ABSTRAK
ABSTRACT
The collagen content in the human body decreases with age. One
solution to reduce these negative effects is the application of collagen in
various cosmetic and medicinal products. In the bones contain a lot of collagen
and one of them is found in the water duck bone that has not been treated and
is the result of waste. This study aims to make an anti-aging cream preparation
formula from water duck bone collagen that can eliminate wrinkles, blemishes,
shrink pores and smooth the skin.
This research uses an experimental method using water duck bone test
material. Stages of research include extraction of collagen from water duck
bone, collagen characterization by infra red spectrophotomenter, making anti-
aging cream of water duck bone with concentrations of 1%, 1.5%, 2.5%,
3.5%, formulation and evaluation of cream preparations and test the ability of
preparations using a skin analyzer.
The results showed that the water duck bone contained collagen at
wave numbers 3280-3380 cm-1 and 1280-1680 cm-1 which indicated the
presence of amine and amide groups. Water duck bone collagen can be
formulated into cream preparations with the evaluation results of preparations
are homogeneous, stable and non-irritating preparations with a pH range of
6.1 to 6.4. Skin moisture test collagen cream preparations show that the higher
the concentration of collagen added to the formula will further moisturize the
skin.
Pendahuluan
Itik air merupakan itik lokal indonesia yang memiliki karakteristik tipe petelur
paling baik karena mampu bertelur sebanyak 200-250 butir/ekor/tahun. Itik ini dapat
dipelihara secara intensif maupun ektensif, karena memiliki ketahanan hidup yang
tinggi (Kanisius, 2010).
Kosmetik sudah dikenal sejak zaman dahulu kala. Di Mesir, 3500 tahun
sebelum masehi telah digunakan bahan alami yang berasal dari tumbuhan, hewan
maupun bahan mineral. Penggunaan susu, daun, kulit pohon, rempah, minyak hewan,
madu dan lainnya sudah menjadi hal yang biasa dalam kehidupan masyarakat saat itu.
Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti “berhias”, yang dipakai
untuk mempercantik diri. Sekarang kosmetika dibuat manusia tidak hanya dari bahan
alami tetapi juga dari bahan sintetis untuk maksud meningkatkan kecantikan. Di
indonesia sejarah tentang kosmetologi dimulai sebelum zaman penjajahan belanda
(Wasitaatmadja, 1997).
Krim adalah produk kosmetik yang mudah dan praktis penggunaannya dan
didefinisikan sebagai sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan
obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Umumnya produk krim
terbentuk dari minyak yang dimasukkan ke dalam air pada fase minyak dan humektan
yang lebih banyak dari produk lotion.Krim terdiri dari 15% - 40% fase minyak dan
5% - 15% fase humektan, dengan karakteristik penampakannya hampir sama dengan
produk lotion (Windarwati, 2011).
Aging merupakan perubahan manusia yang diakibatkan oleh faktor usia,
psikologi, dan sosial. Pada umumnya aging diartikan sebagai perubahan fisik
manusia. Perubahan fisik dapat dihambat dengan salah satunya menggunakan anti
aging seperti obat atau kosmetik (Rahmi et al. 2013).
Kolagen merupakan salah satu kelompok protein yang tidak larut air, yang
keberadaannya mencapi 30% dari seluruh protein penyusun tubuh manusia. Peranan
kolagen dalam tubuh manusia sebagai struktur organik pembangun tulang, gigi,
sendi, otot dan kulit. Secara alamiah sedikitnya 1% kolagen dalam tubuh manusia
hilang setiap tahun sehingga pada usia 30 tahun manusia kehilangan kolagen sekitar
15-20% dan pada usia 40 tahun manusia tidak memproduksi kolagen lagi sehingga
kolagen yang hilang mencapai 35-40%. Penurunan jumlah kolagen juga berkaitan
dengan hormon estrogen yang berperan mengubah fibroblas menjadi kolagen.
Kerusakn kolagen pada kulit dapat disebabkan oleh paparan radiasi UV-A dan UV-B
dari sinar matahari. Kandungan kolagen dalam tubuh manusia berkurang seiring
dengan bertambahnya usia. Salah satu solusi untuk mengurangi dampak negatif
tersebut yaitu aplikasi kolagen dalam berbagai produk kosmetik dan obat (Draelos
dan Thaman 2006).
