Anda di halaman 1dari 12

Pertanian Organik Pola JADAM

01. Pengantar:

Pada situs Berita Lingkungan “MONGABAY”


Nurhady - seorang yang bekerja dalam devisi
penelitian lingkungan pada portal tersebut -
menyatakan bahwa minat generasi muda dalam
bidang pertanian akan semakin berkurang karena
selain lahan pertanian semakin berkurang juga
disebabkan produkvitas pertanian semakin
menurun karena penggunaan pupuk dan pestisida
kimia. (Mongabay, 25 Juni 2015)

Media Online Prambors juga pernah menulis


pernyataan senada. Media ini, mengutip pernyataan
dari Plt Direktur Pembangunan Daerah Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional yang
memprediksi bahwa tahun 2065, Indonesia tidak
akan memiliki petani. Alasannya, karena banyak
kaum muda saat ini lebih memilih mata
pencaharian lain yang jauh lebih mudah
mendatangkan uang / duit dari pada mata
pencaharian sebagai petani. Karena kebanyakan
kaum muda melihat pertanian itu berat, sulit dan
baru mendatangkan uang / duit dalam waktu relatif
lama (Prambors, 26 Maret 2021).
Ketika prediksi ini menjadi nyata, maka pertanian
akan dikuasai oleh sekelompok kecil orang bahkan
korporasi / perusahaan tertentu, yang pada
gilirannya berpengaruh terhadap kenaikan harga
produksi pertanian, karena jumlah permintaan /
konsumen semakin banyak sedangkan jumlah
produsen (dalam hal ini para korporasi) sedikit.
Fenomena seperti ini terjadi juga pada banyak
negara di berbagai belahan dunia.

Mengantisipasi prediksi ini, maka sekelompok orang


yang peduli akan dunia pertanian mencari dan
menawarkan solusi pola pertanian yang ramah
lingkungan dan mudah serta berbiaya sangat
rendah.

JADAM, lembaga pertanian organik di Korea Selatan


yang berkembang sejak tahun 1989 merupakan
salah satu lembaga yang selalu mengampanyekan
bahwa pertanian itu gampang, murah tetapi
menghasilkan produk yang berlimpah bahkan
melebihi pola pertanian konvensional dan
agrokimia.

02. Siapa Penemu dan Pola Pertanian JADAM?

Pola Pertanian JADAM ditemukan dan


dikembangkan oleh seorang Warga Korea Selatan,
bernama Youngsang Cho (baca: Yungsang Co).
Pendidikannya: 1). Sarjana Kimia di Universitas Aju
– Korea Selatan. 2). Master Hortikultura di
Universitas Nasional Chungnam. 3). Gelar Ph.D dia
capai melalui kursus pada Departemen Biologi
Pertanian di Universitas Nasional Chonbuk. 4). Dia
sendiri menjadi pegiat Pertanian Organik sejak
tahun 1989.

Melalui puluhan tahun praktek dan penelitian, ia


menciptakan pola pertanian organik Ultra Low Cost
atau Pertanian Organik Berbiaya Sangat Rendah.
Kini di seluruh dunia, jumlah petani yang menjadi
keluarga besar dan mengikuti pola pertanian Jadam
sebanyak 75.000 petani (data tahun 2013)

03. Apa itu Pola Pertanian JADAM?

Nama Jadam itu sendiri merupakan kependekan


dari tiga kata Korea, yaitu: “JAyonul DAmun
SaraMdul ”, artinya: Orang yang Mengikuti cara
kerja alam.” Jadi, pertanian organik pola Jadam
berarti pola pertanian yang mengikuti cara kerja
alam. Dan pola ini berangkat dari pengamatan
Youngsang Cho pada hutan-hutan sekitar di mana
dia tinggal. Bahwasanya, Pertama, hutan itu selalu
subur tanpa intervensi manusia, tanpa pekerja /
karyawan yang menggemburkan tanah; Kedua,
hutan tidak pernah membawa makanan dari luar
lingkungannya.
Lalu pertanyaannya: Siapakah yang bekerja
menggemburkan tanah di hutan dan dari manakah
makanan / pupuk / nutrisi tanaman hutan?

