Anda di halaman 1dari 16

FORMULASI SEDIAAN KRIM MENGGUNAKAN KOLAGEN

TULANG ITIK AIR (Anas platyrhynchos domesticus)


SEBAGAI ANTI AGING

ABSTRAK

Kandungan kolagen dalam tubuh manusia berkurang seiring dengan


bertambahnya usia. Salah satu solusi untuk menggurangi dampak negatif tersebut
yaitu aplikasi kolagen dalam berbagai produk kosmetik dan obat. Di dalam tulang
mengandung banyak kolagen dan salah satunya terdapat pada tulang itik air yang
selama ini belum diolah dan merupakan hasil buangan. Penelitian ini bertujuan untuk
membuat formula sediaan krim anti aging dari kolagen tulang itik air yang dapat
menghilangkan keriput, noda, mengecilkan pori dan menghaluskan kulit.
Penelitian ini memakai metode eksperimental menggunakan bahan uji tulang
itik air. Tahapan penelitian meliputi ekstraksi kolagen dari tulang itik air,
karakterisasi kolagen dengan spektrofotomentri infra merah, pembuatan krim anti
aging tulang itik air dengan konsentrasi 1%, 1,5%, 2,5%, 3,5%, formulasi dan
evaluasi sediaan krim dan uji kemampuaan sediaan memakai alat Skin analyzer.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tulang itik air mengandung kolagen
pada bilangan gelombang 3280-3380 cm-1 dan 1280-1680 cm-1 yang menunjukkan
adanya gugus amina dan amida. Kolagen tulang itik air dapat diformulasikan menjadi
sediaan krim dengan hasil evaluasi sediaan merupakan sediaan yang homogen, stabil
dan tidak mengiritasi kulit dengan rentang pH 6,1-6,4. Uji kelembapan kulit sediaan
krim kolagen menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi kolagen yang
ditambahkan pada formula akan semakin melembabkan kulit.

Kata kunci : tulang, itik air, kolagen, pelembab kulit, lotion.

ABSTRACT

The collagen content in the human body decreases with age. One
solution to reduce these negative effects is the application of collagen in
various cosmetic and medicinal products. In the bones contain a lot of collagen
and one of them is found in the water duck bone that has not been treated and
is the result of waste. This study aims to make an anti-aging cream preparation
formula from water duck bone collagen that can eliminate wrinkles, blemishes,
shrink pores and smooth the skin.
This research uses an experimental method using water duck bone test
material. Stages of research include extraction of collagen from water duck
bone, collagen characterization by infra red spectrophotomenter, making anti-
aging cream of water duck bone with concentrations of 1%, 1.5%, 2.5%,
3.5%, formulation and evaluation of cream preparations and test the ability of
preparations using a skin analyzer.
The results showed that the water duck bone contained collagen at
wave numbers 3280-3380 cm-1 and 1280-1680 cm-1 which indicated the
presence of amine and amide groups. Water duck bone collagen can be
formulated into cream preparations with the evaluation results of preparations
are homogeneous, stable and non-irritating preparations with a pH range of
6.1 to 6.4. Skin moisture test collagen cream preparations show that the higher
the concentration of collagen added to the formula will further moisturize the
skin.

Keywords : bone, water ducks, collagen, anti aging, cream.

