Diajukan oleh :
TUTIK MARIYATI
15022026
FAKULTAS AGROINDUSTRI
2017
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun Oleh:
TUTIK MARYATI
NIM : 15022026
Yogyakarta, Juli 2017
Disetujui Oleh
Dr. Ir. Sri Hartati Candra Dewi, M.Si. Dr. Ir. Sundari M.P
NIDN.0519056201 NIP.1965081219940332001
PENGARUH PERSENTASE BAHAN FATLIQUORING TERHADAP MUTU
FISIK KULIT KELINCI SAMAK BULU
TUTIK MARYATI
15022026
INTISARI*
iii
PENDAHULUAN
Latar Belakang
1
2
tenunan serabut kolagen yang semula labil menjadi lebih stabil dan tahan terhadap
pengaruh fisik, kimia dan biologi (Covington et al., 2010). Penggunaan bahan
penyamak sangat tergantung dari tujuan akhir produk yang diinginkan, karena
bahan penyamak akan menentukan hasil akhir dari suatu produk.
Menurut Fischer et al. (2012) bahwa tingkat kualitas fisik kulit salah
satunya dipengaruhi oleh faktor pemberian minyak ( fatliquoring) dalam proses
akhir penyamakan. Fatliquoring merupakan proses peminyakan pada kulit dengan
menggunakan bahan fatliquor yang bertujuan antara lain untuk melumasi serat –
serat kulit agar kulit menjadi tahan tarik dan tahan getar, menjaga serat kulit agar
tidak lengket satu dengan yang lainnya, membuat kulit tahan air, agar kulit lebih
lunak dan lemas. Berdasarkan kebutuhan industri penyamakan kulit dan
masyarakat peternak kelinci maka dilakukan penelitian pada pengaruh persentase
bahan fatliquoring yang sangat diperlukan untuk kelemasan kulit kelinci samak
bulu terhadap mutu fisik kulit jaket.
3
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Materi Penelitian
Bahan
Bahan utama penelitian adalah 15 lembar kulit kelinci lokal mentah awet garaman
dengan berat total 3200 gram panjang 30 cm dan lebar 26 cm yang diperoleh dari
pedagang sate di Godean, Sleman Yogyakarta. Bahan kimia penyamakan kulit
yang dipakai meliputi peramit ml, sodium bikarbonate ( soda kue), preventol cr,
4
preventol zl, feliderm bate 1, hustapol nd, novaltan pf, garam, asam formiat,
bayclin, chromosal b, novaltan map , catalik gs, tanigan pr, bahan fatliquoring.
Alat yang digunakan antara lain timbangan analitik, baumeter, BCG indicator,
kertas pH, penggaris, penyemprot air, gelas plastik, sikat plastik, kuda–kuda kayu
dan bambu. Mesin yang digunakan meliputi mesin stacking, mesin buffing, drum
trial dan mesin toggle.
Metode Penelitian
Tanning ( Penyamakan )
1. Ageing (pemeraman). Dilakukan dengan cara kulit ditiriskan pada kuda – kuda
selama semalam untuk menyempurnakan proses tanning.
3. Wetting back (pembasahan kembali). Tujuan agar kulit basah kembali dan
membersihkan sisa debu buffing yang menempel. Dilakukan pada drum
stainlestel dengan menambahkan 200% air, 2% bayclin dan drum diputar
selama 120 menit kemudian dicuci sampai bersih..
a. Uji kuat tarik kulit (N/mm²) : Pengujian dilakukan dengan cara sampel kulit
ditarik dengan kecepatan tertentu hingga mencapai gaya yang diinginkan atau
hingga sampel kulit putus (Anonim, 2012).
b. Uji kemuluran kulit (%) : Pengujian dilakukan dengan cara sampel kulit ditarik
sampai putus dibagi dengan panjang semula, dinyatakan dalam persen
(Anonim, 2012).
c. Uji kelemasan (mm) : pengujian dilakukan dengan cara sampel kulit dijepit
dengan kuat pada batang silindris dengan masa tertentu ditarik kebawah
dengan kecepatan tertentu. Sampel kulit mengalami peregangan (distantion)
dan dicatat hasilnya (Anonim, 2012).
d. Uji kekuatan sobek (N/mm) : dilakukan dengan cara sampel kulit yang
berbentuk segi empat disobek sebagian pada salah satu sisinya dan ditarik
sehingga sobekan diteruskan dari ujung celah. Gaya rata-rata yang diberikan
selama pemisahan sampel cuplikan direkam hasilnya (Anonim, 2013).
