BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman tembakau (Nicotinae tabacum L) termasuk genus Nicotinae
serta familia Solanaceae. Pada mulanya tanaman tembakau hanya digunakan
oleh masyarakat India hanya dalam upacara-upacara keagamaan mereka.
Namun lambat laun ketika budaya barat mulai mengenal tembakau, tanaman
ini menjadi salah satu komoditas penting dalam perdagangan dunia.
Tanaman tembakau merupakan salah satu komoditi yang strategis dari
jenis tanaman semusim perkebunan. Peran tembakau bagi masyarakat cukup
besar, hal ini karena aktivitas produksi dan pemasarannya melibatkan
sejumlah penduduk untuk mendapatkan pekerjaan dan penghasilan. Produk
tembakau yang utama diperdagangkan adalah daun tembakau. Tembakau
merupakan produk bernilai tinggi, sehingga bagi beberapa negara termasuk
Indonesia berperan dalam perekonomian nasional.
Tambakau di Indonesia ada beberapa jenis, yang masing-masing
memiliki sifat spesifik. Harga jual tembakau sangat tergantung pada kualitas
tembakau dan permintaan. Hal-hal yang mempengaruhi mutu tembakau, baik
secara langsung maupun tidak, atau disebut dengan faktor teknis dan non-
teknis. Beberapa faktor tersebut dapat saling berkaitan ataupun berdiri sendiri
dalam menuentukan mutu tembakau. sehingga pemahaman mengenai
keterkaitan unsur-unsur tersebut perlu dimiliki, terutama bagi pihak-pihak
yang nantinya berkecimpung di bidang pengelolaan hasil pertanian.
Tembakau merupakan salah satu hasil pertanian yang sangat penting.
Tembakau ini terutama dibutuhkan dalam industri rokok. Semakin penting
suatu bahan maka penanganannya juga sangat dibutuhkan. Penanganan bukan
hanya pada pasca panen saja tetapi juga pada budidaya dan panennya.
Kualitas pasca panen tembakau ditentukan juga oleh cara budidayanya.
Pekerjaan memilah mutu, sampai bagian terkecil sesuai permintaan
konsumen disebut grading. Pemilahan mutu didasarkan pada Standar
1
2
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam Makalah ini adalah:
1. Bagaimana sejarah tanaman tembakau?
2. Apa saja varietas-varietas tanaman tembakau?
3. Bagaimana klasifikasi tanaman tembakau?
4. Bagaimana botani tanaman tembakau?
5. Apa saja bagian tanaman yang dapat dimanfaatkan/diproduksi?
6. Bagaimana cara pengolahan bagian tanaman yang diproduksi?
7. Apa masalah/kendala yang dihadapi dalam perkebunan tembakau?
4
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan adalah untuk mengetahui:
1. Sejarah tanaman tembakau?
2. Varietas-varietas tanaman tembakau?
3. Klasifikasi tanaman tembakau?
4. Botani tanaman tembakau?
5. Bagian tanaman yang dapat dimanfaatkan/diproduksi?
6. Cara pengolahan bagian tanaman yang diproduksi?
7. Masalah/kendala yang dihadapi dalam perkebunan tembakau?
8. Solusi yang dapat dilakukan dalam menghadapi masalah tanaman
tembakau?
9. Hama dan penyakit tanaman tembakau?
10. Agribisnis tanaman tembakau?
D. Manfaat penulisan
1. Sebagai sumber referensi bagi pihak yang membutuhkan
2. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Pertanian
5
BAB II
PEMBAHASAN
5
6
2. Tembakau Burley
Di Indonesia tembakau Burley dihasilkan di Lumajang,
Jember dan banyuwangi. Tembakau Burley dikeringkan melalui
control kelembaban dan sirkulasi udara dalam gudang pengeringan.
Warna daun kering adalah cokelat muda sampai cokelatkemerahan.
Burley umumnya dikemas dalam bentuk tipped dan threshed atau
had stripped serta terutama dipergunakan sebagai campuran rokok
America blend. Sebagian besar Burley dipergunakan untuk pasar
ekspor.
