YESSY HERAWATI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
i
TESIS
YESSY HERAWATI
NIM. 1290761015
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
i
TESIS
YESSY HERAWATI
NIM. 1290761015
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
ii
Lembaran Pengesahan
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Prof.Dr.dr.Wimpie Pangkahila,SpAnd,FAACS
NIP . 194612131971071001
Mengetahui,
Direktur
Program Pascasarjana Universitas
Udayana,
iii
Ketua
Penguji :
1.
Dr.dr.A.A.G.P .Wiraguna,SpKK (K).,FINSDV,FAADV
2.
Prof.Dr.dr.J. Alex Pangkahila, M.SC.,Sp.And
3.
Prof.dr.N. Tigeh Suryadhi, MPH, Ph.D
4.
Dr. dr. Ida Sri Iswari, SpMK, M.Kes.
iv
UCAPAN TERIMAKASIH
Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kehadirat
Allah Swt, karena rahmat dan karunia-Nya penelitian dan penyusunan tesis yang
berjudul Pemberian Oral Ekstrak Daun Pegagan ( Centella asiatica) Lebih
Banyak Meningkatkan Jumlah Kolagen Dan Menurunkan Ekspresi MMP-1
Daripada Vitamin C Pada Tikus Wistar (Rattus norvegicus) Yang Dipapar
Sinar UV-B dapat berjalan lancar sesuai waktu yang direncanakan.
Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan tugas akhir belajar
untuk meraih gelar Magister pada Program Magister Program Studi Ilmu
Kedokteran Biomedik, kekhususan Anti-Aging Medicine Program Pascasarjana
Universitas Udayana.
Pada kesempatan ini penulis ingin manyampaikan rasa hormat, penghargaan dan
ucapan terimakasih yang sebesar besarnya kepada Prof. Dr. dr. I Ketut Suastika,
SpPD-KEMD selaku Rektor Universitas Udayana yang telah memberikan fasilitas
pendidikan selama mengikuti pendidikan di Program Pascasarjana Universitas
Udayana. Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Prof. Dr. dr. A. A Raka
Sudewi, SpS(K) sebagai Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Prof. Dr. Made Budhiarsa, MA selaku Asdir I dan Prof. Dr. Made Sudiana
Mahendra, Ph selaku Asdir II atas kesempatan yang diberikan untuk menjadi
mahasiswa di Program Pasca Sarjana Universitas Udayana.
Penghargaan, rasa hormat dan ucapan terimakasih yang sebesar besarnya
penulis juga ucapkan kepada Prof.Dr.dr. Wimpie I. Pangkahila Sp.And, FAACS,
Ketua Program Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Kekhususan Anti Aging
Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, penguji dan pembimbing I
yang banyak memberikan bimbingan, koreksi, masukan, saran ilmiah serta
memberikan semangat untuk dapat menyelesaikan tesis ini.
Kepada Dr. A.A.G.P .Wiraguna,SpKK (K) selaku penguji
pembimbing II penulis juga menghaturkan penghargaan dan terima kasih
sebesar-besarnya yang telah banyak memberikan bimbingan mulai dari
usulan penelitian hingga akhir penelitian, koreksi, masukan, saran ilmiah
memberikan semangat untuk dapat menyelesaikan tesis ini.
dan
yang
awal
serta
Ungkapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada para penguji tesis, yaitu
Prof.Dr.dr.J. Alex Pangkahila, M.SC.,Sp.And, Dr. dr. Ida Sri Iswari, SpMK,
M.Kes, Prof.dr.N. Tigeh Suryadhi, MPH, Ph.D selaku penguji yang secara teliti
mengkoreksi tesis ini dan memberikan masukan yang positif mulai dari awal
penelitian sampai penulisan, untuk lebih menyempurnakan tesis ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat
pada proses penelitian ini yaitu kepada Dr. I.Gusti Kamasan Nyoman Arijana,
M.si.Med dan seluruh staf laboratorium di histologi, Bapak Sudirghe dalam
membantu pembuatan ekstrak pegagan di laboratorium Farmakologi Universitas
vi
Penulis
vii
ABSTRAK
PEMBERIAN ORAL EKSTRAK DAUN PEGAGAN
( Centella asiatica) LEBIH BANYAK MENINGKATKAN JUMLAH
KOLAGEN DAN MENURUNKAN EKSPRESI MMP-1 DARIPADA
VITAMIN C PADA TIKUS WISTAR (Rattus norvegicus) YANG DIPAPAR
SINAR UV-B
Ekstrak pegagan (Centella asiatica) tanaman tradisional yang tumbuh dan mudah
didapat di daerah Tabanan, Bali. Ekstrak pegagan (Centella asiatica) memiliki zat
antioksidan yang cukup baik dalam mencegah kerusakan kulit oleh karena paparan sinar
UV-B. Kandungan aktif ekstrak pegagan adalah Triterpenoid saponin. Dibandingkan
dengan vitamin C, keduanya memiliki sifat antioksidan dan berperan terhadap
peningkatan jumlah kolagen dan penurunan Ekspresi MMP-1. Tujuan penelitian adalah
membuktikan pemberian oral ekstrak pegagan (Centella asiatica) lebih banyak
meningkatkan jumlah kolagen kulit dan menurunkan Ekspresi MMP-1 pada tikus Wistar
yang dipapar sinar UV-B.
Penelitian ini adalah animal experimental dengan post test only control group
design. Sebanyak 30 ekor mencit dibagi 3 kelompok yang masing-masing terdiri dari 10
ekor mencit, yaitu kelompok 1 kontrol diberi oral plasebo dan dipapar sinar UV-B,
kelompok 2 oral ekstrak pegagan 50 mg dan dipapar sinar UV-B, kelompok 3 pemberian
oral vitamin C 9 mg dan dipapar sinar UV-B. Dosis total penyinaran 840 mJ/cm selama
4 minggu, kemudian dilakukan biopsi untuk pemeriksaan jumlah kolagen dermis dan
ekspresi MMP-1.
Hasil Uji Shapiro-Wilk dan Levenes Test menunjukkan data hasil penelitian
data numerik yang berdistribusi normal. Distribusi data dan varian data ketiga kelompok
homogen (p 0,05). Hasil analisis komparatif ketiga kelompok dengan menggunakan
One Way Anova terdapat perbedaan bermakna antara ketiga kelompok baik itu jumlah
kolagen maupun Ekspresi MMP-1. Rerata jumlah kolagen pada ketiga kelompok sesudah
diberikan perlakuan berbeda secara bermakna (p<0,05). Rerata Ekspresi MMP-1
kelompok kontrol 26,962,64, rerata kelompok Ekstrak pegagan 50 mg 10,311,73, dan
rerata kelompok vitamin C 9 mg 14,261,34. Rerata Ekspresi MMP-1 ketiga kelompok
berbeda secara bermakna (p<0,05). Rerata Ekspresi MMP-1 kelompok kontrol berbeda
secara bermakna dengan kelompok vitamin C (rerata kelompok vitamin C lebih tinggi
daripada rerata kelompok kontrol).
Rerata Ekspresi MMP-1 kelompok ekstrak pegagan 50 mg berbeda secara bermakna
dengan kelompok vitamin C (rerata kelompok vitamin C lebih rendah daripada rerata
kelompok ekstrak pegagan 50 mg).
Kesimpulannya adalah pemberian ekstrak pegagan ( Centella asiatica) 50 mg
secara oral lebih banyak meningkatkan jumlah kolagen dan menurunkan Ekspresi MMP1 daripada vitamin C 9 mg pada tikus Wistar (Rattus norvegicus)yang dipapar sinar UVB.
Kata kunci : Ekstrak Daun Pegagan (Centella asiatica) oral, Vitamin C, Jumlah Kolagen
dermis, ekspresi MMP-1, sinar UV-B.
viii
ABSTRACTS
ADMINISTRATION OF PEGAGAN (Centella asiatica) MORE TO
INCREASED THE NUMBER OF COLLAGEN AND REDUCED THE
EXPRESSION OF
MMP-1 THAN VITAMIN C IN WISTAR RATS (Rattus norvegicus)
EXPOSED TO UV-B RAY
ix
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ........................................................................................
ii
LEMBARAN PENGESAHAN.......................................................................
iii
iv
vi
ABSTRAK .......................................................................................................
viii
ABSTRACT .....................................................................................................
ix
xv
xvi
BAB I
PENDAHULUAN.........................................................................
11
11
11
11
12
12
BAB II
13
13
13
15
15
17
19
19
21
22
22
22
24
24
25
26
27
27
30
30
xi
BAB III
31
33
35
35
36
36
37
38
39
39
44
44
46
47
47
47
50
51
52
54
54
56
57
BAB IV
58
58
59
60
60
60
61
61
62
64
64
64
65
71
72
73
74
xiii
BAB V
75
75
76
76
78
BAB VI
84
84
84
BAB VII
85
7.1 Simpulan........................................................................................
85
86
87
LAMPIRAN - LAMPIRAN
xiv
Tabel 2.1 Tabel Vitamin C (Jurnal Manfaat Dan Sumber Vitamin C) .........
34
66
Tabel 5.1 Hasil Uji Normalitas Data Jumlah Kolagen dan ekspresi MMP-1
75
Tabel 5.2 Hasil Uji Homogenitas Jumlah Kolagen dan ekspresi MMP-1 antar
Kelompok Perlakuan
76
Tabel 5.3 Perbedaan Rerata Jumlah Kolagen Setelah diberikan pegagan 50 mg
dan Vitamin C 9 mg .
77
Tabel 5.4 Analisis Komparasi Jumlah Kolagen Sesudah Perlakuan antar
Kelompok .
79
Tabel 5.5 Perbedaan rerata ekspresi MMP-1 antar Kelompok Sesudah Diberikan
Pegagan 50 mg dan Vitamin C 9 mg ..
79
Tabel 5.6
80
Grafik 5.1 Rerata Ekspresi MMP-1 antar Kelompok Pegagan 50% dan
Vitamin C 9 mg. ...........................................................................
77
xv
79
DAFTAR SINGKATAN
AGE
AAM
AP-1
: Activator protein-1
DNA
FB
: Fibroblas
GAG
: Glycosaminoglycans
GH
: Growth Hormon
KC
: Keratinosit
KAP
MAPKs
: MAP kinase
MED
mJ/Cm
MMP
: Matriks metalloproteinase
NF-B
: Nuclear Factor-kB
RA
: Retinoic acid
ROS
SOD
: Superoxyde Dismutase
TGF-
UV
: Ultraviolet
BB
: Berat Badan
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN-1
LAMPIRAN-2
LAMPIRAN-3
LAMPIRAN-4
: Tabel Konversi
LAMPIRAN-5
LAMPIRAN-6
LAMPIRAN-7
LAMPIRAN-8
LAMPIRAN-9
DAFTAR GAMBAR
xvii
Gambar 2.1
Struktur Kulit
Gambar 2.2
Gambar 2.4
Daun Pegagan
Gambar 2.5
Gambar 2.6
Sintesis Vitamin C
Gambar 3.1
Kerangka Konsep.
Gambar 4.1
Rancangan penelitian.
Gambar 4.2
Klasifikasi Variabel
Gambar 4.3
Gambar 5.3
Gambar 5.4
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Proses menua merupakan akumulasi secara progresif
berbagai perubahan
patologis di dalam sel dan jaringan yang terjadi seiring dengan waktu. Pada umumnya
manusia menginginkan hidup berumur panjang, mempunyai kualitas hidup yang baik,
sehat dan berkualitas serta tidak mau tampak cepat tua. Untuk mencapai hal tersebut,
maka manusia melakukan berbagai upaya untuk mencegah proses penuaan. Tujuan Anti
Aging Medicine adalah mencegah penuaan dini, mencegah penyakit degeneratif seperti
jantung, paru, stroke dan mencapai usia tua tetap produktif dan sehat (Immanuel,
2008). Penuaan dapat digambarkan sebagai proses penurunan fungsi fisiologis tubuh
secara bertahap yang mengakibatkan hilangnya kemampuan tumbuh dan kembang
serta meningkatnya kelemahan (Bludau, 2010).
Dengan berkembangnya Anti-Aging Medicine (AAM) tercipta suatu konsep baru
dalam dunia kedokteran. AAM adalah bagian ilmu kedokteran yang didasarkan pada
penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran terkini untuk melakukan
deteksi dini, pencegahan, pengobatan, dan kelainan, dan penyakit yang berkaitan
dengan penuaan, yang bertujuan untuk memperpanjang hidup dalam keadaan sehat.
