Anda di halaman 1dari 31

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Tanaman Tembakau


Menurut Dinas Perkebunan (2002:1) menyatakan pengertian

tembakau

sebagai berikut.
Tanaman Tembakau dikenal dengan nama latinnya yaitu Nicotiana
Tabacum. merupakan salah satu tanaman perkebunan yang mempunyai
peranan cukup penting bagi perekonomian nasional yaitu menyumbang
pendapatan Negara melalui cukai rokok dan devisa, serta sebagai salah
satu sumber ekonomi di pedesaan berupa usaha perkebunan rakyat.
Menurut Suwarso (1999:8), mengemukakan bahwa tanaman tembakau
merupakan tanaman semusim, umur sampai selesai panen sekitar 90-120 hari.
Untuk mendapatkan hasil yang baik memerlukan budidaya yang intensif. Lebih
lanjut Suwarso (1999: 8) menambahkan kegunaan tanaman tembakau yaitu:
Daun yang dikeringkan menjadi bahan baku rokok sigaret putih, rokok
kretek, rokok cerutu, tembakau pipa, tembakau shag, tembakau tingwe,
tembakau susur. Air perasan daun tembakau digunakan untuk pembersih
luka, dapat juga sebagai pestisida baik untuk tanaman maupun ternak. Juga
dikenal sebagai pelengkap makan sirih terutama dalam upacara
perkawinan. Bijinya dapat menghasilkan minyak digunakan sebagai
minyak cat. Saat ini kegunaan utama daunnya untuk rokok dan cerutu.
Berlandaskan beberapa pernyataan di atas, tembakau merupakan tanaman
perkebunan rakyat yang ditanam semusim. Jenis tembakau ini sangat beragam
dengan umur 90-120 hari. Dan mulai akar hingga daun, tembakau mempunyai
banyak manfaat. Namun diperlukan budidaya yang intensif untuk mendapatkan
hasil yang lebih baik.
Pada setiap tanaman memiliki kondisi optimal untuk tumbuh berkembang.
Kondisi tersebut dapat diartikan oleh banyak parameter seperti halnya curah

10

hujan, kesuburan tanah (hara, toksisitas), kemiringan lereng. perlakuan manusia


seperti

pemupukan,

pengolahan

lahan

dan

lainnya.

Jika

kondisinya

menguntungkan (sesuai dengan syarat tumbuhnya), maka akan tumbuh dengan


sangat baik ataupun sebaliknya. Adapun syarat tumbuh optimal untuk tanaman
tembakau sebagai berikut.

B. Jenis dan Persyaratan Tumbuh Tanaman Tembakau


1. Jenis Tanaman Tembakau
Menurut Abdullah (1991:1) Menurut penggunaannya tembakau di
Indonesia dapat dibagi menjadi 5 jenis yakni: asepan, cerutu, sigaret putih, pipa
dan tembakau asli/rakyat (pada umumnya rajangan).
Meskipun terdapat lebih dari 50 spesies tembakau yang tergolong genus
Nicotiana, namun hanya 2 spesies yang mempunyai arti ekonomi cukup tinggi.
Kedua spesies tersebut yaitu Nicotiana tabacum dan Nicotiana rustica. Sebagian
orang memperkirakan bahwa Nicotiana tabacum bukanlah suatu spesies, tetapi
kelompok yang terdiri dan hibrida-hibrida yang dihasilkan dari persilangan antara
Nicotiana rustica dan Nicotiana Petuniodes. Rupanya sejarah pemuliaan tanaman
tembakau ini mencatat bahwa orang Indian rnempunyai andil yang cukup besar
untuk menghasilkan spesies yang bermutu seperti sekarang ini. Sebab, beratusratus tahun yang lalu perkawinan antar spesies tembakau ini banyak dilakukan
oleh orang Indian yang menghuni dataran tinggi di Amerika Tengah dan bagian
utara dari Amerika Selatan.
Perbedaan yang mencolok di antara kedua spesies tersebut yaitu kadar
nikotinnya. Nicotiana rustica mengandung kadar nikotin tertinggi, yaitu sekitar

11

16%. Sedangkan Nicotiana tabacum mempunyai kadar nikotin terendah, yaitu


sekitar 0,6%. Dengan demikian, Nicotiana rustica banyak digunakan untuk
membuat abstrak alkaloid yang akan dipergunakan sehagai insektisida atau
semacam tembakau susur yang di Negara-negara Barat, India, dan Eropa Timur
dikenal dengan Snuff . Chewing tobacco, dan lain-lain. Sedangkan jenis tembakau
yang banyak digunakan sekarang berasal dari spesies Nicotiana tabacum,
Jenis-jenis tembakau yang ada sekarang biasanya diberi nama berdasarkan
tempat asal jenis tembakau tersebut terus-menerus diusahakan. Kualitas tanaman
tembakau banyak dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, terutama faktor iklim dan
tanah. Walaupun secara genetis (genotipe) tanaman tembakau tidak mengalami
perubahan, namun secara fenotip tergantung pada keadaan lingkungannya. Hal ini
rnenyebabkan jenis tembakau yang dihasilkan berbeda karena keadaan lingkungan
yang tidak sama. Dengan demikian, semakin banyak dikenal nama-nama
tembakau yang diusahakan berdasarkan negara asalnya, misalnya tembakau
Virginia yang berasal dari daerah Virginia (Amerika), tembakau Turki (berasal
dari negara Turki). Demikian pula di Indonesia, banyak dikenal jenis-jenis
tembakau berdasarkan daerah asal penanamannya, di antaranya tembakau Deli,
Besuki, Payakumbuh, Bugis, Kedu, Slink, Banyumas, Kediri, Lumajang, Madura,
dan Rembang.
Umumnya,

jenis-jenis

tembakau

tidak

mudah

dibedakan.

Untuk

memudahkan pembagiannya, berbagai jenis tembakau dibedakan berdasarkan


waktu penanaman dan penggunaannya. Berdasarkan waktu penanamannya,
tembakau biasanya dibagi menjadi tembakau musim kemarau (dalam Bahasa

12

Belanda disebut Voor Oogst (VO) atau sering juga disebut onberegend tabak) dan
tembakau musim hujan (dikenal dengan nama Naoogst (NO) atau beregend
tabak). Tembakau VO ditanam pada akhir musim hujan dan dipanen pada musim
kemarau karena pada waktu panen sebaiknya tidak sampai kehujanan. Sedangkan
penanaman tembakau NO dilakukan pada awal musim hujan atau akhir musim
kemarau dan dipanen pada saat musim hujan. Berdasarkan penggunaannya, secara
umum tembakau digolongkan menjadi 5 jenis.
Secara lengkap, penggolongan jenis ternbakau berdasarkan waktu tanam
dan penggunaannya adalah sebagai berikut.
a) Tembakau musim hujan (NO)
- Tembakau cerutu
- Tembakau pipa
b) Tembakau musim kemarau (VO)
- Tembakau sigaret (putih)
- Tembakau asapan
- Ternbakau asli/rakyat (kebanyakan tipe rajangan)
c.

