TESIS
FRANSISKA MOCHTAR
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
3
TESIS
FRANSISKA MOCHTAR
1490761039
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
4
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Ilmu
Biomedik, Program Pascasarjana Universitas Udayana
FRANSISKA MOCHTAR
1490761039
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
LembarPengesahan
5
Prof. Dr. dr. Wimpie I Pangkahila, SpAnd. FAACS Prof. dr. I Gusti Made Aman, Sp.FK
NIP. 194612131971071001 NIP. 194606191976021001
Mengetahui,
Nomor :
Plagiat
Denpasar,
FransiskaMochtar
8
Puji syukur penulis panjatkan kepadaTuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat,
karunia serta petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang
berjudul ”Ekstrak Daun Bungur (Lagerstronemia Species) Memperbaiki
Profil Lipid Tikus Wistar Jantan Dislipidemia”dalam rangka memperoleh
gelar Magister pada Program Studi Ilmu Biomedik, kekhususan Anti Aging
Medicine, di Program Pascasarjana Universitas Udayana, Denpasar Bali.
Selama penelitian ini, penulis mendapat banyak pengalaman berharga
yang memperkaya wawasan, serta sebagai proses pembelajaran hidup penulis baik
dari segi ilmiah maupun dari segi sosial. Semua ini tidak lepas dari peran serta
orang-orang disekeliling penulis yang senantiasa mendukung dengan tulus dan
ikhlas.
Pada kesempatan ini, perkenankanlah penulis menyampaikan rasa hormat,
penghargaan, dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
Prof.Dr.dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD, selaku Rektor Universitas
Udayana atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk
mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister Ilmu Biomedik,
Universitas Udayana, Bali.
Prof.Dr.dr.A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K), selaku Direktur Program
Pascasarjana Universitas Udayana yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk menjad imahasiswi pada Program Magister Ilmu Biomedik,
Universitas Udayana, Bali.
Dr.dr. Gde Ngurah Indraguna Pinatih, M.Sc, SpGK, selaku Ketua Program
Studi Ilmu Biomedik yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
menuntut ilmu di Program Magister Ilmu Biomedik, UniversitasUdayana, Bali.
Prof.Dr.dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And, FAACS, selaku Pembimbing I,
yang dengan penuh perhatian memberikan semangat, bimbingan, waktu dan saran
yang sangat berharga selama penulis mengikuti program magister, khususnya
dalam menyelesaikan tesis ini.
Prof.dr. IGM Aman, Sp.FK, selaku Pembimbing II, yang dengan penuh
perhatian dan kesabaran memberikan bimbingan, waktu dan saran yang sangat
berharga kepada penulis selama penulis mengikuti program magister khususnya
dalam menyelesaikan tesis ini.
Prof. Dr.dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc, Sp.And, selaku penguji yang telah
memberikan masukan, saran, sanggahan dan koreksi yang sangatberharga dalam
penyusunan tesis ini dan selama penulis mengikuti program magister.
9
Dr. dr. Ida Sri Iswari, Sp.MK.,M.Kes, selaku penguji yang telah
memberikan masukan, saran, sanggahan dan koreksi yang sangat berharga dalam
penyusunan tesis ini dan selama penulis mengikuti program magister.
Dr. dr. Desak Made Wihandani, M.Kes, selaku penguji yang telah
memberikan masukan, saran, sanggahan dan koreksi yang sangat berharga dalam
penyusunan tesis ini dan selama penulis mengikuti program magister.
Suami tercinta Elromano Santos dan Keluarga dan atas iringan doa,
semangat, perhatian, dorongan dan kasih sayang yang tulus dan tidak terhingga
kepada penulis, terutama menjaga cucu-cucu sehingga penulis mampu
menyelesaikan tesis ini.
FransiskaMochtar
10
ABSTRAK
ABSTRACT
11
DAFTAR ISI
12
Halaman
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA…………………………………………………… 7
2.1 Proses
Penuaan………………………………………………………… 7
2.2
Dislipidemia………………….……………………..………………
…. 8
2.2.1 Definisi
Dislipidemia……………………………………………. 8
2.2.2 Klasifikasi
Dislipidemia…………...……………………………. 11
2.2.3 Penyebab Dislipidemia…………………………………………. 12
2.2.4Penatalaksanaan Dislipidemia…………………………………. 13
2.2.5Komplikasi Dislipidemia………..……………………………… 16
2.3 Diet Tinggi Lemak………...….………………………...……………. 17
2.4 Lipid………………...………………………….…………………….. 19
2.4.1 Trigliserida…………………………………………………….. 19
2.4.2 Fosfolipid……………………………………………………… 20
2.4.3 Kolesterol……………………………………………………… 21
13
2.4.4 AsamLemak…………………………...………………............. 22
2.4.4.1 Lipoprotein……………………………….................. 22
2.4.4.1.1 Kilomikron…………………..,……......... 22
2.4.4.1.2 Lipoprotein (VLDL)……………... …….. 24
2.4.4.1.3 Low DensityLipoprotein (LDL)………… 24
2.4.4.1.4 High Density Lipoprotein (HDL)……….. 26
2.4.4.1.5 Apoprotein………………………………. 26
2.5 Metabolisme Lipid…………………………..………….……………. 27
2.6 Tanaman Obat…………………...…………………………………… 31
2.6.1 Definisi Tanaman Obat……………….....……..………………. 31
2.6.2 Pengunaan Tanamn Obat………………………………………. 32
2.7 Tanaman Bungur…………………………..………...……………….. 33
2.7.1Klasifikasi …………………………………………………….. 33
2.7.2 Metabolit Sekunder……………………………………………. 35
2.7.2.1 Saponin……………………………………………….. 35
2.7.2.2 Flavonoid……………………………………………... 35
2.7.2.3 Tanin………………………………………………….. 36
2.8 Tikus putih………………………………………………...…………… 38
BAB IV METODE
PENELITIAN………..………………………………….. 42
4.1 Rancangan
Penelitian…………………………………………… 42
4.2 Tempat dan Waktu
Penelitian…………………………………… 43
4.3 Populasi dan
sampel…………………………..………….…….. 43
4.3.1
Populasi…………………………………………….……... 43
4.3.2
Sampel…………………………………………………….. 43
4.3.3 Perhitungan Besar
Sampel………………………………... 43
4.4 Variable
Penelitian……………………………………………... 45
4.4.1 Indentifikasi
Variabel……………………………………. 45
14
4.4.2 Klasifikasi
Variabel………………………………………. 45
4.4.3Definisi Operasional Penelitian……..….………..……….. 45
4.5 Instrumen Penelitian…………….……………………………… 47
4.6 Prosedur Penelitian…………………………………………….. 48
4.7 Alur
Penelitian……………………………………………..…… 51
4.8 Analisa Data……………………………………..…………….. 52
BAB V. HASIL PENELITIAN .....................................................................…….. 53
5.1 Analisis Deskriptif dan Normalitas Data ………………………….. 53
5.2 Uji Homogenitas Data antar Kelompok ..................................……. 56
5.3 UjiKomparabilitas ……………………………………. .........……. 58
5.3.1 Analisis Komparabilitas sebelumperlakuan …………
....................................................................................
…..
....................................................................................
