PROGRAM DOKTOR
PROGRAM STUDI ILMU KEDOKTERAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
RINGKASAN DISERTASI
PROGRAM DOKTOR
PROGRAM STUDI ILMU KEDOKTERAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
ii
iii
Disertasi ini telah Diuji pada Ujian Tertutup
Tanggal 18 Januari 2016
Anggota
:
1. Prof. Dr. dr. Ketut Suwiyoga, Sp. OG (K)
2. Prof. drh. I Nyoman Mantik Astawa, Ph. D
3. Prof. Dr. dr. I Made Bakta, SpPD-KHOM
4. Prof. Dr. dr. I Gede Putu Surya, Sp. OG (K)
5. Prof. Dr. dr. A. A. Sudewa Djelantik, Sp. PK
6. Prof. Dr. Dra. Ni Putu Ristiati, M.Pd.
7. Dr. dr. I Wayan Putu Sutirtayasa,, M. Si
8. Dr. dr. Dewa Sukrama, M. Si, Sp. MK (K)
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
v
Pendidikan Dokter atas izin yang diberikan kepada penulis dalam
mengikuti Program Doktor ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada: Prof.Dr.dr. I Ketut Suwiyoga, Sp.OG (K), Prof. drh. I
Nyoman Mantik Astawa, Ph.D., Prof. Dr. dr I Made Bakta, SpPD-
KHOM, Dr. dr. I Wayan Putu SutirtaYasa, M.Si, Prof. Dr. dr. I Gede
Putu Surya, Sp.OG(K), Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila,Sp. And.,
FAACS, Prof. Dr. dra Ni Putu Ristiati, M. Pd., Prof. Dr. dr. A. A.
Gede Sudewa Djelantik, Sp. PK (K) dan Dr. dr. I Dewa Made
Sukrama, M.Si., Sp. MK (K)., sebagai penguji disertasi ini mulai dari
tahap awal, atas semua masukan dan bimbingannya yang dengan
penuh kesabaran dan perhatian telah memberikan dorongan
semangat, saran, sanggahan, dan koreksi sehingga disertasi ini
akhirnya dapat terwujud.
Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya juga saya
sampaikan kepada Ketua Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi FK
UNUD/RSUP Sanglah dr. Tjok. G.A. Suwardewa, SpOG (K) dan
Prof. Dr. dr. Ketut Suwiyoga, SpOG (K) selaku mantan Ketua
Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi FK UNUD/RSUP Sanglah
yang telah memberikan ijin dan dukungan kepada penulis untuk
mengikuti pendidikan doktor. Terima kasih kepada semua staf senior
dan teman sejawat di Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi FK
UNUD/RSUP Sanglah atas kerjasama, pengertian dan dukungannya
yang tulus sehingga penulis bisa menyelesaikan pendidikan doktor
ini. Terima kasih kepada dr Hendrik Sutopo Lidapraja, M. Biomed.,
SpOG., dr Ryan Saktika Mulyana, M. Biomed., SpOG., dr Ferry
Santoso, M. Biomed., SpOG., dr Endang Sri Widiyanti, M. Biomed.,
SpOG., dr Indra Pratama Gede beserta seluruh rekan-rekan PPDS I
Obgyn yang telah banyak membantu penulis menyelesaikan
pendidikan. Terima kasih juga penulis tujukan kepada sekretariat
Obgyn: dra. Luh Ketut Ariasih, Ni Wayan Suastini, SH., Gusti Ayu
Made Budiyasih, SE., A.A. Sri Agung Ardaningrum, SE., Luh Putu
Rika Suantari, SE., dan drs. Ketut Tunas, M.Si., Ethanina Trisna,
Amd., Diana, SE., Luh Dina Mariati, Ni Made Kesumawati, Wayan
Dwipa yang telah membantu dalam penyusunan disertasi ini. Begitu
pula penulis ucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada dr. I
Gusti Kamasan Nyoman Arijana, M. Si. Med. dan Gede Wiranatha,
vi
S. Si atas bantuannya selama penelitian ini. Pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus disertai
penghargaan kepada seluruh Bapak/Ibu guru dan dosen-dosen yang
telah membimbing penulis, mulai dari Taman Kanak-kanak sampai
Perguruan Tinggi. Penulis juga ucapkan terimakasih kepada Ibunda
Ni Nyoman Murtini dan Ayahanda Prof. Dr. dr I Gede Putu Surya,
SpOG (K) yang telah mengasuh dan membesarkan penulis,
mengajarkan disiplin dan nilai-nilai luhur, serta terus menerus
memberikan motivasi dan semangat yang tidak habis-habisnya pada
saat penulis kehilangan semangat sehingga penulis akhirnya bisa
menyelesaikan pendidikan ini.Terima kasih kepada Kakek (alm)
Made Pogot, Nenek Ni Luh Made Candraningsih serta Kakek (alm)
Gede Arya dan Nenek (alm) Ni Luh Made Rati beserta seluruh
keluarga besar atas kasih sayang dan dukungannya selama ini.
Terimakasih juga penulis ucapkan kepada Bapak mertua dr. I Gusti
Gde Djelantik, Sp. A (K) dan Ibu mertua dra. Herawati Negara atas
dorongan dan dukungannya kepada penulis dalam menempuh
pendidikan ini. Terima kasih pula kepada adik dan adik ipar, dr. Ira
Yunitasari Surya, S. Ked dan I Gede Teddy Prananda Surya, S.T.,
M.T. serta dr. Ni Nyoman Yunita Kusuma Bakta, S. Ked., I Gusti
Bagus Siddhajapa Hadi Sugriwa, S.I.P., M.M., dr. I Gusti Ayu Made
Riantarini, Sp. S. beserta keluarga, I Gusti Nyoman Rani Dewiyani,
S.T. beserta keluarga dan I Gusti Ketut Ari Wijaya Saputra, B.Sc.
beserta keluarga atas dukungan dan pengertiannya selama ini.
Akhirnya penulis menyampaikan terimakasih kepada istri tercinta
dr. I G. A. P. Eka Pratiwi, M. Kes., SpA yang telah berusaha
mengerti dan bersabar mendampingi penulis selama ini, anak-anak
tersayang Putu Ayu Adindhya Saraswati Surya, Made Ayu Nadine
Indira Surya dan I Gede Nyoman Arvin Adhyasta Surya, yang telah
memberikan kerelaan, pengorbanan dan pengertiannya sehingga
memungkinkan penulis bisa lebih berkonsentrasi menyelesaikan
naskah disertasi ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada teman- teman di Program Studi S3 Ilmu
Kedokteran Universitas Udayana, khususnya teman-teman angkatan
2010, atas motivasi, semangat dan kebersamaannya.
Untuk pihak-pihak yang belum dapat penulis sebutkan satu
persatu, penulis juga ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
vii
Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa
selalu melimpahkan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah
membantu pelaksanaan dan penyelesaian disertasi ini.
viii
ABSTRAK
Hasil penelitian, rerata umur dan berat badan tikus masing masing
adalah 71,58 hari dan 194,53 gram pada kelompok perlakuan dan
71,94 hari dan 195,00 gram pada kelompok kontrol. Kadar mRNA
CGRP adalah 21,984 pada kelompok perlakuan dan 23,102 pada
kelompok kontrol sedangkan ekspresi PGP 95 adalah 12 pada
kelompok perlakuan dan 15 pada kelompok kontrol dan ekspresi TH
adalah 11 pada kelompok perlakuan dan 16 pada kelompok kontrol.
Perbedaan pemberian estrogen terhadap kadar mRNA CGRP lebih
rendah pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok
kontrol dengan nilai t=21,984 (p = 0,001). Perbedaan pemberian
estrogen terhadap ekspresi PGP 95 lebih rendah pada kelompok
perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol dengan nilai x 2
adalah 12,14 (p = 0,001). Perbedaan pemberian estrogen terhadap
ekspresi TH lebih rendah pada kelompok perlakuan dibandingkan
dengan kelompok kontrol dengan nilai x2 adalah 12,88 (p = 0,001).
Didapatkan juga bahwa efek pemberian estrogen terhadap CGRP
sebesar 67,9 %, efek terhadap PGP 9.5 sebesar 14,4 % dan efek
terhadap TH sebesar 3,3 %.
x
ABSTRACT
xi
BAB I
PENDAHULUAN
masalah kesehatan wanita terkait dengan anatomi dan fisiologi mukosa vagina
terdiri atas beberapa lapisan yaitu mukosa, propria, dan submukosa. Secara
muskularis yang terdiri dari otot halus, kolagen, dan elastin. Di bawah lapisan
muskularis terdapat lapisan adventisia yang terdiri dari kolagen dan elastin
(Anderson dan Rene, 2007; Cunningham, dkk., 2010). Inervasi vagina adalah oleh
untuk vagina sepertiga distal. Vaskularisasinya berasal dari arteri vaginalis yang
1
2
pada vagina, kehilangan kelenturan, rasa iritasi, hiperalgesia atau nyeri saat
vagina adalah melalui efek langsungnya pada target sel di vagina. Reseptor
estrogen sangat banyak di vagina, dan estrogen merangsang proliferasi epitel sel
di vagina dan remodeling dari pembuluh darah. Karena itu, penurunan kadar
estrogen menyebabkan disfungsi vagina (Ting, dkk., 2004), dan pada jangka
vagina terasa kering, nyeri dan mudah infeksi karena kulit vagina mengalami
atrofi (Fritz, dkk., 2005a). Wanita umumnya mengalami menopause pada umur
sekitar 50 tahun, jika harapan hidup wanita 60 tahun, maka sekitar 10 tahun akan
derajat kesehatan secara umum khususnya pada wanita, maka harapan hidup
makin panjang. Jika harapan hidup wanita saat ini 80 tahun, maka 30 tahun
terkait defisit hormonal tersebut, baik melalui terapi topikal maupun sistemik
dengan terapi sulih hormon. Namun hasilnya masih belum memuaskan dan
3
bahkan kontroversi. Untuk mengurangi risiko terapi sulih hormon maka dipilihlah
cara pemberian preparat estrogen topikal untuk menjaga humiditas dan ketebalan
serta kontinuitas lapisan epitelial mukosa vagina. Akan tetapi hasilnya belum
memuaskan terkait dengan dosis, kepatuhan pasien, dan kesulitan cara aplikasi
Studi tentang peran reseptor estrogen juga telah banyak dipelajari di mana
implementasi klinik juga masih kontroversi, terutama pada terapi sulih hormon
elastin, kolagen, dan muskularis serta jaringan vagina lainnya (Dmitrieva, 2005;
Monica dkk., 2006). Selain itu, vaskularisasi yang menjamin nutrisi, oksigenasi,
dan metabolisme seluler juga diduga melalui peran persarafan vagina. Akhir-akhir
ini, petanda molekuler persarafan yang banyak dipelajari adalah calcitonin gene
related peptida (CGRP), protein gene product 9.5 (PGP 9.5) dan tyrosine
hidroxyilase (TH).
