TESIS
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
TESIS
8
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
TESIS
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
10
Lembar Pengesahan
Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila Sp.And.,FAACS Prof. dr. I Gusti Made Aman, Sp.FK.
NIP. 194612131971071001 NIP. 194606191976021001
Mengetahui,
Prof. Dr. dr. Wimpie I. Pangkahila, SpAnd, FAACS Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi,
Sp.S(K)
NIP. 194612131971071001 NIP. 195902151985102001
NIM : 1290761040
Medicine)
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat.
Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka
Denpasar,..
Materai
6 000
(dr. F.M. Delly Dahlia)
Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas karunia-Nya tesis yang berjudul
Pada Tikus ( Rattus Norvegicus) jantan galur Wistar yang Diberi Diet Tinggi
Lemak,dapat diselesaikan.
yang dijalani Penulis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Studi
2. Prof Dr. dr. Putu Astawa, M.Kes, Sp.OT, FICS selaku Dekan Fakultas
3. Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) selaku Direktur Program
Universitas Udayana.
4. Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And., FAACS., selaku Ketua Program
6. Prof. Dr. dr. Alex Pangkahila, M.Sc.,Sp.And., selaku penguji yang telah
banyak bimbingan dan masukan kepada penulis dalam penyusunan tesis ini.
8. Dr. dr.Ida Sri Iswari,M.Kes , selaku penguji yang telah memberikan banyak
dan analisis ekstrak teh putih selama penelitian di Fakultas Teknik Pertanian
Universitas Udayana.
10. Pak Gede Wiranatha, S.Si yang banyak membantu dan menjaga hewan coba
11. Drs. I Ketut Tunas, M.Si, yang banyak memberikan bimbingan dan masukan
untuk pembuatan analisis statistik, kepada penulis dalam penyusunan tesis ini.
12. Seluruh dosen di Universitas Udayana atas ilmu dan bimbingan yang sangat
bermanfaat, serta dr. Okanegara, Geg Eni, Geg Wah, Pak Edy, Geg Yethi dan
seluruh staf atas bantuan yang diberikan kepada penulis selama studi.
13. Keluarga tercinta yaitu suami saya Hendra Wijaya, anak - anak saya Adrian
pendidikan.
14. Rekan-rekan sejawat yaitu HJ. Mariatul Fadillah, Ericson Yudhistira, Meilani
sejawat lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang selalu
15. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
maaf jika terdapat kekurangan dalam tulisan tugas akhir ini. Meski jauh dari
sempurna, penulis tetap berharap tesis ini dapat memberikan manfaat baik bagi
penulis pribadi, bagi program pendidikan Magister Program Studi Ilmu Biomedik,
berkepentingan.
Akhir kata semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkat
dan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan
Penulis,
16
ABSTRAK
EKSTRAK TEH PUTIH ( CAMELLIA SINENSIS ) ORAL MENCEGAH
DISLIPIDEMIA PADA TIKUS ( RATTUS NOVERGICUS ) JANTAN
GALUR WISTAR YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai terjadinya
peningkatan kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL dan penurunan kolesterol
HDL. Pada saat ini banyak penelitian untuk mencegah dan mengobati
dislipidemia dengan bahan alami. Teh putih merupakan teh tanpa proses
fermentasi yang berasal dari daun teh (camellia sinensis) yang sangat muda dan
masih menggulung serta dilindungi dari sinar matahari sehingga mencegah
degradasi polifenol. Ekstrak teh putih mengandung derivat katekin tertinggi
dibanding teh lainnya , ECGC (Epigalocathecin 3-Gallate) dan kafein ini dapat
memperbaiki profil lipid darah dan memiliki efek vasoprotektif, juga memiliki
kemampuan untuk menginhibisi (Cholesteryl ester transfer protein) CETP, yang
bisa meningkatkan kadar kolesterol HDL dan menurunkan kadar kolesterol total
,trigliserida dan kolesterol LDL. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kegunaan Ekstrak Teh Putih (camellia sinensis) sebagai alternatif untuk mencegah
dislipidemia dan mengetahui dosis pemberian ekstrak teh putih untuk mencegah
dislipidemia pada tikus jantan galur wistar.
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan randomized
posttest only control group design. Tikus putih jantan dipilih secara random dan
dibagi menjadi 3 kelompok, masing-masing berjumlah 10 ekor tikus, yaitu
kelompok kontrol diberikan diet tinggi lemak dan plasebo yang berupa akuades ,
kelompok perlakuan I diberi diet tinggi lemak dan ekstrak teh putih 14,4 mg, dan
kelompok perlakuan II diberi diet tinggi lemak dan ekstrak teh putih 28,8 mg
masing-masing 1 kali sehari. Setelah perlakuan selama 28 hari sampel darah
diambil dari medial kantus sinus orbitalis, untuk pemeriksaan kadar kolesterol
total, trigliserida, kolesterol LDL dan kolesterol HDL.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan I dan II
terdapat penurunan kolesterol total secara bermakna sebesar 137,31% dan
156,65% (p < 0,05), penurunan trigliserida secara bermakna sebesar 77,29% dan
101,01%(p < 0.05) dan penurunan kolesterol LDL 53,58 % dan 75,12%(p <
0,05), serta peningkatan kolesterol HDL secara bermakna sebesar 44,31% dan
66,39% (p < 0,05).
Penelitian ini menyimpulkan ekstrak teh putih mencegah peningkatan
kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL dan mencegah penurunan kolesterol
HDL, jadi ekstrak teh putih mencegah dislipidemia.
ABSTRACT
WHITE TEA EXTRACT ( CAMELLIA SINENSIS) PREVENTED
DYSLIPIDEMIA IN MALE WISTAR RAT FED WITH HIGH FAT-DIET
Dyslipidemia is a lipid metabolism disorder followed by high total
cholesterol level, high LDL cholesterol level, high tryglyceride level and low
HDL cholesterol level. During the past years many researches have been
conducted for natural substances to improve lipid profiles and vascular protective
effect. White tea is an unfermented tea made from young shoots leaves of
camellia sinensis protected from sunlight to avoid polyphenol degradation. White
tea has the higher level of catechin derivate, EGCG (Epigalocathecin 3-Gallate),
and caffeine. The compounds have the ability to inhibit CETP (Cholesteryl ester
transfer protein), which may increase HDL cholesterol concentrations and
decrease LDL cholesterol, triglyceride and total cholesterol concentrations. This
research was aimed at investigating benefit of white tea extract (Camellia
Sinensis) as an alternative to prevent dislipidemia in Male Wistar rats fed with
high fat-diet
This study was a pure experimental research, with a randomized posttest
only group design. The study designed to all samples then randomized equally
into 3 treatment groups (group I and II) and a placebo control group . The study
continued for 28 days. Samples in the control group were fed with high-fat diet
and placebo (distillated water), samples in the treatment group I were fed with a
high fat-diet and white tea extract 14,4 mg bid, and treatment group II was fed
with high fat-diet and white tea extract 28,8 mg bid.After 28 days the blood was
taken from medial canthus sinus orbitalis for lipid profiles
The study showed that both groups (I and II), the total cholesterol level
decreased significantly 137,31% and 165,65% respectively (p < 0.05), the LDL
cholesterol level decreased significantly 53,58% and 75,12% respectively (p <
0.05), the triglicerides level decreased significantly 77,29% and 101,01%
respectively (p < 0.05), and the HDL cholesterol level increased significantly
44,31% and 63,39% respectively (p < 0.05).
It coud be concluded that white tea extract was proved to improve
significantly lipid profiles and dyslipidemia prevention.
DAFTAR ISI
Halaman
BEBAS PLAGIAT........................................................................................... v
ABSTRAK .......................................................................................................... x
ABSTRACT ........................................................................................................ xi
PENELITIAN ...................................................................................... 59
Dislipidemia................................................................................... 89
6.5. Pengaruh Ekstrak Teh Putih Terhadap Penurunan Profil Lipid ... 91
Medicine ........................................................................................ 96
DAFTAR TABEL
Halaman
2.1 Pedoman Klinis Untuk Menghubungkan Profil Lipid
Dengan Resiko Terjadi (PKV) .................................................................. 13
5.1 Hasil Uji Normalitas Data Kolesterol Total, Trigliserida, LDL, HDL.. 76
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.9 Teh Putih, Teh Hijau, Teh Merah/Oolong, Teh Hitam ........................... 41
DAFTAR SINGKATAN
EC : Epicatechin
EGC : Epigallocatechin
IL-1 : Interleukin-1
NO : Nitric Oxide
PL : Pancreatic Lipase
TG : Trigliseride
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
mengalami proses penuaan. Proses penuaan sampai saat ini masih dianggap
sesuatu yang alamiah terjadi. Dengan bertambahnya usia maka seluruh sistem
Medicine (AAM).
sehingga dapat kembali ke keadaan semula, dengan demikian manusia tidak lagi
harus membiarkan dirinya begitu saja menjadi tua dengan segala keluhan dan
Pada saat ini banyak penyakit yang berhubungan dengan pola makan yang
tidak sehat, karena pola makan sekarang cenderung mengandung tinggi kalori dan
tinggi lemak, serta pola hidup sedentari dimana aktivitas fisik sehari-hari sangat
(Halim, 2006).
penyakit jantung koroner (Brown dan Goldstein, 2009). Keadaan ini sering diikuti
juga merupakan penyebab penuaan dini dan penyebab kematian karena itu
ketat rendah kalori, rendah kolesterol, kurangi alkohol, berhenti merokok dan
mengkonsumsi makanan tinggi omega 3, olahraga dan mengatur pola hidup. Jika
semua intervensi non farmakologis sulit dilakukan dan tidak berhasil, maka
Pada saat ini banyak sekali penelitian dilakukan untuk mencari bahan
alami yang dapat mencegah dan mengobati dislipidemia, karena bahan alami lebih
mudah didapat dan harganya relatif terjangkau. Bahan alami diharapkan dapat
Teh adalah tanaman yang sudah sangat dikenal dan disukai masyarakat
dunia juga di Indonesia (UMMC, 2010). Teh termasuk tanaman spesies Camellia
32
theanin, theofilin dan mineral. Karena kandungan pitonutrien tersebut maka teh
dapat berfungsi sebagai antioksidan (Almajano et al., 2008; Xiao et al., 2008;
Yang dan Wang, 2011; Forester dan Lambert, 2011), sebagai anti-inflamasi, anti-
kanker (Butt dan Sultan, 2009), juga sebagai anti-kolesterol, anti-obesitas, dan
jenis teh yaitu Teh Hitam, Teh Merah (Oolong Teh), Teh Hijau, dan Teh Putih
(Seeram et al., 2008). Belum banyak yang mengenal teh putih, teh putih berasal
dari pucuk Camellia sinensis yang masih menggulung dan pada saat dipetik
dilindungi dari sinar matahari (Alcazar et al., 2007). Sama seperti teh hijau, teh
putih telah digunakan untuk mengobati obesitas dan penyakit metabolik. Pada saat
ini banyak peneliti tertarik mempelajari komposisi teh putih (Unachukwu et al.,
2010 ; Van Der Hooft et al., 2012), sebagai efek antitumorigenik (Wang et al.,
2008; Kumar et al., 2012), efek antioksidan (Almajano et al., 2011; Lopez et al.,
2011; Perez-Jimenez et al., 2011; 2012; Thring et al., 2009; 2011). Teh putih di
Gamboeng White Tea oleh Pusat Penelitian Teh dan Kina. Teh putih ini mendapat
Teh putih banyak sekali mengandung polifenol. Polifenol utama pada teh
(Almajano et al., 2008; Xiao et al., 2008; Yang dan Wang, 2011; Forester dan
sehingga terjadi inhibisi sintesis fatty acid dan meningkatkan regulasi reseptor
enzim yang berperan pada beta oksidasi fatty acid di hepar dan meningkatkan
aktifitas CETP ( Kersshaw dan Flier, 2004). Meningkatkan juga ekskresi lemak
pada feses (Teixeira, et al., 2012). Penelitian sebelumnya telah dibuktikan efek
teh putih menurunkan stres oksidatif dan kadar trigliserida pada tikus obes
(Teixeira, et al., 2012). Maka dianggap perlu penelitian teh putih mencegah
dislipidemia. Teh putih yang digunakan pada penelitian ini adalah teh putih
Gambung (Hasil analisis ekstrak teh putih gambung dilampirkan pada lampiran
2).
Dari uraian latar belakang di atas dapat dibuat rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apakah pemberian ekstrak teh putih oral dapat mencegah kenaikan kadar
kolesterol total pada tikus jantan galur wistar yang diberi diet tinggi
34
lemak?
kolesterol LDL pada tikus jantan galur wistar yang diberi diet tinggi
lemak?
trigliserida pada tikus jantan galur wistar yang diberi diet tinggi lemak?
kolesterol HDL pada tikus jantan galur wistar yang diberi diet tinggi
lemak?