Tembakau Burley digunakan untuk campuran rokok putih
dan rokok keretek. Tembakau ini mulai dicoba diusahakan di
Indonesia sekitar tahun 1985 dengan areal 10 – 20 ha, saat ini areal
rata-rata 2.300 ha dengan produksi 3.160 ton.
Tembakau Burley bercirikan warna daun hijau pucat, batang
dan ibu tulang daun berwarna putih krem, daun tergolong ukuran
besar (90–160 cm), tanaman lebih banyak berbentuk silindris
daripada piramida, tinggi tanamansekitar 180 cm. Krosok daun
tembakau Burley setelah pengolahan menjadi tipis, berwarna coklat
kemerah–merahan, halus dan lunak, serta beraroma sedap.Tembakau
Burley mengandung nikotin yang banyak terdapat pada daun bawah,
daun tengah, dan daun atas.
3. Tembakau Temanggung
Temanggung sebagai salah satu kota penghasil daun
tembakau terbaik merupakan kota kecil yang di apit 2 gunung yaitu
sumbing dan sindoro. tembakau adlh salah satu tanaman yang bagus
hidup di daerah curah hujan rendah dan dingin ini menjadi tempat
8
4. Tembakau Virginia
Tembakau Virginia merupakan komoditi penting dalam
perekonomian Indonesia, karena memberikan pendapatan Negara
dari cukai tembakau rata-rata 43 trilyun/tahun. Produksi tembakau
Virginia dalam negeri mencapai 59.385 ton/tahun, dengan jumlah
impor 20.317 ton/tahun. Khususnya di daerah Lombok Nusa
Tenggara Barat, tingkat produksi tembakau Virginia sebesar 64%
dari produksi Nasional dan merupakan kualitas terbaik ketiga
Internasional setelah Brazil dan Amerika. Oleh sebab itu, tembakau
Virginia merupakan salah satu komoditi unggulan, karena dapat
menyerap lapangan kerja pada kegiatan budidaya, produksi dan
transportasi
10
Tomat (Solanum lycopersicum)
Terung (Solanum melongena)
Ranti/leunca (Solanum nigrum)
Takokak (Solanum torvum)
Cabai merah (Capsicum annuum)
Cabai rawit (C. frutescens, C. baccatum)
Tembakau (Nicotiana tabacum, N. rustica)
Kecubung (Datura metel)
2. Batang
Tanaman Tembakau memiliki bentuk batang agak bulat, agak
lunak tetapi kuat, makin ke ujung, makin kecil. Ruas-ruas batang
mengalami penebalan yang ditumbuhi daun, batang tanaman bercabang
14
atau sedikit bercabang. Pada setiap ruas batang selain ditumbuhi daun,
juga ditumbuhi tunas ketiak daun, diameter batang sekitar 5 cm.
4. Bunga
Tanaman tembakau berbunga majemuk yang tersusun dalam
beberapa tandan dan masing masing tandan berisi sampai 15 bunga.
Bunga berbentuk terompet dan panjang, terutama yang berasal dari
keturunan Nicotiana tabacum, sedangkan dari keturunan Nicotiana
rustika, bunganya lebih pendek, warna bunga merah jambu sampai merah
tua pada bagian atas.
Bunga tembakau berbentuk malai, masing-masing seperti
terompet dan mempunyai bagian sebagai berikut:
a. Kelopak bunga, berlekuk dan mempunyai lima buah pancung.
b. Mahkota bunga berbentuk terompet, berlekuk merah dan berwarna
merah jambu atau merah tua dibagian atasnya. Sebuah bunga
biasanya mempunyai lima benang sari yang melekat pada mahkota
bunga, dan yang satu lebih pendek dari yang lain.
c. Bakal buah terletak diatas dasar bunga dan mempunyai dua ruang
yang membesar.
d. Kepala putik terletak pada tabung bunga yang berdekatan dengan
benang sari. Tinggi benang sari dan putik hampir sama. Keadaan ini
menyebabkan tanaman tembakau lebih banyak melakukan
penyerbukan sendiri, tetapi tidak tertutup kemungkinan untuk
penyerbukan silang.
