Anda di halaman 1dari 86

TESIS

PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL(COCOS


NUCIFERA) MENCEGAH DISLIPIDEMIA PADA
TIKUS PUTIH (RATTUS NORVEGICUS) JANTAN
GALUR WISTAR YANG DIBERI DIET TINGGI
KOLESTEROL

AUGUS VENTY
NIM 1490761049

PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMI BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016

1
2

PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL(COCOS


NUCIFERA) MENCEGAH DISLIPIDEMIA PADA
TIKUS PUTIH (RATTUS NORVEGICUS) JANTAN
GALUR WISTAR YANG DIBERI DIET TINGGI
KOLESTEROL

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister


Pada Program Magister, Program StudiIlmu Biomedik,
Program Pascasarjana Universitas Udayana

AUGUS VENTY
NIM 1490761049

PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
3

LembarPengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI


PADA TANGGAL23 NOVEMBER 2016

PEMBIMBING I, PEMBIMBING II,

Prof.dr. I Gusti Made Aman, Sp.FK Prof.Dr.dr. Wimpie I. Pangkahila, Sp.And.,


FAACS
NIP. 194606191976021001 NIP.194612131971071001

Mengetahui,

Ketua Program StudiIlmuBiomedik Direktur


Program PascaSarjana Program PascaSarjana
UniversitasUdayana UniversitasUdayana

DR.dr.GdeNgurahIndragunaPinatih,Msc,Sp.GK Prof.Dr.dr.A.A.RakaSudewi,Sp.S (K)


NIP. 195805211985031002 NIP. 195902151985102001
4

LEMBAR PENETAPAN PENGUJI

TesisiniTelahDiujidanDinilaiolehPanitiaPengujipada Program Pascasarjana

UniversitasUdayanapadaTanggal 23 November 2016

PanitiaPengujiTesisBerdasarkan SK RektorUniversitas Udayana

No:5786/UN14.4/HK/2016

Tanggal 14 November 2016

PanitiaPengujiTesisadalah:

Ketua : Prof. dr. I Gusti Made Aman, Sp.FK

Anggota : 1. Prof.Dr.dr.Wimpie Pangkahila, Sp.And.,FAACS


2. Prof.Dr.dr. J.Alex Pangkahila, M.Sc.,Sp.And
3. Dr.dr. GdeNgurahIndragunaPinatih, M.Sc
4. Dr.dr.Ida Sri Iswari, Sp.MK.,M.Kes.
5

UCAPAN TERIMA KASIH

PujidansyukurpenulispanjatkankepadaTuhan yang
MahaBaikatassegalaberkatdankarunia-Nya yang luarbiasa,
sehinggapenulisdapatmenyelesaikanpenelitianuntukpenyusunantesis yang
berjudul: PemberianVirgin Coconut
Oil(Cocosnucifera)MencegahDislipidemiapadaTikusPutih(Rattusnorvegicus)Janta
nGalurWistar yang Diberi Diet
TinggiKolesterol,sebagaisyaratdalammenyelesaikanpendidikanuntukmemperoleh
gelar Magister pada Program Magister Program StudiIlmuBiomedik,
kekhususanAnti Aging Medicine, Program PascasarjanaUniversitasUdayana.
Selama proses penelitianinipenulismendapatbanyakpelajarandanpengalaman yang
berharga yang memperkayawawasanserta proses pembelajaranhiduppenulis,
baikdarisegiilmiahmaupunsegisosial. Semuainitidaklepasdariperanserta orang-
orang disekelilingpenulis yang senantiasamendukungdanselaluadapadasaat-saat
yang sulit.
Padakesempatanini, penulisinginmengucapkanterimakasih yang sebesar-
besarnyakepada Prof. dr. I Gusti Made Aman, Sp.FK, sebagaipembimbing I
dansebagaiKoordinatorLaboratory Animal Unitatasilmu yang
diberikanselamapenulismengikutistudi, sertamemberikanbimbingandan saran
yang
sangatbesarmanfaatnyadalampenelitiandanpenyusunantesisinidenganpenuhperhati
andankesabaran, jugabanyakmembantudalammenyediakanfasilitastempat,
peralatandanbantuanteknisuntukterlaksananyapenelitian. Terimakasihsebesar-
besarnya pula penulissampaikankepada Prof. Dr. dr. Wimpie I. Pangkahila,
Sp.And., FAACS sebagaidosenpembimbing II atasilmu yang
diberikanselamapenulismengikutistudi, sertamemberikanbimbingan, saran,
danmotivasiuntukpenelitiandanpenyusunantesisini.
Ucapanterimakasihsecaratulusjugapenulishaturkankepada:
6

1. Prof. Dr. dr. KetutSuastika, Sp.PD-KEMD


sebagaiRektorUniversitasUdayanaataskesempatan yang
diberikankepadapenulisuntukdapatmenempuhpendidikan Program
Pascasarjana di UniversitasUdayana
2. Prof. Dr. dr. A.A. RakaSudewi, Sp.S(K) sebagaiDirektur Program
Pascasarjanaataskesempatan yang
diberikankepadapenulisuntukmengikutidanmenyelesaikanpendidikan
Program Pascasarjana di UniversitasUdayana.
3. Dr. dr. GdeNgurahIndragunaPinatih, M.Sc., Sp.GKsebagaiketua Program
StudiBiomedikKekhususanAnti-Aging Medicine dansekaliguspenguji yang
telahbanyakmembantupenulismemberikanmasukandanbimbingan yang
sangatbermanfaatdalampenyusunantesisini
4. Prof. Dr.dr. J.Alex Pangkahila, M.Sc., Sp.And, Dr.dr. Ida Sri Iswari,
Sp.MK.,M.Kes, Dr.dr. Gde Ngurah Indraguna Pinatih, M.Sc, selaku
penguji yang telah banyak memberikan masukan, arahan, dan koreksi
dalam penyusunan tesis ini.
5. I Gede Wiranatha, S.Si., selaku staf Laboratory Animal Unit, Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang telah banyak
membantu pelaksanaan penelitian.
6. Staf administrasi Program Magister Ilmu Biomedik Kekhususan Anti
Aging Medicineyang telah banyak membantu serta memberikan dorongan
dan semangat kepada penulis.
7. Kedua orang tuayaituSuwantoWidjaja (alm) dan Bong Nyat Mie,
sertakeluargatercinta Anita Bong, Elvinia, Shiul Yana, Kusnaedidan Silvia
yang telahbanyakmemberikandukungankepadapenulis.
8. CalonsuamiyaituHendri yang senantiasamenyemangati,
memberidukungan, doadansemangatkepadapenulis.
Terimakasihuntukcintadankasihsayang yang diberikan.
9. Sahabatpenulisyaitudr. Feidriwandan dr. Maria Goretti, yang
telahmemperkenalkanAnti-Aging Medicinekepadapenulis, danjuga dr. Reni
Anggraeni, dr. Christine Widodo, dr. Ivy Jesslynyang
7

selalumemberikandukungan, semangat,
sertadoaselamapenulismenempuhpendidikanhinggaselesainyatesisini.
10. Temansejawatmahasiswa Program Magister
IlmuBiomedikKekhususanAnti-Aging MedicineangkatanX:
TENagersataspersahabatannyaselamaini, terutamauntuksahabatpenulisdr.
Maria Goretti, dr. NaniWidjaja, dr. Marta Setiabudy, dr. TitiHontong, dr.
HilariusQuivedo, dr. Daniel Witanto, dr. KarniaTarnajaya MKK, dr.
Marisza, dr. Meilina, dandr. Sharan.

Akhir kata
penulissangatmenyadaribahwatesisinimasihsangatjauhdarikesempurnaansehingga
saran
danmasukanmembangundariberbagaipihaksangatlahdiharapkan.Semogahasilpenel
itianinidapatmemberikanmanfaatbagiperkembanganilmupengetahuankedokterante
rutama di bidangAnti-Aging Medicine
(AAM).KiranyaberkatdariTuhanmenyertaikitasemua.

Denpasar,November 2016

Penulis
8

ABSTRAK

PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL(COCOS NUCIFERA)


MENCEGAH DISLIPIDEMIA PADA TIKUS PUTIH (RATTUS
NORVEGICUS) JANTAN GALUR WISTAR YANG DIBERI
DIET TINGGI KOLESTEROL

Dislipidemiaadalahkelainanmetabolisme lipid yang


ditandaipeningkatankolesterol total, kolesterol LDL, trigliseridadiatasnilai normal
sertapenurunankolesterol HDL di dalamdarah.Minyakkelapamengandung 92%
lemakjenuhsehinggadikaitkandenganpeningkatanresikopenyakitkardiovaskular.Ti
daksemuaasamlemakjenuhburukbagikesehatan.Virgin Coconut Oil
(VCO)terdiridarimedium chain triglycerides (MCT)
dankomponenpolifenolbekerjasecarasinergisdalammencegahdislipidemia.VCO
mencegahdislipidemiamelaluimekanismedownregulationlipogenesisdarihepar,
meningkatkan β-oksidasi di mitokondriadanperoksisomdanmeningkatkanreverse
cholesterol transport. Penelitianinibertujuanuntukmengetahuikegunaan VCO
sebagaialternatifuntukmencegahdislipidemiapadatikusputihjantangalurwistar yang
diberi diet tinggikolesterol.
Penelitianiniadalahpenelitianeksperimentalmurnidenganrandomizedpost-
test only control group designmenggunakan 36
ekortikusputihjantan.Semuasampeldiberikan diet
tinggikolesterol.Sampeldipilihsecara random, laludibagimenjadi 2
kelompokyaitukelompokkontrolyang diberikanplaseboberupaakuadessebanyak
0,8 ml/ haridankelompokperlakuanyang diberikanVCOsebanyak 0,8 ml/200 gram
beratbadan/ hari.Setelahperlakuanselama 28 harisampeldarahdiambildari medial
kantus sinus orbitalis, untukpemeriksaankadarkolesterol total, trigliserida,
kolesterol LDL dankolesterol HDL.
Hasilpenelitianinimenunjukkanbahwareratakolesterol
totalkelompokperlakuanlebihrendahdarikelompokkontrol(113,49±4,31 mg/dl vs
222,61±6,41
mg/dl)(p<0,05).Reratatrigliseridakelompokperlakuanlebihrendahdarikelompokko
ntrol(91,46±5,56 mg/dl vs 153,51±5,40 mg/dl)(p<0,05). Reratakolesterol LDL
kelompokperlakuanlebihrendahdarikelompokkontrol (37,94±3,32 mg/dl vs
71,25±2,76 mg/dl)(p<0,05). Reratakolesterol HDL kolesterol total
kelompokperlakuanlebihtinggidarikelompokkontrol (41,62±1,58 mg/dlvs
25,02±2,59 mg/dl) (p<0,05).
Penelitianinimenyimpulkanbahwavirgin coconut
oilmencegahpeningkatankolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL
danmencegahpenurunankolesterol HDL
padatikus(Rattusnorvegicus)jantangalurwistar yang diberi diet
9

tinggikolesterol.Penelitianiniperludikembangkanlebihlanjutketahapujiklinissebelu
mdigunakanpadamanusia.

Kata kunci :virgin coconut oil, profil lipid, dislipidemia


ABSTRACT

VIRGIN COCONUT OIL (COCOS NUCIFERA) PREVENTED


DYSLIPIDEMICMALE WISTAR RATS(RATTUS NORVEGICUS) FED
WITH HIGH CHOLESTEROL DIET

Dyslipidemia is a lipid metabolism disorder followed by high total


cholesterol level, high LDL cholesterol level, high tryglyceride level and low
HDL cholesterol level.Coconut oil contains 92% saturated fat that is associated
with an increased risk of cardiovascular disease. Not all saturated fatty acids are
bad for health. Virgin coconut oil (VCO) consist of medium chain triglycerides
(MCTs) and polyphenol components that work synergistically in preventing
dyslipidemia. VCO prevent dyslipidemia through downregulation mechanism of
hepatic lipogenesis, increase the β-oxidation in mitochondria and peroxisomes,
improve lipid catabolism and increase reverse cholesterol transport. This research
was aimed to determine the usefulness of VCO as an alternative to prevent
dyslipidemia in male wistarrats fed withhigh cholesterol diet.

This study wasa true experimental research with randomized post-test only
control group design using 36 male rats. All samples were given a high
cholesterol diet. Samples were selected randomly and were divided into 2 groups:
a control group weregiven a placebo (distilled water) and a treatment group were
given VCO. After treatment for 28 days, blood samples were taken from the
medial canthus orbital sinus for measurement of total cholesterol, triglycerides,
LDL cholesterol and HDL cholesterol.

The results showed that the treatment group hada significantly lower total
cholesterol levelscompared to the control group (113,49±4,31 mg/dl vs
222,61±6,41 mg/dl) (p<0,05). The treatment group had a significantly lower
triglycerides levelscompared to the control group (91,46±5,56 mg/dl vs
153,51±5,40 mg/dl)(p<0,05). The treatment group had a significantly lower LDL
cholesterol levelscompared to the control group(37,94±3,32 mg/dl vs 71,25±2,76
mg/dl) (p<0,05). The treatment group had a significantly higher HDL cholesterol
levelscompared to the control group(41,62±1,58 mg/dlvs 25,02±2,59 mg/dl)
(p<0,05).

Thisresearch concluded that virgin coconut oil was proved in


preventingdyslipidemia in male wistarrats (Rattusnorvegicus)fed with high
10

cholesterol diet. This research needs to be further developed to the stage of


clinical trials prior to use in humans.

