TRESIA SUSANA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2011
TESIS
TRESIA SUSANA
NIM 0990761026
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2012
PEMBERIAN EKSTRAK AIR UBI JALAR UNGU
(Ipomoea Batatas) MENGHAMBAT
PENUAAN DINI KULIT DENGAN MENGHAMBAT
PENINGKATAN KADAR MMP-1 PADA TIKUS
YANG DIPAJAN SINAR UVB
TRESIA SUSANA
NIM: 0990761026
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2012
Lembar Pengesahan
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Anggota :
1. Prof.dr. I Gusti Made Aman,Sp.FK
Penulis
ABSTRAK
Photoaging adalah penuaan dini kulit yang terjadi akibat efek kumulatif
pajanan kronis sinar ultraviolet matahari dengan gejala penuaan kronologis.
Pajanan kronis sinar ultraviolet dapat menyebabkan terbentuknya reactive oxygen
species (ROS) yang mengaktifkan jalur transduksi signal yang dapat menginduksi
faktor transkripsi activator protein-1 (AP-1), yang kemudian merangsang
transkripsi gen-gen matriks metaloproteinase (MMP). Sekresi enzim matriks
metaloproteinase oleh keratinosit dan fibroblas menyebabkan peningkatan
pemecahan kolagen, yang terlihat sebagai gejala photoaging. Proses ini dapat
dicegah dengan pemberian antioksidan (antosianin), yang terdapat pada ubi jalar
ungu. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui pemberian ekstrak air ubi
jalar ungu dapat menghambat peningkatan kadar MMP-1 kulit tikus yang diberi
pajanan ultraviolet B (UVB) dengan dosis total 800mmJ/cm2 .
Penelitian ini adalah studi eksperimental murni menggunakan metodologi
pre-test post-test control group design. Penelitian ini dilakukan di Animal Unit
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran dan Bagian Virologi Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Udayana, menggunakan tikus (Rattus norvegicus)
betina, usia 2,5 bulan sebagai subyek yang secara anatomis sama dengan manusia
usia dewasa muda. Jumlah sampel dalam penelitian ini 22 ekor tikus, empat ekor
tikus untuk MMP-1 pre-test, sisanya 18 ekor tikus dibagi menjadi dua kelompok
masing-masing sembilan ekor tikus yaitu kelompok kontrol (UVB + akuades) dan
kelompok perlakuan (UVB + ekstrak air ubi jalar ungu). Pajanan UVB diberikan
dua hari sekali selama 15 hari dengan total dosis 800 mJ/cm². Pada akhir
penelitian, diambil jaringan kulitnya untuk diperiksa MMP-1 nya dengan
menggunakan metode Enzym-linked Immunosorbent Assay (ELISA) jaringan.
Dari penelitian ini diperoleh hasil rerata MMP-1 pre-test kelompok
kontrol adalah 0,2660,026 ρg/250mg dan rerata kelompok perlakuan adalah
0,2680,027 ρg/250mg. Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa nilai t = 0,20 dan nilai p = 0,841. Hal ini berarti bahwa kedua
kelompok sebelum diberikan perlakuan, rerata MMP-1 nya tidak berbeda secara
bermakna (p > 0,05). Sedangkan rerata MMP-1 post-test kelompok kontrol adalah
0,3620,077 ρg/250mg dan rerata kelompok perlakuan adalah 0,2800,028
ρg/250mg. Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 2,977 dan nilai p = 0,009. Hal ini berarti bahwa rerata MMP-1 pada
kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan, berbeda secara bermakna (p<0,05).
Analisis komparatif pre-post test menggunakan uji t-paired, terjadi peningkatan
rerata MMP-1 secara bermakna pada kelompok kontrol setelah perlakuan
(p<0,05). Sedangkan pada kelompok perlakuan tidak terjadi peningkatan secara
bermakna rerata MMP-1 sesudah diberikan perlakuan berupa paparan UVB +
ekstrak air ubi jalar ungu (p>0,05).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak air ubi jalar
ungu dapat menghambat peningkatan kadar MMP-1 pada kulit tikus yang dipajan
sinar UVB.
SUPPLEMENTATION OF
PURPLE SWEET POTATOES (Ipomoea Batatas) WATER EXTRACT
INHIBIT PREMATURE SKIN AGING BY INHIBIT THE
INCREASED LEVEL OF MMP-1 IN UVB IRRADIATED RAT
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 6
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................... 6
1.3.2 Tujuan Khusus .............................................................. 7
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................... 7
1.4.1 Manfaat Praktis ............................................................. 7
1.4.2 Manfaat Klinis............................................................... 7
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Subyek Penelitian .................................................................... 54
6.2 Pengaruh Pajanan UVB dan Ekstrak air Ubi Jalar Ungu terhadap
MMP-1 ..................................................................................... 54
6.3 Manfaat Ekstrak Air Ubi Jalar Ungu terhadap Anti Aging......... 58
Gambar 5.1 Grafik MMP-1 Sesudah Pemberian Ekstrak Air Ubi Jalar Ungu ...
52
DAFTAR TABEL
Perlakuan. ..................................................................................... 51
DPPH : 1,1-diphenil-2-picrylhydrazyl
EGCG : (-)-Epigallocatechin-3-gallate
ELISA : Enzym-linked Immunosorbent Assay
g : gram
H2O2 : Hidrogen Peroksida
IGF-1 : Insulin Growth Factor-1
IL-1 : Interleukin-1
KAP : Kedokteran Anti Penuaan
L atau l : liter
LD50 : lethal dose 50
LDL : Low Density Lipoprotein
MDA : Malondialdehide
MED : Minimal Erythema Dose
mg : miligram
mJ/cm² : mili Joule per sentimeter persegi
mL atau ml : mililiter
PENDAHULUAN
patologis di dalam sel dan jaringan yang terjadi seiring dengan waktu.
seluruh organ tubuh (termasuk kulit) secara perlahan untuk memperbaiki atau
mengganti diri dan mampertahankan struktur serta fungsi normalnya (Yaar dan
Gilchrest, 2007). Akibat penurunan fungsi tersebut, muncul berbagai tanda dan
gejala proses penuaan, yang pada dasarnya dibagi atas dua bagian besar yaitu
tanda psikis dan tanda fisik. Tanda psikis antara lain yaitu menurunnya gairah
hidup, sulit tidur, mudah cemas, mudah tersinggung dan merasa tidak berarti lagi.
Sedangkan tanda fisik antara lain yaitu penurunan massa otot, peningkatan lapisan
menurun, masalah sakit tulang dan timbulnya kerutan pada kulit (Pangkahila,
2007).
yang dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor internal
Sedangkan faktor eksternal yang utama adalah gaya hidup yang tidak sehat, diet
tidak sehat, kebiasaan yang salah, polusi lingkungan, radiasi sinar ultraviolet, stres
diatas. Selain itu, kulit adalah organ yang mengalami kontak langsung dengan
penuaan yang terjadi akibat efek buruk kronis dari sinar matahari yang bertumpuk
dengan gejala penuaan kronologis. Proses ini bersifat kumulatif. Reaksi kronis
(photoaging), serta kanker kulit (Walker et al., 2003; Quan et al., 2009).
