Anda di halaman 1dari 50

ANTI AGING

KOSMETOLOGI
Apt. Deasy Vanda Pertiwi, M.Sc
PENUAAN/AGING PADA KULIT
Penuaan Kulit
• Penuaan atau aging ada dua tipe yang berbeda:
- penuaan intrinsik
- penuaan ekstrinsik

Penuaan Intrinsik
• Penuaan intrinsik / proses penuaan alami
• Karena penuaan maka produksi kolagen dalam kulit melambat dan menjadikan elastin
berkurang elastisitasnya.
• Sel-sel kulit mati dalam stratum korneum mengalami perlambatan lepas dan timbulnya
sel-sel kulit baru juga sedikit berkurang.
• Perubahan-perubahan ini biasanya mulai terjadi pada umur 20-an tahun, tanda-tanda
penuaan intrinsik ini tidak begitu kelihatan untuk beberapa dasawarsa.
Tanda-tanda penuaan intrinsik meliputi:
• Keriput lembut
• Kulit transparan dan tipis
• Hilangnya lemak bawah kulit yang menimbulkan pipi kempis dan mata cekung serta
berkurangnya kekencangan kulit pada tangan dan leher
• Tulang menjauh dari kulit akibat berkurangnya kepadatan tulang dan menjadikan kulit
sagging
• Kulit kering yang dapat menimbulkan gatal-gatal
• Kurang kemampuan mengeluarkan keringat yang cukup untuk mendinginkan kulit
• Rambut menjadi abu-abu yang selanjutnya berubah menjadi putih
• Rambut rontok
• Pertumbuhan rambut yang tidak dikehendaki pada bagian tertentu
• Kuku menjadi tipis, hilangnya ‘bulan terbit’ pada pangkal kuku, dan kuku menjadi tidak
rata.
KULIT DAN AGING

4
Penuaan Ekstrinsik
• Sejumlah faktor ekstrinsik atau eksternal secara bersama-sama dengan
proses penuaan intrinsik dapat mengakibatkan penuaan kulit dini.

Penuaan dini pada kulit disebabkan oleh:


• Paparan sinar matahari,
• Ekspresi wajah berulang-ulang,
• Gravitasi,
• Posisi tidur, dan
• Merokok.
PENYEBAB PENUAAN DINI
Sinar Matahari
• Paparan sinar matahari  perubahan pada kulit seperti freckles, age spots, spider veins
on the face, rough and leathery skin, keriput lembut, kulit mengendor, a blotchy
complexion, actinic keratoses, dan kanker kulit.
• Tipe penuaan akibat paparan sinar matahari adalah photoaging. Photoaging
tergantung:
1) warna kulit seseorang dan
2) riwayat paparan sinar, seperti lama atau intensitas paparan.
• Photoaging timbul perlahan-lahan selama bertahun-tahun.
• Paparan sinar yang berulang-ulang mengakibatkan kulit kehilangan kemampuan untuk
memperbaiki diri dan kerusakan menjadi terakumulasi.
• Paparan sinar UV secara berulang-ulang akan mengakibatkan rusaknya kolagen dan
mengganggu sintesis kolagen baru.
• Sinar UV juga menyerang elastin dan merusaknya.
EFEK AGING DAN SINAR UV PADA KULIT

7
Penyebab penuaan dini
Ekspresi Wajah
• Gerakan-gerakan wajah berulang-ulang menimbulkan garis-garis dan keriput lembut.
• Dengan kulit semakin menua dan kehilangan elastisitasnya, kulit menjadi berlekuk.
• Lekukan ini seterusnya menjadi permanen pada wajah sebagai garis-garis dan keriput.

Gravitasi
• Gravitasi menarik ke bawah tubuh kita.
• Pada umur 50-an tahun, sewaktu elastisitas kulit turun drastis, efek gravitasi semakin
nyata.
• Gravitasi menyebabkan ujung hidung melengkung ke bawah, kelopak mata melorot,
melorotnya kulit dagu, bibir atas semakin tidak kelihatan sedangkan bibir bawah
menjadi lebih menonjol.
Posisi Tidur
• Tidur dengan meletakkan wajah pada bantal akan menimbulkan keriput yang disebut “garis
tidur”
• Wanita yang suka tidur miring akan mendapatkan garis tidurnya pada pipi dan dagu.
• Pria berkecenderungan memperoleh garis tidur pada dahinya karena pria biasa menaruh
wajah pada bantal.
• Orang yang tidurnya terlentang atau punggung di bawah tidak menyebabkan timbulnya
keriput.