Tembakau Cerutu

Dalam dunia pertembakauan internasional, Indonesia telah terkenal karena


jenis tembakau cerutu ini. Sebab sejak 2,5 abad yang lalu, Indonesia sudah
mengekspor jenis tembakau ini. Tembakau cerutu yang paling terkenal yaitu
tembakau Deli. Di samping tembakau Deli, yang termasuk jenis tembakau cerutu
yaitu tembakau Besuki dan tembakau Vorstenlanden. Di pasaran internasional,

13

tembakau Deli lebih dikenal sebagai tembakau Sumatera, sedangkan tembakau


Besuki dan Vorstenlanden lebih dikenal dengan nama tembakau Jawa.
Berdasarkan fungsinya pada pembuatan rokok cerutu, tembakau cerutu
dibagi menjadi tiga tipe, yaitu:
- jenis pengisi (Belanda: vulzel; lnggris: filer),
- jenis pembalut (Belanda: omblad; Inggris: binder),
- jenis pembungkus (Belanda: dekblad; Inggris: wrapper).
Tembakau Deli termasuk tipe tembakau pembungkus terbaik (top quality)
bukan di Indonesia saja, melainkan di seluruh Dunia. Tembakau Deli yang
berkualitas baik memiliki ciri khas yang tidak didapatkan pada jenis tembakau
lainnya, yaitu tipis dan elastis dengan warna yang terang menyala. Hal ml
disebabkan oleh keadaan iklim dan tanah yang sesuai untuk tipe tembakau
pembungkus, tembakau Deli mempunyai cerita sendiri dalam perkembangannya.
Pada mulanya tembakau yang di tanam di Deli terdiri dan banyak varietas. Seleksi
alam terjadi sebab setiap dilakukan penanaman selalu dipilih pohon-pohon yang
memberikan kualitas terbaik, sehingga dari sifat-sifat baik yang menurun dari
generasi ke generasi, setelah melalui proses seleksi akhirnya diperoleh varietas
tcmbakau seperti yang ada sekarang. Padahal sebenarnya tembakau Deli
merupakan kumpulan sebagian besar sifat-sifat dari varietas havanensis dan
macrophyla.
Tembakau Besuki memiliki sifat-sifat berdaun tipis dan empuk dengan
aroma yang baik. Sifat seperti ini cukup diminati oleh pabrik-pabrik rokok cerutu
di Eropa untuk dipergunakan sebagai daun pembalut dan pengisi. Negara-negara

14

yang banyak mempergunakan tembakau Besuki terutama adalah Belanda, Jerman


Barat, Swiss, Belgia, dan Negara-negara Skandinavia.
Varietas tembakau Besuki yang telah lama dikenal oleh masyarakat yaitu
vanietas Kedu. Kemudian menyusul hibrida-hibrida hasil perkawinan antar
varietas. Namun, walaupun sudah dikenal vanietas hibrida, varietas Kedu masih
tetap dipertahankan karena memiliki sifat elastisitas, aroma, dan rasa yang baik,
terutama untuk daun pembalut dan pengisi. Keunggulan yang dimiliki galur
hibrida dibandingkan tipe Kedu terletak pada produksi dan pengolahannya.
a. Di samping menghasilkan daun-daun pembalut dan pengisi, galur hibrida
juga rnenghasilkan daun pembungkus (wrapper, dekblad) dalam jumlah
kecil.
b. Daun pembalut yang dihasilkan oleh galur hibrida, dengan menggunakan
mesin tertentu bisa digunakan sebagai pembungkus.
c. Tipe hibrida lebih disenangi oleh pembeli karena mempunyai bobot yang
lebih ringan sehingga untuk satuan berat tertentu bisa diperoleh jumlah
yang lebih banyak.
d. Produksi galur hibrida jauh lebih tinggi dibandingkan tipe Kedu.
Seperti dua varietas sebelumnya, varietas vorstenlands juga berasal dari
perkawinan antar tipe/varietas yang didatangkan dari luar negeri maupun dari
daerah lainnya. Nama vorstenlands sendiri berasal dari daerah tempat tembakau
ini diusahakan, yaitu di sekitar daerah Klaten. Varietas ini berasal dari perkawinan
varietas kenari dengan varietas timor. Setelah melalui seleksi yang terus-menerus

15

pada varietas kenari diperoleh beberapa galur kualitas yang cukup baik, tetapi
masih rentan terhadap penyakit lanas (Phytophthora nicotinae).
Akhirnya melalui perkawinan dengan varietas timor yang relatif tahan
terhadap penyakit tersebut diperoleh varietas yang diberi nama Timor
Vorstenlanden (TV). Pada perkembangan selanjutnya, melalui teknik pemuliaan
yang terus berlanjut akhirnya diperoleh varietas hibrida yang lebih dikenal dengan
nama Vorstenlands saja. Hibrida yang dihasilkan mempunyai kelebihan pada
bentuk daunnya yang lebar dan agak membulat serta memiliki sifat yang baik
sebagai tembakau cerutu.
Tembakau pipa yang dimaksud yaitu jenis tembakau yang dipergunakan
untuk pipa. Sampai sekarang, jenis tembakau yang paling baik untuk pipa yaitu
tembakau Lumajang. Tembakau ini, sesuai dengan namanya, dihasilkan di daerah
Lumajang (Jawa Timur). Varietas tembakau Lumajang yang asli mempunyai
sosok yang tinggi ramping dengan duduk daun yang mirip dengan varietas cerutu
Besuki dan Vorstenlanden. Sebelum perang kemerdekaan, tembakau Lumajang
cukup dikenal, bahkan sudah diekspor ke Eropa. Saat itu dikenal dua macam
tembakau Lumajang yakni vooroogst dan naoogst Lumajang.
Mulanya tembakau Lumajang ini dimaksudkan untuk menghasilkan
pembungkus (dekblad dan wrapper), menyaingi tembakau Deli. Akan tetapi,
karena adanya perbedaan lingkungan antara Lumajang dan Deli, maka tembakau
Lumajang ini hanya mampu menghasilkan jenis daun pembalut dan pengisi saja.
Sebagai bahan cerutu, tembakau Deli memang masih sulit ditandingi oleh
tembakau Lumajang. Namun, ternyata hal ini justru memberikan keuntungan

