Anda di halaman 1dari 27

TUGAS KHUSUS

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

(PKPA) DI APOTEK INTRO MEDIKA

“Osteoarthritis”

DISUSUN OLEH:

NAJWA MILADI HASRI 2041013014

Pembimbing I : Prof. Dr. Rer. Nat. Dian Handayani, Apt.

Pembimbing II : apt. Dwisari Dillasamola, M.Farm.

ANGKATAN I TAHUN 2020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS ANDALAS


OKTOBER, 2020

HALAMAN PENGESAHAN
TUGAS KHUSUS
PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI APOTEK KARTIKA DOCTA

Nama : Najwa Miladi Hasri


No. BP : 2041013014

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Rer. Nat. Dian Handayani, Apt. apt. Dwisari Dillasamola, M.Farm.

NIP 19680517 199103 2 002 Apoteker Penanggung Jawan Apotek

Diketahui oleh,
Ketua Program Studi Profesi Apoteker

Apt. Rahmi Yosmar, M.Farm.


NIP. 19851017 201012 2 005

2
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kepada Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
khusus ini dalam rangka Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kartika
Docta, Padang. Tugas khusus ini ditujukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) pada Program Studi Pendidikan Profesi
Apoteker, Fakultas Farmasi Universitas Andalas, Padang. Selesainya penulisan
tugas khusus ini tidak terlepas dari dukungan, doa, dan semangat dari berbagai
pihak. Pada kesempatan ini, perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Fatma Sri Wahyuni, Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Andalas.

2. Ibu apt. Rahmi Yosmar, M.Farm., selaku Ketua Program Studi Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi Universitas Andalas.

3. Ibu Prof. Dr. Rer. Nat. Dian Handayani, Apt., selaku pembimbing I yang telah
membimbing penulis selama kegiatan PKPA Apotek.

4. Ibu apt. Dwisari Dillasamola, M.Farm., selaku Pembimbing II yang telah


memberikan bimbingan, nasehat, pengarahan selama PKPA Apotek.

5. Seluruh Tenaga Teknis Kefarmasian dan Karyawan/ti di Apotek Kartika Docta,


Padang atas segala bantuan, ilmu, dan bimbingannya selama kegiatan PKPA
Apotek.

6. Rekan-rekan mahasiswa/i Program Studi Profesi Apoteker Angkatan I Tahun 2020,


Fakultas Farmasi Universitas Andalas.

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Terima kasih atas semua bantuan yang telah diberikan kepada penulis, semoga
Allah SWT selalu membalas segala kebaikan dan melimpahkan rahmat serta
karunia-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis, Amiin.

3
Dalam penulisan tugas khusus ini, penulis menyadari masih banyak terdapat
kekurangan dan kelemahan. Maka dengan segala kerendahan hati, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar tugas khusus ini menjadi lebih
baik lagi. Semoga tugas khusus ini dapat bermanfaat.

Padang, Oktober 2020

Penulis

4
DAFTAR ISI

5
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Osteoartritis (OA) adalah kelainan umum dan progresif yang mempengaruhi
terutama sendi diartrodial yang menahan beban, ditandai dengan kerusakan progresif
dan hilangnya tulang rawan artikular, pembentukan osteofit, nyeri, keterbatasan
gerak, kelainan bentuk, dan kecacatan. Osteoartritis (OA) merupakan bentuk artritis
yang paling sering ditemukan di masyarakat, bersifat kronis, berdampak besar dalam
masalah kesehatan masyarakat. Osteoartritis dapat terjadi dengan etiologi yang
berbeda-beda, namun mengakibatkan kelainan bilologis, morfologis dan keluaran
klinis yang sama.
Prevalensi osteoartritis meningkat seiring dengan peningkatan usia. Di
Indonesia, prevalensi osteoartritis pada usia 45-54 tahun mencapai 46,3 % , usia 55-
64 tahun mencapai 56,4 %, usia 65-74 tahun mencapai 62,9 % dan usia lebih dari 75
tahun mencapai 65,4 %. Pengobatan dengan non steroidal anti inflammatory drug
(NSAID) dan terapi bedah tulang (joint replacement) banyak digunakan untuk terapi
pengobatan osteoartritis sehingga pemilihan terapi ini mencapai angka yang tinggi
dan biaya yang dikeluarkan juga tinggi.

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, di bidang


kefarmasian telah terjadi perubahan paradigma dari drug oriented kepada patient
oriented yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care), tidak
saja sebagai pengelola obat namun dalam pengertian yang lebih luas mencakup
pelaksanaan pemberian informasi untuk mendukung penggunaan obat yang benar
dan rasional, monitoring penggunaan obat untuk mengetahui tujuan akhir, serta
kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan. Apoteker dituntut untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku agar dapat melaksanakan
interaksi langsung dengan pasien.

Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik


kefarmasian oleh Apoteker. Pelayanan kefarmasian sekarang mengacu pada

6
paradigma patient oriented, pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung
dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaa farmasi dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Pelayanan kefarmasian di apotek meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu pelayanan farmasi
klinik dan kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan sediaan farmasi,
alat kesehatan dan bahan medis habis pakai. Seorang apoteker harus mampu dalam
menjalankan serta menyeimbangkan kedua kegiatan tersebut.

Sebagai seorang apoteker, ia dapat memberi edukasi ke pasien mengenai


penyakit dan mengenali secara dini reaksi efek samping, serta mencegah dan/atau
memcahkan masalah yang berkaitan dengan pemberian obat. Apoteker dapat
meminimalkan masalah yang terkait obat dengan melakukan pengkajian resep sesuai
persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis. Pengkajian
resep ini bertujuan untuk menganalisa masalah terkait obat pada resep, pemberian
informasi obat yang tidak tepat dan mencegah terjadinya kesalahan dalam penulisan
resep. Jika ada masalah yang ditemukan pada resep maka harus dikonsultasikan
kepada dokter penulis resep.

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka perlu dilakukannya analisis


administrasi, farmasetika dan farmakologi terhadap salah satu resep di Apotek
Kartika Docta. Resep yang dianalisis mengenai penyakit Osteoarthritis.

7
BAB II

TINJAUAN KHUSUS

2.1 Resep

RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH


KARTIKA DOCTA
Jl. Gajah Mada No. 14 Padang Telp. (0751) 4481278
www.kartikadocta.com email: info@kartikadocta.com
dr. Ardian Riza, Sp. OT
1854/SDMK-JAMKES/DKK/VIII/2017
tanggal: 02 Oct 2020

R/ Mecobalamin XV

S1dd kap 1

R/ Meloxicam 15 mg XV

S2dd tab 1

R/ Glucosamine XXX

S2dd tab 1

Nama pasien : Melenawati


Tanggal lahir : 21-5-1958
No. Rekam medik: 004831

Penerima

2.2 Deskripsi Pasien


Melenawati datang ke praktek dokter Ardian Riza di Rumah Sakit Khusus
Bedah Kartika Docta pada tanggal 02 Oktober 2020. Dokter Ardian Riza
memberikan obat seperti pada resep. Pada hari yang sama pasien Melenawati
menebus obatnya di Apotek Kartika Docta. Dilihat dari resep dan setelah konfirmasi
ke pasien diketahui bahwa diagnosanya adalah Osteoarthritis.

8
2.3 Skrinning Resep
2.3.1 Skrinning Administratif
PADA RESEP
No. URAIAN
ADA TIDAK
Inscription
Identitas dokter:
1. Nama dokter 
2. SIP dokter 
3. Alamat dokter 
4
Nomor telepon 
5 Tempat dan tanggal penulisan resep 
Invocatio
6 Tanda resep diawal penulisan resep (R/) 
Prescriptio/Ordonatio
7 Nama Obat 
8 Kekuatan obat 
9 Jumlah obat 
Signatura
10 Nama pasien 
11 Jenis kelamin 
12 Umur pasien 
13 Berat badan 
14 Alamat pasien 
15 Aturan pakai obat 
16 Iter/tanda lain 
Subscriptio
17 Tanda tangan/paraf dokter 
Kesimpulan:
Resep ini relatif lengkap karena identitas dokter dan pasien yang dibutuhkan telah
tercantum. Namun perlu konfirmasi lebih terhadap identitas pasien yaitu berat badan
Solusi : untuk identitas pasien yang masih kurang lengkap ditanyakan langsung
kepada pasien.
Tabel 1. Skrining Administratif
2.3.2 Skrinning Farmasetik dan Klinis