Kerusakan yang ditimbulkan dapat dilihat baik secara klinis, histologis atau
seluruh radiasi sinar yang ada. Radiasi UV terbagi atas tiga golongan yaitu UVA
sampai ke permukaan bumi kecuali pada dataran tinggi sekali dimana UVC ini
diserap oleh lapisan ozon pada atmosfir. Yang paling banyak berpengaruh kepada
kesehatan kulit adalah UVB, karena panjang gelombangnya yang lebih pendek
degradasi kolagen melalui aktivasi (MMP). Sinar UV juga dapat memacu sintesis
kulit manusia, MMP-1 adalah tipe yang paling terpengaruh oleh induksi sinar UV
mengalami photoaging (Fisher et al., 2001). Ditemukan bahwa hanya dengan satu
komplit, selama 24 jam yang kemudian diikuti dengan recovery 48-72 jam
setelahnya ( Fisher et al., 2001). Selain itu juga terjadi degradasi kolagen karena
terjadi peningkatan kadar MMP-1 yang cukup signifikan yaitu sekitar 4,4 ± 0,2
kali lipat jika dibandingkan dengan kulit yang tidak dipajan radiasi UV (Fisher et
al., 2001). MMP-1 adalah mediator utama terhadap timbulnya degradasi kolagen
pada kulit yang mengalami photoaging. Enzim MMP-1 kolagenolitik
mendegradasi fibril kolagen dan elastin, yang penting untuk kekuatan dan
dengan radiasi UV yang singkat, yang akan menyebabkan timbulnya kerutan pada
kulit, yang menjadi tanda photoaging. (Yaar dan Gilchrest, 2008). Dengan
demikian, hambatan terhadap MMP-1 adalah salah satu cara untuk mencegah
(Lee et al., 2004; Yaar dan Gilchrest, 2007), bersama dengan aktivasi berbagai
sekresi MMP-1 (Yaar dan Gilchrest, 2008; Helfrich et al., 2008). Stres oksidatif
radikal bebas (Stahl et al., 2006; Yaar dan Gilchrest, 2007). Walaupun kulit
tetapi masih jauh dari efektif dalam mengatasi stres oksidatif yang terjadi, dan
Gilchrest, 2007; Nichols dan Katiyar, 2010) Penggunaan bahan kimia yang
berfungsi untuk melindungi kulit dari bahaya radiasi sinar matahari sudah banyak
dipakai. Salah satunya adalah senyawa polifenol dari tanaman. Penggunaan bahan
buruk radiasi sinar UV terhadap kulit. Efek fotoprotektif kulit dari bahan polifenol
dan mekanisme DNA Repair (Nichols dan Katiyar, 2010). Pemberian (-)-
sekresi kolagen dan kolagenase pada level mRNA (asam ribonukleat mitokondria)
dan juga menghambat NF-κβ (nuclear factor-kappa beta) dan AP-1 (protein
kolagen dengan menurunkan peningkatan kadar MMP-1 yang diinduksi oleh sinar
ditemukan dalam tumbuhan, ditandai dengan adanya lebih dari satu unit fenol per
molekul. Phenolic dalam makanan manusia terdiri dari Phenolic acid, tannin, dan
flavonoid. Polifenol yang paling banyak diteliti adalah golongan flavonoid, yang
dibagi menjadi dua grup besar yaitu antosianin dan antosantin. Antosianin
merupakan pigmen larut air yang sangat penting, yang bertanggung jawab dalam
memberi warna merah, biru, dan ungu pada tanaman (Fuhrman dan Aviram,
2002). Pigmen ini banyak terdapat pada makanan kita, antara lain buah-buahan
seperti blueberry, cranberry, billberry, juga terdapat pada kulit terong ungu, beras
merah, kulit anggur, serta terutama banyak terdapat pada ubi jalar ungu.
makanan, dan sejak jaman dahulu telah banyak dipakai sebagai obat herbal yang
dapat menyembuhkan hipertensi, demam, gangguan liver, diare dan disentri,
berpotensi tinggi dalam pencegahan berbagai penyakit kronik seperti diabetes dan
katarak yang dipicu oleh diabetes (Ghosh dan Konishi, 2007). Antosianin juga
dapat memperbaiki profil lipid darah dan memiliki efek vasoprotektif (Kahkonen
dan Heinonen, 2003; Jawi dan Budiasa, 2009; Astadi et al., 2009; Shipp dan
ungu. Kandungan antosianin yang terkandung didalam ubi jalar ungu jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan yang terdapat di bahan makanan yang lain. Bahkan
sebagai pewarna makanan, antosianin dari ubi jalar ungu sangat stabil terhadap
banyak terdapat dalam ekstrak ubi jalar ungu dapat menghambat penuaan dini
kulit, dengan menghambat peningkatan kadar MMP-1 pada tikus yang dipajan
Untuk mengetahui peran ekstrak air ubi jalar ungu dalam menghambat
Untuk mengetahui pemberian ekstrak air ubi jalar ungu peroral dapat
pajanan sinar UVB dengan dosis total sebesar 800mJ/cm2 selama 15 hari.
teruji, bahwa pemberian ekstrak air ubi jalar ungu peroral dapat
sehingga dapat menjadi acuan dalam memahami manfaat ubi jalar ungu
KAJIAN PUSTAKA
patologis di dalam sel dan jaringan yang terjadi seiring dengan waktu.
tersebut, muncul berbagai tanda dan gejala proses penuaan, yang pada dasarnya
dibagi atas dua bagian basar yaitu tanda psikis dan tanda fisik. Tanda psikis antara
lain yaitu menurunnya gairah hidup, sulit tidur, mudah cemas, mudah tersinggung
dan merasa tidak berarti lagi. Sedangkan tanda fisik antara lain yaitu penurunan
massa otot, peningkatan lapisan lemak, daya ingat berkurang, fungsi seksual
(KAP) atau Anti Aging Medicine (AAM), telah membawa konsep baru dalam
harus dicegah dan diobati bahkan dikembalikan ke keadaan semula sehingga usia
harapan hidup dapat menjadi lebih panjang dengan kualitas hidup yang lebih baik
(Goldman dan Klatz, 2007; Pangkahila, 2007). Dengan mencegah proses penuaan,
fungsi berbagai organ tubuh dapat dipertahankan agar tetap optimal. Hasilnya
organ tubuh dapat berfungsi seperti pada usia biologis yang lebih muda,
padahal usia sebenarnya bertambah. Dengan demikian penampilan dan kualitas
sampai saat ini mekanisme yang pasti belum diketahui. Batas waktu yang tepat
antara terhentinya pertumbuhan fisik dan dimulainya proses menua tidak jelas,
berbagai teori yang berusaha menjelaskan tentang proses penuaan, antara lain :
kematian sel secara perlahan-lahan antara lain akibat pengaruh sinar ultra
violet yang merusak DNA sel sehingga mempengaruhi masa hidup sel.
kematian sel.
Teori radikal bebas dewasa ini lebih banyak dianut dan dipercaya sebagai
tidak stabil dan sangat reaktif. Sebelum memiliki pasangan, radikal bebas
sel-sel tubuh akan rusak dan menua dan juga mempercepat timbulnya
kanker.
Sedangkan faktor eksternal yang utama adalah gaya hidup yang tidak sehat, diet
tidak sehat, kebiasaan yang salah, polusi lingkungan, radiasi sinar ultraviolet, stres
Sama halnya dengan organ lain dalam tubuh manusia, kulit juga
elastisitas kulit, yang terjadi bersama dengan waktu sebagai bagian dari proses
penuaan fisiologis (intrinsik) maupun yang dipicu oleh efek dari luar (ekstrinsik).
berbagai faktor dari dalam tubuh sendiri seperti genetik, hormonal maupun rasial.
Terjadi akibat berbagai faktor dari luar tubuh. Faktor lingkungan seperti radiasi
ultraviolet (UV) sinar matahari, kelembaban udara, suhu dan berbagai faktor luar
lainnya dapat mempercepat proses penuaan kulit sehingga terjadi penuaan dini
kulit. Selain itu, kulit adalah organ yang mengalami kontak langsung dengan
secara klinis maupun secara histologis. Secara klinis pada penuaan ekstrinsik
(terutama akibat radiasi sinar uv), kulit menjadi kering, kasar, tidak merata,
lesi kulit premalignant, tidak elastis dan kaku, serta leathery appearance (Helfrich
et al., 2008). Ditambah tanda-tanda lain seperti elastosis (kulit menjadi kasar,
kuning dan timbul cobblestone effect) serta actinic purpura (kulit menjadi mudah
memar yang disebabkan oleh rapuhnya dinding pembuluh darah) (Gilchrest dan
Yaar, 2000). Sebaliknya penuaan kulit intrinsik (chronologic skin aging), ditandai
oleh timbul kerutan halus, xerosis, kusam, dan timbulnya berbagai tumor kulit
jinak kulit seperti seborrheic keratosis dan cherry angioma (Yaar dan Gilchrest,
elastin yang kusut dan kemudian mengalami degradasi membentuk massa yang
matriks metallo proteinase dan pelepasan sitokin, ditambah lagi dengan kontraksi
akibatnya kulit jadi kering dan kasar. Melanosit yang mengalami hipertrofi
meningkat jumlahnya, begitu pula kadar melanin per unit nya, akibatnya muncul
Penuaan pada kulit terjadi seperti halnya penuaan sel tubuh secara umum,
(Yaar dan Gilcrest, 2008). Meskipun sistem pertahanan sel terhadap oksidasi telah
membran sel, enzym dan DNA, serta mengganggu hubungan / interaksi DNA-
dikatakan sebagai salah satu penyebab penuaan kulit terutama penuaan intrinsik,
Krutmann, 2006).
