Anda di halaman 1dari 65

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanaman tembakau (Nicotinae tabacum L) termasuk genus Nicotinae
serta familia Solanaceae. Pada mulanya tanaman tembakau hanya digunakan
oleh masyarakat India hanya dalam upacara-upacara keagamaan mereka.
Namun lambat laun ketika budaya barat mulai mengenal tembakau, tanaman
ini menjadi salah satu komoditas penting dalam perdagangan dunia.
Tanaman tembakau merupakan salah satu komoditi yang strategis dari
jenis tanaman semusim perkebunan. Peran tembakau bagi masyarakat cukup
besar, hal ini karena aktivitas produksi dan pemasarannya melibatkan
sejumlah penduduk untuk mendapatkan pekerjaan dan penghasilan. Produk
tembakau yang utama diperdagangkan adalah daun tembakau. Tembakau
merupakan produk bernilai tinggi, sehingga bagi beberapa negara termasuk
Indonesia berperan dalam perekonomian nasional.
Tambakau di Indonesia ada beberapa jenis, yang masing-masing
memiliki sifat spesifik. Harga jual tembakau sangat tergantung pada kualitas
tembakau dan permintaan. Hal-hal yang mempengaruhi mutu tembakau, baik
secara langsung maupun tidak, atau disebut dengan faktor teknis dan non-
teknis. Beberapa faktor tersebut dapat saling berkaitan ataupun berdiri sendiri
dalam menuentukan mutu tembakau. sehingga pemahaman mengenai
keterkaitan unsur-unsur tersebut perlu dimiliki, terutama bagi pihak-pihak
yang nantinya berkecimpung di bidang pengelolaan hasil pertanian.
Tembakau merupakan salah satu hasil pertanian yang sangat penting.
Tembakau ini terutama dibutuhkan dalam industri rokok. Semakin penting
suatu bahan maka penanganannya juga sangat dibutuhkan. Penanganan bukan
hanya pada pasca panen saja tetapi juga pada budidaya dan panennya.
Kualitas pasca panen tembakau ditentukan juga oleh cara budidayanya.
Pekerjaan memilah mutu, sampai bagian terkecil sesuai permintaan
konsumen disebut grading. Pemilahan mutu didasarkan pada Standar

1
2

Nasional Indonesia Tembakau Virginia FC yang telah disyahkan oleh Badan


Standarisasi Nasional.
Nicotiana tobacum dibudidayakan umumnya karena memiliki arti
ekonomi penting. Spesies yang sering dibudidayakan adalah Nicotiana
tobacum dan Nicotiana rustika. Nicotiana tobacum, daun mahkota bunganya
memiliki warna merah muda sampai merah, mahkota bunga berbentuk
terompet panjang, habitusnya piramidal, daunnya berbentuk lonjong dan pada
ujung runcing, kedudukan daun pada batang tegak, tingginya 1,2 m.
Nicotiana rustika, daun mahkota bunganya berwarna kuning, bentuk mahkota
bunga seperti terompet berukuran pendek dan sedikit bergelombang,
habitusnya silindris, bentuk daun bulat yang pada ujungnya tumpul,
kedudukan daun pada batang agak terkulai.
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga
120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang
berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu
ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut
pada ujung lainnya.
Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau
kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam kantong.
Sejak beberapa tahun terakhir, bungkusan-bungkusan tersebut juga umumnya
disertai pesan kesehatan yang memperingatkan perokok akan bahaya
kesehatan yang dapat ditimbulkan dari merokok, misalnya kanker paru-paru
atau serangan jantung (walapun pada kenyataanya itu hanya tinggal hiasan,
jarang sekali dipatuhi).
Penanaman dan penggunaan tembakau di Indonesia sudah dikenal
sejak lama. Komoditi tembakau mempunyai arti yang cukup penting, tidak
hanya sebagai sumber pendapatan bagi para petani, tetapi juga bagi Negara
Tanaman Tembakau merupakan tanaman semusim, tetapi di dunia pertanian
termasuk dalam golongan tanaman perkebun an dan tidak termasuk golongan
tanaman pangan. Tembakau (daunnya) digunakan sebagai bahan pembuatan
rokok. Usaha Pertanian tembakau merupakan usaha padat karya.
3

Secara umum budi daya perkebunan merupakan kegiatan usaha


tanaman yang hasilnya untuk di ekspor atau bahan baku industri. Perkebunan
telah mampu menunjukan peran dan keuntungannya dalam perekonomian
nasional. Penerimaan ekspor komodita perkebunan pada tahun 2008
mencapai 12USD 18,85 miliar, pendapatan cukai rokok sekitar Rp 52 triliun,
dan pungutan ekspor CPO lebih dari Rp13,5 triliun.
Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia, diperkirakan
hanya sekitar 207.020 hektar, namun jika dibandingkan dengan pertanian
padi, pertanian tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat.
Seperti juga ada kegiatan pertanian lainnya, untuk mendapatkan produksi
tembakau dengan mutu yang baik, banyak faktor yang harus diperhatikan.
Selain faktor tanah, iklim, pemupukan dan cara panen. Nicotiana tobacum
dibudidaya kan umumnya karena memiliki arti ekonomi penting.
Di indonesia, tembakau yang baik (komersial) hanya dihasilkan di
daerah-daerah tertentu. Kualitas tambakau ditentukan oleh lokasi dan
pengolahannya. Daerah penghasil tembakau adalah sumut(deli), sumatra barat
(payakumbuh), bengkulu, sumatra selatan(palembang), jaawa tengah
(surakarta, klaten, dieng, kedu, temanggung, parakan, serta wonosobo), dan
jawa timur (bojonegoro dan besuki).
Berdasarkan uraian dan pemaparan di atas maka penyusun tertarik
untuk membuat Makalah dengan judul “Tanaman Tembakau.”

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam Makalah ini adalah:
1. Bagaimana sejarah tanaman tembakau?
2. Apa saja varietas-varietas tanaman tembakau?
3. Bagaimana klasifikasi tanaman tembakau?
4. Bagaimana botani tanaman tembakau?
5. Apa saja bagian tanaman yang dapat dimanfaatkan/diproduksi?
6. Bagaimana cara pengolahan bagian tanaman yang diproduksi?
7. Apa masalah/kendala yang dihadapi dalam perkebunan tembakau?
4

8. Apa solusi yang dapat dilakukan dalam menghadapi masalah tanaman


tembakau?
9. Apa saja hama dan penyakit tanaman tembakau?
10. Bagaimana agribisnis tanaman tembakau?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan adalah untuk mengetahui:
1. Sejarah tanaman tembakau?
2. Varietas-varietas tanaman tembakau?
3. Klasifikasi tanaman tembakau?
4. Botani tanaman tembakau?
5. Bagian tanaman yang dapat dimanfaatkan/diproduksi?
6. Cara pengolahan bagian tanaman yang diproduksi?
7. Masalah/kendala yang dihadapi dalam perkebunan tembakau?
8. Solusi yang dapat dilakukan dalam menghadapi masalah tanaman
tembakau?
9. Hama dan penyakit tanaman tembakau?
10. Agribisnis tanaman tembakau?

D. Manfaat penulisan
1. Sebagai sumber referensi bagi pihak yang membutuhkan
2. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Pertanian
5

BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Tanaman Tembakau


Tanah asal tembakau adalah Amerika. Ditemukan pertama kali oleh
Colombus pada tahun 1492. Mula-mula tanaman tembakau di tanaman di
Eropa dan digunakan sebagai tanaman hias di Portugal, Prancis dan akhirnya
Florence. Pada tahun 1558 – 1568 Jean Nicot De Villemain membawa biji-
biji tembakau ke negerinya dan kemudian ditanaman sebagai tanaman obat-
obatan.
Bahasa Indonesia “tembakau” merupakan serapan dari bahasa asing.
Bahasa Spanyol “tabaco” dianggap sebagai asal kata dalam bahasa Arawakan
di daerah Taino di Karibia disebutkan mengacu pada gulungan daun-daun
pada tumbuhan ini (menurut Bartolome De La Casas, 1552) atau bisa juga
dari kata “tabago” yaitu sejenis pipa berbentuk y untuk menghirup asap
tembakau (menurut Oviedo, daun-daun tembakau dirujuk sebagai Cohiba).
Namun, kata yang sama di Spanyol dan Itali umumnya digunakan untuk
mendefinisikan tumbuhan obat-obatan sejak 1410. Dalam bahasa Arab
“tabbaq”, yang dikabarkan ada sejak abad ke-9, digunakan sebagai nama
tanaman obat. Kata “tobacco” (bahasa Inggris) bisa jadi berasal dari Eropa
dan pada akhirnya diterapkan untuk tumbuhan sejenis yang berasal dari
Amerika.

B. Jenis dan Varietas Tanaman Tembakau


a. Jenis Tanaman Tembakau
Klasifikasi untuk setiap jenis tembakau adalah sebagai berikut:
1. Tembakau cerutu. Daun yang dipanen adalah daun pasir, daun kaki
(daun kaki pertama dan daun kaki atas), daun tengah / madya (daun
madya pertama dan daun madya kedua) dan daun pucuk. Untuk
varietas tembakau deli dan tembakau besuki, lembaran kaki adalah

5
6

tembakau dengan kualitas terbaik sehingga bagian yang lain tidak


diambil.
2. Tembakau sigaret. Daun yang dipanen adalah daun pasir, daun
bawah dan tengah, daun atas dan daun pucuk. Untuk tembakau
virginia, lembaran daun bawah dan tengah adalah yang terbaik,
disusul oleh lembaran daun atas dan lembaran yang lain merupakan
lembaran daun yang berkualitas rendah. Jenis tembakau sigaret
antara lain tembakau virginia dan tembakau turki.
3. Tembakau rajangan. Daun yang diambil yaitu daun pasir dan 1-2
lembar daun kaki (kualitas baik) dan daun tengah (kualitas kurang)

b. Varietas Tanaman Tembakau


1. Tembakau Madura
Madura adalah salah satu daerah penghasil tembakau di
Indonesia. Hampir semua perusahaan rokok di Indonesia
menggunakan tembakau Madura dalam produksi rokoknya.
Tembakau Madura dibedakan menjadi tiga golongan besar yaitu
tembakau Gunung, tembakau Tegal dan Tembakau Sawah.
Tembakau gunung pada umumnya dihasilkan dari daerah atas seperti
daerah Prancak, Palengaan, Lebeg, lentheng dll. Tembakau gunung
sangat disukai dan diburu oleh pabrik rokok. Pada puncak
musimnya, luas pertanaman tembakau di Madura bias mencapai
40.000 ha. Sayangnya produktivitas tembakau di madura masih
sangat rendah yaitu 400 – 500 kg per ha.
Produktivitas tembakau gunung sangat rendah yaitu sekitar
250 – 300 kg/ha sementara produktivitas tembakau sawah bias
mencapai 1000 kg/ha bahkan lebih. Sayangnya tembakau sawah
kurang disukai oleh pabrikan rokok karena karakternya dan kadang-
kadang kandungan kloritnya sangat tinggi.
Beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya produktivitas
tembakau madura adalah penggunaan varietas yang seadanya,
7

kualitas bibit yang kurang bagus, terbatasnya sumberdaya alam


terutama air, tingkat kesuburan tanah yang rendah teknik budidaya
yang dilakukan petani, dan lain-lain.

2. Tembakau Burley
Di Indonesia tembakau Burley dihasilkan di Lumajang,
Jember dan banyuwangi. Tembakau Burley dikeringkan melalui
control kelembaban dan sirkulasi udara dalam gudang pengeringan.
Warna daun kering adalah cokelat muda sampai cokelatkemerahan.
Burley umumnya dikemas dalam bentuk tipped dan threshed atau
had stripped serta terutama dipergunakan sebagai campuran rokok
America blend. Sebagian besar Burley dipergunakan untuk pasar
ekspor.
Tembakau Burley digunakan untuk campuran rokok putih
dan rokok keretek. Tembakau ini mulai dicoba diusahakan di
Indonesia sekitar tahun 1985 dengan areal 10 – 20 ha, saat ini areal
rata-rata 2.300 ha dengan produksi 3.160 ton.
Tembakau Burley bercirikan warna daun hijau pucat, batang
dan ibu tulang daun berwarna putih krem, daun tergolong ukuran
besar (90–160 cm), tanaman lebih banyak berbentuk silindris
daripada piramida, tinggi tanamansekitar 180 cm. Krosok daun
tembakau Burley setelah pengolahan menjadi tipis, berwarna coklat
kemerah–merahan, halus dan lunak, serta beraroma sedap.Tembakau
Burley mengandung nikotin yang banyak terdapat pada daun bawah,
daun tengah, dan daun atas.

