TINJAUAN PUSTAKA
tembakau
sebagai berikut.
Tanaman Tembakau dikenal dengan nama latinnya yaitu Nicotiana
Tabacum. merupakan salah satu tanaman perkebunan yang mempunyai
peranan cukup penting bagi perekonomian nasional yaitu menyumbang
pendapatan Negara melalui cukai rokok dan devisa, serta sebagai salah
satu sumber ekonomi di pedesaan berupa usaha perkebunan rakyat.
Menurut Suwarso (1999:8), mengemukakan bahwa tanaman tembakau
merupakan tanaman semusim, umur sampai selesai panen sekitar 90-120 hari.
Untuk mendapatkan hasil yang baik memerlukan budidaya yang intensif. Lebih
lanjut Suwarso (1999: 8) menambahkan kegunaan tanaman tembakau yaitu:
Daun yang dikeringkan menjadi bahan baku rokok sigaret putih, rokok
kretek, rokok cerutu, tembakau pipa, tembakau shag, tembakau tingwe,
tembakau susur. Air perasan daun tembakau digunakan untuk pembersih
luka, dapat juga sebagai pestisida baik untuk tanaman maupun ternak. Juga
dikenal sebagai pelengkap makan sirih terutama dalam upacara
perkawinan. Bijinya dapat menghasilkan minyak digunakan sebagai
minyak cat. Saat ini kegunaan utama daunnya untuk rokok dan cerutu.
Berlandaskan beberapa pernyataan di atas, tembakau merupakan tanaman
perkebunan rakyat yang ditanam semusim. Jenis tembakau ini sangat beragam
dengan umur 90-120 hari. Dan mulai akar hingga daun, tembakau mempunyai
banyak manfaat. Namun diperlukan budidaya yang intensif untuk mendapatkan
hasil yang lebih baik.
Pada setiap tanaman memiliki kondisi optimal untuk tumbuh berkembang.
Kondisi tersebut dapat diartikan oleh banyak parameter seperti halnya curah
10
pemupukan,
pengolahan
lahan
dan
lainnya.
Jika
kondisinya
11
jenis-jenis
tembakau
tidak
mudah
dibedakan.
Untuk
12
Belanda disebut Voor Oogst (VO) atau sering juga disebut onberegend tabak) dan
tembakau musim hujan (dikenal dengan nama Naoogst (NO) atau beregend
tabak). Tembakau VO ditanam pada akhir musim hujan dan dipanen pada musim
kemarau karena pada waktu panen sebaiknya tidak sampai kehujanan. Sedangkan
penanaman tembakau NO dilakukan pada awal musim hujan atau akhir musim
kemarau dan dipanen pada saat musim hujan. Berdasarkan penggunaannya, secara
umum tembakau digolongkan menjadi 5 jenis.
Secara lengkap, penggolongan jenis ternbakau berdasarkan waktu tanam
dan penggunaannya adalah sebagai berikut.
a) Tembakau musim hujan (NO)
- Tembakau cerutu
- Tembakau pipa
b) Tembakau musim kemarau (VO)
- Tembakau sigaret (putih)
- Tembakau asapan
- Ternbakau asli/rakyat (kebanyakan tipe rajangan)
c.
Tembakau Cerutu
13
14
15
pada varietas kenari diperoleh beberapa galur kualitas yang cukup baik, tetapi
masih rentan terhadap penyakit lanas (Phytophthora nicotinae).
Akhirnya melalui perkawinan dengan varietas timor yang relatif tahan
terhadap penyakit tersebut diperoleh varietas yang diberi nama Timor
Vorstenlanden (TV). Pada perkembangan selanjutnya, melalui teknik pemuliaan
yang terus berlanjut akhirnya diperoleh varietas hibrida yang lebih dikenal dengan
nama Vorstenlands saja. Hibrida yang dihasilkan mempunyai kelebihan pada
bentuk daunnya yang lebar dan agak membulat serta memiliki sifat yang baik
sebagai tembakau cerutu.
