Anda di halaman 1dari 20

BUDIDAYA TANAMAN TEMBAKAU (Nicotiana tabacum L.

OLEH:

1. Dedy Rudy Sahat Aritonang (150301229)


2. Adlin Rasidi Simangsunsong (150301118)

Dosen Pengampu : Luthfi Azis Mahmud Siregar, SP., M.Sc., Ph.D.

PROGRAM STUDI ARGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagaimana diketahui tanaman tembakau merupakan merupakan salah satu komoditi


yang strategis dari jenis tanaman semusim perkebunan. Peran tembakau bagi masyarakat cukup
besar karena aktivitas produksi dan pemasarannya melibatkan sejumlah penduduk untuk
mendapatkan pekerjaan dan penghasilan.

Berbagai jenis tembakau dengan berbagai kegunaannya diusahakan di Indonesia, baik


oleh rakyat maupun oleh perusahaan. Tembakau yang diproduksi di Indonesia antara lain: a)
Tembakau musim kemarau/Voor-Oogst (VO), yaitu bahan untuk membuat rokok putih dan
rokok kretek; b) Tembakau musim penghujan/Na-Oogst (NO), yaitu jenis tembakau yang dipakai
untuk bahan dasar membuat cerutu maupun cigarillo.Selain itu, juga ada jenis tembakau hisap
dan kunyah.

Penanaman dan penggunaan tembakau di Indonesia sudah dikenal sejak lama. Komoditi
tembakau mempunyai arti yang cukup penting, tidak hanya sebagai sumber pendapatan bagi para
petani, tetapi juga bagi Negara. Tanaman tembakau merupakan tanaman semusim, tetapi di dunia
pertanian termasuk dalam golongan tanaman perkebunan dan tidak termasuk golongan tanaman
pangan. Tembakau (daunnya) digunakan sebagai bahan pembuatan rokok. Usaha Pertanian
tembakau merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di
Indonesia, diperkirakan hanya sekitar 207.020 hektar, amun jika dibandingkan dengan pertanian
padi, pertanian tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat.

Penerimaan negara dari komoditi tembakau sangat besar yaitu dari cukai dan setiap tahun
terus meningkat.Pada tahun 2007 sebesar Rp 42 triliun. Kemudian, pada tahun 2008 sebesar Rp
50,2 triliun. Komoditi tembakau juga merupakan komoditi yang kontroversial yaitu antara
manfaat dan dampaknya terhadap kesehatan sehingga dalam pengembangannya harus mengacu
pada penyeimbangan supply dan demand dan peningkatan produktivitas dan mutu serta
peningkatan peran kelembagaan petani. Untuk memcapai usahatani tembakau yang profesional,
maka telah dilakukan intensifikasi tembakau antara lain melalui 1) penggunaan benih unggul,
baik berupa penggunaan benih introduksi maupun lokal ; 2) pengolahan tanah sesuai dengan
baku teknis; 3) pengaturan air termasuk peramalan iklim ; 4) pemupukan tanaman ; 5)
perlindungan tanaman dan 6) panen serta pasca panen.

B. Tujuan

1. Mengenal budidaya tanaman tembakau sebagai salah satu jenis tanaman semusim.
2. Membahas permasalahan dan solusi seputar tanaman tembakau sebagai salah satu
tanaman semusim yang bermanfaat luas.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

a. Sejarah

Tanah asal tembakau adalah Amerika. Ditemukan pertama kali oleh Colombus pada
tahun 1492. Mula-mula tanaman tembakau di tanaman di Eropa dan digunakan sebagai tanaman
hias di Portugal, Prancis dan akhirnya Florence. Pada tahun 1558 – 1568 Jean Nicot De
Villemain membawa biji-biji tembakau ke negerinya dan kemudian ditanaman sebagai tanaman
obat-obatan (Abdullah dan Soedarmanto, 1982).

Bahasa Indonesia “tembakau” merupakan serapan dari bahasa asing. Bahasa Spanyol
“tabaco” dianggap sebagai asal kata dalam bahasa Arawakan di daerah Taino di Karibia
disebutkan mengacu pada gulungan daun-daun pada tumbuhan ini (menurut Bartolome De La
Casas, 1552) atau bisa juga dari kata “tabago” yaitu sejenis pipa berbentuk y untuk menghirup
asap tembakau (menurut Oviedo, daun-daun tembakau dirujuk sebagai Cohiba). Namun, kata
yang sama di Spanyol dan Itali umumnya digunakan untuk mendefinisikan tumbuhan obat-
obatan sejak 1410. Dalam bahasa Arab “tabbaq”, yang dikabarkan ada sejak abad ke-9,
digunakan sebagai nama tanaman obat. Kata “tobacco” (bahasa Inggris) bisa jadi berasal dari
Eropa dan pada akhirnya diterapkan untuk tumbuhan sejenis yang berasal dari Amerika
(Anonim, 2011).

b. Botani Sistematik Tanaman

Tanaman tembakau (Nicotiana tabacum L) termasuk divisi Spermatophyta, subdivisi


Angiospermae, kelas Dicotyledonae, ordo Solanales, familia Solanaceae, serta genus Nicotiana
(Suwarto dan Octavianty, 2010).