DHEA-S. Selain itu hormon lain seperti melatonin, kortisol, tiroxin, growth
hormon dan insulin like growth factor-1 (IGF-1) juga menurun. Begitu pula
sebagian besar sitokin, reseptor interleukin-1 (IL-1) juga menurun. Tapi ada juga
yang kadarnya justru meningkat seperti misalnya transforming growth factor βeta
Semua hal tersebut dapat diperberat oleh adanya faktor eksternal, seperti
radiasi uv sinar matahari, selain itu juga dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban
udara, rokok, polusi udara dari kendaraan bermotor, bahan kimia eksogen
endogen. Selain itu juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti keadaan gizi yang
buruk, stres psikologis, pemakaian otot wajah yang berulang-ulang dan terus
disebabkan oleh radiasi UV sinar matahari secara kronis ini, disebut sebagai
tetapi lebih pendek daripada sinar tampak yaitu antara 10 – 400 nm dan energi
antara 3 – 124 eV. Spektrum ultraviolet sinar matahari dapat dibagi menjadi 3
1. UVC dengan spektrum 200-290 nm, adalah radiasi yang paling banyak
hebat dan bersifat sangat mutagenik. Radiasi UVC dapat menembus kulit
(sekitar 10%). Radiasi UVB dapat memicu baik langsung maupun tidak
langsung, kerusakan DNA, stres oksidatif, penuaan dini kulit dan berbagai
efek terhadap sistem imun, serta memiliki efek penting terhadap timbulnya
tumor kulit.
3. UVA dengan spektrum 320-400 nm, adalah jenis radiasi yang lemah. 1000
kali lebih lemah daripada UVB namun 100 kali lebih banyak mencapai
permukaan bumi, sekitar 90-95% dari total radiasi sinar matahari yang
kedalaman 1000 µm. Radiasi UVA diserap sebagian besar pada lapisan
epidermis, tetapi 20-30% mencapai bagian yang lebih dalam dermis kulit
manusia. Dan bertanggung jawab atas timbulnya tumor kulit baik yang
jinak maupun kanker (Kochevar dan Taylor, 2003; Nichols dan Katiyar,
2010).
Efek akut radiasi sinar UV matahari pada kulit dapat memicu sunburn,
Sunburn (eritema) adalah reaksi inflamasi akut pada kulit ditandai dengan
kemerahan yang muncul akibat ekspos langsung berlebihan dengan radiasi sinar
UV. Radiasi UVA maupun UVB dapat menimbulkan kemerahan pada kulit,
kemerahan kulit terhadap UVA lebih cepat tapi kurang intensif dibandingkan
dengan UVB. Pada UVB, respon kemerahan (eritema) muncul dalam waktu 6-24
jam setelah ekspos langsung, tergantung dari dosis penyinaran. Dosis terkecil
yang dapat mengakibatkan reaksi kemerahan minimal yang terlihat dengan jelas
baru. Hal ini dipengaruhi oleh panjang gelombang radiasi. Pada paparan UVA,
respon pigmentasinya bertahan lebih lama dibandingkan dengan UVB. Hal ini
mungkin disebabkan oleh UVA menginduksi pigmentasi pada lapisan yang lebih
bersama dengan pelepasan sel epidermis tiap bulan (Fisher et al., 2001)
Hanya dengan dosis tunggal di bawah dosis yang dapat menimbulkan sunburn /
eritema pun (0,25 – 0,5 MED) sudah dapat menekan induksi respon
al., 2004).
Hanya dengan satu kali ekspos terhadap paparan radiasi UV sinar matahari
kolagen yang hampir komplet, selama 24 jam yang kemudian diikuti dengan
recovery 48-72 jam setelahnya ( Fisher et al., 2002). Selain itu juga terjadi
signifikan yaitu sekitar 4,4 ± 0,2 kali lipat jika dibandingkan dengan kulit yang
penuaan dini kulit atau photoaging (Walker et al., 2003; Quan et al., 2009).
kanker kulit, telah banyak diteliti dengan berbagai studi epidemiologi maupun
dengan hewan percobaan. Dan ditemukan hubungan erat antara paparan radiasi
sinar UV, terutama UV B sebagai faktor penyebab kanker kulit, disebabkan oleh
2.4 Photoaging
Photoaging adalah proses penuaan dini yang terjadi akibat efek kumulatif
Kerusakan yang ditimbulkan dapat dilihat baik secara klinis, histologis atau
kulit atau photoaging (Walker et al., 2003; Quan et al., 2009). Disimpulkan bahwa
photoaging adalah penuaan yang terjadi akibat efek buruk kronis dari sinar
matahari yang bertumpuk dengan gejala penuaan kronologis (Yaar dan Gilchrest,
2007).
molekul kulit yang dapat menimbulkan senyawa berbahaya yang disebut raective
oxygen species (ROS) (Fisher et al., 2002). Yang mana dapat menyebabkan
kerusakan oksidatif pada komponen sel seperti dinding sel, membran lipid,
mitokondria, dan DNA. ROS ini juga berpengaruh besar pada jalur molekul.
Penyinaran kulit bokong manusia dengan 2 MED (minimal erythema dose, yaitu
dosis minimal radiasi UVA / UVB yang dapat menimbulkan efek erythema pada
pada 48jam setelah ekspos UV. Seperti diketahui bahwa adanya nitric oxide (NO)
dan hidrogen peroksida (H2O2) sangat merusak dan sitotoksik terhadap sel target.
karena itu bereaksi cepat terhadap anion superoksid untuk menbentuk anion
peroksi nitrat. Dekomposisi peroksi nitrat adalah oksidan yang kuat, sama seperti
kolagen dermal melalui dua cara: (1) stimulasi pemecahan kolagen, menghasilkan
kolagen yang terpecah dalam fragmen dan tidak beraturan. (2) menghambat
Gilchrest, 2008; Helfrich et al., 2008). Hanya dengan satu kali penyinaran UV
dengan dosis 2 MED, dapat menghambat sintesis prokolagen hampir total, yang
bertahan untuk 24 jam, diikuti dengan perbaikan dalam 48-72 jam setelahnya
bahwa AP-1 (Activator protein-1) dan MMP meningkat dan tetap bertahan sampai
(wrinkle).
Kulit yang terekspos sinar UV pada tahap sebelum terjadi sunburn, memicu
Pemecahan kolagen selalu diikuti dengan sintesis dan perbaikan, yang seperti
pada hampir semua proses penyembuhan luka, tidak pernah sempurna dan
menyisakan bekas, walaupun awalnya ecara klinis tidak terlihat. Tetapi bersama
dengan bertambahnya usia dan ekspos sinar UV yang terus terjadi, terjadi
penumpukan solar scar, yang lama kelamaan mulai terlihat secara klinis berupa
kerutan (photoaging).