Untuk mengetahui efek ekstrak teh putih terhadap profil lipid secara umum
pada tikus (Rattus Novergicus) jantan galur wistar yang diberi diet tinggi lemak.
peningkatan kolesterol total pada tikus jantan galur wistar yang diberi diet
tinggi lemak.
peningkatan trigliserida pada tikus jantan galur wistar yang diberi diet
tinggi lemak.
peningkatan LDL pada tikus jantan galur wistar yang diberi diet tinggi
35
lemak.
penurunan HDL pada tikus jantan galur wistar yang diberi diet tinggi
lemak.
teh putih dan ekstrak teh putih oral dapat mencegah dislipidemia. Hasil
penelitian ini dapat dijadikan dasar dan acuan untuk penelitian selanjutnya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
melindungi, dan memperbaiki diri agar dapat bekerja secara efesien. Penurunan
Faktor yang menyebabkan proses penuaan dibagi menjadi dua yaitu faktor
eksternal dan faktor internal. Faktor internal meliputi radikal bebas, hormon yang
menurun, dan gen. Faktor eksternal yang utama adalah gaya hidup yang tidak
sehat, diet tidak sehat, kebiasaan salah, polusi lingkungan, stress, dan kemiskinan
(Pangkahila, 2011).
meski tak satupun yang dapat menjelaskan secara tuntas mengapa terjadi proses
penuaan, namun teori tersebut satu sama lain saling melengkapi (Goldman dan
Klatz, 2007).
berkembangnya ilmu pengetahuan pada saat ini. Jika faktor-faktor tersebut dapat
7
37
mungkin dihambat sehingga kualitas hidup dapat dipertahankan. Hal inilah yang
manusia dengan mencari penyebab penuaan tersebut dan memberikan terapi yang
Pola hidup yang mendasari anti-aging medicine adalah pola makan (diet)
yang baik, olahraga yang cukup, konsumsi antioksidan secukupnya dan terapi
Pola makan yang baik seharusnya mengandung nutrisi yang sehat dan
30% lemak (60% berupa monounsaturated fatty acids (MUFA) dan 10%
polyunsaturated fatty acids (PUFA) ), dan 20% protein. Pada kenyataannya sering
kali kita mempunyai pola makan yang tidak seimbang karena terlalu banyak
gula, makanan penutup, dan juga tinggi lemak hewani dan terlalu sedikit makanan
Energi tinggi yang dikonsumsi lewat masukan lemak jenuh yang tinggi
menyebabkan kelebihan kalori dan lemak. Jika terjadi kelebihan lemak maka
38
kelebihan lemak tersebut akan disimpan sebagai cadangan energi pada sel lemak
dan jaringan lemak (Adiposit dan jaringan adiposa). Kelebihan lemak biasa
berasal dari asupan Lipos (minyak hewani dan minyak nabati). Adiposit dan
Jaringan adiposa dan adiposit berfungi sebagai organ endokrin aktif dan sel
patogenesis ini yang sekarang dipercaya sebagai landasan teori relasi kelebihan
Gambar 2.2 Mekanisme diet tinggi lemak menjadi dislipidemia (Bays et al.,
2013).
41
2.3 Dislipidemia
2.3.1 Definisi
peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang
utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida
metabolik akibat sekunder dari beberapa macam penyakit dan ini kemudian akan
pada tendon achilles, siku dan tendon lutut serta sendi metakarpofalangealis,
LDL 160mg/dl, trigeliserida 200mg/dl, atau HDL < 40mg/dl. Angka patokan
negara barat, yang dikaitkan dengan besarnya risiko untuk terjadinya penyakit
Trigliserida
yang dilakukan oleh Sudijanto Kamso pada tahun 2004 terhadap 656 responden
didapatkan keadaan dislipidemia berat (total kolesterol >240 mg/dL) pada orang
berusia diatas 55 tahun didapatkan paling banyak di Padang dan Jakarta (>56%),
diikuti oleh mereka yang tinggal di Bandung (52,2%) dan Yogyakarta (27,7%).
Pada penelitian ini juga didapatkan bahwa prevalensi dislipidemia lebih banyak
didapatkan pada wanita (56,2%) dibandingkan pada pria (47%). Dari keseluruhan
terbesar pada rentang usia 55-59 tahun (62,1%) dibandingkan yang berada pada
rentang usia 60-69 tahun (52,3%) dan berusia diatas 70 tahun (52,6%).
kehamilan.
44
A. Dislipidemia Primer
meliputi:
Hiperkolesterolemia poligenik
Hiperkolesterolemia turunan
Dislipidemia remnan
Sindroma kilomikron
Hipertrigliseridemia turunan
Peningkatan apolipoprotein B
B. Dislipidemia Sekunder
mendasari. Hal ini dapat bersifat spesifik untuk setiap bentuk dislipidemia seperti
Lipid Penyebab
pengurangan asupan kolesterol dan asam lemak jenuh, pemilihan makanan yang
berhubungan dengan aturan makan untuk mengurangi LDL seperti stanol dan
sterol serta peningkatan masukan serat yang dapat larut, penurunan berat badan,
dan peningkatan aktivitas fisik. Terapi non farmakologi ini hendaknya menjadi
pengaturan makanan dan terapi obat dapat dimulai secara bersamaan (Grundy,
2006).
1. Terapi diet
makanan yang mengandung banyak lemak jenuh dan kolesterol serta berapa
sering keduanya dimakan. Jika diperlukan ketepatan yang lebih tinggi untuk
menilai asupan gizi, perlu dilakukan penilaian yang lebih rinci, yang biasanya
membutuhkan bantuan ahli gizi. Penilaian pola makan penting untuk menentukan
Terapi diet bisa dimulai saat dini, bisa dimulai pada anak-anak diatas 2
tahun apabila terdapat genentik hiperkolestromia. Pada usia anak terapi diet tidak
perlu terlalu ketat dan pada saat memauki usia dewasa mulai diterapkan secara
Tabel 2.3 Terapi perubahan pola hidup dengan pola diet (Krauses, 2012)
profil lipid dan lebih bersifat aterogenik dibanding yang original. Genotip
merupakan faktor yang penting pada intervensi diet. Diet harus disesuaikan
Identifikasi gene coding pada wanita yang mempunyai dua copy G Allele,
meningkatkan diet PUFA menyebabkan penurunan level HDL, tetapi pada wanita
HDL. Manipulasi pada diet PUFA memberikan efek level HDL yang berbeda,
tergantung varian mana copy gene individual dan berapa jumlah copy gene
2. Latihan jasmani
kadar HDL dan Apo AI, menurunkan resistensi insulin, meningkatkan sensitivitas
B. Terapi Farmakologi
dislipidemia apabila dengan terapi diet dan olah raga kondisi pasien tidak
kita dapat. Beberapa hal yang perlu kita pertimbangkan adalah kemampuan dari
fibrinogen, kolesterol LDL, dan juga diperhatikan pengaruh atau efek samping
pada kehamilan tetapi merupakan kontra indikasi pengobatan dengan niacin dan
1. Aterosklerosis
2.4 Lemak
Lemak, disebut juga lipid, adalah suatu zat yang kaya akan energi,
berfungsi sebagai sumber energi yang utama untuk proses metabolisme tubuh.
Lemak yang beredar di dalam tubuh diperoleh dari dua sumber yaitu dari asupan
makanan dan lemak yang dibentuk oleh tubuh (hasil produksi organ hati), yang
bisa disimpan di dalam sel-sel lemak (adiposit) dan jaringan adiposa sebagai
Dalam hal ini lipid berperan sebagai barier untuk sel dan mengatur aliran
material-material.
Necrosis Factor .
Secara umum fungsi lemak adalah sebagai sumber energi, pelindung organ
tubuh, pembentukan sel, sumber asam lemak esensial, alat angkut vitamin larut
dalam lemak, menghemat protein, memberi rasa kenyang dan kelezatan, sebagai
1. Fosfolipid
3. Kolesterol
4. Asam Lemak
2.4.1 Fosfolipid
lemak yang mengandung gugusan fosfat. Yang termasuk golongan ini ialah
2.4.2 Trigliserida
merupakan ester gliserol. Apabila terdapat satu asam lemak dalam ikatan dengan
daging, produk susu, dan minyak goreng, serta merupakan sumber energi utama
bagi tubuh. Trigliserida juga ditemukan dalam simpanan lemak tubuh dan berasal
dari pecahan lemak di hati. Seperti halnya kolesterol, trigliserida juga merupakan
Sebagian besar lemak dan minyak di alam terdiri atas 97 persen trigliserida
dalam bentuk trigliserida. Apabila sel membutuhkan energi, enzim lipase dalam
sel lemak akan memecah trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak bebas serta
2.4.3 Kolesterol
Kolesterol adalah salah satu lemak tubuh yang berada dalam bentuk bebas
dan ester dengan asam lemak, serta merupakan komponen utama selaput sel otak
atau hormon yang dapat mempengaruhi volume dan tekanan darah, kadar
oleh hati) dan 20 persen sisanya dari luar tubuh (makanan yang dikonsumsi).
Kolesterol adalah produk khas hasil metabolisme hewan dan produk olahannya
seperti kuning telur, daging, hati, otak, susu, keju, mentega, dan lain-lain.
Kolesterol yang berasal dari makanan jarang dalam bentuk kolesterol bebas,
biasanya berbentuk kolesterol dengan asam lemak atau sering disebut ester
53
kolesterol. Kolesterol hanya terdapat pada sel-sel hewan dan manusia, tidak
berkembang secara semestinya. Sel-sel ini menerima kolesterol dari LDL (Low
atau diserap oleh sel ada batasnya. Bila kita makan banyak lemak jenuh atau
bahan makanan yang kaya akan kolesterol, maka kadar LDL dalam darah kita
tinggi.
protein atau lemak. Biosintesis kolesterol terbagi menjadi empat tahap. Tahap
isoprenoid untuk membentuk molekul skualen. Tahap paling akhir adalah proses
terbentuknya inti steril dari skualen, yang kemudian akan diubah menjadi
mevalonat oleh HMG-KoA reduktase. Kerja enzim ini dapat dihambat oleh
Rentang ukuran dari asam lemak adalah C12 sampai dengan C24 (Rader dan
Hobbs, 2005).
Ada dua macam asam lemak yaitu (Rader dan Hobbs, 2005) :
2.4.5 Lipoprotein
Pada umumnya lemak tidak larut dalam air, yang berarti juga tidak larut
dalam plasma darah. Agar lemak dapat diangkut ke dalam peredaran darah, maka
di dalam plasma darah, lemak akan berikatan dengan protein spesifik membentuk
suatu kompleks makro molekul yang larut dalam air. Ikatan antara lemak
(Mahley, 2003).
Hobbs, 2005) :
dalam darah.
Lipoprotein (HDL). Setiap jenis lipoprotein memiliki fungsi yang berbeda dan
dipecah serta dibuang dengan cara yang sedikit berbeda (Rader dan Hobbs, 2005).
2.4.5.1 Kilomikron
hati. Kilomikron dibentuk di usus halus dengan komposisi asam lemak dari
trigliserida. Lipoprotein dengan berat molekul terbesar ini lebih dari 80 persen nya
terdiri dari trigliserida yang berasal dari makanan, terutama makanan yang
mengandung trigliserida dan kurang dari 5 persen terdiri dari kolesterol ester.
Lipase) yang terdapat pada permukaan endotel kapiler, jaringan lemak dan otot.
