Anda di halaman 1dari 8

Vol x(x) (year): xx-xx

DOI: http://dx.doi.org/10.24235/sc.educatia.vxix.xxxx

SCIENTIAE EDUCATIA: JURNAL PENDIDIKAN SAINS

http://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/sceducatia

Pemanfaatan Kulit Kerbau (Bubalus Bubalis) sebagai bahan baku Pembuatan Kerupuk di
Desa Trusmi Wetan Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon
Egina Bumiartia*, Silvi Kanawati Bautypio A.Pb
a Tadris Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,Institut Agama Islam Syekh Nurjati Cirebon, Indonesia
b Tadris Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Institut Agama Islam Syekh Nurjati Cirebon, Indonesia

*Corresponding author: [ Calisto MT 9]. E-mail addresses: bumiartiegina@gmail.com


article i nfo abstract
Article history: This ethnozoological observation was in the form of direct observation
Received: dd mm yyyy of the community making Buffalo Leather Rambak Crackers in Trusmi
Received in revised form: dd mm
Wetan Village. The purpose of implementing this ethno-zoology is to
yyyy
Accepted: dd mm yyyy find out and understand the use of buffalo skin by creating products
Available online: dd mm yyyy from the local community. The method used in observation is by
observation, interviews and literature review followed by consultations
Keywords: related to the use of internet media to carry out online sales.
Keyword 1
Keyword 2
Keyword 3
Keyword 4

Keywords consist of 3-5 words or


phrases.

2023 Scientiae Educatia: Jurnal Pendidikan Sains

1. Introduction
Kerupuk kulit merupakan salah satu makanan yang terbuat dari kulit kerbau sehingga kerupuk
kulit merupakan produk pangan olahan daging yang banyak diusahakan dalam skala rumah tangga di
daerah Cirebon, khususnya di daerah Trusmi Wetan dan banyak digemari oleh masyarakat, tidak saja
di Cirebon tapi juga di daerah lainnya. Kerupuk ini mempunyai nilai estetika rasa dan kerenyahan yang
disukai oleh banyak orang. Selain sebagai makanan ringan, kerupuk kulit dikonsumsi sebagai lauk
pelengkap. Hal ini dikarenakan kerupuk kulit merupakan salah satu jenis kerupuk olahan makanan asli
Indonesia (Zainal dkk,2019).
Desa Trusmi Wetan terdapat salah satu usaha yang memproduksi kerupuk kulit sejak tahun
2000 yaitu usaha pembuatan kerupuk kerbau. Usaha kerupuk kulit merupakan proses pengolah kulit
kerbau menjadi produk kerupuk kulit. Pada pengolahan kerupuk kulit sangat strategis untuk
meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat dan usaha kerupuk kerbau memang sudah turun
temurun berasal dari nenek moyang.
Nilai tambah merupakan penambahan suatu nilai produk sebelum dilakukan proses produksi
dan setelah dilakukan proses produksi. Pada pengolahan kulit kerbau menjadi kerupuk kulit adalah
untuk meningkatkan keawetan kulit kerbau sehingga layak untuk dikonsumsi agar dapat memperoleh
nilai jual yang tinggi dipasaran. Dengan adanya kegiatan usaha pengolahan kulit kerbau menjadi

1
kerupuk kulit yang mengubah bentuk dari produk primer menjadi produk baru yang lebih tinggi nilai
ekonomisnya setelah melalui proses produksi, maka akan dapat memberikan nilai tambah dan
keuntungan yang lebih besar bila dibandingan tanpa melalui proses produksi. Adapun tujuan
penelitian ini Untuk mengetahui besar nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan kerupuk kulit
kerbau di Desa Trusmi Wetan Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon.
2. Method
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2023 di Desa Trusmi Wetan, Kecamatan Plered
Kabupaten Cirebon. Desa Trusmi Wetan termasuk wilayah Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon
dengan luas wilayah 56,5 Ha. Yang berjarak tempuh ibu kota kecamatan 2 Km dengan waktu tempuh
10 menit dan dari ibu kota kabupaten 8 Km dengan waktu tempuh 30 menit.
Adapun tempat yang dijadikan objek penelitian yaitu rumah seorang produksi kerupuk kerbau yaitu
Bapak Ahmad dan Ibu Nengsih yang terletak di Desa Trusmi Wetan, Kecamatan Plered, Kabupaten
Cirebon.