Merokok
• Merokok menyebabkan perubahan biokimia dalam tubuh yang mempercepat penuaan.
• Perokok yang merokok 10 batang atau lebih setiap harinya (selama 10 tahun) secara
statistik mempunyai keriput yang lebih dalam.
• Tanda-tanda keriput wajah dapat sangat berkurang dengan berhenti merokok.
• Perokok yang telah merokok bertahun-tahun, keriput wajah menjadi berkurang dan kulit
menjadi lebih kencang bila merokok ditinggalkan.
Proses Penuaan kulit

• 1) Penuaan kronologi (chronological aging) Ditunjukan dari adanya


perubahan struktur, dan fungsi serta metabolik kulit seiring berlanjutnya
usia. Proses ini termasuk, kulit menjadi kering dan tipis, munculnya kerutan
halus, adanya pigmentasi kulit (age spot).

• 2) Photo aging
Proses yang menyangkut berkurangnya kolagen serta serat elastin kulit
akibat paparan sinar UV matahari. Paparan sinar UV yang berlebihan, dapat
menyebabkan kerusakan pada kulit
Cara kerja molekul anti aging
• Ketika sel mengalami kerusakan DNA, penanda protein dilepaskan untuk
memberitahu agar tubuh mematikan sel tersebut.
• Dalam konteks seluler, usia tua adalah sebentuk kerusakan DNA, karena DNA
dalam sel tua mengalami penurunan kemampuan untuk memperbaiki diri
sendiri.
• Dalam konsep yang disederhanakan, krim anti aging membantu memblokir
penerimaan penanda protein tersebut.
• Hasilnya adalah sel mampu melanjutkan hidupnya, dan tubuh berpikir sel
tersebut tidak terlalu tua sehingga bisa terus hidup.
• Pengujian menunjukkan terjadi peremajaan aktivitas selular dari bahan yang
terkandung dalam krim anti aging, dengan pembelahan berlanjut jauh
melampaui kisaran waktu hidup sel normal.
• Dengan cara ini, proses penuaan tampaknya tidak hanya bisa diperlambat, tetapi
juga bisa dibalik.
Senyawa-senyawa yang memiliki
aktivitas sebagai Antiaging
VITAMIN A
• Beberapa bentuk vitamin A yang sering digunakan adalah retinol, retinil
ester (sebagai ester asetat, propionate, dan palmitate), dan retinaldehid.
Berbagai bentuk vitamin A itu sering disebut sebagai retinoid.

Mekanisme
• peningkatan proliferasi dan diferensiasi epidermal
• peningkatan produksi epidermal ground substance (glycosaminoglycans
[GAG] yang mengikat air sehingga meningkatkan hidrasi dan ketebalan
epidermal)
• meningkatkan produksi komponen extracellular dermal matrix seperti
kolagen (sehingga meningkatkan ketebalan dermal)
• mengurangi produksi kolagenase
• mengurangi ekspresi tyrosinase
13
Struktur Molekul Vitamin A

14
Retinol and metabolites
RETINOIDS
(Olsen et.al showed the potential effectiveness of topical tretinoin
emollient cream (TEC) for treating photo-damaged skin.
(Olsen et al(1992) J. Amer. Acad. Dermatol 26: 215-224)

(A) Pretreatment appearance (A) Pretreatment appearance


(B) Appearance at week 24 of TEC (B) Appearance at week 24 of TEC
Retinol a cosmetic anti-aging active or
“cosmeceutical”
Effects of retinol and retinyl propionate on wrinkling and
hyperpigmentation

Reduction in wrinkling and hyperpigmentation caused by retinol (ROH) and retinyl propionate (RP). Expert
graders (0-4 scale) evaluated reduction vs baseline in wrinkling and hyperpigmentation
at 4, 8, and 12 weeks (average data presented.) The low irritation of RP vs ROH permits use of higher levels to
achieve greater effects without significant negative aesthetic issues.

Bissett, Clinics in Dermatology (2009) 27, 435–445


Efektivitas
• Retinoid sangat poten; dosis kurang dari 1% memberikan efek signifikan.
• Penelitian dengan retinol (dosis 0,15%) dan retinil propionat (dosis 0,30%) selama 12 minggu
memberikan pengurangan keriput wajah dan hiperpigmentasi secara signifikan.
• Retinaldehid dengan dosis 0,05% secara klinis efektif;
• Retinil palmitat efektivitas lebih rendah tetapi iritatifnya rendah sehingga dapat diberikan sampai
dosis 2%.