Analisis Data
Tabel 1. Hasil uji kuat tarik kulit kulit kelinci samak bulu(N/mm2)
pengulangan Perlakuan
(presentase faliquoring)
5% 10% 15% 20% 25%
1 7,85 31,79 16,89 16,28 12,36
2 10,56 48,07 18,3 18 8,81
3 11,06 21,75 18,29 19,88 10,86
rerata 9,82a 33,87a 17,83a 18,05a 10,68a
Keterangan :*Superskrip yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata (P<0,05).
Hasil analisis variansi uji jarak DMRT untuk kuat tarik terhadap
penggunaan bahan fatliquoring dengan persentase 5% ( P1), 10% (P2), 15% (P3),
20% (P4), 25% (P5) menunjukkan bahwa perlakuan bahan fatliquoring
10
berpengaruh nyata (P<0,05) pada kualitas fisik uji kekuatan tarik kulit kelinci
samak bulu tetapi tidak berbeda nyata antar perlakuan. Hasil rata-rata angka
kekuatan tarik dan SNI yang berbeda. SNI yang digunakan mengacu pada
SNI4593-2011 kulit jaket kambing/domba dikarenakan SNI jaket kelinci belum
ada. Nilai SNI untuk kekuatan tarik kelinci minimal 14 N/mm 2. Hasil rata- rata
menunjukkan pada perlakuan fatliquoring 5% dan 25% berbeda dan tidak
memenuhi SNI 4593-2011, sedangkan perlakuan fatliquoring 10%, 15%, 20%
memenuhi SNI 4593-2011dan berbeda. Perbedaan ini disebabkan karena adanya
perbedaan interaksi serat kulit dengan bahan fatliquoring disetiap perlakuan dan
perbedaan persentase bahan fatliquoring yang digunakan.Gina et al. (2016)
menyatakan bahwa interaksi antara bahan fatliquoring dengan asam amino pada
triple helix kolagen berlangsung cukup sempurna sehingga menyebabkan rongga-
ronga pada triple helix kolagen terlumasi oleh minyak. Pendapat ini diperkuat
oleh Kasmudjiastuti et al. (2016) bahwa derajat ikat silang serat kolagen yang
berbeda akan menghasilkan kekutan tarik yang berbeda. Derajat ikat silang
kolagen tinggi akan menghasilkan kulit dengan kekuatan tarik tinggi namun
ketahanan sobek dan kemuluran yang rendah, jika derajat ikat silang kolagen
rendah, molekul-molekul minyak dalam proses peminyakan akan mudah masuk
kedalam sela-sela serat kolagen. Hal ini menyebabkan kekuatan tarik yang rendah,
namun kekuatan sobek dan kemuluran tinggi yang disebabkan molekul-molekul
minyak berfungsi sebagai pelumas yang membuat pergeseran serat satu dengan
yang lainnya menjadi mudah dan tidak menimbulkan kerusakan.
Kemuluran Kulit
Kemuluran kulit adalah pertambahan panjang pada saat cuplikan kulit
ditarik sampai putus dibagi dengan panjang semula, dinyatakan dalam persen.
Alat uji kemuluran kulit adalah tensile strength. Tujuan dilakukan uji kemuluran
kulit adalah untuk mengetahui persentase pertambahan panjang kulit yang ditarik
dengan beban tertentu sampai perpanjangan putus. Perpanjangan cuplikan kulit
ditunjukkan pada jarak antara penjepit atau sensor tepat saat putus (Anonim,
2012). Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pengaruh persentase
bahan faltiquoring pada kulit kelinci samak bulu diperoleh nilai kemuluran yang
dipaparkan pada Tabel 2.
Keterangan :*Superskrip yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata (P<0,05).