Akibat interaksi ini trigliserida dapat dilepaskan dari kilomikron, dan diangkut
makanan ke jaringan lemak dan otot rangka, dan membawa kolesterol makanan ke
Apo B48, Apo AI, Apo AII, dan Apo AIV, sedangkan bagian inti kilomikron
terdiri dari trigliserida dan kolesterol. Di dalam plasma, Apo C dan Apo E
kilomikron remnan yang kaya kolesterol miskin trigliserida dan asam lemak bebas
atau membentuk lipoprotein (Lichtenstein dan Jones, 2001 ; Rader dan Hobbs,
2005). Sedangkan Asam lemak bebas kemudian diambil oleh berbagai jaringan
et al., 2003).
endogen. Lipoprotein ini terdiri dari 60 persen trigliserida endogen dan 10-15
persen kolesterol. Lipoprotein ini dibentuk dari asam lemak bebas di hati, yang
merupakan bagian terbesar dari VLDL dan ukuran VLDL ditentukan oleh jumlah
dihidrolisis oleh lipoprotein lipase (LPL) dan diubah menjadi VLDL remnant
(Mahley et al., 2003). VLDL remnan dapat ditangkap kembali oleh hepar melalui
reseptor atau tetap dalam sirkulasi dan setelah diambil komponen trigliseridanya
dihirolisis oleh hepatik lipase (HL) menjadi partikel IDL dan LDL (Rader dan
Hobbs, 2005).
alat transportasi kolesterol yang utama, mengangkut sekitar 70-80 persen dari
58
termasuk ke sel otot jantung, otak, dan lain-lain agar dapat berfungsi sebagaimana
mestinya (untuk sintesis membran plasma dan hormon steroid). Rangkaian proses
60 persen. Kadar LDL plasma tergantung dari banyak faktor termasuk kolesterol
dalam makanan, asupan lemak jenuh, kecepatan produksi dan eliminasi LDL dan
VLDL. Bila kita makan banyak lemak jenuh atau bahan makanan yang kaya akan
kolesterol, maka kadar LDL dalam darah kita tinggi. Kelebihan LDL akan mudah
melekat pada dinding sebelah dalam (intima) pembuluh darah dengan risiko
arteri, yang diikuti dengan terjadinya aterosklerosis. Makin kecil ukuran LDL atau
makin tinggi kepadatannya, makin mudah pula LDL tersebut menyusup ke dalam
intima. LDL demikian disebut LDL kecil padat (small dense LDL). Oleh karena
sifat di atas, maka LDL disebut kolesterol jahat. Ambilan LDL terjadi karena
adanya reseptor LDL. LDL mengalami katabolisme melalui jalur reseptor dan
jalur non reseptor. Jalur katabolisme reseptor dapat ditekan oleh produksi
kolesterol endogen. Bila katabolisme LDL oleh hati dan jaringan perifer
59
kolesterol sebagian disalurkan ke dalam makrofag yang akan membentuk sel busa
(foam cells) yang berperan dalam terjadinya aterosklerosis (Rader dan Hobbs,
2005).
persen trigliserida dan 50 persen protein. Kadar HDL kira-kira sama pada laki-laki
persen lebih rendah daripada kadar pada perempuan. Pada individu dengan nilai
lipid yang normal, kadar HDL relatif menetap sesudah dewasa (kira-kira 45 mg/dl
pada pria dan 54 mg/dl pada perempuan). HDL penting untuk membersihan
insiden penyakit dan kematian karena aterosklerosis. Oleh karena itu, HDL
koroner belum diketahui dengan jelas. Kadar HDL menurun pada kegemukan,
perokok, penderita diabetes yang tidak terkontrol dan pada pemakaian kombinasi
estrogen-progestin. HDL mengandung Apo AI, AII, AIV, C, dan E. Apo AI dan
AIV merupakan aktivator enzim LCAT. HDL memberikan Apo E dan Apo C, dan
60
menerina Apo AI dan Apo AIV dari kilomikron di dalam sirkulasi darah (Rader
kilomikron remnan.
trombosis.
Inti HDL adalah kolesterol ester yang dibentuk dalam sirkulasi melalui
2.4.5.5 Apoprotein
Hasil akhir dari pemecahan lipid dari makanan adalah asam lemak dan
gliserol. Jika sumber energi dari karbohidrat telah mencukupi, maka asam lemak
sebagai cadangan energi jangka panjang. Jika sewaktu-waktu tak tersedia sumber
energi dari karbohidrat barulah asam lemak dioksidasi, baik asam lemak dari diet
oksidasi beta dan menghasilkan asetil KoA. Selanjutnya sebagaimana asetil KoA
dari hasil metabolisme karbohidrat dan protein, asetil KoA dari jalur inipun akan
Di sisi lain, jika kebutuhan energi sudah mencukupi, asetil KoA dapat
sebagai trigliserida (Ahuja, 2003). Beberapa lipid non gliserida disintesis dari
keton (aseto asetat, hidroksi butirat dan aseton). Proses ini dinamakan
2006)
Lemak dalam darah diangkut dengan dua cara, yaitu melalui jalur eksogen
dan jalur endogen. Jalur eksogen yang berperan adalah kilomikron dan jalur
endogen yang berperan adalah VLDL, IDL dan HDL (Mayes et al, 2003).
63
Trigliserida dan kolesterol yang berasal dari makanan dalam usus dikemas
dalam bentuk partikel besar lipoprotein, yang disebut kilomikron. Kilomikron ini
akan diangkut dalam saluran limfe lalu ke dalam darah melalui duktus thorasikus.
hidrolisis oleh lipoprotein lipase yang terdapat pada permukaan sel endotel.
Akibat hidrolisis ini maka akan tebentuk asam lemak bebas dan kilomikron
remnan. Asam lemak bebas akan menembus sel endotel dan masuk ke dalam
jaringan lemak atau sel otot untuk diubah menjadi trigliserida kembali sebagai
tetap. Kilomikron remnan ini akan dibersihkan oleh hati dari sirkulasi dengan
bebas yang akan digunakan untuk sintesis berbagai stuktur (membran plasma,
mielin, hormon steroid dan sebagainya), disimpan dalam hati sebagai kolesterol
ester lagi disekresi ke empedu (sebagai kolesterol atau asam empedu) yang akan
jalur endogen. Pada akhirnya, kilomikron yang tersisa (yang lemaknya telah
endogen dalam bentuk VLDL kaya trigliserida. VLDL akan mengalami hidrolisis
menjadi VLDL remnan. VLDL remnan diambil oleh hati atau diubah menjadi
IDL (Intermediate Density Lipoprotein). Partikel IDL kemudian diambil oleh hati
atau mengalami pemecahan lebih lanjut menjadi produk akhir yaitu LDL. LDL
akan diambil oleh reseptor LDL di hati dan mengalami katabolisme. HDL
menjadi kolesterol ester. Kolesterol ester ini akan mengalami perpindahan dari
HDL ke VLDL atau IDL, begitu juga trigliserida yang terdapat pada partikel
VLDL dan IDL dipindahkan ke partikel HDL melalui enzim Cholesterol Ester
transpor kolesterol (reverse cholesterol transport) dari perifer menuju hati untuk
2.7 Aterosklerosis
darah akibat timbunan lemak yang meningkat dalam dinding pembuluh darah
yang akan menghambat aliran darah. Kolesterol yang berlebihan dalam darah
akan mudah melekat pada dinding sebelah dalam pembuluh darah. Selanjutnya,
66
LDL akan menembus dinding pembuluh darah melalui lapisan sel endotel, masuk
ke lapisan dinding pembuluh darah yang lebih dalam yaitu intima. LDL disebut
sehingga dapat menyempitkan pembuluh darah. LDL ini bisa melekat karena
mengalami oksidasi atau dirusak oleh radikal bebas. LDL yang telah menyusup ke
dalam intima akan mengalami oksidasi tahap pertama sehingga terbentuk LDL
melekatkan dan menarik monosit (salah satu jenis sel darah putih) menembus
lapisan endotel dan masuk ke dalam intima. Disamping itu LDL-teroksidasi juga
menghasilkan zat yang dapat mengubah monosit yang telah masuk ke dalam
oksidasi tahap kedua menjadi LDL yang teroksidasi sempurna yang dapat
mengubah makrofag menjadi sel busa (foam cell) (Rader dan Hobbs, 2005).
Sel busa (foam cell) yang terbentuk akan saling berikatan membentuk
gumpalan yang makin lama makin besar sehingga membentuk benjolan yang
pada lapisan pembuluh darah yang lebih dalam (media) untuk masuk ke lapisan
membuat saluran pembuluh darah menjadi sempit sehingga aliran darah kurang
lancar. Plak kolesterol pada dinding pembuluh darah bersifat rapuh dan mudah
mengalami penyempitan dan pengerasan oleh plak kolesterol, maka bekuan darah
ini mudah menyumbat pembuluh darah secara total. Kondisi ini disebut dengan
didaerah tropis dan sub tropis. Tanaman ini dapat mencapai tinggi 914 cm, namun
berwarna hijau muda dan mempunyai rambut-rambut putih dibagian bawah daun,
sedangkan daun teh tua berwarna hijau tua. Daun teh berbentuk oval dengan
bagian tepinya bergerigi tajam berukuran panjang 4-15 cm, lebar 2-5 cm. bunga
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Ericales
Famili : Theaseae
Genus : Camellia
Teh hitam didapat dari hasil penggilingan yang menyebabkan daun teh
terluka dan mengeluarkan getah. Getah itu bersentuhan dengan udara sehingga
pengeringan berubah menjadi hitam. Teh hitam paling dikenal luas dan
tidak bersentuhan lama dengan udara pada saat pengolahan. Fermentasi yang
kemerahan.
70
Teh hijau diolah tanpa mengalami oksidasi dan fermentasi. Setelah daun
teh layu langsung digulung, dikeringkan, dan dikemas. Biasanya pucuk teh
diproses langsung dengan uap panas (steam) atau frying untuk menghentikan
aktivitas enzim. Warna hijau tetap bertahan dan kandungan taninnya relatif
tinggi.
Teh putih merupakan teh yang sangat istimewa. Teh putih berasal dari
pucuk daun teh yang sangat muda dan masih menggulung, pada saat dipetik
dilindungi dari sinar matahari. Daun teh yang sangat muda ini hanya diuapkan
dan dikeringkan segera setelah dipetik untuk mencegah oksidasi, daun teh
muda ini tidak melalui proses fermentasi sehingga teh putih mengandung
Gambar 2.9 Teh Putih, Teh Hijau, Teh Merah /Oolong, Teh hitam
71
Camellia sinensis
Withered Withered
Steamed Steamed / fired
(Polyphenol oxidase (Polyphenol oxidase ruised by shaking Rolled
Inactivation) Inactivation)
Catechin
besar yaitu substansi fenol, substansi bukan fenol, substansi penyebab aroma dan enzim
(Alamsyah, 2006).
1. Substansi Fenol
a. Flavanol
Flavanol adalah polifenol utama pada teh berupa katekin. Derivat dari katekin
b. Flavonol
terendah. Komposisi kimia flavonol pada teh mirip katekin. Flavonol pada teh
a. Karbohidrat
Keseluruhan kerbohidrat pada teh 0,75% dari berat kering (Alamsyah, 2006).
73
b. Substansi Pektin
Pektin dapat terurai menjadi asam pektat dan metil alkohol dengan bantuan
enzim pektin metal esterase. Metil alkohol akan menguap dan sebagian diubah
menjadi asam organik yang akan menghasilkan aroma khas (Rohdiana, 2009).
c. Alkaloid
Alkaloid pada teh memiliki sifat penyegar. Alkaloid yang utama dalam teh
adalah kafein. Kafein akan bereaksi dengan ketekin dan menimbulkan rasa segar
Warna hijau pada daun teh disebabkan adanya klorofil. Dalam proses
warna hijau segar menjadi hijau tua/zaitun karena klorofil diubah menjadi feofitin.
Jika terjadi suasana sangat asam feofitin akan diubah menjadi feoforbid yang
Asam amino yang berpengaruh adalah alanin, fenil alanin, valin, leusin, dan
isoleusin. Seluruh kandungan protein dan asam amino bebas adalah 1,4-5% dari
berat daun kering. Reaksi asam amino dengan katekin pada temperature tinggi
f. Substansi resin
Kandungan resin sekitar 3% dari berat daun kering. Peranan resin adalah
menaikkan daya tahan tanaman teh terhadap kondisi beku (Alamsyah, 2006).
g. Vitamin
Daun teh mengandung beberapa vitamin, yaitu vitamin C,K,A,B1, dan B2.
Kandungan vitamin C pada teh sebesar 100-250 mg. kandungan sebesar itu hanya
terdapat pada teh hijau dan teh putih. Vitamin K dalam teh hijau dan teh putih
h. Substansi mineral
Kandungan mineral dalam daun teh cukup banyak. Mineral berfungsi dalam
pembentukan enzim didalam tubuh, sumber mineral yang penting dalam proses
- Magnesium
- Flourida
Berfungsi menguatkan gigi agar terhindar dari karies, pembentukan plak gigi
- Natrium
- Kalsium
- Seng
Aroma teh berasal dari likosida yang terurai menjadi gula sederhana dan
senyawa yang beraroma atau dari oksidasi karotenoid yang menghasilkan senyawa
yang mudah menguap (aldehida dan keton tak jenuh). Substansi penyebab aroma
4. Enzim
Berfungsi sebagai biokatalisator pada reaksi kimia pada daun teh. Enzim yang
Teh putih berasal dari pucuk daun Camelia sinensis yang sangat muda dan masih
pada saat dipetik dihindari dari sinar matahari. Pada saat pembudidayaan daun teh muda
tersebut dilindungi dari sinar matahari untuk mencegah terbentuknya formasi klorofil.
Sehingga memberikan penampakan berwarna putih pada daun teh muda tersebut (Dias
et al., 2013). Teh putih di Indonesia dikembangkan di Gambung, Jawa Barat, teh ini
76
diproduksi menjadi teh unggulan yang diberi nama Exellent Gamboeng White tea,
Premium Tea of Indonesia, oleh Pusat Penelitian Teh dan Kina Bandung.