Problema Produk dan Formulasi


• Problema retinoid ada 2 hal, yaitu iritasi kulit dan stabilitas.
• Retinoid mempunyai sifat iritatif sehingga pemilihan senyawa di antara retinoid diperlukan.
• Retinol lebih dapat ditoleransi oleh kulit daripada asam trans-retinoat,
• Retinaldehid mempunyai potensi iritasi sepadan dengan retinol,
• Retinil ester lebih dapat ditoleransi kulit. Efek iritasi ini dapat dimitigasi dengan menambahkan ke
dalam formulasi bahan anti inflamasi.
• Molekul retinoid dapat mengalami degradasi oleh oksigen dan sinar. Karenanya, proses produksi dan
wadah diusahakan agar paparan terhadap oksigen dan sinar seminimal mungkin. Wadah
impermeable dan tidak tembus sinar.
• Strategi lain dalam produksi kosmesetika retinoid adalah menggunakan sistem penghantaran 19
enkapsulasi dan penambahan antioksidan dalam formulasi.
BADAN POM PUBLIC WARNING
• Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM) Republik Indonesia mengeluarkan
Public Warning/Peringatan nomor KH.00.01.43.2503 tanggal 11 Juni 2009 tentang
Kosmetik Mengandung Bahan Berbahaya/ Bahan Dilarang;

• Pada poin 1 dari Public Warning itu Badan POM telah memerintahkan untuk
menarik dari peredaran produk kosmetik yang mengandung bahan berbahaya/
bahan dilarang yang meliputi Merkuri, Hidrokinon, Asam retinoat, Zat warna
Merah K.3 (CI 15585), Merah K.10 (Rhodamin B) dan Jingga K.1 (CI 12075), dan
sejumlah 70 item produk kosmetik.

• Dengan adanya Public Warning itu, ada pertanyaan yang dapat diajukan:
bagaimana nutrikosmesetika dengan vitamin A?

• Senyawa yang sering digunakan dari turunan retinoid adalah retinol, retinaldehid,
dan retinil ester. Senyawa-senyawa tersebut bukan asam retinoat sebagaimana
yang tercantum dalam Public Warning Badan POM.

• Senyawa-senyawa retinoid akan mengalami metabolisme menjadi asam retinoat


secara perlahan-lahan. 20
BADAN POM PUBLIC WARNING
• Dosis vitamin A dalam kosmesetika adalah rendah, yaitu, umumnya, kurang dari
1% dan tentunya tidak semua vitamin A yang diaplikasikan pada kulit akan
mengalami absorpsi perkutan.
• Pertanyaan berikutnya adalah seberapa banyak asam retinoat yang dapat
mencapai sirkulasi sistemik sehingga dapat menyebabkan cacat pada janin (lihat
Public Warning)?
• Berapa banyakkah kebutuhan harian untuk vitamin A bagi seorang wanita dewasa
dan wanita hamil?
• Amerika Serikat memberikan kebutuhan harian vitamin A bagi seseorang
sebagaimana disebutkan pada Recommended Daily Allowance (RDA) dan Tolerable
Upper Intake Level (TUL) bagi wanita umur 15 – 50+ tahun yang masing-masing
banyaknya 700 µg dan 3.000 µg retinol equivalen/hari, sedangkan bagi wanita
hamil RDA dan TUL masing-masing banyaknya 770 dan 3.000 µg retinol
equivalen/hari.
• Literatur menyatakan bahwa penggunaan vitamin A secara berlebihan dapat
menyebabkan terjadinya teratogenisitas, namun besar dosis yang
menyebabkannya belum dapat dipastikan.
• Suatu penelitian terhadap 1203 wanita yang diberi vitamin A dengan dosis 6000 IU/
hari, pemberian vitamin A selama satu bulan sebelum kehamilan sampai 12 minggu
kehamilan tidak ditemukan adanya efek teratogenik.
• Sebagai catatan, 3,3 IU vitamin A = 1 µg retinol equivalen. 21
Vitamin B3

Efek Kemungkinan mekanisme


Memperbaiki fungsi kulit dengan Meningkatkan produksi lemak dan
mengurangi kehilangan air protein dalam lapisan penghalang
Mengurangi ukuran pori kulit dan Mengurangi produksi sebum
memperbaiki tekstur kulit
• Berbagai bentuk
Mengurangi spot vitamin
merah diB3wajah
: niacinamideMeningkatkan
(nicotinamide),resistensi
asam nikotinat,
terhadapdan
agen
nikotinat ester seperti tokoferil nikotinat,perusak
miristoil nikotinat, dan bensil nikotinat.

