Oleh
2217061123
JURUSAN BIOLOGI
UNIVERSITAS LAMPUNG
2023
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN ................................................................................................ 3
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 3
1.2 Tujuan Percobaan ........................................................................................... 4
1.3 Manfaat ........................................................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 6
III. METODE PERCOBAAN ................................................................................. 10
3.1 Waktu dan Tempat ........................................................................................ 10
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................................. 10
3.3 Diagram alir .................................................................................................. 10
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 13
4.1 Hasil Pengamatan ......................................................................................... 13
4.2 Pembahasan .................................................................................................. 15
V. KESIMPULAN .................................................................................................. 18
5.1 Simpulan ....................................................................................................... 18
5.2 Saran ............................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 19
LAMPIRAN ............................................................................................................... 21
2
I. PENDAHULUAN
3
membahayakan kesehatannya, dan berpotensi menjadi sarana untuk
mendapatkan materi genetik dari banyak individu. Sebagai contoh, mungkin
dapat dilakukan untuk mengumpulkan sampel feses dari area yang luas
dengan biaya dan upaya yang masuk akal. Keberhasilan genotipe dari
sampel yang dikumpulkan secara non-invasif bergantung pada beberapa
faktor seperti durasi paparan tinja terhadap sinar matahari dan kelembapan,
karena hal ini mempengaruhi kecepatan degradasi DNA, keberadaan
inhibitor PCR, jumlah DNA dalam sampel yang berasal dari spesies yang
diteliti, dan panjang fragmen DNA (alel) yang akan diamplifikasi. Beberapa
faktor ini sulit untuk dikontrol, seperti jumlah inhibitor atau paparan kondisi
lingkungan dan penuaan sampel sebelum pengumpulan, kecuali jika ada
defekasi. Faktor lain seperti prosedur pengumpulan, penyimpanan dan
penanganan sampel berada di bawah kendali peneliti (Mengu dkk., 2019).
1.3 Manfaat
4
2. Untuk mengetahui hewan yang sedang sakit dan dapat memberikan
penanganan pertama.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
6
Ether. Variabel terikat dari penelitian ini adalah metode natif (gold
standard). Hasil pemeriksaan dianalisis dengan uji diagnostik dan uji
komparatif McNemar. Sensitivitas yang lebih baik didapatkan oleh metode
sedimentasi Formol-Ether pada pengamatan terhadap keseluruhan spesies
STH. Pemeriksaan spesies T. trichiura tidak bisa didapatkan angka
sensitivitasnya dikarenakan jumlah sampel positif dari keseluruhan sampel
yang telah diteliti sangat kurang. Pada uji statistik didapatkan nilai p>0,05
sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan proporsi yang
bermakna antara kedua metode Sedimentasi (Triani, dkk. 2023).
7
diuji. Semua sampel yang diambil untuk diproses harus ditangani secara tepat
sesuai dengan standar protokol. Hal ini termasuk menyimpan sampel pada
tempat yang aman dan diberi label, ditempatkan dalam wadah tahan rusak dan
pada kondisi penyimpanan yang sesuai. Bila feses masih basah, segera ditaruh
pada kontainer anti bocor dan dibekukan pada suhu -20°C. Feses basah dapat
dikeringanginkan dan disimpan pada kantung kertas atau kontainer yang
terdapat aliran udara. Bila sebuah sampel darah diperlukan, lebih baik sampel
diambil oleh dokter hewan. Jarum suntik yang baru dan steril harus digunakan
untuk masing-masing hewan guna mencegah kontaminasi silang. Dengan
volume antara 0.5 mL dan 1.0 mL, seluruh darah diperlukan harus dikirimkan
ke dalam tabung yang mengandung antikoagulan. Antikoagulan yang cocok
antara lain EDTA dan natrium sitrat. Setelah pengumpulan DNA, tabung
harus dikocok berputar seperti angka delapan (Haryo, dkk., 2021).