Dari Pengamatan dan Penelitiannya, Youngsang Cho


melihat bahwa pekerja / karyawan di hutan / alam
adalah cacing tanah, binatang kecil yang memakan
dedaunan hutan lalu bersarang dalam tanah, dan
yang paling utama dan yang paling banyak
populasinya adalah mikro organisma, si karyawan
yang tak terlihat secara kasat mata. Populasinya
bisa mencapai miliaran dalam satu meter persegi.
Maka microba-lah karyawan utama di hutan.

Sedangkan makanan tumbuh-tumbuhan hutan,


bersumber dari dedaunan, ranting, cabang, dahan,
dan batang kering / lapuk yang berasal dari
pepohonan hutan itu sendiri. Dan Youngsang Cho
mengamati bahwa bagian tanaman yang paling
sering jatuh adalah dedaunan. Maka kesimpulan
logisnya adalah bahwa, nutrisi utama tanam-
tanaman apa saja adalah dedaunan yang lapuk;
bukan ranting atau cabang atau dahan atau batang
yang lapuk.

04. Pentingnya Mikroorganisme bagi tanaman.

Youngsang Cho meneliti bahwa mikro organisme


dalam tanah sangat penting. Mereka berguna untuk
menggemburkan dan melembutkan tanah. Semakin
banyak mikroba dalam tanah yang berperan
melembutkan / menggemburkan tanah, maka
tekstur tanah akan semakin gembur dan karenanya
tidak perlu dibajak. Tanah yang lembut selain
memudahkan pertumbuhan dan perkembangan
akar, tetapi juga memudahkan peresapan unsur
hara dari permukaan tanah menuju ke bagian
tanah dalam (bukan dalam tanah). Selain itu,
tanah yang gembur sangat bermanfaat untuk
mempertahankan kelembaban tanah.

Semakin banyak mikro organisme dalam tanah,


tanah akan semakin gembur dan lembut. Karena
itu, keberadaan mikro organisme sangat
meringankan pekerjaan manusia.

Youngsang Cho mengamati bahwa praktek


pertanian agrokimia yang berlangsung lama pada
lahan pertanian telah memusnahkan
mikroorganisma yang justru berperan
menggemburkan tanah. Mematikan mikroorganisma
sama halnya mematikan pekerja / karyawan
pertanian yang telah disiapkan Allah secara cuma-
cuma bagi manusia. Pekerjaan manusia (petani)
menjadi semakin berat karena manusia (petani)
tidak mempercayakan banyak pekerjaan termasuk
menggembur tanah itu kepada mikro organisma.
Bagaimana caranya supaya jumlah mikro organisma
dalam tanah itu kaya, bisa mencapai jutaan bahkan
miliaran? Untuk itu, kita harus membuat produk
yang menghasilkan jutaan / miliaran mikro
organisme. Dan cara serta biaya pembuatan produk
yang kaya mikro organisme dan sangat murah
meriah ini, akan kita lihat pada halaman
selanjutnya.

05. Pentingnya dedaunan, ranting, cabang, dahan


dan batang kering bagi tanaman.