Berdasarkan Tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa hasil analisis uji jarak
berganda DMRT untuk kemuluran kulit dengan penggunaan bahan fatliquoring
menunjukkan nilai kemuluran kulit pada penggunaan 5 % (P1) bahan fatliquoring
yaitu 129,4% penggunaan 10% (P2) bahan fatliquoring 173,54%, penggunaan
15% (P3) bahan fatliquoring 175,44%, penggunaan 20% (P4) bahan fatliquoring
154,01% dan penggunaan 25% (P5) bahan fatliquoring 107,95% satu sama lain
berpengaruh (P<0,05) nyata. Rata-rata kemuluran kulit berbeda nyata pada semua
perlakuan. Perbedaan hasil pada semua perlakuan dikarenakan oleh perbedaan
persentase bahan fatliquoring yang digunakan pada proses peminyakan. Nilai
perlakuan hasil uji kemuluran pada penelitian ini mengacu pada standar
12
persyaratan SNI 4593-2011 tentang Kulit Jaket Domba /Kambing karena SNI
jaket kelinci belum ada dan hasil melebihi SNI. Persyaratan kemuluran kulit SNI
4593-2011 tentang Kulit Jaket Domba /Kambing maksimal 60%. Hasil rata-rata
diatas SNI dan angka kekuatan tarik yang berbeda pula. Perbedaan ini disebabkan
karena adanya penambahan bahan fatliquoring pada proses peminyakan yang
mampu terdistribusi merata pada serabut kulit sehingga memberikan nilai
kemuluran tinggi. Nilai kemuluran kulit yang tinggi disebabkan oleh hilangnya
elastin mulai dari proses pengawetan hingga penyamakan.
Kelemasan Kulit
Hasil penelitian standar uji fisik kelemasan fur kelinci mengacu pada SNI
4593-2011 tentang Kulit Jaket Domba/Kambing. Persyaratan mutu fisik
kelemasan untuk bahan jaket dari kulit domba/kambing 5,0-7,5 mm. Dari nilai
kelemasan tersebut diatas, perlakuan bahan fatliquoring 10% (P2) dan 20% (P4)
memenuhi SNI 4593-2011 dan perlakuan bahan fatliquoring5% (P1) , 15% (P3)
dan 25% (P5) tidak memenuhi SNI 4593-2011.
15
Tabel 4.Hasil uji kekuatan sobek kulit kelinci samak bulu( N/mm)
pengulangan Perlakuan
(presentase fatliquoring)
5% 10% 15% 20% 25%
1 35,49 6,64 18,25 7,99 38,60
2 34,31 10,31 29,03 12,96 38,26
3 27,50 11,09 24,89 15,42 33,01
rerata 32,43c 9,35a 24,05bc 12,5ab 36,62c
Keterangan : *Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan
perbedaan yang nyata (P<0,05).
Hasil analisis variansi uji DMRT pada Tabel diatas, dapat dijelaskan
bahwa hasil rerata penggunaan 5% (P1) bahan fatliquoring yaitu 32,43 N/mm,
penggunaan15% (P3) bahan fatliquoring 24,05 N/mm, penggunaan 25 % (P5)
bahan fatliquoring 36,62 N/mm adalah satu sama lain berpengaruh (P<0,05) dan
berbeda nyata antar perlakuan, tetapi nyata lebih tinggi dibandingkan dengan
penggunaan 10% (P2) bahan fatliquoring yaitu 9,35 N/mm dan penggunaan 20%
(P4) bahan fatliquoring 12,5 N/mm. Perlakuan P1, P2, P3, P4 dan P5 pada
kekuatan sobek berbeda nyata satu sama lain.
16
Hasil rerata kekuatan sobek diatas SNI dan angka yang berbeda pula. Hasil
penelitian mengacu pada SNI 4593-2011 tentang Kulit Jaket Domba/Kambing
karena SNI kekuatan sobek kelinci belum ada. Persyaratan mutu fisik kekutan
sobek untuk bahan jaket dari kulit domba/kambing minimal 12,5 N/mm. Dari nilai
kuat sobek tersebut di atas, pada perlakuan 5% (P1) bahan fatliquoring dihasilkan
nilai 32,43 N/mm, perlakuan 15% (P3) bahan fatliquoring 24,05 N/mm, perlakuan
20% (P4) bahan fatliquoring 12,5 N/mm dan perlakuan 25% (P5) bahan
fatliquoring 36,62 N/mm memenuhi SNI 4593-2011 dan perlakuan 10 % (P2)
bahan fatliquoring 9,35 N/mm tidak memenuhi SNI 4593-2011.