9
Obat Aspek Kajian Ada/Tidak Uraian
Nama Ada Mecobalamin
BSO Ada Kapsul
Kekuatan Ada 500mcg
Jumlah Ada 15 kapsul
Signa Ada Sehari 1 kali 1 kapsul
Stabilitas Tidak Simpan pada suhu ruangan,
jauhkan dari cahaya
langsung dan tempat yang
lembap
Mecobalamin® Komposisi Ada Per kapsul: mecobalamin
500 mcg
Aturan dispensing Tidak Obat sudah dalam bentuk
sediaan jadi, sehingga tidak
perlu adanya dispensing
khusus
Dosis Dewasa: 1500 mcg/hari, dibagi ke dalam
3 jadwal konsumsi
Kesimpulan Tepat
Obat Aspek Kajian Ada/Tidak Uraian
Meloxicam® Nama Ada Meloxicam
BSO Ada Tablet
Kekuatan Ada 15 mg
Jumlah Ada 15 tablet
Signa Ada Sehari 2 kali 1 tablet
Stabilitas Tidak Simpan pada suhu ruangan,
jauhkan dari cahaya
langsung dan tempat yang
lembap
Komposisi Ada Per tablet: meloxicam 15 mg
Aturan dispensing Tidak Obat sudah dalam bentuk
sediaan jadi, sehingga tidak
perlu adanya dispensing
khusus
Dosis Dewasa: Oseteoarthritis: 7,5 mg sehari
sekali, dapat ditingkatkan menjadi 15 mg,

10
sehari sekali
Kesimpulan Tepat
Obat Aspek Kajian Ada/Tidak Uraian
Nama Ada Glucosamine
BSO Ada Tablet
Kekuatan Ada 500 mg
Jumlah Ada 30 tablet
Signa Ada Sehari 2 kali 1 tablet
Stabilitas Tidak Simpan pada suhu ruangan,
jauhkan dari cahaya
langsung dan tempat yang
Glucosamine® lembap
Komposisi Ada Per tablet: glucosamine 500
mg
Aturan dispensing Tidak Obat sudah dalam bentuk
sediaan jadi, sehingga tidak
perlu adanya dispensing
khusus
Dosis Dewasa: sehari 3 kali 1 tablet
Kesimpulan Tepat
Tabel 3. Pengkajian Farmasetik dari Keempat Obat di atas
No. Kriteria Permasalahan Solusi
1. Duplikasi/polifarmasi Tidak ada -
2. Interaksi Tidak ada -
3. Alergi Tidak ada -
4. Kontraindikasi Tidak ada -
5. Reaksi obat yang merugikan Tidak ada -
(ADR/Adverse Drug Reaction)
6. Efek Samping Obat Tidak ada -
Tabel 4. Pertimbangan Klinis dari Ketiga obat di atas
2.4 Tinjauan Penyakit
2.4.1 Definisi
Osteoartritis (OA) adalah kelainan umum dan progresif yang mempengaruhi
terutama sendi diartrodial yang menahan beban, ditandai dengan kerusakan progresif dan
hilangnya tulang rawan artikular, pembentukan osteofit, nyeri, keterbatasan gerak, kelainan
bentuk, dan kecacatan. Osteoartritis (OA) adalah penyakit tulang degeneratif yang ditandai

11
oleh pengeroposan kartilago artikular (sendi). Penyakit ini banyak terjadi pada pasien usia
lanjut atau usia dewasa. Orang usia lanjut mengalami proses degeneratif yaitu penurunan
fungsi dari keseluruhan organ.
Prevalensi jumlah osteoartritis di Indonesia adalah 50-60 %, Gangguan ini lebih
banyak pada perempuan daripada laki-laki dan terutama ditemukan pada orang-orang yang
berusia lebih dari 45 tahun. Penyakit ini dianggap sebagai suatu proses penuaan normal,
sebab insidensi bertambah dengan meningkatnya usia. Prevalensi osteoartritis meningkat
seiring dengan peningkatan usia.
Gejala umum pada osteoarthritis adalah rasa sakit, kaku, bengkak pada sendi-sendi,
gejala yang timbul pada osteoarthritis akan berkembang secara perlahan. Faktor risiko
osteoartritis meliputi obesitas, usia, jenis kelamin, okupasi, trauma, suku bangsa, genetik,
nutrisi, dan hormonal

2.4.2 Epidemiologi
Menurut WHO prevalensi osteoartritis di seluruh dunia pada laki-laki adalah
9,6% dan pada wanita berusia di atas 60 tahun sebanyak 18%. Sedangkan di
Indonesia, prevalensi osteoartritis pada usia 61 tahun adalah 5%. Sementara itu,
prevalensi osteoartritis lutut masih cukup tinggi di Indonesia, yang menyumbang
15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita dari total penduduk Indonesia yang
berjumlah 255 juta orang.
Prevalensi ini semakin meningkat dengan bertambahnya usia. Karena
prevalensi yang cukup tinggi dan sifatnya yang kronik-progresif, osteoartritis
mempunyai dampak sosioekonomik yang besar, baik di negara maju maupun di
negara berkembang.

