Anda di halaman 1dari 149

7

TESIS

PEMBERIAN EKSTRAK TEH PUTIH (CAMELLIA


SINENSIS) ORAL MENCEGAH DISLIPIDEMIA PADA
TIKUS (RATTUS NORVEGICUS) JANTAN GALUR
WISTAR YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

F.M DELLY DAHLIA

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
TESIS
8

PEMBERIAN EKSTRAK TEH PUTIH (CAMELLIA


SINENSIS) ORAL MENCEGAH DISLIPIDEMIA PADA
TIKUS (RATTUS NORVEGICUS) JANTAN GALUR
WISTAR YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

F.M DELLY DAHLIA


NIM 1290761040

PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
TESIS

PEMBERIAN EKSTRAK TEH PUTIH (CAMELLIA


SINENSIS) ORAL MENCEGAH DISLIPIDEMIA PADA
TIKUS (RATTUS NORVEGICUS) JANTAN GALUR
WISTAR YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK
9

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister


pada Program Magister, Program Studi Ilmu Biomedik
Program Pascasarjana Universitas Udayana

F.M DELLY DAHLIA


NIM 1290761040

PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
10

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI


PADA TANGGAL 26 Nopember 2014

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila Sp.And.,FAACS Prof. dr. I Gusti Made Aman, Sp.FK.
NIP. 194612131971071001 NIP. 194606191976021001

Mengetahui,

Ketua Program Magister Ilmu Biomedik Direktur Program Pascasarjana


Program Pascasarjana Universitas Udayana Universitas Udayana,

Prof. Dr. dr. Wimpie I. Pangkahila, SpAnd, FAACS Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi,
Sp.S(K)
NIP. 194612131971071001 NIP. 195902151985102001

Tesis Ini Telah Diuji pada


Tanggal 26 Nopember 2014

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana


No : 3467/UN14.4/HK/2014, Tanggal 19 September 2014

Ketua : Prof.Dr.dr.Wimpie Pangkahila,Sp.And., FAACS.


Anggota :
11

1. Prof.dr. I Gusti Made Aman, Sp.FK.


2. Prof.Dr.dr.Alex Pangkahila,M.Sc.,Sp.And.
3. Prof.dr.N. Tiqeh Suryadhi. MPH.PhD.
4. Dr.dr.Ida Sri Iswari. Sp Mk, M.Kes.

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Nama : dr. F.M. Delly Dahlia

NIM : 1290761040

Program Studi : Magister Ilmu Biomedik (Anti - Aging

Medicine)

Judul : Pemberian Ekstrak The Putih (Camellia Sinesis)

Oral Mencegah Dislipidemia pada Tikus (Rattus

Novergicus) Jantan Galur Wistar Yang Diberi

Diet Tinggi Lemak.

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat.

Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka

saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun

2010 dan Peraturan Perundang - undang yang berlaku.


12

Denpasar,..

Yang membuat pernyataan,

Materai
6 000
(dr. F.M. Delly Dahlia)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kepada

Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas karunia-Nya tesis yang berjudul

"Pemberian Ekstrak Teh Putih (Camellia Sinensis ) Oral Mencegah Dislipidemia

Pada Tikus ( Rattus Norvegicus) jantan galur Wistar yang Diberi Diet Tinggi

Lemak,dapat diselesaikan.

Tulisan ini disusun untuk memenuhi persyaratan tugas akhir pendidikan

yang dijalani Penulis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Studi

Ilmu Kedokteran Biomedik, Kekhususan Anti-Aging Medicine, Program

Pascasarjana Universitas Udayana.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa hormat,

penghargaan, dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD selaku Rektor Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk menempuh pendidikan di Universitas Udayana.


13

2. Prof Dr. dr. Putu Astawa, M.Kes, Sp.OT, FICS selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk menempuh pendidikan di Universitas Udayana.

3. Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) selaku Direktur Program

Pascasarjana Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan di

Universitas Udayana.

4. Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And., FAACS., selaku Ketua Program

Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Universitas Udayana dan selaku

Pembimbing I yang dengan penuh perhatian telah memberikan banyak

dorongan, semangat, bimbingan, dan masukan kepada penulis selama

penyusunan tesis ini.

5. Prof.dr. I Gusti Made Aman, Sp.FK., selaku Pembimbing II yang dengan

penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan

masukan kepada penulis selama penyusunan tesis ini.

6. Prof. Dr. dr. Alex Pangkahila, M.Sc.,Sp.And., selaku penguji yang telah

memberikan banyak bimbingan dan masukan kepada penulis dalam

penyusunan tesis ini.

7. Prof.dr.N Tigeh Suryadhi,MPH.Ph.D.,selaku penguji yang telah memberikan

banyak bimbingan dan masukan kepada penulis dalam penyusunan tesis ini.

8. Dr. dr.Ida Sri Iswari,M.Kes , selaku penguji yang telah memberikan banyak

bimbingan dan masukan kepada penulis dalam penyusunan tesis ini.


14

9. Pak Khamdan Khalimi, SP.MSi, yang banyak membantu dalam pembuatan

dan analisis ekstrak teh putih selama penelitian di Fakultas Teknik Pertanian

Universitas Udayana.

10. Pak Gede Wiranatha, S.Si yang banyak membantu dan menjaga hewan coba

selama penelitian di Animal Laboratory Unit bagian Farmakologi Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana.

11. Drs. I Ketut Tunas, M.Si, yang banyak memberikan bimbingan dan masukan

untuk pembuatan analisis statistik, kepada penulis dalam penyusunan tesis ini.

12. Seluruh dosen di Universitas Udayana atas ilmu dan bimbingan yang sangat

bermanfaat, serta dr. Okanegara, Geg Eni, Geg Wah, Pak Edy, Geg Yethi dan

seluruh staf atas bantuan yang diberikan kepada penulis selama studi.

13. Keluarga tercinta yaitu suami saya Hendra Wijaya, anak - anak saya Adrian

Pratama Wijaya, B.Bus, Clarissa Dwipuspa Wijaya, MBBS, Clarinna

Tripuspa Wijaya,B.com, Aristea Kwartano Wijaya, Bsc, atas doa, bantuan,

dukungan, semangat, dan pengertiannya selama penulis menempuh

pendidikan.

14. Rekan-rekan sejawat yaitu HJ. Mariatul Fadillah, Ericson Yudhistira, Meilani

Hidayat, Eva Rianah, Susan Tristianty, Agatha Sri Pujiatiningsih, Heny

Widyowaty , Larissa Krisanti , Kadek Trisnadewi dan suami juga rekan

sejawat lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang selalu

memberikan bantuan, dorongan, semangat, dan saran selama penulis

mengikuti studi, khususnya dalam penulisan tesis ini.


15

15. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini.

Tak lupa dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan permohonan

maaf jika terdapat kekurangan dalam tulisan tugas akhir ini. Meski jauh dari

sempurna, penulis tetap berharap tesis ini dapat memberikan manfaat baik bagi

penulis pribadi, bagi program pendidikan Magister Program Studi Ilmu Biomedik,

Program Pascasarjana Universitas Udayana, serta bagi pihak-pihak lain yang

berkepentingan.

Akhir kata semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkat

dan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan

penyelesaian tesis ini, serta kepada penulis sekeluarga. Amin.

Denpasar, November 2014

Penulis,
16

ABSTRAK
EKSTRAK TEH PUTIH ( CAMELLIA SINENSIS ) ORAL MENCEGAH
DISLIPIDEMIA PADA TIKUS ( RATTUS NOVERGICUS ) JANTAN
GALUR WISTAR YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai terjadinya
peningkatan kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL dan penurunan kolesterol
HDL. Pada saat ini banyak penelitian untuk mencegah dan mengobati
dislipidemia dengan bahan alami. Teh putih merupakan teh tanpa proses
fermentasi yang berasal dari daun teh (camellia sinensis) yang sangat muda dan
masih menggulung serta dilindungi dari sinar matahari sehingga mencegah
degradasi polifenol. Ekstrak teh putih mengandung derivat katekin tertinggi
dibanding teh lainnya , ECGC (Epigalocathecin 3-Gallate) dan kafein ini dapat
memperbaiki profil lipid darah dan memiliki efek vasoprotektif, juga memiliki
kemampuan untuk menginhibisi (Cholesteryl ester transfer protein) CETP, yang
bisa meningkatkan kadar kolesterol HDL dan menurunkan kadar kolesterol total
,trigliserida dan kolesterol LDL. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kegunaan Ekstrak Teh Putih (camellia sinensis) sebagai alternatif untuk mencegah
dislipidemia dan mengetahui dosis pemberian ekstrak teh putih untuk mencegah
dislipidemia pada tikus jantan galur wistar.
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan randomized
posttest only control group design. Tikus putih jantan dipilih secara random dan
dibagi menjadi 3 kelompok, masing-masing berjumlah 10 ekor tikus, yaitu
kelompok kontrol diberikan diet tinggi lemak dan plasebo yang berupa akuades ,
kelompok perlakuan I diberi diet tinggi lemak dan ekstrak teh putih 14,4 mg, dan
kelompok perlakuan II diberi diet tinggi lemak dan ekstrak teh putih 28,8 mg
masing-masing 1 kali sehari. Setelah perlakuan selama 28 hari sampel darah
diambil dari medial kantus sinus orbitalis, untuk pemeriksaan kadar kolesterol
total, trigliserida, kolesterol LDL dan kolesterol HDL.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan I dan II
terdapat penurunan kolesterol total secara bermakna sebesar 137,31% dan
156,65% (p < 0,05), penurunan trigliserida secara bermakna sebesar 77,29% dan
101,01%(p < 0.05) dan penurunan kolesterol LDL 53,58 % dan 75,12%(p <
0,05), serta peningkatan kolesterol HDL secara bermakna sebesar 44,31% dan
66,39% (p < 0,05).
Penelitian ini menyimpulkan ekstrak teh putih mencegah peningkatan
kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL dan mencegah penurunan kolesterol
HDL, jadi ekstrak teh putih mencegah dislipidemia.

Kata kunci : ekstrak teh putih, profil lipid, dislipidemia


17

ABSTRACT
WHITE TEA EXTRACT ( CAMELLIA SINENSIS) PREVENTED
DYSLIPIDEMIA IN MALE WISTAR RAT FED WITH HIGH FAT-DIET
Dyslipidemia is a lipid metabolism disorder followed by high total
cholesterol level, high LDL cholesterol level, high tryglyceride level and low
HDL cholesterol level. During the past years many researches have been
conducted for natural substances to improve lipid profiles and vascular protective
effect. White tea is an unfermented tea made from young shoots leaves of
camellia sinensis protected from sunlight to avoid polyphenol degradation. White
tea has the higher level of catechin derivate, EGCG (Epigalocathecin 3-Gallate),
and caffeine. The compounds have the ability to inhibit CETP (Cholesteryl ester
transfer protein), which may increase HDL cholesterol concentrations and
decrease LDL cholesterol, triglyceride and total cholesterol concentrations. This
research was aimed at investigating benefit of white tea extract (Camellia
Sinensis) as an alternative to prevent dislipidemia in Male Wistar rats fed with
high fat-diet
This study was a pure experimental research, with a randomized posttest
only group design. The study designed to all samples then randomized equally
into 3 treatment groups (group I and II) and a placebo control group . The study
continued for 28 days. Samples in the control group were fed with high-fat diet
and placebo (distillated water), samples in the treatment group I were fed with a
high fat-diet and white tea extract 14,4 mg bid, and treatment group II was fed
with high fat-diet and white tea extract 28,8 mg bid.After 28 days the blood was
taken from medial canthus sinus orbitalis for lipid profiles
The study showed that both groups (I and II), the total cholesterol level
decreased significantly 137,31% and 165,65% respectively (p < 0.05), the LDL
cholesterol level decreased significantly 53,58% and 75,12% respectively (p <
0.05), the triglicerides level decreased significantly 77,29% and 101,01%
respectively (p < 0.05), and the HDL cholesterol level increased significantly
44,31% and 63,39% respectively (p < 0.05).
It coud be concluded that white tea extract was proved to improve
significantly lipid profiles and dyslipidemia prevention.

Key words: white tea extract, lipid profile, dyslipidemia.


18

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM .......................................................................................... i

PRASYARAT GELAR ................................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ................................................................ iv

BEBAS PLAGIAT........................................................................................... v

UCAPAN TERIMA KASIH............................................................................ vi

ABSTRAK .......................................................................................................... x

ABSTRACT ........................................................................................................ xi

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xviii

DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xx

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xxii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah ........................................................................... 5

1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................. 5

1.1.1. Tujuan Umum ......................................................................... 5

1.1.2. Tujuan Khusus ........................................................................ 5


19

1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................... 6

1.4.1 Manfaat Ilmiah ......................................................................... 6

1.4.2 Manfaat Aplikasi ..................................................................... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................ 7

2.1 Proses Penuaan.............................................................................. 7

2.2 Diet tinggi lemak.......................................................................... 8

2.3 Dislipidemia .................................................................................. 12

2.3.1 Definisi ............................................................................... 12

2.3.2 Klasifikasi Dislipidemia ..................................................... 14

2.3.3 Penyebab Dislipidemia ....................................................... 15

2.3.4 Penatalaksanaan .................................................................. 16

2.3.5 Komplikasi ......................................................................... 20

2.4 Lemak ........................................................................................... 21

2.4.1 Fosfolipid ............................................................................ 22

2.4.2 Trigliserida ......................................................................... 22

2.4.3 Kolesterol ........................................................................... 23

2.4.3.1 Biosintesis Kolesterol ........................................... 24

2.4.4 Asam Lemak ....................................................................... 25

2.4.5 Lipoprotein ......................................................................... 26

2.4.5.1 Kilomikron ............................................................ 27

2.4.5.2 Very Low Density Lipoprotein (VLDL).............. 28

2.4.5.3 Low Density Lipoprotein (LDL)........................... 28

2.4.5.4 High Density Lipoprotein(HDL) .......................... 30


20

2.4.5.5 Apoprotein ............................................................ 31

2.5 Metabolisme Lemak ..................................................................... 32

2.6 Transportasi Lemak ...................................................................... 33

2.6.1 Jalur Eksogen...................................................................... 34

2.6.2 Jalur Endogen ...................................................................... 35

2.7 Aterosklerosis ................................................................................ 36

2.8 Teh (Camellia sinensis) ................................................................. 39

2.8.1 Deskripsi Teh ........................................................................ 39

2.8.2 Klasifikasi Teh .................................................................... 39

2.8.3 Jenis-Jenis Teh ..................................................................... 40

2.8.4 Kandungan Kimia Teh ......................................................... 43

2.9 Teh Putih........................................................................................ 46

2.9.1 Manfaat Teh Putih............................................................... 48

2.9.2 Komposisi Kimia Teh Putih................................................. 50

2.10 Teh Putih Terhadap Dislipidemia ................................................ 51

2.11 Hewan Percobaan ........................................................................ 54

2.11.1 Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Galur Wistar

sebagai hewan coba............................................................ 54

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS

PENELITIAN ...................................................................................... 59

3.1 Kerangka Berpikir ......................................................................... 59

3.2 Konsep Penelitian ......................................................................... 60

3.3 Hipotesis Penelitian ...................................................................... 61


21

BAB IV METODE PENELITIAN ................................................................... 62

4.1 Rancangan Penelitian .................................................................... 62

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 63

4.2.1 Tempat Penelitian ................................................................. 63

4.2.2 Waktu Penelitian ................................................................... 63

4.3 Populasi dan Sampel ...................................................................... 64

4.3.1 Kriteria Sampel ..................................................................... 64

4.3.1.1 Kriteria Inklusi .......................................................... 64

4.3.1.2 Kriteria Drop out ....................................................... 64

4.3.2 Besar Sampel ....................................................................... 64

4.3.3 Teknik Pengambilan Sampel .............................................. 65

4.4 Variabel Penelitian......................................................................... 65

4.4.1 Identifikasi Variabel ............................................................ 65

4.4.2 Klasifikasi Variabel ............................................................ 65

4.4.3 Definisi Operasional Variabel ............................................ 66

4.4.4 Hubungan Antar Variabel................................................... 68

4.5 Alat dan Bahan Penelitian .............................................................. 69

4.5.1 Alat Penelitian ...................................................................... 69

4.5.2 Bahan Penelitian .................................................................. 69

4.6 Prosedur Penelitian ........................................................................ 69

4.7 Alur Penelitian .............................................................................. 73

4.8 Analisa Penelitian .......................................................................... 74

BAB V. HASIL PENELITIAN ......................................................................... 75


22

5.1 Analisis Deskriptif ......................................................................... 75

5.2 Uji Normalitas Data ....................................................................... 75

5.3 Uji Homogenitas Data ................................................................... 76

5.4 Kolesterol total .............................................................................. 76

5.5 Trigliserida .................................................................................... 79

5.6 Kolesterol HDL............................................................................. 81

5.7 Kolesterol LDL ............................................................................. 83

5.8 Pakan yang Dimakan .................................................................... 85

BAB VI. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ............................................ 88

6.1. Subyek Penelitian ......................................................................... 88

6.2 Distribusi dan Varian Data Hasil Penelitian .................................. 88

6.3 Diet Tinggi Lemak Merupakan Salah Satu Penyeba

Dislipidemia................................................................................... 89

6.4 Pengaruh Pemberian Ekstrak Teh Putih ........................................ 90

6.5. Pengaruh Ekstrak Teh Putih Terhadap Penurunan Profil Lipid ... 91

6.6. Pengaruh ekstrak teh putih terhadap Asupan Makanan ................ 94

6.7. Manfaat Ekstrak Teh Putih Dalam Perkembangan Anti Aging

Medicine ........................................................................................ 96

6.8. Kelemahan Penelitian ................................................................... 97

BAB VII. SIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 98

7.1. Simpulan ....................................................................................... 98

7.2. Saran ........................................................................................ 98

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 99


23

LAMPIRAN ........................................................................................................ 109

DAFTAR TABEL

Halaman
2.1 Pedoman Klinis Untuk Menghubungkan Profil Lipid
Dengan Resiko Terjadi (PKV) .................................................................. 13

2.2 Penyebab Umum Dislipidemia Sekunder ................................................. 16

2.3 Terapi Perubahan Pola Hidup dan Pola Diet ............................................. 18

2.4 Potensial Protektif Efek Dari Teh Putih .................................................. 49

2.5 Hasil Analisis Polifenol, Katekin dan Kafein ........................................... 51

2.6 Data Biologis Tikus Wistar ....................................................................... 56

5.1 Hasil Uji Normalitas Data Kolesterol Total, Trigliserida, LDL, HDL.. 76

5.2 Homegenitas Data Kolesterol Total, Trigeliserida, LDL, HDL antar


Kelompok Perlakuan... 76

5.3 Perbedaan Rerata Kadar Kolesterol Total antar Kelompok Sesudah


Diberikan Diet Tinggi Lemak dan Ekstrak Teh Putih .......... 77
24

5.4 Analisis Komperasi Kolesterol Total antara Kelompok Kontrol dan


Kelompok Sesudah Perlakuan antar Kelompok. 78

5.5 Perbedaan Rerata Kadar Trigeliserida antar Kelompok Kontrol dan


Kelompok Sesudah Diberikan Diet Tinggi Lemak dan Ekstrak Teh
Putih 79

5.6 Analisa Komparasi Trigeliserida Sesudah Perlakuan antar Kelompok 80

5.7 Perbedaan Rerata Kadar HDL antar Kelompok Sesudah Diberikan


Diet Tinggi Lemak dan Ekstrak Teh Putih. 81
5.8 Analisis Komparasi HDL Sesudah Perlakuan antar Kelompok. 82
5.9 Perbedaan Rerata Kadar LDL antar Kelompok Sesudah Diberikan
Diet Tinggi Lemak dan Ekstrak Teh Putih 83
5.10 Analisis Komparasi LDL Sesudah Perlakuan antar Kelompok. 85
5.11 Perbedaan Rerata Pakan yang Dimakan antar Kelompok Sesudah
Diberikan Diet Tinggi Lemak dan Ekstrak Teh Putih ............................ 86

5.12 Analisis Komparasi Pakan yang Dimakan Sesudah Perlakuan antar


Kelompok.. ................................................................................................ 87
25

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Adiposopathy ........................................................................................... 10

2.2 Mekanisme Diet Tinggi Lemak Menjadi Dislipidemia........................ 11

2.3 Jaringan Adiposa dan Adiposit Pada Keadaan Adiposopathy................ 12

2.4 Biosintesis Kolesterol ............................................................................. 25

2.5 Metabolisme Lemak ................................................................................ 33

2.6 Jalur Metabolisme Lipoprotein Eksogen dan Endogen........................... 36

2.7 Diagram Aterosklerosis ........................................................................... 38

2.8 Daun Tanaman Teh ................................................................................. 40

2.9 Teh Putih, Teh Hijau, Teh Merah/Oolong, Teh Hitam ........................... 41

2.10 Skema Representasi dari Proses Pembuatan Teh .................................... 42

2.11 Teh Putih ................................................................................................. 47

2.12 Seduhan Teh Putih .................................................................................. 47

2.13 Struktur Kimia Katekin ........................................................................... 50

2.14 CETP ....................................................................................................... 52

2.15 EGCG dan Profil Lipid ........................................................................... 53

2.16 Tikus Wistar (Rattus norvegicus)............................................................ 55

4.1 Skema Rancangan Penelitian .................................................................. 62

4.2 Hubungan Antar Variabel ....................................................................... 68

5.1 Perbandingan Kolesterol Total antara Kelompok Kontrol dengan


Kelompok Perlakuan Ekstrak Teh Putih...... 77
26

5.2 Perbandingan Trigliserida antara Kelompok Kontrol dengan Kelompok


Perlakuan Ekstrak Teh Putih .. ................ 80
5.3 Perbandingan HDL, antara Kelompok Kontrol dengan Kelompok
Perlakuan Ekstrak Teh Putih.... 82

5.4 Perbandingan LDL antara Kelompok Kontrol dengan Kelompok


Perlakuan Ekstrak Teh Putih.... 84

5.5 Perbandingan Pakan yang Dimakan antara Kelompok Kontrol dengan


Kelompok Perlakuan .. ............................ 86

DAFTAR SINGKATAN

AAM : Anti-Aging Medicine

AMPK : AMP-activated protein kinase

BMI : Body Mass Index

CETP : Cholesteryl Ester Transfer Protein

CRP : C-Reactive Protein

CVD : Cerebro - Vascular Disease

DNA : Deoxyribonucleic Acid


27

EC : Epicatechin

ECG : Epicatechin 3-gallate

EGC : Epigallocatechin

EGCG : Epigallocatechin 3-gallate

FAS : Fatty Acid Synthase

FFA : Free Fatty Acid

HDL : High Density Lipoprotein

HSL : Hormone-Sensitive Lipase

HSPs : Heat Shock Proteins

ICAM-1 : Intercellular Adhesion Molecule -1

IL-1 : Interleukin-1

LCAT : Lecithin Cholesterol Acyltransferase

LDL : Low Desinty Lipoprotein

LPL : Lipoprotein lipase

MCP-1 : Monocyte-chemoattractant Protein-1

MUFA : Monounsaturated Fatty Acids

NO : Nitric Oxide

PL : Pancreatic Lipase

PUFA : Polyunsaturated Fatty Acids

TG : Trigliseride

TNF- : Tumor Necrosis Factor-

VEGF : Vascular Endothelial Growth Factor

VLDL : Very Low Density Lipoprotein


28

WHO : World Health Organization


29

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Keterangan Kelayakan Etik ................................................... 109

Lampiran 2. Hasil Analisis Teh Gambung ................................................. 110

Lampiran 3. Pengelolaan Hewan Coba ...................................................... 111

Lampiran 4. Foto-foto Penelitian ............................................................... 112

Lampiran 5. Data Sisa Pakan ..................................................................... 116

Lampiran 6. Data Pemeriksaan Profil Lipid .............................................. 117

Lampiran 7. Analisis Data Statistik ............................................................ 118

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setiap manusia akan melalui suatu proses kehidupan, dimulai dari

pembuahan, kelahiran, tumbuh kembang anak, pencapaian usia dewasa, dan


30

mengalami proses penuaan. Proses penuaan sampai saat ini masih dianggap

sesuatu yang alamiah terjadi. Dengan bertambahnya usia maka seluruh sistem

dalam tubuh perlahan-lahan mengalami penurunan fungsi pada berbagai sel,

jaringan, dan organ tubuhnya sehingga menyebabkan terjadinya perubahan fisik

dan mental. Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dilakukan

berbagai upaya untuk memperpanjang usia dengan mencegah perubahan-

perubahan tersebut. Upaya inilah yang mendasari berkembangnya Anti-Aging

Medicine (AAM).