16

tersendiri bagi tembakau Lumajang sebab beberapa sifat yang dianggap jelek bagi
tembakau cerutu justru sesuai dengan syarat-syarat tembakau pipa.
Sayangnya tembakau Lumajang yang benar-benar asli (jembel putih dan
krungsung) sekarang ini agak sulit didapatkan. Sebab, pada saat pendudukan
Jepang pernah menghilang dari pasaran. Saat itu pasaran tembakau pipa praktis
tertutup sehingga masyarakat tidak bergairah untuk menanam kembali. Pada saat
yang bersamaan muncul jenis tembakau baru yang bernama kasturi. Kemudian
banyak petani beralih menanam jenis kasturi yang pasarannya lebih baik karena
diperlukan untuk kebutuhan lokal sebagai tembakau sigaret.
Selain jenis kasturi, ditanam juga jenis tembakau Kedu dan Virginia dalam
jumlah yang tidak terlalu banyak. Munculnya jenis-jenis baru ini menyebabkan
terjadinya percampuran antar varietas, baik secara mekanis maupun genetis.
Dengan demikian, terciptalah jenis-jenis baru yang mempunyai sifat sedikit
berbeda dengan jenis asli. Oleh karena itu, sekarang agak sulit mendapatkan jenis
jembel putih dan krungsung yang benar-henar asli. Padahal jenis-jenis yang asli
tersebut mempunyai kualitas yang sangat baik untuk bahan tembakau pipa.
Walaupun demikian, tembakau Lumajang yang ditanam sekarang sudah
lebih mendekati jenis tembakau Lumajang asli. Sebab, sejak tahun 1970-an usahausaha untuk mengembalikan jenis tembakau asli terus dilakukan. Usaha ini
diarahkan untuk menghasilkan jenis tembakau yang memiliki sifat sama dengan
jenis tembakau jembel putih.
Apabila ditanam pada tempat yang cocok, tembakau jembel putih akan
menghasilkan tembakau yang berkualitas tinggi sehingga memiliki nilai ekonomi

17

yang tinggi. Hal yang menyebabkannya yaitu jenis tembakau ini memiliki sifatsifat yang khas dan cocok untuk tembakau pipa. Umumnya, tembakau jenis ini
yang berkualitas tinggi memiliki sifat-sifat:
a. warna daunnya terang menyala (bright) kecokelatan bingga cokelat
merah,
b. daya pijarnya baik sekali, serta
c. ringan dan kenyal.
Salah satu ciri khas tembakau ini yang tidak terdapat pada jenis tembakau
lainnya, yaitu adanya bercak putih cercospora yang tetap tidak mengurangi nilai
kualitasnya. Bahkan bercak-bercak tersebut merupakan bercak keberuntungan,
karena justru menjadi ciri khas yang dicari-cari oleh penggemarnya.
Pemberian nama tembakau sigaret disesuaikan dengan kegunaannya, yaitu
sebagai bahan pembuatan rokok sigaret, baik sigaret putih maupun kretek. Cukup
banyak jenis tembakau yang dapat digunakan sebagai bahan pembuatan rokok
sigaret ini. Sebenarnya, hampir semua jenis tembakau rajangan bisa digunakan
untuk bahan rokok sigaret, Namun, tembakau yang paling banyak digunakan
untuk rokok sigaret ini adalah tembakau virginia. Dalam jumlah yang tidak terlalu
banyak digunakan juga tembakau Turki (oriental), tembakau kasturi, dan
beberapa jenis tembakau rakyat sebagai bahan campuran. Jenis tembakau rakyat
yang kadang-kadang dipergunakan untuk sigaret di antaranya tembakau Madura,
tembakau Garut (Jawa Barat), tembakau Payakumbuh (Sumatera Barat), dan
tembakau Bugis (Sulawesi Selatan).

18

Selanjutnya adalah Virginia yang berasal dari daerah Orinoco, Amerika


Serikat. Karena perkembangannya baik dan tingkat adaptasinya terhadap jenis
tanah cukup tinggi, maka sampai saat ini jenis tembakau Virginia ditanam hampir
di seluruh dunia, Tembakau ini merupakan hasil utama Amerika Serikat, yang
kemudian disusul oleh negara-negara Rhodesia, India, RRC, Filipina, dan
Indonesia.
Jenis tembakau Virginia cukup mudah dibedakan dari jenis yang lainnya
karena memiliki sosok (terutama dilihat dari daunnya) yang agak berbeda.
Tembakau ini memiliki daun yang berwarna kekuning-kuningan. Bentuk daunnya
genjang (rhomboidal) sampai jorong (elliptical), tetapi kadang-kadang bulat telur
(ovalis), ujung daunnya lancip sampai meruncing. Setiap batang biasanya
memiliki jumlah daun sekitar 20-30 helai yang tidak bertangkai (daun duduk) dan
tertancap pada batangnya dengan posisi tegak membentuk sudut 45o,
Keistimewaan jenis tembakau ini dibandingkan dengan yang lainnya
terutama tingkat adaptasinya yang cukup tinggi terhadap lingkungan dan
mempunyai kualitas yang sangat baik untuk bahan rokok sigaret. Tembakau
Virginia yang berkualitas baik, melalui pengolahan daun flue-curing akan
menghasilkan krosok yang berwarna kuning keemasan sampal kuning
jingga/limau. Di samping warnanya yang menarik, ciri khas tembakau Virginia
yaitu aromanya.
Selain tembakau Virginia, sebenarnya hampir semua tembakau rajangan
dapat digunakan sebagai bahan rokok sigaret. Akan tetapi, tembakau yang paling
cocok untuk rokok sigaret tentunya adalah tembakau Virginia. Beberapa jenis

19

tembakau lainnya yang dianggap cukup baik untuk bahan rokok sigaret di
antaranya tembakau Turki, Burley, dan Maryland, beberapa jenis tembakau rakyat
(tembakau Rembang, Madura, Garut, Payakumbuh) dan beberapa varietas
campuran dari tembakau Virginia dengan tembakau rakyat.
Di antara ketiga jenis tembakau ekspor yang paling banyak ditanam di
Indonesia yaitu tembakau Turki. Tembakau ini sudah sejak lama dikenal oleh
dunia pertembakauan karena ciri khas aromanya banyak dikagumi oleh para
perokok. Karena aromanya yang sangat baik, maka jenis tembakau ini dikenal
juga dengan nama aromatic tobacco. Dulu hampir semua pabrik rokok sigaret di
dunia menggunakan tembakau Turki sebagai campuran bahan. Akan tetapi,
kemudian perkembangannya tidak semulus awalnya, kemungkinan karena
harganya yang sangat mahal dan adanya jenis tembakau subtitusi. Di Indonesia
sendiri perkembangan tembakau Turki kurang menggembirakan karena kesulitan
dalam hal pemasaran dan produksi yang tidak terlalu tinggi untuk iklim Indonesia.
Dengan demikian, petani lebih tertarik menanam jenis tembakau Virginia dan
tembakau rakyat.
Berbeda dengan jenis tembakau lainnya, pemberian nama tembakau
asapan adalah

berdasarkan cara pengolahan daunnya, yaitu diasapi (smoke

cured). Sebenarnya pemberian nama ini kurang tepat, namun karena pengolahan
daun tembakau ini paling baik dan paling banyak dengan pengasapan, maka nama
ini sekarang sudah biasa digunakan. Di Indonesia, jenis tembakau ini banyak
dihasilkan oleh daerah Boyolali (Jawa Tengah) sehingga sering juga disebut

