Anda di halaman 1dari 11

Proses ekstraksi kolagen dari beberapa jurnal

1. Nama Peneliti : (Yanti et al., 2022)


Judul peneliti : AKTIVITAS ANTIOKSIDAN KOLAGEN DARI KULIT IKAN PATIN
(Pangasius sp.) DENGAN ENZIM BROMELIN KASAR KULIT NANAS (Ananas
comosus L.).
Cara kerja :
a. Kulit ikan patin direndam dalam larutan NaOH 0,05 M dengan perbandingan 1:10
selama 12 jam. Larutan alkali diganti 2 jam sekali dengan suhu 4 ⁰ C (proses
dregreasing bertujuan untuk menghilangkan protein non kolagen menggunakan
NaOH) sampel kemudian di cuci dengan akuades hingga pH netral.
b. Proses selanjutnya adalah di hidrolisis dengan menggunakan asam asetat, dengan
merendam sampel dengan asam asetat 1:6 dengan konsentrasi 0,03, 0,05, 0,1 M
selama 1,5 jam sampel disaring dengan kain yang berukuran 25 mikron ( bertujuan
untuk mengubah serat kolagen sehingga mempermudahkan proses ekstraksi/
menghasilkan peptide kolagen).
c. Selanjutnya proses ekstraksi dilakukan dengan pemberian enzim bromelin kasar,
kulit ikan diberi perlakuan akuades di sesuaikan dengan rasio 2:1, kemudian enzim
bromelin kasar ditambahkan pada konsentrasi rancangan beberapa konsentrasi 0;
1,5; 2 (% enzim per substrat) dengan lama waktu ekstraksi 2,3,4 jam kemudian di
inkubasi dengan suhu 30⁰C. setelah ekstraksi sampel di dinginkan pada suhu -20 ⁰
selama 10 menit untuk menon aktifkan enzim. Setelah ekstraksi, e,kstrak disaring
dengan kain ukuran 25 mikron kemudian dikeringkan dengan suhu 18-20⁰C.
Hasil :
a. Sampel kulit ikan yang telah dilakukan proses pembersihan, selanjutnya dilakukan
pengujian proksimat, untuk mengetahui kandungan gizi pada kulit. Kelembapan=
67,22% Abu = 0.16% Protein= 27,95% Lipid = 3,39 %

2. Nama peneliti : (Romadhon et al., 2019)


Judul penelitian : KARAKTERISTIK KOLAGEN DARI TULANG, KULIT, DAN
SISIK IKAN NILA
Cara kerja :
a. Sampel tulang, kulit, dan sisik ikan nila dibersihkan dari kotoran yang menempel,
dipotong-potong menjadi ukuran kecil, kemudian dicuci hingga bersih. Masing-
masing bahan baku (tulang, kulit, dan sisik) direndam dalam larutan NaOH 0,1 M
dengan perbandingan 1:10 (b/v) pada suhu ruang (32±2°C) selama 3x24 jam untuk
menghilangkan protein non kolagen dan lemak (degreasing) dan setiap hari larutan
NaOH diganti baru.
b. Tulang, kulit, dan sisik kemudian dicuci menggunakan akuades hingga pH netral.
Proses ekstraksi kolagen dilakukan dengan cara merendam tulang, kulit, dan sisik
masing-masing dalam larutan CH3 COOH 0,5 M sebanyak 1:10 (b/v) pada suhu
kamar selama 3x24 jam.
c. Hasil ekstraksi disaring menggunakan kain blacu untuk memisahkan residu dan
supernatan. Supernatan dipresipitasi dengan menambahkan NaCl 0,9 M (proses
salting out) selama 24 jam. Presipitat disentrifugasi pada 8000 rpm selama 30 menit
kemudian kolagen dikeringkan menggunakan freeze dryer.
Hasil :
a. Rendemen kolagen pada penelitian ini bernilai 0,53% (tulang), 0,63% (sisik) dan
0,94% (kulit). Hasil randemen secara keseluruhan rendah karena konsentrasi CH3
COOH 0,5 M (sangat rendah) sehingga hasil ekstrak kolagen yang dihasilkan belum
optimal. menurut Naro (2013), proses ekstraksi sampel kulit ikan nila hitam yang
menggunakan konsentrasi asam asetat 0,75 M menghasilkan persentase rendemen
kolagen yang lebih besar (5,96%) artinya makin tinggi kosentrasi larutan asam asetat
yang digunakan, makin banyak kolagen
yang dihasilkan.