Pendahuluan

Itik air merupakan itik lokal indonesia yang memiliki karakteristik tipe petelur
paling baik karena mampu bertelur sebanyak 200-250 butir/ekor/tahun. Itik ini dapat
dipelihara secara intensif maupun ektensif, karena memiliki ketahanan hidup yang
tinggi (Kanisius, 2010).
Kosmetik sudah dikenal sejak zaman dahulu kala. Di Mesir, 3500 tahun
sebelum masehi telah digunakan bahan alami yang berasal dari tumbuhan, hewan
maupun bahan mineral. Penggunaan susu, daun, kulit pohon, rempah, minyak hewan,
madu dan lainnya sudah menjadi hal yang biasa dalam kehidupan masyarakat saat itu.
Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti “berhias”, yang dipakai
untuk mempercantik diri. Sekarang kosmetika dibuat manusia tidak hanya dari bahan
alami tetapi juga dari bahan sintetis untuk maksud meningkatkan kecantikan. Di
indonesia sejarah tentang kosmetologi dimulai sebelum zaman penjajahan belanda
(Wasitaatmadja, 1997).
Krim adalah produk kosmetik yang mudah dan praktis penggunaannya dan
didefinisikan sebagai sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan
obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Umumnya produk krim
terbentuk dari minyak yang dimasukkan ke dalam air pada fase minyak dan humektan
yang lebih banyak dari produk lotion.Krim terdiri dari 15% - 40% fase minyak dan
5% - 15% fase humektan, dengan karakteristik penampakannya hampir sama dengan
produk lotion (Windarwati, 2011).
Aging merupakan perubahan manusia yang diakibatkan oleh faktor usia,
psikologi, dan sosial. Pada umumnya aging diartikan sebagai perubahan fisik
manusia. Perubahan fisik dapat dihambat dengan salah satunya menggunakan anti
aging seperti obat atau kosmetik (Rahmi et al. 2013).
Kolagen merupakan salah satu kelompok protein yang tidak larut air, yang
keberadaannya mencapi 30% dari seluruh protein penyusun tubuh manusia. Peranan
kolagen dalam tubuh manusia sebagai struktur organik pembangun tulang, gigi,
sendi, otot dan kulit. Secara alamiah sedikitnya 1% kolagen dalam tubuh manusia
hilang setiap tahun sehingga pada usia 30 tahun manusia kehilangan kolagen sekitar
15-20% dan pada usia 40 tahun manusia tidak memproduksi kolagen lagi sehingga
kolagen yang hilang mencapai 35-40%. Penurunan jumlah kolagen juga berkaitan
dengan hormon estrogen yang berperan mengubah fibroblas menjadi kolagen.
Kerusakn kolagen pada kulit dapat disebabkan oleh paparan radiasi UV-A dan UV-B
dari sinar matahari. Kandungan kolagen dalam tubuh manusia berkurang seiring
dengan bertambahnya usia. Salah satu solusi untuk mengurangi dampak negatif
tersebut yaitu aplikasi kolagen dalam berbagai produk kosmetik dan obat (Draelos
dan Thaman 2006).

Metode Penelitian
Objek Penelitian

Bahan dan Alat yang digunakan


Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang itik air (Anas
platyrhynchos domesticus), larutan dapar pH netral (pH 7,01), larutan dapar pH asam
(pH 4,01), bahan kimia pro analis yaitu NaOH 0,1M, CH3COOH 0,5 M, dan bahan
kimia selain pro analis yaitu asam stearat, setil alkohol, metil paraben, sorbitol,
propilen glikol, trietanolamin, metil biru dan parfum.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah neraca digital (AND HT-
120), Skin analyzer, Spektrofotometer Infrared agilent, blender (Miyako),
thermometer, penangas air, pisau, lemari pengering, ayakan mesh 100, pH meter
(ATC), dan alat-alat gelas laboratorium.

ProsedurPenelitian
Isolasi Kolagen dari Tulang Itik Air
Itik air (Anas platyrhynchos domesticus ) sebanyak 10 kg dicuci, kemudian
direbus selama 1 jam, lalu dipisahkan tulang dari dagingnya. Setelah ditimbang dan
di cuci dengan aquadest hingga bersih kemudian keringkan. Tulang itik air diisolasi
dengan larutan NaOH 0,1M dengan rasio 1:10 selama 6 jam. Setelah itu
dinetralisasikan dengan pencucian menggunakkan aquadest sampai pH 7. Kemudian
dilakukan penggulangan dengan direndam kembali dalam larutan Naoh 0,1 M selama
6 jam, setelah itu dinetralisasi kembali sampai pH 7. Kemudian direndam dengan
larutan CH3COOH 0,5M dengan rasio 1:10 selama 3 hari. Kemudian dicuci dengan
aquadest hingga pH 4,6. Setelah itu sampel dikeringkan ke dalam lemari penggering
pada suhu 36°C selama 7 hari sampai benar-benar kering. Sampel dihaluskan dengan
menggunakan blender, kemudian diayak menggunakan mesh 100 dan di peroleh
serbuk tulang itik air.

Karakterisasi Kolagen Tulang Itik Air


Karakterisasi kolagen tulang itik air meliputi analisis kadar air, analisis kadar
abu, analisis kadar protein, analisis kadar lemak, dan analisis gugus fungsi dengan
Spektrofotometer Fourier Transform Infrared (FTIR).