20

dengan nama tembakau Boyolali. Tembakau jenis ini mempunyai karakteristik


antara lain berdaun tebal, berwarna gelap, berminyak, kuat, dan berat.
Tembakau yang diperoleh dari hasil pengasapan, selain dikenal dengan
smoke cured leaf, hasil rajangannya juga sering disebut tembakau shag. Rokok
yang dibuat dan jenis tembakau ini mempunyai cirri khas sebagai tembakau berat,
baik rasa maupun aromanya dan berwarna cokelat hitam sampai cokelat merah.
Jenis tembakau seperti ini ternyata tidak hanya dikenal di Indonesia, tapi juga di
Amerika. Di sana jenis tembakau asapan paling banyak ditanam di bagian barat
Kentucky dan Tennessee. Sehingga jenis tembakau inii juga lebih dikenal dengan
nama tembakau Kentucky.
Jenis tembakau asapan yang biasa ditanam di Indonesia dapat digolongkan
menjadi tiga tipe, yaitu sili, cetok, dan benggala.
a. Tipe sili mempunyai sosok piramidal tinggi dengan daun- daunnya
yang panjang menyerupai bentuk lanset (lanceolatus) dan mempunyai tipe
daun duduk, tidak bertangkai daun.
b. Tipe cetok daunnya berbentuk seperti cetok (dalam Bahasa Jawa berarti
alat tukang batu yang biasa digunakan untuk menembok). Daunnya
bertangkai, berbentuk ovalis (bulat telur) dan sedikit meruncing pada
ujungnya. Berbeda dengan tipe sili, tipe cetok ini mempunyai sosok
berbentuk pyramidal pendek.
c. Tipe benggala mempunyai sosok yang besar, bentuk daunnya bulat
telur. Ada yang berdaun duduk, ada pula yang bertangkai. Melalul seleksi
yang berlangsung terus-menerus terhadap varietas-varietas tersebut,

21

sekarang diperoleh varietas-varietas yang lebih baik di antaranya grompol,


grompol kenongo, benggala gagang, gombel, ontel, dan cetok sendiri.
Tembakau asli yaitu yang dikenal sebagai tembakau jenis daerah, juga
sering disebut landras. Dalam istilah populernya sering disebut native tobaccoes
atau bevolkings tabak. Walaupun hampir semua ahli sudah sepakat bahwa
tanaman tembakau berasal dari benua Amerika, tetapi tembakau asli ini sudah
lama ditemukan dan tersebar di daerah tertentu di Indonesia. Sebagian ahli
memperkirakan tembakau asli ini masuk ke Indonesia (Pulau Jawa) sekitar abad
ke-16, dibawa oleh orang Portugis. Biasanya, semua proses mulai dari budidaya
sampai pengolahan dilaksanakan oleh rakyat, bahkan pemasarannya pun ditangani
langsung oleh petaninya. Pada umumnya tembakau asli ditanam oleh petani secara
campur aduk (terdiri dari berbagai varietas) dan kebanyakan pembenihannya
dilakukan sendiri oleh petani. Hal inilah yang agak menyulitkan pelacakan
varietasnya secara pasti. Belum lagi pengaruh pencampuran dengan benih-benih
impor sehingga varietas tembakau asli semakin heterogen. Tidak rnengherankan
kalau sekarang banyak dijumpai bermacam-macam varietas dalam satu hamparan
pertanaman yang dilakukan oleh petani.
Walaupun demikian, istilah tembakau asli ini lebih banyak ditujukan untuk
membedakan tembakau perkebunan dan tembakau impor dan tembakau rakyat.
Tembakau asli masih bisa dibedakan dengan jelas dan tembakau lainnya. Bentuk
daun tembakau asli bervariasi: bersayap, tidak bersayap, bertangkai panjang, dan
bertangkai pendek.

22

Tembakau yang bertangkai adalah tembakau tertua atau lebih dahulu


ditanam dl Indonesia. Jenis tembakau yang tergolong ke dalarn golongan ini yaitu
varietas fructicosa berdaun sempit dan berdaun lebar serta kombinasi dan
keduanya. Sedangkan tembakau yang berdaun duduk adalah jenis-jenis yang
ditanam di Indonesia setelah itu. Termasuk ke dalarn golongan ini yaitu varietas
havanensis berdaun sempit, sedang, dan lebar. Berbeda dengan tembakau asli,
tembakau perkebunan yang digunakan sebagai tembakau cerutu ekspor semua
daunnya bersayap dan lebar-lebar. Sedangkan tembakau ekspor, misalnya
ternbakau Virginia, adalah hibrida antara varietas Virginia dengan varietas lainya.
Untuk membedakan secara morfologis antara satu varietas dengan vanietas
lainnya yaitu dengan cara identifikasi berbagai sifat tanaman tembakau tersebut.
Di Indonesia tembakau asli kebanyakan dipakai sebagai tembakau
rajangan, sedangkan di luar negeri sangat jarang dilakukan. Hasil rajangan ini
cukup bervariasi, mulai dan rajangan kasar, tengahan, dan halus. Dilihat dari
warnanya juga cukup bervariasi, rnulai dari kuning emas, merah, cokelat, sampai
hitam kelam. Perbedaan warna ini Sebenarnya masih bisa dimodifikasi sesuai
dengan keinginan, kecuali warna kuning yang berhubungan erat dengan varietas
yang ditanam. Penggunaan jenis tembakau ini juga cukup bervariasi sebagai
bahan campuran dalam industri rokok kretek dan sigaret, dibuat lintingan, atau
sering juga digunakan untuk tembakau susur.
Banyak orang yang rnenyangsikan prospek tembakau asil/rakyat ini.
Sebab, setelah munculnya jenis-jenis tembakau ekspor (terutama Virginia),
tembakau asli menjadi tersisihkan. Anggapan ini tidak benar sebab dalam

23

beberapa hal tembakau asli memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh tembakau
impor. Beberapa kelebihan penting yang dimiliki tembakau asli di antaranya
adalah lebih tahan terhadap penyakit lanas, serta pengeringan daunnya bisa
dilakukan secara seclerhana (sun/air curing) sehingga biaya pengolahanya lebih
murah.
Ketahanan tembakau asli terhadap penyakit dibandingkan tembakau
Virginia menyebabkan jenis tembakau ini lebih menjanjikan kelangsungan
produksi yang mantap. Salah satu kesulitan yang dialami oleh para petani
tembakau virginia yaitu penggunaan biaya dan keperluan baban bakar yang cukup
tinggi untuk pengeringan daunnya. Padahal, untuk ternbakau asli hal ini tidak
menjadi masalah karena pengolahannya cukup dengan dijemur. Di samping itu,
beberapa jenis tembakau asli rnempunyai kualitas yang tidak kalah dengan
tembakau Virginia sehingga dapat menggantikan (subtitusi) tembakau Virginia.
Beberapa tembakau asli yang memiliki kualitas cukup baik di antaranya tembakau
Rembang, Bojonegoro, Kasturi, Kayurnas, Molek, Madura, Kedu, Payakumbuh,
Takengon, dan Bone.
Lebih lanjut Abdullah (1991:1) menambahkan tentang jenis tembakau.
Yaitu: Berdasarkan waktu dan masa panen, maka jenis tembakau dapat dibagi
menjadi 2, yakni: tembakau musim penghujan dan tembakau musim kemarau
(dalam istilah bahasa Belanda tanaman No = Na Oogst dan tanaman VO = Voor
oogst. Tembakau yang tergolong musim penghujan adalah tanaman jenis cerutu.
Sedang tembakau yang tergolong musim kemarau adalah jenis sigaret (termasuk
Virginia, Aseli. Turki, Burley. rajangan, asapan, garangan). Untuk tembakau jenis

