolagen, serat retikulin, serat elastik dan jaringan penyangga
dari dermis. Selain itu fibroblas juga dapat menghilangkan serat-serat tersebut
healing process). Adanya suatu kerusakan pada jaringan dapat merangsang sel
fibrosit dan mitosis fibroblas. Jadi dapat dikatakan bahwa fungsi utama fibroblas
adalah menjaga integritas struktur jaringan ikat dan mengatur turnover jaringan
hydrolase).
semakin mengecil dan menjadi berkurang aktivitasnya, sementara pada kulit yang
mengalami kerusakan oleh karena pajanan sinar ultra violet fibroblasnya sering
menjadi hipertopi.
29
yang lebih kuat terhadap pajanan UV-B dibandingkan dengan sel lain seperti
keratinosit dan melanosit dengan dosis yang bersifat sitotoksik dari pajanan
narrowband UV-B (100,200, dan 400 mJ/cm) ataupun broadband UV-B (5,10,
2.6.Matriks Metalloproteinase
seluler. MMP terdiri dari sekitar 25 anggota, dimana 24 nya terekspresi pada
tipe membran (Seltzer dan Eisen, 2003; Quan et al., 2009). Pada berbagai studi
ditemukan bahwa jenis yang paling banyak terpengaruh pada paparan radiasi UV
pemecahan fibril kolagen (tipe I dan III di kulit) pada satu tempat di tengah-
kekuatan dan kekenyalan pada kulit. Kolagen tipe I adalah struktur protein utama
crosslink.. fibril kolagen memiliki estimasi half life sekitar 17 tahun. Itu sebabnya
30
fibril kolagen yang terpecah dapat terakumulasi sepanjang waktu dan memiliki
konsekuensi yang panjang, terhadap struktur maupun fungsi kulit (Quan et al.,
2009) Terdapat dua regulator utama dalam proses produksi kolagen yaitu :
Pada kulit manusia, MMP-1 adalah tipe yang paling terpengaruh oleh
pada kulit yang mengalami photoaging (Fisher et al., 2001). Ditemukan bahwa
hanya dengan satu kali ekspos terhadap paparan radiasi UV sinar matahari dapat
yang hampir komplit, selama 24 jam yang kemudian diikuti dengan recovery 48-
72 jam setelahnya ( Fisher et al., 2002). Selain itu juga terjadi degradasi kolagen
karena terjadi peningkatan kadar MMP-1 yang cukup signifikan yaitu sekitar 4,4
0,2 kali lipat jika dibandingkan dengan kulit yang tidak dipajan radiasi UV
(Fisher et al., 2001). MMP-1 adalah mediator utama terhadap timbulnya degradasi
mendegradasi fibril kolagen dan elastin, yang penting untuk kekuatan dan
dengan radiasi UV yang singkat, yang akan menyebabkan timbulnya kerutan pada
diikuti dengan sintesis dan perbaikan, yang seperti pada hampir semua proses
awalnya ecara klinis tidak terlihat. Tetapi bersama dengan bertambahnya usia dan
32
ekspos sinar UV yang terus terjadi, terjadi penumpukan solar scar, yang lama
kelamaan mulai terlihat secara klinis berupa kerutan (photoaging) (Helfrich et al.,
2008).
Dengan demikian, hambatan terhadap MMP-1 adalah salah satu cara untuk
adalah mediator kunci yang mendegradasi kolagen pada kulit yang mengalami
Photoaging adalah proses penuaan dini yang terjadi akibat efek kumulatif
ditimbulkan dapat dilihat baik secara klinis, histologis atau patologi anatomi
yang merusak membran lipid, protein seluler, dan DNA . Kerusakan pada protein
memperbaiki kerusakan yang ditimbulkan oleh sinar UV dan ini akan berakibat
pada kematian sel atau terjadinya mutasi permanen DNA seluler (Yaar dan
Gilchrest, 1995).
33
melalui dua jalur yang berbeda yaitu terjadinya stimulasi degradasi kolagen dan
molekul kulit yang dapat menimbulkan senyawa berbahaya yang disebut raective
oxygen species (ROS) (Fisher et al., 2002). Yang mana dapat menyebabkan
kerusakan oksidatif pada komponen sel seperti dinding sel, membran lipid,
mitokondria, dan DNA. ROS ini juga berpengaruh besar pada jalur molekul.
Penyinaran kulit bokong manusia dengan 2 MED (minimal erythema dose, yaitu
dosis minimal radiasi UVA / UV- B yang dapat menimbulkan efek erythema pada
pada 48jam setelah ekspos UV. Seperti diketahui bahwa adanya nitric oxide (NO)
dan hidrogen peroksida (H2O2) sangat merusak dan sitotoksik terhadap sel target.
karena itu bereaksi cepat terhadap anion superoksid untuk menbentuk anion
34
peroksi nitrat. Dekomposisi peroksi nitrat adalah oksidan yang kuat, sama seperti
kolagen dermal melalui dua cara: (1) stimulasi pemecahan kolagen, menghasilkan
kolagen yang terpecah dalam fragmen dan tidak beraturan. (2) menghambat
Gilchrest, 2008; Helfrich et al., 2008). Hanya dengan satu kali penyinaran UV
dengan dosis 2 MED, dapat menghambat sintesis prokolagen hampir total, yang
bertahan untuk 24 jam, diikuti dengan perbaikan dalam 48-72 jam setelahnya
bahwa AP-1 (Activator protein-1) dan MMP meningkat dan tetap bertahan sampai
(wrinkle).
