URTICARIA PIGMENTOSA
DISUSUN OLEH :
R. Ifan Arief Fahrurozi
030.10.226
PEMBIMBING :
dr. Retno Sawitri, Sp.KK
dr. Shinta J.B.T.R, Sp.KK
Judul
: Urticaria Pigmentosa
Penyusun
NIM
: 030.10.226
Universitas
URTICARIA PIGMENTOSA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas karunia dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga
referat dengan judul Urticaria Pigmentosa ini dapat selesai dengan baik dan tepat pada
waktunya. Referat ini disusun dalam rangka memenuhi tugas akhir Kepaniteraan Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti di Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Bekasi periode 20 April 23 Mei 2015. Besar harapan penulis dengan adanya
referat ini akan mampu menambah pengetahuan para pembaca sekalian tentang Urticaria
Pigmentosa.
Dalam penulisan referat ini penulis telah mendapat bantuan, bimbingan dan kerjasama
dari berbagai pihak maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Pimpinan beserta staf RSUD Kota Bekasi.
2. dr.Retno Sawitri,Sp.KK, selaku kepala SMF dan pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin di RSUD Kota Bekasi.
3. dr.Shinta J.B.T.R,Sp.KK, selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin di RSUD Kota Bekasi.
4. Ibu Muza dan Ida selaku staf perawat di Poli Klinik Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin di RSUD Kota Bekasi.
5. Rekan-rekan anggota Kepaniteraan Klinik di bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
RSUD Kota Bekasi.
Penulis menyadari bahwa referat yang disusun ini masih banyak kekurangan karena
kemampuan dan pengalaman penulis yang terbatas. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang dapat bermanfaat demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, penulis
mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penyusunan
URTICARIA PIGMENTOSA
DAFTAR ISI
Definisi ....................................................................................................................9
2.2.
Epidemiologi .........................................................................................................10
2.3.
Etiologi ..................................................................................................................10
2.4.
Patogenesis ............................................................................................................11
2.5.
2.6.
Diagnosis ...............................................................................................................17
2.6.1.Anamnesis ....................................................................................................17
2.6.2.Pemeriksaan Fisik ........................................................................................18
2.6.3.Pemeriksaan Laboratorium ..........................................................................19
2.6.3.1.Pemeriksaan Darah ..........................................................................19
2.6.3.2.Pemeriksaan Urin .............................................................................20
2.6.4.Pemeriksaan Penunjang ................................................................................20
2.6.4.1.Pemeriksaan Histopatologi Kulit .....................................................20
2.6.4.2.Pemeriksaan Biopsi Sumsum Tulang ..............................................21
URTICARIA PIGMENTOSA
2.7.
2.8.
Komplikasi ............................................................................................................25
2.9.
Penatalaksanaan ....................................................................................................25
URTICARIA PIGMENTOSA
DAFTAR TABEL
URTICARIA PIGMENTOSA
DAFTAR GAMBAR
URTICARIA PIGMENTOSA
BAB I
PENDAHULUAN
Kulit merupakan organ tubuh yang kompleks, elastis dan sensitif, bervariasi pada
keadaan iklim, umur, jenis kelamin, ras dan lokasi. Oleh karena itu kulit merupakan suatu
organ yang esensial, vital serta menjadi cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit mencakup
sekitar 15% dari tubuh manusia dengan komposisi terdiri dari tiga lapisan yaitu epidermis,
dermis
dan
subkutis.
Komponen
lapisan
kulit
memiliki
peranan
dalam
menjamin
kelangsungan hidup dengan fungsi yang terkait pada kulit. Fungsi utama kulit adalah sebagai
proteksi, absorpsi, ekskresi, persepsi, thermoregulasi, pembentukan pigmen, keratinisasi dan
pembentukan vitamin D.1,2
Dalam menjalankan fungsi proteksi, kulit memiliki peranan yaitu secara fisik melalui
lapisan kulit yang mengandung lapisan lemak, tebalnya lapisan kulit dan secara kimiawi
melalui pengaturan keasaman kulit. Namun fungsi proteksi kulit tidak hanya sebatas secara
fisik dan kimiawi, kulit juga memiliki peranan lain dalam fungsi proteksi yaitu sistem imun.