MMP-1
kekuatan dan kekenyalan pada kulit. Kolagen tipe I adalah struktur protein utama
crosslink.. fibril kolagen memiliki estimasi half life sekitar 17 tahun. Itu sebabnya
fibrl kolagen yang terpecah dapat terakumulasi sepanjang waktu dan memiliki
konsekuensi yang panjang, terhadap struktur maupun fungsi kulit (Quan et al.,
2009) Terdapat dua regulator utama dalam proses produksi kolagen yaitu :
jawab mendegradasi protein matriks ekstra seluler. MMP terdiri dari sekitar 25
kolagenase, gelatinase, stromelisin dan tipe membran (Seltzer dan Eisen, 2003;
Quan et al., 2009). Pada berbagai studi ditemukan bahwa jenis yang paling
(tipe I dan III di kulit) pada satu tempat di tengah-tengah tripel heliks fibril
Pada kulit manusia, MMP-1 adalah tipe yang paling terpengaruh oleh
pada kulit yang mengalami photoaging (Fisher et al., 2001). Ditemukan bahwa
hanya dengan satu kali ekspos terhadap paparan radiasi UV sinar matahari dapat
72 jam setelahnya ( Fisher et al., 2001). Selain itu juga terjadi degradasi kolagen
karena terjadi peningkatan kadar MMP-1 yang cukup signifikan yaitu sekitar 4,4
± 0,2 kali lipat jika dibandingkan dengan kulit yang tidak dipajan radiasi UV
(Fisher et al., 2001). MMP-1 adalah mediator utama terhadap timbulnya degradasi
mendegradasi fibril kolagen dan elastin, yang penting untuk kekuatan dan
dengan radiasi UV yang singkat, yang akan menyebabkan timbulnya kerutan pada
diikuti dengan sintesis dan perbaikan, yang seperti pada hampir semua proses
awalnya ecara klinis tidak terlihat. Tetapi bersama dengan bertambahnya usia dan
ekspos sinar UV yang terus terjadi, terjadi penumpukan solar scar, yang lama
kelamaan mulai terlihat secara klinis berupa kerutan (photoaging) (Helfrich et al.,
2008).
Dengan demikian, hambatan terhadap MMP-1 adalah salah satu cara untuk
adalah mediator kunci yang mendegradasi kolagen pada kulit yang mengalami
Oksidan adalah senyawa penerima elektron atau suatu senyawa yang dapat
menarik elektron (electrone acceptor) seperti ion ferri yang berubah menjadi ferro
Radikal bebas adalah atom atau molekul yang memiliki satu atau lebih
berpasangan ini cenderung membentuk pasangan, dan ini dapat terjadi dengan
cara menarik elektron dari senyawa lain sehingga terbentuk pasangan baru. Jadi,
sama seperti sifat oksidan yaitu dapat menarik elektron. Contoh radikal bebas :
Adanya elektron yang tidak berpasangan ini akan menyebabkan senyawa ini
bersifat tidak stabil dan sangat reaktif dalam mencari pasangan, dengan cara
bertambahnya satu elektron pada molekul lain menghasilkan suatu radikal bebas
yang baru, yang akan mengakibatkan perubahan fisik maupun kimiawi sehingga
bisa menyebabkan kerusakan sel, gangguan fungsi sampai kematian sel. Serta
Kadar radikal bebas dalam tubuh dapat meningkat pada banyak proses yang
terjadi sehari-hari tanpa kita sadari, seperti radiasi UV dari sinar matahari,
aktivitas fisik yang berlebihan, toksin dari bahan kimia yang ada di sekitar kita,
2.6 Antioksidan
dapat meredam dampak negatif dari oksidan dalam tubuh. Dalam proses
golongan yaitu yang larut air seperti : asam urat, asam askorbat, protein pengikat
heme dan pengikat logam. Antioksidan yang larut lemak seperti : α-tokoferol,
radikal bebas. Penggunaan bahan kimia yang berfungsi untuk melindungi kulit
dari bahaya radiasi sinar matahari sudah banyak dipakai. Salah satunya adalah
terhadap kulit. Efek fotoprotektif kulit dari bahan polifenol tampaknya diperoleh
(EGCG), polifenol utama yang terdapat didalam teh hijau, pada fibroblas manusia
diketahui dapat menurunkan sekresi kolagen dan kolagenase pada level mRNA
kappa beta) dan AP-1 (protein aktivator-1) (Kim et al., 2001). Hal ini mungkin
menginhibisi H2O2 , NO, Peroksidasi Lipid, dan infiltrasi lekosit inflamasi yang
merupakan sumber utama ROS (Katiyar et al., 2001). Penelitian lain menemukan
bahwa Isoflavon kedelai (genestein) dapat menurunkan degradasi kolagen dengan
menurunkan peningkatan kadar MMP-1 yang diinduksi oleh sinar UVB pada
mencit tanpa bulu (Kim et al., 2004). Kemudian diketahui bahwa hal ini
disebabkan oleh genestein memiliki efek antioksidan yaitu sebagai oxygen radical
scavengers, yang bekerja menghambat protein cJun amino terminal kinase (JNK),
factor 2). NRF2 terlepas dari cap, masuk ke dalam inti sel kemudian
meningkat.
2.7 Antosianin
yang diluar dari nutrien (protein, karbohidrat, air, vitamin dan mineral) yang
dengan adanya lebih dari satu unit fenol per molekul. Phenolic dalam makanan
manusia terdiri dari Phenolic acid, tannin, dan flavonoid. Polifenol yang paling
banyak diteliti adalah golongan flavonoid, yang dibagi menjadi dua grup besar
yaitu antosianin dan antosantin. Antosianin merupakan pigmen larut air yang
sangat penting, yang bertanggung jawab dalam memberi warna merah, biru, dan
ungu pada tanaman (Fuhrman dan Aviram, 2002). Pigmen ini banyak terdapat
billberry, juga terdapat pada kulit terong ungu, beras merah, kulit anggur, serta
fisiologis terhadap tubuh manusia. Sampai terakhir ini mulai banyak yang
meneliti, dan menemukan banyak manfaat yang tidak diketahui (Shipp dan Abdel-
penyakit kronik seperti diabetes dan katarak yang dipicu oleh diabetes (Ghosh dan
terhadap stres oksidatif dan photoaging dalam hal ini penghambatan peningkatan
MMP-1 dan penurunan TIMP-1 yang diinduksi oleh pajanan sinar UVB.
nomor dan posisi grup hidroksilnya dalam inti flavan. Namanya yaitu cyanidin
(cy), delphidin (dp), malvidin (mv), peonidin (pn) pelargonidin (pg), petunidin
hidroksil, tingkat metilasi grup hidroksil, nomor dan lokasi gula yang terikat pada
molekul, serta asam alifatik atau aromatik yang menempel pada gula tersebut.
air. Asilasi residu gula dengan asam cinnamic (ρ-coumaric, caffeic, ferulic) atau
Secara umum, antosianin di-, tri-, atau polyacylated memiliki stabilitas lebih
80% pada daun-daun yang berwarna, 69% pada buah, dan 50% pada bunga.
Gradasi warna dan struktur antosianin tergantung pada perbedaan pola cincin
(Ghosh & Konishi, 2007; Shipp dan Abdel-Aal, 2010). Pada pH 1-3 flavyum
tidak berwarna, dan pada pH 7-8 akan terbentuk quinodal base yang berwarna biru
malvidin.
dilambung dan usus serta didistribusikan ke sistem sirkulasi (Shipp dan Abdel-
Aal, 2010).
(lethal dose 50) pada tikus dan mencit lebih dari 2000mg/kg, tanpa gejala-gejala
Ubi jalar adalah salah satu bahan makanan yang banyak ditemukan di
jenis dan varietas di indonesia, di Bali terdapat sekitar 20 jenis. Dengan berbagai
macam jenis warna kulit maupun daging umbi nya, dari yang berwarna putih,
kuning, merah/jingga, dan ungu (Suprapta et al., 2003). Ubi jalar dengan daging
209,9mg/100g umbi segar. Kandungan tertinggi ditunjukkan oleh ubi jalar ungu,
disusul oleh ketela waluh (daging umbi berwarna jingga) (Suprapta et al., 2004).
sedangkan varian Stoke-purple dan NC415 yang berwarna ungu tua, mengandung
antosianin berkisar 33,7-96,8 mg/100g berat kering (Truong et al., 2010). Variasi
nilai gizi pada berbagai jenis ubi jalar ini, selain dipengaruhi oleh genetik, tetapi
juga bisa dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tempat tumbuhnya (Suprapta et al.,
2004).
ditemukan terutama terdiri dari sianidin atau peonidin yang terikat dengan
acid, dan ρ-hydroxybenzoic acid. Warna ungu pada ubi jalar ungu, disebabkan
Konsentrasi plasma pada manusia, dicapai dalam 90 menit setelah dikonsumsi dan
terdeteksi dalam urin setelah 15 jam. Recovery rate pada urin manusia
diperkirakan sekitar 0,01-0,03% setelah 24 jam, hampir sama dengan angka yang
dicapai dalam 5 menit dan terekskresi hampir komplit dalam 180 menit dengan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa antosianin dari ubi jalar ungu, terabsorpsi
secara selektif, karena hanya dua jenis yang terdeteksi dalam plasma dan urin.