35
scar. Kulit yang terekspos sinar UV pada tahap sebelum terjadi sunburn, memicu
Pemecahan kolagen selalu diikuti dengan sintesis dan perbaikan, yang seperti
36
pada hampir semua proses penyembuhan luka, tidak pernah sempurna dan
menyisakan bekas, walaupun awalnya ecara klinis tidak terlihat. Tetapi bersama
dengan bertambahnya usia dan ekspos sinar UV yang terus terjadi, terjadi
penumpukan solar scar, yang lama kelamaan mulai terlihat secara klinis berupa
kerutan (photoaging).
secara klinis akan tampak permukaan kulit kasar menebal (leathery skin), kering,
yang persisten), bernodus, timbulnya kerutan dari yang halus sampai dalam,
elastisitas berkurang, dan teleangiektasia. Karakteristik yang khas pada kulit yang
mengalami kerusakan karena pajanan sinar ultra violet adalah elastotic wrinkle
yang ireguler. Tepat di bawah epidermis adanya suatu gerombolan materi yang
bersifat eosinofilik (Grenz zone), kemungkinan ini merupakan analog dari suatu
mikroskar akibat proses perbaikan dari pajanan sinar ultra violet. Pada papilari
dari terpicunya sekresi Matriks Metalloproteinase oleh sinar ultra violet (Yaar,
2006)
37
Salah satu ciri karakteristik secara histologis pada kulit yang mengalami
kerusakan akibat pajanan sinar ultra violet adalah solar elastosis yaitu suatu
materi yang terbentuk dari sejumlah besar jaringan elastin yang terdegradasi dan
membentuk suatu masa yang kusut. Tampak juga adanya infiltrat radang yang
terdiri dari sel mast, histiosit, dan sel mononuklear lainnya (Yaar, 2006 ).
jumlah elektron ganjil atau elektron tidak berpasangan tunggal pada lingkar
bersifat reaktif, dengan cara menyerang dan mengikat elektron molekul yang
berada disekitarnya. Hilang atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain
menciptakan radikal bebas baru dan akan mengakibatkan suatu perubahan secara
membran plasma, lisosom, retikulum endoplasma, dan inti sel. Secara eksogen
berasal dari asap rokok, polutan, radiasi, obat obatan, dan pestisida.
Tidak selamanya senyawa oksigen reaktif yang terdapat di dalam tubuh itu
sebab itu keberadaannya harus dikendalikan oleh sistem antioksidan dalam tubuh.
2.9.2. Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa pemberi elektron (electron donor) yang
reaksi oksidasi yang dipicu oleh ROS dan radikal bebas. ROS dan radikal bebas
antara lain adalah enzim superoksida dismutase (SOD), katalase, dan glutation
kelompok yaitu antioksidan non enzimatis yang larut lemak (seperti tokoferol,
karotenoid, flavonoid, dan quinon) dan antioksidan non enzimatis yang larut
dalam air (asam askorbat, asam urat, protein pengikat logam, dan protein
ROS yang dihasilkan oleh sinar matahari maupun proses metabolisme normal.
paparan ultra violet yang berlebihan, mengakibatkan terjadi deplesi pada suplai
cadangan antioksidan kulit. Pada keganasan kulit seperti basal sel ca, ditemukan
thiol. Terjadi pula autooksidasi asam lemak tak jenuh ganda pada membran lipid,
yang kemungkinan berkaitan dengan singlet oksigen dan radikal hidroksil. Disini
antioksidan akan berperanan untuk mengurangi efek dari ROS tersebut melalui
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Class : Monocotyledoneae
Genus : Zea
(Tjitrosoepomo, 1991)
rasa manis, 11% protein, 2% mineral , vitamin B dan asam askorbat. Selain nilai
Dikenal juga diSpanyol dengan sebutan "maiz morado" dan telah lama digunakan
minuman dari jagung ungu banyak digunakan di Asia, Amerika Selatan dan
jagung kuning atau jagung putih, jagung ungu masih jarang dikenal sebab jagung
segar (Jones, 2005), lebih tinggi dari blueberry segar (73-430 mg/100g) (Moyer et
juga telah ditemukan ( Styles dan Ceska , 1972) serta turunannya malonyl
3.2. Antosianin
Antosianin adalah suatu jenis polifenol grup flavonoid yang paling banyak
ditemukan pada buah-buahan dan sayuran. Antosianin adalah pigmen yang dapat
larut dalam air, memberi warna merah, ungu dan biru pada banyak buah-buahan,
yang dipisahkan oleh cincin heterosilik (C) (Gambar 2.6). Dengan kata lain,
antosianin adalah senyawa antosianidin dan glukosa dalam asam organik. Ada 6
pelargonidin) adalah yang paling banyak ditemukan, kira-kira 80% pada daun-
daunan berwarna, 69% pada buah-buahan dan 50% pada bunga. Mereka biasanya
44
dan derajat esterifikasi glukosa dengan asam alifatik atau aromatik, dan pH, suhu,
jenis pelarut dan adanya pigmen penyerta (Shipp dan Abdel-Aal, 2010).
darah dan memiliki efek vasoprotektif (Wrolstad, 2001; Shipp dan Abdel-Aal,
2010).
yaitu gugus hidroksil pada posisi 3 dari cincin C dan posisi 3, 4, 5 dari cincin B.
2008).
Dari berbagai literatur dan penelitian belum ada yang meneliti efek proteksi
antosianin dari jagung ungu terhadap radiasi sinar UV-B terhadap kulit secara
invivo. Padahal penelitian dengan antosianin dari tumbuhan lain sudah banyak
banyak terdapat dalam ekstrak jagung ungu dapat menghambat penuaan dini kulit,
pada tikus yang dipajan dengan sinar UV-B, karena efek antioksidannya.
3.3. Vitamin C
Vitamin C atau asam askorbat merupakan salah satu antioksidan yang poten dan
telah terbukti dapat meminimalkan eritema dan terbentuknya sel sunburn setelah paparan
sinar UV. Potensi antioksidan pada bahan topikal inilah yang terbukti dapat melindungi
kulit dari kerusakan akibat paparan sinar UV. Vitamin C terdiri dari 6 rantai karbon
lakton yang disintesis dari glukosa di dalam hepar mamalia kecuali manusia, oleh karena
manusia tidak mempunyai enzim glunolakton oksidase yang dapat mensintesis asam
askorbat dari glukosa (Padayatty et al., 2003; Baumann dan Alleman, 2009).