Apabila kulit terpapar oleh suatu antigen maka akan memicu suatu respons imun, tujuan
utama respons imun adalah demi kebaikan tubuh manusia, namun terkadang terjadi berbagai
penyimpangan fungsi disebabkan kelebihan atau kekurangan reaksinya. Baik kelebihan dan
kekurangan dapat menyebabkan penyakit kulit. 3
Salah satu penyakit kulit akibat kelebihan komponen sistem imun adalah mastositosis.
Mastositosis merupakan suatu kelainan lokal dan sistemik akibat akumulasi dari sel mast.4
Komponen sistem imun terbanyak di kulit adalah sel mast. Sel mast mengandung granula
yang isinya sebagian besar mengandung histamin. Apabila sel mast mengalami iritasi,
histamine akan keluar sehingga menyebabkan munculnya kelainan kulit seperti kemerahan,
bengkak dan gatal. Mastositosis dibagi menjadi dua yaitu mastositosis kulit dan sistemik.
Mastositosis kulit dibagi menjadi tiga, yaitu maculopapular cutaneous mastocytosis, diffuse
cutaneous mastocytosis, dan solitary mastocytoma. Dari pembagian tersebut, mastositosis
kulit yang paling sering muncul adalah maculopapular cutaneous mastocytosis yang disebut
juga sebagai urticaria pigmentosa.5
URTICARIA PIGMENTOSA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.DEFINISI
Urticaria pigmentosa adalah suatu prototype dari penyakit sel mast yang
merupakan bagian dari bentuk klinis mastositosis pada kulit. 5 Secara umum, urticaria
pigmentosa adalah suatu bentuk klinis paling umum dari mastositosis pada kulit yang
ditandai dengan macula dan papul berwarna kuning kecokelatan hingga merah
kecokelatan disertai hiperpigmentasi, dan gatal yang disebabkan akumulasi berlebihan
dari sel mast.5,6,7
Mastositosis adalah suatu kelainan hematopoetik lokal dan sistemik akibat
akumulasi dari sel mast atau hyperplasia dari sel mast pada satu atau lebih organ
target yaitu sumsum tulang, hepar, lien,
URTICARIA PIGMENTOSA
2.2.EPIDEMIOLOGI
Urticaria pigmentosa merupakan bentuk mastositosis kulit yang paling umum
dan sering terjadi dibandingkan bentuk mastositosis yang lainnya dengan jumlah
kasus mencapai 70% hingga 90% kasus mastositosis kulit. Insidensi kasus urticaria
pigmentosa belum diketahui secara pasti, namun berdasarkan berbagai penelitian
didapatkan insidensi mencapai sekitar 1 : 1000 hingga 1 : 8000 kasus. 6 Urticaria
pigmentosa paling sering ditemukan pada anak anak. Lebih dari 50%, onset
terjadinya adalah sebelum usia 2 tahun. Biasanya lesi kulit pertama kali muncul pada
usia beberapa bulan pasca lahir. Lesi
bertahap dalam beberapa bulan bahkan tahun, namun lesi cenderung mengalami
regresi secara spontan saat anak mulai mencapai usia dewasa.5,6 Pada orang dewasa
masih memiliki kemungkinan untuk terjadi suatu mastositosis namun cenderung
mengarah ke mastositosis sistemik yang bersifat persisten. 6 Urticaria pigmentosa
dapat dialami oleh laki laki maupun perempuan, tidak ada kecenderungan terhadap
jenis kelamin. Lokasi lesi kulit dapat terjadi pada dimanapun, namun biasanya lebih
sering mengenai daerah kulit kepala, wajah, badan dan ekstremitas. 5
2.3.ETIOLOGI
Penyebab dari urticaria pigmentosa masih belum diketahui dan dimengerti
secara pasti hingga saat ini. Berdasarkan teori yang dikemukakan, sebagian besar
setuju bahwa terdapat suatu perubahan structural dan aktivitas dari reseptor c-kit yang
terletak di sel mast, melanosit, sel punca hematopoetik dan sel lainnya. Suatu faktor
sel punca (SCF / Stem cell factor) merupakan ligan dari reseptor c-kit dari tirosin
kinase transmembran yang berperan penting dalam perkembangan dan maturasi dari
sel mast. Mutasi dari ligan akan menyebabkan proliferasi yang tidak terkontrol dari
sel mast.9. Namun dari hasil penelitian, sebagian besar kasus pada anak tidak
ditemukan adanya mutasi reseptor c-kit atau suatu kehilangan fungsi akibat mutasi.