Gambar 1.Tempat penelitian rumah produksi kerupuk kerbau Desa Trusmi Wetan,
Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon
Prosedur
Observasi
Penelitian ini melibatkan prosedur yang disertai dengan metode observasi dan wawancara.
Metode observasi ini dilakukan dengan cara merekam dan mencatat hal-hal dengan tema penelitian
yaitu berkaitan dengan pemanfaatan kulit kerbau sebagai bahan baku pembutaan kerupuk. Metode
observasi ini dilakukan pada lokasi rumah produksi kerupuk kerbau di Desa Trusmi Wetan, Kabupaten
Cirebon. Setelah dilakukannya metode observasi, maka didapatkan data primer sebagai data
penelitian yang selanjutnya akan dianalisis kualifikasi deskriptif.
Wawancara
Selain menggunakan metode observasi, penelitian kali ini juga menggunakan metode wawancara.
Dimana pada metode wawancara ini melibatkan seorang narasumber sebagai informan dalam
penelitian ini yang membantu penulis untuk memperoleh data yang lebih valid sesuai dengan
pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh Narasumber yang ahli di bidang pembuatan kerupuk
kerbau. Metode wawancara ini tentunya dilakukan dirumah narasumber yaitu dirumah Bapak Ahmad
dan Ibu Nengsih sebagai tempat Pembuatan Kerupuk kerbau. Pada Metode ini, diajukan beberapa
pertanyaan sesuai dengan tema penelitian yaitu mengenai proses pembuatan Kerupuk kerbau.
Kajian Literatur
Setelah dilakukannya observasi dan wawancara, prosedur selanjutnya yaitu dilakukan kajian
pustaka untuk mendukung data observasi dan wawancara yang telah didapatkan. Metode kajian

2
pustaka ini mengacu pada hasil penelitian-penelitian sebelumnya yang valid dan relevan dengan tema
penelitian yang ada yaitu Pemanfaatan kulit kerbau (Bubalus bubalis) sebagai bahan baku pembuatan
kerupuk. Kulit kerbau yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan kerupuk rambak kulit dapat
diambil dari lapisan kulit yang berbeda, yaitu stratum papilare danstratum retikulare, seperti pada
penelitian Sabtu, Soemitro dan Soeharjono (2000),bahwa sifat fisik, kimia dan organoleptic kerupuk
rambak kulit kerbau yang dibuat dari stratum papilare sama dengan stratum retikulare.
Huda et al (2015) menjelaskan bahwa kerupuk rambak kulit kerbau masih mempunyai
kandungan protein yang cukup tinggi dan asam amino terbanyak adalah glisin. Kandungan protein
kerupuk rambak kulit kerbau lebih tinggi daripada daging tetapi kualitas proteinnya lebihrendah
dibandingkan dengan daging.
Masyarakat Indonesia biasa mengkonsumsi kerupuk karena rasanya yang gurih dan cocok
dipasangkan dengan makanan apa saja. Hal ini menyebabkan munculnya banyak produsen kerupuk di
Indonesia. Tidak hanya memproduksi satu jenis kerupuk saja, namun juga beraneka jenis kerupuk
lainnya yang tentunya rasa dan bahan baku disesuaikan dengan lidah masyarakat Indonesia. Salah satu
kerupuk yang dikenal masyarakat adalah kerupuk kulit atau kerupuk rambak Kerupuk rambak sendiri
tidak jauh berbeda dengan jenis kerupuk lainnya (Heryyanto, A.,2018).
Salah satu olahan makanan dari kulit kerbau adalah kerupuk kulit atau biasa disebut dengan
kerupuk rambak.Kerupuk kulit/rambak merupakan produk makanan ringan yang terbuatdari kulit
kerbau yang telah diawetkan, dibersihkan kulitnya,direbus, dikeringkan dan diberi bumbu untuk
membuat kerupuk kulit mentah kemudian digoreng hingga menjadi kerupuk kulit yang siap
dikonsumsi(Ulia,H,dkk,2022).
Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis kualitatif secara deskriptif. Dimana data
yang dihasilkan dari kegiatan observasi dan wawancara yang telah dilakukan, kemudian akan diolah
dan dianalisis secara deskriptif dengan menggambarkan data yang ada melalui uraian kata yang
didukung dengan pengetahuan dan pengalaman dari narasumber, penulis, dan juga didukung dengan
hasil penelitian-penelitian terdahulu yang relevan sehingga menghasilkan hasil penelitian yang
kompleks yang berkaitan dengan tema penelitian yang sedang dibahas.