baik secara in vitro maupun in vivo (Humbert et al., 2003), 3) melindungi kulit dari
46
prokolagen keluar dari fibroblas sehingga dapat meningkatkan stabilitas kolagen dan
luka (Boyce et al., 2002). Vitamin C juga berperan penting untuk reaktivasi vitamin E
yang telah mengalami perubahan menjadi radikal tokoferil dengan menarik radikal
bebasnya (Fernandes, 2008). Vitamin C mendonorkan dua elektron yang berasal dari
ikatan rangkap antara karbon kedua dan ketiga. Senyawa reaktif yang diberi elektron oleh
kemudian berubah menjadi bentuk radikal semidehidroaskorbat atau radikal askorbil yang
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS
PENELITIAN
pula halnya dengan organ kulit yang mengalami perubahan fisik, baik ditingkat
seperti genetik, hormonal, radikal bebas, sistem imun tubuh, proses metilasi,
glikosilasi, dan apoptosis; serta faktor eksternal yang meliputi sinar ultraviolet,
polusi asap rokok, polusi lingkungan, bahan kimia, obat-obatan, gaya hidup , dan
adalah sinar UV. Apabila sinar UV mengenai sel-sel pada jaringan kulit dapat
superoksida (O2-), hidrogen peroksida (H2O2), dan radikal hidroksi (OH) oleh
Efek ROS terhadap kulit salah satunya adalah meningkatkan enzim matriks
kolagen dan akan mempercepat proses penuaan kulit dini.Demikian pula halnya pada
kulit, akan mengalami proses penuaan. Diketahui bahwa pajanan sinar ultra violet
khususnya sinar ultra violet B karena sifatnya yang poten, walaupun dalam dosis
47
48
yang kecil yang terjadi secara terus menerus dapat menimbulkan kerusakan pada
kulit. Pada tahap awal kerusakan yang ditimbulkan masih bersifat akut, terjadi
segera setelah terpapar oleh sinar ultra violet, dimana akan tampak warna
kemerahan (erythema) pada kulit. Kerusakan lebih lanjut terjadi jika paparan
sinar ultra violet berulang terus menerus, dan dapat menimbulkan suatu kerusakan
pada lapisan epidermis dan dermis. Hal tersebut diawali dengan terbentuknya
radikal bebas pada kulit akibat paparan sinar ultra violet dan selanjutnya akan
antaranya adalah enzim MMP-1 yang akan mendegradasi kolagen yang akan
oleh radikal bebas yang ditimbulkan oleh pajanan sinar ultra violet pada kulit,
degradasi kolagen terhambat sehingga kulit terlindungi dari proses penuaan dini
Keterangan gambar :
Dari kajian pustaka dan kerangka konsep tersebut, maka dapat dibuat hipotesis
sebagai berikut:
BAB IV
METODE PENELITIAN
randomized post-test only control group (Paik, 2007). Bagan rancangan penelitian
P1
O1
Random Random
Populasi Sample
P2
O2
Keterangan :
P1 = Perlakuan 1 (subyek diolesi bahan dasar krim plasebo/krim dasar dan dipapar sinar UV-B, selanjutnya
disebut Kelompok 1)
P2 = Perlakuan 2 (subyek diolesi krim ekstrak jagung ungu (Zea mays l.) +krim pembawa dan dipapar
sinar UV-B, selanjutnya disebut Kelompok 2)
O1 = Hasil observasi kelompok perlakuan 1
O2 = Hasil observasi kelompok perlakuan 2
Observasi adalah hasil kadar MMP-1 dan jumlah kolagen kelompok kontrol post-test
Wistar sebanyak 36 ekor berumur 10-12 minggu, jenis kelamin jantan dan berat
badan antara 150 - 160 g, dikelompokan secara random menjadi 2 kelompok dan
51
52
kelompok yang diberikan bahan dasar krim plasebo (krim dasar saja); Kelompok
2 adalah kelompok yang diberikan krim ekstrak jagung ungu (Zea mays l.);
Kelompok 1 dan kelompok 2 disamping diberikan krim juga dipapar dengan sinar
UV-B.
sinar UV-B.
4.4.1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah:
a. Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh tikus Wistar (Rattus
4.4.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah tikus Wistar dewasa, yang memenuhi
Kriteria inklusi :
dengan manusia usia dewasa muda dan belum mengalami proses penuaan
Kriteria drop Out : apabila tikus Wistar mati pada saat penelitian.
54
berdasarkan rumus:
( t-1) (r-1) 15
Keterangan:
r = banyaknya replikasi
Dalam penelitian ini t = 2, sehingga (2 -1) (r-1) 15, dengan memakai rumus
Dosis paparan sinar UV-B, 2. Krim dasar, 3. Krim ekstrak jagung ungu yang
c. Variabel tergantung: variabel tergantung dari penelitian ini adalah efek yang
jumlah kolagen.
tersebut adalah strain tikus, umur, berat badan, jenis kelamin dan pakan tikus
Wistar.
penelitian, dibuat skema hubungan antar variabel seperti disajikan pada Gambar
4.2.
Variabel Variabel
Variabel Bebas
Prakondisi Tergantung
Variabel Kendali
1. Jagung ungu (Zea Mays) adalah Jagung ungu yang diperoleh dari
2. Ekstrak jagung ungu adalah ekstrak dari jagung ungu yang dibuat dengan
Jagung ungu yang dipilih yang segar dengan kriteria sebagai berikut:
panjang kira kira 20 cm, diameter tengah tongkol 5 cm,dan jumlah baris
tidak busuk, tidak ada serangga dan kotoran.Jagung ungu yang digunakan
3. Bahan dasar krim adalah bahan untuk pembuatan krim yang tidak mengandung
bahan aktif seperti ekstrak jagung ungu, dibuat di PT Syifa Bio Derma, Depok
5. Sinar UV-B adalah sinar UV-B yang diberikan pada tikus Wistar dari
sumber UV-B buatan China, tipe KN-4003 B, alat ini dapat memancarkan
sinar UV-B dengan besar dosis radiasi yang dapat diukur dengan UV
dengan total dosis 840 mJ/cm2 yaitu minggu pertama 50 mJ/cm2, minggu
6. Jaringan kulit adalah jaringan yang diambil dengan cara eksisi dari kulit
pada bagian punggung tikus Wistar yang telah dipapar dengan sinar UV-
Jaringan kulit tikus Wistar disimpan dalam botol simpan dan direndam
pada foto preparat dalam format JPEG yang diambil dengan kamera LC
8. Kadar MMP-1 adalah konsentrasi MMP-1 pada jaringan kulit yang sudah
(pg/mg).