58
5.3.2 Analisis Komparabilitas Antar Kelompok Sesudah
Perlakuan 14 Hari………………………………………. 60
5.3.3 Analisis Komparabilitas Antar Kelompok Sesudah
Perlakuan 28 Hari……………………………………. . 61
5.4 Analisis Efek Perlakuan Pemberian Ekstrak Daun Bungur 62
DAFTAR GAMBAR
Gambar2.1 Adiposopathy………………………………………………………….… 18
Gambar 2.2 Mekanisme diet tinggi lemak menjadi dislipidemia…………........ 18
Gambar 2.3 Jaringan adipose dan adiposity pada keadaan Adiposopathy….…… 19
Gambar 2.4 Biosintesis Lipid............................................................................... 31
Gambar 2.5 Iktisar Metabolisme Lemak……………………………………….. 31
Gambar 2.6 Daun Bungur……………………..………………….………........ 34
Gambar 2.7 Tikus putih….................................................................................... 39
Gambar 3.1 Konsep Penelitian………………………………………………….. 41
Gambar 4.1 Rancangan Penelitian………………………………………….…… 42
Gambar 4.2 Alur Penelitian……….……………………………………………... 51
Gambar 5.1 Grafik Perubahan Kadar Kolesterol Total Sebelum dan Sesudah
Perlakuan Antar Kelompok…………………………………………. 64
Gambar 5.2 Grafik Perubahan Kadar Trigliserida Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Antar Kelompok ………………………………………………….. 64
Gambar 5.3 Grafik Perubahan Kadar HDL Sebelum dan Sesudah Perlakuan Antar
Kelompok …………………………………………………………. 65
Gambar 5.4 Grafik Perubahan Kadar LDL Sebelum dan Sesudah Perlakuan Antar
Kelompok …………………………………………………………. 65
DAFTAR TABEL
16
Halaman
DAFTAR SINGKATAN
PKV = PenyakitKardiovascular
17
HL =HepatikLipase
CPT =CarnitinePalmitoylTransferase
QE =Quarsetic equivalent
18
BAB I
PENDAHULUAN
Proses penuaan adalah suatu hal yang pasti terjadi dalam kehidupan.
Setiap manusia akan menjadi tua. Proses penuaan merupakan suatu proses alami
yang ditandai dengan adanya penurunan atau perubahan kondisi fisik, psikologis
maupun sosial dalam berinteraksi dengan orang lain. Proses penuaan bukan suatu
Proses penuaan pada tahap yang masih dini seringkali tidak disadari tetapi
seiring dengan berlanjutnya proses penuaan itu berbagai keluhan akan mulai
timbul. Seseorang mulai merasa cepat lelah, proporsi tubuh berubah, mulai timbul
Pada jaman modern ini banyak masyarakat mempunyai pola hidup yang
tidak sehat,makanan cepat saji yang tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik
semua risiko. Dislipidemia juga merupakan penyebab penuaan dini dan penyebab
2011).
oleh penyakit kardiovaskuler. Lebih dari 3 juta kematian tersebut terjadi sebelum
usia 60 tahun dan seharusnya dapat dicegah. Kematian dini yang disebabkan oleh
ketat rendah kalori, rendah kolesterol, kurangi alkohol, berhenti merokok dan
semua intervensi non farmakologis sulit dilakukan dan tidak berhasil, maka
(AAM). Dengan konsep AAM proses penuaan serta penyakit dapat dicegah,
demikian manusia tidak lagi harus membiarkan dirinya begitu saja menjadi tua
dengan segala keluhan dan mendapat pengobatan yang belum tentu benar
(Pangkahila, 2007).
Pada saat ini banyak sekali penelitian dilakukan untuk mencari bahan
alami yang dapat mencegah dan mengobati dislipidemia, karena bahan alami lebih
dan gangguan ginjal (Klein et al., 2007). Selain antidiabetes, ekstrak bungur
produksi nitric oxide (NO), Oksidasi LDL akan menginduksi respon inflamasi
dengan memproduksi leukosit dan cytokine pada endotel. Nitric oxide adalah
LDL akan menghasilkan Reactive oxygen species (ROS) yang bersifat toksik, dan
(Takagi et al., 2010). Selain itu penelitian juga membuktikan bahwa asam
sehingga kadarnya dalam darah dapat menurun secara drastis dan mengalami
penurunan berat badan yang bermakna (Tsuchibe et al., 2006). Hasil ini juga
bungur dapat menurunkan kadar trigliserida dan kolesterol total pada hati tikus
tikus dislipidemia?
4. Apakah pemberian ekstrak daun bungur dapat menurunkan LDL (Low Density
Lipoprotein)pada tikusdislipidemia ?
23
1.3.2Tujuan Khusus
masyarakat luas dan dapat dipakai pada manusia setelah uji klinis
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Faktor yang menyebabkan proses penuaan dibagi menjadi dua yaitu faktor
eksternal dan faktor internal. Faktor internal meliputi radikal bebas, hormon yang
menurun dan gen. Faktor eksternal yang utama adalah gaya hidup yang tidak
sehat, diet tidak sehat, kebiasaan salah, polusi lingkungan, kemiskinan, dan stress
(Pangkahila, 2011).
Usia ini dianggap usia muda dan produktif, tetapi secara biologis mulai terjadi
dan estrogen. Walaupun telah terjadi penurunan tetapi belum terjadi tanda-
Pada tahap ini mulai dirasakan gejala penuaan seperti tampilan fisik yang
tidak muda lagi, misalnya penumpukan lemak di daerah sentral, rambut mulai
Pada tahap ini terjadi radikal bebas mulai merusak ekspresi genetik yang dapat
24
25
Gejala dan tanda penuaan menjadi lebih nyata meliputi penurunan semua
fungsi sistem tubuh antara lain sistem imun, metabolisme, endokrin, seksual
dan reproduksi, kardiovaskuler, gastrointestinal, otot dan saraf. Pada tahap ini
tubuh tidak dapat lagi berkembang lagi. Sebaliknya terjadi penurunan akibat
proses penuaan. Pada umumnya menjadi tua dianggap hal yang lumrah sehingga
banyak faktor yang berpengaruh terhadap proses penuaan. Faktor-faktor ini dapat
dibagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Beberapa faktor internal antara
lain radikal bebas, hormon yang berkurang, dan genetik. Faktor eksternal yang
utama adalah pola hidup yang tidak sehat, polusi lingkungan dan stress.Faktor-
sehingga kualitas hidup dapat dipertahankan. Lebih jauh lagi maka usia harapan
hidup dapat lebih panjang dengan kualitas hidup yang lebih baik (Pangkahila,
2007).
maka dapat ditentukan faktor mana yang perlu dihindari atau diatasi sehingga
proses penuaan dapat dicegah atau dihambat. Dengan adanya kesadaran bahwa
26
masyarakat memiliki kesempatan untuk hidup lebih sehat dan berusia lebih
antara lain adalah dengan menjaga kesehatan tubuh dan jiwa dengan pola hidup
sehat meliputi olahraga teratur, pola makanan yang sehat, mengatasi stress, jangan
merasa sehat dan normal hanya karena tidak ada keluhan serius, melakukan
menggunakan obat dan suplemen yang diperlukan sesuai dengan petunjuk ahli
2.2Dislipidemia
2.2.1 Definisi
peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang
utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida
metabolik akibat sekunder dari beberapa macam penyakit dan ini kemudian akan
tendon achilles, siku dan tendon lutut serta sendi metakarpofalangealis, dalam
Berikut ini adalah tabel nilai lipid dari laboratorium Prodia di Indonesia
> 60 Tinggi
Prodia, 2015
28
Trigliserida
1. Dislipidemia primer, yaitu kelainan penyakit genetik dan bawaan yang dapat
kehamilan.
2.2.3Penyebab Dislipidemia
A. Dislipidemia Primer
Dislipidemia primer berkaitan dengan gen yang mengatur enzim dan apoprotein
• Hiperkolesterolemia poligenik
• Hiperkolesterolemia turunan
• Dislipidemia remnan
• Sindroma kilomikron
• Hipertrigliseridemia turunan
• Peningkatan apolipoprotein B
B. Dislipidemia Sekunder
mendasari.Hal ini dapat bersifat spesifik untuk setiap bentuk dislipidemia seperti
Lipid Penyebab
↑ Kolesterol total dan kolesterol LDL - Hipotiroid
- Sindrom nefrotik
- SLE, multiple myeloma
- Progestin, pengobatan anabolik
streroid
- Penyakit hati obstruktif, sirosis
- Protease inhibitor pada pengobatan
infeksi HIV
↑ Trigliserida dan kolesterol VLDL - Gagal ginjal kronik
- DM tipe 2
- Obesitas
- Alkohol
- Hipotiroid
- Obat anti hipertensi (Tiazid, Beta
Bloker)
- Terapi koertikosteroid (↑ steroid
Endogen akibat stres berat)
- Estrogen oral, kontrasepsi oral,
kehamilan
- Very low fat diet
(AACE, 2015)
asupan kolesterol dan asam lemak jenuh, pemilihan makanan yang berhubungan
dengan aturan makan untuk mengurangi LDL seperti stanol dan sterol serta
peningkatan masukan serat yang dapat larut, penurunan berat badan, dan
peningkatan aktivitas fisik. Terapi non farmakologi ini hendaknya menjadi terapi
pengaturan makanan dan terapi obat dapat dimulai secara bersamaan (Grundy,
2006).