2.4.3 Etiologi
Etiologi osteoarthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor biomekanik
dan biokimia sepertinya merupakan faktor terpenting dalam proses terjadinya
osteoarthritis. Faktor biomekanik yaitu kegagalan mekanisme protektif, antara lain
kapsul sendi, ligamen, otot-otot persendian, serabut aferen, dan tulang-tulang.
Kerusakan sendi terjadi multifaktorial, yaitu akibat terganggunya faktor-faktor

12
protektif tersebut. Osteoarthritis juga bisa terjadi akibat komplikasi dari penyakit lain
seperti gout, rheumatoid arthritis, dan sebagainya.

2.4.4 Patofisiologi
Osteoarthritis biasanya dimulai dengan kerusakan tulang rawan artikular
karena sendi menahan beban yang berlebihan dari obesitas atau alasan lain, seperti
ketidakstabilan sendi atau cedera. Kerusakan tulang rawan meningkatkan aktivitas
kondrosit untuk memperbaiki kerusakan tersebut, sehingga menyebabkan
peningkatan sintesis konstituen-konstituen matriks dengan cara pembengkakan tulang
rawan. Hilang keseimbangan normal antara kerusakan tulang rawan dan resintesis
tulang rawan, dengan meningkatnya kerusakan dan pengeroposan tulang rawan.
Tulang subkondral yang berdekatan dengan tulang rawan artikular mengalami
perubahan patologis dan melepaskan vasoaktif peptida dan matrixmetalloproteinase
(MMPs). Neovaskularisasi dan terjadi peningkatan permeabilitas tulang rawan yang
berdekatan, yang berkontribusi pada pengeroposan tulang rawan (kartilago) dan
apoptosis kondrosit.
Pengeroposan tulang rawan (kartilago) menyebabkan penyempitan ruang
sendi dan nyeri, kecacatan sendi. Sisa tulang rawan melunak dan meningkatkan
fibrilasi, diikuti oleh pengeroposan tulang rawan lebih lanjut dan eksposur tulang
dasar. Formasi tulang baru (osteofit) di tepi sendi yang jauh dari pengeroposan tulang
rawan dianggap membantu menstabilkan sendi yang terkena. Nyeri bisa terjadi akibat
distensi kapsul sinovial karena peningkatan cairan sendi; fraktur mikro; iritasi
periosteal; atau kerusakan pada ligamen, sinovium, atau meniskus.

13
Gambar 1. Sendi yang mengalami osteoarthritis
2.4.5 Klasifikasi
Osteoarthritis diklasifikasikan menjadi 2 golongan yaitu osteoarthritis primer
dan osteoarthritis sekunder
Osteoartritis primer atau osteoarthritis idiopatik belum diketahui penyebabnya
dan tidak berhubungan dengan penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal
pada sendi. Meski demikian, osteoartritis primer banyak dihubungkan pada penuaan.
Pada orangtua, volume air dari tulang muda meningkat dan susunan protein tulang
mengalami degenerasi. Akhirnya, kartilago mulai degenerasi dengan mengelupas atau
membentuk tulang muda yang kecil. Pada kasus-kasus lanjut, ada kehilangan total
dari bantal kartilago antara tulang-tulang dan sendi-sendi. Penggunaan berulang dari
sendi-sendi yang terpakai dari tahun ke tahun dapat membuat bantalan tulang
mengalami iritasi dan meradang, menyebabkan nyeri dan pembengkakan sendi.
Kehilangan bantalan tulang ini menyebabkan gesekan antar tulang, menjurus pada
nyeri dan keterbatasan mobilitas sendi. Peradangan dari kartilago dapat juga
menstimulasi pertumbuhanpertumbuhan tulang baru yang terbentuk di sekitar sendi-
sendi.
Osteoartritis primer ini dapat meliputi sendi-sendi perifer (baik satu maupun
banyak sendi), sendi interphalang, sendi besar (panggul, lutut), sendi-sendi kecil
(carpometacarpal, metacarpophalangeal), sendi apophyseal dan atau intervertebral
pada tulang belakang, maupun variasi lainnya seperti OA inflamatorik erosif, OA

14
generalisata, chondromalacia patella, atau Diffuse Idiopathic Skeletal Hyperostosis
(DISH).
Osteoartritis sekunder adalah OA yang disebabkan oleh penyakit atau kondisi
lainnya, seperti pada post-traumatik, kelainan kongenital dan pertumbuhan (baik lokal
maupun generalisata), kelainan tulang dan sendi, penyakit akibat deposit kalsium,
kelainan endokrin, metabolik, inflamasi, imobilitas yang terlalu lama, serta faktor
risiko lainnya seperti obesitas, operasi yang berulangkali pada struktur-struktur sendi,
dan sebagainya.
2.4.6 Pengobatan
Tujuan dari pengobatan osteoarthritis adalah:
1. Untuk mengedukasi pasie, keluarga pasien, dan penjaga pasien.
2. Meredakan nyeri dan kekakuan
3. Menjaga atau meningkatkan mobilitas sendi
4. Menghambat gangguan fungsi
5. Menjaga atau meningatkan qualitas hidup