Sehingga tidak dapat dipastikan penyakit ini disebabkan oleh suatu reaksi hiperplastik
akibat suatu rangsangan yang tidak diketahui atau merupakan suatu proses keganasan.
Namun para peneliti setuju bahwa peningkatan konsentrasi lokal dari growth factor
sel mast
akan memicu suatu proliferasi sel mast, melanosit dan produksi pigmen
URTICARIA PIGMENTOSA
10
Selain adanya mutasi genetik, penyakit ini juga memiliki beberapa faktor
pencetus yang akan menginduksi sel mast dan sel lainnya untuk mengalami
proliferasi. Beberapa faktor pencetus tersebut adalah sebagai berikut.
Tabel 2. Faktor Pencetus Urticaria Pigmentosa 6
Obat
Aspirin
NSAID
Ethyl alcohol
Amphotericin B
Scopolamine
Polymyxin B
Quinine
Thiamine
Reserpine
Procaine
Stimulus fisik
Olahraga berlebihan
Paparan sinar matahari
Kompresi / tekanan
Friksi / gesekan
Cuaca ekstim (panas / dingin)
Stres emosional
Gigitan serangga
Paparan agen kontras radiologi
Anestesi umum
2.4.PATOGENESIS
Sel mast merupakan derivate dari sel CD34+, suatu sel hemopoetik progenitor
didalam sumsum tulang. Sel mast dapat melakukan regenerasi secara mandiri dan
melakukan diferensiasi menjadi berbagai jenis progenitor. Diferensiasi sel mast terjadi
secara acak tergantung dari mekanisme intrinsic. Progenitor sel mast, eosinophil,
neutrophil, dan eritrosit dapat bertahan hidup, berdiferensiasi dan proliferasi hanya
apabila terdapat suatu growth factors. Sel mast yang matur memiliki kemampuan
untuk melakukan proliferasi. Secara umum, sel mast yang matur secara normal dapat
URTICARIA PIGMENTOSA
11
ditemukan
di
jaringan
ikat,
dibawah
lapisan
epitel
kulit,
system respirasi,
gastrointestinal, traktus urinarius, pembuluh limfatik, sekitar saraf perifer dan darah
kecuali daerah perifer. Terdapat 2 tipe sel mast di jaringan yaitu tipe mukosa dan tipe
jaringan ikat. Dengan sel mast tipe jaringan ikat yang dominan ditemukan di kulit. 11,12
Gambar 1. Anatomi Sel Mast12
Suatu reseptor antigen pada permukaan sel mast yaitu KIT/CD117 merupakan
suatu reseptor growth factor sel punca (stem cell growth factor) yang bersifat proto
onkogen. KIT berperan paling penting terhadap sel mast. Reseptor ini akan
diekspresikan terhadap sel mast secara independen sebagai tahap maturasi sel mast
atau aktivasi sel. Sel mast akan bereaksi tergantung dari ekspresi dari antigen
permukaan dari lingkungan dan factor lainnya. Reseptor KIT juga berperan besar
dalam hematopoiesis, melanogenesis dan fungsi gastrointestinal. 13
URTICARIA PIGMENTOSA
12
Dari gambaran diatas, dapat diketahui bahwa KIT terdiri dari 5 unit
immunoglobulin pada daerah ekstraselular yang menjadi lokasi ikatan sel mast
dengan SCF. Kemudian terdapat wilayah transmembran, jukstamembran merupakan
wilayah esensial untuk fungsi regulasi fosforilasi tirosin dan wilayah TK yang terbagi
menjadi 2
yaitu
TK1
ATP
dan
TK2
mengandung
URTICARIA PIGMENTOSA
13
normalnya diekspresikan pada sel mast untuk berkembang. Precursor dari sel mast
memerlukan suatu ekspresi dari proto onkogen c-kit yang memicu reseptor KIT dan
aktivitas tirosin kinase sebagai reaksi normal terhadap SCF.11
Aktivasi dari SCF dan KIT akan memicu sel mast mengeluarkan suatu respon
namun tergantung dari bagian sel yang mengalami aktivasi, diantaranya proliferasi
sel, maturasi, diferensiasi, menekan respon apoptosis, degranulasi dan perubahan
adhesi serta motilitas sel. Namun terdapat suatu keadaan dimana terjadi mutasi