1. Terapi diet
makanan yang mengandung banyak lemak jenuh dan kolesterol serta berapa
menilai asupan gizi, perlu dilakukan penilaian yang lebih rinci, yang biasanya
2 Latihan jasmani
kadar HDL dan Apo AI, menurunkan resistensi insulin, meningkatkan sensitivitas
2) Aerobik sampai denyut jantung sasaran yaitu 70-85 % dari denyut jantung
seperti diutarakan diatas. Dapat juga dilakukan 2-3x/ minggu dengan lama
B. Terapi Farmakologi
kadar lemak di dalam darah, dapat diberikan langsung bila terdapat kelainan
menangani kasus dislipidemia apabila dengan terapi diet dan olah raga kondisi
kita dapat. Beberapa hal yang perlu kita pertimbangkan adalah kemampuan dari
fibrinogen, kolesterol LDL, dan juga diperhatikan pengaruh atau efek samping
pada kehamilan tetapi merupakan kontra indikasi pengobatan dengan niacin dan
2.2.4Komplikasi Dislipidemia
1. Aterosklerosis
Pola makan yang baik seharusnya mengandung nutrisi yang sehat dan
30% lemak (60% berupa monounsaturated fatty acids (MUFA) dan 10%
polyunsaturated fatty acids (PUFA), dan 20% protein. Pada kenyataannya sering
kali kita mempunyai pola makan yang tidak seimbang karena terlalu banyak
mengandung karbohidrat dengan indeks glikemik yang tinggi seperti roti, gula,
makanan penutup, dan juga tinggi lemak hewani dan terlalu sedikit makanan
Energi tinggi yang dikonsumsi lewat masukan lemak jenuh yang tinggi
menyebabkan kelebihan kalori dan lemak. Jika terjadi kelebihan lemak maka
kelebihan lemak tersebut akan disimpan sebagai cadangan energi pada sel lemak
dan jaringan lemak (Adiposit dan jaringan adiposa). Kelebihan lemak biasa
berasal dari asupan Lipos (minyak hewani dan minyak nabati).Adiposit dan
koleterol.Jaringan adiposa dan adiposit berfungi sebagai organ endokrin aktif dan
patogenesis ini yang sekarang dipercaya sebagai landasan teori relasi kelebihan
2.4 Lipid
Lipid yang beredar di dalam tubuh diperoleh dari dua sumber yaitu dari
makanan (eksogen) dan hasil produksi organ hati (endogen) . Lipid plasma yang
utama adalah kolesterol, trigliserida, fosfolipid dan asam lemak bebas. Lipid tidak
larut dalam air karena itu agar dapat diangkut dalam sirkulasi, maka susunan
molekul lipid tersebut perlu dimodifikasi, dengan bentuk lipoprotein yang bersifat
larut didalam air. Partikel dari lipoprotein terdiri dari inti yang mengandung
trigliserida dan kolesterol ester, dikelilingi oleh fosfolipid, kolesterol bebas dan
larut di dalam plasma. Lipoprotein ini bertugas mengangkut lipid dari tempat
2.4.1 Trigliserida
Trigliserida merupakan bentuk lain dari lemak cadangan energi dan dapat
trigliserida ini dihubungkan dengan LDL padat kecil (small dense LDL) dan
37
Trigliserida dapat disintesis dari karbohidrat dan protein. Setiap kali karbohidrat
yang memasuki tubuh dari yang dapat dipakai segera sebagai energi ataupun
Pada kelebihan protein, akan disimpan menjadi lemak (Guyton dan Hall, 2007).
yang berasal dari glukosa dan asam-asam amino akan di ubah menjadi asetil KoA.
Pembentukan melalui beberapa tahap reaksi bagian asetat dari asetil KoA akan
membentuk asam-asam lemak jenuh berupa asam palmitat (C16), asam stearat
(C18) dan asam arakidonat (C20). Asam lemak ini melakukan esterifikasi dengan
(VLDL), yang akan digunakan untuk menghasilkan energi atau disimpan pada
2.4.2 Fosfolipid
membran sel. Fosfolipid mempunyai kekhususan karena bersifat polar dan non
polar atau disebut juga amfilitik. Sifat inilah yang merupakan bagian penting
dalam peranan biologik fosfolipid dalam membran sel. Mempunyai daya tarik
yang sama terhadap zat larut air dan zat larut lemak, fosfolipid merupakan bahan
struktur sel yang efektif, Fosfolipid berfungsi sebagai alat angkut lipid (Almatsier,
2009).
38
2.4.3 Kolesterol
merupakan komponen utama sel otak dan saraf. Merupakan bahan perantara untuk
diproduksi terutama di hati, diperoleh dari hasil sintesis di dalam hati. Bahan
bakunya diperoleh dari karbohidrat, protein dan lemak. Jumlah yang disintesis
tergantung dari kebutuhan tubuh dan jumlah yang diperoleh tergantung dari
Apabila asupan kolesterol dan lemak dari makanan berlebih, maka hati
sedemikian rupa akan menjaga agar konsentrasi kolesterol tubuh tetap normal
2009).
CnH2n+1-COOH Rentang ukuran dari asam lemak adalah C12 sampai dengan
Ada dua macam asam lemak yaitu (Rader dan Hobbs, 2005) :
2.4.4.1Lipoprotein
Lemak tidak larut dalam air, yang berarti juga tidak larut dalam plasma
darah. Supaya lemak dapat diangkut ke dalam peredaran darah, maka di dalam
plasma darah, lemak akan berikatan dengan protein spesifik membentuk suatu
kompleks makro molekul yang larut dalam air. Ikatan antara protein dan lemak
2005) :
darah.
dipecah serta dibuang dengan cara sedikit berbeda (Rader dan Hobbs, 2005).
2.4.4.1.1Kilomikron
hati.Kilomikron dibentuk dalam usus halus dengan komposisi asam lemak dari
40
trigliserida.Lipoprotein dengan berat molekul terbesar ini lebih dari 80 persen nya
terdiri dari trigliserida yang berasal dari makanan, terutama makanan yang
mengandung trigliserida dan kurang dari 5 persen terdiri dari kolesterol ester.
permukaan endotel kapiler, jaringan lemak dan otot, Akibat interaksi ini
trigliserida dapat dilepaskan dari kilomikron, dan diangkut oleh HDL ke hepar
membawa trigliserida dari makanan ke jaringan lemak dan otot rangka. (Rader
Apo AI, Apo AII, Apo AIV dan Apo B48 , sedangkan bagian inti kilomikron
terdiri dari kolesterol trigliserida dan. Di dalam plasma, Apo C dan Apo E
kilomikron remnan yang miskin trigliserida dan asam lemak bebasdan kaya
atau membentuk lipoprotein (Lichtenstein dan Jones, 2001 ; Rader dan Hobbs,
2005), Sedangkan Asam lemak bebas kemudian diambil oleh berbagai jaringan
2011).