3. Nama peneliti : (Ata et al., 2016)


Judul peneliti : Isolasi Kolagen Dari Kulit Dan Tulang Ikan Cakalang (Katsuwonus
pelamis)
Cara kerja :
a. Persiapan bahan baku utama. Pemisahan dari pengotor. Sampel kulit dan tulang
ikan cakalang, kemudian ditimbang sebanyak 50 g.Sampel kemudian dilakukan
penghilangan protein non-kolagen dan pembebasan lemak (degreasing) dengan cara
merendam sampel yang telah dipotong-potong dalam larutan NaOH 0,1 M. Pelarut
NaOH yang digunakan untuk kulit sebanyak 300 ml dan untuk tulang ikan
sebanyak 500 ml. Perendaman ini dilakukan selama 3 x 24 jam dan tiap hari pelarut
NaOH 0,1 M diganti dengan yang baru. Kulit dan tulang dicuci dengan aquades
hingga pH sampel mencapai pH 7.
b. Proses ekstraksi kolagen dilakukan dengan larutan CH3 COOH pada konsentrasi
0,5 M. Pelarut yang digunakan untuk kulit ikan sebanyak 300 ml dan tulang ikan
sebanyak 500 ml dengan waktu inkubasi 3x24 jam. Hasil ekstraksi disaring dengan
saringan plastik untuk memisahkan residu dan ekstrak (supernatan). Supernatan
dipresipitasi dengan cara menambahkan NaCl 0,9 M sehingga didapatkan presipitat
kolagen (proses salting-out).
c. Presipitat dibiarkan selama 24 jam, kemudian disentrifugasi pada 8000 rpm selama
30 menit.
d. Presipitat dan supernatan selanjutnya diliofilisasi (spray draying) selama 30 menit
dipisahkan dalam masing-masing wadah. Sehingga didapatkan kolagen kering.
Hasil :
a. Pada tahap degreasing terjadi perubahan materi secara kimia. Materi yang bereaksi
adalah protein kolagen kulit dan tulang (satu dari tiga asam amino yang
terkandung dalam rantai peptidanya adalah glisin) dengan NaOH, seperti yang
terlihat pada persamaan berikut [21] : NH2 (CH2 )COOH + NaOH NH2
(CH2 )CHOONa + H2.
b. Sebelum terjadi reaksi, asam amino yang terkandung di dalam kolagen (glisin dan
prolin) memiliki daya regang yang kuat. Kolagen yang membentuk heliks disebut
kelompok kolagen. Setelah direndam di dalam larutan NaOH, terjadi reaksi yang
mengakibatkan pilinan heliks menjadi regang pada kulit dan tulang sehingga dapat
mengikat air. Hal ini ditandai dengan struktur yang semula tipis menjadi tebal dan
warna menjadi bening. Perubahan wujud materi yang terjadi berupa perubahan
fisika terjadi perubahan bentuk dan wujud tetapi tidak diikuti perubahan jenis [21].
Tahap ekstraksi dengan asam asetat menyebabkan terjadinya perubahan materi
protein kolagen (asam amino glisin) yang bereaksi dengan CH3 COOH seperti
yang terlihat pada persamaan berikut [21]:
CH3 COONH2 + CH3 COOH CH3 COONH3 + CH3 COO.
c. Setelah proses ekstraksi selesai, dilakukan penyaringan untuk memisahkan filtrat
atau residu, kemudian supernatan/filtrat selanjutnya dipurifikasi kolagennya
dengan cara salting-out menggunakan garam NaCl. Penggunaan garam dengan
konsentrasi yang tinggi akan menyebabkan ditariknya air yang mengelilingi
molekul protein, sehingga protein mengendap sebagai residu kolagen basah.
Selanjutnya dilakukan sentrifugasi pada 8.000 rpm selama 30 menit, supernatan
yang diperoleh didiamkan dalam lemari pendingin selama 1x24 jam untuk
dilakukan liofilisasi. Selanjutnya dengan menggunakan spray dryer diperoleh
kolagen kering. Kolagen kering tersebut selanjutnya dihitung kadar rendamennya
dengan membandingkan berat kolagen kering dengan berat dari sampel awal
hingga diperoleh angka rendamen sebesar 14,48% untuk kulit ikan dan 16,67%
untuk tulang ikan cakalang.

