Anda di halaman 1dari 95

1

TESIS

EKSTRAK DAUN BUNGUR (Lagerstronemia species)


MEMPERBAIKI PROFIL LIPID TIKUS WISTAR
JANTAN DISLIPIDEMIA

FRANSISKA MOCHTAR

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
3

TESIS

EKSTRAK DAUN BUNGUR (Lagerstronemia species)


MEMPERBAIKI PROFIL LIPID TIKUS WISTAR
JANTAN DISLIPIDEMIA

FRANSISKA MOCHTAR
1490761039

PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
4

EKSTRAK DAUN BUNGUR (Lagerstronemia


species)MEMPERBAIKI PROFIL LIPID TIKUS
WISTAR JANTAN DISLIPIDEMIA

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Ilmu
Biomedik, Program Pascasarjana Universitas Udayana

FRANSISKA MOCHTAR
1490761039

PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
LembarPengesahan
5

TESIS INI TELAH DISETUJUI

PADA TANGGAL 13 Juli 2016

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. dr. Wimpie I Pangkahila, SpAnd. FAACS Prof. dr. I Gusti Made Aman, Sp.FK
NIP. 194612131971071001 NIP. 194606191976021001

Mengetahui,

Ketua Program StudiIlmuBiomedik Direktur


Program Pascasarjana Program Pascsarjana
UniversitasUdayana UniversitasUdayana

Dr.dr. GdeNgurahIndragunaPinatih, MSc, Sp.GK Prof.Dr.dr. A.A. RakaSudewi, Sp.S(K)


NIP. 195805211985031002 NIP. 195902151985102001

Tesis ini Telah Diuji dan Dinilai

Oleh Panitia Penguji pada

Program Pascasarjana Universitas Udayana

Pada Tanggal : 13 Juli 2016


6

Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana

Nomor :

Penguji : 1. Prof.Dr.dr. Wimpie I Pangkahila, Sp.And, FAACS

2. Prof.dr. I Gusti Made Aman, Sp.FK

3. Prof.Dr.dr. J Alex Pangkahila, MSc, Sp.And

4. Dr.dr. Ida Sri Iswari, Sp.MK, M.Kes

5. Dr. dr. Desak Made Wihandani, M.Kes


7

Plagiat

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : FransiskaMochtar
Program Studi : Program Magister IlmuBiomedik
Program Pascasarjana Universitas Udayana
NIM :1490761039
No. Telp/No HP : 0813837069
Email : fransiska_mochtar@yahoo.com
Judul Proposal : Ekstrak Daun Bungur (Lagerstronemia
Species)Memperbaiki Profil Lipid Tikus Wistar Jantan
Dislipidemia

Menyatakanbahwanaskahdalamtesisinitidak mengandung unsur plagiarisme. Pernyataan


ini saya buat dengan sebenar-benarnya, apabilaterdapatunsurpelanggaran, maka saya
bersedia untukmempertanggungjawabkan sesuai peraturan yang berlaku.

Denpasar,

Yang membuat pernyataan,

FransiskaMochtar
8

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kepadaTuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat,
karunia serta petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang
berjudul ”Ekstrak Daun Bungur (Lagerstronemia Species) Memperbaiki
Profil Lipid Tikus Wistar Jantan Dislipidemia”dalam rangka memperoleh
gelar Magister pada Program Studi Ilmu Biomedik, kekhususan Anti Aging
Medicine, di Program Pascasarjana Universitas Udayana, Denpasar Bali.
Selama penelitian ini, penulis mendapat banyak pengalaman berharga
yang memperkaya wawasan, serta sebagai proses pembelajaran hidup penulis baik
dari segi ilmiah maupun dari segi sosial. Semua ini tidak lepas dari peran serta
orang-orang disekeliling penulis yang senantiasa mendukung dengan tulus dan
ikhlas.
Pada kesempatan ini, perkenankanlah penulis menyampaikan rasa hormat,
penghargaan, dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
Prof.Dr.dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD, selaku Rektor Universitas
Udayana atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk
mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister Ilmu Biomedik,
Universitas Udayana, Bali.
Prof.Dr.dr.A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K), selaku Direktur Program
Pascasarjana Universitas Udayana yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk menjad imahasiswi pada Program Magister Ilmu Biomedik,
Universitas Udayana, Bali.
Dr.dr. Gde Ngurah Indraguna Pinatih, M.Sc, SpGK, selaku Ketua Program
Studi Ilmu Biomedik yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
menuntut ilmu di Program Magister Ilmu Biomedik, UniversitasUdayana, Bali.
Prof.Dr.dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And, FAACS, selaku Pembimbing I,
yang dengan penuh perhatian memberikan semangat, bimbingan, waktu dan saran
yang sangat berharga selama penulis mengikuti program magister, khususnya
dalam menyelesaikan tesis ini.
Prof.dr. IGM Aman, Sp.FK, selaku Pembimbing II, yang dengan penuh
perhatian dan kesabaran memberikan bimbingan, waktu dan saran yang sangat
berharga kepada penulis selama penulis mengikuti program magister khususnya
dalam menyelesaikan tesis ini.
Prof. Dr.dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc, Sp.And, selaku penguji yang telah
memberikan masukan, saran, sanggahan dan koreksi yang sangatberharga dalam
penyusunan tesis ini dan selama penulis mengikuti program magister.
9

Dr. dr. Ida Sri Iswari, Sp.MK.,M.Kes, selaku penguji yang telah
memberikan masukan, saran, sanggahan dan koreksi yang sangat berharga dalam
penyusunan tesis ini dan selama penulis mengikuti program magister.

Dr. dr. Desak Made Wihandani, M.Kes, selaku penguji yang telah
memberikan masukan, saran, sanggahan dan koreksi yang sangat berharga dalam
penyusunan tesis ini dan selama penulis mengikuti program magister.

I Gede Wiranatha, S.Si, yang telah membantu dan memberikan bimbingan


dalam pelaksanaan penelitian di laboratory animal unit bagian Farmakologi FK
Udayana.

Suami tercinta Elromano Santos dan Keluarga dan atas iringan doa,
semangat, perhatian, dorongan dan kasih sayang yang tulus dan tidak terhingga
kepada penulis, terutama menjaga cucu-cucu sehingga penulis mampu
menyelesaikan tesis ini.

Seluruh dosen Ilmu Biomedik Universitas Udayana Bali, yang telah


memberikan ilmu yang sangat berharga dan bermanfaat dan seluruh staf Magister
Ilmu Biomedik yang telah mendukung, memberikan informasi dan bantuan
kepada penulis mulai dari awal sampai akhir menuntut ilmu di PS. Ilmu
Biomedik.

Teman-teman aam dr Triwiji dan teman-teman seangkatan yang tidak bisa


disebutkan satu persatu atas bantuan dan dorongan sehingga penulis bisa
menyelesaikan tesis ini.

Semoga Tuhan yang Maha Esa senantiasa memberikan rahmat-Nya


kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian tesis ini.Penulis
menyadari bahwa tesis ini jauh dari sempurna, karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun.Akhir kata penulis ucapkan, semoga hasil
penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Denpasar, 13 Juli 2016


Penulis,

FransiskaMochtar
10

ABSTRAK

EKSTRAK DAUN BUNGUR (Lagerstronemia species)MEMPERBAIKI PROFIL LIPID


TIKUS WISTAR JANTAN ( RattusNorvegicus) DISLIPIDEMIA

Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan kenaikan


kadar kolesterol total, kolesterol LDL, kenaikkan kadar trigliserida serta penurunan kadar
HDL. Prinsip utama pada pengobatan dislipidemia adalah memperbaiki gaya hidup
meliputi pemilihan makanan yang berhubungan dengan obat-obatan anti hiperlipidemik.
Bungur (Lagerstronemia species) atau ketangi adalah tumbuhan yang banyak
mengandung senyawa saponin, flavonoid, alkaloid. Masyarakat menggunakan bungur
untuk mengatasi gangguan diabetes, gangguan ginjal, antiobesitas dan antioksidan.
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efektifitas ekstrak daun bungur dalam
memperbaiki kenaikan profil lipid pada tikus dislipidemia.
Penelitian ini merupakan studi eksperimental murni dengan pretest-post test control
group design yang menggunakan 20 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) jantan, dewasa
(berumur 2-2,5 bulan), dislipidemia dengan kolesterol total di atas 200 mg/dl sebagai
sampel. Tikus kemudian dibagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10
ekor tikus, yaitu kelompok kontrol (P0/pemberian plasebo berupa aquades) dan kelompok
perlakuan (P1/pemberian ekstrak daun bungur dosis 500 mg/kgBB/hari). Penelitian
dilakukan selama 28 hari, darah diambil melalui medialcanthus sinus orbitalis untuk
pemeriksaan kadar kolesterol total, trigliserida, HDL dan LDL sebelum perlakuan
(pretest), sesudah perlakuan 14 hari (post-test 1) dan setelah perlakuan 28 hari (post-test
2).
Hasil penelitian menunjukkan rerata kadar kolesterol total P0 (pretest) adalah
215.06 ±9,76, P0 posttest I (14 hari perlakuan) 219,12 ± 8,86, P0 posttest II (28 hari
perlakuan) 223,18±8,31. Kadar trigliserida P0adalah 145, 05 ±9,10, P0 posttest I (14
hari perlakuan) 147,50 ± 8,64, P0 posttest II (28 hari perlakuan) 148,99 ± 8,49. Kadar
HDL P0adalah 23,73 ± 6,29 , P0 posttest I (14 hari perlakuan22,12 ±5,01, P0 posttest
II (28 hari perlakuan) 20,58 ± 44.4. Kadar LDL P0adalah 90,78 ±7,28 , P0 posttest I
(14 hari perlakuan) 93,09 ±6,83, P0 posttest II (28 hari perlakuan) 94,26 ±6,31.Hasil
penelitian menunjukkan rerata kadar kolesterol total kelompok yang diberikan ekstrak
daun bungur (P1) mengalami penurunan dari 219,06±10,70 mg/dl menjadi 175,85±6,28
mg/dl setelah 14 hari perlakuan dan turun lagi menjadi 135,47±15,33 mg/dlsetelah 28 hari
perlakuan (p<0,01). Hal yang sama dapat diamati pada kadar trigliserida yaitu
dari142,87±6,77 mg/dl menjadi 125,58±6,46 mg/dl dan turun lagi menjadi 82,19±21,29
mg/dl (p<0,01). Rerata kadar HDL meningkat pada kelompok P1 dari 23,78±4,89 mg/dl
menjadi 32,18±5,05 mg/dl dan 46,02±4,88 mg/dl pada hari ke 14 dan hari ke 28 (p<0,01).
Hasilnya menunjukkan bahwa data berdistribusi normal (p>0,05). Begitu juga kadar LDL
yang menurun dapat diamati dari 87,45±7,77 mg/dl menjadi 74,30±5,28 mg/dl di hari ke
14, dan menjadi 36,25±16,22 mg/dl pada hari ke 28 (p<0,01).
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak daun
Bungur (Lagerstronemia species) dapat menurunkan kadar kolesterol total, trigliserida,
LDL dan memperbaiki HDL darah tikus putih jantandislipidemia.

Kata kunci: Daun bungur, kolesterol, trigliserida, LDL, HDL, dislipidemia.

ABSTRACT
11

EXTRACT OF BANABA (Lagerstronemia species) LEAF IMPROVED LIPID


PROFILE IN DYSLIPIDEMIC MALE WISTAR RATS( RattusNorvegicus)

Dyslipidemia is an abnormal lipid metabolism characterized by elevation of


plasma cholesterol, triglycerides, LDL and decreasing HDL. The main principle in the
treatment of dyslipidemia is improving lifestyles include the selection of food associated
with anti-hyperlipidemia. Banaba (Lagerstronemia species) or bungur is a plant
abundantly contains saponin, flavonoid, and alkaloid. In society, Banaba is used to cure
diabetes, kidney disorders, as an anti-obesity and antioxidants. This study aimed to prove
the effectiveness of Banaba leaf extract in preventing the increase in lipid profile in
dyslipidemic male wistar rats
This study was a true experimental study with pretest-posttest control group
design using 20 male albino wistar rats (Rattus norvegicus), adult (2-2.5 old months),
dyslipidemia with total cholesterol above 200 mg/dl as the sample.Rats were then divided
into two groups with 10 rats each, the control group (P0 / treated with placebo of distilled
water) and the treatment group (P1 / Banaba leaf extract dose of 500 mg/kg/day). The
study was conducted for 28 days, blood is drawn through the canthus medialorbitalis for
total cholesterol, triglycerides, HDL and LDL measurement before treatment (pretest),
after 14 days treatment (post-test 1) and after treatment of 28 days treatment (post-test 2).
The results showed the average total cholesterol levels P0 ( pretest ) is 215.06 +9.76 , P0
posttest I ( 14 days of treatment ) 219.12 ±8.86 , P0 posttest II ( 28 days of treatment )
223.18 ± 8.31 . P0 triglyceride levels are 145 , 05 ± 9.10 , P0 posttest I ( 14 days of
treatment ) 147.50 ±8.64 , P0 posttest II ( 28 days of treatment ) 148.99 ± 8.49 . P0 HDL
level is 23.73 ±6.29 , P0 posttest I ( 14 days of treatment 22,12 ± 5.01 , P0 posttest II ( 28
daysof treatment ) 20.58 ± 44.4 . Levels of LDL PO is 90.78 ± 7 28 , P0 posttest I ( 14
days of treatment ) 93.09 + 6.83 , P0 posttest II ( 28 days of treatment ) 94.26 ± 6.31 .The
results showed that the average of total cholesterol levels in P1 group treated with Banaba
leaf extract has decreased from 219.06±10.70 mg/dl to 175.85±6.28 mg/dl after 14 days
of treatment and decreased again to 135.47±15.33 mg/dl after 28 days of treatment
(p<0.01). The similar trend can be observed in the levels of triglycerides which decreased
drom 142.87±6.77 mg/dl to 125.58±6.46 mg/dl and fell further to 82.19±21.29 mg/dl
(p<0.01 ). Mean HDL levels increased in group P1 from 23.78±4.89 mg/dl to 32.18±5.05
mg/dl at day 14 and rose again to 46.02±4.88 mg/dL at day 28 (p<0.01).The results
showed that the data were normally distributed ( p> 0.05 ). Likewise, decreasing LDL
levels can be observed from 87.45±7.77 mg/dl to 74.30±5.28 mg/dL at day 14, and
became 36.25±16.22 mg/dl at day 28 (p<0.01).
Based on these results it can be concluded that the leaf extract of Banaba
(Lagerstronemia species) decreasedof total cholesterol, triglycerides, LDL and
increasedof HDL dyslipidemia-induced male wistar rats.

Keywords: Leaf bungur, cholesterol, triglycerides, LDL, HDL, dyslipidemia.

DAFTAR ISI
12

Halaman

SAMPUL DALAM .................................................................................................. i


PRASYARAT GELAR ............................................................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................... iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ........................................................................ iv
PLAGIAT................................................................................................................. v
UCAPAN TERIMA KASIH................................................................................... . vi
ABSTRAK............................................................................................................... viii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………. xii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………. xv
DAFTAR TABEL………………………………………………………………….. xvi
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG……………………………………… xvii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar
belakang………………………………...………………………. 1
1.2 Rumusan
masalah……………………………………………………... 5
1.3 Tujuan
Penelitian…………………………………...…………………. 6
1.3.1 Tujuan
Umum………………………………………………….. 6
1.3.2 Tujuan
khusus………………………………………………….. 6
1.4 Manfaat
Penelitian………………………………...…………………... 6

BAB II TINJAUAN
PUSTAKA…………………………………………………… 7
2.1 Proses
Penuaan………………………………………………………… 7
2.2
Dislipidemia………………….……………………..………………
…. 8
2.2.1 Definisi
Dislipidemia……………………………………………. 8
2.2.2 Klasifikasi
Dislipidemia…………...……………………………. 11
2.2.3 Penyebab Dislipidemia…………………………………………. 12
2.2.4Penatalaksanaan Dislipidemia…………………………………. 13
2.2.5Komplikasi Dislipidemia………..……………………………… 16
2.3 Diet Tinggi Lemak………...….………………………...……………. 17
2.4 Lipid………………...………………………….…………………….. 19
2.4.1 Trigliserida…………………………………………………….. 19
2.4.2 Fosfolipid……………………………………………………… 20
2.4.3 Kolesterol……………………………………………………… 21
13

2.4.4 AsamLemak…………………………...………………............. 22
2.4.4.1 Lipoprotein……………………………….................. 22
2.4.4.1.1 Kilomikron…………………..,……......... 22
2.4.4.1.2 Lipoprotein (VLDL)……………... …….. 24
2.4.4.1.3 Low DensityLipoprotein (LDL)………… 24
2.4.4.1.4 High Density Lipoprotein (HDL)……….. 26
2.4.4.1.5 Apoprotein………………………………. 26
2.5 Metabolisme Lipid…………………………..………….……………. 27
2.6 Tanaman Obat…………………...…………………………………… 31
2.6.1 Definisi Tanaman Obat……………….....……..………………. 31
2.6.2 Pengunaan Tanamn Obat………………………………………. 32
2.7 Tanaman Bungur…………………………..………...……………….. 33
2.7.1Klasifikasi …………………………………………………….. 33
2.7.2 Metabolit Sekunder……………………………………………. 35
2.7.2.1 Saponin……………………………………………….. 35
2.7.2.2 Flavonoid……………………………………………... 35
2.7.2.3 Tanin………………………………………………….. 36
2.8 Tikus putih………………………………………………...…………… 38

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS


PENELITIAN.................................................................................... 40
3.1 Kerangka
Penelitian……………………………………..……… 40
3.2 Konsep
Penelitian……..…………………………………….…... 41
3.3 Hipotesis
Penelitian………………………………………….….. 41