Dengan demikian, penuaan bukan lagi merupakan suatu keadaan normal yang memang
harus terjadi, namun dianggap sama sebagai suatu penyakit, yang dapat dicegah,
sehingga berakibat usia harapan hidup manusia dapat menjadi lebih panjang dengan
kualitas hidup yang baik (Pangkahila, 2007).
1
xix
Proses penuaan dapat disebabkan oleh banyak hal, dapat disebabkan faktor
dari luar, misalnya makanan yang tidak sehat, kebiasaan yang tidak sehat, polusi
lingkungan, stres dan faktor kemiskinan, dan dapat disebabkan faktor dari dalam, salah
satunya adalah radikal bebas (Pangkahila, 2007). Radikal bebas dapat merusak sel-sel
dalam tubuh manusia. Penimbunan radikal bebas akan menyebabkan stres oksidatif
yang pada akhirnya dapat menimbulkan kerusakan, bahkan kematian sel dalam tubuh
(Goldman and Klantz, 2003).
Radikal bebas dapat berasal dari dalam dan dari luar tubuh. Yang berasal dari
dalam tubuh, misalnya akibat proses respirasi sel, proses metabolisme, proses inflamasi,
sedangkan yang berasal dari luar tubuh dapat disebabkan oleh karena polutan, seperti
asap rokok, asap kendaraan bermotor, radiasi sinar matahari, makanan berlemak, kopi,
alkohol dan sebagainya.
Proses aging adalah suatu proses menghilangnya kemampuan seluruh organ
tubuh (termasuk kulit secara perlahan untuk memperbaiki atau mengganti diri dan
mempertahankan struktur serta fungsi normalnya (Yaar dan Gilchrest, 2007). Dengan
semakin bertambahnya usia, maka akan terjadi penurunan berbagai fungsi organ tubuh
dan terjadinya perubahan fisik, baik tingkat seluler, organ, maupun system karena
proses penuaan (Baskoro, 2008).
Kulit manusia, seperti juga organ tubuh yang lainnya mengalami penuaan
kronologis. Tidak seperti organ lain, kulit mengalami kontak langsung dengan
lingkungan.
xx
Faktor lingkungan yang utama yang menyebabkan penuaan kulit adalah radiasi
sinar ultraviolet (UV). Paparan kronis kulit manusia dengan sinar UV mempengaruhi
struktur dan fungsi kulit. Kerusakan sangat tergantung dari jumlah dan jenis sinar UV
dan juga tipe kulit seseorang. Radiasi sinar UV mengakibatkan sunburn, imunosupresi,
stress oksidatif, dan kanker kulit menyerupai penuaan dini kulit maka disebut
photoaging (Fisher et al., 2002; Vayalil et al., 2004).
Proses penuaan terjadi pada semua organ tubuh, begitu pula halnya
dengan kulit manusia. Penuaan kulit dapat disebabkan baik oleh faktor ekstrinsik
seperti paparan sinar ultraviolet (UV), asap rokok, dan polusi udara maupun oleh
faktor intrinsik seperti genetik, ras, dan hormonal. Faktor ekstrinsik yang paling
berperan dalam penuaan dini kulit adalah sinar matahari yang dapat
menyebabkan perubahan pada struktur dan fungsi kulit. Kerusakan kulit yang
disebabkan oleh paparan sinar matahari sangat tergantung dari sering dan
lamanya paparan, jenis sinar UV serta tipe kulit seseorang (Ichihashi et al., 2009).
Radiasi UV memiliki banyak efek negatif terhadap kulit, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Diperkirakan bahwa sekitar 50% kerusakan
yang disebabkan oleh UV terjadi karena pembentukan radikal bebas, sedangkan
kerusakan seluler langsung dan mekanisme lainnya merupakan penyebab untuk
sisanya. Penurunan jumlah kolagen dan Ekspresi MMP-1 akibat sinar UV pada
dasarnya diperantarai dua mekanisme yang paling bertanggung jawab yaitu
adalah induksi AP-1 dan menurunkan regulasi TGF- tipe II. Dimana
xxi
pengaktifasian AP-1 didahului dengan pembentukan ROS (Rabe dkk, 2006; Rhein
and Santiago, 2010).
Reactive Oxygen Species (ROS) bersifat sebagai oksidan dan melalui proses
oksidasi tersebut akan menurunkan ensim protein-tyrosine phosphatase.
Penurunan ensim ini akan menyebabkan terjadi up-regulation reseptor growth
factor dan pada akhirnya akan mengaktivasi AP-1 (Rabe et al., 2006). Secara
keseluruhan, efek radiasi UV pada dermis menghasilkan degradasi kolagen,
hambatan sintesis kolagen, inflamasi dan stres oksidatif, serta penurunan
kemampuan sel dan pada akhirnya terjadi proses apoptosis (Cuningham et al.,
2005; Rabe et al., 2006).
Radikal bebas mempunyai peranan yang besar dalam mekanisme
kerusakan kulit akibat paparan sinar UV. Ada 4 cara untuk mengurangi kerusakan
kulit dari radikal bebas akibat paparan sinar UV, yaitu 1) menghindari paparan
sinar matahari yang berlebihan, 2) memakai pakaian pelindung sinar matahari, 3)
menggunakan tabir surya krim atau lotion yang mengandung antioksidan, 4)
menggunakan antioksidan baik secara sistemik maupun topikal.
Penelitian pada binatang dan manusia mendukung adanya peranan radikal
bebas pada proses penuaan, dan penggunaan antioksidan dapat mencegah
kerusakan akibat radikal bebas (Pangkahila, 2007).
Paparan sinar UV pada kulit dapat menimbulkan reaksi akut seperti
terbakar surya (sunburn), imunosupresi, dan stres oksidatif; sedangkan efek
xxii
gelombang yang lebih pendek, tetapi mempunyai energi yang lebih kuat dan
lebih bersifat eritematogenik dibandingkan dengan sinar UV-A (320-400nm)
(Gonzaga, 2009).
Pemahaman mengenai mekanisme molekuler dari penuaan kulit akibat
paparan sinar UV dalam satu dekade terakhir mengalami kemajuan yang pesat.
Salah satu konsep yang banyak dianut adalah teori radikal bebas. Mekanisme
kerusakan kulit akibat paparan sinar UV merupakan suatu hal yang kompleks dari
respons molekuler yang spesifik. Proses molekuler ini terjadi karena kemampuan
sinar UV memanfaatkan mesin seluler (cellular machinery) yang sangat
berkembang dan mengatur kembali respons sel terhadap rangsangan fisiologis
dan lingkungan ekstraseluler. Mesin seluler yang memperantarai kerusakan
matriks ekstraseluler lapisan dermis kulit melibatkan reseptor permukaan sel,
jalur
transduksi
sinyal protein
metaloproteinase yaitu enzim yang merusak kolagen dermis (Rocquet and Bonte,
2002; Schade et al., 2005).
Mekanisme molekuler kerusakan kulit akibat paparan sinar UV dimulai
dari aktivasi reseptor sitokin dan faktor pertumbuhan (growth factor) pada
permukaan keratinosit di epidermis dan fibroblas di dermis oleh radikal bebas.
xxiii
Aktivasi reseptor ini akan menginduksi sinyal intraseluler seperti mitogenactivated protein kinase (MAP kinase) yang selanjutnya mengaktivasi kompleks
faktor transkripsi nukleus aktivator protein-1 (AP-1). Pada epidermis dan
dermis, AP-1 menginduksi ekspresi matriks metaloproteinase (MMP) seperti
MMP-1, MMP-3 dan MMP-9 yang dapat merusak kolagen dan protein lain yang
menyusun
matriks
ekstraseluler dermis.
dini (photoaging)
maka
persediaan AO ini cepat menurun. Oleh karena itu, pemberian topikal AO,
setidaknya dalam teori akan memberikan manfaat tambahan, terutama pada
kulit yang mengalami stres oksidatif akibat paparan sinar UV-B yang berlebihan
(Chen et al., 2012).
Antioksidan yang digunakan secara topikal di permukaan kulit dapat
mengurangi efek ROS dalam menimbulkan kerusakan kolagen dan kerusakan
DNA akibat paparan sinar UV (Pinnell, 2003). Akhir-akhir ini penggunaan
antioksidan semakin meningkat,
berkumpul di permukaan kulit sehingga kulit tampak kasar dan bersisik. Pada
histologi kulit tua akan tampak penipisan dermo epidermal junction sehingga
meningkatkan kerapuhan kulit dan penurunan transfer nutrisi pada epidermis
xxv
adalah
kulit
yang cantik.
Indonesia, khususnya wanita menganggap bahwa kulit terang tanpa bercakbercak hitam adalah kulit yang cantik. Dalam waktu terakhir ini banyak sekali
tersedia produk kosmetik untuk memutihkan kulit dengan berbagai cara, salah
satunya melalui suntikan vitamin C, yang juga dapat meningkatkan
jumlah
kolagen kulit. Tubuh manusia tidak dapat mensekresi vitamin C karena itu
kebutuhan akan vitamin C dipenuhi dari asupan makanan. Sumber vitamin C
dalam bentuk alami adalah L-ascorbic acid yang didapat sebagai molekul larut
air.
Peneliti
pada
pencegahan penuaan kulit, sesuai dengan pengaruhnya dalam ilmu Anti Aging
Medicine.
Kandungan bahan aktif yang ditemukan dalam pegagan (Centella asiatica (L.)
Urban) meliputi ;
1) Triterpenoid saponin,
2) Triterpenoid genin,
3) Minyak esensial,
4) Flavonoid,
5) Fitosterol, dan bahan aktif lainnya. Bahan-bahan aktif tersebut secara umum
terdapat pada organ daun tepatnya pada jaringan palisade parenkim. Bahan
aktif yang terkandung dalam pegagan juga menjadi salah satu alasan mengapa
pegagan dimasukkan dalam ordo umbelliferae.
Kandungan Triterpenoid saponin dalam pegagan berkisar 1-8%. Unsur yang
utama dalam Triterpenoid saponin adalah asiatikosida dan madekassosida (Kumar and
Gupta, 2006). Asiatikosida mampu bekerja sebagai Centella asiatica (Selfitri, 2008).
Madekassosida juga memiliki peran penting karena mampu memperbaiki kerusakan sel
dengan merangsang sintesis kolagen.
Kolagen sangat penting sebagai bahan dasar pembentuk sel fibroblas. Centella
asiatica pada sel fibroblas kulit manusia ditemukan peningkatan yang signifikan dalam
persentase kolagen dan lapisan sel fibronektin.
Vitamin C memiliki polaritas yang tinggi karena banyak mengandung gugus
hidroksil sehingga membuat vitamin ini akan mudah diubah tubuh. Oleh karena itu
xxviii
vitamin C dapat bereaksi dengan radikal bebas yang bersifat aqueous dan juga mampu
menetralisir radikal bebas.
xxix
1.2
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam usulan penelitian sebagai berikut:
1.3
1.3.1
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum :
Untuk mengetahui pemberian ekstrak daun pegagan dapat menghambat proses
Tujuan Khusus :
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
jumlah kolagen kulit pada tikus Wistar yang dipapar sinar UV-B, Pemberian ekstrak daun
pegagan oral dapat menghambat penuaan dini dengan menghambat
peningkatan
xxxi
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Penuaan
antara lain karena lingkungan tidak sehat, pengetahuan rendah dan budaya
yang tidak benar (Pangkahila, 2007).
Ada 2 macam usia, yaitu kronologis dan usia biologis. Usia kronologis
ialah usia sebenarnya sesuai dengan tahun kelahiran, sedangkan usia fisiologis
atau biologis ialah usia sesuai dengan fungsi organ tubuh. Maka usia kronologis
tidak selalu sama dengan usia fisiologis. Menurut AAM (American Academy Of
Anti - Aging Medicine) adalah kelemahan dan kegagalan fisik-mental yang
berhubungan dengan penuaan normal disebabkan oleh disfungsi fisiologik,
yang dalam banyak kasus dapat diubah dengan intervensi kedokteran yang
tepat (Klatz, 2003).
2.1.2 Harapan Hidup Manusia
Populasi jumlah orang tua mencapai laju yang sangat luar biasa sebagian
besar berhubungan dengan penurunan laju kelahiran dan peningkatan angka
harapan hidup dalam 20 tahun terakhir. Hingga tahun 2020 populasi didunia
kira-kira mencapai lebih dari 1 milyar orang berumur 60 tahun atau lebih, dan
sebagian besar negara berkembang, sebagian lagi di negara maju (Beers, 2005).