4. Nama peneliti : (Destiana, A. & Sari, 2018)


Judul peneliti : EKSTRAKSI KOLAGEN IKAN MANYUNG DAN IKAN KAKAP
SEBAGAI ALTERNATIF KOLAGEN
Cara kerja :
a. Tulang dan kulit ikan dibersihkan dari sisa daging yang menempel dengan cara
direndam dalam air bersuhu ± 65-70°C selama 15 menit (tulang) dan 10 menit
(kulit) di waterbath, setelah itu dicuci bersih dengan air mengalir. Kulit dan tulang
ikan yang sudah bersih, diletakkan dalam beaker glass terpisah, kemudian
direndam dalam NaCl 0,8 M (1:6) sebanyak dua kali pengulangan untuk
menghilangkan debris yang masih tertinggal. Sampel kemudian dicuci dengan air
mengalir.
b. Sampel yang sudah bersih dari NaCl, direndam dalam NaOH 0,1 M dengan rasio
1:10 (w/v). Perendaman dalam NaOH konsentrasi 0,1 M dilakukan selama 5 jam
pada suhu 4°C. Perendaman dalam NaOH ini bertujuan untuk menghilangkan
substansi non-kolagen dan protease endogenus. Kemudian, kolagen ikan diekstrak
dengan cara merendam sampel di larutan asam asetat 0,5 M dengan rasio 1:15
(w/v) selama 24 jam, lalu disaring menggunakan kertas saring ((Nagai and
Suzuki, 2000), dengan modifikasi).
Hasil :
a. Ekstraksi kolagen dari ikan menggunakan metode perendaman dalam basa
(NaOH) dan asam (CH3 COOH). Kolagen yang direndam dalam NaOH dapat
menghilangkan komponen non kolagen dan menyebabkan kolagen mengembang
(Safithri et al., 2018). Hal ini terjadi karena terciptanya ruang bagi air untuk
menembus matrik jaringan (Jaswir et al., 2011) dan tingginya afinitas kolagen
terhadap air dalam larutan NaOH 0,1 M (Lee et al., 2001), sehingga zat-zat non
kolagen mudah keluar dari bagian dalam kulit (Jaswir et al., 2011).
b. Penggunaan asam asetat dimaksudkan untuk melarutkan kolagen. Ion H+ dari
asam asetat memudahkan air menyi sip ke dalam serat kolagen. Proses ekstraksi
dilakukan pada suhu rendah (4°C) agar kolagen tidak mudah rusak
(terfragmentasi). Kolagen dari ikan mudah dirusak oleh panas karena rendahnya
kandungan hidroksiprolin (Hema et al., 2013).