3. Tembakau Temanggung
Temanggung sebagai salah satu kota penghasil daun
tembakau terbaik merupakan kota kecil yang di apit 2 gunung yaitu
sumbing dan sindoro. tembakau adlh salah satu tanaman yang bagus
hidup di daerah curah hujan rendah dan dingin ini menjadi tempat
8

yang strategis bagi temanggung untuk di jadikan lahan penanaman


tembakau. 
Kebanyakan masyarakat temanggung juga mengadalkan
penghasilan dari hasil pengolahan tembakau. proses penanaman
sampai akhir pengolahan dan penjualan antara bulan juni sampai
oktober. berbagai jenis tembakau juga mempengaruhi hasil
penjualannya. biasanya paling tinggi harganya adalah jenis tembakau
ndeles ( tembakau yang di tanam di kaki gunung ) dan itu satu kilo
bisa di jual dgn harga 200-500 bahkan jutaan jika pengolahannya
baik dan benar.
Jenis tembakau Temanggung dikenal luas sebagai pemberi
rasa dan aroma khas pada rokok kretek. Tembakau ini juga secara
ekonomis sebagai penyumbang terbesar (70%-80%) penghasilan
petani. Persoalan utama budidaya tembakau ini adalah menurunnya
daya dukung lahan karena erosi dan intensitas serangan patogen.
Penyakit utama yang sering dijumpai adalah nematoda Meloidogyn
spp, bakteri Ralstonia solanacearum, dan jamur Phytophthora
nicotianae. Akibatnya produksi yang dicapai petani rata-rata hanya
0,441 ton/ha.
Pada tahun 2001, Balai Penelitian Tembakau dan Serat
melepas varietas Sindoro 1. Varietas ini adalah hasil seleksi varietas
tembakau lokal Temanggung.  Sindoro 1 memiliki sifat moderat
tahan terhadap penyakit bakteri Ralstonia solanacearum. Kemudian,
Sindoro 1 disilangkan dengan tembakau Virginia varietas Coker 51
yang terkenal tahan terhadap nematoda dan penyakit layu bakteri.
Persilangan ini menghasilkan varietas Kemploko 3 yang dirilis tahun
2005. Hasil uji multilokasi memperlihatkan Kemploko 3
menghasilkan tembakau rajangan bermutu tinggi (mutu srintil) dan
cocok dikembangkan di daerah tegal gunung di wilayah
Temanggung.
9

Penanganan pascapanen tembakau rajangan temanggung


merupakan proses kiuring (curing) ditandai oleh perubahan warna
dan fisik yang lain di akibatkan oleh kerja enzim. Enzim merupakan
senyawa kimia yang menjadi penggerak reaksi-reaksi perubahan
kimia di dalam daun yang harus diaktifkan agar mengarah pada
usaha pembentukan karakteristik mutu tertentu. Setelah daun dipetik
perlu disortasi untuk memisahkan antara daun yang masak, kelewat
masak, kurang masak dan rusak agar tembakau rajangan yang
diperoleh mempunyai tingkatan mutu yang seragam.
Selanjutnya daun yang berasal dari posisi daun atas terutama
yang mengasilkan tembakau rajangan mutu tinggi diperam dengan
digulung lebih dahulu sedangkan daun-daun dibawahnya dapat
diperam dengan hanya ditumpuk tanpa harus digulung terlebih
dahulu. Tembakau rajangan temanggung dikemas dan di pasarkan di
dalam keranjang-keranjang berlapis batang pisang (gedebog pisang)
yang telah dikeringkan. Berat satu keranjang tembakau rajangan
temanggung berkisar antara 40-70 kg tergantung mutu tembakau.

4. Tembakau Virginia
Tembakau Virginia merupakan komoditi penting dalam
perekonomian Indonesia, karena memberikan pendapatan Negara
dari cukai tembakau rata-rata 43 trilyun/tahun. Produksi tembakau
Virginia dalam negeri mencapai 59.385 ton/tahun, dengan jumlah
impor 20.317 ton/tahun. Khususnya di daerah Lombok Nusa
Tenggara Barat, tingkat produksi tembakau Virginia sebesar 64%
dari produksi Nasional dan merupakan kualitas terbaik ketiga
Internasional setelah Brazil dan Amerika. Oleh sebab itu, tembakau
Virginia merupakan salah satu komoditi unggulan, karena dapat
menyerap lapangan kerja pada kegiatan budidaya, produksi dan
transportasi
10

Skema pengolahan atau sering disebut pengovenan (curing)


daun tembakau virginia. Pada prinsipnya daun tembakau dirangkai
dahulu di luar oven kemudian diatur di dalam ruang oven dengan
cara digantung pada rak (rack) yang ada di dalam oven. Bahan bakar
pengovenan digunakan minyak tanah atau kayu bakar. Akhir-akhir
ini karena pembatasan minyak tanah bersubsidi dan sulit
memperoleh kayu bakar, pemerintah mengalihkan ke bahan bakar
batubara. Bahan bakar batubara dan kayu harus dengan pembakaran
tidak langsung, karena udara panas yang dihasilkan selain kotor juga
rawan kebakaran.
Pada oven konvensional pengaturan suhu dilakukan secara
manual. Oven konvensional yang banyak ditemui di daerah
Bojonegoro, Mojokerto, Lombok, Bali, dan lain-lain. Sampai dengan
tahun 2010 diperkirakan jumlah oven tradisional demikian mencapai
15.000 buah. Dinding oven terbuat dari bahan batu bata atau
kadangkadang dari batako dan dalam jumlah kecil ada yang terbuat
dari gedeg. Oven dinding gedeg kadang-kadang dilapis kertas karton
sebagai isolator panas. Oven gedeg dibuat karena alasan tidak
tersedia modal cukup untuk membuat oven dengan dinding batu
bata. Setelah daun tembakau kering, atau sering disebut krosok fc
(flue-cured) kemudian di sortasi sesuai mutunya.
11
12

Gambar Varietas-varietas Terbaru Tanaman Tembakau


C. Klasifikasi Tanaman Tembakau
Tanaman tembakau dapat di klasifikasikan sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta
Sub divisia : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Personatae
Famili : Solanaceae
Genus : Nicotiana
Spesies : Nicotiana tabaccum L.
Tanaman tembakau berwarna hijau berbulu halus, batang, dan daun
diliputi oleh zat perekat. Pohonnya berbatang tegak dengan ketinggian rata–
rata mencapai 250 cm, akan tetapi kadang–kadang dapat mencapai tinggi
sampai 4 m apabila syarat–syarat tumbuh baik. Umur tanaman ini rata–rata
kurang dari 1 tahun. Daun mahkota bunganya memiliki warna merah muda
sampai merah, mahkota bunga berbentuk terompet panjang, daunnya
berbentuk lonjong pada ujung runcing, dan kedudukan daun pada batang
tegak. Adapun tanaman yang satu famili dengan tembakau adalah:
 Kentang (Solanum tuberosum)
13

 Tomat (Solanum lycopersicum)
 Terung (Solanum melongena)
 Ranti/leunca (Solanum nigrum)
 Takokak (Solanum torvum)
 Cabai merah (Capsicum annuum)
 Cabai rawit (C. frutescens, C. baccatum)
 Tembakau (Nicotiana tabacum, N. rustica)
 Kecubung (Datura metel)

D. Botani Tanaman Tembakau


1. Akar
Tanaman tembakau merupakan tanaman berakar tunggang yang
tumbuh tegak ke pusat bumi. Akar tunggangnya dapat menembus tanah
kedalaman 50- 75 cm, sedangkan akar serabutnya menyebar ke samping.
Selain itu, tanaman tembakau juga memiliki bulu-bulu akar. Perakaran
akan berkembang baik jika tanahnya gembur, mudah menyerap air, dan
subur.

Gambar Akar Tembakau

2. Batang
Tanaman Tembakau memiliki bentuk batang agak bulat, agak
lunak tetapi kuat, makin ke ujung, makin kecil. Ruas-ruas batang
mengalami penebalan yang ditumbuhi daun, batang tanaman bercabang
14

atau sedikit bercabang. Pada setiap ruas batang selain ditumbuhi daun,
juga ditumbuhi tunas ketiak daun, diameter batang sekitar 5 cm.

Gambar Batang Tembakau


3. Daun
Daun tanaman tembakau berbentuk bulat lonjong (oval) atau bulat,
tergantung pada varietasnya. Daun yang berbentuk bulat lonjong ujungnya
meruncing, sedangkan yang berbentuk bulat, ujungnya tumpul. Daun
memiliki tulang-tulang menyirip, bagian tepi daun agak bergelombang dan
licin. Lapisan atas daun terdiri atas lapisan palisade parenchyma dan
spongy parenchyma pada bagian bawah. Jumlah daun dalam satu tanaman
sekitar 28- 32 helai. Daun tembakau merupakandaun tunggal. Lebar daun
2 – 30 cm, panjang tangkai 1 – 2 cm. Warna daun hijau keputih-putihan.
15

Gambar Daun Tembakau

4. Bunga
Tanaman tembakau berbunga majemuk yang tersusun dalam
beberapa tandan dan masing masing tandan berisi sampai 15 bunga.
Bunga berbentuk terompet dan panjang, terutama yang berasal dari
keturunan Nicotiana tabacum, sedangkan dari keturunan Nicotiana
rustika, bunganya lebih pendek, warna bunga merah jambu sampai merah
tua pada bagian atas.
Bunga tembakau berbentuk malai, masing-masing seperti
terompet dan mempunyai bagian sebagai berikut:
a. Kelopak bunga, berlekuk dan mempunyai lima buah pancung.
b. Mahkota bunga berbentuk terompet, berlekuk merah dan berwarna
merah jambu atau merah tua dibagian atasnya. Sebuah bunga
biasanya mempunyai lima benang sari yang melekat pada mahkota
bunga, dan yang satu lebih pendek dari yang lain.
c. Bakal buah terletak diatas dasar bunga dan mempunyai dua ruang
yang membesar.
d. Kepala putik terletak pada tabung bunga yang berdekatan dengan
benang sari. Tinggi benang sari dan putik hampir sama. Keadaan ini
menyebabkan tanaman tembakau lebih banyak melakukan
penyerbukan sendiri, tetapi tidak tertutup kemungkinan untuk
penyerbukan silang.

Gamabr Bunga Tembakau


16

5. Buah
Tembakau memiliki bakal buah yang berada di atas dasar bunga
dan terdiri atas dua ruang yang dapat membesar, tiap-tiap ruang berisi
bakal biji yang banyak sekali. Penyerbukan yang terjadi pada bakal buah
akan membentuk buah. Sekitar tiga minggu setelah penyerbukan, buah
tembakau sudah masak. Setiap pertumbuhan yang norrmal, dalam satu
tanaman terdapat lebih kurang 300 buah. Buah tembakau berbentuk bulat
lonjong dan berukuran kecil, di dalamnya berisi biji yang bobotnya
sangat ringan. Dalam setiap gram biji berisi + 12.000 biji. Jumlah biji
yang dihasilkan pada setiap tanaman rata-rata 25 gram.

Gambar Buah Tembakau

E. Bagian Tanaman yang digunakan


Tembakau (daunnya) biasanya digunakan sebagai bahan pembuatan
rokok. Usaha Pertanian tembakau merupakan usaha padat karya. Meskipun
luas areal perkebunan tembakau di Indonesia, diperkirakan hanya sekitar
207.020 hektar, namun jika dibandingkan dengan pertanian padi, pertanian
tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Seperti juga pada
kegiatan pertanian lainnya, untuk mendapatkan produksi tembakau dengan
mutu yang baik, banyak faktor yang harus diperhatikan. Selain faktor tanah,
iklim, pemupukan dan cara panen.
17

Tanaman Tembakau merupakan tanaman komersial dengan


memanfaatkan daunnya untuk rokok, pipa atau tembakau
kunyah (chewing) atau untuk dihisap lewat hidung atau tembakau
sedotan (snuff). Tembakau merupakan sumber nikotin yaitu, suatu zat aditif,
dan juga sebagai bahan dasar untuk beberapa jenis insektisida. Di Indonesia,
tembakau telah dikenal sejak 400 tahun yang lalu sebagai tanaman obat
ataupun bahan halusinogen.