BAB IV METODE
PENELITIAN………..………………………………….. 42
4.1 Rancangan
Penelitian…………………………………………… 42
4.2 Tempat dan Waktu
Penelitian…………………………………… 43
4.3 Populasi dan
sampel…………………………..………….…….. 43
4.3.1
Populasi…………………………………………….……... 43
4.3.2
Sampel…………………………………………………….. 43
4.3.3 Perhitungan Besar
Sampel………………………………... 43
4.4 Variable
Penelitian……………………………………………... 45
4.4.1 Indentifikasi
Variabel……………………………………. 45
14

4.4.2 Klasifikasi
Variabel………………………………………. 45
4.4.3Definisi Operasional Penelitian……..….………..……….. 45
4.5 Instrumen Penelitian…………….……………………………… 47
4.6 Prosedur Penelitian…………………………………………….. 48
4.7 Alur
Penelitian……………………………………………..…… 51
4.8 Analisa Data……………………………………..…………….. 52
BAB V. HASIL PENELITIAN .....................................................................…….. 53
5.1 Analisis Deskriptif dan Normalitas Data ………………………….. 53
5.2 Uji Homogenitas Data antar Kelompok ..................................……. 56
5.3 UjiKomparabilitas ……………………………………. .........……. 58
5.3.1 Analisis Komparabilitas sebelumperlakuan …………
....................................................................................
…..
....................................................................................
58
5.3.2 Analisis Komparabilitas Antar Kelompok Sesudah
Perlakuan 14 Hari………………………………………. 60
5.3.3 Analisis Komparabilitas Antar Kelompok Sesudah
Perlakuan 28 Hari……………………………………. . 61
5.4 Analisis Efek Perlakuan Pemberian Ekstrak Daun Bungur 62

BAB VI. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN................ ...................... 66


6.1 Diet Tinggi Kolesterol Menyebabkan Dislipidemia…………. 66
6.2 EkstrakDaun Bungur Memperbaiki Profil Lipid................….. 67

BAB VII. SIMPULAN DAN SARAN .....................................................…. 72


7.1 Kesimpulan ........................................................................…. 72
7.2 Saran ....................................................................................... 72

DAFTAR PUSTAKA ……… .........................................................................… 73


LAMPIRAN ........................................................................................................ 79
15

DAFTAR GAMBAR

Gambar2.1 Adiposopathy………………………………………………………….… 18
Gambar 2.2 Mekanisme diet tinggi lemak menjadi dislipidemia…………........ 18
Gambar 2.3 Jaringan adipose dan adiposity pada keadaan Adiposopathy….…… 19
Gambar 2.4 Biosintesis Lipid............................................................................... 31
Gambar 2.5 Iktisar Metabolisme Lemak……………………………………….. 31
Gambar 2.6 Daun Bungur……………………..………………….………........ 34
Gambar 2.7 Tikus putih….................................................................................... 39
Gambar 3.1 Konsep Penelitian………………………………………………….. 41
Gambar 4.1 Rancangan Penelitian………………………………………….…… 42
Gambar 4.2 Alur Penelitian……….……………………………………………... 51
Gambar 5.1 Grafik Perubahan Kadar Kolesterol Total Sebelum dan Sesudah
Perlakuan Antar Kelompok…………………………………………. 64
Gambar 5.2 Grafik Perubahan Kadar Trigliserida Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Antar Kelompok ………………………………………………….. 64
Gambar 5.3 Grafik Perubahan Kadar HDL Sebelum dan Sesudah Perlakuan Antar
Kelompok …………………………………………………………. 65
Gambar 5.4 Grafik Perubahan Kadar LDL Sebelum dan Sesudah Perlakuan Antar
Kelompok …………………………………………………………. 65

DAFTAR TABEL
16

Halaman

Tabel 2.1 Nilai Lipid………..…………………………………………………. 10


Tabel 2.2 Pedoman Klinis untuk Menghubungkan Profil Lipid dengan Risiko
Terjadinya Penyakit Kardiovaskular (PKV) ………………………… 11
Tabel 2.3 Penyebab Umum Dislipidemia Sekunder……………………………… 13
Tabel 2.4 Terapi perubahan pola hidup dengan pola diet ………………….…… 14
Tabel 2.5 Kandungan Senyawa Kimia Daun Bungur…………………………….. 37
Tabel 5.1 Hasil Analisis Deskriptif dan Normalitas Data Kadar Kolesterol Total . 54
Tabel 5.2 Hasil Analisis Deskriptif dan Normalitas Data Kadar Trigliserida……. 54
Tabel 5.3 Hasil Analisis Deskriptif Data Kadar
HDL…………………………….. 55
Tabel 5.4 Hasil Analisis Deskriptif Data Kadar LDL ……………………………. 56
Tabel 5.5 Hasil Uji Homogenitas Data Kadar Kolesterol Total Antar Kelompok 56
Tabel 5.6 Hasil Uji Homogenitas Data Kadar Trigliserida Antar Kelompok……. 57
Tabel 5.7 Hasil Uji Homogenitas Data Kadar HDL Antar Kelompok…………… 57
Tabel 5.8 Hasil Uji Homogenitas Data Kadar LDL Antar Kelompok…………… 58
Tabel 5.9 Rerata NilaiVariabel antar Kelompok Sebelum Perlakuan (pretest)….. 59
Tabel 5.10 Rerata NilaiVariabelantar Kelompok Sesudah Perlakuan 14 Hari……. 60
Tabel 5.11 Rerata NilaiVariabelantar Kelompok Sesudah Perlakuan 28 Hari……. 61
Tabel 5.12 Rerata Nilai Variabel Masing-Masing Kelompok Sebelum dan
Sesudah
Perlakuan……………………………………………………... 63

DAFTAR SINGKATAN

PKV = PenyakitKardiovascular
17

LDL =low density lipoprotein

HDL =high density lipoprotein

AAM =Anti Aging Medicine

TLC =Therapeutic Lifestyle Change

IDL =Intermediate DensityLipoprotein

LPL =Lipoprotein Lipase

HL =HepatikLipase

CPT =CarnitinePalmitoylTransferase

GAEAC =Garlic Acid Equivalent antioksidant capacity

GAE =Garlic Acid Equivalent

TAE =Tannic Acid Equivalent

QE =Quarsetic equivalent
18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses penuaan adalah suatu hal yang pasti terjadi dalam kehidupan.

Setiap manusia akan menjadi tua. Proses penuaan merupakan suatu proses alami

yang ditandai dengan adanya penurunan atau perubahan kondisi fisik, psikologis

maupun sosial dalam berinteraksi dengan orang lain. Proses penuaan bukan suatu

penyakit tetapi merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam

menghadapi rangsangan internal dan eksternal tubuh .

Proses penuaan pada tahap yang masih dini seringkali tidak disadari tetapi

seiring dengan berlanjutnya proses penuaan itu berbagai keluhan akan mulai

timbul. Seseorang mulai merasa cepat lelah, proporsi tubuh berubah, mulai timbul

masalah pada kulit, berkurangnya pendengaran dan penglihatan, dan menurunnya

performa seksual (Pangkahila, 2007).

Pada jaman modern ini banyak masyarakat mempunyai pola hidup yang

tidak sehat,makanan cepat saji yang tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik

memunculkan penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit diabetes, penyakit

jantung koroner dan dislipidemia.

Dislipidemia adalah kelainan dari metabolisme lipoprotein, yaitu

overproduksi ataupun defisiensi dari lipoprotein tertentu.Dislipidemia dapat

bermanifestasi dengan peningkatan konsentrasi kolesterol total, low density


19

lipoprotein (LDL) dan trigliserida, serta penurunan high density lipoprotein

(HDL) dalam darah( Bays,2011).

Keadaan ini sering diikuti dengan sindrom metabolik yang memperburuk

semua risiko. Dislipidemia juga merupakan penyebab penuaan dini dan penyebab

kematian karena itu pencegahan dan penanganan dislipidemia sangatlah penting.

Penurunan kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL) sebesar 1 mg/dl

menurunkan risiko kardiovaskuler 1 %, dan peningkatan kadar kolesterol High

Density Lipoprotein (HDL) menurunkan risiko kardiovaskuler 2-3% (Adam,

2011).

Dislipidemia menjadi masalah bagi kesehatan dan mempercepat proses

penuaan karena dikemudian hari berdampak pada terjadinya arteriosklerosis dan

menyebabkan penyakit jantung koroner (Brown danGoldstein, 2009).

Pada tahun 2008 diperkirakan sebanyak 17,3 juta kematian disebabkan

oleh penyakit kardiovaskuler. Lebih dari 3 juta kematian tersebut terjadi sebelum

usia 60 tahun dan seharusnya dapat dicegah. Kematian dini yang disebabkan oleh

penyakit jantungterjadi berkisar sebesar 4% di negara berpenghasilan tinggi

sampai dengan 42% terjadi di negara berpenghasilan rendah(Depkes,2014).

Dislipidemia terjadi karena peningkatan asupan lemak berlebihan yang

menyebabkan keadaan adiposopathy, dimana terjadi peningkatan TNF-α yang

mengakibatkan peningkatan profil lipid darah. Displidemia ditandai dengan

meningkatnya kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida atau kombinasi

keduanya dan biasanya disertai dengan penurunan kolesterol HDL, sehingga

menyebabkan resiko untuk penyakit kardiovascular (PKV) (Bays, 2011).


20

Prinsip utama pada penatalaksanaan dislipidemia dengan melakukan diet

ketat rendah kalori, rendah kolesterol, kurangi alkohol, berhenti merokok dan

mengkonsumsi makanan tinggi omega 3, olahraga dan mengatur pola hidup.Jika

semua intervensi non farmakologis sulit dilakukan dan tidak berhasil, maka

diberikan obat anti hiperlipdemia (ACC/AHA, 2013).

Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dilakukan berbagai

upaya untuk memperpanjang usia dengan mencegah perubahan-perubahan

tersebut. Upaya inilah yang mendasari berkembangnya Anti-Aging Medicine

(AAM). Dengan konsep AAM proses penuaan serta penyakit dapat dicegah,

dihindari, dan diobati sehingga dapat kembali ke keadaan semula, dengan

demikian manusia tidak lagi harus membiarkan dirinya begitu saja menjadi tua

dengan segala keluhan dan mendapat pengobatan yang belum tentu benar

(Pangkahila, 2007).

Pada saat ini banyak sekali penelitian dilakukan untuk mencari bahan

alami yang dapat mencegah dan mengobati dislipidemia, karena bahan alami lebih

mudah didapat dan harganya relatif terjangkau.Bahan alami diharapkan dapat

mencegah dan memperbaiki dislipidemia dengan aman atau setidaknya

mempunyai efek samping yang lebih sedikit.

Bungur(Lagerstronemia species) atau ketangi adalah tumbuhan sejenis

pohon yang dijumpai di Indonesia sebagai peneduh jalan atau pekarangan,

diketahui mengandung senyawa saponin, flavonoid, alkaloid (Liu et al.,2001).

Masyarakat Fillipina menggunakan bungur untuk mengatasi gangguan diabetes


21

dan gangguan ginjal (Klein et al., 2007). Selain antidiabetes, ekstrak bungur

memiliki khasiat sebagai antiobesitas dan antioksidan(Hernawan et al.,2003).

Kandungan antioksidan dalam ekstrak daun bungur mempunyai efek yang

menguntungkan pada fungsi yaitu menurunkan oksidasi LDL dan meningkatkan

produksi nitric oxide (NO), Oksidasi LDL akan menginduksi respon inflamasi

dengan memproduksi leukosit dan cytokine pada endotel. Nitric oxide adalah

vasodilator endogenous yang mempunyai kemampuan anti aterogenesis. Oksidasi

LDL akan menghasilkan Reactive oxygen species (ROS) yang bersifat toksik, dan

jika berikatan dengan NO akan membentuk peroksinitrik oksidan. Oksidasi

kolesterol ini dapat memacu terjadinya proses aterogenesis (Vita, 2005)

Selain mengandung asam korosolat, ekstrak daun bungur juga

mengandung tannin (Hayashi et al., 2002). Tanin terbukti meningkatkan

penyerapan glukosa pada jaringan adiposit tikus, (Hayashi et al., 2002).

Kemampuan ekstrak daun bungur dalam memperbaiki profil lipid terkait

dengan kandungan senyawa fitokimia di dalamnya. Daun bungur mengandung

senyawa asam korosolat, tanin, lagerstroemin (Hayashi et al., 2002), saponin,

flavonoid, alkaloid. (Liu et al.,2001).

Asam korosolat telah banyak dibuktikan memiliki efek antikolesterol.

Salah satu mekanisme kerjanya adalah dengan menghambat penyerapan kolesterol

di usus halus dengan menghambat aktivitas enzim cholesterol acyltransferase

(Takagi et al., 2010). Selain itu penelitian juga membuktikan bahwa asam

korosolat memiliki aktivitas untuk meningkatkan metabolism lemak terhadap 12

subjek penelitian yang mengkonsumsi ekstrak daun bungur selama 2 minggu


22

sehingga kadarnya dalam darah dapat menurun secara drastis dan mengalami

penurunan berat badan yang bermakna (Tsuchibe et al., 2006). Hasil ini juga

didukung hasil penelitian yang menyebutkan bahwa pemberian ekstrak daun

bungur dapat menurunkan kadar trigliserida dan kolesterol total pada hati tikus

sebanyak 65% (Suzuki et al., 1999). Beberapa peneliti mengungkapkan bahwa

efek antidislipidemia ekstrak daun bungur diperantarai jalur oleh peroxisome

proliferator-activated receptors (PPARs), Mitogen-activated protein kinases

(MAPK), NF-κB dan transduksi sinyal lainnya (Stohs et al., 2012).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pemberian ekstrak daun bungur dapat menurunkan Kolesterol Total

pada tikus dislipidemia ?

2. Apakah pemberian ekstrak daun bungur dapat menurunkan Trigliserida pada

tikus dislipidemia?

3. Apakah pemberian ekstrak daun bungur dapat meningkatkan HDL (High

Density Lipoprotein) pada tikus dislipidemia ?

4. Apakah pemberian ekstrak daun bungur dapat menurunkan LDL (Low Density

Lipoprotein)pada tikusdislipidemia ?
23

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ekstrak daun bungur

memperbaiki profil lipid pada tikus putih yang dislipidemia .

1.3.2Tujuan Khusus

1. Untuk membuktikan pemberian ekstrak daun bungur menurunkan kadar

kolesterol total tikus jantan dislipidemia

2. Untuk membuktikan pemberian ekstrak daun bungur menurunkan kadar

trigliserida tikus jantan dislipidemia

3. Untuk membuktikan pemberian ekstrak daun bungur meningkatkan kadar

HDL pada tikus jantan dislipidemia

4. Untuk membuktikan pemberian ekstrak daun bungur menurunkan kadar LDL

serum pada tikus jantan dislipidemia

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Keilmuan

Menambah informasi bahwa senyawa yang terdapat pada ekstrak daun

bungur memperbaiki profil lipid pada tikus jantan dislipidemia.

1.4.2 Manfaat Praktis

Bila terbukti bahwa ekstrak daun bungur memperbaiki profil lipidpada

tikus jantandislipidemia maka temuan tersebut dapat diinformasikan kepada

masyarakat luas dan dapat dipakai pada manusia setelah uji klinis
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Proses Penuaan

Faktor yang menyebabkan proses penuaan dibagi menjadi dua yaitu faktor

eksternal dan faktor internal. Faktor internal meliputi radikal bebas, hormon yang

berkurang, proses glikolisasi, metilasi, apoptosis, sistem kekebalan tubuh yang

menurun dan gen. Faktor eksternal yang utama adalah gaya hidup yang tidak

sehat, diet tidak sehat, kebiasaan salah, polusi lingkungan, kemiskinan, dan stress

(Pangkahila, 2011).

Proses penuaan biologis terjadi secara perlahan-lahan dan dapat dibagi

menjadi beberapa tahapan, antara lain (Pangkahila, 2007) :

1. Tahap subklinik (usia 25 – 35 tahun)

Usia ini dianggap usia muda dan produktif, tetapi secara biologis mulai terjadi

penurunan kadar hormon didalam tubuh, seperti growth hormone, testosterone

dan estrogen. Walaupun telah terjadi penurunan tetapi belum terjadi tanda-

tanda penurunan fungsi-fungsi fisiologis tubuh.

2. Tahap transisi (usia 35 – 45 tahun)

Pada tahap ini mulai dirasakan gejala penuaan seperti tampilan fisik yang

tidak muda lagi, misalnya penumpukan lemak di daerah sentral, rambut mulai

putih, penyembuhan lebih lama, kulit mulai keriput, penurunan kemampuan

fisik dan dorongan seksual bahkan berkurangnya gairah hidup.

Pada tahap ini terjadi radikal bebas mulai merusak ekspresi genetik yang dapat

24
25

bermanifestasi pada berbagai penyakit. Penurunan hormon terjadi lebih

banyak hingga mencapai 25% dari kadar optimal.

3. Tahap klinik (usia 45 tahun keatas)

Gejala dan tanda penuaan menjadi lebih nyata meliputi penurunan semua

fungsi sistem tubuh antara lain sistem imun, metabolisme, endokrin, seksual

dan reproduksi, kardiovaskuler, gastrointestinal, otot dan saraf. Pada tahap ini

penyakit degeratif mulai terdiagnosis, aktifitas dan kualitas hidupberkurang

akibat ketidakmampuan baik fisik maupun psikis yang sangat terganggu.

Secara alamiah setelah mencapai usia dewasa maka seluruh komponen

tubuh tidak dapat lagi berkembang lagi. Sebaliknya terjadi penurunan akibat

proses penuaan. Pada umumnya menjadi tua dianggap hal yang lumrah sehingga

masalah yang muncul diangap memang seharusnya terjadi. Padahal terdapat

banyak faktor yang berpengaruh terhadap proses penuaan. Faktor-faktor ini dapat

dibagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Beberapa faktor internal antara

lain radikal bebas, hormon yang berkurang, dan genetik. Faktor eksternal yang

utama adalah pola hidup yang tidak sehat, polusi lingkungan dan stress.Faktor-

faktor tersebut dapat dicegah, diperlambat bahkan mungkin dapat dihambat

sehingga kualitas hidup dapat dipertahankan. Lebih jauh lagi maka usia harapan

hidup dapat lebih panjang dengan kualitas hidup yang lebih baik (Pangkahila,

2007).

Berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses penuaan,

maka dapat ditentukan faktor mana yang perlu dihindari atau diatasi sehingga

proses penuaan dapat dicegah atau dihambat. Dengan adanya kesadaran bahwa
26

menjaga kesehatan dan menghindari berbagai faktor penyebab penuaan serta

dilengkapi dengan pengobatan merupakan hal yang sangat penting, maka

masyarakat memiliki kesempatan untuk hidup lebih sehat dan berusia lebih

panjang dengan kualitas hidup yang lebih baik (Pangkahila, 2007).

Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk menghambat proses penuaan

antara lain adalah dengan menjaga kesehatan tubuh dan jiwa dengan pola hidup

sehat meliputi olahraga teratur, pola makanan yang sehat, mengatasi stress, jangan

merasa sehat dan normal hanya karena tidak ada keluhan serius, melakukan

pemeriksaan kesehatan berkala yang diperlukan dan disesuaikan dengan kondisi,

menggunakan obat dan suplemen yang diperlukan sesuai dengan petunjuk ahli

untuk mengembalikan fungsi organ yang menurun (Pangkahila, 2007).

2.2Dislipidemia

2.2.1 Definisi

Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan

peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang

utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida

serta penurunan kadar kolesterol HDL (Bays, 2011).

Dislipidemia bukan penyakit, lebih tepat disebut sebagai kekacauan

metabolik akibat sekunder dari beberapa macam penyakit dan ini kemudian akan

berdampak pada terjadinya aterosklerosis dan selanjutnya akan menyebabkan

penyakit kardiovaskular (Bays, 2011).

Dislipidemia biasanya tidak menimbulkan gejala, kadar LDL tinggi dapat

menyebabkan xantelasmakelopak mata, arcus cornea dan penumpukan LDL pada


27

tendon achilles, siku dan tendon lutut serta sendi metakarpofalangealis, dalam

jangka panjang dapat menyebabkan terjadinya aterosklerosis. Trigliserida tinggi

(>1000mg/dl) dapat menyebabkan pankreatitis akut(Bays, 2011).

Berikut ini adalah tabel nilai lipid dari laboratorium Prodia di Indonesia

Tabel 2.1 Nilai Lipid

Komponen Lipid Batasan (mg/dl) Klasifikasi

Kolesterol Total < 200 Yang diinginkan

200 – 239 Batas tinggi

> 240 Tinggi

Kolesterol LDL < 100 Optimal

100 – 129 Mendekati optimal

130 – 159 Batas tinggi

160 – 189 Tinggi

> 190 Sangat tinggi

Kolesterol HDL < 40 Rendah

> 60 Tinggi

Trigliserida < 150 Normal

150 – 199 Batas tinggi

200 – 499 Tinggi

> 500 Sangat tinggi

Prodia, 2015
28

Dari berbagai penelitian jangka panjang di negara-negara barat, yang

dikaitkan dengan besarnya risiko untuk terjadinya penyakit kardiovaskular (PKV),

dikenal patokan kadar kolesterol sebagai berikut :

Tabel 2.2Pedoman Klinis untuk Menghubungkan Profil Lipid


dengan Risiko Terjadinya Penyakit Kardiovaskular (PKV)

Diinginkan Diwaspadai Berbahaya


( mg/dl ) ( mg/dl ) ( mg/dl )
Kolesterol
< 200 200 – 239 > 240
Total
Kolesterol LDL

- Tanpa PKV < 130 130 - 159 > 160

- Dengan PKV < 100

Kolesterol HDL > 45 36 – 44 < 35

Trigliserida

- Tanpa PKV < 200 200 - 399 > 400


-
< 150 250 - 499 > 500
Dengan PKV
(Bahri. 2004)

2.2.2 Klasifikasi Dislipidemia

Klasifikasi dislipidemia berdasarkan patogenesis penyakit (Grundy, 2006):

1. Dislipidemia primer, yaitu kelainan penyakit genetik dan bawaan yang dapat

menyebabkan kelainan kadar lipid dalam darah.

2. Dislipidemia sekunder, yaitu dislipidemia yang disebabkan oleh penyakit atau

suatu keadaan tertentu seperti hiperkolesterolemia disebabkan oleh

hipotiroidisme, sindrom nefrotik, penyakit hati obstruktif, kehamilan,

anoreksia nervosa dan profiria akut intermiten. Hipertrigliseridemia


29

disebabkan oleh diabetes mellitus, konsumsi alkohol, gagal ginjal kronik,

miokard infark, disglobulinemia, sindrom nefrotik, kelainan autoimun, dan

kehamilan.

2.2.3Penyebab Dislipidemia

Penyebab dislipidemia dibagi 2, yaitu (AACE, 2015):

A. Dislipidemia Primer

Dislipidemia primer berkaitan dengan gen yang mengatur enzim dan apoprotein

yang terlibat dalam metabolism lipoprotein maupun reseptornya. Kelainan ini

biasanya disebabkan oleh mutasi genetik. Dislipidemia primer meliputi:

• Hiperkolesterolemia poligenik

• Hiperkolesterolemia turunan

• Dislipidemia remnan

• Hiperlipidemia kombinasi turunan

• Sindroma kilomikron

• Hipertrigliseridemia turunan

• Peningkatan kolesterol HDL

• Peningkatan apolipoprotein B

B. Dislipidemia Sekunder

Dislipidemia sekunder disebabkan oleh penyakit atau keadaan yang

mendasari.Hal ini dapat bersifat spesifik untuk setiap bentuk dislipidemia seperti

diperlihatkan oleh tabel 2.2 dibawah ini.


30

Tabel 2.3Penyebab Umum Dislipidemia Sekunder

Lipid Penyebab
↑ Kolesterol total dan kolesterol LDL - Hipotiroid
- Sindrom nefrotik
- SLE, multiple myeloma
- Progestin, pengobatan anabolik
streroid
- Penyakit hati obstruktif, sirosis
- Protease inhibitor pada pengobatan
infeksi HIV
↑ Trigliserida dan kolesterol VLDL - Gagal ginjal kronik
- DM tipe 2
- Obesitas
- Alkohol
- Hipotiroid
- Obat anti hipertensi (Tiazid, Beta
Bloker)
- Terapi koertikosteroid (↑ steroid
Endogen akibat stres berat)
- Estrogen oral, kontrasepsi oral,
kehamilan
- Very low fat diet

(AACE, 2015)

2.2.3 Penatalaksanaan Dislipidemia

Penatalaksanaan dislipidemia dibagi menjadi:

A. Terapi Non Farmakologi

Komponen-komponen Therapeutic Lifestyle Change (TLC) meliputi pengurangan

asupan kolesterol dan asam lemak jenuh, pemilihan makanan yang berhubungan

dengan aturan makan untuk mengurangi LDL seperti stanol dan sterol serta

peningkatan masukan serat yang dapat larut, penurunan berat badan, dan

peningkatan aktivitas fisik. Terapi non farmakologi ini hendaknya menjadi terapi

utama untuk dislipidemia, kecuali untuk pasien dengan hiperkolesterolemia

bawaan (genetik mempunyai kelainan metabolisme lipoprotein/kolesterol) atau


31

hiperlipidemia gabungan yang bersifat familial, penanganan terapinya dengan

pengaturan makanan dan terapi obat dapat dimulai secara bersamaan (Grundy,

2006).

Terapi non farmakologis meliputi:

1. Terapi diet

Terapi diet dimulai dengan menilai pola makan pasien, mengidentifikasi

makanan yang mengandung banyak lemak jenuh dan kolesterol serta berapa

sering keduanya dimakan.Jika diperlukan ketepatan yang lebih tinggi untuk

menilai asupan gizi, perlu dilakukan penilaian yang lebih rinci, yang biasanya

membutuhkan bantuan ahli gizi.Penilaian pola makan penting untuk menentukan

pola dan keberhasilan terapi diet.

Tabel 2.4 Terapi perubahan pola hidup dengan pola diet


Nutrient Recomended Intake
Total fat 25%-35% of total calories
Saturated fat Less than 7% of total calories
trans-fatty acids Zero or as low as possible
Polyunsaturated fat Up to 10% of total calories
Monounsaturated fat Up to 20% of total calories
Carbohydrate 50% to 60% of total calories, especially
from whole grains, fruits and vegetables
Fiber 25-30 g/day (soluble forms such as psyllium
at 10-25 g)
Plant strerols 2 g/day
Protein Approximately 15% of total calories
Cholesterol Less than 200 mg/day
Total calories (energy) Balance energy intake and expenditure to
maintain desirable body weight/prevent
weight gain.
(Krause, 2012)
32

2 Latihan jasmani

Dari beberapa penelitian diketahui bahwa latihan fisik dapat meningkatkan

kadar HDL dan Apo AI, menurunkan resistensi insulin, meningkatkan sensitivitas

dan meningkatkan keseragaman fisik, menurunkan trigliserida dan LDL, dan

menurunkan berat badan.

Setiap melakukan latihan jasmani perlu diikuti 3 tahap :

1) Pemanasan dengan peregangan selama 5-10 menit

2) Aerobik sampai denyut jantung sasaran yaitu 70-85 % dari denyut jantung

maksimal (220 - umur) selama 20-30 menit .

3) Pendinginan dengan menurunkan intensitas secara perlahan - lahan, selama 5-

10 menit. Frekwensi latihan sebaiknya 4-5 x/minggu dengan lama latihan

seperti diutarakan diatas. Dapat juga dilakukan 2-3x/ minggu dengan lama

latihan 45-60 menit dalam tahap aerobik.

B. Terapi Farmakologi

Obat anti-dislipidemia adalah obat yang ditujukan untuk memperbaiki

kadar lemak di dalam darah, dapat diberikan langsung bila terdapat kelainan

dislipidemia primer. Pemberian obat anti-dislipidemik dapat diberikan dalam

menangani kasus dislipidemia apabila dengan terapi diet dan olah raga kondisi

pasien tidak merespon (Illingworth, 2007).

Bila terapi non-farmakologi tidak berhasil maka kita dapat memberikan

bermacam-macam obat anti-dislipidemik tergantung dari jenis dislipidemia yang

kita dapat. Beberapa hal yang perlu kita pertimbangkan adalah kemampuan dari

pada obat obat tersebut dalam mempengaruhi kolesterol HDL, trigliserida,


33

fibrinogen, kolesterol LDL, dan juga diperhatikan pengaruh atau efek samping

dari pada obat-obat tersebut .

Saat ini didapat beberapa golongan obat dislipidemia (ACC/AHA, 2013):

1) Golongan statin (HMG-CoA Reductase Inhibitor : lovastatin, pravastatin,

fluvastatin, simvastatin, atrovastatin, rosuvastatin, pitavastatin)

2) Derivat asam fibrat (gemfibrozil, fenofibrat)

3) Asam nikotinat (niacin)

4) Golongan resin (sequestran)

5) Kolestrol absorbsi inhibitor (ezetimibe)

Kadang kala kadar kolesterol dan trigliserida meningkat secara progresif

pada kehamilan tetapi merupakan kontra indikasi pengobatan dengan niacin dan

ezetimibe (ACC/ AHA, 2013)

2.2.4Komplikasi Dislipidemia

Apabila dislipidemia tidak segera diatasi, maka dapat terjadi berbagai

macam komplikasi, antara lain:

1. Aterosklerosis

2. Penyakit jantung koroner

3. Penyakit serebrovaskular seperti stroke

4. Kelainan pembuluh darah tubuh lainnya

5. Pankreatitis akut (bila kadar trigliserida > 1000 mg/dl


34

2.3 Diet tinggi lemak

Pola makan yang baik seharusnya mengandung nutrisi yang sehat dan

seimbang dengan komposisi: 50% karbohidrat dengan indeks glikemik rendah,

30% lemak (60% berupa monounsaturated fatty acids (MUFA) dan 10%

polyunsaturated fatty acids (PUFA), dan 20% protein. Pada kenyataannya sering

kali kita mempunyai pola makan yang tidak seimbang karena terlalu banyak

mengandung karbohidrat dengan indeks glikemik yang tinggi seperti roti, gula,

makanan penutup, dan juga tinggi lemak hewani dan terlalu sedikit makanan

berserat dan buah (Pangkahila, 2011).

Energi tinggi yang dikonsumsi lewat masukan lemak jenuh yang tinggi

menyebabkan kelebihan kalori dan lemak. Jika terjadi kelebihan lemak maka

kelebihan lemak tersebut akan disimpan sebagai cadangan energi pada sel lemak

dan jaringan lemak (Adiposit dan jaringan adiposa). Kelebihan lemak biasa

berasal dari asupan Lipos (minyak hewani dan minyak nabati).Adiposit dan

jaringan adiposa menyimpan sejumlah lemak termasuk trigliserida dan

koleterol.Jaringan adiposa dan adiposit berfungi sebagai organ endokrin aktif dan

sel immun (immune stand point) (Bays, 2011).

Hipertropi adiposit dan akumulasi jaringan adiposa membentuk adiposit

patogenik dan efek jaringan adiposa.yang disebut Adiposopathy, menstimulasi

peningkatan TNF-α sehingga mengakibatkan peningkatan sirkulasi lipid,

patogenesis ini yang sekarang dipercaya sebagai landasan teori relasi kelebihan

lemak tubuh dan dislipidemia (Bays, 2011) .


35

Gambar 2.1 Adiposopathy : hubungan patogenik jaringan adiposa,


dislipidemia dan penyakit kardiovaskular (Bays,2011)

Gambar 2.2 Mekanisme diet tinggi lemak menjadi dislipidemia (Bays.,


2011).
36

Gambar 2.3 Jaringan adiposa dan adiposit pada keadaan Adiposopathy


(pada diet tinggi lemak) (Bays,2011)

2.4 Lipid

Lipid yang beredar di dalam tubuh diperoleh dari dua sumber yaitu dari

makanan (eksogen) dan hasil produksi organ hati (endogen) . Lipid plasma yang

utama adalah kolesterol, trigliserida, fosfolipid dan asam lemak bebas. Lipid tidak

larut dalam air karena itu agar dapat diangkut dalam sirkulasi, maka susunan

molekul lipid tersebut perlu dimodifikasi, dengan bentuk lipoprotein yang bersifat

larut didalam air. Partikel dari lipoprotein terdiri dari inti yang mengandung

trigliserida dan kolesterol ester, dikelilingi oleh fosfolipid, kolesterol bebas dan

apolipoprotein . Zat-zat tersebut beredar dalam darah sebagai lipoprotein yang

larut di dalam plasma. Lipoprotein ini bertugas mengangkut lipid dari tempat

sintesisnya menuju tempat yang akan digunakan (Bays, 2011).

2.4.1 Trigliserida

Trigliserida merupakan bentuk lain dari lemak cadangan energi dan dapat

menimbulkan penyakit bila jumlahnya berlebihan dalam darah. Peningkatan kadar

trigliserida ini dihubungkan dengan LDL padat kecil (small dense LDL) dan
37

rendahnya kadar HDL (Elstein, 2005).

Trigliserida dapat disintesis dari karbohidrat dan protein. Setiap kali karbohidrat

yang memasuki tubuh dari yang dapat dipakai segera sebagai energi ataupun

disimpan dalam bentuk glikogen, karbohidrat yang berlebihan tersebut dengan

cepat diubah menjadi trigliserida kemudian disimpan dalam jaringan adiposa.

Pada kelebihan protein, akan disimpan menjadi lemak (Guyton dan Hall, 2007).

Pembentukan lemak terutama terjadi di dalam hati. Atom-atom karbon

yang berasal dari glukosa dan asam-asam amino akan di ubah menjadi asetil KoA.

Pembentukan melalui beberapa tahap reaksi bagian asetat dari asetil KoA akan

membentuk asam-asam lemak jenuh berupa asam palmitat (C16), asam stearat

(C18) dan asam arakidonat (C20). Asam lemak ini melakukan esterifikasi dengan

gliserol (diproduksi dalam glikolisis) dan akan dihasilkan trigliserida. Trigliserida

kemudian dikeluarkam ke dalam aliran darah sebagaivery low density lipoprotein

(VLDL), yang akan digunakan untuk menghasilkan energi atau disimpan pada

sel-sel adiposa (Almatsier, 2009).

2.4.2 Fosfolipid

Fosfolipid dibentuk di dalam hati, Terutama berfungsi adalah membentuk

membran sel. Fosfolipid mempunyai kekhususan karena bersifat polar dan non

polar atau disebut juga amfilitik. Sifat inilah yang merupakan bagian penting

dalam peranan biologik fosfolipid dalam membran sel. Mempunyai daya tarik

yang sama terhadap zat larut air dan zat larut lemak, fosfolipid merupakan bahan

struktur sel yang efektif, Fosfolipid berfungsi sebagai alat angkut lipid (Almatsier,

2009).
38

2.4.3 Kolesterol

Kolesterol adalah komponen utama pada struktur selaput sel dan

merupakan komponen utama sel otak dan saraf. Merupakan bahan perantara untuk

pembentukan sejumlah komponen penting seperti vitamin D, hormon seks dan

asam empedu (Movva, 2008).

Kolesterol ditemukan pada otak, hati, darah dan empedu. Kolesterol

diproduksi terutama di hati, diperoleh dari hasil sintesis di dalam hati. Bahan

bakunya diperoleh dari karbohidrat, protein dan lemak. Jumlah yang disintesis

tergantung dari kebutuhan tubuh dan jumlah yang diperoleh tergantung dari

makanan (Almatsier, 2009).

Organ hati merupakan pusat biosintesis dan degradasi kolesterol tubuh.

Apabila asupan kolesterol dan lemak dari makanan berlebih, maka hati

sedemikian rupa akan menjaga agar konsentrasi kolesterol tubuh tetap normal

dengan cara mengurangi laju biosintesis kolesterol dan meningkatkan sekresi

kolesterol melalui cairan empedu sehingga jumlah kolesterol berkurang, sehingga

konsentrasi kolesterol tubuh dapat dipertahankan pada kondisi normal (Wahyudi,

2009).