Result and Discussion


Pengertian kerupuk
Kerupuk atau krupuk adalah makanan ringan yang dibuat dari adonan tepung tapioka
dicampur bahan perasa seperti udang dan ikan. Sebutan kerupuk dibeberapa Negara antara lain
krupuk/kerupuk/kropoek di Indonesia,keropok di Malaysia, Kropek di Filiphina,bánh phông tôm di
Vietnam merupakan makanan ringan (snack) di beberapa negara Asia (Anonymous, 2010).
Kerupuk merupakan salah satu jenis makanan ringan yang mengalami pemuaian volume
sehingga membentuk produk berpori dan tampak menggelembung saat digoreng , sedangkan kerupuk
kulit merupakan produk sampingan dari olahan kulit hewan. Bahan baku pembuatan kerupuk adalah
kulit segar. Kulit segar yang dimaksudkan untuk menghasilkan kerupuk kulit sebaiknya kulit tebal yang
dipisahkan dari lemak dan daging . Pengolahan kerupuk dapat dilakukan dengan cara digoreng,
disangrai , dan menggunakan microwave (Erwanto, Y, dkk,2016).
Kerupuk dengan tambahan bahan pangan hewani, seperti kerupuk udang yang berbahan
tepung bercampur udang, keru-puk ikan dan kerupuk rambak kulit. Sedangkan kerupuk kulit atau yang
dikenal dengan nama kerupuk rambak adalah kerupuk yang tidak dibuat dari adonan tepung tapioka,
mel-ainkan dari kulit sapi, kerbau, kelinci, ayam atau kulit ikan yang dikeringkan (Adiansyah dkk,2022).

3
Rambak adalah makanan cemilan yang banyak didapat disetiap daerah, bentuknya khas dan
renyah cocok untuk lauk ketika makan ataupun ketika dijadikan makanan cemilan (Cahyono dkk,2022).
Kerupuk rambak merupakan salah satu makanan ringan yang banyak digemari oleh kalangan
masyarakat menengah atas maupun menengah bawah. Home industry merupakan model usaha yang
dipakai oleh pelaku industry pemula dalam melakukan usaha (Dahlena,M,2019).
Proses Pembuatan Kerupuk Kerbau

Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3

Pencucian kulit kerbau Perebusan pertama Direndam ke air suhu normal

Gambar 4 Gambar 5 Gambar 6

Dibersihkan bulu kulit Perebusan kedua Pengeringan kulit

Pembuatan kerupuk rambak kulit sangat mudah dilakukan dan tidak memerlukan bahan
yang mahal. Proses pembuatan kerupuk rambak kulit (seperti pada Gambar 1) pada umumnya
adalah pemilihan kulit sebagai bahan baku kulit (harus dari kulit yang sehat, bukan dari ternak
yang sakit, kulit bersih dan tidak busuk), pencucian (washing untuk membersihkan sisa
kotoran yang masih menempel, perendaman jika kulit berasal dari kulit awetan atau kulit
kering (selama 24 jam dalam air bersih) supaya kulit kering menjadi basah seperti kulit
segar,pengapuran (liming) (direndam dalam arutan kapur tohor (Ca(OH)2 supaya kulit
membengkak, lapisan epidermis dan bulu mudah dihilangkan serta untuk meningkatkan daya
kembang dan kerenyahan kerupuk rambak), buang kapur (deliming), mencuci kulit dengan air
mengalir supaya sisa kapur hilang,pengerokan bulu kulit kerbau ,perebusan(boiling) pada
suhu dan waktu tertentu sesuai jenis kulit supaya kulit matang, pemotongan kulit sesuai
selera,perendaman dalam bumbu (umumnya adalah garam dan bawang putih),penjemuran
dibawah sinar matahari sampai kering, penggorengan (dilakukan 2 tahap, yaitu dengan
minyak yang tidak terlalu panas (suhu 80oC) kemudian dimasukkan dalam minyak yang panas
(suhu 100oC) sampai kerupuk rambak kulit mengembang dengan sempurna.Proses
selanjutnya yaitu pengemasan dalam kantong plastik serta pemasaran.