Keywords: virgin coconut oil, lipid profile, dyslipidemia


11

DAFTAR ISI

halaman

SAMPUL DALAM .......................................................................................... i


LEMBAR PRASYARAT GELAR .................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. iii
LEMBAR PENETAPAN PENGUJI ............................................................... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................ v
ABSTRAK ....................................................................................................... viii
ABSTRACT ..................................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 8
1.3.1 TujuanUmum .............................................................................8
1.3.2 TujuanKhusus ............................................................................8
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 9
1.4.1 ManfaatIlmiah ...................................................................... 9
1.4.2 ManfaatPraktis ..................................................................... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................ 10
2.1 Penuaan (Aging)............................................................................. 10
2.2 Diet TinggiKolesterol .................................................................... 12
2.3 Lemak ............................................................................................ 13
2.3.1 MetabolismeLemak ............................................................ 16
2.3.2 Transportasi Lemak............................................................ 18
2.3.2.1 JalurEksogen ................................................................18
12

2.3.2.2 Jalur Endogen ...............................................................19


2.3.2.3 JalurReverse Cholesterol Transport.............................20
2.4 DislipidemiadanAging………………………………………. ...... 22
2.5 Virgin Coconut Oil ........................................................................ 25
2.5.1 ManfaatVirgin Coconut Oil ............................................... 25
2.5.2 KomponenAsamLemakpadaVirgin Coconut Oil ............... 28
2.5.3Virgin Coconut OildanDislipidemia .........................................36
2.6HewanPercobaan ...................................................................................45
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS ............ 50
3.1 Kerangka Berpikir ......................................................................... 50
3.2 Konsep Penelitian .......................................................................... 52
3.3 Hipotesis Penelitian ....................................................................... 53
BAB IV METODE PENELITIAN .............................................................. 54
4.1 Rancangan Penelitian..................................................................... 54
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 55
4.2.1 TempatPenelitian .................................................................. 55
4.2.2 WaktuPenelitian .................................................................... 55
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................... 56
4.3.1 KriteriaSampel ............................................................................56
4.3.2 BesarSampel................................................................................56
4.3.3 TeknikPengambilanSampel ........................................................57
4.4 Variabel Penelitian......................................................................... 57
4.4.1 IdentifikasiVariabel .....................................................................57
4.4.2 KlasifikasiVariabel......................................................................57
4.4.3 DefinisiOperasionalVariabel .......................................................58
4.4.4 HubunganAntarVariabel .............................................................60
4.5 AlatdanBahanPenelitian ................................................................ 61
4.5.1 AlatPenelitian ..............................................................................61
4.5.2 BahanPenelitian ..........................................................................61
4.6 ProsedurPenelitian ......................................................................... 62
4.7 Alur Penelitian ............................................................................... 64
4.8 Analisis Data .................................................................................. 65
13

BAB V HASIL PENELITIAN ...................................................................... 67


5.1 KarakteristikSubyek ....................................................................... 67
5.2 AnalisisDeskriptif ........................................................................... 67
5.3 UjiNormalitas Data ........................................................................ 68
5.4 UjiHomogenitas Data .................................................................... 70
5.5 UjiKomparabilitas Data Kolesterol Total ...................................... 70
5.6 UjiKomparabilitas Data Trigliserida ............................................. 72
5.7 UjiKomparabilitas Data Kolesterol LDL....................................... 73
5.8 UjiKomparabilitas Data Kolesterol HDL ...................................... 74
5.9 UjiNormalitasdanUjiKomparabilitasPakan yangDimakan ............ 75
5.10 UjiNormalitasdanUjiKomparabilitasBeratBadan ......................... 77
BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ....................................... 80
6.1 SubyekPenelitian ........................................................................... 80
6.2 Diet TinggiKolesterolMerupakan Salah SatuPenyebab
Dislipidemia................................................................................... 81
6.3 PengaruhVirgin Coconut OildalamMencegahDislipidemia .......... 82
6.4 PengaruhVirgin Coconut OilTerhadapAsupanMakanandanBerat
Badan ............................................................................................. 86
6.5 ManfaatVirgin Coconut OildalamPerkembanganAnti-Aging
Medicine ......................................................................................... 89
6.6 KelemahanPenelitian ..................................................................... 90
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 92
7.1 Simpulan ........................................................................................ 92
7.2 Saran .............................................................................................. 92
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 93
LAMPIRAN .................................................................................................... 104
14

DAFTAR GAMBAR

Halaman
2.1MetabolismeLemak ......................................................................................... 18
2.2 PerbandinganJalurEksogendan Endogen ....................................................... 20
2.3 JalurReverse Cholesterol Transport............................................................... 22
2.4PerbedaanMetabolisme MCT dan LCT .......................................................... 30
2.5PerbandinganTransportasi MCT dan LCT ...................................................... 32
2.6PerbandinganMetabolisme MCFA dan LCFA di dalamMitokondria............. 33
2.7JalurPPAR-α ................................................................................................... 38
2.8 MekanismeKerjaAdiponektin ........................................................................ 39
2.9 Aktivasi AMPK.............................................................................................. 40
2.10 VCO MenurunkanAktivitasEnzim HMG-KoAReduktase........................... 42
2.11 VCO MenurunkanLipogenesis di HepardenganMenurunkanEnzimFatty
Acid Synthase, Acetyl-CoA Carboxylase,
IsocitrateDegydrogenasedanMalic............................................................... 44
2.12TikusWistar (Rattusnorvegicus) ................................................................... 46
3.1 KonsepPenelitian ........................................................................................... 52
4.1 SkemaRancanganPenelitian ........................................................................... 54
4.2 BaganHubunganantarVariabel ....................................................................... 60
5.1 GrafikPerbedaanRerataKolesterol Total antarKelompokSesudahPerlakuan . 71
5.2 GrafikPerbedaanRerataTrigliseridaantarKelompokSesudahPerlakuan ......... 72
5.3 GrafikPerbedaanRerataKolesterol LDL antarKelompokSesudahPerlakuan . 73
5.4 GrafikPerbedaanRerataKolesterol HDL antarKelompokSesudahPerlakuan . 75
5.5 GrafikPerbedaanRerataPakan yang
DimakanantarKelompokSesudahPerlakuan ................................................... 77
5.6
GrafikPerbedaanRerataKenaikanBeratBadanantarKelompokSesudahPerlakuan79

DAFTAR TABEL
15

Halaman
2.1 ProfilStandarAsamLemakpadaVirgin Coconut Oil .................................... 28
2.2 Data BiologisTikusWistar ........................................................................... 47
5.1 HasilAnalisisDeskriptif Data Kolesterol Total, Trigliserida, LDL dan
HDL ............................................................................................................ 68
5.2 HasilUjiNormalitas Data Kolesterol Total, Trigliserida, LDL dan HDL.. . 69
5.3 HasilUjiNormalitasSetelahTransformasi Data ............................................ 69
5.4 PerbedaanRerataKolesterol Total
antarKelompokSesudahDiberikanPerlakuan .............................................. 70
5.5 PerbedaanRerataTrigliseridaantarKelompokSesudahDiberikanPerlakuan . 71
5.6 PerbedaanRerataKolesterol LDL
antarKelompokSesudahDiberikanPerlakuan .............................................. 73
5.7 PerbedaanRerataKolesterol HDL
antarKelompokSesudahDiberikanPerlakuan .............................................. 74
5.8 HasilUjiNormalitas Data Pakan yang Dimakan.......................................... 75
5.9 PerbedaanRerataPakan yang
DimakanantarKelompokSesudahDiberikanPerlakuan ................................ 76
5.10 HasilUjiNormalitas Data BeratBadan...................................................... ... 78
5.11
PerbedaanRerataKenaikanBeratBadanantarKelompokSesudahDiberikanPerlakuan 78
6.1 PerhitunganKalori Diet KelompokKontroldanKelompokPerlakuan. ......... 88
16

DAFTAR SINGKATAN

AAM = Anti-Aging Medicine


ABC-1 = ATP Binding Cassette transporter-1
ABCA1 = ATP Binding Cassette Sub-Family A, Member 1
ABCG1 = ATP Binding Cassette Sub-Family G, Member 1
ACAT = Acyl-CoA: Cholesterol Transferase
ACC = Acetyl-CoA Carboxylase
ACO = Acyl CoA Oxidase
AdipoRon = Adiponectin Receptor Agonist
AdipoR1 =Adiponectin Receptor 1
AdipoR2 =Adiponectin Receptor 2
ADRP = Adipose Differentiation Related Protein
AMPK = AMP- activated protein kinase
APCC = Asian and Pacific Coconut Community
Apo = Apolipoprotein
Apo A = Apolipoprotein A
ATP = Adenosine Tri Phoshate
CAT = Catalase
CBP/p300 = CREB-Binding Protein
CD36/ FAT = Cluster of Differentiation 36/ Fatty Acid Translocase
CE = Cholesterol Ester
CETP = CholesterolEster Transfer Protein
CPT-I = Carnitine PalmitoylTransferase-I
CO2 =Carbondioxide
COX2 = Cyclooxigenase 2
CYP4 = Cytochrome P450 4A
DHEA = Dehydroepiandrosterone
DPPH = 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl
17

eEF2K = Eukaryotic Elongation Factor-2 Kinase


ERK = Extracellular signal –Related Kinase
FABP = Fatty Acid Binding Protein
FAS = Fatty Acid Synthase
FFA = Free Fatty Acid
G6Pase = Glucose-6-Phosphatase
G6PD = Glucose-6-Phosphate Dehydrogenase
GAE = Gallic Acid Equivalent
GLUT-4 = Glucose Transporter type 4
GPx = Gluthatione Peroxidase
GSK3 = Glycogen Synthase Kinase 3
HDL = High Density Lipoprotein
HIV = Human Immunodeficiency Virus
HMG-CoA = 3-hydroxy-3-methyl-glutaryl-coenzyme A
IL-1 = Interleukin-1
L = Ligan
LCAT = Lecithin Cholesterol Acyltransferase
LCFA = Long Chain Fatty Acid
LCT = Long Chain Triglyceride
LDL = Low Density Lipoprotein
LKB1 = Liver Kinase B1
LPL = Lipoprotein Lipase
MCD = Malonyl-CoA Decarboxylase
MCFA = Medium Chain Fatty Acid
MCT = Medium Chain Triglyceride
MCP-1 = Monocyte Chemostatic Protein-1
M-CSF = Macrophage Colony Stimulating Factor
MDA = Malondialdehid
MKP = Mitogen –activated protein Kinase Phosphatase
MRNA = Messenger Ribonucleic Acid
mTOR = Mammalian Target of Rapamycin
18

MUFA = Monounsaturated Fatty Acid


NADPH = Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate Hydrogen
NCEP ATP = National Cholesterol Education Program Adult Treatment Panel
NF-κB = Nuclear Factor Kappa-Light-Chain-Enhancer of Activated B
cells
NO = Nitric Oxide
OxLDL = Oxidized Low Density Lipoprotein
PDGF = Platelete Derived Growth Factor
PDH = Pyruvate Dehydrogenase
PEPCK = Phosphoenolpyruvate carboxykinase
PFK2 = Phosphofructokinase 2
PI3K = Phosphatidylinositol-3-Kinase
PKA = Protein Kinase A
PKC = Protein Kinase C
PL = Phospholipid
PPAR-α = Peroxisome Proliferator-Activated Receptor Alpha
PPP = Pentose Phosphate Pathway
PPRE = Peroxisome Proliferator Response Element
PUFA = Polyunsaturated Fatty Acid
RBD = Refining Bleaching Deodorizing
ROS = Reactive Oxygen Species
RNS = Reactive Nitrogen Species
RXR = Retinoic Acid Receptor
SCFA = Short Chain Fatty Acid
SFA =Saturated Fatty Acid
SOD = Superoxide Dismutase
SR-A = Scavenger-A
SR-B1 = Scavenger Receptor class B type 1
SRC-1 = Steroid Receptor Coactivator 1
SREBP-1 = Sterol Regulatory Element Binding Protein-1
TG =Trigliserida
19

TNF-α = Tumor Necrosis Factor-α


UCP 1 = Uncoupling protein 1
UCP2 = Uncoupling protein 2
VCO = Virgin Coconut Oil
VCM-1 = Vascular Cell Adhesion Molecule-1
VLDL = Very Low Density Lipoprotein

DAFTAR LAMBANG

α = alfa

β = beta

γ = gamma

κ = kappa
20

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1.KeteranganKelaikanEtik(Ethical Clearance) ..................................104
Lampiran 2.HasilAnalisisKomponenAsamLemakVirgin Coconut Oil ..............105
Lampiran 3. HasilAnalisisMutuVirgin Coconut Oil ...........................................107
Lampiran 4. TabelKonversiPerhitunganDosisuntukBeberapaJenisHewan
danManusia ....................................................................................108
Lampiran 5. Data PenelitianProfil Lipid .............................................................109
Lampiran 6. Data SisaPakan ...............................................................................110
Lampiran 7. Data BeratBadanTikus....................................................................111
Lampiran 8. PerhitunganKaloriPakan yang Dimakan ........................................112
Lampiran 9. HasilAnalisis Data StatistikProfil Lipid .........................................113
Lampiran10. HasilAnalisis Data StatistikPakan yang Dimakan .........................117
Lampiran 11. HasilAnalisis Data StatistikBeratBadanTikus ..............................119
Lampiran 12. FotoPenelitian ...............................................................................121
21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap manusia pasti ingin memasuki usia lanjut dengan keadaan sehat

jasmani dan rohani. Jika kita dapat mewujudkannya, mungkin itu adalah salah

satu anugerah terindah.Penuaan (aging) adalah suatu fase kehidupan dimana

keadaan sel tubuh tidak berkembang lagi dan tidak mampu memperbaiki diri.

Pada umumnya manusia menganggap bahwa keluhan sakit adalah proses alamiah

yang merupakan takdir jika sudah berusia lanjut, tanpa berpikir bagaimana cara

untuk tetap sehat jasmani dan rohani saat berusia lanjut.

Perkembangan penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia maupun di dunia

dari tahun ke tahun jumlahnya meningkat. Jumlah lansia di dunia tahun 2013

sebanyak 13,4%, tahun 2050 diperkirakan meningkat menjadi 25,3%, dan tahun

2100 diperkirakan meningkat menjadi 35,1% dari total penduduk. Adapun jumlah

lansia di Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 8,9%, tahun 2050 diperkirakan

meningkat menjadi 21,4% dan tahun 2100 diperkirakan meningkat menjadi 41%

dari total penduduk (Pusat data dan informasi kementerian kesehatan Republik

Indonesia, 2014). Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (KESRA)

melaporkan usia harapan hidup penduduk Indonesia cenderung meningkat dimana

pada tahun 1980 usia harapan hidup 52,2 tahun, sedangkan pada tahun 2020

perkiraan usia harapan hidup lansia Indonesia mencapai 71,1 tahun (Hermana,

2007).
22

Anti Aging Medicine menganggap serta memperlakukan penuaan sama

seperti penyakit dimana proses penuaan ini dapat dihindari, diobati, dicegah,

diperlambat, bahkan mungkin dihambat, dan kualitas hidup dipertahankan. Faktor

penyebab proses penuaan (aging) dikelompokan menjadi faktor internal dan

faktor eksternal. Beberapa faktor internal yang memegang peranan terhadap

terjadinya proses penuaan (aging) ialah radikal bebas, hormon yang berkurang,

proses glikosilasi, apoptosis, sistem kekebalan tubuh yang menurun dan gen.

Beberapa faktor eksternal yang berpengaruh terhadap proses aging ialah gaya

hidup tidak sehat, diet tidak sehat, kebiasaan yang salah, polusi lingkungan, stres

dan kemiskinan (Pangkahila, 2007).