5. Buah
Tembakau memiliki bakal buah yang berada di atas dasar bunga
dan terdiri atas dua ruang yang dapat membesar, tiap-tiap ruang berisi
bakal biji yang banyak sekali. Penyerbukan yang terjadi pada bakal buah
akan membentuk buah. Sekitar tiga minggu setelah penyerbukan, buah
tembakau sudah masak. Setiap pertumbuhan yang norrmal, dalam satu
tanaman terdapat lebih kurang 300 buah. Buah tembakau berbentuk bulat
lonjong dan berukuran kecil, di dalamnya berisi biji yang bobotnya
sangat ringan. Dalam setiap gram biji berisi + 12.000 biji. Jumlah biji
yang dihasilkan pada setiap tanaman rata-rata 25 gram.
2) Perajangan
Untuk menghindari terlalu banyak daun tembakau rajangan
yang memar maka pisau perajang harus benar-benar tajam, karena
itu pada alat perajang ini dilengkapi dengan batu pengasah yang
setiap saat dapat digunakan. Perajangan sebaiknya dilakukan pada
saat menjelang matahari terbit, sehingga setelah dirajang tembakau
segera dapat dikeringkan. Bila terlalu lama tenggang waktu
22
3) Pengeringan
Pengeringan dilakukan pada widig yang terbuat dari
anyaman bambu dengan ukuran 1 m X 2,5 m. Tembakau yang telah
dirajang dicampur dengan hati-hati agar homogen, kemudian diatur
lurus dengan ketebalan sekitar 1-2 cm searah panjang widig.
Tembakau dalam widig diusahakan selalu tegak lurus dengan
datangnya cahaya matahari dan tidak menyentuh tanah. Untuk
mempercepat pengeringan dilakukan pembalikan satu kali pada
sekitar pukul 11.00.
4) Pengemasan
Setelah tembakau menjadi cukup lemas, kemudian digulung
dengan hati-hati, dan dikemasan dengan tikar daun siwalan/lontar.
Pengemasan dilakukan terhadap tembakau dengan berat 40-50 kg
yang terdiri dari mutu yang sama. Selanjutnya tembakau rajangan
kering siap untuk dijual.
2. Tembakau Burley
a. Panen
Cara panen harus mempertimbangkan kondisi cuaca pada
saat panen. Jika iklim pada saat panen dalam keadaan normal, maka
dengan melakukan dua kali pemetikan kemudian diikuti penebangan
batang lebih menguntungkan. Sedangkan pada kondisi iklim basah
maka pemilihan cara panen/pemetikan. bertahap maupun serentak
lebih menguntungkan pemanenan daun dengan cara pemetikan
(priming) untuk daun bawah dilakukan dengan memegang pangkal
daun diantara ibu jari dan keempat jari yang lain, kemudian diputar
ke kiri dan ke kanan 180 derajat.
25
1) Waktu pemetikan
Pemetikan dilakukan pagi hari setelah embun menguap
(pukul 09.00-11.00 WIB) atau bila terpaksa dapat diteruskan pada
sore harinya (pukul 14.30-16.30 WIB). Pemetikan tengah hari
disamping melelahkan tenaga kerja juga dapat menyebabkan
kerusakan daun tembakau ("mlonyoh") karena panas matahari
maupun akibat tumpukan daun itu sendiri, terutama apabila
tumpukannya terlalu banyak.
Hasil pemetikan kemudian segera dibawa ke tempat yang
teduh atau dibawa ke gudang dengan hati-hati agar tidak mengalami
kerusakan baik secara mekanis, fisik maupun fisiologis untuk proses
lebih lanjut. Tembakau yang dipanen harus sudah cukup masak.
Tembakau yang kurang atau kelewat masak dapat menurunkan
produksi maupun mutunya. Kandungan senyawa penentu mutu
seperti protein, karbohidrat, klorofil, karotin, xantofil, dan lain-lain
dari tembakau yang telah masak optimal berada pada keadaan yang
paling menguntungkan untuk diolah menjadi tembakau yang
bermutu baik.