Gambar 7 Gambar 8 Gambar 9

Pemotongan kulit Penjemuran kulit pertama Kulit diberikan bumbu rempah

4
Gambar 10 Gambar 11 Gambar 12

Kulit berbumbu dijemur Kulit diungkep Produk dipasaran

Kerupuk rambak kulit, dari 1 lembar kulit kerbau bisa menghasilkan 6kg kerupuk rambak.
Kulit mentah yang utuh diiris menjadi empat bagian. Kulit direbus sekitar 15 menit hingga bulu
dan kulit luar mudah dikelupas. Kulit dikerok dengan menggunakan pisau sampai
bersih,dipotong-potong segi empat kurang lebih 10 cm, lalu direbus kembali sampai matang.
Proses selanjutnya adalah pendinginan dan pembersihan serta pengambilan daging yang
masih melekat di kulit. Kulit dipotong kecil-kecil sekitar 2 cm, dijemur kurang lebih 2-3 hari.
Apabila kulit tidak dijemur sampai kering dapat membuat kerupuk hancur pada saat
penggorengan. Proses terakhir adalah proses penggorengan dan pemberian bumbu. Proses
inilah yang paling sulit,karena penggorengan akan menentukan kerupuk yang mengembang
dan renyah sedangkan pemberian bumbu (bawang putih dan garam) akan menentukan
merata atau tidaknya bumbu. Pemberian bumbu dilakukan pada saat kerupuk sudah mulai
mengembang, dengan mengurangi minyak goreng hingga setengahnya dan menurunkan suhu
penggorengan, supaya tidak terjadi letupan yang diakibatkan adanya bumbu sehingga tidak
membahayakan penggoreng serta supaya kerupuk tidak rusak. Penggorengan memakan
waktu hingga 8 jam.

Salah satu tahapan dalam pembuatan kerupuk rambak adalah proses pengapuran yang
akan mempengaruhi kualitas kimia terutama kandungan air dan protein kerupuk. Kulit yang
mengalami pengapuran akan memiliki kadar air yang rendah karena adanya ion Ca++ yang
masuk ke dalam jaringan sehingga dinding sel menjadi kokoh dan air dapat ditarik keluar dari
jaringan sel . Perendaman dalam larutan kapur 0,15% selama 15 menit memungkinkan
tercapainya kualitas yang diharapkan Konsentrasi larutan kapur yang lebih tinggi dan
perendaman yang lebih lama akan menghasilkan kerupuk yang berkualitas (Chairil A
dkk,2023).

Pengapuran sangat mempengaruhi kualitas kerupuk yang dihasilkan. Tujuan dari proses
pengapuran adalah untuk menghilangkan protein globular serta untuk menggembungkan
kulit sehingga memudahkan proses selanjutnya, terutama untuk memperbaiki kualitas fisik,
kimia dan organoleptik kulit kerupuk (Sutrisno dkk,2021).

Berdasarkan penelitian Marcelliano, J. (2022) Proses pengolahan kulit yang pertama


dilakukan adalah penyortiran kulit sebagai bahan baku (kulit harus sehat, bukan kerbau yang
sakit, dan kulit harus bersih dan tidak bau), lalu cuci kulit untuk membuang kotoran yang
menempel pada kulit hilang,jika kulit dalam dan kering Kondisi harus dilakukan
perendaman,kemudian kulit dikapur, dikapur, dihilangkan bulunya, kulit direbus, dipotong,
direndam bumbu, dikeringkan, dan digoreng.