Tembakau adalah suatau jenis tanaman yang dapat tumbuh hampir dimana-mana, mulai
dari daerah panas sampai di daerah dingin. Di Indonesia tembakau di tanaman di tempat-tempat
yang berbada iklimnya, ada yang di dataran tinggi misalya Dieng (2000-2300 mdpl). Ada yang
di lereng-lereng gunungseperti Garut, Kuningan dan ada yang ditanaman di dataran seperti
Bojonegoro dan Kendal (Adisewojo, 1962).

c. Macam-macam tembakau

Klasifikasi untuk setiap jenis tembakau adalah sebagai berikut (Warintek, 2011) :
1. Tembakau cerutu. Daun yang dipanen adalah daun pasir, daun kaki (daun kaki pertama
dan daun kaki atas), daun tengah / madya (daun madya pertama dan daun madya kedua)
dan daun pucuk. Untuk varietas tembakau deli dan tembakau besuki, lembaran kaki
adalah tembakau dengan kualitas terbaik sehingga bagian yang lain tidak diambil.
2. Tembakau sigaret. Daun yang dipanen adalah daun pasir, daun bawah dan tengah, daun
atas dan daun pucuk. Untuk tembakau virginia, lembaran daun bawah dan tengah adalah
yang terbaik, disusul oleh lembaran daun atas dan lembaran yang lain merupakan
lembaran daun yang berkualitas rendah. Jenis tembakau sigaret antara lain tembakau
virginia dan tembakau turki.
3. Tembakau rajangan. Daun yang diambil yaitu daun pasir dan 1-2 lembar daun kaki
(kualitas baik) dan daun tengah (kualitas kurang)

d. Morfologi Tanaman Tembakau

Tanaman tembakau menurut Hanum (2008) :

1. Akar

Tanaman tembakau merupakan tanaman berakar tunggang yang tumbuh tegak ke pusat
bumi. Akar tunggangnya dapat menembus tanah kedalaman 50- 75 cm, sedangkan akar
serabutnya menyebar ke samping. Selain itu, tanaman tembakau juga memiliki bulu-bulu akar.
Perakaran akan berkembang baik jika tanahnya gembur, mudah menyerap air, dan subur.

2. Batang

Tanaman Tembakau memiliki bentuk batang agak bulat, agak lunak tetapi kuat, makin ke
ujung, makin kecil. Ruas-ruas batang mengalami penebalan yang ditumbuhi daun, batang
tanaman bercabang atau sedikit bercabang. Pada setiap ruas batang selain ditumbuhi daun, juga
ditumbuhi tunas ketiak daun, diameter batang sekitar 5 cm.

3. Daun

Daun tanaman tembakau berbentuk bulat lonjong (oval) atau bulat, tergantung pada
varietasnya. Daun yang berbentuk bulat lonjong ujungnya meruncing, sedangkan yang berbentuk
bulat, ujungnya tumpul. Daun memiliki tulang-tulang menyirip, bagian tepi daun agak
bergelombang dan licin. Lapisan atas daun terdiri atas lapisan palisade parenchyma dan spongy
parenchyma pada bagian bawah. Jumlah daun dalam satu tanaman sekitar 28- 32 helai. Daun
tembakau merupakandaun tunggal. Lebar daun 2 – 30 cm, panjang tangkai 1 – 2 cm. Warna daun
hijau keputih-putihan.

4. Bunga

Tanaman tembakau berbunga majemuk yang tersusun dalam beberapa tandan dan masing
masing tandan berisi sampai 15 bunga. Bunga berbentuk terompet dan panjang, terutama yang
berasal dari keturunan Nicotiana tabacum, sedangkan dari keturunan Nicotiana rustika,
bunganya lebih pendek, warna bunga merah jambu sampai merah tua pada bagian atas.

Bunga tembakau berbentuk malai, masing-masing seperti terompet dan mempunyai bagian
sebagai berikut:

a. Kelopak bunga, berlekuk dan mempunyai lima buah pancung.

b. Mahkota bunga berbentuk terompet, berlekuk merah dan berwarna merah jambu atau
merah tua dibagian atasnya. Sebuah bunga biasanya mempunyai lima benang sari yang
melekat pada mahkota bunga, dan yang satu lebih pendek dari yang lain.

c. Bakal buah terletak diatas dasar bunga dan mempunyai dua ruang yang membesar.

d. Kepala putik terletak pada tabung bunga yang berdekatan dengan benang sari. Tinggi
benang sari dan putik hampir sama. Keadaan ini menyebabkan tanaman tembakau
lebih banyak melakukan penyerbukan sendiri, tetapi tidak tertutup kemungkinan untuk
penyerbukan silang.

5. Buah

Tembakau memiliki bakal buah yang berada di atas dasar bunga dan terdiri atas dua
ruang yang dapat membesar, tiap-tiap ruang berisi bakal biji yang banyak sekali. Penyerbukan
yang terjadi pada bakal buah akan membentuk buah. Sekitar tiga minggu setelah penyerbukan,
buah tembakau sudah masak. Setiap pertumbuhan yang norrmal, dalam satu tanaman terdapat
lebih kurang 300 buah. Buah tembakau berbentuk bulat lonjong dan berukuran kecil, di
dalamnya berisi biji yang bobotnya sangat ringan. Dalam setiap gram biji berisi + 12.000 biji.
Jumlah biji yang dihasilkan pada setiap tanaman rata-rata 25 gram.
e. Syarat Tumbuh

Persyaratan tumbuh tembakau menurut Anonim (2011) :

a. Tanaman tembakau memiliki sistem perakaran yang relatif dangkal, namun sangat peka
terhadap drainase yang kurang baik, sehingga persediaan air yang cukup didalam tanah
sangat diperlukan. Tanaman tembakau dapat tumbuh baik pada pH 5,5 – 6,5 pada
umumnya tanah yang mudah meluluskan air lebih sesuai untuk pertanaman tembakau,
namun tanah tersebut harus mempunyai kapasitas menahan air yang cukup.
b. Keberhasilan usaha pertanaman tembakau sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim selama
masa pertumbuhannya. Faktor-faktor iklim yang dipengaruh antara lain : curah hujan,
kelembaban, penyinaran dan suhu. Diantara faktor-faktor tersebut curah hujan merupakan
faktor yang paling besar pengaruhnya. Suhu optimum bagi pertumbuhan tembakau
berkisar antara 18 – 27 0 C. Pada umumnya tembakau musim kemarau (VO) daunnya
lebih tebal dari tembakau musim penghujan (NO).