9. Tikus Wistar adalah famili tikus coba yang digunakan, diperoleh dari
10. Umur tikus adalah waktu dihitung dari tikus percobaan lahir dan
11. Berat badan tikus dalam satuan gram (g) yang ditimbang menggunakan
alat timbang analitik digital scale, merk Tann dengan kapasitas maksimal
12. Pakan tikus adalah sesuai formula standar berupa konsentrat yang
diperkaya dengan vitamin B12.
berusia 10-12 minggu dengan berat badan 150 - 160 gram dengan pakan ternak,
krim plasebo (krim dasar) dan krim ekstrak jagung ungu dan krim pembawa.
Bahan-bahan kimia yang digunakan ini adalah pro analisis (p.a.) yang terdiri dari:
tikus, alat pencukur, timbangan, buku dan alat pencatatan data, alat sumber sinar
lunak Adobe PhotoShop Cs2 versi 9.0, SPSS buatan IBM versi 20, sentrifugasi,
wistar (Rattus norvegicus) berusia 2 bulan dengan berat badan 150-200 gram
59
dengan makanan yang mengandung protein 20-25% (tetapi hanya 12% kallau
menggunakan asam amino komplit), kadar lemak 5%, pati 45-50%, serat kasar
kira-kira 5%, dan abu 4-5% ,pakan juga perlu ditambah vitamin dan mineral
misalnya ternak diet standar dengan menggunakan HPS 511 dari PT.Charoen
Pokphand jumlah perhari 12 g-20g dan air biasa untuk minum ad libitum.
Persyaratannya adalah tikus ditempatkan dalam kandang yang terbuat dari wadah
4-5 ekor tikus) dengan alas sekam padi dan tutup dari anyaman kawat. Kandang
harus cukup kuat, tidak mudah rusak, tahan gigitan, hewan tidak mudah lepas, tapi
hewan harus tampak jelas dari luar. Kandang ditempatkan dalam ruangan
Jagung ungu yang dibeli dibuat ekstraknya. Ekstrak Jagung ungu diolah
dalam tube. Krim ekstrak jagung ungu dioleskan pada kulit punggung tikus sesuai
maksimal dihuni 2 ekor tikus, idealnya satu kandang untuk 1 ekor tikus.
Kandang harus cukup kuat, tidak mudah rusak, tahan gigitan, hewan tidak
Wistar.
selama 4 minggu.
1) Tahap fiksasi
2) Tahap dehidrasi
3) Tahap clearing
4) Tahap embedding
membentuk blok yang memakan waktu selama satu hari, agar mudah
5) Tahap pemotongan
tebal 5 mikro meter secara seri dan diambil irisan ke 5, 10, 15 untuk
waktu tidak meningkatkan hasil dan waktu yang lebih pendek tidak
secara perlahan.
7). Bersihkan dalan cairan xylene dan mounting pada medium yang
bersifat asam.
i. Pengamatan hasil.
dengan Ketamin 75mg Xylazin 75g i.m. Bila sudah mati, tikus Wistar
Alur penelitian
36 Ekor Tikus Usia 10-12 Minggu , Berat Badan 200 250 gram
4 minggu 4 minggu
melakukan analisis perbedaan jumlah kolagen, kadar dan kadar MMP-1 pada
2. Penentuan normalitas data kadar dan kadar MMP-1, jumlah kolagen pada
homogen (p>0.05)
BAB V
HASIL PENELITIAN
Group Design, menggunakan 36 ekor tikus Wistar jantan sehat dengan berat 150 -
160 gram dan berumur 10 12 minggu , yang dibagi menjadi 2 (dua) kelompok,
yaitu kelompok kontrol (dipapar sinar UV- B+placebo) dan kelompok perlakuan
Tabel 5. 1
Hasil Uji Normalitas Data Kolagen dan MMP-1
66
67
Tabel 5. 2.
Homogenitas Kolagen dan MM-1 antar Kelompok Perlakuan
Variabel F p Keterangan
kelompok kontrol dan kelompok yang diberikan krim ekstrak jagung ungu 50 %.
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 5.3 .
Tabel 5. 3.
Perbedaan Rerata Kadar MMP-1 Antar Kelompok
adalah 3,220,47 dan rerata kelompok krim ekstrak jagung ungu adalah
nilai t = 5,71 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa rerata MMP-1 pada kedua
Gambar 5.1
Perbandingan MMP-1 antara Kelompok Perlakuan 1
dengan Kelompok Perlakuan 2
Keterangan :
Perlakuan 1 adalah kelompok yang diolesi krim dasar dan dipapar sinar UV-B.
Perlakuan 2 adalah kelompok yang diolesi bahan dasar krim ekstrak jagung ungu 50 % dan
dipapar sinar UV-B
Tabel 5. 4.
Perbedaan Rerata Jumlah Kolagen Antara Kelompok Sesudah Diberikan
Krim Ekstrak Jagung Ungu 50%
Rerata Kolagen
Kelompok Subjek n (%) SB t p
Perlakuan 1 18 65,54 5,61 0,00
3,44
2
Perlakuan 2 18 71,7 5,11
65,545,61 dan rerata kelompok krim ekstrak jagung ungu adalah 71,705,11.
dan nilai p = 0,002. Hal ini berarti bahwa rerata jumlah kolagen pada kedua
Gambar 5. 2
Perbandingan Rerata Jumlah Kolagen antara Kelompok Perlakuan 1
dengan Kelompok Perlakuan 2
Keterangan :
Perlakuan 1 adalah kelompok yang diolesi krim dasar dan dipapar sinar UV-B.
Perlakuan 2 adalah kelompok yang diolesi bahan dasar krim ekstrak jagung ungu 50 % dan
dipapar sinar UV-B
Hasil uji rerata antara kelompok adalah: p<0,05 vs semua kelompok
71
A B
Gambar 5. 1.