5
Taksonomi kerbau (Bubalus bubalis) menurut Fahimuddin (1975) adalah sebagai barikut :

https://images.app.goo.gl/uxSkPkeF89HCQSm4A

Kerajaan : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mamalia

Ordo : Arthiodactyla

Family : Bovidae

Genus : Bos

Sub genus : Bubaline

Spesies : Bubalus bubalis

Kerbau adalah binatang memamah biak yang masih termasuk dalam anak suku Bovinae.
Menurut asal-usulnya, ternak kerbau berasal dari Asia. Di tempat asalnya, kerbau ditemukan
sebagai hewan liar yang hidup di rawa-rawa dan hutan-hutan berumput. Dalam
perkembangan, kerbau menyebar ke benua lainnya. Sisa keturunan kerbau liar (Bubalus
arnee) yang sekarang masih terdapat di Asia Selatan (Anggraeni dkk,2020).

Ternak kerbau telah berkembang sejak dahulu, dan tersebar diseluruh wilayah pedesan di
Indonesia, ternak kerbau terdiri atas 2rumpun, yaitu kerbau lumpur (swamp buffalo) sebesar
95% dan kerbau sungai (river buffalo) sebesar 5% yang dipelihara secara tradisional (Mabrur,
H., 2022).

Menurut Prayitno, H., & Rozi, A. F. (2023) bahwa ternak kerbau lumpur adalah ternak
kerbau asli Indonesia dan dengan ditemukannya berbagi fosil dan situs pubakala sekitar 1 juta
tahun lalu dan pembuktian secara genetika molekuler. Indonesia telah menetapkan 8 rumpun
ternak kerbau potong yang berasal dari kerbau lumpur dan untuk kerbau banten.

Kulit kerbau juga terkenal sebagai bahan pembuat kerupuk yang lezat di Jawa Barat.
Kerupuk kulit merupakan cemilan khas yang selalu dicari di setiap restoran . Kerupuk kulit dari
kulit kerbau juga lebih disukai daripada kerupuk kulit sapi. Kulit kerbau juga dapat
dipergunakan untuk berbagai kerajinan tangan lainnya seperti karpet dan selimut. Di Belanda
misalnya, kulit dari sapi diolah menjadi karpet, pajangan dinding dan selimut hangat yang laris

6
dan disenangi wisatawan sebagai oleh-oleh. Hal ini dapat menjadi inspirasi dalam
memanfaatkan kulit kerbau sebagai bentuk kerajinan tangan yang bernilai jual
(Bizzy,l,dkk,2019).
3. Conclusion
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Kerupuk rambak kulit adalah
kerupuk yang dibuat dari bahan dasar kulit ternak kerbau melalui tahap seleksi bahan, pencucian,
perendaman (soaking) (apabila berasal dari kulit awetan/kulit kering), pengapuran (liming), buang
kapur(deliming), perebusan (boiling),pemotongan, perendaman dalam bumbu,pengeringan,
penggorengan (frying) dan pengemasan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengolah dan
mengkonsumsi kerupuk rambak kulit,antara lain kandungan gizi dan bahan baku dan bahan tambahan.
Acknowledgments
Penulis sangat bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat untuk dapat
menyusun artikel ini. Selain itu, penulis juga berterima kasih kepada orang tua yang selalu mendoakan
kelancaran studi penulis. Ucapan terima kasih juga diberikan kepada Dosen Pembimbing artikel ini,
yaitu Ibu Muhimatul Umami, M.Si. yang telah membimbing dan membagikan ilmunya sehingga penulis
dapat menyusun artikel ini. Penulis juga berterima kasih kepada seluruh pihak masyarakat Desa Trusmi
Wetan khusunya Bapak Ahmad dan Ibu Nengsih yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk melakukan observasi agar bisa menyelesaikan artikel ini. Semoga artikel ini dapat memberikan
banyak manfaat terkait perkembangan ilmu sains, khususnya pada Masyarakat Tadris Biologi. Penulis
menyadari masih banyak kekurangan penelitian ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk penelitian yang lebih baik di masa yang akan datang.
References
Adiansyah, J. S., Rais, A. K., & Amna, M. (2022). ANALISIS JEJAK KARBON MENGGUNAKAN PENDEKATAN
PENILAIAN DAUR HIDUP (LIFE CYCLE ASSESSMENT): STUDI KASUS INDUSTRI KECIL KERUPUK
SAPI DI KOTA MATARAM. Journal of Environmental Policy and Technology, 1(1).
Anggraeni, S., Nadhira, S. F., Azizah, N. N., Al Husaeni, D. F., Ragadhita, R., Hofifah, S. N., & Nandiyanto,
A. B. D. (2020). Teaching the effect of variations in types of flour on mechanical characteristics
of chicken skin crackers through experimental demonstrations to senior high school students.
Journal of Engineering Education Transformations, 34(Special Issue).
Bizzy, I., Isnurhadi, I., & Santoso, B. (2019, March). Inovasi Teknologi untuk Meningkatkan Kinerja dan
Kualitas Produk Usaha Mikro Kecil Menengah di Desa Ulak Kerbau Baru Kecamatan Tanjung
Raja Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan. In Prosiding Seminar Nasional Hasil
Penelitian Sains, Teknik dan Aplikasi Industri Fakultas Teknik Universitas Lampung (Vol. 1, pp.
312-316). Fakultas TknikUnivrsitas Lampung.
Cahyono, M. D., & Nurcahyo, H. (2022). Kerupuk Klenteng Bojonegoro Dalam Perspektif Sejarah dan
Gastronomi Budaya. Jurnal Budaya Nusantara, 5(2), 83-94.
Chairil, A., & Umar, H. A. (2023). The effect of long skin soaking in the calcium solution on the quality
of rambak crackers from buffalo skin. Theory and practice of meat processing, 8(1), 12-18.
Dahlena, M., & Siregar, H. (2018). Pengolahan Limbah Kulit Pisang Kecamatan Biru-biru Kabupaten Deli
Serdang. In PROSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENGABDIAN (Vol. 1, No. 1, pp. 196-199).
Erwanto, Y., Muttaqien, A. T., Sugiyono, Sismindari, & Rohman, A. (2016). Use of fourier transform
infrared (ftir) spectroscopy and chemometrics for analysis of lard adulteration in “rambak”
crackers. International Journal of Food Properties, 19(12), 2718-2725.

