Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH KONSENTRASI ASAM ASETAT TERHADAP KARAKTERISTIK

KOLAGEN DARI KULIT KERBAU

MAKALAH SEMINAR

Oleh:

NOVIKA WULAN SUCI

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN


DEPARTEMEN PERTANIAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
ii

LEMBAR PENGESAHAN

Judul PKL : PENGARUH KONSENTRASI ASAM ASETAT


TERHADAP KARAKTERISTIK KOLAGEN
DARI KULIT KERBAU

Nama Mahasiswa : NOVIKA WULAN SUCI


Nomor Induk Mahasiswa : 23020117120020
Program Studi : S-1 TEKNOLOGI PANGAN

Disetujui oleh :

Dosen Panitia Dosen Pembimbing

Bhakti Etza Setiani, S. Pt., M.Sc Dr. Sri Mulyani S.Pt., M.P.
NIP. 19811016 200312 2 003 NIP. 19750311 200212 2 001
3

PENGARUH KONSENTRASI ASAM ASETAT TERHADAP KARAKTERISTIK


KOLAGEN DARI KULIT KERBAU

Novika Wulan Suci

Fakultas Peternakan dan Pertanian

ABSTRAK

Ternak kerbau merupakan ternak penyumbang protein hewani setelah ternak sapi.
Konsumsi daging kerbau menghasilkan hasil samping berupa kulit kerbau. Salah satu
pemanfaatan kuit kerbau yaitu dengan mengekstrak kolagen dari kulit kerbau dengan cara
ekstraksi asam. Penelitian ini menggunakan analisis Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan adanya perlakuan perbedaan konsentrasi asam asetat masing-masing perlakuan akan
dilakukan 5 kali pengulangan. Parameter yang diuji adalah rendemen, viskositas, suhu
denaturasi dan pH kolagen kulit kerbau. Data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan
Analysis of variance (ANOVA), jika didapatkan pengaruh pada perlakuan terhadap parameter
yang diuji maka penelitian akan dilanjutkan dengan uji Duncan menggunakan aplikasi SPSS.

Kata Kunci : asam asetat, kolagen. kulit kerbau, suhu denaturasi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kerbau (Bubalus bubalis) merupakan hewan ternak ruminansia besar yang biasa

dimanfaatkan tenaganya oleh manusia untuk membantu kegiatan sehari-hari. Keuntungan

yang diperoleh dari kerbau adalah dengan memanfaatkan tenaga kerbau, produksi susu

kerbau sebagai minuman alternatif yang bergizi selain susu sapi dan kambing, serta daging

yang dimanfaatkan sebagai salah satu sumber makanan alternatif protein hewani karena

mempunyai potensi tinggi dalam penyediaan daging (Anantyarta, 2017). Ternak kerbau

lumpur merupakan salah satu komoditas peternakan di Indonesia yang potensial dalam

menghasilkan daging. Kebutuhan masyarakat akan daging tiap tahunnya terus mengalami
4

peningkatan seiring dengan bertambahnya populasi penduduk Indonesia. Tingginya konsumsi

daging kerbau menghasilkan hasil samping yaitu kulit kerbau. Kulit kerbau biasa

dimanfaatkan untuk bahan non pangan sebagai bahan baku industri tas dan dompet maupun

dikonsumsi sebagai pangan secara langsung. Sedangkan komoditas kulit hewan termasuk

kulit kerbau sebagian besar mengandung protein kolagen yang dapat dimanfaatkan lebih luas

dibidang kesehatan, kosmetik, maupun pangan.

Pada umumnya, kolagen berasal dari bahan baku tulang dan kulit mamalia seperti sapi

dan babi. Namun, bahan baku dari babi tidak dibenarkan bagi pemeluk Agama Islam dan

Yahudi, sementara penggunaan tulang dan kulit sapi menjadi persoalan tersendiri bagi

pemeluk Agama Hindu serta menimbulkan kekhawatiran karena adanya isu penyakit sapi gila

atau mad cow disease (Fabella et al., 2018). Produksi kolagen dalam negeri sendiri sampai

saat ini masih belum optimal. Oleh karena itu, sumber alternatif kolagen harus terus

dikembangkan. Pemanfaatan limbah kulit kerbau sebagai bahan baku kolagen merupakan

salah satu alternatif peningkatan nilai tambah (value-added) hasil samping kulit kerbau.