Laju kerusakan hutan yang sangat cepat telah terjadi terutama di daerah tropis
di negara-negara berkembang di mana daerah ini meru- pakan kantong
keanekaragaman hayati yang tinggi. Selain itu, dampak pemanasan global
telah memacu kita untuk men- cari jalan keluar bagaimana cara yang paling
cepat dan tepat untuk mengungkapkan keanekaragaman hayati di dunia
sebelum mengalami kepunahan. Keterbatasan ahli taksonomi yang hanya
dapat mengidentifikasi ketika spesimen masih dalam bentuk utuh dan dalam
keadaan dewasa menyebabkan persoalan semakin panjang dalam
mengungkapkan ke- anekaragaman hayati. Suatu kenyataan bahwa dalam
proses pengambil- an sampel akan banyak ditemukan organisme yang belum
dewasa dan terkadang rusak menjadi serpihan-serpihan yang sangat sulit
dikenali bentuk aslinya. Sehingga untuk menghadapi hal di atas diperlukan
sebuah cara yang lebih cepat dan akurat, yaitu metode DNA barcode.
Walaupun demikian, dengan teknik ini saja tidak mungkin bisa mengetahui
8
nama dan identitas spesies tanpa bantuan taksonomiwan/wati, maka cara ini
harus terus dikembangkan ( Syamsul dan Malia. 2018).
9
III. METODE PERCOBAAN
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah masker, marker,
hand sanitizer, plastik ziplock, label nama, stik kayu, meteran, tabung
vacuntainer, parafilm/isolasi, plastik, box penyimpanan, GPS, suntikan,
mangkok, saringan, mortar dan kamera. Sedangkan untuk bahan yang
digunakan pada praktikum ini adalah feses sapi basah, feses sapi setengah
kering dan feses kering.
1. Swab
10
Feses basah, feses setengah kering, feses kering.
Hasil
2. Grinding
11
Hasil
12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Feses basah
No. Perlakuan Hasil Gambar
1. Feses basah diambil Feses dengan
menggunakan stick dan metode swab, air
dimasukkan ke dalam tabung berubah menjadi
vacutniner, setelah itu keruh hitam dan
diisolasi dan diberi label terdapat
nama lalu dikocok 5-10 kali. gumpalan
2. Feses basah diambil sedikit Feses dengan
dan dimasukkan ke dalam metode grinding,
mortar digerus di mortar air berubah
dibantu air dan alu, setelah menjadi keruh
tergerus disaring lalu hitam dan tidak
dituangkan ke dalam tabung terdapat
vacunntainer, diisolasi dan gumpalan.
diberi nama menggunakan
label nama.
13
2. Feses setengah kering
No. Perlakuan Hasil Gambar
1. Feses setengah kering Feses dengan
diambil menggunakan stick metode swab, air
dan dimasukkan ke dalam menjadi keruh
tabung vacutniner, setelah itu hitam dan
diisolasi dan diberi label terdapat
nama lalu dikocok 5-10 kali. gumpalan.
2. Feses setengah kering Feses dengan
diambil sedikit dan metode grinding,
dimasukkan ke dalam mortar air menjadi hitam
digerus di mortar dibantu air dan lebih kental.
dan alu, setelah tergerus
disaring lalu dituangkan ke
dalam tabung vacunntainer,
diisolasi dan diberi nama
menggunakan label nama.
3. Feses kering
No. Perlakuan Hasil Gambar
1. Feses kering diambil Feses dengan
sedikit dan dimasukkan ke metode grinding,
dalam mortar digerus di air menjadi
mortar dibantu air dan alu, hitam dan
setelah tergerus disaring terdapat serat
lalu dituangkan ke dalam atau benang.
tabung vacunntainer,
diisolasi dan diberi nama
menggunakan label nama.
14
2. Feses kering diambil Feses dengan
menggunakan stick dan metode swab, air
dimasukkan ke dalam menjadi hitam
tabung vacutniner, setelah dan teksture
itu diisolasi dan diberi feses yang
label nama lalu dikocok 5- menggumpal.
10 kali.
4.2 Pembahasan
Isolasi DNA hewan dilakukan untuk memisahkan DNA dari partikel lain
seperti lipid, protein, dan polisakarida. Salah satu metode isolasi DNA hewan
adalah metode lisis jaringan. Metode ini melibatkan penghancuran jaringan
hewan untuk melepaskan DNA. Salah satu teknik lisis jaringan adalah dengan
menggunakan mortar dan prestel, serta inkubasi pada suhu tertentu. Kelebihan
metode lisis jaringan adalah dapat menghasilkan DNA yang lebih baik,
sementara kekurangannya adalah kemungkinan terjadi kerusakan DNA.