5. Nama peneliti : (Nurilmala et al., 2020)


Judul artikel : Characterization and Antioxidant Activity of Collagen, Gelatin, and the
Derived Peptides from Yellowfin Tuna (Thunnus albaNurilmala, M., Hizbullah, H. H.,
Karnia, E., Kusumaningtyas, E., & Ochiai, Y. (2020). Characterization and Antioxidant
Activity of Co
Cara kerja :
a. Setelah dibersihkan dengan aquades, kulit dipotong-potong berukuran kurang
lebih 1 × 1 cm.selanjutnya dilakukan proses penghilangan protein non kolagen
yang dilakukan dengan dengan merendam kulit ikan tuna dengan NaOH 0,1 M
dengan perbandingan 1:10 (b/v) pada suhu 4 ⁰C selama 12 jam larutan diganti 2
jam sekali.
b. Kemudian kulit dicuci dengan akuades hingga pH netral mencapai 7, kemudian
direndam dalam butyl alcohol 10% dengan perbandingan 1:10 (b/v) selama 24
jam untuk menghilangkan lemak, dan dinetralkan dengan air suling.
c. Ekstraksi kolagen dilakukan dengan asam asetat 0,75 Mdengan perbandingan
1:10 (b/v) pada suhu 4 ⁰C selama 72 jam. Selanjutnya filtrate disaring dengan
kertas saring untuk mengumpulkan kolagen. Residu yang disaring
diekstraksidengan konsentrasi asam asetat yang sama selama 72 jam.
d. Selanjutnya kolagen diendapkan oleh menambahkan NaCl padat dengan
konsentrasi 1,8 M dan selanjutnya penambahan 0,05 M Tris-HCl (pH 7,5)
dengan perbandingan 1:1 (v/v) dan didiamkan selama 24 jam. Campuran di
sentrifugasi pada 3500 x g pada suhu 4 ⁰C selama 1 jam. Pelet yang yang
diperoleh di sentrifugasi dan di dialysis dengan asam asetat 0,1 M selama 24
jam. Kolagen yang diperoleh disimpan dalam keadaan beku pada suhu -20 ⁰C
Hasil :

pH merupakan factor penting untuk kualitas kolagen dan gelatin. Nilai pH sediaan kolagen ikan
tuna adalah 6,63 yang dapat diterima sesuai rentang pH kolagen standar nasional Indonesia,
yaitu 6,5-8. Warna tidak mempengaruhi kemampuan fungsional produk, namun hal ini tetap
menjadi factor penting karena konsumen akan lebih menyukai produk dengan warna yang lebih
cerah. Tingkat keputihan kolagen ikan tuna adalah 96,69% lebih tinggi dari ikan kakap putih
(61,33-65,41%). Pada penelitian ini terlihat bahwa nilai L* (ringan) dan putihnya gelatin yang
dihasilkan lebih rendah dari kolagen aslinya.