pendek dari kromosom 11, bersifat neuropeptida yang terdiri atas lebih 6.5 kb
pasang basa. Secara struktural dan fungsional, CGRP terdiri atas 6 exon, tiga exon
pertama umum untuk calcitonin dan CGRP mRNA. Exon ke empat mengandung
4
rangkaian calcitonin dan katalacin, sama seperti rangkaian yang tidak di translasi,
CGRP. Protein ini berupa rantai tunggal polipeptida 32 asam amino dengan
calcitonin di mana fungsi peptida tersamar tersebut belum jelas. Protein carboxy-
terminal diapit peptida-peptida yang terdiri atas 21 katalasin dan 16 asam amino
residu masing-masing di mana hanya 8 residu yang umum bagi kedua peptida.
dan otot halus nonvaskular. Pengaruh CGRP pada fungsi saraf periperal hanya
protein gene product 9.5 (PGP 9.5) yang terdapat pada jaringan saraf. Ekpresi
PGP 9.5 merupakan presentasi gen yang terletak pada lengan pendek kromosom
4p14 terdiri atas 508 pasang basa. Secara struktural dan fungsional, protein gene
produt 9.5 terdiri atas 2 exon. Fungsi protein ini terletak pada bagian C terminal
jaringan ekspresi PGP 9.5 sangat labil dan mengalami degradasi oleh jalur dan
terletak pada lengan pendek kromosom 11p15.5 yang terdiri atas 10k pasang basa.
Protein ini berupa polipeptida yang terdiri atas asam amino (Robert dan Anna,
mengkatalisis konversi dari L-tyrosine ke DOPA. Hal ini merupakan langkah awal
penting. Aktivitas TH melalui 2 jalur yaitu short term direct regulasi dari aktivitas
enzim dan medium-sampai long term regulasi dari ekspresi gen. Aktivitas TH
dapat bersifat mengaktivasi dan inhibisi yang diatur oleh umpan balik inhibisi dari
melalui fosforilasi protein (Fujisawa dan Okuno, 2005). Park, dkk. (2001) dan
Kim dkk (2005) melaporkan penurunan yang bermakna pada tebalnya epitel
vagina dan jaringan otot halus pada kelinci yang mengalami ovorektomi. Temuan
yang sama juga dilaporkan pada tikus dan primata selain manusia. Efek
pemberian steroid pada jaringan epitel tergantung pada dosisnya (Huggins, dkk.,
Mekanisme kerja estrogen pada terapi sulih hormon belum jelas dan
jangka panjang bahkan sampai puluhan tahun selama menopause sehingga sangat
kanker, infeksi, kecemasan serta depresi (Fritz, dkk., 2005b). Karena itu dilakukan
penelitian tentang CGRP, PCG 9.5, dan TH dalam kaitannya dengan mekanisme
kerja estrogen sehubungan dengan anatomi dan fisiologi vagina, terutama struktur
Apabila dapat dibuktikan adanya peran CGRP, PGP 9.5 dan TH pada
penelitian ini maka hasilnya akan dapat menjelaskan mekanisme baru bagaimana
kerja hormon steroid estrogen terhadap anatomi dan fisiologik vagina. Mekanisme
kemudian dapat juga dipakai sebagai data penelitian lanjutan pada wanita
prediksi, diagnosis dan terapi pada kondisi kadar estrogen rendah; terutama pada
menopause.
sebagai berikut:
bilateral?
2. Apakah ada pengaruh pemberian estrogen terhadap ekspresi PGP 9.5 pada
7
Berdasarkan uraian pada latar belakang dan rumusan masalah di atas maka dapat
1. 3. 1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui peran CGRP, PGP 9.5 dan TH pada mekanisme patogenesis
perubahan epitel mukosa vagina tikus Wistar akibat penurunan hormon estrogen.
mRNA CGRP pada epitel mukosa vagina tikus Wistar yang dilakukan
ovorektomi bilateral.
ekspresi PGP 9.5 pada epitel mukosa vagina tikus Wistar yang dilakukan
ovorektomi bilateral.
ovorektomi bilateral.
tersebut adalah keterlibatan PGP 9.5 dan CGRP yang merupakan petanda
Secara klinik, hasil penelitian ini dapat dipakai untuk pencegahan keluhan-
keluhan yang terjadi pada menopause atau bahkan sebagai anti aging melalui
Indikator molekuler sendiri adalah lebih awal dari pada biokimia untuk diagnosis
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Vagina
Vagina adalah organ yang penting untuk reproduksi. Data yang ada
tentang efek menopause dan terapi sulih hormon untuk pertumbuhan jaringan dan
persarafan vagina sangat terbatas. Turunnya hormon ovarium oleh karena operasi
menjadi tipis dan mengalami keratinisasi. Zaino (2000) menunjukkan, pada saat
Boreham dkk (2003) melaporkan bahwa pada wanita dengan prolaps organ pelvik,
struktur otot halus vagina berkurang pada wanita menopause yang tidak
mendapat terapi sulih hormon estrogen (Monica dkk., 2006; Dmitrieva, 2005; Liu
dkk., 2006).
Vagina adalah suatu daerah lunak yang terbentuk oleh jaringan sekitarnya
dan ikatanya ke dinding pelvis. Ikatannya ini adalah ke bagian lateral dari vagina,
posterior menyambung satu sama lain. Bagian paling bawah vagina mengerut
9
10
ketika melewati hiatus urogenital pada levator ani. Bagian atasnya adalah lebih
luas. Vagina membengkok 1200 oleh karena tarikan otot levator ani pada
persimpangan 1/3 bawah dan 2/3 atas vagina. Servik biasanya berada pada
sekitar 3 cm. Dimana dinding depan vagina panjangnya sekitar 7-9 cm, meski
demikian terdapat banyak perbedaan dalam pengukuran ini. Ketika lumen vagina
diperiksa melalui introitus, banyak hal bisa dilihat (John dan Howard, 2008).
disebut dengan kolom anterior dan posterior. Hal ini disebabkan karena pengaruh
uretra dan kandung kencing serta rektum pada lumen vagina. Bagian caudal dari
kolom anterior adalah sangat nyata dan disebut urethral carina. Suatu bagian di
depan dan di belakang dari servik biasanya disebut fornik anterior dan posterior
vagina, dan lipatan sepanjang sisi vagina, dimana dinding anterior dan posterior
bertemu disebut the lateral vaginal sulci (John dan Howard, 2008).
Hubungan antara vagina dengan bagian tubuh lainya bisa dipahami dengan
membagi vagina menjadi 3 bagian. Pada 1/3 bawah, vagina menyatu di bagian
anterior dengan uretra, di posterior dengan perineal body, dan dibagian lateral
menyatu dengan levator ani oleh karena serat dari Luschka. Dibagian 1/3 tengah
adalah vesical neck dan di anterior adalah trigonum, rektum di posterior, dan
dilateral adalah otot levator. Pada 1/3 atas, bagian anterior vagina berbatasan
dengan kandung kencing dan ureter (sehingga bisa di palpasi pada pemeriksaan
% bagian bawah dari vagina. Bagian terbawah dari saluran uterovaginal menjadi
bersatu oleh karena adanya jaringan padat (the vaginal plate), yang mana asalnya
masih tidak jelas. Setelah lebih dari dua bulan kemudian, jaringan ini menjadi
memanjang dan mengalami kanalisasi oleh karena proses pengelupasan, dan sel
terluar menjadi epitel vagina. Dinding fibromuskular vagina berasal dari bagian
adalah tipe nonkeratinized stratified squamous dan terletak pada suatu daerah
12
yang tebal, seperti dermis submukosa. Kesamaan lapisan dermis dan epidermis ini
ini diatur secara bihelical. Diluar lapisan muskularis adalah lapisan adventisia
Lapisan ini adalah bagian dari jaringan penghubung di daerah pelvis yang disebut
biasanya melekat padanya, kombinasi ini biasanya disebut fasia surgeon (John dan
Howard, 2008).
dan terletak di anterior dan posterior diantara kandung kencing dan rektum.
Bagian atas tumbuh dan berkembang dari duktus mullerian dan bagian bawah
kencing dan uretra oleh jaringan penghubung yang disebut vesicovaginal septum.