Dengan konsep AAM penyakit dapat dicegah, dihindari, dan diobati

sehingga dapat kembali ke keadaan semula, dengan demikian manusia tidak lagi

harus membiarkan dirinya begitu saja menjadi tua dengan segala keluhan dan

mendapat pengobatan yang belum tentu benar (Pangkahila, 2007).

Pada saat ini banyak penyakit yang berhubungan dengan pola makan yang

tidak sehat, karena pola makan sekarang cenderung mengandung tinggi kalori dan

tinggi lemak, serta pola hidup sedentari dimana aktivitas fisik sehari-hari sangat

minimal sehingga menyebabkan kelebihan lemak tubuh. Konsumsi Asam lemak

jenuh dan kalori yang tinggi dalam menu makanan masyarakat


1
sekarang akan

menimbulkan kelainan metabolisme lemak yang dikenal sebagai dislipidemia

(Halim, 2006).

Dislipidemia terjadi karena peningkatan asupan lemak berlebihan yang

menyebabkan keadaan adiposopathy, dimana terjadi peningkatan TNF- yang

mengakibatkan peningkatan profil lipid darah. Displidemia ditandai dengan


31

meningkatnya kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida atau kombinasi

keduanya dan biasanya disertai dengan penurunan kolesterol HDL. Dislipidemia

menjadi masalah bagi kesehatan dan mempercepat proses penuaan karena

dikemudian hari berdampak pada terjadinya arteriosklerosis dan menyebabkan

penyakit jantung koroner (Brown dan Goldstein, 2009). Keadaan ini sering diikuti

dengan sindrom metabolik yang tambah memperburuk semua risiko. Dislipidemia

juga merupakan penyebab penuaan dini dan penyebab kematian karena itu

pencegahan dan penanganan dislipidemia sangatlah penting. Penurunan kolesterol

Low Density Lipoprotein (LDL) sebesar 1 mg/dl menurunkan risiko

kardiovaskuler 1 %, dan peningkatan kadar kolesterol High Density Lipoprotein

(HDL) menurunkan risiko kardiovaskuler 2-3% (Adam, 2011).

Prinsip utama pada penatalaksanaan dislipidemia dengan melakukan diet

ketat rendah kalori, rendah kolesterol, kurangi alkohol, berhenti merokok dan

mengkonsumsi makanan tinggi omega 3, olahraga dan mengatur pola hidup. Jika

semua intervensi non farmakologis sulit dilakukan dan tidak berhasil, maka

diberikan obat anti hiperlipdemia (ACC/AHA, 2013).

Pada saat ini banyak sekali penelitian dilakukan untuk mencari bahan

alami yang dapat mencegah dan mengobati dislipidemia, karena bahan alami lebih

mudah didapat dan harganya relatif terjangkau. Bahan alami diharapkan dapat

mencegah dan memperbaiki dislipidemia dengan aman atau setidaknya

mempunyai efek samping yang lebih sedikit.

Teh adalah tanaman yang sudah sangat dikenal dan disukai masyarakat

dunia juga di Indonesia (UMMC, 2010). Teh termasuk tanaman spesies Camellia
32

Sinensis. Teh mengandung berbagai elemen nutrien yang bermanfaat bagi

kesehatan, antara lain : katekin, quersertin, kamferol, asam klorofil, theobromin,

theanin, theofilin dan mineral. Karena kandungan pitonutrien tersebut maka teh

dapat berfungsi sebagai antioksidan (Almajano et al., 2008; Xiao et al., 2008;

Yang dan Wang, 2011; Forester dan Lambert, 2011), sebagai anti-inflamasi, anti-

kanker (Butt dan Sultan, 2009), juga sebagai anti-kolesterol, anti-obesitas, dan

anti-diabetes (Auvichayapat et al., 2008; Rain et al., 2011). Terdapat bermacam

jenis teh yaitu Teh Hitam, Teh Merah (Oolong Teh), Teh Hijau, dan Teh Putih

(Seeram et al., 2008). Belum banyak yang mengenal teh putih, teh putih berasal

dari pucuk Camellia sinensis yang masih menggulung dan pada saat dipetik

dilindungi dari sinar matahari (Alcazar et al., 2007). Sama seperti teh hijau, teh

putih telah digunakan untuk mengobati obesitas dan penyakit metabolik. Pada saat

ini banyak peneliti tertarik mempelajari komposisi teh putih (Unachukwu et al.,

2010 ; Van Der Hooft et al., 2012), sebagai efek antitumorigenik (Wang et al.,

2008; Kumar et al., 2012), efek antioksidan (Almajano et al., 2011; Lopez et al.,

2011; Perez-Jimenez et al., 2011; 2012; Thring et al., 2009; 2011). Teh putih di

Indonesia dikembangkan di Gambung, Jawa Barat dan diproses menjadi Excellent

Gamboeng White Tea oleh Pusat Penelitian Teh dan Kina. Teh putih ini mendapat

inovatif Idea Award dari International Society of Antioksidant In Nutrition and

Health di Paris, 2009.

Teh putih banyak sekali mengandung polifenol. Polifenol utama pada teh

putih adalah katekin dan derivatnya yaitu : Epigallocatechin 3-gallate (EGCG),

Epicatechin 3-gallate (ECG), Epigallocatechin (EGC), dan Catechin (C).


33

(Almajano et al., 2008; Xiao et al., 2008; Yang dan Wang, 2011; Forester dan

Lambert, 2011). Mekanisme teh putih mencegah dislipidemia diduga karena

interaksi dari derivat katekin yang utama yaitu Epigallocatechin 3-gallate

(EGCG) dan kafein meningkatkan termogenesis dan mengurangi penyerapan

lemak pada tubuh. Epigallocatechin 3-gallate (EGCG) menurunkan TNF-

sehingga terjadi inhibisi sintesis fatty acid dan meningkatkan regulasi reseptor

enzim yang berperan pada beta oksidasi fatty acid di hepar dan meningkatkan

sensitivitas insulin. Sensitivitas insulin yang meningkat akan meningkatkan

aktivitas enzim lipoprotein lipase dan menurunkan FFA serta menghambat

aktifitas CETP ( Kersshaw dan Flier, 2004). Meningkatkan juga ekskresi lemak

pada feses (Teixeira, et al., 2012). Penelitian sebelumnya telah dibuktikan efek

teh putih menurunkan stres oksidatif dan kadar trigliserida pada tikus obes

(Teixeira, et al., 2012). Maka dianggap perlu penelitian teh putih mencegah

dislipidemia. Teh putih yang digunakan pada penelitian ini adalah teh putih

Gambung (Hasil analisis ekstrak teh putih gambung dilampirkan pada lampiran

2).

1.2. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas dapat dibuat rumusan masalah sebagai

berikut :

1. Apakah pemberian ekstrak teh putih oral dapat mencegah kenaikan kadar

kolesterol total pada tikus jantan galur wistar yang diberi diet tinggi
34

lemak?

2. Apakah pemberian ekstrak teh putih oral dapat mencegah kenaikan

kolesterol LDL pada tikus jantan galur wistar yang diberi diet tinggi

lemak?

3. Apakah pemberian ekstrak teh putih oral dapat mencegah kenaikan

trigliserida pada tikus jantan galur wistar yang diberi diet tinggi lemak?

4. Apakah pemberian ekstrak teh putih oral dapat mencegah penurunan

kolesterol HDL pada tikus jantan galur wistar yang diberi diet tinggi

lemak?

1 .3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan umum

Untuk mengetahui efek ekstrak teh putih terhadap profil lipid secara umum

pada tikus (Rattus Novergicus) jantan galur wistar yang diberi diet tinggi lemak.

1.3.2. Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui pemberian ekstrak teh putih oral dapat mencegah

peningkatan kolesterol total pada tikus jantan galur wistar yang diberi diet

tinggi lemak.

2. Untuk mengetahui pemberian ekstrak teh putih oral dapat mencegah

peningkatan trigliserida pada tikus jantan galur wistar yang diberi diet

tinggi lemak.

3. Untuk mengetahui pemberian ekstrak teh putih oral dapat mencegah

peningkatan LDL pada tikus jantan galur wistar yang diberi diet tinggi
35

lemak.

4. Untuk mengetahui pemberian ekstrak teh putih oral dapat mencegah

penurunan HDL pada tikus jantan galur wistar yang diberi diet tinggi

lemak.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat ilmiah

Menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pengembangan ilmiah tentang

teh putih dan ekstrak teh putih oral dapat mencegah dislipidemia. Hasil

penelitian ini dapat dijadikan dasar dan acuan untuk penelitian selanjutnya.

1.4.2 Manfaat aplikasi

Apabila ekstrak teh putih dapat mencegah dislipidemia maka hasil

penelitian dapat disosialisasikan kepada masyarakat sebagai alternatif

pencegahan dan pengobatan dislipidemia.

Mendukung pengembangan penelitian untuk menggunakan bahan-bahan

natural dalam pencegahan dan pengobatan dislipidemia dalam usaha untuk

memperlambat penuaan dan kematian dini akibat penyakit yang

berhubungan dengan dislipidemia.


36

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Proses Penuaan

Setelah mencapai usia dewasa, secara alami komponen tubuh tidak

berkembang lagi, sebaliknya terjadi penurunan karena proses penuaan. Penuaan

merupakan suatu proses fisiologis (Wibowo, 2003). Proses penuaan didefinisikan

sebagai penurunan progresif kemampuan tubuh untuk mempertahankan,

melindungi, dan memperbaiki diri agar dapat bekerja secara efesien. Penurunan

fungsi ini akan menyebabkan menurunnya kualitas hidup (Arora, 2008).

Faktor yang menyebabkan proses penuaan dibagi menjadi dua yaitu faktor

eksternal dan faktor internal. Faktor internal meliputi radikal bebas, hormon yang

berkurang, proses glikolisasi, metilasi, apoptosis, sistem kekebalan tubuh yang

menurun, dan gen. Faktor eksternal yang utama adalah gaya hidup yang tidak

sehat, diet tidak sehat, kebiasaan salah, polusi lingkungan, stress, dan kemiskinan

(Pangkahila, 2011).

Terdapat beberapa teori yang menjelaskan terjadinya proses penuaan

meski tak satupun yang dapat menjelaskan secara tuntas mengapa terjadi proses

penuaan, namun teori tersebut satu sama lain saling melengkapi (Goldman dan

Klatz, 2007).

Faktor-faktor penyebab proses penuaan dapat diidentifikasi seiring dengan

berkembangnya ilmu pengetahuan pada saat ini. Jika faktor-faktor tersebut dapat

7
37

dihindari, maka proses penuaan tentu dapat dicegah, diperlambat, bahkan

mungkin dihambat sehingga kualitas hidup dapat dipertahankan. Hal inilah yang

mendasari berkembangnya anti-aging medicine, yang bertujuan untuk mencapai

atau memperpanjang usia harapan hidup serta meningkatkan kualitas hidup

manusia dengan mencari penyebab penuaan tersebut dan memberikan terapi yang

tepat (Pangkahila, 2011).

Pola hidup yang mendasari anti-aging medicine adalah pola makan (diet)

yang baik, olahraga yang cukup, konsumsi antioksidan secukupnya dan terapi

hormonal apabila diperlukan (Arora, 2008).

2.2 Diet Tinggi Lemak

Pola makan yang baik seharusnya mengandung nutrisi yang sehat dan

seimbang dengan komposisi: 50% karbohidrat dengan indeks glikemik rendah,

30% lemak (60% berupa monounsaturated fatty acids (MUFA) dan 10%

polyunsaturated fatty acids (PUFA) ), dan 20% protein. Pada kenyataannya sering

kali kita mempunyai pola makan yang tidak seimbang karena terlalu banyak

mengandung karbohidrat dengan indeks glikemik yang tinggi seperti roti-rotian,

gula, makanan penutup, dan juga tinggi lemak hewani dan terlalu sedikit makanan

berserat dan buah (Pangkahila, 2011).

Aktivitas fisik manusia semakin berkurang dengan berkembangnya ilmu

pengetahuan dan alat-alat untuk mempermudah kehidupan seperti kendaraan

bermotor, eskalator, lift dan lain-lain.

Energi tinggi yang dikonsumsi lewat masukan lemak jenuh yang tinggi

menyebabkan kelebihan kalori dan lemak. Jika terjadi kelebihan lemak maka
38

kelebihan lemak tersebut akan disimpan sebagai cadangan energi pada sel lemak

dan jaringan lemak (Adiposit dan jaringan adiposa). Kelebihan lemak biasa

berasal dari asupan Lipos (minyak hewani dan minyak nabati). Adiposit dan

jaringan adiposa menyimpan sejumlah lemak termasuk trigliserida dan koleterol.

Jaringan adiposa dan adiposit berfungi sebagai organ endokrin aktif dan sel

immun (immune stand point).

Hipertropi adiposit dan akumulasi jaringan adiposa membentuk adiposit

patogenik dan efek jaringan adiposa. yang disebut Adiposopathy, menstimulasi

peningkatan TNF- sehingga mengakibatkan peningkatan sirkulasi lipid,

patogenesis ini yang sekarang dipercaya sebagai landasan teori relasi kelebihan

lemak tubuh dan dislipidemia (Bays et al., 2013)


39

Gambar 2.1 Adiposopathy : hubungan patogenik jaringan adiposa,


dislipidemia dan penyakit kardiovaskular (Bays et al., 2013).
40

Gambar 2.2 Mekanisme diet tinggi lemak menjadi dislipidemia (Bays et al.,
2013).
41

Gambar 2.3 Jaringan adiposa dan adiposit pada keadaan Adiposopathy


(pada diet tinggi lemak) (Bays et al.,2013)

2.3 Dislipidemia

2.3.1 Definisi

Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan

peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang

utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida

serta penurunan kadar kolesterol HDL (Gordon, 2003).

Dislipidemia bukan penyakit, lebih tepat disebut sebagai kekacauan

metabolik akibat sekunder dari beberapa macam penyakit dan ini kemudian akan

berdampak pada terjadinya aterosklerosis dan selanjutnya akan menyebabkan

penyakit kardiovaskular (Gordon, 2003).


42

Dislipidemia biasanya tidak menimbulkan gejala, kadar LDL tinggi dapat

menyebabkan xantelasma kelopak mata, arcus cornea dan penumpukan LDL

pada tendon achilles, siku dan tendon lutut serta sendi metakarpofalangealis,

dalam jangka panjang dapat menyebabkan terjadinya aterosklerosis. Trigliserida

tinggi (>1000mg/dl) dapat menyebabkan pankreatitis akut. (Bays et al., 2013).

Dislipidemia bila terdapat kadar level plasma, total kolesterol 240mg/dl,

LDL 160mg/dl, trigeliserida 200mg/dl, atau HDL < 40mg/dl. Angka patokan

kadar lipid yang memerlukan pengelolaan, penting dikaitkan dengan terjadinya

komplikasi kardiovaskular. Dari berbagai penelitian jangka panjang di negara-

negara barat, yang dikaitkan dengan besarnya risiko untuk terjadinya penyakit

kardiovaskular (PKV), dikenal patokan kadar kolesterol sebagai berikut :

Tabel 2.1 Pedoman Klinis untuk Menghubungkan Profil Lipid


dengan Risiko Terjadinya Penyakit Kardiovaskular (PKV) (Bahri. 2004)

Diinginkan Diwaspadai Berbahaya


( mg/dl ) ( mg/dl ) ( mg/dl )
Kolesterol
< 200 200 - 239 > 240
Total
Kolesterol LDL

- Tanpa PKV < 130 130 - 159 > 160

- Dengan PKV < 100

Kolesterol HDL > 45 36 - 44 < 35

Trigliserida

- Tanpa PKV < 200 200 - 399 > 400

- Dengan PKV < 150 250 - 499 > 500


43

Di Indonesia prevalensi dislipidemia semakin meningkat. Pada penelitian

yang dilakukan oleh Sudijanto Kamso pada tahun 2004 terhadap 656 responden

di 4 kota besar di Indonesia (Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Padang)

didapatkan keadaan dislipidemia berat (total kolesterol >240 mg/dL) pada orang

berusia diatas 55 tahun didapatkan paling banyak di Padang dan Jakarta (>56%),

diikuti oleh mereka yang tinggal di Bandung (52,2%) dan Yogyakarta (27,7%).

Pada penelitian ini juga didapatkan bahwa prevalensi dislipidemia lebih banyak

didapatkan pada wanita (56,2%) dibandingkan pada pria (47%). Dari keseluruhan

wanita yang mengidap dislipidemia tersebut ditemukan prevalensi dislipidemia

terbesar pada rentang usia 55-59 tahun (62,1%) dibandingkan yang berada pada

rentang usia 60-69 tahun (52,3%) dan berusia diatas 70 tahun (52,6%).

2.3.2 Klasifikasi Dislipidemia

Klasifikasi dislipidemia berdasarkan patogenesis penyakit (Grundy, 2006):

1. Dislipidemia primer, yaitu kelainan penyakit genetik dan bawaan yang

dapat menyebabkan kelainan kadar lipid dalam darah.

2. Dislipidemia sekunder, yaitu dislipidemia yang disebabkan oleh penyakit

atau suatu keadaan tertentu seperti hiperkolesterolemia disebabkan oleh

hipotiroidisme, sindrom nefrotik, penyakit hati obstruktif, kehamilan,

anoreksia nervosa dan profiria akut intermiten. Hipertrigliseridemia

disebabkan oleh diabetes mellitus, konsumsi alkohol, gagal ginjal kronik,

miokard infark, disglobulinemia, sindrom nefrotik, kelainan autoimun, dan

kehamilan.
44

2.3.3 Penyebab Dislipidemia

Penyebab dislipidemia dibagi 2, yaitu (AACE, 2012):

A. Dislipidemia Primer

Dislipidemia primer berkaitan dengan gen yang mengatur enzim dan

apoprotein yang terlibat dalam metabolism lipoprotein maupun reseptornya.

Kelainan ini biasanya disebabkan oleh mutasi genetik. Dislipidemia primer

meliputi:

Hiperkolesterolemia poligenik

Hiperkolesterolemia turunan

Dislipidemia remnan

Hiperlipidemia kombinasi turunan

Sindroma kilomikron

Hipertrigliseridemia turunan

Peningkatan kolesterol HDL

Peningkatan apolipoprotein B

B. Dislipidemia Sekunder

Dislipidemia sekunder disebabkan oleh penyakit atau keadaan yang

mendasari. Hal ini dapat bersifat spesifik untuk setiap bentuk dislipidemia seperti

diperlihatkan oleh tabel 2.2 dibawah ini.


45

Tabel 2.2 Penyebab Umum Dislipidemia Sekunder (AACE, 2012)

Lipid Penyebab

Kolesterol total dan kolesterol LDL - Hipotiroid


- Sindrom nefrotik
- SLE, multiple myeloma
- Progestin, pengobatan anabolik
streroid
- Penyakit hati obstruktif, sirosis
- Protease inhibitor pada pengobatan
infeksi HIV
Trigliserida dan kolesterol VLDL - Gagal ginjal kronik
- DM tipe 2
- Obesitas
- Alkohol
- Hipotiroid
- Obat anti hipertensi (Tiazid, Beta
Bloker)
- Terapi koertikosteroid ( steroid
Endogen akibat stres berat)
- Estrogen oral, kontrasepsi oral,
kehamilan
- Very low fat diet

2.3.4 Penatalaksanaan Dislipidemia

Penatalaksanaan dislipidemia dibagi menjadi:

A. Terapi Non Farmakologi

Komponen-komponen Therapeutic Lifestyle Change (TLC) meliputi

pengurangan asupan kolesterol dan asam lemak jenuh, pemilihan makanan yang

berhubungan dengan aturan makan untuk mengurangi LDL seperti stanol dan

sterol serta peningkatan masukan serat yang dapat larut, penurunan berat badan,

dan peningkatan aktivitas fisik. Terapi non farmakologi ini hendaknya menjadi

terapi utama untuk dislipidemia, kecuali untuk pasien dengan hiperkolesterolemia


46

bawaan (genetik mempunyai kelainan metabolisme lipoprotein/kolesterol) atau

hiperlipidemia gabungan yang bersifat familial, penanganan terapinya dengan

pengaturan makanan dan terapi obat dapat dimulai secara bersamaan (Grundy,

2006).

Terapi non farmakologis meliputi:

1. Terapi diet

Terapi diet dimulai dengan menilai pola makan pasien, mengidentifikasi

makanan yang mengandung banyak lemak jenuh dan kolesterol serta berapa

sering keduanya dimakan. Jika diperlukan ketepatan yang lebih tinggi untuk

menilai asupan gizi, perlu dilakukan penilaian yang lebih rinci, yang biasanya

membutuhkan bantuan ahli gizi. Penilaian pola makan penting untuk menentukan

pola dan keberhasilan terapi diet.

Terapi diet bisa dimulai saat dini, bisa dimulai pada anak-anak diatas 2

tahun apabila terdapat genentik hiperkolestromia. Pada usia anak terapi diet tidak

perlu terlalu ketat dan pada saat memauki usia dewasa mulai diterapkan secara

konsekuen mengikuti pola diet tersebut (Krauses, 2012).


47

Tabel 2.3 Terapi perubahan pola hidup dengan pola diet (Krauses, 2012)

Nutrient Recomended Intake


Total fat 25%-35% of total calories
Saturated fat Less than 7% of total calories
trans-fatty acids Zero or as low as possible
Polyunsaturated fat Up to 10% of total calories
Monounsaturated fat Up to 20% of total calories
Carbohydrate 50% to 60% of total calories, especially
from whole grains, fruits and vegetables
Fiber 25-30 g/day (soluble forms such as psyllium
at 10-25 g)
Plant strerols 2 g/day
Protein Approximately 15% of total calories
Cholesterol Less than 200 mg/day
Total calories (energy) Balance energy intake and expenditure to
maintain desirable body weight/prevent
weight gain.

Pada penelitian ada beberapa low fat diets menyebabkan peningkatan

profil lipid dan lebih bersifat aterogenik dibanding yang original. Genotip

merupakan faktor yang penting pada intervensi diet. Diet harus disesuaikan

dengan genotif yang menurunkan lipid.