Dislipidemia merupakan salah satu masalah kesehatan yang terjadi di

masyarakat, baik di Indonesia maupun di dunia dan angka kejadiannya terus

meningkat.Hal ini dikarenakan adanya perubahan pola hidup pada masyarakat

yaitu pola makan tidak sehat yang mengandung tinggi kalori dan tinggi lemak,

serta pola hidup sedentari dimana aktivitas fisik sehari-hari sangat minimal.Data

dari The National Health and Nutrition Examination Survey menunjukkan 53%

dari 105,3 juta penduduk Amerika memiliki kadar lipid yang abnormal (Toth et

al., 2012). Di Indonesia prevalensi dislipidemia semakin meningkat. Penelitian

MONICA(Monitoring Trends and Determinants of Cardiovascular Disease) di

Jakarta pada tahun 2000 mencatat sebanyak 1856 responden yang terdiri dari

60,3% wanita dan 39,7% laki-laki, diperoleh hasil kolesterol total > 250 mg/dl

sebanyak 27,7%, kolesterol total ≥ 200 mg/dl sebanyak 56,5%, HDL ≤ 40 mg/dl

sebanyak 47,3%, LDL ≥ 160 mg/dl sebanyak 28,8% dan trigliserida ≥ 160 mg/dl
23

sebanyak 22% (Supari, 2002).Dislipidemia biasanya muncul tanpa gejala dan baru

disadari oleh penderitanya bila penyakit seperti hipertensi, stroke, diabetes

melitus, penyakit jantung koroner, disfungsi ereksi dan penyakit lainnya sudah

terjadi.

Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai peningkatan

kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida diatas nilai normal serta penurunan

kolesterol HDL di dalam darah (Adam, 2006).WHO menyebutkan bahwa

dislipidemia berhubungan dengan lebih dari setengah dari seluruh kasus penyakit

jantung iskemik di dunia serta menyebabkan 4 juta kematian per tahun (WHO,

2002). Dislipidemia mempercepat proses penuaan karena dikemudian hari

berdampak pada terjadinya arteriosklerosis dan menyebabkan penyakit jantung

koroner. Pencegahan dan penanganan dislipidemia sangatlah penting, penurunan

kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL) sebesar 1 mg/dl menurunkan

risikokardiovaskuler 1 %, dan peningkatan kadar kolesterol High Density

Lipoprotein (HDL) menurunkan risiko kardiovaskuler 2-3% (Tuminah, 2009).

Lemak jenuh kerap dianggap sebagai penyebab utama penyakit

kardiovaskular selama beberapa dekade.Hal ini membuat anggapan di masyarakat

bahwa hanya lemak jenuh yang meningkatkan resiko penyakit kardiovaskular.

Diet tinggi fruktosa dapat memperburuk profil lipid, meningkatkan jumlah

advanced glycation end products, meningkatkan LDL teroksidasi (oxLDL), dan

menyebabkan disfungsi endotel (DiNicolantonio et al., 2015). Sebuah studi kohort

prospektif terhadap manusia dalam rentang waktu 5 sampai 23 tahun

menunjukkan tidak ada bukti signifikan bahwa diet lemak jenuh berkaitan dengan
24

peningkatan resiko penyakit jantung koroner maupun stroke (Siri-Tarino et al.,

2010).

Minyak kelapa mengandung 92% lemak jenuh sehingga dianggap dapat

meningkatkan risiko aterosklerosis dan penyakit jantung koroner (Dayrit,

2003).Tidak semua asam lemak jenuh/ saturated fatty acid (SFA) buruk bagi

kesehatan. Lemak jenuh tidak hanya satu jenis saja, melainkan terdiri dari 3 sub

grup, yaitu: asam lemak rantai pendek/ short chain fatty acid (SCFA) (C4-C6),

asam lemak rantai sedang/ medium chain fatty acid (MCFA) (C8-C12), dan asam

lemak rantai panjang/ long chain fatty acid (LCFA) (≥C14) (Dayrit, 2003; Kabara,

2005). Perbedaan panjang rantai karbon dalam asam lemak yang terkandung

dalam komposisi minyak menentukan absorbsi, transportasi, dan metabolismenya

(Takeuchi et al., 2008; Roy, 2013).Lemak jenuh pada minyak kelapa sangat

berbeda dengan lemak jenuh yang berasal dari hewan, karena lemak jenuh pada

minyak kelapa adalah jenis medium chain fatty acids atau asam lemak rantai

sedang(Uragoda et al., 2006).

Metode saat memproses minyak kelapa juga memiliki peranan. Minyak

kelapa yang diproduksi melalui proses refining, bleaching, dan deodorizing (RBD

process) berasal dari kelapa yang sudah kering (copra), kemudian minyak

dipanaskan pada suhu diatas 200°C, lalu melalui proses bleaching dengan zat

kimia kemudian ditambahkan lemak putih sejenis mentega yang biasa digunakan

pada pembuatan makanan olahan. Proses RBD pada minyak kelapa ini yang dapat

memperburuk profil lipid dan berkaitan dengan atherosklerosis (Brenna dan

Kothapalli, 2014).Virgin coconut oil atau VCO adalah minyak kelapa murni yang
25

berasal dari buah kelapa segar, yang diproses secara alamiah tanpa menggunakan

zat kimia atau bahan sintetik lainnya, tanpa melalui proses refining, bleaching,

dan deodorizing (RBD process) (Marina et al., 2009).

Minyak kelapa adalah campuran macam-macam trigliserida yang

mengandung komposisi asam lemak antara lain: kaproat C6:0 sebanyak 0,1-

0,95%, kaprilat C8:0 sebanyak 4-10%, kaprat C10:0 sebanyak 4-8%, laurat C12:0

sebanyak 45-56%, miristat C14:0 sebanyak 16-21%, palmitat C16:0 sebanyak 7,5-

10%, stearat C18:0 sebanyak 2-4%, oleat C18:1 sebanyak 4-10%, dan linoleat

C18:2 sebanyak 0,7-2,5% (APCC, 2009).

Pada virgin coconut oil terkandung medium chain triglycerides (MCT) dan

komponen antioksidan.VCO merupakan minyak yang komposisinya sebanyak

70% adalah asam lemak rantai sedang atau MCT(Liau et al., 2011).VCO

meregulasi oksidasi asam lemak via PPAR-α-dependent pathways (Arunima dan

Rajamohan, 2014).Kandungan antioksidan pada VCO didominasi oleh gugus

polifenol (Abujazia et al., 2012).Komponen polifenol diketahui dapat mencegah

oksidasi LDL pada tikus (Nurul-Iman et al., 2013).Komponen polifenol yang

ditemukan pada VCO yaitu terdiri dari asam ferulat, asam p-kumarat, asam

kafeatdan cathechin.VCO juga mengandung tocopherols, tocotrienols, dan

phytosterols dalam jumlah kecil(Krishna et al., 2010).Makanan yang mengandung

polifenol memiliki efek yang menguntungkan terhadap fungsi endotel (Grassi et

al., 2010).

Indonesia termasuk dalam tiga negara penghasil kelapa terbesar di dunia,

selain India dan Filipina (Direktorat Jendral Industri Agro dan Kimia Departemen
26

Perindustrian, 2009).Tanaman kelapa tumbuh subur di negara tropis seperti

Indonesia sehingga VCO sangat mudah didapatkan di negara kita.Pada saat ini

banyak sekali penelitian dilakukan untuk mencari bahan alami yang dapat

mencegah dan mengobati dislipidemia.Obat anti hiperlipidemia biasanya

dikonsumsi jangka panjang dan dapat menimbulkan efek samping seperti

miositis, rhabdomyolisis dan gangguan fungsi hati (Beckerman, 2014).Bahan

alami diharapkan dapat mencegah dan memperbaiki dislipidemia dengan aman,

dengan efek samping yang minimal, lebih mudah didapatkan dan harganya relatif

terjangkau.Beberapa tanaman telah diteliti memiliki efek hipolipidemik seperti

bawang putih (Dewi, 2011).Buah naga merah juga memiliki efek hipolipidemik

(Indriasari, 2012).Bahan herbal lain yang mudah didapatkan di Indonesia dan

harganya relatif terjangkau serta berpotensi mencegah dislipidemia yaitu virgin

coconut oil.

Penelitian terdahulu mengenai efek VCO pada tikus galur wistar yang

dibuat menjadi diabetes, lalu diberi diet VCO 10% selama 3 minggu menunjukkan

adanya perbaikan profil lipid yang signifikan pada kelompok perlakuan

(Akinnuga et al., 2014).Penelitian lainnya pada tikus spraque-dawley yang diberi

alkohol 30%, lalu diberi VCO dengan dosis 6,67ml/kg berat badan/ hari selama 4

minggu juga didapatkan hasil VCO mampu mempertahankan nilai profil lipid

mendekati normal (Dosumu et al., 2012). Penelitan terdahulu lainnya pada tikus

spraque-dawley yang diberi diet basal, lalu diberi VCO dengan variasi dosis 0,14

ml, 0,28 ml dan 0,42 ml per hari selama 100 hari didapatkan hasil profil lipid pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan tidak berbeda bermakna (Sagum et al.,
27

2010).

Virgin coconut oil yang beredar di pasaran kualitasnya berbeda-beda

(Novarianto dan Tulalo, 2007).Pada penelitian ini digunakan VCO yang

memenuhi standar mutu dari Asian and Pacific Coconut Community.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas,

maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah pemberian virgin coconut oil(Cocos nucifera)dapat mencegah

peningkatan kadar kolesterol total pada tikus putih (Rattus norvegicus)

jantan galur wistar yang diberi diet tinggi kolesterol?

2. Apakah pemberian virgin coconut oil(Cocos nucifera)dapat mencegah

peningkatan kadar kolesterol LDL pada tikus putih (Rattus norvegicus)

jantan galur wistar yang diberi diet tinggi kolesterol?

3. Apakah pemberian virgin coconut oil(Cocos nucifera)dapat mencegah

peningkatan kadar trigliserida pada tikus putih (Rattus norvegicus) jantan

galur wistar yang diberi diet tinggi kolesterol?

4. Apakah pemberian virgin coconut oil(Cocos nucifera)dapat mencegah

penurunan kadarkolesterol HDL pada tikus putih (Rattus norvegicus)

jantan galur wistar yang diberi diet tinggi kolesterol?


28

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Secara umum penelitian ini dilakukan untuk membuktikan pemberian

virgin coconut oil dapat mencegah dislipidemia pada tikus putih jantan galur

wistar yang diberi diet tinggi kolesterol.

1.3.2 Tujuan khusus

Adapun tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini, dapat diuraikan

sebagai berikut:

1. Membuktikan pemberian virgin coconut oil(Cocos nucifera)dapat

mencegah peningkatan kadar kolesterol total pada tikus putih (Rattus

norvegicus) jantan galur wistar yang diberi diet tinggi kolesterol.

2. Membuktikan pemberian virgin coconut oil(Cocos nucifera)dapat

mencegah peningkatan kadar kolesterol LDL pada tikus putih (Rattus

norvegicus) jantan galur wistar yang diberi diet tinggi kolesterol.

3. Membuktikan pemberian virgin coconut oil(Cocos nucifera)dapat

mencegah peningkatan kadar trigliserida pada tikus putih (Rattus

norvegicus) jantan galur wistar yang diberi diet tinggi kolesterol.

4. Membuktikan pemberian virgin coconut oil(Cocos nucifera)dapat

mencegah penurunan kadarkolesterol HDL pada tikus putih (Rattus

norvegicus) jantan galur wistar yang diberi diet tinggi kolesterol.


29

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat ilmiah

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah mengenai

peranan pemberian virgin coconut oil dalam mencegah dislipidemia pada

tikus putih jantan galur wistar yang diberi diet tinggi kolesterol.Selain itu,

hasil dari penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan ataupun

referensi untuk penelitian selanjutnya.

1.4.2 Manfaat praktis

Penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian virgin coconut oil

dapat mencegah dislipidemia pada tikus, maka perlu dilanjutkan dengan

uji klinis. Setelah melalui uji klinis, diharapkan penelitian ini dapat

memberikan informasi kepada masyarakat bahwa pemberian virgin

coconut oil dapat mencegah dislipidemia, sehingga dapat disosialisasikan

pada masyarakat.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Penuaan (Aging)

Penuaan adalah suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan

untukmemperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan

fungsi normalnya. Dengan begitu manusia secara progresif akan kehilangan daya

tahan terhadap infeksi, dan semakin banyak distorsi metabolik dan struktural yang

disebutsebagai penyakit degeneratif seperti hipertensi, aterosklerosis, diabetes

melitus, dan kanker (Pangkahila, 2007). Penyakit ini sering kali merupakan

penyebab kematian utama di berbagai negara hingga merupakan fokus perhatian

yang sangat tinggi di bidang kedokteran terutama cara pencegahan dan

penanganannya (Goldsmith, 2009).

Usia harapan hidup manusia semakin meningkat berkat kemajuan yang

pesat di bidang kesehatan. Peningkatan usia kronologis (pertambahan umur

berdasarkan tahun kelahiran) tersebut tidak selalu diikuti oleh usia biologis,

sehingga masalah-masalah kesehatan yang berkaitan dengan penuaan juga

cenderung meningkat. Usia biologis yang mencerminkan perfoma fisiologis

inilah yang menjadi pusat perhatian pada Kedokteran Anti Penuaan (Anti

Aging Medicine). Bidang ini memiliki konsep bahwa penuaan dianggap

sebagai suatu penyakit, yang artinya dapat dicegah, diobati bahkan

dikembalikan lagi seperti semula. Konsep ini mencerminkan adanya suatu

paradigma baru yang sangat berkebalikan dengan pandangan umum yang

30
31

telah ada sebelumnya, yaitu menjadi tua adalah takdir manusia yang sudah

digariskan dan karenanya tidak dapat ditolak (Pangkahila, 2007).

Proses penuaan biologis ini terjadi secara perlahan-lahan dan dapat

dibagi menjadi beberapa tahapan, antara lain (Pangkahila, 2007):

1. Tahap subklinik (usia 25 - 35 tahun):

Usia ini dianggap usia muda dan produktif, tetapi secara biologis

mulai terjadi penurunan kadar hormon di dalam tubuh, seperti growth

hormone, testosteron dan estrogen. Walaupuntelahterjadipenurunan

tetapibelum terjadi tanda-tanda penurunan fungsi fisiologis tubuh.

2. Tahap transisi (usia 35 - 45 tahun):

Pada tahap ini mulai dirasakan gejala penuaan seperti tampilan fisik

yang tidak muda lagi, seperti penumpukan lemak di daerah sentral,

rambut putih mulai tumbuh, penyembuhan lebih lama, kulit mulai

berkeriput, penurunan kemampuan fisik dan dorongan seksual hingga

berkurangnya gairah hidup. Radikal bebas mulai merusak ekspresi

genetik yang dapat bermanisfestasi pada berbagai penyakit. Terjadi

penurunan lebih jauh kadar hormon-hormon tubuh yang mencapai 25%

dari kadar optimal.