Diperkirakan pada tahun 2020 jumlah penduduk usia lanjut ini sebesar 11,34 % .
Berbagai upaya dilakukan untuk kaitannya yang berhubungan dengan
anti-aging, diantaranya sulih hormon, olahraga, nutrisi, dan estetika, bahkan
dengan
berkembangnya
ilmu
pengetahuan
kedokteran
yang
baru,
dikembangkan pula cell therapy dan stem cell therapy untuk upaya anti-aging.
xxxiv
Konsep dan AAM pada awalnya diperkenalkan oleh A4M (American Academy of
Anti-Aging medicine) pada tahun 1993, definisinya adalah Kedokteran Anti
Penuaan (KAP) adalah bagian dari ilmu kedokteran yang didasarkan pada
penggunaan
ilmu
pengetahuan
internal. Faktor eksternal yaitu gaya hidup yang tidak sehat, diet tidak sehat,
kebiasaan salah, polusi lingkungan, stres dan kemiskinan. Faktor internal yaitu
radikal bebas, hormon yang berkurang, proses glikosilasi, metilasi, apoptosis,
sistem kekebalan yang menurun dan gen (Pangkahila, 2007).
Banyak teori telah dikemukakan dalam upaya menjelaskan terjadinya
proses penuaan. Secara garis besar terdapat dua kelompok yaitu teori wear and
tear dan teori program (Pangkahila, 2007). Teori program meliputi terbatasnya
replikasi sel, proses imun dan teori neuroendokrin. Teori wear and tear meliputi
kerusakan DNA, glikosilasi dan radikal bebas.
Ada 4 teori pokok dari aging (Goldman and Klatz, 2007). Yaitu:
1) Teori wear and tear
xxxv
berpasangan.
Radikal
bebas
memiliki
sifat
reaktifitas
tinggi,
karena
Jumlah nutrisi yang cukup, jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan
pengawet, pewarna, perasa dari bahan kimia terlarang. Zat beracun dalam
makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh, antara lain
organ hati.
3) Faktor genetik
Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya. Tetapi faktor
genetik ternyata dapat berubah karena infeksi virus, radiasi, dan zat racun dalam
makanan dan minuman yang sulit diserap oleh tubuh.
4) Faktor psikis
Faktor stres ini ternyata mampu memacu proses apoptosis di berbagai
organ/jaringan tubuh.
5) Faktor organik
Secara umum, faktor organik adalah : rendahnya kebugaran/fitnes, pola makan
yang kurang sehat. Menjaga kulit tetap lembab, halus, fleksibel, dan elastis,
jaringan tersebut akan menjadi rusak akibat paparan radikal bebas, terutama
pada daerah wajah, di mana mengakibatkan lekukan kulit dan kerutan yang
dalam akibat paparan yang lama oleh radikal bebas (Goldman and Klatz, 2007).
2.2
xxxviii
(lingkungan).
Penuaan
intrinsik
atau
penuaan
kronologis
membutuhkan waktu 28 hari, tetapi pada usia tua membutuhkan waktu 40-60
hari. Perlambatan ini mengakibatkan penipisan epidermis sehingga kulit tampak
translucent. Perlambatan regenerasi epidermis juga mengganggu fungsi
pertahananan dan perbaikan kulit. Korneosit berkumpul di permukaan kulit
sehingga kulit tampak kasar dan bersisik. Pada histologi kulit tua akan tampak
penipisan dermo epidermal junction sehingga meningkatkan kerapuhan kulit dan
penurunan transfer nutrisi pada epidermis dan dermis. Populasi melanosit di
epidermis semakin berkurang dan melanosit yang ada akan makin mengalami
penurunan aktivitas. Kulit tua mngalami perubahan diskromik seperti bintikbintik pigmentasi (freckles), lentigines. Kulit tua juga mudah terbakar sinar
matahari sebab kulit menipis dan sedikit melanosit.
Penuaan kulit juga mempengaruhi sel-sel Langerhans, Penurunan jumlah
sel-sel Langerhans sampai 50 mg sehingga terjadi penurunan imunitas kulit dan
peningkatan resiko kanker kulit (MrCullough and Kelly,2006).
Radiasi sinar ultraviolet dari sinar matahari mengakibatkan berbagai efek
padakulit manusia, di antaranya adalah sunburn, penekanan imunitas, dan
penuaan dini (photoaging). Sunburn dan penekanan sistem imun terjadi secara
xxxix
akut sebagai respon akibat paparan yang berlebihan dari sinar matahari,
sedangkan kanker kulit dan akibat dari akumulasi kerusakan yang disebabkan
oleh paparan berulang sinar ultraviolet. Kulit yang mengalami photoaging
ditandai dengan kerutan, kekenduran, perubahan pigmentasi, flek kecoklatan,
dan tampak kasar. Sangat berbeda dengan kulit dengan penuaan kronologis atau
penuaan intrinsik, pada kulit yang diproteksi dari sinar matahari yang menjadi
tipis, mengalami penurunan elastisitas tetapi kadang tampak halus.
Sinar UV dari matahari merusak kulit manusia (Photo damaged Skin) dan
mengakibatkan penuaan dini kulit (Photoaging). Proses penuaan ini adalah
akumulasi paparan matahari dan lebih sering terjadi pada individu dengan
warna lebih terang. Radiasi sinar UV mempengaruhi
dibandingkan
2.3
Kulit
terdiferensiasi. Sel-sel lain pada epidermis yaitu melanosit, sel langerhans, dan
sel merkel.
Melanosit adalah sel penghasil melanin, yaitu pigmen kulit. Sel
Langerhans memiliki fungsi imunologis dan sel merkel berperan pada persepsi
sensoris (Edmondson et al., 2003). Dermis terdiri 2 lapisan yaitu papillary dermis
di bagian superficial dan reticular dermis di bagian dalam. Di papillary dermis
terdapat kolagen, elastin, fibrous dan ground substance (mukopolisakarida, asam
Hyaluronat, kondroitin sulfat), serta kaya akan mikrosirkulasi. Di reticular dermis
terdapat kumpulan kolagen yang lebih kasar dengan serabut-serabut elastin yang
tersebar (Khazanchi, 2007).
xlii
Struktur epidermis
Kulit terdiri dari 3 lapisan berturut-turut dari luar ke dalam yaitu
epidermis, dermis, dan hipodermis (subkutan). Epidermis terdiri dari 5 lapisan
berturut - turut dari luar ke dalam yaitu stratum korneum, stratum lusidum,
stratum spinosum, stratum granulosum, dan stratum basalis. Epidermis adalah
struktur
yang
terdiferensiasi. Sel-sel lain pada epidermis yaitu melanosit, sel Langerhans, dan
sel Merkel.
Melanosit adalah sel penghasil melanin, yaitu pigmen kulit. Sel
Langerhans memiliki fungsi imunologis dan sel Merkel berperan pada persepsi
sensoris (Edmondson et al., 2003). Pemendekan telomer pada pembelahan sel
juga dikatakan salah satu penyebab penuaan intrinsik kulit, selain oleh karena
penurunan faktor pertumbuhan dan hormon. Manifestasi klinis penuaan
kronologis kulit dapat berupa serosis, kelemahan, kerutan dan gambaran tumor
jinak seperti keraktosis seboroik dan angioma buah cherry (Gilchrest and
Krutmann, 2006).
xliii
Keratinosit
Keratinosit
mengalami proses
berperan
dalam
pertumbuhan
epidermis.
Keratinosit
Proses ini pada manusia membutuhkan waktu 2-4 minggu. Diferensiasi di basal
melibatkan cross-talk antara sel dermis dan epidermis melalui growth factors.
Pada lapisan basal terdapat 3 jenis keratinosit, yaitu sel punca (stem cells),
transit - amplifying cells, dan post mitotic differentiating cells.
Lampu UV dengan emisi UV-B (280-320 nm, 75-80% energi total) dan UVA (320-375 nm, 20-25% energi total), 30 mJ/cm2, pada tikus Wistar tanpa bulu
mengakibatkan eritema, apoptosis, dan pembentukan sunburn cells.
2.3.2.2
Melanosit
Pigmentasi irregular menjadi karakteristik kulit yang mengalami
mengalami
kerusakan lebih
superoksida.
Studi
pada
kulit
manusia
dan
keratinosit
membran basalis yang terdiri dari sel - sel yang vertikal dan tidak bentuk tidak
teratur, nukleus oval dan jernih dengan beberapa sel polihidral yang masingmasing dihubungkan dengan tonofibril. Epidermis pada daerah tidak berambut
lebih sedikit berambut terdiri dari 6 lapisan sel dan stratum - stratumnya sulit
xlvi
2.4
kandungan
ditemukan
untuk
pemberian topikal
mempromosikan
angiogenesis dalam
pegagan Centella asiatica tiga kali sehari selama 24 hari untuk membuka luka
menghasilkan peningkatan kadar kolagen. Sebuah studi in vitro efek dari fraksi
triterpenoid total, Centella asiatica (TTFCA) pada fibroblast kulit manusia
menemukan ekstrak untuk tidak berpengaruh signifikan terhadap proliferasi
xlvii
sel, sintesis total protein, atau sintesis proteoglikan, namun peningkatan yang
signifikan dalam persentase kolagen dan lapisan sel fibronektin.
Madecassol, suatu
senyawa
merupakan
berkeping dua. Pada umumnya disebut sebagai asiatic. Centella asiatica yang
termasuk dalam family Umbelliferae. Tumbuhan berupa roset akar dengan
tangkai daun yang lunak, perakaran dangkal dan berkembang biak dengan
menggunakan stolon (Kumar and Gupta, 2006).
Seperti halnya tumbuhan tingkat tinggi lainnya, pegagan memiliki
beberapa organ tumbuhan yang meliputi : akar, stolon, daun, bunga dan buah.
Akar dari tumbuhan pegagan merupakan akar vertikal (Kumar and Gupta,
2006). Akarnya merupakan rimpang yang pendek serta mempunyai geragih
(Savitri, 2006). Stolon pegagan tumbuh di atas permukaan tanah, dan
berfungsi sebagai salah satu organ perkembangbiakan selain biji. Pada setiap
buku dari stolon akan tumbuh tunas yang menjadi cikal bakal tumbuhan
pegagan yang baru. Tunas akan tumbuh menjadi beberapa daun tunggal yang
tersusun dalam roset. Daun berupa daun tunggal yang tumbuh dari setiap
buku pada stolon, permukaan daun kadang berambut, kaku atau kasap dengan
pertulangan daun menjari (Lasmadiwati, 2004). Daun
tersusun dalam suatu roset akar. Bangun ginjal dengan tepi bergerigi atau
beringgit, tangkai daun panjang dan pada pangkal menyerupai pelepah
(Savitri, 2006).
Bunga dari tumbuhan pegagan berukuran kecil, tidak bertangkai dan
berwarna kemerah - merahan. Bunga - bunga ini tumbuh dalam tirai bunga
yang sederhana dan terdiri dari 3-6 bunga (Satya and Ganga, 2006). Bunga
xlix
Farmakokinetik Pegagan
Madecassoside, siaticoside, asam Asiatic, dan asam madecassic memiliki
dosis
tunggal
setelah
dosis
30
mg
atau
60
mg.
a. Kingdom Plantae
b. Divisi Spermatophyta
c. Sub-divisi Angiospermae
d. Kelas Dikotiledonae
e. Ordo Umbellales
f. Famili Umbelliferae
g. Genus Centella
h. Spesies Centella Asiatica (L) Urban (Lasmadiwati, 2004)
Nama umum (nama dagang) dari pegagan (Centella asiatica (L) Urban) antara
lain pegagan, daun kaki kuda dan antanan (Lasmadiwati, 2004). Sedangkan
untuk nama lokal antara lain: pegagan (Ujung Pandang), antanan gede,
antanan rambat (Sunda), dau tungke (Bugis), pegagan, gagan - gagan, rending,
kerok batok (Jawa), tekosan (Madura) dan kori-kori (Yuniarti, 2008). Pegagan
juga
dikenal
dengan
beberapa
istilah
asing
diantaranya:
Ji
xuecao,
6) Buah
satu
alasan
lii
liii
2.5
VITAMIN C
Vitamin C lebih sering kita perbincangkan jika menyangkut topik
pencegahan penyakit. Padahal, manfaat vitamin ini juga sangat besar bagi
kesehatan dan kecantikan kulit. Selama berabad-abad, kaum wanita selalu
menemukan cara untuk menikmati khasiat vitamin C bagi kulit. Vitamin C atau
asam askorbat mempunyai sifat mudah teroksidasi sehingga berperan sebagai
anti oksidan atau reduktor pada sintesis melanin yang banyak membutuhkan
oksigen serta dapat mengubah bentuk melanin oksidasi yang berwarna gelap
menjadi melanin tereduksi yang berwarna agak pucat. Vitamin C dalam
megadose
satu
bahwa
tirosinase sehingga menghambat produksi melanin dengan menurunnya okuinon dan membuat cerah kulit pada orang normal maupun orang dengan
gangguan hiperpigmentasi. Vitamin C selain dapat menghambat kerja enzim
tirosinase dan sebagai reduktor juga sebagai antioksidan kulit sehingga dapat
digunakan
sebagai
tabir
liv
sebagai
FUNGSI
SUMBER
MAKANAN
KEADAAN
DEFISIENSI
C (asam askorkat)
Membantu
Buah jeruk, tomat, Penyembuhan
perbaikan
dan sayu-sayuran
luka yang buruk,
pertumbuhan
berdaun
hijau, perdarahan gusi,
jaringan.
kentang.
scurvy,
mudah
Dibutuhkan dalam
terkena infeksi.
pembentukan
kolagen.