Lipoprotein ini terdiri dari 60 persen trigliserida endogen dan 10-15 persen
kolesterol.Lipoprotein ini dibentuk dari asam lemak bebas di hati, yang berfungsi
bagian terbesar dari VLDL serta ukuran dari VLDL ditentukan oleh jumlah
melalui reseptor atau dapat tetap dalam sirkulasi dan setelah diambil komponen
trigliseridanya dihirolisis oleh Hepatik Lipase (HL) menjadi partikel IDL dan
alat transportasi kolesterol yang utama, mengangkut sekitar 70-80 persen dari
adalah Apo B100.Fungsi LDL yaitu membawa kolesterol dari hepar ke jaringan
perifer termasuk ke sel otot jantung, otak, dan jaringan lain supaya dapat
Kedua jalur tersebut dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan genetic (Mayes dan
Botham, 2003).
persen. Kadar LDL plasma tergantung dari banyak faktor termasuk kolesterol
dalam makanan, asupan lemak jenuh, kecepatan produksi dan eliminasi VLDL
dan LDL . Apabila makan banyak lemak jenuh atau bahan makanan yang banyak
mengandung kolesterol, maka kadar LDL dalam darah kita tinggi. Kelebihan
LDL akan mudah melekat pada dinding sebelah dalam (intima) pembuluh darah
pembuluh darah arteri, yang diikuti dengan terjadinya aterosklerosis. Makin kecil
ukuran LDL atau makin tinggi kepadatannya, makin mudah pula LDL tersebut
menyusup ke dalam intima.LDL demikian disebut LDL kecil padat (small dense
LDL), dengan sifat di atas, maka LDL disebut kolesterol jahat.Ambilan LDL
terjadi karena adanya reseptor LDL.Jalur katabolisme reseptor dapat ditekan oleh
produksi kolesterol endogen. Bila katabolisme LDL oleh hati dan jaringan perifer
(foam cells) dan berperan dalam pembentukan aterosklerosis (Rader dan Hobbs,
2005).
43
trigliserida dan 50 persen protein. Pada individu dengan nilai lipid yang normal,
kadar HDL relatif menetap sesudah dewasa (kira-kira 45 mg/dl pada pria dan 54
mg/dl pada perempuan). HDL mengandung Apo AI, AII, AIV, C, dan E. Apo AI
dan AIV merupakan aktivator enzim LCAT. HDL memberikan Apo E dan Apo C,
dan menerina Apo AI dan Apo AIV dari kilomikron di dalam sirkulasi darah.
menurun pada kegemukan, perokok, penderita diabetes yang tidak terkontrol dan
2.4.4.1.5 Apoprotein
reseptor khusus.
2.5Metabolisme Lipid
kolesterol dan beberapa lipid lain yang kurang penting. Secara kimia sebagian
besar lipid dasar dari trigliserida danfosfolipid adalah asam lemak yang hanya
merupakan asam organik rantai panjang (Guyton and Hall, 2006).Asam lemak ini
dikenal sebagai asam lemak bebas (free fatty acid) yang merupakan lipid plasma
disintesis dari gugus molekul asam lemak sehingga kolesterol memiliki banyak
sifat fisik dan kimia dari zat lipid lainnya. Trigliserida untuk menyediakan energi
bagi berbagai proses metabolik, suatu fungsi yang hampir sama dengan
trigliserida dipakai untuk membentuk semua membran sel dan dipakai untuk
disintesis kembali menjadi molekul trigliserida baru yang masuk ke dalam limfe
toraksikus dan masuk ke dalam darah vena yang bersirkulasi pada pertemuan vena
seperti manusia, Kalori yang berlebihan akan dikonsumsi pada fase anabolik di
dalam siklus ‘makan’ yang diikuti oleh periode keseimbangan negatif ketika
sebagai kilomikron dan dari hati sebagai very low density lipoprotein (VLDL) ke
sebagian besar jaringan tubuh untuk oksidasi dan jaringan adipose untuk
Di samping asam lemak bebas ada empat kelompok lipoprotein yang telah
diidentifikasi yaitu :
1. Very low density lipoprotein (VLDL) yang berasal dari hati untuk
mengeluarkan triasilgliserol
katabolisme VLDL
4. High density lipoprotein (HDL) yang ikut dalam metabolism kilomikron dan
digunakan untuk energi. Asam lemak bebas yang tidak dioksidasi akan
hepar, atau disimpan dalam trigliserida intramuskuler. Bila laju reesterifikasi tidak
mencukupi, asetil KoA dapat mengalami lipogenesis menjadi asam lemak yang
1. Asam lemak bebas (FFA) menjadi asil-KoA dengan bantuan ATP dan
5. Asil KoA yang sudah terdapat dalam mitokondria ini kemudian masuk dalam
proses oksidasi β.
butirat dan aseton dikenal sebagai badan-badan keton. Proses perubahan ini
mengandung zat aktif yang berfungsi mengobati penyakit tertentu atau jika tidak
berbagai zat yang berfungsi mengobati, serta digunakan sebagai obat dalam
tanaman obat mempunyai peranan yang sangat penting bagi kesehatan termasuk
fungsinya dalam pencegahan terhadap penyakit degeneratif (Esha Flora Plants dan
1. Waktu Pengumpulan
Untuk mendapatkan bahan yang terbaik dan tumbuhan obat, perlu diperhatikan
masak
Bahan obat yang sudah dikumpulkan segera dicuci bersih, sebaiknya dengan air
pembusukan oleh bakteri. Bahan kering juga mudah dihaluskan bila ingin dibuat
serbuk.
a. Bahan berukuran besar dan banyak mengandung air dapat dipotong – potong
ditempat yang teduh atau di dalam ruang pengering yang aliran udaranya baik
Kingdom : Plantae
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Genus : Lagerstroemia
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Famili : Lythraceae
Salah satu tumbuhan yang mengandung senyawa obat yaitu Bungur atau
Bungur ditanam sebagai pohon hias atau pohon pelindung di tepi jalan. Di
Jawa, bungur dapat tumbuh sampai ketinggian 800 m dpl. Selain itu, bungur
Batang bulat, percabangan mulai dari bagian pangkalnya, berwarna cokelat muda.
memanjang, tebal seperti kulit, panjang 9-28 cm, lebar4-12 cm, berwarna hijau
tua. Bunga majemuk berwarna ungu, tersusun dalam malai yang panjangnya 10-
50 cm, keluar dari ketiak daun atau ujung ranting. Buahnya buah kotak, berbentuk
bola sampai bulat memanjang, panjang 2-3,5 cm, beruang 3-7, buah yang masih
seluruh bagian tumbuhan tetapi dalam kadar yang berbeda-beda (Anonim, 2014).
2.7.2.1 Saponin
52
2.7.2.2. Flavonoida
tanaman berwarna hijau, kecuali alga.Senyawa ini dapat ditemukan pada batang,
daun, bunga, dan buah tanaman. Manfaat flavonoid antara lain untuk melindungi
sebagai zat anti inflamasi, antioksidan, antibiotik, dan sebagai pencegah kanker
dengan cara menangkap radikal bebas dan menghelat ion logam transisi.
(Anonim, 2015b)
2.7.2.3 Tanin
metabolisme pada tanaman tingkat tinggi. Merupakan suatu ester dari Galloyl atau
ellagitannins and complex tannins), bisa juga suatu oligomer dan polimer
53
darah dapat ditarik ke hati sehingga menurunkan kolesterol LDL dan VLDL.
yang lebih kecil. Hal ini mengakibatkan terjadinya pengurangan jumlah lemak
Rahastuti et al , 2011)
54
Pangan, Fakultas Pertanian UNUD.Adapun hasil uji yang diperoleh dapat dilihat
Tabel 2.5
Keterangan :
QE : Quarsetic equivalent
produksi nitric oxide (NO), Oksidasi LDL akan menginduksi respon inflamasi
dengan memproduksi leukosit dan cytokine pada endotel. Nitric oxide adalah
LDL akan menghasilkan Reactive oxygen species(ROS) yang bersifat toksik, dan
ini dapat memicu berbagai penyakit degeneratif.Oleh karena itu tubuh kita
menjadi pilihan adalah tikus. Ada dua sifat yang membedakan tikus dari hewan
percobaan lain, yaitu tikus tidak dapat muntah karena struktur anatomi yang tidak
lazim ditempat oesephagus bermuara karena ke dalam lambung, dan tikus tidak
percobaan karena tikus putih jantan dapat memberikan hasil penelitian yang lebih
stabil karena tidak dipengaruhi oleh adanya siklus menstruasi dan kehamilan
seperti pada tikus betina,. Tikus putih jantan juga mempunyai kecepatan
metabolisme obat lebih cepat dan kondisi biologis tubuh yang lebih stabil
Tikus putih sebagai hewan percobaan relatif resisten terhadap infeksi dan
sangat cerdas.Tikus putih tidak begitu bersifat fotofobik seperti halnya mencit dan
Mangkoewidjojo, 1988).