Identifikasi gene coding pada wanita yang mempunyai dua copy G Allele,

meningkatkan diet PUFA menyebabkan penurunan level HDL, tetapi pada wanita

dengan satu copy A Allele, peningkatan PUFA menyebabkan peningkatan level

HDL. Manipulasi pada diet PUFA memberikan efek level HDL yang berbeda,

tergantung varian mana copy gene individual dan berapa jumlah copy gene

tersebut (Krause's, 2012).


48

2. Latihan jasmani

Dari beberapa penelitian diketahui bahwa latihan fisik dapat meningkatkan

kadar HDL dan Apo AI, menurunkan resistensi insulin, meningkatkan sensitivitas

dan meningkatkan keseragaman fisik, menurunkan trigliserida dan LDL, dan

menurunkan berat badan.

Setiap melakukan latihan jasmani perlu diikuti 3 tahap :

1) Pemanasan dengan peregangan selama 5-10 menit

2) Aerobik sampai denyut jantung sasaran yaitu 70-85 % dari denyut

jantung maksimal ( 220 - umur ) selama 20-30 menit .

3) Pendinginan dengan menurunkan intensitas secara perlahan - lahan,

selama 5-10 menit. Frekwensi latihan sebaiknya 4-5 x/minggu dengan

lama latihan seperti diutarakan diatas. Dapat juga dilakukan 2-3x/

minggu dengan lama latihan 45-60 menit dalam tahap aerobik.

B. Terapi Farmakologi

Obat anti-dislipidemia adalah obat yang ditujukan untuk memperbaiki

kadar lemak di dalam darah.

Pemberian obat anti-dislipidemik dapat diberikan dalam menangani kasus

dislipidemia apabila dengan terapi diet dan olah raga kondisi pasien tidak

merespon (Illingworth, 2007).

Bila terapi non-farmakologi tidak berhasil maka kita dapat memberikan

bermacam-macam obat anti-dislipidemik tergantung dari jenis dislipidemia yang

kita dapat. Beberapa hal yang perlu kita pertimbangkan adalah kemampuan dari

pada obat obat tersebut dalam mempengaruhi kolesterol HDL, trigliserida,


49

fibrinogen, kolesterol LDL, dan juga diperhatikan pengaruh atau efek samping

dari pada obat-obat tersebut .

Saat ini didapat beberapa golongan obat (ACC/AHA, 2013):

1) Golongan statin (HMG-CoA Reductase Inhibitor : lovastatin, pravastatin,

fluvastatin, simvastatin, atrovastatin, rosuvastatin, pitavastatin)

2) Derivat asam fibrat (gemfibrozil, fenofibrat)

3) Asam nikotinat (niacin)

4) Golongan resin (sequestran)

5) Kolestrol absorbsi inhibitor (ezetimibe)

Kadang kala kadar kolesterol dan trigliserida meningkat secara progresif

pada kehamilan tetapi merupakan kontra indikasi pengobatan dengan niacin dan

ezetimbe (ACC/ AHA, 2013).

2.3.5 Komplikasi Dislipidemia

Apabila dislipidemia tidak segera diatasi, maka dapat terjadi berbagai

macam komplikasi, antara lain:

1. Aterosklerosis

2. Penyakit jantung koroner

3. Penyakit serebrovaskular seperti stroke

4. Kelainan pembuluh darah tubuh lainnya

5. Pankreatitis akut (bila kadar trigliserida > 1000 mg/dl


50

2.4 Lemak

Lemak, disebut juga lipid, adalah suatu zat yang kaya akan energi,

berfungsi sebagai sumber energi yang utama untuk proses metabolisme tubuh.

Lemak yang beredar di dalam tubuh diperoleh dari dua sumber yaitu dari asupan

makanan dan lemak yang dibentuk oleh tubuh (hasil produksi organ hati), yang

bisa disimpan di dalam sel-sel lemak (adiposit) dan jaringan adiposa sebagai

cadangan energi (Nugroho, 2009).

Fungsi lemak adalah (Lichtenstein et al., 2006) :

1. Sebagai penyusun struktur membran sel.

Dalam hal ini lipid berperan sebagai barier untuk sel dan mengatur aliran

material-material.

2. Sebagai bantalan lemak.

Lipid disimpan sebagai jaringan adiposa.

3. Sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan adiponektin, leptin, Tumor

Necrosis Factor .

Hormon mengatur komunikasi antar sel, sedangkan vitamin membantu

regulasi proses-proses biologis.

Secara umum fungsi lemak adalah sebagai sumber energi, pelindung organ

tubuh, pembentukan sel, sumber asam lemak esensial, alat angkut vitamin larut

dalam lemak, menghemat protein, memberi rasa kenyang dan kelezatan, sebagai

pelumas, dan memelihara suhu tubuh (Nugroho, 2009).


51

Secara klinis, lemak yang penting adalah (Lichtenstein et al, 2006) :

1. Fosfolipid

2. Trigliserida (lemak netral)

3. Kolesterol

4. Asam Lemak

2.4.1 Fosfolipid

Fosfolipid merupakan derivat dari asam folat. Fosfolipid ialah senyawa

lemak yang mengandung gugusan fosfat. Yang termasuk golongan ini ialah

lecithin, cephalin, sphingosin, dan sphingomyelin. Kira-kira separuh dari

fosfolipid plasma ialah lecithin. Kadar fosfolipid plasma biasanya meninggi

bersamaan dengan meningginya kadar kolesterol plasma. Lechitin biasa

didistribusikan bersamaan dengan asupan makanan dan banyak terdapat pada es

krim, snak kraker dan stabilisator makanan (Krause's, 2012).

2.4.2 Trigliserida

Trigliserida terbentuk dari 3 asam lemak dan gliserol, trigliserida

merupakan ester gliserol. Apabila terdapat satu asam lemak dalam ikatan dengan

gliserol maka dinamakan monogliserida. Trigliserida merupakan lemak pada

daging, produk susu, dan minyak goreng, serta merupakan sumber energi utama

bagi tubuh. Trigliserida juga ditemukan dalam simpanan lemak tubuh dan berasal

dari pecahan lemak di hati. Seperti halnya kolesterol, trigliserida juga merupakan

lemak yang bersirkulasi dalam darah.


52

Sebagian besar lemak dan minyak di alam terdiri atas 97 persen trigliserida

sisanya berbentuk kolesterol dan fosfolipid. Lemak disimpan di dalam tubuh

dalam bentuk trigliserida. Apabila sel membutuhkan energi, enzim lipase dalam

sel lemak akan memecah trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak bebas serta

melepaskannya ke dalam pembuluh darah (Krauses, 2012).

2.4.3 Kolesterol

Kolesterol adalah salah satu lemak tubuh yang berada dalam bentuk bebas

dan ester dengan asam lemak, serta merupakan komponen utama selaput sel otak

dan saraf (Murray et al., 2003).

Kolesterol sangat diperlukan dalam berbagai proses metabolisme tubuh,

misalnya (Murray et al., 2003) :

1. Sebagai bahan pembentuk dinding sel.

2. Membuat asam empedu untuk mengemulsikan lemak.

3. Untuk membuat vitamin D.

4. Berperan sebagai bahan pembuat hormon-hormon seks dan kortikosteroid

atau hormon yang dapat mempengaruhi volume dan tekanan darah, kadar

gula darah, otot, serta kekebalan tubuh.

Delapan puluh persen kolesterol dihasilkan dari dalam tubuh (pembentukan

oleh hati) dan 20 persen sisanya dari luar tubuh (makanan yang dikonsumsi).

Kolesterol adalah produk khas hasil metabolisme hewan dan produk olahannya

seperti kuning telur, daging, hati, otak, susu, keju, mentega, dan lain-lain.

Kolesterol yang berasal dari makanan jarang dalam bentuk kolesterol bebas,

biasanya berbentuk kolesterol dengan asam lemak atau sering disebut ester
53

kolesterol. Kolesterol hanya terdapat pada sel-sel hewan dan manusia, tidak

terdapat pada sel tumbuh-tumbuhan (Murray et al., 2003).

Sel-sel jaringan tubuh memerlukan kolesterol untuk tumbuh dan

berkembang secara semestinya. Sel-sel ini menerima kolesterol dari LDL (Low

Density Lipprotein). Meskipun demikian jumlah kolesterol yang dapat diterima

atau diserap oleh sel ada batasnya. Bila kita makan banyak lemak jenuh atau

bahan makanan yang kaya akan kolesterol, maka kadar LDL dalam darah kita

tinggi.

2.4.3.1 Biosintesis Kolesterol

Prekusor yang digunakan oleh hati untuk mensintesis kolesterol adalah

asetil Koenzim- A (asetil KoA) yang merupakan hasil metabolisme karbohidrat,

protein atau lemak. Biosintesis kolesterol terbagi menjadi empat tahap. Tahap

pertama melibatkan perubahan asetil koA menjadi 3-hidroksi-3-metilglutaril-

KoA (HMG-KoA) yang dikatalisis oleh enzim HMG-KoA sintase, kemudian

dilanjutkan sintesis HMG-KoA menjadi Mevalonat akan diubah menjadi molekul

dasar isoporen yaitu isopentenyl pyrophospat (IPP), bersamaan dengan hilangnya

CO 2. Tahapan ketiga adalah terjadinya proses polimerisasi enam molekul

isoprenoid untuk membentuk molekul skualen. Tahap paling akhir adalah proses

terbentuknya inti steril dari skualen, yang kemudian akan diubah menjadi

kolesterol (Koolman, 2005).

Laju sintesis kolesterol oleh tubuh ditentukan oleh laju pembentukan

mevalonat oleh HMG-KoA reduktase. Kerja enzim ini dapat dihambat oleh

beberapa obat penurun kolesterol golongan statin (Koolman, 2005).


54

Biosintesis kolesterol dalam tubuh dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.4 Biosintesis Kolesterol (Koolman, 2005)

2.4.4 Asam lemak

Asam lemak merupakan asam monokarboksilat rantai panjang. Adapun

rumus umum dari asam lemak adalah: CH3(CH2)nCOOH atau CnH2n+1-COOH


55

Rentang ukuran dari asam lemak adalah C12 sampai dengan C24 (Rader dan

Hobbs, 2005).

Ada dua macam asam lemak yaitu (Rader dan Hobbs, 2005) :

1. Asam lemak jenuh (saturated fatty acid).

Asam lemak ini tidak memiliki ikatan rangkap.

2. Asam lemak tak jenuh (unsaturated fatty acid).

Asam lemak ini memiliki satu atau lebih ikatan rangkap.

2.4.5 Lipoprotein

Pada umumnya lemak tidak larut dalam air, yang berarti juga tidak larut

dalam plasma darah. Agar lemak dapat diangkut ke dalam peredaran darah, maka

di dalam plasma darah, lemak akan berikatan dengan protein spesifik membentuk

suatu kompleks makro molekul yang larut dalam air. Ikatan antara lemak

(kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid) dengan protein ini disebut Lipoprotein

(Mahley, 2003).

Tubuh mengatur kadar lipoprotein melalui beberapa cara (Rader dan

Hobbs, 2005) :

1. Mengurangi pembentukan lipoprotein dan mengurangi jumlah lipoprotein

yang masuk ke dalam darah.

2. Meningkatkan atau menurunkan kecepatan pembuangan lipoprotein dari

dalam darah.

Berdasarkan komposisi, densitas, dan mobilitasnya, lipoprotein dibedakan

menjadi kilomikron, Very Low Density Lipoprotein (VLDL), Intermediate Density

Lipoprotein (IDL), Low Density Lipoprotein (LDL), dan High Density


56

Lipoprotein (HDL). Setiap jenis lipoprotein memiliki fungsi yang berbeda dan

dipecah serta dibuang dengan cara yang sedikit berbeda (Rader dan Hobbs, 2005).

2.4.5.1 Kilomikron

Kilomikron merupakan lipoprotein yang mengangkut lemak menuju ke

hati. Kilomikron dibentuk di usus halus dengan komposisi asam lemak dari

trigliserida. Lipoprotein dengan berat molekul terbesar ini lebih dari 80 persen nya

terdiri dari trigliserida yang berasal dari makanan, terutama makanan yang

mengandung trigliserida dan kurang dari 5 persen terdiri dari kolesterol ester.

Pada waktu mencapai darah, kilomikron berinteraksi dengan LPL (Lipoprotein

Lipase) yang terdapat pada permukaan endotel kapiler, jaringan lemak dan otot.

Akibat interaksi ini trigliserida dapat dilepaskan dari kilomikron, dan diangkut

oleh HDL ke hepar untuk di metabolisme. Kilomikron membawa trigliserida dari

makanan ke jaringan lemak dan otot rangka, dan membawa kolesterol makanan ke

hati (Rader dan Hobbs, 2005).

Lapisan permukaan kilomikron terdiri dari fosfolipid, kolesterol bebas,

Apo B48, Apo AI, Apo AII, dan Apo AIV, sedangkan bagian inti kilomikron

terdiri dari trigliserida dan kolesterol. Di dalam plasma, Apo C dan Apo E

ditransfer ke kilomikron dari HDL sehingga membentuk kilomikron. Apo CII

memediasi hidrolisis trigliserida melalui pengaktifan LPL, sehingga terbentuk

kilomikron remnan yang kaya kolesterol miskin trigliserida dan asam lemak bebas

(Mahley et al., 2003 ; Rader dan Hobbs, 2005).

Kilomikron remnan akan diambil oleh hepatosit dengan bantuan Apo E,

sehingga kolesterol digunakan oleh hepatosit untuk membentuk asam empedu


57

disatukan ke dalam membran, diekskresikan sebagai kolesterol ke dalam empedu

atau membentuk lipoprotein (Lichtenstein dan Jones, 2001 ; Rader dan Hobbs,

2005). Sedangkan Asam lemak bebas kemudian diambil oleh berbagai jaringan

untuk disimpan sebagai trigliserida, dioksidasi sebagai sumber energy atau

digunakan kembali di hepar untuk membentuk lipoprotein trigliserida (Mahley

et al., 2003).

2.4.5.2 Very Low Density Lipoprotein (VLDL)

Lipoprotein densitas sangat rendah (VLDL) merupakan trigliserida

endogen. Lipoprotein ini terdiri dari 60 persen trigliserida endogen dan 10-15

persen kolesterol. Lipoprotein ini dibentuk dari asam lemak bebas di hati, yang

berfungsi sebagai alat transportasi lemak dari hepar ke jaringan. Trigliserida

merupakan bagian terbesar dari VLDL dan ukuran VLDL ditentukan oleh jumlah

trigliserida yang ada (Rader dan Hobbs, 2005).

Apolipoprotein utama VLDL adalah Apo B100. Trigliserida VLDL

dihidrolisis oleh lipoprotein lipase (LPL) dan diubah menjadi VLDL remnant

(Mahley et al., 2003). VLDL remnan dapat ditangkap kembali oleh hepar melalui

reseptor atau tetap dalam sirkulasi dan setelah diambil komponen trigliseridanya

dihirolisis oleh hepatik lipase (HL) menjadi partikel IDL dan LDL (Rader dan

Hobbs, 2005).

2.4.5.3 Low Density Lipoprotein (LDL)

Lipoprotein densitas rendah (LDL) adalah lipoprotein yang merupakan

alat transportasi kolesterol yang utama, mengangkut sekitar 70-80 persen dari
58

kolesterol total, yang merupakan metabolit VLDL. Apolipoprotein utama LDL

adalah Apo B100.

Fungsi LDL yaitu membawa kolesterol dari hepar ke jaringan perifer

termasuk ke sel otot jantung, otak, dan lain-lain agar dapat berfungsi sebagaimana

mestinya (untuk sintesis membran plasma dan hormon steroid). Rangkaian proses

penyediaan kolesterol pada jaringan ekstrahepatik disebut LDL receptor pathway,

sedangkan rangkaian proses pengembalian kolesterol ke hepar dari jaringan

perifer disebut reverse cholesterol transport. Kedua jalur tersebut dipengaruhi

oleh faktor genetik dan lingkungan (Mayes dan Botham, 2003).

Partikel LDL mengandung trigliserida sebanyak 10 persen dan kolesterol

60 persen. Kadar LDL plasma tergantung dari banyak faktor termasuk kolesterol

dalam makanan, asupan lemak jenuh, kecepatan produksi dan eliminasi LDL dan

VLDL. Bila kita makan banyak lemak jenuh atau bahan makanan yang kaya akan

kolesterol, maka kadar LDL dalam darah kita tinggi. Kelebihan LDL akan mudah

melekat pada dinding sebelah dalam (intima) pembuluh darah dengan risiko

penumpukan atau pengendapan kolesterol LDL pada dinding pembuluh darah

arteri, yang diikuti dengan terjadinya aterosklerosis. Makin kecil ukuran LDL atau

makin tinggi kepadatannya, makin mudah pula LDL tersebut menyusup ke dalam

intima. LDL demikian disebut LDL kecil padat (small dense LDL). Oleh karena

sifat di atas, maka LDL disebut kolesterol jahat. Ambilan LDL terjadi karena

adanya reseptor LDL. LDL mengalami katabolisme melalui jalur reseptor dan

jalur non reseptor. Jalur katabolisme reseptor dapat ditekan oleh produksi

kolesterol endogen. Bila katabolisme LDL oleh hati dan jaringan perifer
59

berkurang maka kadar kolesterol plasmanya meningkat. Peningkatan kadar

kolesterol sebagian disalurkan ke dalam makrofag yang akan membentuk sel busa

(foam cells) yang berperan dalam terjadinya aterosklerosis (Rader dan Hobbs,

2005).

2.4.5.4 High Density Lipoprotein (HDL)

Lipoprotein densitas tinggi (HDL) berfungsi membawa kolesterol dari

jaringan perifer ke hati sehingga dapat dimetabolisme lalu dibuang ke dalam

kandung empedu sebagai asam (cairan) empedu, sehingga penimbunan kolesterol

di perifer berkurang. Komponen HDL ialah 13 persen kolesterol, kurang dari 5

persen trigliserida dan 50 persen protein. Kadar HDL kira-kira sama pada laki-laki

dan perempuan sampai pubertas, kemudian menurun pada laki-laki sampai 20

persen lebih rendah daripada kadar pada perempuan. Pada individu dengan nilai

lipid yang normal, kadar HDL relatif menetap sesudah dewasa (kira-kira 45 mg/dl

pada pria dan 54 mg/dl pada perempuan). HDL penting untuk membersihan

trigliserida dan kolesterol, dan untuk transportasi serta metabolisme ester

kolesterol dalam plasma. Kadar tinggi HDL dihubungkan dengan penurunan

insiden penyakit dan kematian karena aterosklerosis. Oleh karena itu, HDL

disebut kolesterol baik. Mekanisme proteksi HDL terhadap penyakit jantung

koroner belum diketahui dengan jelas. Kadar HDL menurun pada kegemukan,

perokok, penderita diabetes yang tidak terkontrol dan pada pemakaian kombinasi

estrogen-progestin. HDL mengandung Apo AI, AII, AIV, C, dan E. Apo AI dan

AIV merupakan aktivator enzim LCAT. HDL memberikan Apo E dan Apo C, dan
60

menerina Apo AI dan Apo AIV dari kilomikron di dalam sirkulasi darah (Rader

dan Hobbs, 2005).

Fungsi HDL antara lain adalah :

1. Mengangkut kelebihan kolesterol dari jaringan ekstrahepatik dan sel

pembersih (scavenger cells), dan setelah berinteraksi dengan enzim LCAT

(Lecithin Cholesterol Acyl Transferase) melepaskan kolesterol ke VLDL-

remnan dan hepar yang kemudian akan dikeluarkan ke dalam empedu.

2. Sebagai sumber apoprotein untuk metabolisme VLDL remnan dan

kilomikron remnan.

3. Diduga sebagai sumber bahan pembentukan prostasiklin yang besifat anti

trombosis.

4. Meningkatkan sintesis reseptor LDL.

Inti HDL adalah kolesterol ester yang dibentuk dalam sirkulasi melalui

pengambilan kolesterol di jaringan perifer dengan pertolongan enzim LCAT

(Rader dan Hobbs, 2005)

2.4.5.5 Apoprotein

Transportasi antar organ dari lipid eksogen dan endogen di dalam

lipoprotein diatur oleh apoprotein.

Peran apoprotein (Lichtenstein dan Jones, 2001) :

1. Meningkatkan kelarutan lipoprotein di dalam air.

2. Mengatur transportasi dan aktivitas lipoprotein dengan memodulasi

aktivitas enzim dan membantu klirens (removal) lipoprotein dari sirkulasi

ke organ-organ melalui reseptor khusus.


61

2.5 Metabolisme Lemak

Hasil akhir dari pemecahan lipid dari makanan adalah asam lemak dan

gliserol. Jika sumber energi dari karbohidrat telah mencukupi, maka asam lemak

mengalami esterifikasi yaitu membentuk ester dengan gliserol menjadi trigliserida

sebagai cadangan energi jangka panjang. Jika sewaktu-waktu tak tersedia sumber

energi dari karbohidrat barulah asam lemak dioksidasi, baik asam lemak dari diet

maupun jika harus memecah cadangan trigliserida jaringan. Proses pemecahan

trigliserida ini dinamakan lipolisis. Proses oksidasi asam lemak dinamakan

oksidasi beta dan menghasilkan asetil KoA. Selanjutnya sebagaimana asetil KoA

dari hasil metabolisme karbohidrat dan protein, asetil KoA dari jalur inipun akan

masuk ke dalam siklus asam sitrat sehingga dihasilkan energi.

Di sisi lain, jika kebutuhan energi sudah mencukupi, asetil KoA dapat

mengalami lipogenesis menjadi asam lemak dan selanjutnya dapat disimpan

sebagai trigliserida (Ahuja, 2003). Beberapa lipid non gliserida disintesis dari

asetil KoA. Asetil KoA mengalami kolesterogenesis menjadi kolesterol.

Selanjutnya kolesterol mengalami steroidogenesis membentuk steroid. Asetil KoA

sebagai hasil oksidasi asam lemak juga berpotensi menghasilkan badan-badan

keton (aseto asetat, hidroksi butirat dan aseton). Proses ini dinamakan

ketogenesis. Badan-badan keton dapat menyebabkan gangguan keseimbangan

asam-basa yang dinamakan asidosis metabolik. Keadaan ini dapat menyebabkan

kematian (Alberti, 2005).


62

Gambar 2.5 Metabolisme Lemak (Dikutip dari : Lichtenstein dan Jones,

2006)

2.6 Transportasi Lemak

Lemak dalam darah diangkut dengan dua cara, yaitu melalui jalur eksogen

dan jalur endogen. Jalur eksogen yang berperan adalah kilomikron dan jalur

endogen yang berperan adalah VLDL, IDL dan HDL (Mayes et al, 2003).
63

2.6.1 Jalur Eksogen

Trigliserida dan kolesterol yang berasal dari makanan dalam usus dikemas

dalam bentuk partikel besar lipoprotein, yang disebut kilomikron. Kilomikron ini

akan diangkut dalam saluran limfe lalu ke dalam darah melalui duktus thorasikus.

Di dalam jaringan lemak dan otot, trigliserida dalam kilomikron mengalami

hidrolisis oleh lipoprotein lipase yang terdapat pada permukaan sel endotel.

Akibat hidrolisis ini maka akan tebentuk asam lemak bebas dan kilomikron

remnan. Asam lemak bebas akan menembus sel endotel dan masuk ke dalam

jaringan lemak atau sel otot untuk diubah menjadi trigliserida kembali sebagai

cadangan atau dioksidasi menjadi energi.