2.4.4 Asam Lemak

Adapun rumus umum dari asam lemak adalah: CH3(CH2)nCOOH atau

CnH2n+1-COOH Rentang ukuran dari asam lemak adalah C12 sampai dengan

C24 (Rader dan Hobbs, 2005).


39

Ada dua macam asam lemak yaitu (Rader dan Hobbs, 2005) :

1. Asam lemak jenuh (saturated fatty acid).

2. Asam lemak tak jenuh (unsaturated fatty acid).

2.4.4.1Lipoprotein

Lemak tidak larut dalam air, yang berarti juga tidak larut dalam plasma

darah. Supaya lemak dapat diangkut ke dalam peredaran darah, maka di dalam

plasma darah, lemak akan berikatan dengan protein spesifik membentuk suatu

kompleks makro molekul yang larut dalam air. Ikatan antara protein dan lemak

(kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid) disebut Lipoprotein (Mahley et al. 2011).

Pengaturan kadar lipoprotein melalui beberapa cara (Rader dan Hobbs,

2005) :

1. Pengurangan pembentukan lipoprotein dan mengurangi jumlah lipoprotein

yang masuk ke dalam darah.

2. Penurunan atau peningkatan kecepatan pembuangan lipoprotein daridalam

darah.

Berdasarkan komposisi, densitas, dan mobilitasnya, lipoprotein dibedakan

menjadi kilomikron, Very Low Density Lipoprotein (VLDL), Intermediate

DensityLipoprotein (IDL), Low Density Lipoprotein (LDL), dan High Density

Lipoprotein (HDL). Setiap jenis lipoprotein memiliki fungsi yang berbeda,

dipecah serta dibuang dengan cara sedikit berbeda (Rader dan Hobbs, 2005).

2.4.4.1.1Kilomikron

Kilomikron adalah lipoprotein yang mengangkut lemak menuju ke

hati.Kilomikron dibentuk dalam usus halus dengan komposisi asam lemak dari
40

trigliserida.Lipoprotein dengan berat molekul terbesar ini lebih dari 80 persen nya

terdiri dari trigliserida yang berasal dari makanan, terutama makanan yang

mengandung trigliserida dan kurang dari 5 persen terdiri dari kolesterol ester.

Kilomikron berinteraksi dengan Lipoprotein Lipase (LPL) yang terdapat pada

permukaan endotel kapiler, jaringan lemak dan otot, Akibat interaksi ini

trigliserida dapat dilepaskan dari kilomikron, dan diangkut oleh HDL ke hepar

untuk di metabolisme. Kilomikron membawa kolesterol makanan ke hati dan

membawa trigliserida dari makanan ke jaringan lemak dan otot rangka. (Rader

dan Hobbs, 2005).

Lapisan permukaan kilomikron terdiri dari fosfolipid, kolesterol bebas,

Apo AI, Apo AII, Apo AIV dan Apo B48 , sedangkan bagian inti kilomikron

terdiri dari kolesterol trigliserida dan. Di dalam plasma, Apo C dan Apo E

ditransfer ke kilomikron dari HDL sehingga membentuk kilomikron.Apo CII

memediasi hidrolisis trigliserida melalui pengaktifan LPL, sehingga terbentuk

kilomikron remnan yang miskin trigliserida dan asam lemak bebasdan kaya

kolesterol (Rader dan Hobbs, 2005).

Kilomikron remnan diambil oleh hepatosit dengan bantuan Apo E,

sehingga kolesterol digunakan oleh hepatosit untuk membentuk asam empedu

disatukan ke dalam membran, diekskresikan sebagai kolesterol ke dalam empedu

atau membentuk lipoprotein (Lichtenstein dan Jones, 2001 ; Rader dan Hobbs,

2005), Sedangkan Asam lemak bebas kemudian diambil oleh berbagai jaringan

untuk disimpan sebagai trigliserida, dioksidasi sebagai sumber energy dan


41

digunakan kembali di hepar untuk dibentuk lipoprotein trigliserida (Mahley et al.,

2011).

2.4.4.1.2 Very Low Density Lipoprotein (VLDL)

Very Low Density Lipoprotein (VLDL) adalah trigliserida endogen.

Lipoprotein ini terdiri dari 60 persen trigliserida endogen dan 10-15 persen

kolesterol.Lipoprotein ini dibentuk dari asam lemak bebas di hati, yang berfungsi

sebagai alat transportasi lemak dari hepar ke jaringan.Trigliserida merupakan

bagian terbesar dari VLDL serta ukuran dari VLDL ditentukan oleh jumlah

trigliserida yang ada (Rader dan Hobbs, 2005).

Apolipoprotein utama VLDL adalah Apo B100.Trigliserida VLDL

dihidrolisis oleh lipoprotein lipase (LPL) kemudian diubah menjadi VLDL

remnant (Mahley et al., 2003).VLDL remnan ditangkap kembali oleh hepar

melalui reseptor atau dapat tetap dalam sirkulasi dan setelah diambil komponen

trigliseridanya dihirolisis oleh Hepatik Lipase (HL) menjadi partikel IDL dan

LDL (Rader dan Hobbs, 2005).

2.4.4.1.3Low Density Lipoprotein (LDL)

Lipoprotein densitas rendah (LDL) merupakam lipoprotein yangmerupakan

alat transportasi kolesterol yang utama, mengangkut sekitar 70-80 persen dari

kolesterol total, yang merupakan metabolit VLDL.Apolipoprotein utama LDL

adalah Apo B100.Fungsi LDL yaitu membawa kolesterol dari hepar ke jaringan

perifer termasuk ke sel otot jantung, otak, dan jaringan lain supaya dapat

berfungsi sebagaimana mestinya misalnya sintesis membran plasma dan hormon

steroid. Rangkaian proses penyediaan kolesterol pada jaringan ekstrahepatik


42

disebut LDL receptor pathway, sedangkan rangkaian proses pengembalian

kolesterol ke hepar dari jaringan perifer disebut reverse cholesterol transport.

Kedua jalur tersebut dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan genetic (Mayes dan

Botham, 2003).

Partikel LDL mengandung kolesterol 60 persen dan trigliserida sebanyak 10

persen. Kadar LDL plasma tergantung dari banyak faktor termasuk kolesterol

dalam makanan, asupan lemak jenuh, kecepatan produksi dan eliminasi VLDL

dan LDL . Apabila makan banyak lemak jenuh atau bahan makanan yang banyak

mengandung kolesterol, maka kadar LDL dalam darah kita tinggi. Kelebihan

LDL akan mudah melekat pada dinding sebelah dalam (intima) pembuluh darah

dengan risiko penumpukan atau pengendapan kolesterol LDL pada dinding

pembuluh darah arteri, yang diikuti dengan terjadinya aterosklerosis. Makin kecil

ukuran LDL atau makin tinggi kepadatannya, makin mudah pula LDL tersebut

menyusup ke dalam intima.LDL demikian disebut LDL kecil padat (small dense

LDL), dengan sifat di atas, maka LDL disebut kolesterol jahat.Ambilan LDL

terjadi karena adanya reseptor LDL.Jalur katabolisme reseptor dapat ditekan oleh

produksi kolesterol endogen. Bila katabolisme LDL oleh hati dan jaringan perifer

berkurang maka kadar kolesterol plasmanya meningkat. Kadar kolesterol yang

meningkat sebagian disalurkan ke dalam makrofag yang membentuk sel busa

(foam cells) dan berperan dalam pembentukan aterosklerosis (Rader dan Hobbs,

2005).
43

2.4.4.1.4High Density Lipoprotein (HDL)

Lipoprotein densitas tinggi (HDL) berfungsi membawa kolesterol dari

jaringan perifer ke hati sehingga dapat dimetabolisme lalu dibuang ke dalam

kandung empedu sebagai asamempedu, sehingga penimbunan kolesterol di perifer

berkurang.Komponen HDL ialah 13 persen kolesterol, kurang dari 5 persen

trigliserida dan 50 persen protein. Pada individu dengan nilai lipid yang normal,

kadar HDL relatif menetap sesudah dewasa (kira-kira 45 mg/dl pada pria dan 54

mg/dl pada perempuan). HDL mengandung Apo AI, AII, AIV, C, dan E. Apo AI

dan AIV merupakan aktivator enzim LCAT. HDL memberikan Apo E dan Apo C,

dan menerina Apo AI dan Apo AIV dari kilomikron di dalam sirkulasi darah.

HDL berguna sebagai transportasi serta metabolisme ester kolesterol dalam

plasma untuk membersihan kolesterol dan trigliserida. Mekanisme proteksi HDL

terhadap penyakit jantung koroner belum diketahui dengan jelas.Kadar HDL

menurun pada kegemukan, perokok, penderita diabetes yang tidak terkontrol dan

pada pemakaian kombinasi estrogen-progestin. (Rader dan Hobbs, 2005).

2.4.4.1.5 Apoprotein

Transportasi antar organ dari lipid eksogen dan endogen di dalam

lipoprotein diatur oleh apoprotein.

1. Mengatur transportasi dan aktivitas lipoprotein dengan memodulasi aktivitas

enzim dan membantu klirens lipoprotein dari sirkulasi ke organ-organ melalui

reseptor khusus.

2. Meningkatkan kelarutan lipoprotein di dalam air. (Lichtenstein et al, 2001)


44

2.5Metabolisme Lipid

Lipid meliputilemak netral yang dikenal sebagai trigliserida, fosfolipid,

kolesterol dan beberapa lipid lain yang kurang penting. Secara kimia sebagian

besar lipid dasar dari trigliserida danfosfolipid adalah asam lemak yang hanya

merupakan asam organik rantai panjang (Guyton and Hall, 2006).Asam lemak ini

dikenal sebagai asam lemak bebas (free fatty acid) yang merupakan lipid plasma

yang secara metabolik paling aktif (Mayeset al, 2003).

Walaupun kolesterol tidak mengandung asam lemak, inti sterolnya

disintesis dari gugus molekul asam lemak sehingga kolesterol memiliki banyak

sifat fisik dan kimia dari zat lipid lainnya. Trigliserida untuk menyediakan energi

bagi berbagai proses metabolik, suatu fungsi yang hampir sama dengan

karbohidrat. Beberapa lipid terutama fosfolipid,kolesteroldan sebagian kecil

trigliserida dipakai untuk membentuk semua membran sel dan dipakai untuk

melakukan fungsi-fungsi sel yang lain (Guyton dan Hall, 2007).

Hampir seluruh lemak dalam makanan diabsorbsi dari usus ke dalam

limfe usus.Selama pencernaan, trigliserida dipecah menjadi asam lemakdan

monogliserida.Sewaktu melalui sel epitel usus, monogliserida dan asam lemak

disintesis kembali menjadi molekul trigliserida baru yang masuk ke dalam limfe

dalam bentuk droplet kecil disebut kilomikron.Sebagian fosfolipid dan kolesterol

memasuki kilomikron.Kilomikron kemudian ditranspor ke atas melalui duktus

toraksikus dan masuk ke dalam darah vena yang bersirkulasi pada pertemuan vena

subklavia dan vena jugularis (Guyton dan Hall, 2007).


45

Pada spesies omnivora yang memakan makanannya pada waktu tertentu

seperti manusia, Kalori yang berlebihan akan dikonsumsi pada fase anabolik di

dalam siklus ‘makan’ yang diikuti oleh periode keseimbangan negatif ketika

organism tersebut mengambil simpanan dari karbohidrat dan lemaknya sendiri.

Lipoprotein memperantarai siklus ini dengan mengangkut lipid dari intestinal

sebagai kilomikron dan dari hati sebagai very low density lipoprotein (VLDL) ke

sebagian besar jaringan tubuh untuk oksidasi dan jaringan adipose untuk

penyimpanan.Lipid diangkut dari jaringan adipose sebagai asam lemak bebas

yang terikat pada albumin serum (Mahleyet al, 2011).

Di samping asam lemak bebas ada empat kelompok lipoprotein yang telah

diidentifikasi yaitu :

1. Very low density lipoprotein (VLDL) yang berasal dari hati untuk

mengeluarkan triasilgliserol

2. Kilomikron, yang berasal dari penyerapan triasilgliserol di usus

3. Low density lipoprotein (LDL) yang merupakan tahap akhir dalam

katabolisme VLDL

4. High density lipoprotein (HDL) yang ikut dalam metabolism kilomikron dan

VLDL serta pengangkutan kolesterol

Asam lemak bebas tidak semua yang dihasilkan melalui lipolisis

digunakan untuk energi. Asam lemak bebas yang tidak dioksidasi akan

mengalami reesterifikasi menjadi trigliserida di dalam jaringan adiposa ataupun

hepar, atau disimpan dalam trigliserida intramuskuler. Bila laju reesterifikasi tidak

mampu mengimbangi laju lipolitik, terjadi peningkatan konsentrasi asam lemak


46

bebas plasma serta dapat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit yang

berhubungan dengan lipid.Asam lemak bebas yang digunakan untuk energi

diaktifkan oleh enzim asil-KoA sintetase, kemudian dibawa ke dalam mitokondria

dan diubah oleh Carnitine Palmitoyl Transferase(CPT) menjadi Asil-KoA.Asil-

KoAmengalami oksidasi β menjadi asetil-KoA.Asetil-KoA masuk ke dalam siklus

asam sitrat untuk menghasilkan energi. Apabila kebutuhan energi sudah

mencukupi, asetil KoA dapat mengalami lipogenesis menjadi asam lemak yang

selanjutnya dapat disimpan dalam bentuk trigliserida (Guyton et al 2007).

Beberapa lipid non gliserida disintesis dari asetil KoA.Asetil KoA

mengalami kolesterogenesis menjadi kolesterol. Kolesterol mengalami

steroidogenesis membentuk steroid.Asetil KoAsebagai hasil oksidasi asam lemak

juga berpotensi menghasilkan badan-badan keton (aseto asetat, hidroksi butirat

dan aseton), Proses ini dinamakanketogenesis. Badan-badan keton dapat

menyebabkan gangguan keseimbangan asam-basa yang dinamakan asidosis

metabolik, yang dapat menyebabkan kematian (Guytondan Hall,2007).

Langkah-langkah masuknya asil KoA ke dalam mitokondria dijelaskan

sebagai berikut (Mayes dan Botham, 2003) :

1. Asam lemak bebas (FFA) menjadi asil-KoA dengan bantuan ATP dan

koenzim A, dan dikatalisir oleh enzim asil-KoA sintetase (tiokinase).

2. Asil-KoA dikonversikan oleh enzim carnitine palmytoyltransferase I (CPT I)

yang terdapat pada membran eksterna mitokondria menjadi asil karnitin.,

yang dapat menembus membran interna mitokondria.


47

3. Dalam membran interna mitokondria terdapat enzim asil karnitin translokase

yang bertindak sebagai pengangkut asil karnitin ke dalam dan keluar.

4. Asil karnitin yang masuk ke dalam mitokondria selanjutnya bereaksi dengan

KoA (Ko-enzim A) dengan dikatalisir oleh enzim carnitine palmytoyl

transferase II (CPT II) yang ada di membran interna mitokondria menjadi

Asil KoA dan karnitin dibebaskan.

5. Asil KoA yang sudah terdapat dalam mitokondria ini kemudian masuk dalam

proses oksidasi β.

Sebagian dari asetil-KoAakan berubah menjadi asetoasetat, selanjutnya

asetoasetat berubah menjadi hidroksi butirat dan aseton.Aseto asetat, β-hidroksi

butirat dan aseton dikenal sebagai badan-badan keton. Proses perubahan ini

dinamakan ketogenesis (Guyton dan Hall, 2007).

Sebagian dari asetil KoAdirubah kemudian menjadi kolesterol (prosesnya

dinamakan kolesterogenesis) yang selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan

untuk disintesis menjadi steroid (steroidgenesis)(Guyton dan hall, 2007).

Gambar 2.4 . Biosintesis Kolesterol (Koolman dan Roehm, 2005)


48

Gambar 2.5 Ikhtisar Metabolisme Lemak(Koolman dan Roehm, 2005)

2.6 Tanaman Obat

2.6.1 Definisi Tanaman Obat

Tanaman obat adalah tanaman yang memiliki khasiat obat karena

mengandung zat aktif yang berfungsi mengobati penyakit tertentu atau jika tidak

mengandung zat aktif tertentu tetapi mengandung efek resultan/sinergi dari

berbagai zat yang berfungsi mengobati, serta digunakan sebagai obat dalam

pencegahan penyakit (Esha Flora Plants dan Tissue Culture, 2008).

Senyawa fitokimia sebagai senyawa kimia yang terkandung dalam

tanaman obat mempunyai peranan yang sangat penting bagi kesehatan termasuk

fungsinya dalam pencegahan terhadap penyakit degeneratif (Esha Flora Plants dan

Tissue Culture, 2008).

2.6.2 Penggunaan Tanaman Obat

1. Waktu Pengumpulan

Untuk mendapatkan bahan yang terbaik dan tumbuhan obat, perlu diperhatikan

saat-saat pengumpulan atau pemetikan bahan berkhasiat.


49

a. Daun : dikumpulkan sewaktu tanaman berbunga dan sebelum buah menjadi

masak

b. Bunga : dikumpulkan sebelum atau sesaat sesudah mekar

c. Buah : dipetik dalam keadaan masak

d. Biji : dikumpulkan dari buah yang masak sempurna

e. Akar, rimpang (rhizome), umbi (tuber), dan umbi lapis (bulbus) :

dikumpulkan sewaktu proses pertumbuhan berhenti.

2. Pencucian dan Pengeringan

Bahan obat yang sudah dikumpulkan segera dicuci bersih, sebaiknya dengan air

yang mengalir. Setelah bersih, dapat segera dimanfaatkan bila diperlukan

pemakaian yang segar. Namun, bisa pula dikeringkan untuk

disimpan.Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air dan mencegah

pembusukan oleh bakteri. Bahan kering juga mudah dihaluskan bila ingin dibuat

serbuk.