15
Gambar 2. Algoritma Terapi Osteoarthritis
2.4.7 Terapi non farmakologi
Terapi non farmakologi yang dapat diberikan kepada pasien osteoarthritis:
 Edukasi kepada pasien tentang proses penyakit, perluasannya, prognosis, dan
pengobatannya. Lakukan konseling diet, olahraga, program pengurangan berat
badan bagi pasien kelebihan berat badan.
 Terapi fisikal yaitu terapi dengan panas atau dingin, program olahraga untuk
membantu mempertahankan rentang pergerakan serta mengurangi nyeri dan
penggunaan analgesic
 Alat bantu dan ortotik (tongkat, alat bantu jalan, pelindung tumit dan sol
sepatu) dapat dipakai saat melakukan olahraga atau aktivitas harian.
 Prosedur bedah seperti osteotomy, artroplasti, fusi sendi diindikasikan untuk
disabilitas fungsional dan/atau nyeri hebat yang sudah tidak responsive
terhadap terapi konservatif.

2.4.8 Terapi farmakologi


Pendekatan umum:
 Terapi obat ditargetkan untuk menghilangkan nyeri. Pendekatan konservatif
(penjagaan) dibuat karena osteoarthritis biasanya terjadi pada orang lanjut usia
yang memiliki kondisi kesehatan yang lain.
 Aplikasikan pendekatan individual (algoritma terapi). Lanjutkan terapi non
farmakologi saat memulai pengobatan farmakologi.

Terapi farmakologi untuk osteoarthritis lutut dan pinggul: acetaminophen,

16
NSAID oral dan topical, penghambat COX-2 selektif, injeksi kortikosteroid
intraartikular, tramadol, opioid, duloxetine, asam hialuronat IA, glukosamin dan/atau
chondroitin, obat gosok topikal
Acetaminophen adalah pengobatan lini pertama yang disukai; mungkin
kurang efektif dibandingkan NSAID (Non-Steroidal Antiinflammatory Drug) tetapi
lebih sedikit risiko terjadinya gangguan gastrointestinal dan kardiovaskular. Jika
terapi dengan acetaminophen tidak berhasil maka NSAID nonselektif atau inhibitor
selektif siklooksigenase-2 (COX-2) (misalnya celecoxib) direkomendasikan.
Penghambat COX-2 tidak terlalu memberi risiko gangguan GI yang merugikan
dibandingkan NSAID non selektif, tetapi keuntungan ini mungkin tidak dapat
dipertahankan lebih dari 6 bulan dan secara substansial berkurang untuk pasien yang
memakai aspirin. Penghambat pompa proton (PPI) dan misoprostol mengurangi efek
samping GI pada pasien memakai NSAID.
Untuk osteoarthritis lutut direkomendasikan pemakaian NSAID topical jika
acetaminophen gagal dan lebih dipilih oleh pasien dengan usia > 75 tahun
dibandingkan NSAID oral. NSAID topikal memberikan efek penghilang nyeri yang
sama dengan oral tetapi efek sampingnya pada gastrointestinal lebih sedikit tetapi
dapat menyebabkan efek samping pada area sekitar aplikasi obatnya.
Injeksi kortikosteroid intraartikular juga direkomendasikan untuk
osteoarthritis lutut dan pinggul jika pemberian NSAID atau acetaminophen kurang
optimal. Injeksi dapat diberikan bersama dengan oral NSAID untuk mengontrol
nyeri. Injeksi tidak boleh sering diberikan, cukup sekali dalam 3 bulang untuk
meminimalkan efek samping sistemik. Tramadol direkomendasikan untuk
osteoarthritis lutu dan pinggul. Golongan opioid juga dapat diberikan pada pasien
yang tidak berhasil dengan terapi non farmakologi atau terapi farmakologi lini
pertama. Duloxetine dapat digunakan sebagai pengobatan tambahan pada pasien
dengan respon anlagesik lini pertama yang parsial. Asam hialuronat sebenarnya tidak
terlalu dianjurkan pada osteoarthritis lutut. Glucosamine, chondroitin dan obat gosok
juga dapat dipakai untuk pengobatan farmakologi osteoarthritis lutut dan pinggul.
Terapi farmakologi untuk osteoarthritis tangan adalah: NSAID topical,