Di posterior, diantara bagian bawah vagina dan rektum, terdapat jaringan yang
atas vagina dipisahkan dari rektum oleh kantong recto-uterine, yang juga disebut
vagina sekita 0,8 cm. Ujung atas ruang vagina dibagi menjadi anterior, posterior
dan 2 fornik lateral oleh servik. Hal ini penting secara klinik karena organ pelvik
internal biasanya bisa di palpasi melalui dinding vagina yang tipis. Dan fornik
bagian posterior memiliki jalan masuk secara bedah ke dalam rongga peritoneal
perpaduan dari otot fasia levator ani. Membentuk bagian lateral anterior dan
posterior vaginal sulci. Ini terdapat sepanjang dinding vagina dan membuat
bentuk vagina seperti bentuk H ketika dilihat dari bagian yang berseberangan.
lapisan muskularis, yang terdiri dari otot halus, kolagen, dan elastin. Di bawah
lapisan ini terdapat lapisan adventisia yang terdiri dari kolagen dan elastin. Tidak
terdapat kelenjar di vagina. Akan tetapi vagina di lubrikasi oleh cairan yang
berasal dari pleksus kapiler subepitel vagina yang bersilangan dengan lapisan
meningkat. Pada saat itu, mungkin akan di kelirukan dengan terjadinya pecah
bawah permukaan vagina. Serupa dengan jaringan asalnya, epitel yang terkubur
14
ini terus menghasilkan sel berdegenerasi dan keratin. Hasilnya, terdapat kista
epidermal inklusi yang lunak, yang dipenuhi debris (Cunningham dkk., 2010).
Hormon steroid yang berasal dari ovarium telah diketahui sangat penting
ketebalan jaringan epitel. Saat ini hanya sedikit data yang ada untuk dapat
jaringan vagina secara morfologi dan persarafan vagina (Monica dkk., 2006;
Dmitrieva, 2005).
bahwa epitelium jelas terbentuk dari jaringan yang uniform; sel kolumnar panjang
kecil yang dikelilingi oleh jaringan ikat submukosa termasuk lapisan otot yang
berbeda. Otot tunika vagina terdiri atas kumpulan otot polos yang terdistribusi
luas di semua jaringan stroma. Secara khusus ditunjukkan bahwa hanya sebagian
lapisan otot melingkar bagian dalam yang renggang pada jaringan vagina. Pada
atropi. Tunika mukosa yang terdiri dari lapisan non-keratinizing tetap tipis,
kehilangan lapisan jaringan ikat. Epitel sel kecil, serabut otot berkurang. Serabut
lebih jelas di kelompok ovorektomi ET dan terdiri dari ikatan otot yang lebih
sel yang bertanduk bisa di lihat pada papsmear. Di bawah pengaruh progesteron,
mukus yang tebal di sekresikan dan epitel berproliferasi dan menjadi diinfiltrasi
oleh leukosit. Perubahan siklik pada papsmear tikus relatif bermakna. Perubahan
pada manusia dan spesies yang lain serupa tetapi tidak begitu jelas (Ganong,
2003).
vagina menurun sampai pada batas terjadinya iskemia relatif, dan hal ini berperan
16
estrogen meningkatkan aliran darah dan mengurangi keluhan tersebut. Arteri pada
terakhir ini berperan dalam terjadinya perubahan warna pada vagina. Sejumlah
anastomosis arteri vena berperan mengatur aliran darah. Bantalan intimal arteri
mengandung aliran darah. Serupa dengan bantalan intimal sel mioepitel yang ada
pada vena vagina. Lamina propria vagina, ketika mendekati lapisan otot, berisi
pleksus vena besar berdinding tipis sehingga tampak seperti jaringan erektil. Salah
satu faktor dari respon fisiologis dari stimulasi seksual adalah vasokongesti pada
dinding vagina, fungsi normal dari pleksus vena ini diasumsikan penting untuk
yang poten, telah dipostulatkan berperan pada kontrol dari sekresi dari pleksus
yang sama selama fase excitement seksual. Suatu hal yang sama bisa dilihat pada
uretra. Pada bagian proksimal uretra wanita terdapat submukosa pleksus vena
corkscrew-like, berperan untuk sekitar 113 total urethral pressure didaerah ini.
Pleksus ini mengalami perubahan morfologi sesuai umur: setelah menopause vena
kehilangan formasi tipikalnya dan menjadi seperti berdinding tipis, lumen lebar
dan pulsasi vaskular menurun. Estrogen mengembalikan regresi vena ini dan
liang vagina, atropi vagina, berkurangnya aliran darah vagina, pucatnya warna
kehilangan glikogen dan flora bakteri normal dengan berbagai macam tipe
vagina meningkat dari 4,5-5,5 menjadi 7,0-7,4. Struktur dalamnya, epitel vagina
Stroma di invasi oleh limfosit dan sel plasma, suatu fenomena yang dikatakan
lebih pada penuaan daripada proses inflamasi. Bukaan uretra menjadi dekat
(John-Gunnar, 1995).
Pada penelitian di laboratorium, Park dkk (2005) dan Kim dkk (2005),
keduanya melaporkan penurunan yang bermakna pada tebalnya epitel vagina dan
jaringan otot halus pada kelinci yang mengalami ovorektomi. Temuan yang sama
juga dilaporkan pada tikus dan primata selain manusia. Penelitian terakhir saat ini
tentang efek pemberian steroid pada jaringan epitel, Huggins dkk melaporkan
peningkatan basal sel dan keratinisasi. Dosis tinggi estrogen (100 gr/hr) hanya
mengindikasikan efek yang berbeda dari hormon seks steroid (Dmitrieva, 2005;
memfokuskan pada epitel. Saat ini, hanya sedikit yang diketahui tentang
perubahan pada lamina propia atau jaringan otot pada manusia atau pada hewan
sebagai akibat dari kekurangan hormon yang menggambarkan suatu hasil dari
protein gene product 9.5 (PGP 9.5), penanda saraf secara keseluruhan, Hiliges
dkk (2005) menyelidiki persarafan dari mukosa vagina manusia. Pada penelitian
yang luas ini, bahan dari pembedahan didapatkan dari anterior dan posterior
fornik dan dinding anterior vagina pada leher kandung kemih dan daerah liang
saraf di epitel hanya bisa dilihat pada spesimen dari liang senggama, dimana serat
terbanyak berakhir setelah menembus 2/3 dari tebal epitel. Tidak ada bukti serat
epitel ditemukan di bagian lain (Dmitrieva, 2005; Monica, dkk., 2006; Liu dkk.,
dari persarafan vaginal adrenergik yang telah dilakukan ovorektomi dan diterapi
saraf pada saat tidak adanya estrogen (Dmitrieva, 2005; Monica dkk., 2006).
19
protein gene product 9.5 (PGP 9.5), suatu general tumor marker, Hilges dan
kawan-kawan, meneliti inervasi dari mukosa vagina manusia. Pada penelitian ini,
spesimen dari operasi diambil dari fornik anterior dan posterior, dan dinding
depan vagina pada daerah leher kandung kemih dan daerah introitus dari 6 wanita,
yang pre dan post menopause. Serabut saraf pada epitel hanya terlihat pada
pertiga tebal epitel. Tidak terdapat bukti ada serabut intraepitel pada daerah lain
(Rachelle dkk., 2010). Pada penelitian pendahuluan saraf adrenergik vagina pada
pada potongan vagina tikus, Adham dan Schenk (2005) menemukan variasi dari
total jumlah serabut saraf dan kepadatan relatif dari sub tipe saraf pada siklus
estrous yang bervariasi. Secara spesifik, dilaporkan bahwa baik saraf kolinergik
dan adrenergik lebih banyak pada estrus dan lebih sedikit selama diestrus, dengan
ditemukan adanya siklik variasi dari serabut yang AchE positip lebih dominan
terjadi pada otot. Berkley dan kawan-kawan (2004) melaporkan bahwa serabut
afferen berespon terhadap distensi vagina atau stimulasi mekanikal dinding vagina
serabut afferent pelvis yang berespon pada distensi vagina lebih sensitif pada
menunjukkan bahwa baik ekspresi endothelial nitric oxide synthase (eNOS) dan
neural nitric oxide synthase (nNOS) pada siklus tikus paling tinggi selama
Sebaliknya, Al-Hijji dan kawan-kawan (2005) meneliti sampai mana otot polos
vagina berespon pada ovorektomi tergantung pada nitrik oksida dan melaporkan
secara signifikan meningkatkan aktivitas NOS. Jelas terdapat bukti bahwa seks
menstruasi dan berfungsi sebagai jalan lahir dari bayi yang dikandung (Anderson
Frankenhauser) pada bagian atas dari vagina dan dari saraf pudendal untuk vagina
bagian bawah. Perjalanan saraf ini mengikuti pembuluh darah uterus dan melewati
berasal dari T10, L1; serabut saraf parasimpatik berasal dari S2 sampai S4
2.2 Ovarium
Ovarium terdiri dari tiga bagian yaitu: bagian luar disebut kortek, medulla
dibagian tengah, dan rete ovarium atau hilum. Hilum adalah suatu tempat dimana
ovarium melekat ke mesovarium. Terdiri dari saraf, pembuluh darah, dan sel
hilus, yang mana berpotensi menjadi aktif pada saat steroidogenesis atau menjadi
membentuk tumor. Sel ini serupa dengan sel Leydig yang memproduksi testoteron
pada testis. Bagian paling luar dari kortek disebut tunika albuginea, bagian
atasnya ditutupi satu lapis epitel kuboid, serupa seperti epitel permukaan ovarium
atau mesotelium dari ovarium. Oosit, tertutup disuatu kompleks yang disebut
folikel, berada di bagian dalam dari kortek, tertanam di jaringan stromal. Jaringan
stromal terdiri dari jaringan ikat dan sel interstisial, yang berasal dari sel
Daerah medulla sentral dari ovarium berasal sebagian besar dari sel mesonephrik
cairan antral dan penekanan dari granulosa terhadap terpisahnya bagian granulosa
dan luteinized yang avaskular. Pertambahan cairan antral secara gradual mencapai
penipisan dari theca pada permukaan yang kemudian menonjol, folikel menjadi
ovarium, sehingga akhirnya karena distensi lama antrum menjadi pecah dan oosit
2.2.3 Steroidogenesis
J. Ryan dan kawan-kawan (2004). Jalur ini berdasarkan pola umum yang
macam seks steroid yaitu: estrogen, progestin, dan androgens (Fritz, dkk., 2005a).