Analisis Kadar Air


Prinsip analisis kadar air adalah mengetahui kandungan air pada bahan.
Cawan porselin dikeringkan dalam oven pada suhu 105 oC selama satu jam. Cawan
porselin yang telah dikeringkan dimasukkan dalam desikator selama 15 menit dan
ditimbang hingga menunjukkan berat yang konstan (A). Sampel sebanyak 2 g
dimasukkan ke dalam cawan porselin kering sudah diketahui beratnya (B). Cawan
berisi sampel dimasukkan dalam oven pada suhu 105 oC selama 3 jam, lalu cawan
beserta isinya didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang hingga
diperoleh berat yang konstan (C) (SNI, 1992)

Keterangan :
A = Berat cawan kosong (g)
B = Berat cawan yang diisi dengan sampel (g)
C = Berat cawan dengan sampel yang sudah dikeringkan (g)

Analisis Kadar Abu


Prinsip analisis kadar abu adalah mengetahui jumlah abu yang terdapat pada suatu
bahan terkait dengan mineral dari bahan yang dianalisis. Cawan porselin dikeringkan
dalam oven dengan suhu sekitar 105 oC selama 1 jam. Cawan porselin yang telah
dikeringkan dalam oven dimasukkan dalam desikator selama 15 menit lalu ditimbang
hingga menunjukkan berat yang konstan (A). Sampel sebanyak 3 g (C) ditimbang
lalu dimasukkan ke dalam cawan porselin lalu dibakar atas kompor listrik hingga
tidak berasap lalu dimasukkan ke dalam tanur pengabuan dengan suhu 600 oC selama
6 jam. Cawan porselin berisi sampel hasil pengabuan dimasukkan dalam desikator
selama 30 menit lalu ditimbang hingga diperoleh berat yang konstan (B) (SNI, 1992).
kadar abu dapat dihitung dengan rumus:

Keterangan :
A = Berat cawan abu porselin kosong (g)
B = Berat cawan abu porselin + sampel setelah dikeringkan (g)
C = Berat sampel (g)

Analisis Kadar Protein


Analisis kadar protein dilakukan berdasarkan metode semimikro kjeldahl.
Prinsip analisis kadar protein dengan metode kjeldahl meliputi destruksi, destilasi dan
titrasi. Ditimbang seksama sampel sebanyak 2 g lalu dimasukkan ke dalam labu
kjeldahl 100 mL, ditambahkan 2 g campuran selenium ditambahkan 25 mL H2SO4
(p) panaskan di atas penangas listrik atau api pembakar sampai mendidih dan larutan
menjadi jernih kehijau-hijauan (sekitar 2 jam). Kemudian dibiarkan dingin,
diencerkan dan masukkan ke dalam labu tentukur 100 mL, cukupkan sampai garis
tanda. Selanjutnya dipipet 5 mL NaOH 40%, 10 mL H3BO3 4% dan beberapa tetesan
indikator mengsel, lalu didestilasi. Kemudian destilat dititrasi dengan larutan HCl
0,1N sampai diperoleh perubahan warna dari biru menjadi biru kehijauan. Kemudian
dilakukan penetapan blanko (SNI, 1992). Kadar protein dapat dihitung dengan rumus:

Keterangan:
V1 = Volume HCl 0,1 N untuk titrasi sampel
V2 = Volume HCl 0,1 N untuk titrasi blanko
N = Normalitas Hcl 0,1 N
W = Berat sampel
Fp = Faktor Pengenceran

Analisis Kadar Lemak


Labu bulat dikeringkan terlebih dahulu dalam oven bersuhu 105 oC selama 30
menit, lalu dimasukkan dalam desikator selama 15 menit dan ditimbang hingga berat
konstan (W1). Sampel ditimbang sebanyak 2 g (W2) dan dimasukkan ke dalam
selongsong kertas saring yang dialasi dengan kapas (selongsong lemak) dan sumbat
selongsong kertas berisi sampel tersebut dengan kapas, lalu dimasukkan ke dalam alat
ekstraksi (soxhlet) yang telah dihubungkan dengan labu lemak. Proses ektraksi
dilakukan selama 6 jam dengan pelarut heksana sebanyak 150 mL. Campuran
heksana dan lemak didestilasi hingga terpisah lemak dari pelarutnya. Labu lemak
yang berisi lemak hasil ekstraksi dipanaskan dalam oven pada suhu 105 oC selama 60
menit dan dimasukkan dalam desikator selama 30 menit lalu ditimbang hingga
beratnya konstan (W3) (SNI, 1992). Kadar lemak dapat dihitung dengan rumus:

Keterangan:
W1 = Berat labu lemak kosong (g)
W2 = Berat sampel (g)
W3 = Berat labu lemak dengan lemak hasil ekstraksi (g)

Analisis gugus fungsi dengan Spektrofotometer Fourier Transform Infrared


(FTIR)
Analisis FTIR digunakan untuk mengetahui gugus-gugus fungsi khas dari
kolagen. Ambil sampel sedikit dengan batang pengaduk, sampel diletakan pada
sampel window lalu diratakan. Pindahkan sample press tepat diatas sampel lalu
diturunkan hingga menutupi sampel, kemudian pada monitor yang sudah terhubung,
klik “next” dan akan dihasilkan spektra FTIR dari sampel uji. Gugus-gugus fungsi
sampel uji ditentukan berdasarkan puncak serapan bilangan gelombang yang
terdeteksi dengan wilayah serapan untuk gugus fungsi protein (Braga, 2018).

Formulasi Sediaan Krim Kolagen Tulang Itik Air


Sediaan dibuat berdasarkan modifikasi formula standar basis krim dari (Young, 1972)
adalah sebagai berikut:
R/ Asam stearat 12
Setil alkohol 0,5
Sorbitol 5
Propilen Glikol 3
Trietanolamin 1
Metil Paraben 0,1
Parfum q.s
Aquadest ad 100
Sediaan krim dibuat dengan cara:
Ditimbang semua bahan yang diperlukan. Pisahkan bahan menjadi dua kelompok
yaitu fase minyak dan fase air. Fase minyak terdiri dari asam stearat, setil alkohol,
dilebur di atas penangas air dengan suhu 70 ºC. Fase air yang terdiri dari sorbitol,
propilen glikol, trietanolamin dan metil paraben dilarutkan di dalam air panas yang
telah ditakar dengan suhu 70°C (massa II). Direndam lumpang porselen dan alu
dalam air panas, kemudian keringkan lumpang dan alu, masukkan massa I ke dalam
lumpang, lalu masukkan massa II digerus konstan sampai terbentuk massa krim.
Setelah terbentuk massa krim, ditambahkan kolagen tulang itik air sedikit demi
sedikit, digerus sampai terbentuk krim yang homogen. Ditambahkan 3 tetes parfum,
dihomogenkan sampai terbentuk massa krim. Pembuatan dilakukan dengan cara yang
sama untuk semua formula dengan konsentrasi kolagen tulang itik air yang berbeda.

Evaluasi Sediaan Krim


a. Uji Homogenitas
Sejumlah tertentu sediaan dioleskan pada sekeping kaca, sediaan harus
menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar
(Ditjen POM, 1979).
b. Uji pH
Pengukuran pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH
meter. Caranya adalah alat terlebih dahulu dikalibrasi dangan menggunakan
larutan dapar standart netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01)
hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci
dengan aquadest, lalu dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam
konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dengan
aquadest hingga 100 ml, kemudian elektroda dicelupkan kedalam larutan
tersebut. Dibiarkan alat pH menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka
yang ditunjukkan merupakan pH dari sediaan. Penentuan pH dilakukan tiga
kali pada sediaan terhadap masing masing konsentrasi. Nilai pH diamati
sebelum dan sesudah penyimpanan (Rawlins, 2003).
c. Uji Stabilitas
Pengamatan stabilitas sediaan dilakukan pada penyimpanan suhu
kamar, selama 12 minggu dengan interval waktu pengamatan sediaan 1,4,8,12
minggu meliputi perubahan warna, bau dan pemisahan fase (Ditjen POM,
1985).
d. Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan
Percobaan dilakukan pada 10 orang sukarelawan wanita usia 20-30
tahun. Caranya adalah terlebih dahulu, diberi tanda lingkaran dengan diameter
3 cm pada bagian belakang telinga sukarelawan, lalu kosmetika dioleskan
pada bagian yang telah diberi tanda, kemudian dibiarkan selama 24 jam
dan dilihat reaksi yang terjadi berupa kemerahan pada kulit, gatal dan
pengkasaran (Wasitaatmadja, 1997).