Hal ini disebabkan karena perbedaan penggunaan persentase bahan
fatliquoring yang digunakan pada proses fatliquoring yang memberikan pengaruh
berbeda terhadap kekuatan sobek kulit fur kelinci.Perbedaan penggunaan bahan
fatliquoring mengakibatkan perbedaan terjadinya interaksi serat kulit dengan
bahan fatliquoring disetiap perlakuan. Persentase bahan fatliquoring yang tepat
akan menghasilkan kekuatan sobek kulit yang sesuai SNI.
O’Flaherty et al. (1978) menyatakan bahwa konsentrasi yang kurang tepat
akan menyebabkan kekuatan fisik kulit menurun. Hal ini karena emulsi minyak
yang terjadi tidak sempurna sehingga kekuatan fisik (sobek) turun. Nurdiansyah
(2012), berpendapat bahwa emulsi minyak mampu melapisi kulit tersamak
menjadi kompak dan kulit tidak mudah sobek dan bahan penyamak khrom juga
dapat mempengaruhi kualitas kulit tersamak (Nurlisa et al., 2015).
Kesimpulan
Saran
Bagi para penyamak kulit kelinci untuk menggunakan bahan fatliquoring
dengan persentase 20% sebagai persentase optimum pada perbaikan mutu fisik
kulit jaket kelinci samak bulu.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2012. Metode Uji Fisis dan Mekanis Penentuan Kuat Tarik dan
Kemuluran Kulit.SNI ISO No 3376-2012. Badan Standarisasi Nasional.
RI. Jakarta.
Anonim. 2012. Metode Uji Fisis dan Mekanis Penentuan Kelemasan Kulit.SNI
ISO No 17235-2012. Badan Standarisasi Nasional. RI. Jakarta.
Anonim. 2013. Metode Uji Fisis dan Mekanis Penentuan Kuat Sobek Kulit bagian
Sobek Satu Pinggiran. SNI ISO No 3377-1: 2013. Badan Standarisasi
Nasional. RI. Jakarta.
Covington, D.A . Song. L., Suparno. O., Koon. H.E and Collins, M.J. 2010.Link
Lock An Explanation Of The Chemical Stabilisation Of Collagen. Word
Leather. 23 ( 5) : 35-43
Covington, D.A. 2009. Tanning Chemistry :The Science of Leather. Royal Society
of Chemistry. Cambridge. United Kingdom.281 p.
Dimas, F.A., D. S. Sutardjo. Dan K. Suradi. 2013.Pengaruh Penggunaaan Jenis
Asam Pada Proses Pickle Terhadap Kualitass Kimia Kulit Kelinci
18
Peranakan New Zealend White. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak.
Universitas Pajajaran. Bandung. Vol. 10 : 1-12.
Fisher, C., Izquierdo, F., Mahner, P., Drexler, J., Reetz, I.,dan Segur, R. 2012.
Fatliquoring from a viewpoint of sustainability. In Proceeding XXXI
Congress of The International Union Leather of Thechnologists Chemist
(IULTCS). Valencia , Spain: IULTCS
Gina, U.D., I. Ratna, W. Ima. 2016. Pengaruh Penggunaan Minyak Ikan Tersulfit
Terhadap Nilai Kelemasan Dan Kualitas Kulit Ikan Pari Mondol
Tersamak. Jurnal Saintek Perikanan. Universitas Diponegoro. Semarang.
Vol 12 (1) : 24-29
Mustakim. 2009. Pengaruh Penggunaan Kuning Telur Ayam Ras Dalam Proses
Peminyakan Terhadap Kekuatan Tarik, Kemuluran, Penyerapan Air, Dan
Kekuatan Jahit kulit Cakar Ayam Pedaging Samak Kombinasi ( Krom-
Nabati). Jurnal Ilmu Dan Teknologi Hasil Ternak. Universitas
Brawijaya. Malang. Vol. 4 (1) : 18-26.
O’Flaherty, F., W.T. Roddy, and R.M. Lollar. 1978. The Chemistry and
Technology of Leather. Vol 1. Reinhold Publishing Co. New York.
Dan Plastik. Balai Besar Kulit Karet Dan Plastik. Yogyakarta. 28(2):
105-111.
Raharjo, Y.C. 2004. Prospek, Peluang dan Budidaya Ternak Kelinci Dalam
Peningkatan Gizi Masyarakat Mendukung Ketahanan Pangan. Prosiding
Semina Ternak Kelinci. Bandung.3 : 132-140.
Tuck, D.H. 1983. Oils and Lubricants Used On Leather. The Leather
Conversation Centre. Northampton. England.