molekul steroid lain berkurang dan tidak pernah bertambah. Reaksi yang bisa
oleh banyak enzim, yang berbeda-beda dari satu jaringan ke jaringan yang lain.
kelompok dari oksidase. Sitokrom P450 adalah bentuk generik untuk enzim
oksidatif, dinamakan 450 karena pigmen (450) berpindah ketika berkurang. Enzim
450 dapat memetabolisme berbagai substrat seperti: pada hati, enzim 450
memetabolisme toksin dan polutan lingkungan. Berbagai macam enzim 450 dapat
2.3 Estrogen
Tiga estrogen yang umum adalah estrone (E1), estradiol (E2) dan estriol
(E3). Estrogen ke empat adalah estetrol (E4). Estradiol yang paling kuat. Estrone
dibuat atas permintaan, estrogen dapat disimpan dalam bentuk estrone sulfat. Ini
dikeluarkan dari tubuh terutama sebagai sulfat dan glukuronidat derivat. Langkah
terjadi terutama pada posisi 2-, 4- dan 16-. Kelompok hidroksil ini bisa sulfat,
estetrol hanya sedikit disinggung. Estetrol disintesa di hati bayi, tetapi fungsinya
sulfatnya, dengan hidroksilasi yang terjadi dengan berbagai macam cara dan, pada
Bukti menyatakan bahwa estetrol dibuat melalui jalan berbagai macam biosintesis
ini akan memperlihatkan perubahan pada setiap enzim yang terlibat dalam
dan hal ini merupakan pokok pendekatan berbagai macam terapi yang
(gambar 2. 5), telah dipakai secara luas pada terapi sulih hormon, dan
manusia. Terlepas dari namanya substrat pilihan dari beberapa enzim ini adalah
lain dari steroid dan, ketika substrat adalah steroid, reaksinya bisa oksidasi atau
27
Gen dapat diterjemahkan menjadi 328 asam amino tetapi protein yang
matur telah kehilangan methionin awalnya, jika dilihat dari awalnya, sering (tetapi
tidak selalu) diberi nomor A1-Q327. Disini penomoran A1-Q327 dipakai. Tidak
ada struktur kristal yang umum untuk baik 17β-HSD2 atau 17β-HSD3, tetapi
29
(gambar 2. 8).
sedikitnya satu heliks diantara strands yang berurutan. Ini menyebabkan lipatan
Rossman menjadi ciri khas ikatan nukleotida protein. Lup diantara lembar 1 dan
heliks 1 mempunyai motif GxxxGxG (residu G9-G15, dimana G adalah glisin dan
x residu yang lain) ini lazim pada oksidasi/reduksi enzim yang mengikat kofaktor
nikotinamid. S142, pada akhir lembar 5, dan Y155 dan K159, pada heliks 9,
terbukti penting untuk aktivitas. Tempat ikatan substrat dibentuk oleh residu G94,
L95, L96, S142, V143, G144, M147, L149, P150, N152, Y155, C185, G186,
P187, F192, M193, V196, Y218, H221, S222, V225, F226, F259, L262, M279,
E282 dan V283. Dari semua duapuluh-enam residu hanya empat belas di struktur
elemen sekunder, misalnya heliks atau lembaran, dengan sisanya di lup antara
elemen struktural. Salah satu lup ini, lup ikatan substrat terdiri dari residu H189-
V196, cukup fleksibel sehingga bisa dilihat dalam dua bentuk pada struktur
1FDT. Lup ini mungkin harus berpindah untuk memungkinkan substrat ke tempat
30
berikatan. Residu berikut membentuk tempat berikatan NADPH: T8, G9, C10,
S11, S12, G13, I14, G15, R37, L64, D65, V66, R67, C89, N90, A91, G92, L93,
V113, T140, G141, S142, Y155, K159, C185, V188, H189, T190, A191, F192,
Reaksi transfer hidrida yang dikatalisis oleh enzim ini adalah reversibel
secara intrinsik tetapi, in vivo, efektif searah karena konsentrasi relatif dari
NADPH dan NADP+. Berdasarkan nilai tukar pengukuran isotop antara pasangan
produk substrat reaksi yang dikatalisis oleh 17β-HSD1 dikatakan diurut secara
random dengan mekanisme bi-bi (gambar 2. 9). Meski demikian, suatu penelitian
dinamik berdasarkan struktur kristal dari apo enzim dan binari dan ternari
substrat, dan NADP+ dilepaskan sebelum produk. Pada reaksi pro-S hidrida
transfer ke C17 oksigen, distabilisasi dengan interaksi dengan hidroksil dari S142,
melibatkan NADPH ribose hidroksil, bagian K159 amino dan molekul air
disosiasi adalah reaksi yang paling lambat dan aktivitas katalitik mungkin
kofaktor dan ikatan substrat. Enzim dari keluarga SDR adalah khas sebagai
dimers atau tetramer aktif, dan bekerja dengan enzim C. lunatus menunjukkan
bahwa dimerisasi mungkin perlu untuk aktivitas ini (Thomas dan Potter, 2011).
31
Estrogen estradiol adalah yang paling kuat dan inhibisi produksi estradiol
dan sulfatase steroid mungkin penting untuk mereduksi level estradiol secara
banyak. Sejumlah steroidal dan non steroidal inhibisi telah disintesa mempunyai
sama ini juga menunjukkan berikatan dengan faktor transkripsi lain yang
mengatur respon selular ke estrogen. Jalur isyarat transduksi dapat juga diaktifkan
oleh ikatan estrogen ke membran permukaan sel yang terikat reseptor (Thomas
reproduksi wanita dewasa seperti uterus dan vagina. Pemaparan dengan estrogen
keguguran selama periode 1940 sampai dengan 1970 an, merangsang karsinoma
clear cell vagina dan abnormalitas uterus pada anak perempuan dari ibu yang
terpapar DES selama kehamilan. Abnormalitas yang serupa dilaporkan pada tikus
yang terpapar estrogen selama periode kritikal perinatal. Pada tikus wanita,
perinatal termasuk DES. Proliferasi epitel vagina tetap ada meskipun setelah
oovorektomi pada tikus dewasa yang terpapar dosis DES yang cukup selama
Selama siklus estrous normal, proliferasi sel epitel vagina dan keratinisasi
terjadi pada tahap estrous, dimana keratin 1 (K1) dan ekspresi reseptor
ekspresi estrogen reseptor (ER) mRNA dan ekspresi persisten dari c-fos dan c-jun
mRNAs terlihat pada vagina tikus yang terpapar DES pada tahap neonatal,
termasuk reseptor epidermal growth factor (EGF), dan tetapnya ekspresi dari
EGF-like growth factors ditemukan pada vagina tikus yag terpapar DES pada
vagina. Induksi EGF oleh estrogen mungkin memegang peranan penting pada
proliferasi sel epitel pada uterus dan vagina. Periode kritis untuk terjadinya
tiap organ adalah sangat untuk memahami etiologi dari perubahan persisten di
2.4 Ovorektomi
pada saat operasi laparotomi dengan indikasi tertentu (Hoffman, dkk., 2012).
Jika adneksa akan dihilangkan, tuba dan ovarium dipegang dengan klem
diinsisi, dan insisi ini diperluas keatas dan ke lateral. Peritoneum bagian medial
dari IP diinsisi terlebih dahulu sebagai bagian belakang dari broad ligament.
Dengan ligamen IP yang sudah terisolasi, pasang klem disekitar ligamen. Bersama
benang absorbable yang diletakkan lebih diproksimal dari kedua klem tadi.
Setelah benang diikat sempurna, klem bagian proksimal bisa dibuka. Jahitan
transfik kemudian dilakukan disekitar klem yang masih terpasang. Jahitan ini
35
dilakukan di proksimal dan distal dari jahitan pertama. Setelah ikatan selesai klem
mengkonfirmasi faktor baru ini, tetapi masih meragukan asal dari faktor ini.