Disamping itu pemanenan daun pada saat masak optimal
dapat meningkatkan produksi sekitar 10-15%. Selanjutnya dikatakan
bahwa tingkat kemasakan daun yang dipanen berpengaruh terhadap
produksi, warna, elastisitas, daya bakar, dan senyawa-senyawa kimia
penyusun mutu. Panen pada saat daun masih muda menyebabkan
kerosok berwarna kehijauan, pucat, kurang lemas, dan mudah
berjamur.
2) Cara panen
Cara panen dengan pemetikan bertahap berdasarkan tingkat
kemasakan daun juga memberikan keuntungan lain yaitu merupakan
langkah awal proses grading, hal ini karena kemasakan daun secara
26
b. Pengolahan
Tembakau segar yang baru dipanen bobotnya berat karena kadar
air tembakau sekitar 80-85 %, sehingga untuk setiap kg kerosok
dibutuhkan sebanyak 16 hingga 18 kg daun segar yang harus dipanen.
Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap rendemen tembakau antara
lain tingkat kemasakan daun, iklim selama pertumbuhan, varietas, jenis
tanah, dan pemupukan. Setiap hektar areal tembakau dapat menghasilkan
panenan sekitar 20 hingga 25 ton.
Dari berat tersebut sebagian besar yaitu air yang harus dibuang
selama proses penanganan pascapanen. Penanganan pascapanen
tembakau bukan hanya sekedar mengeringkan tembakau, tetapi
menyangkut perubahan fisik dan kimia mulai daun tersebut dipanen
28
2) Penguningan (yellowing)
Tahap berikutnya yaitu proses penguningan yaitu mulai
berubahnya warna hijau daun menjadi kekuningan. Proses penguningan
diawali pada daun-daun posisi bawah kemudian secara bertahap diikuti
oleh daun-daun posisi diatasnya dan terakhir daun-daun pucuk.
Umumnya fase penguningan di dalam gudang yang terkontrol dengan
baik berlangsung sekitar 12 hingga 14 hari. Beberapa faktor yang dapat
menghambat laju fase penguningan antara lain terlalu banyak kandungan
air, besarnya melebihi rata-rata, terlalu banyak pupuk terutama nitrogen,
atau panen muda.
3) Pencoklatan (browning)
Tingkat lebih lanjut dari fase penguningan yaitu pencoklatan
dimana sel-sel daun mulai menuju kematian (terhentinya proses
perombakan). Pencoklatan merupakan akhir dari proses pengomprongan
30
3. Tembakau Temanggung
a. Pemanenan
b. Pengangkutan
Daun yang telah di petik dan telah terkumpul di tempat teduh
kemudian di masukkan keranjang dan di dibawa ke gudang.
Pengikatan daun sebaiknya dihindari karena akan mengakibatkan
daun memar dan cepat menjadi cokelat dalam pemeraman.
c. Pengolahan
1) Sortasi
Daun petikan pertama sampai dengan keempat yang diperam
tanpa digulung lebih dahulu sehingga sortasi masih dapat dilakukan
sebelum digulung. Sortasi sederhana dilakukan pada daun hasil
petikan kelima dan seterusnya dengan memisah daun kelewat masak
dan kurang masak. Untuk daun dari petikan ini pemeraman
dilakukan setelah penggulungan sehingga sortasi harus dilakukan
sebelum penggulungan. Sortasi awal perlu dilakukan untuk
mendapatkan tembakau yang tingkat kemasakannya seragam
sehingga pemeraman bisa serentak. Proses sortasi daun tembakau,
nampak pada gambar.
35
2) Penggulungan
Penggulungan daun merupakan pekerjaaan persiapan untuk
perajangan dengan alat perajang tradisional, sebagai salah satu
kegiatan dalam pascapanen tembakau rajangan. Daun yang telah di
gulung lebih mudah dimasukkan ke lubang alat perajang. Jika
perajangan menggunakan mesin perajang, penggulungan tidak perlu
dilakukan. Pekerjaan penggulungan diawali dengan menumpuk daun
yang mempunyai warna yang sama sebanyak 15 – 20 lembar,
kemudian digulung ke arah membujur.