Kilomikron remnan adalah kilomikron yang telah dihilangkan sebagian

trigliseridanya sehingga ukurannya mengecil tetapi jumlah ester kolesterolnya

tetap. Kilomikron remnan ini akan dibersihkan oleh hati dari sirkulasi dengan

mekanisme endositosis oleh lisosom. Hasil metabolisme ini berupa kolesterol

bebas yang akan digunakan untuk sintesis berbagai stuktur (membran plasma,

mielin, hormon steroid dan sebagainya), disimpan dalam hati sebagai kolesterol

ester lagi disekresi ke empedu (sebagai kolesterol atau asam empedu) yang akan

dikeluarkan ke dalam usus, berfungsi seperti detergen dan membantu proses

penyerapan lemak dari makanan. Sebagian lagi dari kolesterol dikeluarkan

melalui saluran empedu tanpa dimetabolisme menjadi asam empedu. Kemudian

organ hati akan mendistribusikan kolesterol ke jaringan tubuh lainnya melalui

jalur endogen. Pada akhirnya, kilomikron yang tersisa (yang lemaknya telah

diambil), dibuang dari aliran darah oleh hati.


64

2.6.2 Jalur Endogen

Trigliserida dan kolesterol yang disintesis oleh hati diangkut secara

endogen dalam bentuk VLDL kaya trigliserida. VLDL akan mengalami hidrolisis

dalam sirkulasi oleh lipoprotein lipase yang juga menghidrolisis kilomikron

menjadi VLDL remnan. VLDL remnan diambil oleh hati atau diubah menjadi

IDL (Intermediate Density Lipoprotein). Partikel IDL kemudian diambil oleh hati

atau mengalami pemecahan lebih lanjut menjadi produk akhir yaitu LDL. LDL

akan diambil oleh reseptor LDL di hati dan mengalami katabolisme. HDL

tugasnya mengambil kolesterol bebas di jaringan perifer. Kolesterol bebas di

dalam HDL diesterifikasi oleh enzim lecithin cholesterol acyltransferase (LCAT)

menjadi kolesterol ester. Kolesterol ester ini akan mengalami perpindahan dari

HDL ke VLDL atau IDL, begitu juga trigliserida yang terdapat pada partikel

VLDL dan IDL dipindahkan ke partikel HDL melalui enzim Cholesterol Ester

Transfer Protein (CETP) sehingga dengan demikian terjadi kebalikan arah

transpor kolesterol (reverse cholesterol transport) dari perifer menuju hati untuk

dikatabolisasi lalu dibuang ke dalam kandung empedu sebagai asam (cairan)

empedu, sehingga penimbunan kolesterol di perifer berkurang. Aktivitas ini

mungkin berperan sebagai sifat antiaterogenik.


65

Gambar 2.6 Jalur Metabolisme Lipoprotein Eksogen dan Endogen


(Dikutip dari : Harrison's Principles of Internal Medicine, 18th Edition. 2011).

2.7 Aterosklerosis

Aterosklerosis adalah kondisi di mana terjadi penyempitan pembuluh

darah akibat timbunan lemak yang meningkat dalam dinding pembuluh darah

yang akan menghambat aliran darah. Kolesterol yang berlebihan dalam darah

akan mudah melekat pada dinding sebelah dalam pembuluh darah. Selanjutnya,
66

LDL akan menembus dinding pembuluh darah melalui lapisan sel endotel, masuk

ke lapisan dinding pembuluh darah yang lebih dalam yaitu intima. LDL disebut

lemak jahat karena memiliki kecenderungan melekat di dinding pembuluh darah

sehingga dapat menyempitkan pembuluh darah. LDL ini bisa melekat karena

mengalami oksidasi atau dirusak oleh radikal bebas. LDL yang telah menyusup ke

dalam intima akan mengalami oksidasi tahap pertama sehingga terbentuk LDL

yang teroksidasi. LDL-teroksidasi akan memacu terbentuknya zat yang dapat

melekatkan dan menarik monosit (salah satu jenis sel darah putih) menembus

lapisan endotel dan masuk ke dalam intima. Disamping itu LDL-teroksidasi juga

menghasilkan zat yang dapat mengubah monosit yang telah masuk ke dalam

intima menjadi makrofag. Sementara itu LDL-teroksidasi akan mengalami

oksidasi tahap kedua menjadi LDL yang teroksidasi sempurna yang dapat

mengubah makrofag menjadi sel busa (foam cell) (Rader dan Hobbs, 2005).

Sel busa (foam cell) yang terbentuk akan saling berikatan membentuk

gumpalan yang makin lama makin besar sehingga membentuk benjolan yang

mengakibatkan penyempitan lumen pembuluh darah. Keadaan ini akan semakin

pada lapisan pembuluh darah yang lebih dalam (media) untuk masuk ke lapisan

intima dan kemudian akan membelah-belah diri sehingga jumlahnya semakin

banyak. Timbunan lemak di dalam lapisan pembuluh darah (plak kolesterol)

membuat saluran pembuluh darah menjadi sempit sehingga aliran darah kurang

lancar. Plak kolesterol pada dinding pembuluh darah bersifat rapuh dan mudah

pecah, meninggalkan luka pada dinding pembuluh darah yang dapat

mengaktifkan pembentukan bekuan darah. Karena pembuluh darah sudah


67

mengalami penyempitan dan pengerasan oleh plak kolesterol, maka bekuan darah

ini mudah menyumbat pembuluh darah secara total. Kondisi ini disebut dengan

aterosklerosis (Rader dan Hobbs, 2005).

Gambar 2.7 Diagram Aterosklerosis


(Dikutip dari : http://www.nhlbi.nih.gov/health/dci/Diseases/Hbc
/HBC_WhatIs.html.2008)
68

2.8 Teh (Camellia Sinensis)

2.8.1 Deskripsi Teh

Tanaman teh (Camellia sinensis) termasuk tanaman perdu yang tumbuh

didaerah tropis dan sub tropis. Tanaman ini dapat mencapai tinggi 914 cm, namun

umumnya dipangkas menjadi 60-150 cm untuk pembudidayaan. Daun teh muda

berwarna hijau muda dan mempunyai rambut-rambut putih dibagian bawah daun,

sedangkan daun teh tua berwarna hijau tua. Daun teh berbentuk oval dengan

bagian tepinya bergerigi tajam berukuran panjang 4-15 cm, lebar 2-5 cm. bunga

teh berwarna putih kekuningan, wanginya harum, berdiameter 2,5-4 cm umumnya

berkelompok 7-8 bunga atau berbunga tunggal (Handoko, 2007).

2.8.2 Klasifikasi Teh (Anonim (a), 2014)

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Ericales

Famili : Theaseae

Genus : Camellia

Spesies : Camellia sinensis


69

Gambar 2.8. Daun tanaman teh (Handoko, 2007)

2.8.3 Jenis-jenis Teh

Berdasarkan proses pembuatannya teh dibedakan menjadi 4 jenis yaitu:

1. Teh Hitam (black tea)

Teh hitam didapat dari hasil penggilingan yang menyebabkan daun teh

terluka dan mengeluarkan getah. Getah itu bersentuhan dengan udara sehingga

menghasilkan senyawa teaflavin dan teaburgin. Daun teh ini mengalami

terfermentasi sempurna. Warna hijau berubah menjadi kecoklatan dan selama

pengeringan berubah menjadi hitam. Teh hitam paling dikenal luas dan

banyak dikonsumsi (Sujayanto, 2008).

2. Teh Merah (oolong tea)

Teh oolong adalah teh hasil semifermentasi (semioksidasi enzimmatis),

tidak bersentuhan lama dengan udara pada saat pengolahan. Fermentasi yang

terjadi hanya sebagian (30-70%). Hasilnya warna teh menjadi coklat

kemerahan.
70

3. Teh Hijau (green tea)

Teh hijau diolah tanpa mengalami oksidasi dan fermentasi. Setelah daun

teh layu langsung digulung, dikeringkan, dan dikemas. Biasanya pucuk teh

diproses langsung dengan uap panas (steam) atau frying untuk menghentikan

aktivitas enzim. Warna hijau tetap bertahan dan kandungan taninnya relatif

tinggi.

4. Teh Putih (white tea)

Teh putih merupakan teh yang sangat istimewa. Teh putih berasal dari

pucuk daun teh yang sangat muda dan masih menggulung, pada saat dipetik

dilindungi dari sinar matahari. Daun teh yang sangat muda ini hanya diuapkan

dan dikeringkan segera setelah dipetik untuk mencegah oksidasi, daun teh

muda ini tidak melalui proses fermentasi sehingga teh putih mengandung

katekin dan kafein tertinggi (Dias et al., 2013)

Gambar 2.9 Teh Putih, Teh Hijau, Teh Merah /Oolong, Teh hitam
71

Camellia sinensis

Buds of young leaves Young Leaves

Withered Withered
Steamed Steamed / fired
(Polyphenol oxidase (Polyphenol oxidase ruised by shaking Rolled
Inactivation) Inactivation)

Rolled/shaped Partially oxidized Fully oxidized


(10-80%)

Dried Dried Fired/Dried Fired/Dried

White Tea Green Tea Oolong Black Tea

Theaflavins & Theaburgins

Catechin

Gambar 2.10 Skema representasi dari proses pembuatan teh


(Dias et al., 2013)
72

2.8.4 Kandungan Kimia Teh

Bahan-bahan kimia dalam daun teh dapat digolongkan menjadi 4 kelompok

besar yaitu substansi fenol, substansi bukan fenol, substansi penyebab aroma dan enzim

(Alamsyah, 2006).

1. Substansi Fenol

a. Flavanol

Flavanol adalah polifenol utama pada teh berupa katekin. Derivat dari katekin

adalah katekin (C), Epikatekin (EC), galokatekin (GC), epigalokatekin (EGC),

epikatekin galat (ECG), galokatekin 3-galat (GCG) dan epigalokatekin 3-galat

(EGCG) (Alamsyah, 2006).

b. Flavonol

Flavonol merupakan senyawa golongan flavonoid yang memiliki oksidasi

terendah. Komposisi kimia flavonol pada teh mirip katekin. Flavonol pada teh

meliputi quersertin, kaemferol, dan mirisetin. Flavonol merupakan antioksidan

alami yang mempunyai kemampuan mengikat logam.

2. Substansi Bukan Fenol

a. Karbohidrat

Daun teh juga mengandung karbohidrat, berbentuk gula sederhana hingga

komplek, karbohidrat yang penting diantaranya sukrosa, glukosa, dan fruktosa.

Keseluruhan kerbohidrat pada teh 0,75% dari berat kering (Alamsyah, 2006).
73

b. Substansi Pektin

Pektin dapat terurai menjadi asam pektat dan metil alkohol dengan bantuan

enzim pektin metal esterase. Metil alkohol akan menguap dan sebagian diubah

menjadi asam organik yang akan menghasilkan aroma khas (Rohdiana, 2009).

c. Alkaloid

Alkaloid pada teh memiliki sifat penyegar. Alkaloid yang utama dalam teh

adalah kafein. Kafein akan bereaksi dengan ketekin dan menimbulkan rasa segar

pada seduhan teh (Alamsyah, 2006).

d. Klorofil dan Zat warna lain

Warna hijau pada daun teh disebabkan adanya klorofil. Dalam proses

inaktivasi enzim terjadi pemanasan senyawa klorofil yang menyebabkan perubahan

warna hijau segar menjadi hijau tua/zaitun karena klorofil diubah menjadi feofitin.

Jika terjadi suasana sangat asam feofitin akan diubah menjadi feoforbid yang

berwarna hijau kecoklatan (Alamsyah, 2006).

e. Protein dan Asam amino

Asam amino, karbohidrat dan katekin akan membentuk senyawa aromatis.

Asam amino yang berpengaruh adalah alanin, fenil alanin, valin, leusin, dan

isoleusin. Seluruh kandungan protein dan asam amino bebas adalah 1,4-5% dari

berat daun kering. Reaksi asam amino dengan katekin pada temperature tinggi

menghasilkan aldehida yang membuat aroma pada teh (Alamsyah, 2006).


74

f. Substansi resin

Kandungan resin sekitar 3% dari berat daun kering. Peranan resin adalah

menaikkan daya tahan tanaman teh terhadap kondisi beku (Alamsyah, 2006).

g. Vitamin

Daun teh mengandung beberapa vitamin, yaitu vitamin C,K,A,B1, dan B2.

Kandungan vitamin C pada teh sebesar 100-250 mg. kandungan sebesar itu hanya

terdapat pada teh hijau dan teh putih. Vitamin K dalam teh hijau dan teh putih

sebanyak 300-500 IU/g (Alamsyah, 2006)

h. Substansi mineral

Kandungan mineral dalam daun teh cukup banyak. Mineral berfungsi dalam

pembentukan enzim didalam tubuh, sumber mineral yang penting dalam proses

metabolisme. Kandungan mineral dalam daun teh :

- Magnesium

Berfungsi membantu proses metabolisme protein, reaksi seluler, mengatur

elektrolit tubuh, hormone reseptor, metabolisme vitamin D (Rohdiana, 2009).

- Flourida

Berfungsi menguatkan gigi agar terhindar dari karies, pembentukan plak gigi

dan membunuh bakteri penyebab pembengkakan gusi (Alamsyah, 2006).

- Natrium

Berfungsi mengatur keseimbangan elektrolit untuk mencegah menurunnya

cairan seluler akibat tekanan osmotik.


75

- Kalsium

Berfungsi membantu pembentukan tulang dan gigi, transmisi impuls syaraf,

kontraksi otot dan meningkatkan efektifitas kerja enzim.

- Seng

Berperan dalam metabolisme tubuh, sintesis vitamin A, peningkatan sistem

kekebalan tubuh dan membentuk enzim pemusnah radikal bebas.

3. Substansi Penyebab Aroma

Aroma teh berasal dari likosida yang terurai menjadi gula sederhana dan

senyawa yang beraroma atau dari oksidasi karotenoid yang menghasilkan senyawa

yang mudah menguap (aldehida dan keton tak jenuh). Substansi penyebab aroma

meliputi klorofil, karotenoid, dan senyawa volatil.

4. Enzim

Berfungsi sebagai biokatalisator pada reaksi kimia pada daun teh. Enzim yang

terkandung dalam daun teh invertase, amylase, glukosidase, oximetilase, protease,

peroksidae dan polifenol oksidase (Alamsyah, 2006).

2.9 Teh Putih

Teh putih berasal dari pucuk daun Camelia sinensis yang sangat muda dan masih

menggulung, mempunyai rambut-rambut sangat halus berwarna putih keperakan, dan

pada saat dipetik dihindari dari sinar matahari. Pada saat pembudidayaan daun teh muda

tersebut dilindungi dari sinar matahari untuk mencegah terbentuknya formasi klorofil.

Sehingga memberikan penampakan berwarna putih pada daun teh muda tersebut (Dias

et al., 2013). Teh putih di Indonesia dikembangkan di Gambung, Jawa Barat, teh ini
76

diproduksi menjadi teh unggulan yang diberi nama Exellent Gamboeng White tea,

Premium Tea of Indonesia, oleh Pusat Penelitian Teh dan Kina Bandung.

Gambar 2.11 Teh Putih

Gambar 2.12 Seduhan Teh Putih

Proses produksi teh putih dimana daun teh yang masih sangat muda hanya

diuapkan dan dikeringkan segera dipetik untuk menghindari terjadinya oksidasi dan

proses ini menghasilkan seduhan teh terasa ringan dan sangat spesial. Teh putih sangat

disukai masyarakat Eropa (Almajano et al., 2008).


77

Teh putih mempunyai kandungan polifenol yang lebih tinggi dibanding teh

lainnya karena tidak melalui proses fermentasi dan oksidasi. Polifenol utama pada teh

putih terutama derivat dari katekin merupakan antioksidan poten yang mempunyai

manfaat positif bagi kesehatan. Sifat antioksidan dari teh putih dapat mencegah radikal

bebas dan menginhibisi stres oksidatif dan inflamasi. Pada saat ini stres oksidatif dan

inflamasi berkaitan dengan bermacam penyakit antara lain penyakit obesitas,

dislipidemia, diabetes, kardiovaskular, neurodegeneratif dan kanker (Dias et al., 2013).

2.9.1 Manfaat Teh Putih

Sejak jaman dahulu teh telah dikenal sebagai minuman yang menyegarkan dan

mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan. Seperti halnya jenis teh yang lain teh putih

juga bermanfaat bagi kesehatan. teh putih telah digunakan untuk mengobati obesitas dan

penyakit penyerta. Banyak studi yang dilakukan untuk mengidentifikasi komposisi dari

teh putih (Unachukwu, 2010; Van der hooft , 2012).

Manfaat teh putih dapat sebagai proteksi terhadap penyakit kardiovaskular,

kanker, diabetes melitus, obesitas, sistem saraf pusat, dan penyakit infeksi. Proteksi

terhadap penyakit kardiovaskular didapat dari sifat teh putih sebagai antitrombogenik,

aktivitas hipotensif, anti inflamansi, aktivitas hipokolesterolemia, aktivitas lipolitik, dan

anti angiogenik (Dias et al., 2013). Manfaat teh putih dapat dilihat pada tabel 2.4.
78

Tabel 2.4 Potensial protektif efek dari teh putih Dias et al., 2013)

Protective Effects of White Tea


Cardiovask Central Microorgani
Diabetes
uler Cancer Obesity nervous sme induced
mellitus
diseases system diseases
Anti- Anti-mutagenic Anti-diabetic Stimulasion Anti-stress Anti-
thrombogen activity activity of hepatic acticity microbial
ic activity (Battacharya (Albofathi lipid (Kimura K activity
as et U et al., 2011) AA. et al., metabolisme et al., 2007) (Wang X et
al.,2013) 2012) (Murase T et al., 2010)
al., 2002)
Hypotensiv Anti- Hypoglycemi Inhibition of Stimulant Anti-fungal
e activity[ carcinogenic c activity lipase activity activity
(
Green DJ activity (MackenzieT. (Chantre P et (Liu K et (Hirasawa et
(
et al., 2011) Carvalho M et et al., 2007) al., 2002) al., 2011) al., 2004)
al., 2010)
Anti- Anti- Insulin Thermogenic Anti- Anti-viral
inflammato inflammatory resistance activity depresant activity
ry activity activity reduction (Dulloo A et activity (Weber JM et
(Stang V et (Deka A, et al., (Islam M., al., 2000) (Zhu WL et al., 2003)
al., 2006) 2011) 2011) al., 2011)
Antioxidant DNA damage Antioxidant Modulasion Antioxidant
activity reduction activity of appetite activity
(
(Cheng To Sharangi A., (Song EK et (Liao S., (Lopez V et
et al., 2000) 2009) al., 2003) 2001) al., 2011)
Antioxidant Hypocholesterolemic activity
activity ( Maron DJ et al., 2003)
( Han
MK.,2003)
Anti Lipolytic and antiadipogenic
Angiogenic activity
Activity (Sohle J et al., 2009)
(Sharangi A.,
2009)
Hypolypidemic Activity
(Huang et al., 2012)
79

2.9.2 Komposisi Kimia Teh Putih

Banyak penelitian mempelajari komposisi kimia dari daun teh putih (camellia

sinensis). Komposisi utama meliputi protein, polisakarida, polifenol, mineral, trace

element, asam amino organik, lignan dan metilxantin yaitu kafein, teofilin dan

teobromin (Seeram et al., 2006 ; Moderno et al., 2009).

Polifenol pada teh yang merupakan derivat utama dari katekin adalah

epicatechin (EC), epigallocatechin (EGC), epicatechin-3-gallate (ECG), dan

epigallocatechin-3-gallate (EGCG).

Gambar 2.13 Struktur kimia Katekin (Hillal, 2007)


80

Hasil analisa kadar polifenol, katekin serta kafein pada teh putih dibandingkan

dengan teh hijau (Hillal, 2007) dapat dilihat pada tabel 2.5.

Tabel 2.5 Hasil Analisis Polifenol, Katekin dan Kafein


(sumber : Hillal, 2007)

Teh Putih Rata Rata Teh Hijau Rata Rata


Total Polifenol 16.23 25.95 21.54 13.7 - 24.7 19.18
Total katekin 7.94 16.56 13.22 9.89 17 12.95
Kafein 3.35 5.74 4.85 1.67 3.90 2.90
Epigalokatekin gallat 5.23 9.49 8.00 4.40 9.6 6.75
Epigalokatekin 0.24 2.64 1.11 1.94 4.07 2.84
Flavonol glikosida 0.06 1.44 0.61 (1.25) 0.64 2.02 1.1 (2.27)

2.10 Teh Putih Terhadap Dislipidemia

Diet tinggi lemak menyebabkan kelebihan trigliserida yang akan diakumulasi

oleh adiposit dan jaringan adiposa. Hipertropi adiposit dan akumulasi jaringan adiposa

membuat adiposit dan jaringan adiposa dalam keadaan patogenik atau Adiposopathy

(Bays et al.,, 2013).

Keadaan Adiposopathy menstimulasi pelepasan sitokin, yaitu Tumor Necrosis

Factor-alpha (TNF-). Kadar TNF- yang meningkat menyebabkan terjadinya

resistensi insulin. Resistensi insulin pada adiposit dapat menurunkan aktifitas enzim

lipoprotein lipase, sehingga clearance VLDL menurun, akibatnya kadar VLDL dalam

darah meningkat. Selain itu resistensi insulin dapat meningkatkan hidrolisis trigliserida,

sehingga terjadi peningkatan FFA. FFA akan masuk ke dalam sirkulasi darah lalu ke

hati. Peningkatan FFA di hati merangsang sekresi dari VLDL, sehingga terjadi
81

hipertrigliseridemia. Pemberian ekstrak teh putih yang mengandung EGCG dan kafein

dapat menurunkan TNF- sehingga oksidasi asam lemak pada hepar meningkat,

menghambat sintesis kolesterol oleh sel hepar serta meningkatkan sensitivitas insulin.

Sensitivitas insulin yang meningkat akan meningkatkan aktivitas enzim lipoprotein

lipase dan menurunkan FFA serta menghambat aktivitas CETP (Kersshaw dan Flier,

2004).

Gambar 2.14 CETP (Eckardstein, 2010)

CETP adalah protein plasma yang memediasi pertukaran cholesteryl ester dari

HDL ditukar dengan molekul trigliserida dari LDL, VLDL maupun kilomikron,

sehingga yang terjadi VLDL kaya akan kolesterol, sedangkan HDL menjadi kaya akan

trigliserida atau dikenal sebagai lipoprotein kaya trigliserida (TGrL). Apo A-1 dapat

memisahkan diri dari HDL kaya trigliserida. ApoA-1 bebas ini segera dibersihkan dari
82

plasma, melalui ginjal, sehingga mengurangi kemampuan HDL untuk reverse

cholesterol transport. Akibatnya kadar HDL dalam darah menurun. LDL kaya

trigliserida dapat mengalami lipolisis menjadi small dense LDL (Shulman, 2000).