7
Heryyanto, A., & Muzakki, M. (2022). PPM FOSTERING INNOVATION MELALUI CONSUMER BEHAVIOR
DI TOKO KRUPUK RISMA KOTA SURABAYA. Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada
Masyarakat dan Corporate Social Responsibility (PKM-CSR), 5, 1-10.
Huda, N, A.A. Putra and R. Ahmad. 2015. Physicochemical an NutritionalCharacteristics of Indonesian
Buffalo Skin Crackers. International Journalof Meat Science., 1: 36-51
Mabrur, H., & Fadilah, D. (2022). Meningkatkan Kuantitas Pemasaran Usaha Home Industri Melalui
Digitalisasi di Desa Astapada. Inisiatif: Jurnal Dedikasi Pengabdian Masyarakat, 1(2), 60-70.
Marcelliano, J. (2022). Korelasi Ukuran Tubuh Terhadap Bobot Badan Pada Fase Pertumbuhan Kerbau
Lumpur Di Kabupaten Magelang (Doctoral dissertation, Universitas Mercu Buana Yogyakarta).
Prayitno, H., & Rozi, A. F. (2023). Sistem Pendukung Keputusan Rekomendasi Supplier Bahan Baku
Kerupuk Rambak Tapioka Terbaik Menggunakan Metode Evaluation Based On Distance From
Average Solution (EDAS). Jurnal Sains dan Teknologi (JSIT), 3(1), 193-197.
Sutrisno, S., & Setiyo, N. (2021). The impact of the pandemic covid-19 on the small industry of
processing the" Krecek" crackers in Bantul Yogyakarta. In E3S Web of Conferences (Vol. 316, p.
01025). EDP Sciences.
Ulia, H., Rahayu, P., Rahmad, D., Rosalina, R., Putri, D. K., & Nurrahmi, R. (2022). Pelatihan Pengolahan
Minyak Goreng Bekas Industri Kerupuk Kulit Menjadi Sabun Padat di Kelurahan Kamang Magek.
Journal of Industrial Community Empowerment, 1(1), 12-17.
Zainal, S. M., & Irmayani, I. (2019). KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN KULIT SAPI DAN KERBAU STUDI
KASUS PADA UD. AGUNG KELURAHAN GALUNG MALOANG KECAMATAN BACUKIKI PAREPARE.
MAHATANI: Jurnal Agribisnis (Agribusiness and Agricultural Economics Journal), 2(1), 80-94.

Anda mungkin juga menyukai