Oleh
Akhmad Rafiq Fanani
2217061077
I. PENDAHULUAN..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Tujuan Praktikum......................................................................................2
1.3 Manfaat......................................................................................................2
II. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................3
III. METODE PRAKTIKUM..............................................................................5
3.1 Waktu dan Tempat.....................................................................................5
3.2 Alat dan Bahan..........................................................................................5
3.3 Metode praktikum......................................................................................5
a. Metode Swab.............................................................................................5
b. Metode Grinding........................................................................................6
IV . HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................7
4.1 Data Pengamatan.......................................................................................7
4.2 Pembahasan...............................................................................................8
V . KESIMPULAN...............................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12
3 3
I. PENDAHULUAN
1
diperoleh dari Gen bank. Penelitian ini dilakukan dengan cara analisis
DNA mitokondria dengan teknik molekuler PCR-Sequencing.
1.3 Manfaat
Mengetahui dan terampil dalam melakukan teknik pengambilan dan
analisis DNA pada sampel feses hewan.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
Indonesia adalah salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, yang beriklim
tropis dan memiliki tingkat flora dan fauna yang beragam. Tanah yang subur
sangat cocok digunakan sebagai lahan pertanian. Penduduk mayoritas bermata
pencarian petani tentunya tidak jarang dari mereka yang menjadi peternak
tradisional. Kerbau, sapi dan kambing adalah binatang yang paling banyak
dipelihara. Sapi adalah hewan terpenting dari jenis-jenis ternak yang dipelihara
manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan
manusia lainnya (Alikodra, 2019).
Sapi adalah salah satu hewan ternak yang termasuk jenis mamalia. Binatang ini
memakan rerumputan dan didalam pencernaanya memiliki 3 lambung atau biasa
disebut hewan ruminansia. Air susu yang bernilai gizi tinggi menjadi keunggulan
ternak ini, selain itu daging sapi juga banyak digemari oleh masyarakat sebagai
asupan protein yang tinggi. Sapi yang tersebar di Indonesia merupakan hasil
domestikasi (penjinakan) dari jenis primitif. Bakalan, pakan, lingkungan dan iklim
yang baik menjadi aspek penunjang dalam proses pengembangan ternak di
Indonesia. Hewan ruminansia ini mempunyai banyak manfaat dan bernilai
ekonomis lebih besar dari pada ternak lain. Petani banyak yang membeli sapi pada
saat musim panen tiba kemudian menjualnya pada saat musim tanam (Bai, 2021).
Peternak sapi di Indonesia belum merata penyebaranya, hal itu disebabkan karena
faktor pertanian, kepadatan penduduk, iklim, daya aklimatisasi serta adat-istiadat
dan agama. Pertanian dan penyebaran penduduk di Indonesia menentukan
penyebaran usaha ternak sapi. Sapi merupakan teman baik petani dalam rangka
pengelolaan tanah pertanian. Masyarakat yang bermata pencaharian bertani tidak
lepas dari usaha ternak sapi, baik untuk keperluan tenaga, pupuk, atau lain
sebagainya (Dewi, 2018).
3
pengobatan, dari hal tersebut munculnya keinginan untuk memperbaikinya
dengan tindakan-tindakan seperti sanitasi, vaksinasi dan pelaksanaan. Banyak
sekali penyakit yang dapat menyerang sapi seperti penyakit yang disebabkan oleh
infeksi cacing serta beberapa yang lainnya (Dewiyatini, 2019).
Peternak harus mengetahui bagaimana cara merawat ternak dengan baik, salah
satu usaha yang ditempuh untuk meningkatkan jumlah populasi sapi adalah
dengan menerapkan manajemen pemeliharaan yang baik. Salah satu manajemen
pemeliharaan sapi adalah kesehatan. Identifikasi permasalahan kesehatan menjadi
penting agar dapat dicarikan solusi dan penanganan yang tepat dalam
mengatasinya (Patrick, 2015).
4
III. METODE PRAKTIKUM
5
b. Metode Grinding
6
IV . HASIL DAN PEMBAHASAN
7
4. Sampel setengah Feses dengan
kering dengan metode grinding,air menjadi
metode hitam dan lebih kental
grinding.