2.1 Daftar Tabel Vitamin C (Jurnal manfaat dan sumber vitamin C, 2013)
2.5.1 Farmakokinetik
Vitamin C diabsorpsi dengan mudah melalui saluran gastrointestinal
dan di distribusikan ke seluruh cairan tubuh. Ginjal akan mengekskresi vitamin C
seluruhnya, hampir tanpa perubahan.
2.5.2 Farmakodinamik
Vitamin C diperlukan untuk metabolisme karbohidrat dan protein dan
sintesis lemak. Sintesis kolagen juga membutuhkan vitamin C untuk endotel
kapiler, jaringan ikat, dan perbaikan jaringan, serta jaringan osteid dari tulang. T
anaman sejenis beri berwarna oranye keemasan tersebut ternyata merupakan
sumber vitamin C. Tanaman lain yang juga dipakai dalam kecantikan kulit di
zaman kuno adalah biji bunga mawar yang konon mengandung vitamin C 20
lv
pembentukan
2.6
Kolagen
lvi
berkaitan
glomerulus ginjal yang berfungsi untuk filtrasi molekul (Kadler et al., 2007).
2.6.1 Deskripsi Kolagen
Kolagen terdiri dari 3 rantai polipeptida dengan konformasi poliprolin
yang
dimana residu glycyl menempati setiap posisi ketiga dan posisi X dan Y ditempati
oleh prolin dan 4-hidroksiprolin. Ketiga rantai saling berkaitan melalui ikatan
rantai hydrogen. Ada 28 jenis kolagen pada vertebrata yang diberi nomor IXXVIII. Kolagen di hasilkan oleh sel fibrolast. Kolagen tipe 1 adalah jenis yang
paling banyak di jaringan ikat kulit. Selain itu kulit juga mengandung kolagen (III,
V, VI), elastin, proteoglikan dan fibronektin (Kadler., 2007).
2.6.2 Perubahan Pada Kolagen
Pada kulit yang mengalami Photoaging, serat kolagen mengalami
disorganisasi. Serabut kolagen dan kumpulan serat kolagen berkurang dan
mengalami homogenisasi. Kulit yang mengalami Photoaging prekursor kolagen
Tipe I dan III dan crosslink-nya berkurang (Pinnel, 2003; Gilchrest and Krutman,
lvii
2006). Dengan
menggunakan
antibody
faktor
genetika tampak pada studi penuaan kulit pada berbagai etnis, Etnis dengan
pigmentasi lebih gelap, seperti ras Afrika-Amerika, memiliki daya perlindungan
yang lebih tinggi terhadap Ultraviolet. Sinar Ultraviolet memicu pembentukan
radikal bebas sehingga merusak kolagen kulit. Kulit ras Afrika - Amerika
mengandung lipid interseluler lebih banyak daripada ras Kaukasia sehingga
lebih resisten terhadap penuaan. Kerutan wajah pada ras Asia terjadi lebih
lambat dan lebih ringan daripada ras Kaukasia (Farage et al., 2008).
Penurunan kolagen kulit tampak signifikan pada wanita menopause.
Kolagen kulit orang dewasa berkurang 1 % setiap tahun. Penurunan kolagen ini
lebih tampak pada wanita daripada pria. Kulit kendor dan kerutan wajah
disebabkan kerusakan akumulasi kolagen. Sinar ultraviolet juga memicu
pembentukan
lviii
lix
3. Terjadi glikosilasi pada beberapa sisa hidroksilisin, dengan bermacammacam tipe dari kolagen yang memiliki jumlah ikatan galaktosa-hidrosilisin
yang berbeda-beda.
4. Gugus amino dan karboksil akhir dari setiap rantai membentuk
polipetida non helix, kadang disebut propeptida ekstensi, dimana
membantu rantai ( 1 , 2 ) membentuk dengan posisi yang benar menjadi
triple helix. Sebagai tambahan, propeptida nonhelix membuat molekul
prokolagen soluble dan mencegah pembentukan intraseluler prematur
dan pengendapan dari fibril kolagen. Prokolagen ditranspotasikan melalui
jaringan golgi dan dieksositosis ke lingkungan ekstraselular.
5. Diluar sel, protease spesifik disebut peptidase prokolagen menyingkirkan
perpanjangan propeptida, perubahan dari molekul prokolagen menjadi
molekul kolagen. Sekarang ini sesuai untuk pembentukan sendiri kedalam
fibril kolagen polimerik, biasanya pada tempat tertentu dekat dengan
permukaan sel.
6. Pada beberapa tipe kolagen, fibril berkumpul membentuk fiber.
Proteoglikan tertentu dan tipe kolagen (tipe V dan tipe XI) bergabung pada
kumpulan molekul kolagen untuk membentuk fibril-fibril dan formasi fiber
yang berasal dari fibril dan berikatan dengan struktur dari komponenkomponen ektraselular matrik lainnya.
lxi
7. Struktur fibriler ditarik oleh formasi kovalen yang berikatan silang antara
molekul-molekul kolagen, sebuah proses dikatalisis oleh enzim lisil
oksidase.
8. Beberapa penelitian mengenai sel fibroblas pada kulit yang menua,
menunjukkan bahwa fibroblas yang dikultur dapat mensintesis sejumlah
prokolagen tipe I yang sama seperti pada kulit yang tidak terpapar sinar
matahari.
prokolagen tipe I pada kulit yang rusak akibat paparan sinar UV bukan
karena kerusakan fibroblas. Pada penelitian in vitro yang menambahkan
fibroblas pada jaringan kolagen yang utuh atau rusak, memperlihatkan
adanya perubahan fungsi fibroblas pada kolagen yang mengalami
fragmentasi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa akumulasi kerusakan
kolagen yang parsial pada sel kulit yang menua menghambat sintesis
prokolagen tipe I (Chung et al., 2003).
lxii
Gambar 2.6.4
Sintesis Kolagen
Proses Hidrosilasi dan glikosilasi pada rantai prokolagen dan pembentukan
menjadi triple helices terjadi pada RER (Rough Endoplasmic Reticulum) dan
pembentukan menjadi fibril terjadi pada Extracelular Matrix sesudah
mengekskresikan prokolagen. Karena ada sedikit perbedaan pada gen rantai
prokolagen dan produksi kolagen tergantung pada beberapa kejadian setelah
translasi meliputi beberapa enzim lainnya, banyaknya penyakit kegagalan
Sintesis kolagen yang telah dijelaskan (Mescher, 2010).
Gambar 2.6.5
Prokolagen
Bentuk dari kolagen yang paling banyak, tipe 1, setiap molekul prokolagen terdiri
dari dua rantai peptide yaitu 1 dan 2 . Massa 1 buah molecular kira-kira 100
kDa, terjalin helix pada sisi kanan dan bergabung bersama oleh interakai ikatan
hidrogen dan hidrofobik. Setiap putaran lengkap dari pilinan helix, dengan jarak
8,6 nm. Panjang setiap molekul tropokolagen adalah 300nm dan lebarnya 1,5 nm
(Mescher, 2010)
lxiii
Gambar 2.6.6
Skematik struktur kolagen (Gartner dan Hiatt, 2007)
lxiv
Gambar 2.6.7
Kolagen tipe 1 dengan Pewarnaan HE
Serabut - serabut kolagen berkumpul menjadi satu ikatan yang besar (C). Tanda
panah menunjukkan gambar fibroblas (Mescher, 2010).
2.7
permukaan bumi, terutama disebabkan oleh filtrasi oleh lapisan ozone. Kedua,
UV-B (290-320 nm) yang mencapai pemukaan bumi dan bertanggung jawab
terhadap atas sebagian besar terjadinya fotobiologi pada kulit. Ketiga, UV-A
(320-400 nm) yang mampu melewati kaca jendela dan dibagi menjadi UV-A1
(340-400 nm) dan UV-A2 (320-340 nm). Menipisnya lapisan stratosfer dari ozone
mengakibatkan semakin banyak jumlah radiasi UV-B yang mencapai permukaan
bumi yang selanjutnya menimbulkan efek langsung terhadap kesehatan manusia.
Paparan ultraviolet ini memegang peranan penting terhadap terjadinya
penuaan dini kulit (Rigel et al., 2004). Sinar UV-C merusak DNA lebih berat
daripada UV-B, meskipun lebih potensial daripada UV-B namun UV-C banyak
diserap atmosfer dan tidak mencapai permukaan bumi. Sinar UV-B merusak sel
melalui efek langsung kerusakan DNA dan induksi apoptosis. Sinar UV-B memicu
multimerisasi Fas death receptors, yang memicu pengaktifan caspase-8. Sinar
UV-B pada keratinosit menstimulasi fosforilasi dan stabilisasi p38 mitogenactivated protein kinase (MAPK), yang terjadi dalam 2 jam paparan UV-B, dan
memulai aktivasi caspase. Peroksidasi lipid dan produksi radikal oksidatif terjadi
setelah paparan UV-B. Sinar UV-A mempunyai potensi lebih rendah dalam
merusak sel. Sinar UV-A mengakibatkan pembentukan radikal oksidatif. Stres
oksidatif ini yang merusak sel (Raj et al., 2006).
Studi tentang paparan UV-B (290-330 nm) dengan keluaran energi 0,7
mW/cm2, jarak 30 cm, kekuatan radiasi 8, 16,24, 32 mJ/cm2; pada keratinosit in
vitro, melaporkan bahwa apoptosis keratinosit terjadi pada radiasi 16 mJ/cm2.
lxvi
Lampu UV dengan emisi UV-B (280-320 nm, 75-80% energi total) dan UVA (320-375 nm, 20-25% energi total), 30 mJ/cm2, pada tikus Wistar tanpa bulu
mengakibatkan eritema, apoptosis, dan pembentukan sunburn cells. Radiasi 30
mJ/cm2 adalah rentang paparan UV normal pada manusia. Dosis UV 40 mJ/cm2
pada manusia menghasilkan efek eritema (Lu et al., 2000). Lampu UV (270-440
nm) dengan emisi dominan 312 nm menghasilkan penetrasi kulit lebih dalam
daripada UV gelombang pendek (254 nm).
Radiasi UV-B yang mencapai kulit, 70 % diserap pada stratum korneum,
20% mencapai seluruh epidermis, dan hanya 10% mencapai bagian atas dermis.
Radiasi UV-A diabsorbsi sebagian besar pada epidermis, dan hanya 10%
mencapai bagian atas dermis. Radiasi UV-A diabsorbsi sebagian besar pada
epidermis, tetapi 20-30% radiasi ini mencapai bagian yang lebih dalam dermis
dibandingkan dengan UV-B. Walaupun UV-B (290-320 nm) memiliki panjang
gelombang yang lebih pendek tetapi lebih efisien mencapai permukaan bumi,
lebih kuat terserap pada epidermis dan lebih eritemogenik dibandingkan dengan
UV-A (Rigel, 2004).