Dalam hal ini EGCG dan kafein secara sinergis bekerja menghambat CETP sehingga

terjadi peningkatan kadar HDL kolesterol dan penurunan kadar LDL (Liu Di et al.,

2009).
Epigallocatechin 3-gallate
(EGCG)

TNF

Oksidasi Asam Lemak Sintesis Kolesterol Sensivitas Insulin

FFA Kolesterol Lipoprotein Lipase FFA

Trigliserida Sintesis VLDL hati


Clearing VLDL

Trigliserida

CETP

HDL

Gambar 2.15 EGCG dan Profil Lipid


83

2.11 Hewan Percobaan

2.11.1 Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan galur wistar sebagai hewan coba

Percobaan ini menggunakan tikus putih jantan sebagai binatang percobaan

karena tikus putih jantan dapat memberikan hasil penelitian yang lebih stabil karena

tidak dipengaruhi oleh adanya siklus menstruasi dan kehamilan seperti pada tikus putih

betina. Tikus putih jantan juga mempunyai kecepatan metabolisme obat yang lebih

cepat dan kondisi biologis tubuh yang lebih stabil dibanding tikus betina (Ngatijan,

2006). Tikus putih sebagai hewan percobaan relatif resisten terhadap infeksi dan sangat

cerdas. Tikus putih tidak begitu bersifat foto fobik seperti halnya mencit dan

kecenderungan untuk berkumpul dengan sesamanya tidak begitu besar. Aktivitasnya

tidak terganggu oleh adanya manusia di sekitarnya. Ada dua sifat yang membedakan

tikus putih dari hewan percobaan yang lain, yaitu bahwa tikus putih tidak dapat muntah

karena struktur anatomi yang tidak lazim di tempat esofagus bermuara ke dalam lubang

dan tikus putih tidak mempunyai kandung empedu (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).

Tikus laboratorium jantan jarang berkelahi seperti mencit jantan. Tikus putih dapat

tinggal sendirian dalam kandang dan hewan ini lebih besar dibandingkan dengan

mencit, sehingga untuk percobaan laboratorium, tikus putih lebih menguntungkan

daripada mencit. Usia tikus 2,5 bulan memiliki persamaan dengan manusia usia dewasa

muda dan belum mengalami proses penuaan intrinsik (Smith dan Mangkoewidjojo,

1988).
84

Klasifikasi Tikus putih dalam sistematika hewan percobaan adalah sebagai

berikut:

Filum : Chordata

Subfilum : Vertebrata

Classis : Mammalia

Subclassis : Placentalia

Ordo : Rodentia

Familia : Muridae

Genus : Rattus

Species : Rattus norvegicus

Gambar 2.16 TikusWistar (Rattus norvegicus)

Terdapat beberapa galur tikus yang memiliki kekhususan tertentu antara lain

galur Wistar Albino dengan kepala besar, telinga panjang dan ekor pendek, galur

Sprague Dawley yang albino putih berkepala kecil dan ekor panjang, dan galur Long

Evans yang memiliki badan berwarna putih, sedangkan kepala dan ekstremitas
85

berwarna hitam. Galur Sprague Dawley dan Long Evans berasal dari pengembangan

galur Wistar (Hubrecht dan Kirkwood, 2010).

Panjang badan tikus diukur dari ujung hidung sampai pertengahan anus,

sedangkan panjang ekor diukur dari pertengahan anus sampai ujung ekor. Tikus Wistar

memiliki panjang ekor yang selalu lebih pendek daripada panjang badan, sedangkan

tikus Sprague Dawley memiliki panjang ekor yang sama atau lebih dari panjang badan

(Krinke, 2000).

Tabel 2.6 Data Biologis Tikus Wistar

Berat badan lahir 4,5 6 gram

Berat badan dewasa Jantan 250 300 gram

Betina 180 220 gram

Usia maksimum 2 4 tahun

Usia reproduksi 8 10 minggu

Konsumsi makanan 15 30 g/ hari

Konsumsi air minum 20 45 g/hari

Defekasi 9 13 g/ hari

Produksi urin 10 15 ml/ hari

(Sumber: Krinke, 2000; Hubrecht dan Kirkwood, 2010)

Tikus laboratorium jantan jarang berkelahi seperti mencit jantan. Tikus dapat

tinggal sendirian dalam kandang, asal dapat melihat dan mendengar tikus lain. Jika

dipegang dengan cara yang benar, tikus-tikus ini tenang dan mudah ditangani di
86

laboratorium. Ada dua sifat yang membedakan tikus dari hewan percobaan lain. Tikus

tidak dapat muntah, karena struktur anatomi yang tidak lazim di tempat esofagus

bermuara ke dalam lambung dan tikus tidak mempunyai kandung empedu (Krinke,

2000).

Untuk tikus pada laboratorium, makanan dan air minum sebaiknya diberikan

secara ad libitum, dan pencahayaan ruangan diatur sebagai 12 jam terang dan 12 jam

gelap. Tikus, terutama tikus albino, sangat sensitif terhadap cahaya, maka intensitas

cahaya laboratorium sebaiknya tidak melebihi 50 lux (Hubrecht dan Kirkwood, 2010)

Kondisi optimal tikus di laboratorium (Krinke, 2000; Hubrecht dan Kirkwood, 2010)

antara lain :

a. Kandang tikus harus cukup kuat tidak mudah rusak, mudah dibersihkan (satu kali

seminggu), mudah dipasang lagi, hewan tidak mudah lepas, harus tahan gigitan dan

hewan tampak jelas dari luar. Alas tempat tidur harus mudah menyerap air pada

umumnya dipakai serbuk gergaji atau sekam padi.

b. Menciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai dengan keperluan fisiologis

tikus (suhu, kelembaban dan kecepatan pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari).Suhu ruangan yang baik sekitar 2022C, sedangkan kelembaban udara

sekitar 50%,.

c. Untuk tikus dengan berat badan 200-300 gram luas lantai tiap ekor tikus adalah 600

cm2, tinggi 20 cm. Jumlah maksimal tikus per kandang adalah 3 ekor.
87

d. Transportasi jarak jauh sebaiknya dihindari karena dapat menimbulkan stres pada

tikus.

Jika kondisi diatas tidak terpenuhi, maka tikus menjadi sakit. Beberapa indikator

yang dapat digunakan untuk menilai apakah tikus sehat atau sakit adalah (Hubrecht dan

Kirkwood, 2010):

Penampilan umum.

Pada tikus yang sakit dapat terlihat piloereksi, bulu rontok, kulit kendur, berat

badan menurun, kelopak mata tertutup.

Feses.

Feses yang lembek dan diare menunjukkan terjadinya gangguan pada saluran

pencernaan.

Tingkah laku.

Tikus yang sakit akan menjadi lebih agresif awalnya, namun lambat laun akan

menjadi pasif.

Postur.

Umumnya tikus yang sakit akan sering tiduran di lantai kandang, dengan posisi

kepala menyentuh abdomen.

Pergerakan.

Pergerakan pada tikus yang sakit sangat berkurang.

Suara.

Tikus yang sakit akan lebih banyak mencicit ketika dipegang.


88

Fisiologi.

Dapat terjadi bersin, hipotermia, serta penampilan yang pucat.


89

BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir

Dislipidemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar kolestrol dalam

darah, yang disebabkan oleh peningkatan TNF- akibat asupan lemak jenuh berlebihan.

Keadaan ini merupakan kekacauan metabolik akibat sekunder dari berbagai macam

penyakit, tapi dapat juga berperan serta pada terjadinya berbagai penyakit, terutama

penyakit kardiovaskular.

Kadar kolesterol tinggi dalam darah disebabkan oleh faktor eksogen dan faktor

endogen. Intervensi dilakukan pada faktor eksogen yang meliputi pola makan, aktifitas

fisik, gaya hidup, suplementasi, dan obat-obatan, karena intervensi pada faktor endogen

yang meliputi fisiologi, hormonal, genetik, stres, umur, dan lain-lain sulit dilakukan.

Pada beberapa penelitian dan literatur tentang teh putih menunjukkan bahwa

Epigallocatechin 3-Gallate (EGCG) komponen utama yang aktif pada teh, dapat

memperbaiki profil lipid dengan cara menurunkan TNF- sehingga terjadi penurunan

sintesis kolesterol dan terjadi peningkatan oksidasi yang menyebabkan kolesterol total,

kolesterol LDL, trigliserida dan peningkatan kolesterol HDL. Pada penelitian lain

didapatkan bahwa katekin dapat meningakatkan termogenesis pada lemak dan

meningkatkan pengeluaran kalori.

Penelitian ini ditujukan untuk mempelajari efek pemberian ekstrak teh putih

yang diketahui memiliki polifenol yang tinggi berdasar hasil analisis, maka diharapkan
90

ekstrak teh putih dapat mencegah dislipidemia pada tikus yang diberikan diet tinggi

lemak.

3.2 Konsep Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tinjauan pustaka, maka disusun konsep

penelitian sebagai berikut :

Ekstrak Teh Putih


(Camellia sinensis)

Faktor Eksogen: Faktor Endogen:


- Pola makan - Fisiologi

- Aktivitas fisik - Hormonal

- Obat-obatan - Genetik

- Penyakit - Status gizi

- Umur

Tikus diet tinggi lemak

- Kolesterol Total
- LDL
- Trigliserida
- HDL
Keterangan:

Diteliti

Tidak diteliti
91

3.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam desain penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Ekstrak teh putih mencegah peningkatan kadar kolesterol total serum tikus

jantan galur wistar yang diberi diet tinggi lemak.

2. Ekstrak teh putih mencegah peningkatan kadar LDL tikus jantan galur wistar

yang diberi diet tinggi lemak.

3. Ekstrak teh putih mencegah peningkatan kadar trigliserida tikus jantan galur

wistar yang diberi diet tinggi lemak.

4. Ekstrak teh putih mencegah penurunan kadar HDL serum tikus jantan galur

wistar yang diberi tinggi lemak.


92

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan

Posttest Only Control Group Design (Marczyk et al., 2005). Rancangan penelitian

adalah tikus dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok. Perlakuan pada ketiga kelompok kecuali

terhadap pemberian ekstrak yang diteliti untuk menghindari variasi biologis.

Skema rancangan penelitian adalah sebagai berikut:

P0
O1

P1

P S R O2

P2

O3

Gambar 4.1 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan :

P = Populasi

S = Sampel

R = Randomisasi
93

P0 = Perlakuan pada Kelompok Kontrol yang diberikan diet tinggi lemak serta

plasebo (akuades 1cc).

P1 = Perlakuan pada Kelompok Perlakuan 1 yang diberikan diet tinggi lemak serta

ekstrak teh putih 14,4 mg/200gr tikus dalam volume1cc.

P2 = Perlakuan pada Kelompok Perlakuan 2 yang diberikan diet tinggi lemak serta

ekstrak teh putih 28,8 mg/ 200gr tikus dalam volume 1cc.

O1 = Kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida dan kolesterol HDL pada

kelompok kontrol.

O2 = Kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida dan kolesterol HDL pada

kelompok perlakuan 1

O3 = Kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida dan kolesterol HDL pada

kelompok perlakuan 2

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

4.2.1 Tempat Penelitian

Pembuatan dan analisis ekstrak teh putih dilakukan di Laboratorium Teknik

Pascapanen Fakultas Teknik Pertanian Universitas Udayana.

Penelitian ini dilakukan di Laboratory Animal Unit Bagian Farmakologi

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Pemeriksaan darah dilakukan di Laboratorium Pangan dan Gizi Universitas Gajah

Mada.
94

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan selama 36 hari:

1. Tujuh hari untuk aklimatisasi.

2. Dua puluh delapan hari untuk perlakuan.

3. Satu hari untuk pemeriksaan kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida, dan

kolesterol HDL.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Kriteria Sampel

4.3.1.1 Kriteria inklusi

1. Tikus (Rattus norvegicus) Jantan Galur Wistar.

2 Sehat .

3 Umur 3-4 bulan.

4. Berat tikus 180-200 gram.

4.3.1.2 Kriteria dropout

Tikus mati atau tikus sakit ketika sedang penelitian. Bila tikus sakit dikonsulkan

ke dokter hewan untuk diberikan pengobatan sesuai dengan penyakitnya.

4.3.2 Besar Sampel

Besar sampel yang diperlukan dalam penelitian ini didasarkan pada rumus

Federer (2008)

(n-1) x (t-1) 15
95

Keterangan : n = jumlah replikasi

t = jumlah perlakuan

Pada penelitian ini jumlah perlakuan ada 3, maka (n-1) (3-1) 15

n=9

Untuk penelitian digunakan sampel 9 (sembilan) ekor per kelompok, dan untuk

cadangan bila terjadi kematian atau sakit pada saat dilakukan penelitian, maka jumlah

sampel ditambah minimal 10 persen, menjadi 9,9 dibulatkan menjadi 10

Maka total tikus yang digunakan adalah 30 (tiga puluh) ekor.

4.3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Diambil 30 (tiga puluh) ekor tikus jantan galur wistar berumur 3 - 4 bulan

dengan berat 180 - 200 gram dan sehat, kemudian dikelompokkan menjadi 3 kelompok

secara random.

4.4 Variabel Penelitian

4.4.1 Identifikasi Variabel

- Variabel bebas.

- Variabel tergantung.

- Variabel kendali.

4.4.2 Klasifikasi Variabel

- Variabel bebas : Ekstrak Teh putih

- Variabel tergantung : 1. Kolesterol total


96

2. Kolestrol LDL

3. Trigliserida

4. Kolestrol HDL

- Variabel kendali : Jenis kelamin, usia, berat badan, diet tinggi tinggi lemak.

4.4.3 Definisi Operasional Variabel

1. Ekstrak teh putih adalah ekstrak teh putih yang berasal dari daun teh putih

gambung yang mengandung polifenol (EGCG).

2. Tikus (Rattus norvegicus) jantan galur wistar adalah hewan percobaan. berusia3-

4 bulan dengan berat 180-200 gram, sehat.

3. Berat badan, diukur dengan timbangan tikus merk Tanita.

4. Diet tinggi lemak adalah bahan makanan yang distandardisasi untuk memenuhi

syarat tinggi lemak tinggi kolesterol dengan komposisi: kolesterol 1%, kuning

telur 5%, lemak hewan 10%, minyak goreng 1%, makanan standar sampai

100%. Dipersiapkan juga air minum yang matang.

5. Plasebo yang digunakan pada kelompok kontrol adalah akuades 1ml 1 kali

sehari melalui sonde.

6. Profil lipid adalah kadar kolestrol total, kolestrol LDL, dan kolestrol HDL darah

tikus yang diukur dengan metode CHOD-PAP (enzymatic photometric test)

sedangkan pada trigliserida darah tikus dengan metode GPO-PAP (post test)

(Dachriyanus et al., 2007)

7. Dislipidemia adalah kelainan dari metabolisme lipoprotein, yaitu overproduksi

ataupun defisiensi dari lipoprotein tertentu. Dislipidemia dapat bermanifestasi


97

dengan peningkatan konsentrasi total kolesterol, low density lipoprotein (LDL)

dan trigliserida, serta penurunan high density lipoprotein (HDL) dalam darah.

8. Kolesterol adalah alkohol monohidrik, berwarna putih merupakan sterol yang

terdistribusi luas dalam jaringan tubuh, merupakan bahan dari membran sel, dan

terdapat dalam kuning telur, minyak, lemak, serabut myelin dalam otak, akson

dan medula spinalis, hati, ginjal, dan kelenjar adrenal. Kolesterol disintesa dalam

hati, merupakan penyebab terjadinya batu empedu, plak aterosklerotik dalam

pembuluh darah. Kolesterol memegang peranan penting dalam metabolisme,

merupakan perkursor dari berbagai hormon steroid.

9. Kadar Kolesterol total, nilainya dapat ditentukan dengan pemeriksaan serum di

laboratorium merupakan penjumlahan dari low dan high density lipoproteins

juga trigliserida . Kadar normal pada tikus : 110,85 mg/dl (Lilis, 2010)

10. Kolesterol LDL adalah Low Density Lipoprotein, merupakan lipid plasma yang

membawa sebagian besar kolesterol dalam plasma. Terikat pada albumin. LDL

terbukti merupakan penyebab aterosklerosis. Kadar LDL dapat dihitung secara

manual dengan rumus persamaan Friedewald, yaitu: LDL (mmol/l) = kolesterol

total - ([trigliserida + HDL). Kadar normal pada tikus: 20,39 mg/dL (Lilis, 2010)

11. Trigliserida yang juga dikenal sebagai triacylglycerol merupakan kombinasi

gliserol dengan tiga dari lima macam asam-asam lemak yang tersedia. Dalam

darah, trigliserida dikombinasi dengan protein untuk menghasilkan lipoprotein.

Kadar normal pada tikus: 69,63 mg/dL (Lilis, 2010)


98

11. HDL adalah High Density Lipoprotein, merupakan lipid plasma yang terikat

pada albumin, yang mengandung lipoprotein. HDL mengandung lebih banyak

protein dibandingkan dengan VLDL ataupun LDL, bersifat kardioprotektif.

Kadar normal pada tikus: 82,47 mg/dL (Lilis, 2010).

4.4.4 Hubungan Antar Variabel

Variabel bebas Variabel tergantung

-Kolesterol total

- Kolesterol LDL
Ekstrak Teh Putih
- Trigliserida

- Kolestrol HDL

Variabel kendali

1. Jenis kelamin

2. Usia

3. Berat badan

4. Diet tinggi lemak

Gambar 4.2 Bagan Hubungan Antar Variabel


99

4.5 Alat dan Bahan Penelitian

4.5.1 Alat Penelitian

Alat penelitian yang digunakan adalah:

1. Timbangan tikus merk Tanita

2. Timbangan merk Sartorius

4.5.2 Bahan Penelitian

Bahan penelitian yang digunakan adalah :

1. Ekstrak teh putih.

2. Akuades.

3. Diet tinggi lemak adalah bahan makanan yang distandarisasi untuk memenuhi

syarat tinggi lemak dengan komposisi: kolesterol 1%, kuning telur 5%, lemak

hewan 10%, minyak goreng 1%, dan makanan standar sampai 100%, yang

didapat dari Laboratorium Farmakologi Universitas Udayana, Denpasar, Bali.

4. Sonde.

4.6 Prosedur Penelitian

1. Prosedur pembuatan ekstrak teh putih:

a. Teh putih yang digunakan dicuci bersih.

b. Ekstraksi dilakukan dengan memasukkan teh putih ke dalam alat blender.


100

c. Hasil blender direndam dalam etanol 96% dengan perbandingan 1:1 pada

suhu 60C selama 30 menit, kemudian didinginkan selama 4 jam (Romero-

Perez et al., 2001).

d. Kemudian dilakukan 2x penyaringan, yakni pertama dengan kain kasa, dan

kemudian dengan kertas saring Whatman no2.Penyaringan dibantu dengan

mesin vakum.

e. Dilakukan evaporasi dengan Rotary Evaporator.

f. Hasilnya berupa ekstrak kasar (crude extract).

g. Dari 100 gram teh putih didapatkan 2 gram ekstrak teh putih .

h. Ekstrak teh putih ditimbang, dan didapatkan 1 ml ekstrak teh putih = 1 gram

ekstrak teh putih.

i. Ekstrak teh putih 14,4 mg didapatkan dengan melarutkan 14,4 mg ekstrak

teh putih dengan akuades 1cc.

j. Ekstrak teh putih 28,8 mg didapatkan dengan melarutkan 28,8 mg ekstrak

teh putih dengan akuades 1 cc.

2. Perlakuan Pada Tikus

a. Dipilih 30 ekor tikus Wistar jantan, usia 3-4 bulan dengan berat 180-200

gram dan sehat.

b. Tikus dipelihara dalam kandang individual yang berukuran 30 x 20 x 20 cm

dan diaklimatisasi selama 1 minggu di Laboratory Animal Unit Bagian

Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.


101

c. Tikus dibagi menjadi tiga kelompok secara random. Setelah itu diberikan

perlakuan:

P0 = Kelompok I sebagai kelompok kontrol yang diberikan diet tinggi

lemak dan plasebo berupa akuades 1cc selama 28 hari

P1 = Kelompok II sebagai kelompok perlakuan yang diberikan diet tinggi

lemak dan diberikan bahan uji yaitu ekstrak ethanol teh putih

sebanyak 14,4 mg/200gr tikus dalam volume 1cc selama 28 hari

P2 = Kelompok III sebagai kelompok perlakuan yang diberikan diet tinggi

lemak dan diberikan bahan uji yaitu ekstrak ethanol teh putih

sebanyak 28,8 mg/200gr tikus dalam volome 1cc selama 28 hari

d. Selama masa adaptasi 7 hari, tikus diberi makan dan minum sesuai dengan

standar makanan tikus, yaitu dengan standar kadar protein 20 25%, lemak

5%, Karbohidrat 45-40%, serat kasar kira-kira 5%, abu 4-5%. Makanan juga

harus mengandung vitamin dan mineral. Makanan ini dikonsumsi setiap hari

sebanyak 12-20 gr. Dan tikus juga diberi minum secara ad libitum ( John ,

1998)

e. Pemberian diet tinggi lemak secara ad libitum, yaitu tiap tikus diberikan

makanan 30 gram, 1x/hari selama 28 hari. Sisa makanan ditimbang keesokan

harinya. Air minum diberikan secara ad libitum.

f. Jika tikus sakit selama penelitian, maka dikeluarkan dari penelitian (drop

out). Tikus yang sakit kemudian dikonsulkan ke dokter hewan untuk


102

diberikan pengobatan sesuai dengan penyakitnya , pada penelitian ini tidak

ada tikus yang sakit ataupun mati .

g. Pada hari ke-29, ketiga kelompok tikus, kemudian dipuasakan selama 18 jam

selanjutnya diambil sampel darah. Sebelum diambil sampel darah daerah

orbitalis tikus dioleskan anastesi lidokain 2% supaya tikus tidak terlalu terasa

nyeri. Sampel darah yang terkumpul segera disentrifuge dengan kecepatan

3500 rpm selama 15 menit. Setelah mendapat serum selanjutnya sampel

darah tersebut disimpan pada suhu minus 21oC. Bila pemeriksaan darah

semua telah selesai maka tikus dipulangkan kembali ke Laboratory Animal

Unit Bagian Farmakologi. Setelah semua sampel darah diperiksa profil lipid

lengkap data kemudian dianalisis dan dibuat laporan. Untuk lebih

mempermudah pelaksanaan penelitian maka dibuat alur penelitian.


103

4.7 Alur Penelitian

Tikus
(30 Ekor)

Adaptasi
(7 hari)

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3

10 ekor 10 ekor 10 ekor

Ekstrak Teh Ekstrak Teh


Plasebo 1ml
Putih 14,4 mg / Putih 28,8 mg /
(Akuades) Perlakuan
200 gr tikus , 200 gr tikus ,
(28 hari)
+ 1 cc 1 cc
+ +
Diet tinggi Diet tinggi
Diet tinggi
lemak lemak
lemak

Sisa Makanan Sisa Makanan Sisa Makanan Setiap hari


(28 hari)

Puasa 18 jam

Posttest
Kolesterol Total, Trigliserida,
Kolesterol LDL, Kolestrol HDL (Hari ke-29)

Analisis Data

Laporan
104

4.8 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah sebagai berikut :

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dilakukan sebagai dasar untuk statistik analitis (uji hipotesis).

Untuk mengetahui karakteristik data mean kadar kolesterol total, kolesterol LDL,

trigliserida dan kolesterol HDL.