F. Cara Pengolahan Tembakau


1. Tembakau Madura
a. Panen tembakau Madura
Tembakau rajangan madura dipanen dari daun tengah bawah
hingga daun atas dengan cara pemetikan (priming) kasar dan diolah
secara sun cured dengan hasil akhir berupa rajangan kering. Sedangkan
hasil samping berupa kerosok, berasal dari daun-daun bawah yang
dipungut langsung dari pohon atau dipetik dan dikeringkan secara sun
cured di sisi rumah/gudang. Pemetikan (”polong”) dilakukan dengan
memegang pangkal daun diantara ibu jari dan keempat jari yang lain,
kemudian diputar ke kiri dan ke kanan 180 derajat.
Pemetikan dilakukan pagi hari setelah embun menguap (pukul
08.00-11.00 WIB) atau bila terpaksa dapat diteruskan pada sore harinya
(pukul 14.30-16.30 WIB). Pemetikan tengah hari disamping melelahkan
tenaga kerja juga dapat menyebabkan kerusakan daun tembakau karena
panas terik matahari maupun akibat tumpukan daun itu sendiri, terutama
apabila tumpukannya terlalu banyak. Hasil pemetikan kemudian segera
dibawa ke tempat yang teduh atau dibawa ke gudang dengan hati-hati
agar tidak mengalami kerusakan baik secara mekanis, fisik maupun
fisiologis untuk proses lebih lanjut.
18

Tembakau yang akan diolah menjadi kerosok maupun rajangan


sebaiknya dipetik dari daun-daun yang telah cukup masak. Tembakau
yang kurang atau kelewat masak dapat menurunkan produksi maupun
mutunya. Kandungan senyawa penentu mutu seperti protein, karbohidrat,
khlorofil,
karotin, xantofil, dan lain-lain dari tembakau yang telah masak
optimal berada pada keadaan yang paling menguntungkan untuk diolah
menjadi tembakau yang bermutu baik. Disamping itu pemetikan daun
pada saat masak optimal dapat meningkatkan produksi sekitar 10-15%.
Pemetikan bertahap berdasarkan tingkat kemasakan daun juga
memberikan keuntungan lain yaitu merupakan langkah awal proses
grading, hal ini karena kemasakan daun secara berurutan dimulai dari
daun-daun bawah kemudian diikuti oleh daun-daun di atasnya sehingga
pemisahan daun berdasarkan posisi pada batang sekaligus telah
dilakukan.
Kemasakan daun ditandai dengan perubahan warna dari hijau
menjadi hijau kekuning-kuningan, tulang daun berwarna hijau terang
atau keputihan, ujung daun melengkung dan sedikit mengering dan
permukaan daun agak kasar. Daun-daun bawah yang tidak dipanen untuk
dirajang dibiarkan mengering di batang untuk menjadi kerosok dan
dipungut apabila masih menguntungkan, sehingga kerosok pada
tembakau Madura hanya merupakan hasil samping.
Apabila harga kerosok cukup baik, daun-daun bawah dapat juga
ikut dipanen, hanya saja hasilnya dipisahkan. Selanjutnya daun-daun
bawah tersebut diolah menjadi kerosok dengan cara diangin-anginkan
(air curing) atau kombinasi dengan dijemur (sun curing) dengan cara
digantung di sisi-sisi rumah/gudang. Hasil kerosok daun tembakau yang
diolah dengan cara tersebut mutunya lebih baik dibanding dengan hasil
kerosok yang diperoleh dengan hanya membiarkan daun mengering di
batang.
19

b. Pengolahan Tembakau Madura


1) Sortasi, pemeraman dan penggulungan
Setelah sampai di gudang atau tempat pemeraman kemudian
dilakukan pemeraman (”okep”) pertama dengan cara daun-daun
tembakau disusun pada posisi pangkal ibu tulang daun dibagian
bawah. Pada saat penyusunan daun tersebut sekaligus dilakukan
sortasi, yaitu daun-daun yang terlalu muda atau daun-daun yang
kelewat tua yang ikut terpanen dipisahkan.

Gambar Proses Sortasi

Penyusunan daun dilakukan satu lapis agar tembakau tidak


rusak, baik karena tertindih maupun oleh panas yang timbul akibat
proses pemeraman itu sendiri terutama bila tumpukannya terlalu
banyak. Apabila dilakukan bersusun maka tiap susunan diletakkan
pada semacam rak, sehingga tidak saling menindih. Lantai tempat
pemeraman umumnya diberi alas tikar atau anyaman bambu. Pada
kondisi kering, untuk menjaga agar tembakau tidak banyak
kehilangan air selama proses pemeraman berlangsung maka pada
bagian atas setiap susunan daun diberi penutup daun pisang.
20

Gambar Proses Penyudenan


Sedangkan pada saat basah, daun tembakau diatur tidak
terlalu rapat dan sebaiknya diletakkan di atas anyaman bambu
sehingga terjadi aerasi untuk pengurangan kandungan air, agar daun
tembakau tidak busuk. Setelah pemeraman pertama kemudian
dilakukan sortasi dan penghilangan ibu tulang daun (”pered”).
Tembakau yang kelewat masak atau masih berwarna hijau (muda)
dipisahkan. Sedangkan daun-daun yang terpilih dan dihilangkan ibu
tulang daunnya, kemudian digulung dengan posisi daun yang
berwarna lebih masak di luar dan daun yang lebih muda di dalam,
selanjutnya diperam lagi selama kira-kira semalam agar daun-daun
yang lebih muda berubah menjadi lebih masak hingga siap untuk
dirajang. Tiap gulungan terdiri dari 15-20 lembar daun atau sekitar
500-700 gram.
21

Gambar Penghilangan Tulang Daun dan Penggulungan

Gambar Hasil Penggulungan

2) Perajangan
Untuk menghindari terlalu banyak daun tembakau rajangan
yang memar maka pisau perajang harus benar-benar tajam, karena
itu pada alat perajang ini dilengkapi dengan batu pengasah yang
setiap saat dapat digunakan. Perajangan sebaiknya dilakukan pada
saat menjelang matahari terbit, sehingga setelah dirajang tembakau
segera dapat dikeringkan. Bila terlalu lama tenggang waktu
22

perajangan dengan pengeringan maka dapat menurunkan mutunya


karena warna tembakau menjadi kusam.

Gambar Pisau Rajang dan Penyusunan Tembakau di Tempat Perajangan

Gambar Proses Perajangan

Pada tembakau rajangan madura tenggang waktu saat


perajangan dengan penjemuran yaitu 3 jam, sehingga perajangan
paling awal yang masih memberikan mutu paling baik yaitu pukul
03.00. Jumlah tenaga perajang yang tersedia pada saat panen raya
tidak mencukupi. Karena itu waktu perajangan menjadi sangat
terbatas. Pada tembakau madura, perajangan sampai pukul 12.00
siang pada saat cuaca cerah masih memberikan indeks mutu yang
cukup baik, sehingga perajangan pada waktu tersebut dapat dianggap
23

sebagai waktu paling akhir untuk proses perajangan tembakau


madura. Pada tembakau madura lebar rajangan dikategorikan
rajangan halus bila ukuran rajangan < 2 mm, dan termasuk cukup
bila ukuran rajangan 2 - 3,5 mm, serta dikategorikan rajangan kasar
bila berukuran > 3,5 mm.

3) Pengeringan
Pengeringan dilakukan pada widig yang terbuat dari
anyaman bambu dengan ukuran 1 m X 2,5 m. Tembakau yang telah
dirajang dicampur dengan hati-hati agar homogen, kemudian diatur
lurus dengan ketebalan sekitar 1-2 cm searah panjang widig.
Tembakau dalam widig diusahakan selalu tegak lurus dengan
datangnya cahaya matahari dan tidak menyentuh tanah. Untuk
mempercepat pengeringan dilakukan pembalikan satu kali pada
sekitar pukul 11.00.

Gambar Proses Pencampuran


24

Gambar Persiapan Penjemuran

4) Pengemasan
Setelah tembakau menjadi cukup lemas, kemudian digulung
dengan hati-hati, dan dikemasan dengan tikar daun siwalan/lontar.
Pengemasan dilakukan terhadap tembakau dengan berat 40-50 kg
yang terdiri dari mutu yang sama. Selanjutnya tembakau rajangan
kering siap untuk dijual.

2. Tembakau Burley
a. Panen
Cara panen harus mempertimbangkan kondisi cuaca pada
saat panen. Jika iklim pada saat panen dalam keadaan normal, maka
dengan melakukan dua kali pemetikan kemudian diikuti penebangan
batang lebih menguntungkan. Sedangkan pada kondisi iklim basah
maka pemilihan cara panen/pemetikan. bertahap maupun serentak
lebih menguntungkan pemanenan daun dengan cara pemetikan
(priming) untuk daun bawah dilakukan dengan memegang pangkal
daun diantara ibu jari dan keempat jari yang lain, kemudian diputar
ke kiri dan ke kanan 180 derajat.
25

1) Waktu pemetikan
Pemetikan dilakukan pagi hari setelah embun menguap
(pukul 09.00-11.00 WIB) atau bila terpaksa dapat diteruskan pada
sore harinya (pukul 14.30-16.30 WIB). Pemetikan tengah hari
disamping melelahkan tenaga kerja juga dapat menyebabkan
kerusakan daun tembakau ("mlonyoh") karena panas matahari
maupun akibat tumpukan daun itu sendiri, terutama apabila
tumpukannya terlalu banyak.
Hasil pemetikan kemudian segera dibawa ke tempat yang
teduh atau dibawa ke gudang dengan hati-hati agar tidak mengalami
kerusakan baik secara mekanis, fisik maupun fisiologis untuk proses
lebih lanjut. Tembakau yang dipanen harus sudah cukup masak.
Tembakau yang kurang atau kelewat masak dapat menurunkan
produksi maupun mutunya. Kandungan senyawa penentu mutu
seperti protein, karbohidrat, klorofil, karotin, xantofil, dan lain-lain
dari tembakau yang telah masak optimal berada pada keadaan yang
paling menguntungkan untuk diolah menjadi tembakau yang
bermutu baik.
Disamping itu pemanenan daun pada saat masak optimal
dapat meningkatkan produksi sekitar 10-15%. Selanjutnya dikatakan
bahwa tingkat kemasakan daun yang dipanen berpengaruh terhadap
produksi, warna, elastisitas, daya bakar, dan senyawa-senyawa kimia
penyusun mutu. Panen pada saat daun masih muda menyebabkan
kerosok berwarna kehijauan, pucat, kurang lemas, dan mudah
berjamur.

2) Cara panen
Cara panen dengan pemetikan bertahap berdasarkan tingkat
kemasakan daun juga memberikan keuntungan lain yaitu merupakan
langkah awal proses grading, hal ini karena kemasakan daun secara
26

berurutan dimulai dari daun-daun bawah kemudian diikuti oleh


daun-daun diatasnya sehingga pemisahan daun berdasarkan posisi
pada batang sekaligus telah dilakukan.
Tingkat kemasakan daun pada batang dimulai dari bagian
bawah diikuti daun-daun yang ada di atasnya. Pada beberapa
keadaan tertentu perbedaan tingkat kemasakan daun tersebut sangat
besar sehingga meskipun daun-daun bagian bawah telah lewat masak
namun daun-daun di bagian atas masih belum masak, sehingga tidak
memungkinkan kalau dilakukan panen secara bersamaan. Apabila
menunggu daun bagian atas masak maka daun bagian bawah akan
kelewat masak. Karena itu cara panen berdasarkan tingkat
kemasakan daun yang dilakukan secara bertahap yaitu lebih baik.
Cara panen pada tingkat kemasakan optimal pada tembakau
burley dapat meningkatkan produksi dan mutu kerosok. Melalui
rekayasa teknik budidaya, antara lain mengatur waktu tanam,
pemupukan, penyiraman, dan pemangkasan dapat mengurangi
variasi tingkat kemasakan daun sehingga dapat mengurangi jumlah
kali panen. Pada beberapa daerah dengan tenaga kerja terbatas panen
dengan cara tebang batang lebih sesuai karena penggunaan tenaga
kerja lebih efisien.
Kemampuan tenaga manusia untuk penebangan batang
sekitar 0,023 - 0,034 ha/pikul/orang. Pada kondisi tertentu cara
panen kombinasi antara pemetikan daun dengan penebangan batang
dapat dipergunakan. Pengalaman di Amerika dengan melakukan
pemetikan sebanyak ¼ bagian daun bawah yang telah masak optimal
dan melakukan penebangan batang untuk daun di atasnya dapat
meningkatkan produksi 5% dan meningkatkan harga jual sekitar 3%
dibandingkan cara panen dengan menebang seluruh batang
sekaligus.
Daun yang dipanen dengan cara pemetikan menjadi lebih
cepat kering dibandingkan dengan tembakau yang dipanen dengan
27

penebangan batang, terutama pada kondisi kelembaban yang rendah.