Diameter gulungan berkisar antara 10 – 12 cm atau sesuai
ukuran lubang alat perajang. Cara mengikat yaitu dengan
membungkus bagian pangkal gulungan dengan daun tembakau
sejenis ke arah membujur, kemudian menusukkan ibu tulang daun ke
pangkal gulungan daun tembakau tersebut. Perajangan tembakau
temanggung gagang daun ikut di rajang bersama-sama lembaran
daun.
3) Pemeraman
36
4) Perajangan
Perajangan merupakan proses pemotongan daun tembakau
yang mempunyai tujuan mengembangkan potensi mutu kimia di
dalam daun dan sekaligus akan mempercepat selesainya proses
pengeringan. Tembakau rajangan temanggung dirajang bersama
dengan ibu tulang daun dan perajangan akan dilakukan setelah daun
selasai diperam. Perajangan umumnya dikerjakan malam hari
39
dengan harapan pagi harinya sudah selesai dirajang dan siap dieler di
atas widig dan langsung dapat di jemur.
Pekerjaan merajang daun tembakau dilakukan dengan
menempatkan gulungan daun tembakau pada alat perajang yang
terbuat dari kayu, kemudian mengiris gulungan daun tersebut dengan
pisau yang cukup tajam dengan ukuran besar. Ukuran rajangan
berkisar antara 0,5-1,0 mm tetapi untuk daun pucuk karena
pemeramannya makin lama, mengakibatkan kondisi fisik daun
makin lunak sehingga sulit dirajang dengan ukuran tersebut. Pada
tabel menunjukan perkiraan ukuran rajangan berkaitan dengan mutu
tembakau yang akan dihasilkan.
5) Pengeringan
Secara umum pengeringan bertujuan menghentikan reaksi
enzimatis dan membebaskan sebagian besar kandungan air sehingga
tembakau tahan disimpan. Cara pengeringan dengan penjemuran
daun tembakau yang telah dirajang diawali dengan mengeler daun
tembakau tersebut di atas widig kemudian dijemur.
Widig yang digunakan di daerah Temanggung umumnya
mempunyai ukuran besar, panjang 2,0-2,5 m dan lebar 1,0-1,2 m.
Kapasitas widig berkisar antara 1-1,5 kg tiap m2 atau 2-3 kg tiap
widig ukuran 1,0 x 2,0 m. Para petani umumnya sudah mempunyai
hamparan tempat penjemuran. Bangunan rumah di daerah
40
6) Pengemasan
Daun tembakau rajangan yang telah kering dan telah
digulung atau dilipat kemudian diatur di dalam keranjang khusus.
Keranjang terbuat dari bambu, lebar 3-5 cm dan tebal 0,5 mm yang
dianyam rapat. Keranjang mempunyai ukuran garis tengah 50-60 cm
tinggi 60-70 cm. Selanjutnya keranjang diberi alas batang pisang
(gedebog) yang telah dikeringkan. Fungsi batang pisang tidak hanya
sebagai alas tetapi juga berfungsi sebagai pembungkus, khususnya
pada bagian atas keranjang sehingga isi keranjang mencapai 2x
volume keranjangnya sendiri.
Jenis tembakau lain yang menggunakan keranjang seperti itu
yaitu tembakau muntilan, prambanan dan waleri. Model
pembungkus sebetulnya menyesuaikan dengan permintaan
konsumen karena terkait dengan cara penyimpanannya di gudang.
Pengeranjangan tembakau rajangan temanggung harus memenuhi
ketentuan yang ditetapkan oleh pembeli yaitu gudang-gudang
perwakilan pabrik rokok. Ketentuan tersebut antara lain sebagai
berikut :
a. Satu keranjang harus diisi tembakau dengan mutu yang sama
agar mempermudah dalam proses pengumuran (aging) karena
tidak memerlukan sortasi ulang dan lama pengumuran di gudang
antara 2-3 tahun dengan diselingi beberapa kali pembalikan.
b. Setiap keranjang harus mempunyai ukuran volume yang sama
untuk mempermudah dalam penataan selama penyimpanan di
gudang. Karena ketentuan pengisian seperti tersebut di atas
menyebabkan berat tembakau setiap keranjang menjadi
42
b. Penyujenan
Untuk Sebelum pelaksanaan penyujenan daun tembakau ini
masih melalui beberapa proses antara lain pelayuan dengan cara
daun tembakau ditutup dengan plastik atau daun untuk mendapatkan
daun yang berwarna kekuningan, kecoklatan dan fixasi warna.