17
NSAID oral, krim capsacin yang dipakai sebagai alternative dari pengobatan lini
pertama, dan tramadol.

Gambar 3. Terapi Farmakologi Osteoarthritis

18
Gambar 3. Lanjutan

EVALUASI HASIL TERAPI


 Untuk memantau efektifitas pengobatan, nilai nyeri dasar dengan skala analog
visual, dan nilai rentang gerakan untuk sendi yang terkena osteoarthritis
dengan fleksi, ekstensi, abduksi, atau adduksi.
 Tergantung pada sendi yang sakit, pengukuran kekuatan cengkeraman dan
kemampuan berjalan kaki sejauh 50 kaki dapat membantu menilai OA tangan
dan pinggul / lutut.
 Radiografi dasar dapat mendokumentasikan luasnya keterlibatan sendi dan
progress penyakit setelah diberi terapi.
 Tindakan lain termasuk penilaian global dokter berdasarkan riwayat aktivitas
pasien dan batasan yang disebabkan oleh OA, Western Ontario dan McMaster
Indeks Arthrosis Universitas, Kuesioner Penilaian Kesehatan Stanford, dan
dokumentasi penggunaan analgesik atau NSAID.
 Tanyakan pasien tentang efek samping obat. Pantau tanda-tanda efek terkait
obat, seperti ruam kulit, sakit kepala, kantuk, penambahan berat badan, atau
hipertensi dari NSAID.
 Dapatkan kreatinin serum dasar, profil hematologi, dan transaminase serum
dengan level pada interval 6 hingga 12 bulan untuk mengidentifikasi toksisitas

19
spesifik pada ginjal, hati, saluran GI, atau sumsum tulang.

BAB III
TINJAUAN KOMPETENSI

3.1 Praktek Profesional, Legal dan Etis

Berdasarkan resep yang diterima oleh pasien, dapat diketahui bahwa pasien
menderita rinitis alergi. Hal ini terlihat dari obat-obat yang diterima pasien. Pada
resep ini pasien mendapatkan obat Mecobalamin®, Meloxicam®,dan Glucosamine®
yang diindikasikan untuk pasien dengan diagnosa osteoarthritis.

Sebelum penyerahan obat ada beberapa pertanyaan yang ditanyakan kepada


pasien, seperti sudah berapa lama menderita penyakit ini, pernah mengalami
penyakit serupa sebelumnya dan kalau pernah kapan dan kira-kira apa penyebabnya,
penyakit lain yang diderita saat ini, riwayat penyakit dahulu, sudah pernah
mengkonsumsi obat ini sebelumnya, obat apa saja yang dikonsumsi sebelumnya,
reaksi alergi atau efek samping apa yang pernah terjadi. Hal ini bertujuan untuk

20
melihat riwayat pengobatan atau tingkat kepatuhan pasien terhadap suatu obat.

Setelah informasi didapatkan dari pasien maka obat diserahkan dengan


pemberian konseling sekaligus. Konseling yang diberikan terkait cara penggunaan
obat, waktu penggunaan, efek samping yang mungkin timbul dan terapi non-
farmakologi yang dapat membantu kesembuhan pasien. Penjelasan mengenai obat
ini dapat juga diberikan kepada keluarga pasien.

3.2 Dispensing Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan


Pasien mendapatkan 4 macam obat yang semuanya merupakan obat oral sehingga
penggunaan etiket keempat obat adalah berwarna putih.
1. Ambil 15 kapsul Mecobalamin®. Komposisi dari Mecobalamin® adalah
Mecobalamin 500 mcg setiap kapsulnya. Mecobalamin® diminum sehari satu
kali satu kapsul sebelum atau sesudah makan.
2. Ambil 15 tablet Meloxicam®. Komposisi dari Meloxicam® adalahMeloxicam 15
mg. Meloxicam® diminum sehari dua kali satu tablet sesudah makan.
3. Ambil 15 tablet Glucosamine®. Komposisi dari Glucosamine® adalah
Glucosamine 500 mg setiap tabletnya. Glucosamine ® diminum sehari dua kali
satu tablet sesudah makan.