Daun yang terlalu cepat kering menghasilkan mutu rendah, karena
karbohidrat tidak sempat terurai sempurna, warna kerosok kehijauan
atau kekuningan. Sedangkan pada kondisi kelembaban tinggi, daun
yang dipanen dengan cara penebangan batang menjadi lebih lambat
kering karena posisi daun saling menelungkup secara berurutan
sehingga menyulitkan proses penguapan air dari daun.
Cara panen pada tembakau Burley dipengaruhi oleh beberapa
tujuan tertentu antara lain:
1) Efisiensi pemakaian tenaga kerja. Hal ini dapat dicapai jika
panen dapat dilaksanakan sekaligus dengan cara panen tebang
batang.
2) Untuk daerah-daerah dengan kelembaban rendah cara penen
tebang batang memberi kemungkinan daun tidak cepat
kehabisan air selama pengomprongan. Sehingga
pengomprongan dapat berlangsung lebih sempurna.
3) Efisiensi pemakaian rumah omprongan. Panen daun lebih
efisien dibanding panen tebang batang.

b. Pengolahan
Tembakau segar yang baru dipanen bobotnya berat karena kadar
air tembakau sekitar 80-85 %, sehingga untuk setiap kg kerosok
dibutuhkan sebanyak 16 hingga 18 kg daun segar yang harus dipanen.
Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap rendemen tembakau antara
lain tingkat kemasakan daun, iklim selama pertumbuhan, varietas, jenis
tanah, dan pemupukan. Setiap hektar areal tembakau dapat menghasilkan
panenan sekitar 20 hingga 25 ton.
Dari berat tersebut sebagian besar yaitu air yang harus dibuang
selama proses penanganan pascapanen. Penanganan pascapanen
tembakau bukan hanya sekedar mengeringkan tembakau, tetapi
menyangkut perubahan fisik dan kimia mulai daun tersebut dipanen
28

hingga daun tersebut berubah menjadi kerosok. Secara garis besar


tahapan penanganan pascapanen meliputi pelayuan (wilting),
penguningan (yellowing), pencoklatan (browning), dan pengeringan
(drying). Proses penanganan pascapanen memerlukan waktu antara 6 - 8
minggu.
Temperatur dan kelembaban merupakan faktor utama pada
penanganan pascapanen tembakau burley. Kondisi temperature optimal
pada tembakau burley berkisar antara 60 hingga 90 ºF dan kelembaban
antara 65 - 70 %. Tetapi keadaan tersebut berfluktuasi antara siang dan
malam. Pada keadaan normal yaitu di akhir musim panas dan awal
musim hujan, temperature tertinggi pada siang hari dan terendah pada
malam hari dengan keadaan kelembaban yang sangat tinggi di malam
hari dan rendah di siang hari.
Pada tahap awal pengomprongan, dimana kadar air tembakau
masih maksimal, kelembaban udara di ruang omprongan dapat mencapai
100 % terutama pada malam hari. Kelembaban optimum untuk
pengomprongan tembakau burley antara 65%-75%. Jika kelembaban
terlalu rendah menyebabkan kerosok berwarna kehijauan atau
kekuningan, sedangkan kelembaban terlalu tinggi menyebabkan kerosok
berwarna lebih gelap atau kehitaman.
Pada pengomprongan yang baik pembukaan ventilasi dilakukan
untuk menurunkan kelembaban yang tinggi tersebut, pembukaan
ventilasi juga dilakukan pada saat proses pengeringan. Pengomprongan
yang baik mengupayakan agar ratarata kelembaban di siang dan malam
hari mendekati optimal. Kendala utama pengomprongan tembakau burley
di Indonesia yaitu suhu dan kelembaban yang terlalu tinggi, karena
negara peghasil kerosok tembakau burley bermutu tinggi yaitu negara-
negara sub tropis seperti Amerika, Zimbabwe, Malawi, dan Brasilia yang
mempunyai suhu dan kelembaban lebih rendah. Berdasarkan pengalaman
pada tembakau cerutu, lebih mudah meningkatkan kelembaban udara
ruang omprongan daripada harus menguranginya.
29

Kelembaban udara ruang omprongan yang terlalu tinggi juga


dapat menyebabkan waktu pengomprongan daun tembakau burley
menjadi lebih lama dan serangan jamur di ruang omprongan lebih
banyak, warna menjadi lebih gelap, dan mutu juga menjadi lebih rendah.
1) Pelayuan (wilting)
Tembakau hasil panen yang masih segar secara nyata akan
banyak kehilangan air pada tahap pelayuan. Temperatur dan kelembaban
banyak berpengaruh terhadap proses kehilangan air tersebut, disamping
itu juga dipengaruhi oleh tingkat kemasakan, kondisi iklim, dan teknik
budidaya. Dalam keadaan normal respirasi, oksidasi, dan proses
metabolisme yang lain masih berlangsung dalam beberapa hari, tetapi
yang paling banyak berubah yaitu berkurangnya kandungan air. Secara
bertahap terjadi perombakan karbohidrat sebagai hasil proses asimilasi,
perubahan senyawa senyawa organik yang lain, dan translokasi air
cadangan pada batang ke daun hingga daun menjadi kering.

2) Penguningan (yellowing)
Tahap berikutnya yaitu proses penguningan yaitu mulai
berubahnya warna hijau daun menjadi kekuningan. Proses penguningan
diawali pada daun-daun posisi bawah kemudian secara bertahap diikuti
oleh daun-daun posisi diatasnya dan terakhir daun-daun pucuk.
Umumnya fase penguningan di dalam gudang yang terkontrol dengan
baik berlangsung sekitar 12 hingga 14 hari. Beberapa faktor yang dapat
menghambat laju fase penguningan antara lain terlalu banyak kandungan
air, besarnya melebihi rata-rata, terlalu banyak pupuk terutama nitrogen,
atau panen muda.

3) Pencoklatan (browning)
Tingkat lebih lanjut dari fase penguningan yaitu pencoklatan
dimana sel-sel daun mulai menuju kematian (terhentinya proses
perombakan). Pencoklatan merupakan akhir dari proses pengomprongan
30

tembakau burley. Kondisi temperatur dan kelembaban selama proses


penguningan hingga pencoklatan sangat menentukan warna akhir dari
kerosok yang dihasilkan. Masalah yang agak serius apabila kelembaban
terlalu tinggi (>70%) disaat terjadi hujan maka perlu dilakukan
pembukaan lubang ventilasi. Untuk kelembaban terlalu kering (< 65%)
disaat cuaca sangat panas dan kering maka perlu dilakukan penyiraman
lantai gudang omprongan.

4) Pengikatan warna dan pengeringan (fixing and drying).


Tahap pengikatan warna merupakan upaya untuk mengikat warna
yang terbentuk dan sekaligus masuk ke tahap pengeringan. Pengeringan
dimulai dengan keringnya lamina daun, urat daun dan terakhir ibu tulang
daun.

3. Tembakau Temanggung

a. Pemanenan

Cara pemetikan daun tembakau temanggung dilakukan


secara bertahap dengan memilih daun yang tepat masak saja. Pada
daun yang tepat masak senyawa kimia yang akan menjadi komponen
penyusun mutu diperkirakan berada dalam jumlah optimal sehingga
mempunyai potensi untuk menghasilkan tembakau mutu tinggi.
Kriteria daun telah masak optimal dilihat dari wujud fisik karena
cara ini cukup praktis sehingga lebih mudah dikerjakan.
Ukuran fisik yang utama untuk menentukan kemasakan
berdasarkan pada perubahan warna hijau dari daun karena
kemasakan erat kaitannya dengan degradasi klorofil yang ada di
dalam daun. Degradasi klorofil akan di ikuti dengan munculnya
warna kuning dari karoten dan santofil yang tertutup oleh
keberadaan klorofil di dalam sel.
31

Secara fisik daun yang telah masak dapat dibedakan dengan


daun yang belum masak berdasarkan kriteria sebagai berikut: Jumlah
daun tembakau temanggung setelah pemangkasan umumnya berkisar
antara 20-26 lembar. Dua sampai tiga lembar daun paling bawah
atau disebut daun pasir umumnya dibuang bersamaan saat
pemeliharaan pada dangir pertama atau kedua. Sehingga daun yang
dapat di petik berkisar antara 20-23 lembar. Secara umum daun-daun
tersebut dapat diklasifikasi berdasarkan posisinya pada batang
seperti pada gambar.

Gambar Klasifikasi Daun Berdasaran Posisinya

1) Daun telah berwarna hijau agak kekuningan untuk daun bawah.


Makin ke atas warna kuning makin dominan dan merata pada
permukaan daun. Pada daun atas dan daun pucuk warna kuning
menjadi bercak-bercak seperti mosaik. Mosaik warna kuning
sebenarnya yaitu bagian lamina diantara tulang daun yang
mengalami senescence lebih dahulu dibanding bagian lain.
Wujud daun masak optimal untuk daun bawah, dan daun atas.
2) Kedudukan daun masak lebih tegak dibandingkan daun yang
belum masak.
32

3) Daun masak semakin tidak segar lagi dibandingkan daun belum


masak.
Pemetikan dilakukan antara lima sampai tujuh kali dengan
selang waktu 2-7 hari. Selang waktu pemetikan banyak dipengaruhi
beberapa pertimbangan sebagai berikut :
1) Makin ke atas posisi daun pada batang, makin panjang selang
waktu pemetikannya. Hal ini akibat daun atas yang tebal
mengandung banyak klorofil sehingga memerlukan waktu
degradasi lebih lama.
2) Makin tinggi lokasi penanaman tembakau temanggung,
memerlukan waktu masak lebih lama. Hal ini dapat dimaklumi
karena intensitas matahari dan suhu udara yang rendah
mengakibatkan degradasi klorofil lebih lambat. Tembakau
temanggung varietas kemloko yang ditanam di lereng gunung
Sindoro dan Sumbing pada ketinggian lebih dari 1000 m dpl.
Panen pertama baru dapat dimulai sekitar 90 hari setelah tanam
dan lama panen sekitar 45-60 hari. Berbeda dengan tembakau
temanggung yang ditanam di dataran rendah yang hanya
memerlukan waktu 60 hari dan waktu panen 30-45 hari.
3) Makin subur tanaman akan mempunyai kandungan klorofil lebih
tinggi sehingga akan memerlukan selang waktu panen lebih
lama.
4) Degradasi klorofil cenderung lebih lambat sehingga tenggang
waktu panen pertama dan berikutnya makin panjang.
5) Varietas tembakau merupakan pembawa karakteristik tanaman
termasuk kecepatan masaknya daun.
Tingkat kemasakan dan posisi daun yang dipetik mempunyai
kaitan erat dengan mutu tembakau rajangan yang dihasilkan.
Sehingga untuk memperoleh mutu yang baik perlu klasifikasi
pemisahan mutu sejak pemetikan antara lain jangan mencampur
daun yang mempunyai unsur-unsur yang berperan besar terhadap
33

pembentukan mutu. Daun pucuk yang dapat menghasilkan mutu


paling tinggi hendaknya tidak dicampur dengan daun bawah yang
menghasilkan mutu paling rendah, dan mutu J yang paling tinggi
maka potensi mutu terhadap posisi daun pada batang seperti pada
tabel.

Tabel Posisi Daun Pada Batang dan Potensinya


menghasilkan Kelas Mutu
Posisi Daun Pada Jumlah Daun
Potensi
Batang (lembar)
Koseran 2–3 A, B
Kaki 4–5 B, C, D
Tengah 6–8 D, E, F
Atas 4–5 F, G, H
Pucuk 4–5 H, I, J

Pemetikan sebaiknya dilakukan pukul 09.00 sampai pukul


11.00 pagi atau saat daun tembakau sudah terbebas dari embun yang
menempel pada permukaan daun. Pemetikan dapat juga dilakukan
sore hari sekitar pukul 16.00 – 18.00 saat intensitas sinar matahari
sudah menurun. Daun yang masih basah akan menjadi turgecent
sehingga mudah memar, patah atau sobek. Gesekan pada saat
pengangkutan akan memudahkan daun menjadi lecet. Setelah daun
dipetik segera dibawa ketempat teduh dan segera diangkut ke
gudang. Proses pemanenan tembakau temanggung seperti pada
gambar.
34

Gambar Panen Tembakau Temanggung Pada Posisi Daun Tengah

b. Pengangkutan
Daun yang telah di petik dan telah terkumpul di tempat teduh
kemudian di masukkan keranjang dan di dibawa ke gudang.
Pengikatan daun sebaiknya dihindari karena akan mengakibatkan
daun memar dan cepat menjadi cokelat dalam pemeraman.

c. Pengolahan
1) Sortasi
Daun petikan pertama sampai dengan keempat yang diperam
tanpa digulung lebih dahulu sehingga sortasi masih dapat dilakukan
sebelum digulung. Sortasi sederhana dilakukan pada daun hasil
petikan kelima dan seterusnya dengan memisah daun kelewat masak
dan kurang masak. Untuk daun dari petikan ini pemeraman
dilakukan setelah penggulungan sehingga sortasi harus dilakukan
sebelum penggulungan. Sortasi awal perlu dilakukan untuk
mendapatkan tembakau yang tingkat kemasakannya seragam
sehingga pemeraman bisa serentak. Proses sortasi daun tembakau,
nampak pada gambar.
35

Gambar Sortasi Daun Tembakau hasil Panen

2) Penggulungan
Penggulungan daun merupakan pekerjaaan persiapan untuk
perajangan dengan alat perajang tradisional, sebagai salah satu
kegiatan dalam pascapanen tembakau rajangan. Daun yang telah di
gulung lebih mudah dimasukkan ke lubang alat perajang. Jika
perajangan menggunakan mesin perajang, penggulungan tidak perlu
dilakukan. Pekerjaan penggulungan diawali dengan menumpuk daun
yang mempunyai warna yang sama sebanyak 15 – 20 lembar,
kemudian digulung ke arah membujur.
Diameter gulungan berkisar antara 10 – 12 cm atau sesuai
ukuran lubang alat perajang. Cara mengikat yaitu dengan
membungkus bagian pangkal gulungan dengan daun tembakau
sejenis ke arah membujur, kemudian menusukkan ibu tulang daun ke
pangkal gulungan daun tembakau tersebut. Perajangan tembakau
temanggung gagang daun ikut di rajang bersama-sama lembaran
daun.