2. Uji Normalitas

Uji normalitas data diuji dengan Shapiro-Wilk Test karena jumlah sampel per

kelompok kurang dari 30. Data pada penelitian ini berdistribusi normal dengan

p>0,05

3. Uji Homogenitas

Uji homogenitas data diuji dengan Levenes Test. Varian data dinyatakan homogen

dengan p>0,05

4. Uji Komparasi

Karena data penelitian ini berdistribusi normal dan homogen maka digunakan uji

One Way Anova. Kemudian dilakukan uji Least Significant Difference (LSD).
105

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Analisis Deskriptif

Penelitian eksperimental dengan Post Test Only Group Design, menggunakan

30 ekor tikus (Rattus Norvegicus) jantan galur Wistar yang sehat dengan berat badan

180- 200 gram, umur 3-4 bulan sebagai sampel, yang terbagi menjadi 3 (tiga)

kelompok, yaitu kelompok kontrol yang diberikan diet tinggi lemak serta plasebo

(akuades 1cc), kelompok perlakuan 1 yang diberikan diet tinggi lemak serta ekstrak teh

putih 14,4mg/200gr BB tikus dalam volume 1cc, dan kelompok perlakuan 2 yang

diberikan diet tinggi lemak serta ekstrak teh putih 28,8mg/ 200grBB tikus dalam

volume 1cc, selama 28 hari. Dalam bab ini diuraikan uji normalitas data, uji

homogenitas data, uji komparabilitas, dan uji efek perlakuan.

5.2 Uji Normalitas Data

Data kolesterol total, trigliserida, ,kolesterol LDL dan kolesterol HDL, diuji

normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk. Hasilnya menunjukkan data

berdistribusi normal (p>0,05), disajikan pada Tabel 5.1.


106

Tabel 5.1
Hasil Uji Normalitas Data Kolesterol Total, Trigliserida, LDL dan HDL

Kelompok Subjek n P Ket.


Kolesterol total control 10 0,888 Normal
Kolesterol total perlakuan 1 10 0,951 Normal
Kolesterol total perlakuan 2 10 0,657 Normal
Trigliserida kontrol 10 0,955 Normal
Trigliserida perlakuan 1 10 0,883 Normal
Trigliserida perlakuan 2 10 0,982 Normal
LDL kontrol 10 0,818 Normal
LDL perlakuan 1 10 0,942 Normal
LDL perlakuan 2 10 0,900 Normal
HDL kontrol 10 0,888 Normal
HDL perlakuan 1 10 0,883 Normal
HDL perlakuan 2 10 0,828 Normal

5.3 Uji Homogenitas Data

Data kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL dan kolesterol HDL ,diuji

homogenitasnya dengan menggunakan uji Levene's test. Hasilnya menunjukkan data

homogen (p>0,05), disajikan pada Tabel 5.2 berikut.

Tabel 5.2
Homogenitas Data Kolesterol total, trigliserida, LDL dan HDL antar Kelompok
Perlakuan

Variabel F p Keterangan
Kolesterol total 2,425 0,107 Homogen
Trigliserida 2,744 0,082 Homogen
HDL 2,335 0,116 Homogen
LDL 1,190 0,320 Homogen
107

5.4 Kolesterol total

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kolesterol total antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa diet tinggi lemak dan ekstrak teh putih. Hasil

analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.3 berikut.

Tabel 5.3
Perbedaan Rerata Kadar Kolesterol total Antar Kelompok Sesudah Diberikan
Diet Tinggi Lemak dan Ekstrak Teh Putih

Rerata Kolesterol
Kelompok Subjek n Total SB F P
(mg/dl)
Kontrol 10 236,36 6,04
Perlakuan 1 10 156,65 3,27 1383,00 0,001
Perlakuan 2 10 137,31 3,55

Tabel 5.3 di atas, menunjukkan bahwa rerata kolesterol total kelompok kontrol

adalah 236,366,04 dan rerata kelompok perlakuan 1 adalah 156,653,27, dan rerata

kelopok perlakuan 2 adalah 137,313,55. Analisis kemaknaan dengan uji One Way

Anova menunjukkan bahwa nilai F = 1383,00 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti

bahwa rerata kolesterol total pada ketiga kelompok sesudah diberikan perlakuan

berbeda secara bermakna (p<0,05).


108

Gambar 5.1 Perbandingan Kolesterol Total antara Kelompok Kontrol dengan


Kelompok Perlakuan Ekstrak Teh Putih
Untuk mengetahui kelompok yang berbeda dengan kelompok kontrol perlu

dilakuan uji lanjut dengan Least Significant Difference - test (LSD). Hasil uji disajikan

di bawah ini.

Tabel 5.4
Analisis Komparasi Kolesterol Total Sesudah Perlakuan antar Kelompok

Kelompok Beda Rerata p Interpretasi

Kontrol dan Perlakuan 1 79,70 0,001 Berbeda

Kontrol dan Perlakuan 2 99,05 0,001 Berbeda

Perlakuan 1 dan Perlakuan 2 19,35 0,001 Berbeda


109

Hasil uji lanjutan di atas menunjukan bahwa:

5. Rerata kolesterol total kelompok kontrol berbeda bermakna dengan kelompok

perlakuan 1 (rerata kelompok perlakuan 1 lebih rendah daripada rerata kelompok

kontrol).

6. Rerata kolesterol total kelompok kontrol berbeda secara bermakna dengan

kelompok perlakuan 2 (rerata kelompok perlakuan 2 lebih rendah daripada rerata

kelompok kontrol).

7. Rerata kolesterol total kelompok perlakuan 1 berbeda secara bermakna dengan

kelompok perlakuan 2 (rerata kelompok perlakuan 2 lebih rendah daripada rerata

kelompok perlakuan 1).

5.5 Trigliserida

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata trigliserida antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa diet tinggi lemak dan ekstrak teh putih. Hasil

analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.5 berikut.

Tabel 5.5
Perbedaan Rerata Kadar Trigliserida Antar Kelompok Sesudah Diberikan Diet
Tinggi Lemak dan Ekstrak Teh Putih

Rerata
Kelompok Subjek n Trigliserida SB F p
(mg/dl)

Kontrol 10 134,05 4,63


Perlakuan 1 10 100,01 3,46 631,72 0,001
Perlakuan 2 10 77,29 2,32
110

Tabel 5.5 di atas, menunjukkan bahwa rerata trigliserida kelompok kontrol

adalah 134,054,63 dan rerata kelompok perlakuan 1 adalah 100,013,46, dan rerata

kelopok perlakuan 2 adalah 77,292,32. Analisis kemaknaan dengan uji One Way

Anova menunjukkan bahwa nilai F = 631,72 dan nilai p =0,001. Hal ini berarti bahwa

rerata trigliserida pada ketiga kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda secara

bermakna (p<0,05).

Gambar 5.2 Perbandingan Trigliserida antara Kelompok Kontrol dengan


Kelompok Perlakuan Ekstrak Teh Putih

Untuk mengetahui kelompok yang berbeda dengan kelompok kontrol perlu dilakuan

uji lanjut dengan Least Significant Difference - test (LSD). Hasil uji disajikan di bawah

ini.
111

Tabel 5.6
Analisis Komparasi Trigliserida Sesudah Perlakuan antar Kelompok

Kelompok Beda Rerata p Interpretasi

Kontrol dan Perlakuan 1 34,03 0,001 Berbeda


Kontrol dan Perlakuan 2 56,76 0,001 Berbeda
Perlakuan 1 dan Perlakuan 2 22,73 0,001 Berbeda

Hasil uji lanjutan di atas menunjukan bahwa:

16. Rerata trigliserida kelompok kontrol berbeda bermakna dengan kelompok

perlakuan 1 (rerata kelompok perlakuan 1 lebih rendah daripada rerata kelompok

kontrol).

17. Rerata trigliserida kelompok kontrol berbeda secara bermakna dengan

kelompok perlakuan 2 (rerata kelompok perlakuan 2 lebih rendah daripada rerata

kelompok kontrol).

18. Rerata trigliserida kelompok perlakuan 1 berbeda secara bermakna dengan

kelompok perlakuan 2 (rerata kelompok perlakuan 2 lebih rendah daripada rerata

kelompok perlakuan 1).

5.6 Koleterol HDL

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kolesterol HDL antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa diet tinggi lemak dan ekstrak teh putih. Hasil

analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.7 berikut.
112

Tabel 5.7
Perbedaan Rerata Kadar kolesterol HDL Antar Kelompok Sesudah Diberikan
Diet Tinggi Lemak dan Ekstrak Teh Putih

Rerata HDL
Kelompok Subjek n SB F p
(mg/dl)

Kontrol 10 18,11 2,11


Perlakuan 1 10 44,31 2,36 628,87 0,001
Perlakuan 2 10 63,39 3,83

Tabel 5.7 di atas, menunjukkan bahwa rerata kolesterol HDL kelompok kontrol

adalah 18,112,11 dan rerata kelompok perlakuan 1 adalah 44,312,36, dan rerata

kelopok perlakuan 2 adalah 63,393,83. Analisis kemaknaan dengan uji One Way

Anova menunjukkan bahwa nilai F = 628,87 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa

rerata kolesterol HDL pada ketiga kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda

secara bermkna (p<0,05).


113

Gambar 5.3 Perbandingan kolesterol HDL antara Kelompok Kontrol dengan


Kelompok Perlakuan Ekstrak Teh Putih

Untuk mengetahui kelompok yang berbeda dengan kelompok kontrol perlu dilakuan

uji lanjut dengan Least Significant Difference - test (LSD). Hasil uji disajikan di bawah

ini.

Tabel 5.8
Analisis Komparasi kolesterol HDL Sesudah Perlakuan antar Kelompok

Kelompok Beda Rerata p Interpretasi


Kontrol dan Perlakuan 1 26,21 0,001 Berbeda
Kontrol dan Perlakuan 2 45,29 0,001 Berbeda
Perlakuan 1 dan 19,08 0,001 Berbeda
Perlakuan 2

Hasil uji lanjutan di atas menunjukan bahwa:

2. Rerata kolesterol HDL kelompok kontrol berbeda bermakna dengan kelompok

perlakuan 1 (rerata kelompok perlakuan 1 lebih tinggi daripada rerata kelompok

kontrol).

3. Rerata kolesterol HDL kelompok kontrol berbeda secara bermakna dengan

kelompok perlakuan 2 (rerata kelompok perlakuan 2 lebih tinggi daripada rerata

kelompok kontrol).

4. Rerata kolesterol HDL kelompok perlakuan 1 berbeda secara bermakna dengan

kelompok perlakuan 2 (rerata kelompok perlakuan 2 lebih tinggi daripada rerata

kelompok perlakuan 1).


114

5.7 Kolesterol LDL

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kolesterol LDL antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa diet tinggi lemak dan ekstrak teh putih. Hasil

analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.9 berikut.

Tabel 5.9
Perbedaan Rerata Kadar Kolesterol LDL Antar Kelompok Sesudah Diberikan
Diet Tinggi Lemak dan Ekstrak Teh Putih

Rerata LDL
Kelompok Subjek n SB F p
(mg/dl)

Kontrol 10 95,29 2,48


Perlakuan 1 10 75,12 2,56 524,06 0,001
Perlakuan 2 10 53,58 3,49

Tabel 5.9 di atas, menunjukkan bahwa rerata kolesterol LDL kelompok kontrol

adalah 95,292,48 dan rerata kelompok perlakuan 1 adalah 75,122,56, dan rerata

kelopok perlakuan 2 adalah 53,583,49. Analisis kemaknaan dengan uji One Way

Anova menunjukkan bahwa nilai F = 524,06 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa

rerata kolesterol LDL pada ketiga kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda

secara bermkna (p<0,05).


115

Gambar 5.4 Perbandingan Kolesterol LDL antara Kelompok Kontrol dengan


Kelompok Perlakuan Ekstrak Teh Putih

Untuk mengetahui kelompok yang berbeda dengan kelompok kontrol perlu

dilakuan uji lanjut dengan Least Significant Difference - test (LSD). Hasil uji disajikan

di bawah ini.

Tabel 5.10
Analisis Komparasi Kolesterol LDL Sesudah Perlakuan antar Kelompok

Kelompok Beda Rerata p Interpretasi

Kontrol dan Perlakuan 1 20,18 0,001 Berbeda


Kontrol dan Perlakuan 2 41,72 0,001 Berbeda
Perlakuan 1 dan Perlakuan 2 21,54 0,001 Berbeda
116

Hasil uji lanjutan di atas menunjukan bahwa:

2. Rerata kolesterol LDL kelompok kontrol berbeda bermakna dengan kelompok

perlakuan 1 (rerata kelompok perlakuan 1 lebih rendah daripada rerata kelompok

kontrol).

3. Rerata kolesterol LDL kelompok kontrol berbeda secara bermakna dengan

kelompok perlakuan 2 (rerata kelompok perlakuan 2 lebih rendah daripada rerata

kelompok kontrol).

4. Rerata kolesterol LDL kelompok perlakuan 1 berbeda secara bermakna dengan

kelompok perlakuan 2 (rerata kelompok perlakuan 2 lebih rendahdaripada rerata

kelompok perlakuan 1).

5.8 Pakan yang Dimakan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata pakan yang dimakan antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa diet tinggi lemak dan ekstrak teh putih

dengan kelompok kontrol yang diberi diet tinggi lemak dan akuades. Hasil analisis

kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.11 berikut.
117

Tabel 5.11

Perbedaan Rerata Pakan yang Dimakan antar Kelompok Sesudah Diberikan Diet
Tinggi Lemak dan Ekstrak Teh Putih

Rerata Pakan yang


Kelompok Subjek n SB F p
dimakan (gr)
Kontrol 10 11,24 0,32
Perlakuan 1 10 9,95 0,22 285,40 0,001
Perlakuan 2 10 8,69 0,13

Tabel 5.12 di atas, menunjukkan bahwa rerata pakan yang dimakan kelompok

kontrol adalah 11,240,32 dan rerata kelompok perlakuan 1 adalah 9,950,22, dan

rerata kelopok perlakuan 2 adalah 8,690,13 Analisis kemaknaan dengan uji One Way

Anova menunjukkan bahwa nilai F = 285,40 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa

rerata pakan yang dimakan pada ketiga kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda

secara bermkna (p<0,05).

Gambar 5.5 Perbandingan Pakan yang Dimakan antara Kelompok Kontrol


dengan Kelompok Perlakuan
118

Untuk mengetahui kelompok yang berbeda dengan kelompok kontrol perlu dilakuan

uji lanjut dengan Least Significant Difference - test (LSD). Hasil uji disajikan di bawah

ini.

Tabel 5.12

Analisis Komparasi Pakan yang Dimakan Sesudah Perlakuan antar Kelompok

Kelompok Beda Rerata p Interpretasi

Kontrol dan Perlakuan 1 1,29 0,001 Berbeda


Kontrol dan Perlakuan 2 2,55 0,001 Berbeda
Perlakuan 1 dan Perlakuan 2 1,26 0,001 Berbeda

Hasil uji lanjutan di atas menunjukan bahwa:

1. Rerata pakan yang dimakan kelompok kontrol berbeda bermakna dengan

kelompok perlakuan 1 (rerata kelompok perlakuan 1 lebih rendah daripada rerata

kelompok kontrol).

2. Rerata pakan yang dimakan kelompok kontrol berbeda secara bermakna dengan

kelompok perlakuan 2 (rerata kelompok perlakuan 2 lebih rendah daripada rerata

kelompok kontrol).

3. Rerata pakan yang dimakan kelompok perlakuan 1 berbeda secara bermakna

dengan kelompok perlakuan 2 (rerata kelompok perlakuan 2 lebih rendah

daripada rerata kelompok perlakuan 1).


119

BAB VI

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

6.1 Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian ekstrak teh putih oral mencegah peningkatan

kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL, dan penurunan kolesterol HDL, maka

dilakukan penelitian eksperimental dengan Post Test Only Control Group Design,

menggunakan 30 ekor tikus (Rattus Norvegicus) jantan galur Wistar yang sehat dengan

berat badan 180- 200 gram, umur 3-4 bulan sebagai sampel, yang terbagi menjadi 3

(tiga) kelompok, yaitu kelompok kontrol yang diberikan diet tinggi lemak serta plasebo

(akuades 1cc), kelompok perlakuan 1 yang diberikan diet tinggi lemak serta ekstrak teh

putih 14,4mg/200grBB tikus 1cc, dan kelompok perlakuan 2 yang diberikan diet tinggi

lemak dan ekstrak teh putih 28.8 mg /200 grBB tikus dalam volume 1 cc . Penelitian ini

dilakukan selama 28 hari.

6.2 Distribusi dan Varian Data Hasil Penelitian

Data hasil penelitian berupa kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL, dan

kolesterol HDL, sebelum dianalisis lebih lanjut, terlebih dahulu diuji distribusi dan

variannya. Untuk uji distribusi digunakan uji Shapiro Wilk, yaitu untuk mengetahui

normalitas data dan uji homogenitas dengan uji Levene test. Berdasarkan hasil analisis

didapatkan bahwa masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p >

0,05).
120

6.3 Diet Tinggi Lemak Merupakan Salah Satu Penyebab Dislipidemia

Diet tinggi lemak merupakan salah satu faktor penyebab yang


88
dapat mengakibatkan dislipidemia. Pada penelitian ini didapatkan

pada pemberian diet tinggi lemak selama 28 hari kepada 30 ekor tikus jantan galur

wistar didapatkan kenaikan kolesterol total dari 110,85 mg/dl menjadi 236,36 mg/dl

atau sebesar 113.32 persen, kenaikan trigliserida dari 69,63 mg/dl menjadi 134,05

sebesar 92.51 persen, kenaikan kolesterol LDL dari 20,39 mg/dl menjadi 95,29 mg/dl

atau sekitar 367,33 persen dan penurunan kolesterol HDL dari 82,47 mg/dl menjadi

11,18 mg/dl atau sekitar 86,44 persen.

Data dari hasil penelitian ini sesuai dengan Diet-Heart hypotesis yang

menyatakan diet tinggi lemak, kolesterol dan rendah lemak tidak jenuh akan

meningkatkan kadar kolesterol total ( Willett, 2002 ). Lemak jenuh akan merangsang

hati untuk memproduksi banyak kolesterol dan menyebabkan pengurangan pembuangan

kolesterol LDL dalam darah.

Diet tinggi lemak dan kelebihan triasilgliserol menyebabkan jaringan adiposa

patogenik (Adiposopathy) yang menstimulasi peningkatan TNF-. Adanya peningkatan

TNF- menyebabkan meningkatnya oksidasi asam lemak pada hepar sehingga terjadi

hipertrigliseridemia, peningkatan sintesis kolesterol sehingga terjadi

hiperkolesterolimia, terjadinya resistensi insulin (Kersshaw dan Filier,2004 ; Barzilia

dan Rudin, 2005).

Resistensi insulin pada adiposit dapat menurunkan aktivitas enzim lipoprotein


121

lipase dan clearance VLDL menurun, akibatnya kadar VLDL dalam darah meningkat,

meningkatkan hidrolisis trigliserida, sehingga lipolisis meningkat dan terjadi

hipertrigliseridemia. Hipertrigliseridemia akan meningkatkan aktivitas dari CETP

(Cholesterol ester transfer protein). Akibatnya kadar HDL dalam darah menurun. LDL

kaya trigliserida dapat mengalami lipolisis menjadi small dense LDL (Shulman, 2000).

6.4 Pengaruh Pemberian Ekstrak Teh Putih

Rerata kolesterol total setelah uji perbandingan antara ketiga kelompok sesudah

pemberian ekstrak teh putih oral pada kelompok perlakuan dan akuades pada kelompok

kontrol dengan menggunakan uji One Way Anova, didapatkan rerata kolesterol total

kelompok kontrol adalah 236,36 mg/dl 6,04 dan rerata kelompok perlakuan 1 yang

biberi ekstrak teh putih 14,4 mg adalah 156,65 mg/dl 3,27, dan rerata kelompok

perlakuan 2 yang diberi ekstrak teh putih 28,8 mg adalah 137,31 mg/dl 3,55. Analisis

kemaknaan dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F = 1383,00 dan

nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa rerata kolesterol total pada ketiga kelompok

sesudah diberikan perlakuan berbeda secara bermakna (p<0,05).

Rerata trigliserida kelompok kontrol adalah 134,05 mg/dl 4,63 dan rerata

kelompok perlakuan 1 adalah 100,01 mg/dl 3,46, dan rerata kelompok perlakuan 2

adalah 77,29 mg/dl 2,32. Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova

menunjukkan bahwa nilai F = 631,72 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa rerata

trigliserida pada ketiga kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda secara bermakna

(p<0,05).
122

Rerata kolesterol HDL kelompok kontrol adalah 18,11 mg/dl 2,11 dan rerata

kelompok perlakuan 1 adalah 44,31 mg/dl 2,36, dan rerata kelompok perlakuan 2

adalah 63,39 mg/dl 3,83. Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova

menunjukkan bahwa nilai F = 628,87 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa rerata

kolesterol HDL pada ketiga kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda secara

bermakna (p < 0,05).

Rerata kolesterol LDL kelompok kontrol adalah 95,29mg/dl 2,48 dan rerata

kelompok perlakuan 1 adalah 75,12 mg/dl 2,56, dan rerata kelompok perlakuan 2

adalah 53,58 mg/dl 3,49. Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova

menunjukkan bahwa nilai F = 524,06 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa rerata

kolesterol LDL pada ketiga kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda secara

bermakna (p < 0,05).

6.5 Pengaruh Ekstrak Teh Putih Terhadap Penurunan Profil Lipid

Pada penelitian ini, didapatkan bahwa pada kelompok tikus yang diberikan diet

tinggi lemak dan ekstrak teh putih pada kelompok perlakuan terjadi penurunan profil

lipid dimana terjadi penurunan pada kolesterol total , trigliserida, kolesterol LDL dan

peningkatan kolesterol HDL secara bermakna dibandingkan pada kelompok tikus

kontrol yang diberi diet tinggi lemak dan akuades 1cc (p < 0,05). Diketahui bahwa diet

tinggi lemak menyebabkan keadaan adiposopathy yang menstimulasi pelepasan sitokin

berupa TNF- . (Bays et al., 2013).

Pemberian ektrak teh putih mencegah dislipidemia melalui mekanisme anti-


123

inflamasi dari interaksi derivat katekin yang utama yaitu Epigallocatechin 3-gallate

(EGCG) dan kafein yang bekerja secara sinergis menghambat enzim COMT.

Penghambatan pada COMT, menyebabkan reduksi degradasi norepinefrin , sehingga

menghasilkan penambahan kerja norepinefrin pada sistem saraf simpatis.

Aktivasi pada sistem saraf simpatis akan menstimulasi pengeluaran energi

dengan menyebabkan peningkatan termogenesis dan oksidasi lemak (Diepvens et

al.,2007 ; Belza et al .,2009). Epigallocatechin 3-gallate (EGCG) dengan sifat anti-

inflamasinya menurunkan TNF- sehingga terjadi inhibisi sintesis fatty acid dan

meningkatkan regulasi reseptor enzim yang berperan pada beta oksidasi fatty acid di

hepar dan meningkatkan sensitivitas insulin. Sensitivitas insulin yang meningkat akan

meningkatkan aktivitas enzim lipoprotein lipase dan menurunkan FFA serta

menghambat aktifitas CETP (Kersshaw dan Flier, 2004; Brazilia dan Rudin, 2005),

sehingga menyebabkan penurunan kadar kolesterol Total, trigliserida, koleterol LDL

dan peningkatan kolesterol HDL ( Liu Di et al., 2009 ).