Hasil dan Pembahasan


Isolasi Kolagen dari Tulang Itik Air
Itik air (Anas platyrhynchos domesticus ) sebanyak 10 kg dicuci, kemudian
direbus selama 1 jam, lalu dipisahkan tulang dari dagingnya. Setelah ditimbang dan
di cuci dengan aquadest hingga bersih kemudian keringkan. Tulang itik air diisolasi
dengan larutan NaOH 0,1M dengan rasio 1:10 selama 6 jam. Setelah itu
dinetralisasikan dengan pencucian menggunakkan aquadest sampai pH 7. Kemudian
dilakukan penggulangan dengan direndam kembali dalam larutan Naoh 0,1 M selama
6 jam, setelah itu dinetralisasi kembali sampai pH 7. Kemudian direndam dengan
larutan CH3COOH 0,5M dengan rasio 1:10 selama 3 hari. Kemudian dicuci dengan
aquadest hingga pH 4,6. Setelah itu sampel dikeringkan ke dalam lemari penggering
pada suhu 36°C selama 7 hari sampai benar-benar kering. Sampel dihaluskan dengan
menggunakan blender, kemudian diayak menggunakan mesh 100 dan di peroleh
serbuk tulang itik air.

Karakterisasi Kolagen
Berdasarakan dari karakterisasi kolagen, komposisi kimia kolagen tulang itik air
dapat dilihat pada tabel berikut:

No. Parameter Satuan Hasil Syarat


1 Kadar Air % 6,49 ≤ 7,0%
2 Kadar Abu % 1,55 ≤ 2,0%
3 Kadar Protein % 86,9 > 90%
4 Kadar Lemak % 5,52 -

Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa kadar air kolagen
tulang itik air (Anas platyrhynchos domesticus) adalah 6,49%, hasil kadar air yang
didapat sesuai dengan standar Biopolytech Korea (2017) yaitu ≤ 7,0%. Hasil analisis
kadar abu kolagen tulang itik air (Anas platyrhynchos domesticus) adalah 1,55%,
hasil ini memenuhi standar Biopolytech Korea (2017) yaitu ≤ 2,0%. kadar protein
serbuk kolagen tulang itik air (Anas platyrhynchos domesticus) adalah 86,9 %,
sedangkan menurut Biopolytech Korea (2017) kadar protein kolagen > 90%. Kadar
lemak serbuk kolagen tulang itik air (Anas platyrhynchos domesticus) adalah 5,52%.
Keberadaan lemak pada kolagen itik air (Anas platyrhynchos domesticus) merupakan
unsur pengotor yang perlu dihilangkan melalui optimasi proses pretreatment yang
dilakukan dengan merendam tulang kedalam NaOH 0,1 M selama 12 jam, untuk
meningkatkan kualitas kolagen yang dihasilkan.
Berdasarkan dari karakterisasi kolagen, gugus fungsi yang terdapat pada
kolagen tulang itik air dapat dilihat pada tabel berikut:

Wilayah
Jenis Puncak
Serapan Keterangan Referensi
Amida Serapan
(cm-1)
Amina A 3400-3440 3280 Gugus NH Veruuraj et al. (2013)
Amina B 2922-2924 2920 Gugus CH2 Veruuraj et al. (2013)
Amida I 1600-1700 1675 Gugus karbonil Kong dan Yu (2007)
(ikatan C=O)
Amida II 1480-1575 1575 CN stretching, Kong dan Yu (2007)
NH bending
Amina III 1229-1301 1280 CN stretching, Kong dan Yu (2007)
NH bending