Tembakau pipa yang dimaksud yaitu jenis tembakau yang dipergunakan
untuk pipa. Sampai sekarang, jenis tembakau yang paling baik untuk pipa yaitu
tembakau Lumajang. Tembakau ini, sesuai dengan namanya, dihasilkan di daerah
Lumajang (Jawa Timur). Varietas tembakau Lumajang yang asli mempunyai
sosok yang tinggi ramping dengan duduk daun yang mirip dengan varietas cerutu
Besuki dan Vorstenlanden. Sebelum perang kemerdekaan, tembakau Lumajang
cukup dikenal, bahkan sudah diekspor ke Eropa. Saat itu dikenal dua macam
tembakau Lumajang yakni vooroogst dan naoogst Lumajang.
Mulanya tembakau Lumajang ini dimaksudkan untuk menghasilkan
pembungkus (dekblad dan wrapper), menyaingi tembakau Deli. Akan tetapi,
karena adanya perbedaan lingkungan antara Lumajang dan Deli, maka tembakau
Lumajang ini hanya mampu menghasilkan jenis daun pembalut dan pengisi saja.
Sebagai bahan cerutu, tembakau Deli memang masih sulit ditandingi oleh
tembakau Lumajang. Namun, ternyata hal ini justru memberikan keuntungan
16
tersendiri bagi tembakau Lumajang sebab beberapa sifat yang dianggap jelek bagi
tembakau cerutu justru sesuai dengan syarat-syarat tembakau pipa.
Sayangnya tembakau Lumajang yang benar-benar asli (jembel putih dan
krungsung) sekarang ini agak sulit didapatkan. Sebab, pada saat pendudukan
Jepang pernah menghilang dari pasaran. Saat itu pasaran tembakau pipa praktis
tertutup sehingga masyarakat tidak bergairah untuk menanam kembali. Pada saat
yang bersamaan muncul jenis tembakau baru yang bernama kasturi. Kemudian
banyak petani beralih menanam jenis kasturi yang pasarannya lebih baik karena
diperlukan untuk kebutuhan lokal sebagai tembakau sigaret.
Selain jenis kasturi, ditanam juga jenis tembakau Kedu dan Virginia dalam
jumlah yang tidak terlalu banyak. Munculnya jenis-jenis baru ini menyebabkan
terjadinya percampuran antar varietas, baik secara mekanis maupun genetis.
Dengan demikian, terciptalah jenis-jenis baru yang mempunyai sifat sedikit
berbeda dengan jenis asli. Oleh karena itu, sekarang agak sulit mendapatkan jenis
jembel putih dan krungsung yang benar-henar asli. Padahal jenis-jenis yang asli
tersebut mempunyai kualitas yang sangat baik untuk bahan tembakau pipa.
Walaupun demikian, tembakau Lumajang yang ditanam sekarang sudah
lebih mendekati jenis tembakau Lumajang asli. Sebab, sejak tahun 1970-an usahausaha untuk mengembalikan jenis tembakau asli terus dilakukan. Usaha ini
diarahkan untuk menghasilkan jenis tembakau yang memiliki sifat sama dengan
jenis tembakau jembel putih.
Apabila ditanam pada tempat yang cocok, tembakau jembel putih akan
menghasilkan tembakau yang berkualitas tinggi sehingga memiliki nilai ekonomi
17
yang tinggi. Hal yang menyebabkannya yaitu jenis tembakau ini memiliki sifatsifat yang khas dan cocok untuk tembakau pipa. Umumnya, tembakau jenis ini
yang berkualitas tinggi memiliki sifat-sifat:
a. warna daunnya terang menyala (bright) kecokelatan bingga cokelat
merah,
b. daya pijarnya baik sekali, serta
c. ringan dan kenyal.
Salah satu ciri khas tembakau ini yang tidak terdapat pada jenis tembakau
lainnya, yaitu adanya bercak putih cercospora yang tetap tidak mengurangi nilai
kualitasnya. Bahkan bercak-bercak tersebut merupakan bercak keberuntungan,
karena justru menjadi ciri khas yang dicari-cari oleh penggemarnya.