Jumlah kolagen pada Jaringan Dermis Tikus dengan Pengecatan Picro Sirius Red
Keterangan:
A. Diberikan sinar UV-B dan bahan dasar krim: terjadi kerusakan pada susunan dan struktur
jaringan kolagen berwarna merah yang tampak tipis. Tanda panah hitam menunjukkan serat
kolagen yang utuh. Tanda panah kuning menunjukkan serat kolagen yang tidak utuh
B. Diberikan sinar UV-B dan krim ektrak jagung ungu 50 %: Jumlah kolagen dengan serat
kolagen berwarna merah tampak lebih lebar dan tebal dimana serat kolagen yang utuh mulai
nampak. Tanda panah hitam menunjukkan serat kolagen yang utuh. Tanda panah kuning
menunjukkan serat kolagen yang tidak utuh.
72
BAB VI
ekor tikus Wistar jantan sehat dengan berat 150 - 160 gram dan berumur 10 12
minggu sebagai sampel, yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu kelompok
kontrol (dipapar sinar UV- B+plasebo) dan kelompok perlakuan (dipapar sinar
membutuhkan sedikit ruang , makan dan minum, mudah dalam pemeliharaan dan
dapat diubah secara genetik . Usia yang dipilih berkisar 10-12 minggu, karena
pada usia ini tikus memiliki persamaan dengan usia manusia dewasa dan belum
Jenis kelamin yang dipilih adalah tikus jantan agar tidak terpengaruhi siklus estrus
Data hasil penelitian berupa kolagen dan MMP-1 sebelum dianalisis lebih
lanjut, terlebih dahulu diuji distribusi dan variannya. Untuk uji distribusi
72
73
digunakan uji Shapiro Wilk, yaitu untuk mengetahui normalitas data dan uji
homogenitas dengan uji Levene test. Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa
1 selama empat minggu dengan dosis total 840 mJ/cm2 menyebabkan terjadinya
kelompok perlakuan 2 yang diberikan krim ekstrak jagung ungu adalah 1,900,86.
dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa rerata MMP-1 pada kedua kelompok
suatu enzim yang bertanggung jawab dalam degradasi jaringan ikat dermis.
pada kulit yang paling banyak dipicu pembentukannya oleh paparan sinar UV
Disamping oleh paparan sinar UV, kadar MMP-1 juga meningkat dengan
74
susunan serat kolagen pada dermis (Seltzer dan Eisen, 2003 ; Fisher et al., 2009).
Paparan sinar UV pada kulit, akan menimbulkan stres oksidatif dan ini
akan mengaktivasi reseptor sitokin dan growth factor pada permukaan keratinosit
epidermis dan sel fibroblas di dermis. Aktivasi reseptor ini akan menginduksi
terdiri dari dua sub unit yaitu c-jun dan c-fos, berfungsi untuk mengontrol
merupakan faktor transkripsi yang diatur oleh keadaan redoks seluler, dan terlibat
dalam regulasi ekspresi gen. Kedua faktor transkripsi tersebut bertanggung jawab
Kedua faktor transkripsi ini sangat penting dalam proses degeneratif yang
MMP-3 dan MMP-9 adalah yang paling meningkat kadarnya setelah paparan
sinar UV-B. Peningkatan mRNA MMP-1 dan MMP-3 hampir 1000 kali lipat
setelah 24 jam paparan sinar UV (Quan et al., 2009). Setelah kolagen dipecah
paparan sinar UV-B pada sel kultur maupun sel kulit secara in vivo (Fagot et al.,
dalam dermis dan kemudian mendegradasi kolagen (Quan et al., 2009). Difusi ini
utama MMP, yang diproduksi sebagai respon kulit terhadap paparan sinar UV-B
fibroblas dermis juga memainkan peran dalam produksi MMP oleh keratinosit
melalui mekanisme parakrin tidak langsung yaitu dengan pelepasan growth factor
dan sitokin yang memicu produksi MMP oleh keratinosit (Quan et al., 2009).
Paparan sinar UV-B dengan total dosis 840 mJ/cm2 selama empat minggu
mampu meningkatkan kadar MMP-1 pada jaringan kulit tikus (Sun-Young et al.,
2004). Setelah diberikan krim ekstrak jagung ungu secara topikal maka kadar
tikus Wistar diperankan oleh berbagai zat aktif yang terkandung di dalamnya
terbukti aktivitas antioksidannya lebih kuat dari vitamin C, E dan karotenoid. Efek
76
perlindungan dari buah dan sayuran dalam menurunkan risiko penyakit yang
dikaitkan dengan stres oksidatif seperti penyakit jantung, kanker atau osteoporosis
sebagian diduga berasal dari polifenol. Efek antioksidan senyawa fenolik dalam
chelating trace metals yang terlibat dalam produksi radikal bebas, dan 3)
Ekstrak fenolik, seperti ekstrak delima, teh dan ekstrak anggur telah terbukti
dapat menghambat stres oksidatif akibat paparan sinar UV dan kerusakan sel
MMP-1 kemungkinan karena zat aktif yang terdapat dalam ekstrak jagung ungu
mengandung konsentrasi antosianin yang tinggi (~1640 mg/100g FW) jauh lebih
tinggi daripada sumber yang kaya antosianin lainnya, seperti berries ( 20 ~ 1500
mg/100g FW) , lobak (Raphanus sativus L.) (11 ~ 60 mg/100g FW) , dan kubis (
Brassica oleracea L.) (322 mg/100g FW). Ketertarikan akan jagung ungu sebagai
77
sumber antosianin sebagai warna dan fitonutrien telah meningkat selama tahun
darah dan memiliki efek vasoprotektif (Wrolstad, 2001; Abdel et al., 2010).
yaitu gugus hidroksil pada posisi 3 dari cincin C dan posisi 3, 4, 5 dari cincin B.
kelompok kontrol adalah 65,545,61 dan rerata kelompok krim ekstrak jagung
menunjukkan bahwa nilai t = 3,44 dan nilai p = 0,002. Hal ini berarti bahwa
rerata kolagen pada kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda secara
bermakna (p<0,05).
78
suatu petanda adanya stres oksidatif akibat terjadinya pembentukan radikal bebas yang
berlebihan (Narayanan et al., 2010). Molekul oksigen (O2) yang ada di bagian bawah
epidermis merupakan target utama sinar UV-B yang masuk ke dalam kulit. Sinar UV
yang menembus kulit dapat sebagai donatur sebuah elektron pada molekul oksigen yang
menyebabkan oksigen menjadi tidak stabil, menjadi radikal bebas yang agresif (anion
superoksid).
elektron dari molekul yang terdekat dan tidak hanya akan merusak molekul, tapi
juga mengubahnya menjadi radikal bebas, dan ini menimbulkan reaksi berantai.