Dan lebih sulit di metabolisme daripada antosianin dari buah-buahan yang lain
karena kedua jenis tersebut ditemukan baik di darah maupun di urin (Harada et
al., 2004).
Antosianin dalam ubi jalar ungu telah banyak diteliti tentang efek nya
terhadap kesehatan.
Ubi jalar ungu juga diketahui memiliki kadar antioksidan yang tinggi,
berhubungan dengan kadar antosianinnya. Ubi jalar ungu ditemukan 10 kali lipat
lebih tinggi aktivitas oxygen radical absorbance capacity (ORAC) nya jika
dibandingkan dengan ubi jalar putih, kuning dan oranye (Oki et al., 2003). ORAC
Gambar 2.5 Nilai ORAC dari berbagai varian ubi jalar (Ipomoea batatas)
Keterangan singkatan: TE, Trolox equivalent (Oki et al., 2003)
lebih kuat dari antosianin yang ditemukan pada kubis merah, kulit anggur,
elderberry, dan jagung ungu. Selain itu antosianin dari ubi jalar ungu ini, dapat
diinduksi dengan karbon tetra klorida (CCL4), dan memiliki efek anti
arteriosklerosis karena bersifat resisten terhadap oksidasi LDL (Kano et al., 2005).
Penelitian lain menemukan bahwa pemberian sirup ubi jalar ungu yang
malondialdehide (MDA) didalam darah (Jawi et al., 2008). Pemberian ekstrak ubi
jalar ungu dengan dosis 400mg antosianin/hari, dapat meningkatkan kadar total
antioksidan dan memperbaiki profil lipid darah kelinci (Jawi & Budiasa, 2009).
Penelitian pada manusia menunjukkan bahwa asupan minuman dari ubi jalar
ungu yang mengandung antosianin 400 mg per hari mempunyai efek proteksi
liver terhadap oksidatif stress ( Suda et al., 2003 ). Pemberian ekstrak ubi jalar
ungu dengan dosis antosianin 2,7 mg/ 100 gr berat badan, dapat mengurangi
cedera liver pada tikus ( Kano et al., 2005 ) Selain anti radikal scavenging,
jalar ungu juga dapat berfungsi sebagai antihipertensi seperti ACE-inhibitor dan
2003).
Dari berbagai literatur dan penelitian belum ada yang meneliti efek proteksi
antosianin dari ubi jalar ungu terhadap radiasi sinar UVB terhadap kulit secara
invivo. Padahal penelitian dengan antosianin dari tumbuhan lain sudah banyak
banyak terdapat dalam ekstrak ubi jalar ungu dapat menghambat penuaan dini
kulit, dengan menghambat peningkatan kadar MMP-1 pada tikus yang dipajan
PENELITIAN
dapat berkembang lagi. Sebaliknya justru terjadi penurunan fungsi tubuh karena
faktor penuaan. Hai ini disebabkan oleh banyak faktor, yang dapat dikelompokkan
sebagai faktor internal dan eksternal. Faktor internal berupa antara lain radikal
kekebalan tubuh dan genetik. Faktor eksternal meliputi diet yang tidak sehat, gaya
hidup, stres, polusi lingkungan, bahan kimia, rokok, obat-obatan, dan radiasi
ultraviolet.
Kerangka berpikir ini didasarkan pada teori dan hasil penelitian terdahulu
kulit. Faktor eksternal yang utama dalam menimbulkan penuaan dini pada kulit
adalah sinar UV. Hal tersebut diawali dengan terbentuknya radikal bebas pada
radikal bebas yang terbentuk, sehingga terjadi kerusakan komponen sel maupun
ekstrasel kulit (termasuk matriks ekstraseluler) baik secara langsung maupun tidak
langsung, serta menimbulkan Radical Oxygen Species (ROS). Efek ROS terhadap
yang akan meningkatkan kerusakan matriks ekstraseluler kulit dalam hal ini
radikal bebas yang disebabkan oleh radiasi sinar ultraviolet dengan cara mengikat
3.2 Konsep
Berdasarkan perumusan masalah dan kajian pustaka maka disusun konsep sebagai
berikut :
TIKUS
Pemberian ekstrak air ubi jalar ungu dapat menghambat peningkatan kadar
MMP-1 pada kulit tikus betina dewasa galur wistar yang diberikan pajanan
METODE PENELITIAN
P0
O1 O2
P S R
P1
O3 O4
Keterangan :
P = Populasi tikus
S = Sampel tikus
R = Random
O1 = Kadar MMP-1 Kelompok Kontrol sebelum perlakuan P0
O2 = Kadar MMP-1 Kelompok Kontrol setelah perlakuan P0
O3 = Kadar MMP-1 Kelompok Perlakuan sebelum perlakuan P1
O4 = Kadar MMP-1 Kelompok Perlakuan setelah perlakuan P1
P0 = Perlakuan dengan pajanan UVB dan diberikan plasebo
(aquadest)
P1 = Perlakuan dengan paparan UVB dan diberikan ekstrak air
ubi jalar ungu
Populasi pada penelitian ini adalah tikus (Rattus Norvegicus) yang sesuai
2σ2
n= X f (αβ)
(µ2-µ1)2
n = jumlah sampel
2.(0,04)²
n = x 6,2
(0,498-0,549)²
= 7,628 ~ 8
Dari rumus (Pocock, 2008), jumlah sampel (n) minimal yang diperoleh = 8.
ini adalah delapan ekor per kelompok. Tetapi untuk mengantisipasi terjadinya
drop out, maka peneliti menambah 10% sehingga menjadi sembilan ekor per
kelompok. Pada penelitian ini terdiri dari dua kelompok, yaitu : kelompok
pre-test yang masing-masing kelompok terdiri dari dua ekor tikus, sehingga
total tikus pada kelompok pre-test berjumlah empat ekor dan kelompok post-
test yang terdiri dari 18 ekor tikus, yang kemudian dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok Kontrpl yang hanya dipajan UVB diberi plasebo
(aquades), dan kelompok Perlakuan yang dipajan UVB diberi ekstrak air ubi
c. Dari sampel yang telah dipilih kemudian dibagi menjadi dua kelompok
secara random yaitu kelompok pre-test empat ekor dan kelompok post-
test 18 ekor, kemudian pada kelompok post-test, secara random dibagi
a. Variabel Bebas :
Ekstrak air ubi jalar ungu dan pemberian pajanan sinar UVB
b. Variabel Tergantung:
Kadar MMP-1
c. Variabel Terkendali:
1. Ekstrak ubi jalar ungu adalah suatu bahan alamiah yang diambil dari umbi
ubi jalar ungu segar yang ditambah akuades lalu diblender. Dibuat di
adalah jumlah ekstrak air ubi jalar ungu, yang diberikan peroral dengan
4mg/gBB Tikus (2 ml) per ekor per hari, setiap hari selama penelitian
dengan dosis total 800 mJ/cm2 . Dimana setiap pajanan diberikan dosis
3. Kadar MMP-1 adalah kadar MMP-1 pada supernatan jaringan kulit tikus
biopsi kulit punggung tikus pada garis median. Biopsi dibekukan pada
suhu -800C.