Metode Penelitian
Objek Penelitian
ProsedurPenelitian
Isolasi Kolagen dari Tulang Itik Air
Itik air (Anas platyrhynchos domesticus ) sebanyak 10 kg dicuci, kemudian
direbus selama 1 jam, lalu dipisahkan tulang dari dagingnya. Setelah ditimbang dan
di cuci dengan aquadest hingga bersih kemudian keringkan. Tulang itik air diisolasi
dengan larutan NaOH 0,1M dengan rasio 1:10 selama 6 jam. Setelah itu
dinetralisasikan dengan pencucian menggunakkan aquadest sampai pH 7. Kemudian
dilakukan penggulangan dengan direndam kembali dalam larutan Naoh 0,1 M selama
6 jam, setelah itu dinetralisasi kembali sampai pH 7. Kemudian direndam dengan
larutan CH3COOH 0,5M dengan rasio 1:10 selama 3 hari. Kemudian dicuci dengan
aquadest hingga pH 4,6. Setelah itu sampel dikeringkan ke dalam lemari penggering
pada suhu 36°C selama 7 hari sampai benar-benar kering. Sampel dihaluskan dengan
menggunakan blender, kemudian diayak menggunakan mesh 100 dan di peroleh
serbuk tulang itik air.
Keterangan :
A = Berat cawan kosong (g)
B = Berat cawan yang diisi dengan sampel (g)
C = Berat cawan dengan sampel yang sudah dikeringkan (g)
Keterangan :
A = Berat cawan abu porselin kosong (g)
B = Berat cawan abu porselin + sampel setelah dikeringkan (g)
C = Berat sampel (g)
Keterangan:
V1 = Volume HCl 0,1 N untuk titrasi sampel
V2 = Volume HCl 0,1 N untuk titrasi blanko
N = Normalitas Hcl 0,1 N
W = Berat sampel
Fp = Faktor Pengenceran
Keterangan:
W1 = Berat labu lemak kosong (g)
W2 = Berat sampel (g)
W3 = Berat labu lemak dengan lemak hasil ekstraksi (g)
Karakterisasi Kolagen
Berdasarakan dari karakterisasi kolagen, komposisi kimia kolagen tulang itik air
dapat dilihat pada tabel berikut:
Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa kadar air kolagen
tulang itik air (Anas platyrhynchos domesticus) adalah 6,49%, hasil kadar air yang
didapat sesuai dengan standar Biopolytech Korea (2017) yaitu ≤ 7,0%. Hasil analisis
kadar abu kolagen tulang itik air (Anas platyrhynchos domesticus) adalah 1,55%,
hasil ini memenuhi standar Biopolytech Korea (2017) yaitu ≤ 2,0%. kadar protein
serbuk kolagen tulang itik air (Anas platyrhynchos domesticus) adalah 86,9 %,
sedangkan menurut Biopolytech Korea (2017) kadar protein kolagen > 90%. Kadar
lemak serbuk kolagen tulang itik air (Anas platyrhynchos domesticus) adalah 5,52%.
Keberadaan lemak pada kolagen itik air (Anas platyrhynchos domesticus) merupakan
unsur pengotor yang perlu dihilangkan melalui optimasi proses pretreatment yang
dilakukan dengan merendam tulang kedalam NaOH 0,1 M selama 12 jam, untuk
meningkatkan kualitas kolagen yang dihasilkan.
Berdasarkan dari karakterisasi kolagen, gugus fungsi yang terdapat pada
kolagen tulang itik air dapat dilihat pada tabel berikut:
Wilayah
Jenis Puncak
Serapan Keterangan Referensi
Amida Serapan
(cm-1)
Amina A 3400-3440 3280 Gugus NH Veruuraj et al. (2013)
Amina B 2922-2924 2920 Gugus CH2 Veruuraj et al. (2013)
Amida I 1600-1700 1675 Gugus karbonil Kong dan Yu (2007)
(ikatan C=O)
Amida II 1480-1575 1575 CN stretching, Kong dan Yu (2007)
NH bending
Amina III 1229-1301 1280 CN stretching, Kong dan Yu (2007)
NH bending
Puncak serapan amina A kolagen tulang itik air adalah 3280 cm-1 dan wilayah
serapan berada pada kisaran 3400-3440 cm-1 menunjukkan adanya gugus amida A
dengan NH stretching yang bebas, namun ketika gugus NH terlibat dalam ikatan
hidrogen maka posisinya akan bergeser ke frekuensi yang lebih rendah (Li, et al.,
2013). berarti kolagen tulang itik air terdapat gugus NH yang berikatan dengan ikatan
hidrogen. Puncak serapan amina B kolagen tulang itik air adalah 2920 cm-1, Wilayah
-1
serapan amina B berada pada kisaran 2922-2924 cm menunjukkan adanya gugus
CH2 (Veruuraj, et al,. 2013) ini berarti terdapat gugus CH2 pada kolagen tulang itik
air dan baku kolagen. Puncak serapan kolagen tulang itik air adalah 1675 cm-1 dan
wilayah serapan amida I berada pada kisaran 1600-1700 cm-1 ini menunjukan
terdapat stretching C- atau O- (ikatan C=O) . Puncak serapan amida II dan amina III
kolagen tulang itik air berada pada 1575 cm-1 dan 1280 cm-1 ini menunjukkan pada
kolagen tulang ikan gabus terdapat CN stretching, NH bending.