Tipe pembentukan atau penyebaran radikal bebas semacam ini dapat merusak
berbagai komponen di dalam kulit, seperti enzim dan membran sel. Elektron
kedua yang berasal dari sinar UV-B dapat diberikan pada anion superoksid,
dikonversi menjadi radikal hidroksil (OH) dengan adanya zat besi (Fe2+) melalui
terhadap sel, sebab radikal bebas ini dapat masuk melalui membran inti dan
merusak DNA. Kadar H2O2 dan OH dapat dideteksi dalam 15 menit setelah
paparan sinar UV dan berlanjut hingga 60 menit (Droge, 2002; Fisher et al.,
2002).
melalui dua jalur yang berbeda yaitu terjadinya stimulasi degradasi kolagen dan
molekul kulit yang dapat menimbulkan senyawa berbahaya yang disebut raective
oxygen species (ROS) (Fisher et al., 2002). Yang mana dapat menyebabkan
kerusakan oksidatif pada komponen sel seperti dinding sel, membran lipid,
mitokondria, dan DNA. ROS ini juga berpengaruh besar pada jalur molekul.
Penyinaran kulit bokong manusia dengan 2 MED (minimal erythema dose, yaitu
dosis minimal radiasi UVA / UV- B yang dapat menimbulkan efek erythema pada
pada 48jam setelah ekspos UV. Seperti diketahui bahwa adanya nitric oxide (NO)
dan hidrogen peroksida (H2O2) sangat merusak dan sitotoksik terhadap sel target.
karena itu bereaksi cepat terhadap anion superoksid untuk menbentuk anion
peroksi nitrat. Dekomposisi peroksi nitrat adalah oksidan yang kuat, sama seperti
kolagen dermal melalui dua cara: (1) stimulasi pemecahan kolagen, menghasilkan
80
kolagen yang terpecah dalam fragmen dan tidak beraturan. (2) menghambat
Gilchrest, 2008; Helfrich et al., 2008). Hanya dengan satu kali penyinaran UV
dengan dosis 2 MED, dapat menghambat sintesis prokolagen hampir total, yang
bertahan untuk 24 jam, diikuti dengan perbaikan dalam 48-72 jam setelahnya
bahwa AP-1 (Activator protein-1) dan MMP meningkat dan tetap bertahan sampai
SaranBAB VII
7.1. Simpulan
7.2. Saran
Perlu dilakukan uji klinik terhadap khasiat ekstrak jagung ungu pada manusia
81
82
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Astadi, I.R., M. Astuti, U. Santoso and P.S. Nugraheni. 2009. In vitro antioxidant
activity of
anthocyanins of black soybean seed coat in human low density lipoprotein
(LDL). Food
Chem., 122: 659-663.
Baskoro, A., Konthen, P.G. 2008. Basic Immunology of Aging Process. Naskah
Lengkap pada 5th Bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and Geriatric
Update Symposium. Bali 11-13 April 2008.
Baumann, L. 2008. Cosmetics and Skin Care in Dermatology. In: Wolff, K.,
Goldsmith, L.A, Katz, S.L., Gilchrest, B.A., Paller, A.S., Leffell, D.J.,
editors. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. 7th. Ed. New
York: McGrawHill. p.2357-63
Boyce, S.T., Supp, A.P., Swope, V.B., and Warden, G.D. 2002. Vitamin C
Regulates Keratinocyte Viability, Epidermal Barrier, and Basement
Membrane In Vitro, and Reduces Wound Contraction after Grafting of
Cultured Skin Substitutes. J Invest Dermatol. 118: 565-72.
82
83
Cho,T.H., Lee, J.W., Lee, M.H. 2008. Evaluating the Cytotoxic Doses of
Narrowband and Broadband UV-B in Human Keratinocytes, Melanocytes,
and Fibroblast. Photodermatology, Photoimmunology dan Photomedicine.
Vol 24. P.110-114.
Choi, C.P., Kim, Y.I., Lee, J.W., Lee, M.H. 2007. The Effect of Narrowband
Ultraviolet B on the Expressions of Matrix Metalloproteinase-
1,Transforming Growth Factor- 1 and Type 1 Collagen in Human Skin
Fibroblast. Experimental Dermatology, Original Article. Department of
Dermatology, Kyunghee University, Seoul, Korea.
Chung, J.H., Cho, S., and Kang, S. 2004. Why Does the Skin Age? Intrinsic
Aging , Photoaging and Their Pathophysiology. in: Rigel, D.S., Weiss, R.A.,
Lim, H.W., Dover, J.S. editors. Photoaging. New York: Marcel Dekker Inc.
p. 1-23.
Chung, J.H., Seo, J.Y., Choi, H.R., Lee, M.K., Youn, C.S., Rhie, G., Cho, K.H.,
Kim, K.H., Park, K.C., and Eun, H.C. 2001. Modulation of Skin Collagen
Metabolism in aged and Photoaged Human Skin In Vivo. The Journal of
Investigative Dermatology. vol 117 no 5: p. 1218-1224.
Dai, J., and Mumper, R.J. 2010. Plant Phenolics: Extraction, Analysis and Their
Antioxidant and Anticancer Properties. Molecules. 15:7313-52.
Devasagayam ,TP., Tilak, JC., Boloor, KK., Sane, KS., Ghaskadbi, SS., Lele
,RD., Free radicals and antioxidants in human health: current status and
future prospects. PubMed 2004
Eichler, O., Sies, H., Stahl, W. 2002. Divergent Optimum Level of Lycopene, -
Carotene and Lutein Protecting Against UV-B Irradiation in Human
Fibroblast. Journal of Photochemistry and Photobiology. 75(5). 503-506
84
Fisher, G.J., Kang, S., Varani, J., Csorgo, Z.B., Wan, Y., Datta, S., Voorhees, J.J.
2001. Mechanism of Photoaging and Chronological Skin Aging. Arch
Dermatol. Department of Dermatology, University of Michigan, Ann
Arbor. Vol 138: p. 1462-1470.