Pemberian nama tembakau sigaret disesuaikan dengan kegunaannya, yaitu
sebagai bahan pembuatan rokok sigaret, baik sigaret putih maupun kretek. Cukup
banyak jenis tembakau yang dapat digunakan sebagai bahan pembuatan rokok
sigaret ini. Sebenarnya, hampir semua jenis tembakau rajangan bisa digunakan
untuk bahan rokok sigaret, Namun, tembakau yang paling banyak digunakan
untuk rokok sigaret ini adalah tembakau virginia. Dalam jumlah yang tidak terlalu
banyak digunakan juga tembakau Turki (oriental), tembakau kasturi, dan
beberapa jenis tembakau rakyat sebagai bahan campuran. Jenis tembakau rakyat
yang kadang-kadang dipergunakan untuk sigaret di antaranya tembakau Madura,
tembakau Garut (Jawa Barat), tembakau Payakumbuh (Sumatera Barat), dan
tembakau Bugis (Sulawesi Selatan).
18
19
tembakau lainnya yang dianggap cukup baik untuk bahan rokok sigaret di
antaranya tembakau Turki, Burley, dan Maryland, beberapa jenis tembakau rakyat
(tembakau Rembang, Madura, Garut, Payakumbuh) dan beberapa varietas
campuran dari tembakau Virginia dengan tembakau rakyat.
Di antara ketiga jenis tembakau ekspor yang paling banyak ditanam di
Indonesia yaitu tembakau Turki. Tembakau ini sudah sejak lama dikenal oleh
dunia pertembakauan karena ciri khas aromanya banyak dikagumi oleh para
perokok. Karena aromanya yang sangat baik, maka jenis tembakau ini dikenal
juga dengan nama aromatic tobacco. Dulu hampir semua pabrik rokok sigaret di
dunia menggunakan tembakau Turki sebagai campuran bahan. Akan tetapi,
kemudian perkembangannya tidak semulus awalnya, kemungkinan karena
harganya yang sangat mahal dan adanya jenis tembakau subtitusi. Di Indonesia
sendiri perkembangan tembakau Turki kurang menggembirakan karena kesulitan
dalam hal pemasaran dan produksi yang tidak terlalu tinggi untuk iklim Indonesia.
Dengan demikian, petani lebih tertarik menanam jenis tembakau Virginia dan
tembakau rakyat.
Berbeda dengan jenis tembakau lainnya, pemberian nama tembakau
asapan adalah
cured). Sebenarnya pemberian nama ini kurang tepat, namun karena pengolahan
daun tembakau ini paling baik dan paling banyak dengan pengasapan, maka nama
ini sekarang sudah biasa digunakan. Di Indonesia, jenis tembakau ini banyak
dihasilkan oleh daerah Boyolali (Jawa Tengah) sehingga sering juga disebut
20
21
22
23
beberapa hal tembakau asli memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh tembakau
impor. Beberapa kelebihan penting yang dimiliki tembakau asli di antaranya
adalah lebih tahan terhadap penyakit lanas, serta pengeringan daunnya bisa
dilakukan secara seclerhana (sun/air curing) sehingga biaya pengolahanya lebih
murah.
Ketahanan tembakau asli terhadap penyakit dibandingkan tembakau
Virginia menyebabkan jenis tembakau ini lebih menjanjikan kelangsungan
produksi yang mantap. Salah satu kesulitan yang dialami oleh para petani
tembakau virginia yaitu penggunaan biaya dan keperluan baban bakar yang cukup
tinggi untuk pengeringan daunnya. Padahal, untuk ternbakau asli hal ini tidak
menjadi masalah karena pengolahannya cukup dengan dijemur. Di samping itu,
beberapa jenis tembakau asli rnempunyai kualitas yang tidak kalah dengan
tembakau Virginia sehingga dapat menggantikan (subtitusi) tembakau Virginia.