Tetapi akhirnya keraguan ini bisa di jelaskan ketika Munson dan kawan-kawan
dari tiroid tikus. Meskipun banyak terdapat kontroversi, asal tiroidal plasma
calcitonin akhirnya diketahui. Foster, Mac Intyre dan Pearse menunjukkan bahwa
36
sel yang kaya akan mitokondria dari tiroid anjing bertanggung jawab akan sekresi
calcitonin. Sel parafollikular ini, pertama kali di gambarkan oleh Baber, disebut
ultimobranchial pouch. Pada burung, ikan dan reptil, sel ini menunjukkan
dan merupakan sumber yang kaya calcitonin. Pada mamalia, kebanyakan sel c
Asal mula neural crest dari sel c berasal dari hipotesa Pearse dan
kemudian dikonfirmasi pada manusia dan sub mamalian vertebra. Saat ini
seringkali terkumpul pada daerah selain tiroid dan ultimobranchial body. Bagian
atau kelenjar dimana terdapat sel c dengan konsentrasi yang tinggi bervariasi pada
dan traktus saluran makanan dari Ciona. Molekul ini mirip dengan yang terdapat
bahwa ada suatu prekursor untuk calcitonin. In vitro translasi mRNA yang
pada bagian medula tiroid manusia dan kanker paru-paru dan pada transplantasi
serial sel karsinoma medula tiroid tikus. Mungkin glikosilasi memegang peranan
tehnologi rekombinan DNA. Calcitonin gene dari tikus dan manusia telah di
calcitonin pada manusia mengandung 135 asam amino residu. Dua puluh lima
manusia dan tikus diapit peptida-peptida yang terdiri atas 21 (katalacin) dan 16
asam amino residu masing-masing, hanya 8 residu yang umum bagi kedua
peptida. Fungsi dari peptida yang tersamar ini, tidak diketahui. Residu dasar
disebelah residu proline dari rangkaian calcitonin berfungsi sebagai donor amino
permanen dan spontan dari produksi yang tinggi dan rendah calcitonin. Calcitonin
yang berhubungan dengan mRNA ditemukan diganti dengan ca. 200 nukleotida
mRNA yang lebih panjang. Ini dikatakan menyandikan suatu protein (Mr 16000)
(CGRP), dipisahkan dari terminal carboxylnya dari tetra peptida oleh rangkaian
memisahkannya dari peptida yang lebih besar yang serupa dengan peptida amino-
diantara katalase dan gen hormon paratiroid. Terdiri dari 6 exon, jika di ulur
mengandung lebih dari 6.5 kilobases DNA. Tiga exon pertama umum untuk
dan katacalcin, sama seperti rangkaian yang tidak ditranslasi, pada akhir dimana
rangkaian CGRP. Exon ke enam bagian dari transkripsi CGRP. Tidak di translasi
CGRP mRNAs mengandung 5’ non-coding dan coding area yang identik. Pada
laki-laki 225 nukleotida pertama yang berisi informasi coding (75 asam amino)
adalah identik pada baik calcitonin dan CGRP mRNAs. Bagian ini dibedakan oleh
44 nukleotida dengan bagian yang sama pada rangkaian tikus. Rangkaian dari
berlanjut dengan reading frames yang terbuka. Titik perbedaan ini berhubungan
multipel mRNAs dapat dihasilkan dari transkripsi tunggal beberapa bagian viral
mRNAs dihasilkan dari penyambungan yang berbeda dari transkripsi seluruh gen.
Dikatakan bahwa sintesis calcitonin dan CGRP mRNAs mulai dari tempat yang
umum. Analisis dari distribusi transkripsi yang baru melewati gen menunjukkan
tidak ada perbedaan antara nuklei yang disiapkan dari tumor yang membuat
calcitonin dan CGRP exon pada angka yang sama dan berakhir 1 kilobase dihilir
Mekanisme penentu yang mana merupakan mRNA matur yang dihasilkan tidak
calcitonin, ada faktor yang terikat dengan transkripsi utama pada atau dekat di
depan exon lima. Ini mencegah penyambungan dari exon 3 ke exon 5. Ke empat
exon pertama oleh karena itu tersambung bersama dan polydenylated setelah exon
ke empat. Pada sel yang menghasilkan CGRP hal ini tidak ada. Salah satu dari
lain mengikat dekat atau pada exon 4 mencegah penyambungan exon 3 ke exon 4.
dan pada tingkat transkripsi oleh vitamin D, belum bisa ditetapkan. Dosis vitamin
D yang digunakan tidak fisiologis. Siklik AMP dan phorbol esters diketahui
calcitonin dan ekspresi CGRP diikuti penurunan pada transkripsi c-myc dan
dikloning kedalam oosit yang di fertilisasi dan memelihara tikus transgenik (Lars
dkk., 2006).
Calcitonin pertama kali diisolasi dari tiroid babi. Usaha pertama untuk
mengisolasi calcitonin pada manusia dari tiroid manusia yang normal gagal.
Segera disadari bahwa karsinoma tiroid pada bagian medula mengandung 5000
kali calcitonin daripada tiroid normal. Menggunakan jaringan ini sebagai bahan
awal, peptida diisolasi dalam bentuk dan rangkaian monomeric (calcitonin-M) dan
dimeric (calcitonin-D). Sejak saat itu, sejumlah besar calcitonin pada mamalia dan
submamalia telah diisolasi, dirangkai dan disintesa. CGRP pertama kali diisolasi
dari jaringan dan rangkaian karsinoma tiroid bagian medula menggunakan fast
jembatan amino-terminal disulpide (antara posisi 1 dan 7) dan suatu amide proline
pada calcitonin manusia). Modifikasi ini diketahui tidak untuk mengubah aktivitas
biologi termasuk oksidasi dari metionin (posisi 25 pada calcitonin porcine, bovine
atau ovine) atau penggantian jembatan disulfida pada calcitonin belut dengan
mempengaruhi rantai samping (valin dengan glisin pada posisi 8 atau leusin
dengan alanin pada posisi 16). Hal ini menunjukkan peningkatan kelenturan
Pada CRGP (α) didapatkan berbeda dari rangkaian α tikus yang diperkirakan
dengan adanya pergantian 4 asam amino (posisi 1, 3, 25 dan 35). Pada CRGP β
manusia didapatkan perbedaan dari bentuk α oleh adanya 3 asam amino (posisi 3,
42
22, dan 25). Dua dari tiga residu (posisi 3 dan 25) juga telah di modifikasi pada
tikus CGRP β: salah satu dari ini digantikan dengan asam amino (aspargin).
Empat peptida di katakan mempunyai efek yang serupa pada kuping tikus yang
diisolasi, aliran darah pada kulit kelinci dan pada sisitim osteoklas yang diisolasi.
calcitonin salmon. Ini menjelaskan adanya reaksi silang yang dibagi bersama
antara satu peptida dan reseptor yang lain. Yang lebih penting lagi, terdapat kesan
bahwa CGRP dapat mencapai konfigurasi yang sama dengan calcitonin salmon,
ukuran sama, adanya amidated terminal carboxyl residu dan jembatan amino
tikus dan traktus urinarius dari babi guinea. CGRP yang kaya serabut saraf
dikatakan menyokong pembuluh darah, otot halus non vaskular (ureter, kandung
(ovarium, serviks, vagina, ureter, kandung kencing). Distribusi peptida ini serupa
melalui serabut hipogastrik dan pelvik. Tingkat CGRP (tertinggi di ureter dan
reseptor calcitonin pada osteoklast (106 per sel) adalah sesuai hanya dengan
reseptor epidermal growth factor pada sel epidermoid karsinoma. Arti secara
fisiologis dari sejumlah besar reseptor masih harus diteliti, seperti bagaimana apa
Pada penelitian yang lebih luas pada sel yang bukan tulang, reseptor calcitonin
ditemukan pada ginjal, otak, insang ikan, paru-paru babi, sel limfoid, dan kanker
paru pada manusia dan sel kanker payudara (Ghatta, Nimmagadda, 2004; Lars
dkk., 2006).
Reseptor CGRP telah dipetakan secara luas diseluruh sistem saraf pada
manusia dan tikus. Tempat yang mempunyai daya ikatan yang paling tinggi
ditemukan di daerah serebelum (molekular dan lapisan Purkinje) dan spinal cord
dan tempat berikatannya, mengesankan adanya keterlibatan luas dari CGRP pada
berbagai fungsi otak. Terlebih lagi terdapat sejumlah tempat berikatan untuk
44
CGRP. Sebaliknya, tempat berikatan CGRP yang tinggi ditemukan terbatas pada
vestibular). Kedua peptida ini diketahui bereaksi silang terhadap reseptor satu
sama lain, pada konsentrasi 1000 kali lebih tinggi. Kemampuan relatif CGRP dan
reseptor calcitonin di sisitem saraf sentral. Sebaliknya, reseptor CGRP dari sistim
saraf sentral sepertinya tidak terhubung dengan adenylate cyclase. Hal ini
adenylate cyclase dengan cara bereaksi silang pada reseptor calcitonin pada lebih
dari satu jaringan. Reseptor CGRP juga ditemukan pada bagian intima dan media
dan di bagian lain dari arteri viseral dan atrium, ventrikel dan katup jantung.
Ditemukan suatu stimulasi yang bermakna dari siklik AMP ketika kultur sel
endotelial otot halus aorta tikus atau manusia atau sapi diinkubasi dengan CGRP.
Tidak seperti jaringan lain, calcitonin tidak bereaksi silang dengan reseptor CGRP
spesifik untuk CGRP pada sel asinar pankreas. Interaksi CGRP dengan reseptor
45
dengan siklik AMP juga ditemukan dibagian limpa (Ghatta, Nimmagadda, 2004;
negatif pada miotropik. Telah didalilkan bahwa CGRP mungkin merupakan suatu
dan pada ganglia memberikan peningkatan serabut aferen ke C dan A), lokalisasi
yang sama dengan tachykinin dan terkuras bersama capsaicin (Lars dkk., 2006).
spesial. Arti dari CGRP pada visceral dan relay motor somatik merupakan bukti
penyebarannya pada motor neuron ventral susunan saraf spinal, motor nuklei
fasial dan saraf hypoglossal dan nukleus ambiguus (bagian kaudal). Peptida ini
juga berlokasi di motor end plate otot bergaris pada lidah dan esofagus.