Pada penelitian sebelumnya telah dibuktikan efek teh putih menurunkan stress

oksidatif dan kadar trigliserida pada percobaan terhadap 40 ekor mencit C57BL/6 yang

diinduksi 30 hari menjadi obes kemudian pada kelompok perlakuan diberi ekstrak teh

putih 0,5 % dan akuades pada kelompok kontrol. Setelah perlakuan selama 8 minggu

didapatkan penurunan stress oksidatif dan kadar trigliserida secara bermakna pada

kelompok perlakuan yang diberikan ekstrak teh putih (Teixeira et al., 2012). Penelitian

lainnya adalah penelitian pada tikus wistar yang diberi diet aterogenik selama 30 hari,

kemudian diberikan ECGC 100 mg/kgBB pada kelompok perlakuan dan larutan saline
124

pada kelompok kontrol. Setelah perlakuan selama 7 hari dan 15 hari didapatkan

perurunan profil lipid yaitu terjadi penurunan kolesterol total, trigliserida, kolesterol

LDL,VLDL dan peningkatan kolesterol HDL pada kelompok perlakuan yang diberikan

EGCG (Ramesh et al., 2008).

Hasil yang didapatkan pada penelitian tersebut sejalan dengan hasil pada

penelitian ini karena setelah perlakuan selama 28 hari pada tikus wistar jantan yang

diberi diet tinggi lemak dan ekstrak teh putih 14,4 mg dan 28,8 mg sudah didapatkan

perbedaan bermakna dari profil lipid, dimana terjadi penurunan kolesterol total,

trigliserida, kolesterol LDL dan peningkatan kolesterol LDL (p<0,05 ). Jadi hasil pada

penelitian ini membuktikan polifenol derivat katekin yaitu EGCG dan kafein dari teh

putih mempunyai sifat antihiperkolesteremik.

Penelitian ini menunjukkan ekstrak teh putih 14,4 mg dan 28,8 mg yang

diberikan satu kali sehari dapat mencegah peningkatan profil lipid pada tikus jantan

galur wistar yang diberi diet tinggi lemak. Pada penelitian ini didapatkan dosis ekstrak

teh putih 28,8 mg memiliki sifat anti-hiperkolesteremik yang lebih efektif dibanding

dosis ekstrak teh putih 14,4 mg .

Hasil yang didapatkan pada penelitian ini membuktikan sifat anti

hiperkolestremia dari ekstrak teh putih. Dimana polipenol derivat katekin yaitu EGCG

dan kafein dari ekstrak teh putih bekerja secara sinergis sebagai agen anti

hiperkolesteremia dengan mempengaruhi asupan makanan dan mekanisme sebagai anti

inflamasi yang menekan pelepasan sitokin.

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa teh


125

putih mempunyai kandungan polifenol yang lebih tinggi dibanding teh lainnya karena

teh putih tidak melalui proses fermentasi dan oksidasi. Polifenol utama pada teh putih

terutama derivat dari katekin merupakan antioksidan poten yang mempunyai manfaat

positif bagi kesehatan. Komposisi utama teh putih meliputi protein, polisakarida,

polifenol, mineral, trace element, asam amino organik, lignan dan metilxantin yaitu

kafein, teofilin dan teobromin (Seeram et al., 2006; Moderno et al., 2009).Sifat

antioksidan dari teh putih dapat mencegah radikal bebas, menginhibisi stres oksidatif

dan inflamasi.

Pada saat ini stres oksidatif dan inflamasi berkaitan dengan terjadinya

bermacam penyakit antara lain penyakit obesitas, dislipidemia, diabetes, kardiovaskuler,

neurodegeneratif dan kanker (Dias et al., 2013). Sejak jaman dahulu teh telah dikenal

sebagai minuman yang menyegarkan dan mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan.

Seperti halnya jenis teh yang lain teh putih juga bermanfaat bagi kesehatan. Teh putih

telah digunakan untuk mengobati obesitas dan penyakit penyerta. Beberapa studi telah

dilakukan untuk mengidentifikasi komposisi dari teh putih (Unachukwu et al., 2010;

Van der hooft et al., 2012).

6.6 Pengaruh ekstrak teh putih terhadap Asupan Makanan

Diet pada penelitian ini adalah diet tinggi lemak yang terdiri dari makanan

standar (84%), kuning telur (5%), lemak babi (10%), dan minyak goreng Bimoli (1%).

Makanan standar yang digunakan adalah pakan ayam Hyprovite 594, yang memiliki

komposisi protein (17,5 19,5%), lemak (3%), serat (8%), kalsium (0,9%), dan fosfor
126

(0,6%). Kandungan pakan ayam Hyprovite 594 adalah jagung dedak, tepung ikan,

bungkil kedelai, bungkil kelapa, pecahan gandum, dan bungkil kacang tanah.

Pada penelitian ini didapatkan penurunan asupan makanan pada kelompok tikus

yang diberikan ekstrak teh putih, dibanding kelompok kontrol yang hanya diberi

akuades, perbandingan antara ketiga kelompok dengan One Way Anova menunjukan

bahwa terdapat perbedaan bermakna rerata asupan makanan sesudah perlakuan antara

Kelompok Kontrol dengan Kelompok Perlakuan 1, antara Kelompok Kontrol dengan

Kelompok Perlakuan 2 (p<0,05). Hal ini menunjukan bahwa asupan makanan

Kelompok Perlakuan 2 lebih sedikit daripada Kelompok Perlakuan 1, dan asupan

makanan Kelompok Perlakuan 1 lebih sedikit daripada Kelompok Kontrol.

Maka hasil penelitian ini menunjukan bahwa pemberian ekstrak teh putih dapat

menurunkan asupan makanan. Dimana penurunan Asupan makanan disebabkan oleh

kandungan derivat katekin EGCG dan kafein pada ekstrak teh putih. Ada penelitian

sebelumnya telah membuktikan pemberian EGCG dan kafein pada tikus dapat

menurunkan asupan makanan.

Mekanisme yang mendasarinya karena ECGC menyebabkan peningkatan

lipolisis, serta terhambatnya absorpsi makanan, sehingga tikus terasa kenyang (Belza et

al., 2009).Derivat katekin ECGC dan kafein menstimulasi sistim saraf pusat, karena

aktivasi sistim saraf pusat simpatis akan menekan rasa lapar, memperlambat rasa

kenyang dan menstimulasi pembakaran (Diepvens et al., 2007) sehingga terjadi

penekanan pada asupan makanan. ECGC dan kafein ini bekerja secara sinergis pada

pengurangan asupan makanan dan sebagai agen anti imflamasi menekan sitokin yaitu
127

tnf- yang menurunkan profil lipid, sehingga penurunan profil lipid menjadi sangat

signifikan.

Hormon insulin berperan dalam meregulasi kadar gula darah serta menghambat

nafsu makan pada tingkat sistem saraf pusat (Pliquett et al., 2006 ; Belza et al., 2009),

dimana pada pemberian ekstrak teh putih dapat meningkatkan sensitivitas hormon

insulin sehingga menghambat nafsu makan pada kelompok tikus yang diberi ektrak teh

putih karena kandungan EGCGnya yang tinggi. Hasil pada penelitian ini menunjukan

adanya dose-effect relationship, yaitu asupan makanan akan semakin sedikit dan

penurunan profil lipid semakin banyak apabila dosis ekstrak teh putih ditingkatkan.

6.7 Manfaat Ekstrak Teh Putih Dalam Perkembangan Anti-Aging Medicine

Dislipidemia merupakan salah satu faktor yang menyebabkan meningkatnya

komplikasi metabolik seperti penyakit kardiovaskular, diabetes melitus tipe-2,

hipertensi (Klein et al., 2007; Cawthorn dan Sethi, 2008). Kondisi ini berhubungan

dengan masalah kesehatan dan mempercepat proses penuaan. Pemberian ekstrak teh

putih secara oral mencegah peningkatan kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL,

dan penurunan kolesterol HDL antara Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan

pada tikus jantan Galur Wistar yang diberi diet tinggi lemak.

Pemakaian ekstrak teh putih sebagai suplemen dapat menjadi salah satu pilihan

dalam mencegah peningkatan profil lipid sehingga mencegah terjadinya dislipidemia

dan menghindari komplikasi metabolik yang mungkin terjadi. Dengan demikian

konsumsi ekstrak teh putih merupakan suatu langkah Anti-Aging Medicine dalam
128

mencegah, menghambat bahkan memperlambat proses penuaan.

Penggunaan ekstrak teh putih untuk mencegah peningkatan kolesterol total,

trigeliserida, kolesterol LDL dan penurunan kolesterol HDL tetap harus

mempertimbangkan faktor lainnya karena penyebab dislipidemia adalah multifaktorial.

Faktor-faktor yang berpengaruh antara lain faktor genetik, diet tinggi kalori, kurangnya

aktivitas fisik, keadaan hormonal, dan obat-obatan. Pendekatan terapi untuk pasien tetap

harus mengacu pada faktor-faktor individual pasien (Wilborn et al.,2005; Caterson,

2009).

6.8 Kelemahan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dosis ekstrak teh putih 14,4 mg

dan 28.8 mg, dimana dosis ekstrak teh putih 28,8 mg memberikan efek anti-

dislipidemia yang lebih baik daripada dosis ekstrak teh putih 14,4 mg. Oleh karena itu

perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan variasi dosis ekstrak teh putih untuk

mengetahui dosis optimal yang dapat diberikan tanpa menyebabkan efek samping yang

membahayakan.

Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu 28 hari dan belum didapatkan efek

samping dari pemberian ekstrak teh putih. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian

lebih lanjut dalam jangka waktu yang lebih lama untuk mengetahui efeksamping yang

dapat terjadi pada konsumsi jangka panjang sebagai suplemen untuk mencegah

dislipidemia.
129

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

1.1.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian pemberian ekstrak teh putih didapatkan simpulan

sebagai berikut:

5. Ekstrak teh putih mencegah peningkatan kadar kolesterol total tikus jantan galur

wistar yang diberi diet tinggi lemak.

6. Ekstrak teh putih mencegah peningkatan kadar trigliserida tikus jantan galur

wistar yang diberi diet tinggi lemak.

7. Ekstrak teh putih mencegah peningkatan kadar kolesterol LDL tikus jantan galur

wistar yang diberi diet tinggi lemak.

8. Ekstrak teh putih mencegah penurunan kadar kolesterol HDL tikus jantan galur

wistar yang diberi tinggi lemak.

7.2 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah:

2. Perlu melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui dosis optimal

pemberian ekstrak teh putih terhadap penurunan kolesterol total, trigliserida,

kolesterol LDL, dan peningkatan kolesterol HDL.

3. Perlu dilakukan uji klinik terhadap khasiat ekstrak teh putih pada manusia dalam

mencegah dan mengobati dislipidemia.


130

DAFTAR PUSTAKA

Abolfathi A. A, Mohajeri D, Rezaie A, Nazeri M. 2012. Protective Effects of Green Tea Extraxt
Against Hepatic Injury in Streptozotocin-Induced Diabetic Rats. Evidences-Based
Complementary and Alternative Medicine.

ACC/AHA, 2013. Guideline on Treatment of Blood Cholesterol to Reduce Atherosclerotic


Cardiovascular Risk in Adults. Available at http://content.onlinejacc.org/on11/13/2013.

Adam I, 2011. Peran Kolesterol HDL Dalam Mencegah Penyakit Arteri Koroner pada Penderita
Diabetes. Artikel Penyakit Dalam. Universitas Hasanudin, Makasar, 1 Februari.

Alberti, K. G., Zimmet,P., and Shaw, J. 2005. IDF Epidemiology Task Force Consensus Group.
The Metabolic Syndrom-A New Wordwide Definition. Lancet 366 (9491):1059-1062.

Alcazar. 2007. Differentiation of green, white, black, Oolong, and Pu-erh teas according to their
free amino acids content. Journal of Agricultural and Food Chemistry, v.55, n. 15, p.
5960-5. Available from http://dx.doi.org /10.1021/jf070601a.

Almajano M. P., Carbo R., Jimenez JAL, Gordon MH. 2008. Antioxidant and Antimicrobial
activities of tea infusions. Food Chemical., 108 (1): 55 - 63.

Almanjano, M. P., Villa, I., Gines, S. 2011. Neuroprotective effects of white tea against
oxidative stress-induced toxicty in striatal cells. Neurotoxicity Research, v. 20, p. 372-8.
Available from http://dx.doi.org/10.1038/ sj.bjp. 0706255.

Anderson R. A., Polansky M.M. 2002. Tea enchances insulin activity. journal of Agriculture
and Food Chemistry 50(24) : 7182 -7186.

Andi Nur Alamsyah. 2006. Taklukan Penyakit dengan Teh Hijau. Jakarta : Agro Medika
Pustaka. Hal. 34-36, 46-58, 59-60.

Anynomous (a). 2014. Camellia sinensis. Available from http://en.wikipedia.org/


wiki/Camellia_sinensis. Accessed. 10 februari 2014.

Anynomous (b). 2014. White Tea. Available at http://en.wikipedia.org/wiki /White_tea.


Accessed : 10 februari 2014.

Appleton and Lange. Biochemistry. Ed 26. 2003.. P. 160-191, 268-297.


Arora, B. P. 2008. Anti - Ageing Medicine . Indian Journal of Plastic Surgery; 41(Suppl):
S130S133.
131

Auvichayapat P, Prapochanung M, Tunkamnerdthai O, Sripanidkulchai B, Auvichayapat


N,Thinkhamrop B, Kunhasur S, Wongpratoom S, Sinawat S, hongprapas.
2008.Effectiveness of green tea on weight reduction in obese Thais: A randomized,
controlled trial. Physiology Behaviour, 93(3): 486-491.

Bahri, A. Disiplidemia Sebagai Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner, e-USU Repositor.
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2004. Available from :
http://www.library.usu.ac.id/download/fk/gizi-bahri3.pdf. Accesed 16-10-2014.

Barzilia, N., Rudin E., 2005. Inflamatory Peptides Derived From Adipose Tissue. Imunity and
Ageing, 21. Available from : http://www.immunityageing.com/content/2/1/1. Accessed
19-4-2014.

Battacharya U, Mukhopadhyay S, Giri AK. 2011. Comparative antimugenic and Anticancer


activity of three fractions of black tea polyphenols thearubigins. Nutrition and Cancer
63(7) : 1122-1132.

Belza A,. Toubro, S., Astrup, A. 2009. The effect of caffeine, green tea and tyrosine on
thermogenesis and energy intake. European Journal of Clinical Nutrition 63, 57-64.
Macmillan Publishers Limited. Available from :
http://proquest.umi.com/pqdweb?index=2&did=1622618041&SrchMode=1&sid=3&F
mt=6&VInst=PROD&VType=PQR&RQT=309&VName=PQD&TS=1296616266&clI
entId=74186. Accessed ; February 1st 2011.

Butt M. S, Sultan M.T, .2009. Green tea: Natures defense against malignancies. Crit. Rev.
Food Science Nutritional., 49(5): 463-473.

Camargo A. EI, Daguer DAE, Barbosa DS, 2006. Green tea exerts antioksidant action in vitro
and its consumption increases total serum antioksidant potential in normal and
dyslipidemic subject. Nutr. Res., 26(12):626-631.

Carvalho M. Jeronimo C, Valentao P, Andrade PB, Silva BM. 2010. Green Tea : A Promising
anticancer agent for renal cell carcinoma. Food Chemistry 122(1) : 49-54.

Cheng T. O. 2000. Tea is good for the heart. Archives of Internal Medicine 160(15): 2397.

Dachriyanus, Katrin, D.O., Oktarina, R., Ernas, O., Suhatri, dan Mukhtar, M.H. 2007. Uji Efek
A-Mongostin terhadap Kadar Kolesterol Total, Trigliserida, Kolesterol HDL, dan
Kolesterol LDL. Darah Mencit Putih Jantan serta Penentuan Lethal Dose 50 (LD50). J
Sains Tek Far. 12 (2) : 64-72.
Dahlan, Sopiyudin. 2011. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Salemba Medika : Jakarta.
Deka A, Vita J.A. 2011. Tea and Cardivascular Diseases - Review. Pharmacological Research
64, 136-145.
132

Dias, T. R., Tomas, G., Teixeira, N. F., Alves, M. G., Oliveira, P. F., & Silva, B. M. 2013.
White Tea (Camellia Sinensis (L.)): Antioxidant Properties and Beneficial Health
Effects.

Diepvens, K., Westerterp, K. R., Westerterp-Platenga, M. S. 2007. Obesity and thermogenesis


related to the consumption of caffeine, ephedrine, capsaicin, and green tea. AJP-Regu
Physiol January 2007 vil. 292 no. 1 R77-R85. Available from :
http://ajpregu.physiology.org/content/ 292/1/R77.full. Accesed January 20th 2014.

Dominiczak, M. H. 2005. Lipids and lipoproteins. Medical Biochemistry. Second Edition.


Philadelphia : Elseiver Murby. h. 225-243.

Dwisusilo. 2008. Manfaat Isoflavon. [cited 2014 February, 10]. Available from :
http://www.dwisusilo.web.id/2014/05/manfaat-isoflavon-yang-terkandung -dalam.html

Eckardstein, A.V. Nover, J.R. Assmann , G. 2010. High Density Lipoprotein and
Arteriosclerosis. Arterioscler Thromb Vasc Biol 21 : 13-27.

Federer, W. 2008. Statistics and society: data collection and interpretation. Edisi ke-2. New
York: Marcel Dekker.

Forester SC, Lambert JD .2011. The role of antioksidant versus prooxidant effect of green tea
polyphenols in cancer prevention. Mol.Nutr. Food Res., 55(6): 844-854.

Galleano M, Oteiza PI, Fraga CG,. 2009. Cocoa, Chocolate and cardiovascular disease. Journal
of Cardiovascular Pharmacology 54(6) : 483.

Gekinger J. M, Li R, Spiegelman D, Anderson KE, Albanes D. 2012. Coffee, tea, and sugar-
sweetened carbonated soft drink intake and pancreatic cancer risk : a pooled analysis of
14 cohort studies. Cancer Epidemiology Biomarkers & Prevention 21(2):305-318.

Goldenberg, A. C., Dislipidemia. Available from : http: www. merck.com/mmpe/


sec12/ch159/cj159b.html. Accessed : 10 februari 2014.
Goldenberg, A. C., Dislipidemia. Available from http://www.merck.com/mmpe/
sec12/ch159/ch159b.html Accessed : 30 Januari 2014

Goldman, R. and Klatz, R. 2007. The New Anti-Aging Revolution. Malaysia: Printmate Sdn.
Bhd. p. 19-25. Grundy, 2004.

Goldstein, B.J., Bittner-Kowalczyk, A., White, M.F., and Harbeck, M. 2000. J. Biol. Chem.
275, 4283-4289.
133

Goldstein, Joseph L., Michael S. Brown. 2009. Artericlerosis, Thrombosis and Vascular
Biology. 29 : 431 - 438 doi: 10.1161/ATVBAHA.108.179564.

Gordon, P.M. 2003. Hyperlipidemia and Dyslipidemia. In Ehrman JK. Clinical Exercise
Physiology. Champaign: Human Kinetics. p. 169-184.

Green DJ, Jones H, Thijssen D, Cables NT, Atkinson G. 2011. Flow-medicated dilation and
cardiovascular event prediction : does nitric oxide matter ? Hypertension 2011 March
57(3) : 363 - 9.

Grundy, S. M. 2006. Nutrition in the Management of Disorder of serum Lipids and Lipoprotein.
Modern Nutrition in Heath and Disease. 10th Ed. Lippincott Williams and Wilkins:
Baltimore. P. 1076-1094.

Guyton, A. C., Hall, J.E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Penerjemah: Setiawan I,
Tengadi LMAKA, Santoso A, Jakarta: EGC. Hal: 86. 52

Halim, H. Majalah Kedokteran Damianus. V.01, No.3 September 2006.

Halliwell, B., Gutteridge, J.M.C. 2007. Free Radicals in Biology and Medicine. 4th Ed, Oxford
University Press: New York.

Han MK. 2003. Epigallocatechin gallate, a consistuent of green tea, suppresses cytokine-
induced pancreatic beta-cell damage. Experimental and Molecular Medicine 35(2):136-
139.

Handoko D. 2007. Pengaruh Tekanan dan Suhu Pada Kondisi Evaporasi Ekstrak Daun Teh
Hijau. Institut Pertanian Bogor. Skripsi.

Harold E. Bays. MD, FNLA, Chair, Peter P. Toth, MD, PhD, FNLA, Co-Chair, Penny M., Kris-
Etherton, PhD, RD, FNLA, Co-Chair, Nicola Abate, MD, Louise J. Aronne, MD, W.
Virgil Brown, MD, FNLA, J. Michael Gonzales-Campoy, MD, PhD, Steven R. Jones,
MD, FNLA, Rekha Kumar, MD, Ralph La Forge, MSc, FNLA, Varman T. Samuel,
MD, PhD. 2013. Obesity, adiposity, and dyslipidemia : A consensus statement from
National Lipid Association.

Hilal, Y; Engelhardt, U. 2007. Characterisation of white tea Comparison to green and black
tea. J. Verbr. Lebensm. 2 (2007): 414 421.

Hirawasa M, Takada K. 2004 Multiple effects of green tea catechin on a the antifungal activity
of antimycotics against Candida albicans. Journal of Antimicrobal Chemotheraphy
53(2) : 225-9.
134

Hubrecht, R. and Kirkwood, J. 2010. The UFAW Handbook of The Care and Management of
Laboratory and Other Research Animals. Edisi ke-8. Universities Federation for Animal
Welfare. p. 311-324.

Illingworth, D. R. 2007. Lipid Lowering Drugs : An Overview of Indications and Optimum


Theraupetic Use. Drugs 33: 259-79.

Indahwati, Limarta. 2012. Pemberian Ekstrak Ubi Jalar Ungu (Ipomoea Batatas L)
Memperbaiki Profil Lipid Tikus Wistar dengan Displidemia.

Islam M. 2011. Effects of the aqueous extract of white tea (Camellia Sinesis) in a
streptozotocin-induced diabetes models of rats. Phytomedicine 19(1) : 25-31.

Jellinger, Paul S., MD, MACE; Donald A. Smith, MD, FACE; Adi E. Mehta, MD.FRCP (C),
FACE; Om Ganda, MD, FACE, Yehuda Handelsman, MD, FACP, FACE; Helena W.
Rodbard, MD, FCAP, MACE; Mark D. Shepherd, MD, FACE; John A. Seibel, MD,
MACE. 2012. The AACE Task Force for Management of Dyslipidemia and Prevention
of Atherosclerosis.

John B. Smith B. V. Sc. Soesanto Mangkoewidjojo. 1988. Pemeliharaan Pembiakan dan


Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Universitas Indonesia UI Press.

Kersshaw, E.E., and Flier, J.S. 2004. Adipose Tissue as an Endocrine Organ. The Journal of
Clinical Endocrinology & Metabolism 89 p. 2548-2556.

Kimura K, Ozeki M, Juneja LR, Ohira H. 2007. L-Theanin reduces psychological and
physiological stress responses. Biological Physcology 74(1) : 39-45.

Krinke, G. J. 2000. The Laboratory Rat. The Handbook of Experimental Animals. Academic
Press. p. 3-56.

Kumar, M. 2012. Protective effects of green and white tea against benzo (a) pyrene induced
oxidative stress and DNA damage in murine model. Nutrition and Cancer, v. 64, n.2, p.
300-6, available from http://dx.doi.org/ 10.1080/01635581.

Lichtenstein, A. H. and Jones, P.J.H. 2006. Lipids Absorption and Tranport. In Present
Knowledge in Nutrition. 8th Ed. p 93-103. ILSI Press,Washington DC.