3. Tahap klinik (usia 45 tahun ke atas):

Gejala dan tanda penuaan menjadi lebih nyata yang meliputi

penurunan semua fungsi sistem tubuh, antara lain sistem imun,

metabolisme, endokrin, seksual dan reproduksi, kardiovaskuler,

gastrointestinal, otot dan saraf. Penyakit degeneratif mulai terdiagnosis,


32

aktivitas dan kualitas hidup berkurang akibat ketidakmampuan baik

fisik maupun psikis yang sangat terganggu.

2.2. Diet Tinggi Kolesterol

Masyarakat sering kali mempunyai pola makan yang tidak seimbang

karena terlalu banyak mengandung karbohidrat dengan indeks glikemik yang

tinggi seperti roti-rotian, biskuit, minuman soda, dan juga tinggi kolesterol hewani

dan sangat sedikit makanan berserat seperti sayur dan buah-buahan. Saat ini juga

sangat banyak restoran cepat saji (fast food) yang menawarkan ayam kentucky,

kentang goreng,burger, hotdog dimana kalori makanan tersebut tinggi.

Aktivitas fisik manusia semakin berkurang dengan berkembangnya

teknologi untuk mempermudah kehidupan seperti kendaraan bermotor, eskalator,

lift dan lain-lain. Kalori tinggi yang dikonsumsi lewat makanan menyebabkan

kelebihan kalori dan lemak. Jika terjadi kelebihan lemak maka kelebihan lemak

tersebut akan disimpan sebagai cadangan energi pada sel lemak dan jaringan

lemak (adiposit dan jaringan adiposa).

Diet tinggi kolesterol merupakan salah satu penyebab tingginya asam

lemak bebas di sirkulasi darah. Asupan tinggi kolesterol, lemak jenuh dan lemak

trans meningkatkan kadar trigliserida, LDL dan kolesterol total. Makanan tinggi

karbohidrat juga dapat meningkatkan kadar trigliserida dan menurunkan HDL

(Sorace et al., 2006). Asam lemak trans diproduksi dari minyak nabati dengan

cara hidrogenasi. Sumber asam lemak trans dalam diet biasanya berasal dari

produk yang terbuat dari minyak terhidrogenasi parsial seperti biskuit asin
33

(crackers), kue kering manis (cookies), donat, roti, dan makanan lain seperti

kentang goreng atau ayam yang digoreng memakai minyak nabati yang

dihidrogenasi (Mozzafarian et al., 2006).

Adiposit dan jaringan adiposa menyimpan sejumlah lemak termasuk

trigliserida dan kolesterol. Hipertropi adiposit dan akumulasi jaringan adiposa

membentuk adiposit patogenik yang disebut adiposopathy, menstimulasi

peningkatan TNF-α sehingga mengakibatkan peningkatan sirkulasi lipid,

patogenesis ini yang sekarang dipercaya sebagai landasan teori relasi kelebihan

lemak tubuh dan dislipidemia (Bays et al., 2013; Huvers et al., 2007).

2.3 Lemak

Di dalam tubuh, lipid berfungsi sebagai sumber cadangan energi,

komponen struktur sel, sintesis hormon dan salah satu perlindungan

tubuh.Lipidumumnya tidak larut di dalam air.Oleh karena sifat lipid yang sulit

larut dalam air, maka perlu dibuat bentuk terlarut. Untuk itu dibutuhkan suatu zat

pelarut yaitu suatu protein yang dikenal dengan nama apolipoprotein atau

apoprotein. Pada saat ini dikenal sembilan jenis apoprotein yang diberi nama

secara alfabetis yaitu Apo A, Apo B, Apo C, dan Apo E. Senyawa lipid dengan

apoprotein ini dikenal dengan nama lipoprotein.

Lipoprotein merupakan suatu makromolekul berbentuk bola dan bagian

dalamnya terdiri dari lemak-lemak netral seperti trigliserida dan kolesterol ester,

sedangkan permukaannya yang bersifat polar terdiri dari apolipoprotein,

fosfolipid dan kolesterol bebas.Adanya komponen polar inilah yang menyebabkan


34

lipoprotein dapat larut dalam plasma.Setiap jenis lipoprotein mempunyai Apo

tersendiri, sebagai contoh untuk VLDL, IDL dan LDL mengandung Apo B100,

Apo B48 ditemukan pada kilomikron. Apo A1, Apo A2, dan Apo A3 ditemukan

terutama pada lipoprotein HDL dan kilomikron (Adam, 2006).

Berdasarkan komposisi, densitas, dan mobilitasnya, lipoprotein dibedakan

menjadi kilomikron, Very Low Density Lipoprotein (VLDL), Intermediate

DensityLipoprotein (IDL), Low Density Lipoprotein (LDL), dan High Density

Lipoprotein (HDL).

Secara klinis, lemak yang penting adalah (Lichtenstein dan Jones, 2006):

1. Fosfolipid

Fosfolipid merupakan lipid utama dalam struktur membran sel.

Fosfolipid merupakan derivat phosphatidic acid (Botham dan Mayes,

2009).Fosfolipid utama yang merupakan komponen primer membran lipid

bilayer adalah lecithin (phosphatidylcholine).Lecithin juga merupakan

komponen utama pada lipoprotein.Lecithin dibuat oleh tubuh secara de

novo dan banyak juga ditemukan dalam makanan seperti hati, kuning telur,

kacang kedelai, kacang polong, bayam dan biji gandum (Gallagher, 2008).

2. Trigliserida

Trigliserida terbentuk dari 3 asam lemak dan gliserol.Sebagian

besar lemak dan minyak di alam terdiri atas 97 persen trigliserida, sisanya

berbentuk kolesterol dan fosfolipid.Lemak disimpan di dalam tubuh dalam

bentuk trigliserida. Apabila sel membutuhkan energi, enzim lipase dalam

sel lemak akan memecah trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak
35

bebas serta melepaskannya ke dalam pembuluh darah (Gallagher, 2008).

3. Kolesterol

Kolesterol dalam plasma darah dan jaringan berada dalam bentuk

bebas, dapat juga dalam bentuk ester dengan asam lemak.Kolesterol

merupakan komponen struktural esensial membran sel dan lapisan luar

lipoprotein plasma. Kolesterol disintesis oleh berbagai jaringan dari asetil

KoA dan merupakan prekursor kortikosteroid, hormon seks, asam empedu

dan vitamin D. Hepar menghasilkan lebih dari 50 persen kolesterol dalam

tubuh yaitu sekitar 700 mg/dl dan selebihnya dari makanan yang

dikonsumsi. Kolesterol yang berasal dari makanan biasanya berbentuk

kolesterol ester (Botham dan Mayes, 2009).

4. Asam Lemak

Asam lemak merupakan asam monokarboksilat rantai panjang.

Adapun rumus umum dari asam lemak adalah: CH3(CH2)nCOOH atau

CnH2n+1-COOH.Rantai asam lemak terdapat 3 jenis yaitu (Dayrit, 2003;

Kabara, 2005):

a. Asam lemak rantai pendek/ short chain fatty acids, terdiri dari ≤ 6

ikatan karbon

b. Asam lemak rantai sedang/ mediumchain fatty acids, terdiri dari 8-12

ikatan karbon

c. Asam lemak rantai panjang/ long chain fatty acids, terdiri dari ≥14

ikatan karbon.

Perbedaan panjang rantai asam lemak ini menyebabkan perbedaan


36

absorpsi dan metabolisme asam lemak tersebut (Takeuchi et al., 2008;

Roy, 2013).

2.3.1 Metabolisme Lemak

Hasil akhir dari pemecahan lipid dari makanan adalah asam lemak

dan gliserol.Jika sumber energi dari karbohidrat telah mencukupi, maka

asam lemak mengalami esterifikasi yaitu membentuk ester dengan gliserol

menjadi trigliserida sebagai cadangan energi jangka panjang.Jika sewaktu-

waktu tak tersedia sumber energi dari karbohidrat barulah asam lemak

dioksidasi, baik asam lemak dari diet maupun dari cadangan trigliserida

jaringan. Proses pemecahan trigliserida ini dinamakan lipolisis. Proses

oksidasi asam lemak dinamakan oksidasi beta dan menghasilkan asetil

KoA. Selanjutnya asetil KoA akan masuk ke dalam siklus asam sitrat

untuk menghasilkan energi.

Jika kebutuhan energi sudah mencukupi, asetil KoA dapat

mengalami lipogenesis menjadi asam lemak dan disimpan sebagai

trigliserida.Beberapa lipid non gliserida disintesis dari asetil KoA.Asetil

KoA mengalami kolesterogenesis menjadi kolesterol.Selanjutnya

kolesterol mengalami steroidogenesis membentuk steroid.Asetil KoA

sebagai hasil oksidasi asam lemak juga berpotensi menghasilkan badan-

badan keton (aseto asetat, hidroksi butirat dan aseton). Proses ini

dinamakan ketogenesis. Badan-badan keton dapat menyebabkan gangguan

keseimbangan asam-basa yang dinamakan asidosis metabolik (Alberti,


37

2005).

Perbedaan panjang rantai asam lemak menyebabkan perbedaan

absorpsi dan metabolisme asam lemak tersebut.Asam lemak rantai pendek

dibentuk di usus halus oleh bakteri usus dan dimetabolisme dengan cepat

oleh sel intestinal. Asam lemak rantai sedang akan diabsorpsi dan diangkut

langsung ke hepar dan dioksidasi menjadi energi. Asam lemak rantai

panjang membutuhkan asam empedu untuk dicerna, lalu akan diubah ke

dalam bentuk trigliserida yang akan diambil oleh sel untuk memproduksi

energi atau disimpan dalam sel (Roy, 2013).

Gambar 2.1
Metabolisme lemak (Lichtenstein dan Jones,2006)
38

2.3.2 Transportasi Lemak

2.3.2.1 Jalur eksogen

Trigliserida dan kolesterol yang berasal dari makanan dalam usus

dikemas sebagai kilomikron.Kilomikron ini akan masuk ke

saluranlimfe, melaluiduktus torasikus masuk ke dalam aliran darah.

Trigliserida dalam kilomikron akan mengalami hidrolisis oleh enzim

lipoprotein lipase (LPL) yang berasal dari endotel menjadi asam lemak

bebas dan kilomikron remnan. Asam lemak bebas akan menembus endotel

dan masuk ke dalam jaringan lemak atau sel otot untuk diubah menjadi

trigliserida kembali (disimpan sebagai cadangan lemak) atau dioksidasi

menjadi energi. Kilomikronremnan adalah kilomikron yang telah

dihilangkan sebagian besar trigliseridanya sehingga ukurannya mengecil

tetapi jumlah kolesterol ester tetap. Kilomikron remnan ini akan

dibersihkan oleh hati dari sirkulasi dengan mekanisme endositosis oleh

lisosom. Hasil metabolisme ini berupa kolesterol bebas yang akan

digunakan untuk berbagai struktur (membran plasma, mielin, hormon

steroid, dsb), disimpan dalam hati sebagai kolesterol ester lagi atau

dieksresi ke dalam empedu atau diubah lagi menjadi lipoprotein endogen

yang dikeluarkan ke dalam plasma (Adam, 2006).

2.3.2.2 Jalur endogen

Trigliserida dan kolesterol di hati akan disekresi ke dalam

sirkulasi sebagai lipoprotein VLDL. Dalam sirkulasi, VLDL akan

mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase dan akan


39

berubah menjadi IDL yang juga akan mengalami hidrolisis menjadi LDL.

LDL adalah lipoprotein yang paling banyak mengandung kolesterol

(Suyatna, 2007). Sebagian LDL akan dibawa ke hati dan jaringan

steroidogenik lainnya seperti kelenjar adrenal, testis, dan ovarium yang

mempunyai reseptor untuk kolesterol LDL. Sebagian lagi dari LDL

akan mengalami oksidasi dan ditangkap oleh reseptor scavenger-A (SR-

A) di makrofag dan akan menjadi sel busa (foam cell). Makin banyak

LDL dalam plasma, makin banyak yang akan mengalami oksidasi dan

ditangkap oleh selmakrofag (Adam, 2006).

Gambar 2.2
Perbandingan jalur eksogen dan jalur endogen (Rader dan Hobbs, 2005)
40

2.3.2.3 Jalur reverse cholesterol transport

HDL memiliki beberapa fungsi protektif, seperti menjaga fungsi

endotel, anti-oksidatif, anti-inflamasi, dan anti-agregasi. Kapasitas HDL

untuk mengangkut lipid intrasel dan peranannya dalam reverse cholesterol

transport merupakan yang terpenting. Reverse cholesterol transport ini

merupakan jalur kunci untuk terjadinya efluks molekul kolesterol menuju

akseptor ekstraseluler untuk kemudian dibawa ke hepar dan dimetabolisme

menjadi asam empedu (Lesna et al., 2008).

HDL dilepaskan sebagai partikel kecil miskin kolesterol

mengandungapolipoprotein A,C dan E disebut HDL nascent. HDL nascent

yang berasal dari usus halus dan hati, mengandung apolipoprotein

A1. HDL nascentakan mendekati makrofag untuk mengambil kolesterol

bebas yang tersimpan dimakrofag. Agar dapat diambil oleh HDL nascent,

kolesterol bebas yang terletak di bagian dalam makrofag harus dibawa ke

permukaan membran sel makrofag oleh suatu transporter yang disebut

ATP binding cassettetransporter-1 atau disingkat ABC-1.Setelah itu HDL

nascent berubah menjadi HDL dewasa.

Setelah mengambil kolesterol bebas dari sel makrofag, kolesterol

bebas tersebut akan diesterifikasi menjadi kolesterol ester oleh enzim

lecithin cholesterol acyltransferase (LCAT). Selanjutnya sebagian

kolesterol ester dibawa oleh HDL akan mengambil 2 jalur. Jalur pertama,

kolesterol ester langsung ke hepar dan ditangkap oleh scavenger receptor


41

class B type 1 atau dikenal dengan SR-B1.Jalur kedua, kolesterol ester

dalam HDL akan dipertukarkan dengan trigliserida dari VLDL dan IDL

dengan bantuan cholesterolester transfer protein (CETP) untuk dibawa

kembali ke hepar. Semakin tinggi kadar HDL, bersifat protektif terhadap

oksidasi LDL (Adam, 2006).

Gambar 2.3
Jalur reverse cholesterol transport (Heinecke, 2012)

Pada suatu penelitian mengenai diet tinggi PUFA ditemukan bahwa PUFA

menurunkan HDL serta menurunkan ekspresi gen ABCA1 dan ABCG1 di

makrofag sehingga fungsi efluks kolesterol terganggu (Lesna et al., 2008).