Bahan :
Bahan yang dipakai dalam penelitian ini adalah tikus (Rattus Norvegicus)
betina dewasa galur wistar berusia 2,5-3 bulan, dengan berat badan 120
Instrumen :
1. Kandang tikus
3. Sonde intragastik
4. Termometer
5. Timbangan
10. Centrifuge
MMP-1 M (CSB-E07416r)
12. Mikroskop
15. Inkubator
b. Pada awal penelitian, semua tikus dicukur bulu punggung bagian dorsum
c. Kemudian secara random sebanyak empat ekor tikus, dua ekor dari
kelompok kontrol dan dua ekor dari kelompok perlakuan, diambil jaringan
yaitu kelompok kontrol yang diberi pajanan UVB dan mendapat plasebo
berupa akuades. Dan kelompok perlakuan yang diberi pajanan UVB dan
e. Ekstrak air ubi jalar ungu diberikan pada kelompok perlakuan sebanyak 2
maupun plasebo tetap dilakukan pada hari tanpa penyinaran, pada waktu
yang sama.
melalui lampu TL UV-B 20 Watt, dengan frekuensi dua hari sekali selama
mJ/cm2 per kali. Sehingga total pajanan sinar UVB yang diterima adalah
800 mJ/cm2, dengan jarak penyinaran 30cm dan lama penyinaran sekitar
(Beltron, Germany).
g. Untuk menghindari efek penyinaran akut, biopsi kulit tikus dari kedua
umbi ubi jalar ungu yang didapat dari pasar dicuci dengan bersih
diblender dan disaring dengan tiga lapis kain kasa dan kertas saring
2 mg/ml ekstrak.
sebagai berikut :
digunakan
Inkubasi selama satu jam pada suhu 370C. Larutan Antibodi Biotin
7. Aspirasi dan cuci tiap wadah, ulangi proses tersebut tiga kali untuk
tiga kali pencucian. Cuci dengan cairan bufer (200 μL) biarkan
selama dua menit, lalu buang cairan dengan mengetuk wadah pada
11. Tambahkan 50μL cairan penghenti pada tiap wadah jika pada
Tikus, 22 ekor
Kadar MMP-1
Tikus, 4 ekor
Pre-Test
Tikus, 18 ekor
1. Analisis Deskriptif
Komparasi dipakai:
kelompok
B. Uji t-paired untuk membandingkan rerata kadar MMP-1 pre-test
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 22 tikus betina dewasa galur wistar usia 2.5
– 3 bulan, berat 120 gram sebagai sampel, yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok
masing-masing berjumlah 9 ekor tikus, yaitu kelompok kontrol (paparan UVB dan
aquades), dan kelompok perlakuan (paparan UVB dan ekstrak air ubi jalar ungu). Dalam
hasil penelitian ini akan diuraikan uji normalitas data, uji homogenitas data, uji
Tabel 5.1
Hasil Uji Normalitas Data MMP-1 Masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah
Perlakuan
Tabel 5.2
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MMP-1 Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
0,048 0,829
MMP-1 pre Homogen
MMP-1 post 1,66 0,216 Homogen
Tabel 5.3
Rerata
Kelompok Subjek n MMP-1 SB t p
(ρg/250mg)
0,266 0,026
Kontrol 9
0,204 0,841
Ekstrak air ubi jalar ungu 9
0,268 0,027
Tabel 5.3 di atas, menunjukkan bahwa rerata MMP-1 kelompok kontrol adalah
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 0,20 dan nilai
p = 0,841. Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa
pajanan UVB dan akuades / pajanan UVB dan ekstrak air ubi jalar ungu, rerata MMP-1
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak air ubi jalar ungu. Hasil analisis kemaknaan
dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 5.4 berikut.
Tabel 5.4
Rerata
Kelompok Subjek n MMP-1 SB t p
(ρg/250mg)
0,362 0,077
Kontrol 9
2,977 0,009
Ekstrak air ubi jalar ungu 9
0,280 0,028
Tabel 5.4 di atas, menunjukkan bahwa rerata MMP-1 kelompok kontrol adalah
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 2,977 dan
nilai p = 0,009. Hal ini berarti bahwa rerata MMP-1 pada kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa pajanan UVB dan akuades / pajanan UVB dan ekstrak air ubi
Gambar 5.1 di atas menggambarkan bahwa pemberian ekstrak air ubi jalar ungu
perubahan MMP-1 antara sebelum dengan sesudah diberikan perlakuan. Hasil analisis
Tabel 5.5
Perlakuan
Kelompok Subjek n t p
Sebelum Sesudah
(ρg/250mg) (ρg/250mg)
0,2660,026 0,3620,077
Tabel 5.5 di atas, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rerata MMP-1 secara
bermakna pada kelompok kontrol setelah diberikan paparan UVB dan aquades (p<0,05).
Sedangkan pada kelompok perlakuan tidak terjadi peningkatan secara bermakna rerata
MMP-1 sesudah diberikan perlakuan berupa paparan UVB dan ekstrak air ubi jalar ungu
(p>0,05).
BAB VI
Untuk menguji pemberian ekstrak air ubi jalar ungu terhadap penurunan MMP-
1 tikus, maka dilakukan penelitian pada tikus betina dewasa sehat yang diberikan
Sebagai hewan coba digunakan tikus betina dewasa galur wistar usia 2.5 – 3
bulan, berat 120 gram. Tikus yang dipergunakan dalam penelitian ini berjumlah 22 ekor,
kelompok perlakuan (pajanan UVB+ekstrak air ubi jalar ungu). Penelitian dilakukan
selama 15 hari.
6.2. Pengaruh Pajanan UVB dan Ekstrak Air Ubi Jalar Ungu terhadap MMP-1
Hasil penelitian dan analisis data MMP-1 pada kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan menunjukkan bahwa uji normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas
(Levene test) untuk kelompok pre dan post-test masing-masing kelompok berdistribusi
menggunakan uji t-independent. Rerata MMP-1 kelompok kontrol (pajanan UVB dan
akuades) adalah 0,2660,026 ρg/250mg dan rerata kelompok perlakuan (pajanan UVB
dan ekstrak air ubi jalar ungu) adalah 0,2680,027 ρg/250mg. Uji perbandingan pre test
antara kedua kelompok dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perlakuan ( p > 0,05). Hal ini berarti bahwa MMP-1 pada kedua kelompok sebelum
diberikan perlakuan MMP-1 nya tidak berbeda atau sama (p > 0,05).
pemberian akuades / ekstrak air ubi jalar ungu, antara kedua kelompok menggunakan t-
independent, rerata MMP-1 kelompok kontrol adalah 0,3620,077 ρg/250mg dan rerata
kelompok perlakuan adalah 0,2800,028 ρg/250mg. Uji perbandingan post test antara
(p<0,05). Hal ini berarti bahwa terjadi perubahan MMP-1 secara bermakna pada kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa pajanan UVB dan akuades / ekstrak air
pada kelompok kontrol yang kena pajanan UVB dan diberikan aquades. Hal ini
disebabkan karena saat kulit terekspos dengan sinar UVB, akan mengaktivasi respon
molekuler yang dapat merusak jaringan ikat kulit. Untuk menimbulkan efek biologisnya,
molekul kulit yang disebut kromofor harus menyerap sinar UVB, dan energi ynag
terserap harus diubah menjadi reaksi kimia. Tergantung pada kromofornya, apakah akan
menyebabkan perubahan kimia langsung terhadap kromofor itu sendiri atau akan
diteruskan pada molekul lain kemudian mengalami perubahan kimia. Kromofor utama
kulit adalah DNA, asam urokanik, asam amino aromatik, bilirubin, retinoid, karotenoid,
flavin, melanin, hemoglobin, dan NADPH (nicotinamide adenine dinucleotide
Selain itu radiasi UVB juga memproduksi ROS (Fisher et al., 2002), yang
mengaktivasi reseptor permukaan sel seperti EGF (epidermal growth factor), IL-1 (
interleukin-1), insulin, keratinosicyte growth factor, dan TNF-α (tumor necrotizing factor-
α). Aktivasi reseptor ini, sebagian karena ROS menginduksi penghambatan enzim protein
intraseluler melalui stimulasi mitogen activated protein (MAP) kinase p38 dan c-Jun
amino terminal kinase (JNK). Aktivasi kinase merangsang transkripsi komplek transkripsi
nukleus AP-1 yang menyusun protein c-Jun dan c-Fos. AP-1 kemudian akan
meningkatkan transkripsi MMP dan menurunkan eksprsi gen prokolagen I dan III dan
Ditemukan bahwa hanya dengan satu kali ekspos terhadap paparan radiasi UV
sintesis kolagen yang hampir komplit, selama 24 jam yang kemudian diikuti dengan
recovery 48-72 jam setelahnya ( Fisher et al., 2001). Selain itu juga terjadi degradasi
kolagen karena terjadi peningkatan kadar MMP-1 yang cukup signifikan yaitu sekitar 4,4
± 0,2 kali lipat jika dibandingkan dengan kulit yang tidak dipajan radiasi UV (Fisher et al.,
2001).