Tanaman tembakau dapat tumbuh pada dataran rendah ataupun di dataran tinggi
bergantung pada varietasnya. Menurut Hanum (2008) syarat tumbuh tembakau adalah :

a. Iklim

Tanaman tembakau pada umumnya tidak menghendaki iklim yang kering ataupun iklim
yang sangat basah. Angin kencang yang sering melanda lokasi tanaman tembakau dapat merusak
tanaman (tanaman roboh) dan juga berpengaruh terhadap mengering dan mengerasnya tanah
yang dapat menyebabkan berkurangnya kandungan oksigen di dalam tanah. Untuk tanaman
tembakau dataran rendah, curah hujan rata-rata 2.000 mm/tahun, sedangkan untuk tembakau
dataran tinggi, curah hujan ratarata 1.500-3.500 mm/tahun. Penyinaran cahaya matahari yang
kurang dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman kurang baik sehingga produktivitasnya
rendah. Oleh karena itu lokasi untuk tanaman tembakau sebaiknya dipilih di tempat terbuka dan
waktu tanam disesuaikan dengan jenisnya. Suhu udara yang cocok untuk pertumbuhan tanaman
tembakau berkisar antara 21-320 C. Tanaman tembakau dapat tumbuh pada dataran rendah
ataupun di dataran tinggi bergantung pada varietasnya. Ketinggian tempat yang paling cocok
untuk pertumbuhan tanaman tembakau adalah 0 - 900 mdpl.

b. Tanah

Tembakau Deli sangat cocok untuk jenis tanah aluvial dan andosol. Tanah regosol sangat
cocok untuk tembakau vorstenlanden dan besuki. Tembakau Virginia flu-cured cocok untuk
tanah podsolik. Sedangkan tembakau rakyat atau asli dapat tumbuh mulai dari tanah ringan
(berpasir) sampai dengan tanah berat (liat). Derajat keasaman tanah yang baik untuk tanaman
tembakau adalah 5-5,6; tembakau Virginia 5,5-6,0. Apabila didapat nilai yang kurang dari 5
maka perlu diberikan pengapuran untuk menaikkan pH sedangkan bila didapat nilai pH lebih
tinggi dari 6 maka perlu diberikan belerang untuk menurunkan pH.
f. Teknik Budidaya

 Persiapan Badan Tanam

Benih berasal dari varietas unggul (introduksi/lokal) yang cocok dengan iklim dan tipe
tanah dengan daya kecambah yang tinggi (± 80 %) dan disenangi konsumen (pengelola/pabrik
rokok). Jumlah bibit yang digunakan adalah 8-10 g/ha, tergantung pada jarak tanam. Selain itu
biji harus utuh, tidak terserang hama penyakit, dan biji tidak keriput. Umur bibit yang baik untuk
dipindahkan ke pertanaman antara 38–45 hari, pada keadaan normal panjang bibit telah
mencapai 20 cm. Pencabutan bibit dapat dilakukan beberapa kali dan memilih bibit yang paling
baik. Pencabutan bibit dilakukan pada pagi hari dan pada sore harinya harus segera ditanam
(setelah jam 14.00) (Anonim, 2011).

Ada tiga teknik yang digunakan dalam penyemaian benih, yaitu (Maulidiana, 2008):

1. Permanen

Dapat berupa nampan plastik berlubang-lubang untuk menanam benih, system ini disebut
system tray. Nampan plastic yang digunakan berukuran 40x60 cm berisi 308 lubang tanam
yang berukuran 2,2x2,2 cm dengan kedalaman 4cm, atau dibuat langsung di lahan 120 cm,
tinggi 25 cm, dan pangjang disesuaikan dengan kondisi lahan.

2. Semi Permanen

Tempat persemaian ini hanya dapat digunakan beberapa kali saja. Terbuat dari anyaman
bambu atau papan kayu. Ukuran panjang 1 m, lebar 1 m, dan tinggi 25 cm.

3. Tidak Permanen

Persemaian dibuat langsung di lapangan dengan dibuat bedengan atau parit. Tempat
persemaian berupa polibag.

Cara pemindahan bibit dari kotak persemaian terdiri atas :

 Cara cabut

yaitu bibit dicabut dari polibag dengan cara dibasahi agar mempermudah pencabutan.
Akar bibit yang dicabut dengan cara ini tidak mempunyai massa tanah.

 Cara putaran

Dapat pula benih diambil dengan cara ini dengan mempergunakan sendok agar tanahnya
terambil.
 Pengolahan Lahan

Untuk memperoleh produktivitas dan kualitas yang baik, diperlukan pergiliran (rotasi)
tanaman, dengan tujuan mencegah perkembangan penyakit. Dalam rotasi tidak disarankan
menggunakan tanaman yang termasuk famili Solanaceae. Tanaman yang dianjurkan dalam rotasi
antara lain dari famili Graminae dan Leguminosa (Anonim, 2011).