24

pipa berada pada musim antara penghujan dan kemarau (NO-VO). Dalam hai ini,
penulis memfokuskan diri pada tanaman tembakau yang tergolong pada tanaman
tembakau musim kemarau yaitu tanaman tembakau jenis sigaret (Virginia) di
Kecamatan Bantarujeg Kabupaten Majalengka.

2. Persyaratan Tumbuh Tanaman Tembakau


Menurut Dinas Perkebunan (2002:3) mengemukakan Tanaman tembakau
termasuk keluarga solanaceae, spesies tabacum yang dapat tumbuh pada dataran
rendah maupun dataran tinggi sampai dengan 2.000 m dpl. Sedang menurut
Suwarso (1999:8) Tembakau dapat tumbuh di daerah tropis maupun subtropis,
dan 450 LS sampai 60 LS, di dataran rendah sampai dataran tinggi 1500 m dpl.
Berikut secara detail, menurut Dinas Perkebunan (2002:3) Persyaratan
tumbuh tanaman tembakau, yaitu:
1. Tanah yang cocok untuk tanaman tembakau yang terpenting adalah tanah
tersebut harus cukup gembur, mempunyai kandungan humus yang cukup
serta dapat merembeskan air dengan baik tetapi tidak terlalu cepat kering.
Jenis tanah seperti itu adalah podsolik, latosol, tanah vulkanik lempung
berdebu.
2. Tanaman tembakau memerlukan penyinaran matahari yang cukup, jadi
diperlukan medan yang terbuka, lahan yang terlindung oleh pepohonan
kurang baik untuk pertumbuhan tembakau.
3. Tanaman tembakau menghendaki keadaan kering 2-3 bulan. terutama
pemasakan daun, panen, prosesing, sehingga curah hujan merupakan
faktor yang menentukan hasil dan mutu tembakau, demikian juga
intensitas matahari yang tinggi sangat diperlukan saat panen dan
pengeringan, sehingga untuk penanaman tembakau perlu mengetahui
karakteristik daerah setempat terutama curah hujan dan intensitas
penyinaran matahari.

25

Menurut Tuti Aswati (2006:55), Tembakau dapat tumbuh dengan


baikdengan karakterisktik lahan sebagai berikut.
1. Tinggi tempat

: 200 m dpl-2000 m dpl

2. Curah hujan

: 100 mm/bulan -90 mm/bulan

3. Kondisi Tanah

: kapasitas menahan air kuat dan drainase baik

4. pH tanah

: 5,5 - 6,5.

Sejalan dengan hal tersebut, Prabowo (2007:10) mengemukakan:


Persyaratan tumbuh tanaman tembakau adalah curah hujan rata-rata 2000
mm/tahun, Suhu udara yang cocok antara 2 1-32 derajat C, pH antara 5-6.
Tanah gembur, remah, mudah mengikat air, memiliki tata air dan udara
yang baik sehingga dapat meningkatkan drainase, ketinggian antara 2003.000 m dpl.
Telah diungkapkan sebelumnya bahwa diperlukan budidaya yang intensif
untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Persyaratan tumbuh tanaman tembakau
pada pernyataan di atas telah menjadikan bahan masukan pada proses budidaya
tanaman tembakau. Pemadu serasian antara aspek budidaya dengan aspek
klasifikasi syarat tumbuh tanaman tembakau akan mendapatkan hasil yang lebih
optimal.

C. Pengolahan Tembakau
a. Pembuangan gagang
Sesudah daun dipetik dan sebelum difermentasi (diperam) gagang dibuang
terlebih dahulu.
b. Fermentasi
Sebelum diperam tulang daun dibuang, kemudian daun sejumlah 15-20 helai
ditumpuk dan digulung. Gulungan daun diperam pada rak peraman atau diatas

26

lantai yang diberi alas ditikar atau daun-daun kering. Waktu atau lamanya
pemeraman disesuaikan dengan kelas daun serta warna tembakau rajangan
yang akan diperoleh.
c. Peraman: 1 - 2 hari
Warna hijau (daun pasir kaki)
d. Peraman: 2-3 hari
Wama hijau kuning (daun tengah)
e. Peraman: 3-4 hari
Warna kuning (daun tengah)
f. Peraman : 4 - 5 hari
Warna kuning cokelat - cokelat tua (daun atas)
g. Peraman: 5 7 hari
Warna cokelat hitam (daun atas + pucuk)
h. Merajang
Pekerjaan merajang dilakukan pada pagi hari dan selesai sebelum jam 08.00
pagi. Hal ini dimaksudkan agar tembakau rajangan tersebut dapat kering
dijemur pada hari itu juga dengan warna yang cerah.
Ukuran irisan rajangan bervariasi disesuaikan dengan permintaan pasar atau
kebiasaan lokal:
a. Rajangan kasar : tebal irisan 2,5 - 5 mm
b. Rajangan sedang : tebal irisan 1,5 - 2 mm
c. Rajangan halus : tebal irisan 0,5 - 1 mm
d. Persiapan pengeringan

27

Tembakau

yang

sudah

dirajang

dipapar

diatas

rigen.

Memaparnya

diusahakan setipis mungkin agar saat penjemuran bisa lekas kering.


e. Menjemur/mengeringkan
Irisan rajangan tembakau yang sudah dipapar harus segera dijemur pada
sinar matahari langsung. Untuk memperoleh warna yang seragam. maka
setelah dijemur lebih kurang lamanya 3 jam paparan harus dibalik,
kemudian dijemur lagi sampai kering.
Setelah kering lalu diangin-angin sampai tembakau rajangan menjadi

elastis,

kemudian digulung kecil-kecil untuk dimasukkan dalam keranjang atau tikar


pembungkus.
f. Ageing
Sesudah rajangan kering ditaruh didalam keranjang dengan dilapisi kulit atau
pelepah pisang kering agar terjadi ageing.
g. Sortasi
Sampai saat ini (tahun 1982) belum ada standar mutu tembakau rajangan yang
ditetapkan secara seragam.
h. Pengepakan
Pengepakan dilakukan secara sederhana dengan menggunakan pembungkus
tikar dimaksudkan untuk siap jual.
i. Penyimpanan
Dalam penyimpanan perlu diperhatikan proses pembalikannya. Untuk
mencegah serangan hama dan penyakit sebaiknya disimpan ditempat yang
cukup kering, demikian juga kondisi tembakaunya.

