Anda di halaman 1dari 10

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PEMANFAATAN

LIMBAH DAUN PISANG KERING “KLARAS” SEBAGAI


MEDIA DAN PAKAN TERNAK JANGKRIK DI DESA DEBONG WETAN

LATAR BELAKANG

Pisang adalah salah satu komoditas tanaman buah yang hampir bisa dijumpai di
seluruh Indonesia. Hal ini dibuktikan bahwa Indonesia merupakan negara produsen pisang
terbesar ke-6 di dunia (Dinagunanta, 2009). Adanya potensi yang besar ini, mempunyai
konsekuensi limbah yang besar pula. Salah satunya adalah potensi limbah produksi daun
pisang kering yang sangat tinggi dan belum termanfaatkan dengan baik. Hal ini dikarenakan
masyarakat kurang mengetahuin cara untuk mengolahnya. Daun pisang yang biasanya
digunakan hanya yang masih muda dan lunak sebagai pembungkus makanan atau kemasan.
Sedangkan limbah daun pisang kering sangat dibutuhkan dalam budidya jangkrik
pakan burung. Daun pisang kering ini digunakan sebagai media bertelur jangkrik dan juga
pakan. Daun pisang dapat digunakan sebagai bahan pakan dan mempunyai pengaruh yang
baik terhadap pertumbuhan jangkrik (Satuhu.2007, hal.6). Jangkrik muda memerlurkan pakan
untuk pertumbuhan sedangkan jangkrik dewasa makan agar mendapatkan energi untuk kawin
dan berkembang biak. (Intania.2006,hal.16) mengatakan bahwa pakan dapat mempengaruhi
reproduksi, pertumbuhan, perkembangan, tingkah laku dan sifat-sifat morfologis lainnya
seperti ukuran dan warna pada jangkrik. Peternak jangkrik banyak yang menggunakan
“Voor” sebagai pakan utama, namun “Voor” harganya relatif lebih mahal.
Daun pisang sangat mudah ditemukaan didaerah perdesaan, khususnya di Desa
Debong Wetan. Bahkan hampir disetiap rumah warga mempunyai tanaman tersebut. Daun
pisang dapat digunakan sebagai bahan pakan dan mempunyai pengaruh yang baik terhadap
pertumbuhan jangkrik (Satuhu.2007,hal.6).
Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa di Indonesia khususnya Desa Debong
Wetan memiliki kekayaan alam yang banyak salah satunya pohon pisang tetapi
pemanfaatannya sangat kurang yang dimanfaatkan hanya daun pisang basah sedangkan daun
pisang kering tidak dimanfaatkan. Pemanfaatan limbah daun pisang kering yang bersumber
dari alam dengan teknologi sederhana dapat dimanfaatkan untuk budidaya jangkrik yang
memiliki nilai ekonomi, dikarenakan potensi yang menjanjikan secara ekonomi dan
permintaan pasar yang selalu ada dan terus meningkat. Modal yang diperlukan dalam
beternak jangkrik tidak besar dan hasil yang diperoleh banyak. Padahal disisilain permintaan
jangkrik untuk di wilayah Tegal, Pemalang, dan Brebes belum terpenuhi. Oleh karena itu
usaha ternak ini dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan alternatif. Manajemen
pemeliharaan yang baik dapat lebih meningkatkan pendapatan yang diperoleh peternak.
SOLUSI PERMASALAHAN

Daun pisang kering atau klaras merupakan salah satu bagian dari pohon pisang
yang jarang diperhatikan keberadaannya dan mempunyai kandungan nutrisi cukup tinggi.
Pemanfaatan klaras dapat mengurangi limbah pertanian. Namun, daun pisang memiliki
kandungan protein relatif tinggi berkisar antara 11,65% sampai 15,65% dan juga
mengandung serat kasar berkisar antara 19,29% sampai 24,46%. Peningkatan nilai
nutrisi bahan ini, dapat dilakukan dengan proses hidrolisa selulosa secara enzimatik
dengan menggunakan mikroorganisme selulolitik (Putri, 2016). Hal ini membuat daun
pisang kering sangat baik untuk pakan ternak, khususnya jangkrik.
Daun pisang sangat mudah ditemukaan didaerah perdesaan, khususnya di Desa
Debong Wetan. Bahkan hampir disetiap rumah warga mempunyai tanaman tersebut. Hal
ini membuat Desa Debong Wetan mempunyai potensi budidaya jangkrik dengan
meningkatkan nilai ekonomi limbah daun pisang kering. Peternak jangkrik banyak yang
menggunakan “Voor” sebagai pakan utama, namun “Voor” harganya relatif lebih mahal,
sehingga dalam penelitian ini menggunakan bahan pakan lain seperti daun pisang, yang
harganya lebih murah tetapi nilai proteinnya tetap tinggi.