Pengeringan cara bahan obat :

a. Bahan berukuran besar dan banyak mengandung air dapat dipotong – potong

seperlunya terlebih dahulu.

b. Pengeringan dapat langsung dibawah sinar matahari atau memakai pelindung

seperti kawat halus jika menghendaki pengeringan tidak terlalu cepat.

c. Pengeringan juga dapat dilakukan dengan mengangin-anginkan bahan

ditempat yang teduh atau di dalam ruang pengering yang aliran udaranya baik

(Tanaman obat, 2012).


50

2. 7Tanaman Bungur atau Ketangi (Lagerstroemia speciosa)

2.7.1Klasifikasi Tanaman Bungur (Lagerstroemia speciosa)

Tanaman bungur diklasifikasikan ke dalam golongan sebagai berikut

(Anonim, 2015a; 2015b) :

Kingdom : Plantae

Super Divisi : Spermatophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Myrtales

Genus : Lagerstroemia

Subkingdom : Tracheobionta

Divisi : Magnoliophyta

Sub Kelas : Rosidae

Famili : Lythraceae

Spesies :Lagerstroemia speciosa

Gambar 2.6 . Daun bungur (Natur life)


51

Salah satu tumbuhan yang mengandung senyawa obat yaitu Bungur atau

Ketangi (Lagerstroemia speciosa Pers.).Bungur аԁаƖаh jenis pohon Crepe Myrtle

уаnɡ menghasilkan bunga berwarna merah muda atau putih.Tanaman bungur

tumbuh ԁі daerah Filipina, Thailand, Indonesia ԁаn Jepang.Tanaman ini relatif

lebih mudah tumbuh di berbagai jenis tanah (Liu et al, 2011).

Bungur ditanam sebagai pohon hias atau pohon pelindung di tepi jalan. Di

Jawa, bungur dapat tumbuh sampai ketinggian 800 m dpl. Selain itu, bungur

banyak ditemukan pada ketinggian di bawah 300 m. Pohon, tinggi 10-30 m.

Batang bulat, percabangan mulai dari bagian pangkalnya, berwarna cokelat muda.

Daun tunggal, bertangkai pendek.Helaian daun berbentuk oval, elips, atau

memanjang, tebal seperti kulit, panjang 9-28 cm, lebar4-12 cm, berwarna hijau

tua. Bunga majemuk berwarna ungu, tersusun dalam malai yang panjangnya 10-

50 cm, keluar dari ketiak daun atau ujung ranting. Buahnya buah kotak, berbentuk

bola sampai bulat memanjang, panjang 2-3,5 cm, beruang 3-7, buah yang masih

muda berwarna hijau, setelah masak menjadi cokelat. ( Anonim, 2013 )

2.7.2 Metabolit Sekunder pada Tanaman Bungur (Lagerstroemia speciosa)

Senyawa metabolit sekunder dalam tumbuhan biasanya tersebar merata ke

seluruh bagian tumbuhan tetapi dalam kadar yang berbeda-beda (Anonim, 2014).

Daun bungur mengandung senyawa asam korosolat, ellagitanin dan lagerstroemin

(Hayashiet al., 2002) , senyawa saponin, flavonoid, alkaloid. (Liu et al.,2001)

2.7.2.1 Saponin
52

Saponin adalah senyawa berbentuk glikosida yang tersebar luas pada

tumbuhan tingkat tinggi, namun dengan konsentrasi berbeda-beda pada bagian

tertentu, tergantung dari varietas tanaman dan tahap pertumbuhan. Penelitian

menunjukkan bahwa saponin dapat meningkatkan sistem imun, bersifat

antioksidan, dapat mencegah kanker, anti virus, dapat menghambat pertumbuhan

jamur, dan biasanya digunakan sebagai bahan antiseptic (Anonim,2014).

2.7.2.2. Flavonoida

Merupakan suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar yang ditemukan

di alam.Flavonoid adalah senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada

tanaman berwarna hijau, kecuali alga.Senyawa ini dapat ditemukan pada batang,

daun, bunga, dan buah tanaman. Manfaat flavonoid antara lain untuk melindungi

struktur sel, meningkatkan efektifitas vitamin C, mencegah keropos tulang,

sebagai zat anti inflamasi, antioksidan, antibiotik, dan sebagai pencegah kanker

(zat antioksidan). Flavonoid sendiri dikatakan dapat mencegah terjadinya penyakit

degeneratif (penyakit yang terjadi seiring berjalannya proses penuaan atau

pertambahan usia) dengan cara mencegah terjadinya proses peroksidasi lemak

dengan cara menangkap radikal bebas dan menghelat ion logam transisi.

(Anonim, 2015b)

2.7.2.3 Tanin

Tanin adalah suatu polifenol yang merupakan senyawa antara suatu

metabolisme pada tanaman tingkat tinggi. Merupakan suatu ester dari Galloyl atau

turunannya, yang terikat pada inti catechin dan triterpenoid (gallo-tannins,

ellagitannins and complex tannins), bisa juga suatu oligomer dan polimer
53

proanthocyanidins yang mempunyai substitusi flavanil yang berlainan (condensed

tannins)(Rahastuti et al, 2011).

Flavonoid dan tanin dapat menghambat enzim HMG-COA reduktase yang

berperan mensintesis kolesterol. Terhambatnya HMG-COA reduktase akan

menurunkan sintesis kolesterol di hati sehingga menurunkan sintesis APO B dan

meningkatkan reseptor LDL pada permukaan hati. Kemudian kolesterol dalam

darah dapat ditarik ke hati sehingga menurunkan kolesterol LDL dan VLDL.

Selain itu tanin berefek menghambat enzim lipase pankreas sehingga

penyerapankolesterol oleh hepar terhambat dan sekresi kolesterol melalui feses

meningkat (Rahastutiet al, 2011)

Tanin jugadapatmenghambat enzimAcylCoA Cholesterol Acyl

Transferase(ACAT)yang berperan dalam esterifikasi kolesterol sehingga

menghambat penggabungan kolesterol ester membentuk kilomikron dan VLDL.

Menurunnyakadar APO B menyebabkan pembentukan kilomikron, LDL dan

VLDL terganggu yang menyebabkan trigliserida tidak terbentuk sehingga ukuran

partikel sdLDL besar (Rahastuti et al, 2011).

Kandungan alkaloid memiliki efek menghambat aktivitas enzim lipase,

sehingga dapat menghambat pemecahan lemak menjadi molekul-molekul lemak

yang lebih kecil. Hal ini mengakibatkan terjadinya pengurangan jumlah lemak

yang dapat diabsorbsi sehingga konsetransi trigliserida dalam usus menurun

yangmenyebabkan peningkatan ukuran partikel sdLDL (Olivera et al, 2007 dan

Rahastuti et al , 2011)
54

Pengujian pada hewan juga menunjukkan bahwa ekstrak Bungur dapat

meningkatkan insulin, aktivitas hipoglikemik dan hipolipidemik(Hernawan,

2003).Pengujian bahan dilakukan dalam bentuk ekstrak di Laboratorium Analisis

Pangan, Fakultas Pertanian UNUD.Adapun hasil uji yang diperoleh dapat dilihat

pada table dibawah ini.(Lampiran 3)

Tabel 2.5

Kandungan Senyawa Kimia Daun Bungur


No. Jenis Analisis Jumlah Satuan Hasil
1 Kapasitas Antioksidan 1 ppm GAEAC 36,8
2 Kadar Total Fenol 1 % GAE 2.31
3 Kadar Tanin 1 %TAE 80,42
4 Kadar Flavonoid 1 %QE 13,65

Keterangan :

GAEAC : Garlic Acid Equivalent antioksidant capacity

GAE : Garlic Acid Equivalent

TAE : Tannic Acid Equivalent

QE : Quarsetic equivalent

Kandungan antioksidan dalam ekstrak daun bungur mempunyai efek yang

menguntungkan pada fungsi yaitu menurunkan oksidasi LDL dan meningkatkan

produksi nitric oxide (NO), Oksidasi LDL akan menginduksi respon inflamasi

dengan memproduksi leukosit dan cytokine pada endotel. Nitric oxide adalah

vasodilator endogenous yang mempunyai kemampuan anti aterogenesis. Oksidasi

LDL akan menghasilkan Reactive oxygen species(ROS) yang bersifat toksik, dan

jika berikatan dengan NO akan membentuk peroksinitrik oksidan. Oksidasi

kolesterol ini dapat memacu terjadinya proses aterogenesis (Vita, 2005)


55

Dengan makin meningkatnya usia seseorang, sel-sel tubuh mengalami

degenerasi, proses metabolisme terganggu, respon imun menurun. Semua faktor

ini dapat memicu berbagai penyakit degeneratif.Oleh karena itu tubuh kita

memerlukan substansi penting yaitu antioksidan yang membantu melindungi

tubuh dari radikal bebas dan meredam dampak negatifnya.Konsumsi antioksidan

yang memadai dilaporkan menurunkan kejadian penyakit degeneratif seperti

penyakit kardiovaskular, kanker, aterosklerosis, osteoporosis dan lain-

lain.Konsumsi makanan yang mengandung antioksidan disebut-sebut dapat

meningkatkan status imunologis dan menghambat timbulnya penyakit degeneratif

akibat penuaan (Winarsi, 2007).

2.8. Tikus Putih (Rattus Norvegicus) jantan sebagai hewan coba

Perkembangan dunia kedokteran dan pengobatan tidak jarang melibatkan

penggunaan hewan coba dalam penelitiannya.Salah satu hewan coba yang

menjadi pilihan adalah tikus. Ada dua sifat yang membedakan tikus dari hewan

percobaan lain, yaitu tikus tidak dapat muntah karena struktur anatomi yang tidak

lazim ditempat oesephagus bermuara karena ke dalam lambung, dan tikus tidak

mempunyai kandung empedu (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).

Pada penelitian ini menggunakan tikus putih jantan sebagai binatang

percobaan karena tikus putih jantan dapat memberikan hasil penelitian yang lebih

stabil karena tidak dipengaruhi oleh adanya siklus menstruasi dan kehamilan

seperti pada tikus betina,. Tikus putih jantan juga mempunyai kecepatan

metabolisme obat lebih cepat dan kondisi biologis tubuh yang lebih stabil

dibanding tikus betina (Ngatijan, 2006).


56

Tikus putih sebagai hewan percobaan relatif resisten terhadap infeksi dan

sangat cerdas.Tikus putih tidak begitu bersifat fotofobik seperti halnya mencit dan

kecenderungan untuk berkumpul dengan sesamanya tidak begitu

besar.Aktivitasnya tidak terganggu oleh adanya manusia di sekitarnya.Tikus

laboratorium jantan jarang berkelahi seperti mencit jantan (Smith dan

Mangkoewidjojo, 1988).

Tikus putih dapat tinggal sendirian dalam kandang dan hewan ini lebih

besar dibandingkan dengan mencit, sehingga untuk percobaan laboratorium tikus

putih lebih menguntungkan daripada mencit (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).

Gambar 2.7Tikus putih (Rattus norvegicus) sebagai hewan coba

BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir

Dislipidemia timbul sebagai akibat dari proses penuaan dan gaya hidup.

Diet tinggi lemak dan pola hidup tidak sehat mencetuskan dislipidemia.Selain

karena makanan, faktor eksternal yang berpengaruh lainnya adalah cuaca, penyakt

bahan kimia dan obat-obatan serta exercise.Sedangkan faktor internal yang

berpengaruh adalah jenis kelamin, usia, genetik, hormon dan psikologis.


57

Dislipidemia akan meningkatkan risiko penyakit vaskuler seperti penyakit jantung

koroner dan stroke. Bila kondisi dislipidemia berlangsung terus menerus dalam

waktu lama maka LDL akan mengalami oksidasi dan ditangkap oleh makrofag

kemudian menempel pada endotel pembuluh darah.

Akibat pertambahan usia, maka tubuh akan mengalami penurunan fungsi

baik di tingkat sel maupun di tingkat organ. Hal ini menyebabkan tubuh

mengalami kesulitan untuk mempertahankan homeostatis dalam tubuh. Semakin

bertambah usia, semakin banyak radikal bebas yang dihasilkan dan penyakit

degeneratif mulai bermuncula, Dislipidemia adalah salah satunya. Tingginya

kolesterol total dan LDL meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung dan

pembuluh darah Rendahnya HDL juga berpengaruh terhadap tingginya penyakit

jantung dan pembuluh darah

Dalam kehidupan sehari-hari banyak dikenal bahan alami yang diyakini dan

bahkan terbukti dapat menurunkan kadar kolesterol darah.

3.2 Konsep

Ekstrak etanol daun bungur

Faktor Internal: Faktor Eksternal:

 Makanan
- Jenis Kelamin
 Cuaca/Iklim
- Usia
 Penyakit
- Genetik
 Bahan Kimia &
- Hormon Obat-obatan
- Psikologis  Exercise

Tikus Jantan Dislipidemia

- Kolesterol total
- LDL
- HDL
- Trigliserida
58

Tidak diteliti
DiTeliti

Gambar 3.1 Konsep Penelitian

3.3 Hipotesis Penelitian

1. Pemberian ekstrak daun bungur menurunkan kadar kolesterol total serum

pada tikus jantan dislipidemia

2. Pemberian ekstrak daun bungur menurunkan kadar trigliserida serum pada

tikus jantan dislipidemia

3. Pemberian ekstrak daun bungur meningkatkan kadar HDL serum pada tikus

jantan dislipidemia

4. Pemberian ekstrak daun bungur menurunkan kadar LDL pada tikus putih

jantan dislipidemia.
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan studi eksperimental murni dengan pretest-post test

control group design (Pocock, 2008).

P0
O1 O2 O3

P S R

P1
O4 O5 O6

Gambar 4.1. Rancangan Penelitian

Keterangan:

P = Populasi

S = Sampel

R = Random

P0 = Perlakuan pada kelompok kontrol dengan pemberian plasebo berupa

aquadest

P1 = Perlakuan pada kelompok perlakuan dengan pemberian ekstrak daun

bungur dengan dosis 500 mg/kgBB/hari)

O1 = Observasi profil lipid dan pada kelompok kontrol (pretest)

O2 = Observasi profil lipid dan pada kelompok kontrol hari ke 14 (post test)

O3 = Observasi profil lipid dan pada kelompok kontrol hari ke 28 (post test)

59
60

O4 = Observasi profil lipid dan pada kelompok perlakuan (pretest)

O5 = Observasi profil lipid dan pada kelompok perlakuan hari ke 14 (post test)

O6 = Observasi profil lipid dan pada kelompok perlakuan hari ke 28 (post test)

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratoryanimal unit bagian Farmakologi

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana sedangkan pemeriksaan profil lipid

dilakukan di Laboratorium Pangan dan Gizi universitas Gajah Mada,

Yogyakarta.Penelitian dilakukan mulai bulan November 2015 sampai dengan

februari 2016.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi penelitian adalah sekelompok subjek atau data dengan

karakteristik tertentu. Populasi dalam penelitian ini adalah tikus putih (Rattus

norvegicus) jantan galur wistar umur 2-2,5 bulan dengan berat 180-200 gram.

4.3.2 Sampel

Subjek tersebut harus memenuhi kriteria pemilihan sebagai berikut:

a. Kriteria inklusi

- Tikus putih (Rattus norvegicus) jantangalur wistar dislipidemia dengan

kolesterol total di atas 200 mg/dl

- Usia dewasa 2-2,5 bulan

- Berat badan 180-200 gram

b. Kriteria drop out

Tikus mati pada waktu dilakukan penelitian


61

4.3.3 Besar Sampel

Untuk mendapatkan data yang valid pengulangan sesuai dengan rumus

besar sampel Pocock (2008):

n= 2 σ2 X f(α,β)
( μ2- μ1)2
Keterangan :

n = jumlah subyek tiap kelompok

α = type I error = 0,05

β = type II error= 0,20

f(α,β) = 10,5

σ = simpangan baku kadar kolesterol serum kontrol

μ1= kadar kolesterol serum rerata kontrol

μ2 = kadar kolesterol serum yang menghasilkan perbedaan klinis yang diinginkan

Berdasarkan penelitian pendahuluan pada variabel Kolesterol Total, didapatkan


hasil sebagai berikut ( Mochtar, 2015):

σ = 43.567

μ1 = 191.5267

μ2 = 124.6267

n = 2 σ2 X f(α,β)
( μ2- μ1)2

= 2. 43,5672 X 10,5
(191,53-124,63)2
62

= 8.905993 ≈ 9
Jadi minimum sampel yang diperlukan berdasarkan hasil penelitian

pendahuluan adalah 9 ekor tikus. Untuk Mencegah Drop out cadangan 10% = 10

ekor/perlakuan

4.4 Variabel Penelitian

4.4.1 Identifikasi Variabel

Variabel penelitian yang akan diukur adalah profil lipid

4.4.2 Klasifikasi Variabel

1. Variabel bebas adalah ekstrak daun bungur

2. Variabel tergantung adalah kolesterol total, HDL, LDL dan trigliserida

3. Variabel kendali adalah jenis kelamin, umur, kesehatan, makanan, kandang

dan berat badan tikus.

4.4.3 Definisi Operasional Penelitian

Adapun definisi operasional penelitian adalah sebagai berikut:

1. Ekstrak daun bungur dengan menggunakan pelarut etanol. Daun bungur

didapatkan dariNatur life, Jalan Mliwis No. 5 Demangan baru, Yogjakarta

55281

Indonesia. Dosis yang digunakan dalam penelitian ini adalah 500 mg/kg

BB/hari. Ekstrak dilarutkan dalam air suling sampai volume 1,5 cc diberikan

menggunakan sonde lambung setiap hari pada pagi hari antara pukul 08.00-

09.00 WITA ( Dosis pasti menunggu penelitian pendahuluan)


63

2. Plasebo adalah air suling yang diberikan per oral mengunakan sonde lambung

dengan volume 1,5 cc diberikan setiap hari pada pagi hari antara pukul 08.00-

09.00.