2.7.2 Pigmentasi
Pigmentasi kulit mengikuti paparan sinar matahari yang terjadi berupa
kecoklatan (tanning) dan pembentukan melanin baru. Respon kecoklatan pada
kulit tergantung dari panjang gelombang radiasi. Eritema yang diinduksi UV-B
diikuti dengan pigmentasi. Melanisasi terjadi akibat paparan UV-B. Melanisasi
yang terjadi oleh karena
dengan paparan UV-B. Perbedaan ini kemungkinan terjadi oleh karena lokalisasi
pigmen yang diinduksi oleh UV-A lebih basal.
2.7.3 Kerusakan DNA
DNA seluler langsung menyerap paparan UV-B dan penyerapan ini
menyebabkan lesi pada basa pirimidin, yang menjadi ikatan kovalen dan merusak
heliks DNA Apabila kerusakan DNA ini tidak diperbaiki maka akan mengakibatkan
kesalahan pembacaan kode genetik, mutasi, dan kematian sel. Radiasi sinar UV-A
juga sangat merusak DNA tetapi kurang jika dibandingkan UV-B (Rigel et al.,
2004; Placzek et al., 2005; Gilchrest and Krutman, 2006).
2.8.
MMP-1
metaloproteinase
(MMP)
adalah
suatu
zinc-dependent
merupakan protease utama yang mampu memulai degradasi serat kolagen pada
kulit manusia. Beberapa penelitian lain yang telah dilakukan pada kultur fibroblas
menunjukkan bahwa paparan sinar UV-B mampu memicu ekspresi MMP-1 pada
dosis yang bervariasi antara 10 mJ/cm2 100 mJ/cm2 (Yulianto, 2006; Lee et al.,
2009).
Fibroblas dermis merupakan sumber utama MMP-1 dan meningkat
setelah paparan sinar UV-B pada sel kultur maupun sel kulit secara in vivo (Fagot
et al., 2004). Walaupun MMP-1, MMP-3 dan MMP-9 pada permulaannya
lxx
penelitian yang mengemukakan bahwa keratinosit adalah sumber utama MMP1, yang diproduksi sebagai respon kulit terhadap paparan sinar UV-B. Sel
fibroblas dermis juga berperan dalam ekspresi MMP-1 oleh keratinosit melalui
mekanisme parakrin tidak langsung yaitu dengan pelepasan growth factor dan
sitokin yang memicu ekspresi MMP-1 oleh keratinosit (Quan et al., 2009).
2.9
dalam waktu 1 jam. Jalur sinyal ini diaktifkan maksimal dalam waktu 4 jam
setelah paparan sinar UV. Pada saat ini, pemeriksaan immunohistologik
mengungkapkan aktivasi (fosforilasi) dari beberapa sinyal kinase pada sel di
seluruh lapisan epidermis (Helfrich et al., 2009). Aktivitas kinase mengatur
ekspresi dan aktivasi fungsional dari AP-1 (terdiri dari c-Jun dan Fos protein),
yang kemudian merangsang transkripsi gen untuk enzim yang mendegradasi
matriks seperti MMP-1, MMP-3, dan MMP-9. Faktor transkripsi AP-1 juga
mengganggu ekspresi gen kolagen pada fibroblas dermis (Fisher et al., 2002;
Ischihashi et al., 2009).
Paparan sinar UV juga mengaktifkan faktor transkripsi NF-B yang
merangsang transkripsi gen sitokin pro inflamasi seperti IL-1, TNF-, IL-6, dan
lxxi
dan pantat yang terlindung dari sinar matahari, hal ini membuktikan secara tidak
langsung bahwa terjadi penurunan pembentukan kolagen pada photoaging.
Besarnya penurunan pembentukan prokolagen berkorelasi secara signifikan
dengan tingkat kerusakan kulit akibat paparan sinar UV (Gilchrest and Krutmann,
2006).
Diperlukan keseimbangan antara aktivitas MMP-1 dan TIMP yang
merupakan faktor penting dalam remodeling jaringan. Pada kulit muda,
transforming growth factor-1 dapat menginduksi ekspresi gen MMP-1 dan TIMP
untuk menurunkan ekspresi MMP-1 dan meningkatkan akumulasi mRNA TIMP.
Namun, pada sel yang menua, transforming growth factor-1 tidak dapat
menghambat ekspresi gen MMP-1, meskipun induksi gen TIMP tetap ada; ini
menunjukkan bahwa sel-sel yang mengalami penuaan memberikan respon yang
lambat terhadap transforming growth factor-1. Mekanisme ini bertanggung
jawab pada peningkatan ekspresi MMP-1 sel yang menua, yaitu akan
menyebabkan degradasi dan kerusakan jaringan kolagen pada proses penuaan
kulit (Chung et al., 2003).
2.9.2 Pengaruh Ultraviolet Terhadap Jumlah Kolagen
Paparan sinar UV, selain mengurangi jumlah kolagen yang matur pada
dermis, juga merusak sintesis kolagen secara berkelanjutan, terutama melalui
penurunan regulasi ekspresi gen prokolagen tipe I dan tipe III. Dua mekanisme
yang bertanggung jawab terhadap berkurangnya ekspresi gen prokolagen adalah
induksi AP-1 dan menurunkan regulasi TGF- tipe II (Varani et al., 2001). Seperti
lxxiii
lxxiv
BAB III
3.1
Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir penelitian ini disusun berdasarkan latar belakang dan
kulit,
luka bakar
Triterpenoid
saponin.
jaringan, serta
lxxvii
3.2
Kerangka Konsep
EKSTRAK PEGAGAN
VITAMIN C
FAKTOR INTERNAL
FAKTOR EKSTERNAL
Genetik
Radikal Bebas
Hormon
Penurunan sistem
g
kekebalan
tubuh
Jumlah Kolagen
Ekspresi MMP-1
lxxviii
3.3
Hipotesis Penelitian
1. Pemberian oral ekstrak pegagan (Centella asiatica) dapat meningkatkan
jumlah kolagen kulit pada tikus Wistar yang dipapar sinar UV-B.
2. Pemberian oral ekstrak pegagan (Centella asiatica) dapat menurunkan
ekspresi MMP-1 pada tikus Wistar yang dipapar sinarUV-B.
3. Pemberian oral ekstrak pegagan (Centella asiatica) dapat meningkatkan p
jumlah kolagen kulit lebih banyak daripada vitamin C pada tikus Wistar
yang dipapar sinar UV-B .
4. Pemberian oral ekstrak pegagan (Centella asiatica) dapat menurunkan
ekspresi MMP-1 lebih banyak daripada vitamin C pada tikus Wistar yang
dipapar sinar UV-B.
lxxix
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1
Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah animal experimental dengan post test only control
group design yang didahului dengan penelitian pendahuluan. Pada awal penelitian
tikus Wistar dibagi untuk 3 kelompok. Kelompok pertama kontrol diberikan
placebo dan dipapar sinar UV-B (Perlakuan 1). Kelompok kedua tikus Wistar
diberi ekstrak pegagan 50 mg oral dan dipapar sinar UV-B (Perlakuan 2).
Sedangkan kelompok ketiga tikus Wistar diberi vitamin C 9 mg oral dan dipapar
sinar UV-B (Perlakuan 3).
Selanjutnya dari ketiga kelompok tersebut dilakukan biopsi pada kulit
punggung tikus Wistar jantan untuk dibuat dalam bentuk blok parafin,
Selanjutnya dilakukan perhitungan jumlah kolagen pada tikus Wistar dengan
pembuatan preparat dan pengecatan dengan reagen Sirius Red dan penilaian
ekspresi MMP-1 dengan pengecatan Immunohistokimia.
58
lxxx
4.2
Kontrol
P1
Pegagan
P2
Vitamin C
01
02
03
Keterangan:
P= Populasi
S= Sampel
R= Random
O1 = Observasi jumlah kolagen dermis dan ekspresi MMP-1, kontrol post test.
O2 = Observasi jumlah kolagen dermis dan ekspresi MMP-1, ekstrak pegagan 50
mg post test
O3 = Observasi jumlah kolagen dermis dan ekspresi MMP-1, Vitamin C 9 mg post
test
K = Perlakuan 1 dipapar sinar UV-B
P1 = Perlakuan 2 dipapar sinar UV-B + diberi ekstrak pegagan 50 mg oral.
P2 = Perlakuan 3 dipapar sinar UV-B + diberi vitamin C 9 mg oral
lxxxi
4.3
4.4
Variabel Penelitian
Variabel bebas
Variabel Tergantung
Ekstrak Pegagan
Vitamin C
UV-B
Ekspresi MMP-1
Jumlah Kolagen
Variabel kendali
Jenis Kelamin
Umur
Berat
Gambar 4.2 Klasifikasi Variabel
b. Variabel Tergantung
Variabel tergantung adalah variabel yang merupakan hasil perlakuan
variabel bebas yaitu kolagen dermis dan Matriks Metalloproteinase-1.
c. Variabel Kendali
Variabel kendali adalah variabel yang dapat dikendalikan antara lain jenis
tikus, umur, sehat, jenis kelamin yang sama, berat.
4.4.2 Sampel
Kriteria inklusi yang dipergunakan adalah :
1. Tikus Wistar
2. Berat badan 180 - 200 gram
3. Umur 10 12 minggu
4. Sehat
5. Jantan
Kriteria eksklusi : tidak mau makan, cacat fisik, hiperaktif.
Kriteria drop Out : apabila tikus Wistar mati pada saat penelitian.
4.4.3 Teknik Pengambilan Sampel
Tikus Wistar diambil dengan cara diacak sederhana dibagi menjadi tiga
kelompok. Kelompok 1 diberi placebo ( aquadest ) dan dipapar sinar UV-B.
Kelompok 2 diberi ekstrak pegagan 50 mg (oral) setiap hari dengan dosis sekali
lxxxiii
sehari dan dipapar sinar UV-B. Kelompok 3 diberi vitamin C 9 mg (oral) setiap
hari dengan dosis sekali sehari dan dipapar sinar UV-B.
laboratorium
2. Ekstrak pegagan dibuat dari pengeringan daun pegagan yang telah dikeringkan
selama 2 sampai 3 hari, lalu dibuat ekstrak dengan menggunakan vacum rotary
evaporator, pengenceran ekstrak dilakukan dengan menambahkan air tween-80
10% sebagai pelarutnya. Selanjutnya dilakukan Biosasay ekstrak kasar terhadap
serangga, jamur, dan bakteri.
lxxxiv
8. Tikus Wistar Jantan yang digunakan adalah tikus Wistar jantan sehat yang
berumur 10-12 minggu dengan berat 180-200 gram, diberi oral dengan alat
sonde. Dosis kontrol diberikan aquadest sesuai dengan berat badan tikus dan
dipapar sinar UV-B (Perlakuan I), ekstrak pegagan 50 mg oral diberikan sekali
sehari dan dipapar sinar UV-B (Perlakuan II), dan pemberian dosis vitamin C 9
mg oral diberikan sekali sehari lalu dipapar sinar UV-B (Perlakuan III).
9. Kualitas-kuantitas kandang adalah kandang pemeliharaan dengan atap dari
kawat, dilengkapi dengan tempat makanan-minuman dan disediakan satu
kandang untuk tiap kelompok perlakuan yang berbeda tiap tikus, yaitu tiap
kandang berisi 10 tikus. Kualitas - kuantitas makanan berupa konsentrat
makanan ayam 30%, jagung giling 40% dan dedak 30%, sebanyak 12-25 gr/
ekor/ hari, diberikan secara ad libitum. Minuman yang diberikan secara tidak
terbatas (ad libitum). Suhu ruangan dipertahankan 20-25C. Kelembaban dan
pertukaran udara yang ekstrim harus dihindari. Aliran udara dalam ruangan
harus lemah
normal).
4.5.
lxxxvii
4.6
Prosedur Penelitian
Penelitian dilakukan sebagai berikut :
minggu pertama, 70 mJ/cm2 pada minggu ke dua dan 80 mJ/cm2 pada minggu
ke 3 dan ke 4. Penyinaran diberikan 3 kali seminggu selama 4 minggu,
sehingga dosis totalnya mencapai 840 mJ/cm2.
6. Langkah Paparan Sinar UV-B tikus Wistar jantan.
Tabel 4.1
Jadwal dan waktu penyinaran UV-B
Jadwal Penyinaran
Lama penyinaran
Minggu I
( Senin, Rabu, Jumat )
50 mJ/cm2
50 detik
Minggu II
( Senin, Rabu, Jumat )
70 mJ/cm2
70 detik
80 mJ/cm2
80 detik
7. Tikus Wistar jantan dibiarkan terlebih dahulu selama dua puluh empat jam
setelah penyinaran berakhir untuk menyingkirkan pengaruh efek penyinaran
akut (Vayalil dkk., 2004).