28

C. Kondisi Sosial Ekonomi


Kondisi sosial ekonomi menggambarkan keadaan sosial dan ekonomi
suatu masyarakat. Kondisi ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya
mata pencaharian, pendidikan dan pendapatan. Masing-masing dan faktor tersebut
memiliki keterkaitan yang erat dan bersifat saling mempengaruhi antara yang satu
dengan yang lainnya.
Dari kondisi ini pula dapat diperoleh gambaran mengenai kondisi
kesejahteraan masyarakatnya berdasarkan indikator tertentu yakni pendapatan
Pendidikan, kesehatan, kepemilikan rumah, dan kepemilikan sarana informasi dan
transportasi.
1.

Mata pencaharian
Kebutuhan manusia yang utama adalah kebutuhan akan makanan.

Kebutuhan ini dikenal juga sebagai kebutuhan primer yang bersifat mendesak
harus segera dipenuhi dan berlangsung secara terus-menerus selama manusia yang
bersangkutan masih hidup. Dari kebutuhan ini pula muncul aktivitas yang
dinamakan mata pencaharian. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh
Mutakin dan Kamil Pasva (2002:54) dalam Pratama, Meindra (2008) yakni:
Untuk mendapatkan makanan maka manusia berusaha mendapatkannya,
hanya cara untuk mendapatkan makanan ini tidak dilakukan satu kali saja
tetapi secara terus-menerus selama manusia yang bersangkutan masih hidup,
akibat dan kebutuhan hidup tersebut maka manusia berusaha untuk
memperolehnya secara terus-menerus. Sehingga munculah aktivitas yang
berhubungan dengan mendapatkan bahan makanan sebagai kebutuhan dasar
yaitu mata pencaharian.
Berdasarkan ungkapan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk memenuhi
kebutuhan hidup, manusia harus berusaha. Wujud usaha yang dilakukan adalah
dengan adanya aktivitas kerja. Karena dengan bekerjalah seseorang bisa

29

memperoleh upah baik dalam bentuk uang maupun barang untuk memenuhi
kebutuhan hidup.
Adapun pengertian pekerja menurut Badan Pusat Statistik (2002:3) sebagai
berikut:
Pekerja adalah seseorang yang bekerja pada orang lain atau instansi atau
kantor secara tetap dengan menerima upah atau gaji atau pendapatan
berupa uang maupun barang. Dalam hal ini terdiri dan pekerja atau buruh
atau karyawan, pekerja bebas disektor pertanian dan non pertanian.
Pada pengertian di atas terdapat istilah yang berkenaan dengan
ketenagakerjaan seperti buruh, karyawan, pekerja bebas dipertanian dan dinon
pertanian. Sastrohadiwirvo (2003:27) mengemukakan pengertian buruh dan
karyawan sebagai berikut:
Buruh adalah mereka yang bekerja pada usaha perorangan dan diberikan
imbalan kerja secara harian maupun borongan sesuai dengan kesepakatan
kedua belah pihak, baik lisan maupun tertulis, yang biasanya imbalan kerja
tersebut diberikan secara harian. Karyawan adalah mereka yang bekerja
pada suatu badan usaha atau perusahaan. baik swasta maupun pemerintah
dan diberikan imbalan kerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku baik yang bersifat harian, mingguan, maupun bulanan yang
biasanya imbalan tersebut diberikan secara mingguan.
Sedangkan seseorang disebut sebagai pekerja bebas apabila ia bekerja pada
orang atau instansi atau majikan secara tidak tetap (lebih dari satu majikan dalam
sebulan terakhir) pada usaha pertanian maupun non pertanian atas dasar balas jasa
dengan menerima upah atau imbalan baik berupa uang maupun barang baik
dengan sistem harian maupun borongan.
Dalam aktivitas kerja, suatu pekerjaan dapat dilakukan oleh laki-laki
maupun oleh perempuan atau oleh laki-laki atau oleh perempuan saja. Bahkan
arena alasan tertentu seperti tuntutan ekonomi anak pun tidak jarang dilibatkan
dalam aktivitas kerja. Padahal dengan dipekerjakannya anak bukan hanya

30

melanggar haknya saja tetapi juga membawa dampak buruk bagi anak-anak. baik
secara fisik maupun psikis. Lebih jauh, bekerja dikhawatirkan akan menggangu
masa depan anak-anak untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.Bellamy
(Usman dan Nachrowi, 2004:1-2) menyatakan bahwa:
Anak-anak yang bekerja diusia dini, yang biasanya berasal dari keluarga
miskin dengan pendidikan yang terabaikan, sesungguhnya akan
melestarikan kemiskinan, karena anak yang bekerja tumbuh menjadi
seorang dewasa yang terjebak dalam pekerjaan yang tak terlatih, dan
dengan upah yang sanga buruk.

Walaupun demikian pada kenyataanya bahwa keluarga miskin sangat


membutuhkan pekerjaan bagi anak-anaknya, baik untuk membantu perekonomian
keluarga, maupun melangsungkan hidupnya sendiri. Oleh karena itu, walaupun
Indonesia telah meratifikasi Konvensi ILO (Internasional Labour Organization)
1973/1938 yang menetapkan batas batas usia minimal untuk diperbolehkan
bekerja, yaitu 15 tahun, pemerintah tidak dapat memberlakukannya secara tegas.
Telah sejak lama Indonesia lebih memilih kebijakan untuk mentolerir keberadaan
pekerja anak dengan memberikan perlindungan terhadap mereka.
a) Pendapatan
Bekerja dapat membuat seseorang memperolah imbalan atau upah atas
kegiatan atau pekerjaan yang telah dilakukannya. Pekerja dan keluarganya
mempunya ketergantungan terhadap besarnya nilai upah yang diterima untuk
memenuhi kebutuhan hidup, mulai dari kebutuhan pangan, sandang, papan dan
beragam kebutuhan Iainnya.
Pemerintah sebagai institusi yang mewakili negara dan masyarakat,
mempunyai kepentingan untuk menetapkan kebijakan pengupahan guna