Puncak serapan amina A kolagen tulang itik air adalah 3280 cm-1 dan wilayah
serapan berada pada kisaran 3400-3440 cm-1 menunjukkan adanya gugus amida A
dengan NH stretching yang bebas, namun ketika gugus NH terlibat dalam ikatan
hidrogen maka posisinya akan bergeser ke frekuensi yang lebih rendah (Li, et al.,
2013). berarti kolagen tulang itik air terdapat gugus NH yang berikatan dengan ikatan
hidrogen. Puncak serapan amina B kolagen tulang itik air adalah 2920 cm-1, Wilayah
-1
serapan amina B berada pada kisaran 2922-2924 cm menunjukkan adanya gugus
CH2 (Veruuraj, et al,. 2013) ini berarti terdapat gugus CH2 pada kolagen tulang itik
air dan baku kolagen. Puncak serapan kolagen tulang itik air adalah 1675 cm-1 dan
wilayah serapan amida I berada pada kisaran 1600-1700 cm-1 ini menunjukan
terdapat stretching C- atau O- (ikatan C=O) . Puncak serapan amida II dan amina III
kolagen tulang itik air berada pada 1575 cm-1 dan 1280 cm-1 ini menunjukkan pada
kolagen tulang ikan gabus terdapat CN stretching, NH bending.

Evaluasi Sediaan Krim


Hasil Uji Homogenitas

Sediaan Hasil
FA Homogen
FB Homogen
FC Homogen
FD Homogen
FE Homogen
seluruh sediaan krim kolagen tulang itik air (Anas platyrhynchos domesticus)
tidak terdapat butiran halus yang di dapat dari serbuk kolagen tersebut.

Hasil Uji pH Sediaan Krim

Formula pH
Sesaat Selesai Dibuat Setelah 12 Minggu
A 6,2 6,1
B 6,3 6,2
C 6,5 6,4
D 6,3 6,3
E 6,4 6,3

Hal ini menunjukkan sediaan krim menggunakan kolagen tulang itik air (Anas
platyrhynchos domesticus) masih sesuai pH fisiologi kulit yaitu 4,5-7,0
(Wasitaatmadja, 1997).

Hasil Uji Stabilitas Sediaan Krim

Pengamatan setelah
Setelah 1 4 8 12
Formula Dibuat Minggu Minggu Minggu Minggu
w y z w y z w y z w y z w y z
A - - - - - - - - - - - - - - -
B - - - - - - - - - - - - - - -
C - - - - - - - - - - - - - - -
D - - - - - - - - - - - - - - -
E - - - - - - - - - - - - - - -

Tidak terjadi perubahan atau kerusakan selama penyimpanan 12 minggu, ini


berarti krim dari seluruh formula yang dibuat stabil.

Hasil Uji Iritasi

Pengamatan Iritasi pada Kulit


Formula Sukarelawan
Kemerahan Gatal-Gatal Kulit Kasar
A 1 - - -
A 2 - - -
B 3 - - -
B 4 - - -
C 5 - - -
C 6 - - -
D 7 - - -
D 8 - - -
E 9 - - -
E 10 - - -

Tabel di atas menujukkan tidak terlihat adanya efek samping yang


ditimbulkan oleh sediaan. Maka dapat disimpulkan bahwa sediaan krim kolagen
tulang itik air tidak menyebabkan iritasi pada kulit.

Hasil Pengujian Aktivitas Anti aging


Kadar air (Moisture)

Kadar air Persen


Formula Sukarelawan Awal Minggu Pemulihan
1 2 3 4
1 29 29 29 29 30 3,4 %
A 2 30 30 30 30 31 3,3 %
Rata-rata 29,5 29,5 29,5 29,5 30,5 3,3%
1 29 29 30 30 31 6,8%
B 2 28 29 30 31 31 10,7%
Rata-rata 28,5 29 30 30,5 31 8,7%
1 27 29 29 30 32 18,5%
C 2 29 30 30 31 32 10,3%
Rata-rata 28 29,5 29,5 30,5 32 14,2%
1 29 32 33 35 36 24,1%
D 2 30 31 33 34 35 16,6%
Rata-rata 29,5 31,5 33 34,5 35,5 20,3%
1 28 30 33 34 37 32,1%
E 2 27 29 32 35 38 40,7%
Rata-rata 27,5 29,5 32,5 34,5 37,5 36,3%
Keterangan:
Normal 30-50; Dehidrasi 0-29; Hidrasi 51-100 (Aramo, 2012)
FA : Dasar krim (blanko)
FB : Krim kolagen tulang itik air 1%
FC : Krim kolagen tulang itik air 1,5%
FD : Krim kolagen tulang itik air 2,5%
FE : Krim kolagen tulang itik air 3,5%
Kadar Air
50