6. Nama peneliti : (Muralidharan & Shakila, 2013)


Judul artikel : Skin, bone and muscle collagen extraction from the trash fish, leather
jacket (Odonus niger) and their characterization
Cara kerja :
a. Kulit, tulang dan otot jaket kulit dipotong secara terpisah menjadi potongan-
potongan kecil dan diolah dengan 0,8 mol/L natrium klorida (NaCl) dengan
perbandingan 1:6 (b/v) selama 10 menit, untuk menghilangkan pengotor. Proses
ini diulangi sebanyak 3 kali dan kemudian dicuci dengan air suling dingin.
Mereka kemudian diolah dengan 0,1 mol/L natrium hidroksida (NaOH) dengan
perbandingan 1:10 (b/v) selama 3 hari untuk menghilangkan protein non-kolagen
dan untuk mencegah efek protease endogen pada kolagen, sesuai dengan
prosedur Sato dkk. (1986a). Larutan NaOH diganti setiap hari dan terakhir dicuci
dengan air suling dingin. Kolagen kemudian diekstraksi menggunakan asam
asetat mengikuti tiga metode berbeda.
b. Metode I, kolagen larut asam (ASC) diekstraksi dua kali menggunakan 10
volume 0,5 mol/L asam asetat selama 3 hari.
c. Metode II, kolagen larut asam pertama kali diekstraksi dan kemudian kolagen
larut pepsin (PSC) diekstraksi dengan penambahan 0,1% (b/v) pepsin
(Laboratorium Hi-Media, Mumbai, India) ke 0,5 mol/L asetat. asam. Pepsin
ditambahkan untuk membelah daerah non-heliks, telopeptida.
d. Metode III, kolagen larut pepsin diekstraksi dua kali. Setelah setiap ekstraksi,
larutan disentrifugasi pada 9.000 g selama 20 menit pada suhu 4 °C. Supernatan
diasinkan menggunakan 2 mol/ L NaCl selama 24 jam pada suhu 4 °C. Kolagen
yang diendapkan disentrifugasi lagi pada 9.000 g selama 20 menit pada suhu 4
°C. Residu ditempatkan dalam kantong membran dialisis-110 (Laboratorium Hi-
Media, Mumbai, India), dan didialisis dengan 0,02 mol/L buffer fosfat (pH 7,2)
selama 24 jam pada suhu 4 °C. Sampel yang didialisis kemudian diliofilisasi
(Martin Christ Lyophilizer, Alpha 1–2 LD Plus, Osterode am Harz, Jerman) dan
dibekukan pada suhu ÿ20 °C untuk analisis lebih lanjut. Hasil kolagen dihitung
berdasarkan kandungan hidroksiprolin dalam kolagen yang diekstraksi terhadap
bahan bakunya.
Hasil :
a. Hasil kolagen yang diperoleh dari kulit, tulang dan otot jaket kulit disajikan
pada Gambar 1. Hasil kolagen yang diperoleh dari jaket kulit bervariasi antara
46,48% hingga 70,94%. Laporan sebelumnya menunjukkan bahwa hasil
kolagen yang diperoleh dari kulit, tulang, sirip dan sisik ikan laut umumnya
berkisar antara 30% hingga 51% (Nagai dan Suzuki 2000b). Hasil total kolagen
diketahui bervariasi menurut jenis ekstraksi. Imbal hasil ASC secara umum
lebih rendah dibandingkan PSC. Oleh karena itu, hasil yang diperoleh dengan
Metode II dan III adalah 3–16% dan 30–45% lebih banyak dibandingkan
Metode I. Montero dkk. (1990) memperoleh 70% hasil ASC dari otot hake dan
trout sementara Yamaguchi et al. (1976) hanya mampu mengekstraksi 55%.
Dalam penelitian kami, hanya 46,48 hingga 50,24% ASC saja yang dapat
diperoleh dari otot jaket kulit.