3) Pemeraman
36

Pemeraman secara fisik bertujuan merubah warna daun dari


hijau menjadi kuning kemudian menjadi coklat jika daun
mempunyai potensi menghasilkan tembakau rajangan mutu tinggi.
Daun yang telah selesai diperam berarti senyawa klorofilnya sudah
sangat rendah dan muncul warna kuning dari karotin dan santofil.
Jika pemeraman diteruskan akan muncul warna coklat dari polimer
quinon dan asam-asam amino. Lama pemeraman dipengaruhi oleh
posisi daun pada batang.
Batas selesai pemeraman menunjukkan mutu tembakau
rajangan yang akan dihasilkan. Warna semakin cokelat mutu
tembakau rajangan yang dihasilkan makin baik. Namun demikian
tidak seluruh daun dapat diperam sampai warna cokelat. Pemeraman
merupakan proses fermentasi di dalam daun yang dikatalisir oleh
enzim-enzim tertentu. Perubahan kimia yang terjadi nampaknya juga
mirip dengan yang terjadi pada perubahan tembakau Virginia FC.
Namun demikian terdapat dua perbedaan yang mendasar.
Pertama, pada pemeraman tembakau Virginia FC suhu lingkungan
diatur secara tepat, sedangkan pada pemeraman tembakau
temanggung dibiarkan secara alami dan hanya mengandalkan
sumber energi hasil pemecahan pati menjadi gula dan selanjutnya
gula menjadi CO2 dan H2O ditambah energi. Kedua, batas selesai
pemeraman yang berbeda. Kalau pada penanganan pascapanen
tembakau Virginia hanya sampai batas warna kuning atau pada saat
kadar gula setinggi-tingginya sedangkan pada penanganan
pascapanen tembakau rajangan temanggung kedua ukuran mutu
tersebut tidak dipertimbangkan.
Potensi mutu tembakau temanggung dapat diperkirakan dari
hasil pemeramannya. Jika dapat diperam sampai batas warna coklat
atau hitam berarti mempunyai potensi menghasilkan mutu baik.
Penentuan batas selesai pemeraman, hanya akan mampu dikerjakan
oleh orang yang berpengalaman dengan melihat warna fisik daun.
37

Beberapa kriteria yang harus dipenuhi pada saat tembakau selesai


diperam, agar mutu cukup baik yaitu sebagai berikut :
a. Pegangan daun tetap kering (mrisih).
b. Tidak ada indikasi bau amoniak yang menunjukkan
kecenderungan daun mengalami pembusukan.
c. Tidak menunjukkan tetesan air dari daun, kecuali setelah
perajangan.
Pemeraman dilakukan dengan dua cara. Pertama, untuk daun-
daun koseran dan kaki yang hanya memerlukan waktu pemeraman 2-
5 hari dapat diperam dalam keadaan lembaran yang belum digulung.
Kedua, untuk daun tengah atau pucuk yang memerlukan waktu
pemeraman 5-12 hari biasanya digulung lebih dahulu, karena akan
sulit dilakukan penggulungan setelah pemeraman.
Pemeraman dapat dilakukan di lantai rumah atau dibuatkan
semacam rak bertingkat jika daun tembakau yang akan diolah cukup
banyak. Lantai diberi alas tikar atau gedeg sehingga daun tembakau
tidak kotor atau terkena suhu terlalu dingin dari lantai. Umumnya
petani memeram tembakaunya di lantai rumah atau ruang yang
disediakan khusus untuk keperluan tersebut.
Kemudian daun tembakau lembaran atau yang sudah
digulung diatur berdiri, berhimpitan satu sama lain dan diatasnya
ditutup dengan tikar atau daun pisang. Penutupan tidak boleh terlalu
rapat terutama yang berada di daerah-daerah rendah yang suhu
udaranya relatif lebih panas. Untuk daun yang telah digulung cara
pemeraman ada juga yang dilakukan dengan menidurkan gulungan
daun tembakau tersebut dan ditumpuk 4-5 tingkatan gulungan.
Beberapa catatan penting yang perlu diperhatikan pada pemeraman
daun tembakau temanggung yaitu sebagai berikut:
a. Ruang tempat pemeraman harus tertutup, bebas sinar matahari
atau sinar lampu yang dapat meningkatkan suhu ruangan. Angin
38

hendaknya tidak ada yang masuk sehingga tembakau bebas dari


terpaan angin.
b. Lantai tempat pemeraman harus bersih dan kering serta diberi
alas tikar atau gedeg. Jika lantai basah hendaknya diberi alas
papan atau yang lain sehingga daun tembakau bebas lembab dari
tanah.
c. Setelah daun tembakau diatur di lantai atau pada rak pemeraman
kemudian ditutup tikar atau daun pisang dan jika membuka
untuk pemeriksaan hendaknya seperlunya saja.
d. Pemeraman dengan daun berdiri lebih baik karena mengurangi
himpitan antara daun berdiri yang dapat mengakibatkan
kecepatan selesai pemeraman tidak merata. Daun jangan
ditumpuk karena selain menghimpit juga mengakibatkan
kenaikan suhu tembakau tidak merata.

Gambar Pemeraman Daun Tembakau Dengan Cara Berdiri

4) Perajangan
Perajangan merupakan proses pemotongan daun tembakau
yang mempunyai tujuan mengembangkan potensi mutu kimia di
dalam daun dan sekaligus akan mempercepat selesainya proses
pengeringan. Tembakau rajangan temanggung dirajang bersama
dengan ibu tulang daun dan perajangan akan dilakukan setelah daun
selasai diperam. Perajangan umumnya dikerjakan malam hari
39

dengan harapan pagi harinya sudah selesai dirajang dan siap dieler di
atas widig dan langsung dapat di jemur.
Pekerjaan merajang daun tembakau dilakukan dengan
menempatkan gulungan daun tembakau pada alat perajang yang
terbuat dari kayu, kemudian mengiris gulungan daun tersebut dengan
pisau yang cukup tajam dengan ukuran besar. Ukuran rajangan
berkisar antara 0,5-1,0 mm tetapi untuk daun pucuk karena
pemeramannya makin lama, mengakibatkan kondisi fisik daun
makin lunak sehingga sulit dirajang dengan ukuran tersebut. Pada
tabel menunjukan perkiraan ukuran rajangan berkaitan dengan mutu
tembakau yang akan dihasilkan.

Tabel Perkiraan Mutu dan ukuran Rajangan


Mutu Ukuran Rajangan (mm)
A, B, C, D 1–2
F, G, H 2–3
I, J 3 –5

5) Pengeringan
Secara umum pengeringan bertujuan menghentikan reaksi
enzimatis dan membebaskan sebagian besar kandungan air sehingga
tembakau tahan disimpan. Cara pengeringan dengan penjemuran
daun tembakau yang telah dirajang diawali dengan mengeler daun
tembakau tersebut di atas widig kemudian dijemur.
Widig yang digunakan di daerah Temanggung umumnya
mempunyai ukuran besar, panjang 2,0-2,5 m dan lebar 1,0-1,2 m.
Kapasitas widig berkisar antara 1-1,5 kg tiap m2 atau 2-3 kg tiap
widig ukuran 1,0 x 2,0 m. Para petani umumnya sudah mempunyai
hamparan tempat penjemuran. Bangunan rumah di daerah
40

Temanggung banyak juga yang dibuat bertingkat dan bagian atap


dibuat lantai beton untuk tempat penjemuran.
Pada hamparan tempat penjemuran dibuat palangpalang
penyangga widig tinggi 1,00-1,25 m sehingga memudahkan dalam
penanganannya. Selanjutnya widig yang berisi eleran rajangan daun
tembakau diletakkan di atasnya secara berderet. Palang-palang
tempat penjemuran akan lebih baik jika dibuat miring ke timur pada
pagi hari dan ke barat pada sore hari. Selama penjemuran biasanya
dilakukan pembalikan 2-3 kali sehari agar pengeringan merata.
Pembalikan dilakukan sesudah pukul 12.00 setelah sebagian
besar kandungan air menguap. Cara membalik dengan menutup
widig yang berisi rajangan daun tembakau menggunakan widig
kosong. Kemudian secara hati-hati dua widig tersebut dibalik,
sehingga tembakau rajangan pindah ke widig kosong yang
ditutupkan. Pekerjaan pembalikan dikerjakan dua orang.
Untuk mengetahui tingkat kekeringan biasanya dilakukan
dengan memegang dan meremas hamparan tembakau rajangan di
atas widig. Jika dipegang dan diremas telah hancur atau sebagian
mengalami kepatahan berarti telah kering sempurna dan mencapai
kadar air 3-5%. Jika kondisi kering telah tercapai, kemudian
tembakau beserta widignya dimasukkan ke dalam rumah dan
ditumpuk.
Selanjutnya pada malam hari daun akan menyerap air dan
menjadi lemas. Biasanya sekitar 2-3 hari penumpukan baru lemas
dan bisa digulung atau dilipat. Jika keadaan tidak memungkinkan,
misalnya persediaan widig terbatas dan tembakau belum siap
digulung, tembakau dikeluarkan lagi pada malam hari agar segera
menyerap embun sehinggasegera lemas.
Pada kondisi tersebut tembakau digulung atau kadang-
kadang dilipat berbentuk empat persegi panjang. Diameter gulungan
sekitar 10 cm dan panjang gulungan antara 15-20 cm dan satu widik
41

biasanya diperoleh 3-5 gulung tergantung tebal tipisnya eleran.


Ukuran lipatan berbentuk segi empat yaitu 15-20 cm dengan tebal 2-
3 cm. Mutu tembakau makin baik memerlukan pelemasan lebih
lama.

6) Pengemasan
Daun tembakau rajangan yang telah kering dan telah
digulung atau dilipat kemudian diatur di dalam keranjang khusus.
Keranjang terbuat dari bambu, lebar 3-5 cm dan tebal 0,5 mm yang
dianyam rapat. Keranjang mempunyai ukuran garis tengah 50-60 cm
tinggi 60-70 cm. Selanjutnya keranjang diberi alas batang pisang
(gedebog) yang telah dikeringkan. Fungsi batang pisang tidak hanya
sebagai alas tetapi juga berfungsi sebagai pembungkus, khususnya
pada bagian atas keranjang sehingga isi keranjang mencapai 2x
volume keranjangnya sendiri.
Jenis tembakau lain yang menggunakan keranjang seperti itu
yaitu tembakau muntilan, prambanan dan waleri. Model
pembungkus sebetulnya menyesuaikan dengan permintaan
konsumen karena terkait dengan cara penyimpanannya di gudang.
Pengeranjangan tembakau rajangan temanggung harus memenuhi
ketentuan yang ditetapkan oleh pembeli yaitu gudang-gudang
perwakilan pabrik rokok. Ketentuan tersebut antara lain sebagai
berikut :
a. Satu keranjang harus diisi tembakau dengan mutu yang sama
agar mempermudah dalam proses pengumuran (aging) karena
tidak memerlukan sortasi ulang dan lama pengumuran di gudang
antara 2-3 tahun dengan diselingi beberapa kali pembalikan.
b. Setiap keranjang harus mempunyai ukuran volume yang sama
untuk mempermudah dalam penataan selama penyimpanan di
gudang. Karena ketentuan pengisian seperti tersebut di atas
menyebabkan berat tembakau setiap keranjang menjadi
42

bervariasi. Tembakau yang berasal dari daun bawah mempunyai


berat satuan tiap volume lebih ringan. Demikian juga untuk
tembakau rajangan yang berasal dari dataran rendah mempunyai
berat tiap satuan volume yang lebih ringan dibanding tembakau
dari daerah pegunungan. Satu keranjang tembakau rajangan
Temanggung yang berasal dari daun bawah umumnya
mempunyai berat 40-45 kg dan daun atas yang bermutu lebih
tinggi berkisar antara 60-70 kg tiap keranjang

Gambar Tembakau Rajangan Dibungkus Dalam Keranjang

4. Pengolahan Tembakau menjadi cerutu


a. Sortasi basah
Setelah Sebelum diperam, daun tembakau disortasi agar
diperoleh daun hijau yang ukurannya seragam. Sortasi basah
dilakukan untuk memisahkan daun berdasarkan tingkat kematangan
daun, kecacatan fisik dan posisi daun pada batang. Namun, sortasi
basah berdasarkan kualitas yang paling mudah dilakukan adalah
berdasarkan warna daun, yaitu:
a. Trash (apkiran): warna daun hitam.
b. Slick (licin/mulus): warna daun kuning muda.
43

c. Less slick (kurang licin): warna daun kuning (seperti warna


buah jeruk lemon).
d. More grany side (sedikit kasar): warna daun antara kuning-
oranye.