Anti keriput dan anti keriput halus Meningkatkan produksi kolagen dan
mengurangi kelebihan produksi GAG
Mengurangi hiperpigmentasi Menghambat transfer melanosom

Mengurangi penguningan kulit Antiglikasi


Anti jerawat Mengurangi produksi sebum dan anti 22
inflamasi
23
5% Niacinamide reduced hyperpigmentation in
human clinical trial.

Hakozaki et al.(2002) Brit. J. Derm. 47 20-31


5% Niacinamide over 8 weeks of treatment

Week 0 Week 4 Week 8

Greatens et al Experimental Dermatol 14 498-508 (2005)


Niacinamide does not lighten human melanocytes
in culture

Greatens, Wickett and Boissy, unpublished data


Efektivitas
• Penggunaan niacinamide memperbaiki warna kulit secara signifikan,
seperti mengurangi timbulnya spot hiperpigmentasi dan spot merah (red
blotchiness).
• Vitamin B3 dengan dosis 2% s.d. 5% diperlukan untuk memperoleh efek
yang dikehendaki.
• Senyawa miristoil nikotinat memberikan efek jika penggunaan secara
topikal menggunakan dosis 1% s.d. 5%.

Problema Produk dan Formulasi


• Problema utama nicotinamide dan ester nikotinat terjadinya hidrolisis
menjadi asam nikotinat.
• Asam nikotinat menyebabkan kulit menjadi merah yang intens bahkan
terjadi pada dosis kecil. Kulit merah ini disebut flushing response.
• Pengatasannya, sediaan dibuat pada pH 4 - 7 agar hidrolisis diperlambat.
• Untuk mengurangi flushing response, nikotinat ester digunakan karena
ester mempunyai flush response relatif kecil. 27
Vitamin C
• Vitamin C yang biasa digunakan adalah asam askorbat, askorbil fosfat
(sebagai garam magnesium atau natrium), askorbil palmitate, dan askorbil
glukosid.

Mekanisme
• Vitamin C digunakan sebagai pemutih kulit karena aktivitas antioksidan
dan inhibisi tyrosinase.
• Vitamin C juga sebagai anti-inflamasi karena mengurangi eritema pasca
operasi “laser resurfacing”.
• Vitamin C merupakan kofaktor esensial bagi enzim lisil hidroksilase dan
enzim prolil hidroksilase; kedua enzim ini diperlukan dalam proses
biosintesis kolagen tipe I dan III.
• Dengan stimulasi sintesis kolagen, vitamin C berpotensi meningkatkan
produksi kolagen dan mengurangi keriput.
28
Topical vitamin C has been reported to improve
photoaging

Fitzpatric and Rostan(2002) Dermatol Surg 28:231-236


Improvement in wrinkle scores
C was significant over baseline but NOT over vehicle

10% Ascorbic Acid, 7% tetrahexyldecyl ascorbate


Treatment for 12 weeks, double blind split face.

Fitzpatric and Rostan(2002) Dermatol Surg 28:231-236


Efektivitas
• Senyawa askorbat mempunyai efek antiaging pada kulit.

• Dosis topikal vitamin C berkisar 3% sampai dengan 17%.

• Penggunaan topikal vitamin C dengan konsentrasi 3% selama


satu minggu menghasilkan pengurangan secara signifikan
oksidasi yang diakibatkan oleh sinar UV A dan ditoleransi
dengan baik oleh kulit,

• Penggunaan natrium askorbil fosfat 3% memberikan hasil yang


relatif lebih rendah.