2.4 Dislipidemia dan Aging

Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai

oleh peningkatan kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida diatas nilai normal

serta penurunan kolesterol HDL di dalam darah (Adam, 2006).Etiologi


42

dislipidemia terbagi menjadi dua yaitu dislipidemia primer dan dislipidemia

sekunder.Dislipidemia primer merupakan gangguan metabolisme lipid yang

diakibatkan oleh faktor genetik.Dislipidemia sekunder disebabkan oleh penyakit

atau keadaan yang mendasari.Dislipidemia sekunder banyak ditemukan di

masyarakat. Penyebab utama dislipidemia sekunder di negara berkembang yaitu

pola hidup sedentari dengan intake makanan yang mengandung lemak jenuh,

asam lemak trans dan kolesterol berlebih Beberapa jenis penyakit penyebab

dislipidemia yaitu diabetes mellitus, hipotiroid, sindrom nefrotik, gangguan hati,

gagal ginjal kronis, alkohol dan beberapa jenis obat-obatan (Harper, 2012).

Pilar utama pengelolaan hiperlipidemia adalah upaya non-farmakologi

yang meliputi modifikasi diet, latihan jasmani serta pengelolaan berat badan.Pada

umumnya hiperkolesterolemia ringan masih dapat dikendalikan dengan diet

rendah kalori.Pada kasus berat atau bersifat herediter, maka diet rendah kalori saja

kurang adekuat dan perlu digunakan obat-obat hipolipidemik.Pengendalian ini

dituntut seumur hidup, sehingga obat hipolipidemik digunakan jangka panjang

(Anwar, 2004).Obat hipolipidemik yang menjadi gold standard saat ini adalah

golongan statin. Statin bekerja dengan cara menghambat sintesis kolesterol dalam

hati, dengan menghambat enzim HMG-CoA reduktase. Obat hipolipidemik

golongan lain seperti fibrat, resin, asam nikotinat, probukol, ezetimibe (Suyatna,

2007).

Salah satu penyebab penuaan (aging) adalah radikal bebas.Dislipidemia

merupakan salah satu penyebab stres oksidatif.Pada dislipidemia terjadi

peningkatan produksi O2-• oleh sel endotel. Peningkatan kadar O2-• juga akan
43

menyebabkan degradasi NO serta akan memproduksi radikal bebas lainnya (Hua

dan Harrison, 2000). Peroksidasi lipid juga merupakan sumber terbentuknya

radikal bebas.Peroksidasi (auto-oksidasi) lipid dapat menimbulkan kerusakan

pada jaringan, sehingga menyebabkan kanker, inflammatory diseases,

aterosklerosis dan penuaan (Botham dan Mayes, 2009).Asam lemak tak jenuh

lebih rentan terhadap peroksidasi lipid, terutama PUFA, sehingga dapat

membentuk radikal bebas (Peat, 2006; Fife, 2005).

Kadar produk peroksidasi lipid (malondialdehid) pada dislipidemia

meningkat hingga 2,48 kali pada manusia dengan dislipidemia dibandingkan

kontrol. Peningkatan stres oksidatif juga semakin nyata seiring dengansemakin

berat derajat dislipidemia (Rui-Li et al., 2008).General aging, terutama aging of

thebrain ditemukan berkaitan erat dengan peroksidasi lipid.Peroksidasi lipid

terlibat dalam terjadinya degenerasi sel saraf pada penyakit Alzheimer (Peat,

2006).Selain menyebabkan peningkatan produksi radikal bebas, dislipidemia juga

berhubungan dengan menurunnya sistem antioksidan tubuh.Kadar enzim

superoxide dismutase (SOD) dan glutathion peroxidase (GPx) lebih rendah

aktivitasnya pada manusia hiperkolestrolemia dibanding kontrol (Rui-Li et al.,

2008).

Dislipidemia juga menginisiasi perkembangan terjadinya aterosklerosis.

LDL teroksidasi (oxLDL) akan menstimulasi ekspresi endotelial yaitu VCM-1

(vascular cell adhesion molecule-1) dan MCP-1 (monocyte chemostatic protein-1)

yang akan menarik monosit menembus lapisan endotel dan masuk ke dalam

tunika intima. Ox-LDL juga menstimulasi ekspresi M-CSF (macrophage colony


44

stimulating factor) yang akan mengubah monosit yang telah masuk ke dalam

intima menjadi makrofag. Ox-LDL akan difagosit oleh makrofag melalui LDL

scavenger receptor, membentuk sel busa (foam cell). Kerusakan bertambah berat

saat sel otot polos pembuluh darah dan sel endotel mensekresi sitokin dan growth

factor seperti PDGF (platelete derived growth factor), IL-1 (interleukin-1), dan

TNF yang akan menstimulasi sel otot polos berproliferasi dan migrasi, juga

diproduksi matriks ekstraselular seperti kolagen, sehingga terbentuklah plak

fibrosa yang merupakan plak aterosklerotik. Plak menonjol ke arah lumen arteri

sehingga menghambat aliran darah (Jaarin et al., 2014). Dengan demikian, adanya

dislipidemia akan mempercepat proses penuaan.

2.5 Virgin Coconut Oil

Dalam dunia kekerabatan dunia tumbuh-tumbuhan, tanaman kelapa

diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom: Plantae

Subkingdom: Tracheobionta

Super Divisio: Spermatophyta

Divisio: Magnoliophyta

Class: Liliopsida

Subclass: Arecidae

Ordo: Arecales

Famili: Arecaceae

Genus: Cocos L.
45

Spesies: Cocos nucifera L. (USDA, 2014).

2.5.1 Manfaat virgin coconut oil

Kelapa (Cocos Nucifera) merupakan buah yang tidak asing lagi di negara-

negara tropis dan telah dikonsumsi selama ribuan tahun.Minyak kelapa murni

(virgin coconut oil) merupakan minyak kelapa yang dihasilkan dari pengolahan

daging buah kelapa tanpa melakukan pemanasan atau dengan pemanasan suhu

rendah sehingga menghasilkan minyak kelapa dengan warna jernih, tidak berbau

tengik, tidak terasa asam, dan terbebas dari radikal bebas akibat pemanasan

(Marina et al., 2009).

Penelitian pada tikus, virgin coconut oil memiliki efek anti-inflamasi,

analgesik serta antipiretik (Intahpuak et al., 2010). Sebagai anti bakteri, VCO

secara efektif melawan Staphylococcus aureus pada tikus (Manohar et al.,

2013).Sebagai anti fungi, VCO secara in vitro dapat melawan spesies Candida

(Ogbulu et al., 2007).

Virgin coconut oil juga mengandung antioksidan. Kandungan antioksidan

pada VCO didominasi oleh gugus polifenol.Komponen polifenol juga dapat

mencegah oksidasi LDL in vitro pada tikus (Nurul-Iman et al., 2013).Kadar

polifenol total dalam VCO sekitar 84 mg per 100 gram minyak (Jaarin et al.,2014;

Arunima dan Rajamohan, 2013). Komponen polifenol utama yang ditemukan

pada VCO yaitu asam ferulatdanasam p-kumarat.Selain itu juga ditemukan asam

kafeat, cathechin, tocopherols, tocotrienols, dan phytosterols dalam jumlah

kecil(Krishna et al., 2010).Efek antioksidan dari VCO dikatakan berimbang

dengan vitamin E dalam mencegah peroksidasi lipid (Santos et al., 2007).


46

VCO juga dapat mencegah terjadinya hipertensi pada tikus dikarenakan

polifenol dapat menstimulasi pengeluaran nitric oxide (NO) (Nurul-Iman et al.,

2013).VCO mampu meningkatkan sekresi insulin pada tikus diabetes, hal ini

dikarenakan asam laurat memiliki efek insulino-tropic (Iranloye et al.,

2013).VCO juga dapat membantu meningkatkan kerja kelenjar tiroid, ditandai

oleh adanya peningkatan ukuran diameter folikel tiroid pada tikus (Haqiqoh dan

Makiyah, 2008).

Proses pembuatan VCO ada 2 yaitu metode basah (wet-method) dan

metode kering (dry-method). Pada metode kering, minyak berasal dari daging

kelapa yang telah dikeringkan atau yang dikenal dengan copra.Daging kelapa

dikeringkan terlebih dahulu, lalu minyak kelapa dipres dengan mesin. Pada

metode basah, daging kelapa segar tidak melalui proses pengeringan (Arumugam

et al., 2014). Pada metode basah atau yang dikenal dengan wet-milling, daging

kelapa yang sudah diparut, diperas sehingga menghasilkan santan. Emulsi krim

santan harus dipecah agar minyak dapat dipisahkan dari air dengan beberapa cara

yaitu: dengan perebusan (boiling), fermentasi, pembekuan (chilling and thawing),

enzimatik dan dengan sentrifugasi (Shilhavy, 2014). Metode sentrifugasi dapat

dilakukan dengan menggunakan alat sentrifugasi ataupun alat mixer (Raharja dan

Dwiyuni, 2008).

Pada VCO yang tidak dipanaskan berulang kali, tidak ada efek merugikan

terhadap tekanan darah maupun biomarker inflamasi pada tikus. VCO yang

dipanaskan berulang kali akan meningkatkan tekanan darah dan biomarker

inflamasi pada tikus. VCO harus dikonsumsi dalam keadaan segar dan tidak
47

dipanaskan berulang kali agar dapat memberi manfaat bagi kesehatan (Hamsi et

al., 2015).

Virgin coconut oil terdiri dari dua fraksi utama, yaitu fraksi lipid dan fraksi

non-lipid. Fraksi lipid terdiri dari 93% asam lemak jenuh (dimana sekitar 70%

merupakan asam lemak rantai sedang), 5% asam lemak tak jenuh tunggal atau

MUFA, dan 2% asam lemak tak jenuh ganda atau PUFA. Fraksi non-lipid terdiri

dari komponen antioksidan fenolik yang dapat menurunkan risiko penyakit

jantung koroner (Hettiarachchi dan Jeewandara, 2011).

2.5.2 Komponen asam lemak pada virgin coconut oil

Asian and Pacific Coconut Community menetapkan standar komposisi

asam lemak yang terkandung dalam virgin coconut oil disajikan pada tabel 2.1

berikut.

Tabel 2.1
Profil Standar Asam Lemak pada Virgin Coconut Oil (APCC, 2009)
Nama Asam Lemak Komposisi Konsentrasi (%)

Asam kaproat C 6:0 0.10 - 0.95

Asam kaprilat C 8:0 4 - 10

Asam kaprat C 10:0 4-8

Asam laurat C 12:0 45 - 56

Asam miristat C 14:0 16 - 21


48

Asam palmitat C 16:0 7.5 - 10.2

Asam stearat C 18:0 2-4

Asam oleat C 18:1 4.5 - 10

Asam linoleat C 18:2 0.7 - 2.5

Minyak diklasifikasikan berdasarkan profil komposisi asam lemak yang

terkandung. Minyak kelapa murni atau VCO diklasifikasikan sebagai medium-

chain triglyceride (MCT) oil oleh karena komposisi asam lemaknya lebih dari

65% adalah medium-chain fatty acids (MCFA) atau asam lemak rantai sedang.

Asam lemak yang tergolong MCT yaitu asam kaprilat, asam kaprat dan asam

laurat.Minyak kelapa adalah satu-satunya minyak dengan komposisi asam lemak

C12 atau asam laurat sebanyak kurang lebih 50% (Dayrit, 2014).

Pada tahun 1950, awalnya medium chain triglycerides atau MCT

diperkenalkan sebagai sumber energi untuk berbagai gangguan nutrisi seperti

insufisiensi pankreas, malabsorbsi lemak, hiperkilomikronemia berat, impaired

lymphatic chylomicron transport dan juga digunakan untuk pasien yang

memerlukan nutrisi parenteral total.MCT ini mudah dicerna, mudah diabsorpsi

dan memproduksi energi bagi tubuh. MCT juga digunakan untuk dicampur dalam

susu formula bayi prematur (Marten et al., 2006).

Asam lemak ada yang didistribusikan melalui sistem limfatik dan ada yang

langsung menuju vena porta.Asam lemak hasil hidrolisis trigliserida memiliki

daya kelarutan dalam air yang berbeda, tergantung dari panjang rantai asam lemak
49

tersebut sehingga mempengaruhi kecepatan metabolisme.MCFA memiliki daya

kelarutan dalam air yang lebih tinggi di dalam air sehingga MCFA cenderung

ditransportasi ke vena porta.Sebaliknya, LCFA lebih mudah diaktivasi menjadi

CoA thiol ester dan bergabung dengan trigliserida di mukosa usus, lalu dibungkus

bersama kolesterol dan fosfolipid membentuk kilomikron, lalu memasuki sirkulasi

sistemik (Dayrit, 2014).

Gambar 2.4
Perbedaan metabolisme MCT dan LCT (Dayrit, 2003)
Metabolisme MCT ini berbeda dengan minyak sumber nabati lainnya yang

mengandung banyak LCT.Hidrolisis MCT intralumen usus lebih cepat dan lebih

efisien daripada hidrolisis LCT.Absorpsi MCFA juga lebih cepat dan lebih efisien

dari LCFA.Pada pasien dengan defisiensi lipase pankreas dan defisiensi garam
50

empedu, MCFA tetap bisa diabsorpsi, sedangkan LCFA tidak bisa (Marten et al.,

2006).

Metabolisme MCT tidak membutuhkan enzim lipase pankreas dan

diabsorbsi lebih cepat. Di usus halus, MCTakan segera dihidrolisis menjadi

gliserol dan asam lemak, tetapi tidak diresintesis menjadi triasilgliserol. Hal ini

dikarenakan MCFA kebanyakan berikatan dengan albumin sebagai asam lemak

bebas, lalu langsung dibawa ke vena porta menuju ke hati, memasuki mitokondria

untuk mengalami proses β-oksidasi. MCFA ini langsung menembus dinding sel

mitokondria di hati tanpa membutuhkan karnitin.Sebagian besar MCT ini tidak

memasuki siklus kolesterol sehingga tidak dideposit di jaringan lemak (Dayrit,

2003).MCFA ini lebih bersifat sebagai sumber energi instan daripada sebagai

cadangan lemak (Takeuchi et al., 2008; Aoyama et al., 2007).MCT dapat juga

digunakan untuk melawan penurunan produksi energi yang berasal dari proses

penuaan.

Molekul MCFA lebih kecil dan lebih pendek dari LCFA sehingga MCFA

lebih mudah dicerna dan daya kelarutan dalam air lebih baik.MCT ketika

memasuki usus, segera diabsorpsi ke vena porta menuju hepar.Sirkulasi aliran

darah portal lebih cepat 250 kali dari aliran limfatik, maka MCT dicerna dengan

cepat dan langsung dioksidasi (Gallagher, 2008).