Tikus putih dapat tinggal sendirian dalam kandang dan hewan ini lebih
BAB III
Dislipidemia timbul sebagai akibat dari proses penuaan dan gaya hidup.
Diet tinggi lemak dan pola hidup tidak sehat mencetuskan dislipidemia.Selain
karena makanan, faktor eksternal yang berpengaruh lainnya adalah cuaca, penyakt
koroner dan stroke. Bila kondisi dislipidemia berlangsung terus menerus dalam
waktu lama maka LDL akan mengalami oksidasi dan ditangkap oleh makrofag
baik di tingkat sel maupun di tingkat organ. Hal ini menyebabkan tubuh
bertambah usia, semakin banyak radikal bebas yang dihasilkan dan penyakit
kolesterol total dan LDL meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung dan
Dalam kehidupan sehari-hari banyak dikenal bahan alami yang diyakini dan
3.2 Konsep
Makanan
- Jenis Kelamin
Cuaca/Iklim
- Usia
Penyakit
- Genetik
Bahan Kimia &
- Hormon Obat-obatan
- Psikologis Exercise
- Kolesterol total
- LDL
- HDL
- Trigliserida
58
Tidak diteliti
DiTeliti
3. Pemberian ekstrak daun bungur meningkatkan kadar HDL serum pada tikus
jantan dislipidemia
4. Pemberian ekstrak daun bungur menurunkan kadar LDL pada tikus putih
jantan dislipidemia.
BAB IV
METODE PENELITIAN
P0
O1 O2 O3
P S R
P1
O4 O5 O6
Keterangan:
P = Populasi
S = Sampel
R = Random
aquadest
O2 = Observasi profil lipid dan pada kelompok kontrol hari ke 14 (post test)
O3 = Observasi profil lipid dan pada kelompok kontrol hari ke 28 (post test)
59
60
O5 = Observasi profil lipid dan pada kelompok perlakuan hari ke 14 (post test)
O6 = Observasi profil lipid dan pada kelompok perlakuan hari ke 28 (post test)
februari 2016.
4.3.1 Populasi
karakteristik tertentu. Populasi dalam penelitian ini adalah tikus putih (Rattus
norvegicus) jantan galur wistar umur 2-2,5 bulan dengan berat 180-200 gram.
4.3.2 Sampel
a. Kriteria inklusi
n= 2 σ2 X f(α,β)
( μ2- μ1)2
Keterangan :
f(α,β) = 10,5
σ = 43.567
μ1 = 191.5267
μ2 = 124.6267
n = 2 σ2 X f(α,β)
( μ2- μ1)2
= 2. 43,5672 X 10,5
(191,53-124,63)2
62
= 8.905993 ≈ 9
Jadi minimum sampel yang diperlukan berdasarkan hasil penelitian
pendahuluan adalah 9 ekor tikus. Untuk Mencegah Drop out cadangan 10% = 10
ekor/perlakuan
55281
Indonesia. Dosis yang digunakan dalam penelitian ini adalah 500 mg/kg
BB/hari. Ekstrak dilarutkan dalam air suling sampai volume 1,5 cc diberikan
menggunakan sonde lambung setiap hari pada pagi hari antara pukul 08.00-
2. Plasebo adalah air suling yang diberikan per oral mengunakan sonde lambung
dengan volume 1,5 cc diberikan setiap hari pada pagi hari antara pukul 08.00-
09.00.
3. Profil lipid adalah kadar kolesterol total, LDL dan HDL yang diukur dengan
dilakukan dua kali yaitu sebelum dan sesudah perlakuan (pretest post test).
4. Kolesterol adalah bagian dari lipid yang struktur dasarnya terbentuk dari inti
dapat melekat pada dinding arteri dan mengganggu aliran darah. Kadar normal
6. HDL adalah lipoprotein berdensitas tinggi yang bersifat non aterogenik yang
7. Trigliserida adalah bagian dari lipid yang terdiri dari asam lemak dan gliserol
kolesterol total serum lebih dari 200 mg/dl (Ratnayanti et al, 2013).
64
9. Diet tinggi kolesterol adalah makanan yang dibuat dengan campuran khusus
Kuning telur 5%
Minyak Goreng 1%
10. Diet standar adalah makanan yang diberikan menggunakan HPS 511.
11. Tikus yang dipakai dalam percobaan adalah tikus putih (Rattus norvegicus)
12. Umur tikus ditentukan dengan melihat tanggal kelahiran yang telah dicatat
13. Berat badan adalah berat tikus yang diukur dengan timbangan khusus merk
Universitas Udayana.
2. Aquadest
4. Diet kolesterol
5. Diet standar
6. Papan fiksasi
7. Jarum 26 sonde
9. Mortir
10. Pipet
11. Masker
12. Spuit 3 cc
bentuk serbuk.
bahan (serbuk daun bungur) dengan pelarut yang digunakan adalah 1:5.
menggunakan mixer
o
rotary evaporator pada suhu 50 C, lalu diambil untuk dikeringbekukan dengan
66
adalah untuk menguapkan etanol. Cairan hasil ektraksi diberikan satu kali
sehari dengan cara sonde, sebanyak 1,5cc yang setara dengan dosis
Penelitian ini dilakukan pada tikus jantan dislipidemia yang dibagi menjadi
masing- masing kandang berisi satu ekor tikus. Ukuran kandang 40x30x20
3. Pada hari kedelapan, tikus mulai diberi diet tinggi kolesterol selama 28 hari.
6. Tikus dipilih yang dislipidemia dengan kadar kolesterol lebih dari 200 mg/dl
kelompok kontrol yang diberikan diet normal ditambah plasebo (air suling)
kelompok perlakuan yang diberikan diet normal ditambah bahan uji yang
67
berupa ekstrak daun bungur 500 mg/kgBB tikus yang dilarutkan dalam air
suling sehingga volume menjadi 1,5 cc diberikan setiap pagi selama 28 hari.
