MAKALAH SEMINAR
Oleh:
LEMBAR PENGESAHAN
Disetujui oleh :
Bhakti Etza Setiani, S. Pt., M.Sc Dr. Sri Mulyani S.Pt., M.P.
NIP. 19811016 200312 2 003 NIP. 19750311 200212 2 001
3
ABSTRAK
Ternak kerbau merupakan ternak penyumbang protein hewani setelah ternak sapi.
Konsumsi daging kerbau menghasilkan hasil samping berupa kulit kerbau. Salah satu
pemanfaatan kuit kerbau yaitu dengan mengekstrak kolagen dari kulit kerbau dengan cara
ekstraksi asam. Penelitian ini menggunakan analisis Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan adanya perlakuan perbedaan konsentrasi asam asetat masing-masing perlakuan akan
dilakukan 5 kali pengulangan. Parameter yang diuji adalah rendemen, viskositas, suhu
denaturasi dan pH kolagen kulit kerbau. Data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan
Analysis of variance (ANOVA), jika didapatkan pengaruh pada perlakuan terhadap parameter
yang diuji maka penelitian akan dilanjutkan dengan uji Duncan menggunakan aplikasi SPSS.
BAB I
PENDAHULUAN
Kerbau (Bubalus bubalis) merupakan hewan ternak ruminansia besar yang biasa
yang diperoleh dari kerbau adalah dengan memanfaatkan tenaga kerbau, produksi susu
kerbau sebagai minuman alternatif yang bergizi selain susu sapi dan kambing, serta daging
yang dimanfaatkan sebagai salah satu sumber makanan alternatif protein hewani karena
mempunyai potensi tinggi dalam penyediaan daging (Anantyarta, 2017). Ternak kerbau
lumpur merupakan salah satu komoditas peternakan di Indonesia yang potensial dalam
menghasilkan daging. Kebutuhan masyarakat akan daging tiap tahunnya terus mengalami
4
daging kerbau menghasilkan hasil samping yaitu kulit kerbau. Kulit kerbau biasa
dimanfaatkan untuk bahan non pangan sebagai bahan baku industri tas dan dompet maupun
dikonsumsi sebagai pangan secara langsung. Sedangkan komoditas kulit hewan termasuk
kulit kerbau sebagian besar mengandung protein kolagen yang dapat dimanfaatkan lebih luas
Pada umumnya, kolagen berasal dari bahan baku tulang dan kulit mamalia seperti sapi
dan babi. Namun, bahan baku dari babi tidak dibenarkan bagi pemeluk Agama Islam dan
Yahudi, sementara penggunaan tulang dan kulit sapi menjadi persoalan tersendiri bagi
pemeluk Agama Hindu serta menimbulkan kekhawatiran karena adanya isu penyakit sapi gila
atau mad cow disease (Fabella et al., 2018). Produksi kolagen dalam negeri sendiri sampai
saat ini masih belum optimal. Oleh karena itu, sumber alternatif kolagen harus terus
dikembangkan. Pemanfaatan limbah kulit kerbau sebagai bahan baku kolagen merupakan
salah satu alternatif peningkatan nilai tambah (value-added) hasil samping kulit kerbau.