Proses produksi teh putih dimana daun teh yang masih sangat muda hanya
diuapkan dan dikeringkan segera dipetik untuk menghindari terjadinya oksidasi dan
proses ini menghasilkan seduhan teh terasa ringan dan sangat spesial. Teh putih sangat
Teh putih mempunyai kandungan polifenol yang lebih tinggi dibanding teh
lainnya karena tidak melalui proses fermentasi dan oksidasi. Polifenol utama pada teh
putih terutama derivat dari katekin merupakan antioksidan poten yang mempunyai
manfaat positif bagi kesehatan. Sifat antioksidan dari teh putih dapat mencegah radikal
bebas dan menginhibisi stres oksidatif dan inflamasi. Pada saat ini stres oksidatif dan
Sejak jaman dahulu teh telah dikenal sebagai minuman yang menyegarkan dan
mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan. Seperti halnya jenis teh yang lain teh putih
juga bermanfaat bagi kesehatan. teh putih telah digunakan untuk mengobati obesitas dan
penyakit penyerta. Banyak studi yang dilakukan untuk mengidentifikasi komposisi dari
kanker, diabetes melitus, obesitas, sistem saraf pusat, dan penyakit infeksi. Proteksi
terhadap penyakit kardiovaskular didapat dari sifat teh putih sebagai antitrombogenik,
anti angiogenik (Dias et al., 2013). Manfaat teh putih dapat dilihat pada tabel 2.4.
78
Tabel 2.4 Potensial protektif efek dari teh putih Dias et al., 2013)
Banyak penelitian mempelajari komposisi kimia dari daun teh putih (camellia
element, asam amino organik, lignan dan metilxantin yaitu kafein, teofilin dan
Polifenol pada teh yang merupakan derivat utama dari katekin adalah
epigallocatechin-3-gallate (EGCG).
Hasil analisa kadar polifenol, katekin serta kafein pada teh putih dibandingkan
dengan teh hijau (Hillal, 2007) dapat dilihat pada tabel 2.5.
oleh adiposit dan jaringan adiposa. Hipertropi adiposit dan akumulasi jaringan adiposa
membuat adiposit dan jaringan adiposa dalam keadaan patogenik atau Adiposopathy
resistensi insulin. Resistensi insulin pada adiposit dapat menurunkan aktifitas enzim
lipoprotein lipase, sehingga clearance VLDL menurun, akibatnya kadar VLDL dalam
darah meningkat. Selain itu resistensi insulin dapat meningkatkan hidrolisis trigliserida,
sehingga terjadi peningkatan FFA. FFA akan masuk ke dalam sirkulasi darah lalu ke
hati. Peningkatan FFA di hati merangsang sekresi dari VLDL, sehingga terjadi
81
hipertrigliseridemia. Pemberian ekstrak teh putih yang mengandung EGCG dan kafein
dapat menurunkan TNF- sehingga oksidasi asam lemak pada hepar meningkat,
menghambat sintesis kolesterol oleh sel hepar serta meningkatkan sensitivitas insulin.
lipase dan menurunkan FFA serta menghambat aktivitas CETP (Kersshaw dan Flier,
2004).
CETP adalah protein plasma yang memediasi pertukaran cholesteryl ester dari
HDL ditukar dengan molekul trigliserida dari LDL, VLDL maupun kilomikron,
sehingga yang terjadi VLDL kaya akan kolesterol, sedangkan HDL menjadi kaya akan
trigliserida atau dikenal sebagai lipoprotein kaya trigliserida (TGrL). Apo A-1 dapat
memisahkan diri dari HDL kaya trigliserida. ApoA-1 bebas ini segera dibersihkan dari
82
cholesterol transport. Akibatnya kadar HDL dalam darah menurun. LDL kaya
trigliserida dapat mengalami lipolisis menjadi small dense LDL (Shulman, 2000).
Dalam hal ini EGCG dan kafein secara sinergis bekerja menghambat CETP sehingga
terjadi peningkatan kadar HDL kolesterol dan penurunan kadar LDL (Liu Di et al.,
2009).
Epigallocatechin 3-gallate
(EGCG)
TNF
Trigliserida
CETP
HDL
2.11.1 Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan galur wistar sebagai hewan coba
karena tikus putih jantan dapat memberikan hasil penelitian yang lebih stabil karena
tidak dipengaruhi oleh adanya siklus menstruasi dan kehamilan seperti pada tikus putih
betina. Tikus putih jantan juga mempunyai kecepatan metabolisme obat yang lebih
cepat dan kondisi biologis tubuh yang lebih stabil dibanding tikus betina (Ngatijan,
2006). Tikus putih sebagai hewan percobaan relatif resisten terhadap infeksi dan sangat
cerdas. Tikus putih tidak begitu bersifat foto fobik seperti halnya mencit dan
tidak terganggu oleh adanya manusia di sekitarnya. Ada dua sifat yang membedakan
tikus putih dari hewan percobaan yang lain, yaitu bahwa tikus putih tidak dapat muntah
karena struktur anatomi yang tidak lazim di tempat esofagus bermuara ke dalam lubang
dan tikus putih tidak mempunyai kandung empedu (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).
Tikus laboratorium jantan jarang berkelahi seperti mencit jantan. Tikus putih dapat
tinggal sendirian dalam kandang dan hewan ini lebih besar dibandingkan dengan
daripada mencit. Usia tikus 2,5 bulan memiliki persamaan dengan manusia usia dewasa
muda dan belum mengalami proses penuaan intrinsik (Smith dan Mangkoewidjojo,
1988).
84
berikut:
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Classis : Mammalia
Subclassis : Placentalia
Ordo : Rodentia
Familia : Muridae
Genus : Rattus
Terdapat beberapa galur tikus yang memiliki kekhususan tertentu antara lain
galur Wistar Albino dengan kepala besar, telinga panjang dan ekor pendek, galur
Sprague Dawley yang albino putih berkepala kecil dan ekor panjang, dan galur Long
Evans yang memiliki badan berwarna putih, sedangkan kepala dan ekstremitas
85
berwarna hitam. Galur Sprague Dawley dan Long Evans berasal dari pengembangan
Panjang badan tikus diukur dari ujung hidung sampai pertengahan anus,
sedangkan panjang ekor diukur dari pertengahan anus sampai ujung ekor. Tikus Wistar
memiliki panjang ekor yang selalu lebih pendek daripada panjang badan, sedangkan
tikus Sprague Dawley memiliki panjang ekor yang sama atau lebih dari panjang badan
(Krinke, 2000).
Defekasi 9 13 g/ hari
Tikus laboratorium jantan jarang berkelahi seperti mencit jantan. Tikus dapat
tinggal sendirian dalam kandang, asal dapat melihat dan mendengar tikus lain. Jika
dipegang dengan cara yang benar, tikus-tikus ini tenang dan mudah ditangani di
86
laboratorium. Ada dua sifat yang membedakan tikus dari hewan percobaan lain. Tikus
tidak dapat muntah, karena struktur anatomi yang tidak lazim di tempat esofagus
bermuara ke dalam lambung dan tikus tidak mempunyai kandung empedu (Krinke,
2000).
Untuk tikus pada laboratorium, makanan dan air minum sebaiknya diberikan
secara ad libitum, dan pencahayaan ruangan diatur sebagai 12 jam terang dan 12 jam
gelap. Tikus, terutama tikus albino, sangat sensitif terhadap cahaya, maka intensitas
cahaya laboratorium sebaiknya tidak melebihi 50 lux (Hubrecht dan Kirkwood, 2010)
Kondisi optimal tikus di laboratorium (Krinke, 2000; Hubrecht dan Kirkwood, 2010)
antara lain :
a. Kandang tikus harus cukup kuat tidak mudah rusak, mudah dibersihkan (satu kali
seminggu), mudah dipasang lagi, hewan tidak mudah lepas, harus tahan gigitan dan
hewan tampak jelas dari luar. Alas tempat tidur harus mudah menyerap air pada
b. Menciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai dengan keperluan fisiologis
tikus (suhu, kelembaban dan kecepatan pertukaran udara yang ekstrim harus
sekitar 50%,.
c. Untuk tikus dengan berat badan 200-300 gram luas lantai tiap ekor tikus adalah 600
cm2, tinggi 20 cm. Jumlah maksimal tikus per kandang adalah 3 ekor.
87
d. Transportasi jarak jauh sebaiknya dihindari karena dapat menimbulkan stres pada
tikus.
Jika kondisi diatas tidak terpenuhi, maka tikus menjadi sakit. Beberapa indikator
yang dapat digunakan untuk menilai apakah tikus sehat atau sakit adalah (Hubrecht dan
Kirkwood, 2010):
Penampilan umum.
Pada tikus yang sakit dapat terlihat piloereksi, bulu rontok, kulit kendur, berat
Feses.
Feses yang lembek dan diare menunjukkan terjadinya gangguan pada saluran
pencernaan.
Tingkah laku.
Tikus yang sakit akan menjadi lebih agresif awalnya, namun lambat laun akan
menjadi pasif.
Postur.
Umumnya tikus yang sakit akan sering tiduran di lantai kandang, dengan posisi
Pergerakan.
Suara.
Fisiologi.
BAB III
darah, yang disebabkan oleh peningkatan TNF- akibat asupan lemak jenuh berlebihan.
Keadaan ini merupakan kekacauan metabolik akibat sekunder dari berbagai macam
penyakit, tapi dapat juga berperan serta pada terjadinya berbagai penyakit, terutama
penyakit kardiovaskular.
Kadar kolesterol tinggi dalam darah disebabkan oleh faktor eksogen dan faktor
endogen. Intervensi dilakukan pada faktor eksogen yang meliputi pola makan, aktifitas
fisik, gaya hidup, suplementasi, dan obat-obatan, karena intervensi pada faktor endogen
yang meliputi fisiologi, hormonal, genetik, stres, umur, dan lain-lain sulit dilakukan.
Pada beberapa penelitian dan literatur tentang teh putih menunjukkan bahwa
Epigallocatechin 3-Gallate (EGCG) komponen utama yang aktif pada teh, dapat
memperbaiki profil lipid dengan cara menurunkan TNF- sehingga terjadi penurunan
sintesis kolesterol dan terjadi peningkatan oksidasi yang menyebabkan kolesterol total,
kolesterol LDL, trigliserida dan peningkatan kolesterol HDL. Pada penelitian lain
Penelitian ini ditujukan untuk mempelajari efek pemberian ekstrak teh putih
yang diketahui memiliki polifenol yang tinggi berdasar hasil analisis, maka diharapkan
90
ekstrak teh putih dapat mencegah dislipidemia pada tikus yang diberikan diet tinggi
lemak.
- Obat-obatan - Genetik
- Umur
- Kolesterol Total
- LDL
- Trigliserida
- HDL
Keterangan:
Diteliti
Tidak diteliti
91
1. Ekstrak teh putih mencegah peningkatan kadar kolesterol total serum tikus
2. Ekstrak teh putih mencegah peningkatan kadar LDL tikus jantan galur wistar
3. Ekstrak teh putih mencegah peningkatan kadar trigliserida tikus jantan galur
4. Ekstrak teh putih mencegah penurunan kadar HDL serum tikus jantan galur
BAB IV
METODE PENELITIAN
Posttest Only Control Group Design (Marczyk et al., 2005). Rancangan penelitian
adalah tikus dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok. Perlakuan pada ketiga kelompok kecuali
P0
O1
P1
P S R O2
P2
O3
Keterangan :
P = Populasi
S = Sampel
R = Randomisasi
93
P0 = Perlakuan pada Kelompok Kontrol yang diberikan diet tinggi lemak serta
P1 = Perlakuan pada Kelompok Perlakuan 1 yang diberikan diet tinggi lemak serta
P2 = Perlakuan pada Kelompok Perlakuan 2 yang diberikan diet tinggi lemak serta
ekstrak teh putih 28,8 mg/ 200gr tikus dalam volume 1cc.
kelompok kontrol.
kelompok perlakuan 1
kelompok perlakuan 2
Mada.
94
3. Satu hari untuk pemeriksaan kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida, dan
kolesterol HDL.
2 Sehat .
Tikus mati atau tikus sakit ketika sedang penelitian. Bila tikus sakit dikonsulkan
Besar sampel yang diperlukan dalam penelitian ini didasarkan pada rumus
Federer (2008)
(n-1) x (t-1) 15
95
t = jumlah perlakuan
n=9
Untuk penelitian digunakan sampel 9 (sembilan) ekor per kelompok, dan untuk
cadangan bila terjadi kematian atau sakit pada saat dilakukan penelitian, maka jumlah
Diambil 30 (tiga puluh) ekor tikus jantan galur wistar berumur 3 - 4 bulan
dengan berat 180 - 200 gram dan sehat, kemudian dikelompokkan menjadi 3 kelompok
secara random.
- Variabel bebas.
- Variabel tergantung.
- Variabel kendali.
2. Kolestrol LDL
3. Trigliserida
4. Kolestrol HDL
- Variabel kendali : Jenis kelamin, usia, berat badan, diet tinggi tinggi lemak.