Penyujenan adalah kegiatan penataan daun tembakau dengan cara
menusuk bagian pangkal gagang daun/ibu tulang daun atau pada ruas
batang diantara dua daun. Tujuan penyujenan adalah :
a. Memudahkan penataan dalam ruang pengeringan/ pengolahan
b. Mencegah daun saling melekat atau berhimpit pada saat keadaan
kelembaban tinggi sehingga daun dapat mengering secara
merata.
Cara penyujenan daun tembakau dan bahan untuk tusuk
tergantung pada cara panen. Dengan menyesuaiakan menurut
cara panen, penyujenan dapat memberikan hasil yang baik.
Daun tembakau yang dipanen secara pungut daun yang ditusuk
adalah punggung daun dengan punggung daun dan perut daun
sehingga menyerupai jahitan. Jarak antara satu daun dan daun
lain sekitar satu ibu jari orang dewasa agar tidak saling melekat.
Untuk tembakau yang dipanen secara pungut batang, daun
dilepaskan satu persatu dari batng, kemudian ditusuk dengan
sujen. Untuk daun tembakau yang dipotong menurut ruas
batang, cara menusuk dilakukan dengan menyunduk bagian
ruas. Panjang tusuk bervariasi antara 30 cm sampai 40 cm.
Dengan demikian, satu sujen dapat berisi antara 4 lembar daun
44
c. Pengaturan gelantangan
Pengeringan Daun-daun yang telah disujeni, diikatkan
berpasang-pasangan pada sepotong bambu yang disebut gelantang.
Panjang gelantang berkisar antara 1,20-3,25 m dengan diameter 3,5-
7 cm. Pada setiap gelantang diikatkan 5 sujen secara bersambung,
yang disebut setengah gelantang. Jadi satu gelantang penuh berisi 10
sujen atau 160 lembar daun. Hal ini sebaiknya dilakukan di dalam
bangsal pengering, atau tempat lain yang teduh agar daun tidak layu.
Bila telah selesai, gelantang-gelantang yang berisi sujenan tembakau
ditempatkan di rak-rak dalam bangsal pengering.
45
b. Flue Curing
Flue-curing dilakukan dengan memanaskan udara yang berada
sangat dekat dengan gudang. Udara luar dipanaskan dengan
menggunakan api dan ditiupkan melalui pipa ke dalam gudang.
Tembakau tidak kontak langsung dengan api. Flue curing
diaplikasikan untuk tembakau virginia. Hasil yang diperoleh
adalah tembakau yang berwarna kunig cerah. Flue curing
membutuhkan waktu 4-7 hari.
Suhu yang digunakan meningkat selama proses curing mulai dari
32,2°C sampai 71,1°C dan dilakukan sampai daun benar-benar
kering. Dari proses ini akan dihasilkan daun dengan kadar gula
tinggi dan kandungan nikotinnya medium sampai tinggi.
c. Fire Curing
Proses fire-curing merupakan proses pengeringan yang dilakukan
pada gudang yang dipenuhi asap yang berasal dari pembakaran
kayu. Pada proses ini terjadi perubahan warna daun tembakau
yang semula kuning menjadi hitam dan berkilau. Selain itu,
dengan adanya asap akan menciptakan aroma daun tembakau
yang khas. Proses ini dapat berlangsung mulai dari 3 hari sampai
10 minggu dan dilakukan secara terus menerus, atau dengan
adanya jeda. Daun tembakau yang dihasilkan adalah daun dengan
kadar gula rendah dan nikotin yang tinggi. Tembakau Fire-cured
biasanya digunakan untuk menghasilkan produk tembakau
lintingan, pipa tembakau, dark cigarettes, tembakau kunyah
(chewing tobacco), dan snuff and strong-tasting cigars.
d. Air Curing
Air curing merupakan cara pengeringan daun tembakau segar
yang berasal dari kebun, dilakukan secara perlahan-lahan pada
suhu, kelembaban dan suplai udara tertentu sehingga terjadi
perubahan komposisi kimia yang berpengaruh pada pembentukan
kualitas yang kehendaki. Proses ini dilakukan di dalam ruangan
47
e. Sortasi kasar
Setelah Sortasi merupakan kegiatan memisah-misahkan daun
tembakau menurut kemasakan daun, ukuran daun, kecacatan daun,
dan posisi daun. Berdasarkan kriteria di atas, daun-daun dipisahkan.