A. Potensi Budidaya dan Nilai Ekonomi Jangkrik


Jangkrik mempunyai potensi untuk menjadi salah satu pakan ikan, binatang
kesayangan bahkan sebagai bahan pangan manusia. Potensi tersebut diantaranya
karena: (1) kadar protein jangkrik yang tinggi; (2) daya reproduksinya tinggi dan
mudah dalam pemberian pakannya (Linsemaier (1972) dalam Novianti, 2003). Ada
tiga produk yang dapat laku di pasar, yaitu telur, clondo, dan induk. Telur dan induk
memiliki sasaran pasar peternak jangkrik, sedangkan clondo dijual kepada penggemar
burung berkicau atau ikan arwana. Oleh karena itu, semua produk dari jangkrik masih
dapat dikatakan potensial (Paimin et al., 1999).
Menurut Raharjo (1999), menjual telur jangkrik menguntungkan karena
waktunya relatif singkat dengan harga eceran berkisar antara Rp. 10.000-12.000 per
sendok kecil. Keuntungan akan lebih besar dengan memproduksi clondo, dimana 90%
dari 450.000 ekor bayi jangkrik yang menjadi clondo dengan harga Rp. 70 per ekor,
akan menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 28 juta. Tepung jangkrik yang dijual oleh
Astrik (Asosiasi Peternak Jangkrik) sebesar Rp. 150 juta per ton dan minyak jangkrik
sebesar Rp. 2,5 juta per liter (Suara Pembaruan, 2005).

B. Potensi Sumberdaya dan Lingkungan


Ketersediaan Bahan Baku. Bahan baku utama yang diperlukan dalam beternak
jangkrik adalah bibit dan pakan. Bibit jangkrik dapat berupa telur atau induk jangkrik.
Kedua jenis bibit tersebut dapat diperoleh dari peternak pembibitan telur jangkrik atau
toko pakan yang menjual jangkrik. Peternak di Desa Debong Wetan mendapatkan
bibit dari sesama peternak yang lebih awal memulai usahanya. Beberapa peternak
memperoleh bibit awal berupa telur dari peternak lain di luar Desa Debong Wetan.
Sedangkan bahan pakan berupa daun pisang kering “klaras” dan sayuran
(daun singkong dan daun pepaya) dapat diperoleh dengan mudah dari lingkungan
sekitar rumah. Peternak memanfaatkan sayuran tersebut untuk pakan jangkrik mereka
untuk mengurangi penggunaan pakan “Voor”, sehingga biaya yang dikeluarkan lebih
sedikit.

C. Dukungan Masyarakat Terhadap Usaha Ternak Jangkrik


Hasil wawancara dengan masyarakat Desa Debong Wetan yang sudah
memulai usaha ternak jangkrik ini mengatakan keberadaan usaha ternak jangkrik ini
sangat bagus. Hal ini dikarenakan adanya pemanfaatan limbah daun pisang kering
“klaras” dan juga sayuran-sayuran sisa menjadi pakan ternak jangkrik, sehingga
limgkungan menjadi lebih bersih dan nyaman. Selain itu dengan adanya usaha ternak
jangkrik di daerah mereka juga dapat mengurangi pengangguran yang ada dan
penghasilan yang didapat dinilai cukup.
Permintaan jangkrik yang belum terpenuhi di daerah Tegal, Pemalang, dan
Brebes, serta pemeliharaannya yang mudah, juga bisa digunakan masyarakat sebagai
pendapatan tamabahan rumah tangga mereka. Masyarakat disekitar peternakan jangkrik
tidak merasa terganggu dengan adanya usaha ternak jangkrik di daerah mereka karena tidak
ada masalah yang ditimbulkan dari usaha ternak jangkrik tersebut.
METODE PELAKSANAAN

Pada bagian ini akan dijelaskan tentang hal yang berkaitan dengan metode
pelaksanaan yang digunakan dalam pemberdayaan masyarakat ini, yaitu:

A. Lokasi dan Waktu


Lokasi yang dijadikan setting pemberdayaan masyarakat adalah Desa Debong
Wetan Kecamatan Dukuhturi Kabupaten Tegal, yaitu bertempat di kediaman peternak
jangkrik dan tempat usaha sebagai lokasi/tempat berjalannya usaha budidaya ternak
jangkrik. Pemilihan lokasi pemberdayaan ditentukan dengan pertimbangan bahwa tempat
tersebut memiliki limbah daun pisang kering dan sampah sayuran sisa yang melimpah
yang bisa digunakan sebagai pakan budidaya jangkrik. Selain itu sudah ada peternak
yang berhasil, sehingga memudahkan untuk tranfer pengetahuan ke peternak baru yang
akan memulai.
Waktu pemberdayaan akan dilakukan selama satu tahun (12 bulan) yang
kemudian akan dilanjutkan mandiri oleh masyarakat dan melakukan pendampingan jika
dibutuhkan.

B. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dimana pendekatan kualitatif
menurut Taylor yang dikutip oleh Lexsi J. Moleong, adalah “prosedur sebuah penelitian
yang menghasilkan data deskriftip berupa kata-kata, tertulis atau lisan dari orang dan
prilaku yang dapat diamati”. Penulis akan menggunakan pendekatan kualitatif yaitu
berupaya menghimpun data, mengolah data dan menganalisa data secara kualitatif
dengan tujuan agar dapat memperoleh informasi yang mendalam tentang program
kemiskinan dan pemberdayaan.
Kedua, data sekunder yang bersumber dari buku pedoman, makalah, artikel,
paper, media massa (seperti surat kabar, majalah, jurnal) dan media elektronik, seperti
internet. maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan kualitatif merupakan metode
penelitian yang digunakan untuk meneliti kondisi subjek yang akan diteliti. Dalam
pendekatan kualitatif, insteumen kunci dalam pengumpulan data adalah peneliti. Dan
dalam pendekatan kualitatif, landasan teori digunakan untuk memberikan gambaran
umum pada latar belakang penelitian pembahasan hasil penelitian.
C. Metode Pengumpulan Data
1. Metode Observasi
Metode observasi adalah sebuah metode penelitian yang terencana dan
dilakukan dengan secara sistematis pada keadaan ataupun seluruh fenomena sosial
dengan gejala-gejalanya yang mempengaruhi segala aspek, termasuk aspek psikis.
Melalui sebuah pencatatan, penulis menelitinya dengan menggunakan sebuah
metode non partisipan, yaitu sebuah penelitian yang dimana penulis tidak terlibat
secara aktif dalam kegiatan yang dilakukan selama observasi. Observasi ini penulis
mengamati secara langsung, mencatat menganalisis pekerjaan sehari-hari yang
dilakukan oleh masyarakat. Dengan metode ini peneliti melakukan pengamatan dan
pencatatan secara sistematis terhadap gejala/fenomena yang diselidiki, tanpa
mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada obyek peneliti.

2. Metode Interview
Metode ini adalah metode pengumpulan data dengan jalan Tanya jawab antara
pencari data dengan informan atau sumber data. Tanya jawab yang dilakukan secara
sistematis berdasarkan pada tujuan penelitian. Pada umumnya dua orang atau lebih
hadir secara fisik pada proses tanya jawab, dan masing-masing dari pihak dapat
menggunakan metode ini secara wajar dan lancar. Metode ini diharapkan dapat
menemukan dan mengumpulkan berbagai informasi tentang bagaimana
pemberdayaan pemanfaatan daun pisang kering sebagai pakan ternak jangkrik
sebagai kegiatan usaha masyarakat agar masyarakat bisa berdaya untuk membangun
hidup mereka dari kemiskinan hidup secara mandiri.

3. Metode Dokumentasi
Hasil dari observasi dan wawancara, akan lebih dipercaya kalau didukung oleh
gambar berupa foto-foto yang diambil oleh peneliti pada saat observasi maupun
wawancara berlangsung.
LUARAN DAN TARGET CAPAIAN

Kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah sebagai salah satu tri dharma perguruan
tinggi yang memberikan kontribusi transfer ilmu dan teknologi kepada masyarakat sesuai
dengan latar belakang ilmu anggota tim. Berdasarkan solusi yang diusulkan maka luaran dan
target capaian yang diharapkan adalah sebagai berikut:

A. Luaran
Pengelolaan limbah daun pisang “klaras” di Desa Debong Wetan, Kecamatan
Dukuhturi, Kabupaten Tegal ini diharapkan dapat membantu mengurangi permasalahan
lingkungan yang bisa dimanfaatkan sebagai media dan pakan ternak jangkrik untuk
mengatasi masalah mahalnya pakan Voor untuk ternak jangkrik. Sehingga menjadi
strategi untuk mewujudkan desa yang bersih juga bisa meningkatkan perekonomian
masyarakat setempat. Hal ini dikarenakan perawatan budidaya jangkrik yang tidak
terlalu susah dan penggunaan teknologi yang mudah di adaptasi.