Ditemukan juga bahwa CGRP berlokasi di vesikel (diameter 40-60 nm) pada
akhir ini, dilaporkan bahwa CGRP dilepaskan dari terminal motor saraf mengatur
46
sintesa dari asetilkolin reseptor pada kultur bayi tikus. Penemuan ini, menegaskan,
adanya peranan fungsi CGRP yang berbeda total dari neuropeptida biasa. Pada
dosis tinggi, CGRP mempunyai aksi non spesifik inhibitory pada sel otot halus
membran dari vas deferen. Lebih pentingnya lagi, peptida ini ditemukan beraksi
immunoreaktif CGRP pada serabut saraf dan bukti bahwa CGRP menginduksi
lambat, dimana kedua efek ini secara selektif ditiadakan oleh capsain. Lebih
lanjut, efek CGRP tidak bisa diantagonis oleh agent atau tindakan yang diketahui
Respon saraf yang dimediasi non adrenergik, non kolinergik mungkin sehubungan
dengan aksi spesifik CGRP pada sel pace maker. Meski demikian beberapa
kehamilan dan masa menyusui. Refleksi dari peran ini adalah peningkatan level
peptida ini pada sirkulasi. Sebaliknya, terdapat bukti bahwa kegagalan fungsi
ovarium pada menopause (secara natural maupun buatan) diikuti dengan jatuhnya
47
pemberian estrogen dan bukti bahwa calcitonin dapat menghambat bone loss
sensitif terhadap calcitonin pada konsentrasi yang baik pada laki-laki mendukung
diluar sistim saraf sentral, adalah mengatur aliran darah, mungkin termasuk arteri
yang penting pada serebral dan jantung. Hal-hal yang mempengaruhi pelepasan
CGRP dari saraf perifer tidak jelas. Terdapat perbedaan gender pada level plasma
calcitonin tetapi hal ini tidak terjadi pada CGRP. Pada penelitian terakhir untuk
mengetahui asal CGRP didapatkan dua asal dari peptida yang beredar. Pemberian
colchicine pada binatang percobaan menunjukkan bahwa obat ini secara bermakna
neonatal juga menyebabkan penurunan bermakna pada sirkulasi level dan sedikit
peningkatan CGRP plasma diikuti depolarisasi saraf terminal pada terapi dengan
capsaicin. Pada tikus yang tua, kelenjar tiroid merupakan sumber CGRP sirkulasi
peran tiroid terhadap CGRP plasma pada usia tersebut, mungkin ini berhubungan
dengan hiperplasia sel C yang umum terjadi pada usia tua (Lars dkk., 2006).
48
dalam sistim sensorik dan motorik. Dengan perkecualian pada nukleus motor
dorsal dari nervus vagus, CGRP dikatakan ada di semua nervus kranialis. Tempat
sistim vestibular menunjukkan peran dari CGRP pada proses informasi auditive.
reseptor 5-HT1B/1D. Level CGRP yang meningkat pada pembuluh darah jugular
berhubungan dengan waktu dan parahnya migren dan cluster headaches. Hal ini
mengobati peningkatan level CGRP pada migren. Penelitian klinik terakhir pada
migren menunjukkan respon yang tinggi terhadap BIBN 4096 BS, suatu agonis
darah ke organ reproduksi wanita, berperan pada persarafan uterus dan membantu
pertumbuhan fetus. Reseptor CGRP dilaporkan ada pada miometrium, uterus, dan
Downregulation dari reseptor pada akhir kehamilan dan pada pospartum sudah
49
Hormon ini juga memodulasi efek CGRP pada tekanan darah dalam kehamilan.
normal karena perubahan vasomotor dan terapi sulih hormon (TSH) yang
menyebabkan level CGRP kembali ke nilai basal. Ada laporan bahwa CGRP
mempunyai peran pada fungsi sperma di tikus. Status CGRP pada sistim
reproduksi laki-laki masih di teliti meskipun ada dikatakan muncul pada semen,
prostat, dan vesika seminalis. Tempat berikatan baru reseptor CGRP mempunyai
relevansi terapi dalam kondisi seperti hot flushes dan persalinan prematur (Ghatta
produksi dua mRNAs berbeda, satu mengkoding prekursor calcitonin dan yang
50
Anatomy” yang dikerjakan oleh Anderson dan Anderson pada tahun 1979 dan
oleh karena perkembangan dari alat “ISODALT” yang dibuat untuk multiple two-
kompleks protein. Untuk pertama kalinya alat ini membuat analisis komponen
protein secara simultan pada organ manusia yang berbeda. Pada akhir 70 an
51
menjadi jelas bahwa jaringan saraf mengandung beberapa protein, lebih banyak
daripada organ lain dan protein ‘spesifik untuk otak” ini terletak pada neuron atau
sel glial. Secara umum, kerusakan neurologi pada manusia cenderung untuk
mempunyai pengaruh yang kuat terutama pada neuron atau sel glial yang bisa
diukur untuk mengetahui adanya sistim saraf yang mempunyai protein spesifik
pada serum atau cairan serebrospinal untuk diagnostik. Sementara beberapa sistim
saraf yang mempunyai protein spesifik telah bisa diukur di klinik, dipikirkan
“ISODALT” dan otak manusia dan 12 organ manusia lainnya untuk di analisa.
Hanya protein yang bisa larut yang diperiksa pada tempat yang kira-kira bisa
identifikasi 8 protein yang spesifik pada otak, empat sudah diketahui dan empat
lainnya baru. Ini di berikan nama sesuai dengan Protein Gene Product (PGP)
terminologi dari Anderson dan Anderson pada tahun 1979 dan juga sesuai dengan
jarak migrasi dalam sentimeter dari protein pada second dimension gel.
UCHL1/PGP 9.5 adalah yang paling mencolok dari protein spesifik pada otak
yang baru. Di dekatnya –PGP 9.4- kemudian didapatkan dengan pemetaan peptida
Sementara UCHL1/PGP 9.5 ada secara mencolok di otak, jejak protein juga
ditemukan di usus besar, ginjal, ovarium, dan testis. Analisa dari beberapa otak
manusia yang berbeda menunjukkan pola protein spesifik yang sama, meniadakan
serebral manusia. Pada batas ini diperkirakan bahwa UCHL1/PGP 9.5 merupakan
1-2 % total otak yang soluble, perkiraan ini berdasarkan pada ukuran suatu titik
protein dibandingkan dengan ukuran suatu titik pada protein spesifik otak yang
telah diketahui dimana konsentrasi dari ekstrak protein yang soluble pada otak
telah diukur dengan radioimunoassay. Istilah brain spesifik dan neuron spesifik
tidak tepat karena tidak menegaskan secara absolut jaringan yang spesifik. Pada
praktiknya artinya bahwa protein ada di otak pada konsentrasi yang tinggi
terdapat pada gel 2 dimensi mewakili 2-3 mg protein, dengan limitasi deteksi dari
Coomassie stain yang digunakan sekitar 50 ng. Jika titik tersebut pada
kemudian pada konsentrasi maksimum PGP 9.5 ada pada jaringan sedikitnya 50
sentral dan perifer sistim saraf dan juga di sel neuro endokrin, situasi ini kemudian
bisa ditemukan sekalipun di sel darah sirkulasi. Mustahil untuk secara total
membungkam suatu gen atau sebagai alternatif bisa didapatkan keuntungan dari
penghematan selular sehingga didapatkan gen yang bisa berfungsi pada tingkat
53
yang rendah yang bisa dinaikkan secara cepat jika diperlukan. Sebagai contoh,
pada sistim saraf pusat tetapi secara cepat muncul sebagai astrosit reaktif setelah
immunohistokimiawi dari sel Schwann pada sistim saraf perifer sampai transeksi
saraf ketika kedua protein dan transkripsi nampak pada sel ini. UCHL1/PGP 9.5
juga muncul (dengan waktu yang lebih lambat) pada fibroblast pada
memperlihatkan sama seperti glioma lain dan beberapa sel fibroblast. Tidak
tampak UCHL1/PGP 9.5 pada level sangat rendah pada jaringan lain, tidak juga
kemunculannya pada sel glial setelah cercaan, tidak juga muncul pada sel ganas
yang esensial pada kultur diambil dari neuron spesifik dari UCHL1/PGP 9.5
dengan arti kemunculannya pada neuron orang dewasa dalam jumlah banyak
fungsi selular yang unik pada neuron (Ian and Rod, 2010).
neuron yang mewakili UCHL1/PGP 9.5. Jumlah sel glial pada sistim saraf pusat
manusia dikatakan 10-50 kali jumlah neuron dan astrosit dikatakan mewakili 20-
percabangan dari sebagian besar neuron dan banyak sel glial tidak jelas proporsi
mana dari sitoplasma otak adalah neural (dan immunohistokimia hampir selalu
secara universal mengandung UCHL1/PGP 9.5) dan bagaimana proporsi glial dan
kemasan dari neuron ke sel glial yang dapat bervariasi jauh antara daerah otak
yang berbeda didalam dan diantara spesies. Untuk itu dalam neuron tidak
mungkin bahwa UCHL1/PGP 9.5 mewakili 5-10 % dari total protein sitoplasma,
mendekati level beberapa enzim glikolisis pada sel manusia dan sebatas 10 %
perkiraan sitoplasmik kreatinin kinase pada otot skeletal manusia. Usaha untuk
mengukur langsung level protein dalam jaringan saraf terhambat oleh kegagalan
microtitre plate assay memastikan tingkat proporsi protein yang tinggi di otak.
lokasi neuronal, UCHL1/PGP 9.5 ternyata juga ada di sel sistim neuroendokrin
(NSE) yang mana sudah ditetapkan sebagai penanda untuk neuron dan sel
mengenali spots yang sesuai tidak saja pada semua mamalia yang diperiksa.
dengan NSE atau protein lain. Ekpresi PGP 9.5 merupakan presentasi gen yang
terletak pada lengan pendek kromosom 4p14 terdiri atas 508 pasang basa. Secara
struktural dan fungsional, protein gene produt 9.5 terdiri atas 2 exon. Fungsi
protein ini terletak pada bagian C terminal berupa neuropeptida yang bersifat
sel neuroendokrin yang diperiksa, pada penelitian juga ditunjukkan adanya protein
ini di tubular distal ginjal dan epitel calyceal, sel Leydig dan spermatogonia pada
testis, dan di theca externa, ovarium dan corpus luteum pada kehamilan,
menegaskan apa yang ditemukan pada penelitian ISODAL. Pada tahap ini
UCHL1/PGP 9.5 diketahui sebagai highly conserved protein pada hampir semua
neuron dan sel neuroendokrin yang merupakan komponen utama dari soluble
sitoplasma protein dan dengan rangkaian utama yang tidak berhubungan dengan
protein manapun. UCHL1/PGP 9.5 juga ditemukan disejumlah kecil tipe sel lain.