3. Profil lipid adalah kadar kolesterol total, LDL dan HDL yang diukur dengan

metode CHOP-PAP (enzymatic photometric test), sedangkan kadar trigliserida

darah tikus diukur dengan metode GPO-PAP . Masing-masing pengukuran

dilakukan dua kali yaitu sebelum dan sesudah perlakuan (pretest post test).

4. Kolesterol adalah bagian dari lipid yang struktur dasarnya terbentuk dari inti

sterol dan bermanfaat untuk membentuk membran. Kadar normal kolesterol

total tikus adalah 10 – 54 mg/dL

5. LDL adalah lipoprotein berdensitas rendah yang bersifat aterogenik yang

dapat melekat pada dinding arteri dan mengganggu aliran darah. Kadar normal

LDL tikus adalah 17 – 22 mg/dL..

6. HDL adalah lipoprotein berdensitas tinggi yang bersifat non aterogenik yang

membawa kelebihan LDL di jaringan perifer ke hepar. Kadar normal HDL

tikus adalah 77– 84 mg/dL .

7. Trigliserida adalah bagian dari lipid yang terdiri dari asam lemak dan gliserol

yang berfungsi untuk menyediakan energi. kadar normal trigliserida tikus

adalah 26 – 145 mg/dL.

8. Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai dengan

peningkatan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol trigliserida,

kolesterol HDL. Tikus dikatakan dislipidemia bila terjadi kenaikan kadar

kolesterol total serum lebih dari 200 mg/dl (Ratnayanti et al, 2013).
64

9. Diet tinggi kolesterol adalah makanan yang dibuat dengan campuran khusus

untuk meningkatkan kadar kolesterol yang terdiri dari:

Kuning telur 5%

Lemak Hewan 10%

Minyak Goreng 1%

Makanan standar sampai 100%

ditambah air minum

10. Diet standar adalah makanan yang diberikan menggunakan HPS 511.

11. Tikus yang dipakai dalam percobaan adalah tikus putih (Rattus norvegicus)

galur wistar, berkelamin jantan, berumur 1-2 bulan.

12. Umur tikus ditentukan dengan melihat tanggal kelahiran yang telah dicatat

oleh dokter hewan pada kandang hewan percobaan.

13. Berat badan adalah berat tikus yang diukur dengan timbangan khusus merk

Tanita yang tersedia di laboratory animal unit bagian Farmakologi

Universitas Udayana.

14. Kondisi kandang adalah ruangan dengan ukuran panjang 40 cm lebar 30 cm

dan tinggi 20 cm yang ada lampunya dengan suhu 25±2°C, kelembaban

50±10%, dan diletakkan pada kandang individu.

4.5 Instrumen penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Reagen untuk mengukur profil lipid

2. Aquadest

3. Timbangan merk Tanita


65

4. Diet kolesterol

5. Diet standar

6. Papan fiksasi

7. Jarum 26 sonde

8. Tabung penampung darah dengan EDTA

9. Mortir

10. Pipet

11. Masker

12. Spuit 3 cc

13. Gelas ukur

4.6 Prosedur Penelitian

a. Penelitian ini dimulai dengan pembuatan ekstrak daun bungur. Ekstraksi

dilakukan dengan mencuci daun hingga bersih, diangin-anginkan tanpa terkena

sinar matahari, digiling dengan menggunakan disc mill, sehingga didapat

bentuk serbuk.

b. Serbuk diekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol 96%. Perbandingan

bahan (serbuk daun bungur) dengan pelarut yang digunakan adalah 1:5.

Ekstraksi dilakukan dengan merendam serbuk daun dalam larutan pengekstrak

yang mengandung 1% HCL selama 24 jam pada suhu ruangan dengan

menggunakan mixer

c. Cairan hasil ekstraksi yang diperoleh kemudian disaring dengan Corong

Buchner. Filtrat yang didapat selanjutnya dipekatkan dengan menggunakan

o
rotary evaporator pada suhu 50 C, lalu diambil untuk dikeringbekukan dengan
66

menggunakan freezedrier lalu disimpan dalam freezer. Tujuan pemekatan ini

adalah untuk menguapkan etanol. Cairan hasil ektraksi diberikan satu kali

sehari dengan cara sonde, sebanyak 1,5cc yang setara dengan dosis

100mg/200gr BB atau 500mg/kgbb kepada tikus dislipidemia selama 28 hari.

Penelitian ini dilakukan pada tikus jantan dislipidemia yang dibagi menjadi

dua kelompok penelitian.

1. Tikus dikumpulkan sebanyak 24 ekor dan dimasukkan ke dalam kandang. Jadi

masing- masing kandang berisi satu ekor tikus. Ukuran kandang 40x30x20

cm, tikus ditempatkan dalam kandang tersendiri. Diambil 30 tikus

dikarenakan tidak semua tikus akan menjadi dislpidemia, besarnya sampel

masih menunggu penelitian pendahuluan.

2. Tikus diadaptasi selama tujuh hari.

3. Pada hari kedelapan, tikus mulai diberi diet tinggi kolesterol selama 28 hari.

4. Tikus dipuasakan selama 18 jam.

5. Dilakukan pengambilan darah pada pembuluh darah medial canthus sinus

orbitalis untuk pemeriksaan profil lipid (pretest). Setelah pengambilan darah

selesai, tikus diistirahatkan untuk pemulihan tenaga, kemudian kembali

diberikan pakan dan minum yang sesuai dengan kelompok perlakuan.

6. Tikus dipilih yang dislipidemia dengan kadar kolesterol lebih dari 200 mg/dl

7. Tikus dislipidemia dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok I merupakan

kelompok kontrol yang diberikan diet normal ditambah plasebo (air suling)

dengan volume 1,5 cc setiap pagi selama 28 hari. Kelompok II merupakan

kelompok perlakuan yang diberikan diet normal ditambah bahan uji yang
67

berupa ekstrak daun bungur 500 mg/kgBB tikus yang dilarutkan dalam air

suling sehingga volume menjadi 1,5 cc diberikan setiap pagi selama 28 hari.

8. Tikus dipuasakan selama 18 jam.

9. Dilakukan pengambilan darah pada pembuluh darah medial canthus sinus

orbitalis kedua kalinya pada semua kelompok untuk pemeriksaan profil lipid

(post test) , pada hari ke 14 dan pengambilan dilakukan ketigakalinya pada

hari ke 28, Setelah penelitian selesai dilakukan, tikus-tikus yang masih sehat

dari kelompok kontrol dapat dikembalikan langsung ke bagian farmakologi.

Sedangkan tikus-tikus yang mengalami dislipidemia akan dilakukan

pemulihan atau dirawat kembali untuk proses penyembuhan.

10. Darah sampel dikirim ke Laboratorium Pangan dan GiziUniversitas Gajah

Mada, Yogyakarta

11. Analisis data.


68

4.7. Alur Penelitian

Tikus 24 ekor

Adaptasi 7 hari

Diberi diet tinggi kolesterol selama 28 hari

Dipuasakan 18 jam

Pemeriksaan Profil Lipid

Dipilih tikus jantan galur


wistar dislipidemia dengan
kolesterol total > 200mg/dl

Kelompok pretest Kelompok pretest


Kontrol Perlakuan
Diet normal Diet normal

Ekstrak etanol daun


Plasebo bungur 500mg/kg bb/hari

Setelah 14 hari dan 28 hari


tikus dipuasakan 18 jam
dilakukan pemeriksaan profil
lipid

Post test kontrol Post test perlakuan

Laporan dan Analisis

Gambar 4.2 Alur Penelitian


69

4.8 Analisis Data

Analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Analisis deskriptif

Analisis deskriptif dilakukan sebagai dasar untuk statistik analitis (uji

hipotesis). Untuk mengetahui karakteristik data mean kadar kolesterol total,

kolesterol LDL, trigliserida dan kolesterol HDL.

2. Uji normalitas data

Uji normalitas data diuji dengan Shapiro-Wilk Test karena jumlah sampel per

kelompok kurang dari 30. Data pada penelitian ini berdistribusi normal

dengan p>0,05

3. Uji homogenitas

Uji homogenitas data diuji dengan Levene’s Test. Varian data dinyatakan

homogen dengan p>0,05

4. Uji komparabilitas

Karena data berdistribusi normal, maka analisis data komparabilitas antar

kelompok menggunakan independence sample T test

5. Uji efek perlakuan

Karena data berdistribusi normal, maka analisis efek perlakuan menggunakan

paired sample T test


BAB V

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre

test-post test control group design yang menggunakan 20 ekor tikus putih (Rattus

norvegicus) jantan, dewasa (berumur 2-2,5 bulan), diinduksi dislipidemia dengan

kolesterol total di atas 200 mg/dl, yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-

masing berjumlah 10 ekor tikus, yaitu kelompok kontrol (P0/pemberian placebo

berupa aquades) dan kelompok perlakuan (P1/pemberian ekstrak daun bungur

dengan dosis 500 mg/kgBB/hari). Hasil penelitian ini kemudian dianalisis dan

disajikan menggunakan hasil analisis deskriptif, normalitas data, homogenitas

data, uji komparabilitas, dan uji efek perlakuan.

5.1 Analisis Deskriptif dan Normalitas Data

Kadar kolesterol total diamati (pretest), setelah 14 hari perlakuan

(posttest I), dan setelah 28 hari perlakuan (posttest II). Hasil analisis deskriptif

kadar kolesterol total, setelah 14 hari dan 28 hari perlakuan pada masing-masing

kelompok disajikan pada Tabel 5.1.Kadar kolesterol total (pretest), setalah 14 hari

perlakuan (posttest I), dan setelah 28 hari perlakuan (posttest II) pada masing-

masing kelompok diuji normalitasnya dengan uji Shapiro-Wilk. Hasilnya

menunjukkan bahwa data berdistribusi normal (p>0,05) (Tabel 5.1).

70
71

Tabel 5.1
Hasil Analisis Deskriptif dan Normalitas Data Kadar Kolesterol Total
Mean p Keterangan
Kelompok Subyek n SD
(mg/dl)
P0 (pretest) 10 215,06 9,76 0,701 Normal
P1 (pretest) 10 219,06 10,70 0,508 Normal
P0 posttest I (14 hari perlakuan) 10 219,12 8,86 0,566 Normal
P1 posttest I (14 hari perlakuan) 10 175,85 6,28 0,368 Normal
P0 posttest II (28 hari perlakuan) 10 223,18 8,31 0,486 Normal
P1 posttest II (28 hari perlakuan) 10 135,47 15,33 0,808 Normal
n = jumlah sampel; p = taraf signifikansi

Kadar trigliserida diamati (pretest), setalah 14 hari perlakuan (posttest I),

dan setelah 28 hari perlakuan (posttest II). Hasil analisis deskriptif kadar

trigliserida, setelah 14 hari dan 28 hari perlakuan pada masing-masing kelompok

disajikan pada Tabel 5.2.Kadar trigliserida (pretest), setelah 14 hari perlakuan

(posttest I), dan setelah 28 hari perlakuan (posttest II) pada masing-masing

kelompok diuji normalitasnya dengan uji Shapiro-Wilk. Hasilnya menunjukkan

bahwa data berdistribusi normal (p>0,05) (Tabel 5.2).

Tabel 5.2
Hasil Analisis Deskriptif dan Normalitas Data Kadar Trigliserida
Mean p Keterangan
Kelompok Subyek N SD
(mg/dl)
P0 (pretest) 10 145,05 9,10 0,834 Normal
P1 (pretest) 10 142,87 6,77 0,088 Normal
P0 posttest I (14 hari perlakuan) 10 147,50 8,64 0,898 Normal
P1 posttest I (14 hari perlakuan) 10 125,58 6,46 0,520 Normal
P0 posttest II (28 hari perlakuan) 10 148,99 8,49 0,929 Normal
P1 posttest II (28 hari perlakuan) 10 82,19 21,29 0,812 Normal
n = jumlah sampel; p = taraf signifikansi
72

Kadar HDL diamati (pretest), setalah 14 hari perlakuan (posttest I), dan

setelah 28 hari perlakuan (posttest II). Hasil analisis deskriptif kadar HDL, setelah

14 hari dan 28 hari perlakuan pada masing-masing kelompok disajikan pada Tabel

5.3.Kadar HDL (pretest), setelah 14 hari perlakuan (posttest I), dan setelah 28

hari perlakuan (posttest II) pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya

dengan uji Shapiro-Wilk. Hasilnya menunjukkan bahwa data berdistribusi normal

(p>0,05), yang disajikan pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3
Hasil Analisis Deskriptif Data Kadar HDL
Mean p Keterangan
Kelompok Subyek N SD
(mg/dl)
P0 (pretest) 10 22,73 6,29 0,094 Normal
P1 (pretest) 10 23,78 4,89 0,991 Normal
P0 posttest I (14 hari perlakuan) 10 22,12 5,01 0,303 Normal
P1 posttest I (14 hari perlakuan) 10 32,18 5,05 0,831 Normal
P0 posttest II (28 hari perlakuan) 10 20,58 4,44 0,212 Normal
P1 posttest II (28 hari perlakuan) 10 46,02 4,88 0,095 Normal
n = jumlah sampel; p = taraf signifikansi

Kadar LDL diamati (pretest), setelah 14 hari perlakuan (posttest I), dan

setelah 28 hari perlakuan (posttest II). Hasil analisis deskriptif kadar LDL, setelah

14 hari dan 28 hari perlakuan pada masing-masing kelompok disajikan pada Tabel

5.4.Kadar LDL (pretest), setelah 14 hari perlakuan (posttest I), dan setelah 28 hari

perlakuan (posttest II) pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan

uji Shapiro-Wilk. Hasilnya menunjukkan bahwa data berdistribusi normal

(p>0,05), yang disajikan pada Tabel 5.4.


73

Tabel 5.4
Hasil Analisis Deskriptif dan Normalitas Data Kadar LDL
Mean p Keterangan
Kelompok Subyek n SD
(mg/dl)
P0 (pretest) 10 90,78 7,28 0,271 Normal
P1 (pretest) 10 87,45 7,77 0,268 Normal
P0 posttest I (14 hari perlakuan) 10 93,09 6,83 0,064 Normal
10 0,922 Normal
P1 posttest I (14 hari perlakuan) 74,30 5,28

P0 posttest II (28 hari perlakuan) 10 94,26 6,31 0,713 Normal


P1 posttest II (28 hari perlakuan) 10 36,25 16,22 0,847 Normal
n = jumlah sampel; p = taraf signifikansi

5.2 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Kadar kolesterol total (pretest), setelah 14 hari perlakuan (posttest I), dan

setelah 28 hari perlakuan (posttest II) pada masing-masing kelompok diuji

homogenitasnya dengan menggunakan uji Levene’s test. Hasil menunjukkan

bahwa varian data hasil penelitian homogen (p>0,05), data disajikan pada Tabel

5.5.

Tabel 5.5
Hasil Uji Homogenitas Data Kadar Kolesterol Total Antar Kelompok

Kelompok Subjek N P Keterangan

Pretest 20 0,993 Homogen

Pasca 14 hari Perlakuan (posttest I) 20 0,171 Homogen

Pasca 28 hari Perlakuan (posttest II) 20 0,759 Homogen

N = jumlah sampel; p = taraf signifikansi


74

Kadar trigliserida (pretest), setelah 14 hari perlakuan (posttest I), dan

setelah 28 hari perlakuan (posttest II) pada masing-masing kelompok diuji

homogenitasnya dengan menggunakan uji Levene’s test. Hasil menunjukkan

bahwa varian data hasil penelitian homogen (p>0,05), data disajikan pada Tabel

5.6.

Tabel 5.6
Hasil Uji Homogenitas Data Kadar Trigliserida Antar Kelompok

Kelompok Subjek n p Keterangan

Pretest 20 0,306 Homogen

Pasca 14 hari Perlakuan (posttest I) 20 0,327 Homogen

Pasca 28 hari Perlakuan (posttest II) 20 0,360 Homogen

N = jumlah sampel; p = taraf signifikansi

Kadar HDL (pretest), setelah 14 hari perlakuan (posttest I), dan setelah 28

hari perlakuan (posttest II) pada masing-masing kelompok diuji homogenitasnya

dengan menggunakan uji Levene’s test. Hasil menunjukkan bahwa varian data

hasil penelitian homogen (p>0,05), data disajikan pada Tabel 5.7.

Tabel 5.7
Hasil Uji Homogenitas Data Kadar HDL Antar Kelompok

Kelompok Subjek n p Keterangan

Pretest 20 0,602 Homogen

Pasca 14 hari Perlakuan (posttest I) 20 0,544 Homogen

Pasca 28 hari Perlakuan (posttest II) 20 0,996 Homogen

N = jumlah sampel; p = taraf signifikansi


75

Kadar LDL (pretest), setelah 14 hari perlakuan (posttest I), dan setelah 28

hari perlakuan (posttest II) pada masing-masing kelompok diuji homogenitasnya

dengan menggunakan uji Levene’s test. Hasil menunjukkan bahwa varian data

hasil penelitian homogen (p>0,05), data disajikan pada Tabel 5.8.