Lilis. 2010. Pemberian Astaxanthin Oral Memperbaiki Profil Lipid darah Tikus Putih jantan
(Albino Rat) Dislipidemia.
Liu Di, Xu Jia-Ying, Jiao Yang. 2012. Effects of Puer Tea Aqueous Extracts and Green Tea
Polyphenols on the Expression of Longevity Related Gene CETP. Chinese Journal of
Gerontology 2012-02.
135

Liu K, Liang X, Kuang W. 2011. Tea consumption maybe an effective active treatment for adult
attention deficit hyperactivity disorder (ADHD).

Longo D, Fauci A., Kasper D., Hauser S., Jameson J., Joseph Loscalzo J. 2011. Harrison's
Principles of Internal Medicine, 18th Edition.

Lopez, V.; Calvo, M.I. 2011. White tea (Camellia Sinensis Kuntze) exerts neuroprotection
against hydrogen peroxide-induced toxicity in PC12 cells. Plant Food for Human
Nutrition, v. 66, n. 1,p. 22-6. Available from http://dx.doi.org/10.1007/s11130-010-
0203-3.

Mackenzie T, Leary L, Brooks WB. 2007. The effect of an extract of green tea on glucose
control in adult with type 2 diabetes mellitus : double-blind randomized study.
Metbolism 56(10) : 1340-1344.

Mahan, L. K, Stump, S. M., Janice L. Raymond. 2012. Krause's Food and the Nutrition Care
Process Edition 13.

Mahley, R. W., Weisgraber, K.H., and Farese, R.V. 2003. Disorder of Lipid Metabolism. In
William Textbook of Endocrinology. 10th Ed. Saunders : Philadelphia P. 1642 - 1680.

Marczyk. G., Matteo, D., and Festinger, D. 2005. Essentials of Research Design and
Methodology. New Jersey: John Wiley & Sons. p.105.

Maron D. J, Lu G. P, Cai N. S, Wu Z. G, Li Y. H. 2003. Cholesterol-lowering effect of a


theaflavin-enriched green tea extract : a randomized controlled trial. Archives of
internal medicine 163(12) : 1448.

Mayes P. A, Botham KM. 2003. Lipid Transport and Storage. Harper's illustrated Biochemistry.
26 th ed. USA. Mc Graw Hill. 205-18.

Medical Books/Mc Graw-Hill. 2003. p 205-218.Methinson dan Ball.

Miller, P. L., Reinagel, M., Life Extension Foundation. 2005. The New Science of Growing
Older without Aging.A Lynn Sonberg Book, Bantam Books Montgomery, 2001.

Moderno P, Carvalho M, Silva B. 2009. Recent patents on Camellia sinesis : source of health
promoting compounds. Recent Patents on Food, Nutrition and Agriculture 1(13) : 182.

Murray R. , Bender D., Botham K. M, Kennelly P.J. , Rodwell V., Weil P.A., 2012. Harpers
illustrated biochemistry. 29th Ed. New York : Lange
136

Murray, K., R., Granner, K. D., Mayes, A. P., Rodwell, W. V. 2003. Harpers Biochemistry. 26
th Ed. Appleton & Lange Medical Books.p.160-191.

Ngatidjan. 2006. Metode Laboratorium dalam Toksikologi. Metode Uji Toksisitas.

Nugroho. 2009. Respirasi Seluler.[cited 2011 March 2]. Available from http://biodas.
files.wordpress.com/2007/09/04-respirasi-sel.ppt.

Ong E. K, Hur H., Han M. K. 2003. Epigallocatechin gallate prevents autoimmune diabetes
induced by multiple low doses of streptozotocin in mice. Archives of Pharmacal
Research 26 (7).

Ong E. K, Hur H., Han M. K. 2003. Epigallocatechin gallate prevents autoimmune diabetes
induced by multiple low doses of streptozotocin in mice. Archives of Pharmacal
Research 26(7).

Pangkahila, W. 2007. Anti Aging Medicine : Memperlambat Penuaan, Meningkatkan Kualitas


Hidup. Cetakan ke-1. Jakarta : Penerbit Buku Kompas. Hal : 8-17.

Pangkahila, W. 2011. Anti Aging Medicine : Tetap Muda dan Sehat. Cetakan ke-1. Jakarta :
Penerbit Buku Kompas. Hal: 1-3, 9-10, 36-40.

Perez-Jimenez, A. . 2012. The effect of hypoxia on intermediary metabolism and oxidative


status in gilthead sea bream (Sparus aurata) fed on diets supplemented with methionine
and white tea. Comparative Biochemistry and Physiology Part C : Toxicology &
Pharmacology, v. 155, n. 3, p. 506-16. Available from
http://dx.doi.org/10.1016/j.cbpc.2011.12.005.

Perez-Jimenez, A.. 2011. The effect of dietary methionine and white tea on oxidative status of
gilthead sea bream (Sparus aurata). British Journal of Nutrition, p. 1-8. Available from
http://dx.doi.org/10.1017/s00071145 11006556.

Pliqueet, R. U., Fuhrer, D., Falk, S., Zysset, S., Von Cramon, D.Y., Stumvoll, M.2006. The
effects of Insulin on the Centrl Nervous system Focus on Appetite Regulation.
Hormone and Metabolic research; 38: 442-446.

Rader, D. J. And Hobbs, H.H. 2005. In Harrisons Principles of Internal Medicine. 16th Ed. p
2286-2298. McGraw-Hill. New York.

Rain T. M., Agarwal S., Maki KC.2011. Antiobesity effect of green tea catechins: a mechanistic
review. J. Nurt. Biochem., 22(1): 1-7.
137

Rohdiana D., 2009. Teh ini Menyehatkan Telaah Ilmiah Populer. Bandung. Penerbit Alfabeta.
hal. 70-74, 9-17, 41-49.

Seeram N. P., Henning S.M., Yantao N., Lee R., Scheuller H.S., Heber D.2006. Catechin and
Caffeine content of green tea dietary supplements and correlation with antioxidant
capacity. J. Agric. Food Chem., 54(5): 1599-1603.

Shulman, G. I. 2000. Cellular Mechanisms of Insulin Resistence. J. Clin. Invest.106,171.

Smith, J. B., dan Mangkoewidjojo, S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan
Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI Press), hal: 30
32 , 43-44, 54,57.

Sohle J, Knott A, Holtzmann U, Siegner R, Groniger E. 2009. White tea extract induces lipolitic
activity and inhibits adipogenesis in human subcutaneous (pre)-adipocytes. Nutr Metab
(Lond) 6 : 20.

Stangl V, Lorenzo M, Stangl K. 2006. The Role of tea and tea flavonoids in cardiovascular
health. Molecular Nutrition & Food Research 50(2) : 218 228.

Sujayanto. G., 2008. Khasiat Teh untuk Kesehatan dan Kecantikan. Flona Serial Oktober (I) :
hal 34-38.
Suryohudoyo. P., 2000. Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler, Jakarta : Sagung Seto, hlm.
31-47.

Teixeira, Gonalves L., Lages P. C., Jascolka T. L., Aguilar E.C., Soares F. L. P. , Pereira S. S.,
Beltrao N. R. M., Matoso R., Nascimento A., Castilho R.O , Leite J. I. A., 2012. White
tea (Camellia sinensis) extract reduces oxidative stress and triacylglycerols in obese
mice. Cincia e Tecnologia de Alimentos vol.32 no.4 Campinas Dec. 2012

Thring, T. S.; Hili, P.; Naughton, D. P. 2009. Anti-Collagenase, anti-elastase and anti-oxidant
activities of extract from 21 plants. BMC Complementary and Alternative Medicine, v.
9, n. 27.

Thring, T. S.; Hili. P., Naughton, D. P. 2011. Antioxidant and potential anti-inflammatory
activity of extracts and formulations of white tea, rose and witch hazel on primary
human dermal fibroblast cells. Journal Inflammation, v.8, n. 1, p. 27, available from
http://dx.doi.org/10.1186/1476-9255-8-27.

Unachukwu, U. J. 2010. White and green teas (Camellia sinensis var.sinensis): variation in
phenolic, methylxanthine, and antioxidant profiles. Journal of Food Science, v. 75, n. 6,
p. C541-8. Available from http://dx.doi.org/ 10.1111/j.1750-3841.2010.01705.x.
138

University of Maryland Medical Center (UMMC). 2010. Green Tea. Available from :
http://www.umm.edu/altmed/articles/green-tea-00255.htm. Accesed April 29th, 2014.

Van Der Hooft, J. J. 2012. Structural Annotation and Elucidation of Conjugated Phenolic
Compounds in Black, Green, and White Tea Extracts. Journal of Agricultural and Food
Chemistry. Available from http://dx.doi.org/10.1021 /jf300297y.

Verlag G. T. 2005. Color Atlas of Biochemistry. USA : Thieme

Von S. M., Pilosof A. M. R., Jagus RJ. 2011. Antioxidant and antimicrobial performance of
different Argentinean green tea varieties as affected by whey proteins. Food Chemistry
125(1) : 186 - 192.

Wang, R. 2008. Protective versus promotional effects of white tea and caffeine on PhIP-induced
tumorigenesis and beta-catenin expression in the rat. Carcinogenesis., v.29, n. 4, p. 834-
9 available from http://dx.doi.org/ 10.1093/carcin/bgn051.

Weber J. M, Ruzidana-Umunyana A, Imbeault L, Sircars S. 2003. Inhibition of adenovirus


infection and adenain by green tea cathechins. Antiviral Research 58(2) : 167-173.

Wibowo. 2003. The Concepts of Anti Aging and How to Make Without Disorder. Jakarta :
FKUI. hal.11-17.

Widowati, W. Peran Antioksidan Sebagai Agen Hipokolesterolemia, Pencegah Oksidasi Lipid


dan Aterosklerosis. Majalah Kedokteran Damianus. Vol. 6, No. 3 Septermber 2007.

Willet, W. C. Optimal Diets for Prevention of Coronary Heart Disease. JAMA 2002;288:2569-
2578.

Xiao. J., Chen. X, Zhang. L, Talbot. S.G, Li G.C, Xu M. 2008. Investigation of the Mechanism
of Enhanced Effect of EGCG on Huperzine As inhibition of Acetylcholinesterase
Activity in Rats by a Multispectroscopic method. J. Agric. Food Chem., 56(3): 910-915.

Yang C. S, Wang. 2011. Mechanistic issues concerning cancer prevention by tea catechins.
Mol. Nurt. Food Res., 55(6): 819-831.

Zhu W. L, Shi H. S, Wei Y. M, Wang S. J, Sun C. Y. 2011. Green tea polyphenols produces
antidepressant-like effects in adult mice. Pharmacological Research. Available from
http://www.nhlbi.nih.gov/health/ dci/Diseases/Hbc /HBC_WhatIs.html
139

Lampiran 1
Keterangan Kelaikan Etik
140

Lampiran 2.
Hasil Analisis Teh Gambung

Lampiran 3.
141

Lampiran 3..

Pengelolaan Hewan Coba pada penelitian dengan judul :

EKSTRAK TEH PUTIH (CAMELLIA SINENSIS) ORAL MENCEGAH


DISLIPIDEMIA PADA TIKUS (RATTUS NORVEGICUS) JANTAN GALUR
WISTAR YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK.

Sesuai dengan saran dari Komisi Etik Penelitian FK Unud maka hewan coba yang
dipilih sebagai sampel diperlakukan dengan baik agar kenyamanan hewan yang telah
berkorban untuk kepentingan kemanusian tetap terjamin.

Perlakuan sebelum penelitian :

Tikus yang akan dipilih sebagai sampel harus homogen. Tikus yang dipakai adalah hasil
peternakkan sendiri dari kandang yang dibuat nyaman. Luas kandang adalah 30 kali 20
kali 20 sentimeter. Selama masa adaptasi 7 hari tikus dipelihara dengan sangat
memperhatikan suasana kandang yang nyaman yang meliputi kebersihan, sirkulasi
udara, dan penyedian makan dan minum. Untuk keperluan ini peneliti menugaskan
seorang petugas kandang untuk mengamati keadaan hewan coba didalam kandang
kandang. Penerangan didalam kandang diatur 12 jam gelap 12 jam terang. Kesehatan
tikus di monitor dengan memakai konsultan dokter hewan.

Perlakuan selama penelitian :

Selama penelitian tikus-tikus ditaruh sangat teratur dengan nomor urut sesuai kelompok
. Tikus ditaruh secara individu . Makanan dimonitor. Jumlah makanan ditakar agar
sesuai kebutuhan dan dijaga agar selalu bersih . Minuman ditaruh ditempat minum tikus
diatas kandang. Suhu dan ventilasi serta kelembaban kandang dijaga ketat. Bila ada
tikus yang sakit dikonsulkan ke dokter hewan untuk diberikan pengobatan yang sesuai.

Untuk mengetahui berat tikus dilakukan penimbangan dengan timbangan Tanita .


142

Setelah 28 hari ,tikus dipuasakan 18 jam ,lalu diambil darah dari medial kantus sinus
orbitalis ,tikus dianestesi secara intra muscular terlebih dahulu sebelum diambil
darahnya..Kemudian dielus-elus supaya rasa sakitnya minimal dan merasa nyaman.
Darah yang diambil 1cc .

Setelah pengambilan darah tikus akan dikembalikan kekandangnya dan diperlakukan


secara baik dan dibuat nyaman .

Perlakuan setelah penelitian :

Tikus dikembalikan ke Laboratory Animal Unit bagian Farmakologi Fakultas


Kedokteran Universitas Udayana
143

Lampiran 4
Foto-foto Penelitian
Pemeliharaan Hewan Coba

Pemberian ekstrak per sonde


144

Obat Anastesi

Tabung EDTA
145

Pengambilan Darah

Penampungan Darah
146

Kode Tabung
147

Lampiran 5
Data Sisa Pakan
148

Lampiran 6
Data Penelitian Profil Lipid

Kelompok Total kolesterol Trigliserida HDL HDL


Mg/dl mg/dl mg/dl mg/dl

K.1 231,27 131,14 19,08 94,98


K.2 240,73 136,26 17,67 96,99
K.3 237,82 133,33 16,96 100,33
K.4 232,73 140,66 14,13 93,65
K.5 224,73 130,40 16,25 96,32
K.6 233,45 131,87 18,37 94,31
K.7 230,55 129,67 19,79 92,98
K.8 232,73 126,01 18,37 91,64
K.9 242,18 137,73 20,49 94,31
K.10 245,09 139,19 21,20 96,99

A.1 154,18 97,44 44,52 74,25


A.2 152,73 95,24 45,94 72,91
A.3 156,36 98,90 42,40 76,25
A.4 152,00 93,77 47,35 70,90
A.5 157,09 101,10 40,99 78,26
A.6 154,91 98,17 43,11 74,92
A.7 157,82 102,56 41,70 79,60
A.8 160,00 104,03 45,23 73,58
A.9 162,18 10623 48,06 76,25
A.10 159,27 96,70 43,82 74,25

B.1 138,18 75,46 61,48 55,52


B.2 133,82 79,12 67,14 50,84
B.3 135,27 73,26 65,02 52,17
B.4 133,09 77,66 68,55 49,50
B.5 138,91 76,92 62,90 56,86
B.6 141,09 79,12 60,78 58,86
B.7 132,36 76,19 67,84 48,16
B.8 137,45 75,46 63,60 54,18
B.9 140,36 78,39 56,54 52,84
B.10 142,55 81,32 60,07 56,86
149

Lampiran 7
Analisis Data Statistik

Uji Normalitas Data Kolesterol Total, Trigliserida, HDL, dan LDL

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Kelompok Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kolesterol_total Kontrol .190 10 .200* .970 10 .888
Perlakuan 1 .103 10 .200* .978 10 .951
Perlak uan 2 .137 10 .200* .949 10 .657
Trigliserida Kontrol .112 10 .200* .978 10 .955
Perlakuan 1 .128 10 .200* .969 10 .883
Perlakuan 2 .115 10 .200* .984 10 .982
HDL Kontrol .150 10 .200* .970 10 .888
Perlakuan 1 .101 10 .200* .969 10 .883
Perlakuan 2 .136 10 .200* .964 10 .828
LDL Kontrol .154 10 .200* .963 10 .818
Perlakuan 1 .132 10 .200* .976 10 .942
Perlakuan 2 .126 10 .200* .971 10 .900
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Kelompok Statistic df Sig. Statistic df Sig.
*
Sisa_pakan Kontrol .133 10 .200 .972 10 .912
Perlakuan
.189 10 .200* .931 10 .453
1
Perlakuan
.258 10 .058 .903 10 .234
3
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
150

Test of Homogeneity of Variances


Levene Statistic df1 df2 Sig.
Kolesterol_total 2.425 2 27 .107
Trigliserida 2.744 2 27 .082
HDL 2.335 2 27 .116
LDL 1.190 2 27 .320
151

Uji One Way Anova Data Kolesterol Total, Trigliserida, HDL, dan LDL antar
Kelompok Perlakuan

Descriptives
95% Confidence
Interval for Mean
Std. Lower Upper
N Mean Deviation Std. Error Bound Bound Minimum Maximum
Kolesterol_ Kontrol 10 236.3570 6.04326 1.91105 232.0339 240.6801 224.73 245.09
total Perlakuan
10 156.6540 3.27332 1.03511 154.3124 158.9956 152.00 162.18
1
Perlakuan
10 137.3070 3.54552 1.12119 134.7707 139.8433 132.35 142.55
2
Total 30 176.7727 43.81158 7.99886 160.4132 193.1322 132.35 245.09
Trigliserida Kontrol 10 134.0480 4.62690 1.46315 130.7381 137.3579 126.01 140.66
Perlakuan
10 100.0140 3.45653 1.09305 97.5413 102.4867 95.24 106.23
1
Perlakuan
10 77.2900 2.32310 .73463 75.6282 78.9518 73.26 81.32
2
Total 30 103.7840 23.97507 4.37723 94.8316 112.7364 73.26 140.66
HDL Kontrol 10 18.1070 2.11037 .66736 16.5973 19.6167 14.13 21.20
Perlakuan
10 44.3120 2.35736 .74546 42.6256 45.9984 40.99 48.06
1
Perlakuan
10 63.3920 3.82734 1.21031 60.6541 66.1299 56.54 68.55
2
Total 30 41.9370 19.08258 3.48399 34.8114 49.0626 14.13 68.55
LDL Kontrol 10 95.2940 2.48391 .78548 93.5171 97.0709 91.64 100.33
Perlakuan
10 75.1170 2.56259 .81036 73.2838 76.9502 70.90 79.60
1
Perlakuan
10 53.5790 3.48943 1.10345 51.0828 56.0752 48.16 58.86
2
Total 30 74.6633 17.54601 3.20345 68.1115 81.2151 48.16 100.33
152

ANOVA
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Kolesterol_total Between Groups 55125.924 2 27562.962 1.383E3 .000
Within Groups 538.257 27 19.935
Total 55664.181 29
Trigliserida Between Groups 16320.546 2 8160.273 631.721 .000
Within Groups 348.773 27 12.918
Total 16669.320 29
HDL Between Groups 10338.266 2 5169.133 628.865 .000
Within Groups 221.934 27 8.220
Total 10560.199 29
LDL Between Groups 8703.793 2 4351.897 524.057 .000
Within Groups 224.215 27 8.304
Total 8928.008 29
153

Post Hoc Tests


Multiple Comparisons
LSD
95% Confidence
Mean Interval
Dependent (I) (J) Difference Std. Lower Upper
Variable Kelompok Kelompok (I-J) Error Sig. Bound Bound
Kolesterol_to Kontrol Perlakuan 1 79.70300* 1.99677 .000 75.6060 83.8000
tal Perlakuan 2 99.05000* 1.99677 .000 94.9530 103.1470
Perlakuan Kontrol -79.70300* 1.99677 .000 -83.8000 -75.6060
1 Perlakuan 2 19.34700* 1.99677 .000 15.2500 23.4440
Perlakuan Kontrol -99.05000* 1.99677 .000 -103.1470 -94.9530
2 Perlakuan 1 -19.34700* 1.99677 .000 -23.4440 -15.2500
Trigliserida Kontrol Perlakuan 1 34.03400* 1.60733 .000 30.7360 37.3320
Perlakuan 2 56.75800* 1.60733 .000 53.4600 60.0560
Perlakuan Kontrol -34.03400* 1.60733 .000 -37.3320 -30.7360
1 Perlakuan 2 22.72400* 1.60733 .000 19.4260 26.0220
Perlakuan Kontrol -56.75800* 1.60733 .000 -60.0560 -53.4600
2 Perlakuan 1 -22.72400* 1.60733 .000 -26.0220 -19.4260
HDL Kontrol Perlakuan 1 -26.20500* 1.28217 .000 -28.8358 -23.5742
Perlakuan 2 -45.28500* 1.28217 .000 -47.9158 -42.6542
Perlakuan Kontrol 26.20500* 1.28217 .000 23.5742 28.8358
1 Perlakuan 2 -19.08000* 1.28217 .000 -21.7108 -16.4492
Perlakuan Kontrol 45.28500* 1.28217 .000 42.6542 47.9158
2 Perlakuan 1 19.08000* 1.28217 .000 16.4492 21.7108
LDL Kontrol Perlakuan 1 20.17700* 1.28874 .000 17.5327 22.8213
Perlakuan 2 41.71500* 1.28874 .000 39.0707 44.3593
Perlakuan Kontrol -20.17700* 1.28874 .000 -22.8213 -17.5327
1 Perlakuan 2 21.53800* 1.28874 .000 18.8937 24.1823
Perlakuan Kontrol -41.71500* 1.28874 .000 -44.3593 -39.0707
2 Perlakuan 1 -21.53800* 1.28874 .000 -24.1823 -18.8937
*. The mean difference is significant at the 0.05
level.
154

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Kelompok Statistic df Sig. Statistic df Sig.
pakan_yang_dimaka Kontrol .133 10 .200* .972 10 .912
n Perlakuan 1 .189 10 .200 *
.931 10 .453
Perlakuan 2 .258 10 .058 .903 10 .234
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.

Descriptives
pakan_yang_dimakan
95% Confidence Interval
for Mean
Std. Std. Lower Upper Minimu Maximu
N Mean Deviation Error Bound Bound m m
Kontrol 10 11.2400 .32387 .10242 11.0083 11.4717 10.60 11.80
Perlakuan 1 10 9.9500 .22236 .07032 9.7909 10.1091 9.60 10.30
Perlakuan 2 10 8.6900 .12867 .04069 8.5980 8.7820 8.50 8.90
Total 30 9.9600 1.08361 .19784 9.5554 10.3646 8.50 11.80

Test of Homogeneity of Variances

pakan_yang_dimakan

Levene Statistic df1 df2 Sig.


2.211 2 27 .129

ANOVA

pakan_yang_dimakan

Sum of Squares df Mean Square F Sig.


Between Groups 32.514 2 16.257 285.396 .000
Within Groups 1.538 27 .057
Total 34.052 29
155

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons
pakan_yang_dimakan
LSD
Mean 95% Confidence Interval
(I) (J) Difference (I-
Kelompok Kelompok J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
*
Kontrol Perlakuan 1 1.29000 .10674 .000 1.0710 1.5090
*
Perlakuan 2 2.55000 .10674 .000 2.3310 2.7690
Perlakuan 1 Kontrol *
-1.29000 .10674 .000 -1.5090 -1.0710
*
Perlakuan 2 1.26000 .10674 .000 1.0410 1.4790
Perlakuan 2 Kontrol *
-2.55000 .10674 .000 -2.7690 -2.3310
Perlakuan 1 *
-1.26000 .10674 .000 -1.4790 -1.0410
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Anda mungkin juga menyukai