7. Nama peneliti : (Kusa et al., 2022)


Judul peneliti : KARAKTERISTIK KOLAGEN KULIT TUNA SIRIP KUNING
(Thunnus albacares) PADA WAKTU HIDRO-EKSTRAKSI BERBEDA DAN
POTENSINYA DALAM BENTUK SEDIAAN NANOKOLAGEN
Cara kerja :
a. Preparasi kulit tuna sirip kuning
Kulit ikan tuna ekor kuning yang digunakan berasal dari UKM Kirana Kota
Gorontalo. Kulit dibersihkan dari sisik, daging, serta kotoran yang masih tersisa
kemudian dicuci hingga bersih. Selanjutnya kulit dipotong dengan ukuran
0,5x0,5 cm. Bahan baku kulit ikan tuna kemudian ditimbang bobotnya
menggunakan timbangan digital dan disimpan pada suhu freezing sampai kulit
digunakan.
e. Pretreatment dengan NaOH
Pretreatment mengacu pada metode Wulandari (2016) dengan modifikasi.
Proses pretreatment kulit ikan tuna dengan NaOH bertujuan untuk
mengeliminasi protein non-kolagen, lemak, mineral, pigmen dan odor
(degreasing). Sampel kulit ikan beku terlebih dahulu dilelehkan dengan air
mengalir sebelum digunakan. Kulit ikan yang telah dipreparasi sebelumnya
direndam dalam larutan NaOH 0,05 M selama 6 jam dengan rasio antara kulit
dan larutan NaOH adalah 1:10 (b/v). Larutan alkali diganti sebanyak 3 (tiga)
kali pada selang waktu 2 (dua) jam. Selanjutnya kulit ikan hasil perendaman
dinetralisasi dengan akuades hingga pH netral.
f. Hidrolisis dalam larutan asam asetat
Hidrolisis dalam larutan asam asetat dilakukan berdasarkan metode Wulandari
(2016) dengan modifikasi. Sampel yang telah melalui proses pretreatment
selanjutnya dihidrolisis menggunakan metode ASC (Acid Soluble Collagen)
melalui perendaman sampel dalam larutan asam asetat (CH3COOH). Hidrolisis
dengan larutan asam asetat bertujuan untuk mengubah struktur serat kolagen
sehingga mempermudah proses ekstraksi. Kulit ikan direndam dalam asam
asetat 0,1 M selama 2 jam. Adapun perbandingan antara sampel dengan asam
asetat adalah 1:10 (b/v). Kemudian sampel hasil hidrolisis dinetralkan
menggunakan akuades hingga mencapai pH netral.
g. Hidro-ekstraksi
Hidro-ekstraksi kolagen mengacu pada metode Kolanus et al., (2019) dengan
modifikasi. Kulit ikan hasil hidrolisis asam yang telah dinetralkan kemudian
diekstraksi dengan metode hidroekstraksi menggunakan akuades dengan
perbandingan akuades dan sampel yakni 1:2 (b/v) pada suhu waterbath 40°C.
Proses hidro-ekstraksi dilakukan dengan 3 variasi perlakuan lama waktu
ekstraksi yaitu 1, 3 dan 5 jam. Hasil ekstraksi ini disaring dengan dua lapis kain
tipis untuk mendapatkan filtrat. Filtrat hasil ekstraksi kemudian disentrifuse
selama 30 menit pada kecepatan 6000 rpm. Selanjutnya hasil sentrifugasi
dikeringkan menggunakan oven pada suhu 40°C selama 2x24 jam, untuk
mendapatkan kolagen kering. Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan
dilakukan pengamatan berupa uji fisik dan kimia yang meliputi rendemen,
proksimat dan pH dengan sampel yang sebelumnya telah dikeringkan.
Hasil :
a. Rendemen kolagen Rendemen menunjukkan bagian bahan baku yang dapat
dimanfaatkan dan menjadi suatu parameter yang penting untuk mengetahui nilai
ekonomis, serta keefektifan suatu bahan atau produk. Histogram nilai rendemen
kolagen pada lama waktu hidro-ekstraksi berbeda dapat dilihat pada Gambar 1.
Berdasarkan hasil analisis statistik ANOVA diketahui bahwa perlakuan lama
waktu hidro - ekstraksi berpengaruh nyata (p <0,05) terhadap nilai rendemen
kolagen kulit ikan tuna. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan terdapat
perbedaan nyata antara perlakuan A dengan perlakuan C, namun perlakuan A
dan perlakuan B, serta perlakuan B dan perlakuan C tidak berbeda nyata.
Persentase nilai rendemen kolagen kulit ikan tuna tertinggi terdapat pada
perlakuan C dengan jumlah rendemen 4,69%, sedangkan nilai rendemen
terendah diperoleh pada perlakuan A dengan nilai 3,64%.
,64%. Waktu ekstraksi dapat mempengaruhi jumlah rendemen kolagen yang
dihasilkan, hal ini diduga disebabkan oleh peningkatan waktu hidro-ekstraksi
memungkinkan semakin banyaknya air yang berpenetrasi ke dalam jaringan
kulit ikan yang pada akhirnya memudahkan larutnya kolagen. Hasil yang
didapat pada penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Shon, et al., (2011),
yang melaporkan bahwa terjadi peningkatan jumlah rendemen kolagen kulit
ikan Skate seiring dengan meningkatnya waktu ekstraksi. Hal ini juga sesuai
dengan pernyataan Wang, et al., (2008), yang menyatakan bahwa proses
ekstraksi dapat dipengaruhi oleh waktu ekstraksi karena perpindahan molekul
suatu zat selama proses difusi tergantung pada waktu.