Sediaan Hasil
FA Homogen
FB Homogen
FC Homogen
FD Homogen
FE Homogen
seluruh sediaan krim kolagen tulang itik air (Anas platyrhynchos domesticus)
tidak terdapat butiran halus yang di dapat dari serbuk kolagen tersebut.
Formula pH
Sesaat Selesai Dibuat Setelah 12 Minggu
A 6,2 6,1
B 6,3 6,2
C 6,5 6,4
D 6,3 6,3
E 6,4 6,3
Hal ini menunjukkan sediaan krim menggunakan kolagen tulang itik air (Anas
platyrhynchos domesticus) masih sesuai pH fisiologi kulit yaitu 4,5-7,0
(Wasitaatmadja, 1997).
Pengamatan setelah
Setelah 1 4 8 12
Formula Dibuat Minggu Minggu Minggu Minggu
w y z w y z w y z w y z w y z
A - - - - - - - - - - - - - - -
B - - - - - - - - - - - - - - -
C - - - - - - - - - - - - - - -
D - - - - - - - - - - - - - - -
E - - - - - - - - - - - - - - -
40
Nilai Pengukuran
Formula A
30 Formula B
Formula C
20
Formula D
10 Formula E
0
Awal Minggu 1Minggu 2Minggu 3Minggu 4
Kehalusan (Evenness)
40
formula A
30 formula B
formula C
20
formula D
10 formula E
0
awal minggu 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4
Keterangan:
Kecil 0-19; Beberapa besar 20-39; Sangat besar 40-100 (Aramo, 2012)
FA : Dasar krim (blanko)
FB : Krim kolagen tulang itik air 1%
FC : Krim kolagen tulang itik air 1,5%
FD : Krim kolagen tulang itik air 2,5%
FE : Krim kolagen tulang itik air 3,5%
PORI (PORE)
30
25
NILAI PENGUKURAN
formula A
20
formula B
15
formula C
10 formula D
5 formula E
0
awal minggu 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4
NODA (SPOT)
60
50
NILAI PENGUKURAN
40 formula A
formula B
30
formula C
20 formula D
formula E
10
0
awal minggu 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4
Keriput (Wrinkle)
KERIPUT (WRINKLE)
50
NILAI PENGUKURAN
40
formula A
30 formula B
20 formula C
formula D
10
formula E
0
awal minggu 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4
Daftar pustaka
Aramo, (2012). Skin and Hair Diagnostic System. Sugnam: Aram Huvis Korea Ltd.
Halaman 1-10.
Braga, R. 2018. Agilent Cary 630 FTIR Diamond ATR Accessory SOP. Laboratory
Standart Opening Proscedure. Iowa State Unuversity.
Ditjen POM. 1985. Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Hal 22.
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
RI. Hal 33.
Draelos, Z. D dan Thaman, L. A. 2006. Cosmetic Science and Technology Series.
Vol. 30. Cosmetic Formulation of Skin Care Products. New York: Taylor &
Francis Group. Hal 126-128.
Kanisius. 2010. Buku Usaha Ternak Itik. Yogyakarta: Kanisius. Hal 98.
Kong, J dan Yu, S. 2007. Fourier Transform Infrared SpectroscopicAnalysis of
Protein Secondary Structures. Journal Acta Biochimica et Biophysica Sinica.
Shanghai: 39(8): 549.
Li, z., Wang., B.., Chi, C., Zhang, Q., Gong, Y., Tang, J., Luo, H dan Ding, G.2013.
Isolation and Characterization of Acid SolubleCollagens and Pepsin Soluble
Collagens from The Skin and Bone of Spanish Mackerel (Scomberomorous
niphonius). Journal Food Hydrocolloids. Zhoushan: 31(1): 103.
Rahmi, D., R. Yunilawati, dan E. Ratnawati. 2013. Pengaruh nano partikel terhadap
aktivitas anti aging pada krim. Jurnal sains material Indonesia 4 (3) : 235-
238.
Rawlins, E. A. 2003. Bentley’s Textbook of Pharmaceutics. 18thed. London: Bailierre
Tindall. Hal 22, 335.
Veeruraj, A., et al. 2013. Isolation and characterization of Thermosable Collagen
from The Marine Ell-fish (Evenchelys macrura). Journal Process
Biochemistry (48). Hal 1592-1602.
Wasitaatmadja, S. M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Universitas
Indonesia. Hal. 62-63, 111-112.
Windarwati, S. 2011. Pemanfaatan Fraksi Aktif Ekstrak Tanaman Jarak Pagar
Sebagai Zat Antimikroba dan antioksidan Dalam Sediaan Kosmetik. Tesis.
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Young, A. (1972). Practical Cosmetic Science. London: Mills and Boon Limited.
Halaman 51.