Pengolahan tanah ditujukan untuk memberi kondisi yang menguntungkan bagi


pertumbuhan akar tanaman tembakau, sehingga sistem perakaran berkembang baik dan mampu
menyerap air serta unsur hara dalam jumlah yang cukup untuk menunjang pertumbuhan yang
terjadi dalam waktu singkat. Guna memperoleh perakaran yang baik pengolahan tanah harus
mencapai kedalaman olah lebih dari 30 cm, disamping upaya lain kearah terbentuknya struktur
tanah yang remah (Maulidiana, 2008). Pengolahan tanah yang baik (3x
pencangkulan/pembajakan) dengan interval 1-2 minggu kemudian di sekeliling tanah
pertanaman dibuat got/saluran pembuangan air. Dilakukan pembentukan bedengan membujur
antara timur dan barat agar tanaman mendapatakan sinar matahari yang cukup. Pupuk kandang
diberikan dengan dosis 25-30 ton/ha (Anonim, 2011).

 Penanaman

Penanaman, untuk jenis tembakau musim kemarau (VO) ditanam antara Maret-Juni, dan
tembakau musim penghujan (NO) ditanaman antara Agustus-September. Jarak tanam sangat
tergantung pada keadaan tanah dan jenis tembakau yang ditanam, Untuk tembakau NO jarak
tanamnya 90 x 45 cm dan tembakau NO jarak tanamannya 90 -100 cm x 70 cm (Anonim, 2011).
Lubang tanam disesuaikan dengan jarak tanam dibuat dengan kedalaman 10-15 cm basahi
terlebih dahulu tanahnya agar bibit dapat berdiri dengan tegak. Benamkan bibit sedalam akar
leher, waktu tanam lebih baik dilakukan pada pagi hari atau sore hari (Maulidiana, 2008).

 Pemeliharaan

Pemeliharaan yang dilakukan pada pertanaman tembakau meliputi penyiraman,


penyulaman, pembumbunan, pemupukan, pemangkasan, dan pemetikan (Anonim, 2011):

 Pengairan

Tembakau musim kemarau (VO) membutuhkan air secukupnya (sekitar 100 mm


perbulan) selama pertumbuhannya (3 bulan), namun pada saat panen tidak dikehendaki
hujan sama sekali, agar dihasilkan mutu yang baik. Tembakau musim penghujan (NO)
membutuhkan air secukupnya (90 mm perbulan) pada saat panen. Hal ini agar diperoleh
mutu yang baik (daun tipis, rata, lebar, elastis dan berwarna cerah). Peramalan iklim (saat
tanam dan panen) perlu dilakukan guna meminimalisir kegagalan penanaman.
Pada bibit tembakau, penyiraman dilakukan tiap hari (pagi dan sore) sampai tanaman
cukup kuat. Pengairan diberikan secukupnya pada tanaman. Pada saat tembakau berumur
7-25 hari dilakukan penyiraman dengan frekuensi 3-4 liter per tanaman. Pada umur 25-30
hari frekuensi penyiraman 4 liter per tanaman. Pada umur 45 hari setelah tanam
pertumbuhan akan sangat cepat oleh karea itu diperlukan penyiraman 5 liter per tanaman
setiap 3 hari. Setela tanaman berumur 65 hari sampai panen, tidak diperlukan penyiraman
lagi kecuali cuaca sangat kering (Warintek, 2007).

 Penyulaman

penyulamam dilakukan setelah seminggu ditanam. Bibit yang kurang baik dapat diganti
dengan cara dicabut dan diganti dengan bibit baru yang berumur sama.

 Pembumbunan tanah pada guludan, untuk merangsang perakaran yang baik.


 Penyiangan

Penyiangan dapat dilakukan setiap 3 minggu. Dapat dilakukan menggunakan tangan


dengan cara mencabut gulmanya atau dengan menggunakan herbisida.

 Penggunaan pupuk yang tepat, baik berupa pupuk organik dan anorganik (N, P dan K).

Jumlah unsur hara yang terserap oleh tanaman tembakau untuk menghasilkan 2.000 kg
krosok/ha.
Unsur Hara
Kg/ha
Tanaman
N 70
P 12
K 80
Ca 55
Mg 22
S 18
B 0,07
Mn 0,7
Fe Sedikit
Zn Sedikit
Cu 0,04
Mo Sedikit
Sumber : McCants dan Woltz (1967)

Dosis pupuk yang diterapkan sangat beragam tergantung pada tanah, teknologi,
jenis tembakau dan kemampuan pendanaan. Beberapa contoh dosis pupuk yang
diterapkan untuk tanaman tembakau sebagai berikut (Anonim, 2010).

 Tembakau Virginia PT. BAT Klaten : 76,5 kg N/ha, 82,5 kg P2O5/ha dan 217 kg
K2O/ha.

 Tembakau Cerutu Vorstenlanden PT. Perkebunan Nusantara X Klaten : 400 kg SP36/ha,


550 KNO3/ha, 700 kg CaS/ha. Pupuk tersebut diberikan 3 kali (starter, pemupukan I dan
pemupukan II) dalam bentuk cair. Pupuk Starter terdiri dari SP36 dan KNO3 masing-
masing dengan dosis 400 dan 200 kg/ha. Pemupukan I terdiri dari CaS dan CaCO3
masing-masing dengan dosis 350 dan 200 kg/ha serta pemupukan II 350 CaS/ha dan 150
KNO3/ha. Konsentrasi SP36 dalam larutan adalah 0,25 kg/ha, KNO3 pada starter 0,125
kg/liter CaS dan KNO3 pada pemupukan I masing-masing 0,22 dan 0,125 kg/liter,
sedang untuk pemupukan II 0,22 kg/liter CaS dan 0,09 kg/liter KNO3.

 Pemangkasan hanya dilakukan pada jenis tembakau VO, dilakukan begitu kuncup
bungan mulai keluar (80 %) dan dilakukan dengan tangan dengan cara dipetik.