Demikian pula, daun-daun yang telah dipisahkan menurut letaknya
pada saat memetik. Selanjutnya, daun-daun tembakau dipisahkan
menurut tingkat kemasakannya karena daun yang masih muda atau
yang telah tua ikut dipetik sehingga apabila tidak dipisahkan dapat
mempengaruhi mutu akhir tembakau setelah pengolahan. Ukuran
juga merupakan kriteria penilaian mutu tembakau. Tahapan ini
dilakukan pada suhu lingkungan 30 oC. Spesifikasi daun yang
diharapkan adalah daun yang lemas dengan kadar air 20-25% serta
tidak basah saat diremas.
Pada tahap ini daun-daun tembakau yang telah dipetik dan
terkumpul di tempat teduh disortasi terlebih dahulu tahap
pengolahan daun. Tujuannya adalah :
a. Memudahkan proses pengolahan, terutama penempatan dalam
ruang pengolahan.
b. Memudahkan pengelompokan ke dalam kelas-kelas menurut
mutu setelah pengolahan.
c. Memudahkan menentukan harga jual menurut mutu.
d. Memperoleh keseragaman jenis dan mutu sehingga
memudahkan pemasaran.
f. Pemeraman (fermentasi)
Fermentasi merupakan proses perubahan komponen kimia
oleh reaksi oksidasi. Proses fermentasi yang baik dapat
memperpanjang umur simpan tembakau. Selama penyimpanan daun
49
g. Kualitas Tembakau
Mutu daun tembakau bersifat relatif yang dapat berubah
karena orang, waktu dan tempat. Daya bakar sifat yang menunjukkan
keampuan membara tembakau saat di sulut. Daya bakar menurut
SNI hanya digolongkan :
a. Baik: sifat tembakau yang jika di sulut mempunyai kecepatan
membara yang relatif lambat dan terus menerus ke segala arah.
b. Kurang baik: jika di sulut cepat mati
c. Masak: fermentasi sesuai dengan ketentuan (proses yang di
tetapkan)
50
c. Tenunan daun
Tenunan daun merupakan pertemuan cabang tulang daun
dengan anak tulang daun lainnya. Pada tenunan yang halus akan
tercipta rasa yang ringan dan aroma yang baik.
d. Tebal daun
Karena masih subjektif sehingga belum banyak digunakan
sebagai standar mutu.
e. Kepadatan jaringan
Hal ini berpngaruh terhadap kualitas pengringan. Untuk cerutu
menggunakan daun yang tebal untuk pembungkus dan yang
longgar sebagai pengisi.
f. Berat per satuan luas
Digunakan sebagai pennu banyaknya rendemen yaitu bobot
tembakau curing dari bobot basahnya.
g. Elastisitas
h. Body
Pada tembakau rajangan daun yang berkualitas bagus adalah
yang tidak begitu kering, lunak dan lemas, agak lembab dalam
genggaman.
i. Butir daun
Krosok dengan banyak butir daun cenderung memiliki mutu
bakar yang baik.
j. Kuat fisiologi
Yaitu kadar nikotin yang terkandung di dalamnya. Dibedakan
dengan ringan (mild) dan bera (strong).
k. Warna
Pada sortasi tembakau krosok warna dipakai sebagai salah satu
penggolongan mutu, namun belum bisa dibakukan.