8. Untuk mengambil sampel kulit pada mencit dilakukan biopsi. Sebelum
dibiopsi, dilakukan biopsi terlebih dahulu menggunakan xylazine dan
ketamin. Dengan dosis xylazine 4-8 mg/ kgBB IM dan Ketamin 22-44mg/ kgBB
IM (KNEPK, 2011).
9. Pembuatan sediaan histologis dibagi menjadi tiga tahapan yaitu tahap fiksasi,
dehidrasi, clearing dan embeding. Jaringan kulit hasil biopsi kulit mencit
masing-masing dengan diameter 5 mm dan kedalaman sampai sub kutan
lxxxix
memakan waktu selama satu hari agar mudah diiris dengan mikrotom.
Pemotongan menggunakan mikrotom rotari (Jung Histocut Leica 820), tebal 5
mikro meter secara seri dan diambil irisan ke 5, 10, 15 untuk selanjutnya
dilakukan penempelan pada gelas obyek, lalu diinkubasi pada suhu 60o C
selama 2 jam. Khusus untuk slide yang dicat dengan immunohistokimia,
menggunakan objek glass yang sudah dilapisi daya rekat seperti Poly-Lysine
atau yang sejenis.
10. Pemeriksaan Kolagen dengan Sirius Red dan Ekspresi MMP-1
11. Sebelum dilakukan pengecatan, slide melalui proses deparafinisasi dan
rehidrasi meliputi perendaman dalam larutan xylene 2 x 5 menit, etanol
100% selama 2 menit, etanol 96% 2 x 2 menit, etanol 70% selama 2 menit
dan aquadest selama 2 menit. Selanjutnya dilakukan pewarnaan inti sel
xc
dengan Hematoxilin Gill selama 10 menit dan dicuci selama 10 menit dengan
air mengalir. Dilakukan pewarnaan dengan picro Sirius Red selama 1 jam yang
bertujuan memberikan pewarnaan mendekati seimbang. Tahap selanjutnya
dilakukan pencucian dengan air asam sebanyak 2 kali. Air yang berlebihan
selanjutnya dihilangkan secara fisik dengan menggoyang secara perlahan.
Dehidrasi dalam etanol 70% selama 10 detik, etanol 96% 2x 10 detik, etanol
100% selama 10 detik dan xylene 2 x 2 menit, keringkan selama 2 jam dalam
suhu ruang, lalu mounting pada medium berbasis xylene (DPX).
12. Pengamatan hasil jumlah kolagen dilakukan dengan metode analisis digital.
Sediaan dengan pembesaran 10 dan 40 kali, difoto dengan kamera Olympus
DP12. Masing masing preparat difoto sebanyak 3 kali dengan menggunakan
format JPEG. Penghitungan jumlah kolagen dermis dengan menggunakan
piranti lunak Adobe PhotoShop CS3 dan Image J.
13. Jaringan kolagen yang tampak berwarna merah terang dipilih menggunakan
fungsi Magic Wand oleh Adobe PhotoShop CS3. Kemudian dengan
menggunakan fungsi inverse maka terpilihlah pixel selain warna merah,
lalu dihapus menggunakan fungsi delete sehingga pada gambar hanya
tersisa pixel dengan warna merah. Jumlah kolagen dihitung sebagai
persentase pixel area kolagen yang berwarna merah dibandingkan dengan
pixel area seluruh jaringan. Pertama-tama gambar yang sudah dihilangkan
pixel selain warna merah, dipisah channel warna merahnya melalui fungsi
RGB stack pada Image J. Setelah didapatkan channel
xci
warna merah
kemudian dibuat nilai threshold untuk warna merah, lalu dijalankan fungsi
measure sehingga didapatkan presentase pixel warna merah dari total
pixel secara otomatis.
14. Jumlah kolagen (%) =
x 100%
keadaan
tertutup, kemudian dicuci dalam PBS 1X selama 5 menit dalam glass jar
masing-masing dua kali sambil digoyangkan.
Selanjutnya diteteskan
xciii
menggunakan
4.7
Sampel Penelitian
Sampel menggunakan tikus Wistar jantan sehat dengan berat 180-200
Wistar dengan
Dari sampel yang telah dipilih kemudian dibagi menjadi 3 kelompok secara
random yaitu Kelompok Perlakuan I, Kelompok Perlakuan II, dan Kelompok
Perlakuan III dibagi menjadi 3 kelompok. Perlakuan I kontrol/ plasebo diberikan
aquadest secara oral dengan dosis 1 cc sekali sehari dan dipapar sinar UV-B
(Perlakuan 1). Kelompok perlakuan kedua tikus Wistar diberi ekstrak pegagan
secara oral dengan dosis 50/200 mgBB tikus sekali sehari dan dipapar sinar UV-B
(Perlakuan 2). Sedangkan kelompok
vitamin C dengan dosis 9/200 mgBB dan dipapar sinar UV-B (Perlakuan 3).
xcv
4.8
Alur Penelitian
30 Tikus Wistar
Adaptasi 1 Minggu
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Analisis Data
Laporan
xcvi
4.9
Analisis Data
Data yang telah terkumpul akan diproses dengan SPSS 17,dan dianalisis dengan
1) Analisis deskriptif
Dilakukan sebagai dasar untuk statistik analitis (uji hipotesis) untuk mengetahui
karakteristik data yang dimiliki. Analisis deskriptif dilakukan dengan program
SPSS. Pemilihan penyajian data dan uji hipotesis tergantung dari normalnya
distribusi data.
2) Uji normalitas data
Data terlebih dahulu diuji normalitasnya dengan uji Shapiro-Wilk untuk
mengetahui data sampel berdistribusi normal atau tidak.
3) Uji Homogenitas
Setelah dilakukan uji normalitas data kemudian dilakukan uji homogenitas
menggunakan uji Levenes test.
4) Analisis Komparatif
Analisis komparatif dilakukan untuk uji perlakuan, karena data numerik
berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji test kemaknaan digunakan
dengan One Way Anova menggunakan program SPSS.
5) Analisis Pos Hoc.
Setelah diketahui terdapat perbedaan yang signifikan antar kelompok, dilakukan
uji Pos-Hoc dengan tes LSD (Least Significant Difference-test).
xcvii
BAB V
HASIL PENELITIAN
xcviii
Ket.
10
10
10
10
10
10
Kolagen kontrol
Kolagen Ekstrak Pegagan 50 mg
Kolagen Vitamin C
MMP-1 kontrol
MMP-1 Ekstrak Pegagan 50 mg
MMP-1 Vitamin C
0,240
0,518
0,309
0,285
0,441
0,380
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
5.2
2,26
0,124
0,75
0,483
Keterangan
Homogen
Homogen
Tabel 5.3
Perbedaan Rerata Jumlah Kolagen antar Kelompok Sesudah Diberikan Oral
Ekstrak Pegagan 50 mg dan Vitamin C 9 mg
Kelompok Subjek
Rerata Kolagen
52,29
SB
3,63
Kontrol
Ekstrak Pegagan 50 mg
Vitamin C 9 mg
10
10
10
59,17
3,76
56,05
1,43
12,14
0,001
p = Nilai Kemaknaan
Ekstrak Pegagan
Vitamin C
cii
Tabel 5.4
Analisis Komparasi Jumlah Kolagen Sesudah Perlakuan antar Kelompok
Kelompok
Beda Rerata
Interpretasi
6,88
0,001 Berbeda
3,76
0,012 Berbeda
3,12
0,034 Berbeda
P = Nilai Kemaknaan
Hasil uji lanjutan menunjukan bahwa:
1. Rerata jumlah kolagen kelompok kontrol berbeda bermakna dengan
kelompok ekstrak pegagan 50 mg (Rerata kelompok ekstrak pegagan 50
mg lebih tinggi daripada rerata kelompok kontrol).
2. Rerata jumlah kolagen kelompok kontrol berbeda secara bermakna
dengan kelompok vitamin C 9 mg (Rerata kelompok vitamin C lebih tinggi
daripada rerata kelompok kontrol).
3. Rerata jumlah kolagen kelompok ekstrak pegagan 50 mg berbeda secara
bermakna dengan kelompok vitamin C 9 mg (Rerata kelompok vitamin C
lebih rendah daripada rerata kelompok ekstrak pegagan 50 mg).
5.4
Ekspresi MMP-1
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata ekspresi MMP-1 antar
Rerata MMP-1
28,96
SB
2,64
Kontrol
Ekstrak Pegagan 50 mg
Vitamin C 9 mg
10
10
10
10,31
1,73
14,26
1,34
246,35
0,001
p = nilai kemaknaan
SB = simpangan baku
Tabel 5.5, menunjukkan bahwa rerata ekspresi MMP-1 kelompok kontrol adalah
26,962,64, rerata kelompok ekstrak pegagan 50 mg adalah 10,311,73, dan
rerata kelompok vitamin C 9 mg adalah 14,261,34. Analisis kemaknaan dengan
uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F = 246,35 dan nilai p = 0,001. Hal
ini berarti bahwa rerata Ekspresi MMP-1 pada ketiga kelompok sesudah
diberikan perlakuan berbeda secara bermakna (p<0,05).
%
Ekstrak Pegagan
Vitamin C
Gambar 5.2
civ
Beda Rerata
Interpretasi
18,65
0,001
Berbeda
14,70
0,001
Berbeda
0,001
Berbeda
cv
Gambar 5.3
Jaringan Dermis Kontrol Tikus Wistar dengan Pengecatan Sirius Red (
Pewarnaan 400x)
A
Keterangan Gambar :
A. Kelompok kontrol yang dipapar sinar UV-B. Terjadi kerusakan susunan
dan struktur kolagen dengan serat kolagen berwarna merah yang tampak
tipis. Tanda panah menunjukkan serat kolagen yang tidak utuh.
B. Kelompok pegagan. Jumlah kolagen dengan serat kolagen berwarna
merah tampak paling lebar dan tebal dimana serat kolagen yang utuh
nampak paling banyak. Tanda panah hitam menunjukkan serat kolagen
yang utuh. Tanda panah merah menunjukkan serat kolagen.
C. Kelompok Vitamin C. Jumlah kolagen dengan serat kolagen berwarna
merah tampak lebih lebar dan tebal dibandingkan gambar A, dimana
serat kolagen yang utuh nampak banyak. Tanda panah hitam
cvi
Gambar 5.4
Ekspresi MMP-1 dengan Pewarnaan Imunohistokimia
A
Keterangan Gambar :
A. Kelompok kontrol. Tampak Ekspresi MMP-1 (warna coklat) menurun
dibandingkan gambar A. Tanda panah hitam menunjukkan sel fibroblast
yang mengekspresikan MMP-1. Tanda panah merah menunjukkan sel
fibroblast yang tidak mengekspresikan MMP-1. Tanda panah hijau
menunjukkan kontrol positif MMP-1 (kelenjar sebasea).
B. Kelompok Pegagan. Tampak ekspresi MMP-1 (warna coklat) paling
menurun/sedikit. Tanda panah hitam menunjukkan sel fibroblast yang
cvii
yang
mengekspresikan
MMP-1.
Tanda
panah
merah
cviii
BAB VI
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
6.1.
Subyek Penelitian
Untuk
menggunakan 30 ekor tikus Wistar jantan sehat dengan berat 180 - 200 gram
dan berumur 10 12 minggu sebagai sampel, yang terbagi menjadi 3 (tiga)
kelompok perlakuan, yaitu Perlakuan 1 kontrol (aquadest) diberikan dosis 1 cc
secara oral dan dipapar sinar UV-B, Perlakuan 2 ekstrak pegagan secara oral
dengan dosis 50 mg dan dipapar sinar UV-B, dan Perlakuan 3 vitamin C secara
oral dengan dosis 9 mg dan dipapar sinar UV-B .
6.2
sebelum dianalisis lebih lanjut, terlebih dahulu diuji distribusi dan variannya.
Untuk uji distribusi digunakan uji Shapiro Wilk, yaitu untuk mengetahui
normalitas data dan uji homogenitas dengan uji Levene test. Berdasarkan hasil
analisis didapatkan bahwa masing-masing kelompok berdistribusi normal dan
homogen (p > 0,05).
cix
84
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian pemberian ekstrak pegagan pada tikus
85
cx
7.2
Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah:
1. Perlu melakukan penelitian lebih lanjut pada tikus Wistar untuk
mengetahui efektifitas pemberian ekstrak pegagan oral terhadap
peningkatan jumlah kolagen dan penurunan ekspresi MMP-1.