Pada tanaman tembakau dikenal 2 macam pemangkasan yaitu : topping (pangkas


pucuk) dan suckering atau pembuangan tunas samping (wiwil). Pangkas pucuk maupun
wiwil pada tanaman tembakau bertujuan untuk menghentikan pengangkutan bahan
makanan ke mahkota bunga atau kekuncup tunas sehingga hasil fotosintesis dapat
terakumulasi pada daun sehingga diperoleh produksi krosok dan kualitasnya yang tinggi.
Pangkas pucuk dan wiwil biasanya dilakukan secara manual. Pangkasan pucuk dilakukan
pada saat button stage atau saat daun berjumlah 20 helai di atas daun bibit. Pangkasan
wiwil dilakukan 3 sampai 5 hari sekali pada saat panjang tunas samping sekitar 7 cm.
Wiwil dilakukan sampai panen berakhir. Pangkasan wiwil saat ini sudah dapat dilakukan
dengan bahan kimia (sucrisida) Hyline 715. Penggunaan sucrisida memberikan hasil yang
lebih baik (Anonim, 2010).

 Pengendalian OPT

Jenis hama yang sering menyerang tembakau menurut Maulidiana (2008) antara lain:

a. Ulat daun (Spodoptera litura dan Prodenia litura)

Penyebab : ulat daun memakan daun tembakau sampai habis, gejalanya adalah timbulnya
lubang-lubang tidak beraturan dan berwarna putih pada luka bekas gigitan.
Pengendaliannya dilakukan dengan cara, memangkas daun yang menjadi sarang telur dan
ulat, penggenangan sesaat pada saat pagi atau sore, karena pada saat itu ulat-ulat berada
di tanah atau dengan penyemprotan herbisida seperti permetrin 2 g/liter atau betasiflutrin
25 g/liter.

b. Kutu Tembakau (Myzus persicae).

Kutu ini merusak tanaman tembakau karena mengisap cairan daun tanaman, menyerang
di pembibitan dan pertanaman, sehingga pertumbuhan tanaman terhambat. Kutu ini
menghasilkan embun madu yang menyebabkan daun menjadi lengket dan ditumbuhi
cendawan berwarna hitam. Kutu daun secara fisik mempengaruhi warna, aroma dan
tekstur dan selanjutnya akan mengurangi mutu dan harga. Secara Khemis kutu daun
mengurangi kandungan alkoloid, gula, rasio gula alkoloid dan maningkatkan total
nitrogen daun. Kutu daun dapat menyebabkan kerugian sampai 50 %. Cara pengendalian
hama ini adalah dengan mengurangi pemupukan N dan melakukan penyemprotan
insektisida yaitu apabila lebih besar dari 10 % tanaman dijumpai koloni kutu tembakau
(setiap koloni sekitar 50 ekor kutu). Pestisida yang digunakan yaitu jenis imidaklorid.

c. Kutu Putih (Bemisia tabaci Genn).

Baik kutu dewasa maupun nimfanya mengisap cairan daun sehingga daun menjadi rusak.
Disamping merusak daun, kutu ini juga menjadi vektor bagi virus krupuk atau penyakit
mosaik tembakau. Cara pengendalian dengan sanitasi lahan dan meyemprot dengan
insektisida Klorpirifos.

d. Nematoda ( Meloydogyne sp)

Gejala: bagian akar tanaman tampak bisul-bisul bulat dengan ukuran bervariasi, tanaman
menjadi kerdil, layu, daun berguguran dan akhirnya tanaman tersebut mati. Pengendalian:
menjaga sanitasi kebun, memberantas gulma dan menyemprotkan herbisida.

e. Hama lainnya seperti, Gangsir (Gryllus mitratus), jangkrik (Brachytrypes portentosus),


orong-orong (Gryllotalpa africana), semut geni (Solenopsis geminata), belalang banci
(Engytarus tenuis) dan kepik (Besimea tabaci).

Beberapa penyakit yang dapat menimbulkan kerugian cukup besar pada tanaman
tembakau adalah antara lain adalah sebagai berikut (Alfiyan, 2011):

a. Penyakit Rebah Kecambah.

Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Phytium spp, Sclerotium sp dan Rhizoctonia sp.
Penyakit ini pada umumnya menyerang pada fase pembibitan, dengan gejala serangan
pangkal bibit berlekuk seperti terjepit, busuk, berwarna coklat dan akhirnya bibit roboh.
Penyakit biasanya menyerang didaerah dengan suhu 240C, kelembaban di atas 85 %
drainase buruk curah hujan tinggi dan pH tanah 5,2 - 8,5. Penyakit ini dapat diatasi
dengan pengaturan jarak tanam pembibitan, disinfeksi tanah sebelum penaburan benih
atau penyemprotan pembibitan serta pencelupan bibit sebelum tanam dengan fungisida
netalaksil (3 g/liter air), Mankozep (2-3 g/liter air), Benomil (2-3 g/liter air).

b. Penyakit Lanas.

Patogen penyebab penyakit ini adalah cendawan Phytophthora nicotianae (Semangun


1988). Gejala serangannya dapat dibedakan menjadi 3 tipe yaitu : Tipe 1; tanaman yang
daunnya masih hijau mendadak terkulai layu dan akhirnya mati, pangkal batang dekat
permukaan tanah busuk berwarna coklat dan apabila dibelah empulur tanaman bersekat-
sekat, Tipe 2; daunnya terkulai kemudian menguning tanaman layu dan akhirnya mati,
Tipe 3; bergejala nekrosis berwarna gelap terang (konsentris) dan setelah prosesing
warnanya lebih coklat dibanding daun normal. Cara pencegahannya adalah melakukan
sanitasi pengolahan tanah yang matang memperbaiki drainase penggunaan pupuk
kandang yang telah masak, rotasi tanaman minimal 2 tahun dan menggunakan varietas
tahan seperti Coker 48, Coker 206 NC85, DB 102, Speight G-28, Ky 317, Ky 340,
Oxford 1, dan Vesta 33 (Lucas 1975, Powel 1988, Melton 1991). Pengendaliannya dapat
dilakukan dengan penyemprotan fungisida pada pangkal batang dengan menggunakan
fungisida Mankozeb 2 - 3 g/liter air, Benomil 2 -3 g/liter air, Propanokarb Hidroklorida 1
- 2 ml air.

c. Penyakit Kerupuk.