MMP adalah mediator utama terhadap timbulnya degradasi kolagen pada kulit
yang mengalami photoaging. Enzim MMP kolagenolitik mendegradasi fibril kolagen dan
elastin, yang penting untuk kekuatan dan elastisitas kulit. Aktivitas MMP di kulit akan
meningkat walaupun hanya dengan radiasi UV yang singkat, yang akan menyebabkan
timbulnya kerutan pada kulit, yang menjadi tanda photoaging (Yaar dan Gilchrest,
2008). Dengan demikian, hambatan terhadap MMP adalah salah satu cara untuk
mencegah kerusakan kulit akibat paparan sinar UV. Stres oksidatif berpengaruh besar
Sedangkan pada kelompok perlakuan yang dipapar dengan UVB dan diberikan
ekstrak air ubi jalar ungu terjadi penghambatan peningkatan MMP-1. Hal ini disebabkan
karena ekstrak ubi jalar ungu mengandung antosianin. Antosianin adalah pigmen yang
banyak ditemukan di dalam ubi jalar ungu. Kandungan antosianin yang terkandung
didalam ubi jalar ungu jauh lebih tinggi dibandingkan dengan yang terdapat di bahan
makanan yang lain. Bahkan sebagai pewarna makanan, antosianin dari ubi jalar ungu
sangat stabil terhadap pemanasan maupun radiasi UV (Kano et al., 2005). Beberapa
berpotensi tinggi dalam pencegahan berbagai penyakit kronik seperti diabetes dan
katarak yang dipicu oleh diabetes (Ghosh dan Konishi, 2007), dyslipidemia (Oki et al.,
2003; Kahkonen dan Heinonen, 2003; Jawi dan Budiasa, 2009), arteriosklerosis (Oki et
al., 2003; Astadi et al., 2009) dan juga mempunyai efek dalam menghambat
pertumbuhan dan merangsang apoptosis sel-sel kanker (Hui et al., 2010). Lebih lanjut
diketahui bahwa penelitian pada ekstrak air ubi jalar ungu yang banyak mengandung
oksidatif dan photoaging dalam hal ini penghambatan peningkatan MMP-1 dan
penurunan TIMP-1 yang diinduksi oleh pajanan sinar UVB. Terutama bahwa ekstrak air
ubi jalar ungu tersebut memiliki efek antioksidan (dan antiinflamasi yang kuat (Zaid et
al., 2007).
6.3. Manfaat Ekstrak Air Ubi Jalar Ungu terhadap Anti Aging
Ubi jalar ungu diketahui memiliki kadar antioksidan yang tinggi, berhubungan
dengan kadar antosianinnya. Ubi jalar ungu ditemukan 10 kali lipat lebih tinggi aktivitas
oxygen radical absorbance capacity (ORAC) nya jika dibandingkan dengan ubi jalar putih,
kuning dan oranye (Oki et al., 2003). Ditemukan bahwa aktivitas anti radikal scavenging
vitamin c, juga lebih kuat dari antosianin yang ditemukan pada kubis merah, kulit
anggur, elderberry, dan jagung ungu. Selain itu antosianin dari ubi jalar ungu ini, dapat
menekan peningkatan SGOT – SGPT pada tikus yang hepatophati akibat diinduksi
dengan karbon tetra klorida (CCL4), dan memiliki efek anti arteriosklerosis karena
Penelitian lain menemukan bahwa pemberian sirup ubi jalar ungu yang mengandung
antosianin sekitar 0,1mg/hari pada mencit (20g), dapat menekan peroksidasi lipid yang
merupakan indikator tingkat kerusakan oksidatif sel/jaringan tubuh akibat radikal bebas,
yang diukur dengan kadar malondialdehide (MDA) didalam darah (Jawi et al., 2008).
Pemberian ekstrak ubi jalar ungu dengan dosis 400mg antosianin/hari, dapat
meningkatkan kadar total antioksidan dan memperbaiki profil lipid darah kelinci (Jawi &
Budiasa, 2009). Penelitian pada manusia menunjukkan bahwa asupan minuman dari
ubi jalar ungu yang mengandung antosianin 400 mg per hari mempunyai efek proteksi
liver terhadap oksidatif stress (Suda et al., 2003). Pemberian ekstrak ubi jalar ungu
dengan dosis antosianin 2,7 mg/100 gr berat badan, dapat mengurangi cedera liver pada
tikus (Kano et al., 2005). Selain anti radikal scavenging, hepatoprotektif, anti
arteriosklerosis, dan bersifat antioksidan, antosianin dari ubi jalar ungu juga dapat
7.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian pemberian ekstrak air ubi jalar ungu pada tikus
Pemberian ekstrak air ubi jalar ungu dapat menghambat peningkatan kadar MMP-1
pada kulit tikus wistar betina yang diberikan pajanan sinar UVB dengan dosis total
7.2 Saran
Astadi, I.R., Astuti, M., Santoso, U., Nugraheni, PS. 2009. Invitro antioxidant activity
of anthocyanins of black soybeen seed coat in human low density
lipoprotein (LDL). FoodChem. 112: 659-663
Fisher, G.J., Choi, H.C., Csorgo, ZB., Shao, Y., Datta, S., Wang, Z.Q., Kang, S.,
Voorhees, J.J. 2001. Ultraviolet Irradiation Increases Matrix
Metalloproteinase-8 Protein in Human Skin In Vivo. In : Journal of
Investigative Dermatology. 117: 219-226
Fisher, G.J., Kang, S., Varani, J., Csorgo, ZB., Wan, Y., Datta, S., Voorhees, J.J. 2002.
Mechanism of Photoaging and Chronogical Skin Aging. Arch Dermatol.
Vol 138: 1462-1470
Fuhrman, B., Aviram, M. 2002. Polyphenols and Flavonoids Protect LDL against
Atherogenic Modifications. In: Canedas, E., Packer, L. Handbook of
Antioksidants, 2nd edition New York : Marcel Dekker, Inc. p. 306-311
Goldman, R dan Klatz, R. 2007. The newAnti Aging Revolution. Malaysia : Printmate
Sdn. Bhd. P. 19-25.
Harada, K., Kano, M., Takayanagi, T., Yamakawa, O., Ishikawa, F. 2004. Absorption of
Acylated Anthocyanin in Rats and Humans after Ingesting an Extrac of
Ipomoea batatas Purple Sweet Potato Tuber. Biosci. Biotechnol.
Biochem. 68 (7) : 1500-1507
Helfrich, Y.R., Sachs, D.L., Voorhees, J.J., 2008. Overviews of Skin Aning and
Photoaging. Medscape Dermatology Nursing 20(3): 177-183
Hui, C., Bin, Y., Xiaoping, Y., Long, Y., Chunye, C., Mantian, M., Wenhua, L. 2010.
Anticancer Activities of an Anthocyanin-Rich Extract frem Black Rice
Against Breast Cancer Cells In Vitro and In Vivo. J Nutrition and Cancer
62(8) : 1128-1136
Jawi, I.M., Budiasa, K. 2009. Efek Pemberian Sirup atau ekstrak etanol atau Air ubi
jalar ungu (ipomoea batatas, l) terhadap Total Antioksidan dan Profil
Lipid Darah Kelinci. Laporan Penelitian.
Jawi, I.M., Suprapta, D.N., Subawa, A.A.N. 2008. Ubi Jalar Ungu menurunkan Kadar
MDA dalam Darah tikus dan Hati Mencit setelah Aktivitas Fisik
Maksimal. Journal Veteriner, Vol. 9(2): 65-72
Jusuf, N.K. 2005. Menua. Majalah Kedokteran Nusantara, Vol. 38(2): 184-188
Kano, M., Takayanagi, T., Harada, K., Makino, K., Ishikawa, F. 2005. Antioxidatve
Activity of Anthocyanin from Purple Sweet Potato, Ipomoea batatas
Cultivar Ayamurasaki. Biosci. Biotechnol. Biochem. 69 (5): 979-988
Katiyar, S.K., Afaq, F., Perez, A., Mukhtar, H. 2001. Green Tea Polyphenol (-)-
epigallactocathechin-3-gallate Treatment of Human Skin inhibits
Ultraviolet Radiation Induced Oxidative Stress. Carcinogenesis. vol 22
(2): 287-294
Kim, J., Hwang, J.S., Cho Y.K., Han, Y., Jeon, Y.J., Yang, K.H. 2001. Protective Effects of
(-)-epigallocatechin-3-gallate on UVA and UVB Induced Skin Damage.