Tabel 5.8.
Hasil Uji Homogenitas Data Kadar LDL Antar Kelompok

Kelompok Subjek n p Keterangan

Pretest 20 0,819 Homogen

Pasca 14 hari Perlakuan (posttest I) 20 0,144 Homogen

Pasca 28 hari Perlakuan (posttest II) 20 0,456 Homogen

N = jumlah sampel; p = taraf signifikansi

5.2 Uji Komparabilitas

5.2.1 Uji Komparabilitas Antar Kelompok Sebelum Perlakuan (pretest)

Analisis komparabilitas ini bertujuan untuk membandingkan rerata kadar

kolesterol total, trigliserida, HDL dan LDL antar kelompok sebelum perlakuan

(pretest). Hasil analisis kemaknaan diuji dengan t-independence pada Tabel 5.9.
76

Tabel 5.9
Rerata Nilai Variabel antar Kelompok Sebelum Perlakuan (pretest)
Variabel Kelompok Rerata (mg/dl) SB t P
P0 215,06 9,76
Kolesterol Total -0,873 0,394
P1 219,06 10,70
P0 145,05 9,10
Trigliserida 0,608 0,550
P1 142,87 6,77
P0 22,73 6,29
HDL -0,414 0,684
P1 23,78 4,89
P0 90,78 7,28
LDL 0,988 0,336
P1 87,45 7,77
SB = Simpangan Baku; t = t-test; p = signifikansi

Tabel 5.9 menunjukkan rerata kadar kolesterol total tikus dislipidemia dan

sebelum perlakuan (pretest) kelompok kontrol (P0) adalah 215,06±9,76 mg/dl dan

kelompok P1 adalah 219,06±10,70 mg/dl. Analisis kemaknaan dengan t-

independence menunjukkan bahwa nilai t= -0,873 dan nilai p= 0,394. Rerata

kadar trigliserida kelompok kontrol (P0) adalah 145,05±9,10 mg/dl dan kelompok

P1 adalah 142,87±6,77 mg/dl. Analisis kemaknaan dengan t-independence

menunjukkan bahwa nilai t= 0,608 dan nilai p= 0,550. Rerata kadar HDL

kelompok kontrol (P0) adalah 22,73±6,29 mg/dl dan kelompok P1 adalah

23,78±4,89 mg/dl. Analisis kemaknaan dengan t-independence menunjukkan

bahwa nilai t= -0,414 dan nilai p= 0,684. Rerata kadar LDL kelompok kontrol

(P0) adalah 90,78±7,28 mg/dl dan kelompok P1 adalah 87,45±7,77 mg/dl.

Analisis kemaknaan dengan t-independence menunjukkan bahwa nilai t= 0,988

dan nilai p= 0,336. Hal ini berarti rerata kadar kolesterol total, trigliserida, HDL

dan LDL pada tikus dislipidemia dan sebelum perlakuan (pretest) antar kelompok

kontrol (P0) dan kelompok perlakuan (P1) tidak berbeda bermakna (p>0,05).
77

5.2.2 Analisis Komparabilitas Antar Kelompok Sesudah Perlakuan 14 Hari

Analisis komparabilitas ini bertujuan untuk membandingkan rerata kadar

kolesterol total, trigliserida, HDL dan LDL antar kelompok sesudah perlakuan

selama 14 hari (prosttest I). Hasil analisis kemaknaan diuji dengan t-independence

pada Tabel 5.10.

Tabel 5.10
Rerata Nilai Variabelantar Kelompok Sesudah Perlakuan 14 Hari
Variabel Kelompok Rerata (mg/dl) SB t P
P0 219,12 8,86
Kolesterol Total 12,607 0,000
P1 175,85 6,28
P0 147,50 8,64
Trigliserida 6,423 0,000
P1 125,58 6,46
P0 22,12 5,01
HDL -4,470 0,000
P1 32,18 5,05
P0 93,09 6,83
LDL 6,881 0,000
P1 74,30 5,28
SB = Simpangan Baku; t = t-test; p = signifikansi

Tabel 5.10 menunjukkan rerata kadar kolesterol total sesudah 14 hari

perlakuan (posttest I) kelompok kontrol (P0) adalah 219,12±8,86 mg/dl dan

kelompok P1 adalah 175,85±6,28 mg/dl. Analisis kemaknaan dengan t-

independence menunjukkan bahwa nilai t= 12,607 dan nilai p= 0,000. Rerata

kadar trigliserida kelompok kontrol (P0) adalah 147,50±8,64 mg/dl dan kelompok

P1 adalah 125,58±6,46 mg/dl. Analisis kemaknaan dengan t-independence

menunjukkan bahwa nilai t= 6,423 dan nilai p= 0,000. Rerata kadar HDL

kelompok kontrol (P0) adalah 22,12±5,01 mg/dl dan kelompok P1 adalah


78

32,18±5,05 mg/dl. Analisis kemaknaan dengan t-independence menunjukkan

bahwa nilai t= -4,470 dan nilai p= 0,000. Rerata kadar LDL kelompok kontrol

(P0) adalah 93,09±6,83 mg/dl dan kelompok P1 adalah 74,30±5,28 mg/dl.

Analisis kemaknaan dengan t-independence menunjukkan bahwa nilai t= 6,881

dan nilai p= 0,000. Hal ini berarti rerata kadar kolesterol total, trigliserida, HDL

dan LDL sesudah perlakuan selama 14 hari (posttest I) antar kelompok kontrol

(P0) dan kelompok perlakuan (P1) berbeda sangat bermakna (p<0,01).

5.2.3 Analisis Komparabilitas Antar Kelompok Sesudah Perlakuan 28 Hari

Analisis komparabilitas ini bertujuan untuk membandingkan rerata kadar

kolesterol total, trigliserida, HDL dan LDL antar kelompok sesudah perlakuan

selama 28 hari (prosttest II). Hasil analisis kemaknaan diuji dengan t-

independence pada Tabel 5.11.

Tabel 5.11
Rerata Nilai Variabelantar Kelompok Sesudah Perlakuan 28 Hari
Variabel Kelompok Rerata (mg/dl) SB t P
P0 223,18 8,31
Kolesterol Total 16,053 0,000
P1 135,47 15,33
P0 148,99 8,49
Trigliserida 9,258 0,000
P1 82,19 21,29
P0 20,58 4,44
HDL -12,443 0,000
P1 46,02 4,88
P0 94,26 6,31
LDL 10,587 0,000
P1 36,25 16,22
SB = Simpangan Baku; t = t-test; p = signifikansi

Tabel 5.11 menunjukkan rerata kadar kolesterol total sesudah 28 hari

perlakuan (posttest I) kelompok kontrol (P0) adalah 223,18±8,31 mg/dl dan

kelompok P1 adalah 135,47±15,33 mg/dl. Analisis kemaknaan dengan t-


79

independence menunjukkan bahwa nilai t= 16,053 dan nilai p= 0,000. Rerata

kadar trigliserida kelompok kontrol (P0) adalah 148,99±8,49 mg/dl dan kelompok

P1 adalah 82,19±21,29 mg/dl. Analisis kemaknaan dengan t-independence

menunjukkan bahwa nilai t= 9,258 dan nilai p= 0,000. Rerata kadar HDL

kelompok kontrol (P0) adalah 20,58±4,44 mg/dl dan kelompok P1 adalah

46,02±4,88 mg/dl. Analisis kemaknaan dengan t-independence menunjukkan

bahwa nilai t= -12,443 dan nilai p= 0,000. Rerata kadar LDL kelompok kontrol

(P0) adalah 94,26±6,31 mg/dl dan kelompok P1 adalah 36,25±16,22 mg/dl.

Analisis kemaknaan dengan t-independence menunjukkan bahwa nilai t= 10,587

dan nilai p= 0,000. Hal ini berarti rerata kadar kolesterol total, trigliserida, HDL

dan LDL sesudah perlakuan selama 28 hari (posttest II) antar kelompok kontrol

(P0) dan kelompok perlakuan (P1) berbeda sangat bermakna (p<0,01).

5.3 Analisis Efek Perlakuan Pemberian Ekstrak Daun Bungur

Analisis efek perlakuan pada kelompok yang diberikan ekstrak daun

bungur (P1) diuji berdasarkan rerata kadar kolesterol total, trigliserida, HDL dan

LDL masing-masing kelompok sebelum diberikan perlakuan (pretest), sesudah

diberikan perlakuan selama 14 hari (post-test I) dan sesduah diberikan perlakuan

selama 28 hari (post-test II). Hasil analisis kemaknaan dengan paired sample T

test disajikan pada Tabel 5.12 berikut.


80

Tabel 5.12
Rerata Nilai VariabelMasing-Masing Kelompok Sebelum dan Sesudah
Perlakuan

Variabel Pasangan yang Diuji t p


Pretest – Posttest I 11,649 0,000
Kolesterol Total
Pretest – Posttest II 26,601 0,000
Pretest – Posttest I 5,022 0,001
Trigliserida
Pretest – Posttest II 14,017 0,000
Pretest – Posttest I -3,837 0,004
HDL
Pretest – Posttest II -11,334 0,000
Pretest – Posttest I 4,238 0,002
LDL
Pretest – Posttest II 17,013 0,000
t = t hitung; p = signifikansi

Tabel 5.12 di atas, menunjukkan terjadi kadar total kolesterol, trigliserida,

HDL dan LDL yang sangat bermakna pada kelompok P1 (p<0,01). Hasil

penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun bungur selama 14 hari

saja sudah dapat memperbaiki profil lipid dengan sangat signifikan (p<0,01).

Perbaikan profil lipid meliputi penurunan kadar kolesterol total (Gambar 5.1),

penurunan trigliserida (Gambar 5.2), peningkatan kadar HDL (Gambar 5.3) serta

penurunan kadar HDL (Gambar 5.4).


81

250 215.06 219.12 223.18 219.06


Kadar Kolesterol Total (mg/dl)

175.85
200
135.47
150

100

50

0
P0 P1

Pretest Posttest1 Posttest2

Gambar 5.1 Grafik Perubahan Kadar Kolesterol Total Sebelum dan Sesudah
Perlakuan Antar Kelompok

148.99 142.87
160 145.05 147.5
140 125.58
Kadar Trigliserida (mg/dl)

120
100 82.19

80
60
40
20
0
P0 P1
Pretest Posttest1 Posttest2

Gambar 5.2 Grafik Perubahan Kadar Trigliserida Sebelum dan Sesudah


Perlakuan Antar Kelompok
82

50 46.02
45
40 32.18
35
23.78
Kadar HDL

30 22.73
22.12
25
20.58
20
15
10
5
0
P0 P1
Pretest Posttest1 Posttest2

Gambar 5.3 Grafik Perubahan Kadar HDL Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Antar Kelompok

90.78 93.09 94.26


100 87.45
90 74.3
80
Kadar LDL (mg/dl)

70
60
50 36.25
40
30
20
10
0
P0 P1
Pretest Posttest1 Posttest2

Gambar 5.4 Grafik Perubahan Kadar LDL Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Antar Kelompok
BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Diet Tinggi Kolesterol Menyebabkan Dislipidemia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah pemberian diet tinggi

kolesterol selama duapuluh delapan hari terjadi kenaikan kadar kolesterol total,

trigliserida, LDL serta terjadi penurunan kadar HDL. Kadar Kolesterol total

normal pada tikus adalah 10–54 mg/dL, kadar normal trigliserida adalah 26–145

mg/dL, kadar normal HDL adalah 77– 84 mg/dL dan kadar normal LDL adalah

17–22 mg/dL. Setelah pemberian diet tinggi kolesterol selama tiga puluh rerata

kadar kolesterol kelompok kontrol (P0) adalah 215,06±9,76 mg/dl dan kelompok

perlakuan P1 adalah 219,06±10,70 mg/dl, rerata kadar trigliserida kelompok

kontrol (P0) adalah 145,05±9,10 mg/dl dan kelompok P1 adalah 142,87±6,77

mg/dl, rerata kadar HDL kelompok kontrol (P0) adalah 22,73±6,29 mg/dl dan

kelompok P1 adalah 23,78±4,89 mg/dl, dan rerata kadar LDL kelompok kontrol

(P0) adalah 90,78±7,28 mg/dl dan kelompok P1 adalah 87,45±7,77 mg/dl.

Pada diet tinggi lemak akan terjadi stimulasi pelepasan berbagai macam

sitokin, salah satunya TNF-α. TNF- α yang meningkat dalam darah akan menekan

oksidasi asam lemak, terutama pada hepar sehingga asam lemak bebas dalam

hepar meningkat dan terjadi hipertrigliseridemia, peningkatan sintesis kolesterol

oleh sel hepar sehingga terjadi hiperkolesterolemia, dan menyebabkan terjadinya

resistensi insulin ( Huvers et al., 2007).

83
84

Pada peningkatan FFA di hati akan merangsang sekresi dari VLDL,

sehingga terbentuk hipertrigliseridemia. Hipertrigliseridemia akan meningkatkan

aktivitas dari CETP (Cholesterol ester transfer protein). CETP ini akan

menggantikan trigliserida dari VLDL, digantikan dengan kolesterol yang

terdapat pada LDL danHDL, dan terjadi VLDL yang kaya akan kolesterol, Pada

LDL dan HDL menjadi kaya akan trigliserida atau dikenal sebagai lipoprotein

kaya trigliserida (TGrL). Apo A-1 dapat melepaskan diri dari HDL yang kaya

akan trigliserida. ApoA-1 bebas ini segera dibersihkan dari plasma, melewati

ginjal, sehingga mengurangi kemampuan HDL untuk reverse cholesterol

transport. Akibatnya LDL kaya trigliserida dapat mengalami lipolisis menjadi

small dense LDL dan kadar HDL dalam darah jumlah nya menurun (Shulman,

2000).

6.2 EkstrakDaun Bungur Memperbaiki Profil Lipid

Hasil penelitianmenunjukkan bahwa ekstrak daun bungur dapat

memperbaiki profil lipid pada tikus setelah diinduksi dislipidemia. Pemberian

ekstrak daun bungur selama 14 hari dapat menurunkan kadar kolesterol total dari

219,06±10,70 mg/dl menjadi 175,85±6,28 mg/dl, yang kemudian terus mengalami

penurunan menjadi 135,47±15,33 mg/dl setelah 28 hari perlakuan (P<0,01). Hal

ini juga dapat diamatai pada variabel lainnya. Pemberian ekstrak daun bungur

selama 14 hari dapat menurunkan kadar trigliserida dari 142,87±6,77 mg/dl

menjadi 125,58±6,46 mg/dl, yang kemudian terus mengalami penurunan menjadi

82,19±21,29 mg/dl setelah 28 hari perlakuan (P<0,01). Pemberian ekstrak daun

bungur selama 14 hari juga dapat meningkatkan kadar HDL dari 23,78±4,89
85

mg/dl menjadi 32,18±5,05 mg/dl, yang kemudian terus mengalami peningkatan

menjadi 46,02±4,88 mg/dl setelah 28 hari perlakuan (P<0,01). Selain itu,

pemberian ekstrak daun bungur selama 14 hari dapat menurunkan kadar LDL dari

87,45±7,77 mg/dl menjadi 74,30±5,28 mg/dl, yang kemudian terus mengalami

penurunan menjadi 36,25±16,22 mg/dl setelah 28 hari perlakuan (P<0,01).

Kemampuan ekstrak daun bungur dalam memperbaiki profil lipid terkait

dengan kandungan senyawa fitokimia di dalamnya. Daun bungur mengandung

senyawa asam korosolat, tanin, lagerstroemin (Hayashiet al., 2002), saponin,

flavonoid, alkaloid (Liu et al.,2001).

Asam korosolat telah banyak dibuktikan memiliki efek antikolesterol.

Salah satu mekanisme kerjanya adalah dengan menghambat penyerapan kolesterol

di usus halus dengan menghambat aktivitas enzim cholesterol acyltransferase

(Takagi et al., 2010). Selain itu penelitian juga membuktikan bahwa asam

korosolat memiliki aktivitas untuk meningkatkan metabolism lemak terhadap 12

subjek penelitian yang mengkonsumsi ekstrak daun bungur selama 2 minggu

sehingga kadarnya dalam darah dapat menurun secara drastis dan mengalami

penurunan berat badan yang bermakna (Tsuchibe et al., 2006). Hasil ini juga

didukung hasil penelitian yang menyebutkan bahwa pemberian ekstrak daun

bungur dapat menurunkan kadar trigliserida dan kolesterol total pada hati tikus

sebanyak 65% (Suzuki et al., 1999). Beberapa peneliti mengungkapkan bahwa

efek antidislipidemia ekstrak daun bungur diperantarai jalur oleh peroxisome

proliferator-activated receptors(PPARs), Mitogen-activated protein kinases

(MAPK), NF-κB dan transduksi sinyal lainnya (Stohs et al., 2012).


86

Penelitian menyebutkan bahwa pemberian asam korosolat mengurangi

kadar glukosa darah puasa sebesar 23%, insulin sebesar 41% dan trigliserida

sebesar 22%. Perlakuan ini juga menurunkan 10% berat badan dan mengurangi

15% massa total lemak. Selain itu, asam korosolat dalam diet meningkatkan

ekspresi peroxisome proliferator-activated receptors- alpha (PPAR-α) di hati dan

PPAR-γ dalam jaringan adiposa, sehingga menyebabkan penurunan berat badan

dan penurunan steatosis hati. Hasil ini menunjukkan bahwa asam korosolat

bermanfaat dalam menangani berbagai aspek dari sindrom metabolik yang terdiri

dari hiperlipidemia, obesitas, hipertensi, dan resistensi insulin. Aspek sindrom

metabolik yang dapat diatasi dengan asam korosolat termasuk obesitas, resistensi

insulin, dan hipertrigliseridemia dan hiperkolesterolemia (Yamada et al., 2008;

Miura et al., 2012).

Selain mengandung asam korosolat, ekstrak daun bungur juga

mengandung tannin (Hayashi et al., 2002). Tanin terbukti meningkatkan

penyerapan glukosa pada jaringan adiposit tikus, (Hayashi et al., 2002). Pada

konsentrasi 0.04mg / mL, tanin menunjukkan potensi dalam menginduksi

penyerapan glukosa yang setara dengan 100nm insulin dan tanin mencapai

penyerapan glukosa maksimal di kisaran 24-49% pada konsentrasi di bawah 1 mg

/ mL. Ekstrak air panas dari daun bungur masih terbukti memiliki efek

penyerapan glukosa pada jaringan adiposity walaupun potensinya lebih rendah

dari insulin karena konsentrasi senyawa bioaktif yang rendah dan tidak terbukti

memiliki efek sinergis dengan insulin (Liu et al., 2001). Pemberian senyawa aktif

turunan tanin pada konsentrasi 0.1mg/mL dapat menurunkan proliferasi


87

adiposithingga mencapai 62-64% dan proliferasi benar-benar terhadap dengan

pemberian pada konsentrasi 0.5mg/mL. Dalam kultur sel adiposit 3T3-L1, ekstrak

air panas daun bungur menunjukkan efek penekan terhadap proliferasi sel lemak

pada konsentrasi 0.1-0.25mg/mL (Liu et al., 2001; Hayashi et al., 2002).