maupun delesi dari wilayah KIT akan menyebabkan terganggunya transduksi sinyal
sehingga proses inhibisi dihambat yang kemudian mengubah sifat proto onkogen KIT
menjadi aktif. KIT yang onkogenik akan menginduksi proses neoplasmatik dan
transformasi dari reseptor KIT menghasilkan suatu gambaran penyakit spesifik yaitu
leukemia myeloid, mastositosis dan melanoma yang disebabkan proses aktivasi sel
mast secara onkogenik.11
Gambar 3. Lokasi Mutasi KIT11
14
KIT yang terjadi merupakan mutasi KIT tipe enzimatik yang secara langsung
mempengaruhi proses enzimatik yang terjadi pada wilayah TK2, proses ini memicu
activation loop secara terus menerus pada KIT yang menginduksi dan meningkatkan
proses proliferasi sel mast serta derivate sel lainnya yang terkait dengan KIT yang
berperan.11 Selain jumlah sel mast yang meningkat perlu diketahui bahwa sel mast
mengandung beberapa zat mediator yaitu histamine, triptase, chimase, leukotriene,
TNF-, IL-8 dan zat lainnya yang akan menimbulkan gejala flushing, bula, pruritus,
dyspnoe, hipotensi, diare dan gejala klinis lain yang terkait akibat efek mediator yang
berperan dalam jumlah besar mengikuti jumlah sel mast.7
2.5.MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis urticaria pigmentosa akan ditemukan macula hiperpigmentasi
berbentuk bulat atau oval, papul atau benjolan berwarna kuning kecokelatan hingga
merah kecokelatan dengan ukuran diameter sekitar 2 4 mm. Ukuran lesi cenderung
lebih kecil pada pasien dewasa dibandingkan bayi dan anak anak. Dapat terjadi
suatu pembentukan formasi vesikel terutama pada bayi dan balita. Berikut adalah
beberapa gambar gejala klinis tersebut.6,14
URTICARIA PIGMENTOSA
15
URTICARIA PIGMENTOSA
16
2.6.DIAGNOSIS
Berdasarkan konsensus WHO, terdapat protocol untuk mendiagnosis suatu
urticarial pigmentosa. Pada dasarnya proses diagnosis urticarial pigmentosa adalah
sama seperti proses diagnosis suatu penyakit yaitu melalui anamnesis yang lengkap,
pemeriksaan fisik terutama temuan klinis pada kulit, pemeriksaan laboratorium dan
penunjang untuk memastikan apakah pasien murni mengalami urticaria pigmentosa
atau sudah mengarah dan disertai mastositosis sistemik. 11,15
2.6.1. Anamnesis
Pada anamensis pasien dengan urticaria pigmentosa, perlu ditanyakan hal yang
terkait dengan keluhan pasien. Keluhan yang mengarah ke gejala klinis yaitu
adanya benjolan di kulit, ukuran kecil, berwarna coklat, gatal gatal dan
lainya. Keluhan tersebut harus ditanyakan lebih lanjut yaitu mengenai onset,
durasi, progresifitas lesi, factor pencetus, keluhan gatal (derajat, kapan,
dimana, sifat periodik, kronis), serta riwayat mastositosis dalam keluarga.
Selain anamnesis lengkap mengenai urticaria pigmentosa, pasien harus dicari
tahu lebih lanjut mengenai gejala mastositosis sistemik yaitu gejala prodromal,
mual muntah, diare, sesak nafas, sakit kepala, hipotensi dan keluhan sistemik
lainnya.11,15 Terdapat suatu indikasi dilakukan screening terhadap mastositosis
sistemik apabila ditemukan gejala seperti nyeri perut disertai diare, nyeri
tulang, flushing yang muncul tanpa penyebab yang jelas, terjadi suatu reaksi
anafilaktik dan kombinasi keluhan lainnya.11
URTICARIA PIGMENTOSA
17
terjadi,
pada
penyakit
apakah
sudah
ada
gejala
sistemik
dan
hasil
penelitian
perkembangan
dari
penyakit.11
Pemeriksaan
fisik
dilanjutkan
URTICARIA PIGMENTOSA
18
kimiawi
darah.
