Oleh :
Nama : Ulfah Nuraini
NIM : B1A015044
Rombongan : II
Kelompok :5
Asisten : Hafizh Aulia Khairy R.
A. Latar Belakang
B. Tujuan
Terdapat dua macam tipe koleksi spesimen, yaitu koleksi basah dan koleksi
kering. Koleksi basah adalah koleksi yang disimpan dalam larutan pengawet ethanol
70%, sedangkan koleksi kering berupa tulang dan kulit yang diawetkan dengan
bahan kimia formalin atau boraks. Menurut Yayuk et al. (2010), pengawetan hewan
dapat dilakukan dengan cara-cara seperti berikut:
1. Pengawetan tulang (rangka)
Pembuatan preparat tulang dilakukan dengan terlebih dahulu membedah dan
menguliti spesimen hingga bersih dari kulitnya. Kemudian dilakukan perebusan
selama 30 menit hingga 2 jam agar memudahkan pemisahan otot dari rangka, lalu
didinginkan secara alami. Selanjutnya dibersihkan otot atau daging yang masih
menempel pada rangka dengan hati-hati sampai bersih, lalu dibersihkan dan
direndam dalam pemutih agar tulangnya putih bersih. Terakhir, ditata rapi, diberi
label, dan diidentifikasi.
2. Pengawetan insekta (insektarium)
Pembuatan preparat awetan insekta dilakukan dengan terlebih dahulu
mematikan serangga dengan cara serangga dimasukkan ke dalam botol atau toples
yang didalamnya telah diletakkan busa berkloroform, sebelumnya diletakkan
pembatas dari kertas yang agak tebal yang telah dibolong-bolongi agar serangga
tersebut mati tanpa terkena basahan kloroform. Setelah mati, bagian luar tubuh
serangga diolesi alkohol 70% lalu ditusuk dengan office pin atau jarum pentul,
ditancapkan pada sterofoam. Menurut Afifah et al. (2014), insektarium merupakan
tempat penyimpanan koleksi spesimen Insekta, baik awetan basah maupun awatan
kering. Insektarium sering menampilkan berbagai jenis serangga, koleksi serangga
merupakan bahan untuk belajar struktur tubuh serangga secara mendalam, terutama
yang berhubungan dengan ciri khasnya, sehingga kita lebih mudah mengenal dan
menggolongkannya bila suatu waktu menjumpainya kembali di lapangan. Di dalam
insektarium, suhu dan kelembaban tetap konstan, sedangkan variasi faktor iklim
terjadi di luar lingkungan, terutama pada musim hujan, ketika osilasi sekitar 5 ° C
diamati dari pagi ke malam (24,0 ° C dan 28,0 ° C) (Pinheiro et al., 2016).
3. Pengawetan kering (taksidermi)
Taksidermi adalah salah satu teknik pengawetan untuk mumifikasi selama
berabad-abad (Dermici et al., 2012). Pembuatan preparat taksidermi dilakukan
dengan terlebih dahulu membius spesimen dengan kloroform atau eter. Spesimen
yang biasa dibuat taksidermi adalah Mamalia dan Aves. Setelah hewan mati, dibuat
torehan dari perut depan alat kelamin sampai dada, kemudian lukanya dibubuhi
tepung jagung. Setelahnya, hewan dikuliti menggunakan scalpel, dihilangkan lemak-
lemaknya, dam setelah bersih lalu boraks ditaburi dan gulungan kapas dibuat sebesar
atau sepanjang tubuh hewan lalu dimasukkan sebagai pengganti dagingnya.
Kemudian dibentuk seperti perawakannya saat masih hidup. Terakhir, bekas
torehannya dijahit, mulutnya dijahit segitiga.
4. Pengawetan basah
Spesimen yang biasa dibuat awetan basah biasanya bangsa Crustacea atau
hewan avertebrata lainnya. Pembuatannya terbilang cukup sederhana prosesnya.
Hewan dimatikan dengan kloroform atau eter, dibersihkan, lalu dimasukkan ke
dalam toples transparan berisi alkohol 70% yang sesuai ukuran atau lebih besar
ukurannya dari hewan tersebut. Biasanya dilengkapi dengan kaca transparan untuk
alas hewan agar tetap kedudukannya, kemudian diberi keterangan menggunakan
kertas kedap air.
.
BAB III. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum acara morfometri yaitu bak preparat,
pinset, laporan sementara, jarum pentul, jangka sorong, penggaris, sterofom,
millimeter blok, benang dan alat tulis.
Bahan yang digunakan dalam praktikum acara morfometri adalah beberapa
spesimen hewan avertebrata (udang) dan vertebrata.
B. Metode
B. Saran
DAFTAR REFERENSI
Afifah, N., Sudarmin & Widianti, T. 2014. Efektivitas Penggunaan Herbarium Dan
Insektarium Pada Tema Klasifikasi Makhluk Hidup Sebagai Suplemen Media
Pembelajaran IPA Terpadu Kelas VII Mts. Unnes Science Education Journal,
3(2), pp. 494-501.
Demirci, B., Gultiken M.E., Karayigit, M.O. dan Atalar, K. 2012. Is Frozen
Taxidermy an Alternative Method for Demonstration of Dermatopaties.
Eurasian Journal of Veterinary Sciences, 28(3), pp.172-176.
Pinheiro, V. C. S., Pinheiro, W. D., Bezzera, J. M. T., & Tadei, W. P. 2016. Eggs
viability of Aedes aegypti Linnaeus (Diptera, Culicidae) under different
environmental and storage conditions in Manaus, Amazonas, Brazil. Brazilian
Journal of Biology. 15(2), pp. 152-158.
Yayuk, S., Hartini, U. & Sartiami, E. 2010. Koleksi, Preservasi, Identifikasi, Kurasi
dan Manajemen Data. Bandung: Angkasa Duta.
Keterangan :
Margin: rata kiri 4 cm, rata kanan, atas dan bawah 2,5 cm
Naskah diketik dengan menggunakan kertas HVS A4 80 g.
Font : Times New Roman, ukuran 12
Kesimpulan menjawab tujuan
Daily journal sebagai syarat masuk setiap acara praktikum WAJIB memuat di
dalamnya:
o Cover
o BAB I. Pendahuluan (Latar belakang dan Tujuan)
o BAB II. Tinjauan Pustaka
o BAB III. Materi dan Metode
o Daftar Referensi
o 2 jurnal Bhs. indo & Bhs .inggris (thn 2012-2017) untuk kelas reguler
1
dan 2 junal Bhs. Inggris (thn 2012-2017) untuk kelas internasional.
Kalimat dalam jurnal yang dimasukkan kedalam laporan WAJIB ditandai /
distabilo.