40
Nilai Pengukuran

Formula A
30 Formula B
Formula C
20
Formula D
10 Formula E

0
Awal Minggu 1Minggu 2Minggu 3Minggu 4

Kehalusan (Evenness)

Kadar air Persen


Formula Sukarelawan Awal Minggu Pemulihan
1 2 3 4
1 35 35 35 34 34 2,8%
A 2 37 37 37 37 36 2,7%
Rata-rata 36 36 36 35,5 35 2,7%
1 39 39 38 37 37 5,1%
B 2 41 39 39 38 36 12,1%
Rata-rata 40 39 38,5 37,5 36,5 8,7%
C 1 42 40 38 35 31 26,1%
2 44 42 39 34 31 29,5%
Rata-rata 43 41 38,5 34,5 31 27,9%
D 1 44 42 41 39 37 15,9%
2 42 41 39 38 35 16,6%
Rata-rata 43 41,5 40 38,5 36 16,2%
E 1 39 38 35 32 30 23%
2 42 40 37 34 31 26,1%
Rata-rata 40,5 39 36 33 30,5 24,6%
Keterangan:
Normal 32-51; Halus 0-31; Kasar 52-100 (Aramo, 2012)
FA : Dasar krim (blanko)
FB : Krim kolagen tulang itik air 1%
FC : Krim kolagen tulang itik air 1,5%
FD : Krim kolagen tulang itik air 2,5%
FE : Krim kolagen tulang itik air 3,5%
KEHALUSAN
50
NILAI PENGUKURAN

40
formula A
30 formula B
formula C
20
formula D
10 formula E

0
awal minggu 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4

Besar pori (Pore)

Formula Sukarelawan Awal Kadar air Persen


Minggu Pemulihan
1 2 3 4
1 23 23 23 23 22 4,3%
A 2 25 25 25 25 24 4%
Rata-rata 24 24 24 24 23,5 2%
1 24 24 23 23 23 4,1%
B 2 26 26 25 25 25 3,8%
Rata-rata 25 25 24 24 24 4%
1 23 23 22 22 21 8,6%
C 2 24 24 23 21 20 16,6%
Rata-rata 23,5 23,5 22,5 21,5 20,5 12,7%
1 21 21 20 20 18 14,2%
D 2 22 22 21 19 19 13,6%
Rata-rata 21,5 21,5 20,5 19,5 18,5 13,9%
1 27 25 24 22 19 29,6%
E 2 25 23 20 18 16 36%
Rata-rata 26 24 22 20 17,5 32,6%

Keterangan:
Kecil 0-19; Beberapa besar 20-39; Sangat besar 40-100 (Aramo, 2012)
FA : Dasar krim (blanko)
FB : Krim kolagen tulang itik air 1%
FC : Krim kolagen tulang itik air 1,5%
FD : Krim kolagen tulang itik air 2,5%
FE : Krim kolagen tulang itik air 3,5%

PORI (PORE)
30

25
NILAI PENGUKURAN

formula A
20
formula B
15
formula C
10 formula D

5 formula E

0
awal minggu 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4

Banyaknya noda (Spot)

Kadar air Persen


Formula Sukarelawan Awal Minggu Pemulihan
1 2 3 4
1 38 38 38 38 37 2,6%
A 2 36 36 36 36 35 2,7%
Rata-rata 37 37 37 37 36 2,7%
1 40 40 40 39 39 2,5%
B 2 42 42 41 40 38 9,5%
Rata-rata 41 41 40,5 39,5 38,5 6%
1 43 42 40 38 36 16,2%
C 2 44 43 41 39 37 15,9%
Rata-rata 43,5 42,5 40,5 38,5 36,5 16%
1 46 44 41 38 35 23,9%
D 2 48 45 42 37 33 31,2%
Rata-rata 47 44,5 41,5 34,5 34 27,6%
1 48 43 35 29 19 60,4%
E 2 50 42 32 23 17 66%
Rata-rata 49 42,5 33,5 26 18 63,2%
Keterangan:
Sedikit 0-19; Beberapa noda 20-39; Banyak noda 40-100 (Aramo, 2012)
FA : Dasar krim (blanko)
FB : Krim kolagen tulang itik air 1%
FC : Krim kolagen tulang itik air 1,5%
FD : Krim kolagen tulang itik air 2,5%
FE : Krim kolagen tulang itik air 3,5%