Pada
pemeriksaan
darah
lengkap
pasien
Pada
pemeriksaan
kimiawi darah
diperlukan
suatu
URTICARIA PIGMENTOSA
19
pasien
dikategorikan
mastositosis
sistemik.
Pemeriksaan
2.6.3.2.Pemeriksaan Urin
Pada pemeriksaan urin pasien dapat dilakukan pemeriksaan kadar N-
dari
prostaglandin
PGD2
yang
berlebihan pada
URTICARIA PIGMENTOSA
20
menyebar
disekitar
pembuluh
darah.
Dapat
dibedakan
dengan
Keterangan
: a.
Pewarnaan
Hematoksilin-eosin;
b.
Pewarnaan
Toluidine blue; c.
URTICARIA PIGMENTOSA
21
dari
hitung
jenis
sel
darah,
organomegali
dan
2.7.DIAGNOSIS BANDING
Berdasarkan gambaran efloresensi dari urticaria pigmentosa yaitu macula dan
atau papul hiperpigmentasi berbentuk bulat atau oval secara lokal maupun difus maka
dapat dipertimbangan beberapa diagnosis banding yaitu sebagai berikut.
1. Urtikaria akut / kronik
Gambar 9. Lesi Kulit Urticaria Akut7
Urticaria merupakan lesi kulit berupa edema secara lokal dikelilingi oleh eritema
dan disertai dengan pruritus. Penyakit ini dibedakan menjadi akut dan kronis.
URTICARIA PIGMENTOSA
22
Urticaria akut merupakan kelainan kulit disebabkan oleh suatu reaksi alergi terkait
dengan mekanisme imunoglobullin E sedangkan urticaria kronis lebih cenderung
disebabkan oleh autoimun. Penyakit ini dapat menyerang semua usia, namun
dapat dibedakan dengan urticaria pigmentosa. Waktu terjadinya lesi urticaria
pigmentosa adalah sekitar lebih dari 6 minggu sedangkan urticaria akut kurang
dari 6 minggu dan kronis lebih dari 6 minggu. Durasi lesi individual urticaria akut
dan kronis cenderung lebih singkat yaitu kurang dari 48 jam dibandingkan dengan
urticaria pigmentosa yang dapat berlangsung beberapa bulan. Gejala penyakit ini
adalah lesi kulit yaitu edema, eritema, papul berwarna merah keputihan dengan
predileksi dapat muncul dari semua bagian tubuh. Pada pemeriksaan histopatologi
akan ditemukan adanya jumlah sel mast sedikit meningkat pada dermis, edema
dermal dan dilatasi kapiler.7
2. Eruptive Xanthoma
Gambar 10. Lesi Kulit Eruptive Xanthoma18
Eruptive Xanthoma merupakan kelainan pada kulit akibat deposisi makrofag yang
disebabkan oleh hiperlipidemia dan atau hipertrigliseridemia. Penyakit ini dapat
menyerang segala usia, dengan prevalensi terbanyak adalah usia dibawah 25 tahun
dan diatas 50 tahun. Lebih cenderung dialami oleh laki laki dibandingkan
perempuan. Gejala penyakit ini adalah papul berwarna kuning kemerahan dengan
ukuran diameter 1 hingga 5 mm dapat disertai eritema dan gejala pruritus.
Predileksi paling sering ditemukan pada daerah ekstensor dari ekstremitas, pantat,
dan bahu. Pada pemeriksaan histopatologi dapat ditemukan kumpulan sel busa
(foam cells).18
URTICARIA PIGMENTOSA
23
3. Juvenile Xanthogranuloma
Gambar 11. Lesi Kulit Juvenile Xanthogranuloma7
respons
makrofag
terhadap
kerusakan
jaringan
non
spesifik
URTICARIA PIGMENTOSA
24
perempuan. Berdasarkan gambar diatas, lesi kulit pada penyakit ini adalah papul
berukuran diameter 1 hingga 2 mm, berwarna kuning kemerahan, dapat disertai
krusta, ulkus, vesikel, pustul, terkadang pada usia bayi dapat muncul makula
hiperpigmentasi dan nodul berwarna
tersering adalah daerah kulit kepala dan badan. Pada pemeriksaan histopatologi
akan ditemukan sel LCH dengan ukuran 4 hingga 5 kali lebih besar dari limfosit
terkecil, berbentuk seperti ginjal dan nukleus menyerupai vesikel. 7
2.8.KOMPLIKASI
Pada dasarnya lesi kulit urticaria pigmentosa cenderung mengalami regresi
secara spontan saat anak mulai mencapai usia dewasa. 5,6 Namun pada orang dewasa
masih
yang bersifat
persisten. Maka komplikasi yang akan terjadi adalah gejala sistemik dan kelainan
yang ditimbulkan oleh mastositosis sistemik yaitu terganggunya organ yang menjadi
target yaitu sumsum tulang, hepar, lien, nodus limfatikus, dan traktus gastrointestinal.