Skin Pharmacol Appl Skin Physiol. 14: 11-19
Kim, S.Y., Kim, S.J., Lee, J.Y., Kim, W.G., Park, W.S., Sim, Y.C., Lee, S.J. 2004.
Protective Effect of Dietary Soy Isoflavones against UV-Induced Skin
Aging in Hairless Mouse Model. Original Research Journal of American
Collage of Nutrition. Vol. 23(2): 157-162
Lee, E.H., Faulhaber, D., Hanson, K.M., Ding, W., Peters, S., Kodali, S., Granstein, R.D.
2004. Dietary Lutein Reduces Ultraviolet Radiation- Induced
Inflammation and Immunosuppression. Journal of Investigative
Dermatology. 122: 510-517; doi: 10.1046/j.0022-202X.2004.22227.x
Montilla, E.C., Hillebrand, S., Butschbach, D., Baldermann, S., Watanabe, N.,
Winterhalter, P. 2010. Preparative Isolation of Anthocyanins from
Japanese Purple Sweet Potato (Ipomoea batatas) Vareities by High-
Speed Countercurrent Chromatography. J. Agric. Food Chem. 58: 9899-
9904
Nghiem, D.X., Kazimi, N., Clydesdale, G., Ananthaswarmy, H.N., Kripke, M.L., Ullrich
S.E. 2001. Ultraviolet A Radiation Suppressed an esthablished Immune
Response. Implication for sunscreen design. Journal of Investigative
dermatology. (2001) 117, 1193-1199
Nichols, J.A., Katiyar, S.K. 2010. Skin Photoprotection by Natural Polyphenols: Anti-
inflammatory, Anti-oxidant and DNA repair mechanisms. Arch Dermatol
Res. 302(2): 71; doi: 10.1007/s00403-009-1001-3
Oki, T., Osame, M., Kobayashi, M., Furuta, S., Nishiba, Y., Kumagai, T., Sato, T., Suda,
I. 2003. Simple Rapid Spectrophotometric Method for Selecting Purple-
Fhleshed sweet potato cultivars with a High Radical Scavenging Activity.
Breed. Sci.. 53:101-107
Pocock, S.J. 2008. Clinical Trial : A Practical Approach. Chichester : John Wiley & Son.
p. 127-128
Prior, R.L. 2003. Fruits and Vegetables in the prevention of cellular oxidative
damage. American Journal of Clinical Nutrition. Vol 78 (Suppl.3): 570S-
578S
Quan, T., Qin, Z., Xia, W., Shao, Y., Voorhees, J.J., Fisher, G.J. 2009. Matrix-Degrading
Metalloproteinases in Photoaging. Journal of Investigative Dermatology
Symposium Proceedings. Vol. 14: 20-24; doi: 10.1038/jidsymp.2009.8
Rigel, D.S., Weiss. R.A., Lim, H.W., Dover, J.S. 2004. Photoaging. Marcell Dekker Inc.
Canada. P.34
Seltzer, J.L., Eisen, A.Z. 2003. The role of extracellular Matrix Metalloproteinases in
Connective Tissue Remodeling. In: Freedberg, I.M., Eisrn, A.Z., Wolff, K.,
Austen, K.F., Goldsmith, L.A., and Katz, S.I., editors. Fitzpatrick’s
Dermatology in General Medicine, sixth Edition. New York: McGraw-Hill.
Medical Publishing Division. p. 200-208
Shipp, J., Abdel-Aal, E.S.M. 2010. Food Aplications and Physiological Effects of
Anthocyanins as Functional Food Ingredients. The Open Food Science
Journal, 4: 7-22
Stahl, W., Muchtar, H., Afaq, F., Sies, H. Vitamins and Polyphenols in Systemic
Photoprotection. In: Gilchrest, B.A., Krutmann, J. 2006. Skin Aging.
Germany : Springer-Verlag Berlin Heidelberg. 10: 119-121
Suda, I., Oki, T., Masuda, M., Kobayashi, M., Nishiba, Y., Furuta, S. 2003.
Physiological Functionality of Purple Sweet Potatoes Containing
Anthocyanins and Their Utilitilization in Foods. JARQ 37(3): 167-173
Suprapta, D.N., Antara, M., Arya, N., Sudana, M., Duniaji, A.S., Sudarma, M. 2003.
Penelitian Peningkatan Kualitas dan Diversifikasi Penggunaan Umbi-
umbian sebagai Sumber Pangan Alternatif di Bali. Laporan hasil
Penelitian. Kerjasama BAPEDA Propinsi Bali degan Fakultas Pertanian
UNUD.
Suprapta, D.N., Antara, M., Arya, N., Sudana, M., Duniaji, A.S., Sudarma, M. 2004.
Kajian Aspek Pembibitan, Budiaya dan Pemanfaatan umbi-umbian
sebagai sumber pangan alternatif. Laporan hasil Penelitian. Kerjasama
BAPEDA Propinsi Bali degan Fakultas Pertanian UNUD.
Truong V.D., Deighton N., Thomson R.T., McFeeters, R.F., Dean, L.O., Pecota, K.V.,
Yencho, G.C. 2010. Characterization of Anthocyanins and Anthocyanidins
in Purple-Fleshed Sweetpotatoes by HPLC-DAD/ESI-MS/MS. Journal of
Agricultural and Food Chemistry. 58: 404-410
Walker, S.L., Hawk, J.L.M., Young, A.R. 2003. Acute and Chronic Effects of Ultraviolet
Radiation on the Skin. In: Freedberg, I.M., Eisen, A.Z., Wolff, K., Austen,
K.F., Goldsmith, L.A., and Katz, S.I., editors. Fitzpatrick’s Dermatology in
General Medicine, sixth Edition. New York: McGraw-Hill. Medical
Publishing Division. p. 1275-1281
Yaar, M., Gilchrest, B.A. 2007. Photoageing: Mechanism, prevention and Therapy.
British Journal of Dermatology. 157: 874-887 ; doi: 10.1111/j.1365-
2133.2007.08108.x
Yaar, M., Gilchrest, B.A. 2008. Aging of Skin. In: Wolff, K., Goldsmith, L.A., and Katz,
S.I., Gilchrest, B.A., Paller, A.S., Jeffel, D.J., editors. Fitzpatrick’s
Dermatology in General Medicine, 7th Edition. Amerika Serikat: McGraw-
Hill. Inc. p. 963-966
Zaid, M.A., Afaq, F., Syed, D.N., Dheher, M., Mukhtar, H. 2007. Photochemistry and
Photobiology 83: 882-888
Lampiran 1
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
95% Confidence
Std. Interval of the
Mean Error Difference
Sig. (2- Differen Differen
F Sig. t df tailed) ce ce Lower Upper
MMP_1 Equal
_pre variances .048 .829 -.204 16 .841 -.00256 .01251 -.02907 .02395
assumed
Equal
15.96
variances not -.204 .841 -.00256 .01251 -.02907 .02396
4
assumed
MMP_1 Equal
_post variances 1.657 .216 2.977 16 .009 .08144 .02735 .02346 .13943
assumed
Equal
variances not 2.977 9.994 .014 .08144 .02735 .02049 .14240
assumed
Lampiran 3
Kelompok = Aquades
a
Paired Samples Statistics
a. Kelompok = Aquades
a
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
a. Kelompok = Aquades
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Difference
Deviatio Std. Error Sig. (2-
Mean n Mean Lower Upper t df tailed)
Pair MMP_1_pre - -
1 MMP_1_post .0960 .07195 .02398 -.15131 -.04069 -4.003 8 .004
0
a. Kelompok =
Aquades
Kelompok = Ekstrak air ubi jalar ungu
a
Paired Samples Statistics
N Correlation Sig.
a
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Difference
Deviatio Std. Error Sig. (2-
Mean n Mean Lower Upper t df tailed)
Pair MMP_1_pre - -
1 MMP_1_post .0120 .04041 .01347 -.04306 .01906 -.891 8 .399
0