NODA (SPOT)
60

50
NILAI PENGUKURAN

40 formula A
formula B
30
formula C
20 formula D
formula E
10

0
awal minggu 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4

Keriput (Wrinkle)

Kadar air Persen


Formula Sukarelawan Awal Minggu Pemulihan
1 2 3 4
1 28 28 28 28 27 3,5%
A 2 27 27 27 27 26 3,7%
Rata-rata 27,5 27,5 27,5 27,5 26,5 3,6%
1 38 38 38 36 36 5,2%
B 2 35 35 35 35 33 5,7%
Rata-rata 36,5 36,5 36,5 35,5 34,5 5,4%
1 40 39 37 33 31 22,5%
C 2 38 36 33 32 29 23,6%
Rata-rata 39 37,5 35 32,5 29,5 24,3%
1 42 41 39 37 34 19%
D 2 44 43 41 39 36 18,1%
Rata-rata 43 42 40 38 35 18,6%
1 28 26 23 20 17 39,2%
E 2 25 22 20 18 15 40%
Rata-rata 26,5 24 21,5 19 16 39,6%
Keterangan:
Tidak berkeriput 0-19; Berkeriput 20-52; Berkeriput parah 53-100 (Aramo, 2012)
FA : Dasar krim (blanko)
FB : Krim kolagen tulang itik air 1%
FC : Krim kolagen tulang itik air 1,5%
FD : Krim kolagen tulang itik air 2,5%
FE : Krim kolagen tulang itik air 3,5%

KERIPUT (WRINKLE)
50
NILAI PENGUKURAN

40
formula A
30 formula B

20 formula C
formula D
10
formula E
0
awal minggu 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4

Daftar pustaka

Aramo, (2012). Skin and Hair Diagnostic System. Sugnam: Aram Huvis Korea Ltd.
Halaman 1-10.
Braga, R. 2018. Agilent Cary 630 FTIR Diamond ATR Accessory SOP. Laboratory
Standart Opening Proscedure. Iowa State Unuversity.
Ditjen POM. 1985. Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Hal 22.
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
RI. Hal 33.
Draelos, Z. D dan Thaman, L. A. 2006. Cosmetic Science and Technology Series.
Vol. 30. Cosmetic Formulation of Skin Care Products. New York: Taylor &
Francis Group. Hal 126-128.
Kanisius. 2010. Buku Usaha Ternak Itik. Yogyakarta: Kanisius. Hal 98.
Kong, J dan Yu, S. 2007. Fourier Transform Infrared SpectroscopicAnalysis of
Protein Secondary Structures. Journal Acta Biochimica et Biophysica Sinica.
Shanghai: 39(8): 549.
Li, z., Wang., B.., Chi, C., Zhang, Q., Gong, Y., Tang, J., Luo, H dan Ding, G.2013.
Isolation and Characterization of Acid SolubleCollagens and Pepsin Soluble
Collagens from The Skin and Bone of Spanish Mackerel (Scomberomorous
niphonius). Journal Food Hydrocolloids. Zhoushan: 31(1): 103.
Rahmi, D., R. Yunilawati, dan E. Ratnawati. 2013. Pengaruh nano partikel terhadap
aktivitas anti aging pada krim. Jurnal sains material Indonesia 4 (3) : 235-
238.
Rawlins, E. A. 2003. Bentley’s Textbook of Pharmaceutics. 18thed. London: Bailierre
Tindall. Hal 22, 335.
Veeruraj, A., et al. 2013. Isolation and characterization of Thermosable Collagen
from The Marine Ell-fish (Evenchelys macrura). Journal Process
Biochemistry (48). Hal 1592-1602.
Wasitaatmadja, S. M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Universitas
Indonesia. Hal. 62-63, 111-112.
Windarwati, S. 2011. Pemanfaatan Fraksi Aktif Ekstrak Tanaman Jarak Pagar
Sebagai Zat Antimikroba dan antioksidan Dalam Sediaan Kosmetik. Tesis.
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Young, A. (1972). Practical Cosmetic Science. London: Mills and Boon Limited.
Halaman 51.

Anda mungkin juga menyukai