l. Sifat higroskopis (kandungn air sebesar 10-12%)
m. Resistensi pecah
52
H. Solusi
Pemerintaah sangat berperan dalam mempengaruhi terlaksananya
standar mutu pada produk-produk pertanian melalui kebijakan-kebijakan
yang dikeluarkan untuk mengatur standarisasi mutu produk pertanian
Indonesia agar mampu bersaing di tingkat global. Dalam mempertegas
penerapan standar mutu di Indonesia, badan-badan yang mengeluarkan dan
yang mengawasi standar mutu hendaknya berperan aktif dalam penerapannya
agar industry-industry tembakau tidak mengabaikan kualitas dan keamanan
akan kanduangan produk yang diproduksi demi keselamatan konsumen dan
lingkungan. Serta diberikannya pengetahuan dan sosialisasi akan pentingnya
standarisasi produk pertanian termasuk tembakau dalam menunjang ekonomi
nasional.
produk telah memenuhi persyaratan atau standar yang di acu. Untuk itu
kompetensi laboratorium penguji sangat diperlukan bahkan sangat
menentukan terhadap kebenaran hasil uji produk.
cara pangkas dan bakar sarang telur dan ulat, penggenangan sesaat
pada pagi/sore hari.
2. Ulat Tanah ( Agrotis ypsilon ), tanaman yang terkena hama ini
memiliki gejala daun terserang berlubang-lubang terutama daun
muda sehingga tangkai daun rebah. Pengendalian hama ini adalah
dengan cara pangkas daun sarang telur/ulat, penggenangan sesaat.
3. Ulat penggerek pucuk ( Heliothis sp. ) tanaman yang terkena hama
ini memiliki gejala daun pucuk tanaman terserang berlubang-lubang
dan habis. Pengendalian hama ini adalah dengan cara kumpulkan
dan musnah telur / ulat, sanitasi kebun.
4. Nematoda ( Meloydogyne sp. ) tanaman yang terkena hama ini
memiliki gejala bagian akar tanaman tampak bisul-bisul bulat,
tanaman kerdil, layu, daun berguguran dan akhirnya
mati. Pengendalian hama ini adalah dengan cara sanitasi kebun.
5. Kutu - kutuan ( Aphis Sp, Thrips sp, Bemisia sp.) pembawa penyakit
yang disebabkan virus. Pengendalian hama ini adalah dengan cara
predator Koksinelid dan Natural BVR.
6. Hama lainnya seperti gangsir (Gryllus mitratus ), jangkrik
(Brachytrypes portentosus), orong-orong (Gryllotalpa africana),
semut geni (Solenopsis geminata), belalang banci (Engytarus tenuis).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
rugi karena biaya pemotongan yang terlalu tinggi oleh pihak gudang.
DAFTAR PUSTAKA
http://agronomiunhas.blogspot.co.id/2015/02/tembakau-dan-pasca-panen.html.
Diakses Oktober 2020
http://bappeda.kendalkab.go.id/lahan/content.php?query=tentang_tembakau.
Diakses Oktober 2020
http://bpatp.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/teknologi-pertanian/55-
teknologi-inovatif-badan-litbang-pertanian/270-tembakau-temanggung-
varietas-kemloko-3-. Diakses Oktober 2020
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-7329-1207201705-bab1.pdf. Diakses
Oktober 2020
64
http://okipetruslaoh.blogspot.co.id/2011/09/mengintip-pengolahan-tembakau-
madura.html. Diakses Oktober 2020
http://olemoses.blogspot.co.id/2011/12/pasca-panen-tembakau-di-klaten.html.
Diakses Oktober 2020
http://tembakaurajangan.blogspot.co.id/2012/01/meningkatkan-produktivitas-
tembakau.html. Diakses Oktober 2020
http://www.kaskus.co.id/thread/000000000000000010530302/proses-pengolahan-
daun-tembakau-sblm-jadi-rokok/. Diakses Oktober 2020
http://yuphyyehahaa.blogspot.co.id/2011/11/budidaya-tanaman-tembakau.html.
Diakses Oktober 2020
Kastaman, roni. 2004. Makalah: Konsep Dasar Manajeman Mutu Terpadu Produk
Pertanian. Bandung.
Murdiyati, A.S. 2010. Analisis Serapan Hara pada Tembakau Burley. Balai
Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat. Malang. Buletin Tanaman
Tembakau, Serat & Minyak Industri 2(1), April 2010: 1 – 8. Diakses
Oktober 2020