Beberapa tembakau asli yang memiliki kualitas cukup baik di antaranya tembakau
Rembang, Bojonegoro, Kasturi, Kayurnas, Molek, Madura, Kedu, Payakumbuh,
Takengon, dan Bone.
Lebih lanjut Abdullah (1991:1) menambahkan tentang jenis tembakau.
Yaitu: Berdasarkan waktu dan masa panen, maka jenis tembakau dapat dibagi
menjadi 2, yakni: tembakau musim penghujan dan tembakau musim kemarau
(dalam istilah bahasa Belanda tanaman No = Na Oogst dan tanaman VO = Voor
oogst. Tembakau yang tergolong musim penghujan adalah tanaman jenis cerutu.
Sedang tembakau yang tergolong musim kemarau adalah jenis sigaret (termasuk
Virginia, Aseli. Turki, Burley. rajangan, asapan, garangan). Untuk tembakau jenis
24
pipa berada pada musim antara penghujan dan kemarau (NO-VO). Dalam hai ini,
penulis memfokuskan diri pada tanaman tembakau yang tergolong pada tanaman
tembakau musim kemarau yaitu tanaman tembakau jenis sigaret (Virginia) di
Kecamatan Bantarujeg Kabupaten Majalengka.
25
2. Curah hujan
3. Kondisi Tanah
4. pH tanah
: 5,5 - 6,5.
C. Pengolahan Tembakau
a. Pembuangan gagang
Sesudah daun dipetik dan sebelum difermentasi (diperam) gagang dibuang
terlebih dahulu.
b. Fermentasi
Sebelum diperam tulang daun dibuang, kemudian daun sejumlah 15-20 helai
ditumpuk dan digulung. Gulungan daun diperam pada rak peraman atau diatas
26
lantai yang diberi alas ditikar atau daun-daun kering. Waktu atau lamanya
pemeraman disesuaikan dengan kelas daun serta warna tembakau rajangan
yang akan diperoleh.
c. Peraman: 1 - 2 hari
Warna hijau (daun pasir kaki)
d. Peraman: 2-3 hari
Wama hijau kuning (daun tengah)
e. Peraman: 3-4 hari
Warna kuning (daun tengah)
f. Peraman : 4 - 5 hari
Warna kuning cokelat - cokelat tua (daun atas)
g. Peraman: 5 7 hari
Warna cokelat hitam (daun atas + pucuk)
h. Merajang
Pekerjaan merajang dilakukan pada pagi hari dan selesai sebelum jam 08.00
pagi. Hal ini dimaksudkan agar tembakau rajangan tersebut dapat kering
dijemur pada hari itu juga dengan warna yang cerah.
Ukuran irisan rajangan bervariasi disesuaikan dengan permintaan pasar atau
kebiasaan lokal:
a. Rajangan kasar : tebal irisan 2,5 - 5 mm
b. Rajangan sedang : tebal irisan 1,5 - 2 mm
c. Rajangan halus : tebal irisan 0,5 - 1 mm
d. Persiapan pengeringan
27
Tembakau
yang
sudah
dirajang
dipapar
diatas
rigen.
Memaparnya
elastis,
28
Mata pencaharian
Kebutuhan manusia yang utama adalah kebutuhan akan makanan.
Kebutuhan ini dikenal juga sebagai kebutuhan primer yang bersifat mendesak
harus segera dipenuhi dan berlangsung secara terus-menerus selama manusia yang
bersangkutan masih hidup. Dari kebutuhan ini pula muncul aktivitas yang
dinamakan mata pencaharian. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh
Mutakin dan Kamil Pasva (2002:54) dalam Pratama, Meindra (2008) yakni:
Untuk mendapatkan makanan maka manusia berusaha mendapatkannya,
hanya cara untuk mendapatkan makanan ini tidak dilakukan satu kali saja
tetapi secara terus-menerus selama manusia yang bersangkutan masih hidup,
akibat dan kebutuhan hidup tersebut maka manusia berusaha untuk
memperolehnya secara terus-menerus. Sehingga munculah aktivitas yang
berhubungan dengan mendapatkan bahan makanan sebagai kebutuhan dasar
yaitu mata pencaharian.