31

menjamin kelangsungan kehidupan yang layak bagi pekerja dan keluarganya,


yakni dengan mengarahkan agar penentuan besarnya upah mengacu kepada
terpenuhinya Kebutuhan Hidup Minimum (KHM).
Sebagai tindak lanjut terhadap kebijakan pengupahan, maka pemerintah
mengeluarkan ketetapan upah minimum sebagai suatu keharusan perusahaan
untuk membayar upah sekurang-kurangnya sama dengan Kebutuhan Hidup
Minimum (KHM) kepada pekerja yang paling rendah tingkatannya.
Pengaturan pengupahan ditetapkan atas kesepakatan antara pengusaha dan
pekerja, tidak boleh lebih rendah atau bertentangan dengan ketentuan pengupahan
yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Jika
kesepakatan tersebut ternyata lebih rendah atau bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan, kesepakatan tersebut batal demi hukum.
Perlindungan pengupahan bagi pekerja meliputi upah minimum, up kerja
lembur, upah tidak masuk kerja karena sakit, upah tidak masuk karena melakukan
kegiatan lain diluar pekerjaannya, upah karena menjalankan hak waktu istirahat
kerjanya.
Upah minimum ini hanya berlaku bagi sektor usaha formal dan tidak
untuk usaha informal (pekerja bebas dipertanian dan nonpertanian). Sehingga
upah yang diperoleh pada sektor inform ini dapat melebihi upah minimum atau
jauh dibawah upah minimum.
Untuk pemberian balas jasa yang telah dilakukan berkaitan erat dengan
sistem perburuhan dimana didalamnya dikenal adanya buruh harian, buruh
bulanan, dan buruh borongan. Buruh harian didasarkan pada pemberian balas jasa

32

tenaga atau upah menurut satuan waktu harian, tenaga buruh bulanan diikat
dengan perjanjian kerja dan diberi imbalan jasa tetap setiap bulan sedangkan
buruh borongan pada umumnya didasarkan kepada perjanjian mengerjakan
sejumlah pekerjaan tertentu dengan upah tertentu pula.
b) Pendidikan
Pendidikan dapat diperoleh oleh seseorang mulai dan kelahirannya sampai
pada kematiannya. Pendidikan yang dimaksud dapat dibedakan menjadi
pendidikan informal, formal dan nonformal. Adapun yang membedakan antara
ketiganya adalah dalam hal penyelenggaraannya. Pendidikan informal diperoleh
dari lingkungan keluarga yang berlangsung secara alami dan wajar. Sebaliknya
dengan pendidikan formal diperoleh dan lingkungan sekolah merupakati kegiatan
yang secara sengaja dirancang dan dilaksanakan dengan aturan-aturan yang ketat
seperti harus berjenjang dan berkesinambungan. Sedangkan pendidikan nonformal
diperoleh dan lingkungan masyarakat seperti kursus dan kelompok belajar yang
tidak dipersyaratkan berjenjang dan berkesinambungan serta dengan aturan-aturan
yang lebih longgar.
Untuk

pendidikan

formal

dipersyaratkan

harus

berjenjang

dan

berkekesinambungan. Jenjang yang dimaksud terdiri atas jenjang pendidikan


dasar pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Yang termasuk kedalam
jenjang pendidikan dasar yakni Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama. Jenjang pendidikan menengah berupa Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
atau satuan pendidikan lain yang sederajat. Sedangkan pendidikan tinggi disebut
Perguruan Tinggi yang berbentuk akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut
dan unversitas.

33

Pendidikan dasar diselenggarakan untuk memberikan bekal dasar yang


diperlukan untuk hidup dalam masyarakat berupa pengembangan sikap,
pergetahuan dan keterampilan dasar. Disamping itu juga berfungsi untuk
mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti
pendidikan menengah.
Jenjang pendidikan menengah dalam hubungan kebawah sebagai lanjutan
dan perluasan pendidikan dasar, dalam hubungan keatas mempersiapkan peserta
didik untuk mengikuti pendidikan tinggi ataupun memasuki lapangan kerja.
Jenjang pendidikan atas disebut perguruan tinggi merupakan kelanjutan
pendidikan yang ada dibawahnya diselenggarakan untuk mempersiapkan peserta
didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki akademik dan atau professional
yang dapat menerapkan, mengembangkan

dan atau menciptakan

ilmu

pengetahuan, teknologi dan atau kesenian.


Salah satu fungsi dan pendidikan adalah menyiapkan seseorang sehingga
memiliki bekal dasar untuk bekerja. Pembekalan dasar ini berupa pembentukan,
pengetahuan, dan keterampilan kerja, ini menjadi misi penting dari didikan karena
bekerja menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia. Kerja menjadi
penopang hidup seseorang dan keluarga sehingga tidak tergantung kepada pihak
atau keluarga yang lain. Melalui kegiatan bekerja pula orang mendapat kepuasan
bukan saja karena menerima imbalan melainkan karena dapat memberikan sesuatu
kepada orang lain, bergaul, berkreasi dan sibuk diri.
Pendidikan dan keterampilan memang bukan satu-satunya faktor yang
ditentukan besar-kecilnya imbalan yang diterima pekerja, karena dalam usaha

34

ditentukan oleh faktor lain seperti penguasaan modal, ketekunan. dsb. tapi dengan
pendidikan yang dimiliki seseorang lebih mampu memilih berbagai alternatif
pekerjaan serta lebih mampu mengelola sutu usaha. sehingga layak untuk
mendapatkan upah yang lebih tinggi. Sedangkan pada jenjang pendidikan yang
rendah peserta didik hanya diberikan bekal kemampuan dasar dan diasumsikan
memiliki kemampuan serta keterampilan pekerjaan yang masih dah. Sehingga
akibat dari pekerja dengan keterampilan yang belum cukup ini kemungkinan besar
hanya mampu melakukan pekerjaan yang melibatkan kemampuan fisik saja.
Investasi pendidikan bagi kesejahteraan hidup itu penting. Hal ini
menunjukkan dengan adanya perbedaan rata-rata upah yang diterima oleh masingmasing jenjang yakni untuk pekerja dengan tingkat pendidikan rendah (<SLTA)
dan menengah (SLTA) masing-masing sebesar 1/3 atau 2/3 kali lipat dari
Pendidikan tinggi.
c) Kesejahteraan
a) Pengertian Kesejahteraan
Setiap keluarga pasti mendambakan kehidupan yang sejahtera baik secara
materi maupun nonmateri. Karena dengan tercapainya hidup sejahtera maka
ketentraman, ketenangan, dan kebahagiaan dalam hidup akan tercapai pula.
Sulastri (dalam Solih, 1983:14) mengemukakan mengenai kesejahteraan yakni:
Kesejahteraan menggambarkan kemajuan atau kesuksesan dalam hidup
baik secara materil, mental spiritual dan sosial secara seimbang, sehingga
menimbulkan ketentraman dan ketenangan hidup, sehingga dapat
menyongsong kehidupan mendatang dengan gembira dan optimal.
Sedangkan pengertian kesejahteran berdasarkan kamus Websters New
Internasional Dictionary (dalam Solih. 1983:14) yakni menggambarakan situasi

35

kerja

yang menunjukkan

kesuksesan.

kemakmuran,

dan

meliputi

juga

kebahagiaan karena terdapatnya nasib yang baik.


b) Indikator Kesejahteraan
Tingkat Kesejahteraan Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN). Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (Badan
Pemberdayaan masyaakat Daerah Provinsi jabar, 2003:18) mengelompokan
keluarga berdasarkan tahapan pencapaian tingkat kesejahteraannya menjadi lima,
yaitu:

Keluarga Pra sejahtera yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi


kebutuhan dasarnya (basic need) secara minimal, seperti kebutuhan akan
pengajaran agama, pangan, sandang, papan dan kesehatan.