Patogen penyebabnya adalah virus krupuk tembakau (Tabacco Leaf Corl Virus = TLCV).
Gejala serangannya adalah daun terlihat agak berkerut, tepi daun melengkung ke atas,
tulang daun bengkok, daun menebal, atau sampai daun berkerut dan sangat kasar.
Pencegahan penyakit ini adalah memberantas vektor lalat putih (Bemisia tabaci) dengan
insektisida dimetoat atau imedakloprid.

 Panen

Pemanenan adalah suatu tahapan yang sangat penting diperhatikan dalam


mendapatkan kualitas panenan yang tinggi. Adapun yang hams diperhatikan sebagai berikut :

 Kematangan daun
 Keseragaman daun dalam proses penanaman
 Penanganan daun hasil panenan

Sebagian besar dari varietas tembakau dipanen berdasarkan tingkat kematangan daunnya
dilakukan mulai dari daun bawah sampai daun atas dengan pemetikan 2 sampai 3 daun pada
setiap tanaman dengan interval satu minggu hingga daun tanaman habis (Warintek, 2011).

Pemetikan dilakukan pada umur tanaman 90 -100 hari. Pemetikan dilakukan 1-3 helai
daun dengan selang waktu 2-6 hari. Waktu pemetikan tembakau NO dilakukan pagi hari
(sebelum fotosintesis), sedangkan untuk tembakau VO dilakukan pada sore hari (setelah
fotosintesis). Komposisi daun tembakau terdiri dari: daun pasir (3-4 lembar), daun kaki (4-6
lembar), daun tengah (6-8 lembar) dan daun pucuk (2-4 lembar). Setelah dipetik daun
disusun dalam keranjang dengan posisi berdiri untuk daun yang masih berembun dan diatur
posisi tidur kalau daun sudah kering, proses selanjutnya adalah menunggu pengolahan
berikutnya sesuai kegunaan dari masing-masing jenis tembakau (Anonim, 2011).

Ciri daun tembakau yang telah masak adalah warna daun sudah mulai hijau kekuningan
dengan sebagian ujung dan tepi daun berwama coklat, warna tangkai daun hijau kuning
keputih-putihan, posisi daun/tulang daun mendatar, dan kadang-kadang pada lembaran daun
ada bintik-bintik coklat sebagai lambang ketuaan (Anonim, 2011).

 Pascapanen

Daun-daun tembakau yang telah dipanen masih perlu pengolahan sebelum sampai pada
konsumen akhir. Proses yang berlangsung sejak dari daun basah sampai daun kering
(krosok/rajangan) hingga menjadi bahan atau produk akhir merupakan bagian dari pasca
panen. Untuk mendapatkan hasil akhir yang baik, kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan
pada penanganan daun tembakau setelah di panen antara lain (Maulidiana, 2008):

1. Pengumpulan

Merupakan kegiatan memisah-misahkan hasil berdasarkan varietas. Kemasakan daun,


ukuran daun, dan kecacatan daun. Daun yang dipetik jangan sampai terlipat atau tertekan
secara mekanis dan dihindari kontak langsung dengan sinar matahari.

2. Penyortiran dan penggolongan

Pengelompokkan daun didasarkan pada kualitas paling mudah dilakukan yaitu


berdasarkan warna daun yaitu: Trash (apkiran): warna daun hitam, Slick (licin/mulus):
warna daun kuning muda, Less slick (kurang licin) : warna daun kuning (seperti warna
buah jeruk lemon) dan More grany side (sedikit kasar): warna daun antara kuning-oranye.

3. Curing

Curing merupakan proses biologis yaitu melepaskan kadar air dari daun tembakau basah
yang dipanen dalam keadaan hidup. Selama ini di beberapa petani ada yang berpendapat
bahwa curing adalah proses pengeringan tembakau saja. Tidak menyadari bahwa sel-sel
di dalam daun tersebut masih tetap hidup setelah dipanen. Tujuan Curing:

 Melepaskan air daun tembakau hidup dari kadar air 80-90 % menjadi 10-15 %.
 Perubahan warna dari zat hijau daun menjadi warna oranye dengan aroma sesuai dengan
standar tembakau yang diproses.
Pada saat curing, yang perlu diperhatikan juga adalah kapasitas daun di dalam oven.
Sebagai contoh untuk oven ukuran 4 x 4 x 7 rak sebanding dengan 1,8 ha, sedangkan 5 x
5 x 7 rak maksimum 2,8 ha. Juga cuaca waktu proses, kalau musim hujan harus lebih
longgar daripada waktu musim kering. Beberapa tahapan curing, yaitu:

a. Penguningan

Proses biologis daun ini merupakan proses perubahan warna dari hijau ke warna
kuning, karena hilangnya zat hijau daun / klorophyil ke zat kuning daun dan terjadi
penguraian zat tepung menjadi gula. Perubahan ini bisa terjadi pada suhu 32 s/d 42 derajat
celcius. Proses ini harus dilakukan secara perlahan-lahan waktu yang diperlukan
tergantung posisi daun. Umumnya berlangsung selama 55 s/d 58 jam. Pada saat ini
awalnya semua ventilasi ditutup, baik atas maupun bawah. Tetapi apabila seluruh daun
sudah berwama kuning orange ventilasi atas dibuka 1/4 , proses ini sangat menentukan
terhadap hasil curling.