B. Target Capaian
Target yang ingin dicapai pada program pengabdian masyarakat adalah
memanfaatkan daun pisang kering dan meningkatkan pengembangan usaha meliputi: (1)
Jasa, berupa jasa pelatihan dan pendampingan untuk melakukan perbaikan manajemen
wirausaha, (2) Produk, yaitu mengenal bagaimana cara melakukan budidaya ternak
jangkrik dengan memanfaatkan daun pisang kering dari proses produksi hingga
pemasaran. Memperhatikan analisis situasi dan penetapan prioritas masalah yang akan
diselesaikan selama program pengabdian, dibagi menjadi tiga tahapan :
Tahap 1, Perencanaan. Pada tahap ini, solusi yang ditawarkan adalah memberikan
pengetahuan untuk membuka wawasan tentang manajemen wirausaha, dan
pentingnya pemanfaatan daun pisang kering untuk budidaya ternak jangkrik.
Tahap 2, Pelaksanaan. Pada tahap pelaksanaan ini, melakukan pelatihan, diskusi dan
pendampingan manajemen usaha, diskusi pendampingan pemanfaatan daun
pisang kering untuk budidaya ternak jangkrik.
Tahap 3, Evaluasi. Pada tahap ini, Evaluasi hasil pendampingan manajemen wirausaha,
pemanfaatan daun pisang kering untuk budidaya ternak jangkrik.
RENCANA ANGGARAN BIAYA

A. Pengeluaran

1. Biaya Tetap

No Uraian Volume \Waktu Harga sewa

1 Sewa lahan usaha 1 1 Tahun 5.500.000


2 Tenaga Kerja 4 1 Tahun 24.000.000
TOTAL 29.000.000

2. Biaya Peralatan

No Uraian Volume Satuan Harga Jumlah


1 Tong Jangkrik 55 Buah 300.000 16.500.000
2 Kipas 1 Buah 250.000 250.000
3 Alat Penghalus 1 Buah 300.000 300.000
TOTAL 17.050.000

3. Biaya Variabel

No Uraian Volume Satuan Harga Jumlah


1 Telur Jangkrik 270 Kg 250.000 67.500.000
2 Voor 270 Kwintal 740.000 199.800.000

TOTAL 267.300.000

B. Penerimaan

No Uraian Volume Satuan Harga Jumlah


1 Jangkrik Dewasa 16.200 Kg 30.000 486.000.000
TOTAL 486.000.000

C. Perhitungan Penerimaan dalam setahun

Penerimaan
Total Penerimaan 486.000.000
Pengeluaran
Biaya Tetap 29.000.000
Biaya Peralatan 17.050.000
Biaya Variabel 267.300.000
Total Pengeluaran 313.350.000
Total Laba 172.650.000
JADWAL PELAKSANAAN
Bulan Ke -
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Penyuluhan
2 Pembekalan
Persiapan Alat dan
3
Bahan
Pelaksanaan
4
Pemberdayaan
5 Evaluasi Program
Pembuatan
6
Laporan

DAFTAR PISTAKA
Diagunata. 2009. Tanaman Pisang. http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/125406-
S090124fkPerbandingan%20aktifitas-Pendahuluan.pdf. Diakses tanggal 12
Februari 2022

Intania, A. 2006. Subtitusi Tepung Kunyit (Curcuma domestica Val) dalam Pakan Jangkrik
Kalung (Gryllus bimaculatus) pada Periode Bertelur. Fakultas Peternakan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor

Laxi Moelox, Metodoligi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999

Novianti, J. 2003. Komposisi tepung jangkrik kalung (Gryllus bimaculatus) pada suhu
pengeringan yang berbeda. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor,
Bogor.

Paimin, F. B., L. E. Pudjiastuti, Erniwati. 1999. Sukses Beternak Jangkrik. Penebar Swadaya,
Jakarta.

Putri C.P. 2016. Pemanfaatan Campuran Kulit Pisang Kepok Putih Dan Daun Pisang Kering
Dalam Pembuatan Kompos Di Sentra Industri Keripik Pisang Bandar Lampung.
Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Satuhu, Suyanti. 2007. Pisang Budidaya Pengolahan Dan Prospek Pasar .Jakarta.Penebar
Swadaya

Suara Pembaruan. 2005. Beternak jangkrik, kenapa tidak?.


http://www.suarapembaruan.com/News/2005/06/12. [3 Agustus 2005].

Anda mungkin juga menyukai