Munculnya hipotensi, sinkop, diare disertai nyeri perut, malnutrisi dan anemia.
Komplikasi lanjut akan terjadi penurunan kepadatan tulang sehingga akan memicu
osteoporosis,
osteopenia
sehingga
mempermudah
terjadinya
fraktur
patologis.
2.9.PENATALAKSANAAN
Dasar dari terapi urticaria pigmentosa adalah edukasi kepada pasien,
pencegahan faktor pencetus, mengatasi gejala akibat mediator sel mast yang akut dan
kronis, pencegahan serta terapi target organ yang telah mengalami gangguan. Seperti
penyakit lainnya bahwa penatalaksanaan urticaria pigmentosa akan ditinjau secara
non medikamentosa dan medikamentosa.5
URTICARIA PIGMENTOSA
25
menghindari
faktor
pencetus
dari
urticaria
pigmentosa.5,7
2.9.2. Medikamentosa
1. Antihistamin oral
Antihistamin sangat diperlukan dalam terapi pasien dengan urticaria
pigmentosa.
Pemberian
antihistamin
secara
oral
telah
terbukti
Untuk
gejala
pruritus,
urticaria,
takikardia,
dan
H-2
yaitu
simetidin
dan
ranitidin.
Apabila
gejala
URTICARIA PIGMENTOSA
7,10
26
3. Kortikosteroid
Untuk mengurangi jumlah sel mast didalam jaringan maka dapat
diberikan
kortikosteroid
golongan
glukokortikoid
secara
topikal,
2.10.
PROGNOSIS
Prognosis dari urticaria pigmentosa tergantung dari usia, derajat penyakit, dan
gambaran klinis yang terjadi. Terdapat beberapa data studi pada kelompok anak
anak. Prognosis kasus urticaria pigmentosa pada anak adalah baik, ditemukan lebih
dari 60% kasus anak mengalami perbaikan dan sembuh secara spontan saat mencapai
usia dewasa, namun 10% dari kasus anak mengalami perburukan, penyakit berlanjut
menjadi mastositosis sistemik dengan prognosis buruk. Pada dasarnya penyakit
urticaria
pigmentosa,
mastositoma
dan
mengenai kulit memiliki prognosis yang baik karena akan mengalami regresi secara
spontan saat mencapai usia dewasa. Berbeda dengan orang dewasa masih memiliki
peluang besar untuk terjadi mastositosis sistemik yang bersifat persisten. Beberapa
kasus
urticaria
pigmentosa
yang
dicurigai
mengalami
perburukan
menjadi
URTICARIA PIGMENTOSA
27
BAB III
KESIMPULAN
Urticaria pigmentosa adalah suatu bentuk klinis paling umum dari mastositosis pada
kulit yang ditandai dengan macula dan papul berwarna kuning kecokelatan hingga merah
kecokelatan disertai hiperpigmentasi, dan gatal yang disebabkan akumulasi berlebihan dari
sel mast. Etiopatogenesis urticaria pigmentosa masih belum diketahui dan dimengerti secara
pasti hingga saat ini namun beberapa studi menunjukkan bahwa terdapat suatu perubahan
structural dan aktivitas dari reseptor c-kit dan ligan SCF yang terletak di sel mast, melanosit,
sel punca hematopoetik dalam perkembangan dan maturasi dari sel mast. Mutasi dari ligan
akan menyebabkan proliferasi yang tidak terkontrol dari sel mast. Gambaran klinis urticaria
pigmentosa akan ditemukan macula hiperpigmentasi berbentuk bulat atau oval, papul atau
benjolan berwarna kuning kecokelatan hingga merah kecokelatan dengan ukuran diameter
sekitar 2 4 mm. lesi dapat membengkak dan membesar akibat adanya manipulasi terhadap
lesi membentuk tanda Darier / Dariers sign yang menjadi tanda khas dan menjadi kriteria
dalam mendiagnosis urticaria pigmentosa.