1. Ekstrak teh putih adalah ekstrak teh putih yang berasal dari daun teh putih
2. Tikus (Rattus norvegicus) jantan galur wistar adalah hewan percobaan. berusia3-
4. Diet tinggi lemak adalah bahan makanan yang distandardisasi untuk memenuhi
syarat tinggi lemak tinggi kolesterol dengan komposisi: kolesterol 1%, kuning
telur 5%, lemak hewan 10%, minyak goreng 1%, makanan standar sampai
5. Plasebo yang digunakan pada kelompok kontrol adalah akuades 1ml 1 kali
6. Profil lipid adalah kadar kolestrol total, kolestrol LDL, dan kolestrol HDL darah
sedangkan pada trigliserida darah tikus dengan metode GPO-PAP (post test)
dan trigliserida, serta penurunan high density lipoprotein (HDL) dalam darah.
terdistribusi luas dalam jaringan tubuh, merupakan bahan dari membran sel, dan
terdapat dalam kuning telur, minyak, lemak, serabut myelin dalam otak, akson
dan medula spinalis, hati, ginjal, dan kelenjar adrenal. Kolesterol disintesa dalam
juga trigliserida . Kadar normal pada tikus : 110,85 mg/dl (Lilis, 2010)
10. Kolesterol LDL adalah Low Density Lipoprotein, merupakan lipid plasma yang
membawa sebagian besar kolesterol dalam plasma. Terikat pada albumin. LDL
total - ([trigliserida + HDL). Kadar normal pada tikus: 20,39 mg/dL (Lilis, 2010)
gliserol dengan tiga dari lima macam asam-asam lemak yang tersedia. Dalam
11. HDL adalah High Density Lipoprotein, merupakan lipid plasma yang terikat
-Kolesterol total
- Kolesterol LDL
Ekstrak Teh Putih
- Trigliserida
- Kolestrol HDL
Variabel kendali
1. Jenis kelamin
2. Usia
3. Berat badan
2. Akuades.
3. Diet tinggi lemak adalah bahan makanan yang distandarisasi untuk memenuhi
syarat tinggi lemak dengan komposisi: kolesterol 1%, kuning telur 5%, lemak
hewan 10%, minyak goreng 1%, dan makanan standar sampai 100%, yang
4. Sonde.
c. Hasil blender direndam dalam etanol 96% dengan perbandingan 1:1 pada
mesin vakum.
g. Dari 100 gram teh putih didapatkan 2 gram ekstrak teh putih .
h. Ekstrak teh putih ditimbang, dan didapatkan 1 ml ekstrak teh putih = 1 gram
a. Dipilih 30 ekor tikus Wistar jantan, usia 3-4 bulan dengan berat 180-200
c. Tikus dibagi menjadi tiga kelompok secara random. Setelah itu diberikan
perlakuan:
lemak dan diberikan bahan uji yaitu ekstrak ethanol teh putih
lemak dan diberikan bahan uji yaitu ekstrak ethanol teh putih
d. Selama masa adaptasi 7 hari, tikus diberi makan dan minum sesuai dengan
standar makanan tikus, yaitu dengan standar kadar protein 20 25%, lemak
5%, Karbohidrat 45-40%, serat kasar kira-kira 5%, abu 4-5%. Makanan juga
harus mengandung vitamin dan mineral. Makanan ini dikonsumsi setiap hari
sebanyak 12-20 gr. Dan tikus juga diberi minum secara ad libitum ( John ,
1998)
e. Pemberian diet tinggi lemak secara ad libitum, yaitu tiap tikus diberikan
f. Jika tikus sakit selama penelitian, maka dikeluarkan dari penelitian (drop
g. Pada hari ke-29, ketiga kelompok tikus, kemudian dipuasakan selama 18 jam
orbitalis tikus dioleskan anastesi lidokain 2% supaya tikus tidak terlalu terasa
darah tersebut disimpan pada suhu minus 21oC. Bila pemeriksaan darah
Unit Bagian Farmakologi. Setelah semua sampel darah diperiksa profil lipid
Tikus
(30 Ekor)
Adaptasi
(7 hari)
Puasa 18 jam
Posttest
Kolesterol Total, Trigliserida,
Kolesterol LDL, Kolestrol HDL (Hari ke-29)
Analisis Data
Laporan
104
1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dilakukan sebagai dasar untuk statistik analitis (uji hipotesis).
Untuk mengetahui karakteristik data mean kadar kolesterol total, kolesterol LDL,
2. Uji Normalitas
Uji normalitas data diuji dengan Shapiro-Wilk Test karena jumlah sampel per
kelompok kurang dari 30. Data pada penelitian ini berdistribusi normal dengan
p>0,05
3. Uji Homogenitas
Uji homogenitas data diuji dengan Levenes Test. Varian data dinyatakan homogen
dengan p>0,05
4. Uji Komparasi
Karena data penelitian ini berdistribusi normal dan homogen maka digunakan uji
One Way Anova. Kemudian dilakukan uji Least Significant Difference (LSD).
105
BAB V
HASIL PENELITIAN
30 ekor tikus (Rattus Norvegicus) jantan galur Wistar yang sehat dengan berat badan
180- 200 gram, umur 3-4 bulan sebagai sampel, yang terbagi menjadi 3 (tiga)
kelompok, yaitu kelompok kontrol yang diberikan diet tinggi lemak serta plasebo
(akuades 1cc), kelompok perlakuan 1 yang diberikan diet tinggi lemak serta ekstrak teh
putih 14,4mg/200gr BB tikus dalam volume 1cc, dan kelompok perlakuan 2 yang
diberikan diet tinggi lemak serta ekstrak teh putih 28,8mg/ 200grBB tikus dalam
volume 1cc, selama 28 hari. Dalam bab ini diuraikan uji normalitas data, uji
Data kolesterol total, trigliserida, ,kolesterol LDL dan kolesterol HDL, diuji
Tabel 5.1
Hasil Uji Normalitas Data Kolesterol Total, Trigliserida, LDL dan HDL
Data kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL dan kolesterol HDL ,diuji
Tabel 5.2
Homogenitas Data Kolesterol total, trigliserida, LDL dan HDL antar Kelompok
Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kolesterol total 2,425 0,107 Homogen
Trigliserida 2,744 0,082 Homogen
HDL 2,335 0,116 Homogen
LDL 1,190 0,320 Homogen
107
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kolesterol total antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa diet tinggi lemak dan ekstrak teh putih. Hasil
analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.3 berikut.
Tabel 5.3
Perbedaan Rerata Kadar Kolesterol total Antar Kelompok Sesudah Diberikan
Diet Tinggi Lemak dan Ekstrak Teh Putih
Rerata Kolesterol
Kelompok Subjek n Total SB F P
(mg/dl)
Kontrol 10 236,36 6,04
Perlakuan 1 10 156,65 3,27 1383,00 0,001
Perlakuan 2 10 137,31 3,55
Tabel 5.3 di atas, menunjukkan bahwa rerata kolesterol total kelompok kontrol
adalah 236,366,04 dan rerata kelompok perlakuan 1 adalah 156,653,27, dan rerata
kelopok perlakuan 2 adalah 137,313,55. Analisis kemaknaan dengan uji One Way
Anova menunjukkan bahwa nilai F = 1383,00 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti
bahwa rerata kolesterol total pada ketiga kelompok sesudah diberikan perlakuan
dilakuan uji lanjut dengan Least Significant Difference - test (LSD). Hasil uji disajikan
di bawah ini.
Tabel 5.4
Analisis Komparasi Kolesterol Total Sesudah Perlakuan antar Kelompok
kontrol).
kelompok kontrol).
5.5 Trigliserida
sesudah diberikan perlakuan berupa diet tinggi lemak dan ekstrak teh putih. Hasil
analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.5 berikut.
Tabel 5.5
Perbedaan Rerata Kadar Trigliserida Antar Kelompok Sesudah Diberikan Diet
Tinggi Lemak dan Ekstrak Teh Putih
Rerata
Kelompok Subjek n Trigliserida SB F p
(mg/dl)
adalah 134,054,63 dan rerata kelompok perlakuan 1 adalah 100,013,46, dan rerata
kelopok perlakuan 2 adalah 77,292,32. Analisis kemaknaan dengan uji One Way
Anova menunjukkan bahwa nilai F = 631,72 dan nilai p =0,001. Hal ini berarti bahwa
rerata trigliserida pada ketiga kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda secara
bermakna (p<0,05).
Untuk mengetahui kelompok yang berbeda dengan kelompok kontrol perlu dilakuan
uji lanjut dengan Least Significant Difference - test (LSD). Hasil uji disajikan di bawah
ini.
111
Tabel 5.6
Analisis Komparasi Trigliserida Sesudah Perlakuan antar Kelompok
kontrol).
kelompok kontrol).
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kolesterol HDL antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa diet tinggi lemak dan ekstrak teh putih. Hasil
analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.7 berikut.
112
Tabel 5.7
Perbedaan Rerata Kadar kolesterol HDL Antar Kelompok Sesudah Diberikan
Diet Tinggi Lemak dan Ekstrak Teh Putih
Rerata HDL
Kelompok Subjek n SB F p
(mg/dl)
Tabel 5.7 di atas, menunjukkan bahwa rerata kolesterol HDL kelompok kontrol
adalah 18,112,11 dan rerata kelompok perlakuan 1 adalah 44,312,36, dan rerata
kelopok perlakuan 2 adalah 63,393,83. Analisis kemaknaan dengan uji One Way
Anova menunjukkan bahwa nilai F = 628,87 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa
rerata kolesterol HDL pada ketiga kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda
Untuk mengetahui kelompok yang berbeda dengan kelompok kontrol perlu dilakuan
uji lanjut dengan Least Significant Difference - test (LSD). Hasil uji disajikan di bawah
ini.
Tabel 5.8
Analisis Komparasi kolesterol HDL Sesudah Perlakuan antar Kelompok
kontrol).
kelompok kontrol).
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kolesterol LDL antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa diet tinggi lemak dan ekstrak teh putih. Hasil
analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.9 berikut.
Tabel 5.9
Perbedaan Rerata Kadar Kolesterol LDL Antar Kelompok Sesudah Diberikan
Diet Tinggi Lemak dan Ekstrak Teh Putih
Rerata LDL
Kelompok Subjek n SB F p
(mg/dl)
Tabel 5.9 di atas, menunjukkan bahwa rerata kolesterol LDL kelompok kontrol
adalah 95,292,48 dan rerata kelompok perlakuan 1 adalah 75,122,56, dan rerata
kelopok perlakuan 2 adalah 53,583,49. Analisis kemaknaan dengan uji One Way
Anova menunjukkan bahwa nilai F = 524,06 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa
rerata kolesterol LDL pada ketiga kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda
dilakuan uji lanjut dengan Least Significant Difference - test (LSD). Hasil uji disajikan
di bawah ini.
Tabel 5.10
Analisis Komparasi Kolesterol LDL Sesudah Perlakuan antar Kelompok
kontrol).
kelompok kontrol).
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata pakan yang dimakan antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa diet tinggi lemak dan ekstrak teh putih
dengan kelompok kontrol yang diberi diet tinggi lemak dan akuades. Hasil analisis
kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.11 berikut.
117
Tabel 5.11
Perbedaan Rerata Pakan yang Dimakan antar Kelompok Sesudah Diberikan Diet
Tinggi Lemak dan Ekstrak Teh Putih
Tabel 5.12 di atas, menunjukkan bahwa rerata pakan yang dimakan kelompok
kontrol adalah 11,240,32 dan rerata kelompok perlakuan 1 adalah 9,950,22, dan
rerata kelopok perlakuan 2 adalah 8,690,13 Analisis kemaknaan dengan uji One Way
Anova menunjukkan bahwa nilai F = 285,40 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa
rerata pakan yang dimakan pada ketiga kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda
Untuk mengetahui kelompok yang berbeda dengan kelompok kontrol perlu dilakuan
uji lanjut dengan Least Significant Difference - test (LSD). Hasil uji disajikan di bawah
ini.
Tabel 5.12
kelompok kontrol).
2. Rerata pakan yang dimakan kelompok kontrol berbeda secara bermakna dengan
kelompok kontrol).
BAB VI
kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL, dan penurunan kolesterol HDL, maka
dilakukan penelitian eksperimental dengan Post Test Only Control Group Design,
menggunakan 30 ekor tikus (Rattus Norvegicus) jantan galur Wistar yang sehat dengan
berat badan 180- 200 gram, umur 3-4 bulan sebagai sampel, yang terbagi menjadi 3
(tiga) kelompok, yaitu kelompok kontrol yang diberikan diet tinggi lemak serta plasebo
(akuades 1cc), kelompok perlakuan 1 yang diberikan diet tinggi lemak serta ekstrak teh
putih 14,4mg/200grBB tikus 1cc, dan kelompok perlakuan 2 yang diberikan diet tinggi
lemak dan ekstrak teh putih 28.8 mg /200 grBB tikus dalam volume 1 cc . Penelitian ini
Data hasil penelitian berupa kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL, dan
kolesterol HDL, sebelum dianalisis lebih lanjut, terlebih dahulu diuji distribusi dan
variannya. Untuk uji distribusi digunakan uji Shapiro Wilk, yaitu untuk mengetahui
normalitas data dan uji homogenitas dengan uji Levene test. Berdasarkan hasil analisis
0,05).