3.3 Formulasi dan Pembuatan Sediaan Farmasi


Pasien tidak mendapatkan resep racikan

3.4 Komunikasi dan Kolaborasi

Dalam melakukan pelayanan kefarmasian, komunikasi tidak hanya antara


apoteker dengan pasien, tetapi juga dengan dokter dan tenaga kesehatan lainnya.
Jika pada penulisan resep terdapat keraguan atau setelah dilakukan pengkajian klinis
ditemukan permasalahan-permasalahan, apoteker dapat menghubungi dokter penulis
resep dan memberikan rekomendasi untuk menyelesaikan masalah yang ada.
Proses dispensing obat sejalan dengan pelayanan informasi obat dan konseling,
cara penyampaian yang baik dan benar akan menunjang kesuksesan dalam terapi

21
pasien. Diawali dengan memohon izin untuk menyampaikan informasi obat yang
diberikan, kemudian dilanjutkan memberikan informasi mengenai terapi
farmakologi, non farmakologi, aturan dan cara pakai obat serta poin-point penting
lainnya terkait obat yang diterima.

3.5 Upaya Preventif dan Promotif

Upaya pencegahan serta promosi kesehatan dapat dilakukan baik secara


langsung berkomunikasi dengan pasien ataupun dengan berupa poster atau media.
Dapat juga dilakukan dengan :
 Edukasi kepada pasien tentang proses penyakit, perluasannya, prognosis, dan
pengobatannya. Lakukan konseling diet, olahraga, program pengurangan berat
badan bagi pasien kelebihan berat badan.
 Terapi fisikal yaitu terapi dengan panas atau dingin, program olahraga untuk
membantu mempertahankan rentang pergerakan serta mengurangi nyeri dan
penggunaan analgesic
 Melakukan gaya hidup sehat dengan olahraga teratur dan konsumsi makanan sehat.

3.6 Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan


Pengelolaan ini meliputi perencanaan,  pengadaan,  penerimaan,  penyimpanan,
pemusnahan, pengendalian, pencatatan dan pelaporan.
a. Perencanaan
Dalam  membuat  perencanaan  pengadaan  Sediaan  Farmasi,  Alat
Kesehatan,  dan  Bahan  Medis  Habis  Pakai  perlu  diperhatikan  pola
penyakit, pola konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat.
b. Pengadaan
Untuk  menjamin  kualitas  Pelayanan  Kefarmasian  maka  pengadaan
Sediaan Farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
c. Penerimaan
Penerimaan  merupakan  kegiatan  untuk  menjamin  kesesuaian  jenis

22
spesifikasi,  jumlah,  mutu,  waktu  penyerahan  dan  harga  yang  tertera
dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.
d. Penyimpanan
 Obat/bahan  Obat  harus  disimpan  dalam  wadah  asli  dari  pabrik.
Dalam  hal  pengecualian  atau  darurat  dimana  isi  dipindahkan  pada
wadah  lain,  maka  harus  dicegah  terjadinya  kontaminasi  dan  harus
ditulis  informasi  yang  jelas  pada  wadah  baru.  Wadah  sekurang-
kurangnya  memuat  nama  Obat,  nomor  batch  dan  tanggal
kadaluwarsa.
 Semua  Obat/bahan  Obat  harus  disimpan  pada  kondisi  yang  sesuai
sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.
 Sistem  penyimpanan  dilakukan  dengan  memperhatikan  bentuk
sediaan dan kelas terapi Obat serta disusun secara alfabetis.
 Pengeluaran  Obat  memakai  sistem  FEFO  (First  Expire  First  Out) 
dan FIFO (First In First Out)
e. Pemusnahan  
 Obat  kadaluwarsa  atau  rusak  harus  dimusnahkan  sesuai  dengan
jenis  dan  bentuk  sediaan.  Pemusnahan  Obat  kadaluwarsa  atau
rusak  yang  mengandung  narkotika  atau  psikotropika  dilakukan
oleh  Apoteker  dan  disaksikan  oleh  Dinas  Kesehatan
Kabupaten/Kota.
 Pemusnahan Obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh
Apoteker  dan  disaksikan  oleh  tenaga  kefarmasian  lain  yang
memiliki  surat  izin  praktik  atau  surat  izin  kerja.  Pemusnahan
dibuktikan  dengan  berita  acara  pemusnahan  menggunakan Formulir
1 sebagaimana terlampir.
 Resep  yang  telah  disimpan  melebihi  jangka  waktu  5  (lima)  tahun
dapat  dimusnahkan.  Pemusnahan  Resep  dilakukan  oleh  Apoteker
disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan
cara  dibakar  atau  cara  pemusnahan  lain  yang  dibuktikan  dengan