MCT juga meningkatkan energy expenditure (St-Onge dan Jones, 2002;

Fife, 2005). Kandungan energi pada MCT sepuluh persen lebih rendah yaitu 8,3

kkal per gram jika dibandingkan dengan LCT yang kandungan energinya 9 kkal

per gram (Kabara, 2005; Marten et al., 2006; Dean dan English, 2013).
51

Gambar 2.5
Perbandingan transportasi MCT dan LCT (Dean dan English, 2013)

Metabolisme LCT memerlukan lipase pankreas untuk diabsorpsi.Di usus

halus, LCT dihidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak, lalu diresintesis kembali

menjadi triasilgliserol, kemudiandibawa melalui sistem limfatik menuju sirkulasi

sistemik, lalu menuju ke hepar.Di hepar, LCT dapat mengalami β-oksidasi,

biosintesis menjadi kolesterol atau dibentuk kembali menjadi

trigliserida.Trigliserida dan kolesterol memasuki sirkulasi sistemik dalam bentuk

VLDL.Dalam perjalanan VLDL menuju jaringan perifer, trigliserida secara

perlahan dipecah dengan bantuan endothelial lipase, hingga hanya tersisa

kolesterol dalam LDL. Kolesterol ini akan diendositosis oleh sel tubuh dan

digunakan untuk mensintesis berbagai hormon steroid (hormon adrenal dan

hormon seks) dan juga untuk memperkuat membran plasma dari semua sel tubuh.

Kolesterol yang tersisa akan dibawa melalui reverse transport oleh HDL untuk
52

dieliminasi di kandung empedu. VCO mengandung LCT sekitar 30% sehingga

dapat memasuki siklus kolesterol ini (Dayrit, 2003).

Gambar 2.6
Perbandingan metabolisme MCFA dan LCFA di dalam mitokondria (Dean
dan English, 2013)

Di dalam sel hepatosit, MCFA memiliki kecenderungan yang tinggi untuk

dioksidasi, lebih seperti glukosa daripada lemak (Dayrit, 2003; Dean dan English,

2003). MCFA didegradasi menjadi CO2 10x lebih cepat daripada LCFA, dan

hanya 1/20 dari MCFA yang digunakan untuk sintesis lipid.MCT juga tidak

disimpan di jaringan lemak (Takeuchi et al., 2008).

MCFA tidak memerlukan carnitine palmitoyl transferase (CPT) untuk

transpor ke intra-mitokondria.MCFA dapat langsung menembus membran

mitokondria dan diaktifkan di dalam mitokondria oleh medium-chain acyl CoA

synthases, lalu segera dioksidasi.Kecepatan oksidasi MCFA lebih tinggi dari


53

LCFA (Tsuji et al., 2001).

Asam laurat C12 dapat berdifusi secara bebas melewati membran

mitokondria (difusi pasif). Penambahan 2 gugus karbon pada rantai asam lemak

akan memperlambat laju difusi sebanyak 100x lipat. Asam lemak yang lebih

pendek dari C12 dapat melalui difusi pasif ataupun dengan bantuan karnitin.

Metabolisme asam laurat C12 berbeda dengan metabolisme asam lemak jenuh

jenis lain dalam hal cross-membrane transport (Dayrit, 2014). Penelitian pada

tikus yang diberikan diet asam lemak C12 dan C14, lalu 8 jam kemudian

ditemukan bahwa asam lemak C12 tidak terdeteksi di limfatik usus, sedangkan

asam lemak C14 masih terdeteksi di limfatik usus (Porsgaard dan Hoy, 2000).

Penelitian pada sel adiposit tikus maupun manusia yang dipapar octanoic

acid (C8) ditemukan akumulasi lemak lebih sedikit dan adanya penurunan

adipogenesis dibandingkan dengan yang dipapar LCFA (Guo et al., 2003).

Pemberian diet MCT selama 2 bulan pada tikus dapat menurunkan massa lemak

melalui down-regulation gen-gen yang adipogenik, juga meningkatkan

sensitivitas insulin (Han et al., 2003; Marten et al., 2006). Penelitian pada tikus

yang diberi diet MCT, ditemukan kadar adiponektin yang lebih tinggi pada serum

dan jaringan adiposa dibandingkan tikus yang diberi diet LCT. Ekspresi

adiponektin rendah pada obesitas. Manusia dengan hipoadiponektinemia yang

disebabkan oleh mutasi gen adiponektin menunjukkan dislipidemia dan toleransi

glukosa terganggu. Tikus tanpa adiponektin menunjukkan perlambatan klirens

asam lemak bebas di plasma darah dan memicu resistensi insulin (Nagao dan

Yanagita, 2010).
54

Virgin coconut oil yang beredar di pasaran kualitasnya berbeda-beda

(Novarianto dan Tulalo, 2007). VCO yang berkualitas baik tidak mudah tengik

karena kandungan asam lemak jenuhnya tinggi sehingga proses oksidasi tidak

mudah terjadi. Apabila kualitas VCO rendah, ketengikan akan terjadi lebih awal.

Hal ini disebabkan oleh pengaruh kadar air, oksigen dan mikroba yang akan

mengurai kandungan lemak pada VCO (Setiaji dan Prayugo, 2006). Pada

penelitian ini digunakan VCO yang memenuhi standar mutu sehingga berkualitas

baik. Analisis kualitas VCO meliputi aspek berikut ini (Asy’ari dan Cahyono,

2006):

1. Analisis kualitas fisik VCO

Analisis kualitas fisik meliputi warna, rasa, bau serta berat jenis

VCO.VCO harus berwarna jernih, rasa gurih, dan bau kelapa. Berat jenis

VCO berdasarkan standar mutu APCC yaitu 0,915-0,920 gr/ml. Minyak

VCO dengan berat jenis mendekati 1,00 menunjukkan adanya campuran

air sehingga kemurniannya lebih rendah.

2. Analisis standar khasiat VCO

Analisis standar khasiat VCO dilakukan dengan menganalisis

komponen asam lemak yang terkandung dalam VCO dengan

menggunakan teknik analisis gas kromatografi. Kandungan asam lemak

rantai sedang, terutama asam laurat pada VCO akan menentukan kualitas

VCO. Kandungan asam laurat yang direkomendasikan oleh APCC yaitu

43-53%.
55

3. Analisis standar keawetan VCO

Analisis standar keawetan VCO dilakukan berdasarkan pengukuran

dan pengujian terhadap beberapa parameter yang dapat menjadi penyebab

kerusakan minyak VCO yaitu adanya peroksida, asam lemak bebas dan

kadar air. Berdasarkan acuan standar mutu APCC, adanya peroksida

dalam VCO tidak boleh lebih dari 3,0 meq/kg minyak, kandungan asam

lemak bebas dalam VCO tidak boleh lebih dari 0,5% dan kadar air 0,1-

0,5% (APCC, 2009). Adanya peroksida akan menyebabkan terjadinya

reaksi oksidasi dan radikal bebas sehingga akan menurunkan kualitas

VCO. Adanya asam lemak bebas di dalam minyak VCO akan menurunkan

kualitas mutu VCO. Kadar air dalam VCO tidak boleh tinggi. Kadar air

yang tinggi dalam VCO akan menjadi media yang baik untuk reaksi-reaksi

kimia seperti reaksi redoks dan enzimatis maupun aktivitas

mikroorganisme yang cenderung merusak VCO.

2.5.3 Virgin coconut oil dan dislipidemia

Pemberian VCO mencegah dislipidemia melalui mekanisme

menekanlipogenesis dari hepar, meningkatkan β-oksidasi di mitokondria dan

peroksisom dan meningkatkan reverse cholesterol transport. VCOyang terdiri

dari medium chain triglycerides (MCT) dan komponen polifenol bekerja secara

sinergis dalam mencegah dislipidemia.MCT atau asam lemak rantai sedang adalah

ligan natural PPAR-α.VCO meregulasi oksidasi asam lemak via PPAR-α-

dependent pathways.Penelitian pada tikus, VCO meningkatkan β-oksidasi di

mitokondria dan peroksisom. Hal ini diketahui terlihat dari peningkatan aktivitas
56

enzim carnitine palmitoyl transferase I (CPT I), acyl CoA oxidase dan enzim lain

yang terlibat dalam β-oksidasi di mitokondria, serta diikuti up-regulating ekspresi

mRNA dari PPAR-α dan gen targetnya yang terlibat dalam oksidasi asam lemak,

sehingga VCO meningkatkan laju katabolisme asam lemak pada tikus (Arunima

dan Rajamohan, 2014). PPAR-α mengontrol seluruh gen yang meregulasi

katabolisme lipid (Jaarin et al., 2014).

PPAR-α (Peroxisome Proliferator-Activated Receptor alpha) merupakan

reseptor di nukleus. PPAR-α ini adalah faktor transkripsi yang jika diaktifkan

akan memicu proliferasi peroksisom. PPAR-α dahulu ditemukan karena berikatan

dengan obat hipolipidemik golongan fibrat, sehingga menyebabkan proliferasi

peroksisom di hepatosit. Ekspresi gen PPAR-α paling tinggi ditemukan di

jaringan yang memiliki katabolisme asam lemak yang aktif seperti hepar, jantung,

brown adipose tissue, usus kecil, usus besar dan otot rangka (King, 2015).

Saat PPAR-α diaktifkan, aktivitas apo C-III akan menurun. Apoprotein C-

III menghambat aktivitas enzim lipoprotein lipase dan klirens lipoprotein remnant,

sehingga aktivasi PPAR-α akan meningkatkan aktivitas enzim lipoprotein lipase

di hepar dan otot rangka, klirens trigliserida akan meningkat. Aktivasi PPAR-α

juga akan menginduksi ekspresi ABCA1 dan SR-B1. Apo A-I dan apo A-II yang

berkaitan dengan HDL merupakan target langsung PPAR-α. Apo A-I akan

mengaktifkan lecithin cholesterol acyltransferase (LCAT), apo A-II akan

meningkatkan aktivitas hepatic lipase (King, 2015). Peningkatan enzim

lipoprotein lipase, LCAT dan HDL berperan penting dalam reverse cholesterol

transport (King, 2015; Arunima dan Rajamohan, 2012).


57

Gambar 2.7
Jalur PPAR-α (Heuvel, 2009)

Diet mengandung MCT dapat meningkatkan kadar adiponektin pada

serum dan jaringan adiposit (Takeuchi et al., 2006; Nagao dan Yanagita, 2010).

Peningkatan kadar adiponektin akan menurunkan akumulasi lemak, memperbaiki

sensitivitas insulin dan meningkatkan oksidasi asam lemak pada otot. Adiponektin

akan mengaktivasi AMP- activated protein kinase (AMPK) yang dimediasi

melalui AdipoR1dan jugaadiponektin akan meningkatkan ekspresi gen-gen dari

PPAR-α via AdipoR2, sehingga meningkatkan aktivitas enzim seperti acyl CoA

oxidase yang terlibat dalam oksidasi asam lemak dan UCP2 yang terlibat dalam

pembentukan energi (Okada-Iwabu et al., 2015).


58

Gambar 2.8
Mekanisme kerja adiponektin (Okada-Iwabu et al., 2015)

AMPK saat diaktivasi akan mengalihkan sel dari proses biosintesis asam

lemak dan kolesterol yang memerlukan ATP ke proses oksidasi asam lemak yang

menghasilkan ATP (King, 2016). AMPK akan menon-aktifkan acetyl-CoA

carboxylase sehingga konsentrasi malonyl-CoA menurun. Malonyl-CoA

merupakan inhibitor enzim CPT I. Penurunan malonyl CoAakan menyebabkan

peningkatan oksidasi asam lemak di mitokondria (Ferre, 2004). AMPK juga akan

menginhibisi kerja enzim HMG-KoA reduktase (Hardie, 2007).


59

Gambar 2.9

Aktivasi AMPK (Wong et al., 2009)

VCO menurunkan kolesterol dengan menurunkanlipogenesis dari hepar,

yang direfleksikan dari penurunan aktivitas enzim HMG-CoA reductase, glucose-

6-phosphate dehydrogenase, isocitrate dehydrogenase dan malic pada tikus

(Arunima dan Rajamohan, 2012). HMG-KoA reduktase adalah enzim yang

mengkatalisis perubahan 3- hidroksi-3-metil-glutaril koenzim A (HMG-KoA)

menjadi asam mevalonat, salah satu tahapan penting dalam jalur biosintesis

kolesterol.Penghambatan terhadap enzim HMG-CoA reduktase meningkatkan

ekspresi reseptor LDL dalam mengikat partikel LDL dalam hepar dan

mengeluarkannya dari sirkulasi.


60

Prekusor yang digunakan oleh hati untuk biosintesis kolesterol adalah

asetil Koenzim-A (asetil KoA) yang merupakan hasil metabolisme karbohidrat,

protein atau lemak. Biosintesis kolesterol terbagi menjadi lima tahap, yakni

(Botham dan Mayes, 2009):

1. Tahap pertama: biosintesis mevalonat.

Asetil KoA diubah menjadi 3-hidroksi-3-metilglutaril-KoA (HMG-KoA)

yang dikatalisis oleh enzim HMG-KoA sintase, kemudian dilanjutkan

sintesis mevalonat yang dikatalisis oleh enzim HMG-KoA reduktase.

2. Tahap kedua: formasi unit isoprenoid.

Mevalonat mengalami fosforilasi membentuk isopentenyl diphospat.

3. Tahap ketiga: pembentukan skualen.

4. Tahap keempat: pembentukan lanosterol.

5. Tahap kelima: pembentukan kolesterol.


61

VCO

Gambar 2.10
VCO menurunkan aktivitas enzim HMG-KoA reduktase
Keterangan: ϴ= penurunan aktivitas

Enzim glucose-6-phosphate dehydrogenase, isocitrate dehydrogenase dan

malicmerupakan enzim-enzim penghasil NADPH. NADPH sangat penting dan

harus ada untuk mensintesis asam lemak maupun kolesterol. NADPH menjadi

donor untuk reduksi enzim 3-ketoacyl dan enzim 2,3-unsaturated. Sumber utama

NADPH untuk lipogenesis adalah dari pentose phosphate pathway (PPP) (Botham

dan Mayes, 2009).

Enzim glucose-6-phosphate dehydrogenase (G6PD)terlibat dalam pentose

phosphate pathway (PPP).Ekspresi abnormal dari G6PD berhubungan dengan


62

kelainan metabolisme lipid. Ekspresi berlebihan dari G6PD akan menstimulasi

adipogenesis dan lipogenesis (Park et al., 2005).

VCO juga menurunkan aktivitas enzim yang diperlukan dalam lipogenesis,

yaitu acetyl CoA carboxylase dan fatty acid synthase (FAS).VCO menurunkan

sintesis de novo dari asam lemak dengan down-regulation ekspresi mRNA dari

enzim FAS dan faktor transkripsinya sterol regulatory element-binding protein 1c

atau SREBP-1 pada tikus (Arunima dan Rajamohan, 2014).