Untuk
gejala dan riwayat penyakit baik pasien maupun keluarga dan harus dipastikan apakah
urticaria pigmentosa berdiri sendiri atau sudah menjadi bagian dari mastositosis sistemik.
Oleh karena itu setiap pasien urticaria pigmentosa diperlukan untuk dilakukan screening
terhadap mastositosis sistemik. Screening mastositosis sistemik dapat dilakukan dengan
menggunakan indeks SCORMA, pemeriksaan darah, kimiawi darah kadar serum trptase,
pemeriksaan urin NMH serta histopatologi kulit yang khas. Apabila diagnosis urticaria
pigmentosa telah jelas maka diperukan penatalaksaan yang akurat, karena penyakit ini tidak
dapat disembuhkan dan terapi hanya untuk mengatasi gejala klinis. Oleh karena itu edukasi
dan kerjasama pasien sangat diperlukan agar terapi dan kekambuhan dapat sukses dijalankan.
Secara umum urticarial pigmentosa memiliki prognosis yang baik apabila penyakit hanya
sebatas pada kulit tanpa keterlibatan sistemik karena lesi akan cenderung mengalami regresi
secara spontan dan sembuh sempurna terutama pada anak anak.
URTICARIA PIGMENTOSA
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, et al. Anatomi Kulit. In : Wasitaatmadja SM,
Editors. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 6 th ed. Jakarta : Badan Penerbit
FKUI;2011;p.3-6.
2. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, et al. Faal Kulit. In : Wasitaatmadja SM,
Editors. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 6th ed. Jakarta : Badan Penerbit
FKUI;2011;p.7-8.
3. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, et al. Pengetahuan Dasar Imunologi. In :
Widowati R, Editors. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 6 th ed. Jakarta : Badan
Penerbit FKUI;2011;p.43-53.
4. James WD, Berger TG, Elston DM, et al. Mastocytosis. In : James WD,
Editors. Andrews Disease Of The Skin Clinical Dermatology. 10 th ed.
Philadelphia : WB Saunders Company;2006;p.615-8.
5. Slavkovi-Jovanovi M, Jovanovi D, Petrovi A, Mihailovi D. Urticaria
pigmentosa. A case report. Acta dermatovenerologica Alpina, Pannonica, et
Adriatica. 2008;17(2):79-82.
6. Kutlubay Z, Yardmc G, Engin B, Tzn Y. Cutaneous mastocytosis. J Turk
Acad Dermatol. 2011;5:1153r1.
7. Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, et al. Mastocytosis. In : Tharp MD,
Editors. Fitzpatricks Dermatology In General Medicine. 8 th ed. USA : The
McGraw-Hill Companies;2012;p.1809-18.
8. Georgin-Lavialle S, Lhermitte L, Dubreuil P, Chandesris M-O, Hermine O,
Damaj G. Mast cell leukemia. Blood. 2013;121(8):1285-95.
9. PTRACU V, Enache A-O, Ciurea RN, Georgescu CC, Vilcea AM, Stoica
LE, et al. Cutaneous mastocytosis, problems of clinical diagnosis of four
cases. Rom J Morphol Embryol. 2014;55(3):965-71.
10. Bulat V, Lugovi Mihi L, itum M, Buljan M, Blaji I, Pui J. Most
common clinical presentations of cutaneous mastocytosis.
Acta Clinica
Croatica. 2009;48(1):59-64.
11. Heide R. Clinical Aspects of Pediatric and Adult Onset Mastocytosis in the
Skin: Erasmus MC: University Medical Center Rotterdam;2009;p.8-13.
12. Starkl P, Marichal T, Galli SJ. PLA2G3 promotes mast cell maturation and
function. Nature immunology. 2013;14(6):527-9.
URTICARIA PIGMENTOSA
29
URTICARIA PIGMENTOSA
30