Fisher, G.J., Quan, T., Purohit, T., Shao, Y., Cho, M.K., Varani, J., Kang, S.,
Voorhess, J.J. 2009. Collagen Fragmentation Promotes Oxidative Stress and
Elevates Matrix Metalloproteinase-1 in Fibroblast in Aged Human Skin. The
American Journal of Pathology, vol 174: p. 101-115.
Fisher, G.J., Voorhees, J.J., Kang, S., Quan, T., He, T. 2004. Solar UV Irradiation
Reduces Collagen in Photoaged Human Skin by Blocking Transforming
Growth Factor- TypeII Receptor/Smad Signaling. American Journal of
Pathology. vol 165: no 3. p. 741 -758.
Fourtanier, A., Moyal, D. 2004. Acute and Chronic effect of UV on skin, What
Are They and How To Study Then. In: Rigel, D.S., Weiss, R.A., Lim, H.W.,
Dover, J.S. editors. Photoaging. New York: Marcel Dekker Inc. p. 15-31.
Fuhrman, B., Aviram, M. 2002. Polyphenols and Flavonoids Protect LDL against
Atherogenic Modifications. In: Canedas, E., Packer, L. Handbook of
Antioksidants, 2nd edition New York : Marcel Dekker, Inc. p. 306-311
Gilchrest, B.A., Yaar, M. 2000. Aging of Skin. In: Fitzpatrick T.B. et al , editors.
Dermatology in General Medicine, Mc Graw-Hill Book Co 2, p. 1386-1387.
Goldman, R., Klatz. 2003. The New Anti-Aging Revolution.Australasian
Edition.Theories of Aging. p. 22-24, 191-194.
85
Helfrich, Y.R., Sachs, D. L., and Voorhees, J. J. 2008. The Biology of Skin
Ageing. European Dermatology. 39-42.
Hui C, Bin Y, Xiaoping Y, Long Y, Chunye C, Mantian M, Wenhua L.2010
Anticancer activities of an anthocyanin-rich extract from black rice against
breast cancer cells in vitro and in vivo. PubMed
Humbert, P.G., Haftek, M., Creidi, P., Lapiere, C., Nusgens, B., and Richard, A.
2003. Topical Ascorbic Acid on Photoaged Skin: Clinical, Topographycal
and Ultrastructural Evaluation; Double Blind Study vs Placebo. Exp
Dermatol. 12:237-44.
Ichihashi, M., Ando, H., Yoshida M., Niki Y., and Matsui, M. 2009. Photoaging
of The Skin. J Anti-Aging Med. 6(6): 46-59.
Jawi, I Made and Budiasa Ketut 2009 .Water Extract of Purple Sweet Potato Tub
Decrease
Total Cholesterol and Increase Total Antioxidant In Rabbit Blood. Denpasar
Jones, Kenneth 2005. The Potential Health Benefits of Purple Corn. Herbal Gram,
65:46-49. American Botanical Council.
Junqueira, L.C., Carneiro, J., Kelley, R.O.1997. Histologi Dasar Kulit. Edisi 8.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. hal 357-369.
Khknen MP and Heinonen M. 2003 ,Antioxidant activity of anthocyanins and
their aglycons, PubMed.
Katiyar, S.K. and Afaq, F., 2010. Polyphenols: Skin Photoprotection and
Inhibition of Photocarcinogenesis. Mini Rev Med Chem. 11(14): 120015.
Kim, Hyeon Ho., Shin, C.M., Park, Chi-Hyun., Kim, K.H., Cho, K.H., Eun, H.C.
Chung, Jin Ho. 2005. Eicosapentaenoic Acid Inhibits UV-Induced MMP-1
Expression in Human Dermal Fibroblast. Journal of Lipid Research, Vol 46:
p. 1712-1719.
86
Kim, S.Y., Kim , S.J., Lee, J.Y., Kim W.G., Park,W.S., Sim Y.C., Lee, S.J. 2004.
Protective Effects of Dietary Soy Isoflavones against UV-Induced Skin
Aging in Hairless Mouse Model. Original Research Journal of the American
College of Nutrition , vol 23: p.157-162.
Klatz, R. 2003. Acknowledgement in: Klatz, R. 2003 Anti Aging medical
Therapeutics Vol 5..The A4M publication. Chicago. p. 3.
Konczak and Zhang 2004, anthocyanin rich extract-induced from
WorldWideScience.org
Krutmann, J. and Glichrest, B.A. (2006) Photoaging of Skin. In: Glichrest, B.A.
and Krutmann, J., Ed., Skin Aging, Springer, Heiderberg, 33-43.
Lee, Young-Rae, Noh, Eun-Mi, Jeong, E.Y., Yun, Eok-Kweon, Kim, J.H., Kwon,
K.B., Kim, B.S., Lee, S.H., Park, C., Kim, Jong-Suk. 2009. Cordycepin
Inhibits UV-B-Induced Matrix Metalloproteinase Expression by
Suppressing the NFB Pathway in Human Dermal Fibroblast. Experimental
and Molecular Biomedicine, Vol 41, p.548-554.
Leiden JJ. Clinical features of aging skin. Br J Dermatol 2003; 43: 1-3.
Moon, Hee Jung, Lee Soon Ryen, Shim, S,N., Jeong, S.H., Stonik, V.A.,
Rasskavov, Valery A., Zvyagintseva, T., Lee, Y.H. 2008. Fucoidan inhibits
UV-B-Induced MMP-1 Expression in Human Skin Fibroblast.
Biol.Pharm.Bull.31(2). 284-289.
Moyer, R. A., Hummer, K. E., Finn, C. E., Frei, B., and Wrolstad, R. E. (2002).
Anthocyanins, phenolics, and antioxidant capacity in diverse small fruits:
Vaccinium, Rubus, and Ribes. Journal of Agricultural and Food Chemistry
50, 519-525.
Nakatani, N., Fukuda, H., Fuwa, H.. Major anthocyanin of Bolivian purple corn
Zea mays. Agric Biol Chem. 1979;43(2):389-392.
87
Narayanan, D.L., Saladi, R.N., and Fox, J.L. 2010. Ultraviolet Radiation and Skin
Cancer. International Journal of Dermatology. 49:97886.