Fatty acid synthase merupakan suatu kompleks multienzim, berupa dimer

yang terdiri dari dua monomer yang identik.Setiap monomer berupa polipeptida

yang terdiri dari tujuh jenis enzim.Enzim acetyl-CoA carboxylase merupakan

enzim yang paling penting dalam regulasi lipogenesis.Acetyl-CoA carboxylase

dipengaruhi oleh hormon-hormon seperti glukagon, epinefrin, dan insulin

(Botham dan Mayes, 2009).

Mekanisme regulasi utama dalam sintesis kolesterol adalah mengukur

kolesterol intraseluler di retikulum endoplasma oleh protein SREBP. SREBP

adalah sekumpulan protein yang akan berpindah ke nukleus pada sel yang

kekurangan kolesterol untuk mengubah beberapa faktor transkipsi gen. Ketika

kadar kolesterol intraseluler rendah, SREBP-1 akan mendorong atau

meningkatkan ekspresi gen untuk mensintesis kolesterol dan reseptor LDL untuk

memindahkan kolesterol dari sirkulasi. Sebaliknya, ketika kadar kolesterol

intraseluler tinggi, SREBP-1 tidak diaktivasi dan down-regulation gen yang

mensintesis kolesterol dan reseptor LDL. SREBP-1 juga mengaktifkan promotor

gen yang terlibat dalam sintesis asam lemak dan penyimpanan lemak (Lawrence,
63

2013; Bisht et al., 2012).

Gambar 2.11
VCO menurunkan lipogenesis di hepar dengan menurunkan aktivitas enzim
fatty acid synthase, acetyl-CoA carboxylase,isocitrate dehydrogenase, dan malic

Keterangan: ϴ = menurunkan aktivitas


64

VCO juga dapat meningkatkan kadar omega-3 sebanyak tiga kali lipat

pada tikus yang diberi VCO 2-4% (Syukur et al., 2007). Omega-3 dapat

menurunkan kadar trigliserida dengan menurunkan lipogenesis dan menurunkan

sekresi VLDL, meningkatkan aktivitas lipoprotein lipase dan meningkatkan

reverse cholesterol transport (Fernandez dan West, 2005). Kandungan

fitosteroldalam VCO juga membantu menghambat absorbsi lipid pada usus tikus

(Jaarin et al., 2014).Fitosterol berkompetisi dengan absorbsi kolesterol di usus

sehingga dapat menurunkan konsentrasi kolesterol total.Konsumsi fitosterol

sebagai diet suplemen menurunkan LDL manusia sampai 15% (Katan et al.,

2003).

2.6 Hewan Percobaan

2.6.1 Tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur wistar sebagai hewan

coba

Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus

(Rattus norvegicus) galur Wistar jantan. Klasifikasi taksonomi dari tikus putih

(Kusumawati, 2004):

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Subfilum : Vertebrata

Classis : Mammalia

Subclassis : Placentalia

Ordo : Rodentia
65

Familia : Muridae

Genus : Rattus

Species : Rattus norvegicus

Gambar 2.12
Tikus Wistar (Rattus norvegicus)

Tikus digunakan untuk penelitian karena kesamaannya dengan manusia

dalam fisiologi, anatomi, nutrisi, patologi, dan metabolismenya. Sifat-sifat yang

dimiliki tikus antara lain mudah dipelihara, ukurannya cukup besar untuk diamati

dan relatif sehat, sehingga memenuhi kriteria sebagai hewan percobaan. Usia

tikus 3-4 bulan memiliki persamaan dengan manusia usia dewasa muda dan

belum mengalami proses penuaan intrinsik (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).

Tikus putih jantan memberikan hasil penelitian yang lebih stabil karena

tidak dipengaruhi oleh adanya siklus menstruasi dan kehamilan seperti pada tikus

putih betina.Tikus putih jantan juga mempunyai kecepatan metabolisme obat yang

lebih cepat dan kondisi biologis tubuh yang lebih stabil dibanding tikus betina

(Ngatidjan dan Hakim, 2006).

Tikus putih sebagai hewan percobaan relatif resisten terhadap infeksi dan

sangat cerdas. Ada dua sifat yang membedakan tikus putih dari hewan percobaan

yang lain, yaitu bahwa tikus putih tidak dapat muntah karena struktur anatomi
66

yang tidak lazim di tempat esofagus bermuara ke dalam lambung dan tikus putih

tidak mempunyai kandung empedu (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988; Krinke,

2000).

Strain tikus yang paling popular digunakan sebagai standar penelitian

terhadap nutrisi, penuaan maupun kelainan metabolik adalah wistar dan sprague-

dawley. Sebuah studi yang membandingkan tikus wistar dan tikus sprague-dawley

menunjukkan bahwa tikus wistar lebih rentan terhadap obesitas, resistensi insulin

dan kelainan terkait lainnya, yang dibuktikan dengan penambahan berat badan

yang lebih nyata pada pemberian diet tinggi lemak (Marques et al., 2006).

Tabel 2.2
Data Biologis Tikus Wistar
(Krinke, 2000; Hubrecht dan Kirkwood, 2010)
Berat badan lahir 4,5 – 6 gram

Berat badan dewasa Jantan 250-300 gram

Betina 180-220 gram

Usia maksimum 2 – 4 tahun

Usia reproduksi 8-10 minggu

Konsumsi makanan 15-30 gram/ hari

Konsumsi air minum 20 – 45 gram/ hari

Defekasi 9 – 13 gram/ hari


67

Produksi urin 10 – 15 ml/ hari

Tikus laboratorium jantan jarang berkelahi seperti mencit jantan. Tikus

dapat tinggal sendirian dalam kandang, asal dapat melihat dan mendengar tikus

lain. Jika dipegang dengan cara yang benar, tikus-tikus ini tenang dan mudah

ditangani di laboratorium.

Makanan dan air minum untuk tikus pada laboratorium sebaiknya

diberikan secara ad libitum dan pencahayaan ruangan diatur 12 jam terang dan 12

jam gelap.Tikus, terutama tikus albino, sangat sensitif terhadap cahaya maka

intensitas cahaya laboratorium sebaiknya tidak melebihi 50 lux (Hubrecht dan

Kirkwood, 2010). Kondisi optimal tikus di laboratorium (Krinke, 2000; Hubrecht

dan Kirkwood, 2010) yaitu:

a. Kandang tikus harus cukup kuat tidak mudah rusak, mudah dibersihkan (satu

kali seminggu), mudah dipasang lagi, hewan tidak mudah lepas, harus tahan

gigitan dan hewan tampak jelas dari luar. Alas tempat tidur harus mudah

menyerap air pada umumnya dipakai serbuk gergaji atau sekam padi.

b. Menciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai dengan keperluan

fisiologis tikus (suhu, kelembaban dan kecepatan pertukaran udara yang

ekstrim harus dihindari). Suhu ruangan yang baik sekitar 20–22⁰C,

sedangkan kelembaban udara sekitar 50%.

c. Untuk tikus dengan berat badan 200-300 gram luas lantai tiap ekor tikus

adalah 600 cm2, tinggi 20 cm. Jumlah maksimal tikus per kandang adalah 3

ekor.
68

d. Transportasi jarak jauh sebaiknya dihindari karena menimbulkan stres pada

tikus.

Jika kondisi diatas tidak terpenuhi, maka tikus menjadi sakit. Beberapa

indikator yang dapat digunakan untuk menilai apakah tikus sehat atau sakit adalah

(Hubrecht dan Kirkwood, 2010):

 Penampilan umum

Pada tikus yang sakit dapat terlihat piloereksi, bulu rontok, kulit kendur,

berat badan menurun, kelopak mata tertutup.

 Feses

Feses lembek dan diare menunjukkan gangguan pada saluran pencernaan.

 Tingkah laku

Tikus yang sakit menjadi lebih agresif awalnya, lambat laun menjadi pasif.

 Postur

Umumnya tikus yang sakit akan sering tiduran di lantai kandang, dengan

posisi kepala menyentuh abdomen.

 Pergerakan

Pergerakan pada tikus yang sakit sangat berkurang.

 Suara

Tikus yang sakit akan lebih banyak mencicit ketika dipegang.

 Fisiologi

Dapat terjadi bersin, hipotermia, serta penampilan yang pucat.


69
BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1. Kerangka Berpikir

Proses penuaan dapat disebabkan oleh beberapa faktor, baik faktor

eksternal, misalnya polusi, stres, makanan yang tidak sehat, maupun bisa

disebabkan faktor internal, di antaranya radikal bebas, hormon yang berkurang,

genetik dan lainnya.

Dislipidemia disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal.

Intervensi dilakukan pada faktor eksternal yang meliputi pola makan, aktivitas

fisik, penyakit tertentu, stres psikologis, obat-obatan dan gaya hidup seperti

kebiasaan konsumsi alkohol dan merokok. Sedangkan intervensi pada faktor

internal meliputi faktor genetik, umur, fisiologi, dan hormonal sulit dilakukan.

Pada beberapa penelitian dan literatur tentang virgin coconut oil

menunjukkan bahwa VCO diduga dapatmemperbaiki profil lipid.VCO meregulasi

oksidasi asam lemak via PPAR-α-dependent pathways.VCOyang terdiri dari

medium chain triglycerides (MCT) dan komponen polifenol bekerja secara

sinergis dalam mencegah dislipidemia.MCT atau asam lemak rantai sedang adalah

ligan natural PPAR-α. Suplementasi VCO akanmeningkatkanekspresi mRNA dari

PPAR-α. Aktivasi PPAR-α akanupregulatinggen-gen yang berkaitan dengan

oksidasi asam lemak seperti Carnitine Palmitoyl Transferase (CPT I) dan acyl

CoA oxidase.

Aktivasi PPAR-α akan meningkatkan aktivitas enzim lipoprotein lipase di

70
71

hepar dan otot rangka sehingga klirens trigliserida akan meningkat. Aktivasi

PPAR-α juga akan menginduksi ekspresi ABCA1 dan SR-B1. Apo A-I dan apo

A-II yang berkaitan dengan HDL merupakan target langsung PPAR-α. Apo A-I

akan mengaktifkan lecithin cholesterol acyltransferase (LCAT), apo A-II akan

meningkatkan aktivitas hepatic lipase. Peningkatan enzim lipoprotein lipase,

LCAT dan HDL berperan dalam reverse cholesterol transport.

Diet mengandung MCT dapat meningkatkan kadar adiponektin pada

serum dan jaringan adiposit. Adiponektin akan mengaktivasi AMP- activated

protein kinase (AMPK) yang dimediasi melalui AdipoR1dan jugaadiponektin

akan meningkatkanekspresi gen-gen dari PPAR-α via AdipoR2, sehingga

meningkatkan aktivitas enzim seperti acyl CoA oxidase yang terlibat dalam

oksidasi asam lemak dan UCP2 yang terlibat dalam pembentukan energi. AMPK

saat diaktivasi akan mengalihkan sel dari proses biosintesis asam lemak dan

kolesterol yang memerlukan ATP ke proses oksidasi asam lemak yang

menghasilkan ATP. AMPK juga menginhibisi kerja enzim HMG-KoA reduktase.

VCO dapat menurunkan kolesterol dengan menurunkanlipogenesis dari

hepar yang direfleksikan dari penurunan aktivitas enzim HMG-CoA reductase,

glucose-6-phosphate dehydrogenase, isocitrate dehydrogenase dan malic.VCO

juga menurunkan aktivitas enzim yang diperlukan dalam lipogenesis, yaitu acetyl

CoA carboxylase dan fatty acid synthase (FAS).VCO menurunkan sintesis de

novo dari asam lemak dengan down-regulation ekspresi mRNA dari enzim FAS

dan faktor transkripsinya sterol regulatory element-binding protein 1c atau

SREBP-1.
72

Kandungan fitosterol dalam VCO juga membantu menghambat absorbsi

lipid dan meningkatkan ekskresi asam empedu melalui feses.Dengan demikian

VCO dapat mencegah terjadinya dislipidemia.

3.2. Konsep Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tinjauan pustaka telah diuraikan, maka

disusun konsep penelitian dalam kerangka berikut ini:

Virgin Coconut Oil

(Cocos nucifera)

Faktor Eksternal
Faktor Internal
- Genetik - Pola makan
- Umur - Aktivitas fisik
- Fisiologi - Gaya hidup
- Hormonal - Stres
psikologis
- Penyakit
- Obat-obatan

Tikus
Diet tinggi kolesterol

- Kolesterol total
- Trigliserida
- Kolesterol LDL
- Kolesterol HDL

Gambar 3.1
Konsep Penelitian

Keterangan:

Diteliti

-------> Tidak diteliti


73

3.3 Hipotesis Penelitian

Dari kerangka konsep dan landasan teori yang ada dapat disusun suatu

hipotesis dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Pemberian virgin coconut oil(Cocos nucifera)dapat mencegah peningkatan

kadar kolesterol total pada tikus putih (Rattus norvegicus)jantan galur

wistar yang diberi diet tinggi kolesterol.

2. Pemberian virgin coconut oil(Cocos nucifera)dapat mencegah peningkatan

kadar kolesterol LDL pada tikus putih (Rattus norvegicus)jantan galur

wistar yang diberi diet tinggi kolesterol.

3. Pemberian virgin coconut oil(Cocos nucifera)dapat mencegah peningkatan

kadar trigliserida pada tikus putih (Rattus norvegicus)jantan galur

wistar yang diberi diet tinggi kolesterol.

4. Pemberian virgin coconut oil(Cocos nucifera)dapat mencegah penurunan

kadar kolesterol HDL pada tikus putih (Rattus norvegicus)jantan galur

wistar yang diberi diet tinggi kolesterol.


lxxiv

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan

post-test only control group design (Marczyk et al., 2005). Pada penelitian ini

tikus dibagi menjadi 2 (dua) kelompok. Skema rancangan penelitian adalah

sebagai berikut:

P0
O1

P S R
P1
O2

Gambar 4.1
Skema rancangan penelitian
Keterangan :

P= Populasi

S= Sampel

R= Randomisasi

P0= Perlakuan pada kelompok kontrol yang diberikan diet tinggi kolesterol serta

plasebo berupa akuades 0,8 ml/ hari.

P1= Perlakuan pada kelompok perlakuan yang diberikan diet tinggi kolesterol

serta VCO dengan dosis 0,8ml/ 200 gram berat badan/ hari.

lxxiv
lxxv

O1= Kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida dan kolesterol HDL pada

kelompok kontrol.

O2= Kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida dan kolesterol HDL pada

kelompok perlakuan.