4.2 Pembahasan
Isolasi DNA dari feses hewan dilakukan untuk memisahkan DNA dari
komponen lainnya seperti lipid, protein, dan polisakarida. Proses isolasi
DNA dari feses hewan dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai
metode, seperti metode phenol-chloroform atau menggunakan kit. Hasil
isolasi DNA dari feses hewan dapat digunakan untuk analisis molekuler
dan rekayasa genetika. Salah satu contoh penelitian yang menggunakan
isolasi DNA dari feses hewan adalah penelitian mengenai isolasi fecal
DNA badak sumatera. Proses isolasi DNA dari feses hewan memerlukan
perhatian terhadap kualitas dan kuantitas sampel. Selain itu, pengambilan
sampel DNA dari feses termasuk dalam teknik non-invasif yang dapat
mengurangi stres pada hewan. Proses isolasi DNA dari feses hewan
memerlukan perhatian terhadap kualitas dan kuantitas sampel. Salah satu
contoh penggunaan isolasi DNA dari feses hewan adalah dalam penentuan
jenis kelamin burung dengan sumber DNA dari feses (Gartesiasih, 2016).
Isolasi DNA hewan, terutama feses, dalam bidang konservasi memiliki
beberapa manfaat, seperti:
1. Mencegah terjadinya kawin silang: Isolasi DNA
dapat membantu dalam mencegah kawin silang, yang
dapat
mengakibatkan kematian hewan dan degradasi kualitas sumber
daya yang dikendalikan.
8
2. Penentuan tingkat keragaman genetik: Isolasi DNA dari
feses hewan liar dapat digunakan untuk mengetahui tingkat
keragaman genetik hewan liar, yang penting untuk melindungi
keanekaragaman hayati.
3. Identifikasi jenis kelamin: Isolasi DNA dari sampel feses
dapat digunakan untuk menentukan jenis kelamin hewan liar,
yang membantu dalam mengidentifikasi dan mengelola satwa
liar.
4. Penegakan hukum: Isolasi DNA dapat membantu dalam
penegakan hukum terhadap perlindungan satwa liar, karena
analisis DNA dapat menyediakan data akurat terhadap
pengaturan kuota untuk pemanfaatan satwa liar yang
berkelanjutan di Indonesia (di bawah PP 8/1999 tentang
pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar) dan CITES.
5. Memperkuat penelitian konservasi keanekaragaman
hayati: Isolasi DNA dapat digunakan dalam penelitian
konservasi keanekaragaman hayati di Indonesia, yang
masih sangat terbatas dan belum menjadi prioritas di
lembaga-lembaga
penelitian biologi molekuler.
Metode swab dan grinding adalah dua metode yang umum digunakan
dalam isolasi DNA hewan. Metode swab dilakukan tanpa proses
penggerusan, dengan cara mengambil bagian feses yang berlendir.
Sementara itu, metode grinding melibatkan penggerusan atau
penghancuran sampel untuk memecah sel dan mengisolasi DNA. Dalam
penelitian terkait, metode isolasi DNA hewan menggunakan sampel darah
atau cairan tubuh dari organisme tersebut juga umum dilakukan. Terdapat
berbagai metode isolasi DNA yang dapat digunakan, dan hasilnya dapat
bervariasi tergantung pada efektivitas metode tersebut dalam
menghasilkan isolat DNA baik dari segi kualitas maupun kuantitas serta
efisiensi waktu isolasinya. Metode isolasi DNA yang baik sangat penting
dalam banyak aplikasi biologi molekuler, seperti kloning DNA,
sekuensing, PCR, dan elektroforesis. Metode isolasi DNA yang umum
digunakan meliputi teknik lisis jaringan hewan, penggerusan, dan
penggunaan sampel darah atau cairan tubuh (Hasna, 2015).
Metode swab :
1. Kelebihan : Non-invasif: Pengambilan sampel feses dengan
swab tidak invasif, sehingga tidak akan menyebabkan stres
pada hewan uji, mudah dikendalikan, mengurangi kematian
hewan.
2. Kekurangan : Swab yang digunakan dalam pengambilan sampel
feses dapat mengangkut partikel-partikel dari matras yang
mungkin mengurangi kualitas analisis, Swab mungkin tidak
9
mengumpulkan sampel yang cukup atau akurat, yang dapat
mempengaruhi hasil analisis.
Metode grinding :
1. Kelebihan : Fleksibilitas: Metode grinding dapat
digunakan untuk mengambil sampel feses hewan dengan
mudah dan
cepat, Metode grinding tidak merusakkan sampel feses hewan,
sehingga sampel feses hewan masih tersedia untuk analisis
selanjutnya.
10
V . KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum kali ini adalah
pengambilan sampel feses hewan dapat memberikan informasi mengenai jumlah
individu, variasi genetik, dan mekanisme evolusi dalam populasi hewan.
Pengambilan sampel DNA dengan teknik non-invasif, seperti menggunakan swab,
dapat mengurangi stres hewan uji dan meningkatkan kualitas DNA yang
diperoleh.
11
DAFTAR PUSTAKA
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22