adalah sintetik ubiquitin ethylester, dengan landasan bahwa bahan ini bisa
56
derivat carboxyl-terminal. Tiga peaks aktivitas bisa diuraikan dari kolom DEAE
menunjukkan peaks yang mendekati 30 kDa pada semua isoform, terutama peak 2
menunjukkan spesies besar dari 100-200 kDa, yang dinamakan H2. Hampir 95%
dari total aktivitas hidrolitik pada timus tercatat dengan UCHL3 dan ini berarti
bahwa isoform ini serupa dengan enzim retikulosit kelinci yang disebutkan
melalui arginin residu dibandingkan dengan lisin residu, semua ensim pada timus
terikat pada kolum ini. Menggunakan kemampuan dari UCHL3 (isoform utama
9.5 manusia yang sudah pernah dipublikasikan sebelumnya. PGP 9.5 yang
dimurnikan dari otak bovine menggunakan prosedur seperti pada otak manusia
mana 40 % darinya ditunjukan oleh UCHL3 pada timus bovine. Selain itu
sebagian rangkaian peptide dari UCHL1 timus bovine dimurnikan dari arginin
57
pada manusia. Oleh karena itu disimpulkan bahwa PGP 9.5 mewakili hidrolisa
ubiquitin carboxy-terminal, yang terletak pada jaringan saraf (Ian and Rod, 2010).
dari UCHL1/PGP 9.5 pada saraf dan jaringan lain didapatkan dengan poliklonal
antiserum kelinci pada protein manusia intak yang dimurnikan. Antibodi ini hanya
mengenali spot yang sesuai pada 2D electrophoretograms baik pada otak manusia
dan otak mamalia lain yang diperiksa. Antibodi ini menghasilkan staining yang
kuat pada semua neuron pada neuron yang besar seperti sel Purkinje, neuron
kortikal serebrum dan serebellum, neuron inti stem otak, basal ganglia neuron dan
neuron sel tanduk anterior, dengan staining kuat akson sama yang timbul dari
pada semua neuron dari tipe khusus dan tidak berpengaruh pada neurotransmitter
yang ada. Hasil yang sama didapat dengan menggunakan antibodi monoklonal 2
tikus. Akson dari neuron sensori dan motor yang besar di tetap kuat dan uniform.
58
staining yang kuat ini adalah ganglion trigeminal pada manusia dimana beberapa
neuron dengan stain yang lemah dan pada pleksus mesenterik manusia dimana
gambaran yang sama ditemukan. Pada kedua keadaan ini suatu populasi dengan
morfologi neuron yang sama menghambat sejumlah kecil sel yang mempunyai
stain lemah atau tidak pada semua amid populasi dari neuron dengan stain kuat.
Penelitian amorfometrik dari neuron didaerah lumbar dorsal root ganglia dari
dengan penanda lain, semua neuron dengan kuat mengandung PGP 9.5 tidak
berpengaruh dengan ukuran neuron dan fiksasi yang digunakan. Penelitian lebih
histologi dari beberapa sel dengan PGP 9.5 kuat dan yang lain lemah atau tidak
sama sekali dapat terjadi sesuai umur. Tidak diketahui apakah kekurangan
staining ini berlanjut ke akson dari neuron ini, apakah mempunyai arti fungsional
yang bermakna, atau apakah artefaktual. Kesan secara keseluruhan dari lokasi
cabang terminal terkecil. Untuk motor neuron, cabang akson terbaik mengandung
sejumlah besar UCHL1/PGP 9.5, melalui arborization dari motor end plate yang
bersinggungan dengan serabut otot. Sekitar 5 % dari neuron pada sentral dan
periperal sistim saraf menunjukkan staining inti positip dan staining inti yang
indikasi awal bahwa staining untuk UCHL1/PGP 9.5 tampaknya fibrillar dan
trigeminal manusia dan pleksus mesenterik dimana sejumlah kecil staining neuron
berceceran diantara staining sel yang kuat, vertebra retina menghasilkan keadaan
dimana seluruh populasi dari tipe neuron yang sama tanpa UCHL1/PGP 9.5 sama
sekali. Kurangnya staining pada lapisan inti dalam dari retina kelinci pertama kali
melengkapi kurangnya staining dari sel bipolar retina. Suatu penelitian yang
lengkap dari retina mamalia untuk UCHL1/PGP 9.5 staining dilakukan Bonfanti
dan kawan-kawan. Mereka melakukan penelitian retina dari tikus, kelinci, kerbau,
kucing, anjing dan manusia dan menemukan bahwa sel fotoreseptor, sel bipolar,
dan sel amacrine tanpa staining sementara dendrit dan akson baik pada sel
horizontal dan sel ganglion mengandung staining dengan kuat. Sel amacrine
dapat dipindahkan ke lapisan sel ganglion tikus dimana mereka bisa membentuk
40-50 % badan sel neuron, neuron pengganti ini juga negatip. Terdapat beberapa
variasi spesies pada sel horizontal kelinci dan kerbau dimana hanya mengandung
stained yang lemah dibandingkan spesies yang lain. Akson besar yang dengan
kuat mengandung UCHL1/PGP 9.5 membuat suatu lonjakan klasik aksi potensial,
seperti pada oosit dan sel neuroendokrin, sel ini mengandung stain positip untuk
UCHL1/PGP 9.5. Sel bipolar, horizontal sel, dan amacrine sel pada retina
60
mengakibatkan potensial aksi klasik tetapi lebih pada depolarisasi elektrikal. Akan
tetapi, perbedaan antara konduksi spiking dan non spiking tidaklah mutlak dan
tergantung pada tempat recording, beberapa neuron memperlihatkan satu atau tipe
lain konduksi pada tempat yang berbeda pada sel yang sama, kemudian
selanjutnya adalah penyusunan dari neuron sel yang berbeda pada retina vertebra
sangat kompleks dengan sebanyak 80 sub-tipe yang berbeda. Satu subset dari sel
neuron pada retina tanpa UCHL1/PGP 9.5 immunoreaktivitas sangat kecil dan
tanpa akson dengan panjang berarti, sementara sel ganglion dengan staining yang
kuat mempunyai akson membentuk saraf optik dan sel horizontal dapat
mempunyai akson tidak bermielin cukup panjang, akan tetapi mungkin akan
terdapat variasi diantara spesies sampai seberapa kuat beberapa sel mengandung
pada pembelahan dini dari sistim saraf, sebagai contoh embrio hari 8,5-9 pada
epitel saraf tikus dan protein sendiri dapat dideteksi secara immunohistokimiawi
beberapa hari kemudian. Protein juga diekspresikan pada sel progenitor neural,
sepertinya bahwa UCHL1/PGP 9.5 tampak pada tingkat high sitoplasma segera
kemungkinan fungsi dari UCHL1/PGP 9.5 pada neuron ada beberapa hal penting:
pertama, neuron mempunyai morfologi sel yang sangat tidak biasa. Setelah
dihitung dari dimensi neuron motor yang khas dengan akson 1 m panjangnya
61
ternyata 99,7 % dari aksomal sel terdapat di akson, 0,005 % pada bodi sel, dan 0,2
% pada total volume dendrit. Ketika volume pada sinap tidak diperhitungkan
menyiratkan bahwa lebih dari 99 % protein ada pada akson dan rupanya proporsi
yang sama dari aktivitas fungsional UCHL1/PGP 9.5 digunakan pada akson. Dari
gambaran sifat dasar akson pada perhitungan di atas didapatkan juga suatu rasio
yang tinggi dari membran ke aksoplasma. Kedua, ada syarat pengubahan urutan
karakteristik dendrit dan akson, pada vertebrata hal ini dibedakan secara
antara sistim penelitian yang berbeda meskipun berasal dari spesies yang sama.
kultur neuron yang diisolasi atau sel “neurone-like” pada kultur (Ian dan Rod,
2010).
substrat in vitro bahwa UCHL1/PGP 9.5 tidak berperan pada pemindahan atau
editing rantai polyubiquitin dekat protein tujuan untuk degradasi proteolitik, atau
pada pemindahan monoubiquitin dari protein. Pemeriksaan liysates otak dari GAD
dari neuron menunjukkan adanya staining pada inti dan ada perkiraan sebagian
proses intranuklear sepertinya tidak ada dan tidak menjelaskan sangat banyaknya
UCHL1/PGP 9.5 pada akson. Sementara densitas protein ubiquitin post sinaptik
terletak di post sinaptik dan agaknya tidak mungkin beraksi di membran protein
Terkesan bahwa dari struktur tiga dimensi UCHL1/PGP 9.5 di daerah datar pada
satu lobus dari protein mungkin mewakili tempat berikatan dari protein yang tidak
dikenal yang dapat memacu aktivitasnya. Diduga protein yang kita ketahui
berikatan adalah JAB1, yang ditemukan terutama pada sel kanker paru dan dapat
pada nukleus. Hubungan ini dengan peranan dari UCHL1/PGP 9.5 pada non-
UCHL1. Harus diingat bahwa sebagai protein yang berlimpah dan transkrip,
korteks serebral tikus, UCHL1 protein level menurun sebagai respon iskemia,
tetapi pemberian melatonin melindungi dari hal ini. Pada hippocampus tikus, level
UCHL1 berkurang karena respon tes treadmill. Pada hippocampus tikus, bekas
dan penurunan lambat dari UCHL1 pada orang dewasa memungkinkan akses ad
hipotalamus sapi penghasil susu yang diberi makan diet pembatasan energi.