Berdasarkan ungkapan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk memenuhi
kebutuhan hidup, manusia harus berusaha. Wujud usaha yang dilakukan adalah
dengan adanya aktivitas kerja. Karena dengan bekerjalah seseorang bisa
29
memperoleh upah baik dalam bentuk uang maupun barang untuk memenuhi
kebutuhan hidup.
Adapun pengertian pekerja menurut Badan Pusat Statistik (2002:3) sebagai
berikut:
Pekerja adalah seseorang yang bekerja pada orang lain atau instansi atau
kantor secara tetap dengan menerima upah atau gaji atau pendapatan
berupa uang maupun barang. Dalam hal ini terdiri dan pekerja atau buruh
atau karyawan, pekerja bebas disektor pertanian dan non pertanian.
Pada pengertian di atas terdapat istilah yang berkenaan dengan
ketenagakerjaan seperti buruh, karyawan, pekerja bebas dipertanian dan dinon
pertanian. Sastrohadiwirvo (2003:27) mengemukakan pengertian buruh dan
karyawan sebagai berikut:
Buruh adalah mereka yang bekerja pada usaha perorangan dan diberikan
imbalan kerja secara harian maupun borongan sesuai dengan kesepakatan
kedua belah pihak, baik lisan maupun tertulis, yang biasanya imbalan kerja
tersebut diberikan secara harian. Karyawan adalah mereka yang bekerja
pada suatu badan usaha atau perusahaan. baik swasta maupun pemerintah
dan diberikan imbalan kerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku baik yang bersifat harian, mingguan, maupun bulanan yang
biasanya imbalan tersebut diberikan secara mingguan.
Sedangkan seseorang disebut sebagai pekerja bebas apabila ia bekerja pada
orang atau instansi atau majikan secara tidak tetap (lebih dari satu majikan dalam
sebulan terakhir) pada usaha pertanian maupun non pertanian atas dasar balas jasa
dengan menerima upah atau imbalan baik berupa uang maupun barang baik
dengan sistem harian maupun borongan.
Dalam aktivitas kerja, suatu pekerjaan dapat dilakukan oleh laki-laki
maupun oleh perempuan atau oleh laki-laki atau oleh perempuan saja. Bahkan
arena alasan tertentu seperti tuntutan ekonomi anak pun tidak jarang dilibatkan
dalam aktivitas kerja. Padahal dengan dipekerjakannya anak bukan hanya
30
melanggar haknya saja tetapi juga membawa dampak buruk bagi anak-anak. baik
secara fisik maupun psikis. Lebih jauh, bekerja dikhawatirkan akan menggangu
masa depan anak-anak untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.Bellamy
(Usman dan Nachrowi, 2004:1-2) menyatakan bahwa:
Anak-anak yang bekerja diusia dini, yang biasanya berasal dari keluarga
miskin dengan pendidikan yang terabaikan, sesungguhnya akan
melestarikan kemiskinan, karena anak yang bekerja tumbuh menjadi
seorang dewasa yang terjebak dalam pekerjaan yang tak terlatih, dan
dengan upah yang sanga buruk.
31
32
tenaga atau upah menurut satuan waktu harian, tenaga buruh bulanan diikat
dengan perjanjian kerja dan diberi imbalan jasa tetap setiap bulan sedangkan
buruh borongan pada umumnya didasarkan kepada perjanjian mengerjakan
sejumlah pekerjaan tertentu dengan upah tertentu pula.