orbitalis kedua kalinya pada semua kelompok untuk pemeriksaan profil lipid
hari ke 28, Setelah penelitian selesai dilakukan, tikus-tikus yang masih sehat
Mada, Yogyakarta
Tikus 24 ekor
Adaptasi 7 hari
Dipuasakan 18 jam
1. Analisis deskriptif
Uji normalitas data diuji dengan Shapiro-Wilk Test karena jumlah sampel per
kelompok kurang dari 30. Data pada penelitian ini berdistribusi normal
dengan p>0,05
3. Uji homogenitas
Uji homogenitas data diuji dengan Levene’s Test. Varian data dinyatakan
4. Uji komparabilitas
HASIL PENELITIAN
test-post test control group design yang menggunakan 20 ekor tikus putih (Rattus
kolesterol total di atas 200 mg/dl, yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-
dengan dosis 500 mg/kgBB/hari). Hasil penelitian ini kemudian dianalisis dan
(posttest I), dan setelah 28 hari perlakuan (posttest II). Hasil analisis deskriptif
kadar kolesterol total, setelah 14 hari dan 28 hari perlakuan pada masing-masing
kelompok disajikan pada Tabel 5.1.Kadar kolesterol total (pretest), setalah 14 hari
perlakuan (posttest I), dan setelah 28 hari perlakuan (posttest II) pada masing-
70
71
Tabel 5.1
Hasil Analisis Deskriptif dan Normalitas Data Kadar Kolesterol Total
Mean p Keterangan
Kelompok Subyek n SD
(mg/dl)
P0 (pretest) 10 215,06 9,76 0,701 Normal
P1 (pretest) 10 219,06 10,70 0,508 Normal
P0 posttest I (14 hari perlakuan) 10 219,12 8,86 0,566 Normal
P1 posttest I (14 hari perlakuan) 10 175,85 6,28 0,368 Normal
P0 posttest II (28 hari perlakuan) 10 223,18 8,31 0,486 Normal
P1 posttest II (28 hari perlakuan) 10 135,47 15,33 0,808 Normal
n = jumlah sampel; p = taraf signifikansi
dan setelah 28 hari perlakuan (posttest II). Hasil analisis deskriptif kadar
(posttest I), dan setelah 28 hari perlakuan (posttest II) pada masing-masing
Tabel 5.2
Hasil Analisis Deskriptif dan Normalitas Data Kadar Trigliserida
Mean p Keterangan
Kelompok Subyek N SD
(mg/dl)
P0 (pretest) 10 145,05 9,10 0,834 Normal
P1 (pretest) 10 142,87 6,77 0,088 Normal
P0 posttest I (14 hari perlakuan) 10 147,50 8,64 0,898 Normal
P1 posttest I (14 hari perlakuan) 10 125,58 6,46 0,520 Normal
P0 posttest II (28 hari perlakuan) 10 148,99 8,49 0,929 Normal
P1 posttest II (28 hari perlakuan) 10 82,19 21,29 0,812 Normal
n = jumlah sampel; p = taraf signifikansi
72
Kadar HDL diamati (pretest), setalah 14 hari perlakuan (posttest I), dan
setelah 28 hari perlakuan (posttest II). Hasil analisis deskriptif kadar HDL, setelah
14 hari dan 28 hari perlakuan pada masing-masing kelompok disajikan pada Tabel
5.3.Kadar HDL (pretest), setelah 14 hari perlakuan (posttest I), dan setelah 28
Tabel 5.3
Hasil Analisis Deskriptif Data Kadar HDL
Mean p Keterangan
Kelompok Subyek N SD
(mg/dl)
P0 (pretest) 10 22,73 6,29 0,094 Normal
P1 (pretest) 10 23,78 4,89 0,991 Normal
P0 posttest I (14 hari perlakuan) 10 22,12 5,01 0,303 Normal
P1 posttest I (14 hari perlakuan) 10 32,18 5,05 0,831 Normal
P0 posttest II (28 hari perlakuan) 10 20,58 4,44 0,212 Normal
P1 posttest II (28 hari perlakuan) 10 46,02 4,88 0,095 Normal
n = jumlah sampel; p = taraf signifikansi
Kadar LDL diamati (pretest), setelah 14 hari perlakuan (posttest I), dan
setelah 28 hari perlakuan (posttest II). Hasil analisis deskriptif kadar LDL, setelah
14 hari dan 28 hari perlakuan pada masing-masing kelompok disajikan pada Tabel
5.4.Kadar LDL (pretest), setelah 14 hari perlakuan (posttest I), dan setelah 28 hari
Tabel 5.4
Hasil Analisis Deskriptif dan Normalitas Data Kadar LDL
Mean p Keterangan
Kelompok Subyek n SD
(mg/dl)
P0 (pretest) 10 90,78 7,28 0,271 Normal
P1 (pretest) 10 87,45 7,77 0,268 Normal
P0 posttest I (14 hari perlakuan) 10 93,09 6,83 0,064 Normal
10 0,922 Normal
P1 posttest I (14 hari perlakuan) 74,30 5,28
Kadar kolesterol total (pretest), setelah 14 hari perlakuan (posttest I), dan
bahwa varian data hasil penelitian homogen (p>0,05), data disajikan pada Tabel
5.5.
Tabel 5.5
Hasil Uji Homogenitas Data Kadar Kolesterol Total Antar Kelompok
bahwa varian data hasil penelitian homogen (p>0,05), data disajikan pada Tabel
5.6.
Tabel 5.6
Hasil Uji Homogenitas Data Kadar Trigliserida Antar Kelompok
Kadar HDL (pretest), setelah 14 hari perlakuan (posttest I), dan setelah 28
dengan menggunakan uji Levene’s test. Hasil menunjukkan bahwa varian data
Tabel 5.7
Hasil Uji Homogenitas Data Kadar HDL Antar Kelompok
Kadar LDL (pretest), setelah 14 hari perlakuan (posttest I), dan setelah 28
dengan menggunakan uji Levene’s test. Hasil menunjukkan bahwa varian data
Tabel 5.8.
Hasil Uji Homogenitas Data Kadar LDL Antar Kelompok
kolesterol total, trigliserida, HDL dan LDL antar kelompok sebelum perlakuan
(pretest). Hasil analisis kemaknaan diuji dengan t-independence pada Tabel 5.9.
76
Tabel 5.9
Rerata Nilai Variabel antar Kelompok Sebelum Perlakuan (pretest)
Variabel Kelompok Rerata (mg/dl) SB t P
P0 215,06 9,76
Kolesterol Total -0,873 0,394
P1 219,06 10,70
P0 145,05 9,10
Trigliserida 0,608 0,550
P1 142,87 6,77
P0 22,73 6,29
HDL -0,414 0,684
P1 23,78 4,89
P0 90,78 7,28
LDL 0,988 0,336
P1 87,45 7,77
SB = Simpangan Baku; t = t-test; p = signifikansi
Tabel 5.9 menunjukkan rerata kadar kolesterol total tikus dislipidemia dan
sebelum perlakuan (pretest) kelompok kontrol (P0) adalah 215,06±9,76 mg/dl dan
kadar trigliserida kelompok kontrol (P0) adalah 145,05±9,10 mg/dl dan kelompok
menunjukkan bahwa nilai t= 0,608 dan nilai p= 0,550. Rerata kadar HDL
bahwa nilai t= -0,414 dan nilai p= 0,684. Rerata kadar LDL kelompok kontrol
dan nilai p= 0,336. Hal ini berarti rerata kadar kolesterol total, trigliserida, HDL
dan LDL pada tikus dislipidemia dan sebelum perlakuan (pretest) antar kelompok
kontrol (P0) dan kelompok perlakuan (P1) tidak berbeda bermakna (p>0,05).
77
kolesterol total, trigliserida, HDL dan LDL antar kelompok sesudah perlakuan
selama 14 hari (prosttest I). Hasil analisis kemaknaan diuji dengan t-independence
Tabel 5.10
Rerata Nilai Variabelantar Kelompok Sesudah Perlakuan 14 Hari
Variabel Kelompok Rerata (mg/dl) SB t P
P0 219,12 8,86
Kolesterol Total 12,607 0,000
P1 175,85 6,28
P0 147,50 8,64
Trigliserida 6,423 0,000
P1 125,58 6,46
P0 22,12 5,01
HDL -4,470 0,000
P1 32,18 5,05
P0 93,09 6,83
LDL 6,881 0,000
P1 74,30 5,28
SB = Simpangan Baku; t = t-test; p = signifikansi
kadar trigliserida kelompok kontrol (P0) adalah 147,50±8,64 mg/dl dan kelompok
menunjukkan bahwa nilai t= 6,423 dan nilai p= 0,000. Rerata kadar HDL
bahwa nilai t= -4,470 dan nilai p= 0,000. Rerata kadar LDL kelompok kontrol
dan nilai p= 0,000. Hal ini berarti rerata kadar kolesterol total, trigliserida, HDL
dan LDL sesudah perlakuan selama 14 hari (posttest I) antar kelompok kontrol
kolesterol total, trigliserida, HDL dan LDL antar kelompok sesudah perlakuan
Tabel 5.11
Rerata Nilai Variabelantar Kelompok Sesudah Perlakuan 28 Hari
Variabel Kelompok Rerata (mg/dl) SB t P
P0 223,18 8,31
Kolesterol Total 16,053 0,000
P1 135,47 15,33
P0 148,99 8,49
Trigliserida 9,258 0,000
P1 82,19 21,29
P0 20,58 4,44
HDL -12,443 0,000
P1 46,02 4,88
P0 94,26 6,31
LDL 10,587 0,000
P1 36,25 16,22
SB = Simpangan Baku; t = t-test; p = signifikansi
kadar trigliserida kelompok kontrol (P0) adalah 148,99±8,49 mg/dl dan kelompok
menunjukkan bahwa nilai t= 9,258 dan nilai p= 0,000. Rerata kadar HDL
bahwa nilai t= -12,443 dan nilai p= 0,000. Rerata kadar LDL kelompok kontrol
dan nilai p= 0,000. Hal ini berarti rerata kadar kolesterol total, trigliserida, HDL
dan LDL sesudah perlakuan selama 28 hari (posttest II) antar kelompok kontrol
bungur (P1) diuji berdasarkan rerata kadar kolesterol total, trigliserida, HDL dan
selama 28 hari (post-test II). Hasil analisis kemaknaan dengan paired sample T
Tabel 5.12
Rerata Nilai VariabelMasing-Masing Kelompok Sebelum dan Sesudah
Perlakuan
HDL dan LDL yang sangat bermakna pada kelompok P1 (p<0,01). Hasil
saja sudah dapat memperbaiki profil lipid dengan sangat signifikan (p<0,01).