2. Perlu melakukan penelitian klinis (uji klinis) pada manusia untuk
mengetahui efektifitas pemberian ekstrak pegagan oral terhadap
peningkatan jumlah kolagen dan penurunan ekspresi MMP-1 pada
peremajaan kulit dan menghambat penuaan kulit.
cxi
DAFTAR PUSTAKA
Baskoro, A. dan Konthen, P.G. 2008. Basic Immunology of Aging Process. Naskah
Lengkap pada 5th Bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and Geriatric Update
Symposium. Bali 11-13 April 2008.
Baumann, L. 2008. Cosmetics and Skin Care in Dermatology. In: Wolff, K.,
Goldsmith, L.A, Katz, S.L., Gilchrest, B.A., Paller, A.S., Leffell, D.J., editors.
Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. 7th. Ed. New York:
McGrawHill. p.2357-63
Baumann, L. and Saghari, S. 2009. Basic Science of the Epidermis. In : Baumann,
L., Saghari, S., Weisberg, E., editors. Cosmetic Dermatology Principles And
Practice. Second Edition. USA: The McGraw-Hill Companies. 3-7.
Baumann, L. and Saghari, S. 2009. Photoaging. In : Baumann, Leslie, editors.
Cosmetic Dermatology. 2nd. Ed. New York : McGraw-Hill. p.34-41.
Beers, M. 2005. The Merck Manual of Health & Aging. Amerika Serikat :
Ballantine Book Trade Paperback. p. 24-25.
Berneburg, M., Plettenberg, H., Krutmann, J. 2000. Photoaging of Human Skin.
Photodermatology, Photoimunology, & Photomedicine. 16: 239-244.
Boyce, S.T., Supp, A.P., Swope, V.B., and Warden, G.D. 2002. Vitamin C Regulates
Keratinocyte Viability, Epidermal Barrier, and Basement Membrane In
Vitro, and Reduces Wound Contraction after Grafting of Cultured Skin
Substitutes. J Invest Dermatol. 118: 565-72.
Brinkhaus, B., Lindner, M., Schuppan, D., and Hahn, E. G. Chemical,
Pharmacological and clinical profile of the East Asian medical plant Centella
asiatica. Phytomedicine 2000;7
Chen, L., Hu, J.Y., and Wang, S.Q. 2012. The Role of Antioxidants in
Photoprotection: A Critical Review. J Am Acad Dermatol. 63:1-12.
Chow, M.J., and Boineau-Geniaux, D. 2009. Innovations in Treating
Photodamaged Skin. Aesthetic Dermatology. 49-52.
Chu, D.H. 2008. Development and Structure of The Skin. In: Wolff, K., Goldsmith,
L.A, Katz, S.L., Gilchrest, B.A., Paller, A.S., Leffell, D.J., editors. Fitzpatricks
cxii
87
Fisher, G. J., Quan, T., Purohit, T., Shao, Y., Cho, M.K., He, T., Varani, J., Kang, S.,
and Voorhees, J. J. 2009. Collagen Fragmentation Promotes Oxidative
Stress and Elevates Matrix Metalloproteinase-1 in Fibroblasts in Aged
Human Skin. Am J Pathol. 174:10114.
Fisher, G.J., Voorhees, J.J., Kang, S., Quan, T., He, T. 2004. Solar UV Irradiation
Fowler, B. 2003. Functional and Biological Markers of Aging in Klatz, R. Anti
Aging Medical Therapeutic Vol 5. The A4M Publication.Chicago. p. 43.
Gilchrest, B. A. and Krutmann, J. 2006. Skin Aging. Berlin: Springer-Verlag. p.10-1.
Gilchrest, B.A., Yaar, M. 2000. Aging of Skin. In: Fitzpatrick T.B. et al, editors.
Dermatology in General Medicine, Mc Graw-Hill Book Co 2, p. 1386-1387.
Goldman, R and Klatz, R. 2007. The New Anti-Aging Revolution. Malaysia:
Printmate Sdn. Bhd. p. 19-25.
Goldman, R., and Klatz, R. 2003. The New Anti-Aging Revolution. Theories of
Aging; 19-32.
Gonzaga, E.R. 2009. Role of UV Light in Photodamage, Skin Aging, and Skin
Cancer. Importance of Photoprotection. Am J Clin Dermatol. 10 (1): 19-24.
Gonzlez, S., Fernndez-Lorente, M., and Gilaberte-Calzada, Y. 2008. The Latest
on Skin Photoprotection. Clinics in Dermatology. 26: 61426.
Halliwell and Gutteridge 2007, Inflammation and Anti-Aging Process. 10 (1):1825
Harman, D. 2001. Aging: Overview. Annual New York Academy of Science. 928 :
p.1-21.
Helfrich, Y.R., Sachs, D. L., and Voorhees, J. J. 2008. Overview of Skin Aging and
Photoaging. Dermatology Nursing. 20(3): 177-83.
Helfrich, Y.R., Sachs, D. L., and Voorhees, J. J. 2009. The Biology of Skin Ageing.
European Dermatology. 39-42.
Hubrecht, R. and Kirkwood, J. 2010. The UFAW Handbook of The Care and
Management of Laboratory and Other Research Animals. Edisi ke-8.
Universities Federation for Animal Welfare. p. 311-324.
cxiv
Humbert, P.G., Haftek, M., Creidi, P., Lapiere, C., Nusgens, B., and Richard, A.
2003. Topical Ascorbic Acid on Photoaged Skin: Clinical, Topographycal
and Ultrastructural Evaluation; Double Blind Study vs Placebo. Exp
Dermatol. 12:237-44.
Ichihashi, M., Ando, H., Yoshida M., Niki Y., and Matsui, M. 2009. Photoaging of
The Skin. J Anti-Aging Med. 6(6): 46-59.
Jouni, U., Mon-li Chu, Richard, G., and Arthur, Z.E. 2008. Collagen, Elastic Fibers,
and Extracellular Matrix of The Dermis. In: Wolff, K., Goldsmith, L.A, Katz,
S.L., Gilchrest, B.A., Paller, A.S., Leffell, D.J., editors. Fitzpatricks
Dermatology in General Medicine. 7th. Ed New York: McGraw-Hill. p. 51742.
Klatz, R. 2003. Acknowledgement in: Klatz, R. 2003 Anti Aging medical
Therapeutics Vol 5..The A4M publication. Chicago. p. 3.
Kligman, L. H. 1986. Photoaging: Manifestation, Prevention, and Treatment.
Dermatology Clinical, 4: 517-28.
Kohl, E., Steinbauer, J., Landthaler, M., and Szeimies, R.M. 2011. Skin Ageing.
JEADV. 25:87384.
Kregel, K.C., and Zhang, H.J. 2007. An integrated view of oxidative stress in aging:
basic mechanisms, functional effects, and pathological considerations.
Am J Physiol Regul Integr Comp Physiol 292:1836.
Krinke, G.J. 2000. The Laboratory Rat. The Handbook of Experimental Animals.
Academic Press. p. 3-56.
Krutmann, J., and Gilchrest, B.A. 2006. Photoaging of Skin. In : Gilchrest, B. A. and
Krutmann, J. editors. Skin Aging. Berlin: Springer-Verlag. p.33-42.
Lee, Young-Rae, Noh, Eun-Mi, Jeong, E.Y., Yun, Eok-Kweon, Kim, J.H., Kwon, K.B.,
Kim, B.S., Lee, S.H., Park, C., and Kim, Jong-Suk. 2009. Cordycepin Inhibits
UVB-Induced Matrix Metalloproteinase Expression by Suppressing the
NFB Pathway in Human Dermal Fibroblast. Experimental and Molecular
Biomedicine, 415:548-54.
Masnec, I.S. and Poduje, S. 2008. Photoaging. Coll. Antropol. 32(2):17780.
Narayanan, D.L., Saladi, R.N., and Fox, J.L. 2010. Ultraviolet Radiation and Skin
Cancer. International Journal of Dermatology. 49:97886.
cxv
Pangkahila, A. 2005. Buku Ajar Pedoman Praktis Analisis Statistik Dengan SPSS.
Denpasar: Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana. Hal: 9-19.
Pangkahila, W. 2007. Anti Aging Medicine: Memperlambat Penuaan,
Meningkatkan Kualitas Hidup. Cetakan ke-1. Jakarta: Penerbit Buku
Kompas.
Pangkahila, W. 2007. Anti Aging Medicine: Memperlambat Penuaan,
Meningkatkan Kualitas Hidup. Cetakan ke-1. Jakarta: Penerbit Buku
Kompas. Hal: 1-3, 9-19, 36-40.
Pangkahila, W. 2007. Anti Aging Medicine: Memperlambat Penuaan,
Meningkatkan Kualitas Hidup. Cetakan ke-1. Jakarta: Penerbit Buku
Kompas.
Pangkahila, W. 2011. Anti Aging Medicine:Memperlambat Penuaan,
Meningkatkan Kualitas Hidup. Cetakan ke 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kompas.
Pangkahila, W. 2011. Anti-Aging: Tetap Muda dan Sehat. Jakarta: Penerbit Buku
Kompas. p.11-3.
Pangkahila, W. 2013. Hormone Replacement Therapy In Anti-Aging Medicine :
What to do and Not to do. Workshop New Hope in Anti-Aging Medicine.
Bandung 8-10 November 2013.
Pinnel, R.S. 2003. Cutaneous Photodamage, Oxidative Stress, and Topical
Antioxidant Protection, A Continuing Medical Education, American
Academy of Dermatology. p. 1-19.
Placzek, M, dkk. 2005. Ultraviolet B-Induced DNA Damage in Human Epidermis Is
Modified by the Antioxidant Ascorbic Acid. Journal of Investigative
Dermatology. vol. 124. p. 304-307.
Pugliese, P.T. 2009. Aging and Inflammation. Skin Inc Magazine. p.1-8.
Quan, T., He T., Kang, S., Voorhees, J. J., and Fisher, G. J. 2004. Solar Ultraviolet
Irradiation Reduces Collagen in Photoaged Human Skin by Blocking
Transforming Growth Factor- Type II Receptor Smad Signaling. American
Journal of Pathology. 165 (3):741-51.
Quan, T., Qin, Z., Xia, W., Shao, Y., Voorhees, J.J. and Fisher, G. 2009. MatrixDegrading Metalloproteinases in Photoaging. Journal of Investigative
Dermatology Symposium Proceedings. 14 : 20-24.
cxvi
Rabe, J.H., Mamelak, A.J., Mc Elgunn, P., Morison, W.L., Sauder, D.N. 2006.
Photoaging : Mechanism and Repair, Continuing Medical Education,
American Academy of Dermatology, Inc. p.1-19.
Rachel, E.B.W., and Christopher, E.M.G. 2005. Pathogenic aspects of cutaneous
photoaging. Journal of Cosmetic Dermatology. 4:23036.
Raj dkk., 2006.Pembentukan Radikal Oksidatif. p. 25-30.
Reduces Collagen in Photoaged Human Skin by Blocking Transforming Growth
Factor- TypeII Receptor/Smad Signaling. American Journal of Pathology.
vol 165(3):741-58.
Rigel, D. S., Weiss, R. A., Lim, H. W., and Dover, J. S. 2004. Photoaging. Marcel
Dekker Inc. Canada. p. 34.
Rittie, L., and Fisher, G. J. 2002. UV-Light Induced Signal Cascades and Skin Aging.
Aging Res Reviews. 1:705-20.
Sasaki, S., Shinkai, H., Akashi, Y., and Kishihara, Y. Studies on the mechanism of
action of asiaticoside (Madecassol) on experimental granulation tissue
and cultured fibroblasts and its clinical application in systemic
scleroderma. Acta Derm Venereol. 1972;52
Satya dan Ganga. 2006. Deskripsi dan kandungan dalam Pegagan, Universitas
Diponegoro. Hal: 2 - 6.
Sauermann, K., Jaspers, S., Koop, U., and Wenek, H. 2004. Topically Applied
Vitamin C Increases The Density of Dermal Papillae in Aged Human Skin.
BMC Dermatology. 4:13.
Seltzer, J.L., and Eisen, A.Z. 2003. The Role of Extracellular Matrix Metalloproteinases in Conective Tissue Remodelling. In: Wolff, K., Goldsmith, L.
A., Katz, S. I., Gilchrest B. A., Paller, A. S., and Jeffell, D. J., eds.
Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. 7th edition volume 1. New
York:Mc-Graw-Hill, Inc.p 200-09.
Seo, J.Y., and Chung, J.H. 2006. Thermal Aging: A New Concept of Skin Aging. J
Dermatol Science. 2(Suppl):13-22.
Setiati, S. 2003. Radikal Bebas, Antioksidan, dan Proses Menua dalam: Medika
no. 6 Tahun XXIX. Jakarta. p. 366.
cxvii
Shin, M. H., Rhie, G.,Kyung Kim, Y., Park, C., Cho, K. H., Kim, K. H., Eun, H. C.,
Chung, J. H. 2005. H2O2 Accumulation by Catalase Reduction Changes
MAP Kinase Signaling in Aged Human Skin In Vivo. Journal of Investigative
Dermatology. vol. 125. p. 221-229.
Suryohudoyo, P. 2000. Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler. Jakarta: CV.
Infomedika. p. 31-46.
Varani, J., Dame , M.K., Rittie, L., Fligiel, E. G., Kang, S., Fisher, G. J., and
Voorhees, J. J. 2006. Decrease Collagen Production in Chronologically
Aged Skin. Roles of Age-Dependent Alteration in Fibroblast Function and
Detective Mechanical Stimulation. Am J Path. 168 (6): 1861-8.
Varani, J., Perone, P., Warner, R.L., Dame, M.K., Kang, S., and Fisher, G.J. 2008.
Vascular tube formation on matrix metalloproteinase-1-damaged
collagen. Br J Cancer. 98:164652.
Varani, J., Quan, TH., Fisher GJ. 2010. Mechanism and Pathophysiologi Of
Photoaging and Chronological Skin Aging. In: Rhein, L.D.,s Fluhr J.M.,
editors. Aging Skin: Current and Futer Therapeutic Strategiced USA:
Allured Bussiness Media P. 1-25.
Varani, J., Spearman, D., Perone, P., Fligiel, E. G., Datta, S. C., Wang, Z. Q., Shao,
Y., Kang, S., Fisher, G. J., and Voorhees, J. J. 2001. Inhibition of Type I
Procollagen Synthesis by Damage Collagen in Photoaged Skin and by
Collagenase-Degraded Collagen in Vitro. The Journal of Pathology. 158(3):
931-42.
Voorhess, J.J. 2001. Ultraviolet Irradiation Increase Matrix Metalloproteinase-8
Protein in Human Skin Invitro. J.Invest Dermatol. 117 : 219-26.
Wasitaatmadja, S.M. 2007. Anatomi dan Faal kulit. dalam: Djuanda, A., Hamzah,
M., Aisah, S. editor. Ilmu Penyakit kulit dan Kelamin. Edisi 5. Balai
Penerbit FKUI 2007. 7-8.
Widodo, Y., and Dahlan, I., 2007. The Effect of Narrow and Broad Band
Ultraviolet B Onto Keloid Fibroblast-VEGF Expressions. Berkala Ilmu
Kedokteran 39(2): 82-87.
Winarsi, H. 2007. Antioksidan alami dan Radikal Bebas, Potensi dan aplikasinya
dalam kesehatan. Kanisius.
cxviii
cxix
Lampiran 1
cxx
Lampiran-2
UV-B
UV-A
Wavelength:
100-280 nm
Higher energy
per photon.
Wavelength: 280315 nm
Intermediate
energy per
photon.
Wavelength:
315-400 nm
Lower energy
per photon
Sources:
Sources:
Sources:
Sun (UV-C is
absorbed by
molecular
oxygen,
ozone and
water
vapour in
the upper
atmosphere)
Germicidal
lamps
Arcwelding
equipment
High intensity
discharge lamps
(HIDL)
Penetration:
Sun (5% of
UVR at
ground level,
only
wavelengths
> 297 nm)
Germicidal
lamps
Arc welding
equipment
HIDL
Therapeutics
lamps
Medical and
industrial
lasers
Penetration:
Photons
between 100
to 200 nm
are
absorbed in
air.
Absorbed by
keratin in
the
epidermis,
does not
penetrate to
the dermis.
Effects:
Partially
absorbed by
ozone in the
upper
atmosphere
Penetrates to
the dermis
DNA damage
Responsible
Effects:
cxxi
Sun (95% of
UVR at ground
level)
Black light lamps
Germicidal
lamps
Arc welding
equipment
HIDL
Therapeutics
lamps
Tanning devices
(sunbeds)
Penetration
:
Not
absorbed
by ozone
Penetrates
deeper into
the skin
than any
other form
of UVR
Effects:
Causes
on
unprotected
cells:
epithelium,
cornea and
bacteria.
for vitamin
D3
production
and delayed
tanning.
Most effective
in causing
acute and
chronic
harmful
effects.
Sunburn,
immunosuppr
ession,
cellular
damage, skin
cancer, solar
urticaria,
photo aging
and,
photokeratoconjunctivitis,
cataract, and
pterygium.
cxxii
immediate
tanning.
Can
potentiate
some
carcinogeni
c effects of
UVB.
Thermal
burns
Sunburn,
immunosuppression
, cellular
damage,
photoallerg
y,
phototoxicit
y,
photoaging,
photokerat
oconjunctivit
is, cataract
and
pterygium,
solar
retinitis.
Sesuai dengan saran dari Komisi etik Penelitian FK UNUD maka hewan
coba yang dipilih sebagai sampel diperlakukan dengan baik agar kenyamanan
hewan yang telah berkorban untuk kepentingan kemanusiaan tetap terjamin.
Perlakuan sebelum penelitian:
Tikus yang akan dipilih sebagai sampel harus homogen berdasarkan umur
dan berat badannya. Tikus yang dipakai didapat dari Laboratorium Farmakologi
FK UNUD dan dipelihara dalam kandang yang dibuat nyaman. Ukuran kandang
tikus adalah 60 X 40 X 60 cm, dengan kebersihan, sirkulasi udara, penerangan
dan penyediaan makan dan minum yang terjamin selama 24 jam. Setiap kandang
diberi alas tidur dengan sekam agar mampu menghisap air kemih dan agar
kandang tetap kering serta tidak mengandung zat kimia, setiap kandang ditempati
oleh 3 ekor tikus.
Sebelum mulai penelitian, bulu pada semua tikus pada bagian
punggungnya dicukur dengan alat pencukur rambut dan skapel dengan ukuran 5 x
5 cm.
cxxiii
cxxiv
Lampiran 4
Lampiran 5
cxxv
cxxvi
cxxvii
cxxviii
Lampiran 6
cxxix
Lampiran 7
cxxx
Lampiran 8
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Kelompok
Kolagen
Statistic
Sig.
Statistic
df
Sig.
Kontrol
.309
.076
.894
.340
Perlakuan 1
.175
.200*
.968
.881
.889
.315
Perlakuan 2
MMP_1
df
Shapiro-Wilk
.241
.200
Perlakuan 3
.243
.200
.908
.423
Vitamin C
Kontrol
.297
.182
6
6
.105
.200*
.826
.962
6
6
.100
.838
Perlakuan 1
.244
.200*
.923
.528
Perlakuan 2
.278
.161
.870
.224
Perlakuan 3
.282
.148
.838
.125
.968
.878
Vitamin C
.174
.200
df1
df2
Sig.
Kolagen
1.345
25
.281
MMP_1
1.666
25
.189
cxxxi
Lampiran 9
Oneway
Descriptives
Mean
Std.
Deviatio
n
95% Confidence
Interval for Mean
Std.
Error
Lower
Bound
Upper
Bound
Minimu Maximu
m
m
Kolage Kontrol
n
Perlakuan 1
46.7195
54.3071
44.12
55.11
52.3360
57.4707
51.47
58.34
Perlakuan 2
55.6602
64.5831
52.48
64.46
Perlakuan 3
57.7911
60.8256
56.93
60.74
Vitamin C
54.3645
57.0789
54.58
57.57
30
54.4728
57.7545
44.12
64.46
MMP_ Kontrol
1
Perlakuan 1
25.5240
32.6694
24.12
34.51
11.0132
18.2334
10.64
19.44
Perlakuan 2
9.4641
12.5593
8.33
12.50
Perlakuan 3
7.7055
11.2245
8.00
11.76
Vitamin C
12.4942
15.5191
12.10
16.34
30
12.8511
18.4302
8.00
34.51
Total
Total
ANOVA
Sum of Squares
Kolagen
MMP_1
df
Mean Square
Between Groups
355.514
88.878
Within Groups
204.448
25
8.178
Total
559.962
29
1466.012
366.503
152.434
25
6.097
1618.446
29
Between Groups
Within Groups
Total
cxxxii
Sig.
10.868
.000
60.109
.000
Multiple Comparisons
LSD
Mean
Difference
(I-J)
Std. Error
Dependent (I)
Variable
Kelompok
(J)
Kelompok
Kolagen
Perlakuan 1
-4.39000*
1.65105
.013
-7.7904
-.9896
Perlakuan 2
1.65105
.000
-13.0087
-6.2079
Perlakuan 3
-8.79500
1.65105
.000
-12.1954
-5.3946
Vitamin C
-5.20833*
1.65105
.004
-8.6087
-1.8079
1.65105
.013
.9896
7.7904
Perlakuan 2
-5.21833
1.65105
.004
-8.6187
-1.8179
Perlakuan 3
-4.40500*
1.65105
.013
-7.8054
-1.0046
-.81833
1.65105
.624
-4.2187
2.5821
1.65105
.000
6.2079
13.0087
1.65105
.004
1.8179
8.6187
.81333
1.65105
.627
-2.5871
4.2137
1.65105
.013
.9996
7.8004
8.79500
1.65105
.000
5.3946
12.1954
Perlakuan 1
4.40500*
1.65105
.013
1.0046
7.8054
Perlakuan 2
-.81333
1.65105
.627
-4.2137
2.5871
Vitamin C
3.58667
1.65105
.040
.1863
6.9871
Kontrol
5.20833*
1.65105
.004
1.8079
8.6087
Perlakuan 1
.81833
1.65105
.624
-2.5821
4.2187
Perlakuan 2
1.65105
.013
-7.8004
-.9996
Perlakuan 3
-3.58667
1.65105
.040
-6.9871
-.1863
Perlakuan 1
14.47333*
1.42564
.000
11.5372
17.4095
Perlakuan 2
18.08500*
1.42564
.000
15.1488
21.0212
Perlakuan 3
1.42564
.000
16.6955
22.5678
1.42564
.000
12.1538
18.0262
1.42564
.000
-17.4095
-11.5372
1.42564
.018
.6755
6.5478
1.42564
.001
2.2222
8.0945
.61667
1.42564
.669
-2.3195
3.5528
-18.08500*
1.42564
.000
-21.0212
-15.1488
-3.61167*
1.42564
.018
-6.5478
-.6755
Kontrol
Perlakuan 1 Kontrol
Vitamin C
Perlakuan 2 Kontrol
Perlakuan 1
Perlakuan 3
Vitamin C
Perlakuan 3 Kontrol
Vitamin C
MMP_1
Kontrol
Vitamin C
Perlakuan 1 Kontrol
Perlakuan 2
Perlakuan 3
Vitamin C
Perlakuan 2 Kontrol
Perlakuan 1
-9.60833
4.39000
9.60833
5.21833
4.40000
-4.40000
19.63167
15.09000
-14.47333
3.61167
5.15833
cxxxiii
Sig.
Lower
Bound
Upper
Bound
Perlakuan 3
1.54667
1.42564
.288
-1.3895
4.4828
1.42564
.046
-5.9312
-.0588
1.42564
.000
-22.5678
-16.6955
1.42564
.001
-8.0945
-2.2222
-1.54667
1.42564
.288
-4.4828
1.3895
1.42564
.004
-7.4778
-1.6055
1.42564
.000
-18.0262
-12.1538
Perlakuan 1
-.61667
1.42564
.669
-3.5528
2.3195
Perlakuan 2
1.42564
.046
.0588
5.9312
1.42564
.004
1.6055
7.4778
Vitamin C
Perlakuan 3 Kontrol
Perlakuan 1
Perlakuan 2
Vitamin C
Vitamin C
Kontrol
Perlakuan 3
-2.99500
-19.63167
-5.15833
-4.54167
-15.09000
2.99500
4.54167
cxxxiv
cxxxv
cxxxvi
Tikus Wistar sedang dipapar UVB dalam box Simulator UVB & box penyinaran
tikus Wistar
cxxxvii
Daun Pegagan
cxxxviii
cxxxix
cxl