Berdasarkan latar belakang diatas dan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan sumber
kolagen yang aman, berkualitas dan dapat diterima semua kalangan, maka perlu dilakukan
Ekstrasi kolagen terbaik dan efisien membutuhkan metode dan penggunaan larutan
pengenstrak yang tepat agar menghasilkan karakteristik fisik dan kimia kolagen yang sesuai
standar. Ekstraksi kolagen dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya adalah
menggunakan asam. Asam yang digunakan dalam penelitian ini adalah asam asetat. Ion H +
dari asam asetat berfungsi untuk mengubah struktur serat kolagen sehingga mempermudah
proses ekstraksi (Devi et al., 2017). Semakin tinggi konsentrasi asam asetat maka
ketersediaan ion H+ semakin banyak. Pada konsentrasi ion H+ tertentu akan melarutkan
kolagen secara optimal. Namun konsentrasi ion H + yang berlebihan justru menyebabkan
5
kolagen terhidrolisis lanjut sehingga mempengaruhi kualitas yang lain, seperti terbentuk gel
yang tidak di inginkan dalam proses ekstraksi kolagen. Sehingga diperlukan adanya
pengujian untuk menentukan konsentrasi asam asetat yang terbaik pada proses ekstraksi
kolagen sehingga menghasilkan karakteristik kolagen dari kulit kerbau dengan kualitas sesuai
standar.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh konsentrasi asam asetat terhadap
kolagen dari kulit kerbau dari segi karakteristik fisik seperti rendemen, viskositas, indeks
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah meningkatkan nilai jual limbah kulit
kerbau, menambah difersifikasi bahan baku alternatif produk kolagen, serta pemenuhan
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
2020.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit kerbau sebanyak 5 kg
untuk 20 unit percobaan dengan masing-masing unit percobaan sebanyak 250 gram yang
diperoleh dari tempat pemotongan hewan, asam asetat, aquades, NaCl 1,8 M, larutan NaOH
Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstraktor, mortar, ayakan mesh,
neraca analitik, penjepit, viskometer ostwald, viskometer brookfield, sentrifuge, freeze dryer,
thermometer, pH meter, kain saring, spatula, botol semprot, batang pengaduk, gelas ukur,
pipet volume, pipet tetes, labu takar, gelas kimia, dan tabung reaksi.
Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan konsentrasi asam asetat pada ekstraksi kolagen kulit
kerbau yang mengacu dan memodifikasi metode penelitian yang dilakukan oleh (Gadi et al.,
2017) yaitu 0,25 M untuk P1; 0,50 M untuk P2; 0,75 M untuk P3; dan 1 M untuk P4 dengan
5 kali ulangan sehingga dihasilkan 20 unit percobaan. Data hasil pengujian yang diperoleh
kemudian dianalisis dengan uji Analysis of Variance (ANOVA) dengan taraf signifikansi 5%
dan apabila terdapat perbedaan maka dilanjutkan dengan uji Duncan menggunakan applikasi
SPSS.
7
Hipotesis Statistik
viskositas, kemampuan mengembang, dan suhu denaturasi pada kolagen kulit kerbau.
H0 : µ1=µ2= µ3=4=µ5
H1 : µ1≠µ2≠µ3≠µ4≠µ5
Percobaan diawali dengan penyiapan bahan baku kulit kerbau. Metode yang
digunakan mengacu pada penelitian (Said et al., 2018) yaitu dengan cara kulit kerbau
ditimbang sebanyak 250 gram, kemudian kulit direndam dalam air dengan suhu 70̊ C
dengan cara manual. Lalu, kulit dicuci dengan air mengalir selama 10 menit dan
dilakukan oleh (Noorzai et al., 2020) yaitu dengan cara kulit kerbau direndam dengan
larutan NaOH 0,1 M dengan perbandingan 1:10 w/v selama 6 jam pada suhu kamar
dikeluarkan dan dicuci dengan air mengalir hingga mencapai suhu netral. Penghilangan
lemak dilakukan dengan cara kulit kerbau direndam dengan larutan butil alkohol 10%
selama 18 jam lalu sampel dibilas kembali. Sampel diekstraksi dengan larutan asam
asetat sesuai konsentrasi selama 24 jam pada suhu kamar. Hasil ekstraksi disaring
8
dengan kain saring untuk memisahkan residu dan ekstrak (supernatan). Supernatan
dingin, kemudian disentrifus pada kecepatan 3500 rpm dan suhu 4̊ C selama 20 menit.
Hasil sentrifus didialisis dengan cara melarutkan kolagen di dalam larutan asam asetat
0,5 M (b/v: 1:10), kemudian dimasukkan ke dalam membran selofan. Membran yang
berisi kolagen direndam dalam larutan asam asetat 0,1 M (diulangi 3 kali dengan
larutan asam asetat yang baru). Setelah dua kali dilakukan penggantian larutan asam
asetat, membran yang berisi kolagen direndam di dalam aquades yang diganti setiap 3
jam sampai pH aquades menjadi 5 atau lebih. Kolagen pasca dialisis, diliofilisasi
(freeze drying) selama 12 jam dalam wadah-wadah kecil terpisah yang mudah
dikeringkan.