b. Penyujenan
Untuk Sebelum pelaksanaan penyujenan daun tembakau ini
masih melalui beberapa proses antara lain pelayuan dengan cara
daun tembakau ditutup dengan plastik atau daun untuk mendapatkan
daun yang berwarna kekuningan, kecoklatan dan fixasi warna.
Penyujenan adalah kegiatan penataan daun tembakau dengan cara
menusuk bagian pangkal gagang daun/ibu tulang daun atau pada ruas
batang diantara dua daun. Tujuan penyujenan adalah :
a. Memudahkan penataan dalam ruang pengeringan/ pengolahan 
b. Mencegah daun saling melekat atau berhimpit pada saat keadaan
kelembaban tinggi sehingga daun dapat mengering secara
merata.
Cara penyujenan daun tembakau dan bahan untuk tusuk
tergantung pada cara panen. Dengan menyesuaiakan menurut
cara panen, penyujenan dapat memberikan hasil yang baik.
Daun tembakau yang dipanen secara pungut daun yang ditusuk
adalah punggung daun dengan punggung daun dan perut daun
sehingga menyerupai jahitan. Jarak antara satu daun dan daun
lain sekitar satu ibu jari orang dewasa agar tidak saling melekat.
Untuk tembakau yang dipanen secara pungut batang, daun
dilepaskan satu persatu dari batng, kemudian ditusuk dengan
sujen. Untuk daun tembakau yang dipotong menurut ruas
batang, cara menusuk dilakukan dengan menyunduk bagian
ruas. Panjang tusuk bervariasi antara 30 cm sampai 40 cm.
Dengan demikian, satu sujen dapat berisi antara 4 lembar daun
44

sampai 5 lembar daun. Daun-daun tembakau yang telah disusun


diikatkan pada bambu yang berpasangan (gelantang).
Penyujenan dilakukan dengan merangkai daun dengan
ditusuk pada sujen, dengan posisi daun saling memunggungi dan
jarak antar daun adalah satu ibu jari. Perlakuan tersebut bertujuan
agar dalam proses pengolahan ketika berada pada kondisi
kelembaban tinggi tidak saling melekat atau berhimpit, selain itu
agar aliran udara diantara helaian daun berjalan lancar. Panjang
sujen adalah 0,5 m serta mampu memuat sekitar 16 lembar daun.
Sebelum proses penyujenan, setiap kelas/posisi daun terlebih dahulu
dipisahkan (daun-daun pasir, kaki, madya, dan atas). Hal ini
dimaksudkan untuk memperoleh kondisi daun yang seragam dan
tidak menimbulkan bercak-bercak hitam akibat proses transpirasi,
sehingga akan dihasilkan krosok yang bermutu.
Untuk tembakau yang berdaun besar, sujen/sunduk dibuat
dari belahan bambu, sedang untuk tembakau oriental dapat
digunakan lidi atau tali yang cara memasukkannya menggunakan
jarum. Untuk merentengi daun tembakau oriental juga dapat
digunakan tali rafia, nenas, rami, dan lain-lain. Yang penting cukup
kuat dan tahan di terik matahari dan hujan.

c. Pengaturan gelantangan
Pengeringan Daun-daun yang telah disujeni, diikatkan
berpasang-pasangan pada sepotong bambu yang disebut gelantang.
Panjang gelantang berkisar antara 1,20-3,25 m dengan diameter 3,5-
7 cm. Pada setiap gelantang diikatkan 5 sujen secara bersambung,
yang disebut setengah gelantang. Jadi satu gelantang penuh berisi 10
sujen atau 160 lembar daun. Hal ini sebaiknya dilakukan di dalam
bangsal pengering, atau tempat lain yang teduh agar daun tidak layu.
Bila telah selesai, gelantang-gelantang yang berisi sujenan tembakau
ditempatkan di rak-rak dalam bangsal pengering.
45

d. Pengeringan atau curing


Pengeringan atau curing merupakan proses penghilangan
kandungan air dalam batas-batas tertentu dimana kerja enzim masih
memungkinkan untuk menghasilkan daun tembakau dengan aroma,
bentuk, dan struktur yang dikehendaki hingga kering sempurna.
Tahapan Curing :
a. Fase penguningan (yellowing)
Fase ini bertujuan untuk mengubah warna daun tembakau yang
semula berwarna hijau menjadi kuning. Pada fase ini terjadi
proses hidrolisis polimer pati menjadi gula sederhana. Panas
yang digunakan tidak begitu tinggi, namun kelembabannya
tinggi sehingga kenaikan suhu lambat.
b. Fase pengikatan warna (fixing color)
Fase ini bertujuan untuk menghentikan kegiatan enzimatis sel-
sel daun sehingga warna kuning daun tidak berubah. Selain itu
juga bertujuan untuk menstimulir terjadinya reaksi browning
non enzimatis. 
c. Fase pengeringan (drying)
Fase ini bertujuan untuk menurunkan kadar air dan
mengintensifkan reaksi browning non enzimatis. Daun
dinyatakan kering apabila gagang (ibu tulang daun) dapat
dipatahkan dengan cara ditekuk.
Jenis-jenis Curing :
a. Sun Curing 
Sun-curing dilakukan dengan menjemur daun tembakau dibawah
sinar matahari langsung. Daun tembakau akan menjadi sangat
kuning dan kandungan gulanya tetap terjaga. Daun tembakau
yang diproses dengan cara ini adalah tembakau yang lebar
daunnya hanya 2-3 inci. Proses ini membutuhkan waktu 3-4
minggu.
46

b. Flue Curing
Flue-curing dilakukan dengan memanaskan udara yang berada
sangat dekat dengan gudang. Udara luar dipanaskan dengan
menggunakan api dan ditiupkan melalui pipa ke dalam gudang.
Tembakau tidak kontak langsung dengan api. Flue curing
diaplikasikan untuk tembakau virginia. Hasil yang diperoleh
adalah tembakau yang berwarna kunig cerah. Flue curing
membutuhkan waktu 4-7 hari.
Suhu yang digunakan meningkat selama proses curing mulai dari
32,2°C sampai 71,1°C dan dilakukan sampai daun benar-benar
kering. Dari proses ini akan dihasilkan daun dengan kadar gula
tinggi dan kandungan nikotinnya medium sampai tinggi.
c. Fire Curing
Proses fire-curing merupakan proses pengeringan yang dilakukan
pada gudang yang dipenuhi asap yang berasal dari pembakaran
kayu. Pada proses ini terjadi perubahan warna daun tembakau
yang semula kuning menjadi hitam dan berkilau. Selain itu, 
dengan adanya asap akan menciptakan aroma daun tembakau
yang khas. Proses ini dapat berlangsung mulai dari 3 hari sampai
10 minggu dan dilakukan secara terus menerus, atau dengan
adanya jeda. Daun tembakau yang dihasilkan adalah daun dengan
kadar gula rendah dan nikotin yang tinggi. Tembakau Fire-cured
biasanya digunakan untuk menghasilkan produk tembakau
lintingan, pipa tembakau, dark cigarettes, tembakau kunyah
(chewing tobacco), dan snuff and strong-tasting cigars.
d. Air Curing
Air curing merupakan cara pengeringan daun tembakau segar
yang berasal dari kebun, dilakukan secara perlahan-lahan pada
suhu, kelembaban dan suplai udara tertentu sehingga terjadi
perubahan komposisi kimia yang berpengaruh pada pembentukan
kualitas yang kehendaki. Proses ini dilakukan di dalam ruangan
47

yang dilengkapi dengan jendela-jendela yang bisa dibuka dan


ditutup. Kelembaban dikontrol dengan mengatur ventilasi untuk
mengurangi kelembaban yang terlalu tinggi, contohnya pada
waktu hujan atau malam hari diberi nyala api dari tembakau
kering atau kayu bakar agar kelembabannya turun. Cara mengatur
ventilasi:
a. Pada cuaca normal dilakukan pembukaan pintu dan jendela
sekitar pukul 08.00 pagi.
b. Sesudah 2 jam jendela dan pintu pada kamar-kamar yang
berisi daun yang masih berwarna hijau sudah harus ditutup
c. Saat angin tidak lebat jendela dan pintu  ditutup setengah
pada sisi gudang dimana arah angin berasal.
d. Saat angin keras dan frekuensi angin tinggi, gudang ditutup
rapat
e. Saat terjadi hujan, gudang ditutup rapat dan dinyalakan api
kecil
f. Sinar matahari jangan sampai terkena daun secara langsung
Adapun faktor yang mempengaruhi kecepatan pengeringan :
a. Vitalitas jaringan
b. Derajat kemasakan
c. Letak daun pada batang
d. Suhu dan RH
e. Kecepatan pergerakan udara
RH dan suhu merupakan dua faktor yang paling
berpengaruh terhadap proses pengeringan. Pada suhu dan RH
yang relatif rendah, terjadi pengeringan tanpa curing (haying
down). Pada suhu tinggi dan RH rendah,terjadi pengeringan cepat
(daun tetap hijau). Untuk kondisi suhu dan RH tinggi, curing
dilakukan dengan cepat. Perlakuan tersebut menyebabkan daun
tembakau yang dihasilkan berwarna gelap dan menyebabkan pole
48

sweat/house burn. Sedangkan untuk kondisi suhu rendah dan RH


tinggi dapat menghambat pengeringan dan curing.

e. Sortasi kasar
Setelah Sortasi merupakan kegiatan memisah-misahkan daun
tembakau menurut kemasakan daun, ukuran daun, kecacatan daun,
dan posisi daun. Berdasarkan kriteria di atas, daun-daun dipisahkan.
Demikian pula, daun-daun yang telah dipisahkan menurut letaknya
pada saat memetik. Selanjutnya, daun-daun tembakau dipisahkan
menurut tingkat kemasakannya karena daun yang masih muda atau
yang telah tua ikut dipetik sehingga apabila tidak dipisahkan dapat
mempengaruhi mutu akhir tembakau setelah pengolahan. Ukuran
juga merupakan kriteria penilaian mutu tembakau. Tahapan ini
dilakukan pada suhu lingkungan 30 oC. Spesifikasi daun yang
diharapkan adalah daun yang lemas dengan kadar air 20-25% serta
tidak basah saat diremas.
Pada tahap ini daun-daun tembakau yang telah dipetik dan
terkumpul di tempat teduh disortasi terlebih dahulu tahap
pengolahan daun. Tujuannya adalah :
a. Memudahkan proses pengolahan, terutama penempatan dalam
ruang pengolahan.
b. Memudahkan pengelompokan ke dalam kelas-kelas menurut
mutu setelah   pengolahan.
c. Memudahkan menentukan harga jual menurut mutu.
d. Memperoleh keseragaman jenis dan mutu sehingga
memudahkan pemasaran.

f. Pemeraman (fermentasi)
Fermentasi merupakan proses perubahan komponen kimia
oleh reaksi oksidasi. Proses fermentasi yang baik dapat
memperpanjang umur simpan tembakau. Selama penyimpanan daun
49

tembakau akan terjadi penuaan (ageing) yaitu perubahan alami


secara lambat, yang akan meningkatkan karakteristik daun tembakau
serta menyebabkan daun tembakau kehilangan rasa "hijau"nya.
Proses fermentasi secara alami dilakukan dengan penumpukan daun
tembakau. Pada proses ini, pengontrolan suhu di dalam tumpukkan
merupakan faktor kunci keberhasilan. Masing-masing jenis
tembakau memiliki suhu optimal. Setelah mencapai suhu yang
ditargetkan, maka dilakukan pengadukan secukupnya pada
tumpukan daun, sampai seluruh tumpukan difermentasi dengan
benar.
Tujuan dilakukannya fermentasi pada daun tembakau antara
lain untuk menyempurnakan aroma, menghilangkan rasa mentah dan
pahit, memperbaiki warna daun, dan memperbaiki kualitas bakar. 
Fermentasi dilakukan selama 2-4 bulan. Selama proses tersebut
terdapat hal-hal yang harus diperhatikan, antara lain : 
a. Temperatur.
b. Kadar air tembakau.
c. Tekanan mekanis dalam tumpukan. 
d. Lama fermentasi.

g. Kualitas Tembakau
Mutu daun tembakau bersifat relatif yang dapat berubah
karena orang, waktu dan tempat. Daya bakar sifat yang menunjukkan
keampuan membara tembakau saat di sulut. Daya bakar menurut
SNI hanya digolongkan :
a. Baik: sifat tembakau yang jika di sulut mempunyai kecepatan
membara yang relatif lambat dan terus menerus ke segala arah.
b. Kurang baik: jika di sulut cepat mati
c. Masak: fermentasi sesuai dengan ketentuan (proses yang di
tetapkan)
50

d. Kurang masak: fermentasi berjalan tidak sesuai dengan


ketentuan.
e. Aroma daun tembakau yang diinginkan: khas, harum, manis
(relatif)
f. Warna tembakau rajangan: kuning  (umumnya warna coklat
tidak di sukai, kecuali pada tembakau Temanggung rajangan
mutu Srintil yang mempunyai aroma khas)
Faktor yang menentukan mutu tembakau:
a. Kualitas daun (letak daun, ketebalan daun, dll)
b. Proses pengolahan (curing)
Ada beberapa unsur yang sering dikaitkan dengan penilaian
kualitas produk – produk tembakau. Unsur-unsur tersebut antara
lain:
a. Mutu bakar (burning qualities)
b. Aroma
c. Rasa
Beberapa penjelasan mengenai unsur yang mempengaruhi
mutu meliputi ukuran dan bentuk daun, ibu tulang dan lamina daun,
tenunan daun, tebal daun, kepadatan jaringan, berat bahan per satuan
luas, elastisitas, body dan lain lain, yaitu :
a. Ukuran dan bentuk daun
Pada cerutu daun berbentuk bulat dengan lamina yang lebar
digunakan sebagai pembungkus yang bermutu tinggi, sedangkan
pada tembakau virginia (sigaret) lebih diutamakan yang
memiliki panjang daun 20-25 cm.
b. Ibu tulang daun dan lamina daun
Midrib merupakan ibu tulang daun yang agak keras dan berada
di tengah-tengah daun. Pada beberapa pengolah rokok midrib ini
di rowek yaitu dihilangkan pangkalnya sebelum diperam supaya
lebih mudah dalam proses perajangan. Lamina merupakan
bagian kiri dan kanan midrib (lembaran).
51

c. Tenunan daun
Tenunan daun merupakan pertemuan cabang tulang daun
dengan anak tulang daun lainnya. Pada tenunan yang halus akan
tercipta rasa yang ringan dan aroma yang baik.
d. Tebal daun
Karena masih subjektif sehingga belum banyak digunakan
sebagai standar mutu.
e. Kepadatan jaringan
Hal ini berpngaruh terhadap kualitas pengringan. Untuk cerutu
menggunakan daun yang tebal untuk pembungkus dan yang
longgar sebagai pengisi.
f. Berat per satuan luas
Digunakan sebagai pennu banyaknya rendemen yaitu bobot
tembakau curing dari bobot basahnya.
g. Elastisitas
h. Body
Pada tembakau rajangan daun yang berkualitas bagus adalah
yang tidak begitu kering, lunak dan lemas, agak lembab dalam
genggaman.
i. Butir daun
Krosok dengan banyak butir daun cenderung memiliki mutu
bakar yang baik.
j. Kuat fisiologi
Yaitu kadar nikotin yang terkandung di dalamnya. Dibedakan
dengan ringan (mild) dan bera (strong).
k. Warna
Pada sortasi tembakau krosok warna dipakai sebagai salah satu
penggolongan mutu, namun belum bisa dibakukan.
l. Sifat higroskopis (kandungn air sebesar 10-12%)
m. Resistensi pecah
52

Ketahan daun apabila terkena prlakuan mekanik. Daun yang


tidak mudah robek saat diberi perlakuan mekanik mutunya lebih
bagus.