• Penggunaan dosis yang lebih tinggi, yaitu 5% sampai dengan


17% selama 12 minggu sampai 6 bulan memberikan hasil
mengurangi photoaging pada wajah, memperbaiki tekstur kulit,
dan meningkatkan kolagen dan elastin. 31
Problema Produk dan Formulasi
• Problema utama vitamin C dan turunannya adalah stabilitasnya, khususnya degradasi
oksidasi.
• Sediaan vitamin C mengalami degradasi hampir 50% setelah satu bulan dan diikuti
perubahan warna menjadi menguning.
• Strategi solusi problema: eksklusi oksigen selama proses produksi, penggunaan wadah
tidak tembus oksigen, enkapsulasi, pH rendah, meminimalkan jumlah air dalam
formulasi, dan penambahan antioksidan.
• Penggunaan turunan vitamin C yang lebih stabil, seperti garam magnesium dan natrium
dari askorbil fosfat, dapat memperbaiki stabilitas.
• Banyak garam dalam produk mempunyai efek menurunkan fungsi bahan peningkat
kekentalan seperti karbomer dan polimer poliakrilamid; bahan peningkat kekentalan
harus ditambah jumlahnya.
• Turunan vitamin C non garam yang dapat digunakan adalah askorbil glukosid; hanya saja
askorbil glukosid harganya lebih mahal.
• Problem lain, vitamin C secara topikal sulit menembus kulit, kurang dari 1% dari dosis
yang digunakan secara topikal mengalami penetrasi masuk kulit.
• Senyawa mempunyai gugus fosfat memberikan problema penetrasi yang lebih besar;
perlu penambahan bahan peningkat penetrasi (enhancer).
• Senyawa turunan vitamin C mengalami biotransformasi menjadi vitamin C sebelum
memberikan efek; kecepatan biotransformasi perlu dipertimbangkan dalam pemilihan
bahan.
32
Vitamin E
• Vitamin E mempunyai berbagai bentuk seperti tokoferol, tokoferil
asetat, dan bentuk ester lainya yang meliputi ester suksinat, nikotinat,
linoleat, dan fosfat.
• Tokoferol alami mempunyai beberapa isomer (alfa, beta, gama, dan
delta) dan isomer-isomer itu mempunyai perbedaan pada rantai
samping dan potensi. Di antara isomer itu dengan “cost-effective”
paling besar adalah alfa-tokoferol.

Mekanisme
• Vitamin E merupakan senyawa antioksidan larut lipid.
• Mekanisme aksi vitamin E adalah kemapuannya untuk mengambil
oksigen radikal yang ada dalam kulit.
• Vitamin E berpotensi untuk mencegah dan memperbaiki problema
kulit akibat radikal bebas yang disebabkan oleh paparan sinar UV. 33
34
Efektivitas
• Penggunaan vitamin E secara topikal umumnya dengan dosis yang
relatif besar, yaitu sekitar 2% - 5%.
• Penggunaan vitamin E sebesar 5% secara topikal selama 4 bulan pada
wajah memberikan hasil dengan perbaikan keriput di sekitar mata dan
mengurangi inflamasi akibat paparan sinar UV.
• Vitamin E dengan dosis 5% digunakan pada kulit memberikan sun
protection factor (SPF) > 3.

Problema Produk dan Formulasi


• Problema produk dengan tokoferol dan tokoferil asetat yang larut lipid
dalam dosis besar adalah membuat formula yang nongreasy.
• Problema lain berupa stabilitas terhadap oksidasi; untuk mengatasi
stabilitas, tokoferil asetat digunakan.
• Tokoferil asetat kurang efektif dibandingkan tokoferol akibat hidrolisis
menjadi tokoferol yang relatif lambat.
35
Panthenol
• Panthenol atau provitamin B5 dikenal sebagai pantothenol dan pantothenyl
alcohol. Isomer D-panthenol sering disebut sebagai dexpanthenol dan
merupakan prekursor asam pantotenat (vitamin B5).

Mekanisme
• Asam pantotenat adalah komponen koenzim A yang penting dalam
metabolisme selular. Metabolism itu meliputi transfer asil dalam
biosintesis asam lemak dan glukoneogenesis.
• Peranan panthenol adalah sebagai prekursor asam patotenat. Dengan
meningkatnya sintesis lipid stratum korneum kulit maka peranan kulit
sebagai penghalang hilangnya air meningkat.
• Selain itu, panthenol mempunyai peranan memicu proliferasi fibroblast
dan reepitelialisasi epidermal (in vitro) sehingga panthenol dapat
mempercepat penyembuhan luka.
• Tambahan pula, panthenol adalah senyawa larut air dan higroskopik
sehingga panthenol berpotensi sebagai pelembab kulit, terutama bila
dikombinasikan dengan pelembab yang banyak digunakan seperti gliserol. 36
• Panthenol