Obagi, Z.E. 2000. Skin Health Concepts, in Obagi Skin Health Restoration dan
Rejuvenation. Springer. p.27-45
Padayatty, S.J., Katz, A., Yao, H.W., Eck, P., Kwon, O., Lee, J.H., Chen, S.,
Corpe, C., Dutta, A., Dutta, S.K., and Levine, M. 2003. Vitamin C as An
Antioxidant: Evaluation of Its Role in Disease Prevention. J Am Coll Nutr.
22(1):18-35.
Quan, T., Qin, Z., Xia, W., Shao, Y., Voorhees, J. J., and Fisher, G. J. 2009.
Matrix-degrading Metalloproteinases in Photoaging. J Investig Dermatol
Symp Proc. 14(1):204.
Rabe, J.H., Mamelak, A.J., Mc Elgunn, P., Morison, W.L., Sauder, D.N. 2006.
Photoaging : Mechanism and Repair, Continuing Medical Education,
American Academy of Dermatology, Inc. p.1-19.
Sauermann, K., Jaspers, S., Koop, U., and Wenek, H. 2004. Topically Applied
Vitamin C Increases The Density of Dermal Papillae in Aged Human Skin.
BMC Dermatology. 4:13.
Spormann, TM., Albert, FW., Rath, T., Dietrich ,H., Will, F., Stockis,
JP., Eisenbrand, G., Janzowski, C., (2008) . Anthocyanin/polyphenolic-rich
fruit juice reduces oxidative cell damage in an intervention study with
patients on hemodialysis .Department of Chemistry, Division of Food
Chemistry and Toxicology, University of Kaiserslautern, Erwin-
Schroedinger-Strasse 52, 67663 Kaiserslautern, Germany.
Stahl, W., Heinrich, U., Wiseman, S., Eichler, O., Sies, H., and Tronnier, H. 2001.
Dietary Tomato Paste Protects against Ultraviolet Light-Induced
Erythema in Humans. J Nutr. 131:1449 51.
Sun-Young, K., Su-Jun, K., Jin-Young, L., Wan-Gi, K., Won-Seok, P., Young-Chul, S.,
and Sang-Jun, L. 2004. Protective Effects of Dietary Soy Isoflavones Against UV-
Induced Skin-Aging in Hairless Mouse Model. Journal of American College of
Nutrition. 23(2):157-62.
Tinkler, J.H., Bohm, F., Scalch,W., Truscott, T.G. 1994. Dietary Carotenoid
Protect Human Cells from Damage. Journal Photochemical Photobiology,
Vol 26: p. 283-285.
Tjitrosoepomo, C., 1991. Taksonomi Tumbuhan. Gajah Mada Universy Press,
Yogyakarta.
Tschachler, E., Morizot, F. 2006. Ethnic Differences in Skin Aging. In: Gilchrest,
B.A., Krutmann, J. editors. Skin Aging. Springer. p. 23-31.
Wang ,LS., Stoner ,GD., (2008) .Anthocyanins And Their Role in Cancer
Prevention. Department of Internal Medicine and Comprehensive Cancer
Center, Ohio State University College of Medicine, Columbus, OH 43210,
USA.
Wasitaatmadja, S.M. 2007. Anatomi dan Faal kulit. dalam: Djuanda, A., Hamzah,
M., Aisah, S. editor. Ilmu Penyakit kulit dan Kelamin. Edisi 5. Balai
Penerbit FKUI 2007. 7-8.
WHO Report . 2010. WHOSIS (WHO Statistical Information System). Available
at: http://apps.who.int/whosis/database/core/core_select_proccess.cfm/
Accesed Januari 9, 2011
Winarsi, H. 2007. Antioksidan alami dan Radikal Bebas, Potensi dan
aplikasinya dalam kesehatan. Kanisius.
89
Young, A.R. 2000. Acute and Chronic Effect of Ultraviolet Radiation on the Skin,
in: Fitzpatrick, T.B., et al ,editors. Dermatology. Mc Graw-Hill Book Co,
1275-1281.
Yulianto, I. 2008. The Changes of Fibroblast Cells due to UV-B Irradiation in
Various Doses an In Vitro Experimental (disertasi). Program Pasca
Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya.
Zussman, J., Ahdout, J., and Kim, J. 2010. Vitamin and Photoaging: Do Scientific
Data Support Their Use? J Am Acad Dermatol. 63: 507-25.
90
penelitian dalam penelitian ini adalah tikus Wistar, dimana harus diperhatikan
hasil yang sesuai dengan tujuan penelitian dan juga dipandang dari segi etika
1. Pengawasan lingkungan
2. Pengawasan kenyamanan
Prinsip yang paling penting dalam memilih bahan untuk kandang tikus
Wistar.
kualitas yang optimum pula. Apabila hal ini tidak terpenuhi tentunya
selalu tersedia untuk hewan coba. Alat-alat minum harus sering dicuci
4. Pengawasan kesehatan
tikus Wistar. Biasanya kandang tikus Wistar yang terbuat dari bahan
Secara lengkap penanganan tikus Wistar yang dipakai dalam penelitian ini
penelitian.
seminggu sekali.
bentuk pelet secara ad libitum, tikus Wistar juga tidak boleh dalam
keadaan tanpa air minum. Air minum harus tersedia dan air tidak
dan tikus Wistar dapat minum air dari botol tersebut melalui pipa
plastik.
penyinaran.
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Kelompok Statistic df Sig. Statistic df Sig.
*
Kolagen Kontrol .099 18 .200 .980 18 .947
*
Perlakuan .148 18 .200 .972 18 .826
MMP_1 Kontrol .111 18 .200* .961 18 .624
Perlakuan .190 18 .084 .897 18 .051
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Group Statistics
Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Kolagen Kontrol 18 65.5421 5.60838 1.32191
Perlakuan 18 71.6972 5.11418 1.20542
MMP_1 Kontrol 18 3.2233 .47317 .11153
Perlakuan 18 1.8989 .86234 .20326
MMP_1 Equal variances 3.748 .061 5.713 34 .000 1.32444 .23184 .85328 1.79561
assumed
Equal variances not
assumed
5.713 26.386 .000 1.32444 .23184 .84822 1.80067
98
KIT MMP-1