23
Berita  Acara  Pemusnahan  Resep  menggunakan  Formulir  2
sebagaimana  terlampir  dan  selanjutnya  dilaporkan  kepada  dinas
kesehatan kabupaten/kota.
f. Pengendalian
Pengendalian  dilakukan  untuk  mempertahankan  jenis  dan  jumlah
persediaan  sesuai  kebutuhan  pelayanan,  melalui  pengaturan  sistem
pesanan  atau  pengadaan,  penyimpanan  dan  pengeluaran.  Hal  ini
bertujuan  untuk  menghindari  terjadinya  kelebihan,  kekurangan,
kekosongan,  kerusakan,  kadaluwarsa,  kehilangan  serta  pengembalian
pesanan.  Pengendalian  persediaan  dilakukan  menggunakan  kartu  stok
baik  dengan  cara  manual  atau  elektronik.  Kartu  stok  sekurang-
kurangnya  memuat  nama  Obat,  tanggal  kadaluwarsa,  jumlah pemasukan,
jumlah pengeluaran dan sisa persediaan.
g. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai meliputi pengadaan (surat pesanan,
faktur), penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan
pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan.
Pelaporan terdiri dari:

 Pelaporan Internal

Pelaporan internal merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan


manajemen apotek, meliputi keuangan barang dan laporan lainnya.
 Pelaporan Eksternal

Pelaporan eksternal meliputi pelaporan narkotika, psikotropika dan


pelaporan lainnya.

3.7 Kepimpinan dan Manajemen Diri

Seorang apoteker diharapkan mampu untuk memimpin, mengarahkan serta

24
mengambil keputusan sesuai dengan peraturan yang berlaku serta
mempertimbangkan aspek kemanusiaan dalam bertindak. Apoteker harus
memberikan contoh teladan yang baik dan benar dalam manajemen apotek. Sebagai
seorang manajer, apoteker harus mampu mengelola apotek dengan baik sehingga
semua kegiatan yang berjalan di apotek berlangsung secara efektif dan efisien.
Apoteker harus mempunyai kemampuan manajerial yang baik, yaitu keahlian dalam
menjalankan prinsip-prinsip ilmu manajemen agar mampu memimpin,
mengarahkan, mengambil keputusan dan bekerja sesuai etik seorang apoteker. Tidak
hanya dibidang manajerial, apoteker juga wajib memberikan pelayanan, mengambil
keputusan yang baik, mampu berkomunikasi antar profesi, menempatkan diri
sebagai pimpinan dalam situasi multidisipliner, kemampuan mengelolan SDM
secara efektif, selalu belajar sepanjang karir dan membantu memberikan pendidikan
serta peluang untuk meningkatkan pengetahuan.

3.8 Peningkatan Potensi Diri

7 Stars Of Pharmacist adalah istilah yang diungkapkan World Health


Organization (WHO), untuk menggambarkan peran seorang apoteker dalam
pelayanan kesehatan yang seiring waktu bertambah menjadi 9 Stars Of
Pharmacist dimana salah satunya adalah Life-ong Learner yang berarti apoteker
harus memiliki semnangat belajar sepanjang waktu, karna informasi/ilmu kesehatan
terutama farmasi (obat, penyakit dan terapi) terus berkembang pesat dari waktu ke
waktu, sehingga kita perlu menambah pengetahuan dan kemampuan agar tidak
ketinggalan sehingga ada peningkatan potensi diri apoteker. apoteker harus
meningkatkan pengetahuan, sikap serta ketrampilan profesi melalui pendidikan
berkelanjutan serta harus memanfaatkan kemajuan teknologi untuk mengembangkan
diri dengan mengumpulkan data-data terbaru mengenai pekerjaan kefarmasian.
Dengan cara itu apoteker akan mampu mengembangkan diri serta mengevaluasi
terhadap kemampuan diri seorang profesi apoteker.

25
DAFTAR PUSTAKA

Altman RD. 2011.Clinical features of osteoarthritis. Dalam : Hochberg MC, Silman


AJ, Smolen JS, et al. (eds.) Rheumatology. Ed. ke-5. Philadelphia : Mosby
Elsevier.

Barbara G. Wells. 2015. Pharmacotherapy Handbook: Ninth Edition. Mc Graw Hill


Education.

Indonesian Rheumatology Association. 2014. Rekomendasi untuk Diagnosis dan


Penatalaksanaan Osteoarthritis. Indonesia

Jessica Santosa. 2018. Pengalaman Belajar Lapangan: Osteoartritis. Fakultas


Kedokteran: Universitas Udayana

Ringgo Alfarisi. 2018. Perbedaan Intesitas Nyeri Berdasarkan Indeks Massa Tubuh
pada Pasie Osteoarthritis di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.
Bandar Lampung: Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

26
27

Anda mungkin juga menyukai