37
Efektivitas
• Panthenol dapat ditoleransi kulit dengan sangat baik dan tidak
menyebabkan respon iritasi seperti kemerahan, kering, rasa terbakar, rasa
sakit (sting), atau gatal.
• Panthenol banyak digunakan untuk memperbaiki kulit yang kasar, skaling,
dan elastisitas kurang.
• Efek hidrasi panthenol dimanfaatkan untuk perawatan rambut, yaitu
memicu perbaikan elastisitas, melembutkan, dan rambut mudah disisir.
• Panthenol digunakan untuk mengurangi efek samping retinoid (topikal).
• Penambahan panthenol dapat mengurangi efek samping yang
ditimbulkan oleh bahan pengawet, fragrans, dan tabir surya; mekanisme
aksi belum diketahui secara pasti tetapi efek ini berhubungan dengan efek
panthenol menyamankan kulit (soothing) atau efek anti-inflamasi.

Problema Produk dan Formulasi


• D-Panthenol dapat berubah menjadi DL-panthenol terutama pada suhu
tinggi; suhu tinggi harus dihindari selama proses produksi.
• Problema formulasi, panthenol yang larut air, dalam konsentrasi besar
menjadikan produk yang lengket (stickiness). 38
Asam Alfa-Hidroksi (AHA, Alpha-Hydroxy Acid)
• Asam alfa-hidroksi atau dalam bahasa Inggris disebut alpha-hydroxy acids
(AHA).
• Berbagai AHA yang digunakan dalam kosmesetika meliputi asam-asam
glikolat, malat, tartrat, laktat, dan sitrat; asam-asam polihidroksi seperti
asam glukonolakton dan laktobionat; dan asam-asam beta-hidroksi serti
asam salisilat dan asam oktanoil salisilat.
• Asam piruvat (suatu asam alfa-keto) sering dimasukkan dalam kelompok
AHA karena mekanisme aksinya yang mirip.

Mekanisme
• Aksi AHA adalah mempercepat proses eksfoliasi stratum korneum dengan
cara mengikat secara khelat kalsium yang ada pada kohesi sel-sel.
• Percepatan proses eksfoliasi ini menyebabkan terjadinya perbaikan
tekstur permukaan dan warna kulit.
• Selain itu, AHA mempunyai sifat sebagai pelembab karena dapat
mengikat air sehingga AHA berguna untuk pengatasan kulit kering.
39
Efektivitas
• Penggunaan topikal asam salisilat 1,5% mempercepat penggantian sel-sel
stratum korneum (sel-sel kulit yang mati) sehingga menghasilkan kulit
wajah yang lebih halus dan warna yang lebih baik.
• Pada penggunaan asam salisilat tidak dijumpai adanya perubahan pada
kehilangan air lewat kulit (sering disebut transepidermal water loss, TEWL)
dan kemerahan kulit (redness).

Problema Produk dan Formulasi


• Problema penggunaan AHA adalah iritasi kulit.
• Senyawa-senyawa AHA sepertinya dapat ditoleransi dengan baik oleh
kulit, namun penggunaan AHA dalam konsentrasi tinggi dan pH yang
rendah dapat memicu iritasi dan berpotensi meningkatkan sensitivitas
kulit.
• Formulasi sediaan kosmesetika dengan AHA  pengental seperti
karbomer menjadi kurang efektif pada pH rendah.