G. Masalah/Kendala yang dihadapi


Ternyata kesejahteraan petani tembakau tidak banyak berubah.
Dengan struktur cenderung bersifat monopsoni, juga tidak terlepas dari faktor
lain seperti keadaan iklim dan pola hidup petani tembakau. Selain itu,
pengeluaran biaya dalam penggunaan lahan untuk tembakau cukup tinggi
dibanding tanaman lainnya. Demikian pula persaingan penggunaan lahan
untuk tanaman pangan.
Dewasa ini dihadapkan pada berbagai permasalahan antara lain isu
dampak merokok terhadap kesehatan baik di tingkat global yang disponsori
oleh WHO sebagaimana tertuang dalan Framework Convention on Tobacco
Control (FCTC) dan di tingkat nasional pengendalian produk tembakau
tertuang dalam PP No.19 Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok Bagi
Kesehatan. Disamping itu, dihadapkan pada masalah kebijakan cukai yang
tidak terencana dengan baik, tidak transparan dan lebih berorientasi pada
upaya peningkatan pendapatan Negara tanpa mempertimbangkan kemampuan
industri rokok dan daya beli masyarakat ditambah dengan maraknya produksi
dan peredaran rokok illegal.
Ada 3 isu utama yang paling hanagat dibicarakan dalam penerapan
standar mutu tembakau, sebagai berikut:
1. Kampanye anti rokok. Dilakukan oleh WHO yang diantisipasi oleh
DEPKES dan Badan POM telah berpengaruh terhadap strategi
pengembangan standarisasi mutu nasional (rokok kretek) dan juga
terhadap petani tembakau.
2. Retribusi/bea cukai untuk PAD/Negara yang akan meningkatkan
pendapatan daerah/nasional. Namun di sisi lain akan menambah biaya
produksi.
53

3. Tuntutan global agar setiap produk harus menerapkan dan memiliki


standarisasi baik ditingkat nasional, regional maupun internasional.
Pastinya akan berdampak pada beralihnya perusahaan ke usaha lain dan
pemutusan kerja buruh.
Hambatan dalam penerapan standar mutu tembakau di Indonesia
adalah maraknya isu-isu negative tentang tembakau dan kurang sadarnya
petani tembakau akan pentingnya standarisasi pada tembakau. Adapun
hambatan yang dihadapi petani dalam pelaksanaan standar mutu
tembakau sebagai berikut :
1. Keterbatasan informasi kapasitas pembelian tembakau oleh para
pengusaha dan kualitas yang dikehendaki pasar.
2. Setiap tahun selalu terjadi kelebiahan produksi yang diikuti oleh
permainan harga oleh para spekulan.
3. Belum adanya kepastian pasar atas produk tembakau yang dihasilkan
petani.
Sedangkan hambatan yang dihadapi pengusaha sebagai berikut :
1. Perubahan selera konsumen.
2. Gencarnya kampanye anti rokok.
3. Akumulasi stok tembakau yang cukup besar.
4. Belum adanya jaminan kualitas atas produk tembakau yang
dihasilkan petani.
Tantangan bagi pemerintah dan badan-badan standar mutu dalam
pelaksanaanya ialah masih sangat rendahnya penerapan standar mutu
tembakau di Indonesia sehingga perlu gerak cepat dan tegas dalam
pelaksanaannya tersebut terutama bagi industry dan petani tembaku. Ada
beberapa kebijakan yang dibuat agar produk-produk pertanian di
Indonesia bisa menerapkan standar mutu. Kebijakan itu adalah
pengembangan standarisasi itu sendiri seperti pengembangan SNI,
regulasi wajib standar, sertifikasi jaminan mutu serta kerjasama dan
hamonisasi. Selanjutnya adalah penerapan jaminan mutu, pengawasan
54

dan penerapan mutu, pengembangan sistem uji mutu alsintan serta


pembinaan kelembagaan mutu.
Standar mutu produk pertanian menjadi semakin penting untuk
dapat mengakses pasar ekspor. Tidak dipungkiri adanya peningkatan
kesadaran konsumen akan keamanan pangan, isu lingkungan, dan isu
sosial juga  telah menjadikan standarisasi mutu produk sebagai
persyaratan dasar dalam menembus pasar internasional.  Disamping
penghasil devisa negara, perusahan rokok juga membawa dampak positif
bagi berjalannya perekonomian nasional antara lain penyerapan tenaga
kerja dan memberikan multiplier effect terhadap sektor perekonomian
yang lain seperti perbankan, transportasi, telekomunikasi dan sektor riil
lainnya.

H. Solusi
Pemerintaah sangat berperan dalam mempengaruhi terlaksananya
standar mutu pada produk-produk pertanian melalui kebijakan-kebijakan
yang dikeluarkan untuk mengatur standarisasi mutu produk pertanian
Indonesia agar mampu bersaing di tingkat global. Dalam mempertegas
penerapan standar mutu di Indonesia, badan-badan yang mengeluarkan dan
yang mengawasi standar mutu hendaknya berperan aktif dalam penerapannya
agar industry-industry tembakau tidak mengabaikan kualitas dan keamanan
akan kanduangan produk yang diproduksi demi keselamatan konsumen dan
lingkungan. Serta diberikannya pengetahuan dan sosialisasi akan pentingnya
standarisasi produk pertanian termasuk tembakau dalam menunjang ekonomi
nasional.

Standarisasi dan Pengawasan mutu merupakan sarana untuk


meningkatkan daya saing produk baik. Pengawasan mutu ini juga bertujuan
untuk mencegah produk-produk dalam negeri maupun ekspor berada dibawah
mutu standar. Pelaksanaan standarisasi dan pengawasan mutu dilakukan
melalui kegiatan pengujian di laboratorium penguji, untuk mengetahui
55

produk telah memenuhi persyaratan atau standar yang di acu. Untuk itu
kompetensi laboratorium penguji sangat diperlukan bahkan sangat
menentukan terhadap kebenaran hasil uji produk.

Posisi Indonesia sebagai penghasil tembakau dengan kualitas yang


beragam masih berperan sebagai pengekspor lembaran daun tembakau bahan
cerutu berkualitas tinggi, dan sekaligus dalam industri rokok dalam negeri.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, ditingkatkan dan dikembangkan
secara kontiyu agar standar tembakau dapat dipertahankan di mata konsumen
serta masyarakat luas adalah :
1. menyiapkan budidaya yang baik sesuai dengan standarisasi.
2. Peran lembaga penjaminan dan pengawasan mutu yang aktif untuk
mengevaluasi perusahaan-perusahaan dalam mejalankan standarisasi.
3. Menjaga hubungan baik dengan instansi-instansi yang terkait dalam
mempertahankan nama baik perusahaan.
4. Ditingkatkanya kepedulian perusahaan terhadap kesejahteraan social dan
turut berpartisipasi dalam menjaga kelestarian lingkungan.
5. Perlunya transfer pengetahuan kepada masyarakat tentang peran
tembakau bagi perekonomian.
6. Perlunya pengembangan sumberdaya manusia dalam suatu organisasi
dimana akan mengarah pada ketrampilan dalam pembenihan,
penanaman, pemanenan, dan juga hingga proses fermentasi dan
penyortiran tembakau.

I. Hama dan Penyakit Tanaman Tembakau


b. Hama tanaman tembakau dan pengendaliannya
Hama pada tanaman tembakau adalah ulat grayak, ulat tanah, ulat
penggerek pucuk, kutu-kutuan, serta hama lainnya.
1. Ulat Grayak ( Spodoptera litura ), tanaman yang terkena hama ini
memiliki gejala berupa lubang-lubang tidak beraturan dan berwarna
putih pada luka bekas gigitan. Pengendalian hama ini adalah dengan
56

cara pangkas dan bakar sarang telur dan ulat, penggenangan sesaat
pada pagi/sore hari.
2. Ulat Tanah ( Agrotis ypsilon ), tanaman yang terkena hama ini
memiliki gejala daun terserang berlubang-lubang terutama daun
muda sehingga tangkai daun rebah. Pengendalian hama ini adalah
dengan cara pangkas daun sarang telur/ulat, penggenangan sesaat.
3. Ulat penggerek pucuk ( Heliothis sp. ) tanaman yang terkena hama
ini memiliki gejala daun pucuk tanaman terserang berlubang-lubang
dan habis. Pengendalian hama ini adalah dengan cara kumpulkan
dan musnah telur / ulat, sanitasi kebun.
4. Nematoda ( Meloydogyne sp. ) tanaman yang terkena hama ini
memiliki gejala bagian akar tanaman tampak bisul-bisul bulat,
tanaman kerdil, layu, daun berguguran dan akhirnya
mati. Pengendalian hama ini adalah dengan cara sanitasi kebun.
5. Kutu - kutuan ( Aphis Sp, Thrips sp, Bemisia sp.) pembawa penyakit
yang disebabkan virus. Pengendalian hama ini adalah dengan cara
predator Koksinelid dan Natural BVR.
6. Hama lainnya seperti gangsir (Gryllus mitratus ), jangkrik
(Brachytrypes portentosus), orong-orong (Gryllotalpa africana),
semut geni (Solenopsis geminata), belalang banci (Engytarus tenuis).

c. Penyakit Tanaman Tembakau dan pengendaliannya


Penyakit pada tanaman tembakau antara lain adalah hangus batang,
lanas, patik daun, bercak coklat, busuk daun, penyakit virus.
1. Hangus batang (damping off) yang disebabkan oleh jamur
Rhizoctonia solani. Tanaman yang terkena penyakit ini memiliki
gejala batang tanaman yang terinfeksi akan mengering dan berwarna
coklat sampai hitam seperti terbakar. Pengendalian penyakit ini
adalah dengan cara cabut tanaman yang terserang dan bakar.
2. Lanas yang disebabkan oleh Phytophora parasitica var.
nicotinae. Tanaman yang terkena penyakit ini memiliki gejala
57

timbul bercak-bercak pada daun berwarna kelabu yang akan meluas,


pada batang, terserang akan lemas dan menggantung lalu layu dan
mati. Pengendalian penyakit ini adalah dengan cara cabut tanaman
yang terserang dan bakar 
3. Patik daun yang disebabkan oleh jamur Cercospora nicotianae.
Tanaman yang terkena penyakit ini memiliki gejala di atas daun
terdapat bercak bulat putih hingga coklat, bagian daun yang
terserang menjadi rapuh dan mudah robek. Pengendalian penyakit ini
adalah dengan cara desinfeksi bibit, renggangkan jarak tanam, olah
tanah intensif, gunakan air bersih, bongkar dan bakar tanaman
terserang.
4. Bercak coklat yang disebabkan oleh jamur Alternaria longipes.
Tanaman yang terkena penyakit ini memiliki gejala timbul bercak-
bercak coklat, selain tanaman dewasa penyakit ini juga menyerang
tanaman di persemaian. Jamur juga menyerang batang dan biji.
Pengendalian penyakit ini adalah dengan cara mencabut dan
membakar tanaman yang terserang.
5. Busuk daun yang disebabkan oleh bakteri Sclerotium rolfsii.
Tanaman yang terkena penyakit ini memiliki gejala mirip dengan
lanas namun daun membusuk, akarnya bila diteliti diselubungi oleh
massa cendawan. Pengendalian penyakit ini adalah dengan cara
cabut dan bakar tanaman terserang, dan semprot Natural GLIO.
6. Penyakit Virus yang disebabkan oleh virus mozaik (Tobacco Virus
Mozaic, (TVM), Kerupuk (Krul), Pseudomozaik, Marmer, Mozaik
ketimun (Cucumber Mozaic Virus). Tanaman yang terkena penyakit
ini memiliki gejala pertumbuhan tanaman menjadi lambat.
Pengendalian penyakit ini adalah dengan cara menjaga sanitasi
kebun, tanaman yang terinfeksi dicabut dan dibakar

J. Agribisnis Tanaman Tembakau


58

Tembakau dikenal di Indonesia sejak sekitar tahun 1600-1830-an,


pengusaha tembakau pada dasarnya dilaksanakan secara kecil-kecilan oleh
petani. Tembakau pernah dimasukan ke daftar komoditi yang diusahakan
dengan sistem tanam paksa, tetapi kualitas yang kurang baik dan harga di
pasaran erofa sangat rendah, maka usaha tersebut dihentikan, tapi dengan
seiring majunya ilmu pengetahuan dan perkembangan pengolahan tembakau
maka tingkat permintaan terhadap tembaku semakin lama semakin tinggi
(Ahmat, 1990).
UPT PSMB (Unit Pelaksana Teknis Pengujian dan Serfikasi Mutu
Barang - Lembaga Tembakau) ISO/IEC 17025 - ISO/IEC 65 - ISO/IEC
17020 - ISO 9001. Dalam rangka pengakuan sistem manajemen mutu secara
Nasional / Internasional, BPSMB-LT telah terakreditasi oleh Komite
Akreditasi Nasional (KAN). Hasil dari pengujian yang dilakukan akan
diterbitkan sertifikat mutu yang tetap mengacu pada SNI tembakau.