Perbaikan profil lipid meliputi penurunan kadar kolesterol total (Gambar 5.1),
penurunan trigliserida (Gambar 5.2), peningkatan kadar HDL (Gambar 5.3) serta
175.85
200
135.47
150
100
50
0
P0 P1
Gambar 5.1 Grafik Perubahan Kadar Kolesterol Total Sebelum dan Sesudah
Perlakuan Antar Kelompok
148.99 142.87
160 145.05 147.5
140 125.58
Kadar Trigliserida (mg/dl)
120
100 82.19
80
60
40
20
0
P0 P1
Pretest Posttest1 Posttest2
50 46.02
45
40 32.18
35
23.78
Kadar HDL
30 22.73
22.12
25
20.58
20
15
10
5
0
P0 P1
Pretest Posttest1 Posttest2
Gambar 5.3 Grafik Perubahan Kadar HDL Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Antar Kelompok
70
60
50 36.25
40
30
20
10
0
P0 P1
Pretest Posttest1 Posttest2
Gambar 5.4 Grafik Perubahan Kadar LDL Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Antar Kelompok
BAB VI
PEMBAHASAN
kolesterol selama duapuluh delapan hari terjadi kenaikan kadar kolesterol total,
trigliserida, LDL serta terjadi penurunan kadar HDL. Kadar Kolesterol total
normal pada tikus adalah 10–54 mg/dL, kadar normal trigliserida adalah 26–145
mg/dL, kadar normal HDL adalah 77– 84 mg/dL dan kadar normal LDL adalah
17–22 mg/dL. Setelah pemberian diet tinggi kolesterol selama tiga puluh rerata
kadar kolesterol kelompok kontrol (P0) adalah 215,06±9,76 mg/dl dan kelompok
mg/dl, rerata kadar HDL kelompok kontrol (P0) adalah 22,73±6,29 mg/dl dan
kelompok P1 adalah 23,78±4,89 mg/dl, dan rerata kadar LDL kelompok kontrol
Pada diet tinggi lemak akan terjadi stimulasi pelepasan berbagai macam
sitokin, salah satunya TNF-α. TNF- α yang meningkat dalam darah akan menekan
oksidasi asam lemak, terutama pada hepar sehingga asam lemak bebas dalam
83
84
aktivitas dari CETP (Cholesterol ester transfer protein). CETP ini akan
terdapat pada LDL danHDL, dan terjadi VLDL yang kaya akan kolesterol, Pada
LDL dan HDL menjadi kaya akan trigliserida atau dikenal sebagai lipoprotein
kaya trigliserida (TGrL). Apo A-1 dapat melepaskan diri dari HDL yang kaya
akan trigliserida. ApoA-1 bebas ini segera dibersihkan dari plasma, melewati
small dense LDL dan kadar HDL dalam darah jumlah nya menurun (Shulman,
2000).
ekstrak daun bungur selama 14 hari dapat menurunkan kadar kolesterol total dari
ini juga dapat diamatai pada variabel lainnya. Pemberian ekstrak daun bungur
bungur selama 14 hari juga dapat meningkatkan kadar HDL dari 23,78±4,89
85
pemberian ekstrak daun bungur selama 14 hari dapat menurunkan kadar LDL dari
(Takagi et al., 2010). Selain itu penelitian juga membuktikan bahwa asam
sehingga kadarnya dalam darah dapat menurun secara drastis dan mengalami
penurunan berat badan yang bermakna (Tsuchibe et al., 2006). Hasil ini juga
bungur dapat menurunkan kadar trigliserida dan kolesterol total pada hati tikus
kadar glukosa darah puasa sebesar 23%, insulin sebesar 41% dan trigliserida
sebesar 22%. Perlakuan ini juga menurunkan 10% berat badan dan mengurangi
15% massa total lemak. Selain itu, asam korosolat dalam diet meningkatkan
dan penurunan steatosis hati. Hasil ini menunjukkan bahwa asam korosolat
bermanfaat dalam menangani berbagai aspek dari sindrom metabolik yang terdiri
metabolik yang dapat diatasi dengan asam korosolat termasuk obesitas, resistensi
penyerapan glukosa pada jaringan adiposit tikus, (Hayashi et al., 2002). Pada
penyerapan glukosa yang setara dengan 100nm insulin dan tanin mencapai
/ mL. Ekstrak air panas dari daun bungur masih terbukti memiliki efek
dari insulin karena konsentrasi senyawa bioaktif yang rendah dan tidak terbukti
memiliki efek sinergis dengan insulin (Liu et al., 2001). Pemberian senyawa aktif
pemberian pada konsentrasi 0.5mg/mL. Dalam kultur sel adiposit 3T3-L1, ekstrak
air panas daun bungur menunjukkan efek penekan terhadap proliferasi sel lemak
Ekstrak daun bungur juga mengandung saponin dalam jumlah yang cukup
2014). HMGCR adalah enzim yang meregulasi biosintesis kolesterol. Inhibisi dari
kolesterol dalam hati dan dengan demikian mengurangi kadar kolesterol serum
mengandung apoB dan disekresi ke dalam plasma. Jadi ACAT2 memainkan peran
merupakan enzim terlibat dalam jalur biosintesis asam empedu dan setidaknya
terlibat dalam 75% dari proses produksi asam empedu (Chiang, 2004).
memperbaiki profil lipid darah dan memiliki efek vasoprotektif (Shipp dan Abdel-
(Cholesteryl ester transfer protein). Dengan menekan aktivitas CETP, maka dapat
meningkatkan kadar kolesterol HDL dan menurunkan kadar kolesterol LDL (Qin
et al., 2009). CETP adalah protein plasma yang memediasi pertukaran cholesteryl
ester dari HDL ditukar dengan molekul trigliserida dari LDL, VLDL maupun
kilomikron, sehingga yang terjadi VLDL kaya akan kolesterol, sedangkan HDL
menjadi kaya akan trigliserida atau dikenal sebagai lipoprotein kaya trigliserida
(TGrL). Apo A-1 dapat memisahkan diri dari HDL kaya trigliserida. ApoA-1
bebas ini segera dibersihkan dari plasma, melalui ginjal, sehingga mengurangi
dalam darah menurun. LDL kaya trigliserida dapat mengalami lipolisis menjadi
small dense LDL (Shulman, 2000). Dalam hal ini flavonoid bekerja menghambat
CETP sehingga terjadi peningkatan kadar HDL kolesterol dan penurunan kadar
LDL (Qin et al., 2009). Flavonoid juga memiliki efek anti inflamasi dengan
pada hepar, dan menghambat sintesis kolesterol oleh sel hepar (Karlsen et al.,
2007).