120
pada pemberian diet tinggi lemak selama 28 hari kepada 30 ekor tikus jantan galur
wistar didapatkan kenaikan kolesterol total dari 110,85 mg/dl menjadi 236,36 mg/dl
atau sebesar 113.32 persen, kenaikan trigliserida dari 69,63 mg/dl menjadi 134,05
sebesar 92.51 persen, kenaikan kolesterol LDL dari 20,39 mg/dl menjadi 95,29 mg/dl
atau sekitar 367,33 persen dan penurunan kolesterol HDL dari 82,47 mg/dl menjadi
Data dari hasil penelitian ini sesuai dengan Diet-Heart hypotesis yang
menyatakan diet tinggi lemak, kolesterol dan rendah lemak tidak jenuh akan
meningkatkan kadar kolesterol total ( Willett, 2002 ). Lemak jenuh akan merangsang
TNF- menyebabkan meningkatnya oksidasi asam lemak pada hepar sehingga terjadi
lipase dan clearance VLDL menurun, akibatnya kadar VLDL dalam darah meningkat,
(Cholesterol ester transfer protein). Akibatnya kadar HDL dalam darah menurun. LDL
kaya trigliserida dapat mengalami lipolisis menjadi small dense LDL (Shulman, 2000).
Rerata kolesterol total setelah uji perbandingan antara ketiga kelompok sesudah
pemberian ekstrak teh putih oral pada kelompok perlakuan dan akuades pada kelompok
kontrol dengan menggunakan uji One Way Anova, didapatkan rerata kolesterol total
kelompok kontrol adalah 236,36 mg/dl 6,04 dan rerata kelompok perlakuan 1 yang
biberi ekstrak teh putih 14,4 mg adalah 156,65 mg/dl 3,27, dan rerata kelompok
perlakuan 2 yang diberi ekstrak teh putih 28,8 mg adalah 137,31 mg/dl 3,55. Analisis
kemaknaan dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F = 1383,00 dan
nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa rerata kolesterol total pada ketiga kelompok
Rerata trigliserida kelompok kontrol adalah 134,05 mg/dl 4,63 dan rerata
kelompok perlakuan 1 adalah 100,01 mg/dl 3,46, dan rerata kelompok perlakuan 2
adalah 77,29 mg/dl 2,32. Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova
menunjukkan bahwa nilai F = 631,72 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa rerata
trigliserida pada ketiga kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda secara bermakna
(p<0,05).
122
Rerata kolesterol HDL kelompok kontrol adalah 18,11 mg/dl 2,11 dan rerata
kelompok perlakuan 1 adalah 44,31 mg/dl 2,36, dan rerata kelompok perlakuan 2
adalah 63,39 mg/dl 3,83. Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova
menunjukkan bahwa nilai F = 628,87 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa rerata
kolesterol HDL pada ketiga kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda secara
Rerata kolesterol LDL kelompok kontrol adalah 95,29mg/dl 2,48 dan rerata
kelompok perlakuan 1 adalah 75,12 mg/dl 2,56, dan rerata kelompok perlakuan 2
adalah 53,58 mg/dl 3,49. Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova
menunjukkan bahwa nilai F = 524,06 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa rerata
kolesterol LDL pada ketiga kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda secara
Pada penelitian ini, didapatkan bahwa pada kelompok tikus yang diberikan diet
tinggi lemak dan ekstrak teh putih pada kelompok perlakuan terjadi penurunan profil
lipid dimana terjadi penurunan pada kolesterol total , trigliserida, kolesterol LDL dan
kontrol yang diberi diet tinggi lemak dan akuades 1cc (p < 0,05). Diketahui bahwa diet
inflamasi dari interaksi derivat katekin yang utama yaitu Epigallocatechin 3-gallate
(EGCG) dan kafein yang bekerja secara sinergis menghambat enzim COMT.
inflamasinya menurunkan TNF- sehingga terjadi inhibisi sintesis fatty acid dan
meningkatkan regulasi reseptor enzim yang berperan pada beta oksidasi fatty acid di
hepar dan meningkatkan sensitivitas insulin. Sensitivitas insulin yang meningkat akan
menghambat aktifitas CETP (Kersshaw dan Flier, 2004; Brazilia dan Rudin, 2005),
Pada penelitian sebelumnya telah dibuktikan efek teh putih menurunkan stress
oksidatif dan kadar trigliserida pada percobaan terhadap 40 ekor mencit C57BL/6 yang
diinduksi 30 hari menjadi obes kemudian pada kelompok perlakuan diberi ekstrak teh
putih 0,5 % dan akuades pada kelompok kontrol. Setelah perlakuan selama 8 minggu
didapatkan penurunan stress oksidatif dan kadar trigliserida secara bermakna pada
kelompok perlakuan yang diberikan ekstrak teh putih (Teixeira et al., 2012). Penelitian
lainnya adalah penelitian pada tikus wistar yang diberi diet aterogenik selama 30 hari,
kemudian diberikan ECGC 100 mg/kgBB pada kelompok perlakuan dan larutan saline
124
pada kelompok kontrol. Setelah perlakuan selama 7 hari dan 15 hari didapatkan
perurunan profil lipid yaitu terjadi penurunan kolesterol total, trigliserida, kolesterol
LDL,VLDL dan peningkatan kolesterol HDL pada kelompok perlakuan yang diberikan
Hasil yang didapatkan pada penelitian tersebut sejalan dengan hasil pada
penelitian ini karena setelah perlakuan selama 28 hari pada tikus wistar jantan yang
diberi diet tinggi lemak dan ekstrak teh putih 14,4 mg dan 28,8 mg sudah didapatkan
perbedaan bermakna dari profil lipid, dimana terjadi penurunan kolesterol total,
trigliserida, kolesterol LDL dan peningkatan kolesterol LDL (p<0,05 ). Jadi hasil pada
penelitian ini membuktikan polifenol derivat katekin yaitu EGCG dan kafein dari teh
Penelitian ini menunjukkan ekstrak teh putih 14,4 mg dan 28,8 mg yang
diberikan satu kali sehari dapat mencegah peningkatan profil lipid pada tikus jantan
galur wistar yang diberi diet tinggi lemak. Pada penelitian ini didapatkan dosis ekstrak
teh putih 28,8 mg memiliki sifat anti-hiperkolesteremik yang lebih efektif dibanding
hiperkolestremia dari ekstrak teh putih. Dimana polipenol derivat katekin yaitu EGCG
dan kafein dari ekstrak teh putih bekerja secara sinergis sebagai agen anti
putih mempunyai kandungan polifenol yang lebih tinggi dibanding teh lainnya karena
teh putih tidak melalui proses fermentasi dan oksidasi. Polifenol utama pada teh putih
terutama derivat dari katekin merupakan antioksidan poten yang mempunyai manfaat
positif bagi kesehatan. Komposisi utama teh putih meliputi protein, polisakarida,
polifenol, mineral, trace element, asam amino organik, lignan dan metilxantin yaitu
kafein, teofilin dan teobromin (Seeram et al., 2006; Moderno et al., 2009).Sifat
antioksidan dari teh putih dapat mencegah radikal bebas, menginhibisi stres oksidatif
dan inflamasi.
Pada saat ini stres oksidatif dan inflamasi berkaitan dengan terjadinya
neurodegeneratif dan kanker (Dias et al., 2013). Sejak jaman dahulu teh telah dikenal
sebagai minuman yang menyegarkan dan mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan.
Seperti halnya jenis teh yang lain teh putih juga bermanfaat bagi kesehatan. Teh putih
telah digunakan untuk mengobati obesitas dan penyakit penyerta. Beberapa studi telah
dilakukan untuk mengidentifikasi komposisi dari teh putih (Unachukwu et al., 2010;
Diet pada penelitian ini adalah diet tinggi lemak yang terdiri dari makanan
standar (84%), kuning telur (5%), lemak babi (10%), dan minyak goreng Bimoli (1%).
Makanan standar yang digunakan adalah pakan ayam Hyprovite 594, yang memiliki
komposisi protein (17,5 19,5%), lemak (3%), serat (8%), kalsium (0,9%), dan fosfor
126
(0,6%). Kandungan pakan ayam Hyprovite 594 adalah jagung dedak, tepung ikan,
bungkil kedelai, bungkil kelapa, pecahan gandum, dan bungkil kacang tanah.
Pada penelitian ini didapatkan penurunan asupan makanan pada kelompok tikus
yang diberikan ekstrak teh putih, dibanding kelompok kontrol yang hanya diberi
akuades, perbandingan antara ketiga kelompok dengan One Way Anova menunjukan
bahwa terdapat perbedaan bermakna rerata asupan makanan sesudah perlakuan antara
Maka hasil penelitian ini menunjukan bahwa pemberian ekstrak teh putih dapat
kandungan derivat katekin EGCG dan kafein pada ekstrak teh putih. Ada penelitian
sebelumnya telah membuktikan pemberian EGCG dan kafein pada tikus dapat
lipolisis, serta terhambatnya absorpsi makanan, sehingga tikus terasa kenyang (Belza et
al., 2009).Derivat katekin ECGC dan kafein menstimulasi sistim saraf pusat, karena
aktivasi sistim saraf pusat simpatis akan menekan rasa lapar, memperlambat rasa
penekanan pada asupan makanan. ECGC dan kafein ini bekerja secara sinergis pada
pengurangan asupan makanan dan sebagai agen anti imflamasi menekan sitokin yaitu
127
tnf- yang menurunkan profil lipid, sehingga penurunan profil lipid menjadi sangat
signifikan.
Hormon insulin berperan dalam meregulasi kadar gula darah serta menghambat
nafsu makan pada tingkat sistem saraf pusat (Pliquett et al., 2006 ; Belza et al., 2009),
dimana pada pemberian ekstrak teh putih dapat meningkatkan sensitivitas hormon
insulin sehingga menghambat nafsu makan pada kelompok tikus yang diberi ektrak teh
putih karena kandungan EGCGnya yang tinggi. Hasil pada penelitian ini menunjukan
adanya dose-effect relationship, yaitu asupan makanan akan semakin sedikit dan
penurunan profil lipid semakin banyak apabila dosis ekstrak teh putih ditingkatkan.
hipertensi (Klein et al., 2007; Cawthorn dan Sethi, 2008). Kondisi ini berhubungan
dengan masalah kesehatan dan mempercepat proses penuaan. Pemberian ekstrak teh
putih secara oral mencegah peningkatan kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL,
dan penurunan kolesterol HDL antara Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan
pada tikus jantan Galur Wistar yang diberi diet tinggi lemak.
Pemakaian ekstrak teh putih sebagai suplemen dapat menjadi salah satu pilihan
konsumsi ekstrak teh putih merupakan suatu langkah Anti-Aging Medicine dalam
128
Faktor-faktor yang berpengaruh antara lain faktor genetik, diet tinggi kalori, kurangnya
aktivitas fisik, keadaan hormonal, dan obat-obatan. Pendekatan terapi untuk pasien tetap
2009).
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dosis ekstrak teh putih 14,4 mg
dan 28.8 mg, dimana dosis ekstrak teh putih 28,8 mg memberikan efek anti-
dislipidemia yang lebih baik daripada dosis ekstrak teh putih 14,4 mg. Oleh karena itu
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan variasi dosis ekstrak teh putih untuk
mengetahui dosis optimal yang dapat diberikan tanpa menyebabkan efek samping yang
membahayakan.
Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu 28 hari dan belum didapatkan efek
samping dari pemberian ekstrak teh putih. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut dalam jangka waktu yang lebih lama untuk mengetahui efeksamping yang
dapat terjadi pada konsumsi jangka panjang sebagai suplemen untuk mencegah
dislipidemia.
129
BAB VII
1.1.1. Simpulan
sebagai berikut:
5. Ekstrak teh putih mencegah peningkatan kadar kolesterol total tikus jantan galur
6. Ekstrak teh putih mencegah peningkatan kadar trigliserida tikus jantan galur
7. Ekstrak teh putih mencegah peningkatan kadar kolesterol LDL tikus jantan galur
8. Ekstrak teh putih mencegah penurunan kadar kolesterol HDL tikus jantan galur
7.2 Saran
3. Perlu dilakukan uji klinik terhadap khasiat ekstrak teh putih pada manusia dalam
DAFTAR PUSTAKA
Abolfathi A. A, Mohajeri D, Rezaie A, Nazeri M. 2012. Protective Effects of Green Tea Extraxt
Against Hepatic Injury in Streptozotocin-Induced Diabetic Rats. Evidences-Based
Complementary and Alternative Medicine.
Adam I, 2011. Peran Kolesterol HDL Dalam Mencegah Penyakit Arteri Koroner pada Penderita
Diabetes. Artikel Penyakit Dalam. Universitas Hasanudin, Makasar, 1 Februari.
Alberti, K. G., Zimmet,P., and Shaw, J. 2005. IDF Epidemiology Task Force Consensus Group.
The Metabolic Syndrom-A New Wordwide Definition. Lancet 366 (9491):1059-1062.
Alcazar. 2007. Differentiation of green, white, black, Oolong, and Pu-erh teas according to their
free amino acids content. Journal of Agricultural and Food Chemistry, v.55, n. 15, p.
5960-5. Available from http://dx.doi.org /10.1021/jf070601a.