Isolasi DNA hewan memiliki beberapa manfaat, antara lain untuk analisis
molekuler dan rekayasa genetika seperti genom editing, transformasi, dan
PCR Proses isolasi DNA dari sumber jaringan hewan melibatkan tahapan lisis
sel atau jaringan yang efektif, denaturasi kompleks nukleoprotein, dan
inaktivasi nuklease Isolasi DNA juga penting untuk mendapatkan DNA
berkualitas tinggi yang diperlukan dalam berbagai aplikasi biologi molekuler,
seperti kloning DNA, sekuensing, dan elektroforesis Selain itu, isolasi DNA
hewan juga memungkinkan untuk mempelajari teknik isolasi genom dari
sumber jaringan, yang dapat berguna dalam penelitian ilmiah dan aplikasi di
berbagai bidang(Hariyadi, dkk., 2018)
15
Metode swab dan grinding merupakan dua metode yang umum digunakan
dalam proses isolasi DNA hewan. Metode swab dilakukan dengan cara
mengambil sampel DNA dari permukaan organ atau jaringan hewan
menggunakan swab. Swab ini kemudian digunakan untuk mengumpulkan
sampel DNA dengan cara menggosokkan pada permukaan yang diinginkan.
Metode ini memiliki kelebihan karena prosesnya non-invasif dan cepat,
namun kekurangannya adalah kuantitas DNA yang dihasilkan mungkin lebih
sedikit dibandingkan dengan metode lisis jaringa Sementara itu, metode
grinding dilakukan dengan menghancurkan jaringan hewan untuk melepaskan
DNA. Salah satu teknik lisis jaringan adalah dengan menggunakan mortar dan
prestel, serta inkubasi pada suhu tertentu. Kelebihan metode lisis jaringan
adalah dapat menghasilkan DNA yang lebih baik, namun kekurangannya
adalah kemungkinan terjadi kerusakan DNA (Triasih, dkk., 2020).
Jenis sampel yang bisa diisolasi secara molekuler meliputi berbagai macam
sumber jaringan hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme. Proses isolasi DNA
16
dari berbagai sumber ini melibatkan tahapan lisis sel, pengikatan DNA,
pencucian DNA, dan elusi dengan menggunakan kit ekstraksi DNA. Beberapa
contoh jenis sampel yang dapat diisolasi secara molekuler antara lain:
Jaringan hewan : Meliputi jaringan otot, hati, ginjal, jantung, dan lainnya.
Proses isolasi DNA dari jaringan hewan melibatkan tahapan lisis jaringan
untuk melepaskan DNA Tumbuhan: Contohnya daun, akar, batang, bunga,
dan biji. Isolasi DNA dari tumbuhan juga melibatkan tahapan lisis sel dan
ekstraksi DNA.
Mikroorganisme : Seperti bakteri, virus, dan fungi. Proses isolasi DNA dari
mikroorganisme juga melibatkan tahapan lisis sel dan ekstraksi DNA.
Proses isolasi DNA dari berbagai sumber ini penting untuk berbagai aplikasi
biologi molekuler, seperti kloning DNA, sekuensing, PCR, dan elektroforesis.
Selain itu, isolasi DNA juga mendukung penelitian ilmiah dan aplikasi di
berbagai bidang, termasuk konservasi genetik dan deteksi penyakit pada
organisme tersebut (Adhiyanto dkk., 2021).
17
V. KESIMPULAN
5.1 Simpulan
5.2 Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
Mengu D.I.O., Rans J.F., Hofer H. dan Forster D.,W. (2019). Pengambilan
sampel feses non-invasif mengungkap organisasi spasial dan
meningkatkan Ukuran keragaman genetik untuk penilaian
konservasi spesies teritorial Lynx Kaukasia sebagai contoh kasus
Spesies. Plos One.1(1), 1-34.
Setyaningrum A., Mahatmi H., dan Widyastuti S.K., (2023). Isolasi dan
Identifikasi Enterococcus sp. dari Feses Lutung Jawa (Trachypitecus
auratus) di Javan Langur Center. Indonesian Medicus Veterinus.
12(1) : 12-21
19
Triani, E., Ramdhani, D., Yuliyani, E. A., Suwitasari, P., & Handito, D.
(2023). Perbandingan Pemeriksaan Feses Antara Metode
Sedimentasi Dan Metode Formol-Ether Dalam Mendeteksi
Helminthiasis Pada Anak-Anak Di Pesisir Pantai. Prosiding
Saintek, 5, 13-17.
20
LAMPIRAN
21