Dosis rekomendasi virgin coconut oil pada manusia yaitu 45 ml per hari,

(Fife, 2005).Penetapan dosis didapatkan dari hasil konversi dosis satu

haripemberian pada manusia dengan menggunakan tabel konversi Laurence

danBacharach dikalikan faktor konversi manusia ke tikus yaitu 0,018 (Harmita,

2006).Berat VCO sebanyak 45ml yaitu 42 gram. Maka dosis yang digunakan

untuk tikus adalah 0,018 x 42 gram = 0,756 gram atau 0,8 ml per hari/ 200 gram

berat badan tikus.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

4.2.1 Tempat penelitian

Analisis fitokimia virgin coconut oil dilakukan di Balai Besar Industri

Agro, Bogor.

Penelitian dilakukan di Laboratory Animal Unit Bagian Farmakologi

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Pemeriksaan profil lipid dilakukan di Laboratorium Gizi dan Pangan

Universitas Gajah Mada.

4.2.2 Waktu penelitian

Penelitian dilakukan selama 36 hari:

1. Tujuh hari untuk aklimatisasi

lxxv
lxxvi

2. Dua puluh delapan hari untuk perlakuan

3. Satu hari untuk pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan

kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL dan kolesterol HDL.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1 Kriteria sampel

4.3.1.1 Kriteria inklusi

1. Tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur wistar

2. Sehat

3. Umur 3-4 bulan (tikus dewasa muda)

4. Berat tikus 160-180 gram.

4.3.1.2 Kriteria dropout

Tikus mati atau tikus sakit ketika sedang penelitian.

4.3.2 Besar sampel

Besar sampel yang diperlukan dalam penelitian ini didasarkan pada rumus

Federer (2008):

(n-1) x (t-1) ≥ 15

Keterangan : n = jumlah replikasi

t = jumlah perlakuan

Pada penelitian ini jumlah perlakuan ada 2, maka (n-1) (2-1) ≥ 15

n = 16

Untuk penelitian digunakan sampel 16 (enam belas) ekor per kelompok, dan

untuk cadangan bila terjadi kematian atau sakit pada saat dilakukan penelitian,

lxxvi
lxxvii

maka jumlah sampel ditambah minimal 10 persen, menjadi 17,6 dibulatkan

menjadi 18. Maka total tikus yang digunakan adalah 36 (tiga puluh enam) ekor.

4.3.3 Teknik pengambilan sampel

Dari populasi tikus jantan diadakan pemilihan sampel berdasarkan kriteria

inklusi.Dari jumlah sampel yang telah memenuhi syarat, diambil secara random.

Dari sampel yang telah dipilih kemudian dibagi menjadi 2 kelompok yaitu

kelompok kontrol yang diberikan diet tinggi kolesterol serta akuades 0,8 ml/ hari

dan kelompok perlakuan yang diberikan diet tinggi kolesterol serta VCO 0,8 ml/

200 gram berat badan/ hari selama 28 hari.

4.4 Variabel Penelitian

4.4.1 Identifikasi variabel

a. Variabel bebas

b. Variabel tergantung

c. Variabel kendali.

4.4.2 Klasifikasi variabel

a. Variabel bebas: virgin coconut oil

b. Variabel tergantung:

1. Kolesterol total

2. Kolesterol LDL

3. Trigliserida

4. Kolesterol HDL

c. Variabel kendali: strain tikus, jenis kelamin, usia, berat badan, diet tinggi

lxxvii
lxxviii

kolesterol.

4.4.3 Definisi

operasional variabel

Definisi operasional variabel-variabel penelitian di atas adalah sebagai

berikut:

A. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah virgin coconut oil. VCOadalah

minyak kelapa murni yang berasal dari buah kelapa segar yang diproses

secara alamiah tanpa menggunakan zat kimia atau bahan sintetik lainnya.

VCO dengan metode cold-pressed dibeli dari Bali Pure Home Industry,

Desa Sembiran, Tejakula, Bali Utara. VCO diberikan selama 28 hari

secara per oral yang dilakukan pada pagi hari (pukul 08.00) satu kali per

hari dengan dosis 0,8 ml/ 200 gram berat badan/ hari.

B. Variabel tergantung

a. Kadar kolesterol total adalah kadar kolesterol darah tikus yang

diukur dengan menggunakan metode CHOP – PAP (Bochringer-

Mennheim GmBp) dalam mg/dL yang diukur pada hari ke-29 (post

test) setelah puasa 18 jam. Kadar normal pada tikus : 113,99 mg/dl

(Ihedioha et al., 2013).

b. Kadar kolesterol LDL adalah kadarLow Density Lipoprotein yang

diukur dengan menggunakan metode CHOP – PAP (Bochringer-

Mennheim GmBp) dalam mg/dL yang diukur pada hari ke-29 (post

test) setelah puasa 18 jam. Kadar normal pada tikus: 49,64mg/dL

lxxviii
lxxix

(Ihedioha et al., 2013).

c. Kadar trigliserida adalah kadar trigliserida darah tikus yang diukur

dengan menggunakan metode GOP – PAP (Bochringer-Mennheim

GmBp) dalam mg/dL yang diukur pada hari ke-29 (post test)

setelah puasa 18 jam. Kadar normal pada tikus: 76,13 mg/dL

(Ihedioha et al., 2013).

d. Kadar kolesterol HDL adalah kadarHigh Density Lipoprotein darah

tikus yang diukur dengan metode CHOP – PAP (Bochringer-

Mennheim GmBp) dalam mg/dL yang diukur pada hari ke-29 (post

test) setelah puasa 18 jam. Kadar normal pada tikus: 49,14 mg/dL

(Ihedioha et al., 2013).

C. Dislipidemia adalah kelainan dari metabolisme lipoprotein, yaitu

overproduksi ataupun defisiensi dari lipoprotein tertentu. Dislipidemia

dapat bermanifestasi dengan peningkatan konsentrasi total kolesterol, low

density lipoprotein (LDL), trigliserida dan penurunan high density

lipoprotein (HDL) dalam darah. Tikus dikatakan dislipidemia bila kadar

kolesterol total serum > 200 mg/dL (Hardini et al., 2007).

D. Tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur wistar adalah hewan

percobaan. Berusia 3-4 bulan dengan berat 160-180 gram, sehat dan diberi

diet tinggi kolesterol.

E. Berat badan adalah berat tikus yang ditimbang dengan timbangan khusus

merk Shunle yang tersedia di Laboratory Animal Unit Bagian

Farmakologi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

lxxix
lxxx

F. Umur tikus ditentukan dengan melihat tanggal kelahiran yang telah dicatat

oleh dokter hewan pada kandang binatang percobaan.

G. Diet tinggi kolesterol adalah bahan makanan yang distandardisasi untuk

memenuhi syarat tinggi kolesterol dengan komposisi: kolesterol 1%,

kuning telur 5%, lemak hewan 10%, minyak goreng 1%, dan makanan

standar sampai 100% yang diberikan selama 28 hari secara ad libitum.

H. Plasebo adalah substansi atau preparat yang bukan merupakan zat aktif

dan digunakan sebagai kontrol dalam suatu penelitian atau pengujian

untuk menentukan keaktifan dari obat medis. Volume pemberiannya sama

dengan volume virgin coconut oil yang diberikan. Pada penelitian ini

plasebo berupa akuades 0,8 ml/ hari diberikan selama 28 hari secara per

oral yang dilakukan pada pagi hari (pukul 08.00) satu kali per hari

sebanyak 0,8 ml/ 200 gram berat badan/ hari melalui sonde.

4.4.4 Hubungan antar variabel

Variabel bebas Variabel tergantung

- Kolesterol total
- Kolesterol LDL
Virgin coconut oil - Trigliserida
- Kolesterol HDL

Variabel kendali

1. Strain tikus
2. Jenis kelamin
3. Usia
4. Berat badan
5. Diet tinggi kolesterol

lxxx
lxxxi

Gambar 4.2
Bagan hubungan antar variabel
4.5 Alat dan Bahan Penelitian

4.5.1 Alat penelitian

Alat penelitian yang digunakan adalah timbangan tikus merk Shunle untuk

menimbang berat badan tikus yang telah tersedia di Laboratory Animal Unit

Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

4.5.2 Bahan penelitian

Bahan penelitian yang digunakan adalah:

1. Virgin coconut oil adalah minyak kelapa murni yang berasal dari buah

kelapa segar yang diproses secara alamiah tanpa menggunakan zat kimia

atau bahan sintetik lainnya, tanpa melalui proses refining, bleaching, dan

deodorizing (RBD process). VCO dengan metode cold-pressed dibeli dari

Bali Pure Home Industry, Desa Sembiran, Tejakula, Bali Utara. Cara

pembuatannya yaitu sebagai berikut:

a. Daging kelapa diparut dan diperas santannya

b. Santan ditempatkan dalam wadah dan didiamkan selama 30 menit

sampai 1 jam agar blondo dan airnya terpisah, lalu airnya disedot

keluar sehingga hanya tersisa blondonya

c. Blondo santan di-mixer selama 20-40 menit, lalu blondo ditempatkan

dalam wadah yang tertutup rapat diletakkan pada ruangan tertutup,

didiamkan selama 10-20 jam tergantung proses fermentasi alaminya

d. Setelah proses fermentasi selesai, blondo akan terpisah menjadi 3

lxxxi
lxxxii

bagian. Lapisannya dari atas ke bawah yaitu minyak, diikuti air, dan

terakhir sisa-sisa santan

e. Minyak dipisahkan dan disaring dengan menggunakan kapas steril dan

kertas saring

2. Akuades

3. Diet tinggi kolesterol adalah bahan makanan yang distandarisasi untuk

memenuhi syarat tinggi kolesterol dengan komposisi: kuning telur 5%,

lemak babi 10%, minyak goreng 1%, dan makanan standar sampai 100%,

yang didapat dari Laboratorium Farmakologi Universitas Udayana,

Denpasar, Bali

4. Sonde.

4.6 Prosedur Penelitian

Pemeliharaan tikus percobaan dilakukan di Laboratory Animal Unit,

Universitas Udayana dengan memperhatikan hal berikut :

a. Dipilih 36 ekor tikus putih jantan galur wistar, usia 3-4 bulan dengan berat

160-180 gram dan sehat.

b. Tikus dipelihara dalam kandang individual yang berukuran 30 x 20 x 20

cm dan diaklimatisasi selama 1 minggu di Laboratory Animal Unit Bagian

Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Tikus ditimbang

berat badannya.

c. Tikus dibagi menjadi dua kelompok secara random. Setelah itu diberikan

perlakuan:

lxxxii
lxxxiii

P0= Kelompok kontrol yang diberikan diet tinggi kolesterol dan plasebo

berupa akuades 0,8 ml/ hari selama 28 hari.

P1= Kelompok perlakuan yang diberi diet tinggi kolesterol dan diberi

virgin coconut oil 0,8 ml/ 200 gram berat badan/ hari selama 28 hari.

d. Selama masa adaptasi 7 hari, tikus diberi makan dan minum sesuai dengan

standar makanan tikus, yaitu dengan standar kadar protein 20-25%, lemak

5%, karbohidrat 45-40%, serat kasar kira-kira 5%, abu 4-5%. Makanan

juga harus mengandung vitamin dan mineral. Makanan ini dikonsumsi

setiap hari sebanyak 15 gram. Air minum diberikan secara ad libitum.

e. Pemberian diet tinggi kolesterol secara ad libitum, yaitu tiap tikus

diberikan makanan sebanyak 15 gram selama 28 hari. Sisa makanan

ditimbang keesokan harinya. Air minum diberikan secara ad libitum.

f. Jika tikus sakit selama penelitian, maka dikeluarkan dari penelitian

(dropout). Tikus yang sakit kemudian dikonsulkan ke dokter hewan

untukdiberikan pengobatan sesuai dengan penyakitnya.

g. Pada hari ke-29, kedua kelompok tikus ditimbang berat badannya,

kemudian dipuasakan selama 18 jam selanjutnya diambil sampel darah.

Sebelum diambil sampel darah daerah orbitalis tikus dioleskan krim

anestesi lidokain 2% supaya tikus tidak terlalu terasa nyeri. Sampel darah

yang terkumpul segera disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 15

menit. Setelah mendapat serum selanjutnya sampel darah tersebut

disimpan pada suhu minus 21oC. Bila pemeriksaan darah semua telah

selesai maka tikus dipelihara kembali ke Laboratory AnimalUnit Bagian

lxxxiii
lxxxiv

Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Setelah semua

sampel darah diperiksa profil lipidlengkap data kemudian dianalisis dan

dibuat laporan. Untuk lebih mempermudah pelaksanaan penelitian maka

dibuat alur penelitian.

4.7 Alur Penelitian

Tikus putih jantan galur wistar, 36 ekor,


sehat, usia3-4 bulan, BB 160-180 gram

(36 ekor)
Adaptasi 7 hari, setelah itu berat badan tikus ditimbang

Kelompok kontrol Kelompok perlakuan

18 ekor 18 ekor

Plasebo Virgin coconut oil

(Akuades 0,8ml/ hari) 0,8 ml/ 200 gram bb/


hari
Perlakuan
+
+ (28hari)
Diet tinggi kolesterol
Diet tinggi kolesterol

Setiap hari
Sisa makanan Sisa makanan
ditimbang
(28 hari)
Puasa 18 jam

Berat badan
Post test
Kolesterol Total, Trigliserida,
(Hari ke 29)
Kolesterol LDL, Kolesterol
HDLHDLHDL

lxxxiv
lxxxv

Analisis Data

Laporan
4.8 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah sebagai berikut:

1. Analisis deskriptif

Analisis deskriptif dilakukan sebagai dasar untuk statistik analitis (uji

hipotesis). Untuk mengetahui karakteristik data mean kadar kolesterol total,

kolesterol LDL, trigliserida dan kolesterol HDL.

2. Uji normalitas

Uji normalitas data diuji dengan Shapiro-Wilk Test karena jumlah sampel

per kelompok kurang dari 30. Data kelompok kolesterol total kontrol,

kolesterol total perlakuan, trigliserida kontrol, LDL kontrol, LDL

perlakuan, dan HDL kontrol pada penelitian ini berdistribusi normal

dengan p>0,05. Data kelompok trigliserida perlakuan dan HDL perlakuan

tidak berdistribusi normal dengan p<0,05.

3. Uji homogenitas

Uji homogenitas data tidak perlu dilakukan karena pada penelitian ini

menggunakan uji t independen.

4. Uji komparasi

Data kelompok kolesterol total kontrol, kolesterol total perlakuan,

trigliserida kontrol, LDL kontrol, LDL perlakuan, dan HDL kontrol pada

penelitian ini berdistribusi normal maka digunakan uji t independen.Data

kelompok trigliserida perlakuan dan HDL perlakuan tidak berdistribusi

lxxxv
lxxxvi

normal, maka terlebih dahulu dilakukan transformasi data.Variabel baru

hasil transformasi mempunyai sebaran data yang tidak normal, maka

digunakan uji Mann-Whitney.

lxxxvi

Anda mungkin juga menyukai