Keluarga Sejahtera tahap I yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat


memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat
memenuhi seluruh kebutuhan sosial psikologinya (socio psycologica1
need) seperti kebutuhan akan pendidikan, keluarga berencana, interaksi
dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal dan
transportasi

Keluarga sejahtera tahap II yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat


memenuhi kebutuhan dasarnya, juga telah dapat memenuhi seluruh
kebutuhan psikologinya, akan tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan
kebutuhan perkembangannya (developmental need) seperti kebutuhan
untuk menabung dan memperoleh informasi.
Keluarga sejahtera tahap III yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya juga telah memenuhi kebutuhan psikologinya dan
kebutuhan

perkembangannya,

namun

belum

dapat

memberikan

sumbangan (kontribusi) yang maksimal terhadap masyarakat secara teratur


(waktu tertentu) memberikan sumbangan dalam bentuk material dan
keuangan untuk kepentirigan sosial kemasyarakatan serta berperan aktif
dengan menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan, atau yayasan sosial.
keagamaan, kesenian, olah raga, pndidikan dan sebagainya.

36

Keluarga sejahtera III Plus yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat


memenuhi kebutuhan dasarnya, juga telah memenuhi kebutuhan sosial
psikologinya dan kebutuhan pengembangan serta telah dapat pula
memberikan sumbangan atau koritribusi yang nyata dan berkelanjuan bagi
masyarakat.
Secara urutan untuk menentukan status suatu keluarga sejahtera digunakan
indikator yang dibagi menjadi lima tahapan keluarga sejahtera, yaitu:
1. Keluarga Pra Sejahtera (Pra S)
Belum dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator keluarga sejahtera
(KS I)
2. Keluarga Sejahtera I (KS I)
Melaksanakan ibadah
Makan dua kali sehari atau lebih
Memiliki pakaian yang berbeda untuk aktivitas
Bagian terluas lantai rumah bukan dari tanah, dan
Bila anak sakit dibawa kesarana kesehatan
3. Keluarga Sejahtera II (KS II)
Ibadah teratur
Daging atau ikan atau telur satu kali seminggu
Satu stel pakaian baru per tahun
Luas lantai kurang dan 8 meter per jiwa
Sehat tiga bulan terakhir
Punya penghasilan tetap
Usia 10-60 tahun bisa baca tulis huruf latin
Usia 7-15 tahun bersekolah
Anak kurang dari dua ber KB
4.

Keluarga Sejahtera III (KS Ill)


Meningkatkan pengetahuan agama
Sebagian penghasilan ditabung

37

Makan bersamaan dimanfaatkan untuk berkomunikasi


Ikut kegiatan masyarakat dilingkungan tempat tinggal
Rekreasi bersama minimal satu kali dalam enam bulan
Memperoleh informasi
Mampu menggunakan sarana transportasi
5. Keluarga sejahtera III Plus
Secara sukarela memberikan sumbangan secara teratur
Aktif sebagai pengurus perkumpulan atau yayasan atau institusi

D. Tingkat Kesejahteraan Menurut Badan Pusat Statistik


Badan Pusat Statistik (2002) menetapkan indikator untuk mengukur
tingkat kesejahteraan yakni berdasarkan pendidikan, kesehatan dan gizi, taraf dan
pola konsumsi rumah tangga ketenagakerjaan, perumahan dan lingkungan.
1. Pendidikan
Kemampuan baca tulis penduduk dewasa merupakan ukuran yang sangat
mendasar dari tingkat pendidikan yang tercermin dan data angka melek huruf
yaitu persentase penduduk usia 1 tahun keatas yang dapat membaca huruf latin
dan huruf lainnya.
Indikator lainnya adalah rata-rata lama sekolah dan angka putus. Secara
umum rata-rata lama sekolah menunjukkan jenjang pendidikan yang telah dicapai
oleh penduduk usia 15 tahun keatas. Sedangkan angka putus sekolah
mencerminkan anak-anak usia sekolah yang sudah tidak bersekolah lagi atau tidak
menamatkan suatu jenjang pendidikan.

38

2. Kesehatan dan Gizi


Salah satu aspek penting kesejahteraan adalah kualitas fisik penduduk
yang dapat dilihat dari derajat kesehatan adalah angka kematian bayi dan angka
harapan hidup.
3. Taraf dan Pola Konsumsi Rumah Tangga
Berkurangnya jumlah penduduk miskin mencerminkan bahwa secara
keseluruhan pendapatan penduduk meningkat, sedangkan meningkatnya jumlah
peaduduk miskin mengindikasikan menurunnya pendapatan penduduk.
Data pengeluaran dapat mengungkapkan tentang pola konsumsi rumah
tangga secara umum dengan menggunakan indikator proporsi pengeluaran
makanan dan non makanan. Semakin tinggi pandapatan maka porsi pengeluaran
unuk makanan bergeser kepengeluaran nonmakanan.
4. Ketenagakerjaan
Ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek penting tidak hanya untuk
mencapai kepuasan individu, tetap juga untuk memenuhi perekonomian rumah
tangga dan kesejahteraan seluruh masyarakat. Pada suatu kelompok masyarakat.
Sebagian dari mereka utamanya yang memasuki usia kerja diharapkan terlibat
dilapangan kerja tertentu atau aktif dalam kegiatan perekonomian.
5. Perumahan dan Lingkungan
Rumah dapat dijadikan indikator bagi kesejahteraan pemiliknya. Karena
Semakin baik fasilitas yang dimiliki oleh rumah tersebut, dapat dipastikan bahwa
kelurga yang menempati rumah tersebut hidup secara sejahtera. Berbagai fasilitas
yang dimiliki telaht mencerminkan tingkat kesejahteraan tersebut antara lain

39

dilihat dan luas lantai rumah, sumber air minum. fasilitas tempat buang air besar
rumah tangga dan juga tempat penampungan kotoran akhir.
Luas lantai rumah tinggal selain digunakan sebagai indikator untuk
menilai kemampuan sosial masyarakat, juga dikaitkan dengan sistem kesehatan
lingkungan keluarga atau tempat tinggal (rumah) karena luas lantai menunjukkan
tingkat kepadatan hunian atau rata-rata luas ruang untuk setiap anggota keluarga..
Rumah tangga dengan jenis lantai keramik atau marmer mempunyai
tingkat

kesejahteraan

yang

lebih

baik

daripada

rumah

tangga

yang

mempergunakan jenis lantai semen, atau tanah. Jenis lantai ini juga dapat
mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat.
Indikator lainya dari kualitas perumahan yang layak ialah perumahan
tersebut telah menggunakan atap yang layak untuk dipakai sebagai tempat
berlindung dan ditopang oleh dinding yang permanen.

Anda mungkin juga menyukai