8. Nama Peneliti : (Destiana, A. & Sari, 2018)


Judul peneliti : EKSTRAKSI KOLAGEN IKAN MANYUNG DAN IKAN KAKAP
SEBAGAI ALTERNATIF KOLAGEN
Cara kerja :
a. Tulang dan kulit ikan dibersihkan dari sisa daging yang menempel dengan cara
direndam dalam air bersuhu ± 65-70°C selama 15 menit (tulang) dan 10 menit
(kulit) di waterbath, setelah itu dicuci bersih dengan air mengalir. Kulit dan
tulang ikan yang sudah bersih, diletakkan dalam beaker glass terpisah,
kemudian direndam dalam NaCl 0,8 M (1:6) sebanyak dua kali pengulangan
untuk menghilangkan debris yang masih tertinggal.
b. Sampel kemudian dicuci dengan air mengalir. Sampel yang sudah bersih dari
NaCl, direndam dalam NaOH 0,1 M dengan rasio 1:10 (w/v). Perendaman
dalam NaOH konsentrasi 0,1 M dilakukan selama 5 jam pada suhu 4°C.
Perendaman dalam NaOH ini bertujuan untuk meng hilangkan substansi non-
kolagen dan protease endogenus.
c. Kemudian, kola gen ikan diekstrak dengan cara merendam sampel di larutan
asam asetat 0,5 M dengan rasio 1:15 (w/v) selama 24 jam, lalu disaring
menggunakan kertas saring ((Nagai and Suzuki, 2000), dengan modifikasi).
Hasil :
a. Ekstraksi kolagen dari ikan menggunakan metode perendaman dalam basa
(NaOH) dan asam (CH3 COOH). Kolagen yang direndam dalam NaOH dapat
menghilangkan komponen non kolagen dan menyebabkan kolagen
mengembang (Safithri et al., 2018). Hal ini terjadi karena terciptanya ruang
bagi air untuk menembus matrik jaringan (Jaswir et al., sip ke dalam serat
kolagen. Proses ekstraksi dilakukan pada suhu rendah (4°C) agar kolagen tidak
mudah rusak (terfragmentasi). Kolagen dari ikan mudah dirusak oleh panas
karena rendahnya kandungan hidroksiprolin (Hema et al., 2013). Pengukuran
konsentrasi kola gen terlarut menggunakan metode Bradford. Standar dibuat
dari cam puran larutan CBB (Chomasie Brilliant Blue) dan BSA (Bovine
Serum Albumin). Konsentrasi larutan standar yang digunakan adalah 10-100
ppm. Kurva standar hasil pengukuran larutan standar memiliki nilai R2= 0,977
(Gambar 1). Hasil pengukuran yang dila kukan pada sisik, tulang, dan kulit
ikan Kakap, serta tulang dan kulit ikan Manyung positif menunjukkan adanya
kolagen. Konsentrasi kolagen kulit Manyung, kulit 2011) dan tingginya afinitas
kolagen terhadap air dalam larutan NaOH 0,1 M (Lee et al., 2001).
b. sehingga zat-zat non kolagen mudah keluar dari bagian dalam kulit (Jaswir et
al., 2011). Penggunaan asam asetat dimaksudkan untuk melarutkan kolagen.
Ion H+ dari asam asetat memudahkan air menyisip ke dalam serat kolagen.
Proses ekstraksi dilakukan pada suhu rendah (4°C) agar kolagen tidak mudah
rusak (terfragmentasi). Kolagen dari ikan mudah dirusak oleh panas karena
rendahnya kandungan hidroksiprolin (Hema et al., 2013).
9. Nama peneliti : (Ramdhani & Ariani, 2016)
Judul peneliti : PENGAMBILAN KOLAGEN PADA SISIK IKAN DARI LIMBAH
PABRIK FILLET IKAN MENGGUNAKAN METODE EKSTRAKSI ASAM
Cara kerja :
a. Sisik ikan yang sudah kering ditimbang sebanyak 50 g kemudian dimasukkan
dalam beaker glass 1000 ml. Membuat larutan NaOH 1 M lalu dimasukkan ke
dalam beaker glass yang berisi sisik ikan 50 gr dengan perbandingan sisik
ikan dan larutan NaOH 1 M 1:10 (w/v). Rendam sisik ikan dalam larutan
NaOH 1 M selama 24 jam. Setelah 24 jam perendaman, sisik ikan dipisahkan
dari larutan NaOH. Sisik ikan dibersihkan menggunakan aquades 200 ml.
Prosedur mencuci dengan aquades dilakukan sebanyak 3x hingga pH netral.
b. Sisik ikan dengan direndam dengan asam asetat 0,5 M; 1 M; 1,5 M.
Perbandingan berat sisik ikan dan volume asam asetat yaitu 1:8 (w/v) pada
suhu 4°C selama 3, 5 dan 7 jam. Larutan ekstrak kemudian dipisahkan dari
rafinatnya (residu ekstraksi). Rafinat (residu ekstraksi) lalu ditimbang untuk
ekstraksi ulang agar mendapat hasil yang maksimal dengan kondisi yang
sama. Larutan ekstrak yang didapatkan dari ekstraksi ulang kemudian
digabungkan dengan larutan ekstrak dari ekstraksi pertama. Larutan ekstrak
yang didapatkan ditambahkan garam NaCl 0,9 M (lihat appendiks b ha laman
1). Kemudian larutan diaduk hingga homogen dan akan terbentuk gumpalan
putih dalam larutan, lalu diamkan sampai tidak terbentuk gumpalan lagi.
Gumpalan yang terbentuk tersebut merupakan kolagen basah. Kolagen basah
didapatkan dengan disaring menggunakan kertas saring. Kolagen basah dicuci
menggunakan aquades 100 ml. Prosedur mencuci dengan aquades dilakukan
sebanyak 3x hingga pH netral. Pengeringan menggunakan suhu ruang dengan
cara didiamkan.