Pepohonan di hutan dalam situasi normal, tidak


pernah menjatuhkan dedaunan, ranting, cabang,
dahan dan batang mentah ke tanah. Sebaliknya,
pepohonan itu selalu menjatuhkan dedaunan,
ranting, cabang, dahan dan batang yang sudah
matang / kering. Inilah sumber makanan yang
sangat bagus dan kaya nutrisi bagi pepohonan itu
sendiri. Kuncinya adalah bahan-bahan organik
kering, itulah yang menjadi nutrisi tanaman hutan.
Namun, dari bagian-bagian tanaman yang
disebutkan tadi, Youngsang Cho mengamati bahwa
yang paling sering jatuh (setiap hari, setiap jam,
bahkan setiap menit) adalah daun. Maka
kesimpulan logisnya adalah bahwa secara alami,
makanan / nutrisi utama harian bagi tanaman
adalah dedaunan; bukan ranting, cabang, dahan
apalagi batang. Batang, dalam situasi normal baru
akan mati dan lapuk dalam kurun waktu bertahun-
tahun. Maka pertanyaan logisnya, apakah tanaman
akan bertahan hidup, jika menunggu batang, yang
baru mati dan lapuk dalam rentang waktu yang
lama, padahal setiap makhluk hidup harus makan
setiap hari bahkan setiap saat?

Dari uraian di atas maka dua hal berikut ini


menjadi pegangan kita dalam menerapkan pertanian
organik JADAM yang murah meriah, yaitu: 1).
Mengembangkan mikroorganisma. 2).Membuat
nutrisi dari bagian tanaman itu sendiri, terutama
dedaunan.

Mengikuti atau meniru cara kerja alam melalui


modifikasi yang bisa kita lakukan yang hampir
serupa dengan cara kerja alam merupakan solusi
cerdas untuk memaksimalkan produktivitas
pertanian sambil menjaga keutuhan ciptaan.

Berikut beberapa jenis produk yang bisa kita buat


sendiri dengan memanfaatkan bahan-bahan yang
ada di sekitar kita dan sangat murah yang
berangkat dari cara kerja alam.

(Penjelasan tentang hal ini : Cara pembuatan pupuk,


membiakkan mikroba dan pembuatan pestisida alami lihat file
Modul Pertanian Organik Ala Jadam. Materi dalam modul ini
hanya sebagian kecil saja dari keseluruhan pola pertanian
Jadam).
Beberapa catatan penting dari pendiri JADAM
(Youngsang Cho).
1.Apa yang ada atau disiapkan alam, “tidak ada
yang baik, tidak ada yang buruk”. Kebaikan dan
keburukan adalah satu (Bahasa filosofis).
Artinya, baik dan buruk bergantung pada
takaran.

Contoh:
Ketika kita mendengar kata: “racun, narkoba,
dll.” pikiran kita secara spontan
menghubungkannya dengan keburukan,
bahaya, dsb. Akan tetapi dalam takaran
tertentu (kecil), racun justru bermanfaat
untuk mematikan sel-sel kanker dan
meningkatkan ketahanan sel-sel normal; dan
dalam takaran tertentu pula narkoba (obat
bius) bermanfaat untuk menghilangkan
rasa sakit, sehingga digunakan saat
membedah / operasi pasien.

Sebaliknya, ketika kita mendengar kata “susu,


keju, daging, atau nutrisi lainnya,” pikiran kita
serta merta menghubungkannya dengan
kebaikan, enak, sehat, bermanfaat, dsb. Akan
tetapi dalam takaran yang berlebihan (misalkan,
orang minum 10 gelas sehari) justru mematikan.
Jadi, baik buruk bergantung pada takaran.

2.Karena itu, dalam penerapan pola pertanian


JADAM harus taat asas, baik saat proses
pembuatan produknya maupun pada saat
aplikasi pada lahan atau tanaman kita. Harus
sungguh-sungguh memperhatikan komposisi
bahan-bahan yang digunakan.