b) Pendidikan
Pendidikan dapat diperoleh oleh seseorang mulai dan kelahirannya sampai
pada kematiannya. Pendidikan yang dimaksud dapat dibedakan menjadi
pendidikan informal, formal dan nonformal. Adapun yang membedakan antara
ketiganya adalah dalam hal penyelenggaraannya. Pendidikan informal diperoleh
dari lingkungan keluarga yang berlangsung secara alami dan wajar. Sebaliknya
dengan pendidikan formal diperoleh dan lingkungan sekolah merupakati kegiatan
yang secara sengaja dirancang dan dilaksanakan dengan aturan-aturan yang ketat
seperti harus berjenjang dan berkesinambungan. Sedangkan pendidikan nonformal
diperoleh dan lingkungan masyarakat seperti kursus dan kelompok belajar yang
tidak dipersyaratkan berjenjang dan berkesinambungan serta dengan aturan-aturan
yang lebih longgar.
Untuk
pendidikan
formal
dipersyaratkan
harus
berjenjang
dan
33
ilmu
34
ditentukan oleh faktor lain seperti penguasaan modal, ketekunan. dsb. tapi dengan
pendidikan yang dimiliki seseorang lebih mampu memilih berbagai alternatif
pekerjaan serta lebih mampu mengelola sutu usaha. sehingga layak untuk
mendapatkan upah yang lebih tinggi. Sedangkan pada jenjang pendidikan yang
rendah peserta didik hanya diberikan bekal kemampuan dasar dan diasumsikan
memiliki kemampuan serta keterampilan pekerjaan yang masih dah. Sehingga
akibat dari pekerja dengan keterampilan yang belum cukup ini kemungkinan besar
hanya mampu melakukan pekerjaan yang melibatkan kemampuan fisik saja.
Investasi pendidikan bagi kesejahteraan hidup itu penting. Hal ini
menunjukkan dengan adanya perbedaan rata-rata upah yang diterima oleh masingmasing jenjang yakni untuk pekerja dengan tingkat pendidikan rendah (<SLTA)
dan menengah (SLTA) masing-masing sebesar 1/3 atau 2/3 kali lipat dari
Pendidikan tinggi.
c) Kesejahteraan
a) Pengertian Kesejahteraan
Setiap keluarga pasti mendambakan kehidupan yang sejahtera baik secara
materi maupun nonmateri. Karena dengan tercapainya hidup sejahtera maka
ketentraman, ketenangan, dan kebahagiaan dalam hidup akan tercapai pula.
Sulastri (dalam Solih, 1983:14) mengemukakan mengenai kesejahteraan yakni:
Kesejahteraan menggambarkan kemajuan atau kesuksesan dalam hidup
baik secara materil, mental spiritual dan sosial secara seimbang, sehingga
menimbulkan ketentraman dan ketenangan hidup, sehingga dapat
menyongsong kehidupan mendatang dengan gembira dan optimal.
Sedangkan pengertian kesejahteran berdasarkan kamus Websters New
Internasional Dictionary (dalam Solih. 1983:14) yakni menggambarakan situasi
35
kerja
yang menunjukkan
kesuksesan.
kemakmuran,
dan
meliputi
juga
perkembangannya,
namun
belum
dapat
memberikan
36
37
38
39
dilihat dan luas lantai rumah, sumber air minum. fasilitas tempat buang air besar
rumah tangga dan juga tempat penampungan kotoran akhir.
Luas lantai rumah tinggal selain digunakan sebagai indikator untuk
menilai kemampuan sosial masyarakat, juga dikaitkan dengan sistem kesehatan
lingkungan keluarga atau tempat tinggal (rumah) karena luas lantai menunjukkan
tingkat kepadatan hunian atau rata-rata luas ruang untuk setiap anggota keluarga..
Rumah tangga dengan jenis lantai keramik atau marmer mempunyai
tingkat
kesejahteraan
yang
lebih
baik
daripada
rumah
tangga
yang
mempergunakan jenis lantai semen, atau tanah. Jenis lantai ini juga dapat
mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat.
Indikator lainya dari kualitas perumahan yang layak ialah perumahan
tersebut telah menggunakan atap yang layak untuk dipakai sebagai tempat
berlindung dan ditopang oleh dinding yang permanen.