Hasil :

10. Nama peneliti : (Kuwahara, 2021)


Judul peneliti : Extraction of Type I Collagen from Tilapia Scales Using Acetic Acid and
Ultrafine Bubbles
Cara kerja :
a. Larutan asam asetat (5 L, 0,1 M atau 0,5 M) ditambahkan ke 125 g sisik nila,
dan sisik yang direndam kemudian disimpan pada suhu 25 °C selama 12 jam,
selama itu tidak dilakukan pengadukan mekanis atau perlakuan aerasi gas.
Timbangan tersebut kemudian disuplai dengan O 2 , CO 2 , atau O 3 dalam
bentuk gelembung ultrahalus pada laju aliran gas 3 L/menit selama 6
jam. Setiap sampel dipantau setiap jam hingga 6 jam pada suhu 25 °C. Kubus
ozon, SK-W005L, diproduksi oleh Shoken Corporation (Hiroshima, Jepang)
digunakan untuk menghasilkan ozon. Selain itu, gelembung ultrahalus
dihasilkan menggunakan bubbler ultrahalus model desktop kecil (0,1 kW) yang
diproduksi oleh ZEC FIELD.INC (Fukuoka, Jepang). Untuk memisahkan
timbangan dari larutan setelah reaksi, penyaringan alami dilakukan dengan kain
bukan tenunan yang biasa digunakan untuk penyiapan makanan. Sampel filtrat
segera disimpan pada suhu −20 °C dan kemudian dianalisis setelah dicairkan.

Hasil :
a. Dalam percobaan ini, kolagen tipe I diekstraksi dari sisik ikan nila dengan
menggelembungkan gelembung ultrahalus yang terdiri dari tiga gas terpisah
(O 2 , CO 2 , dan O 3 ) ke dalam larutan asam asetat. Oleh karena itu,
dikembangkan metode sederhana, ringan, hemat biaya, dan ramah lingkungan
untuk mengekstraksi kolagen tipe I dari sisik ikan nila yang tidak dapat
dimakan, yang memperoleh hasil kolagen sebesar 1,58% setelah 5 jam.

Anda mungkin juga menyukai