Ekstrak daun bungur juga mengandung saponin dalam jumlah yang cukup

tinggi (Hayashi et al., 2002). Pada Saponin memiliki efek antihiperlipidemia

dengan cara menghambat kerja 3-Hydroxy-3-methylglutaryl CoA reductase

(HMGCR) dan Acyl-CoA: cholesterol O-acyltransferase 2 (ACAT2) (Shi et al.,

2014). HMGCR adalah enzim yang meregulasi biosintesis kolesterol. Inhibisi dari

ekspresi atau aktivitas enzim HMGCR akan menghambat sintesis de novo

kolesterol dalam hati dan dengan demikian mengurangi kadar kolesterol serum

(Jurevics et al., 2000). Sedangkan ACAT2 mengkonversi kolesterol bebas

menjadi kolesterol ester sebagai respon terhadap biosintesis kolesterol intraseluler

yang berlebihan. Ekspresi ACAT2 yang berlebihan meningkatkan produksi

kolesterol ester yang akan bereaksi terhadap hepatik lipoprotein yang

mengandung apoB dan disekresi ke dalam plasma. Jadi ACAT2 memainkan peran

penting dalam produksi lipoproteinaterogenik (Lee et al., 2005). Selain itu

saponin meningkatkan ekspresi cholesterol 7-alpha-hydroxylase (CYP7A1) yang

merupakan enzim terlibat dalam jalur biosintesis asam empedu dan setidaknya

terlibat dalam 75% dari proses produksi asam empedu (Chiang, 2004).

Peningkatan ekspresi maupun aktivitas dari enzim CYP7A1 meningkatkan jalur

katabolik kolesterol dan menyebabkan pengurangan kadar kolesterol total dalam

serum dan hati (Del Bas et al., 2005).


88

Hasil analisis fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak daun bungur

mengandung flavonoid sebanyak 13,65% QE. Flavonoid telah terbukti dapat

memperbaiki profil lipid darah dan memiliki efek vasoprotektif (Shipp dan Abdel-

Aal, 2010). Flavonoid memiliki kemampuan untuk menginhibisi CETP

(Cholesteryl ester transfer protein). Dengan menekan aktivitas CETP, maka dapat

meningkatkan kadar kolesterol HDL dan menurunkan kadar kolesterol LDL (Qin

et al., 2009). CETP adalah protein plasma yang memediasi pertukaran cholesteryl

ester dari HDL ditukar dengan molekul trigliserida dari LDL, VLDL maupun

kilomikron, sehingga yang terjadi VLDL kaya akan kolesterol, sedangkan HDL

menjadi kaya akan trigliserida atau dikenal sebagai lipoprotein kaya trigliserida

(TGrL). Apo A-1 dapat memisahkan diri dari HDL kaya trigliserida. ApoA-1

bebas ini segera dibersihkan dari plasma, melalui ginjal, sehingga mengurangi

kemampuan HDL untuk reverse cholesterol transport. Akibatnya kadar HDL

dalam darah menurun. LDL kaya trigliserida dapat mengalami lipolisis menjadi

small dense LDL (Shulman, 2000). Dalam hal ini flavonoid bekerja menghambat

CETP sehingga terjadi peningkatan kadar HDL kolesterol dan penurunan kadar

LDL (Qin et al., 2009). Flavonoid juga memiliki efek anti inflamasi dengan

menghambat sitokin seperti tumor necrosis factor α (TNF-α). Penurunan TNF-α

menyebabkan peningkatan sensitivitas insulin, peningkatan oksidasi asam lemak

pada hepar, dan menghambat sintesis kolesterol oleh sel hepar (Karlsen et al.,

2007).
BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Pemberian ekstrak daun bungur menurunkan kadar kolesterol total serum

pada tikus jantan dislipidemia.

2. Pemberian ekstrak daun bungur menurunkan kadar trigliserida serum pada

tikus jantan dislipidemia.

3. Pemberian ekstrak daun bungur meningkatkan kadar HDL serum pada

tikus jantan dislipidemia.

4. Pemberian ekstrak daun bungur menurunkan kadar LDL pada tikus putih

jantan dislipidemia.

7.2 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah.

1. Perlu dilakukan uji klinik terhadap khasiat ekstrak daun bungur pada

manusia dalam mencegah dan mengobati dislipidemia.

89
DAFTAR PUSTAKA

AACE 2015. AACE Guidelines for Management of Dyslipidemia and Prevention


of Atherosclerosis.http://www.aace.com/files/lipid-guidelines.pdf

ACC/AHA. 2013. Guideline on Treatment of Blood Cholesterol to Reduce


Atherosclerotic Cardiovascular iskinAdults .http://content.onlinejacc.
org/on 11/132013.

Adam, I. 2011. Peran Kolesterol HDL Dalam Mencegah Penyakit Arteri Koroner
pada Penderita Diabetes. Artikel Penyakit Dalam. Universitas Hasanudin,
Makasar, 1 Februari.

Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Cetakan VII. Jakarta: penerbit PT.
Gramedia Pustaka Utama. p.51-69.

Anonim, 2015a. Available at


http://www.ntbg.org/plants/plant_details.php?plantid=6840

Anonim, 2015b. Available at http: //lpi.oregonstate.edu/mic/


dietaryfactors/phytochemicals/ flavonoids

Anonim,2015. Available at http://plants.usda.gov/java/ClassificationServlet?


source=display &classid .

Anonim. 2013. FloraLagerstroemia speciosa. Online available at


(http://ssputiwu.blogspot.com/2013/01/flora-lagerstroemia-speciosa.html

Anonim. 2014. Herbal daun ketangi bungur Lagerstroemia speciosa.


Onlineavailable athttp://cantik.me/herbal-daun-ketangi-bungur-
lagerstroemia-speciosa/

Bahri, A. 2004. Disiplidemia Sebagai Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner, e-


USU Repositor. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
http://www.library.usu.ac.id/download/fk/gizi-bahri3.pdf. Accesed 16-10-
2014.

Bays, H. 2011.Adiposopathy: Is "Sick Fat" a Cardiovascular Disease?J Am Coll


Cardiol. 57(25):2461-2473.

Bintang, A.A.S. 2010. Penelitian Pendahuluan Ektrak Etanol Daun Asam Jawa
(Tamarindus indica Linn.) Memperbaiki Profil Lipid Tikus Putih (Rattus
norvegicus) Galur Wistar dengan Dislipidemia (tesis).Denpasar: Universitas
Udayana

90
91

Brown,M.S dan Goldstein, J.L. 2009 History of Discovery: The LDL Receptor
Arterioscler Thromb Vasc Biol 29(4): 431–438

Chiang, J.Y. 2004. Regulation of bile acid synthesis: pathways, nuclear receptors,
and mechanisms. Journal of Hepatology40: 539–551.

Del Bas, J.M., Fernández-Larrea, J., Blay, M., Ardèvol, A., Salvadó, M.J. 2005.
Grape seed procyanidins improve atherosclerotic risk index and induce liver
CYP7A1 and SHP expression in healthy rats. The Journal of the Federation
of American Societies for Experimental Biology19 (3): 479–481

Depkes, 2014. Situasi Kesehatan Jantung. Pusat data dan Informasi kementerian
KesehatanRepublikIndonesia.www.depkes.go.id/download.php?file=downl
oad/pusdatin/..jantung.

Elstein, M. 2005. Cholesterol, Low density Lipoprotein (LDL), High density


Lipoprotein (HDL), Triglycerides and Apoproteins A-1 and B.You have the
power! Australia: Aliart. p.238.

Esha Flora Plants and Tissue Culture.2008. Tanaman Obat Indonesia Untuk
Pengobatan. Available at http://indonesian-
herbal.blogspot.co.id/2008/11/tanaman-obat-indonesia-untuk-
pengobatan.html

Grundy, S. M. 2006. Nutrition in the Management of Disorder of serum Lipids


and Lipoprotein.Modern Nutrition in Heath and Disease. 10th Ed.
Lippincott Williams and Wilkins: Baltimore. P. 1076-1094.

Guyton, A.C. dan Hall, J.E. 2007. Keseimbangan Diet; Aturan Pemberian
Makanan; Obesitas dan Kelaparan; Vitamin dan Mineral. Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Terjemahan Irawati et. al. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC. p. 916-918.

Hayashi T, Maruyama H, Kasai R, Hattori K, Takasuga S, Hazeki O, Yamasaki


K, Tanaka T. 2002. Ellagitannins from Lagerstroemia speciosa as activators
of glucose transport in fat cells. Planta Med. 68(2):173-5.

Hernawan, U. dan Setyawan, A. 2003. Aktifitas hipoglikemik dan hipolipidemik


Ekstrak Air Daun Bungur (Lagerstronemia Speciosa[L.]Pers.) Terhadap
Tikus Diabetik. Biofarmasi 2(1):15-23
Huvers, F. C., Popa,C., Netea,M.G., Van den Hoogen, F.H.J., Tack,C.J. 2007.
Improved insulin sensitivity by anti-TNF-a antibody treatment in patients
with rheumatic diseases. Ann. Rheum.Dis. In press.

Illingworth, D. R. 2007. Lipid Lowering Drugs : An Overview of Indications and


Optimum Theraupetic Use. Drugs 33: 259-79.
92

Jurevics, H., Hostettler, J., Barrett, C., Morell, P., and Toews, A. D. 2000. Diurnal
and dietary-induced changes in cholesterol synthesis correlate with levels of
mRNA for HMG-CoA reductase. Journal of Lipid Research.41: 1048–1053

Karlsen, A., Retterstol, L., Laake, P., Paur, I.,kjolsrud-Bohn, S., Sandvik, L.,
Blomhoff, R., 2007. Anthocyanins Inhibit Nuclear Factor- Kappa Activation
In Monocytes and Reduce Plasma Concentrations of Pro- Inflammatory
Mediators In Healthy Adults, Journal of Nutrition, 137:1951-4

Klein, G., Kim. J., Himmeldirk, K., Cao, Y. dan Chen, X. 2007. Antidiabetes and
Anti-obesity Activity of Lagerstroemia speciosa. Evid Based
Complement Alternat. Med., 4:401-407.

Koolman, J. dan Roehm, K.H. 2005. Color Atlas of Biochemistry.

Krause, M., Mahan, L. K., Escott-Stump, S. dan Raymond, J. L. 2012. Krause's


food & the nutrition care process. St. Louis, Mo: Elsevier/Saunders.

Lee, R.G., Shah, R., Sawyer, J.K., Hamilton, R.L., and Parks, J.S. 2005. ACAT2
contributes cholesteryl esters to newly secreted VLDL, whereas LCAT adds
cholesteryl ester to LDL in mice. J Lipid Res46: 1205–1212

Lichtenstein, A. H. dan Jones, P.J.H. 2006. Lipids Absorption and Transport.In


Present Knowledge in Nutrition. 8th Ed. p 93-103. ILSI Press,Washington
DC.

Liu, F., Kim , J.K., Li,Y.K.,Liu, X., Li., J. dan Chen, X. 2001. An Extract of
Lagerstroemia speciosa L. Has Insulin-Like Glucose Uptake–Stimulatory
and Adipocyte Differentiation–Inhibitory Activities in 3T3-L1 Cells1. J
Nutr. Sep;131(9):2242-7.

Liu, F., Kim, J., Li, Y., Liu, X., Li, J., Chen, X. 2001. An extract of Lagerstroemia
speciosa L. has insulin-like glucose uptake-stimulatory and adipocyte
differentiation-inhibitory activities in 3T3-L1 cells. J Nutr. 131(9):2242-7.

Mahley, R. W., Weisgraber, K.H., dan Farese, R.V. 2011. Disorder of Lipid
Metabolism.In William Textbook of Endocrinology.12th Ed.

Mayes, P.A. dan Botham.K.M. 2003. Lipid Transport and Storage.Harper's


illustrated Biochemistry. 26 th ed. USA. Mc Graw Hill.205-18.

Miller, C. 2004. Perception of Terminology Assosiated With Aging in Place.


Housing and Society.33(2)p. 63-70

Miura, T., Takagi, S., and Ishida, T. 2012. Management of Diabetes and Its
Complications with Banaba (Lagerstroemia speciosa L.) and Corosolic
93

Acid. Evidence-based Complementary and Alternative Medicine.


2012:871495.

Mochtar, F. 2015 . Penelitian Pendahuluan . Pemberian Ekstrak Daun Bungur


(Lagerstronemia speciosa) per oral memperbaiki profil lipid pada tikus
jantan ( Rattus Norvegicus) Dislipidemia

Movva, R. dan Rader, D.J. 2008. Laboratory assessment of HDL heterogeneity


and function. Clin Chem.

Ngatidjan.2006. Metode Laboratorium dalam Toksikologi.Yogyakarta : PAU


Bioteknologi UGM. hal : 86.

Olivera, T., Ricardo, K.F.S., Almeida. M.R., Costa, M.R. dan Nagem, T.J. 2007.
Hypolipidemic Effect of Flavonoids and Cholestyramine in Rats Tania.
Latin American Journal of farmacy 26 (3): 407-10.

Pangkahila, W. 2007. Anti Aging Medicine : Memperlambat Penuaan,


Meningkatkan Kualitas Hidup. Cetakan ke-1.Jakarta : Penerbit Buku
Kompas. Hal : 8-17.

Pangkahila, W. 2011. Anti Aging Medicine : Tetap Muda dan Sehat. Cetakan ke-
1.Jakarta : Penerbit Buku Kompas. Hal: 1-3, 9-10, 36-40.

Pocock, S. 2008. Clinical Trial : A Practical Approach. Chichester : John Willey


& Sons. P. 127-128

Prodia. 2015 . Available at http://prodiaohi.co.id/deteksi-dini-dislipidemia

Qin, Y., Xia, M., Ma, J., Hao, Y.T., Liu, J., Mou, H.Y., Cao, L., Ling, W.H. 2009.
Anthocyanin Supplementation Improves Serum LDL- and HDLCholesterol
Concentrations Associated with The Inhibition of Cholesteryl Ester Transfer
Protein in Dyslipidemic Subject. The American Journal of Clinical
Nutrition, 90(3):485-492

Rader, D.J., dan Hobs, H.H., 2005. Disorders of Lipoprotein Metabolism.


Harrison’s Principle of Internal Medicine. New York: McGraw-Hill, 2286 -
2294.

Rahastuti, S., Tjahjani,S. dan Hartini, E. 2011. Efek Infusa Daun Salam (Syzgium
polyanthum) terhadap Penurunan Kadar Kolesterol Total Darah Tikus
Model Dislipidemia Galur Wistar. Jurnal Medika Planta. 4: 28-32

Ratnayanti, I.G., Sugitama, I.W. dan Wahyuniari, I.A. 2013. Penurunan Kadar
trigliserida pada Tikus Jantan dengan Terapi Growth Hormone. Journal
Veteriner. 14: 178-183
94

Shi, Y., Guo, R., Wang, X., Yuang, D., Zhang, S., Wang, J., Yang, X., and Wang,
C. 2014. The Regulation of Alfalfa Saponin Extract on Key Genes Involved
in Hepatic Cholesterol Metabolism in Hyperlipidemic Rats. Claret M, ed.
PLoS ONE. 9(2):e88282.

Shipp J, Abdel-Aal, 2010. Food Applications and Physiological Effects of


Anthocyanins as Functional Food Ingredients. In: The Open Food Science
Journal, 4: p. 7-22

Shulman, G. I. 2000. Cellular Mechanisms of Insulin Resistance. Journal Clin.


Invest. 106, 171-176.

Smith, J.B. dan Mangkoewidjojo, S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan


Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia (UI Press). hal : 30-32 , 43-44, 54,5

Stohs, S.J., Miller, H., Kaats, G.R. 2012. A review of the efficacy and safety of
banaba (Lagerstroemia speciosa L.) and corosolic acid. Phytother Res.
26(3):317-24.

Suzuki, Y., Unno, T., Ushitani, M., Hayashi, K., Kakuda, T. 1999. Antiobesity
activity of extracts from Lagerstroemia speciosa L. leaves on female KK-Ay
mice. J Nutr Sci Vitaminol. 45(6): 791-5.

Takagi, S., Miura T., Ishihara E, Ishida T. dan Chinzei Y. 2010 . Effect of
corosolic acid on dietary hypercholesterolemia and hepatic steatosis in KK-
Ay diabetic mice.Biomedical Research 31(4)213-218

Takagi, S., Miura, T., Ishihara, E., Ishida, T., and Chinzei, Y. 2010. Effect of
corosolic acid on dietary hypercholesterolemia and hepatic steatosis in KK-
Ay diabetic mice. Biomedical Research. 31(4): 213-218.

Tanaman Obat. 2012. Petunjuk Penggunaan Tanaman Obat. Available at


:www.tanaman-obat.com. Accessed at 02/21/2012.

Tsuchibe, S., Kataumi, S., Mori, M., and Mori, H. 2006. An inhibitory effect on
the increase in the postprandial glucose by banaba extract capsule enriched
corosolic acid. Journal for the Integrated Study of Dietary Habits. 17: 255–
259.

Vita, J.A. 2005. Polyphenol and Cardiovascular disease: Effect on Endothelial


and Platelet Function. Am J Clin Nutr 81(1):292-297.

Wahyudi, A. 2009. “Metabolisme Kolesterol Hati: Khasit Ramuan Jati Belanda


(Guazuma ulmifolia Lamk) dalam Mengatur Konsentrasi Kolesterol Selular”
(tesis). Bogor : Institut Pertanian Bogor
95

Winarsi, H. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas : Potensi dan


Aplikasinya dalam Kesehatan. Yogyakarta: Kanisius. p.49-50.

Yamada, K., Hogokowa, M., and Fujimoto, S. 2008. Effect of corosolic acid on
gluconeogenesis in rat liver. Diabetes Research and Clinical Practice.
80:48–55

Anda mungkin juga menyukai