BAB VII
7.1 Simpulan
4. Pemberian ekstrak daun bungur menurunkan kadar LDL pada tikus putih
jantan dislipidemia.
7.2 Saran
1. Perlu dilakukan uji klinik terhadap khasiat ekstrak daun bungur pada
89
DAFTAR PUSTAKA
Adam, I. 2011. Peran Kolesterol HDL Dalam Mencegah Penyakit Arteri Koroner
pada Penderita Diabetes. Artikel Penyakit Dalam. Universitas Hasanudin,
Makasar, 1 Februari.
Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Cetakan VII. Jakarta: penerbit PT.
Gramedia Pustaka Utama. p.51-69.
Bintang, A.A.S. 2010. Penelitian Pendahuluan Ektrak Etanol Daun Asam Jawa
(Tamarindus indica Linn.) Memperbaiki Profil Lipid Tikus Putih (Rattus
norvegicus) Galur Wistar dengan Dislipidemia (tesis).Denpasar: Universitas
Udayana
90
91
Brown,M.S dan Goldstein, J.L. 2009 History of Discovery: The LDL Receptor
Arterioscler Thromb Vasc Biol 29(4): 431–438
Chiang, J.Y. 2004. Regulation of bile acid synthesis: pathways, nuclear receptors,
and mechanisms. Journal of Hepatology40: 539–551.
Del Bas, J.M., Fernández-Larrea, J., Blay, M., Ardèvol, A., Salvadó, M.J. 2005.
Grape seed procyanidins improve atherosclerotic risk index and induce liver
CYP7A1 and SHP expression in healthy rats. The Journal of the Federation
of American Societies for Experimental Biology19 (3): 479–481
Depkes, 2014. Situasi Kesehatan Jantung. Pusat data dan Informasi kementerian
KesehatanRepublikIndonesia.www.depkes.go.id/download.php?file=downl
oad/pusdatin/..jantung.
Esha Flora Plants and Tissue Culture.2008. Tanaman Obat Indonesia Untuk
Pengobatan. Available at http://indonesian-
herbal.blogspot.co.id/2008/11/tanaman-obat-indonesia-untuk-
pengobatan.html
Guyton, A.C. dan Hall, J.E. 2007. Keseimbangan Diet; Aturan Pemberian
Makanan; Obesitas dan Kelaparan; Vitamin dan Mineral. Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Terjemahan Irawati et. al. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC. p. 916-918.
Jurevics, H., Hostettler, J., Barrett, C., Morell, P., and Toews, A. D. 2000. Diurnal
and dietary-induced changes in cholesterol synthesis correlate with levels of
mRNA for HMG-CoA reductase. Journal of Lipid Research.41: 1048–1053
Karlsen, A., Retterstol, L., Laake, P., Paur, I.,kjolsrud-Bohn, S., Sandvik, L.,
Blomhoff, R., 2007. Anthocyanins Inhibit Nuclear Factor- Kappa Activation
In Monocytes and Reduce Plasma Concentrations of Pro- Inflammatory
Mediators In Healthy Adults, Journal of Nutrition, 137:1951-4
Klein, G., Kim. J., Himmeldirk, K., Cao, Y. dan Chen, X. 2007. Antidiabetes and
Anti-obesity Activity of Lagerstroemia speciosa. Evid Based
Complement Alternat. Med., 4:401-407.
Lee, R.G., Shah, R., Sawyer, J.K., Hamilton, R.L., and Parks, J.S. 2005. ACAT2
contributes cholesteryl esters to newly secreted VLDL, whereas LCAT adds
cholesteryl ester to LDL in mice. J Lipid Res46: 1205–1212
Liu, F., Kim , J.K., Li,Y.K.,Liu, X., Li., J. dan Chen, X. 2001. An Extract of
Lagerstroemia speciosa L. Has Insulin-Like Glucose Uptake–Stimulatory
and Adipocyte Differentiation–Inhibitory Activities in 3T3-L1 Cells1. J
Nutr. Sep;131(9):2242-7.
Liu, F., Kim, J., Li, Y., Liu, X., Li, J., Chen, X. 2001. An extract of Lagerstroemia
speciosa L. has insulin-like glucose uptake-stimulatory and adipocyte
differentiation-inhibitory activities in 3T3-L1 cells. J Nutr. 131(9):2242-7.
Mahley, R. W., Weisgraber, K.H., dan Farese, R.V. 2011. Disorder of Lipid
Metabolism.In William Textbook of Endocrinology.12th Ed.
Miura, T., Takagi, S., and Ishida, T. 2012. Management of Diabetes and Its
Complications with Banaba (Lagerstroemia speciosa L.) and Corosolic
93
Olivera, T., Ricardo, K.F.S., Almeida. M.R., Costa, M.R. dan Nagem, T.J. 2007.
Hypolipidemic Effect of Flavonoids and Cholestyramine in Rats Tania.
Latin American Journal of farmacy 26 (3): 407-10.
Pangkahila, W. 2011. Anti Aging Medicine : Tetap Muda dan Sehat. Cetakan ke-
1.Jakarta : Penerbit Buku Kompas. Hal: 1-3, 9-10, 36-40.
Qin, Y., Xia, M., Ma, J., Hao, Y.T., Liu, J., Mou, H.Y., Cao, L., Ling, W.H. 2009.
Anthocyanin Supplementation Improves Serum LDL- and HDLCholesterol
Concentrations Associated with The Inhibition of Cholesteryl Ester Transfer
Protein in Dyslipidemic Subject. The American Journal of Clinical
Nutrition, 90(3):485-492
Rahastuti, S., Tjahjani,S. dan Hartini, E. 2011. Efek Infusa Daun Salam (Syzgium
polyanthum) terhadap Penurunan Kadar Kolesterol Total Darah Tikus
Model Dislipidemia Galur Wistar. Jurnal Medika Planta. 4: 28-32
Ratnayanti, I.G., Sugitama, I.W. dan Wahyuniari, I.A. 2013. Penurunan Kadar
trigliserida pada Tikus Jantan dengan Terapi Growth Hormone. Journal
Veteriner. 14: 178-183
94
Shi, Y., Guo, R., Wang, X., Yuang, D., Zhang, S., Wang, J., Yang, X., and Wang,
C. 2014. The Regulation of Alfalfa Saponin Extract on Key Genes Involved
in Hepatic Cholesterol Metabolism in Hyperlipidemic Rats. Claret M, ed.
PLoS ONE. 9(2):e88282.
Stohs, S.J., Miller, H., Kaats, G.R. 2012. A review of the efficacy and safety of
banaba (Lagerstroemia speciosa L.) and corosolic acid. Phytother Res.
26(3):317-24.
Suzuki, Y., Unno, T., Ushitani, M., Hayashi, K., Kakuda, T. 1999. Antiobesity
activity of extracts from Lagerstroemia speciosa L. leaves on female KK-Ay
mice. J Nutr Sci Vitaminol. 45(6): 791-5.
Takagi, S., Miura T., Ishihara E, Ishida T. dan Chinzei Y. 2010 . Effect of
corosolic acid on dietary hypercholesterolemia and hepatic steatosis in KK-
Ay diabetic mice.Biomedical Research 31(4)213-218
Takagi, S., Miura, T., Ishihara, E., Ishida, T., and Chinzei, Y. 2010. Effect of
corosolic acid on dietary hypercholesterolemia and hepatic steatosis in KK-
Ay diabetic mice. Biomedical Research. 31(4): 213-218.
Tsuchibe, S., Kataumi, S., Mori, M., and Mori, H. 2006. An inhibitory effect on
the increase in the postprandial glucose by banaba extract capsule enriched
corosolic acid. Journal for the Integrated Study of Dietary Habits. 17: 255–
259.
Yamada, K., Hogokowa, M., and Fujimoto, S. 2008. Effect of corosolic acid on
gluconeogenesis in rat liver. Diabetes Research and Clinical Practice.
80:48–55