Nama komoditi : Tembakau rajangan untuk rokok


Kode Standar Mutu : SNI.01-3934-1995
Tahun : 1995
Kriteria Uji :

No Test Keiteria Persyaratan


A1 Hama Lasioderma Hidup Tidak ada
A2 Kapang Tidak ada
A3 Warna Hijau Mati Dan Tidak ada
Hitam Busuk
A4 Bau Tanah, Duf Dan Muf. Tidak ada
A5 Ketuaan Daun Tidak ada
A6 Tingkat Kekeringan Tidak ada
A7 Ukuran Lebar Rajangan Tidak ada
B1 Warna Hitam berkilau Cerah sekali (Mutu
I), Coklat tua-hitam Cerah (Mutu
II), Coklat kemerahan-kehitaman
Cerah (Mutu III), Merah-
kecoklatan Cerah (Mutu IV),
59

Kuning-kecoklatan Cerah (Mutu


V), Kuning-kehijauan Cukup cerah
(Mutu VI), Hijau-kekuningan
(Mutu).
B2 Pegangan/body Tebal, antep, mantap sekali, lebih
lekat, supel, mudah menggumpal
(Mutu I ). Tebal, antep-mantep,
lekat, supel, mudah menggumpal,
tidak keropos (Mutu II). Tebal,
antep-mantep,
lekat, supel, mudah menggumpal,
tidak
keropos (Mutu III). Tebal, antep-
mantep, lekat, supel (mutu IV).
B3 Aroma Segar, sangat harum, halus dan
dalam gurih sekali, manis sekali
(Mutu I). Segar, sangat harum,
halus dan dalam, mantap gurih dan
manis sekali (Mutu II). Segar,
harum, halus, mantap gurih, manis
(Mutu III). Sega, harum, kurang
halus, mantep, gurih, manis (Mutu
IV).
B4 Posisi Daun Atas pronggolan (Mutu I). Atas
Pronggolan (Mutu II). Atas s/d
Tengan Atas pronggolan s/d
tenggokan (Mutu III). Tengah Atas
tenggokan (Mutu IV). Tengahan
dada (Mutu V). Tengah Bawah
ampedan II (Mutu VI). Daun Kaki
ampadan I (Mutu VII).
B5 Kemurnian Murni (Mutu I). Murni (Mutu II).
Murni (Mutu III). Murni (Mutu
IV). Murni (Mutu V). Murni (Mutu
VI). Murni (Mutu VII).
B6 Baik Baik (Mutu I). Baik (Mutu II). Baik
(Mutu III). Baik (Mutu IV). Cukup
baik
(Mutu V). Cukup baik (Mutu VI).
Cukup baik (Mutu VII).
60

Dalam pengembangan standar mutu tembakau, aspek ekonomi masih


menjadi pertimbangan utama dengan tidak mengabaikan faktor dampak
kesehatan. Tembakau mendapatkan prioritas untuk dikembangkan karena
mengolah sumber daya alam, menyerap tenaga kerja cukup besar baik
langsung maupun tidak langsung (±10 juta orang) dan sumbangannya dalam
penerimaan negara (cukai) tahun 2006 Rp. 42,03 triliyun sedangkan tahun
2007 sebesar Rp 43,54 triliun.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Tanah asal tembakau adalah Amerika. Ditemukan pertama kali oleh


Colombus pada tahun 1492.
2. Jenis tanaman tembakau meliputi tembakau cerutu, tembakau sigaret dan
tembakau rajangan. Varietas tanaman tembakau meliputi tembakau
Madura, tembakau Burley, tembakau Virginia, Tembakau Temanggung,
dan lain sebagainya.
3. Tembakau termasuk ke dalam Divisio : Spermatophyta, Sub divisi :
Angiospermae, Class : Dicotyledoneae, Ordo : Personatae, Famili :
Solanaceae, Genus : Nicotiana, Spesies : Nicotiana tabaccum L.
4. Tanaman tembakau berwarna hijau berbulu halus, batang, dan daun
diliputi oleh zat perekat. Pohonnya berbatang tegak dengan ketinggian
rata– rata mencapai 250 cm, akan tetapi kadang–kadang dapat mencapai
tinggi sampai 4 m apabila syarat–syarat tumbuh baik. Umur tanaman ini
rata–rata kurang dari 1 tahun. Daun mahkota bunganya memiliki warna
merah muda sampai merah, mahkota bunga berbentuk terompet panjang,
61

daunnya berbentuk lonjong pada ujung runcing, dan kedudukan daun


pada batang tegak
5. Bagian tanaman tembakau yang dapat dimanfaatkan sebagai produksi
adalah bagian daun.
6. Tembakau dijual dalam wujud kering oven atau pengomprongan
(curing). Curing merupakan proses biologis yaitu melepaskan kadar air
dari daun tembakau basah yang dipanen dalam keadaan hidup. Proses
curing meliputi penguningan, pengikatan warna, pengeringan lembar
daun, dan pengeringan gagang
7. Klasifikasi hasil pengolahan tembakau berupa tembakau cerutu,
tembakau sigaret dan tembakau rajangan
8. Masalah yang terjadi dalam budidaya tembakau adalah tembakau sensitif
terhadap cuaca, Industri hilir tembakau terbatas pada rokok, Skala
pengusahaan tembakau rakyat sangat60kecil (rata-rata 0,25 ha) sehingga
petani tidak mempunyai harga tawar yang baik dan Kampanye anti
rokok.
9. Solusi untuk masalah tersebut adalah penciptaan varietas tembakau yang
tahan terhadap kondisi cuaca terutama hujan, penggunaan tembakau
sebagai biofuel, penerapkan teknologi produksi yang efisien dengan
penguatan pada kelembagaan petani untuk memperkuat posisi tawar
petani dan pemuliaan tanaman tembakau untuk menghasilkan tembakau
rendah nikotin.
10. Hama tanaman tembakau meliputi Ulat Grayak (Spodoptera litura), Ulat
Tanah ( Agrotis ypsilon ), Ulat penggerek pucuk (Heliothis sp.),
Nematoda (Meloydogyne sp.), Kutu - kutuan (Aphis Sp, Thrips sp,
Bemisia sp.), Hama lainnya seperti gangsir (Gryllus mitratus), jangkrik
(Brachytrypes portentosus), orong-orong (Gryllotalpa africana), semut
geni (Solenopsis geminata), belalang banci (Engytarus tenuis).
11. Penyakit tanaman tembakau meliputi Hangus batang (damping off) yang
disebabkan oleh jamur Rhizoctonia solani. Lanas yang disebabkan oleh
Phytophora parasitica var. nicotinae. Patik daun yang disebabkan oleh
62

jamur Cercospora nicotianae. Bercak coklat yang disebabkan oleh jamur


Alternaria longipes. Busuk daun yang disebabkan oleh bakteri
Sclerotium rolfsii. Penyakit Virus yang disebabkan oleh virus mozaik
(Tobacco Virus Mozaic, (TVM), Kerupuk (Krul), Pseudomozaik,
Marmer, Mozaik ketimun (Cucumber Mozaic Virus).
12. Dalam pengembangan standar mutu tembakau, aspek ekonomi masih
menjadi pertimbangan utama dengan tidak mengabaikan faktor dampak
kesehatan. Tembakau mendapatkan prioritas untuk dikembangkan karena
mengolah sumber daya alam, menyerap tenaga kerja cukup besar baik
langsung maupun tidak langsung (±10 juta orang) dan sumbangannya
dalam penerimaan negara (cukai) tahun 2006 Rp. 42,03 triliyun
sedangkan tahun 2007 sebesar Rp 43,54 triliun.

B. Saran

Perlu adanya penyuluhan pertanian, agar usaha para petani lebih

berkembang dan merata. Pemerintah daerah turut berperan aktif dalam

perekonomian rakyat terutama sektor pertanian tembakau agar petani tidak

rugi karena biaya pemotongan yang terlalu tinggi oleh pihak gudang.

Pada saat proses pembalikan dalam kegiatan pengeringan tembakau,

hendaklah berhati-hati demikian juga pada kegiatan pengemasan agar hasil

dari pengolahan tidak rusak.


63

DAFTAR PUSTAKA

Ahmat, suryana. 1990. Permasalahan dan Kebijakan Ekspor Hasil Pertanian.


Bogor: Pusat Penelitan Agric Ekonomi.

Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha. 2012. Pedoman Teknis Penanganan


Pascapanen Tembakau. Direktorat Jendral Perkebunan Kementerian
Pertanian. Jakarta.

dnw/re write Investor Daily, berita: Oktober 2020

Hanum, C. 2008. TeknikBudidaya Tanaman Jilid III. Direktorat Pembinaan


Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah Deparemen Pendidikan Nasional. Jakarta. 593 hal.

http://agronomiunhas.blogspot.co.id/2015/02/tembakau-dan-pasca-panen.html.
Diakses Oktober 2020

http://asngat.heck.in/makalah-budidaya-tembakau.xhtml. Diakses Oktober 2020

http://bappeda.kendalkab.go.id/lahan/content.php?query=tentang_tembakau.
Diakses Oktober 2020

http://bpatp.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/teknologi-pertanian/55-
teknologi-inovatif-badan-litbang-pertanian/270-tembakau-temanggung-
varietas-kemloko-3-. Diakses Oktober 2020

http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-7329-1207201705-bab1.pdf. Diakses
Oktober 2020
64

http://okipetruslaoh.blogspot.co.id/2011/09/mengintip-pengolahan-tembakau-
madura.html. Diakses Oktober 2020

http://olemoses.blogspot.co.id/2011/12/pasca-panen-tembakau-di-klaten.html.
Diakses Oktober 2020

http://tembakaurajangan.blogspot.co.id/2012/01/meningkatkan-produktivitas-
tembakau.html. Diakses Oktober 2020

http://www.kaskus.co.id/thread/000000000000000010530302/proses-pengolahan-
daun-tembakau-sblm-jadi-rokok/. Diakses Oktober 2020

http://www.perkebunan.litbang.deptan.go.id/tembakau/. Diakses Oktober 2020

http://www.ptids.co.id/tobacco.php?lang=id. Diakses Oktober 2020

http://www.warintek.com/tembakau-nicotiana-tabacum-l//. Diakses 02 Mei 2016.


63
http://www.wikipedia.org/tembakau//. Diakses Diakses Oktober 2020

http://yuphyyehahaa.blogspot.co.id/2011/11/budidaya-tanaman-tembakau.html.
Diakses Oktober 2020

Kastaman, roni. 2004. Makalah: Konsep Dasar Manajeman Mutu Terpadu Produk
Pertanian. Bandung.

Murdiyati, A.S. 2010. Analisis Serapan Hara pada Tembakau Burley. Balai
Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat. Malang. Buletin Tanaman
Tembakau, Serat & Minyak Industri 2(1), April 2010: 1 – 8. Diakses
Oktober 2020

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 56/Permentan/OT.140/9/2012. Pedoman


Penanganan Pasca Panen Tembakau. Jakarta. Diakses Oktober 2020

Rahardi F., Rina N. S. dan Iman S. 2010. Agribisnis tanaman perkebunan.


Penebar Swadaya. Jakarta.

Reksoprayitno, soediyono. 1989. Ekonomi Makro: Pengantar Analisis Pendapatan


Nasional. Yokyakarta: UGM.

Safari, arief. 2011. Persensasi: Standardisasi Mutu Produk untuk Meningkatkan


Daya Saing di Pasar Global. Bogor: socofindo.
65

Anda mungkin juga menyukai