Berdasarkan latar belakang diatas dan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan sumber

kolagen yang aman, berkualitas dan dapat diterima semua kalangan, maka perlu dilakukan

pengkajian terhadap karakteristik kolagen dari bahan baku kulit kerbau.

Ekstrasi kolagen terbaik dan efisien membutuhkan metode dan penggunaan larutan

pengenstrak yang tepat agar menghasilkan karakteristik fisik dan kimia kolagen yang sesuai

standar. Ekstraksi kolagen dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya adalah

menggunakan asam. Asam yang digunakan dalam penelitian ini adalah asam asetat. Ion H +

dari asam asetat berfungsi untuk mengubah struktur serat kolagen sehingga mempermudah

proses ekstraksi (Devi et al., 2017). Semakin tinggi konsentrasi asam asetat maka

ketersediaan ion H+ semakin banyak. Pada konsentrasi ion H+ tertentu akan melarutkan

kolagen secara optimal. Namun konsentrasi ion H + yang berlebihan justru menyebabkan
5

kolagen terhidrolisis lanjut sehingga mempengaruhi kualitas yang lain, seperti terbentuk gel

yang tidak di inginkan dalam proses ekstraksi kolagen. Sehingga diperlukan adanya

pengujian untuk menentukan konsentrasi asam asetat yang terbaik pada proses ekstraksi

kolagen sehingga menghasilkan karakteristik kolagen dari kulit kerbau dengan kualitas sesuai

standar.

1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh konsentrasi asam asetat terhadap

kolagen dari kulit kerbau dari segi karakteristik fisik seperti rendemen, viskositas, indeks

pengembangan, dan suhu denaturasi.

1.3. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah meningkatkan nilai jual limbah kulit

kerbau, menambah difersifikasi bahan baku alternatif produk kolagen, serta pemenuhan

kebutuhan kolagen dalam negeri sehingga dapat mengurangi impor kolagen


6

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan Fakultas

Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro pada bulan Oktober - November

2020.

3.2. Materi Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit kerbau sebanyak 5 kg

untuk 20 unit percobaan dengan masing-masing unit percobaan sebanyak 250 gram yang

diperoleh dari tempat pemotongan hewan, asam asetat, aquades, NaCl 1,8 M, larutan NaOH

0,1 M, dan larutan butil alkohol 10%.

Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstraktor, mortar, ayakan mesh,

neraca analitik, penjepit, viskometer ostwald, viskometer brookfield, sentrifuge, freeze dryer,

thermometer, pH meter, kain saring, spatula, botol semprot, batang pengaduk, gelas ukur,

pipet volume, pipet tetes, labu takar, gelas kimia, dan tabung reaksi.

3.3. Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak

Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan konsentrasi asam asetat pada ekstraksi kolagen kulit

kerbau yang mengacu dan memodifikasi metode penelitian yang dilakukan oleh (Gadi et al.,

2017) yaitu 0,25 M untuk P1; 0,50 M untuk P2; 0,75 M untuk P3; dan 1 M untuk P4 dengan

5 kali ulangan sehingga dihasilkan 20 unit percobaan. Data hasil pengujian yang diperoleh

kemudian dianalisis dengan uji Analysis of Variance (ANOVA) dengan taraf signifikansi 5%

dan apabila terdapat perbedaan maka dilanjutkan dengan uji Duncan menggunakan applikasi

SPSS.
7

Hipotesis Statistik

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

H0 : Tidak terdapat pengaruh konsentrasi asam asetat terhadap rendemen, viskositas,

kemampuan mengembang, dan suhu denaturasi pada kolagen kulit kerbau.

H1 : Sekurang-kurangnya ada satu pengaruh konsentrasi asam asetat terhadap rendemen,

viskositas, kemampuan mengembang, dan suhu denaturasi pada kolagen kulit kerbau.