40
Peptida
• Penggunaan peptid dalam kosmesetika menjadi tidak terbatas karena dengan mengubah sekuens
asam amino dalam peptid menjadikan peptid yang jumlahnya banyak.
• Beberapa peptid yang menarik untuk digunakan sebagai kosmesetika meliputi palmitoyl-lysine-
threonine-threonine-lysine-serine (pal-KTTKS; Matrixyl), acetyl-glutamate-glutamate-methionine-
glutamine-arginine-arginine (Ac-EEMQRR; Argireline), dan tripeptida copper glycine-histidine-lysine
(Cu-GHK).
Mekanisme
• Peptid pal-KTTKS merupakan fragmen kolagen dermal manusia; menstimulasi produksi
kolagen baru dan untuk penyembuhan luka.
• Pal-KTTKS sintetis ternyata secara in vitro dapat menstimulasi produksi kolagen.
• Penggunaan dengan dosis sangat rendah (ppb, parts per billion), pal-KTTKS mengurangi
timbulnya ekses GAG dermal sehingga pal-KTTKS dapat digunakan sebagai anti keriput.
• Senyawa GHK, sebagaimana KTTKS, juga merupakan fragmen kolagen dermal manusia.
• Cu pada GHK diperlukan karena Cu diperlukan untuk aktivitas lysyl oxidase; lysyl oxidase adalah
enzim yang diperlukan dalam sintesis kolagen.
• Kompleks Cu-GHK secara laboratorium memicu penyembuhan luka dengan meningkatkan
produksi kolagen dan matriks spesifik remodeling matrix metalloproteinase.
• Senyawa Ac-EEMQRR mempunyai kemiripan dengan botulinum neurotoxin (Botox) yang
berfungsi dengan menginhibisi pelepasan neurotransmitter sehingga otot menjadi rilek dan 41
berlanjut dengan mengurangi keriput wajah.
Efektivitas
• Peptid pal-KTTKS, senyawa poten karena dosis yang sangat kecil dapat memberikan efeknya. Dosis
sekecil ppb (parts per billion) sudah dapat memberikan efek kosmesetikanya dalam penelitian in vitro.
• Penelitian pada manusia secara topikal dengan dosis 3 bagian/sejuta selama 12 minggu memberikan efek
dengan memperbaiki keriput kulit. Peptid pal-KTTKS ini dapat ditoleransi dengan baik oleh kulit dan
tidak menginduksi iritasi kulit.
• Peptid Cu-GHK dan Ac-EEMQRR perlu dosis lebih besar untuk memperoleh efek; Cu-GHK memerlukan
dosis sekitar 2% dan bahkan Ac-EEMQRR memerlukan dosis setinggi 10%.
• Penggunaan Cu-GHK, dosis 2%, pada kulit memberikan perbaikan kulit yang menyangkut ketebalan,
hidrasi, kehalusan, dan keriputnya.
• Peptid Ac-EEMQRR dengan dosis 10% memperlihatkan pengurangan 30% pada ketebalan keriput
setelah pemakaian pada kulit selama 30 hari.

Problema Produk dan Formulasi


• Problema peptida  senyawa itu sulit menembus kulit, terutama senyawa dengan jumlah
asam amino yang semakin banyak.
• Pengatasan dilakukan dengan penambahan rantai lipofilik pada molekul peptid;
penambahan gugus palmitat pada senyawa peptid dapat meningkatkan penetrasi.
• Problema lain adalah stabilitas; namun demikian dengan penyesuaian formula dan proses
produksi permasalahan ini dapat dieliminasi.
• Tantangan lain penggunaan senyawa peptid adalah harga; semakin banyak jumlah asam 42
amino pada rantai peptid maka harga menjadi semakin mahal.
Gula Amin
• Senyawa yang masuk dalam kategori gula amin seperti heksose
amino glukosamin dan N-asetil glukosamin (NAG).

Mekanisme
• Senyawa glukosamin dan NAG merupakan prekursor dari biopolimer asam
hyaluronat,
• Asam hyaluronat sebagai senyawa yang mengikat air dalam epidermis dan dermis,
• Penggunaan topikal senyawa heksose ini dapat memperbaiki kelembaban dan
keriput halus kulit (dengan mekanisme meningkatkan matriks struktur kulit).
• NAG diketahui mempunyai efek sebagai eksfolian dengan cara mengganggu ikatan
silang antar korneosit (sel epidermis).
• Glukosamin, secara in vitro, memperlihatkan inhibisi aktivasi enzim tyrosinase
sehingga produksi melanin dihambat.
43
Efektivitas
• Penggunaan NAG secara topikal memberikan efek signifikan berupa pengurangan
keriput halus pada daerah sekitar mata dan mengurangi spot hiperpigmentasi pada
tangan dan wajah.
• Peningkatan efektivitas NAG dapat dilakukan dengan penggunaan bersama-sama
vitamin B3.
• Penggunaan NAG secara oral dapat memperbaiki hidrasi kulit pada orang dengan
kulit kasar dan kering.

Problema Produk dan Formulasi


• Problema utama sediaan glukosamin berupa stabilitas,
• Glukosamin mudah mengalami degradasi (reaksi Maillard) dan menimbulkan
perubahan warna menjadi coklat.
• Pengatasan problema stabilitas dengan diberi antioksidan dan sediaan dibuat
menjadi sediaan dengan pH asam.
• NAG lebih stabil dibanding glukosamin, problema stabilitas sangat berkurang.
• Problema lain sediaan glukosamin dan NAG adalah penggunaan dosis besar
menjadikan sediaan lengket. 44
Seramidaa
• Seramida merupakan lipid esensial pada stratum korneum epidermis normal
(penghalang hilangnya air lewat epidermis).