b. Pengikatan Warna

Apabila seluruh daun sudah berwama kuning orange baik lembar daun maupun tulang
daun, maka secara pertiahan-lahan suhu dinaikkan. Pada saat proses ini terjadi, maka
apabila daun masih berwama hijau, maka daun tetap akan berwama hijau, sebaliknya
apabila sudah berwama kuning orange maka hasil curing akan kuning orange. Karena pada
suhu 43-52 °C ini terjadi pengikatan warna. Sehingga apabila warna daun pada proses
penguningan belum sempuna, maka jangan terburu-buru menaikkan temperatur lebih dari
42 °C. Pada tahapan ini ventilasi dibuka secara bertahap, sedikit demi sedikit sampai
akhirnya dibuka seluruhnya. Waktu yang diperlukan kalau berjalan sempuma umumnya
sekitar 18-19 jam.

c. Pengeringan Lembar Daun

Proses ini bertujuan untuk mengurangi kadar air didalam lembar daun dengan cara
menaikkan suhu 53-62 °C. Pada saat ini seluruh ventilasi dibuka, karena air yang keluar
dari sel-sel daun akan menjadi uap air, yang harus dibuang keluar oven agar tidak kembali
ke daun. Ciri-ciri proses ini, daun sudah terasa kering apabila dipegang, tapi tulang daun
masih terasa basah daun terlihat keriput atau keriting waktu yang dibutuhkan lebih kurang
30-32 jam.

d. Pengeringan Gagang
Pengeringan gagang dilakukan pada suhu 63-72 °C. Pada saat ini air yang bisa dilapas
didalam batang daun akan dikeluarkan proses awal tahap ini ventilasi mulai ditutup secara
perlahan dan bertahap, untuk menjaga kelembaban udara tetap berkisar pada 32 %. Ciri-ciri
tahapan ini bisa selesai apabila seluruh tulang daun sudah kering, dan bila ditekuk
batangnya akan patah dan berbunyi krek. Ini menandakan bahwa tahap ini berjalan baik 5-
8 jam sebelum proses berakhir, seluruh ventilasi harus ditutup agar kelembaban udara tetap
terjaga. Proses ini memerlukan waktu normalnya 30-32 jam jangan pernah menaikkan suhu
oven diatas 72 C, karena tembakau akan terbakar.
BAB III

PEMBAHASAN

A. Permasalahan dalam Budidaya Tembakau

Tembakau merupakan tanaman yang memiliki nilai jual hasil olahan yang cukup tinggi.
Sebagai contoh rokok yang merupakan produk olahan dari tembakau dijual dengan harga
yang bervariasi dan relatif tinggi. Rokok tidak hanya dinikmati oleh segelintir orang, tetapi
rokok sudah merupakan bahan yang banyak dikonsumsi oleh penduduk dunia.

Tembakau merupakan komoditi yang mengandalkan zat addict yang menimbulkan


ketergantungan sehingga mempunyai pangsa pasar relatif tahan lama. Walau pun demikian
bahan utama rokok memiliki berbagai masalah dalam proses budidaya. Masalah tersebut
adalah :

1. Sensitif terhadap cuaca. Tembakau ini menghendaki cuaca yang benar-benar kering pada
saat panen dan adanya hujan walaupun dalam volume kecil akan sangat merusak hasil
tembakau.
2. Industri hilir tembakau terbatas pada rokok sehingga terjadi sistem perdagangan yang
tidak sehat. Perdagangan tembakau saat ini sangat dikuasai oleh pabrik rokok sehingga
harga maupun volume pembelian ditentukan sepenuhnya oleh pabrik rokok dan agen-
agennya.
3. Skala pengusahaan tembakau rakyat sangat kecil (rata-rata 0,25 ha) sehingga sulit untuk
menerapkan teknologi moderen yang efisien. Hal ini juga menyebabkan petani tidak
memiliki posisi tawar yang baik terhadap pedagang.
4. Kampanye anti rokok yang dipelopori WHO (World Health Organization) sejak tahun
1974. Di Indonesia gerakan anti rokok baru dimulai tahun 1991 dengan adanya
peringatan pemerintah bahwa merokok dapat merugikan kesehatan

B. Strategi untuk Mengatasi Masalah

1. Menggunakan teknologi dan hasil pemuliaan untuk mengatasi sensitifitas tanaman


terhadap cuaca (terutama curah hujan). Dalam hal ini pernah ditawarkan pemantauan
hujan dan pemecahan awan dalam rangka mencegah hujan di musim panen tembakau
dapat dilakukan. Mendorong balai penelitian atau para peneliti yang mungkin didanai
oleh pabrik rokok atau pemerintah untuk melakukan rekayasa genetik sehingga
dihasilkan kultivar tembakau yang tahan musim hujan, tahan penyakit lanas, produksi
tinggi dengan kualitas yang tinggi pula termasuk berkadar nikotin rendah. Potensial
genetik luas untuk pemuliaan (keragaman varietas tinggi). Tembakau telah lama
dikembangkan di Indonesia sehingga saat ini telah banyak kultivar yang telah
beradaptasi dengan lingkungan. Hal ini berarti di Indonesia terdapat plasma nutfah
dengan keragaman genetik yang sangat tinggi sebagai bahan pemuliaan untuk
peningkatan hasil maupun ketahanan terhadap penyakit tertentu.