Almajano M. P., Carbo R., Jimenez JAL, Gordon MH. 2008. Antioxidant and Antimicrobial
activities of tea infusions. Food Chemical., 108 (1): 55 - 63.
Almanjano, M. P., Villa, I., Gines, S. 2011. Neuroprotective effects of white tea against
oxidative stress-induced toxicty in striatal cells. Neurotoxicity Research, v. 20, p. 372-8.
Available from http://dx.doi.org/10.1038/ sj.bjp. 0706255.
Anderson R. A., Polansky M.M. 2002. Tea enchances insulin activity. journal of Agriculture
and Food Chemistry 50(24) : 7182 -7186.
Andi Nur Alamsyah. 2006. Taklukan Penyakit dengan Teh Hijau. Jakarta : Agro Medika
Pustaka. Hal. 34-36, 46-58, 59-60.
Bahri, A. Disiplidemia Sebagai Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner, e-USU Repositor.
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2004. Available from :
http://www.library.usu.ac.id/download/fk/gizi-bahri3.pdf. Accesed 16-10-2014.
Barzilia, N., Rudin E., 2005. Inflamatory Peptides Derived From Adipose Tissue. Imunity and
Ageing, 21. Available from : http://www.immunityageing.com/content/2/1/1. Accessed
19-4-2014.
Belza A,. Toubro, S., Astrup, A. 2009. The effect of caffeine, green tea and tyrosine on
thermogenesis and energy intake. European Journal of Clinical Nutrition 63, 57-64.
Macmillan Publishers Limited. Available from :
http://proquest.umi.com/pqdweb?index=2&did=1622618041&SrchMode=1&sid=3&F
mt=6&VInst=PROD&VType=PQR&RQT=309&VName=PQD&TS=1296616266&clI
entId=74186. Accessed ; February 1st 2011.
Butt M. S, Sultan M.T, .2009. Green tea: Natures defense against malignancies. Crit. Rev.
Food Science Nutritional., 49(5): 463-473.
Camargo A. EI, Daguer DAE, Barbosa DS, 2006. Green tea exerts antioksidant action in vitro
and its consumption increases total serum antioksidant potential in normal and
dyslipidemic subject. Nutr. Res., 26(12):626-631.
Carvalho M. Jeronimo C, Valentao P, Andrade PB, Silva BM. 2010. Green Tea : A Promising
anticancer agent for renal cell carcinoma. Food Chemistry 122(1) : 49-54.
Cheng T. O. 2000. Tea is good for the heart. Archives of Internal Medicine 160(15): 2397.
Dachriyanus, Katrin, D.O., Oktarina, R., Ernas, O., Suhatri, dan Mukhtar, M.H. 2007. Uji Efek
A-Mongostin terhadap Kadar Kolesterol Total, Trigliserida, Kolesterol HDL, dan
Kolesterol LDL. Darah Mencit Putih Jantan serta Penentuan Lethal Dose 50 (LD50). J
Sains Tek Far. 12 (2) : 64-72.
Dahlan, Sopiyudin. 2011. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Salemba Medika : Jakarta.
Deka A, Vita J.A. 2011. Tea and Cardivascular Diseases - Review. Pharmacological Research
64, 136-145.
132
Dias, T. R., Tomas, G., Teixeira, N. F., Alves, M. G., Oliveira, P. F., & Silva, B. M. 2013.
White Tea (Camellia Sinensis (L.)): Antioxidant Properties and Beneficial Health
Effects.
Dwisusilo. 2008. Manfaat Isoflavon. [cited 2014 February, 10]. Available from :
http://www.dwisusilo.web.id/2014/05/manfaat-isoflavon-yang-terkandung -dalam.html
Eckardstein, A.V. Nover, J.R. Assmann , G. 2010. High Density Lipoprotein and
Arteriosclerosis. Arterioscler Thromb Vasc Biol 21 : 13-27.
Federer, W. 2008. Statistics and society: data collection and interpretation. Edisi ke-2. New
York: Marcel Dekker.
Forester SC, Lambert JD .2011. The role of antioksidant versus prooxidant effect of green tea
polyphenols in cancer prevention. Mol.Nutr. Food Res., 55(6): 844-854.
Galleano M, Oteiza PI, Fraga CG,. 2009. Cocoa, Chocolate and cardiovascular disease. Journal
of Cardiovascular Pharmacology 54(6) : 483.
Gekinger J. M, Li R, Spiegelman D, Anderson KE, Albanes D. 2012. Coffee, tea, and sugar-
sweetened carbonated soft drink intake and pancreatic cancer risk : a pooled analysis of
14 cohort studies. Cancer Epidemiology Biomarkers & Prevention 21(2):305-318.
Goldman, R. and Klatz, R. 2007. The New Anti-Aging Revolution. Malaysia: Printmate Sdn.
Bhd. p. 19-25. Grundy, 2004.
Goldstein, B.J., Bittner-Kowalczyk, A., White, M.F., and Harbeck, M. 2000. J. Biol. Chem.
275, 4283-4289.
133
Goldstein, Joseph L., Michael S. Brown. 2009. Artericlerosis, Thrombosis and Vascular
Biology. 29 : 431 - 438 doi: 10.1161/ATVBAHA.108.179564.
Gordon, P.M. 2003. Hyperlipidemia and Dyslipidemia. In Ehrman JK. Clinical Exercise
Physiology. Champaign: Human Kinetics. p. 169-184.
Green DJ, Jones H, Thijssen D, Cables NT, Atkinson G. 2011. Flow-medicated dilation and
cardiovascular event prediction : does nitric oxide matter ? Hypertension 2011 March
57(3) : 363 - 9.
Grundy, S. M. 2006. Nutrition in the Management of Disorder of serum Lipids and Lipoprotein.
Modern Nutrition in Heath and Disease. 10th Ed. Lippincott Williams and Wilkins:
Baltimore. P. 1076-1094.
Guyton, A. C., Hall, J.E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Penerjemah: Setiawan I,
Tengadi LMAKA, Santoso A, Jakarta: EGC. Hal: 86. 52
Halliwell, B., Gutteridge, J.M.C. 2007. Free Radicals in Biology and Medicine. 4th Ed, Oxford
University Press: New York.
Han MK. 2003. Epigallocatechin gallate, a consistuent of green tea, suppresses cytokine-
induced pancreatic beta-cell damage. Experimental and Molecular Medicine 35(2):136-
139.
Handoko D. 2007. Pengaruh Tekanan dan Suhu Pada Kondisi Evaporasi Ekstrak Daun Teh
Hijau. Institut Pertanian Bogor. Skripsi.
Harold E. Bays. MD, FNLA, Chair, Peter P. Toth, MD, PhD, FNLA, Co-Chair, Penny M., Kris-
Etherton, PhD, RD, FNLA, Co-Chair, Nicola Abate, MD, Louise J. Aronne, MD, W.
Virgil Brown, MD, FNLA, J. Michael Gonzales-Campoy, MD, PhD, Steven R. Jones,
MD, FNLA, Rekha Kumar, MD, Ralph La Forge, MSc, FNLA, Varman T. Samuel,
MD, PhD. 2013. Obesity, adiposity, and dyslipidemia : A consensus statement from
National Lipid Association.
Hilal, Y; Engelhardt, U. 2007. Characterisation of white tea Comparison to green and black
tea. J. Verbr. Lebensm. 2 (2007): 414 421.
Hirawasa M, Takada K. 2004 Multiple effects of green tea catechin on a the antifungal activity
of antimycotics against Candida albicans. Journal of Antimicrobal Chemotheraphy
53(2) : 225-9.
134
Hubrecht, R. and Kirkwood, J. 2010. The UFAW Handbook of The Care and Management of
Laboratory and Other Research Animals. Edisi ke-8. Universities Federation for Animal
Welfare. p. 311-324.
Indahwati, Limarta. 2012. Pemberian Ekstrak Ubi Jalar Ungu (Ipomoea Batatas L)
Memperbaiki Profil Lipid Tikus Wistar dengan Displidemia.
Islam M. 2011. Effects of the aqueous extract of white tea (Camellia Sinesis) in a
streptozotocin-induced diabetes models of rats. Phytomedicine 19(1) : 25-31.
Jellinger, Paul S., MD, MACE; Donald A. Smith, MD, FACE; Adi E. Mehta, MD.FRCP (C),
FACE; Om Ganda, MD, FACE, Yehuda Handelsman, MD, FACP, FACE; Helena W.
Rodbard, MD, FCAP, MACE; Mark D. Shepherd, MD, FACE; John A. Seibel, MD,
MACE. 2012. The AACE Task Force for Management of Dyslipidemia and Prevention
of Atherosclerosis.
Kersshaw, E.E., and Flier, J.S. 2004. Adipose Tissue as an Endocrine Organ. The Journal of
Clinical Endocrinology & Metabolism 89 p. 2548-2556.
Kimura K, Ozeki M, Juneja LR, Ohira H. 2007. L-Theanin reduces psychological and
physiological stress responses. Biological Physcology 74(1) : 39-45.
Krinke, G. J. 2000. The Laboratory Rat. The Handbook of Experimental Animals. Academic
Press. p. 3-56.
Kumar, M. 2012. Protective effects of green and white tea against benzo (a) pyrene induced
oxidative stress and DNA damage in murine model. Nutrition and Cancer, v. 64, n.2, p.
300-6, available from http://dx.doi.org/ 10.1080/01635581.
Lichtenstein, A. H. and Jones, P.J.H. 2006. Lipids Absorption and Tranport. In Present
Knowledge in Nutrition. 8th Ed. p 93-103. ILSI Press,Washington DC.
Lilis. 2010. Pemberian Astaxanthin Oral Memperbaiki Profil Lipid darah Tikus Putih jantan
(Albino Rat) Dislipidemia.
Liu Di, Xu Jia-Ying, Jiao Yang. 2012. Effects of Puer Tea Aqueous Extracts and Green Tea
Polyphenols on the Expression of Longevity Related Gene CETP. Chinese Journal of
Gerontology 2012-02.
135
Liu K, Liang X, Kuang W. 2011. Tea consumption maybe an effective active treatment for adult
attention deficit hyperactivity disorder (ADHD).
Longo D, Fauci A., Kasper D., Hauser S., Jameson J., Joseph Loscalzo J. 2011. Harrison's
Principles of Internal Medicine, 18th Edition.
Lopez, V.; Calvo, M.I. 2011. White tea (Camellia Sinensis Kuntze) exerts neuroprotection
against hydrogen peroxide-induced toxicity in PC12 cells. Plant Food for Human
Nutrition, v. 66, n. 1,p. 22-6. Available from http://dx.doi.org/10.1007/s11130-010-
0203-3.
Mackenzie T, Leary L, Brooks WB. 2007. The effect of an extract of green tea on glucose
control in adult with type 2 diabetes mellitus : double-blind randomized study.
Metbolism 56(10) : 1340-1344.
Mahan, L. K, Stump, S. M., Janice L. Raymond. 2012. Krause's Food and the Nutrition Care
Process Edition 13.
Mahley, R. W., Weisgraber, K.H., and Farese, R.V. 2003. Disorder of Lipid Metabolism. In
William Textbook of Endocrinology. 10th Ed. Saunders : Philadelphia P. 1642 - 1680.
Marczyk. G., Matteo, D., and Festinger, D. 2005. Essentials of Research Design and
Methodology. New Jersey: John Wiley & Sons. p.105.
Mayes P. A, Botham KM. 2003. Lipid Transport and Storage. Harper's illustrated Biochemistry.
26 th ed. USA. Mc Graw Hill. 205-18.
Miller, P. L., Reinagel, M., Life Extension Foundation. 2005. The New Science of Growing
Older without Aging.A Lynn Sonberg Book, Bantam Books Montgomery, 2001.
Moderno P, Carvalho M, Silva B. 2009. Recent patents on Camellia sinesis : source of health
promoting compounds. Recent Patents on Food, Nutrition and Agriculture 1(13) : 182.
Murray R. , Bender D., Botham K. M, Kennelly P.J. , Rodwell V., Weil P.A., 2012. Harpers
illustrated biochemistry. 29th Ed. New York : Lange
136
Murray, K., R., Granner, K. D., Mayes, A. P., Rodwell, W. V. 2003. Harpers Biochemistry. 26
th Ed. Appleton & Lange Medical Books.p.160-191.
Nugroho. 2009. Respirasi Seluler.[cited 2011 March 2]. Available from http://biodas.
files.wordpress.com/2007/09/04-respirasi-sel.ppt.
Ong E. K, Hur H., Han M. K. 2003. Epigallocatechin gallate prevents autoimmune diabetes
induced by multiple low doses of streptozotocin in mice. Archives of Pharmacal
Research 26 (7).
Ong E. K, Hur H., Han M. K. 2003. Epigallocatechin gallate prevents autoimmune diabetes
induced by multiple low doses of streptozotocin in mice. Archives of Pharmacal
Research 26(7).
Pangkahila, W. 2011. Anti Aging Medicine : Tetap Muda dan Sehat. Cetakan ke-1. Jakarta :
Penerbit Buku Kompas. Hal: 1-3, 9-10, 36-40.