3.Dalam perdebatan, pertandingan, pertempuran,


dsb., ada ungkapan: “jago kandang”. Artinya
orang berani hanya di lingkungan sendiri. Hal ini
berlaku juga dengan hewan, termasuk
mikroorganisma. Mikroorganisma berkembang
dan memiliki vitalitas tinggi di lingkungannya
sendiri.
Karena itu, kita tidak boleh terjebak / terkecoh
oleh propaganda / iklan tentang pupuk organik
yang diproduk oleh perusahaan-perusahaan
pertanian nun jauh di seberang sana, yang
mengatakan bahwa pupuk yang mereka
hasilkan sangat bagus karena pupuk yang
mereka buat mengandung mikroba-mikroba
unggulan hasil penelitian ahli ini atau itu, yang
sangat bagus untuk menguraikan material
organik.
Ingat, mikroba (mikroorganisme) lokal selalu jauh
lebih unggul dari mikroorganime dalam pupuk
yang didatangkan jauh dari seberang, sekalipun
mikroorganisme tersebut direkomendasikan oleh
seorang ahli. Bukankah Ahli semua
mikroorganisme telah menciptakan semuanya
sesuai dengan kondisi lingkungannya. Sekali
lagi jangan terkecoh dengan iklan. Toh… hutan
di suatu tempat tidak pernah membawa
mikroorganisme dari tempat lain apalagi dari
seberang lautan.

4.Tanaman gulma / tanaman pengganggu /


tanaman liar (rumput, pohon liar)
Sering kita memandang tanaman liar itu sebagai
penghambat pertumbuhan tanaman yang kita
budidayakan. Lalu kita memusnahkan mereka,
dengan mencabut atau menyemprotnya dengan
herbisida, kemudian membakar mereka. Kita
lupa bahwa gulma tanaman itu mempunyai
banyak manfaat, antara lain:
- Mengangkat nutrisi dari tanah dalam ke
permukaan tanah.
- Menjadi sumber nutrisi organik yang
disediakan alam secara cuma-cuma.
- Menghindari erosi karena akar mereka
mengikat tanah.
- Menjadi mulsa organik bagi tanaman kita.
- Menjadi pelindung bagi mikroba dalam tanah
sehinga mikroba bertahan hidup dan mudah
berkembang biak.
- Pengendali hama. Artinya ketika hama
menyerang, mereka tidak hanya fokus
menyerang tanaman yang kita budidayakan
akan menyebar juga ke tanaman gulma yang
ada di sekitarnya.

Karena itu yang harus kita lakukan adalah


mengendalikan pertumbuhan gulma dengan
cara memotong lalu menebarkannya secara
merata pada lahan. Setelah kering baru
ditebarkan sekitar pokok tanaman yang kita
budidayakan. Jangan pernah menebarkan
apalagi menumpukkan mulsa / rumput mentah
sekitar tanaman yang kita budidayakan.
Karena rumput mentah masih mengandung
gas methan yang panas yang bisa
menghancurkan akar tanaman.

5.Youngsang Cho mengakui bahwa


pengetahuannya tentang cara kerja alam,
hanyalah setitik debu dalam samudra rahasia
alam. Karena itu, bergurulah selalu pada alam
dengan terus-menerus mengamati alam dan
berani membuat percobaan demi percobaan
mengikuti cara kerjanya. Ketika dalam
percobaan itu anda belum berhasil, itu bukanlah
kegagalan, melainkan bagian dari proses menuju
keberhasilan. Dalam proses itu, alam selalu
mengajak: “Datanglah semakin dekat dengan
aku dan aku akan mengajari engkau banyak hal
tentang cara kerjaku. Dan ketika engkau
semakin dekat engkau akan menyadari betapa
aku berkelimpahan dan bermurah hati bagimu.
Aku, ibumu yang setiap saat memberimu makan
tidak akan pernah mengkianati dirimu bila
engkau dengan rendah hati belajar padaku.
Sebaliknya, jika engkau tidak memedulikan aku
dan bersikeras mengikuti cara kerjamu sendiri
yang bertentangan dengan cara kerjaku, engkau
akan berhadapan dengan kesulitan demi
kesulitan, bahkan berhadapan dengan kiamat.
Dan ketika engkau berhadapan dengan kiamat
itu, janganlah mempersalahkan aku, apalagi
mempersalahkan Dia yang menciptakan aku.
Karena aku sendiri tahu dengan pasti bahwa
Dia telah menciptakan segala sesuatu, baik
adanya.”

Anda mungkin juga menyukai