2. Tembakau tidak hanya dimanfaatkan untuk rokok tetapi dapat pula digunakan untuk
pestisida, atau sumber energi baru. Daun tembakau ternyata dapat meningkatkan kadar
minyak nabati yang merupakan langkah awal dalam memanfaatkan tanaman ini untuk
keperluan biofuel. Tembakau dapat menghasilkan biofuel lebih efisien daripada
produk pertanian lainnya. Namun, sebagian besar minyaknya hanya terkandung di
dalam biji/ benih tembakau (sekitar 40 persen minyak per berat kering). Meskipun
kandungan minyak nabati biji tembakau telah diuji dan dapat digunakan sebagai bahan
bakar mesin diesel, namun produksi biji tanaman tembakau masih sangat rendah,
yakni sekitar 600 kg biji per hektar. Tembakau dapat dimanfaatkan untuk
memproduksi protein anti kanker, anti radang dan antibody dengan penyisipan gen
yang mengkode protein tersebut pada tanaman tembakau. Tembakau juga dapat
digunakan sebagi obat luka Obat luka, daun Nicotiana tabacum berkhasiat sebagai
obat luka. Untuk obat luka dipakai ± 25 gram daun segar Nicotiana tabacum, dicuci
dan ditumbuk sampai lumat. ditambah minyak tanah ± 25 ml diperas dan disaring.
Hasil saringan dioleskan pada luka.

3. Menerapkan teknologi produksi yang efisien dengan penguatan pada kelembagaan


petani untuk memperkuat posisi tawar petani. Penerapan teknologi yang efisien dapat
dilakukan dengan menyatukan hamparan lahan petani dalam satu komando
pengelolaan sehingga dapat dilakukan tanam serempak, panen serempak dan biaya
produksi rendah sehingga dapat menyiasati pola pasar yang selama ini dilakukan
pedagang.

4. Pemuliaan tanaman tembakau untuk menghasilkan tembakau rendah nikotin. Kadar


nikotin dikendalikan oleh dua gen utama dan sejumlah gen minor. Tanaman tembakau
dengan gen AABB berkadar nikotin tinggi dan tanaman tembakau dengan gen aabb
berkadar nikotin rendah. Dengan demikian persilangan antara varietas berkadar
nikotin tinggi dengan varietas berkadar nikotin rendah akan menghasilkan individu-
individu beragam yang berkadar nikotin rendah sampai tinggi. kadar nikotin tembakau
dapat berkisar antara 0,5 sampai 8%. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
kadar nikotin antara lain tipe tanah, ketinggian tempat, kerapatan populasi tanaman,
dosis pupuk dan jenis lahan. Tembakau yang ditanam pada tanah berat berkadar
nikotin lebih rendah dibanding yang ditanam di tanah lempung. Kadar nikotin
tembakau cenderung meningkat bila ditanam di daerah yang lebih tinggi. Semakin
banyak populasi tanaman per hektar kadar nikotin semakin rendah, dan semakin tinggi
dosis pemupukan nitrogen kadar nikotin semakin tinggi. Kadar nikotin tembakau yang
ditanam di lahan sawah lebih rendah dibanding di lahan tegal.
BAB IV

KESIMPULAN

1. Tembakau adalah jenis tanaman semusim yang dapat tumbuh dengan baik
pada kondisi lingkungan yang mendukung untuk pertumbuhan tanaman.
2. Masalah yang terjadi dalam budidaya tembakau adalah tembakau sensitif
terhadap cuaca, Industri hilir tembakau terbatas pada rokok, Skala
pengusahaan tembakau rakyat sangat kecil (rata-rata 0,25 ha) sehingga
petani tidak mempunyai harga tawar yang baik dan Kampanye anti rokok.
3. Solusi untuk masalah tersebut adalah penciptaan varietas tembakau yang
tahan terhadap kondisi cuaca terutama hujan, penggunaan tembakau
sebagai biofuel, penerapkan teknologi produksi yang efisien dengan
penguatan pada kelembagaan petani untuk memperkuat posisi tawar petani
dan pemuliaan tanaman tembakau untuk menghasilkan tembakau rendah
nikotin.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A. dan Soedarmanto. 1982. Budidaya Tembakau. CV. Yasaguna, Jakarta.

Adisewojo, R.S. 1962. Bercocok Tanaman Tembakau. Sumur Bandung, Bandung.

Alfiyan, D, 2011. Hama dan Penyakit pada Tanaman Tembakau.


<http://deni_Alfiyan/files_Hama_dan_Penyakit_pada_tanaman_tembakau.htm>. Diakses
pada tanggal 1 Desember 2011.

Anonim, 2010. Pemeliharaan Tanaman dalam Budidaya Tembakau.


<http://binaukm.com/pemeliharaan/tanaman/dalam/budidaya/tembakau.htm>. Diakses pad
tanggal 1 Desember 2011.

Anonim. 2011. <http://ditjenbun.deptan.go.id/budtansim/images/pdf/komoditi%20tan-


aman%20tembakau.pdf>. Diakses tanggal 27 November 2011.

Hanum, C. 2008. Teknik Budidaya Tanaman. Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Maulidiana, N. 2008. Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau di PT. Perkebunan Nusantara II


(Persero) Kebun Helvetia. Sripsi, Universitas Sumatera Utara.

Suwarto dan Y. Octavianty. 2010. Budi Daya 12 Tanaman Perkebunan Unggulan. Penerbit
Swadaya, Jakarta.

Warintek, 2007. Tembakau Bantul.


<http://www.warintekjogja.com/warintek/warintekjogja/warintek_v3/datadigital/bk/temba
kau%20bantul.pdf>. Diakses pada tanggal 28 November 2011.

Anda mungkin juga menyukai