H0 : µ1=µ2= µ3=4=µ5

H1 : µ1≠µ2≠µ3≠µ4≠µ5

3.4. Metode Penelitian

3.4.1. Metode Penyiapan Bahan Baku Kulit Kerbau

Percobaan diawali dengan penyiapan bahan baku kulit kerbau. Metode yang

digunakan mengacu pada penelitian (Said et al., 2018) yaitu dengan cara kulit kerbau

ditimbang sebanyak 250 gram, kemudian kulit direndam dalam air dengan suhu 70̊ C

selama 15 menit untuk menghilangkan rambutnya. Setelah itu, rambut dihilangkan

dengan cara manual. Lalu, kulit dicuci dengan air mengalir selama 10 menit dan

dipotong menjadi ukuran 2×3 cm. Kulit kerbau siap diekstraksi.

3.4.2. Metode Ekstraksi Kolagen dari Kulit Kerbau

Metode ekstraksi kolagen dimodifikasi dan mengacu pada percobaan yang

dilakukan oleh (Noorzai et al., 2020) yaitu dengan cara kulit kerbau direndam dengan

larutan NaOH 0,1 M dengan perbandingan 1:10 w/v selama 6 jam pada suhu kamar

untuk menghilangkan komponen non-kolagen dalam kulit. Setelah itu, sampel

dikeluarkan dan dicuci dengan air mengalir hingga mencapai suhu netral. Penghilangan

lemak dilakukan dengan cara kulit kerbau direndam dengan larutan butil alkohol 10%

selama 18 jam lalu sampel dibilas kembali. Sampel diekstraksi dengan larutan asam

asetat sesuai konsentrasi selama 24 jam pada suhu kamar. Hasil ekstraksi disaring
8

dengan kain saring untuk memisahkan residu dan ekstrak (supernatan). Supernatan

dipresipitasi dengan cara menambahkan NaCl 1.8 M selama 12 jam hingga

didadapatkan presipitat kolagen. Presipitat dibiarkan selama 24 jam dalam kondisi

dingin, kemudian disentrifus pada kecepatan 3500 rpm dan suhu 4̊ C selama 20 menit.

Hasil sentrifus didialisis dengan cara melarutkan kolagen di dalam larutan asam asetat

0,5 M (b/v: 1:10), kemudian dimasukkan ke dalam membran selofan. Membran yang

berisi kolagen direndam dalam larutan asam asetat 0,1 M (diulangi 3 kali dengan

larutan asam asetat yang baru). Setelah dua kali dilakukan penggantian larutan asam

asetat, membran yang berisi kolagen direndam di dalam aquades yang diganti setiap 3

jam sampai pH aquades menjadi 5 atau lebih. Kolagen pasca dialisis, diliofilisasi

(freeze drying) selama 12 jam dalam wadah-wadah kecil terpisah yang mudah

dikeringkan.

3.5. Pengujian Parameter

3.5.1. Pengujian Rendemen

Metode uji rendemen berdasarkan pada percobaan yang telah dilakukan oleh

(Safithri et al., 2019) yaitu dengan cara nilai rendemen diperoleh dari perbandingan

berat kering kolagen yang dihasilkan dengan berat bahan kulit kerbau sebelumnya.

Presentase rendemen dapat dihitung dengan cara:

berat kering kolagen


Rendemen (%) = × 100%
berat bahan baku

3.5.2. Pengujian Viskositas

Metode uji viskositas berdasarkan pada percobaan yang telah dilakukan oleh

(Legowo et al., 2014) yaitu viskositas kolagen diukur dengan cara larutan kolagen

dengan konsentrasi 6,67% (b/b) disiapkan dengan aquades kemudian diukur

viskositasnya dengan menggunakan viskometer Ostwald. Penetapannya dilakukan

dengan mengukur waktu yang diperlukan kolagen untuk mengalir dalam pipa baris
9

batas atas hingga batas bawah, larutan kolagen pada suhu 40°C dan 60°C, larutan

dimasukkan kedalam vicnometer Ostwald, kemudian dihisap hingga diatas batas atas

pipa kapier dan kemudian dibiarkan mengalir hingga batas bawah yang diakukan

pencatatan waktu menggunakan stopwatch. Kemudian dilakukan pengukuran berat

jenis gelatin (densitas) dengan menggunakan vicnometer 10 ml, sehingga diperoleh

berat jenisnya rumus 1. Setelah mendapatkan densitas dan waktu alir kolagen,

kemudian dihitung viskositas kolagen menggunakan Rumus 2.