Perez-Jimenez, A.. 2011. The effect of dietary methionine and white tea on oxidative status of
gilthead sea bream (Sparus aurata). British Journal of Nutrition, p. 1-8. Available from
http://dx.doi.org/10.1017/s00071145 11006556.
Pliqueet, R. U., Fuhrer, D., Falk, S., Zysset, S., Von Cramon, D.Y., Stumvoll, M.2006. The
effects of Insulin on the Centrl Nervous system Focus on Appetite Regulation.
Hormone and Metabolic research; 38: 442-446.
Rader, D. J. And Hobbs, H.H. 2005. In Harrisons Principles of Internal Medicine. 16th Ed. p
2286-2298. McGraw-Hill. New York.
Rain T. M., Agarwal S., Maki KC.2011. Antiobesity effect of green tea catechins: a mechanistic
review. J. Nurt. Biochem., 22(1): 1-7.
137
Rohdiana D., 2009. Teh ini Menyehatkan Telaah Ilmiah Populer. Bandung. Penerbit Alfabeta.
hal. 70-74, 9-17, 41-49.
Seeram N. P., Henning S.M., Yantao N., Lee R., Scheuller H.S., Heber D.2006. Catechin and
Caffeine content of green tea dietary supplements and correlation with antioxidant
capacity. J. Agric. Food Chem., 54(5): 1599-1603.
Smith, J. B., dan Mangkoewidjojo, S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan
Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI Press), hal: 30
32 , 43-44, 54,57.
Sohle J, Knott A, Holtzmann U, Siegner R, Groniger E. 2009. White tea extract induces lipolitic
activity and inhibits adipogenesis in human subcutaneous (pre)-adipocytes. Nutr Metab
(Lond) 6 : 20.
Stangl V, Lorenzo M, Stangl K. 2006. The Role of tea and tea flavonoids in cardiovascular
health. Molecular Nutrition & Food Research 50(2) : 218 228.
Sujayanto. G., 2008. Khasiat Teh untuk Kesehatan dan Kecantikan. Flona Serial Oktober (I) :
hal 34-38.
Suryohudoyo. P., 2000. Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler, Jakarta : Sagung Seto, hlm.
31-47.
Teixeira, Gonalves L., Lages P. C., Jascolka T. L., Aguilar E.C., Soares F. L. P. , Pereira S. S.,
Beltrao N. R. M., Matoso R., Nascimento A., Castilho R.O , Leite J. I. A., 2012. White
tea (Camellia sinensis) extract reduces oxidative stress and triacylglycerols in obese
mice. Cincia e Tecnologia de Alimentos vol.32 no.4 Campinas Dec. 2012
Thring, T. S.; Hili, P.; Naughton, D. P. 2009. Anti-Collagenase, anti-elastase and anti-oxidant
activities of extract from 21 plants. BMC Complementary and Alternative Medicine, v.
9, n. 27.
Thring, T. S.; Hili. P., Naughton, D. P. 2011. Antioxidant and potential anti-inflammatory
activity of extracts and formulations of white tea, rose and witch hazel on primary
human dermal fibroblast cells. Journal Inflammation, v.8, n. 1, p. 27, available from
http://dx.doi.org/10.1186/1476-9255-8-27.
Unachukwu, U. J. 2010. White and green teas (Camellia sinensis var.sinensis): variation in
phenolic, methylxanthine, and antioxidant profiles. Journal of Food Science, v. 75, n. 6,
p. C541-8. Available from http://dx.doi.org/ 10.1111/j.1750-3841.2010.01705.x.
138
University of Maryland Medical Center (UMMC). 2010. Green Tea. Available from :
http://www.umm.edu/altmed/articles/green-tea-00255.htm. Accesed April 29th, 2014.
Van Der Hooft, J. J. 2012. Structural Annotation and Elucidation of Conjugated Phenolic
Compounds in Black, Green, and White Tea Extracts. Journal of Agricultural and Food
Chemistry. Available from http://dx.doi.org/10.1021 /jf300297y.
Von S. M., Pilosof A. M. R., Jagus RJ. 2011. Antioxidant and antimicrobial performance of
different Argentinean green tea varieties as affected by whey proteins. Food Chemistry
125(1) : 186 - 192.
Wang, R. 2008. Protective versus promotional effects of white tea and caffeine on PhIP-induced
tumorigenesis and beta-catenin expression in the rat. Carcinogenesis., v.29, n. 4, p. 834-
9 available from http://dx.doi.org/ 10.1093/carcin/bgn051.
Wibowo. 2003. The Concepts of Anti Aging and How to Make Without Disorder. Jakarta :
FKUI. hal.11-17.
Willet, W. C. Optimal Diets for Prevention of Coronary Heart Disease. JAMA 2002;288:2569-
2578.
Xiao. J., Chen. X, Zhang. L, Talbot. S.G, Li G.C, Xu M. 2008. Investigation of the Mechanism
of Enhanced Effect of EGCG on Huperzine As inhibition of Acetylcholinesterase
Activity in Rats by a Multispectroscopic method. J. Agric. Food Chem., 56(3): 910-915.
Yang C. S, Wang. 2011. Mechanistic issues concerning cancer prevention by tea catechins.
Mol. Nurt. Food Res., 55(6): 819-831.
Zhu W. L, Shi H. S, Wei Y. M, Wang S. J, Sun C. Y. 2011. Green tea polyphenols produces
antidepressant-like effects in adult mice. Pharmacological Research. Available from
http://www.nhlbi.nih.gov/health/ dci/Diseases/Hbc /HBC_WhatIs.html
139
Lampiran 1
Keterangan Kelaikan Etik
140
Lampiran 2.
Hasil Analisis Teh Gambung
Lampiran 3.
141
Lampiran 3..
Sesuai dengan saran dari Komisi Etik Penelitian FK Unud maka hewan coba yang
dipilih sebagai sampel diperlakukan dengan baik agar kenyamanan hewan yang telah
berkorban untuk kepentingan kemanusian tetap terjamin.
Tikus yang akan dipilih sebagai sampel harus homogen. Tikus yang dipakai adalah hasil
peternakkan sendiri dari kandang yang dibuat nyaman. Luas kandang adalah 30 kali 20
kali 20 sentimeter. Selama masa adaptasi 7 hari tikus dipelihara dengan sangat
memperhatikan suasana kandang yang nyaman yang meliputi kebersihan, sirkulasi
udara, dan penyedian makan dan minum. Untuk keperluan ini peneliti menugaskan
seorang petugas kandang untuk mengamati keadaan hewan coba didalam kandang
kandang. Penerangan didalam kandang diatur 12 jam gelap 12 jam terang. Kesehatan
tikus di monitor dengan memakai konsultan dokter hewan.
Selama penelitian tikus-tikus ditaruh sangat teratur dengan nomor urut sesuai kelompok
. Tikus ditaruh secara individu . Makanan dimonitor. Jumlah makanan ditakar agar
sesuai kebutuhan dan dijaga agar selalu bersih . Minuman ditaruh ditempat minum tikus
diatas kandang. Suhu dan ventilasi serta kelembaban kandang dijaga ketat. Bila ada
tikus yang sakit dikonsulkan ke dokter hewan untuk diberikan pengobatan yang sesuai.
Setelah 28 hari ,tikus dipuasakan 18 jam ,lalu diambil darah dari medial kantus sinus
orbitalis ,tikus dianestesi secara intra muscular terlebih dahulu sebelum diambil
darahnya..Kemudian dielus-elus supaya rasa sakitnya minimal dan merasa nyaman.
Darah yang diambil 1cc .
Lampiran 4
Foto-foto Penelitian
Pemeliharaan Hewan Coba
Obat Anastesi
Tabung EDTA
145
Pengambilan Darah
Penampungan Darah
146
Kode Tabung
147
Lampiran 5
Data Sisa Pakan
148
Lampiran 6
Data Penelitian Profil Lipid
Lampiran 7
Analisis Data Statistik
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Kelompok Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kolesterol_total Kontrol .190 10 .200* .970 10 .888
Perlakuan 1 .103 10 .200* .978 10 .951
Perlak uan 2 .137 10 .200* .949 10 .657
Trigliserida Kontrol .112 10 .200* .978 10 .955
Perlakuan 1 .128 10 .200* .969 10 .883
Perlakuan 2 .115 10 .200* .984 10 .982
HDL Kontrol .150 10 .200* .970 10 .888
Perlakuan 1 .101 10 .200* .969 10 .883
Perlakuan 2 .136 10 .200* .964 10 .828
LDL Kontrol .154 10 .200* .963 10 .818
Perlakuan 1 .132 10 .200* .976 10 .942
Perlakuan 2 .126 10 .200* .971 10 .900
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Kelompok Statistic df Sig. Statistic df Sig.
*
Sisa_pakan Kontrol .133 10 .200 .972 10 .912
Perlakuan
.189 10 .200* .931 10 .453
1
Perlakuan
.258 10 .058 .903 10 .234
3
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
150
Uji One Way Anova Data Kolesterol Total, Trigliserida, HDL, dan LDL antar
Kelompok Perlakuan
Descriptives
95% Confidence
Interval for Mean
Std. Lower Upper
N Mean Deviation Std. Error Bound Bound Minimum Maximum
Kolesterol_ Kontrol 10 236.3570 6.04326 1.91105 232.0339 240.6801 224.73 245.09
total Perlakuan
10 156.6540 3.27332 1.03511 154.3124 158.9956 152.00 162.18
1
Perlakuan
10 137.3070 3.54552 1.12119 134.7707 139.8433 132.35 142.55
2
Total 30 176.7727 43.81158 7.99886 160.4132 193.1322 132.35 245.09
Trigliserida Kontrol 10 134.0480 4.62690 1.46315 130.7381 137.3579 126.01 140.66
Perlakuan
10 100.0140 3.45653 1.09305 97.5413 102.4867 95.24 106.23
1
Perlakuan
10 77.2900 2.32310 .73463 75.6282 78.9518 73.26 81.32
2
Total 30 103.7840 23.97507 4.37723 94.8316 112.7364 73.26 140.66
HDL Kontrol 10 18.1070 2.11037 .66736 16.5973 19.6167 14.13 21.20
Perlakuan
10 44.3120 2.35736 .74546 42.6256 45.9984 40.99 48.06
1
Perlakuan
10 63.3920 3.82734 1.21031 60.6541 66.1299 56.54 68.55
2
Total 30 41.9370 19.08258 3.48399 34.8114 49.0626 14.13 68.55
LDL Kontrol 10 95.2940 2.48391 .78548 93.5171 97.0709 91.64 100.33
Perlakuan
10 75.1170 2.56259 .81036 73.2838 76.9502 70.90 79.60
1
Perlakuan
10 53.5790 3.48943 1.10345 51.0828 56.0752 48.16 58.86
2
Total 30 74.6633 17.54601 3.20345 68.1115 81.2151 48.16 100.33
152
ANOVA
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Kolesterol_total Between Groups 55125.924 2 27562.962 1.383E3 .000
Within Groups 538.257 27 19.935
Total 55664.181 29
Trigliserida Between Groups 16320.546 2 8160.273 631.721 .000
Within Groups 348.773 27 12.918
Total 16669.320 29
HDL Between Groups 10338.266 2 5169.133 628.865 .000
Within Groups 221.934 27 8.220
Total 10560.199 29
LDL Between Groups 8703.793 2 4351.897 524.057 .000
Within Groups 224.215 27 8.304
Total 8928.008 29
153
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Kelompok Statistic df Sig. Statistic df Sig.
pakan_yang_dimaka Kontrol .133 10 .200* .972 10 .912
n Perlakuan 1 .189 10 .200 *
.931 10 .453
Perlakuan 2 .258 10 .058 .903 10 .234
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Descriptives
pakan_yang_dimakan
95% Confidence Interval
for Mean
Std. Std. Lower Upper Minimu Maximu
N Mean Deviation Error Bound Bound m m
Kontrol 10 11.2400 .32387 .10242 11.0083 11.4717 10.60 11.80
Perlakuan 1 10 9.9500 .22236 .07032 9.7909 10.1091 9.60 10.30
Perlakuan 2 10 8.6900 .12867 .04069 8.5980 8.7820 8.50 8.90
Total 30 9.9600 1.08361 .19784 9.5554 10.3646 8.50 11.80
pakan_yang_dimakan
ANOVA
pakan_yang_dimakan
Multiple Comparisons
pakan_yang_dimakan
LSD
Mean 95% Confidence Interval
(I) (J) Difference (I-
Kelompok Kelompok J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
*
Kontrol Perlakuan 1 1.29000 .10674 .000 1.0710 1.5090
*
Perlakuan 2 2.55000 .10674 .000 2.3310 2.7690
Perlakuan 1 Kontrol *
-1.29000 .10674 .000 -1.5090 -1.0710
*
Perlakuan 2 1.26000 .10674 .000 1.0410 1.4790
Perlakuan 2 Kontrol *
-2.55000 .10674 .000 -2.7690 -2.3310
Perlakuan 1 *
-1.26000 .10674 .000 -1.4790 -1.0410
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.