Perubahan yang berbeda pada rasio mRNA UCHL1 di bagian otak, ditemukan
ditemukan pada otak tikus dan pada sel SH-SY5Y. Pemberian dosis rendah
sisi kontralateral, pada vestibula deafferentation tikus. Pada kultur sel, laktat dan
amonia mungkin diproduksi berlimpah tapi hal ini akan berkurang pada kondisi
terkontrol untuk membuat rendah level glukosa dan glutamin, suatu ‘metabolik
UCHL1. Pada banyak situasi seperti ini, terdapat penyusunan proteomic, mRNA
jelas bahwa UCHL1 adalah subjek komponen neural untuk perubahan kualitatif
atau kuantitatif pada banyak kejadian patofisiologi, diperoleh dari penemuan dan
jaringan saraf di vagina bisa dilihat. Kumpulan saraf yang besar dapat dilihat pada
advetisia, biasanya dengan pembuluh darah yang besar. Sel ganglion juga
ditemukan di adventisia. Dari cabang saraf besar ini, serabut menyebar secara
banyak kelompok saraf kecil yang positip PGP 9.5 (Lundberg dkk, 2008).
yang lebih padat terbukti banyak di lamina propria. Walaupun serabut mengarah
bawah basal membran dari epitel dan pada keadaan khusus, saraf berliku-liku
65
terlihat diantara sel epitel menuju keatas ke bagian tengah lapisan sel. Terdapat
adventisia dan pada pembuluh darah menengah di muskularis dan lamina propria.
distribusi saraf diantara daerah atas dan bawah vagina. Ovorektomi, atau terapi
dengan estradiol setelahnya (5µg dan 15 µg/hari) tidak akan menghasilkan efek
yang terlihat pada densitas panjang dari PGP 9.5 –IR. Selain itu, tidak ada
perbedaan pada orientasi atau distribusi serat yang positip PGP 9.5 terlihat. Pada
dilakukan ovorektomi dan yang utuh. Sebagai catatan, serabut saraf pada
kelompok lain, meski tampaknya tidak ada perubahan yang signifikan pada pola
(11 µg/hari) pada tikus yang dilakukan ovorektomi, terdapat peningkatan ringan
tetapi secara statistik insignifikan pada densitas panjang serabut saraf yang positip
densitas atau distribusi dari serabut saraf yang positip PGP (Monica dkk., 2006).
66
dapat diatur dengan 2 mekanisme: short term direct regulasi dari aktivitas enzim
dan medium-sampai long term regulasi dari ekspresi gen. Mekanisme short term
direct regulasi dibahas banyak dengan dasar hasil yang didapat dari penelitian in
aktivasi allosteric oleh heparin, fosfolipid, polyanions, dan RNA, dan aktivasi
alat eksperimen yang penting untuk menggolongkan struktur pengaturan dari TH,
pterin kofaktor, dan yang lain melibatkan inaktivasi TH oleh katekolamin (Jeong
H,dkk., 2006). Akhir-akhir ini dikatakan bahwa inaktivasi terjadi sebagai hasil
ikatan katekolamin dengan Fe3+ pada tempat aktif dari enzim, dan bahwa
katekolamin berikatan dengan bentuk aktif dari enzim, sebaliknya ada yang
tidak berikatan dengan bentuk tidak aktif dari enzim. Ada laporan yang
153, dan Ser-404 oleh berbagai macam protein kinase. Diantara mereka,
67
menyebabkan yang paling jelas dan dramatik aktivasi dari TH. Aktivasi TH
yang berbeda, inhibisi langsung dengan cara kompetitif dengan kofaktor pterin
dan inaktivasi. Yang pertama melalui mediasi kinetik klasik, inhibisi reversibel
yang mudah dari enzim yang bertindak sebagai sensor konsentrasi lokal
mekanisme utama dimana TH biasanya ada pada bentuk inaktif yang tidak
aktivitas pada pH netral. Karena pH intrasellular otak tikus adalah 7,0-7,1, tidak
katekolamin seperti dopamin, aktivitas enzim pada pH netral menurun nyata dan
bentuk aktif menjadi bentuk inaktif pada fraksi ‘acid soluble’ otak adalah
katekolamin seperti dopamin karena: (1) faktor endogenous adalah dialyzable, (2)
68
jumlahnya banyak di striatum dan medula adrenal, (3) diserap oleh alumina, (4)
aktivitasnya labil pada pH alkaline, (5) dapat diganti dengan katekolamin seperti
oleh dopamin, dan (7) HPLC analisis menunjukkan bahwa fraksi ‘acid-soluble’
otak, menunjukkan tidak ada aktivitas pada pH fisiologikal, yang dihasilkan oleh
kerja katekolamin, dan inaktivasi ini bisa dicegah dengan pemberian asam.
dapat diulang tanpa kehilangan yang signifikan dari aktivitas. Kedua bentuk
katekolamin bisa dihilangkan dengan pemberian asam yang diaktifkan oleh PKA,
dan memperlihatkan aktivitas tinggi yang sama pada nilai pH fisiologis. Yang
menarik, katekolamin tidak hanya menjadi inaktif tapi juga menstabilkan TH.
Ketika TH yang dimurnikan diinkubasi pada keadaan ada atau tidak ada dopamin
pada suhu 300C, timedependent loss activity terjadi pada pH 5, dimana baik
bentuk aktif dan inaktif dari enzim menunjukkan aktivitas yang sama seperti di
atas, ini bisa dicegah dengan adanya dopamin. Jadi TH dikonversi kebentuk
inaktif/stabil oleh produk akhirnya. Pada penyelidikan dasar dari reaksi inaktivasi
TH oleh dopamin didapatkan bahwa: (1) merupakan reaksi yang tergantung waktu
dan suhu, (2) reversibel, (3) terjadi pada kondisi anaerob sama seperti pada
kondisi aerob, (4) dopamin tidak dipakai selama reaksi, (5) dopamin tidak
dalam jumlah equimolar dengan subunit enzim, dan dipaparkan ke filtration gel
pada Bio-gel P-10, aktivitas enzim diuraikan dalam jumlah sama dengan dopamin
sama seperti yang diuraikan dalam kontrol penelitian yang dilakukan tanpa TH
yang diuraikan, ini berarti bahwa penambahan dopamin tidak berikatan ke enzim.
Dopamin yang diuraikan dalam jumlah sama mungkin tidak secara spesial
enzim tetap tidak berubah. Enzim ini hanya kehilangan 6 % dari aktivitasnya pada
pH 5 setelah inkubasi dengan TH. Dengan dasar penelitian ini, mungkin bahwa
secara umum diterima bahwa dopamin berikatan kuat dengan ferric iron pada
tempat TH yang aktif untuk menghasilkan bentuk ‘blue green’ inaktif dari enzim.
stoichiometry sangat rendah, ini berarti bahwa dopamin yang terlibat dalam
inaktivasi TH tidak terbatas pada enzim. Di lain pihak, fakta bahwa preparat TH
yang dimurnikan dari medula adrenal tikus mengandung 0,03 mol norepineprin,
70
0,10 mol epineprin, dan 0,08 mol dopamin/mol subunit dari enzim (total dari 0,21
mol dari katekolamin/mol subunit dari enzim), dan bahwa preparat TH yang
dimurnikan dari medula adrenal bovine mengandung 0,11 mol norepineprin dan
0,25 mol epineprin/mol subunit dari enzim (total dari 0,36 mol katekolamin/mol
subunit dari enzim) artinya bahwa jumlah yang berarti dari katekolamin berikatan
kuat ke enzim. Karena TH tikus adalah homotetramer tersusun dari subunit yang
identik, dan tiap polipeptida memasuki tempat aktif, jumlah katekolamin yag
berikatan kuat lebih sedikit daripada ditempat aktif enzim. Meski peranan dari
ikatan kuat katekolamin dalam regulasi aktivitas TH masih tidak jelas, sepertinya
dari monomers dalam tetrameric enzim yang mengikat dopamin dengan afinitas
tinggi, entah karena bentuk dari tetramer atau karena negatif cooperativity
(Fujisawa dan Okuno, 2005). Gen TH terletak pada lengan pendek kromosom
11p15.5 yang terdiri atas 10k pasang basa. Protein ini berupa polipeptida yang
terdiri atas asam amino. Secara struktural dan fungsional, TH terdiri atas 14 exon
pola dari serabut sama seperti yang terlihat pada serabut yang positip PGP 9.5,
epitel. Pemberian hormon steroid memberikan efek yang sama pada positip TH,
serabut adrenergik seperti pada serabut PGP 9.5 yang di immunostaining. Tidak
terdapat perbedaan yang signifikan pada densitas panjang serabut binatang yang
tersendiri atau di kombinasikan, tidak berefek pada densitas panjang serabut, tidak
juga berbeda pada binatang yang menerima kombinasi estradiol dan testoteron.
terjadi pada kelompok yang menerima testoteron saja. Pada binatang ini, terdapat
distribusi dari saraf tidak bervariasi dibandingkan yang dilihat pada kontrol yang
2.8 Neurotransmiter
2. 8. 1 Pengertian
menguatkan dan memodulasi signal diantara neuron dan sel yang lain.
membran pada sisi presinaptik dari sinap, dan dilepaskan ke celah sinap, dimana
kemudian berikatan dengan reseptor pada membran di sisi postsinaptik dari sinap.
tetapi dapat mengikuti potensi elektrical. Pelepasan low level “baseline” dapat
2013).
Menurut keyakinan yang berlaku pada tahun 1960 an, suatu bahan kimia
1. Ada prekursor dan atau sintesis enzim yang terdapat di sisi presinap dari sinap.
neuron postsinap.
dengannya.
Neurotransmiter utama:
glisin
Sebagai tambahan, lebih dari 50 neuroaktif peptida telah ditemukan. Banyak dari
ini adalah dilepaskan bersama dengan molekul kecil transmiter, tetapi pada
neurotransmiter juga, sama seperti beberapa molekul gas seperti nitrit oksid (NO)
2. 8. 3 Fungsi neurotransmiter
reseptor. Oleh karena itu, efek dari sistim neurotransmiter tergantung pada
hubungan dari neuron yang menggunakan transmiter, dan sifat kimia dari reseptor