y tx× ρx
Rumus 1 : ρx= Rumus 2 : μ x=
v ts× ρs

Keterangan : Keterangan :

ρx= densitas gelatin ts = waktu alir aquades


y = berat kolagen (g) ρx = densitas kolagen
v = volume kolagen (ml) ρs = densitas aquades
µx = viskositas aquades (1 cp)

3.5.3. Pengujian Suhu Denaturasi

Metode uji suhu denaturasi mengacu pada percobaan yang telah dilakukan

oleh (Nurhayati et al., 2013) yaitu dengan cara pengukuran dilakukan dengan

viskometer Brookfield menggunakan spindel (No. 1) pada kecepatan 60 rpm. kurva

suhu denaturasi diperoleh dengan mengukur viskositas larutan pada beberapa

temperatur dari 25°C sampai 45°C. Temperatur dinaikkan secara bertahap. Temperatur

denaturasi ditentukan sebagai temperatur dimana nilai viskositas berubah menjadi

setengahnya.

viskositas yang diukur−viskositas minimum


fraksi viskositas=
viskositas maksimum – viskositas minimum

3.5.4. Pengujian pH
10

Pengujian pH mengacu dan di modifikasi dari percobaan yang telah dilakukan

oleh (Fawzya et al., 2016) yaitu dengan cara kolagen kering sebanyak 1 g dilarutkan

dalam 20 mL aquades. Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter

digital. Elektroda pada pH meter dicelupkan ke dalam sampel sampai diperoleh angka

yang stabil pada proyektor pH meter.


11

DAFTAR PUSTAKA

Anantyarta, P. 2017. Identifkasi variasi genetik kerbau (Bubalus bubalis) pacitan dan tuban
berbasis mikrosatelit. Jurnal Bioeksperimen. 3 (1): 11–28.

Devi, H. L. N. A., Suptijah, P., dan Nurilmala, M. 2017. Efektifitas alkali dan asam terhadap
mutu kolagen dari kulit ikan patin. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. 20 (2):
255–265.

Fabella, N., Herpandi, dan Widiastuti, I. 2018. Pengaruh metode ekstraksi terhadap
karakteristik kolagen dari kulit ikan patin (Pangasius pangasius). Jurnal Teknologi Hasil
Perikanan. 7 (1): 69–75.

Fawzya, Y. N., Chasanah, E., Poernomo, A., dan Khirzin, M. H. 2016. Isolasi dan
karakterisasi parsial kolagen dari teripang gamma (Stichopus variegatus). Jurnal
Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan. 11 (1): 91–100.

Gadi, D. S., Trilaksani, W., dan Nurhayati, T. 2017. Histologi, ekstraksi dan karakterisasi
kolagen gelembung renang ikan cunang (Muarenesox talabon). Jurnal Ilmu dan
Teknologi Kelautan Tropis. 9(2). 665–684.

Legowo, A. M., Pramono, Y. B., dan Juliasti, R. 2014. Pengaruh konsentrasi perendaman
asam klorida pada limbah tulang kaki kambing terhadap kekuatan gel, viskositas, warna
dan kejernihan, kadar abu dan kadar protein gelatin. Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, 7
(1): 32–38.

Noorzai, S., Verbeek, C. J. R., Lay, M. C., and Swan, J. 2020. Collagen extraction from
various waste bovine hide sources. Journal of Waste and Biomass Valorization. 1 (1): 1–
13.

Nurhayati, Tazwir, dan Murniyati. 2013. Ekstraksi dan karakterisasi kolagen larut asam dari
kulit ikan nila (Oreochromis niloticus). J. Kelautan dan Perikanan. 8 (1): 85–92.

Safithri, M., Tarman, K., Suptijah, P., dan Widowati, N. 2019. Karakteristik fisikokimia
kolagen larut asam dari kulit ikan parang-parang (Chirocentrus dorab). Jurnal
Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. 22 (3): 441–452.

Said, Burhan, Tensi, dan Haerawati. 2018. Synthesis of collagen from Bali cattle’s hide using
12

a combination of acid and alkali on the extracting process. Journal of the Indonesian
Tropical Animal Agricultureculture. 43 (3): 247–256.

Anda mungkin juga menyukai