Metode uji rendemen berdasarkan pada percobaan yang telah dilakukan oleh
(Safithri et al., 2019) yaitu dengan cara nilai rendemen diperoleh dari perbandingan
berat kering kolagen yang dihasilkan dengan berat bahan kulit kerbau sebelumnya.
Metode uji viskositas berdasarkan pada percobaan yang telah dilakukan oleh
(Legowo et al., 2014) yaitu viskositas kolagen diukur dengan cara larutan kolagen
dengan mengukur waktu yang diperlukan kolagen untuk mengalir dalam pipa baris
9
batas atas hingga batas bawah, larutan kolagen pada suhu 40°C dan 60°C, larutan
dimasukkan kedalam vicnometer Ostwald, kemudian dihisap hingga diatas batas atas
pipa kapier dan kemudian dibiarkan mengalir hingga batas bawah yang diakukan
berat jenisnya rumus 1. Setelah mendapatkan densitas dan waktu alir kolagen,
y tx× ρx
Rumus 1 : ρx= Rumus 2 : μ x=
v ts× ρs
Keterangan : Keterangan :
Metode uji suhu denaturasi mengacu pada percobaan yang telah dilakukan
oleh (Nurhayati et al., 2013) yaitu dengan cara pengukuran dilakukan dengan
temperatur dari 25°C sampai 45°C. Temperatur dinaikkan secara bertahap. Temperatur
setengahnya.
3.5.4. Pengujian pH
10
oleh (Fawzya et al., 2016) yaitu dengan cara kolagen kering sebanyak 1 g dilarutkan
digital. Elektroda pada pH meter dicelupkan ke dalam sampel sampai diperoleh angka
DAFTAR PUSTAKA
Anantyarta, P. 2017. Identifkasi variasi genetik kerbau (Bubalus bubalis) pacitan dan tuban
berbasis mikrosatelit. Jurnal Bioeksperimen. 3 (1): 11–28.
Devi, H. L. N. A., Suptijah, P., dan Nurilmala, M. 2017. Efektifitas alkali dan asam terhadap
mutu kolagen dari kulit ikan patin. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. 20 (2):
255–265.
Fabella, N., Herpandi, dan Widiastuti, I. 2018. Pengaruh metode ekstraksi terhadap
karakteristik kolagen dari kulit ikan patin (Pangasius pangasius). Jurnal Teknologi Hasil
Perikanan. 7 (1): 69–75.
Fawzya, Y. N., Chasanah, E., Poernomo, A., dan Khirzin, M. H. 2016. Isolasi dan
karakterisasi parsial kolagen dari teripang gamma (Stichopus variegatus). Jurnal
Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan. 11 (1): 91–100.
Gadi, D. S., Trilaksani, W., dan Nurhayati, T. 2017. Histologi, ekstraksi dan karakterisasi
kolagen gelembung renang ikan cunang (Muarenesox talabon). Jurnal Ilmu dan
Teknologi Kelautan Tropis. 9(2). 665–684.
Legowo, A. M., Pramono, Y. B., dan Juliasti, R. 2014. Pengaruh konsentrasi perendaman
asam klorida pada limbah tulang kaki kambing terhadap kekuatan gel, viskositas, warna
dan kejernihan, kadar abu dan kadar protein gelatin. Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, 7
(1): 32–38.
Noorzai, S., Verbeek, C. J. R., Lay, M. C., and Swan, J. 2020. Collagen extraction from
various waste bovine hide sources. Journal of Waste and Biomass Valorization. 1 (1): 1–
13.
Nurhayati, Tazwir, dan Murniyati. 2013. Ekstraksi dan karakterisasi kolagen larut asam dari
kulit ikan nila (Oreochromis niloticus). J. Kelautan dan Perikanan. 8 (1): 85–92.
Safithri, M., Tarman, K., Suptijah, P., dan Widowati, N. 2019. Karakteristik fisikokimia
kolagen larut asam dari kulit ikan parang-parang (Chirocentrus dorab). Jurnal
Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. 22 (3): 441–452.
Said, Burhan, Tensi, dan Haerawati. 2018. Synthesis of collagen from Bali cattle’s hide using
12
a combination of acid and alkali on the extracting process. Journal of the Indonesian
Tropical Animal Agricultureculture. 43 (3): 247–256.