Ceramide (R = H)
Mekanisme
• Seramida (topikal) mengisi kekurangan lipid pada ruang antar sel-sel korneosit.
• Komponen lipid utama pada startum korneum adalah seramida, kolesterol, dan
asam lemak; ketiga lipid itu punya perbandingan ekuimolar.
• Penggunaan seramida paling efektif: seramida, kolesterol, dan asam lemak
dengan perbandingan ekuimolar. 45
Efektivitas
• Penggunaan seramida (topikal) memperbaiki fungsi kulit sebagi penghalang
hilangnya air lewat epidermis.
• Perbaikan fungsi kulit dapat mengurangi respon dan sensitivitas kulit
terhadap rangsangan lingkungan.

Problema Produk dan Formulasi


• Seramida adalah lipid sehingga seramida larut dalam minyak.
• Seramida, dosis rendah, dapat dilarutkan dalam minyak pada proses
produksinya sehingga tidak menimbulkan permasalahan dalam proses
produksi.
46
Logam-Logam
• Beberapa logam digunakan dalam kosmesetika meliputi zinc, tembaga (Cu),
selenium, strontium, magnesium, dan mangan; logam-logam ini digunakan baik
sebagai garam maupun sebagai bentuk kompleks dengan senyawa organik.
• Beberapa senyawa yang umum digunakan seperti zinc oxide, tembaga peptida,
dan selenometionin.

Mekanisme
• Logam-logam mempunyai fungsi spesifik (kofaktor) dalam aktivitas
metaloenzim.
• Logam zinc diasosiasikan dengan protein antioksidan (dismutase superoksid dan
metalotionein); penggunaan zinc oxide sebagai sumber zinc yang berpotensi
sebagai antioksidan dalam sintesis protein.
• Logam tembaga (copper, Cu) merupakan kofaktor enzim lisil oksidase dan prolil
oksidase yang berperanan dalam sintesis kolagen.
• Selenium berperan sebagai kofaktor enzim-enzim antioksidan (glutation
peroksidase dan tioredoksin reductase).
• Zinc pyrithione dan selenium sulfida bersifat antifungi sehingga efektif digunakan
sebagai anti ketombe. 47
Efektivitas
• Zinc oxide dikenal sebagai anti-iritan kulit (dapat mencegah terjadinya iritasi kulit
akibat surfaktan).
• Kombinasi senyawa zinc dengan niasinamid digunakan untuk mengatasi kondisi
kulit inflamasi.
• Penggunaan Cu-peptida kompleks memberikan efek antiaging pada kulit.
• Pemakaian selenometionin (topikal) mencegah eritema oleh paparan sinar UV.

Problema Produk dan Formulasi


• Problema penggunaan logam dan senyawa kompleksnya adalah senyawa-senyawa
itu umumnya berwarna sehingga perlu diperhatikan dalam pembuatan formula.
• Garam-garam dari logam memberikan efek negatif terhadap bahan penambah
kekentalan sehingga formulasi harus disesuaikan.
• Logam zinc berinteraksi dengan senyawa lain, seperti bahan tabir surya avobenson;
interakksi ini menimbulkan kristal zinc avobenson (warna sediaan menjadi kuning),
efek tabir surya menjadi berkurang.
48
Bahan-Bahan Lain
• Bahan-bahan lain untuk kosmesetika antiaging masih banyak.

• Bahan-bahan antioksidan lain meliputi asam lipoat, koenzim Q10,


dimetilaminoetanol, spin traps (misal DMPO, 5,5-dimetil-1-pirolin-N-
oksid), melatonin, katalase, glutation, superoksid dismutase,
peroksidase, glukopiranosid, polifenol, sistein, allantoin,
furfuriladenin, dan karnosin (beta-alanil-L-histidin).

• Bahan-bahan depigmentasi dapat pula digunakan untuk antiaging;


berbagai bahan depigmentasi meliputi senyawa turunan fenol
(hidrokuinon, arbutin, 4-hidroksianisol, dan lain-lain), senyawa non-
fenolik (asam kojic, N-asetilsistein, dan lain-lain), botanikal dan buah
(chamomile, ginseng, ginko biloba ekstrak, glisirizin, aloe vera,
avocado, pisang, lemon, dan lain-lain), growth factors, hormon-
hormon, bahan-bahan tabir surya, dan botulinum A eksotoksin. 49

Anda mungkin juga menyukai